TEKNOLOGI KONSERVASI LINGKUNGAN DALAM PENGHIJAUAN KOTA I. Sistem Penghijauan Konservasi Sistem penghijauan kota adalah suatu penataan pertanaman campuran yang stabil berdasarkan daya dukung lahan perkotaan yang didasarkan atas tanggapannya terbadap faktor-faktor lingkungan fisik, biologis dan sosial-ekonomi serta berlandaskan sasaran dan tujuan rumah tangga masyarakat kota dengan mempertimbangkan sumberdaya dan pilihan yang terbaik. Satem penghijauan kota merupakan bagian dari suatu sistem yang lebih besar dan dapat dibagi menjadi beberapa sub sistem. Pada tingkat wilayah perkotaan ada sistem non pertanaman, sistem pemasaran, sistem kredit dan lain-lain. Dalam sistem penghijauan kota terdapat unsur-unsur tanah, iklim, tanaman, ternak, gulma, hama- penyakit dan berbagai sub sistem lainnya yang saling mempengaruhi satu dengan lainnya. Dari pengertian di atas dapat dilihat bahwa sebenarnya masyarakat kota telah mempraktekkan sistem penghijauan berdasarkan pengalaman, berdasarkan tingkat pengetahuannya, dari sumberdaya yang mereka miliki. Usaha yang dilakukan untuk meningkatkan pendapatan dan kualitas lingkungan hidup pada hakekatnya hanyalah menggali potensi sumberdaya yang mereka miliki. Konservasi merupakan upaya untuk melestarikan sumberdaya alam dan kualitas lingkungan hidup, serta menyelamatkannya dari
67
Embed
Teknologi Konservasi Lingkungan Dalam Penghijauan Kota
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
TEKNOLOGI KONSERVASI LINGKUNGAN DALAM PENGHIJAUAN KOTA
I. Sistem Penghijauan Konservasi
Sistem penghijauan kota adalah suatu penataan pertanaman campuran yang
stabil berdasarkan daya dukung lahan perkotaan yang didasarkan atas tanggapannya
terbadap faktor-faktor lingkungan fisik, biologis dan sosial-ekonomi serta berlandaskan
sasaran dan tujuan rumah tangga masyarakat kota dengan mempertimbangkan
sumberdaya dan pilihan yang terbaik. Satem penghijauan kota merupakan bagian dari
suatu sistem yang lebih besar dan dapat dibagi menjadi beberapa sub sistem. Pada
tingkat wilayah perkotaan ada sistem non pertanaman, sistem pemasaran, sistem
kredit dan lain-lain. Dalam sistem penghijauan kota terdapat unsur-unsur tanah, iklim,
tanaman, ternak, gulma, hama-penyakit dan berbagai sub sistem lainnya yang saling
mempengaruhi satu dengan lainnya.
Dari pengertian di atas dapat dilihat bahwa sebenarnya masyarakat kota telah
mempraktekkan sistem penghijauan berdasarkan pengalaman, berdasarkan tingkat
pengetahuannya, dari sumberdaya yang mereka miliki. Usaha yang dilakukan untuk
meningkatkan pendapatan dan kualitas lingkungan hidup pada hakekatnya hanyalah
menggali potensi sumberdaya yang mereka miliki.
Konservasi merupakan upaya untuk melestarikan sumberdaya alam dan
kualitas lingkungan hidup, serta menyelamatkannya dari kerusakan, hilang atau
punah. Di wilayah perkotaan muatan konservasi ini terutama ditujukan pada
sumberdaya atmosfer, tanah dan air. Dalam arti luas konservasi; termasuk juga usaha
rehabilitasi dan reklamasi, merupakan upaya membuat lingkungan perkotaan atau
lahan marginal menjadi lebih baik dan lebih produktif yang dapat dipertahankan
kesinambungannya.
Dengan demikian sistem pertanaman konservasi menggunakan pendekatan
yang menyeluruh (holistik) dan terpadu dalam memanfaatkan sumberdaya alam, baik
pada lingkungan lahan kritis atau marginal agar lebih produktif dan lestari potensinya
dan memperhatikan kaidah keterkaitan yang saling menguntungkan antara komponen-
komponennya.
Wadah dari kegiatan komponen-komponen atau unit-unit usaha penghijauan itu
ada halaman rumah hunian, pekarangan, tegalan, kebun campuran, lahan terbuka
atau ruang-ruang publik lainnya. Seorang penghuni rumah tinggal memiliki satu atau
lebih wadah dari unit-unit usaha penghijauan tersebut dan bahkan ada kalanya mereka
memiliki seluruhnya (halaman rumah, pekarangan, kebun campuran, tegalan dan
ruang terbuka). Dalam keadaan masyarakat tergantung kepada pemilik wadah-wadah
tersebut dan melihat kepada penanaman atau kedudukan warga itu sendiri apakah dia
penggarap penyakap, pemilik penggarap atau pemilik-bukan penggarap.
Hasil pemantauan pengaruh status Iahan terhadap konservasi tanah
menunjukkan bahwa:
- Pemilik lahan (dengan sertifikat pemilikan) lebih memperhatikan konservasi tanah
daripada mereka yang bukan pemilik lahan (penggarap lahan terasebut secara
turun temurun yang tidak dilengkapi dengan sertifikat atau keterangan yang
memperkuat)
- Sistem sakap, sewa dan gadai mengbambat usaha penghijauan konservasi karena
cenderung untuk memanfaatkan lahan secara maksimal dengan biaya minimal.
Berdasarkan hal di atas maka sasaran utama kegiatan sistem penghijauan
konservasi ialah pemilik lahan atau pemilik lahan bukan penggarap. Merekalah yang
perlu diberi pengertian tentang penghijauan konservasi sebagai dasar untuk
memberikan persyaratan bagi pengelolaan lingkungan kota.
1.1. Sistem Usaha-penghijauan dan Diversifikasi Pertanaman
Pada kenyataannya pendapatan rumahtangga berasal dari aneka usaha seperti
budidaya tanaman pangan tanaman tahunan (industri / perkebunan, buah-buahan,
kayu-kayuan), ternak atau ikan dan usaha non-pertanian seperti dagang, buruh dsb.
Dengan kata lain masyarakat sebenarnya telah menerapkan penganekaragaman
(diversifikasi) usaha (Gambar 1). Diversifikasi usaha pada tingkat rumahtangga (skala
mikro) dapat dikatakan merupakan sistem usaha itu sendiri.
DlVERSIFIKASI PERTANAMAN
VERTIKAL HORISONTAL
skala makro skala mikro
batas agroekologis batas lahan pemilikan
Zone Komoditi Z0NE SISTEM SISTEM USAHATANI DOMINAN USAHATANI DOMINAN
Ekspor non migas Swasembada pangan Peningkatan pendapatanIndustri Perluasan kesempatan Pengembangan industri kerja pedesaan Substitusi Impor
Gambar 1. Diversifikasi Sistem Pertanaman
Faktor-faktor yang menentukan sistem usaha-penghijauan konservasi adalah
usaha/kegiatan penanaman aneka jenis pohon yang dipengaruhi oleh kondisi lahan,
kedalaman tanah dan erodibilitas tanah (kepekaan tanah akan erosi). Berdasarkan
faktor-faktor tersebut dapat dianjurkan penggunaan teknik konservasi mekanik yang
dilengkapi dengan leknik vegetatif seperti tercantum pada Tabel 1.
Tabel 1. Rancangan teknik konservasi pada pola pertanaman
Kedalaman tanah
> 90 cm 40-90 cm < 40 cm
Kepekaan erosi Kurang Tinggi Kurang Tinggi Kurang TinggiKemiringan (%) Macam teras< 15 B/G B/G B/G BIG G G15- 30 B/G B/G B/G G G G30-45 B/G G G G G I> 45 G / l I I I I I
Keterangan: Teras bangku didasarkan pada 1 m3 pemindahan tanah (galian-urugan) = 1 HOK; teras gulud didasarkan pada 10 m panjang teras gulud membutuhkan waktu pembuatan 2 jam, 1 HOK = 5 jam kerja/orang. Sumber: A.Rachman, H.Suwardjo dan R.L.Watung, 1989.
Dalam membuat guludan, panjang guludan tidak boleh lebih dari 100 m; bila
Iebih panjang guludan harus dipotong oleh saluran pembuangan air. Di sebelah atas
guludan dibuat saluran searah dengan guludan agar air dapat mengalir dengan lancar
dan lambat. Saluran tersebut digali dan tanahnya dipindahkan ke bagian bawahnya
sehingga terbentuk guludan. Setelah selesai dibuat, guludan perlu segera ditanami
dengan tanaman penguat. Pembuatan guludan dimulai dari bagian atas Iereng
berlanjut ke bagian bawah. Pada waktu dan setelah turun hujan perlu dilakukan
pengamatan terhadap teras gulud yang telah dibuat, apakah cukup kuat atau perlu
diperbaiki.
2.4. Pengelolaan Bahan Organik
2.4.1. Sisa Pertanaman
Salah satu usaha untuk mempertahankan produktivitas lahan terutama lahan
kering adalah dengan mempertahankan bahan organik tanah. Sejak menggunakan
pupuk kimia, banyak dilupakan penggunaan pupuk organik atau bahkan sebagian besar
sisa tanaman diangkut ke luar atau dibakar karena ingin melihat lahannya tetap bersih.
Keadaan ini merugikan karena kunci untuk dapat mempertahankan produktivitas lahan
adalah mempertahankan kadar bahan organik tanah disamping mencegah erosi.
Sumber asli bahan organik adalah jaringan tumbuhan. Daun, ranting, cabang,
batang dan akar tumbuhan di alam menyediakan bahan organik setiap tahunnya.
Bahan tersebut akan mengalami dekomposisi dan menjadi satu dengan tanah yang
disebut humus tanah. Sisa tanaman tersebut selain merupakan sumber utama bahan
pangan bagi berbagai jenis jasad renik, juga untuk mempertahankan dan meningkatkan
produktivitas tanah.
Bahan organik tanah akan mempengaruhi sifat fisik dan kimia tanah a.l.
- Meningkatkan granulasi tanah sehingga akan memperbaiki struktur tanah
- Meningkatkan kemampuan tanah menahan air
- Mencegah cepatnya pemadatan tanah
- Meningkatkan kapasitas jerapan tanah, karena 30-90% dari tenaga jerapan suatu
tanah berasal dari bahan organik tanah, sehingga meningkatkan ketersediaan hara
tanah
- Bahan organik juga merupakan sumber hara tanaman.
Beberapa cara untuk mempertahankan bahan organik tanah adalah melalui:
- Pembenaman bahan hijau sisa tanaman
- Penebaran sisa tanaman sebagai mulsa di permukaan tanah.
Penggunaan sisa tanaman sehagai mulsa memberikan beberapa keuntungan:
- Melindungi tanah dari pukulan hujan sehingga tanah tidak Iekas memadat.
- Memperlambat laju aliran permukaan sehingga dapat mengurangi erosi dan
- Bahan mulsa yang melapuk merupakan media yang baik bagi peningkatan aktivitas
biologi tanah
2.4.2. Tanaman Penutup Tanah
Tanaman legume penutup tanah sangat baik untuk rehabilitasi lahan kritis
karena berfungsi (1) melindungimpermukaan tanah dari pengaruh hujan, sehingga
menghurangi erosi, (2) memperbaiki dan mempertahankann sifat fisika dan kimia tanah,
(3) mengurangi penguapan dan kehilangan bahan organik, dan (4) mengendalikan
gulma.
Tabel 7. Hasil seresah beberapa jenis tanaman penutup tanah selama enam bulan
Jenis tanaman Bobot seresah (g/m2) padaKedalaman tanah (cm)
Sumber: Sembiring, Farid, Ispandi, dan Kartono, 1989.
2.5. Pertanaman Lorong (alley cropping)
Pertanaman lorong (alley cropping) sangat baik diterapkan pada lahan kering.
Jenis tanaman leguminosa yang umum digunakan adalah Flemingia congesta,
Glericidea sepium, Teprosia candida , dan Caliandra.
2.6. Pergiliran Tanaman
Dalam setahun, perlu ada pergiliran antara tanaman yang tidak mampu
menghasilkan banyak bahan hijauan seperti kedelai dan kacang hijau dengan tanaman
yang mampu menghasilkan Iebih banyak bahan hijauan seperli jagung dan sorgum.
Kenyatan menunjukkan bahwa di daerah yang berpenduduk padat seperti di daerah
aliran sungai di Jawa, usaha mengembalikan limbah ke tanah sangat sukar dilakukan.
Hal ini disebabkan oleh digunakannya limbah untuk berbagai kepentingan lain seperti
untuk ternak, industri, kayu bakar dan sebagainya. Akibatnya kadar bahan organik
tanah sukar dipertahankan dan produktivitas sebagian besar lahan kering menjadi
sangat rendah.
Dalam usahatani konservasi yang dipadukan dengan ternak, sebagian limbah
sering digunakan untuk ternak. Bila seluruh pupuk kandang dapat dikembalikan ke
tanah maka kadar bahan organik tanah dapat dipertahankan.
Salah satu cara untuk memelihara produktivitas lahan adalah dengan usaha
menghasilkan bahan hijauan dalam jumlah besar dan mengembalikannya ke tanah
sebagai mulsa (disebar di permukaan) atau dibenamkan ke dalam tanah waktu
pengolahan tanah. Pengembalian sisa tanaman dalam bentuk mulsa akan lebih efektif
karena dapat menekan erosi dan menghindari pemadatan tanah.
3. Rehabilitasi Lahan Tidur
Kerusakan lahan atau degradasi lahan banyak terjadi pada lahan kering
terutama di bagian yang ditanami tanaman pangan dan perkebunan rakyat. Degradasi
lahan terjadi karena lahan sering terbuka oleh pekerjaan pengolahan tanah dan
penyiangan bersih sehingga tanah mudah tererosi.
Pengusahaan lahan tandus menjadi lahan pertanian tidak ekonomis karena
produktivitasnya yang sudah demikian rendah. Sampai saat ini usaha untuk
memulihkan produktivitas lahan yang telah merosot belum banyak dilakukan padahal
arealnya terus meningkat. Dengan makin bertambahnya penduduk di daerah DAS perlu
dilakukan usaha rehabilitasi lahan yaitu pemulihan produktivitas lahan tandus agar
dapat berproduksi kembali.
3.1. Cara-cara rehabilitasi lahan
3.1.1. Tanaman penutup tanah
Pemilihan tanaMan penutup untuk rehabilitasi lahan didasarkan pada
fungsinya, yakni:
- Menghasilkan bahan hijauan berjumlah banyak dan becrkadar N tinggi (2-6%),
sehingga dalam waktu pendek dapat terjadi dekomposi dan dapat meningkatkan
kadar bahan organik tanah
- Meningkatkan aktivitas biologi tanah yang langsung memperbaiki struktur dan
aerasi tanah
- Melindungi tanah dari daya rusak air hujan yang menimbulkan erosi ; dan
- Dapat mengikat unsur N dari udara sehingga keperluan akan pupuk sintesis seperti
urea dapat ditekan.
Beberapa tanaman penutup yang telah diuji dan punya prospek baik adalah
Centrocema pubescen, Pueraria javanica dan Pueraria phaseloides.
Untuk tanah gundul atau hampir gundul tanah hanya perlu diolah dalam jalur
selebar 20 cm dengan jarak antar jalur 1 m. Biji Centrocema disebar dalam baris,
dennga diberi pupuk TSP sebanyak 50 kg/ha Biji Centrocema diperlukan sekitar 15
kg/ha.
Untuk lahan yang ditumbuhi alang-alang dua minggu sebelum dilakukan
pengolahan tanah perlu dilakukan penyemprotan dengan herbisida Roundup atau
Dewpont. Sesudah tanaman penutup tanah berumur satu tahun biasanya telah
terbentuk serasah yang cukup tebal sehingga lahan sudah siap untuk ditanami kembali.
Tanaman penutup tersebut kemudian dibabat sampai di permukaan tanah, kemudian
ditebar di permukaan lahan sebagai mulsa. Pembakaran terhadap sisa penutup tanah
yang telah kering mengakibatkan usaha rehabilitasi yang telah dilakukan menjadi sia-
sia.
Sebagaimana diketahui pembakalan mengakibatkan berbagai kerugian e hasa
N cepat menguap pupuk K meskipun cepat tersedia tetapi juga terganggunya aktivitas
biologi sehingga pembentukan struktur lan2 nbal pula.
Tanaman mucuna (Leguminosa pansan)
Mucuna sp atau tanaman Koro benguk (Jawa) dapat digunakan sebagai
tanaman yang dapat menghasilkan biji berprotein tinggi dan dapat memainkan fungsi
rehabilitasi lahan secara khusus. Biji Mucuna dapat dibuat tempe atau setelah direbus
selama 24 jam akan dapat pula dicampur dengan ubikayu untuk meningkatkan gizi
ubikayu.
Beberapa keuntungan rehabilitasi Iahan tidur dengan tanaman penutup tanah
seperti Centrocema dan Mucuna antara lain adalah:
1. Disamping menghasilkan biji, daun tanaman Mucuna menghilangkan racun HCN
yang cukup tinggi sehingga tidak disukai ternak. Mengurangi gangguan pencurian
oleh pencari rumput dapat diatasi dan penyediaan bahan organik tanah dengan
tanaman ini Iebih terjamin
2. Mucuna juga sangat cepat pertumbuhannya dan dapat beradaptasi pada berbagai
jenis tanah seperti tanah-tanah berkapur (Alfisol) atau pada tanah masam Podsolik.
3. Pertumbuhan Mucuna pada lahan tandus jauh Iebih baik dibandingkan dengan jenis
Ieguminosa lain seperti komak (Dolichus lablab), dan kacang tunggak.
Ada beberapa macam Mucuna yang umurnya bervariasi dari 4, 8, dan 12
bulan, untuk usaha rehabilitasi lahan tidur sebaiknya digunakan yang berumur 8 - 12
bulan karena dapat menghasilkan bahan hijauan yang Iebih banyak.
Pelaksanaan rehabiltasi lahan dengan Mucuna dapat dilaksakan sbb.
Persiapkan biji benih Mucuna yang daya tumbuhnya baik. Pada tanah yang
akan direhabilitasi dilakukan pengolahan tanah pada permulaan musim hujan; bila
hujan telah cukup penanaman biji dilakukan dengan cara ditugal. Dapat digunakan
jarak tanam 20t x 20 cm setiap lubang tanam ditanam dua benih. Dilakukan pemupukan
awal dengan TSP sebanyak 25 ton/ha dan setelah berumur dua hulan biasanya
tanaman Mucuna sudah tampak subur. Tanaman tersebut perlu dibiarkan selama 8
bulan sementara biji yang dihasilkan dapat dipanen. Pada umur tanaman 8 bulan
Mucuna dibabat, dan bahan hijauan sebagai mulsa atau dibenamkan ke dalam tanah
sewaktu pengolahan tanah.
4. SUBSISTEM TANAMAN PANGAN
Proporsi tanaman pangan dan tanaman tahunan berdasarkan kemiringan
lahan adalah:
Kemiringan1. < 15 % = 75% tanaman pangan + 25% tanaman tahunan;2. 15-30% = 50 % tanaman pangan + 50 % tanaman tahunan3. 30 - 45 % = 25 % tanaman pangan + 75 % tanaman tahunan4. >45% = 100% tanaman tahunan
< 15% 15-30% 31-45% > 45%
Gambar 1. Proporsi tanaman pangan dan atanaman tahunan pada berbagai kemiringan lahan
4.1. Pola Penanaman
Pola tanam diatur agar permukaan tanah dapat tertutup tanaman sepanjang
tahun dan mampu menekan bahaya erosi. Beberapa faktor yang perlu
dipertimbangkan dalam penyusunan pola tanam lahan kering meliputi iklim,kesuburan
tanah, pemasaran dan ketersediaan tenaga kerja
Faktor iklim yang perlu diperhatikan adalah curah hujan. Oleh karena itu perlu dibuat
catatan distribusi (penyebaran) curah hujan bulanan rata-rata dari 5-10 tahun terakhir.
Catatan disusun dalam bentuk diagram menurut musim tanam (Oktober - September).
Sebagai patokan dapat digunakan:
curah hujan > 200 mm/bulan selama 5-7 bulan berturut-turut bisa untuk bertanam
padi gogo
curah hujan 100-200 mm/bulan selama 3-5 bulan berturut-turut masih cocok untuk
bertanam palawija
Pola tanam bersifat fleksibel dan dinamis.Untuk meningkatkan pendapatan
petani tanaman yang bernilai ekonomi tinnggi perlu dipertimbangkan. Sebagai contoh
bila harga ubikayu tinggi, populasinya dalam pola tanam dapat ditingkatkan dengan
catatan di antara barisan tetap ditanami tanaman sela kacang-kacangan atau diberi
tambahan pupuk.
4.1.1. Alternatif pola penanaman
Untuk memudahkan perencanaan pola tanam, Oldeman (1975) telah membagi
Zone Agroklimat berdasarkan pada lamanya bulan basah dan bulan kering yang
berurutan menjadi 14 bagian, yaitu:
Zone A: > 9 bulan basah berurutan; Zone B1; 7-9 bulan basah berurutan, bulan kering < 2 bulanZone B2: 7-9 bulan basah berurutan, bulan kering 2-4 bulanZone C1: 5-6 bulan basah berurutan, bulan kering < 2 bulanZone C2: 5-6 bulan basah berurutan, bulan kering 2-4 bulanZone C3: 5-6 bulan basah berurutan, bulan kering 5-6 bulanZone D1: 3-4 bulan basah berurutan, bulan kering < 2 bulanZone D2: 3-4 bulan basah berurutan, bulan kering 2-4 bulanZone D3: 3-4 bulan basah berurutan, bulan kering 5-6 bulanZone D4: 3-4 bulan basah berurutan, bulan kering > 6 bulanZone E1: <3 bulan basah berurutan, bulan kering < 2 bulanZone E2: <3 bulan basah berurutan, bulan kering 2-4 bulanZone E3: <3 bulan basah berurutan, bulan kering 5-6 bulanZone E4: <3 bulan basah berurutan, bulan kering > 6 bulan
Bulan basah dibatasi dengan curah hujan di atas 200 mm/bulan dan bulan kering kurang dari 100 mm/bulan.
Contoh penggunaan segitiga iklim adalah pada lahan sawah tadah hujan:
Bila bulan basah minimal 3 bulan dapat diusahakan satu kali pertanaman
sedangkan bila minimal 5 bulan dapat diusahakan dua kali pertanaman dengan
pertanaman pertama ditanam dalam keadaan kering. Bila bulan basah minimal 7
bulan. dua kali pertanaman padi sawah dapat dilakukan, sedangkan bila minimal 10
bulan, pertanaman sepanjang lahun dapat diusahakan. Penentuan pola tanam untuk
lahan kering sangat ditentukan oleh lamanya bulan kering. Pengunaan segitiga iklim
untuk lahan ini adalah sebagai berikut:
Bila bulan kering kurang dari 2 bulan dapat dilakukan pertanaman sepanjang
tahun. Bila bulan kering 2- 3 bulan dapat dilakukan pertanaman sepanjang tahun tetapi
dengan perencanaan yang lebih hati-hati. Bila bulan kering 4-6 bulan, dua kuli
pertanaman dapat dilakukan dengan sistem sisipan. Bila periode pertumbuhan hanya
3-5 bulan, pertanaman hanya dapat dilakukan satu kali dan bila bulan kering 9 bulan
daerah tersebut tidak cocok untuk pertanaman pangan bila tanpa irigasi.
4.1.2. Penyediaan Benih
Benih yang baik mempunyai daya kecambah di atas 80%. Karena itu jangan
disimpan terlalu lama terutama benih kedelai. Penyimpanan benih harus baik, kadar
air harus serendah mungkin dan disimpan di tempat yang kering atau dapat juga di
dalam ruangan yang mempunyai alat pendingin (AC ).
Dalam penyimpanan benih kedelai perlu disusun pola tanam yang tepat,
misalnya sbb:
1. Pada lahan kering dapat diatur pola tanam kedelai - kacang tanah-
kacang tunggak
2. Pada lahan kering yang lain padi gogo - kedelai - kacang hijau.
Keterangan:Untuk jagung berdasarkan populasi normal 500.000 tnm/ha dengan jarak tanam 100 cm x 40 cm, 2 tanaman/rumpun. Bila diusahakan 50% populasi normal (200 cm x 40 cm), 2 tanaman/rumpun, maka takaran pupuk juga hanya 50% populasi normal.
Perhitungannya adalah sebagai berikut:
100 m2------------ X 200.000 g urea = 2000 g urea, diberikan tiga kali 10000 m2 600 g , 700 g, dan 700 g urea.
Sedangkan untuk pupuk TSP dan KCI adalah:
100 m2------------- X 100.000 g TSP / KCl = 1000 g TSP/KCl diberikan10.000 m2 seluruhnya pd saat tanam.
Dengan demikian pemberian pupuk 100 m2 bagi tanaman padi gogo: pada saat tanam
600 g urea, 1000 g TSP dan 1000 g Kcl; sedangkan pupuk urea susulan pertama dan
ke dua maisng-masing 700 g.
4.2.2. Jagung.
Sepertiga bagian pupuk urea dan seluruh pupuk TSP dan KCl diberikan pada
saat tanam. Pemupukan pertama dan ke dua dilakukan dengan jalan ditugal
disamping rumpun tanaman. Sisa pupuk urea diberikan 30 HAT dengan cara ditugal.
Untuk memudahkan penentuan jumlah pupuk di lapang, sebaiknya dibuat
takaran untuk 100 rumpun tanaman jagung.
Perhitungannya adalah:
100 rumpun--------------- x 200.000 g urea = 800 g urea, diberikan dua kali25.000 rumpun masing 300 dan 500 gram urea.
Sedangkan untuk pupuk TSP dan KCI adalah:
100 rumpun -------------------X 100.000 g TSP /KCI = 400 gram TSP/KCI, diberikan25000 rumpun seluruhnya pada saat tanam.
Dengan demikian pemberian pupuk pertama adalah 300 gram urea, 400 g
TSP, dan 400 g KCI untuk 100 rumpun jagung. Sesaat sebelum pupuk diberikan,
pupuk dapat dicampur. Selanjutnya di atas lubang benih diberikan insektisida Furadan
3G dengan takaran 8-10 kg/ha, kemudian lubang benih dan lubang pupuk ditutup
dengan tanah
4.2.3. Kacang-kacangan.
Seluruh pupuk diberikan pada saat tanam, dengan dilarik. Jarak antara larikan
calon rumpun adalah 20 cm. Di antara calon rumpun diletakkan campuran pupuk
TSP, KCI dan urea.
Pupuk sebaiknya dicampur sesaat sebelum diberikan. Selanjutnya di atas benih
diberikan insektisida Furadan 3 G dengan takaran 8-10 kg/ha, dan terakhir lubang
larikan ditutup dengan tanah.
Untuk memudahkan penentuan jumlah pupuk di lapangan, sebaiknya dibuat
takaran pupuk untuk luasan 100 m2. Perhitungannya adalah sebagai berikut:
100 m2--------—----- x 50.000 g urea= 500 grarn urea,10000 m2
100 m2—----------- x 100.000 gram TSP/KCI = 1000 g TSP/KCl .10000 m2
Dengan demikian pemberian pupuk untuk 100 m2 pertanaman kacang-
kacangan adalah 500 g urea, 1000 g TSP dan 1000 g Kcl. Khusus untuk pertanaman
kacang tunggak, karena jarak tanamnya cukup jarang maka cara tanam dan
pemupukan dilakukan dengan ditugal pada dua lubang yang berbeda.
4.3. Penyiangan , Pengendalian Hama dan Penyaklt
Penyiangan biasanya dilakukan dua kali, yaitu pada umur 15 hari dan 30 hari
setelah tanam. Penyiangan bukan hanya untuk mengurangi gulma , tetapi juga untuk
menggemburkan tanah yang pada akhirnya dapat meningkatkan daya infiltrasi tanah
dan dapat juga berfungsi sebagai mulsa (self mulching). Sambil penyiangan juga dapat
dilakukan pembumbunan.
4.3.1. Padi gogo
Penyakit blas (Pirycularia oryzae), busuk daun, dan busuk Ieher. Untuk
melindungi padi dari penyakit tersebut perlu dirgunakan varietas yang toleran atau
disemprot dengan fungisida Delsene, Beam 75 WP, Fongoren 50 WP.
Hama yang sering menyerang padi gogo adalah lalat bibit, hama putih palsu,
penggerek batang wereng, dan walang sangit. Hama-hama tersebut dapat di atasi
dengan disemprot dengan Azodrin, Gusadrin, Thiodan atau insektisida laiun yang
dianjurkan
4.3.2. JAGUNG
Penyakit bulai (Sclerospora maydis) dapat dicegah dengan menanam varietas
yang tahan bulai seperti Arjuna, Kalingga, atau pemberian fungisida Ridomil yang
diperlakukan pada benih sebelum tanam. Cara lain untuk mencegah penyakit tersebut
adalah dengan tanam awal secara serentak
Hama yang banyak menyerang adalah lalat bibit, perusak daun dan
penggerek batang dan tongkol. Untuk mencegah lalat bibit, tanam harus dilakukan
Iebih awal dan serentak atau dengan menggunakan insektisida. Insektisida yang dapat
digunakan untuk mencegah lalat bibit dan hama lainnya adalah Azodrin 15 WSC,
Gusadrin 15 WSC, Dursban, Agrotion 50 EC dan insektisida lain yang dianjurkan
4.3.3. Kacangtanah
Penyakit karat (Puccinia arachidis) dapat dicegah dengan menggunakan
fungisida Benlate T 20 dan Baycor 300 EC. Penyakit virus belang dan sapu setan
hanya dapat dikurangi dengan eradikasi tanaman yang terserang dan jangan
menggunakan benih yang tanamannya sudah terserang serta harus diadakan rotasi
tanaman.
Hama yang banyak menyerang adalah hama pemakan daundan dapat
dicegah dengan menggunakan insektisida Dursban, Azodrin, Gusadrin 15 WCS atau
insektisida lain yang dianjurkan
4.3.4. Kedelai, kacang hijau, dan kacang tunggak
Penyakit karat daun pada kedelai (Phakospora pachyviz) dapat dikurangi dengan
penggunaan varietaa yang relatif tahan.
Penyakit scab pada kacang hijau dapat dikurangi dengan pengggunaan varietas
yang relalif tahan. Rotasi tanaman mutlak harus dilakukan.
Hama-hama yang penting adalah , hama bibit, pemakan daun dan pengisap serta
penggerek polong. Untuk mengurangi serangan hama-hama tersebut sebaiknya
dilakukan tanam serentak dan diadakan rotasi tanaman. Insektisida seperti
Azodrin 15 WSC, Gusadrin 15 WSC, Dursban, Thiodan dan lain-lain yang
dianjurkan juga dapat digunakan.
4.3.5. UBIKAYU
Penyakit yang banyak menyerang adalah penyakil layu (Pseudomonas sp)
dan Cassava bacterial blight (CBB). Hama yang banyak menyerang adalah hama kutu
merah (Titranychus bimaculatus).
Hama-hama yang banyak menyrang banyak jenis tanaman etermasuk rumput
adalah hama lundi. Untuk mengurangi hama ini dapat digunakan insektisida Furadan
3G dengan takaran 8 - 12 kg/ha. Hama lain adalah hama tikus dan dapat di kurangi
dengan jalan pengumpanan, gropyokan, kebersihan lingkungan dan juga dengan
keserempakan tanam.
4.4. Panen Hasil
Untuk mencapai kualitas hasil yang baik, waktu panen l harus tepat. Padi gogo
atau padi sawah dapat dipanen bila gabah dalam mapai sudah mengunign lebih dari
95%, sedanngkan jagung bila biji telah keras dan sudah terbentuk lapisan hitam pada
biji bagian dalam. (sudah ada black layer). Kedelai dapat dipanen bila daunnya sudah
luruh dan lebih dari 50% polong berwarna coklat; kacang hijau dan kacang tunggak
bila polong sudah mulai mengering; kacang tanah bila bila jaringan dalam dari polong
sudah ada yang berwarna coklat. Sedangkan ubikayu baru dapat dipanen bila berumur
lebih dari 7 bulan.
Segera setelah panen sebaiknya langsung dilakuan penjemuran. Jagung
sebaiknya dikuliti dulu sebelum dijemur. Bila biji-biji pada tongkol sudah kering dan
terlihat ada sedikit rongga karena biji telah sedikit mengecil (susut) , berarti jagung
sudah dapat dipipil. Setelah dipipil jagung sebaiknya dijemur lagi sampai kadar air
mencapai 14%.
Untuk kacang tanah penjemuran harus dilakukan sampai kering benar yang
ditandai oleh biji yang merongga dari kulitnya dan bila dikupas biji sudah cukup
kering. Untuk kedelai, kacang hijau dan kacang tunggak, polong sebaiknya dijemur
sampai cukup kering yang ditandasi oleh pecahnya polong. Bila sudah cukup kering,
polong segera dibijikan dengan jalan penggebugan (secara fisik). Selanjutnya biji
dibersihkand ari polong atau brangkasannya dan biji basil pembersihan tersebut
dijemur lagl sampai cukup kering, yaitu kadar air di bawah 14 %.
5. SISTEM TANAMAN TAHUNAN DAN HORTIKULTURA
5.1. Penggolongan Tanaman
Untuk mempermudah penataan lanaman tahunan pada lahan berlereng maka
tanaman tahunan dibagi menjadi tiga golongan. Penggolongan tersebut didasarkan
kepada kemampuan tanaman untuk menaungi dan umur berproduksinya (Tabel 10)
Tabel 10. Golongan tanaman berdasarkan kemampuan menaungi dan umur berproduksi
Golongan Kemampuan Umur ContohTanaman menaungi berproduksiGolongan 1 Tinggi Lama Kelapa; kedondong;mangga; petai; nangka;
kapukGolonngan 2 Sedang Sedang Pepaya; pisang; kopi; srikaya; melinjoGolongan 3 Rendah Cepat Kapulogo; wijen; Nenas; temu-temuan
Selain penggolongan di atas, tanaman industri/hortikultura bisa pula
dikelompokkan ke dalam zone agroklimat tertentu. Komponen agroklimat yang dapat
digunakan adalah iklim, kedalaman air tanah, dan tinggi tempat di atas permukaan
laut.
5.2. Pemilihan Jenis Tanaman dan Bibit
5.2.1. Pemilihan Jenis Tanaman
Pada dasarnya pemilihan jenis tanaman industri/hortikultura yang akan
dikembangkan pada suatu daerah dikaitkan dengan beberapa pertimbangan, antara
lain:
1. Cocok dengan kondisi agroklimat setempat.
2. Sesuai dengan kondisi sosek pertanian
- tanaman tersebut disenangi petani;
- teknologinya mudah;
- tidak memerlukan masukan tinggi;
- sesuai dengan ketersediaan tenaga kerja.
3. Tidak bertentangan dengan kebijaksanaan Pemerintah Daerah setempat
4. mendukung usaha mengkonservasi tanah dan air.
Jenis-jenis tanaman industri / hortikultura yang sesuai dengan kondisi
agroklimat suatu daerah bisa dilihat pada Tabel 11.
5.2.2. Pemilihan bibit
Pemilihan bibit yang baik sangat menentukan keberhasilan usabatani. Karena
itu beberapa petunjuk berikut dapat dipakai sebagai pegangan dalam memilih bibit
tanaman yang baik.
1. Kelapa dalam
- Pilih bibit dari pohon yang berumur 15-30 tahun
- Produksi pohon induk 60 butir/pohon/tahun.
- Benih berasal dari buah tua (umur 12 bulan); berwrna coklat dan cukup
mengandung air.
- Bentuk buah bulat minimal berukuran 22 cm x 17 cm.
- Keadaan kulit buah baik, licin dan bebas dari serangn hama/penyakit
- Bobot buah minimal 1.5 kg dan daging buahnya tebaL
2. Pisang
- Bibit berasal dari belahan bonggol (bit).
- Berasal dari pohon sehat dan menjelang berbuah.
- Setiap bonggol dibagi mcnjadi 3-4 bit
- Sebelum ditanam bit direndam di dalam air panas lebih kurang 50oC selama 20
menit
- Bit disemai pada tempat yang teduh Iebih kurang 1.5 bulan.
- Jenis yang dianjurkan: Ambon, Raja , Kepok, Nangka, Badak dan Mas.
Tabel 11. Jenls tanaman lndustri/Hortikultura menurut syarat agroklimat yang diperlukan.
Jenis tanaman Altitude (m)
Iklim dan tinggi muka air tanah Ketahanan kekeringan
Golongan IIINenas 0-1200 Abcd-Babc-Cab BaikKapulogoTemu-temuan
Sumber: Terra 1949; Dirjen Perkebunan 1977, The Asia Foundation, 1987. Pembagian iklim menurut Mohr (1934): A1 = 12 BB dan O BK; A2 = < 12 BB dan 0 BK; B1 = < 12 BB dan 1 BK hingga 9- 10 BB dan 3 BK; B2 = < 9 BB dan 2 BK hingga 7-8 BB dan 4 BK; C = < 7 BB dan 4 BK hingga 5-6 BB dan 6 BK; D = < 5 BB dan 6 BK hingga 2-4 BB dan 8 BK; E =….; BB = Bulan basah, curah hujan 100 mm/bulan; BK = Bulan kering, curah hujan 60 mm/bulan; a = Kedalaman muka air tanah 50 cm ; b = Kedalaman muka air tanah 50-150 cm; c = kedalaman muka air tanah 150 - 200 cm ; d = kedalaman air tanah tidak terjangkau oleh akar pohon.
Bentuk buah yang baik Bentuk buah yang tidak untuk bibit memenuhi syarat untuk bibit 17 cm
22 cm
Gambar 3. Contoh bentuk BUAH kelapa untuk bibit yang baik.
Bonggol pisang menjelang Bonggol dibagi Bit yang terbentuk berbuah dibersihkan dari menjadi 3-4 bit akar-akarnya
Gambar 4. Tunas pada bonggol dan bibit yang terbentuk pada tanaman pinang
3. Pepaya.
- Pilih bibit dari tanaman sehat, buahnay besar dan panjang, lebat, dan berbuah
terus menerus.
- Buah dipilih yang sudah masak dan sehat
- Biji berasal dari 1/3 bagian, buah setelah jadi, kulit yang menyelimuti biji dibuang
- Biji diseleksi dengna jalan menrendam dalam air
- Bibji-biji yang tenggelam diplih sebagai bibit.
- Biji disemai dalam kantong plastik dengna media pasir dan pupuk kandang
dengan perbandingan 1:1 dan diberi naungan
- Setelah tumbuh daun keempat, bibit diseleksi lagi. Bibit dengna daun ke empat
yang berdaun segitiga dibuang, yang tetap dipertahankan adalah bibit dengan
daun kemepat yang agak menajri.
- Satu munggu sebelum ditanam di lapangan, naunngan dilepas.
- Bibit disemprot dengan KCl dosis 4 sendok makan/20 liter air
- Bibit ditanam di lapang 2 pohon/lubang
- Seleksi terakhir dilakukan dengan mempertahankan bibit berdaun menjari