BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Mobilisasi Dini 1. Pengertian Mobilisasi Dini Mobilisasi atau ambulasi dini diartikan sebagai suatu keadaan dimana setelah pasien operasi seyogyanya dapat turun sebentar dari tempat tidur dengan bantuan, paling sedikit dua kali (Cunningham.,dkk, 2006). Mobilisasi dini (early ambulation) juga diartikan sebagai suatu kebijaksanaan untuk membimbing ibu post partum agar bangun dari tempat tidurnya dan membimbing untuk secepat mungkin untuk kembali berjalan (Saleha, 2009). Dalam 6-8 jam tenaga medis yang merawat ibu pasca melahirkan akan menolong untuk duduk ditempat tidur, duduk disamping tempat tidur dan mulai berjalan jarak pendek (Gallagher, 2005). Saat ini ibu pasca operesi seksio sesarea tidak perlu terlentang di tempat tidur terlalu selama 7-14 hari setelah melahirkan. Mobilisasi dini tentu tidak dibenarkan pada ibu pasca melahirkan dengan penyulit, seperti anemia, penyakit jantung, penyakit paru-paru, demam dan sebagainya. Penambahan kegiatan dengan mobilisasi dini harus bertahap jadi bukan maksudnya ibu setelah bangun dibenarkan 12
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Mobilisasi Dini
1. Pengertian Mobilisasi Dini
Mobilisasi atau ambulasi dini diartikan sebagai suatu
keadaan dimana setelah pasien operasi seyogyanya dapat
turun sebentar dari tempat tidur dengan bantuan, paling
sedikit dua kali (Cunningham.,dkk, 2006). Mobilisasi dini (early
ambulation) juga diartikan sebagai suatu kebijaksanaan untuk
membimbing ibu post partum agar bangun dari tempat
tidurnya dan membimbing untuk secepat mungkin untuk
kembali berjalan (Saleha, 2009).
Dalam 6-8 jam tenaga medis yang merawat ibu pasca
melahirkan akan menolong untuk duduk ditempat tidur, duduk
disamping tempat tidur dan mulai berjalan jarak pendek
(Gallagher, 2005). Saat ini ibu pasca operesi seksio sesarea
tidak perlu terlentang di tempat tidur terlalu selama 7-14 hari
setelah melahirkan. Mobilisasi dini tentu tidak dibenarkan
pada ibu pasca melahirkan dengan penyulit, seperti anemia,
penyakit jantung, penyakit paru-paru, demam dan sebagainya.
Penambahan kegiatan dengan mobilisasi dini harus bertahap
jadi bukan maksudnya ibu setelah bangun dibenarkan
12
mencuci, memasak, dan lain sebagainya (Saleha, 2009).
Menurut Gallagher (2005), latihannya barangkali tidak mirip
dengan yang normalnya dilakukan, tetapi pergerakan kecil
sekalipun akan perlahan-lahan memperkuat tubuh dan
meningkatkan sirkulasi darah. Tetapi perlu diingat bahwa ibu
dalam kondisi baru melahirkan tidak perlu menggerakkan
tubuh berlebihan dan harus menjaga kondisi tubuh ibu agar
tidak kelelahan.
Dari berbagai pengertian diatas maka dapat
disimpulkan bahwa mobilisasi dini merupakan tindakan yang
dilakukan pada klien pasca persalinan untuk melakukan
gerakan-gerakan tubuh yang sederhana demi melatih klien ke
kondisi normalnya, dilakukan secara bertahap dan tidak perlu
berlebihan.
2. Prosedur Tindakan Mobilisasi Dini
Menurut Gallegher (2005), langkah-langkah dalam
prosedur tindakan mobilisasi dini yaitu sebagai berikut.
1. Hari 1 – 4
a. Membentuk Lingkaran dan Meregangkan Telapak Kaki
Ibu dianjurkan untuk membentuk lingkaran dan
meregangkan telapak kaki saat berbaring di tempat
tidur, sehingga mampu membentuk gerakan melingkar
13
dengan telapak kaki satu demi satu. Gerakan itu
diharapkan mampu dilakukan ibu seperti sedang
menggambar sebuah lingkaran dengan menggunakan
jari kaki dari satu arah ke arah lainnya. Ibu dianjurkan
pula untuk meregangkan masing – masing telapak
kakinya dengan cara menarik jari – jari kaki ke arah
betis, lalu membalikkan ujung telapak kaki ke arah
sebaliknya sehingga ibu merasakan otot betisnya
berkontraksi. Ibu dapat melakukan gerakan ini sebanyak
dua sampai tiga kali dalam sehari.
b. Bernafas dalam – dalam
1. Ibu yang sedang dalam posisi berbaring dianjurkan
untuk menekukkan kakinya sedikit. Kedua tangan
ibu diletakkan di bagian dada atas, lalu menarik
nafas. Saat menarik nafas, ibu dianjurkan untuk
mengarahkan nafas dengan tangan, lalu menekan
dada saat menghembuskan nafas.
2. Ibu dianjurkan menarik nafas sedikit lebih dalam
dan menempatkan kedua tangannya diatas tulang
rusuk. Ibu dapat merasakan paru–parunya
mengembang, lalu menghembuskan nafas seperti
sebelumnya.
14
3. Ibu dapat mengulangi cara bernafas yang lebih dalam
sehingga mencapai perut. Hal ini mampu merangsang
jaringan – jaringan di sekitar bekas luka ibu. Menyangga
daerah insisi ibu dengan cara menempatkan kedua
tangan secara lembut di atas daerah tersebut. Kemudian
ibu dapat menarik dan hembuskan nafas yang lebih
dalam lagi selama beberapa kali. Ibu dapat mengulangi
tindakan tersebut sebanyak tiga sampai empat kali.
c. Duduk tegak
1. Ibu dianjurkan untuk menekuk lutut dan memiring
tubuhnya ke samping.
2. Membantu ibu memutar kapala dan menggunakan tangan
– tangannya untuk membantu dirinya ke posisi duduk.
Saat ibu melakukan gerakan yang pertama, maka luka
akan tertarik dan ibu merasa sangat tidak nyaman, lalu
ibu dapat berhasil duduk dengan bantuan lengan dan
mempertahankan posisi selama beberapa saat.
3. Ibu mulai dapat memindahkan berat tubuhnya ke tangan,
lalu menggoyangkan pinggulnya ke arah belakang. Ibu
juga dapat duduk setegak mungkin dan menarik nafas
dalam – dalam beberapa kali hingga mampu meluruskan
tulang punggung dengan cara mengangkat tulang –
15
tulang rusuk. Menggunakan tangan ibu untuk menyangga
insisi lalu ibu disarankan untuk batuk 2 atau 3 kali.
d. Bangkit dari tempat tidur
1. Ibu diharapkan mampu menggerakkan tubuh hingga
ke posisi duduk. Dimulai dengan menggerakkan kaki
pelan – pelan ke sisi tempat tidur, lalu menggunakan
tangan ibu untuk mendorong ke depan. Kemudian,
secara perlahan-lahan ibu dapat menurunkan telapak
– telapak kakinya ke lantai.
2. Ibu dapat menekan sebuah bantal dengan ketat di
atas bekas luka ibu untuk menyangga. Setelah bagian
atas tubuh ibu disangga dengan bantal. Ibu dapat
meluruskan seluruh tubuh dan meluruskan kaki –
kaki.
e. Berjalan
Saat ibu menggunakan bantal untuk menekan
di atas bekas luka dan berjalanlah ke depan, diusahakan
agar kepala ibu tetap tegak dan bernafas lewat mulut.
Ibu juga dapat terus berjalan selama beberapa menit
sebelum kembali ke tempat tidur.
16
f. Berdiri dan meraih
Ibu dapat memposisikan diri untuk duduk di
bagian tepi tempat tidur, lalu usahakan untuk
mengangkat tubuh hingga berdiri. Ibu perlu
mempertimbangkan untuk mengkontraksikan otot – otot
punggung agar dada mengembang dan meregang.
Kemudian, ibu dapat mencoba untuk mengangkat tubuh,
mulai dari pinggang secara perlahan – lahan melawan
dorongan alamiah untuk membungkuk, lalu melemaskan
tubuh ke depan selama satu menit.
g. Menarik perut
Ibu dianjurkan untuk berbaring di tempat tidur
dan mengkontraksikan otot – otot dasar pelvis untuk
menarik perut. Untuk melakukan tindakan tersebut dapat
dilakukan secara perlahan – lahan dengan meletakkan
kedua tangan di atas bekas luka dan berkontraksi untuk
menarik perut menjauhi tangan ibu. Ibu dapat melakukan
sebanyak 5 kali tarikan dan dapat melakukannya selama
2 kali sehari.
17
h. Saat menyusui
Ibu dapat menarik perut semabari menyusui.
Mengkontraksikan otot – otot perut selama beberapa
detik lalu dilemaskan. Teknik tersebut dapat dilakukan
sebanyak 5 sampai 10 kali setiap kali ibu menyusui.
2. Hari 4 – 7
a. Menekuk pelvis
Ibu dapat melakukan kontraksi terhadap abdomen
dan menekan punggung bagian bawah ke tempat tidur. Jika
ibu melakukannya dengan benar maka pelvis akan
menekuk. Ibu dapat melakukan tersebut sebanyak 4 sampai
8 tekukan selama 2 detik.
b. Meluncurkan kaki
Ibu disarankan untuk berbaring dengan lutut
tertekuk dan bernafas secara normal, lalu ibu dapat
meluncurkan kaki di atas tempat tidur sehingga menjauhi
tubuh. Seraya mendorong tumit ibu dapat mengulurkan kaki
sehingga ibu akan merasakan sedikit denyutan di sekitar
insisi. Ibu dapat melakukan 4 kali dorongan untuk satu kaki.
18
c. Sentakan pinggul
1. Ibu dianjurkan untuk berbaring di atas tempat tidur, lalu
menekukkan kaki ke atas dan merentangkan kaki yang
satu lagi. Gerakan tersebut dilanjutkan dengan
menunjuk ke arah jari – jari kaki.
2. Ibu dapat mendorong pinggulnya agar pada sisi yang
sama dengan kaki yang tertekuk ke arah bahu,
kemudian dilemaskan. Ibu dianjurkan untuk mendorong
kakinya agar menjauhi tubuh dengan lurus. Melakukan
gerakan yang sama secara berulang sebanyak 6 hingga
8 kali untuk masing – masing bagian tubuh.
d. Menggulingkan lutut
1. Ibu dianjurkan untuk berbaring di tempat tidur,
kemudian meletakkan tangannya di samping tubuh
untuk menjaga keseimbangan.
2. Secara perlahan – lahan ibu dapat menggerakkan
kedua lutut ke satu sisi. Gerakkan lutut hingga bisa
merasakan tubuh ikut berputar. Ibu dapat melakukan
3 kali ayunan lutut ke masing – masing sisi. Kemudian,
diakhiri dengan meluruskan kaki.
19
e. Posisi jembatan
Ibu berbaring di atas tempat tidur dengan kedua
lutut tertekuk. Membentangkan kedua tangan ibu ke
bagian samping untuk keseimbangan. Lalu menekan
telapak kaki ibu ke bawah secara perlahan – lahan dan
pinggul kemudian diangkat dari tempat tidur maka ibu
akan merasakan tulang tungging terangkat. Gerakan-
gerakan ini dapat dilakukan sebanyak 5 kali dalam sehari.
f. Posisi merangkak
1. Secara perlahan – lahan ibu mengangkat tubuh dengan
menopang kedua tangan dan kakinya di atas tempat
tidur. Ibu dapat mempertahankan posisi merangkak
tanpa merasa tak nyaman sedikitpun, ibu dapat
menambah beberapa gerakan dalam rangkaian ini.
2. Ibu dapat menekan tangan dan kaki di tempat tidur, dan
mencoba untuk melakukan gerakan yang sama dengan
sentakan pinggul, sehingga pinggul terdorong ke arah
bahu. Jika melakukan gerakan ini dengan benar, ibu
akan merasa seolah – olah menggoyang- goyangkan
ekor. Gerakan ini dapat dilakukan sebanyak 5 kali dalam
sehari.
20
3. Ibu dapat menekan bagian tengah punggung ke arah
bawah, saat melengkung tubuh ke bawah, ibu bisa
merasakan perut meregang. Kemudian, saat meluruskan
punggung ibu harus berkonsentrasi untuk menarik
abdomen.
3. Manfaat Mobilisasi Dini
Menurut Gallagher (2005), operasi dan anastesi
dapat menyebabkan akumulasi cairan yang dapat
menyebabkan pneumonia sehingga sangat penting bagi ibu
post melahirkan untuk bergerak. Mobilitas dapat
meningkatkan fungsi paru-paru, semakin dalam napas yang
dapat ditarik, semakin meningkat sirkulasi darah. Hal tersebut
memperkecil resiko pembentukan gumpalan darah,
meningkatkan fungsi pencernaan, dan menolong saluran
pencernaan agar mulai bekerja lagi.
Menurut Smeltzer & Bare (2001) mobilisasi dini
mampu menurunkan insiden komplikasi pasca operasi.
Dengan melakukan mobilisasi dini juga maka thrombosis vena
dan emboli paru jarang terjadi, selain itu mampu
memperlancar sirkulasi darah serta mengeluarkan cairan