STUDI IDENTIFIKASI DAN MASTERPLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN MURUNG RAYA
Usulan Teknis PT. Mitra Indah Membangun E - 1
E.1. Metodologi Pengumpulan Data
E.1.1 Metode Pengumpulan Data Primer
Data primer ini diperoleh dengan beberapa cara seperti wawancara dan
kuisioner, observasi lapangan, serta foto mapping. Berikut merupakan bebrapa
metode dalam perolehan data melalui survey primer.
1. Wawancara dan Kuisioner
Wawancara dilakukan untuk mengetahui aspirasi masyarakat mengenai
pembangunan, seperti mengetahui fasilitas apa yang dibutuhkan untuk
menunjang kegiatan pertanian, ataupun untuk mengetahui kondisi sosial dari
masyarakat seperti tingkat penghasilan. Wawancara juga bisa untuk mengetahui
masalah dan kendala yang terjadi dalam usaha pengembangan maupun produksi
pertanian. Selain kepada masyarakat, survey juga dilakukan dengan aparatur
pemerintahan yang bertujuan untuk mengetahui program-program
pembangunan yang telah dan akan diterapkan pada wilayah pengembangan
kawasan terpilih sebagai kawasan Agropolitan yaitu Kecamatan Puruk Cahu .
2. Observasi Lapangan
Pengumpulan data melalui observasi lapangan yaitu melihat secara
langsung lokasi studi mengenai:
STUDI IDENTIFIKASI DAN MASTERPLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN MURUNG RAYA
Usulan Teknis PT. Mitra Indah Membangun E - 2
- Kondisi fisik kawasan di wilayah studi yang terdiri dari tinjauan
langsung topografi, tinjauan langsung kondisi fasilitas fisik, jumlah
fasilitas fisik, persebaran fasilitas fisik, jaringan utilitas fisik, dan tata
guna lahan eksisting.
- Kondisi pertanian, untuk mengetahui kondisi pertanian, dapat dilihat
dari tata guna lahan untuk kepentingan perekonomian, seperti luas
lahan pertanian, kondisi pertanian, dan jumlah industri yang bergerak
dalam bidang pertanian, persebaran fasilitas pertanian, dan jaringan
utilitas penunjang kegiatan pertanian.
- Kondisi sosial kependudukan dengan melihat langsung di lapangan
kondisi masyarakat, misalnya dilihat dari pola kehidupan dan budaya
setempat.
3. Foto Mapping
Berguna sebagai dokumen, dan untuk mempermudah serta memperjelas
tentang kondisi fisik kawasan studi eksisting, dalam hal ini yang dijadikan arsip
khususnya potensi dan masalah yang terdapat di kawasan studi. Untuk lebih
detail, foto yang diambil sebagai dokumen antara lain kondisi fasilitas, kondisi
utilitas, kondisi jalan, dan kondisi lahan pertanian, perkebunan, yang
mendukung perekonomian masyarakat.
E.1.2 Metode Pengumpulan Data Sekunder
Data sekunder ini diperoleh dengan beberapa cara pengambilan data-data
yang dibutuhkan dalam studi ini di instansi-instansi terkait, adapun rinciannya
adalah sebagai berikut:
1. Badan Perencanaan dan Pembangunan Kabupaten Murung Raya
Data yang dibutuhkan pada Badan Perencanaan dan Pembangunan
Kabupaten Murung Raya adalah:
RTRW Kabupaten Murung Raya
Kabupaten dalam angka
Rencana-rencana strategis kawasan pengembangan
STUDI IDENTIFIKASI DAN MASTERPLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN MURUNG RAYA
Usulan Teknis PT. Mitra Indah Membangun E - 3
2. Badan Pertanahan Nasional
Data yang dibutuhkan pada Badan Pertanahan Nasional Kabupaten
Murung Raya antara lain:
Aspek Fisik Dasar
a. Sifat fisik tanah
b. Sifat kimia tanah
c. Tektur tanah
d. Jenis tanah
e. Ketebalan & kedalaman lapisan tanah
f. Derajat erositas tanah
Tata Guna Lahan Tanah
a. Persebaran tata guna lahan Kecamatan Puruk Cahu
b. Komposisi Luas lahan
Kondisi Klimatologi, Hidrologi, Topografi dan Geologi
a. Curah hujan dan jumlah bulan kering
b. Kelembaban
c. Suhu
d. Cahaya
e. Ketinggian dan kemiringan tanah
f. Kondisi bebatuan
3. Badan Pusat Statistik Kabupaten Murung Raya
Data yang dibutuhkan pada Badan Pusat Statistik adalah:
Kecamatan Puruk Cahu dalam angka
4. Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Murung Raya
Data Sistem transportasi Kabupaten Murung Raya
Jaringan jalan penunjang kawasan Kabupaten Murung Raya
Sarana pendidikan
Sarana Transportasi
Sarana kesehatan
Sarana peribadatan
STUDI IDENTIFIKASI DAN MASTERPLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN MURUNG RAYA
Usulan Teknis PT. Mitra Indah Membangun E - 4
Kondisi aksesibilitas
Ketersediaan air bersih
Kondisi infrastruktur drainase
Kondisi infrastruktur air limbah
5. Dinas Pertanian Kabupaten Murung Raya
Data Sistem Pertanian
Data Sistem Pengelolaan Hasil Pertanian
Data Bahan baku dan bibit komoditas
Data Teknologi Pertanian
Data Sumber daya energi
Data SDM (petani dan buruh tani)
Data Lahan Pertanian
Data Sarana Produksi pertanian
Data Prasarana Pertanian
Data Lembaga Pembiayaan
Data Limbah
Data Karakteristik produk pertanian dan olahan
Data Sarana prasarana pemasaran
6. Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Kabupaten Murung Raya
Data Jumlah produksi per komoditas di Kabupaten Murung Raya
Data Jumlah seluruh produksi pertanian di Kabupaten Murung Raya
7. Dinas Perkebunan
Luas kawasan lahan perkebunan
Jenis-jenis produksi perkebunan
Jumlah produksi perkebunan dan pendistribusiannya.
E.2. Dasar Hukum
Dasar hukum yang digunakan dalam kegiatan ini antara lain:
1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
STUDI IDENTIFIKASI DAN MASTERPLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN MURUNG RAYA
Usulan Teknis PT. Mitra Indah Membangun E - 5
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5059);
3. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 149, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5068);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4833);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan
Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010
Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5103);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata
Cara Peran Masyarakat dalam Penataan Ruang (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 1560);
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 51 Tahun 2007 tentang
Pembangunan Kawasan Perdesaan Berbasis Masyarakat;
8. Surat Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor
144/OT.210/A/V/2002 tentang Pengembangan Kawasan Agropolitan
Departemen Pertanian Tahun 2002;
E.3. Landasan Teori
a. Pengertian Umum Agropolitan
Agropolitan terdiri dari dua kata Agro dan politan (polis). Agro berarti
pertanian dan politan berarti kota, sehingga agropolitan dapat diartikan sebagai
STUDI IDENTIFIKASI DAN MASTERPLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN MURUNG RAYA
Usulan Teknis PT. Mitra Indah Membangun E - 6
kota pertanian atau kota di daerah lahan pertanian atau pertanian di daerah
kota. Agropolitan adalah kota pertanian yang tumbuh dan berkembang karena
berjalannya sistem dan usaha agribisnis serta mampu melayani, mendorong,
menarik, menghela kegiatan pembangunan pertanian (agribisnis) di wilayah
sekitarnya.
Konsep pengembangan agropolitan (Mengacu pada tulisan Friedmann
dan Mike Douglass Agropolitan Development: Towards a new strategy for regional
planning in Asia dalam Growth Pole Strategy and Regional Development Planing in
Asia UNCRD, Nagoya) pertama kali diperkenalkan oleh Mc. Douglass dan
Friedmann (1974) sebagai strategi untuk mengembangkan perdesaan.
Pengembangan konsep ini pada dasarnya berupaya untuk mengembangkan
pelayanan perkotaan di kawasan perdesaan, atau dengan kata lain sering
diistilahkan oleh Friedmann sebagai kota di ladang. Dengan konsep
agropolitan, maka petani atau pelaku ekonomi di perdesaan tidak perlu harus
pergi ke kota untuk mendapatkan pelayanan, baik pelayanan yang berhubungan
dengan produksi, pemasaran, ataupun kebutuhan sosial budaya dan kebutuhan
harian.
Menurut pemikiran Friedmann, konsep agropolitan terdiri atas distrik-
distrik agropolitan dan setiap distrik agropolitan didefinisikan sebagai kawasan
pertanian perdesaan yang memiliki kepadatan penduduk rata-rata 200
jiwa/km2. Distrik dalam agropolitan akan dijumpai kota-kota tani yang
berpenduduk antara 10.000 25.000 jiwa. Batas distrik dinyatakan dalam radius
pelayanan sejauh 5 10 km atau kurang lebih setara dengan 1 jam perjalanan
dengan sepeda. Dimensi luasan geografis wilayah agropolitan ini akan
menghasilkan jumlah penduduk total 50.000 150.000 penduduk yang
mayoritas bekerja di sektor pertanian. Disini Friedmann cenderung tidak
membedakan secara spesifik bentuk pertaniannya, apakah dikelola secara
corporate ataukah konvensional.
Stohr dan Todling menyarankan sebuah strategi Penutupan ruang yang
selektif untuk mendukung ide tersebut. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk
STUDI IDENTIFIKASI DAN MASTERPLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN MURUNG RAYA
Usulan Teknis PT. Mitra Indah Membangun E - 7
melindungi kota kecil dan penduduk perdesaan dari akibat kemungkinan yang
merugikan dari hubungan antara kota besar dan pedesaan (Rondinelli, 1985)
Elemen dari pendekatan Konsep Agropolitan adalah sebagai berikut :
The basic conditions for its realization
The territorial framework
The expansion of production
The role of the state (Friedmann and Weaver,1979 :194)
Kota pertanian (agropolitan) berada dalam kawasan pemasok hasil
pertanian (sentra produksi pertanian), yang mana kawasan tersebut memberikan
kontribusi yang besar terhadap mata pencaharian dan kesejahteraan
masyarakatnya. Selanjutnya kawasan pertanian tersebut (termasuk kotanya)
disebut sebagai kawasan agropolitan. Kota pertanian dapat merupakan kota
menengah atau kota kecil atau kota kecamatan atau kota perdesaan atau kota
nagari yang berfungsi sebagai pusat pertumbuhan ekonomi yang mendorong
pertumbuhan pembangunan perdesaan dan desa-desa Hinterland atau wilayah
sekitarnya melalui pengembangan ekonomi, yang tidak terbatas sebagai pusat
pelayanan sektor pertanian, tetapi juga pembangunan sektor secara luas seperti
usaha pertanian (on farm dan off farm), industri kecil, pariwisata, jasa pelayanan,
dan lain-lain.
Batasan suatu kawasan agropolitan tidak ditentukan oleh batasan
administratif pemerintah (desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten) tetapi lebih
ditentukan dengan memperhatikan economic of scale dan economic of scope. Karena
itu, penetapan kawasan agropolitan hendaknya di rancang secara lokal dengan
memperhatikan realitas perkembangan agribisnis yang ada di setiap daerah.
Dengan demikian bentuk dan luasan kawasan agropolitan, dapat meliputi satu
wilayah Desa/kelurahan atau kecamatan atau beberapa kecamatan dalam
kabupaten/kota atau dapat juga meliputi wilayah yang dapat menembus
wilayah kabupaten/kota lain yang berbatasan. Kotanya dapat berupa kota desa
atau kota nagari atau kota kecamatan atau kota kecil atau kota menengah.
b. Persyaratan Kawasan Agropolitan
STUDI IDENTIFIKASI DAN MASTERPLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN MURUNG RAYA
Usulan Teknis PT. Mitra Indah Membangun E - 8
Berdasarkan Pedoman Pengelolaan Ruang Kawasan Agropolitan yang
dikeluarkan oleh Dirjen Penataan Ruang dan Wilayah disebutkan suatu wilayah
dapat dikembangkan menjadi suatu kawasan sentra produksi pangan
(agropolitan) harus dapat memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Memiliki sumberdaya lahan dengan agroklimat yang sesuai untuk
mengembangkan komoditi pertanian khususnya pangan, yang dapat
dipasarkan atau telah mempunyai pasar (selanjutnya disebut komoditi
unggulan).
2. Memiliki prasarana dan infrastruktur yang memadai untuk mendukung
pengembangan sistem dan usaha agribisnis khususnya pangan, seperti
misalnya: jalan, sarana irigasi/pengairan, sumber air baku, pasar, terminal,
jaringan telekomunikasi, fasilitas perbankan, pusat informasi
pengembangan agribisnis, sarana produksi pengolahan hasil pertanian, dan
fasilitas umum serta fasilitas sosial lainnya.
3. Memiliki sumberdaya manusia yang mau dan berpotensi untuk
mengembangkan kawasan sentra produksi pangan (agropolitan) secara
mandiri.
4. Konservasi alam dan kelestarian lingkungan hidup bagi kelestarian
sumberdaya alam, kelestarian sosial budaya maupun ekosistem secara
keseluruhan.
c. Ciri Kawasan Agropolitan
Suatu kawasan agropolitan yang sudah berkembang memiliki ciri-ciri
sebagai berikut :
1. Sebagian besar masyarakat dikawasan tersebut memperoleh pendapatan
dari kegiatan pertanian (agribisnis).
2. Kegiatan di kawasan tersebut sebagian besar didominasi oleh kegiatan
pertanian atau agribisnis, termasuk di dalamnya usaha industri
(pengolahan) pertanian, perdagangan hasil-hasil pertanian (termasuk
STUDI IDENTIFIKASI DAN MASTERPLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN MURUNG RAYA
Usulan Teknis PT. Mitra Indah Membangun E - 9
perdagangan untuk kegiatan ekspor), perdagangan agribisnis hulu (sarana
pertanian dan permodalan), agrowisata dan jasa pelayanan.
3. Hubungan antara kota dan daerah-daerah Hinterland di kawasan
agropolitan bersifat interdependensi atau timbal balik yang harmonis, dan
saling membutuhkan, dimana kawasan pertanian mengembangkan usaha
budidaya (on farm) dan produk olahan skala rumah tangga (off farm),
sebaliknya kota menyediakan fasilitas untuk berkembangnya usaha
budidaya dan agribisnis seperti penyediaan sarana pertanian, modal,
teknologi, informasi pengolahan hasil dan penampungan (pemasaran) hasil
produksi/produk pertanian.
4. Kehidupan masyarakat di kawasan agropolitan mirip dengan suasana kota
karena keadaan sarana yang ada di kawasan agropolitan tidak jauh
berbeda dengan kota.
Dengan demikian maka peran agropolitan adalah untuk melayani
kawasan produksi pertanian disekitarnya dimana berlangsung kegiatan agribisnis
yang dilakukan oleh para petani setempat. Fasilitas pelayanan yang diperlukan
bertujuan untuk memberi kemudahan dalam hal kemudahan produksi dan
pemasaran, antara lain :
1. Input Sarana Produksi :
(1) Pupuk
(2) Bibit
(3) Obat-Obatan
(4) Peralatan dan lainnya.
2. Sarana Penunjang Produksi :
(1) Lembaga Perbankan
(2) Koperasi
(3) Lembaga Penelitian
(4) Infrastruktur dan lainnya.
3. Sarana Pemasaran :
(1) Pasar
STUDI IDENTIFIKASI DAN MASTERPLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN MURUNG RAYA
Usulan Teknis PT. Mitra Indah Membangun E - 10
(2) Terminal
(3) Sarana transportasi pendukung
Kunci keberhasilan pembangunan agropolitan adalah memberlakukan
setiap distrik agropolitan sebagai satu unit tunggal otonom mandiri tetapi
terintegrasi secara sinergis dengan keseluruhan sistem pengembangan
wilayahnya.
Dalam konsep agropolitan, pengembangan desa dan kota diintegrasikan
untuk menghindari tumbuhnya kota-kota di luar kendali sistem pengembangan
wilayah agropolitan. Upaya ini selain menghindari adanya kesenjangan antara
permukiman yang ada dengan pengembangan kota-kota tani, juga bertujuan
untuk mengintegrasikan penduduk lokal dalam skema pengembangan wilayah
agropolitan serta sekaligus merupakan upaya meningkatkan fungsi desa dan kota
yang ada menjadi kota-kota tani. Kota-kota tani yang direncanakan tidak selalu
merupakan kota baru. Sistem jaringan transportasi wilayah yang
menghubungkan kota utama dengan kota orde lainnya harus menunjang sesuai
dengan ketentuan hirarki jalan. Karena itu pula sistem transportasi, jaringan
jalan, moda transportasi, serta interkoneksi sistem jaringan jalan secara regional
harus dirancang secara terpadu dengan sistem kota-kota tani.
Ditinjau dari aspek tata ruang maka secara umum struktur hirarki sistem
kota agropolitan dapat digambarkan sebagai berikut :
1. Kota tani utama (kota orde 1), berfungsi sebagai :
(1) Kota perdagangan yang berorientasi ekspor ke luar daerah
(nasional dan internasional), bila berada di tepi pantai maka kota
ini memiliki pelabuhan samudra.
(2) Pusat kegiatan final manufacturing industri pertanian, stock
pergudangan, dan perdagangan bursa komoditas.
(3) Pusat kegiatan tersier agro bisnis, jasa perdagangan, asuransi
pertanian, perbankan, dan keuangan.
(4) Pusat pelayanan (general agro-industry services).
2. Pusat distrik agropolitan (kota orde 2), berfungsi sebagai :
STUDI IDENTIFIKASI DAN MASTERPLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN MURUNG RAYA
Usulan Teknis PT. Mitra Indah Membangun E - 11
(1) Pusat perdagangan wilayah, ditandai adanya pasar grosir dan
pergudangan komoditas sejenis.
(2) Pusat kegiatan agro-industri berupa pengolahan barang jadi dan
setengah jadi serta kegiatan agro-bisnis.
(3) Pusat pelayanan agro-industri khusus, pendidikan, pelatihan, dan
pemuliaan komoditas pertanian unggulan.
3. Pusat satuan kawasan pertanian (kota orde 3), berfungsi sebagai :
(1) Pusat perdagangan lokal yang ditandai dengan adanya pasar
harian.
(2) Pusat koleksi komoditas pertanian sebagai bahan mentah industri.
(3) Pusat penelitian, pembibitan, dan percontohan komoditas.
(4) Pusat pemenuhan pelayanan kebutuhan permukiman pertanian.
(5) Koperasi dan informasi pasar barang perdagangan.
d. Tipologi Kawasan
Kawasan agropolitan memiliki tipologi kawasan sesuai klasifikasi sektor
usaha pertanian dan agribisnisnya masing-masing, adapun tipologi kawasan
tersebut tersaji dalam tabel sebagai berikut:
Tabel Tipologi Kawasan Agropolitan
No. Sektor Usaha
Pertanian Tipologi Kawasan Persyaratan Agroklimat
01. Tanaman
Pangan
Dataran rendah dan dataran tinggi,
dengan tekstur lahan yang datar,
memiliki sarana pengairan (irigasi)
yang memadai.
Harus sesuai dengan jenis
komoditi yang dikembangkan
seperti ketinggian lahan, jenis
tanah, testur lahan, iklim, dan
tingkat keasaman tanah.
02. Hortikultura Dataran rendah dan dataran tinggi,
dengan tekstur lahan datar dan
berbukit, dan tersedia sumber air
yang memadai.
Harus sesuai dengan jenis
komoditi yang dikembangkan
seperti ketinggian lahan, jenis
tanah, testur lahan, iklim, dan
tingkat keasaman tanah.
03. Perkebunan Dataran tinggi, dengan tekstur
lahan berbukit, dekat dengan
kawasan konservasi alam.
Harus sesuai dengan jenis
komoditi yang dikembangkan
seperti ketinggian lahan, jenis
tanah, testur lahan, iklim, dan
tingkat keasaman tanah.
04. Peternakan Dekat kawasan pertanian dan
perkebunan, dengan sistem sanitasi
yang memadai.
Lokasi tidak boleh berada
dipermukiman dan
memperhatikan aspek adaptasi
lingkungan.
05. Perikanan darat Terletak pada kolam perikanan Memperhatikan aspek
STUDI IDENTIFIKASI DAN MASTERPLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN MURUNG RAYA
Usulan Teknis PT. Mitra Indah Membangun E - 12
darat, tambak, danau alam dan
danau buatan, daerah aliran sungai
baik dalam bentuk keramba
maupun tangkapan alam.
keseimbangan ekologi dan
tidak merusak ekosistem
lingkungan yang ada.
Sumber : Pedoman Pengelolaan Ruang Kawasan Agropolitan
Dirjen Penataan Ruang dan Wilayah, 2002
STUDI IDENTIFIKASI DAN MASTERPLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN MURUNG RAYA
Usulan Teknis PT. Mitra Indah Membangun E - 13
Gambar Konsep Pengembangan Kawasan Agropolitan
Sumber : Makalah Pengembangan Kawasan Agropolitan Dalam Rangka Pengembangan Wilayah Oleh Dr.Ir. Soenarno, Dipl HE
DPP : Desa Pusat Pertumbuhan
PASAR/GLOBAL
DPP
DPP
DPP
Penghasil Bahan Baku
Pengumpul Bahan Baku
Sentra Produksi
Kota Kecil/Pusat Regional
Kota Sedang/Besar (outlet)
Jalan & Dukungan Sapras
Batas Kawasan Lindung, budidaya,
Batas Kawasan Agropolitan
Keterangan :
STUDI IDENTIFIKASI DAN MASTERPLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN MURUNG RAYA
Usulan Teknis PT. Mitra Indah Membangun E - 14
Gambar Keterkaitan Pusat Agropolitan Dengan
Sistem Pusat Nasional, Propinsi, dan Kabupaten
Sumber : Makalah Pengembangan Kawasan Agropolitan Dalam Rangka Pengembangan Wilayah Oleh Dr.Ir. Soenarno, Dipl HE
Agropolitan merupakan salah satu kerangka perencanaan wilayah yang
secara eksplisit menyebutkan perlunya keterpaduan pengembangan antara
wilayah perkotaan dengan perdesaan. Konsep agropolitan mengindikasikan
bahwa pengembangan perdesaan dapat dilakukan dengan baik melalui
keterkaitan perdesaan dengan perkotaan pada tingkat lokal. Terdapat tiga isu
strategis dalam pengembangan agropolitan, yaitu : (a) aksesibilitas terhadap
lahan dan irigasi; (b) devolusi otoritas administratif dan politis ke tingkat
lokal; serta (c) perubahan kebijakan pembangunan nasional yang mendukung
terciptanya diversifikasi produk pertanian. Friedman (1992), menyebutkan
bahwa tantangan terbesar dalam pengembangan agropolitan adalah bagaimana
kita mengintegrasikan local capacity building dan partisipasi masyarakat kedalam
suatu program untuk mempercepat mutually benefits bagi kawasan perdesaan dan
perkotaan dalam kerangka pembangunan nasional.
Jalan Propinsi
Jalan Kabupaten
Jalan Lokal
Jalan Propinsi
Jalan Kabupaten
Jalan Lokal
Jalan Nasional Kawasan 1
Kawasan 2
Keterangan :
Pusat Kegiatan Nasional
Pusat Kegiatan Wilayah
Pusat Kegiatan Lokal
Pusat Agropolitan
STUDI IDENTIFIKASI DAN MASTERPLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN MURUNG RAYA
Usulan Teknis PT. Mitra Indah Membangun E - 15
E.3. Metodologi Analisa
Pembahasan mengenai kondisi lingkungan di wilayah studi, memakai
beberapa analisis yang berpengaruh terhadap kegiatan pertanian, yaitu:
A. Analisis Kependudukan
Model analisis dalam analisis kekendudukan, hanya dipergunakan
sebagai alat bantu dalam memperkirakan keadaan penduduk masa yang akan
datang. Analisis ini meliputi perhitungan proyeksi/perkiraan pertumbuhan dan
persebaran penduduk.
Pertumbuhan Penduduk
Prosentase rata-rata laju pertumbuhan penduduk adalah prioritas
pertambahan penduduk rata-rata tiap tahun. Pertumbuhan penduduk wilayah
perencanaan dihasilkan oleh perubahan jumlah penduduk secara alamiah
(kelahiran dan kematian) dan perubahan jumlah penduduk akibat migrasi
(penduduk datang dan pergi).
Perkiraan Jumlah Penduduk
Perkiraan jumlah penduduk wilayah perencanaan selama 10 tahun
kedepan dengan menggunakan komparasi 3 metode proyeksi penduduk berikut,
yaitu :
1. Metode Bunga Berganda
Dalam metode ini perkiraan jumlah penduduk didasarkan pada
tingkat pertambahan penduduk di tahun sebelumnya yang relatif
berganda dengan sendirinya. Rumus perhitungan proyeksi penduduk
menurut metode bunga berganda sebagai berikut :
Dimana :
Pt : Jumlah penduduk di daerah yang diselidiki pada tahun t.
Pt + u : Jumlah Penduduk di daerah yang diselidiki pada tahun t + u
R : Tingkat (Prosentase) Pertambahan penduduk rata-rata setiap tahun
(diperoleh dari data masa lalu)
2. Metode Eksponensial
Pt + u = Pt ( 1 + R )u
STUDI IDENTIFIKASI DAN MASTERPLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN MURUNG RAYA
Usulan Teknis PT. Mitra Indah Membangun E - 16
Metode ini dipergunakan apabila laju pertumbuhan penduduk tidak
terlalu besar, dimana pertambahan jumlah penduduk relatif sama tiap
tahun. Rumus perhitungan proyeksi penduduk menurut metode
eksponensial sebbagi berikut:
Dimana:
Pt : Jumlah penduduk pada tahun t
Po : Jumlah penduduk awal
r : Laju pertumbuhan rata-rata
n : Tahun
3. Metode Kurva Polinomial
Dalam metode ini diasumsikan kecenderungan laju pertumbuhan
penduduk tetap atau dengan kata lain hubungan masa lampau
digunakan untuk memperkirakan perkembangan yang akan datang.
Rumus perhitungan proyeksi penduduk menurut Kurva Polinomial
adalah sbb:
Dimana :
Pt : Jumlah penduduk pada tahun dasar.
Pt Q : Jumlah penduduk pada tahun (t Q) Q : Selang waktu pada tahun dasarke tahun (t Q) b : Rata-rata pertambahan jumlah penduduk tiap tahun
bn : Tambahan penduduk n tahun
1
1
Q
bnB
q
4. Metode Regresi Linear
Metode ini merupakan penghalusan metode polinomial, karena akan
memberikan penyimpangan minimum atas data masa lampau.
bxaPt
Dimana :
Pt : Jumlah penduduk daerah yang diselidiki pada tahun t.
X : Nilai yang diambil dari variabel bebas
a,b : Konstanta
Pt = Po ( 1 + r ) n
Pt-Q = Pt-b (Q)
STUDI IDENTIFIKASI DAN MASTERPLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN MURUNG RAYA
Usulan Teknis PT. Mitra Indah Membangun E - 17
Nilai a dan b dapat dicari dengan metode selisih kuadrat minimum
yaitu :
22
2
xN
PxPPa 22
xN
PxxPNb
Dimana :
N : Jumlah tahun data pengamatan
Sehingga rumus perhitungan proyeksi penduduk menurut metoda
regresi linier atau ektrapolasi, menjadi :
bxtaUPt
Analisis Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk dalam suatu wilayah merupakan suatu aspek yang
harus diperhatikan, karena kepadatan penduduk yang tinggi akan berdampak
buruk pada penduduk itu sendiri maupun pada lingkungannya. Sehingga perlu
dibuat suatu kebijaksanaan mengenai kepadatan penduduk yang tepat,
berdasarkan analisis perbandingan hasil perhitungan jumlah penduduk eksisiting
terhadap luas wilayah, yang kemudian diperbandingkan lagi terhadap standar
kepadatan penduduk.
Standar Tingkat Kepadatan Penduduk
Jenis
Kepadatan Penduduk / Luas Wilayah (jiwa/km2)
Tinggi
Sedang
Rendah
100-150
50-100
10-50
Apabila suatu daerah belum terlalu padat maka untuk mencegah
terjadinya pertumbuhan penduduk yang tidak terarah maka jumlah
penduduk yang ada dapat dirumuskan dengan metode target :
Luas
pendudukKp
Dimana
Li : luas kawasan yang diijinkan
Kp : kepadatan penduduk yang ditentukan
JP : jumlah penduduk proyeksi
B. Analisis Kemampuan Lahan
STUDI IDENTIFIKASI DAN MASTERPLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN MURUNG RAYA
Usulan Teknis PT. Mitra Indah Membangun E - 18
Metode ini menjelaskan cara mengetahui alokasi pemanfaatanruang yang
tepat berdasarkan kemampuan lahan untuk pertanian yang dikategorikan dalam
bentuk kelas dan subkelas. Dengan metode ini dapat diketahui lahan yang sesuai
untuk pertanian, lahan yang harus dilindungi dan lahan yang dapat digunakan
untuk pemanfaatan lainnya.
Pedoman ini mengatur alokasi pemanfaatan ruang dari aspek fisik lahan.
Sedangkan aspek lainnya seperti keanekaragaman hayati, dipertimbangkan
dengan memperhatikan kriteria kawasan lindung sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
1. Klasifikasi Kemampuan Lahan
Kemampuan lahan merupakan karakteristik lahan yang mencakup sifat
tanah (fisik dan kimia), topografi, drainase, dan kondisi lingkungan hidup lain.
Berdasarkan karakteristik lahan tersebut, dapat dilakukan klasifikasi kemampuan
lahan ke dalam tingkat kelas, sub kelas, dan unit pengelolaan. Pengelompokan
kemampuan lahan dilakukan untuk membantu dalam penggunaan dan
interpretasi peta tanah. Kemampuan lahan sangat berkaitan dengan tingkat
bahaya kerusakan dan hambatan dalam mengelola lahan. Dengan demikian,
apabila tingkat bahaya/risiko kerusakan dan hambatan penggunaan meningkat.
2. Kemampuan Lahan pada Tingkat Unit Pengelolaan
Kategori subkelas dibagi ke dalam kategori unit pengelolaan yang
didasarkan pada intensitas faktor penghambat dalam kategori subkelas. Dengan
demikian, dalam kategori unit pengelolaan telah diindikasikan kesamaan potensi
dan hambatan/risiko sehingga dapat dipakai untuk menentukan tipe
pengelolaan atau teknik konservasi yang dibutuhkan. Kemampuan lahan pada
tingkat unit pengelolaan memberikan keterangan yang lebih spesifik dan detil
dari subkelas. Tingkat pengelolaan lahan diberi simbol dengan menambahkan
angka di belakang simbol subkelas. Angka ini menunjukkan besarnya tingkat
faktor penghambat yang ditunjukkan dalam subkelas, misalnya IIw1, IIIe3,
IVs3, dan sebagainya. Penentuan kemampuan lahan pada tingkat unit
STUDI IDENTIFIKASI DAN MASTERPLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN MURUNG RAYA
Usulan Teknis PT. Mitra Indah Membangun E - 19
pengelolaan penting, terutama untuk melakukan evaluasi kecocokan
penggunaan lahan saat ini. Evaluasi kecocokan penggunaan lahan diperlukan
sebagai masukan bagi revisi rencana tata ruang atau penggunaan lahan yang
sudah ada.
Klasifikasi pada kategori unit pengelolaan memperhitungkan faktor-
faktor penghambat yang bersifat permanen atau sulit diubah seperti tekstur
tanah, lereng permukaan, drainase, kedalaman efektif tanah, tingkat erosi yang
telah terjadi, liat masam (cat clay), batuan di atas permukaan tanah, ancaman
banjir atau genangan air yang tetap. Faktor-faktor tersebut digolongkan
berdasarkan besarnya intensitas faktor
penghambat atau ancaman, sebagai berikut:
1. Tekstur tanah Tekstur tanah dikelompokkan ke dalam lima kelompok sebagai berikut:
t1 = halus: liat, liat berdebu.
t2 = agak halus: liat berpasir, lempung liat berdebu, lempung berliat, lempung liat
berpasir.
t3 = sedang: debu, lempung berdebu, lempung.
t4 = agak kasar: lempung berpasir.
t5 = kasar: pasir berlempung, pasir.
2. Permeabilitas Permeabilitas dikelompokkan sebagai berikut:
p1 = lambat: < 0.5 cm/jam.
p2 = agak lambat: 0.5 2.0 cm/jam. p3 = sedang: 2.0 6.25 cm/jam.
3. Kedalaman sampai kerikil, padas, plinthite (k) Kedalaman efektif dikelompokkan sebagai berikut:
k0 = dalam: > 90 cm.
k1 = sedang: 90-50 cm.
k2 = dangkal: 50-25 cm.
k3 = sangat dangkal: < 25 cm.
4. Lereng permukaan (l) Lereng permukaan dikelompokkan sebagai berikut:
l0 = (A) = 0-3% : datar.
l1 = (B) = 3-8% : landai/berombak.
l2 = (C) = 8-15% : agak miring/bergelombang.
l3 = (D) = 15-30% : miring berbukit.
l4 = (E) = 30-45% : agak curam.
l5 = (F) = 45-65% : curam.
l6 = (G) = > 65% : sangat curam.
5. Drainase tanah (d) Drainase tanah diklasifikasikan sebagai berikut: d0 = baik: tanah mempunyai peredaran udara baik. profil tanah dari atas sampai lapisan
bawah berwarna terang yang seragam dan tidak terdapat bercak-bercak.
STUDI IDENTIFIKASI DAN MASTERPLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN MURUNG RAYA
Usulan Teknis PT. Mitra Indah Membangun E - 20
d1 = agak baik: tanah mempunyai peredaran udara baik. Tidak terdapat bercak-bercak
berwarna kuning, coklat atau kelabu pada lapisan atas dan bagian atas lapisan bawah.
d2 = agak buruk: lapisan atas tanah mempunyai peredaran udara baik. Tidak terdapat
bercak-bercak berwarna kuning, kelabu, atau coklat. Terdapat bercak-bercak pada
saluran bagian lapisan bawah.
d3 = buruk: bagian bawah lapisan atas (dekat permukaan) terdapat warna atau bercak-
bercak berwarna kelabu, coklat dan kekuningan.
d4 = sangat buruk: seluruh lapisan permukaan tanah berwarna kelabu dan tanah bawah
berwarna kelabu atau terdapat bercak-bercak kelabu, coklat dan
kekuningan.
6. Erosi (e) Kerusakan oleh erosi dikelompokkan sebagai berikut: e0 = tidak ada erosi.
e1 = ringan: < 25% lapisan atas hilang.
e2 = sedang: 25-75% lapisan atas hilang, < 25% lapisan bawah hilang.
e3 = berat: > 75% lapisan atas hilang, < 25% lapisan bawah hilang.
e4 = sangat berat: sampai lebih dari 25% lapisan bawah hilang.
7. Faktor-faktor khusus Faktor-faktor penghambat lain yang mungkin terjadi berupa batu-batuan dan bahaya banjir: a. Batuan
Bahan kasar dapat berada dalam lapisan tanah atau di permukaan tanah. Bahan kasar
yang terdapat dalam lapisan 20 cm atau di bagian atas tanah yang berukuran lebih besar
dari 2 mm dibedakan sebagai berikut:
1). Kerikil
Kerikil merupakan bahan kasar yang berdiameter lebih besar dari 2 mm sampai 7.5
mm jika berbentuk bulat atau sampai 15 cm sumbu panjang jika berbentuk gepeng.
Kerikil di dalam lapisan 20 cm dikelompokkan sebagai berikut:
b0 = tidak ada atau sedikit: 0-15% volume tanah.
b1 = sedang: 15-50% volume tanah.
b2 = banyak: 50-90% volume tanah.
b3 = sangat banyak: > 90 % volume tanah.
2). Batuan kecil
Batuan kecil merupakan bahan kasar atau batuan berdiameter 7.5 cm sampai 25
cm jika berbentuk bulat, atau sumbu panjangnya berukuran 15 cm sampai 40 cm
jika berbentuk gepeng. Banyaknya batuan kecil dikelompokkan sebagai berikut:
b0 = tidak ada atau sedikit: 0-15% volume tanah.
b1 = sedang: 15-50% volume tanah.
b2 = banyak: 50-90% volume tanah.
b3 = sangat banyak: > 90% volume tanah.
3). Batuan lepas (stone)
Batuan lepas merupakan batuan yang bebas dan terletak di atas permukaan
tanah, berdiameter lebih besar dari 25 cm (berbentuk bulat) atau bersumbu
memanjang lebih dari 40 cm (berbentuk gepeng). Penyebaran batuan lepas di atas
permukaan tanah dikelompokan sebagai berikut:
b0 = tidak ada: kurang dari 0.01% luas areal.
b1 = sedikit : 0.01%-3% permukaan tanah tertutup.
b2 = sedang : 3%-15% permukaan tanah tertutup.
b3 = banyak : 15%-90% permukaan tanah tertutup.
b4 = sangat banyak: lebih dari 90% permukaan tanah tertutup; tanah sama sekali
tidak dapat digunakan untuk produksi pertanian.
4). Batu terungkap (rock)
Batuan terungkap merupakan batuan yang tersingkap di atas permukaan tanah,
yang merupakan bagian dari satuan besar yang terbenam di dalam tanah (batuan
tertutup). Penyebaran batuan tertutup dikelompokkan sebagai berikut :
STUDI IDENTIFIKASI DAN MASTERPLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN MURUNG RAYA
Usulan Teknis PT. Mitra Indah Membangun E - 21
b0 = tidak ada: kurang dari 2% permukaan tanah tertutup.
b1 = sedikit : 2% - 10% permukaan tanah tertutup.
b2 = sedang : 10% - 50% permukaan tanah tertutup.
b3 = banyak : 50% - 90% permukaan tanah tertutup.
b4 = sangat banyak : lebih dari 90% permukaan tanah tertutup; tanah sama sekali
tidak dapat digarap.
b. Ancaman banjir/genangan
Ancaman banjir atau penggenangan dikelompokkan sebagai berikut:
o0 = tidak pernah: dalam periode satu tahun tanah tidak pernah tertutup banjir
untuk waktu lebih dari 24 jam.
o1 = kadang-kadang: banjir yang menutupi tanah lebih dari 24 jam terjadinya tidak
teratur dalam periode kurang dari satu bulan.
o2 = selama waktu satu bulan dalam setahun tanah secara teratur tertutup banjir
untuk jangka waktu lebih dari 24 jam.
o3 = selama waktu 2-5 bulan dalam setahun, secara teratur selalu dilanda banjir
lamanya lebih dari 24 jam.
o4 = selama waktu enam bulan atau lebih tanah selalu dilanda banjir secara teratur
yang lamanya lebih dari 24 jam.
Berikut ini merupakan tabel kelas kemampuan lahan.
Tabel 1
Kelas Kemampuan Lahan
Sumber: Permen LH No 17 Tahun 2009, tentang Pedoman Penentuan Daya Dukung
Lingkungan Hidup dalam Penataan Ruang Wilayah
Analisis yang dilakukan adalah dengan melihat kesesuaian
penggunaan lahan pada wilayah studi berdasarkan kelerengan dan klas
klasifikasi lahan yang dibuat oleh Klingibel dan Montgomery (1961).
Kemampuan lahan terbagi ke dalam klas-klas yang masing-masing
mempunyai ciri lahan tersendiri. Dalam kategori klas ini, lahan
dikelompokkan menjadi delapan klas, yaitu:
Klas I
STUDI IDENTIFIKASI DAN MASTERPLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN MURUNG RAYA
Usulan Teknis PT. Mitra Indah Membangun E - 22
Tanah pada lahan klas I ini sesuai untuk segala jenis
penggunaan tanpa memedukan tindakan pengawetan tanah secara
khusus. Ciri klas ini:
- Lereng datar (0-8%)
- Bahaya erosi kecil
- Solum dalam
- Drainase baik
- Mudah diolah
- Dapat menahan air dengan baik
- Responsif pada pemupukan
- Tidak terancam banjir
- Iklim setempat sesuai
Tanah pada klas I ini tidak mempunyai ancaman atau
penghambat kerusakan. Dapat digunakan untuk semua kegiatan.
Penggunaan yang dapat digunakan secara baik adalah untuk kegiatan
pertanian karena tingkat kesuburan tinggi. Penggunaan untuk
perumahan bisa digunkan karena lahan datar dan bahaya erosi kecil.
Klas II
Tanah pada klas II ini sesuai dengan segala jenis penggunaan dengan
sedikit ancaman kerusakan. Tanah pada klas II ini berciri :
- Lereng landai (8-15%)
- Kepekaan erosi sedang atau telah mengalami erosi
- Bertekstur halus sampai agak kasar
- Solum agak dalam
- Struktur tanah dan daya olah agak kurang baik
- Salinitas ringan-sedang
- Kadang tedanda banjir
- Drainase sedang
- Iklim baik
STUDI IDENTIFIKASI DAN MASTERPLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN MURUNG RAYA
Usulan Teknis PT. Mitra Indah Membangun E - 23
Klas penggunaan yang bisa digunakan adalah pertanian dengan
sedikit pengolahan dan permukiman karena topografi datar.
Klas III
Klas ini memedukan konservasi khusus karena berciri
- Lereng agak miring atau bergelombang
- Drainase buruk
- Solum sedang
- Permeabilitas tanah bawah lambat
- Peka terhadap erosi atau tereosi agak berat
- Kapasitas menahan air rendah
- Kesuburan rendah
- Sedngkali mengalami banjir
- Lapisan padas dangkal
- Salinitas sedang
- Hambatan iklim agak besar
Pada klas ini lahan pedu konservasi seperti perbaikan drainase,
terasiring. Dapat digunakan sebagai pertanian dengan perlakuan
khusus. Sedangkan penggunaan rumah dapat digunakan jika tingkat
kepentingannya tinggi.
Klas 1V
Klas ini mempunyai ciri
- Lereng miring atau berbukit (15-30%)
- Seringkali tedanda banjir
- Solum dangkal
- Kapasitas menahan air rendah
- Sering tergenang
- Drainase jelek
- Salinitas tinggi
- lklim kurang menguntungkan
STUDI IDENTIFIKASI DAN MASTERPLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN MURUNG RAYA
Usulan Teknis PT. Mitra Indah Membangun E - 24
Penggunaan lahan pada klas ini adalah pertanian dengan pengolahan
teknis, kegiatan permukiman tidak disarankan kecuali dengan tingkat
kepentingan sangat tinggi, dan pembangunan fisik di klas ini
memperlukan konstruksi khusus.
Klas V
Ciri-ciri klas ini adalah: Lereng datar atau cekung
- Seringkali terlanda banjir
- Seringkali tergenang
- Berbatu-batu
- Pada perakaran terdapat catclay
- Berawa-rawa
Tanah pada klas V ini tidak sesuai digunakan untuk kegiatan
pertanian, tanah pada klas ini sesuai untuk digunakan sebagai hutan
produksi atau hutan lindung dan suaka alam.
Klas VI
Penggunaan yang bisa digunakan pada lahan klas VI ini
terbatas pada penggunaan hutan lindung atau suaka alam. Ciri dari
klas ini adalah :
- Lereng agak curam (30-45%)
- Ancaman erosi berat
- Telah tererosi berat
- Solum tanah agak dangkal
- Berbatu-batu
- Iklim tidak sesuai
Klas VII
Lahan pada klas ini mempunyai ciri
- Lereng curam (45-65%)
- Tererosi berat (banyak parit erosi)
- Solum sangat dangkal
STUDI IDENTIFIKASI DAN MASTERPLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN MURUNG RAYA
Usulan Teknis PT. Mitra Indah Membangun E - 25
- Berbatu-batu
Penggunaan yang bisa dilakukan adalah terbatas pada hutan
lindung dan suaka alam. Tidak bisa digunakan sebagai kegiatan
produktif.
Klas VIII
Ciri lahan dari klas VIII ini adalah
- Lereng sangat curam (>65%)
- Berbatu-batu
- Kapasitas menahan air rendah
- Solum sangat dangkal
- Seringkali dijumpai singkapan batuan
Penggunaan di klas ini tidak ada dan disarankan untuk
didiamkan sebagai kawasan lindung. Tidak disarankan untuk
penggunaan apapun selain kegiatan alami.
3. Cara Penentuan Kemampuan Lahan
Penentuan kemampuan lahan terutama dilakukan untuk perencanaan ruang
atau alokasi pemanfaatan ruang. Di bawah ini diberikan langkah penentuan
kemampuan lahan:
a. Penyiapan Peta
a. Peta lereng
b. Peta tanah
c. Peta erosi
d. Peta drainase/genangan
Siapkan peta dengan skala yang sama. Peta yang digunakan dapat berskala
1:250.000, 1:100.000, atau 1:50.000. Untuk keperluan analisa dan uji silang dari
data kelas dan
subkelas, diperlukan juga data/laporan yang memuat sifatsifat biofisik wilayah,
antara lain: tanah, topografi, iklim, hujan, dan genangan/drainase.
b. Overlay Peta
STUDI IDENTIFIKASI DAN MASTERPLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN MURUNG RAYA
Usulan Teknis PT. Mitra Indah Membangun E - 26
Lakukan tumpang tindih (overlay) peta lereng, peta tanah, peta erosi dan peta
drainase/genangan untuk mendapatkan kemampuan lahan sebagaimana
tersebut pada gambar. Tumpang tindih dapat dilakukan dengan menggunakan
Sistem Informasi Geografi (SIG) maupun secara manual.
c. Identifikasi Kelas Lahan
Dari overlay peta, didapat kombinasi keempat parameter di atas, sehingga dapat
dilakukan identifikasi kelas lahan. Besarnya hambatan yang ada untuk masing-
masing
parameter menentukan masuk ke dalam kelas dan subkelas mana lahan tersebut.
Dari hasil identifikasi, dapat dideliniasi kelas dan subkelas kemampuan lahan.
d. Penentuan Kelas Lahan
Apabila peta kemampuan lahan atau peta kemampuan tanah sudah ada, akan
dapat memudahkan penentuan kelas lahan, karena sudah tidak perlu lagi
dilakukan langkah
tumpang tindih (overlay) peta. Namun demikian identifikasi dan delineasi kelas
lahan tetap harus dilakukan.
Analisis kemampuan lahan digunakan untuk menentukan kesesuaian
guna lahan untuk jenis tanah yang ada. Kesesuaian ini dengan analisis
pembobotan variabel. Pengelompokan tanah ke satuan kemampuan, sub kelas,
kelas didasarkan atas evaluasi dari kombinasi factor berikut:
1. Kemampuan tanah untuk memungkinkan tanaman memberikan
tanggapan terhadap suatu penggunaan dan pengelolaan.
2. Tekstur dan struktur tanah
3. Kepekaan terhadap erosi
4. Penjenuhan / kelebihan air pada tanah yang terus-menerus
5. Kedalaman tanah
6. Garam yang merupakan racun bagi tanaman
7. Hambatan fisik seperti bantuan, erosi parit dalam dan lain-lain
8. Iklim
STUDI IDENTIFIKASI DAN MASTERPLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN MURUNG RAYA
Usulan Teknis PT. Mitra Indah Membangun E - 27
C. Analisis Ketersediaan Lahan
Pembahasan pada analisis ini digunakan agar rencana yang dibuat sesuai
dengan ketersediaan lahan, dan tidak merusak kapasitas lahan untuk
berproduksi dalam jangka waktu panjang. Sumberdaya yang tersedia harus sama
atau lebih besar dari jumlah sumberdaya yang diperlukan.
Analisis Deskriptif Ketersediaan Lahan
Analisis Deskriptif Ketersediaan Lahan menganalisis potensi lahan yang
masih dapat dikembangkan untuk pertanian, diluar lahan yang tidak dapat
digarap (peruntukan hutan lindung), peruntukan masing-masing kawasan
persawahan, kawasan lahan kering/tegal, kawasan perkebunan, dan
kawasan hutan berdasarkan masing-masing jenis komoditasnya,
pertimbangan lingkungan yang digunakan untuk acuan penggunaan lahan,
luasan, jenis lahan yang tersedia untuk pengembangan pertanian, ambang
batas keterbatasan kemampuan lahan yang akan menjadi salah satu faktor
penghalang dan berpengaruh pada kuantitas produksi di masa mendatang.
Persediaan sumberdaya lahan dapat ditentukan dengan mengukur luas usaha
tani (dengan memperhatikan luas yang tidak dapat digunakan untuk kegiatan
pertanian seperti lahan yang sudah digunakan untuk bangunan, jalan, dan
saluran). Sering juga diperlukan penggolongan lahan dalam beberapa kelas
sesuai dengan kemampuannya.
Super Impose
Analisis ini digunakan dengan mengimposekan peta masing-masing
klasifikasi tiap faktor berdasarkan kelas kemampuan lahan dengan pemetaan
kesesuaian ketersediaan pengembangan guna lahan untuk pertanian. Tujuan
akhir yang ingin dicapai dari hasil analisis ini adalah akan terpilih suatu
urutan prioritas penanganan dari masing-masing unit lingkungan
berdasarkan kriteria yang digunakan. Analisis ini akan mengimposekan
antara tata guna lahan, penggunaan lahan tiap komoditas, dengan kawasan
konservasi.
D. Analisis Potensi Pertanian
STUDI IDENTIFIKASI DAN MASTERPLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN MURUNG RAYA
Usulan Teknis PT. Mitra Indah Membangun E - 28
Analisis potensi pertanian ini dilakukan untuk mengetahui sektor basis
dan komoditas unggulan per desa di wilayah studi, sehingga bisa diketahui
masing-masing karakteristik komoditas di masing-masing kecamatan. Alat
analisis yang digunakan antara lain:
Analisis LQ
LQ menunjukkan potensi dari tempat terkait dengan kondisi kekayaan
yang ada di wilayah tersebut. LQ berguna untuk melihat spesialisasi kegiatan
produksi suatu wilayah. Pada dasarnya, teknik ini menyajikan perbandingan
relatif antara kemampuan suatu sektor di daerah yang diselidiki dengan
kemampuan sektor yang sama pada daerah yang lebih luas (Warpani, 1984:68).
Dimana pada studi ini, daerah yang diselidiki adalah desa dan daerah yang
lebih luas adalah kecamatan, sehingga dapat diketahui spesialisasi kegiatan
produksi pada masing-masing desa dalam kecamatan tersebut.
Rumus:
LQ = Si/N1 = Si/S
S/N Ni/N
Keterangan:
Si = Jumlah produksi komoditas per desa.
S = Jumlah seluruh produksi buah/sayur/tanaman hias per desa.
N1 = Jumlah produksi komoditas di kecamatan.
N = Jumlah seluruh produksi buah/sayur/tanaman hias kecamatan.
Jika rasio lebih besar dari 1 (LQ > 1) menunjukkan kegiatan eksport atau
basis dan jika LQ = 1 menunjukkan bahwa wilayah tersebut mampu untuk
mencukupi kebutuhannya sendiri dan bila LQ < 1 menunjukkan bahwa
wilayah tersebut tidak mampu untuk mencukupi kebutuhannya sendiri dan
cenderung untuk import. Dari hasil tersebut, bila LQ > 1 diberikan tanda positif
(+) dan bila LQ = 1 diberikan tanda positif (+) dan bila L < 1 maka diberikan
tanda negatif (-). Kondisi diatas diasumsikan (LQ = 1) bahwa wilayah tersebut
mampu untuk mencukupi kebutuhannya sendiri dan dalam kurun waktu 3
sampai 5 tahun mendatang dapat menunjukkan kegiatan ekspor atau hanya
untuk mencukupi kebutuhannya sendiri.
STUDI IDENTIFIKASI DAN MASTERPLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN MURUNG RAYA
Usulan Teknis PT. Mitra Indah Membangun E - 29
Analisis Growth Share
Growth untuk melihat tingkat pertumbuhan produktivitas dari tahun ke
tahun.
Rumus: Growth = Tn Tn-1 x 100
Tn-1
Keterangan:
Tn = Jumlah produksi tahun ke-n
Tn-1 = Jumlah produksi tahun awal
Dari hasil tersebut (growth 1 dan growth 2) dirata-rata. Hasil dari rata-
rata diatas kemudian dijumlah kebawah sesuai dengan jumlah data dan
hasilnya dijadikan standart bagi rata-rata produksi lain. Tanda positif (+)
dinyatakan bahwa produksi tersebut berpotensi dan tanda negatf
dianggap bahwa produksi tersebut kurang berpotensi.
Share membantu mengkarakteristikan struktur ekonomi berbagai wilayah.
Rumus: NP1 x 100%
NP2
Keterangan:
NP1 = Nilai produksi komoditi a di satu desa
NP2 = Nilai produksi komoditis a di seluruh wilayah studi
Dari hasil tersebut, bila share > 1 diberi nilai 3 dan bila share = 1 maka
diberi nilai 2 dan bila share < 1 diberi nilai 1. Untuk menyatakan kontribusi
yang diberikan itu besar atau tidak adalah dengan melihat ketentuan berikut:
bila share yang diberi nilai 2 dan diberi tanda (+) dan dinyatakan kontribusi
yang diberikan besar dan bila Share diberi nilai 1 maka diberi tanda (-) dan
dinyatakan kontribusi yang diberikan kecil (rendah). Nilai 2 dinyatakan
memiliki kontribusi yang besar dengan asumsi bahwa perkembangan
berikutnya akan mengalami peningkatan atau dalam kurun waktu 3 tahun
kontribusi yang diberikan tetap atau dalam artian tidak mengalami peningkatan
dan penurunan. Dari hasil growth share dapat diagramkan sebagai berikut:
STUDI IDENTIFIKASI DAN MASTERPLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN MURUNG RAYA
Usulan Teknis PT. Mitra Indah Membangun E - 30
G ro w th (+ )
( - ) (+ ) S h ar e
( - )
S e k to r D o m ina n S e k to r U n g g u lan
S e k to r S ta t is S e k to r P o te n s ia l
Gambar
Diagram Growth & Share
Dari hasil diagram diatas menunjukkan bahwa: jika suatu
sektor/komoditas memiliki pertumbuhan yang cukup tinggi (+) dan kontribusi
yang diberikan cukup besar (+) maka disebut sektor unggulan dan sektor ini
dijadikan base sektor suatu wilayah. Jika suatu sektor/komoditas memiliki
growth (-) dan share (+) maka disebut dengan sektor/komoditas potensial,
dimana sektor/komoditas tersebut nantinya mampu dijadikan base sektor
dalam waktu yang panjang. Jika sektor/komoditas memiliki growth (+) dan
share (-) maka disebut dengan sektor/komoditas dominan yang nantinya
mampu menjadi base sektor dengan adanya perlakuan-perlakuan khusus. Dan
jika sektor/komoditas tersebut memiliki growth (-) dan share (-) maka
sektor/komoditas ini disebut dengan sektor/komoditas statis dimana nantinya
dapat dijadikan sebagai sektor/komoditas dominan dengan perlakuan khusus
dan upaya diversifikasi komoditas dan sebagainya.
E. Analisis Linkage System
Analisis linkage sistem antar sektor ini bertujuan untuk melibatkan
hubungan dari berbagai kegiatan dalam perekonomian daerah yang luas.
Berbagai rangkaian kegiatan dapat memberikan peluang-peluang produksi dari
STUDI IDENTIFIKASI DAN MASTERPLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN MURUNG RAYA
Usulan Teknis PT. Mitra Indah Membangun E - 31
suatu kegiatan ke kegiatan lain di dalam perekonomian daerah, sehingga
mengakibatkan pertumbuhan atau bahkan kemunduran suatu wilayah.
Linkage sistem ini dapat berupa keterkaitan antara kegiatan hulu dan
hilir. Berbagai teori tentang pendorong pertumbuhan daerah menekankan
peranan permintaan output-output daerah dan rangkaian kegiatan atau sektor
ekonomi yang mengarah ke muka (keterkaitan hilir), yaitu kaitan ke depan
(forward linkage) dan kaitan ke belakang (backward linkage).
Analisis Linkage System Antar Sektor
Analisis linkage sistem antar sektor ini dengan metode pembuatan
Diagram Linkage System Antar Sektor Kawasan Perencanaan. Digram ini
menggambarkan dan digunakann untuk menganalisis sektor-sektor yang
mempunyai peran dan pengaruh terhadap pengembangan Kawasan Agopolitan
di wilayah studi. Diagram ini juga menggambarkan hubungan antar sektor-
sektor tersebut dalam pengembangan Kawasan Agropolitannya. Selain itu juga
dianalis peran masing-masing sektor serta tujuan pengembangan masing
sektornya.
Analisis Keterpaduan Vertikal dan Horizontal
- Analisis Keterpaduan Vertikal
STUDI IDENTIFIKASI DAN MASTERPLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN MURUNG RAYA
Usulan Teknis PT. Mitra Indah Membangun E - 32
Menganalisis kegiatan pembinaan terhadap pengembangan komoditas
yang diberi prioritas mulai dari kegiatan pengelolaan Sumber Daya Alam,
penanganan pasca panen dan pemasaran. Dalam keterpaduan vertikal dituntut
adanya kesepakatan dari instansi terkait untuk memberikan prioritas atas
komoditas yang akan dikembangkan pada suatu wilayah serta secara konsekuen
membangun sistem pelayanan yang diperlukan untuk pembangunan komoditas
tersebut. Instansi terkait tidak hanya pada satu sektor saja tetapi bersifat lintas
sektor.
- Analisis Horizontal
Dalam usaha pertanian keterpaduan horizontal diwujudkan berupa
keterpaduan antar sub sektor dalam sektor pertanian, sehingga sub sektor
tersebut dapat saling mendukung dalam pemanfaatan lahan pertanian.
Keterpaduan horizontal dipengaruhi oleh ilmu pengetahun teknologi, sumber
daya manusia, kondisi ekonomi, kondisi sosial budaya, dan kelembagaan yang
ada.
Analisis Linkage Sistem Per Komoditi Unggulan
Menganalisis hubungan antara proses dan pengolahan komoditi menjadi
produk sekunder yang memiliki nilai tambah dan dijual pada pasar internal
maupun eksternal Kawasan Agropolitan wilayah studi. Analisis ini
menggambarkan hubungan sistem agribisnis komoditi mulai dari subsistem
agribisnis hulu, subsistem usaha tani, sub sistem hilir, subsistem penunjang,
subsistem pemasaran.
F. Analisis Sistem Pertanian
Analisis Sistem Pertanian terdiri dari 6 analisis yaitu analisis agribisnis
hulu, analisis usaha tani, dan analisis agribisnis hilir, analisis Agro-output,
analiss sistem pemasaran, dan analisa sarana prasarana agropolitan.
STUDI IDENTIFIKASI DAN MASTERPLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN MURUNG RAYA
Usulan Teknis PT. Mitra Indah Membangun E - 33
1. Analisis Agrobisnis Hulu (Agro-input/Upstream Agrobisnis)
Analisis Deskriptif Subsistem Agrobisnis Hulu
Terdiri atas analisis terhadap industri-industri yang menghasilkan barang-
barang modal bagi pertanian hortikultura yang meliputi:
- Industri perbenihan/pembibitan.
Analisis ini menjelaskan mengenai jenis komoditas yang dapat
dikembangkan pada wilayah studi dan unit usaha yang berkaitan dengan bahan
baku dan pembibitan yang mencakup jenis unit usaha pengembangan
pembibitan, sebaran lokasi unit usaha pembibitan, status kepemilikan serta
pengelolaan pengembangan, pengaruh faktor geografis terhadap pengembangan
industri pembenihan dan pembibitan serta industri pembenihan di luar wilayah
studi yang mensuplay benih, bibit untuk wilayah studi.
- Industri agrokimia (pupuk, pestisida).
Sub system AGROINPUT
(Agribisnis Hulu)
Bahan Baku Pertanian
Teknologi Pertanian
Sumber Daya Energi Pertanian
Sub system AGROPROSES 1 Usaha Tani On
Farm)
Sumber Daya Manusia
Lahan Pertanian
Finansial
Sub system AGROPROSES 2
(Agribisnis Hilir Off Farm)
Sumber Daya Manusia
Ruang & Sarana Produksi
Modal Produksi
Sub system AGRO-OUTPUT
Produk
Limbah Padat
Limbah Cair Pertanian
Sub Sistem PEMASARAN o Aksesibilitas o Sarana Pemasaran o Informasi Pasar
P
A
S
A
R
Sub Sistem PEMASARAN o Aksesibilitas o Sarana Pemasaran o Informasi Pasar
STUDI IDENTIFIKASI DAN MASTERPLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN MURUNG RAYA
Usulan Teknis PT. Mitra Indah Membangun E - 34
Analisis ini menjelaskan mengenai ketersediaan industri agrokimia berupa
pupuk dan pestisida yang menunjang pengembangan kawasan agropolitan
wilayah studi yang berkaitan dengan unit usaha cakupan jenis unit usaha
pengembangan agrokimia pupuk dan pestisida, lokasi agrokimia pupuk dan
pestisida, status kepemilikan, pengelolaan pengembangan dan cakupan skala
usaha pemasaran hasil industri, industri aghrokimia yang mensuplai kebutuhan
pupuk serta pestisida di wilayah studi.
- Industri mesin dan peralatan pertanian
- Analisis ini mencakup analisis yang terkait dengan teknologi pertanian
pada wilayah studi. Cakup analisis untuk industri ini antara lain : jenis
teknologi pertanian yang dipakai, pengaruh faktor geografis terhadap
penerapan industri mesin dan peralatan yang diperlukan, jenis usaha
agro-otomotif yang terdapaty di wilayah studi, cakupan agro
otomotif di wilayah studi, agro-otomotif di luar wilayah studi yang
mensupaly kebutuhan mesin untuk pengembangan agropolitan di
wilayah studi.
- Industri pendukung kegiatan pertanian hortikultura
- Analisis ini mendeskripsikan Industri pendukung kegiatan pertanian
hortikultura, khususnya yang terkait dengan ketersediaan Sumber daya
Energi, yang meliputi : keterkaitan kondisi fisik geografis terhadap
industri pendukung kegiatan pertanian dan sumber daya energi yang
diperlukan, jenis usaha Industri pendukung kegiatan pertanian
hortikultura yang dikembangkan di wilayah studi, cakup layanan
usaha Industri pendukung kegiatan pertanian hortikultura untuk
wilayah studi.
Matriks Analisis Pengembangan Sistem Agrobisnis Hulu
Matrik analisis pengembangan ini digunakan pengembangan sistem
agrobisnis hulu yang langsung mengacu pada komoditi unggulan di wilayah
studi. Penyusunan matriks ini berdasarkan hasil dari analisis subsistem
agrobisnis hulu secara keseluruhan, hasil analisis kemampuan lahan dan
ketersediaan lahan. Adapun variabel yang digunakan dalam matriks meliputi
STUDI IDENTIFIKASI DAN MASTERPLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN MURUNG RAYA
Usulan Teknis PT. Mitra Indah Membangun E - 35
bibit, peralatan pertanian, pupuk, obat-obatan, teknologi. Matriks ini
menganalisis potensi dan masalah dari masing-masing variabel.
2. Analisis Usaha Tani (On Farm)
Analisis Deskriptif Subsistem Usaha Tani
Subsistem usaha tani merupakan kegiatan produksi pertanian. Tujuan
analisis ini terutama digunakan sebagai masukan guna mengadakan estimasi
terhadap dampak pengembangan komoditas yang terutama akan menggunakan
tolok ukur penciptaan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan petani.
Analisis ini secara deskriptif menjelaskan mengenai kegiatan yang menggunakan
barang-barang modal dan sumberdaya alam untuk menghasilkan komoditas
pertanian primer. Termasuk dalam hal ini adalah sumber daya manusia, lahan,
sarana produksi pertanian, prasarana pertanian dan lembaga pembiayaan.
- Sumber Daya Manusia, menganalisis peranan SDM dalam sektor
pertanian (terkait jumlah), peranannya dalam pengembangan sektor
pertanian, usaha pengembangan SDM bidang pertanian di wilayah
studi.
- Lahan Pertanian, menganalisis jenis dan luasan lahan pertanian di
wilayah studi, kondisi fisik, kondisi irigasi, jenis komoditi yang
dikembangkan untuk masing-masing lahan, sebaran lahan pertanian,
usaha pengembangan lahan pertanian wilayah studi.
- Sarana Produksi Pertanian, menganalisis ketersediaan dan jenis sarana
produksi pertanian di wilayah studi, perolehan sarana produksi
pertanian yang menunjang usaha tani di wilayah studi.
- Prasarana Pertanian, menganalisis ketersediaan dan kondisi prasarana
pertanian di wilayah studi yang meliputi prasarana irigasi, prasarana
jalan, prasarana listrik, prsarana air bersih.
- Lembaga Pembiayaan, menganalisis lembaga pembiayaan yang
berperan dalam pengembangan kegiatan produksi pertanian di wilayah
studi, serta peranan masing-masing lembaga tersebut.
Matriks Analisis Pengembangan Sistem Usaha Tani
STUDI IDENTIFIKASI DAN MASTERPLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN MURUNG RAYA
Usulan Teknis PT. Mitra Indah Membangun E - 36
Matrik analisis pengembangan ini digunakan pengembangan sistem
agrobisnis hulu yang langsung mengacu pada komoditi unggulan di wilayah
studi. Penyusunan matriks ini menganalisis kegiatan yang menggunakan barang-
barang modal dan sumberdaya alam untuk menghasilkan komoditas pertanian
primer. Adapun variable yang digunakan untuk matriks ini adalah pekerja,
lahan, pembiayaan produksi pertanian. Matriks ini menganalisis potensi dan
masalah dari masing-masing variabel.
3. Analisis Agrobisnis Hilir (Off Farm)
Analisis Deskriptif Subsistem Agrobisnis Hilir
Analisis Sub-sistem pengolahan (down-stream agribusiness) meliputi
industri yang mengolah komoditas pertanian primer (agroindustri) menjadi
produk olahan baik produk antara (intermediate product) maupun produk akhir
(finish product). Termasuk di dalamnya industri makanan, industri minuman,
industri barang-barang serat alam (barang-barang karet, plywood, pulp, kertas,
bahan-bahan bangunan terbuat kayu, rayon, benang dari kapas/sutera, barang-
barang kulit, tali dan karung goni), industri biofarmaka, dan industri agro wisata
dan estetika. Analisis deskriptif ini meliputi :
- Sumber Daya Manusia, menganalisis mengenai potensi SDM dalam
mengolah hasil pertanian, sistem SDM yang mengelola hasil pertanian
dan peranan pemerintah dalam mengembangkan SDM untuk
mengelola hasil pertanian di wilayah studi.
- Sarana Industri Pengolahan, menganalisis ketersediaan dan jenis
sarana pengelolaan pertanian di wilayah studi, perolehan sarana
pengelolaan pertanian yang menunjang usaha tani dan peranan
pemerintah dalam menyediakan sarana pengelolaan pertanian di
wilayah studi.
- Prasarana Industri Pengolahan, menganalisis ketersediaan dan kondisi
prasarana pengelolaan pertanian di wilayah studi yang meliputi
prasarana irigasi, prasarana jalan, prasarana listrik, prasarana air
bersih.
STUDI IDENTIFIKASI DAN MASTERPLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN MURUNG RAYA
Usulan Teknis PT. Mitra Indah Membangun E - 37
- Pembiayaan, menganalisis lembaga pembiayaan yang berperan dalam
pengembangan kegiatan pengelolaan pertanian di wilayah studi, serta
peranan masing-masing lembaga tersebut.
Matriks Analisis Pengembangan Sistem Agrobisnis Hilir
Matrik analisis pengembangan ini digunakan pengembangan sistem
agrobisnis hilir yang berupa industri yang mengolah komoditas pertanian primer
(agroindustri) menjadi produk olahan baik produk antara (intermediate product)
maupun produk akhir (finish product). Pilihan untuk memfokuskan
pengembangan sistem agribisnis industrial pada elemen subsistem hilir
didasarkan pada kenyataan bahwa sistem ini memiliki fleksibilitas skala usaha
yang lebih mudah diterapkan di perdesaan. Matriks ini digunakan untuk jenis
industri hilir primer yang akan dikembangakan secara intensif. Selanjutnya
kagiatan agribisnis hilir yang akan dikembangkan secara intensif haruslah
memenuhi beberapa kriteria yakni:
o Berskala Industri rumahtangga/kecil yang mudah ditumbuhkembangkan
di wilayah studi
o Dapat menimbulkan dampak perekonomian daerah secara cepat dan
melibatkan partisipasi masyarakat secara luas, sehingga dapat
mempercepat peningkatan kesejahteraan sosial bagi masyarakat.
o Berbahan baku lokal.
o Metode produksinya telah dikenal/mudah dikuasai oleh masyarakat.
o Sebagian besar produknya dapat diserap oleh pasar lokal
o Memiliki potensi pangsa pasar yang menjanjikan
o Diutamakan yang memiliki kekhasan tertentu yang bisa menjadi
ciri/ikon Wilayah Perencanaan.
Adapun variable yang digunakan untuk matriks ini adalah jumlah pekerja
dan sistem pengolahan, bahan baku, lahan dan peralatan produksi, pembiayaan
proses produksi.
4. Analisis Agro-output
STUDI IDENTIFIKASI DAN MASTERPLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN MURUNG RAYA
Usulan Teknis PT. Mitra Indah Membangun E - 38
Analisis Agro-output meliputi analisis mengenai analisa produk yang
dihasilkan, analisa limbah padat yang dihasilkan, dan analisa limbah cair yang
dihasilkan dari pertanian.
5. Analisis Subsistem Pemasaran
Sarana-Prasarana yang diperlukan untuk memperlancar pemasaran
adalah :
o Jalan yang menghubungkan antar desa, serta jalan penghubung antara
desa ke kota sehingga bisa menunjang ekspor hasil pertanian hortikultura
baik dalam kota maupun luar kota.
o Sarana pemasaran dan perdagangan hasil pertanian seperti: pasar
tradisional, kios cinderamata, dan sub terminal agribisnis.
o Sarana informasi, khususnya mengenai harga produk pertanian, serta
sebagai salah satu usaha pengenalan produk pertanian hortikultura baik
mentah maupun olahan, sehingga bisa mempeluas pangsa pasar.
Adapun metode yang digunakan dalam proses analisis adalah :
o Analisis Situasi. Menyajikan data dan informasi mengenai situasi
pemasaran, yang meliputi :
- Situasi Pasar. Data dan informasi mengenai besar dan pertumbuhan
pasar selama beberapa tahun dan kecenderungannya pada beberapa
tahun mendatang, serta kecenderungan perubahan persepsi dan
perilaku konsumen.
- Situasi Produk. Data perkembangan penjualan, tingkat harga, maijin
kontribusi, dan keuntungan.
- Situasi Persaingan. Data pesaing menyangkut, kapasitas, pangsa pasar,
tujuan dan strategi, mutu produk, dan berbagai karakteristik pesaing
yang relevan.
- Situasi Distribusi. Jenis, jumlah, wilayah dan peranan saluran
distribusi (mis. sumber informasi, sarana promosi, berusaha
menambah pembeli, melakukan penyesuaian, melakukan negosiasi
harga dan cara pembayaran, melakukan distribusi fisik saja,
melakukan pembiayaan distribusi, dan atau turut menanggung resiko.
STUDI IDENTIFIKASI DAN MASTERPLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN MURUNG RAYA
Usulan Teknis PT. Mitra Indah Membangun E - 39
o Sasaran Pemasaran. Mendefinisikan sasaran (pangsa pasar clan tujuan)
yang ingin dicapai, baik sasaran keuangan maupun sasaran pemasaran.
Sasaran pemasaran antara lain adalah target dan pertumbuhan penjualan,
pangsa pasar, jangkauan pemasaran, jumlah saluran distribusi, dan
tingkat harga.
6. Analisis Kondisi dan Ketersediaan Sarana dan Prasarana
Analisis Deskriptif Kondisi dan Ketersediaan Sarana dan Prasarana
Analisis ini mendeskripsikan mengenai ketersediaan dan kondisi fisik
serta kondisi factor-faktor lain yang berpengaruh terhadap peran dari
ketersediaan sarana prasarana ini untuk menunjang subsistem Agribisnis Hulu,
subsistem usaha tani serta subsistem hilir.
Sarana dan prasarana penunjang subsistem agribisnis hulu (up stream
agribusiness):
- Jalan penghubung antar desa-kota, meliputi analisis deskriptif untuk jalan
penghubung desa kota yang tersedia di wilayah studi, kondisi fisik
masing-masing jalan, pengelolaan masing-masing jalan, serta peran
masing-masing jalan terhadap kelangsungan sistem agribisnis hulu di
wilayah studi.
- Gudang penyimpanan Saprotan (sarana produksi pertanian), meliputi
analisis deskriptif untuk jenis gudang penyimpanan di lokasi studi,
kondisi fisik, luasan gudang, sebaran lokasi gudang, cakup layanan
masing-masing gudang, pihak pengelola dan pengembangan, peran
masing-masing jenis gudang dalam mendukung kelangsungan sistem
agribisnis hulu di wilayah studi
- Tempat bongkar muat Saprotan, meliputi analisis deskriptif untuk jenis
tempat bongkar muat di lokasi studi, kondisi fisik, luasan gudang,
sebaran lokasi bongkar muat, cakup layanan masing-masing, pihak
pengelola dan pengembangan, peran masing-masing jenis tempat usaha
bongkar muat dalam mendukung kelangsungan sistem agribisnis hulu di
wilayah studi
STUDI IDENTIFIKASI DAN MASTERPLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN MURUNG RAYA
Usulan Teknis PT. Mitra Indah Membangun E - 40
Sarana dan prasarana penunjang subsistem usaha tani/pertanian
primer (on-farm agribusiness) :
- Jalan usaha tani (farm road), meliputi analisis deskriptif untuk jalan
usaha tani yang tersedia di wilayah studi, kondisi fisik masing-masing
jalan, pengelolaan masing-masing jalan, serta peran masing-masing jalan
terhadap kelangsungan sistem usaha tani di wilayah studi.
- sarana air baku melalui pembuatan sarana irigasi, meliputi analisis
deskriptif untuk jenis sarana air baku di wilayah studi,jenis sarana irigasi,
lokasi dan sebaran saluran irigasi di wilayah studi, pengelola dan
pengembangan sarana irigasi, peran masing-masing sarana irigasi dan
saran air baku terhadap kelangsungan sistem usaha tani di wilayah studi.
- Sub terminal pengumpul, meliputi analisis deskriptif untuk jenis Sub
terminal pengumpul di lokasi studi, kondisi fisik, luasan Sub terminal
pengumpul, sebaran lokasi Sub terminal pengumpul, cakup layanan
masing-masing Sub terminal pengumpul, pihak pengelola dan
pengembangan, peran masing-masing Sub terminal pengumpul dalam
mendukung kelangsungan sistem usaha tani di wilayah studi.
Sarana dan prasarana pendukung subsistem agribisnis hilir (down
stream agribusiness) :
- Sarana pengeringan, Gudang penyimpanan, Sarana pengolahan, Sarana
pemasaran dan perdagangan yang meliputi analisis deskriptif untuk jenis
sarana di lokasi studi, kondisi fisik, luasan, sebaran lokasi masing-masing
jenis sarana, cakup layanan masing-masing, pihak pengelola dan
pengembangan, peran masing-masing jenis sarana dalam mendukung
kelangsungan sistem subsistem agribisnis hilir di wilayah studi.
- Terminal, pelataran, tempat parkir serta bongkar muat barang, analisis
deskriptif untuk jenis Terminal, pelataran, tempat parkir serta bongkar
muat barang di lokasi studi, kondisi fisik, luasan, sebaran lokasi, cakup
layanan masing-masing Terminal, pelataran, tempat parkir serta bongkar
muat barang di wilayh studi, pihak pengelola dan pengembangan, peran
masing-masing Terminal, pelataran, tempat parkir serta bongkar muat
STUDI IDENTIFIKASI DAN MASTERPLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN MURUNG RAYA
Usulan Teknis PT. Mitra Indah Membangun E - 41
barang dalam mendukung kelangsungan sistem agribisnis hilir di wilayah
studi.
- Sarana promosi dan pusat informasi pengembangan agribisnis
- Jalan antar desa-kota, jalan antar desa, jalan poros desa dan jalan lingkar
desa, meliputi analisis deskriptif untuk masing-masing jenis jalan desa
yang tersedia di wilayah studi, kondisi fisik masing-masing jalan,
pengelolaan masing-masing jalan, serta peran masing-masing jalan
terhadap kelangsungan sistem agribisnis hilir di wilayah studi.
- Sarana pembangkit listrik/generator listrik, telepon, sarana air bersih,
sarana pembuangan limbah industri dan sampah hasil olahan meliputi
analisis deskriptif untuk jenis sarana di lokasi studi, kondisi fisik, luasan,
sebaran lokasi masing-masing jenis sarana, cakup layanan masing-
masing, pihak pengelola dan pengembangan, peran masing-masing jenis
sarana dalam mendukung kelangsungan sistem subsistem agribisnis hilir
di wilayah studi.
G. Analisis Input Output
Salah satu prinsip PRA adalah pendekatan yang menyeluruh. Artinya,
dalam memahami keadaan wilayah yang mejadi wilayah studi, berusaha untuk
melihat masalah yang ada di wilayah tersebut secara keseluruhan. Salah satu
cara untuk mendapatkan suatu pengertian yang menyeluruh adalah dengan
melihat hal-hal yang akan diamati sebagai suatu sistem. Sistem adalah kesatuan
dari berbagai bagian yang saling berhubungan. Teknik pembuatan Bagan Arus
Masukan dan Keluaran merupakan teknik kajian tentang sistem sistem yang
ada di wilayah studi.
Teknik Bagan Arus ini akan memperlihatkan secara lebih rinci
bagaimana setiap bagian dari keadaan, saling mempengaruhi. Sistem ini
digambarkan ke dalam bagan yang memperlihatkan bagian bagian dalam
sistem, yaitu masukan (input)dan keluaran (output) serta hubungan antara bagian
bagian dalam sistem itu.
STUDI IDENTIFIKASI DAN MASTERPLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN MURUNG RAYA
Usulan Teknis PT. Mitra Indah Membangun E - 42
Masukan (Input) adalah Sumberdaya sumberdaya yang membuat sistem
berjalan dengan baik. Sumberdaya itu adalah tenaga kerja, waktu,uang
(modal), peralatan, keterampilan, dan sebagainya.
Keluaran (Output) adalah manfaat atau hasil yang diperoleh setelah
proses pengolahan sumberdaya sumberdaya tersebut.
Analisis I-O menunjukkan bahwa dalam suatu perekonomian terdapat
keterkaitan antara sektoral. Insput suatu sektor merupakan output sektor lainnya
dan sebaliknya. Pada akhirnya keterkaitan antarsektoral tersebut akan
menyebabkan terjadinya keseimbangan antara penawaran dengan permintaan di
dalam perekonomian tersebut. Analisis ini mempunyai tiga ciri utama:
Analisis I-O memusatkan peratiannya pada perkonomian dalam keadaan
seimbang.
Analisis ini tidak memusatkan perhatiannya pada analisis permintaan
tetapi pada masalah teknis produksi.
Analisis I-O juga digunakan untuk perencanaan ekonomi nasional.
Model model statis dan dinamis tersebut dapat diterapkan di dalam
mempersiapkan kerangka rencana di NSB. Model I-O memberikan informasi
yang perlu mengenai koefisien struktural berbagai sektor perekonomian selama
suatu jangka waktu tertentu yang dapat dipergunakan seoptimal mungkin
mengalokasikan sumberdaya sumberdaya ekonomi.
Berikut ini adalah beberapa penerapan model I-O di dalam perencanaan
pembangunan :
Model I-O ini memberikan kepada setiap sektor perkonomian perkiraan
tentang tingkat produksi dan impor yang sesuai satu sama lain dan sesuai
perkiraan permintaan akhir.
Solusi model ini membantu pengalokasian investasi yang dibutuhkan ntuk
mencapai tingkat produksi dan model ini memberikan pengujian yang lebih
tajam mengenai cukup tidaknya sumber investasi yang tersedia.
Kebutuhan akan tenaga kerja terdidik juga dapat dievaluasi dengan cara
yang sama.
STUDI IDENTIFIKASI DAN MASTERPLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN MURUNG RAYA
Usulan Teknis PT. Mitra Indah Membangun E - 43
Dengan adanya pengetahuan tentang penggunaan bahan baku impor dan
buatan dalam negri dalam berbagai bidang perekonomian, analisis tentang
kebutuhan impor dan kemungkinan substitusi menjadi lebih mudah.
Sebagai tambahan terhadap kebutuhan langsung akan modal, tenaga kerja,
dab impor; kebutuhan tidak langsung pada sektor sektor lain
perkeonomian juga dapat diperkirakan.
Model I-O secara regiobal juga dapat dibuat untuk tujuan perencanaan,
untuk menjajagi implikasi program permbangunan wilayah tertentu,
ataupun untuk perekonomian secara keseluruhan.
H. Analisis Akar Masalah
Teknik ini sering dipakai dengan masyarakat sebab sangat visual dan
dapat menyebabkan banyak orang dengan waktu yang sama. Teknik ini dapat
dipakai dengan situasi yang berbeda, dan yang lebih penting dapat di pakai
dimana saja ada masalah tapi penyebab masalah tersebut kurang jelas.
Manfaat teknik ini orang yang telibat dalam hal memecahkan suatu
masalah dapat melihat penyebab yang sebenarnya yang mungkin belum bisa
dilihat kalau masalahnya hanya dapat dilihat hanya sepihak. Teknik analisa akar
masalah dapat melibatkan orang setempat yang tahu secara mendalam
permasalahan terssebut.
Langkah pebuatan dapat diringkas sebagai berikut :
Mengidentifikasikan masalah utama (yang perlu dipecahkan)
Mengndentifikasikan penyebab masalah tertentu
Pengelompokan sebab-sebab tersebut
Mengidentifisikan tingkatan penyebab
Menentukan tujuan dan sasaran
Memprioritaskan penyebab yang paling besar
Memprioritaskan sasaran yang paling efektif dan mudah serta realistis
unrtuk dicapai
Menyusun rencana kegiatan
STUDI IDENTIFIKASI DAN MASTERPLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN MURUNG RAYA
Usulan Teknis PT. Mitra Indah Membangun E - 44
I. Analisis Akar Tujuan
Analisis ini dipergunakan untuk menyusun suatu rencana kegiatan
masyarakat dengan jalan memberikan gambaran masalah yang dihadapi dan
tujuan yang dapat dicapai serta tahapan yang harus ditempuh untuk mencapai
tujuan yang diharapkan. Teknik ini sangat fisual sehingga mudah dipahami oleh
masyaraka tdan memiliki tingkat partisipasi. Selain itu teknik ini juga sangat
sistematis sehingga mudah untuk membuat suatu proses perencanaan.
Langkah-langkan analisis tujuan :
Mencari masalah pokok
Mengidentifikan maslaah tersebut hingga lebih riuni sampai muincul
penyebab.
Menetapkan tujuan yang diinginkan untuk mengatasi masalah tersebut
Memprioritaskan masalah yang ada sehingga masalah utama dapat
diketahui
Tujuan terhadap pertama akan menjadi tujuan dalam kegiatan yang
direncanakan
Kalau tujuan utamanya telah muncul maka perlu dicari alternatif-alternatif
agar tujuan utama tersebut dapat tercapai
Dari alternative-alternatif yang ada maka perlu dicari sumber daya
pendukungnya (sumber daya alam maupun sumber daya manusia)
Dari berbagai alternative yang ada maka dipilih alternative yang
mempunyai sumber daya pendukung yang banyak
Dari alternative tersebut selanjutnya disusun langkah-langkah agar rencana
dapat tercapai
J. Analisis SWOT
Pengertian
Analisis SWOT merupakan salah satu teknik analisis yang digunakan
dalam menginterpretasikan wilayah perencanaan, khususnya pada kondisi yang
sangat kompleks dimana faktor eksternal dan internal memegang peran yang
sama pentingnya.
STUDI IDENTIFIKASI DAN MASTERPLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN MURUNG RAYA
Usulan Teknis PT. Mitra Indah Membangun E - 45
SWOT secara harfiah merupakan akronim yang terdiri dari konsep/kata:
a. S (Strength/kekuatan) : Suatu keadaan atau kondisi yang ada/ dimiliki yang
dianggap/ merupakan hal yang sudah baik.
b. W (Weakness/kelemahan/masalah) : Suatu keadaan atau kondisi yang
dianggap memiliki kelemahan atau masalah
c. O (opportunity/kesempatan/peluang) : Suatu keadaan atau kondisi yang ada
atau akan terjadi di dalam/ sekitar daerah yang dianggap berpeluang untuk
digunakan bagi pengembangan potensi.
d. T (Threat/ancaman/ hambatan) : Suatu keadaan/ kondisi yang ada atau
yang akan terjadi di dalam/ sekitar daerah yang dianggap dapat
menghambat/ mengancam pengembangan potensi.
Kekuatan dan kelemahan merupakan faktor intern, sedangkan
kesempatan dan ancaman merupakan faktor ekstern.
Manfaat
SWOT digunakan untuk dapat menetapkan tujuan secara lebih realistis
dan efektif, serta merumuskan strategi dengan efektif pula. Dengan berlandaskan
SWOT, tujuan tidak akan menjadi terlalu rendah atau terlalu tinggi. Dengan
analisis SWOT akan diketahui kekuatan dan kesempatan yang terbuka bagi
faktor positif dan kelemahan serta ancaman yang ada sebagai faktor negatif.
Maka diperoleh semacam core strategy yang prinsipnya merupakan :
e. Strategi yang memanfaatkan kekuatan dan kesempatan yang ada secara
terbuka
f. Strategi yang mengatsi ancaman yang ada
g. Strategi yang memperbaiki kelemahan yang ada
Dalam memanfaatkan SWOT, juga terdapat alternatif penggunaan yang
didasarkan dari kombinasi masing masing aspek sebagai berikut.
h. SO : Memanfaatkan kekuatan (S) secara maksimal untuk meraih peluang
i. ST : Memanfaatkan kekuatan (S) secara maksimal untuk mengantisipasi
atau menghadapi ancaman (T) dan berusaha maksimal menjadikan ancaman
sebagai peluang
j. WO :Meminimalkan kelemahan (W) untuk meraih peluang (O).
STUDI IDENTIFIKASI DAN MASTERPLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN MURUNG RAYA
Usulan Teknis PT. Mitra Indah Membangun E - 46
S t r e n g t h sS t r e n g t h s W e a k n e s s e sW e a k n e s s e s
I n te r n a l A u d itI n te r n a l A u d it
S t r e n g t h sS t r e n g t h s W e a k n e s s e sW e a k n e s s e s
I n te r n a l A u d itI n te r n a l A u d it
Op
po
rtu
nit
ies
Op
po
rtu
nit
ies
T h
r e
a t
sT
h r
e a
t s
Ex
te
rn
al
En
vir
on
me
nt
Ex
te
rn
al
En
vir
on
me
nt
Op
po
rtu
nit
ies
Op
po
rtu
nit
ies
T h
r e
a t
sT
h r
e a
t s
Ex
te
rn
al
En
vir
on
me
nt
Ex
te
rn
al
En
vir
on
me
nt S O W O
S T W T
k. WT :Meminimalkan kelemahan (W) untuk menghindari secara lebih baik
dari ancaman.
Gambar Matriks SWOT
K. Analisis Kelembagaan
Teknik pembuatan bagan hubungan kelembagaan merupakan teknik yang
digunakan untuk memfasilitasi kajian hubungan antara masyarakat dengan
lembaga-lembaga yang ada di lingkungannya.
Hasil pengkajian dituangkan ke dalam diagram venn yang akan
menunjukkan besarnya manfaat, pengaruh dan dekatnya hubungan suatu
lembaga dengan masyarakat.
Tujuan dari pembuatan bagan hubungan kelembagaan yaitu :
1. mengetahui keberadaan, manfaat dan peranan berbagai lembaga.
2. mengetahui hubungan antar lembaga-lembaga tersebut.
3. mengetahui keterlibatan suatu kelompok di dalam kegiatan kelembagaan
tersebut.
L. Analisis Alternatif Penyusunan Program
STUDI IDENTIFIKASI DAN MASTERPLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN MURUNG RAYA
Usulan Teknis PT. Mitra Indah Membangun E - 47
Menetapkan pendekatan program yang cocok dengan kondisi dan dapat
memberikan hasil yang diinginkan. Alternatif adalah kemungkinan-
kemungkinan yang dapat dipilih. Analisis alternatif adalah kegiatan
mengidentifikasi, menetapkan kriteria, memberi bobot, dan memilih salah satu
pendekatan untuk mencapai tujuan.
Pembuatan analisis alternatif program dilaksanakan dengan memperhatikan
beberapa langkah sistematis sebagai berikut:
1. Mempelajari kembali analisis tujuan dan selanjutnya membentuk
pendekatan-pendekatan yang akan dipilih.
2. Menelaah beberapa alternatif rangkaian tujuan yang mengarah pada
tujuan tersebut.
3. Menentukan kriteria dan cara penilaian alternatif.
4. Memberikan nilai untuk masing-masing alternatif sesuai kriteria yang
telah ditetapkan untuk menentukan alternatif yang paling tepat untuk
dilaksanakan.
Penentuan kriteria didasarkan pada kepentingan dan prioritas pihak-pihak yang
akan terlibat dalam pelaksanaan kegiatan/stakeholders.
Beberapa contoh kriteria yang dapat digunakan adalah sebagai berikut:
1. Penerima Manfaat Maksimal, semakin banyak penerima manfaat dari
sebuah kegiatan, maka makin tinggi pula prioritas kegiatan tersebut.
2. Peningkatan pendapatan, semakin banyak kesempatan meningkatkan
pendapatan masyarakat di lokasi rintisan, maka semakin tinggi skor
yang diberikan.
3. Ketersediaan Sumber Daya, semakin mudah penyediaan sumber daya
yang dibutuhkan, maka semakin tinggi prioritas kegiatan tersebut.
STUDI IDENTIFIKASI DAN MASTERPLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN MURUNG RAYA
Usulan Teknis PT. Mitra Indah Membangun E - 48
4. Replikabilitas, semakin tinggi tingkat kemungkinan pengulangannya di
tempat lain, makin tinggi skornya.
5. Sustainability, semakin tinggi tingkat kesinambungannya terhadap
kegiatan yang telah dilaksanakan maupun kemungkinan
pengembangannya di masa mendatang, maka semakin tinggi pula skor
yang diberikan.
Pada Tabel berikut ini diperlihatkan salah satu contoh aplikasi bentuk matriks
alternatif proyek.
TTaabbeell CCoonnttoohh BBeennttuukk MMaattrriikkss AAlltteerrnnaattiiff PPrrooyyeekk
No Kriteria Total
Bobot
Bobot
(b)
Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3 Alternatif 4 Alternatif 5
n bxn n bxn n bxn n bxn n bxn
1 Penerima manfaat maksimal
25 25 3 30 3 30 3 30 2 20 2 20
2 Peningk. Pendapatan 15 15 3 30 3 30 3 30 3 30 2 20
3 Peningk. Pemanf. Potensi SDM
15 15 1 10 1 10 3 30 3 30 3 30
4 Ketersediaan SDA 15 15 3 30 2 20 1 10 1 10 1 10
5 Replikabilitas 15 15 3 30 2 20 1 10 1 10 2 20
6 Sustainability