TENGGELAMNYA KRI MATJAN TUTUL DALAM OPERASI STC-9 DAN PENGARUHNYA TERHADAP KONSOLIDASI KEKUATAN MILITER INDONESIA TAHUN 1961-1963 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 dalam Ilmu Sejarah Disusun Oleh: Rufal Febrian NIM. 13030112190100 FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2017
38
Embed
tenggelamnya kri matjan tutul dalam operasi stc-9 dan ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
TENGGELAMNYA KRI MATJAN TUTUL
DALAM OPERASI STC-9 DAN PENGARUHNYA TERHADAP
KONSOLIDASI KEKUATAN MILITER INDONESIA
TAHUN 1961-1963
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 dalam Ilmu Sejarah
Disusun Oleh:
Rufal Febrian
NIM. 13030112190100
FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2017
ii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Dengan ini saya, Rufal Febrian, menyatakan bahwa karya ilmiah/skripsi ini adalah
asli hasil karya saya sendiri dan karya ilmiah ini belum pernah diajukan sebagai
pemenuhan persyaratan untuk memperoleh gelar kesarjanaan baik Strata Satu
(SI), Strata Dua (S2), maupun Strata Tiga (S3) pada Universitas Diponegoro
maupun perguruan tinggi lain.
Semua informasi yang dimuat dalam karya ilmiah ini yang berasal dari
penulis lain baik yang dipublikasikan maupun tidak telah diberikan penghargaan
dengan mengutip nama sumber penulis secara benar dan semua isi dari karya
ilmiah/skripsi ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya pribadi sebagai
penulis.
Semarang, 8 Juni 2017
Penulis,
Rufal Febrian
13030112190100
iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“Tan Hana Wighna Tan Sirna”
KOPASKA
Dipersembahkan untuk:
Keluarga tercinta,
sahabat, teman
seperjuangan.
vi
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Tenggelamnya KRI Matjan Tutul Dalam Operasi STC-9
Dan Pengaruhnya Terhadap Konsolidasi Kekuatan Militer Indonesia Tahun 1961-
1963”. Selain itu tidak lupa penulis panjatkan shalawat serta salam kepada
junjungan Nabi besar Muhammad SAW yang memberikan syafaatnya kepada
ummat yang begitu dicintainya dan yang telah membawa kita ke zaman yang
terang benderang. Khusus kepada kedua orang tua penulis yang senantiasa
memberikan dukungan, baik moral maupun moril, penulis ucapkan terima kasih
banyak atas semuanya.
Skripsi ini dibuat sebagai syarat untuk dapat memenuhi salah satu persyaratan
guna memperoleh gelar sarjana strata-1 dalam Ilmu Sejarah. Pada saat penulisan
skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bantuan berupa pengajaran, arahan,
kritikan, dan pengalaman dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini. Dengan ini izinkanlah penulis menyebutkan satu
per satu orang yang telah berjasa dalam penyelesaian skripsi ini :
1 Mama, Ayah, Ridho, dan Ersa yang telah memberikan semangat dan
dukungan selama ini.
2 Dr. Danang Respati Puguh, M.Hum selaku Ketua Departemen Ilmu Sejarah
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro.
3 Dr. Indriyanto, S.H, M.Hum selaku dosen pembimbing yang memiliki konsen
terhadap pembahasan sejarah militer yang telah memberi bimbingan dan
arahan kepada penulis.
4 Seluruh dosen Program Studi Ilmu Sejarah yang telah memberikan ilmu
pengetahuan dan mengajarkan banyak hal kepada penulis selama masa
perkuliahan.
vii
5 Terima kasih penulis sampaikan kepada staf tata usaha dan staf perpustakaan
Departemen Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro.
6 Penulis mengucapkan terima kasih kepada teman-teman seperjuangan
angkatan 2012 di Departemen Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Diponegoro, serta teman-teman satu bimbingan skripsi yang telah
berjuang bersama-sama selama proses bimbingan dan penyelesaian skripsi.
7 Ucapan terimakasih juga penulis tujukan kepada Moh.Annas selaku dosen
kuliah subuh yang telah bersedia menjadi mentor dan pemberi pencerahan
dalam penulisan skripsi ini, kepada teman-teman yang telah berjuang bersama
yang tergabung dalam tim Penggerak Pesantren Maritim diantaranya:
Hanifah, Lisnur Siti Faridah, Firman Adi Laksono, Kudus Purnomo, Hanifah,
Dian Pangestu, Farid Fardon, Arif Syaefudin, Ichsan Nurfaiz Rusdi, Achmad
Rahdian Umar, Okik Bagus Saputra, Haryanto, Dinka Syafiq. Kepada teman-
teman Perimendung yang selalu menghibur dengan cara mengajak mendaki
gunung untuk merefreshingkan otak diantaranya: Julius Christian Prabowo,
Srie Adhimas Dwi P, Duta Aulia, Gumelar Teguh.
8 Terimakasih kepada Aprilia Putri Utami yang selalu setia dan tidak pernah
lelah untuk memberi semangat dalam penulisan skripsi ini.
9 Kepada semua pihak yang telah membantu pembuatan skripsi ini dalam hal
memberikan semangat baik secara langsung dan tidak langsung.
Penulis sangat menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini penulis banyak
melakukan kesalahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun bagi penulis untuk perbaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi pembacanya.
Semarang, 8 Juni 2017
Penulis
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN iii
HALAMAN PERSETUJUAN iv
HALAMAN PENGESAHAN v
KATA PENGANTAR vi
DAFTAR ISI
viii
DAFTAR SINGKATAN x
DAFTAR ISTILAH xiii
DAFTAR GAMBAR xvi
DAFTAR TABEL xvii
DAFTAR LAMPIRAN xviii
RINGKASAN xix
SUMMARY xx
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Permasalahan 1
B. Ruang Lingkup 5
C. Tujuan Penelitian 7
D. Tinjauan Pustaka 7
E. Kerangka Pemikiran 11
F. Metode Penelitian 13
G. Sistematika Penulisan 15
BAB II USAHA PEMERINTAH INDONESIA DALAM 19
PEMBEBASAN IRIAN BARAT
A. Diplomasi yang dilakukan Pemerintah Indonesia 19
1. Diplomasi di bidang Politik 23
2. Diplomasi di bidang Ekonomi 27
3. Diplomasi di bidang Militer 30
B. Resolusi Belanda dalam Sidang Majelis Umum PBB 34
ix
C. Pembentukan Dewan Pertahanan Nasional-KOTI 42
Pemirbar
D. Operasi Gugus Tugas KRI Matjan Tutul 49
BAB III OPERASI STC-9 ANGKATAN LAUT INDONESIA 53
A. Terbentuknya Operasi STC-9 53
B. Strategi dan Taktik 58
C. Rencana Operasi 62
D. Pelaksanaan Operasi STC-9 64
1. Peristiwa Pertempuran Laut Aru 72
15 Januari 1962
2. Gugurnya Komodor Yos Sudarso 81
3. Kebocoran Informasi Operasi STC-9 86
BAB IV DAMPAK TENGGELAMNYA KRI MATJAN TUTUL 89
TERHADAP KONSOLIDASI KEKUATAN
MILITER INDONESIA
A. Pencopotan Jabatan KSAU Suryadharma 89
B. Pelaksanaan Operasi Komando Mandala Dipercepat 98
C. Penguatan Angkatan Laut dalam Operasi Mandala 109
1. Kesatuan Tempur Angkatan Laut Mandala 113
2. Operasi-operasi Angkatan Laut Mandala 119
BAB V SIMPULAN 123
DAFTAR PUSTAKA 126
LAMPIRAN 133
xiii
DAFTAR ISTILAH
Abstain : Tidak menggunakan hak pilih. Negara
yang tidak menggunakan hak suara dalam
penghitungan suara di PBB
De facto : Pengakuan berdasarkan fakta. Kenyataan
berdasarkan fakta terhadap wilayah Irian
Barat
De Jure : Pengakuan berdasarkan hukum.
Kenyataan berdasarkan hukum terhadap
wilayah Irian Barat
Self Determination : Penentuan nasib sendiri terhadap wilayah
Irian Barat
Nederlands Nieuw Guinea : Masuknya Irian Barat menjadi bagian
negara Belanda
Gun Boat Diplomacy : Melakukan diplomasi dengan
menggunakan kekuatan Angkatan Laut
yang menyiratkan ancaman perang
terhadap negara Belanda
Dekolonisasi : Tercapainya kemerdekaan bagi negara
koloni. Belanda memberikan
kemerdekaan kepada wilayah Irian Barat
Initiating Directive : Perintah yang langsung dibuat oleh
Pemerintah Indonesia mengenai tugas
pokok terhadap pelaksanaan operasi
tanpa adanya perundingan dengan
bawahan
Klandestine : Penyusupan yang dilakukan oleh
angkatan perang Indonesia
Bargaining Position : Posisi tawar-menawar yang dilakukan
Pemerintah Indonesia dalam usaha
melakukan diplomasi kepada Belanda
Grand Strategy : Strategi nasional yang dibentuk oleh
Panglima Tertinggi Presiden Sukarno
Total Black Out : Pelayaran yang dilakukan oleh keempat
MTB dengan berlindung pada
Kegelapan dalam meningkatkan
xiv
kesiagaan
Rendesvous : Tempat berkumpul. Titik kumpul atau
titik pertemuan oleh keempat MTB
dalam perjalanan menuju daratan Irian
Barat
Silent Landing Operation : Operasi pendaratan secara rahasia yang
dilakukan oleh angkatan bersenjata
Indonesia
Naval Warfare : Perang dengan mengandalkan kekuatan
Angkatan Laut Indonesia
Refueling : Pengisian bahan bakar yang dilakukan
oleh keempat MTB
Take Off : Lepas landas. lepas landas yang
dilakukan oleh Pesawat Hercules C-130
Briefing : Komunikasi tatap muka sebelum
menjalankan tugas. Pengarahan sebelum
melaksanakan kegiatan penyusupan
menuju daratan Irian Barat
Silent Raid : Serangan secara diam-diam yang
dilakukan oleh angkatan bersenjata
Indonesia
Zig-Zag : Arah berkelok-kelok. Gerakan
membentuk huruf “Z” yang dilakukan
untuk menghindar dari kejaran kapal
perang Belanda oleh KRI Harimau
Selection Board : Papan seleksi mengenai anggota perang
yang akan di demobilisasi
Naval Campaign : Kampanye Angkatan Laut yang
didasarkan terhadap sifat dan wilayah
Irian Barat
Rivalitas : Permusuhan
Ex Officio : Jabatan seseorang pada lembaga tertentu
karena tugas dan kewenangannya pada
lembaga lain. Jabatan seseorang kepala
staf yang otomatis menjabat sebagai
menteri
Ready Up To The Minute : Pernyataan bersiap setiap saat yang
xv
dikemukakan oleh KSAU Suryadharma
Joint Operational Command : Perintah operasional bersama yang
dilakukan secara gabungan oleh
angkatan bersenjata Indonesia
Show Of Force : Unjuk kekuatan. Pengunjukan kekuatan
yang dilakukan oleh Angkatan Laut
Indonesia
Refrein Point : Titik menahan diri yang dilakukan oleh
Angkatan Laut dalam melakukan laporan
agar tidak ada yang mengetahui
x
DAFTAR SINGKATAN
ADLA : Angkatan Darat Mandala
ALLA : Angkatan Laut Mandala
ALRI : Angkatan Laut Republik Indonesia
APRI : Angkatan Perang Republik Indonesia
ATA : Angkatan Tugas Amphibi
AULA : Angkatan Udara Mandala
AURI : Angkatan Udara Republik Indonesia
BKR : Badan Keamanan Rakyat
Depertan : Dewan Pertahanan Nasional
DK : Daerah Kumpul
DM : Droogdok Maatschappij
DMS : Droogdok Maatschappij Surabaya
DVP : Demokratische Volks Partij
EPANG : Eenheida Partij Nieuw Guinea
Establisemen
FNPIB : Front Nasional Pembebasan Irian Barat
Gerwani : Gerakan Wanita Indonesia
GKS : Gabungan Kepala Staf
IMP : Industriele Maatschappij Palembang
KKO : Komando Korps Operasi
KKS : Kesatuan Kapal Selam
KKTT : Kesatuan Kapal Cepat Torpedo
KLM : Koninklijke Luchvaart Mmatschappij
KMB : Konferensi Meja Bundar
Kodam : Komando Daerah Militer
xi
Kodamar : Komando Daerah Maritim
Kohanudgab : Komando Pertahanan Udara Gabungan
KOLA : Komando Mandala
Korud : Komando Regional Udara
KOTI : Komando Operasi Tertinggi
Kowatkat : Komando Perawatan Kapal Tjepat
KRI : Kapal Republik Indonesia
KSAL : Kepala Staf Angkatan Laut
KSAU : Kepala Staf Angkatan Udara
KUAL : Kesatuan Udara Angkatan Laut
KUE : Kena U Embay
KUTP : Kursus Ulangan dan Tambahan Perwira
LCVP : Landing Craft, Vehicle, Personeel
Maatschappij
MBAD : Markas Besar Angkatan Darat
MBAL : Markas Besar Angkatan Laut
MBAU : Markas Besar Angkatan Udara
MKN : Menteri Keamanan Nasional
MKO : Markas Komando Operasi
MTB : Motor Torpedo Boat
Nasakom : Nasionalis, Agama, Komunis
NATO : North Atlantic Treaty Organization
NISE : Nederlands Indonesische Scheepvaart
NISHM : Nederland Indonesie Steenkolen Handel
Maatschappij
NKRI : Negara Kesatuan Republik Indonesia
Pangti : Panglima Tertinggi
Parna : Partai Nasional
xii
(Suatu Organisasi Masyarakat Papua)
Paskomartu : Pasukan Komando Armada Tugas
PAU : Pangkalan Angkatan Udara
PBB : Perserikatan Bangsa-Bangsa
Pemirbar : Pembebasan Irian Barat
Perchriscra : Persatuan Christen Islam Raja Ampat
PG : Pasukan Gerilya
PONG : Persatuan Orang Nieuw Guinea
Poskopan : Pos Komando Depan
PR : Penyapu Ranjau
RH : Radio Holland
RPKAD : Resimen Pasukan Komando Angkatan
Darat
Satgas : Satuan Tugas
SDW : Semarang Dock-Works
SK : Surat Keputusan
SSM : Sama-Sama Manusia
STC-9 : Satuan Tugas Chusus 9
SUAD : Satuan Unit Angkatan Darat
TNI : Tentara Nasional Indonesia
Trikora : Tri Komando Rakyat
Tugis : Tugas Istimewa
VPV : Veerenigde Prauwen Veeren
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel: Halaman
2.1 Spesifikasi Mesin dan Persenjataan 52
KRI Matjan Tutul
3.1. Nama-nama pahlawan yang gugur bersama 78
tenggelamnya KRI Matjan Tutul
3.2. Daftar anak buah KRI Matjan Tutul yang ditawan 79
Belanda
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar: Halaman
2.1 Pengumandangan Tri Komando Rakyat 46
oleh Presiden Sukarno tanggal 19 Desember 1961.
2.2 Penandatanganan Tri Komando Rakyat oleh 46
Presiden Sukarno.
2.3 KRI Macan Tutul dalam Pertempuran Laut Aru. 50
3.1 KRI Multatuli yang digunakan sebagai Kapal 67
Markas Angkatan Laut.
3.2 Skema jalannya Pertempuran Laut Aru 79
15 Januari 1962.
4.1 Personil Staf Komando Mandala 103
Pembebasan Irian Barat.
4.2 Panglima Mandala Mayjen Suharto 112
bersama Staf Angkatan Laut Mandala (ALLA).
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran: Halaman
A. Front Nasional 121
B. Nasionalisasi Perusahaan Belanda 123
C. Telaah Staf Operasi “B” 127
D. Pembentukan Dewan Pertahanan Nasional 133
E. Pembentukan KOTI 134
F. Pembentukan Komando Mandala 136
G. Petunjuk Operasi infiltrasi besar-besaran 138
xix
RINGKASAN
Skripsi ini berjudul Tenggelamnya KRI Macan Tutul Dalam Operasi STC-9 Dan
Pengaruhnya Terhadap Konsolidasi Kekuatan Militer Indonesia Tahun 1961-
1963. Beberapa permasalahan yang akan dikaji yaitu: 1) Bagaimana latar
belakang terbentuknya Operasi STC-9 yang dilakukan oleh Angkatan Perang
Republik Indonesia. 2) Bagaimana pelaksanaan Operasi STC-9 dalam usaha
Pembebasan Irian Barat. 3) Bagaimana dampak tenggelamnya KRI Macan Tutul
terhadap konsolidasi kekuatan militer Indonesia. Untuk mengkaji permasalahan
tersebut digunakan metode sejarah kritis yang terdiri dari empat tahapan, yaitu: a)
heuristik, mencari dan mengumpulkan sumber-sumber sejarah, baik sumber
primer maupun sumber sekunder. b) kritik sumber, proses yang dilakukan untuk
mendapatkan otentsitas dan kredibilitas sumber. c) interpretasi menafsirkan dan
menyusun antara fakta satu dengan lainnya. d) historiografi, proses penulisan
kembali peristiwa sejarah. Dengan demikian, dalam penulisan skripsi ini
menggunakan pendekatan sejarah militer dan ilmu politik untuk mengkaji strategi
perang yang digunakan oleh Angkatan Laut Indonesia dalam upaya Pembebasan
Irian Barat dan menganalisis unsur-unsur politik dalam hal kebijakan-kebijakan
yang diputuskan oleh Pemerintah Indonesia dalam usaha pembebasan Irian Barat.
Terjadinya peristiwa tenggelamnya KRI Macan Tutul ini diawali dari
perebutan kekuasaan terhadap wilayah Irian Barat antara Indonesia dengan
Belanda. Pemerintah Belanda yang tetap mempertahankan wilayah Irian Barat
sebagai wilayah kekuasaannya menyebabkan Pemerintah Indonesia menempuh
langkah diplomasi dengan didukung pengerahan kekuatan militernya pada akhir
tahun 1961. Presiden Sukarno sebagai Komando Tertinggi Pembebasan Irian
Barat memerintahkan Gabungan Kepala Staf (GKS) mulai menyusun rencana
operasi militer menyerbu Irian Barat. Angkatan Perang Republik Indonesia
(APRI) kemudian membentuk Operasi STC-9 (Satuan Tugas Chusus-9) pada awal
tahun 1962 yang bertujuan untuk membentuk kantong-kantong gerilya di wilayah
Irian Barat dengan cara mendaratkan pasukan bersenjata yang terdiri dari putera-
putera asli Irian Barat secara rahasia. Operasi STC-9 dilaksanakan melalui laut
dengan menggunakan tiga MTB (Motor Torpedo Boat) milik Angkatan Laut
Indonesia yang digunakan untuk mengangkut para infiltran ke daratan Irian Barat.
Pada saat perjalanan menuju daratan Irian Barat, ketiga MTB tersebut diketahui
keberadaannya oleh pesawat terbang Belanda dan kemudian disergap oleh kapal
perang Belanda di Laut Aru. Situasi tersebut menjadi menegangkan setelah
pesawat terbang Belanda menembak salah satu MTB dan disusul dengan
tembakan dari kapal perang Belanda. Ketiga MTB kemudian diperintahkan untuk
mundur untuk menyelamatkan diri karena kondisi persenjataan yang tidak
memadai, namun perintah itu tidak dituruti oleh Komodor Yos Sudarso, ia malah
memerintahkan KRI Macan Tutul menyerang balik kapal perang Belanda untuk
melindungi kedua MTB lainnya. Tindakan tersebut kemudian menyebabkan
tenggelamnya KRI Macan Tutul dan gugurnya Komodor Yos Sudarso pada
tanggal 15 Januari 1962 di Laut Aru.
xx
Peristiwa pertempuran yang terjadi di Laut Aru itu mengakibatkan
Angkatan Perang Republik Indonesia mengadakan koreksi terhadap kinerja
KSAU Suryadharma karena dianggap tidak mendukung Operasi STC-9 dengan
memberikan perlindungan udara. Selain itu Angkatan Perang Republik Indonesia
kemudian mempersiapkan segala kekuatan militer untuk mendukung Komando
Mandala yang dipercepat pelaksanaannya pada bulan Maret 1962.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang dan Permasalahan
Setelah diproklamasikannya kemerdekaan Republik Indonesia (RI) pada tanggal
17 Agustus 1945, Presiden Sukarno dalam pidato yang disiarkan melalui radio
tanggal 23 Agustus 1945, menegaskan bahwa kedaulatan wilayah Indonesia
adalah sama seperti wilayah bekas Hindia Belanda, yaitu meliputi wilayah
Sumatera, Jawa, Borneo, Sulawesi, Kepulauan Sunda Kecil, Maluku, dan dari
Sabang sampai Merauke.1 Sehubungan dengan itu, pada tanggal 3 Juli 1946
diadakannya Rapat Rakyat di Yogyakarta untuk membahas mengenai kekuasaan
terhadap seluruh wilayah Indonesia. Dalam rapat tersebut kemudian dihasilkan
Petisi Rakyat yang berisi pernyataan bahwa hanya Republik Indonesia yang
berkuasa secara sah memegang kedaulatan terhadap wilayah di seluruh Indonesia,
namun pada kenyataannya petisi tersebut ternyata tidak berhasil membuat
Indonesia berkuasa sepenuhnya terhadap seluruh wilayah yang dimilikinya. Hal
ini disebabkan karena pada masa Pemerintahan Hindia Belanda, pihak Sekutu
hanya memberikan kekuasaan atas Kalimantan, Sulawesi, Sunda Kecil, dan
Maluku saja, sementara itu kekuasaan atas West Nieuw Guinea (Irian Barat) telah
lebih dulu diserahkan kepada Belanda. Dengan berkuasanya Belanda di wilayah
Irian Barat menjadikan seluruh wilayah Indonesia belum sepenuhnya merdeka.2
Melihat kondisi tersebut, masalah kekuasaan terhadap wilayah Irian Barat
terus menjadi polemik berkepanjangan antara Indonesia dengan Belanda. Perang
dan diplomasi antara kedua belah pihak terjadi silih berganti yang selalu berakhir
1Koentjaraningrat, dkk, Irian Jaya: Mengemban Masyarakat Majemuk
(Jakarta: Djambatan, 1994), hlm.72.
2Muhammad Yamin, Proklamasi dan Konstitusi Republik Indonesia
(Jakarta: Ghalia Indonesia, 1982), hlm. 21.
2
pada ketidakpuasan kedua belah pihak.3 Dalam Konferensi Meja Bundar (KMB)
yang dilaksanakan di Den Haag pada tahun 1949, Pemerintah Belanda mengakui
kemerdekaan Indonesia atas bekas wilayah Hindia Belanda, kecuali Irian Barat.4
Permasalahan mengenai kekuasaan terhadap Irian Barat rencananya akan
diselesaikan melalui perundingan antara Indonesia dan Belanda dalam jangka
waktu setahun setelah tanggal penyerahan kedaulatan kepada Indonesia.5
Sejak penyerahan kedaulatan kepada Indonesia, Pemerintah Belanda di Irian
Barat kemudian mempersiapkan masyarakat Irian Barat untuk menentukan
pilihannya sendiri. Pemerintah Belanda secara eksplisit mendukung kemerdekaan
Irian Barat dan berangsur-angsur memimpin jalannya proses dekolonisasi untuk
menuju sebuah negara merdeka. Sikap Belanda tersebut menjadikan masalah Irian
Barat menjadi agenda kerja rutin bagi kabinet yang sedang memerintah di
Indonesia. Sementara itu, situasi dunia yang diliputi ketegangan akibat Perang
Dingin6 juga ikut mempengaruhi opini publik internasional mengenai status
wilayah ini. Dalam usaha untuk menyelesaikan masalah tersebut, pihak Indonesia
berharap agar PBB dapat segera mengeluarkan resolusi dengan tujuan mendesak
Belanda agar bersedia membicarakan kembali mengenai status Irian Barat. Untuk
mengantisipasi jika terjadi kegagalan dalam usaha yang dilakukan PBB, Presiden
3A. H. Nasution, Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia Jilid 11 (Bandung:
Angkasa, 1979), hlm. 5.
4Jim Elmslie, “Irian Jaya in the 1990’s Economic Expansion and West
Papuan Nationalism” (Tesis MA University Sydney, 1995), hlm. 7.
5Notosoetardjo, Dokumen-dokumen Konferensi Meja Bundar (Jakarta:
Endang Jakarta, 1956), hlm. 69.
6Terjadinya perebutan pengaruh terhadap negara di Timur Tengah dan Asia
Tenggara (salah satunya yaitu Indonesia) oleh Amerika Serikat dan Uni Sovyet
sebagai negara pemenang dalam Perang Dunia II, yang dilakukan dengan cara
memberikan bantuan kepada negara tersebut dalam bidang politik, ekonomi, dan
militer. Wardaya, Baskara. T, Indonesia Melawan Amerika: Konflik Perang