Top Banner

of 16

Stress Suatu Relaksasi

Oct 15, 2015

Download

Documents

Vivian Goh

cb
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • Pertemuan 6

    Stress Suatu Relaksasi

  • 1

    PERTEMUAN 6: STRESS SUATU RELAKSASI

    Tujuan Pembelajaran:

    1. Memberikan pengetahuan tentang teori dasar Stress dan dampak dampaknya yang

    berpengaruh dalam kehidupan kita

    2. Membantu Mahasiswa mengetahui tipe tipe stress

    3. Membantu mahasiswa memahami bagaimana tubuh kita bereaksi terhadap stress

    4. Membantu mahasiswa agar dapat mengetahui cara cara menghadapi stress

    Kata Kunci: Organobiologik, psiko-edukatif, Stress sosio-kultural, over-stressed, resilience, Problem-

    focused coping , Emotion focused coping , Appraisal-focused coping, Self-control, Distancing, Positive

    reappraisal, Accepting responsibility, Escape/avoidance, coping task, Coping outcome

    A. Ilustrasi

    Dalam kehidupan sehari hari semua orang pasti dihadapkan pada berbagai tuntutan

    dan tekanan, namun ada yang mampu dan bisa menyesuaikan diri dengan penuh

    ketenangan dan santai tapi ada pula orang yang menerimanya dengan kegelisahan,

    kecemasan dan marah marah. Ketidak mampuan untuk menyesuaikan diri menimbulkan

    tekanan jiwa seperti menerima tekanan yang berat , itulah stress.

    Dikisahkan seorang mahasiswa katakanlah bernama Wisnu sudah berulang kali keluar

    masuk ruang dosen pembimbing skripsinya dengan lunglai, karena sudah hampir satu

    semester ia konsultansi namun hasilnaya belumlah Nampak, Bila tidak lulus dalam 2 bulan

    ini maka semester berikutnya ia harus bekerja secara full time untuk membiayai adiknya

    yang akan masuk SMU karena Wisnu sudah yatim piatu semenjak dia SMP.

    Sebenarnya Wisnu adalah mahasiswa yang pandai dikelas dan selalu menjadi nomor

    tiga sejak awal semester dengan IPK rata rata 3,75 dan dia selalu bersemangat untuk

    menjadi lulusan terbaik dan lulus cepat , Namun ternyata proses bimbingan sangat alot dan

    dosen mengulur ulur waktu dan akhirnya tidak memperoleh umpan balik. Ia pernah

    konsultasi dengan beberapa dosen lain mengenai tulisannya dan mereka semua menilai

    tidak ada masalah dengan tulisannya. Ia semakin tertekan sejak teman temannya sudah

    hampir lulus, sedangkan hasil konsultasi terakhir Wisnu belum diizinkan mengambil data

    kelapangan, ia merasa tidak sanggup lagi menghadapi situasi, terlebih dosen pembimbing

  • 2

    sering melontarkan kata kata yang menyerang pribadinya. Selama ini Wisnu selalu mengalah

    demi kelancaran proses bimbingan namun itu semua tidak berpengaruh.

    Dalam kesulitannya Wisnu datang pada Ayah angkatnya seorang pastor untuk

    meminta sedikit advis dan demikianlah percakapannya : Wisnu bertanya pada Ayah

    angkatnya, katanya kenapa sebagian orang menganggap stress itu adalah Beautiful dan

    sebagian lagi orang seperti halnya diriku menggangap stress itu perlu dihindari dan

    menganggapnya sesuatu yang menyulitkan, dan dengan tersenyum si Ayah menjawab,

    katanya, anakku apa yang Ayah pegang saat ini? Tanya si Ayah dan Wisnu menjawab

    sebotol COCA COLA jawabnya. Lalu si Ayah bertanya kembali, berapa beratnya Nak? Paling

    berat 300 gr kata Wisnu dan itu ringan katanya kembali. Lalu si Ayah mengangkat botol coca

    cola itu dan berkata: bila Ayah angkat botol ini untuk 5 menit tentu tak akan terasa

    pengaruhnya tapi seandainya botol ini Ayah angkat selama satu jam tentu akan mulai

    terasa berat dan bila 3 jam terus menerus Ayah angkat tentu tangan Ayah akan mulai pegal

    dan kaku, dan bila Ayah teruskan sampai satu 0 jam maka tentu akan menyebabkan tangan

    Ayah sakit dan perlu dibawa ke dokter untuk dirawat.

    Botol itu beratnya tetap sama yaitu 300 gr tapi mempunyai efek yang berbeda bila kita

    pegang terus menerus dalam waktu yang berbeda demikian juga dengan stress bobotnya

    mungkin sama tapi efeknya berbeda bila kita terus memegangnya dengan terus menerus

    dalam waktu yang berbeda. Jadi akibat dari stress itu tergantung berapa lama kamu terus

    memegangnya atau memikulnya, semoga ilustrasi ini mungkin dapat menjawab pertanyaan

    mu Anakku.

    Kita sebagai manusia terlahir didunia ini tentunya semua pernah mengalami stress dan

    pasti tidak bisa menghindar dari apa yang dinamakan stress . Stress merupakan warna yang

    memaknai kita sebagai manusia dalam menjalani kehidupan ini. Jadi berbahagia dan

    bersahabatlah dengan stress itu karena dengan stress kita warnai kehidupan kita menjadi

    sesuatu yang penuh warna kehidupan dan keindahan.

    Bukan BERAT beban yang membuat kita stress, tetapi LAMAnya kita memikul beban

    tersebut (Stephen Covey)

    Pertanyaan Penuntun :

    1. Apakah yang sebenarnya menjadi penyebab stress Wisnu? Apakah karena

    Dosen Pembimbing atau karena faktor dalam diri Wisnu sendiri?

    2. Menurut pendapat anda bagaimana caranya agar Wisnu dapat

    menanggulangi stress yang dihadapinya secara efektif?

  • 3

    3. Bagaimana cara anda bereaksi dan menanggulangi stress yang dihadapi dalam

    menghadapi perkuliahan dan pergaulan dikampus?

    B. Apakah Stress?

    Stress bagi banyak orang menjadi musuh utama dalam menjalani kehidupan. Stres

    adalah rangsangan dalam bentuk apapun dan dari manapun yang akan dapat

    mempengaruhi proses berpikir dan tindakan seseorang. Stres dengan frekuensi dan jumlah

    yang tinggi akan menimbulkan ketidak seimbangan baik fisik ataupun psikis pada individu.

    Ketidak seimbangan tersebut harus segera diselesaikan melalui pemenuhan kebutuhan

    berdasarkan jenis stresnya.

    Stres menurut ilmu psikologi dibutuhkan oleh tubuh untuk mempertahankan diri dan

    menjadikan kewaspadaan pada diri seseorang. Stres ketika kita akan menghadapi ujian,

    tindakan yang akan dilakukan adalah berusaha belajar keras untuk meraih nilai yang bagus.

    Definisi stress adalah situasi apapun yang benar benar mengancam atau dianggap

    mengancam kesejahteraan kita sehingga menuntut kemampuan kita untuk beradaptasi.

    Jadi secara umum stress adalah kondisi yang menuntut kita untuk menyesuaikan diri.

    Stress adalah suatu reaksi normal bagi setiap orang pada semua umur. Hal itu

    diakibatkan karena instink tubuh kita untuk melindungi diri sendiri dari tekanan emosional

    atau fisik dan juga dalam situasi dan kondisi yang ekstrem, dari bahaya.

    Kebanyakan dari kita pernah merasakan stress dalam kegiatan kita sehari-hari; di

    tempat kuliah, di rumah, maupun di dalam perjalanan. Dalam jumlah yang kecil, stress

    akan bermanfaat. Ia dapat membantu kita untuk memusatkan perhatian dan kinerja kita.

    Namun terlalu banyak stress akan menurunkan kinerja kita dan menggangu kesehatan kita .

    Banyak orang yang percaya bahwa stress is beautiful . Menurut mereka, stress sampai

    batas-batas tertentu akan mendorong mereka untuk meningkatkan kinerja

    (performance).Derajat stress sangat dipengaruhi oleh penilaian masing masing individu.

    Ada 3 sumber utama penyebab stress, yaitu :

    1. Lingkungan

    lingkungan kehidupan memberi berbagai tuntutan penyesuaian diri seperti antara

    lain:

    - Cuaca, kebisingan, kepadatan,

    - Tekanan waktu, standard prestasi, berbagai ancaman terhadap rasa aman dan harga

    diri

    - Tuntutan hubungan antar pribadi, penyesuaian diri dengan teman, pacar, dengan

    perubahan keluarga

  • 4

    2. Fisiologik

    dari tubuh kita sendiri, seperti:

    - Perubahan kondisi tubuh: masa remaja; haid, hamil, , kecelakaan, kurang gizi, kurang

    tidur ,tekanan terhadap tubuh

    - Reaksi tubuh : reaksi terhadap ancaman & perubahan lingkungan mengakibatkan

    perubahan pada tubuh kita, menimbulkan stress.

    3. Pikiran kita

    pemaknaan diri dan lingkungan Pikiran menginter pretasi dan menerjemahkan

    pengalaman , perubahan dan menentukan kapan menekan tombol panik. Bagaimana kita

    memberi makna/label pada pengalaman dan antisipasi ke depan, sesuatu yang bisa

    membuat kita merasa relax atau stress.

    C. Jenis Stres

    1. Yang bersifat organobiologik (fisik):

    - Kelelahan fisik, seorang mahasiswa yang mengambil kuliah double degree atau

    mahasiswa yang kuliah sambil bekerja

    - kehilangan salah satu bagian organ fisik, kecelakaan yang menyebabkan

    kelumpuhan seseorang atau cacat

    - Penyakit infeksi, demam pada penyakit tifus sering diikuti dengan tingkah laku

    yang sangat gelisah

    - Tindakan operasi, operasi payudara yang menyebabkan stres berat pada

    mahasiswi

    2. Yang bersifat psiko-edukatif

    Ini berarti ia berasal dari alam psikologik (kejiwaan) dan alam pendidikan (edukasi)

    dari individu yang bersangkutan. Walaupun jenis-jenis stres itu dapat disebutkan satu demi

    satu, perlu diketahui bahwa semua jenis stres itu berpengaruh secara menyeluruh

    (integratif) terhadap perilaku individu. Dengan demikian, tidak jarang dapat ditemukan

    suatu pola stres tertentu:

    Berbagai konflik dan frustasi yang berhubungan dengan kehidupan modern/urban

    Mahasiswa yang tidak boleh kuliah lagi oleh orang tuanya karena masalah biaya,

    padahal ia bercita cita ingin berpendidikan tinggi.

  • 5

    kondisi yang mengakibatkan sikap atau perasaan rendah diri sehingga individu

    benar-benar merasa dirinya terpukul Antara lain dapat disebabkan kegagalan dan rasa

    rendah diri di mana terasa sekali bahwa ideal yang diidam-idamkan tidak mungkin

    tercapai.

    kehilangan status dan perasaan dirinya cacat atau habis riwayatnya.

    Umpamanya , seorang mahasiswa yang tertekan karena drop out dan mahasiswa yang

    merasa tidak berarti akibat nilai dan IPK pacarnya lebih tinggi dibandingkan dirinya.

    iri hati karena dalam membandingkan diri dengan orang lain / pihak lain (status,nilai

    IP, posisi, kekayaan, dll). Misalnya seorang mahasiswa yang mempunyai kemampuan dan

    pendidikan lebih tinggi hanya menduduki jabatan yang lebih rendah dalam organisasi

    kemahasiswaan, sedangkan yang berada diposisi tersebut kurang kemampuannya tetapi

    masih ada hubungan keluarga dengan pimpinan organisasi.

    kondisi kekurangan yang dihayati sebagai sesuatu cacat yang menentukan

    kehidupan, umpama: penampilan fisik, jenis kelamin, usia, intelegensi, kondisi cacat

    (handicap). Misalnya seorang mahasiswi walaupun cukup menarik tetap merasa kurang

    karena hidungnya yang kurang mancung.

    kondisi perasaan bersalah/berdosa. Tidak jarang berhubungan dengan kode moral

    etik yang dijunjung tinggi secara pribadi, tetapi gagal dianut dalam praktek.

    3.Stress sosio-kultural

    kehidupan modern menempatkan individu-individu dalam suatu kancah stres sosio-

    kultural yang cukup besar. Perubahan-perubahan sosial / ekonomi dan sosial budaya

    berdatangan secara bertubi-tubi. Berbagai kondisi stres dapat dikemukakan secara lebih

    terperinci, diantaranya :

    1. Berbagai fluktuasi ekonomi dan akibatnya (menciutnya penghasilan keluarga

    yang mengakibatkan orang tua sulit membiayai kita kuliah; kedua orang tuanya

    mengnganggur; kegelisahan tertentu yang menimpa pribadi individu maupun kelompok,

    dan lain-lain). Bayangkan seorang mahasiswa yang terpaksa bekerja dan harus mengatur

    gaji untuk kebutuhan satu (satu) bulan karena kedua orang tuanya di PHK, dia semakin

    bingung karena kenaikan gaji yang diterima tidak memadai dengan kenaikan barang

    kebutuhannya dan biaya kuliah dirinya.

    2. Kesenjangan hidup keluarga

    3. Berbagai indikator sosial kultural dapat dipergunakan untuk menilai hal

    tersebut, diantaranya konflik yang mengakibatkan keretakan rumah tangga kedua orang

    tuanya, berbagai kekecewaan dan sebagainya. Pengaruh urbanisasi dan modernisasi dengan

    peningkatan tuntutan dan efisiensi hidup dan finansiil / materiil tidak jarang melandasi

    kehidupan keluarga. Demikian pula tidak terpenuhinya hal-hal di bidang lain, peranan

    yang diharapkan dijalankan oleh pihak orang tua/anak dan lain-lain.

  • 6

    4. Ketidakpuasan dalam perkuliahan

    5. Persaingan yang tajam, keras, dan bahkan tidak sehat dikampus

    6. Diskriminasi

    7. Perubahan sosial yang cepat, Perubahan cepat tidak senantiasa perlu

    berakibat buruk, bila disertai dengan penyesuaian yang memadai di bidang etik dan moral l.

    Bila kesejajaran ini tidak harmonis, maka pola kehidupan konvensional akan senantiasa

    merasa terancam dengan berbagai akibat yang tidak diharapkan. Dalam kondisi terburuk,

    maka nilai-nilai materialistik akan mendominasi sehingga nilai-nilai religius moralitik

    spiritualistik terpengaruh dan melemah karenanya. Kondisi ini dapat menyebabkan

    terjadinya benturan konflik. Sebagian diungkapkan, dan untuk sebagian sekedar disimpan

    dalam hati untuk ditanggung dalam alam perasaan individu atau kelompok.

    D. Tingkat Stress dan respon terhadap stress

    Bagaimana kita mengetahui apakah kita berada dalam keadaan stress atau tidak ? Apa

    gejalanya? Ada sejumlah gejala yang bisa diditeksi secara mudah yaitu :

    (a) gejala fisiologik , antara lain :

    denyut jantung bertambah cepat , banyak berkeringat (terutama keringat

    dingin),pernafasan terganggu, otot terasa tegang, sering ingin buang air kecil, sulit

    tidur,gangguan lambung, dst

    (b) gejala psikologik , antara lain :

    resah, sering merasa bingung, sulit berkonsentrasi dalam belajar, sulit mengambil

    keputusan, tidak enak perasaan, atau perasaan kewalahan (exhausted) dsb

    (c ) Tingkah laku, antara lain :

    berbicara cepat sekali, menggigit kuku, menggoyang-goyangkan kaki, Gemetaran,

    berubah nafsu makan ( bertambah atau berkurang).

    Dampak stress dibedakan dalam 3 kategori, dampak Fisiologik, dampak psikologik dan

    dampak perilaku behavioral

    Dampak Fisiologik :

    Secara umum orang yang mengalami stress mengalami sejumlah gangguan fisik

    seperti : mudah masuk angin, mudah pening-pening, kejang otot (kram), mengalami

    kegemukan atau menjadi kurus yang tidak dapat dijelaskan, juga bisa menderita penyakit

    yang lebih serius seperti cardiovasculer, hypertensi, dst.

    Secara rinci dapat diklasifikasi sebagai berikut :

    (a) Gangguan pada organ tubuh >>> hiperaktif dalam salah satu sistem ttt.

    - muscle myopathy >>> otot tertentu mengencang/melemah

    - tekanan darah naik >>> kerusakan jantung dan arteri

    - sistem pencernaan >>> mag, diarhea

  • 7

    (b) Gangguan pada sistem reproduksi

    - amenorhea >> tertahannya menstruasi

    - kegagalan ovulasi pada wanita, impoten pada pria, kehilangan gairah sex

    (c ) Gangguan pada sistem pernafasan

    - asthma, bronchitis

    (d) Gangguan lainnya, seperti pening (migrane), tegang otot, rasa bosan, dst

    Dampak Psikologik:

    stress cendrung meningkatkan emosi. emosi yang tidak menyenangkan, seperti rasa

    kesal dan murka; rasa khawatir dan rasa takut rasa sedih dan kadang juga menimbulkan

    rasa bersalah, malu, cemburu dll.

    Terjadi depersonalisasi ; Dalam keadaan stress berkepanjangan, seiring dengan

    kewalahan /keletihan emosi, kita dapat melihat ada kecenderungan yang bersangkutan

    memperlakuan orang lain sebagai sesuatu ketimbang sesorang

    Pencapaian pribadi yang bersangkutan menurun, sehingga berakibat pula

    menurunnya rasa kompeten & rasa sukses

    Dampak Perilaku

    Manakala stress menjadi distress, prestasi belajar menurun dan sering terjadi

    tingkah laku yang tidak diterima oleh masyarakat Level stress yang cukup tinggi berdampak

    negative pada kemampuan mengingat informasi, mengambil keputusan, mengambil langkah

    tepat.

    Mahasiswa yang over-stressed stress berat seringkali banyak membolos atau tidak

    aktif mengikuti kegiatan pembelajaran.

    Dan ketidak mampuan dalam melaksanakan tugas pekerjaan , Ketidak mampuan

    untuk berfikir

    Gejala-gejala stres pada diri seseorang seringkali tidak disadari karena perjalanan awal

    tahapan stres timbul secara lambat, dan baru dirasakan bilamana tahapan gejala sudah

    lanjut dan mengganggu fungsi kehidupannya sehari-hari baik di rumah, di tempat kerja

    ataupun pergaulan lingkungan sosialnya. Dr. Robert J. an Amberg (satu979) dalam

    penelitiannya terdapat dalam Hawari (200satu) membagi tahapan-tahapan stres sebagai

    berikut :

    Stres tahap I

    Tahapan ini merupakan tahapan stres yang paling ringan dan biasanya disertai dengan

    perasaan-perasaan sebagai berikut:

    satu) Semangat bekerja / belajar besar, berlebihan (over acting);

    2) Penglihatan tajam tidak sebagaimana biasanya;

    3) Merasa mampu menyelesaikan pekerjaan atau tugas tugas kuliah lebih dari

    biasanya, namun tanpa disadari cadangan energi semakin menipis.

  • 8

    Stres tahap II

    Dalam tahapan ini dampak stres yang semula menyenangkan sebagaimana

    diuraikan pada tahap I di atas mulai menghilang, dan timbul keluhan-keluhan yang

    disebabkan karena cadangan energi yang tidak lagi cukup sepanjang hari, karena tidak

    cukup waktu untuk beristirahat. Istirahat yang dimaksud antara lain dengan tidur yang

    cukup, karena tidur sangat bermanfaat untuk mengisi atau memulihkan cadangan energi

    yang mengalami defisit. Keluhan keluhan yang sering dikemukakan oleh seseorang yang

    berada pada stress tahap II adalah sebagai berikut:

    satu) Merasa letih sewaktu bangun pagi yang seharusnya merasa segar;

    2) Merasa mudah lelah sesudah makan siang;

    3)mudah capai menjelang sore hari;

    4) Sering mengeluh lambung/perut tidak nyaman (bowel discomfort);

    5) Detakan jantung lebih keras dari biasanya (berdebar-debar);

    6) Otot-otot punggung dan tengkuk terasa tegang;

    7) Tidak bisa santai.

    Stres Tahap III

    Apabila seseorang tetap memaksakan diri dalam pekerjaannya tanpa menghiraukan

    keluhan-keluhan pada stres tahap II, maka akan menunjukkan keluhan-keluhan yang

    semakin nyata dan mengganggu, yaitu:

    satu) Gangguan lambung dan usus semakin nyata; misalnya keluhan maag(gastritis),

    buang air besar tidak teratur (diare);

    2) Ketegangan otot-otot semakin terasa;

    3)Perasaan ketidaktenangan dan ketegangan emosional semakin meningkat;

    4) Gangguan pola tidur (insomnia), misalnya sukar untuk mulai masuk tidur (early

    insomnia), atau terbangun tengah malam dan sukar kembali tidur (middle insomnia), atau

    bangun terlalu pagi atau dini hari dan tidak dapat kembali tidur (Late insomnia);

    5) Koordinasi tubuh terganggu (badan terasa limbung dan serasa mau pingsan). Pada

    tahapan ini seseorang sudah harus berkonsultasi pada dokter untuk memperoleh terapi,

    atau bisa juga beban stres hendaknya dikurangi dan tubuh memperoleh kesempatan untuk

    beristirahat guna menambah suplai energi yang mengalami defisit.

    Stres Tahap IV

    Gejala stres tahap IV, akan muncul:

    satu) Untuk bertahan sepanjang hari saja sudah terasa amat sulit;

    2) Aktivitas pekerjaan yang semula menyenangkan dan mudah diselesaikan menjadi

    membosankan dan terasa lebih sulit;

    3) Yang semula tanggap terhadap situasi menjadi kehilangan kemampuan untuk

    merespons secara memadai (adequate);

  • 9

    4)Ketidakmampuan untuk melaksanakan kegiatan rutin sehari-hari; 5)Gangguan pola

    tidur disertai dengan mimpi-mimpi yang menegangkan;Seringkali menolak ajakan

    (negativism) karena tiada semangat dan kegairahan;

    6) Daya konsentrasi daya ingat menurun;

    7) Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak dapat dijelaskan apa

    penyebabnya.

    Stres Tahap V

    Bila keadaan berlanjut, maka seseorang itu akan jatuh dalam stres

    tahap V, yang ditandai dengan hal-hal sebagai berikut:

    satu) Kelelahan fisik dan mental yang semakin mendalam (physical dan psychological

    exhaustion);

    2)Ketidakmampuan untuk menyelesaikan pekerjaan sehari-hari yang ringan dan

    sederhana;

    3) Gangguan sistem pencernaan semakin berat (gastrointestinal disorder);

    4) Timbul perasaan ketakutan, kecemasan yang semakin meningkat, mudah bingung

    dan panik.

    Stres Tahap VI

    Tahapan ini merupakan tahapan klimaks, seseorang mengalami serangan panik (panic

    attack) dan perasaan takut mati. Tidak jarang orang yang mengalami stres tahap VI ini

    berulang dibawa ke Unit Gawat Darurat bahkan ICCU, meskipun pada akhirnya dipulangkan

    karena tidak ditemukan kelainan fisik organ tubuh. Gambaran stres tahap VI ini adalah

    sebagai berikut:

    satu) Debaran jantung teramat keras;

    2) Susah bernapas (sesak dan megap-megap);

    3) Sekujur badan terasa gemetar, dingin dan keringat bercucuran; 4) Ketiadaan tenaga

    untuk hal-hal yang ringan;

    5) Pingsan atau kolaps (collapse). Bila dikaji maka keluhan atau gejala sebagaimana

    digambarkan di atas lebih didominasi oleh keluhan-keluhan fisik yang disebabkan oleh

    gangguan faal (fungsional) organ tubuh, sebagai akibat stress

    or psikososial yang melebihi kemampuan seseorang untuk mengatasinya.

    Faktor factor yang mempengaruhi toleransi terhadap Stress

    dukungan sosial atau masyarakat tempat individu tersebut tinggal

    Kemampuan individu yang bersangkutan untuk menolak stress

    Rasa optimis dan berpikiran positif

    Kecendrungan setiap manusia dalam mendapat sensasi yang menegangkan berbeda

    beda

  • 10

    Kondisi fisiologis setiap manusia berlainan

    Kecerdasan emosi setiap individu berbeda beda

    E. Upaya mengatasi stress

    Coping dipandang sebagai suatu usaha untuk menguasai situasi tertekan, tanpa

    memperhatikan akibat dari tekanan tersebut. Namun coping bukan merupakan suatu usaha

    untuk menguasai seluruh situasi menekan, karena tidak semua situasi tersebut dapat benar-

    benar dikuasai. Maka, coping yang efektif untuk dilakukan adalah coping yang membantu

    seseorang untuk mentoleransi dan menerima situasi menekan dan tidak merisaukan

    tekanan yang tidak dapat dikuasainya (Lazarus & Folkman, satu984). dalam melakukan

    coping, ada tiga strategi yang dibedakan menjadi :

    satu. Problem-focused coping, yaitu usaha mengatasi stres dengan cara mengatur atau

    mengubah masalah yang dihadapi dan lingkungan sekitarnya yang menyebabkan terjadinya

    tekanan.

    2. Emotion-focused coping, yaitu usaha mengatasi stres dengan cara mengatur respon

    emosional dalam rangka menyesuaikan diri dengan dampak yang akan ditimbulkan oleh

    suatu kondisi atau situasi yang dianggap penuh tekanan.

    3. Appraisal-focused coping difokuskan pada bagaimana seorang individu memaknai

    suatu situasi dengan menggunakan strategi dan analisis logika, Dia harus melihat apakah

    kondisinya masih dapat diperbaiki atau tidak. Bila tidak apa yang dapat dilakukannya.

    Individu cenderung untuk menggunakan problem-focused coping dalam menghadapi

    masalah-masalah yang menurut individu tersebut dapat dikontrolnya. Sebaliknya, individu

    cenderung menggunakan emotion focused coping dalam menghadapi masalah-masalah

    yang menurutnya sulit untuk dikontrol (Lazarus & Folkman, satu984). Terkadang individu

    dapat menggunakan kedua strategi tersebut secara bersamaan, namun tidak semua strategi

    coping pasti digunakan oleh individu (Taylor, satu99satu). Para peneliti menemukan bahwa

    penggunaan strategi emotion focused coping oleh anak-anak secara umum meningkat

    seiring bertambahnya usia mereka (Band & Weisz, Compas et al., dalam Wolchik & Sandler,

    satu997).

    Suatu studi dilakukan oleh Folkman et al. (dalam Taylor, satu99satu) mengenai

    kemungkinan variasi dari kedua strategi terdahulu, yaitu problem-focused coping dan

    emotion focused coping. Hasil studi tersebut menunjukkan adanya delapan strategi coping

    yang muncul, yaitu :

  • 11

    Problem-focused coping

    1. Confrontative coping; usaha untuk mengubah keadaan yang dianggap

    menekan dengan cara yang agresif, tingkat kemarahan yang cukup tinggi, dan pengambilan

    resiko.

    2. Seeking social support; yaitu usaha untuk mendapatkan kenyamanan

    emosional dan bantuan informasi dari orang lain.

    3. Planful problem solving; usaha untuk mengubah keadaan yang dianggap

    menekan dengan cara yang hati-hati, bertahap, dan analitis.

    Emotion focused coping

    1. Self-control; usaha untuk mengatur perasaan ketika menghadapi situasi yang

    menekan.

    2. Distancing; usaha untuk tidak terlibat dalam permasalahan, seperti

    menghindar dari permasalahan seakan tidak terjadi apa-apa atau menciptakan pandangan-

    pandangan yang positif, seperti menganggap masalah sebagai lelucon.

    3. Positive reappraisal; usaha mencari makna positif dari permasalahan dengan

    terfokus pada pengembangan diri, biasanya juga melibatkan hal-hal yang bersifat religius.

    4. Accepting responsibility; usaha untuk menyadari tanggung jawab diri sendiri

    dalam permasalahan yang dihadapinya, dan mencoba menerimanya untuk membuat

    semuanya menjadi lebih baik. Strategi ini baik, terlebih bila masalah terjadi karena pikiran

    dan tindakannya sendiri. Namun strategi ini menjadi tidak baik bila individu tidak

    seharusnya bertanggung jawab atas masalah tersebut.

    5. Escape/avoidance; usaha untuk mengatasi situasi menekan dengan lari dari

    situasi tersebut atau menghindarinya dengan beralih pada hal lain seperti makan, minum,

    merokok, atau menggunakan obat-obatan.

    Lazarus dan Folkman (satu984) menyatakan, coping yang efektif adalah coping yang

    membantu seseorang untuk mentoleransi dan menerima situasi menekan, serta tidak

    merisaukan tekanan yang tidak dapat dikuasainya. Sesuai dengan pernyataan tersebut,

    Cohen dan Lazarus (dalam Taylor, satu99satu) mengemukakan, agar coping dilakukan

    dengan efektif, maka strategi coping perlu mengacu pada lima fungsi tugas coping yang

    dikenal dengan istilah coping task, yaitu :

    1. Mengurangi kondisi lingkungan yang berbahaya dan meningkatkan prospek

    untuk memperbaikinya

    2. Mentoleransi atau menyesuaikan diri dengan kenyataan yang negatif.

    3. Mempertahankan gambaran diri yang positif.

    4. Mempertahankan keseimbangan emosional.

  • 12

    5. Melanjutkan kepuasan terhadap hubungannya dengan orang lain.

    Menurut Taylor (satu99satu), efektivitas coping tergantung dari keberhasilan

    pemenuhan coping task. Individu tidak harus memenuhi semua coping task untuk

    dinyatakan berhasil melakukan coping dengan baik. Setelah coping dapat memenuhi

    sebagian atau semua fungsi tugas tersebut, maka dapat terlihat bagaimana coping outcome

    yang dialami tiap individu. Coping outcome adalah kriteria hasil coping untuk menentukan

    keberhasilan coping. Coping outcome, yaitu :

    1. Ukuran fungsi fisiologis, yaitu coping dinyatakan berhasil bila coping yang

    dilakukan dapat mengurangi indikator dan arousal stres seperti menurunnya tekanan darah,

    detak jantung, detak nadi, dan sistem pernapasan.

    2. Apakah individu dapat kembali pada keadaan seperti sebelum ia mengalami

    stres, dan seberapa cepat ia dapat kembali. Coping dinyatakan berhasil bila coping yang

    dilakukan dapat membawa individu kembali pada keadaan seperti sebelum individu

    mengalami stres.

    3. Efektivitas dalam mengurangi psychological distress. Coping dinyatakan

    berhasil jika coping tersebut dapat mengurangi rasa cemas dan depresi pada individu.

    f. Manajemen stress

    harus diingat, bukan stres yang merusak, tetapi cara kita menghadapinya.

    Shakespeare menulis: things are neither good nor bad, but thinking makes them so.

    Ada beberapa orang yang mengalami jenis stres yang sama dan tidak apa-apa, tetapi orang

    lain ada yang langsung collapse. Anehnya, walau kita tak dapat bekerja maksimal saat stres

    yang cukup berat, tubuh kita tak akan dapat bekerja tanpa adanya stres.

    Melihat begitu mengerikannya akibat dari stres yang tidak terkendali, maka kita perlu

    melakukan manajemen stres. Istilah manajemen dalam ilmu ekonomi dapat diartikan

    sebagai melakukan suatu tindakan melalui tahapan : planing, organizing, actuating dan

    controling (POAC). Dikaitkan dengan stres, maka kita perlu melakukan POAC ini dengan

    cermat dalam kehidupan kita mulai dari pola makan, pola tidur, pola kegiatan/aktifitas, pola

    pikir dan sebagainya. Pada intinya dalam menjalankan aktifitas kehidupan, kita harus dapat

    memanage segala sesuatunya dengan baik. Tujuan dari manajemen stres itu sendiri

    adalah untuk memperbaiki kualitas hidup individu itu agar menjadi lebih baik.

    beberapa cara yang dapat digunakan untuk memanajemen stres agar tidak terjadi atau

    berlebihan.:

    satu. Perhatikan lingkungan sekitar anda, Lihatlah mungkin ada sesuatu yang benar-

    benar dapat anda ubah atau kendalikan dalam situasi tersebut.

    2. Jauhkan diri anda dari situasi-situasi yang menekan, Beri diri anda kesempatan

    untuk beristirahat biarpun hanya untuk beberapa saat setiap hari.

  • 13

    3. Jangan mempermasalahkan hal-hal yang sepele, Cobalah untuk memprioritaskan

    beberpa hal yang benar-benar penting dan biarkan yang lainnya mengikuti.

    4. Secara selektif ubahlah cara anda bereaksi, Tapi jangan terlalu banyak sekaligus.

    Fokuskan pada satu masalah dan kendalikan reaksi anda terhadap hal ini.

    5. Hindari reaksi yang berlebihan ,Mengapa harus membenci jika sedikit tidak suka

    sudah cukup? Mengapa harus merasa bingung jika cukup dengan hanya merasa gugup?

    Mengapa harus mengamuk jika marah saja sudah cukup? Mengapa harus depresi ketika

    cukup dengan merasa sedih?

    6. Tidur secukupnya, Kurang istirahat hanya akan memperburuk stress.

    7. Hindari pengobatan diri sendiri atau menghindar, Alkohol dan obat-obatan dapat

    menyembunyikan stres. Namun tidak dapat membantu memecahkan masalah.

    8. Belajarlah cara terbaik untuk merelaksasikan diri anda, Meditasi dan latihan

    pernafasan telah terbukti efektif dalam mengendalikan stress. Berlatihlah untuk

    menjernihkan pikiran anda dari pikiran-pikiran yang menggangu.

    9. Tentukan tujuan yang realistis bagi diri anda sendiri

    Dengan mengurangi jumlah kejadian-kejadian yang terjadi dalam hidup anda, anda akan

    dapat mengurangi beban yang berlebihan.

    satu0. Jangan membebani diri anda secara berlebihan, dengan mengeluh mengenai

    seluruh beban kerja anda. Tangani setiap tugas sebagaimana mestinya, atau tangani secara

    selektif dengan memperhatikan beberapa prioritas.

    satusatu. Ubahlah cara pandang anda, Belajarlah untuk mengenali stress. Tingkatkan

    reaksi tubuh anda dan buatlah pengaturan diri terhadap stress.

    satu2. Lakukan sesuatu untuk orang lain, Untuk melepaskan pikiran dari masalah

    anda sendiri.

    satu3. Hindari stress, Dengan kegiatan-kegiatan fisik, misalnya jogging, tennis ataupun

    berkebun atau boleh juga ngaskus .

    satu4. Tingkatkan ketahanan diri anda, Yang harus digarisbawahi dari manajemen

    stress adalah Saya membuat diri saya sendiri menjadi

    satu5. Cobalah untuk memanfaatkan stress, Jika anda tidak dapat melawan apa yang

    mengganggu anda, dan anda tidak dapat menghindar darinya, berjalanlah seiring dengannya

    dan cobalah untuk memanfaatkannya secara produktif.

  • 14

    Cobalah untuk menjadi seseorang yang positif Tanamkan pada diri anda bahwa anda

    dapat mengatasi segala sesuatu dengan baik daripada hanya memikirkan betapa

    buruknya segala sesuatu yang terjadi. Jangan pernah takut akan kegagalan, karena

    kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda, teruslah mencoba dan berusaha karena kita

    mempunyai keyakinan Hari esok akan lebih baik dari hari ini.

    Kesimpulan

    Stres adalah respons umum terhadap adanya tuntutan pada tubuh. Tuntutan tersebut

    adalah keharusan untuk menyesuaikan diri, dan karenanya keseimbangan tubuh

    terganggu.

    Manusia membutuhkan stres untuk bisa berfungsi normal. Anggaplah stres sebagai

    suatu tantangan, tanpa itu manusia tidak akan tergerak untuk melakukan sesuatu.

    Seberapa besar stress yang dibutuhkan?

    Mula-mula, sejalan dengan meningkatnya stres, meningkat pula kinerja manusia

    sampai suatu titik tertentu. Pada saat ini kita tidak menganggap diri kita dalam

    keadaan stres, melainkan dalam keadaan bersemangat, bergairah, atau penuh

    dorongan. Namun, lewat titik tersebut, tambahan stres akan membuat kinerja kita

    menurun dan mengurangi kemampuan untuk mengatasinya (coping). Sebagian besar

    dari kita mempunyai rentang stres yang optimal atau "Daerah Nyaman" (Comfort

    Zone) yang membuat kita merasa nyaman dan berfungsi baik. Jika kita melampaui

    daerah nyaman, timbul rasa lelah yang merupakan tanda untuk mengurangi tingkat

    stres kita. Jika hal itu tidak dilakukan, maka kita menjadi kehabisan tenaga, sakit, dan

    akhirnya ambruk (breakdown). Tentunya kita semua tidak mau, oleh karenanya sangat

    penting sekali dan bermanfaat coping of stress atau berbagai cara untuk menghadapi

    stress.

    REFERENSI

    1. De Janasz S C, Dowd, K.O, Schneider B.Z, Interpersonal Skills in Organizations,

    3th edition. 2009. Mc Graw Hill, Singapore.

    2. Wayne Weiten, Margaret A. Lloyd, Psychology Applied to Modern Life, 8th

    edition 2008, Thomson Wadswort

    3. Girdano, D.A. (2005). Controlling Stress and Tension (7th ed). San Fransisco:

    Pearson Education, Inc.

  • 15

    Worksheet 1. Coba saudara menganalisis diri anda, stress apa saja yang sedang dihadapi saat ini

    2. Analisis bagaimana cara saudara selama ini dalam menghadapi stress dan kegiatan kegiatan yang pernah dilakukan guna mengatasi stress tersebut!

    3. Hasil self assessment : a. Sehat tidakkah stress Anda, b. Apakah Anda mengalami "overload" c. Apakah Anda orang yang mudah stress