BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Anatomi Telinga Dalam Telinga dalam terdiri dari koklea yang berupa dua setengah lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis. Ujung atau puncak koklea disebut helikotrema, menghubungkan perilimfa skala timpani dengan skala vestibuli. Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan membentuk lingkaran yang tidak lengkap. Pada irisan melingtang koklea tampak skala vestibuli sebelah atas, skala timpani di sebelah bawah dan skala media (duktus koklearis) di antaranya. Skala vestibuli dan skala timpani berisi perilimfa, sedangkan skala media berisi endolimfa. Ion dan garam yang terdapat di perilimfa berbeda dengan endolimfa. Hal ini penting untuk pendengaran. Dasar skala vestibuli disebut sebagai membran vestibuli (Reissner’s membrane), sedangkan dasar skala media adalah membran basalis. Pada membran ini terledak organ Corti. Pada skala media terdapat bagian 3
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi Telinga Dalam
Telinga dalam terdiri dari koklea yang berupa dua setengah lingkaran dan
vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis. Ujung atau puncak
koklea disebut helikotrema, menghubungkan perilimfa skala timpani dengan skala
vestibuli. Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan
membentuk lingkaran yang tidak lengkap. Pada irisan melingtang koklea tampak
skala vestibuli sebelah atas, skala timpani di sebelah bawah dan skala media
(duktus koklearis) di antaranya. Skala vestibuli dan skala timpani berisi perilimfa,
sedangkan skala media berisi endolimfa. Ion dan garam yang terdapat di perilimfa
berbeda dengan endolimfa. Hal ini penting untuk pendengaran. Dasar skala
vestibuli disebut sebagai membran vestibuli (Reissner’s membrane), sedangkan
dasar skala media adalah membran basalis. Pada membran ini terledak organ
Corti. Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut
membran tektoria dan pada membran basal melekat sel rambut yang terdiri dari
sel rambut dalam, sel rambut luar dan kanalis Corti, yang membentuk organ Corti
(Soetirto, 2007).
3
4
Gambar 1. Potongan koklea (Soetirto, 2007)
Gambar 2. Organ Corti (Soetirto, 2007)
5
Fisiologi Pendengaran
Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun
telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke
koklea. Getaran tersebut menggetarkan membran timpani diteruskan ke telinga
tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan mengamplifikasi getaran
melalui daya ungkit tulang pendngaran dan perkalian perbandingan luas membran
timpani dan tingkap lonjong. Energi getaran yang telah diamplifikasi ini akan
diteruskan ke stapes yang manggerakan tingkap lonjong, sehingga perilimfa pada
skala vestibule bergerak. Getaran diteruskan melalui membran Reissner yang
mendorong endolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak relatif antara membran
basilaris dan membran tektoria. Proses ini merupakan rangsangan mekanik yang
menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion
terbuka dan terjadi penglepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini
menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga melepaskan
neurotransmiter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi pada
saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nukleus auditorius sampai ke korteks
pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis (Soetirto, 2007).
Gambar 3. Fisiologi Pendengaran (Soetirto, 2007)
6
Definisi Presbikusis
Presbikusis atau age-related hearing loss (ARHL) adalah gangguan
pendengaran yang berhubungan dengan penambahan usia (Kim, 2000; Pata,
2004). Presbikusis disebabkan oleh atrofi sel rambut di organ Corti, degenerasi
serabut saraf di ganglion dan nukleus koklearis, lemahnya suplai darah
ligamentum spiral dan stria vaskularis, atrofi ligamentum spiral dan duktus
koklearis yang ruptur (Zagolski, 2006). Gangguan pendengaran yang terutama
disebabkan karena degenerasi telinga bagian dalam dan nervus koklearis ini
menyebabkan tuli sensorineural (Pata, 2004; Sousa, 2009). Karakteristik
gangguan ini yaitu progresif lambat dan simetris bilateral (Pata, 2004;
Muyassaroh, 2012).
Epidemiologi
Prevalensi presbikusis bervariasi, biasanya terjadi pada usia 60 tahun atau
lebih (Sousa, 2009; Soesilorini, 2012, Kraus, 2013). Presbikusis terbanyak pada
usia 70-80 tahun. Sekitar 30-35 % pada populasi dengan usia 65-75 tahun dan 40-
50 % pada usia lebih dari 75 tahun. Prevalensi pada laki-laki sedikit lebih tinggi
daripada perempuan. National Institute on Aging memberikan informasi bahwa
sepertiga penduduk Amerika usia 65-74 tahun dan separuh penduduk berusia 85
tahun ke atas menderita presbikusis. Prevalensi tersebut meningkat pada tahun
2030 menjadi 70 juta orang. Di Indonesia jumlah penduduk usia lebih dari 60
tahun pada tahun 2005 diperkirakan mencapai 19,9 juta atau 8,48 % dan tahun
2025 diperkirakan penderita presbikusis akan meningkat menjadi 4 kali lipat dan
dapat merupakan jumlah tertinggi di dunia (Soesilorini, 2012).
7
Etiologi
Etiologi presbikusis belum diketahui secara pasti, meskipun diduga banyak
faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya presbikusis. Faktor tersebut antara
lain usia, jenis kelamin, genetik, hipertensi, diabetes mellitus, hiperkolesterol,
paparan bising, dan merokok (Muyassaroh, 2012; Soesilorini, 2012).
Umumnya diketahui bahwa presbikusis merupakan akibat dari proses
degenerasi. Diduga kejadian presbikusis mempunyai hubungan dengan faktor-
faktor herediter, pola makanan, metabolisme, arteriosklerosis, infeksi, bising, gaya
hidup atau bersifat multifaktor. Menurunnya fungsi pendengaran secara berangsur
merupakan efek kumulatif dari pengaruh faktor-faktor tersebut di atas (Suwento,
2007).
Patogenesis
Presbikusis dapat dijelaskan dari beberapa kemungkinan patogenesis, yaitu
degenerasi koklea, degenerasi sentral, dan beberapa mekanisme molekuler.
1. Degenerasi koklea
Presbikusis tersering terjadi karena degenerasi pada stria vaskularis yang
berefek pada nilai potensial endolimfa yang menurun menjadi 20 mV atau
lebih. Pada presbikusis terlihat gambaran khas degenerasi stria yang
mengalami penuaan, terdapat penurunan pendengaran sebesar 40-50 dB dan