TEKNIK KOMUNIKASI DALAM KEPERAWATAN Tujuan Instruksional Khusus 1. Mahasiswa mampu menjelaskan maksud dan tujuan komunikasi terapeutik 2. Mahasiswa mampu menyebutkan fase-fase komunikasi 3. Mahasiswa mampu menyusun strategi komunikasi terapeutik 4. Mahasiswa mampu menjelaskan maksud dan tujuan Analisa Proses Interaksi 5. Mahasiswa mampu menganalisis proses interakasi A. Pengantar WE WERE GIVEN TWO EARS BUT ONLY ONE MOUTH, BECAUSE LISTENING IS TWICE AS HARD AS TALKING (kita diberi dua telinga satu mulut tatapi mendegar lebih berat dari pada berbicara) Komunikasi merupakan fasilitatif praktek keperawatan. Perawat dalam 24 jam prakteknya selalu berhubungan dengan klien dan relasi kerja apakah itu perawat-klien, perawat- keluarga, perawat-perawat dan perawat-dokter serta perawat dengan petugas kesehatan lain. Sehingga seorang perawat sudah seharusnya menyadari bahwa setiap perilaku merupakan komunikasi baik verbal maupun nonverbal. Seorang perawat dituntut untuk memiliki kemampuan dalam menjalin hubungan lebih-lebih 80 % hubungan kita lebih banyak nonverbalnya. Menurut Towsend (1996), keperawatan kesehatan jiwa merupakan pemberian bantuan secara total kepada klien yang didukung oleh situasi belajar bersama perawat-klien. Hubungan terapeutik perawat-klien merupakan pengalaman belajar timbal balik dan pengalaman emosional korektif bagi klien. Dalam hubungan ini perawat menggunakan diri (self) dan teknik-teknik klinik tertentu dalam bekerja dengan klien untuk meningkatkan penghayatan dan perubahan perilaku klien. Untuk memenuhi hubungan yang terapeutik perlu fasilitatif yaitu komunikasi (stuart & sundeen, 1996). Ada dua syarat komunikasi itu efektif apabila, pertama komunikasi itu ditujukan untuk menghormati kedua belah pihak pengirim dan penerima dalam hal ini perawat dank lien, ke-dua adanya penerima atau terjalin trust (Varcarolis, 1990). Dalam upaya membantu dan mempermudah dalam komunikasi maka sebelum melakukan komunikasi terlebih dahulu seorang perawat pemula harus menyusun strategi pelaksanaan komunikasi. Strategi pelaksanaan komunikasi merupakan rangkaian percakapan perawat dengan klien atau rekanan pada saat melaksanakan tindakan keperawatan. Strategi pelaksanaan ini melatih kemampuan intelektual tentang pola komunikasi serta kemampuan intelektual, psikomotor dan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
TEKNIK KOMUNIKASI DALAM KEPERAWATAN
Tujuan Instruksional Khusus
1. Mahasiswa mampu menjelaskan maksud dan tujuan komunikasi terapeutik
2. Mahasiswa mampu menyebutkan fase-fase komunikasi
3. Mahasiswa mampu menyusun strategi komunikasi terapeutik
4. Mahasiswa mampu menjelaskan maksud dan tujuan Analisa Proses Interaksi
5. Mahasiswa mampu menganalisis proses interakasi
A. Pengantar
WE WERE GIVEN TWO EARS BUT ONLY ONE MOUTH, BECAUSE LISTENING IS TWICE AS HARD AS TALKING
(kita diberi dua telinga satu mulut tatapi mendegar lebih berat dari pada berbicara)
Komunikasi merupakan fasilitatif praktek keperawatan. Perawat dalam 24 jam prakteknya selalu
berhubungan dengan klien dan relasi kerja apakah itu perawat-klien, perawat-keluarga, perawat-perawat
dan perawat-dokter serta perawat dengan petugas kesehatan lain. Sehingga seorang perawat sudah
seharusnya menyadari bahwa setiap perilaku merupakan komunikasi baik verbal maupun nonverbal.
Seorang perawat dituntut untuk memiliki kemampuan dalam menjalin hubungan lebih-lebih 80 % hubungan
kita lebih banyak nonverbalnya.
Menurut Towsend (1996), keperawatan kesehatan jiwa merupakan pemberian bantuan secara total kepada
klien yang didukung oleh situasi belajar bersama perawat-klien. Hubungan terapeutik perawat-klien
merupakan pengalaman belajar timbal balik dan pengalaman emosional korektif bagi klien. Dalam hubungan
ini perawat menggunakan diri (self) dan teknik-teknik klinik tertentu dalam bekerja dengan klien untuk
meningkatkan penghayatan dan perubahan perilaku klien. Untuk memenuhi hubungan yang terapeutik perlu
fasilitatif yaitu komunikasi (stuart & sundeen, 1996). Ada dua syarat komunikasi itu efektif apabila, pertama
komunikasi itu ditujukan untuk menghormati kedua belah pihak pengirim dan penerima dalam hal ini
perawat dank lien, ke-dua adanya penerima atau terjalin trust (Varcarolis, 1990).
Dalam upaya membantu dan mempermudah dalam komunikasi maka sebelum melakukan komunikasi
terlebih dahulu seorang perawat pemula harus menyusun strategi pelaksanaan komunikasi. Strategi
pelaksanaan komunikasi merupakan rangkaian percakapan perawat dengan klien atau rekanan pada saat
melaksanakan tindakan keperawatan. Strategi pelaksanaan ini melatih kemampuan intelektual tentang pola
komunikasi serta kemampuan intelektual, psikomotor dan afektif secara terintegrasi.
Selanjutnya bila terjadi miskomunikasi maka perawat harus memiliki kemampuan untuk menganalisis pola
komunikasi. Sebagai contoh Analisa Proses Interakasi (API), adalah sarana menganalisa tahap-tahap
komunikasi antara perawat dan klien baik verbal maupun nonverbal. Kemudian keduanya dilakukan
interpretasi.
Strategi pelaksanaan terdiri dari 2 (dua) bagian yaitu
1) Proses keperawatan dan
2) Strategi komunikasi pada saat melaksanakan tindakan keperawatan.
(1)Proses keperawatan merupakan kemampuan intelektual perawat dalam menjustifikasi sumber tindakan
keperawatan yang akan dilakukan secara ilmiah.
Contoh 1.
Seorang perawat yang akan melakukan pengukuran tanda-tanda vital (TTV), sebelumnya ia harus
mengetahui : 1) apa diagnosenya, 2) apa tujuan yang akan dilakukan TTV, dan 3) apa saja prosedur tindakan
TTV.
Contoh 2
Seorang perawat akan membina hubungan saling percaya (BHSP), sebelumnya ia harus mengetahui : 1)
Kondisi klien,
2) Apa diagnosenya,
3) Apa tujuan dilakukan BHSP, dan
4) Langkah-langkah dalam membina hubungan saling percaya.
(2) Strategi komunikasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan adalah tahapan komunikasi terapeutik
perawat-klien; pra interaksi, perkenalan/orientasi, kerja dan terminasi.
Contoh
Salam terapeutik pada saat perkenalan, “Selamat pagi bu, saya Ana Maria, saya seorang perawat di ruang
perawatan ini, saya biasa di panggil suster maria, nama ibu siapa? “saya pungki irawati”, senang dipanggil
siapa ibu?, “ saya senang dipanggil ibu Pungki. Begini, ibu pungki saya suster maria yang akan merawat ibu
pada sift pagi……. Dan seterusnya.
B.Maksud dan tujuan komunikasi
Menurut Echols dan Shadily (1997), Komunikasi merupakan upaya mengirim pesan sedangkan terapeutik
berarti pengobatan, sehingga komunikasi dapat diartikan sebagai proses pengiriman pesan kepada satu
atau lebih orang yang bertujuan untuk memberikan pengobatan atau kesembuhan.
Menurut Berlo’s (1960) yang dikutip varcarolis (1990) komunikasi merupakan proses pengiriman berita
kepada satu atau lebih orang.
Tujuan membina hubungan terapeutik adalah
1) meningkatkan kesadaran diri,
2) meningkatkan identitas dan integritas diri,
3) meningkatkan kemampuan berhubungan intim dan interdependen,
4) meningkatkan fungsi dan kemampuan memenuhi kebutuhan diri.
C.Hubungan unsur unsur dalam komunikasi
Unsur-unsur dalam komunikasi, meliputi ;
1.Komunikator atau sumber adalah penyampai pesan
2.Incoding atau perumusan pesan adalah sebelum pesan disampaikan terlebih dahulu dirumuskan
oleh komunikator
3.Komunikan atau penerima adalah penerima pesan
4.Decoding atau menafsirkan adalah komunikan penafsirkan pesan yang telah disampaikan oleh
komunikator
5.Chanel atau saluran adalah sarana atau fasilitas sehingga pesan dapat tersalurkan
6.Massage atau berita adalah informasi
D.Teknik-teknik komunikasi
Perawat perlu memahami seluruh proses agar komunikasi mencapai tujuan dan waktu yang digunakan
efektif. Perawat menghadirkan dirinya saat komunikasi harus totalitas, yaitu; fisik dan psikologis.
Ada lima sikap untuk mengahdirkan diri secara fisik, yaitu;
1) berhadapan,
2) mempertahankan kontak mata,
3) membungkuk kearah klien,
4) mempertahankan sikap terbuka, dan rileks.
Ada banyak teknik-tenik komunikasi, diantaranya adalah:
1.Pertanyaan terbuka
Pertanyaan terbuka adalah perawat memberikan dorongan kepada klien untuk dapat mengungkapkan
perasaannya. Nilai terapeutiknya adalah seorang perawat penunjukkan penerimaan serta mendorong
munculnya inisiatif klien. Untuk klien jiwa usahakan untuk menggunakan teknik pertanyaan terbuka dari
pada tertutup.
Contoh :
”saya merasa gembira bapak bisa menjenguk anaknya, sehingga saya bisa tahu lebih banyak dari bapak,
Bagaimana sebenarnya yang menimpa anak bapak di rumah ?
2.Diam
Diam adalah seorang perawat tidak melakukan komunikasi verbal dengan alasan terapeutik. Nilai
terapeutiknya adalah memberi waktu kepada klien untuk berfikir dan menghayati sementara perawat
memberikan dukungan dan penerimaan.
Saat kita berkomunikasi, baik dlm pergaulan di kantor, mengikuti seminar, maupun komunikasi dlm keluarga
serta hubungan sosial lainnya, diperlukan komunikasi yang baik, bila tidak bisa lebih baik diam, dan untuk
dpt merespon dengan baik kita perlu atau harus mendengar dengan baik
Manusia berbicara setiap masa. Bicara yang baik akan membawa keselamatan dan kebaikan. Oleh karena
itu diam adalah benteng bagi lidah manusia. Dari pada mengucapkan perkataan yang sia-sia.
Diam pada saat yang tepat merupakan karakter orang-orang besar, sebagaimana berbicara pada saat yang
tepat merupakan tabiat termulia.
Hikmah diam
1) Benteng tanpa pagar
2) Perhiasan tanpa berhias
3) Kehebatan tanpa kerajaan
4) Kekayaan tanpa meminta maaf kepada orang
5) Menutupi segala aib
6) Istirahat bagi ke-dua malaikat pencatat amal
3.Mendengar
Mendengar adalah proses aktif perawat dalam menerima informasi dan menelaah reaksi atau respon klien.
Nilai terapeutiknya adalah secara nonverbal seorang perawat menerima dan mampu mengkomunikasikan
kepada klien dengan menunjukkan minat serta memperhatikan masalah yang dihadapi
How to be a good listener
Good Listener
↓
Active Listening ----------> Reflectif listening
↓
Effective Listening
Ketrampilan mendengar dengan baik (good listening skill) sangat penting, baik di tempat kerja maupun
dalam kehidupan sehari-hari
a.Skill atau ketrampilan adalah sesuatu yang kita latihkan dengan sungguh-sungguh, sehingga
akan dipraktekkan dan kmd menjd kebiasaan
b.Sangat sedikit kita mendapatkan pelatihan bagaimana mendengar aktif (Active listening) sehingga kita
dapat mendengar sacara efektif (efektif Listening)
Apakah anda tahu, bahwa :
a. Sebagian besar kita tidak pernah berfikir tentang bagaimana “mendengar”, padahal kita
sebenarnya telah mengeluarkan separo waktu kita dlm mendengarkan
b. Sekitar 50% “kesalah pahaman” terjadi akibat org tdk mendegar secara efektif
c. Sebagian dari kita tahu dan percaya bahwa menjadi pendengar (being heard) sudah cukup!,
tidak perlu mendengar dengan baik (listening).
d. Orang percaya hal tersbt (hanya mendengar saja), krn seseorang mempyi kemampuan dengar
(hearing ability) dan dgn sendirinya menganggap dirinya “pendengar yg aktif” (?)
e. Sebagian kita tdk pernah memahami bahwa mendengar aktif (active listening) sangatlah penting
f. Perlu diketahui : 80% dari komunikasi (interpersonal communication) adalah Non verbal
g. Faktor perintang “tdk bisa menjadi pendengar aktif”
(a)menghayal
(b)berfikir ttg org lain, tempat lain atau barang
(c) menyiapkan respon dengan membthkan
(d) banyak waktu
Strategi menjadi pendengar aktif
(a)Dibutuhkan waktu utk mendengar
(b)Berikan penuh perhatian
(c)Memulai membuat point utama
(d)Jangan bereaksi berlbhan dalam menyampaikan respon
(e)Jangan bereaksi berlbhan dlm mengulas isi
(f)Jangan mengganggu perhatian
(g)Dengarkan baik-baik
(h)Pahami isi pikiran
(i)Jangan memonopoli
(j)Sesuaikan kecepatan pada berfikir
Reflekting skills/kemampuan merefleksikan ide, pikiran, perasaan adalah dengan cara
memberikan umpan balik
4.Refleksi
Refleksi adalah seorang perawat mampu mengarahkan kembali ide, pikiran, perasaan, pertanyaan dan isi
pembicaraan kepada klien. Nilai terapeutiknya adalam mampu memvalidasi apa yang diucapkan klien dan
menekankan empati, minat dan rasa hormat terhadap klien
Contoh
Klien , ”apakah saya sudah diperkenankan pulang akhir minggu ini ?”
Perawat, ”menurutmu apakah kamu sudah merasakan dapat mengatasi masalah, sehingga kemudian kamu
ingin pulang?”
Keterampilan refleksi
(1) Paraphrase
Seorang berkata : “saya pikir, kita seharusnya menambah lebih banyak sumber dana untuk menyelesaikan
program ini”
Pendengar berkata: “menambah sumber dana”
(2)Repeating
Seorang berkata : “ saya tidak dapat menunggu untuk mendapatkan perumahan di Banyuwangi”.
Pendengar berkata: “Banyuwangi.
(3) Summarizing
Seorang berkata: “ pesanan barang sudah datang melalui Kantor Suvervisor, tapi melihatnya isinya menurut
pendapatku pesanan itu lebih cocok untuk kantor manager. Jika kamu setuju, saya akan menulis suatu
penjelasan dan mengirim barang inike kantor manajer
Penengar berkata : “ Mari kita melihat langsung permasalahannya. Pesanan dikirim Ke Kantor suvervisor.
Menurut kamu kiriman itu lebih cocok untuk kantor manager. Dan kamu akan menulis sebagai penjelasan
dan mengirim barang tersbt ke kantor manager, Apakah saya benar ?
(4) Cofirmation
Seorang berkata : “ saya mau meyakinkan, apakah pegawai baru datang tepat pada waktu dan siap kerja”
pendengar berkata : “ Tampaknya kamu sangat concern pada masalah itu”.
5.Klarifikasi
Klarifikasi adalah seorang perawat mampu menjelaskan ide, perasaan, pikiran yang tidak jelas atau meminta
klien untuk menjelaskan maksudnya. Nilai terapeutiknya adalah membantu mengklarifikasi perasaan, ide
dan pikiran klien dan memberikan penjelasan tentang hubungan antara perasaan dengan tindakan.
Contoh
Klien, ”saya benci tempat ini, saya tidak betah disini”
Perawat, ”kamu tidak betah disini?”
6.Memfokuskan
Memfokuskan adalah membantu klien bicara pada topik yang telah dipilih. Nilai terapeutiknya adalah
pembicaraan tidak keluar dari topik yang dipilih, sehingga klien tidak mengalami kesulitan dalam
memberikan kesimpulan.
Pasien, ”wanita sering menjadi bulan-bulanan”
Perawat, ”coba ceritakan bagaimana perasaan anda sebagai wanita?
E.Demensi hubungan
Kualitas hubungan sangat dibutuhkan oleh seorang perawat, sehingga bagaimana perawat dapat secara
totalitas yaitu fisik dan psikologis dapat hadir dalam komunikasi. Kualitas tersebut menggabungkan perilaku
verbal dan non verbal serta sikap dan perasaan pada saat komunikasi.
Menurut Stuart & Sundeen (1995), untuk mencapai kualitas hubungan yang efektif ditentukan oleh 2
demensi besar, yaitu dimensi responsif dan demensi yang berorientasi tindakan.
Dimensi responsif lebih kepada upaya menjalin kepercayaan yaitu pada fase orientasi. Demensi ini akan
menentukan keberhasilan fase-fase berikutnya. Demensi responsi ini meliputi;
(a) Kesejatian yaitu seorang perawat mempunyai sikap iklas, terbuka dan transparan,
(b) Hormat atau respek yaitu seorang perawat memperlakukan klien tanpa syarat, menghargai,dan
menghormati sebagai seorang yang membutuhkan pertolongan,
(c) empati,
(d) konkrit yaitu seorang perawat mampu menggunakan bahasa yang jelas.
Demensi yang berorientasi pada tindakan ini adalah demensi yang memberi ruang untuk perawat
mengobservasi hambatan klien dalam berhubungan. Hambatan ini terjadi bisa karena sisi internal klien
seperi kepribadian klien tetapi bisa terjadi karena sisi ekternal karena lingkungan kurang adaptif.
Demensi ini meliputi;
(a) Konfrontasi yaitu seorang perawat mampu mengekspresikan sikapnya terhadap perilaku klien
yang menyimpang untuk tujuan memperluas kesadaran diri klien,
(b) kesegeraan yaitu seorang perawat sensitif terhadap perbaikan fungsi klien melalui
kemamdirian untuk pemenuhan kebutuhan dasar,
(c) Pengungkapan diri perawat yaitu seorang mampu memberikan informasi tentang diri, nilai,
perasaan dan sikapnya dalam rangka memfasilitasi klien belajar untuk mengungkapkan
perasaannya dan
(d) katarsis emosional yaitu seorang perawat mampu mendorong klien untuk mengungkapkan
perasaan yang mengganggu.
F.Faktor-faktor yang mempengaruhi unsur-unsur komunikasi
Situasi
(a) Tempat melakukan komunikasi
(b) Pesan tdk lengkap
(c) Tekanan waktu
Pengirim
(a) Tdk memahami pesan yang disampaikan
(b) Melibatkan emosi
(c) Penggunaan bahasa yg berbeda / tdk setara
Penerima
(a) Pengetahuan dan pengalaman
(b) Perasaan/feeling
(c) Perhatian
(d) Pandangan norma/ budaya
(e) Mood/suasana hati
(f) Keadaan fisik
(g) mekanisme koping
Sumber kesalahan
(a) Pesan yg tdk lengkap
(b) Kesimpulan yg terll cepat
(c) Generalisasi
(d) Prasangka
(e) Kesan pertama
(f) Norma individu yg tak sama
G.Faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi
(1)Fisik (iklim, cuaca, suhu udara, bentuk ruangan, warna dinding, penataan tempat duduk,
alat-alat yang tersedia)
(2)Waktu (hari apa, jam berapa, pagi, siang sore)
(3)Psikologis (stirotipe, prasangka, emosi)
(4)Sosial ( nilai, sikap dan keyakinan, agama, budaya, status)
(5)Biologis (usia perkembangan, jenis kelamin )
H.Tahap- tahap komunikasi dalam proses keperawatan
Sebelum menjalin hubungan terapeutik seorang perawat terlebih dahulu memahami proses keperawatan,
yaitu proses dalam memberikan asuhan keperawatan, disamping itu dalam memberikan asuhan
keperawatan terlebih dahulu tercipta hubungan yang saling menerima sehingga perlu komunikasi dengan
kiat-kiat tertentu.
1. Tahapan proses keperawatan
a. Kondisi klien
Keadaan klien yang terkait dengan komunikasi yang akan dilakukan pada kondisi awal umumnya
terkait dengan keluhan utama.
b. Diagnose keperawatan
Masalah atau diagnose keperawatan yang akan dilakukan tindakan keperawatan
c. Tujuan Umum
Tujuan yang akan dicapai dengan tindakan keperawatan yang dilakukan
d. Tindakan keperawatan
Tindakan keperawatan yang akan dilakukan sesuai rencana dan tujuan
2. Tahapan proses komunikasi
1. Pra Interaksi
Pra interaksi merupakan masa persiapan sebelum berhubungan dengan orang lain. Jika
saudara telah siap maka saudara membuat rencana interaksi dengan klien, tetapi
sebaliknya jika saudara belum siap maka saudara perlu berdiskusi dengan teem, atasan,
dan lebih banyak membaca standar operaional prosedur. Hal-hal yang saudara siapkan pada
saat interaksi adalah :
a. Evaluasi diri
Evaluasi diri ini merupakan cara untuk mengetahui kesiapan dalam berinteraksi dengan
klien, dengan mempertanyakan kepada diri kita, seperti :
(1) Apa pengetahuan dan kemampuan saya miliki tentang kondisi pasien ?
(2) Apa yang saya ucapkan saat bertemu nanti ?
(3) Bagaimana respon saya selanjutnya ?
(4) Apakah ada pengelaman negatif sebelumnya ?
(5) Jika ada lakukan koreksi dengan cara membaca, konsultasikan dengan teem atau
kelompok
(6) Bagaimana tingkat kecemasan saya ?
b.Penetapan tahapan interaksi/hubungan
(1) Apakah ini interaksi yang pertama atau lanjutan ?
(2) Apa tujuan pertemuan ?
(3) Apa tindakan yang akan dilakukan ?
(4) Bagaimana cara melakukannya ?
c. Rencana interaksi
(1) Untuk interaksi dengan klien dan keluarga perlu direncakan : Rencana percakapan
tertulis, teknik komunikasi dan langkah-langkah tindakan (SOP).
2. Perkenalan/orientasi
Perkenalan merupakan kegiatan yang dilakukan saat pertama kali bertemu atau kontak
klien. Sedangkan orientasi adalah awal setiap pertemuan kedua dan seterusnya.