-
6
BAB II
TEORI FLUIDA PANASBUMI
Sumber panas terakumulasi dalam zona reservoar baik dalam bentuk
air
panas ataupun uap panas yang dapat diekstraksi dengan cara
pemboran, sehingga
energi kalor tersebut dapat dimanfaatkan dipermukaan bumi dalam
bentuk tenaga
listrik. Suatu reservoar panasbumi selalu dicirikan oleh empat
parameter utama
yaitu:
Adanya sumber batuan penghantar panas yang berasosiasi dengan
sumber panas dimana mekanisme aliran panas dari sumber panas
hingga
kepermukaan bumi, bersifat konveksi melalui batuan penghantar
panas
tadi .
Harus ada batuan reservoar panasbumi untuk tempat menyimpan
fluida panas,
Harus ada sealing cap rock untuk menahan panas ini agar fluida
hidrotermal ini tidak bocor.
Harus ada lapisan aquifer serta siklus air tanah agar dapat
terbentuk fluida panas didalam batuan reservoar.
Mekanisme munculnya manifestasi panasbumi selain yang disebutkan
di
atas, dapat disebabkan juga karena :
Batuan yang mengandung radioaktif.
-
7
Tipisnya ketebalan kerak bumi pada daerah tertentu, sehingga
kedalaman moho pada daerah-daerah tertentu sangat dangkal.
Adanya hot spots pada lokasi-lokasi tertentu karena gangguan
magmatik lokal yang merambat ke atas.
Gesekan pada bidang sesar aktif yang mengakibatkan kenaikan suhu
pada bidang tsb.
2.1 Struktur Thermal dan Hidrologi Sistem Panasbumi
Struktur termal, hidrologi dan kimia pada system panasbumi
diilustrasikan
dengan model konsep seperti gambar 2.1 2.3. Hidrologi dan
distribusi pada
pelepasan yang utama dikontrol oleh struktur topografi dan
permeabel, misalnya
patahan dan saluran hasil dari erupsi hidrotermal. Uap air
menempati tempat
yang lebih tinggi daripada mata air klorida, dan memasukan
fumarol, mata air
panas dan steaming ground. Disini dapat membentuk zona boiling
dimana
karbon dioksida dan hidrogen sulfida dilarutkan kedalam
groundwater atau
steam condensates. Kondensasi dari gas vulkanik pada level yang
tinggi dalam
daerah andesit menciptakan air asam klorida-sulfida.
2.1.1 Liquid-dominated system
Banyak system yang memperlihatkan struktur aliran lateral
oleh
gradient hidraulik. Pendinginan oleh konduksi dan campuran
groundwater
dicerminkan dalam kimia pada daerah resapan. Low-relief
(~1000m),
-
8
merupakan tipe dari andesitic volcano, dimana aliran panjangnya
10-50
km.
Gambar 2.1 Konsep struktur liquid-dominated system dalam
low-relief
Sistem low-relief dikarakterisasi oleh spring dan pools pada
air
klorida. Fluida panasbumi bagian dalam dapat mencapai
permukaan,
seringkali menutup ke daerah upflow, karena pada gentle
topography.
Aliran lateral akan memungkinkan tetapi tidak seluas di daerah
high-relief.
Zona dua fasa atau steam ada tetapi tidak setebal dalam system
high-relief.
-
9
Gambar 2.2 Konsep struktur liquid-dominated system dalam
high-relief
Sistem High-relief secara umum dengan karakteristik
andesitic
volcanism, topografi tinggi pada system ini mencegah fluida
klorida
mencapai permukaan. Aliran lateral yang luas, seringkali lebih
dari 10 km.
Jarak yang berlebih ini menyebabkan fluida klorida dapat
dicairkan
dengan groundwater atau pencampuran dengan air sulfat dan
steam
condasets. Air asam ini dihasilkan dalam zona dua fasa pada
kedalaman
beberapa rauts meter di dalam permukaan, dimana uap
berkondensasi
dan/atau bercampur dengan groundwater. Fumarol, steaming ground
dan
air asam sulfat biasanya di daerah resapan permukaan di dekat
zona
upflow.
-
10
2.1.2 Vapour-dominated system
Gambar 2.3 Konsep struktur vapour-dominated system
Fumarol, steaming ground dan air asam sulfat ditunjukkan
oleh
vapour-dominated system. Reservoar disusun oleh steam (dengan
gas),
garam, pendidihan air menjadi uap dalam reservoar.
Vapour-dominated
system menunjukkan temperature konstan pada kedalaman sekitar
236oC.
Profil tekanan pada reservoar dikontrol oleh steam. Sistem
mengalami
konveksi dengan steam naik ke upflow dari kedalaman dan
mengalir
panjang secara lateral pada capping low-permeability rock
horizon. Uap
dingin mengalir dan berkondensasi dan menurun kedalam deep
reservoar
untuk beredar kembali. Oksidasi dari hidrogen sulfida dalam uap
akan
-
11
menghasilkan acid condensates yang dilarutkan host rock,
dengan
demikian meningkatnya ukuran pada reservoar uap.
2.2 Geokimia Panasbumi
Geokimia panasbumi adalah ilmu yang mempelajari komposisi fluida
dan
proses-proses yang mempengaruhinya untuk mengetahui kondisi
reservoar
panasbumi. Di dalam fluida panasbumi terdapat beberapa unsure
yang berasal
dari interaksi antara batuan dan fluida itu sendiri. Untuk
system yang bersuhu
tinggi, kemungkinan juga berasal dari proses magmatik. Adapun
unsur-unsur
yang dimaksud adalah sebagi berikut:
a. Unsur-unsur pembentuk batuan
o Solubilitasnya dipengaruhi oleh kesetimbangan antara mineral
dan air
o Contohnya kation Na, K, Ca, M, Rb, Cs, Mn, Fe, dan Al
b. Unsur-unsur terlarut
o Lebih banyak berada di larutan disbanding dalam mineral
o Tidak mudah bereaksi (unsure konservatif)
o Contohnya Cl, B, Li, dan Br
Komposisi kimia fluida ini sewaktu-waktu akan berubah karena
dipengaruhi oleh beberapa factor berikut ini:
1. Asal air
2. Penambahan unsure-unsur volatile magmatic
o Cl sebagai HCl, C sebagai CO2, S sebagai SO2
o kenampakan isotop Helium (3He/4He)
-
12
3. Kesetimbangan fluida-mineral
o mineral/jenis batuan,
o suhu,
o dominasi batuan
4. Boiling dan mixing (dilution)
2.3 Kimia Air
2.3.1 Tipe Fluida Panasbumi
Secara umum, tipe dari fluida panasbumi ditemukan pada
kedalaman system feotermal temperature tinggi dengan pH
mendekati
netral dan kandungan klorida yang dominan. Air yang lainnya
ditemui
dalam profil daerah panasbumi yang berasal dari fluida bawah
permukaan
yang disebabkan oleh proses kimia atau fisika. Air ini
melukiskan bawah
permukaan yang diklasifikasikan yang sesuai dengan anion yang
dominan.
Adapun tipe-tipe fluida panasbumi adalah sebagai berikut:
2.3.1.1 Air Klorida (Cl)
Tipe fluida ini disebut juga alkali-klorida atau neutral-
klorida yaitu tipe fluida panasbumi bawah permukaan yang
ditemukan pada system temperature tinggi. Daerah yang
mengandung mata air panas dengan konsentrasi Cl paling besar
dari reservoar bagian dalam, dan meperkenalkan zona permeable
di
lapangan.
-
13
Air klorida berasal dari hot spring dan kolam dengan
aliran yang baik, dan dari geyser. Air dalam kolam nampak
berwarna biru kehijau-hijauan. Secara kimia, klorida
merupakan
anion yang paling dominan, dan biasanya konsentrasinya
mencapai
ribuan sampai dengan 10.000 mg/kg. Air klorida menunjukkan
air
reservoar. Air ini memiliki kation utama Na, K, Ca, dan Mg,
serta
kaya SiO2 dan sering terdapat HCO3-. Ciri yang lainnya adalah
air
ini berasosiasi dengan gas CO2 dan H2S, dan yang paling khas
adalah terbentuk endsapan permukaan sinter silica (SiO2).
2.3.1.2 Air Asam Sulfat (H2SO4)
Air ini terbentuk dibagian paling dangkal uang dibentuk
oleh kondensasi gas panasbumi dekat permukaan. Gas dengan
uap
dan unsure volatile lainnya dilarutkan dalam fluida bagian
dalam
tapi dipisahkan dari air klorida. Air ini ditemukan di sekitar
daerah
upflow. SO4 tinggi mencapai 1000 ppm akibat oksidasi H2S di
zona oksidasi dan menghasilkan H2SO4:
H2S + O2 H2SO4 (2.1)
Sekain itu terjadi juga kondensasi dari karbon dioksida
CO2 + H2O H2CO3 H+ + HCO3- 2H+ + CO32- (2.2)
Yang menghasilkan proton dan air asam. Oksidasi dari
hydrogen
sulfide menjadi ion sulfat mengakibatkan pH yang kecil yaitu
sekitar 2,8. Jika air lebih asam dari ini (pH
-
14
mengandung sedikit Cl. Ciri utamanya adalah ditunjukkan
dengan
kenampakkan kolam lumpur dan pelarutan batuan sekitar.
Karena
bersifat asam air ini tidak bisa digunakan sebagai
geothermometer.
Di lingkungan gunung api, air asam SO4-Cl terbentuk akibat
kondensasi unsure volatile magmatic menjadi fasa cair.
2.3.1.3 Air Bikarbonat (HCO3)
Air bikarbonat terjadi karena akibat adsorbs gas CO2 dan
kondensasi uap air ke dalam air tanah (steam heated water). Air
ini
terbentuk di daerah pinggir dan dangkal. Anion utamanya
adalah
HCO3 dan kation utama adalah Na. Memilki konsentrasi Cl yang
rendah, sedangkan SO4 bervariasi. Di bawah muka air tanah air
ini
bersifat asam lemah, tetapi dapat bersifat basa oleh hilangnya
CO2
terlarut di permukaan. Ciri khas utamanya adalah dengan
adanya
batugamping di bawah permukaan yang dapat membentuk endapan
sinter travertine (CaCO3) di permukaan.
2.3.1.4 Air Asin
Air asin terbentuk dengan berbagai cara, misalnya
pelarutan sekuen endapan evaporit oleh air meteoric,
terperangkap
pada cekungan sedimentasi, dll. Air ini merupakan larutan
yang
berkonsentrasi tinggi, dengan unsure utama adalah Cl
sebanyak
10.000 hingga lebih dari 100.000 ppm. pH pada air ini
menunjukkan asam lemah. Konsentrasi Na (kation utama), K dan
-
15
Ca tinggi, karena densitas tinggi maka air ini tidak muncul
di
permukaan.
2.3.1.5 Air Meteorik
Contoh dari air meteoric adalah air tanah, sungai, air hujan
dan lain-lain. Air tanah mengandung Ca, Mg, Na, K, SO4, HCO3
dan Cl. Selain itu, air tanah dapat juga mengandung Fe, SiO2,
Al,
dan gas terlarut O2 dan N2. Air sungai mempunyai anion utama
HCO3 dan kation utama Ca. Sedangkan air hujan memiliki anion
utama Cl dan kation utama Na. Komposisi isotop stabil
mengikuti
Meteorik Water Line.
2.3.2 Geotermometer Unsur Terlarut
Geotermometer memungkinkan temperature dari fluida reservoar
untuk dihitung. Geotermometer ini digunakan untuk mengevaluasi
pada
lapangan baru dan dalam memonitoring hidrologi pada system
produksi.
Geotermometer dibagi menjadi geotermometer berdasarkan
mineral
terlarut (silica) dan reaksi penukaran (Na-K; Na-K-Ca,dan
lain-lain) akan
dipertimbangkan; geotermometer gas dan isotop. Geotermometer
unsur
terlarut berdasarkan pada temperature-bergantung
mineral-ekuilibrum
fluida dan aplikasinya disandarkan beberapa asumsi sebagai
berikut:
1) Fluida muncul ke permukaan dengan cepat ( 2kg/sec)
2) Tidak ada mixing dengan fluida lain. Bila terjadi mixing
harus dapat
dihitung
3) Tidak ada steam atau gas yang hilang
-
16
4) Hasil analisis air layak digunakan
5) Berdasarkan reaksi kesetimbangan kimia antara fluida dan
mineral
6) Re-ekulibrum fluida-mineral pada kondisi dingin (di
permukaan)
berlangsung lambat, sehingga dapat diabaikan
Berikut ini adalah beberapa jenis geotermometer yang telah
disebutkan sebelumnya, yaitu sebagai berikut:
2.3.2.1 Geotermometer Silika
Menurut Fournier (1981,1985), reaksi dasar
SiO2(s) + 2H2O 150oC menggunakan geotermometer kuarsa
-
17
- Adiabatik (max steam loss): baik untuk data sumur dan
mata air dengan kondisi boiling dan kecepatan aliran
tinggi ( 2kg/sec) disertai endapan sinter silica
- Konduktif (no steam loss): baik untuk data dengan
kondisi sub-boiling
o Treservoar < 150oC menggunakan geotermometer kalsedon
o Treservoar < 100oC menggunakan geotermometer silica
amorf
Tabel 2.1 Persamaan Geotermometer Silika
2.3.2.2 Geotermometer Na/K
Menurut Fournier (1979), Giggenbach (1988)
K+ + Na- feldspar (albit) > K-feldspar (adularia) + Na+
Rasio Na/K berkurang dengan meningkatnya fluida. Pada
geotermometr ini Tres > 180oC hingga 350oC, jika Tres <
100oC,
rasio Na/K tidak lagi mengontrol kesetimbangan feldspar.
Diasumsikan tidak dipengaruhi oleh pelarutan dan hilangnya
uap
air. Geotermometer ini tidak sesuai untuk air yang mengandung
Ca
tinggi (dapat di gunakan bila nilai log (Ca1/2/Na) + 2.06
adalah
negative).
-
18
2.3.2.3 Geotermometer Na-K-Ca
Fournier dan Truesdell (1973)
Meliputi kesetimbangan antara Na dan K-feldspar dan konversi
Ca alumino silikat mineral (eg. plagioklas) menjadi kalsit.
tres = 120 - 200oC
Sesuai digunakan pada air dengan kandungan Ca yang tinggi
Asumsi yang dipakai :
Selalu terdapat kelebihan silika Air mengandung Al yang rendah.
Al disimpan dalam fasa
padat (mineral)
Dipengaruhi oleh jumlah CO2 terlarut dalam fluida
Aplikasi :
Jika log (Ca1/2/Na) + 2.06 positif, pergunakan =4/3
Jika tres < 100oC, perhitungan geotermometer dapat
digunakan
Jika tres > 100oC atau nilai log (Ca1/2/Na) + 2.06
negatif,
pergunakan =1/3
Perlu dilakukan koreksi Mg
Untuk tres > 70oC
R = [Mg/(Mg+Ca+K)] 100 (pergunakan meq)
Gunakan R untuk menentukan tMg
tNa-K-Ca, Mg corrected = tNa-K-Ca - tMg
-
19
2.3.2.4 Geotermometer K/Mg
Giggenbach (1988)
0.8K-mika + 0.2klorit + 0.4silika + 2K+ 2.8K-feldspar +
1.6H2O + Mg2+
Dapat digunakan bila Na dan Ca terlarut dalam fluida dan
dalam
batuan tidak setimbang
tres = 50 - 300oC
2.3.2.5 Geotermometer Na-K-Mg
Bagan segitiga dari Na/1000-K/100-Mg1/2 yang ditunjukan
oleh Giggenbach (1988) merupakan sebuah metode yang
digunakan untuk menghitung temperature reservoar (gambar
2.5)
dan untuk mengetahu air yang yang mencapai keseimbangan
dalam
litologi. Fournier (1990) mengamati bahwa temperature dan
komposisi di full equilibrium yang dicapai akan mengubah
secara signifikan dengan bentuk dari persamaan geotermometer
Na/K yang dimuat secara benar dan menunjukkan mineral dalam
batuan reservoar. Diagram ini berguna untuk menentukan air
yang
paling cocok untuk geotermometri, menghilangkan air yang
hanya
kekurangan partially equilibrate dalam dilution/mixing atau
reaksi air-batuan yang dekat dengan permukaan.
Selain itu, kegunaan yang lain dari K-Mg adalah lebih
cepat bereaksi, sehingga dapat digunakan untuk menafsirkan
suhu
-
20
reservoar yang lebih rendah, K-Mg lebih sensitif terhadap
mixing
air asam, baik digunakan untuk sampel yang tidak baik.
Gambar 2.5 The original diagram proposed by Giggenbach
(1988)
Tabel 2.2 Persamaan geotermometer
-
21
2.4 Kimia Gas
Ada tiga sumber yang menyebabkan gas berada di daerah
panasbumi,
yaitu sebagai berikut:
1. Atmosfer
Di dalam atmosfer gas ini dapat berupa: H2Ovap, O2, CO2, He,
H2
2. Deep-seated
Di sini contoh gas nya adalah H2, He, H2S, SO2, HCl, dab
sebagainya
3. Radiogenic dan biogenic
Contoh radiogenic adalah He dan Rn. Sedangkan contoh untuk
biogenic adalah CH4, H2, H2S, CO
Gas akan selalu mengalami perpindahan, gas akan selalu bergerak
karena
ada beberapa factor yang mempengaruhinya diantaranya adalah
disebabkan
oleh:
a. Gas mengalami difusi
b. Gas terlarut dalam air
c. Gas itu bereaksi dengan uap air
d. Transfer saat perubahan fasa air dan uap
Berikut ini adalah kurva dari solubilitas gas
-
22
Gambar 2.6 Kurva solubilitas gas: (least soluble) N2
-
23
CH4 + 2H2O CO2 +4H2 (2.4)
b. Reaksi pemisahan ammonia
2NH3 N2 +3H2 (2.5)
Berikut ini adalah gaa-gas yang berada di lapangan panas
bumi:
2.4.1.1 CO2
a. Gas terbanyak pada sistem panasbumi (kadang lebih dari 95
wt.% atau vol.%
b. 0.035% di atmosfer dan 0.2-4% v/v di udara tanah
c. Mengontrol kimia air, densitas, pH, BPD, alterasi
batuan,dan
pengendapan mineral sekunder dan scaling.
d. Terbentuk dari :
Alterasi termal batuan/mineral karbonat
Degradasi material organik pada batuan sedimen
Larut dalam air meteorik
Magmatik
e. pH fluida dikontrol oleh kesetimbangan CO2/HCO3
f. Hilang CO2 akibat boiling akan membuat pH larutan menjadi
lebih alkalin (Ellis, 1962)
-
24
Gambar 2.6 Kurva CO2 terhadap kedalaman
2.4.1.2 H2S
2-3 kali lebih mudah terlarut dibanding CO2
Terbentuk dari :
Alterasi termal batuan reservoar
Magmatik
Gas reaktif dan akan hilang oleh interaksi dengan batuan
sekitar
membentuk sulfida besi.
Rasio CO2/H2S meningkat dengan penambahan migrasi.
Rasio CO2/H2S turun dengan semakin intensifnya boiling.
-
25
2.4.1.3 NH3
Gas panasbumi paling mudah larut.
Kandungan dalam fasa uap meningkat dengan turunnya
temperatur (as geothermal water cools, more NH3 will be
evolved)
Terbentuk dari :
Alterasi material organik pada batuan sedimen
Gas reaktif dan akan hilang oleh interaksi dengan batuan
sekitar, terserap dalam mineral lempung, atau larut dalam
kondensasi uap.
2.4.1.4 CH4
One most common hydrocarbon gases
Terbentuk dari :
Alterasi batuan sedimen (kaya organik)
Fischer-Tropsch: CO2 + 4H2 = CH4 + 2H2O
Reaksi antara H2 dan material karbonan
2.4.1.5 N2
Terbentuk dari :
Larut dalam air meteorik
Magmatik
Degradasi material organik (saat kontak dengan magma)
Proporsinya lebih banyak pada system rendah
-
26
2.4.1.6 H2 dan O2
H2 sangat reaktif, sehingga dapat dengan cepat hilang oleh
reaksi
dengan batuan sekitar.
Rasio H2/CO2 digunakan untuk mengetahui arah aliran dan zona
upflow.
O2 hadir di bawah limit deteksi
The deep fluid is reducing with PO2 typically around 10-35
bars
(Nicholson, 1993)
2.4.1.7 Gas Mulia
Rasio dari He/Ar merupakan karakteristik dari beberapa
susunan yang lebih besar dibandingkan dengan nilai atmosfer
yaitu
5.7 x 10-4. Dalam fluida helium meningkat siring dengan
meningkatnya waktu berdiamnya.
Rasio N2/Ar lebih besar dari range 38 (untuk udara-
saturated water) sampai 84 (udara bebas). Rasio yang tinggi
mensugestikan peluruhan zat organic. Karakteristik rasio
molar
pada sumber meteoric mencangkup N2/Ar = 38, He/Ar , 0.001.
Kontaminasi udara mengindikasikan dengan kehadiran
oksigen nilai N2/Ar = 84 dan He/Ar = 5.7 x 10-4.
Gas magmatic yang dihasilkan oleh gunung api aktif dapat
menunjukkan tingginya HCl, HF dn SO2 (Giggenbach,1987).
Beberapa gas magmatic yang masuk ke system panasbumi akan
kurang dimengerti, tapi dapat diindikasikan oleh tingginya
-
27
konsentrasi N2 dan rasio N2/Ar sekitar 800-2000. Helium
merupakan gas yang berasal dari mantel dan mungkin karena
itu
diagnose dari gas magmatic yang masuk dengan rasio He/Ar
mendekati 0.1. bagaimanapun, batu dari gunung api muda
mungkin
juga berisi helium yang dapat juga masuk ke fluida panasbumi
oleh
rock leaching (Truesdell et al., 1984).
Berikut ini diagram N2, He dan Ar yang dikombinasikan
oleh Giggenbach (1980) untuk menghasilkan diagnose tentang
identifikasi sumber gas yang dominan.
Gambar 2.7 Mixing model to illustrate the relative contribution
of magmatic,
meteoric and crustal sources of gases in geothermal
discharges
-
28
2.4.1.8 Halida Hidrogen
Jarang dijumpai pada sistem dominasi air dengan reservoar
berisi air Cl .
Terbentuk dari :
Boiling air panasbumi bersifat asam
Magmatik
2.4.1.9 Volatil Logam dan Non Logam
As
Hadir pada fasa uap sebagai asam arsenous, As(OH)3
Kandungannya tinggi pada sistem yang bertemperatur sangat
tinggi.
Mudah hilang oleh proses kondensasi uap dan mixing dengan
air tanah.
Konsentrasi yang tinggi berhubungan dengan zona
permeabilitas tinggi.
B
Volalitas meningkat terhadap peningkatan temperatur.
Berasal dari pelarutan batuan.
Terkonsentrasi pada fasa liquid, tetapi dapat ditransport
sebagai uap.
Mudah larut dalam uap kondensat atau air steam heated.
Hilang dari fasa uap dengan bertambahnya migrasi.
-
29
Konsentrasi yang tinggi berhubungan dengan zona upflow
(DAmore & Truesdell, 1984).
Hg
Kandungan Hg pada steam discharge dipengaruhi oleh
kandungan Hgvapour dan gas HgS.
Hgvapour akan berkurang dengan meningkatnya konsentrasi
H2S.
Udara : 0.2 0.8.10-12 v/v,
Saturated air : 1.58 ppm (20oC),
Saturated water : 25 ppb (20oC)
Asosiasi : sulfida, oksida, organic complex dan unsur logam
Tritium (3H)
Kandungannya berkurang dengan peningkatan residence
times (deep vs surface).
Dapat digunakan untuk membedakan antara steam yang
berasal dari dalam dan dangkal & mixing.
2.4.2 Geotermometer Gas
Sebagian besar dari geotermometer gas memerlukan gas/uap dan
untuk reservoar air panas, rasio uap/air diketahui (DAmore and
Panichi,
1987). Sejak uap air dan yang berhubungan dengan fase air jarang
berada
di permukaan secara bersamaan, perbandingan atau rasio ini tidak
dapat
dihitung untuk mata air panas atau fumarol. Untuk itu dibatasi
aplikasi
pada geotermometer gas untuk well discharges. Tanpa kecuali
-
30
geotermometer empiris dari DAmore dan panichi (1980), disamping
pada
system CO2-H2S-H2-CH4, dan C), dan geotermometer CO, CO2 dan
H-Ar,
disini dapat diaplikasikan antara natural dan well steam
discharges.
2.4.2.1 Geotermometer CO2-H2S-H2-CH4 (DAmore & Panichi)
DAmore dan Panichi (1980) mengusulkan geotermometer
empiris untuk mengatasi masalah rasio gas/air yang tidak
diketahui. Mereka membuat empat asumsi:
1. karbon (grafit), carbon dioksida dan hydrogen bereaksi
membentuk metana:
Cgraphite + CO2(g) + H2(g) 2CH4(g) + 2H2O(g) (2.6)
2. Anhydrit dan pyrite bereaksi membentuk hydrogen sulfide
CaSO4(anhydrite) + FeS2(pyrite) +3H2O(g) + CO2(g) CaCO3(s) +
1/3
Fe3O4(g) + 3H2S(g) + 7/3 O2(g) (2.7)
3. Tekanan parsial oksigen bergantung temperature
Log PO2 = 8.2 23643/T (2.8)
4. Tekanan parsial dari karbon dioksida berhubungan dengan
ukuran karbon dioksida dalam gas total di discharge
Jika CO2 75% PCO2 = 1.0
Jika CO2 > 75% dan CH4>2H2 dan H2S>2H2 PCO2 = 10
Persamaan geotermometrnya:
ToC = {24775/[2log(CH4/CO2)-6log(H2/CO2)-
3log(H2S/CO2)+7log PCO2 +36.05]}-273 (2.9)
-
31
2.4.2.2 Geothermometer CO
Geotermometer CO merupakan geotermometer yang baru
dikembangkan oleh DAmore (1987) dan Saraco (1989).
Geotermometer ini terdiri dari deretan persamaan yang berasal
dari
keseimbangan gas, yang digunakan untuk menghitung
temperature
reservoar dan hanya membutuhkan konsentrasi dari CO2, H2S,
H2,
CH4 dan CO dalam gas yang kering pada daerah resapan yang
diketahui. Geothermometer yang akurat berada disekitar range
140-370oC, diasumsikan bahwa kesetimbangan kimia dicapai di
kedalaman dalam system CO2-H2S-H2-CH4-CO-Fe3O4-FeS2; dan
komposisi gas di bagian yang paling dalam ditahan sampai di
daerah discharge. Perbandingan gas/steam tidak memiliki
konstanta yang tersisa (DAmore, 1987). Program computer
untuk
menyelesaikan persamaan digambarkan oleh Saracco dan
DAmore, seperti menetapkan temperature reservoar, program
ini
juga menghitung fraksi steam, rasio gas/air, PCO2, PO2, dan
PS2.
Chiodini dan Cioni (1989) telah mempresentasikan
geothermometr
gas dalam reaksi:
CH4(g) + 3CO2(g) 4CO(g) + 2H2O(l) (2.10)
Persamaan geotermometrinya adalah
Log (X4CO/X3CO2.XCH4) = 8.065 13606/T (2.11)
-
32
2.4.2.3 Geothermometer CO2
Geothermoter CO2 dibuat oleh Arnorsson (1983),
geotermometer ini tidak dipengaruhi oleh proses kondensasi
(karbon dioksida merupakan gas yang dominan) dan
diaplikasikan
untuk fumarol dan sumur di daerah discharge dengan
temperature
di atas 100oC. Di atas 180oC, batas teratas pada
geotermometer
yang dihitung oleh kestabilan kalsit termasuk system yang
memiliki temperature disekitar 300oC. DAmore dan Panici
(1987)
menganggap bahwa geotermometer hanya dapat diaplikasikan
untuk system panasbumi di daerah gunung api. Persamaan
dengan
gas CO2 dalam mol/kg adalah:
Log CO2 = 37.43 + 73192/T 11829 x 103/T2 + 0.18923T 86.187 log T
(2.12)
2.5 Kimia Isotop
Isotop dari suatu elemen memiliki jumlah proton yang sama pada
inti
atomnya, tetapi memiliki jumlah neutron yang berbeda. Oleh sebab
itu isotop
memiliki nomor atom yang sama tetapi berbeda berat atomnya.
Sebagai
contoh oksigen muncul sebagai 16O dengan berat atom 16, 18O
dengan berat
atom 18 dan (dalam beberapa menit) sebagai 17O dengan berat atom
17. Isotop
dikatakan stabil bila tidak terpengaruh peluruhan radioaktif
alami, disebut
radioaktif bila mengalami peluruhan radioaktif dan disebut
radiogenik bila
isotop dibentuk oleh peluruhan radioaktif tetapi isotopnya tidak
meluruh.
Isotop radioaktif digunakan untuk menentukan umur. Isotop stabil
digunakan
-
33
untuk mencari asal air atau proses yang mempengaruhi pembentukan
air
(sejak masuk akifer). Radiogenik isotop tidak digunakan secara
luas dalam
mempelajari air ; dalam bidang geologi digunakan untuk
menentukan umur
dan mempelajari asal batuan dan proses yang terjadi.
2.5.1 Isotop Stabil
Properti kimia dari suatu unsur ditentukan oleh nomor atom,
maka sifat kimia dari isotop yang berbeda pada elemen yang sama
akan
relatif sama. Ada sedikit perbedaan karena semata-mata hasil
perbedaan
massa. Perbedaan yang signifikan hanya ada diantara isotop
dengan
unsur yang lebih ringan, dimana perbedaan massa adalah fraksi
yang
signifikan pada massa total suatu atom. Perbedaan massa
menyebabkan
isotopic fractionation di alam. Fraksinasi adalah suatu proses
yang
menyebabkan rasio isotop suatu daerah dapat dibedakan satu
dengan
yang lainnya. Sebagai contoh, rasio dari 16O/18O dalam air
hujan
berbeda dengan rasio dari air laut, yang mana berbeda dari
rasio
karbonat hasil pembentukan cangkang di lautan.
Rasio dari 18O:16O di alam rata-rata sekitar 1:500. Rasio ini
tidak
cocok digunakan secara absolut untuk rasio isotop, dan notasi
(delta) digunakan sebagai pengganti. Untuk oksigen, contohnya 18O
didefinisikan oleh:
-
34
( ) ( )( ) 1000
tan16
18tan
1618
1618
18
=dards
dardssample
OO
OO
OO
O (2.13)
18O merepresentasikan perbedaan relatif dalam part per thousand
(per mil) antara rasio pada sampel dengan rasio standard.
Untuk 18O, dengan normal referensi standard atau V-SMOW
(Vienna
Standard Mean Ocean Water). Di beberapa laboratorium,
semuanya
dikalibrasi ke dalam skala V-SMOW. Selama pengukuran, rasio
isotop
dari sampel dibandingkan dengan standar laboratorium (massa
spectrometer), dan hasilnya dihitung kembali dengan skala
SMOW.
Isotop oksigen dalam karbonat semuanya dilaporkan pada skala
PDB,
yang mana memiliki marine calcite (sebuah belemnite dari Pee
Dee
Formation di Carolina Selatan) sebagai referensi yang lebih
baik
daripada SMOW. Skala PDB (V-PDB) untuk 18O sekarang hanya
digunakan dalam pembelajaran paleoclimatic. Rasio 13C/12C
disebut
13C, dengan PDB kalsit sebagai standard referensi, dan 34S/32S
disebut 34S, dengan Canyon Diablo troilite (sebuah besi sulfide
dari meteorit Canyon Diablo) sebagai standard referensi. 15N/14N
disebut 15N, dengan N2 di atmosfer sebagai standard referensi.
2.5.2 Proses Fraksinasi
Fraksinasi mungkin disebabkan oleh proses kimia, seperti
reaksi
antara padatan dan larutan, atau oleh proses fisika seperti
evaporasi dan
-
35
difusi. Proses biologi dapat dianggap kasus khusus dari proses
kimia
dan Fisika.
2.5.2.1 Proses Kesetimbangan Kimia
Mempertimbangkan pertukaran dari 18O antara air dan
karbon monoksida (karbon monoksida dipilih karena sederhana,
prinsip yang sama juga bisa diterapkan pada karbon dioksida
dengan kalsium karbonat):
OCOHOCOH 181621618
2 +=+ (2.14)
OHOc
OHOcequilib aa
aaK
182
16
162
18=
Koefisien aktivitas akan sama untuk beberapa isotop,
maka:
( )( )OH
COequilib
OO
OO
K
216
18
1618
= (2.15)
Kequilib disebut dengan faktor fraksinasi,biasanya ditulis
dengan simbol . Ketika reaktan atau produk berisi lebih dari 1
oksigen (CO2, sebagai contoh), Kequilib dapat ditulis lebih dari
satu
cara. Faktor fraksinasi dapat menyederhanakan rasio isotop satu
senyawa yang dibagi oleh rasio dari senyawa lainnya.
-
36
Jika bahan kimia terdiri dari dua isotop yang identik, nilai
Go untuk persamaan (2.14) akan nol, dan akan memiliki sebuah
nilai yang sama. Karena cara energi vibrasi pada molekul
dapat dijumlah, biarpun energi pada ikatan C-18O berbeda
kecil
dari energi pada ikatan C - 16O, dan energi pada ikatan H -
18O
berbeda dari ikatan H O, dan konsekuensinya total energi
bebas
pada sistem mengecil ketika rasio 18O/16O sedikit membesar
dalam CO daripada di dalam H2O. Ini artinya bahwa nilai Go untuk
persamaan (2.14) memiliki nilai negatif yang kecil, dan sedikit
lebih besar dari 1 (untuk calcite-water, = 1.028 pada suhu 25oC).
Ketika CO (kalsit) akan sedikit diperkaya dalam 18O
relatif untuk air, atau pada umumnya biasanya kacau, ini
akan
menjadi isotop yang lebih berat. Nilai dari untuk semua
perubahan reaksi isotop seiring dengan kenaikan temperatur, ini
berarti bahwa fraksinasi meningkat ketika temperatur
menurun.
Jika notasi digunakan, persamaan (2.15) akan menjadi (sejak
=1):
+= OHCO OO 21818 (2.16)
yang mana adalah aproksimasi 1000 ln , yang mana aproksimasi
yang sama untk (1-) x 1000. Nilai mendekati nol ketika temperatur
meningkat. Meskipun dan dihitung dengan
-
37
prinsip mekanika statistik, namun hasil perhitungan
nampaknya
tidak praktis. Faktor fraksinasi yang digunakan dalam
geokimia
diukur melalui percobaan atau dihitung dari sistem alami
dimana
isotop diasumsikan dalam keadaan setimbang. Bila komposisi
isotop dari kedua senyawa itu diketahui, maka dapat
dihitung.
2.5.2.2 Proses Ketidaksetimbangan Kimia
Kesetimbangan isotop terjadi antara komponen. Hal ini
berupa endapan yang terbentuk dalam larutan karena proses
anorganik. Seringkali melibatkan sistem biologi. Suatu
kesetimbangan tidak tercapai, proses yang menyebabkan
fraksinasi terjadi karena efek isotop kinetik. Prinsipnya
adalah
kekuatan dari ikatan kimia, artinya energi yang dibutuhkan
untuk
memutuskan ikatan berbeda untuk isotop yang berbeda karena
perbedaan cara molekul bergetar. Sebagai contoh pada CO2,
ikatan 12C-O lebih lemah daripada ikatan 13C-O (12C adalah
isotop
umum carbon yang jumlahnya di alam sekitar 98.89 %, 13C
adalah
isotop stabil yang jumlahnya di alam sekitar 1.11 %). Pada
saat
ikatan C-O putus, seperti pada fotosintesis, energi aktivasi
ditentukan oleh energi yang dibutuhkan untuk memutus ikatan
C-
O, energi aktivasi 12C-O lebih rendah dari 13C-O laju Rx
berkaitan
dengan energi aktivasi oleh persamaan Arrhenius
(2.17)
-
38
Molekul 12C-O akan lebih mudah bereaksi dibandingkan
13C-O. Produk organik hasil fotosintesis lebih kaya akan 12C
daripada yang dihasilkan CO2. Sebagai contoh di laut CO2
terlarut
mengandung 13C sebesar 0 per mil, sedangkan zat organik laut
(kebanyakan fitoplankton) mengandung 13C sebesar 20 per mil.
Efek kinetik dari isotop sangat penting pada reaksi yang
melibatkan sebagian isotop karbon dan sulfur dimana kimia
bertemperatur rendah didominasi proses biologi. Efeknya
selalu
menyebabkan bertambahnya isotop ringan hasil reaksi dan
ukurannya bermacam-macam. Dalam proses kesetimbangan
fraksinasi isotop antara 2 campuran konstan pada suhu
tertentu,
tetapi pada proses ketidaksetimbangan tergantung pada laju
reaksi
dan pengaruh lingkungan selain temperatur.
2.5.2.3 Proses fisik
Fraksinasi isotop dapat juga disebabkan oleh proses fisik.
Proses yang paling penting di alam ialah fraksinasi uap-air
pada
saat evaporasi dan kondensasi. Tekanan uap air banyak
mengandung isotop ringan (1H dan 16O) sedangkan air
mengandung isotop berat deterium (D) dan 18O. Ketika air dan
uap air setimbang, uap secara isotop lebih ringan daripada
air
dimana D/H dan 18O/16O, oleh sebab itu uap di atmosfer
secara
isotop lebih ringan daripada air di laut.
-
39
Jika evaporasi berlangsung cepat, fraksinasi antara uap dan
air lebih besar daripada nilai kesetimbangan. Alasan dari
efek
kinetik mungkin akibat kecepatan difusi dari isotop ringan
dan
berat kepermukaan cairan (Dansgaarrd,1964).
2.5.3 Isotop radioaktif
2.5.3.1 Dating : umur air/waktu tinggal
Tritium dan 14C biasanya digunakan untuk dating waktu
tinggal air dalam akifer air dingin. Namun isotop ini tidak
berhasil
digunakan dalam panasbumi : fluida panasbumi biasanya
memiliki
waktu tinggal yang lama sehingga melabihi waktu paruh dari
tritium
(3Ht0.5 = 12.43 tahun). Walaupun 14C memiliki waktu paruh
yang
lebih lama (t0.5 = 5730 tahun), namun hal ini disebabkan oleh
adanya
CO2 yang dihasilkan oleh sistem panasbumi. Argon-39, dengan t0.5
=
269 tahun telah diusulkan sebagai metoda alternatif untuk
dating
pada air panasbumi, walaupun metoda ini masih belum di
sempurnakan (Truesdell, 1976; Hulston, 1977). Tritium dapat
digunakan untuk mengamati reservoar karena dengan naiknya
komposisi 3H pada luahan panasbumi dapat diindikasikan
naiknya
dilusi atau banyaknya imbuhan oleh air meteorik. Oleh karena
itu
diagram 3H-Cl dapat digunakan untuk untuk menunjukan
-
40
percampuran airtanah dengan air panasbumi (sebagai contoh
Giggenbach et al., 1983; Gupta et al., 1976).
2.5.3.2 Tracer
Isotop radioaktif pada lapangan panasbumi dapat digunakan
untuk mengetahui arah aliran, kontrol geologi (struktur dan
litologi)
pada aliran bawah permukaan dan kecepatan aliran. Isotop ini
dapat
digunakan sebagai tes awal untuk reinjeksi air limbah dan
sebagai
petunjuk untuk memodelkan reservoar. McCabe et al (1983)
mengamati aplikasi dari tracer isotop radioaktif di sistem
panasbumi
dan beberapa isotop lain untuk tujuan ini. Mereka
berpendapat
bahwa 131I (t0.5 = 8 days) isotop yang paling baik digunakan
sebagai
tracer walaupun berbahaya.
2.5.4 Isotop geotermometer
Fraksionasi isotop sama seperti proses kesetimbangan yang
lain,
yaitu tergantung pada suhu sehingga dapat digunakan sebagai
geotermometer. Sebelum reaksi pertukaran isotop antar fasa ini
dijadikan
geotermometer, beberapa syarat harus dipenuhi terlebih dahului
:
1. Agar pertukaran terjadi, isotop harus didapatkan dalam fasa
cair
dan/atau fasa padat di reservoar panasbumi.
2. Kesetimbangan isotop harus didapat diantara kompenen
tersebut.
-
41
3. laju pertukaran isotop harus cepat untuk menghasilkan
kesetimbangan
dalam waktu tinggal fluida, tetapi juga harus selambat mungkin
agar
cukup untuk mempertahankan kesetimbangan kembali pada saat
fluid
naik ke permukaan.
4. Suhu merupakan kontrol yang paling dominan pada
kesetimbangan
fraksionasi.
5. Derajat fraksionasi harus menunjukan hubungan dengan suhu
dan
dapat terdeteksi.
Percampuran antara komponen yang sama dengan isotop yang
berbeda
tidak boleh terjadi atau harus dikoreksi dan teknik
penyimpanan
sampel tidak boleh merubah rasio isotop sampel.
Reaksi pertukaran isotop mencapai kesetimbangan dengan laju
reasi
yang berbeda-beda. Pertukaran isotop oksigen antara uap air
dengan air
terjadi dalam beberapa detik sehingga tidak dapat digunakan
untuk
geotermometer. Perkiraan waktu paruh (t0.5) pada suhu 250 oC
untuk
beberapa reaksi pertukaran ditulis di bawah ini (Hulston, 1977,
1983;
Hulston dan Lyon, 1991; Truesdell dan Hulston, 1980). Pada
umumnya
reaksi pertukaran isotop digunakan sebagai geotermometer;
sedangkan
waktu kesetimbangan silika, geotermometer Na/K dan Na-K-Ca
dapat
digunakan sebagai pembanding. Kecepatan laju reaksi
mengindikasikan
kecepatan geotermometer pada saat terjadi kesetimbangan kembali
di
reservoar dangkal dan pada saat naik ke permukaan. Pada kondisi
yang
ideal, perbedaan waktu kesetimbangan geotermometer dapat
membantu
-
42
mengetahui banyaknya reservoar. Semakin lama waktu yang
dibutukan
untuk terjadi kesetimbangan maka geotermometer akan memiliki
memory yang lebih lama, dengan memilih geotermometer secara
hati-
hati kita dapat mengetahui suhu sistem di kedalaman tertentu
dan
mengetahui perubahan suhu dari suatu fluida (Hulston, 1977).
Persamaan geotermometer isotop
Nama untuk berbagai jenis geotermometer isotop biasanya
ditulis
dengan simbol , sedangkan untuk persamaan geotermometer
biasanya
ditulis dengan simbol . Persamaan x,y (dx dy) 103lnx,y hanya
menunjukan cara yang berbeda dalam menuliskan persamaan
isotop
geotermometer. Dalam menggunakan geotermometer 18O-sulfat-air
harus
diketahui kondisinya secara jelas.
-
43
Ekspresi Penjelasan
18O (SO4
H2O)
Perbedaan antara 18O dari ion sulfat dan 18O dari air.
Sebagai contoh 18O(SO4) - 18O(H2O)
103 ln 18O(SO4) - 18O(H2O) sebagai contoh 18O (SO4 H2O)
( )( ) OHOO SOOO 21618 4
1618
// atau
( )( )OHOSOO
2183
4183
1010
++
Secara umum persamaan geotermometer dapat ditulis : = A/T + B/T2
+C
Dimana T dalam kelvin. Nilai dari konstanta didapat dari
percobaan
faktor fraksionasi yang tergantung suhu, .
CoverKATA PENGANTARABSTRAKDAFTAR ISIDAFTAR TABELDAFTAR
SIMBOLDAFTAR GAMBARBAB I PENDAHULUANBAB II TEORI FLUIDA
GEOTHERMALBAB III APLIKASI ISOTOP O DAN H DALAM PENENTUAN ASAL AIR
GEOTHERMALBAB IV PENENTUAN ASAL AIR RESERVOAR GEOTHERMAL BAB V
Kesimpulan dan saranDAFTAR PUSTAKA