TERAPI DAN MANAJEMEN COPD E.N. Keliat Divisi Pulmonologi Alergi Imunologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran USU/ RS H. Adam Malik Medan PENDAHULUAN Akhir- akhir ini chronic obstructive pulmonary disease ( COPD ) semakin menarik untuk dibicarakan oleh karena prevalensi dan angka mortalitasnya yang terus meningkat. COPD merupakan penyakit yang progresif yang melibatkan saluran nafas atau parenkim paru yang mengakibatkan hambatan saluran nafas. Chronic Obstructive Pulmonary disease merupakan suatu kondisi yang sering ditemukan dengan tingkat kematian yang tinggi dan terus meningkat baik pada laki – laki maupun perempuan. Diperkirakan hampir 8 % dari seluruh populasi mengalami COPD mencakup hampir 10 % pada individu diatas 40 tahun. COPD meruapakan penyebab kematian keenam di seluruh dunia pada tahun 1990 dan diperkirakan menjadi penyebab kematian ketiga pada tahun 2020. uptodate stable Di amerika serikat COPD ditemukan pada lebih dari 5 % populasi dewasa, dan meruapakan penyebab kematian ketiga dan penyebab kecacatan ketiga. Total beban biaya untuk COPD di amerika serikat berkisar 49.9 milyar dolar pada tahun 2010 dan biaya keseluruhan untuk perawatan berkisar 29.5 miyar setiap tahunnya. ACP . Di Kanada pada tahun 2004 COPD meruapakan penyebab kematian ke empat baik pada laki-laki maupun perempuan. Pada tahun 2004 terjadi 5152 pria dan 4455 wanita meninggal akibat COPD, yang meningkat secara signifkan sebesar 12 % dibandingkan tahun 1999. Berdasarkan survey kesehatan rumah tangga Dep.Kes RI tahun 1992, PPOK berasma asma bronkial menduduki peringkat ke enam.PDUI Manifestasi dari COPD bervariasi mulai dari sesak nafas, kemampuan aktivitas yang terbatas, batuk kronik dengan atau tanpa dahak, dan wheezing hingga gagal nafas atau cor pulmonale. Eksaserbasi dari gejala dan disertai dengan penyakit penyerta berperan dalam tingkat keparahan COPD. Diagnosis COPD tegak ketika menunjukkan gejala obstruksi pada saluran nafas ( secara umum di defenisikan postbronkodilator rasio FEV1-FVC kurang dari 0,70 ).ACP Ketika COPD telah terdiagnosa diperlukan manajemen yang efektif berdasarkan assement secara individual untuk menurunkan gejala dan resiko kedepannya. Tujuan ini harus tercapai dengan efek samping yang minimal dari pengobatan. Suatu tantangan yang khusus
21
Embed
TERAPI DAN MANAJEMEN COPD E.N. Keliat Divisi Pulmonologi ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
TERAPI DAN MANAJEMEN COPD
E.N. Keliat
Divisi Pulmonologi Alergi Imunologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran USU/ RS H. Adam Malik Medan
PENDAHULUAN
Akhir- akhir ini chronic obstructive pulmonary disease ( COPD ) semakin menarik
untuk dibicarakan oleh karena prevalensi dan angka mortalitasnya yang terus meningkat.
COPD merupakan penyakit yang progresif yang melibatkan saluran nafas atau parenkim
paru yang mengakibatkan hambatan saluran nafas. Chronic Obstructive Pulmonary disease
merupakan suatu kondisi yang sering ditemukan dengan tingkat kematian yang tinggi dan
terus meningkat baik pada laki – laki maupun perempuan. Diperkirakan hampir 8 % dari
seluruh populasi mengalami COPD mencakup hampir 10 % pada individu diatas 40 tahun.
COPD meruapakan penyebab kematian keenam di seluruh dunia pada tahun 1990 dan
diperkirakan menjadi penyebab kematian ketiga pada tahun 2020.uptodate stable
Di amerika serikat COPD ditemukan pada lebih dari 5 % populasi dewasa, dan
meruapakan penyebab kematian ketiga dan penyebab kecacatan ketiga. Total beban biaya
untuk COPD di amerika serikat berkisar 49.9 milyar dolar pada tahun 2010 dan biaya
keseluruhan untuk perawatan berkisar 29.5 miyar setiap tahunnya.ACP . Di Kanada pada tahun
2004 COPD meruapakan penyebab kematian ke empat baik pada laki-laki maupun
perempuan. Pada tahun 2004 terjadi 5152 pria dan 4455 wanita meninggal akibat COPD,
yang meningkat secara signifkan sebesar 12 % dibandingkan tahun 1999. Berdasarkan
survey kesehatan rumah tangga Dep.Kes RI tahun 1992, PPOK berasma asma bronkial
menduduki peringkat ke enam.PDUI
Manifestasi dari COPD bervariasi mulai dari sesak nafas, kemampuan aktivitas yang
terbatas, batuk kronik dengan atau tanpa dahak, dan wheezing hingga gagal nafas atau cor
pulmonale. Eksaserbasi dari gejala dan disertai dengan penyakit penyerta berperan dalam
tingkat keparahan COPD. Diagnosis COPD tegak ketika menunjukkan gejala obstruksi pada
saluran nafas ( secara umum di defenisikan postbronkodilator rasio FEV1-FVC kurang dari
0,70 ).ACP
Ketika COPD telah terdiagnosa diperlukan manajemen yang efektif berdasarkan
assement secara individual untuk menurunkan gejala dan resiko kedepannya. Tujuan ini harus
tercapai dengan efek samping yang minimal dari pengobatan. Suatu tantangan yang khusus
pada pasien COPD mengingat sebagaian besar pasien COPD memiliki penyakit penyerta
yang juga memerlukan identifikasi dan penangannya secara khusus. GOLD
Makalah ini akan membahas tentang manajemen dan terapi pasien COPD yang tepat
sehingga dapat mencegah progresifitas dari penyakit, menurukan frekuensi dan beratnya
eksaserbasi, memperbaiki gejala sesak dan gejala respirasi lainnya, meningkatkan
kemampuan aktivitas sehari – hari, dan menurunkan tingkat kematian.
Terapi Penghentian Merokok Menggunakan Farmakoterapi
Merokok meruapakan faktor resiko utama COPD yang menyebabkan hambatan
saluran nafas dan penurunan dari fungsi paru. Berhenti merokok merupakan salah satu
metode intervensi yang penting, efektif, cost-efektif, dalam menurunkan resiko terjadinya
COPD. Penghentian merokok dapat dilakukan dengan mengabungkan terapi perilaku (
beharviour therapy ) dan pendekatan farmakologis.Japanese Dengan farmakoterapi dan terapi
pengganti nikotin diyakini meningkatkan jumlah yang berhenti dalam jangka panjang.GOLD
Produk Pengganti Nikotin
Produk pengganti nikotin seperti permen karet nikotin, inhaler, nasal spray, transdermal
patch, tablet sublingualm atau lozenge diketahui dapat membuat seseorang untuk tidak
merokok untuk kerja panjang. Kontraindikasi terapi ini adalah : penyakit jantung koroner,
ulkus peptikum yang tidak diobati, infark miokardium yang baru, atau stroke. Mengunyah
permen karet nikotin terlalu lama menyebabkan sekresi yang terbentuk tertelan dan
diabsorpsi melalui mukosa bukal sehingga menimbulkan rasa mual. Makanan yang bersifat
asam akan menghambat penyerapan nikotin.
Terapi Secara Farmakologi
Varenicline, bupropion, dan nortriptyline telah terbukti meningkatkan angka henti merokok
dalam kerja panjang. Namun obat-obatan ini digunakan sebagai terapi pendukung bukan
sebagai terapi tunggal.GOLD Canadian Thorasic society merekomendasikan penggunaan terapi
pengganti nikotin dan antidepresan seperti bupropion dapat menggandakan tingkat
penghentian merokok dan direkomendasikan kecuali ada kontraindikasi ( level of evidence A
). Varenicline yang meruapakn suatu agonis parsial acetilkolin terbukti lebih efektif dari
bupropion ataupun plasebo ( level of evidence A ).CTS2007
Pedoman penghentian merokok yang paling komprehensif disusun berdasarkan "Treating
Tobacco Use and Dependence", yang merupakan sebuah pedoman berbasis bukti yang
disponsori oleh Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan Amerika Serikat dan
dirilis pada 2000.ATS,GOLD
Treating Tobacco Use and Dependence:
A Clinical Practice Guideline—
Major Findings and Recommendations
1. Tobacco dependence is a chronic condition that warrants repeated treatment until long-
term or permanent abstinence is achieved.
2. Effective treatments for tobacco dependence exist and all tobacco users should be offered
these treatments.
3. Clinicians and health care delivery systems must institutionalize the consistent
identification, documentation, and treatment of every tobacco user at every visit.
4. Brief smoking cessation counseling is effective and every tobacco user should be offered
such advice at every contact with health care providers.
5. There is a strong dose-response relation between the intensity of tobacco dependence
counseling and its effectiveness.
6. Three types of counseling have been found to be especially effective: practical counseling,
social support as part of treatment, and social support arranged outside of treatment.
7. First-line pharmacotherapies for tobacco dependence—varenicline, bupropion SR, nicotine
gum, nicotine inhaler, nicotine nasal spray, and nicotine patch— are effective and at least one
of these medications should be prescribed in the absence of contraindications.
8. Tobacco dependence treatments are cost effective relative to other medical and disease
prevention interventions.
Suatu program dengan lima langkah untuk intervensi yang menyediakan kerangka strategis
dalam membantu penyedia layanan kesehatan tertarik dalam membantu pasien untuk
berhenti merokok dapat dilihat pada tabel GOLD,JAPANESE
Brief Strategies to Help
the Patient Willing to Quit
1. ASK: Systematically identify all tobacco users at every visit. Implement an office-wide
system that ensures that, for EVERY patient at EVERY clinic visit, tobacco-use status is
queried and documented.
2. ADVISE: Strongly urge all tobacco users to quit. In a clear, strong, and personalized
manner, urge every tobacco user to quit.
3. ASSESS: Determine willingness to make a quit attempt. Ask every tobacco user if he or
she is willing to make a quit attempt at this time (e.g., within the next 30 days).
4. ASSIST: Aid the patient in quitting. Help the patient with a quit plan; provide practical
counseling; provide intra-treatment social support; help the patient obtain extra-treatment
social support; recommend use of approved pharmacotherapy except in special
circumstances; provide supplementary materials.
5. ARRANGE: Schedule follow-up contact. Schedule follow-up contact, either in person or
via telephone.
Terapi Farmakologi Untuk PPOK Stabil
Terapi farmakologi bertujuan untuk mengurangi gejala, mengurangi frekuensi dan tingkat
keparahan eksaserbasi, serta meningkatkan status kesehatan dan toleransi dalam melakukan
olah fisik. Berikut beberapa kelas obat yang biasanya digunakan untuk terapi PPOK