Top Banner
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bergulirnya masa ke masa tidak pernah memakan sosok Imam Al-Ghazali sebagai seorang filosof dan teolog muslim besar yang berpengaruh terhadap dunia pemikiran Islam. Pemikiran-pemikiran Beliau sangat perlu diketahui pada zaman sekarang ini yang semakin kompleks sebagai solusi untuk mengapai “ketenaganan diri”. Beradasarkan latar belakang tersebut, maka kami berusaha sebisa mungkin untuk membuat makalah ini, sebagai wujud keperdulian kami untuk masyarakat dan sebagai bukti pengamalan ilmu yang kami dapat. Selain itu, ini juga sebagai tanggung jawab kami dalam memenuhi tugas pada mata kuliah Akhlak dan Tasawuf. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana riwayat hidup Imam Al-Ghazalil? 2. Bagaimana pemikiran-pemikiran Imam Al-Ghazali? 3. Apa saja karya-karya yang pernah dikarang oleh Imam Al-Ghazali? 1
40

Tasawuf Imam Ghazali Karya M.Misbahul Munir

Mar 12, 2023

Download

Documents

Moch Nur Ichwan
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Tasawuf Imam Ghazali Karya M.Misbahul Munir

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bergulirnya masa ke masa tidak pernah memakan

sosok Imam Al-Ghazali sebagai seorang filosof dan

teolog muslim besar yang berpengaruh terhadap dunia

pemikiran Islam. Pemikiran-pemikiran Beliau sangat

perlu diketahui pada zaman sekarang ini yang semakin

kompleks sebagai solusi untuk mengapai “ketenaganan

diri”.

Beradasarkan latar belakang tersebut, maka kami

berusaha sebisa mungkin untuk membuat makalah ini,

sebagai wujud keperdulian kami untuk masyarakat dan

sebagai bukti pengamalan ilmu yang kami dapat. Selain

itu, ini juga sebagai tanggung jawab kami dalam

memenuhi tugas pada mata kuliah Akhlak dan Tasawuf.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana riwayat hidup Imam Al-Ghazalil?

2. Bagaimana pemikiran-pemikiran Imam Al-Ghazali?

3. Apa saja karya-karya yang pernah dikarang oleh

Imam Al-Ghazali?

1

Page 2: Tasawuf Imam Ghazali Karya M.Misbahul Munir

4. Apa pengaruh pemikiran-pemikiran Imam Al-Ghazali

terhadap dunia Islam?

C. Maksud dan Tujuan Penulisan

1. Mengetahui riwayat hidup Imam Al-Ghazali

2. Mengetahui pemikiran-pemikiran Imam Al-Ghazali

3. Mengetahui karya-karya yang pernah dikarang oleh

Imam Al-Ghazali

4. Mengetahui pengaruh pemikiran-pemikiran Imam Al-

Ghazali terhadap dunia Isam

BAB II

PEMBAHASAN

A. Riwayat hidup Imam AGhazali

Nama lengkap Imam Al-Ghazali ialah Abu Hamid

Muhammad bin Muhammad al-Ghazali ath-Thusi al-

Syafi’i. Beliau lahir di sebuah kota kecil yang

terletak dekat kota Thus, Provinsi Khurasan, Republik

Islam Irak pada tahun 1058 M/450 H, kira-kira

bersamaan dengan pengangkatan Sultan al-Arsalan pada

singgasana Seljuk dan wafat pada tahun 1111 M/14

2

Page 3: Tasawuf Imam Ghazali Karya M.Misbahul Munir

Jumadil Akhir 505 H (52-53 tahun) di Tabaran, sebuah

desa dekat Thus. Thus adalah salah satu di antara

kota-kota yang terkenal di Khurasan pada zaman

dahulu. Saat ini ia sudah bukan lagi sebuah desa,

tetapi termasyhur karena hubungannya dengan penyair

terkenal Firdausi yang meninggal di sana pada tahun

1020 M.

Beliau adalah seorang filosof dan teolog muslim

Persia, yang dikenal sebagai algazel di dunia Barat

pada abad pertengahan. Ia berkuniah Abu Hamid karena

salah seorang anaknya bernama Hamid. Gelar beliau al-

Ghazali ath-Thusi berkaitan dengan ayahnya yang

bekerja sebagai pemintal bulu kambing dan tempat

kelahirannya yaitu Ghazalah di Bandar Thus, Khurasan,

Persia (Iran). Sedangkan gelar asy-Syafi'i

menunjukkan bahwa beliau bermazhab Syafi'i.

Beliau hidup miskin bersama ayahnya. Ayah Ghazali

gemar mempelajari ilmu tasawuf, karena ayah Ghazali

hanya mau makan dari hasil usaha tangannya sendiri

dari menenun wol. Ia juga terkenal pecinta ilmu dan

3

Page 4: Tasawuf Imam Ghazali Karya M.Misbahul Munir

selalu berdo’a agar anaknya kelak menjadi seorang

ulama. Amat disayangkan ajal tidak memberikan

kesempatan padanya untuk menyaksikan keberhasilan

anaknya sesuai do’a yang ia panjatkan. Namun, cita-

cita ayah Ghazali terbukti dengan keberhasilan Imam

Al-Ghazali menjadi filosof dan teolog muslim

terkemuka pada zamannya.

Awal mula Al-Ghazali mengenal tasawuf adalah

ketika sebelum ayahnya meninggal, namun dalam hal ini

ada dua versi:

1. Ayahnya sempat menitipkan Al-Ghazali kepada

saudaranya yang bernama Ahmad. Ia adalah seorang

sufi, dengan bertujuan untuk dididik dan dibimbing

dengan baik.

2. Ayahnya menitipkan Al-Ghazali bersama saudaranya

Ahmad kepada seorang sufi, untuk didik dan

dibimbing dengan baik.

Sejak kecil, Al-Ghazali dikenal sebagai anak yang

senang menuntut ilmu. Karenanya, tidak heran sejak

4

Page 5: Tasawuf Imam Ghazali Karya M.Misbahul Munir

masa kanak-kanak, ia telah belajar dengan sejumlah

guru di kota kelahirannya. Di antara guru-gurunya

pada waktu itu adalah Ahmad Ibn Muhammad Al-

Radzikani. Kemudian pada masa mudanya ia belajar di

Nisyapur juga di Khurasan, yang pada saat itu

merupakan salah satu pusat ilmu pengetahuan yang

penting di dunia Islam. Ia kemudian menjadi murid

Imam Al-Haramaîn Al-Juwaini yang merupakan guru besar

di Madrasah An-Nizhâmiyah Nisyapur. Al-Ghazali

belajar teologi, hukum Islam, filsafat, logika,

sufisme dan ilmu-ilmu alam.1

Berdasarkan kecerdasan dan kemauannya yang luar

biasa, Al-Juwaini kemudian memberinya gelar Bahrûm

Mughrîq (laut yang menenggelamkan). Al-Ghazali

kemudian meninggalkan Naisabur setelah Imam Al

Juwaini meninggal dunia pada tahun 478 H (1085 M).

Kemudian ia berkunjung kepada Nizhâm Al-Mâlik di kota

Mu’askar. Ia mendapat penghormatan dan penghargaan

1 Ahmad Syadani, Filsafat Umum (Bandung: PustakaSetia. 1997), hlm. 178.

5

Page 6: Tasawuf Imam Ghazali Karya M.Misbahul Munir

yang besar, sehingga ia tinggal di kota itu selama 6

tahun. Pada tahun 1090 M ia diangkat menjadi guru di

sebuah Nizhâmiyah, Baghdad. Pekerjaan itu dilakukan

dengan sangat berhasil. Selama di Baghdad, selain

mengajar, ia juga memberikan bantahan-bantahan

terhadap pikiran-pikiran golongan Bathiniyyah,

Ismâiliyyah, golongan filsafat dan lain-lain. Setelah

mengajar di berbagai tempat, seperti di Baghdad, Syam

dan Naisabur, akhirnya ia kembali ke kota

kelahirannya di Thus pada tahun 1105 M.

Empat tahun lamanya Al-Ghazali memangku jabatan

tersebut, bergelimang ilmu pengetahuan dan kemewahan

duniawi. Di masa inilah dia banyak menulis buku-buku

ilmiah dan filsafat. Tetapi keadaan yang demikian

tidak selamanya mententramkan hatinya. Di dalam

hatinya mulai timbul keraguan, pertanyaan-pertanyaan

batinnya mulai muncul, ‘Inikah ilmu pengetahuan yang

sebenarnya?’, ‘Inikah kehidupan yang dikasihi Allah?,

Inikah cara hidup yang diridhai Tuhan?’, dengan

6

Page 7: Tasawuf Imam Ghazali Karya M.Misbahul Munir

mereguk madu dunia sampai ke dasar gelasnya.

Bermacam-macam pertanyaan timbul dari hati

sanubarinya. Keraguan terhadap daya serap indera dan

olahan akal benar-benar menyelimuti dirinya. Akhirnya

dia menyingkir dari kursi kebesaran ilmiahnya di

Baghdad menuju Mekkah, kemudian ke Damaskus dan

tinggal di sana sambil mengisolir diri untuk

beribadah.

Ia mulai tentram dengan jalannya di Damaskus,

yakni jalan sufi. Ia tidak lagi mengandalkan akal

semata-mata, tetapi juga kekuatan nûr yang

dilimpahkan Tuhan kepada para hamba-Nya yang

bersungguh-sumgguh menuntut kebenaran. Dari Damaskus

ia kembali ke Baghdad dan kembali ke kampungnya di

Thus. Di sini ia menghabiskan hari-harinya dengan

mengajar dan beribadah sampai ia dipanggil Tuhan ke

hadirat-Nya pada tanggal 14 Jumâdil Akhir tahun 505 H

(1111 M) dalam usia 52-53 tahun dengan meninggalkan

7

Page 8: Tasawuf Imam Ghazali Karya M.Misbahul Munir

beberapa anak perempuan. Dan ada juga yang mengatakan

bahwa beliau meninggal usia 54/55 tahun.2

B. Pemikiran-Pemikiran Imam Al-Ghazali

1. Filsafat Al-Ghazali

Sebagaimana kecenderungan umum pemikir filsafat

yang selalu bergerak di antara manusia, alam, dan

Tuhan, maka hampir seluruh pemikiran Islam terpusat

pada masalah usaha manusia memahami dirinya

sendiri, alam sekitarnya dan kemudian Tuhan.

Manusialah di antara makhluk yang paling mampu

menganalisis dirinya sendiri. Suatu kemampuan yang

tidak dimiliki oleh makhluk selain manusia termasuk

malaikat dalam tradisi pemikiran Islam.

Usaha manusia untuk mengerti tidak hanya

berhenti pada objek dirinya sendiri, akan tetapi

bahkan ia ingin mengungkapkan rahasia segala

2 Yunasril Ali, Perkembangan Pemikiran Falsafi dalam Islam(Jakarta: Bumi Aksara, 1991) hlm. 67.

8

Page 9: Tasawuf Imam Ghazali Karya M.Misbahul Munir

sesuatu yang ‘ada’, termasuk mencoba mengerti

Tuhan.

Dalam tradisi pemikiran Islam, dunia dan alam

semesta ini justru diciptakan karena Allah mencipta

manusia. Manusia yang menjadikan alam dunia ini

mempunyai makna dan berfungsi. Untuk maksud

tersebut Tuhan menjadikan manusia sebagai pemimpin

dan khalifah di muka bumi.

Namun segera sebuah pertanyaan dapat diajukan

mengenai siapa manusia itu sesungguhnya. Pertanyaan

tersebut merupakan pertanyaan yang cukup pelik

untuk dijawab. Akan tetapi tingkat kesadaran

manusia terhadap eksistensinya sendiri yang

bertaraf lebih tinggi daripada makhluk Tuhan

lainnya telah menuntun manusia menjawab pertanyaan

di atas dengan jawaban-jawaban yang hampir

mendekati kebenaran.

Kehampiran terhadap penemuan kebenaran di atas

menyebabkan manusia sangat bersemangat untuk

mencapainya. Akan tetapi, pengalaman sejarah

9

Page 10: Tasawuf Imam Ghazali Karya M.Misbahul Munir

menunjukkan bahwa ternyata sepanjang sejarah itu

sendiri manusia belum selesai dan mencapai apa yang

dicarinya. Di sinilah manusia selalu terdorong

untuk bersikap kreatif dan kritis namun juga

menyebabkan sebagian orang bersikap skeptis dan

pesimistis.

Di samping sikap tersebut di atas, sebagian

lain kemudian menyebutkan bahwa kebenaran

pengetahuan manusia itu relatif. Bahkan akhir-akhir

ini sebagian mereka menyebutkan bahwa apa yang

disebut dengan kebenaran ilmiah haruslah berupa suatu

proposisi yang menimbulkan keraguan. Akankan

demikian pemikiran Islam dan Imam Al-Ghazali? Yang

pasti berbeda adalah keyakinan mereka terhadap

adanya suatu kebenaran mutlak. Kesanalah setiap

pemikir muslim mengarahkan kegiatan pemikiran

mereka.3

3 Abdul Munir Mulkhan, Mencari Tuhan dan Tujuan JalanKebebasan (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), hlm. 71-73.

10

Page 11: Tasawuf Imam Ghazali Karya M.Misbahul Munir

Berdasarkan pandangan tentang alam dan manusia,

Imam Al-Ghazali menempatkan roh dalam kerangka

metodologi untuk memperoleh dan memahami kebenaran

Islam. Oleh karena itu Imam Al-Ghazali memandangan

bahwa penempatan roh dalam struktur kepribadian dan

tindakan adalah merupakan problem utama konsistensi

manusia terhadap hakikat keberadaannya.

Bagi Imam Al-Ghazali, hanya menempatkan roh

sebagai substansi eksistensi secara fungsional,

manusia akan memiliki kekuatan dan keberanian untuk

bersedia menyerah secara mutlak kepada kebenaran.

Hal itu disebabkan hanya roh yang memilki kebebasan

sebagai landasan mengatasi dunia objektif yang

dimensional. Hanya roh yang memiliki kemampuan

membebaskan diri dari keterbatasan penguasaan

terhadap objek duniawi dalam arti yang kesekarangan

yang kedekatan serta pendek. Dengan demikian maka

hanya roh yang memiliki peluang untuk memahami dan

mencapai masa depan yakni kebebasan, kelepasan dan

11

Page 12: Tasawuf Imam Ghazali Karya M.Misbahul Munir

kebahagian. Inilah salah satu pemikiran Imam Al-

Ghazali dalam berfilsafat.

2. Tasawuf Al-Ghazali

Al-Ghazali dalam tasawufnya memilih tasawuf

sunni yaitu berdasarkan dengan Al-Qur’an dan Sunnah

serta ditambah dengan doktrin Ahlus Sunnah wal

Jama’ah. Corak tasawufnya adalah psikomoral yang

mengutamakan pendidikan moral yang dapat dilihat

dalam karya-karyanya seperti Ihya’ullum Al-Din,

Minhaj Al-‘Abidin, Mizan Al-Amal, Bidayah Al-

Hidayah, Mi’raj Al-Salikin, Ayyuhal Walad. Al-

Ghazali menilai negatif terhadap syathahat dan ia

sangat menolak paham hulul dan utihad (kesatuan

wujud), untuk itu ia menyodorkan paham baru tentang

ma’rifat, yakni pendekatan diri kepada Allah

(taqarrub ila Allah) tanpa diikuti penyatuan

dengan-Nya:

12

Page 13: Tasawuf Imam Ghazali Karya M.Misbahul Munir

a. Pandangan Al-Ghazali tentang Ma’rifat

Menurut Al-Ghazali, ma’rifat adalah

mengetahui rahasia Allah dan mengetahui

peraturan-peraturan Tuhan tentang segala yang

ada, alat untuk memperoleh ma’rifat bersandar

pada sir-qolb dan roh. Pada saat sir, qalb dan

roh yang telah suci dan kosong itu dilimpahi

cahaya Tuhan dan dapat mengetahui rahasia-rahasia

Tuhan, kelak keduanya akan mengalami iluminasi

(kasyf) dari Allah dengan menurunkan cahayanya

kepada sang sufi sehingga yang dilihatnya

hanyalah Allah, di sini sampailah ia ke tingkat

ma’rifat.

b. Pandangan Al-Ghazali tentang As-As’adah

Menurut Al-Ghazali, kelezatan dan kebahagiaan

yang paling tinggi adalah melihat Allah

(ru’yatullah), di dalam kitab Kimiya As-Sa’adah,

ia menjelaskan bahwa As-Sa’adah (kebahagiaan) itu

sesuai dengan watak (tabiat). Sedangkan watak

sesuatu itu sesuai dengan ciptaannya; nikmatnya

13

Page 14: Tasawuf Imam Ghazali Karya M.Misbahul Munir

mata terletak pada ketika melihat gambar yang

bagus dan indah, nikmatnya telinga terletak

ketika mendengar suara merdu.

Al-Ghazali dengan sifat kritisnya kadang tidak

percaya pada kebenaran semua (oxioma atau sangat

mendasar) yang akhirnya melahirkan skeptik.4 Dia

pernah mengutarakan pendapatnya terkait cahaya,

sebagai berikut:

“Cahaya itu adalah kunci dari kebanyakan

pengetahuan, dan siapa yang menyangka bahwa kasyf

(pembukaan tabir) bergantung pada argumen-argumen,

sebenarnya telah mempersempit rahmat Tuhan yang

demikian luas.... Cahaya yang dimaksud adalah

cahaya yang disinarkan Tuhan dalam hati sanubari

seseorang.”

Berdasarkan ungkapan dia tersebut, dapat

disimpulkan bahwa satu-satunya pengetahuan yang

menimbulkan keyakinan akan kebenarannya bagi Al-

4 Ahmad Mustofa., Filsafat Islam (Bandung: CV PustakaSetia, 2007), hlm. 224.

14

Page 15: Tasawuf Imam Ghazali Karya M.Misbahul Munir

Ghazali adalah pengetahuan yang diperoleh secara

langsung dari Tuhan dengan Tashawuf.5 Ungkapan ini

ada setelah dia tidak merasa puas dengan ilmu kalam

dan filsafat serta meninggalkan kedudukannya yang

tinggi di Madrasah Nizhamiyah, Baghdad tahun 1095 M

dan pergi bertapa di salah satu menara Masjid Umawi

di Damaskus.

Tashawuf Al-Ghazali berbeda dengan tashawuf

yang berkembang saat itu. Ia tidak melibatkan diri

dalam aliran tashawuf inkarnasi (pantheisme) dan

karya-karyanya tidak keluar dari sunnah Islam yang

benar. Pengetahuannya tidak berdasarkan hasil-hasil

argumen Ilmu Kalam. Sehingga dari saat tersebut,

tasawuf mulai digandrungi masyarakat lagi.

3. Filsafat Etika/Akhlak Imam Al-Ghazali

Akhlak sebagai bidang studi pada saat ini,

sangat diperlukan di dalam proses sosialisasi.

Hubungan manusia kepada ‘Alam pada kenyataannya

5 Harun Nasution, Filsafat dan Mistisme (Jakarta: BulanBintang, 1978), hlm. 31.

15

Page 16: Tasawuf Imam Ghazali Karya M.Misbahul Munir

kurang dapat dikatakan bagus. Kerusakan-kerusakan

yang ada pada dunia ini, semuanya itu bermula dari

ulahnya manusia yang kurang bertanggung jawab. Maka

mengkaji secara mendalam “Akhlak” sangat diperlukan

sebagai pedoman dalam bersosialisasi dengan ‘alam

secara baik.

Menurut Al-Ghazali, akhlâq adalah sifat yang

tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-

perbuatan dan tindak-tanduk dengan mudah dan

gampang tanpa memerlukan pemikiran dan

pertimbangan. Dalam hal ini, terdapat persamaan

antara Imam Al-Ghazali, Ibn Maskawaih dan Tusi,

bahwa akhlâq harus dimulai dengan pengetahuan

tentang jiwa, kekuatan dan sifat-sifatnya. Karena

ia merupakan sumber kebaikan, kebahagiaan dan

sebaliknya.

Berbicara masalah jiwa, sebagaimana Tusi dan

filosof lainnya, Al-Ghazali membagi jiwa menjadi

tiga bagian, yaitu: jiwa bernafsu (an-nafs al-

bahîmiyyah) yang berasal dari materi, jiwa berani

16

Page 17: Tasawuf Imam Ghazali Karya M.Misbahul Munir

(an-nafs as-sabû’iyyah) dan jiwa berfikir (an-nafs

an-nâthiqah) yang berasal dari ruh Tuhan yang tidak

akan hancur. Al-Ghazali juga membuat tabulasi

kebaikan pokok, yang terdiri dari empat hal, yaitu

kebijaksanaan, keberanian, menjaga kesucian dan

keadilan. Empat hal ini merupakan jalan tengah dari

ketiga jenis jiwa tadi. Dan untuk mencapai jalan

tengah ini, diperlukan akal yang berfungsi efektif

bagi terciptanya posisi tengah jiwa berpikir dan

syari’at berfungsi efektif untuk terciptanya posisi

tengah jiwa bernafsu dan berani.

Al-Ghazali mengenalkan konsep jalan lurus (ash-

shirât al-mustaqîm) yang dinyatakan lebih halus

daripada sehelai rambut dan lebih tajam daripada

mata pisau. Kesempurnaan jalan ini akan dapat

dicapai dengan penggabungan antara akal dan wahyu.

Ihyâ` ‘Ulûm Ad Dîn merupakan salah satu karya

Al-Ghazali yang mengupas tentang pemikiran filsafat

etikanya. Maka, dapat dikatakan bahwa filsafat

etika Al-Ghazali adalah Tashawuf Al-Ghazal, yang

17

Page 18: Tasawuf Imam Ghazali Karya M.Misbahul Munir

bertujuan pokok: Maksudnya bahwa manusia semampunya

meniru keteladanan sifat-sifat ketuhanan, seperti

pengasih, penyayang, pengampun (pemaaf), serta

sifat-sifat yang disukai Tuhan, seperti sabar,

jujur, takwa, zuhud, ikhlas, beragama dan lainnya.

Akhlâq merupakan keseimbangan antara daya ilmu

dan daya pengendalian amarah. Dan jalan untuk

mencapai akhlâq ialah dengan naluri insani serta

latihan-latihan. Latihan ini dilakukan dengan amal-

amal. Adapun tujuan dari akhlâq luhur adalah

menahan diri dari mencintai dunia wujud dan

mengalihkannya kepada nikmatnya mencintai Allah

SWT.

Al-Ghazali berpendapat bahwa watak manusia pada

dasarnya adalah seimbang, dan lingkungan dan

pendidikanlah yang memperburuknya. Sebagaimana

prinsip Islam, Al-Ghazali menganggap Tuhan sebagai

pencipta yang berkuasa dan sangat memelihara dan

menjadi rahmatan lil ‘âlamîn. Untuk taqarrub pada

Allah, yang terpenting adalah muqârabah dan

18

Page 19: Tasawuf Imam Ghazali Karya M.Misbahul Munir

muhâsabah. Adapun kesenangan menurut Al-Ghazali ada

dua, yaitu kepuasan (ladzdzât) ketika mengetahui

kebenaran sesuatu dan kebahagiaan (sa’âdah) ketika

mengetahui kebenaran sumber dari segala kebahagiaan

itu sendiri (ma’rifatullâh disertai musyâhadah al-

qalb).6

C. Karya-karya Imam Al-Ghazali

Rampung dari mempelajari beberapa filsafat, baik

Yunani maupun dari pendapat-pendapat filosof Islam,

Al-Ghazali mendapatkan argumen-argumen yang tidak

kuat, bahkan banyak yang bertentangan dengan ajaran

Islam. Oleh karena itu, Al-Ghazali menyerang argumen

filosof Yunani dan Islam dalam beberapa persoalan. Di

antaranya, Al-Ghazali menyerang dalil Aristoteles

tentang azalinya alam dan pendapat para filosof yang

mengatakan bahwa Tuhan tidak mengetahui perincian

alam dan hanya mengetahui soal-soal yang besar saja.

6 Magniz Franz Suseno, Dua Belas Tokoh Etika Abad Ke-20(Yogyakarta: Kanisius, 2000), hlm. 33.

19

Page 20: Tasawuf Imam Ghazali Karya M.Misbahul Munir

Ia pun menentang argumen para filosof yang mengatakan

kepastian hukum sebab akibat semata-mata, mustahil

adanya penyelewengan.7

Al-Ghazali mendapat gelar kehormatan Hujjatul

Islâm atas pembelaannya yang mengagumkan terhadap

agama Islam, terutama terhadap kaum bâthiniyyah dan

kaum filosof. Sosok Al-Ghazali mempunyai keistimewaan

yang luar biasa. Dia seorang ulama, pendidik, ahli

pikir dalam ilmunya dan pengarang produktif.

Karya-karya tulisnya meliputi berbagai disiplin

ilmu pengetahuan. Berikut beberapa warisan dari karya

ilmiah yang paling besar pengaruhnya terhadap

pemikiran umat Islam:8

- Maqâshid Al Falâsifah (tujuan-tujuan para filosof),

karangan pertama yang berisi masalah-masalah

filsafat.

7 Yunasril Ali, Perkembangan Pemikiran Falsafi dalam Islam(Jakarta: Bumi Aksara, 1991), hlm. 68.

8 A. Heris Hermawan dan Yaya Sunarya, Filsafat(Bandung: CV Insan Mandiri, 2011) hlm. 91-92.

20

Page 21: Tasawuf Imam Ghazali Karya M.Misbahul Munir

- Tahâfut Al Falâsifah (kekacauan pikiran para

filosof) yang dikarang ketika jiwanya dilanda

keragu-raguan di Baghdad dan Al-Ghazali mengecam

filsafat para filosof dengan keras.

- Mi’yâr Al ‘Ilm (kriteria ilmu-ilmu).

- Ihyâ` ‘Ulûm Ad Dîn (menghidupkan kembali ilmu-ilmu

agama), merupakan karya terbesarnya selama beberapa

tahun dalam keadaan berpindah-pindah antara

damaskus,Yerussalem, Hijjâz dan Thus yang berisi

panduan antara fiqih, tasawuf dan filsafat.

- Al Munqidz Min Adl Dlalâl (penyelamat dari

kesatuan), merupakan sejarah perkembangan alam

pikiran Al-Ghazali dan merefleksikan sikapnya

terhadap beberapa macam ilmu serta jalan mencapai

Tuhan.

- Al Ma’ârif Al ‘Aqliyyah (pengetahuan yang

rasional).

- Misykat Al Anwâr (lampu yang bersinar banyak),

pembahasan akhlâq tashawuf.

21

Page 22: Tasawuf Imam Ghazali Karya M.Misbahul Munir

- Minhaj Al ‘Âbidîn (jalan mengabdikan diri pada

Tuhan).

- Al Iqtishâd fî Al I’tiqâd (moderasi dalam akidah).

- Ayyuhâ Al Walad (wahai anak).

- Al Mustasyfa (yang terpilih).

- Iljam Al ‘Awwâm ‘an ‘Ilm Al Kalâm.

- Mizan Al ‘Amal (timbangan amal).

D. Pengaruh Pemikiran-Pemikiran Imam Al-Ghazali

Pencaplokan Al-Quds dan daerah-daerah lainnya

oleh Tentara Salib bukannya membuat para sultan sadar

akan penderitaan dan bahaya yang ada, malah

memperburuknya dengan hanya memikirkan masalah

kesenangan dan nafsu pribadi. Mereka memperkaya diri

dengan tingginya pungutan pajak yang menyengsarakan

rakyat. Mereka bangga serta lalai oleh gelimang

kemewahan harta yang sebagiannya diperoleh dengan

cara yang dzalim.

Rakyat mengalami kesengsaraan, ketakutan serta

kelaparan yang dahsyat. Hingga ada yang harus memakan

22

Page 23: Tasawuf Imam Ghazali Karya M.Misbahul Munir

daging bangkai saudaranya sendiri yang mati.

Akibatnya, muncul para kanibal dari Sudan yang biasa

mencari korban orang-orang yang masih hidup. Mereka

membantai dan memakannya ramai-ramai.

Inilah sekelumit gambaran kemerosotan kondisi

umat Islam saat itu. Tapi kita tak bisa serta merta

menyalahkan para sultan saja. Ada ketidakberesan

dalam mayoritas umat, ada arus penyimpangan kolektif

yang dilakukan oleh berbagai lapisan umat setelah

ditinggalkan oleh tiga generasi emas terdahulu (as-

salafus-shalih). Penyimpangan yang merambah semua

kalangan, baik pemerintah, ulama, tentara, kaum kaya

dan rakyat jelata.

Ajaibnya, 77 tahun kemudian, tampillah

Shalahuddin al-Ayyubi yang memimpin pasukannya

merebut Hitthin sebagai pembuka jalan untuk merebut

Palestina. Apakah Shalahuddin Al-Ayyubi ini adalah

sosok utusan langit yang datang begitu saja untuk

menyelamatkan umat? Apakah dia adalah seorang

23

Page 24: Tasawuf Imam Ghazali Karya M.Misbahul Munir

pahlawan tunggal yang berjuang sendirian dan

mengandalkan kesaktiannya?

Tentu tidak. Ada jarak lebih hampir satu abad

antara jatuhnya Al-Quds ke tangan Tentara Salib

hingga kembali ke tangan umat Islam. Tentu ada upaya

sangat keras yang digerilyakan para ulama di masa

jeda itu untuk memulihkan kondisi umat yang

pesakitan.

Sepanjang masa keterpurukan itu, sekitar 50-an

tahun, ada karya serta peran signifikan sejumlah

ulama dan tokoh umat Islam dalam merekonstruksi umat.

Seperti Imam Abu Hamid Al-Ghazali, Syaikh Abdul Qadir

Al-Jaylani, Ibnu Qudamah Al-Maqdisi dan sederetan

nama lainnya yang berhasil melakukan perubahan

radikal pada paradigma pemikiran dan pendidikan umat.

Mereka berhasil mengikis virus-virus yang

menggerogoti imunitas internal umat. Rusaknya kondisi

umat saat itu adalah akibat dari sakitnya pemikiran,

salah satu sebabnya adalah pola pemikiran tasawuf dan

filsafat yang menyimpang. Perselisihan mazhab yang

24

Page 25: Tasawuf Imam Ghazali Karya M.Misbahul Munir

anarkis terjadi di mana-mana, sering terjadi tawuran

antar pengikut mazhab yang mengakibatkan kerusakan,

perpecahan dan anarkisme sosial-politik menjadi-jadi,

kesenjangan ekonomi antara pejabat dan rakyat

merentang sangat tajam.

Fenomena kelaparan menjadi gejala yang banyak

terjadi kala itu. Anarkisme sosial karena

perselisihan antar mazhab muncul dalam bentuk

kekerasan-kekerasan yang muncul. Demikian pula aspek

politik umat, tidak banyak tokoh yang memiliki

kelayakan untuk menjadi pemimpin. Perpecahan,

perseteruan, dan kudeta politik merupakan hal yang

lumrah.

Intelejen musuh jelas mengetahui keadaan ini dan

memanfaatkannya, mereka menyerang dan membantai kaum

Muslimin yang sebelumnya sudah koyak dengan adanya

perpecahan sektarian. Secara internal (pemikiran,

sosial, politik, ekonomi dan militer) umat tidak

memiliki kesiapan. Tidak ada pertolongan yang bisa

diberikan untuk umat di sekitar Al-Quds ketika itu.

25

Page 26: Tasawuf Imam Ghazali Karya M.Misbahul Munir

Usaha untuk melakukan reformasi di tubuh umat

pasca serangan tentara Salib dilakukan oleh beberapa

tokoh melalui jalur politik, seperti yang dilakukan

oleh Nizham Al-Muluk, menteri dari Bani Saljuq yang

menjabat selama 30 tahun. Tetapi tidak efektif,

selain karena ia dibunuh, juga karena tidak memulai

dari akar penyakit, yakni sekarat pemikiran.

Sebuah masyarakat terdiri dari tiga elemen utama;

pemikiran (afkar), individu manusia (asykhas) dan

benda atau materi (asy-ya’). Masyarakat mengalami

kesehatan jika individu dan materi berporos pada

pemikiran yang benar. Mata rantai lakon manusia

bermula dari niat, lalu pemikiran dan kemauan,

kemudian menjelma menjadi tindakan.

Maka, setelah niat dan keyakinan, kesehatan

pemikiran adalah modal dasar menuju perubahan dan

kesehatan sosial. Iniah yang kemudian ditelateni para

ulama ketika itu dalam memulihkan kondisi umat.

Salah satu simpul utama ulama yang mencoba

memulihkan kondisi ini adalah Imam Al-Ghazali (hidup

26

Page 27: Tasawuf Imam Ghazali Karya M.Misbahul Munir

tahun 450-505 H) yang dengan akhlak, ilmu dan

kecerdasannya, mampu menyatukan perpecahan madzhab

yang terjadi. Ia menyadarkan para tokoh dan penganut

madzhab, serta mengembalikan kondisi menjadi lebih

baik. Selain usaha dan ilmu yang beliau ajarkan,

curahan kecerdasannya menghasilkan karya-karya yang

dengan izin Allah menyadarkan para penguasa, filosof,

sufi sesat, serta kelompok ulama su’ atau ulama duniawi

yang dengan ilmunya hanya bertujuan mencari simpati

penguasa, harta, serta jabatan.

Fase pertama, gerakan ishlah (reformasi) yang

dipelopori oleh Imam Al-Ghazali ini menggunakan

metode baru untuk melakukan rekonstruksi umat. Beliau

mundur dari lingkungan sosial politik yang penuh

syubuhat, memfokuskan pada upaya pembenahan diri

untuk mengevaluasi dan memperbarui pemikiran,

kemudian kembali ke tengah masyarakat dan memulai

proses ishlah.

Gerakan Imam Al-Ghazali ini tidak menyentuh

secara langsung jihad untuk membebaskan Al-Quds,

27

Page 28: Tasawuf Imam Ghazali Karya M.Misbahul Munir

tetapi lebih ditekankan pada kritik diri untuk

mengatasi kepecundangan mental dari tubuh umat, yakni

dengan melakukan rekonstruksi pemikiran sebagai

langkah awalnya. Selanjutnya Imam Al-Ghazali

melakukan kritik sosial atas umat; mulai dari ulama-

ulamanya, pemimpin-pemimpin sosial politiknya hingga

masyarakat pada umumnya. Imam Al-Ghazali juga

mendirikan madrasah untuk mendidik kader-kader umat

masa depan, dengan pola pemikiran yang baru.

Pada fase kedua, pengaruh Imam Al-Ghazali

diteruskan oleh Syaikh Abdul Qadir Al-Jaylani (hidup

tahun 470-561 H) dengan madrasah dan gerakan

reformasinya. Pada saat Imam Al-Ghazali meninggal,

Syaikh Abdul Qadir Al-Jaylani sudah berusia 35 tahun.

Pengaruh Imam Al-Ghazali sangat nampak dalam berbagai

tulisan Al-Jaylani. Aspek ishlah yang beliau tekankan

pun sama seperti yang ditekankan oleh Imam Al-

Ghazali, dengan modifikasi strategi tertentu.

Pada fase ini, persebaran madrasah ishlah menjadi

kian masif dan distributif. Madrasah pusat (seperti

28

Page 29: Tasawuf Imam Ghazali Karya M.Misbahul Munir

madrasah Abdul Qadir Al-Jilani) menjadi pusat

pendidikan utama (kaderisasi), madrasah model ini

tersebar di banyak kota-kota besar dunia Islam timur

ketika itu. Sedangkan madrasah-madrasah yang terletak

di daerah pedesaan berfungsi untuk membimbing umat.

Maka dari sinilah rantai Islah mulai solid dengan

munculnya tokoh-tokoh ‘penguasa’ yang sadar akan

pentingnya Islah, seperti Sultan Nuruddin Zanki yang

beretnik Turki, lalu diteruskan oleh putra angkatnya

yang beretnik Kurdi, Shalahuddin Al-Ayyubi.

Ketika Nuruddin Zanki dan Shalahudin AlAyyubi

melakukan reformasi sosial politik, banyak alumni-

alumni madrasah ishlah yang sudah tercerahkan mengisi

posisi penting. Para ulama (cendekiawan) bergabung

dalam institusi politik dan militer. Masyarakat juga

sudah memiliki kesiapan untuk menyongsong reformasi.

Rekonstruksi sosial-ekonomi-politik kemudian menjadi

mudah untuk dilakukan. Puncaknya adalah pada jihad

militer untuk mengembalikan Al-Quds, pada tahun 569

H, di bawah komando Al-Ayyubi, umat Islam berhasil

29

Page 30: Tasawuf Imam Ghazali Karya M.Misbahul Munir

meraih kemenangan besar dengan menebas tuntas kaum

Salib yang menguasai Palestina dan merebut kembali

Masjidil Aqsha.

Dalam buku Hakadza Dzaharu Jil Shalahiddin wa Hakadza

‘Aadat al Quds susunan Dr. Majid Irsan Al-Kilani,

kemenangan itu digambarkan sebagai berikut;

“…Pertempuran pun berkecamuk dengan begitu

sengitnya. Pasukan Muslim menyerbu dengan gigih demi

meraih balasan surga dan mati syahid. Akhirnya mereka

berhasil memasuki kota suci Baitul Maqdis dengan

penuh gema takbir ‘Allahu Akbar!’ dan tahlil ‘Laa

Ilaaha Illa Allaah!’ Gelombang pasukan Muslim

bergerak dengan pasti menuju Masjid Al-Aqsha yang

telah bebas lalu membersihkannya dari segala noda dan

kotoran yang ditinggalkan oleh kaum Salib.

Saat kaum muslimin melaksanakan Shalat Jum’at

pertama, masjid begitu sesak dan mereka tidak kuasa

menahan cucuran air mata karena haru. Shalahuddin Al-

Ayyubi meminta Ibn Az-Zaki As-Syafi’i (pengikut

madzhab Imam Syafi’i) untuk menyampaikan khutbah

30

Page 31: Tasawuf Imam Ghazali Karya M.Misbahul Munir

Jum’at, beliau membuka khutbahnya dengan mengutip

firman Allah swt.:

“Maka orang-orang yang dzolim itu dimusnahkan

sampai ke akar-akarnya. Segala puji bagi Allah, Tuhan

semesta alam.” (Surah Al-An’am: 45)

Setelah melaksanakan shalat Jum’at, Shalahuddin

memohon kepada Ibn Naja’ Al-Qadiri Al-Hambali (murid

Syaikh Abdul Qadir Al-Jaylani serta pengikut madzhab

Imam Ahmad bin Hanbal) untuk menyampaikan mau’idzah

(wejangan) penyemangat umat, dan saat itu, banyaklah

orang yang tidak sanggup menahan cucuran air mata

mereka…”

Kemenangan umat Islam dalam pimpinan Shalahuddin

Al-Ayyubi ini tentu mengejutkan, karena sebelumnya

masyarakat terjangkiti berbagai penyakit akut. Mulai

dari disorientasi pendidikan, fanatisme golongan,

filsafat materialisme, kesenjangan ekonomi, kerapuhan

politik, kebusukan moral, dan banyak lagi penyakit

sosial yang bisa disebutkan. Semua bentuk penyakit

tersebut berakar dari pola pikir keliru yang

31

Page 32: Tasawuf Imam Ghazali Karya M.Misbahul Munir

terlanjur menggurita di tengah masyarakat, parahnya,

terinstitusikan dalam lembaga-lembaga resmi.

Para ulama, mulai dari Al-Ghazali hingga Al-

Jaylani, berikhtiar memperbaiki itu. Perubahan sosial

tidak bisa terjadi dalam hitungan hari, butuh

bertahun-tahun untuk mengupayakannya. Butuh lebih

dari 50 tahun jaringan ulama mengobati penyakit umat

di masa kelam umat Islam.

Ada lima pola yang dipraktekkan Imam Al-Ghazali

dalam rentang sejarah masa kelam tersebut untuk

melahirkan reformasi pemikiran umat, yakni;

Pertama, identifikasi akar penyakit. Ada suatu

upaya pencerahan terhadap pola pikir, karena sehat

atau sakitnya suatu masyarakat berdasarkan atas

kondisi pemikiran yang dianutnya. Kerancuan filsafat,

keterpisahan tasawuf dan fiqh, fanatisme mazhab,

adalah contoh dampak negatif pemikiran yang

dipulihkan Imam Al-Ghazali

Kedua, adanya evaluasi terhadap aspek pendidikan.

Apa yang diupayakan Al-Ghazali, lalu kemudian

32

Page 33: Tasawuf Imam Ghazali Karya M.Misbahul Munir

dilanjutkan Al-Jaylani, bermula dari ranah pendidikan

umat secara kultural dan komplit. Pembinaan moral

umat tanpa tendensi politik kekuasaan. Melalui bentuk

‘sekolah formal’ semisal Nidzamiyah ala Ghazali atau

Madrasah Abdul Qadir Jaylani

Ketiga, mengoptimalkan potensi spiritual. Pemapanan

mental spiritual sangat nampak pada perjuangan Al-

Ghazali maupun Al-Jaylani, sebagaimana terbaca dalam

karya mereka. Bukan kebatinan, melainkan olah rasa

yang tetap terkoneksi dengan jangkar syariat dan

kemudi akal.

Keempat, gerakan kolektif. Sadar bahwa perubahan

masyarakat tak bisa dilakukan sendirian, Imam Al-

Ghazali mengkader murid-muridnya untuk melestarikan

ide-ide reformasinya. Berlanjut ke Al-Jaylani,

madrasah-madrasah yang ia dirikan di berbagai titik

kota besar dan pelosok desa menjadi corong ide

reformasi yang ampuh. Gerakan yang kemudian lahir

adalah kombinasi berbagai unsur masyarakat yang

33

Page 34: Tasawuf Imam Ghazali Karya M.Misbahul Munir

tercerahkan berkat upaya puluhan tahun madrasah-

madrasah tersebut.

Kelima, kesadaran teritorial. Persatuan umat yang

diupayakan Zanki dan Al-Ayyubi tidak sekedar berdasar

keyakinan sebagai umat Islam, tetapi juga kehormatan

sebagai sebuah bangsa.

Jika kita mampu membaca ‘tingkah polah’ sejarah

ini, maka kita bisa menakar posisi tokoh di tengah

kancah sejarah kapanpun dimanapun. Kita bisa pula

menentukan bagaimana bersikap terhadap zaman dan

keadaan. Kita juga tidak akan terburu-buru memanen

hasil. Kita tidak pula gampang pesimis dengan kondisi

yang tak kunjung berubah. Karena yang terpenting

adalah perubahan radikal terhadap paradigma dan pola

pikir. Lalu selanjutnya, melakukan perubahan

struktural di tengah masyarakat.

Panen ada masanya. Imam Al-Ghazali tidak

mengalami masa kemenangan umat atas Al-Quds, namun

kegemilangan yang terjadi saat itu adalah andil benih

yang pernah ditanamnya.

34

Page 36: Tasawuf Imam Ghazali Karya M.Misbahul Munir

Nama lengkap Imam Al-Ghazali ialah Abu Hamid

Muhammad bin Muhammad al-Ghazali ath-Thusi al-

Syafi’i. Beliau lahir di sebuah kota kecil yang

terletak dekat kota Thus, Provinsi Khurasan, Republik

Islam Irak pada tahun 1058 M/450 H, kira-kira

bersamaan dengan pengangkatan Sultan al-Arsalan pada

singgasana Seljuk dan wafat pada tahun 1111 M/14

Jumadil Akhir 505 H (52-53 tahun) di Tabaran, sebuah

desa dekat Thus. Thus adalah salah satu di antara

kota-kota yang terkenal di Khurasan pada zaman

dahulu. Saat ini ia sudah bukan lagi sebuah desa,

tetapi termasyhur karena hubungannya dengan penyair

terkenal Firdausi yang meninggal di sana pada tahun

1020 M.

Awal mula Al Ghazali mengenal tashawuf adalah

ketika sebelum ayahnya meninggal, namun dalam hal ini

ada dua versi: ayahnya sempat menitipkan Al Ghazali

kepada saudaranya, Ahmad seorang sufi. Sejak kecil,

Al Ghazali dikenal sebagai anak yang senang menuntut

ilmu. Al Juwaini kemudian memberinya gelar Bahrûm

36

Page 37: Tasawuf Imam Ghazali Karya M.Misbahul Munir

Mughrîq (laut yang menenggelamkan). Dan empat tahun

Al Ghazali bergelimang ilmu pengetahuan dan kemewahan

duniawi. Di masa inilah dia banyak menulis buku-buku

ilmiah dan filsafat. Bermacam-macam pertanyaan timbul

dari hati sanubarinya. Dia menyingkir dari kursi

kebesaran ilmiahnya di Baghdad menuju Mekkah,

kemudian ke Damaskus dan tinggal disana sambil

mengisolir diri untuk beribadah dan mengambil jalan

sufi. Ia wafat pada tanggal 14 Jumâdil Akhir tahun

505 H (1111 M) dalam usia 55 tahun.

Al Ghazali mendapat gelar kehormatan Hujjatul

Islâm atas pembelaannya yang mengagumkan terhadap

agama Islam, terutama terhadap kaum bâthiniyyah dan

kaum filosof. Dia seorang ulama, pendidik, ahli pikir

dalam ilmunya dan pengarang produktif.

Karya-karya tulisnya meliputi: Maqâshid Al

Falâsifah, Tahâfut Al Falâsifah, Mi’yâr Al ‘Ilm,

Ihyâ` ‘Ulûm Ad Dîn, Al Munqidz Min Adl Dlalâl, Al

Ma’ârif Al ‘Aqliyyah, Misykat Al Anwâr, Minhaj Al

‘Âbidîn, Al Iqtishâd fî Al I’tiqâd, Ayyuhâ Al Walad,

37

Page 38: Tasawuf Imam Ghazali Karya M.Misbahul Munir

Al Mustasyfa, Iljam Al ‘Awwâm ‘an ‘Ilm Al Kalâm dan

Mizan Al ‘Amal.

B. Saran

Semakin bergumulnya dunia sekarang ini, maka

perlu adanya sebuah suplement untuk mengapai

ketenangan diri. Hal tersebut dapat kita capai salah

satunya dengan memamahi pemikiran-pemikiran Imam Al-

Ghazali. Pemikiran-pemikiran Beliau niscaya dapat

menajadi solusi dalam menjawab permasalahan-

permasalahan yang semakin kompleks ini.

DAFTAR PUSTAKA

Qayyum, Abdul. 1983. Surat-surat Al-Ghazali. Bandung: Mizan.

38

Page 39: Tasawuf Imam Ghazali Karya M.Misbahul Munir

Iroelizzta. 2012. “Makalah tentang Imam Al-Ghazali”

dalam

http://ruruls4y.wordpress.com/2012/03/14/makalah-

tentang-imam-al-ghazali/ diakses tanggal 22

November 2014 pukul 10:14 WIB.

Mulkhan, Abdul Munir. 1991. Mencari Tuhan dan Tujuh Jalan

Kebebasan. Jakarta: Bumi Aksara.

Congt, Tong Sam. “Ajaran-ajaran Tasawuf Al-Ghazali

dalam

http://guzzaairulhaq.wordpress.com/samudera-

tasawuf/ajaran-ajaran-tasawuf-ghazali/ diakses

tanggal 23 November 2014 pukul 14:17 WIB.

Haq, Zia Ul. 2014. “Reformasi ala Imam Al-Ghazali”

dalam www.santrijagad.org/2014/09/reformasi-ala-

imam-ghazali.html?m=1 diakses tanggal 23 November

2014 pukul 14:29 WIB.

Syadani, Ahmad. 1997. Filsafat Umum. Bandung: Pustaka

Setia.

Ali, Yunasril. 1991. Perkembangan Pemikiran Falsafi dalam

Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

39

Page 40: Tasawuf Imam Ghazali Karya M.Misbahul Munir

Mustofa, A. 2007. Filsafat Islam. Bandung: CV Pustaka

Setia.

Nasution, Harun. 1978. Filsafat dan Mistisme. Jakarta: Bulan

Bintang.

Suseno, Magniz Franz. 2000. Dua Belas Tokoh Etika Abad Ke-20.

Yogyakarta: Kanisius

Hermawan, A. Heris dan Yaya Sunarya. 2011. Filsafat.

Bandung: CV Insan Mandiri.

40