Page 1
i
STUDI DAMPAK PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF TERHADAP TUMBUH KEMBANG ANAK USIA 6-24 BULAN DI PUSKESMAS
JUMPANDANG BARU KECAMATAN TALLO KOTA MAKASSAR TAHUN 2013
STUDY ON THE IMPACT OF EXCLUSIVE BREASTFEEDING ON TOWARDS GROWING AND DEVELOPING OF BABIES
OF 6-24 MONTHS OLD IN PUBLIC HEALTH CENTER (PHC) OF JUMPANDANG BARU TALLO REGENCY
MAKASSAR CITY IN 2013
FIFIN NURDIANSYAH
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
Page 2
ii
STUDI DAMPAK PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF TERHADAP TUMBUH KEMBANG ANAK USIA 6-24 BULAN DI PUSKESMAS
JUMPANDANG BARU KECAMATAN TALLO KOTA MAKASSAR TAHUN 2013
Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Magister
Program Studi Kesehatan Masyarakat
Disusun dan diajukan oleh
FIFIN NURDIANSYAH
Kepada
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR 2013
Page 4
iv
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Fifin Nurdiansyah
Nomor Pokok : P1807211003
Program Studi : Kesehatan Masyarakat
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini
benar-benar merupakan hasil karya sendiri, bukan merupakan
pengambilalihan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila dikemudian
hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan tesis
ini karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
tersebut.
Makassar, Agustus 2013
Yang menyatakan,
FIFIN NURDIANSYAH
Page 5
v
PRAKATA
Puji syukur yang tidak terhingga penulis panjatkan kehadirat ALLAH
SWT, yang telah melimpahkan banyak anugerah, sehingga penyusunan
tesis ini dengan judul “Studi Dampak Pemberian ASI Eksklusif Terhadap
Tumbuh KEmbang Anak Usia 6-24 Bulan di Puskesmas Jumpandang
Baru Kecamatan Tallo Kota Makassar Tahun 2013” dapat etrselesaikan
dengan baik.
Berbagai halangan penulis temui dalam selama pelaksanaan
penelitian ini, namun berkat bantuan, bimbingan, arahan maupun
masukan serta kerjasama dari berbagai pihak maka hal tersebut dapat
teratasi. Oleh karena itu pada kesempatan ini perkenankanlah penulis
menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga dan penghargaan
yang setinggi-tingginya kepada ;
1. Dr.dr.M.Tahir Abdullah, M.Sc., MSPH, selaku Ketua Komisi
Penasehat yang tidak oernah lelah meluangkan waktu dan pikiran
disela-sela kesibukan untuk membimbing dan mengarahkan penulis
sehingga tesis ini dapat diselesaikan.
2. Prof.Dr.M. Arif Tiro, M.Sc, sebagai anggota komisi penasehat yang
dengan tekun dan sabar memberikan bimbingan dan petunjuk
dalam menyelesaikan penyususnan tesis ini.
3. Prof.Dr.dr. Buraerah H.Abd.Hakim, M.Sc, Dr. Masni, APT, MSPH,
Dr. Darmawansyah, SE, MS, sebagai tim penguji.
Page 6
vi
4. Jajaran Pengelola Program Pascasarjana dan dosen-dosen
Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Makassar, atas
bantuannya selalama perkuliahan.
5. Kepala Puskesmas Jumpandang Baru dan Staff Pengelola, atas
bantuannya selama penelitian.
6. Kepada orang tua tercinta (Ayahanda Alm. H.Abd Rasyid dan
Ibunda Hj. Fatmawati Syargawi) yang tidak pernah lelah
memberikan doa dan dukungan untuk keberhasilanku, serta
saudara-saudaraku (Firmansyah, Firdan Ardyansyah, Firdaus
Ardyansyah, Farah Nurdiansyah dan Fuad Ramadhan)
7. Terakhir, untuk sahabat teman-teman seangkatan Program
Pascasarjana Konsentrasi Kesehatan Reproduksi dan Keluarga
yang telah memberikan bantuan maupun masukan selama
perkuliahan sampai penyelesaian tesis.
Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini masih jauh dari
kesempurnaan, karena itu mohon saran dan kritik yang
membangun demi penyempurnaan tesis ini.
Makassar, Agustus 2013
FIFIN NURDIANSYAH
Page 9
ix
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................... i
LEMBAR PENGAJUAN ........................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ................................. iv
PRAKATA ............................................................................. v
ABSTRAK ................................................................................. vii
ABSTRACT ............................................................................... viii
DAFTAR ISI .............................................................................. ix
DAFTAR TABEL ....................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................ xiv
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................ 9
C. Tujuan Penelitian ............................................................. 10
D. Manfaat Penelitian ........................................................... 10
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang ASI………………………............. 11
B. Tinjauan Umum Tentang Susu Formula............................. 24
C. Tinjauan Umum Tentang Pertumbuhan dan Perkembangan
anak…………………………………………………................ 27
Page 10
x
D. Tinjauan Umum Tentang tes Skrining Perkembangan
Denver ................................................................................ 47
E. Kerangka Teori ................................................................... 51
F. Kerangka Konsep ............................................................... 56
G. Hipotesis Penelitian............................................................... 57
III. METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian .............................................................. 58
B. Populasi dan Sampel.......................................................... 58
C. Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif.......................... 62
D. Kontrol Kualitas .................................................................. 65
E. Pengolahan Data ............................................................... 67
F. Analisis dan Penyajian Data .............................................. 69
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian .................................................................. 70
B. Pembahasan…………………............................................. 81
V. KESIMPULAN
A. Kesimpulan ........................................................................ 92
B. Saran ................................................................................. 93
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Page 11
xi
DAFTAR TABEL
nomor halaman
1 Komposisi Kolostrum dan ASI…………................. 14
2 Pembagian Status Gizi Berdasarkan Berat .......... 44
3 Rujukan BB/U untuk anak perempuan usia 0-6
bulan menurut WHO-NCHS………......................... 44
4 Rujukan BB/U untuk anak laki-laki Usia 0-6 bulan menurut WHO-NCHS.............................................. 45
5 Pembagian status gizi berdasarkan panjang badan……………………………….......................... 46
6 Rujukan TB/U untuk anak perempuan Usia 0-6 bulan menurut WHO-NCHS............................................. 47
7 Distribusi karakteristik responden di Puskesmas
Jumpandang Baru Kecamatan Tallo Kota Makassar Tahun 2013.......................................................... 71
8 Distribusi Variabel penelitian di Puskesmas
Jumpandang Baru Kecamatan Tallo
Kota Makassar Tahun 2013………………………… 72
9 Risiko pemberian ASI eksklusif terhadap Pertumbuhan
Bayi pada di Puskesmas Jumpandang Baru Kecamatan Tallo kota Makassar Tahun 2013.......... 74
10 Risiko Perkembangan Bayi pada pemberian
ASI Ekslusif di Puskesmas Jumpandang Baru
Kecamatan Tallo Kota Makassar Tahun 2013............ 75
11 Risiko Pendidikan terhadap pemberian ASI
di Puskesmas Jumpandang Baru Kecamatan Tallo kota Makassar Tahun 2013………......................... 76
Page 12
xii
12 Risiko Pekerjaan terhadap pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Jumpandang Baru Kecamatan Tallo kota Makassar Tahun 2013………................................. 77
13 Tingkat Pendapatan terhadap pemberian ASI Eksklusif
di Puskesmas Jumpandang Baru Kecamatan Tallo Kota Makassar Tahun 2013……………………… 78
14 Pengaruh pemberian ASI terhadap pertumbuhan
bayi di Puskesmas Jumpandang Baru Kecamatan
Tallo kota Makassar Tahun 2013......................... 80
15 Pengaruh pemberian ASI terhadap pertumbuhan bayi
di Puskesmas Jumpandang Baru Kecamatan Tallo kota Makassar Tahun 2013................................. 80
Page 13
xiii
DAFTAR GAMBAR
nomor halaman
1 Kerangka Teori Model dari UNICEF.......................... 54
2 Kerangka Teori Penelitian Kombinasi WHO............ 55
3 Kerangka Konsep Penelitian ........................................... 56
Page 14
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
nomor halaman
1 Lembar Permohonan menjadi Responden 98
2 Kuesioner Penelitian .............................................. 99
3 Kuesioner Penelitian DDST……………………….. 102
4 Master Tabel hasil penelitian................................... 103
5 Hasil Uji Statistik…………………………………….. 109
6 Surat Izin Penelitian dari Fakultas Kesehatan Masyarakat UNHAS .............................................. 122
7 Rekomendasi Penelitian dari Badan Penelitian dan
Pengembangan Daerah Kota Makassar................ 123
8 Rekomendasi Penelitian dari Kantor Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat Kota Makassar............. 124
9 Rekomendasi Penelitian dari Kantor Dinas Kesehatan
Kota Makassar........................................................ 125
Page 15
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Upaya WHO dan UNICEF dalam strategi meningkatkan
kelangsungan hidup anak dinegara berkembang, telah dicanangkannya
startegi Growth monitoring, Oral Rehydration, Breastfeeding,
Immunization, Family planning, Female education and Food
supplementation (GOBIFFF). Strategi tersebut berisi 4 intervensi yang
berdampak langsung terhadap kelangsungan hidup anak diantaranya
pemantauan dan promosi tumbuh kembang, rehidrasi oral, penyusuan
atau pemberian ASI dan imunisasi. Tiga intervensi yang berdampak tidak
langsung diantaranya pemberian makanan tambahan pada ibu hamil, KB
dan pendidikan pada perempuan secara luas tentang masalah kesehatan
ibu dan anak (Ranuh, 2005; WHO, 2006)
Pembangunan kesehatan Indonesia diarahkan untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia, kualitas kehidupan serta usia harapan
hidup. Kelangsungan hidup anak diawal tahun kehidupan, merupakan
dasar bagi masa depan individu. Kualitas anak saat ini menentukan
kualitas sumber daya manusia yang mampu bersaing (BAPPENAS,
2000).
Setiap anak tumbuh dengan keunikannya dan caranya sendiri .
terdapat variasi yang besar dalam hal usia pencapaian tahap
perkembangan. Urutannya dapat diprediksi, namun tidak dengan
Page 16
2
waktunya. Laju pertumbuhan bervariasi, ada yang cepat, sedang dan
lambat. Sistem tubuh pada anak usia prasekolah sebagaian besar telah
baik dan stabil serta dapat menyesuaikan diri dengan stress dan
perubahan yang ada secara perlahan (Wong, 2009). Tumbuh kembang
anak merupakan hasil interaksi antara faktor genetik dan lingkungan, baik
lingkungan sebelum anak dilahirkan maupun lingkungan setelah anak
dilahirkan. Betapa mejemuknya faktor-faktor lingkungan yang
mempengaruhi tumbuh kembang anak, sehingga hidup anak-anaknya
masih belum merupakan prioritas utama di dalam kehidupan keluarganya
(Soetjiningsih, 2002).
Pertumbuhan dan perkembangan (tumbang) pada dasarnya
merupakan due peristiwa yang berlainan, akan tetapi keduanya saliang
keterkaitan. Pertumbuhan (growth) ialah bertambahnya ukuran dan jumlah
sel serta jaringan intrerseluler, berarti bertambahnya ukuran dan jumlah
sel serta jaringan interseluler, berarti bertambahnya ukuran fisik dan
struktur tubuh dalam arti sebagian atau keseluruhan (Narendra, 2002).
Sedangkan perkembangan (development) merupakan bertambahnya
kemampuan (skill/keterampilan) dalam struktur dan fungsi tubuh yang
lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai
hasil dari proses pematangan. Berdasarkan dua pengertian tersebut
diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa semua proses ini saling berkaitan,
terjadi bersamaaan, dan bersifat kontinu, tidak satupun proses yang
terjadi terpisah dari yang lain. Dengan sangat sederhana, pertumbuhan
Page 17
3
dianggap sebagai perubahan kuantitatif, dan perkembangan sebagai
kualitatif (Wong, 2009).
Salah satu aspek penting pada proses kembang ialah
perkembangan motorik karena merupakan awal dari kecerdasan dari
perkembangan motorik dalah perkembangan motorik halus.
Perkembangan motorik halus adalah gerakan yang melibatkan bagian-
bagian motorik tertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil tetapi diperlukan
koordinasi yang cermat (Soetjiningsih, 2002).
Usia prasekolah merupak periode keemasan (golden age) dalam
proses perkembangan yang artinya pada usia tersebut aspek kognitif,
fisik, motorik, psikososial seorang anak berkembang dengan sangat
pesat. Karena itu pemberian stimulasinya pun perlu berangsung dalam
kegiatan yang holistik (Zaviera, 2008). Proses tumbuh kembang anak
dipengaruhi oleh faktor bio-psikososial, seperti komponen biologis yaitu
kesehatan tubuh/organ, keadaan gizi, kekebalan terhadap penyakit,
komponen fisik, perumahan, kebersihan lingkungan, fasilitas kesehatan
dan pendidikan. Komponen psikososial terdiri dari esehatan jiwa, stimulasi
mental, pemgaruh keluarga, nilai sosial budaya, tradisi, adat dan agama
(Soetjiningsih, 2007).
Memburuknya status gizi pada kelompok rentan seperti ibu hamil,
bayi dan balita akan berdampak terhadap kesehatan masyarakat situasi
ini diperburuk dengan rendahnya kesadaran ibu untuk memberikan air
susu ibu (ASI) secara eksklusif dan pola pemberian makanan pendamping
Page 18
4
yang tidak tepat. Keadaan ini akan mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan kecerdasan anak. Gangguan pertumbuhan dan
perkembangan anak akan berpengaruh terhadap masa depan anak
sehingga sulit bersaing secara global. Salah satu sasaran program
perbaikan gizi masyarakat, diantarannya yaitu meningkatkan pemberian
ASI eksklusif sebesar 80%, kondisi ini akan sulit tercapai apabila
kesadaran ibu untuk memberikan ASI eksklusif rendah (BAPENAS, 2000).
Pemberian ASI di Indonesia berdasarkan Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002-2003, didapatkan hanya 4% bayi yang
mendapatkan ASI pada 1 jam pertama dan 27% yang disusui pada hari
pertama. Pola umur dalam pemberian ASI pada anak usia dibawah 2
bulan yang mendapatkan ASI eksklusif hanya 64%, kemudian menurun
menjadi 46% pada usia 2-3 bulan dan 14% untuk usia 6-7 bulan sebanyak
7,8% (BPS, 2011) sedangkan SEARO (2004), mencatat pencapaian
program pemberian ASI eksklusif di Indonesia hanya sebesar 39,5%.
Hasil laporan penilaian terhadap balita usia 6-60 bulan di Marunda Jakarta
Utara, dengan menggunakan DDST menunjukkan bahwa terjadi
keterlambatan perkembangan motorik kasar sebanyak 20%, personal
sosial 30%, perkembangan bahasa 35% dan perkembangan motorik halus
50% (SEARO, 2004).
Perkembangan merupakan suatu proses perubahan kemampuan
anak yang berhubungan dengan umur anak, bukan tergantung dari
umurnya (Gallahue & Ozmun, 1998). Ada beberapa tugas perkembangan
Page 19
5
yang harus dilalui oleh seorang anak pada setiap tahapan usianya. Salah
satunya adalah kemampuan motorik, baik motorik halus maupun kasar.
Kemampuan motorik merupakan salah satu bagian penting dalam tugas
perkembangan yang harus dilalui oleh seorang anak. Sehingga
kemampuan motorik seorang anak dapat diramalkan, kemampuan apa
saja yang harus dicapai oleh anak pada usia tertentu.
Kemampuan motorik anak cenderung lebih mudah dipantau oleh
masyarakat awam dibandingkan dengan perkembangan bahasa dan
kemandirian sosial. Beedasarkan beberapa pengamatan dimasyarakat,
sebagian para orang tua lebih mudah memperhatikan kemampuan
anaknya untuk tengkurap, duduk maupun berjalan, dibandingkan denan
tingkat kepekaan orang tua terhadap kemampuan bahasa yang pertama
kali diucapkan oleh anak dan kemampuan bersosialisasi dengan orang
lain serta kemampuan anak memenuhi kebutuhannya. Begitupun
terhadap stimulasi yang diberikan oleh orang tua atau pengasuh masih
terbatas pada stimulasi motorik kasar, karena hal tersebut cenderung
lebih mudah dilakukan dibandingkan dengan stimulasi bahasa dan
personal sosial yang memerlukan pengetahuan dari seorang ibu ataupun
pengasuh.
Keberhasilan anak melalui proses tumbuh kembang tidak terlepas
dari pengaruh genetik dan lingkungan. Pengaruh gizi yang didapatkan
sejak dalam kandungan maupun masa anak serta asuhan psikososial
Page 20
6
memiliki peranan penting yang harus diperhatikan dalam pengasuhan
anak.
Adanya konsep periode kritis memperjelas bahwa masa usia 3 tahun
pertama kehidupan perkembangan maupun mengoptimalkan
perkembangan maupun mengoptimalkan perkembangan. Pada 3 tahun
pertama kehidupan terdapat suatu periode bila bagian otak tertentu masih
sedang dalam pertumbuhan intensif dan fleksibel. Pada masa itu tumbuh
kembang anak sangat spesifik, mempunyai batas tertentu, terjadi diawal
kehidupan, selama masa tersebut anak masih sangat peka terhadap
lingkungan yang dapat mempengaruhinya (Soetjiningsih, 2004).
Beberapa studi terdahulu penilaian perkembangan anak telah banyak
dilakukan melalui penggunaan alat diagnostik untuk menegakkan
diagnosa perkembangan, diantaranya studi yang dilakukan oleh Agostoni
et al., (2001) menilai hubungan faktor berat lemak susu dengan perolehan
nilai Bayley Psycomotor Development Index (PDI) dan Bayley Mental
Development Index (MDI). Pada penelitian ditemukan saat wanita
menyusui memperpanjang lamanya pemberian ASI dapat mempengaruhi
pencapaian nilai perkembangan yang lebih baik.
Burgard, (2003) dalam temuannya peran faktor nutrisi pada
perkembangan kognitif anak didapatkan peran Long Chain poly
Unsaturated Fatty Acids (LCPUFAs) dalam ASI, setelah melalui
penyesuaian dengan faktor pengganggu di dapatkan ada perbedaan
pencapaian nilai IQ pada anak yang diberi ASI lebih tinggi dibandingkan
Page 21
7
anak yang mendapatkan susu formula. Oddy et al., (2003) melihat
hubungan full breastfeeding Test memiliki score 6,44 point lebih tinggi
dibanding anak yang tidak pernah mendapat ASI. Vesteegaard et al.,
hasilnnya didapatkan bayi yang mendapatkan ASI 6 bulan kemungkinan
lebih cepat merangkak pada usia 8 bulan dibandingkan bayi yang
mendapatkan ASI 0-1 bulan.
Sacker et al., (2006) dalam penelitiannya mnelihat pengaruh
menyusui terhadap keterlambatan motorik kasar dan halus pada anak
usia 9-18 bulan. Adapun alat ukur yang digunakan kuesioner yang
diadaptasi dari Denver Development Screening test (DDST) pada fungsi
motorik. Hasilnya anak yang tidak pernah mendapat ASI sedikitnya 40%
lebih tinggi mengalami keterlambatan motorik halus dan 50% mengalami
keterlambatan motorik kasar dibandingkan anak yang diberi ASI untuk
waktu yang lebih lama.
Penelitian dalam negeri yang dilakukan Manihuruk, (1998) tentang
kualitas asuhan dan tumbuh kembang anak usia 0-3 tahun di Kecamatan
Prambanan Sleman, dengan cara mengukur tinggi badan anak menurut
umur dan penilaiaan perkembangan berdasarkan KPSP (Kuesioner Pra
Skrining Perkembangan), terdapat 44% anak mengalami pertumbuhan
tidak normal. Penelitian Andarwati, (2006) tentang hubungan status gizi,
pemberian ASI dan stimulasi dengan perkembangan kognitif pada anak
usia prasekolah di kecamatan Prambanan Kabupaten Magelang
menunjukkan hasil yang bertolak belakang.
Page 22
8
Hasil Riskesdas 2010 menunjukkan penurunan presentase bayi yang
menyusu eksklusif sampai dengan 6 bulan hanya 15,3%. Pemberian ASI
kurang dari 1 jam setelah bayi lahir tertinggi di Nusa Tenggara Timur dan
terendah di Maluku (13%) dan di Sulawesi-Selatan hanya 30%. Sebagian
besar proses menyusui dilakukan pada kisaran waktu 1-6 jam setelah bayi
lahir, namun masih ada 11,1% yang dilakukan setelah 48 jam(Riskesdas,
2010). Jumlah bayi yang di beri ASI eksklusif di Sulawesi Selatan tahun
2008 yaitu 57,48% dan tahun 2007 57,05% (Profil Kesehatan Sul-Sel,
2008)
Program peningkatan penggunaan ASI menjadi prioritas karena
dampaknya yang luas terhadap status gizi dan kesehatan balita, upaya
peningkatan kualitas hidup manusia harus dimulai sejak dini yaitu sejak
masih dalam kandungan hingga usia balita. Denan demikian kesahatan
anak sangat tergantung pada kesehatan ibu terutama masa kehamilan,
persalinan dan masa menyusui (Zainuddin, 2008)
Pemerintah telah menetapkan pemberian ASI eksklusif pada tahun
2010 pada bayi 0-6 bulan sebesar 80% (Depkes, 2007; Minarto, 2011)
sehingga berbagai kebijakan dibuat pemerintah untuk mencapai
kesehatan yang optimal yaitu keputusan Menteri Kesehatan (Kemenkes)
Nomor 237 tahun 1997 tentang pemasaran pengganti Air Susu Ibu dan
Kepmenkes No. 450/2004 tentang Pemberian Air Susu Ibu secara
eksklusif pada bayi di Indonesia.
Page 23
9
Pemerintah Sulawesi-Seatan juga menjadi provinsi pertama yang
mengesahkan Peraturan daerah tentang ASI melalui Perda No. 6 tahun
2010. Tujuan dari pengaturan ASI Eksklusif adalah untuk menjamin
terpenuhinya hak bayi,menjamin pelaksanaan kewajiban ibu memberi ASI
Eksklusif, dan mendorong peran keluarga, masyarakat, badan usuaha dan
pemerintah daerah dalam pemberian ASI Eksklusif.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan sebuah pertanyaan
penelitian
1. Apakah ada dampak pemberian ASI Eksklusif dan Non
Eksklusif/Susu Formula terhadap pertumbuhan anak usia 6-24
bulan?
2. Apakah ada dampak pemberian ASI Eksklusif dan Non
eksklusif/Susu formula terhadap perkembangan anak usia 6-24
bulan.?
3. Apakah ada dampak faktor lain seperti tingkat pendidikan, status
pekerjaan, pendapatan keluarga dan stimulasi perkembangan
terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak usia 6-24 bulan.?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Page 24
10
Untuk mengetahui dampak pemberian ASI Eksklusif terhadap
tumbuh kembang anak usia 6-24 bulan di wilayah Puskesmas
Jumpandang Baru Kecamatan Tallo kota Makassar
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui besarnya dampak pemberian ASI Eksklusif
terhadap pertumbuhan anak 6-24 bulan.
b. Untuk mengetahui besarnya dampak pemberian ASI Eksklusif
terhadap perkembangan anak 6-24 bulan.
c. Untuk mengetahui pengaruh faktor lain yang meliputi tingkat
pendidikan, status pekerjaan, dan pendapatan keluarga,
terhadap pertumbuhan dan perkembangan pada anak uisa 6-24
bulan.
D. Manfaat Penelitian
a. Merupakan informasi penting dalam upaya peningkatan dan
dukungan terhadap pemberian ASI Eksklusif selama 12 bulan
b. Informasi dapat digunakan sebagai upaya pencegahan yang
dapat dilakukan di tingkat keluarga dan pelayanan dasar.
c. Secara praktis hasil penelitian ini diharapakan dapat bermanfaat
bagi perencanaan program dalam menyusun program
peningkatan kesehatan dan pencegahan masalah
keterlambatan perkembangan pada bayi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Page 25
11
A. Tinjauan Umum Tentang ASI
1. Pengertian ASI
ASI merupakan makanan pertama, utama dan terbaik bagi bayi
yang bersifat alamiah. ASI mengandung berbagai zat gizi yang
dibutuhkan dalam prosespertumbuhan dan perkembangan bayi.
Defenisi WHO menyebutkan bahwa ASI eksklusif yaitu bayi yang
hanya diberi ASI saja, tanpa cairan atau makanan padat apapun
kecuali vitamin, mineral atau obat dalam bentuk tetes atau sirup
sampai usia 6 bulan. (WHO, 2009).
Sebelum tahun 2001, World Health Organization (WHO)
merekomendasikan untuk memberikan ASI eksklusif selama 4-6
bulan. Namun pada tahun 2001, setelah melakukan telaah artikel
penelitian secara sistematik dan berkonsultasi dengan beberapa
pakar, WHO merevisi rekomendasi ASI eksklusif tersebut dari 4-6
bulan menjadi 6 bulan (180) hari, kemudian dilanjutkan selama 2
tahun dengan penambahan makanan pendamping yang tepat waktu,
aman, benar dan memadai. (WHO, 2010).
Labbok dan Krasovec (1990) mendefenisikan menyususi sebagai
suatu gambaran terhadap pemberian ASI kepada bayi dalam suatu
titik waktu pemberian. Adapun pemberian Asi dibagi menjadi dua
bagian besar yaitu: menyusui penuh (full breastfeeding) dan menyusui
tidak penuh (partial breastfeeding), sedangkan menyusui hanya
Page 26
12
sebagai simbolik (token breastfeeding) dikategorikan sebagai
pemberian Asi yang terpisah.
Praktik pemberian ASI secara penuh terbagi menjadi dua yaitu
menyusui eksklusif (eksklusif breastfeeding) dan menyusui hampir
penuh (almost eksklusif breastfeeding). Menyusui penuh adalah
hanya memberikan ASI saja tanpa cairan apapun, sedangkan
menyusui hampir penuh memberikan Asi disertai vitamin, mineral air,
jus atau ritual pemberian makanan lain seagai tambahan ASI (Labbok
& Krasovec, 1990). Menurut WHO pemberias ASI eksklusif adalah
anak haya menerima ASI dari ibunya atau menyusu dari orang lain
atau makanan padat kecuali tetesan atau syrup vitamin, mineral dan
obat.
Menyusui tidak penuh (partial breastfeeding) adalah bayi
menerima ASI dan pengganti serta makanan lain sebagai tambahan
ASI. Pemberian ASI tidak penuh terbagi menjadi tingkatan pemberian
ASI, diantaranya tinggi bila pemberian ASI lebih dari 80%, sedangkan
jika kurang sekitar 20-80%. Sedangkan menyusui simbolik (token
breastfeesing) adalah ketika menyususi digunakaan terutama untuk
kenyamanan anak dan bukan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
gizi. Menyusui dengan ketidakteraturan tersebut dikategorikan
sebagai partial rendah dengan kuantitas menyusui kurang dari 15
menit perhari atau menyususi hanya 2-3 kali dalam 24 jam (Labbok &
Krasovec, 1990).
Page 27
13
Pertemuan WHO dan pengendalian penyakit diare dan ISPA
tahun 1991, menggolongkan pemberian ASI menjadi eksklusif
breastfeeding dan predominant breastfeeding. Istilah menyususi
hampir penuh (almost eksklusif breastfeeding) menjadi kategori
predominant breastfeeding. Penemuan tersebut menetapkan bahwa
eksklusif breastfeeding dan predominant breastfeeding sebagai
pemberian Asi secara penuh (full breastfeeding) (WHO, 1991)
2. Komposisi ASI
Air susu ibu (ASI) selalu mengalami perubahan selama beberapa
periode tertentu. Perubahan ini sejalan dengan kebutuhan bayi
(Anonim, 2010)
a. Kolostrum
Kolostrum terbentuk selama periode terakhir kehamilan dan
minggu pertama setelah bayi lahir. Ia merupakan ASI yang keluar
dari hari pertama sampai hari ke empat yang kaya zat anti infeksi
dan berprotein tinggi. Kandungan proteinnya 3 kali lebih banyak
dari ASI mature. Cairan emas ini encer dan seringkali berwarna
kuning atau dapat pula jernih yang mengandung sel hidup yang
menyerupai sel darah putih yang dapat membunuh kuman
penyakit. Kolostrum merupakan pencahar yang ideal untuk
membersihkan mekonium dari usus bayi yang baru lahir.
Volumenya yang bervariasa antara 2 dan 10 ml per feeding per
hari selama 3 hari pertama, tergantung dari paritas ibu.
Page 28
14
b. ASI peralihan/transisi
Merupakan ASI yang dibuat setelah kolostrum dan sebelum ASI
mature (kadang hari ke 4 dan setelah hari ke 10). Kadar protein
makin merendah, sedangkan kadar karbohidrat dan lemak makin
tinggi. Volumenya juga akan makin meningkat.
c. ASI mature
ASI matang merupakan ASI yang keluar pada sekitar hari ke 14
dan seterusnya, komposisi relative konstan. Pada ibu yang sehat
dengan produksi ASI yang cukup, ASI merupakan makanan satu-
satunya yang paling baik dan cukup untuk bayi sampai umur enam
bulan, tidak menggumpal jika dipanaskan.
Tabel 1. Komposisi kolostrum dan ASI (setiap 100 ml)
No. Zat-zat Gizi Satuan Kolostrum ASI
1 Energi Kkal 58.0 70
2 Protein G 2.3 0.9
3 Kasein Mg 140.0 187.0
4 Laktosa G 5.3 7.3
5 Lemak G 2.9 4.2
6 Vitamin A Ug 151.0 75.0
7 Vitamin B 1 Ug 1.9 14.0
8 Vitamin B 2 Ug 30.0 40.0
9 Vitamin B 12 Ug 0.05 0.1
10 Kalsium Mg 39.0 35.0
11 Zat besi Mg 70.0 100.0
12 Fosfor Mg 14.0 15.0
Page 29
15
3. Kandungan Nutrisi dalam ASI
ASI yang mengandung komponen makro dan mikro nutrisi. Yang
termasuk makro nutrien adalah karbohidrat, protein dan lemak
sedangkan mikronutrien adalah vitamin dan mineral (Baskoro, 2008)
a. Karbohidrat
Laktosa adalah karbohidrat utama dalam ASI dan berfungsi
sebagai salah satu sumber energi untuk otak. Kadar laktosa yang
terdapat dalam ASI hampir dua kali. Rasio jumlah laktosa dalam
ASI dan PASI adalah 7 : 4 sehingga ASI terasa lebih manis
dibandingkan dengan PASI. Hal ini menyebabkan bayi yang sudah
mengenal ASI dengan baik cenderung tidak mau minum PASI.
Karnitin mempunyai peran membantu proses pembentukan energi
yang diperlukan untuk mempertahankan metabolisme tubuh.
Konsentrasi karnitin bayi yang mendapat ASI lebih tinggi
dibandingkan bayi yang mendapat susu formula.
Hidrat arang dalam Asi merupakan nutrisi yang penting untuk
pertumbuhan sel saraf otak dan memberi energi untuk kerja sel-sel
saraf. Selain itu karbohidrat memudahkan penyerapan kalsium
mempertahankan faktor bifidus di dalamusus (faktor yang
menghambat pertumbuhan bakteri yang berbahaya dan
menjadikan tempat yang baik bagi bakteri yang menguntungkan)
dan mempercepat pengeluaran kolostrum sebagai antibodi bayi.
b. Protein
Page 30
16
Protein dalam ASI lebih rendah dibandingkan dengan PASI.
Namun demikian protein ASI sangat cocok karena unsur protein di
dalamnya hampir seluruhnya terserap oleh sistem pencernaan
bayi yaitu protein unsur whey. Perbandingan protein unsur whey
dan casein dalam ASI adalah 65 : 35, sedangkan dalam PASI 20 :
80. Artinya protein pada PASi hanya sepertiganya protein ASI
yang dapt diserap oleh sistem pencernaan bayi dan harus
membuang dua kalilebih banyak protein yang diabsorpsi. Hal ini
yang akan memungkinkan bayi menderita diare dan defekasi
dengan feses berbentuk biji cabe yang menunjukkan adanya
makanan yang sukar diserap bila bayi diberikan PASI.
c. Lemak
Kadar lemak dalam ASI pada mulanya rendah kemudian
meningkat jumlahnya. Lemak dalam ASI berubah kadarnya setiap
kali diisap oleh bayi dan hal ini terjadi secara otomatis. Komposisi
lemak pada lima menit pertama isiapan akan berbeda dengan hari
kedua dan akan terus berubah menurut perkembangan bayi dan
kebutuhan anergi yang diperlukan.
Jenis lemak yang ada dalam ASI mengandung lemak rantai
panjang yang dibutuhkan oleh sel jaringan otak dan sangat mudah
dicerna kerena mengandung enzim lipase. Lemak dalm bentuk
omega 3, omega 6 dan DHA yang sangat diperlukan untuk
pertumbuhan sel-sel jaringan otak.
Page 31
17
Susu formula tidak mengandung enzim, karena enzim akan
mudah rusak bila dipanaskan. Dengan tidak adanya enzim, bayi
akan sulit menyerap lemak PASI sehingga menyebabkan bayi
lebih mudah terkena diare. Jumlah asam linoleat dalam ASI sangat
tinggi dan perbandingannya dengan PASI yaitu 6 : 1. Asam linoleat
adalah jenis asam lemak yang tidak dapat dibuat oleh tubuh yang
berfungsi untuk memacu perkembangan sel saraf otak bayi.
d. Mineral
ASI mengandung mineral yang lengkap walaupun kadarnya
relatif rendah, tetapi isa mencukupi kebutuhan bayi sampai
berumur 6 bulan. Zat besi dan kalsium dalam ASI merupakan
mnineral yang sangat stabil dan sangat mudah diserap dan
jumlahnya tidak dipengaruhi oleh diit ibu. Dalam PASI kandungan
mineral jumlahnya sangat tinggi tetapi sebagian besar tidak dapat
diserap, hal ini akan memperberat kerja usus bayi serta
mengganggu keseimbangan dalam usus dan meningkatkan
bakteri yang merugikan sehingga mengakibatkan kontraksi usus
bayi tidak normal. Bayi akan kembung, gelisah karena obstipasi
atau gangguan metabolisme.
e. Vitamin
Page 32
18
ASI mengandung vitamin yang lengkap yang dapt mencukupi
kebutuhan bayi sampai 6 bulan kecuali vitamin K, karena bayi baru
lahir ususnya belum mampu membentuk vitamin K. Kandungan
vitamin yang ada dalam ASI antaralain vitamin A, vitamin B dan
vitamin C
4. Volume ASI
Pada bulan-bulan terakhir kehamilan sering ada sekresi kolostrum
pada payudara ibu hamil. Setelah persalinan apabila bayi mulai
mengisap payudara, maka produksi ASI akan bertambah sangat
cepat. Dalam kondisi normal, ASI diproduksi sebanyak 100 cc pada
hari-hari pertama. Produksi ASI menjadi konstan setelah ahri ke 10
sampai ke 14. Bayi yang sehat selanjutnya mengkonsumsi sebanyak
700-800 cc ASI per hari. Namun kadang-kadang ada yang
mengkonsumsi kurang dari 600 cc atau bahkan samapai 1 liter per
hari dan tetap menunjukkan tingkat pertumbuhan yang sama.
Keadaan kurang gizi pada ibu pada tingkat yang berat, baik pada
waktu hamil maupun menyusui dapat mempengaruhi volume ASI.
Produksi ASI menjadi lebih sedikit yaitu hanya berkisar antara 500-
700 cc pada 6 bulan pertama usia bayi, 400-600 cc pada bulan kedua
dan 300-5—cc pada tahun kedua usia anak. (Depkes, 2005).
Page 33
19
5. Manfaat ASI
a. Manfaat ASI bagi bayi
Banyak manfaat pemberia ASI khususnya ASI eksklusif yang
dapt dirasakan yaitu 1). ASI sebagai nutrisi. 2). ASI meningkatkan
daya tahan tbuh. 3). Menurunkan risiko mortalitas, risiko penyakit
akut dan kronis. 4). Meningkatkan kecerdasan. 5). Menyususi
meningkatkan jalinan kasih sayang. 6). Sebagai makanan tunggal
untuk memenuhi semua kebutuhan pertumbuhan bayisampai usia
selama 6 bulan. 7). Mengandung asam lemak yang diperlukan
keperluan otak sehingga bayi yang diberi ASI eksklusif lebih
pandai. 8). Mengurangi risiko terkena penyakit kencing manis,
kanker pada anak dan mengurangi risiko terkena penyakit jantung.
9) menunjang perkembangan motorik. (WHO, 2010; Roesli, 2000
dalam Haniarti 2011).
b. Manfaat ASI bagi ibu
Manfaat ASI bagi ibu antara lain 1). Pemberian ASI
memberikan 98% metode kontrasepsi yang efisien selama 6 bulan
pertama sesudah kelahiran bila diberikan hanya ASI saja
(eksklusif) dan belum terjadi menstruasi kembali, 2). Menurunkan
risiko kanker payudara dan ovarium, 3). Membantu ibu
menurunkan berat badan setelah melahirkan, 4). Menurunkan
risiko DM tipe 2, 5). Pemberian ASI sangat ekonomis, 6).
Mengurangi terjadinya perdarahan bila langsung menyusui setelah
Page 34
20
melahirkan, 7) mengurangi beban kerja ibu karena ASI tersedia
dimana saja dan kapan saja, 8). Meningkatkan hubungan batin
antara ibu dan bayi (WHO, 2010; Aprilia, 2009)
c. Manfaat ASI bagi keluarga
Adapun manfaat ASI bagi keluarga 1). Tidak perlu uang untuk
membeli susu formula, kayu bakar atau minyak untuk merebus air,
susu atau peralatan, 2). Bayi sehat berarti keluarga mengeluarkan
biaya sedikit (hemat) dalam perawatan kesehatan dan
berkurangnya kekhawatiran bayi akan sakit, 3). Penjarangan
kelahiran karena efek kontrasepsi dari ASI eksklusif, 4).
Menghemat waktu keluarga bila bayi lebih sehat. 5). Pemberian
ASI pada bayi berarti hemat tenaga bagi keluarga sebab ASI
selalu siap sedia. (Aprilia, 2009)
6. Faktor penyeb berkurangnya ASI
a. Faktor menyususi
Hal-hal yang dapat mengurangi produksi ASI adalah tidak
melakukan inisiasi, menjadwal pemberian ASI, bayi diberi minum
dari botol atau dot sebelum ASI keluar, kesalahan pada posisi dan
perlekatan bayi pada saat menyusui.
b. Faktor psikologi ibu
Persiapan psikologi ibu sangat menentukan kebrhasilan
meyusui. Ibu yang tidak mempunyai keyakinan mampu
memproduksi ASI umumnya produksi ASI akan berkurang. Stress,
Page 35
21
khawati, ketidakbahagiaan ibu pada periode menyusui sangat
berperan dalam mensukseskan pemberian ASI eksklusif. Peran
keluarga dalam meningkatkan percaya diri ibu snagat besar.
c. Faktor bayi
Ada beberapa faktor kendala yang bersumber pada bayi
misalnya bayi sakit, prematur, dan bayi dengan kelainan bawaan
sehingga ibu tidak memberikan ASI-nya menyeababkan produksi
ASI akan berkurang.
d. Faktor fisik ibu
Ibu sakit, lelah menggunakan pil kontrasepsi atau alat
kontrasepsi lain yang mengandung hormon, ibu menyusui juga
hamil lagi, peminum alkohol, perokok atau ibu dengan kelainan
anatomis payudara dapat mengurangi produksi ASI (Depkes,
2005)
7. Faktor yang mempengaruhi ibu tidak memberikan ASI eksklusif
a. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil stimulasi informasi yang
diperhatikan, dipahami dan diingatnya. Informasi dapat berasal
dari berbagai bentuk termasuk pendidikan formal maupun non
formal, percakapan harian, membaca, mendengar radio, menonton
TV dan dari pengalaman hidup lainnya. (Aprilia, 2009)
Menurut Roesli (2005), bahwa hambatan utama tercapainya
ASI eksklusif yang benar adalah karena kurang sampainya
Page 36
22
pengetahuan yang benar tentang ASI eksklusif pada para ibu.
Seorang ibu harus empunyai pengetahuan yang baik dalam
menyususi. Kehilangan pengetahuan tentang menyususi berarti
kehilangan besar akan kepercayaan diri seorang ibu untuk dapat
memberikan perawatan terbaik untuk bayinya dan bayi akan
kehilangan sumber makanan yang vital dan cara perawatan yang
optuimal. Pengetahuan yang kuran mengenai ASI eksklusif terlihat
dari pemnfaatan susu formula secara dini di perkotaan dan
pemberian atau nasi sebagai tambahan ASI di pedesaan. (Afifah,
2009)
b. Lingkungan
Menurut Perinasia (2003) lingkungan menjadi faktor penentu
kesiapan ibu untuk menyusui bayinya. Setiap orang selalu
terpapar dan tersentuh oleh kebiasaan di lingkuannya serta
mendapat pengaruh dari masyarakat, baik secara langsung
maupun tidak langsung.pada kebanyakan wanita di perkotaan,
sudah terbiasa menggunakan susu formula dengan pertimbangan
lebih modern dan praktis. Menurut penelitian Valdes dan Schooley
(1996) wanita yang berada dilingkungan modern di perkotaan lebih
sering melihat ibu-ibu menggunakan susu formula sedangkan
dipedasaan masih banyak dijumpai memberikan ASI tetapi cara
pemberian tidak tepat, jadi pemberian ASI eksklusif di pengaruhi
oleh lingkungan (Haniarti, 2011)
Page 37
23
c. Pengalaman
Menurut hasil penelitian Diana (2007) pengalaman wanita
semenjak kecil akan mempengaruhi sikap dan penampilan wanita
yang dalam keluarga atau lingkungan mempunyai kebiasaan atau
sering melihat wanita yang menyususi secara teratur maka akan
mempunyai pandangan yang positif tentang menyusui sesuai
dengan pengalaman sehari-hari. Tidak mengherankan bila wanita
deasa dalam lingkungan ini hanya memiliki sedikit bahkan tidak
memiliki sama sekali informasi, pengalaman cra menyususi dan
keyakinan akan kemampuan menyusui. Sehingga pengalaman
tersebut mendorong wanita tersebut untuk menyyususi dikemudian
harinya dan sebaliknya.
d. Dukungan keluarga
Lingkungan keluarga merupakan lingkungan yang sangat
berpengaruh terhadap keberhasilan ibu menyususi bayinya secara
eksklusif. Keluarga (suami, orang tua, mertua, ipar dan
sebagainya) perlu diinformasikan bahwa seorang ibu perlu
dukungan dan bantuan keluarga agar ibu berhasil menyusui
secara eksklusif. Bagian keluarga yang mempunyai pengaruh
yang paling besar terhadap keberhasilan dan kegagalan menyusui
adalah suami. Masih banyak suami yang berpendapat salah, yang
menganggap menyusui adalah urusan ibu dan bayinya. Peran
suami akan turut menentukan kelancaran refleks pengeluaran Asi
Page 38
24
(let down refleks) yang sangat dipengaruhi oleh keadaan emosi
atau perasaan ibu. (Roesli, 2008).
B. Tinjauan Umum Tentang Susu Formula
1. Pengertian Susu Formula
Susu formula adalah produk berupa tepung susu (umumnya susu
sapi) yang telah diformulasikan sedemikian rupa sehingga dapt
memenuhi kebutuhan bayi akan zat-zat gizi. Susu formula menurut
Roesli (2004) adalah cairan yang berisi zat yang mati didalamnya,
tidak ada sel yang hidup seperti sel darah putih, zat pembunuh bakteri,
antibodi serta tidak mengandung enzim maupun hormon yang
mengandung faktor pertumbuhan.
2. Pengertian Promosi Susu Formula
Promosi susu formula merupakan upaya mengenalkan,
memasarkan, menyebarluaskan, maupun menjual produk susu
formula kepada masyarakat yang bertujuan agar masyarakat
mengenal, menerima atau membeli produk tersebut hingga
memakainya dengan setia.
Saat ini para produsen susu formula mulai mengalihkan promosi
produknya dari iklan yang langsung ke konsumen yang menjadi
promosi di institut pelayanan kesehatan seperti rumah sakit, rumah
bersalin, dan tempat praktik bidan. Selain memasang poster dan
kalender, ibu yang baru melahirkan diberi dampel gratis susu formula.
(Siswono, 2001)
Page 39
25
Susu formula yang didapatkan ibu saat melahirkan berpengaruh
terhadap pemberian ASI eksklusif pada bayinya, memberikan susu
formula kepada bayi saat ASI belum keluar bukan merupakan tindakan
yang tepat karena tidak sesuai dengan standar ASI eksklusif
(Amiruddin & Rosita, 20060. Pemberian susu formula juga merupakan
faktor risiko kejadian growth faltering . bayi yang diberi susu formula
mempunyai risiko 2,96 kali lipat terhadap kejadian growth faltering
(Dyah, 2008)
Menurut Roesli (2004), faktor-faktor yang mempengaruhi
pemberian susu formula yaitu :
a. ASI tidak cukup
Alasan ini merupakan alasan utama bagi ibu tidak memberikan Asi
secara eksklusif. Walupun banyak ibu yang merasa ASI-nya kuran,
tetapi hanya sedikit (2-5%) yang secara biologis memang kurang
produksi ASI-nya. Selebihnya ibu dapat menghasilkan ASI yang
cukup untuk bayinya.
b. Ibu bekerja dengan cuti hamil 3 bulan
Bekerja bukan alasan untuk tidak memberikan ASI karena waktu
ibubekerja, bayi dapat diberi ASI perah yang diperoleh sehari
sebelumnya.
c. Takut ditinggal suami
Page 40
26
Alasan ini karena mitos yang salah, yaitu menyusui akan
mengubah bentuk payudara menjadi jelek. Pada dasarnya yang
mengubah bentuk payudara adalah waktu kehamilan bukan
menyusui.
d. Bayi akan tumbuh menjadi anak yang tidak mandiri dan manja
Pendapat bahwa bayi akan tumbuh menjadi anak manja karena
terlalu sering didekap dan dibelai adalah tidak benar. Justru anak
akan tumbuh menjadi kurang mandiri, manja dan agresif karena
kurang diperhatikan oleh orang tua dan keluarga.
e. Susu formula lebih praktis
Pendapat ini tidak benar karena untuk membuat susu formula
diperlukan api atau listrik untuk memasak air, peralatan yang harus
steril, dan waktu untuk mendinginkan susu formula. Sementara
ASI siap pakai dengan suhu yang tepat setiap saat tidak
memerlukan api, listrik, dan perlengkapan yang harus steril.
f. Takut badan gemuk
Pendapat bahwa ibu menyusui akan sulit menurunkan berat badan
adalah tidak benar. Ditemukan bukti bahwa menyusui akan
menurunkan berat badan lebih cepat daripada ibu yang tidak
menyusui. Timbunan lemak yang terjadi sewaktu hamil yang tidak
menyusui akan lebih sulit untuk menghilangkan timbunan lemak
tersebut
C. Tinjauan Umum Tentang Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
Page 41
27
1. Pertumbuhan Anak
a. Pengertian
Supriasa (2001) menyatakan bahwa pertumbuhan berkaitan
dengan perubahan dalam besar, jumlah, ukuran, dan fungsi tingkat
sel, organ maupun individu, yang diukur dengan berat ( gram,
pound, kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang dan
keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh).
Pertumbuhan fisik merupakan satu hal yang kuatitatif, yang dapat
diukur. Indikator ukuran pertumbuhan meliputi perubahan tinggi dan
berat badan, gigi, struktur skelet, dan karakteristik seksual (Perry &
Potter, 2005).
Pertumbuhan pada masa anak-anak mengalami perbedaan
yang bervariasi sesuai dengan bertambahnya usia anak. Secara
umum, pertumbuhan fisik dimulai dari arah kepala ke kaki
(cephalocaudal). Kematangan pertumbuhan tubuh pada bagian
kepala berlangsung lebih dahulu, kemudian secara berangsur-
angsur diikuti oleh tubuh bagian bawah. Selanjutnya, pertumbuhan
bagian bawah akan bertambah secara teratur (Nursalam dkk, 2005
b. Ciri-ciri pertumbuhan
Hidayat (2008) menyatakan bahwa sesorang dikatakan
mengalami pertumbuhan bila terjadi perubahan ukuran dalam hal
bertambahnya ukuran fisik, seperti berat badan, tinggi
badan/panjang badan, lingkar kepala, lingkar lengan, lingkar dada,
Page 42
28
perubahan proporsi yang terlihat pada proporsi fisik atau organ
manusia yang mulai muncul mulai dari masa konsepsi sampai
dewasa, terdapat ciri baru yang secara perlahan mengikuti proses
kematangan seperti adanya rambut pada daerah aksila, pubis atau
dada, hilangnya ciri-ciri lama yang ada selama masa pertumbuhan
seperti hilangnya kelenjar timus, lepasnya gigi susu atau hilangnya
refleks tertentu.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan antara lain :
1) Faktor internal (Genetik)
Faktor internal (genetik) antara lain termasuk berbagai faktor
bawaan yang normal dan patologis, jenis kelamin, obstetrik dan
ras atau suku bangsa. Apabila potensi genetik ini dapat
berinteraksi dengan baik dalam lingkungan, maka pertumbuhan
optimal akan tercapai (Supriasa, 2001)
2) Faktor eksternal
Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi antara lain
keluarga, kelompok teman sebaya, pengalam hidup, kesehatan
lingkungan, kesehatan prenatal, nutrisi, istirahat, tidur dan
olahraga, status kesehatan, serta lingkungan tempat tinggal
(Perry & Potter, 2005)
Wong, dkk (2008) mengatakan bahwa nutrisi memiliki
pengaruh paling penting pada pertumbuhan. Bayi dan anak-
Page 43
29
anak memerlukan kebutuhan kalori relatif besar, hal in
dibuktikan dengan peningkatan tinggi dan berat badan.
d. Parameter pertumbuhan
Parameter untuk mengukur kemajuan biasanya yang
dipergunakan adalah berat badan dan panjang badan (Hidayat,
2008).
1) Berat Badan
Pengukuran berat badan digunakan untuk menilai hasil
peningkatan atau penurunan semua jaringan yang ada pada
tubuh, isalnya tulang, otot, lemak, organ tubuh, dan cairan tubuh
sehingga dapat diketahui status keadaan gizi atau tumbuh
kembang anak (Hidayat, 2008). Selain itu, berat badan juga
dapat digunakan sebagai dasar perhitungan dosis dan makanan
yang diperlukan dalam tindakan pengobatan (Supariasa, 2001)
Pada usia beberapa hari, berat badan bayi mengalami
penurunan yang sifatnya normal, yaitu sekitar 10% dari berat
badan waktu lahir. Hal ini disebabkan karena keluarnya
mekonium dan air seni yang belum diimbangi dengan asupan
yang mencukupi, misalnya produksi ASI yang belum lancar dan
berat badan akan kembali pada hari kesepuluh (Nursalam dkk,
2005)
Page 44
30
Pertumbuhan berat badan bayi usia 0-6 bulan mengalami
penambahan 150-210 gram/minggu dan berdasarka kurva
pertumbuhan yang diterbitkan oleh National center for Health
Statistic (NCHS), berat bayi akan meningkat dua kali lipat dari
berat lahir pada akhir usia 4-7 bulan (Wong dkk, 2008). Berat
badan lahir normal bayi sekitar 2.500-3.500 gram, apabila
kurang dari 2.500 gram dikatakan bayi memiliki berat badan
lahir rendah (BBLR), sedangakan bila lebih dari 3.500 gram
dikatakan makrosomia. Pada masa bayi-balita, berat badan
digunakan untuk mengetahui pertumbuhan fisik dan status gizi.
Status gizi erat kaitannya dengan pertumbuhan, sehingga untuk
mengetahui pertumbuhan bayi, status gizi diperhatikan
(Susilowati, 2008).
Di indonesia baku rujukan yang digunakan sebagai
pembanding penilaian status gizi dan pertumbuhan perorangan
maupun masyarakat adalah baku rujukan WHO-NCHS
(Supariasa, 2001). Baku rujukan WHO-NCHS ini membedakan
antara laki-laki dan perempuan, agar diperoleh perbedaan yang
lebih mendasaf. Pembagiannya dikategorikan menjadi gizi baik,
kurang, buruk dan lebih (Soekirman, 2000)
Page 45
31
Tabel 2. Pembagian status Gizi berdasarkan Berat Badan
Kategori Ambang Batas
Gizi Baik +2 SD > skor _Z ≥-2 SD
Gizi Kurang -2 SD > skor_Z ≥-3 SD
Gizi Buruk Skor_Z < -3 SD
Gizi Lebih Skor _Z ≥ +2 SD
Berikut ini tabel rujukan WHO-NCHS untuk anak perempuan dan lai-
laki berdasarkan BB/U :
Tabel 3 Rujukan BB/U untuk anak perempuan Usia 0-6 bulan
menurut WHO-NCHS
Umur (bulan)
Nilai BB (Kg)
-3 SD -2 SD -1 SD Median +1 SD +2 SD +3 SD
0 1.8 2.2 2.7 3.2 3.6 4.0 4.3
1 2.2 2.8 3.4 4.0 5.5 5.1 5.6
2 2.7 3.3 4.0 4.7 5.4 6.1 6.7
3 3.2 3.9 4.7 5.4 6.2 7.0 7.7
4 3.7 4.5 5.3 6.0 6.9 7.7 8.6
5 4.1 5.0 5.8 6.7 7.5 8.4 9.3
6 4.6 5.5 6.3 7.2 8.1 9.0 10.0
Page 46
32
Tabel 4 Rujukan BB/U untuk anak laki-laki usia 0-6 bulan
menurut WHO-NCHS
Umur (bulan)
Nilai BB (Kg)
-3 SD -2 SD -1 SD Median +1 SD +2 SD
0 2.0 2.4 2.9 3.3 3.8 4.3 4.8
1 2.2 2.9 3.6 4.3 5.0 5.6 6.3
2 2.6 3.5 4.3 5.2 6.0 6.8 7.6
3 3.1 4.1 5.0 6.0 6.9 7.7 8.6
4 3.7 4.7 5.7 6.7 7.6 8.5 9.4
5 4.3 5.3 6.3 7.3 8.2 9.2 10.1
6 4.9 5.9 6.9 7.8 8.8 9.8 10.8
2) Panjang Badan
Istilah panjang badan dinyatakan sebagai pengukuran
yang dilakukan ketika anak telentang (Wong dkk, 2008).
Pengukuran panjang badan digunakan untuk menilai status
perbaikan gizi. Selain itu , panjang badan merupakan indikator
yang baik untuk pertumbuhan fisik yang sudah lewat (stunting)
dan untuk perbandingan terhadap perubahan relatif, seperti nilai
berat badan dan lingkar lengan atas (Nursalam dkk, 2005)
Pengukuran panjang badan dapat dilakukan dengan
sangat mudah untuk menilai gangguan pertumbuhan dan
perkembangan anak. Panjang bayi baru lahir normal adalah 45-
50 cm dan berdasarkan kurva pertumbuhan yang diterbitkan
Page 47
33
oleh National Center for Health Statistic (NCHS), bayi akan
mengalami penambahan panjang badan sekitar 2,5 cm setiap
bulannya (Wong dkk, 2008), penambahan tersebut akan terus
berangsur-angsur berkurang sampai usia 9 tahun, yaitu sekitar
5 cm/tahun dan penambahan ini akan berhenti pada usia 18-20
tahun (Nursalam dkk, 2005)
Kategori untuk panjang badan, dapat dibedakan menjadi
kategori sangat pendek, pendek, normal dan tinggi (Depkes RI,
2004)
Tabel 5. Pembagian Status Gizi berdasarkan Panjang Badan
Kategori Ambang Batas
Sangat pendek Skor _Z < -3 SD
Pendek -2 SD > skor_Z ≥-3 SD
Normal +2 SD ≥Skor_Z ≥ -2 SD
Tinggi Skor _Z > +2 SD
Page 48
34
Berikut ini tabel rujukan WHO-NCHS pada anak perempuan dan laki- laki
berdasarkan TB/U
Tabel 6. Rujukan TB/U untuk anak perempuan usia 0-6 bulan
menurut WHO-NCHS.
Umur (bulan)
Nilai TB (cm)
-3 SD -2 SD -1 SD Median +1 SD +2 SD +3 SD
0 43.4 45.5 47.7 49.9 52.0 54.2 56.4
1 46.7 49.0 51.3 53.5 55.8 58.1 60.4
2 49.6 52.0 54.4 56.8 59.2 61.6 64.0
3 52.1 54.6 57.1 59.5 62.0 64.5 67.0
4 54.3 56.9 59.4 62.0 64.5 67.1 69.6
5 56.3 58.9 61.5 64.1 66.7 69.3 71.9
6 58.0 60.6 63.3 65.9 68.6 71.2 73.9
2. Perkembangan Anak
a. Pengertian
Anak memiliki suatu ciri yang khas yaitu selalu tumbuh dan
berkembang sejak konsepsi sampai berakhirnya masa remaja.
Anak menunjukkan ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan yang
sesuai dengan usianya. Pertumbuhan adalah bertambahnya
ukuran dan jumlah sel serta jaringan antar sel sehingga
bertambahnya ukuran fisik dengan satuan panjang dan berat
(Soetjiningsih, 1997).
Page 49
35
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill)
dalam struktur dan fungsi tubuh yang komleks dalam pola yang
teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses
pematangan (Soetjiningsih, 1997). Perkembangan dapat juga
berarti suatu proses yang berhubungan dengan fungsi organ yang
lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus,
bicara dan bhasa serta sosialisasi dan kemandirian.
Perkembangan merupakan hasil interaksi kematangan susunan
saraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya. (Depkes, 2005).
Proeses tumbuh kembang paling pesat adalah masa embrio
dan masa janin dan lebih terfokus pada perkembangan otak. Saat
anak lahir berat otak anak sekitar 25%, pada usia 6 bulan pertama
kehidupan berat otak anak telah mencaai 50% dari otak dewasa
dan pada saat anak mecapai usia 2 tahun berat otaknya telah
mencapai 75% otak dewasa (Hetherington & Parke, 1999)
Menurut Kolb (19980 menyatakan bahwa otak pada anak
pada saat lahir memiliki 100-200 milyar sel saraf. Pertumbuhan
otak mencerminkan pertumbuhan dari ganglion yang
menyelubungi dan melindungi sel saraf, serta menyediakan
struktur pendukug, mengatur zat gizi dan memperbaiki jaringan sel
saraf. Beberapa sel ganglion bertanggung jawab untuk tugas
penting pada myelinesasi, dimana bagian-bagian dari sel saraf
tersebut ditutupi oleh sejumlah lapisan-lapisan lemak. Selaput
Page 50
36
pembungkus tersebut disebut sebagai Myelin. Peyekatan setiap
bagian sel saraf ini membuat sel saraf lebih efisien dalam
memancarkan atau mengirinkan informasi. Saraf senntiasa selalu
bergerak, berpindah tempat ke tempat akhir mereka. Melalui suatu
proses didalam tubh sel saraf bergerak ke berbagai tempat
didalam otak. Perpindahan sel saraf ini meyakinkan bahwa semua
bagian-bagian otak dilayani oleh sejumlah sel sraf yang cukup.
(Hetherington & Parke, 1999)
Tujuh puluh persen dari pembelahan sel otak terjadi pada
periode fetal, untuk pembentukan membran sel dibutuhkan lemak
dalam jumlah besar dalam bentuk khusus yaitu arachidonic (AA)
dan docosahexanoic acid (DHA). Setelah bayi lahir perkembangan
struktur, organisasi dan fungsi sel otak berlangsung pesat. Air
susu ibi mengandung banyak asam lemak penting AA dan DHA,
yang banyak ditemukan pada retina mata dan otak. Kekurangan
DHA pada janin dan bayi mengakibatkan resiko gangguan
perkembangan syaraf, dampak negatif pada perkembangan
kecerdasan dan gangguan perkembangan retina (Soemapraja,
1996; Trahms, 2004).
Agostoni et al., (2001) meneliti lamanya menyususi selama 6
bulan atau lebih dan kandungan lemak susu pada 6 bulan
dihubungkan dengan tingginya nilai perkembangan pada usia anak
1 tahun. Hasilnya menunjukkan diantara faktor lemak susu
Page 51
37
tersebut berat lemak pada usia 6 bulan, menunjukkan hubungan
yang tinggi pada nilai Psychomotor Developmet Index dan nilai
yang paling tinggi pada Bayley Mental Development Index. Saat
memperpanjang lamanya menyususi pada masa penyapihan
dapat mempengaruhi pencapaian perkembangan yang lebih baik
pada anak usia 12 bulan. Hal ini mungkin berkaitan dengan
persediaan lemak yang meyokong enegi dan mempengaruhi
komposisi otak.
b. Ciri-ciri Perkembangan
Menurut Soetjiningsih (1997) proses tumbuh kembang memiliki
beberapa ciri yang saling berkaitan, ciri tersebut adalah sebagai
berikut :
1) Perkembangan adalah proses yang kontinyu sejak konsepsi
sampai dewasa, yang dipengaruhi oleh faktor bawaan dan
lingkungan.
2) Pola perkembangan anak mempunyai patokan umum, yaitu
berurutan dan sama pada semua anak, tetapi kecepatannya
berbeda antara anak satu dan lainnya.
3) Perkembangan erat hubungannya dengan maturasi sistem
susunan saraf.
4) Aktifitas seluruh tubuh akan diganti oleh respon individu yang
khas.
Page 52
38
5) Arah perkembangan Cephalocaudal atau proksimaldistal, yaitu
mulai dari daerah kepala kemudian ke arah caudal dan
proksimal ke arah distal ke jari-jari, contohnya adalah langkah
pertama sebelum berjalan adalah kemampuan menegkkan
kepala.
6) Refleks primitif akan menghilang, seperti refleks memegang
dan berjalan akan menghilang sebelum gerakan volunter
tercapai.
c. Klasifikasi Perkembangan Motorik
Perkembangan motorik adalah perubahan yang terus-
menerus dalam perilaku motorik sepanjang siklus kehidupan,
disempurnakan dengan adanya interaksi antara kebutuhan
tugas biologi dari individu dan kondisi lingkungan. Proses
perkembangan motorik melibatkan faktor biologi, lingkungan dan
tuntutan tugas perkembangan, semuanya mempengaruhi
pencapaian motorik dan kemampun gerakan individu dari masa
kanak-kanaksampai dewasa (gallahue & Ozmun, 1998). Arah
perkembangan motorik adalah cephalocaudal dan
proksimaldistal, serta dari umum ke spesifik atau dari
kemampuan gerakan kasar ke gerakan halus (Soetjiningsih,
1996)
Page 53
39
1) Perkembangan Motorik Kasar
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk
mengamati sesu htu, melakukan gerakan yang melibatkan
bagian-bagian tubh tertentu dan dilakukan dengan bantuan
otot-otot kecil, tetapi memerlukn koordinasi yang cermat
dari mata, tangan dan jari. (Soetjiningsih, 1996, Depkes,
2005).
2) Perkembangan Motorik halus
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak
melakukan pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan
otot-otot besar seperti duduk, berdiri dan lainnya.
(Soetjiningsih, 1996, Depkes, 2005).
d. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan
Tumbuh kembang anak dipengaruhi oleh banyak faktro
diantaranya selain faktor genetik, terdapat faktor lingkungan,
lingkungan pranatal dan postnatal. Lingkungan pranatal
diantarannya gizi saat hamil, endokrin, mekanis, toksin radiasi,
infeksi dan sebagainya.adapun lingkungan postatal yang
berpengaruh terhadap perkembangan diantarannya
biofisikopsikososial
1) Faktor lingkungan biologis
Faktor lingkungan biologis yang mempengaruhi
perkembangan anak setelah dilahirkan adalah : ras/suku
Page 54
40
bangsa, jenis kelamin, umur, gizi, perawatan kesehatan,
kepekaa terhadap penyakit, penyakit kronis, fungsi
metabolisme dan hormon. Hurlock, (1997) menyatakan jenis
kelamin berperan penting dalam perkembangan anak,
dikarenakan anak mengalami penekanan budaya dan norma
yang sesuai dengan jenis kelamin. Soetjiningsih (1997)
menyatakan anak laki-laki lebih sering sakit dibandingkan
anak perempuan, namun belum diketahui secara pasti.
Penelitian Guttmann et al., (2004) menunjukkan faktor yang
mempengaruhi buruknya pencapaian perkembangan anak
prasekolah adalah salah satunya jenis kelamin laki-laki. Hasil
penelitian Puslitbang gizi dan makanan (2001) tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan motorik anak
usia 12-18 bulan di keluarga miskin dan tidak miskin di
Ciomas Bogor, menunjukkan bahwa kemampuan motorik
kasar berhubungan signifikan dengan faktor kecukupan
energi, kecukupan protein dan aktivitas anak. Sedangkan
lingkungan fisik antara lain cuaca, sanitasi, keadaan rumah
dan radiasi.
2) Lingkungan psikososial
Adapun lingkungan psikososial, diantaranya; stimulasi,
motivasi belajar, ganjaran, kelompok teman sebaya, stress,
sekolah, cinta kasih dan kualitas interaksi anak-orang tua.
Page 55
41
Salah satu faktor psikososial yang mempengaruhi
perkembangan diantarannya adalah stimulasi. Stimulasi
mempunyai peranan penting dalam perkembangan.
Stimulasi adalah perangsangan dan latihan-latihan terhadap
kepandaian anak yang datangnya dari lingkungan kuar anak.
Stimulasi perkembangan anak diberikan setiap saat,
sesering mungkin, sesuai dengan umur dan kesiapan anak.
Simulasi dapat diberikan setiap hari, apabila anak
mengalami keterlambatan stimulasi diberikan setiap hari
selama 3-4 jam. (Depkes, 2005). Stimulasi khususnya dalam
keluarga, diantarannya menyediakan alat mainan, sosialisasi
anak, keterlibatan ibu dan anggota keluarga lainnya
terhadap kegiatan anak dan perlakuan ibu terhadap perilaku
anak. Stimulasi mental merupakan cikal bakal dalam proses
belajar anak. Stimulasi mental akan mengembangkan
perkembangan mental psikososial seperti; kecerdasan,
kemandirian, kreativitas, agama, kepribadian, moral etika,
produktivitas dan lainnyaanak yang mendapatkan stimulasi
yang teraarah dan teratur akan lebih cepat berkembang
dibandingkan dengan anak yang kurang mendapatkan
stimulasi (Soetjiningsih, 1997). Andrade et al., (2005)
meneliti hubungan lingkungan keluarga dan perkembangan
kognitif anak hasilnya menunjukkan bahwa kualitas stimulasi
Page 56
42
dalam lingkungan keluarga berhubungan dengan
perkembangan kognitif anak. Selain itu faktor lain yang
berpengaruh terhadap pekembangan kognitif anak adalah
pekerjaan dan tingkat pendidikan ibu.
3) Faktor keluarga dan adat istiadat
Faktor keluarga yang mempengaruhi perkembangan
anak, antara lain : pekerjaan dan pendaptan keluarga,
pendidikan orang tua, jumlah saudara, jenis kelamin dalam
keluarga, stabilitas dalam rumah tangga, kepribadian
ayah/ibu, adat istiadat, norma dan tabu, agama urbanisasi
serta kehidupan politik yang mempengaruhi prioritas
kepentingan anak. Pnelitian Guttman et al., (2004) faktor
yang mempengaruhi buruknya pencapaian perkembangan
anak prasekolah adalah oleh jenis kelamin laki-laki, ibu yang
mengalami depresi, ibu degan status imigran, dan keluarga
dengan pendapatan yang rendah. Menurut First & Palfrey
(1994) faktor risiko untuk terjadinya keterlambatan
perkembangan pada bayi maupun anak diantaranya: faktor
sebelum penyakit (penyakit infeksi, riwayat abortus atau lahir
mati) faktor perinatal (prematuritas, BLR, gemell dan
komplikasi persalinan), faktor neonatal (hyperbilirubin, sepsis
dan hypoksia), faktor postbatal (sepsis, otitis media
berulang, asupan makanan yang buruk dan terpapar racun).
Page 57
43
Faktor riwayat keluarga mengalami keterlambatan
perkembangan, buta, tuli dan kelainan kromosom. Faktor
riwayat sosial penghasilan yang terbatas, kekerasan dan
anak yang terlantar, orangtua remaja, orangtua tunggal,
retardasi mental dan kejadian stress yang berat ( bencana,
kematian, atau orangtua yang tidak bekerja).
Model konsep teori dari UNICEF, menjelaskan bahwa
asupan makanan dan kesehatan merupakan penyebab
langsung yang berdampak terhadap kelangsungan hidup
anak, pertumbuhan dan perkembangannya. Perkembangan
anak dipengaruhi oleh beberapa anak dipengaruhi oleh
beberapa penyebab tidak langsung, diantarannya praktik
pemberian makanan dan menyusui, asuhan psikososial
(stimulasi sosial dan kognitif), perilaku pemberi asuhan dan
faktor lainnya. Perilaku pemberi asuhan selain dapat
meningkatkan asupan makanan juga mendukung terhadap
perkembangan psikologi anak (Michaelsen et al., 2003).
Beberapa faktor yang mendasari praktik pemberian
makanan dan meyusui yaitu ketersediaan sumber daya
keluarga, masyarakat dan kesehatan termasuk didalamnya
informasi yang diperoleh kaluarga, edukasi dan komunikasi
serta tingkat pengetahuan serta sumberdaya ekonomi.
Selain itu kondisi sosial budaya serta keadaan politik turut
Page 58
44
berperan dalam kelangsungan hiidup anak baik
pertumbuhan maupun perkembangan anak (WHO, 2004;
Michelsen et al., 2003).
Neonatus adalah bayi yang berusia 0-28 hari (FK UI, 2008).
Infant adalah bayi yang berusia 0 bulan – 1 tahun
(http://id.wikipedia.org).
Skala perkembangan bayi usia 0 – 12 bulan. (M.T. Indriati :
Panduan Lengkap Kehamilan, persalinan dan Perawatan bayi).
a. Usia 0 – 3 bulan
Kemampuan perkembangan yang harus di capai bayi usia 0 – 3
bulan adalah :
1) Mampu menggerakan kedua tungkai dan lengan sama
mudahnya ketika terlentang. Di lihat dengan cara
meletakkan bayi pada posisi terlentang, perhatikan gerakan
kedua tungkai dan lengannya.
2) Memberikan reaksi dengan melihat ke arah sumber cahaya.
Di lihat dengan menyalakan lampu senter yang digerakkan
ke kiri dan ke kanan, perhatikan perubahan mimik muka bayi
dan gerakan matanya.
3) Mengeluarkan suara atau mengoceh. Perhatikan apakah
bayi mengeluarkan suara-suara lain disamping menagis.
4) Membalas senyum ketika diajak bicara dan tersebyum.
Page 59
45
b. Usia 4 – 6 bulan
Kemampuan perkembangan yang harus dicapai anak sesaat
sebelum berumur 6 (enam) bulan.
1) Mampu mengangkat kepalanya dengan tegak ketika
tengkurap. Di lihat dengan cara meletakkan bayi pada posisi
tengkurap, perhatikan apakah bayi dapat mengangkat
kepalanya sampai tegak.
2) Menggenggam benda yang disentuhkan pada punggung atau
ujung tangannya dengan kuat, misalnya ujung jari ibu atau
pensil. Perhatikan apakah digenggam dengan kuat beberapa
ssat.
3) Mencari sumber suara yang nyaring, misalnya cara
memukulkan sendok ke gelas. Perhatikan apakah bayi
memalingkan kepalanya mencari sumber suara tersebut.
4) Membalas senyuman ketika di ajak bicara dan tersebyum.
c. Usia 7 – 9 bulan
Kemampuan perkembangan yang harus dicapai anak sesaat
sebelum berumur 9 bulan adalah :
1) Mempertahankan posisi duduk dengan kepala tegak ketika
di dudukan. Caranya dengan mendudukkan bayi di atas
meja, perhatikan apakah bayi dapat mempertahankan
kepalannya
Page 60
46
2) dengan tegak dalam sikap duduk.
3) Meraih benda yang terletak dalam jangkauannya, di lakukan
dengan meletakkan benda yang menarik di dekat bayi pada
tempat terjangkau olehnya, apakah bayi berusaha
meraihnya.
4) Mampu tertawa dan berteriak bila melihat benda yang
menarik atau meyenagkan hatinya dengan cara
memperlihatkan benda yang menarik, lalu perhatikan
apakah bayi tertawa atau berteriak.
5) Mengenal dan dapat membedakan antara orang yang sudah
dikenal dengan yang belum dikenal , dengan cara meminta
bantuan tetangga untuk menggendongnya, perhatikan
apakah bayi menangis atau kelihatan takut kepada orang
yang tidak dikenal.
d. Usia 10 – 12 bulan
Kemampuan perkembangan anak yang harus dicapai sesat
sebelum berusia 12 bulan :
1) Berdiri dan berpegangan, caranya dengan cara mendudukan
bayi pada permukaan yang datar seperti lantai yang dekat
dengan dinding dan usahakan agar bayi mau berdiri dengan
cara memberikan mainan yang menarik. Perhatikan apakah
bayi dapat bendiri sendiri dengan berpegangan pada dinding
tersebut.
Page 61
47
2) Mengambil benda-benda kecil sebesar biji jagung didekat
bayi, perhatikan apakah bayi dapat mengambil benda
tersebut dengan cara meraupnya.
3) Bayi dapat mengatakan 2 suku kata yang sama, misalnya
pa-pa ma-ma, da-da dan lain-lain
4) Dapat mengikuti permainan ―ciluba‖. Dan perhatikan apakah
bayi mengikuti permainan.
D. Tinjauan Umum Tentang Tes Skrining Perkembangan Denver II
Denver II adalah merupakan salah satu metode detensi dini
terhadap kelainan perkembnagan anak, tes tersebut bukan merupakan
tes diagnostik atau tes kecerdasan (Frankenburg & Dodds, 1975;
1996). Tes ini memenuhi semua persyaratan yang diperlukan untuk
metode deteksi dini yang baik, mudah dan cepat, waktu yang
diperlukan sekitar 15-20 menit, dapat diandalkan dan menunjukkan
validitas yang tinggi .
Beberapa alasan Denver II sering digunakan sebagai salah satu
alat untuk deteksi keterlambatan perkembangan, diantaranya adalah:
menurut Fistr & Palfrey (1994) secara umum mudah pelaksanaanya,
dan dapat dilaksanakan dalam waktu cepat dan singkat. Denver II
bukkan merupakan tes diagnostik sehingga tidak dapat menyimpulkan
adanyan abnormalitas, hanya suspek atau diduga sehingga perlu
rujukan untuk penegakan diagnostik. Denver II bukan merupakan tes
Page 62
48
kecerdasan sehingga tidak dapat memprediksi kecerdasan dikemudian
hari, tidak digunakan untuk menilai gangguan belajar, perilaku dan
emosional serta tidak sebagai pemeriksaan fisik, neurologi dan tes
diagnostik lainnya (Frankenburg & Dodds, 1975; 1996). Beberapa
penelitian yang pernah dilakukan dengan DDST secara efektif dapat
mengidentifikasikan antara 85-100 % bayi dan anak prasekolah yang
mengalami keterlambatan perkembangan.
Penggunaan Denver II untuk membandingkan kemampuan
perkembangan seorang anak dnegan kemampuan anak lain yang
seumur. Denver II terdiri dari 125 item yang disiusun dalam formulir
menjadi 4 sektor, untuk menjaring fungsi perkembnagn sebagai berikut:
1. Sektor perilaku sosial (personal sosial): aspek yang berhubungan
dengan penyesuaian diri di masyarakat dan kemampuan mandiri
serta berinteraksi dengan lingkungannya.
2. Sektor gerakan motorik halus (fine motor adaptive): aspek yang
berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu,
melakukan koordinasi dengan tangan, melakukan gerakan yang
melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-
otot kecil.
3. Sektor bahasa (language): kemampuan untuk memberikan respon
terhadap suara, medengar, mengerti dan menggunakan bahasa
atau berbicara spontan.
Page 63
49
4. Sektor motorik kasar (gross motor): aspek yang berhubungan
dengan pergerakan dan sikap tubuh seperti duduk, jalan dan
gerakan umum otot besar.
Cara penilaian formulir Denver II dengan cara mengisi skor dari
tiap uji coba yang dituliskan pada kotak segi empat, diantaranya:
P : Pass/lulus. Anak melakukan uji coba dengan baik, atau
ibu/pengasuh anak memberi laporan (tepat/dapat dipercaya bahwa
anak dapat melakukannya)
F : Fail/gagal. Anak tidak dapat melakukan uji coba dengan baik atau
ibu pengasuh anak memberikan laporan (tepat) bahwa anak tidak
dapat melakukannya dengan baik
No : No Opportunity/tidak ada kesempatan. Anak tidak mempunyai
kesempatan melakukan uji coba karena ada hambatan
R :Refusal/menolak. Anak menolak melakukan tes. Penolakan dapat
dikurangi dengan mengatakan ke anak apa yang harus
dilakukannya.
a. Penilaian Individual
1. Penilaian lebih (advanced): bila anak lulus pada item tes
yang terletak dikanan garis umur, dinyatakan
perkembangan anak lebih pada tes tersebut.
Page 64
50
2. Penilaian normal: bila anak gagal atau menolak melakukan
sesuatu item tes disebelah kanan garis umur.
3. Penilaian peringartan (caution): bila anak gagal (G) atau
menolak (M) tugas perkembngan, dimana garis umur
terletak pada atau antara 75% dan 90%
4. Penilaian keterlambatan (delayed): bila anak gagal atau
menolak melakukan uji coba yang terletak jelas disebelah
kiri garis umur.
5. Penilaian tidak ada kesempatan: pada tugas
perkembangan yang berdasarkan laporan, orangtua
melaporkan bahwa anak tidak ada kesempatan untuk
melakukan atau mencoba. Hasil ini tidak dimasukkan
dalam mengambil kesimpulan.
b. Penilaian hasil tes
Penilaian hasil deteksi perkembngan pada sektor motorik pada
penelitian ini mengadopsi pada penelitian Denver II, namun
diklasifikasikan menjadi 2 kategori yaitu :
1) Normal : bila tidak ada perkembangan motorik dan paling
banyak satu peringatan pada salah satu sektor motorik
halus dan kasar.
2) Dugaan keterlambatan perkembngan motorik : bila
didapatkan dua atau lebih peringatan atau satu atau lebih
keterlambatan pada sektor motorik halus dan kasar.
Page 65
51
E. Kerangka Teori
Sel saraf mulai berkembang pesat pada usia kehamilan trimester
III kehamilan. Setelah bayi lahir perkembangan struktur, organisasi dan
fungsi sel otak berlangsung pesat. Perkembangan tersebut terus terjadi
sehingga sampai usia 6 bulan otak anak telah mencapai 50 persen dari
otak orang dewasa dan 75 persen telah tercapai pada usia 2 tahun
(Hetherington & Parke, 1999). Air susu ibu banyak mengandung asam
lemak rantai panjang (Long-chain Polyunsaturated Acids/LCPUFAs)
yang tinggi, seperti AA dan DHA. Asam lemak rantai panjang dalam air
susu ibu mudah diserap oleh usus anak dibanding asam lemak susu
sapi. Lebih dari itu bukti meyakinkan bahwa LCPUFAs penting dalam
perkembangan yang normal dari sel saraf dan fungsi selaput
penglihatan (Michaelsen et al., 2003).
Proses pertumbuhan otak pada masa kanak-kanak mencerminkan
pertumbuhan dari ganglion yang menyelubingi dan melindungi sel
saraf, serta menyediakan struktur pendukung, megatur zat gizi dan
memperbaiki jaringan sel saraf. Sel ganglion bertanggung jawab untuk
tugas penting pada Myelinesasi, dimana bagian-bagian dari sel saraf
tersebut ditutupi oleh sejumlah lapisan-lapisan lemak. Selaput
pembungkus tersebut disebut sebagai myelin. Penyekatan setiap
bagian sel saraf ini membuat sel saraf lebih efisien dalam mengirimkan
informasi (Johnson, 1998, disitasi oleh Hetherington & Parke, 1999).
Page 66
52
Kerangka model dari UNICEF , menjelaskan bahwa asupan gizi
dan kesehatan merupakan penyebab langsung yang berdampak
terhadap pertumbuhan, perkembangan dan kelangsungan hidup anak.
Asupan gizi pada anak didasari pada ketersediaan sumber daya
ekonomi, peran pemberi asuhan dan sumber daya kesehatan (WHO,
2004). Burgard (2003) menjelaskan tentang hubungan antara gizi
dengan hasil penilaian kognitif anak. Adanya suatu keterkaitan antara
fisiologi perkembangan sistem saraf dengan jenis gizi yang diterima
oleh anak, jenis pemberian makanannya dan proses laktasi, interaksi
sosial saat terjadi kontan kantara ibu dan anak ketika proses menyusui,
serta peran orangtua dalam proses perkembngan saraf dan
pengaruhnya terhadap perkembangan motorik. Menurut hasil penelitian
Bodnardchuk, (2005) menyususi dalam jangka panjang dapat
meningkatkan kognitif pada anak dan mempercepat perkembangan
motorik pada khususnya merangkak dalam hal ini dapat mendorong
perubahan yang cepat terhadap perkembangan kognitif pada anak.
Menurut Soetjiningsih (1997) perkembangan dipengaruhi oleh
lingkungan diantaranya stimulasi. Anak yang mendapatkan stimulasi
yang terarah dan teratur akan lebih cepat berkembang dibandingkan
dengan anak yang kurang mendapat stimulasi. Andrade et al., (2005)
menyebutkan kualitas stimulasi dalam lingkungan keluarga, pekerjaan
ibu dan tingkat pendidikan berhubungan dengan perkembangan kognitif
pada anak. Menurut First & Palfrey (1994) perkembangan dipengaruhi
Page 67
53
oleh beberapa faktor diantaranya komplikasi persalinan, persalinan
kurang bulan, BBLR, penyakit infeksi dan lainnya
Gambar 1. Kerangka teori model dari UNICEF (WHO,2004)
Kelangsungan Hidup Anak
Pertumbuhan Perkembangan DAMPAK
Asupan Nutrisi Kesehatan yang cukup
Perilaku pemberian asuhan Asuhan kehamilan/ibu menyusui
Makanan/Menyusui Stimulasi Psikososial dan kognitif
Perilaku higenis Kesadaran hidup sehat
Penyimpanan dan penyiapan makanan
Keamanan Makanan dalam rumah
tangga
Pelayanan kesehatan
dan kesehatan
KETERSEDIAAN SUMBER DAYA
Sumber daya pemberi asuhan
Pengetahuan/kepercayaan (nilai/perawat anak), kesehatan/status gizi/Anemia, kesehatan jiwa/penegndalian penyebab stress/otonomi (pengambilan keputusan), beban kerja dan waktu yang terbatas, dukungan social (peran ayah, pengasuh anak, berbagi pekerjaan dan dukungan masyarakat)
Sumber daya
Ekonomi/Makanan
Produksi makanan
penghasilan pekerjaan
asset pertanian
Sumber daya Kesehatan
Air,sanitasi, ketersediaan
pelayanan kesehatan
(informasi, edukasi dan
komunikasi, sehetan dan
lingkungan/Rumah
KONDISI SOSIAL BUDAYA DAN POLITIK
SEBAB MENDASAR
SEBAB TIDAK
LANSUNG
SEBAB LANGSUNG
Page 68
54
Ket Diteliti :
Tidak diteliti :
Gambar 2. Kerangka teori penelitian kombinasi WHO, (2004): Burgard,
(2003); Firs & Palfrey, (1994), Bodnardchuk, (2005), telah
dimodifikasi.
Keadaan sosial ekonomi
Asupan Nutrisi Pendidikan pengetahuan ibu
Jenis gizi makanan
Pemberian ASI
Perkembangan system saraf
Perkembangan Motorik
Perkembangan anak
Kontak ibu dan anak
Proses laktasi Prolaktin & Oxytocin
Peran orang tua stimulasi dini
Komplikasi persalinan
Persalinan kurang bulan
Penyakit infeksi
BBLR
Factor genetik
PASI
Page 69
55
F. Kerangka Konsep
Berdasarkan landasan teori diatas maka disusun kerangka
konsep penelitian ini adalah :
Variabel Luar Variabel bebas Variabel terikat
Ket : : Diteliti
: Tidak diteliti
Gambar 3. Kerangka Konsep Penelitian
Pendapatan
Pekerjaan
Pendidikan
ASI Eksklusif pertumbuhan
perkembangan
Page 70
56
F. Hipotesis Penelitian
Perbandingan pertumbuhan dan perkembangan antara bayi yang
mendapatkan ASI eksklusif dan ASI tidak eksklusif. Bayi yang tidak
mendapat ASI eksklusif pada kelompok anak dengan dugaan
keterlambatan perkembangan dan pertumbuhan lebih tinggi dibandingkan
dengan perbandingan antara bayi yang mendapat ASI eksklusif pada
kelompok anak yang tidak mengalami dugaan keterlambatan
pertumbuhan dan perkembangan motorik.
Page 71
57
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain penelitian
1. Desain Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian observasional analitik,
dengan rancangan matched case control study melaui pendekatan
kuantitatif. Rancangan penelitian kasus-kontrol digunakan untuk menilai
seberapa besar peran faktor risiko dalam kejadian penyakit (Sastroasmoro
& Ismael, 2002). Rancangan tersebut ditetapkan atas pertimbangan
perkembangan anak berhubungan dengan usia, sehingga untuk
mengurangi bias, dalam penelitian ini usia responden disetarakan.
Adapun kelompok kasus ditetapkan anak yang mendapatkan ASI
eksklusif dan kelompok kontrol adalah anak yang tidak mendapatkan ASI
eksklusif /diberikan susu formula.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah bayi yang tinggal di wilayah
kerja Puskesmas Jumpandang Baru kota Makassar. Pengambilan sampel
kasus dan kontrol dalam penelitian ini adalah seluruh anak usia 6-24
bulan yang datang ke posyandu dan memenuhi syarat penelitian.
Page 72
58
2. Sampel Penelitian
Sampel yang ditarik dari populasi penelitian disusun sebagai
berikut :
a. Unit observasi. Adalah ibu yang memiliki bayi berusia 6-24 bulan di
wilayah kerja Puskesmas Jumpandang Baru Kecamatan Tallo Kota
Makassar, yang terbagi menjadi dua kelompok yaitu :
1. Kasus : anak yang berusia 6-24 bulan yang datang berkunjung
ke posyandu dan mendapatkan ASI eksklusif dari ibu
nya.
2. Kontrol : anak yang berusia 6-24 bulan yang datang ke posyandu
dan tidak mendapatkan ASI eksklusif/susu formula dari
ibu nya.
b. Unit analisis. Adalah pertumbuhan dan perkembangan bayi
c. Besar Sampel. Penentuan besar sampel menggunakan tabel yang
telah dipublikasikan dari Yamane (1967).
Ukuran Sampel untuk Tingkat Ketepatan (d) ± 5%, ± 7%, dan ± 10%
dengan Tingkat Kepercayaan 95% dan p = 0,5
Size of population
Sample size (n) for Precission (d) of :
± 5% ±7% ± 10%
250 154 112 72
Berdasarkan perhitungan besar sampel tersebut diatas dapat
diketahui bahwa besar sampel minimal yang harus dipenuhi dalam
penelitian ini adalah sebanyak 72 anak dengan tingkat ketepatan ± 10%,
Page 73
59
tingkat kepercayaan 95% dan nilai p = 0,5. (Muh.Arif Tiro & Arbianingsih,
2011). Besar sampel antara kelompok kasus dan kelompok kontrol
menggunakan perbandingan 1 : 1 yaitu 72 kasus dan 72 kontrol. Sampel
diambil dengan menggunakan teknik Consecutive Sampling artinya
semua subjek yang berkunjung ke posyandu dan memenuhi kriteria
pemilihan dimasukkan ke dalam penelitian, sampai jumlah subjek
penelitian terpenuhi (Budiarto, 2002)
1. Kriteria Inklusi
a. Bayi dalam keadaan sehat
b. Tinggal diwilayah penelitian
c. Mendapatkan ASI eksklusif
d. Ibu dalam keadaan sehat
e. Anak yang berusia 6-24 bulan
2. Kriteria Eksklusi
a. Anak dengan penyakit kronis
b. Retardasi mental
c. Cerebral palsi
d. Anak dengan gizi buruk
e. Riwayat persalinan prematur dan BBLR
f. Riwayat persalinan sectio
Page 74
60
d. Teknik penarikan sampel. Dalam penelitian ini baik itu pengambilan
kasus atau kontrol dengan cara non probability sampling dengan
metode consecutive sampling yaitu semua subjek yang datang ke
Puskesmas/posyandu dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan
kedalam penelitian.
Penarikan sampel dari populasi penelitian dilakukan sebagai berikut.
(1) Listing, atau mendaftar semua bayi yang berusia 6-24 bulan, baik
itu yang mendapatkan ASI eksklusif maupun yang mendaptkan
susu formula.
(2) Selection. Memisahkan bayi yang tidak memenuhi syarat sampel
dan yang memenuhi syarat sampel.
(3) Melakukan kunjungan rumah door to door sesuai dengan alamat
yang telah didaftar sebelumnya.
(4) Melakukan wawancara terpimpin dan observasi pada ibu yang
memberikan Asi secara eksklusif dan yang tidak..
3. Waktu dan Lokasi Penelitian.
Penelitian ini akan dilaksanakan selama 1 bulan yakni Maret
2013, Wilayah Kerja Puskesmas Jumpandang Baru Kecamatan Tallo
Kota Makassar
Page 75
61
C. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif
Definisi operasional dari variabel-variabel yang diteliti adalah
sebagai berikut :
1. Pemberian ASI
a. ASI eksklusif adalah anak yang hanya menerima ASI saja dari
ibunya atau menyusu dari orang lain, baik secara langsung
ataupun dengan cara diperas dan tidak ada tambahan makanan
lainnya kecuali syrup, vitamin, mineral atau obat disertai
pemberian air, teh manis, air madu, cairan infus, jus buah, oralit,
obat yang diberikan sejak lahir sampai pada usia 4-6 bulan.
b. PASI adalah anak hanya menerima susu formula sejak lahir dan
mendapatkan makanan tambahan lainnya.
Skala Ukur :ordinal
Kriteria Objektif : ASI Eksklusif : 2
z PASI : 1
2. Perkembangan Anak
Kemampuan anak melakukan pergerakan dan sikap tubuh yang
melibatkan otot kecil dan otot besar seperti kordinasi tangan dan jari
serta kemampuan duduk, berdiri, berjalan dan lainnya. Pengukuran
perkembangan motorik dengan mengadopsi cara-cara pengukuran
perkembangan Denver II.
Page 76
62
Kriteria Objektif :
1 = Normal : bila anak mampu melewati sektor perkembangan
motorik halus dan kasar dengan baik dan paling
banyak ditemukan hanya satu nilai perhatian pada
salah satu sektor motorik saja.
0 = Tidak normal : Dugaan keterlambatan perkembangan: bila anak
tidak mampu melewati tugas pada sektor
perkembangan motorik halus dan kasar dan
didapatkan satu nilai perhatian pada kedua sektor
perkembangan motorik.
3. Pertumbuhan Anak
pertumbuhan adalah bila terjadi perubahan ukuran dalam hal
bertambahnya ukuran fisik, seperti berat badan, tinggi badan/panjang
badan, lingkar kepala, lingkar lengan, lingkar dada, perubahan
proporsi yang terlihat pada proporsi fisik atau organ manusia yang
mulai muncul mulai dari masa konsepsi sampai dewasa.
Kriteria Objektif (Standar deviasi Z-score WHO NCHS, 2005):
a. Berdasarkan indikator BB/U :
1 = Kategori Gizi Buruk Z-score < -3,0
2 = Kategori Gizi Kurang Z-score >=-3,0 s/d Z-score <-2,0
3 = Kategori Gizi Baik Z-score >=-2,0 s/d Z-score <=2,0
4 = Kategori Gizi Lebih Z-score >2,0
Page 77
63
b. Berdasarkan indikator TB/U:
1= Kategori Sangat Pendek Z-score < -3,0
2 = Kategori Pendek Z-score >=-3,0 s/d Z-score <-2,0
3 = Kategori Normal Z-score >=-2,0
c. Berdasarkan indikator BB/TB:
1 = Kategori Sangat Kurus Z-score < -3,0
2 = Kategori Kurus Z-score >=-3,0 s/d Z-score <-2,0
3= Kategori Normal Z-score >=-2,0 s/d Z-score <=2,0
4 = Kategori Gemuk Z-score >2,0
4. Tingkat pendidikan ibu
Adalah jenjang pendidikan formal tertinggi yang berhasil ditamatkan
oleh ibu berdasarkan wajib belajar. Pengukuran meliputi: 1 = Sekolah
Dasar (SD), 2 = Sekolah Menengah Pertama (SMP), 3 = Sekolah
Menengah Atas (SMA), 4 = Diploma 1, Diploma 2, dan Sarjana (S1).
5. Status pekerjaan ibu
Adalah pekerjaan yang dilakukan oleh ibu diluar pekerjaan rumah
tangga dan memperoleh penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya dan keluarganya sehari-hari. Pengukuran : 1 = IRT, 2 =
PNS/Peg swasta, 3 = Wiraswasta, 4 = Lainnya Skala nominal
Page 78
64
6. Tingkat pendapatan keluarga
Adalah rata-rata pendapatan perorangan perbulan menurut standar
Upah Minimum Kota Makassar. Pengukuran dikategorikan: 1 =
rendah, jika < Rp. 475.258,- dan 2 = tinggi > Rp. 475.258,-
D. Kontrol Kualitas
Kontrol kualitas adalah upaya yang dilakukan oleh peneliti pada
semua tahapan proses pengukuran untuk mencapai hasil yang valid
(sahih), dan handal (reliable), dengan harapan diperolehnya hasil
pengukuran yang dianggap mendekati karakteristik populasi penelitian,
sehingga dapat diambil kesimpulan yang baik dan tepat untuk menjawab
tujuan penelitian.
Kontrol kualitas diarahkan pada kesalahan yang mungkin
terjadi karena factor sampel (sampling error) atau kesalahan alpha (α)
yang terdiri dari: Kesalahan karena factor jumlah sampel yang tidak
adequate dan cara penarikan sampel dari populasinya.
Selain dari pada itu juga diarahkan pada kesalahan yang terjadi
karena kesalahan sistematik atau kesalahan betha (β) atau “sistematic
error”. Yang bersumber dari Alat ukur, pengukur dan objek yang diukur
(responden). Sebagai berikut :
a. Kesalahan alpha (Sampling error). Jenis kesalahan ini terdiri
kesalahan yang terjadi pada jumlah sampel (ukuran sampel) yang
dianggap mewakili populasinya, dan cara penarikan sampel dari
populasinya (sampling technics)
Page 79
65
1). Jumlah sampel.
Pada penelitian jumlah sampel dihitung dengan menggunakan
rumus perhitungan sampel yang digunakan rumus kasus kontrol
(Kasino, 2009) dan dari hasil perhitungan diperoleh sampel
sebesar 72 responden. Jumlah ini dianggap jumlah minimal
sampel yang tidak boleh kurang, dan untuk antisipasi kesalahan
yang terjadi oleh karena responden tidak ditempat dan lain-lain
kesalahan maka jumlah sampel tersebut ditambah 10% dari total
sampel sehingga berjumlah : 79 responden.
2). Teknik sampel.
Pada penelitian ini teknik penarikan sampel dilakukan dengan
cara (consecutive sampling), sesuai dengan kriteria sampel yang
telah ditetapkan pada populasi penelitian, dengan demikian dari
segi cara penarikan, maka tehnik random merupakan cara yang
dianggap baik, dan memberikan keterwakilan ciri atau karakteristik
populasi yang diteliti.
b. Kesalahan betha (sistematic error). Jenis kesalahan ini juga
terdiri dari : kesalahan yang terjadi Pengukur (peneliti), kesalahan
yang terjadi pada alat ukur yang digunakan (instrumen), serta
kesalahan yang terjadi pada obyek yang diukur (responden).
Ketiga jenis sumber kesalahan tersebut diuraikan sebagai berikut :
1). Kesalahan Pengukur.
Page 80
66
Kesalahan pengukur pada umumnya dinilai melalui dua
penilaian yakni : Kesamaan dan stabilitas, namun pada penelitian
ini hanya dilakukan penilaian terhadap statibilitas, yang
dimaksudkan untuk menilai konsistensi hasil satu pengukuran ke
pengukuran lainnya yang dilakukan oleh peneliti sendiri.
Pelaksanaan penilaian dilakukan dua kali pengamatan dengan
waktu yang berbeda, subyek pengukuran yang sama dan
instrumen yang sama. Penilaian awal berlaku sebagai variabel (X)
sedangkan penilaian kedua berlaku sebagai variabel (Y).
2). Kesalahan obyek yang diukur (responden).
Dilaksanakan dengan :
a. Terlebih dahulu minta persetujuan dengan responden secara sukarela
untuk diikutkan kedalam penelitian yang dibuktikan dengan
penandatangan inform consent.
b. Meminta keluangan waktu dari responden untuk diberi kuesioner secara
bebas tanpa tekanan atau intimidasi.
c. Memberikan jaminan kerahasiaan terhadap hasil kuesioneryang
diberikan oleh responden (confidencially).
E. Pengolahan Data
1. Penyuntingan data
Penyuntingan data dilakukan dua kali yakni : pertama, pada saat
pemberian kuesioner dilapangan dengan tujuan untuk mengoreksi
Page 81
67
secara langsung kesalahan-kesalahan pada pengisian kuesioner oleh
responden. Kedua pada saat awal pengolahan data yang dimaksudkan
untuk menilai hasil pengisian kuesioner secara keseluruhan apakah
memenuhi syarat untuk diikutkan dalam analisis atau tidak.
2. Koding kuesioner
a. Pembuatan daftar variabel, yang dimaksudkan untuk memberi
kode pada semua variabel yang ada didalam kuesioner.
b. Pemindahan hasil pengisian kuesioner, kedalam daftar kode
yang ada didalam kuesioner.
c. Pembuatan daftar koding, yang digunakan untuk memindahkan
hasil pengisian daftar koding kuesioner kedalam daftar koding
tersendiri yang siap untuk dimasukkan didalam program
pemasukan data.
3. Pemasukan data ke dalam komputer
Sebelum pemasukan data kedalam komputer terlebih dahulu
dibuat program pemasukan data sesuai dengan karakteristik serta
skala masing-masing variabel, dan untuk selanjutnya data yang sudah
ada dalam bentuk daftar koding dimasukkan kedalam program
pemasukan data sampai selesai yang dilakukan sendiri oleh peneliti.
4. Pembersihan data
Data yang telah dimasukkan tidak terluput dari kesalahan-
kesalahan yang disebabkan oleh karena faktor keletihan atau
Page 82
68
kejenuhan peneliti sehingga perlu dilakukan pembersihan sebelum
dilakukan analisis.
F. Analisis dan Penyajian Data
Analisis dilakukan dalam 3 tahap, tahap pertama adalah analisi
univariat penelitian dianalisa secara dekskriptif untuk medpatkan
gambaran distribusi frekuensi responden pada kelompok kasus dan
kontrol. Selanjutnya dilakukan analisis bivariat untuk melihat variabel
hubungan pemberian ASI dengan dampak peningkatan pertumbuhan dan
perkembangan pada bayi dan hubungan variabel luar dengan dampak
pertumbuhan dan perkembangan. Analisis yang digunakan adalah
menggunakan uji statistik Stuart-Maxwell dan Mc Nemar untuk mengitung
Odss Rasio dan Confidence Interval dengan interval kemaknaan sebesar
95%.
Tahap akhir dilakukan analisis multivariat, analisis ini dilakukan untuk
mengetahui hubungan antara variabel pemberian ASI dengan
pertumbuhan dan perkembangan dengan mengendalikan pengaruh
variabel luar secara bersama-sama. Uji statistik yang digunakan adalah
regresi logistik berganda.
Page 83
69
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah kerja Puskesmas
Jumpandang Baru Kecamatan Tallo Koata Makassar mulai bulan Mei
sampai Juni 2013. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan
wawancara kepada ibu bayi dan observasi pertumbuahan dan
perkembangan bayi. Bertindak sebagai kasus adalah anak yang berusia
6-24 bulan yang datang berkunjung ke posyandu dan mendapatkan ASI
eksklusif dari ibunya. Sedangkan kontrol adalah anak yang berusia 6-24
bulan yang datang ke posyandu dan tidak mendapatkan ASI eksklusif/
susu formula dari ibu nya
Data yang telah terkumpul kemudian diinput ke komputer dan
dianalisis menggunakan program SPSS. Hasil penelitian ditampilkan
dalam bentuk tabel distribusi dan tabulasi silang disertai dengan
penjelasan.
1. Karakteristik Responden
Karakteristik responden adalah ciri khas yang ada pada diri
responden seperti umur anak, jenis kelamin anak, umur responden,
pendidikan dan pekerjaan.
Page 84
70
Tabel 7 Distribusi Karakteristik Responden di Puskesmas
Jumpandang Baru Kecamatan Tallo kota Makassar Tahun
2013
Karakteristik Frekuensi Persen
Umur anak (bulan)
6-12 95 66,0
13-18 35 24,3
19-24 14 9,7
Jenis kelamin
Laki-laki 72 50,0
Perempuan 72 50,0
Pendidikan Ibu
Tidak tamat SD 5 3,5
SD 22 15,3
SMP 32 22,2
SMA 67 46,5
Diploma/perguruan
tinggi 18 12,5
Pekerjaan
IRT 48 33,3
PNS/Swasta 31 21,5
Wiraswasta 12 8,3
Lainnya 53 36,8
Sumber: Data Primer 2013
Tabel 7 menunjukkan bahwa umur anak responden
umumnya 6-12 bulan sebanyak 95 orang (66,0%) dan paling
sedikit yang berumur 19-24 bulan sebanyak 14 orang (9,7%).
Jenis kelamin anak responden sama antara laki-laki dan
perempuan masing-masing 72 orang (50,0%). Responden
Page 85
71
umumnya mempunyai pendidikan SMA sebanyak 67 orang
(46,5%) dan paling sedikit yang berpendidikan tidak tamat SD
sebanyak 5 orang (3,5%). Pekerjaan responden umumnya
adalah lainnya sebanyak 53 orang (36,8%) dan paling sedikit
yang bekerja sebagai wiraswasta sebanyak 12 orang (8,3%).
2. Deskripsi Variabel penelitian
Tabel 8 Distribusi Variabel penelitian di Puskesmas Jumpandang
Baru Kecamatan Tallo kota Makassar Tahun 2013
Variabel penelitian Frekuensi Persen
Tingkat Pendidikan
Tinggi 85 59,0
Rendah 59 41,0
Pekerjaan
Tidak Bekerja 48 33,3
Bekerja 96 66,7
Tingkat Pendapatan
Tinggi 88 61,1
Rendah 56 38,9
Pertumbuhan Anak
Normal 91 63,2
Tidak normal 53 36,8
Perkembangan Anak
Normal 68 47,2
Tidak Normal 76 52,8
Sumber: Data Primer 2013
Tabel 8 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden
umumnya tinggi yaitu 85 orang (59,0%) sedangkan tingkat
pendidikan rendah 59 orang (41,0%). Responden umumnya
Page 86
72
bekerja yaitu 96 orang (66,7%) sedangkan yang tidak bekerja
sebanyak 48 orang (33,3%). Responden yang mempunyai
tingkat pendapatan keluarga tinggi sebanyak 88 orang (61,1%)
sedangkan pendapatan rendah 56 orang (38,9%). Responden
yang mempunyai anak dengan pertumbuhan normal sebanyak 91
orang (63,2%) sedangkan pertumbuhan tidak normal sebanyak 53
orang (36,8%). Perkembangan anak tidak normal sebanyak 76
orang (52,8%) sedangkan perkembangan normal sebanyak 68
orang (47,2%).
3. Analisis Faktor Risiko
Untuk mengetahui faktor risiko variabel independen yaitu
pendidikan, pekerjaan dan tingkat pendapatan terhadap variabel
dependen yaitu pemberian ASI, pertumbuhan dan perkembangan
anak maka dilakukan tabulasi silang dan uji odds ratio.
Page 87
73
a. Pertumbuhan anak
Risiko pemberian ASI ekslusif terhadap pertumbuhan anak
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 9 Risiko pemberian ASI eksklusif terhadap Pertumbuhan
Anak pada di Puskesmas Jumpandang Baru Kecamatan
Tallo kota Makassar Tahun 2013
Pemberian ASI
Pertumbuhan Anak Total OR
95%CI Normal kurus
N % n % n %
Asi Ekslusif 30 41,7 42 58,3 72 100 0,129
0,06-0,28 PASI 61 84,7 11 15,3 72 100
Jumlah 91 63,2 53 36,8 144 100,0
Sumber: Data Primer 2013
Tabel 9 menunjukkan bahwa ibu yang mempunyai
pertumbuhan anak normal lebih banyak memberikan makanan
pendamping ASI yaitu 61 orang (84,7%) dibandingkan yang diberi
ASI Eksklusif yaitu 30 orang (41,7%). Ibu yang mempunyai
pertumbuhan anak kurus lebih banyak memberikan ASI Eksklusif
yaitu 45 orang (58,3%) dibandingkan yang diberi makanan
pendamping ASI yaitu 11 orang (15,3%).
Hasil uji odds ratio diperoleh nilai OR =0,129. Karena OR <1
maka pertumbuhan anak merupakan faktor protektif pemberian
ASI Eksklusif.
Page 88
74
b. Perkembangan Anak
Risiko perkembangan anak terhadap pemberian ASI
ekslusif dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 10 Risiko Perkembangan Anak pada pemberian ASI Ekslusif
di Puskesmas Jumpandang Baru Kecamatan Tallo kota
Makassar Tahun 2013
Pemberian ASI
Perkembangan Anak Total
OR
95%CI Normal
Tidak Normal
N % n % n %
Asi Ekslusif 38 52,8 34 47,2 72 100 1,56
0,81-3,02 PASI 30 41,7 42 58,3 72 100
Jumlah 68 47,2 76 52,8 144 100,0
Sumber: Data Primer 2013
Tabel 10 menunjukkan bahwa ibu yang mempunyai
perkembangan anak normal lebih banyak memberikan ASI
Eksklusif yaitu 38 orang (52,8%) dibandingkan yang makanan
pendamping ASI yaitu 30 orang (41,7%). Ibu yang mempunyai
perkembangan anak tidak normal lebih banyak memberikan
makanan pendamping ASI yaitu 42 orang (58,3%) dibandingkan
yang diberi ASI Eksklusif yaitu 34 orang (47,2%).
Hasil uji odds ratio diperoleh nilai OR =1,56. Karena OR >1
maka perkembangan anak merupakan faktor risiko pemberian ASI
Eksklusif. Nilai 95%CI 0,81-3,02 yang berarti mencakup 1,0
Page 89
75
sehingga perkembangan anak tidak signifikan dengan pemberian
ASI Eksklusif.
Nilai OR=1,56 berarti ibu yang mempunyai perkembangan
bayi normal akan memberikan ASI Eksklusif 1,56 kali dibandingkan
ibu yang mempunyai perkembangan anak tidak normal.
c. Pendidikan
Risiko pendidikan terhadap pemberian ASI ekslusif dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 11 Risiko Pendidikan terhadap pemberian ASI di Puskesmas
Jumpandang Baru Kecamatan Tallo kota Makassar Tahun
2013
Pendidikan
Pemberian ASI Total
OR
95%CI
Asi
Ekslusif PASI
n % n % n %
Tinggi 40 55,6 45 62,5 85 59,0 0,750
0,38-1,46 Rendah 32 44,4 27 37,5 59 41,0
Jumlah 72 100 72 100 144 100,0
Sumber: Data Primer 2013
Tabel 11 menunjukkan bahwa ibu yang mempunyai
pendidikan tinggi pertumbuhan lebih banyak memberikan
makanan pendamping ASI pada anak yaitu 45 orang (62,5%)
dibandingkan yang diberi ASI Eksklusif yaitu 40 orang (55,6%). Ibu
yang mempunyai pendidikan rendah lebih banyak memberikan ASI
Page 90
76
Eksklusif pada bayinya yaitu 32 orang (44,4%) dibandingkan yang
diberi makanan pendamping ASI yaitu 27 orang (37,5%).
Hasil uji odds ratio diperoleh nilai OR =0,750. Karena OR <1
maka pendidikan ibu merupakan faktor protektif pemberian ASI
Eksklusif.
d. Pekerjaan
Risiko pekerjaan terhadap pemberian ASI ekslusif dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 12 Risiko Pekerjaan terhadap pemberian ASI Eksklusif di
Puskesmas Jumpandang Baru Kecamatan Tallo kota
Makassar Tahun 2013
Pekerjaan
Pemberian ASI Total
OR
95%CI
Asi
Ekslusif PASI
N % n % n %
Tidak Bekerja 25 34,7 23 31,9 48 33,3 1,13
0,57-2,27 Bekerja 47 65,3 49 68,1 96 66,7
Jumlah 72 100 72 100 144 100,0
Sumber: Data Primer 2013
Tabel 12 menunjukkan bahwa ibu yang tidak bekerja lebih
banyak memberikan ASI Eksklusif pada anaknya yaitu 25 orang
(34,7%) dibandingkan yang memberi makanan pendamping ASI
yaitu 23 orang (31,9%). Ibu yang bekerja lebih banyak memberikan
Page 91
77
makanan pendamping ASI pada bayinya yaitu 49 orang (68,1%)
dibandingkan yang diberi ASI Eksklusif yaitu 47 orang (65,3%).
Hasil uji odds ratio diperoleh nilai OR =1,13. Karena OR >1
maka pekerjaan merupakan faktor risiko pemberian ASI Eksklusif.
Nilai 95%CI antara 0,57-2,27, berarti mencakup 1,0 sehingga
pekerjaan tidak signifikan dengan pemberian ASI Eksklusif.
Nilai OR=1,13 berarti ibu yang tidak bekerja akan
memberikan ASI Eksklusif 1,13 kali pada anaknya dibandingkan
ibu yang bekerja.
e. Tingkat pendapatan
Faktor risiko tingkat pendapatan terhadap pemberian ASI
ekslusif dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 13 Risiko Tingkat Pendapatan terhadap pemberian ASI
Eksklusif di Puskesmas Jumpandang Baru Kecamatan
Tallo kota Makassar Tahun 2013
Tingkat
Pendapatan
Pemberian ASI Total
OR
95%CI Asi Ekslusif PASI
N % n % n %
Tinggi 48 66,7 40 55,6 88 61,1 1,60
0,81-3,14 Rendah 24 33,3 32 44,4 56 38,9
Jumlah 72 100 72 100 144 100,0
Sumber: Data Primer 2013
Page 92
78
Tabel 13 menunjukkan bahwa ibu yang mempunyai
pendapatan tinggi lebih banyak memberikan ASI Eksklusif pada
bayinya yaitu 48 orang (66,7%) dibandingkan yang memberi
makanan pendamping ASI yaitu 40 orang (55,6%). Ibu yang
mempunyai pendapatan rendah lebih banyak memberikan
makanan pendamping ASI pada bayinya yaitu 32 orang (44,4%)
dibandingkan yang diberi ASI Eksklusif yaitu 24 orang (33,3,2%).
Hasil uji odds ratio diperoleh nilai OR =1,6. Karena OR >1
maka tingkat pendapatan merupakan faktor risiko pemberian ASI
Eksklusif. Nilai 95%CI 0,81-3,14 yang berarti mencakup 1,0
sehingga tingkat pendapatan tidak signifikan dengan pemberian
ASI Eksklusif.
Nilai OR=1,60 berarti ibu yang mempunyai pendapatan
tinggi akan memberikan ASI Eksklusif 1,6 kali dibandingkan ibu
yang mempunyai pendapatan rendah.
4. Analisis multivariat
Analisis multivariat dilakukan untuk mengetahui faktor yang paling
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Variabel
terikat adalah variabel dikotomi sehingga analisis yang digunakan adalah
analisis Logistik Regressi. Analisis ini salah satu model matematik yang
digunakan untuk menganalisis hubungan satu atau lebih variabel
independen dengan sebuah variabel variabel dependen. Variabel yang
Page 93
79
diikutkan dalam analisis multivariate adalah variabel yang mempunyai nilai
p<0.05 atau variabel yang secara substansi diduga erat hubungannya.
Tabel 14 Pengaruh pemberian ASI terhadap pertumbuhan anak di
Puskesmas Jumpandang Baru Kecamatan Tallo kota
Makassar Tahun 2013
Pertumbuhan bayi
B Sig, Exp(B)
95,0% C,I,for
EXP(B)
ASI -2.049 0,000 .129 0.058-0,285
Constant 2.386 0,000 10.869
Sumber : Data Primer
Tabel 14 menunjukkan bahwa hanya variabel pemberian ASI yang
bisa diuji regresi logistik terhadap pertumbuhan anak. Diperoleh nilai p
0,129 yang berarti tidak ada pengaruh pemberian ASI eksklusif terhadap
pertumbuhan anak.
Pengaruh pemberian ASI terhadap pertumbuhan anak. Hal ini
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 15 Pengaruh pemberian ASI terhadap pertumbuhan anak di
Puskesmas Jumpandang Baru Kecamatan Tallo kota
Makassar Tahun 2013
Perkembangan Anak B Sig, Exp(B)
95,0% C,I,for EXP(B)
ASI .576 0.175 1.778 0.774-4,084
Pendapatan -.889 0.044 0.411 0.173-0,976
Pendidikan -2.457 0.000 0.086 0.037-0,200
Constant 3.921 0.000 50.465
Sumber : Data Primer
Page 94
80
Tabel 15 menunjukkan bahwa variabel pemberian ASI,
pendapaatan dan pendidikan yang bisa diuji regresi logistik terhadap
perkembangan bayi. Diperoleh bahwa yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan bayi adalah pendidikan dan pendapatan ibu (p<0,05).
B. Pembahasan
1. Pertumbuhan anak
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh
dalam arti sebagian atau keseluruhan (Narendra, 2002). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa umumnya responden mempunyai anak dengan
pertumbuhan normal sebanyak 91 bayi (63,2%), sedangkan pertumbuhan
tidak normal sebanyak 53 bayi (36,8%).
Anak yang mempunyai pertumbuhan normal lebih banyak
disebabkan karena pendidikan ibu yang tinggi sehingga mampu mengatur
makanan yang penting bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi.
Ibu yang mempunyai pertumbuhan anak normal lebih banyak
memberikan makanan pendamping ASI yaitu 61 orang (84,7%), Ibu yang
mempunyai pertumbuhan anak kurus lebih banyak memberikan ASI
Eksklusif yaitu 45 orang (58,3%).
Hasil analisis menunjukkan bahwa pertumbuhan anak merupakan
faktor protektif pemberian ASI Eksklusif.
Page 95
81
Keberhasilan anak melalui proses tumbuh kembang tidak terlepas
dari pengaruh genetik dan lingkungan. Pengaruh gizi yang didapatkan
sejak dalam kandungan maupun masa anak serta asuhan psikososial
memiliki peranan penting yang harus diperhatikan dalam pengasuhan
anak.
2. Perkembangan anak
Perkembangan anak merupakan bertambahnya kemampuan
keterampilan bayi dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks
dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses
pematangan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkembangan anak tidak
normal lebih banyak yaitu 76 orang (52,8%) dibandingkan perkembangan
normal sebanyak 68 orang (47,2%)
Ibu yang mempunyai perkembangan anak normal lebih banyak
memberikan ASI Eksklusif yaitu 38 orang (52,8%), sedangkan Ibu yang
mempunyai perkembangan bayi tidak normal lebih banyak memberikan
makanan pendamping ASI yaitu 42 orang (58,3%)..
Hasil uji odds ratio diperoleh perkembangan anak merupakan faktor
risiko pemberian ASI Eksklusif. Ibu yang mempunyai perkembangan
anak normal akan memberikan ASI Eksklusif 1,56 kali dibandingkan ibu
yang mempunyai perkembangan anak tidak normal.
Page 96
82
3. Pendidikan ibu
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden
umumnya tinggi yaitu 85 orang (59,0%) sedangkan tingkat pendidikan
rendah 59 orang (41,0%).
Ibu yang mempunyai pendidikan tinggi pertumbuhan lebih banyak
memberikan makanan pendamping ASI pada anak yaitu 45 orang
(62,5%). Ibu yang mempunyai pendidikan rendah lebih banyak
memberikan ASI Eksklusif pada anaknya yaitu 32 orang (44,4%).
Hasil uji odds ratio diperoleh pendidikan ibu merupakan faktor
protektif pemberian ASI Eksklusif.
Secara statistik pendidikan tidak berhubungan dengan
pertumbuhan bayi namun ibu dengan pendidikan tinggi lebih berpeluang
untuk mempunyai anak dengan pertumbuhan norml dibandingkan ibu
dengan pendidikan rendah.
Sedangkan pada perkembangan anak terjadi sebaliknya yaitu ibu
dengan pendidikan rendah yang lebih banyak mempunyai bayi dengan
perkembangan normal dibandingkan ibu dengan pendidikan tinggi.
Pendidikan pemberi asuhan adalah merupakan salah satu modal
penting yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak
Michaelsen et al., (2003). Pendidikan, pengetahuan, keyakinan dan
kepercayaan yang dimiliki, menunjukkan kapasitas pengasuh untuk
menyediakan asuhan yang sesuai (Engle et al., disitasi oleh Michaelsen
Page 97
83
2003). Soetjiningsih, (1997) faktor risiko terjadinya keterlambatan
perkembangan dipengaruhi salah satunya adalah pendidikan orang tua.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian, Guttmann et a.,l
(2004) pendidikan orang tua yang rendah mempengaruhi pencapaian
perkembangan kognitif anak prasekolah. Green., (1974) menyatakan
faktor perilaku mempunyai peranan besar terhadap tingkat kesehatan
seseorang. Faktor perilaku terbentuk dari 3 faktor yaitu salah satu
diantaranya adalah faktor predisposisi: pengetahuan, sikap, kepercayaan,
keyakinan dan nilai-nilai yang dianut dan faktor pendorong yang terwujud
dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan. Pengetahuan dapat
membentuk keyakinan tertentu sehingga seseorang berperilaku sesuai
dengan keyakinannya tersebut. Pada penelitian ini ada beberapa
kemungkinan yang menyebabkan pendidikan tinggi meningkatkan
kejadian suspek perkembangan, diantaranya pengetahuan, keyakinan,
kepercayaan atau nilai-nilai yang ibu miliki atau keluarga tentang pola
asuh yang benar belum dimiliki atau belum benar. Sehingga belum dapat
memberikan asuhan yang sesuai dengan kebutuhan anak atau perhatian
orang tua yang kurang terhadap tahap perkembangan anak. Disisi lain
kemungkinan sikap dan perilaku petugas kesehatan yang kurang
mempromosikan pentingnya pemantauan perkembangan anak. Dorongan
dan motivasi dari petugas kesehatan serta ketersediaan sarana yang
menunjang memberikan dampak yang positif dari perubahan perilaku
seseorang.
Page 98
84
4. Status pekerjaan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden umumnya bekerja
yaitu 96 orang (66,7%) sedangkan yang tidak bekerja sebanyak 48
orang (33,3%).
Ibu yang tidak bekerja lebih banyak memberikan ASI Eksklusif
pada bayinya yaitu 25 orang (34,7%), sedangkan ibu yang bekerja lebih
banyak memberikan makanan pendamping ASI pada bayinya yaitu 49
orang (68,1%).
Hasil uji odds ratio diperoleh pekerjaan merupakan faktor risiko
pemberian ASI Eksklusif. Ibu yang tidak bekerja akan memberikan ASI
Eksklusif 1,13 kali pada bayinya dibandingkan ibu yang bekerja.
Bayi yang mempunyai pertumbuhan dan perkembangan bayi
normal lebih banyak pada keluarga yang mempunyai ibu yang bekerja
sebagai ibu rumah tangga.
Kelompok ibu tidak bekerja memiliki risiko untuk terjadinya suspek
pertumbuhan dan perkembangan bayi normal sebesar 1,18 kali
dibandingkan dengan ibu yang bekerja, namun secara statistik hubungan
tersebut tidak bermakna. Berdasarkan penghitungan tersebut didapatkan
sehingga disimpulkan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara
pekerjaan ibu dengan dugaan keterlambatan perkembangan motorik..
Penelitian meyakinkan hampir diseluruh negara ibu adalah pemberi
asuhan yang utama. Pemberi asuhan dibatasi oleh kemampuan mereka
untuk menyediakan asuhan yang sesuai bagi anak. Faktor-faktor seperti
Page 99
85
beban kerja dan keterbatasan waktu bersama anak, status nutrisi,
kesehatan mental dan fisik, stress dan keyakinan semua ini
mempengaruhi kemampuan pemberi asuhan untuk menerapkan
kemampuan yang dimiliknya. Sebagian ibu bekerja seringkali mengurangi
waktu untuk merawat anak dan secara lebih cepat mengurangi pemberian
ASI serta lebih cepat memberikan makanan tambahan bagi anaknya.
Pada ibu bekerja seringkali mengurangi ketersediaan waktu untuk
bersama anak, sehingga menyerahkan pengasuhan anak kepada orang
lain atau tempat penitipan anak dan dibeberapa budaya saudara kandung
atau kerabat dekat sering menjadi pengasuh utama anak. (Michaelsen., et
al 2003).
Sehingga keluarga dengan ibu bekerja penting kiranya
menyediakan pengasuh yang dapat menyediakan pemerhati pengganti
atas ketidakhadiran ibu dalam menyediakan asuhan yang bermutu tinggi.
5. Pendapatan Keluarga
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang mempunyai
tingkat pendapatan keluarga tinggi sebanyak 88 orang (61,1%) sedangkan
pendapatan rendah 56 orang (38,9%).
Ibu yang mempunyai pendapatan tinggi lebih banyak memberikan
ASI Eksklusif pada bayinya yaitu 48 orang (66,7%), sedangkan ibu yang
mempunyai pendapatan rendah lebih banyak memberikan makanan
pendamping ASI pada bayinya yaitu 32 orang (44,4%).
Page 100
86
Hasil uji odds ratio diperoleh tingkat pendapatan merupakan faktor
risiko pemberian ASI Eksklusif. ibu yang mempunyai pendapatan tinggi
akan memberikan ASI Eksklusif 1,6 kali dibandingkan ibu yang
mempunyai pendapatan rendah
Kelompok keluarga dengan penghasilan tinggi memiliki risiko untuk
terjadinya pertumbuhan normal sebesar 1.19 kali dibandingkan dengan
pendapatan keluarga rendah, namun secara statistik hubungan tersebut
tidak bermakna. Sehingga status ekonomi tidak memiliki hubungan
dengan dugaan keterlambatan perkembangan motorik. Sedangkan hasill
analaisis terhadap perkembangan byai ditemukan sebaliknya yaitu
keluarga dengan ekonomi keluarga rendah lebih banyak mempunyai
bayi dengan pertumbuhan normal.
Hasil penelitian ini bertolak dengan hasil penelitian Puslitbang gizi
oleh Kartika dkk., (2001) menyatakan ada perbedaan kemampuan
kemampuan motorik anak usia 12-18 bulan di keluarga miskin dan tidak
miskin, di Ciomas Bogor, 47 persen anak mengalami keterlambatan
kemampuan motorik dan sebanyak 65 persennya dari keluarga miskin.
Penyebab mendasar kelangsungan hidup anak terutama
pertumbuhan dan perkembangan salah satunya ketersediaan sumber
daya ekonomi dan ketersediaan bahan makanan selain sumberdaya
pemberi asuhan dan sumberdaya kesehatan, ketiga unsur tersebut saling
berkaitan (WHO., 2004). Penghasilan dan pekerjaan keluarga merupakan
faktor keluarga yang dapat mempengaruhi perkembangan anak
Page 101
87
(Soetjiningsih, 1997). First & Palfrey, (1994) menyebutkan faktor risiko
untuk terjadi keterlambatan perkembangan pada bayi maupun anak
adalah penghasilan yang terbatas. Kemiskinan pada tingkat keluarga
merupakan satu diantara faktor risiko untuk terjadinya status kesehatan
dan gizi anak yang buruk. Keterbatasan ekonomi dikeluarga memaksa
anggota keluarga terutama ibu untuk bekerja diluar rumah sehingga
dampaknya terhadap asuhan psikososial kurang terpenuhi dan
keterbatasan pemenuhan kebutuhan gizi anak (Michaelsen et al 2003).
Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan pernyataan tersebut,
sebaliknya bahwa status ekonomi tinggi tidak memberikan pengaruh
terhadap kejadian suspek perkembangan motorik. Hal ini dapat
disebabkan karena status ekonomi pada penelitian ini terdistribusi lebih
banyak pada ekonomi tinggi sehingga gambaran perkembangan anak
pada status ekonomi rendah tidak dapat diketahui. Pada keluarga dengan
status ekonomi tinggi kemungkinkan kedua orang tua bekerja sehingga
pengasuhan anak diberikan kepada orang lain atau anggota keluarga.
Peran pengasuh ketika sedang bermain dengan anak memberikan
waktu kepada anak untuk bermain dan tidak mengasuhnya secara
berlebihan (Michaelsen et al., 2003). Pola asuh yang bersifat protektif
terhadap anak dengan membatasi ruang gerak bermain anak sehingga
anak tidak dapat berkembang secara optimal. Keluarga dengan status
ekonomi tinggi kemungkinan kemampuan untuk membeli susu formula
lebih besar dan pola pengasuhan diserahkan kepada pengasuh.
Page 102
88
Berdasarkan kerangka UNICEF dan pendapat Engle et al., disitasi oleh
Michaelsen et al., (2003) bahwa perkembangan anak dipengaruhi oleh
sumber daya yang dimiliki oleh pemberi asuhan baik orang tua maupun
pengasuh. Dengan demikian suspek perkembangan motorik yang banyak
terjadi pada status ekonomi tinggi dalam penelitian ini memungkin hal
tersebut dapat terjadi. Merupakan kelemahan penelitian ini bahwa status
ekonomi tidak disetarakan dan pengetahuan ibu dan keluarga mengenai
perkembangan anak tidak diketahui.
6. Pemberian ASI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah hubungan
pemberian ASI dengan pertumbuahn dan perkembangan bayi. Adapun
hasil analisis univariabel didapatkan bahwa proporsi anak yang
mengalami pertumbuhan tidak normal sebanyak 36,8% dan
perkembangan tidak nromal sebanyak 52,8%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang mempunyai
bayi tumbuh normal lebih banyak karena memberikan makana
pendamping ASI yaitu 84,7%. Sedangkan yang memberikan Asi
eksklusif lebih banyak mempunyai anak yang tumbuh kurus. Hasil uji
statistik dengan menunjukkan bahwa pemberian ASI berpengaruh
terhadap pertumbuhan tetapi tidak terhadap perkembangan bayi. Hasil
OR = 0,19 yang berarti pemberian ASI eksklusif akan mencegah anak
tumbuh normal.
Page 103
89
Saat anak lahir berat otak sekitar 25 persen dibanding dewasa dan
pada usia 6 bulan beratnya telah mencapai 50 persen dan saat mencapai
usia 2 tahun berat otak telah mencapai 75 persen dari otak dewasa
(Hetherington dan Parke., 1999). Menurut Kolb (1998, disitasi oleh
Hetherington & Parke, 1999) menyatakan otak anak saat lahir memiliki
100-200 milyar sel saraf. Pertumbuhan otak mencerminkan pertumbuhan
ganglion yang menyelubungi dan melindungi sel saraf serta menyediakan
struktur pendukung, mengatur zat gizi dan memperbaiki jaringan sel saraf.
Beberapa sel ganglion bertugas bertanggung jawab untuk tugas
penting myelinesasi, dimana bagian-bagian sel saraf ditutupi oleh
sejumlah lapisan lemak. Selaput pembungkus tersebut dinamakan Myelin.
Penyekatan setiap bagian sel saraf membuat sel saraf lebih efisien dalam
memancarkan atau mengirimkan informasi (Hethrington & Parke., 1999).
Tujuh puluh persen dari pembelahan otak terjadi pada periode
janin, untuk pembentukan membran sel tersebut dibutuhkan lemak dalam
jumlah besar dalam bentuk khusus yaitu arachidonic (AA) dan
Docasahexanoic acid (DHA). Asam lemak tersebut termasuk ke dalam
bagian Long Chain Poly Unsaturated Fatty Acids (LCPUFAs), banyak
ditemukan pada retina dan otak dan merupakan asam lemak yang banyak
terdapat dalam ASI (Trahms, 2004).
Hasil penelitian Bouwstra et al., (2003) didapatkan anak yang
menerima supplementasi LCPUFAs untuk 2 bulan pertama setelah lahir
signifikan mengurangi kejadian abnormal General Movements (GMs) pada
Page 104
90
usia 3 bulan (OR 2; CI 95%: 1.09-3.80). Menyusui dalam jangka panjang
dapat meningkatkan perkembangan kognitif dan mempercepat
perkembangan motorik, khususnya merangkak (Bodnardchuk, 2005).
Penelitian ini sesuai dengan pernyataan Vestegaard et al., (1999)
bayi yang menyusu eksklusif selama 6 bulan lebih cepat merangkak 1,3
kali, pada usia 8 bulan dibandingkan bayi yang mendapatkan ASI kurang
dari 6 bulan. Sedangkan anak yang mendapatkan ASI Partial memiliki
risiko 2 kali untuk tidak mencapai kemampuan merangkak pada usia 8
bulanwalaupun secara statistik tidak sigifikan.
Page 105
91
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
Pertumbuhan bayi merupakan faktor protektif pemberian ASI Eksklusif,
Perkembangan bayi merupakan faktor risiko pemberian ASI Eksklusif,
Pendidikan ibu merupakan faktor protektif pemberian ASI Eksklusif,
Pekerjaan ibu merupakan faktor risiko pemberian ASI Eksklusif Tingkat,
pendapatan merupakan faktor risiko pemberian ASI Eksklusif.
Page 106
92
B. Saran
1. Agar promosi pemberian ASI eksklusif perlu ditingkatkan di tingkat
pelayanan dasar terutama posyandu, RSUD, RB dan praktik klinik
bidan.
2. Memberikan pelatihan kepada para ibu dan kader untuk dapat
melakukan stimulasi perkembangan serta meningkatkan pengetahuan
mereka pentingnya memperhatikan tahap perkembangan anak.
3. Untuk dinas kesehatan memberikan pelatihan cara mendeteksi
keterlambatan perkembangan kepada petugas yang langsung terlibat
dalam kegiatan dipelayanan dasar terutama posyandu sehingga
program yang telah direncanakan dapat dilaksanakan dengan baik.
.
Page 107
DAFTAR PUSTAKA
--------- (1997) ASI Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta: EGC. -------- (1997) pedoman Deteksi Dini Tumbuh kembang Balita. Dirjen
Binkesmas. Jakata: Dirjen Binkesga -------- (2006) Pedoman Bagi Keluarga dalam Perkembngan Anak. Dirjen
Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Direktorat Binkesga
-------- http://id.wikipedia.org). Diakses 08-02-2013
Agampodi SB, Piyaseli UK, (2007) International Breastfeeding Journal, Breasfeeding practises in a public health field practices area in Sri Lanka. (http://creativecommons.org/licenses/by/2.0) diakses 28-01-2013
Agostoni, C., Maranggoni F.,Giovanini M.,Galli C. & Riva E. (2001)
Prolonged breast feeding (six mont or more) and milk fat content at six months are associated with higher developmenttal score at one year ago wihin a breast-feeding population. Adv Medical Biol
Akin, John., Guilkey David., Benoit Daniel., (2010) American Journal,
The Determinat of Breastfeeding in Sri Lanka. diakses 28-01-2013
Andarwati, R (2006) Hubungan antara berat badan lahir, ASI eksklusif,
status gizi dan stimulasi kognitif dengan kecerdasan anak usia 5-6 tahun di Kecamatan Prambanan-Sleman. Tesis Program Pasca Sarjana, Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Andrade, S.A., Santos.D.N., Bastos, A.C., Pedromonico M.R., Filho
A.N., & Bareto M.L (2005) Journal Family environment ang child’s cognitif development. Rev Saude Publica. diakses 28-01-2013
Arif, Tiro Muhammad & Arbianingsih, (2011) Buku teknik Pengambilan
Sampel, Adira Publishing, Makassar. Badan Pusat statistik, (2004) SUSENAS Tahun 2004. Jakarta: BPS
Badan Pusat statistik, BKKBN, Depkes, DHS (2003) Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2002-2003. Jakarta
BAPPENAS, (2000) Rancangan Program Pembangunan Nasional
(PROPENAS) 2001-2005. Jakarta
Page 108
Budiarto, E. (2004) Metodologi Penelitian Kedokteran, Jakarta:EGC
Burgard, P. (2003) Critical evaluation of the methodology employed in cognitive development trials, Acta Pediatric.
Depkes. (2003) Indikator Indonesia Sehat 2010 dan Pedoman
Penetapan Indikator Provinsi Sehat dan kabupaten/Kota Sehat: Keputusan Menteri Kesehatan nomor 1202/Menkes/SK?VIII/2003. Jakarta: Departemen Kesehatan
Depkes. (2006) Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi
Dini Tumbuh Kembang Anak. Jakarta Dewey, K.G., Cohen R.J., Brown K.H, & Rivera L.L. (2001) Effects of
exclusive breastfeeding for four versus six month on maternal nutrional status and infant motor development: result of two months randomized trials in Honduras. Journal of Nutrition.
Dinas Kesehatan Makassar, ((2007) laporan tahunan: Profil kesehatan
Kota Makassar tahun 2006 First, L.R & Palfrey, J.S (1994) The Infant or Young with Developmental
Delay. The New England Journal Medicine. Frankenburg, W.K., Dodds, J.B., (1996) Pemantauan Perkembangan
Denver II. Sub bagiagian Pediatri Sosial/Tumbuh Kembang Bagian Ilmu Kesehatan Anak: Fak.Kedokteran- UGM/RSU. Dr.Sardjito. Yogyakarta.
Frankenburg, W.K., Dodds, J.B., Fandal, E.K., & Cohrs, M. (1975)
Denver Development Screening Test. University of Collorado Medical Center.
Gallahue, D.L., John C., Ozmun J.C (2008) Understanding Motor
Development Infant, Children, Adolocents, Adults. 4th ed. New York San Fransisco. Singapore.
Green, Lawrence. (2006) Health Education Planning, A Diagnostic
Approach. The John Hopkins University: Mayfield Publishing Co. Guttman. A., Dick. P.T., Rosenfield D.J., Parkin C., Tassoudji, M., (2004)
Risk Marker for poor development attainment in young children. Arch Pediatric Adolesc Med.
Page 109
Hetherington, E.M & Parke, R.D (1999) Child Psycology: a Contemporary View Points. USA: Mc Graw-Hill
Kartika & Vita (2001) faktor yang mempengaruhi kemampuan motorik anak usia 12-18 bulan di keluarga miskin dan tidak miskin. Puslitbang Gizi dan Makanan. Tersedia dalam: <http://www.p3gizi.depkes.go.id. Diakses 8-02-2013.
Labbok, M. & Krasovec, K (1990) Toward consistency in breasfeeding
definition. Studies in Family Planning, vol 21. Manihuruk, (1998) Kualitas asuhan ibu dan tumbuh kembang anak balita
di Kecamatan Prambanan. Yogyakarta Manuaba,I.B.G.(1999). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita.
Jakarta. Arcan Nursalam, Dkk. (2005). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak, Jakarta :
Salemba Medika Perera J, Priyantha., Fernando Meranthi, (2011) International
Breastfeeding Journal. Feeding practices among children attending child welfare clinics in Ragama MOH area, (http://creativecommons.org/licenses/by/2.0) diakses 28-01-2013
Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin, (2006) Pedoman
Penulisan tesis dan Disertasi. Makassar Ranuh, IG. N.Gde & Sudiyanto. (2005) Pediatrik sosial: Pendekatan
holistic komprehensif dan program-program mengoptimalisasikan tumbuh-kembang: da;lam Buku Ajar Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Edisi Pertama IDAi. Yogyakarta: Sagung Seto.
Roesli, U. (2005) Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta: Trubus Agriwidaya.
Roesli, U. (2010). Inisiasi Menyusui Dini Plus ASI Eksklusif. Pustaka Bunda. Jakarta.
Sastroaasmoro, S, & Ismael, S. (2002) Dasar-dasar Metodologi
Penelitian Klinis. Edisi 2. Yogyakarta: Sagung Seto SEARO (2004) Improving maternal, newborn helath in the South-East
Asian Region. Basic Indicator:Health Situation in South-East Asia, WHO. Website:http://www.searo.who.int/LinkFiles/improving Maternal_newborn_and child_health_indonesia.pdf. Diakses 21-01-2013.
Page 110
Siswono, (2001) Menyususi Bayi bisa mencegah Perdarahan asca Persalinan. (http://www.gizi.net, diakses 28-01-2013
Smelzer, C & Bare, G. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner&Suddarth. Edisi 8. (Terjemahan). Jakarta : EGC
Soetjiningsih (1995) Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC
Supartini, Y. (2004). Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak, Cetakan 1, Jakarta : EGC.
WHO & UNICEF, (2006) Regional child survival strategy:
Acceleratedand sustained action to wards MDG 4. WHO Press. World Health Organization, Geneva, Switzerland.
WHO, (2004) The importance of caregiver-child interactions for the
survival and healty development of young children. <http://www.who.int/child-adoloscent-health/pdf
Wong, Donna L, dkk. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, Volume
2. Jakarta : EGC. Wong, Donna L. (2004). Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik Edisi 4.
Jakarta : EGC Xu Fenglian, Qiu Liqian,. Binns W Colin, (2009) journal International
Breastfeeding, Breastfeeding in China, (http://creativecommons.org/licenses/by/2.0) diakses 28-01-2013
Page 111
LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN
Setelah membaca dan memahami isi penjelasan pada halaman
pertama, saya bersedia turut berpartisipasi sebagai responden penelitian
yang dilakukan oleh Mahasiswa Program Studi Ilmu Kesehatan
Masyarakat Konsentrasi Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Universitas
Hasanuddin, yang bernama FIFIN NURDIANSYAH, dengan judul ―STUDI
DAMPAK PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF TERHADAP TUMBUH
KEMBANG ANAK USIA 6-24 BULAN DI PUSKESMAS JUMPANDANG
BARU KECAMATAN TALLO KOTA MAKASSAR 2013”
Saya memahami bahwa penelitian ini tidak berakibat negatif
terhadap saya, oleh karena itu saya bersedia menjadi responden pada
penelitian ini.
Makassar, Maret 2013
Responden
( )
Page 112
HASIL ANALISIS STATISTIK
Frequency Table
Perkembangan Bayi
68 47,2 47,2 47,2
76 52,8 52,8 100,0
144 100,0 100,0
Normal
Tidak Normal
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Pertumbuhan bayi
7 4,9 4,9 4,9
46 31,9 31,9 36,8
80 55,6 55,6 92,4
11 7,6 7,6 100,0
144 100,0 100,0
Sangat Kurus
Kurus
Normal
Gemuk
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Pertumbuhan Bayi
91 63,2 63,2 63,2
53 36,8 36,8 100,0
144 100,0 100,0
Normal
kurus
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Pem berian ASI
72 50,0 50,0 50,0
72 50,0 50,0 100,0
144 100,0 100,0
Asi Ekslus if
PASI
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Usia bayi
95 66,0 66,0 66,0
35 24,3 24,3 90,3
14 9,7 9,7 100,0
144 100,0 100,0
6-12
13-18
19-24
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Page 113
Jenis ke lamin
72 50,0 50,0 50,0
72 50,0 50,0 100,0
144 100,0 100,0
laki-laki
Perempuan
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Pendidikan
5 3,5 3,5 3,5
22 15,3 15,3 18,8
32 22,2 22,2 41,0
67 46,5 46,5 87,5
18 12,5 12,5 100,0
144 100,0 100,0
Tidak tamat SD
SD
SMP
SMA
Diploma/perguruan tinggi
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Pendidikan
85 59,0 59,0 59,0
59 41,0 41,0 100,0
144 100,0 100,0
Tinggi
Rendah
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Peker jaan
48 33,3 33,3 33,3
31 21,5 21,5 54,9
12 8,3 8,3 63,2
53 36,8 36,8 100,0
144 100,0 100,0
IRT
PNS/Sw asta
w irasw asta
lainnya
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Peker jaan
48 33,3 33,3 33,3
96 66,7 66,7 100,0
144 100,0 100,0
Tidak Bekerja
Bekerja
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Page 114
Tingkat Pendapatan
88 61,1 61,1 61,1
56 38,9 38,9 100,0
144 100,0 100,0
Tinggi
Rendah
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Page 115
Crosstabs Pemberian ASI * Perkembangan Anak
Cross tab
38 34 72
52,8% 47,2% 100,0%
55,9% 44,7% 50,0%
30 42 72
41,7% 58,3% 100,0%
44,1% 55,3% 50,0%
68 76 144
47,2% 52,8% 100,0%
100,0% 100,0% 100,0%
Count
% w ithin Pemberian ASI
% w ithin
Perkembangan Bayi
Count
% w ithin Pemberian ASI
% w ithin
Perkembangan Bayi
Count
% w ithin Pemberian ASI
% w ithin
Perkembangan Bayi
Asi Ekslus if
PASI
Pemberian
ASI
Total
Normal Tidak Normal
Perkembangan Bayi
Total
Chi-Square Tes ts
1,783b 1 ,182
1,365 1 ,243
1,787 1 ,181
,243 ,121
1,771 1 ,183
144
Pearson Chi-Square
Continuity Correctiona
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value df
Asymp. Sig.
(2-s ided)
Exact Sig.
(2-s ided)
Exact Sig.
(1-s ided)
Computed only for a 2x2 tablea.
0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
34,00.
b.
Risk Estimate
1,565 ,810 3,023
1,267 ,893 1,797
,810 ,592 1,107
144
Odds Ratio for
Pemberian ASI (Asi
Ekslusif / PASI)
For cohort
Perkembangan Bayi
= Normal
For cohort
Perkembangan Bayi
= Tidak Normal
N of Valid Cases
Value Low er Upper
95% Conf idence
Interval
Page 116
Pemberian ASI * Pertumbuhan Anak
Cross tab
30 42 72
41,7% 58,3% 100,0%
33,0% 79,2% 50,0%
61 11 72
84,7% 15,3% 100,0%
67,0% 20,8% 50,0%
91 53 144
63,2% 36,8% 100,0%
100,0% 100,0% 100,0%
Count
% w ithin Pemberian ASI
% w ithin Pertumbuhan
Bayi
Count
% w ithin Pemberian ASI
% w ithin Pertumbuhan
Bayi
Count
% w ithin Pemberian ASI
% w ithin Pertumbuhan
Bayi
Asi Ekslus if
PASI
Pemberian
ASI
Total
Normal kurus
Pertumbuhan Bay i
Total
Chi-Square Tes ts
28,693b 1 ,000
26,871 1 ,000
30,115 1 ,000
,000 ,000
28,493 1 ,000
144
Pearson Chi-Square
Continuity Correctiona
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value df
Asymp. Sig.
(2-s ided)
Exact Sig.
(2-s ided)
Exact Sig.
(1-s ided)
Computed only for a 2x2 tablea.
0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
26,50.
b.
Risk Estimate
,129 ,058 ,285
,492 ,368 ,658
3,818 2,142 6,805
144
Odds Ratio for
Pemberian ASI (As i
Ekslusif / PASI)
For cohort Pertumbuhan
Bayi = Normal
For cohort Pertumbuhan
Bayi = kurus
N of Valid Cases
Value Low er Upper
95% Conf idence
Interval
Page 117
Crosstabs Pendidikan * Pemberian ASI
Cross tab
40 45 85
47,1% 52,9% 100,0%
55,6% 62,5% 59,0%
32 27 59
54,2% 45,8% 100,0%
44,4% 37,5% 41,0%
72 72 144
50,0% 50,0% 100,0%
100,0% 100,0% 100,0%
Count
% w ithin Pendidikan
% w ithin Pemberian ASI
Count
% w ithin Pendidikan
% w ithin Pemberian ASI
Count
% w ithin Pendidikan
% w ithin Pemberian ASI
Tinggi
Rendah
Pendidikan
Total
Asi Ekslus if PASI
Pemberian ASI
Total
Chi-Square Tes ts
,718b 1 ,397
,459 1 ,498
,719 1 ,397
,498 ,249
,713 1 ,398
144
Pearson Chi-Square
Continuity Correctiona
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value df
Asymp. Sig.
(2-s ided)
Exact Sig.
(2-s ided)
Exact Sig.
(1-s ided)
Computed only for a 2x2 tablea.
0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
29,50.
b.
Risk Estim ate
,750 ,385 1,460
,868 ,627 1,201
1,157 ,821 1,629
144
Odds Ratio for
Pendidikan (Tinggi /
Rendah)
For cohort Pemberian
ASI = Asi Ekslusif
For cohort Pemberian
ASI = PASI
N of Valid Cases
Value Low er Upper
95% Conf idence
Interval
Page 118
Pekerjaan * Pemberian ASI
Cross tab
25 23 48
52,1% 47,9% 100,0%
34,7% 31,9% 33,3%
47 49 96
49,0% 51,0% 100,0%
65,3% 68,1% 66,7%
72 72 144
50,0% 50,0% 100,0%
100,0% 100,0% 100,0%
Count
% w ithin Pekerjaan
% w ithin Pemberian ASI
Count
% w ithin Pekerjaan
% w ithin Pemberian ASI
Count
% w ithin Pekerjaan
% w ithin Pemberian ASI
Tidak Bekerja
Bekerja
Pekerjaan
Total
Asi Ekslusif PASI
Pemberian ASI
Total
Chi-Square Tes ts
,125b 1 ,724
,031 1 ,860
,125 1 ,724
,860 ,430
,124 1 ,725
144
Pearson Chi-Square
Continuity Correctiona
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value df
Asymp. Sig.
(2-s ided)
Exact Sig.
(2-s ided)
Exact Sig.
(1-s ided)
Computed only for a 2x2 tablea.
0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
24,00.
b.
Risk Estimate
1,133 ,566 2,267
1,064 ,757 1,494
,939 ,659 1,338
144
Odds Ratio for Pekerjaan
(Tidak Bekerja / Bekerja)
For cohort Pemberian ASI
= Asi Ekslus if
For cohort Pemberian ASI
= PASI
N of Valid Cases
Value Low er Upper
95% Conf idence
Interval
Page 119
Tingkat Pendapatan * Pemberian ASI
Crosstab
48 40 88
54,5% 45,5% 100,0%
66,7% 55,6% 61,1%
24 32 56
42,9% 57,1% 100,0%
33,3% 44,4% 38,9%
72 72 144
50,0% 50,0% 100,0%
100,0% 100,0% 100,0%
Count
% w ithin Tingkat
Pendapatan
% w ithin Pemberian ASI
Count
% w ithin Tingkat
Pendapatan
% w ithin Pemberian ASI
Count
% w ithin Tingkat
Pendapatan
% w ithin Pemberian ASI
Tinggi
Rendah
Tingkat Pendapatan
Total
Asi Ekslusif PASI
Pemberian ASI
Total
Chi-Square Tes ts
1,870b 1 ,171
1,432 1 ,231
1,875 1 ,171
,231 ,116
1,857 1 ,173
144
Pearson Chi-Square
Continuity Correctiona
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value df
Asymp. Sig.
(2-s ided)
Exact Sig.
(2-s ided)
Exact Sig.
(1-s ided)
Computed only for a 2x2 tablea.
0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
28,00.
b.
Risk Estim ate
1,600 ,814 3,144
1,273 ,890 1,820
,795 ,576 1,098
144
Odds Ratio for Tingkat
Pendapatan (Tinggi /
Rendah)
For cohort Pemberian
ASI = Asi Ekslusif
For cohort Pemberian
ASI = PASI
N of Valid Cases
Value Low er Upper
95% Conf idence
Interval
Page 120
Faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan Anak
Logistic Regression
Block 0: Beginning Block
Block 1: Method = Enter
Case Process ing Sum mary
144 100.0
0 .0
144 100.0
0 .0
144 100.0
Unw eighted Casesa
Included in Analysis
Missing Cases
Total
Selected Cases
Unselected Cases
Total
N Percent
If w eight is in ef fect, see c lassif ication table for the total
number of cases.
a.
Dependent Variable Encoding
0
1
Original Value
Normal
kurus
Internal Value
Classification Tablea,b
91 0 100.0
53 0 .0
63.2
Observed
Normal
kurus
Pertumbuhan Bay i
Overall Percentage
Step 0
Normal kurus
Pertumbuhan Bay i Percentage
Correc t
Predicted
Constant is included in the model.a.
The cut value is .500b.
Variables in the Equation
-.541 .173 9.787 1 .002 .582ConstantStep 0
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Variables not in the Equation
28.693 1 .000
28.693 1 .000
ASIVariables
Overall Statis tics
Step 0
Score df Sig.
Page 121
Logistic Regression
Omnibus Tes ts of Mode l Coe fficients
30.115 1 .000
30.115 1 .000
30.115 1 .000
Step
Block
Model
Step 1
Chi-square df Sig.
Model Summ ary
159.363a .189 .258
Step
1
-2 Log
likelihood
Cox & Snell
R Square
Nagelkerke
R Square
Estimation terminated at iteration number 4 because
parameter estimates changed by less than .001.
a.
Classification Tablea
61 30 67.0
11 42 79.2
71.5
Observed
Normal
kurus
Pertumbuhan Bay i
Overall Percentage
Step 1
Normal kurus
Pertumbuhan Bay i Percentage
Correct
Predicted
The cut value is .500a.
Variables in the Equation
-2.049 .406 25.542 1 .000 .129 .058 .285
2.386 .580 16.949 1 .000 10.869
ASI
Constant
Step
1a
B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Low er Upper
95.0% C.I.for EXP(B)
Variable(s) entered on step 1: ASI.a.
Page 122
Block 0: Beginning Block
Block 1: Method = Enter
Case Process ing Sum mary
144 100,0
0 ,0
144 100,0
0 ,0
144 100,0
Unw eighted Casesa
Included in Analysis
Missing Cases
Total
Selected Cases
Unselected Cases
Total
N Percent
If w eight is in ef fect, see c lassif ication table for the total
number of cases.
a.
Dependent Variable Encoding
0
1
Original Value
Normal
Tidak Normal
Internal Value
Classification Tablea,b
0 68 ,0
0 76 100,0
52,8
Observed
Normal
Tidak Normal
Perkembangan
Bayi
Overall Percentage
Step 0
Normal Tidak Normal
Perkembangan Bayi Percentage
Correct
Predicted
Constant is included in the model.a.
The cut value is ,500b.
Variables in the Equation
,111 ,167 ,444 1 ,505 1,118ConstantStep 0
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Variables not in the Equation
1,783 1 ,182
46,727 1 ,000
,223 1 ,637
47,601 3 ,000
ASI
didik
kerja
Variables
Overall Statis tics
Step
0
Score df Sig.
Page 123
Omnibus Tes ts of Mode l Coe fficients
50,969 3 ,000
50,969 3 ,000
50,969 3 ,000
Step
Block
Model
Step 1
Chi-square df Sig.
Model Summ ary
148,213a ,298 ,398
Step
1
-2 Log
likelihood
Cox & Snell
R Square
Nagelkerke
R Square
Estimation terminated at iteration number 4 because
parameter estimates changed by less than ,001.
a.
Classification Tablea
48 20 70,6
11 65 85,5
78,5
Observed
Normal
Tidak Normal
Perkembangan
Bayi
Overall Percentage
Step 1
Normal Tidak Normal
Perkembangan Bayi Percentage
Correct
Predicted
The cut value is ,500a.
Variables in the Equation
,419 ,409 1,052 1 ,305 1,521 ,683 3,387
-2,651 ,424 39,158 1 ,000 ,071 ,031 ,162
,202 ,433 ,219 1 ,640 1,224 ,524 2,860
2,865 1,087 6,942 1 ,008 17,544
ASI
didik
kerja
Constant
Step
1a
B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Low er Upper
95,0% C.I.for EXP(B)
Variable(s) entered on step 1: ASI, didik, kerja.a.
Page 124
perkembangan pertumbuhan pertumbuhan X ASI umur anak Usia X Jenis kelamin pendidikan pekerjaan pendapatan
0 3 1 2 12 1 1 3 4 2
1 3 1 2 7 1 2 4 4 2
1 3 1 2 8 1 2 4 1 1
0 3 1 2 12 1 2 3 1 1
0 3 1 2 12 1 1 4 4 2
0 3 1 2 12 1 1 4 4 2
0 3 1 2 9 1 2 4 4 2
0 3 1 2 11 1 2 3 2 1
0 3 1 2 12 1 1 2 1 2
1 3 1 2 11 1 2 2 4 1
1 4 1 2 12 1 1 3 4 2
1 4 1 2 9 1 1 4 4 2
1 3 1 2 7 1 1 4 4 1
0 3 1 2 7 1 2 2 4 1
0 3 1 2 8 1 1 2 4 2
0 3 1 2 8 1 1 4 4 1
1 4 1 2 10 1 2 5 4 2
1 4 1 2 12 1 2 5 4 2
1 3 1 2 13 2 2 4 4 1
1 3 1 2 13 2 1 4 4 1
1 3 1 2 13 2 1 4 4 2
1 3 1 2 14 2 1 3 4 1
1 3 1 2 17 2 1 3 4 2
1 3 1 2 12 1 1 4 4 2
1 2 1 2 12 1 1 4 4 1
0 3 1 2 10 1 2 4 4 2
0 3 1 2 9 1 2 4 4 2
0 2 0 2 8 1 1 4 4 1
1 2 0 2 7 1 1 2 4 1
0 3 1 2 7 1 1 3 4 2
0 3 1 2 6 1 2 3 4 2
0 3 1 2 23 3 2 3 4 2
0 3 1 2 20 3 2 3 4 2
Page 125
1 3 1 2 14 2 1 4 4 2
1 3 1 2 14 2 2 4 4 2
1 4 1 2 12 1 1 4 4 2
1 4 1 2 13 2 1 4 4 2
1 4 1 2 12 1 2 4 1 2
1 3 1 2 12 1 1 4 4 2
1 3 1 2 12 1 1 4 4 1
1 3 1 2 10 1 1 4 4 1
0 1 0 2 7 1 1 1 2 1
0 1 0 2 7 1 1 1 4 1
0 1 0 2 7 1 1 2 4 1
0 1 0 2 12 1 2 2 4 1
0 2 0 2 12 1 2 2 4 1
0 2 0 2 12 1 1 4 2 1
1 2 0 2 12 1 1 4 1 1
1 3 1 2 8 1 2 4 1 2
1 3 1 2 8 1 2 4 1 2
0 3 1 2 10 1 1 4 1 2
1 3 1 2 10 1 1 5 1 1
1 3 1 2 13 2 1 5 1 2
1 3 1 2 13 2 1 2 1 1
1 3 1 2 13 2 1 3 1 2
0 3 1 2 12 1 2 3 1 2
1 3 1 2 10 1 2 4 1 1
1 3 1 2 11 1 2 4 1 1
1 3 1 2 11 1 2 4 1 2
0 3 1 2 11 1 2 2 1 1
1 3 1 2 15 2 2 4 1 1
1 3 1 2 16 2 1 4 1 1
0 3 1 2 15 2 1 3 1 1
1 3 1 2 8 1 1 4 3 2
0 2 0 2 11 1 2 2 3 1
1 3 1 2 12 1 1 5 3 2
1 3 1 2 7 1 2 4 2 2
Page 126
1 3 1 2 12 1 2 5 2 2
1 3 1 2 12 1 2 4 2 2
1 4 1 2 9 1 1 5 1 2
1 4 1 2 9 1 1 4 1 2
1 3 1 2 8 1 1 3 1 1
0 1 0 1 6 1 1 2 1 1
0 1 0 1 6 1 1 2 1 1
0 1 0 1 7 1 2 2 1 1
0 3 1 1 10 1 1 2 1 1
0 3 1 1 10 1 1 3 2 1
0 3 1 1 12 1 1 3 2 1
0 3 1 1 9 1 1 2 1 1
0 3 1 1 9 1 1 2 1 2
1 3 1 1 9 1 2 3 2 2
1 3 1 1 9 1 2 4 1 2
0 2 0 1 11 1 2 4 1 2
1 2 0 1 11 1 2 4 2 2
1 2 0 1 10 1 2 4 2 2
0 2 0 1 10 1 2 4 4 1
0 3 1 1 12 1 1 1 4 1
0 3 1 1 12 1 1 1 4 1
0 3 1 1 8 1 2 1 4 1
0 3 1 1 8 1 1 3 1 2
1 3 1 1 9 1 1 3 2 2
0 3 1 1 8 1 2 3 2 1
0 3 1 1 9 1 1 3 2 1
0 2 0 1 9 1 2 4 1 2
1 2 0 1 7 1 2 4 2 2
1 2 0 1 13 2 2 4 2 2
1 2 0 1 13 2 2 4 1 2
1 2 0 1 13 2 2 5 3 2
1 3 1 1 13 2 2 5 3 2
1 3 1 1 23 3 2 5 3 2
1 2 0 1 22 3 2 4 1 2
Page 127
1 2 0 1 22 3 2 4 1 2
1 2 0 1 22 3 2 4 2 2
1 2 0 1 15 2 2 5 3 2
1 2 0 1 15 2 2 5 3 1
1 2 0 1 15 2 2 5 3 1
1 2 0 1 15 2 2 4 4 2
1 2 0 1 17 2 2 4 4 2
1 2 0 1 17 2 2 4 4 2
1 2 0 1 17 2 1 3 4 2
0 2 0 1 18 2 1 3 2 2
0 2 0 1 8 1 1 2 1 1
0 2 0 1 19 3 1 2 1 1
0 2 0 1 10 1 1 4 1 2
0 2 0 1 8 1 2 4 1 2
0 2 0 1 13 2 1 3 1 2
0 2 0 1 13 2 2 3 2 2
0 2 0 1 14 2 2 3 2 2
0 2 0 1 17 2 1 3 2 1
0 2 0 1 11 1 2 2 4 1
0 3 1 1 11 1 1 2 4 1
0 3 1 1 11 1 1 2 1 1
0 3 1 1 21 3 1 3 2 2
0 2 0 1 22 3 1 3 3 2
0 2 0 1 12 1 2 3 3 2
0 2 0 1 12 1 2 4 1 2
0 2 0 1 9 1 2 4 3 2
1 2 0 1 10 1 2 4 1 2
1 4 1 1 9 1 1 5 2 2
1 4 1 1 9 1 1 5 2 2
1 2 0 1 24 3 2 4 1 2
1 2 0 1 23 3 1 5 2 2
1 3 1 1 23 3 2 4 2 2
1 3 1 1 18 2 2 4 1 2
1 3 1 1 7 1 2 3 1 2
Page 128
1 2 0 1 7 1 2 3 2 2
1 3 1 1 15 2 1 5 2 2
1 3 1 1 17 2 1 5 2 2
1 3 1 1 8 1 2 4 1 2
0 3 1 1 8 1 1 4 4 1
0 3 1 1 23 3 2 4 4 1
0 3 1 1 23 3 2 4 4 2
0 2 0 1 14 2 1 4 2 2
0 2 0 1 13 2 1 4 2 1