Potensi Larutan Irigasi Berbahan Micro algae Pada Pada Proses
Penyembuhan Dry Socket s_revianti i
Syamsulina Revianti
MONOGRAF
Potensi Larutan Irigasi Berbahan Microalgae
Pada Proses Penyembuhan Dry Socket
Penerbit
KARTIKA MULYA
ii Potensi Larutan Irigasi Berbahan Micro algae Pada Pada Proses
s_revianti Penyembuhan Dry Socket
MONOGRAF
Potensi Larutan Irigasi Berbahan Microalgae
Pada Proses Penyembuhan Dry Socket
Hak Cipta © 2019 Penyusun : Dr. Syamsulina Revianti, drg.,M.Kes Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hang Tuah Surabaya Design Sampul : Tim Penerbit
Editor Ahli : Dr. Arya Brahmanta,drg.,Sp.Ort
Penerbit : KARTIKA MULYA, Surabaya Anggota IKAPI daerah Jawa Timur Isi : ix, 75 hal
Cetakan ke I, tahun 2019
ISBN 978-602-9167-25-2
9 7 8 6 0 2 9 1 6 7 2 52
Dilarang memperbanyak atau memindahkan sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apapun, baik secara elektronis maupun mekanis, termasuk memfotokopi, merekam atau dengan sistem penyimpanan lainnya, tanpa izin tertulis dari penerbit
Potensi Larutan Irigasi Berbahan Micro algae Pada Pada Proses
Penyembuhan Dry Socket s_revianti iii
MONOGRAF
Potensi Larutan Irigasi Berbahan Microalgae
Pada Proses Penyembuhan Dry Socket
Penyusun
Dr. Syamsulina Revianti,drg.,M.Kes
Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hang Tuah Surabaya
Editor Ahli
Dr. Arya Brahmanta, drg.,Sp.Ort
Penerbit
KARTIKA MULYA, Jl Putro Agung III 41-C, Rangkah –
Tambaksari, Surabaya 60135 Jawa Timur, (031)
3770687
Cetakan I. Surabaya, 2019
Perpustakaan Nasional Indonesia Syamsulina Revianti, Monograf Potensi Larutan Irigasi Berbahan Microalgae Pada Proses Penyembuhan Dry Socket / Syamsulina Revianti-Cet.1- Surabaya, Fakultas Kedokteran Gigi, 2019. ix + 75 halaman.
ISBN : 978-602-9167-25-2
iv Potensi Larutan Irigasi Berbahan Micro algae Pada Pada Proses
s_revianti Penyembuhan Dry Socket
Persembahan
Sembah sujud serta puji dan syukurku pada-Mu Allah SWT. Tuhan semesta alam yang menciptakanku dengan
bekal yang begitu teramat sempurna. Taburan cinta,
kasih sayang, rahmat dan hidayat-Mu telah memberikan ku kekuatan, kesehatan, semangat pantang menyerah
dan memberkatiku dengan ilmu pengetahuan serta cinta
yang pasti ada disetiap ummat-Mu. Atas karunia serta kemudahan yang Engkau berikan akhirnya monograf ini
dapat terselesaikan. Sholawat dan salam selalu ku
limpahkan keharibaan Rasulullah Muhammad SAW.
Ku persembahkan monograf ini untuk orang tercinta
dan tersayang atas kasihnya yang berlimpah.
Potensi Larutan Irigasi Berbahan Micro algae Pada Pada Proses
Penyembuhan Dry Socket s_revianti v
Ucapan Terima Kasih
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga monograf yang berjudul “Potensi Larutan Irigasi Berbahan Microalgae Pada Proses Penyembuhan Dry Socket” telah terbit. Terwujudnya ini
tidak lepas dari partisipasi dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan
terima kasih yang setulus-tulusnya kepada :
1. Dr. Ir Sudirman, SE, MAP selaku rektor Universitas
Hang Tuah Surabaya
2. Lita Agustia,drg.,MHKes selaku dekan Fakultas
Kedokteran Gigi
3. Staf pengajar, pegawai dan mahasiswa Fakultas
Kedokter-an Gigi Universitas Hang Tuah atas
segala bantuan yang telah diberikan kepada
penulis
4. Serta seluruh pihak yang ikut membantu, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Semoga
Allah memba-las kebaikan dengan setimpal. Amin.
Kritik dan saran kami hargai demi penyempurnaan
penu-lisan dimasa yang akan datang. Besar harapan penulis, semoga monograf ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak yang membu-tuhkan.
vi Potensi Larutan Irigasi Berbahan Micro algae Pada Pada Proses
s_revianti Penyembuhan Dry Socket
Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya kami bisa
menyelesaikan monograf ini. Monografi Potensi Larutan Irigasi Berbahan Microalgae Pada Proses Penyembuhan Dry Socket ini disusun sebagai upaya meningkatkan
pengetahuan dan pemanfaatan sumber daya laut di
bidang kedokteran gigi. Penulis menyarankan kepada pembaca untuk membaca isi monografi ini secara
berurutan dari bab 1 sampai dengan 6, agar
mendapatkan pemahaman yang cukup memadai.
Publikasi mengenai monografi sumber daya laut mikroalga ini berperan sebagai salah satu wujud dari
pemenuhan masyarakat luas untuk mengetahui
informasi mengenai sumber daya laut yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai obat alternatif di bidang
kedokteran gigi.
Kami menyadari bahwa format dan muatan monografi ini tidak luput dari kekurangan. Kritik dan
saran sangat kami harapkanuntuk perbaikan buku ini
di masa yang akan datang. Semoga monografi ini dapat digunakan sebaik–baiknya dalam konteks peningkatan
eksplorasi dan pemanfaatan sumber daya laut sebagai
obat alternatif di bidang kedokteran gigi. Akhir kata
kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menerbitan monograf ini.
Surabaya, Desember 2019
Penulis
Potensi Larutan Irigasi Berbahan Micro algae Pada Pada Proses
Penyembuhan Dry Socket s_revianti vii
DAFTAR ISI
SAMPUL DEPAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL
BAB 1. PENDAHULUAN BAB 2. DUKUNGAN DATA DAN TEORI
BAB 3. METODE PENELITIAN BAB 4. HASIL PENELITIAN BAB 5. PEMBAHASAN
BAB 6. PENUTUP DAFTAR PUSTAKA
i v
vii
viii ix
1 5
35 48 54
61 62
viii Potensi Larutan Irigasi Berbahan Micro algae Pada Pada Proses
s_revianti Penyembuhan Dry Socket
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Tahap penyembuhan socket healing
17
Gambar 2.2 Beberapa faktor yang berkonstribusi menginisiasi
keratinosit pada penyembuhan luka
22
Gambar 2.3 Proses penyembuhan luka
pencabutan gigi
25 Gambar 2.4 Mekanisme fibrinolysis 33
Gambar 2.5 Gambaran klinis dry socket 34 Gambar 2.6 Microalgae 38
Gambar 3.1 Larutan irigasi microalgae 46 Gambar 3.2 Tikus wistar sebagai unit
eksperimen
47
Gambar 3.3 Pembagian kelompok perlakuan 48 Gambar 3.4 Prosedur perlakuan pada unit
eksperimen
50 Gambar 3.5 Prosedur pembuatan preparat
HPA
53 Grafik 4.1 Rata-rata dan simpangan baku
jumlah fibroblas
58
Grafik 4.2 Rata-rata dan simpangan baku jumlah kolagen
59
Grafik 4.3 Rata-rata dan simpangan baku jumlah makrofag
59
Grafik 4.4 Rata-rata dan simpangan baku jumlah limfosit
60
Potensi Larutan Irigasi Berbahan Micro algae Pada Pada Proses
Penyembuhan Dry Socket s_revianti ix
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Rata-rata dan simpangan baku
jumlah fibroblas
57
Tabel 4.2 Rata-rata dan simpangan baku
jumlah kolagen
57
Tabel 4.3 Rata-rata dan simpangan baku jumlah makrofag
57
Tabel 4.4 Rata-rata dan simpangan baku jumlah limfosit
58
Tabel 4.5 Hasil uji statistik jumlah fibroblas 60
x Potensi Larutan Irigasi Berbahan Micro algae Pada Pada Proses
s_revianti Penyembuhan Dry Socket
ix
Potensi Larutan Irigasi Berbahan Micro algae Pada Pada Proses
Penyembuhan Dry Socket s_revianti 1
BAB 1
PENDAHULUAN
Dry socket merupakan komplikasi pasca
pencabutan gigi yang merupakan masalah serius, dengan angka kejadian mencapai 0,5%
hingga 5% dan meningkat 10 kali lebih tinggi pada pencabutan gigi dengan faktor penyulit dan secara bedah. Angka kejadian ini lebih
tinggi pada pasien wanita, usia 40-45 tahunan dan pada rahang bawah (Kolokythas et al,
2010; Cadorso, 2010).
Etiologi kasus ini idiophatic, tetapi
banyak faktor yang diduga terlibat antara lain kebiasaan menghisap mulut, merokok, oral
kontrasepsi, trauma bedah, pencabutan molar ke 3 rahang bawah, penyakit sistemik, kuretase berlebih, infeksi bakteri dan
penggunaan anastesi lokal mengandung vasokonstriktor (Suleiman, 2006; Kolokythas et
al, 2010).
Aapabila terdapat kegagalam pembekuan
darah pada luka pasca pencabutan gigi, maka akan menyebabkan luka terbuka yang merupakan port de entry benda asing sehingga
terjadi iritasi yang menyebabkan kegagalan proses penyembuhan luka, menimbulkan rasa
sakit dan bau mulut akibat produk radang
(eksudat) (Mahesa, 2009).
2 Potensi Larutan Irigasi Berbahan Micro algae Pada Pada Proses
s_revianti Penyembuhan Dry Socket
Prinsip terapi dry socket adalah dengan cara perawatan lokal yang dapat menghambat
proliferasi bakteri dan melindungi dinding socket, dengan tujuan utama mengontrol rasa
nyeri yang ditimbulkan dan sangat mengganggu. Ada beberapa metode yang
dapat digunakan sebagai terapi dry socket antara lain metode konservatif dan radikal-
konservatif. Metode yang banyak dipilih oleh dokter gigi adalah secara konservatif yaitu pemberian larutan irigasi pada socket
menggunkan saline hangat hingga bersih, kemudian diisi dengan obat yang berfungsi
sebagai dressing dan mempunyai efek sebagai antibakteri, antiinflamasi, analgesik dan
antikosidan sehingga dapat memberikan efek positif pada proses penyembuhan luka. Selain
itu terapi dry socket dapat dilakukan dengan metode radikal-konservatif, yang dimulai
dengan tindakan anestesi, dilanjutkan dengan kuretase, irigasi dan pemberian obat yang berfungsi sebagai dressing pada socket. Zinc
oxide eugenol adalah bahan utama yang terdapat pada dressing, namun memiliki sifat
sitotoksik pada sel basal epitel dan osteoblas pada konsentrasi tinggi sehingga menyebabkan
nekrosis dan menganggu proses penyembuhan luka (Cadorso, 2010; Katanec, 2010; Kolokytas,
2010).
Berbagai upaya telah dikembangkan guna menenukan bahan baru yang dapat
berfungsi sebagai dressing yang mampu mempercepat proses penyembuhan luka,
namun bersifat biocompatible dengan efek
samping seminimal mungkin.
Potensi Larutan Irigasi Berbahan Micro algae Pada Pada Proses
Penyembuhan Dry Socket s_revianti 3
Akhir-akhir ini telah banyak dikembangkan obat yang berbahan dasar
alami (naturaceutical), baik yang diperoleh dari daratan maupun lautan. Beberapa penelitian
telah dilakukan untuk mengungkap kandungan serta khasiat bahan alam yang
berasal dari laut sebagai obat yang dapat membantu dan mempercepat proses
penyembuhan luka sepertihalnya microalgae.
Microalgae mengandung senyawa turunan dari oksidasi lemak yang disebut
oxylipin yang dapat memproduksi beberapa senyawa metabolit sekunder yaitu alkaloid,
flavonoid dan terpenoid yang memiliki daya antibakteri, antiinflamasi, antioksidan dan
analgesik serta dapat mempercepat proses penyembuhan luka (Chasanah, 2007; Fretes et
al, 2010).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh John et al pada tahun 2008
membuktikann bahwa pemberian microalgae akut maupun subkronis secara sistemik pada
tikus dengan konsentrasi tertinggi 17,076 mg/kgBB/hari tidak bersifat toksik. Penelitian
invitro yang dilakukan Revianti dan Kristanti pada tahun 2013, ekstrak microalgae bersifat
tidak toksik pada kultur stem sel basal epitel dengan konsentrasi dibawah 2,5% (Revianti dan Kristanti, 2013).
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka pada penelitian ini akan mengungkap potensi
larutan irigasi berbahan microalgae dengan konsentrasi 2,5% dan 5% sebagai terapi dry
socket dengan menggunakan tikus wistar
4 Potensi Larutan Irigasi Berbahan Micro algae Pada Pada Proses
s_revianti Penyembuhan Dry Socket
sebagai hewan coba serta menganalisi khasiatnya menggunakan beberapa indikator
sepertihalnya proliferasi sel fibroblas dan sel radang, serta kepadatan kolagen.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan permasalahan
penelitian ini adalah :
“ Apakah larutan irigasi berbahan microalgae dengan konsentrasi 2,5% dan
5% memiliki potensi dalam mempercepat
proses penyembuhan dry socket ? ”
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan potensi larutan irigasi berbahan
microalgae dengan konsentrasi 2,5% dan 5% dalam mempercepat proses penyembuhan dry
socket yang ditandai dengan mengamati proliferasi fibroblast, sel radang, serta
kepadatan kolagen.
Kebaruan dalam penelitian ini adalah
belum adanya penelitian yang membuktikan potensi microalgae sebagai terapi dry socket yang dapat dikembangkan sebagai obat
alternatif di bidang kedokteran gigi. Hasil penelitian ini diharapkan mampu
meningkatkan pemanfaatan kekayaan laut Indonesia terutama microalgae sebagai obat
dressing berbahan dasar alam di bidang
Kedokteran Gigi.
Potensi Larutan Irigasi Berbahan Micro algae Pada Pada Proses
Penyembuhan Dry Socket s_revianti 5
BAB 2
DUKUNGAN DATA DAN TEORI
2.1 Pencabutan Gigi
Pencabutan gigi merupakan salah satu
tindakan bedah minor yang dilakukan untuk pengangkatan gigi dari socket. Sebelum pencabutan gigi ini dilakukan maka terlebih
dahulu dilakukan anastesi lokal yang bertujuan untuk menghilangkan rasa sakit.
Pencabutan gigi yang ideal tercapai bila pencabutan tanpa rasa sakit dan gigi yang
dicabut, atau akar gigi, utuh dengan trauma minimal, sehingga bekas pencabutan dapat
sembuh dengan sempurna tanpa menimbulkan masalah prostetik pasca operasi di masa mendatang. Dokter gigi harus berusaha untuk
melakukan pencabutan gigi secara ideal, dan untuk memperolehnya ia harus mampu
menyesuaikan teknik pencabutan gigi agar bisa menangani kesulitan-kesulitan selama
pencabutan dan kemungkinan komplikasi dari tiap pencabutan gigi yang dapat terjadi. Hal yang perlu diperhatikan sebelum dilakukan
pencabutan gigi gigi antara lain, usia pasien, kesehatan umum pasien, etnis, struktur
anatomi, status mental (kecemasan), dan kemampuan pasien untuk bekerja sama
(Sandeep, 2013, Pedersen, 2012).
Pencabutan gigi diindikasikan untuk gigi yang sudah tidak bisa dilakukan perawatan
konservasi ataupun karena penyakit
6 Potensi Larutan Irigasi Berbahan Micro algae Pada Pada Proses
s_revianti Penyembuhan Dry Socket
periodontal, karies besar, infeksi periapikal, erosi, abrasi, atrisi, hipoplasia atau penyakit
pada pulpa gigi (Moore, 2011; Horowitz et al, 2012). Beberapa faktor dapat menyulitkan
pencabutan gigi, salah satunya adalah kedalaman dan sudut kemiringan gigi.
Kesulitan pencabutan gigi meningkat ketika kondisi kepadatan tulang pendukung gigi sangat tinggi, morfologi akar yang sulit (akar
gigi panjang dan melengkung), gigi dengan kerusakan atau dengan restorasi yang besar,
gigi yang berdekatan dengan restorasi besar, dan gigi rapuh yang berhubungan dengan
perawatan saluran akar (Bach, 2007).
Setelah pencabutan gigi dilakukan maka dokter gigi harus memberikan instruksi pada
pasien guna menunjang penyembuhan luka yang sempurna. Beberapa instruksi yang dapat
dilakukan antara lain adalah :
1. Pastikan kasa ditempatkan diatas
daerah pasca pencabutan gigi, beri
tekanan dengan mengigit sampai
perdarahan berhenti. Setelah
pencabutan pasien harus mengigit kasa
selama 30 menit sampai 1 jam, sehingga
memicu terjadinya bekuan darah dan
melindungi bekuan darah tersebut.
Apabila perdarahan masih terus
berlangsung, gantilah kasa dengan yang
baru, lalu gigitlah selama 30 menit
(Billings, 2003);
Potensi Larutan Irigasi Berbahan Micro algae Pada Pada Proses
Penyembuhan Dry Socket s_revianti 7
2. Minumlah tablet analgesik untuk
mengurangi rasa sakit, apabila terjadi
rasa sakit setelah pencabutan (Pedersen,
2012);
3. Istirahat yang cukup dan jangan
mengererjakan pekerjaan berat (Cowpe,
2000);
4. Lalukan kompres pada wajah di dekat
tempat pencabutan gigi dengan
menggunakan kantung berisi gumpalan
es, untuk mengurangi terjadinya
pembengkakan dan rasa sakit (Billings,
2003);
5. Jangan memberi rangsangan panas pada
daerah wajah di dekat pencabutan gigi
(Billings, 2003);
6. Hindari mengunyah permen karet dan
merokok minimal 24 jam setelah
pencabutan gigi (Cowpe, 2000);
7. Bila diberi obat penahan rasa akit dan
antibiotik minumlah sesuai petunjuk
dokter (Cowpe, 2000).
8. Hindari berkumur atau menggosok gigi selama 24 jam setelah pencabutan gigi
yang dapat menyebabkan terjadimya perdarahan karena hilangnya bekuan
darah yang terbentuk akibat berkumur terlalu keras. Setelah 24 jam kebersihan daerah operasi dijaga dengan berkumur
air hangat yang diberi garam minimal 4 kali sehari dan Setelah 24 jam
menggosok gigi dapat dilakukan dengan hati-hati (Billings, 2003; Cowpe, 2000);
8 Potensi Larutan Irigasi Berbahan Micro algae Pada Pada Proses
s_revianti Penyembuhan Dry Socket
9. Makan dan minum yang cukup, hindari minun dengan sedotan karena
tekanannya dapat melepaskan gumpalan darah, dan hindari minuman bersoda
karena busannya diperkirakan dapat melepaskan gumpalan darah pada
lubang operasi (Cowpe, 2000).
2.2 Socket Healing
Proses penyembuhan luka pasca pencabutan gigi terdiri dari beberapa tahap
yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Antara tahap satu dan yang lain tidak
dapat dibedakan dengan jelas kapan tahap itu dimulai dan kapan tahap tersebut berakhir, sehingga dapat digambarkan seperti network
yang saling tumpang tindih dan berhubungan antara tahap yang satu dengan tahap yang
lain. Penyembuhan luka merupakan proses peradangan dan perbaikan yang terjadi secara
terus menerus, dimana sel inflamasi, sel epitel, sel endotel, sel trombosit dan sel fibroblas
keluar dari tempatnya dan berinteraksi untuk bekerja secara bersamaan memperbaiki jaringan yang rusak sehingga regenerasi
jaringan lunak maupun jaringan keras tercapai (Prabakti,2004; Larjava et al,2012).
Potensi Larutan Irigasi Berbahan Micro algae Pada Pada Proses
Penyembuhan Dry Socket s_revianti 9
Gambar 2.1 Tahap penyembuhan socket healing (Enoch
and Price, 2004)
Tahap 1 : pembekuan darah
(hemostasis). Merupakan tahap awal proses penyembuhan luka setelah pencabutan gigi. Fase pembekuan darah ini dapat dilihat secara
klinis, dimana soket gigi akan diisi dengan darah dari pembuluh darah yang terputus,
yang mengandung protein dan sel yang rusak serta bersama dengan platelet memulai
serangkaian peristiwa pembentukan blood clot yang membutuhkan waktu kurang dari 10
menit Tahapan ini merupakan tahapan yang sangat penting dan menentukan keberhasilan proses penyembuhan luka pasca pencabutan
gigi. Jika perdarahan terus berlangsung, maka akan memperlambat proses penyembuhan
serta terbentuk jaringan granulasi (Scarano et
al, 2014).
10 Potensi Larutan Irigasi Berbahan Micro algae Pada Pada Proses
s_revianti Penyembuhan Dry Socket
Blood clot meghentikan proses hemostasis, dan memberikan kesempatan
matriks ekstra sel untuk bermigrasi selama proses penyembuhan luka. Selain itu blood clot
berfungsi sebagai reservoir dan faktor pertumbuhan yang diproduksi selama proses
penyembuhan luka (Paterson, 2003). Platelet merupakan faktor intravascular pada proses
pembekuan darah pada saat pembuluh darah rusak yang mempunyai fungsi adhesi dan menghimpun serta membentuk sumbatan
darah pada pembuluh darah kecil. Pada pembuluh darah besar platelet berfungsi
menarik bekuan darah guna menutup suatu celah yang robek. Aktivasi platelet pada fase
hemostasis mengakibatkan pelepasan beberapa sitokin proinflamasi penting yang berfungsi memberikan sinyal kemotaktik
terhadap sel inflamasi dan residents cell dalam hal ini makrofag, neutrofil dan sel epitel. Selain
itu fibrin-fibronektin clot bertugas mempersiapkan matriks yang berfungsi untuk
proses migrasi sel-sel radang pada daerah luka
(Li and Shan, 2011).
Tahap 2 : inflamasi. Proses inflamasi diawali dengan sel inflamasi bergerak kedaerah luka dan melepaskan pelepasan sitokin
proinflamasi dan kemokin yang memodulasi proses penyembuhan. Khususnya makrofag
merupakan sel inflamasi utama yang tampak pada daerah luka, dimana populasinya selalu
berubah mengikuti fase penyembuhan luka. Makrofag merupakan sel radang yang muncul pada 48–82 jam dan mencapai puncak pada
hari ke 3 setelah pencabutan gigi. Selain
Potensi Larutan Irigasi Berbahan Micro algae Pada Pada Proses
Penyembuhan Dry Socket s_revianti 11
proses pelepasan sitokin dan faktor regulasi, makrofag juga mensekresi VEGF (Vascular
endotheliat growth factor), FGF (Fibroblast growth factor), TGF-β1 (Transforming growth
factor-beta1) yang merupakan faktor regulator yang paling penting pada proses penyembuhan
luka (Larjava et al, 2012). Makrofag mempengaruhi semua fase awal
penyembuhan luka dengan mengatur remodelling jaringan lokal dengan memproduksi enzim proteolitik sepertihalnya
matriks metalloproteinase (MMPs) dan kolagenase yang merangsang pembentukan
matriks ekstraseluler baru, modulasi pembentukan pembuluh darah baru
(angiogenesis) dan fibroplasia melalui produksi sitokin lokal seperti thrombospondin-1 dan IL-1b (Petrson, 2004; Wang, 2006). Pada fase
inflamasi ini timbul rasa nyeri atau sakit sebagai akibat dari terjadinya kerusakan
jaringan yang menstimulus pelepasan mediator kimiaw seperti histamin dan bradikinin.
Sehingga pada fase inflamasi akut ini ditandai dengan lima cardinal symptom seperti bengkak (tumor), kemerahan (rubor), panas (kalor), nyeri
(dolor), dan penurunan fungsi (functiolaesa)
(Ganong, 2005).
Tahap 3 : fase proliferasi. Fase proliferasi terjadi pada hari ke-3 sampai hari
ke-14 yang ditandai dengan pembentukan jaringan granulasi pada luka. Pada fase ini
jumlah sel fibroblas lebih banyak dari pada sel radang. Pembentukan jaringan ikat baru dimulai dari sekitar 3-4 hari setelah terjadinya
cedera, jaringan ini disebut sebagai jaringan
12 Potensi Larutan Irigasi Berbahan Micro algae Pada Pada Proses
s_revianti Penyembuhan Dry Socket
granulasi yang awalnya berupa blood clot. Komponen utama pada jaringan ini adalah
fibroblas, makrofag, sel endotel yang terdapat pada daerah luka, dan matriks ekstra sel.
Matriks ekstra sel ini diproduksi oleh fibroblas yang diantaranya meliputi kolagen,
glikosaminoglikan, dan proteoglikan. Kandungan tersebut diperlukan untuk pematangan jaringan berikutnya menjadi
jaringan ikat yang normal (Gurtner et al, 2008; Larson et al, 2010). Fase proliferasi terbagi atas
beberapa rangkaian yaitu re-epitelisasi, pembentukan jaringan granulasi, fibroplasia,
kontraksi dan angiogenesis (Larjava et
al,2012).
Re-epitelisasi terjadi setelah proses pembentukan blood clot yang terjadi dalam waktu 24 jam setelah pencabutan gigi. Epitel
merupakan salah satu komponen yang berperan melindungi host dari trauma fisika,
kimia dan mikroba. Dengan adanya perlindungan dari epitel, maka luka bekas
pencabutan gigi dapat terbebas dari infeksi akibat debris dan mikroba rongga mulut serta trauma fisika dan kimia. Epitel ini juga
mengatur fungsi dan integritas yang mendasar pada jaringan ikat, sehingga re-epitelisasi
setelah trauma atau luka harus terbentuk secara sempurna dengan meningkatkan
aktivitas mitosis epitel di dekat tepi luka, terutama pada lapisan yang lebih dalam. Regenerasi lapisan epitel merupakan
serangkaian peristiwa yang sangat terkoordinasi dan terstruktur. Dalam waktu 24
jam setelah pencabutan, sel epitel yang terletak
Potensi Larutan Irigasi Berbahan Micro algae Pada Pada Proses
Penyembuhan Dry Socket s_revianti 13
pada marginal dari daerah luka melepaskan diri dari ikatannya dengan hemidesmosom
untuk kemudian melakukan migrasi melalui matriks fibrin fibronectin. Setelah 48 jam
barulah sel epitel berproliferasi yang dimulai dari margin daerah luka (Shafer, 2009). Proses
marginasinya sangat kompleks dan tergantung pada reseptor integrin yang terletak pada permukaan sel dan ekspresinya menunjukkan
kekuatan perlekatan antara sel epitel dengan matriks ekstrasel. Matriks ekstra sel yg terlibat
adalah laminin-332, fibronectin EDA dan tenascin-C. Apabila adesi antara sel epitel dan
matriks ekstrasel terlalu kuat maka migrasi sel epitel akan lebih lambat dibandingkan apabila
adesi antar epitel dan matriks ekstrasel lebih lemah, maka migrasinya akan lebih cepat. Kekuatan adesi antar sel epitel dan matriks
ekstrasel yang optimal distimulasi oleh beberapa sitokin dan growth factor seperti
halnya EGF (epidermal growth factor), HB-EGF (heparin binding EGF), TGF-β1 (transforming
growth factor-beta1), dan lain-lain. Reepitelisasi pada jaringan juga tergantung pada beberapa
enzim proteolitik seperti halnya plasmin dan MMPs yang mempengaruhi migrasi dengan cara memutuskan ikatan matriks ekstrasel dan
menghilangkan kekuatan adhesi. Dimana proses tersebut juga diaktifasi oleh growth
factor. Aktivitas enzim tersebut harus seimbang, apabilah berlebih maka dapat
mengakibatkan gagalnya proses re-epitelisasi sehingga terbentuk luka kronis (Larjava et al,
2012).
14 Potensi Larutan Irigasi Berbahan Micro algae Pada Pada Proses
s_revianti Penyembuhan Dry Socket
Gambar 2.2 Beberapa faktor yang berkonstribusi
menginisiasi keratinosit pada penyembuhan luka (Larjava et al et al,
2012).
Pembentukan jaringan granulasi,
segera terjadi setelah luka bekas pencabutan telah ditutupi oleh selapis tipis epitel yang terbentuk pada proses re-epitelisasi. Jaringan
granulasi terbentuk secara simultan degan proses re-epitelisasi. Namun proses
maturasinya relatif lebih lama dibandingkan proses re-epitelisasi yaitu dalam hitungan
bulan bahkan tahun. Tujuan dari pembentukan jaringan granulasi untuk menggantikan matriks dan sebagai scaffold
untuk pembentukan jaringan ikat. Pada luka yang kecil penutupan luka, re-epitelisasi dan
jaringan granulasi terjadi lebih cepat. Namun pada luka yang besar dan terbuka, proses
penutupan, re-epitelisasi dan pembentukan jaringan granulasi terjadi lebih lambat.
Pembentukan Jaringan ikat baru dimulai dari
Potensi Larutan Irigasi Berbahan Micro algae Pada Pada Proses
Penyembuhan Dry Socket s_revianti 15
sekitar 3-4 hari setelah terjadinya cedera, jaringan ini disebut sebagai jaringan granulasi
karena bentuknya bergranular ketika dilihat secara visual. Pembentukan jaringan
granulasi diawali degan proses pergantian matriks fibrin fibronektin dan neutrofil yang
diganti dengan makrofag, neutrofil, dan sel mast. Dimana sel inflamasi mengaktifasi beberapa faktor dan merekrut fibroblas yang
terdapat pada margin luka. Sel progenitor mesenkimal dan beberapa mesenkimal stem
sel serta fibrosit yang bermigrasi pada matriks provisional secara bersamaan membentuk
pembuluh darah dan jaringan garunlasi yang kemudian diubah menjadi jaringan ikat. Migrasi dari fibroblas juga diinduksi oleh
intergin tertentu dan produksi dari matriks yang baru, antara lain EDA, EDB-fibronectins,
tenascin-C, hyaluronan type III colagen, matricellular proteins) dan ekspresi dari
beberapa enzim pendegrasi matriks. Ketika kolagen diproduksi pada jaringan granulasi telah mencapai nilai yang dibutuhkan, maka
akan terjadi kontraksi luka. Dimana proses ini menarik tepi margin dari luka tersebut untuk
mendekat secara bersamaan, sehingga mengurangi luas permukaan dan menigkatkan
kecepatan penutupan luka. Jaringan granulasi merupakan kombinasi dari elemen seluler termasuk fibroblas dan sel inflamasi, yang
bersamaan dengan timbulnya kapiler baru yang tertanam dalam matriks ekstra seluler
dari matriks kolagen, fibronektin dan asam hialuronat (Shafer, 2009; Larjava et al et al,
2012).
16 Potensi Larutan Irigasi Berbahan Micro algae Pada Pada Proses
s_revianti Penyembuhan Dry Socket
Fibroplasia dan Kontraksi, secara aktif dimediasi oleh proses diferentiated
myofibroblasts yang menggunakan reseptor intergin untuk menarik matriks melalui ikatan
yang kuat dengan actin rich citoskeleton. Myofibroblas berdiferensiasi dari fibroblas atau
sel progenitor yang lain dalam molekul matriks tertentu dan faktor pertumbuhan sepertihalnya
EDA-fibronectin dan TGF-β1. Setelah proses kontarksi, maka akan terjadi pelepasan
jaringan granulasi melalui proses degradasi fibroblas, re-organisasi, serta remodeling dari matriks ekstra sel. Sinyal mechanosensory
yang berasal dari jaringan remodeling akan mengurangi aktivitas seluler dan produksi
matriks ekstrasel serta myofibroblas mengalami apoptosis (GAnong, 2005; Shafer,
2009; Larjava et al et al, 2012).
Angiogenesis, dibutuhkan dalam proses pembentukan jaringan baru. Pada tahap ini
sangat dibutuhkan suplai darah yang kaya atau banyak. Pembentukan cabang-cabang
kapiler baru merupakan respons dari rusaknya pembuluh darah saat pencabutan gigi. Sel
endotel bergabung menjadi satu dan mengikat fibrin akan menginisiasi pembentukan dinding pembuluh darah. Hasil dari angiogenesis
adalah terbentuknya banyak pembuluh darah baru yang akan memberikan banyak suplai
darah dan juga faktor pertumbuhan yang dibutuhkan selama proses penyembuhan luka
berlangsung. Angiogenesis akan berhenti sesuai dengan kebutuhan. Pembuluh darah baru yang tidak dibutuhkan akan hilang
Potensi Larutan Irigasi Berbahan Micro algae Pada Pada Proses
Penyembuhan Dry Socket s_revianti 17
dengan sendirinya melalui proses apoptosis
(Prabakti, 2005).
Tahap 4 : bone healing / remodeling. Tahap ini merupakan tahap terlama dari
proses penyembuhan luka pencabutan gigi, yang dimulai pada hari ke-21 dan berakhir 1-2
tahun setelah pencabutan gigi. Tahap ini dapat berlangsung selama beberapa tahun melibatkan pmbentukan secara perlahan
dengan degradasi dan formasi matriks. Remodeling merupakan tahap akhir
penyembuhan luka. Indikator penyembuhan luka pencabutan gigi adalah dengan adanya
epitelisasi yang lengkap pada soket gigi, terbentuknya jaringan ikat dan terjadi remodelling baik jaringan ligamen periodontal
maupun tulang alveolar (Peterson, 2003; Dorri
et al, 2012).
Gambar 2.3 Proses penyembuhan luka
pencabutan gigi (Andreasen,
2007).
18 Potensi Larutan Irigasi Berbahan Micro algae Pada Pada Proses
s_revianti Penyembuhan Dry Socket
Penyembuhan luka pada soket pasca pencabutan gigi pada hari ke 10 didominasi
oleh jaringan penghubung, hari ke 14 telah terbentuk epitelisasi sempurna dan pada hari
ke 21 soket pasca pencabutan mulai dipenuhi
dengan tulang (Simon, 2009).
2.3 Dry socket
Dry socket disebut juga sebagai dry socket, alveolitis”, “alveolitis sicca
dolorosa”localized dry socket”, “fibrinolytic alveolitis”, “septic socket”, “necrotic socket”, dan
“alveolalgia (Cadorso, 2010; Kolokythas et al,2010). Dry socket merupakan salah satu
komplikasi yang paling sering terjadi dan paling sakit. Biasanya dimulai pada hari ke 3
sampai 5 setelah pencabutan gigi. Keluhan utamanya adalah rasa sakit yang sangat hebat.
Rasa sakit ini yang ditimbulkan sedang sampai parah, yang terdiri dari sensasi sakit tumpul, biasanya berdenyut yang menjalar hingga ke
telinga. Pemeriksaan klinik menunjukkan adanya soket yang kering dan kosong,
permukaan tulang alveolar terbuka dengan sedikit jaringan granulasi, dengan sebagian
atau seluruhnya kehilangan bekuan darah. Selain itu terdapat keluhan bau busuk pada lokasi luka (Jamie et al, 2001; Kolokythas et al,
2010).
2.3.1 Etiologi
Etiologi yang tepat mengenai dry socket
belum dapat terdefinisikan. Namun, beberapa faktor lokal dan sistemik diketahui memiliki
Potensi Larutan Irigasi Berbahan Micro algae Pada Pada Proses
Penyembuhan Dry Socket s_revianti 19
kontribusi pada terjadinya dry socket, antara
lain :
1. Trauma bedah dan kesulitan
dalam bedah. Hal ini terjadi karena lebih banyak pembebasan second
direct tissue activator pada inflamasi bone marrow yang dapat terjadi jika
pencabutan gigi lebih sulit dan traumatik. Pencabutan gigi secara
bedah 10 kali lipat dapat meningkatkan insidensi dry socket dibandingkan dengan pencabutan
gigi secara non bedah. Ekstraksi cenderung sulit pada tulang lebih
padat dan lebih tua, yang mungkin memiliki vaskularisasi menurun dan
kecenderungan lebih besar untuk trombosis traumatis dari pembuluh darah (Jamie et al, 2001; Girish et
al, 2013). 2. Kurangnya pengalaman operator.
Operator yang kurang berpengalaman dapat menyebabkan
trauma yang lebih besar selama pencabutan gigi, khususnya pencabutan gigi molar ketiga
mandibula secara bedah (Cadorso, 2010; Kolokythas et al, 2010).
3. Molar ketiga mandibula. Dry socket lebih banyak ditemukan pada
pencabutan gigi molar ketiga mandibula. Hal ini berkaitan dengan
kepadatan tulang yang meningkat,
20 Potensi Larutan Irigasi Berbahan Micro algae Pada Pada Proses
s_revianti Penyembuhan Dry Socket
vaskularisasi menurun dan berkurangnya kapasitas produksi
jaringan granulasi yang bertanggung jawab khusus pada daerah tersebut
(Jamie et al, 2001; Kolokythas et al, 2010).
4. Penyakit sistemik. Beberapa penelitian mengemukakan bahwa terdapat korelasi antara penyakit
sistemik yang diderita pasien dengan dry socket. Pasien dengan
immunocompromised atau Diabetes mellitus cenderung untuk
mengalami dry socket karena dapat menghambat proses penyembuhan
luka (Cadorso, 2010; Kolokythas et al, 2010).
5. Kontrasepsi oral. Kontrasepsi oral
merupakan satu-satunya obat yang memiliki hubungan dengan
insidensi dry socket. Selain itu, ditemukan bahwa peningkatan
insidensi dry socket memiliki korelasi dengan penggunaan
kontrasepsi oral. Hormon estrogen dikatakan memiliki peran yang signifikan dalam proses fibrinolisis.
Estrogen dipercaya mengaktifkan sistem fibrinolitik (meningkatkan
faktor II, VII, VIII, X dan plasminogen) secara tidak langsung
dan kemudian menyebabkan peningkatan lisis bekuan darah (Kolokythas et al, 2010).
6. Jenis kelamin. Banyak penulis mengklaim bahwa jenis kelamin
Potensi Larutan Irigasi Berbahan Micro algae Pada Pada Proses
Penyembuhan Dry Socket s_revianti 21
perempuan tanpa memperhatikan penggunaan kontrasepsi oral
merupakan predisposisi terjadinya dry socket Namun, dikemukakan
juga bahwa tidak ada perbedaan dalam insidensi dry socket yang
berasosiasi dengan jenis kelamin (Jamie et al, 2001; Kolokythas et al,
2010). 7. Merokok. Beberapa studi
mengemukakan terdapat hubungan
antara merokok dengan dry socket. Mekanisme sistemik atau pengaruh
lokal secara langsung (panas atau isapan rokok) pada daerah
pencabutan gigi yang menyebabkan peningkatan insidensi dry socket
juga belum diketahui secara pasti. Dipertimbangkan bahwa fenomena ini berkaitan dengan paparan
substansi asing yang dapat bertindak sebagai kontaminan pada
daerah pencabutan gigi (Jamie et al, 2001; Cadorso, 2010; Kolokythas et
al, 2010). 8. Infeksi bakteri. Banyak studi yang
mendukung bahwa infeksi bakteri
merupakan faktor utama terjadinya dry socket. Penelitian mengenai
hubungan antara Actinomyces viscosus dan Streptococcus mutans
dengan insiden dry socket. Luka bekas pencabutan yang terinfeksi
bakteri tersebut menunjukkan penyembuhan luka yang lambat
pada hasil inokulasi mikroorganisme
22 Potensi Larutan Irigasi Berbahan Micro algae Pada Pada Proses
s_revianti Penyembuhan Dry Socket
ini pada model hewan coba. Selain itu juga ditemukan dari hasil
penelitian bahwa pada kultur Treponema denticola pada plasmin
memiliki aktivitas fibrinolitik sehingga berperan dalam proses
terjadinya dry socket (Kolokythas et al, 2010).
9. Irigasi atau kuretase alveolus berlebihan. Irigasi yang berlebihan secara berulang-ulang pada alveolus
dapat mengganggu pembentukan bekuan darah, sedangkan kuretase
secara keras dapat melukai tulang alveolar (Cadorso, 2010; Kolokythas
et al, 2010). 10. Usia. Semakin tua umur pasien,
resiko untuk mengalami dry socket
juga semakin tinggi. Pencabutan gigi molar ketiga mandibula sebaiknya
dilakukan sebelum umur 24 tahun (Jamie et al, 2010; Cadorso, 2010;
Kolokythas et al, 2010). 11. Anestesi lokal dengan
vasokonstriktor. Penggunaan
anestesi lokal dengan vasokonstriktor dapat meningkatkan
insidensi dry socket. Frekuensi dry socket meningkat dengan anestesi
infiltrasi, karena ischemia temporer dapat menyebabkan suplai darah
berkurang. Epinefrin sebagai vasokonstriktor yang dapat
mengurangi perdarahan dan dapat mengganggu dengan adanya tekanan oksigen, sehingga
Potensi Larutan Irigasi Berbahan Micro algae Pada Pada Proses
Penyembuhan Dry Socket s_revianti 23
mengurangi penyembuhan. epinefrin telah terbukti meningkatkan
fibrinolisis (Noroozi and Philbert, 2009; Kolokythas et al, 2010).
12. Saliva memiliki kontribusi terhadap terjadinya dry socket. Namun, belum
ditemukan bukti secara ilmiah yang mendukung hal tersebut. Komplikasi ini mungkin terjadi
akibat frekuensi menghisap saliva yang menyebabkan bekuan darah
lisis (Jamie et al., 2010; Kolokythas et al, 2010).
13. Terdapat sisa fragmen tulang/akar pada luka. Fragmen sisa tulang
atau akar dan debris dapat menyebabkan terganggunya penyembuhan dan memiliki
kontribusi dalam insidensi dry socket (Cadorso, 2010; Kolokythas et
al, 2010).
2.3.2 Patogenesis
Patogenesis yang tepat mengenai dry socket belum sepenuhnya diketahui.
Patofisologi dry socket terjadi akibat peningkatan aktivitas lokal fibrinolitik pada alveolus disebabkan oleh pelepasan mediator
selama inflamasi oleh aktivasi plasminogen direct atau indirect ke dalam darah (Kolokythas
et al, 2010; Cadorso, 2010).
24 Potensi Larutan Irigasi Berbahan Micro algae Pada Pada Proses
s_revianti Penyembuhan Dry Socket
Ketika mediator dilepaskan oleh sel pada tulang alveolar pasca trauma, plasminogen
akan berubah menjadi plasmin yang menyebabkan pecahnya bekuan darah oleh
disintegrasi fibrin. Perubahan ini terjadi oleh adanya proaktivator selular atau plasmatik dan
aktivator lainnya. Aktivator tersebut diklasifikasikan menjadi direct (fisiologik) dan
indirect (nonfisiologik) aktivator dan juga telah dibagi ke dalam subklasifikasi berdasarkan sumbernya, yaitu aktivator intrinsik dan
ekstrinsik (Kolokythas et al, 2010; Cadorso,
2010).
Aktivator intrinsik berasal dari
komponen plasma, seperti aktivator factor XII-dependent atau factor-Hageman-dependent dan
urokinase. Direct aktivator intrinsik berasal dari luar plasma dan termasuk aktivator
jaringan dan plasminogen endothelial. Aktivator jaringan plasminogen paling banyak ditemukan pada mamalia, termasuk pada
tulang alveolar. Indirect aktivator termasuk streptokinase dan stafilokinase. Substansi
dihasilkan dari interaksi antara bakteri dengan plasminogen dan bentuk aktivator kompleks
tersebut yang mengubah plasminogen menjadi
plasmin (Cadorso, 2010; Sheikh et al, 2010).
Potensi Larutan Irigasi Berbahan Micro algae Pada Pada Proses
Penyembuhan Dry Socket s_revianti 25
Pasien yang menerima anastesi dengan penggunaan epinefrin sebagai vasokonstriktor
dapat meningkatkan insiden terjadinya dry socket (Cadorso, 2010, Khitab, 2010).
Pengikata epinefrin pada membran plasma sel hati akan meningkatkan kosentrasi senyawa
adeno monofosfat siklik, yang sering disingkat AMP siklik atau cAMP. Adenil siklase adalah
suatu enzim yang ada di dalam membran plasma, mengubah ATP menjadi cAMP sebagai
respons terhadap sinyal ekstraseluler, dalam hal ini epinefrin (Cadorso, 2010; Bassel et al,
2015).
Pada kaitannya dengan penyembuhan
luka, cAMP dalah salau satu inhibitor terjadinya agregasi trombosit, sehingga dapat
menganggu tahap koagulasi dan tidak dapat terbentuk bekuan darah. Maka proses penyembuhan luka dapat terhambat. Begitu
pula pada kasus Dry socket yang menugunakan obat anastesi lokal yang
mengandung vasokonstriktor (epinefrin) maka proses penyembuhan luka terhambat dan
mengakkibatkan soket kering tanpa adanya bekua darah dan jaringan granulasi (Cadorso,
2010).
26 Potensi Larutan Irigasi Berbahan Micro algae Pada Pada Proses
s_revianti Penyembuhan Dry Socket
Gambar 2.4 Mekanisme fibrinolysis (Girish et al, 2013)
2.3.3 Tanda dan gejala klinis
Tanda dan gejala kllinis dry socket muncul pada hari 1-3 setelah pencabutan gigi
dengan durasi biasanya hingga 5-10 hari. Tampak soket bekas pencabutan, tulang
alveolar sekitar diselimuti oleh lapisan jaringan nekrotik berwarna kuning keabu-abuan, inflamasi margin gingiva di sekitar soket bekas
pencabutan, hilangnya bekuan darah pada soket bekas pencabutan dan biasanya
dipenuhi oleh debris, serta rasa sakit yang hebat dan ‘berdenyut’ dimulai sejak 24-72 jam
setelah pencabutan gigi dan dapat menjalar hingga ke arah telinga dan tulang temporal,
Potensi Larutan Irigasi Berbahan Micro algae Pada Pada Proses
Penyembuhan Dry Socket s_revianti 27
ipsilateral regional lymphadenopathy, serta timbulnya halitosis, (Fragiskos, 2007; Girish et
al., 2013).
Gambar 2.5 Gambaran klinis dry socket (Fragiskos, 2007).
2.3.4 Perawatan dry socket
Sebagian besar Dokter Gigi setuju bahwa tujuan utama dari manajemen dry socket adalah mengontrol rasa sakit hingga regenerasi
jaringan secara sempurna. Penatalaksanaan dry socket meliputi irigasi, penempatan
dressing dan intervensi bedah (kuretase). Adapun metodenya meliputi terapi konservatif
dan radikal konservatif (Katanec et al, 2003; Sheikh et al, 2010; Girish et al., 2013; Bassel
et al., 2015).
28 Potensi Larutan Irigasi Berbahan Micro algae Pada Pada Proses
s_revianti Penyembuhan Dry Socket
A. Terapi konserfatif
Terapi ini dilakukan dilakukan dengan
cara irigasi pada soket dan penempatan dressing medis yang memiliki kandungan
analgesik, antipiretik dan efek antifibrinolitik. Luka perlu dilakukan irigasi untuk
menurunkan jumlah bakteri dan menghilangkan benda asing. Cairan yang biasa digunakan adalah 0.9% saline, dan cairan yang
mengandung surfaktan (Bowe et al., 2011).
B. Metode bedah atau radikal terapi
Metode ini dilakukan dengan cara pembersihan alveoli dari dekomposisi bekuan
darah dengan menggunakan alat medis lalu luka dijahit. Metode ini dilakukan setelah
excohleation atau pembersihan alveoli dari bekuan darah lalu luka tersebut ditutupi oleh
lobus mukoperiosteal (Katanec et al, 2003).
Penatalaksanaan dry socket
menunjukkan hasil yang bagus yaitu dengan cara curettage, lalu irigasi dengan saline fisiologis, dan pemberian dressing yang terdiri
dari 10% metronidazole, lidokain 2%, lanolin sebagai dasar, dan mint pada tulang alveolar.
Hasil pengobatan menunjukkan terdapat pengurangan rasa nyeri yang signifikan dan
tidak adanya efek samping lokal dan / atau
sistemik (Cadorso, 2010).
Pada semua pasien dry socket yang telah diobati dengan intervensi bedah dalam bentuk
pemberian anestesi, curettage dan irigasi soket,
Potensi Larutan Irigasi Berbahan Micro algae Pada Pada Proses
Penyembuhan Dry Socket s_revianti 29
serta dilakukan penutupan dengan flap untuk melindungi bekuan darah dan meningkatkan
penyembuhan. Prosedur ini menghasilkan penurunan rasa nyeri dan mendorong proses
penyembuhan luka (Navas et al., 2010).
Dressing perlu untuk diganti setiap hari
selama beberapa hari dan kemudian berkurang frekuensinya. Rasa sakit biasanya hilang
dalam 3 sampai 5 hari, meskipun dapat mencapai 10 sampai 14 hari pada beberapa pasien. Zink oxide eugenol adalah bahan utama
yang terdapat pada dressing. Akan tetapi banyak penelitian yang meragukan bahan
tersebut. Karena eugenol umumnya sitotoksik pada konsentrasi tinggi dan memiliki efek
merugikan efek pada sel-sel seperti fibroblas dan osteoblas. Dengan demikian, pada
konsentrasi tinggi eugenol menyebabkan nekrosis dan menganggu proses penyembuhan
luka (Cadorso, 2010; Navas et al, 2010).
2.6 Microalgae
Microalgae adalah mikroorganisme yang
beragam yang menghuni berbagai habitat dengan hanya sebagian kecil yang
dibudidayakan untuk penggunaan manusia. Baru-baru ini menarik minat yang cukup besar di seluruh dunia, karena potensi aplikasi
mereka yang luas dalam industri energi terbarukan, biofarmasi, dan nutraceutical.
Microalgae adalah sumber biofuel yang terbarukan, berkelanjutan, dan ekonomis,
produk obat bioaktif, dan bahan makanan.
30 Potensi Larutan Irigasi Berbahan Micro algae Pada Pada Proses
s_revianti Penyembuhan Dry Socket
Beberapa spesies telah diselidiki karena potensinya sebagai produk bernilai tambah
dengan kualitas farmakologis dan biologis yang luar biasa. Masalah yang paling menantang
dan krusial adalah meningkatkan laju pertumbuhan microalgae dan sintesis produk,
kultur pengeringan ganggang untuk produksi biomassa, pretreatment biomassa, dan mengoptimalkan proses ekspolari masih terus
diupayakan pengembangannya (Widjaja, 2009; Borowitzka et al, 2016).
Baru-baru ini, minat dalam penelitian
microalgae telah meningkat. Beberapa produk bernilai tambah dari relevansi industri, farmasi dan pertanian dapat secara bersamaan
diturunkan dari microalgae selama produksi bioenergi. Meskipun produk bernilai tambah
ini memiliki potensi namun belum dieksplorasi secara mendalam (Ejovwokoghene et al., 2017).
Microalgae termasuk mikroorganisme
eukariotik yang merupakan tumbuhan tingkat rendah dan termasuk dalam anggota divisi Thallophyta (tumbuhan thallus), satu
kelompok dengan bakteri dan jamur. Pada umumnya alga bersifat fotosintetik dengan
pigmen fotosintetik hijau (klorofil), biru kehijauan (fikobilin), coklat (fikosantin), dan
merah (fikoeritrin). Secara morfologi, alga ada yang berbentuk uniseluler dan ada pula yang multiseluler. Alga dapat hidup di permukaan
atau dalam perairan (aquatik) maupun daratan (terestrial) yang terkena sinar matahari,
namun kebanyakan hidup di perairan. Alga uniseluler (mikroskopik) dapat berupa sel
Potensi Larutan Irigasi Berbahan Micro algae Pada Pada Proses
Penyembuhan Dry Socket s_revianti 31
tunggal atau tumbuh dalam bentuk rantai atau filamen (Backer, 1994; Borowitzka et al,
2016).
Gambar 2.6 Microalgae (Backer, 1994).
Microalgae adalah mikroorganisme yang memiliki sifat morfologis, fisiologis, dan genetik
yang berbeda yang memberikan kemampuan untuk menghasilkan berbagai metabolit aktif
biologis yang berbeda. Senyawa bioaktif yang berasal dari microalgae memiliki aktivitas antiinflamasi, antimikroba, dan antioksidan.
Selanjutnya, mikroorganisme ini memiliki kemampuan untuk meningkatkan kesehatan
dan mengurangi risiko perkembangan penyakit degeneratif (Michele et al., 2015; Borowitzka et
al, 2016). Microalgae merupakan mikroorganisme
uniseluler yang tumbuh di air tawar atau garam dan memiliki bentuk bervariasi dengan
diameter atau panjang sekitar 3–10 μm. Istilah
32 Potensi Larutan Irigasi Berbahan Micro algae Pada Pada Proses
s_revianti Penyembuhan Dry Socket
microalgae termasuk organisme prokariotik dan eukariotik (Ferreira et al., 2013).
Cyanobacteria dan bakteri memiliki karakteristik struktural yang sangat mirip.
Namun, mereka diklasifikasikan sebagai microalgae karena mengandung klorofil a dan
senyawa yang terkait dengan fotosintesis, sehingga disebut ganggang hijau dinamakan
demikian karena keberadaan klorofil a dan klorofil b dalam proporsi yang sama seperti pada tanaman tingkat tinggi (El-Gamal, 2010).
Metabolit bioaktif asal microalgae adalah
minat khusus dalam pengembangan produk baru untuk industri medis, farmasi, kosmetik,
dan makanan. Penelitian lebih lanjut harus dilakukan dengan senyawa bioaktif ini untuk memverifikasi efek menguntungkan bagi
manusia, degradabilitasnya ketika dilepaskan ke lingkungan, dan efeknya ketika digunakan
pada hewan bahkan manusia. Pada umumnya microalgae, senyawa bioaktif terakumulasi
dalam biomassa. Namun, dalam beberapa kasus, metabolit ini diekskresikan ke dalam
medium yang dikenal sebagai exometabolites. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk menyelidiki produk metabolismenya, tidak
hanya untuk memahami sifatnya tetapi juga untuk mencari zat dengan aplikasi yang
mungkin untuk manusia di berbagai bidang ilmu. Proses ekstraksi atau isolasi metabolit
dari microalgae yang berbeda sangat menentukan aktivitas biologis komponen ini. Microalgae telah dideskripsikan sebagai
sumber yang kaya dari berbagai biokomponen untuk kepentingan komersial. Microalgae
Potensi Larutan Irigasi Berbahan Micro algae Pada Pada Proses
Penyembuhan Dry Socket s_revianti 33
adalah mikroorganisme autotrofik yang memiliki nilai gizi agregat tinggi dan fungsi
terapi, seperti lipid, protein, karbohidrat, pigmen, dan polimer. Hasil penelitian
membuktikan bahwa microalgae dapat menghasilkan senyawa kimia yang berbeda
dengan aktivitas biologis yang berbeda, seperti karotenoid, phycobilins, asam lemak tak jenuh ganda, protein, polisakarida, vitamin, dan
sterol di antara bahan kimia lainnya (Markou, 2013; Borowitzka et al, 2016).
Senyawa bioaktif asal microalgae dapat
bersumber langsung dari metabolisme primer, seperti protein, asam lemak, vitamin, dan
pigmen, atau dapat disintesis dari metabolisme sekunder. Senyawa-senyawa tersebut dapat berfungsi sebagai antijamur, antivirus, dan
antibiotik (Volk, 2008). Beberapa senyawa seperti sianovirin, asam oleat, asam linolenat,
asam palmitoleat, vitamin E, B12, β-karoten, phycocyanin, lutein, dan zeaxanthin memiliki
sifat sebagai antioksidan, antimikroba, dan antiinflamasi, yang memiliki potensi untuk pencegahan dan pengobatan penyakit (Ibarnez,
2013; Markou, 2013).
Microalgae mengandung senyawa turunan dari oksidasi lemak yang disebut
oxylipin yang dapat memproduksi beberapa senyawa metabolit sekunder yaitu alkaloid,
flavonoid dan terpenoid yang memiliki daya antibakteri, antiinflamasi, antioksidan dan analgesik serta dapat mempercepat proses
penyembuhan luka (Chasanah, 2007; Fretes et al, 2010). Umumnya alkaloid bersifat basa dan
34 Potensi Larutan Irigasi Berbahan Micro algae Pada Pada Proses
s_revianti Penyembuhan Dry Socket
seringkali bersifat racun bagi mamalia, tetapi beberapa alkaloid memiliki aktivitas
farmakologis dan digunakan secara luas dalam bidang kesehatan. Beberapa alkaloid bersifat
sebagai antibakteri, antijamur, antiviral, analgesik. Alkaloid bekerja dengan mengubah
persepsi nyeri dengan meningkatkan ambang nyeri di sistem saraf pusat. Alkaloid meningkatkan infiltrasi seluler mononuklear
secara signifikan pada hari 5 dan 7 pada proses penyembuhan luka. Alkaloid
merangsang kemotaxis untuk fibroblas, namun tidak merangsang kemotaksis makrofag,
aktivasi neutrofil, proliferasi fibroblast, atau perakitan matriks. Sehingga dapat disimpulkan bahwa alkaloid berperan pada
fase awal pada proses penyembuhan luka (Porras et al., 1993). Flavonoids adalah
senyawa bioaktif penting yang ditemukan dalam kehidupan kita sehari-hari dalam
bentuk buah-buahan dan sayuran yang berperan dalam proses penyembuhan luka. Berdasarkan hasil sejumlah penelitian
membuktikan bahwa flavonoid mampu menstimulasi proliferasi fibroblas,
menginduksi neovaskularisasi, dan berfungsi sebagai antiinflamasi. Flavonoid mampu
meningkatkan kadar CD68, faktor pertumbuhan endotel vaskular (VEGF),
transformasi faktor pertumbuhan-β₁ (TGF-β₁), dan hidroksiprolin (Pang et al., 2017).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh John et al pada tahun 2008 membuktikann bahwa pemberian microalgae
akut maupun subkronis secara sistemik pada
Potensi Larutan Irigasi Berbahan Micro algae Pada Pada Proses
Penyembuhan Dry Socket s_revianti 35
tikus dengan konsentrasi tertinggi 17,076 mg/kgBB/hari tidak bersifat toksik. Penelitian
invitro yang dilakukan Revianti dan Kristanti pada tahun 2013, ekstrak microalgae bersifat
tidak toksik pada kultur stem sel basal epitel dengan konsentrasi dibawah 2,5% (Revianti
dan Kristanti, 2013).
36 Potensi Larutan Irigasi Berbahan Micro algae Pada Pada Proses
s_revianti Penyembuhan Dry Socket
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian true
eksperimental dengan menggunakan rancangan penelitian post test only control
group design, dimana unit eksperimen terbagi dalam 8 kelompok yang masing- masing dipilih
secara acak.
3.2 Unit Eksperimen dan Replikasi
Unit eksperimen menggunakan Rattus
Novergicus Strain Wistar dengan kriteria berjenis kelamin jantan dengan berat badan
150-200 gram, usia 3 bulan, memiliki gigi incisive satu sebelah kanan rahang atas yang
utuh dan tidak cacat, kesehatan fisik baik ditandai dengan ciri-ciri mata jernih, bulu kaki
mengkilap, gerakan aktif, dan feses baik (tidak lembek).
Besar sampel pada penelitian ini didapat berdasarkan hasil penelitin pendahuluan yang
dihitung dengan menggunakan rumus Higgins and Klimbaum, 1985 (Dahlan, 2010). Selain itu
peneliti juga memperhitungkan kemungkinan hewan coba mati (f) kurang dari 10%, sehingga
besar sampel dikalikan dengan 1/1-f, maka didapatkan jumlah sampel tiap kelompok adalah 8 ekor tikus wistar, sehingga jumlah
total sampel adalah 24 ekor tikus wistar.
Potensi Larutan Irigasi Berbahan Micro algae Pada Pada Proses
Penyembuhan Dry Socket s_revianti 37
3.3 Teknik pembagian kelompok
Sampel penelitian dibagi dalam 3 kelompok secara acak menggunakan teknik
simple random sampling.
3.4 Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari variable bebas
(independent) dan variable terikat (dependent). Variabel bebasnya adalah larutan irigasi
microalgae konsentrasi 2,5% dan 5%. Sedangkan variable tergantungnya adalah
proses penyembuhan dry socket. Selain itu peneliti juga harus memperhitungkan variabel
terkendali yang meliputi sterilisasi alat, lokasi pencabutan gigi, sterilisasi, teknik pencabutan
gigi, teknik anestesi, obat anestesi, obat antikoagulan, bahan irigasi, bahan dressing,
makan dan minum hewan coba.
3.5 Alat dan Bahan Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: kandang hewan coba, tang
modifikasi, elevator, spuit insulin, kasa steril, pinset anatomi, pinset chirugis, tabung tempat gel Nannochloropsis oculata, paper pint, handle
and scalpel, handscone, spidol warna (merah, hitam dan biru), tabung erlenmeyer untuk
tempat whole ekstrak Nannochloropsis oculata,
38 Potensi Larutan Irigasi Berbahan Micro algae Pada Pada Proses
s_revianti Penyembuhan Dry Socket
micro pipet, mikromotor dan saliva ejector, tabung untuk spesimen mukosa soket tikus
Wistar, dan mikroskop cahaya.
Bahan yang digunakan dalam penelitian
ini antara lain: ekstrak Nannochloropsi oculata (irigasi dan dressing), aquadest, CMC-Na (Pro
Analisis), Alvogyl®, pakan tikus, alkohol 70%, larutan antiseptik, ketamin hydrochloride,
Xylazine hydrochloride, Buffer formalin 10%, dan bahan-bahan untuk membuat sediaan
histopatologis beserta bahan pewarnaan HE.
3.6 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di beberapa tempat yaitu Laboratorium Biomedik
dan Biologi Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hang Tuah Surabaya dan
Laboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya. Waktu
penelitian sampai selesainya pelaporan hasil
penelitian dilaksanakan selama sepuluh bulan.
3.7 Prosedur Kerja
A. Prosedur pembuatan irigasi dengan
solution microalgae. Hasil ekstrak Microalgaeyang didapat berupa serbuk,
disimpan dalam wadah plastik kemudian disimpan pada tempat yang tidak terkena
matahari secara langsung (freezer). Pembuatan irigasi dengan solution
dengan cara mencampurkan serbuk
Potensi Larutan Irigasi Berbahan Micro algae Pada Pada Proses
Penyembuhan Dry Socket s_revianti 39
microalgaeke dalam zat pelarut berupa PBS hingga didapatkan konsentrasi 2.5%
dan 5% (Revianti, 2013).
Gambar 3.1 Larutan irigasi microalgae
B. Prosedur adaptasi dan pemeliharaan hewan coba
Mempersiapkan tikus Wistar sesuai dengan kriteria sampel sebanyak 64 ekor tikus.
Tikus diadaptasi selama 1 minggu dalam kandang ukuran 40 cm x 30 cm x 14 cm dan
ditempatkan dalam ruangan yang cukup udara dan cahaya. Tiap kandang berisi 5 ekor tikus.
Makanan diberikan dengan cara diletakkan dalam wadah kecil dan diberikan tiap pagi. Sedangkan minuman diberikan dalam botol
300 ml yang dilengkapi pipa kecil dan diisi air
40 Potensi Larutan Irigasi Berbahan Micro algae Pada Pada Proses
s_revianti Penyembuhan Dry Socket
matang. Hewan coba diadaptasi selama 1 minggu untuk mendapatkan kesehatan umum
yang baik dan penyesuain dengan lingkungan. Terakhir dilakukan penimbangan hewan coba
untuk memenuhi kriteria sampel (Kusumawati,
2004).
Gambar 3.2 Tikus wistar sebagai unit eksperimen
C. Pembagian kelompok
Sampel diperoleh dari populasi yang diambil secara acak (random) dan dibagi dalam
8 kelompok besar yaitu K1 (irigasi PBS), K2 (irigasi microalgae 2,5%), K3 (irigasi microalgae
5%). Irigasi dilakukans sehari sekali selama 7 hari. Tiap-tiap kelompok terdiri dari 8 ekor
tikus.
Potensi Larutan Irigasi Berbahan Micro algae Pada Pada Proses
Penyembuhan Dry Socket s_revianti 41
Gambar 3.3 Pembagian kelompok perlakuan
D. Prosedur perlakuan pada hewan coba
Tahap perlakuan hewan coba mengacu
pada penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Rodrigues pada tahun 2010. Hewan coba waktu tengah malam sebelum
dibius tidak diberi makan maupun minuman. Hewan coba dianestesi dengan menggunakan
ketamin dan xylazine dengan perbandingan 4:1 (0,8 ml : 0,2ml yang disuntikkan sebanyak 0,1
ml tiap hewan coba), hewan coba dianestesi secara intramuscular dengan menyuntikkan
pada paha atas kanan (Rodrigues et al, 2010).
Populasi (24 ekor)
PBS
Microalgae 2.5% Microalgae 5%
42 Potensi Larutan Irigasi Berbahan Micro algae Pada Pada Proses
s_revianti Penyembuhan Dry Socket
Prinsip kerja asepsis, semua alat distreilkan dan daerah yang akan dianestesi
diulas dengan betadin sebelum melakukan anetesi. Pastikan tikus sudah terkena efek
anestesi yang ditandai dengan adanya reflek kornea hilang sebelum reflek retraksi kaki
hilang. Setelah itu dilakuan pembersihan pada daerah pencabutan dengan semprotan air dan cairan antiseptik untuk asepsis daerah
pencabutan. Kemudian dilakukan pencabutan gigi insisive satu kanan rahang bawah pada
tikus menggunakan teknik simple tooth extraktion dengan cara melepaskan gigi dari
perlekatan jaringan lunak dan jaringan keras, kemudian menggoyangkan dan mengeluarkan
gigi dari dalam soket tulang alveolar menggunakan alat modifikasi tang dan elevator. Setelah pencabutan gigi, luka bekas
pencabutan diirigasi dengan saline sollution untuk menghilangkan sisa debris yang
tertinggal didalam luka bekas pencabutan,
Setelah soket bekas pencabutan bersih,
diaplikasikan obat antikoagulan (Adrenalin) 1:1000 0,1 ml dengan menggunakan Paper
point selama 1 m3nit. Lalu soket ditutup dengan menjahit simpul tunggal
mengugunakan benang silk 0,3 dan dibiarkan selama 3 hari. Setelah itu pastikan telah terjadi dry sockets dengan ciri-ciri : terdapat
eudema pada diding soket, terdapas pus dan terdapat bau tidak sedap. Setelah dipastikan
telah terjadi dry sockets pada hewan coba, masing-masing hewan coba mendapatkan
perlakuan yang berbeda antar tiap kelompok.
Potensi Larutan Irigasi Berbahan Micro algae Pada Pada Proses
Penyembuhan Dry Socket s_revianti 43
Gambar 3.4 Prosedur perlakuan pada unit eksperimen. A-D. Model dry socket pada hewan
coba, E. Anestesi intramuscular, F. Irigasi
microalgae.
E. Pengambilan sediaan dan pembuatan
preparat histopatologi (HPA)
Pada hari ke 13 dan ke 17 masing-
masing hewan coba dilakukan euthanasia, hewan coba dianestesi overdose dengan
ketamin dan xylazine (0,8 : 0,2 ml, dosis dinaikkan 3x) dan diinjeksikan pada paha atas
kanan (intramuscular). Dipastkan tikus telah teranestesi. Tikus dikorbankan dan dieksisi
pada soket incisiv sentral rahang bawah sebela kanan dengan menggunakan scalpel.
(Rodrigues, 2010; Sularsih, 2011). Pemotongan sagital 1/3 apikal soket paska pencabutan gigi,
44 Potensi Larutan Irigasi Berbahan Micro algae Pada Pada Proses
s_revianti Penyembuhan Dry Socket
Jaringan eksisi dimasukkan kedalam tabung yang berisi larutan buffer formalin 10% selama
18-24 jam. Tikus yang telah mati dikuburkan. Pembuatan sediaan melalui beberapa tahapan,
antara lain : a. Fiksasi. Jaringan biopsi eksisi
dimasukkan kedalam larutan formalin buffer (larutan formalin 10% dalam phospat buffer saline pada pH
7,0). Waktu fiksasi jaringan 18- 24 jam. Setelah fiksasi selesai, jaringan
dimasukkan dalam larutan aquadest selama 1 jam untuk proses
penghilangan larutan fiksasi. b. Dehidrasi. Pemotongan jaringan
dimasukkan dalam alkohol konsentrasi bertingkat. Jaringan menjadi lebih jernih dan transparan.
Jaringan kemudian dimasukkan dalam larutan alkohol-xylol selama 1
jam dan kemudian larutan xylol murni selama 2x2 jam.
c. Impregnasi. Jaringan dimasukkan dalam paraffin cair selama 2x2 jam.
d. Embedding. Jaringan ditanam dalam paraffin padat yang mempunyai titik
lebur 56-580C, ditunggu sampai paraffin padat. Jaringan dalam parafn
dipotong setebal 5 mikron dengan mikrotom. Potongan jaringan ditempelkan pada kaca obyek yang
sebelumnya telah diolesi polilisin sebagai perekat. Jaringan pada kaca
obyek dipanaskan dalam inkubator
Potensi Larutan Irigasi Berbahan Micro algae Pada Pada Proses
Penyembuhan Dry Socket s_revianti 45
suhu 56-580C sampai paraffin mencair.
e. Pengecatan dengan HE. Deparafinisasi
menggunakan xylol 1, xylol 2 dan xylol 3
masing-masing selama 3 menit. Lalu rendam dalam alkohol bertingkat 100%, 95%, 80%,
70%, masing-masing selama ± 2-3 menit.
Kemudian irisan dikeringkan dengan lap. Preparat dimasukkan ke air mengalir selama
3 menit, Rendaman irisan dalam larutan
mayer hematoxylin selama ± 7 menit, lalu
irisan dicuci dengan air mengalir selama 7 menit dan dimasukkan ke dalam larutan
eosin selama ± 0,5 menit. Preparat
dimasukkan ke air wadah I, II,III masing-masing 3 celupan. Rendam ke dalam alkohol
bertingkat 70%, 80%, 95%, 100%, masing-
masing 3 celup. Lalu rendam kedalam xylol 1, dan xylol 2 masing-masing selama 2 menit.
Dan tahap terakhir preparat ditetesi dengan
entelan dan ditutup dengan gelas penutup. Sediaan diamati dibawah mikroskop dengan
pembesaran 40x sebanyak 1 lapang pandang
untuk melihat ketebalan epitel mukosa soket
pasca pencabutan. (Muntiha, 2001).
Gambar 3.5 Prosedur pembuatan preparat HPA.
Pengamatan jumlah sel fibroblast,
kepadatan kolagen, jumlah sel makrofag dan limfosit pada soket gigi tikus wistar pasca
46 Potensi Larutan Irigasi Berbahan Micro algae Pada Pada Proses
s_revianti Penyembuhan Dry Socket
pencabutan yang dilakukan dengan membaginya menjadi 5 lapang pandang dan
dihitung menggunakan program tool image menggunakan mikroskop cahaya dengan
pembesaran 1000x.
3.8 Analisa data
Data yang diperoleh dari kelompok kontrol dan kelompok perlakuan dianalisis
menggunakan statistik deskriptif untuk melihat rata-rata dan standar deviasi yang
bertujuan untuk memperoleh gambaran distribusi dan peringkasan data guna memperjelas penyajian hasil. Selanjutnya
dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan uji statistik parametrik karena skala data
adalah rasio. Syarat uji statistik parametrik adalah uji normalitas dimana data harus
normal dan uji homogenesis dimana data
harus homogen (Dahlan, 2010).
Uji normalitas yang dilakukan yaitu uji
Shapiro-Wilk karena jumlah sampel kurang dari 50. Kemudian dilanjutkan dengan uji
homogenitas dengan menggunakan uji Levene Statistik. Jadi, jika syarat ini terpenuhi, maka
dilanjutkan dengan uji ANOVA karena kelompok sampel pada penelitian ini lebih dari
2 kelompok dan tidak berpasangan. Jika hasil ANOVA adalah p<0,05, maka Ho ditolak dan
dan dilanjutkan dengan uji LSD. Namun jika hasil ANOVA p>0,05, maka Ho diterima dan
tidak dilanjutkan dengan uji LSD (DAhlan,
2010).
Potensi Larutan Irigasi Berbahan Micro algae Pada Pada Proses
Penyembuhan Dry Socket s_revianti 47
Sedangkan bila syarat uji statistik parametrik tidak terpenuhi, maka dilakukan
uji non parametrik menggunakan uji Kruskal-Wallis. Skala data yang digunakan pada
penelitian ini adalah ordinal dengan kelompok sampel lebih dari 2 dan tidak berpasangan,
yang digunakan untuk membandingkan tiga atau lebih kelompok data sampel dengan
derajat kemaknaan p=0,05. Selanjutnya dilakukan uji Mann-Whitney U yang digunakan untuk mengetahui apakah ada perbedaan
nyata antara rata- rata dua kelompok (Dahlan,
2010).
Apabila skala data pada penelitian ordinal, maka uji yang dilakukan non-
parametrik, Sehingga dilakukan uji nonparametrik yaitu Kruskal-Wallis yang
digunakan untuk membandingkan tiga atau lebih kelompok data sampel dengan derajat kemaknaan p=0,05. Selanjutnya dilakukan uji
Mann-Whitney U yang digunakan untuk mengetahui apakah ada perbedaan nyata
antara rata- rata dua kelompok (Dahlan,
2010).
48 Potensi Larutan Irigasi Berbahan Micro algae Pada Pada Proses
s_revianti Penyembuhan Dry Socket
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi larutan irigasi microalgae pada proses
penyembuhan dry socket dengan cara menganalisis beberapa parameter yaitu
proliferasi sel fibroblas dan sel radang, serta kepadatan serat kolagen. Data yang diperoleh
dari hasil penelitian ditabulasi dan dianalisis secara deskriptif yang bertujuan untuk memperoleh gambaran distribusi dan
peringkasan data guna memperjelas penyajian hasil, kemudian dilakukan uji hipotesis
menggunakan statistik analitik dengan taraf signifikansi 95% (p=0,05) dengan
menggunakan program SPSS versi 17.
Uji deskriptif merupakan jenis analisis deskriptif yang menampilkan tabulasi silang
yang menunjukkan suatu distribusi bersama dan pengujian hubungan antara 2 variabel
atau lebih. Analisis deskriptif ini digunakan untuk mengetahui jumlah fibroblast,
kepadatan kolagen, jumlah makrofag dan limfosit antara masing-masing kelompok
perlakuan.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan data jumlah fibroblas pada masing-masing
kelompok perlakuan adalah seperti tampak
pada table di bawah ini.
Potensi Larutan Irigasi Berbahan Micro algae Pada Pada Proses
Penyembuhan Dry Socket s_revianti 49
Tabel 4.1 Rata-rata dan simpangan baku jumlah fibroblas
Kelompok Fibroblas
Mean + SD
Dry Socket + PBS 620 + 144
Dry Socket + Microalgae 2.5% 1,520 + 97
Dry Socket + Microalgae 5% 1,707 + 280
Tabel 4.2 Rata-rata dan simpangan baku kepadatan kolagen
Kelompok Kolagen
Mean + SD
Dry Socket + PBS 1,441 + 347
Dry Socket + Microalgae 2.5% 2,580 + 155
Dry Socket + Microalgae 5% 2,635 + 120
Tabel 4.3 Rata-rata dan simpangan baku
jumlah makrofag
Kelompok Makrofag
Mean + SD
Dry Socket + PBS 4 + 1
Dry Socket + Microalgae 2.5% 10 + 3
Dry Socket + Microalgae 5% 15 + 3
50 Potensi Larutan Irigasi Berbahan Micro algae Pada Pada Proses
s_revianti Penyembuhan Dry Socket
Tabel 4.4 Rata-rata dan simpangan baku jumlah limfosit
Kelompok Limfosit
Mean + SD
Dry Socket + PBS 3 + 2
Dry Socket + Microalgae 2.5% 15 + 3
Dry Socket + Microalgae 5% 18 + 1
Grafik 4.1 Rata-rata dan simpangan baku jumlah fibroblas
Potensi Larutan Irigasi Berbahan Micro algae Pada Pada Proses
Penyembuhan Dry Socket s_revianti 51
Grafik 4.2 Rata-rata dan simpangan baku kepadatan kolagen
Grafik 4.3 Rata-rata dan simpangan baku jumlah makrofag
52 Potensi Larutan Irigasi Berbahan Micro algae Pada Pada Proses
s_revianti Penyembuhan Dry Socket
Grafik 4.4 Rata-rata dan simpangan baku
jumlah limfosit
Tabel 4.5 Hasil uji statistik jumlah fibroblas
Jumlah Fibroblas, Kolagen, Makrofag dan Limfosit
Sig.
Uji Shapiro Wilks >0.05
Uji Levene >0.05
Uji ANOVA <0.05
Uji LSD <0.05
Keterangan : p=0.05
Berdasarkan pengamatan jumlah sel fibroblas, kepadatan kolagen, jumlah makrofag
dan limfosit pada soket gigi tikus wistar pasca pencabutan maka didapatkan data bahwa
Potensi Larutan Irigasi Berbahan Micro algae Pada Pada Proses
Penyembuhan Dry Socket s_revianti 53
pemberian larutan irigasi berbahan microalgae mampu meningkatkan proliferasi sel fibroblas
pada model hewan coba dry socket. Peningkatan proliferasi sel fibroblas, kepadatan
kolagen, jumlah makrofag dan limfosit sehingga dapat mempercepat proses
penyembuhan luka. Peningkatan terjadi berbanding lurus dengan peningkatan
konsentrasi larutan irigasi microalgae, dimana peningkatan lebih bagus pada pemberian larutan irigasi dengan konsentrasi 5%
dibandingkan 2.5%.
54 Potensi Larutan Irigasi Berbahan Micro algae Pada Pada Proses
s_revianti Penyembuhan Dry Socket
BAB 5
PEMBAHASAN
Ekstraksi gigi merupakan tindakan yang
sehari-hari dilakukan oleh dokter gigi. Tindakan ini akan menimbulkan luka pada
soket gigi dan akan secara otomatis diikuti oleh respon tubuh melalui proses penyembuhan luka. Tidak jarang
menimbulkan komplikasi sepertihalnya dry socket. Terjadinya disintegrasi pada bekuan
darah intra alveolar yang dimulai dari hari pertama hingga ketiga yang ditandai dengan
timbulnya rasa nyeri sedang sampai berat dan halitosis (Noroozi and Philbert, 2009; Cardoso
et al, 2010).
Prinsip terapi dry socket adalah dengan cara perawatan lokal yang dapat menghambat
proliferasi bakteri dan melindungi dinding socket, dengan tujuan utama mengontrol rasa
nyeri yang ditimbulkan dan sangat mengganggu. Metode yang lazim digunakan
oleh dokter gigi adalah pemberian larutan irigasi pada soket menggunkan saline hangat hingga bersih, kemudian diisi dengan obat
yang berfungsi sebagai dressing dan mempunyai efek sebagai antibakteri,
antiinflamasi, analgesik dan antikosidan sehingga dapat memberikan efek positif pada
proses penyembuhan luka (Cadorso, 2010;
Katanec, 2010; Kolokytas, 2010).
Potensi Larutan Irigasi Berbahan Micro algae Pada Pada Proses
Penyembuhan Dry Socket s_revianti 55
Berbagai upaya telah dikembangkan guna menenukan bahan baru yang dapat
berfungsi sebagai dressing yang mampu mempercepat proses penyembuhan luka,
namun bersifat biocompatible dengan efek samping seminimal mungkin. Akhir-akhir ini
telah banyak dikembangkan obat yang berbahan dasar alami (naturaceutical), baik yang diperoleh dari daratan maupun lautan.
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengungkap kandungan serta khasiat bahan
alam yang berasal dari laut sebagai obat yang dapat membantu dan mempercepat proses
penyembuhan luka sepertihalnya microalgae. Microalgae mengandung senyawa turunan dari
oksidasi lemak yang disebut oxylipin yang memiliki potensi therapeutic (Chasanah, 2007; Fretes et al, 2010). Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui efektivitas pemberian larutan irigasi microalgae dalam mempercepat
proses penyembuhan dry socket.
Berdasarkan hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antar kelompok perlakuan.
Pemberian larutan irigasi microalgae mampu meningkatkan jumlah fibroblas, kepadatan kolagen, jumlah sel makrofag dan limfosit
sehingga berpotensi dalam mempercepat proses penyembuhan luka. Peningkatan terjadi
berbanding lurus dengan peningkatan konsentrasi larutan irigasi microalgae, dimana
peningkatan lebih bagus pada pemberian larutan irigasi dengan konsentrasi 5%
dibandingkan 2.5%.
56 Potensi Larutan Irigasi Berbahan Micro algae Pada Pada Proses
s_revianti Penyembuhan Dry Socket
Hal ini dapat disebabkan karena microalgae mengandung sejumlah senyawa
kimia baik yang berasal dari metabolit primer maupun sekunder yang memiliki aktivitas
biologis sepertihalnya karotenoid, phycobilins, asam lemak tak jenuh ganda, protein,
polisakarida, vitamin, dan sterol di antara bahan kimia lainnya (Markou, 2013; Borowitzka et al, 2016). Senyawa bioaktif asal
microalgae dapat bersumber langsung dari metabolisme primer, seperti protein, asam
lemak, vitamin, dan pigmen, atau dapat disintesis dari metabolisme sekunder.
Senyawa-senyawa tersebut dapat berfungsi sebagai antijamur, antivirus, dan antibiotik
(Volk, 2008). Beberapa senyawa seperti sianovirin, asam oleat, asam linolenat, asam palmitoleat, vitamin E, B12, β-karoten,
phycocyanin, lutein, dan zeaxanthin memiliki sifat sebagai antioksidan, antimikroba, dan
antiinflamasi, yang memiliki potensi untuk pencegahan dan pengobatan penyakit (Ibarnez,
2013; Markou, 2013).
Microalgae mengandung senyawa turunan dari oksidasi lemak yang disebut
oxylipin yang dapat memproduksi beberapa senyawa metabolit sekunder yaitu alkaloid,
flavonoid dan terpenoid yang memiliki daya antibakteri, antiinflamasi, antioksidan dan
analgesik serta dapat mempercepat proses penyembuhan luka (Chasanah, 2007; Fretes et
al, 2010).
Umumnya alkaloid bersifat basa dan seringkali bersifat racun bagi mamalia, tetapi
Potensi Larutan Irigasi Berbahan Micro algae Pada Pada Proses
Penyembuhan Dry Socket s_revianti 57
beberapa alkaloid memiliki aktivitas farmakologis dan digunakan secara luas dalam
bidang kesehatan. Beberapa alkaloid bersifat sebagai antibakteri, antijamur, antiviral,
analgesik. Alkaloid bekerja dengan mengubah persepsi nyeri dengan meningkatkan ambang
nyeri di sistem saraf pusat. Alkaloid meningkatkan infiltrasi seluler mononuklear secara signifikan pada hari 5 dan 7 pada
proses penyembuhan luka. Alkaloid merangsang kemotaxis untuk fibroblas, namun
tidak merangsang kemotaksis makrofag, aktivasi neutrofil, proliferasi fibroblast, atau
perakitan matriks. Sehingga dapat disimpulkan bahwa alkaloid berperan pada fase awal pada proses penyembuhan luka
(Porras et al., 1993).
Flavonoids adalah senyawa bioaktif
penting yang ditemukan dalam kehidupan kita sehari-hari dalam bentuk buah-buahan dan
sayuran yang berperan dalam proses penyembuhan luka. Berdasarkan hasil sejumlah penelitian membuktikan bahwa
flavonoid mampu menstimulasi proliferasi fibroblas, menginduksi neovaskularisasi, dan
berfungsi sebagai antiinflamasi. Flavonoid mampu meningkatkan kadar CD68, faktor
pertumbuhan endotel vaskular (VEGF),
transformasi faktor pertumbuhan-β₁ (TGF-β₁), dan hidroksiprolin (Pang et al., 2017). Hal
ini didukung oleh penelitian Indraswary (2006) tentang pengaruh flavonoid terhadap
penyembuhan luka, flavonoid berfungsi untuk membatasi pelepasan mediator inflamasi. Aktivitas antiinflamasi flavonoid dilakukan
58 Potensi Larutan Irigasi Berbahan Micro algae Pada Pada Proses
s_revianti Penyembuhan Dry Socket
melalui penghambatan siklooksigenase dan lipoksigenase sehingga terjadi pembatasan
jumlah sel inflamasi yang bermigrasi ke jaringan perlukaan, dan reaksi inflamasi akan
berlangsung lebih singkat serta kemampuan proliferatif dari TGF-β tidak terhambat. Proses
ini mengakibatkan fase proliferasi dapat segera terjadi. Aktivitas flavonoid dalam peningkatan proses reepitelialisasi ini juga didukung oleh
penelitian lain yang menyimpulkan bahwa senyawa falvonoid tersebut dapat menginduksi
reepitelialisasi sehingga penyembuhan luka lebih cepat (Indraswary, 2006; Indrawati et al.,
2012).
Senyawa flavonoid dan alkaloid yang terkandung dalam microalgae memiliki salah
satu khasiat sebagai analgesik, yang bekerja dengan mengubah presepsi nyeri dengan
meningkatkan ambang nyeri di sistem saraf pusat. Selain itu sifat analgesik dapat
menghambat enzim sikloogsigenase yang dapat menurunkan sintesis prostaglandin sehingga
mengurangi terjadinya vasodilatasi pembuluh darah dan aliran darah lokal, dengan menurunnya vasodilatasi dan aliran darah
migrasi sel radang pada daerah luka akan menurun, sehinggah keradangan pada daerah
pasca pencabutan dapat dikurangi. Selain itu, alkaloid dan flavonoid dapat berfungsi sebagai
antibakteri dengan menghambat sintesis protein dari sel bakteri (Ariefta, 2012; Puspitasari et al, 2003; Ravikumar et al.,
2011).
Potensi Larutan Irigasi Berbahan Micro algae Pada Pada Proses
Penyembuhan Dry Socket s_revianti 59
Karotenoid yang terkandung dalam microalgae memiliki berbagai manfaat antara
lain: berfungsi sebagai antioksidan, membantu regulasi komunikasi intraseluler, membantu
regulasi diferensiasi sel dan apoptosis, meningkatkan respon imun. Berbagai fungsi
tersebut dapat meningkatkan proses penyembuhan luka (Pranayogi, 2003; Fretes et al., 2012). Omega-3 berfungsi untuk
mempercepat perbaikan jaringan yang rusak dan menghalangi pembentukan prostaglandin
penyebab radang tinggi (Kordi, 2006). Mineral yang terkandung dalam Nannochloropsis
oculata berperan dalam berbagai tahap metabolisme, terutama sebagai kofaktor
aktivitas enzim dalam tubuh yang dibutuhkan selama proses penyembuhan luka dan dapat meningkatkan kemampuan untuk melakukan
re-epitelisasi pada soket pasca pencabutan. Karoten juga mampu merangsang makrofag
yang berperan untuk regenerasi jaringan pada proses penyembuhan luka (Kolokythas et al,
2010; Sendi dan Gunawan, 2006).
Berdasarkan hasil penelitian membuktikan bahwa pemberian larutan irigasi
berbahan microalgae mampu meningkatkan proliferasi sel fibroblas pada model hewan coba
dry socket. Peningkatan proliferasi sel fibroblas, kepadatan kolagen, jumlah makrofag
dan limfosit sehingga dapat mempercepat proses penyembuhan luka. Peningkatan terjadi berbanding lurus dengan peningkatan
konsentrasi larutan irigasi microalgae, dimana peningkatan lebih bagus pada pemberian
larutan irigasi dengan konsentrasi 5%
60 Potensi Larutan Irigasi Berbahan Micro algae Pada Pada Proses
s_revianti Penyembuhan Dry Socket
dibandingkan 2.5%. Hal ini dapat disebabkan oleh karena kandungan microalgae 5% lebih
kompleks dari pada konsentrasi 2.5%. Selain itu larutan irigasi microalgae 5% tidak
menunjukkan tanda-tanda toksik dalam pemakaiannya, sehingga efektif dalam
mempercepat proses penyembuhan dry socket.
Potensi Larutan Irigasi Berbahan Micro algae Pada Pada Proses
Penyembuhan Dry Socket s_revianti 61
BAB 6
SIMPULAN
• Pemberian larutan irigasi microalga
dengan konsentrasi 2.5% dan 5% memiliki
potensi dalam mempercepat proses
penyembuhan dry socket yang ditandai
dengan peningkatan proliferasi sel
fibroblas, kepadatan kolagen, jumlah
makrofag dan limfosit.
• Konsentrasi larutan irigasi microalgae
yang paling efektif adalah 5%.
‘
62 Potensi Larutan Irigasi Berbahan Micro algae Pada Pada Proses
s_revianti Penyembuhan Dry Socket
DAFTAR PUSTAKA
Adiba S, et al. 2011. Efek Madu dalam
Proses Reepitelisasi Luka Bakar Derajat Dua Dangkal. Universitas diponegoro, Bandung. P
20-30.
Agestia WR, Sugrani A. 20009. Flavonoid
(Quercetin). Makalah Kimia Organik Bahan Alam. Fakultas Farmasi Universitas Surabaya.
P 1-2
Alwraikat A. 2009: Dry socket. Incidence and Risk Factors Following Third Molar
Surgery In Jordan. Pakistan Oral and Dent J, 29(1) : 19-22. Available from
http://www.podj.com.pk/Jul_2009/4-
PODJ.pdf. Accesed at Maret 26, 2013
Andreasen JO, Andreasen FM, Andersson
A. 2007. Textbook and Color Atlas of Traumatic Injuries To The Teeth. Oxfort: Blackwell
Munksgaard, 4th edition. p. 256-258
Andreasen JO, Andreasen FM,
Andersson A. 2007. Textbook and Color Atlas of Traumatic Injuries To The Teeth. Oxfort: Blackwell Munksgaard, 4th edition. p. 256-
258.
Ariefta H, 2012. Isolasi Dan Identifikasi
Senyawa Metabolit Sekunder Pada Fraksi Etil Asetat Relatif Polar Rimpang Temu Ireng
(Curcuma Aeruginosa Roxb.). Universitas
Negeri Yogyakarta.
Potensi Larutan Irigasi Berbahan Micro algae Pada Pada Proses
Penyembuhan Dry Socket s_revianti 63
Bach TL. 2007. Management of Complications of Dental Extraction. Available
from http://www.ineedce.com/courses/1457/pdf/m
anagmnt_comp_xtraction.pdf. diakses agustus
2012. p 1-5
Bandaranayake WM. 2002. Bioactivities, bioactive compounds and chemical constituens of mangrove plants. Netherlands: Kluwer
Academic Publisher. Wetlands Ecology and
Managements, p 421-452
Bassel Tarakji, Lubna Ahmed Saleh, Ayesha Umair, Saleh Nasser Azzeghaiby, and
Salah Hanouneh, 2015. Systemic Review of Dry Socket: Aetiology, Treatment, and Prevention. J
Clin Diagn Res. 2015 Apr; 9(4): ZE10–ZE13.
Becker, E.W. 1994. Microalgae Biotechnology and Microbiology. Cambridge
University Press. Cambridge.
Billings T, dkk. 2003. Post-Operative
Instructions following Tooth Extraction. P 1-2.
Borowitzka, Michael A., Beardall, John, Raven, John A., 2016. The Physiology of
Microalgae : Comprehensive review of current knowledge in microalgae physiology. Life
Sciences Biochemistry & Biophysics
Bowe DC, Rogers S, Stassen LF, 2011.
The management of dry socket/dry socket. J Ir
Dent Assoc. 2011 Dec-2012 Jan;57(6):305-10.
64 Potensi Larutan Irigasi Berbahan Micro algae Pada Pada Proses
s_revianti Penyembuhan Dry Socket
Cardoso CL, dkk. 2010. Clinical Concepts of Dry Socket. J Oral Maxillofacial
Surgeons, 68: 1922-1932.
Cawson R dan Odell E. 2008. Cawson’s
Essentials of Oral Pathology and Oral Medicine. Philadelphia: Churchill Livingstone , Elsevier,
p. 104
Chasanah E. 2007. Bioaktif dari biota laut untuk mendukung industri bioteknologi.
Malang: Fakultas Perikanan dan Kelautan,
Universitas Brawijaya, h. 25.
Dahlan S. 2010. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan, Edisi 5. Jakarta:
Salemba Media, p. 102
Dorri M, Shahrabi S, Navabazam A., 2012. Comparing the effects of chlorhexidine
and persica on alveolar bone healing following tooth extraction in rats, a randomised
controlled trial. Clin Oral Investig. 2012
Feb;16(1):25-31.
Ejovwokoghene C. Odjadjare, Taurai Mutanda & Ademola O. Olaniran, 2017. Review Article : Potential biotechnological application
of microalgae: a critical review. Journal Critical
Reviews in Biotechnology, Volume 37, Issue 1,
El Gamal A. A. Biological importance of marine algae. Saudi Pharmaceutical Journal.
2010;18(1):1–25.
Potensi Larutan Irigasi Berbahan Micro algae Pada Pada Proses
Penyembuhan Dry Socket s_revianti 65
Ferreira S. P., Soares L. A., Costa J. A. Microalgas: uma fonte alternativa na obtenção
de ácidos gordos essenciais. Revista de
Ciências Agrárias. 2013;36:275–287.
Fragiskos. 2007. Oral Surgery. Berlin
Heidelberg: Springer Verlag. p. 74-99.
Fretes H, Susanto, Prasetyo B, Limantara. 2012: Karotenoid dari Makroalgae dan Mikroalgae: Potensi Kesehatan Aplikasi
dan Bioteknologi. J.Teknol dan Industri
Pangan, 23(2): 222-223.
Ganong, W. F., 2005. Fisiologi Kedokteran, terjemahan Adrianto, P., Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Girish G Gowda, Deepak Viswanath, Mahesh kumar, Umashankar, 2013. Dry
Socket (Dry socket): Incidence, Pathogenesis, Prevention and Management. Journal of Indian
Academy of Oral Medicine and Radiology. 2013
January; 25 (3): 196-199.
Gurtner GC, et al. 2008. Wound Repair And Regeneration. Pubmed Journal. 15 (453) p
314-21.
Hakkinen L, Uitto VJ, Larjaya H. 2000. Cell Biology of Gingival Wound Healing
Periodontology. (24) p 127-52
Hermesch CB, Hilton TJ, Biesbrock AR, et
al. 1998. Perioperative use of 0.12% chlorhexidine gluconate for the prevention of
66 Potensi Larutan Irigasi Berbahan Micro algae Pada Pada Proses
s_revianti Penyembuhan Dry Socket
dry socket: Efficacy and risk factor analysis. Oral Surg Oral Med Oral Pathol Oral Radiol
Endod 85:381.
Higgins JE dan Kleinbaum AP. 1985.
Introduction to randomized clinical trials, USA:
Family Health International, p 24-35
Horowitz R, Holtzclaw D, Rosen PS, 2012. A review on alveolar ridge preservation following tooth extraction. J Evid Based Dent
Pract. 2012 Sep;12(3 Suppl):149-60.
Hynes Ro. 2002. Integrins Bidirectional
Allosteric Signaling Mechines Cell. (110) p 673-
87
Ibañez E., Cifuentes A. Benefits of using algae as natural sources of functional ingredients. Journal of the Science of Food and
Agriculture. 2013;93(4):703–709.
Indraswary R. 2011. Efek Konsentrasi
Ekstrak Konsentrasi Ekstrak Buah Adas (Foeniculum vulgare Mill) Topikal Pada
Epitalisasi Penyembuhan Luka Gingiva Labial Sprague Dawley In Vivo. Majalah Sultan agung,
59: 124
Indrawati. 2011. Pengaruh Jus Buah belimbing manis (Averrhoa Carambola Linn)
Terhadap Peningkatan Jumlah Sel Epitel pada Mukosa Soket Tikus Strain Wistar Pasca
Ekstraksi Gigi.
Potensi Larutan Irigasi Berbahan Micro algae Pada Pada Proses
Penyembuhan Dry Socket s_revianti 67
J.G. Cowpe, 2000. Tooth Extraction: A Practical Guide. British Journal Oral and
Maxillofacial Surgery, December 2000Volume
38, Issue 6, Page 659.
Jamie P Houston, Judith McCollum, Daniel Pietz, David Schneck, 2001. Dry socket:
A review of its etiology, prevention, and treatment modalities. General dentistry
50(5):457-63.
John S StewartÅke LignellÅke LignellAnnette Pettersson, Madhu SoniMadhu
Soni, 2008. Safety assessment of astaxanthin-rich microalgae biomass: Acute and subchronic
toxicity studies in rats, Food and Chemical
Toxicology 46(9):3030-6.
Kadi A. 2005. Beberapa Catatan
Kehadiran Marga Sargassum di Perairan Indonesia. Jakarta : Bidang Sumberdaya Laut,
Puslitbang Oseanologi-LIPI
Katanec D, Ana-Marija Blaæekovi, Zoran
Ivasovi, Boæidar Paveli, Tihomir Kuna. 2003. Postextraction Pain Treatment Possibilities.
Acta Stomat Croat, 37 (4): 471-475.
Khitab U, et al. 2012. Clinical Characteristik And Treatment of Dry Socket- A
Study. Pakistan Oral and Dental Journal. 30
(2) p 206-9
Kolokythas A, Olech E, Miloro M, 2010. Review article dry socket : a comprehensive
68 Potensi Larutan Irigasi Berbahan Micro algae Pada Pada Proses
s_revianti Penyembuhan Dry Socket
review of concepts and controversies. Int J of
Dent ; 2010 : vol. 2010 : 1-10.
Kusumawati D, 2004. Biologi Hewan Coba. Bersahabat Dengan Hewan Coba.
Yogyakarta : Gajah Mada University Press.
Larjaya H. 2012. Textbook of Oral Wound
Healing, 1st eddition. Singapore- Willey-
Blackweel. P 1-82.
Larsen PE, 1992. Dry socket after
surgical removal of impacted mandibular third molars. Identification of the patient at risk.Oral
Surg Oral Med Oral Pathology. 73:393.
Leeson CR, Leeson TS, Paparo A. 1996.
Text Book of Histology (Buku Ajar Histology). Alih bahasa S. Koesparti Siswojo et al. Jakarta:
EGC, 5th edition. p. 152
Legate KR, Wickstrom SA, Fassler R. 2009. Genetic and Cell Biological Analysis of
Integrin Outside in Signaling Genes and
Development. (23) p 397-418
Li YQ, Shan ZC, 2011. Initial study on facilitating wound healing after tooth extraction by using microbial fiber membrane-flagyl. J
Oral Maxillofac Surg. 2011 Apr;69(4):994-1003.
Luciana. 2002. Histometric Study of
Socket Healing After Tooth Extraction in Rats Treated with Diclofenac. Braz Dent Journal 13
(2) p 92-6
Potensi Larutan Irigasi Berbahan Micro algae Pada Pada Proses
Penyembuhan Dry Socket s_revianti 69
Mahesa AD. 2009. Pemanfaatan kitosan dari Limbah Krusteasea Untuk penyembuhan
Luka pada mencit. Fakultas matematika dan
Ilmu Pengetahuan alam IPB, Bogor. P 5-15.
Markou G., Nerantzis E. Microalgae for high-value compounds and biofuels
production: a review with focus on cultivation under stress conditions. Biotechnology
Advances. 2013;31(8):1532–1542.
McDaniel, et al. 2011. The Effect of Omega # Fatty Acid Supplementation on The
Inflamatory Response to Eccentric Strenght Exercise. Journal of Sport and Medicine. (10) p
432-38.
Michele Greque de Morais, Bruna da Silva Vaz, Etiele Greque de Morais, and Jorge
Alberto Vieira Costa, 2015. Biologically Active Metabolites Synthesized by Microalgae. Biomed
Res Int. 2015; 2015: 835761.
Moore U, 2011. Principles of Oral and
Maxillofacial Surgery. 6th edition., Singapore:
Willy-Blackwell, p. 106-107.
Muntiha Mohamad, 2001. Teknik
Pembuatan Preparat Histopatologi Dari Jaringan Hewan Dengan Pewarnaan
Hematoksilin Dan Eosin (H&E). Temu Teknis
Fungsional Non Peneliti 2001.p.156-163.
Navas AMR and Mendoza MGA. 2011. Case Report: Late Complication of a Dry Socket
Treatment. Int J Dent. 2010; 2010: 479306.
70 Potensi Larutan Irigasi Berbahan Micro algae Pada Pada Proses
s_revianti Penyembuhan Dry Socket
Nield Gehrig JS, Willman DE. 2003. Foundation of Periodontics for the Dental
Hygienist. Philadelphia, Pennsylvania USA; Lippincott William and Wilkins, p 74-75; 87-88;
97; 133-134
Noroozi AR, Philbert RF, 2009. Modern
Concepts in Understanding and Management of the “Dry socket” Syndrome: Comprehensive Review of the Literature. New York:
Departement of Oral and Maxillofacial Surgery,
107(1): 30–35.
Pang Y, Zhang Y, Huang L, Xu L, Wang K, Wang D, Guan L, Zhang Y, Yu F, Chen Z,
Xie., 2017. Effects and Mechanisms of Total Flavonoids from Blumea balsamifera (L.) DC. on Skin Wound in Rats. J Mol Sci. 2017 Dec
19;18(12). pii: E2766.
Pedersen GW. 2012. Buku Ajar Praktis
Bedah Mulut., Jakarta: EGC.
Pedlar J. 2001. Oral and Maxillofacial
Surgery: An Objective-Based Textbook.
Churchill Livingstone.
Permatasari N, et al. 2003. Efek Ekstrak
Ginseng Asia (Panax ginseng) pada Jumlah sel epitel Mukosa soket Pasca Pencabutan Gigi
pada Rattus Norvegicus: Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Brawijaya, Malang. (1) p 1-6
Peterson L, 2003. Oral and Maxillofacial
Surgery, 4th ed, Mosby-Elsevier, p. 237.
Potensi Larutan Irigasi Berbahan Micro algae Pada Pada Proses
Penyembuhan Dry Socket s_revianti 71
Porras-Reyes BH, Lewis WH, Roman J, Simchowitz L, Mustoe TA., 1993. Enhancement
of wound healing by the alkaloid taspine defining mechanism of action. Proc Soc Exp
Biol Med. 1993 May;203(1):18-25.
Prabakti, Yudhi. 2005. Perbedaan
Jumlah Fibroblas di Sekitar Luka Insisi pada Tikus yang Diberi Infiltrasi Penghilang Nyeri Levobupikain dan yang Tidak Diberi
Levobupikain. Tesis. Universitas Diponegoro.
Pranayogi, D. 2003: Studi Potensi Pigmen
Klorofil dan Karotenoid dari Microalgae Jenis
Chlophyceae. Lampung: Universitas Lampung.
Puspitasari H, et al. 2003. Aktivitas Analgetik Umbi Teki pada Mencit Putih (mus musculus L) Jantan. Jurusan Biologi FMIPA
UNS, Surakarta. 1(2) p 50-57
Ravikumar S, et al. 2011. Antibacterial
activity of chosen mangrove plants against bacterial specified pathogens. World Applied
Science Journal, 14(8):1198-1202.
Revianti S, Parisihni K, 2013. In Vitro Cytotoxicty Investigation of Nannochloropsis
Occulata Extractto Human Gingival Fibroblast Stem Cells. Surabaya: Programe Book and
Abstracts at International Seminar Dental Expo 2nd Dentisphere Faculty of Dentistry Hang
Tuah University.
Rodrigues M T, Dadorso C L, Carvalho P S et al. 2011. Experimental alveolitis in rats:
72 Potensi Larutan Irigasi Berbahan Micro algae Pada Pada Proses
s_revianti Penyembuhan Dry Socket
microbiological, acute phase response and histometric characterization of delayed alveolar
healing. Appl Oral Sci Journal 19 (3) p 260-
268.
Rosyidah K, Nurmuhaimina SA, Komari N, Astuti MD. 2010. Aktivitas Antibakteri
Fraksi Saponin dari Kulit Batantg Tumbuhan Kasturi (Mangifera casturi). Bioscientiae, 7(2):
h.25-31
Sandeep Kalraa and Veena Jainb,2013. Dental complications and management of
patients on bisphosphonate therapy: A review article. J Oral Biol Craniofac Res. 2013 Jan-
Apr; 3(1): 25–30.
Scarano A, Sinjari B, Murmura G, Mijiritsky E, Iaculli F, Mortellaro C, Tetè S,
2014. Hemostasis control in dental extractions in patients receiving oral anticoagulant
therapy: an approach with calcium sulfate. J
Craniofac Surg. 2014 May;25(3):843-6.
Sendih S dan Gunawan. 2006. Keajaiban Teripang Penyembuhan Mujarab dari Laut.
Jakarta : PT. Agro Media Pustaka
Shafer, Hine and Levy, 2009, Shafer’s Textbook of Oral Pathology, 6th Edition,
Elsevier: India, pp. 7-10.
Sheikh, Muhammad Azhar; Kiyani,
Amber; Mehdi, Adnan; Musharaf, Qandeel, 2010. Pathogenesis And Management Of Dry
Potensi Larutan Irigasi Berbahan Micro algae Pada Pada Proses
Penyembuhan Dry Socket s_revianti 73
Socket (Dry socket). Pakistan Oral & Dental
Journal . Dec2010, Vol. 30 Issue 2, p51-54.
Simon BI, dkk. 2009. Clinical and Histological Compatison of Extraction Socket
Healing Following The Use of Autologus Platelet- Rich Fibrin Matriks (PRFM) to Ridge
Preservation Procedures Employing Demineralized Freezedreied Bone Allograft Material and Membrane. The Open Dentistry
Journal (3) p 92-9.
Stuart Enoch and Patricia Elaine Price,
2004. Cellular, molecular and biochemical differences in the pathophysiology of healing
between acute wounds, chronic wounds and wounds in the aged. World Wide Wounds ; 39
(4); August, 2005.
Stupack DG. 2005. Integrins As a Distinct Subtype of Dependence Receptors Cell
Death and Differentiation. (12) p 1021-30
Sudibyo, 2013. Metodologi Penelitian.
Aplikasi Penelitian Bidang Kesehatan cetakan ke 2 ISBN 978-979-028-096-0. Surabaya:
Unesa University Press, p 129-131.
Sudrajat I. 2006. Perbandingan dan Hubungan Skor Histologi CD8 dan Rasio Skor
Histologi CD4/CD8 disekitar Luka dengan dan Tanpa Infiltrasi Levobupivakain pada
penyembuhan Luka Pasca Insisi. Magister Ilmu
Biomedik universitas Diponegoro. P 20-49
74 Potensi Larutan Irigasi Berbahan Micro algae Pada Pada Proses
s_revianti Penyembuhan Dry Socket
Suleiman AM, 2006. Influence of Surgicel gauze on the incidence of dry socket after
wisdom tooth extraction. East Mediterr Health
J. 2006 May-Jul;12(3-4):440-5.
Trombelli L, et al. 2008. Modeling and Remodeling of Human Extraction Sockets.
Journal of clinical periodontology, 35: 630-39.
Volk R.-B. A newly developed assay for the quantitative determination of antimicrobial
(anticyanobacterial) activity of both hydrophilic and lipophilic test compounds without any
restriction. Microbiological Research.
2008;163(2):161–167.
Wang H. 2006. The role of platelet-rich plasma in sinus augmentation: a critical
review. Implant Dent. 15(2): 160-70.
Wawersik M.J., S. Mazzalupo, D. Nguyen and P.A. Coulombe. 2001. Increased Levels of
Keratin 16 Alter Epithelialization Potential of Mouse Skin Keratinocytes In Vivo and Ex Vivo.
Molecular Biology of the Cell.(12): 3439–50.
Widjaja Arief, 2009. Lipid Production From Microalgae As A Promising Candidate For
Biodiesel Production. Makara, Teknologi, Vol.
13, No. 1, April 2009: 47-51.
Wray D, Stenhouse D, Lee D, Clark A. 2003. Textbook of General and Oral Surgery.
Philadelphia: Churchill Livingstone, p. 25
Potensi Larutan Irigasi Berbahan Micro algae Pada Pada Proses
Penyembuhan Dry Socket s_revianti75
Saya adalah seorang perempuan kelahiran kota
Surabaya dan dilahirkan tepat pada tanggal 16 April
1976. Ayah dan ibu saya memberikan saya nama
Syamsulina Revianti. Saya menempuh pendidikan di kota Surabaya sejak SD,
SMP, SMA, Sarjana, Magister dan Doktor. Saya adalah seorang staf pengajar di FAkultas
Kedokteran Gigi Universitas Hang Tuah Surabaya sejak Tahun 2000. Pada tahun 2005
saya telah menyelesaikan program Magister dan Tahun 2016 saya telah menyelesaikan program doctor dyang keduanya saya tempuh
di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya. Saya menempuh pendidikan dengan
sangat baik. Hal ini dibuktikan dengan prestasi yang saya raih yaitu berhasil menjadi lulusan
terbaik di tempat saya kuliah. Bagi saya belajar keras dan bekerja keras adalah sesuatu yang harus dilakukan. Tidak ada kesuksesan
yang dapat diraih tanpa adanya kerja keras.
Saat ini saya sudah menulis dan mengedit
beberapa buku. Hal ini adalah impian saya sejak kecil. Bagi saya pendidikan memang
sangat penting dan mewujudkan cita-cita adalah sebuah kewajiban yang harus dilakukan. Itulah perjalanan singkat
kehidupan saya, semoga hal ini dapat
menginspirasi banyak orang.