Top Banner
Tabloid Mahasiswa Universitas Lampung Teknologi, Inovasi, Kreativitas, dan Aktivitas Tetap Berpikir Merdeka! Ilmiah Bisa, Populer Juga Boleh! No. 112 Tahun XI Tahun XI Edisi Januari 2011 BEBAS BISAKAH UNILA ROKOK? Reportase Khusus Unila menetapkan kebijakan baru “Kampus Tanpa Asap Rokok”. Namun setelah disyahkan sejak 1 Desember 2010, aturan tersebut nampak tak ber- dampak apa pun. Kontroversi seputar regulasi pun menjamah civitas akademika Unila. 6-7 Mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP Unila ini punya peran yang sangat berarti. Ia mengabdi tanpa digaji, mengajarkan murid SDN Pulau Pahawang untuk peduli lingkungan. Endro Sucipto, Ekspresi 12 Kawat Gigi atau Behel di awal kemunculannya ber- kutat seputar dunia medis, meratakan gigi. Kekinian behel pun menjadi tren hingga mengarah pada status sosial pemakainya. Life Style 11
12

Tabloid Teknokra Edisi 112

Apr 04, 2016

Download

Documents

Teknokra Unila

merupakan tabloid UKPM Teknokra Unila
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Tabloid Teknokra Edisi 112

Tabloid Mahasiswa Universitas Lampung

Teknologi, Inovasi, Kreativitas, dan Aktivitas Tetap Berpikir Merdeka!

Ilmiah Bisa, Populer Juga Boleh!

No. 112 Tahun XI Tahun XI Edisi Januari 2011

“BEBAS” BISAKAH UNILA

ROKOK?

Reportase KhususUnila menetapkan kebijakan baru “Kampus Tanpa Asap Rokok”. Namun setelah disyahkan sejak 1 Desember 2010, aturan tersebut nampak tak ber-dampak apa pun. Kontroversi seputar regulasi pun menjamah civitas akademika Unila.

6-7

Mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP Unila ini punya peran yang sangat berarti. Ia mengabdi tanpa digaji, mengajarkan murid SDN Pulau Pahawang untuk peduli lingkungan.

Endro Sucipto,Ekspresi 12

Kawat Gigi atau Behel di awal kemunculannya ber-kutat seputar dunia medis, meratakan gigi. Kekinian behel pun menjadi tren hingga mengarah pada status sosial pemakainya.

Life Style 11

Page 2: Tabloid Teknokra Edisi 112

Suara Mahasiswa

Pelindung: Prof. Dr. Ir.H Sugeng P.Harianto, M.S. Penasehat: Prof. Dr. Sunarto, SH.MH Staf Ahli: Prof Dr Ir Muhajir Utomo, M Sc, Ir. Anshori Djausal, M.T., Dr. Eddy Riva’I S.H., M,H,, Drs. M. Thoha B. Sampoerna Jaya, M,S,, Drs. Nanang Trenggono, M.Si, Drs. Sulton Djasmi, M.Pd, Ir, Yoeke Moelgini, M.Si.,Tony Wijaya, S.I.Kom., Abdul Gafur, Andry Kurniawan, Ari Beni Santoso

Pemimpin Umum: Fatoni Latif, Pemimpin Redaksi: Supendi, Pemimpin Usaha: Asih Budi Ariyanti Redaktur Pelaksana: Ricky Penataria Marly, Dian Wahyu Kusuma, Sulis Setia Markhamah, Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan: Ni’Matus Shaumi, Kepala Kesekretariatan: Nely Merina, Manager Usaha: Agnes Lisdiani, Manajer Keuangan: Anggun Tiara Safitri, Staf Puslitbang: Sri Nurmayanti, Reno Bima Yudha, Staf Kesekretariatan: Bina Mandiri Zein, Syara Arizona, Staf Keuangan: Meilina Fitrianti, Redaktur Berita: Lia Herniza, Lutfi Yulisa, Nurhandayani(Non Aktif) Redaktur Foto: Alvindra, Redaktur Artistik: Esty Indriyani Safitri, Redaktur Webdesign: Nadya Amalia Nst, Fotografer: Devira Janu Anjani (Non Aktif), Ratna Juwita Sari, Staf Artistik: Rudiyansyah, Indarti, Koordinator Unit Kreatif: Reni Chairani, Koordinator Unit Iklan: Neka Meliyati Koordinator Unit Pemasaran: Tri Agustina Reporter: Rukuan Sujuda, Rika Wati, Nur Fitasari, (Non Aktif) Vina Oktavia, Webdesigner: Vera Nova (Non Ak-tif), Desisonia Lilia H Staf Unit Iklan: Siti Haridah, Inayati Sofiah, Staf Unit Pemasaran: Freddy Hidayat (Non Aktif), Virda Altaria, Staf Unit Kreatif: Lina Sari (Non Aktif), Puji Lestari Reporter Magang: Arian Korizal, Aprohan Saputra Heri Se-tiawan, Novalinda Silviana, Rajahot Sinterclas, Annisa Sholeha, Emmil Rachmaditia, Frida Octavia, I Made Suteja, Kahayun, Princess Rahmaditia M., Terry Abdul Risman M., Desfi dian Mustika, Aryo Adityo Novran, Hermawan Santoso, Leni Anggereini, Oemar Madri Bafadhal, Raffki Ariansyah, Rahmat Julianta Tarigan, Ricca Novita Sari, Syinthia Kamala, Vandan Wiliyanti, Vobysca Melada Siregar, Yurike Pratiwi S .

Comment 2No. 112 Tahun XI Trimingguan Edisi Januari 2011

Salam hangat untuk pembaca sekalian. Kami kembali hadir menyapa dan mem-beri sedikit informasi dengan sajian yang berbeda. Tahun 2011, menjadi tahun spesial bagi kami. Bila sebelumnya kami hadir dengan format Teknokra News, kali ini kami hadir dengan format Tabloid.

Perubahan ini sebenarnya bukanlah memulai sesuatu yang baru, melainkan mengulang format terbitan terdahulu dan meraciknya menjadi sajian yang berbeda. Kami sadar, sebagai pers ma-hasiswa kami harus memiliki karakter dalam produk yang kami hasilkan. Salah satu karakter yang coba kami munculkan adalah kemampuan menulis mendalam dengan pengemasan cerita yang me-narik.

Konsep penulisan feature kami ga-dang, dan menyandingkannya dengan gaya penulisan Straight News. Kreatifitas menulis kami utamakan. Tak hanya itu, isu yang kami angkat pun tak melulu soal internal kampus melainkan juga info-info menarik di luar kampus, seperti adanya liputan budaya, kilasan sejarah dalam rubrik Historia juga rubrik Lifestyle yang juga berpeluang mengangkat tema-tema terkini.

Pembaca, mengawali suatu perubah-an memang tak mudah. Kami memulai-nya dengan menguras otak selama tiga hari dua malam dalam Musyawarah Besar ke 20. Dilanjutkan melalui ra-pat redaksi untuk mematangkan konsep. Hasil didapat, format Teknokra News berganti Tabloid dengan penambahan

halaman dari 8 menjadi 12-16 halaman. Periode terbitan dari dua mingguan menjadi tiga mingguan. Rubrikasi pun ditambah seperti: Historia, Konsultasi, Apresiasi, Budaya, Kesehatan, Etalase, Rehat, Zona Aktifis, Resensi, Wansus, Life style dan essay foto.

Dilema. Itulah kata yang bisa me wakili kekecewaan kami khususnya awak redaksi. Hasrat ingin membuat tabloid menjadi 16 halaman dengan konsep pe-nambahan informasi beragam pun harus kami pendam. Itu tak lain karena kondisi keuangan penerbitan yang tak mencu-kupi. Uang Rp6 ribu yang pembaca sum-bangkan melalui SPP per semesternya tak memenuhi kebutuhan biaya cetak untuk satu tahun kedepan termasuk

biaya cetak dua majalah dan satu edisi khusus mahasiswa baru. Kini, dengan berat sekaligus bangga kami buat tabloid dengan hanya 12 halaman. Ini tentu tak mengurangi semangat kami untuk mem-beri yang terbaik bagi pembaca.

Pembaca, tak banyak yang kami harap, hanya memberi sedikit ruang bagi kami untuk “menggila” dan memberi sedikit informasi bagi pembaca, memberi pilihan untuk bertindak. Menjadi media penawar keluh kesah dan penyampai suara lantang mahasiswa. Yakinlah kami tetap berjalan pada khitah idealisme pers mahasiswa.

Tetap Berpikir Merdeka!

Tahun Baru, Semangat Baru!

Kyay Jamo Adien

Mutakin (Agribisnis ’07). Kepada Yth Ketua MPM dan DPM U terkait marak tersebarnya atribut eksternal (baik yang berbentuk buletin, pamflet, spanduk maupun media promosi lain) yang masuk kampus terutama yang berhubungan dengan parpol dan ormas. Buktikan kalau kalian wakil mahasiswa bukan wakil parpol maupun ormas tertentu. Trims. 0857696447XXX

Abi (FKIP Biologi ’05). Kenapa sih dengan menejemen Unila? Jadwal kuliah kami bertabrakan. Dan lebih parahnya lagi dosennya tidak ada yang mau mengalah. Kapan lulusnya? 08978905XXX

Tarman (FT Mesin ’10). Please donk ah... Mohon diperhatikan fasilitas Gedung H Teknik. Terutama air, masa harus BAK/BAB tidak disiram atau harus numpang menuju ke fakultas lain. Dimana sarana dan prasarana yang layak untuk kami. Yang sebanding dengan uang yang harus dikeluarkan oleh kami. Tolong dong untuk penanggung jawabnya. Didengar dan lebih diperhatikan lagi dan jangan lupa direalisasikan. Terimakasih buat Teknokra, Tetap Berfikir Merdeka!

085758888XXXBudi Prasetyono (Teknik

Elektro’06). Untuk dekanat tek­nik, tolong tempat sampah ju rusan Teknik Elektro di­perhatikan. Karena sejak saya pertama kuliah sampai sekarang belum pernah diangkut. Sekarang sampahnya sudah menggunung, dan parahnya di bak sampahnya tumbuh rumput­rumput dan menjadi seperti pot bunga saja. Sekarang sampahnya berserakan di sekitarnya. Terimakasih. 08568388XXX

Andri Supriadi (FE Manajemen’10). 1. Kapan KTM mahasiswa 2010 jadinya. Karena untuk membuat kartu perpustakaan harus ada KTM. 2. Kapan login hostpot dibuatkan oleh puskom? Saya udah daftar, ngisi formulir dan bayar sejak awal masuk bulan sembilan lalu, tapi kok sampai sekarang belum selesai juga. Buat apa banyak­banyak hospot ternyata tidak bisa dipake karena loginnya belum dibuatkan. 3. Toilet gedung A menajemen tolong diperbaiki, dari segi kebersihan dan kelancaran airnya. 085769714XXX

Jepri Firnanda (Pendidikan Bahasa dan Seni’10). Saya adalah

salah satu mahasiswa yang masuk lewat jalur UML, kenapa fasilitas perkuliahan masih minim? Contohnya LCD, hampir setiap hari selalu rebutan LCD dengan kelas lain. Uang UML dikemanain? Katanya untuk SPI? 085769712XXX

Dongah_Ndutt (Pendidikan Bilologi’07). Tolong sampaikan pada pihak yang terkait, bahwa pembangunan gedung baru di belakang gedung G sangat mengganggu proses perkuliahan karena suara sinso dan alat beratnya yang luar biasa bising. Tolong kasih solusi yang sama­sama mengenakkan pekerja dan mahasiswa. Terimakasih.085768230XXX

Awal Desember 2010, Unila secara resmi menetapkan kebijakan kampus tanpa rokok di area tertentu. Kebijakan yang cukup berani di tengah pergumulan kaum intelektual yang juga tak lepas dari rokok. Bisa dipastikan sebagian besar mahasiswa, dosen maupun karyawan Unila menghisap rokok setiap harinya.

Kebijakan ini tentu saja mengundang kontroversi. Bagi perokok, ini mengusik kebebasan atau hak untuk merokok. Sebaliknya, bagi yang tak merokok, ini sebuah langkah untuk menjauhkan diri dari gangguan perokok aktif. Pilihannya sulit, bagi para pecandu rokok tentu bukan hal mudah menghilangkan kebiasaan merokok atau sekadar mencari tempat khusus untuk merokok.

Rokok bagi sebagian orang menjadi kebutuhan hidup. Bahkan banyak mahasiswa yang rela menyisihkan uang jajan agar bisa membeli rokok. Ekstrimnya lebih baik tak makan dari pada tidak menghisap rokok. Fenomena ini tentu banyak penyebabnya. Bisa jadi karena tren pergaulan atau memang karena kecanduan hingga rokok menjadi kebutuhan hidup yang mesti dipenuhi.

Semua orang pasti mahfum kalau merokok tak baik bagi kesehatan, termasuk perokok itu sendiri. Saban hari, orang tua, guru hingga tayangan iklan menayangkan soal bahaya merokok. Hasilnya? Hanya dianggap angin lalu. Asap rokok tetap saja mengepul dari mulut-mulut penggila rokok. Ini sebuah paradoks. Kalau memang tak baik, kenapa pula dilegalkan.

Nah, kembali ke persoalan larangan merokok. Niatnya memang sudah baik, menjadikan Unila sehat dan bersih tanpa rokok. Namun persoalannya tak semudah dan tak sebatas konsep. Unila harus realistis melihat keadaan. Bukan sekadar memaksakan kehendak dengan mensyahkan kebijakan yang malah ditentang. Kalaupun Unila serius, tentu harus bekerja keras, seperti melakukan langkah persuatif dengan memberi pemahaman tentang hidup sehat tanpa rokok. Ini pun harus dimulai dari si pembuat kebijakan itu sendiri beserta jajarannya, dosen, karyawan hingga barulah mahasiswa.

Tapi bagaimana peraturan ini bisa terlaksana kalau dari internal birokrat kampus sendiri masih asyik menghisap rokok di area kerja. Mengutip Radar Lampung 02/1/ 2010, sehari setelah diterapkan pada 1 Desember 2010, masih ada pegawai rektorat yang merokok persis di depan ruang rektor. Alasannya sederhana, karena tak tahan. Padahal kebijakan ini diutamakan dimulai dari gedung-gedung utama, termasuk gedung rektorat itu sendiri.

Sanksi pun tak jelas. Sebatas sanksi moral dengan cara mengingatkan para perokok bila merokok sembarangan. Ya, memang Unila institusi pendidikan yang harus menggunakan cara-cara terdidik. Namun ini soal mengubah sikap, perilaku dan budaya yang sudah melekat. Caranya tentu tak sekedar mengingatkan, apalagi yang wajib mengingatkan malah lupa memberi peringatan. Unila mesti melakukan berbagai upaya untuk menyamakan cara pandang civitas akademika. Bila perlu dibuatkan aturan tegas. Sosialisasi kebijakan pun harus dilakukan secara masif.

Ini persoalan klasik. Banyak larangan, banyak juga yang melanggar. Ikhwalnya, aturan tak sejalan dengan kondisi di lapangan. Si pembuat kebijakan dan yang diberi aturan kerap berbenturan, beda pemikiran. Merujuk tujuan manusia berkomunikasi, menyamakan persepsi. Setelah itu tercapai, maka terserah mau dibawa kemana.

Tetap Berpikir Merdeka!R E D A K S I

Unila Tak Serius!

Salam Kami

Esty Indriyani S

Tabloid TEKNOKRA diterbitkan oleh Unit Kegiatan Penerbitan Mahasiswa (UKPM) TEKNOKRA Universitas LampungALAMAT: Gedung PKM Lt. 1 Jl. Soemantri Brodjonegoro No. 1 Bandarlampung 35145, TELEPON: (0721) 788717 EMAIL: [email protected] WEBSITE: www. teknokra-unila.com

COVER

Judul: Bisakah Unila “Bebas” Rokok?

Ide & Desain:Esty Indriyani S

Page 3: Tabloid Teknokra Edisi 112

Oleh : Arian Korizal

Kamhik 3 No. 112 Tahun XI Trimingguan Edisi Januari 2011

Unila-Tek: Kamis 6 Januari, sua­sana di Rumah Susun Mahasiswa (Rusunawa) Unila sepi. Hanya terlihat beberapa penjaga ge­dung yang asik bermain kartu remi di lantai dasar. Kebersihan­nya kurang terjaga. Saat menaiki tangga, pandangan langsung disuguhi setumpuk sampah yang berada tepat di depan anak tang­ga lantai dua. Banyak pakaian penghuni menggantung di pagar besi yang biasa dipakai untuk menjemur pakaian.

Di lantai dua, deretan kamar­kamar tertutup rapat. Banyak sepatu yang berserakan di depan pintu setiap kamar. Tak lama, seorang penghuni kamar nomor 109 keluar kamar. Ahmad Surya namanya. Ia baru menghuni Rusunawa sejak September 2010. Satu kamar dengan rekannya dari jurusan Akuntansi FE 2009, Richard.

Ahmad adalah salah satu ma­hasiswa penerima beasiswa bidik misi yang menetap di Rusunawa. Namun bukan berarti ia gratis menempati gedung berlantai 4 itu. Ia mesti membayar biaya Rp1,5 juta per tahunnya. Biaya sebesar itu dikenakan pada mas­ing­masing individu, bukan hi­tungan kamar.

Ahmad mengajak saya men­gunjungi kamarnya. “Ya begini­lah fasilitasnya, enak gak enak tinggal di sini,“ ujar Ahmad sam­bil duduk di kursi belajar.Sebuah ranjang tingkat , dua buah meja belajar dan satu lemari kayu be­sar mengisi kamar berukuran 3x6 meter itu.

Ahmad mengeluhkan masalah kebersihan yang kurang terjaga. “Awalnya teras depan selalu dis­apu dan dipel oleh petugas ke­bersihan, tapi sekarang sudah ng-gak berjalan lagi jadi ya kotor.”

Penghuni lainnya, Rini Han­dayani (Kimia ’10) mengeluhkan saat datangnya malam. “Keadaan pada malam hari masih gelap dan sangat memprihatinkan. Padahal lampu jalan kan ada, kenapa ng-gak dihidupkan saja.”

Ia juga mengeluhkan fasili­tas kantin yang belum tersedia.

“Kantin sangat diharapkan oleh para penghuni. Kalau ada kantin masalah makan atau kalau ada tamu nggak susah cari makan­nya.

Menurut Rini, pihak pengelola pernah menjanjikan akan me­masang fasilitas hotspot di ling­kungan Rusunawa. Bila tak ada jaringan hotspot mahasiswa jadi kerepotan untuk mengakses in­ternet karena akses keluar yang jauh.

Tak hanya itu, Ahmad dan Rini juga mengeluhkan tak tersedi­anya fasilitas untuk menjemur pakaian. Menurutnya, pihak pengelola pernah menjanjikan akan membagikan fasilitas untuk menjemur pakaian, tapi hingga sekarang belum terlaksana. “Su­sah kalau mau jemur baju di sini, kalo nggak jemur di jendela ya pagar depan. Jemuran sering jatuh, jadi baju harus dibilas lagi. Mungkin cukup satu tahun aja di sini,” kata Ahmad sembari meng­umbar senyum.

Namun untuk soal keamanan, Ahmad dan Rini mengaku tak ada masalah. Empat orang petu­gas satpam, siang malam men­jaga keamanan di gedung terse­but. Posisi Rusunawa yang jauh dari keramaian juga membuat penghuni nyaman dalam belajar.

Saat dikonfirmasi, Manajer Rusunawa Suarno Sadar, me­nampik adanya keluhan dari para

penghuni Rusunawa. “Namun, ia mengatakan pihaknya akan mengusulkan untuk menambah gedung dan fasilitas baru, seperti kantin.

Menurut Suarno, Rusunawa memang diprioritaskan untuk mahasiswa penerima beasiswa bidik misi Unila. Namun un­tuk tahun ini, penghuni masih sepi. Itu karena sosialisasi yang kurang. Penghuninya sekitar 25 persen termasuk mahasiswa asing asal Kamboja dan Mada­gaskar. “Untuk tahun yang akan datang (2011), mahasiswa yang mendaftar Bidik Misi harus ting­gal di Rusunawa. Kalau tidak mau tinggal di Rusunawa ya nggak perlu mengajukan bea­siswa Bidik Misi.” =

Rusunawa Menuai Keluh Oleh: Rudiyansyah, Desfi D, Synthia K

Unila-Tek: Belum lama ini, Unila kebagian jatah beasiswa dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang merupakan bantuan pendidikan dari Kementerian BUMN. Namun saat menjelang proses pencairan, beredar isu adanya pemotongan nominal beasiswa BUMN dari Rp6 juta menjadi Rp4.200.000. Hal ini sontak membuat pihak kemahasiswaan terkejut. Karena nominal yang dibagikan hanya Rp4.200.000.

Untuk meluruskan isu tersebut, Selasa (4/1) pihak kemahasiswaan mengadakan pertemuan dengan para penerima beasiswa BUMN yang diwakilkan oleh Muhidin Sirait, selaku tim kerja PR III. Dalam kesempatan tersebut, Muhidin menegaskan bahwa isu tersebut tidak benar. Uang yang cair untuk beasiswa tersebut berjumlah Rp4.200.000 per orang. Rp1.200.000 dikenakan untuk pembayaran SPP selama dua semester, sisanya dibagikan pada penerima.

“Jumlah nominal yang diajukan oleh Unila ke Kementerian BUMN berdasarkan penghitungan standar kebutuhan hidup di Provinsi Lampung,” ujarnya. Menurut Muhidin, mahasiswa yang sudah dapat beasiswa ini akan berkelanjutan selama 4 tahun, dengan syarat bisa mempertahankan prestasi dan nilai akademik.=

Tak Ada Potongan Beasiswa BUMN

Unila-Tek: Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas (BEM-U) KBM Unila membuka posko pengaduan bagi mahasiswa yang kehilangan Kartu Tanda Mahasiswa (KTM), slip SPP, informasi beasiswa dan pengaduan permasalahan nilai. Posko tersebut dibuka di Gazebo Beringin Intelektual dan di fakultas-fakultas hingga 7 Januari.

BEM-U juga tak hanya menerima laporan melainkan ikut membantu dalam proses penyelesaiannya. Seperti dalam pembuatan KTM yang hilang, pihak BEM-U bekerjasama dengan rektorat untuk membuat ulang. Mahasiswa terlebih dahulu harus membuat surat keterangan kehilangan dari pihak kepolisian, surat keterangan masih kuliah dari dekanat, dan membayar biaya administrasi pembuatan Rp10 ribu. “KTM, baru akan jadi kurang lebih 4 hari,” ujar Arnando (FT ’08) selaku panitia.=

Unila-Tek: Unit kegiatan Mahasiswa Kristen (UKM K) Unila akan merayakan natal bersama di Gedung Serba Guna Unila (GSG) Kamis (13/01). Acara ini rutin diadakan setiap tahunnya. UKM K akan mengundang semua mahasiswa, dosen dan karyawan yang beragama Kristen dan Katolik yang ada di Unila, dan organisasi Kristen di Lampung

Acara ini tidak dikenai biaya untuk semua mahasiswa Kristen. Rindi Ardana Reswari (Agribisnis ’07), selaku pengurus UKM K mengatakan, rangkaian acara perayaan ini terdiri dari tarian tamborin, paduan suara, drama, liturgi profesi, liturgi ragam bahasa seperti bahasa Indonesia, Prancis, Turki, Jerman, Belanda, Inggris, dan Cina. Acara lainnya seperti persembahan dari panitia, khotbah, dan nyanyian lagu – lagu pujian.

“Tujuan dari perayaan natal bersama ini untuk merasakan makna dari natal bersama, menjalin keakraban dengan seluruh mahasiswa di Unila,“ ujar Rindi.=­

UKM Kristen Rayakan Natal BersamaOleh: Yurike Pratiwi S

Posko Pengaduan Bem-U, Bantu Mahasiswa

Oleh: Arian Korizal

Tak terawat. kondisi gedung serba guna Unila saat ini tak terawat dan sudah banyak kerusakan.Jumat ( 17/12 ). keadaan ini bila dibiarkan maka akan bertambah parah begitu juga infrastruktur lain yang ada disekitar Unila.

BEM-U Gelar Diskusi Anti KorupsiUnila-Tek: Diskusi Akhir Tahun yang diselenggarakan oleh BEM U KBM Unila, menghadirkan pembicara dari Kejaksaan Tinggi (Kejati) Lampung Ardiansyah dan akademisi Hukum Unila Syafruddin. Sedangkan pembicara dari Polda Lampung sendiri tidak berkenan hadir. Diskusi ini mengusung tema “Refleksi Agenda Pemberantasan Korupsi di Lampung” yang diselenggarakan pada Selasa, (28/12) di Cafe Pondok Kelapa.

Dalam diskusi ini, BEM U KBM Unila menilai bahwa pemberantasan korupsi di Provinsi Lampung selama setahun kebelakang masih lemah. “ BEM U menuntut perlunya REformasi Birokrasi di Lampung yaitu khususnya dalam konteks pengadaan pegawai di institusi penegak hukum maupun institusi lainnya di Lampung serta secara formal dalam sistem penegakkan hukum karena banyak UU yang justru tidak pro terhadap masyarakat dan menyulitkan agenda pemberantasan korupsi.”ungkap Wendy dari BEM Unila yang juga sebagai moderator diskusi ini. =­RILIS

iklan

Page 4: Tabloid Teknokra Edisi 112

Kamhik 4 No. 112 Tahun XI Trimingguan Edisi Januari 2011

Beristirahat.Tiga orang pemulung beristirahat di belakang gedung Rektorat Unila, Kamis (6/01 ). Akhir -akhir ini makin banyak pemulung dan pengemis yang lalu-lalang di sekitar kampus hijau.

Pohon tumbang. tiga orang mahasiswi berjalan melintasi pohon tumbang yang menimpa gazebo diareal pohon beringin, Kamis ( 6/1 ), kejadian ini dikarenakan cuaca ekstrem akhir - akhir ini melanda kota Bandarlampung.

Unila-Tek: Ketiganya adalah Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Rakanila, UKPM Teknokra dan UKM Mapala. Dendy Wahyudi (Ekonomi pembangunan ’08) terpilih menjadi direktur rakanila periode 2010 -2011, menggantikan direktur sebelumnya Erwin Tri Haryanto (Hukum ‘06 ). Pengangkatan dilakukan di ruang sidang PKM lantai dua Unila (19-20/11). Visi misinya untuk satu tahun kepengurusan adalah mewujudkan UKM Rakanila sebagai radio komunitas yang professional dan mewujudkan SDM yang profesional serta menjaga hubungan baik eksternal dan internal.

UKPM Teknokra mengusung Fatoni Latif (Biologi ’06) menjadi Pemimpin Umum Periode 2010/2011 menggantikan Ari Beni Santoso (Teknik Mesin ’05). Beni berpesan supaya kedepannya kerjasama sesama UKM dapat terlaksana dan kedepan jauh lebih baik. Fatoni mengatakan pada tahun ini ada perubahan penerbitan dari Teknokra News, menjadi Tabloid. 41 pengurus UKPM Teknokra resmi dilantik pada Senin (3/01) oleh Pembantu Rektor III Prof Sunarto di Gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) lantai 2.

UKM Mapala menetapkan Tio Fatrin (Manajemen ’08 ) sebagai ketua umum, Elda Rahayu (Hukum’06) sebagai sekretaris, dan Marwanto (Teknik Elektro’08) sebagai bendahara. Ketua pelaksana Fitri Sukiyah (Pend. Kimia’08) berharap setelah diadakan Musyawarah Besar (Mubes) ini tidak ada tumpah tindih dalam pekerjaan untuk setahun ke depan dan juga dana untuk acara tidak terhambat.

Pemilihan kepengurusan baru pada Mubes yang diadakan Mapala ini dilakukan secara aklamasi sehingga pemilihannya dilakukan dengan persetujuan secara lisan dari semua peserta. Pelaksanaan Mubes XVII berjalan lancar sesuai dengan perencanaan pihak panitia. Kurang lebih tiga puluh orang hadir untuk mengikuti acara Mubes di Mapala. Dalam Mubes menghasilkan program kerja (Progja) setahun kedepan, Fitri mengungkapkan Mapala untuk setahun kedepan progjanya adalah menggali dan mengeskplorasi potensi alam yang ada di Lampung, serta mempublikasikannya.=

Tiga UKM U Miliki Nahkoda BaruOleh: Syinthia K, Yurike P, Vandan

Unila-Tek: Pada 2011 biaya keterlambatan Sumbangan Pembangunan Pendidikan (SPP) menjadi 5% perbulan yang sebelumnya 75% dari biaya SPP. Menurut Kepala Bagian Keuangan Unila Joko Prayitno, Sanksi tersebut sudah dijalankan namun jika ada keterlambatan yang lebih dari tanggal keterlambatan dengan alasan yang jelas akan diberikan kebijakan. “Semua aturan itu harus ditaati namun adanya aturan juga ada kebijakan untuk keterlambatan itu,” tutur Joko.

Menurut Joko terlambatnya pembayaran SPP mahasiswa alasannya bervariasi, dari belum ditransfer uang oleh orang tua, hingga terbentur kebutuhan lain.

Jadwal pembayaran SPP semester genap akan berlangsung pada (10-31/01). Untuk program S1 Reguler dan S2 semua fakultas, semua jurusan (kecuali MIL,MMP dan MIPS, S2 Akuntansi) berlangsung online di semua Bank BNI/ATM bank BNI dari pulul 08.00 sampai 15.00 WIB. Sedangkan untuk non reguler (FE, FH, FKIP, FT, FP, FISIP) pembayaran di bank BTN atau di kantor pos seluruh Indonesia. Untuk pembayaran SPP S1-UML/Mandiri, S2 MIL, S2 MMP, S2MIPS,S2 Ilmu Akuntansi, pembayaran di bank BTN, untuk S1-UML/Mandiri angkatan 2008 semua jurusan dan angkatan 2009-2010 non eksakta melalui bank Mandiri tempatnya di aula fakultas pertanian. Untuk Program Diploma di bank Bukopin.=

5% Biaya Keterlambatan SPPOleh: Novalinda Silviana

Unila-Tek: 18 Atlet yang diberang­katkan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Kempo sabet medali pada perlombaan Komite Olahraga Na­sional Indonesia (KONI) yang di­adakan Provinsi Lampung pada (13­19/12) di Aula BP4K ( Badan Penyuluh Pertanian Perkebunan Perikanan dan Kelautan) Tulang Bawang. Medali yang didapat, 8 emas, 7 perak dan 3 perunggu

Ketua sekaligus pelatih,UKM Kempo Unila, Eko Budi Setiawan

mengatakan Kempo tidak hanya membawa atlet dari mahasiswa tetapi juga atlet binaan muda yang dapat diandalkan.

Menurut Eko, lomba PorProv ini langsung diketuai oleh Gu­bernur Lampung, Sjachroedin ZP sebagai ketua KONI Provinsi Lampung. Pertandingan tersebut merupakan program kerja KONI Provinsi Lampung yang diada­kan 4 tahun sekali, sebagai pem­binaan atlet Provinsi Lampung guna persiapan menghadapi PON 2012 mendatang di Riau.

Sebagai pelatih, mulya dan Eko sangat berterima kasih atas du­kungan kepada Pembina UKM Kempo Prof. Nengah Marta. “Karena dukungan materi dan moril UKM Kempo Unila dapat melaksanakan latihan dan persia­pan dengan matang,” ungkapnya. Tidak hanya itu ia mengharapkan kenshi­kenshi Dojo Unila tidak terlena dengan kemengan yang diraih, tetapi prestasi harus tetap ditingkatkan guna persiapan PON mendatang.

Menurut Eko, karena setiap atlet berasal dari daerah yang berbeda dan mereka mewakili daerahnya masing­masing seper­ti Andi Atmanegara yang berasal dari Lambar membela daerah Lampung barat, Bangkit Samosir membela Tanggamus

Peraih perunggu, Habrianda Bukit (Pemerintahan ’08) men­gatakan sangat senang akan ha­sil yang diraihnya. “meskipun Cuma juara 3, paling gak bisa

mengharumkan Bandar lampung khususnya Unila,” katanya.

“Kuncinya banyak latihan dan lakukan apa yang sudah dilatih, tetep semangat buat mempersiap­kan diri di Pra PON di Makassar Juni mendatang,” tambahnya.=

18 Atlet Kempo bawa pulang MedaliOleh: Siti Haridah, Virda Altaria P

Sogi Sinaga (Teknik Elektro ’08) meraih medali emas tingkat Randori Putra Kelas 62 kg mewakili Tulang Bawang,

Andi Atmanegara medali perunggu tingkat Randori Putra Kelas 62 kg mewakili Lampung Barat,

Selviyana (FKIP Penjas ’07) meraih medali emas tingkat Randori Putri kelas >52kg dan medali emas tingkat Embu berpasangan dengan Ansori murid binaan Kempo mewakili Tulang Bawang,

Habrianda Bukit dan Habriandi Bukit meraih medali perunggu tingkat Embu Berpasangan mewakili Lampung Selatan,

Habriandi Bukit meraih medali emas tingkat Randori Putra kelas 46 kg mewakili Lampung Selatan,

Bangkit Samosir meraih medali perunggu tingkat Randori Putra kelas 54 kg.

Mahasiswa yang mendapat Medali

Page 5: Tabloid Teknokra Edisi 112

Ngekhibas

Artikel Tema 5 No. 112 Tahun XI Trimingguan Edisi Januari 2011

Diskursus tentang mahasiswa dan perannya dalam sejarah perpoli-

tikan nasional maupun internasional menjadi pembahasan menarik di berbagai kesempatan. Banyaknya forum-forum diskusi yang diadakan telah menghasilkan pula pelbagai tu-lisan, makalah, maupun buku-buku yang diterbitkan tentang hakikat, peranan, dan kepentingan gerakan mahasiswa dalam pergulatan poli-tik dan masyarakat kontemporer di Indonesia. Terutama dalam konteks keperduliannya dalam merespon masalah sosial-politik masyarakat.

Kehadiran gerakan mahasiswa sebagai perpanjangan aspirasi rak-yat, amat dibutuhkan sebagai upaya penanaman kesadaran berpolitik masyarakat dan advokasi atas kon-flik-konflik yang terjadi vis a vis pe nguasa atau negara. Motivasi gerakan mahasiswa lebih banyak mengacu pada panggilan nurani atas kondisi lingkungan sosial serta untuk perbaikan kualitas hidup bangsanya “moral force”.

Mahasiswa punya peran stra-tegis sebagai agent of social control. Mahasiswa sebagai kaum intelek-tual muda perlu melakukan pem-berdayaan di tingkat masyarakat lapisan bawah dan menjadi mediator sekaligus pengontrol kebijakan pe-merintah.

Dalam menjaga idealismenya, mahasiswa tak seharusnya seke-dar menggelar demonstrasi, namun mampu menggalakkan gerakan pemberdayaan dan pendidikan politik di masyarakat melalui peran media massa termasuk pers ma-hasiswa/kampus. Hal ini tak lepas

dari pentingnya peran pers sebagai media yang efektif untuk menyampaikan ber-bagai pesan termasuk meng-ungkap berbagai fakta sosial. Sementara mahasiswa juga tak sedikit menyumbang warna dalam dinamika perjalanan bangsa. Seja-rah mencatat, bagian besar trans-formasi sosial politik yang terjadi di berbagai belahan dunia dipelopori oleh mahasiswa.

Pers mahasiswa adalah istilah untuk menyebut aktivitas jurnalistik yang dikelola oleh mahasiswa da-lam sebuah perguruan tinggi. Pada dasarnya, kegiatan dan fungsinya sama saja dengan kegiatan dan fungsi pers umum, hanya lingkupnya lebih sempit. Jadi, pangsa pasar uta-ma dari pers mahasiswa adalah ma-hasiswa itu sendiri. Namun, pernah ada produk jurnalisme kampus yang gaungnya mampu terdengar hingga keluar dinding kampus.

Pers mahasiswa di Indonesia memiliki sejarah yang sangat pan-jang. Kelahirannya menjadi salah satu bagian dari gejolak pergerakan mahasiswa yang lekat dengan im-age sebagai pionir di setiap periode perubahan di negeri ini sejak masa prakemerdekaan.

Dimulai dengan kemunculan “Indo-nesia Merdeka” yang didirikan oleh Indische Vereeneging, organisasi

mahasiswa Indonesia di Belanda, sebagai pers mahasiswa pertama, selanjutnya eksistensi

pers mahasiswa meng-alami pasang surut seiring

dengan pergantian rezim. Masa keemasan pers maha-

siswa sempat terjadi saat pemerin-tahan Orde Baru berkuasa. Diawali oleh pemberlakukan NKK/BKK

(Normalisasi Kehidupan Kampus/Badan Koordinasi Kampus) sekitar tahun 1978 yang membekukan ge-rakan mahasiswa karena dianggap membahayakan posisi pemerintah. Sebagai jalan keluar, mahasiswa pun mencari pola gerakan lain yang relatif aman. Salah satunya melalui pers mahasiswa.

Bersamaan dengan dicabutnya kebebasan pers umum dimasa

itu, dengan segera pers mahasiswa mengambil

peranan penting di blantika pers Indo-nesia. Meski pada akhir nya pers ma-hasiswa juga tak

luput dari pengawasan ketat pemerintah hingga meng-

alami penyensoran, pembredelan, dan pelarangan.

Diakui pers mahasiswa telah me-legenda sebagai bagian sejarah pers di Indonesia. Ia juga telah melahir-

kan “nama besar”, baik yang berupa tokoh maupun peran-perannya da-lam proses perubahan sosial. Pers mahasiswa punya peran strategis untuk menjaga keobjektifitasannya di tengah pengaruh kapitalisme yang menjamah media umum.

Pers mahasiswa tidak boleh me-lupakan tanggung jawabnya sebagai kontrol sosial di sektor internal kam-pus sebagai penyeimbang, peng-kritisi, maupun penyampai kebijakan birokrat kampus. Pers mahasiswa adalah wadah untuk menempa ide-alisme sebagai jurnalis sejati.

Lantas, apa jadinya jika pers dan mahasiswa berkolaborasi? Entah ka-pan ide ini tercetus. Namun, sejarah Indonesia mencacat, kegiatan pers berbasis kampus yang diselengga-rakan oleh mahasiswa sempat ber-peran strategis, baik sebagai sarana untuk mengobarkan semangat na-sionalisme maupun sebagai media alternatif saat kebebasan pers umum dibekap oleh rezim orde baru.

Gagasan kolaborasi pers dan mahasiswa atau gerakan berbasis pers atau media massa jelas akan menjadi paradigma baru gerakan mahasiswa. Kekuatan besar sebagai bentuk gerakan rekayasa sosial se-suai dengan cita-cita demokrasi jelas akan lebih mudah terwujud. Namun benarkah gagasan ini mampu ter-cipta dengan berbagai persoalan mental hedonis dan mati surinya na-lar gerakan mahasiswa. Jawabnya, mungkin lebih bijak kita tanya pada rumput yang bergoyang.

Penulis terdaftar sebagai Mahasiswa FH Unila

Meramu Paradigma Baru Gerakan Mahasiswa (jika pers dan mahasiswa berkolaborasi ?)

para pendiri pertama Teknokra. Dari pergumulan kaum intelektual itulah, lahir penerbitan kampus tingkat universitas dengan nama Cendekia. Tahun 1985 Cendekia terbit secara kontinu meski tanpa Surat Izin Terbit (SIT). Hingga berakibat pada pemberian ‘’lampu merah’’ dari Pemerintah melalui Departemen Penerangan saat itu.

Kondisi ini mendorong seorang pengurus Cendekia, Eddy Rifai untuk mengurus perizinan ke Jakarta. Keberangkatan yang membawa angin segar, ternyata founding fathers Teknokra era 1975 pernah mengurus perizinan sebelum mengalami mati suri. Sehingga utusan Cendekia pulang dengan membawa Surat Tanda Terdaftar (STT) tertanggal 1 Maret 1977 atas nama Teknokra. Akhirnya, bermetamorfosislah Cendekia menjadi Teknokra. Tahun 1986 Teknokra kembali bergeliat.

Di bagian kedua, tertuang aneka ragam (bunga rampai) pengalaman luar biasa, menarik, lucu, mengerikan, dan menakjubkan dari torehan kisah para saksi sejarah Teknokra. Lebih berisi tentang rahasia di balik kemampuan bertahan aktivis Teknokra dengan segala lika-likunya.

Bagian ini menjadi santapan renyah yang tak membosankan karena gaya penulisannya cenderung ringan dan segar. Seperti yang dituturkan Zulkarnain Zubairi, ‘’Manusia sisa gempa itu kini untuk sementara tinggal di Borneo- tapi beberapa tahun kemudian kembali lagi ke Lampung.Teknokra telah menyumpahinya menjadi jurnalis seumur-umur. Tidak ada jalan lain!’’. Ini sedikit banyak memberi kesan bahwa para alumnus Teknokra yang kini banyak berjibaku di pers daerah maupun nasional setidaknya keracunan ‘’manisnya anggur” Teknokra.

Di bagian kedua inilah, gaya penulisan menjadi lebih segar dengan logat serta lagak gaya masing-masing pengisah. Terlepas dari aneka urusan keterpaksaan, impian, penggemblengan, peliputan, penerbitan, ritual mandi, makan, uang, utang. Kisah juga dipadu-padankan dengan romantisme para aktivisnya yang tentu memberikan cita rasa tersendiri dalam buku ini.

Kelemahan buku tersaji pada tak

adanya dokumentasi sejarah berupa foto-foto peristiwa masa lampau. Tulisan tentang Tragedi 28 September 1999 pun kurang terekspos. Seyogyanya catatan sejarah kelam itu menjadi bagian penting untuk dikupas, sebagai peringatan sekaligus pembakar motivasi para penerus Teknokra.

Terlepas dari kekurangan, buku setebal 326 halaman ini tetap asyik dibaca semua kalangan meski yang awam ‘’pers’’ sekalipun. Karena kontennya, terutama bagian kedua kental akan nuansa pengalaman hidup yang unik, penuh tantangan, dan tentunya memberi banyak motivasi bagi pembacanya, terkhusus bagi para pengurus Teknokra. Besar harapan, kelemahan ini dapat ditutupi pada edisi revisi selanjutnya. Semoga!

Judul : Teknokra, Jejak langkah pers mahasiswa

Penulis: Abdul Gofur, Dkk.Jumlah halaman: 326 halaman

Penerbit: Pustaka LabrakTahun terbit: 2010

Pers Mahasiswa (Per-sma), tak lepas dari perannya se bagai media penyampai informasi yang dimotori langsung oleh mahasiswa. Tahun 1998, saat gendang per lawanan

rezim Or de Baru (Orba) ditabuh, aktivis

persma menghadirkan nuansa propaganda melalui tulisannya

sebagai upaya menyatukan semangat mahasiswa. Persma juga sempat populis sebagai media alternatif yang bebas mengkritisi soal bobroknya kebijakan pemerintah kala pers umum masa pemerintahan otoriter mengalami distorsi kebebasan.

Unit Kegiatan Penerbitan Mahasiswa (UKPM) Teknokra Unila turut menjadi pelaku sejarah dalam romantisme persma Indonesia. Persma yang hidup dalam ‘’cengkraman’’ birokrat kampus tetap memiliki konsistensi pada penerapan prinsip jurnalisme dalam mengungkap fakta. Di tengah perjalanan yang terbilang sulit, Teknokra terus bangkit demi menunjukkan eksistensinya setelah sempat mengalami dua kali mati suri dan dua kali pula bereinkarnasi.

Sejarah panjang perjalanan Teknokra kini terbingkai secara apik dalam bentuk buku hasil karya para mantan aktivisnya. Tuangan tinta sejarah itu diberi nama ‘’Teknokra, jejak langkah pers mahasiswa’’

yang penulisannya digawangi oleh Abdul Gofur, Andri Kurniawan, Iskandar Saputra, Padli Ramdan, dan Yudi Nopriansyah.

Pengisahan sejarah dibagi dalam dua alur. Bagian pertama, menuturkan realitas sejarah perjalanan Teknokra dengan segala lika-likunya. Untuk kali pertamanya, tahun 1975 Teknokra lahir di bawah naungan Dewan Mahasiswa (Dema) Unila, menjadi bagian media humas dan komunikasi antar mahasiswa Unila. Namun adanya kebijakan pemerintahan masa Orba tahun 1978 berakibat pada pembekuan Dema di Indonesia. Secara otomatis juga mematikan nafas persma begitu halnya Teknokra.

Patah hilang tumbuh berganti, kelahiran Teknokra periode kedua oleh para aktivis yang peduli dengan nasibnya terjadi pada pertengahan 1982 setelah mati suri selama empat tahun. Hadir dengan penambahan ‘‘t’’menjadi Teknokrat. Namun masa kebangkitan tak berlangsung lama akibat tak ada kaderisasi penerus. Pertengahan 1983 nadi Teknokrat kembali terhenti. Akhir 1983, muncul orang-orang baru dengan cita-cita serupa

Teknokra Berbicara, Dulu dan Kini

Oleh Sulis Setia Markhamah

=­Rektor: Tidak ada sanksi bagi perokok yang melanggar. Jadi untuk apa dibuat peraturan?

=­Kawat gigi sudah menjadi tren. Awas ketelan, bisa repot tuh?

=­Penghuni Rusunawa mengeluhkan fasilitas Semua mahasiswa Unila juga pada ngeluh

Oleh: Efrial Silalahi

RESENSI

Page 6: Tabloid Teknokra Edisi 112

Reportase Khusus 7 No. 112 Tahun XI Trimingguan Edisi Januari 2011

Diberlakukannya aturan di­larang merokok di area

kampus Unila sontak menuai kontroversi di kalangan civitas akademika, khususnya bagi para perokok aktif.

Anung Prasetya misalnya. Mahasiswa Pendidikan Kimia ’09 ini tidak setuju dengan rencana pembangunan tempat khusus bagi perokok aktif. “Ka­lau misalnya ada tempat khusus bagi perokok aktif, kesannya di mata umum orang yang merokok itu kelihatan nakal,” ujarnya. Ia tak mau jika Unila membatasi keinginan orang un­tuk merokok di tempat­tempat tertentu.

Hal senada diutarakan Melita Harleyani (Pendidikan Biologi ’09). Menurutnya Unila tidak perlu membuat tempat khusus bagi perokok aktif. “Kalau Unila mengeluarkan larangan untuk merokok, mengapa me­nyediakan tempat untuk me­rokok,” ujar Melita.

Pendapat berbeda diungkap­kan Sugiyoto (Peternakan ’10). Ia setuju dengan adanya pem­buatan tempat khusus untuk para perokok. “Saya setuju, ha­rusnya disediain tempat khusus bagi perokok aktif karena agak sulit kalau langsung dilarang,” ujarnya.

Suripto, Dosen Sosiologi FI­SIP Unila menyambut baik ke­bijakan rektor tersebut. Menu­rutnya, dari aspek sosial, rokok mengganggu orang lain, ter­utama perokok pasif yang men­jadi korban saat bersinggungan. “Asap rokok tak hanya meng­ganggu kenyamanan orang lain tapi juga kesehatannya. Nggak ada manfaatnya juga, justru malah menyebabkan banyak masalah, terutama masalah kesehatan,” ujarnya.

Selain itu merokok juga bisa menjadi sebab awal mula se­seorang mengonsumsi obat­obatan terlarang. “Biasanya ber awal dari merokok, ikut­ikutan teman, lalu berani juga mencoba narkoba,” tuturnya.

Suripto mengatakan tidak setuju bila Unila malah mem­buatkan kawasan atau ruang an khusus bagi para perokok aktif, karena berkesan se perti difor­malkan. “Lebih baik dikampa­nyekan saja dengan cara me­nyadarkan seluruh civitas aka­demika. Kalau memang Unila serius, harusnya dijadikan peraturan khusus dari senat

dan dilakukan secara struktural seperti dijadikan kode etik bagi civitas akademika Unila.

Sementara itu, dr. Fidha Rah­mayani selaku dosen Patologi Klinik PFK Unila mengatakan , sangat mendukung adanya himbauan mengenai kawasan dilarang merokok. Hal ini merupakan salah satu promosi kesehatan di dunia pendidikan. “Rokok mengandung lebih dari empat ribu zat­zat dan dua ribu diantaranya telah dinyatakan berdampak tidak baik bagi ke­sehatan.”

Fidha mencontohkan rokok memiliki zat yang terbaut dari bahan radioaktif (polonium-201) dan bahan­bahan yang digu­nakan di dalam cat (acetone), pencuci lantai (ammonia), ubat gegat (naphthalene), racun se­rangga (DDT), racun anai­anai (arsenik), gas beracun (hydrogen cyanide). Sedangkan zat yang paling berbahaya adalah Tar, Nikotin dan Karbon Monok­sida yang sering disebut seba­gai racun rokok yang terbuang melalui asap rokok.

Nikotin merupakan zat adik­tif yang mempengaruhi saraf dan peredaran darah. Zat ini mampu memicu kanker paru­paru yang mematikan. Tar merupakan substansi hidrokar­bon yang bersifat lengket dan menempel pada paru­paru. Sedangkan Karbon monoksida merupakan zat yang mengikat hemoglobin dalam darah, membuat darah tidak mampu mengikat oksigen.

Asap rokok juga dapat me­nyebabkan luka menahun pada selaput lender, saluran nafas yang mengakibatkan batuk ,bertambahnya produksi dahak, serta penyempitan

salur an udara. Penyakit paru kronik se perti bronchit is kronik,

emfisema, asma kronis. “Efeknya menyebabkan ikat­

an antara oksigen dengan he­moglobin lebih sedikit diban­dingkan ikatan karbon monok­sida dengan hemoglobin,” ung­kap dr. Iswandi Darwis selaku dosen Agroindustri kedokteran yang duduk tidak jauh dari dr. Fidha.

Beberapa penelitian mem­buktikan hubungan antara ke­mandulan, kehamilan di luar kan dungan dan keguguran disebabkan oleh kebiasaan me­rokok. Wanita yang merokok dapat meningkatkan resiko terjadinya gangguan mental se­perti gangguan atensi, depresi, intelektual rendah, sudden in-fant death syndrome (SIDS) pada bayinya dibandingkan dengan dari bukan perokok.

Menurut Iswandi, perokok pasif lebih dominan terkena penyakit yang diakibatkan oleh rokok dari pada perokok aktif. Ini dikarenakan perokok aktif mempunyai kekebalan tubuh lebih besar terhadap zat di da­lam rokok dari pada perokok pasif. “Perokok aktif sudah ter­biasa dengan zat­zat yang ter­kandung dalam rokok.”

Menurut dr. Iswandi, orang yang kecanduan dengan rokok dapat dihentikan, walaupun prosesnya tidak cepat. Merokok merupakan suatu perilaku, jadi bila ingin lepas dari kebiasaan merokok harus mengganti pe­rilaku tersebut dengan perilaku lain, seperti selalu menyedia­kan permen untuk mengganti rokok.

Meski berbagai peringatan tentang bahaya merokok sudah disosialisasikan, hal ini tak me­nyurutkan perubahan perilaku para perokok aktif khususnya pecandu rokok. Sebut saja Hi­dayat, satpam Unila yang baru beberapa hari bekerja berujar, ”Saya sudah lama ngerokok tapi biasa aja. Kakek saya nger­okok sampai sekarang sehat­se­h a t saja,”ujarnya.=

Saat Perokok “Dikurung”

Siapa tak kenal rokok? Ia hanya makhluk kecil tak bernyawa namun punya beribu makna bagi peminatnya. Bagi sebagian orang, ia menjadi teman sekaligus obat penawar dalam segala hal. Bagi sebagian lainnya, rokok menjadi musuh yang mengancam kesehatan manusia. Namun tahu kah kita asal-usul munculnya ramuan daun tembakau ini?

Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah.

Rokok biasanya dijual dalam bungkusan berbentuk kotak atau kemasan kertas yang dapat dimasukkan dengan mudah ke dalam kantong. Sejak beberapa tahun terakhir, bungkusan-bungkusan tersebut juga umumnya disertai pesan kesehatan yang memperingatkan perokok akan bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan, walau pun hanya sebatas hiasan, untuk tidak dipatuhi.

Manusia yang merokok untuk pertama kalinya adalah Suku Bangsa Indian di Amerika. Namun motifnya bukan untuk tren atau kebutuhan hidup melainkan untuk keperluan ritual seperti memuja dewa atau roh nenek moyang.

Pada abad 16, ketika bangsa Eropa menemukan Benua Amerika, se-bagian dari para penjelajah Eropa itu ikut-ikutan menghisap rokok. Karena merasa ketagihan dengan rasanya, mereka pun kemudian membawa ba han daun tembakau ke Eropa. Perlahan, daun tembakau lalu diolah menjadi gulungan rokok yang kemudian marak dikonsumsi kalangan bang-sawan Eropa. Berbeda dengan bangsa Indian, merokok di Eropa hanya untuk kesenang-an semata.

Pada abad 17 para pedagang Spanyol pun menjamah kawasan Asia Timur. Turki disinggahi. Para pedagang rupanya membawa rokok dan me-ngenalkannya ke bangsa Turki. Sejak saat itulah, kebiasaan merokok mula i masuk ke kawasan negara-negara Islam.

Telah banyak riset yang membuktikan bahwa rokok sangat menyebab-kan kecanduan, disamping menyebabkan banyak tipe kanker, penyakit jantung, penyakit pernapasan, penyakit pencernaan, efek buruk bagi kela-hiran, dan emfisema. Tapi kenapa pula rokok tetap digemari? Jawabannya anda yang punya.=

Asal-usul RokokHISTORIA

rektor yang akan menjadikan Unila sebagai kawasan dila­rang rokok. Sebagai perokok aktif, Dwi merasa keberat­an jika ada aturan khusus larangan merokok. Tapi, jika nantinya Unila memang men­erapkan larangan merokok di semua kawasan di Unila, termasuk FISIP, ia mengaku akan mengikuti peraturan itu. “Ya, sebagai mahasiswa Unila, saya ikut peraturan saja”, ujarnya.

Laki­laki yang sudah me­rokok sejak di bangku Seko­lah Dasar ini, dalam sehari mampu menghabiskan satu bungkus rokok. Meskipun sering mendapatkan teguran saat sedang merokok dari teman­temannya yang mera­sa terganggu, ia enggan me­matikan puntung rokoknya. “Sebenarnya saya ingin ber­henti merokok, tapi sulit,” ujarnya.

Kebijakan yang dicetuskan melalui rapat pimpinan uni­versitas tersebut didasari oleh keinginan untuk menjaga ke­sehatan diri dan lingkung­an kampus dari asap rokok. Mula nya, terinspirasi dari aksi simpatik anti rokok yang ker­ap dilakukan oleh mahasiswa Persiapan Fakultas Kedokter­an setiap memperingati hari jadinya. “Saya tidak melarang orang untuk merokok, hanya merealisasikan tempat yang tepat untuk orang merokok,” ujar Sugeng.

Sebagai awalan Unila be­rencana akan membuat tem­pat khusus untuk merokok di samping tangga Gedung Rektorat yang terbuka. Selan­jutnya, di fakultas­fakultas juga akan disediakan tem­pat khusus untuk merokok. Lokasinya memakai ruangan yang tidak terpakai atau di bawah pohon yang jarang di­lalui orang.

“Saya rasa tidak perlu ada anggaran, manfaatkan saja tempat­tempat yang tidak terpakai,” ujar Sugeng. Ia me­ngaku sudah menyosialisasi­kan kebijakan tersebut pada pimpinan setiap fakultas. Ia juga telah mengeluarkan su­rat edaran untuk setiap fakul­tas agar menyediakan tempat khusus untuk merokok. “Saya akan menegur karyawan atau pegawai saja.”

Sugeng mengatakan, meski telah menetapkan larangan merokok bagi civitas akade­mika Unila, pihaknya tak membuatkan sanksi bagi pelanggarnya. “Tidak dikenakan sanksi bagi mereka yang merokok di tempat umum. Sekadar teguran, han­ya kesadaran masing­masing dari para per­okok itu sendiri. Pe­rokok aktif harus sa­

Reportase Khusus 6 No. 112 Tahun XI Trimingguan Edisi Januari 2011

Rabu 5 Januari. Enam ang­gota satpam yang bertugas

di parkiran Balai Bahasa Unila tengah menikmati istirahat siang. Dua orang sedang me­nikmati santap siangnya, se­orang sedang berdiri santai, se­orang lagi memilih melanjutkan mencatat kendaraan bermotor yang keluar masuk parkiran, dan dua orang lainnya sedang asyik merokok sambil duduk bersandar di kursi.

Hidayat salah seorang ang­gota, baru beberapa hari bekerja di Unila. Ia mengaku sudah se­jak lama mengonsumsi rokok. ”Susah kalau menghilangkan kebiasaan merokok ini,” kata Hidayat.

Ali Mupiah, kepala regu sat­pam mengaku sudah tahu soal adanya larangan merokok di lingkungan kampus. Ia pun setuju dengan adanya kebijakan tersebut, walaupun ia sendiri seorang perokok. ”Me rokok masih tetap, tapi sekarang me­ngurangi,” kata Ali.

Sejak awal Desember 2010, Unila menerapkan kebijakan kampus dari asap rokok. Rek­tor Unila Prof. Sugeng P Ha­rianto mengatakan kawasan bebas rokok sebenarnya sudah direncanakan sejak 2007. Na­mun baru terealisasikan Desem­ber 2010. “Saya melarang untuk merokok di area tertentu, sep­erti Gedung Serba Guna (GSG), Perpustakaan, Ruang Rektor,

Laboraturium, dan Dekanat,” kata Sugeng.

Baliho ukuran 3x4 meter ter­pampang di sekitar bundaran air mancur Unila. Di depan Gedung Rektorat juga mem­bentang Spanduk ukuran 1x5 meter yang isinya sama, ‘Ka­wasan Dilarang Merokok’. Namun sejak diberlakukan hingga awal Januari, larangan tersebut nampaknya tak digu­

bris para perokok.Tak hanya satpam, aktivitas

merokok juga menjalar pada kalangan mahasiswa, dosen dan karyawan Unila. Di jam­jam istirahat mahasiswa cen­derung menghabiskan waktu untuk menghisap rokok sam­bil ngobrol.

Di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), seorang penjaga gedung, satpam, dan mahasiswa, terlihat asyik me­rokok di teras depan gedung A FISIP Unila.

Seorang mahasiswa, Dwi Setiawan (Ilmu komunikasi ’08) mengaku belum tahu­menahu perihal kebijakan

dar diri untuk tidak merokok sembarangan” ujarnya.

Pembantu Rektor III, Prof. Sunarto mengatakan ide awal kebijakan tersebut diusulkan oleh pihak kemahasiswaan. Gagasan ini kemudian didis­kusikan dengan Pembantu Rektor I, II dan Rektor Uni­la. “Me rokok mengganggu kesehatan, terutama bagi perokok pasif. Apalagi se­bagian besar karyawan dan dosen Unila adalah kaum wanita,”ujar Sunarto.

“Meja­ meja kuliah jadi hi­tam karena puntung rokok, nggak bagus kan,” ujar Su­narto saat ditemui di ru­ang kerjanya, Senin (3/01). Dua faktor lainnya ada­lah segi etika dan karena umumnya ru­angan di Unila

Aturan Yang Nanggung

Oleh : Inayah S, Rukuan S, Vina O

“Tidak dikenakan sanksi bagi mereka yang merokok di tempat umum.

Sekadar teguran..

menggunakan Air Conditioner (AC).

Sunarto mengatakan kebi­jakan ini diberlakukan bagi seluruh civitas akademika Unila. “Saat ini hanya di tem­pat­tempat tertentu, seperti rektorat dan tempat­tempat umum. Nantinya, secara ber­tahap kawasan larang an rokok ini akan di terapkan di seluruh kawasan Unila.”

Saat ditanya mengenai bea­siswa yang bekerja sama de­ngan perusahaan rokok, salah satunya Perusahaan Djarum, Sunarto mengatakan bahwa beasiswa itu akan tetap berlan­jut. Menurutnya, Unila tidak bekerja sama dengan Pabrik

rokok, tapi de ngan corpo-rate dari Perusahaan Dja­

rum. “Jadi beda antara pabrik rokok dan cor-porate­nya,” ujarnya.=

iklan

Oleh: Inayah S, Rukuan S, Vina O

Sumber: http://asal-usul-motivasi.blogspot.com

Page 7: Tabloid Teknokra Edisi 112

Reportase Khusus 7 No. 112 Tahun XI Trimingguan Edisi Januari 2011

Diberlakukannya aturan di­larang merokok di area

kampus Unila sontak menuai kontroversi di kalangan civitas akademika, khususnya bagi para perokok aktif.

Anung Prasetya misalnya. Mahasiswa Pendidikan Kimia ’09 ini tidak setuju dengan rencana pembangunan tempat khusus bagi perokok aktif. “Ka­lau misalnya ada tempat khusus bagi perokok aktif, kesannya di mata umum orang yang merokok itu kelihatan nakal,” ujarnya. Ia tak mau jika Unila membatasi keinginan orang un­tuk merokok di tempat­tempat tertentu.

Hal senada diutarakan Melita Harleyani (Pendidikan Biologi ’09). Menurutnya Unila tidak perlu membuat tempat khusus bagi perokok aktif. “Kalau Unila mengeluarkan larangan untuk merokok, mengapa me­nyediakan tempat untuk me­rokok,” ujar Melita.

Pendapat berbeda diungkap­kan Sugiyoto (Peternakan ’10). Ia setuju dengan adanya pem­buatan tempat khusus untuk para perokok. “Saya setuju, ha­rusnya disediain tempat khusus bagi perokok aktif karena agak sulit kalau langsung dilarang,” ujarnya.

Suripto, Dosen Sosiologi FI­SIP Unila menyambut baik ke­bijakan rektor tersebut. Menu­rutnya, dari aspek sosial, rokok mengganggu orang lain, ter­utama perokok pasif yang men­jadi korban saat bersinggungan. “Asap rokok tak hanya meng­ganggu kenyamanan orang lain tapi juga kesehatannya. Nggak ada manfaatnya juga, justru malah menyebabkan banyak masalah, terutama masalah kesehatan,” ujarnya.

Selain itu merokok juga bisa menjadi sebab awal mula se­seorang mengonsumsi obat­obatan terlarang. “Biasanya ber awal dari merokok, ikut­ikutan teman, lalu berani juga mencoba narkoba,” tuturnya.

Suripto mengatakan tidak setuju bila Unila malah mem­buatkan kawasan atau ruang an khusus bagi para perokok aktif, karena berkesan se perti difor­malkan. “Lebih baik dikampa­nyekan saja dengan cara me­nyadarkan seluruh civitas aka­demika. Kalau memang Unila serius, harusnya dijadikan peraturan khusus dari senat

dan dilakukan secara struktural seperti dijadikan kode etik bagi civitas akademika Unila.

Sementara itu, dr. Fidha Rah­mayani selaku dosen Patologi Klinik PFK Unila mengatakan , sangat mendukung adanya himbauan mengenai kawasan dilarang merokok. Hal ini merupakan salah satu promosi kesehatan di dunia pendidikan. “Rokok mengandung lebih dari empat ribu zat­zat dan dua ribu diantaranya telah dinyatakan berdampak tidak baik bagi ke­sehatan.”

Fidha mencontohkan rokok memiliki zat yang terbaut dari bahan radioaktif (polonium-201) dan bahan­bahan yang digu­nakan di dalam cat (acetone), pencuci lantai (ammonia), ubat gegat (naphthalene), racun se­rangga (DDT), racun anai­anai (arsenik), gas beracun (hydrogen cyanide). Sedangkan zat yang paling berbahaya adalah Tar, Nikotin dan Karbon Monok­sida yang sering disebut seba­gai racun rokok yang terbuang melalui asap rokok.

Nikotin merupakan zat adik­tif yang mempengaruhi saraf dan peredaran darah. Zat ini mampu memicu kanker paru­paru yang mematikan. Tar merupakan substansi hidrokar­bon yang bersifat lengket dan menempel pada paru­paru. Sedangkan Karbon monoksida merupakan zat yang mengikat hemoglobin dalam darah, membuat darah tidak mampu mengikat oksigen.

Asap rokok juga dapat me­nyebabkan luka menahun pada selaput lender, saluran nafas yang mengakibatkan batuk ,bertambahnya produksi dahak, serta penyempitan

salur an udara. Penyakit paru kronik se perti bronchit is kronik,

emfisema, asma kronis. “Efeknya menyebabkan ikat­

an antara oksigen dengan he­moglobin lebih sedikit diban­dingkan ikatan karbon monok­sida dengan hemoglobin,” ung­kap dr. Iswandi Darwis selaku dosen Agroindustri kedokteran yang duduk tidak jauh dari dr. Fidha.

Beberapa penelitian mem­buktikan hubungan antara ke­mandulan, kehamilan di luar kan dungan dan keguguran disebabkan oleh kebiasaan me­rokok. Wanita yang merokok dapat meningkatkan resiko terjadinya gangguan mental se­perti gangguan atensi, depresi, intelektual rendah, sudden in-fant death syndrome (SIDS) pada bayinya dibandingkan dengan dari bukan perokok.

Menurut Iswandi, perokok pasif lebih dominan terkena penyakit yang diakibatkan oleh rokok dari pada perokok aktif. Ini dikarenakan perokok aktif mempunyai kekebalan tubuh lebih besar terhadap zat di da­lam rokok dari pada perokok pasif. “Perokok aktif sudah ter­biasa dengan zat­zat yang ter­kandung dalam rokok.”

Menurut dr. Iswandi, orang yang kecanduan dengan rokok dapat dihentikan, walaupun prosesnya tidak cepat. Merokok merupakan suatu perilaku, jadi bila ingin lepas dari kebiasaan merokok harus mengganti pe­rilaku tersebut dengan perilaku lain, seperti selalu menyedia­kan permen untuk mengganti rokok.

Meski berbagai peringatan tentang bahaya merokok sudah disosialisasikan, hal ini tak me­nyurutkan perubahan perilaku para perokok aktif khususnya pecandu rokok. Sebut saja Hi­dayat, satpam Unila yang baru beberapa hari bekerja berujar, ”Saya sudah lama ngerokok tapi biasa aja. Kakek saya nger­okok sampai sekarang sehat­se­h a t saja,”ujarnya.=

Saat Perokok “Dikurung”

Siapa tak kenal rokok? Ia hanya makhluk kecil tak bernyawa namun punya beribu makna bagi peminatnya. Bagi sebagian orang, ia menjadi teman sekaligus obat penawar dalam segala hal. Bagi sebagian lainnya, rokok menjadi musuh yang mengancam kesehatan manusia. Namun tahu kah kita asal-usul munculnya ramuan daun tembakau ini?

Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah.

Rokok biasanya dijual dalam bungkusan berbentuk kotak atau kemasan kertas yang dapat dimasukkan dengan mudah ke dalam kantong. Sejak beberapa tahun terakhir, bungkusan-bungkusan tersebut juga umumnya disertai pesan kesehatan yang memperingatkan perokok akan bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan, walau pun hanya sebatas hiasan, untuk tidak dipatuhi.

Manusia yang merokok untuk pertama kalinya adalah Suku Bangsa Indian di Amerika. Namun motifnya bukan untuk tren atau kebutuhan hidup melainkan untuk keperluan ritual seperti memuja dewa atau roh nenek moyang.

Pada abad 16, ketika bangsa Eropa menemukan Benua Amerika, se-bagian dari para penjelajah Eropa itu ikut-ikutan menghisap rokok. Karena merasa ketagihan dengan rasanya, mereka pun kemudian membawa ba han daun tembakau ke Eropa. Perlahan, daun tembakau lalu diolah menjadi gulungan rokok yang kemudian marak dikonsumsi kalangan bang-sawan Eropa. Berbeda dengan bangsa Indian, merokok di Eropa hanya untuk kesenang-an semata.

Pada abad 17 para pedagang Spanyol pun menjamah kawasan Asia Timur. Turki disinggahi. Para pedagang rupanya membawa rokok dan me-ngenalkannya ke bangsa Turki. Sejak saat itulah, kebiasaan merokok mula i masuk ke kawasan negara-negara Islam.

Telah banyak riset yang membuktikan bahwa rokok sangat menyebab-kan kecanduan, disamping menyebabkan banyak tipe kanker, penyakit jantung, penyakit pernapasan, penyakit pencernaan, efek buruk bagi kela-hiran, dan emfisema. Tapi kenapa pula rokok tetap digemari? Jawabannya anda yang punya.=

Asal-usul RokokHISTORIA

rektor yang akan menjadikan Unila sebagai kawasan dila­rang rokok. Sebagai perokok aktif, Dwi merasa keberat­an jika ada aturan khusus larangan merokok. Tapi, jika nantinya Unila memang men­erapkan larangan merokok di semua kawasan di Unila, termasuk FISIP, ia mengaku akan mengikuti peraturan itu. “Ya, sebagai mahasiswa Unila, saya ikut peraturan saja”, ujarnya.

Laki­laki yang sudah me­rokok sejak di bangku Seko­lah Dasar ini, dalam sehari mampu menghabiskan satu bungkus rokok. Meskipun sering mendapatkan teguran saat sedang merokok dari teman­temannya yang mera­sa terganggu, ia enggan me­matikan puntung rokoknya. “Sebenarnya saya ingin ber­henti merokok, tapi sulit,” ujarnya.

Kebijakan yang dicetuskan melalui rapat pimpinan uni­versitas tersebut didasari oleh keinginan untuk menjaga ke­sehatan diri dan lingkung­an kampus dari asap rokok. Mula nya, terinspirasi dari aksi simpatik anti rokok yang ker­ap dilakukan oleh mahasiswa Persiapan Fakultas Kedokter­an setiap memperingati hari jadinya. “Saya tidak melarang orang untuk merokok, hanya merealisasikan tempat yang tepat untuk orang merokok,” ujar Sugeng.

Sebagai awalan Unila be­rencana akan membuat tem­pat khusus untuk merokok di samping tangga Gedung Rektorat yang terbuka. Selan­jutnya, di fakultas­fakultas juga akan disediakan tem­pat khusus untuk merokok. Lokasinya memakai ruangan yang tidak terpakai atau di bawah pohon yang jarang di­lalui orang.

“Saya rasa tidak perlu ada anggaran, manfaatkan saja tempat­tempat yang tidak terpakai,” ujar Sugeng. Ia me­ngaku sudah menyosialisasi­kan kebijakan tersebut pada pimpinan setiap fakultas. Ia juga telah mengeluarkan su­rat edaran untuk setiap fakul­tas agar menyediakan tempat khusus untuk merokok. “Saya akan menegur karyawan atau pegawai saja.”

Sugeng mengatakan, meski telah menetapkan larangan merokok bagi civitas akade­mika Unila, pihaknya tak membuatkan sanksi bagi pelanggarnya. “Tidak dikenakan sanksi bagi mereka yang merokok di tempat umum. Sekadar teguran, han­ya kesadaran masing­masing dari para per­okok itu sendiri. Pe­rokok aktif harus sa­

Reportase Khusus 6 No. 112 Tahun XI Trimingguan Edisi Januari 2011

Rabu 5 Januari. Enam ang­gota satpam yang bertugas

di parkiran Balai Bahasa Unila tengah menikmati istirahat siang. Dua orang sedang me­nikmati santap siangnya, se­orang sedang berdiri santai, se­orang lagi memilih melanjutkan mencatat kendaraan bermotor yang keluar masuk parkiran, dan dua orang lainnya sedang asyik merokok sambil duduk bersandar di kursi.

Hidayat salah seorang ang­gota, baru beberapa hari bekerja di Unila. Ia mengaku sudah se­jak lama mengonsumsi rokok. ”Susah kalau menghilangkan kebiasaan merokok ini,” kata Hidayat.

Ali Mupiah, kepala regu sat­pam mengaku sudah tahu soal adanya larangan merokok di lingkungan kampus. Ia pun setuju dengan adanya kebijakan tersebut, walaupun ia sendiri seorang perokok. ”Me rokok masih tetap, tapi sekarang me­ngurangi,” kata Ali.

Sejak awal Desember 2010, Unila menerapkan kebijakan kampus dari asap rokok. Rek­tor Unila Prof. Sugeng P Ha­rianto mengatakan kawasan bebas rokok sebenarnya sudah direncanakan sejak 2007. Na­mun baru terealisasikan Desem­ber 2010. “Saya melarang untuk merokok di area tertentu, sep­erti Gedung Serba Guna (GSG), Perpustakaan, Ruang Rektor,

Laboraturium, dan Dekanat,” kata Sugeng.

Baliho ukuran 3x4 meter ter­pampang di sekitar bundaran air mancur Unila. Di depan Gedung Rektorat juga mem­bentang Spanduk ukuran 1x5 meter yang isinya sama, ‘Ka­wasan Dilarang Merokok’. Namun sejak diberlakukan hingga awal Januari, larangan tersebut nampaknya tak digu­

bris para perokok.Tak hanya satpam, aktivitas

merokok juga menjalar pada kalangan mahasiswa, dosen dan karyawan Unila. Di jam­jam istirahat mahasiswa cen­derung menghabiskan waktu untuk menghisap rokok sam­bil ngobrol.

Di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), seorang penjaga gedung, satpam, dan mahasiswa, terlihat asyik me­rokok di teras depan gedung A FISIP Unila.

Seorang mahasiswa, Dwi Setiawan (Ilmu komunikasi ’08) mengaku belum tahu­menahu perihal kebijakan

dar diri untuk tidak merokok sembarangan” ujarnya.

Pembantu Rektor III, Prof. Sunarto mengatakan ide awal kebijakan tersebut diusulkan oleh pihak kemahasiswaan. Gagasan ini kemudian didis­kusikan dengan Pembantu Rektor I, II dan Rektor Uni­la. “Me rokok mengganggu kesehatan, terutama bagi perokok pasif. Apalagi se­bagian besar karyawan dan dosen Unila adalah kaum wanita,”ujar Sunarto.

“Meja­ meja kuliah jadi hi­tam karena puntung rokok, nggak bagus kan,” ujar Su­narto saat ditemui di ru­ang kerjanya, Senin (3/01). Dua faktor lainnya ada­lah segi etika dan karena umumnya ru­angan di Unila

Aturan Yang Nanggung

Oleh : Inayah S, Rukuan S, Vina O

“Tidak dikenakan sanksi bagi mereka yang merokok di tempat umum.

Sekadar teguran..

menggunakan Air Conditioner (AC).

Sunarto mengatakan kebi­jakan ini diberlakukan bagi seluruh civitas akademika Unila. “Saat ini hanya di tem­pat­tempat tertentu, seperti rektorat dan tempat­tempat umum. Nantinya, secara ber­tahap kawasan larang an rokok ini akan di terapkan di seluruh kawasan Unila.”

Saat ditanya mengenai bea­siswa yang bekerja sama de­ngan perusahaan rokok, salah satunya Perusahaan Djarum, Sunarto mengatakan bahwa beasiswa itu akan tetap berlan­jut. Menurutnya, Unila tidak bekerja sama dengan Pabrik

rokok, tapi de ngan corpo-rate dari Perusahaan Dja­

rum. “Jadi beda antara pabrik rokok dan cor-porate­nya,” ujarnya.=

iklan

Oleh: Inayah S, Rukuan S, Vina O

Sumber: http://asal-usul-motivasi.blogspot.com

Page 8: Tabloid Teknokra Edisi 112

Linfak 8 No. 112 Tahun XI Trimingguan Edisi Januari 2011

FP-Tek: Dua mahasiswa Fakultas Pertanian Novi Safitri dan Faris Mhutan Dewan—keduanya mahasiswa AET ’08 mendapat beasiswa dan kontrak kerja dari perusahaan Malaysia Myagri.

Mereka mengaku senang dengan prestasi tersebut. Keduanya mengaku cukup kesulitan saat mengurusi proses pendaftaran beasiswa. Persyaratannya mencakup transkip nilai dengan Indeks Prestasi di atas standar , adanya rekening bank, foto kopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) orang tua, struk gaji orang tua, hingga ijasah SMP dan SMA harus dipenuhi. Mereka menerima beasiswa tersebut sejak duduk di semester 5 hingga akhir kuliah.

Awalnya Faris menduga beasiswa Myagri merupakan bantuan untuk melanjutkan studi S2 di Malaysia. Namun setelah pengumuman keluar, kontraknya berkutat seputar jaminan kerja Myagri yang bidang komoditasnya adalah kelapa sawit, industri kelapa sawit dan industri program Bio-organik ini.

Pendaftaran beasiswa Myagri sendiri pada pertengahan April 2010. Novi mengaku mendapat informasi beasiswa setelah namanya terseleksi oleh pihak jurusan berdasarkan nilai IP. Menurutnya, Ada sekitar 10 orang yang terseleksi untuk melengkapi syarat administrasi tetapi hanya 5 orang yang ikut seleksi wawancara.

Persiapan Novi untuk kerja di Myagri dengan fokus belajar dan aktif di luar kegiatan akademis agar bisa memperluas jaringan. Novi juga memperbaiki sikap dan mental agar lebih siap. Sedangkan Faris saat ini tengah mempersiapkan diri dengan fokus kuliah untuk tetap menjaga nilai IP- nya.=

FISIP-Tek: Konflik agraria kerap menimbulkan pelanggaran Hak Asasi Manusia seperti yang terjadi di Taman Nasional Way Kambas, daerah Moro-Moro register 45 Mesuji, dan register 40 daerah Jati Agung.

Masyarakat juga dibuat tak punya akses layanan mandiri dan pendidikan sekolah untuk anak-anak. Konflik agraria di Lampung merupakan konflik tertinggi kedua setelah Nusa Tenggara Timur (NTT). Dalam penanganan konflik, pemerintah cenderung berpihak pada investor dan kurang memperdulikan nasib rakyat kecil.

Konflik menyebabkan banyak masyarakat terutama di kawasan register 45 tidak memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP), sehingga masyarakat tak memiliki hak pilih saat gelaran pemilu. Demikian pernyataan dalam diskusi akhir tahun yang digelar Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Sosiologi FISIP Unila bekerja sama dengan Yayasan Bina Mandiri (Yabima) Indonesia di Gedung D 3.1 FISIP, Rabu( 22/12).

Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Lampung, Hendrawan mengungkapkan, beberapa kasus pengelolaan hutan kawasan oleh para petani sering mendapat tantangan dari pemerintah, padahal pemerintah pernah memberi izin pengelolaan hutan. “Pemerintah tidak konsisten,” tegasnya.=

Konflik Agraria, Rakyat Jadi Korban

Oleh: Desfi Dian Mustika

Beasiswa dan Jaminan KerjaOleh : Puji Lestari N

Unila,Tek: Suara mesin bergemuruh. Puluhan pohon kelapa diroboh­kan. Alat berat mulai di­datangkan. Kendaraan truk pasir hilir mudik. Pedagang kaki lima yang dahulu berada di sekitar kawasan itu mulai me­nyingkir.

Lokasinya dekat FKIP dan Persiapan Fakultas Kedokteran. Gedung pas­casarjana ini direncana­kan akan dibangun de­ngan empat lantai. Lan­tai satu akan dijadikan ruang perkuliahan dan basemen. Di lantai dua ru­ang manajemen pascasa­rjana, lantai tiga laborato­rium biomasa dan ruang ujian. Dan lantai empat akan digunakan sebagai Aula pascasarjana dan ruang seminar. “Gedung ini akan dijadikan pusat kegiatan pascasarjana,” kata Alimudin Sekretaris Admintrasi Pascasarja­na.

Gedung pascasarjana bisa digunakan untuk se­mua fakultas namun ka­rena ada beberapa fakul­tas yang sudah memban­gun gedung pascasarjana jadi mereka bisa meng­gunakan gedung baru

Gedung Pascasarjana UnilaMulai DibangunOleh: Desfi Dian M, Syinthia Kamala

pascasarjana nanti jika suatu ketika kekurangan ruang perkuliahan.

Pertamina memberi­kan bantuan dana untuk pembangunan gedung. Prof John Hendri dosen MIPA yang membantu menjembatani sehingga Pertamina memberikan bantuan pada pihak Uni­la untuk pembangunan gedung pascasarjana ini. Sudah menjadi kewa­jiban bagi semua indus­tri bahwa setiap industri mengalokasikan 2,5­3% dari keuntungan mereka, untuk mendorong suatu pembangunan. “Ini su­dah lazim dilakukan oleh setiap perusahaan atau industri, terutama BUMN,” ungkap John Hendri.

Awalnya John Hendri berkoordinasi dengan Rektor, PR II, dan Direk­tur pascasarjana untuk membuat kesepakatan membangun gedung pascasarjana, namun melihat dari sumbangan Mahasiswa per tahun hanya sekitar 800 juta akhirnya mereka me­nyepakati adanya drive. Dan ia sudah mengaju­kan proposal sejak ta­

hun 2008­2009 dan baru terealiasi 2010.

Dana sumbangan dari Pertamina sebesar 3,2 miliyar yang didapat tidak langsung diberikan seluruhnya pada pihak Unila, namun secara bertahap, saat ini jum­lah yang telah diberikan Pertamina baru menca­pai 10% dari 3,2 milyar, jadi setiap bulan pihak Unila harus memberikan laporan pada Pertamina mengenai perkembang­an pembangunan ge­dung.

Tim yang ikut dalam pembangunan gedung ini yaitu Hendi Setia­wan, Hasanuddin, Dwi Hariyono, dan Abdullah Sayuti, merekalah yang bekerjasama dalam men­jalankan pembangunan ini, namun selain tim inti, tim pembantu pun ada juga. Hingga saat ini dalam pembangu­nan tidak menemukan adanya kendala apapun, John Hendri yakin pem­bangunan ini akan dapat terealisasi dalam waktu dua tahun. “Asalkan kita bekerja dengan baik dan jujur,” tuturnya.=

Gotong royong. Para pedagang yang berjualan di depan gedung Pascasarjana FKIP sedang membereskan tempat berjualannya yang baru, Kamis ( 6/1 ). mereka dipindahkan karena lokasi yang lama akan dibuat gedung pascasarjana.

Berikan stadium general. Ibu Nina mutmainah (wakil ketua komisi penyi-aran Indonesia pusat ) berikan penjelasan pada stadium general yang dilaksana-kan di gedung D 3.1 FISIP Unila. Senin ( 28/12 ),seminar ini diselenggarakan oleh HMJ Ilmu Komunikasi.

Page 9: Tabloid Teknokra Edisi 112

Linfak 9 No. 112 Tahun XI Trimingguan Edisi 01 Januari - 12 Januari 2010

FH-Tek: Tanggungjawab kepemimpinan FH Unila secara otomatis turun ke Pembantu Dekan I Arman Yasir setelah berpulangnya Dekan FH Adius Semenguk, Sabtu (11/12). Hal ini merujuk Peraturan Rektor No. 292 tahun 2010 yang menerangkan bahwa sepeninggalan alm. Adius, secara otomatis tugas dan tanggung jawab dimandatkan pada Pembantu Dekan I. “Tapi tidak sepenuhnya kebijakan dari rektor atau tugas-tugas dekan bisa digantikan. Otomatis saja bekerjanya,” ujar Armen.

Menurut Armen sejak awal tahun 2010, semasa alm. Adius dirundung sakit, ia kerap menggantikan Adius untuk menjalankan tugas-tugas dekan. “FH Unila harus lebih berkualitas. Pada 2013 minimal dua puluh persen dosennya menyandang gelar Strata 3 dan delapan puluh persen sisanya menyandang gelar profesional.=

Armen Yasir Teruskan Jabatan Dekan FH

Oleh: Aprohan Saputra

FISIP-Tek: Sebagai upaya untuk mengenal potensi diri agar berprestasi dalam konteks organisasi dan konteks akademik, Forum Silaturahmi dan Pengembangan Islam (FSPI) FISIP bekerja sama dengan Fosma 165 Lampung menggelar kajian dan seminar Emosional, Spiritual dan Quatient (ESQ), Rabu (5/01).

Kegiatan bertema ”Jadilah remaja islam berprestasi” yang dihadiri 120 peserta baik dari mahasiswa Unila maupun luar Unila. Kegiatan ini mengundang trainner ESQ dari Jakarta, Yusron Efendi dan tiga pemateri pengisi kajian. Slamet Riyadi (aktivis) pada kajian berpotensi dalam konteks organisasi, Arizka Warganegara (akademisi Unila) berfokus pada kajian berpotensi dalam konteks akademik, dan Zulkarnaen Zubairi (Lampung post) dengan kajian mahasiswa mengambil peran dalam setiap perubahan.

Peserta seminar Nurul (Adm.Negara’09) mengungkapkan bahwa seminar mampu menggugah jiwanya. “Kita jadi tahu apa tujuan hidup kita. Kebahagiaan itu memang milik semua orang, tetapi dengan cara apa dan bagaimana kita meraihnya tergantung dari individu masing-masing,” ungkapnya.=

FSPI Gelar Kajian dan Seminar ESQ

Oleh: Virda Altaria Putri

FKIP-Tek: Sebagai wujud mengikat tali silaturahmi mahasiswa FKIP Se-Bandar Lampung, Himpunan Mahasiswa Eksakta (Himaksata) menyelenggarakan kegiatan bertema “Gaya Eksmud Muda”. Beberapa kegiatan yang diselenggarakan diantaranya pemanfaatan barang bekas, lomba mading, lomba penulisan artikel, cerpen, pembuatan komik, sandi.com, fun futsal, scrabble competition, catur Himaksata, lomba masak, lomba cepat tepat mahasiswa, lomba karya tulis ilmiah, periksa mata dan cek kesehatan gratis, donor darah, bazaar , dan reaktan.

Berbagai kegiatan ini dilaksanakan sebagai sarana untuk mengembangkan kreativitas dan intelektualitas para mahasiswa calon guru, agar memiliki nilai kompetitif. Kegiatan ini diadakan selama dua minggu secara berturut-turut. Puncak acara pada pengumuman pemenang di Wisma Unila, Kamis (30/12).=

Himasakta Berkarya

DLM Stain Metro Kunjungani MPM Unila

Oleh: Vandan Wiliyanti

FMIPA-Tek: Persiapan Fakultas Kedokteran (PFK) Unila tinggal selangkah lagi menuju Fakultas Kedokteran (FK). Itu menyusul kepastian dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara (Men-PAN) yang tinggal menunggu

Selangkah Menuju Fakultas Kedokteran

FKIP-Tek: Sabtu 8 Januari. Pukul 06.00 puluhan mahasiswa Pen­didikan Sejarah berkumpul di pe­lataran parkir FKIP. Bukan untuk kuliah melainkan senam pagi. Semuanya mengenakan pakaian olahraga. Semua menyelaraskan ayunan tubuh dengan irama musik.

Meski pagi itu kurang mendu­kung dengan rintik hujan yang tak kunjung reda, namun tak menyurutkan antusias maha­siswa dalam mengikuti kegiatan senam ini, khususnya mahasiswa

Mahasiswa Pendidikan Sejarah Adakan Sabtu SehatOleh: Desfi Dian M

jurusan FKIP Sejarah.Sejak Juni 2010 Forum Komu­

nikasi mahasiswa Sejarah meng­adakan Sabtu sehat pada pu­kul 06­00 hingga pukul 08.00. “Kegiat an yang positif, selain membuat tubuh sehat dapat pula mempererat rasa kekeluargaan antara Mahasiswa Sejarah,” ujar Ketua Forum Komunikasi Ma­hasiswa (Fokma) Sejarah Amerza (Pendidikan Sejarah ’08).

Senam ini diikuti oleh Maha­siswa Sejarah angkatan 2008, 2009, dan 2010. Amerza berharap

tidak hanya mahasiswa sejarah yang melaksanakannya, namun seluruh mahasiswa FKIP mau­pun fakultas lain dapat mengi­kuti. “Jangan hanya fokus kuliah, sehat juga perlu.” ujar Amerza.

Usai senam mereka manfaat­kan untuk bermain futsal, bad­minton, dan olahraga. “Tetap rutin aja dilaksanain, ini bisa membuat kegiatan inovatif , biar nggak vakum,” kata Indah Mus­tika (Pendidikan Sejarah ’10).=

Unila-Tek: Dewan Lembaga Mahasiswa (DLM) Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Metro mengunjungi Majelis Permusyawaratan Mahasiswa Unila Jum’at (7/1) di lantai 2 gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa. Kegiatan ini mengusung tema Revivalisasi Nilai Kelembagaan Sekolah Tinggi Mengokohkan Komitmen sebagai Problem Solver.

Keuntungan bagi STAIN Metro sendiri dengan adanya kunjungan ini yaitu dapat meningkatkan taraf kepahaman dalam menjalankan peran dan fungsi Mahasiswa sebagai lembaga Legislatif Mahasiswa, “karena kami akan mengadakan suksesi pemerintahan Mahasiswa pada bulan Maret 2011 dan kami terinspirasi dari struktur organisasi dari MPM Unila,” ujar Yulastri (Bahasa Inggris ’08) ketua DLM STAIN Metro.

Kunjungan kerja dan dialog interaktif ini terkait karena Mahasiswa dari STAIN Metro ingin melakukan study terhadap struktur organisasi dari MPM Unila, mengetahui bahwa Unila mempunyai konstitusi, memastikan Unila sebagai lembaga yang mapan.

Ketua MPM Eko Firmansyah mengatakan dengan adanya kunjungan ini kita dapat melihat bahwa semakin jelasnya konstruksi pemerintahan dan kelembagaan.=

Oleh: Desfi Dian Mustika

Sedang dibangun. Para pekerja sedang melakukan pembangunan gedung pasca sarjana disekitar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Rabu (5/01), rencananya seluruh program pasca sarjana akan dipusatkan di gedung ini, pembangunan gedung ini adalah hasil kerjasama dengan pertamina.

dikeluarkannya SK. “Sudah divisitasi (dikunjungi/ dilakukan pengecekan) dan disetujui oleh Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti). Saat ini PFK tinggal menunggu SK Men-PAN,” ujar Efrida Warganegara, selaku ketua

jurusan PFK.PFK mengajukan diri menjadi

fakultas sejak tahun 2009. Efrida mengatakan, pihaknya memiliki visi untuk mengembangkan kualitas pembelajaran mahasiswa kedokteran. “Kita menginginkan kedokteran lebih maju lagi, ada kualifikasi dosen S2 dan S3,“ tuturnya.

Sejak berdiri pada 28 Oktober 2002, PFK telah meluluskan 87 dokter dan kini telah mengantongi nilai akreditasi B. PFK juga memiliki tenaga pengajar yang cukup memadai dengan dosen tetap 50 orang dan dosen luarbiasa tetap 77 orang.

Oktariana (Kedokteran ‘08) mengaku senang dengan akan disahkannya PFK menjadi fakultas. “Kalau jadi fakultas mau bangun gedung bisa leluasa,“ ujarnya. Senada dengan Oktarina, Cintia Naya (Kedokteran ‘08) juga merasa bangga dan senang. “kalau buat laporan atau skripsi, jadi FK bukan FMIPA,” ujarnya.=

Oleh :Puji Lestari N

Foto: Ricky P Marly

Page 10: Tabloid Teknokra Edisi 112

Zona Aktivis 10 No. 112 Tahun XI Trimingguan Edisi Januari 2011

UKM KSR PMI Unit Unila me-rupakan unit kegiatan maha-siswa (UKM) tingkat universi-tas yang berprinsipkan Tujuh Prinsip Dasar Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Inter-nasional. Berdiri pada 29 April 1992 dengan tujuan membi-na dan mengarahkan maha-siswa untuk melaksa nakan kegiatan kemanusia an dan kepalangmerahan, berpartisi-pasi dalam pem bangun an serta melaksa nakan Tri Darma Per-guruan Tinggi.

Selama 18 tahun, KSR PMI Unit Unila telah melakukan be-ragam kegiatan seperti: men-girimkan tim relawan yang tergabung dalam SATGANA (Satuan Siaga Penanggulangan Bencana) PMI Daerah Lam-pung pada: gempa bumi Liwa 1994, Bengkulu 2000, Tasikma-laya, Jawa Barat 2009, Padang 2009. Gempa bumi dan Tsuna-mi Nanggroe Aceh Darusalam 2004 dan Sumatra Utara 2005, Yog yakarta dan Jawa Tengah 2006 serta meletusnya Gunung Merapi Jogja 2010.

KSR juga aktif mengadakan kegiatan keorganisasian sep-erti Invitasi PMR tingkat wira/madya, temu bhakti KSR PMI Se-Indonesia, donor darah su-karela dan menyediakan data pendonor darah siaga, pembi-naan desa, serta menjadi ten-aga kesehatan di berbagai kegiatan internal dan ekster-nal kampus. KSR juga kerap mengikuti berbagai pelatihan oleh PMI Dae rah Lampung, PMI Cabang Kota Bandar Lampung serta KSR Perguruan Tinggi di Indonesia.

Seputar UKM KSR PMI Unit Unila

Kegiatan desa binaan merupakan salah satu bentuk pengabdian KSR PMI Unit Unila kepada masyarakat. KSR telah melaksanakan program kerja desa binaan, tahun 2009 ­ 2010 di Desa Ci Tiis Teluk Betung Utara dan akan kembali dilaksanakan pada 2010­2011 di Kampung Talang Mulya, Desa Hurun, Kec. Padang Cermin, Kab. Pesawaran.

Kegiatan desa binaan memiliki dua bidang fokus—kesehatan dan pendidikan. Kegiatan yang dilaku­kan meliputi pendirian taman baca, perayaan hari gizi dengan mem­berikan makanan tambahan, peme­riksaan kesehatan masyarakat, pe­nyuluhan kesehatan dan kerja bakti bersih desa.

KSR Bina Desa

1. kantong darah Rp40.0002. Pemeriksaan Hepatitis B Rp17.0003. Pemeriksaan hepatitis C Rp34.0004. Pemeriksaan HIV Rp25.0005. Pemeriksaan syphilis Rp6.0006. Crossdiatch Diamed Rp35.0007. Golongan darah ABO Rp6.0008. Badan penunjang lab Rp12.0009. Service donor Rp7.50010. Jasa Rp35.00011. Listrik / telepon Rp5.00012. Sampah / limbah Rp2.00013. Penunjang operasional Rp7.00014. Biaya pemeliharaan alat Rp10.00015. Biaya pembinaan Rp10.00016. Biaya administrasi Rp8.500Total Rp260.000

Dibawah kepemimpinan Ago Al­haraka (FKIP, Sejarah ‘07) KSR PMI Unit Unila memiliki program ker­ja membentuk Unit Donor Darah (UDD)—biasa disebut gerai donor darah. UDD merupakan program kerja PMI Pusat yang bertujuan me­menuhi kebutuhan darah hingga se­ratus ribu kantong per bulan. Ketua PMI Pusat, Yusuf Kalla mencanang­kan membangun gerai donor darah di 100 mall dan 25 kampus yang tersebar di seluruh Indonesia. UKM KSR PMI Unit Unila ingin menja­di universitas pertama di Sumatera yang memiliki unit donor darah.

Selain itu, KSR juga memiliki program Layanan Publik Donor Darah (LPDD) untuk membantu masyarakat dalam mencari pendo­nor pengganti dan mengantisipasi kekosongan darah di UTDC (Unit Transfusi Darah Cabang) Bandar Lampung. LPDD juga dapat mem­berikan informasi seputar donor darah: biaya pengganti pengolahan darah (BPPD), syarat menjadi pen­donor, dan info – info seputar donor darah lainnya.

KSR Unila akan Bentuk Gerai Donor Darah

Kegiatan donor darah bertujuan memenuhi kebutuhan darah dan salah satu upaya untuk menjadikan Unila sebagai “lumbung darah”. Kegiatan ini biasa dilakukan setiap bulan, baik oleh internal UKM KSR PMI Unit Unila maupun atas ker­jasama dengan berbagai pihak. Ke­giatan ini dibantu oleh UTDC Pem­

Upaya kesehatan transfusi darah memiliki tujuan agar penggunaan darah berguna bagi keperluan pe­ngobatan dan pemulihan kesehat­an. Kegiatan ini mencakup penge­rahan donor, penyumbangan darah, pengambilan, pengamanan, p e­

ngolahan, penyimpanan, hingga pe­nyampaian darah kepada pasien.

Proses transfusi darah turut dipengaruhi oleh faktor ketenagaan, peralatan, dana dan sistem pengelo­laannya yang memerlukan biaya. Bi­aya dikenakan untuk penggantian pengelolaan darah (Service Cost), bukan untuk membayar darah.

Biaya ini tetap harus dibayar mes­ki pemohon membawa sendiri do­nor darahnya. Ini karena darah harus melalui prosedur dan proses pengelolaan darah agar siap pakai. Jadi tidak benar bila ada pernyataan bahwa PMI menjual darah.

PMI Tidak Pernah Menjual Darah

bina PMI Propinsi Lampung. Saat ini, KSR telah melakukan 188 kegiat­

an donor dan menghasilkan enam ribu kantong darah serta database pendonor dan program layanan publik untuk membantu masyarakat memenuhi kebutuhan darah.

Rincian ke-perluan dan

biaya pengelolan

darah sebagai berikut :

Pembaca, mulai terbitan Tabloid perdana hingga akhir kepe ngurusan 2011 ini, kami

menyajikan rubrik Zona Aktivis sebagai apresiasi atas kiprah Lembaga Kema-

hasiswaan. Redaksi akan memilih UKM/LK yang layak dimuat berdasarkan kiprah

yang telah dan akan dilakukan. Konten diisi langsung oleh UKM/LK yang ber-

sangkutan.

Page 11: Tabloid Teknokra Edisi 112

Life Style 11 No. 112 Tahun XI Trimingguan Edisi Januari 2011

Pukul 4 sore, pada 5 Januari 2011. Sebuah mobil sedan

Suzuki Baleno menepi di pela­

taran klinik ahli gigi sekitar Jalan Teuku Umar Bandarlampung. Tiga sosok gadis remaja keluar dari mobil. Mereka langsung menuju ruang klinik yang su­dah dibuka oleh si empu nya.

“Kami datang ke sini untuk mengganti behel,” ujar April (26) warga Sukarame Bandar­lampung.

Pemakaian kawat gigi juga marak di kalangan maha­siswa. Cahya wulandari (FI­SIP Ilmu Komunikasi ’10) contohnya. Ia ingin tampil berbeda dalam penampilan. “Namanya juga cewek, pen-gen giginya terlihat le bih rapi. Di awal saya pakai behel buat ngilangin gigi kelinci,”ungkapnya.

Cahya masang behelnya di dokter gigi di daerah Teluk Betung dengan bia­ya Rp2,5 juta. “Kebetulan sepupu ku asisten dokter di situ.”

Seperti pemasang behel pada umumnya,menurut Cahya, ia juga merasakan sakit ketika tiga hari pertama. “Sakit banget, kayak ada yang neken gitu di gigi, bahkan hari keduanya cuma makan bubur sama susu.”

Kawat gigi atau dalam bahasa Inggrisnya dental braces adalah alat yang digunakan dunia me­dis untuk meratakan gigi, seperti gigi miring atau tidak sejajar. Cara kerja nya mengatur, mendorong dan menahan pergerakan gigi hingga sejajar dengan barisan gigi lainnya. Perawatan ini dikenal dengan istilah orthodonti.

Namun seiring perkembangan zaman, motif penggunaan behel pun bergeser dari hal medis ke tren pergaulan. Tak hanya kalang­an selebritis, penggunaan behel pun marak terjadi pada kalangan remaja tak terlepas mahasiswa.

Dosen Sosiologi FISIP Unila, Endry Fatimaningsih menilai peri­laku memakai behel karena faktor ikut­ikutan atau tren adalah hal yang tak wajar. Selain itu, penggu­nanya juga bisa dikelompokkan ke dalam status sosial tertentu. Behel bisa mengalami pergeseran fungsi menjadi simbol status so­sial atau kelas ekonomi tertentu. “Pasang behel harganya lumayan mahal, bisa jadi untuk menunjuk­kan bahwa ia kelas menengah ke atas,” ujarnya.

Endry menambahkan kelom­pok pergaulan dalam hal ini san­gat berpengaruh pada perilaku

Antara Medisdan Tren Hidup

Oleh : Desisonia LH, Rikawati

seseorang. Namun, tergantung kepada individu masing masing, apakah punya konsep kepribadi­an yang kuat atau tidak. “Ada tren apapun, dia akan menampilkan diri sen diri, dan berhitung tentang asas manfaat bagi dirinya. Kalau diri sudah merasa percaya diri, maka tidak akan ikut­ikutan”.

Sementara itu, dipandang dari segi agama, Drs. Piping Setia Priangga selaku pengasuh mata kuliah Pendidikan Agama Islam (PAI) FISIP Unila, mengatakan, bila pemasang an behel didasari oleh usaha untuk memperbaiki keadaan gigi tak dilarang agama. “Boleh­boleh saja. Justru kalau niat nya ikhtiar untuk memperbai­ki keadaan gigi ya malah bagus. Asalkan tujuannya bukan riya’, yakni mengharapkan agar dipuji dan disenangi orang,” jelasnya.

Maraknya penggunaan behel juga tak lepas dari menjamurnya praktek jasa pemasangan kawat gigi. Selain punya variasi behel yang beragam, para ahli gigi pun menawarkan harga yang relatif lebih murah.

Hal itu diakui April dan kedua rekannya. Mereka memang senga­ja memilih ahli gigi karena biaya penggantiannya yang lebih mu­rah. “Kalau di dokter gigi, ganti aja Rp100 ribu. Kalau di sini cuma Rp50 ribu.”

Hal ini senada diutarakan drg. Meirika Sari Caropeboka, yang buka praktek di Duta Medika Bandarlampung. Menurutnya pe­

masangan behel pada dokter gigi memang terbilang lebih mahal. Biaya pemasangannya bisa men­capai Rp4 juta sedangkan untuk biaya penggantian dikenakan Rp100 ribu.

Hal ini berbanding jauh dengan biaya yang ditawarkan para ahli gigi. Biaya pemasangannya hanya berkisar hingga Rp2 juta dan Rp50 ribu untuk biaya penggantian ka­retnya.

Namun, Meirika menilai pe­masangan behel pada ahli gigi

memiliki resiko yang berbahaya dan tidak bisa p e r t a n g g u n g ­jawabkan. Ahli gigi juga tidak memiliki dasar ilmu orthodhonti. Alat­alat yang di­gunakan pun be­lum tentu steril. Bila terjadi kerusa­kan gigi pasien, ahli gigi bisa lepas tang­gung jawab. “Itulah mengapa dokter gigi lebih mahal daripa­da ahli gigi. Karena kami tetap mengon­trol pasien sampai selesai pengobatan,” tuturnya.

Ia juga menjelaskan proses pemasangan behel harus melalui prosedur yang ideal. Seperti mengecek kon­disi gigi. Ini untuk me­mastikan gigi bersih dari sisa makanan. Se­telah bersih, bagian gigi difoto lalu dicetak untuk

mempelajari bagaimana karakter­istik gigi. Selanjutnya, gigi diberi perekat khusus kemudian dilaser, diberi bricket, wire atau kawat gigi barulah kemudian dipasang ka­retnya.

***April sudah satu tahun memakai

behel. Ia memasangnya pada dok­ter gigi di Jakarta. Biayanya men­capai Rp4 juta. Selain ingin mera­patkan bagian giginya yang agak renggang di bagian bawah, ia juga ikut tren pergaulan. “Sekadar un­tuk lucu­lucuan,” ujarnya.

Di awal pemasangan, ia men­gaku tak nyaman apalagi saat ma­kan. Ia pun pernah kena sariawan gara­gara bagian lidahnya terkena kawat. “Takut brecketnya lepas kalau makan yang terlalu keras. Risih juga, karena ada benda asing di mulut apalagi kan bentuknya kawat. Tapi kalau udah lama sih biasa saja,” tuturnya.

Menurut Meirika, pemakai be­hel harus benar­benar menjaga ke­bersihan giginya. Sehabis makan, gigi harus segera disikat dengan sikat gigi khusus untuk mem­buang sisa­sisa makanan. “Tidak bisa sembarangan,” ujarnya.

Penggantian behel pun harus rutin dilakukan. Idealnya ka­wat gigi serta karet behel diganti minimal 3 bulan sekali. Perawatan behel ini mesti dilakukan secara intens. Biasanya pasien menggu­nakan behel selama kurun waktu 1­2 tahun.=

Pojok PKM

Tahun 2011 merupakan babak baru dalam kehidupanku, banyak yang di pertaruhkan untuk setiap jalan yang terpilih, kegilaan dimulai dan layar siap dikibarkan, banyak pelajaran hidup dan kegilaan yang ditemui. Salah satunya tentang idialisme yang biasa digembor-gemborkan mahasiswa dan sistem yang sudah tersistem yang merupakan rahasia bersama dalam setiap kejanggalan dan pelanggaranya. Dalam tulisan kali ini saya umpamakan sebagai pertarungan dua pendekar virus golongan hitam dan dua pejuang vaksin golongan putih dalam mempertahankan kehidupan.

Dua pendekar virus itu, Virus Is-KKaN (KKN, Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) dan Virus Si-Istem (Sistem birokrasi yang amburadul, memerlukan pelican, atau yang kita ketahui sebagai sistem yang sudah tersistem), kehebatan dari mereka seperti layaknya virus pada umumnya, sulit dibinasakan, akan reda jika diobati tetapi di kemudian hari akan tumbuh kembali ketika suhu dan keadaan memungkinkan.

Sedangkan dua pejuang vaksin bernama IdiAlisme dan takut-Dosa, kehebatan mereka baru akan keluar jika berada pada tempat (tubuh) yang kuat.

Pertarungan berawal dari tubuh para wakil rakyat di Provinsi Lampung. Mengutip kata-kata salah satu wakil rakyat Kota Bandar Lampung, Hedrie Kurniawan pada saat seminar daerah “Kami berusaha membuang kotoran di ruangan itu, tetapi ternyata lebih banyak lagi orang yang mengotorinya.” Ucapan itu terkait pada masalah setengah lebih anggaran digunakan sebagai perjalanan dinas atau studi banding. Ini menyiratkan begitu tidak berdayanya pejuang IdiAlisme melawan virus si-Istem yang memang sudah menguasai sebagian besar anggota yang lain, bahkan kedatangan pendekar takut-Dosa sudah tidak di takuti lagi.

Pertanyaan muncul dari benak vaksin takut-Dosa, begitu kuatkah sistem itu sendiri? Bukankah sistem itu di buat oleh para penghuni? Dan bukankah para penghuni dahulunya para idealis? Kemana mereka?

Pertempuran mereka juga terjadi baru-baru ini di tubuh BKD (Badan Kepegawaian Daerah) saat penerimaan CPNS, Si-Istem memang sudah tersistem dari tingkatan yang tinggi sampai terendah, rapih dan menurun lintas generasi Lihat saja masalah CPNSD akhir-akhir ini yang banyak menjadi pemberitaan di media, yang kita tidak tahu pasal kemurnian dan kebenaran proses di dalamnya.

Melihat fenomena ini vaksin IdiAlisme memberikan gambaran ke vaksin takut-Dosa, seperti ini: “Misalkan saja ada 10 PNS yang masuk dengan cara bantuan si-Istem dan di kemudian hari menjadi kepala di 10 dinas berarti akan menghasilkan 10x10 pelaku si-Istem baru di setiap perekrutan, bayangkan jika hal itu berlanjut 10 kali perekrutan, bisa-bisa terbentuk paguyuban PNS Si-Istem”, vaksin takut Dosa langsung merinding membayangkan jika provinsinya dihuni para pendekar SI-Istem pada beberapa tahun kedepan, pada episode kali ini diisukan kedua vaksin kalah telak pada pertempuran yang berlangsung di tubuh BKD.

Lingkungan pendidikan ditengarai menjadi lahan empuk bagi para virus, baik di lingkungan fakultas dan universitas, seperti biasa dimana ada virus Si-Istem maka pejuang Idi-Alisme dan takut-Dosa muncul untuk melakukan perlawanan, pertempuran terjadi dibeberapa tempat seperti pada saat mengurus pergantian KTM (Kartu Tanda Mahasiswa) di salah satu fakultas, Si-Istem menawarkan dua cara, dengan cepat tapi mahal, atau lama tapi murah, sedangkan IdiAlisme menawarkan cara cepat dan murah, karna memang seyogyanya begitu, serangan si-Istem berlanjut pada proses pendanaan beberapa LK (Lembaga Kemahasiswaan) di tingkat Fakultas yang berdampak pada penggunaan uang pribadi dengan cara iuran anggota untuk biayanya.

Dominasi si-Istem tidak berhenti disitu, proses pencairan dana juga ditengarai sudah dijajahnya, tentang ini semua virus si-Istem memang punya senjata ampuh dengan berkata “Sudah Tersistem atau beginilah birokrasinya” kata tersebut menjadi pembelaan yang dianggap menghalalkan untuk mengikuti si-Istem tersebut walau tidak sesuai hati nurani.

Yang lebih menghawatirkan ketika kejayaan virus berlanjut pada diri Mahasiswa, yang merupakan lahan yang independen, jika disini juga dominasi berlanjut maka siap-siaplah pendekar vaksin IdiAlisme dan vaksin takutDosa tinggal sejarah.

Tiba-tiba Vaksin IdiAlisme teringat SMS dari mahasiswa yang berbunyi “....ada link yang bisa buat Skripsi ngak?,.....” Vaksin merasa prihatin, terlepas dari dan untuk siapa skripsi itu di peruntukan itu semua sudah menunjukan pemikiran yang hanya mengutamakan hasil dari pada proses serta hanya mau enaknya sendiri dengan jalan pintas.

Sistem birokrasi yang semrawut terkadang menjadi faktor utama yang menyebabkan jalan pintas terpilih di samping faktor-faktor pribadi yang terkadang dibesarkan. Vaksin takutDosa lebih jauh berpikir bagaimana jika pikiran kita sudah tersistem, bahwa si-Istem itu begitu kuat, seperti arus yang deras, dan tak mungkin di lawan, jika ini yang benar terjadi maka bersiaplah kita ikut hanyut bersama aliran si-Istem.

Pada akhir pertarungan tetap didapati kekalahan di pihak vaksin, evaluasi harus dilakukan untuk memenangkan pertarungan, “kita harus memperbanyak latihan jurus moral dan agama ujar IdiAlisme, takutDosa juga berjanji akan lebih garang agar kedatanganya ditakuti.

Jika kita melihat filosofi kecoa, bahwa Kecoa akan benar-benar mati setelah dua minggu hidup tanpa kepala, itu berarti masih ada harapan bagi para pejuang idialisme, untuk meluruskan yang masih bengkok dan menjaga yang sudah lurus, semua hal pasti ada kemungkinan walaupun hanya sedikit, lebih baik mencoba walaupun terjatuh dari pada hanya melihat.

TETAP BERPIKIR MERDEKA!

Elegi Si - istem vs Takut Dosa

Fatoni LatifPemimpin Umum UKPM Teknokra

Kawat Gigi,

Page 12: Tabloid Teknokra Edisi 112

Ekspresi 12 No. 112 Tahun XI Trimingguan Edisi Januari 2011

Pulau Pahawang, Kabupaten Pesawaran. Siang itu matahari tak begitu terik, cahayanya temaram. Tampak anak­anak di sebuah sekolah dasar negeri (SDN) Pu­lau Pahawang memasuki ruang­an seusai jam istirahat.

Tiga puluh murid duduk rapih menyambut kedatangan sang guru. Tak lama seorang pemuda berpakaian kemeja rapi masuk ke dalam kelas. Ia membawa sebuah tas sembari memberi senyum pada siswa.

Endro Sucipto namanya. Usianya 24 tahun. Ia adalah ma­hasiswa FKIP Pendidikan Biologi ’05 yang memilih mengabdikan diri di sekolah kawasan terpencil itu.

Endro lalu mengucap salam dan menanyakan kabar.

“Ada ndak catatannya”ujar pria kelahiran Tanjung Karang de­ngan logat jawanya.

“Ini ada pak,” jawab seorang siswa.

Endro lalu membalikkan badan dan menuliskan sesuatu di papan tulis, “Mars APL”—sebuah judul lagu yang kerap dinyanyikan para siswa, baik di dalam mau­pun di luar kelas.

Semua siswa pun mulai men­geluarkan catatannya lalu mulai menulis kata yang sama. Seusai menulis, Endro memandu siswa untuk menyanyikannya.

Belajar bermain bersahabat den-gan alam

Membangun jiwa yang sehat dan cerdas

Tuk selamatkan lingkungan............................................Itulah kami anak peduli lingkung-

anSaya takjub sekaligus mer­

inding mendengar nyanyian anak­anak itu. Mereka bernyanyi dengan khidmat dan penuh se­mangat.

Seusai melakukan ritual me­nyanyi, pelajaran pun dimulai. Materi pembelajaran pertama, tentang Mangrove. Sesuatu yang tak biasa diajarkan pada kalang­an siswa di sekolah­sekolah dasar pada umumnya.

Itulah sekilas suasana aktifitas belajar mengajar murid­murid siswa sekolah dasar di Kecamat­an Punduh Pedada Pulau Paha­wang.

Endro, adalah guru yang men­jadi motor penggerak di sekolah itu. Ia sudah empat tahun meng­abdi dengan misi mulia, mena­namkan pemahaman pada siswa tentang pentingnya menjaga dan melestarikan lingkungan. Tak hanya di kelas, materi lingkun­gan hidup yang diampunya pun kerap dipraktekkan bersama siswa di lapangan. Mereka mena­nam bi bit Mangrove di garis pan­tai yang jaraknya sekitar 30 meter dari sekolah.

Endro berkisah, awal mula ketertarikanya pada lingkungan dimulai sejak ia diajak oleh se­orang temannya, Ian seorang ak­tivis Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) menjadi sukarelawan untuk mendata keadaan sosial ekonomi masyarakat Pulau Paha­

wang. Program ini dimotori Lem­baga Swadaya Masyarakat (LSM) Mitra Bentala yang bergerak da­lam pelestarian lingkungan.

Awalnya sekadar ikut­ikutan. Namun Endro mulai tertarik dengan peran yang dilakukan untuk menjaga kelestarian alam. “Sejak saat itulah saya mulai ter­tarik dengan apa yang dilakukan oleh Mitra Bentala dan semakin berkomitmen untuk terus me­nyosialisasikan pentingnya men­jaga lingkungan, “ ujar Endro bersemangat.

Karena kesukaannya itu, Endro pun memilih bergabung menjadi anggota Mitra Bentala pada awal 2007. Karena ketekunannya, ia pun dipercaya untuk melanjut­kan program PLH (pendidikan lingkungan hidup) yang sempat mandek selama hampir dua ta­hun.

“Saya sangat senang diberi tanggung jawab oleh mitra ben­tala untuk menjalankam program mereka,”ujarnya.

Sejak saat itulah Endro me­mulai kariernya mengabdi untuk melestarikan lingkungan bersa­ma masyarakat Pulau Pahawang, di samping perannya sebagai ma­hasiswa.

Menurut Endro, ia tak meng­alami kesulitan dalam membagi perannya itu. Hari Senin hing­ga Jumat digunakannya untuk mengenyang studi di Unila. Se­dangkan hari Sabtu dan Minggu ia pakai untuk mengajar siswa di Paha­

wang.Endro tak digaji, seperti guru

pada umumnya. Ia sukarelawan. Biaya bolak­balik Pahawang didapat dari Mintra Bentala. Namun tak jarang ia pun sering mengeluar kan uang dari kocek pribadinya. “Meski tak dapat im­balan, saya merasa puas meng­abdi di sini (Pahawang) untuk ikut melestarikan lingkungan.”

Menurut pria kelahiran 22 Sep­tember 1987 ini salah satu pola penyadaran terhadap lingkung an adalah menanamkan pemaham­an sejak usia dini. Pada masa inilah, kepedulian dan rasa tang­gung jawab menjaga lingkungan akan tumbuh. “Pendidikan ling­kungan hidup sendiri baru ada di SDN Pulau Pahawang,” ujarnya.

Menurut Endro, bukan hal mudah menerapkan materi PLH

pada siswa sekolah dasar di Pa­hawang. Endro mesti menata sedari awal program PLH yang sempat tidak berjalan. Ia pun mencari patner untuk membantu penerapan PLH. “Langka sekali menemukan teman yang komit­men. Apalagi kita tidak diberi apa­apa dan tidak digaji.”

Namun seiring berjalannya waktu, pada pertengahan 2007 Endro pun menemukan teman yang juga anggota mitra bentala yang bersedia membantunya. Dia, Ardiyanti yang merupakan adik tingkatnya di Pendidikan Biologi Unila. Sejak saat itulah ia didampingi Ardiyanti untuk me­ngajar PLH yang merupakan ma­teri ekstrakulikuler di SDN pulau pahawang hingga sekarang.

Maret 2009, Endro mengusul­kan kepada pihak sekolah dan mitra bentala agar PLH dijadikan muatan lokal. Gayung pun ber­sambut, usulan disetujui setelah pihak sekolah melakukan audi­ensi dengan Dinas Pendidikan Provinsi Lampung.

“Alhamdulillah kedatangan kami disambut dengan baik dan mereka sangat mendukung keg­iatan PLH yang dilakukan di SDN Pulau Pahawang,”ujar Endro.

Di bulan mei 2009 endro meng­usulkan kembali adanya audien­si dengan dinas pendidikan pesawaran,untuk memperkuat tanggapan dari dinas pendidikan provinsi,ia menyampaikan hasil yang diperoleh

dari audiensi dengan dinas pendidikan provinsi.

“kami kembali bersyukur, tanggapan dari dinas pesawaran juga sama “

Dan sejak saat itulah PLH men­jadi salah satu materi ajar muatan lokal di SDN Pulau Pahawang.

“Saya sangat senang, karena kerja keras selama ini tidak sia­sia,”ujar Endro dengan penuh rasa syukur. “

Selain materi yang disampai­kan pada jam pelajaran setiap Sabtu, kegiatan juga diisi dengan praktek lapangan dan permainan. Jenis permainan pun tak semba­rangan. Mesti sesuai dengan materi dan tajuk yang diajarkan yaitu belajar, bermain dan bersa­habat dengan alam.

Soal strategi mengajar, Endro punya trik. Ia kerap menyesuai­kan diri dengan keinginan siswa.

“Mereka kan masih anak­anak jadi kita mesti punya strategi sendiri supaya anak­anak juga menyukai apa yang kita sampai­kan. Supaya mereka tidak merasa bosan,”tuturnya.

“Dulu saya tidak suka menjadi guru apalagi mesti pakai celana dasar, sepatu vantopel. Tapi se­telah dijalani ternyata menjadi guru menarik juga.”

Seorang siswa, Fatimah ­12­, murid kelas 5 SDN Pahawang ini mengaku senang dengan pelaja­ran PLH yang diajarkan. “Enak belajarnya, bisa langsung mena­nam bakau, trus bisa main bareng teman­taman. Pak Endro juga kalo ngejelasin sambil diperagain, jadi kita sering ketawa,” ujarnya de ngan senyum yang mengem­bang.

Tak hanya siswa, pihak sekolah SDN Pahawang pun menaruh bangga pada Endro. “Mereka mengarahkan dan bisa meng­ubah sikap anak­anak untuk peduli dan menjaga lingkungan,” ujar Kepala Sekolah SDN Pulau Pahawang, Ma’ani S.ag.

Prilaku Endro pun disenangi masyarakat sekitar. Ahmad kho­lil ­42­ mengaku senang dengan apa yang telah dilakukan Endro dan Ardiyanti. “Apa yang dia lakukan untuk memajukan Pulau Pahawang. Sekarang anak­anak

sudah mulai melestarikan mang­rove.”

***Pertengahan Oktober 2010. Pu­

kul 21.00, Endro sudah membar­ingkan badan di kamar rumahnya di Jalan Sukajaya Rajabasa. Tiba­tiba handphone miliknya berde­ring. Tak lama Endro terbangun dan mengangkat telpon.

Endro terkejut, suara di sebrang telpon berasal dari Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahra­ga ­Dispora­ Provinsi Lampung. “Saya sempat kaget juga tiba­ tiba Dispora nelpon, pikir saya ada apa.”

Endro dipinang untuk menjadi pemuda pelopor kebaharian dan kelautan mewakili kabupaten pesawaran. Berkah tak disangka, Endro keluar sebagai juara per­tama tingkat provinsi Lampung.

Perjuangan berlanjut. Oktober 2009, Endro menjadi utusan me­wakili Lampung dalam ajang se­rupa di tingkat nasional.

Persaingan terbilang ketat, hingga hari pengumuman pe­menang tiba, Endro dinobat­kan sebagai juara 2 dan berhak mendapat pengharggan dari Ke­mentrian Pemuda dan Olahraga sebagai pemuda pelopor tingkat nasional. “Saya ingat hari itu tanggal 26 Oktober 2009 sangat menyenangkan buat saya,” ke­nangnya sambil tersenyum.=

Berjuang untuk AlamOleh: Rikawati

Endro Sucipto

Foto: Ricky P Marly