STUDI KASUS PASIEN POST SECTIO CAESAREA DENGAN MASALAH
GANGGUAN MOBILITAS FISIK
DI RUMAH SAKIT PANTI WALUYA MALANG
ABSTRAK
Sri Widayanti Prodi DIII Keperawatan Program RPL STIKes Panti Waluya Malang.
Pembimbing (1) Emy Sutiyarsih, S.Kep.,Ns.,M.Kes, (2) Sr.Felisitas A. Sri S,
Misc.,MAN, (3) Christina Indiyarti,Amd.keb.
Persalinan sectio caesarea (SC) merupakan persalinan buatan dengan cara
menginsisi abdomen yang mengakibatkan terputusnya kontinuitas jaringan
sehingga merangsang reseptor nyeri. Tujuan penelitian untuk melakukan studi
kasus pada klien post SC dengan masalah gangguan mobilitas fisik. Metode
penelitian studi kasus pada 1 responden di Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan
Malang bulan Agustus 2020 selama 3hari dengan menggunakan data sekunder.
Berdasarkan pengkajian diperoleh data pasien mengalami kesulitan bergerak dan
hanya tidur terlentang, pasien belum terpapar informasi pentingnya mobilisasi dini
post operasi. Intervensi yang diberikan berupa dukungan mobilisasi. Hasil
penelitian menunjukkan gangguan mobilisasi teratasi. Edukasi mobilisasi dini
pada klien post sectio caesarea sebaiknya diberikan sebelum tindakan operasi
terutama jika operasinya elektif. Manajer Rumah sakit perlu membuat standar
operasional prosedur tentang pemberian edukasi mobilisasi dini pada klien pre
operasi SC dan mengawasi pelaksanaannya agar masalah gangguan mobilisasi
tidak terjadi pada pasien.
Kata Kunci : Post SC, Gangguan Mobilitas Fisik
ABSTRACT
Sectio caesarean delivery (SC) is an artificial delivery by means of an incision in
the abdomen resulting in a break in the continuity of the tissue so that it
stimulates pain receptors. The research objective was to conduct a case study on
post SC clients with impaired physical mobility problems. A case study research
method on 1 respondent at Panti Waluya Sawahan Hospital Malang in August
2020 for 3 days using secondary data. Based on the assessment, it was obtained
data that patients had difficulty moving and only slept on their backs, patients had
not been exposed to information on the importance of early postoperative
mobilization. The intervention provided was in the form of mobilization support.
The results showed that the disruption in mobilization was resolved. Early
mobilization education in post sectio caesarean clients should be given before
surgery, especially if the operation is elective. Hospital managers need to make
standard operating procedures about providing early mobilization education to
clients preoperative SC and supervise its implementation so that problems with
disruption of mobilization do not occur in patients.
Keywords: Post SC, Physical Mobility Disorders
Pendahuluan
Persalinan sectio caesarea (SC)
merupakan suatu proses persalinan
buatan yang dilakukan melalui
pembedahan dengan cara melakukan
insisi pada dinding perut dan rahim
ibu, dengan syarat rahim harus dalam
keadaan utuh, serta janin memiliki
bobot badan di atas 500 gram
(Solehati & Kosasih, 2015).Faktor
penyebab tindakan SC ada 2 sisi
yaitu faktor ibudan faktor janin. Dari
segi waktu pengambilan keputusan
untuk dilakukan persalinan SC juga
ada 2 yaitu terencana dan darurat.
(Aprina, 2013).
Prevalensi SC di dunia setiap
tahunnya cenderung meningkat
(Corso et al, 2017). Menurut World
Health Organization (WHO) rata-
rata angka persalinan dengan SC di
sebuah negara adalah sekitar 5-15%
per 1000 kelahiran didunia. Di Asia
dari hasil studi analisis tren
persalinan tahun 2015 didapatkan
data 19,2% persalianan dilakukan
dengan SC(Betran et al, 2016). Di
Indonesia, persalinan dengan
tindakan SC juga mengalami
peningkatan setiap tahunnya. Pada
tahun 2010 sampai 2013 angka
kejadian SC sebesar 9,8% lalu
meningkat pada tahun 2018 sebesar
17% (Riskesdas 2018). Di daerah
Jawa Timur angka persalinan SC
pada tahun 2019 berjumlah 124.586
dari 622.930atau sekitar 20% dari
seluruh persalinan (Pusdatin
Kemkes,2019). RS Panti Waluya
Sawahan Malang (RSPWM)
merupakan salah satu Rumah Sakit
Swasta di Kota Malang. Persalinan
dengan tindakan SC di RSPWM
pada periode Januari-Desember 2019
diketahui 47,45% dari semua pasien
yang melahirkan(Data Rekam Medis
RS Panti Waluya Sawahan Malang,
2019).
Ibu yang bersalin dengan tindakan
SC mayoritas akan mengalami
gangguan mobilisasi yang
diakibatkan oleh rasa nyeri dengan
adanya luka operasi, hal ini karena
terputusnya kontinuitas jaringan
yang diinsisi akan mengeluarkan
reseptor nyeri terutama setelah efek
anastesi habis menurut Des dan
Berlian, (2018) sehingga ibu akan
merasakan nyeri saat bergerak. Ibu
post SC akan enggan melakukan
mobilisasi dan berusaha
mempertahankan posisi yang sama
(Nolan, 2010).
Fenomena yang penulis temukan saat
praktik di RS Panti Waluya Sawahan
Malang ruang Agnes Paviliun,
bahwa pada bulan Januari 2020
terdapat 2 klien post SC dengan
gangguan mobilitas fisik. Klien 1
berinisial Ny. N primipara post SC
lebih dari 20jam. Ny. N tidak berani
bergerak, miring, duduk dan berjalan
karena takut bila luka operasinya
menjadi terbuka. Klien 2 berinisial
Ny. S multiparapost SC lebih dari 6
jam, juga mengalami gangguan
mobilisasi karena setiapkali bergerak
pasien kesakitan.
Gangguan mobilitas fisik pada ibu
post SC apabila tidak ditangani
dengan baik akan memberikan
dampak yang kurang
menguntungkan, baik dari segi aspek
fisiologis maupun psikologis.
Mobilisasi penting dilakukan untuk
mempercepat proses penyembuhan
luka operasi dan dapat mengurangi
lama hari perawatan di Rumah Sakit
(Wati Fitri Rachma, 2018). Maka
bila mobilisasi dilakukan terlambat
akan memperburuk kondisi ibu dan
menghambat penyembuhan luka post
SC.
Sebagai seorang perawat,
pertolongan kesehatan yang dapat
diberikan pada pasien post partum
dengan tindakan SC yang mengalami
gangguan mobilitas fisik antara lain
membantu pemenuhan kebutuhan
sehari-harinya, dengan menggunakan
pendekatan promotif, preventif,
kuratif, dan kolaboratif dalam proses
pemulihan. Budiono,(2016)
Berdasarkan latar belakang tersebut
diatas maka penulis tertarik untuk
melakukan studi kasus pada
pasienpost SC dengan gangguan
mobilitas fisik di RS Panti Waluya
Malang.
Metode Penelitian
Desain penelitian ini menggunakan
desain studi kasus yang bertujuan
untuk mengeksplorasi masalah
asuhan keperawatan pada pasien
primi para post SC dengan indikasi
letak sungsang dan cystoma ovarii
dengan masalah keperawatan
gangguan mobilitas fisik di Rumah
Sakit Panti Waluya Sawahan
Malang. Maka dijabarkan oleh
penulis
1. Klien post SC setelah keluar dari
ruang operasi 6 jam dengan usia
antara 25 tahun – 35 tahun.
2. Klien mengeluh kesulitan untuk
menggerakkan ekstremitas dan
mengatakan nyeri luka operasinya
dan takut untuk bergerak
3. Klien mengalami kelemahan fisik
dan hanya terlentang
4. Pada studi kasus ini yang menjadi
partisipan peneliti bernama Ny. L 25
tahun seorang ibu post SC dengan
masalah gangguan mobilitas fisik,
yang dirawat di ruang Agnes
Paviliun Rumah Sakit Panti Waluya
Malang menempati kelas I utama
yaitu kamar nomor 96. Penelitian ini
berlangsung selama 3 hari.
Penelitian ini menggunakan data
sekunder yang dalam
pengumpulannya dibantu oleh
pembimbing klinik dengan tehnik
pengumpulan data berupa
wawancara, observasi, pemeriksaan
fisik dan studi dokumen.
Etika yang mendasari penyusunan
studi kasus ini sebagai berikut:
a. Informed Consent (persetujuan
setelah penjelasan untuk menjadi
klien)
b. Anonimity (tanpa nama)
c. Confidentiality (kerahasiaan)
HASIL
Pada studi kasus ini didapatkan hasil
sebagai berikut:
Pengkajian
Didapatkan data bahwa klien
mengatakan sulit melakukan
pergerakan dan beraktifitas kaki
masih terasa berat. Klien mengeluh
nyeri pada luka operasi dengan score
nyeri 4, merasa enggan dan takut
untuk bergerak dan mengaku belum
pernah terpapar informasi terkait
pentingnya mobilisasi pasca operasi.
Klien 6 jam post SC, tampak
meringis kesakitan dan hanya tidur
terlentang saja. Klien dapat
menggerakkan pergelangan kakinya
dan jari-jarinya, tampak kesulitan
mengangkat tumitnya dan menekuk
kakinya. Keadaan umum lemah,
kesadaran composmentis, terpasang
infus tutofusi 20 tpm lancar. catheter
lancar produksi urine 800cc jam
11.00 – 20.00, produksi ASI (+)
postif / (+) positif. Tensi 135 /65
MmHg, Nadi 84 X / menit, Suhu
36.5oC, RR 18 x/mnt, SpO2 99%
spontan.
Diagnosis Keperawatan
Dari hasil pengkajian dapat
ditegakkan diagnosa keperawatan
gangguan mobilitas fisik
berhubungan dengan nyeri
dibuktikan dengan klien mengeluh
kesulitan melakukan pergerakan dan
beraktifitas, Klien mengeluh nyeri
pada luka operasi dengan score nyeri
4, klien tampak meringis kesakitan
dan hanya tidur terlentang saja.
Rencana Keperawatan
Pada klien ditetapkan rencana
keperawatan dengan tujuan
keperawatannya, setelah dilakukan
asuhan keperawatan mobilisasi dini,
ibu dapat melakukan aktivitas atau
mobilisasi secara mandiri. Kriteria
hasil yang diharapkan adalah
pergerakan ekstremitas meningkat
bahwa : Klien dapat memperlihatkan
mobilitas miring kiri, kanan dengan
mudah, pindah dari posisi berbaring
ke duduk, dari duduk ke posisi
berdiri dan berjalan semua dilakukan
dengan mudah.
Intervensi Keperawatan dilakukan
pada klien disesuaikan dengan
keadaan dan kondisi terkini klien
yang didapat saat pengkajian sesuai
dengan tahapan yang diijinkan untuk
mobilisasi.Maka dilakukan dukungan
mobilisasi meliputi: Identifikasi
adanya nyeri atau keluhan fisik
lainnya, identifikasi toleransi fisik
melakukan pergerakan, monitor
frekuensi jantung dan tekanan darah
sebelum memulai mobilisasi,
monitor kondisi umum selama
melakukan mobilisasi, fasilitasi
aktifitas mobilisasi dengan alat bantu
( misal pagar tempat tidur), libatkan
keluarga untuk membantu pasien
dalam meningkatkan pergerakan,
jelaskan tujuan dan prosedur
mobilisasi, anjurkan melakukan
mobilisasi dini, ajarkan mobilisasi
sederhana yang harus dilakukan
(misal: gerakan ekstrimitas, miring,
duduk, jalan) dan bila perlu
kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian antinyeri.
Implementasi Keperawatan
Implementasi yang dilakukan pada
klien sesuai dengan tahapan
mobilisasi pada intervensi yang
direncanakan. Dari 11 rencana
kegiatan yang akan dilakukan
terdapat 10 kegiatan yang dapat
terlaksana, satu rencana tindakan
memfasilitasi klien mobilisasi
dengan alat bantu tidak diperlukan
karena klien dapat mobilisasi jalan
tanpa merambat atau memerlukan
alat bantu.
Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan pada klien
post SC dengan gangguan mobilisasi
setelah dilakukan implementasi
sesuai dengan rencana keperawatan
dan kriteria hasil yang ditetapkan
selama 3 hari perawatan, didapatkan
hasil masalah teratasi untuk
penanganan gangguan mobilitas
fisik. Hal ini ditandai dengan klien
sudah mampu mobilisasi duduk dan
jalan dengan aktif, mengatakan nyeri
luka operasi sudah berkurang dengan
score nyeri 3, klien dapat meneteki
bayinya dengan nyaman, Tensi :
100/70 MmHg, Nadi : 80 x/mnt,
Suhu : 36.4 oC, RR : 20 x / mnt dan
sudah diijinkan pulang
PEMBAHASAN
1. Pembahasan Pengkajian
Berdasarkan hasil pengkajian, klien
mempunyai masalah gangguan
mobilitas fisik hal ini dikarenakan
adanya luka sayatan operasi yang
merangsang reseptor nyeri sehingga
klien merasa enggan melakukan
gerakan, ditunjang klien belum
terpapar informasi tentang
pentingnya mobilisasi dini post
operasi.Hal ini dibuktikan dengan
klien mengatakan sulit melakukan
pergerakan dan beraktifitas kaki
masih terasa berat. Klien mengeluh
nyeri pada luka operasi dengan score
nyeri 4, merasa enggan dan takut
untuk bergerak dan mengaku belum
pernah terpapar informasi terkait
pentingnya mobilisasi pasca operasi.
Klien 6 jam post SC, tampak
meringis kesakitan dan hanya tidur
terlentang saja. Klien dapat
menggerakkan pergelangan kakinya
dan jari-jarinya tetapi tampak
kesulitan mengangkat tumitnya dan
menekuk kakinyaHal tersebut sesuai
dengan teori Wirnata (2010) bahwa
klien post SC seringkali mengalami
gangguan mobilitas fisik karena
adanya luka operasi dan segera
setelah 6 jam post operasi sebaiknya
sudah melakukan mobilisasi didni
untuk mencegah komplikasi.Dan
menurut PPNI (2016) penyebab
gangguan mobilitas fisik pada ibu
post SC adalah nyeri karena
terputusnya jaringan akibat sayatan
operasi dan kurang terpapar
informasi tentang pentingnya
mobilisasi pasca operasi.
2. Pembahasan Diagnosis
Keperawatan
Berdasarkan data yang ditemukan
bahwa klien 6jam op post SC
mengalami kesulitan melakukan
mobilisasi dan hanya tidur terlentang
saja, klien merasa enggan dan takut
untuk bergerak dan mengaku belum
pernah terpapar informasi terkait
pentingnya mobilisasi pasca operasi
maka dapat ditegakkan diagnose
keperawatan klien, bahwa klien
mengalami gangguan mobilitas fisik
berhubungan dengan nyeri luka post
SC yang dialaminya. Hal ini sesuai
menurut SDKI PPNI (2016) bahwa
salah satu diagnosa keperawatan
yang dapat terjadi pada klien post SC
yang mengalami nyeri adalah
gangguan mobilitas fisik. Definisi
Gangguan mobilisasi adalah
keterbatasan gerakan fisik secara
mandiri.
3. Intervensi Keperawatan
Berdasarkan dari diagnosa yang telah
ditegakkan pada klien, dapat disusun
rencana tindakan keperawatan
Tujuan intervensi keperawatan ini
setelah dilakukan asuhan
keperawatan mobilisasi dini, ibu
dapat melakukan aktivitas atau
mobilisasi secara mandiri. Tujuan
yang ditetapkan pada klien adalah
untuk menghindari terjadinya
komplikasi secara fisiologis maupun
psikologis.
Kriteria hasil yang diharapkan
pergerakan ekstremitas meningkat
antaralain: Pasien dapat
memperlihatkan mobilitas miring
kiri, kanan dengan mudah dan
berjalan bergerak dengan mudah,
berpindahan dari posisi berbaring ke
duduk, duduk ke posisi berdiri dan
berjalan Hal ini sesuai teori Menurut
Haswita dan Sulistyowati (2017)
mobilisasi merupakan kemampuan
individu untuk bergerak secara
bebas, mudah dan teratur dengan
tujuan untuk memenuhi kebutuhan
memenuhi aktivitas guna
mempertahankan kesehatannya.
Mobilisasi diperlukan untuk
meningkatkan kemandirian diri,
meningkatkan kesehatan,
memperlambat proses penyakit
khusunya penyakit degenerative, dan
untuk aktualisasi diri (harga diri dan
citra tubuh). Mobilisasi dini adalah
kebijaksanaan untuk selekas
mungkin membimbing penderita
keluar dari tempat tidurnya dan
membimbingnya selekas mungkin
berjalan.
Intervensi Keperawatan yang
dilakukan adalah dukungan
mobilisasi disesuaikan dengan
keadaan dan kondisi terkini klien
yang didapat saat pengkajian dan
tahapan yang diijinkan untuk
mobilisasi.
Dukungan mobilisasi meliputi:
Identifikasi adanya nyeri atau
keluhan fisik lainnya, identifikasi
toleransi fisik melakukan
pergerakan, monitor frekuensi
jantung dan tekanan darah sebelum
memulai mobilisasi dan keadaan
umum selama melakukan mobilisasi
Terapeutik, Fasilitasi aktifitas
mobilisasi dengan alat bantu ( misal
pagar tempat tidur), libatkan keluarga
untuk membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan. Jelaskan
tujuan dan prosedur mobilisasi,
anjurkan melakukan mobilisasi dini,
ajarkan mobilisasi, Kolaborasi
pemberian antinyeri bila diperlukan.
Edukasi mobilisasi dini post SC akan
lebih tepat diberikan sejak pre
operasi, hal ini perlu didukung
dengan SOP dan pengawasan dari
manager RS.
4. Pembahasan Implementasi
Keperawatan
Implementasi yang dilakukan pada
klien dalam 3 hari sesuai tingkatan
mobilisasi yang boleh dilakukan
sebagai berikut: Mengidentifikasi
nyeri score nyeri, kualitas nyeri,
lama nyeri, lokasi nyeri,waktu timbul
nyeri, pengaruh nyeri pada kualitas
istirahat. Mengidentifikasi toleransi
kemampuan fisik klien
menggerakkan kakinya, miring-
miring dan berjalan, Melakukan
monitoring tanda vital klien,
frekuensi jantung dan tekanan darah
sebelum memulai mobilisasi
Membantu klien menekuk kakinya,
membantu miring dan duduk.
Melibatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan.
Menjelaskan tujuan manfaat dan
prosedur mobilisasi. Menganjurkan
melakukan mobilisasi dini.
Mengajarkan tehnik mobilisasi yang
benar agar meminimalkan nyeri .
Memberikan injeksi anti nyeri
remopain 30mg iv sesuai advis
dokter. Monitor kondisi umum
selama melakukan mobilisasi
Implementasi dilakukan dengan
penerapan intervensi sesuai dengan
tahapan mobilisasi dan juga kondisi
klien dari 11 rencana kegiatan yang
akan dilakukan terdapat 10 kegiatan
yang dapat terlaksana, satu rencana
tindakan memfasilitasi klien
mobilisasi dengan alat bantu tidak
diperlukan karena klien dapat
mobilisasi jalan tanpa merambat atau
memerlukan alat bantu
Hal diatas sesuai dengan teori
menurut Dermawan (2012), tindakan
keperawatan yang dilakukan kosisten
dengan rencana dan dilakukan
setelah memvalidasi rencana
keperawatan, keamanan fisik dan
psikologis klien dilindungi, serta
selama tahap implementasi perawat,
terus melakukan pengumpulan data
dan memilih asuhan keperawatan
yang paling sesuai dengan kebutuhan
klien. Semua implementasi
didokumentasikan kedalam format
yang telah ditetapkan institusi.
5. Pembahasan Evaluasi
Keperawatan
Pada evaluasi hari ke3 masalah
keperawatan teratasi dengan kriteria
yang diharapkan sudah tercapai .
Pada faktanya didapatkan data
sebagai berikut: Klien sudah mampu
mobilisasi duduk dan jalan dengan
aktif, mengatakan nyeri luka operasi
sudah berkurang, score nyeri 3, klien
dapat meneteki bayinya dengan
nyaman, Tensi : 100/70 MmHg, Nadi
: 80 x/mnt, Suhu : 36.4 oC, RR : 20 x
/ mnt
Klien mendapat perawatan selama 3
hari sesuai dengan intervensi yang
direncanakan dan tindakan
perawatan yang diperlukan. Kriteria
hasil yang ditetapkan telah tercapai
sehingga masalah keperawatan
tertasi dengan baik bahwa klien
dapat mobilisasi duduk dan berjalan
dengan aktif. Pada hari ketiga post
op SC klien sudah diijinkan pulang
Hal ini sesuai teori menurut Tim
Pokja SLKI PPNI (2018).
KESIMPULAN
Peneliti telah melakukan asuhan
keperawatan pada klien post Sectiio
Caesarea dengan gangguan
mobilitas fisik di Rumah Sakit Panti
Waluya Malang” dilaksanakan
selama 3 hari. Setelah dilakukan
pengkajian sampai dengan evaluasi
Dari 11 intervensi yang direncanakan
implementasi yang dilakukan hanya
10 tindakan karena klien dapat
mobilisasi tanpa alat bantu. Pada hari
yang ke 3 masalah gangguan
mobilitas fisik teratasi. Hal ini
terbukti dengan 4 kriteria hasil yang
diharapkan telah tercapai bahwa
klien dapat melakukan mobilisasi
duduk dan berjalan dengan aktif dan
diijinkan pulang.
DAFTAR PUSTAKA
Aprina. Anita Puri. (2013).e.Jurnal
Poltekes-tjk. Faktor-Faktor
yang Berhubungan Dengan
Persalinan Sectio Caesarea
Di RSUD dr. H. Abdul
Moeloek Povinsi Lampung .
Budiono (2016). Konsep Dasar
Keperawatan, Modul Bahan
Ajar Cetak. Kemenkes RI
Detiana. P. (2010). Hamil Aman dan
Nyaman Diatas Usia 30
Tahun.
Yogyakarta:Pressindo
Fitri Rahma, W., & Kamsatun, K.
(2018). Mobilisasi Dini Ibu
Post Sectio Caesarea di
RSUA Soreang. jurnal ilmu
Dan Teknologi Kesehatan.
Haswita dan Sulistyowati.R.(2017).
Repositori wima Jakarta TIM.
Kebutuhan Dasar Manusia
untuk Mahsiswa
Keperawatan dan kebidanan
Manuaba (.2010). Ilmu Kebidanan
penyakit kandungan dan KB.
Jakarta;EGC.
Ns. Suryani Manurung, S. M. (2011).
Buku Ajar Keperawatan
Maternitas Asuhan
Keperawatan
Intranatal.Jakarta: Trans Info
Media.
Maryunani, Anik.(2015). Ilmu
Kesehatan Anak, Jakarta:
Trans Info Media.
Brunner & Suddarth (2002) dalam
buku ajar ilmu keperawatan
dasar Mubarak & Wahit
Iqbal, 2015
Nolan, Mary. (2010). Kelas Bersalin.
Jogjakarta: ISBN
Nugroho, T. (2010). Buku Ajar
Obstetri. Yogyakarta : Nuha
Medika
Potter, Perry. (2010). Fundamental
Of Nursing: Consep, Proses
and Practice. Edisi 7. Vol. 3.
Jakarta : EGC
PPNI, (2016.)Standar Diagnosis
Keperawatan Indonesia. Ed
1. Jakarta: Dewan Pengurus
Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.
Pusat Data Dan Informasi
Kementerian Kesehatan RI
(2019). Jakarta.
Solehati, Tetti dan Cecep Eli
Kosasih.,(2015). Konsep dan
Aplikasi Relaksasi dalam
Keperawatan Maternitas.
Bandung : PT. Refika
Aditama.
Wirnata. (2010).
journal.stikespemkabjombang
. Hubungan Tingkat Nyeri
Luka Operasi dengan
Mobilisasi Dini Pada Ibu
Post SC di Paviliyun melati
RSUD Jombang
Yaeni, Muhamad and , Sulastri,
S.Kp., M.Kes. and , Sulastri,
S.Kp., M.Kes. (2013) Analisa
Indikasi Dilakukan
Persalinan Sectio Caesarea
Di RSUP Dr. Soeradji
Tirtonegoro Klaten. Skripsi
thesis, Universitas
Muhammadiyah Surakarta.