LAPORAN KERJA PRAKTIK STUDI SISTEM PENGOLAHAN DAN ANALISIS BOD & COD IPAL BALAI RISET DAN STANDARISASI INDUSTRI BANJARBARU DESA IMBAN - KECAMATAN BATI-BATI - KABUPATEN TANAH LAUT - PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Oleh: NUGROHO PRATAMA H1E108058 M. SADIQUL IMAN H1E108059 Dosen Pembimbing INDAH NIRTHA, S.T, M.SI NIP. 19770619 200801 2 019 PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU 2011
74
Embed
Studi Sistem Pengolahan Dan Analisis Bod & Cod Ipal Balai Riset Dan Standarisasi Industri Banjarbaru (Nugroho Pratama & m.sadiqul Iman)
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
LAPORAN KERJA PRAKTIK
STUDI SISTEM PENGOLAHAN DAN ANALISIS BOD & COD
IPAL BALAI RISET DAN STANDARISASI INDUSTRI
BANJARBARU
DESA IMBAN - KECAMATAN BATI-BATI - KABUPATEN TANAH LAUT -
b. Ion OH- dari basa akan mengalami oksidasi membentuk gas
oksigen (O2):
Reaksi : 4OH- 2H2O + O2 +4e .......... (4.7)
c. Anion-anion lain (SO4-, SO3
-) tidak dapat dioksidasi dari larutan,
yang akan mengalami oksidasi adalah pelarutnya (H2O)
membentuk gas oksigen (O2) pada anoda:
Reaksi : 2H2O 4H- + O2 +4e .......... (4.8)
Dari reaksi-reaksi yang terjadi dalam proses elektrokoagulasi, maka
pada katoda akan dihasilkan gas hidrogen dan reaksi ion logamnya.
Sedang pada anoda akan dihasilkan gas halogen dan pengendapan
flok-flok yang terbentuk.
4.1.10 Flotasi
Flotasi dikembangkan pertama kali untuk menyisihkan partikel
halus dari minyak oleh Hockley pada tahun 1892 (Rubinstein dalam
Budianto dkk., 2007). Teknologi ini paling banyak digunakan pada industri
pertambangan. Sekarang ini sekitar dua juta ton per tahun bahan tambang
dihasilkan dengan flotasi (Schulze dalam Budianto dkk., 2007). Flotasi
pada bahan tambang mempergunakan gelembung udara berdiameter
besar (makroflotasi) yang dihasilkan secara mekanikal. Aplikasi flotasi
pada teknik lingkungan umumnya menggunakan proses mikroflotasi,
Studi Sistem Pengolahan dan Analisis BOD & COD IPAL Balai Riset dan Standarisasi Industri Banjarbaru
Nugroho Pratama & M.Sadiqul Iman | Laporan Akhir Kerja Praktik 48
seperti pada teknologi pemurnian air, pengolahan limbah industri dan
domestik, dan lumpur dari reaktor (Loewenberg dalam Budianto dkk.,
2007), serta limbah minyak-air (Aurelle dalam Budianto dkk., 2007).
Pengembangan model matematik untuk sistem flotasi telah banyak
dilakukan tetapi yang meninjau pengaruh tinggi reaktor baru dilakukan
oleh Aurelle. Penelitian ini menggunakan persamaan laju flotasi yang
dikembangkan Aurelle untuk melihat pengaruh dari tinggi reaktor.
Pada proses mikroflotasi gelembung dihasilkan secara elektrolitik
(diameter ~ 20-30 μm) atau dengan presipitasi dari udara terlarut
(diameter ~ 40-120 μm) untuk menangkap partikulat mikron dan
submikron, dan droplet dari suspensi dan emulsi, biasanya tanpa bantuan
reagent flotasi. Ukuran gelembung yang kecil ini memberikan kinerja
flotasi yang lebih effektif (Schulze dalam Budianto dkk., 2007).
Proses-proses lain diperlukan untuk menghilangkan minyak bebas
yang tertinggal dari pemisahan secara gravitasi atau kandungan minyak
teremulsikan. Flotasi merupakan salah satu metode terbaik untuk
memisahkan atau menghilangkan minyak teremulsikan pada air limbah.
Metode ini mampu bekerja pada konsentrasi minyak 5 – 100 mg/l. Proses
flotasi terdiri dari pipa penghasil gelembung udara yang kemudian
dilewatkan pada media air limbah sehingga terjadi gaya dorong ke arah
permukaan. Ketika gelembung bergerak ke atas, gelembung mengikat
partikel padat (solid) dan minyak untuk didorong ke permukaan (Metcalf
dalam Mukimin, 2006).
Pada proses flotasi, gelembung udara diinjeksikan ke dalam tangki
untuk mengapungkan padatan sehingga mudah disisihkan. Dengan
adanya gaya dorong dari gelembung tersebut, padatan yang berat
jenisnya lebih tinggi dari air akan terdorong ke permukaan. Demikian pula
halnya dengan padatan yang berat jenisnya lebih rendah daripada air. Hal
ini merupakan keunggulan teknik flotasi dibanding pengendapan karena
dengan flotasi partikel yang ringan dapat disisihkan dalam waktu yang
bersamaan (Muti, 2009).
Studi Sistem Pengolahan dan Analisis BOD & COD IPAL Balai Riset dan Standarisasi Industri Banjarbaru
Nugroho Pratama & M.Sadiqul Iman | Laporan Akhir Kerja Praktik 49
Proses flotasi jelas merupakan interaksi antara gelembung udara
dengan sebuah fasa terdispersi dimana kecepatan gaya dorong ke atas
sangat tergantung pada gaya gravitasi dan dispersi. Flotasi juga
dipengaruhi oleh konsentrasi permukaan dari fasa terdispersi dan
pemakaian bahan kimia sebagai penurun tegangan antara solid /minyak
terhadap media air.
Ada dua metode flotasi, yaitu udara terlarut dan udara terinduksi.
Flotasi udara terlarut (Disolved Air Flotation) menghasilkan gelembung-
gelembung udara melalui pengendapan udara dari sebuah larutan super
jenuh. Pada flotasi udara terinduksi gelembung udara dihasilkan melalui
baling-baling mekanik, gas difusi pada media berpori-pori atau
homogenitas antara gas dan aliran liquid. Perbedaan utama dari kedua
metode ini adalah pada ukuran gelembung udara yang dihasilkan. Pada
flotasi udara terlarut, ukuran diameter gelembung udara yang dihasilkan
rata-rata 10 - 100μm.
Pada proses DAF, air limbah adalah terjenuhkan dengan udara
pada kondisi bertekanan dan dilewatkan ke dalam bagian peralatan flotasi
pada tekanan atmosfir. Pada tekanan turun, udara mengendap dalam
bentuk gelembung kecil yang berinteraksi dengan fasa terdispersi dan
bergerak bersama ke permukaan. material terflotasi kemudian dipisahkan
dengan sebuah scrapper mekanik.
Proses flotasi udara terinduksi terjadi karena udara dimasukkan
dan didispersikan (disebarkan) dalam tangki pemisahan pada tekanan (p)
ambient. Proses flotasi udara terinduksi beroperasi pada tekanan
mendekati ambient dengan gas yang terinduksikan ke dalam air limbah
tanpa penekanan eksternal. Semua kontaminan terapung dan tidak
diperlukan perlengkapan scrapper atau sel penghilang padatan dibagian
bawah. IAF (induction air flotation) adalah sebuah unit dengan waktu
tinggal rendah yang menggunakan udara dalam jumlah relatif besar.
Pemakaian bahan kimia secara prinsip pada konsep koagulan dan
flokulan membantu pembentukan gelembung yang terkandung polutan
padatan. Partikel terflokulan lebih cepat terbentuk dan pengolahan lebih
Studi Sistem Pengolahan dan Analisis BOD & COD IPAL Balai Riset dan Standarisasi Industri Banjarbaru
Nugroho Pratama & M.Sadiqul Iman | Laporan Akhir Kerja Praktik 50
efektif. Konsentrasi solid pada proses flotasi rata-rata lebih besar 10%
dibanding dengan koagulan alum, feri klorida dan polielektrolit. (Paul,
Walter & Metcalf dalam Mukimin, 2006).
Mekanisme kontak solid dengan gelembung udara dalam sistem
flotasi terdiri dari pengapungan, penyerapan, dan pelekatan.
Pengapungan terjadi karena ikatan antara gelembung gas dengan solid
yang berlangsung secara fisik. Penyerapan berlangsung pada struktur
flokulan padat tersuspensi terhadap gelembung gas. Pelekatan terjadi
gaya tarik intra molekular yang digunakan pada suatu permukaan antara
dua fasa dan mengakibatkan tegangan permukaan (Mukimin, 2006).
4.2 Permasalahan Pada Topik Kerja Praktik
Permasalahan yang ada pada kerja praktik ini adalah apakah IPAL
dengan proses elektrokoagulasi-flotasi telah sesuai dengan debit dan
karakteristik limbah pada IPAL Baristand Industri Banjarbaru dan apakah
kualitas effluent air limbah, khususnya kandungan BOD dan COD sesuai
baku mutu yang ada.
4.3 Pembahasan Pada Topik Kerja Praktik
4.3.1 Proses Pengolahan Air Limbah Laboratorium Pada IPAL
Baristand Industri Banjarbaru
Secara umum pengolahan air limbah laboratorium pada IPAL
Baristand Industri Banjarbaru menggunakan sistem pengolahan utama
yaitu pengolahan secara kimia dengan menggunakan metode
elektrokimia. Dimana proses utamanya meliputi proses elektrokoagulasi
dan proses flotasi. Pada IPAL Baristand Industri Banjarbaru yang
menggunakan proses elektrokoagulasi dan flotasi, tidak terjadi proses
penambahan bahan kimia sebagai koagulan, namun hanya proses arus
listrik. Dapat digambarkan skema secara umum pengolahan air limbah
laboratorium pada IPAL Baristand Industri Banjarbaru, yaitu:
Studi Sistem Pengolahan dan Analisis BOD & COD IPAL Balai Riset dan Standarisasi Industri Banjarbaru
Nugroho Pratama & M.Sadiqul Iman | Laporan Akhir Kerja Praktik 51
Gambar 4.2 Skema Pengolahan Air Limbah Laboratorium
1. Air Limbah
Air limbah laboratorium yang diolah pada IPAL Baristand Industri
Banjarbaru berasal dari 4 Laboratorium, meliputi:
a. Laboratorium Makanan Minuman
Laboratorium makanan dan minuman merupakan laboratorium
yang mengkhususkan pengujian pada bahan pangan, seperti:
mineral, logam berat, bahan tambahan makanan, asam-asam
lemak, dietary fibre (serat makanan), vitamin A, B, D, E, gula, asam
amino, nutrisi dan lain-lain. Sehingga penggunaan bahan-bahan
kimia cukup banyak digunakan pada pengujian tersebut, yang
menyebabkan karakteristik limbah yang dihasilkannya berupa
parameter COD.
b. Laboratorium Pupuk
Pada laboratorium pupuk, karakteristik limbah yang dihasilkan
banyak mengandung unsur N,P dan K. Selain pengujian pupuk,
pada laboratorium ini juga melaksanakan pengujian terhadap
tanah. Karakteristik limbah yaitu parameter COD yang paling
dominan ditemukan pada laboratorium ini.
c. Laboratorium Mikrobiologi
Sesuai dengan namanya, laboratorium ini menganalisis
mikroba, seperti jumlah bakteri (TPC), kapang, khamir, coliform,
Air Limbah
1. Lab.Makanan Minuman
2. Lab.Pupuk
Bak Penampungan Sementara
1. Lab.Mikrobiologi
2. Lab.Lingkungan
Bak Penampungan IPAL
IPAL Elektrokoagulasi
flotasi
Studi Sistem Pengolahan dan Analisis BOD & COD IPAL Balai Riset dan Standarisasi Industri Banjarbaru
Nugroho Pratama & M.Sadiqul Iman | Laporan Akhir Kerja Praktik 52
Escherichia coli, Salmonella, Vibrio cholerae, dll. Yang mana
banyak sekali menghasilkan limbah berupa mikroba hasil
pengujian, disamping bahan-bahan kimia lainnya. Dari karakteristik
tersebut dapat dipastikan bahwa parameter BOD memiliki nilai yang
cukup tinggi dibanding parameter-parameter air limbah lainnya.
d. Laboratorium Lingkungan
Air limbah laboratorium ini sangatlah kompleks sifatnya, yang
terdiri dari sisa-sisa bahan kimia yang selesai digunakan, air bekas
cucian alat, maupun sisa-sisa contoh, ada yang merupakan
senyawa organik maupun senyawa anorganik, ada yang bersifat
basa maupun asam, iritatif, reaktif, logam berat yang bersifat
beracun.
Sampel yang diterima pada laboratorium lingkungan pada
umumnya adalah sampel limbah industri batubara, industri kelapa
sawit, air sungai, air sumur, dll. Bahan-bahan kimia yang digunakan
kebanyakan mengandung zat anorganik seperti logam serta zat
organik. Sebagian besar limbah laboratorium yang diolah pada
IPAL Baristand Industri Banjarbaru dihasilkan pada laboratorium ini.
Sehingga karakteristik limbah yang dihasilkan merupakan
parameter BOD, COD dan logam berat.
2. Bak Penampungan Sementara
Berdasarkan denah bangunan Baristand Industri Banjarbaru, bak
penampungan sementara dikhususkan pada laboratorium makanan
minuman dan pupuk. Hal ini dikarenakan kedua laboratorium tersebut
berada pada bangunan yang sama. Sistem pengaliran pada sistem
pembuangan air limbah pada kedua laboratorium tersebut adalah
sistem grafitasi. Dimana air limbah terlebih dahulu ditampung pada bak
penampungan sementara. Penampungan pada bak tersebut
disebabkan karena jika langsung disalurkan pada bak penampungan
IPAL, sistem grafitasi untuk sistem pengaliran air limbah tidak
mencukupi, karena tinggi bangunan tidak mencukupi untuk meyalurkan
air hingga ke bak penampungan IPAL. Untuk membantu penyaluran air
Studi Sistem Pengolahan dan Analisis BOD & COD IPAL Balai Riset dan Standarisasi Industri Banjarbaru
Nugroho Pratama & M.Sadiqul Iman | Laporan Akhir Kerja Praktik 53
limbah dari kedua laboratorium tersebut, maka digunakanlah pompa,
sehingga air limbah dapat disalurkan menuju bak penampungan IPAL.
Kapasitas tampung bak ini adalah 2 m3 dengan dimensi bak 1 m x 1 m
x 2 m.
3. Bak Penampungan IPAL
Bak penampungan IPAL Baristand Industri Banjarbaru memiliki
kapasitas tampung sebesar 5 m3 dengan dimensi bak 2,5 m x 2 m x 1
m. Bak ini menampung air limbah yang berasal dari laboratorium
lingkungan, laboratorium mikrobiologi serta bak penampungan
sementara. Dengan kapasitas tampung sebesar 5 m3, maka waktu
pengoperasian IPAL biasanya 2 minggu sekali. Pada bak ini juga
dilengkapi pompa untuk menyalurkan air limbah menuju IPAL
elektrokoagulasi-Flotasi.
4. IPAL Elektrokoagulasi-Flotasi
Pada dasarnya IPAL Baristand Industri Banjarbaru menerapkan
dua proses, yaitu elektrokoagulasi dan flotasi.
Gambar 4.3 IPAL Elektrokoagulasi-Flotasi
a. Proses Elektrokoagulasi
Air limbah dari bak penampungan IPAL dipompa menuju IPAL
secara bertahap, dengan kapasitas sesuai IPAL yaitu 2,5 m3. Air
limbah yang harus penuh pada IPAL dikarenakan untuk
Studi Sistem Pengolahan dan Analisis BOD & COD IPAL Balai Riset dan Standarisasi Industri Banjarbaru
Nugroho Pratama & M.Sadiqul Iman | Laporan Akhir Kerja Praktik 54
memudahkan penangkapan polutan oleh skimmer. Kegiatan
pengolahan ini bisa berlangsung selama setengah hari. Aliran listrik
berasal dari inverter dengan daya sebesar 24 Volt. Inverter yang
digunakan cukup 1 buah saja.
Reaksi kimia yang terjadi pada proses elektrokoagulasi yaitu
reaksi reduksi oksidasi, yaitu sebagai akibat adanya arus listrik
(DC). Pada reaksi ini terjadi pergerakan dari ion-ion yaitu ion positif
(disebut kation) yang bergerak pada katoda yang bermuatan
negatif. Sedangkan ion-ion negatif bergerak menuju anoda yang
bermuatan positif yang kemudian ion-ion tersebut dinamakan
sebagai anion (bermuatan negatif) (Purwaningsih, 2008).
Pada IPAL ini, yang bertindak sebagai anoda adalah plat
Aluminium (Al), sedangkan untuk katoda adalah plat Besi (Fe).
Proses eletrokoagulasi secara umum dapat dijelaskan melalui
reaksi berikut:
Anoda
Al Al3+ + 3e
2H2O O2 + 4H+ + 4e
Katoda
Fe Fe
2H2O + 2e 2OH- + H2
Dari reaksi tersebut dapat dijelaskan bahwa pada plat anoda
terjadi reaksi oksidasi yang membentuk gas oksigen (O2). Yang
berlaku sebagai koagulan adalah reaksi antara Al3+ dari plat anoda
dan OH- dari plat katoda, yang mana membentuk Al(OH)3 yang
mana berfungsi sebagai koagulan. Dimana koagulan tersebut
nantinya akan diserap maupun menyerap zat-zat pencemar atau
polutan pada air limbah laboratorium. Karakteristik limbah yang
cocok pada proses elektrokoagulasi adalah parameter logam.
b. Flotasi
Proses flotasi jelas merupakan interaksi antara gelembung
udara dengan sebuah fasa terdispersi dimana kecepatan gaya
Studi Sistem Pengolahan dan Analisis BOD & COD IPAL Balai Riset dan Standarisasi Industri Banjarbaru
Nugroho Pratama & M.Sadiqul Iman | Laporan Akhir Kerja Praktik 55
dorong ke atas sangat tergantung pada gaya gravitasi dan dispersi.
Flotasi juga dipengaruhi oleh konsentrasi permukaan dari fasa
terdispersi dan pemakaian bahan kimia sebagai penurun tegangan
antara solid /minyak terhadap media air.
Proses flotasi pada IPAL Baristand Industri Banjarbaru terjadi
setelah proses elektrokoagulasi. Kegiatan ini terjadi ketika plat
anoda membentuk gas oksigen (O2) sebagai akibat dari reaksi
oksidasi. Sedangkan pada plat katoda ketika ion H+ dari suatu
asam akan direduksi menjadi gas hydrogen (H2) yang akan bebas
sebagai gelembung-gelembung gas. Gas-gas O2 dan H2 inilah yang
akan mengangkat polutan-polutan hasil proses elektrokoagulasi
menuju permukaan IPAL.
Gambar 4.4 Skimmer
Selanjutnya polutan yang berbentuk buih-buih tersebut akan
ditangkap oleh skimmer berbahan karet yang bergerak berputar
dengan adanya roda. Buih-buih tersebut nantinya akan dibuang
melalui pipa menuju tempat penampungan. Selain itu juga dibuang
air hasil olahan yang bebas dari polutan, air ini langsung dibuang
melalui pipa menuju drainase yang berada tepat disamping IPAL.
Studi Sistem Pengolahan dan Analisis BOD & COD IPAL Balai Riset dan Standarisasi Industri Banjarbaru
Nugroho Pratama & M.Sadiqul Iman | Laporan Akhir Kerja Praktik 56
Dimana drainase tersebut nantinya akan menuju sungai dekat
Baristand Industri Banjarbaru.
4.3.2 Analisis Kualitas Effluent BOD dan COD Pada IPAL Baristand
Industri Banjarbaru
Tabel 4.2 Kualitas Hasil Olahan IPAL Baristand Industri Banjarbaru
Parameter Satuan Baku Mutu Influen Efluen Keterangan
pH 6 - 9 6,317 6,5 Sesuai Baku Mutu
Sulfida mg/l 0,002 -0,245 -10,916 Sesuai Baku Mutu
COD mg/l 50 103,51 60,23 Tidak Sesuai Baku Mutu
BOD mg/l 6 29,62 24,42 Tidak Sesuai Baku Mutu
Milem mg/l 1000 72,68 5 Sesuai Baku Mutu
NH3 mg/l (-) 0,191 0,054 Sesuai Baku Mutu
TSS mg/l 400 24,2 3,53 Sesuai Baku Mutu
Fe mg/l (-) 0,444 1,482 Sesuai Baku Mutu
Cu mg/l 0,02 0,298 0,03 Tidak Sesuai Baku Mutu
Mn mg/l (-) 0,042 0,029 Sesuai Baku Mutu
Pb mg/l 0,03 -0,097 -0,33 Sesuai Baku Mutu
Cr mg/l 0,05 -0,173 -0,033 Sesuai Baku Mutu
Hg mg/l 0,002 3,325 1,289 Tidak Sesuai Baku Mutu
Ba mg/l (-) 0,194 ND Sesuai Baku Mutu
Sumber: Hasil Pengujian Laboratorium Lingkungan Baristand Industri
Banjarbaru (2010)
Tabel di atas adalah tabel yang berisikan data kualitas keluaran
air limbah dari setiap masing-masing laboratorium di Baristand
Industri Banjarbaru. Seluruh air limbah dialirkan melalui saluran
pipa dan dikumpulkan di bak penampungan sebelum di salurkan
menuju IPAL. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa
IPAL Baristand Industri Banjarbaru adalah IPAL yang di desain
untuk mereduksi dan meminimalisasi logam berat di dalam air
limbah. Jika karakteristik IPAL tersebut untuk logam berat, maka
parameter kualitas air limbah selain daripada itu tidak dapat turun,
namun berdasarkan tabel di atas, kadar BOD (Biological Oxygen
Demand) dan COD (Chemical Oxygen Demand) turun, namun
masih belum memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan. Itu
berarti di dalam proses pengolahan pada IPAL, reaksi yang terjadi
juga dapat menurunkan kadar BOD (Biological Oxygen Demand)
dan COD (Chemical Oxygen Demand).
Studi Sistem Pengolahan dan Analisis BOD & COD IPAL Balai Riset dan Standarisasi Industri Banjarbaru
Nugroho Pratama & M.Sadiqul Iman | Laporan Akhir Kerja Praktik 57
Berbicara mengenai BOD (Biological Oxygen Demand) dan
COD (Chemical Oxygen Demand), pasti tidak akan lepas dari DO
(Dissolved Oxygen) atau oksigen terlarut yang terkandung di dalam
air limbah. Semakin tinggi kadar BOD dan COD, semakin rendah
kadar DO, maka semakin tinggi zat organik/polutan yang
terkandung. Kalau semakin rendah kadar BOD dan COD, maka
semakin tinggi atau semakin bertambah kadar DO, dengan
demikian kualitas air buangan semakin bagus.
Berdasarkan tabel kualitas keluaran air limbah laboratorium
Baristand Industri Banjarbaru, kadar COD lebih tinggi daripada
kadar BOD, bahkan paling tinggi diantara semua parameter di
dalam air limbah. Ini disebabkan karena di dalam setiap
pengukuran sampel/parameter yang masuk setiap hari nya ke
laboratorium Baristand Industri Banjarbaru diukur menggunakan
larutan kimia yang beragam jenis nya,seperti HCl, NaOH, H2SO4
dan lain-lain.
Di dalam proses IPAL Baristand Industri Banjarbaru, dapat
dirumuskan sebagai berikut :
Anoda
Al Al3+ + 3e
2H2O O2 + 4H+ + 4e
Katoda
Fe Fe
2H2O + 2e 2OH- + H2
Dengan ini bisa terlihat bahwa IPAL Baristand Industri
Banjarbaru,di dalam prosesnya menghasilkan oksigen. Maka dari
itu kadar BOD dan COD bisa turun dalam proses pengolahannya,
namun dari hasil pengujian kualitas effluent yang tersaji pada Tabel
4.2, kadar BOD dan COD tidak bisa turun hingga sesuai baku mutu
yang ditetapkan, dikarenakan kadar oksigen yang dihasilkan oleh
anoda tidak terlalu banyak, karena IPAL ini bukan IPAL khusus
untuk menurunkan kadar BOD dan COD.
Studi Sistem Pengolahan dan Analisis BOD & COD IPAL Balai Riset dan Standarisasi Industri Banjarbaru
Nugroho Pratama & M.Sadiqul Iman | Laporan Akhir Kerja Praktik 58
Kandungan logam tembaga (Cu) dan merkuri (Hg) yang masih
melebihi baku mutu badan air kelas III PP No.82 Tahun 2001,
dengan memakai deret volta, kita memperoleh beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
Logam-logam yang terletak di sebelah kiri H memiliki E0 negatif,
sedangkan logam-logam yang terletak di sebelah kanan H
memiliki E0 positif.
Makin ke kanan letak suatu logam dalam deret volta, harga E0
makin besar. Hal ini berarti bahwa logam-logam di sebelah
kanan mudah mengalami reduksi serta sukar mengalami
oksidasi.
Logam Cu dan Hg sama-sama berada pada deret volta sebelah
kanan, maka Cu dan Hg mudah sekali mengalami reduksi namun
sukar mengalami oksidasi. Sedangkan proses elektrokoagulasi-
flotasi memanfaatkan proses oksidasi untuk mengikat polutan agar
dapat dibuang. Oleh karena itulah pada IPAL elektrokoagulasi-
flotasi ini, logam Cu dan Hg masih melebihi baku mutu kelas 3 PP
No.82 Tahun 2001 yang telah ditetapkan.
Mengatasi masalah parameter-parameter yang masih melebihi
baku mutu yang ada, maka IPAL elektrokoagulasi-flotasi masih
memerlukan beberapa pengolahan lagi, sehingga proses
penurunan polutan pada limbah laboratorium dapat tercapai.
Beberapa pengolahan yang rencananya akan ditambah oleh
Baristand Industri Banjarbaru adalah Biosand Filter dan Sludge
Drying Bed. Biosand filter merupakan suatu proses penyaringan
atau penjernihan air dimana air yang akan diolah dilewatkan pada
suatu media proses dengan kecepatan rendah yang dipengaruhi
oleh diameter butiran pasir dan pada media tersebut telah
dilakukan penanaman bakteri (seeding) sehingga terjadi proses
biologis didalamnya. Biosand filter merupakan instansi pengolahan
yang dapat berdiri sendiri sekaligus dapat memperbaiki kualitas
secara fisik, kimia, biologis, bahkan dapat menghilangkan bakteri
Studi Sistem Pengolahan dan Analisis BOD & COD IPAL Balai Riset dan Standarisasi Industri Banjarbaru
Nugroho Pratama & M.Sadiqul Iman | Laporan Akhir Kerja Praktik 59
pathogen tetapi dengan ketentuan operasi dan pemiliharaan filter
dilakukan secara benar dan baik. Sehingga parameter COD dan
BOD, serta logam Cu dan Hg diharapkan dapat turun setelah
melewati Biosand Filter. Sedangkan SDB diharapkan dapat
membantu proses penurunan parameter tersebut dengan cara
pengeringan menggunakan sinar matahari.
Baku Mutu Air Kelas 3 (PP No.82 Tahun 2001) dipilih karena
setelah ditelusuri air keluaran dari IPAL Baristand Industri
Banjarbaru akan memasuki sungai kecil, dimana sungai ini
dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk untuk menyiram
tanaman maupun keperluan perikanan.
Studi Sistem Pengolahan dan Analisis BOD & COD IPAL Balai Riset dan Standarisasi Industri Banjarbaru
Nugroho Pratama & M.Sadiqul Iman | Laporan Akhir Kerja Praktik 60
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan tujuan laporan ini
adalah.
1. Berdasarkan hasil analisis kualitas effluent air limbah, khususnya
kandungan BOD dan COD pada IPAL Baristand Industri Banjarbaru
tidak memenuhi Baku Mutu Air Kelas 3 (PP No.82 Tahun 2001). Hal
ini dapat dilihat dari:
a. Nilai BOD dan COD masing-masing sebesar 24,42 ppm dan 60,23
ppm.
b. Nilai logam Cu dan Hg masing-masing sebesar 0,03 ppm dan
1,289 ppm.
2. Baku Mutu Air Kelas 3 (PP No.82 Tahun 2001) dipilih karena setelah
ditelusuri air keluaran dari IPAL Baristand Industri Banjarbaru akan
memasuki sungai kecil, dimana sungai ini dimanfaatkan oleh
masyarakat sekitar untuk untuk menyiram tanaman maupun keperluan
perikanan.
3. IPAL dengan proses elektrokoagulasi-flotasi telah sesuai dengan debit
dan karakteristik limbah pada IPAL tersebut, namun hanya untuk
limbah logam berat, sedangkan untuk pengolahan parameter BOD
dan COD kurang sesuai dengan IPAL jenis ini.
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan untuk perbaikan laporan ini adalah
adanya penelitian lanjutan, khususnya kajian IPAL dengan proses
elektrokoagulasi-flotasi, sehingga kandungan BOD dan COD dapat turun
sesuai baku mutu yang ada.
Studi Sistem Pengolahan dan Analisis BOD & COD IPAL Balai Riset dan Standarisasi Industri Banjarbaru
Nugroho Pratama & M.Sadiqul Iman | Laporan Akhir Kerja Praktik 61
DAFTAR PUSTAKA
Anonim1,. 2011. BAB 2 Tinjauan Pustaka. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19732/4/Chapter%20II.pdf Diakses tanggal 14 November 2011.
Budianto, H., S. Notodarmojo, B. Soenarko
& Wisjnuprapto. 2007. Pengaruh Tinggi Reaktor Flotasi Udara Terlarut Terhadap Efisiensi Penyisihan Minyak. Bandung: JURNAL REKAYASA PERENCANAAN, Vol. , 3, No. 2 , Februari 2007. http://eprints.upnjatim.ac.id/1293/1/TL_HERI_32.pdf Diakses tanggal 30 November 2011.
Effendi, Hefni. 2005. Telaah Kualitas Air. Bandung : Balai Pustaka. Iswanto, Bambang, Mawar DS Silalahi & Utari Ayuningtyas. 2009.
Pengolahan Air Limbah Domestik Dengan Proses Elektrokoagulasi Menggunakan Elektroda Aluminium. Jakarta: Universitas Trisakti. http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/jtl/article/viewFile/17551/17466 Diakses tanggal 21 September 2011.
Elektrokoagulasi PAsangan Elektroda Besi Untuk Pengolahan Air Dengan Sistem Kontinyu. http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-14065-3306100063-paperpdf.pdf Diakses tanggal 30 November 2011.
Mukimin, Aris. 2006. Pengolahan Limbah Industri Berbasis Logam
Dengan Teknologi Elektrokoagulasi Flotasi. Semarang: Universitas Diponegoro. http://eprints.undip.ac.id/15382/1/Aris_Mukimin.pdf Diakses tanggal 21 September 2011.
Muti. 2009. Air Limbah. http://www.airlimbah.com/tag/flotasi/ Diakses tanggal 30 November 2011.
Nasution, Muhammad Idris. 2008. Penentuaan Jumlah Amoniak dan
Total padatan Tersuspensi pada Pengolahan Air Limbah PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate Dolok Merangir. http ://respitory.usu.ac.id/bitsteram/1234567/14242/1/09E00091.pdf Diakses tanggal 20 September 2011.
Studi Sistem Pengolahan dan Analisis BOD & COD IPAL Balai Riset dan Standarisasi Industri Banjarbaru
Nugroho Pratama & M.Sadiqul Iman | Laporan Akhir Kerja Praktik 62
Purba, Margareth Elisa Karina. 2009. Analisis Kadar Total Suspended Solid (TSS), Amoniak (NH3), Sianida (CN) dan Sulfida (S2-) pada Limbah Cair Bapedaldasu. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456/13897/1/09E02381.pdf Diakses tanggal 20 September 2011.
Purwaningsih, Indah. 2008. Pengolahan Limbah Cair Industri Batik
CV.Batik Indah Raradjonggrang Yogyakarta Dengan Metode Elektrokoagulasi Ditinjau Dari Parameter Chemical Oxygen Demand (COD) dan Warna. Yogyakarta: Tugas Akhir S-1 Teknik Lingkungan, Universitas Islam Indonesia. http://rac.uii.ac.id/server/document/Public/20080624105435Skripsi_02513126.pdf Diakses tanggal 30 November 2011.
Rachmadi, Andri Taruna, Dkk. 2010. Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Laboratorium Baristand Industri Banjarbaru. Banjarbaru: DIPA Baristand Industri Banjarbaru.
Republik Indonesia. 1982. Undang-Undang Republik Indonesia No.4
tahun 1982 Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup. Lembaran Negara RI Tahun 1982. Jakarta: Sekretariat Negara.
Republik Indonesia. 1999. Peraturan Pemerintah No.18 tahun 1999
tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Lembaran Negara RI Tahun 1999. Jakarta: Sekretariat Negara.
Republik Indonesia. 1999. Peraturan Pemerintah No.85 Tahun 1999
tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Lembaran Negara RI Tahun 1999. Jakarta: Sekretariat Negara.
Republik Indonesia. 2001. Peraturan Pemerintah No.82 Tahun 2001
tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Lembaran Negara RI Tahun 2001. Jakarta: Sekretariat Negara.
Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia No.32
tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Lembaran Negara RI Tahun 2009. Jakarta: Sekretariat Negara.
Republik Indonesia. 2009. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No.6
Tahun 2009 tentang Laboratorium Lingkungan. Lembaran Negara RI Tahun 2009. Jakarta: Sekretariat Negara.
Studi Sistem Pengolahan dan Analisis BOD & COD IPAL Balai Riset dan Standarisasi Industri Banjarbaru
Nugroho Pratama & M.Sadiqul Iman | Laporan Akhir Kerja Praktik 63
Retno S, Dkk. 2008. Kajian Proses Elektrokoagulasi Untuk Pengolahan Limbah Cair. Yogyakarta: Makalah disajikan dalam seminar Nasional IV SDM TEKNOLOGI NUKLIR. http://jurnal.sttn-batan.ac.id/wp-content/uploads/2008/12/33-retno339-343.pdf Diakses tanggal 21 September 2011.
Roihatin, Anis & Arina Kartika Rizqi. 2008. Pengolahan Air Limbah
Rumah Pemotongan Hewan (RPH) dengan Cara Elektrokoagulasi Aliran Kontinyu. http://eprints.undip.ac.id/16316/1/1149.pdf Diakses tanggal 30 November 2011.