380 Jurnal Ecosystem Volume 16 Nomor 2, Mei - Agustus 2016 STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BELAJEN KECAMATAN ALLA KABUPATEN ENREKANG Rusida, S.P, M.Si Dosen Fakultas Pertanian Universitas Andi Djemma Palopo ABSTRACT This study aims to formulate development strategies Agropolitan Belajen District of Alla Enrekang based on potentials and constraints that exist in the region and to know how big contribution of the agricultural sector to the GDP Enrekang. Data were collected using direct survey approach, visualization of the object under study and conduct institutional survey on institutions associated with the data and information needed. The results showed that (1) the development strategy of the agropolitan Belajen District of Alla Enrekang is to create synergies region harmonious and sustainable and to create linkages and interactions between regions (2), contribution of agriculture to the GDP Enrekang amounted to nine point thirteen percent, wherein the component sector is growing district that has a positive value was mining and quarrying, manufacturing, electricity, gas and water supply, construction, trade, hotels and restaurants, transport and communications as well as financial, leasing and business services. Keywords: Development, Agropolitan, Synergy, PDRB A. PENDAHULUAN Latar Belakang Agropolitan adalah kota pertanian yang tumbuh dan berkembang karena berjalannya sistem dan usaha agribisnis serta mampu melayani, mendorong, menarik, menghela kegiatan pembangunan pertanian (sektor usaha pertanian dalam artian luas) di wilayah sekitarnya. Beberapa daerah menerapkan konsep agropolitan untuk kemajuan daerah. Hal ini didasarkan bahwa sebagian besar wilayah Indonesia merupakan agraris/pertanian. Konsep Agropolitan merupakan upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengembangkan daerah melalui optimalisasi sumber daya tumbuhan dan hewan, yaitu pertanian, perkebunan, perikanan dan peternakan. Pengembangan kawasan agropolitan yang merupakan penguatan sentra-sentra produksi pertanian yang berbasiskan kekuatan internal, akan mampu berperan sebagai kawasan pertumbuhan ekonomi yang mempunyai daya kompetensi inter dan intra regional. Agropolitan merupakan kawasan ekonomi berbasis pertanian dan dicirikan komoditi unggulan, dengan batasan skala ekonomi/skala usaha tanpa dibatasi wilayah administrasi. Sasaran dalam
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
380
Jurnal Ecosystem Volume 16 Nomor 2, Mei - Agustus 2016
STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BELAJEN
KECAMATAN ALLA KABUPATEN ENREKANG
Rusida, S.P, M.Si
Dosen Fakultas Pertanian Universitas Andi Djemma Palopo
ABSTRACT
This study aims to formulate development strategies Agropolitan Belajen District
of Alla Enrekang based on potentials and constraints that exist in the region and to know
how big contribution of the agricultural sector to the GDP Enrekang. Data were
collected using direct survey approach, visualization of the object under study and
conduct institutional survey on institutions associated with the data and information
needed.
The results showed that (1) the development strategy of the agropolitan Belajen
District of Alla Enrekang is to create synergies region harmonious and sustainable and
to create linkages and interactions between regions (2), contribution of agriculture to the
GDP Enrekang amounted to nine point thirteen percent, wherein the component sector
is growing district that has a positive value was mining and quarrying, manufacturing,
electricity, gas and water supply, construction, trade, hotels and restaurants, transport
and communications as well as financial, leasing and business services.
Keywords: Development, Agropolitan, Synergy, PDRB
A. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Agropolitan adalah kota pertanian
yang tumbuh dan berkembang karena
berjalannya sistem dan usaha agribisnis
serta mampu melayani, mendorong,
menarik, menghela kegiatan
pembangunan pertanian (sektor usaha
pertanian dalam artian luas) di wilayah
sekitarnya. Beberapa daerah menerapkan
konsep agropolitan untuk kemajuan
daerah. Hal ini didasarkan bahwa sebagian
besar wilayah Indonesia merupakan
agraris/pertanian. Konsep Agropolitan
merupakan upaya yang dilakukan
pemerintah untuk mengembangkan
daerah melalui optimalisasi sumber daya
tumbuhan dan hewan, yaitu pertanian,
perkebunan, perikanan dan peternakan.
Pengembangan kawasan
agropolitan yang merupakan penguatan
sentra-sentra produksi pertanian yang
berbasiskan kekuatan internal, akan
mampu berperan sebagai kawasan
pertumbuhan ekonomi yang mempunyai
daya kompetensi inter dan intra regional.
Agropolitan merupakan kawasan
ekonomi berbasis pertanian dan dicirikan
komoditi unggulan, dengan batasan skala
ekonomi/skala usaha tanpa dibatasi
wilayah administrasi. Sasaran dalam
381
Jurnal Ecosystem Volume 16 Nomor 2, Mei - Agustus 2016
pengembangan kawasan agropolitan ini
adalah mewujudkan kawasan agroplitan
dan berkembangnya ekonomi lokal yang
berbasis produk unggulan daerah yang
efektif, efisien, transparan dan
berkelanjutan.
Komoditas pertanian yang
dibudidayakan adalah komoditas
pertanian (tanaman pangan, holtikultura,
perkebunan, peternakan, perikanan) yang
dibudidayakan oleh mayoritas
masyarakat, terjamin ketersediaannya
secara terus menerus, masih dalam bentuk
primer, atau produk olahan sementara,
atau produk olahan akhir, telah
diusahakan dalam industri kecil atau
menengah atau besar, berdaya saing dan
mempunyai pangsa pasar baik lokal,
regional maupun internasional dan akan
atau menjadi ciri khas daerah/kawasan.
Agropolitan selayaknya menjadi
sarana dalam pembangunan kawasan
perdesaan untuk menangani kesenjangan
antara perdesaan dan perkotaan. Ini
dimaksudkan sebagai upaya
meningkatkan kapasitas produksi untuk
mencapai total output yang lebih besar dan
kesejahteraan yang lebih tinggi bagi
seluruh masyarakat (Adisasmita, R.,
2007). Pembangunan merupakan tuntutan
bagi masyarakat untuk mencapai
kemajuan, oleh karena penduduk makin
bertambah jumlah dan kualitasnya seiring
dengan perkembangan kemajuan
peradaban manusia, ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK). Pengembangan
kawasan agropolitan diharapkan mampu
meningkatkan kesejahteraan masyarakat
perdesaan dan menopang laju
pertumbuhan penduduk di kawasan
perkotaan sebagai dampak dari arus
perpindahan penduduk dari desa ke kota.
Konsep agropolitan diawali dengan
identifikasi sektor-sektor potensial di
suatu wilayah, apakah itu ditingkat desa,
kecamatan, ataupun kabupaten/kota.
Pada dasarnya pengembangan
kawasan agropolitan merupakan
pembangunan ekonomi berbasis pertanian
di kawasan agribisnis yang dirancang dan
dilaksanakan dengan jalan mensinergikan
berbagai potensi yang ada untuk
mendorong berkembangnya sistem dan
usaha agribisnis yang berdaya saing,
berbasis kerakyatan, berkelanjutan dan
terdesentralisasi yang digerakkan oleh
masyarakat dan difasilitasi oleh
pemerintah (Buletin Cipta Karya, 2009).
Salah satu strategi pengembangan
wilayah perdesaan adalah
kawasan agropolitan (agropolitan
district), (Friedman dan Douglas, 1976)
382
Jurnal Ecosystem Volume 16 Nomor 2, Mei - Agustus 2016
dalam (Adisasmita, R., 2007). Konsep
tersebut meliputi pembentukan satu unit
spasial (tata ruang) yang lebih besar dari
desa, yang selanjutnya disebut
agropolitan district. Kawasan ini
mensuplai kebutuhan sarana produksi
pertanian (misalnya bibit unggul, pupuk,
traktor dan sarana produksi lainnya) serta
menyediakan lapangan kerja non
pertanian (seperti kegiatan jasa
transportasi, perdagangan, perkreditan
perdesaan, dan lainnya).
Konsep dan strategi pembangunan
yang dapat diterima yang dilaksankan
dalam pengembangan kawasan sangat
dibutuhkan, pembangunan kawasan
perdesaan (kawasan agropolitan) sebagai
pusat pertumbuhan merupakan strategi
pembangunan secara nasional diharapkan
untuk dilaksanakan secara berkelanjutan
oleh karena semuanya bersifat
komplementer dan saling menunjang.
Pembangunan kawasan agropolitan
bertujuan membendung arus urbanisasi
penduduk perdesaan ke daerah perkotaan,
yang berarti menjembatani pembangunan
perdesaan dan pembangunan perkotaan.
Kawasan sentra produksi pangan
(agropolitan) merupakan kota pertanian
yang tumbuh dan berkembang karena
berjalannya sistem dan usaha agribisnis
serta mampu melayani, mendorong,
menarik, menghela kegiatan
pembangunan pertanian (agribisnis) di
wilayah sekitarnya. Kawasan sentra
produksi pangan (agropolitan) terdiri dari
kota pertanian dan desa-desa sentra
produksi pertanian yang ada disekitarnya,
dengan batasan yang tidak ditentukan oleh
batasan administratif pemerintahan, tetapi
lebih ditentukan dengan memperhatikan
skala ekonomi kawasan yang ada.
Pembangunan pertanian dikatakan
berhasil, jika terjadi pertumbuhan sektor
pertanian yang baik sekaligus terjadi
perubahan masyarakat tani, dari yang
kurang baik menjadi lebih baik
(Soekartawi, 1996:24). Menurut
Kartasasmita (1996:213), pembangunan
sektor pertanian memerlukan dukungan
sektor transportasi, keterkaitannya sangat
penting dalam rangka mewujudkan
pembangunan yang sesuai dengan
fungsinya, untuk memenuhi kebutuhan
pangan bagi penduduk yang jumlahnya
besar dan sebagai sumber mata
pencaharian yang besar pula bagi rakyat
Indonesia.
Kawasan Belajen
yang telah ditetapkan sebagai kawasan
agropolitan diharapakan dapat
menjadi sentra pertanian modern
383
Jurnal Ecosystem Volume 16 Nomor 2, Mei - Agustus 2016
yang bercirikan kota yang memiliki
komoditas unggulan serta pendapatan
masyarakat dari kegiatan pertanian dan
didominasi kegiatan agribisnis dapat
meningkat serta mempunyai hubungan
kota dan kawasan yang harmonis dimana
kehidupan masyarakat bersuasana desa
modern, maka penyediaan infrastruktur
agropolitan terutama pusat distribusi
produksi hasil pertanian sebagai
penunjang dalam rangka menpercepat
pertumbuhan ekonomi lokal.
Sektor pertanian tanaman pangan
sebagai sektor potensial pada kawasan ini
memiliki produksi sebesar 1.680,78 ton.
Sektor perkebunan dengan produksi 742
ton, sektor holtikultura sayuran sebesar
5.697 ton dan holtikultura buah-buahan
sebesar 384,15 ton. Potensi lain yang
dikembangkan oleh masyarakat adalah
pengembangan peternakan serta
pengembangan budidaya perikanan darat.
Mencermati berbagai potensi sektorsektor
ekonomi kawasan agropolitan Belajen
Kecamatan Alla Kabupaten Enrekang,
tentunya memiliki komoditas unggulan
kawasan yang dapat bersaing dipasaran
lokal, regional/nasional dan ekspor, sesuai
dengan konsep dasar pengembangan
kawasan agribisnis dan agroindustri
sebagai pilar utama kawasan agropolitan.
Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang tersebut
diatas, dijabarkan dalam bentuk
pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana strategi pengembangan
kawasan Agropolitan Belajen
Kecamatan Alla Kabupaten Enrekang.
2. Seberapa besar konstribusi sektor
pertanian terhadap PDRB Kabupaten
Enrekang
Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk merumuskan strategi
pengembangan Kawasan Agropolitan
Belajen Kecamatan Alla Kabupaten
Enrekang yang didasarkan pada
potensi dan kendala yang ada pada
kawasan tersebut
b. Untuk mengetahui seberapa besar
konstribusi sektor pertanian terhadap
PDRB Kabupaten Enrekang.
2. Kegunaan Penelitian
a. Sebagai bahan informasi dan acuan
bagi pemerintah daerah, swasta dan
masyarakat dalam mendukung
Kawasan Agropolitan Belajen
b. Sebagai bahan referensi keilmuan
untuk ikut memberi konstribusi dalam
pengembangan kawasan agropolitan,
khususnya Kawasan Agropolitan
Belajen
384
Jurnal Ecosystem Volume 16 Nomor 2, Mei - Agustus 2016
c. Menjadi bahan kajian lebih lanjut
terhadap penelitian-penelitian
selanjutnya
Lingkup Penelitian
Lingkup materi/pokok bahasan
yang akan dikaji dalam penelitian ini,
terdiri dari 2 (dua) pokok kajian, sebagai
berikut :
1. Kajian terhadap strategi
pengembangan Kawasan Agropolitan
Belajen dengan melihat
potensi sektor-sektor ekonomi
yang ada pada kawasan tersebut.
2. Kajian terhadap konstribusi sektor
pertanian terhadap PDRB Kabupaten
Enrekang.
B. METODE PENELITIAN
Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode kualitatif
namun didukung oleh data-data
kuantitatif, baik data primer maupun data
sekunder yang selanjutnya dideskripsikan
dalam bentuk kalimat-kalimat yang sesuai
dengan pokok masalah yang diteliti.
Berdasarkan permasalahan yang telah
dikemukakan, maka jenis penelitian ini
adalah penelitian deskriptif.
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dari Juli
sampai dengan Oktober 2015, termasuk
analisis data dan penyusunan laporan.
Lokasi penelitian dilaksanakan di
kawasan Agropolitan Belajen Kecamatan
Alla Kabupaten Enrekang, didasarkan
pada kondisi Kawasan Agropolitan
Belajen sebagai salah satu kawasan
agropolitan yang ada di Provinsi Sulawesi
Selatan, sehingga pembangunan kawasan
tersebut perlu didukung dengan strategi
pengembangan kawasan yang berbasis
pada potensi lokal yang dimiliki Kawasan
Agropolitan Belajen.
Teknik Pengupulan Data dan Analisis
1. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi, yaitu teknik yang
dipergunakan untuk mendapatkan data
yang dibutuhkan melalui observasi
langsung terhadap obyek yang ditiliti.
b. Wawancara, yaitu teknik yang
dipergunakan untuk memperoleh
informasi dari informan secara
mendalam guna melengkapi data hasil
observasi.
c. Dokumentasi, untuk mendapatkan data
sekunder dari berbagai instansi berupa
dokumen-dokumen yang dibutuhkan
2. Teknik Analisis Data
385
Jurnal Ecosystem Volume 16 Nomor 2, Mei - Agustus 2016
a. Untuk menjawab rumusan masalah
pertama digunakan analisis SWOT.
Analisis SWOT digunakan untuk
mengetahui aspek kekuatan (strength),
aspek kelemahan (weeknees), aspek
tantangan (threath) dan aspek peluang
(opportunity) dalam mengembangkan
Kawasan Agropolitan Belajen.
b. Untuk menjawab rumusan masalah
kedua, yakni; seberapa besar
konstribusi sektor pertanian terhadap
PDRB Kabupaten Enrekang di
gunakan analisis Shift-Share. Metode
analisis Shift Share digunakan untuk
mengetahui kinerja ekonomi,
pergeseran struktur ekonomi, posisi
relatif sektor-sektor ekonomi dan
identifikasi sektor-sektor “unggulan”
dalam kaitannya dengan pertumbuhan
ekonomi secara umum dalam dua atau
lebih titik waktu. Analisis Shift Share
mempunyai formula :
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis SWOT
SWOT adalah identifikasi berbagai
faktor secara sistematis untuk
merumuskan strategi dalam
mengembangkan Kawasan Agropolitan
Belajen Kecamatan Alla Kabupaten
Enrekang. Analisis ini didasarkan pada
logika yang dapat memaksimalkan
kekuatan (strengths) dan peluang
(opportunities), namun secara bersamaan
dapat meminimalkan kelemahan
(weaknesses) dan ancaman (threaths).
Proses pengambilan keputusan
strategis selalu berkaitan dengan
pengembangan misi, tujuan, strategi dan
kebijakan. Dengan demikian perencanaan
strategis (strategic planner) harus
PEK = KPN + KPP + KPK
Selanjutnya rumus diatas, dapat dijabarkan secara rinci sebagai berikut :