Tera Ulang Timbangan Jembatan dengan Ballast Dinamis LAPORAN KERJA PRAKTEK Di UPT Kemetrologian Surabaya dan Bidang Metrologi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Timur Tanggal 04 Juli s/d 12 Agustus 2011 Oleh Puji Tri Utami 03309339
Tera Ulang Timbangan Jembatandengan Ballast Dinamis
LAPORAN KERJA PRAKTEKDi UPT Kemetrologian Surabaya dan Bidang
MetrologiDinas Perindustrian dan Perdagangan
Provinsi Jawa Timur
Tanggal 04 Juli s/d 12 Agustus 2011
Oleh
Puji Tri Utami
03309339
Program D3 Metrologi dan InstrumentasiKerja Sama
Fakultas Teknologi Industri Institut TeknologiBandungdan
Kementerian Perdagangan Republik Indonesia
LEMBAR PENGESAHAN
Tera Ulang Timbangan Jembatan dengan BallastDinamis
LAPORAN KERJA PRAKTEK
Di UPT Kemetrologian Surabaya dan Bidang MetrologiDinas Perindustrian dan Perdagangan
Provinsi Jawa Timur
Tanggal 04 Juli s/d 12 Agustus 2011
oleh
Puji Tri Utami
03309339
Disetujui
…………………………..NIP:
Dr. Suprijanto ST MTNIP: 132163652
Koordinator Kuliah KerjaLapangan
ABSTRAK
Kegiatan yang dilakukan pada kerja praktik
kemetrologian ini, adalah kegiatan yang berhubungan
dengan metrologi legal. Secara rinci kegiatan metrologi
di provinsi Jawa Timur meliputi Sidang Kantor, Sidang
Luar (Sidang Kecamatan, dan Sidang Pasar), Loko
(pengujian di tempat pakai), pengujian di kantor
Bidang Kemetrologian dan TUM (Tangki Ukur Mobil) yang
dilakukan setiap hari Senin s/d Jumat sesuai permintaan
konsumen dan jadwal dari Gubernur Jawa Timur khusus
untuk Sidang Luar. Sehingga selama 6 pekan mahasiswa
memiliki pengalaman pada setiap kegiatan metrologi
tersebut secara detail dengan sistem setiap seminggu
mengikuti satu bagian kegiatan.
Pada laporan ini membahas tentang proses tera
ulang timbangan jembatan dengan kapasitas 60000 kg.
Landasan teori yang digunakan untuk menganalisis hasil
pengujian sebagai kegiatan tera ulang tersebut
diantaranya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2
Tahun 1981 tentang Metrologi Legal, Syarat Teknis
Kemetrologian, dan materi kuliah semester 3 Sistem
Pengukuran Massa.
Kata Kunci:
metrologi legal, tera, tera ulang, STK, BKD, sah
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT. sebagai Tuhan seluruh
alam, yang hidup dan matinya setiap makhluk bernyawa
berada di tangan-Nya. Dengan rahmat dan izin-Nya
penulis mampu menyelesaikan karya ini sebagai bentuk
laporan tertulis untuk kerja praktik di UPT
Kemetrologian dan Bidang Metrologi Disperindag
Surabaya. Shalawat dan salam selalu terucap dan
terkirim kepada nabi dan rasul, terutama Rasulullah
Muhammad SAW. yang telah mewariskan sunnah-sunnahnya
sebagai bekal untuk menyempurnakan akhlak kehidupan di
bumi.
Laporan kerja praktek (KP) ini telah diselesaikan
dengan maksud untuk memenuhi persyaratan akademis
sebagai mata kuliah lapangan untuk semester 5 Program
Studi Diploma III Metrologi dan Instrumentasi jurusan,
Fisika Teknik Fakultas Teknologi Industri ITB. Selain
itu juga sebagai pemenuhan ladang ilmu bagi penulis
secara pribadi dan salah satu sumber informasi untuk
pihak-pihak yang berkepentingan dalam kemetrologian.
Metrologi merupakan ilmu tentang ukur-mengukur
secara luas. Unit ini memiliki kewenangan secara hukum
untuk memastikan bahwa setiap UTTP memiliki standar
sampai lingkup internasional. Mengingat disiplin ilmu
ini sangat penting untuk ditegakkan karena fungsinya
untuk melindungi konsumen/masyarakat, maka penulis
sangat tertarik menjadikan KP ini untuk meninjau
seberapa jauh kinerja UPT Kemetrologian dan Bidang
Metrologi Disperindag dalam melaksanakan kegiatan
kemetrologian dengan baik dan benar, lebih khusus
membahas tentang pengujian timbangan jembatan.
Selama kegiatan kerja praktik dan proses penulisan
laporan ini, penulis menyadari adanya pihak-pihak yang
membantu dalam memberikan pengarahan maupun informasi
serta dukungan materi dan fasilitas. Maka dari itu,
penulis menyampaikan terima kasih, jazakumullah khairan
katsiran, kepada :
1. Ibu Endang dan Bapak Sakri, sebagai orang tua
penulis, yang selalu mendoakan kesuksesan dan
kelancaran dalam menimba ilmu di berbagai tempat;
2. Ibu Ir. Farida I. Muchtadi, selaku Kepala Program
Studi D3 Metrologi dan Instrumentasi yang telah
menyetujui dan mengizinkan penulis untuk
melaksanakan kerja praktik di Surabaya sebagai
pilihan pertama tempat KP;
3. Bapak Bambang Setiadji, selaku penanggung jawab
kerja praktik selama 6 pekan dan telah
menyempatkan diri untuk menyambangi teman-teman
KP selama di Surabaya;
4. Bapak Ir. Suprijanto, S.T., selaku koordinator
kerja praktik, yang memberikan tambahan motivasi
untuk tetap memilih kota Surabaya sebagai tempat
KP bagi penulis;
5. Bapak Drs. Helmi, M.M. selaku kepala kantor Bidang
Metrologi provinsi Surabaya, dengan gaya
komunikasi khas Padang selalu menyulut api
semangat agar teman-teman mahasiswa senantiasa
berpikir kritis dan peduli terhadap kondisi
masyarakat maupun terhadap kebijakan-kebijakan
pemerintah pada ranah kemetrologian, juga kepada
Bapak Tony Endro Soewastono, S.T. Bapak Laswari,
S.T., M.M., Bapak Jaja Sujatma, S.T., Bapak Yudi
Widodo, S.T. dan semua penanggung jawab
laboratorium kalibrasi Surabaya;
6. Bapak U. Darmawan, M.M., selaku kepala UPT
Kemetrologian Surabaya, memberikan dan menyediakan
banyak fasilitas dan kebutuhan kepada teman-teman
KP dari ITB, serta memberikan wejangan-wejangan
untuk selalu mengingat nikmat-nikmat dari Allah
SWT sehingga menjadi insan yang mudah bersykur dan
dijauhkan dari sikap kufur nikmat;
7. Bapak Abuhayat Supriatna, S.T., Kasi MT, Bapak
Sudigdo, S.T., Kasi UAPV;
8. Bapak Nurjuli, S.T. dan Bapak Joko Wiyono, S.T.
yang membimbing dan mengajarkan cara pengujian
timbangan jembatan menjadi lebih mudah sehingga
penulis mampu memahami dengan baik;
9. Bapak Rachmat Basuki sekeluarga, Bapak Nurhadi,
S.T., Bapak Darmawan, Ibu Rahayu S., Bapak Imam
S., Bapak Muchtada, S.H., dan Bapak Taryono, S.T.,
M.M. yang membimbing penulis untuk mampu
beradaptasi dan belajar di lingkungan kerja
sehingga mampu memahami cara bersikap dan
berperilaku;
10. Doni Indra, Husen, Ricky Hermawan, Hadi
Darmawan, Ayu Fuzi, Fitriyani, Deva Andri, Decky
Ari, dan Furqon Rusdianto sebagai teman-teman se-
tempat KP di Surabaya yang merasakan susah senang
bersama-sama, sahur dan berbuka puasa bersama,
serta jalan-jalan bersama; dan
11. Pihak-pihak yang telah membantu, menghibur,
maupun mendoakan penulis dalam kebaikan, yang
namanya belum tertulis pada laporan ini, semoga
semuanya mendapatkan balasan yang lebih baik dari
Allah SWT.
“Tiada gading yang tak retak”, seperti itu pula
penulis menyadari adanya kekurangan dan kesalahan dari
proses penulisan laporan ini. Diharapkan kritik dan
saran yang membangun untuk disampaikan secara langsung
maupun tak langsung kepada penulis untuk pembelajaran
yang lebih baik bagi semua pihak.
Bandung, 14 Nopember 2011
Puji Tri Utami
DAFTAR ISIHal.
ABSTRAK..........................................................................,....................................i
KATAPENGANTAR............................................................................................ii
DAFTARISI...........................................................................................................v
DAFTARSIMBOL..............................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................viii
DAFTARTABEL.................................................................................................ix
BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1. LatarBelakang......................................................................................1
1.2. Permasalahan KerjaPraktek.................................................................2
1.3. Tujuan KerjaPraktek............................................................................2
1.4. SistematikaLaporan..............................................................................2
BAB II TINJAUAN UMUM
BAB 3
<berisi tentang pembahasan topik kerja praktek>
. . . . . .
. . . . dst
BAB
DAFTAR SIMBOL
d = interval skala terkecil
e = interval skala verifikasi
N = jumlah interval skala verifikasi
R = nilai ketidaktetapan/repeatability
L = massa anak timbangan standar
Io = massa pada penunjukan timbangan tanpa muatan
IL = massa pada penunjukan timbangan sebelum mendapat
imbuh
ΔL = massa imbuh
P = posisi penunjukan massa timbangan
Pi = posisi penunjukan massa ke-i (i=1,2,3,4,..)
Paverage= rata-rata posisi penunjukan timbangan
n = jumlah penimbangan
E = kesalahan penunjukan timbangan
I1 = massa pada penunjukan timbangan setelah
mendapatkan imbuh 0,1e pada uji diskriminasi
I2 = massa pada penunjukan timbangan setelah mendapat
imbuh 1,4e pada uji diskriminasi
BAB I
PENDAHULUANI.1 Latar Belakang
Berbagai kebutuhan yang muncul sebagai dampak
kedinamisan dan perkembangan manusia dalam berbagai hal
mendorong beberapa atau berbagai kelompok manusia untuk
berfikir lebih kreatif dan inovatif dalam memanfaatkan
kesempatan tersebut dan dalam menghadapi adanya
persaingan pangsa pasar di masyarakat. Bahkan
terkadang untuk memenuhi berbagai kebutuhan tersebut
tak jarang suatu negara harus mendatangkannya dari luar
negeri, baik itu kebutuhan berupa barang ataupun jasa.
Tentunya atau seharusnya, semua aliran pemenuhan barang
maupun jasa tersebut hanya akan diterima, dikeluarkan,
dijual, dibeli, ataupun disalurkan jika memiliki
kualitas dan kuantitas yang terukur secara benar dan
transparan.
Tingkat kualitas dan kuantitas yang benar ini akan
berpengaruh pada tingkat kepercayaan tiap individu
ataupun konsumen terhadap barang dan jasa yang
ditawarkan oleh penyedia maupun produsen. Maka
dibutuhkanlah suatu sistem, metode, dan alat ukur yang
memiliki standar yang sama secara global, sehingga bisa
diterima hasil pengukurannya bagi semua pihak.
Dengan kondisi seperti itu, maka peranan metrologi
saat ini sangat dibutuhkan di berbagai bidang yang
menyangkut hajat hidup masyarakat. Beberapa bidang
tersebut yaitu perindustrian, perdagangan, kerja sama
eksport import, perkembangan iptek, kesehatan, dan
bahkan dunia militer sekalipun. Pada laporan ini lebih
khusus akan dibahas mengenai seluk-beluk yang
menyangkut proses pelaksanaan kegiatan metrologi di
kantor UPT Kemetrologian Surabaya dan Sub Dinas Bidang
Metrologi Surabaya. Masalah yang akan dibahas mengenai
proses peneraan ulang timbangan jembatan di PT. Pitamas
Indonesia dan memperhatikan hasil pengujian yang akan
dibandingkan dengan teori dasarnya.
Semua yang tersebut di atas melatarbelakangi
proses penulisan laporan kerja praktek ini sehingga
penulis bisa mempelajari dan memahami bagaimana
pelaksanaan teknis yang telah dilakukan oleh para
pegawai pada kantor UPT Kemetrologian Surabaya dan Sub
Dinas Bidang Metrologi Surabaya. Dalam hal ini
diharapkan peran-peran para metrologis untuk memberikan
sumbangsih yang lebih relevan karena sangat mampu
menentukan kuantitas dan kualitas berbagai bidang
tersebut pada era yang selalu berubah-ubah berkembang
semakin pesat.
Penulis berharap kehadiran laporan ini memberikan
banyak manfaat dan menambah wawasan yang semakin luas
tentang kegiatan kemetrologian bagi para pembaca
sehingga pembaca khususnya dan masyarakat umumnya
tercerdaskan seiring dengan berkembangnya zaman yang
semakin terinovasi.
I.2 Permasalahan Kerja Praktek
Mengapa sebagian besar kegiatan kemetrologian,
yang meliputi tera dan tera ulang UTTP, tidak dilakukan
sesuai dengan pedoman yang mengatur, dalam hal ini
Syarat Teknis Kemetrologian?
I.3 Tujuan Kerja Praktik
Kerja praktik yang dilakukan oleh penulis di
kantor Unit Pelayanan Teknis Kemetrologian Surabaya dan
kantor Bidang Metrologi Disperindag Surabaya bertujuan
untuk memahami kegiatan metrologi sehari-hari. Langkah
yang penulis lakukan adalah dengan mempelajari sistem
dan tata cara/urutan untuk peneraan maupun peneraan
ulang yang dilakukan oleh para pegawai UPT, kemudian
membandingkan dengan teori yang sesuai dengan dasar
hukum-dasar hukum yang masih berlaku.
Pada pelaporan ini, penulis memilih studi topik
peneraan ulang timbangan jembatan agar lebih memahami
proses tera ulang timbangan jembatan beserta analisis
hasil penimbangan yang dilakukan.
I.4. Sistematika Penulisan
Bab pendahuluan berisi pemaparan tentang latar
belakang, permasalahan kerja praktik, tujuan kerja
praktik, dan sistematika penulisan. Dilanjutkan
tinjauan umum menjelaskan tentang kantor metrologi di
wilayah Surabaya disertai struktur organisasi pada Unit
Pelayanan Teknis dan kantor Bidang Metrologi. Bab
selanjutnya tentang teori dasar tera ulang timbangan
jembatan dan kalibrasi timbangan elektronik (timbangan
jembatan) sesuai STK. Bab empat berisi penjelasan
mengenai cara atau prosedur tera ulang pada timbangan
jembatan. Hasil akhir pengujian akan dijadikan sebagai
penentu apakah UTTP ini berhak disahkan atau
dibatalkan. Bab terakhir berisi simpulan dan saran yang
berkenaan selama kerja praktek.
BAB II
TINJAUAN UMUM2.1 Ruang Lingkup Kerja Praktek
2.1.1 Kantor Bidang Metrologi Surabaya
Kantor Bidang Metrologi Surabaya adalah sebuah
kantor pemerintah yang dulu merupakan bagian dari Balai
Pelayanan Teknis Kemetrologian (BPLK). Pada tahun 2001
setelah adanya otonomi daerah, telah diputuskan bahwa
Bidang Metrologi ini menjadi lembaga yang terpisah dari
BPLK. Lembaga ini berada di bawah Dinas Perindustrian
dan Perdagangan Provinsi Jawa Timur dan Direktorat
Metrologi.
Bidang Metrologi dipimpin oleh kepala Bidang yang
mempunyai tugas perencanaan kegiatan pembinaan,
pengendalian dan pengembangan metrologi legal, serta
lebih dititikberatkan pada metrologi teknis. Bidang
Metrologi memiliki fungsi :
1. pelaksanaan perencanaan program kegiatan
kemetrologian;
2. pelaksanaan pengawasan dan pengendalian SDM
metrologi;
3. pelaksanaan koordinasi, rekomendasi penilaian
standard ukuran dan laboratorium Kabupaten/Kota;
4. pelaksanaan verifikasi standard satuan ukuran milik
Propinsi dan Kabupaten/Kota;
5. penyelenggaraan interkomparasi skala propinsi,
penyelenggaraan fasilitasi kerjasama metrologi
legal;
6. pelaksanaan penyuluhan dan pengamatan UTTP, BDKT dan
SI;
7. pelaksanaan pembinaan pembuat, importir UTTP dan
rekomendasipelaksanaan permohonan ijin type dan ijin
tanda pabrik serta menerbitkan perpanjangan ijin
tanda pabrik dan reparatir UTTP;
8. pelaksanaan pengawasan dan penyidikan tindak
UUML/Perda; dan
9. pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh
Kepala Dinas.
Kantor Bidang Metrologi dilengkapi dengan
Laboratorium Kalibrasai Kemetrologian. Laboratorium
tersebut merupakan laboratorium yang didirikan
berdasarkan Keputusan Kepala Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Provinsi Jawa Timur No. 510.3/98/SK/102-
08/2004 tanggal 30 Juni 2004.
Akreditasi SNI 19-17025-2000 dari Komite
Akreditasi Nasional (KAN) nomor urut: LK 071 IDN
membuktikan bahwa laboratorium ini telah sesuai dengan
standar persyaratan umum kompetensi laboratorium uji
dan kalibrasi. Laboratorium ini mengutamankan
pengendalian mutu, kepuasan pelanggan, dan selalu
menjamin bahwa pekerjaan kalibrasi selalu dilaksanakan
oleh sumber daya manusia dengan kejujuran teknis,
teliti, cepat, akurat, dan effisien yang tinggi.
Semua layanan jasa yang ditawarkan memberikan
kontribusi yang penting dalam menjamin kualitas
pengukuran. Hal tersebut akan mendorong berkembangnya
kemetrologian di wilayah Jawa Timur sehingga berdampak
pada pesatnya dunia perindustrian dan perdagangan.
Laboratorium kalibrasi ini juga sebagai rujukan semua
balai pelayanan kemetrologian yang berada di wilayah
Surabaya untuk melakukan pengujian semua alat ukur
milik balai agar tertelusur ke standar nasional hingga
internasional dalam jangka waktu tertentu. Untuk
selanjutnya masing-masing balai kemetrologian
diperbolehkan menggunakan standard UTTP tersebut untuk
kegiatan tera maupun tera ulang UTTP di wilayah kerja
masing-masing. Kabupaten/kota yang masuk dalam
rekomendasi penilaian standard ukuran dan laboratorium
dari Bidang Metrologi meliputi UPT Bojonegoro, Jember,
Kediri, Madiun, Malang, Pamekasan, dan Surabaya.
Berikut ini adalah layanan jasa yang mampu
dilakukan oleh Laboratorium Kalibrasi Kemetrologian:
1. jasa kalibrasi
a. kalibrasi anak timbangan kelas F1 dari 1 g sampai
200 g;
b. kalibrasi anak timbangan kelas F2 dari 1 mg sampai
20000 g;
c. kalibrasi anak timbangan kelas M1, M2, M3 dari 1
mg sampai 25000 g;
d. kalibrasi timbangan elektronik kelas I sampai
kelas III sampai dengan kapasitas 30000 g;
e. kalibrasi timbangan mekanik kelas I sampai kelas
III sampai dengan kapasitas 30000 g;
f. kalibrasi pressure gauge 5 bar sampai dengan 350
bar;
g. kalibrasi buret kapasitas 50 ml sampai 1000 ml;
h. kalibrasi labu ukur kapasitas 50 ml sampai 1000
ml;
i. kalibrasi gelas ukur kapasitas 50 ml sampai 1000
ml;
j. kalibrasi temperatur:
temperatur gelas -30oC sampai 150oC;
temperatur analog -30oC sampai 600oC;
temperatur digital -30oC sampai 600oC;
termocouple -30oC sampai 600oC;
PRT -30oC sampai 600oC;
oven, bath, furnace dari 0oC sampai 300oC;
2. jasa pengujian
meliputi pengujian BDKT, filling machine, bejana
ukur, dan pengujian untuk mendapatkan ijin tanda
pabrik, serta pengujian untuk berbagai jenis tangki
(TUTSIDA, TUTSIT, tangki bentuk bola, tangki
tongkang, tangki speroidal, container tank);
3. jasa pengkuran
meliputi pengukuran massa, volume, panjang, tekanan,
dan suhu ;
4. jasa pelatihan/training course
a. sistem manajemen mutu laboratorium dan
ketidakpastian pengukuran;
b. pelatihan kalibrasi bidang massa, volume, panjang,
tekanan, dan suhu.
2.1.2 Unit Pelayanan Teknis Kemetrologian Surabaya
UPT Kemetrologian Surabaya merupakan kantor yang
membidangi kegiatan metrologi legal. Pada awalnya
kantor ini bernama BPLK yang memiliki lingkup kerja
tera, tera ulang, penyuluhan, pengawasan, penyidikan,
dan kalibrasi. Dampak adanya otonomi daerah, pada tahun
2001 mengalami pemisahan lingkup kerja menjadi UPT
Kemetrologian Surabaya dan Bidang Metrologi yang telah
dijelaskan di atas, dan tahun 2009 berganti nama
menjadi UPT Kemetrologian Surabaya.
Visi dan misi dari UPT Kemetrologian Surabaya yaitu :
Visi :
Tertib Ukur di Segala Bidang
Misi :
Menjamin Kepastian Hukum Perdagangan
Secara garis besar tugas dari UPT Kemetrologian
adalah menciptakan tertib ukur yang kemudian
menciptakan keadilan bagi masyarakat, seperti motto
yang dimiliki metrologi adalah :
“Memperdaya ukuran, menghilangkan kepercayaan” (dalam bahasa
Indonesia);
“Deceit in measuring, is the ruin of credit” (dalam bahasa Inggris);
“Bancana patakaran, pralaya kapradanan” (dalam bahasa
Sansekerta).
Sesuai Peraturan Menteri Perdagangan Republik
Indonesia No:50/M-DAG/PER/10/2009 tanggal 7 Oktober
2009 pada pasal 9 menyatakan bahwa UPT Kemetrologian
memiliki fungsi:
a. menyelenggarakan pengujian UTTP dalam rangka
penerbitan izin Tipe dan izin Tanda Pabrik;
b. mengelola standar ukuran dan laboratorium metrologi
legal secara nasional; dan
c. melaksanakan kegiatan pelayanan tera dan tera ulang
UTTP yang memerlukan penanganan khusus.
2.2 Struktur Organisasi Kantor Bidang Metrologi dan
Unit Pelayanan Teknis Kemetrologian Surabaya
Gambar 2.1 merupakan struktur organisasi yang
terdapat pada kantor Bidang Metrologi Surabaya. Masing-
masing kepala seksi memiliki anggota yang bertanggung-
jawab untuk melaksanakan tugas sesuai keahlian yang
dimiliki.
Gambar 2.1 Struktur Organisasi Kantor Bidang Metrologi
Surabaya
Sedangkan skema struktur organisasi yang terdapat
di kantor Unit Pelayanan Teknis Kemetrologian Surabaya
adalah sebagai berikut:
Gambar 2.2 Struktur Organisasi Kantor UPT Kemetrologian
Surabaya
2.3 Jadwal Kegiatan Kerja Praktik
Kerja praktik dilaksanakan oleh penulis di kota
Surabaya mulai Senin, 4 Juli 2011 dan berakhir Jumat,
12 Agustus 2011. Kegiatan ini dilaksanakan sesuai
jadwal hari kerja kantor institusi Pemerintah, yaitu
hari Senin sampai Jumat di tiap minggunya. Apel pagi
sebagai pengawal kerja dilaksanakan pukul 08.00–08.10
WIB hingga berakhir pukul 15.30 WIB atau sampai
selesai kegiatan kemetrologian pada hari tersebut,
terutama untuk tugas loko/di luar kantor.
BAB III
TEORI DASAR TERA ULANG TIMBANGAN JEMBATAN3.1 Topik yang dilaksanakan Selama kerja praktik
Mahasiswa yang melaksanakan kerja praktik di
Surabaya telah mendapatkan materi-materi pembelajaran
dengan topik:
kalibrasi UTTP di Laboratorium Kalibrasi
Kemetrologian kantor Bidang Metrologi Disperindag
Surabaya Provinsi Jawa Timur;
sidang kantor, yaitu kegiatan metrologi legal yang
dilakukan di kantor Unit Pelayanan Teknis
Kemetrologian Surabaya seperti tera/tera ulang UTTP,
izin tanda tipe, dan lain sebagainya;
peneraan di tempat pakai (loko), yaitu kegiatan
metrologi legal yang dilakukan di tempat pakai
(pabrik, bandara, laboratorium dll) akibat UTTP
berukuran besar dan tidak efektif untuk
dimobilisasi;
tera/tera ulang tangki ukur mobil (TUM) di Benowo
Surabaya dengan metode penakaran masuk menggunakan
bejana ukur standar volume 1000 liter;
sidang luar, merupakan istilah untuk kegiatan
kemetrologian meliputi tera/tera ulang terhadap UTTP
yang diselenggarakan di pasar, kecamatan, atau
kelurahan sesuai jadwal dari Gubernur Jawa Timur.
3.2 Timbangan Jembatan Sebagai Timbangan Non-Otomatis
3.2.1 Pengetahuan Umum Tentang Timbangan Jembatan
Timbangan jembatan merupakan timbangan elaktronik
yang memiliki dimensi yang besar (baik panjang maupun
lebar), serta kekuatan besar yang mampu mengukur massa
hingga kapasitas satuan ukuran ton. Penamaan timbangan
jembatan ini sesuai dengan bentuk fisiknya yang umum
dipasang atau ditanam hingga menyerupai jembatan dengan
terdapat kolom pada bagian bawah. Di dalam kolom
tersebut terpasang load cell dan junction box atau lever
system. Timbangan ini terbagi dalam 3 jenis, yaitu
analog, mix electronic dan full electronic.
Komponen-komponen pada konstruksi timbangan jembatan
antara lain:
a. platform, landasan timbangan yang bersifat kuat,
rigid, dan tahan karat untuk meletakkan beban
timbang;
b. tiang penyangga, terpasang secara vertiikal yang
menghubungkan platform dengan batang penghubung;
c. batang penghubung, terpasang secara horizontal yang
menerima input tekanan untuk didisplaikan pada
dial meter;
d. load cell, transduser gaya yang bekerja berdasarkan
prinsip deformasi sebuah material akibat adanya
tegangan mekanis yang bekerja, yang mengubah gaya ke
sinyal listrik;
e. junction box, mengakumulasikan jumlah gaya yang terukur
oleh tiap-tiap load cell;
f. dial meter, analog display berupa pergerakan jarum
akibat adanya tekanan dari batang pengghubung yang
dikonversikan sebagai besaran massa;
g. digital indicator, sebagai digital display dari junction box.
Sistem mekanik pada Gambar 3.1 timbangan jembatan
jenis analog, beban yang berada di atas platform akan
menyebabkan penekanan pada tiang penyangga dengan besar
gaya tertentu. Gaya tersebut akan diteruskan ke dial
meter sebagai analog displai oleh sebuah batang
penghubung. Sistem mekanik ini memiliki kelemahan pada
kekurang-akuratan hasil yang ditunjukkan. Hal tersebut
dikarenakan ketelitian alat ini sangat tergantung pada
konstruksi sistem lever yang dibuat.
Gambar 3.1 Timbangan Jembatan Analog
Gambar 3.2 timbangan jembatan mix electronic
menjelaskan tentang adanya beban pada platform
menimbulkan tekanan yang akan di-sensing sebagai input
gaya oleh tiang penyangga. Gaya tersebut akan masuk ke
sistem elektronik, didistribusikan oleh batang
penghubung ke load cell untuk diubah menjadi sinyal
listrik. Output dari pengukuran ini ditampilkan pada
digital indicator. Timbangan jembatan ini memiliki kualitas
pengukuran yang lebih bagus karena telah terintegrasi
dengan Load cell yang dalam aplikasinya selalu disesuaikan
dengan kondisi dan keadaan di lapangan.
Gambar 3.2 Timbangan Jembatan Mix Electronic
Jenis timbangan jembatan yang ketiga adalah full
electronic. Konstruksi timbangan ini telah menggunakan
sistem elektronik secara keseluruhan. Beban yang ada di
platform akan menekan load cell pada keempat sisi. Load
cell ini sebagai bagian utama pengubah gaya ke sinyal
listrik. Untuk menentukan tegangan mekanis didasarkan
pada hasil penemuan Robert Hooke, bahwa hubungan antara
tegangan mekanis dan deformasi yang diakibatkan disebut
regangan[4]. Regangan ini terjadi pada lapisan kulit
dari material sehingga memungkinkan untuk diukur
menggunakan sensor regangan atau strain gage.
G
ambar 3.3 Timbangan Jembatan Full Electronic
Berikut ini klasifikasi timbangan berdasarkan kelas
ketelitian:
1. Kelas 1 (kelas ketelitian khusus)
2. Kelas 2 (kelas ketelitian halus)
3. Kelas 3 (kelas ketelitian sedang)
4. Kelas 4 (kelas ketelitian biasa)
Penunjukan timbangan elektronik dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain pengaruh gravitasi,
kemiringan, gelombang elektromagnetik, gaya apung,
histerisis, kelembaban, dan getaran.
Interval skala terkecil (d) adalah nilai
dinyatakan dalam satuan massa:
a. untuk penunjukan analog, yaitu perbedaan antara dua
nilai dari dua tanda skala yang berurutan; dan
b. untuk penunjukan digital, yaitu perbedaan antara dua
nilai yang ditunjuk berurutan.
Inteval skala verifikasi (e) adalah nilai yang
dinyatakan dalam satuan massa, digunakan untuk
pengklasifikasian timbangan dan untuk pengujian
timbangan. Sedangkan jumlah interval skala verifikasi
(N) pada timbangan interval tunggal adalah perbandingan
kapasitas maksimum dengan interval skala verifikasinya.
N = Max / e
Hubungan antara kelas kesaksamaan timbangan
dengan interval skala verifikasi, jumlah interval skala
verifikasi dan kapasitas minimum timbangan, adalah
sebagaimana Table 3.1 di bawah ini:
Tabel 3.1 Klasifikasi Timbangan
KelasInterval skala
verifikasi (e)
Jumlah Interval
Skala VerifikasiKapasit
as
MinimumMinimumMaksimu
mKhusus
(I)0,001 g ≤ e )
50.000
) - 100 e
Halus
(II)
0,001 g ≤ e ≤ 0,05
g100 100.000 20 e
0,1 g ≤ e 5.000 100.000 50 eSedang 0,1 g ≤ e ≤ 2 g 100 10.000 20 e
(III) 5 g ≤ e 500 10.000 20 eBiasa
(IV)5 g ≤ e 100 1.000 10 e
3.2.2 Metode Uji Perfomansi
a. Ketidaktetapan (Repeatability)
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah
timbangan dapat memberikan hasil yang konsisten,
apabila diberi muatan yang sama secara berulang-ulang
pada posisi yang relatif sama. Muatan uji yang
digunakan adalah beban yang bersifat tetap dengan massa
sekurang-kurangnya 50% Maks.
b. Pengujian Eksentrisitas (Eccentricity)
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja
timbangan dalam memberikan hasil penimbangan bila
muatan yang sama diletakkan pada posisi-posisi yang
berbeda. Muatan uji yang digunakan adalah anak
timbangan standar dengan minimal 1/3 (Maks + Tarra).
c. Ketelitian Penyetelan Nol (Accuracy of Zero Setting)
Prosedur ini bertujuan untuk mengetahui kinerja
penyetel nol timbangan setelah timbangan distel nol.
Persyaratan:
Setelah dilakukan penyetelan nol, maka pengaruh
penyimpangan nol pada hasil penimbangan tidak boleh
lebih dari 0,25e. Akan tetapi pada timbangan dengan
alat penunjukan tambahan penyimpangan ini tidak boleh
lebih dari 0,5d.
Pengujian nol bagi timbangan dengan penunjukan digital
tidak mungkin dilakukan pada posisi nol ideal tetapi
akan dilakukan pada posisi yang terbebas dari rentang
penyetel nol dan rentang perangkap nol.
d. Pengujian Kebenaran (Weighing Test)
Pengujian kebenaran harus dilakukan setelah uji
ketidaktetapan (repeatability). Titik uji penimbangan
dengan minimal 5 titik uji dalam rentang ukur
penimbangannya harus mencakup:
- minimum menimbang;
- pada perubahan BKD;
- 100% Maks atau boleh kurang 5e dari Maks.
Tabel 3.2 Batas Kesalahan yang Diizinkan (BKD)
BKD
Untuk muatan yang dinyatakan dalam interval
skala verifikasi e
±
0,5e
0 ≤ m ≤
50000
0 ≤ m ≤
5000
0 ≤ m ≤
500 0 ≤ m ≤ 50
±
1,0e
50000 < m
≤ 200000
5000 < m ≤
20000
500 < m ≤
2000
50 < m ≤
200±
1,5e
200000 <
m
20000 <
m ≤ 100000
2000 < m
≤ 10000
200 < m ≤
1000
e. Pengujian Diskriminasi
I II III
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahu kemampuan
timbangan terhadap
perubahan kecil muatan. Untuk timbangan yang memiliki d
≠ e maka ketentuan
dalam prosedur ini yang ditulis e diubah menjadi d.
Pengujian dilakukan pada 3
titik uji (minimum menimbang, 50% Maks dan 100% Maks).
Persyaratan :
Imbuh standar 1,4 kali nilai skala sesungguhnya (1,4 d)
bila
secara berhati-hati ditempatkan pada atau diturunkan
dari timbangan pada
kesetimbangannya (keadaan setimbang) maka harus ada
perubahan sebesar
satu interval skala terkecil (d).
BAB IV
TERA ULANG TIMBANGAN JEMBATAN4.1 Standar Acuan/Referensi
1. UUML No. 2 tahun 1981 tentang Metrologi Legal;
2. rekomendasi OIML No. 76 tahun 1992;
3. DVT, PT, dan Surat Edaran Direktur Metrologi tahun
1983 dan tahun 1984 tentang persyaratan teknik
timbangan elektronik dan pembubuhan tanda tera
pada timbangan elektronik;
4. Peraturan Pemerintah No. 2 tahun 1985 tentang
wajib tera/tera ulang;
5. SK Menperindag No. 61/MPP/KP/2/98 tentang
Penyelenggaraan Kemetrologian;
6. SK Dirjen PDN No. 29/DJPDN/KP/XII/98 tentang
Rincian UTTP.
4.2 Ruang Lingkup
Spesifikasi timbangan jembatan yang ditera ulang adalah
sebagai berikut:
a. dokumentasi
pemilik : PT. PITAMAS INDONUSA
alamat : Jl. Betro Sedati
Sidoarjo
tanggal pengujian (tera ulang) : Kamis, 21 Juli
2011
b. data timbangan
merk : AND
model/tipe : AD- 4329
no. seri : N. 151 0753
kapasitas (maks/min) : 60000 kg/10 kg
interval skala terkecil (e) : 10 kg
jenis penunjukan : digital
kelas ketelitian : III
pabrik pembuat/negara : Korea
4.3 Peralatan yang Digunakan
Untuk tera ulang timbangan jembatan, dibutuhkan:
a.timbangan jembatan elektronik digital;
b.anak timbangan standar 25 kg sejumlah 5000 kg;
c.anak timbangan standar 1 kg, 2 kg, dan 5 kg;
d.ballast;
e.cerapan pengujian.
4.4 Evalasi Hasil Pengujian
a. Pengujian Ketidaktetapan/Repeatability
Muatan yang dibebankan pada platform timbangan
sebesara 31720 kg. Muatan tersebt merpakan gabungan
dari muatan standar 5000 kg dan ballast sebesar 26720
kg. Pada 3 kali penimbangan, indikator display
menunjukkan hasil yang konsisten, yaitu 31720 kg. Hasil
ini yang digunakan untuk mengambil kesimpulan pada tera
ulang bahwa timbangan jembatan dinyatakan pass atau sah.
Untuk mengetahui besarnya penyimpangan kesalahan
yang terjadi pada pengujian, dengan acuan STK, harus
diketahui terlebih dahulu nilai repeatability (R) timbangan
tersebut. Kemudian membandingkan nilai R terhadap
besarnya Batas Kesalahan yang Diijinkan (BKD). BKD yang
digunakan sebesar ± 3e karena pengujian dilakukan untuk
keperluan tera ulang pada timbangan jembatan dengan
kapasitas maksimal penimbangan lebih dari 10000 kg.
Dengan demikian, besar nilai BKD ± 30 kg. Nilai R dapat
diketahui setelah mendapat hasil dari persamaan P.
Hasil dari persamaan P diketahui setelah menambahkan
imbuh pada muatan yang telah berisi beban standar dan
ballast dengan batas hingga indikator display
menunjukkan perubahan 1 skala ke atas.
Pengujian ketidaktetapan/repeatability dinyatakan sah
jika besarnya nilai R tidak melebihi BKD. Di bawah ini
merupakan tabel untuk mengetahui nilai R dengan
menghitung lebih sistematis :
Tabel 4.1 Data Pengujian Ketidaktetapan/Repeatability
I0
(kg)IL (kg) ΔL (kg)
P
( IL + 0,5e
- ΔL)
R
31720
-- -
31720
-- -
31720
-- -
Penulis tidak dapat menunjukkan hasil perbandingan
antara R dengan BKD disebabkan adanya perbedaan
pelaksanaan teknis yang dilakukan oleh UPT
Kemetrologian Surabaya dengan petunjuk teknis dari
Syarat Ketentuan Teknis (STK). Seperti tanpa penambahan
imbuh, langsung mengambil kesimpulan sah atau batal
timbangan jembatan tersebut. Sehingga pada pengujian
ini tidak dapat dipastikan bahwa hasil yang ditunjukkan
dari indikator displai akan valid dan hasil perhitungan
pengujian juga tidak dapat dikatakan valid. Selain itu
disebabkan pula pemakaian ballast yang tidak standar,
yaitu dengan memanfaatkan truk, tronton, atau kontainer
yang sedang berada di lokasi pelaksanaan tera ulang
timbangan jembatan tanpa mengetahui massa beban
sebenarnya.
b. Pengujian Eksentrisitas (Eccentricity)
Pada dasarnya pengujian ini dilakukan sebanyak
jumlah penyangga yang tersambung dengan load cell.
Mayoritas timbangan jembatan memiliki 5 penyangga,
yaitu di bagian 4 pojok dan 1 di bagian tengah di bawah
platform. Dengan demikian akan ideal jika dilakukan 5
kali pengujian pada 5 bagian tersebut dengan massa
standar yang digunakan sebesar 1/3 kapasitas maksimal.
Hal ini mudah dilakukan pada jenis timbangan tertentu,
misal timbangan elektronik dengan kapasitas maksimal
penimbangan 200 kg dengan anak timbangan yang relevan
dengan dimensi platform. Sedangkan untuk timbangan
jembatan akan menemui kesulitan ketika massa beban yang
digunakan untuk memiliki dimensi yang memenuhi luas
permukaan platform timbangan jembatan. Sehingga
pengujian eksentrisitas pada timbangan jembatan milik
PT. Pitamas Indonesia ini hanya dilakukan sebanyak 3
kali pada sisi depan, tengah, dan sisi belakang
walaupun load cell yang dimiliki terpasang di 5 sisi.
Indikator display menunjukkan hasil penimbangan
dari ketiga pengujian sebagai berikut:
1. sisi depan : 31720 kg
2. sisi tengah : 31720 kg
3. sisi belakang : 31720 kg
Pada pengujian eksentrisitas menggunakan beban
muatan yang sama dengan pengujian ketidaktetapan. Hal
ini bertujuan untuk menghemat tenaga dan mengefisienkan
waktu, sehingga memang tidak jarang akan menemui
beberapa pengujian dilakukan dengan massa beban yang
sama. Keadaaan tersebut dilakukan karena terbentur
masalah teknis yang bertugas mengangkat dan memindahkan
standar sebanyak 40 biji dengan masing-masing bermassa
25 kg hanya dengan tidak lebih dari 4 sumber daya
karyawan.
Pengujian menunjukkan hasil yang sama pada ketiga
sisi. Sekilas ini menunjukkan hasil yang bagus, namun
harus diperhatikan bahwa beban yang disyaratkan adalah
beban standar. Pada kenyataannya beban standar yang
digunakan dalam pengujian hanya tersedia sebanyak 5000
kg, Sehingga untuk memenuhi syarat minimal 1/3 massa
kapasitas maksimal adalah menggunakan tambahan ballast
bergerak seperti truk, tronton, atau kontainer yang
tidak diketahui nilai kebenarannya. Dan dampak yang
muncul seperti yang telah dijelaskan pada pengujian
ketidaktetapan/repeatability.
Dalam pengujian ini, tanpa penggunaan imbuh/COP
akan berdampak tidak dapat dianalisis besarnya
kesalahan pengujian. Berikut ini tabel sistematis untuk
mengetahui kesalahan penunjukan dari pengujian
eksentrisitas yang berfungsi untuk menentukan sah atau
batal pengujian ini dengan membandingkan terhadap BKD:
Tabel 4.2 Data Pengujian Eksentrisitas
Posi
si
Muatan
(L) kg
Penunju
kan
(IL) kg
Imbuh
(ΔL) kg
Kesalahan
Penunjukan
E = IL + 0,5e -ΔL
– L1 31720 - - -
2 31720 - - -
3 31720 - - -
c. Pengujian Penyetelan Nol (Accuracy of Zero Setting)
Massa standar yang digunakan adalah 5e = 50 kg
untuk pengujian penyetel nol. Hasil pengujian telah
tercantum dalam Tabel 4.3 berikut:
Tabel 4.3 Data Pengujian Penyetel Nol/ Accuracy of Zero
Setting
Muatan
uji
(kg)
Re Zero ± 10e
Penunjukan Timbangan
awal
(kg)
+ 0,25e
(kg)
+0,5e
(kg)50 0 100 50 50 60
Untuk menentukan sah atau batal timbangan jembatan
dalam pengujian penyetel nol terdapat 2 syarat khusus:
dengan menambahkan imbuh/COP sebesar 0,25e atau
setara dengan 2,5 kg, indikator displai tidak boleh
menunjukkan perubahan penunjukan.
dengan menambahkan imbuh/COP sebesar 0,5e atau
setara dengan 5 kg, harus ada perubahan penunjukan
dari indikator displai, yaitu kenaikan 1 skala.
Dari hasil pengujian tersebut, timbangan jembatan
ini dinyatakan sah atau pass kualifikasi penyetel nol.
d. Pengujian Kebenaran/Weighing Test
Tabel 4.4 Data Pengujian Kebenaran/Weighing Test
No
Muatan (kg) Penunjukan (kg) Kesalah
an
Timbang
an E
(kg)
Standa
r
Ball
astL IL ΔL
P
IL +
0,5e- ΔL
1 5000 0 5000 5000 1 5004 4
20
3181
0
3181
031810 3 31812
175000
3181
0
3683
036830 6 36829
3 200 0 200 200 7 198 -2
4 0 9820 9820 9820 2 9823 5
5000 98201483
014830 7 14828
5 04118
0
4118
041180 9 41176 10
Dalam menentukan sah atau batal pengujian
kebenaran ini, terdapat beberapa ketentuan yang harus
dipenuhi. Dari perhitungan di atas, total kesalahan
timbangan adalah sebesar 34 kg. Hasil tersebut
melebihi BKD, yaitu sebesar 3e setara 30 kg untuk massa
penimbangan melebihi 10000 kg pada tera ulang
timbangan. Selain itu juga perlu diperhatikan pada
penggunaan ballast tidak standar yang tidak dapat
diketahui kebenarannya secara pasti. Selanjutnya pada
proses pengambilan data pengujian yang tidak berurut
dari nominal yang terkecil hingga terbesar, menyebabkan
ketidakstabilan timbangan dalam membaca beban muatan.
Keadaan tersebut dilakukan karena keterbatasan ballast
standar dan hanya menggunakan peralatan yang tersedia
saat peneraan ulang timbangan jembatan tersebut.
Dengan beberapa pertimbangan yang tersebut di
atas, timbangan jembatan ini dinyatakan batal/fall
weighing test. Langkah yang dapat dilakukan adalah proses
penjustiran oleh pihak jasa distributor timbangan
jembatan.
d. Pengujian Diskriminasi
Tabel 4.5 Data pengujian Diskriminasi
NoMuatan
(kg)
I1
(kg)
I2
(kg)I2 – I1 (kg)
1. 200 210 220 102. 31810 31820 31830 103. 41180 41190 41200 10
Diskriminasi timbangan dari pengujian adalah
sebesar 10 kg, tepat 1d. Dengan hasil seperti itu, uji
diskriminasi timbangan jembatan dinyatakan bagus dan
sah/pass. Pernyataan tersebut terlepas dari kebenaran
muatan uji, terutama massa 31810 kg dan 41180 kg yang
sejak awal memang telah dipermasalahkan.
BAB V
PENUTUP
5.1 SimpulanDari kerja praktik yang telah dilaksanakan,
terdapat beberapa hal yang dapat disimpulkan sebagai
berikut:
a. penggunaan ballast bergerak seperti truk, tronton,
ataupun kontainer yang tidak diketahui tingkat
kebenarannya tidak dapat digunakan untuk memperoleh
kevalidan hasil pengujian;
b. pengujian yang tidak dilakukan secara berurutan dan
tidak maksimal sampai selesai dapat mengurangi
kemampuan penunjukan hasil penimbangan;
5.2 SaranPersiapan peralatan dan SDM yang memadai
diperlukan untuk melaksanakan pengujian sesuai STK,
seperti tersedianya anak timbang standar yang memenuhi
50% kapasitas maksimal; ballast standar; forklift untuk
memudahkan mobilisasi AT standar maupun ballast; penera
yang memiliki kapasitas kompetensi yang tinggi terhadap
kemetrologian dan mampu melaksanakan disiplin
persyaratan teknis kemetrologian; serta sejumlah
karyawan yang memilki tenaga dan kekuatan yang besar
untuk pekerjaan teknis dalam membantu penera.
DAFTAR PUSTAKA
[1] http://disperindag.jatimprov.go.id/index.php?
pilih=hal&id=17, 31 Oktober 2011
[2] Katalog No. LK 07110n, Profile Laboratorium
Kalibrasi Kemetrologian, Disperindag, Surabaya,
Indonesia.
[3] SK Menteri Perdagangan RI no:
50/M-DAG/PER/10/2009 tanggal 7 Oktober 2009 pasal
9
[4] Dwi Purwanto, “Rancang Bangun Load Cell Sebagai
Komponen Utama pada Sistem Uji”, laporan, BPP
Teknologi, Jakarta, Indonesia, 2008.
LAMPIRAN
Prosedur Kerja Tera/Tera Ulang Timbangan Elektronik
a. Ketidaktetapan (Repeatability)
Langkah-langkah pengujian ketidaktepatan:
1. nolkan timbangan (Io);
2. muati dengan muatan uji dan beri tanda letak
posisi muatan;
3. setelah timbangan diberi muatan L lakukan langkah-
langkah seperti berikut:
a. catat penunjukan timbangan (IL). IL adalah
penunjukan timbangan terbaca sebelum ditambah
dengan imbuh ΔL. Kemudian ditambahkan imbuh
0,1e ke atas penerima muatan secara bertahap
sampai penunjukan tepat pada saat berubah +1e
dan stabil, catat jumlah imbuh yang
dibutuhkan, yaitu ΔL
b. hitung posisi penunjukan timbangan (P) dengan
rumus:
1. P = IL + 1/2e – ΔL
4. turunkan muatan uji dan imbuh yang digunakan;
5. jika penunjukan timbangan tidak nol, dinolkan;
6. lakukan langkah-langkah “2” sampai dengan “5”
secara berulang dengan minimum 3 kali pengujian;
7. hitung repeatability (ketidaktetapan) timbangan dengan
rumus:
R=√∑(Pi−Paverage)²n−1
R = ketidaktepatan
Pi = posisi penunjukan ke I (I = 1,2, … )
P average = rata-rata posisi penunjukan
timbangan
n = jumlah pengujian
8. bandingkan hasil pengukuran dan periksa apakah
nilai R tidak lebih besar dari nilai absolut BKD
untuk muatan uji.
b. Pengujian Eksentrisitas
Langkah-langkah pengujian eksentrisitas:
1. hitung jumlah penyangga (n);
2. bagi permukaan penerima muatan menjadi n bagian
yang sama;
3. nolkan timbangan (Io);
4. naikkan muatan uji secara merata pada bagian yang
diuji, sehingga menunjuk IL;
5. tentukan dan catat kesalahan penunjukan timbangan
(E) yaitu:
E = IL + 1/2e – ΔL – L
6. lakukan langkah-langkah “3” sampai dengan “5” untuk
bagian permukaan tidak melebihi BKD untuk muatan
uji;
7. periksa apakah kesalahan penunjukan (E) pada setiap
bagian permukaan tidak melebihi BKD untuk muatan
uji.
c. Pengujian Diskriminasi
Langkah-langkah pengujian diskriminasi:
1. nolkan timbangan (Io);
2. naikkan muatan uji ke atas penerima muatan;
3. tambahkan imbuh 0,1 d secara bertahap sampai
penunjukan tepat pada saat berubah sebesar satu
interval skala (d) dan stabil;
4. catat penunjukannya (I1);
5. dengan hati-hati naikkan imbuh 1,4 d dan amati
perubahan penunjukan
timbangan (I2);
6. periksa apakah perubahan penunjukan sebesar satu
interval skala
(I2 – I1) = d.
d. Ketelitian Penyetelan
Cara penyetelan nol pada timbangan dengan
penunjukan digital bisa berupa Penyetelan non otomatis,
penyetel nol semi otomatis dan penyetel nol otomatis
untuk mengetahuinya lakukanlah langkah-langkah sebagai
berikut :
1. nolkan timbangan;
2. naikkan muatan 5e;
3. nolkan timbangan;
4. turunkan muatan 5e;
5. amati perubahan penunjukan timbangan minimum 5
detik dan apabila berubah menjadi nol maka
timbangan tersebut memiliki alat penyetel nol
otomatis dan apabila setelah 15 detik tidak berubah
maka timbangan tersebut tidak memiliki alat
penyetel nol otomatis.
d. 1 Penyetel nol non otomatis dan semi otomatis
a. Nolkan timbangan (Io), kemudian:
1. muati timbangan dengan anak timbangan yang
besarnya ada dalam rentang ukur penyetel nol
(0% s.d. 4% Maks, pada umumnya ±2% Maks sekitar
nol);
2. tambahkan imbuh 0,1e secara bertahap sampai
penunjukan tepat pada saat berubah 1e dan
stabil, tarik kembali imbuh sebesar +1e;
i. nolkan timbangan (Io);
ii. naikkan muatan 10e, amati penunjukannya;
iii. dengan hati-hati tambahkan imbuh standar
sebesar 0,25e dan amati penunjukan timbangan
bila :
tetap tidak berubah, lanjutkan butir b
berubah dan stabil sebesar 1e dari
penunjukan semula maka timbangan
dinyatakan tidak baik dan penunjukan
dihentikan;
b. dengan hati-hati tambahkan imbuh sebesar 0,5e dan
amati penunjukan timbangan, bila :
1. berubah dan stabil sebesar 1e dari penunjukan
semuala maka
timbangan dinyatakan baik (sah);
2. tetap tidak berubah maka timbangan dinyatakan
tidak baik.
d.2 Penyetelan nol otomatis
a. nolkan timbangan (Io);
b. naikkan 10e;
c. dengan hati-hati tambahkan imbuh standar 0,25e
dan amati penunjukan timbangan bila:
tetap tidak berubah, lanjutkan ke langkah
butir d;
berubah dan stabil sebesar +1e dari
penunjukan semula, timbangan dinyatakan tidak
baik (batal) dan pengujian dihentikan;
d. dengan hati-hati tambahkan imbuh standar 0,25e
dan amati penunjukan
timbangan bila:
o berubah dan stabil sebesar +1e dari
penunjukan semula maka timbangan dinyatakan
baik (sah);
o tetap tidak berubah maka timbangan dinyatakan
tidak baik (batal).
e. Pengujian Kemiringan
Langkah-langkah pengujian:
1. posisikan timbangan dalam keadaan datar
dengan memperhatikan penyipat datar;
2. muati timbangan dengan sembarang muatan dan
tentukan posisi penunjukannya, misal P1;
3. posisikan timbangan dalam keadaan miring
2/1000 dari keadaan penyipat datar butir (a),
yaitu memberikan ganjal dalam arah panjang
atau melintang;
4. muati timbangan sebesar seperti muatan pada
mutir (b) dan tentukan posisi penunjukannya,
misal P2. Selisih (P2 – P1) tidak boleh lebih
besar dari BKD pada muatan tersebut.
f. Pengujian Kebenaran
Langkah-langkah pengujian:
1. nolkan timbangan (Io);
2. muati dengan anak timbangan standar L sesuai
dengan titik uji yang diperiksa (didahului
dari minimum menimbang);
3. catat penunjukan timbangan IL, kemudian
tambahkan imbuh 0,1e ke atas penerima muatan
secara bertahap sampai penunjukan tepat pada
saat berubah +1e. Catatlah jumlah imbuh yang
dibutuhkan, yaitu ΔL lalu hitung kesalahan
penunjukan timbangan dengan rumus E = IL +
1/2e – ΔL – L;
4. lakukan kembali prosedur diatas untuk titik
uji yang lainnya.
Jalan Ganesha 10 Bandung 40132, Telp: +6222 2504551, Fax +6222 2509406,
e-mail: [email protected]
Program D3
Metrologi &
Instrumentasi
Labtek VI,
Lt.I
Telp: +6222
2504424
ect 163
Fax: +6222
2506281
c.id
d3metrologi@y
ahoo.co.id
FORM KEHADIRAN KERJA PRAKTIK MAHASISWA
Nama Mahasiswa / NIM : Puji Tri Utami /
03309339
Lembaga / Perusahaan : UPT Kemetrologian
Surabaya dan kantor Bidang
Metrologi Disperindag Surabaya
Jawa Timur
No Hari / Tanggal Deskripsi Jenis
1Senin, 4 Juli
2011
Penyambutan oleh kepala Bidang
Metrologi Surabaya dan kepala UPT
Kemetrologian Surabaya
kantor
2Selasa, 5 Juli
2011
Pengenalan volume (cara membaca skala
pada bejana ukur dan gelas ukur) dan
tekanan.Bidang
Metrol
ogi
3Rabu, 6 Juli
2011Kalibrasi AT F1 dengan E2
4Kamis, 7 Juli
2011Kalibrasi timbangan elektronik
5Jumat, 8 Juli
2011
Pengenalan kalibrasi dial indikator
dilengkapi software
6Sabtu, 9 Juli
2011
7Minggu, 10 Juli
2011
8Senin, 11 Juli
2011
Tera neraca obat, tera ulang
timbangan meja
sidang
kantor
9Selasa, 12 Juli
2011
Memasang tanda jaminan pada 100 meter
air untuk keperluan tera & tera ulang
10Rabu, 13 Juli
2011Tera ulang neraca obat dan meter air
11Kamis, 14 Juli
2011
Tera timbangan elektronik kap. 15 kg
& tera neraca obat12 Jumat, 15 Juli Tera ulang timbangan elektronik kelas
2011II, tera neraca obat (NKH), tera
ulang timbangan meja
13Sabtu, 16 Juli
2011
14Minggu, 17 Juli
2011
15Senin, 18 Juli
2011
Tera conveyor belt kapasitas maks.
3000 kg, PT. Santos Jaya Abadi
loko
16Selasa, 19 Juli
2011
Tera ulang timbangan jembatan
kapasitas maks. 80 ton, PT. Charoen
Pokphand Sidoarjo
17Rabu, 20 Juli
2011
Tera ulang timbangan jembatan
kapasitas maks. 60 ton untuk
batubara, Gresik
18Kamis, 21 Juli
2011
Tera ulang timbangan jembatan
kapasitas maks. 60 ton, PT. Pitamas
Indonesia Sedati Sidoarjo
19Jumat, 22 Juli
2011Perayaan 17 Agustus kantor
20Sabtu, 23 Juli
2011
21Minggu, 24 Juli
2011
22Senin, 25 Juli
2011
Sidang di kec. Tanggulangin, t. meja=
63, cb=33, dacin=9, TE=13 sidang
luar23
Selasa, 26 Juli
2011
Sidang di kec. Tanggulangin, t. meja=
14, cb=11, NE=1, TE=3
24Rabu, 27 Juli
2011
Sidang di pasar Larangan Candi, t.
meja=15, cb=14, TE=20
25Kamis, 28 Juli
2011
Sidang di kec. Candi, t. meja=14,
cb=13, dacin=4, TBI=4, TE=7
26Jumat, 29 Juli
2011Sidang kantor kantor
27Sabtu, 30 Juli
2011
28Minggu, 31 Juli
2011
29Senin, 1
Agustus 2011
Tera neraca obat (NKH), tera ulang
timbangan mejasidang
kantor30
Selasa, 2
Agustus 2011
Tera ulang timbangan elektronik, tera
ulang neraca emas
31Rabu, 3 Agustus
2011
tera timbangan elektronik, tera
neraca obat (NKH)
32Kamis, 4
Agustus 2011
Tera ulang meter BBM di SPBU
54.601.110 Pecindilanloko
33Jumat, 5
Agustus 2011Membuat laporan kantor
34Sabtu, 6
Agustus 2011
35Minggu, 7
Agustus 2011
36Senin, 8
Agustus 2011Membuat laporan kantor
37 Selasa, 9 Mempelajari peneraan dan peneraan TUM