Top Banner
BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di dalam dunia konstruksi, kegagalan pada sebuah konstruksi bangunan sering kali terjadi, hal ini dapat disebabkan oleh perencanaan yang kuranga baik ataupun pada saat pelaksanaannya yang tidak benar. Pada proyek pembangunan gedung Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung terjadi kegagalan konstruksi yaitu pada struktur kolom di lantai 2. Tidak adanya Rencana Kerja dan Syarat (RKS) sebagai acuan pelaksanaan pekerjaan oleh pihak kontraktor merupakan salah satu indikasi penyebab kegagalan konstruksi, sehingga pada pelaksanaannya pihak kontraktor hanya mengacu pada spesifikasi perencana atau shop drawing dan Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971. Pada pelaksanaannya, pengecoran kolom di lantai 2 dibagi menjadi 2 tahapan 2, tahap pertama yaitu pengecoran 19 kolom yang mengalami kegagalan mutu sehingga diperbaiki dengan cara dibongkar dan di cor ulang, tahap kedua yaitu pengecoran 15 kolom yang memenuhi mutu akan tetapi hasil dari pengecoran tersebut masih kurang memuaskan, dikarenakan pada hasil pengecoran masih terdapat banyak keropos pada kolom sehingga kolom-kolom tersebut dilakukan perbaikan LAPORAN STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN
102

test upv

Apr 08, 2016

Download

Documents

Diky Faizal

cara menggunakan test
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: test upv

BAB I PENDAHULUAN

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Di dalam dunia konstruksi, kegagalan pada sebuah konstruksi bangunan

sering kali terjadi, hal ini dapat disebabkan oleh perencanaan yang kuranga baik

ataupun pada saat pelaksanaannya yang tidak benar.

Pada proyek pembangunan gedung Teknik Sipil Politeknik Negeri

Bandung terjadi kegagalan konstruksi yaitu pada struktur kolom di lantai 2. Tidak

adanya Rencana Kerja dan Syarat (RKS) sebagai acuan pelaksanaan pekerjaan

oleh pihak kontraktor merupakan salah satu indikasi penyebab kegagalan

konstruksi, sehingga pada pelaksanaannya pihak kontraktor hanya mengacu pada

spesifikasi perencana atau shop drawing dan Peraturan Beton Bertulang Indonesia

1971.

Pada pelaksanaannya, pengecoran kolom di lantai 2 dibagi menjadi 2

tahapan 2, tahap pertama yaitu pengecoran 19 kolom yang mengalami kegagalan

mutu sehingga diperbaiki dengan cara dibongkar dan di cor ulang, tahap kedua

yaitu pengecoran 15 kolom yang memenuhi mutu akan tetapi hasil dari

pengecoran tersebut masih kurang memuaskan, dikarenakan pada hasil

pengecoran masih terdapat banyak keropos pada kolom sehingga kolom-kolom

tersebut dilakukan perbaikan dengan cara meng-grouting kolom dengan

menggunakan bahan Fosroc Renderoc RG.

Tidak adanya kendali mutu atas hasil perbaikan yang dilakukan oleh

pihak kontraktor ataupun dari pihak Fosroc, menjadi dasar pertimbangan penulis

untuk mencoba melakukan analisis terhadap elemen yang terpasang dengan

mengacu pada spesifikasi rencana proyek pembangunan gedung Teknik Sipil

Politeknik Negeri Bandung dan PBI 1971 khususnya Pasal 4.8 ayat 1 yang men-

syaratkan mutu beton lapangan terpasang harus >80% dari nilai mutu

rencana/spesifikasi.

LAPORAN STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN

Page 2: test upv

BAB I PENDAHULUAN

1.2. Tujuan

1. Analisis terhadap mutu beton aktual struktur kolom dengan metode

NDT Hammer Test dan Ultrasonic Pulse Velocity.

2. Analisis kapasitas penampang kolom rencana dengan kapasitas

penampang kolom aktual yang di akibatkan perbaikan pada kolom.

3. Sebagai kendali mutu terhadap hasil perbaikan kolom pada lantai 2.

1.3. Ruang Lingkup Pembahasan

1. Uji tidak merusak pada kolom lantai 2 setelah dilakukan perbaikan

grouting pada kolom keropos dan pengecoran ulang pada kolom yang

tidak memenuhi spesifikasi mutu beton dengan menggunakan alat

hammer test dan Ultrasonic Pulse Velocity.

2. Analisis kapasitas penampang kolom lantai 2 sebelum mengalami

perbaikan dan setelah mengalami perbaikan.

3. Menggunakan beberapa standar yaitu:

- ASTM C805-2 Tata cara pengujian untuk mengukur tegangan

karakteristik beton dengan alat Schmidt Hammer Test.

- ASTM C597 Tata cara pengujian untuk mengukur kepadatan

beton, kedalaman retakan dengan alat Ultrasonic tests/UPV.

- Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 sebagai syarat

penerimaan mutu lapangan.

- ACI 214-77 1989 Nilai Deviasi Standar lapangan berdasarkan hasil

pengujian lapangan.

1.4. Lokasi Penelitian

Proyek pembangunan gedung Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung,

jalan Gegerkalong Hilir desa Ciwaruga, Kota Bandung.

LAPORAN STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN

Page 3: test upv

BAB I PENDAHULUAN

1.5. Kondisi Proyek

Proyek pembangunan gedung Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung

sedang pada tahap konstruksi lantai 2. Adapun pekerjaan struktur yang sedang

berlangsung pada proyek tersebut yaitu:

- Perbaikan grouting kolom pada bulan Oktober 2013.

- Pengecoran ulang kolom pada bulan Oktober - November 2013.

1.6. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN: Menjelaskan mengenai latar belakang, tujuan,

ruang lingkup pembahasan, lokasi penelitian, kondisi proyek serta sistematika

penulisan laporan studi kasus.

BAB II LANDASAN TEORI: Menjelaskan mengenai uraian teori dan

hasil-hasil dari penelitian yang berkaitan dengan pelaksanaan studi kasus.

BAB III METODOLOGI DAN DATA UMUM: Menjelaskan mengenai

metoda yang dilakukan dalam studi kasus dan data umum bangunan.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN STUDI KASUS: Membahas

mengenai hasil pemeriksaan dan analisis studi kasus.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN: Berisi kesimpulan dan saran dari

seluruh isi laporan kegiatan studi kasus yang telah dilaksanakan dilihat dari segi

teori, identifikasi dan pembahasan.

LAPORAN STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN

Page 4: test upv

BAB I PENDAHULUAN

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Kolom

Kolom merupakan elemen struktur tekan vertikal dari suatu sistem rangka

bangunan yang menyangga beban-beban yang diterima oleh balok. Kolom

meneruskan beban dari lantai tingkat atas ke tingkat bawah sampai ke pondasi

melalui pondasi.

Sebagai bagian dari suatu kerangka bangunan, kolom menempati posisi

penting di dalam sistem struktur bangunan. Kegagalan kolom akan berakibat

langsung pada runtuhnya komponen struktur lain yang berhubungan denganya,

atau bahkan merupakan batas runtuh total keseluruhan struktur bangunan.

Gambar 2.1 Kolom beton bertulang.

Elemen struktur beton bertulang dikategorikan sebagai kolom jika Lb > 3,

L adalah panjang kolom dan b adalah lebar penampang kolom.

LAPORAN STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN

Page 5: test upv

BAB I PENDAHULUAN

Gambar 2.2 Kolom Beton Bertulang.

Pada umumnya kolom beton tidak hanya menerima beban aksial tekan,

tapi juga momen. Suatu penampang terdapat jumlah kombinasi kekuatan yang tak

terhingga dimana Pn dan Mn bekerja bersamaan. Kombinasi-kombinasi dari

kekuatan ini terletak pada suatu kurva seperti terlihat pada pada gambar 2.3 yang

dinamakan dengan diagram interaksi kekuatan (strengh interaction diagram).

Kondisi tegangan berimbang dalam kombinasi lentur dan beban aksial

diberikan oleh titik dengan Pn = Pb dan Mn = Mb pada gambar 2.3 Kekuatan

elemen struktur beton bertulang yang digunakan pada perencanaan lebih besar

dari kemampuan elemen itu yang sesungguhnya (kuat nominalnya). Selain itu

pada setiap perencanaan elemen struktur beton bertulang, mengharuskan bahwa

kuat rencana > kuat perlu, artinya:

∅Mn > Mu

∅Vn > Vu

∅Pn > Pu

Dimana Mu, Vu dan Pu merupakan kekuatan momen, gaya geser dan

gaya tekan yang diperlukan untuk menerima beban terfaktor.

LAPORAN STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN

Page 6: test upv

BAB I PENDAHULUAN

Gambar 2.3 Diagram interaksi untuk unsur tekan aksial dan momen lentur pada satu sumbu.

Hubungan antara gaya aksial nominal dan momen atau eksentrisitas dapat

ditentukan dalam beberapa kondisi berikut:

A. Beban Tekan Aksial Konsentris

Dengan memperhitungkan luas tulangan dengan luas total Ast yang

berada pada penampang kolom Ag, maka gaya total atau kuat tekan

nominal pada penampang kolom adalah sebagai berikut:

P0=C c+C s.............................................................................. (2.1)

P0=0,8 f ' c ( Ag−A st )+ f y A st ................................................ (2.2)

B. Beban Tarik Aksial Konsentris

Pada kondisi ini, seluruh penampang kolom menerima tegangan

tarik sehingga kontribusi beton dalam menahan beban tarik dapat

diabaikan, gaya dalam hanya disumbangkan oleh tulangan, sehingga gaya

total atau kuat tarik nominal pada penampang adalah:

Pt=A st f y................................................................................ (2.3)

Dalam kasus ini, momen atau eksentrisitas pada penampang adalah

nol.

LAPORAN STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN

0

Page 7: test upv

BAB I PENDAHULUAN

C. Kondisi Regangan Berimbang (Balanced)

Gambar 2.4 Diagram tegangan-regangan penampang kolom pada kondisi berimbang.

Pada kondisi berimbang, letak garis netral diukur dari sisi tekan

beton terluar, dihitung menggunakan persamaan berikut:

c=cb=0,003 E s

0,003 E s+ fyd .............................................................. (2.4)

Perhitungan eksentrisitas yang terjadi:

e= MuPu .................................................................................... (2.5)

D. Pada Kondisi Tekan Dominan

Pada kondisi tekan dominan perhitungan dilakukan dengan

mengasumsikan nilai c dengan ketentuan asumsi nilai c pada kondisi tekan

dominan lebih besar dari nilai cb pada kondisi berimbang c > cb.

Gambar 2.5 Diagram tegangan-regangan pada penampang kolom pada kondisi tekan.

LAPORAN STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN

Page 8: test upv

BAB I PENDAHULUAN

E. Pada Kondisi Tarik Dominan

Seperti halnya perhitungan pada kondisi tekan dominan, pada

kondisi tarik dominan pun perhitungan dilakukan dengan mengasumsikan

nilai c dengan ketentuan nilai c pada kondisi tarik dominan lebih kecil dari

nilai cb pada kondisi berimbang.

Gambar 2.6 Diagram tegangan-regangan pada penampang kolom pada kondisi tarik.

2.1.1. Kolom Berdasarkan Posisi Beban Pada Penampang

Berdasarkan posisi beban, kolom beton bertulang dapat diklasifikasikan

sebagai berikut:

A. Kolom Dengan Beban Konsentris

Pada kondisi ini kolom hanya memikul beban aksial.

B. Kolom Dengan Beban Aksial Dan Uniaxial Bending

Pada kondisi ini kolom memikul beban aksial dan memikul momen

lentur bersumbu tunggal.

C. Kolom Dengan Beban Aksial Dan Biaxial Bending

Pada kondisi ini selain kolom memikul beban aksial, kolom juga

memikul momen lentur bersumbu rangkap.

LAPORAN STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN

Page 9: test upv

BAB I PENDAHULUAN

Gambar 2.7 Tipe kolom berdasarkan posisi beban pada penampang kolom:

(a) Kolom dengan beban konsentris.

(b) Kolom dengan beban aksial dan uniaxial moment.

(c) Kolom dengan beban aksial dan biaxial moment.

2.2. Non-Destructive Test (NDT)

Non-Destructive Test atau uji tidak merusak adalah teknik pengujian

material tanpa merusak benda uji. Pengujian ini dilakukan untuk menjamin bahwa

material yang digunakan masih aman dan belum melewati batas toleransi

kerusakan. Dalam dunia teknik sipil NDT biasanya dilakukan ketika ingin

mengetahui kualitas struktur aktual dan dalam pelaksanaan konstruksi NDT

dilakukan sebagai rujukan ketika hasil kuat tekan beton di labolatorium. Tidak

memenuhi syarat SNI 03-2847-2002 atau peraturan beton bertulang Indonesia

tahun 1971. NDT biasanya digunakan dalam beberapa hal seperti untuk

mengetahui mutu beton, tebal selimut beton, tebal cat, laju korositas, mendeteksi

keberadaan crack, kerusakan atau cacat pada material, ataupun untuk

mendapatkan data-data material terpasang ketika tidak ada as build

drawing. Dilihat dari segi objek benda uji, NDT dapat dibedakan dalam 2 macam,

yaitu:

- Surface Test (pengujian pada permukaan).

- Inside Test (pengujian pada isi material).

LAPORAN STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN

Page 10: test upv

BAB I PENDAHULUAN

Sebelum melakukan pengujian non-destructive sebaiknya dilakukan

perencanaan mengenai tujuan dan target dari pengujian non-destructive sendiri

(surface test atau inside test), dan gunakan alat yang tepat. Dalam dunia teknik

sipil, ada beberapa metoda pengujian Non-Destructive Test diantaranya adalah:

- Pemeriksaan Visual.

- Rebound Hammer Test.

- Profometer Test.

- Corrosion Analysis Instrument (CANIN).

- Ultrasonic Pulse Velocity.

- Carbonation Test.

- Depth Crack.

- Widht Crack.

- Coating Thickness.

2.2.1. Pemeriksaan Visual

Pemeriksaan visual adalah pemeriksaan kondisi aktual dilapangan.

Pemeriksaan visual biasanya menggunakan peralatan seperti kamera untuk

melihat sejauh mana kerusakan yang terjadi. Analisa dilakukan dengan melihat

gambar data dan menyimpulkan dengan melihat standar kerusakan yang ada.

Pengujian visual merupakan hal yang paling penting dari semua non-

destructif test. Hal ini dapat memberikan informasi berharga bagi orang yang

sudah terlatih atau berpengalaman dalam menilai kondisi struktur yang akan

dilakukan pengujian dan sebagai parameter untuk menentukan metode non-

destructif apa yang cocok digunakan serta letak struktur mana yang layak di uji.

Pemeriksaan visual mempengaruhi pada perencanaan metode NDT seperti:

- Pengerjaan/metode.

- Serviceability struktural.

- Jenis kerusakan.

Pemeriksaan visual memberikan gambaran mengenai kondisi struktur

dilapangan sehingga dapat menganalisa kerusakan atau gejala yang terjadi

misalnya retak, disintegrasi, perubahan warna, pelapukan, cacat permukaan dan

kurangnya keseragaman.

LAPORAN STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN

Page 11: test upv

BAB I PENDAHULUAN

Informasi dapat dikumpulkan dari inspeksi visual untuk memberikan

indikasi awal dari kondisi struktur dan memungkinkan perumusan program

pengujian berikutnya. Dalam melaksanakan inspeksi visual aspek-aspek yang

harus diperhatikan adalah:

- Struktur yang sedang diselidiki.

- Struktur sekitar.

- Lingkungan.

- Iklim.

A. Peralatan Untuk Inspeksi Visual

Melakukan survei visual harus dilengkapi dengan alat untuk

memfasilitasi pemeriksaan. Hal ini melibatkan sejumlah aksesori umum

yang disesuaikan dengan kebutuhan, dalam inspeksi visual pada struktur

beton biasanya digunakan alat seperti penggaris, spidol, meteran, kamera,

alat pengukur suhu (bila diperlukan), bagan warna beton (bila diperlukan),

kartu pengukur lebar keretakan.

B. Prosedur Umum Inspeksi Visual

Sebelum melakukan pengecekan visual pelaksana diwajibkan untuk

membaca dengan teliti semua aspek seperti shop drawing, gambar rencana

dan elevasi bangunan untuk lebih mengenal kondisi dan lingkungan

dilapangan. Dokumen yang tersedia pun harus diperiksa seperti:

- Spesifikasi teknis.

- Laporan terakhir dari test atau pemeriksaan dilakukan.

- Catatan konstruksi.

- Rincian bahan yang digunakan.

- Metode dan tanggal konstruksi.

Survei harus dilakukan secara sistematis dengan memperhatikan

berbagai aspek dan semua cacat struktural ataupun hal yang dianggap

memungkinkan akan berdampak merugikan harus diidentifikasi dan

diklasifikasikan dari mulai penyebab (hipotesa) hingga tingkat kerusakan

struktur.

LAPORAN STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN

Page 12: test upv

BAB I PENDAHULUAN

Perbandingan visual dari anggota yang sama sangat berharga

sebagai awal untuk pengujian untuk menentukan sejauh mana masalah

dalam kasus tersebut. Kerusakan material sering ditunjukkan oleh retak

permukaan dan pemeriksaan pola retak dapat memberikan indikasi awal

penyebabnya. Pengamatan tekstur dan warna variasi permukaan beton

dapat menjadi panduan awal yang berguna untuk menilai keseragaman

beton dan indikasi kerusakan.

C. Aplikasi Inspeksi Visual

Untuk struktur yang telah ada, kehadiran beberapa fitur yang

memerlukan penyelidikan lebih lanjut umumnya ditandai dengan inspeksi

visual. Dalam tahapan konstruksi inspeksi visual biasa dilakukan oleh

quality control untuk mengecek kondisi lapangan dengan rencana.

Inspeksi visual juga dilakukan sebelum melakukan NDT. Hal ini akan

memberikan dasar bagi penilaian yang berkaitan dengan akses dan

persyaratan keselamatan ketika memilih metode uji dan lokasi tes.

Inspeksi visual memberikan indikasi awal kondisi beton untuk

memungkinkan perumusan program pengujian berikutnya. Dengan mata

yang terlatih, inspeksi visual dapat mengungkapkan informasi penting

mengenai struktur seperti:

- Metode konstruksi.

- Pelapukan.

- Serangan kimia.

- Kerusakan mekanis.

- Kerusakan fisik.

- Penyalahgunaan.

- Kesalahan konstruksi.

- Dan lain-lain.

LAPORAN STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN

Page 13: test upv

BAB I PENDAHULUAN

2.2.2. Rebound Hammer Test

Rebound Hammer Test adalah suatu pengujian permukaan mutu beton

tanpa merusak beton. Metoda pengujian ini dilakukan dengan memberikan beban

impact (beban hentakan yang terdapat pada hammer) pada permukaan beton.

Jarak pantulan yang timbul dari massa yang diberikan pada saat terjadi tumbukan

dengan permukaan beton, benda uji dapat memberikan indikasi kekerasan. Alat

ini sangat peka terhadap kondisi di permukaan dan variasi kekerasan yang ada

pada permukaan beton, misalnya keberadaan partikel baja tulangan pada bagian

tertentu dekat permukaan maka pembacaan akan jauh berbeda. Oleh karena itu,

diperlukan beberapa kali pengujian disekitar lokasi pengujian, yang hasilnya

kemudian dirata-ratakan. Uji hammer test tidak dianjurkan dilakukan pada beton

berumur kurang dari 7 hari. Bagian-bagian hammer test dijelaskan pada gambar

2.8.

Gambar 2.8 Hammer Test Type N.Sumber: Surface hardness methods by Chapman & Hall, 1996).

Peralatan yang paling sering digunakan dan yang paling cocok untuk beton

kisaran kuat tekan 20-60 N/mm2 dalam berbagai kekuatan adalah type N.

LAPORAN STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN

Page 14: test upv

BAB I PENDAHULUAN

A. Prosedur Pengujian Hammer Test

Sesuai dengan standar ASTM C 805-2, untuk uji kekerasan

permukaan beton digunakan metode uji Rebound Hammer, dengan

ketentuan-ketentuan seperti berikut:

Pasal 5.1

Metode uji ini di terapkan untuk :

- Menilai/menguji keseragaman dari beton yang terpasang

dilapangan.

- Memberikan gambaran zona/daerah dari struktur beton yang

memiliki kualitas buruk atau mengalami penurunan/degradasi

serta.

- Mengestimasi pertumbuhan kuat tekan dilapangan.

Pasal 5.2

Untuk mengestimasi kekuatan tekan beton dengan

menggunakan metode uji ini, dibutuhkan suatu korelasi/hubungan

antara kekuatan tekan beton dengan nilai pembacaan (rebound

number). Nilai korelasi yang dibuat, ditentukan berdasar pada tiap jenis

komposisi campuran beton dan alat uji (rebound hammer) yang

digunakan. Nilai korelasi tersebut harus mencakup rentang data kuat

tekan yang diamati. Untuk mengestimasi kekuatan tekan selama masa

konstruksi, buat korelasi dengan melakukan serangkaian uji hammer

pada spesimen/benda uji silinder/kubus dan melakukan uji kuat tekan

aktual untuk spesimen/benda uji yang sama. Untuk mengestimasi

kekuatan tekan dari struktur/bangunan yang terpasang, bentuk

hubungan/korelasi antara nilai pembacaan hammer (rebound number)

pada elemen struktur beton yang diukur dengan kekuatan tekan aktual

dari beton yang diambil pada lokasi yang sama/berdekatan.

LAPORAN STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN

Page 15: test upv

BAB I PENDAHULUAN

Pasal 5.3

Untuk komposisi campuran beton yang telah ditentukan, nilai

pembacaan rebound hammer dipengaruhi oleh kelembaban di

permukaan uji, metode uji yang digunakan, serta kedalaman karbonasi.

Faktor-faktor tersebut perlu untuk diperhatikan dalam menginterpretasi

hasil pengujian/pembacaan.

Pasal 5.4

Metode uji ini tidak dimaksudkan sebagai dasar untuk

penerimaan/penolakan mutu beton, karena adanya ketidakpastian dalam

estimasi kekuatan tekan beton Hal-hal lain yang perlu diperhatikan

dalam pelaksanaan pengujian:

- Elemen struktur beton yang akan diuji harus memiliki ketebalan

minimal 100 mm dan terkoneksi erat dengan struktur bangunan

area uji berdiameter 150 mm.

- Untuk permukaan yang bertekstur atau dilapisi plester atau

mortar harus diratakan dengan menggunakan gerinda Pada saat

pengukuran, diambil sepuluh pembacaan dari setiap area uji.

- Jarak pembacaan antar titik uji minimal 25 mm.

- Hasil uji dengan menggunakan alat Hammer Test tergantung

kepada rata dan tidaknya permukaan, basah keringnya bidang uji

dan sudut inklinasi.

Ada beberapa sudut inklinasi yang biasa digunakan yaitu:

- Sudut 00 untuk pengujian tegak lurus horizontal.

- Sudut –900 untuk pengujian tegak lurus ke bawah.

- Sudut +900 untuk pengujian tegak lurus ke atas.

- Sudut 450 untuk pengujian pada bidang miring 45.

LAPORAN STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN

Page 16: test upv

BAB I PENDAHULUAN

Secara umum hammer test terdiri dari beberapa tipe sesuai

dengan mutu beton yang akan diuji. Tipe yang digunakan dalam

pengujian ini memakai hammer test tipe N. Secara umum alat ini bisa

digunakan untuk:

- Memeriksa keseragaman mutu beton.

- Membandingkan beton diberikan dengan persyaratan yang

ditentukan.

- Estimasi Perkiraan kekuatan beton.

Tes ini didasarkan pada prinsip bahwa nilai rebound dari massa

elastis tergantung pada kekerasan permukaan yang dipengaruhi oleh

kekuatan pegas. NDT memberikan informasi tentang mutu lapisan

permukaan beton yang tidak lebih dari 30 mm mendalam. Hasil

memberikan ukuran kekerasan relatif dari zona ini, dan ini tidak bisa

langsung berhubungan dengan properti lainnya dari beton, banyak

faktor yang mempengaruhi hasil tetapi semua harus dipertimbangkan

sehingga kuat tekan karakteristik beton dapat diperkirakan dengan

akurat. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil tes adalah sebagai

berikut:

Campuran karakteristik:

- Jenis Semen.

- Konten Semen.

- Jenis agregat kasar.

Karakteristik anggota:

- Massa.

- Pemadatan.

- Jenis Permukaan.

- Usia, tingkat kekerasan dan tipe curing.

- Permukaan karbonasi.

- Kelembaban.

- Tegangan yang bekerja dan suhu.

LAPORAN STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN

Page 17: test upv

BAB I PENDAHULUAN

Pengaruh agregat pada hasil pengujian hammer test bisa dilihat

pada gambar 2.9 Perbandingan kekuatan akibat agregat biasanya

memiliki selisih kekuatan 6-7 N/mm2, sedangkan akibat kondisi

kelembaban bisa dilihat pada gambar 2.10 yang menunjukan bahwa

kekerasan permukaan beton lebih rendah ketika basah dari pada saat

kering untuk itu pengujian hammer test harus sesuai dengan standar

yang berlaku.

Gambar 2.9 Perbandingan kerikil keras dan lunak.Sumber: Surface hardness methods by Chapman & Hall, 1996).

Pengujian hammer pada dasarnya hanya dapat memberikan

estimasi nilai kuat tekan permukaan hingga kedalaman ±30 mm

sehingga pada saat pengujian apabila titik tersebut terdapat kerikil keras

maka akan menghasilkan nilai rebound yang tinggi. Hasil dari

pengujian akan lebihbaik dilakukan pengontrolan terhadap hasil nilai

rebound pada titik tersebut, sehingga nilai yang didapat tidak terlalu

tinggi dan tidak terlalu rendah seperti hal-nya pengontrolan hasil nilai

rebound dengan menghitung nilai rata-rata dari nilai hammer lalu

dilakukan pengontrolan atas hasil nilai rebound tidak boleh lebih dari

nilai rata-rata ±5.

LAPORAN STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN

Page 18: test upv

BAB I PENDAHULUAN

Gambar 2.10 Perbandingan Hasil Hammer akibat Kelembaban.Sumber: Surface hardness methods by Chapman & Hall, 1996).

Perbandingan hasil hammer antara kondisi permukaan yang

lembab dan permukaan yang kering menunjukan angka yang berbeda

sekitar ±6 MPa untuk kondisi kering menunjukan angka yang lebih

tinggi dibandingkan dengan kondisi basah sehingga pada saat pengujian

hasil yang didapat akan lebih baik jika mengambil titik uji pada daerah

dengan kondisi kering yang cukup.

B. Perhitungan Nilai Rebound Hammer Test

Sebelum melakukan pengujian, alat hammer test di kalibrasi

terlebih dahulu pada alat kalibrasi untuk mengetahui kondisi pegas

berbanding dengan standar yang berlaku, untuk type N yaitu 80. Kalibrasi

harus dilakukan untuk setiap pengujian pada alat hammer test. Berikut

adalah rumus dalam menghitung nilai angka kalibrasi:

R=∑

1

N

r

N.....................................................................(2.6)

AK=80R .......................................................................

(2.7)

dimana: N = Jumlah Pukulan .

r = Besar Pukulan (rebound).

R = Angka Rebound Rata-rata.

LAPORAN STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN

Page 19: test upv

BAB I PENDAHULUAN

AK = Angka Kalibrasi.

Setelah alat dikalibrasi, tentukan atau pilih beberapa titik (N) pada

permukaan beton yang aka diuji, dengan jarak tembakan satu dengan yang

lainnya ± 2.5-4 cm, tergantung dari dimensi struktur atau konstruksi. Pada

permukaan beton yang diuji dibuat suatu bidang uji titik uji yang

berukuran 10 cm x 10 cm, atau ukuran bidang dapat memberikan minimal

10 kali pukulan.

Untuk setiap titik uji diperoleh minimal 10 angka rebound (r) pada

pembacaan skala dari setiap pukulan Hammer Test. Dari angka-angka

skala tersebut diambil nilai rata-rata (R). Jika salah satu pukulan

menghasilkan nilai atau skala yang beselisih ±5 (ASTM) terhadap nilai

rata-rata (R), maka pukulan yang bersangkutan harus diulang pada titik

pukulan didekatnya atau dibuang atau tidak dipakai. Dari hasil rata-rata (R

) kemudian dikalikan dengan angka kalibrasi alat (AK), lalu

dikonvirmasikan kepada kekuatan tekan (σbm), sesuai dengan grafik

kalibrasi alat dan sudut pukulan.

Menghitung kuat tekan beton rata-rata:

σbm= ∑1

N

(σ b)

N..........................................................

(2.8)

Menghitung standard deviasi:

S=√∑1

N

(σ bm−σ b)2

N−1.............................................(2.9)

Menghitung kuat tekan beton karakteristik:

σbk = σbm– (k1xSxk2)..........................................(2.10)

dimana: σbm= Kuat tekan beton rata-rata.

σbk = Kuat tekan beton karakteristik (kg/cm2).

S = Standar deviasi.

k1 = Konstanta statistik (Tabel 2.1).

k2 = Konstanta statistik 5% Cacat: 1,64 (PBI hal

40).

LAPORAN STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN

Page 20: test upv

BAB I PENDAHULUAN

Tabel 2.1 Nilai Konstanta statistik (K1).

Sumber: PBI 1971.

Grafik Hammer test merupakan grafik nilai kuat tekan setara

dengan kubus 15 x 15 x 15 cm sehingga untuk pengujian berbagai macam

beton dengan perbedaan benda uji harus dikalikan dengan faktor bentuk

seperti pada tabel 2.2. untuk nilai faktor pengali karena perbedaan benda

uji di labolatorium.

Tabel 2.2 Faktor Bentuk.

Sumber: Pengujian Hammer Beton oleh Rudiansyah Putra,ST,M.Sc.

LAPORAN STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN

Page 21: test upv

BAB I PENDAHULUAN

Spesifikasi hammer hanya dapat mencapai 30 mm kedalam

permukaan beton sehingga dalam pengujian harus memperhatikan umur

dari beton yang akan di uji. Uji hammer tidak dianjurkan pada beton

dibawah umur 7 hari, beton baru dapat di uji setelah umurnya mencapai 7

hari keatas akan tetapi hal ini tidak dianjurkan. Ketika umur 7 hari hingga

28 hari diperkirakan umur permukaan beton sedalam 30mm akan

bertambah ±10 % sehingga pada saat pengujian faktor umur harus

diperhatikan seperti pada tabel 2.3. memperlihatkan faktor umur benda uji:

Tabel 2.3 Faktor Umur Beton.

Sumber: Pengujian Hammer Beton oleh Rudiansyah Putra,ST,M.Sc.

2.2.3. Ultrasonic Pulse Velocity

Pengujian telah berkembang menjadi metode ultrasonic modern,

menggunakan pulsa dalam rentang frekuensi 20-150 kHz yang dihasilkan dan

direkam oleh elektronik sirkuit. Pengujian ultrasonik umumnya menggunakan

teknik pulse reflektif akan tetapi, hal ini tidak mudah diterapkan pada beton

karena hamburan gelombang tinggi yang terjadi pada antarmuka agregat dan

microcracks beton yang berbeda-beda.

Prinsip kerja pengujian ultrasonic adalah mengubah energi gelombang

listrik yang dibangkitkan oleh pembangkit pulsa transducer pengirim (T) menjadi

energi gelombang mekanik yang selanjutnya merambat pada beton. Setelah

sampai pada probe receiver (R) energi gelombang tadi diubah kembali menjadi

energi gelombang listrik yang selanjutnya melewati penguat dan akhirnya

dihitung/ditampilkan waktu tempuh pencacat digital.

LAPORAN STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN

Page 22: test upv

BAB I PENDAHULUAN

Kecepatan pulsa ultrasonik tergantung pada kepadatan dan sifat elastis

bahan. Kualitas beberapa bahan kadang-kadang terkait dengan kekakuan elastis

mereka sehingga pengukuran kecepatan pulsa ultrasonik dalam bahan seperti itu

sering dapat digunakan untuk menunjukkan kualitas mereka serta untuk

menentukan sifat elastis bahan tersebut. Bahan yang dapat dinilai dengan cara ini

adalah beton dan kayu.

Peralatan dasar UPV terdiri dari sebuah generator pulsa listrik, sepasang

transduser, amplifier dan waktu perangkat elektronik untuk mengukur interval

waktu antara inisiasi pulsa yang dihasilkan pada transduser pemancar dan tiba

pada penerima (transduser).

Umumnya transduser yang digunakan harus dalam kisaran 20-150 kHz

dan dalam penggunaannya menggunakan transduser frekuensi tinggi untuk jarak

pendek dan transduser frekuensi rendah untuk waktu yang lama pada jarak yang

panjang. Transduser dengan frekuensi 50 kHz sampai 60 kHz cocok digunakan

pada pemakaian umum.

A. Faktor Yang Mempengaruhi Hasil UPV

- Suhu Beton

Variasi suhu beton antara 100 C dan 300 C tidak memberikan

perubahan yang signifikan tanpa terjadinya perubahan yang sesuai

dalam kekuatan atau sifat elastis. Koreksi pulsa pengukuran kecepatan

harus dibuat hanya untuk suhu di luar kisaran ini seperti yang diberikan

dalam tabel 2.4.

Tabel 2.4 Pengaruh Suhu Beton pada UPV.

LAPORAN STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN

Page 23: test upv

BAB I PENDAHULUAN

Sumber: Guidebook on non-destructive testing of concrete structures (Vienna, 2002).

- Panjang Lintasan.

Panjang lintasan dimana kecepatan pulsa diukur dipengaruhi

oleh sifat heterogen dari beton, sehingga makin panjang lintasan sifat

heterogen beton makin berpengaruh akan tetapi pengaruh tersebut tidak

terlalu signifikan.

- Bentuk dan Ukuran Spesimen.

Tabel 2.5. memberikan hubungan antara kecepatan pulsa di

beton, transduser frekuensi dan dimensi lateral yang diijinkan minimum

dari spesimen.

Tabel 2.5 Efek Bentuk dan Ukuran pada UPV.

Sumber: Guidebook on non-destructive testing of concrete structures (Vienna, 2002).

- Pengaruh Tulangan.

Kecepatan pulsa yang diukur dalam beton bertulang di sekitar

tulangan biasanya lebih tinggi dari pada beton biasa dari komposisi

yang sama. Hal ini karena kepadatan baja lebih padat dibanding beton

sehingga kecepatan dalam baja mungkin sampai dua kali kecepatan

dalam beton polos.

- Keseragaman Beton.

Heterogenitas dalam beton menyebabkan variasi hasil dalam

kecepatan pulsa akan tetapi tidak terlalu signifikan, hal ini dikarenakan

beton memiliki microcrack. Keseragaman beton berkaitan dengan

standar deviasi atau mutu pekerjaan.

LAPORAN STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN

Page 24: test upv

BAB I PENDAHULUAN

B. Klasifikasi Kualitas Beton Berdasarkan Cepat Rambat Gelombang

Tabel 2.6 Klasifikasi Kualitas Beton.

Sumber: Guidebook on non-destructive testing of concrete structures (Vienna, 2002).

C. Metode Penggunaan UPV

Dalam pengujian menggunakan UPV ada 3 macam metode

yaitu:

- Direct transmission.

Gambar 2.11 Direct Transmission.Sumber: Guidebook on non-destructive testing of concrete structures (Vienna, 2002).

- Semi-direct transmision.

LAPORAN STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN

Page 25: test upv

BAB I PENDAHULUAN

Gambar 2.12 Semi-direct Transmission.Sumber: Guidebook on non-destructive testing of concrete structures (Vienna, 2002).

- Indirect or surface transmission

Gambar 2.13 Indirect Transmission.

Sumber: Guidebook on non-destructive testing of concrete structures (Vienna, 2002).

D. Estimasi Kuat Tekan Beton

Mutu beton umumnya dinilai dengan mengukur kuat tekan dari

benda uji silinder (atau kubus). Telah ditemukan bahwa tidak ada korelasi

sederhana antara kekuatan silinder dan kecepatan denyut nadi (UPV) tetapi

korelasi-nya dipengaruhi oleh:

- Jenis agregat.

- Agregat atau rasio semen.

- Umur beton.

- Ukuran dan gradasi agregat.

- Kondisi curing.

Gambar 2.14 Contoh Benda Uji.Sumber: V-Meter Manual Book.

Grafik nilai kuat tekan beton berdasarkan nilai kecepatan rambat

gelombang ultrasonik merupakan grafik setara dengan benda uji silinder di

labolaorium. sehingga hasil pengujian harus direduksi sesuai dengan

LAPORAN STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN

Page 26: test upv

BAB I PENDAHULUAN

bentuk benda uji yang digunakan (kubus 15 x 15 x 15 cm atau silinder 15

x 30cm).

Tabel 2.7 Faktor Bentuk.

Benda Uji Perbandingan Kuat Tekan

Silinder 15 x 30 cm 1

Kubus 20 x 20 x 20 cm 0,95

Kubus 15 x 15 x 15 cm 0,83Sumber: NDT Handbook

Gambar 2.15 Nilai V (km/sec) vs Kuat Tekan (MPa).Sumber: V-Meter Manual Book.

Grafik diatas menunjukan hubungan antara nilai estimasi kuat

tekan beton dengan nilai kecepatan gelombang ultrasonik dengan alat V-

meter James Instruments V, sedangkan gambar 2.16. menunjukan nilai

estimasi kuat tekan beton vs nilai kecepatan gelombang ultrasonik (V)

dengan alat PUNDIT.

LAPORAN STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN

Page 27: test upv

BAB I PENDAHULUAN

Gambar 2.16 Nilai V (km/sec) vs Kuat Tekan (MPa).Sumber: www.google.com.

BAB III

METODOLOGI DAN DATA UMUM

3.1. Metodologi

Pada metodologi studi kasus ini penulis membagi tahapan pelaksanaan

penyelesaian studi kasus ini ke dalam 3 tahapan yaitu:

1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan ini dilakukan untuk meminimalisir dan

memprediksi kegagalan/kesulitan yang akan terjadi pada saat pelaksanaan,

tahap persiapan pelaksanaan studi kasus ini terbagi menjadi 2 yaitu:

- Studi literatur

Pada tahapan ini kegiatan yang dilakukan adalah

peninjauan literatur yang berkaitan dengan studi kasus baik dari

teks, makalah, dan informasi dari internet.

- Survey

Pada survey kegiatan yang dilakukan adalah koordinasi

dengan pihak yang berkepentingan yaitu perijinan dengan pihak

kontraktor pada proyek pembangunan gedung Teknik Sipil

Politeknik Negeri Bandung yang akan menjadi tujuan penelitian

studi kasus.

2. Tahap Pengujian Struktur Kolom

LAPORAN STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN

Page 28: test upv

BAB I PENDAHULUAN

Tahap pengujian struktur kolom ini dilakukan dengan cara uji tidak

merusak/non destructive test, pada pelaksanaanya uji non-destructive yang

dilakukan adalah:

- Pemeriksaan Visual

- Pengujian Rebound Hammer Test

- Pengujian UPV

3. Tahap Analisis dan Pembahasan

- Pengolahan data hasil pemeriksaan dan pengujian.

- Membandingkan antara kapasitas penampang kolom rencana dengan

kapasitas penampang kolom aktual.

Diagram alir metodologi pelaksanaan studi kasus ini dapat dilihat pada

gambar 3.1 berikut ini:

LAPORAN STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN

Page 29: test upv

BAB I PENDAHULUAN

Gambar 3.1 Diagram alir metodologi studi kasus.Sumber: Data Pribadi

3.2. Data Umum Proyek

- Nama Proyek : Pembangunan Gedung Teknik Sipil

- Lokasi : Politeknik Negeri Bandung, jalan Gegerkalong

Hilir, desa Ciwaruga, Kota Bandung.

LAPORAN STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN

Solusi

Analisis Kapasitas Penampang Kolom

Lantai 2

Selesai

Identifikasi Masalah

Mulai

Pengolahan Data

Visual Hammer Test

Ultrasonic Pulse

Velocity

Pemeriksaan Kualitas Struktur Kolom Lantai 2

Page 30: test upv

BAB I PENDAHULUAN

- Tinggi Bangunan : 14,87 m

- Jumlah Lantai : 3

- Fungsi Bangunan : Kantor Jurusan Teknik Sipil

- Jenis Struktur : Beton bertulang

- Mutu Beton : K-300 / 24,06 Mpa

- Mutu Tulangan : U-39 / 390 Mpa (ulir Ø > 12 mm)

U-24 / 240 Mpa (polos Ø < 12 mm)

3.3. Data Perbaikan Kolom

Perbaikan yang dilakukan pada kolom lantai 2 proyek pembangunan

gedung Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung ini terdiri dari 2 macam

perbaikan yaitu:

1. Perbaikan selimut beton

Berikut merupakan tabel kuat tekan material grouting Fosroc

Renderoc RG berdasarkan hari:

Tabel 3.1. Spesifikasi material grouting Fosroc Renderoc RG.

Sumber : Data Pribadi

Tidak ada spesifikasi khusus atau syarat mengenai mutu grouting

pada pelaksanaan proyek pembangunan gedung Teknik Sipil Politeknik

Negeri Bandung, akan tetapi mutu grouting harus lebih tinggi dari mutu

kolom setempat (K-300) sehingga daya lekat grouting lebih tinggi

dibanding daya lekat mutu kolom tersebut.

2. Pengecoran ulang kolom.

Pengecoran ulang kolom dilakukan pada kolom yang mutu

betonnya tidak memenuhi spesifikasi perencanaan, sehingga kolom harus

LAPORAN STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN

Page 31: test upv

BAB I PENDAHULUAN

dibongkar dan di cor kembali sesuai dengan mutu beton perencanaan yaitu

mutu beton K-300

BAB IV

PEMBAHASAN

LAPORAN STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN

Page 32: test upv

BAB I PENDAHULUAN

4.1. Metode Pelaksanaan Perbaikan Kolom

Jenis kegagalan pelaksanaan pekerjaan kolom pada lantai 2 proyek

pembangunan gedung Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung adalah:

- Mutu beton pada kolom tidak tercapai.

- Keropos pada kolom (tulangan tidak terlindungi oleh selimut beton).

Metode pelaksanaan perbaikan kolom menggunakan tipe semi-

konvensional sebagai acuan dan perancahnya. Pada sub-bab 4.1.1. berikut ini akan

dijelaskan mengenai metode pelaksanaan dan spesifikasi teknis.

4.1.1. Metode Pelaksanaan Pengecoran Ulang Kolom

Perbaikan pengecoran ulang pada kolom dilakukan pada 19 kolom yang

mutu betonnya tidak memenuhi spesifikasi rencana, sehingga beton pada kolom

harus dibongkar dan di cor kembali dengan mutu beton yang sesuai dengan

perencanaan yaitu K-300. Gambar 4.1 menunjukan lokasi titik-titik dimana kolom

yang di cor ulang (letak kolom yang di cor ulang dilingkari dengan warna biru).

LAPORAN STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN

Page 33: test upv

BAB I PENDAHULUAN

Gambar 4.1 Titik Kolom Yang Di Cor Ulang.Sumber: Kontraktor.

Berikut merupakan alur pelaksanaan perbaikan pengecoran ulang kolom:

A. Tahap Pembongkaran Kolom

Pembongkaran kolom menggunakan alat bor atau demolition drill hingga

mencapai batas permukaan pelat bawah dan foto beton kolom yang telah

dibongkar dapat dilihat pada gambar 4.2 berikut ini:

LAPORAN STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN

Page 34: test upv

BAB I PENDAHULUAN

Gambar 4.2 Hasil Pembongkaran Kolom.Sumber: Data Pribadi.

B. Tahap Pemasangan Panel Cetakan

Tahap pemasangan panel cetakan diawali dengan membuat marking pada

area kolom dan dipasang beton decking sehingga panel cetakan dapat berada pada

posisi yang telah ditentukan. Panel cetakan kolom menggunakan multiplek dengan

tebal 18 mm dan penyangga balok dengan ukuran 6/12 cm, foto pemasangan

panel cetakan dapat dilihat pada gambar 4.3 berikut ini:

Gambar 4.3 Cetakan Kolom.Sumber: Data Pribadi.

LAPORAN STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN

Page 35: test upv

BAB I PENDAHULUAN

C. Tahap Penjepitan (Sabuk Kolom)

Penjepitan cetakan kolom menggunakan kayu dengan ukuran 6/12 cm dan

dijepit menggunakan besi klem, foto penjepitan cetakan kolom dapat dilihat pada

gambar 4.4 berikut ini:

Gambar 4.4 Cetakan Kolom.Sumber: Data Pribadi.

D. Tahap Pemasangan Pipe Support

Pipe support berfungsi untuk menyangga kolom sehingga tetap stabil pada

saat pengecoran dan berfungsi sebagai penegak kolom sehingga kolom tegak

lurus.

E. Tahap Persiapan Pengecoran

Persiapan pengecoran dilakukan dengan cara mengecek ketegakan kolom

yang akan di cor dengan alat bantu unting-unting serta mengecek kekakuan

bekisting sehingga pada saat pengecoran bekisting sudah siap menerima beban

dari beton segar.

F. Tahap Pengecoran

Pengecoran beton dilakukan dengan menggunakan alat berat truck ready

mix sebagai pengangkut beton segar dan concrete pump sebagai pendistribusi

beton segar kedalam cetakan.

LAPORAN STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN

Page 36: test upv

BAB I PENDAHULUAN

G. Tahap Pembongkaran Cetakan

Pembongkaran kolom dilakukan setelah ± 12 jam dengan cara

melonggarkan semua baut dari sabuk kolom setelah itu cetakan dilepas secara

perlahan sehingga tidak merusak bekisting. Foto kolom hasil pengecoran ulang

kolom dapat dilihat pada gambar 4.5 berikut ini:

Gambar 4.5 Hasil Pengecoran Ulang Kolom.Sumber: Data Pribadi.

4.1.2. Metode Pelaksanaan Perbaikan Grouting

Bahan grouting yang digunakan oleh pihak kontraktor yaitu Fosroc

Renderoc RG. Berdasarkan data dari produsen bahan grouting tersebut dapat

mencapai hingga 64 N/mm2 setelah umur beton mencapai 28 hari. Berikut adalah

alur pekerjaan pelaksanaan perbaikan kolom dengan metoda grouting:

A. Marking Area

Marking area membentuk bidang persegi pada daerah yang mengalami

keropos seperti pada Gambar 4.6.

LAPORAN STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN

Page 37: test upv

BAB I PENDAHULUAN

Gambar 4.6 Marking Area.Sumber: Kontraktor.

B. Pemotongan dan Pembobokan Permukaan Beton

Pemotongan beton dilakukan hingga pada area yang telah di marking

menggunakan alat hand concrete cutter seperti pada gambar 4.7, lalu dilanjutkan

dengan pembobokan area yang keropos dengan menggunakan demolition drill

hingga tulangan dapat digenggam seperti pada gambar 4.8.

Gambar 4.7 Cutting Area.Sumber: Kontraktor.

LAPORAN STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN

Page 38: test upv

BAB I PENDAHULUAN

Gambar 4.8 Chipping Area.Sumber: Kontraktor.

C. Pembersihan Tulangan

Pembersihan tulangan dilakukan untuk menghilangkan sisa beton yang

melekat pada tulangan. Pembersihan dilakukan hingga tulangan bersih dari

kotoran ataupun karat seperti pada gambar 4.9.

Gambar 4.9 Tulangan Yang Sudah Dibersihkan.Sumber: Kontraktor.

D. Pemasangan Bekisting

Sebelum memasang bekisting, permukaan kolom beton dibasahi terlebih

dahulu untuk mengurangi susut terhadap sambungan antara bahan grouting dan

beton lama. Area yang dipasang bekisting merupakan daerah yang berada pada

marking area. Panel cetakan yang digunakan menggunakan multiplek tebal 18

mm dengan menggunakan penyangga balok 5/7 cm seperti pada Gambar 4.10.

LAPORAN STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN

Page 39: test upv

BAB I PENDAHULUAN

Gambar 4.10 Cetakan Kolom.

Sumber: Pribadi.

E. Pengecoran Bahan Grouting

Sebelum pengecoran dilakukan, bahan grouting dimasukan kedalam

tabung grouting seperti pada gambar 4.11 lalu di injeksi. Pada saat pelaksanaan

pengecoran bahan grouting Fosroc Renderoc RG dapat digunakan hingga ±2 jam

(Spesifikasi Fosroc pada lampiran).

Gambar 4.11 Proses Memasukan Bahan Grouting.Sumber: Kontraktor.

LAPORAN STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN

Page 40: test upv

BAB I PENDAHULUAN

Gambar 4.12 Alat Penyalur Bahan Grouting.Sumber: Data Pribadi.

F. Pembongkaran Bekisting

Pembongkaran bekisting dilakukan setelah umur grouting mencapai ± 12

jam. Gambar 4.13 menunjukan permukaan kolom setelah dilepas dari cetakan.

Gambar 4.13 Hasil Grouting Kolom.Sumber: Kontraktor.

4.2. Pemeriksaan Visual

Pemeriksaan visual pada proyek pembangunan gedung Teknik Sipil

Politeknik Negeri Bandung dilakukan untuk mendapatkan data aktual kondisi dari

yang ada lapangan yang berkaitan dengan metoda pelaksanaan uji tidak merusak

sehingga didapatkan metode pengujian yang efektif dan efisien.

LAPORAN STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN

Page 41: test upv

BAB I PENDAHULUAN

Pemeriksaan visual di fokuskan pada 3 hal utama yaitu:

- Pemeriksaan kondisi permukaan kolom

- Kerusakan

- Kondisi Lingkungan

Secara menyeluruh hasil dari perbaikan yang dilakukan oleh pihak

kontraktor cukup memuaskan. Pada bagian kolom yang di cor ulang memiliki

cacat yang relatif kecil dibanding dengan hasil pengecoran sebelumnya, hal ini

akan dijelaskan pada sub bab 4.2.1. berikut ini.

4.2.1. Pemeriksaan Perbaikan Kolom Setelah Dilakukan Pengecoran Ulang

Perbaikan kolom dengan cara pengecoran ulang dilakukan dengan

menggunakan mutu beton sesuai dengan spesifikasi yaitu K-300. Hasil dari

pemeriksaan visual memperlihatkan bahwa kondisi permukaan kolom memiliki

permukaan yang rata tanpa terdapat banyak keropos. Foto kondisi kolom setelah

mengalami perbaikan ulang dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1 Matriks Kondisi Kolom Setelah Diilakukan Perbaikan.

No. Gambar Keterangan

1 Kolom memiliki cacat yang relatif

kecil setelah dibongkar dari cetakan.

2 Kolom setelah dibongkar dan di

perbaiki pada bagian yang

mengalami keropos.

Sumber: Data Pribadi.

LAPORAN STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN

Page 42: test upv

BAB I PENDAHULUAN

4.2.2. Pemeriksaan Kolom Setelah Perbaikan Grouting

Bahan grouting yang digunakan menggunakan Fosroc Renderoc RG,

berdasarkan spesifikasi Fosroc Renderoc RG, bahan grouting ini dapat mencapai

nilai kuat tekan hingga 64 MPa ketika beton berumur 28 hari. Dari hasil

pemeriksaan visual yang dilakukan diketahui perbaikan pada kolom yang

mengalami keropos memiliki permukaan yang halus dan tidak terdapat keropos

lagi. Tulangan terlindung dengan selimut beton dari bahan grouting dan tidak ter-

ekpos seperti sebelum di perbaiki.

Tabel 4.2. Matriks Kondisi Kolom Paska Perbaikan

No. Gambar Keterangan

1 Kondisi kolom sebelum diperbaiki

mengalami keropos yang tinggi

terutama pada bagian bawah kolom.

2 Grouting dilakukan pada bagian

kolom yang mengalami keropos dan

hasilnya cukup baik.

Sumber: Data Pribadi.

Berdasarkan hasil dari pemeriksaan visual dapat disimpulkan bahwa

perbaikan berupa grouting yang dilakukan oleh pihak kontraktor dilakukan pada

bagian kolom yang mengalami keropos dan hasil dari perbaikan tersebut apabila

dilihat secara visual mengalami peningkatan kualitas dengan tidak adanya keropos

pada beton seperti hal-nya sebelum di perbaiki, sedangkan untuk kolom yang di

cor ulang memiliki kualitas permukaan yang baik sehingga tidak dilakukan

grouting.

LAPORAN STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN

Page 43: test upv

BAB I PENDAHULUAN

Berdasarkan hasil pemeriksaan visual tidak ada kerusakan dari segi

struktural seperti retak ataupun yang lainnya akan tetapi dari segi arsitektural

kolom memiliki permukaan yang kurang rata sehingga memerlukan finishing

untuk meratakan permukaan dan memperindah struktur kolom.

4.3. Estimasi Kuat Tekan Permukaan Kolom

Estimasi kuat tekan permukaan kolom beton pada penelitian studi kasus ini

menggunakan alat hammer test, tujuan dari pemeriksaan kuat tekan permukaan

kolom beton ini adalah untuk mendapatkan nilai keseragaman beton baik itu

kolom yang di cor ulang ataupun kolom yang mengalami perbaikan dengan

metode grouting sehingga dapat diketahui mutu beton aktual dilapangan dan nilai

mutu beton karakteristik yang dihitung melalui perhitungan nilai deviasi standar.

Pengujian dilakukan pada 1 permukaan kolom dengan 3 titik uji yaitu pada

atas bentang kolom, tengah bentang kolom dan bawah bentang kolom dengan 1

titik pengujian terdiri dari 10 kali dengan jarak antar tembakan ± 2,5 cm.

4.3.1. Perhitungan Nilai Kuat Tekan Beton

Pengujian dilakukan pada kolom sebelum kolom tersebut di finishing atau

diberi plesteran sehingga hasil yang didapatkan dari nilai rebound bisa optimal

tanpa terpengaruh oleh plesteran, hal ini dilakukan karena pada dasarnya prinsip

kerja hammer test yaitu berdasarkan pantulan palu beton yang dapat memberikan

informasi tentang mutu lapisan permukaan beton yang tidak lebih dari 30 mm

mendalam oleh sebab itu permukaan beton yang diuji harus bebas dari plesteran

atau bahan finishing lainnya.

Pengujian dilakukan 2 tahap terhadap 34 kolom lantai 2. Sebelum

melakukan pengujian alat hammer test di kalibrasi terlebih dahulu seperti pada

gambar 4.14.

LAPORAN STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN

Page 44: test upv

BAB I PENDAHULUAN

Gambar 4.14 Kalibrasi alat.Sumber: Data Pribadi.

Kalibrasi alat dilakukan 1 kali dengan 10 kali tembakan sebelum

melakukan pengujian. 10 nilai rebound dari pembacaan tersebut kemudian dirata-

rata kan lalu dihitung nilai angka kalibrasi-nya seperti pada gambar 4.15 berikut

ini.

Nomor : E-1 Done by : Muhamad IqbalConcrete element : Kolom Checked by : -Location : Politeknik Negeri Bandung Date :Project : Teknik SipilDate of Testing : 28-29 Nov 2013Age of Concrete : > 28 days

Manufactur : MatestCalibration Average : 77,9

78 78 78 Calibration Standard : 80Calibration Date: 78 78 78 Calibration Value (CV) : 1,02728-Nov-13 78 78 7809.00 WIB 77

HAMMER TEST(ASTM C.805-97)

01-Des-2013

Type N - 34Equipment series number 1 P 0077Equipment calibration

Gambar 4.15 Angka Kalibrasi.Sumber: data pribadi.

Perhitungan nilai angka kalibrasi ditunjukan pada persamaan 4.1 untuk

nilai rata-rata dari hasil impact terhadap alat kalibrasi dan persamaan 4.2

menunjukan nilai angka kalibrasi alat.

R=77910

=77,9......................................................................................(4.1)

AK= 8077,9

=1,027.................................................................................(4.2)

LAPORAN STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN

Page 45: test upv

BAB I PENDAHULUAN

Setelah dilakukan uji kalibrasi selanjutnya adalah melakukan pengujian di

lapangan dengan data nomor pengujian ditunjukan pada gambar 4.16. Pengujian

dilakukan pada 1 muka kolom yang terdiri dari 3 titik pengujian yaitu atas

bentang, tengah dan bawah bentang pada kolom setiap titik diuji dengan 10 kali

pukulan palu beton, selisih jarak antara pukulan yaitu ± 2,5 cm. 10 kali pukulan

palu beton mewakili 1 benda uji kubus di lab. sehingga pengujian pada titik kolom

dilakukan minimal 10 kali pukulan.

Gambar 4.16 Titik Pukul Palu Beton.Sumber: Data Pribadi.

Pengujian dilapangan diawali dengan marking area yaitu penentuan titik

pukul rebound seperti pada gambar 4.17, setelah itu dilakukan pengujian dengan

LAPORAN STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN

Page 46: test upv

BAB I PENDAHULUAN

memukulkan palu beton dengan sudut 00 atau horizontal ke area yang sudah

ditandai seperti pada Gambar 4.18.

Gambar 4.17 Titik Pukul Palu Beton.Sumber: Data Pribadi.

Gambar 4.18 Pengujian Pada Tengah Bentang Kolom.Sumber: Data Pribadi.

Dalam 1 titik pengujian yang terdiri dari 10 kali pukulan nilai tersebut

harus dirata-rata kan kemudian hasil dari pengujian tidak boleh memiliki selisih ±

5 dari nilai rata-rata tersebut, apabila terdapat nilai yang lebih atau kurang maka

titik yang tidak memenuhi tersebut harus di uji ulang, hal ini dilakukan supaya

hasil hammer benar-benar akurat dan untuk mengurangi pengaruh dari agregrat

ataupun void didalam beton yang memberikan nilai tinggi akibat pengaruh agregat

keras dan nilai rendah ketika beton basah atau ada void didalamnya. Gambar 4.19

menunjukan contoh hasil pengujian berupa nilai Rebound.

Average AfterCalibration

1 6 = 4 x CV 837 35 3636 38 3836 34 3636

Location Code

Strike Rebound Compression RemarkAngle Number (σb)

(R) (N/mm²)2 3 7

Bawah 0° 37,18 33,28

AveragePrior to

Calibration4

36,2

LAPORAN STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN

1 2 3

4 5 6

7 8 9

10

Page 47: test upv

BAB I PENDAHULUAN

Gambar 4.19 Hasil Pengujian Hammer Pada Kolom.Sumber: Data Pribadi.

R=36210

=36,2.......................................................................................(4.3)

Berdasarkan persamaan 4.3 didapatkan nilai rata-rata rebound adalah 36,2,

Gambar 4.19 yang dilingkari dengan warna biru merupakan nilai Rebound yang

didapatkan dari pengujian, hasil dari nilai tersebut tidak boleh lebih dari 36,2 + 5

dan tidak boleh kurang dari 36,2 - 5 dan apabila tidak memenuhi syarat maka

perlu dilakukan pemukulan ulang pada titik yang tidak memenuhi tersebut.

σ bm=36210

=36,2................................................................................. (4.4)

Nilai kuat tekan rata-rata beton adalah 36,2 selanjutnya dikalikan dengan

angka kalibrasi pada persamaan 4.2 yaitu 36,2 x 1,027 = 37,18, nilai tersebut

merupakan nilai rebound yang selanjutnya angka rebound tersebut dimasukan

kedalam grafik nilai Rebound vs Nilai kuat tekan (MPa) seperti pada tabel 4.3

menunjukan grafik nilai rebound yang telah di konversikan kedalam tabel dengan

sudut pukulan 00.

LAPORAN STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN

Page 48: test upv

BAB I PENDAHULUAN

Tabel 4.3 Nilai Rebound vs Kuat Tekan.

Kg/cm2 N/mm2R Wm Wmn AVERAGE AVERAGE20 121 74 98 1021 132 83 108 1122 145 94 120 1223 157 104 131 1324 169 115 142 1425 183 127 155 1526 196 138 167 1627 210 150 180 1828 225 164 195 1929 239 177 208 2030 254 191 223 2231 269 205 237 2332 285 220 253 2533 300 234 267 2634 315 248 282 2835 331 263 297 2936 348 279 314 3137 365 295 330 3238 381 311 346 3439 398 327 363 3640 416 344 380 3741 434 351 393 3842 451 373 412 4043 470 336 403 4044 488 414 451 4445 507 432 470 4646 526 451 489 4847 546 470 508 5048 565 480 523 5149 584 508 546 5450 604 527 566 5551 623 546 585 5752 643 585 614 6053 663 584 624 6154 683 603 643 6355 703 622 663 65

Sumber: Grafik Hammer Type-N.

LAPORAN STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN

Page 49: test upv

BAB I PENDAHULUAN

Berdasarkan grafik nilai rebound vs kuat tekan didapatkan mutu beton

kolom adalah 33,28 MPa. Gambar 4.20 menunjukan perhitungan pada kolom di

gride E-1.

Nomor : E-1 Done by : Muhamad IqbalConcrete element : Kolom Checked by : -Location : Politeknik Negeri Bandung Date :Project : Teknik SipilDate of Testing : 28-29 Nov 2013Age of Concrete : > 28 days

Manufactur : MatestCalibration Average : 77,9

78 78 78 Calibration Standard : 80Calibration Date: 78 78 78 Calibration Value (CV) : 1,02728-Nov-13 78 78 7809.00 WIB 77

Average AfterCalibration

1 6 = 4 x CV 837 35 3636 38 3836 34 363634 34 3634 36 3436 35 353535 34 3232 32 3136 32 3235

Kg/cm²Conclusion :

Average compression strength: 314,53 Kg/cm²

Prior toAverage

31,1335,840°Tengah

28,1933,990°

33,2837,180°Bawah

732(N/mm²)(R)

(σb)NumberAngle

Atas

314,53Average σbm

33,1

34,9

36,2

4Calibration

RemarkCompression ReboundStrikeLocation

Code

HAMMER TEST(ASTM C.805-97)

01-Des-2013

Type N - 34Equipment series number 1 P 0077Equipment calibration

Gambar 4.20 Nilai Hammer Kolom Pada Gride E-1.Sumber: Data Pribadi.

4.3.2. Estimasi Nilai Kuat Tekan Perbaikan Kolom Setelah Di Cor Ulang

Terdapat 19 kolom yang di bongkar dan di lakukan pengecoran ulang di

karenakan mutu beton yang tidak memenuhi spesifikasi beton rencana yaitu < K-

300, lokasi 19 kolom yang di bongkar dan di cor ulang dapat dilihat pada gambar

4.21 yang dilingkari dengan warna biru.

LAPORAN STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN

Page 50: test upv

BAB I PENDAHULUAN

Gambar 4.21 Denah Kolom Lantai 2.Sumber: Kontraktor.

No uji kolom disesuaikan dengan gride pada shop drawing. Berikut

merupakan tabel hasil dari pengujian hammer terhadap kolom setelah di lakukan

pengecoran ulang:

LAPORAN STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN

Page 51: test upv

BAB I PENDAHULUAN

Tabel 4.4 Nilai Hammer Kolom Setelah Dilakukan Pengecoran Ulang.

σbKg/cm²

D-4 317 0°C-4 330 0°A-4 314 0°F-5 316 0°D-5 270 0°C-5 294 0°A-5 300 0°F-6 298 0°D-6 295 0°C-6 280 0°A-6 280 0°F-7 300 0°D-7 291 0°C-7 294 0°A-7 302 0°F-8 351 0°D-8 341 0°C-8 333 0°A-8 353 0°

No Kode Sudut

Sumber: Data Pribadi.

Berdasarkan hasil tersebut didapat nilai estimasi mutu beton rata-rata

dengan menggunakan persamaan 4.5 berikut ini:

σ bm=586019

=308 kg /cm2.................................................................(4.5)

Berdasarkan nilai rata-rata tersebut kolom setelah di cor ulang memenuhi

syarat spesifikasi mutu beton rencana yaitu K-300 dan memenuhi butir PBI Pasal

4.8 ayat 1 hal.45.

LAPORAN STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN

Page 52: test upv

BAB I PENDAHULUAN

4.3.3. Estimasi Nilai Kuat Tekan Kolom Setelah Dilakukan Grouting

Terdapat 8 kolom yang di grouting penuh dari bawah hingga atas bentang

kolom seperti pada gambar 4.22 dengan mutu bahan dari Fosroc Renderoc RG

yang memiliki spesifikasi hingga 64N/mm2 ketika umur grouting mencapai 28

hari. Pengujian dilakukan pada 1 muka kolom yang di grouting dengan 3 titik uji

yaitu tengah, bawah, dan atas bentang kolom dengan 1 titik uji 10 kali pukulan.

Pengujian dan perhitungan nilai hammer test sesuai dengan bab 4.3.1 tentang

“Perhitungan Nilai Kuat Tekan Beton”.

Gambar 4.22 Shop Drawing Lantai 2.Sumber: Kontraktor.

No uji kolom disesuaikan dengan gride shop drawing. Berikut merupakan

tabel hasil dari pengujian hammer terhadap kolom setelah dilakukan perbaikan

grouting:

LAPORAN STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN

Page 53: test upv

BAB I PENDAHULUAN

Tabel 4.5 Nilai Hammer Kolom Setelah Dilakukan Perbaikan Grouting.

σbKg/cm²

D-1 437 0°C-1 441 0°E-2 466 0°D-2 423 0°A-2 408 0°F-3 424 0°A-3 408 0°F-4 429 0°

No Kode Sudut

Sumber: Data Pribadi.

Berdasarkan nilai Hammer diatas, didapatkan estimasi nilai rata-rata kuat

tekan beton untuk beton setelah dilakukan perbaikan grouting, dapat pada

persamaan 4.6 berikut ini:

σ bm=34368

=430 kg/cm2..................................................................(4.6)

Nilai kuat tekan rata-rata untuk kolom setelah dilakukan perbaikan

grouting menunjukan angka 430 kg/cm² diatas dari nilai kuat tekan rencana yaitu

K-300 akan tetapi mutu tersebut tidak mencapai spesifikasi bahan grouting yaitu

Fosroc Renderoc RG yang menurut spesifikasi mampu mencapai 64N/mm².

Sehingga dilakukan analisis terhadap penampang kolom untuk mengetahui efek

material grouting Fisroc Renderoc RG pada kolom.

LAPORAN STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN

Page 54: test upv

BAB I PENDAHULUAN

Berikut merupakan perhitungan kolom K1:

Tabel 4.6 Data Kolom K1.

b 550 mmh 550 mmy 275 mmd 510 mmd' 40 mm

Mutu beton rencana (ƒc' ) 24,9 MPaƒy 390 MPaƐs 200000 MPa

ø Tulangan 19 mm∑ Tulangan 10 mmø Sengkang 10 mm

Data

Sumber: Data Pribadi.

Perhitungan kapasitas penampang kolom:

As=5 x 14

π x192=1416,925mm2

Perhitungan Keruntuhan Seimbang

Gambar 4.23 Diagram tegangan-regangan kolom pada kondisi keruntuhan berimbang.

Cb= 600 x d600+ fy

=600 x510600+390

=309,091 mm

ab=β1Cb=0,85 x 309,091=262,727 mm

fs=600 x (Cb−d ')

Cb=

600 x (309,091−40)309,091

=522,353 MPa

f’s > fy, maka f’s digunakan 390 Mpa

LAPORAN STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN

Page 55: test upv

BAB I PENDAHULUAN

Pnb=(0.85 x f ' c x b x ab )+( A s' x fs')−( A s x fs )=(0.85 x (300 x 0,083) x 550 x 262,727 )+ (1416,925 x390 )−(1416,925 x390 )=3058342,5 N =3058,343 kN

Mnb=(0.85 x f ' c x b xab ) x( y−ab

2 )+( As' x fs' ) x ( y−d ' )+ ( A s x fs ) x (d− y )=(0.85 x (300 x0,083)x 550 x 262,727 ) x (550

2−262,727

2 )+ (1416,925 x 390 ) x ¿

e b=M nb

Pnb=699011548

3058342,5=228,559 mm

Keruntuhan Akibat Tarik

Gambar 4.24 Diagram tegangan-regangan kolom pada kondisi keruntuhan akibat tarik.

e > eb

230 > 228,559

ρ=ρ'=A s

b d=1416,925

550 x510=0,005

m=f y

0.85 x f ' c= 390

0.85 x 24,9=18,427

h−2e2 d

=1− e '

d=550−2 x230

2 x 510=0,088

Pn=0.85 x f ' c x b x d x [(1− e '

d )+√(1− e '

d )2

+2mρ (1−d '

d )]=0.85 x 24,9 x550 x510 x [( 0,088 )+√ (0,088 )2+2 x 18,427 x 0,005(1− 40510 ) ]=3038019 N=3038,019 kN

Cek:

a=Pn

0.85 x f ' c x b= 3038018,019

0.85 x24,9 x390=260,981

c= aB

=260,9810.85

=307,037

LAPORAN STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN

Page 56: test upv

BAB I PENDAHULUAN

f ' s=600(C−d ')C

=600 x (307,037−40)307,037

=521,834

a= As x fy0,85x f ' c x b

= 1416,925 x3900,85 x24,9 x550

=47,471mm

Mn=As x fy (d – a /2)=1416,925 x390 x (510−47,4712 )=268710063 Nmm

Keruntuhan Akibat Tekan

Gambar 4.25 Diagram tegangan-regangan kolom pada kondisi keruntuhan akibat tekan.

c > cb = 310 > 309,091

a=β1C=0.85 x310=263,5 mm

f ' s=600(C−d ')C

=522,581

f’s > fy, maka f’s digunakan 390 Mpa

fs=600(d−C)C

=387,097

Cc = 0,85 x f’c x b x a = 0,85 x 24,9 x 550 x 263,5 = 3067337,625 N

Cs = As’ x fs’ = 1416,925 x 390 = 552600,75 N

Ts = As x fs = 1416,925 x387,098 = 548488,834 N

Pn = Cc + Cs - Ts = 3067337,625 + 552600,75 - 548488,83 = 3071449,451 N

Mn=(Cc ) x ( y−a2 )+ (Cs ) x ( y−d' )+(Ts ) x (d− y )=698152166,1 Nmm

e= MnPn

=698152166,13071449,541

=227,304 mm

Po = 0,85 x [(0,85 x f’c x (Ag – Ast)) + (fy x Ast)] = 0,85 x [(0,85 x 24,9 x

(302500 – 2833,285)) + (390 x 2833,285)] = 6496,270 kN

LAPORAN STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN

Page 57: test upv

BAB I PENDAHULUAN

Tabel 4.7 Perhitungan Penampang Kolom K1 Dengan Mutu Beton K-300.

Ast 2833,850 mm2 Cb 309,091 mm Mn 268,710 kNmAs 1416,925 mm2 ab 262,727 mm ɑ 47,471 mmAg 302500 mm2 ƒs' 522,353 MPam 18,427 ƒs'>ƒy 390 MPaρ 0,005 Pnb 3058,343 kN

Po 6496,270 kN Mnb 699,012 kNmPn 5197,016 kN eb 228,559 mm

Perhitungan Mode Keruntuhan Seimbang Lentur Murni

Sumber: Data Pribadi.

Dilakukan metode percobaan try and error agar di dapat nilai c dan e yang

sesuai yang kemudian akan di tampilkan pada diagram interaksi. Metode

percobaan try and error dapat dilihat pada tabel 4.8 dan untuk diagram interaksi

dapat dilihat pada gambar 4.26 berikut ini:

Tabel 4.8 Perhitungan Try and Error Untuk Nilai C dan e Pada Kolom K1 Mutu Beton K-300.

C ɑ ƒs' ƒs'>ƒy ƒs Pn Mn e e h-2e/2d Pn (kN) Mn (kNm)310 263,50 522,581 390 387,097 3071,451 698,152 227,304 455 -0,353 1135,324 516,572335 284,75 528,358 390 313,433 3423,193 673,840 196,845 430 -0,304 1245,648 535,629360 306,00 533,333 390 250,000 3760,439 647,678 172,235 405 -0,255 1374,053 556,492385 327,25 537,662 390 194,805 4086,012 619,003 151,493 380 -0,206 1523,753 579,026410 348,50 541,463 390 146,341 4402,047 587,312 133,418 355 -0,157 1698,183 602,855435 369,75 544,828 390 103,448 4710,190 552,220 117,239 330 -0,108 1900,750 627,247460 391,00 547,826 390 65,217 5011,726 513,424 102,445 305 -0,059 2134,461 651,011485 412,25 550,515 390 30,928 5307,678 470,684 88,680 280 -0,010 2401,494 672,418510 433,50 552,941 390 0,000 5598,866 423,806 75,695 255 0,039 2702,821 689,219535 454,75 555,140 390 -28,037 5885,959 372,635 63,309 230 0,088 3038,019 698,744

Mode Keruntuhan Tekan Mode Keruntuhan Tarik

Sumber: Data Pribadi.

Gambar 4.26 Diagram Interaksi Penampang Kolom K1 Dengan Mutu Beton K-300.Sumber: Data Pribadi.

LAPORAN STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN

Page 58: test upv

BAB I PENDAHULUAN

Setelah dilakukan analisis perhitungan untuk kapasitas penampang kolom

K1 dengan mutu beton K-300, langkah selanjutnya adalah perhitungan analisis

kolom K1 setelah dilakukan perbaikan grouting, dikarenakan mutu bahan

grouting Fosroc Renderoc RG jauh lebih tinggi di bandingkan dengan mutu beton

rencana sehingga dilakukan perhitungan modular ratio untuk menyetarakan mutu

beton dalam sebuah penampang, berikut perhitungan modular ratio:

Modulus elastisitas kolom K1 dengan mutu beton K-300:

E=4700 x √ f c' = 4700x √24,9=23452,952 MPa

Modulus elastisitas kolom K1 dengan mutu grouting aktual yaitu sebesar

430 kg/cm2:

E=4700 x √ f c' = 4700x √35,69=28078,321 Mpa

Dilakukan perbandingan modulus elastisitas untuk menyetarakan mutu

beton pada penampang kolom K1:

E(K−430)E(K−300)

=28078,32123452,952

=1,197 MPa

Nilai perbandingan diatas di input-kan/masukan pada selimut beton yang

diperbaiki dengan grouting, nilai perbandingan modulus elastisitas di atas adalah

1,197 maka selimut beton mengalami perbesaran yaitu sebesar 40 mm x 1,197 =

47,889 mm.

Kolom K1 Kolom K1 Transformasi Area

Gambar 4.27 Skema Tansformasi Area Pada Kolom K1.Sumber: Data Pribadi.

LAPORAN STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN

Page 59: test upv

BAB I PENDAHULUAN

Tabel 4.9 Data Kolom K1 Transformasi Area.

b 557,89 mmh 557,89 mmy 278,945 mmd 510 mmd' 47,89 mm

ƒc' 24,9 MPaƒy 390 MPaƐs 200000 MPa

ø Tulangan 19 mm∑ Tulangan 10 mmø Sengkang 10 mm

Data

Sumber: Data Pribadi.

Berikut merupakan tabel perhitungan kapasitas penampang kolom setelah

mengalami perbesaran tranformasi area pada selimut beton:

Tabel 4.10 Perhitungan Penampang Kolom K1 Setelah Mengalami Perbesaran Selimut Beton.

LAPORAN STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN

Page 60: test upv

BAB I PENDAHULUAN

Ast 2833,850 mm2 Cb 309,091 mm Mn 268,896 kNmAs 1416,925 mm2 ab 262,727 mm ɑ 46,800 mmAg 311241 mm2 ƒs' 507,037 MPam 18,427 ƒs'>ƒy 390 MPaρ 0,005 Pnb 3102,216 kN

Po 6653,528 kN Mnb 713,192 kNmPn 5322,822 kN eb 229,897 mm

c ɑ ƒs' ƒs'>ƒy ƒs ƒs'>ƒy Pn Mn e e h-2e/2d Pn (kN) Mn (kNm)310 263,50 507,310 390 387,097 387,0967742 3115,454 712,386 228,662 525 -0,482 898,800 471,870335 284,75 514,227 390 313,433 313,4328358 3470,744 689,478 198,654 500 -0,433 973,614 486,807360 306,00 520,183 390 250,000 250 3811,539 664,589 174,362 475 -0,384 1059,878 503,442385 327,25 525,366 390 194,805 194,8051948 4140,660 637,064 153,856 450 -0,335 1159,848 521,931410 348,50 529,917 390 146,341 146,3414634 4460,244 606,411 135,959 425 -0,286 1276,200 542,385435 369,75 533,945 390 103,448 103,4482759 4771,935 572,250 119,920 400 -0,237 1412,031 564,812460 391,00 537,535 390 65,217 65,2173913 5077,020 534,284 105,236 375 -0,188 1570,784 589,044485 412,25 540,755 390 30,928 30,92783505 5376,520 492,275 91,560 350 -0,139 1756,078 614,627510 433,50 543,659 390 0,000 0 5671,257 446,036 78,649 325 -0,090 1971,394 640,703535 454,75 546,292 390 -28,037 -28,03738318 5961,898 395,411 66,323 300 -0,041 2219,649 665,895

Mode Keruntuhan Tekan

Perhitungan

Mode Keruntuhan Tarik

Lentur MurniMode Keruntuhan Seimbang

Sumber: Data Pribadi.

Gambar 4.28 Diagram Interaksi Penampang Kolom K1 Dengan Mutu Beton K-300.Sumber: Data Pribadi.

Berikut adalah diagram interaksi perbandingan antara kolom K1 mutu

beton K-300 dengan kolom K1 yang mengalami perbaikan grouting.

LAPORAN STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN

Page 61: test upv

BAB I PENDAHULUAN

Gambar 4.29 Diagram Interaksi Perbandingan Antara Kolom K1.Sumber: Data Pribadi.

Analisis untuk kolom K2 dan K3 dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.11 Perhitungan Kolom K2 Mutu Beton K-300.

b 500 mm Mn 239,768 kNmh 500 mm ɑ 52,218 mmy 250 mmd 460 mmd' 40 mm Cb 278,788 mm Ast 2833,850 mm2

Mutu beton rencana (ƒc' ) 24,9 MPa ab 236,970 mm As 1416,925 mm2

ƒy 390 MPa ƒs' 513,913 MPa Ag 250000 mm2

Ɛs 200000 MPa ƒs'>ƒy 390 MPa m 18,427ø Tulangan 19 mm Pnb 2507,732 kN ρ 0,006∑ Tulangan 10 mm Mnb 561,897 kNm Po 5551,782 kNø Sengkang 10 mm eb 224,066 mm Pn 4441,426 kN

c ɑ ƒs' ƒs'>ƒy ƒs Pn Mn e e h-2e/2d Pn (kN) Mn (kNm)280 238,00 514,286 390 385,714 2524,708 560,758 222,108 450 -0,435 948,105 426,647305 259,25 521,311 390 304,918 2864,068 537,026 187,505 425 -0,380 1036,298 440,427330 280,50 527,273 390 236,364 3186,082 512,158 160,749 400 -0,326 1138,793 455,517355 301,75 532,394 390 177,465 3494,416 485,384 138,903 375 -0,272 1258,285 471,857380 323,00 536,842 390 126,316 3791,768 456,138 120,297 350 -0,217 1397,789 489,226405 344,25 540,741 390 81,481 4080,173 423,992 103,915 325 -0,163 1560,495 507,161430 365,50 544,186 390 41,860 4361,191 388,618 89,108 300 -0,109 1749,517 524,855455 386,75 547,253 390 6,593 4636,040 349,762 75,444 275 -0,054 1967,528 541,070480 408,00 550,000 390 -25,000 4905,684 307,220 62,625 250 0,000 2216,356 554,089505 429,25 552,475 390 -53,465 5170,895 260,830 50,442 225 0,054 2496,653 561,747

Mode Keruntuhan TarikMode Keruntuhan Tekan

Data

PerhitunganMode Keruntuhan Seimbang

Lentur Murni

Sumber: Data Pribadi.

Tabel 4.12 Perhitungan Kolom K2 Setelah Transformasi Area pada Selimut Beton.

LAPORAN STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN

Page 62: test upv

BAB I PENDAHULUAN

b 507,89 mm Mn 239,993 kNmh 507,89 mm ɑ 51,407 mmy 253,945 mmd 460 mmd' 47,89 mm Ast 2833,850 mm2 Cb 278,788 mmƒc' 24,9 MPa As 1416,925 mm2 ab 236,970 mmƒy 390 MPa Ag 257952 mm2 ƒs' 496,932 MPaƐs 200000 MPa m 18,427 ƒs'>ƒy 390 MPa

ø Tulangan 19 mm ρ 0,006 Pnb 2547,304 kN∑ Tulangan 10 mm Po 5694,845 kN Mnb 572,790 kNmø Sengkang 10 mm Pn 4555,876 kN eb 224,861 mm

c ɑ ƒs' ƒs'>ƒy ƒs ƒs'>ƒy Pn Mn e e h-2e/2d Pn (kN) Mn (kNm)280 238,00 497,379 390 385,714 385,7142857 2564,452 571,721 222,941 455 -0,437 931,812 423,975305 259,25 505,790 390 304,918 304,9180328 2907,361 549,347 188,950 430 -0,383 1019,126 438,224330 280,50 512,927 390 236,364 236,3636364 3232,924 525,693 162,606 405 -0,328 1120,798 453,923355 301,75 519,059 390 177,465 177,4647887 3544,806 500,004 141,052 380 -0,274 1239,604 471,050380 323,00 524,384 390 126,316 126,3157895 3845,707 471,723 122,662 355 -0,220 1378,672 489,429405 344,25 529,052 390 81,481 81,48148148 4137,660 440,432 106,445 330 -0,165 1541,347 508,644430 365,50 533,177 390 41,860 41,86046512 4422,227 405,809 91,766 305 -0,111 1730,924 527,932455 386,75 536,848 390 6,593 6,593406593 4700,624 367,603 78,203 280 -0,057 1950,271 546,076480 408,00 540,138 390 -25,000 -25 4973,817 325,615 65,466 255 -0,002 2201,382 561,352505 429,25 543,101 390 -53,465 -53,46534653 5242,577 279,687 53,349 230 0,052 2485,011 571,553

Mode Keruntuhan Tekan

Data

Perhitungan

Mode Keruntuhan Tarik

Lentur Murni

Mode Keruntuhan Seimbang

Sumber: Data Pribadi.

Gambar 4.30 Diagram Interaksi Perbandingan Pada Kolom K2.Sumber: Data Pribadi.

Tabel 4.13 Perhitungan Kolom K3 Arah X Mutu Beton K-300.

LAPORAN STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN

Page 63: test upv

BAB I PENDAHULUAN

b 600 mm Mn 186,913 kNmh 400 mm ɑ 43,515 mmy 200 mmd 360 mmd' 40 mm Cb 218,182 mm Ast 2833,850 mm2

Mutu beton rencana (ƒc' ) 24,9 MPa ab 185,455 mm As 1416,925 mm2

ƒy 390 MPa ƒs' 490,000 MPa Ag 240000 mm2

Ɛs 200000 MPa ƒs'>ƒy 390 MPa m 18,427ø Tulangan 19 mm Pnb 2355,087 kN ρ 0,007∑ Tulangan 10 mm Mnb 429,469 kNm Po 5371,880 kNø Sengkang 10 mm eb 182,358 mm Pn 4297,504 kN

c ɑ ƒs' ƒs'>ƒy ƒs Pn Mn e e h-2e/2d Pn (kN) Mn (kNm)220 187,00 490,909 390 381,818 2386,306 427,884 179,308 410 -0,583 739,521 303,204245 208,25 502,041 390 281,633 2798,115 405,812 145,031 385 -0,514 814,617 313,628270 229,50 511,111 390 200,000 3183,636 382,212 120,055 360 -0,444 904,069 325,465295 250,75 518,644 390 132,203 3549,553 356,014 100,298 335 -0,375 1011,480 338,846320 272,00 525,000 390 75,000 3900,459 326,483 83,704 310 -0,306 1141,315 353,808345 293,25 530,435 390 26,087 4239,619 293,098 69,133 285 -0,236 1298,887 370,183370 314,50 535,135 390 -16,216 4569,413 255,476 55,910 260 -0,167 1490,112 387,429395 335,75 539,241 390 -53,165 4891,620 213,334 43,612 235 -0,097 1720,884 404,408420 357,00 542,857 390 -85,714 5207,594 166,455 31,964 210 -0,028 1996,053 419,171445 378,25 546,067 390 -114,607 5518,387 114,671 20,780 185 0,042 2318,270 428,880

Mode Keruntuhan TarikMode Keruntuhan Tekan

Data

PerhitunganMode Keruntuhan Seimbang

Lentur Murni

Sumber: Data Pribadi.

Tabel 4.14 Perhitungan Kolom K3 Arah X Setelah Transformasi Area pada Selimut Beton.

b 607,89 mm Mn 187,069 kNmh 407,89 mm ɑ 42,950 mmy 203,945 mmd 360 mmd' 47,89 mm Ast 2833,850 mm2 Cb 218,182 mmƒc' 24,9 MPa As 1416,925 mm2 ab 185,455 mmƒy 390 MPa Ag 247952 mm2 ƒs' 468,303 MPaƐs 200000 MPa m 18,427 ƒs'>ƒy 390 MPa

ø Tulangan 19 mm ρ 0,006 Pnb 2386,057 kN∑ Tulangan 10 mm Po 5514,943 kN Mnb 437,844 kNmø Sengkang 10 mm Pn 4411,954 kN eb 183,501 mm

c ɑ ƒs' ƒs'>ƒy ƒs ƒs'>ƒy Pn Mn e e h-2e/2d Pn (kN) Mn (kNm)220 187,00 469,391 390 381,818 381,8181818 2417,533 436,387 180,509 410 -0,572 735,104 301,393245 208,25 482,718 390 281,633 281,6326531 2832,891 415,962 146,833 385 -0,503 811,312 312,355270 229,50 493,578 390 200,000 200 3221,961 393,830 122,233 360 -0,433 902,408 324,867295 250,75 502,597 390 132,203 132,2033898 3591,426 368,947 102,730 335 -0,364 1012,210 339,090320 272,00 510,206 390 75,000 75 3945,881 340,597 86,317 310 -0,295 1145,461 355,093345 293,25 516,713 390 26,087 26,08695652 4288,590 308,270 71,881 285 -0,225 1307,805 372,725370 314,50 522,341 390 -16,216 -16,21621622 4621,932 271,595 58,762 260 -0,156 1505,495 391,429395 335,75 527,256 390 -53,165 -53,16455696 4947,688 230,294 46,546 235 -0,086 1744,670 409,998420 357,00 531,586 390 -85,714 -85,71428571 5267,211 184,156 34,963 210 -0,017 2030,205 426,343445 378,25 535,429 390 -114,607 -114,6067416 5581,551 133,017 23,832 185 0,053 2364,469 437,427

Mode Keruntuhan Tekan

Data

Perhitungan

Mode Keruntuhan Tarik

Lentur Murni

Mode Keruntuhan Seimbang

Sumber: Data Pribadi.

LAPORAN STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN

Page 64: test upv

BAB I PENDAHULUAN

Gambar 4.31 Diagram Interaksi Perbandingan Pada Kolom K3.Sumber: Data Pribadi.

Tabel 4.15 Perhitungan Kolom K3 Arah Y Mutu Beton K-300.

b 400 mm Mn 291,421 kNmh 600 mm ɑ 65,273 mmy 300 mmd 560 mmd' 40 mm Cb 339,394 mm Ast 2833,850 mm2

Mutu beton rencana (ƒc' ) 24,9 MPa ab 288,485 mm As 1416,925 mm2

ƒy 390 MPa ƒs' 529,286 MPa Ag 240000 mm2

Ɛs 200000 MPa ƒs'>ƒy 390 MPa m 18,427ø Tulangan 19 mm Pnb 2442,313 kN ρ 0,006∑ Tulangan 10 mm Mnb 667,761 kNm Po 5371,880 kNø Sengkang 10 mm eb 273,413 mm Pn 4297,504 kN

c ɑ ƒs' ƒs'>ƒy ƒs Pn Mn e e h-2e/2d Pn (kN) Mn (kNm)340 289,00 529,412 390 388,235 2449,174 667,160 272,402 500 -0,357 1087,515 543,758365 310,25 534,247 390 320,548 2724,985 642,291 235,705 475 -0,313 1175,599 558,410390 331,50 538,462 390 261,538 2988,499 616,797 206,390 450 -0,268 1275,311 573,890415 352,75 542,169 390 209,639 3241,940 590,099 182,020 425 -0,223 1388,246 590,005440 374,00 545,455 390 163,636 3487,024 561,750 161,097 400 -0,179 1516,064 606,426465 395,25 548,387 390 122,581 3725,100 531,401 142,654 375 -0,134 1660,396 622,648490 416,50 551,020 390 85,714 3957,239 498,772 126,040 350 -0,089 1822,726 637,954515 437,75 553,398 390 52,427 4184,307 463,639 110,804 325 -0,045 2004,258 651,384540 459,00 555,556 390 22,222 4407,008 425,818 96,623 300 0,000 2205,777 661,733565 480,25 557,522 390 -5,310 4625,921 385,160 83,261 275 0,045 2427,558 667,578

Mode Keruntuhan TarikMode Keruntuhan Tekan

Data

PerhitunganMode Keruntuhan Seimbang

Lentur Murni

Sumber: Data Pribadi.

LAPORAN STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN

Page 65: test upv

BAB I PENDAHULUAN

Tabel 4.16 Perhitungan Kolom K3 Arah Y Setelah Transformasi Area pada Selimut Beton.

b 407,89 mm Mn 291,770 kNmh 607,89 mm ɑ 64,010 mmy 303,945 mmd 560 mmd' 47,89 mm Ast 2833,850 mm2 Cb 339,394 mmƒc' 24,9 MPa As 1416,925 mm2 ab 288,485 mmƒy 390 MPa Ag 247952 mm2 ƒs' 515,337 MPaƐs 200000 MPa m 18,427 ƒs'>ƒy 390 MPa

ø Tulangan 19 mm ρ 0,006 Pnb 2490,487 kN∑ Tulangan 10 mm Po 5514,943 kN Mnb 680,730 kNmø Sengkang 10 mm Pn 4411,954 kN eb 273,332 mm

c ɑ ƒs' ƒs'>ƒy ƒs ƒs'>ƒy Pn Mn e e h-2e/2d Pn (kN) Mn (kNm)340 289,00 515,488 390 388,235 388,2352941 2497,435 680,157 272,342 500 -0,350 1091,491 545,746365 310,25 521,277 390 320,548 320,5479452 2776,794 656,392 236,385 475 -0,305 1181,635 561,277390 331,50 526,323 390 261,538 261,5384615 3043,857 631,877 207,591 450 -0,261 1283,905 577,757415 352,75 530,761 390 209,639 209,6385542 3300,847 606,043 183,602 425 -0,216 1399,991 594,996440 374,00 534,695 390 163,636 163,6363636 3549,479 578,450 162,968 400 -0,172 1531,644 612,658465 395,25 538,206 390 122,581 122,5806452 3791,103 548,754 144,748 375 -0,127 1680,580 630,217490 416,50 541,359 390 85,714 85,71428571 4026,791 516,679 128,310 350 -0,082 1848,342 646,920515 437,75 544,206 390 52,427 52,42718447 4257,408 482,005 113,216 325 -0,038 2036,155 661,750540 459,00 546,789 390 22,222 22,22222222 4483,657 444,550 99,149 300 0,007 2244,781 673,434565 480,25 549,143 390 -5,310 -5,309734513 4706,119 404,167 85,881 275 0,052 2474,423 680,466

Mode Keruntuhan Tekan

Data

Perhitungan

Mode Keruntuhan Tarik

Lentur Murni

Mode Keruntuhan Seimbang

Sumber: Data Pribadi.

Gambar 4.32 Diagram Interaksi Perbandingan Antara Kolom K3.Sumber: Data Pribadi.

4.3.4. Nilai Standar Deviasi Beton Setelah Cor Ulang

Deviasi standar (S) adalah alat ukur tingkat mutu pelaksanaan.

Berdasarkan data hasil pengujian palu beton didapatkan nilai kuat tekan beton

yang selanjutnya nilai tersebut di rata-rata kan untuk mencari nilai rata-rata (σ bm)

dari nilai kuat tekan beton (σ b) lalu nilai deviasi standar dihitung menggunakan

rumus Persamaan 2.4. Nilai deviasi standar untuk kolom setelah di cor ulang pada

persamaan 4.7.

LAPORAN STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN

Page 66: test upv

BAB I PENDAHULUAN

S = √ 10292,3218

=¿2,34MPa.........................................................................

(4.7)

Deviasi standar untuk kolom setelah dilakukan pengecoran ulang adalah

19,1 MPa, sesuai dengan ACI 214-77 1989 menunjukan bahwa nilai S untuk mutu

dilapangan < 3,0 menunjukan nilai memuaskan (excelent).

4.3.5. Nilai Standar Deviasi Beton Setelah Dilakukan Perbaikan Grouting

Deviasi standar (S) adalah alat ukur tingkat mutu pelaksanaan.

Berdasarkan data hasil pengujian palu beton didapatkan nilai kuat tekan beton

yang selanjutnya nilai tersebut di rata-rata kan untuk mencari nilai rata-rata (σ bm)

dari nilai kuat tekan beton (σ b) lalu nilai deviasi standar dihitung menggunakan

rumus persamaan 2.4. Nilai deviasi standar untuk kolom setelah dilakukan

perbaikan grouting pada persamaan 4.8 berikut ini:

S = √ 3559,567

=2,23 MPa.........................................................................

(4.8)

Deviasi standar untuk kolom paska repairing grouting adalah 2,23 MPa,

sesuai dengan ACI 214-77 1989 menunjukan bahwa nilai S <3,0 adalah

memuaskan (excelent).

4.3.6. Nilai Kuat Tekan Beton Karakteristik Cor Ulang

Menurut PBI Pasal 4.8 ayat 1 hal.45 menyebutkan bahwa percobaan non-

destructif dengan palu beton terhadap mutu beton dilapangan dianggap memenuhi

syarat apabbila hasilnya > 80% dari kekuatan tekan beton rencana, apabila kurang

dari itu dilakukan tahap selanjutnya sesuai dengan ayat 2 dan 3 Pasal 4.8.

Perhitungan kuat tekan beton karakteristik menggunakan Persamaan 2.5 sebagai

berikut:

σbk=308,41–(1,01x23,9x1,64)=270kg /cm2...........................................(4.9)

Mutu beton rencana adalah K-300 atau 300 kg/cm2 dengan bentuk benda

uji kubus. Merujuk pada PBI Pasal 4.8 nilai 80% dari kuat tekan rencana adalah:

80%xσb=240kg /cm2...........................................................................(4.10)

LAPORAN STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN

Page 67: test upv

BAB I PENDAHULUAN

Berdasarkan hasil pengujian didapatkan nilai kuat tekan palu beton diatas

nilai 80% dari nilai kuat tekan rencana atau syarat kuat tekan beton lapangan dan

nilai kuat tekan karakteristik/σbk menunjukan angka diatas dari nilai yang

disyaratkan sehingga kolom setelah diperbaiki memenuhi syarat PBI Pasal 4.8

ayat 1, akan tetapi beton tersebut kurang dari nilai rencana yaitu K-300, selisih

antara nilai kuat tekan beton karakteristik dan nilai kuat tekan beton rencana yaitu

9%.

4.3.7. Nilai Kuat Tekan Beton Karakteristik Grouting

Spesifikasi Grouting yang dipakai yaitu Fosroc Renderoc RG yang

memiliki spesifikasi kuat tekan beton hingga 64 MPa ketika umur grouting

mencapai 28 hari. Perhitungan kuat tekan beton karakteristik menggunakan

persamaan 2.5 sebagai berikut:

σbk=429,54–(1,37x19,07x1,64)=387kg /cm2.......................................(4.11)

Berdasarkan spesifikasi bahan grouting, selisih antara nilai mutu beton

karakteristik lapangan dengan nilai mutu spesifikasi Fosroc Renderoc RG adalah

40%.

4.3.8. Tabel Dan Grafik Estimasi Nilai Kuat Tekan Hammer Test

Tabel dari hasil pengujian hammer ditujukan pada tabel 4.17, sedangkan

grafik dari pengujian hammer ditunjukan pada Gambar 4.33.

LAPORAN STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN

Page 68: test upv

BAB I PENDAHULUAN

Tabel 4.17 Estimasi Nilai Kuat Tekan.

Concrete element : Kolom Done by : Muhamad IqbalLocation : Politeknik Negeri Bandung Checked by : -Project : Teknik Sipil Date : 01-Des-2013Date of Testing : 28-29 Nov 2013

Kode Nomor1 5

K-Grout. D-1,C-1 437 441 63 134K-Grout. E-2,D-2 466 423 1340 47K-Grout. A-2,F-3 408 424 466 29K-Grout. A-3,F-4 408 429 466 1

Kg/cm²Memuaskan

K- D-4,C-4,A-4,F-5 317 330 314 316 81 447 27 54K- D-5,C-5,A-5,F-6 270 294 300 298 1448 219 68 99K- D-6,C-6,A-6,F-7 295 280 280 300 174 792 792 64K- D-7,C-7,A-7,F-8 291 294 302 351 314 210 39 1839 Kg/cm²K- D-8-C-8,A-8 341 333 353 1061 608 1954 Memuaskan

kg/cm² Totalkg/cm² Total

K- 387K- 269

HAMMER TEST(ASTM C.805-97)

432(N/mm²)

(σbm-σb)2(σb)Number Struktur

(Characteristic) σb' cor ulang

SD

19,07222981

GR

OU

TIN

G

(Characteristic) σb' grouting

23,91224802

(Average) σbm grouting 2546,25(Average) σbm cor ulang 10292,32

CO

R U

LA

NG

308,41429,54

Sumber: Data Pribadi.

Berdasarkan tabel hasil pengujian palu beton didapatkan mutu beton diatas

80% dari nilai mutu rencana. Berdasarkan data pengujian nilai terendah dari hasil

pengujian yaitu 270kg/cm² atau 90% dari nilai kuat tekan beton rencana,

sedangkan dari nilai deviasi standar menunjukan angka dibawah 30kg/cm² yang

menunjukan bahwa mutu pelaksanaan dalam grade “memuaskan”.

Grafik hammer test dibawah ini menjelaskan mengenai hasil uji hammer

dengan korelasi nilai kuat tekan rencana dan PBI 1971 yang men-syaratkan bahwa

mutu beton lapangan harus diatas 80% dari nilai mutu beton rencana. Berdasarkan

hasil pengujian semua kolom lolos syarat dari PBI 1971 (bisa dilihat pada gambar

4.30 “Grafik Estimasi Nilai Kuat Tekan”). Terdapat 3 kolom yang memiliki nilai

kuat tekan dibawah mutu rencana selisih-nya yaitu berkisar 10% atau hanya

mencapai 90% dari nilai kuat tekan rencana, kolom tersebut adalah D-5,C-6 dan

A-6.

LAPORAN STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN

Page 69: test upv

BAB I PENDAHULUAN

Gambar 4.33 Grafik Estimasi Nilai Kuat Tekan.Sumber : Data Pribadi

4.4. Pemeriksaan Kepadatan Beton

Pemeriksaan kepadatan beton menggunakan alat PUNDIT dengan meng-

kalibrasi alat PUNDIT terlebih dahulu sesuai dengan spesifikasi alat. Pengujian

dilakukan dengan metode direct transmission yaitu letak antara tranducer dan

receiver sejajar saling berhadapan. Nilai kepadatan beton berdasarkan nilai dari

jarak (km) berbanding waktu rambat gelombang (µsec). Pengujian dengan

PUNDIT dilakukan pada semua kolom akan tetapi pengujian tidak dilakukan

terhadap hasil grouting dikarenakan dimensi grouting yang begitu tipis dan alat

PUNDIT tidak dapat bekerja dengan baik. Berikut merupakan tahapan dalam

pengujian dan analisa hasil PUNDIT:

A. Kalibrasi Alat

Sebelum pengujian dilakukan alat terlebih dahulu di kalibrasi sesuai

spesifikasi. Tranducer dan reciever (kepala PUNDIT) ditempelkan ke alat

kalibrasi berbentuk silinder lalu setting angka µsec sesuai spesifikasi.

LAPORAN STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN

Page 70: test upv

BAB I PENDAHULUAN

B. Pengujian Lapangan

Pengujian di lapangan menggunakan metode direct transmission yaitu

antara tranducer dan reciever berhadapan langsung. Pengukuran nilai L atau

panjang lintasan menggunakan alat bantu meteran. Sebelum pengujian dilakukan

mata tranducer dan reciever diberi pelumas sehingga kedap dari udara.

C. Perhitungan Nilai Kecepatan Rambat Gelombang (V)

Nilai V dihitung berdasarkan persamaan 2.8 pada bab II. Berdasarkan

pengujian untuk kolom E-1 didapatkan nilai waktu tempuh gelombang (T) dalam

satuan µsec dan panjang lintasan sebagai berikut:

Gambar 4.18 Hasil pengujian PUNDIT.Kode Lokasi Metode Jarak KualitasBenda Uji Uji Lintasan Beton

Uji (mm) T (µsec) Km/sec MPa Kg/cm²Tengah Direct BaikKolom Trans. 25152

143

T (µsec)

E-1 550130

142 3,88235

Permukaan Beton Tidak Retak Rata-Rata VWaktu Tempuh Gelombang UPV

Kuat Tekan

301,205

Sumber : Data Pribadi

Berdasarkan data pengujian lapangan didapatkan nilai V pada Persamaan

4.11 berikut ini :

V= 550142

=3,88km/sec...........................................................................(4.11)

D. Nilai Kepadatan Beton

Kepadatan beton dinilai dari nilai V. Kolom E-1 menunjukan nilai

3,88km/sec. Angka 3,88 berada dalam grade 3,5-4,0 yaitu dalam grade “baik”.

E. Estimasi Nilai Kuat Tekan Beton

Estimasi nilai kuat tekan menggunakan grafik antara nilai V vs Kuat

Tekan (MPa). Grafik UPV merupakan grafik hubungan antara nilai V berbanding

dengan nilai kuat tekan dalam bentuk silinder sehingga hasil pengujian dikalikan

dengan faktor bentuk. Mutu beton rencana yaitu K-300 dalam bentuk kubus

sehingga hasil dari grafik di konversikan ke dalam bentuk kubus.

LAPORAN STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN

Page 71: test upv

BAB I PENDAHULUAN

Nilai kuat tekan kolom E-1 :

Gambar 4.34 Grafik V vs Kuat TekanSumber : Data Pribadi

Didapatkan estimasi nilai kuat tekan yaitu 25 MPa. Nilai tersebut di

konversi kedalam bentuk benda uji kubus yang ditujukan pada persamaan 4.12

berikut ini:

σ b=25 x ( 100,83 )=301 Kg /cm ²..........................................................(4.12)

LAPORAN STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN

Page 72: test upv

BAB I PENDAHULUAN

4.4.1. Hasil Pengujian PUNDIT

Tabel 4.19 Nilai Kepadatan Beton dan Nilai Kuat Tekan.

Elemen Beton : Kolom Dikerjakan : Muhamad IqbalLokasi : Politeknik Negeri Bandung Di Cek : -Project : Teknik Sipil Data : 09-Jan-14Data Pengujian : 28-29 Nov 2013Umur Beton : > 28 hari

Kode Lokasi Metode Jarak KualitasBenda Uji Uji Lintasan Beton

Uji (mm) T (µsec) Km/sec MPa Kg/cm²Tengah Direct BaikKolom Trans.

Tengah Direct BaikKolom Trans.

Tengah Direct BaikKolom Trans.

Tengah Direct BaikKolom Trans.

Tengah Direct BaikKolom Trans.

Tengah Direct BaikKolom Trans.

Tengah Direct BaikKolom Trans.

Tengah Direct BaikKolom Trans.

Tengah Direct BaikKolom Trans.

Tengah Direct BaikKolom Trans.

T (µsec)

E-1 550130

142 3,882352941

Permukaan Beton Tidak Retak Rata-Rata VWaktu Tempuh Gelombang UPV

Kuat Tekan

301,205

ULTRASONIC PULSE VELOCITYASTM C.597-1991

128

C-1 500112

131 3,816793893

25152143

D-1 500137

134 3,722084367 23138

127

F-2 550133

144 3,819444444

25135146

B-1 550136

134 4,114713217 33138

133

D-2 600159

151 3,982300885

25146153

E-2 550137

132 4,166666667 33126

109

B-2 550137

134 4,094292804

31131162

C-2 400104

107 3,738317757 22108

33138128

A-2 550137

144 3,828306265 25145149

277,108

301,205

397,59

301,205

397,59

373,494

265,06

397,59

301,205

Sumber : Data Pribadi.

LAPORAN STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN

Page 73: test upv

BAB I PENDAHULUAN

Tabel 4.20 Nilai Kepadatan Beton dan Nilai Kuat Tekan.

Elemen Beton : Kolom Dikerjakan : Muhamad IqbalLokasi : Politeknik Negeri Bandung Di Cek : -Project : Teknik Sipil Data : 09-Jan-14Data Pengujian : 28-29 Nov 2013Umur Beton : > 28 hari

Kode Lokasi Metode Jarak KualitasBenda Uji Uji Lintasan Beton

Uji (mm) T (µsec) Km/sec MPa Kg/cm²Tengah Direct BaikKolom Trans.

Tengah Direct BaikKolom Trans.

Tengah Direct BaikKolom Trans.

Tengah Direct BaikKolom Trans.

Tengah Direct BaikKolom Trans.

Tengah Direct BaikKolom Trans.

Tengah Direct BaikKolom Trans.

Tengah Direct BaikKolom Trans.

Tengah Direct BaikKolom Trans.

Tengah Direct BaikKolom Trans.

ULTRASONIC PULSE VELOCITYASTM C.597-1991

T (µsec)

F-3 500133

131 3,816793893

Permukaan Beton Tidak RetakRata-Rata V

Waktu Tempuh Gelombang UPVKuat Tekan

301,205

107

C-3 400100

108 3,692307692

25129131

D-3 400103

105 3,80952381 25105

133

F-4 500122

130 3,856041131

23110115

A-3 500134

134 3,722084367 23136

112

C-4 40089

103 3,883495146

27136131

D-4 400105

108 3,715170279 23106

140

F-5 500122

130 3,856041131

28104116

A-4 500130

133 3,768844221 24128

104

25136131

D-5 400101

106 3,785488959 24112

301,205

277,108

277,108

325,301

277,108

337,349

289,157

301,205

289,157

Sumber : Data Pribadi.

Tabel 4.21 Nilai Kepadatan Beton dan Nilai Kuat Tekan.

Elemen Beton : Kolom Dikerjakan : Muhamad IqbalLokasi : Politeknik Negeri Bandung Di Cek : -Project : Teknik Sipil Data : 09-Jan-14Data Pengujian : 28-29 Nov 2013Umur Beton : > 28 hari

Kode Lokasi Metode Jarak KualitasBenda Uji Uji Lintasan Beton

Uji (mm) T (µsec) Km/sec MPa Kg/cm²Tengah Direct BaikKolom Trans.

Tengah Direct CukupKolom Trans. Baik

Tengah Direct BaikKolom Trans.

Tengah Direct CukupKolom Trans. Baik

Tengah Direct CukupKolom Trans. Baik

Tengah Direct CukupKolom Trans. Baik

ULTRASONIC PULSE VELOCITYASTM C.597-1991

Permukaan Beton Tidak Retak Rata-Rata VWaktu Tempuh Gelombang UPV

Kuat Tekan

23109108

T (µsec)

C-5 400104

107 3,738317757

142A-6 500

135136 3,685503686 22130

109D-6 400

111111 3,614457831 21112

21108109

D-8 500140

137 3,640776699 22133

C-7 400115

111 3,614457831

20131139

139

C-8 500143

138 3,631961259

277,108

253,012

265,06

253,012

265,06

240,964

Sumber : Data Pribadi.

LAPORAN STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN

Page 74: test upv

BAB I PENDAHULUAN

Berdasarkan hasil PUNDIT didapatkan nilai kepadatan beton yang

bervariasi antara “baik” dan “cukup baik” hal ini menunjukan bahwa beton pada

proyek pembangunan gedung Teknik Sipil memiliki nilai kepadatan yang baik,

sedangkan korelasi nilai V berbanding nilai kuat tekan menunjukan angka mutu

beton bervariasi dari 21 MPa hingga 33 MPa. Berikut merupakan nilai kuat tekan

rata-rata kolom setelah mengalami perbaikan pada persamaan 4.13:

σbm =784326

=301 kg/cm2....................................................................(4.13)

Pengujian dilakukan pada kolom dengan lebar terkecil 400mm sehingga

hasil kuat tekan struktur bervariasi dan sangat dipengaruhi oleh dimensi benda uji

dan umur benda uji, beda halnya dengan uji di lab. dengan benda uji kubus

15x15x15cm dianggap 100% ketika umur-nya mencapai 28 hari (tabel 4.1.4 hal

34 PBI 1971).

4.5. Korelasi Nilai Kuat Tekan Hammer Test VS UPV

Berdasarkan hasil uji palu beton dan UPV didapatkan nilai kuat tekan

beton. Masing-masing pengujian dengan ke dua alat tersebut memberikan nilai

yang berbeda, hammer test pada umumnya hanya mampu memperkirakan nilai

kuat tekan beton setebal 30mm atau berkisar hingga selimut beton, sedangkan

PUNDIT bisa disesuaikan tebal pengujiannya sesuai kebutuhan, akan tetapi pada

umumnya grafik dari korelasi cepat rambat berbanding nilai kuat tekan beton

(MPa) tidak sepenuhnya menunjukan angka yang benar sehingga pengujian yang

efektif adalah dengan melakukan uji kuat tekan beton secara langsung di

labolatorium gambar 4.35 menunjukan grafik kuat tekan beton Hammer Test vs

UPV.

Berikut merupakan nilai rata-rata dari pengujian hammer test dan PUNDIT

pada persamaan 4.14, 4.15 dan 4.16.

σbm Grouting/Hammer=3436

8=430 kg /cm2................................................(4.14)

σbm Cor Ulang/Hammer=5860

19=308 kg/cm2...............................................(4.15)

σbm PUNDIT=7843

26=301 kg/cm2..........................................................(4.16)

LAPORAN STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN

Page 75: test upv

BAB I PENDAHULUAN

Berdasarkan spesifikasi didapatkan estimasi nilai mutu beton rata-rata

diatas dari mutu beton rencana yaitu 300 kg/cm2, akan tetapi dari pengujian

hammer maupun UPV didapatkan beberapa titik kolom yang memiliki mutu

dibawah rencana tetapi memenuhi butir PBI Pasal 4.8 ayat 1 hal.45 yang

mensyaratkan bahwa mutu beton lapangan harus diatas 80% dari nilai kuat tekan

rencana. Grafik 4.35 menunjukan nilai estimasi kuat tekan beton hasil pengujian

berbanding dengan syarat PBI 1971 dan nilai kuat tekan rencana.

Gambar 4.35 Grafik Nilai Kuat Tekan.Sumber: data pribadi.

LAPORAN STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN

Page 76: test upv

BAB I PENDAHULUAN

Tabel 4.22 Nilai Kuat Tekan.Kode

Benda PUNDITUji Kg/cm²

COR ULANG GROUTING LOLOS KUAT TEKAN LAB. Hammer PUNDIT Hammer PUNDITE-1 315 301 LOLOS LOLOS LOLOS LOLOSD-1 437 277 LOLOS LOLOS LOLOS TIDAKC-1 441 301 LOLOS LOLOS LOLOS LOLOSB-1 353 397 LOLOS LOLOS LOLOS LOLOSF-2 323 301 LOLOS LOLOS LOLOS LOLOSE-2 466 397 LOLOS LOLOS LOLOS LOLOSD-2 423 373 LOLOS LOLOS LOLOS LOLOSC-2 387 265 LOLOS LOLOS LOLOS TIDAKB-2 353 397 LOLOS LOLOS LOLOS LOLOSA-2 408 301 LOLOS LOLOS LOLOS LOLOSF-3 424 301 LOLOS LOLOS LOLOS LOLOSD-3 334 301 LOLOS LOLOS LOLOS LOLOSC-3 340 277 LOLOS LOLOS LOLOS TIDAKA-3 408 277 LOLOS LOLOS LOLOS TIDAKF-4 429 325 LOLOS LOLOS LOLOS LOLOSD-4 318 277 LOLOS LOLOS LOLOS TIDAKC-4 330 337 LOLOS LOLOS LOLOS LOLOSA-4 314 289 LOLOS LOLOS LOLOS TIDAKF-5 316 301 LOLOS LOLOS LOLOS LOLOSD-5 270 289 LOLOS LOLOS TIDAK TIDAKC-5 294 277 LOLOS LOLOS TIDAK TIDAKA-5 300 LOLOS - LOLOS -F-6 299 LOLOS - LOLOS -D-6 295 253 LOLOS LOLOS LOLOS TIDAKC-6 280 LOLOS - TIDAK -A-6 280 265 LOLOS LOLOS TIDAK TIDAKF-7 300 LOLOS - LOLOS -D-7 290 LOLOS - LOLOS -C-7 294 253 LOLOS LOLOS LOLOS TIDAKA-7 302 LOLOS - LOLOS -F-8 351 LOLOS - LOLOS -D-8 341 265 LOLOS LOLOS LOLOS TIDAKC-8 333 240 LOLOS LOLOS LOLOS TIDAKA-8 353 LOLOS - LOLOS -

Hasil PengujianHammer Test

Kg/cm²

KETERANGANPBI 1971 K-300

80%*Mutu Rencana Mutu Rencana

Sumber: Data Pribadi.

Berdasarkan hasil pengujian NDT dengan hammer test dan UPV

didapatkan bahwa kolom setelah dilakukan perbaikan semua lolos dan memenuhi

syarat PBI 1971, sedangkan berdasarkan nilai dari kuat tekan rencana didapatkan

data sebagai berikut:

- Hammer Test : 3 kolom kurang dari nilai kuat tekan rencana dengan

selisih terjauh yaitu 10% pada kolom D-5.

LAPORAN STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN

Page 77: test upv

BAB I PENDAHULUAN

- PUNDIT : 13 kolom kurang dari nilai kuat tekan rencana dengan

selisih terjauh yaitu 20% pada kolom C-8.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan menunjukan bahwa:

1. Nilai kuat tekan beton di lapangan memenuhi memenuhi butir PBI

Pasal 4.8 hal.45 yaitu memiliki kuat tekan > 80% dari nilai kuat tekan

rencana dengan nilai sebagai berikut:

A. Nilai σbm (Grouting/Hammer Test) : 429 kg/cm2

B. Nilai σbm (Cor Ulang/Hammer Test) : 308 kg /cm2

C. Nilai σbm (PUNDIT) : 302 kg /cm2

D. Nilai σbk (Grouting/Hammer Test) : 430kg /cm2

E. Nilai σbk (Cor Ulang/Hammer Test) : 270 kg /cm2

2. Berdasarkan hasil analisis perhitungan kapasitas penampang kolom

dapat disimpulkan bahwa perbaikan kolom hasil grouting sudah cukup

baik dikarenakan kuat tekan beton aktual lebih besar dari spesifikasi

kuat tekan mutu beton rencana.

3. Merujuk pada nilai kuat tekan rencana (K-300) didapatkan hasil

sebagai berikut ini :

- Hammer Test: 3 kolom kurang dari nilai kuat tekan rencana

dengan selisih terjauh yaitu 10% pada kolom D-5.

- PUNDIT: 13 kolom kurang dari nilai kuat tekan rencana dengan

selisih terjauh yaitu 20% pada kolom C-8.

Nilai kuat tekan PUNDIT tidak dapat dijadikan tolak ukur

estimasi kuat tekan beton karena hingga saat ini belum ada korelasi

yang dapat menghubungkan antara nilai V berbanding dengan nilai

kuat tekan yang dipengaruhi oleh umur beton dan dimensi beton

dilapangan yang memiliki dimensi paling kecil 400 mm berbeda

dengan benda uji labolatorium yang dianggap 100% ketika umurnya

LAPORAN STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN

Page 78: test upv

BAB I PENDAHULUAN

mencapai 28 hari (PBI Tabel 4.1.4 tentang kenaikan mutu beton

terhadap waktu untuk semen Portland normal biasa).

4. Mutu beton karakteristik pada hasil cor ulang yaitu 273 kg/cm2,

sedangkan mutu beton rencana yaitu 300 kg/cm2, terjadi perbedaan

sekitar 9% dari mutu rencana.

5. Deviasi standar mengacu pada ACI 214-77 1989 dengan hasil sebagai

berikut:

A. Repairing Grouting: 2,3 (Memuaskan)

B. Repairing cor ulang: 1,9 (Memuaskan)

6. Nilai rata-rata kepadatan beton menggunakan PUNDIT menunjukan

angka 3,8 termasuk dalam grade 3,66-4,57 yaitu “baik”.

7. Berdasarkan uji palu beton, terdapat 1 kolom yang memiliki nilai kuat

tekan dibawah rencana yaitu K-270 dengan kode kolom D-5, akan

tetapi kolom tersebut memenuhi butir PBI Pasal 4.8 hal.45 yaitu

memiliki kuat tekan > 80% dari nilai kuat tekan rencana dengan nilai

90% dari nilai kuat tekan rencana, nilai tersebut menunjukan bahwa

kolom tersebut memenuhi syarat akan tetapi ditinjau dari segi

kapasitas penampang kolom tersebut hanya akan memiliki kuat tekan

125% setelah umur ± 1 tahun (PBI Tabel 4.1.4 tentang kenaikan mutu

beton terhadap waktu untuk semen Portland normal biasa).

5.2. Saran

Pelaksanaan pada saat pengecoran perlu ditingkatkan terutama oleh

quality control sehingga mutu dari pelaksanaan dapat terkontrol dengan

baik.

Berdasarkan hasil pengamatan perlu diadakannya pengujian slump

test sebelum beton dituang kedalam cetakan bekisting sehingga nilai

workabilitas beton dapat terpantau.

LAPORAN STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN