STRATEGI PUBLIC RELATIONS KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA DALAM MENGELOLA ISU AGAMA DI MEDIA MASSA Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh: MUHAMMAD YUNUS 1113051000149 JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2020 M./ 1441 H.
117
Embed
STRATEGI PUBLIC RELATIONS KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dan melakukan komunikasi efektif sebagai bentuk lembaga layanan keberagamaan.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
STRATEGI PUBLIC RELATIONS KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK
INDONESIA DALAM MENGELOLA ISU AGAMA DI MEDIA MASSA
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial
(S.Sos)
Oleh:
MUHAMMAD YUNUS 1113051000149
JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 2020 M./ 1441 H.
ii
LEMBAR PERNYATAAN
iii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
STRATEGI PUBLIC RELATIONS KEMENTERIAN
AGAMA REPUBLIK INDONESIA DALAM MENGELOLA ISU AGAMA DI MEDIA MASSA
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh: Muhammad Yunus
NIM: 1113051000149
Pembimbing.
Ade Rina Farida, M.Si NIP. 197705132007012018
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1441 H/2020
iv
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
Skripsi berjudul “STRATEGI PUBLIC RELATIONS
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
DALAM MENGELOLA ISU AGAMA DI MEDIA MASSA”
telah diajukan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta pada 2020. Skripsi ini telah diterima sebagai
salah satu syarat memperoleh gelar sarjana sosial (S.Sos) pada
Muhammad Yunus Strategi Public Relations Kementerian Agama Republik Indonesia Dalam Mengelola Isu Agama Di Media Massa
Skripsi ini meneliti tentang strategi public relations yang diterapkan oleh Kementerian Agama dalam mengelola isu agama di media masa. Permasalahan utamanya adalah bagaimana peran dan strategi public relaitons Kementerian Agama dalam mengelola isu agama. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan deskriptif analisis dan sumbernya diambil dari lembaga Humas Kementerian Agama bidang pengelolaan keberagamaan, yaitu Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam.
Strategi public relations merupakan aktifitas dari mulai perencanaan hingga tujuan yang dilakukan oleh public relations. Terdapat tiga tahapan, yaitu menentukan sasaran, membuat formulasi aksi dan menggunakan komunikasi efektif. Dengan tiga tahapan tersebut public relations dapat diukur bagaimana peranan dann menjalakan tugasnya di organisasi.
Adapun hasil penelitiannya adalah dalam mengelola isu keberagamaan, lembaga yang mengampu adalah Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam (Bimas Islam). Dalam menjankan tugasnya, Bimas Islam berperan untuk identifikasi isu, berkoordinasi dengan antar lembaga dan stake holder serta menjadi pelayanan publik. Strategi public relations yang diterapkannya adalah menetapkan sasaran dan tujuan, melakukan formulasi aksi, dan melakukan komunikasi efektif sebagai bentuk lembaga layanan keberagamaan. Sedangkan platform media yang digunakannya adalah bekerja sama dengan media cetak serta menggunakan seluruh media sosial.
Kata Kunci: Strategi, Public Relations, Kementerian Agama, Bimas Islam
vi
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim, puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta kesehatan lahir dan batin, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Strategi Public Relations Kementerian Agama Republik Indonesia Dalam Mengelola Isu Agama Di Media Massa”. Shalawat dan salam tidak lupa kita curahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW yang senantiasa menjadi panutan menuju jalan yang di ridhai Allah SWT.
Alhamdulillah dengan ridha dari Allah SWT, peneliti dapat menciptakan karya tulis yang semoga dapat bermanfaat sebagaimana mestinya. Tak ada gading yang tak retak, peneliti memohon maaf apabila dalam karya tulis ini masih banyak kekurangannya. Skripsi ini di tulis untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana sosial (S.Sos) pada program strata satu (S1).
Berkat segala dukungan berupa doa, motivasi, dan bimbingan dari berbagai pihak, peneliti dapat melewati tantangan dan rintangan dalam menulis skripsi ini. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada:
1. Orang tua peneliti, H. Bunyamin, HS dan Hj. Euis Suryati
juga kakak dan adik penulis atas segala dukungan dan doa
yang telah dilakukan.
2. Suparto, M.Ed., Ph.D sebagai Dekan Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
3. Dr. Siti Napsiyah, MSW sebagai Wakil Dekan Bidang
Akademik, Dr. Sihabudin Noor, MA sebagai Wakil Dekan
Bidang Administrasi dan Hukum, dan Drs. Cecep
Castrawijaya, MA sebagai Wakil Dekan Bidang
vii
Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi.
4. Dr. Armawati Arbi, M.Si sebagai Ketua Program Studi
Komunikasi dan Penyiaran Islam.
5. Dr. H. Edi Amin, MAA sebagai Sekretaris Program Studi
Komunikasi dan Penyiaran Islam.
6. Dr. Wahyu Prasetyawan, M.A sebagai Dosen Pembimbing
Akademik yang telah memberikan nasihat dan arahan
kepada seluruh mahasiswa KPI D angkatan 2013.
7. Ade Rina Farida, M.Si sebagai Dosen Pembimbing Skripsi
yang senantiasa telah memberikan waktunya untuk
membimbing dan mengarahkan peneliti dalam penulisan
skripsi.
8. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi yang telah memberikan berbagai ilmu
berharga kepada peneliti selama masa perkuliahan.
9. Seluruh karyawan Perpustakaan Utama serta Perpustakaan
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang
memudahkan peneliti dalam menemukan referensi untuk
skripsi ini.
10. H. Sigit Kamseno, S.Sos sebagai Kepala Sub Bagian
Humas dan Sistem Informasi Ditjen Bimas Islam
Kementerian Agam RI yang telah memberikan izin kepada
peneliti untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam
penyusunan skripsi ini.
11. Bapak Sigit Bagian Data Subbag Humas dan Sistem
Informasi Ditjen Bimas Islam Kementerian Agama RI
viii
yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi
ini.
12. Seluruh teman seperjuangan peneliti KPI angkatan 2013
terkhusus teman teman KPI D. Terima kasih atas segala
Padepokan 212 Desember terimakasih telah memberikan
inspirasi bagi peneliti.
17. Seluruh teman-teman TRIVIO yang selalu setia bersama
membangun kekuatan ekonomi mandiri.
ix
18. Serta semua pihak yang yang telah membantu peneliti
dalam menyelesaikan skripsi ini.
Demikian pengantar ini peneliti sampaikan. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca, khususnya mahasiswa program studi Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Peneliti juga memohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan kata atu kalimat pada skripsi ini.
Jakarta, 18 Mei 2020
Muhammad Yunus
x
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ........................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING .............................. iii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ....................................... iv
ABSTRAK ..................................................................................... v
KATA PENGANTAR .................................................................. vi
DAFTAR ISI ................................................................................ x
BAB I PENDAHULUAN ............................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1
B. Fokus Penelitian ..................................................................... 12
C. Rumusan Masalah ................................................................. 12
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................ 12
E. Metodologi Penelitian ............................................................ 14
F. Tinjauan Pustaka ................................................................... 19
G. Sistematika Penulisan ............................................................ 20
BAB II LANDASAN TEORI ..................................................... 22
A. Strategi Public Relations ....................................................... 22
B. Peranan Public Relations ...................................................... 33
C. Isu ............................................................................................ 37
D. Tahapan Isu ............................................................................ 40
E. Menejemen Isu ....................................................................... 42
F. Isu Keagamaan ....................................................................... 43
BAB III GAMBARAN UMUM .................................................. 51
A. Sejarah Kementerian Agama ................................................ 51
B. Visi dan Misi Kementerian Agama ...................................... 59
xi
C. Tujuan, Tugas dan Fungsi .................................................... 60
D. Struktur Ogranisasi Kementerian Agama .......................... 63
BAB IV HASIL DAN ANALISA ............................................... 64
A. Peran Public Relations Kementerian Agama ...................... 64
B. Strategi PR Bimas Kemenag ................................................. 77
C. Platform Media ...................................................................... 87
BAB V PENUTUP ..................................................................... 90
A. Kesimpulan ............................................................................. 90
B. Kritik dan Saran .................................................................... 91
DAFTAR PUSTAKA .................................................................. 94
dilaporkan-gmki-ke-polisi-terkait-pernyataan-soal-salib diakses pada 2 September 2019 Pukul 17.17 WIB.
7
terjadi di masyarakat. Tugasnya sebagai pengelola isu
akan berhasil, apabila Humas Kementerian Agama
Republik Indonesia tidak hanya mengandalkan
kemampuan dari lembaganya saja, tapi dengan
melibatkan publik eksternal maupun publik internal yang
memberikan pengertian, penerimaan dan
keikutsertaannya.8 Disinilah peran kehumasan setiap
instansi pemerintah menjadi keharusan untuk
menyebarkan informasi tentang aktivitas instansi, baik
ke dalam maupun ke luar masyarakat. Sebab, humas
merupakan suatu alat untuk memperlancar jalannya
interaksi serta jalannya informasi melalui media massa
seperti pers, radio, televisi, dan media lainnya.9
Dilihat dari Tujuan Pembangunan Kementerian
Agama Sebagai penjabaran visi dan misi, tujuan
pembangunan Kementerian Agama dalam bidang
agama, yaitu:10
a. Peningkatan kualitas pemahaman dan pengamalan
ajaran agama dalam rangka meningkatkan kualitas
kehidupan beragama.
b. Pengukuhan suasana kerukunan hidup umat
beragama yang harmonis sebagai salah satu pilar
kerukunan nasional.
8 A. W. Widjaja, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, (Jakarta: PT
Bina Aksara, 1986), hal. 63 9 A. W. Widjaja, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, hal. 63 10 https://kemenag.go.id/home/artikel/42942 diakses pada 2 September
2019 Pukul 17.00 WIB
8
c. Pemenuhan kebutuhan akan pelayanan kehidupan
beragama yang berkualitas dan merata.
d. Peningkatan pemanfaatan dan perbaikan kualitas
pengelolaan potensi ekonomi keagamaan dalam
meningkatkan kontribusi pada peningkatan
kesejahteraan masyarakat dan percepatan
pembangunan.
e. Peningkatan kualitas penyelenggaraan ibadah haji
dan umrah yang trasparan dan akuntabel untuk
pelayanan ibadah haji yang prima.
f. Peningkatan kualitas tata kelola pembangunan
bidang agama dalam menunjang penyelenggaraan
pembangunan bidang agama yang efektif, efisien,
transparan dan akuntabel.
Pada poin a dan b sudah sangat jelas bahwa
tujuan Kemenag RI adalah meningkatkan kualitas
pemahaman, pengamalan ajaran agama serta
menciptakan suasana beragama yang rukun dan
harmonis. Jelas bahwa dalam prakteknya, Kemenag RI
dalam hal ini adalah bagian Humas harus dapat
mengelola isu-isu keagamaan yang beredar di media
agar isu-isu keagamaan tersebut tidak menjadi alasan
akan ketidakstabilan kondisi kerukunan umat beragama
di Indonesia.
Sesuai dengan ungkapan Dimock dan Koening
yang dikutip oleh Rosady Ruslan, bahwa humas
pemerintah harus mampu untuk menanamkan
9
keyakinan dan kepercayaan serta mengajak masyarakat
ikut berpartisipasi melaksanakan program-program
pembangunan, serta menjaga stabilitas dan keamanan
nasional.11 Tidak hanya itu, ungkapan selanjutnya dari
John D. Millet bahwa kegiatan utama humas
pemerintah ialah seorang yang memberikan nasihat
atau saran dalam menanggapi apa sebaiknya yang
dilakukan oleh organisasi yang sesuai dengan
keinginan publiknya.12
Pendapat-pendapat ini seperti penjelasan yang
dikemukakan oleh Rosady Ruslan mengenai fungsi
utama dari humas atau PR, antara lain: (1)
mengamankan kebijaksanaan pemerintah, (2)
memberikan pelayanan, dan menyebarluaskan pesan
atau informasi mengenai kebijaksanaan dan hingga
program-program kerja secara nasional kepada
masyarakat, (3) menjadi komunikator dan sekaligus
mediator yang proaktif dalam menjembatani
kepentingan instansi pemerintah di satu pihak, dan
menampung aspirasi, serta memperhatikan keinginan-
keinginan publiknya di lain pihak, (4) berperan serta
dalam menciptakan iklim yang kondusif dan dinamis
demi mengamankan stabilitas dan keamanan politik
pembangunan nasional jangka panjang dan jangka
11 Rosady Ruslan, Manajemen Humas dan Komunikasi: Konsepsi dan
Aplikasi edisi revisi, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002), hal. 324 12 Rosady Ruslan, Manajemen Humas dan Komunikasi: Konsepsi dan
20 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik, hal.
143-145
17
dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan
berhadapan fisik.21 Pada penelitian kualitatif,
wawancara merupakan pembicaraan yang
memiliki tujuan yakni mengarahkan
pertanyaan pada terungkapnya perasaan,
persepsi, dan pemikiran informan terhadap
sebuah masalah. Tanya jawab ini nantinya
harus menghasilkan informasi secara banyak
dan jelas dari subjek penelitian guna
memperoleh kelengkapan data.
c. Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan untuk mendapakan
data-data yang berkaitan dengan penelitian
berupa buku, surat-surat, catatan harian,
laporan, artefak, dokumen pribadi, dokumen
resmi, artikel, surat kabar, foto, yang sekiranya
dapat mendukung dari segi pustaka.22
Dokumentasi memungkinkan untuk
mendapatkan informasi dari masa silam karena
tidak terbatas ruang dan waktu. Kredibilitas
suatu penelitian akan semakin tinggi bila
menggunakan studi dokumen, karena sejumlah
besar fakta dan peristiwa tersimpan dalam
sebuah dokumentasi.
5. Teknik Analisis Data
21 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik, hal.
160 22 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik, hal.
175
18
Pada awal penelitian, peneliti melakukan proses
pencarian data dengan wawancara bersama
narasumber terkait penelitan, penelusuran data
melalui catatan-catatan dari pengamatan lapangan
dan pengumpulan bahan-bahan lainnya berupa
dokumentasi untuk menemukan pola-pola dan
hubungan data agar dapat meningkatkan
pemahaman mengenai pembahasan yang dikaji.
Setelah semua data terkumpul, peneliti
melanjutkannya dengan pengorganisasian,
pemilihan data antara yang penting dan tidak
penting untuk dipelajari, pengaturan ke dalam unit-
unit, pengsintesisan hingga akhirnya dapat
merumuskan hasil.23
Dalam hal ini, peneliti melakukan penarikan
kesimpulan dengan menggunakan Triangulasi Data
yakni membandingkan data-data yang telah
terkumpul guna memantapkan derajat kepercayaan
data yang didapatkan, kredibilitas dan konsistensi
data. Peneliti memilih Triangulasi Sumber untuk
menggali kebenaran informasi dari berbagai
sumber. Selanjutnya, dari triangulasi sumber, data
atau informasi yang telah didapatkan melalui
sumber melalui wawancara, pengamatan dan
dokumentasi itu dibandingkan satu sama lain
sehingga menghasilkan berbagai pandangan,
23 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik, hal.
210
19
kebenaran handal dan keluasan pengetahuan dari
fenomena yang diteliti.24
F. Tinjauan Pustaka
Setelah melihat beberapa judul skripsi karya
mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam di
Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi,
Perpustakaan Utama (PU) UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, dan website http://repository.uinjkt.ac.id,
terdapat judul yang berkaitan dengan penelitian penulis
saat ini, antara lain :
1. Fadhila Puspita Fajri dalam penelitiannya tentang
Strategi Public Relation memiliki persamaan dalam
menggunakan Strategi Public Relation. Sedangkan
perbedaan dengan penelitian ini ada pada objek
penelitian bila penelitian Fadhila berfokus pada
peningkatan citra organisasi, penelitian penulis
berfokus pada penanganan isu oleh Public
Relations.25
2. Rand Rasyid dalam penelitiannya tentang Strategi
Public Relations memiliki persamaan dalam
menggunakan Strategi Public Relations dan
penjelasan mengenai hubungan antara Public
24 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik, hal.
219 25 Fadhila Puspita Fajri. “Strategi Public Relations Non Govemment
Organization Pasiad dalam Membangun Citra di Indonesia”. Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta:2015.
20
Relations dengan media. Kemudian, perbedaannya
yakni, bila skripsi ini berfokus pada cara
memasarkan produk, penelitian penulis berfokus
pada penanganan isu oleh Public Relations.26
3. Ayu Utami Saraswati dalam penelitiannya tentang
Mengelola Isu keagamaan di media massa memiliki
persamaan dalam memakai pendekatan dan teori
yang digunakan. Sedang letak perbedaan dengan
penelitian ini ada pada objek penelitian, dalam
penelitian ini, peneliti memakai objek peneletian
Kementerian Agama Republik Indonesia.27
G. Sistematika Penulisan
Adapun dari hasil penelitian ini akan dituangkan
dalam bentuk karya tulis skripsi dengan sistematika
penulisan seperti dibawah ini, yaitu;
BAB I Pendahuluan, yang mencakup latar
belakang masalah, fokus penelitian
rumusan masalah penelitian, tujuan dan
manfaat penelitian, landasan teori,
metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan
sistematika penulisan.
26 Rand Rasyid. “Strategi Public Relations HijUp.com dalam
Memasarkan Busana Muslim”. Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta:2016.
27 Ayu Utami Saraswati. “Strategi Public Relations Kantor Staff Presiden dalam Mengelola Isu Keagamaan di Media Massa”. Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta:2017.
21
BAB II Landasan teori yakni definisi Teori Public
Relations, Konseptualisasi Public Relations
yang terdiri dari pengertian Public
Relations, strategi Public Relations, Media
Massa dan Public Relations, Public
Relations dalam merespon isu serta
penjelasan Isu Agama.
BAB III Gambaran Umum mengenai Kementerian
Agama Republik Indonesia berisi peran dan
tugasnya, struktur organisasi, profil
pemimpinnya, dan tugas, peran, fungsi.
BAB IV Pembahasan, dalam bab ini berisikan hasil
dan analisis dari peneliti terkait data, hasil
wawancara, dan juga objek maupun subjek
penelitian. Dengan membahas tentang hasil
keseluruhan data penelitian yang telah
diuraikan dari bab sebelumnya.
BAB V Penutup, berisi mengenai kesimpulan dan
saran dari skripsi yang dibuat oleh peneliti
sekaligus saran dari peneliti tentang apa
yang telah diteliti oleh peneliti dalam skripsi
ini.
22
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Strategi Public Relations
1. Pengertian Strategi
Strategi merupakan hal penting bagi
kelangsungan hidup dari suatu perusahan untuk
mencapai sasaran atau tujuan perusahaan yang
efektif dan efisien, perusahaan harus bisa
menghadapi setiap masalah-masalah atau hambatan
yang datang dari dalam perusahaan maupun dari
luar perusahaan. Strategi merupakan alat untuk
mencapai tujuan, dalam pengembangannya konsep
mengenai strategi harus terus memiliki
perkembangan dan setiap orang mempunyai
pendapat atau definisi yang berbeda mengenai
strategi.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) strategi adalah rencana yang cermat
mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran
khusus.28 Pada mulanya istilah strategi digunakan
dalam dunia militer yang diartikan sebagai cara
penggunaan seluruh kekuatan militer untuk
memenangkan suatu peperangan. Secara etimologi
28 Balai Pustaka, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka,
2007), hal. 1092.
23
kata strategi menurut Ali Murtopo berasal dari kata
majemuk bahasa Yunani, yaitu stratos dan agein.
Stratos sendiri artinya pasukan dan agein berarti
memimpin.29 Jadi strategi bisa diartikan
memimpin pasukan dan ilmu strategi adalah ilmu
tentang memimpin pasukan.
Secara terminology banyak ahli telah
mengemukakan definisi strategi dengan sudut
pandang yang berbeda - beda. Seperti halnya
Onong Uchjana Effendy yang beranggapan bahwa
strategi pada hakikatnya adalah perencanaan
(planning) dan manajemen untuk mencapai suatu
tujuan tersebut.30 Dari pernyataan tersebut dapat
dipahami bahwa dalam strategi terdapat
perencanaan dan pengaturan agar tujuan yang
diinginkan dapat tercapai. Tak berbeda jauh Ahmad
S. Adnanputra dalam Rosady Ruslan berpendapat
bahwa strategi adalah bagian terpadu dari suatu
rencana (plan), sedangkan rencana merupakan
produk dari perencanaan (planning), yang pada
akhirnya perencanaan adalah salah satu fungsi dari
proses manajemen.31
29 Ali Murtopo, Strategi Kebudayaan. (Jakarta: Center for Strategic and Internasional Studies-CSIS, 1978), hal. 7.
30 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2007). Cet ke-1, hal. 40. 31 Rosadi Ruslan, Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi
Internasional, Cutlip & Centre, and Canfield (1982)
Fungsi public relations dapat dirumuskan sebagai
berikut:
1. Menunjang aktivitas utama menejemen dalam
mencapai tujuan bersama.
2. Membina hubungan yang harmonis antara
badan/organisasi dengan publiknya yang
merupakan khalayak sasaran.
3. Mengidentifikasi segala sesuatu yang berkaitan
dengan opini, persepsi dan tanggapan
29
masyarakat terhadap badan/organisasi yang
diwakilinya, atau sebaliknya.
4. Melayani keinginan publiknya dan
memeberikan sumbangan saran kepada
pimpinan menejemen demi tujuan dan manfaat
bersama.
5. Menciptakan komunikasi dua arah timbal balik,
dan mengatur arus informasi, publikasi serta
pesan dari badan/organisasi ke publiknya atau
sebaliknya, demi tercapainya citra positif bagi
kedua belah pihak.
Lebih jauh lagi Bertram R. Canfield
menjelaskan secara lebih luas mengenai fungsi dari
Public Relations yang harus mencakup kepada hal
sebagai berikut:39
1. It should serve the public’s interst
Mengabdi kepada kepentingan publik.
2. Maintain good communication.
Memelihara komunikasi yang baik
3. And stress good morals and manner.
Kegiatan public relation itu ketika
menjalankan fungsinya harus menitik
beratkan kepada moral dan tingkah laku
yang baik.
39 https://eprints.uny.ac.id/43513/1/TUGAS%20AKHIR_.pdf, Diakses pada hari Selasa, 19 Mei 2020 02.40 WIB
30
4. Peranan Public Relations
Public Relations berperan ganda, yaitu keluar
memberikan informasi atau pesan - pesan sesuai
dengan tujuan dan kebijaksanaan instansi atau
lembaga kepada masyarakat sebagai khalayak
sasaran, sedangkan ke dalam wajib menyerap
reaksi, aspirasi atau opini khalayak, diserasikan
demi kepentingan instansinya atau tujuan
bersama.40
Humas sebagai fungsi komunikasi memiliki
dua pengertian. Pertama, Public Relations sering
diartikan sebagai aktivitas komunikasi yang
dilakukan seorang atasan terhadap bawahan
ataupun khalayaknya, baik khalayak internal
maupun eksternal, dengan tujuan menumbuhkan
pengertian bagi organisasi. Kedua, Public Relations
juga dimaknai sebagai kegiatan komuniasi yang
dibangun dalam satu wadah khusus seperti, Biro,
Bidang, Devisi, Departemen, Bagaian.
Pelembagaan ini menunjukkan bahwa program
kerja humas merupakan program kerja yang
terencana, terorganisir dan sistematis.
40 https://bulelengkab.go.id/detail/artikel/peran-humas-dalam-tugas-seksi-informasi-pemerintah-50, Diakses pada Hari Selasa, Tanggal 19 Mei 2020 02.42 WIB
31
Sementara itu, Dozier menyebutkan bahwa
peranan Public Relations merupakan salah satu
kunci penting untuk pemahaman fungsi Public
Relations dan komunikasi organisasi. Menurutnya
peranan petugas Public Relations dibedakan
menjadi dua, yakni peranan managerial
(communication manager role) dan peranan teknis
(communication technical role). 41
Peranan manajerial dikenal dengan peranan di
tingkat manajemen dapat diuraikan menjadi 3
peranan, yakni expert preciber communication,
problem solving facilitator, dan communication
facilitator. Sehingga bila dijelaskan lebih jauh
terdapat 4 peranan, antara lain:
1. Penasihat Ahli (Expert prescriber)
Seorang praktisi humas yang berpengalaman dan
memiliki kemampuan tinggi dapat membantu
mencarikan solusi dalam penyelesaian masalah
hubungan dengan publiknya. Artinya, petugas humas
membantu dalam memecahkan dan mengatasi persoalan
yang tengah dihadapi organisasinya.
2. Fasilitator Komunikasi (Communication
fasilitator)
41 Frida Kusumastuti, Dasar-Dasar Hubungan Masyarakat, (Bogor:
Ghalia Indonesia, 2004) h. 24
32
Peranan sebagai fasilitator komunikasi antara
perusahaan/organisasi dengan publik baik dengan
publik eksternal maupun internal. Humas sebagai
jembatan komunikasi antara publik dengan perusahaan.
3. Fasilitator Proses Pemecahan Masalah (Problem
solving process fasilitator)
Peranan sebagai fasilitator dalam proses
pemecahan masalah. Pada peranan di sini petugas
humas melibatkan diri atau dilibatkan dalam setiap
manajemen (krisis). Dia menjadi anggota tim, bahkan
bila memungkinkan menjadi leader dalam penanganan
krisis manajemen.
4. Teknisi Komunikasi (Communication technician)
Petugas humas dianggap pelaksana teknis
komunikasi. Dia menyediakan layanan di bidang teknis,
sementara kebijakan dan keputusan teknik komunikasi
mana yang akan digunakan bukan merupakan keputusan
petugas humas, melainkan keputusan manajemen dan
petugas humas yang melaksanakannya.42
Disamping itu peranan komunikasi di dalam
menejemen berada di tingkat penting dalam terciptanya
hubungan komunikasi antara menejemen dengan
pemilik perusahaan dan sebaliknya. Termasuk
melakukan komunikasi timbal balik dua arah adalah
42 Rosady Ruslan, Manajemen Public Relation dan Media Komunikasi:
Konsepsi dan Aplikasi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), h. 20.
33
komunikasi yang dilakukan antara pihak perusahaan dan
publiknya.
B. Peranan Public Relations
Kata strategi memiliki pengertian yang terkait
dengan hal-hal seperti kemenangan, kehidupan atau daya
juang. Artinya menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan
mampu atau tidaknya perusahaan menghadapi tekanan
yang muncul dari dalam atau dari luar. Kalau dapat, ia akan
terus hidup, kalau tidak, ia akan mati seketika. Maka dari
itu strategi membenarkan perusahaan untuk mengambil
tindakan pahit sekalipun seperti amputasi (pengurangan
unit usaha, dirumahkannya karyawan, pemangkasan, dan
lain-lain) sepanjang hal itu dilakukan demi kehidupan
perusahaan atau organisasi dalam jangka panjang.43 Kaitan
Public Relations dan Strategi adalah, yang menjalankan
strategi dan mengaturnya bersama pimpinan adalah
seorang praktisi Public Relations. Karena sesuai dengan
fungsinya, seorang praktisi Public Relations memiliki
pekerjaan untuk mengawasi setiap kegiatan ke dalam
maupuan ke luar perusahaan. Sehingga apabila perusahaan
tersebut memiliki konflik, permasalahan dan sebagainya,
PR perusahaan itulah yang mengetahui terlebih dahulu lalu
menyusun strategi untuk mengatasinya.
Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan
43 Rhenald Kasali. Manajemen Public Relations, (Jakarta: PT Pustaka
Utama Grafiti, 2003), hal. 35.
34
(planning) dan manajemen (management) untuk mencapai
suatu tujuan. Akan tetapi untuk mencapai suatu tujuan
tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang
hanya menunjukkan jalan saja, melainkan harus
menunjukkan bagaimana tak tik operasionalnya.
Sebagaimana fungsi dari Public Relations yaitu untuk
mengawasi setiap kegiatan ke dalam maupuan ke luar
perusahaan. Sehingga apabila perusahaan tersebut
memiliki konflik, permasalahan dan sebagainya, PR
perusahaan itulah yang mengetahui terlebih dahulu lalu
menyusun strategi untuk mengatasinya. Menurut Ronald D.
Smith ada beberapa langkah yang digunakan dalam teori
strategi Public Relations. Ronald D. Smith adalah Praktisi
Public Relations dan anggota dari Public Relations Society
of America. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai
berikut:
a. Formative Research
Fase pertama dalam proses perencanaan
strategis menurut Smith adalah riset formatif
atau riset stategis adalah kegiatan pendahuluan
yang dilakukan untuk mendapatkan informasi
dan menganalisa situasi yang dihadapi . Dalam
fase ini terdapat tiga tahap yakni analisis situasi,
analisis organisasi dan analisis publik.
1) Analyzing the situation (menganalisa situasi)
Merupakan bagian yang penting sebagai
proses awal penentuan strategi dimana setiap
tahap ini digunakan untuk mengumpulkan
35
semua informasi dan sekaligus menganalisa
situasi.
2) Ananlyzing the organization (menganalisa
organisasi)
Pada tahap ini diperlukan pengamatan yang
tepat terhadap tiga aspek perusahaan yaitu
lingkungan internalnya (misi, performance,
dan sumber daya perusahaan), reputasi dan
lingkungan eksternalnya.
3) Ananlyzing the public (menganalisa publik)
Merupakan tahap untuk mengidentifikasikan
dan menganalisa publik yang menjadi
sasaran. Hal ini akan membuat perusahaan
mampu mengatur prioritas dalam
berhubungan dengan publiknya yang
beragam.
b. Strategy
Strategi merupakan jantung nya
perencanaan Public Relations maupun masaran
dan bidang lainnya yang berkaitan. Strategi
adalah keseluruhan rencana organisasi, meliputi
apa yang ingin dicapai dan bagaimana cara
mencapainya. Strategi memiliki tiga tahap,
yakni menetapkan tujuan dan sasaran,
memformulasikan aksi dan strategi respon,
kemudian menggunakan komunikasi efektif.
36
1) Establishing goals and objectives
(menentukan sasaran dan objektif) Tahap ini
dapat membuat perusahaan mengembangkan
objektif yang jelas, spesifik dan terukur
(measurable) sesuai dengan yang diinginkan
perusahaan.
2) Formulating action and response strategies
(memformulasikan aksi dan respon)
Tahap ini merupakan tahap dimana antara
kegiatan atau aksi dipadukan dengan respon
yang akan diterima.
3) Using effective communication
(menggunakan komunikasi yang efektif)
Tahap ini berhubungan dengan beragam
keputusan yang diambil terhadap pesan yang
disampaikan, seperti: sumber yang akan
menyampaikan pesan kepada publik kunci, isi
dari pesan, bunyi dan gayannya dan lain-lain.
c. Tactics
Setelah strategi di buat, kini tiba gilirannya
untuk memasuki fase ketiga yaitu taktik. Pada
fase ini terdiri dari pemilihan taktik komunikasi
yang akan digunakan dan melakukan
implementasi rencana strategis yang sudah
disusun.
1) Choosing communication tactics (memilih
taktik komunikasi)
37
Ada empat kategori dalam komunikasi,
seperti: komunikasi tatap muka,
organizational media, media berita, iklan dan
media promosional dan lainnya.
2) Implementing the strategic plan (mengimplementasikan strategi)
Di tahap ini dikembangkan budget dan
jadwal yang dipersiapkan untuk
mengimplementasikan program komunikasi
yang ditentukan.
d. Evaluative Research
Pada fase terakhir adalah untuk
mengetahui efektivitas berbagai taktik
komunikasi yang digunakan untuk mencapai
tujuan dan sasaran yang telah ditentukan. Tahap
ini adalah tahap akhir dimana dikembangkan
metode yang spesifik dalam mengukur
keefektifan dari strategi yang ditempuh.44
C. Isu
Isu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
adalah kabar yang tidak jelas asal usulnya dan tidak
terjamin kebenarannya, bisa juga disebut kabar angin atau
44 Ronald D. Smith, Strategic Planning for Public Relations, (Lawrence
Erlbaum Associates, 2002, USA), hal. 9-11.
38
desas-desus.45 Isu adalah sebuah kondisi atau peristiwa,
baik internal maupun eksternal organisasi yang jika
berlanjut akan mempunyai efek signifikan pada
berfungsinya atau performa organisasi atau pada
kepentingan organisasi di masa datang.46
Harrison seperti dikutip dalam Rachmat
Kriyantono memberikan definisi bahwa isu adalah
berbagai perkembangan, biasanya di dalam arena publik,
yang jika berlanjut dapat secara signifikan memengaruhi
operasional atau kepentingan jangka Panjang dari
organisasi. Sedangkan menurut the Issue Management
Council, jika terjadi gap atau perbedaan antara harapan
publik dengan kebijakan, operasional, produk atau
komitmen organisasi terhadap publiknya, maka disitulah
muncul isu.47
Harrison seperti dikutip dalam Rachmat
Kriyantono memberikan definisi bahwa isu adalah
berbagai perkembangan, biasanya di dalam arena publik,
yang jika berlanjut dapat secara signifikan memengaruhi
operasional atau kepentingan jangka Panjang dari
organisasi. Sedangkan menurut the Issue Management
Council, jika terjadi gap atau perbedaan antara harapan
publik dengan kebijakan, operasional, produk atau
komitmen organisasi terhadap publiknya, maka disitulah
45 http://kbbi.web.id/isu, diakses pada Jumat, 14 Desember 2019 pukul
03.00 WIB. 46 Rachmat Kriyantono, Public Relation and Crisis Management,
(Jakarta: kencana Prenada Media group, 2012), hal. 150. 47 Rachmat Kriyantono, Public Relation & Management Crisis, hal. 152.
39
muncul isu.48
Gaunt dan Ollen Burger membagi isu menjadi dua
jenis, yakni isu internal dan isu eksternal. Isu internal
adalah isu yang berkembang di dalam organisasi dan
diketahui oleh orang-orang yang tergabung di organisasi
itu, sedangkan isu eksternal adalah isu yang berkembang di
luar organisasi dan diketahui oleh publik yang cakupannya
lebih besar. Lain halnya pendapat dari Harrison, ia
membagi isu menjadi dua aspek, aspek pertama yakni
aspek dampak yang terdiri dari Defensive issues dan
Offensive issues¸ aspek kedua yakni aspek keluasan isu
yang terdiri dari isu-isu universal, isu-isu advokasi, isu-isu
selektif, dan isu-isu praktis.49
Defensive issues adalah isu-isu yang membuat
cenderung memunculkan ancaman terhadap organisasi,
karenanya organisasi harus mempertahankan diri agar tidak
mengalami kerugian reputasi. Sementara offensive issues
adalah isu-isu yang dapat digunakan untuk meningkatkan
citra dan reputasi perusahaan.3 Kedua, aspek keluasan isu.
Ada 4 (empat) jenis isu, yaitu (1) isu-isu universal,
yaitu isu-isu yang mempengaruhi banyak orang secara
langsung, bersifat umum, dan berpotensi mempengaruhi
secara personal, sifatnya lebih imminent. (2) isu-isu
advokasi, yaitu isu-isu yang tidak mempengaruhi sebanyak
48 Rachmat Kriyantono, Public Relation & Management Crisis, hal. 152.
49 Rachmat Krisyantono, Public Relation & Management Crisis, hal. 156-158.
40
orang seperti pada isu universal. Isu ini muncul karena
disebarkan kelompok tertentu yang mengaku representasi
kepentingan publik. Isu ini bersifat potensial. (3) isu-isu
selektif, yaitu isu-isu yang hanya mempengaruhi kelompok
tertentu. Bisa saja isu yang muncul berkaitan dengan
kepentingan orang banyak, tetapi hanya pihak tertentu saja
yang terpengaruh oleh isu tersebut dan lebih
memperhatikan isi ini. (4) isu-isu praktis, yaitu isu- isu
yang hanya melibatkan atau berkembang diantara para
pakar.50
D. Tahapan Isu
Perbedaan antara isu dan krisis sangatlah tipis untuk
itu sangatlah penting bagi Public Relations untuk
memahami tahap perkembangan isu. Menurut Crable dan
Vibbert (Smudde, 2001), serta Gaunt, ada empat tahap
perkembangan isu yaitu, tahap origin, mediation dan
Amplification, Organization dan Resolution.51
a. Tahap Origin (Potential Stage)
Pada tahap ini isu-isu belum menjadi perhatian
pakar dan publik secara luas, meskipun beberapa
sudah menyadarinya. Di tahap ini seseorang atau
kelompok mengekspresikan perhatiannya pada isu
dan memberikan opini. Dimungkinkan juga mereka
50 Ahmad Fuad Afdhal, Tips & Trik Public Relations, (Jakarta: Grasindo,
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007).
Rosady Ruslan, Manajemen Humas dan Komunikasi: Konsepsi dan Aplikasi edisi revisi, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002).
Rosady Ruslan, Manajemen Public Relations & Media Komunikasi, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2006).
Rosady Ruslan, Manajemen Public Relation dan Media Komunikasi: Konsepsi dan Aplikasi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005).
Rhenald Kasali. Manajemen Public Relations, (Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti, 2003).
Ronald D. Smith, Strategic Planning for Public Relations, (Lawrence Erlbaum Associates, 2002, USA).
Rachmat Kriyantono, Public Relation & Management Crisis, (Jakarta: Prenada Media Group, 2012).
Soleh Soemirat dan Elvinaro Ardianto, Dasar-Dasar Public Relations.
Website;
Diambil dari Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, diakses dari www.balitbangdiklat.kemenag.go.id pada April 2020.
96
Diakses dari www.bimasislam.kemenag.go.id diakses pada 20 April 2020.
Diambil dari Rencana Strategis Ditjen Bimas Islam tahun 2015-2019.
Diambil dalam Pendahuluan pada Rencana Strategi (Renstra) Ditjen Bimbingan Masyarakat Islam 2015-2019.
Muhammadiyah Amin, “Bimas Islam dalam Mengawal Kebhinekaan” dalam bimasislam.kemenag.go.id
Syafiq Hasyim, “Penanggulangan Radikalisme dan Ekstremisme Berbasis Agama” dalam www.bimasislam.kemenag.go.id.
http://www.tribunnews.com/regional/2016/07/30/kronologis-pembakaran-vihara-dan-empat-kelenteng-di-tanjungbalai, diakses pada Kamis, 16 Agustus 2019 pukul. 22.00 WIB.
https://20.detik.com/detikflash/20190819-190819030/uas-dilaporkan-gmki-ke-polisi-terkait-pernyataan-soal-salib diakses pada 2 September 2019 Pukul 17.17 WIB.
https://kemenag.go.id/home/artikel/42942 diakses pada 2 September 2019 Pukul 17.00 WIB.
http://kbbi.web.id/agama, diakses Senin, 14 Desember 2019 Pukul. 3.40 WIB.
https://kemenag.go.id/home/artikel/42956/sejarah diakses pada hari sabtu, tanggal 14 Desember pukul 19:36 WIB.
Saat ini agama yang diakui di Indonesia adalah Islam, Katolik, Kristen, Hindu, Budha dan Konghucu.
97
Namun saat ini belum ada Ditjen Bimas Konghucu, selain itu telah ada.
Lihat dalam “Sejarah Bimas Islam” dalam www.bimasislam.kemenag.go.id diakses pada 20 April 2020.
Republika, “Menteri Agama di Dunia Bahas Empat Isu Aktual” diambil dari www.republika.co.id tanggal 15 Mei 2018, diakses pada 20 April 2020.
Tarmizi Tohor, “Pentingnya Moderasi Beragama” dalam Opini www.bimasilsma.kemenag.go.id publikasi 13 Septerm 2019, diakses pada 20 April 2020.
Zainal Abidin Baghir, “Tantangan Sulit Isu Agama dan Demokrasi dalam Kabinet Indonesia Maju” dalam Opini tirto.id di www.tirto.id dipublish 8 November 2019, diakses pada 20 April 2020
Jurnal & Skripsi ;
Ayu Utami Saraswati. “Strategi Public Relations Kantor Staff Presiden dalam Mengelola Isu Keagamaan di Media Massa”. Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta:2017.
Fadhila Puspita Fajri. “Strategi Public Relations Non Govemment Organization Pasiad dalam Membangun Citra di Indonesia”. Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta:2015.
Keputusan Menteri Agama Nomor 39 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Agama 2014-2019 pada Bab II.
98
Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agama Pasal 3.
Laporan Capaian Kinerja Ditjen Bimas Islam tahun 2019.
Neni Yulianita, Dasar-dasar Public Relations, (Bandung, Pusat Penerbitan Universitas Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Islam Bandung, 2007).
Rand Rasyid. “Strategi Public Relations HijUp.com dalam Memasarkan Busana Muslim”. Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta:2016.
Wawancara;
Wawancara dengan Sigit Kamseno, Kasubag Humas dan Sistem Informasi Bimas Islam pada 20 April 2020.
99
LAMPIRAN
100
101
Transkrip Wawancara
Nama : H. Sigit Kamseno, S.Sos
Jabatan : Kasubbag Humas dan Sistem Informasi Bimas Islam Kementerian Agama Repiblik Indonesia
Tempat : Via Chat WhatsApp
Tanggal : 13 April 2020
Pukul : 16.05 WIB
1. Bagaimana strategi Public Relation (Humas)
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam
Kementerian Agama RI dalam menghadapi isu
keagamaan?
“Dalam menghadapi isu keagamaan, Ditjen Bimas
Islam mengedepankan peran Humas dalam meredam
isu negatif, dan menjadi jembatan bagi para stakeholder
dengan masyarakat.
Humas Bimas Islam merespon berbagai isu negatif
melalui berbagai platform media sosial dan membuat
siaran pers yang disebarkan melalui media sosial.
Selain itu, dalam membentuk citra positif di
masyarakat, Humas Ditjen Bimas Islam terus
memberikan informasi layanan, bimbingan, dan
capaian Ditjen Bimas Islam kepada seluruh lapisan
102
masyarakat melalui media massa, media sosial, dan
pameran.”
2. Apa kegiatan yang dilakukan Public Relation
(Humas) Direktorat Jenderal Bimbingan
Masyarakat Islam Kementerian Agama RI yang
berhubungan dengan media massa terkait
penanganan isu keagamaan?
“Dalam melakukan penanganan isu keagamaan,
Humas Ditjen Bimas Islam selalu bersinergi media
massa untuk menyebarkan berbagai informasi terkait
isu-isu keagamaan yang ada di masyarakat.
Humas Ditjen Bimas Islam membuat Siaran Pers dan
dikirim ke media massa untuk disebarluaskan kepada
masyarakat.”
3. Bagaimana strategi melalui saluran komunikasi
massa atau media massa atau media sosial milik
Public Relation (Humas) Direktorat Jenderal
Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama
RI?
“Humas Ditjen Bimas Islam, secara berkesinambungan
memberikan informasi layanan, bimbingan, dan
capaian, baik itu berupa infografis, video pendek, iklan,
maupun tulisan yang disebar melalui media massa.
103
Humas Ditjen Bimas Islam juga menjawab berbagai
pertanyaan dari masyarakat melalui media sosial yang
dimiliki (Twitter dan Instagram), terkait layanan dan
bimbingan.”
4. Sebelum informasi itu diseminasikan apa ada
penggunaan agenda setting?
“Dalam memberikan informasi, Humas Ditjen Bimas
Islam menanggap perlu adanya agenda setting, agar ada
respon balik dari masyarakat, terutama terkait layanan
dan bimbingan keagamaan, sehingga Ditjen Bimas
Islam dapat terus menerus meningkatkan kualitas yang
diberikan kepada masyarakat.
Dengan adanya agenda setting diharapkan informasi
terkait isu keagamaan dapat disebarkan secara efektif
dan massif.”
5. Bagaimana tanggapan dan efek terhadap
masyarakat mengenai informasi yang telah
disampaikan?
“Masyarakat menanggapi berbagi informasi yang
diberikan Ditjen Bimas Islam, baik itu berupa
kepuasan, saran, hingga kritik. Tanggapan tersebut,
mayoritas melalui media sosial yang dimiliki Ditjen
Bimas Islam, yang berefek kepada perbaikan kualitas
layanan dan bimbingan kepada masyarakat.”
104
6. Bagaimana tahap pengidentifikasian isu
keagamaan yang terjadi di Indonesia?
“Melalui berbagai media sosial dan jaringan media
komunikasi, Humas Ditjen Bimas Islam
mengidentifikasi berbagai isu keagamaan yang ada di
masyarakat, sehingga dapat diteruskan kepada
stakeholder yang berkepentingan untuk menanggapi
dan menyelesaikan isu tersebut.”
7. Apa kegiatan internal Public Relation (Humas)
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam
Kementerian Agama RI yang dilakukan dalam
menghadapi isu keagamaan?
“Membentuk tim yang terdiri dari perwakilan berbagai
stakeholder di Ditjen Bimas Islam, dan mengadakan
rapat rutin membahas berbagai masalah isu keagamaan
yang aktual.”
8. Selain media milik Public Relation (Humas)
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam
Kementerian Agama RI, apa komunikasi massa lain
yang dilakukan melalui media konvensional
misalnya sejenis konferensi pers atau pidato?
105
“Melalui media cetak dan media elektronik, Humas
Ditjen Bimas Islam melakukan berbagai bentuk
informasi, seperti infografis, video pendek, iklan,