1 STUDI PERBANDINGAN RATA-RATA HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA SMA KELAS X IPA DENGAN X IPS MELALUI PENDEKATAN PROBLEM SOLVING (Proposal Penelitian) Oleh : ARVINA FRIDA KARELA 12030090 Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Mata Kuliah Penelitan Pengajaran Matematika Pada Program Setudi Pendidikan Matematika SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG TAHUN AJARAN 2014/2015
29
Embed
STUDI PERBANDINGAN RATA-RATA HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA SMA KELAS X IPA DENGAN X IPS MELALUI PENDEKATAN PROBLEM SOLVING
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
STUDI PERBANDINGAN RATA-RATA HASIL BELAJAR MATEMATIKA
PADA SISWA SMA KELAS X IPA DENGAN X IPS MELALUI
PENDEKATAN PROBLEM SOLVING
(Proposal Penelitian)
Oleh :
ARVINA FRIDA KARELA
12030090
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Mata Kuliah Penelitan
Pengajaran Matematika Pada Program Setudi Pendidikan Matematika
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG TAHUN AJARAN 2014/2015
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi seperti
sekarang ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas. Peningkatan
kualitas sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan
pembangunan. Salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia
tersebut adalah pendidikan.
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya
manusia melalui kegiatan pembelajaran. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional
No 20 tahun 2003, menyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya
yaitu manusia yang bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti
luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani,
kepribadian yang mantap dan mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan
kebangsaan (UU Sisdiknas:2003).
Matematika merupakan bagian dari ilmu pengetahuan yang turut memberikan
sumbangan signifikan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan sekaligus
pembangunan sumber daya manusia. Matematika adalah ibu dari ilmu pengetahuan
yang sangat dibutuhkan manusia baik dalam diri pribadi maupun dalam masyarakat.
Matematika melatih daya pikir logis sistematis dari seseorang. Matematika juga
melatih pemikiran dalam mencari jalan keluar terbaik dalam setiap masalah.
3
Matematika memiliki peranan strategis untuk meningkatkan kualitas kehidupan
manusia baik dalam pengembangan teknologi maupun dalam sosial budaya
bermasyarakat. Erman Suherman, memberikan pernyataan yang senada dengan
pernyataan Mochtar Buchori bahwa matematika merupakan salah satu pengetahuan
umum minimum yang harus dikuasai warga negara agar dapat berkedudukan sejajar
dengan warga negara yang lain (2003:60). Pernyataan tersebut menandakan bahwa
untuk dapat memiliki kehidupan yang layak, setiap warga negara wajib menguasai
matematika. Matematika juga memiliki peranan penting dalam pemenuhan kebutuhan
praktis dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Begitu pentingnya peranan matematika sehingga pada setiap jenjang pendidikan
mulai dari pra sekolah, pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi matematika selalu
diajarkan dengan menyesuaikan pada perkembangan aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik siswa. Namun, selama ini dalam proses pembelajaran dari jenjang
sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi, matematika masih dianggap sebagai
pelajaran yang kurang menarik dan sulit untuk dipahami, sehingga banyak siswa yang
merasa stress pada saat mengikuti pelajaran matematika yang pada akhirnya nilai
matematika mereka menjadi rendah.
Pendidikan matematika di Indonesia saat ini diatur dalam Kurikulum 2013, yang
membagi matematika menjadi matematika wajib dan matematika peminatan. Maksud
dari matematika wajib adalah mata pelajaran matematika yang wajib ditempuh oleh
segala jurusan baik IPA, IPS maupun jurusan-jurusan lain yang ada di SMK,
sedangkan matematika peminatan hanya ditempuh pada jurusan IPA saja.
Bedasarkan hasil wawancara dengan guru matematika kelas X SMA Negeri 2
Gadingrejo, di peroleh informasi bahwa rata-rata hasil ulangan harian khususnya pada
mata pelajaran matematika wajib dari kelas X IPA maupun X IPS masih kurang
memuaskan, namun jika dibandingkan rata-rata hasil ulangan harian kelas X IPA
lebih baik dari rata-rata kelas X IPS. Rendahnya hasil belajar tersebut antara lain
4
selama pembelajaran sebagian siswa tidak paham dengan apa yang harus dikerjakan.
Siswa hanya menghafal rumus dan bingung ketika dihadapkan pada persoalan baru..
Penggunaan LKS yang sama antara kelas X IPA dengan X IPS sudah dilaksanakan
dan penggunaan media juga sudah dilakukan. Namun siswa masih saja belum
memahami matematika, dan siswa kelas X IPA masih selalu lebih unggul dari siswa
kelas X IPS.
Dari pengamatan yang dilakukan, kebanyakan siswa menghindari matematika dengan
cara mengambil jurusan IPS karena menganggap bahwa matematika itu sulit..
Dengan anggapan seperti itu, maka itu menjadi salah satu kendala kurang
memuaskannya hasil belajar, dan adanya kesenggangan hasil belajaran matematika
antara kelas IPA dan kelas IPS. Selain itu, ternyata penggunaan metode pembelajaran
yang digunakan berbeda antara IPA dan IPS. Pada pembelajaran di kelas IPA
menggunakan metode pembelajaran secara langsung dan melalui pendekatan problem
solving. Sedangkan pada kelas IPS hanya menggunakan metode pembelajaran secara
langsung. Dari sini lah, penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih dalam
mengenai study perbandingan rata-rata hasil belajar matematika pokok bahasan
trigonometri pada siswa SMA kelas X IPA dengan kelas X IPS melalui pendekatan
yang sama yaitu pendekatan problem solving.
B. Identifikasi Masalah
Bedasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan guru dan siswa SMA Negeri 2
Gadingrejo didapat beberapa masalah yaitu : kurangnya pemahaman siswa terhadap
matematika yang diajarkan oleh guru, kesibukan siswa mengurus organisasi sehingga
siswa tertinggal materi dalam pembelajaran, kurangnya motivaasi belajar siswa
sehingga tidak semangat ketika pembelajaran berlangsung, kemampuan kognitif
siswa yang berbeda satu sama lain sehingga penyampaian materi tidak maksimal, dan
juga konsep awal siswa yang sudah tertanam bahwa matematika itu sulit.
5
Selain itu penulis mengamati adanya perbedaan paham antara siswa dari kelas X IPA
dengan siswa X IPS terhadap pembelajaran matematika, maksudnya perbedaan
paham adalah pada siswa kelas X IPS beranggapan bahwa matematika itu sulit untuk
dihafal, mengapa demikinan? karena pada dasarnya mereka adalah siswa dari kelas
ilmu sosial yang mayoritas pembelajarannya menggunakan teknik hafalan.
Sedangkan siswa dari kelas X IPA sudah terbiasa dengan rumus fisika, kimia maupun
biologi sehingga menurut mereka matematika itu tidak untuk dihafal melainkan untuk
dipahami karena dengan begitu akan lebih mudah dan tidak merumitkan.
C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian tidak menyimpang dari tujuan, maka perlu dilakukan pembatasan :
1. Siswa yang menjadi subyek penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 2 Gadingrejo
kelas X IPA dan X IPS tahun ajaran 2014/2015.
2. Nilai rata-rata hasil belajar Matematika pokok bahasan Trigonometri pada siswa
SMA kelas X IPA melalui pendekatan problem solving.
3. Nilai rata-hasi hasil belajar Matematika pokok bahasan Trigonometri pada siswa
SMA kelas X IPS melalui pendekatan problem solving.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah ada perbedaan rata-rata hasil belajar matematika pada siswa SMA kelas X
IPA dengan kelas X IPS melalui pendekatan problem solving?
2. Apakah rata-rata hasil belajar matematika pada siswa SMA kelas X IPA lebih baik
dari kelas X IPS setelah menggunakan pendekatan problem solving?
6
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian
Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui “Apakah ada pengaruh pendekatan problem solving pada hasil belajar
kelas X IPA maupun kelas X IPS”
2. Manfaat penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk setiap elemen pendidikan,
antara lain sebagai berikut:
a. Bagi Guru,
Melalui penelitian ini diharapkan guru dapat mengetahui pengaruh pendekatan
problem solving pada hasil belajara siswa dan penyebab kesenjangan hasil
belajar kelas X IPA dan kelas X IPS.
b. Bagi Siswa,
Agar siswa tau penyebab mengapa ada perbedaan hasil belajar matematika
antara kelas IPA dan kelas IPS.
c. Bagi sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat
bagi sekolah dengan adanya informasi yang diperoleh sehingga dapat dijadikan
sebagai bahan kajian bersama agar dapat meningkatkan kualitas sekolah.
d. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan, pengetahuan dan
keterampilan peneliti khususnya yang terkait dengan penelitian ini dan
diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu masukan dalam
mengembangkan penelitian-penelitian selanjutnya, serta sebagai bekal bagi
masa depan sebagai seorang calon pendidik (guru).
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Belajar
Belajar pada dasarnya adalah mengolah pengetahuan, sikap, maupun keterampilan
dari tidak bisa menjadi bisa. Hakekat belajar adalah mendewasakan manusia.
Karena itu, seseorang dikatakan belajar bila dapat diasumsikan dengan bukti
bahwa di dalam diri orang tersebut terjadi suatu proses kegiatan yang
mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku. Namun pengertian belajar sendiri
sebenarnya mencakup pengertian yang sangat luas.
Menurut pengertian secara psikologi (Slameto, 2010:2), belajar merupakan suatu
proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnnya. Perubahan-perubahan
tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Pengertian belajar dapat
didefinisikan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Terhadap masalah belajar, R.Gagne (Slameto, 2010:13) memberikan dua definisi,
yaitu : belajar ialah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan,
keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku. Selain itu belajar adalah penguasaan
pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari instruksi. Belajar menurut
Morgan (Agus Suprijono, 2009:2) adalah perubahan perilaku yang bersifat
permanen sebagai hasil dari pengalaman. Selain itu, menurut James L. Mursell
(Syaiful Sagala, 2010:13) mengemukakan bahwa belajar adalah upaya yang
dilakukan dengan mengalami sendiri, menjelajahi, menelusuri dan memperoleh
8
sendiri. Sedangkan Henry E. Garret (Syaiful Sagala, 2010:13) mengemukakan
bahwa belajar merupakan proses yang berlangsung dalam jangka waktu lama
melalui latihan maupun pengalaman yang membawa kepada perubahan diri dan
perubahan cara mereaksi terhadap suatu perangsang tertentu. Dan Harold Spears
(Agus Suprijono, 2009:2) menyatakan bahwa belajar adalah mengamati,
membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengan, dan mengikuti arah tertentu.
Dari beberapa defenisi belajar yang telah dikemukakan di atas maka peneliti
berkesimpulan bahwa belajar itu adalah salah satu kegiatan atau aktifitas manusia
yang merupakan proses usaha yang aktif untuk memperoleh perubahan tingkah
laku yang baru, baik melalui berbagai pengalaman maupun kegiatan aktifitas yang
terarah. Pengalaman belajar yang dimaksud dapat berupa proses melihat,
mengamati, dan memahami sesuatu. Sedangkan belajar melalui atau aktifitas yang
terarah dapat berupa mempertimbangkan dan menghubungkan dengan pengalaman
masa lampau yang diaplikasikan dalam bentuk latihan.
2. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan indikator keberhasilan yang dicapai siswa dalam usaha
belajarnya. Hasil belajar adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan tingkat
keberhasilan yang dicapai seseorang setelah melalui proses belajar. Hasil belajar
adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap,
apresiasi dan keteramplan-keterampilan. Merujuk pemikiran Gagne (Agus
Suprijono, 2011:5) hasil belajar berupa :
a. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk
bahasa, baik lisan maupun tulisan. Kemampuan merespon secara spesifik
terhadap rangangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan
manipulasi simbol, pemecahan masalah maupun penerapan aturan.
b. Kemampuan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan
lambang. Kemampuan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi,
9
kemampuan analitis-sintesis fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-
prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual merupakan kemampuan untuk
melakukan aktivasi kognitif bersifat khas.
c. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivas
kognitifnya sendiri. Kamampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah
dalam memecahkan masalah.
d. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak
jasmani dalam urusan dan koordinasi sehingga terwujud otomatisme gerak
jasmani.
e. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan
penilaian terhadap objek tersebut. sikap berupa kemampuan menginternalisasi
dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-
nilai sebagai standar perilaku.
Menurut Bloom (Agus Suprijono, 2011:6) hasil belajar mencakup kemampuan
afektif, kognitif dan psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge