STUDI BATUAN VULKANIK DAERAH KOLAKA UTARA SULAWESI TENGGARA SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP MINERALISASI SULFIDA STUDY OF VOLCANIC ROCK AT NORTH KOLAKA AREA SOUTHEAST SULAWESI AND THE IMPLICATIONS OF SULFIDE MINERALIZATION AYUB PRATAMA ARIS PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2019
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
i
STUDI BATUAN VULKANIK DAERAH KOLAKA UTARA
SULAWESI TENGGARA SERTA IMPLIKASINYA
TERHADAP MINERALISASI SULFIDA
STUDY OF VOLCANIC ROCK AT NORTH KOLAKA AREA
SOUTHEAST SULAWESI AND THE IMPLICATIONS OF
SULFIDE MINERALIZATION
AYUB PRATAMA ARIS
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
ii
STUDI BATUAN VULKANIK DAERAH KOLAKA UTARA
SULAWESI TENGGARA SERTA IMPLIKASINYA
TERHADAP MINERALISASI SULFIDA
Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Magister
Program Studi Magister Teknik Geologi
Universitas Hasanuddin
Disusun dan diajukan oleh
AYUB PRATAMA ARIS
kepada
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
iv
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS
Yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Ayub Pratama Aris
Nomor Pokok : D062171001
Program Studi : Teknik Geologi
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tesis yang saya tulis ini
benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan
pengambilalihan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila di kemudian hari
terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan tesis ini
hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
tersebut.
Makassar, 18 Juli 2019
Yang Menyatakan
Ayub Pratama Aris
v
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa, atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga tesis dengan
judul “Studi Batuan Vulkanik Daerah Kolaka Utara Sulawesi Tenggara serta
Implikasinya Terhadap Mineralisasi Sulfida”, dapat diselesaikan
Pada kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan rasa hormat
dan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Musri Mawaleda, M.T selaku
Pembimbing Utama dan Bapak Dr. Ir. Adi Tonggiroh, M.T selaku
Pembimbing Pendamping, atas segala curahan ilmu, saran pemikiran,
motivasi dan nasehatnya sehingga penilitian ini dapat terselesaikan tepat
pada waktunya. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Dr. Ir.
Eng. Asri Jaya HS, M.T, Dr. Eng. Adi Maulana, S.T., M.Phil, dan Ibu Dr. Ir.
Ulva Ria Irfan, M.T selaku dosen penguji, serta Ibu Dr. Ir. Hj. Ratna Husain
L, M.T selaku Ketua Program Studi Magister Teknik Geologi Unhas dan
Bapak Dr. Ir. Eng. Asri Jaya HS, M.T selaku Ketua Departemen Teknik
Geologi Unhas atas bantuan yang telah diberikan kepada penulis dalam
rangka pengumpulan informasi mengenai permasalahan terkait penelitian
ini, Bapak dan Ibu dosen Departemen Teknik Geologi Unhas yang telah
memberikan bimbingannya, Staf Departemen Teknik Geologi Unhas,
ucapan terima kasih kepada kedua orangtua penulis atas segala dukungan
yang telah diberikan kepada penulis selama menjalani pendidikan dan
vi
penelitian, serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu,
atas segala bantuan dan dukungan yang diberikan selama ini.
Akhir kata, semoga penyusunan tesis ini dapat bermanfaat bagi
seluruh pembaca, khususnya bagi penulis. Amin.
Makassar, 18 Juli 2019 Penulis,
Ayub Pratama Aris NIM. D062171001
vii
ABSTRAK
AYUB PRATAMA ARIS. Studi Batuan Vulkanik Daerah Kolaka Utara Sulawesi tenggara serta Implikasinya Terhadap Mineralisasi Sulfida (dibimbing oleh Musri Mawaleda dan Adi Tonggiroh). Tujuan utama dari penelitian ini yaitu (1) menentukan kedudukan batuan vulkanik terhadap batuan metamorf di daerah penelitian, (2) Mengetahui hubungan pembentukan batuan vulkanik trakit dengan alterasi dan mineralisasi hydrothermal pada batuan metamorf, (3) Mengetahui tipe alterasi dan mineralisasi hidrothermal di daerah penelitian, dan (4) membuat model geologi tentative alterasi dan mineralisasi hidrothermal di daerah penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di daerah Kolaka Utara, Provinsi Sulawesi Tenggara. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah survei lapangan dilakukan dengan pengambilan sampel batuan vulkanik baik yang masih segar, maupun batuan vulkanik yang sudah terubah (altered) pada setiap lokasi yang representatif di daerah penelitian. Data dianalisis dengan menggunaan analisis petrografi, mineragrafi dan geokimia (ICP-MS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedudukan batuan vulkanik Ryodasitik (intrusi dangkal), merupakan batuan yang menerobos terhadap batuan metamorf (Sekis Muskovit-Kuarsa) di daerah penelitian. Hubungan pembentukan batuan ryodasitik dengan alterasi dan mineralisasi hidrotermal pada batuan metamorf terjadi pada lingkungan tektonik zona Arc volcanic incl. Alkaline varieties. Berdasarkan hal tersebut dapat diinterpretasikan bahwa larutan hidrotermal yang berperan dalam proses alterasi di daerah penelitian adalah larutan hidrotermal sisa pendinginan magma dari batuan ryodasitik. Tipe alterasi yang berkembang di daerah penelitian yaitu tipe alterasi Propilitik dan Argilik. Mineral penciri alterasi propilitik yang dijumpai yaitu mineral klorit, epidote dan mineral karbonat berupa kalsit. Sedangkan mineral penciri alterasi argilik yaitu mineral kalsit dan mineral lempung dengan mineral aksesoris berupa mineral muskovit. Tahap pembentukan mineral alterasi dimulai dari tahap isokimia, tahap metasomatisme dan tahap retrograde. Model tentatif geologi memperlihatkan bahwa endapan epitermal sulfidasi rendah berasosiasi dengan lingkungan vulkanik, tempat pembentukan yang relatif dekat permukaan serta larutan yang berperan dalam proses pembentukannya berasal dari campuran air magmatik dengan air meteorit. Kata Kunci: batuan vulkanik, alterasi, mineralisasi, geokimia
viii
ABSTRACT
AYUB PRATAMA ARIS. Study of Volcanic Rock at North Kolaka Area Southeast Sulawesi and The Implications of Sulfide Mineralization (Supervised by Musri Mawaleda and Adi Tonggiroh). The aims of this research are (1) to determine the position of volcanic rocks on metamorphic rocks in the study area, (2) to find out the relationship between volcanic rock formation and alteration and hydrothermal mineralization in metamorphic rocks, (3) to determine the types of alteration and hydrothermal mineralization in the research area , and (4) to make tentative geological models of alteration and hydrothermal mineralization in the research area. This research was carried out in the North Kolaka area, Southeast Sulawesi Province. The method used in this research was field survey by taking sample of volcanic rocks that are still fresh, as well as altered volcanic rocks at each representative location in the research area. The data were analyzed using petrography, mineragraphy and geochemical (ICP-MS) analysis. The result of study show that the position of Ryodasitic volcanic rocks (shallow intrusion), is a rock that breaks through metamorphic rocks (Sekis Muskovit-Quartz) in the study area. The relationship of formation of ryodasitic rocks with alteration and hydrothermal mineralization in metamorphic rocks occurs in the tectonic environment of Arc volcanic zone incl. Alkaline varieties. Based on this, it can be interpreted that hydrothermal solutions which play a role in alteration processes in the study area are the remaining hydrothermal solutions of cooling of magma from rhyodasitic rocks. Alteration types that develop in the research area are Propylitic and Argillic alteration types. Propylitic alteration minerals found are chlorite, epidote and carbonate minerals in the form of calcite. Whereas argillic alteration minerals are calcite and clay minerals with mineral minerals in the form of muscovite minerals. The stage of formation of alteration minerals starts from the isochemical stage, the metasomatism stage and the retrograde stage. The tentative geological model shows that low sulfidation epithermal deposits are associated with a volcanic environment, a place of formation that is relatively close to the surface and a solution that plays a role in the formation process derived from a mixture of magmatic water with meteorite water. Keywords: volcanic rocks, alteration, mineralization, geochemistry
ix
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN TUJUAN ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN iv
PRAKATA v
ABSTRAK vii
ABSTRACT viii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR LAMPIRAN xvi
BAB I. PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan Penelitian 4
D. Manfaat Penelitian 4
E. Batasan Penelitian 5
F. Peneliti Terdahulu 5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 7
A. Geologi Regional 7
1. Geomorfologi Regional 9
2. Stratigrafi Regional 11
3. Struktur Geologi Regional 19
B. Landasan Teori 22
1. Batuan Beku 22
2. Batuan Vulkanik 40
x
3. Batuan Metamorf 47
4. Hidrothermal, Sistem Hidrothermal, dan Alterasi 54
BAB III. METODE PENELITIAN 59
A. Rancangan Penelitian 59
B. Lokasi dan Kesampaian Daerah 60
C. Alat dan Bahan 62
D. Pengumpulan Data 63
E. Teknik Pengambilan Data 64
F. Analisis Laboratorium 65
1. Analisis Petrografi 65
2. Analisis Mineragrafi 65
3. Analisis ICP-MS 66
G. Pengolahan Data 66
H. Kompilasi Data dan Penyusunan Laporan 66
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 68
A. Litologi Daerah Penelitian 68
B. Tipe Alterasi Hidrotermal 75
C. Mineral bijih 79
D. Mineralisasi 81
E. Tipe Endapan 82
F. Geokimia Batuan Vulkanik 83
G. Implikasi Batuan Trakit Terhadap Batuan Metamorf 90
BAB V. PENUTUP 93
A. Kesimpulan 93
B. Saran 94
DAFTAR PUSTAKA 95
xi
DAFTAR TABEL
nomor halaman
1 Klasifikasi batuan beku berdasarkan letak/keterdapatannya (Wilson, 1989) 30
2 Klasifikasi magma berdasarkan kandungan major
element (Alzwar dkk.,1988) 35
3 Klasifikasi magma berdasarkan kandungan SiO2 (%) atau derajat keasaman (Alzwar dkk.,1988) 35
4 Persentase kandungan oksida dari beberapa batuan
beku vulkanik (Carmichael, 1974 dalam Alzwar dkk., 1988) 37
5 Himpunan mineral, tipe, dan zona alterasi
hidrothermal 76
6 Hasil analisis petrografi dan geokimia pada sampel
AGK 01, AGK 05 dan AGK 14 pada klasifikasi jenis
magma (Alzwar dkk.,1988). 84
xii
DAFTAR GAMBAR
nomor halaman
1 Peta Pembagian Mandala Geologi Pulau Sulawesi (Kadarusman dkk.,2004). 8
2 Peta Geologi Regional Lembar Lasusua-Kendari,
Sulawesi Tenggara (Rusmana, E., Sukido, sukarna, D.,Haryono, E. Dan Simandjuntak, T.O.,1993). 9
Lasusua- Kendari, Sulawesi Tenggara (Rusmana dkk., 1993) 13
6 Peta Geologi daerah kolaka sebagai lokasi
pembentukan Intrusi Dasit, (White, et al, 2014)
15
7 Singkapan batuan Intrusi Dasit pada batuan sekis Mika Kompleks Mengkoka (White dkk.,2014) 16
8 Strutur Geologi Sulawesi dan sekitarnya
(disederhanakan oleh Silver dkk.,1983 dan Rehahult dkk., 1991 dalam Surono, 2010) 19
9 Bagan Struktur Batuan Beku Instrusif (Noor, 2012) 24
10 Klasifikasi afinitas magma berdasarkan perbandingan K2O dan SiO2 (Peccerillo dan Taylor, 1976 dalam Rollinson, 1993) 36
11 Klasisfikasi batuan beku vulkanik (Cox et al., 1979) 38
12 Klasifikasi batuan beku vulkanik (Le Bas et al., 1986 dalam Rollinson, 1993) 38
13 Klasifikasi lingkungan tektonik Th-Hf-Ta (Wood,
1980 dalam Rollinson, 1993) 40
xiii
nomor halaman
14 Klasifikasi batuan gunung api fragmental menurut Pettijohn (1975; kiri) dan Fisher (1966; kanan) 42
15 Siklus batuan (Noor, 2009) 43
16 Bowen Reaction Series (Novan, 1992) 47
17 Hubungan antara Tekanan (P), Temperatur (T), Kedalaman (D) dan Derajat Metamorfosa (Noor, 2014) 51
18 Hubungan antara Derajat Metamorfosa dengan
Tekanan, Temperatur dan Kedalaman (Noor, 2014)
53
19 Mineralogi alterasi di dalam sistem hidrotermal (Corbett dan Leach, 1996) 58
20 Peta tunjuk lokasi penelitian Daerah Kolaka Utara
Sulawesi Tenggara 61
21 Peta Stasiun Pengambilan Sampel 65
22 Diagram Alir Penelitian 67
23 Peta Geologi Daerah Kolaka Utara (dimodifikasi dari Rusmana dkk. 1993) 69
24 Kolom Stratigrafi daerah penelitian (dimodifikasi dari
Rusmana dkk. 1993) 70
25 Kenampakan singkapan di daerah penelitian (a) batuan trakit di stasiun AGK 06, dan (b) batuan trakit di stasiun AGK 14 71
26 Fotomikrograf conto sayatan batuan AGK 14 dengan
perbesaran 50x 72
27 Kenampakan singkapan batuan metamorf Sekis Muskovit-Kuarsa di stasiun AGK 03 daerah Penelitian. 72
28 Fotomikrograf conto sayatan batuan AGK 03 dengan
perbesaran 50x. 73
xiv
nomor halaman
29 Kenampakan singkapan batuan metamorf Sekis Kuarsa-Muskovit di stasiun AGK 12 daerah penelitian. 74
30 Fotomikrograf conto sayatan batuan AGK 12 dengan
perbesaran 50x. 75
31 Fotomikrograf sayatan batuan AGK 03 (a) dan sayatan batuan AGK 08 (b) yang memperlihatkan mineral-mineral penciri alterasi propilitik berupa kalsit (Ca), epidot (Ep), kuarsa (Qtz) dan klorit (Chl). 77
32 Fotomikrograf sayatan batuan AGK 09 (a) dan
sayatan batuan AGK 12 (b) yang memperlihatkan kehadiran mineral-mineral penciri alterasi argilik berupa mineral kalsit (Ca), mineral lempung (Cly), kuarsa (Qtz) dan klorit (Chl). 78
33 Fotomikrograf sayatan poles yang memperlihatkan
kehadiran mineral kalkopirit (Cp) 79
34 Fotomikrograf sayatan poles yang memperlihatkan kehadiran mineral pyrit (Py) 80
35 Fotomikrograf sayatan poles yang memperlihatkan
kehadiran mineral sfalerit (Sf) 81
36 Model geologi endapan epitermal sulfidasi rendah (Hedenquist dkk., 1996 dalam Nagel, 2008). 82
37 Plotting pada klasifikasi afinitas magma berdasarkan
perbandingan K2O dan SiO2 (Peccerillo dan Taylor, 1976 dalam Rollinson, 1993). 85
38 Plotting pada klasifikasi batuan beku vulkanik (Le
Bas et al, 1986). 86
39 Plotting kandungan major element terhadap SiO2 (Harker, 1909 dalam Rollinson, 1993). 87
40 Plotting pada klasifikasi Spider plot - MORB
(Pearce, 1996). 88
xv
nomor halaman
41 Model geologi endapan epitermal sulfidasi rendah (Hedenquist dkk., 1996 dalam Nagel, 2008) 89
42 Model geologi endapan epitermal sulfidasi rendah
(Hedenquist dkk., 1996 dalam Nagel, 2008) 92
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
nomor halaman
1 Deskripsi Petrografi (Litologi) 98
2 Deskripsi Mineragrafi 112
3 Deskripsi Petrografi (Alterasi) 122
4 Analisis Geokimia ICP-MS 126
LAMPIRAN PETA
5 Peta Stasiun dan Pengambilan Sampel
6 Peta Geologi Daerah Penelitian
7 Peta Zona Tipe Alterasi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penelitian khusus tentang batuan vulkanik di Kompleks Mekongga
yang berhubungan dengan endapan hidrothermal masih sangat terbatas.
Hidrothermal yang merupakan larutan sisa magma yang bersifat aqueous
yang kaya akan logam-logam, merupakan sumber cebakan cebakan bijih
hidrothermal. Endapan mineral hidrothermal dapat terbentuk karena
sirkulasi fluida hidrotermal yang melindi, mentranspor, dan mengendapkan
mineral-mineral baru sebagai respon terhadap perubahan fisik maupun
kimiawi (Pirajno, 1992).
Interaksi antara fluida hidrothermal dengan batuan yang dilewatinya
yaitu batuan dinding akan menyebabkan terubahnya mineral secara
kimiawi menjadi mineral alterasi, maupun fluida itu sendiri (Pirajno, 1992).
Proses alterasi merupakan suatu bentuk metasomatisme, yakni pertukaran
komponen kimiawi antara larutan dengan batuan dinding/samping. Alterasi
hidrotermal tergantung pada karakter batuan dinding/samping, karakter
fluida, kondisi tekanan dan temperatur pada saat reaksi berlangsung. Pada
kesetimbangan tertentu, proses hidrotermal akan menghasilkan kumpulan
mineral tertentu yang dikenal sebagai himpunan mineral. Pada
2
kesetimbangan tertentu, proses hidrotermal akan menghasilkan kumpulan
mineral tertentu yang dikenal sebagai himpunan mineral (Sutarto, 2004).
Batuan vulkanik, umumnya terbentuk dari pembekuan magma yang
sangat cepat (misalnya akibat letusan gunung api) sehingga teksturnya
lebih halus. Contohnya adalah basalt, trakkit, andesit (yang sering dijadikan
pondasi rumah), dan dacite. Batuan vulkanik dapat dikenal melalui tekstur,
struktur dan komposisi mineral. Tekstur batuan vulkanik memberikan
informasi mengenai proses pembekuan magma dan struktur batuan
vulkanik mencirikan batuan tersebut intrusi atau ekstrusi. Sedangkan
komposisi mineral pada batuan vulkanik berkaitan dengan ekspresi warna
batuan, yang juga mencerminkan asal magma (Mulyaningsih, 2013).
Daerah penelitian tercakup dalam wilayah administrasi Kabupaten
Kolaka Utara Provinsi Sulawesi Tenggara. Daerah ini merupakan bagian
dari Kompleks Mekongga (Pzm) yang merupakan batuan metamorf
paleozoikum yang terdiri atas batuan metamorf berupa sekis, geneis, filit
dan kuarsit. Secara Regional daerah penelitian tercakup dalam Peta
lapangan (megaskopis) dari batuan metamorf memiliki warna segar hijau
kecoklatan dan coklat kehitaman dalam keadaan lapuk (Gambar 27).
Gambar 27 Kenampakan singkapan batuan metamorf
Sekis Muskovit-Kuarsa di stasiun AGK 03 daerah Penelitian.
73
Dari hasil analisis petrografi yang telah dilakukan batuan metamorf
ini berwarna putih kecoklatan pada kenampakan nikol sejajar dan abu-abu
kehitaman pada kenampakan nikol silang. Bentuk mineral subhedral –
anhedral, tekstur lepidoblastik dan struktur schistose (foliasi) dengan
ukuran mineral 0,02 – 4,26 mm. Terdiri dari mineral kuarsa, muskovit,
epidot, klorit, kalsit, serisit dan mineral opak (Gambar 28).
Gambar 28 Fotomikrograf conto sayatan batuan AGK 03 dengan perbesaran 50x.
Umur dari batuan Sekis Muskovit-Kuarsa di daerah penelitian
mempunyai nilai kesebandingan dengan satuan Batuan Kompleks
Mekongga (Pzm). Berdasarkan hal tersebut, maka batuan Sekis Muskovit-
Kuarsa pada daerah Kolaka Utara disebandingkan dengan Batuan
Kompleks Mekongga (Pzm) Kompleks Mekongga tersebut diperkirakan
berumur Karbon sampai Perm dan mempunyai hubungan menjemari
dengan satuan pualam paleozoikum (Pzmm) (Rusmana dkk.,1993).
74
3. Sekis Kuarsa-Muskovit
Di daerah penelitian dijumpai batuan Sekis Kuarsa-Muskovit pada
stasiun AGK 12. Kenampakan lapangan (megaskopis) dari batuan
metamorf memiliki warna abu-abu kecoklatan dan coklat kehitaman dalam
keadaan lapuk.
Gambar 29 Kenampakan singkapan batuan metamorf Sekis Kuarsa-Muskovit di stasiun AGK 12 daerah penelitian.
Dari hasil analisis petrografi yang telah dilakukan batuan metamorf
ini berwarna putih kehijauan pada kenampakan nikol sejajar dan kuning
hingga coklat kehitaman pada kenampakan nikol silang. Bentuk mineral
euhedral – anhedral, tekstur lepidoblastik dan struktur schistose (folasi)
dengan ukuran mineral 0,02 – 2,78 mm. Terdiri dari mineral muskovit,
kuarsa sekunder, epidot, klorit, serisit, mineral opak dan mineral lempung,.
75
Gambar 30 Fotomikrograf conto sayatan batuan AGK 12 dengan perbesaran 50x.
B. Tipe Alterasi Hidrotermal
Tipe alterasi diidentifikasi berdasarkan pengamatan petrografi dari
lima sampel sayatan tipis batuan. Analisis alterasi dan mineral hidrotermal
berdasarkan pengamatan petrografi dilakukan pada sampel AGK 03, AGK
08, AGK 09, AGK 12. Tipe alterasi ditentukan berdasarkan mineral-mineral
penciri alterasi dan himpunan mineral alterasi yang hadir. Secara
keseluruhan dari semua sampel alterasi yang dapat diidentifikasi meliputi:
kuarsa, muskovit, epidote, dan mineral lempung. Berdasarkan himpunan
mineral alterasi ini dengan menggunakan klasifikasi dan terminology
alterasi hidrothermal (Thompson and Thompson, 1996; Hedenquist et
al.,1996, 2000), maka tipe alterasi mineralisasi hidrotermal di daerah Kolaka
Utara adalah tipe propilitik dan tipe argilik.
76
Tabel 5. Himpunan mineral, tipe, dan zona alterasi hidrothermal
No Sampel Himpunan Mineral Alterasi Tipe
Alterasi
1 AGK 03 Epidot, Klorit, Kuarsa Propilitik
2 AGK 08 Klorite, Muskovit, Kuarsa Propilitik
3 AGK 09 Kalsit, Serisit, Kuarsa Argilik
4 AGK 12 Kalsit, Serisit, Mineral lempung Argilik
*Sumber: Lab. Petrografi Teknik Geologi Unhas
1. Tipe Propilitik
Tipe alterasi propilitik dijumpai pada sampel AGK 03 dan AGK 08.
Mineral penciri alterasi propilitik berupa mineral klorit, epidote dan mineral
karbonat berupa kalsit (Klorit-Kalsit-Kuarsa). Selain mineral klorit dan kalsit
juga dijumpai mineral bijih berupa kalkopirit. Mineral klorit dan karbonat
menggantikan mineral-mineral plagioklas, hornblende dan biotit (Pirajno,
2009). Menurut Wang et, al (2016) mineral klorit pada proses alterasi
propilitik terbentuk pada suhu 145-2400. Mineral kalsit terbentuk pada suhu
135-2160 (Kettanah et. Al, 2016). Sedangkan, mineral pirit dan kalkopirit
terbentuk pada suhu 214-2920 (Xie et. al, 2017).
77
Gambar 31 Fotomikrograf sayatan batuan AGK 03 (a) dan sayatan batuan
AGK 08 (b) yang memperlihatkan mineral-mineral penciri alterasi propilitik berupa kalsit (Ca), epidot (Ep), kuarsa (Qtz) dan klorit (Chl).
Alterasi propilitik ditandai dengan adanya penambahan H20 dan CO2
tanpa proses metasomatisme yang besar. Kondisi pH fluida pembentuk
alterasi propilitik berkisar antara 5-6 (Henley, 1991). Alterasi propilitik
cenderung dekat dengan sistem hidrothermal atau dekat dengan sumber
fluida (Pirajno, 2009). Pada daerah penelitian alterasi propilitik dijumpai di
batuan Sekis Muskovit-Kuarsa.
2. Tipe Argilik
Tipe alterasi argilik dijumpai pada sampel AGK 09 dan AGK 12.
Mineral penciri alterasi argilik berupa mineral epidote, kalsit dan kuarsa
a a
b b
78
sekunder dengan mineral aksesoris berupa mineral serisit. Selain mineral
kalsit dan lempung juga dijumpai mineral sulfida berupa Kalkopirit dan
Sfalerit. Mineral lempung pada alterasi argilik menggantikan mineral
plagioklas, muskovit dan biotit.
Gambar 32 Fotomikrograf sayatan batuan AGK 09 (a) dan sayatan batuan
AGK 12 (b) yang memperlihatkan kehadiran mineral-mineral
penciri alterasi argilik berupa mineral kalsit (Ca), mineral
lempung (Cly), kuarsa (Qtz) dan klorit (Chl).
Mineral kalsit pada tipe alterasi argilik terbentuk disuhu 214-2450 (Xie
et. al, 2017) dan mineral lempung terbentuk pada suhu 214-2920 (Xie et. al,
2017). Sedangkan mineral sulfide berupa kalkopirit terbentuk pada suhu
255-3930 (Wang et. al, 2016). Alterasi argilik menurut Pirajno (2009)
terbentuk akibat proses metasomatisme unsur H+ dengan suhu antara 100-
3000C dengan pelindihan unsur-unsur alkali. Kondisi pH fluida pembentuk
79
alterasi argilik berkisar antara 5-6 (Corbett dan Leach, 1998). Pada daerah
penelitian tipe alterasi ini dijumpai pada batuan Sekis Kuarsa-Muskovit.
C. Mineral bijih
Analisis mineragrafi pada enam sampel yang mengalami
mineralisasi. Analisis ini dilakukan untuk mengidentifikasi mineral bijih yang
terdapat pada daerah penelitian. Secara mikroskopis mineral bijih yang
dijumpai yaitu pirit, kalkopirit, spalerit.
1. Kalkopirit
Kalkopirit (CuFeS2), Sayatan poles ini merupakan batuan metamorf
berupa batuan sekis, mineral ini dijumpai berbutir halus, >0,1 mm, berwarna
kuning terang, berbentuk subhedral sampai anhedral, tidak dijumpai
pleokroisme, anisotropik. Kenampakan pada sayatan poles ini
memperlihatkan kehadiran mineral kalkopirit. Mineral bijih yang dijumpai
(5%) dalam bentuk disseminated dalam batuan
Gambar 33 Fotomikrograf sayatan poles yang memperlihatkan kehadiran mineral kalkopirit (Cp)
80
2. Pirit
Pirit (FeS2), sayatan poles ini merupakan batuan metamorf berupa
batuan gneiss, kenampakan pada sayatan poles ini memperlihatkan warna
kuning pucat, bentuk subhedral-euhedral, tidak dijumpai pleokrisme,
isotropik, ukuran mineral >0,1 mm, mineral bijih yang dijumpai (1%) dalam
bentuk disseminated dalam batuan.
Gambar 34 Fotomikrograf sayatan poles yang memperlihatkan kehadiran mineral pyrit (Py)
3. Sfalerit
Sfalerit (Zn,Fe)S, berwarna abu-abu, isotropik, ukuran butir (0,02-
0,8) mm, bentuk subhedral-anhedral, berikatan dengan mineral bijih yang
lain (pirit), sebagian mengelompok (berbutir kasar, anhedral, 0,5-0,8 mm)
dan sebagian menyebar (berbutir halus, subhedral, 0,02-0,06 mm). Mineral
sfalerit hadir menggantikan mineral kalkopirit. Mineral bijih yang dijumpai
dalam bentuk disseminated dalam batuan.
81
Gambar 35 Fotomikrograf sayatan poles yang memperlihatkan kehadiran mineral sfalerit (Sf)
D. Mineralisasi
Mineralisasi di daerah Kolaka Utara terbentuk dalam satu tipe, yaitu
tipe tersebar (disseminated), dimana mineral bijih sulfida tersebar dalam
pada host rock yang mengalami alterasi. Mineral-mineral bijih hipogen yang
teridentifikasi secara mikroskopis adalah kalkopirit dan pirit. Mineral
supergen juga teramati berupa sfalerit.
Tahap pembentukan mineral hipogen ditandai dengan kehadiran
mineral kalkopirit dan pirit terbentuk pada kisaran temperatur 214-2920C
(Xie et. al, 2015).
Tahap Supergen ditandai dengan pembentukan sfalerit dan oksida
besi berupa mineral geotit. Sfalerit diperkirakan terbentuk pada suhu 150-
2300C (Izagure et. al., 2017).
82
E. Tipe Endapan
Himpunan mineral alterasi hidrotermal dan mineral bijih sulfida yang
terbentuk memberikan informasi penting tentang lingkungan pembentukan
endapan mineral bijih. Berdasarkan keberadaan mineral alterasi,
temperatur dan pH fluida hidrothermal ditafsirkan tipe endapan mineral bijih
yang dijumpai daerah Kolaka Utara adalah tipe epithermal. Berdasarkan
suhu pembentukan endapan yang 150-3000C serta fluida hidrothermal ber-
pH hampir netral dapat diklasifikasikan sebagai tipe epitermal sulfida
rendah.
Gambar 36 Model geologi endapan epitermal sulfidasi rendah
(Hedenquist dkk., 1996 dalam Nagel, 2008).
Sitem Endapan
Daerah Penelitian
83
Endapan epithermal sulfida rendah terbentuk jauh dari tubuh intrusi
dan terbentuk melalui larutan sisa magma yang berpindah jauh dari
sumbernya kemudian bercampur dengan air meteoric yang dekat dengan
permukaan dan membentuk cebakan tipe sulfida rendah, dipengaruhi oleh
system boiling sebagai mekanisme pengendapan mineral-mineral bijih.
Proses boiling disertai pelepasan unsur gas, merupakan proses utama
untuk pengendapan Cu.
F. Geokimia Batuan Vulkanik
Berdasarkan hasil pengamatan petrografis diketahui ukuran kristal
mineral pada batuan ini adalah berkisar antara <0,02 – 3,94 mm yang
artinya batuan ini berteksur porfiritik. Tekstur porfiritik dapat diintepretasikan
secara umum terjadi karena adanya dua fase dalam pembekuan dan
pendinginan magma dimana pada awalnya beberapa kristal telah terbentuk
dengan pendinginan magma yang lambat di bawah permukaan sehingga
terbentuk kristal yang besar dan kasar, kemudian ketika terjadi erupsi
magma yang bergerak naik dengan membawa kristal–kristal yang telah
terbentuk terlebih dahulu (McPhie et al., 1993).
Berdasarkan klasifikasi jenis magma yang mengacuh pada
komposisi kimia (tabel 3) maka jenis magma dari batuan ini adalah magma
intermediate (Alzwar dkk., 1988). Fenokris pada conto sampel AGK 14,
AGK 01 dan AGK 05 ini berupa mineral feldspar, yaitu plagioklas jenis
labradorit dan andesin ((Na,Ca) AlSi3O8) dengan persentasi sekitar 10 –
84
25%. Pada batuan ini juga terdapat mineral K-feldspar (KalSi3O8) berupa
sanidin dan ortoklas sekitar 5-25% serta mineral biotit K(Mg, Fe)3 (Al,
Fe)Si3O10(OH,F)2 sekitar 10 – 15%. Kandungan mineral tersebut
memperlihatkan kesesuaian dengan komposisi unsur utama yakni SiO2,
Al2O3, Fe2O3, MgO, CaO, K2O dan Na2O yang merupakan komposisi dari
mineral plagioklas, K-feldspar dan biotit pada sampel batuan AGK 014,
AGK 01 dan AGK 05.
Tabel 6. Hasil analisis petrografi dan geokimia pada sampel AGK 01, AGK 05 dan AGK 14 pada klasifikasi jenis magma (Alzwar dkk.,1988).
AGK 14 AGK 01 AGK 05
Komposisi Mineral (%) Komposisi Mineral (%) Komposisi Mineral (%)
Plagioklas 25 Plagioklas 10 Plagioklas 10
Ortoklas 15 Epidote 5 Hornblende 25
Hornblende 20 Hornblende 20 Biotit 5
Biotit 10 Ortoklas 25 Sanidin 20
Kuarsa 5 Biotit 10 Kuarsa 10
Mineral Opak 2 Mineral Opak 3 Mineral Opak 5
Kristalit
Plagioklas 13
Kristalit
Plagioklas 12
Kristalit
Plagioklas 20
Gelas 10 Gelas 15 Gelas 10
Tekstur khusus porfiritik Tekstur khusus trakitik Tekstur khusus trakitik
Major element (ppm) Major element (ppm) Major element (ppm)
SiO2 62,87 SiO2 68,36 SiO2 68,17
Al2O3 16,04 Al2O3 14,85 Al2O3 14,88
Fe2O3 4,25 Fe2O3 2,41 Fe2O3 2,48
MgO 2,35 MgO 1,99 MgO 2,10
CaO 5,30 CaO 3,06 CaO 3,20
Na2O 3,11 Na2O 3,75 Na2O 3,83
K2O 2,68 K2O 3,15 K2O 3,14
P2O5 0,46 P2O5 0,16 P2O5 0,16
MnO 0,05 MnO 0,04 MnO 0,06
TiO2 0,65 TiO2 0,41 TiO2 0,44
*Sumber: Lab. Petrografi Teknik Geologi Unhas dan Lab. PT. Intertek Utama Services Jakarta
85
Berdasarkan hasil plotting afinitas magma yang menunjukkan
kesebandingan berat (%) K2O dan SiO2 maka seri magma dari sampel AGK
14, AGK 01 dan AGK 05 adalah seri High-K calc–alkaline pada klasifikasi
afinitas magma (Peccerillo dan Taylor, 1976 dalam Rollinson, 1993),
Kandungan major element pada sampel AGK 14 memperlihatkan nilai K2O
= 2,58% dan SiO2 = 62,87%, sampel AGK 01 memperlihatkan K2O = 3,15%
dan SiO2 = 68,36%, serta sampel AGK 05 memperlihatkan K2O = 3,14%
dan SiO2 = 68,17%. Pada conto sampel AGK 14, AGK 01, dan AGK 05 yang
memiliki jenis magma seri High-K calc-alkaline, diinterpretasikan bahwa
selama proses kristalisasi magma terjadi peningkatan potasium (K2O)
akibat asimilasi terhadap batuan samping yang kaya akan potasium. Hal ini
didukung oleh data lapangan berupa dijumpainya kontak batuan dasit
dengan batuan metamorf (Pzm) pada stasiun AGK 14 di daerah penelitian
(Gambar 25).
Gambar 37 Plotting pada klasifikasi afinitas magma berdasarkan perbandingan K2O dan SiO2 (Peccerillo dan Taylor, 1976 dalam Rollinson, 1993).
86
Berdasarkan kandungan dari major element pada sampel AGK 14,
V-A dan V-B maka hasil plotting klasifikasi batuan secara geokimia
menunjukkan bahwa batuan instrusif yang tersingkap di daerah penelitian
berada/menempati pada lingkungan Dasit, begitu pula oleh peneliti
sebelumnya menyebutnya Dasit (White et al, 2014). Hal tersebut didukung
oleh klasifikasi batuan beku yang berdasarkan kandungan SiO2 dan
Na2O+K2O (Le Bas et al., 1986) (Gambar 38). Klasifikasi ini juga dapat
mengidentifikasi seri magma yang terlihat dari garis melengkung putus-
putus membagi antara seri alkaline dan seri sub–alkaline. Hasil analisis
geokimia bahwa batuan Dasit termasuk dalam zona seri sub–alkaline
dimana seri calc–alkaline dan thoeliitic termasuk dalam seri sub–alkaline
(Wilson, 1989).
Gambar 38 Plotting pada klasifikasi batuan beku vulkanik (Le Bas et al, 1986).
87
Untuk mengetahui gambaran evolusi magma pada batuan beku
vulkanik di daerah penelitian yaitu dengan menggunakan diagram harker
yang memperlihatkan bahwa magma pembentukan batuan tersebut adalah
Co-Magmatik artinya terjadi penurunan MgO, FeOt dan TiO2 diikuti juga
penurunan silika (SiO2).
kandungan major element terhadap senyawa SiO2 (Harker, 1909
dalam Rollinson, 1993). Berdasarkan plotting pada diagram harker major
element terhadap SiO2 diketahui terjadi perubahan yang bernilai negatif,
dimana pada senyawa MgO terhadap SiO2 menunjukkan gambar kurva
negatif, begitupula senyawa TiO2 dan FeOt terhadap SiO2. Hal ini
menunjukkan bahwa magma pembentuk batuan beku pada daerah
penelitian mengalami proses asimilasi yang awalnya basa menjadi asam
(Gambar 39)
.
Gambar 39 Plotting kandungan major element terhadap SiO2 (Harker, 1909 dalam Rollinson, 1993).
88
Gambar 40 Plotting pada klasifikasi Spider plot – MORB (Pearce, 1996).
Berdasarkan hasil analisis geokimia terhadap sampel AGK 14, V-A,
dan V-B maka lingkungan magma batuan dasit di daerah penelitian dapat
diidentifikasi berdasarkan jenis dan afinitas magmanya dengan
menggunakan klasifikasi lingkungan tektonik (Pearce, 2008) berupa
perbandingan unsur Nb/Yb - TiO2/Yb, maka dalam klasifikasi ini lingkungan
tektonik dari batuan beku di daerah Kolaka Utara (AGK 14, V-A, dan V-B)
yaitu zona MORB array (shallow melting) (Gambar 41)
89
Gambar 41 Plotting pada klasifikasi lingkungan tektonik Nb/Yb - TiO2/Yb (Pearce, 2008).
Berdasarkan afinitas magma, klasifikasi batuan, dan lingkungan
pembentukan magma, serta kenampakan di lapangan, maka dapat
dihubungkan untuk mengetahui tatanan tektonik, dengan menggunakan
perbandingan persentase Na2O + K2O dan SiO2 menunjukkan bahwa
nama batuan yang didapatkan adalah Dasit. Hasil plotting menunjukkan
afinitas magma di daerah penelitian berasal dari jenis magma seri High-
K calc-alkaline yang dapat dihubungkan untuk mengetahui tatanan
tektonik dengan menggunakan klasifikasi lingkungan tektonik Nb/Yb -
TiO2/Yb, maka diketahui bahwa batuan dasit di daerah Kolaka Utara
terbentuk di zona MORB array (Shallow Melting).
90
G. Implikasi Batuan Trakit Terhadap Batuan Metamorf
Berdasarkan hasil pengolahan data di atas, maka tampak
kedudukan batuan vulkanik terhadap batuan metamorf di daerah penelitian
terjadi dikarenakan batuan vulkanik yang mengintrusi batuan metamorf
yang merupakan host rock sehingga terjadi mineralisasi yang ditandai
dengan data asimilasi magma berupa batuan basa menjadi asam dan
ditemukan mineral bijih berdasarkan hasil analisis mineragrafi pada daerah
penelitian.
Hubungan pembentukan batuan vulkanik dengan alterasi dan
mineralisasi hidrothermal pada batuan metamorf terjadi pada lingkungan
tektonik zona MORB array (Shallow Melting) dimana hasil penamaan
secara geokimia yang terdapat didaerah penelitian yaitu dasit, dijumpai
batuan vulkanik tersebut memotong batuan metamorf berupa Sekis
Muskovit-Kuarsa. Berdasarkan hal tersebut dapat diinterpretasikan bahwa
larutan hidrothermal yang berperan dalam proses alterasi di daerah
penelitian adalah larutan hidrothermal sisa pendinginan magma dari batuan
dasit. Larutan hidrothermal tersebut mengubah Schist tidak secara
keseluruhan, hanya pada zona dekat dengan intrusi dasit. Larutan
hidrothermal tersebut menghasilkan alterasi dan mineralisasi
Tipe alterasi dan mineralisasi hidrothermal yang terdapat di daerah
penelitian terbagi atas dua yaitu alterasi propilitik dan alterasi argilik. Peta
Zona alterasi dapat dilihat pada lampiran 4.
91
a. Alterasi Propilitik
Alterasi propolitik dicirikan adanya mineral epidote, klorite, muskovit dan
kuarsa secara petrografis dapat terlihat pada pada stasiun AGK 03 dan
AGK 08 (Lampiran 3).
b. Alterasi Argilik
Alterasi argilik dicirikan adanya mineral kuarsa, Kalsit, epidot, dan
mineral lempung secara petrografis dapat terlihat pada stasiun 09 dan
AGK 12 (Lampiran 3).
Model geologi tentatif alterasi dan mineralisasi hidrothermal di
daerah penelitian (Gambar 42) merupakan model konseptual dari endapan
epitermal sulfidasi rendah. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa
endapan ephitermal sulfidasi rendah berasosiasi dengan lingkungan
volkanik, tempat pembentukan yang relatif dekat permukaan serta larutan
yang berperan dalam proses pembentukannya berasal dari campuran air
magmatik dengan air meteorit.
92
Gambar 47 Model Geologi Tentatif alterasi dan mineralisasi hidrothermal di daerah penelitian
Dapat dilihat pada gambar bahwa batuan metamorf menjadi batuan
alas daerah penelitian, kemudian terjadi banyak intrusi-intrusi batuan beku
tetapi intrusi tersebut karena co-magmatik dan memiliki umur yang
berbeda-beda, hasil usia yang diperoleh pada batuan dasit kolaka utara
sekitar 4 – 7 juta tahun yang lalu (white et al.,2014) berdasarkan umur
tersebut nampaknya di daerah kolaka utara terjadi beberapakali
magmatisme dan magmatisme ini berasal dari dapur magma yang berbeda
berdasarkan hasil co-magmatik tersebut bukan evolusi secara normal yang
berasal dari dapur magma yang sama melainkan berbeda-beda.
Alterasinya berada pada batuan metamorf, mungkin jika dilakukan
penelitian lebih detail lagi akan didapatkan batuan intrusi yang teralterasi.
93
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Kedudukan batuan vulkanik dasit (intrusi dangkal), merupakan
batuan yang menerobos terhadap batuan metamorf (Sekis
Muskovit-Kuarsa) di daerah penelitian.
2. Hubungan pembentukan batuan vulkanik trakit dengan alterasi dan
mineralisasi hidrothermal pada batuan metamorf terjadi pada
lingkungan tektonik zona MORB array (Shallow Melting).
Berdasarkan hal tersebut dapat diinterpretasikan bahwa larutan
hidrothermal yang berperan dalam proses alterasi di daerah
penelitian adalah larutan hidrothermal sisa pendinginan magma dari
batuan dasit.
3. Tipe alterasi yang berkembang di daerah penelitian yaitu tipe
alterasi Propilitik dan Argilik. Mineral penciri alterasi propilitik yang
dijumpai pada daerah penelitian yaitu berupa mineral klorit, epidote
dan mineral karbonat berupa kalsit (Klorit-Kalsit-Kuarsa).
Sedangkan mineral penciri alterasi argilik yaitu berupa mineral
kalsit dan mineral lempung dengan mineral aksesoris berupa
94
mineral muskovit. Tahap pembentukan mineral alterasi dimulai dari
tahap isokimia, tahap metasomatisme dan tahap retrograde.
4. Dari model tersebut dapat dilihat bahwa di daerah kolaka utara
terjadi beberapakali magmatisme dan magmatisme ini berasal dari
dapur magma yang berbeda berdasarkan hasil co-magmatik
tersebut bukan evolusi secara normal yang berasal dari dapur
magma yang sama melainkan berbeda-beda. Alterasinya berada
pada batuan metamorf, mungkin jika dilakukan penelitian lebih
detail lagi akan didapatkan batuan intrusi yang teralterasi.
B. Saran
Agar penelitian yang dilakukan semakin lebih baik dan hasilnya
semakin detail maka perlu dilakukan pengambilan data dan analisis
sampel yang lebih banyak serta mewakili sebaran kontak batuan beku dan
metamorf. Selain itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut pada daerah
penelitian dengan menggunakan metode pengambilan sampel secara
vertikal (coring) sehingga hasil yang diperoleh lebih detail. Hal ini
mengingat analisis tersebut dapat menentukan fasies yaitu umur
pembentukan batuan di masa lampau dari event pertama (partial melting
sampai naik ke permukaan) dan posisi batuan beku terhadap batuan
metamorf di daerah Kolaka Utara Provinsi Sulawesi Tenggara.
95
DAFTAR PUSTAKA
Alzwar, M., Samodra, H., dan Tarigan, J.J., 1988, Pengantar Dasar Ilmu Gunungapi, Nova, Bandung.
Corbett G.J. and Leach T.M., 1996, Southwest Pacific Rim Gold-copper Systems : Structure, Alteration, and Mineralization, A Workshop Presented for the Society of Exploration Geochemists at Townville.
Cox, K.G., 1979, The Interpretation of Igneous Rocks, George Allen and Unwin.
Fisher, R. V. (1966). Rocks Composed of Volcanic Fragments. Earth Science Reviews, International Magazine fo Geo-Scientist, 1, p. 287-298.
Hamilton, W., 1979. Tectonics of The Indonesian Region, United State of Geological Survey Proffesional Paper 1078, U.S. Govern. Printing Office, Wshington. U.S.G.S. Proffesional Paper 1078: 345.
Hedenquist J.W., Izawa E., Arribas A.R. and White N.C., 1996, Epithermal Gold Deposits: Styles, Characteristics, and Exploration: The Society of Resource Geology: Resource Geology Special Publication Number 1.
Hedenquist J.W., Arribas A.R. and Gonzalez-Urien E., 2000, Exploration for Epithermal Gold Deposits, Society of Economic Geologists, Reviews in Economic Geology, v. 13.
Ikatan Ahli Geologi Indonesia, 1996, Sandi Stratigrafi Indonesia, Bidang Geologi dan Sumber Daya Mineral, Jakarta.
Janousek, V., Farrow, C.M., and Erban, V., 2006, Interpretation of Whole–rock Geochemical Data in Igneous Geochemistry: Introducing Geochemical Data Toolkit (GCDkit), Czech Geological Survey, Czech Republic.
Kadarusman, A., Miyashita, S., Maruyama, S., Parkinson, C. D., dan Ishikawa, A., 2004, Petrology, Geochemistry and Paleogeographic Reconstruction of the East Sulawesi Ophiolite, Indonesia, Tectonophysics, h. 55-83.
Mawaleda, M., Suparka, E., Abdullah, C.I., Basuki, N.I., Jamal, Kaharuddin & Forster M. A. (2016). Hydrothermal alteration and timing of gold mineralisation in the Rumbia Complex, Southeast Arm of Sulawesi, Indonesia, Proceeding of 2nd International Conference of
96
Transdiciplinaryn Research on Environmental Problems in Southeast Asia (TREPSEA) 2016.
McPhie, J., Doyle, M., and Allen, R., 1993, Volcanic Texture, Centre for Ore Deposit and Exploration Studies, Universty of Tasmania, Australia.
Mulyaningsih. S., 2013, Vulkanologi , Jurusan Teknik Geologi IST AKPRIND
Noor, Djauhari. 2009. Mineral dan batuan. Jakarta : Erlangga.
Noor, Djauhari. 2012. Pengantar Geologi. Bogor: Universitas Pakuan.
Pettijohn F. J. 1975. Sedimentary Rocks: Harper & Row Publishers, New York-Evanston-San Fransisco-London.
Pirajno, F. 1992. Hydrothermal Mineral Deposits: Principles and Fundamental Concepts for the Exploration Geologist. Afrika Selatan: Springer-Verlag.
Pirajno, F., 2009. Hydrothermal Processes and Mineral System, Springer – Verlag Berlin Heidelberg, Germany.
Rangin, C., Jolivet, L., Pubellier, M., the Tethys Pacific Working Group, 1990a. A simple model for the tectonic evolution of Southeast Asia and Indonesia region for the past 43 M. Y. Bull. Soc. Géol. Fr. 8, p. 889-905.
Rollinson, H.R., 1993, Using Geochemical Data: Evaluation, Presentation, Interpretation, J. Wiley & Sons Inc., New York, USA.
Rusmana, E. Sukido, D. Sukarna, E. Haryono dan T.O. Simandjuntak, 1984, memetakan geologi lembar Lasusua – Kendari.
Schmid R., Fettes D., Harte B., Davis E., and Desmons J., 2007. A systematic nomenclature for metamorphic rocks. 1. How to name a metamorphic rock. Recommendations by the IUGS Subcommission on the systematics of metamorphic rocks. SCMR website (www.bgs.ac.uk/SCMR).
Surono, 2010, Geologi Lengan Tenggara Sulawesi. Publikasi Khusus, Badan Geologi. Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral.161p.
Surono, 2013, Geologi Lengan Tenggara Sulawesi, Pusat Survei Geologi, Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral dan
97
LIPI Press, Menteng, Jakarta. Sutarto. 2004. Petunjuk Praktikum Endapan Mineral Edisi Kedua.
Laboratorium Endapan Mineral, Jurusan Teknik Geologi, UPN Veteran Jogjakarta.
Thompson, A.J.B. dan Thompson, JF.H., 1996. Atlas of Alteration. A Field and Petrographic Guide to Hydrothermal Alteration Minerals. Geological Association of Canada, Kanada.
Travis, R.B., 1955, Classification of Rocks, The Colorado School of Mines, Golden Colorado, USA, p. 1 – 12.
Wilson, M., 1989, Igneous Petrogenesis, A Global Tectonic Approach, Department of Earth Sciences, University of Leeds, Netherland.
White, L.T., Hall, R., Armstrong, R.A., 2014. The age of undeformed dacite intrusions within the Kolaka fault zone, SE Sulawesi, Indonesia. Journal of Asian Earth Sciences.
Lampiran 1: Deskripsi Petrografi 98
No. Sampel : AGK 01 Lokasi : Kab. Kolaka Utara
Tipe Batuan : Batuan Beku Vulkanik
Nama Batuan : Dasit (Travis, 1955)
Foto
X-Nikol //-Nikol
Perbesaran Total : 100X
Mikroskopis : Sayatan batuan beku ini berwarna putih kecoklatan pada kenampakan nikol sejajar dan abu-abu kehitaman pada kenampakan nikol silang. Tekstur kristalinitas hipokristalin, granularitas porfiroafanitik, bentuk mineral euhedral – anhedral, relasi inequigranular, tekstur khusus porfiritik dan struktur masif dengan ukuran mineral 0,02 – 2,4 mm. Terdiri dari mineral plagioklas, epidot, hornblende, ortoklas, biotit, mineral opak dan massa dasar berupa kristalit plagioklas dan gelas.
Komposisi Material Jumlah
(%) Deskripsi Mineral
Plagioklas (1H) 10
Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini tidak berwarna (colourless), relief rendah, intensitas lemah, bentuk euhedral – subhedral, belahan satu arah, pecahan rata, pleokrisme dwikroik, indeks bias nm > ncb, kembaran albit, sudut gelapan 30˚, jenis gelapan miring, ukuran mineral 0,08 – 0,84 mm, warna interferensi maksimum abu-abu kehitaman, jenis plagioklas labradorit.
Hornblende (5G) 20
Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini berwarna coklat kehitaman, bentuk euhedral – subhedral, belahan tidak ada, pecahan tidak ada, relief tinggi, intensitas kuat, pleokroisme monokroik, indeks bias nm > ncb, sudut gelapan 25˚, jenis gelapan miring, ukuran mineral 0,38 – 1,24 mm, warna interferensi maksimum orange kecoklatan.
Ortoklas (3H) 25
Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini tidak berwarna (colourless), relief rendah, intensitas sedang, bentuk subhedral – anhedral, belahan satu arah, pecahan rata, pleokrisme tidak ada (-), kembaran carlsbad, sudut gelapan 12˚, jenis gelapan paralel, ukuran mineral 0,04 – 1,0 mm, dan warna interferensi maksimum abu-abu kehitaman.
Biotit (3E) 10
Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini berawarna coklat, bentuk subhedral, ukuran mineral 0,5 – 1,82 mm, pleokroisme monokroik, relief sedang, belahan satu arah, sudut gelapan 90˚, jenis gelapan paralel, warna interferensi maksimum orange-coklat.
Epidot (2J, 4B) 5
Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini berwarna orange kecoklatan, bentuk granular, ukuran mineral 0,08 – 0,36 mm, pleokrisme monokroik, relief tinggi, intensitas kuat, belahan satu arah, sudut gelapan 28˚, jenis gelapan miring, warna interferensi maksimum hijau kecoklatan.
Mineral Opak (1B) 3 Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini berawarna hitam, bentuk subhedral, ukuran mineral 0,02 – 0,04 mm, isotropik.
Massa Dasar
− Kristalit Plagioklas (4D)
− Gelas (6I)
12
15
Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini tidak berwarna (colourless), bentuk anhedral, relief rendah, pleokroisme tidak ada (–), dan ukuran mineral 0,02 – 0,04 mm, kembaran albit, dan sudut gelapan 24˚, jenis gelapan miring, warna interferensi maksimum abu-abu kehitaman, jenis plagioklas andesin. Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini tidak berwarna (colourless) dengan warna interferensi maksimum abu–abu kehitaman, dan ukuran mineral <0,02 mm.
Lampiran 1: Deskripsi Petrografi 99
No. Sampel : AGK 02 Lokasi : Kab. Kolaka Utara
Tipe Batuan : Metamorf
Nama Batuan : Quartz-Muscovite Schist (SCMR, 2007)
Foto
X-Nikol //-Nikol
Perbesaran Total : 100X
Mikroskopis : Sayatan batuan metamorf ini berwarna putih kecoklatan pada kenampakan nikol sejajar dan abu-abu kehitaman pada kenampakan nikol silang. Bentuk mineral euhedral – anhedral, tekstur lepidoblastik dan struktur schistose (foliasi) dengan ukuran mineral 0,02 – 2,8 mm. Terdiri dari mineral kuarsa, muskovit, epidot, klorit dan mineral opak.
Komposisi Material Jumlah
(%) Deskripsi Mineral
Kuarsa (3E) 45
Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini tidak berwarna (colourless), bentuk anhedral, ukuran mineral 0,5 – 2,8 mm, tidak memiliki pleokroisme, relief rendah, tidak mempunyai belahan, sudut gelapan 3˚, jenis gelapan bergelombang, warna interferensi maksimum putih sampai keabu-abuan.
Muskovit (2A) 25
Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini berwarna coklat transparan, bentuk euhedral – subhedral, ukuran mineral 0,5 – 0,96 mm, pleokroisme monokroik, relief sedang, belahan satu arah, sudut gelapan 18˚, jenis gelapan miring, warna interferensi maksimum coklat.
Epidot (1H, 5C) 20
Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini berwarna coklat, bentuk granular, ukuran mineral 0,84 – 1,26 mm, pleokrisme monokroik, relief tinggi, intensitas kuat, belahan satu arah, sudut gelapan 27˚, jenis gelapan miring, warna interferensi maksimum orange kecoklatan.
Klorit (1D) 7
Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini berwarna coklat, bentuk hypidioblast, ukuran 0,2 – 2,48 mm, pleokroisme dwikroik, relief sedang, belahan sempurna, pecahan rata, indeks bias Nm>Nbk, sudut gelapan 7˚, gelapan miring, warna interferensi maksimum hijau kehitaman.
Mineral Opak (4C, 5C)
3 Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini berawarna hitam, bentuk subhedral, ukuran mineral ≤0,02 mm, isotropik.
Lampiran 1: Deskripsi Petrografi 100
No. Sampel : AGK 03 Lokasi : Kab. Kolaka Utara
Tipe Batuan : Metamorf
Nama Batuan : Quartz-Muscovite Schist (SCMR, 2007)
Foto
X-Nikol //-Nikol
Perbesaran Total : 100X
Mikroskopis : Sayatan batuan metamorf ini berwarna putih kecoklatan pada kenampakan nikol sejajar dan abu-abu kehitaman pada kenampakan nikol silang. Bentuk mineral subhedral – anhedral, tekstur lepidoblastik dan struktur schistose (foliasi) dengan ukuran mineral 0,02 – 4,26 mm. Terdiri dari mineral kuarsa, muskovit, epidot, klorit, kalsit, serisit dan mineral opak.
Komposisi Material Jumlah
(%) Deskripsi Mineral
Kuarsa (1B, 6A) 25
Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini tidak berwarna (colourless), bentuk anhedral, ukuran mineral 0,08 – 1,82 mm, tidak memiliki pleokroisme, relief rendah, tidak mempunyai belahan, sudut gelapan 3˚, jenis gelapan bergelombang, warna interferensi maksimum putih sampai keabu-abuan.
Muskovit (5C) 30
Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini berwarna coklat transparan, bentuk euhedral – subhedral, ukuran mineral 0,64 – 3,62 mm, pleokroisme monokroik, relief sedang, belahan satu arah, sudut gelapan 17˚, jenis gelapan miring, warna interferensi maksimum coklat.
Epidot (3D, 4F, 6J)
15
Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini berwarna coklat, bentuk granular, ukuran mineral 0,84 – 4,26 mm, pleokrisme monokroik, relief tinggi, intensitas kuat, belahan satu arah, sudut gelapan 30˚, jenis gelapan miring, warna interferensi maksimum orange hingga ungu kecoklatan.
Klorit (1F) 12
Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini berwarna abu-abu kehitaman, bentuk hypidioblast, ukuran 0,08 – 1,24 mm, pleokroisme dwikroik, relief sedang, belahan sempurna, pecahan rata, indeks bias Nm>Nbk, sudut gelapan 9˚, gelapan miring, warna intervensi maksimum hijau kehitaman.
Kalsit (2C) 10 Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini berawarna putih keabu-abuan, bentuk subhedral – anhedral, ukuran mineral 0,04 – 1,62 mm, sudut gelapan 6˚, jenis gelapan miring, dengan warna interferensi maksimum ungu kecoklatan.
Serisit (3J, 4A) 5
Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini tidak berwarna (colourless), relief rendah, intensitas sedang – lemah, bentuk anhedral, belahan tidak ada (-), pecahan tidak rata, pliokrisme tidak ada (-), sudut gelapan 2˚, jenis gelapan bergelombang dan ukuran mineral 0,04 – 0,42 mm, warna interferensi maksimum abu-abu hingga coklat kehitaman.
Mineral Opak (4H) 3 Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini berawarna hitam, bentuk subhedral, ukuran mineral ≤0,02 mm, isotropik.
Lampiran 1: Deskripsi Petrografi 101
No. Sampel : AGK 04 Lokasi : Kab. Kolaka Utara
Tipe Batuan : Batuan Beku Vulkanik
Nama Batuan : Dasit (Travis, 1955)
Foto
X-Nikol //-Nikol
Perbesaran Total : 100X
Mikroskopis : Sayatan batuan beku ini berwarna putih kecoklatan pada kenampakan nikol sejajar dan abu-abu kehitaman pada kenampakan nikol silang. Tekstur kristalinitas hipokristalin, granularitas faneroporfiritik, bentuk mineral euhedral – anhedral, relasi inequigranular, tekstur khusus porfiritik dan struktur masif dengan ukuran mineral 0,02 – 2,84 mm. Terdiri dari mineral plagioklas, hornblende, biotit, ortoklas, kuarsa, mineral opak dan massa dasar berupa kristalit plagioklas dan gelas.
Komposisi Material Jumlah
(%) Deskripsi Mineral
Plagioklas (3D) 15
Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini tidak berwarna (colourless), relief rendah, intensitas lemah, bentuk euhedral – subhedral, belahan satu arah, pecahan rata, pleokrisme dwikroik, indeks bias nm > ncb, kembaran albit, sudut gelapan 30˚, jenis gelapan miring, ukuran mineral 0,04 – 1,16 mm, warna interferensi maksimum abu-abu kehitaman, jenis plagioklas labradorit.
Hornblende (5H, 6G)
25
Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini berwarna coklat kehitaman, bentuk euhedral – subhedral, belahan tidak ada, pecahan tidak ada, relief tinggi, intensitas kuat, pleokroisme monokroik, indeks bias nm > ncb, sudut gelapan 27˚, jenis gelapan miring, ukuran mineral 0,46 – 2,84 mm, warna interferensi maksimum orange kecoklatan.
Ortoklas (2F) 20
Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini tidak berwarna (colourless), relief rendah, intensitas sedang, bentuk subhedral – anhedral, belahan satu arah, pecahan rata, pleokrisme tidak ada (-), kembaran carlsbad, sudut gelapan 12˚, jenis gelapan paralel, ukuran mineral 0,04 – 1,26 mm, dan warna interferensi maksimum abu-abu kehitaman.
Biotit (2B) 5
Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini berawarna coklat, bentuk subhedral, ukuran mineral 0,08 – 2,24 mm, pleokroisme monokroik, relief sedang, belahan satu arah, sudut gelapan 90˚, jenis gelapan paralel, warna interferensi maksimum orange – coklat.
Kuarsa (5A) 5
Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini tidak berwarna (colourless), bentuk anhedral, ukuran mineral 0,04 – 0,08 mm, tidak memiliki pleokroisme, relief rendah, tidak mempunyai belahan, sudut gelapan 3˚, jenis gelapan bergelombang, warna interferensi maksimum putih sampai keabu-abuan.
Mineral Opak (1C, 6I)
2 Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini berawarna hitam, bentuk subhedral, ukuran mineral 0,02 – 0,04 mm, isotropik.
Massa Dasar
− Kristalit Plagioklas (2A)
− Gelas (1G)
23
5
Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini tidak berwarna (colourless), bentuk anhedral, relief rendah, pleokroisme tidak ada (–), dan ukuran mineral 0,02 – 0,04 mm, kembaran albit, dan sudut gelapan 27˚, jenis gelapan miring, warna interferensi maksimum abu-abu kehitaman, jenis plagioklas andesin. Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini tidak berwarna (colourless) dengan warna interferensi maksimum abu–abu kehitaman, dan ukuran mineral ≤0,02 mm.
Lampiran 1: Deskripsi Petrografi 102
No. Sampel : AGK 05 Lokasi : Kab. Kolaka Utara
Tipe Batuan : Batuan Beku Vulkanik
Nama Batuan : Dasit (Travis, 1955)
Foto
X-Nikol //-Nikol
Perbesaran Total : 100X
Mikroskopis : Sayatan batuan beku ini berwarna putih kecoklatan pada kenampakan nikol sejajar dan abu-abu kehitaman pada kenampakan nikol silang. Tekstur kristalinitas hipokristalin, granularitas porfiroafanitik, bentuk mineral euhedral – anhedral, relasi inequigranular, tekstur khusus porfiritik dan struktur masif dengan ukuran mineral 0,02 – 2,26 mm. Terdiri dari mineral plagioklas, hornblende, biotit, sanidin, kuarsa, mineral opak dan massa dasar berupa kristalit plagioklas dan gelas.
Komposisi Material Jumlah
(%) Deskripsi Mineral
Plagioklas (2A, 6E)
10
Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini tidak berwarna (colourless), relief rendah, intensitas lemah, bentuk euhedral – subhedral, belahan satu arah, pecahan rata, pleokrisme dwikroik, indeks bias nm > ncb, kembaran albit, sudut gelapan 26˚, jenis gelapan miring, ukuran mineral 0,04 – 2,26 mm, warna interferensi maksimum abu-abu kehitaman, jenis plagioklas andesin.
Hornblende (4G)
25
Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini berwarna coklat kehitaman, bentuk euhedral – subhedral, belahan tidak ada, pecahan tidak ada, relief tinggi, intensitas kuat, pleokroisme monokroik, indeks bias nm > ncb, sudut gelapan 29˚, jenis gelapan miring, ukuran mineral 0,46 – 1,84 mm, warna interferensi maksimum orange kecoklatan.
Sanidin (3F) 20
Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini tidak berwarna (colourless), relief rendah, intensitas sedang, bentuk subhedral, belahan satu arah, pecahan rata, pleokrisme tidak ada (-), kembaran carlsbad, sudut gelapan 5˚, jenis gelapan paralel, ukuran mineral 0,04 – 1,26 mm, dan warna interferensi maksimum abu-abu kehitaman.
Biotit (4A) 5
Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini berawarna coklat, bentuk subhedral, ukuran mineral 0,06 – 1,84 mm, pleokroisme monokroik, relief sedang, belahan satu arah, sudut gelapan 90˚, jenis gelapan paralel, warna interferensi maksimum orange – coklat.
Kuarsa (5D) 10
Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini tidak berwarna (colourless), bentuk anhedral, ukuran mineral 0,06 – 0,08 mm, tidak memiliki pleokroisme, relief rendah, tidak mempunyai belahan, sudut gelapan 3˚, jenis gelapan bergelombang, warna interferensi maksimum putih sampai keabu-abuan.
Mineral Opak (1J, 3A)
5 Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini berawarna hitam, bentuk subhedral, ukuran mineral 0,02 – 0,04 mm, isotropik.
Massa Dasar
− Kristalit Plagioklas (4I)
− Gelas (1A)
20
10
Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini tidak berwarna (colourless), bentuk anhedral, relief rendah, pleokroisme tidak ada (–), dan ukuran mineral 0,02 – 0,04 mm, kembaran albit, dan sudut gelapan 28˚, jenis gelapan miring, warna interferensi maksimum abu-abu kehitaman, jenis plagioklas andesin. Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini tidak berwarna (colourless) dengan warna interferensi maksimum abu–abu kehitaman, dan ukuran mineral <0,02 mm.
Lampiran 1: Deskripsi Petrografi 103
No. Sampel : AGK 06 Lokasi : Kab. Kolaka Utara
Tipe Batuan : Batuan Beku Vulkanik
Nama Batuan : Dasit (Travis, 1955)
Foto
X-Nikol //-Nikol
Perbesaran Total : 100X
Mikroskopis : Sayatan batuan beku ini berwarna putih kecoklatan pada kenampakan nikol sejajar dan abu-abu kehitaman pada kenampakan nikol silang. Tekstur kristalinitas hipokristalin, granularitas porfiroafanitik, bentuk mineral euhedral – anhedral, relasi inequigranular, tekstur khusus porfiritik dan struktur masif dengan ukuran mineral 0,02 – 2,38 mm. Terdiri dari mineral plagioklas, hornblende, ortoklas, kuarsa, mineral opak dan massa dasar berupa kristalit plagioklas dan gelas.
Komposisi Material Jumlah
(%) Deskripsi Mineral
Plagioklas (1C, 5F) 15
Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini tidak berwarna (colourless), relief rendah, intensitas lemah, bentuk euhedral – subhedral, belahan satu arah, pecahan rata, pleokrisme dwikroik, indeks bias nm > ncb, kembaran albit, sudut gelapan 30˚, jenis gelapan miring, ukuran mineral 0,04 – 0,08 mm, warna interferensi maksimum abu-abu kehitaman, jenis plagioklas labradorit.
Hornblende (4G, 6B)
20
Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini berwarna coklat kehitaman, bentuk euhedral – subhedral, belahan tidak ada, pecahan tidak ada, relief tinggi, intensitas kuat, pleokroisme monokroik, indeks bias nm > ncb, sudut gelapan 27˚, jenis gelapan miring, ukuran mineral 0,74 – 2,38 mm, warna interferensi maksimum orange kecoklatan.
Ortoklas (6C) 20
Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini tidak berwarna (colourless), relief rendah, intensitas sedang, bentuk subhedral – anhedral, belahan satu arah, pecahan rata, pleokrisme tidak ada (-), kembaran carlsbad, sudut gelapan 10˚, jenis gelapan paralel, ukuran mineral 0,04 – 0,58 mm, dan warna interferensi maksimum abu-abu kehitaman.
Kuarsa (4I) 5
Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini tidak berwarna (colourless), bentuk anhedral, ukuran mineral 0,02 – 0,04 mm, tidak memiliki pleokroisme, relief rendah, tidak mempunyai belahan, sudut gelapan 3˚, jenis gelapan bergelombang, warna interferensi maksimum putih sampai keabu-abuan.
Mineral Opak (1H)
3 Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini berawarna hitam, bentuk subhedral, ukuran mineral 0,08 – 0,1 mm, isotropik.
Massa Dasar
− Kristalit Plagioklas (5A)
− Gelas (5H)
27
10
Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini tidak berwarna (colourless), bentuk anhedral, relief rendah, pleokroisme tidak ada (–), dan ukuran mineral 0,02 – 0,04 mm, kembaran albit, dan sudut gelapan 27˚, jenis gelapan miring, warna interferensi maksimum abu-abu kehitaman, jenis plagioklas andesin. Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini tidak berwarna (colourless) dengan warna interferensi maksimum abu–abu kehitaman, dan ukuran mineral <0,02 mm.
Lampiran 1: Deskripsi Petrografi 104
No. Sampel : AGK 07 Lokasi : Kab. Kolaka Utara
Tipe Batuan : Batuan Beku Vulkanik
Nama Batuan : Dasit (Travis, 1955)
Foto
X-Nikol //-Nikol
Perbesaran Total : 100X
Mikroskopis : Sayatan batuan beku ini berwarna putih kecoklatan pada kenampakan nikol sejajar dan abu-abu kehitaman pada kenampakan nikol silang. Tekstur kristalinitas hipokristalin, granularitas porfiroafanitik, bentuk mineral euhedral – anhedral, relasi inequigranular, tekstur khusus porfiritik dan struktur masif dengan ukuran mineral 0,02 – 2,84 mm. Terdiri dari mineral plagioklas, sanidin, hornblende, biotit, kuarsa, mineral opak dan massa dasar berupa kristalit plagioklas dan gelas.
Komposisi Material Jumlah
(%) Deskripsi Mineral
Plagioklas (5F) 15
Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini tidak berwarna (colourless), pleokreisme dwikroik, intensitas lemah, bentuk mineral subhedral-euhedral, relief rendah, belahan mineral sempurna satu arah, pecahan rata, ukuran mineral 0,04 –0,98 mm, indeks bias nm > ncb, kembaran albit, sudut gelapan 32°, jenis gelapan miring, warna interferensi maksimum abu-abu kehitaman, jenis plagioklas labradorit.
Hornblende (5H, 6G)
20
Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini berwarna coklat kehitaman, bentuk euhedral – subhedral, belahan tidak ada, pecahan tidak ada, relief tinggi, intensitas kuat, pleokroisme monokroik, indeks bias nm > ncb, sudut gelapan 27˚, jenis gelapan miring, ukuran mineral 0,46 – 2,84 mm, warna interferensi maksimum orange kecoklatan.
Sanidin (2D, 6I) 10
Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini tidak berwarna (colourless), relief sedang, intensitas sedang, bentuk subhedral, belahan satu arah, pecahan rata, pleokrisme tidak ada (-), kembaran carlsbad, sudut gelapan 5˚, jenis gelapan paralel, ukuran mineral 0,46 – 1,26 mm, dan warna interferensi maksimum abu-abu kehitaman.
Biotit (6F) 10
Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini berawarna coklat, bentuk subhedral, ukuran mineral 0,08 – 0,86 mm, pleokroisme monokroik, relief sedang, belahan satu arah, sudut gelapan 90˚, jenis gelapan paralel, warna interferensi maksimum orange – coklat.
Kuarsa (5A) 5
Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini tidak berwarna (colourless), bentuk anhedral, ukuran mineral 0,04 – 0,08 mm, tidak memiliki pleokroisme, relief rendah, tidak mempunyai belahan, sudut gelapan 3˚, jenis gelapan bergelombang, warna interferensi maksimum putih sampai keabu-abuan.
Mineral Opak (6B)
2 Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini berawarna hitam, bentuk subhedral, ukuran mineral 0,02 – 0,04 mm, isotropik.
Massa Dasar
− Kristalit Plagioklas (1J)
− Gelas (3C)
23
15
Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini tidak berwarna (colourless), bentuk anhedral, relief rendah, pleokroisme tidak ada (–), dan ukuran mineral 0,02 – 0,04 mm, kembaran albit, dan sudut gelapan 28°, jenis gelapan miring, warna interferensi maksimum abu-abu kehitaman, jenis plagioklas andesin. Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini tidak berwarna (colourless) dengan warna interferensi maksimum abu–abu kehitaman, dan ukuran mineral <0,02 mm.
Lampiran 1: Deskripsi Petrografi 105
No. Sampel : AGK 08 Lokasi : Kab. Kolaka Utara
Tipe Batuan : Metamorf
Nama Batuan : Quartz-Muscovite Schist (SCMR, 2007)
Foto
X-Nikol //-Nikol
Perbesaran Total : 100X
Mikroskopis : Sayatan batuan metamorf ini berwarna putih kecoklatan pada kenampakan nikol sejajar dan abu-abu keunguan pada kenampakan nikol silang. Bentuk mineral subhedral – anhedral, tekstur lepidoblastik dan struktur schistose (foliasi) dengan ukuran mineral 0,04 – 3,8 mm. Terdiri dari mineral kuarsa, muskovit, klorit, epidot dan mineral opak.
Komposisi Material Jumlah
(%) Deskripsi Mineral
Kuarsa (2D, 5I) 30
Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini tidak berwarna (colourless), bentuk anhedral, ukuran mineral 0,2 – 3,8 mm, tidak memiliki pleokroisme, relief rendah, tidak mempunyai belahan, sudut gelapan 4˚, jenis gelapan bergelombang, warna interferensi maksimum putih sampai keabu-abuan.
Muskovit (4I) 35
Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini berwarna coklat transparan, bentuk euhedral – subhedral, ukuran mineral 0,2 – 1,5 mm, pleokroisme monokroik, relief sedang, belahan satu arah, sudut gelapan 28˚, jenis gelapan miring, warna interferensi maksimum biru keunguan.
Epidot (1B, 1J) 20
Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini berwarna orange kecoklatan, bentuk granular, ukuran mineral 0,82 – 2,42 mm, pleokrisme monokroik, relief tinggi, intensitas kuat, belahan satu arah, sudut gelapan 27˚, jenis gelapan miring, warna interferensi maksimum ungu kecoklatan.
Klorit (6B) 10
Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini berwarna abu-abu kehitaman, bentuk hypidioblast, ukuran 0,08 – 0,4 mm, pleokroisme dwikroik, relief sedang, belahan sempurna, pecahan rata, indeks bias Nm>Nbk, sudut gelapan 7˚, gelapan miring, warna intervensi maksimum hijau kehitaman.
Mineral Opak (1G, 1I)
5 Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini berawarna hitam, bentuk subhedral, ukuran mineral 0,04 – 0,08 mm, isotropik.
Lampiran 1: Deskripsi Petrografi 106
No. Sampel : AGK 09 Lokasi : Kab. Kolaka Utara
Tipe Batuan : Metamorf
Nama Batuan : Quartz-Muscovite Schist (SCMR, 2007)
Foto
X-Nikol //-Nikol
Perbesaran Total : 100X
Mikroskopis : Sayatan batuan metamorf ini berwarna putih kecoklatan pada kenampakan nikol sejajar dan abu-abu keunguan pada kenampakan nikol silang. Bentuk mineral subhedral – anhedral, tekstur lepidoblastik dan struktur schistoe (foliasi) dengan ukuran mineral ≤0,02 – 3,84 mm. Terdiri dari mineral kuarsa, muskovit, epidot, serisit, klorit, kalsit dan mineral opak.
Komposisi Material Jumlah
(%) Deskripsi Mineral
Kuarsa (5C) 35
Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini tidak berwarna (colourless), bentuk anhedral, ukuran mineral 0,6 – 2,8 mm, tidak memiliki pleokroisme, relief rendah, tidak mempunyai belahan, sudut gelapan 3˚, jenis gelapan bergelombang, warna interferensi maksimum putih sampai keabu-abuan.
Muskovit (4G) 20
Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini berwarna coklat transparan, bentuk anhedral – subhedral, ukuran mineral 0,08 – 1,14 mm, pleokroisme monokroik, relief sedang, belahan satu arah, sudut gelapan 27˚, jenis gelapan miring, warna interferensi maksimum orange kecoklatan.
Epidot (2C, 3H) 10
Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini berwarna coklat, bentuk granular, ukuran mineral 1,82 – 3,84 mm, pleokrisme monokroik, relief tinggi, intensitas kuat, belahan satu arah, sudut gelapan 28˚, jenis gelapan miring, warna interferensi maksimum kuning kecoklatan.
Serisit (3C) 15
Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini tidak berwarna (colourless), relief rendah, intensitas sedang – lemah, bentuk anhedral, belahan tidak ada (-), pecahan tidak rata, pliokrisme tidak ada (-), sudut gelapan 2˚, jenis gelapan bergelombang dan ukuran mineral 0,04 – 0,42 mm, warna interferensi maksimum abu-abu hingga coklat kehitaman.
Klorit (1C) 10
Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini berwarna abu-abu kehitaman, bentuk hypidioblast, ukuran 0,04 – 0,32 mm, pleokroisme dwikroik, relief sedang, belahan sempurna, pecahan rata, indeks bias Nm>Nbk, sudut gelapan 9˚, gelapan miring, warna intervensi maksimum hijau kehitaman.
Kalsit (3I) 5 Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini berawarna putih keabu-abuan, bentuk subhedral – anhedral, ukuran mineral 0,04 – 0,86 mm, sudut gelapan 4˚, jenis gelapan miring, dengan warna interferensi maksimum otrange kecoklatan.
Mineral Opak (2E) 5 Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini berawarna hitam, bentuk subhedral, ukuran mineral ≤0,02 mm, isotropik.
Lampiran 1: Deskripsi Petrografi 107
No. Sampel : AGK 10 Lokasi : Kab. Kolaka Utara
Tipe Batuan : Metamorf
Nama Batuan : Quartz-Muscovite Schist (SCMR, 2007)
Foto
X-Nikol //-Nikol
Perbesaran Total : 100X
Mikroskopis : Sayatan batuan metamorf ini berwarna putih kecoklatan pada kenampakan nikol sejajar dan abu-abu kehijauan pada kenampakan nikol silang. Bentuk mineral euhedral – anhedral, tekstur lepidoblastik dan struktur schistose (folasi) dengan ukuran mineral ≤0,02 – 3,24 mm. Terdiri dari mineral kuarsa, muskovit, epidot dan mineral opak.
Komposisi Material Jumlah
(%) Deskripsi Mineral
Kuarsa (3B) 50
Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini tidak berwarna (colourless), bentuk anhedral, ukuran mineral 0,84 – 3,24 mm, tidak memiliki pleokroisme, relief rendah, tidak mempunyai belahan, sudut gelapan 3˚, jenis gelapan bergelombang, warna interferensi maksimum putih sampai keabu-abuan.
Muskovit (1F) 30
Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini berwarna coklat transparan, bentuk anhedral – subhedral, ukuran mineral 0,04 – 1,26 mm, pleokroisme monokroik, relief sedang, belahan satu arah, sudut gelapan 24˚, jenis gelapan miring, warna interferensi maksimum orange keunguan.
Epidot (5F) 17
Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini berwarna coklat, bentuk granular, ukuran mineral 0,08 – 0,82 mm, pleokrisme monokroik, relief tinggi, intensitas kuat, belahan satu arah, sudut gelapan 39˚, jenis gelapan miring, warna interferensi maksimum kuning kecoklatan.
Mineral Opak (5G) 3 Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini berawarna hitam, bentuk subhedral, ukuran mineral ≤0,02 – 0,04 mm, isotropik.
Lampiran 1: Deskripsi Petrografi 108
No. Sampel : AGK 11 Lokasi : Kab. Kolaka Utara
Tipe Batuan : Metamorf
Nama Batuan : Quartz-Muscovite Schist (SCMR, 2007)
Foto
X-Nikol //-Nikol
Perbesaran Total : 100X
Mikroskopis : Sayatan batuan metamorf ini berwarna putih kecoklatan pada kenampakan nikol sejajar dan abu-abu kehitaman pada kenampakan nikol silang. Bentuk mineral euhedral – anhedral, tekstur lepidoblastik dan struktur schistose (foliasi) dengan ukuran mineral ≤0,02 – 2,64 mm. Terdiri dari mineral kuarsa, muskovit, klorit, serisit dan mineral opak.
Komposisi Material Jumlah
(%) Deskripsi Mineral
Kuarsa (5B) 40
Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini tidak berwarna (colourless), bentuk anhedral, ukuran mineral 0,28 – 2,64 mm, tidak memiliki pleokroisme, relief rendah, tidak mempunyai belahan, sudut gelapan 3˚, jenis gelapan bergelombang, warna interferensi maksimum putih sampai keabu-abuan.
Muskovit (4F) 30
Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini berwarna coklat transparan, bentuk anhedral – subhedral, ukuran mineral 0,06 – 0,82 mm, pleokroisme monokroik, relief sedang, belahan satu arah, sudut gelapan 26˚, jenis gelapan miring, warna interferensi maksimum orange kecoklatan.
Klorit (4C) 10
Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini berwarna abu-abu kehitaman, bentuk hypidioblast, ukuran 0,04 – 0,16 mm, pleokroisme dwikroik, relief sedang, belahan sempurna, pecahan rata, indeks bias Nm>Nbk, sudut gelapan 8˚, gelapan miring, warna intervensi maksimum hijau keunguan.
Serisit (4J, 5C) 17
Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini tidak berwarna (colourless), relief rendah, intensitas sedang – lemah, bentuk anhedral, belahan tidak ada (-), pecahan tidak rata, pliokrisme tidak ada (-), sudut gelapan 4˚, jenis gelapan bergelombang dan ukuran mineral 0,04 – 0,42 mm, warna interferensi maksimum abu-abu kehitaman.
Mineral Opak (6B) 3 Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini berawarna hitam, bentuk subhedral, ukuran mineral ≤0,02 mm, isotropik.
Lampiran 1: Deskripsi Petrografi 109
No. Sampel : AGK 12 Lokasi : Kab. Kolaka Utara
Tipe Batuan : Metamorf
Nama Batuan : Muscovite-Quartz Schist (SCMR, 2007)
Foto
X-Nikol //-Nikol
Perbesaran Total : 100X
Mikroskopis : Sayatan batuan metamorf ini berwarna putih kehijauan pada kenampakan nikol sejajar dan kuning hingga coklat kehitaman pada kenampakan nikol silang. Bentuk mineral euhedral – anhedral, tekstur lepidoblastik dan struktur schistose (folasi) dengan ukuran mineral 0,02 – 2,78 mm. Terdiri dari mineral muskovit, kuarsa sekunder, epidot, klorit, serisit, mineral opak dan mineral lempung.
Komposisi Material Jumlah
(%) Deskripsi Mineral
Muskovit (4B, 6H) 30
Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini berwarna coklat transparan, bentuk anhedral – subhedral, ukuran mineral 0,06 – 0,82 mm, pleokroisme monokroik, relief sedang, belahan satu arah, sudut gelapan 28˚, jenis gelapan miring, warna interferensi maksimum orange kecoklatan.
Kuarsa (4F) 25
Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini tidak berwarna (colourless), bentuk anhedral, ukuran mineral 0,42 – 2,78 mm, tidak memiliki pleokroisme, relief rendah, tidak mempunyai belahan, sudut gelapan 3˚, jenis gelapan bergelombang, warna interferensi maksimum putih sampai keabu-abuan.
Epidot (1B, 2F) 15
Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini berwarna orange kecoklatan, bentuk granular, ukuran mineral 0,82 – 1,46 mm, pleokrisme monokroik, relief tinggi, intensitas kuat, belahan satu arah, sudut gelapan 32˚, jenis gelapan miring, warna interferensi maksimum ungu kecoklatan.
Klorit (1B) 17
Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini berwarna abu-abu kehitaman, bentuk hypidioblast, ukuran mineral 0,08 – 0,94 mm, pleokroisme dwikroik, relief sedang, belahan sempurna, pecahan rata, sudut gelapan 36˚, jenis gelapan miring, warna interferensi maksimum coklat kehitaman.
Serisit (4I) 5
Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini tidak berwarna (colourless), relief rendah, intensitas sedang – lemah, bentuk anhedral, belahan tidak ada (-), pecahan tidak rata, pliokrisme tidak ada (-), sudut gelapan 4˚, jenis gelapan bergelombang dan ukuran mineral 0,04 – 0,46 mm, warna interferensi maksimum abu-abu kehitaman, merupakan hasil ubahan dari mineral K-Feldspar.
Mineral Opak (4E, 5I)
5 Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini berawarna hitam, bentuk subhedral, ukuran mineral 0,02 – 0,04 mm, isotropik.
Mineral lempung (2G) 3
Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini tidak berwarna (colourless), bentuk subhedral – anhedral, ukuran mineral 0,02 – 0,18 mm, tidak mempunyai pleokroisme, relief rendah, sudut gelapan 8˚, jenis gelapan miring, warna interferensi maksimum abu-abu kehitaman.
Lampiran 1: Deskripsi Petrografi 110
No. Sampel : AGK 13 Lokasi : Kab. Kolaka Utara
Tipe Batuan : Metamorf
Nama Batuan : Quartz-Muscovite Schist (SCMR, 2007)
Foto
X-Nikol //-Nikol
Perbesaran Total : 100X
Mikroskopis : Sayatan batuan metamorf ini berwarna putih kecoklatan pada kenampakan nikol sejajar dan abu-abu kehitaman pada kenampakan nikol silang. Bentuk mineral euhedral – anhedral, tekstur lepidoblastik dan struktur schistose (foliasi) dengan ukuran mineral 0,06 – 2,64 mm. Terdiri dari mineral kuarsa, muskovit, epidot, klorit, serisit dan mineral opak.
Komposisi Material Jumlah
(%) Deskripsi Mineral
Kuarsa (3E) 55
Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini tidak berwarna (colourless), bentuk anhedral, ukuran mineral 0,82 – 2,64 mm, tidak memiliki pleokroisme, relief rendah, tidak mempunyai belahan, sudut gelapan 3˚, jenis gelapan bergelombang, warna interferensi maksimum putih sampai keabu-abuan.
Muskovit (2A, 2D)
20
Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini berwarna coklat transparan, bentuk euhedral – subhedral, ukuran mineral 0,08 – 0,42 mm, pleokroisme monokroik, relief sedang, belahan satu arah, sudut gelapan 17˚, jenis gelapan miring, warna interferensi maksimum kuning kecoklatan.
Epidot (4F) 15
Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini berwarna coklat, bentuk granular, ukuran mineral 0,84 – 1,26 mm, pleokrisme monokroik, relief tinggi, intensitas kuat, belahan satu arah, sudut gelapan 25˚, jenis gelapan miring, warna interferensi maksimum orange kecoklatan.
Klorit (3C) 12
Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini berwarna coklat, bentuk hypidioblast, ukuran 0,2 – 1,64 mm, pleokroisme dwikroik, relief sedang, belahan sempurna, pecahan rata, indeks bias Nm>Nbk, sudut gelapan 7˚, gelapan miring, warna interferensi maksimum coklat kehitaman.
Serisit (3H) 5
Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini tidak berwarna (colourless), relief rendah, intensitas sedang – lemah, bentuk anhedral, belahan tidak ada (-), pecahan tidak rata, pliokrisme tidak ada (-), sudut gelapan 4˚, jenis gelapan bergelombang dan ukuran mineral 0,04 – 0,38 mm, warna interferensi maksimum abu-abu kehitaman, merupakan hasil ubahan dari mineral K-Feldspar.
Mineral Opak (3D, 5G)
3 Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini berawarna hitam, bentuk subhedral, ukuran mineral 0,02 – 0,08 mm, isotropik.
Lampiran 1: Deskripsi Petrografi 111
No. Sampel : AGK 14 Lokasi : Kab. Kolaka Utara
Tipe Batuan : Batuan Beku Vulkanik
Nama Batuan : Dasit (Travis, 1955)
Foto
X-Nikol //-Nikol
Perbesaran Total : 100X
Mikroskopis : Sayatan batuan beku ini berwarna putih kecoklatan pada kenampakan nikol sejajar dan abu-abu kehitaman pada kenampakan nikol silang. Tekstur kristalinitas hipokristalin, granularitas faneroporfiritik, bentuk mineral euhedral – anhedral, relasi inequigranular, tekstur khusus porfiritik dan struktur masif dengan ukuran mineral 0,02 – 3,94 mm. Terdiri dari mineral plagioklas, hornblende, ortoklas, biotit, kuarsa, mineral opak dan massa dasar berupa kristalit plagioklas dan gelas.
Komposisi Material Jumlah
(%) Deskripsi Mineral
Plagioklas (1D, 3A)
25
Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini tidak berwarna (colourless), pleokreisme dwiroik, intensitas lemah, bentuk mineral subhedral-euhedral, relief rendah, belahan mineral sempurna satu arah, pecahan rata, ukuran mineral 0,04 – 1,36 mm, indeks bias nm > ncb, kembaran albit, sudut gelapan 34°, jenis gelapan miring, warna interferensi maksimum abu-abu kehitaman, jenis plagioklas labradorit.
Hornblende (3D, 5I)
20
Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini berwarna coklat kehitaman, bentuk euhedral – subhedral, belahan tidak ada, pecahan tidak ada, relief tinggi, intensitas kuat, pleokroisme monokroik, indeks bias nm > ncb, sudut gelapan 27˚, jenis gelapan miring, ukuran mineral 0,46 – 3,94 mm, warna interferensi maksimum orange hingga ungu kecoklatan.
Ortoklas (5C, 6I) 15
Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini tidak berwarna (colourless), relief rendah, intensitas sedang, bentuk subhedral – anhedral, belahan satu arah, pecahan rata, pleokrisme tidak ada (-), kembaran carlsbad, sudut gelapan 10˚, jenis gelapan paralel, ukuran mineral 0,04 – 1,18 mm, dan warna interferensi maksimum abu-abu kehitaman.
Biotit (1H) 10
Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini berawarna coklat, bentuk subhedral, ukuran mineral 0,06 – 0,78 mm, pleokroisme monokroik, relief sedang, belahan satu arah, sudut gelapan 90˚, jenis gelapan paralel, warna interferensi maksimum orange – coklat.
Kuarsa (3B) 5
Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini tidak berwarna (colourless), bentuk anhedral, ukuran mineral 0,04 – 0,06 mm, tidak memiliki pleokroisme, relief rendah, tidak mempunyai belahan, sudut gelapan 3˚, jenis gelapan bergelombang, warna interferensi maksimum putih sampai keabu-abuan.
Mineral Opak (5I) 2 Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini berawarna hitam, bentuk subhedral, ukuran mineral <0,02 mm, isotropik.
Massa Dasar
− Kristalit Plagioklas (4B)
− Gelas (2B)
13
10
Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini tidak berwarna (colourless), bentuk anhedral, relief rendah, pleokroisme tidak ada (–), dan ukuran mineral 0,02 – 0,04 mm, kembaran albit, dan sudut gelapan 26˚, jenis gelapan miring, warna interferensi maksimum abu-abu kehitaman, jenis plagioklas andesin. Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini tidak berwarna, warna interferensi maksimum abu–abu kehitaman, dan ukuran mineral 0,02 mm.
Lampiran 2: Deskripsi Mineragrafi 112
No. Sampel : AGK 03
Tipe Endapan : -
Jenis Mineralisasi : Kalkopirit
Referensi : The Ore Minerals Under The Microscope (Bernhard Pracejus) Ore Mineral Atlas (Dan Marshall)
Mikroskopis Sayatan poles ini merupakan batuan metamorf berupa batuan sekis. Kenampakan pada sayatan poles ini memperlihatkan kehadiran mineral kalkopirit. Mineral bijih yang dijumpai (1%) dalam bentuk disseminated dalam batuan
Deskripsi Mineralogi
Komposisi Mineral Jumlah (%)
Keterangan optik mineral
Kalkopirit (Cp) (CuFeS2)
1 Berwarna kuning terang, dengan bentuk subhedral-anhedral, ukuran mineral >0.1 mm, tidak dijumpai pleokroisme, anisotropik.
Perbesaran 20x
Lampiran 2: Deskripsi Mineragrafi 113
No. Sampel : AGK 09
Tipe Endapan : -
Jenis Mineralisasi : Kalkopirit-Sfalerit
Referensi : The Ore Minerals Under The Microscope (Bernhard Pracejus) Ore Mineral Atlas (Dan Marshall)
Mikroskopis Sayatan poles ini merupakan batuan metamorf berupa batuan gneiss. Kenampakan pada sayatan poles ini memperlihatkan kehadiran mineral kalkopirit dan sfalerit. Mineral bijih yang dijumpai dalam bentuk disseminated dalam batuan
Deskripsi Mineralogi
Komposisi Mineral Jumlah (%)
Keterangan optik mineral
Kalkopirit (Cp) (CuFeS2)
5 Berwarna kuning terang, dengan bentuk subhedral-anhedral, ukuran mineral >0.1 mm, tidak dijumpai pleokroisme, anisotropik.
Sfalerit (Sf) (Zn,Fe)S
5
Berwarna abu-abu, isotropik, ukuran butir (0,02 – 0,8) mm, bentuk subhedral – anhedral, berikatan dengan mineral bijih yang lain (kalkopirit, dan pirit), tidak dijumpai pleokroisme, anisotropik.
Perbesaran 20x
Lampiran 2: Deskripsi Mineragrafi 114
No. Sampel : AGK 09
Tipe Endapan : -
Jenis Mineralisasi : Kalkopirit
Referensi : The Ore Minerals Under The Microscope (Bernhard Pracejus) Ore Mineral Atlas (Dan Marshall)
Mikroskopis Sayatan poles ini merupakan batuan metamorf berupa batuan metamorf. Kenampakan pada sayatan poles ini memperlihatkan kehadiran mineral kalkopirit. Mineral bijih yang dijumpai (5%) dalam bentuk disseminated dalam batuan
Deskripsi Mineralogi
Komposisi Mineral Jumlah (%)
Keterangan optik mineral
Kalkopirit (Cp) (CuFeS2)
5 Berwarna kuning terang, dengan bentuk subhedral-anhedral, ukuran mineral >0.1 mm, tidak dijumpai pleokroisme, anisotropik.
Perbesaran 20x
Lampiran 2: Deskripsi Mineragrafi 115
No. Sampel : AGK 10
Tipe Endapan : -
Jenis Mineralisasi : Pirit
Referensi : The Ore Minerals Under The Microscope (Bernhard Pracejus) Ore Mineral Atlas (Dan Marshall)
Mikroskopis Sayatan poles ini merupakan batuan metamorf berupa batuan sekis. Kenampakan pada sayatan poles ini memperlihatkan kehadiran mineral pirit. Mineral bijih yang dijumpai (1%) dalam bentuk disseminated dalam batuan
Deskripsi Mineralogi
Komposisi Mineral Jumlah (%)
Keterangan optik mineral
Pirit (Py) FeS2
1
Berwarna kuning pucat dengan bentuk subhedral-euhedral, tidak dijumpai pleokroisme, isotropik. Dengan ukuran mineral >0,1 mm.
Perbesaran 20x
Lampiran 2: Deskripsi Mineragrafi 116
No. Sampel : AGK 11
Tipe Endapan : -
Jenis Mineralisasi : Pirit
Referensi : The Ore Minerals Under The Microscope (Bernhard Pracejus) Ore Mineral Atlas (Dan Marshall)
Mikroskopis Sayatan poles ini merupakan batuan metamorf berupa batuan gneiss. Kenampakan pada sayatan poles ini memperlihatkan kehadiran mineral pirit. Mineral bijih yang dijumpai (1%) dalam bentuk disseminated dalam batuan
Deskripsi Mineralogi
Komposisi Mineral Jumlah (%)
Keterangan optik mineral
Pirit (Py) FeS2
1
Berwarna kuning pucat dengan bentuk subhedral-euhedral, tidak dijumpai pleokroisme, isotropik. Dengan ukuran mineral >0,1 mm.
Perbesaran 20x
Lampiran 2: Deskripsi Mineragrafi 117
No. Sampel : AGK 11
Tipe Endapan : -
Jenis Mineralisasi : Pirit
Referensi : The Ore Minerals Under The Microscope (Bernhard Pracejus) Ore Mineral Atlas (Dan Marshall)
Mikroskopis Sayatan poles ini merupakan batuan metamorf berupa batuan geneiss. Kenampakan pada sayatan poles ini memperlihatkan kehadiran mineral kalkopirit dan sfalerit. Mineral sfalerit hadir menggantikan mineral kalkopirit. Mineral bijih yang dijumpai dalam bentuk disseminated dalam batuan
Deskripsi Mineralogi
Komposisi Mineral Jumlah (%)
Keterangan optik mineral
Kalkopirit (Cp) (CuFeS2)
5 Berwarna kuning terang, dengan bentuk subhedral-anhedral, ukuran mineral 0,2 mm, tidak dijumpai pleokroisme, anisotropik.
Sfalerit (Sf) (Zn,Fe)S
5
Berwarna abu-abu, isotropik, ukuran butir (0,02 – 0,8) mm, bentuk subhedral – anhedral, berikatan dengan mineral bijih yang lain (kalkopirit, dan pirit), tidak dijumpai pleokroisme, anisotropik.
Perbesaran 20x
Lampiran 2: Deskripsi Mineragrafi 118
No. Sampel : AGK 12
Tipe Endapan : -
Jenis Mineralisasi : Kalkopirit
Referensi : The Ore Minerals Under The Microscope (Bernhard Pracejus) Ore Mineral Atlas (Dan Marshall)
Mikroskopis Sayatan poles ini merupakan batuan metamorf berupa batuan sekis. Kenampakan pada sayatan poles ini memperlihatkan kehadiran mineral kalkopirit. Mineral bijih yang dijumpai (5%) dalam bentuk disseminated dalam batuan
Deskripsi Mineralogi
Komposisi Mineral Jumlah (%)
Keterangan optik mineral
Kalkopirit (Cp) (CuFeS2)
5 Berwarna kuning terang, dengan bentuk subhedral-anhedral, ukuran mineral 0,2 mm, tidak dijumpai pleokroisme, anisotropik.
Perbesaran 20x
Lampiran 2: Deskripsi Mineragrafi 119
No. Sampel : AGK 12
Tipe Endapan : -
Jenis Mineralisasi : Pirit
Referensi : The Ore Minerals Under The Microscope (Bernhard Pracejus) Ore Mineral Atlas (Dan Marshall)
Mikroskopis Sayatan poles ini merupakan batuan metamorf berupa batuan sekis. Kenampakan pada sayatan poles ini memperlihatkan kehadiran mineral pirit dan sfalerit.. Mineral bijih yang dijumpai dalam bentuk disseminated dalam batuan
Deskripsi Mineralogi
Komposisi Mineral Jumlah (%)
Keterangan optik mineral
Pirit (Py) FeS2
1
Berwarna kuning pucat dengan bentuk subhedral-euhedral, tidak dijumpai pleokroisme, isotropik. Dengan ukuran mineral >0,1 mm.
Sfalerit (Sf) (Zn,Fe)S
5
Berwarna abu-abu, isotropik, ukuran butir (0,02 – 0,8) mm, bentuk subhedral – anhedral, berikatan dengan mineral bijih yang lain (kalkopirit, dan pirit), tidak dijumpai pleokroisme, anisotropik.
Perbesaran 20x
Lampiran 2: Deskripsi Mineragrafi 120
No. Sampel : AGK 12
Tipe Endapan : -
Jenis Mineralisasi : Pirit
Referensi : The Ore Minerals Under The Microscope (Bernhard Pracejus) Ore Mineral Atlas (Dan Marshall)
Mikroskopis Sayatan poles ini merupakan batuan metamorf berupa batuan sekis. Kenampakan pada sayatan poles ini memperlihatkan kehadiran mineral kalkopirit, pirit dan sfalerit. Mineral sfalerit muncul menggantikan mineral pirit dan kalkopirit Mineral bijih yang dijumpai dalam bentuk disseminated dalam batuan
Deskripsi Mineralogi
Komposisi Mineral Jumlah (%)
Keterangan optik mineral
Pirit (Py) FeS2
1
Berwarna kuning pucat dengan bentuk subhedral-euhedral, tidak dijumpai pleokroisme, isotropik. Dengan ukuran mineral >0,1 mm.
Kalkopirit (Cp) (CuFeS2)
5 Berwarna kuning terang, dengan bentuk subhedral-anhedral, ukuran mineral 0,2 mm, tidak dijumpai pleokroisme, anisotropik.
Sfalerit (Sf) (Zn,Fe)S
5
Berwarna abu-abu, isotropik, ukuran butir (0,02 – 0,8) mm, bentuk subhedral – anhedral, berikatan dengan mineral bijih yang lain (kalkopirit, dan pirit), tidak dijumpai pleokroisme, anisotropik.
Perbesaran 20x
Lampiran 2: Deskripsi Mineragrafi 121
No. Sampel : AGK 13
Tipe Endapan : -
Jenis Mineralisasi : Pirit
Referensi : The Ore Minerals Under The Microscope (Bernhard Pracejus) Ore Mineral Atlas (Dan Marshall)
Mikroskopis Sayatan poles ini merupakan batuan metamorf berupa batuan metamorf. Kenampakan pada sayatan poles ini memperlihatkan kehadiran mineral pirit dan sfalerit. Mineral bijih yang dijumpai (1%) dalam bentuk disseminated dalam batuan
Deskripsi Mineralogi
Komposisi Mineral Jumlah (%)
Keterangan optik mineral
Sfalerit (Sf) (Zn,Fe)S
5
Berwarna abu-abu, isotropik, ukuran butir (0,02 – 0,8) mm, bentuk subhedral – anhedral, berikatan dengan mineral bijih yang lain (kalkopirit, dan pirit), tidak dijumpai pleokroisme, anisotropik.
Perbesaran 20x
Lampiran 2: Deskripsi Alterasi 122
No. Sampel : AGK 03 Lokasi :
Tipe Batuan : Metamorf
Jenis Alterasi : Propilitik (Epidot – Klorit – Kuarsa sekunder)
Foto
X-Nikol //-Nikol
Perbesaran Total : 100X
Mikroskopis : Sayatan batuan metamorf ini berwarna putih kecoklatan pada kenampakan nikol sejajar dan abu-abu kehitaman pada kenampakan nikol silang. Batuan ini telah mengalami alterasi sekitar 50% dengan mineral alterasi yaitu klorit, epidot dan kuarsa sekunder. Bentuk mineral subhedral – anhedral dengan ukuran mineral 0,02 – 4,26 mm.
Komposisi Material Jumlah
(%) Deskripsi Mineral
Kuarsa (1B, 6A) 25
Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini tidak berwarna (colourless), bentuk anhedral, ukuran mineral 0,08 – 1,82 mm, tidak memiliki pleokroisme, relief rendah, tidak mempunyai belahan, sudut gelapan 3˚, jenis gelapan bergelombang, warna interferensi maksimum putih sampai keabu-abuan.
Muskovit (5C) 30
Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini berwarna coklat transparan, bentuk euhedral – subhedral, ukuran mineral 0,64 – 3,62 mm, pleokroisme monokroik, relief sedang, belahan satu arah, sudut gelapan 17˚, jenis gelapan miring, warna interferensi maksimum coklat.
Epidot (3D, 4F, 6J)
15
Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini berwarna coklat, bentuk granular, ukuran mineral 0,84 – 4,26 mm, pleokrisme monokroik, relief tinggi, intensitas kuat, belahan satu arah, sudut gelapan 30˚, jenis gelapan miring, warna interferensi maksimum orange hingga ungu kecoklatan.
Klorit (1F) 10
Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini berwarna abu-abu kehitaman, bentuk hypidioblast, ukuran 0,08 – 1,24 mm, pleokroisme dwikroik, relief sedang, belahan sempurna, pecahan rata, indeks bias Nm>Nbk, sudut gelapan 9˚, gelapan miring, warna intervensi maksimum hijau kehitaman.
Kalsit (2C) 15 Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini berawarna putih keabu-abuan, bentuk subhedral – anhedral, ukuran mineral 0,04 – 1,62 mm, sudut gelapan 6˚, jenis gelapan miring, dengan warna interferensi maksimum ungu kecoklatan.
Serisit (3J, 4A) 3
Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini tidak berwarna (colourless), relief rendah, intensitas sedang – lemah, bentuk anhedral, belahan tidak ada (-), pecahan tidak rata, pliokrisme tidak ada (-), sudut gelapan 2˚, jenis gelapan bergelombang dan ukuran mineral 0,04 – 0,42 mm, warna interferensi maksimum abu-abu hingga coklat kehitaman.
Mineral Opak (4H) 2 Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini berawarna hitam, bentuk subhedral, ukuran mineral ≤0,02 mm, isotropik.
Lampiran 2: Deskripsi Alterasi 123
No. Sampel : AGK 08 Lokasi :
Tipe Batuan : Metamorf
Jenis Alterasi : Propilitik (Klorit – Kuarsa sekunder)
Foto
X-Nikol //-Nikol
Perbesaran Total : 100X
Mikroskopis : Sayatan batuan metamorf ini berwarna putih kecoklatan pada kenampakan nikol sejajar dan ungu kecoklatan pada kenampakan nikol silang. Batuan ini telah mengalami alterasi sekitar 40% dengan mineral alterasi yaitu klorit dan kuarsa sekunder. Bentuk mineral subhedral – anhedral dengan ukuran mineral 0,04 – 3,8 mm.
Komposisi Material Jumlah
(%) Deskripsi Mineral
Kuarsa (3G, 5D) 30
Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini tidak berwarna (colourless), bentuk anhedral, ukuran mineral 0,2 – 3,8 mm, tidak memiliki pleokroisme, relief rendah, tidak mempunyai belahan, sudut gelapan 4˚, jenis gelapan bergelombang, warna interferensi maksimum putih sampai keabu-abuan.
Muskovit (2C) 35
Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini berwarna coklat transparan, bentuk euhedral – subhedral, ukuran mineral 0,2 – 1,5 mm, pleokroisme monokroik, relief sedang, belahan satu arah, sudut gelapan 28˚, jenis gelapan miring, warna interferensi maksimum biru keunguan.
Klorit (4I) 10
Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini berwarna abu-abu kehitaman, bentuk hypidioblast, ukuran 0,08 – 0,4 mm, pleokroisme dwikroik, relief sedang, belahan sempurna, pecahan rata, indeks bias Nm>Nbk, sudut gelapan 7˚, gelapan miring, warna intervensi maksimum hijau kehitaman.
Mineral Opak (1I) 5 Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini berawarna hitam, bentuk subhedral, ukuran mineral 0,04 – 0,08 mm, isotropik.
Lampiran 2: Deskripsi Alterasi 124
No. Sampel : AGK 09 Lokasi :
Tipe Batuan : Metamorf
Jenis Alterasi : Argilik (Kalsit – Serisit – Kuarsa sekunder)
Foto
X-Nikol //-Nikol
Perbesaran Total : 100X
Mikroskopis : Sayatan batuan metamorf ini berwarna putih kecoklatan pada kenampakan nikol sejajar dan abu-abu kehitaman pada kenampakan nikol silang. Batuan ini telah mengalami alterasi sekitar 55% dengan mineral alterasi yaitu kalsit, serisit dan kuarsa sekunder. Bentuk mineral subhedral – anhedral dengan ukuran mineral ≤0,02 – 3,84 mm.
Komposisi Material Jumlah
(%) Deskripsi Mineral
Kuarsa (5C) 35
Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini tidak berwarna (colourless), bentuk anhedral, ukuran mineral 0,6 – 2,8 mm, tidak memiliki pleokroisme, relief rendah, tidak mempunyai belahan, sudut gelapan 3˚, jenis gelapan bergelombang, warna interferensi maksimum putih sampai keabu-abuan.
Muskovit (4G) 20
Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini berwarna coklat transparan, bentuk anhedral – subhedral, ukuran mineral 0,08 – 1,14 mm, pleokroisme monokroik, relief sedang, belahan satu arah, sudut gelapan 27˚, jenis gelapan miring, warna interferensi maksimum orange kecoklatan.
Epidot (2C, 3H) 10
Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini berwarna coklat, bentuk granular, ukuran mineral 1,82 – 3,84 mm, pleokrisme monokroik, relief tinggi, intensitas kuat, belahan satu arah, sudut gelapan 28˚, jenis gelapan miring, warna interferensi maksimum kuning kecoklatan.
Serisit (3C) 15
Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini tidak berwarna (colourless), relief rendah, intensitas sedang – lemah, bentuk anhedral, belahan tidak ada (-), pecahan tidak rata, pliokrisme tidak ada (-), sudut gelapan 2˚, jenis gelapan bergelombang dan ukuran mineral 0,04 – 0,42 mm, warna interferensi maksimum abu-abu hingga coklat kehitaman.
Klorit (1C) 10
Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini berwarna abu-abu kehitaman, bentuk hypidioblast, ukuran 0,04 – 0,32 mm, pleokroisme dwikroik, relief sedang, belahan sempurna, pecahan rata, indeks bias Nm>Nbk, sudut gelapan 9˚, gelapan miring, warna intervensi maksimum hijau kehitaman.
Kalsit (3I) 5 Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini berawarna putih keabu-abuan, bentuk subhedral – anhedral, ukuran mineral 0,04 – 0,86 mm, sudut gelapan 4˚, jenis gelapan miring, dengan warna interferensi maksimum otrange kecoklatan.
Mineral Opak (2E) 5 Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini berawarna hitam, bentuk subhedral, ukuran mineral ≤0,02 mm, isotropik.
Lampiran 2: Deskripsi Alterasi 125
No. Sampel : AGK 12 Lokasi :
Tipe Batuan : Metamorf
Jenis Alterasi : Argilik (Epidot – Kalsit – Serisit - Mineral lempung – Kuarsa sekunder)
Foto
X-Nikol //-Nikol
Perbesaran Total : 100X
Mikroskopis : Sayatan batuan metamorf ini berwarna putih kehijauan pada kenampakan nikol sejajar dan kuning kehijauan hingga coklat kehitaman pada kenampakan nikol silang. Batuan ini telah mengalami alterasi sekitar 60% dengan mineral alterasi yaitu epidot, serisit, kalsit, mineral lempung dan kuarsa sekunder. Bentuk mineral subhedral – anhedral dengan ukuran mineral 0,02 – 2,78 mm.
Komposisi Material Jumlah
(%) Deskripsi Mineral
Muskovit (2A, 5J) 35
Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini berwarna coklat transparan, bentuk anhedral – subhedral, ukuran mineral 0,06 – 0,82 mm, pleokroisme monokroik, relief sedang, belahan satu arah, sudut gelapan 28˚, jenis gelapan miring, warna interferensi maksimum orange kecoklatan.
Kuarsa (4D, 6D) 20
Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini tidak berwarna (colourless), bentuk anhedral, ukuran mineral 0,42 – 2,78 mm, tidak memiliki pleokroisme, relief rendah, tidak mempunyai belahan, sudut gelapan 3˚, jenis gelapan bergelombang, warna interferensi maksimum putih sampai keabu-abuan.
Epidot (2C) 10
Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini berwarna orange kecoklatan, bentuk granular, ukuran mineral 0,82 – 1,46 mm, pleokrisme monokroik, relief tinggi, intensitas kuat, belahan satu arah, sudut gelapan 32˚, jenis gelapan miring, warna interferensi maksimum ungu kecoklatan.
Serisit (2J, 3C) 15
Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini tidak berwarna (colourless), relief rendah, intensitas sedang – lemah, bentuk anhedral, belahan tidak ada (-), pecahan tidak rata, pliokrisme tidak ada (-), sudut gelapan 4˚, jenis gelapan bergelombang dan ukuran mineral 0,04 – 0,46 mm, warna interferensi maksimum abu-abu kehitaman, merupakan hasil ubahan dari mineral K-Feldspar.
Mineral Opak (4I) 5 Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini berawarna hitam, bentuk subhedral, ukuran mineral 0,02 – 0,04 mm, isotropik.
Kalsit (4H) 10 Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini berawarna putih keabu-abuan, bentuk subhedral – anhedral, ukuran mineral 0,04 – 0,86 mm, sudut gelapan 4˚, jenis gelapan miring, dengan warna interferensi maksimum otrange kecoklatan.
Mineral lempung (5E) 5
Pada kenampakan nikol sejajar mineral ini tidak berwarna (colourless), bentuk subhedral – anhedral, ukuran mineral 0,02 – 0,18 mm, tidak mempunyai pleokroisme, relief rendah, sudut gelapan 8˚, jenis gelapan miring, warna interferensi maksimum abu-abu kehitaman.