Pendahuluan PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jaringan jalan merupakan prasarana transportasi darat yang memegang peranan yang sangat penting dalam sektor perhubungan terutama untuk kesinambungan distribusi barang dan jasa. Keberadaan jalan raya sangat diperlukan untuk menunjang laju pertumbuhan ekonomi seiring dengan meningkatkan kebutuhan sarana transportasi yang dapat menjangkau daerah- daerah terpencil yang merupakan sentra produksi pertanian. Perkembangan kapasitas dan kuantitas kendaraan yang memhubungkan kota- kota antar propinsi dan terbatasnya sumber dana untuk pembangunan jalan raya serta belum optimalnya pengoperasian prasarana lalu lintas yang ada, merupakan persoalan utama di Indonesia dan di banyak negara, terutama negara- negara berkembang. Untuk membangun ruas jalan yang baru maupun peningkatan yang diperlukan sehubungan dengan penambahan kapasitasjalan raya, tentu akan memerlukan metode efektif dalam melakukan perancangan maupun perencanaan agar diperoleh hasil yang terbaik dan ekonomis, tetapi memenuhi unsur keselamatan pengguna jalan dan tidak menggangu ekosistem. 1.2 Tujuan Penulisan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Pendahuluan
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jaringan jalan merupakan prasarana transportasi darat yang memegang
peranan yang sangat penting dalam sektor perhubungan terutama untuk
kesinambungan distribusi barang dan jasa. Keberadaan jalan raya sangat
diperlukan untuk menunjang laju pertumbuhan ekonomi seiring dengan
meningkatkan kebutuhan sarana transportasi yang dapat menjangkau daerah-
daerah terpencil yang merupakan sentra produksi pertanian.
Perkembangan kapasitas dan kuantitas kendaraan yang memhubungkan
kota- kota antar propinsi dan terbatasnya sumber dana untuk pembangunan
jalan raya serta belum optimalnya pengoperasian prasarana lalu lintas yang ada,
merupakan persoalan utama di Indonesia dan di banyak negara, terutama
negara- negara berkembang.
Untuk membangun ruas jalan yang baru maupun peningkatan yang
diperlukan sehubungan dengan penambahan kapasitasjalan raya, tentu akan
memerlukan metode efektif dalam melakukan perancangan maupun
perencanaan agar diperoleh hasil yang terbaik dan ekonomis, tetapi memenuhi
unsur keselamatan pengguna jalan dan tidak menggangu ekosistem.
1.2 Tujuan Penulisan
Perencanaan geometrik jalan merupakan bagian dari perencanaan jalan
yang dititikbertakan pada bentuk fisik sehingga dapat memenuhi fungsi dasar
dari jalan yaitu memberikan pelayanan yang optimim pada arus lalu lintas dan
sebagai akses kerumah-rumah.Dalam lingkup perencanaan geometri tidak
termasuk perencanaan tebal perkerasan jalan,walaupun dimensi
dariperkerasan yang merupakan bagian dari perencanaan geometri sebagai
bagian dari perencanaan yang seutuhnya. Demikian pula dengan drainase jalan .
Jadi tujuan dari perencanaan geometri jalan adalah menghasilkan infrastruktur
yang aman ,efisiensi pelayanan arus lalu lintas dan memaksimalkan rasio
tingkat penggunaan/biaya pelaksanaan . Ruang ,bentuk ,dan ukuran jalan
dikatakan baik ,jika dapat memberikan rasa aman dan nyaman kepada pemakai
jalan .
Yang menjadi dasar perencanaan geometri adalah sifat gerakan ,dan ukuran
kendaraan, sifat pengemudi dalam mengendalikan gerak kendaraannya, dan
karakteristik arus lalulintas.Hal-hal tersebut haruslah menjadi bahan
pertimbangan perencana sehingga dihasilkan bentuk-bentuk dan ukuran jalan ,
serta ruang gerak kendaraan yang memenuhi tingkat kenyamanan dan
keamanan yang diharapkan.
2
Lalu Lintas Jalan Raya
Lalu lintas dalam jalan raya umumnya terdiri dari campuran
kendaraanlambat, kendaraan cepat ,kendaraan berat,kendaraan
ringan,dan kendaraan tidak bermotor .
Penilaian setiap kendaraan dalam smp bagi jalan datar digunakan
sebagai berikut :
a. Sepeda = 0.5
b. Truk ringan (berat kotor 5 ton) = 1
c. Truk sedang 5 ton = 2
d. Bus = 3
e. Truk berat 10 ton = 3
f. Kendaraan tidak bermotor = 7
untuk daerah perbulitan dan pegunungan ,koefisien ,untuk kendaraan
bermotor diatas dapat dinaikkan,sedangkan kendaraan tidak bermotor
tidak perlu dihitung.
Klasifikasi Jalan Raya
a. Menurut fungsi jalan
Kalasifikasi menurut fungsijalan terbagi atas :
1.Jalan Arteri : Jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-ciri
perjalanan jarak jauh. Kecepatan rata-rata tinggi,dan jumlahjalan
masuk dibatasi secara efisien .
2.Jalan kolektor : Jalan yang melayani angkutan
pengumpul/pembagidengan ciri-ciri perjalanan jalan sedang,
kecepatan rata-rata sedang dan jumlah jalanmasuk dibatasi.
3.Jalan lokal : jalan yangmelayani angkutan setempat dengan ciri-ciri
perjalanan jarak dekat,kecepatanrata-rata rendah,dan jumlah jalan
masuk tidakdibatasi.
b. Menurt kelas Jalan
3
1.Klasifikasi menurut kelas jalan berkaitan dengan kemampuan jalan
untuk menerima beban lalu lintas ,dinyatakan dalam muatan
terberat (MST) dalam satuan ton.
2.Klasifikasi menurut kelas jalan dan ketentuannya serta kaitannya
dengan klasifikasi menurut fungsi jalan dapat dilihat dalam (pasal
11,PP.No.43/1993 )
c. Menurut Medan Jalan
1.Medan jalan diklasifikasikan berdasarkan kondisisebagian besar
kemiringan medan yang diukur tegak lurus garis kontur.
2.Klasifikasi menurut medan jalan untuk perencanaan geometri
dapat dilihat .
3.Keseragaman kondisi medan yang diproyeksikan harus
mempertimbangkan keseragaman kondisi medan menurut rencan
trase jalan dengan mengabaikan perubahan-perubahan pada
bagian kecil dari segmen rencana jalan tersebut.
No. Jenis Medan Notasi Kemiringan
1. Datar D < 3 %
2. Perbukitan B 3 – 5 %
3. Pegunungan G > 25 %
Untuk memperkecil biaya pembangunan , suatu standar perlu
disesuaikan dengan kjeadaan topografi. Dalam hal ini jenis medan
dibagi dalam tiga golongan umum uang dibedakan menurut
besarnya lereng melintanbg dalam arah kurang lebih tegaklurus
sumbu jalan raya.
4
Klasifikasi medan dan besarnya lereng melintang yang
bersangkutanadalah sbb :
Golonagn Medan Lereng Melintang
1. Datar ( D ) 0 sampai 9,9 %
2. Perbukitan ( B ) 10 sampai 24,9 %
3. Pegunungan ( G ) Dari 25 % Keatas
d. Menurut wewenang pembinaan jalan
Kasifikasi jalan menurut wewenang pembinaan sesuai PP.No.26/1985
adalah Jalan Nasional,jalan propinsi,jalan kabupaten/kotamadya,jalan
desa , dan jalan khusus.
Ketentuan – ketentuan Dasar
Dalam daftar I peraturan peraturan perencanaan geometri dari bina
marga ,tercantum ketentuan-ketentuan dasar yang meliputi :
a. Klasifikasi Jalan
b. Klasifikasi medan
c. Lalu lintas harian rata-rata (LHR)
d. Kecepatan rencana
e. Lebar daerah penguasaan minimum
f. Lebar bahu
g. Lebar melintang perkerasan
h. Lebar perkerasan
i. Lebar median minimum
j. Lebar melintang bahu
k. Jenis lapisan perkerasan
l. Miring tikungan Maksimum
m. Jari lengkung meinimum
5
n. Landai maksimum
Ketentuan – ketentuan dasar tersebut merupakan syarat batas yang
harus dibatasi pengguanaannya sesedikit mungkin ,agar dapat
menghasilkan jalan-jalan yang memuaskan .
A. TRASE JALAN
Pada gamabar trase jalan akan terlihat apakah jalan tesebut merupakan
jalan lurus ,menikung kekiri atau kekanan .Sumbu jalan terdiri dari
serangkaian garis lurus ,lengkung berbentuk lingkaran atau lengkung
peralihan dari bentuk garis lurus kebentuk busur lingkaran.Perencanaan
geometri jalan memfokuskan pada pemilihan letak dan panjang dari bagian-
bagian ini ,sesuai dengan kondisi medan sehingga tepenuhi kebutuhan akan
pengoperasian lalu lintas , dan keamanan (ditinjau dari jarak pandang dan
sifat mengemudikan kendaraan dibagian tikungan )
B. PENAMPANG MEMANJANG DAN MELINTANG
Pada gambar penampang melintang akan terlihat apakah jalan tesebut tanpa
kelandaian ,mendaki, ataupun menurun .Pada perencanaan ini yang
dipertimbangkan adalah bagaimana meletakkan sumbujalan sesuaikondisi
medan dengan memperhatikan sifat operasi kendaraan , keamanan ,
jarakpandang dan fungsi jalan. Penampang melintang juga berkaitan pula
dengan pekerjaan tanah yang mungkin menimbulkan akibat adanya galian
Yaitu perkerasan kaku yang dikombinasikan dengan perkerasan
lentur dapat berupa perkerasan lentur diatas perkerasan kaku atau
perkerasan kaku diatas perkerasam lentur.
Konstruksi Perkerasan jalan terdiri atas :
1. Lapisan permukaan / lapisan Penutup ( Snoface Course )
Lapisan ini mempunyai persyaratan paling ketat ,karena lapisan ini
menerima seluruh beban kendaraan , yaitu berupa :
a. Gaya vertikal berupa berat dan muatan kendaraan
b. Gaya horizontal berupa gaya geser akibat rem kendaraan
c. Getaran-getaran akibat pukulan roda kendaraan
Lapisan ini mempunyai fungsi :
a. Lapisan perkerasan penahan beban roda ,lapisan ini
mempunyai stabilitas tinggi untuk menahan roda selama masa
pelayanan.
b. Lapisan kedap air , sehingga air hujan yang jatuh diatasnya
tidak meresap kelapisan bawahnya .
c. Lapisan aus ,lapisan yang langsung menderita gesekan akibat
rem kendaraan sehingga mudah aus
d. Lapisan yang menyebarkan beban kelapisan bawahnya .
Untuk dapat berfungsi seperti tersebut diatas ,pada umumnya
lapisan permukaan dibuat dengan menggunakan bahan pengikat
aspal sehingga menghasilkan kedap airdengan stabilitas yang tinggi
dan daya tahan yang lama.
Jenis lapisan permukaan yang umum digunakan din Indonesia adalah
:
1. Lapisan bersifat nonstruktural ,yaitu lapisan yang hanya
berfungsi sebagai lapisan aus dan kedap air ,antara lain :
20
a. Burtu (leburan aspal 1lapis) merupakanlapis penutup yang
terdiri dari lapisan aspal yang ditaburi dengan 1 lapis agregat
bergradasi seragam dengan tebal maksimum 2 cm.
b. Burdak (Leburan aspal 2 lapis)merupakan lapis penutup yang
terdiri dari lapisan aspal ditaburi agregat yang dikerjakan 2x
secara berturut-turut yang tebal pada maksimumnya 3,5 cm.
c. Latasir (Lapis tipis aspal pasir ) merupakan lapis penutup
yang terdiri dari lapisan aspal dan pasir alam dihampar dan
dipadatkan pada suhu tetentu dengan tebal padat 1-2 cm
d. Buras (pelaburanb aspal ) merupakan lapisan penutupyang
terdiri dari lapisan aspal taburan pasir .
e. Latasbum (Lapisan tipis asbuton murni) merupakan lapisan
penutup yang terdiri dari campuran asbuton dan bahan
pelunak dengan perbandingan tertentu yang dicampur secara
dingin .Tebal padat maksimm 1 cm.
f. Lataston (lapisan tipis aspal beton) lebih dikenal HRS (Hot
roll sheet).Jenis perkerasan ini terutama digunakan untuk
pemeliharaan jalan .
2. Lapisan bersifat struktural ,berfungsi sebagai lapisan yang
menahan dan menyebarkan beban roda disamping itu juga
berfungsi sebagailapisan aus dan kedap air, yaitu :
a. Penetrasi makadan (Lapen) merupakan lapisan perkerasan
yang terdiri dari agregat pokok dan agregat pengunci yang
diikat oleh aspal dengan cara disemprotkan diatasnya dan
dipadatkan lapis demi lapis .Diatas lapis ini biasanya diberi
leburan aspal dengan agregat penutup tebal 4-10 cm
b. Lasbutag merupakan lapisan pada konstruksi jalan yang
terdiri dari campuran antara agregat ,asbuton dan bahan
pelunak yang diaduk ,dihamparkan dan dipadatkan secara
dingin dengan tebal 3-5 cm.
21
c. Laston (Lapisan Aspal Beton) merupakan suatu lapisan pada
konstruksi jalan yang terdiri dari campuran aspal keras dan
agregat yang mempunyai gradasi terstentu
dicampurkan ,dihamparkan dan dipadatkan pada
suhutertentu.
2. Lapisan Pondasi Bawah (LPA)
Lapisan ini menerima gaya vertikal berupa berat dan muatan
kendaraan dan getaran-getaran akibat pukulan roda kendaraan
hampir secara penuh. Sedangkan gaya horizontal yang berupa gaya
geser akibat rem rem sudah berkurang ,sehingga persyaratan lapisan
ini sedah agak longgar .
Fungsi Lapisan ini antara lain
a. Bagian perkerasan yang menahan gaya lintang dari beban roda
dan menyebarkan beban kebagian dibawahnya.
b. Sebagai lapisan peresapan untuk lapisan pondasi bawah .
c. Bantalan terhadap lapisan permukaan .
Jenis lapisan pondasi atas yang umum dipakai di nIndonesia :
1. Agregat bergradasi baik, terdiri dari :
Batu pecah kelas A
Batu pecah kelas B
Batu pecah kelas C
2. Pondasi Makadan
3. Pondasi telpor
4. Penetrasi makadan ( Lapen )
5. Aspal beto pondasi (ATB)
6. Stabilisasi yang tinggi
a. Satabilisasi agragat dengan semen
b. Stabilisasi agregat dengan kapur
c. Stabilisasi agragat dengan aspal
3. Lapisan Pondasi Bawah (LPB)
22
Lapisan perkerasanini menerima gaya vertikal berupa berat dan
mutan kendaraan-kendaraan dan getaran –getaran akibat pukulan
roda kendaraan sudah berkurang . Dan menerima gaya horizontal
berupa gaya geser akibat rem sudah mulaiberkurang .
Lapisan pondasibawah terletak antara lapisan pondasiatas dan tanah
dasar. Lapisan ini berfungsi sebagai :
a. Bagian dari konstruksiperkerasan untukmenyebarkan beban
roda ketanah dasar . Lapisan ini harus kuat.CBR =20% dan indeks
plastis (IP) ≤10 %.
b. Efisienpenggunaan material yaitu material pondasi bawah jauh
lebih murah dibandingkan denganlapisan perkerasan diatasnya .
c. Mengurangi tebal lapisan diatasnya yang lebih mahal.
d. Lapisan peresapan
e. Lapisan pertamaagar pekerjaan dapat berjalan lancar .Ini
sehubungan dengan kondisi lapangan yang memaksa harus
segera menutup tanah dasar dari pengaruh cuaca atau lemahnya
daya dukung tanah dasar menahan roda –roda alat berat.
f. Lapisan untukmencegah partikel halus dari tanah dasar naik
kelapisan pondasi atas .
Jenis lapisan pondasi bawah yang umum digunakan di Indonesia :
1. Agregat bergradasi baik, dibedakan atas :
a. Sirtu/pitrum kelas A
b. Sirtu/pitrumkelas B
c. Sirtu/pitrum kelas C
2. Stabilisasi
a. Stabilisasi agregat dengan semen
b. Stabilisasi agregat dengan kapur
c. Stabilisasi tanah dengan semen
d. Stabilisasi tanah dengan kapur
23
4. Tanah Dasar
Lapisan tanah dasar dapat berupa :
1. Tanah asli yang dipadatkan jika tanah aslinya memenuhi syarat
2. Tanah yang didatangkan dari tempat lain dan dipadatkan yang
berupa timbunan
3. Tanah galian
Sebelum diletakkan lapisan diatasnya tanah dasar dipadatkan
terlebih dahulu untuk mendapatkan kepadatan yang memenuhi
syarat .
Masalah-masalah yang sering didapatkan menyangkut tanah
dasar :
Perubahan bentuk dari tanah tertentu akibat beban lalu lintas
yang akanberkibat pada cepatnya jalan tersebut rusak .Ini terjadi
pada tanah dengan plastisitas tinggi.Daya dukung tanah
ditujukan dengan nilai CBR-nya
Sifat mengembang dan menyusut dari tanah tertentu akibat
perubahan kadar air.Hal ini dapat ditanggulangi dengan
memadatkan tanah pada kadar air optimum.
Daya dukung tanah dasar tidak merata sepanjang segmen
jalan.Perencanaan tebalperkerasan jalan dibuat berbeda-beda
dengan membagi jalan jalan menjadi segmen-segmen sesuai
kondisi daya dukung yang ada.
Akibat pelaksanaan pemadatan yang kurang bagus diperoleh
daya dukung yang tidakmerata .Hal ini dapat diatasi dengan
pengawasan yang baik
Perbedaan dengan penurunan akibat terdapatnya lapisan lapisan
tanah lunak dibawah tanah dasar yang berakibat terjadinya
perubahan bentuk tetap. Ini dapat diatasi dengan melakukan
penyelidikan tanah secara teliti.
Kondisi geologis perlu dipelajari dengan teliti jika ada
kemungkinan lokasi berada pada daerah patahan .
24
Lapisan tanah dasar ini hanya menerima gaya vertikal berupa berat
dan muatan kendaraan dan gesekan-gesekan akibat pukulan roda
kendaraan yang pengaruhnya sudah sangat kecil. Sedangkan gaya
horizontal yang berupa gaya geser akibat rem kendaraan sudah tidak
berpenagruh lagi.
Daya dukung tanah dasar ditentukan oleh :
1. Jenis tanah
2. Tingkat kepadatan
3. Kadar air
4. Kondisi drainase
5. DLL
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Jarak Pandang mneyiap ( Dm )
Keterangan :D1 = Jarak yang ditempuh oleh kendaraan yang hendak menyiap dan
mebawa kendaraan kejalur kananD1 = 0.278 t1 ( Vr – M + A.T1/2 )T1 = Waktu reaksi = 2012 + 0.026 VrM = Perbedaan kecepatan antara kendaraan yang menyiap dan yang
disiap = 15 km/jamD2 = Jarak yang ditempuh kendaraan selama jalur kanan D2 = 0.278 Vr. t2 T2 = Wakttu dimana kendaraan menyiap berada dijalur kanan T2 = 6.56 + 0.048 VrD3 = Jarak bebas antara kendaraan yang menyiap dengankendaraan
yang datangnya berlawanan arah ( 30 – 100 )
25
Dm = D1 + D2 + D3 + D4
D4 = 2/3 d2
A = Percepatan rata-rata
Jarak Pandang Henti ( Dh )
Keterangan :Dp = Jarak yang ditempuh kendaraan dari waktu benda harus berhenti
sampai menginjak rem Dp = 0.278 Vr TT = waktu reaksi = 2,5 detik Dr = Jarak dimana pengemudi mulai menginjak rem sampai
( - ) = MenurunFm = Koefisien gesekan antara ban dan muka jalan dalam arah
memanjang jalan . Fm untuk kecepatan rencana <80 km/jam = -0,00065Vr +0,192
Derajat Lengkung Maksimumpada Tikungan ( D maks )
Dmaks = 181913,53 ( Emaks + Fmaks ) / V2
Keterangan :Emaks = Superelevasi maksimum = Vr2/127R – FmR = Jari-jari tikunganVr = Kecepatan rencana Fm = Koefisien gesek
Pelebaran Pada Tikungan
Keterangan :N = Jumlah lajur lalu lintas = 2B1 = Lebar lintasan truk pada tikungan (m) = R – ( R2-P2 )1/2 + 2,4P = Jarak as belakang dan as muka truk = 6,1C = Kebebasan samping ( 0,4-0,8 )mTd = Lebar melintang akibat tonjolan depan (m)=[R2 + A(2P+A)]1/2 – RA = Tonjolan mobil kedepan = 12 mZ = Lebar tambahan akibat kelainan dalammengemudi (m)=0,105V/R
26
Dh = Dp + Dr
B =N( BI + C ) + ( N – 1 )Td + Z
B = Lebar perkerasan pada tikungan (m)
Landai Relatif
Keterangan :1/m = Landai relatifE = SuperelevasiEn = Kemiringan melintang normal ( m / m1 )B = Lebar lajur 1 arahLs = Panjang lengkung peralihan
Jarak Pandang pada Lengkung Horizontal
= ½ S = π R1 / 90o
Keterangan : = Setengah sudut pusat lengkung sepanjang L = Sudut tikungan ( o )R1 = Radius sumbu lajur sebelah dalam ( m )S = Jarak pandangan ( m )
Lengkung Peralihan
a. Berdasarkan waktu maksimum (3 detik), untuk melintasi lengkung peralihan ,maka panjang lengkung :
Ls = Vr T / 3,6
b. Berdasarkan antisipasi gaya sentrifugal , digunakan rumus modifikasi shortt, sebagai berikut :
Ls = 0,02 Vr3 / Rc.C – 2,727. Vr.e / C
c. Berdasarkan tingkat pencapaian perubahan kelandaian :
C = Perubahan percepatan 0,3 – 1,0 disarankan 0,4 m/ detikRe = Tingkat pencapaian perubahan kelandaian melintang jalan , sbb :
Untuk Vr 70 km/jam Re maks = 0.035 m/m/detUntuk Vr 80 km/jam Re maks = 0.025 m/m/det
Em = Suerelevasi maksimumEn = Superelevasi normal
Tikungan Full Circle ( FC )
Tc = Rc tan ½ Ec = Tc tan ¼ Lc = .2 . Rc / 360 π o
Keterangan : = sudut tikungan Lc = Panjang busur lingkaran Ec = Panjang luar dari PI ke busur lingkaran Tc = Panjang tangan jarak dari TC ke PI atau PI ke CTRc = Jari-jari lingkaran
Syarat untuk tikungan Full Circle :P = Ls2 / 24 Rc < 0,25 mDimana : Ls = Panjang lengkung peralihan (m)
R = Jari – jari (m)
Tikungan Spiral – Circle – Spiral ( S – C – S )
Xs = Ls [ 1 – Ls2/40.Rc2]Ys = Ls2 / 6 Rc s = 90 Ls / . Rc P = Ls2 / 6 Rc – Rc (1- Cos s)K = Ls- Ls3 / 40 Rc2 – Rc Sin s Ts = ( Rc + P ) tan ½ + KEs = ( Rc + P ) Sec ½ - RcLc = ( - 2s )/ 180. . RcπL tot= Lc + 2Ls
Keterangan :Xs = Absis titik SC pada garis tangen , jarak dari titik TS ke SC ( Jarak lurus
lengkung peralihan )Ys = Ordinat titkSc pada garis tegaklurus garus tangen , jarak tegak lurus
ke titik SC pada lengkung
28
Ls = Panjang lengkung peralihan ( panjang dari titik TS ke SC atau CS ke ST )
Lc = Panjang busur lingkaran ( panjang dari titik Sc ke Cs )Ts = Panjang tangen dari titik PI ke titik TS atau ketitik STEs = Jarak dari PI ke busur lingkaran s = Sudut lengkung spiral Rc = Jari-jari lingkaran P = Pergeseran tangen K = Absis dari Ppada garis tangen spiral
Syarat tikungan S – C – SP = Ls2 / 24 Rc > 0,25 mLc > 25 m Lc + 2 Ls < 2 Ts
Tikungan Spiral – Spiral ( S – S )Lc = 0s = ½ Ltot = 2 LsLs = s. .Rc / 90πTs = ( Rc + P ) tan ½ + KEs = ( Rc + P ) Sec ½ - RcP = Ls2 / 6Rc – Rc ( 1 – Cos s )K = Ls – Ls2 / 40 Rc2 – Rc Sin s
Syarat S – S :P = Ls2 / 24 Rc > 0,25 mLc < 25 m
Lengkung Vertikal = L G1 / G1 – G2 = L G1 / Ay = L G1
2 / 2 ( G1 – G2 ) = L G12 / 2 A
Ev = A L / 800 Untuk : x =1/2 L
Y =Ev
Keterangan : = Jarak dari titik P ke titil yang ditinjau pada Sta y = Perbedaan elevasi antara titik P dan titik yang ditinjau pada Sta L = Panjang lengkung vertikal parabola , yang merupakan jarak proyeksi
pada titik A ketitik Q (Sta)G1 = Kelandaian tangen dari titik P (%)G2 = Kelandaian tangen titik Q (%)(G1±G2) = A = Perbedaan aljabar untuk kelandaian (%)
a. Lengkung Vertikal Cembung 1. Panjang L, Berdasarkan Jh
29
Jh < L, Maka : L=A.Jh2 /399 Jh > L, Maka : L=2Jh – 399 / A