No. ID dan Nama Peserta : dr. Emy Novita sari No. ID dan Nama Wahana : RSUD KAJEN Topik : Kasus Medis Tanggal (kasus) : 13 Juli 2015 Presenter : dr. Emy Novita Sari Nama Pasien :Ny. S No. RM : 18.45.38 Tanggal Presentasi : Pendamping : dr. Imam,dr.Siti Hanah Tempat Presentasi : RSUD KAJEN Obyektif Presentasi : Keilmuan Ketrampila n Penyegaran Tinjauan Pustaka Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa Neonat us Bayi Anak Remaja Dewasa Lansi a Bumi l Deskripsi : Wanita, usia 56 tahun,batuk darah sejak 1,5 jam SMRS. Tujuan : menegakkan diagnosis dan menetapkan manajemen pasien TB PARU dengan Penurunan Kesadaran Bahan bahasan : Tinjauan Pustaka Riset Kasus Audit Cara membahas : Diskusi Presentasi dan diskusi E- mail Pos Data pasien : Nama : Ny. S No CM : 18.45.38 Nama klinik : RSUD KAJEN Telp : Terdaftar sejak : Data utama untuk bahan diskusi : 1. Diagnosis/ Gambaran klinis : TB PARU dengan Penurunan Kesadaran /Pasien datang ke IGD RSUD KAJEN diantar oleh keluarga dengan keluhan batuk darah sejak 1,5 jam SMRS 2. Riwayat Pengobatan : Pasien belum pernah mendapatkan pengobatan untuk keluhan yang sekarang 3. Riwayat kesehatan/penyakit : Sebelumnya pasien pernah mendapatkan pengobatan rutin untuk keluhan batuk kronis selama 6 bulan ±10 tahun yang lalu 4. Riwayat keluarga : Riwayat penyakit serupa (-), DM (-), HT (-), Jantung (-)
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
No. ID dan Nama Peserta : dr. Emy Novita sari
No. ID dan Nama Wahana : RSUD KAJENTopik : Kasus MedisTanggal (kasus) : 13 Juli 2015 Presenter : dr. Emy Novita SariNama Pasien :Ny. S No. RM : 18.45.38Tanggal Presentasi : Pendamping : dr. Imam,dr.Siti HanahTempat Presentasi : RSUD KAJENObyektif Presentasi : Keilmuan Ketrampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil Deskripsi : Wanita, usia 56 tahun,batuk darah sejak 1,5 jam SMRS. Tujuan : menegakkan diagnosis dan menetapkan manajemen pasien TB PARU dengan
Penurunan KesadaranBahan bahasan :
Tinjauan Pustaka Riset Kasus Audit
Cara membahas :
Diskusi Presentasi dan diskusi
E-mail Pos
Data pasien : Nama : Ny. S No CM : 18.45.38
Nama klinik : RSUD KAJEN Telp : Terdaftar sejak :
Data utama untuk bahan diskusi :1. Diagnosis/ Gambaran klinis :
TB PARU dengan Penurunan Kesadaran /Pasien datang ke IGD RSUD KAJEN diantar oleh keluarga dengan keluhan batuk darah sejak 1,5 jam SMRS
2. Riwayat Pengobatan : Pasien belum pernah mendapatkan pengobatan untuk keluhan yang sekarang
3. Riwayat kesehatan/penyakit : Sebelumnya pasien pernah mendapatkan pengobatan rutin untuk keluhan batuk kronis selama 6 bulan ±10 tahun yang lalu
4. Riwayat keluarga : Riwayat penyakit serupa (-), DM (-), HT (-), Jantung (-)
5. Riwayat pekerjaan :Pasien adalah ibu rumah tangga
6. Lain-lainPEMERIKSAAN FISIK :
Vital signs
Kesadaran : CMC/ GCS: E1M4V2
Tekanan Darah : 150/90 mmHg
Frekuensi Nadi : 126 x/menit
Frekuensi Nafas : 32 x /menit
Suhu : 36o C
SpO2 :71 %
Pucat (-), ikterik (-)
Mata : CA -/-, SI -/- Mulut : Tidak hiperemisSisa darah pada sudut bibir (+) Leher : limfonodi TB (-) Kaku Kuduk : (-)
Thoraks : Inspeksi : simetris, ketinggalan gerak (-), retraksi (-)Palpasi : P/ taktil fremitus kanan = kiri
C/ictus cordis di SIC V 2 jari medial LMCSPerkusi : P/ Sonor di seluruh lapang paru
Daftar Pustaka :1. Aditama TY, Kamso S, Basri C, Surya A. Pedoman nasional penanggulangan tuberculosis.
Edisi ke-2. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia: 2008.
2. Amin Z, Asril B. Tuberculosis Paru dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke-4.
Jakarta : Ilmu Penyakit Dalam Universitas Indonesia: 2006.
3. Amin Zulkifli. Pengobatan Tuberkulosis Mutakhir dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Edisi ke-4.Jakarta : Ilmu Penyakit Dalam Universitas Indonesia: 2006.
4. Depkes RI. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Edisi Kedelapan. Jakarta.2002.
5. Nurhidayah I, Lukman M, Rakhmawati W. Hubungan antara karakteristik lingkungan
rumah dengan kejadian tuberculosis. Bandung: Universitas Padjajaran: 2007
Hasil pembelajaran :
1. Diagnosis : TB Paru dengan Penurunan Kesadaran
2. Tata laksana pasien TB paru dengan Penurunan Kesadaran serta kegawatan yang
timbul akibat penyakit tersebut
SUBJEKTIF :
Pasien datang ke IGD RSUD KAJEN diantar oleh keluarga dengan keluhan nyeri pada panggul kanan post terjatuh pada saat KLL tunggal ± 1 jam SMRS. Mual (-) Muntah (-)
OBJEKTIF:
Dari hasil pemeriksaaan pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran menurun (GCS
E1M4V1), sisa darah di sudut mulut dan rhonki pada kedua lapang paru.
ASSESSMENT :
Gejala klinis yang penting dari TB yang sering digunakan untuk menegakan
diagnosa klinik adalah batuk kronik yang terus menerus selama tiga minggu yang
disertai keluarnya sputum dan berkurangnya berat badan. Diagnosa pasti TB Paru adalah
ditemukannya BTA pada pemeriksaan hapusan sputum secara mikroskopis. Untuk itu
setiap pasien yang dicurigai TB Paru dengan gejala di atas, harus dilakukan pemeriksaan
sputum Selain itu dapat terjadi hemoptoe.
Pada pasien ini dari hasil pemeriksaaan didapat keluhan utama pasien batuk darah
1,5 jam SMRS dengan riwayat batuk lama ± 1bulan, disertai penurunan berat badan
yang signifikan. Menurut keluarga, pasien sering mengeluh badan terasa panas dingin.
Pasien mempunyai riwayat pengobatan rutin 6 bulan ± 10 tahun yang lalu. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran menurun (GCS E1M4V1), sisa darah di sudut
mulut dan rhonki pada kedua lapang paru.
PLAN:
- DiagnosisTB Paru dengan penurunan kesadaran
- Pengobatan Instruksi rawat inap (ICU) Hasil konsul dengan dr.spesialis interna:
Hasil Konsul dr spesialis anestesi:Jika Hb<8, transfuse whole blood 2 kolf
PendidikanEdukasi mengenai penyakit bertujuan untuk memotivasi pasien dan keluarga menjalani rawat inap, menjelaskan tentang kondisi pasien yang dihubungkan dengan penyakit beserta kemungkinan komplikasi.
Follow Up
KASUS MEDISTB PAru dengan Penurunan Kesadaran
Disusun oleh :
dr.Emy Novita SariDokter Internship RSUD KAJEN
Pendamping :
Dr. ImamDr.Siti Hanah
PROGRAM INTERNSHIP DOKTER INDONESIARUMAH SAKIT UMUM DAERAH KAJEN
PEKALONGAN – JAWA TENGAH
2015
BERITA ACARA PRESENTASI PORTOFOLIO
Pada hari , 2015 telah dipresentasikan kasus portofolio oleh :
Nama : dr. Emy Novita Sari
Judul/topik : TB Paru dengan Penurunan Kesadaran
Nama Pendamping : Dr. Imam Dr.Siti Hanah
Nama wahana : RSUD KAJEN
Daftar peserta yang hadir :
No. Nama peserta presentasi Keterangan Tanda tangan
1. dr.Emy Novita Sari Presentan
2. Dokter internship
3. Dokter internship
4. Dokter internship
5. Dokter internship
Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan sesungguhnya.
Dokter Pendamping Presentan
dr.Imam,dr.Siti Hanah dr. Emy Novita Sari
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Tuberkulosis
Tuberkulosis ( TB ) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis (MTB). Kuman batang aerobik dan tahan asam ini,
merupakan organisme patogen maupun saprofit. Sebagian besar infeksi TB menyebar
lewat udara, melalui terhirupnya nukleus droplet yang berisikan organisme basil
tuberkel dari seseorang yang terinfeksi (Price dan Wilson, 2004).
2.2 Patogenesis Tuberkulosis
MTB dibedakan dari sebagian besar bakteri dan mikobakteria lainnya karena
bersifat patogen dan dapat berkembang biak dalam sel fagosit hewan dan manusia.
Pertumbuhan Mycobacterium tuberculosis relatif lambat dibandingkan mikobakteria
lainnya. Mikobakteria tidak menghasilkan endotoksin maupun eksotoksin. Bagian
selubung Mycobacterium tuberculosis mempunyai sifat pertahanan khusus terhadap
proses mikobakterisidal sel hospes, Dinding sel yang kaya lipid akan melindungi
mikobakteria dari proses fagolisosom (Handayani, 2002).
Organisme dalam droplet sebesar 1-5 µm terhirup dan mencapai alveoli .
Organisme yang virulen akan menetap dan berkembang biak serta berinteraksi dengan
manusia sehingga menimbulkan penyakit. Basil yang tidak virulen yang disuntikan
(misalnya BCG) hanya dapat hidup dalam beberapa bulan atau beberapa tahun pada
manusia normal. Resistensi dan hipersensitivitas sangat mempengaruhi perjalanan
penyakit.(Brooks, et. al. 2001)
Jalan masuk awal bagi basil tuberkel ke dalam paru atau tempat lainnya pada
individu yang sebelumnya sehat menimbulkan respon peradangan nonspesifik yang
jarang diperhatikan dan biasanya disertai dengan sedikit atau tanpa sama sekali gejala.
Basil kemudian ditelan oleh makrofag dan diangkut ke kelanjar limfe regional, lalu
basil tuberkel mencapai aliran darah dan terjadi diseminata yang luas. Kebanyakan lesi
tuberkulosis diseminata menyembuh sebagaimana lesi paru primer, walaupun tetap ada
fokus potensial untuk reaktivasi selanjutnya. Diseminasi dapat menyebabkan
tuberkulosis meningeal atau miliaris, yaitu penyakit dengan potensial terjadinya
morbiditas dan mortalitas terutama pada bayi dan anak kecil (Handayani, 2002)
Selama 2 hingga 8 minggu setelah infeksi primer, saat basilus berkembang biak
di lingkungan intraselulernya, timbul hipersensitivitas pada pejamu yang terinfeksi.
Limfosit yang aktif secara imunologik memasuki daerah infeksi, disitu limfosit
menguraikan faktor kemotaktik, interleukin, dan limfokin. Sebagai responnya, monosit
masuk ke daerah tersebut dan mengalami perubahan bentuk menjadi makrofag dan
selanjutnya menjadi sel histiosit yang khusus, yang tersususun menjadi granuloma,
Mikobakteria dapat bertahan di dalam makrofag selama bertahun-tahun walaupun
terjadi peningkatan pembentukan lisozim dalam sel ini namun multiplikasi dan
penyebarannya selanjutnya biasanya terbatas. Kemudian terjadi penyembuhan,
seringkali dengan kalsifikasi granuloma yang lambat dan kadang-kadang meninggalkan
lesi sisa yang tampak pada foto rontgen. Kombinasi lesi paru perifer terkalsifikasi dan
kelenjar limfe hilus yang terkalsifikasi dikenal sebagai kompleks gohn (Brooks, et. al,
2001)
2.3 Diagnosa Tuberkulosis paru
Diagnosis pasti penyakit TB ditegakan berdasarkan keluhan klinis, gejala-gejala
fisik, sampai pemeriksaan radiologis. Gejala klinis yang penting dari TB yang sering
digunakan untuk menegakan diagnosa klinik adalah batuk kronik yang terus menerus
selama tiga minggu yang disertai keluarnya sputum dan berkurangnya berat badan.
Diagnosa pasti TB Paru adalah ditemukannya BTA pada pemeriksaan hapusan sputum
secara mikroskopis. Untuk itu setiap pasien yang dicurigai TB Paru dengan gejala di
atas, harus dilakukan pemeriksaan sputum (Idris, 2004). Diagnosis yang berdasarkan
pada pemeriksaan radiologis (foto rontgen) tuberkel sebesar kedelai di daerah basal
atau apex paru-paru. Bila berlangsung proses penyembuhan, gambaran yang dapat
dikenali adalah fibrosis dan pengecilan volume paru, fokus kalsifikasi, tuberkuloma
(granuloma terlokasi yang sering mengalami kalsifikasi, dan kalsifikasi pleura (Patel,
2007)
2.4 Tujuan Pengobatan paru
Tujuan pengobatan adalah untuk menyembuhkan penderita, mencegah kematian,
mencegah relaps, menurunkan penularan ke orang lain dan mencegah terjadinya
resistensi terhadap OAT (Alsagaff, et. al, 2004)
2.5 Gejala
A. Gejala
Gejala umum / nonspesifik tuberkulosis anak adalah:
1. Berat badan turun tanpa sebab yang jelas atau tidak naik dalam 1 bulan
dengan penanganan gizi
2. Anoreksia dengan gagal tumbuh dan berat badan tidak naik secara adekuat
(failure to thrive)
3. Demam lama dan berulang tanpa sebab yang jelas (bukan tifus, malaria,
atau infeksi saluran napas akut), dapat disertai keringat malam
4. Pembesaran kelenjar limfe superfisialis yang tidak sakit dan biasanya
multipel
5. Batuk lama lebih dari 30 hari,bisa disertai hemoptoe (batuk darah). Setiap
proses yang terjadi pada paru akan mengakibatkan hipervaskularisasi dari
cabang-cabang arteri bronkialis yang berperanan untuk memberikan nutrisi
pada jaringan paru bila terjadi kegagalan arteri pulmonalis dalam
melaksanakan fungsinya untuk pertukaran gas. Terdapatnya aneurisma
Rasmussen pada kaverna tuberkulosis yang merupakan asal dari
perdarahan pada hemoptoe masih diragukan. Teori terjadinya perdarahan
akibat pecahnya aneurisma dari Ramussen ini telah lama dianut, akan
tetapi beberapa laporan autopsi membuktikan bahwa terdapatnya
hipervaskularisasi bronkus yang merupakan percabangan dari arteri
bronkialis lebih banyak merupakan asal dari perdarahan pada hemoptoe
6. Diare persisten yang tidak sembuh dengan pengobatan diare
Gejala spesifik sesuai organ yang terkena: TB kulit/ skrofuloderma; TB tulang dan
sendi (gibbus, pincang); TB otak dan saraf/ meningitis dengan gejala iritabel,
kuduk kaku, muntah, dan kesadaran menurun; TB mata (konjungtivitis