BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di dalam dunia konstruksi, kegagalan pada sebuah konstruksi bangunan sering kali terjadi, hal ini dapat disebabkan oleh perencanaan yang kuranga baik ataupun pada saat pelaksanaannya yang tidak benar. Pada proyek pembangunan gedung Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung terjadi kegagalan konstruksi yaitu pada struktur kolom di lantai 2. Tidak adanya Rencana Kerja dan Syarat (RKS) sebagai acuan pelaksanaan pekerjaan oleh pihak kontraktor merupakan salah satu indikasi penyebab kegagalan konstruksi, sehingga pada pelaksanaannya pihak kontraktor hanya mengacu pada spesifikasi perencana atau shop drawing dan Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971. Pada pelaksanaannya, pengecoran kolom di lantai 2 dibagi menjadi 2 tahapan 2, tahap pertama yaitu pengecoran 19 kolom yang mengalami kegagalan mutu sehingga diperbaiki dengan cara dibongkar dan di cor ulang, tahap kedua yaitu pengecoran 15 kolom yang memenuhi mutu akan tetapi hasil dari pengecoran tersebut masih kurang memuaskan, dikarenakan pada hasil pengecoran masih terdapat banyak keropos pada kolom sehingga kolom-kolom tersebut dilakukan perbaikan LAPORAN STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I PENDAHULUAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Di dalam dunia konstruksi, kegagalan pada sebuah konstruksi bangunan
sering kali terjadi, hal ini dapat disebabkan oleh perencanaan yang kuranga baik
ataupun pada saat pelaksanaannya yang tidak benar.
Pada proyek pembangunan gedung Teknik Sipil Politeknik Negeri
Bandung terjadi kegagalan konstruksi yaitu pada struktur kolom di lantai 2. Tidak
adanya Rencana Kerja dan Syarat (RKS) sebagai acuan pelaksanaan pekerjaan
oleh pihak kontraktor merupakan salah satu indikasi penyebab kegagalan
konstruksi, sehingga pada pelaksanaannya pihak kontraktor hanya mengacu pada
spesifikasi perencana atau shop drawing dan Peraturan Beton Bertulang Indonesia
1971.
Pada pelaksanaannya, pengecoran kolom di lantai 2 dibagi menjadi 2
tahapan 2, tahap pertama yaitu pengecoran 19 kolom yang mengalami kegagalan
mutu sehingga diperbaiki dengan cara dibongkar dan di cor ulang, tahap kedua
yaitu pengecoran 15 kolom yang memenuhi mutu akan tetapi hasil dari
pengecoran tersebut masih kurang memuaskan, dikarenakan pada hasil
pengecoran masih terdapat banyak keropos pada kolom sehingga kolom-kolom
tersebut dilakukan perbaikan dengan cara meng-grouting kolom dengan
menggunakan bahan Fosroc Renderoc RG.
Tidak adanya kendali mutu atas hasil perbaikan yang dilakukan oleh
pihak kontraktor ataupun dari pihak Fosroc, menjadi dasar pertimbangan penulis
untuk mencoba melakukan analisis terhadap elemen yang terpasang dengan
mengacu pada spesifikasi rencana proyek pembangunan gedung Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bandung dan PBI 1971 khususnya Pasal 4.8 ayat 1 yang men-
syaratkan mutu beton lapangan terpasang harus >80% dari nilai mutu
rencana/spesifikasi.
LAPORAN STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN
BAB I PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
1. Analisis terhadap mutu beton aktual struktur kolom dengan metode
NDT Hammer Test dan Ultrasonic Pulse Velocity.
2. Analisis kapasitas penampang kolom rencana dengan kapasitas
penampang kolom aktual yang di akibatkan perbaikan pada kolom.
3. Sebagai kendali mutu terhadap hasil perbaikan kolom pada lantai 2.
1.3. Ruang Lingkup Pembahasan
1. Uji tidak merusak pada kolom lantai 2 setelah dilakukan perbaikan
grouting pada kolom keropos dan pengecoran ulang pada kolom yang
tidak memenuhi spesifikasi mutu beton dengan menggunakan alat
hammer test dan Ultrasonic Pulse Velocity.
2. Analisis kapasitas penampang kolom lantai 2 sebelum mengalami
perbaikan dan setelah mengalami perbaikan.
3. Menggunakan beberapa standar yaitu:
- ASTM C805-2 Tata cara pengujian untuk mengukur tegangan
karakteristik beton dengan alat Schmidt Hammer Test.
- ASTM C597 Tata cara pengujian untuk mengukur kepadatan
beton, kedalaman retakan dengan alat Ultrasonic tests/UPV.
- Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 sebagai syarat
penerimaan mutu lapangan.
- ACI 214-77 1989 Nilai Deviasi Standar lapangan berdasarkan hasil
pengujian lapangan.
1.4. Lokasi Penelitian
Proyek pembangunan gedung Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung,
jalan Gegerkalong Hilir desa Ciwaruga, Kota Bandung.
LAPORAN STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN
BAB I PENDAHULUAN
1.5. Kondisi Proyek
Proyek pembangunan gedung Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung
sedang pada tahap konstruksi lantai 2. Adapun pekerjaan struktur yang sedang
berlangsung pada proyek tersebut yaitu:
- Perbaikan grouting kolom pada bulan Oktober 2013.
- Pengecoran ulang kolom pada bulan Oktober - November 2013.
1.6. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN: Menjelaskan mengenai latar belakang, tujuan,
ruang lingkup pembahasan, lokasi penelitian, kondisi proyek serta sistematika
penulisan laporan studi kasus.
BAB II LANDASAN TEORI: Menjelaskan mengenai uraian teori dan
hasil-hasil dari penelitian yang berkaitan dengan pelaksanaan studi kasus.
BAB III METODOLOGI DAN DATA UMUM: Menjelaskan mengenai
metoda yang dilakukan dalam studi kasus dan data umum bangunan.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN STUDI KASUS: Membahas
mengenai hasil pemeriksaan dan analisis studi kasus.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN: Berisi kesimpulan dan saran dari
seluruh isi laporan kegiatan studi kasus yang telah dilaksanakan dilihat dari segi
teori, identifikasi dan pembahasan.
LAPORAN STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN
BAB I PENDAHULUAN
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Kolom
Kolom merupakan elemen struktur tekan vertikal dari suatu sistem rangka
bangunan yang menyangga beban-beban yang diterima oleh balok. Kolom
meneruskan beban dari lantai tingkat atas ke tingkat bawah sampai ke pondasi
melalui pondasi.
Sebagai bagian dari suatu kerangka bangunan, kolom menempati posisi
penting di dalam sistem struktur bangunan. Kegagalan kolom akan berakibat
langsung pada runtuhnya komponen struktur lain yang berhubungan denganya,
atau bahkan merupakan batas runtuh total keseluruhan struktur bangunan.
Gambar 2.1 Kolom beton bertulang.
Elemen struktur beton bertulang dikategorikan sebagai kolom jika Lb > 3,
L adalah panjang kolom dan b adalah lebar penampang kolom.
LAPORAN STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN
BAB I PENDAHULUAN
Gambar 2.2 Kolom Beton Bertulang.
Pada umumnya kolom beton tidak hanya menerima beban aksial tekan,
tapi juga momen. Suatu penampang terdapat jumlah kombinasi kekuatan yang tak
terhingga dimana Pn dan Mn bekerja bersamaan. Kombinasi-kombinasi dari
kekuatan ini terletak pada suatu kurva seperti terlihat pada pada gambar 2.3 yang
dinamakan dengan diagram interaksi kekuatan (strengh interaction diagram).
Kondisi tegangan berimbang dalam kombinasi lentur dan beban aksial
diberikan oleh titik dengan Pn = Pb dan Mn = Mb pada gambar 2.3 Kekuatan
elemen struktur beton bertulang yang digunakan pada perencanaan lebih besar
dari kemampuan elemen itu yang sesungguhnya (kuat nominalnya). Selain itu
pada setiap perencanaan elemen struktur beton bertulang, mengharuskan bahwa
kuat rencana > kuat perlu, artinya:
∅Mn > Mu
∅Vn > Vu
∅Pn > Pu
Dimana Mu, Vu dan Pu merupakan kekuatan momen, gaya geser dan
gaya tekan yang diperlukan untuk menerima beban terfaktor.
LAPORAN STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN
BAB I PENDAHULUAN
Gambar 2.3 Diagram interaksi untuk unsur tekan aksial dan momen lentur pada satu sumbu.
Hubungan antara gaya aksial nominal dan momen atau eksentrisitas dapat
ditentukan dalam beberapa kondisi berikut:
A. Beban Tekan Aksial Konsentris
Dengan memperhitungkan luas tulangan dengan luas total Ast yang
berada pada penampang kolom Ag, maka gaya total atau kuat tekan
nominal pada penampang kolom adalah sebagai berikut:
Tahap pengujian struktur kolom ini dilakukan dengan cara uji tidak
merusak/non destructive test, pada pelaksanaanya uji non-destructive yang
dilakukan adalah:
- Pemeriksaan Visual
- Pengujian Rebound Hammer Test
- Pengujian UPV
3. Tahap Analisis dan Pembahasan
- Pengolahan data hasil pemeriksaan dan pengujian.
- Membandingkan antara kapasitas penampang kolom rencana dengan
kapasitas penampang kolom aktual.
Diagram alir metodologi pelaksanaan studi kasus ini dapat dilihat pada
gambar 3.1 berikut ini:
LAPORAN STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN
BAB I PENDAHULUAN
Gambar 3.1 Diagram alir metodologi studi kasus.Sumber: Data Pribadi
3.2. Data Umum Proyek
- Nama Proyek : Pembangunan Gedung Teknik Sipil
- Lokasi : Politeknik Negeri Bandung, jalan Gegerkalong
Hilir, desa Ciwaruga, Kota Bandung.
LAPORAN STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN
Solusi
Analisis Kapasitas Penampang Kolom
Lantai 2
Selesai
Identifikasi Masalah
Mulai
Pengolahan Data
Visual Hammer Test
Ultrasonic Pulse
Velocity
Pemeriksaan Kualitas Struktur Kolom Lantai 2
BAB I PENDAHULUAN
- Tinggi Bangunan : 14,87 m
- Jumlah Lantai : 3
- Fungsi Bangunan : Kantor Jurusan Teknik Sipil
- Jenis Struktur : Beton bertulang
- Mutu Beton : K-300 / 24,06 Mpa
- Mutu Tulangan : U-39 / 390 Mpa (ulir Ø > 12 mm)
U-24 / 240 Mpa (polos Ø < 12 mm)
3.3. Data Perbaikan Kolom
Perbaikan yang dilakukan pada kolom lantai 2 proyek pembangunan
gedung Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung ini terdiri dari 2 macam
perbaikan yaitu:
1. Perbaikan selimut beton
Berikut merupakan tabel kuat tekan material grouting Fosroc
Renderoc RG berdasarkan hari:
Tabel 3.1. Spesifikasi material grouting Fosroc Renderoc RG.
Sumber : Data Pribadi
Tidak ada spesifikasi khusus atau syarat mengenai mutu grouting
pada pelaksanaan proyek pembangunan gedung Teknik Sipil Politeknik
Negeri Bandung, akan tetapi mutu grouting harus lebih tinggi dari mutu
kolom setempat (K-300) sehingga daya lekat grouting lebih tinggi
dibanding daya lekat mutu kolom tersebut.
2. Pengecoran ulang kolom.
Pengecoran ulang kolom dilakukan pada kolom yang mutu
betonnya tidak memenuhi spesifikasi perencanaan, sehingga kolom harus
LAPORAN STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN
BAB I PENDAHULUAN
dibongkar dan di cor kembali sesuai dengan mutu beton perencanaan yaitu
mutu beton K-300
BAB IV
PEMBAHASAN
LAPORAN STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN
BAB I PENDAHULUAN
4.1. Metode Pelaksanaan Perbaikan Kolom
Jenis kegagalan pelaksanaan pekerjaan kolom pada lantai 2 proyek
pembangunan gedung Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung adalah:
- Mutu beton pada kolom tidak tercapai.
- Keropos pada kolom (tulangan tidak terlindungi oleh selimut beton).
Metode pelaksanaan perbaikan kolom menggunakan tipe semi-
konvensional sebagai acuan dan perancahnya. Pada sub-bab 4.1.1. berikut ini akan
dijelaskan mengenai metode pelaksanaan dan spesifikasi teknis.
4.1.1. Metode Pelaksanaan Pengecoran Ulang Kolom
Perbaikan pengecoran ulang pada kolom dilakukan pada 19 kolom yang
mutu betonnya tidak memenuhi spesifikasi rencana, sehingga beton pada kolom
harus dibongkar dan di cor kembali dengan mutu beton yang sesuai dengan
perencanaan yaitu K-300. Gambar 4.1 menunjukan lokasi titik-titik dimana kolom
yang di cor ulang (letak kolom yang di cor ulang dilingkari dengan warna biru).
LAPORAN STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN
BAB I PENDAHULUAN
Gambar 4.1 Titik Kolom Yang Di Cor Ulang.Sumber: Kontraktor.
Berikut merupakan alur pelaksanaan perbaikan pengecoran ulang kolom:
A. Tahap Pembongkaran Kolom
Pembongkaran kolom menggunakan alat bor atau demolition drill hingga
mencapai batas permukaan pelat bawah dan foto beton kolom yang telah
dibongkar dapat dilihat pada gambar 4.2 berikut ini:
LAPORAN STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN
BAB I PENDAHULUAN
Gambar 4.2 Hasil Pembongkaran Kolom.Sumber: Data Pribadi.
B. Tahap Pemasangan Panel Cetakan
Tahap pemasangan panel cetakan diawali dengan membuat marking pada
area kolom dan dipasang beton decking sehingga panel cetakan dapat berada pada
posisi yang telah ditentukan. Panel cetakan kolom menggunakan multiplek dengan
tebal 18 mm dan penyangga balok dengan ukuran 6/12 cm, foto pemasangan
panel cetakan dapat dilihat pada gambar 4.3 berikut ini:
Gambar 4.3 Cetakan Kolom.Sumber: Data Pribadi.
LAPORAN STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN
BAB I PENDAHULUAN
C. Tahap Penjepitan (Sabuk Kolom)
Penjepitan cetakan kolom menggunakan kayu dengan ukuran 6/12 cm dan
dijepit menggunakan besi klem, foto penjepitan cetakan kolom dapat dilihat pada
gambar 4.4 berikut ini:
Gambar 4.4 Cetakan Kolom.Sumber: Data Pribadi.
D. Tahap Pemasangan Pipe Support
Pipe support berfungsi untuk menyangga kolom sehingga tetap stabil pada
saat pengecoran dan berfungsi sebagai penegak kolom sehingga kolom tegak
lurus.
E. Tahap Persiapan Pengecoran
Persiapan pengecoran dilakukan dengan cara mengecek ketegakan kolom
yang akan di cor dengan alat bantu unting-unting serta mengecek kekakuan
bekisting sehingga pada saat pengecoran bekisting sudah siap menerima beban
dari beton segar.
F. Tahap Pengecoran
Pengecoran beton dilakukan dengan menggunakan alat berat truck ready
mix sebagai pengangkut beton segar dan concrete pump sebagai pendistribusi
beton segar kedalam cetakan.
LAPORAN STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN
BAB I PENDAHULUAN
G. Tahap Pembongkaran Cetakan
Pembongkaran kolom dilakukan setelah ± 12 jam dengan cara
melonggarkan semua baut dari sabuk kolom setelah itu cetakan dilepas secara
perlahan sehingga tidak merusak bekisting. Foto kolom hasil pengecoran ulang
kolom dapat dilihat pada gambar 4.5 berikut ini:
Gambar 4.5 Hasil Pengecoran Ulang Kolom.Sumber: Data Pribadi.
4.1.2. Metode Pelaksanaan Perbaikan Grouting
Bahan grouting yang digunakan oleh pihak kontraktor yaitu Fosroc
Renderoc RG. Berdasarkan data dari produsen bahan grouting tersebut dapat
mencapai hingga 64 N/mm2 setelah umur beton mencapai 28 hari. Berikut adalah
alur pekerjaan pelaksanaan perbaikan kolom dengan metoda grouting:
A. Marking Area
Marking area membentuk bidang persegi pada daerah yang mengalami
keropos seperti pada Gambar 4.6.
LAPORAN STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN
BAB I PENDAHULUAN
Gambar 4.6 Marking Area.Sumber: Kontraktor.
B. Pemotongan dan Pembobokan Permukaan Beton
Pemotongan beton dilakukan hingga pada area yang telah di marking
menggunakan alat hand concrete cutter seperti pada gambar 4.7, lalu dilanjutkan
dengan pembobokan area yang keropos dengan menggunakan demolition drill
hingga tulangan dapat digenggam seperti pada gambar 4.8.
Gambar 4.7 Cutting Area.Sumber: Kontraktor.
LAPORAN STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN
BAB I PENDAHULUAN
Gambar 4.8 Chipping Area.Sumber: Kontraktor.
C. Pembersihan Tulangan
Pembersihan tulangan dilakukan untuk menghilangkan sisa beton yang
melekat pada tulangan. Pembersihan dilakukan hingga tulangan bersih dari
kotoran ataupun karat seperti pada gambar 4.9.
Gambar 4.9 Tulangan Yang Sudah Dibersihkan.Sumber: Kontraktor.
D. Pemasangan Bekisting
Sebelum memasang bekisting, permukaan kolom beton dibasahi terlebih
dahulu untuk mengurangi susut terhadap sambungan antara bahan grouting dan
beton lama. Area yang dipasang bekisting merupakan daerah yang berada pada
marking area. Panel cetakan yang digunakan menggunakan multiplek tebal 18
mm dengan menggunakan penyangga balok 5/7 cm seperti pada Gambar 4.10.
LAPORAN STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN
BAB I PENDAHULUAN
Gambar 4.10 Cetakan Kolom.
Sumber: Pribadi.
E. Pengecoran Bahan Grouting
Sebelum pengecoran dilakukan, bahan grouting dimasukan kedalam
tabung grouting seperti pada gambar 4.11 lalu di injeksi. Pada saat pelaksanaan
pengecoran bahan grouting Fosroc Renderoc RG dapat digunakan hingga ±2 jam
(Spesifikasi Fosroc pada lampiran).
Gambar 4.11 Proses Memasukan Bahan Grouting.Sumber: Kontraktor.
LAPORAN STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN
BAB I PENDAHULUAN
Gambar 4.12 Alat Penyalur Bahan Grouting.Sumber: Data Pribadi.
F. Pembongkaran Bekisting
Pembongkaran bekisting dilakukan setelah umur grouting mencapai ± 12
jam. Gambar 4.13 menunjukan permukaan kolom setelah dilepas dari cetakan.
Gambar 4.13 Hasil Grouting Kolom.Sumber: Kontraktor.
4.2. Pemeriksaan Visual
Pemeriksaan visual pada proyek pembangunan gedung Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bandung dilakukan untuk mendapatkan data aktual kondisi dari
yang ada lapangan yang berkaitan dengan metoda pelaksanaan uji tidak merusak
sehingga didapatkan metode pengujian yang efektif dan efisien.
LAPORAN STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN
BAB I PENDAHULUAN
Pemeriksaan visual di fokuskan pada 3 hal utama yaitu:
- Pemeriksaan kondisi permukaan kolom
- Kerusakan
- Kondisi Lingkungan
Secara menyeluruh hasil dari perbaikan yang dilakukan oleh pihak
kontraktor cukup memuaskan. Pada bagian kolom yang di cor ulang memiliki
cacat yang relatif kecil dibanding dengan hasil pengecoran sebelumnya, hal ini
akan dijelaskan pada sub bab 4.2.1. berikut ini.
4.2.1. Pemeriksaan Perbaikan Kolom Setelah Dilakukan Pengecoran Ulang
Perbaikan kolom dengan cara pengecoran ulang dilakukan dengan
menggunakan mutu beton sesuai dengan spesifikasi yaitu K-300. Hasil dari
pemeriksaan visual memperlihatkan bahwa kondisi permukaan kolom memiliki
permukaan yang rata tanpa terdapat banyak keropos. Foto kondisi kolom setelah
mengalami perbaikan ulang dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 Matriks Kondisi Kolom Setelah Diilakukan Perbaikan.
No. Gambar Keterangan
1 Kolom memiliki cacat yang relatif
kecil setelah dibongkar dari cetakan.
2 Kolom setelah dibongkar dan di
perbaiki pada bagian yang
mengalami keropos.
Sumber: Data Pribadi.
LAPORAN STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN
BAB I PENDAHULUAN
4.2.2. Pemeriksaan Kolom Setelah Perbaikan Grouting
Bahan grouting yang digunakan menggunakan Fosroc Renderoc RG,
berdasarkan spesifikasi Fosroc Renderoc RG, bahan grouting ini dapat mencapai
nilai kuat tekan hingga 64 MPa ketika beton berumur 28 hari. Dari hasil
pemeriksaan visual yang dilakukan diketahui perbaikan pada kolom yang
mengalami keropos memiliki permukaan yang halus dan tidak terdapat keropos
lagi. Tulangan terlindung dengan selimut beton dari bahan grouting dan tidak ter-
ekpos seperti sebelum di perbaiki.
Tabel 4.2. Matriks Kondisi Kolom Paska Perbaikan
No. Gambar Keterangan
1 Kondisi kolom sebelum diperbaiki
mengalami keropos yang tinggi
terutama pada bagian bawah kolom.
2 Grouting dilakukan pada bagian
kolom yang mengalami keropos dan
hasilnya cukup baik.
Sumber: Data Pribadi.
Berdasarkan hasil dari pemeriksaan visual dapat disimpulkan bahwa
perbaikan berupa grouting yang dilakukan oleh pihak kontraktor dilakukan pada
bagian kolom yang mengalami keropos dan hasil dari perbaikan tersebut apabila
dilihat secara visual mengalami peningkatan kualitas dengan tidak adanya keropos
pada beton seperti hal-nya sebelum di perbaiki, sedangkan untuk kolom yang di
cor ulang memiliki kualitas permukaan yang baik sehingga tidak dilakukan
grouting.
LAPORAN STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN
BAB I PENDAHULUAN
Berdasarkan hasil pemeriksaan visual tidak ada kerusakan dari segi
struktural seperti retak ataupun yang lainnya akan tetapi dari segi arsitektural
kolom memiliki permukaan yang kurang rata sehingga memerlukan finishing
untuk meratakan permukaan dan memperindah struktur kolom.
4.3. Estimasi Kuat Tekan Permukaan Kolom
Estimasi kuat tekan permukaan kolom beton pada penelitian studi kasus ini
menggunakan alat hammer test, tujuan dari pemeriksaan kuat tekan permukaan
kolom beton ini adalah untuk mendapatkan nilai keseragaman beton baik itu
kolom yang di cor ulang ataupun kolom yang mengalami perbaikan dengan
metode grouting sehingga dapat diketahui mutu beton aktual dilapangan dan nilai
mutu beton karakteristik yang dihitung melalui perhitungan nilai deviasi standar.
Pengujian dilakukan pada 1 permukaan kolom dengan 3 titik uji yaitu pada
atas bentang kolom, tengah bentang kolom dan bawah bentang kolom dengan 1
titik pengujian terdiri dari 10 kali dengan jarak antar tembakan ± 2,5 cm.
4.3.1. Perhitungan Nilai Kuat Tekan Beton
Pengujian dilakukan pada kolom sebelum kolom tersebut di finishing atau
diberi plesteran sehingga hasil yang didapatkan dari nilai rebound bisa optimal
tanpa terpengaruh oleh plesteran, hal ini dilakukan karena pada dasarnya prinsip
kerja hammer test yaitu berdasarkan pantulan palu beton yang dapat memberikan
informasi tentang mutu lapisan permukaan beton yang tidak lebih dari 30 mm
mendalam oleh sebab itu permukaan beton yang diuji harus bebas dari plesteran
atau bahan finishing lainnya.
Pengujian dilakukan 2 tahap terhadap 34 kolom lantai 2. Sebelum
melakukan pengujian alat hammer test di kalibrasi terlebih dahulu seperti pada
gambar 4.14.
LAPORAN STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN
BAB I PENDAHULUAN
Gambar 4.14 Kalibrasi alat.Sumber: Data Pribadi.
Kalibrasi alat dilakukan 1 kali dengan 10 kali tembakan sebelum
melakukan pengujian. 10 nilai rebound dari pembacaan tersebut kemudian dirata-
rata kan lalu dihitung nilai angka kalibrasi-nya seperti pada gambar 4.15 berikut
ini.
Nomor : E-1 Done by : Muhamad IqbalConcrete element : Kolom Checked by : -Location : Politeknik Negeri Bandung Date :Project : Teknik SipilDate of Testing : 28-29 Nov 2013Age of Concrete : > 28 days
Berdasarkan grafik nilai rebound vs kuat tekan didapatkan mutu beton
kolom adalah 33,28 MPa. Gambar 4.20 menunjukan perhitungan pada kolom di
gride E-1.
Nomor : E-1 Done by : Muhamad IqbalConcrete element : Kolom Checked by : -Location : Politeknik Negeri Bandung Date :Project : Teknik SipilDate of Testing : 28-29 Nov 2013Age of Concrete : > 28 days
Gambar 4.23 Diagram tegangan-regangan kolom pada kondisi keruntuhan berimbang.
Cb= 600 x d600+ fy
=600 x510600+390
=309,091 mm
ab=β1Cb=0,85 x 309,091=262,727 mm
fs=600 x (Cb−d ')
Cb=
600 x (309,091−40)309,091
=522,353 MPa
f’s > fy, maka f’s digunakan 390 Mpa
LAPORAN STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN
BAB I PENDAHULUAN
Pnb=(0.85 x f ' c x b x ab )+( A s' x fs')−( A s x fs )=(0.85 x (300 x 0,083) x 550 x 262,727 )+ (1416,925 x390 )−(1416,925 x390 )=3058342,5 N =3058,343 kN
Mnb=(0.85 x f ' c x b xab ) x( y−ab
2 )+( As' x fs' ) x ( y−d ' )+ ( A s x fs ) x (d− y )=(0.85 x (300 x0,083)x 550 x 262,727 ) x (550
2−262,727
2 )+ (1416,925 x 390 ) x ¿
e b=M nb
Pnb=699011548
3058342,5=228,559 mm
Keruntuhan Akibat Tarik
Gambar 4.24 Diagram tegangan-regangan kolom pada kondisi keruntuhan akibat tarik.
e > eb
230 > 228,559
ρ=ρ'=A s
b d=1416,925
550 x510=0,005
m=f y
0.85 x f ' c= 390
0.85 x 24,9=18,427
h−2e2 d
=1− e '
d=550−2 x230
2 x 510=0,088
Pn=0.85 x f ' c x b x d x [(1− e '
d )+√(1− e '
d )2
+2mρ (1−d '
d )]=0.85 x 24,9 x550 x510 x [( 0,088 )+√ (0,088 )2+2 x 18,427 x 0,005(1− 40510 ) ]=3038019 N=3038,019 kN
Cek:
a=Pn
0.85 x f ' c x b= 3038018,019
0.85 x24,9 x390=260,981
c= aB
=260,9810.85
=307,037
LAPORAN STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN
BAB I PENDAHULUAN
f ' s=600(C−d ')C
=600 x (307,037−40)307,037
=521,834
a= As x fy0,85x f ' c x b
= 1416,925 x3900,85 x24,9 x550
=47,471mm
Mn=As x fy (d – a /2)=1416,925 x390 x (510−47,4712 )=268710063 Nmm
Keruntuhan Akibat Tekan
Gambar 4.25 Diagram tegangan-regangan kolom pada kondisi keruntuhan akibat tekan.
c > cb = 310 > 309,091
a=β1C=0.85 x310=263,5 mm
f ' s=600(C−d ')C
=522,581
f’s > fy, maka f’s digunakan 390 Mpa
fs=600(d−C)C
=387,097
Cc = 0,85 x f’c x b x a = 0,85 x 24,9 x 550 x 263,5 = 3067337,625 N
Cs = As’ x fs’ = 1416,925 x 390 = 552600,75 N
Ts = As x fs = 1416,925 x387,098 = 548488,834 N
Pn = Cc + Cs - Ts = 3067337,625 + 552600,75 - 548488,83 = 3071449,451 N
Mn=(Cc ) x ( y−a2 )+ (Cs ) x ( y−d' )+(Ts ) x (d− y )=698152166,1 Nmm
e= MnPn
=698152166,13071449,541
=227,304 mm
Po = 0,85 x [(0,85 x f’c x (Ag – Ast)) + (fy x Ast)] = 0,85 x [(0,85 x 24,9 x
(302500 – 2833,285)) + (390 x 2833,285)] = 6496,270 kN
LAPORAN STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN
BAB I PENDAHULUAN
Tabel 4.7 Perhitungan Penampang Kolom K1 Dengan Mutu Beton K-300.
Ast 2833,850 mm2 Cb 309,091 mm Mn 268,710 kNmAs 1416,925 mm2 ab 262,727 mm ɑ 47,471 mmAg 302500 mm2 ƒs' 522,353 MPam 18,427 ƒs'>ƒy 390 MPaρ 0,005 Pnb 3058,343 kN
Po 6496,270 kN Mnb 699,012 kNmPn 5197,016 kN eb 228,559 mm
Perhitungan Mode Keruntuhan Seimbang Lentur Murni
Sumber: Data Pribadi.
Dilakukan metode percobaan try and error agar di dapat nilai c dan e yang
sesuai yang kemudian akan di tampilkan pada diagram interaksi. Metode
percobaan try and error dapat dilihat pada tabel 4.8 dan untuk diagram interaksi
dapat dilihat pada gambar 4.26 berikut ini:
Tabel 4.8 Perhitungan Try and Error Untuk Nilai C dan e Pada Kolom K1 Mutu Beton K-300.
Berdasarkan spesifikasi bahan grouting, selisih antara nilai mutu beton
karakteristik lapangan dengan nilai mutu spesifikasi Fosroc Renderoc RG adalah
40%.
4.3.8. Tabel Dan Grafik Estimasi Nilai Kuat Tekan Hammer Test
Tabel dari hasil pengujian hammer ditujukan pada tabel 4.17, sedangkan
grafik dari pengujian hammer ditunjukan pada Gambar 4.33.
LAPORAN STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN
BAB I PENDAHULUAN
Tabel 4.17 Estimasi Nilai Kuat Tekan.
Concrete element : Kolom Done by : Muhamad IqbalLocation : Politeknik Negeri Bandung Checked by : -Project : Teknik Sipil Date : 01-Des-2013Date of Testing : 28-29 Nov 2013
Kepadatan beton dinilai dari nilai V. Kolom E-1 menunjukan nilai
3,88km/sec. Angka 3,88 berada dalam grade 3,5-4,0 yaitu dalam grade “baik”.
E. Estimasi Nilai Kuat Tekan Beton
Estimasi nilai kuat tekan menggunakan grafik antara nilai V vs Kuat
Tekan (MPa). Grafik UPV merupakan grafik hubungan antara nilai V berbanding
dengan nilai kuat tekan dalam bentuk silinder sehingga hasil pengujian dikalikan
dengan faktor bentuk. Mutu beton rencana yaitu K-300 dalam bentuk kubus
sehingga hasil dari grafik di konversikan ke dalam bentuk kubus.
LAPORAN STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN
BAB I PENDAHULUAN
Nilai kuat tekan kolom E-1 :
Gambar 4.34 Grafik V vs Kuat TekanSumber : Data Pribadi
Didapatkan estimasi nilai kuat tekan yaitu 25 MPa. Nilai tersebut di
konversi kedalam bentuk benda uji kubus yang ditujukan pada persamaan 4.12
berikut ini:
σ b=25 x ( 100,83 )=301 Kg /cm ²..........................................................(4.12)
LAPORAN STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN
BAB I PENDAHULUAN
4.4.1. Hasil Pengujian PUNDIT
Tabel 4.19 Nilai Kepadatan Beton dan Nilai Kuat Tekan.
Elemen Beton : Kolom Dikerjakan : Muhamad IqbalLokasi : Politeknik Negeri Bandung Di Cek : -Project : Teknik Sipil Data : 09-Jan-14Data Pengujian : 28-29 Nov 2013Umur Beton : > 28 hari
Kode Lokasi Metode Jarak KualitasBenda Uji Uji Lintasan Beton
Uji (mm) T (µsec) Km/sec MPa Kg/cm²Tengah Direct BaikKolom Trans.
Tengah Direct BaikKolom Trans.
Tengah Direct BaikKolom Trans.
Tengah Direct BaikKolom Trans.
Tengah Direct BaikKolom Trans.
Tengah Direct BaikKolom Trans.
Tengah Direct BaikKolom Trans.
Tengah Direct BaikKolom Trans.
Tengah Direct BaikKolom Trans.
Tengah Direct BaikKolom Trans.
T (µsec)
E-1 550130
142 3,882352941
Permukaan Beton Tidak Retak Rata-Rata VWaktu Tempuh Gelombang UPV
Kuat Tekan
301,205
ULTRASONIC PULSE VELOCITYASTM C.597-1991
128
C-1 500112
131 3,816793893
25152143
D-1 500137
134 3,722084367 23138
127
F-2 550133
144 3,819444444
25135146
B-1 550136
134 4,114713217 33138
133
D-2 600159
151 3,982300885
25146153
E-2 550137
132 4,166666667 33126
109
B-2 550137
134 4,094292804
31131162
C-2 400104
107 3,738317757 22108
33138128
A-2 550137
144 3,828306265 25145149
277,108
301,205
397,59
301,205
397,59
373,494
265,06
397,59
301,205
Sumber : Data Pribadi.
LAPORAN STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN
BAB I PENDAHULUAN
Tabel 4.20 Nilai Kepadatan Beton dan Nilai Kuat Tekan.
Elemen Beton : Kolom Dikerjakan : Muhamad IqbalLokasi : Politeknik Negeri Bandung Di Cek : -Project : Teknik Sipil Data : 09-Jan-14Data Pengujian : 28-29 Nov 2013Umur Beton : > 28 hari
Kode Lokasi Metode Jarak KualitasBenda Uji Uji Lintasan Beton
Uji (mm) T (µsec) Km/sec MPa Kg/cm²Tengah Direct BaikKolom Trans.
Tengah Direct BaikKolom Trans.
Tengah Direct BaikKolom Trans.
Tengah Direct BaikKolom Trans.
Tengah Direct BaikKolom Trans.
Tengah Direct BaikKolom Trans.
Tengah Direct BaikKolom Trans.
Tengah Direct BaikKolom Trans.
Tengah Direct BaikKolom Trans.
Tengah Direct BaikKolom Trans.
ULTRASONIC PULSE VELOCITYASTM C.597-1991
T (µsec)
F-3 500133
131 3,816793893
Permukaan Beton Tidak RetakRata-Rata V
Waktu Tempuh Gelombang UPVKuat Tekan
301,205
107
C-3 400100
108 3,692307692
25129131
D-3 400103
105 3,80952381 25105
133
F-4 500122
130 3,856041131
23110115
A-3 500134
134 3,722084367 23136
112
C-4 40089
103 3,883495146
27136131
D-4 400105
108 3,715170279 23106
140
F-5 500122
130 3,856041131
28104116
A-4 500130
133 3,768844221 24128
104
25136131
D-5 400101
106 3,785488959 24112
301,205
277,108
277,108
325,301
277,108
337,349
289,157
301,205
289,157
Sumber : Data Pribadi.
Tabel 4.21 Nilai Kepadatan Beton dan Nilai Kuat Tekan.
Elemen Beton : Kolom Dikerjakan : Muhamad IqbalLokasi : Politeknik Negeri Bandung Di Cek : -Project : Teknik Sipil Data : 09-Jan-14Data Pengujian : 28-29 Nov 2013Umur Beton : > 28 hari
Kode Lokasi Metode Jarak KualitasBenda Uji Uji Lintasan Beton
Uji (mm) T (µsec) Km/sec MPa Kg/cm²Tengah Direct BaikKolom Trans.
Tengah Direct CukupKolom Trans. Baik
Tengah Direct BaikKolom Trans.
Tengah Direct CukupKolom Trans. Baik
Tengah Direct CukupKolom Trans. Baik
Tengah Direct CukupKolom Trans. Baik
ULTRASONIC PULSE VELOCITYASTM C.597-1991
Permukaan Beton Tidak Retak Rata-Rata VWaktu Tempuh Gelombang UPV
Kuat Tekan
23109108
T (µsec)
C-5 400104
107 3,738317757
142A-6 500
135136 3,685503686 22130
109D-6 400
111111 3,614457831 21112
21108109
D-8 500140
137 3,640776699 22133
C-7 400115
111 3,614457831
20131139
139
C-8 500143
138 3,631961259
277,108
253,012
265,06
253,012
265,06
240,964
Sumber : Data Pribadi.
LAPORAN STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN
BAB I PENDAHULUAN
Berdasarkan hasil PUNDIT didapatkan nilai kepadatan beton yang
bervariasi antara “baik” dan “cukup baik” hal ini menunjukan bahwa beton pada
proyek pembangunan gedung Teknik Sipil memiliki nilai kepadatan yang baik,
sedangkan korelasi nilai V berbanding nilai kuat tekan menunjukan angka mutu
beton bervariasi dari 21 MPa hingga 33 MPa. Berikut merupakan nilai kuat tekan
rata-rata kolom setelah mengalami perbaikan pada persamaan 4.13: