Top Banner
BAB I PENDAHULUAN 1
60

Studi Kasus Hepatitis b Akut

Jun 20, 2015

Download

Documents

uytrew
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah sakit merupakan suatu institusi yang memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh kepada masyarakat. Salah satu bentuk pelayanan yang di berikan oleh rumah sakit adalah memberikan pelayanan makanan kepada semua pasien yang dilayani. Pelayanan Gizi Rumah Sakit ( PGRS) adalah pelayanan yang di sesuaikan dengan keadaan pasien berdasarkan keadaan klinis, status gizi, dan status metabolisme tubuhnya. Keadaan gizi pasien sangat berpengaruh pada proses penyembuhan penyakit, sebaliknya perjalanan penyakit dapat berpengaruh terhadap keadaan pasien. Pelayanan Gizi Rumah Sakit ( PGRS ) merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan paripurna rumah sakit dengan beberapa kegiatan antara lain : perawatan gizi rawat inap dan perawatan gizi rawat jalan ( PGRS.2003). Untuk mencapai serta memelihara kesehatan dan status gizi optimal, tubuh perlu mengkonsumsi makanan sehari -hari yang mengandung zat-zat gizi yang seimbang. Bila tubuh dapat mencerna, mengabsorbi dan memetabolisme zat-zat gizi tersebut secara baik, maka akan tercapai keadaan gizi seimbang. Tetapi dalam keadaan sakit melalui modifikasi diet diupayakan agar gizi seimbang tetap bisa tercapai. ( Almatsier, 2007 ) Dalam upaya pemenuhan zat gizi yang optimal pada pelaksanaan asuhan gizi diperlukan keterlibatan dan kerja sama yang erat antar berbagai profesi terkait yang tergabung dalam tim asuhan gizi terutama ahli gizi karena pengaturan makanan yang baik merupakan kegiatan yang harus diperhatikan. Oleh karena itu peran seorang ahli gizi sangat diperlukan yaitu dalam menetapkan preskripsi diet, rencana diet, evaluasi status gizi, serta memberikan konseling gizi kepada pasien sesuai dengan informasi ya ng dibutuhkan ( Almatsier, 2007 )

1

Sehubungan dengan uraian di atas maka mahasiswa diwajibkan untuk turut serta dalam kegiatan Manajemen Asuhan Gizi Klinik terhadap pasien Hepatitis B Akut yang berada di Ruang Pandan Wangi kelas III RSUD Dr. Soetomo Surabaya selama empat hari dimulai tanggal 7 Juni 2010 sampai dengan 10 Juni 2010.

B. TUJUAN

b.1 Tujuan Umum Mahasiswa mampu melaksanakan manajemen asuhan gizi klinik pada Penderita Hepatitis B Akut di Ruang Pandan Wangi RSUD. Dr. Soetomo Surabaya. b.2 Tujuan Khusus a. Mahasiswa mampu membaca dan mencatat data penderita. b. Mahasiswa mampu melakukan anamnesa riwayat gizi pasien c. Mahasiswa mampu melakukan recall 24 jam d. Mahasiswa mampu menghitung asupan zat gizi pasien berdasarkan recall 24 jam e. Mahasiswa mampu menganalisa data subyektif dan obyekif untuk menentukan diagnosa gizi pasien f. Mahasiswa mampu menyusun asuhan gizi dengan metode NCP (Nutrition Care Process) g. Mahasiswa mampu melakukan pengukuran antropometri, menganalisis data laboratorium, data klinis dan data fisik pasien. h. Mahasiswa mampu menentukan status gizi pasien i. Mahasiswa mampu merencanakan terapi diet yang sesuai dengan penyakit dan kebutuhan zat zat gizi pasien j. Mahasiswa mampu merencanakan dan melakukan penyuluhan serta konsultasi gizi k. Mahasiswa mampu melakukan monitoring dan mengevaluasi asuhan gizi yang telah dilakukan yaitu meliputi asupan makanan, data antropometri, fisik, klinis dan hasil pemeriksaan laboratorium

2

l.

Mahasiswa mampu menyusun laporan kegiatan yang telah dilakukan

C. MANFAAT

c.1 Bagi Mahasiswa Dapat mempelajari dan memahami penatalaksa naan diet serta intervensi pada pasien dengan diagnosa medik Hepatitis B Akut. c.2 Bagi Rumah Sakit Dapat memberi masukan untuk pelayanan gizi di Rumah Sakit. c.3 Bagi Instalasi Gizi Dapat memberikan pelayanan dan meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan gizi di Rumah Sakit. c.4 Bagi pasien dan Keluarga Pasien Dapat meningkatkan pengetahua n keluarga tentang pemberian diet yang sesuai dengan kondisi penyakit pasien.

3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Hepatitis B a.1. Pengertian

Hepatitis B adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh "Virus Hepatitis B" (VHB), suatu anggota famili Hepadnavirus yang dapat menyebabkan peradangan hati akut atau menahun yang pada sebagian kecil kasus dapat berlanjut menjadi sirosi hati atau kanker hati. Mula-mula dikenal sebagai "serum hepatitis" dan telah menjadi epidemi pada sebagian Asia dan Afrika. Hepatitis B telah menjadi endemik di Tiongkok dan berbagai negara Asia (Hermansyah, 2009) Penyebab Hepatitis ternyata tak semata-mata virus. Keracunan obat, dan paparan berbagai macam zat kimia seperti karbon

tetraklorida, chlorpromazine, chloroform, arsen, fosfor, dan zat -zat lain yang digunakan sebagai obat dalam industri modern, bisa juga menyebabkan Hepatitis. Zat-zat kimia ini mungkin saja tertelan, terhirup atau diserap melalui kulit penderita. Menetralkan suatu racun yang beredar di dalam darah adalah pekerjaan hati. Jika banyak sekali zat kimia beracun yang masuk ke dalam tubuh, hati bisa saja rusak sehingga tidak dapat lagi menetralkan racun -racun lain. ( Hermansyah, 2009 )a.2. Etiologi

1. Hepatitis virus B Virus yang lengkap berupa partikel dua lapis berukuran 42 nm yang di sebut partikel Dane. 2. Keracunan obat, dan paparan berbagai macam zat kimia seperti karbon tetraklorida, chlorpromazine, chloroform, arsen, fosfor, dan zat-zat lain yang digunakan sebagai obat dalam industri modern.

4

a.3. Cara Penularan

Hepatitis B umumnya menular jika darah dan aliran tubuh lainnya seperti semen (air mani) atau sekresi vagina dari seseorang yang terinfeksi memasuki tubuh orang yang belum terinfeksi. Penularan biasanya melalui : 1. Kontak seksual dengan penderita 2. Gigitan atau melalui mulut 3. Pemakaian jarum suntik bersama, sikat gigi, pisau cukur, alat tindik telinga, alat tato dan akupuntur 4. Dari ibu yang terinfeksi kepada bayinya pada saat melahirkan Virus hepatitis B tidak ditemukan dalam keringat, air mata, urin atau sekresi pernafasan. Hepatitis B tidak ditularkan melalui pemakaian bersama perkakas makan, pelukan, batuk, bersin dan pegangan tangan. Penelitian menunjukkan hepatitis B tidak menular melalui makanan dan minuman. Sebagian besar orang dewasa yang terinfeksi hepatitis B akan sembuh tanpa masalah, akan tetapi tidak pada bayi dan anak -anak. Semakin muda seseorang terinfeksi pertama kali, maka semaki besar kemungkinan berkembang menjadi kronis. a) Jika orang dewasa terinfeksi : 10% akan berkembang menjadi kronis b) Jika seorang anak terinfeksi : 50% akan berkembang menjadi kronis c) Jika seorang bayi terinfeksi : 90% akan berkembang menjadi infeksi kronis d) Cara mengetahui apakah seseorang terinfeksi hepatitis B atau tidak adalah melalui pemeriksaan darah. Ada 3 pemeriksaan standar yang biasa dilakukan yaitu: 1. HBsAg ( hepatitis B surface antigen) : Adalah penanda awal hepatitis B yang muncul 4 -12 minggu setelah terinfeksi. Bila HBsAg menetap dalam darah selama 6 bulan, berarti terjadi infeksi kronis.5

2. Anti HBc ( antibodi hepatitis B core ) : Adalah antibodi terhadap antigen inti hepatitis B. Antibodi ini terdiri dari 2 tipe yaitu : IgM ( imunoglobulin M ) anti HBc dan IgG anti HBc.y

Anti-HBc IgM : Muncul 2 minggu setelah HBsAg terdeteksi, dapat bertahan hingga 6 bulan . Berperan pada core window ( fase jendela ) yaitu masa dimana HBsAg sudah hilang, tetapi anti HBsAg belum muncul 10% hepatitis akut tidak terdeteksi hanya dengan memeriksa HBsAg.

y

Anti-HBc IgG : Muncul sebelum anti-HBc IgM hilang, Terdeteksi pada hepatitis akut dan kronik Dapat bertahan pada fase penyembuhan ( kadar rendah ), Tidak mempunyai efek protektif. Interpretasi hasil positif anti-HBc biasanya

tergantung hasil pemeriksaan HBsAg dan anti -HBs. 3. Anti-Hbs (antibodi terhadap hepatitis B surface antigen ) Jika hasilnya positif atau reaktif menunjukkan adanya imunitas atau kekebalan terhadap infeksi virus hepatitis B baik dari imunisasi maupun dari proses penyembuhan infeksi masa lampau. Seseorang yang terinfeksi masa lampau tidak dapat menularkan penyakitnya kepada orang lain. ( Zubair, 2010 )a.4. Patofisiologi

Masa inkubasi bervariasi, tergantung pada agennya, refleksi virus dalam hati meningkat, yang di ikuti oleh penampilan komponen virus dan nekrosis sel hati bersama respons peradangan yang menyertai. Antibodi non spesifik dapat meningkat sama seperti pada infeksi virus lainnya. Perubahan morfologi hati pada hepatitis A, B, C (nonA dan non B), adalah identik. Pada kasus klasik, ukuran dan warna hati nampak normal, tetapi kadang -kadang sedikit oedem, membesar dan berwarna seperti empedu. Secara histologi, terja di

6

kekacauan hepatoseluler, cedera dan necrosis hati, dan peradangan perifer. Perubahan reversible bila fase akut penyakit mereda. Pada beberapa kasus, necrosis sub masif atau masif dapat mengakibatkan payah hati yang berat dankematian. Hepaptitis virus D merupakan hibrid DNA virus hepatitis B. virus ini dapat menular sendiri secara langsung dan bersifat hepatoksit. Bentuk ini akan memperbanyak bentuk hepatitis kronik. (Saputra, 2010)a.5. Manifestasi Klinis

Infeksi HBV dapat menimbulkan akibat klinis yang berbedabeda bagi setiap individu, penderita dapat mengalami salah satu dari beberapa keadaan seperti dibawah ini ; 1. Tetap sehat. Terjadi bagi mereka yang memiliki kekebalan ( anti HBS ), Mengidap tetapi tetap sehat, Bila HBS Ag menetap ( persistem ) selama lebih dari 6 bulan tanpa disertai kelainan virus. 2. Hepatitis akut ikterik. Ditandai masa prodromal selama 3 6 hari, kadang-kadang sampai 3 minggu, pasien merasa tidak sehat, anorexia, mual, kadang demam ringan, ras sakit pada bagian kanan atas perut, rasa lesu, cepat lelah & sakit lemah. Gejala prodromal mereda saat timbul ikterus yang dimulai dengan perubahan warna urein menjadi lebih gelap seperti teh pekat. Pada stedium ikterik ini timbul rasa gatal ( pruritus ) selama beberapa hari, hati teraba me mbesar, rata, kenyal dan nyeri tekan kadang disertai pembesaran linfe. Setelah 1 4 minggu masa ikterik, penyembuhan berlangsung dengan sendirinya ditandai oleh meredanya ikterus, kembalinya nafsu makan dan keadaan kembali normal. 3. Hepatitis akut an ikterik. Pada bentuk ini keluhan sangat ringan dan samar -samar, umumnya hanya anorexia dan ganguan pencernaan, pada pemeriksaan laboratorium ditemukan hiperbilirubinemia ringan,7

pemeriksan flopia lesi positife dan bilirubinuria, urein secara makroskopis berwarna seperti teh pekat. 4. Hepatitis akut tulminan. Bentuk ini hampir semuanya mempunyai prognosis jelek, kematian biasanya terjadi dalam 7 10 hari ssejak mulai sakit. Pada waktu yang singkat terhadap gangguan neorologik, faktor hepatik dan muntah yang peresisten, terdapat demam dan ikterus yang menghebat dalam waktu yang singkat, pada pemeriksaan didapatkan hati yang mengecil purpura, dan perdarahan

gastrointestinal. 5. Hepatitis Kronik. Diduga bahwa pasien Hepatitis B kronik mengalami episode subklinis dari hepatits akut dengan gejala yang sangat ringan sehingga luput dari perhatian. Dugaa kearah kromositas dimulai manakala keadaan SGOT & SGPT tidak pernah menjadi normal selama 6 bulan dari awal hepatitis akut disertai dengan peresistensi HBS Ag serum. Seringkali dijumpai ikterus hepatoseluler yang hilang timbul pada saat general chek - up, tampak adanya ikterus, spider nevi, hepato splenomegali, eritema palmar dan kelainan biokimiawi serta serologi diagnostik hanya dapat dipastikan dengan pemeriksaan biopsi dan gambaran PA. Pada hepatitis kronik aktif umumnya berakhir menjadi sirosis hepatis. (Saputra, 2010)a.6. Pemeriksaan Penunjang 1. Tes serologik : HBS Ag (+).

2. Tes Hibridasi : HBV DNA. 3. Tes RIA ( Radio Imuno Assay ) : HBV Diva Polimerase. 4. Pemeriksaaan darah : SGOT & SGPT meningkat. 5. USG : Biasanya hanya dapat mendeteksi Hepatomegali yang tidak spesifik. 6. Pemeriksaan Histologik : Biopsi Hati. Penting untuk menilai aktivitas, mendeteksi ada tidaknya sirosis, mencari kemungkinan penyebabnya dan menilai hasil pengobatan.8

Dewasa ini diagnosis untuk sebagian besar pasie n Hepatitis B kronik ditegakkan berdasarkan gejala klinis, peningkatan kadar SGOT, SGPT dan Gama GT, dengan tanpa Hiperbilirubinemia, HBS Ag (+), menetap dan gambaran Ultrasonography.

(Saputra, 2010)

a.7. Pengobatan Medis

Penderita yang diduga Hepatitis B, untuk kepastian diagnosa yang ditegakkan maka akan dilakukan periksaan darah. Setelah diagnosa ditegakkan sebagai Hepatitis B, maka ada cara pengobatan untuk hepatitis B, yaitu pengobatan telan (oral) dan secara injeksi. a. Pengobatan oral yang terkenal adalah : 1. Pemberian obat Lamivudine dari kelompok nukleosida analog, yang dikenal dengan nama 3TC. Obat ini digunakan bagi dewasa maupun anak-anak, Pemakaian obat ini cenderung meningkatkan enzyme hati (ALT) untuk itu penderita akan mendapat monitor bersinambungan dari dokter. 2. Pemberian obat Adefovir dipivoxil (Hepsera). Pemberian secara oral akan lebih efektif, tetapi pemberian dengan dosis yang tinggi akan berpengaruh buruk terhadap fungsi ginjal. 3. Pemberian obat Baraclude (Entecavir). Obat ini diberikan pada penderita Hepatitis B kronik, efek samping dari pemakaian obat ini adalah sakit kepala, pusing, letih, mual dan terjadi peningkatan enzyme hati. Tingkat keoptimalan dan kestabilan pemberian obat ini belum dikatakan stabil. b. Pengobatan dengan injeksi/suntikan adalah ; Pemberian suntikan Microsphere yang mengandung partikel radioaktif pemancar sinar yang akan menghancurkan sel kanker hati tanpa merusak jaringan sehat di sekitarnya. Injeksi Alfa Interferon (dengan nama cabang INTRON A, INFERGEN,

ROFERON) diberikan secara subcutan dengan skala pemberian 3 kali dalam seminggu selama 12-16 minggu atau lebih. Efek samping9

pemberian obat ini adalah depresi, terutama pada penderita yang memilki riwayat depresi sebelumnya. Efek lainnya adalah terasa sakit pada otot-otot, cepat letih dan sedikit menimbulkan demam yang hal ini dapat dihilangkan dengan pemberian paracetamol. (Anonim,2009)

a.8. Pencegahan

Vaksinasi sedini mungkin adalah upaya pencegahan yang paling tepat, khususnya di Indonesia karena prevalensinya cukup tinggi. Vaksinasi dapat melindungi sekitar 90 -95% populasi dewasa muda. Vaksin hepatitis B aman diberikan pada bayi, anak -anak maupun orang dewasa. Untuk mencegah penularan secara vertikal, setiap ibu hamil dianjurkan periksa HBsAg, agar dokter dapat mengambil keputusan dalam penanganan ibu hamil selanjutnya, dan agar bayi yang baru lahir dari ibu pengidap segera diberi imunisasi hepatitis B. Secara umum cara-cara yang dapat dilakukan untuk menghindari tertular hepatitis B adalah sebagai berikut : a. Selalu menjaga kebersihan diri dan lingkungan b. Hindari jajan makanan disembarang tempat atau "jajan" yang lain c. Hindari penularan melalui makanan dan minuman yang

terkontaminasi, jarum suntik, alat tato, akupuntur yang tidak steril d. Gunakan jarum suntik sekali pakai (disposable) e. Pemeriksaan darah donor terhadap virus hepatitis f. Hindari seks yang beresiko g. Lakukan vaksinasi sedini mungkin. (Zubair, 2010)B. Penatalaksanaan diet b.1. Diet Hati I

Diet golongan ini diberika pada penderita hepatitis akut yang nafsu makannnya cukup, menurut kondisi penyakit dan keluhan pasien , makanan diberikan dalam bentuk lunak/ biasa,

10

b.2. Tujuan

Memberikan makanan yang tepat dan secukupnya pada penderita penyakit hati dengan biaya murah, guna mempercepat perbaikan faal hati tanpa memberatkan pekerjaannya, dengan cara : 1. Meningkatkan regenerasi jaringan hati dan mencegah kerusakan lebih lanjut dan meningkatkan fungsi jaringan hati yang tersisa. 2. 3. Mencegah katabolisme protein Mencegah penurunan berat badan atau meningkatkan berat badan bila kurang. 4. 5. Mencegah atau mengurangi asites, varises esovagus, dan hipertensi portal. Mencegah koma hepatik.

b.3. Prinsip

Tinggi Energi Protein diberikan cukup Lemak diberikan cukup Karbohidrat diberikan cukupb.4. Syarat

Syarat-syarat diet hepatitis adalah : 1. Energi tinggi untuk mencegah pemecahan protein, yang diberikan bertahap sesuai dengan kemampuan pasien, yaitu 30-40 kkal/kg BB. 2. Protein cukup, yaitu 1,0-1,2 g/kg BB agar terjadi anabolisme Protein. Pada kasus Hepatitis Fluminan dengan nekrosis dan gejala ensefalopati yang disertai peningkatan amoniak dalam darah, pemberian protein harus dibatasi untuk mencegah koma, yaitu sebanyak 30-40 g/hari. Protein nabati memberikan keuntungan karena kandungan serat yang dapat mempercepat pengeluaran amoniak melalui feses. Namun, sering timbul keluhan berupa rasa kembung dan penuh. 3. Lemak cukup, yaitu 20-25% dari kebutuhan energi total, dalam bentuk yang mudah dicerna atau dalam bentuk emulsi. Bila pasien11

mengalami steatorea, gunakan asam lemak dengan asam lemak rantai sedang Mediun Chain Triglyceridel (MCT). Jenis makanan ini tidak membutuhkan aktivitas lipase dan asam empedu dalam proses absorbsinya. Pemberian lemak sebanyak 45 gram dapat mempertahankan fungsi imun dan proses sintesis lemak. 4. Vitamin dan mineral diberikan sesuai dengan tingkat defisiensi. Bila perlu diberikan suplemen B kompleks, C, dan K serta mineral seng dan zat besi bila ada anemia. 5. Natrium diberikan rendah, tergantung tingkat edema dan asites. Bila pasien mendapat diuretika, garam natrium dapat diberikan lebih leluasa. 6. Cairan diberikan lebih dari biasa, kecuali bila ada kontraindikasi. 7. Bentuk makanan lunak bila ada keluhan mual dan muntah, atau makanan biasa sesuai dengan kemampuan saluran cerna. ( Almatsier, 2007 )b.5. Makanan yang boleh dan tidak boleh dimakan

1.

Makanan yang dianjurkan

Sumber hidrat arang seperti nasi, havermout, roti putih, umbi umbian. Sumber protein antara lain telur, ikan, daging, ayam, tempe, tahu, kacang hijau, sayuran dan buah-buahan yang tidak menimbulkan gas. Makanan yang mengandung hidrat arang tinggi dan mudah

dicerna seperti gula-gula, sari buah, selai, sirup, manisan, dan madu. Menurut Encyclopedia of Natural Medicine:y

Suatu diet natural, yang rendah kandungan lemak tak jenuh baik natural maupun buatan.

y y y

Karbohidrat sederhana (gula, tepung putih, jus buah, madu, dll) Oxidised fatty acids (minyak goreng) dan lemak hewani. Diet yang kaya serat sangat dianjurkan.

12

Jonathan Wright, M.D menyarankan:y y y

Diet rendah protein untuk meminimalkan tekanan pada liver. Pola makan dengan porsi kecil sepanjang hari. Menghindari makanan-makanan yang memberi tekanan seperti gula buatan, alkohol, dan kafein. Mengkonsumsi banyak air yang difilter. Minum jus lemon segar setiap pagi dan sore yang diikuti dengan jus sayuran adalah salah satu yang paling disarankan untuk liver.

y y

y

Lakukan ini secara konsisten selama dua sampai empat minggu dan kemudian setiap pagi beberapa kali dalam seminggu untuk beberapa bulan, kemudian setiap kali gejala timbul. Makan banyak sayuran setiap hari. Yang ideal adalah paling tidak satu salad dan satu porsi sayuran yang dikukus atau ditumis ringan setiap hari.

y y

y

Biji-bijian mudah dicerna, seperti padi -padian, gandum, dll sangat baik untuk pencernaan.

2.

Makanan yang tidak dianjurkan Bahan makanan yang dibatasi untuk diet hati adalah dari sumber lemak, yaitu semua makanan dan daging yang

mengandung lemak dan santan serta bahan makanan yang menimbulkan gas seperti ubi, kacang merah, kol, sawi, lobak, ketimun, durian dan nangka. Bahan makanan yang tidak dianjurkan untuk diet hati adalah makanan yang mengandung alkohol, teh atau kopi kental. Beberapa pantangan yang harus dihindari antara lain :1)

Semua makanan yang mengandung lemak tinggi seperti daging kambing dan babi, jerohan, otak, es krim, susu f ull cream, keju, mentega/ margarine, minyak serta makanan bersantan seperti gulai, kare, atau gudeg.

2) 3)

Makanan kaleng seperti sarden dan korned. Kue atau camilan berlemak, seperti kue tart, gorengan, fast food.13

4)

Bahan makanan yang menimbulkan gas, seperti ubi, kacang merah, kool, sawi, lobak, mentimun, durian, nangka.

5)

Bumbu yang merangsang, seperti cabe, bawang, merica, cuka, jahe.

6)

Minuman yang mengandung alkohol dan soda. (Anonim, 2007)

14

BAB III METODOLOGI

A. Waktu

Pengambilan data dilakukan pada tanggal 7 Juni 2010 dan asuhan gizi dilaksanakan selama 3 hari bert urut-turut, yaitu pada tanggal 8 Juni 2010 sampai dengan tanggal 10 Juni 2010.B. Tempat

Asuhan gizi dilakukan di Ruang Pandan Wangi kelas III RSUD Dr. Soetomo Surabaya.C. Metode pengambilan data

Metode yang digunakan dalam pengambilan data adalah 1) Observasi/ pengamatan Observasi dilakukan dengan pengamatan langsung kepada pasien dan keluarga pasien tentang keadaan fisik dan asupan makan. 2) Wawancara Wawancara dilakukan pada pasien dan keluarga pasien tentang anamnesa gizi dan recall makanan 24 jam, serta riwayat penyakit dahulu, sekarang dan riwayat penyakit dalam keluarga. 3) Pengukuran Pengukuran dilakukan untuk menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan dengan cara penimbangan dengan menggunakan timbangan injak dan pengukuran langsung 4) Dokumentasi Dokumentasi dilakukan untuk memperoleh data tentang identitas pasien, diagnosa dan data-data penunjang lainnya. Data tersebut diperoleh dari data rekam medis pasien.

15

BAB VI GAMBARAN UMUM PASIEN

A. Identitas Pasien

1. Nama 2. No. Register 3. Ruangan 4. Umur 5. Jenis kelamin 6. Alamat 7. Agama 8. Pendidikan 9. Tgl MRS 10. Diagnosa MRS

: Nn. E : 11.05.52.52 : Ruang Pandan Wangi. : 16 tahun : Perempuan : Tambak Pring Timur 5 No. 27, Surabaya : Islam : SMP : 06 Juni 2010 : Hepatitis Virus Akut ( Suspect Hepatitis A )

B. Data Subyektif b.1. Riwayat Penyakit y

Riwayat penyakit sekarang

: nyeri ulu hati sejak 2 hari SMRS

disertai mual, muntah, dan pusing, BAB putih 1x, BAK (+)y

Riwayat penyakit dahulu : 1. Pernah mengalami Gastritis 2. Pada saat usia 14 tahun pernah dirawat di RSUD Dr. Soetomo Ruang Palem dengan keluhan dermatitis selama 2 minggu

y

Riwayat penyakit keluarga : di dalam keluarga tidak ada yang mempunyai riwayat pernah menderita Hepatitis B.

16

b.2. Riwayat gizi y

Pola makan pasien Tabel 1. Pola makan pasien

No

Sumber

Bahan makanan Nasi Roti Mie

Frekuensi >=1x/hr 1-3x/mg 2,1 -, jika indeks < 1,2 0 38 U/ L 0 41 U/ L 0,00 0,20 mg/ dl < 0,6 mg/dl 0,3 1,0 mg/ dl 4,5 10,5x 10 U/ L 3,4 -5 g/ dl3

+ + 906 U/ L 1348 U/ L 0,83 mg/ dl 0,66 mg/ dl 1, 49 mg/ dl 4,0x 103 U/ L 4,64 g/ dl

c.4. Pemeriksaan Penunjang : -

19

c.5. Analisa zat gizi

Tabel 5. Analisa zat gizi pasienPengamatan Energi (Kkal) Protein (gram) Lemak (gram) Karbohidrat (gram)

a. Anamnese b. Kebutuhan c. Recall 24 jam % asupan (a/b) % asupan (c/b)

2185,7 1800 1074,7 121,4% 59,7%

68,95 45 36,06 150,01% 80,1%

82,66 50 35,48 165,3% 78,96%

263,9 292,5 141,63 90,1% 48,4%

D. Assesment d.1. Diagnosis medis

Hepatitis B Akutd.2. Status gizi

Status gizi ditentukan berdasarkan Rumus IMT = BB X 100% ( TB )2 cm = 45 kg X 100% ( 1,55 )2 cm = 18,72 Status Gizi adalah Status Gizi Normald.3. Diagnosa gizi

% Asupan zat Gizi ( energi, protein, lemak dan KH ) recall 24 jam kurang dari kebutuhan yang disebabkan oleh berkurangnya nafsu makan dan masih ada keluhan mual muntah yang ditandai dengan % asupan recall 24 jam energi (59,7%), protein ( 80,1%) , lemak (78,96%) dan KH (48,4%) ( NI 1.4, NI 52.1, NI 51.1, NI 53.1 )

20

Peningkatan nilai laboratorium SGOT, SGPT dan Bilirubin yang disebabkan oleh adanya gangguan pada organ hepar yang dialami pasien yang ditandai dengan nilai hasil pemeriksaan kadar S GOT mencapai 906 U/L, SGPT 1348 U/L, bilirubin direct (0,83 mg/dl), bilirubin indirect (0,66 mg/dl), dan bilirubin total (1,49 mg/dl) (NC 2.2) Kurangnya informasi yang berhubungan dengan makanan bergizi yang disebabkan oleh adanya kebiasaan makan sehari-hari yang salah yang ditandai dengan suka makan/ jajanan di luar dan menyukai makanan yang digoreng-goreng dan bersantan. ( NB 1.1 )

E. Planning Gizi e.1. Terapi diet

: Diet Hati I 1800 kal

e.2. Bentuk makanan : Makanan Biasa e.3. Tujuan diet

1. Mempertahankan status Gizi pasien agar tetap normal 2. Meningkatkan regenerasi jaringan hati dan mencegah kerusakan hati lebih lanjut 3. Mengurangi keluhan mual dan muntahe.4. Prinsip

1. Cukup Energi 2. Protein diberikan cukup 3. Lemak diberikan cukup 4. Karbohidrat diberikan cukup

e.5. Syarat

1. Energi tinggi diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien yaitu 1800 kal yang dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan zat gizi seharihari, untuk proses metabolisme dalam tubuh dan untuk mencegah pemecahan protein, yang diberikan bertahap sesuai dengan kemampuan pasien, yaitu 40-45 kal/kg BB.

21

2. Protein cukup, yaitu 1,-1,2 g/kg BB agar terjadi anabolisme Protein . Pada kasus Hepatitis Fluminan dengan nekrosis dan gejala ensefalopati yang disertai peningkatan amoniak dalam darah, pemberian protein harus dibatasi untuk mencegah koma, yaitu sebanyak 30-40 g/hari. Protein nabati memberikan keuntungan karena kandungan serat yang dapat mempercepat pengeluaran amoniak melalui feses. Namun, sering timbul keluhan berupa rasa kembung dan penuh. 3. Lemak cukup, yaitu 20-25% dari kebutuhan energi total, dalam bentuk yang mudah dicerna atau dalam bentuk emulsi. Bila pasien mengalami steatorea, gunakan asam lemak dengan asam lemak rantai sedang Mediun Chain Triglyceridel (MCT). Jenis makana n ini tidak membutuhkan aktivitas lipase dan asam empedu dalam proses absorbsinya. Pemberian lemak sebanyak 45 gram dapat mempertahankan fungsi imun dan proses sintesis lemak. 4. Karbohidrat diberikan cukup yang diperoleh dari total kalori energi dikurangi sisa dari kalori protein dan kalori lemak yaitu 292,5 gr am yang dipergunakan sebagai sumber energi utama dalam tubuh dan sebagai simpanan energi dalam bentuk glikogen . 5. Bentuk makanan biasa dengan frekuensi pemberian 3x makanan utama 2x makanan selingan.e.6. Perhitungan kebutuhan 1) Berat Badan Ideal

BBI

= ( TB - 100) 10% x ( TB - 100) = ( 155 - 100) 0,1 x ( 155 - 100) = 55 5,5 = 49,5 kg

22

2) Kebutuhan Energi

BEE

= 655,1 + ( 9,46 X BBA) + ( 1,96 x TB) - ( 4,68 x U) = 655,1 + ( 9,46 x 45) + ( 1,96 x 155 ) (4,68 x 16 ) = 655,1 + 425,7 + 288,3 - 74,88 kal = 1369,1 74,88 kal = 1294,22 kal

TEE

= BEE x Faktor aktivitas x Faktor stress = 1294,22 kal x 1,3 x 1,3 = 2187,23 kal energi = 40 kal/ kg BB = 40 kal x45 kg = 1800 kal

Kebutuhan Protein = 1,0 gr/ Kg BB

= 1,0 x 45 = 45 grKebutuhan Lemak = 25% dari total kalori

= 0,25 x 1800 kal 9 kal/ gr = 450 kal 9 kal/ gr = 50 gramKebutuhan KH

= total energi {( kalori protein + kalori lemak)} 4 kal/ gr = 1800 [(4 x 45)+(9 x 50)] kkal 4 kkal/ gr = 1800 [(180)+(450)] kkal 4 kkal/ gr = 1800 630 kkal 4 kkal/ gr = 1160 kkal 4 kkal/ gr = 292,5 gr23

e.7. Rencana penyuluhan

-

Topik

: Diet Hati I

Tujuan :y Menginformasikan tujuan dari diit yang diberikan . y Memberikan informasi kepada pasien dan keluarga pasien

tentang makanan yang boleh dikonsumsi dan tidak boleh dikonsumsi. Materi :y y y y

Pengertian diit yang diberikan . Makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan . Jumlah bahan makanan yang dikonsumsi. Pembagian makanan sehari.

-

Metode : Diskusi dan Tanya jawab. Sasaran : Pasien dan Keluarga pasien. Waktu : ( 20 menit).

Tempat : Ruang Pandan Wangi. Media/sarana : Leaflet , Daftar Bahan Makanan Penukar dan food model.

-

Evaluasi

: menanyakan kembali materi yang telah dijelaskan

kepada keluarga pasien. e.8. Terapi medis

-

Infus D 5% 500 cc Infus PZ ( NaCl ) 500 cc Curcuma tablet 3x/ 1 tablet Syspenol 3x/ 1 tablet Injeksi Omeprazole 2x/ 1 Amp

24

e.9. Evaluasi

-

Antropometri status gizi Perkembangan fisik dan klinis Perkembangan laboratorium Perkembangan diet Asupan makanan Penyuluhan

25

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Penatalaksanaan asuhan gizi pada pasien Hepatitis B Akut dilakukan selama 4 hari mulai tanggal 7 Juni 2010 sampai dengan 10 Juni 2010 di Ruang Pandan Wangi. Hari pertama studi kasus digunakan untuk pengambilan data seperti skrining gizi, anamnese, recall 24 jam, assessment, planning gizi, perencanaan menu dan 3 hari berikutnya dilakukan untuk pelayanan gizi terhadap pasien seperti pengamatan asupan makan sehari pasien baik asupan yang berasal dari makanan Rumah Sakit maupun makanan yang berasal dari luar Rumah Sakit, penyuluhan kepada pasien dan keluarga pasien, monitoring dan evaluasi yang terdiri dari melihat perkembangan status gizi pasien, perkembangan fisik dan klinis pasien, perkembangan data laboratorium, perkembangan diet, dan evaluasi asupan makan .A. Status Gizi

Pengukuran antropometri pada awal studi kasus dilakukan untuk mengetahui status gizi pasien. Status gizi pasien ditentukan berdasarkan parameter Indeks Massa Tubuh (IMT) . Klasifikasi IMT dibagi menjadi 4, yaitu Status Gizi Kurang ( 25 ).

Sebelum menentukan status gizi pasien sebelumnya dilakukan pengukuran terlebih dahulu, dimana pengukuran yang dilakukan yaitu pengukuran berat badan menggunakan timbangan injak dan pengukuran tinggi badan dengan menggunakan midline. Berat badan pasie n pada awal pengamatan tanggal 7 Juni 2010 yaitu 45 kg dengan tinggi badan 1 55 cm. Pengukuran selanjutnya dilakukan di akhir pengamatan yaitu tanggal 10 Juni 2010, hasil pengukuran tidak terdapat perubahan pada berat badan

26

maupun tinggi badan dimana berat badan tetap 45 kg sementara itu pada tinggi badan tetap 155 cm.. Tabel 6. Perkembangan Status Gizi setelah 3 hari Tanggal Pengamatan 07 Juni 2010 10 Juni 2010 TB (cm) 155 155 BB (kg) 45 45 IMT 18,75 18,75 Status Gizi Gizi Normal Gizi Normal

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa s etelah dilakukan asuhan gizi selama 3 hari berturut-turut, tidak terjadi perubahan pada status gizi pasien. Status gizi berdasarkan Rumus IMT pada hari pertama pengukuran adalah Status Gizi Normal ( 18,7 5 ) dan pada Hari ke-3 Status Gizi pasien tidak berubah dimana Status Gizi tetap Normal ( 18,75 ) dengan demikian tidak terdapat perubahan/ peningkatan berat badan pasien . Hal ini disebabkan karena pada saat pelayanan gizi nafsu makan pasien tidak konsisten, selain itu masih terdapat keluhan seperti mual dan muntah yang sifatnya hilang timbul sehingga cukup mempengaruhi asupan makan pasien selama dirawat di Rumah Sakit yang tentu saja dapat berimplikasi langsung terhadap perubahan berat badan pasien dimana berat badan merupakan faktor penentu status gizi .B. Perkembangan Fisik dan Klinis

Pengamatan

terhadap

perkembangan

fisik

dan

klinis

pasien

dilakukan setiap hari dari tanggal 8 Juni 2010 sampai dengan tanggal 10 Juni 2010. Perkembangan data fisik dilakukan untuk mengetahui keadaan fisik pasien. Hasil pengamatan data fisik dap at dilihat pada tabel 7. berikut ini : Tabel 7. Perkembangan Fisik PasienKeadaan Fisik Bising Usus Edema Ikterus Ascites 8 Juni 2010 9 Juni 2010 10 Juni 2010

Normal -

Normal -

Normal -

27

Selama studi kasus selama 3 hari berturut-turut pada data pemeriksaan fisik pasien tidak mengalami mengalami perubahan. Sampai hari terakhir pengamatan tidak ada muncul tanda -tanda spesifik yang lazim muncul pada pasien Hepatitis B dimana terjadi jaundice dan ascites maupun edema. Hal ini disebabkan karena penyakit Hepatitis B yang diala mi pasien masih bersifat akut dan muncul secara tiba -tiba dan segera ditangani sehingga tidak sampai muncul tanda -tanda fisik seperti jaundice, ascites dan edema. Pengamatan data klinis dilakukan untuk mengetahui perkembangan tubuh pasien. Hasil pengamata n data klinis adalah sebagai berikut: Tabel 8. Perkembangan Klinis PasienJenis pemeriksaan Nilai normal 8-6-2010 Tanggal 9-6-2010 10-6-2010

Tensi

120/80 mmHg 110/60 mmHg

110/60 mmHg 84x/menit 36,6C 18x/menit

110/60 mmHg 84x/mnt 36,6C 18x/menit

Nadi Suhu RR

80-100x/mnt 36-370C 20-30x/mnt

78x/menit 36,6C 18x/menit

Berdasarkan tabel 8 diatas dapat diketahui bahwa keadaan klinis pasien (Tensi, Nadi, Suhu, RR) secara umum masih dalam batas normal. Hal ini disebabkan karena pasien dapat beristirahat total dan maksimal sehingga dapat mempengaruhi perubahan pemeriksaan. Dan juga bisa karena obat dan makanan yang dikonsumsi.C. Perkembangan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium digunakan untuk mengidentif ikasi apakah ada gangguan metabolism e dan penyerapan zat gizi dalam tubuh pasien karena penyakit yang dideritanya. Hasil laboratorium pasien adalah sebagai berikut :

28

Tabel 9. Perkembangan Laboratorium PasienNo Data lab Nilai normal+, jika indeks > 2,1 -, jika indeks < 1,2

Tanggal 7-6-2010 8-6-2010

1 2 3 4 5 6 7 8 9 .10

HBs Ag (EIA ) IgM Anti HBC BUN SGOT SGPT Bilirubin Direct Bilirubin indirect Bilirubin Total Leukosit Albumin

+ + ( 3,4 ) 620 U/L 1124 U/L -

-

0,5 1,2 mg/ dl 0 38 U/ L 0 41 U/ L 0,00 0,20 mg/ dl 0,3 1,0 mg/ dl 4,5 10,5x 10 3 U/ L 3,4 -5 g/ dl

Pemantauan hasil laboratorium dilakukan dengan cara melihat data hasil pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan awal Laboratorium dilakukan pada tanggal 6 Juni 2010, s elama pengumpulan data awal pemeriksaan ulang laboratorium pernah dilakukan pada tanggal 7 Juni 2010 hanya pada pemeriksaan SGOT dan SGPT saja. Berdasarkan Tabel 4 sebelumnya, diketahui bahwa nilai laboratorium SGOT dan SGPT masih tinggi dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kondisi hati pasien masih kurang baik. Berdasarkan pemeriksaan

Laboratorium tanggal 6 Juni 2010 dapat diketahui bahwa kadar WBC ( leukosit ), SGOT dan SGPT melebihi normal. Kadar WBC yang melebihi normal bisa disebabkan karena adanya infeksi di hati sehingga

menyebabkan kadar leukosit dalam tubuh meningkat sementara itu peningkatan enzim SGOT dan SGPT apabila terjadi inflamasi/ peradangan pada organ tubuh tertentu termasuk hati, disamping itu meningkatnya angka bilirubin direct, indirect dan bilirubin total mengindikasikan telah terjadi gangguan metabolisme pada organ hati pasien dimana meningkatnya angka bilirubin terkait dengan menurunnya kemampuan hati dala m mensintesis hemoglobin sehingga hemoglobin umurnya sangat pendek dan akhirnya efeknya yaitu meningkatnya kadar bilirubin di dalam darah melebihi angka normal..29

D. Perkembangan Diet

Perkembangan diet pada hari pertama penanganan sampai hari terakhir penanganan adalah sebagai berikut : Tabel 10 . Perkembangan dietPerkembangan diit Tanggal 8-6- 2010DIET HATI 1 NASI

9-6- 2010DIET HATI 1 NASI

10-6-2010DIET HATI 1 NASI

Diit Bentuk makanan

Evaluasi perkembangan diet pasien studi kasus dapat diamati selama 3 hari penanganan asuhan gizi kepada pasien. Ada atau tidaknya perubahan diet yang diberikan disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan pasien serta disesuaikan dengan kebutuhan zat-zat gizi pasien. Dalam studi kasus, tidak terdapat perubahan diit pa da pasien yaitu Diit Hati 1 Nasi dengan energi 1800 kkal, protein 45 gram, lemak 50 gram dan karbohidrat 292,5 gram. Ini disebabkan asupan makan pasien masih sedikit, jadi belum bisa menambahkan asupan makan pasien menjadi 21 00 kkal. Penambahan porsi asupan makan pasien harus dilakukan secara bertahap disesuaikan dengan kondisi pasien dan asupan makan pasien.E. Evaluasi asupan makan

Penyajian makanan dilakukan selama 3 hari yaitu pada tanggal 8 Juni sampai dengan 10 Juni 2010. Makanan yang disajikan kepada pasien adalah makanan rumah sakit, berdasarkan siklus 10 hari dan makanan yang disajikan disesuaikan dengan perhitungan kebutuhan zat gizi pasien. Rata-rata asupan zat gizi makanan pada hari pertama penanganan sampai hari terakhir penanganan adalah dapat dilihat pada Tabel 10 di bawah ini :

30

Tabel 11 . Asupan Makan PasienTanggal Pengamatan Energi (kkal) Protein (gram) Lemak (gram) Karbohidrat (gram)

07/4/10

Perencanaan Penyajian Asupan RS Asupan LRS

1800 1837,1 824,3 259,8 1084,1 60,2

45 46,81 23,82 5,02 28,84 64,08Protein (gram)

50 45,91 21,29 5,33 26,62 53,24Lemak (gram)

292,5 288,1 106,97 61,01 167,96 57,52Karbohidrat (gram)

Total asupan % AsupanTanggal Pengamatan

Energi (kkal)

08/4/10

Perencanaan Penyajian Asupan RS Asupan LRS

1800 1903,7 847,62 491,2 1438,5 79,99

45 48,57 22,58 32,06 54,64 121,42Protein (gram)

50 47,98 21,01 27,44 51,49 102,98Lemak (gram)

292,5 264,51 128,13 18,44 136,6 46,70Karbohidrat (gram)

Total Asupan % AsupanTanggal Pengamatan

Energi (kkal)

09/4/10

perencanaan Penyajian Asupan RS Asupan LRS

1800 1788,5 1222,8 367,8 1526,8 84,82 75,01

45 46,52 25,81 19,98 45,31 100,6 95,36

50 46,16 36,81 17,92 54,73 109.46 88,56

292,5 284,7 146,14 51,01 197,15 67,4 57,21

Total Asupan % Asupan Rata-rata % asupan

Berdasarkan Tabel diatas dapat diketahui bahwa a supan makanan pasien untuk Energi, dan karbohidrat rata -rata masih dibawah 90% yaitu rata-rata energi 75,01%, rata-rata lemak 88,56% dan rata-rata karbohidrat yaitu hanya 59,07% ini dapat terjadi dikarenakan pasien tidak nafsu makan dan badan masih terasa lemas . Pasien juga belum dapat makan s endiri sehingga dibantu oleh nenek nya untuk membantu menyuapi pasien. Untuk31

asupan protein masih dalam batas normal yaitu 9 5,36%. Ini disebabkan asupan makan pasien banyak terdapat bahan makanan yang mengandung sumber protein. Asupan makan pasien masih kurang dari kebutuhan terutama zat gizi makro seperti energi, lemak, dan karbohidrat. Untuk mengetahui perkembangan asupan makan pasien selama 3 hari dibuat grafik asupan zat gizi seperti energi, protein, lemak dan karbohidrat. Grafik asupan zat gizi makanan dari hari pertama penanganan sampai hari terakhir penanganan adalah sebagai berikut : 1. Energi Evaluasi zat gizi digunakan untuk mengetahui asupan zat gizi pasien selama pengamatan. Hasil tersebut didapat dari pengamatan asupan makan pasien selama 3 hari di rumah sakit Dr. soetomo. Dari pengamatan yang telah dilakukan diperoleh hasil asupan energi yang telah dimasukan kedalam grafik. Grafik asupan energi dapat dilihat sebagai berikut: Grafik 1. Asupan Energi selama Asuhan Gizi2000 1800 1600 1400 1200 1000800

1800

1800 1438.4

18001526.8

1084.1

kebutuhan asupan

600400

2000

hari 1

hari 2

hari 3

Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa asupan makan pasien tanggal 8-10 April 2010 belum sesuai dengan kebutuhan. Secara umum dapat diketahui bahwa tingkat asupan energi pasien selama 3 hari telah mengalami progresivitas dari hari ke hari, hal ini dapat dilihat dari terus bertambahnya asupan pasien dari hari ke -1 sampai hari ke-3. Hal ini dikarenakan karena kondisi pasien semakin h ari juga berangsur semakin32

baik, hanya pada hari ke-1 kondisi badan pasien masih lemas dan nafsu makan agak kurang sehingga asupan hari ke-1 paling rendah jika dibandingkan dengan yang lain, tidak dapat dipungkiri bahwa adanya dorongan nilai kalori makanan dari luar Rumah Sakit juga ikut berperan dalam mendongkrak nilai kalori asupan makan pada hari ke -2 dan hari ke-3. Secara umum rata-rata asupan energi pasien selama 3 hari asuhan gizi adalah 1349, 76 kal dan masih berada di bawa h kebutuhan yang seharusnya yaitu 1800 kal. 2. Protein Protein mempunyai fungsi khas yang tidak dapat digantikan oleh zat gizi lain, yaitu membangun serta memelihara sel -sel dan jaringan tubuh. Dari pengamatan yang telah dilakukan diperoleh hasil asupan protein yang telah dimasukan kedalam grafik. Grafik asupan protein dapat dilihat sebagai berikut: Grafik 2. Asupan Protein selama Asuhan Gizi60.0054.64 50.00

4540.00

45

45.31 45

20.00 10.000.00

ari 1

ari 2

ari 3

Dari grafik 2 diatas dapat diketahui bahwa kebutuhan protein sebesar 45 gram namun asupan makan pasien pada hari ke-1 sampai ke-3 sifatnya tidak konsisten/ fluktuatif, pada hari ke-1 asupan protein masih dibawah kebutuhan yaitu hanya 28,84 gram hal ini dikarenakan kondisi badan pasien yang masih lemas dan nafsu makannya juga agak33

as

a

30.00

28.84

ke

t

a

berkurang sehingga mempengaruhi asupan proteinnya. Pada hari kedua asupan protein pasien melonjak drastis hingga melebihi kebutuhan dengan besar asupan mencapai 54,64 gram, sementara itu pada hari ke3 asupan protein sedikit menurun dengan besar asupan yaitu 45,31 gram, tingginya supan protein pada hari ke -2 dan ke-3 disebabkan karena pasien selalu mengkonsumsi lauk hewani dan lauk nabati yang disajikan dari Rumah Sakit sementara itu juga pasien ada

mengkonsumsi makanan dari luar Rumah Sakit dimana jenis makanan tersebut adalah sate dengan bahan dasar daging sapi yang merupakan sumber protein tinggi. Secara umum rata-rata asupan protein pasien selama 3 hari asuhan gizi adalah 42,93 gram dimana angka ini masih sedikit berada di bawah kebutuhan yang seharusnya yaitu 45 gram.

3. Lemak Evaluasi lemak digunakan untuk mengetahui asupan zat gizi lemak pasien selama pengamatan. Dari pengamatan yang telah dilakukan diperoleh hasil asupan lemak yang telah dimasukan kedalam grafik. Grafik asupan lemak dapat dilihat sebagai berikut: Grafik 3. Asupan Lemak selama Asuhan Gizi60 50 40 50 51.49 50

54.73 50

26.62 as

20 10 0hari 1 hari 2 hari 3

34

a

30

ke

t ha

Berdasarkan Grafik 3 diatas dapat diketahui bahwa asupan lemak selama 3 hari pengamatan tidak konsisten, walaupun sempat mengalami peningkatan yang cukup drastis yaitu pada hari ke -1 dimana asupan lemak masih sangat rendah dibawah kebutuhan yang seharusnya yaitu 26,62 gram sementara itu pada hari ke -2 jumlah asupan melonjak hingga mencapai 51,49 gram bahkan sampai melebihi kebutuhan, diikuti pada hari ke-3 asupan meningkat lagi mencapai 54,73 gram, meningkatnya asupan lemak hingga sampai melebihi kebutuhan ini dipengaruhi karena adanya sumbangan lemak dari makanan Luar Rumah Sakit, dimana pada hari ketiga jumlah asupan lemak sehari hampir 50%-nya berasal dari makanan luar Rumah Sakit, bahkan pada hari ke -2, sebagian besar asupan lemak pasien berasal dari makanan luar rumah sakit, hal ini sangat jelas menggambarkan ketidak patuhan pasien terhadap diet yang diberikan dan kurangnya motivasi untuk menjalani diet/ belum siap untuk melakukan perubahan diet makanan. Secara umum rata-rata asupan lemak pasien selama 3 hari asuhan gizi adalah 44,28 gram dan masih berada di bawah kebutuhan yang seharusnya yaitu 50 gram.

4. Karbohidrat Evaluasi karbohidrat digunakan untuk mengetahui asupan zat gizi karbohidrat pasien selama pengamatan. Dari pengamatan yang telah dilakukan diperoleh hasil asupan karbohidrat yang telah dimasukan kedalam grafik. Grafik asupan karbohidrat dapat dilihat sebagai berikut:

35

Grafik 4. Asupan karbohidrat selama Asuhan Gizi350 300 250200 150 197.15

292.5

292.5

292.5

167.96136.6

kebutuhan

asupan

100 50 0hari 1 hari 2 hari 3

Berdasarkan grafik 4 diatas dapat diketahui bahwa selama 3 hari Asuhan Gizi, asupan karbohidrat pasien secara umum masih di bawah kebutuhan yang seharusnya, dimana kebutuhan karbohidrat pasien adalah 292,5 gram, sementara itu jumlah asupan karbohidrat bert urutturut dari hari-1 sampai hari ke-3 adalah sebesar 167,96 gram, 136,6 gram dan 197,15 gram, hal ini terjadi karena selama dirawat pasien jarang sekali menghabiskan nasi dan lauk nabati yang diberikan padahal kedua bahan makanan tersebut m erupakan sumber bahan makanan yang banyak mengandung karbohidrat. Walaupun telah ada makanan dari luar Rumah Sakit namun belum juga dapat mencapai kebutuhan yang seharusnya. Secara umum rata-rata asupan karbohidrat pasien selama 3 hari asuhan gizi adalah 165,57 gram dan masih berada di bawah kebutuhan yang seharusnya yaitu 292,5 gram.

F. Penyuluhan

Penyuluhan dilakukan pada hari Kamis pukul 12.30 WIB ( 15 menit), dengan materi Diet Hati 1 dengan media yang digunakan adalah leaflet, bahan makanan penukar, dan food model. Metode yang digunakan adalah diskusi dan tanya jawab. Materi yang diberikan yaitu pengertian diit yang

36

diberikan, makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan, jumlah bahan makanan yang dikonsumsi, dan pembagian makanan sehari. Pada saat penyuluhan sedang berlangsung keluarga pasien sangat antusias untuk mendengarkan penyuluhan yang saya sampaikan. Setelah selesai penyuluhan dilakukan evaluasi yaitu menanyakan k embali materi yang telah dijelaskan kepada keluarga pasien, ini bertujuan untuk mengetahui apakah keluarga pasien sudah mengerti atau belum tentang penjelasan tadi. Setelah itu keluarga pasien mengajukan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan makanan ap a yang boleh atau tidak boleh bagi pasien dengan dengan Hepatitis B Akut.

37

BAB VI RINGKASAN PELAYANAN GIZI

Tabel 12. Ringkasan Pelayanan Gizi No Masalah 1. Hepatitis B Etiologi Virus Hepatitis B. Indikasi - tes serologi Hasil HBS Ag + dan IgM Anti HBC + -hasil lab. SGOT (906 U/L), SGPT(1348 U/L), bilirubin direct(0,83 mg/dl), bilirubin indirect (0,66 mg/dl), bilirubin total(1,49 mg/dl) Terapi -Syspenol 3x/ 1 tablet - inj. Omeprazole 2x/ 1 Amp - Curcuma tablet 3x/ 1 tablet Evaluasi -

- Diet Hati 1 1800 kalori

-Rata-rata asupan E= 1349,76 kalori ( 74,98% ) P= 42,93 gr ( 95,4% ) L= 44,28 gr (112,91%) KH= 165,57 gr ( 56,60% )

38

2.

% Asupan zat Gizi ( energi, protein, lemak dan KH ) recall 24 jam kurang dari kebutuhan

berkurangnya nafsu makan dan masih ada keluhan mual muntah

% asupan zat -Diet Hati 1 gizi energi 1800 kalori (59,7%), protein (80,1%), lemak (78,96%) dan KH (48,4%).

-Motivasi dan konsultasi Gizi

-Rata-rata asupan E= 1349,76 kalori ( 74,98% ) P= 42,93 gr ( 95,4% ) L= 44,28 gr (112,91%) KH= 165,57 gr ( 56,60% ) -Pasien dapat memahami materi konsultasi yang diberikan.

3,

Peningkatan Hasil Lab. Faal Hati (SGOT, SGPT, dan Bilirubin )

Gangguan/ inflamasi pada organ hepar. Hati

SGOT (938 U/L), SGPT ( 1348 U/L), bilirubin direct (0,83 mg/dl), bilirubin indirect( 0,66 g/dl), bilirubin total (1,49 mg/dl), HBS Ag +, IgM Anti HBC +

Syspenol 3x/ 1 tablet - inj. Omeprazole 2x/ 1 Amp - Curcuma tablet 3x/ 1 tablet

- Diet Hati 1 1800 kalori

-Rata-rata asupan E= 1349,76 kalori ( 74,98% ) P= 42,93 gr ( 95,4% ) L= 44,28 gr (112,91%) KH= 165,57 gr ( 56,60% )

39

- Motivasi dan konsultasi Gizi . 4. Kurangnya informasi terkait dengan makanan bergizi -Kebiasaan makan sehari-hari yang salah -suka makan/ jajan di luar rumah -suka makanan yang digoreng -goreng dan bersantan. - Motivasi dan konsultasi Gizi tentang Dier Hati I

-Pasien dapat memahami materi konsultasi yang diberikan - Pasien dapat memahami materi konsultasi yang diberikan.

40

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1) Pasien menderita penyakit Hepatitis B Akut 2) Status gizi pasien berdasarkan pengukuran antropometri adalah Status Gizi Normal. 3) Anamnesa zat gizi pasien sebelum masuk rumah sakit cukup, yaitu : Energi Protein Lemak Karbohidrat = 215,7 kalori = 68,92 gram = 82,66 gram = 263,9 gram

4) Kebutuhan gizi yang diberikan adalah 1 800 kalori, P = 45 gram, L = 50 gram, KH = 292,5 gram. 5) Diet yang diberikan sela ma Asuhan Gizi yaitu Diet Nasi Hati 1 1800 kal 6) Rata-rata asupan selama asuhan gizi adalah E = 1349,76 kalori ( 74,98% ), P = 42,93 gram ( 95,4% ), L = 44,28 gram ( 112,91% ) dan KH = 165,57 gram ( 56,60% ). 7) Selama Asuhan Gizi tidak terdapat perkembangan antropometri pasien dimana berat badan awal dan akhir tetap yaitu 45 kg, sedangkan tinggi badan tetap 155 cm. 8) Untuk pemeriksaan hasil laboratorium, pada saat Asuhan Gizi terdapat pemeriksaan SGOT dan SGPT pada tanggal 7 Juni 2010 dimana hasilnya nilai SGOT dan SGPT diatas normal yang menandakan adanya gangguan pada organ hepar/ hati.

B. Saran

Diharapkan kepada pasien dan keluarga untuk mematuhi diet yang telah diberikan dari Rumah Sakit demi mempercepat proses penyembuhan dan meningkatkan status gizi pasien.41

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita. 2007. Penuntun Diet. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama Anonim. 2009. Penyakit Hepatitis B. Diunduh dari

http://www.infopenyakit.com/2007/12/penyakit -hepatitis.html. Anonim. 2007. Pengertian Diet Hepatitis. Diunduh pada tanggal 20 Juni 2010 dari http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/05/pengertian -diet-hepatitis/ Hermansyah, Hari. 2009. Saran Saran Diet Hepatitis. Majalah GERAI EdisiSeptember 2009 (Vol.6 No.2).

Nutrition Diagnosis. 2006. Program Studi Ilmu Gizi Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang. Saputra, Heri. 2010. Asuhan Keperawatan Hepatitis B. Diunduh pa da tanggal 20 Juni 2010 dari http://hesa-andessa.blogspot.com/2010/04/askep -hepatitisb.html Zubair, Syidat. 2010. Hepatitis B (Penyakit Radang Hati tipe B). diunduh pada tanggal 20 Juni 2010 dari penyakit-radang-hati-tipe-b.html. http://medicblueprint..com/2010/05/hepatitis -b-

42