dari jerami, kemudian tanah diolah satu kali. Kemudian dibuat saluran drainase setiap 4 m, sedalam 20-25 cm, lebar 20 cm. pembuatan saluran drainase dimaksudkan untuk mencegah terjadinya penggenangan air, karena tanaman kedelai tidak tahan terhadap genangan. Jika keadaan lahan masam, perlu diberi kapur bersamaan dengan pengolahan lahan yang kedua atau paling lambat seminggu sebelum tanam. Pengapuran menggunakan dolomite, dilakukan dengan cara menyebar rata dengan dosis 1,5 ton/ha. Jika ditambah pupuk kandang 2 - 4 ton/ha, maka dosis kapur dapat dikurangi menjadi 750kg/ha. Penanaman Penananaman dilakukan dengan tugal, dengan jarak tanama 40 cm x 10 cm atau 40 cm x 15 cm (dua biji per lubang).Populasi tanaman kisarannya 350.000-500.000/ha.Semakin subur lahan, sebaiknya jarak tanam semakin lebar. Pemupukan Dosis pemupukan berdasarkan pada rekomendasi yang telah disusun. Atau secara umum dosis pemupukan sekitar 50 kg Urea, 75 kg SP36 dan 100 - 150 kg KCl/ha, diberikan seluruhnya pada saat tanam atau diberikan 2 kali (saat tanam dan 2 MST) Pada sawah yang subur dan bekas padi yang di pupuk dengan dosis tinggi, tanaman kedelai tidak perlu tambahan NPK. Agar dosis pemupukan sesuai dengan spesifik lokasi hendaknya menggunakan PUTS / PUTK. Pupuk diberikan dengan cara ditugal atau dilarik 5-7 cm dari tanaman, kemudian ditutup tanah. Pemberian kapur pada lahan masam Lahan kering masam sebaiknya menggunakan kapur pertanian (dolomit atau kalsit) dengan dosis : ? pH 4,8 - 5,3 -> 2,0 t/ha. ? pH 5,3 - 5,5 -> 1,0 t/ha. ? pH 5,5 - 6,0 -> 0,5 t/ha. Pengairan ? Fase kritis tanaman kedelai terhadap kekeringan mulai pada saat pembentukan bunga hingga pengisian biji (fase reproduktif). ? Pemberian air dilakukan mulai dari fase pertumbuhan hingga pengisisn biji. Frekuensi pemberian air 1 - 4 kali per bulan tergantung dari kondisi iklim dan jenis tanah. Pada jenis tanah berpasir, kedelai di airi 3-4 kali per bulan pada kondisi musim kemarau. Pada tanah yang mengandung bahan organic tinggi cukup 1 - 2 kali per bulan pada kondisi musim kemarau. Penyiangan Penyiangan dilakukan pra maupun pasca tumbuh dengan cara pemantauan baik secara mekanik - konvensional atau manual mupun secara kimia dengan menggunakan herbisida (dosis disesuaikan anjuran produk). Penyiangan dilakukan pada umur 15 dan 30 Sebagai bagian dari revitalisasi pembangunan pertanian, pemerintah telah bertekad untuk meningkatkan produktivitas kedelai nasional menuju swasembada pangan. Program ini harus didukung oleh semua pihak yang terkait, dalam proses produksinya. Pengalaman selama ini menunjukkan bahwa tingkat produksi nasional lebih ditentukan oleh areal tanam dari pada tingkat produktivitas. Namun demikian, peluang peningkatan produksi melalui perbaikan teknologi masih terbuka lebar, mengingat produktivitas pertanaman kedelai di tingkat petani masih rendah ( 1,3 t/ha ) dengan kisaran 0,6 - 2,0 t/ha, padahal teknologi produksi yang tersedia mampu menghasilkan 1,7 - 3,2 t/ha. Secara umum minat petani untuk mengembangkan kedelai masih rendah jika dibandingkan komoditas pangan lain seperti padi, jagung, dan ukbi kayu,karena pendapatan yang diperoleh dari usahatani kedelai masih tergolongrendah. Untuk mengatasi permasalahan tersebut diatas perlu dilakukan terobosan dalam memproduksi kedelai yang mampu memberikan produktivitas tinggi dengan proses produksi yang efisien dan berkelanjutan. Guna mencapai hal tersebut, diperlukan rakitan teknologi budidaya yang benar dengan memperhatikan kesesuaian terhadap kondisi biofisik lahan, sosial ekonomi masyarakat, dan Pemilihan Varietas Pilihan varietas unggul baru (VUB) kedelai disesuaikan dengan agroekosistem setempat dan permintaan pengguna. Setiap varietas memiliki daya adaptasi berbeda antar egroekosistem, seperti lahan sawah/tegal, lahan kering, lahan masam, dan lahan pasang surut. Berdasarkan warna bijinya dikenal kedelai kuning dan kedelai hitam.Pemeliharaan kedelai hitam umumnya lebih mudah daripada kedelai kuning.Kedelai kuning membutuhkan tanah yang lebih subur, serta memerlukan pengairan dan pemeliharaan yang lebih baik daripada kedelai hitam. Kedelai hitam umumnya hanya digunakan untuk bahan baku kecap, sedangkan kedelai kuning untuk bahan baku tempe, susu kedelai, tahu serta makanan lainnya (tauco dan lain-lain). Varietas berbiji kecil : Gepak Kuning, Gepak Hijau. Varietas berbiji besar : Agromulyo, Grobogan, Panderman, Anjasmoro, Burangrang, Arjasari, Mahameru.Berdasarkan potensi hasil dan kemampuan adaptasi terhadap perubahan lingkungan dianjurkan menanam VUB: Kaba, Argomoliyo, Anjasmoro, Burangrang, Grobogan, Kaba, dan Sinabung. Kebutuhan benih 40 kg/ha dengan daya tumbuh 90%. Sampai saat ini, produktivitas kedelai nasional ditingkat petani rata- rata 1,3 ton/ha dengan kisaran 0,6-2 ton/ha. Sedangkan ditingkat penelitian telah mencapai 1,7-3,2 ton/ha, bervariasi menurut kesuburan lahan dan penerapan teknologinya. Persiapan Lahan Pada lahan kering, tanah dibajak 2 kali sedalam 30 cm, sedangkan pada lahan sawah dengan tanaman monokultur, tanah dibersihkan hari.Jika rumput masih banyak, maka penyiangan dilakukan lagi pada umur 55 hari. Pengendalian Hama Kedelai Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman kedelai berlandaskan strategi penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PHT). PHT adalah suatu cara Pendekatan atau cara penegendalian hama dan penyakit yang didasarkan pada pertimbngan ekologi dan efisiensi ekonomi dalam rangka pengelolaan sistem yang berwawasan lingkungan yang berkelanjutan. Strategi PHT adalah mensinergikan secara kompatibel beberapa teknik atau metode pengendalian hama dan penyakit didasarkan pada asas ekologi dan ekonomi. Tanaman kedelai pada musim kedua, umumnya banyak diserang hama, apalagi kalau lokasi tersebut juga sebelumnya ditanami kedelai atau kacang-kacangan lain. Hama yang sering menyerang adalah lalat bibit (Ophiomyia phaseoli), ulat pemakan daun seperti ulat grayak (Spodoptera litura), ulat jengkal (Chrysodeixis chalcites), dan ulat Heliothis sp serta penggulung daun (Lamprosema indicata), pengisap polong (Riptortus linearis, Nezara viridula dan Piezodorus rubrofasciatus), penggerek polong (Etiella zinkenella), pengggerek batang (Melanagromyza sojae), kutu kebul (Bemisia sp), dan kutu daun (Aphisglycines). Pengendalian hama-hama tersebut dilakukan secara terpadu (PHT) dengan komponen pengendalian sebagai berikut : ? Pergiliran tanaman dengan tanaman bukan kedelai atau bukan kacang-kacangan. Pergiliran kedelai dengan padi, jagung, atau ubi jalar, merupakan salah satu cara dalam pengendalian hama kedelai. ? Tanam seawal mungkin dan serempak dengan beda waktu tanam kurang dari 10 hari dalam satu hamparan/wilayah. ? Penggunaan varietas berumur genjah agar tanaman tidak terlalu lama menjadi sasaran hama. ? Penanaman secara tumpangsari atau strip cropping dengan tanaman bukan kedelai atau bukan kacang-kacangan. ? Menghindari penanaman tanamaninang diluar musim tanam, seperti kacang panjang, kacang gude, dan kacang hijau. ? Penanaman varietas tahan hama, seperti varietas Kerinci dan Tidar. ? Penggunaan mulsa jerami untuk mengurangi serangan hama lalat kacang. ? Pengumpulan dan pemusnahan kelompok telur, ulat, dan serangga hama dewasa secara mekanis/fisik. Penggunaan insektisida secara bijaksana, apabila populasi hama telah mencapai ambang kendali. Kalau kemampuan mengamati hama terbatas, aplikasi insektisida dapat berpedoman pada kondisi tanaman dalam periode kritis, yaitu ketika tanaman berumur 5-7 hari untuk lalat kacang, 16-24 hari untuk hama daun, umur 40-50 hari untuk hama daun dan polong, 50-60 hari untuk hama polong. Hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan pestisida adalah ketepatan waktu, takaran, dan cara penyemprotannya. TEKNOLOGI BUDIDAYA KEDELAI (Glycine max (L.) Merill)