I. PENGERTIAN 1. SURVEY Survey adalah pekerjaan yang paling penting dalam suatu perencanaan SUTT karena survey akan menentukan jalur yang akan dilalui SUTT 2. ROUTE Route adalah jalur yang sudah ditentukan dengan patok patok sepanjang route Jalur yang menghubungkan dua tempat yang paling ekonomis adalah jalur yang lurus , mengingat keadaan tanah gunung , sungai dan tempat-tempat yang tidak boleh dilalui maka jalur tersebut akan berbelok-belok. Dalam praktek untuk memilih route kita akan dihadapkan dengan beberapa masalah , salah satu diantaranya adalah sudut belokan , ini adalah termasuk dalam perhitungan penentuan route Dalam menentukan route kita akan menemukan Danau , Bukit , Batukarang , Sungai , karena pada tempat tersebut tidak mungkin didirikan tower oleh karena itu kita harus mencari tempat yang seekonomis mungkin untuk menempatkan tower sehingga terhindar dari kondisi tersebut, penentuan jalur dengan cara : - Pemberian tanda - Pemetaan - Jarak jarak horisontal 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
I. PENGERTIAN
1. SURVEY
Survey adalah pekerjaan yang paling penting dalam suatu perencanaan SUTT karena
survey akan menentukan jalur yang akan dilalui SUTT
2. ROUTE
Route adalah jalur yang sudah ditentukan dengan patok patok sepanjang route
Jalur yang menghubungkan dua tempat yang paling ekonomis adalah jalur yang lurus ,
mengingat keadaan tanah gunung , sungai dan tempat-tempat yang tidak boleh dilalui
maka jalur tersebut akan berbelok-belok.
Dalam praktek untuk memilih route kita akan dihadapkan dengan beberapa masalah ,
salah satu diantaranya adalah sudut belokan , ini adalah termasuk dalam perhitungan
penentuan route
Dalam menentukan route kita akan menemukan Danau , Bukit , Batukarang , Sungai ,
karena pada tempat tersebut tidak mungkin didirikan tower oleh karena itu kita harus
mencari tempat yang seekonomis mungkin untuk menempatkan tower sehingga terhindar
dari kondisi tersebut, penentuan jalur dengan cara :
- Pemberian tanda
- Pemetaan
- Jarak jarak horisontal
- Perbedaan tinggi
3. PROFIL PLOTING
Menggambarkan secara lengkap keadaan medan Transmissi
- Keadaan rumah
- Pepohonan
- Jalan
- Persilangan dengan transmissi yang lain
- Pipa bawah tanah
- Rel Kereta api
1
- Sungai
- Batu karang , tebing , bukit yang mungkin dilalui transmisi
- Perencanaan tinggi tower dan tinggi konduktor
4. TOWER PEGGING
Pemberian tanda dimana tower akan didirikan , dalam pemberian tanda ini harus hati hati
karena kesalahan dalam pemberian tanda akan menimbulkan banyak kesulitan
5. CROSS DIAGONAL SECTION
- Kondisi tanah , letak tiang , datar atau miring
- Luas tanah yang dibutuhkan
- Menggambarkan keadaan tanah sehingga dapat menentukan kaki tiang
6. TOWER SCHEDULE
- Daftar nomor tiang
- Daftar type tiang
- Daftar kaki tiang dan tingginya
- Daftar type pondasi
- Daftar jenis tiang
- Daftar isolator
- Daftar jarak tiang dengan tiang berikutnya
- Daftar perlengkapan untuk kebutuhan tiap tiap tiang
2
C D
AB
7. SOIL INVESTIGATION
Mengadakan penyelidikan keadaan tanah
8. ROUTE CLEARING
Penebangan pohon , pembongkaran rumah Dll . sehingga route tersebut betul-betul bebas
untuk SUTT
9. ACCES ROAD
Jalan menuju lokasi tiang untuk pengangkutan:
- Perlengkapan penarikan
- Material tiang dan ponadsi
10. EXCAVASI
Adalah penggalian untuk pondasi
- Berapa luas tanah yang dipergunakan untuk keperluan tiang tersebut
- Menentukan patok-patok untuk ponadsi
- Menentukan titik-titik patok untuk penggalian tiap pondasi
3
11. LEG EXTENTION
Pada keadaan tanah datar kaki tiang sama panjang tetapi bila keadaan tanah miring maka
kaki tiang tidak sama, yang akan mengikuti permukaan tanah dengan referensi senter
tower .
12. LEVELLING
Level pondasi pada tanah datar adalah sama dengan toleransi maksimum 1 cm tetapi pada
tanah yang miring memerlukan ketelitian karena level pondasi tidak sama
13. BASE
Dasar tiang bagian bawah
14. STUB
Baja yang ditanam dalam pondasi
Stub disambung dengan leg extention , leg extention adalah kaki tiang yang disambung
dengan seluruh body extention
4
15. SETTING LEVELLING
Level pemasangan dengan toleransi 1 mm , level leg extention harus sama dengan level
stub dengan toleransi 1 mm lebih dari 1 mm tidak baik dan akan mengalami kesulitan
dalam erection
Setelah stub betul levelnya maka baru dilaksanakan pengecoran pondasi
5
STUB
LEVEL
LEVEL
16. PONDASI
Pondasi adalah bangunan yang menyangga suatu konstruksi yang berada diatasnya.
Masalah pondasi kita harus mengetahui lebih dalam, tentang pondasi yang akan dibuat .
dan komposisi material yang akan dipergunakan , pasir , semen , dan kerikil , air.
17. FORM WORK CONCRATE ( CETAKAN BETON )
Cetakan beton sesuai dengan type pondasi
Tanah urug ( Back Filling ) , setelah 24 jam cetakan bias dibuka dan segera di urug
18. TOWER
Tower adalah suatu konstruksi besi siku yang dipergunakan untuk menyangga konduktor.
Pekerjaan tower :
- Transportasi : Pengankutan material tower kelokasi dengan tower yang cukup berat
- Assembling : Perakitan bagian bawah tower sebelum dipasang (hanya sebagian kecil)
- Erection : Penyetelan tower pada pondasi setelah selesai dirakit dibawah
- Stringing : Penarikan kawat
Penentuan penempatan aspel konduktor dan aspel kawat tanah yang
berpedoman pada profile keadaan tanah sehingga mudah untuk
menempatkan mesin penarik , bila tidak memungkinkan maka lokasi
harus dirubah.
6
Pulley Block Insulator : Montage roll yang akan dipasang harus
disesuaikan dengan diameter konduktor yang akan ditarik.
19. PULLING OUT
Pelaksanaan penarikan konduktor dan kawat tanah untuk pelaksanaan stringing.
20. SAGGING
Pengaturan lendutan kawat
Jarak dari kawat tersebut bila ditegangkan dan jarak kawat dari tanah sehingga dapat
menentukan harus berapa tarikan yang harus dilakukan.
Setelah selesai di sagging kemudian dilakukan Clamping dengan memasang suspension
clamp.
7
SAG
GROUNDCLEARANCE
21. SPACING
Pemasangan spacer untuk mengikat kawat dimaksudkan agar supaya pergerakan kawat
bundle dapat bersama-sama ( seirama ) juga berfungsi sebagai peredam getaran kawat .
Jumlah spacer tergantung dari jarak gawang .
22. ACCESSORIES
- Plat nomor tower ( monitoring )
- Damper
- Arcing Horn dan lain-lain
23. REVISION
Pengecekan ulang
24. EARTHING
Pemeriksaan pentanahan , bila tidak ada agar dipasang . untuk menyalurkan tegangan
lebih pada tower ke tanah.
25. FINAL REVISION
Pengechekan terakhir dengan perlengkapannya
26. GROUND RESTORAT
Pemeriksaan dibawah SUTT harus betul-betul bersih
27. TAKING OVER
Penyerahan dari Proyek ke PLN dalam hal ini setelah dilakukan pemeriksaan bersama.
8
II. BAGIAN BAGIAN DARI TRANSMISSION LINE
1. TOWER
Tower adalah konstruksi besi siku dengan syarat-syarat yang dapat memikul beban
konduktor yang cukup berat sesuai dengan konduktor yang akan dipergunakan.
Jenis-jenis tower :
- Piramid Tower
- Portal Tower
- Guyed tower dimana tower tersebut hanya diperkuat dengan kawat
skur
2. CONDUCTOR
Konduktor adalah suatu media untuk mengalirkan daya listrik, setiap fasa dapat berupa
1,2,3, konduktor dan apabila untuk setiap fasa terdiri lebih dari dua konduktor maka
disebut Bundle Conductor.
9
Mantel terbuat dari kawat Aluminium
Inti dari kawat baja
Konduktor adalah media yang mampu mengalirkan energi listrik , dalam hal konduktor
ACSR energi listrik disalurkan melalui kawat Aluminium , sedangkan inti baja berfungsi
sebagai penguat untuk menarik pada konduktor terserbut.
Diameter kondotor mulai dari 10 , 50, 100 mm dan seterusnya.
Dalam penggunaan konduktor dapat dengan sistem bundle untuk diameter tertentu karena
bila menggunakan satu konduktor dengan diameter yang besar akan mengalami kesulitan
teknis.
3. INSULATOR
Fungsinya adalah sebagai penyekat antara bagian konduktor yang bertegangan dengan
tower yang diketanahkan.
Permukaan isolator dibuat berlekuk lekuk yang maksudnya untuk menghindarkan air
hujan jangan sampai menghubungkan bagian yang bertegangan dengan tower yang
ditanahkan akibat dari air hujan.
Jumlah isolator tergantung dari tegangan sistem yang dipergunakan.
Tegangan semakin tinggi semakin banyak isolator yang dipergunakan dalam satu
rangkaian untuk mendapatkan jarak yang cukup untuk menghidarkan terjadinya lompatan
api listrik.
10
Untuk daerah yang berkabut misalnya daerah pantai dipergunakan jenis isolator anti fog
dan untuk daerah yang kering dipergunakan jenis isolator normal
Diameter isolator bermacam-macam tergantung tegangan kerja yang dikenakan makin
tinggi tegangan sistem makin besar diameter isolator.
4. FITTING
Fitting adalah seluruh material yang dipergunakan untuk mengikat atau memegang
sepanjang penghantar yang berhubungan dengan penyaluran tenaga listrik.
5. JOINT
Joint adalah penyambungan , mengingat panjang konduktor dalam haspel hanya beberapa
meter sedangkan panjang SUTT cukup jauh maka konduktor perlu disambung.
Pertama penyambungan antara inti baja dengan inti baja kemudian di press kemudian
baru aluminiumnya.
6. SUSPENSION SET
Adalah perlengkapan untuk memegang konduktor agar tidak jatuh , suspension klem ini
terdiri dari beberapa bagian .
7. SPACER
Spacer adalah pengikat antara konduktor dalam satu fasa pada penghantar bundle ,
jumlah spacer tiap gawang tergantung jarak gawang dan jenis konduktor.
8. DUMPER
Dunper berfungsi untuk mengurangi getaran pada suspension clamp akibat tiupan angin ,
karena apabila getaran tersebut tidak dikurangi akan dapat mengakibatkan kerusakan
konduktor pada suspension clamp.
11
9. PROTECTION RING
Protection ring adalah untuk menghindarkan terjadinya loncatan api listrik akibat
kelebihan muatan sehingga loncatan api listrik terjadi antar protective ring bukan antara
konduktor dengan tiang melalui permukaan isolator.
10. JUMPER
Jumper adalah konduktor penyambung pada tower tension
11. MONITORING
Monitoring adalah terbuat dari suatu plat yang menggambarkan susunan kawat fasa ,
nomor tower , nilai tahanan tanah , tanda bahaya .
12. EARTHING GROUNDING
Earthing grounding adalah konduktor yang menyambungkan antara tower ke tanah
pemasangannya mutlak diperlukan karena apabila tower tersambar petir dapat langsung
diketanahkan sehingga tidak membahayakan manusia dan tidak menimbulkan gangguan.
Type Earthing Grounding tergantung pada keadaan tanah , karena setiap jenis tanah
mempunyai tahanan tanah yang ber beda-beda,
12
13. TYPE TOWER
Untuk jalur yang lurus dipergunakan jenis tower pikul atau suspension tower dan
diperbolehkan dengan sudut belokan yang kecil sampai dengan 2o sedangkan untuk
tower penegang atau tension tower dipergunakan untuk belokan dari 0o s/d 60o dan
juga dipergunakan untuk jalur yang lurus , misalnya dekat sungai , crossing dengan jalan
tol dan sesuai dengan kebutuhannya.
Jenis Dead End
Dipergunakan untuk tiang terakhir dimana konduktor berikutnya masuk ke Switch yard .
Jenis Special Suspension Tower
Jenis tower ini merupakan jenis tower suspension yang diperkuat dan dipergunakan untuk
sudut belokan antara 0o s/d 5o .
14. EARTH WIRE
Fungsi kawat petir adalah untuk melindungi konduktor dari sambaran petir langsung ,
sambaran petir yang mengenai kawat petir disalurkan langsung kebumi.
Kawat petir dipasang pada bagian paling ujung dari tower , kawat petir terbuat dari kawat
baja yang di Galvanis , yang dihubungkan langsung dengan tower , dan tower
dihubungkan langsung dengan tanah.
Sudut perlindungan petir yang paling ideal adalah 0o dan sudut maksimum adalah 30o .
Untuk memperluas daerah perlindungan maka kawat petir diletakan pada bagian tertinggi
(ujung tower)
D1 / H1 = tan 15 o
D2 / H2 = tan 15 o
D3 / H3 = tan 15 o
13
15. 1ELECTRICAL CLEARANCE
Electrical Clearance adalah jarak paling aman dari konduktor , electrical clearance ini
harus dipertimbangkan besarnya simpangan kekiri dan kekanan oleh gaya transversal
yang menyebabkan konduktor tersebut bergoyang , simpangan tersebut membentuk sudut
simpangan sebesar 15 o kekiri dan kekanan ,
Besarnya electrical clearance juga tergantung dari besarnya tegangan transmisi.
14
III. FOUNDATION
Pondasi adalah suatu bangunan untuk membuat suatu tower dapat didirikan
Gaya yang bekerja pada pondasi adalah : 1 . Gaya angin
2 . Gaya berat
3. Gaya tarik Konduktor
pada pondasi harus dibuat kuat karena kalau tidak kuat tower tersebut akan roboh , pada
pondasi akan bekerja tiga macam gaya yaitu :
a, Gaya vertikal yang disebabkan oleh berat konduktor dan fitting dan beratnya tower itu
sendiri
15
b. Gaya transversal yang disebabkan oleh adanya tiupan angin
c. Gaya tarikan konduktor yang dirasakan sepanjang konduktor.
Pondasi adalah bangunan yang berada dibawah tanah yang kekuatannya dipengaruhi oleh
keadaan tanah dimana pondasi tersebut didirikan, jenis-jenis tanah adalah sebagai berikut
- tanah normal
- tanah berlumpur
- tanah berpasir
- tanah berbatu
Type pondasi dibuat sesuai keadaan tanah .
16
PONDASI
TradisionalNormal
Special RockPondation
Raft Auger RockDrilled
Pile
Reinforcing Rods
1. NORMAL FOUNDATION
Pondasi ini digunakan bila keadaan tanahnya normal
Keadaan tanah dikatakan normal apabila Bearing Capacity ( Kemampuan tanah menahan
berat ) atau sering juga disebut Sigma Tanah adalah kurang lebih 2 Kg /Cm 2 .
17
L
L
H
StubChimney
Plinth
Slub
L
L
Ukuran H dan L tergantung dari type tower, juga tergantung dari gaya vertikal.
Untuk pondasi tower transmisi tegangan 70 Kv , 150 Kv dan 500 Kv untuk pondasi jenis
normal adalah sama hanya ukurannya yang berlainan.
2. SPECIAL FOUNDATION
Pondasi ini dipergunakan untuk keadaan tanah yang lembek .
Untuk pondasi jenis ini tidak perlu tinggi tinggi namun harus lebar , untuk menjaga agar
tower tidak roboh maka Lx L = L2 harus luas
Untuk pondasi jenis ini bila keadaan tanahnya lembek yang pada umumnya Bearing
Capacitynya rendah sekitar 0,5 Kg / Cm 2 sehingga daya tahan terhadap berat cukup
kecil.
3. ROCK FOUNDATION
Jenis pondasi ini digunakan pada daerah yang berbatu-batu dimana tanah didaerah
tersebut mempunyai bearing capacity > 5Kg / Cm 2 .
18
Untuk pondasi jenis ini H dan L tidak perlu sebesar pondasi normal ( lebih kecil dari
pondasi normal ) karena kondisi tanah yang keras maka penggaliannya tidak teratur.
Pada pondasi jenis ini Chimney tidak perlu tinggi-tinggi antara 30 s/d 50 Cm hanya untuk
membungkus besi Stub agar tidak karatan. Untuk itu semua pondasi dicor.
Perbadingan volume penggalian antara pondasi Normal , Special , Rock
4. RAFT FOUNDATION
19
Luas penggalian pondasi Special
Luas penggalian pondasi Rock Luas penggalian
pondasi Normal
Jenis pondasi ini digunakan untuk daerah yang keadaan tanahnya sangat lembek dan
berair , untuk jenis raft ketinggian pondasi kurang lebih 50 Cm namun L x L = L2 cukup
luas dan lebih besar dari pondasi special jadi seperti rakit dan seolah–olah pondasi
tersebut mengambang.
Kira–kira sepuluh tahun terakhir ini sudah dipikirkan bagaimana membuat pondasi untuk
tower transmisi yang cukup effisien , hal ini disebabkan karena hal –hal sebagai berikut
- masalah transportasi
- masalah biaya
- masalah waktu penyelesaian
Karena dari volume pondasi yang cukup besar
- Jenis pondasi normal kira-kira volumenya 20 m 3 .
- Jenis pondasi special kira-kira volumenya 60 m 3 .
- Jenis pondasi rock kira-kira volumenya 10 m 3 .
20
- Jenis pondasi raft kira-kira volumenya 100 m 3 , dan dapat lebih besar lagi
Maka diciptakan jenis pondasi yang dinamakan jenis Auger.
5 . AUGER FOUNDATION
Jenis pondasi ini diciptakan karena kondisi medan yang cukup sulit sehingga dipikirkan
bagaimana caranya agar pondasi tersebut mudah mengerjakannya , rendah biayanya serta
cepat penyelesaiannya, pondasi jenis Auger ini sebagai pengganti type normal.
Untuk membuat pondasi jenis auger ini dibuat lobang dengan ukuran dalam 1 meter
lebar dan panjang 2 meter , kemudian dibor dengan jumlah lobang pengeboran antara
1,2,3,4,5,6,7 dst, dengan kedalaman antara 8 s/d 10 meter dan diameter lobang antara
30 s/d 40 centi meter , penggalian bagian atas hanya untuk Chimney saja dan
pengecoranya sangat kecil kira-kira 2 m3 .
21
Pondasi jenis ini sangat kuat karena adanya gaya gesek antara pondasi dengan tanah
disekitarnya , dan ekonomis.
Untuk menggabungkan semua kolom agar menjadi satu kesatuan maka digabung dengan
slub, setelah kolom diadakan pembesian kemudian dilakukan pengecoran kemudian
digabungkan menjadi satu dan dicor sehingga terbentuklah slub.
6. ROCK DRILLED FOUNDATION
Jenis pondasi ini adalah merupakan perbaikan dari type Rock , pondasi ini dibuat dengan
membuat beberapa lobang dengan diameter 10 cm dan kedalaman antara 6 s/d 10 meter
cara membuat lobang dengan menggunakan peralatan yang disebut Jack Hammer
Setiap lobang diadakan pembesian dan hanya diberi satu batang besi beton dan pada
setiap batang diberi cabang-cabang yang dilas untuk menjaga agar batang besi beton tepat
ditengah-tengah .
22
PEMBESIAN PONDASI JENIS AUGER
Setelah pembesian kemudian dilakukan pengecoran dengan semen cair dan sedikit pasir
dan juga menggunakan Vibrator, yaitu alat untuk memadatkan semen agar tidak terjadi
rongga , hal ini sangat penting karena diameter lobang hanya 10 cm.
Pengecoran tidak menggunakan concrate karena concrate terdapat kerikil –kerikil yang
dapat mengakibatkan rongga-rongga , setelah pengecoran kemudian dilakukan
penggabungan menjadi satu kesatuan dengan slub, dan Chimneynyapun sangat kecil.
Pondasi jenis ini sangat kuat bagaikan pohon dengan akar-akar yang menancap sangat
kuatnya disamping itu biayanya sangat ekonomis , mudah pengerjaannya dan
transportasinya ringan.
Dari keenam jenis pondasi ini semuanya tergantung dari keadaan tanah , sedangkan pada
type spesial masih ada pengembangannya yaitu yang disebut Special Pile
23
7. SPECIAL PILE FOUNDATION
Jenis pondasi ini merupakan pengembangan dari jenis pondasi special , pondasi ini dibuat
dari concrate dan dibuat terlebih dahulu ( dicetak ) dengan penampang bujur sangkar
dengan ukuran 30 x 30 atau 40 x 40 atau berpenampang lingkaran dengan diameter 30
s/d 40 cm.
Setelah cukup keras kemudian dipancang kedalam tanah dengan menggunakan hammer.
Setelah terpancang semua kemudian digabung menjadi suatu kesatuan oleh slub.
Jenis pondasi dibuat demikian karena keadaan tanah yang lembek.
Untuk kondisi tanah yang labil jenis pondasi ini juga sering digunakan dengan kedalaman
lebih dari 10 meter dengan cara cetakan beton tersebut disambung, yaitu dengan cara
setelah batang pertama dipancang sampai masuk semua kedalam tanah kemudian
24
disambung batang berikutnya dengan plat besi dan dilas , dan dipancang lagi sampai
mencapai tanah yang stabil
Banyak macam jenis pondasi sehingga banyak pula jenis stub tergantung dari keadaan
tanah dan jenis pondasi , stub mempunyai banyak ukuran , stub adalah bagian paling
bawah yang ditanam dalam concrate.
IV. PEMBESIAN
Untuk semua pondasi dibutuhkan pembesian yang akan dicor, pembesian ini diperlukan
terutama pada ukuran sbb :
a) Bila a/b < 1
25
b) Bila sudut kemiringan lebih kecil dari 45o
Pembesian untuk keadaan tersebut diperlukan karena bila tidak diadakan pembesian
pondasi tidak akan kuat dan akan membahayakan .
Syarat pembesian :
1. Pembesian pada Special Pondasi
Karena H/L < 1 disamping itu juga kemiringan < 45 o maka diperlukan pembesian
tanpa pembesian pondasi tersebut akan pecah karena beban yang disangga lebih dari
sepuluh ton, untuk pondasi normal dapat tidak menggunakan pembesian karena pada
umumnya plinth selalu dibuat lebih besar dari 45 o disamping itu juga slub cukup tebal
sehingga pondasi tidak pecah, juga a/b > 1
26
2. Pembesian pada Raft foundation
Karena a/b < 1 maka diperlukan pembesian tanpa pembesian pondasi tersebut akan
pecah , untuk pondasi jenis Rock dapat dibuat tanpa pembesian karena a/b = 1 sehingga
tanpa pembesian pondasi tersebut tidak akan pecah.
27
.
3. Pembesian pada Pondasi Auger
28
Pada pondasi Auger karena diameter kolom antara 30 s/d 40 cm sedangkan panjang
kolom adalah antara 800 s/d 1000 cm atau a/b = 30/800 << 1 (kecil ) maka diperlukan
pembesian.
4. Pembesian pada Pondasi Rock Drilled
29
Pada pondasi rock drilled perlu dilakukan pembesian karena a/b = 50/100 < 1
V. ROUTE
Untuk menentukan route suatu transmisi maka dilakukan langkah-langkah sebagai
berikut
1. Langkah pertama untuk menentukan route adalah dengan cara memperkirakan letak
route dengan melihat pada peta
2. Langkah kedua adalah dengan menghubungi pihak berwenang mengenai route dan
juga mengadakan pendekatan kepada masyarakat untuk mendapatkan persetujuan ,
bila tidak mendapatkan persetujuan maka route harus dipindahkan ( pilih yang lain )
dan merevisi route yang telah direncanakan , dalam menentukan route walaupun
berbelok-belok tetapi dipilih route yang paling menguntungkan , Jalur terbaik bagi
route suatu transmisi adalah jalur yang lurus , tetapi dikarenakan keadaan medan
30
Batang besi dengandiameter 20 mm
maka jalur transmisi yang lurus sulit dilaksanakan , oleh karena itu jalur transmisi
terbagi menjadi seksi-seksi jalur lurus.
3. Langkah ketiga adalah setelah mendapat persetujuan yaitu dengan terjun
kelapangan untuk memberi patok tanda ( Pegging ) sepanjang route yang akan
dilalui dimana tower akan didirikan , pemberian tanda patok adalah pada seksi
pertama dari T ke A1 dilihat dengan tachometer , satu seksi ini bisa 1 km , 5 km ,
10 km dst. Cara pengukuran adalah tentukan patok pertama dilihat dari titik T
kemudian pindah ke patok No 1 yang telah ditancapkan untuk menentukan patok
berikutnya dengan referensi titik T yaitu dengan melihat kebelakang demikian
pula dengan patok No.3 kita pindahkan instrumen ketitik patok No.2 dengan
melihat patok No 1 kemudian menentukan patok No.3 dan seterusnya.
Tanda harus tetap terlihat , cara penandaan sedemikian karena kita tidak dapat
patok de\idepan , maka harus melihat kebelakang agar antara titik T ke A1 tetap
lurus.
31
A1
A2A3
A4A5 A
B
Dari peta dapat ditentukan route tersebut akan melalui daerah mana karena dari
peta dapat diketahui letak kota , jalan raya, rel kereta api , sungai , bandara,
transmisi yang sudah ada, dan bangunan penting lainnya.
Dalam praktek titik A1 tidak selalu terlihat dari titik T tergantung keadaan medan
untuk itu dibedakan menjadi tiga keadaan medan :
1. Titik A1 dapat dilihat langsung dari titik T
2. Titik A1 dapat dapat dilihat dari titik tertinggi yang ada diantara titik T dan A1
3. Titik A1 sama sekali tidak dapat dilihat dari titik T
Kesalahan Pengukuran
Dalam pratek pengukuran sering terjadi kesalahan ukur yang disebabkan oleh kesalahan
pengukuran maupun kesalahan alat ukur , untuk itu ada cara agar kesalahan itu tidak
terjadi , misalkan kesalahan ukur pada alat sebesar 5 cm maka semakin jauh dan semakin
banyak patok semakin besar kesalahannya , sehingga makin banyak patoknya semakin
besar kesalahan yang timbul.
Untuk mengatasi terjadinya kesalahan tersebut dilakukan cara-cara sebagai berikut :
Pertama-tama kita tentukan patok No.1 setelah didapat patok No.1 dari patok No.1 kita
melihat kebelakang (T) Kemudian melihat patok No.2 , kesalahan misalkan ada disebelah
kanan , beri patok sementara pada titik tersebut , setelah itu instrumen kita putar 180o
sehingga menghadap kebelakang kemudian kita balik menghadap kedepan dan kesalahan
32
pengukuran ada disebelah kiri kemudian diberi patok sementara , dari kedua patok
sementara itu kita ambil tengah-tengah yang merupakan letak patok yang sebenarnya
(patok yang kita inginkan)
Begitulah selanjutnya sehingga kita mendapatkan patok-patok yang lurus .
1. Bila keadaan medan dapat melihat dari titik T ketitik A1 pengukuran dapat mudah
dilakukan tetapi dengan cara-cara seperti diatas agar letak patok tetap lurus
2. Bila keadaan medan tidak memungkinkan untuk melihat langsung maka dicari titik
tertinggi agar dapat melihat titik T dan titik A1
Setelah didapat titik tertinggi maka dicari titik-titik yang benar dengan cara
memindah-mindah titik tersebut pada satu garis A-B dengan cara dicoba-coba antara
kiri kanan titik yang kita inginkan , dalam hal menentukan titik tertinggi ini , bila
terjadi kesalahan antara 2 - 3 cm itu tidak menjadi masalah karena kita hanya
33
menentukan satu titik, kemudian menentukan titik-titik ( patok-patok ) seperti cara
diatas agar tidak terjadi kesalahan .
3. Bila keadaan medan tidak memungkinkan sama sekali untuk melihat titik T dan A1
maka dibuatlah patok-patok sementara.
Dalam praktek keadaan medan 99% ditemui seperti ini
34
A
B
T
T
A1
A1
Dd
T A1
T A1
A1’
d = tg D
kecil sehingga tg sin
Biarpun mengalami kesalahan tetap saja patok-patok sementara itu ditancapkan setelah
selesai pemberian tanda sementara kemudian diukur besarnya kesalahan antara A1 - A1’
(misal 101,25 m) dan jarak antara T – A1 = (misal 6345,5 m) dari pengukuran ini dapat
kita tentukan sudut α .
Jadi 101,25 = 6345,5 sin α
sin α = 101,25/6345,5 sehingga α = . . . .
Setelah ditentukan sudut α kemudian kita tentukan letak titik patok No.1 yang
sesungguhnya dari titik awal ini kita dapat melakukan pengkuran dengan tepat seperti
cara-cara diatas .
Setelah selesai pemberian tanda pada seksi pertama kita lanjutkan keseksi kedua , bila
kita ingin memulai seksi berikutnya maka ditentukan besarnya sudut yaitu dengan cara
menempatkan instrumen tersebut pada titik A1 kemudian melihat
35
T
A1
A2180o
180o
kebelakang dan putar 180o kemudian ditambah sudut α yaitu ( 180 o + α ) demikian
selanjutnya
Perlu diingat instrumen biasanya menggunakan satuan centi cimal ( perseratus) maka dari
derajat harus diubah menjadi centi cimal.
Pemberian TandaPemberian tanda adalah sangat penting sekali karena bila terjadi kesalahan akan berakibat
fatal dan juga perlu diperhatikan pemberian nomor pada setiap tanda harus benar-benar
teliti karena bila terjadi kesalahan dalam pemberian tanda nomor akan berakibat pula
salah dalam pendirian tower.
Untuk menentukan letak patok yang hilang atau dipindah orang maka dilakukan langkah-
langkah sebagai berikut :
1 . Kita ukur 6,5 meter dari pohon kemudian dilingkarkan
36
2 . Kita ukur 5 meter dari sudut rumah kemudian dilingkarkan
Dari kedua pengukuran yang dilingkarkan akan terdapat dua titik potong lingkaran ,
dari kedua titik potong tersebut kita belum dapat menentukan titik potong yang mana
yang merupakan letak patok yang hilang untuk menentukan maka dilakukan langkah
ketiga
3 . Kita ukur 4 meter dari tiang listrik dan dilingkarkan dan akan memotong salah satu
dari kedua titik tersebut yang merupakan letak patok yang hilang ( titik yang
dipotong oleh ketiga lingkaran )
37
Contoh Monographi patok No.2 :
VI. PROFILE
Profile adalah bentangan memanjang dari seluruh route yang menggambarkan keadaan
medan yang sesungguhnya , dari profile inilah semua pekerjaan bermula.
Dalam pengukuran jarak dan perbedaan ketinggian dengan cara menggunakan sistem
koordinat.
38
Untuk menyatakan jarak diukur dari titik terminal pertama titik T1 ( arah sumbu X )
sedangkan untuk menyatakan keadaan ketinggian ( Deferensi level ) diukur dari
ketinggian titik T1 ( arah sumbu Y )
Penggambaran jarak maupun perbedaan ketinggian menggunakan skala , ada dua macam
skala yaitu :
1. Untuk skala horisontal ( H ) arah sumbu X misal 1 : 2000
2. Untuk skala Vertikal ( V ) arah sumbu Y misal 1 : 200
Skala untuk horisontal ( H ) lebih besar dari pada skala vertikal ( V )
Biasanya pada setiap Profile dicantumkan skala : SCALES
H , 1 : 2000V , 1 : 200
( Ini misal )
Untuk skala horisontal tidak perlu teliti sekali akan tetapi untuk skala vertikal harus teliti
sekali karena bila tidak teliti akan berpengaruh pada ketinggian konduktor dari tanah
pada andongan ( lendutan ).
Didalam profile dapat dibuat bermacam-macam skala tetapi untuk satu terminal ( T1 –
T2 ) hanya dibuat satu skala.
Pengukuran horisontal ( lurus ) tanpa perhitungan tapi bila keatas ( miring ) atau miring
ke bawah harus diadakan perhitunggan.
Pengukuran-pengukuran pada belokan-belokan penggambarannya adalah sebagai berikut:
Untuk menyatakan sudut lurus dilihat dari satu arah tidak boleh bolak balik
39
X
Y
200 m350 m
400 m
595 m
+3 +6+10 +10
+8
-3 -3
1 2 3 4 5
R1 = belok ke kanan sebesar sudut 1
L2 = belok ke kiri sebesar sudut 2
Didalam profile ini juga diukur ketinggian terhadap bangunan-bangunan misal tiang
listrik , tiang telepon , dalamnya kanal , tinggi rumah , dan lain-lain juga dilakukan
pengukuran lebar jalan , lebar sungai , dan lain-lain .
Juga harus diperhatikan kiri kanan Centre Line karena mengingat fasa yang ada
dipinggir.
Untuk tanah datar tidak ada perbedaan tinggi
40
A1
A2
h
R 35o40’
L 46o37’
46o37’
35o40’
Perbedaan tinggi antara titik Centre Line dengan kemiringan yang lebih tinggi harus
diperhitungkan karena akan mempengaruhi ketinggian konduktor .
Dalam hal ini cara penggambaran untuk kondisi-kondisi kemiringan yang lebih tinggi
dari Centre Line ada dua macam cara yaitu disebelah kanan dan disebelah kiri .
Hal ini perlu diperhitungkan karena untuk menentukan ketinggian konduktor dengan
tanah sehingga konduktor tersebut berada pada jarak aman ( Electrical Clearance )
Pada profile pada umumnya diberi keterangan-keterangan sebagai berikut :
41
Berapa GC ?
Yang lebih tinggi ada disebelahkanan Centre Line
Yang lebih tinggi ada disebelahkiri Centre Line
Centre Line
Keterangan lainnya pada profile misalnya
500 KV
Klaten - Rawalo
O. S = 11 meter O,S = Outside Line
T1-A1 = P0 – P6
A1-A2 = P6 – P11
Dst
Survey dimaksudkan untuk mengumpulkan data sehingga dapat ditentukan perencanaan yang matang .Kesalahan pada profile akan berakibat serius maka diperlukan ketelitian dan kecermatan ,
harus sesuai keadaan yang sebenarnya di lapangan.
Survey dibedakan menjadi tiga bagian yaitu :
1. Survey langsung kelapangan untuk menentukan Pegging The Route
(pemasangan patok-patok dan lain-lain )
42
SKALA : 1 : 2000 ( H ) 1 : 200 ( V )
RS
LS
K - R
R A
LA
H = HorisontalV = VertikalRS = Right SlopeLS = Left SlopeK-R = Menunjukan arah Transmisi ( misal Klaten - Rawalo )RA = Right Angle ( menun- jukan arah belokan kekanan sebesar )LA = Left Angle ( menun- jukan arah belokan kekiri sebesar )
2. Survey lapangan untuk membuat Profile dan diadakan pengukuran-pengukuran.
3. Membuat gambar profile secara lengkap di kantor.
Kebutuhan peralatan instrumen yang diperlukan dalam pengukuran adalah Tacheo meter
Apa saja yang dapat diukur dengan Tacheo meter :
- H,A = Horisontal Angle
- H,D = Horisontal Distance
- V,A = Vertical Angle
Dari H,D dan V,A dapat ditentukan perbedaan ketinggian ( dihitung ) dalam hal ini
dapat positip maupun negatip.
Cara pengukuran sudut horisontal sebagai berikut :
Meletakan instrumen harus waterpas yaitu pada garis Zenith ( garis vertikal yang menuju
titik bumi ) bila tidak pada garis Zenith maka hasil pengukurannya akan salah.
Pada peralatan tersebut sudah dilengkapi dengan pengatur posisi sehingga benar-benar
tegak lurus.
Cara pengukuran Jarak :
43
Z
90o
Titik pusat
Pengukuran sudut Horisontal
Dalam 360o atau 400 c
Misal = 31o 30’ atau = 34c,65
Pengukuran sudut VerticalZenith
S/2d adalah sudah tertentu yang merupakan konstanta didalam instrumen tersebut ( C )
konstanta adalah f/2d = 100
44
Pengukuran jarak dan pengukuran perbedaan tinggi misal antara T1 ke peg No.2
diletakan stup dititik a, b, c, d dst, Setelah itu kemudian instrumen diletakan pada peg
No.2 dan melihat kebelakang sebagai koreksi ( rechek ) , a, b , c, d, adalah titik peg
sementara .
45
0,75
0,50
1,50-
x
D
h
h
a
c
b
P,A
T
D = S sin 2 x 100
= S sin 2 (180 - ) x 100
S
- = x + 0,75 - h
Hasil-hasil dilapangan diisikan kedalam daftar yang disebut Survey Field Book
sedangkan perhitungannya dilakukan dikantor
S = Station dimana Instrumen ditempatkan
P∆ = Partial Deferensi Level
T∆= Total Deferensial level
T1∆ = P∆ + h – c
Progressive yang berdasar dari titik awal baik horisontal maupun vertikal
P∆ = D ctg
D = S sin 2
VII. PENEMPATAN TOWERPenempatan tower adalah dengan referensi Centre Line.
Tower adalah bagian atas bangunan menara yang memikul beban konduktor.
46
Reading
a c bS h p D Average
Progress
T
P H V
T1T1
1,501,50
a 2
1,001,00
1,752,25
2,503,50
88,20’87,20’
144,86249,45
4,4411,63
4,4410,63
2222
1,521,521,521,52
T1ab3
1,000,500,750,50
2,251,751,251,25
3,503,001,752,00
91,45’86,30’86,20’87,20’
249,75249,0699,59149.67
249,6-7,6516,106,307,32
-8,61
33333
1,421,421,421,421,42
2abc4
0,500,751,001,000,50
1,251,251,501,751,25
2,001,752,002,002,00
87,23’
dst
149,65
149,667,24
4444
1,511,511,511,51
3ab5
1,000,750,500,25
2,001,251,251,00
3,001,752,001,75 89,00 22.32’
Tower dibagi menjadi dua macam jenis tower :
1. Tension Tower
Tension tower adalah type tower penegang yaitu konduktor diputus kemudian
disambung dengan jumper, gaya yang dialami oleh tower ada dua arah
2 . Suspension Tower
Suspension tower berfungsi hanya untuk memikul beban konduktor , arah gaya hanya
satu arah ( arah kebawah ) dan konduktor tidak dipotong.
- Line Tower
47
TOWER
TENSION(STRAIN)
SUSPENSIONMAX 2O S/D 5O
LINE( 0O) TOWER
ANGLETOWER
TERMINAL TOWER
Line tower adalah tower yang dipasang pada jalur yang lurus ( 0 o ) ini dapat
menggunakan jenis tower Suspension maupun tower tension.
- Angle tower
Angle tower ini dipergunakan untuk pada belokan jalur antara 1 o s/d 60 o tetapi dapat
juga sampai 90 o untuk keadaan yang khusus , type suspension
tower hanya dapat dipergunakan untuk tower dengan sudut belok antara 0 o s/d 5 o
sedangkan type tension tower dipergunakan antara 0 o s/d 60 o
- Terminal Tower
Terminal tower dipergunakan pada tower akhir dari suatu transmisi ( Dead End
Tower ) tower yang dipergunakan hanya tower tension.
Tower yang dipergunakan untuk tower 500 KV single circuit adalah sebagai
berikut:
0 s/d 2 o type A = tower suspension
5 o < type A = tower suspension yang diperkuat
0 o s/d 10 o type B = tower tension
0 o s/d 30 o type C = tower tension
0 o s/d 45 o type D = tower tension
0 o s/d 60 o type E = tower tension
0 o s/d 45 o type FF = tower tension ( Special Tower )
Toff Deviasion F/90 o = tension tower
48
Toff deviasion F/90 o dipergunakan pada tower khusus untuk pencabangan
Perjanjian :
1. Pemberian nomor adalah : yang kecil dibelakang dan yang besar didepan
1 2 3 . . . . . . . . . . .
> 15 16 17
2. Pemberian tanda A, B, C, D :
Harus melihat arah dari Centre Line ( CL )
- Depan kanan A
- Belakang kanan B
- Belakang kiri C
- Depan kiri D
49
Tower F / 90o
Cara penempatan tower berdsar Centre Line
T1 A1
A2
T2
AB
C D
A
B
C
D
CL
AB
DC
Perjanjian ini harus disepakati bersama , dan ini hanya perjanjian dan siapa saja
dapat membuat perjanjian dengan penamaan yang berbeda.
LINE TOWER
ANGLE TOWER
Kedudukan konduktor sejajar Centre Line
Cara penempatan tower adalah menggunakan garis bagi sudut belokan jadi tower
tegak lurus garis bagi sudut belok seperti gambar baik untuk jenis suspension
maupun jenis tension.
TERMINAL TOWER
Terminal tower adalah tower yang pada ujung terakhir dari transmisi yang berada
pada lokasi dekat dengan Gardu Induk atau lazim disebut Dead end tower.
Pada tower ini harus mampu menahan tarikan dari sebelah saja yaitu arah keluar
sedangkan arah yang menuju ke Gardu Induk tidak boleh ada tarikan.
50
CL
AB
C D
Konduktor
CL
Konduktor
Terminal tower yang paling baik adalah yang tidak mempunyai simpangan sudut,
Centre Line ( 0o ) dan tegak lurus gelagar.
Tetapi kadang-kadang terminal tower juga mengalami belokan akan tetapi belokan
maksimum adalah 45 o tetapi penempatan konduktor selalu sejajar dengan tower
tidak berdasar Centre Line.
Mengapa tower diharapkan tegak lurus gelagar , karena mengingat peralatan yang
berada di Gardu Induk dan juga estetikanya.
TERMINAL TOWER ( DEAD END TOWER )
51
AB
C D
S/S
CL
Gantry Gardu induk
Konduktor
AB
C D
S/S
CL
Gantry Gardu induk Konduktor45O
Dalam keadaan yang memaksa kadang-kadang Centre Line membuat belokan yang
lebih besar dari 45o misalkan 49 o karena melebihi 45 o maka dibuatlah tower khusus
dengan Arrangemant special yang dimiringkan 9 o .
Dalam hal kejadian demikian ini diakibatkan oleh kesalahan pada saat suvey,
seharusnya pada saat menentukan survey diusahakan Centre line masuk ke GI
membuat sudut maksimum 45o karena kesalahan tersebut mengakibatkan biaya
menjadi lebih mahal , masalah lain yang timbul adalah Electrical Clearance.
Special Arrangement ini kurang bagus bila sudut sampai 50 o keatas baik dari segi
estetika maupun electrical clearance juga konduktor yang masuk ke FI tidak boleh
ada gaya.
VIII. GAYA –GAYA YANG TIMBUL PADA TOWER.
52
9o
CL
Konduktor
Gantry
Gaya yang bekerja pada tower ada beberapa macam tergantung posisi tower dan jenis
tower yang dipergunakan.
- Pada tower suspension yang bekerja hanya gaya berat dari konduktor dan
perlengkapannya yaitu gaya hanya satu arah , arah kebawah
- Pada tower tension gaya yang bekerja adalah gaya tarik dari kiri dan kanan tower
pada konduktor , dan juga memikul gaya berat konduktor dan perlengkapannya arah
kebawah.
Pada tower tension yang dipasang sebagai Dead End Tower gaya yang bekerja adalah
gaya tarik hanya sebelah oleh konduktor ( satu arah ) karena yang masuk ke GI tidak
boleh mengalami gaya dan gaya berat oleh kondukor
- dan perlengkapannya .
Apabila pada salah satu tower akan diadakan pencabangan maka diperlukan Special
Special tower F/90o tension.
Cartenery adalah bagian lengkungan dari konduktor.
F = Ground Clearance ( jarak minimum konduktor dari tanah yang ditentukan oleh PLN )
53
S
F
H = F + S
H
S = Sagging adalah jarak antara horisontal dengan titik terendah pada lendutan
H = Tinggi Tower ( H = F + S )
Gruond clearance berbeda-beda untuk setiap negara dan kondisi lingkungan disuatu
tempat.
Besarnya sagging ditentukan oleh 3 faktor :
1. Span ( C ) Jarak antara tower horisontal , makin panjang jarak antara tower makin
besar saggingnya.
2. Tarikan ( Tension ) ( T ) makin besar tarikan T makin kecil saggingnya namun harus
diperhitungkan faktor keamanannya.
3. Berat konduktor per meter ( P ) Berat konduktor ini tergantung dari ukuran
konduktor makin besar konduktor makin berat sehingga makin besar pula
saggingnya.
Berat konduktor dapat diketahui ( kg/m )
- Jarak tower dapat diketahui ( misal 300m , 350m , 400m , 450m , 500m )
- Tarikan adalah tarikan yang cukup aman terhadap konduktor ( Pada pengujian merusak
yaitu konduktor ditarik sampai putus misal 4000 Kg maka tarikan 1500 Kg adalah
tarikan yang cukup aman )
Tarikan T ini akan dirasakan sepanjang konduktor
54
T
T
T
W
C/4
C/2
C
S
P = berat konduktor / meter
Misalkan pada titik tengah konduktor kita potong maka konduktor akan terayun menuju
tower karena beratnya konduktor , Dari sini beratnya W berada pada titik C/4 sehingga
menimbulkan berat konduktor sebesar P x C/4 Uuntuk keseimbangan maka diperlukan
gaya tarikan sebesar T x S sebagai momen lawan pada titik terendah sagging maka
persamaan menjadi P x C/2 x C/4 = T x S
atau S = C2P/8T
Contoh : Berat konduktor / meter P = 1kg/m
Jarak tower ( Span ) C = 500 meter
Tarikan T = 1500 kg
Tentukan Saggingnya
S = C2P / 8T = 500 2 x 1 / (8 x 1500) = 20,83 meter
Dalam hal ini yang dapat diubah adalah Span ( jarak antar tower ) dengan berubahnya
span berati juga merubah tinggi tower sedangkan P dan T tidak dapat dirubah lagi .
55
T
W
C/4
C/2
S
P = berat konduktor / meterW= berat konduktor pada titik C/4S = SaggingT = Tarikam pada C/2
P x C/2 x C/4 = Momen putarT x S = Momen lawan
Untuk keseimbangan maka mpmen putar = momen lawan
P x C/2 x C/4 = T x S
C 2 PS = _________
8 T
Untuk transmisi 500 Kv jarak span rata-rata adalah 500 meter
56
S = 20,83 m
F = 15 m
C1
C2
C3
H = 15 + 20,83 = 38,83 m
S0
S1
S2
S = 20,83 m
F = 15 m
C1
C2
C3
H = 15 + 20,83 = 38,83 m
S0
S1
S2
Span sepanjang 500 meter selalu adalah tidak mungkin berhubung dengan keadaan
medan yang tidak datar .
Untuk di Indonesia Body Extention adalah 3 meter artinya tower bisa ditambah
ketinggiannya adalah tiga meteran.
Misalnya tower dengan type A tingginya 35 meter maka
A 0 = 35 meter
A 3 = 38 meter
A 6 = 41 meter
Dst
Umpamanya tower bertambah tinggi 3 meter maka sagging juga bertambah tinggi tiga
meter . Jadi S = 20,83 + 3 = 23,83 meter , maka berapakah jarak spannya,
S = C2P / 8 T sehingga C = ( 8T/P )
C = (8 x 1500 x 23,83 ) = 534,75 meter
Maka panjang span adalah 534,75 meter dengan ketinggian tower 35,3 + 3 = 38,83 m
Satu macam konduktor hanya mempunyai satu macam Cartenery untuk S = C2P / 8 T
57
500 500 500 500 500 500
Span dengan panjang 500 m terus adalah tidak mungkin
500 350 600 450 600500 500
Setiap perubahan span maka harus dirobah ketinggian towernya, dalam teori span dapat
semakin panjang tetapi tower juga semakin tinggi sehingga menjadi mahal , untuk di
Indonesia ketinggian tower transmisi 500 KV dibatasi + 18 meter
A 0 s/d A 18
AR 0 s/d AR 18
B 0 s/d B 12
C 0 s/d C 12
D 0 s/d D 9
E 0 s/d E 3
Cara penggambaran Cartenery atau sagging adalah sebagai berikut :
Untuk menggambar adalah dengan cara menghubungkan titik-titik dengan nomor yang
sama , hubungkan antara titik-titik tengah antara crossing
58
1
2
34
5
6
7
7
65
43
2
1
Skala Panjang : 1 : 2000Skala tinggi : 1 : 200
500 m
S = 20,83 m
20,8
3 m
Type ± 0 ± 3 ± 6 ± 9 ± 12 ± 15 ± 18
A
AR
B
C
D
E
FF
35
35
35
35
35
35
35
38
38
38
38
38
38
41
41
41
41
41
44
44
44
44
44
47
47
47
47
4441
50
50
50
53
53
Tabel ketinggian tower
Semakin tinggi tower adalah semakin mahal biayanya sedangkan pertambahan span
hanyalah kecil saja .
Karena tinggi tower tidak berbanding lurus dengan panjang span tetapi berbanding
kwadratis.
Dapat juga tinggi tower lebih rendah dari normal ( - 3 meter ) tetapi jarak span juga
semakin kacil .
Tinggi tower diukur dari kedudukan konduktor sampai ketanah , penambahan tinggi
selalu ditambahkan pada bagian bawah body tower bukan dari atas , makin tinggi tower
makin lebar tanah yang dipergunakan untuk tapak tower.
Untuk tower jenis piramide tinggi tower diukur sampai konduktor paling bawah.
59
Type ± 0 ± 3 ± 6 ± 9 ± 12 ± 15
A
AR
B
C
D
E
FF
35
35
35
35
35
35
35
38
38
38
38
38
38
41
41
41
41
41
44
44
47
47
41
50
50
Tabel yang dipakai di Indonesia
32
32
32
32
32
32
-3
Tinggi tower untuk tower Suspension (A dan AR )
Tinggi tower untuk tower tension ( B , C , D , E )
60
C
-3
± 0
± 3
± 6
± 9
S
F
C2PS = ________
8 T
H-3
H ± 0
H ± 3
H ± 6
H ± 9
H ± 12
H ± 15
Untuk tower tension pengukuran tinggi tower dari tanah sampai Cross Arm ( Travers)
Penambahan tinggi ( Extention Body ) sebesar 3 meter adalah desain dari pabrik
sedangkan dipabrik lain panambahan tinggi ( Extention Body ) mungkin 1 meter atau 2
meter dan lain-lain.
Tower jenis tension penggunaannya sedikit untuk suatu transmisi sedangkan tower jenis
suspension paling banyak digunakan.
Untuk jenis tower FF hanya mempunyai ketinggian normal yaitu H 0
Untuk Tower jenis F / 90o adalah dirancang untuk sudut belokan 90o tower ini didesain
khusus untuk percabangan T sistem.
Bila pencabangan akan dilakukan maka konduktor diantara kedua tower dihilangkan .
61
H-3H ± 0
H ± 3
H ± 6
H-3H ± 0
H ± 3
H ± 6
Tower jenis AR banyak dipakai karena banyak belokan dengan sudut kecil sedangkan
bila menggunakan jenis tower type B, C , D , E adalah terlalu mahal
IX. CARTENERY
Cartenery dibuat untuk menentukan tinggi tower berdasarkan keadaan lokasi , ketinggian tower berdasarkan keadaan lokasi dengan ketentuan tingginya Ground Clearance.Setiap Konduktor hanya mempunyai satu Cartenery
62
F
H± 0
H+3
H+ 6
H-3H ± 0
F
A ± 0
A-3
A ± 0
A-3
Cartenery dapat dibuat berdasarkan sagging bila diketahui :
C = Jarak span rata-rata misal 500 meter
P = Berat konduktor per meter misal 1 Kg /m
T = Tarikan dengan faktor keamanan misal 2000 Kg
C2 P
Maka sagging :__________
8 T
5002 x 1.3
: __________ = 20,3125 m 8 x 2000
63
S
C
C
C
FFF
Carteney tidak dapat dirubah
Setelah diukur dengan skala Vertikal : 1 : 200
Horisontal : 1 : 2000
Kemudian dibuat template ( Pola )
Penggunaan template pada profile sebagai berikut :
Setiap jenis konduktor diberi nama misal “ Dove “ dengan karakteristiknya misal
P = 1,3 Kg/m , T = 2000 Kg , C = 500 m maka dari data tersebut dapat dibuat Cartenery .
Dari cartenery ini dapat digunakan untuk menentukan bermacam-macam kedudukan
tower, seperti contoh diatas diantara titik T1 s/d A2 untuk dapat dipilih beberapa
alternatif letak tower yang semuanya memenuhi Ground Clearance.
1 . FF 0 ; A + 6 ; C + 3 ; A + 6 ; B + 6
2. FF 0 ; A - 3 ; A 0 ; C 0 ; A + 3 ; A 0 ; B 0
3. FF 0 ; A 0 ; A 0 ; C 0 ; A 0 ; A 0 ; B – 3
Penggunaan template Cartenery harus benar yaitu sejajar dengan sumbu horisontal .
64
FF±0 A-3
A±0
A+6A ±0 A±0
C+3
C±0
A+3 A±0
A+6
A±0 A±0
B+6
B±0
B-3
A1
A2
1 2 3 4 5 6 7 8
87654321
T130o
10o
Dari semua titik-titik tempat lokasi tiang itu harus dipilih yang benar-benar
menguntungkan ditinjau dari segala macam faktor.
Misalnya pemilihan tempat kedudukan tower telah ditentukan , seperti contoh dibawah
ini kemudian dilakukan exavasi.
X. SPANSpan adalah jarak horisontal antara tower ke towerSpan dibagi menjadi enam jenis span :1. Span normal
2. Wight Span
3. Wind Span
4. Ideal Span
5. Virtual Span
6. Equivalent Span
65
1. Span normal adalah jarak horisontal antara dua tower.
2. Weight Span adalah jarak horisontal antara dua titik terendah dari konduktor dikiri
dan kanan, Jarak diambil horisontal karena lengkungan ( Sag ) yang sebetulnya
hanyalah kecil maka dianggap horisontal.
Tw1 = ( x + y ) P = . . . . . . . Kg
Tw2 = ( a+ b) P = . . . . . . . Kg
Tw3 = ( c + d ) P = . . . . . . . Kg
Tw = Total beban yang diderita oleh tower , berat total yang diderita oleh tower
adalah : Tw = ( a+b ) P x K x F
( a + b ) = Weight Span
P = berat konduktor per meter
K = Jumlah konduktor per fasa
F = Jumlah fasa
66
x ya b
c d
Tw1 Tw2
Tw3
Weight span ( a + b )
1 2 3
3. Wind Span adalah jarak kedua titik tengah antara span normal horisontal dikiri kanan
tower , yang terkena tiupan angin yang dirasakan oleh tower yang datangnya
transversal ( memotong konduktor ) sedangkan angin yang datangnya searah dengan
konduktor diabaikan
Misalkan konduktor mempunyai diameter 2 cm sedangkan panjang wind span 550
m maka luas konduktor yang terkena angin adalah 0,02 x 550 = 1,1 m2.
Luas konduktor bundle empat kawat tiga fasa adalah :
A = 0,02 x 550 x 4 x 3 = 132 m2
67
A = 600 m B = 500 m
A B
( A + B )Wind Span
( A + B ) = ( 600 + 500 ) = 550 m
Misalkan gaya angin persatuan luas adalah 100 Kg / m2 ( angin topan ) maka gaya transversal yang
dirasakan oleh tower adalah : 132 m2 x 100 Kg = 13200 Kg.
Jadi dalam hal ini gaya angin yang dirasakan oleh tower sangat membahayakan
sekali.
Oleh karena itu tower harus tahan terhadap gaya berat yang ditimbulkan oleh
konduktor dan perlengkapannya serta juga harus tahan terhadap gaya angin yang
arahnya transversal memotong konduktor.
4. Ideal Span adalah jarak horisontal antara tower ke tower standard normal = 500 m.
5. Virtual Span sama dengan ideal span.
6. Equivalent Span adalah harga rata-rata span yang dilihat hanya satu section.
Satu section adalah jarak antara tower tension ke tower tension berikutnya.
Simple Average = ( S1 + S2 + S3 + S4 ) / 4 = S A
Tetapi bentuk persamaan Curva adalah merupakan persamaan Kwadrat, oleh karena
itu Equivalent Span dihitung dari pangkat tiga dibagi Equivalent Simple Average .
karena persamaan yang kita inginkan persamaan kwadrat maka persamaan menjadi :
Sebelum diakukan clamping pada suspension tower yaitu setelah pengukuran sagging
kemudian pada konduktor diberi tanda untuk menempatkan konduktor pada
suspension clamp jamgan sampai salah atau bergeser .
Untuk section yang datar hal ini tidak menjadi masalah karena posisi pada suhu
dingin atau panas tidak berubah , tetapi bila pada span yang berturut-turut
mempunyai perbedaan level yang cukup besar maka bila sagging selesai kemudian
dilakukan clamping pada suhu dingin kedudukan konduktor akan berubah sehingga
isolator akan kelihatan miring.
8. Joint
Joint adalah penyambungan antara konduktor dengan konduktor , joint paling baik
adalah ditempatkan ditengah – tengah span karena getaran ditengah span adalah yang
paling kecil.
Joint tidak boleh dilakukan pada :
Dekat dengan tension Clamp ( span yang ada tensionya )
- Dekat dengan sepersepuluh dari suspension clamp ( 0,1 D )
193
ConductorConductor
Compressionjoint untukACSR
Steel
Compreesion joint untuk steel
0,1 D0,1 D
No Joint
- Pada span yang crossing dengan :
- Jalan
- Rel kereta api
- Transmission line yang lain
- Kabel telepon
- Bangunan lainnya.
Joint merupakan titik terlemah dari sepanjang konduktor.
Penyambungan konduktor harus diperhatikan cara pengepresan yaitu dari tengah
kearah keluar , kemudian diambil satu sampel untuk dilakukan pengujian , yaitu
dengan cara dipotong kemudian dilihat penampangnya , bila penampangnya masif
tidak ada celah berarti hasil penyambungan baik tetapi bila penampang sambungan
masih terdapat celah-celah kecil atau masih terlihat bentuk-bentuk urat konduktor
berarti penyambungan tidak baik.
9. Jumper
194
Pengujian sambungan dipotong kemudian dilihat penampangnyabila penampangnya masif tidak ada celah berarti sambungan baiktapi bila masih ada celah sambungan tidak baik
Penampang sambunganyang baik
Penampang sambunganyang tidak baik
Arah pengepresanArah pengepresan
Di pres dari tengah kepinggir
Panjang Jumper :
195
4 m4 m
4 m L = 4
L
4 m4 m
4 m
L
xx
X
= 4180
X = 4 X 180
L = 4 - 2X
L = 4 - 2 [ 4 X
180 ]
1
2
4 m
4 m
L
Yx
X = 4 180
Y = 4 180
L = 4 - X - Y
D
tg = 2SD/2
S
tg = 2SD/2
S
tg = D
L = D + 8S2
3D+ 2
2D
L1 = 2S + 8S1
3.2S
S
S
S
S1
L= S{jumper tanpa tension)
( jumper dengan sedikit tension )
S1 =( 2S )2 . P
8T
Ditambah 2/2D bila ada deferensi level sedangkan bila tidak ada deferensi level dapat
menggunakan rumus
XXVIII. CROSSING
Crossing adalah apabila suatu transmosi sampai pada persilangan dengan sesuatu :
Crossing dengan : - Jalan- Transmisi lain
- Rel kereta api
- Telepon
- Sungai
- Pipa
Oleh karena itu bila menjumpai crossing dalam penggambaran profile harus teliti dan hati-hati , harus diperhatikan bahwa :- Lebar transmission line adalah 22 meter
- Side slope tanah 11 meter dari Centre Line
196
- Tinggi H diukur dari Centre Line
- Level crossing diukur dari Centre Line
- Kedalaman diukur dari Centre line
- Side slope dari puncak H untuk transmisi lain dan telephon
- Clearance dari side slope
- Sudut crossing
- Lateral norisontal clearance
197
ss
ss
Minimum clearance tergantung dari sudut crossing juga tergantung dari side slope
Lateral horisontal clearance
d = D sin
d = Horisontal lateral clearance
XXIX. FINAL REVISION
Final revision adalah dimana keadaan transmisi siap di energized ( dioperasikan )
untuk itu perlu dilakukan :
198
Clearance
11 m
11 m
Min . E.C
ss
H
d
DCL
11 m
11m
1. Melepas semua temporary earthing
2. Cheking semua elektrical clearance ( harus baik / safe )
- jumper dan suspension asemble
- pada building , menara dan lain-lain
3. Cheking semua ground clearance untuk setiap span
4. Harus bersih sepanjang route dari sisa –sisa pekerjaan , bekas haspel , kotak dan
lain-lain.
Setelah selesai kemudian dilakukan serah terima
XXX. MAINTENANCE
Untuk transmisi EHV sebetulnya tidak ada pemeliharaan , tetapi hal-hal yang perlu
diperhatikan atau yang harus mendapat perhatian adalah :
1. Transmission lines harus bebas dari pepohonan (pemeliharaan memotong pohon)
2. Insulator harus bersih tidak kotor , karena di Indonesia cuaca cukup bagus banyak
hujan dan angin dengan sendirinya insulator tercuci ( tidak perlu pemeliharaan
insulator )
3. Pemeriksaan konduktor secara kontinyu apakah ada yang mekar , bila ada yang
mekar maka perbaikannya dilakukan dengan repair sleeve
4. Route harus dilakukan inspection secara Continu
5. Bila ada konduktor yang mekar perbaikannya dilakukan diatas , konduktor tidak
diturunkan yaitu dengan menggunakan sepeda.
6. Bila ada konduktor yang putus penyambungannya dilakukan dengan menurunkan
konduktor beberapa span dan perbaikannya dilakukan dibawah.
7. Pemeriksaan baut tower harus sering dilakukan , apakah ada yang kendor atau
hilang.
8. Bila ada karat atau korosi dan ada bagian-bagian yang luka (galvanis mengelupas)
harus segera dilapis dengan galvanis cair
9. Periksa semua pentanahan tower masih baik atau tidak dan apakah ada yang
hilang.
199
10. Periksa daerah ( lokasi ) disekitar tower apakah ada bagian tanah yang longsor
atau terkena erosi , hal ini harus selalu diperiksa karena sangat berbahaya.