Nama : Fitri Mulyana NPM : 1211060062 Taenia solium (Cacing Pita Babi atau Cacing Pita Bersenjata) Taenia solium merupakan cacing pita babi yang paling berbahaya yang menginfeksi manusia. Dikatakan berbahaya karena kemungkinan terjadinya infeksi sendiri oleh cysticercus dapat terjadi. Cacing dewasa panjangnya 1.8-3 m. (Widodo Hendra: 2013) Stadium dewasa Taenia solium menyebabkan penyakit taeniasis solium atau infeksi cacing babi. Stadium larvanya menyebabkan penyakit sistiserosis. 1. PENYEBARAN Peyakit ini bersifat kosmopolit ditemukan juga di indonesia terutama di daerah yang penduduknya non-muslim dan terdapat dinegara-negara konsumen babi seperti di Amerika Serikat, Kanada, dan Inggris. (Rosdiana Safar: 2009) Penyebaran Taenia solium berhubungan erat dengan kebiasaan menghidangkan makanan, dan berkaitan dengan keagamaan yang berhubungan dengan daging babi. Penduduk yang menganut agama Islam yang mengaramkan daging babi dapat terhindar dari infeksi taeniasis solium ini. Frekuensi parasit pada babi, yang di beberapa negeri mencapai 25% adalah paling tinggi, ditempat- tempat mana sanitasi buruk, pembuangan tinja sembarangan tempat. Karena itu frekuensi taeniasis solium berbeda-beda di dunia. Disebabkan oleh Taenia solium ( Linnaeus, 1758), parasit ini terdapat kosmopolit, juga diitemukan di Indonesia (mungkin endemik di Irian Jaya ). Penderita Taeniasis solium ini, terutama terdapat di daerah yang banyak makan daging babi, ataupun didaerah perternakan babi dengan sanitasi kurang baik.(Koes Irianto: 2013) 2. HOSPES DAN HABITAT.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Nama : Fitri Mulyana
NPM : 1211060062
Taenia solium
(Cacing Pita Babi atau Cacing Pita Bersenjata)
Taenia solium merupakan cacing pita babi yang paling berbahaya yang
menginfeksi manusia. Dikatakan berbahaya karena kemungkinan terjadinya
infeksi sendiri oleh cysticercus dapat terjadi. Cacing dewasa panjangnya 1.8-3 m.
(Widodo Hendra: 2013) Stadium dewasa Taenia solium menyebabkan penyakit
taeniasis solium atau infeksi cacing babi. Stadium larvanya menyebabkan
penyakit sistiserosis.
1. PENYEBARAN
Peyakit ini bersifat kosmopolit ditemukan juga di indonesia terutama di
daerah yang penduduknya non-muslim dan terdapat dinegara-negara konsumen
babi seperti di Amerika Serikat, Kanada, dan Inggris. (Rosdiana Safar: 2009)
Penyebaran Taenia solium berhubungan erat dengan kebiasaan
menghidangkan makanan, dan berkaitan dengan keagamaan yang berhubungan
dengan daging babi. Penduduk yang menganut agama Islam yang mengaramkan
daging babi dapat terhindar dari infeksi taeniasis solium ini. Frekuensi parasit
pada babi, yang di beberapa negeri mencapai 25% adalah paling tinggi, ditempat-
tempat mana sanitasi buruk, pembuangan tinja sembarangan tempat. Karena itu
frekuensi taeniasis solium berbeda-beda di dunia.
Disebabkan oleh Taenia solium ( Linnaeus, 1758), parasit ini terdapat
kosmopolit, juga diitemukan di Indonesia (mungkin endemik di Irian Jaya ).
Penderita Taeniasis solium ini, terutama terdapat di daerah yang banyak makan
daging babi, ataupun didaerah perternakan babi dengan sanitasi kurang baik.(Koes
Irianto: 2013)
2. HOSPES DAN HABITAT.
Seperti pada taenia saginata, pada taenia solium, manusia bertindak
sebagai hospes definitif tunggal. Cacing dewasa hidup dibagian atas jejunum dan
dapat hidup sampai 25 tahun. Biasanya ditemukan hanya satu ekor cacing dewasa,
akan tetapi pernah dilaporkan jumlah lebih 25 ekor. Hospes perantara babi, babi
hutan, dan beruang. Jarang ditemukan pada kambing, rusa, anjing, kucing,. Dalam
hospes perantara ini di temukan dalam bentuk larva yang disebut cysticersus
cellulosae yang jernih dan berukuran 10x5 mm. Larva ini biasa terdapat pada otot
lidah, diafragma, dan jantung. Dapat pula menyerang hati, ginjal, paru-paru, otak
dan mata.
3. MORFOLOGI
Cacing dewasa panjangnya antara 2 sampai 4 m, kadang-kadang dapat
mencapai 7 m, cacing ini memakan isi usus,. Scolex berbentuk globuler
berdiameter 1 mm dengan 4 batil isap berbentuk cawan. Scolex ini memiliki
rostelum dengan dua deretan kait yang berjumlah 25-30 buah. Proglotid,
jumlahnya kurang dari 1.000 buah, pada proglotid immautur ukuran lebih
panjang, dari panjangnya. Sedangkan proglotid matur ukuran panjang dan
lebarnya hampir sama dan proglotid hamil panjangnya 2x lebarnya. Pada
proglotid matur, parus genitalis terletak disebelah lateral, biasanya berselang-
seling tidak teratur pada proglatid berikutnya. Proglatid gravid, uterus bercabang
7-13 (biasanya 9) pada tiap sisi, ovarium terletak pada 1/3 posterior proglatid,
berlobus tiga masing-masing 2 lobus simetris kiri-kanan, 1 lobus yang
menghubungkan keduanya, testis mempunya 150-200 folikel yang tersebar pada
bagian posterior. Proglatid gravid biasanya dilepaskan berkelompok 5-6 segmen
akan tetapi tidak aktif keluar dari anus. Setiap proglatid dapat mengeluarkan
30.000-50.000 telur.
Morfologi telur berwarna kecoklatan berukuran 35 mikron, mempunyai
garis-garis radial. Dalam telur terdapat embrio heksakan telurnya sama seperti
telur T. saginata bahkan tidak dapat dibedakan, berbentuk sperik atau subsperik,
memiliki dinding tebal.
Perbedaan antara Taenia saginata dan Taenia solium dijelaskan pada tabel
berikut
Ciri-ciri Taenia solium Taenia saginata
Kepala Mempunyai rpat yang
kuatestelum dengan dua baris
kaitan, 4 batil isap yang lemah.
Tidak mempunyai
rostelum dan kaitan, 4
batil isap persegi em
Proglotid 800-900 1200-2000
Uterus 5-10 (kurang dari 13) 115-30 (lebih dari 13)
Sistiserkus Sistiserkus selulose, banyak
cairan
Sistiserkus bovis
(sedikit cairan)
Hospes perantara
Tempat sistiserkus Otot, hati, paru-paru, otak bola
mata
hati, lidah,
tenggorokan
diafragma
Sistiserkus pada
manusia
Relatif sering Sangat jarang
4. SIKLUS HIDUP
Gambar. Siklus hidup Taenia solium
Daur hidupnya mirip dengan T. saginata pada sapi, namun hospes
intermedier berbeda T. saginata pada sapi dan T. solium pada babi. Proglotid yang
penuh keluar telur keluar melalui feses, kemudian telur infektif keluar dimakan
oleh babi. Telur menetas dalam tubuh babi. Telur menetas dalam tubuh babi, dan
telur membentuk Cysticercus cellulose didalam daging (otot) atau organ lainya.
Orang akan mudah terinfeksi bila memakan daging babi yang kurang masak.
Menetasnya telur hanya terjadi pada saat telur tersebut kontak dengan
cairan lambung. Dari telur yang menetas akan keluarlah oncospher yang memiliki
kemampuan menembus dinding usus karena adanya 6 kaitan serta zat lisis yang
dihasilkan larva ini. Selanjutnya larva ini menuju venul mesentrik untuk akhirnya
terbawa aliran darah keseluruh tubuh dan sampai di otot. Biasanya dalam 60-70
hari akan membentuk cysticercus cellulose yang berukuran 5x (8-10) mm.
Manusia terinfeksi jika memakan daging babi mengandung larva cysticersus
cellulose yang dimasak kurang sempurna. Larva akan dilepaskan di dalam usus
halus setelah daging babi tersebut hancur oleh keasaman lambung dan enzim
pencernaan. Larva yang telah bebas ini akan melekatkan bagian scolexnya pada
mukosa usus, kemudian akan menjadi cacing dewas, biasanya di butuhkan waktu
5-12 minggu. T.solim dan T. saginata dapat bersama-sama pada seorang
penderita. Cacing ini dapat bertahan hidup sampai 25 tahun. (Djaenudin: 2005)
. Cysticercosis Taenia solium tidak seperti spesies cacing pita lainya, T.
solium dapat berkembang dalam bentuk cysticercus pada manusia. Infeksi terjadi
bila telur berembrio tertelan masuk kelambung dan usus, kemudian cacing
berkembang menjadi cysticercus didalam otot.
5. GEJALA KLINIK.
Infeksi oleh cacing ini disebut taeniasis solium atau penyakit cacing pita
babi. Cacing dewasa menimbulkan sedikit iritasi mukosa pada tempat melekatnya
ataupun menimbulkan obstruksi usus. Biasanya tanpa gejala klinis, tapi kadang-
kadang menimbulkan gangguan pada perut berupa perasaan tidak enak perut yang
diikuti diare dan sembelit. Dapat pula menimbulkan anoreksi sehingga penderita
akan merasa lemah. Terjadi eosinofili ringan (lebih 13%). Kadang-kadang terjadi
migrasi proglotid pada anus.
Cysticercus cellulosae. Jika manusia menelan proglotid, atau telur T.
Solium, larva Cysticercus cellulosae dapat tumbuh di dalam tubuh hospes
tersebut, menimbulkan penyakit yang disebut Cysticercus recemosus. Merupakan
bentuk proliferasi dari cysticersus.
6. DIAGNOSIS.
Menemukan telur didalam tinja hanya dapat membuat diagnosis genus,
karena morfologi telur T. Solium sama dengan telur T. saginata. Pemeriksaan
proglotid dan scolex berguna untuk mendiagnosis taeniasis solium. Adapun
diagnosis cysticercosis, yaitu dengan menemukan cycticercus celluloase ataupun
dengan diagnosis immunologis.
7. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis dapat dilihat dari dua hal berikut :
Infeksi usus. kebanyakan infeksi Taenia solium adalah subklinis, tidak
menunjukkan gejala yang berarti. Mungkin ada gangguan pencernaan yang ringan
dan menahun seperti nafsu makan tidak tetap, sakit kepala, sakit perut yang tidak
nyata, diare dan konstipasi bergantian. Penderita merasa cepat lapar. Peradangan
mukosa usus setempat yang ringan terjadi karana iritasi mekanik olah stobila dan
perlekatan skolek. Pada anak dan orang lemah gejala ini mungkinlebih nyata
disertai kelelahan. Penyerapan hasil-hasil metabolisme cacing menyebabkan
leukositosis ringan dan kadang-kadang eosinofil ringan (6-10 persen)
Sistiserkosis yang jumlahnya sampai beribu-ribu dapat tumbuh didalam
tiap jaringan atau alat tubuh manusia. Organ yang disenangi adalah otot bergaris
dan otak selain di jaringan subkutis, mata, jantung, paru-paru dan peritonium.
Manifestasi berat terjadi pada sistiserkosis otak yang biasanya disertai dengan
sistiserkosis umum yang tidak diketahuoi. Manifestasi lambat yang paling
menonjol adalah serangan epilepsy tipe jackson yang berulang-ulang secara tidak
teratur, yang dihubungklan dengan larva yang mengalami fibrosis dan telah mati
atau mengalami perkapuran. Mungkin ada gejala tumor otak, meningitis,
ensefalitis, hidrosefalus paresis yang kadang-kadang timbul, penglihatan yang
menghilang, sakit kepala tiba-tiba muntah dan mental yang terganggu mungkin
merupakan gejala utama. Didalm mata sistiserkosis terletak dibawah retina atau di
dalam humor vitreum.
8. PENGOBATAN.
Obat-obatan praziquantel atau niklosamid diberikan dengan dosis sama
dengan dosis pada infeksi oleh D. Latum, ternyata obat ini dapat pula
dipergunakan pada cysticertosis, termasuk cysticertosis otak dengan dosis 25
mg/kg berat badan perhari selama3-4 hari. Mebendazol dengan dosis 300 mg dua
kali perhari selama 3 hari. Sejak diketahui timbulnya cysticercosis dapat melalui
autoinfeksi interna, penting sekali untuk melindungi penderita agardiagnosis
spesifik dini dapat dilakukan. Jika dengan obat tidak berhasil dengan baik, harus
dipertimbangkan untuk dilakukan operasi. Jenis obat Atebrin dan Yomesan dapat
diberikan.
9. PENCEGAHAN.
Untuk mencegah terjadinya Taeniasis solium, beberapa hal yang dapat
dilakukan antara lain, menghindari memakan daging babi mentah atau kurang
matang serta pemeriksaan daging babi sebelum dijual. Untuk mencegah ini perlu
diketahui ketahanan cycticersus, antara lain pada suhu kamar dapat bertahan
selama 26 hari, pemanasan 45-500 C, mati setelah 30 menit , pendinginan 0-(-2)0
C, bertahan selama 2 bulan sedangkan pada (-10)0 C, hanya bertahan selama 4
hari. Dengan pengasinan tidak selalu berhasil.
Mencegah timbulnya Cysticercus cellulosae. dengan menghindarkan
makanan atau minuman tercemar tinja babi terutama sekali diperternakan babi.