STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA An. I
DENGAN POST OPERASI APPENDECTOMY
DI RUANG KANTIL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
KARANGANYAR
DISUSUN OLEH :
ANDRIAS WIBOWO
NIM. P.09065
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2012
�
i�
�
STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA An. I
DENGAN POST OPERASI APPENDECTOMY
DI RUANG KANTIL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
KARANGANYAR
Karya Tulis Ilmiah
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan
DISUSUN OLEH :
ANDRIAS WIBOWO
NIM. P.09065
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATANSEKOLAH TINGGI
KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2012
�
�
�
��
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertandatangan di bawah ini :
Nama
Nim
Program Studi
Judul Karya Tulis Ilmiah
:
:
:
:
ANDRIAS WIBOWO
P.09065
DIII Keperawatan
ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT
PADA An. I DENGAN POST OPERASI
APPENDECTOMY DI RUANG KANTHIL
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
KARANGANYAR
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini
benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan
atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah
hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai
dengan ketentuan akademik yang berlaku.
Surakarta, ...April 2012
Andrias Wibowo
NIM P.09065
�
�
�
���
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh :
Nama : ANDRIAS WIBOWO
NIM : P.09065
Program Studi : DIII Keperawatan
Judul : ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA An.
I DENGAN POST OPERASI APPENDECTOMY DI
RUANG KANTHIL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
KARANGANYAR
Telah disetujui untuk diajukan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah
Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Ditetapkan di : Surakarta
Hari/Tanggal : Sabtu, 28 April 2012
Pembimbing : Joko Kismanto, S.Kep., Ns (...................................)
NIK. 200670020
�
�
�
���
LEMBAR PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh :
Nama : ANDRIAS WIBOWO
NIM : P.09065
Program Studi : DIII Keperawatan
Judul : ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA An.
I DENGAN POST OPERASI APPENDECTOMY DI
RUANG KANTHIL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
KARANGANYAR
Telah diujikan dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah
Prodi DIII Keperewatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Ditetapkan di : Surakarta
Hari/Tanggal :Sabtu, 12 Mei 2012
DEWAN PENGUJI
Penguji 1 : Joko Kismanto, S.Kep., Ns ( )
NIK. 200670020
Penguji II : Amalia Senja, S.Kep., Ns ( )
NIK. 201189090
Penguji III :Fakhrudin Nasrul S., S.Kep., Ns ( )
NIK. 201187065
Mengetahui,
Ketua Program Studi DIII Keperawatan
STikes Kusuma Husada Surakarta
Setiyawan, S.Kep., Ns
NIK. 201084050
�
�
�
��
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha
Kuasa yang telah melimpahkan rahmat serta hidayat-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan studi kasus dengan judul “ ASUHAN KEPERAWATAN
NYERI AKUT PADA An. I DENGAN POST OPERASI APPENDECTOMY DI
RUANG KANTHIL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARANGANYAR.“
Penyusunan studi kasus ini merupakan tugas akhir sebagai syarat dalam
menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Keperawatan di STIKes Kusuma
Husada Surakarta.
Selama menyusun studi kasus ini, penulis banyak menemui kesulitan dan
hambatan, namun berkat bantuan, bimbingan dan kerjasama dari berbagai pihak,
akhirnya semua bisa berjalan lancar dan laporan studi ini dapat terselesaikan
sesuai dengan waktunya. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada yang terhormat :
1. Setiyawan, S.Kep., Ns selaku Ketua Progran Studi DIII Keperawatan Kusuma
Husada yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di
STIKes Kusuma Husada Surakarta.
2. Erlina Windyastuti, S.Kep., Ns selaku Sekretaris Ketua Program Studi DIII
Keperawatan yang telah memberikan kesempatan menimba ilmu di STIKes
Kusuma Husada Surakarta.
�
�
�
���
3. Joko Kismanto, S.Kep.,Ns selaku dosen pembimbing sekaligus sebagai
penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-
masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi
demi kesempurnaanya studi kasus ini.
4. Semua dosen Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada
Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya
serta ilmu yang bermanfaat.
5. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan semangat
untuk menyelesaikan pendidikan.
6. Teman-teman Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma
Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak disebutkan satu-persatu, yang
telah memberikan dukungan moril dan spiritual.
Dalam laporan ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan studi kasus
ini masih banyak kekurangan dan kelemahannya. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang bersifat membangun penulis harapkan untuk memperbaiki laporan studi
kasus ini. Harapan dari penulis adalah laporan studi kasus ini dapat memberikan
manfaat bagi penulis dan pembaca semuanya.
Surakarta, April 2012
Penulis
�
�
�
����
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL …………………………………………………
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ………………….
LEMBAR PERSETUJUAN ……………………………………….
LEMBAR PENGESAHAN ……………………………………….
KATA PENGANTAR ………………………………………………..
DAFTAR ISI …………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………….
A. Latar Belakang Masalah ….………………………….
B. Tujuan Penulisan ………..…………………………...
C. Manfaat Penulisan …………………………………...
BAB II LAPORAN KHUSUS …………………………………..
A. Identitas Klien ……………………………………….
B. Pengkajian …………………………………………...
C. Daftar Perumusan Masalah ………………………….
D. Rencana Keperawatan ……………………………….
E. Implementasi Keperawatan ………………………….
F. Evaluasi Keperawatan ………………………………
BAB III PEMBAHASAN DAN SIMPULAN ……………………
A. Pembahasan ………………………………………….
1. Pengkajian ……………………………………….
i
ii
iii
iv
v
vii
1
1
4
5
6
6
7
10
11
11
14
15
15
15
�
�
�
����
2. Diagnosa Keperawatan …………………………..
3. Intervensi ………………………………………...
4. Implementasi …………………………………….
5. Evaluasi ………………………………………….
B. Simpulan ……………………………………………..
C. Saran …………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
18
19
20
21
22
23
�
�
�
��
�
�
�
�
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : ANDRIAS WIBOWO
Tempat, tanggal Lahir : Klaten, 11 April 1991
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat Rumah : Jebugan, Kujon, Ceper, Klaten
Riwayat Pendidikan : - SD Negeri 1 Kujon Lulus 2003
- SMP Negeri 2 Ceper Klaten Lulus 2006
- SMA Negeri 1 Ceper Klaten Lulus 2009
Riwayat Pekerjaan : -
Riwayat Organisasi : -
Publikasi : -
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Secara umum di Indonesia apendiksitis masih merupakan penyokong
terbesar untuk pasien operasi setiap tahunnya (Depkes RI, 2007). Berdasarkan
hasil survey data di Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang
khususnya di ruang Anggrek yang dilakukan pada bulan Mei 2011 diketahui
terdapat 10 (27,7%) klien apendisitis dari 36 tempat tidur yang ada diruangan.
Dari data tersebut di ketahui bahwa 5 (13,8%) klien di lakukan pembedahan
apendiktomi, 4 (11,1%) klien di lakukan pembedahan laparatomy, dan 1
(2,8%) klien tidak di lakukan pembedahan. Sedangkan yang terjadi komplikasi
perforasi dalam 1 bulan ada 1(2,8%) klien.
Apendisitis merupakan inflamasi apendiks, suatu bagian seperti
kantung yang non fungsional dan terletak di bagian inferior sekum
(Ester,2002). Apendisitis dapat terjadi pada setiap usia, namun yang paling
sering terjadi pada usia dewasa dan remaja muda. Angka mortalitas penyakit
ini tinggi sebelum era antibiotik (Price & Wilson, 2006). Laki-laki lebih sering
terkena apendisitis dari pada wanita dan remaja, lebih sering pada orang
dewasa. Meskipun apendisitis dapat terjadi pada semua usia, apendisitis
paling sering terjadi pada usia 10 – 30 tahun (Smeltzer & Bare, 2002).
Inflamasi akut pada kuadran bawah kanan abdomen adalah penyebab
paling umum untuk bedah darurat. Kira-kira 7% dari populasi akan mengalami
1
2
apendisitis pada waktu yang bersamaan dalam hidup mereka (Smeltzer
&Bare, 2002).
Komplikasi utama apendisitis adalah perforasi apendiks yang dapat
berkembang menjadi abses, peritonitis bahkan shock dan perforasi. Insiden
perforasi adalah 10% - 32%. Insiden lebih tinggi pada anak kecil dan lansia.
Perforasi terjadi secara umum 24 jam pertama setelah awitan nyeri. Angka
kematian yang timbul akibat terjadinya perforasi adalah 10% - 15% dari kasus
yang ada, sedangkan angka kematian klien apendisitis akut adalah 0,2% -0,8%
yang berhubungan dengan komplikasi penyakitnya dari pada akibat intervensi
tindakan (Akhyar Yayan, 2008).
Pengobatan apendisitis dapat melalui dua cara yaitu operasi dan non
operasi. Pada kasus ringan apendisitis bisa sembuh hanya dengan pengobatan
tetapi untuk apendisitis yang sudah luas infeksinya maka harus segera
dilakukakan operasi apendiktomi. Apendiktomi adalah pembedahan untuk
mengangkat apendiks yang meradang (Smeltzer & Bare, 2002).
Pembedahan segera di lakukan untuk mencegah rupture, terbentuknya
abses atau peradangan pada selaput rongga perut (peritonitis) (smeltzer
&Bare, 2002). Hasil akhir operasi pun berbeda tergantung dari tingkatan
keparahan, komplikasi setelah operasi antara lain perdarahan, perlengketan
organ dalam, atau infeksi pada daerah operasi. Masalah yang muncul pada
klien post apendiktomi cukup komplek, seperti masalah nyeri, intoleransi
aktivitas dan infeksi. Masalah ini jika tidak segera ditangani akan mengganggu
kondisi tubuh klien, sehingga peran perawat sangat di butuhkan dalam
3
pemberi asuhan keperawatan yang dapat di lakukan dengan memperhatikan
kebutuhan dasar klien melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan
menggunakan proses keperawatan (Alimul Azis, 2004).
Nyeri adalah alasan utama seseorang untuk mencari bantuan perawatan
kesehatan. Nyeri terjadi bersama banyak proses penyakit atau bersama banyak
proses penyakit atau bersamaan dengan beberapa pemeriksaan diagnostik atau
pengobatan. Nyeri sangat mengganggu dan menyulitkan lebih banyak orang
dibanding suatu penyakit manapun. Manajemen nyeri merupakan suatu proses
atau tindakan keperawatan yang dilakukan baik secara kolaboratif ataupun
secara individu pada pasien pasca pembedahan guna mengontrol atau
mengurangi nyeri serta mengendalikan rasa nyeri yang di rasa oleh pasien.
Manajemen nyeri penting dilakukan dan paling tidak harus mendapat
perhatian dari petugas perawat atau petugas kesehatan lainnya untuk
mengurangi keluhan nyeri pada pasien. Pengendalian nyeri pada pasien pasca
pembedahan dapat mengurangi keluhan serta resiko lain akibat dari nyeri.
Manajemen secara individu dapat dilakukan dengan cara mengajarkan teknik
distraksi dan relaksasi berupa nafas dalam dan teknik pengalihan perhatian
guna mengurangi resiko nyeri pada pasien. (Alimul, A. 2006 ).
Faktor penyebab nyeri biasanya muncul karena luka post operasi yang
masih basah atau matur dan belum lepas dari 2 x 24 jam sebagai ukuran
pantauan untuk mengkaji status nyeri. Nyeri juga ditimbulkan karena gerak
atau mobilisasi dini pada pasien post operasi. Untuk mencegah atau
mengontrol nyeri perlu perhatian atau monitoring dan evaluasi serta kaji status
4
nyeri pasien. Pada dasarnya pelayanan kesehatan dari suatu tim terpadu yang
terdiri dari dokter, perawat, fisioterapis, ataupun tenaga kesehatan lainnya
diperlukan agar terapi yang dilakukan pada pasien berjalan dan dilakukan
optimal oleh penderita atau pasien itu sendiri. Manajemen nyeri bertujuan
untuk membantu pasien dalam mengontrol nyeri ataupun memanajemen nyeri
secara optimal, mengurangi resiko lanjut dari efek samping nyeri tersebut,
yang pada akhirnya pasien mampu mengontrol ataupun nyeri yang dirasa
tersebut hilang. (Alimul, A. 2006 ).
Berdasarkan data diatas, penulis tertarik untuk mengangkat masalah ini
dalam membuat karya tulis ilmiah dengan judul asuhan keperawatan nyeri
akut pada An. I dengan post apendiks di ruang kanthil RSUD karanganyar.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melaporkan kasus nyeri akut pada An. I dengan post operasi
appendictomy di RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Karanganyar.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
mampu:
a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada An. I dengan post operasi
appendictomy.
b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada An. I dengan
post operasi appendectomy.
c. Penulis mampu menyusun rencana asuhan kepeawatan pada An. I
dengan post operasi appendictomy.
5
d. Penulis mampu melakukan implementasi pada An. I dengan post
operasi appendictomy.
e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada pasien dengan An. I post
operasi appendictomy.
f. Penulis mampu menganalisa kondisi nyeri akut yang terjadi pada An.
I dengan post operasi appendictomy.
C. Manfaat penelitian
Hasil penulisan ini dapat dijadikan sebagai data dasar di keperawatan dan
menjadi informasi tambahan pada pembuatan intervensi keperawatan dalam
memberikan asuhan keperawatan khususnya pada penatalaksanaan nyeri akut
dengan post-operasi appendectomy.
1. Bagi Rumah Sakit
Untuk menambah referensi mengenai nyeri akut dengan post operasi
appendectomy.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penulisan ini dapat sebagai masukan dalam pengembangan
ilmu keperawatan dimasa yang akan datang pada kasus nyeri dengan post
operasi appendectomy.
3. Bagi penulis
Penulis dapat mengembangkan dan mengaplikasikan ilmu
keperawatan ke dalam praktik keperawatan dengan memberikan asuhan
keperawatan kepada pasien dengan kasus nyeri akut dengan post operasi
appendectomy.
��
�
BAB II
LAPORAN KASUS
Bab ini berisi tentang asuhan keperawatan nyeri akut pada An. I dengan
post appendectomy di ruang Kanthil RSUD Karanganyar. Asuhan keperawatan
tersebut terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan,
implementasi dan evaluasi keperawatan. Data yang penulis dapatkan pada kasus
ini berasal dari pasien, keluarga pasien, catatan keperawatan pasien, dan tim
kesehatan lain.
A. Identitas Klien
Pengkajian di lakukan hari kamis tanggal 5 april 2012 pukul 08.30
WIB, dengan metode alloanamnesa dan autoanamnesa. Data yang di peroleh
dari pengkajian ini adalah nama pasien An. I, umur 8 tahun, jenis kelamin laki-
laki, agama islam, suku bangsa jawa, pendidikan SD, alamat: Bajang Wetan
02/06, Petung, Jatioso, pasien masuk Rumah sakit pada tanggal 4 april 2012,
No. Rekam Medik 801965 dengan diagnosa medis appendiksitis. Penanggung
jawab terhadap pasien: nama ny. A, jenis kelamin perempuan, pendidikan
SMA, alamat: Bajang Wetan 02/06, Petung, Jatioso, hubungan pasien ibu
kandung.
��
��
�
B. Pengkajian
Keluhan utama: setelah operasi pasien mengatakan nyeri pada perut
bagian kanan bawah, nyeri terasa senut-senut dengan skala 5 pada saat di
gerakkan.
Riwayat penyakit sekarang bahwa kurang lebih 2 minggu sebelum
masuk RS pasien mengeluh nyeri pada bagian perut bawah kanan, nyeri terasa
senut-senut, pasien meringis kesakitan, oleh keluarga pasien di bawa untuk di
periksakan ke puskesmas terdekat, dari puskesmas di rujuk ke RSUD
Karanganyar, kemudian pada tanggal 4 april 2012 pasien masuk IGD
Karanganyar, oleh dokter disarankan untuk mondok, setelah di lakukan
pemeriksaan oleh dokter pada tanggal 5 april 2012 di lakukan operasi
appendectomy pada jam 08.30 WIB.
Riwayat kesehatan dahulu bahwa pasien belum pernah mondok di
Rumah Sakit. Riwayat kesehatan keluarga mengatakan di dalam anggota
keluarga tidak ada yang menderita penyakit keturunan seperti Appendiksitis,
Diabetus Melitus, hipertensi, TBC.
Pada pengkajian fungsional didapatkan pola persepsi dan pemeliharaan
kesehatan sebelum sakit: keluarga pasien mengatakan kesehatan itu mahal
biayanya dan harus dipelihara dengan baik, selama sakit: pasien mengatakan
kondisi sakit adalah suatu yang tidak menyenangkan dan pasien berharap untuk
cepat sembuh. Pola nutrisi dan metabolisme sebelum sakit: pasien mengatakan
makan 3 kali sehari, habis 1 porsi dengan menu nasi, lauk dan sayur-sayuran,
minum air putih 4-5 gelas per hari, selama sakit: pasien mengatakan selama
��
�
dirawat di rumah sakit makan 3 kali sehari dengan menu, bubur dan sup,
minum air putih 3-4 gelas per hari. Pola eliminasi sebelum sakit: pasien
mengatakan buang air besar 1-2 kali per hari dengan konsistensi lunak, warna
kuning, bau khas, buang air kecil 3-5 kali per hari warna kuning jernih, bau
khas, selama sakit: pasien mengatakan buang air besar 1-2 kali per hari dengan
konsistensi lembek, warna kuning, bau khas, buang air kecil 3-5 kali per hari
warna kuning jernih, bau khas. Pola aktivitas dan latihan sebelum sakit: pasien
mengatakan dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan mandiri (0), selama
sakit: pasien mengatakan tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara
mandiri makan, minum, buang air kecil, buang air besar dibantu oleh keluarga
(2).
Pola istirahat tidur sebelum sakit: pasien mengatakan tidur malam
kurang lebih 8 jam (21.00-05.00) kadang-kadang tidur siang kurang lebih 2
jam, selama sakit: pasien mengatakan tidur malam kurang lebih 6 jam (22.00-
04.00) dan tidur siang 1 jam dan sering terbangun karena nyeri, skala nyeri 5.
Pola kognitif perceptual sebelum dan selama sakit: pasien mengatakan dapat
berkomunikasi dengan baik dan pasien tidak mempunyai gangguan
pendengaran dan pengecapan. Pola persepsi konsep diri, identitas diri: pasien
mengatakan dirinya seorang laki-laki yang masih bersekolah, gambaran diri:
pasien mengatakan dirinya tetap baik walaupun di saat ini terbaring lemah di
rumah sakit dan di tempat tidur, pasien yakin pasti sembuh, ideal diri: pasien
mengatakan berharap lekas sembuh, harga diri: pasien mengatakan tidak mau
dengan penyakit atau keadaannya sekarang, peran diri: pasien mengatakan
��
�
sebagai seorang pelajar pasien tidak bias bermain dengan temannya, pola
hubungan peran sebelum sakit: pasien mengatakan hubungan dengan keluarga,
saudara dan tetangga serta masyarakat sekitar baik, selama sakit: pasien
mengatakan hubungan dengan keluarga baik dan saudaranya banyak yang
menjenguk, pola seksual reproduksi: tidak mengalami gangguan pada alat
genetalianya, pola mekanisme koping sebelum sakit: pasien mengatakan dalam
menghadapi masalah selalu bercerita dengan keluarganya, selama sakit: pasien
mengatakan pasien tetap bercerita dengan keluarganya ketika menghadapi
masalah, pola nilai dan keyakinan: pasien adalah seorang yang beragama islam
dan taat menjalankan ibadah sholat 5 waktu.
Pada pemeriksaan keadaan umum didapatkan kesadaran composmentis,
keadaan umum sedang, tekanan darah 100/80 mmHg, nadi 90 kali per menit,
pernafasan 18 kali per menit, suhu 36,5°C. Pada pemeriksaan fisik kepala:
rambut hitam, kulit kepala bersih, tidak ada nyeri tekan, mata: bola mata
simetris antara kanan dan kiri, konjungtiva tidak anemis, sklera ikterik, hidung:
simetris, tidak ada secret, penciuman masih bagus, mulut: mukosa bibir kering,
gigi bersih, tidak ada stomatitis, telinga: simetris, serumen cukup, pendengaran
masih bagus, leher: tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada kaku kuduk.
Pada paru: pengembangan dada kanan sama dengan kiri, datar, tidak ada
kelainan bentuk dada, pada jantung: ictus cordis tidak tampak, ictus cordis
teraba di SIC V, jantung tidak melebar, bunyi jantung I-II terdengar, pada
abdomen: datar, terdapat luka pada perut, panjang kurang lebih 6 cm, bising
usus 10 kali per menit, terdapat nyeri tekan disebelah kanan bawah, suara
tympani. Ekstermitas tangan kanan dapat di gerakkan dengan bebas, tangan
���
�
kiri terpasang infus RL 16 tetes per menit, dan untuk kedua kaki kanan dan kiri
dapat di gerakkan bebas, tidak ada oedema, genetalia normal. Data penunjang
pada tanggal 5 April 2012 adalah WBC 25,4H 103/Ul, RBC 4,44 10
6/Ul, HGB
12,5 g/dl, HCT 36,9 %, MCV 83,1 Fl, MCH 28,2 Pg, McHc 33,9 g/dl, RDW
13,8 %, MPV 4,8L fl dan PDW 19,3H %. Terapi obat cefotaxim 2x500 mg,
Ranitidin 2x500 mg, Progesol 2x500 mg, Metronidazol 2x500 mg
Pengkajian pada tanggal 5 april 2012 didapatkan data-data fokus yang
dibedakan menjadi data subjektif dan data objektif. Untuk data subjektif
didapatkan bahwa pasien mengatakan perutnya terasa nyeri “senut-senut” pada
luka operasi dengan skala nyeri 5, pada saat di gerakkan. Data objektif,
terdapat luka diperut kanan bawah, ekspresi wajah tampak menahan nyeri dan
meringis.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan masalah keperawatan pada kasus diatas dapat diambil
perumusan masalah nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (post
apendiks), tanggal ditemukan 5 april 2012 dan tanggal teratasi tanggal 7 april
2012. Untuk data subjektif didapatkan bahwa pasien mengatakan perutnya
terasa nyeri “senut-senut” pada luka operasi dengan skala nyeri 5, pada saat di
gerakkan. Data objektif terdapat luka diperut kanan bawah, ekspresi wajah
tampak menahan nyeri dan meringis.
���
�
D. Rencana Keperawatan
Berdasarkan diagnosa keperawatan utama pada An. I penulis dapat
melakukan tindakan keperawatan dengan tujuan dan kriteria hasil yaitu
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyeri
dapat berkurang atau hilang dengan kriteria hasil: pasien mengatakan nyeri
berkurang, wajah rileks, pasien tidak tampak meringis, skala nyeri 0-1.
Intervensi keperawatan yang direncanakan kaji karakteristik nyeri (PQRST),
dengan rasional untuk mengetahui skala nyeri, observasi keadaan umum dan
tanda-tanda vital dengan rasional untuk mengetahui keadaan pasien, berikan
posisi semi fowler dengan rasional dengan posisi itu membuat nyeri
berkurang, latih nafas dalam atau teknik relaksasi dengan rasional untuk
mengurangi nyeri dan kolaborasi dalam pemberian obat analgetik dengan
rasional untuk mempercepat penyembuhan. .
E. Implementasi Keperawatan
Sebagai tindak lanjut dari proses keperawatan telah dilakukan
tindakan keperawatan berdasarkan pada diagnosa dan intervensi yang telah
direncanakan.
Pada tanggal 5 april 2012 telah dilakukan implementasi yaitu pada
jam 09.00 WIB mengobservasi keadaan umum dan tanda-tanda vital dengan
respon secara subjektif pasien mengatakan sudah merasa nyaman dan secara
objektif tekanan darah 100/80 mmHg, pernafasan 18 kali per menit. Jam
09.15 WIB mengkaji karakteristik nyeri (PQRST) dengan respon subjektif
���
�
pasien mengatakan nyeri terasa “senut-senut” dengan skala 5, pada perut
bagian bawah kanan, pada saat digerakkan dan secara objektif pasien
kelihatan tampak menahan nyeri.
Pada jam 09.30 WIB memberikan posisi semi fowler dengan respon
secara subyektif pasien mengatakan agak nyaman bila bantalnya agak
ditinggikan atau posisi setengah duduk dan secara obyektif pasien terlihat
nyaman tidurnya. Pada jam 10.00 WIB memberikan injeksi cefotaxim 2x500
mg, ranitidin 2x500 mg, progesol 2x500 mg dan metronidazol 2x500 mg,
dengan respon secara subyektif pasien mengatakan badan terasa lemas dan
secara objektif tidak ada tanda-tanda alergi. Pada jam 10.30 WIB
menganjurkan nafas dalam dengan respon secara subyektif pasien
mengatakan agak lega dan nyerinya berkurang dan secara obyektif pasien
tampak melakukanya.
Pada tanggal 6 April 2012, pada jam 09.00 WIB mengkaji
karakteristik nyeri (PQRST) dengan respon secara subyektif pasien
mengatakan nyeri sudah agak berkurang dengan skala nyeri menjadi 3, pada
perut bagian bawah kanan, nyeri terasa pada saat duduk dan secara obyektif
pasien tampak sedikit rileks. Pada jam 09.30 WIB mengobservasi keadaan
umum dan tanda-tanda vital dengan respon secara subyektif pasien
mengatakan mau untuk ditensi dan secara objektif dengan tekanan darah
100/70 mmHg, nadi 88 kali per menit, suhu 36,5 C, pernafasan 20 kali per
menit, secara objektif pasien terlihat nyaman tidurnya. Pada jam 09.45 WIB
memberikan posisi semi fowler dengan respon data subyektif pasien
��
�
mengatakan agak nyaman bila bantalnya ditinggikan atau posisi setengah
duduk dan pada jam 10.00 WIB memberikan injeksi cefotaxim 2x500 mg,
ranitidin 2x500 mg, progesol 2x500 mg dan metronidazol 2x500 mg. Dengan
respon secara subjektif pasien mengatakan badan terasa lemas dan secara
objektif tidak ada tanda-tanda alergi. Pada jam 10.30 WIB menganjurkan
nafas dalam dengan respon data subjektif pasien mengatakan agak lega dan
nyerinya berkurang dari 5 menjadi 3 dan data objektif pasien tampak
melakukanya.
Pada tanggal 7 April 2012, pada jam 08.00WIB mengobservasi
keadaan umum tanda-tanda vital dengan respon data subyektif pasien
mengatakan mau untuk diperiksa dan data obyektif tekanan darah 110/70
mmHg, nadi 90 kali per menit, suhu 36,5 C, pernafasan 18 kali per
menit,pada jam 09.00 WIB mengkaji karakteristik nyeri (PQRST) dengan
respon secara subjektif pasien mengatakan nyeri berkurang atau hilang
dengan skala nyeri berkurang menjadi 2, pada perut bagian bawah kanan,
pada saat untuk bduduk dan secara objektif pasien tampak tenang atau rileks,
wajah pasien tampak segar, pada jam 10.00 WIB memberikan injeksi
cefotaxim 2x500 mg, ranitidin 2x500 mg, progesol 2x500 mg dan
metronidazol 2x500 mg, dengan respon secara subjektif pasien mengatakan
badan terasa sedikit agak lemas dan secara objektif tidak ada tanda-tanda
alergi, pada jam 10.30 WIB menganjurkan nafas dalam dengan respon secara
subjektif pasien mengatakan agak lega dan nyerinya berkurang menjadi 2 dan
secara objektif pasien tampak melakukanya, pada jam 11.00 WIB
��
�
memberikan posisi semi fowler dengan respon secara subjektif pasien
mengatakan agak nyaman bila bantalnya ditinggikan atau posisi setengah
duduk, pada jam 11.30 WIB menganjurkan nafas dalam dengan respon secara
subjektif pasien mengatakan agak lega dan nyerinya berkurang menjadi 2 dan
secara objektif pasien tampak melakukanya.
F. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi yang dilakukan pada tanggal 5 april 2012 jam 13.00 WIB
dengan diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (post
operasi appendectomy). Data subjektif pasien mengatakan masih terasa nyeri
pada bagian perut kanan bawah, skala nyeri 5, dan secara objektif pasien
masih meringis dan tampak menahan nyeri, masalah belum teratasi, intervensi
dilanjutkan: Kaji karakteristik nyeri (PQRST), berikan posisi yang nyaman,
latih nafas dalam atau teknik relaksasi, kolaborasi dalam pemberian obat
analgetik.
Pada tanggal 6 april 2012 jam 13.00 WIB didapatkan data subjektif
pasien mengatakan nyeri sudah berkurang, skala nyeri 3, dan secara objektif
pasien tampak sedikit rileks, masalah teratasi sebagian, intervensi dilanjutkan:
Kaji karakteristik nyeri, berikan posisi yang nyaman, latih nafas dalam atau
teknik relaksasi, kolaborasi dalam pemberian obat analgetik.
Pada tanggal 7 april 2012 jam 13.00 WIB didapatkan data subjektif
pasien mengatakan nyeri berkurang atau hilang, skala nyeri 2, dan secara
objektif pasien tampak tenang atau rileks, wajah tampak tenang, masalah
sudah teratasi, intervensi dihentikan.
15�
�
BAB III
PEMBAHASAN DAN SIMPULAN
A. Pembahasan
Pada bab ini merupakan pembahasan dari kasus yang diambil dari
BAB II mengenai asuhan keperawatan nyeri akut pada An. I dengan Post
Appendectomy di ruang kanthil RSUD karanganyar. Pembahasan ini akan
mencoba membandingkan antara teori dengan asuhan keperawatan dalam
kasus dengan melihat kesenjangan-kesenjangan yang ada. Adapun
pembahasan kasus ini meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi,
implementasi dan evaluasi.
1. Pengkajian
Tahap pengkajian dari proses keperawatan merupakan proses
dinamis yang terorganisir yang meliputi tiga aktivitas besar yaitu
mengumpulkan data secara sistematis, mengatur data yang dikumpulkan
secara mendokumentasikan data dalam format yang dapat dibuka kembali
(Doenges, 2002: 14).
Data dasar pasien adalah komplikasi data yang dikumpulkan dari
pasien. Data dasar pasien terdiri dari riwayat keperawatan, pemeriksaan
fisik dan hasil pemeriksaan diagnostik. Data subjektif adalah apa yang
dilaporkan atau dirasakan pasien. Data objektif adalah data yang dapat
15
16�
�
diobservasi, contohnya tanda-tanda vital, tingkah laku dan pemeriksaan
diagnostic (Doenges, 2002: 14).
Pengkajian terhadap An. I penulis menggunakan metode
alloanamnesa dan autoanamnesa. Metode alloanamnesa adalah metode
untuk mendapatkan informasi yang subjektif dengan berbicara kepada
pasien dan orang-orang terdekat serta mendengarkan respon mereka.
Pemeriksaan fisik adalah metode yang dilakukan untuk mendapatkan
informasi yang objektif dengan menggunakan alat yang sesuai (Doenges,
2002: 14).
Metode wawancara dengan An. I dan keluarga yang diwawancarai
secara langsung, dalam hal ini penulis tidak menemukan hambatan yang
berarti. Selama melakukan wawancara An. I dapat bekerja sama dengan
baik dan memberikan keterangan tentang penyakit yang dialami.
Metode lain yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data
adalah observasi. Dalam metode ini terdapat kesulitan untuk melakukan
observasi langsung dalam 24 jam, karena penulis hanya dibatasi pada shift
pagi (jam 07.00-14.00), sehingga untuk shift berikutnya penulis
mendelegasikan pada perawat ruangan.
Menurut Doenges (2002: 508) pengkajian data dasar pada pasien
post operasi appendectomy meliputi: aktivitas dan istirahat, sirkulasi,
eliminasi, makanan dan cairan, nyeri atau ketidaknyamanan, keamanan,
penyuluhan atau pembelajaran. Tetapi pada asuhan keperawatan yang
dilakukan pada An. I berdasar pada pengkajian menurut Gordon dengan
17�
�
menggunakan 11 komponen pokok yaitu, persepsi dan pemeliharaan
kesehatan, nutrisi dan metabolisme, eliminasi, aktivitas dan latihan,
istirahat tidur, kognitif perseptual, persepsi konsep diri, hubungan peran,
seksualitas reproduksi, mekanisme koping, nilai dan keyakinan (Carpenito,
2000). Tetapi pada dasarnya kedua pola pengkajian pada intinya adalah
sama.
Secara umum data fokus yang ditemukan dalam kasus nyata tidak
jauh berbeda dengan data fokus dalam bab ini. Namun masih ada beberapa
kesenjangan yang perlu dibahas satu parsatu dari data fokus tersebut.
Data yang ada dalam teori dan ditemukan dalam kasus nyata yang
pertama adalah nyeri. Nyeri adalah keadaan dimana individu mengalami
dan melaporkan adanya ketidaknyamanan yang hebat atau sensasi yang
tidak menyenangkan (Carpenito, 2002: 45). Pengkajian nyeri pada kasus
ini menggunakan metode PQRST. P: Provokatif, mengacu pada penyebab
nyeri, Q: Quality atau Quantity, menjelaskan kualitas dan kuantitas nyeri,
R: Region, menjelaskan lokasi nyeri, S: Severity, menjelaskan tingkat
keparahan nyeri dan T: Timing, menjelaskan waktu terjadinya nyeri. Hal
ini sesuai dengan teori yang disampaikan (Marton, 2003: 8). Nyeri yang
ditemukan dalam kasus ini adalah nyeri sedang yang berada didaerah
abdomen. Skala nyeri 5 didapatkan setelah dijelaskan pada pasien,
menurut pasien nyeriterasa senut-senut. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa antara teori dengan kasus nyata terdapat kesinambungan di mana
18�
�
nyeri merupakan rasa ketidaknyamanan yang pada pemeriksaan rasa nyeri
tersebut melalui pengkajian nyeri tersebut diatas.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan pernyataan yang jelas, singkat
dan pasti tentang masalah pasien serta penyebab yang dapat dipecah atau
diubah melalui prosedur tindakan keperawatan dan kolaborasi dengan tim
kesehatan lain.
Dalam teori tersebut bahwa pada pasien post appendectomy ada
lima masalah keperawatan yaitu: kekurangan volume cairan, gangguan
rasa nyaman, resiko infeksi, ansietas (Doenges, 2002: 510), intoleransi
aktivitas (Tucker 2002: 952). Sedangkan pada kasus di atas diambil satu
masalah keperawatan yaitu: nyeri.
Secara umum antara diagnosa keperawatan dalam teori dengan
kasus nyata tidak jauh berbeda. Namun masih ditemukan beberapa
kesenjangan yang perlu dibahas dari diagnosa keperawatannyeri akut
berhubungan dengan agen cidera fisik. Diagnosa keperawatan yang ada
dalam teori dan terdapat dalam kasus nyata.
Diagnosa tersebut adalah, nyeri akut berhubungan dengan agen
cidera fisik (post operasi appendectomy). Menurut (Capenito, 2002: 45)
gangguan rasa nyaman nyeri adalah keadaan dimana individu mengalami
dan melaporkan adanya rasa ketidaknyamanan yang hebat atau sensasi
yang tidak menyenangkan. Diagnosa ini ditegakkan karena didukung oleh
19�
�
data subjektif yaitu pasien mengatakan perutnya terasa nyeri “senut-senut”
dengan skala 5, pada perut bagian bawah kanan, pada saat digerakkan dan
secara objektif pasien kelihatan tampak menahan nyeri dan meringis
kesakitan.
Penulis memprioritaskan diagnosa nyeri ini sebagai diagnosa yang
utama, karena nyeri ini memerlukan penanganan lebih dahulu, daripada
diagnosa yang lain, jika nyeri tidak segera ditangani dapat menyebabkan
syok neurogenik yang akan berpengaruh pada organ-organ lain, selain itu
nyeri berkaitan dengan kenyamanan pasien. Menurut Hirarki Maslow ada
lima kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan fisiologi, kebutuhan
keamanan dan keselamatan, kebutuhan mencintai dan dicintai, kebutuhan
harga diri dan kebutuhan aktualisasi diri (Potter, 2005: 615). Masalah yang
perlu diatasi diantaranya adalah nyeri, kenyamanan adalah kebutuhan
dasar manusia yang menempati urutan kedua dalam Hirarki Maslow, jika
kenyamanan terpenuhi akan mudah untuk mengatasi masalah-masalah
yang lain, jadi prioritas ini disesuaikan dengan kondisi pasien.
3. Intervensi
Intervensi keperawatan meliputi penentuan prioritas masalah,
tujuan kriteria hasil dan intervensi pada diagnosa nyeri akut berhubungan
dengan agen cidera fisik (post operasi appendectomy). Dimana intervensi
itu sendiri adalah diskripsi untuk perilaku spesifik yang diharapkan dari
20�
�
pasien dan tindakan yang harus dilakukan oleh perawat (Doenges, 2002:
10).
Berikut adalah pembahasan intervensi yang meliputi tujuan,
tindakan dan rasional dari tindakan untuk diagnosa nyeri akut
berhubungan dengan agen cidera fisik (post apendiks), pada kasus ini nyeri
merupakan keluhan utama yang dirasakan oleh pasien. Sehingga untuk
tujuan utama yang diharapkan adalah rasa nyaman terpenuhi setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, karena dalam jangka
waktu tersebut diharapkan cukup untuk mengatasi gangguan rasa nyaman
nyeri dengan harapan rasa nyeri hilang setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam dengan kriteria hasil nyeri berkurang, skala
nyeri 0-1, ekspresi wajah rileks dan tenang. (Doenges, 2002: 509).
Pertahankan istirahat dengan posisi semi fowler yang diharapkan.
Menghilangkan tegangan abdomen yang bertambah dengan posisi
terlentang (Doenges, 2002: 512). Meningkatkan relaksasi dan dapat
meningkatkan kemampuan koping (Doenges, 2002: 512) Berikan
analgetik sesuai indikasi yang tersedia dengan harapan untuk mengurangi
nyeri yang dirasakan pasien. (Doenges, 2002: 508).
4. Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan tindakan yang telah disusun
(Doenges, 2002: 10) Pembahasan implementasi meliputi tindakan yang
21�
�
dapat dilaksanakan dan tindakan yang tidak dapat dilaksanakan sesuai
dengan intervensi pada diagnosa tersebut.
Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (post apendiks).
Tindakan yang telah dilaksanakan adalah mengkaji skala nyeri, lokasi
nyeri, kualitas nyeri dan waktu terjadinya nyeri dengan cara menjelaskan
persepsi nyeri, memberikan posisi yang nyaman, mengobservasi tanda-
tanda vital, memberikan latihan nafas dalam, memberikan injeksi analgetik
sesuai dosis dari tindakan yang penulis lakukan adalah penulis mampu
mengetahui skala dan karakteristik nyeri yang dirasakan oleh pasien.
Kelemahan dari tindakan yang penulis lakukan adalah jika pasien tidak
dapat memfokuskan kembali perhatian dan rasa kontrol, pasien tidak dapat
meningkatkan kemampuan koping dalam manajemen nyeri (Doenges,
2002: 765).
5. Evaluasi
Evaluasi adalah asuhan yang dicatat dalam catatan kemajuan dan
atau rencana perawatan (Doenges, 2002: 11). Evaluasi merupakan tahap
akhir dari proses keperawatan yang digunakan untuk menentukan seberapa
baik rencana keperawatan bekerja dengan meninjau respon pasien.
Berikut adalah evaluasi dari diagnosa tersebut.
Pada evaluasi diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen
cidera fisik (post apendiks). Penulis menetapkan tujuan setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3x24 jam pasien mengatakan nyeri
berkurang atau hilang dengan kriteria hasil pasien mengatakan nyeri
22�
�
berkurang, menunjukkan tindakan santai, menunjukkan keterampilan
menggunakan teknik relaksasi. Sedangkan pada pasien didapatkan data
subjektif pasien mengatakan nyeri berkurang dan secara objektif skala
nyeri 2, wajah pasien tampak rileks dan tenang. Dengan demikian nyeri
teratasi sebagian serta rasa nyaman belum terpenuhi, karena pasien tidak
mempunyai pengalaman untuk mengatasi nyeri. Dengan pengalaman nyeri
bisa diatasi secara optimal. Untuk mencapai tujuan yang ditetapkan maka
tindak lanjut dari masalah ini adalah melanjutkan intervensi yaitu kaji
karakteristik nyeri, menganjurkan pasien pada posisi yang nyaman,
mengajarkan pasien untuk mengatasi nyeri dengan nafas dalam,
mempertahankan istirahat dengan posisi semi fowler, memberikan injeksi
analgetik, tindak lanjut dari masalah ini adalah dengan mendelegasikan
kepada para medis.
B. Kesimpulan
1. Pengkajian merupakan langkah awal dari proses keperawatan untuk
mengumpulkan data klien. Hasil pengkajian pada An. I dengan nyeri akut
akibat post operasi apendektomi adalah klien mengeluh nyeri pada luka
post operasi dengan skala nyeri 5, nyeri terasa senut-senut dan terasa saat
badan digerakkan.
2. Diagnosa keperawatan yang muncul adalah nyeri akut berhubungan
dengan agen cidera fisik (post operasi appendectomy) didukung dengan
keluhan nyeri yang dirasakan klien. Pengertian dari diagnosa nyeri akut
adalah pengalaman emosional dan sensori yang tidak menyenangkan yang
muncul dari kerusakan jaringan secara aktual atau potensial dengan
23�
�
intensitas ringan sampai berat yang dapat diantisipasi atau di prediksi
durasi nyeri kurang dari 6 bulan.
3. Rencana Asuhan Keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi masalah
nyeri adalah kaji tanda-tanda vital (suhu, nadi, pernapasan dan tekanan
darah), kaji karakteristik nyeri (PQRST), berikan posisi yang nyaman,
ajarkan tehnik relaksasi dan distraksi, kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian analgesik.
4. Implementasi yang telah dilakukan adalah mengkaji tanda vital, mengkaji
karakteristik nyeri, memberikan posisi yang nyaman (supinasi),
berkolaborasi dengan dokter dalam pemberianan algesik.
5. Evaluasi dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan adalah masalah
sudah teratasi.
6. Analisa kondisi An. I yaitu kaji nyeri (PQRST) dengan hasil P: nyeri
akibat post operasi, Q: senut-senut, R: perut, S: skala nyeri 5, T: pada saat
di gerakkan.
C. Saran
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan
post apendiks, penulis akan memberikan usulan dan masukan yang positif
khususnya dibidang kesehatan antara lain :
1. Bagi institusi pelayanan kesehatan (Rumah Sakit)
Hal ini diharapkan rumah sakit dapat memberikan pelayanan
kesehatan dan mempertahankan hubungan kerjasama baik antara tim
kesehatan maupun klien sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan
asuhan keperawatan yang optimal pada umumnya dan pasien post
24�
�
apendiks khususnya. Dan diharapkan rumah sakit mampu menyediakan
fasilitas serta sarana dan prasarana yang dapat mendukung kesembuhan
pasien.
2. Bagi tenaga kesehatan khususnya perawat
Diharapkan selalu berkoordinasi dengan tim kesehatan lainnya
dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien agar lebih maksimal,
khususnya pada klien dengan post operasi appendectomy. Perawat
diharapkan dapat memberikan pelayanan profesional dan komprehensif.
3. Bagi institusi pendidikan
Dapat meningkatkan mutu pelayanan pendidikan yang lebih
berkualitas dan professional sehingga dapat tercipta perawat profesional,
terampil, inovatif dan bermutu yang mampu memberikan asuhan
keperawatan secara menyeluruh berdasarkan kode etik keperawatan.
25�
�
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall, (2002), Diagnosa Keperawatan, (terjemahan), EGC,
Jakarta.
Depkes RI, (2007), Hubungan Perilaku Makan dengan Kejadian Apendisitis,
Diunduh 12 April 2012 from http://www.askep-askepcz.cc/2010/03
hubungan-perilaku-akan-dengan kejadian.html.
Doenges, Marilyn E, (2002), Rencana Asuhan Keperawatan, (terjemahan), EGC,
Jakarta.
Ester, Monica, (2002), Keperawatan Medikal-Bedah: Pendekatan Sistem
Gastrointestinal, Jakarta: EGC.
Hidayat, A. AzizAlimul, (2004), Pengantar Kebutuhan Manusia: Aplikasi Konsep
dan Proses keperawatan, Jakarta: Salemba Medika.
Morton, Patricia G. (2003), Critical Care Nursing a Holistic Approach
Eight Edition. Philadelphia, J.B. Lippincott
Potter, P.A, Perry, A .G, (2005), Buku Ajar Fundamental Keperawatan,
(Edisi4),vol.1, Jakarta:EGC.
Price, S.A & Wilson, L.M, (2006), Fundamental Keperawatan : konsep,proses,
dan praktik, (Edisi6), Alih Bahasa : Asih Yasmin, Editor Monica Ester,
Jakarta: EGC-9.
Smeltzer, C. Suzane & Bare, G. Brenda, (2002), Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner dan Suddarth, Edisi8, Volume2, Alih Bahasa:Waluyo
Agung, dkk, EditormonicaEster, Jakarta : EGC
Tucker dkk, (2002), Standart Perawatan Pasien, EGC, Jakarta.
Yayan Akhyar, (2008), Appendisitis untuk Mahasiswa Keperawatan, Edisi 3,
Editor Monica Ester, Jakarta: EGC.