Tuberkulosi s Bambang Heru Handojo 2010 http://sites. google .com/site/ handojoheru /
Tuberkulosis
Bambang Heru Handojo
2010http://sites.google.com/site/handojoheru/
Definisi• Tuberkulosis atau TB (Tubercle Bacillus) adalah penyakit
infeksi yang sering ditemukan dan kadang mematikan disebabkan oleh mikobakteria, biasanya Mycobacterium tuberculosis pada manusia. Tuberkulosis biasanya menyerang paru tetapi dapat juga mengenai bagian tubuh yang lain.
• TB menyebar melalui droplet di udara, ketika penderita TB batuk, bersin, atau meludah. Infeksi pada manusia umumnya tidak menimbulkan gejala, infeksi laten, dan sepersepuluh dari infeksi laten tersebut berkembang menjadi penyakit yang aktif, bila tidak di beri pengobatan akan membunuh 50% dari korban.
• M. tuberculosis complex terdiri dari empat • Mikobakteria selain mikobakteria penyebab TB: • M. bovis, M. africanum, • M. canetti and M. microti
Diagnosis dan
Penatalaksanaan TB Paru Dewasa
Epidemiologi
Diagnosis
http://sites.google.com/site/handojoheru/
Diagnosis Tuberkulosis
• Klinik – Anamnesis – Fisik Diagnostik Radiologik – Foto toraks• Mikrobiologik - Laboratorium
ditemukan kuman BTA atau bagian dari kuman M. Tbc
• Pemeriksaan Lain:– Uji Serologi– Respons terhadap pengobatan Tbc.
Gejala TB
• 1. Gejala utama Batuk ≥ 3 minggu• 2. Gejala tambahan - Dahak campur darah - Batuk darah - Sesak napas - Nyeri dada - Badan lemah, nafsu makan turun, BB turun, malaise, keringat malam,demam
Klinik
Respiratorik• Batuk 3
minggu• Batuk darah• Sesak napas • Nyeri dada
Sistemik• Demam subfebril• Malaise• Keringat malam• Nafsu makan
turun• Berat Badan turun• Anemia
• Asimptomatik – Gawat
Penemuan Penderita TB
• 1. Pasif : penjaringan tersangka TB ketika penderita datang ke pelayanan kesehatan. Passive promotive case finding semua kontak penderita TB dgn gejala sama harus diperiksa dahak SPS
• 2. Aktif : penjaringan penderita tersangka TB dengan mendatangi penderita
Diagnosis TB
• Pemeriksaan fisik
- tergantung luas dan kelainan paru
- awal penyakit tak ada kelainan
- suara napas bronkial, amforik, ronki
basah, suara napas melemah
Mikrobiologi
http://sites.google.com/site/handojoheru/
Diagnosis TB
• Ditemukan BTA mikroskopik (+) paling sedikit 2 dari 3 pemeriksaan (SPS)
• Bila hanya 1 X positif dilakukan foto toraks :
• * jika mendukung TB * tak mendukung Ulang SPS• Bila memungkinkan pemeriksaan lain:
misal biakan/ uji resistensi OAT
Pemeriksaan BTA
Biakan – Uji Resistensi Obat
Colonies of M. tuberculosis growing on media
•Konfirmasi diagnosis TB, diagnosis pasti TB•Biakan pada semua spesimen, walau BTA langsung negatif•Biakan dan Uji Resistensi perlu waktu 40-60 hari•Pada media cair lebih cepat (4 -14 hari)
Radiologik
http://sites.google.com/site/handojoheru/
Indikasi foto toraks
1. Suspek TB dgn BTA ( – )
Setelah diberi AB tak ada perubahan ulang dahak SPS negatif
2. TB Paru BTA ( + )
a. diduga terdapat komplikasi
b. hemoptisis berat
c. dahak SPS hanya 1 yg positif
Diagnosis TB
• Foto toraks TB aktif multiform : - bayangan berawan/ noduler di
segmen apikal & post LAP atau segmen
sup LBP - kaviti - Bayangan bercak milier - efusi pleura unilateral - bilateral
Diagnosis TB
Foto toraks TB inaktif - fibrotik - kalsifikasi - fibrotoraks atau penebalan pleura
Destroyed Lung/ Luluh Paru: - Berdasarkan foto toraks sulit dinilai keaktifannya - Perlu pemeriksaan bakteriologik dan
foto serial
R
R
KLASIFIKASI PENYAKIT
• Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe penderita suatu definisi kasus
• Tujuan penentuan klasifikasi penyakit panduan OAT
Menentukan definisi kasus
Empat hal yang penting :
• Organ tubuh yg sakit : paru atau ekstra paru
• Hasil pemeriksaan dahak : BTA (+) / (–)
• Riwayat pengobatan sebelumnya
• Tingkat keparahan penyakit ringan atau berat
Klasifikasi penyakit
1. TB Paru : TB pada jaringan paru - TB Paru BTA (+): 2 dari 3 dahak SPS (+) atau 1
dahak SPS (+) dan foto toraks TB aktif - TB paru BTA (-) : 3 dahak SPS (-) dan foto
toraks (+) TB aktif terbagi dua : * Berat: kelainan foto toraks luas,milier, KU
buruk * Ringan : kelainan foto toraks minimal
Klasifikasi penyakit
2. TB ekstra paru : TB diluar organ paru
Ekstra paru ringan : Ekstra paru berat :- TB kelenjar - Meningtis- TB tulang, - millier- pleuritis eksudativa unilat - pleuritis eksudativa
bil- TB sendi - perikarditis- TB tulang - peritonitis- TB kelenjar adrenal - TB usus - TB tulang belakang
- TB saluran kemih & alat
kelamin
Diagnosis TB ekstra Paru
• Tergantung organ yg terkena misal pembesaran KGB leher limfadenitis TB
• Diagnosis pasti sulit, memerlukan pemeriksaan lain misal foto toraks, biopsi, patologi anatomi
• Sering disertai TB paru maka diperiksa dahak SPS dan foto toraks
Pengobatan
http://sites.google.com/site/handojoheru/
TUJUAN PENGOBATAN
1. Menyembuhkan penderita
2. Mencegah kematian
3. Mencegah kekambuhan
4. Menurunkan risiko penularan
SM : 1946SM + PASINH : 1952INH + SM or INH + PASINH, SM, PAS : 1955 - 1956Madras : 1956 domiciliary treatmentFull supervision : 1958Inclusion RMP & PZA : 1967 shortern to 6 monthsPZA – 2 months : 1976DOTS : 1993
FDC : 1994 – 1999 – 2000s
Era Kemoterapi
JENIS DAN DOSIS OAT
JENIS OAT DOSIS Harian Lanjutan(intermiten)
Izoniazid (H) 5 mg/Kg BB 10 mg/Kg BB Rifampisin (R) 10 mg/Kg BB 10 mg/Kg BBStreptomisin (S) 15 mg/Kg BB 15 mg/Kg BBPirazinamid (Z) 25 mg/Kg BB 35 mg/Kg BBEtambutol (E) 15 mg/Kg BB 30 mg/Kg BB
Catatan : (S) < 60 tahun : 0,75 gr/hari
> 60 tahun : 0,50 gr/hari
FDC- DOSE JUSTIFICATION (WHO)R 150 H75 Z 400 E 275 (15kg BB/tablet)
(WHO cut off 30 – 37kg, 38 – 54 kg, 55 – 70 kg, > 70kg)
FDC - WHO - OPERATIONAL GUIDE
Table 5.The recommended strengths of fixed-dose combination formulations of essential anti-tuberculosis drugs.
(WHO Model List of Essential Drugs, 1999)
For daily use
Drug
RHZE
RHZ
RH
EH
TH
Drug
RHZ
RH
Forms
Tablet
Tablet
Tablet
Tablet
Tablet
Forms
Tablet
Tablet
Strengths
R 150mg + H 75mg + Z 400mg + E 275mg
R 150mg + H 75mg + Z 400mg
R 60mg + H 30mg + Z 150mg (paediatric)*
R 300mg + H 150mg
R 150mg + H 75mg
R 60mg + H 30mg (paediatric)*
H 150mg + E 400mg
T 50mg + H 100mg
T 150mg + H 300mg
For intermittent use 3 times weekly
Strengths
R 150mg + H 150mg + Z 500mg
R 150mg + H 150mg
R 60mg + H 60mg (paediatric)*
E=ethambutol, H=isoniazid, R=rifampicin, S=streptomycin, T=thioacetazone, Z=pyrazinamide. * Dispersible form preferred
PRINSIP PENGOBATAN
• TAHAP INTENSIF : diberikan tiap hari
Pengawasan ketat sangat penting
untuk mencegah kekebalan obat
• TAHAP LANJUTAN: diberikan 3X dalam 1 minggu untuk membunuh kuman agar tidak kambuh
KATEGORI
Kategori I : - TB Paru BTA (+) kasus baru - TB Paru BTA (-), RÖ (+) lesi
luas / sakit berat - TB ekstra paru berat
Kategori II : - TB Paru kambuh - TB Paru gagal - TB Paru lalai (D.O)
Kategori III : - TB Paru BTA (-), RÖ (+) lesi ringan / sakit ringan
- TB ekstra paru ringan
KATEGORI 1 (2RHZE / 4H3R3)Sisipan RHZE
Fase awal 2RHZE Kombipak II Jika setelah 2 bulan BTA tetap (+), diberi sisipan 1 bulan, jika BTA (-) fase lanjutan (kombipak III) Setelah sisipan masih (+) pengobatan diteruskan Jika s/d 1 bulan sebelum AP/ AP, BTA masih (+) gagal kategori 2 dari awal ; Bila (-) : teruskan pengobatan sampai selesai (fase lanjutan)
KATEGORI 2 (2RHZES / RHZE / 5H3R3E3)
SISIPAN RHZE
Fase awal 3RHZE + streptomisin 60 X tiap hari kombipak IIJika setelah fase awal BTA (-) fase lanjutan
(kombipak IV)Setelah fase awal (3 bulan) BTA tetap (+)
sisipan 1 bulan , tetap (+)/(-) fase lanjutan R3H3E3 (kombipak IV), untuk BTA(+) periksa biakan/ujikepekaan Pada 1bulan sebelum AP/AP BTA (+) TB kronik Rujuk ke spesialis. Bila tak mungkin INH seumur hidup
KATEGORI 3 (2RHZ / 4H3R3)
FASE AWAL RHZ : KOMBIPAK I
JIKA SETELAH 2 BULAN BTA (-) FASE
LANJUTAN R3H3 : KOMBIPAK III
JIKA SETELAH 2 BULAN BTA (+)
PINDAH KATEGORI II DARI AWAL
Pengobatan terhadap penderita baru BTA (+) yang pengobatannya terputus
lanjut kat. Ilanjut kat. I--negatifnegatif
mulai kat. IImulai kat. II--positifpositifyaya>8 mgg>8 mgg
lanjut kat. Ilanjut kat. Inegatifnegatif
sisipan 1 blnsisipan 1 bln--positifpositifyaya2-8 mgg2-8 mgg
lanjut kat. Ilanjut kat. I----tidaktidak< 2 mgg< 2 mgg1-2 bulan1-2 bulan
mulai kat. Imulai kat. I positifpositifyaya>8 mgg>8 mgg
mulai kat. Imulai kat. I----tidaktidak2-8 mgg2-8 mgg
lanjut kat. Ilanjut kat. I----tidaktidak<2 mgg<2 mgg<1 bulan<1 bulan
pengobatanpengobatanregister register kembalikembali
hasil hasil pengobatanpengobatan
pewarnaanpewarnaanlama lama terputusterputus
lama peng-lama peng-obatanobatan
pengobatan pengobatan stl. defaultstl. default
negatifnegatif lanjut kat. Ilanjut kat. Iidemidem
pengobatanpengobatanregister register kembalikembali
hasil hasil pengobatanpengobatan
pewarnaanpewarnaanlama lama terputusterputus
lama peng-lama peng-obatanobatan
mulai kat. IImulai kat. IIpositifpositifyaya> 8 mgg> 8 mgg
lanjut kat. Ilanjut kat. Inegatifnegatif
mulai kat. IImulai kat. II--positifpositifyaya2-8 mgg2-8 mgg
lanjut kat Ilanjut kat I----tidaktidak< 2 mgg< 2 mgg> 2 bln> 2 bln
pengobatan pengobatan stl. defaultstl. default
negatifnegatif lanjut kat. Ilanjut kat. Iidemidem
Pengobatan terhadap penderita kambuh, gagal yang pengobatannya terputus
mulai kat. IImulai kat. IIpositifpositifyaya>8 mgg>8 mgg
int. kat II int. kat II tambah 1 blntambah 1 bln
--positifpositifyaya2-8 mgg2-8 mgg
lanjut kat. IIlanjut kat. II----tidaktidak< 2 mgg< 2 mgg1-2 bulan1-2 bulan
lanjut kat. IIlanjut kat. IIpengobatan pengobatan stl. defaultstl. default
negatifnegatif
mulai kat. IImulai kat. IIBTA (+)BTA (+)positifpositifyaya>8 mgg>8 mgg
mulai kat. IImulai kat. II----tidaktidak2-8 mgg2-8 mgg
lanjut kat. IIlanjut kat. II----tidaktidak<2 mgg<2 mgg<1 bulan<1 bulan
pengobatanpengobatanregister register kembalikembali
hasil hasil pengobatanpengobatan
pewarnaanpewarnaanlama lama terputusterputus
lama peng-lama peng-obatanobatan
pengobatan pengobatan stl. defaultstl. default
negatifnegatif lanjut kat. IIlanjut kat. IIidemidem
mulai kat. IImulai kat. IIpositifpositifyaya> 8 mgg> 8 mgg
lanjut kat. IIlanjut kat. II--negatifnegatif
mulai kat. IImulai kat. II--positifpositifyaya2-8 mgg2-8 mgg
lanjut kat IIlanjut kat II----tidaktidak< 2 mgg< 2 mgg> 2 bln> 2 bln
pengobatanpengobatanregister register kembalikembali
hasil hasil pengobatanpengobatan
pewarnaanpewarnaanlama lama terputusterputus
lama peng-lama peng-obatanobatan
pengobatan pengobatan stl. defaultstl. default
negatifnegatif lanjut kat. IIlanjut kat. IIidemidem
Pemantauan Hasil pengobatan TB
1. Akhir fase intensif : - Kat I & III 1 mg sebelum akhir bln ke-2 - Kat II 1 mg sebelum akhir bln ke-32. Sebulan sebelum akhir pengobatan: untuk menilai hasil pengobatan pada Kat I & II3. Akhir pengobatan : untuk menilai hasil pengobatan pada Kat I & II
Pemeriksaan ulang BTA 2 X (SP) Hasil BTA 2X(-) : disebut negatif Hasil BTA 1X/2X (+) : disebut positif
Hasil Pengobatan
• Sembuh
• Pengobatan lengkap
• Meninggal
• Pindah
• Drop out atau defaulted
• Gagal
Resistensi Obat
• Multi Drug Resistensi (MDR) Tb:– Resistensi terhadap obat Rifampisin
dan INH
• Extended Drug Resistensi (XDR) Tb:– Resisten terhadap Rifampisin, INH,
Fluoroquinolon, Streptomisin/ Kanamisin, Kapreomisin
Tabel 7. Efek samping OAT dan penatalaksanaannya
Efek Samping Kemungkinan Tata Laksana
Penyebab
MINOR OAT diteruskan
• Anoreksia,nausea,nyeri Rifampisin Tablet diminum malam hari
perut
• Nyeri sendi Pirazinamid Aspirin
• Rasa terbakar di kaki INH Piridoksin 1x100mg
• Urin merah/jingga Rifampisin Berikan penjelasan
MAYOR Hentikan Obat Penyebab
• Gatal/ruam Streptomisin Hentikan
• Tuli [sekret (-)] Streptomisin Hentikan streptomisin,ganti etambutol
• Gangguan keseimbangan Streptomisin Hentikan streptomisin,ganti etambutol
(vertigo & nistagmus)
• Kuning (penyebab lain disingkirkan Sebagian besar OAT Stop OAT sampai kuning hilang*
• Muntah & confusion Sebagian besar OAT Stop OAT, tes fungsu hati cito*
(suspected drug induced pre-
icteric hepatitis
• Gangguan visual Etambutol Hentikan etambutol
• Kelainan sistemik,termasuk Rifampisin Hentikan rifampisin
syok dan purpura
PENGOBATAN TB PADA KEADAAN KHUSUS
Indikasi operasi
a. TB paru dgn batuk darah masif, fistula
bronkopleura , empiema, TB kronik,
MDR
b. TB ekstra paru dgn komplikasi misal
TB tulang dgn kelainan neurologis
DOTS
http://sites.google.com/site/handojoheru/
Direct Observed Treatment Short-Course
1. Komitment Pemerintah
2. Diagnostik TB
3. Pengobatan TB
4. Pengawas Minum Obat
5. Pelaporan / RR
Pengobatan jangka pendek dgn
pengawasan langsung
Komitmen politis1
Directly Observed Treatment Short-course
2 Diagnosa denganmikroskop
3
Jaminan Ketersediaan OAT
Yg bermutu
5 Monitoring dan evaluasi
5 Elemen Strategi DOTS
4
PENGAWAS MINUM OBAT
- Salah satu komponen DOTS pengawasan langsung
- Menjamin keteraturan pengobatan
Persyaratan PMO
• Seseorang yg dikenal, dipercayai dan disetujui petugas/penderita juga disegani, dihormati oleh penderita
• Seseorang yg tinggal dekat penderita• Bersedia membantu penderita dgn sukarela• Bersedia dilatih atau mendapat
penyuluhan bersama penderita
SIAPA YANG DAPAT MENJADI PMO ?
• Petugas kesehatan• Kader kesehatan • Anggota PPTI• PKK• guru• Anggota keluarga• Tetangga• Tokoh masyarakat
TUGAS PMO• Mengawasi penderita rutin makan obat sampai
sembuh
• Memotivasi penderita agar minum obat teratur
• Mengingatkan penderita untuk kontrol atau
periksa dahak
• Memberikan penyuluhan, mencari suspek TB
dan menganjurkan / membawa ke petugas
kesehatan
INFORMASI YANG DISAMPAIKAN PMO
• TB bukan penyakit keturunan atau kutukan
• TB dapat disembuhkan dgn berobat teratur
• Pengobatan tahap intensif dan lanjutan• Pentingnya berobat secara teratur• Efek samping, dan tindakannya• Cara penularan dan pencegahan
PMO
GLOBAL TARGET, LOCAL ACT
T H A I L A N D
PMO
PMO
IN PATIENT DEPARTMENTIN PATIENT DEPARTMENT
PMO PMO
ISTCInternational Standard
Tuberculosis Care
MDR TB
TB-MDR pada dasarnya adalah suatu fenomena buatan manusia (man-made phenomenon), sebagai akibat pengobatan TB tidak adekuat.
Penyebab pengobatan TB yang tidak adekuat
Penyedia pelayanan kesehatan:Buku paduan yang tidak sesuai
Tidak mengikuti paduan yang tersedia
Tidak memiliki paduan
Pelatihan yang buruk
Tidak terdapatnya pemantauan program pengobatan
Pendanaan program penanggulangan TB yang lemah
MDR TBObat: Penyediaan atau kualitas obat tidak adekuat
Kualitas obat yang burukPersediaan obat yang terputusKondisi tempat penyimpanan yang tidak terjaminKombinasi obat yang salah atau dosis yang kurang
Pasien: Kepatuhan pasien yang kurangKepatuhan yang kurangKurangnya informasiKekurangan dana (tidak tersedia pengobatan cuma-cuma)Masalah transportasiMasalah efek sampingMasalah sosialMalabsorpsiKetergantungan terhadap substansi tertentu
International Standard Tuberculosis Care
STANDARD UNTUK DIAGNOSIS
Standard 1. Setiap orang dengan batuk produktif selama 2-3 minggu atau lebih, yang tidak jelas penyebabnya, harus dievaluasi untuk tuberkulosis.
Standard 2. Semua pasien (dewasa, remaja dan anak yang dapat mengeluarkan dahak) yang diduga menderita tuberkulosis paru harus menjalani pemeriksaan dahak mikroskopik minimal 2 dan sebaiknya 3 kali. Jika mungkin paling tidak satu spesimen harus berasal dari dahak pagi hari.
Standard 3. Pada semua pasien (dewasa, remaja dan anak) yang diduga menderita tuberkulosis ekstraparu, spesimen dari bagian tubuh yang sakit seharusnya diambil untuk pemeriksaan mikroskopik dan jika tersedia fasiliti dan sumber daya, dilakukan pemeriksaan biakan dan histopatologi.
International Standard Tuberculosis Care
Standard 4. Semua orang dengan temuan foto toraks diduga tuberculosis seharusnya menjalani pemeriksaan dahak secara mikrobiologi.
Standard 5. Diagnosis tuberkulosis paru sediaan apus dahak negatif harus didasarkan kriteria berikut : minimal pemeriksaan dahak mikroskopik 3 kali negatif (termasuk minimal 1 kali dahak pagi hari); temuan foto toraks sesuai tuberkulosis dan tidak ada respons terhadap antibiotika spektrum luas (Catatan : fluorokuinolon harus dihindari karena aktif terhadap M.tuberculosis complex sehingga dapat menyebabkan perbaikan sesaat pada penderita tuberkulosis). Untuk pasien ini, jika tersedia fasiliti, biakan dahak seharusnya dilakukan. Pada pasien yang diduga terinfeksi HIV evaluasi diagnostik harus disegerakan.
Standard 6. Diagnosis tuberkulosis intratoraks (yakni, paru, pleura dan kelenjar getah bening hilus atau mediastinum) pada anak dengan gejala namun sediaan apus dahak negatif seharusnya didasarkan atas kelainan radiografi toraks sesuai tuberkulosis dan pajanan kepada kasus tuberkulosis yang menular atau bukti infeksi tuberkulosis (uji kulit tuberkulin positif atau interferron gamma release assay). Untuk pasien seperti ini, bila tersedia fasiliti, bahan dahak seharusnya diambil untuk biakan (dengan cara batuk, kumbah lambung atau induksi dahak).
International Standard Tuberculosis CareSTANDARD UNTUK PENGOBATAN
Standard 7. Setiap praktisi yang mengobati pasien tuberkulosis mengemban tanggung jawab kesehatan masyarakat yang penting. Untuk memenuhi tanggung jawab ini praktisi tidak hanya wajib memberikan paduan obat yang memadai tapi juga harus mampu menilai kepatuhan pasien kepada pengobatan serta dapat menangani ketidakpatuhan bila terjadi. Dengan melakukan hal itu, penyelenggara kesehatan akan mampu meyakinkan kepatuhan kepada paduan sampai pengobatan selesai.
International Standard Tuberculosis Care
Standard 8. Semua pasien (termasuk mereka yang terinfeksi HIV) yang belum pernah diobati harus diberi paduan obat lini pertama yang disepakati secara internasional menggunakan obat yang biovalibilitinya telah diketahui. Fase awal seharusnya terdiri dari isoniazid, rifampisin, pirazinamid, dan etambutol. Etambutol boleh dihilangkan pada fase inisial pengobatan untuk orang dewasa dan anak dengan sediaan hapus dahak negatif, tidak menderita tuberkulosis paru yang luas atau penyakit ekstraparu yang berat, serta telah diketahui HIV negatif. Fase lanjutan yang dianjurkan terdiri dari isoniazid dan rifampisin diberikan selama 4 bulan. Isoniazid dan etambutol selama 6 bulan merupakan paduan alternatif pada fase lanjutan yang dapat dipakai jika kepatuhan pasien tidak dapat dinilai, akan tetapi hal ini berisiko tinggi untuk gagal dan kambuh , terutama untuk pasien yang terinfeksi HIV. Dosis obat antituberkulosis yang digunakan harus sesuai dengan rekomendasi internasional. Kombinasi dosis tetap yang terdiri kombinasi 2 obat (isoniazid dan rifampisin), 3 obat (isoniazid, rifampisin dan pirazinamid), dan 4 obat (isoniazid, rifampisin, pirazinamid dan etambutol) sangat direkomendasikan terutama jika menelan obat tidak diawasi.
International Standard Tuberculosis CareStandar 9. Untuk membina dan menilai kepatuhan (adherence) kepada
pengobatan, suatu pendekatan pemberian obat yang berpihak kepada pasien, berdasarkan kebutuhan pasien dan rasa saling menghormati antara pasien dan penyelenggara kesehatan, seharusnya dikembangkan untuk semua pasien. Pengawasan dan dukungan seharusnya sensitif terhadap jenis kelamin dan spesifik untuk berbagai usia dan harus memanfaatkan bermacam-macam intervensi yang direkomendasikan serta layanan pendukung yang tersedia, termasuk konseling dan penyuluhan pasien. Elemen utama dalam strategi yang berpihak kepada pasien adalah penggunaan cara-cara menilai dan mengutamakan kepatuhan terhadap paduan obat dan menangani ketidakpatuhan, bila terjadi. Cara-cara ini seharusnya dibuat sesuai keadaan pasien dan dapat diterima oleh kedua belah pihak, yaitu pasien dan penyelenggara pelayanan . Cara-cara ini dapat mencakup pengawasan langsung menelan obat (directly observed therapy - DOT) oleh pengawas menelan obat yang dapat diterima dan dipercaya oleh pasien dan sistem kesehatan.
International Standard Tuberculosis CareStandard 10. Semua pasien harus dimonitor responsnya terhadap terapi;
penilaian terbaik pada pasien tuberkulosis ialah pemeriksaan dahak mikroskopik berkala (dua spesimen) paling tidak pada waktu fase awal pengobatan selesai (dua bulan), pada lima bulan, dan pada akhir pengobatan. Pasien dengan sediaan apus dahak positif pada pengobatan bulan kelima harus dianggap gagal pengobatan dan pengobatan harus dimodifikasi secara tepat (lihat standard 14 dan 15). Pada pasien tuberkulosis ekstraparu dan pada anak, respons pengobatan terbaik dinilai secara klinis. Pemeriksaan foto toraks umumnya tidak diperlukan dan dapat menyesatkan.
International Standard Tuberculosis CareStandard 11. Rekaman tertulis tentang pengobatan yang diberikan,
respons bakteriologis dan efek samping seharusnya disimpan untuk semua pasien.
Standard 12. Di daerah dengan prevalensi HIV tinggi pada populasi umum dan daerah dengan kemungkinan tuberkulosis dan infeksi HIV muncul bersamaan, konseling dan uji HIV diindikasikan bagi semua pasien tuberkulosis sebagai bagian penatalaksanaan rutin. Di daerah dengan prevalensi HIV yang lebih rendah, konseling dan uji HIV diindikasikan bagi pasien tuberkulosis dengan gejala dan/atau tanda kondisi yang berhubungan dengan HIV dan pada pasien tuberkulosis yang mempunyai riwayat risiko tinggi terpajan HIV.
International Standard Tuberculosis Care
Standard 13. Semua pasien dengan tuberkulosis dan infeksi HIV seharusnya dievaluasi untuk menentukan perlu/tidaknya pengobatan antiretroviral diberikan selama masa pengobatan tuberkulosis. Perencanaan yang tepat untuk mengakses obat antiretroviral seharusnya dibuat untuk pasien yang memenuhi indikasi. Mengingat kompleksnya penggunaan serentak obat antituberkulosis dan antiretroviral, konsultasi dengan dokter ahli di bidang ini sangat direkomendasikan sebelum mulai pengobatan serentak untuk infeksi HIV dan tuberkulosis, tanpa memperhatikan mana yang muncul lebih dahulu. Bagaimanapun juga pelaksanaan pengobatan tuberkulosis tidak boleh ditunda.Pasien tuberkulosis dan infeksi HIV juga seharusnya diberi kotrimoksazol sebagai pencegahan infeksi lainnya.
International Standard Tuberculosis Care
Standard 14. Penilaian kemungkinan resistensi obat, berdasarkan riwayat pengobatan terdahulu, pajanan dengan sumber yang mungkin resisten obat dan prevalensi resistensi obat dalam masyarakat seharusnya dilakukan pada semua pasien. Pasien gagal pengobatan dan kasus kronik seharusnya selalu dipantau kemungkinannya akan resistensi obat. Untuk pasien dengan kemungkinan resitensi obat, biakan dan uji sensitiviti obat terhadap isoniazid, rifampisin, dan etambutol seharusnya dilaksanakan segera.
International Standard Tuberculosis Care
Standard 15. Pasien tuberkulosis yang disebabkan kuman resisten obat (khususnya MDR) seharusnya diobati dengan paduan obat khusus yang mengandung obat antituberkulosis lini kedua. Paling tidak harus digunakan empat obat yang masih efektif dan pengobatan harus diberikan paling sedikit 18 bulan. Cara-cara yang berpihak kepada pasien disyaratkan untuk memastikan kepatuhan pasien terhadap pengobatan. Konsultasi dengan penyelenggara pelayanan yang berpengalaman dalam pengobatan pasien dengan MDR- TB harus dilakukan.
International Standard Tuberculosis CareSTANDARD UNTUK TANGGUNG JAWAB KESEHATAN
MASYARAKAT
Standard 16. Semua penyelenggara pelayanan untuk pasien tuberkulosis seharusnya memastikan bahwa semua orang (khususnya anak berumur di bawah 5 tahun dan orang terinfeksi HIV) yang mempunyai kontak erat dengan pasien tuberkulosis menular seharusnya dievaluasi dan ditatalaksana sesuai dengan rekomendasi internasional. Anak berumur di bawah 5 tahun dan orang terinfeksi HIV yang telah terkontak dengan kasus menular seharusnya dievaluasi untuk infeksi laten M.tuberkulosis maupun tuberkulosis aktif.
Standard 17. Semua penyelenggara pelayanan kesehatan harus melaporkan kasus tuberkulosis baru maupun kasus pengobatan ulang serta hasil pengobatannya ke kantor dinas kesehatan setempat sesuai dengan peraturan hukum dan kebijakan yang berlaku.
International Standard Tuberculosis Care
STANDARD 1. All persons with otherwise unexplained productive cough lasting two–three weeks or more should be evaluated for tuberculosis.
STANDARD 2. All patients (adults, adolescents, and children who are capable of producing sputum) suspected of having pulmonary tuberculosis should have at least two, and preferably three, sputum specimens obtained for microscopic examination. When possible, at least one early morning specimen should be obtained.
STANDARD 3. For all patients (adults, adolescents, and children) suspected of having extrapulmonary tuberculosis, appropriate specimens from the suspected sites of involvement should be obtained for microscopy and, where facilities and resources are available, for culture and histopathological examination.
STANDARD 4. All persons with chest radiographic fi ndings suggestive of tuberculosis should have sputum specimens submitted for microbiological examination.
International Standard Tuberculosis Care
STANDARD 5. The diagnosis of sputum smear-negative pulmonary tuberculosis should be based on the following criteria: at least three negative sputum smears (including at least one early morning specimen); chest radiography fi ndings consistent with tuberculosis; and lack of response to a trial of broad-spectrum antimicrobial agents. (NOTE: Because the fluoroquinolones are active against M. tuberculosis complex and, thus, may cause transient improvement in persons with tuberculosis, they should be avoided.) For such patients, if facilities for culture are available, sputum cultures should be obtained. In persons with known or suspected HIV infection, the diagnostic evaluation should be expedited.
STANDARD 6. The diagnosis of intrathoracic (i.e., pulmonary, pleural, and mediastinal or hilar lymph node) tuberculosis in symptomatic children with negative sputum smears should be based on the fi nding of chest radiographic abnormalities consistent with tuberculosis and either a history of exposure to an infectious case or evidence of tuberculosis infection (positive tuberculin skin test or interferon gamma release assay). For such patients, if facilities for culture are available, sputum specimens should be obtained (by expectoration, gastric washings, or induced sputum) for culture.
International Standard Tuberculosis Care
STANDARD 1. Setiap orang dengan batuk produktif selama dua-tiga minggu tanpa sebab yang jelas, sebaiknya di evaluasi tuberkulosis.
STANDARD 2. Semua pasien (dewasa dan anak yang memungkiinkan diperiksa sputum) dicurigai menderita tuberkulosis paru seharusnya diperiksa sedikitnya dua dan lebih baik tiga kali pemeriksaan spesimen miokroskopik sputum. Bila memungkinkan sedikitnya satu spesimen pagi hari.
STANDARD 3. Semua pasien (dewasa dan anak yang memungkiinkan diperiksa sputum) dicurigai menderita tuberkulosis ekstraparu, perlu didapatkan spesimen yang tepat dari tempat yang dicurigai untuk pemeriksaan mikroskopik dan bila fasilitas memadai untuk biakan dan pemeriksaan histopatologi.
STANDARD 4. Semua pasien dengan gambaran foto toraks dada sesuai gambaran tuberkulosis harus diperiksa sputum untuk pemeriksaan mikrobiologi.
International Standard Tuberculosis Care
STANDARD 5. Diagnosis Tb Paru BTA negatif harus berdasarkan kriteria: sedikitnya tiga sputum BTA negatif (termasuk satu sputum pagi hari); gambaran foto toraks sesuai dengan tuberkulosis; dan tidak respons dengan antibiotik spektrum lebar. (NOTE: Karena fluoroquinolon aktif melawan M. tuberculosis complex dan dapat menyebabkan perbaikan sementara pada pasien tuberkulosisnd, maka dari itu sebaiknya dihindari). Untuk pasien tersebut, bila fasililas biakan tersedia, biakan dahak seharusnya dilakukan. Pada pasien diketahui atau dicurigai dengan HIV, evaluasi diagnostik harus dilakukan.
STANDARD 6. Diagnosis tuberkulosis intratoraks (paru, pleura, mediastinal, KGB hilus) pada anak dengan gejala dan BTA negatif seharusnya berdasarkan gambaran foto toraks abnormal sesuai dengan gambaran tuberkulosis dan riwayat pajanan pada kasus infeksius atau bukti infeksi tuberkulosis (uji tuberkulin atau interferon gamma release assay positif). Untuk pasien tersebut, bila fasililas biakan tersedia, biakan dahak seharusnya dilakukan. (dengan ekspektorasi, bilas lambung, sputum induksi) untuk biakan.
Area : 661.52 Km²Population : 9.146.181•Male : 4.575.001•Female : 4.570.930
Population Density : 13.826/ Km²
Health Facilities :
•Hospitals : 130•District Public Health Center : 44•Sub district Public Health Center : 294•Mobile Health Services : 68•Laboratory : 148•Integrated Service Post : 4190
KEADAAN UMUM
RSU dengan poliklinik jiwa : 19Rumah Sakit Jiwa : 6Panti Laras : 4Panti Rehabilitasi : 24
SITUASI INDONESIA….
Hasil pendahuluan survei resistensi OAT lini-1 Jawa Tengah 2006:▫ TB MDR pada pasien baru: 2,07 %▫ TB MDR pada pasien yg pernah berobat
sebelumnya: 16,3 %.
▫ DRS 2 sedang berjalan di Jatim Indonesia sudah mulai penanganan
pasien TB MDR dengan uji pendahuluan pada 2 lokasi: Jakarta Timur dan Kota Surabaya
SITUASI INDONESIA….
• Indonesia sebagai no-8 dari 27 negara “high burden MDR TB countries”.
• 2007: perkiraan ada pasien TB MDR sebanyak 12.209.
• Perkiraan insidensi TB MDR: 6427/th.• OAT lini-2 yg beredar: quinolon &
kanamisin & banyak disalah gunakan dg risiko timbulnya TB-XDR
SITUASI INDONESIA….
Hasil pendahuluan survei resistensi OAT lini-1 Jawa Tengah 2006:▫ TB MDR pada pasien baru: 2,07 %▫ TB MDR pada pasien yg pernah berobat
sebelumnya: 16,3 %.
▫ DRS 2 sedang berjalan di Jatim Indonesia sudah mulai penanganan
pasien TB MDR dengan uji pendahuluan pada 2 lokasi: Jakarta Timur dan Kota Surabaya
Peningkatan Transmisi TB MDR: • Lab yang terstandarisasi untuk biakan & DST masih
terbatas.• Kapasitas SDM untuk melakukan manajemen TB MDR
dengan benar masih lemah• Pengendalian Infeksi belum berjalan• Belum ada sistem surveilens DR-TB yang kontinyu
Jumlah UPK yang belum melaksanakan DOTS dan lemahnya kapasitas diagnostik akan meningkatkan jumlah kasus TB MDR yang tidak terdeteksi
Buruknya Penanganan TB MDR: • Penyalahgunaan obat SLD (Kanamycin dan Kuinolon)
yang tidak terkendali.• Pengobatan TB MDR tanpa pemantauan dan tidak
standard banyak dijumpai.
XDRXDR
KESIMPULAN• Kasus TB MDR terus bertambah• Penanganan TB MDR masih dalam fase
pendahuluan.• Kompleksitas masalah cukup besar, mahal
dan rumit.• Cara terbaik untuk saat ini adalah mencegah
terjadinya TB MDR.• Caranya???? P2 TB -- DOTS OLEH
SEMUA UNIT TERKAIT
TB MDR
ISTC Task Force PB IDI
Pelatihan HDL TB 23 Juli 201 MEDAN
Tuberkulosis Resisten Obat
Tujuan: Setelah pelatihan peserta bisa:
• Menjelaskan daerah-2 di dunia yang terbanyak terjadi MDR.
• Memahami dasar mikrobiologis terjadinya perkembangan resistensi obat.
• Mengetahui kesalahan klinis dan faktor terkait program yang mendorong perkembangan terjadinya resistensi obat.
• Mengetahui faktor risiko untuk MDR dan tanda-2 kegagalan obat sehingga dapat dilakukan evaluasi untuk resistensi obat dan penyesuaian pengobatan.
Garis besar:• Definisi• Data-data di dunia dan dampak terhadap individu• Patogenesis dan faktor-2 klinis/program yang
mendorong terjadinya resistensi• Diagnosis dini dan faktor risiko • Anjuran untuk diagnosis
International Standard 14
Tuberkulosis Resisten Obat
Tuberkulosis Resisten Obat MDR-TB adalah masalah ulah manusia…
Masalah ini memakanbanyak biaya, jiwa, daya dan adalah ancaman besar terhadap strategi penanggulangan TB yang sedang berjalan pada saat ini.
TB Resisten Obat: Definisi
• Mono-resistant: Resisten terhadap satu obat • Poly-resistant: Resisten terhadap lebih dari satu
obat, tapi tidak terhadap kombinasi isoniazid dan rifampisin
• Multidrug-resistant (MDR): Resisten terhadap paling sedikit isoniazid dan rifampisin
• Extensively drug-resistant (XDR): MDR ditambah resistensi terhadap fluoroquinolon dan paling tidak 1 dari 3 obat suntik (amikasin, kanamisin, kapreomisin)
TB Resisten Obat: Definisi
• Resistensi primer: “Kasus Baru”
Resistensi obat pada pasien yg belum pernah mendapat OAT atau pernah mendapatkan OAT kurang dari satu bulan
• Resistensi sekunder/diperoleh (acquired):
“Kasus yg Pernah Diobati”
Resistensi obat pada pasien yg sudah pernah menjalani pengobatan OAT selama paling sedikit satu bulan
Distribusi MDR: Tanpa Riwayat Pengobatan
Zignol M, et al. JID 2006; 194: 479-85
Penyebaran MDR kasus baru (yg belum pernah mendapat pengobatan OAT)
WHO Anti-tuberculosis drug resistance in the world, Fourth global report, 2008
Perkiraan insidens global dan proporsiMDR pada kasus TB, 2006
Perkiraan Kasus MDR Global
2006 Kasus TB Kasus MDR %
Kasus baru* 9.123.922 285.718 3,8
Kasus dgn riwayat pengobatan*
1.052.145 203.230 19,3
Total kasus** 10.192.986 489.139 4,8
*data dari 175 negara; **data dari 185 negara
WHO Anti-tuberculosis drug resistance in the world, Fourth global report, 2008
Perkiraan Kasus MDR Global
• Perkiraan prevalensi MDR global (kasus aktif diasumsi selama 2-3 tahun): 1.000.000 –1.500.000 kasus
• Diperkirakan 42% dari kasus MDR global mempunyai riwayat pengobatan
• 50% kasus MDR global ada di China dan India, 7% berikutnya ada di Federasi Rusia
Pola Resistensi Primer OAT RS Persahabatan, Jakarta Jan-Jun 2007
(Jumlah Biakan Positif=486)
MDR=MDR= 5 5,,14%14%
Resistensi Primer: Jakarta 2007
Pola Resistensi Sekunder OAT RS Persahabatan, Jakarta Jan-Jun 2007
(Jumlah Biakan Positif=260)
MDR=37,69%MDR=37,69%
Resistensi Sekunder: Jakarta 2007
PatogenesisResistensi Obat
INH = 1 dalam 106
RIF = 1 dalam 108
EMB = 1 dalam 106
Strep =
1 dalam 106
INH + RIF = 1 dalam 1014
Frekuensi Mutasi Resisten
141
Spontaneous mutations develop as bacilli proliferate to >108
Drug Mutation Rate
Rifampin 10-8
Isoniazid 10-6
Pyrazinamide 10-6
Frekuensi Mutasi Resisten
Perkembangan Resistensi Obat
1 2
3
Multiple Drugs vs. Monoterapi
I = resisten thd INH, R = resisten thd RIF, P = resisten thd PZA, E = resisten thd EMB
INH
IR
EP
RIFPZAEMB
INH II
I I
I
I
Perkembangan Resistensi Obat
I = resisten thd INH, R = resisten thd RIF, P = resisten thd PZA
Resistensi didapat lebih lanjut setelah penambahan satu obat
II
I I
I
I
IR IRIR
IRIR
IR
IR
IR
IRIR IR
IRIR
IRP
III
I
II
I
II
I II
IIP
IRI
INHRIFINH
Populasi campuran (sensitif dan resisten)
Basil resisten thd INH
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24
Perkembangan strain resisten thd INH karena pengobatan tidak efektif (INH monotherapy)
Pengobatan multi-drug yang efektif
Perkembangan Resistensi Obat
Minggu
Resistensi Obat: Faktor Pendukung
Lima Faktor:• Pengobatan yg tidak selesai atau tidak adekuat
menimbulkan mutan M.tb yg resisten
• Pasien yg lambat didiagnosis, MDR, tidak dapat pengobatan efektif menjadi penular terus menerus penularan tipe resisten ke kontak yang rentan
• Pasien dgn TB resisten obat yg diobati dgn short course chemotherapy tidak bisa disembuhkan meneruskan penularan
Resistensi Obat: Faktor Pendukung
Lima Faktor (lanjutan):
• Pasien dgn TB resisten terpajan dgn short course chemotherapy
bisa mengembangkan resistensi didapat berikutnya (efek penggandaan)
• Ko-infeksi HIV infeksi TB menjadi penyakit TB masa penularan lebih lama penularan
(resistensi primer ataupun sekunder )
DOTS vs MDR• Program dgn DOTS yg efektif: kepatuhan pengobatan ,
pengobatan efektif angka kesembuhan Mencegah MDR
• Tapi jika MDR TB endemis, DOTS sendiri tidak cukup: Berbahaya !!!!!
• Lebih susah disembuhkan Kinerja DOTS
Contoh: resistens yang didapat lebih lanjut :Di Rusia kepatuhan DOTS 99.2%, tapi angka
kesembuhan 54%
Angka TB makin buruk karena MDR
Standard 14: TB Resisten Obat• Penilaian kemungkinan resistensi obat, berdasar:
– riwayat pengobatan sebelumnya,
– pajanan dgn sumber yg mungkin resisten obat,
– dan prevalensi resistensi obat dalam masyarakat,
harus diperoleh pada semua pasien.
• Pasien gagal pengobatan dan kasus kronik seharusnya selalu dipantau kemungkinan terjadi resistensi obat.
• Untuk pasien dengan kemungkinan resistensi obat, biakan dan uji sensitiviti obat terhadap isoniazid, rifampisin dan etambutol seharusnya dilakukan segera.
DST: Jika Tidak Tersedia
Standard 14, menganjurkan pelaksanaan uji sensitiviti (kepekaan) obat (DST), tapi jika tidak tersedia:
• Harus tetap menyadarkan faktor risiko untuk resistensi dan menduganya bila pengobatan tidak berhasil.
• Pada keadaan tersebut, disarankan untuk merujuk kasus kepada pakar untuk uji kepekaan dan konsultasi
Kriteria Suspek TB MDR• Kasus kronik.• Pasien kategori 2 yang gagal konversi pada
bulan 3 pengobatan.• Pasien yang pernah diobati TB termasuk OAT
lini kedua seperti fluorokuinolon dan kanamisin.
• Pasien gagal pengobatan kategori 1• Pasien kategori 1 dengan hasil pemeriksaan
dahak tetap positif setelah pemberian sisipan.• Kasus TB kambuh (Kategori 1 atau Kategori 2)• Pasien yang kembali setelah lalai/default
pada pengobatan kategori 1 dan atau kategori 2
• Suspek TB dengan keluhan, yang tinggal dekat dengan pasien MDR TB konfirmasi, termasuk petugas kesehatan yang bertugas dibangsal MDR TB
TBC dan HIV
• TB masih merupakan masalah• Penyebab utama meningkatnya TB HIV/ AIDS • TB merupakan infeksi oportunistik penyebab
kematian tertinggi• WHO didunia jumlah TB-HIV 14 juta , 3 juta di Asia
Tenggara• WHO di Asia Tenggara Indonesia termasuk angka
TB-HIV sedang sampai tinggi• TB merupakan komplikasi serius pada 50-70% kasus
AIDS di Asia
ART untuk Pasien Koinfeksi TB-HIVCD4 Rejimen yang dianjurkan Keterangan
CD4 <200mm3 Mulai terapi TB Dianjurkan ARTMulai ART segera setelah EFV merupakan kontraindikasiterapi TB dapat ditoleransi untuk ibu hamil atau perempuan(antara 2 minggu – 2 bulan) usia subur tanpa kontrasepsi efektifRejimen yg mengandung EFV dapat diganti dengan :FV (ZDV atau d4T) + 3TC SQV/RTV 400/400mg 2x/hari
+ EFV (600 atau 800mg/hari) SQV/r 1600/200mg 4x/hari
(dlm formula soft gel-sgc) atau LPV/RTV 400/400mg 2x/hari ABC
CD4 200-350/mm3 Mulai terapi TB Pertimbangan ART Mulai salah satu rejimen dibawah setelah selesai fase intensif (mulai lebih
dini bila penyakit berat) : Rejimen yang mengandung EFV :
(ZDV atau d4T) + 3TC + EFV (600 atau 800mg/hari) atau Rejimen yang mengandung NVP bila rejimen TB fase lanjutan tidak menggu- nakan rifampisin (ZDV atau 4dT) + 3TC + NVP
CD4 > 350/mm3 Mulai terapi TB Tunda ART
CD4 tidak mungkinMulai terapi Pertimbangan ART diperiksa
Apa dampak TB pada HIV?
TB penyebab kematian untuk sebagian besar Odha
HIV berkembang lebih cepat bila ada infeksi lain, termasuk TB
TB dianggap IO, tetapi bisa muncul dengan CD4 yang tinggi
Apa dampak HIV pada TB?
Infeksi TB baru pada Odha lebih mungkin segera menjadi aktif
Risiko Odha mengalami TB aktif seumur hidup adalah 50%Hanya 5-10% untuk non-Odha
TB lebih sulit didiagnosis pada Odha
TB lebih sulit diobati pada Odha
Apakah TB itu?
Infeksi bakteri 2/3 penduduk dunia terinfeksi Menular melalui udara
Orang TB aktif batuk/bersin Setelah tertular, bakteri TB
masuk paruSistem kekebalan membangun tembok disebut tuberkel dalam paru untuk menahan bakteri
Dapat lolos, jadi aktifAkibat sistem kekebalan lemah
Robert Koch
Apa gejala TB?
Batuk lebih dari 3 minggu, tidak pulih dengan pengobatan antibiotik biasa
Kehilangan berat badan
Demam pada sore hari
Keringat basah kuyup pada malam hari
TB di luar paru: kelenjar bengkak (limfadenopati)
Limfadenopati akibat TB
Bagaimana TB didiagnosis?
Tes kulit (PPD) Pemeriksaan dahak
dengan mikroskopHasilnya BTA+ atau BTA-
X-ray paru Biakan bakteri TB luar paru: tergantung penyakit
Diagnosis TB sangat sulit!
Tujuan terapi anti-TB
Penyembuhan TB Mencegah kematian akibat TB aktif Mencegah kambuhnya TB Mengurangi penularan orang lain
Terapi anti-TB
2 fase*: Fase intensif
2 HRZE (2 bulan INH+RIF+PZA+EMB) Fase lanjutan
4 H3R3 (4 bulan INH+RIF, 3x/minggu)
Ada rejimen khusus untuk TB di luar paru, kambuh, dll.
* Paduan OAT yang digunakan Program Nasional Penanggulangan TB di Indonesia
ART + OAT*...Keadaan Usulan
TB paru dengan CD4 di bawah 200 atau limfosit total di bawah 1.200, atau TB di luar paru
Mulai OAT. Mulai ART segera setelah tidak ada keluhan dengan OAT
TB paru dengan CD4 200-350, atau CD4/limfosit tidak diketahui
Mulai OAT. Mempertimbangkan ART setelah selesai fase intensif OAT
TB paru dengan CD4 di atas 350
Mulai OAT. Mempertimbangkan ART setelah terapi TB selesai
*OAT = Obat anti-TB