16
A. Definisi Preeklampsia ialah gejala yang ditandai dengan
timbulnya hipertensi dengan proteinuria setelah umur kehamilan 20
minggu. Pada proteinuria yang tidak terlihat, preeclampsia
didiagnosis sebagai hipertensi yang berhubungan dengan
trombositopenia (trombosit 5 gr / 24 jamatau kualitatif 3+ / 4+
3. Oliguria 500 ml / 24 jam disertai kenaikan kadar kreatinin
darah4. Peningkatan kadar enzim hati dan / atau ikterus
5. Gangguan visus dan cerebral6. Nyeri epigastrium
7. Edema paru atau sianosis
8. Pertumbuhan janin intra uterin yang terhambat (IUFGR)
9. HELLP Syndrom (H = Hemolysis, E = Elevated, L = Liver enzyme,
LP = Low Platelet Counts)Impending eklampsia bila dijumpai tanda/
gejala berikut :10,111. Nyeri kepala hebat
2. Gangguan visual
3. Muntah-muntah
4. Nyeri epigastrium
5. TD naik secara progresifG. Pemeriksaan FisikPada pemeriksaan
fisik harus diketahui :16a. Tekanan darah harus diukur dalam setiap
ANCb. Tinggi fundus harus diukur dalam setiap ANC untuk mengetahui
adanya retardasi pertumbuhan intrauterin atau oligohidramnionc.
Edema pada pretibia, dinding perut, lumbosakral, wajah dan tangan
yang memberatd. Peningkatan berat badan lebih dari 500 gr per
minggu atau peningkatan berat badan secara tiba-tiba dalam 1-2
hari.H. Pemeriksaan PenunjangSaat ini belum ada pemeriksaan
penyaring yang terpercaya dan efektif untuk preeklampsia. Dulu,
kadar asam urat digunakan sebagai indikator preeklampsia, namun
ternyata tidak sensitif dan spesifik sebagai alat diagnostik.
Namun, peningkatan kadar asam urat serum pada wanita yang menderita
hipertensi kronik menandakan peningkatan resiko terjadinya
preeklampsia superimpose.Pemeriksaan laboratorium dasar harus
dilakukan di awal kehamilan pada wanita dengan faktor resiko
menderita preeklampsia, yang terdiri dari pemeriksaan kadar enzim
hati, hitung trombosit, kadar kreatinin serum, protein total,
reduksi bilirubin, sedimen pada urin 24 jam. Pada wanita yang telah
didiagnosis preeklampsia, harus dilakukan juga pemeriksaan kadar
albumin serum, LDH, apus darah tepi, serta waktu perdarahan dan
pembekuan serta untuk mengetahui keadaan janin perlu dilakukan
pemeriksaan USG. Semua pemeriksaan ini harus dilakukan sesering
mungkin untuk memantau progresifitas penyakit.13,20I.
PrognosisPenentuan prognosis ibu dan janin sangat bergantung pada
umur gestasi janin, ada tidaknya perbaikan setelah perawatan, kapan
dan bagaimana proses bersalin dilaksanakan, dan apakah terjadi
eklampsia. Kematian ibu antara 9.8%-25.5%, kematian bayi 42.2%
-48.9%.9,13J. Komplikasi
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi, yaitu :13,181. Solusio
plasenta: Biasa terjadi pada ibu dengan hipertensi akut.2.
Hipofibrinogenemia3. Hemolisis: Gejala kliniknya berupa ikterik.
Diduga terkait nekrosis periportal hati pada penderita
pre-eklampsia.4. Perdarahan otak: Merupakan penyebab utama kematian
maternal penderita eklampsia.5. Kelainan mata: Kehilangan
penglihatan sementara dapat terjadi. Perdarahan pada retina dapat
ditemukan dan merupakan tanda gawat yang menunjukkan adanya
apopleksia serebri.6. Edema paru7. Nekrosis hati: Terjadi pada
daerah periportal akibat vasospasme arteriol umum. Diketahui dengan
pemeriksaan fungsi hati, terutama dengan enzim.8. Sindrom HELLP
(hemolisis, elevated liver enzymes, dan low platelet).9.
Prematuritas10. Kelainan ginjal: Berupa endoteliosis glomerulus
yaitu pembengkakan sitoplasma sel endotelial tubulus ginjal tanpa
kelainan struktur lainnya. Bisa juga terjadi anuria atau gagal
ginjal.11. DIC (Disseminated Intravascular Coagulation): Dapat
terjadi bila telah mencapai tahap eklampsia.K. Diagnosis
Banding
Diagnosis banding preeklampsia berat , yaitu :6,161. Kehamilan
dengan sindrom nefrotik
2. Kehamilan dengan payah jantung,3. Hipertensi Kronis
4. Penyakit Ginjal
5. Edema Kehamilan
6. Proteinuria Kehamilan,L. Penatalaksanaan1. Penanganan di
Puskesmas
Mengingat terbatasnya fasilitas yang tersedia di puskesmas, maka
secara prinsip, kasus-kasus preeklampsia berat dan eklampsia harus
dirujuk ke tempat pelayanan kesehatan dengan fasilitas yang lebih
lengkap. Persiapan-persiapan yang dilakukan dalam merujuk penderita
adalah sebagai berikut :71. Menyiapkan surat rujukan yang berisikan
riwayat penderita.2. Menyiapkan partus set dan tongue spatel (sudip
lidah).3. Menyiapkan obat-obatan antara lain: valium injeksi,
antihipertensi, oksigen, cairan infus dextrose/ringer laktat.4.
Pada penderita terpasang infus dengan blood set.5. Pada penderita
eklampsia, sebelum berangkat diinjeksi valium 20 mg/iv, dalam
perjalanan diinfus drip valium 10 mg/500 cc dextrose dalam
maintenance drops. Selain itu diberikan oksigen, terutama saat
kejang, dan terpasang tongue spatel.
2. Penanganan di Rumah Sakit
Ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala pre
eklampsia berat selama perawatan, maka perawatan dibagi
menjadi:10,11,191. Perawatan aktif yaitu kehamilan segera diakhiri
atau diterminasi ditambah pengobatan medisinal.2. Perawatan
konservatif yaitu kehamilan tetap dipertahankan ditambah pengobatan
medisinal.1. Perawatan Aktif Perawatan aktif yang dilakukan, yaitu
:10,11,16a. Indikasi Keadaan Ibu:
Kehamilan aterm ( > 37 minggu)
Adanya gejala-gejala impending eklampsia Perawatan konservatif
gagal ( 6 jam setelah pengobatan medisinal terjadi kenaikan TD, 24
jam setelah pengobatan medisinal gejala tidak berubah) Adanya
Sindrom Hellp Keadaan Janin
Adanya tanda-tanda gawat janin
Adanya pertmbuhan janin terhambat dalam rahimb. Pengobatan
Medisinal
Segera MRS. Tirah baring miring ke satu sisi. Infus D5 : RL 2:1
(60-125 ml/jam) Diet cukup protein, rendah KH-lemak dan garam.
Antasida. Obat-obatan : Anti kejang: i. Sulfas Magnesikus
(MgSO4)
Syarat-syarat pemberian MgSO4
a) Tersedia antidotum MgSO4 yaitu calcium gluconas 10%, 1 gram
(10% dalam 10 cc) diberikan I.V pelan dalam 3 menit.b) Refleks
patella positif kuatc) Frekuensi pernapasan > 16 kali per menit,
tanda distress pernafasan (-)d) Produksi urin > 100 cc dalam 4
jam sebelumnya (0,5 cc/kgBB/jam).
Cara Pemberian:
a) Jika ada tanda impending eklampsi dosis awal diberikan IV +
IM, jika tidak ada, dosis awal cukup IM saja. Dosis awal sekitar 4
gram MgSO4 IV (20 % dalam 20 cc) selama 4 menit (1 gr/menit) atau
kemasan 20% dalam 25 cc larutan MgSO4 (dalam 3-5 menit). Diikuti
segera 4 gram di bokong kiri dan 4 gram di bokong kanan (40 % dalam
10 cc) dengan jarum no 21 panjang 3,7 cm. Untuk mengurangi nyeri
dapat diberikan 1 cc xylocain 2% yang tidak mengandung adrenalin
pada suntikan IM.b) Dosis ulangan diberikan setelah 6 jam pemberian
dosis awal, dosis ulangan 4 gram MgSO4 40% diberikan secara
intramuskuler setiap 6 jam, bergiliran pada bokong kanan/kiri
dimana pemberian MgSO4 tidak melebihi 2-3 hari.Penghentian MgSO4
:
1. Ada tanda-tanda keracunan yaitu kelemahan otot, hipotensi,
refleks fisiologis menurun, fungsi jantung terganggu, depresi SSP,
kelumpuhan dan selanjutnya dapat menyebabkan kematian karena
kelumpuhan otot-otot pernapasan karena ada serum 10 U magnesium
pada dosis adekuat adalah 4-7 mEq/liter. Refleks fisiologis
menghilang pada kadar 8-10 mEq/liter. Kadar 12-15 mEq terjadi
kelumpuhan otot-otot pernapasan dan lebih 15 mEq/liter terjadi
kematian jantung.2. Setelah 24 jam pasca persalinan
3. 6 jam pasca persalinan normotensif, selanjutnya dengan
luminal 3x30-60 mgBila timbul tanda-tanda keracunan magnesium
sulfat
a) Hentikan pemberian magnesium sulfatb) Berikan calcium
gluconase 10% 1 gram (10% dalam 10 cc) secara IV dalam waktu 3
menit.c) Berikan oksigen.d) Lakukan pernapasan buatan.ii.
DiazepamDigunakan bila MgSO4 tidak tersedia, atau syarat pemberian
MgSO4 tidak dipenuhi. Cara pemberian: Drip 10 mg dalam 500 ml, max.
120 mg/24 jam. Jika dalam dosis 100 mg/24 jam tidak ada perbaikan,
rawat di ruang ICU.iii. DiuretikaDiuretikum tidak diberikan kecuali
bila ada tanda-tanda edema paru, payah jantung kongestif atau edema
anasarka, serta kelainan fungsi ginjal. Diberikan furosemid injeksi
(Lasix 40mg/im).iv. Anti hipertensiIndikasi pemberian
antihipertensi bila TD sistolik >160 mmHg diastolik > 110
mmHg. Sasaran pengobatan adalah tekanan diastolis < 105 mmHg
(bukan kurang 90 mmHg) karena akan menurunkan perfusi plasenta.
Dosis antihipertensi sama dengan dosis antihipertensi pada umumnya.
Bila dibutuhkan penurunan tekanan darah secepatnya, dapat diberikan
obat antihipertensi parenteral (tetesan kontinyu), catapres
(clonidine) injeksi 1 ampul = 0,15 mg/ml 1 amp + 10 ml NaCl flash/
aquades masukkan 5 ml IV pelan ( 5 mnt, 5 mnt kemudian TD diukur,
tak turun berikan sisanya (5ml pelan IV 5 mnt). Pemberian dapat
diulang tiap 4 jam sampai TD normotensif.
Bila tidak tersedia antihipertensi parenteral dapat diberikan
tablet antihipertensi secara sublingual atau oral. Obat pilihan
adalah nifedipin yang diberikan 4 x 10 mg sampai diastolik 90-100
mmHgv. KardiotonikaIndikasinya bila ada tanda-tanda menjurus payah
jantung, diberikan digitalisasi cepat dengan cedilanid.vi.
Lain-lain : Konsul bagian penyakit dalam / jantung, dan mata
Obat-obat antipiretik diberikan bila suhu rektal > 38,5 oC dapat
dibantu dengan pemberian kompres dingin atau alkohol atau xylomidon
2 cc IM. Antibiotik diberikan atas indikasi. Diberikan ampicillin 1
gr/6 jam/IV/hari. Analgetik bila penderita kesakitan atau gelisah
karena kontraksi uterus. Dapat diberikan petidin HCL 50-75 mg
sekali saja, selambat-lambatnya 2 jam sebelum janin lahir. Anti
Agregasi Platelet: Aspilet 1x80 mg/hari. Syarat: Trombositopenia (
120x/m, sianosis diberikan digitalis cepat dengan cedilanid.
Antibiotika diberikan ampicilin 3x1 g/IV
Antipiretika : xylomidon 2 ml/IM dan atau kompres alkohol
Kortikosteroid
iv. Penanganan pada edema paru akut :
Oksigen
Morfin
Furosemid
Bila TD 160/100 mmHg diberikan antihipertensi
v. Terminasi kehamilan
Stabilisasi : 4-8 jam setelah salah satu atau lebih keadaan di
bawah ini
Setelah kejang terakhir
Setelah pemberian anti kejang terakhir
Setelah pemberiaan anti hipertensi terakhir
Penderita mulai sadar
Untuk koma tentukan skor tanda vital
STV > 10 boleh terminas, STV 5 gr / 24 jamatau kualitatif 3+
/ 4+, Oliguria 500 ml / 24 jam, peningkatan kadar enzim hati dan /
atau ikterus, nyeri kepala frontal atau gangguan penglihatan, nyeri
epigastrium, edema paru atau sianosis, pertumbuhan janin intra
uterin yang terhambat (IUFGR), HELLP Syndrom (H = Hemolysis, E =
Elevated, L = Liver enzyme, LP = Low Platelet Counts) dan Koma.
Ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala pre
eklampsia berat selama perawatan, maka perawatan dibagi menjadi :
(1) Perawatan aktif yaitu kehamilan segera diakhiri atau
diterminasi ditambah pengobatan medicinal (segera rawat di ruangan
yang terang dan tenang, terpasang infus Dx/RL, tirah baring miring
ke satu sisi, diet cukup protein, rendah KH-lemak dan garam,
berikan anti kejang, anti hipertensi, dll) (2) Perawatan
konservatif yaitu kehamilan tetap dipertahankan ditambah pengobatan
medicinal.DAFTAR PUSTAKA
1. BAPPENAS. 2010. Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan
Millenium di Indonesia 2010. Kementrian Perencanaan Pembangunan
Nasional / Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Jakarta,
Indonesia, hal 1-742. AbouZhar, C. 2003. Global buden of maternal
death and disability : Causes of Maternal deaths and disabilities.
British Medical Bulletin. 60: 1-11. (http://bmb.oxfordjournal.org,
diakses 24 April 2012).3. UNFPA. 2011. Maternal Mortality Ratio.
(http://Indonesia.unfpa.org/issues-and-challenges/maternal-mortality-ratio,
diakses 24 April 2012).4. WHO, 2011. Maternal and Perinatal Health.
(http://www.who.int/topics/maternal_health/en/, diakses 24 April
2012)5. Departemen Kesehatan RI [Online]. 2011.
(http://www.gizikia.depkes.go.id/wp_content/uploads/downloads/2011/01/Materi-Advokasi-BBL-Pdf,
diakses 24 April 2012).6. Winkjosastro, H, dkk. 2006. Ilmu
Kebidanan: Hipertensi dalam Kehamilan (edisi ke-3). Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, Indonesia, hal. 281-300.7.
Sudhaberata, Ketut. Penanganan Preeklampsia Berat dan Eklampsia.
UPF. Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan, Rumah Sakit Umum
Tarakan Kalimantan Timur. Di unduh dari:
(http://www.sidenreng.com/2008/06/penanganan-preeklampsia-beratdaneklampsia/,
diakses pada tanggal 25 Maret 2012).8. Lana, K.,M.D. 2004.
Diagnosis and Management of Preeclampsia. The American Family
Physician. 70(12). Hal 1-7 (http://wwwaafp.org/afp/2004/1215/p23.h,
diakses 24 April 2012).9. Cunningham, F.G., dkk. 2005. Obstetri
Williams : Gangguan Hipertensi dalam Kehamilan (edisi ke-21).
Terjemahan oleh : Hartono, Suyono, Pendit. EGC, Jakarta, Indonesia,
hal. 624-683.10. Universitas Sriwijaya. Protap Obgyn: Preeklampsia
Berat, hal.3-10.11. Arga, J., Guick Obgyn: PEB. Departemen Obstetri
dan Ginekologi Dr. Mohammad Hoesin, FK UNSRI, Palembang,
hal.73-77.12. Angsar, M,D., 2002. Ilmu Kebidanan: Hipertensi dalam
Kehamilan (edisi ke-3). Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,
Jakarta, Indonesia, hal. 530-561.13. Anonim. Preeklampsia Berat /
Eklampsia. Di unduh dari :
(http://idmgarut.wordpress.com/2009/01/24/preeklampsia-berateklamsia/
Di akses pada tanggal 25 Maret 2012).14. ACOG, 2002. Practice
Bulletin : Diagnosis and Management of Preeclampsia and
Eclampsia.33.(http://mail.ny.acog.org/website/SMIPodcast/DiagnosisMgt.pdf,
diakses 24 April 2012)15. Zhang, Jun., dkk. 1997. Epidemiology of
Pregnancy-induced hypertension. Epidemiologic Reviews. 19(2).
(http://epirev.oxfordjournals.org/, diakses 24 April 2012).16.
Subianto, Teguh. Prosedur Penatalaksanaan Pre-Eklampsia Berat. Di
unduh dari:
(http://teguhsubianto.blogspot.com/2009/07/prosedur-penatalaksanaan-pre-eklampsia.html,
diakses pada tanggal 25 Maret 2012).17. Anonim. Penanganan
Preeklampsia Berat. Di unduh dari:
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/10_PenangananPreeklampsiaBerat.pdf/10_PenangananPreeklampsiaBerat.html
Di akses pada tanggal 25 Maret 2012.18. Mochtar, R. 1998. Toksemia
Gravidarum. Dalam : Lutan, D (Editor). Sinopsis Obstetri (hal.
198-208). EGC, Jakarta, Indonesia.19. Diyoyen. Preeklampsia Berat.
Di unduh dari :
http://diyoyen.blog.friendster.com/2008/11/preeklampsia-berat/ Di
akses pada tanggal 25 Maret 2012.20. Mansjoer, A, dkk. 2001. Kapita
Selekta Kedokteran : Komplikasi selama Kehamilan (edisi ke-3).
Media Aesculapius, Jakarta, Indonesia, hal. 270-271.21.
Wikipedia.(http://id.wikipedia.org/wiki/Antioksidan, diakses 4 Mei
2012).