Page 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini Indonesia dilanda berbagai masalah kesehatan yang cukup
memprihatinkan. Salah satu masalah kesehatan yang masih menjadi perhatian
pemerintah adalah penanggulangan masalah penularan penyakit Tuberculosis
(TB) akibat bakteri Mycobacterium Tuberculosis (MyTB). Hingga saat ini,
tidak ada satu negara pun yang bebas dari penyakit TBC ini. Angka kematian
dan kesakitan akibat kuman mycobacterium tuberculosis ini sangat tinggi.
Hingga kini angka prevalensi pengidap TBC di indonesia saat ini
diperkirakan sudah mencapai 289 per 100.000 penduduk dan insidensi telah
mencapai angka 189 per 100.000 penduduk. Bahkan 27 dari 1.000 penduduk
sudah terancam meninggal dunia seperti yang telah diutarakan oleh Direktorat
Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia yang menghimpun angka tersebut sejak tahun
2011 yang lalu mengenai tuberkulosis (TBC) di indonesia
(http://www.doktergaul.net/2013/08/Gejala-Penyakit-TBC-Penyebab-dan-
Cara-Pegobatan.html).
Tuberkulosis (TB) adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri. TB
biasanya berpengaruh pada paru, tetapi juga dapat berdampak pada organ
tubuh lain. Nama tuberkulosis berasal dari tuberkel. Tuberkel adalah tonjolan
kecil dan keras yang terbentuk waktu sistem kekebalan membangun tembok
mengelilingi bakteri TB dalam paru. Infeksi ini disebut TB paru. Infeksi
1
Page 2
dapat menyebar dari paru ke ginjal, tulang belakang dan otak. Infeksi ini
disebut TB luar paru. TB luar paru ditemukan pada orang yang sudah
terinfeksi TB tetapi belum diobati. Gejala utama pasien TB paru adalah batuk
berdahak selama 2-3 minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala
tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan
lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat
malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan.
Gejala-gejala tersebut diatas dapat dijumpai pula pada penyakit paru selain
TB, seperti bronkiektasis, bronkitis kronis, asma, kanker paru, dan lain-lain.
Mengingat prevalensi TB di Indonesia saat ini masih tinggi, maka setiap
orang yang datang ke UPK (Unit Pelayanan Kesehatan) dengan gejala
tersebut diatas, dianggap sebagai seorang tersangka (suspek) pasien TB, dan
perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung.
Sebagai salah satu daerah yang berada di kawasan timur Indonesia,
propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) terutama daerah kabupaten Alor
merupakan salah satu daerah endemik penularan penyakit TB. Hal ini dapat
ditunjukkan dari tingginya angka penemuan penderita TB Paru BTA (+) yang
mencapai 56,7% pada tahun 2008. Angka ini cukup menggambar bahwa
kabupaten Alor memiliki angka kesakitan TB yang memprihatinkan.
Dalam masalah penularan penyakit TB ini paling sedikit terdapat tiga
kategori subpopulasi yang berinteraksi satu sama lain dalam setiap
lingkungan pemukiman yaitu subpopulasi dengan individu-individu sebagai
suspek MyTB/TB, subpopulasi dengan individu-individu tertular MyTB
tetapi belum TB, dan subpopulasi dengan individu-individu positif TB.
2
Page 3
Ketiga kategori subpopulasi ini berinteraksi terus menerus secara bebas
dengan subpopulasi lain yang menempati lingkungan pemukiman yang sama
yaitu subpopulasi dengan individu-individu negatif MyTB/TB ataupun yang
negatif suspek MyTB/TB. Apabila interaksi ini berjalan terus menerus tanpa
suatu upaya pengendalian yang cukup serius maka TB akan menjadi bahaya
laten bagi NTT khususnya daerah kabupaten Alor dalam rentang waktu yang
cukup lama.
Fenomena seperti uraian di atas memenuhi prinsip dasar pemodelan
matematika sebab rentan terhadap perubahan waktu dan sulitnya menghindari
terjadinya interaksi antar subpopulasi-subpopulasi dengan individu-individu
yang tertular dan menularkan ke individu melalui udara di lingkungan
pemukiman penduduk. Akan tetapi masalahnya adalah bagaimana model
matematika yang dapat digunakan untuk menjelaskan masalah penularan TB
di daerah Kabupaten Alor? Oleh karena itu akan dilakukan penelitian dengan
judul “Penggunaan Model Matematika Dalam Menganalisis Penularan
Tuberkulosis di Kabupaten Alor Nusa Tenggara Timur”
B. Identifikasi Masalah
Sesuai dengan latarbelakang diatas masalah yang dapat
diidentifikasikan sebagai berikut :
1. Penularan TB sebagai akibat interaksi subpopulasi dengan individu-
individu negatif MyTB dengan subpopulasi dengan individu positif TB.
2. Penularan TB sebagai akibat interaksi subpopulasi dengan individu-
individu negatif MyTB dengan subpopulasi dengan individu-individu
3
Page 4
positif MyTB belum TB dan dengan subpopulasi dengan individu-
individu positif TB.
C. Batasan Masalah
Batasan masalah ini sangat membantu penulis dalam melakukan
penelitian. Oleh karena itu batasan masalah merupakan suatu acuan untuk
melakukan dan menyelesaikan penelitian. Hal ini mendorong peneliti untuk
membatasi penelitian hanya pada penggunaan model matematika dalam
menganalisis penularan TB Paru sebagai akibat interaksi subpopulasi dengan
individu-individu negatif MyTB dengan subpopulasi dengan individu-
individu positif MyTB belum TB dan dengan subpopulasi dengan individu-
individu positif TB Paru.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latarbelakang diatas dapat dirumuskan permasalahannya
yaitu “Bagaimana penggunaan model matematika dalam menganalisis
penularan tuberkulosis paru sebagai akibat interaksi subpopulasi dengan
individu-individu negatif MyTB dengan subpopulasi dengan individu-
individu positif MyTB belum TB dan dengan subpopulasi dengan individu-
individu positif TB di Kabupaten Alor Nusa Tenggara Timur?”
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah tersebut maka dalam penelitian ini
bertujuan untuk merumuskan model matematika dalam persamaan diferensial
yang menyatakan interaksi antara subpopulasi dengan individu-individu
negatif MyTB dengan subpopulasi dengan individu-individu positif MyTB
belum TB dan dengan subpopulasi dengan individu-individu positif TB.
4
Page 5
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain
sebagai berikut.
1. Sebagai sumbangan pemikiran kepada pemerintah terutama Dinas
Kesehatan setempat dalam upaya mengendalikan penularan penyakit TB.
2. Sebagai sumbangan informasi ilmiah bagi masyarakat akademis dalam
pengembangan ilmu pengetahuan dan perluasan wilayah penelitian.
3. Sebagai sumber referensi tambahan bagi mahasiswa dan masyarakat
umum dalam memahami segala sesuatu yang berkaiatan dengan masalah
penularan TB.
4. Untuk memperkenalkan program study yang diambil khususnya program
study matematika kepada masyarakat luas.
5
Page 6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Gambaran Umum tentang Tuberkulosis Paru
1. Pengertian
Tuberkulosis paru merupakan penyakit menular mengenai
parenkim paru yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis.
Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang menyerang saluran
nafas bagian bawah. Basil tuberkulosis merupakan Basil Tahan Asam
(BTA), berbentuk batang, basil ini cepat mati dengan sinar matahari
langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap
dan lembab (http://www.indonesian-publichealth.com/2013/06/ definisi -
penyakit-tb-paru.html).
.
2. Gejala Tuberkulosis
Gejala umum TB adalah batuk terus menerus dan berdahak
selama 3 minggu atau lebih. Gejala lain yang sering dijumpai adalah dahak
bercampur darah, batuk darah, sesak napas dan nyeri dada, badan lemah,
nafsu makan menurun, rasa kurang enak badan (malaise), berkeringat
malam walaupun tanpa kegiatan, demam meriang lebih dari sebulan.
Gejala-gejala tersebut dijumpai pula pada penyakit paru selain TB. Oleh
sebab itu, setiap orang yang datang ke UPK (Unit Pelayanan Kesehatan)
dengan gejala tersebut di atas, harus dianggap tersangka penderita TB, dan
6
Page 7
perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung dan
gambaran radiologis/foto rontgen (http://gejala
peyakitmu.blogspot.com/2013/05/gejala-tbc-penyebab-dan-cara-
pengobatan.html).
3. Penyebab Tuberkulosis
Tuberkulosis tergolong penyakit menular langsung yang
disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis (MyTB). Sebagian
besar kuman MyTB meyerang paru, tetapi dapat juga menggorogoti bagian
tubuh lain. Kuman penyebab penyakit ini ditemukan oleh Robert Koch
pada tahun 1882. Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus
yaitu resisten atau tahan terhadap asam pada saat penawaran. Oleh sebab
itulah kuman ini disebut juga dengan sebutan Basil Tahan Asam (BTA).
Bakteri ini cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat
bertahan hidup beberapa jam di tempat yang lembab dan gelap. Dalam
jaringan tubuh kuman ini dapat dormant atau tertidur selama beberapa
tahun.
4. Tahapan Infeksi Tuberkulosis
Adapun tahapan infeksi kuman TB terbagi atas dua tahap yaitu
tahapan infeksi primer dan tahapan infeksi post primer. Tahapan infeksi
primer ini terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman TB.
Droplet yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat melewati
sistem pertahanan mukosilier bronkus, dan terus berjalan sehingga sampai
di alveolus dan menetap di sana. Infeksi dimulai saat kuman TB berhasil
berkembangbiak dengan cara pembelahan diri di paru, yang
7
Page 8
mengakibatkan peradangan di dalam paru. Saluran limfe akan membawa
kuman TB ke kelenjar limfe di sekitar hilus paru, dan ini disebut sebagai
kompleks primer. Waktu antara terjadinya infeksi sampai pembentukkan
kompleks primer sekitar 4-6 minggu. Adanya infeksi dapat ditunjukkan
dengan terjadinya perubahan reaksi Tuberkulin dari negatif menjadi
positif. Kelanjutan setelah infeksi primer tergantung dari banyaknya
kuman yang masuk dan besarnya respon daya tahan tubuh atau yang
disebut dengan Imunitas Seluler. Umumnya reaksi daya tahan tubuh
tersebut dapat menghentikan perkembangan kuman TB. Meskipun
demikian, ada beberapa kuman akan menetap sebagai kuman persister atau
dormant. Terkadang daya tahan tubuh tidak mampu menghentikan
perkembangan kuman, akibatnya dalam beberapa bulan yang bersangkutan
akan menjadi penderita TB. Masa inkubasi, yaitu waktu yang diperlukan
mulai terinfeksi sampai menjadi sakit diperkirakan sekitar 6 bulan.
Sedangkan tahapan infeksi post primer biasanya terjadi beberapa
bulan atau tahun sesudah infeksi primer, misalnya karena daya tahan tubuh
menurun akibat terinfeksi HIV atau status gizi yang buruk. Infeksi HIV
mengakibatkan kerusakan luas sistem daya tahan tubuh seluler, sehingga
jika terjadi infeksi opurtunistik, seperti tuberkulosis maka yang
bersangkutan akan menjadi sakit parah bahkan bisa mengakibatkan
kematian.
5. Sumber Penularan Tuberkulosis
Sumber pertama dan utama dalam penularan TB adalah penderita
BTA positif. Pada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman
8
Page 9
ke udara dalam bentuk droplet atau percikan dahak. Droplet yang
mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama
beberapa jam. Seseorang dapat terinfeksi jika droplet tersebut terhirup ke
dalam saluran pernapasan. Setelah kuman TB masuk ke dalam tubuh
manusia melalui pernapasan, kuman tersebut dapat meyebar dari paru-paru
ke bagaian tubuh lainnya melalui sistem peredaran darah, sistem saluran
limfa, saluran napas atau penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh
lainnya. Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya
kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif
pemeriksaan dahak, makin tinggi pula peluang penderita tersebut menular
TB. Apabila hasil pemeriksaan negatif maka penderita tersebut dianggap
tidak dapat menularkan. Kemungkinan seseorang terinfeksi TB ditentukan
oleh konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara
tersebut.
B. Fakta Tuberkulosis
Penyakit TB adalah penyakit infeksi kronis menular yang masih tetap
menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia.
Terdapat 22 negara di dunia yang dikategorikan sebagai high-burden
countries TB oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) dalam annual report on
global TB control 2003. Jumlah penderita TB di Indonesia menurut WHO
pada peringatan World TB Day 2003 mencapai 581.847. Angka inilah yang
berhasil menghantarkan Indonesia sebagai negara ketiga di dunia dengan
penderita TB terbanyak di bawah India dan China.
9
Page 10
Berbagai hasil survei yang telah dilakukan di wilayah Indonesia dapat
dijadikan sebagai indator tingginya angka prevalensi TB. Survei prevalensi
pertama kali yang diadakan selama 1964-1965 di daerah pedesaan Jawa
Timur, misalnya. Dari hasil survei ini diperoleh angka prevalensi TB
mencapai 11,7 %, dengan resiko infeksi tahunan 1,64 %. Selain itu, Aditama
(1997) mengumpulkan beberapa hasil survei kesehatan rumah tangga (SKRT)
2001, dengan estimasi prevalensi angka kesakitan di Indonesia sebesar 8 per
1000 penduduk menurut gejala tanpa pemeriksaan laboratorium. Menurut
Aditama (2008), pengidap TB di Indonesia dari tahun ke tahun terus
meningkat. Bahkan saat ini setiap menit muncul satu penderita baru TB, dan
setiap dua menitnya muncul satu penderita TB yang menular, sehingga setiap
empat menit sekali satu orang meninggal akibat TB di Indonesia.
Berdasarkan laporan dari WHO (2003) bahwa terdapat sekitar
582.000 kasus baru setiap tahunnya di Indonesia. Terdapat 259.970 kasus di
antaranya adalah tuberkulosis paru-paru dengan BTA positif (SS+). Terdapat
271 kasus baru per 100.000 penduduk, dan 122 BTA positif per 100.000
penduduk (Depkes, 2004).
Dengan menggunakan sistem informasi kesehatan nasional yang
hanya menangkap kurang dari 1 per 3 kasus, pada kohort tahun 2001
diperoleh angka kematian penderita TB oleh sebab apapun selama masa
pengobatan OAT adalah 2,0 %. Angka kematian kasus tertinggi terjadi di
Sulawesi Selatan (3,9 %), Bangka Belitung (3,6 %), Aceh (3,3 %), NTT (3,2
%) dan Kalimantan Timur (3,1 %). Angka-angka ini mengindikasikan angka
10
Page 11
kematian nasional pada kasus BTA positif sekitar 0,52 per 100.000
penduduk.
Pada 2002 diperoleh laporan dari berbagai sumber yang menyatakan
bahwa jumlah total kasus tuberkulosis adalah 155.188. Jumlah ini mengalami
kenaikan dari total 92.792 kasus pada 2001. Dari total angka ini, dilaporkan
pula bahwa pada 2002 kasus BTA positif mencapai angka 76.230 atau 37,5
per 100.000 penduduk.
C. Teori Matematika Pendukung
1. Kestabilan dan Bidang Fase
Misalkan sistem persamaan diferensial non linear orde dua
berbentuk
{dxdt
=F ( x , y ) , dydt
=G(x , y)}....................................................................(1)
dengan t menyatakan waktu. Sistem dalam persamaan (1) disebut sistem
autonomous atau sistem mandiri. Diasumsikan bahwa F(x,y) dan G(x,y)
kontinu dan diferensiabel di suatu daerah R pada bidang xy yang kemudian
disebut sebagai bidang fase.
Apabila dikehui bahwa t 0 dan ( x0 , y0 )∈ R, maka dapat dipastikan terdapat
satu dan hanya satu solusi yaitu x=x (t ) ; y= y ( t) yang terdefenisi pada
(a , b ) yang memuat t 0 dan memenuhi kondisi awal yaitu x (0 )=x0 ; y (0 )= y0
.
Solusi tunggal x=x (t ) ; y= y ( t) menggambarkan kurva solusi
parameter dalam bidang fase. Solusi ini disebut lintasan sistem dan dapat
dipastikan bahwa hanya ada satu lintasan yang melalui setiap titik pada R.
11
Page 12
Sebuah titik ( x¿ , y¿) adalah titik kritis sistem, akibatnya nilai fungsi konstan
x (t )=x¿ ; y (t )= y¿, memenuhi sistem persamaan (1). Nilai solusi konstan
inilah yang kemudian disebut sebagai solusi equilibrium atau solusi
kesetimbangan.
2. Matriks Jacobian
Apabila bentuk sistem persamaan yang diketahui adalah sistem
yang tidak linear, maka solusinya dapat diperoleh dengan mencari matriks
Jacobian pada setiap titik kesetimbangannya.
Misalkan ∂ x∂ t
=F (x , y ); ∂ y∂ t
=G(x , y ) dan ( x0 , y0 )merupakan titik
kesetimbangan dari sistem, maka matriks Jacobian dari titik tersebut
adalah
J ( F0 , G0 )=J (( F ( x0 , y0 ) ,G ( x0 , y 0 )))=[ ∂ ( F , G )∂ ( x , y ) ]( x0 , y0 )
=[ ∂ F∂ x
( x0 , y0 ) ∂ F∂ y
( x0 , y0 )∂ G∂ x
( x0 , y0 ) ∂ G∂ y
( x0 , y0 )]Sehingga diperoleh hasil linearisasi sebagai berikut.
[ dxdtdydt
]=J (F0 , G0)[ xy ]
3. Nilai dan Vektor Eigen Suatu Matriks
1.C.3.1Nilai Eigen Suatu Matriks
Suatu himpunan persamaan simultan dapat dinyatakan dalam
bentuk matriks ax = λx atau dapat ditulis dalam bentuk ( A−λ I ) X=0,
dengan I matriks identitas dan A matriks bujursangkar. Persamaan ini
selalu memiliki solusi trivial ( X=0 ), tetapi yang lebih terpenting yaitu
12
Page 13
solusi non trivialnya yang hanya ada jika determinan matriks koefisiennya
bernilai nol.
|A−λ I|=|A11− λ A12 ⋯ A1 n
A21 A22−λ ⋯ A2 n
⋮ ⋮ ⋮ ⋮An1 An 2 ⋯ Ann− λ
|=0
Apabila dijabarkan maka akan diperoleh bentuk polinom dalam λ.
Nilai λ yang diperoleh tersebut disebut nilai eigen. Suku dengan pangkat
tertinggi dari polinom tersebut adalah λn. Selanjutnya dengan
menyamakan polinom dengan nol akan didapat bentuk umum persamaan
karakteristik seperti berikut. bn λn+bn−1 λn−1+⋯+b1 λ+b0=0 dengan n∈N .
1.C.3.2Vektor Eigen Suatu Matriks
Vektor eigen adalah solusi persamaan homogen yang didapat
dengan cara memasukkan nilai eigen λ i ke dalam persamaan
( A−λi I ) X i=0............................................................................................(2)
Dengan mensubstitusikan nilai eigen ke dalam persamaan (2) maka dapat
diperoleh solusi persamaan homogen.
4. Teorema Stabilitas Sistem Linear
Misalkan λ1 dan λ2 adalah nilai eigen dari matriks koefisien A
dari sistem linear dua dimensi berikut.
dxdt
=ax+by ,dydt
=cx+dy.
Jika ad−bc≠ 0, maka titik kritis (0,0) akan memiliki sifat berikut ini.
1. Stabil asimptotik, yaitu jika kedua bagian real dari λ1 dan λ2 bernilai
negatif
13
Page 14
2. Stabil, tidak stabil asimptotik, yaitu jika bagian real dari λ1 dan λ2
bernilai nol yakni λ12=±qi, dengan q=√ ( (a+d )−4 (ad−bc ) )
3. Tidak stabil, yaitu jika bagian real dari salah satu atau keduanya bernilai
positif.
Adapun sifat dari titik kritis (0,0) sangat bergantung kepada nilai
dari λ1 dan λ2, yaitu sebagai berikut.
1. Real berbeda, bertanda sama
2. Real berbeda, bertanda berlawanan
3. Real dan sama
4. Kompleks sekawan
5. Murni imajiner
5. Sifat-sifat Titik Kritis dan Kestabilan
Defenisi 1 : Suatu titik simpul dikatakan titik simpul sebenarnya atau titik
simpul sejati (proper node) jika setiap lintasan yang tidak
berlawanan arah ketika menyinggung sebuah garis lurus di
titik kritis atau semua lintasan menuju ke titik kritis dari
semua arah. Titik simpul sebenarnya sering pula disebut
dengan star point.
Defenisi 2 : Suatu titik simpul disebut penyedot (sink) jika semua lintasan
menuju ke titik kritis, sebaliknya disebut sumber (source) jika
semua lintasan memancar atau berasal dari titik kritis.
Defenisi 3 : Suatu titik ( x¿ , y¿) dari sistem persamaan diferensial orde dua
dikatakan stabil jika setiap titik awal ( x0 , y0 ) cukup dekat ke
( x¿ , y¿), maka ( x ( t ) , y (t ) ) tetap dekat ke ( x¿ , y¿) ,∀ t >0.
14
Page 15
Defenisi 4 : Titik kritis ( x¿ , y¿) dikatakan stabil asimptotik jika titik
tersebut stabil dan setiap lintasan yang bermula dari titik yang
cukup dekat ke titik ( x¿ , y¿) akan menuju ke titik ( x¿ , y¿) untuk
t →∞
6. Uji Kesesuaian Chi-Kuadrat
Uji kesesuaian chi-kuadrat merupakan salah cara yang dapat
ditempuh untuk menentukan kesesuaian antara nilai observasi dengan nilai
dugaan. Uji yang dimaksud di sini adalah uji statistik chi-kuadrat. Statistik
ini didefenisikan sebagai
χ2=∑i=1
n (nilai observasi ke−i−nilaiharapan ke−i )2
nilaiharapanke−i ...............................(3)
dengan n adalah banyaknya grup pasangan data nilai observasi dan nilai
harapan berdasarkan model. Semakin sesuai nilai obersevasi dengan nilai
harapan berdasarkan model maka nilai χ2 akan semakin dekat ke nol. Nilai
χ2 yang kecil menandakan model tersebut baik sedangkan nilai χ2 yang
besar menandakan model tersebut tidak baik.
Adapun seberapa kecil nilai χ2 yang diperlukan untuk
menyimpulkan bahwa model tersebut cukup baik, akan tergantung dari
banyaknya pasangan data pengamatan dan taraf kepercayaan. Angka telah
ditabelkan dalam suatu tabel chi-kuadrat. Jika χhitung2 < χ tabel
2 pada taraf nyata
α maka tingkat kepercayaan terhadap kesesuaian antara nilai observasi
dengan nilai harapan sebesar (1−α ) ×100 %
D. Hipotesis Penelitian
15
Page 16
Hipotesis adalah sebuah kesimpulan, tetapi kesimpulan ini belum
final, masih harus dibuktikan kebenarannya. Hipotesis juga merupakan
jawaban sementara terhadap permasalahan yang diajukan (Djarwanto,
2000:13).
Hipotesis yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah
H0 : Apakah ada
Ha :
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat Dan Jadwal penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di RSUD Kalabahi Kabupaten
Alor-NTT.
2. Jadwal Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Januari-Maret 2014
atau selama kurun waktu tiga (3) bulan.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
16
Page 17
Populasi adalah keseluruhan dari obyek yang diteliti. Populasi
adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subyek atau obyek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (sugiyono,
2005:55).
Dengan melihat definisi diatas maka populasi yang penulis ambil
dalam penulisan ini adalah dari keseluruhan pasien yang mengalami
penyakit TB Paru di Kabupaten Alor Nusa Tenggara Timur.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari obyek yang sesungguhnya dari
penelitian sebagai wakil dari anggota populasi. Menurut Djarwanto,
2000:43 sampel diartikan sebagai sebagian dari populasi yang
karakteristiknya hendak diselidiki.
Dengan demikian dalam penelitian ini sampel yang digunakan
adalah konsumen atau pasien yang mengalami penularan TB Paru yang
melakukan pengobatan ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Kalabahi.
C. Variabel Penelitian
D. Teknik Pengumpulan Data
Pembahasan metodologi yang digunakan dalam proses penyelesaian
proposal ini pada dasarnya adalah merupakan urutan langkah-langkah yang
harus dilakukan. Untuk mengumpulkan data dalam kegiatan penelitian
diperlukan cara-cara atau teknik pengumpulan data tertentu, sehingga proses
penelitian dapat berlajan dengan lancar. Dengan demikian peneliti akan
17
Page 18
melakukan beberapa langkah pengumpulan data seperti study pustaka dan
wawancara.
1. Study Pustaka
Sumber referensi yang penulis pergunakan dalam penyusunan
proposal ini adalah buku dan internet/website.
2. Wawancara
Pada tahap ini penulis akan melakukan wawancara terstruktur
dengan manajemen RSUD Kalabahi, dari beberapa wawancara yang
akan dilakukan mengenai masalah penularan tuberkulosis paru untuk
mendapatkan data dukung dalam penulisan selanjutnya. Beberapa hasil
wawancara yang akan penulis lakukan dapat di lihat pada lampiran-
lampiran penulisan selanjutnya.
E. Teknik Analisa Data
Pengkajian masalah dalam penelitian ini dikerjakan dengan
menggunakan metode pemodelan matematika dalam persamaan diferensial
yang meliputi dua tahap utama yaitu tahapan analisis kualitatif dan aplikasi
model pada kasus TB di daerah kabupaten Alor.
1. Analisis Kualitatif
Analisis kualitatif yang dimaksud dalam penelitian ini
merupakan tahapan awal yang digunakan untuk merumuskan model
matematika penularan TB. Adapun langkah-langlah dalam analisis
kualitatif ini adalah sebagai berikut.
a. Identifikasi Fenomena MyTB/TB di Kabupaten Alor
18
Page 19
Fenomena MyTB/TB di daerah kabupaten Alor dapat
diidentifikasikan sebagai dua interaksi utama berikut.
Interaksi antarsubpopulasi dengan individu-individu negatif
MyTB dan subpopulasi dengan individu-individu positif MyTB.
Interaksi antarsubpopulasi dengan individu-individu negatif
MyTB atau sehat dengan subpopulasi dengan individu-individu
yang terjangkit MyTB tetapi belum TB dan subpopulasi dengan
individu-individu positif TB.
b. Penetapan Asumsi-asumsi MyTB/TB di Kabupaten Belu
Berangkat dari studi pendahuluan yang telah dilakukan maka
dapat ditetapkan beberapa asumsi dasar berikut ini.
Jika terjadi interaksi antara satu individu negatif MyTB/TB
dengan individu positif MyTB/TB maka populasi negatif
MyTB/TB akan kehilangan satu individu yang sehat atau negatif
MyTB/TB dan secara bersama-sama akan menambah satu
individu yang positif MyTB/TB.
Satu individu positif MyTB/TB dapat menulari lebih dari sati
individu yang sehat.
Penyebaran penyakit tuberkulosis dapat terjadi apabila populasi
menghirup udara di mana penderita MyTB/TB mengeluarkan
dahak ke udara bebas.
c. Membangun Model Matematika
Dalam tahapan ini dilakukan dua aktivitas utama yaitu :
19
Page 20
Membangun model matematika dalam sistem persamaan
diferensial biasa tak linear sebagai interaksi anatara populasi
dengan individu-individu yang negatif MyTB dengan populasi
dengan individu-individu yang positif tertular MyTB. Model ini
merupakan kombinasi linear dari pertumbuhan logistik populasi
sehat, laju perubahan individu-individu yang negatif MyTB
menjadi individu-individu yang positif MyTB per-satuan waktu,
dan laju individu-individu yang positif MyTB meninggal karena
TB atau sebab-sebab lain.
Membangun model matematika dalam sistem persamaan
diferensial biasa tak linear sebagai interaksi antara populasi
dengan individu-individu negatif MyTB dengan populasi dengan
individu-individu tertular MyTB tetapi belum TB dan dengan
individu-individu yang sedang menderita TB. Laju individu sehat
atau yang negatif MyTB menjadi terinfeksi MyTB melaui kontak
dengan individu lain yang positif yang sudah menderita MyTB
tetapi belum menderita TB, atau laju infeksi MyTB menjadi TB,
ataupun laju individu MyTB meninggal sebelum menderita TB
dan laju individu meninggal karena TB.
d. Analisis Model
Mencari Solusi Model
Hal pertama yang dilakukan dalam tahapan ini adalah
mencari solusi analitik setiap model dengan berbagai cara
misalnya dengan menggunakan metode variabel terpisah.
20
Page 21
Apabila ternyata tidak dapat diperoleh solusi analitik maka
langkah berikutnya adalah mencari solusi numerik dengan
menggunakan beberapa metode seperti metode Runge-Kutta
ataupun Newton Raphson. Namun, model yang akan diperoleh
nantinya akan berupa model tak linear yang akan lebih rumit jika
melibatkan lebih banyak lagi asumsi. Oleh sebab itu, solusi
model dapat ditentukan dengan melihat phase plane dari setiap
model dengan memanfaatkan software Maple atau Mathematica.
Mencari Titik Keseimbangan Model
Misalkan sistem model merupakan sistem persaman
diferensial non linear yang berbentuk
{dxdt
=F ( x , y ) , dydt
=G(x , y)} adalah sistem autonomous maka
titik ( x0 , y0 ) disebut titik keseimbangan sistem model jika
memenuhi F ( x0 , y0 )=0 dan G ( x0 , y0 )=0 Diharapkan x0≥ 0 dan
y0 ≥ 0, sehingga akan diperoleh empat kemungkinan titik
keseimbangan yaitu (0,0 ) , ( xo ,0 ) , (0 , y0 ), dan ( x0 , y0 ) dengan
x0>0 dan y0>0.
Analisis Kestabilan di Sekitar Titik Keseimbangan
Sifat sistem model yang tidak linear di sekitar titik
kesetimbangan dapat dikatakan sama dengan sistem linear di
sekitar titik kesetimbangan tersebut, sehingga kesulitan analisis
kestabilan sistem model tak linear dapat teratasi dengan
melakukan pelinearan di sekitar titik kesetimbangan tersebut.
21
Page 22
Caranya adalah pada setiap titik kesetimbangan tersebut dicari
matriks Jacobiannya kemudian dilanjutkan dengan melakukan
linearisasi. Dari proses ini akan ditentukan persamaan
karakteristiknya serta empat kemungkinan sifat titik kritis yaitu
titik sadle, stabil asimptotik, tidak stabil dan stabil center.
Menyusun Implikasi Epidemiologi TB
Langkah selanjutnya adalah menyusun implikasi
epidemiologi TB melalui persyaratan MyTB/TB tereliminasi, ada
sepanjang masa, dan endemik. Selain itu pun ditetapkan
persyaratan suatu daerah dikatakan mengalami pandemik TB.
Menentukan Ambang Batas
Selanjutnya adalah menetukan ambang batas. Misalkan
sistem model orde 2 diubah menjadi persamaan orbit yaitu
persamaan diferensial bebas waktu berbentuk dydx
=R ( x , y ).
Ambang batas model adalah suatu titik ( x• , y•)∋R ( x• , y• )=0.
e. Aplikasi pada Data Hipotetik
Dengan menggunakan persyaratan titik kesetimbangan non
negatif untuk masing-masing model, ditentukan satu data contoh
untuk mempelajari sifat-sifat model di sekitar titik kesetimbangan
endemik atau titik eliminasi penyakit MyTB/TB. Di sini akan
digunakan Maple 7.0 atau Mathematica 3.0. Selanjutnya
berdasarkan data hipotetik ini akan disusun suatu interpretasi
pengendalian TB.
f. Validasi Model
22
Page 23
Salah satu tujuan model diaplikasikan ke data TB di
kabupaten Belu adalah menentukan ukuran populasi dalam sistem
nyata pada suatu tahun tertentu. Dengan demikian kesesuaian antara
nilai observasi dengan nilai dugaan berdasarkan model tersebut
sangat penting. Untuk itulah pada langkah ini diperlukan uji
hipotesis untuk melihat kesesuaian antara nilai observasi dengan
nilai dugaan yaitu dengan menggunakan uji kesesuaian chi-kuadrat.
2. Aplikasi Model pada Kasus TB di Daerah Kabupaten Alor
a. Pengumpulan dan Limitasi Data Penelitian
Data penelitian yang digunakan adalah data kasus penyakit
TB di daerah kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur pada tahun
2004-2008. Data TB di kabupaten Belu ini meliputi jumlah
penduduk negatif MyTB/TB, jumlah populasi yang tertular MyTB
belum TB, dan jumlah penduduk positif TB.
Selain itu diperlukan pula berbagai data lain mengenai laju
perubahan individu-individu yang negatif MyTB/TB menjadi
individu-individu yang positif MyTB dan laju meninggalnya
individu-individu karena TB atau penyebab lainnya per satuan
waktu.
b. Analisis Data Penelitian
Selanjutnya berdasarkan data yang telah diperoleh dari
langkah 3.2.1 di atas, dilakukan analisa data dengan menggunakan
model yang telah dirumuskan. Analisa data tersebut dilakukan
dengan mengikuti tahapan-tahapan berikut ini.
23
Page 24
Menentukan nilai semua parameter baik berupa pertumbuhan
logistik, laju infeksi, laju kematian, laju daya dukung
lingkungan, dan mekanisme diagnosis yang bergantung pada
variabel terikat.
Menentukan nilai titik kesetimbangan setiap model dan mencari
nilai eigen sistem model di sekitar titik kesetimbangan.
Melakukan uji hipotesis kekonvergenan dengan menggunakan
indikator pengujian berupa nilai eigen pada sistem pelinearan di
titik kesetimbangan. Jika nilai eigen semuanya positif atau
berlainan tanda maka sistem model tidak konvergen.
Melakukan uji kelayakan model atau validasi model dengan
menggunakan uji statistik chi-kuadrat.
3. Rincian Biaya Penelitian
24