Top Banner
KECAKAPAN HIDUP SEBAGAI KURIKULUM TERSIRAT DALAM PENGAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA 1 Dr. Sumardi, M.Sc. Universitas Muhamadiyah Prof. Dr. HAMKA Jakarta 1. Pendahuluan Kondisi pendidikan dan mutu sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang memprihatinkan dewasa ini mengundang semua pihak (termasuk pihak-pihak yang terkait dengan pengajaran bahasa dan sastra Indonesia) untuk menyumbangkan pemikiran dan tindakan yang inovatif untuk memperbaikinya secara cepat. Dua buah indikator berikut dapat digunakan untuk mencer- minkan bahwa kondisi pendidikan dan mutu SDM Indonesia dewasa ini memprihatinkan. Indikator pertama adalah jumlah pengangguran terdidik di Indonesia yang besar seperti yang terlihat pada tabel berikut. THN SD SLTP SMA SMK DPLOM UNIV JMLH 2OO5 2.729,9 3.151,2 3.069,3 2.037,6 308,5 395,5 11.692,0 2006 2.589,7 2.730,0 2.851,5 1.305,2 278,1 395,6 10.150,1 2007 2.179,8 2.264,2 2.532,2 1.538,3 397,2 566,6 9.478,3 Fb 08 2.216,7 2.166,6 2.204,4 1.165,6 519,9 626,2 8.899,4 # Dalam ribuan (Diolah dari Kompas, 22 Agustus 2008) Kalau pun ada yang berkeberatan bahwa lulusn SD, SLTP, dan SLTA belum termasuk kelompok terdidik dan membatasi hanya yang lulusan PT, angka pengangguran terdidik perguruan tinggi di atas pun cukup tinggi. Besarnya jumlah pemuda terdidik yang menjadi penganggur dapat dimaknai bahwa mutu pendidikan memprihatinkan. Pendidikan belum mampu membekali mereka menjadi pemuda yang siap bekerja apalagi menciptakan pekerjaan. 1 Disajikan pada Kongres IX Bahasa Indonesia, Jakarta, 28 Oktober – 1 November 2008 1
16

TEMA KONGRES BAHASA INDONESIA 2008balaibahasasumut.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2016/12/...Kongres bahasa yang akbar ini adalah forum yang tepat untuk berani mencari dan menemukan

Mar 13, 2019

Download

Documents

doanquynh
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: TEMA KONGRES BAHASA INDONESIA 2008balaibahasasumut.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2016/12/...Kongres bahasa yang akbar ini adalah forum yang tepat untuk berani mencari dan menemukan

KECAKAPAN HIDUP SEBAGAI KURIKULUM TERSIRAT DALAM PENGAJARAN BAHASA

DAN SASTRA INDONESIA1

Dr. Sumardi, M.Sc.

Universitas Muhamadiyah Prof. Dr. HAMKA Jakarta 1. Pendahuluan

Kondisi pendidikan dan mutu sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang memprihatinkan dewasa ini mengundang semua pihak (termasuk pihak-pihak yang terkait dengan pengajaran bahasa dan sastra Indonesia) untuk menyumbangkan pemikiran dan tindakan yang inovatif untuk memperbaikinya secara cepat.

Dua buah indikator berikut dapat digunakan untuk mencer-minkan bahwa kondisi pendidikan dan mutu SDM Indonesia dewasa ini memprihatinkan. Indikator pertama adalah jumlah pengangguran terdidik di Indonesia yang besar seperti yang terlihat pada tabel berikut.

THN SD SLTP SMA SMK DPLOM UNIV JMLH 2OO5 2.729,9 3.151,2 3.069,3 2.037,6 308,5 395,5 11.692,0 2006 2.589,7 2.730,0 2.851,5 1.305,2 278,1 395,6 10.150,1 2007 2.179,8 2.264,2 2.532,2 1.538,3 397,2 566,6 9.478,3 Fb 08 2.216,7 2.166,6 2.204,4 1.165,6 519,9 626,2 8.899,4

# Dalam ribuan (Diolah dari Kompas, 22 Agustus 2008) Kalau pun ada yang berkeberatan bahwa lulusn SD, SLTP, dan

SLTA belum termasuk kelompok terdidik dan membatasi hanya yang lulusan PT, angka pengangguran terdidik perguruan tinggi di atas pun cukup tinggi. Besarnya jumlah pemuda terdidik yang menjadi penganggur dapat dimaknai bahwa mutu pendidikan memprihatinkan. Pendidikan belum mampu membekali mereka menjadi pemuda yang siap bekerja apalagi menciptakan pekerjaan.

1 Disajikan pada Kongres IX Bahasa Indonesia, Jakarta, 28 Oktober – 1 November 2008

1

Page 2: TEMA KONGRES BAHASA INDONESIA 2008balaibahasasumut.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2016/12/...Kongres bahasa yang akbar ini adalah forum yang tepat untuk berani mencari dan menemukan

Indikator kedua adalah mutu SDM Indonesia di antara 174 negara yang diteliti oleh United Nation Development Program (UNDP) berikut. N0. NEGARA 1996 1997 1998 1999 2004 1. Jepang 3 7 8 4 3 2. Singapura 34 26 28 22 20 3. Brunei 36 38 33 25 24 4. Malaysia 53 60 60 56 52 5. Thailand 52 59 59 67 66 6. Filipina 95 98 98 77 74 7. Vietnam 121 121 122 110 105 8. Indonesia 102 99 99 105 111

(Kompas, 12 Juli 2005) Data UNDP ini mencerminkan dua hal yang memprihatinkan.

Pertama ialah adanya penurunan mutu SDM Indonesia dalam era reformasi sejak 1998. Kedua adalah gambaran perbandingan kemam-puan kompetisi SDM Indonesia yang memprihatinkan dengan SDM bangsa-bangsa lain, khususnya ASEAN (Pada tahun 2004, Vietnam sudah menyalip Indonesia).

Makalah ini akan mencoba menawarkan inovasi-inovasi di dalam pengajaran bahasa dan sastra Indonesia dengan harapan menjadi ‘bola salju’ yang terus menggelinding dan membesar yang mampu mengundang inovasi-inovasi lain yang lebih hebat. Inovasi yang akan ditawarkan di sini adalah pengunaan konsep ‘kecakapan hidup’ (life skills) sebagai ‘kurikulum tersirat’ (hidden curriculum) di dalam pengajaran bahasa dan sastra Indonesia, sehingga pelajaran bahasa dan sastra Indonesia menjadi sebuah kegiatan yang menyenang-kan serta memberi manfaat yang lebih besar dalam rangka mengembangkan SDM Indonesia yang ‘cerdas kompetitif di atas fondasi peradaban bangsa’ sesuai tema Kongres Bahasa Indonesia IX yang akbar ini.

1. Paradigma Baru Pengajaran Bahasa dan Sastra

Diperlukan keberanian dan kerendahan hati untuk mengakui bahwa pengajaran bahasa dan sastra di sekolah dewasa ini masih konvensional dengan ciri utama pengajaran yang lebih menekankan

2

Page 3: TEMA KONGRES BAHASA INDONESIA 2008balaibahasasumut.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2016/12/...Kongres bahasa yang akbar ini adalah forum yang tepat untuk berani mencari dan menemukan

pada teori, konsep, tatabahasa, teori dan sejarah sastra. Setiap kali para guru diingatkan bahwa pengajaran bahasa dan sastra seperti itu akan menjadikan pelajaran bahasa dan sastra sangat membosankan dan tidak memberikan manfaat yang optimal untuk melahirkan SDM yang unggul, mereka selalu berkilah bahwa hal itu terpaksa mereka lakukan karena soal-soal ujian nasional lebih menekankan teori daripada keterampilan.

Sudah tiba saatnya kita harus berani mempertanyakan pengajaran bahasa dan sastra Indonesia yang belum menekankan pengembangan kesadaran, kecintaan, dan keterampilan berbahasa serta apresiasi sastra dalam rangka pengembangan mutu SDM generasi muda. Sudah waktunya kita menggebrak kesadaran para guru dan tenaga kependidikan yang terkait bahwa pengajaran bahasa dan sastra yang hanya berorientasi kepada ujian nasional yang belum mengukur sikap dan keterampilan itu hanya akan menghasilkan lulusan yang kurang siap berkompetisi di dunia kerja dan hanya akan bermuara kepada pengangguran. Sudah tidak dapat ditunda lagi, kita harus segera mencari dan menemukan paradigma baru dalam pengajaran bahasa dan sastra yang mampu menawarkan peningkatan mutu pengajaran bahasa dan sastra Indonesia sehingga dapat berperan dalam percepatan pengembangan mutu SDM Indonesia.

Kongres bahasa yang akbar ini adalah forum yang tepat untuk berani mencari dan menemukan paradigma baru pengajaran bahasa dan sastra itu.

Paradigma baru pengajaran bahasa dan sastra yang ditawarkan di sini lebih berorientasi kepada pemenuhan minat, kebutuhan bahasa, dan keterampilan bahasa serta apresiasi sastra siswa. Orientasi baru ini dapat membawa pengajaran bahasa dan sastra untuk lebih berperan di dalam proses pengembangan mutu SDM generasi muda.

Berikut ciri utama paradigma baru pengajaran bahasa dan sastra.

Fokus

Bahasa (Keterampilan, penalaran,

kreativitas) Pengajaran B & S paradigma baru Isi

(Informasi, wawasan, nilai- nilai, life skills, hiburan)

3

Page 4: TEMA KONGRES BAHASA INDONESIA 2008balaibahasasumut.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2016/12/...Kongres bahasa yang akbar ini adalah forum yang tepat untuk berani mencari dan menemukan

Pemilahan bahasa dengan isi ini dimaksudkan untuk mem-berikan perhatian yang seimbang atas kedua aspek tersebut. Siswa belajar bahasa bukan sekedar mengembangkan keterampilan bahasa tetapi juga belajar apa yang terkandung di dalam bahasa itu. Yang terkandung itu bisa berupa informasi, wawasan, nilai-nilai, dan atau hiburan. Analogi penalarannya dapat diangkat dari pertanyaan, “Apa tujuan orang membaca surat kabar?” Jawabnya, “Untuk memperoleh informasi, bukan membaca demi membaca.” Sejalan dengan hal ini, tujuan pengajaran membaca adalah untuk menumbuhkan kesenangan atau kebiasaan dan keterampilan membaca.

Dalam paradigma baru ini, keterampilan bahasa dan apresiasi sastra sebagai sarana pengembangan SDM unggul menjadi fokus. Di samping itu, informasi, wawasan, nilai-nilai kemanusiaan dan budaya, serta kesenangan dalam belajar juga menjadi prioritas (dePorter: 2000). Hal yang terakhir ini sangat potensial untuk kendaraan pengembangan kemampuan kecakapan hidup. Cara memadukannya misalnya wacana kisah pemuda sukses selain dapat digunakan sebagai materi latihan membaca, juga dapat dimanfaatkan untuk menularkan virus nilai-nilai kreativitas dan kegigihan. Contoh yang lain misalnya puisi religius yang kuat selain dapat digunakan untuk materi latihan berdeklamasi, juga dapat dimanfaatkan untuk mengasah kecerdasan spiritual.

Kekhasan paradigma baru ini lebih jelas kalau dibandingkan dengan paradigma lama atau konvensional berikut.

Fokus

Pengajaran bahasa dan sastra yang konvensional hanya menekankan pada pengajaran teori atau pengetahuan bahasa dan sastra. Soal-soal ujian nasional yang masih menekankan kepada pengukuran pengetahuan bahasa dan sastra mencerminkan bahwa pengajaran bahasa dan sastra masih menggunakan paradigma lama.

Ciri kedua pengajaran bahasa dan sastra dengan paradigma baru adalah bahwa apa yang diajarkan sesuai kebutuhan bahasa dan sastra

Pengajaran B & S konvensional

Bahasa & sastra (Terutama strukturnya)

4

Page 5: TEMA KONGRES BAHASA INDONESIA 2008balaibahasasumut.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2016/12/...Kongres bahasa yang akbar ini adalah forum yang tepat untuk berani mencari dan menemukan

siswa (Goodman, 1986: 6). Keterampilan bahasa macam apa, misalnya, yang dibutuhkan siswa SMA? Berdasarkan kenyataan bahwa hanya 17 % lulusan SMA yang meneruskan pendidikannya ke perguruan tinggi (Kompas, 26 Agustus 2008) berarti bahwa kebutuhan bahasa sebagian besar siswa SMA adalah keterampilan bahasa untuk kerja lapangan tingkat pelaksana. Misalnya, keterampilan berbicara untuk menjual barang dengan teknologi sederhana atau dengan kisaran harga sampai Rp5 jutaan (Sebagai pembanding sales motor dengan kisaran harga Rp10 jutaan disyaratkan memiliki ijasah S1).

Dengan kualifikasi sales bawah seperti itu, keterampilan berbicara yang diperlukan dapat dirumuskan sebagai berikut.

(1) Kemampuan menjelaskan produk dengan bahasa yang se-derhana (lawannya kompleks).

(2) Kemampuan membujuk atau meyakinkan dengan bahasa yang santun.

(3) Kemampuan metabahasa sederhana, misalnya menolak dengan senyum.

Sejalan dengan kebutuhan bahasa yang sederhana ini,

pengajaran berbicara dengan bahasa baku yang kompleks dan formal tidak diperlukan.

Ciri ketiga paradigma baru ialah pengajaran bahasa dan sastra diletakkan dalam konteks yang lebih besar seperti terlihat pada bagan berikut.

Unggul dalam

dalam kompetisi global

SDM Indonesia

yang unggul

Pendidikan nasional yg unggul

Pengajaran Bhs & Sas

(Sumardi, 2006: 82)

5

Page 6: TEMA KONGRES BAHASA INDONESIA 2008balaibahasasumut.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2016/12/...Kongres bahasa yang akbar ini adalah forum yang tepat untuk berani mencari dan menemukan

Pengajaran bahasa dan sastra mesti diletakkan dalam rangka mengembangkan pendidikan yang unggul atau bermutu. Pendidikan yang unggul adalah pendidikan yang mampu melahirkan SDM yang unggul. SDM yang unggul tidak mengenal kosakata ‘pengagguran’, bahkan mereka mampu menang dalam kompetisi global.

Oleh karena konteks pengajaran bahasa dan sastra luas dan subtansial itu, pengajaran bahasa dan sastra tidak boleh terjebak dan memboroskan waktu untuk mengajarkan hal-hal yang kecil dan sepele. 2. Kecakapan Hidup sebagai Kurikulum Tersirat

Ada beberapa konsep kecakapan hidup atau life skills yang dikenal luas di kalangan pendidikan di Indonesia seperti versi Departemen Pendidikan Nasional dan versi internet.

Berikut salah satu versi itu, yaitu versi internet: www. lifeskills4kids.com.

Agar mudah dibaca bentuk lingkaran life skills di atas diterjemahkan dan ditulis secara linear seperti berikut.

6

Page 7: TEMA KONGRES BAHASA INDONESIA 2008balaibahasasumut.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2016/12/...Kongres bahasa yang akbar ini adalah forum yang tepat untuk berani mencari dan menemukan

Kepala (Head)

Berpikir (Thinking) Mengelola (Managing)

1. Belajar cara belajar 2. Mengambil keputusan 3. Memecahkan masalah 4. Berpikir kritis 5. Belajar melayani 6. Menetapkan tujuan 7. Merencanakan - melaksanakan 8. Memanfaatkan sumber dgn bijak 9. Memelihara prestasi 10. Memiliki pegas/kelenturan

Hati (Heart)

Berelasi (Relating) Kepedulian (Caring)

1. Berkomunikasi 2. Bekerja sama 3. Bergaul 4. Mengatasi konflik 5. Menerima perbedaan 6. Memperhatikan sesama 7. Berempati 8. Berpartisipasi 9. Bersahabat

Tangan (Hand)

Memberi (Giving) Bekerja (Working)

1. Menjadi relawan 2. Memimpin secara patisipatif 3. Berperan sebagai warga 4. Berkontribusi dalam kelompok 5. Memanfaatkan peluang – pasar 6. Bersinergi dalam tim 7. Memotivasi diri

Kesehatan (Health)

Jatidiri (Being) Kehidupan (Living)

1. Menghargai diri 2. Bertanggung jawab 3. Berwatak 4. Mengendalikan emosi 5. 31. Berdisiplin 6. 32. Memilih pola hidup 7. 33. Mengelola stres 8. 34. Mencegah sakit 9. 35. Mengamankan diri

(Sumardi, 2007: 130-131)

7

Page 8: TEMA KONGRES BAHASA INDONESIA 2008balaibahasasumut.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2016/12/...Kongres bahasa yang akbar ini adalah forum yang tepat untuk berani mencari dan menemukan

Semakin banyak dan kuat kecakapan hidup di atas dikuasai oleh siswa, semakin unggul mutu mereka sebagai bagian SDM Indonesia. Oleh karena tidak ada mata pelajaran Kecakapan Hidup, seperti mata pelajaran Budi Pekerti yang dahulu ada dan sekarang tidak ada, pembelajaran kecakapan hidup dan budi pekerti harus dipadukan atau diintergrasikan ke dalam semua mata pelajaran yang eksis di dalam kurikulum yang sedang berlaku.

Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat potensial untuk ditambahi gizi kecakapan hidup. Kecakapan hidup ‘berpikir kritis’ (critical thinking) misalnya dapat diasah dalam diskusi kelompok yang membahas masalah sosial yang aktual (Pembelajaran aspek ‘berbicara’). Latihan dan pementasan drama selain bertujuan untuk mengembangkan kemampuan meng-apresiasi sastra juga sangat bagus untuk meningkatkan kecakapan hidup ‘bekerja sama’, ‘bergaul’, ‘bersahabat’, ‘bertanggung jawab’, ‘mengendalikan emosi’, dan ‘disiplin’.

Semua kecakapan hidup atau sifat-sifat unggul yang dapat diasah lewat diskusi dan pementasan drama itu sangat berharga ketika kelak para siswa memasuki dunia kerja atau usaha.

Penanaman kecakapan hidup atau nilai-nilai kemanusiaan dan nilai-nilai budaya yang dilakukan secara teratur dan berkesinambungan sangat potensial untuk membangun watak atau karakter positif siswa. Hal ini telah dibuktikan oleh Dr. Art-Ong Jumsai Na-Ayudhya, Direktur Institute of Sathya Sai Education Thailand, lewat laboratorium sekolahnya mulai dari jenjang sekolah dasar sampai sekolah menengah (Na-Ayudhya: 2008).

Labih jauh Dr.Art-Ong mengatakan bahwa sebuah program baru dapat di-install dalam pikiran bawah sadar melalui berbagai cara seperti melihat atau mendengar sesuatu secara berulang-ulang, mengatakan sesuatu secara verbal, atau mengulang-ulang secara mental, atau melakukan tindakan secara berualang-ulang. Perilaku dan sikap dapat diubah dengan mengaplikasikan sebuah program baru yang dimasukkan dalam pikiran bawah sadar (Na-Ayudhya, 2008: 6). 3. Beberapa Contoh Peluang Penerapan

Berikut akan diberikan beberapa contoh memadukan nilai-nilai kecakapan hidup ke dalam pembelajaran keterampilan bahasa dan apresiasi sastra.

8

Page 9: TEMA KONGRES BAHASA INDONESIA 2008balaibahasasumut.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2016/12/...Kongres bahasa yang akbar ini adalah forum yang tepat untuk berani mencari dan menemukan

a. Kecakapan hidup ‘Mencegah sakit’ (34 – ini nomor urut bagan kecakapan hidup di atas) dan ‘Mengamankan diri’ (35) dapat dipadukan dengan pengembangan keterampilan bahasa membaca, berbicara, dan menulis dengan meman-faatkan contoh wacana berikut.

Perabotan Impor Berbahaya: Kandung Formalin JAKARTA, KOMPAS – Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia menilai sejumlah produk perabotan rumah tangga yang terbuat dari melamin mengandung formalin (formaldehid). Kandungan formalin dalam perabotan impor itu mencapai 4,76 – 9,22 miligram per liter. “Ironisnya, perabotan itu digunakan sebagai wadah makanan dan minuman, terutama anak-anak. Kalau tercampur air panas, zat kimia pada peralatan itu akan bereaksi dan menyebabkan konsumen yang menggunakannya dapat menderita sakit kepala, gangguan pernapasan, memicu kanker,” kata Ilyani S. Andang di Jakarta. Ilyani menyebutkan, kandungan unsur berbahaya itu diketahui YLKI dari hasil kerja samanya dengan peneliti dari laboratorium Universitas Indonesia. Faktor keamanan dari penggunaan perabotan itu tidak pernah diimpormasikan secara jelas. Pengawasan Pemerintah terhadap asal-muasal dan dampak negatif produk itu pun tidak ketat. Perabotan rumah tangga itu semakin membanjiri pasar tradisional dan swalayan. Produknya, antara lain berupa sendok, garpu, gelas, piring, dan mangkuk. Penawaran harganya pun sangat menggiurkan. Di pasar Pagi Glodok, Jakarta Barat, misalnya, mangkok melamin dijual Rp24.000 per lusin. Tanpa peduli bahayanya bagi kesehatan, pedagang tetap menawarkan bahwa perabotan itu tahan air panas. (Kompas, 29 Juni 2005)

9

Page 10: TEMA KONGRES BAHASA INDONESIA 2008balaibahasasumut.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2016/12/...Kongres bahasa yang akbar ini adalah forum yang tepat untuk berani mencari dan menemukan

Wacana di atas dapat digunakan untuk materi membaca dan berbicara atau berdiskusi. Wacana ini juga dapat digunakan sebagai pangkal pembelajaran menulis. Wacana berita ini dipublikasi tahun 2005. Bagaimana dengan kondisi sekarang, tahun 2008? Apakah perabotan melamin yang sangat berbahaya bagi kesehatan itu masih banyak dijual di pasar tradisonal atau toko swalayan? Siswa ditugasi melakukan pengamatan lapangan dan menulis laporannya. Kegiatan pengamatan ini sekaligus mendekatkan pelajaran sekolah dengan kehidupan nyata.

Dengan membaca wacana yang berisi informasi tentang bahaya perabot melamin yang mengandung formalin itu dan menulis laporan hasil pengamatannya, siswa tergugah kesadaran untuk menjaga kese-hatan atau kecakapan hidup ‘Mencegah sakit’ (34) dan ‘Mengamankan diri’ (35).

Agar semakin jelas, uraian di atas dapat dibagankan seperti berikut.

Pembelajaranketerampilan

bahasa

Wacana ‘Perabotan

Impor Berbahaya’

Pembelajaran pesan kecakapan hidup

Membaca wacana: menemukan gagasan

penting

‘Mengamankan diri’ (35)

Menyimak: menanggapi

Berbicara: men diskusikan pen cegahan

bahaya

‘Mencegah sakit’ (34)

Menulis: mengamati dan menulis laporan penjualan

perabotan

10

Page 11: TEMA KONGRES BAHASA INDONESIA 2008balaibahasasumut.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2016/12/...Kongres bahasa yang akbar ini adalah forum yang tepat untuk berani mencari dan menemukan

Dari bagan di atas terlihat jelas, dengan wacana ‘Perabotan Impor Berbahaya: Kandung Formalin’ dapat diajarkan empat keterampilan bahasa menyimak, berbicara, membaca, dan menulis, serta dapat diselipkan pesan sedikitnya dua kecakapan hidup. Apabila gurunya luas wawasannya dan kreatif, hal yang terakhir ini dapat ditambahkan kecakapan hidup kewirausahaan atau entrepreneurship di bidang kerumputlautan.

b. Kecakapan hidup ‘Menetapkan tujuan’ (6), ‘Merencanakan – melaksanakan’ (7), ‘Memanfaatkan sumber dengan bijak’ (8), dan ‘Memelihara prestasi’ (9) dapat dipadukan dengan pengembangan keterampilan bahasa menyimak, berbicara, dan menulis dengan memanfaatkan contoh wacana berikut.

RUMPUT LAUT Hanya 15 Persen Diolah di Indonesia JAKARTA, KOMPAS – Pengolahan rumput laut di Indonesia hingga kini belum optimal. Hanya 15 persen dari total produksi rumput laut diolah di dalam negeri, selebihnya diekspor sehingga tidak memberikan nilai tambah produk. Berdasarkan data Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP), total produksi rumput laut tahun 2007 sebanyak 1,62 juta ton atau naik dibandingkan dengan tahun 2006 yang 1,37 juta ton. Rumput laut potensial dikembangkan di sejumlah wilayah perairan Indonesia. Jenis rumput laut yang potensial diolah meliputi karaginan (cotonii), gracilia, dan sargasum. Potensi produk olahan rumput laut mencapai 500 jenis produk akhir. Harga rumput laut jenis karaginan di pasar internasional saat ini mencapai Rp18.000 per kilogram. Hingga kini, terdapat 21 industri pengolahan rumput laut, sebagian mengolah rumput laut menjadi agar-agar dan bahan baku setengah jadi. Sementara itu, ketergantungan pemasaran kepada tengkulak menyebabkan harga rumput laut kerap dipermainkan dan pembudidaya tradisional sulit meningkatkan nilai jual. (Kompas, 15 September

11

Page 12: TEMA KONGRES BAHASA INDONESIA 2008balaibahasasumut.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2016/12/...Kongres bahasa yang akbar ini adalah forum yang tepat untuk berani mencari dan menemukan

Salah seorang siswa diminta membacakan wacana berita di atas. Siswa yang lain menutup wacana ini dan menyimak pembacaan. Selanjutnya, guru dapat mengadakan kuis tanya jawab tentang wacana yang disimak ini. Siswa juga dapat didorong untuk mengenal dan memanfaatkan internet guna mencari informasi jenis-jenis produk akhir yang berbahan baku rumput laut serta manfaatnya. Hasil pemburuan informasi di internet itu selanjutnya didiskusikan di kelas. Bagi sekolah atau siswa yang dekat dengan laut tempat budidaya rumput laut, mereka diminta melakukan pengamatan tentang cara dan nilai ekonomi budidaya rumput laut. Hasil pengamatan itu diminta dilaporkan secara tertulis dan didiskusikan di kelas.

Guru juga dapat menyelipkan pesan kecakapan hidup agar para siswa atau generasi muda Indonesia berani ‘Menetapkan tujuan’ (6) atau cita-cita dan ‘Merencanakan – melaksanakan’ (7) cita-citanya menjadi pengusaha atau interpreneur di bidang rumput laut yang potensinya amat dasyat itu. Untuk dapat mewujudkan cita-citanya itu, para siswa harus mampu menemukan ‘Belajar cara belajar’atau Learning to learn (1) yang efektif dan menjaga atau ‘Memelihara prestasi’ (9) sekolahnya.

c. Selain untuk pengajaran apresiasi puisi, misalnya berdeklamasi, puisi “Semangka” karya seorang remaja berikut dapat me-nyampaikan pesan kecakapan hidup ‘Memotivasi diri’ (26) dan ‘Berwatak’ (29) religius.

Semangka di kebun milik ayahku kulihat banyak buah semangka kuambil satu lalu membelahnya aku pun berdoa Tuhan! berilah aku gairah semerah daging semangka 2001 Mustthofa Aldo Pondok Pesantren Al-Amien, Sumenep, Madura (Kakilangit Sastra Pelajar, 2002: 66)

12

Page 13: TEMA KONGRES BAHASA INDONESIA 2008balaibahasasumut.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2016/12/...Kongres bahasa yang akbar ini adalah forum yang tepat untuk berani mencari dan menemukan

Bait pertama puisi ini meniyratkan sifat tokoh ‘Aku’ yang tidak serakah, ‘kulihat banyak buah semangka, kuambil satu lalu mem-belahnya’. Bila dia serakah, ada peluang untuk mengambil semangka lebih dari satu buah.

d. Puisi karya Abdul Hadi W.M. berikut sangat cocok dijadikan

contoh untuk mengembangkan kreativitas bahasa karena ungkapan-ungkapannya yang luar biasa kuat.

Tuhan, Kita Begitu Dekat

Tuhan Kita begitu dekat Seperti api dengan panas Aku panas dalam apimu Tuhan Kita begitu dekat Seperti kain dengan kapas Aku kapas dalam kainmu Tuhan Kita begitu dekat Seperti angin dan arahnya Kita begitu dekat Dalam gelap Kini nyala Pada lampu padamu. 1976 Abdul Hadi W.M. (Horison, Edisi Khusus. 2002. Hlm.51)

Puisi ini pernah dinyanyikan dengan syahdu dan indah oleh

grup musik Bimbo. Karena itu, siswa juga dapat diajak berlatih menyanyikan puisi ini dengan iringan musik. Dengan musikalisasi

13

Page 14: TEMA KONGRES BAHASA INDONESIA 2008balaibahasasumut.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2016/12/...Kongres bahasa yang akbar ini adalah forum yang tepat untuk berani mencari dan menemukan

puisi ini, selain kemampuan mengapresiasi puisi dan kecerdasan musik siswa terasah, kecakapan hidup membangun ‘Watak’ (29) religiusnya juga terangkat.

Puisi ini juga dapat dijadikan contoh menulis kreatif puisi dan model membuat ungkapan bahasa yang kuat, seperti ‘Tuhan, kita begitu dekat, seperti api dengan panas’.

Karya sastra nasional yang sedang menjadi best seller seperti Laskar Pelangi juga direkomendasi untuk dijadikan materi pengajaran apresiasi sastra dan pengembangan kecakapan hidup siswa.

Contoh ini dapat diperkaya oleh guru bersama para siswanya. Sejalan dengan prinsip contextual learning dan tema Kongres ini ‘‘Bahasa Indonesia Membentuk Insan Indonesia Cerdas Kompetitif di Atas Fondasi Peradaban Bangsa’, para guru dan siswa dapat menggali sumber-sumber belajar dari lingkungannya, seperti cerita rakyat dan fenomena-fenomena kehidupan sehari-hari.

5. Penutup

Inovasi gagasan yang telah disajikan di sini dengan menawarkan kecakapan hidup (life skills) sebagai kurikulum tersirat (hidden curriculum) dalam bingkai paradigma baru dalam pengajaran bahasa dan sastra masih kecil. Semoga ia menjadi bola salju yang menggelinding dan membesar. Kami percaya Anda dapat memperbesar bola salju ini dengan inovasi-inovasi yang lebih dasyat. Sejauh komunikasi verbal yang telah kita lakukan ini, peluang bola salju itu untuk menggelinding dan membesar sangat terbuka. Oleh karena itu, kita boleh optimistis bahwa peningkatan mutu pengajaran bahasa dan sastra Indonesia dapat kita lakukan.

Kita pun perlu percaya bahwa pengajaran bahasa dan sastra Indonesia yang bermutu itu akan memberikan sumbangsih bagi percepatan mutu pendidikan kita, sehinggga mampu melahirkan SDM generasi muda yang handal dan unggul dalam kompetisi global. Amin. Jakarta, 15 September 2008

14

Page 15: TEMA KONGRES BAHASA INDONESIA 2008balaibahasasumut.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2016/12/...Kongres bahasa yang akbar ini adalah forum yang tepat untuk berani mencari dan menemukan

PUSTAKA ACUAN Cunningsworth, Alan. 1995. Choosing your Coursebook. Oxford:

Heinemann. DePorter, Bobbi dan Mike Hernacki. 2000. Quantum Learning:

Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Cet. Ke-7. Bandung: Kaifa.

DePorter, Bobbi, Mark Reardon, dan Sarah Singer-Nourie. 2000.

Quantum Teaching: Mempraktekan Quantum Learning di Ruang-Ruang Kelas. Cet. Ke-2. Bandung: Kaifa.

Foley, Joseph A. 2004. Language, Education and Discourse:

Functional Aproach. London: Continuum. Goodman, Ken. 1986. What’s Whole in Whole Language? Ontario:

Scholastic. Jophenix. 1990. Teaching Writing. Ontario: Pembroke Publishers

Limited. Na-Ayudhya, Art-Ong Jumsai. 2008. Model Pembelajaran Nilai-Nilai

Kemanusiaan Terpadu. Jakarta: Yayasan Pendidikan Sathya Sai Indonesia.

Rahman, Jamal D. (Ed.) 2002. Kakilangit Sastra Pelajar. Jakarta:

Horison dan The Ford Faundation. Yalden, Janice. 1985, The Communicative Syllabus: Evolution, Design

& Implementation. Cet. Ke-2. Oxford: Pergamon Institute of English.

Sumardi. 2000. Buku Pelajaran Bahasa Indonesia SD: Sebagai Sarana

Pengembangan Kepribadian, Penalaran, Kreativitas, dan Keterampilan Berkomunikasi Anak. Jakarta: Grasindo.

15

Page 16: TEMA KONGRES BAHASA INDONESIA 2008balaibahasasumut.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2016/12/...Kongres bahasa yang akbar ini adalah forum yang tepat untuk berani mencari dan menemukan

Sumardi.2006. “Pembelajaran Apresiasi Sastra: Jalan Tol Menuju Insan Unggul”. Bahtera N0. 9 Tahun Ke-5, Januari 2006.

Sumardi. 2007. Password Menuju Sukses: Rahasia Membangun Sukses

Individu, Lembaga, dan Perusahaan. Esensi-Erlangga. 2007 Woodward, Tessa. 2005. Planning Lessons and Courses. Cet. Ke-5.

Cambridge: Cambridge University Press.

16