MAKALAH “SURAT BERHARGA” DOSEN PENGAMPU: IKOMATUSSUNIAH,SH.MH MATA KULIAH: ASPEK HUKUM DALAM EKONOMI DISUSUN OLEH: DEDE HARYADI 5551140 MOH RAMADANSYAH 5551140556 RIDHO BAGUS BINTARA 551140 EVAN SUYATNA 5551140 EMBUN 5551140 SULTONI 5551140 UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
MAKALAH
“SURAT BERHARGA”
DOSEN PENGAMPU: IKOMATUSSUNIAH,SH.MH
MATA KULIAH: ASPEK HUKUM DALAM EKONOMI
DISUSUN OLEH:
DEDE HARYADI 5551140
MOH RAMADANSYAH 5551140556
RIDHO BAGUS BINTARA 551140
EVAN SUYATNA 5551140
EMBUN 5551140
SULTONI 5551140
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2015KATA PENGANTAR
Tiada kata yang dapat kami sampaikan kecuali Alhamdulillahsebagai rasa syukur kehadirat Allah SWT hingga saat ini kamidiberikan kesempatan untuk dapat memenuhi tugas yang diberikandan menulis sebuah makalah. Hanya karena rahmat yang diberikan-Nya kami dapat merangkai makalah ini hingga selesai. Apapun yangkami sajikan semoga selalu bermanfaat bagi para pembacanya. Padamakalah ini kami membahas mengenai berbagai macam surat berhargayang masuk kedalam mata kuliah aspek hukum dalam ekonomi yangkami beri judul “SURAT BERHARGA”.
Dan tak lupa juga kami sampaikan kepada dosen pengampu matakuliah aspek hukum dalam ekonomi yang telah memberikankepercayaan kepada kami untuk membahas atau mengulas materimengenai surat berharga.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dankelemahannya. Baik dalam isi maupun sistematikanya, hal inidisebabkan oleh keterbatasan dan pengetahuan wawasan kami . olehsebab itu kami mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakanmakalah ini, semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi penulis dankhususnya bagi pembaca.
I
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................... I
DAFTAR ISI............................................. II
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang.................................... iB. Rumusan masalah................................... iC. Tujuan ingin dicapai.............................. i
BAB II PEMBAHASAN
1. Pengertian surat berharga ........................ 12. Fungsi surat berharga............................. 23. Dasar yang mengikat penerbitan surat berharga..... 24. Jenis-jenis surat berharga ....................... 2
a. Kesimpulan ....................................... 20b. Saran ............................................ 21
DAFTAR PUSTAKA
I
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Surat berharga adalah surat yang dapat di perjualbelikan atau digunakan sebagai agunan saham dan/ atau bukti penyertaan modal.Dengan demikian, dalam lalu lintas perdagangan surat-surat yang mempunyai nilai uang sering disebut dengan surat-surat berharga (commercial papers/ waardepapier).Sementara itu, suatu surat dapat dikatakan sebagi surat berharga jika surat-surat tersebut mempunyai nilai, seprti uang tunai dan dapat ditukarkan dengan uang tunai.
B. RUMUSAN MASALAH
1.Apa yang dimaksud dengan surat berharga?
2.Apa fungsi surat berharga?
3.Apa dasar yang mengikat penerbitan surat berharga?
4.Apa jenis-jenis surat berharga?
C. TUJUAN PENELITIAN
1.Ingin mengetahui apa itu surat berharga
2.Ingin mengetahui fungsi dari surat berharga
3.Ingin mengetahui dasar yang mengikat penerbitan surat berharga
4.Ingin mengetahui jenis-jenis surat berharga
I
BAB II
PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN SURAT BERHARGA
Surat berharga adalah surat yang dapat di perjualbelikan atau
digunakan sebagai agunan saham dan/ atau bukti penyertaan modal.
Surat berharga menurut para ahli:
Menurut Molengraaf surat berharga adalah akta atu alat bukti
yang oleh undang-undang atau kebiasaan diberikan suatu legitimasi
kepada pemegangnya untuk menuntut haknya atau piutangnya
berdasarkan surat tersebut.1 Molengraaf memandang surat bergarga
dan surat yang berharga dalam satu kelompok.2
Scheltema mendefinisikan surat berharga sebagai akta yang
sengaja dibuat atau diterbitkan untuk memberi pembuktian mengenai
perikatan yang di sebut di dalamnya. Akta yang termasuk dalam
surat berharga tersebut adalah aktakepada pengganti (aan order, to
order) dan akta kepada pembawa (aan toonder, to bearer).3
Abdul Kadir Muhammad mendefinisikan surat berharga sebagi
surat yang oleh penerbitnya sengaja diterbitkan sebagi pelaksana
pemenuhan surat presetasi, yang berupa uang, tetapi pembayaran
tersebut tidak dilakukan dengan menggunakan mata uang melainkan
dengan menggunakan alat bayar lain. Alat bayar itu berupa surat 1 R. Ali Ridho, et.al. Hukum Dagang tentang Surat Berharaga, Perseroan Firma, Perseroan Komoditer, Keseimbangan Kekuasaan dalam PT dan Penswastaan BUMN, Remadja Karya, Bandung. 1988. Hlm 7.2 H.M.N Purwosujipto. Pengertian Hukum Dagang Indonesia. Jilid 7 Djambatan, Jakarta.3 Gama Media, Pusat Studi Fakultas Hukum UII. Pengahntar Hukum Dagang Indonsesia.
I
yang di dalamnya mengandung perintah kepada pihak ketiga atau
pernyataan sanggup untuk membayar sejumlah uang kepada pemegang
surta tersebut.4
Dengan diterbitkannya suratitu oleh penerbit, maka pemegannya
diserahi hak untuk memperoleh pembayran dengan jalan menunjukan
dan menyerahkan surat tersebut kepada pihak ketiga atau yang
menyanggupi itu. Dengan kata lain, pemegang surat itu mempunyai
tagih sejumlah uang yang tersebut di dalamnya.
Definisi yang dikemukakan Abdul Kadir Muhammad di atas senada
dengan pandangan yang umum dianut di amerika serikat yang
menekankan surat beharga (commercial paper) sebagai alat berharga
yang dikemukkan John D. Donnel dan kawan-kawan, yakni :
“Commercial paper is basically a contract for payment
og money it is commonly used as a substitute for money,
and it can also be use a means of extending credit.
When you buy a television set by giving the merchant a
check, you are using the check as a substitute for
money. The use of commercial paper as a means of
extending credit is illustrated when you borrow
money by signing a promissory note. There the credit
union is willing to give you money now in exchange fot
your promises to repay it later on certain term.”
4 Abdul Kadir Muhammad, Hukum tentang Surat Berharga, Alumni, Bandung, 1984, hlm 4.
I
Oleh karena peran surat berharga sebagai pengganti uang, maka ia
diperlakukan seperti uang. Syratnya ialah dapat dipindah
tangankan secara bebas, dapat diuangkan setiap saat oleh
pemegangnya, dapat diperlukan baik menurut ketentuan undang-
undang maupun menurut kebiasaan di kalangan pedagang.5
Berlainan dengan Abdul Kadir Muhammad , H.M.N. Purwosutjipto,6
dengan mengartikan surat beharaga tidak terbatas hanya sebagai
alat pembayaran, tetapi lebih luas dari itu. Kemudian dia secara
singkat mendefinisikan surat berharga sebagai surat bukti
tuntutan utang, pembawa hak, dan mudah diperjualbelikan.
Berdasar definisi yang dikemukakakan H.M.N. Purwosujipto di atas,
suatu surat dapat disebut sebagai beharga jika memenuhi unsur-
unsur sebagi berikut:
1. Surat bukti tuntutan utang;
2. Pembawa hak; dan
3. Dapat dengan mudah diperjualbelikan.
Ad. 1. Surat Bukti Tuntutan Utang
5 Imam Prayogo Suryohadibroto dan Djoko Prakoso, Surat Berharga Alat Pembayaran dalam Masyarakat Modern, Bina Aksara, Jakarta, 1987, hlm 43.6 H.M.N Purwosutjipto, op.cit., …Jilid 7, hlm 5
I
Surat yang dimaksud disini adalah akta. Sedangkan akta itu
sendiri adalah surat yang ditandatangani, sengaja dibuat untuk
dipergunakan sebagai alat bukti. Penandatanganan akta itu
merupakan tanda bukti adanya perikatan (utang) dari si
penandatangan. Adapun yang dimaksud dengan utang di sini adalah
perikatan yang harus ditunaikan oleh si penantangan akta
(debitur). Sebaliknya si pemegang akta (kreditur) itu mempunyai
hak menuntut kepada orang yang menandatangani akta tersebut.
Tuntutan tersebut dapat berwujud uang7 atau benda.8
Ad. 2. Pembawa Hak
Hak yang dimaksud di sisi adalah hak untuk menuntut sesuatu
kepada debitur. Surat berharaga itu “pembawa hak”, yang berarti
bahwa hak tersebut meletak pada kata surat bergharaga, seolah –
olah menjadi satu atau senyawa. Jika surat itu hilang atau
musnah, maka hak menuntut juga turut hilang.
Ad . 3 Mudah Diperjialbelikan
Surat berharga mudah diperjualbelikan, Karen asurat tersebut
memuat klausia yang memungkinkan mudah untuk diperalihkan kepada
orang lain. Surat tersebut harus berklausula atas pengganti (aan
order=to order) atau atas pembawa (aan toonder=to bearer).
7 Misalnya cek, wesel, dan promes.8 Misalnya Bill of Lading (cognossemnt) dan Cell (warehouse receift)
I
Surat yang berklausula atas pengganti, peralihan haknya cukup
melalui endosmen (endorssemnt). Sedangkan surat yang berklausula
atas pembawa, peralihannya dengan peralihan secara fisik (dari
tangan ke tangan).
Surat-surat atas tunjuk atas pengganti yang menjadi surat
berharga pada umumnya merupakan suatu alat bukti adanya suatu
perikatan yang mempunyai sifat, bahwa hak tagihannya dapat
diperalihkan kepada orang lain.
Dengan demikian, dalam lalu lintas perdagangan surat-surat yang
mempunyai nilai uang sering disebut dengan surat-surat berharga
(commercial papers/ waardepapier).
Sementara itu, suatu surat dapat dikatakan sebagi surat berharga
jika surat-surat tersebut mempunyai nilai, seprti uang tunai dan
dapat ditukarkan dengan uang tunai.
Dalam hal ini, surat-surat yang dikeluarkan dapat dibagi menjadi
dua golongkan, yakni surat berharga (negotiable instrument) dan
surat berharga berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Yo
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1992.
1. Surat berharga (Negotible Instrument)
Surat berharga (negitible instrument) dikatakan surat
berharga apabila surat tersebut sengaja diterbitkan sebagai
pemenuhan suatu prestasi berupa pembayaran sejumlah uang,
I
tetapi tidak dilakukan dengan mata uang, melainakan dengan
alat pembayaran lain.
2. Surat berharaga berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992
Yo Undang-Undang Nomor 10 1992
Sementara itu, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Yo Undang-
Undang Nomor 10 Tahun 1992 telah memberi definisi surat
berharga ialah surat pengakuan utang, wesel, saham, obligasi,
sekuritas kredit atau setiap derivatif dari surat berharga
atau kepentingan lain atau suatu kewajiban dari penerbit dalam
bentuk yang lazim diperdagangkan dalam pasar modal dan pasar
uang.
Akan halnya, surat berharga (letter of value) adalah surat
yang diterbitkan bukan sebagi pemenuhan prestasi, bukan berupa
pembayaran sejumlah uang, dan sukar diperjualbelikan. Namun,
surat berharga (letter of value) sebagi bukti diri bagi
pemegangnya (legitimasi), sebagai orang yang berhak atas apa
yang disebut di dalamnya, seperti KTP,SIM, Kartu Credit, ATM,
dan lain-lain.
2. FUNGSI SURAT BERHARGA
I
Fungsi pokok suatu surat berharga adalah sebagai alat pembayaran,
yang kedudukannya menggantikan uang.selain itu surat berharga
juga mempunyai fungsi:
· sebagai bukti surat hak tagih
· alat memindahkan hak tagih
· alat pembayaran
· pembawa hak
· sebagai alat memindahkan hak tagih (diperjualbelikan dengan
mudah dan sederhana)
3. DASAR MENGIKAT PENERBITAN SURAT BERHARGA
Dalam penerbitan surat berharga minimal terdapat dua pihak yaitu
pihak penerbit dan penerima surat berharga. Pada awalnya kedua
pihak terikat pada perikatan dasar. Tindak lanjut dari perikatan
yang sudah disepakati tersebut ada satu pihak untuk memenhi
prestasi menerbitkan surat berharga. Beberapa dasar mengikat
penerbitan surat berharga:
a. teori keasi atau penciptaan (creatietheorie)
b. teori kepantasan(redelijk heidstheorie)
c. teori perjanjian (overeenkomst theorie)
d. teori penunjukkan (vertoings theorie)
I
Awal terbitnya surat berharga tidak akan terlepas dari perjanjian
atau selalu didahului suatu atau transaksi/perbuatan hokum para
pihak atau dengan kata lain adanya perikatan dasar. Perikatan
dasar itu berbentuk perjanjian atau kontrak yang dapat berupa
perjanjian jual beli, sewa-menyewa, sewa guna usaha (leasing),
pengangkutan dan lain sebagainya. Penerbitan surat berharga
merupakan kelanjutan dari perikatan dasarnya sehingga jumlah
nilai yang tertera dalam surat perjanjian yang disepakati oleh
para pihak.
4. JENIS-JENIS SURAT BERHARGA
Di dalam lalu lintas uang dikenal juga antara lain, wesel, cek,
bilyet giro, surat sanggup, commercial paper, surat berharga
pasar uang garansi bank, sertikat Bank Indonesia.
4.1 WESEL
A. Istilah dan Pengertian
Ketentuan mengenahi wesel diatur dalam Pasal 100 sampai dengan
Pasal 173 KUH Dagang, yang menentukan syarat formal bagi suatu
wesel, Namun, di dalam KUH Dagang tidak ditemukan definisi wesel,
hanya tersirat dalam Pasal 100 KUH Dagang pada persyaratan format
wesel, dimana H.M.N. Purwosutjipto mendefinisikan wesel sebagi
berikut.
I
Syarat yang memuat kata “wesel” di dalamnya, ditinggali dan
ditanda tangani di suatu tempat, dalam mana penerbitnya memberi
perintah tidak bersyarat kepada tersangkut untuk membayar
sejumlah uang pada hari bayar kepada orang yang di tunjuk oleh
penerbit penggatinya di suatu tempat tertentu.
Istilah wesel diindonesia berasal dari bahasa belanda yakni
wissel dalam bahasa jerman wechsel, dalam bahasa perancis, dikenal
dengan istilah letrethechange. Di dalam hukum inggris disebut
billofxchange, sedangkan hukum amerika serikat menyebutnya draft.
Di dalam KUHD tidak ditemukan definisi wessel dengan
mendasarkan pada persyaratan formal wessel yang di tentukan pasal
100 KUHD, H.M.N purwosujipto mendefinisikan wessel sebagai
berikut: 9
“Surat yang memuat kata “wesel” di dalamnya, di
tanggali dan ditandatangani di suatu tempat, dalam
mana penerbitnya memberi perintah tidak bersyarat
kepada tersangkut untuk membayar sejumlah uang pada
7. Mengenai aval (Pasal 129-131) jo Pasal 176 ayat (3));
8. Surat aval harus diterangkan kepada siapa diberikan, jika
tidak dianggap bahwa aval itu di berikan kepada penerbit
(Pasal 130 ayat terakhir jo Pasal 176 ayat (3));
9. Penandatanganan surat sanggup sama terkaitnya seperti
akseptan dalam wesel (Pasal 177 ayat (10));
10. Surat sanggup setelah unjuk (nazicht = after sight)
harus diunjikkan kepada penerbit “untuk melihat” dalam
tenggang waktu sebagi yang ditentukan Pasal 122, yakni satu
tahun setelah hari tanggal surat sanggup. Tenggang waktu
tersebut mulai berjalan sejak tanggal “melihat” yang harus
dinyatakan oleh penandatangan surat sanggup; dan
I
11. Penolakan atas perbuatan “melihat” ini harus dinyatakan
dengan protes (protes non visa), dan sejak tanggal protes
itu tenggang waktu untuk unjuk tadi mulai berjalan.
I
BAB III
PENUTUP
a. KESIMPULANJadi, Surat berharga adalah surat yang oleh
penerbitnya sengaja diterbitkan sebagai pelaksanaan pemenuhan suatu prestasi yang berupa pembayaran sejumlah uang. Tetapi pembayaran ini tidak dilakukan dengan menggunakan mata uang, melainkan dengan menggunakan alat bayar lain. Alat bayar itu berupa surat yang didalamnya mengandung suatu perintah kepada pihak ke tiga, atau pernyataan sanggup untuk membayar sejumlah uang untukpemegang surat itu dan surta berharga ini pun memiliki banyak jenis yaitu diantaranya wesel,surat cek,bilyet giro.
b. SARANSetelah mempelajari materi ini hendaknya kita paham