TUGAS MATA KULIAH KEBIJAKAN DAN KELEMBAGAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN IDENTIFIKASI STRATEGI PERBAIKAN INFRASTRUKTUR PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN Dosen Pengampu: Ir. Winny Astuti, M.Sc, Ph.D Ir. Ana Hardiana, MT Anggota Kelompok: 1. Yohanita P.S (I0611026) 2. Anggit Pratama (I0612003) 3. Dina Arifia (I0612012) 4. Erlana Citra P. K. (I0612016) 5. Fachrul Fadilla (I0612017) 6. Isandi Nurul H. (I0612025) 7. Nur Laila Fitriana (I0612033) PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2015
44
Embed
STRATEGI PERBAIKAN INFRASTRUKTUR PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
TUGAS MATA KULIAH KEBIJAKAN DAN KELEMBAGAAN
PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN
IDENTIFIKASI STRATEGI PERBAIKAN INFRASTRUKTUR PERUMAHAN DAN
PERMUKIMAN
Dosen Pengampu:
Ir. Winny Astuti, M.Sc, Ph.D
Ir. Ana Hardiana, MT
Anggota Kelompok:
1. Yohanita P.S (I0611026)
2. Anggit Pratama (I0612003)
3. Dina Arifia (I0612012)
4. Erlana Citra P. K. (I0612016)
5. Fachrul Fadilla (I0612017)
6. Isandi Nurul H. (I0612025)
7. Nur Laila Fitriana (I0612033)
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2015
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rumah dan fasilitas perumahan yang memadai merupakan kebutuhan pokok
yang sangat penting bagi manusia dalam melangsungkan kehidupannya. Di
beberapa negara yang sedang berkembang, masalah kualitas perumahan dan fasilitas
pemukiman di kota-kota besar sangat terasa. Hal ini disebabkan oleh pertambahan
penduduk kota dan terbatasnya lahan yang diperuntukkan bagi perumahan yang
memadai.
Dalam dasar-dasar perencanaan perumahan harus memperhatikan standar
sarana dan prasarana lingkungan perumahan. Sarana perumahan meliputi sarana
pendidikan, kesehatan, perdagangan, dan RTH. Sedangkan prasarana perumahan
adalah drainase, persampahan, sanitasi, air bersih, listrik, telepon, dan jalan
(Surtiani, 2006). Pembangunan sarana dan prasarana memiliki peran yang sangat
penting dalam mendukung aktivitas ekonomi, sosial, budaya, serta kesatuan dan
persatuan bangsa terutama sebagai modal dasar dalam memfasilitasi interaksi dan
komunikasi di antara kelompok masyarakat serta mengikat dan menghubungkan
antarwilayah. Pembangunan sarana dan prasarana yang sesuai diharapkan dapat menjadi
motor penggerak pertumbuhan perekonomian nasional dan mendukung daya saing
nasional secara global.
Kota Surakarta merupakan salah satu kota yang mengandalkan sektor perumahan
untuk mengangkat perekonomian. Luas wilayah Kota Surakarta sebesar 4.404 ha yang
terdiri dari lima wilayah kecamatan yaitu Kecamatan Laweyan, Serengan, Pasar
Kliwon, Jebres dan Banjarsari. Penggunaan lahan terbesar di Kota Surakarta
digunakan untuk perumahan yaitu sebesar 2.810 ha. Hal ini disebabkan oleh
meningkatnya kebutuhan masyarakat di Surakarta terhadap perumahan. Peningkatan
kebutuhan tersebut yang tidak diimbangi dengan standar pelayanan perumahan dan
permukiman berdampak terhadap buruknya fasilitas infrastruktur perumahan yang ada
di Surakarta. Beberapa masalah terkait sarana dan prasarana di Surakarta antara lain
sering terjadi banjir dan genangan akibat tidak berfungsinya saluran drainase, akses
PDAM yang belum menjangkau ke berbagai kawasan yang ada di Kota Surakarta dan
pelayanan air limbah yang masih buruk serta berbagai masalah yang terkait yang perlu
ditangani oleh pihak yang berwenang.
Oleh karena itu, diperlukan berbagai strategi yang berskala kota dan
terintegrasi antar sector pembangunan dengan pendekatan holistik yang
mensinergikan perencanaan spasial dan perencanaan pembangunan khususnya
dalam bidang pembangunan permukiman dan infrastruktur. Sehingga pada akhirnya
strategi ini dapat menjadi acuan bagi pemerintah daerah dalam menetapkan
prioritas pembangunan daerah perkotaan, yang diharapkan dapat membantu
mengoptimalkan alokasi dana pembangunan secara akurat dan rasional. Selain itu, dapat
2
mengurangi berbagai masalah infrastruktur perumahan dan permukiman yang ada di
Kota Surakarta.
1.2 Penentuan Kawasan Prioritas
Dalam SPPIP Kota Surakarta Tahun Anggaran 2012, penentuan kawasan-
kawasan prioritas pembangunan permukiman dan infratsruktur perkotaan di Kota
Surakarta menggunakan metode utama yaitu metode skoring/pembobotan dengan
menggunakan metode delphi. Metode tersebut digunakan dengan menilai kondisi
kawasan berdasarkan kriteria dan indikator yang dijadikan parameter. Adapun proses
analisis dalam menentukan kawasan prioritas secara lengkap adalah sebagai berikut:
a. Hasil identifikasi isu strategis, potensi, permasalahan dan tantangan pembangunan
permukiman dan infrastruktur permukiman Kota Surakarta (diuraikan pada bab
sebelumnya).
b. Identifikasi tipologi dan karakteristik permukiman yang berkembang di Kota
Surakarta (diuraikan dalam bab sebelumnya).
c. Merumuskan kriteria dan indikator yang digunakan dalam penentuan kawasan
prioritas. Kriteria dan indikator yang digunakan didasarkan pada hasil identifikasi
potensi dan permasalahan, karakteristik permukiman yang berkembang, serta
mempertimbangkan kriteria dari sisi akademis (teori).
d. Melakukan analisis pembobotan (skoring) guna menentukan prioritas kawasan.
dengan unit kelurahan (dianalisis seluruh kelurahan yang ada di wilayah
administrasi Kota Surakarta). Hasil dari analisis ini adalah urutan prioritas
kawasan kelurahan.
e. Berdasarkan hasil urutan prioritas masingspasial), selanjutnya dikelompokkan ke
dalam zona atau kawasan, dengan mempertimbangkan:
Kedekatan antar kelurahan terkait dengan sistem jaringan infrastruktur
permukiman,
Didasarkan urutan skor tertinggi dengan kelompok interval yang tidak
terlalu jauh perbedaannya,
Kesamaan karakteristik wilayah dan permasalahan permukiman yang ada,
Luas kawasan ± 500 Ha
Tipologi perkembangan kepadatan kawasan
Kebijakan pembangunan permukiman Kota Surakarta
Metode dalam perumusan Kawasan Prioritas yang terdapat dalam SPPIP tersebut
dapat dilihat pada bagan berikut ini:
3
Gambar 1.1 Metode Perumusan Kawasan Prioritas
Sumber: SPPIP Kota Surakarta
Berdasarkan sintesa kriteria yang telah disusun dari pedoman pembangunan
permukiman dan infrastruktur, disusun kriteria dan indikator penentuan kawasan
permukiman prioritas yang disesuaikan dengan karakteristik perkembangan
permukiman di Kota Surakarta. Adapun kriteria dan indikator penentuan kawasan
permukiman prioritas SPPIP Kota Surakarta adalah sebagai berikut:
1) Urgenitas Penanganan
Dipertimbangkan sebagai penentuan penilaian kawasan berdasarkan tingkat
kepentingan atau kemendesakan penanganan yang harus dilakukan. Kriteria
penilaian dalam urgenitas penanganan mencakup:
Tingkat kepadatan penduduk
Tingkat kepadatan penduduk mengindikasikan tingkat kepentingan penanganan
suatu permasalahan untuk dilakukan. Semakin tinggi kepadatan penduduk di
suatu kawasan, maka akan semakin mendesak permasalahan untuk ditangani.
Kepadatan yang dihitung merupakan kepadatan netto, yaitu jumlah penduduk
(jiwa) dibagi dengan luas permukiman (Ha) yang ada di masing-masing
kelurahan. Adapun klasifikasi kepadatan penduduk sebagai parameter yaitu:
- kepadatan rendah < 50 jiwa/Ha
- kepadatan sedang 50 - 150 jiwa/Ha
- kepadatan tinggi 150 – 250 jiwa/Ha
- kepadatan sangat tinggi > 250 jiwa/Ha
Kawasan permukiman yang berada dalam kawasan rawan bencana
Kawasan permukiman yang berada pada daerah rawan bencana
mengindikasikan semakin penting penanganan untuk dilaksanakan. Parameter
4
yang digunakan adalah kawasan rawan bencana sesuai dengan yang tercantum
dalam RTRW Kota Surakarta 2011-2031 dalam hal ini adalah kawasan rawan
banjir.
2) Kesesuaian Kawasan dengan Kebijakan Pembangunan Kota
Kawasan permukiman prioritas yang dipilih nantinya dipertimbangkan memiliki
tingkat kepentingan penanganan dalam kaitannya dengan pembangunan kota
secara luas, sehingga kesesuaian kawasan dengan kebijakan pembangunan kota
dipandang sebagai suatu komponen penilaian yang penting. Adapun kriteria
dalam komponen ini meliputi:
Kedudukan kawasan dalam pembangunan dan pengembangan kota
Kedudukan kawasan mengindikasikan tingkat kepentingan kawasan, dalam hal
ini apakah kawasan merupakan kawasan strategis atau tidak, dalam lingkup
pembangunan kota. Parameter penilaian didasarkan pada kawasan strategis
sesuai dengan arahan dalam RTRW Kota Surakarta Tahun 2011-2031, yaitu:
- Kawasan strategis kepentingan pertumbuhan ekonomi
- Kawasan strategis kepentingan sosial budaya
- Kawasan strategis kepentingan lingkungan
- Kawasan strategis kepentingan ilmu pengetahuan
Kesesuaian kawasan dengan fungsi tata ruang
Dalam hal ini dimnilai apakah kawasan permukiman menempati lahan yang
sesuai dengan fungsi peruntukan yang telah ditetapkan dalam tata ruang.
Parameter penilaian didasarkan pada status lahan kawasan, apakah kawasan
permukiman berada pada kawasan legal atau ilegal.
3) Karakteristik Permukiman
Didasarkan pada karakteristik perkembangan permukiman yang ada di Kota
Surakarta. Parameter penilaian antara lain:
Permukiman tradisional, yang berada pada kawasan bersejarah dengan nilai
historis tinggi,
Permukiman kumuh, dengan kondisi kawasan yang memiliki degradasi
lingkungan,
Permukiman perbatasan Kota Surakarta dengan kabupaten disekitarnya sebagai
gerbang masuk kota.
4) Dominasi Permasalahan Infrastruktur di Bidang Keciptakaryaan
Kondisi infrastruktur merupakan indikator utama penentuan kawasan permukiman
prioritas. Kriteria penilaian didasarkan pada tingkat pelayanan dan
permasalahannya. Adapun indikator dan parameter penilaian adalah sebagai
berikut:
Kondisi jalan lingkungan permukiman
Adapun yang dinilai adalah kualitas kondisi jalan, sesuai dengan SPM
jalan yaitu 60%, maka parameter penilaian jalan adalah sebagai berikut:
Kondisi baik apabila 80% kondisi jalan pada kawasan berada dalam
kondisi baik dan tidak mengalami kerusakan
5
Kondisi sedang, apabila 60% kondisi jalan pada kawasan baik, dan
sebagian mengalami kerusakan
Kondisi rusak, apabila kurang dari 50% kondisi jalan pada kawasan baik.
Kondisi drainase kawasan permukiman
Indikator penilaian adalah tersedianya sistem jaringan drainase kawasan,
kondisi saluran drainase pada kawasan, serta mempertimbangkan genangan
dan banjir yang ada, sesuai dengan SPM yaitu 50%, maka parameter
penilaiannya adalah sebagai berikut:
Kondisi baik apabila 80% sistem jaringan dan saluran drainase berfungsi
dengan baik, dan tidak ada banjir atau genangan
Kondisi sedang, apabila 50% sistem jaringan dan saluran drainase berfungsi
dengan baik
Kondisi kurang, apabila lebih dari 50% saluran tidak dapat berfungsi dengan
baik, dan ada banjir atau genangan.
Kondisi persampahan kawasan permukiman
Indikator penilaian yaitu kondisi persampahan kawasan permukiman,
dengan indikator yang digunakan adalah keberadaan TPS yang mampu
mewadai timbulan sampah pada kawasan, serta pengelolaan sampah yang
ada baik pemerintah maupun masyarakat. berdasarkan SPM persampahan
adalah 70%, sehingga, parameter penilaian adalah:
Kondisi baik apabila 70% kawasan terlayani sampah, dan terdapat TPS yang
memadai pada kawasan
Kondisi sedang, apabila 50% penduduk terlayani sampah
Kondisi kurang, apabila lebih dari 50% penduduk belum terlayani sampah
Kondisi Infrastruktur air bersih kawasan permukiman
Berdasarkan kondisi di masing-masing kelurahan, indikator yang digunakan
dalam penilaianadalah penggunaan sumber air pribadi, baik PDAM maupun
sumur pribadi, dikarenakan penggunaan air pribadi dapat meminimalkan resiko
gangguan kesehatan. Sesuai dengan SPM air minum adalah sangat buruk 40%;
buruk 50%; sedang 70%; baik 80%; dan sangat baik 100%;maka parameter
yang digunakan dalam penilaian adalah:
Kondisi baik apabila 80% penduduk terlayani air bersih
Kondisi sedang apabila 50-70% penduduk terlayani air bersih
Kondisi kurang apabila <50% penduduk terlayani air bersih
Kondisi Infrastruktur air limbah kawasan permukiman
Indikator penilaian kondisi infrastruktur air limbah pada kawasan
didasarkan pada prioritas penanganan sanitasi (priority setting penanganan
sanitasi) Kota Surakarta yang ada pada kebijakan pembangunan kota.
Dalam prioritas sanitasi kota, kawasan dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu:
Kawasan dengan resiko sanitasi tinggi, dalam hal ini merupakan
kawasan desanitasi paling bermasalah
6
Kawasan dengan resiko sanitasi sedang
Kawasan dengan resiko sanitasi kurang
Kawasan dengan resiko sanitasi rendah
5) Kontribusi Penanganan terhadap Pengembangan Kota
Kawasan permukiman prioritas yang akan ditentukan, diindikasikan memiliki
pengaruh terhadap pengembangan kota, sehingga indikator penanganan yang
digunakan adalah seberapa besar manfaat atau pengaruh dari penanganan
permasalahan yang dilakukan terhadap pengembangan kota. Adapun indikator
yang digunakan adalah:
Kontribusi ekonomi, dengan parameter penanganan permasalahan akan
berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi kawasan
Kontribusi sosial, dengan parameter penanganan permasalahan akan
berpengaruh terhadap peningkatan kondisi sosial kemasyarakatan.
Berdasarkan hasil kajian terhadap beberapa kebijakan serta dokumen, diperoleh
kawasan prioritas yang terdiri dari beberapa kelurahan. Dimana Kawasan Prioritas yang
ditetapkan merujuk pada kawasan Kota Surakarta bagian timur hingga selatan.
Gambar 1.2 Penentuan Kawasan Prioritas Kota Surakarta
Sumber: SPPIP Kota Surakarta Tahun Anggaran 2012
Dari bagan dan penjelasan yang telah disebutkan di atas, maka Kota Surakarta
memiliki empat Kawasan Prioritas yang terkait dengan pembangunan permukiman dan
infrastruktur permukiman di Kota Surakarta. Keempat Kawasan Prioritas tersebut yaitu
Kawasan Prioritas I yang meliputi Joyotakan, Semanggi, Pasar Kliwon, Danukusuman,
dan Joyosuran; Kawasan Prioritas II meliputi Sangkrah, Kedunglumbu, Gadegan, Sewu,
dan Pucangsawit; Kawasan Prioritas III meliputi Laweyan, Pajang, dan Bumi; serta
Kawasan Prioritas IV meliputi sebagian Mojosongo dan sebagian Jebres. Dimana
keempat Kawasan Prioritas tersebut memiliki karakteristik yang berbeda-beda.
1.3 Pemilihan Lokasi Objek Kajian
Kawasan prioritas yang telah ditetapkan dari metode skoring dengan
menggunakan kriteria seperti yang dijelaskan di atas, selanjutnya akan dilakukan
7
penilaian kembali dengan menggunakan beberapa kriteria. Dimana kriteria tersebut
akan menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan lokasi objek kajian yang terkait
dengan perbaikan sarana dan prasarana. Alur menetapkan lokasi objek kajian terkait
perbaikan sarana dan prasarana dapat dilihat seperti pada bagan berikut ini:
Gambar 1.3 Alur Penetapan Lokasi Objek Kajian
Sumber: Analisa Kelompok
Dalam penetapan lokasi objek kajian terkait perbaikan sarana dan prasarana yang
ada di Kota Surakarta, mempertimbangkan tiga kriteria. Dimana ketiga kriteria tersebut
diharapkan mampu menghasilkan lokasi objek kajian yang sesuai dengan topik
perbaikan sarana dan prasarana. Ketiga kriteria tersebut yaitu:
1) Tingkat Permasalahan
Tingkat permasalahan akan sangat penting untuk dipertimbangkan karena
semakin besar tingkat permasalahannya, maka harus semakin cepat diselesaikan
agar tidak menimbulkan masalah lainnya. Sehingga Kawasan Prioritas dipilih
merupakan Kawasan Prioritas yang memiliki permasalahan yang kompleks dan
mendesak untuk diselesaikan.
2) Potensi untuk Dimanfaatkan
Potensi yang dimiliki oleh Kawasan Prioritas akan sangat berguna bagi kawasan
tersebut apabila potensi yang dimiliki dapat dimanfaatkan utnuk menyelesaikan
permasalahan-permasalahan yang ada di kawasan tersebut dan mampu
mengembangkan kawasan tersebut. Sehingga Kawasan Prioritas yang akan dipilih
harus memiliki lebih banyak potensi untuk dimanfaatkan dalam menyelesaikan
permasalahan yang ada serta mampu mendukung tercapainya arahan kebijakan
yang telah ditetapkan pada kawasan tersebut.
3) Prospek yang Dimiliki
Prospek yang dimiliki oleh setiap Kawasan Prioritas akan berbeda-beda,
tergantung pada arahan kebijakan yang telah ditetapkan pada kawasan tersebut.
Prospek suatu kawasan akan sangat dipengaruhi oleh potensi dan permasalahan
yang ada di kawasan tersebut.
8
Gambar 1.4 Penentuan Lokasi Objek Kajian Terpilih
Sumber: Analisa Kelompok
Berdasarkan kriteria penetapan lokasi objek kajian yang telah didapatkan di atas,
selanjutnya dipilih Kawasan Prioritas yang paling memiliki kesesuaian dengan ketiga
kriteria tersebut. Kawasan Prioritas yang dinilai paling sesuai dengan kriteria tersebut
adalah Kawasan Prioritas I yang meliputi Joyotakan, Semanggi, Pasar Kliwon,
Danukusuman, serta Joyosuran.
Gambar 1.5 Lokasi Objek Kajian Terpilih
Sumber: Analisa Kelompok
9
1.4 Rumusan masalah
a. Apa saja isu/ permasalahan infrastruktur perumahan permukiman yang ditangani
di Kawasan Prioritas I?
b. Bagaimana teori dan kebijakan terkait strategi perbaikan infrastruktur perumahan
permukiman di Kawasan Prioritas I?
c. Bagaimana implementasi terkait strategi perbaikan infrastruktur perumahan
permukiman di Kawasan Prioritas I?
d. Apakah terjadi kesesuaian antara teori dan kebijakan dengan implementasi terkait
strategi perbaikan infrastruktur perumahan permukiman di Kawasan Prioritas I?
1.5 Tujuan
Mengetahui kesesuaian antara kebijakan dan teori perumahan permukiman
dengan implementasi perbaikan infrastruktur di Kawasan Prioritas I.
1.6 Sasaran
a. Mengidentifikasi isu/ permasalahan infrastruktur perumahan permukiman yang
ditangani di Kawasan Prioritas I
b. Mengidentifikasi teori dan kebijakan terkait strategi perbaikan infrastruktur
perumahan di Kawasan Prioritas I
c. Mengidentifikasi implementasi terkait strategi perbaikan infrastruktur perumahan
di Kawasan Prioritas I
d. Membandingkan teori dan kebijakan dengan implementasi terkait perbaikan
infrastruktur perumahan di Kawasan Prioritas I
1.7 Metodologi penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.
Pemilihan pendekatan kualitatif ini didasarkan pada permasalahan yang sedang di teliti,
yaitu terkait dengan infrastruktur perumahan di Kota Surakarta. Data yang dibutuhkan
dalam penilitian ini diantaranya:
a. Data primer, merupakan data yang bersifat tidak tertulis dan diperoleh langsung
dari sumbernya. Pengumpulan data ini dapat dilakukan dengan cara wawancara
dengan instansi terkait, menyebar kuisioner/angket dan observasi lapangan.
b. Data sekunder, merupakan data yang diperoleh dengan menyalin atau mengutip
data yang sudah ada. Data ini diperoleh dari studi literature, makalah, jurnal, atau
data tertulis dari instansi terkait.
10
Tabel 1.1 Desain Survey
No.
Sasaran
Teori Kebutuhan Data
Jenis Data Teknik
Pengumpulan
Data
Sumber Primer Sekunder
1.
Mengidentifikasi
isu/ permasalahan
infrastruktur
perumahan
permukiman yang
ditangani di
Kawasan
Prioritas I
Pasarana
permukiman
Kebijakan
peningkatan
prasarana
permukiman
Komponen
perumahan
permukiman
Arah kebijakan dan
strategi perbaikan
prasarana
permukiman
V V Studi
Literatur
BAPPEDA,
Kecamatan,
Kelurahan
Potensi-Masalah
prasarana
permukiman V V
Studi
Literatur,
Wawancara
BAPPEDA,
Kecamatan,
Kelurahan
2. Mengidentifikasi
teori dan
kebijakan terkait
strategi perbaikan
infrastruktur
perumahan di
Kawasan
Prioritas I
Teori perumahan
permukiman
Kebijakan
peningkatan
prasarana
permukiman
Undang-undang
perumahan
permukiman
Kebijakan terkait
pengadaan
prasarana
perumahan
permukiman
V V
Studi
Literatur,
Wawancara
BAPPEDA,
Kecamatan,
Kelurahan
Kondisi jaringan
drainase
Sistem pengelolaan
sampah
Sistem penyediaan
air bersih
Sistem pengelolaan
air limbah
V V
Studi
Literatur,
Wawancara
DPU,
Kecamatan,
Kelurahan
3.
Mengidentifikasi
implementasi
terkait strategi
perbaikan
infrastruktur
perumahan di
Kawasan
Prioritas I
Tujuan
pembangunan
prasarana
permukiman
Perbaikan prasarana
permukiman
Peraturan terkait
perumahan dan
permukiman
Kebijakan dan
strategi nasional
perumahan
permukiman
Peran serta
masyarakat dalam
pembangunan
prasaranna
permukiman
V V Wawancara
DPU,
Kecamatan,
Kelurahan
Program-program
perbaikan prasarana
V V
Studi
Literatur,
Wawancara
DPU,
BAPPEDA,
BINA
MARGA,
Kecamatan,
Kelurahan
4. Membandingkan
teori dan
kebijakan dengan
implementasi
perbaikan
prasarana
perumahan di
Kawasan
Prioritas I
Kebijakan dan
strategi nasional
perumahan
permukiman
Perbaikan
prasarana
permukiman
Kebijakan
peningkatan
Prasarana
permukiman
Standar Pelayanan
Minimum Sarana
Prasarana
Perumahan
Permukiman
V Studi
Literatur DPU
Realisasi program
perbaikan prasarana V
V
Studi
Literatur,
Wawancara
DPU,
BAPPEDA,
Kecamatan,
Kelurahan
Peran serta
masyarakat pada
pembangunan
prasarana
V V Wawancara
DPU,
Kecamatan,
Kelurahan
11
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.
Deskriptif adalah upaya dalam rangka menggambarkan dengan cara mengumpulkan
informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu gejala menurut apa adanya pada
saat penelitian dilakukan (Arikunto, 1993-309). Metode analisis dilakukan dengan cara
menggambarkan secara tertulis data-data yang telah didapat dan diolah, menguraikan
dan menafsirkan data tersebut. Selanjutnya teknik analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah dengan cara analisis non-statistik, yaitu data yang bersifat kualitatif
digambarkan dan diuraikan serta dijelaskan dalam bentuk kalimat dan dibandingkan
dengan standar ataupun kriteria yang telah di tetapkan.
12
BAB 2
KAJIAN LITERATUR DAN KEBIJAKAN
2.1 Teori terkait Strategi Perbaikan Infrastruktur Permukiman
Budiharjo (1993) menyatakan bahwa yang sering terabaikan padahal sangat
penting artinya bagi kelayakan hidup manusia penghuni lingkungan perumahan
permukiman adalah sarana dan prasarana, yang meliputi:
• Pelayanan Sosial (social services), seperti sekolah, klinik, puskesmas, rumah sakit
yang pada umumnya disediakan oleh pemerintah.
• Fasilitas Sosial (social facilities), seperti tempat peribadatan, persema-yaman,
gedung pertemuan, lapangan olahraga, tempat bermain/ruang terbuka, pertokoan,
pasar, warung, kakilima dan sebagainya.
• Prasarana lingkungan meliputi jalan dan jembatan, air bersih, jaringan listrik,
jaringan telepon, jaringan air kotor dan persampahan.
Komarudin (1997, h.92) menyatakan bahwa tujuan pembangunan prasarana
permukiman adalah:
• Meningkatkan mutu kehidupan dan penghidupan, harkat, derajat dan martabat
masyarakat penghuni permukiman yang sehat dan teratur.
• Mewujudkan kawasan kota yang ditata secara lebih baik sesuai dengan fungsinya
sebagaimana ditetapkan dalam rencana tata ruang kota yang bersangkutan.
• Mendorong penggunaan tanah yang lebih efisien dengan pembangunan rumah
susun, meningkatkan tertib mendirikan bangunan, memudahkan penyediaan
prasarana dan fasilitas lingkungan permukiman yang diper-lukan serta
mengurangi kesenjangan kesejahteraan penghuni dari berbagai kawasan di daerah
perkotaan.
Teori mengenai perbaikan sarana dan prasarana perumahan permukiman menurut
Sinulingga dalam Nova, Elly L. (2010):
• Lokasinya sedemikian rupa sehingga tidak terganggu oleh kegiatan lain,
seperti pabrik, yang pada umumnya dapat memberikan dampak pada pencemaran
udara atau pencemaran lingkungan lainnya.
• Mempunyai akses terhadap pusat-pusat pelayanan, seperti pelayanan kesehatan,
pendidikan, dan perdagangan yang dapat dicapai dengan membuat jalan dan
sarana transportasi di permukiman tersebut. Akses ini juga harus mencapai
perumahan secara individual melalui jalan lokal.
• Mempunyai fasilitas drainase yang dapat mengalirkan air hujan dengan cepat
dan tidak sampai menimbulkan genangan air walaupun hujan yang lebat
sekalipun. Hal ini hanya mungkin jika sistem drainase di permukiman
tersebut dapat dihubungkan dengan saluran pengumpul atau saluran utama
dari sistem perkotaan.
• Mempunyai fasilitas penyediaan air bersih, berupa saluran distribusi yang siap
disalurkan ke masing-masing rumah. Ada juga lingkungan yang belum
mempunyai jaringan distribusi sehingga apabila ingin membangun perumahan
13
harus mengadakan pembangungan jaringan distribusi dulu atau mengadakan
pengolahan air sendiri.
• Dilengkapi dengan fasilitas pembuangan air kotor/ tinja yang dapat dibuat
dengan sistem individual seperti tangki septik dan lapangan rembesan ataupun
tangki septik komunal.
• Pemukiman harus dilayani oleh fasilitas pembuangan sampah secara teratur
agar lingkungan permukiman tetap nyaman.
• Dilengkapi fasilitas umum, seperti taman bermain bagi anak-anak, lapangan
atau taman, tempat ibadah, pendidikan, dan kesehatan yang disesuaikan
dengan skala besarnya permukiman.
• Dilayani oleh jaringan listrik dan telepon.
Menurut Siswono Yudohusodo dalam bukunya yang berjudul Rumah Untuk
Seluruh Rakyat (1991), faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan permukiman
yang dapat dilihat dari 9 aspek, antara lain: letak geografis, kependudukan, sarana dan
prasarana, ekonomi dan keterjangkauan daya beli, sosial budaya, ilmu pengetahuan dan
teknologi, kelembagaan, dan peran serta masyarakat. Sedangkan kelengkapan sarana
dan prasarana dari suatu perumahan dan permukiman dapat mempengaruhi
perkembangan permukiman di suatu wilayah. Dengan adanya sarana dan prasarana
yang memadai dapat memudahkan penduduknya untuk beraktivitas sehari-hari.
Semakin lengkap sarana dan prasarana yang tersedia maka semakin banyak pula orang
yang berkeinginan bertempat tinggal di daerah tersebut.