Top Banner

of 49

Metodologi kawasan Agropolitan

Nov 02, 2015

Download

Documents

perady

Metodologi Kawasan agropolitan
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • STUDI IDENTIFIKASI DAN MASTERPLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN MURUNG RAYA

    Usulan Teknis PT. Mitra Indah Membangun E - 1

    E.1. Metodologi Pengumpulan Data

    E.1.1 Metode Pengumpulan Data Primer

    Data primer ini diperoleh dengan beberapa cara seperti wawancara dan

    kuisioner, observasi lapangan, serta foto mapping. Berikut merupakan bebrapa

    metode dalam perolehan data melalui survey primer.

    1. Wawancara dan Kuisioner

    Wawancara dilakukan untuk mengetahui aspirasi masyarakat mengenai

    pembangunan, seperti mengetahui fasilitas apa yang dibutuhkan untuk

    menunjang kegiatan pertanian, ataupun untuk mengetahui kondisi sosial dari

    masyarakat seperti tingkat penghasilan. Wawancara juga bisa untuk mengetahui

    masalah dan kendala yang terjadi dalam usaha pengembangan maupun produksi

    pertanian. Selain kepada masyarakat, survey juga dilakukan dengan aparatur

    pemerintahan yang bertujuan untuk mengetahui program-program

    pembangunan yang telah dan akan diterapkan pada wilayah pengembangan

    kawasan terpilih sebagai kawasan Agropolitan yaitu Kecamatan Puruk Cahu .

    2. Observasi Lapangan

    Pengumpulan data melalui observasi lapangan yaitu melihat secara

    langsung lokasi studi mengenai:

  • STUDI IDENTIFIKASI DAN MASTERPLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN MURUNG RAYA

    Usulan Teknis PT. Mitra Indah Membangun E - 2

    - Kondisi fisik kawasan di wilayah studi yang terdiri dari tinjauan

    langsung topografi, tinjauan langsung kondisi fasilitas fisik, jumlah

    fasilitas fisik, persebaran fasilitas fisik, jaringan utilitas fisik, dan tata

    guna lahan eksisting.

    - Kondisi pertanian, untuk mengetahui kondisi pertanian, dapat dilihat

    dari tata guna lahan untuk kepentingan perekonomian, seperti luas

    lahan pertanian, kondisi pertanian, dan jumlah industri yang bergerak

    dalam bidang pertanian, persebaran fasilitas pertanian, dan jaringan

    utilitas penunjang kegiatan pertanian.

    - Kondisi sosial kependudukan dengan melihat langsung di lapangan

    kondisi masyarakat, misalnya dilihat dari pola kehidupan dan budaya

    setempat.

    3. Foto Mapping

    Berguna sebagai dokumen, dan untuk mempermudah serta memperjelas

    tentang kondisi fisik kawasan studi eksisting, dalam hal ini yang dijadikan arsip

    khususnya potensi dan masalah yang terdapat di kawasan studi. Untuk lebih

    detail, foto yang diambil sebagai dokumen antara lain kondisi fasilitas, kondisi

    utilitas, kondisi jalan, dan kondisi lahan pertanian, perkebunan, yang

    mendukung perekonomian masyarakat.

    E.1.2 Metode Pengumpulan Data Sekunder

    Data sekunder ini diperoleh dengan beberapa cara pengambilan data-data

    yang dibutuhkan dalam studi ini di instansi-instansi terkait, adapun rinciannya

    adalah sebagai berikut:

    1. Badan Perencanaan dan Pembangunan Kabupaten Murung Raya

    Data yang dibutuhkan pada Badan Perencanaan dan Pembangunan

    Kabupaten Murung Raya adalah:

    RTRW Kabupaten Murung Raya

    Kabupaten dalam angka

    Rencana-rencana strategis kawasan pengembangan

  • STUDI IDENTIFIKASI DAN MASTERPLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN MURUNG RAYA

    Usulan Teknis PT. Mitra Indah Membangun E - 3

    2. Badan Pertanahan Nasional

    Data yang dibutuhkan pada Badan Pertanahan Nasional Kabupaten

    Murung Raya antara lain:

    Aspek Fisik Dasar

    a. Sifat fisik tanah

    b. Sifat kimia tanah

    c. Tektur tanah

    d. Jenis tanah

    e. Ketebalan & kedalaman lapisan tanah

    f. Derajat erositas tanah

    Tata Guna Lahan Tanah

    a. Persebaran tata guna lahan Kecamatan Puruk Cahu

    b. Komposisi Luas lahan

    Kondisi Klimatologi, Hidrologi, Topografi dan Geologi

    a. Curah hujan dan jumlah bulan kering

    b. Kelembaban

    c. Suhu

    d. Cahaya

    e. Ketinggian dan kemiringan tanah

    f. Kondisi bebatuan

    3. Badan Pusat Statistik Kabupaten Murung Raya

    Data yang dibutuhkan pada Badan Pusat Statistik adalah:

    Kecamatan Puruk Cahu dalam angka

    4. Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Murung Raya

    Data Sistem transportasi Kabupaten Murung Raya

    Jaringan jalan penunjang kawasan Kabupaten Murung Raya

    Sarana pendidikan

    Sarana Transportasi

    Sarana kesehatan

    Sarana peribadatan

  • STUDI IDENTIFIKASI DAN MASTERPLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN MURUNG RAYA

    Usulan Teknis PT. Mitra Indah Membangun E - 4

    Kondisi aksesibilitas

    Ketersediaan air bersih

    Kondisi infrastruktur drainase

    Kondisi infrastruktur air limbah

    5. Dinas Pertanian Kabupaten Murung Raya

    Data Sistem Pertanian

    Data Sistem Pengelolaan Hasil Pertanian

    Data Bahan baku dan bibit komoditas

    Data Teknologi Pertanian

    Data Sumber daya energi

    Data SDM (petani dan buruh tani)

    Data Lahan Pertanian

    Data Sarana Produksi pertanian

    Data Prasarana Pertanian

    Data Lembaga Pembiayaan

    Data Limbah

    Data Karakteristik produk pertanian dan olahan

    Data Sarana prasarana pemasaran

    6. Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Kabupaten Murung Raya

    Data Jumlah produksi per komoditas di Kabupaten Murung Raya

    Data Jumlah seluruh produksi pertanian di Kabupaten Murung Raya

    7. Dinas Perkebunan

    Luas kawasan lahan perkebunan

    Jenis-jenis produksi perkebunan

    Jumlah produksi perkebunan dan pendistribusiannya.

    E.2. Dasar Hukum

    Dasar hukum yang digunakan dalam kegiatan ini antara lain:

    1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;

  • STUDI IDENTIFIKASI DAN MASTERPLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN MURUNG RAYA

    Usulan Teknis PT. Mitra Indah Membangun E - 5

    2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

    Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia

    Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

    Nomor 5059);

    3. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan

    Pertanian Pangan Berkelanjutan (Lembaran Negara Republik Indonesia

    Tahun 2009 Nomor 149, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

    Nomor 5068);

    4. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata

    Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

    2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

    4833);

    5. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan

    Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010

    Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

    5103);

    6. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata

    Cara Peran Masyarakat dalam Penataan Ruang (Lembaran Negara

    Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara

    Republik Indonesia Nomor 1560);

    7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 51 Tahun 2007 tentang

    Pembangunan Kawasan Perdesaan Berbasis Masyarakat;

    8. Surat Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor

    144/OT.210/A/V/2002 tentang Pengembangan Kawasan Agropolitan

    Departemen Pertanian Tahun 2002;

    E.3. Landasan Teori

    a. Pengertian Umum Agropolitan

    Agropolitan terdiri dari dua kata Agro dan politan (polis). Agro berarti

    pertanian dan politan berarti kota, sehingga agropolitan dapat diartikan sebagai

  • STUDI IDENTIFIKASI DAN MASTERPLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN MURUNG RAYA

    Usulan Teknis PT. Mitra Indah Membangun E - 6

    kota pertanian atau kota di daerah lahan pertanian atau pertanian di daerah

    kota. Agropolitan adalah kota pertanian yang tumbuh dan berkembang karena

    berjalannya sistem dan usaha agribisnis serta mampu melayani, mendorong,

    menarik, menghela kegiatan pembangunan pertanian (agribisnis) di wilayah

    sekitarnya.

    Konsep pengembangan agropolitan (Mengacu pada tulisan Friedmann

    dan Mike Douglass Agropolitan Development: Towards a new strategy for regional

    planning in Asia dalam Growth Pole Strategy and Regional Development Planing in

    Asia UNCRD, Nagoya) pertama kali diperkenalkan oleh Mc. Douglass dan

    Friedmann (1974) sebagai strategi untuk mengembangkan perdesaan.

    Pengembangan konsep ini pada dasarnya berupaya untuk mengembangkan

    pelayanan perkotaan di kawasan perdesaan, atau dengan kata lain sering

    diistilahkan oleh Friedmann sebagai kota di ladang. Dengan konsep

    agropolitan, maka petani atau pelaku ekonomi di perdesaan tidak perlu harus

    pergi ke kota untuk mendapatkan pelayanan, baik pelayanan yang berhubungan

    dengan produksi, pemasaran, ataupun kebutuhan sosial budaya dan kebutuhan

    harian.

    Menurut pemikiran Friedmann, konsep agropolitan terdiri atas distrik-

    distrik agropolitan dan setiap distrik agropolitan didefinisikan sebagai kawasan

    pertanian perdesaan yang memiliki kepadatan penduduk rata-rata 200

    jiwa/km2. Distrik dalam agropolitan akan dijumpai kota-kota tani yang

    berpenduduk antara 10.000 25.000 jiwa. Batas distrik dinyatakan dalam radius

    pelayanan sejauh 5 10 km atau kurang lebih setara dengan 1 jam perjalanan

    dengan sepeda. Dimensi luasan geografis wilayah agropolitan ini akan

    menghasilkan jumlah penduduk total 50.000 150.000 penduduk yang

    mayoritas bekerja di sektor pertanian. Disini Friedmann cenderung tidak

    membedakan secara spesifik bentuk pertaniannya, apakah dikelola secara

    corporate ataukah konvensional.

    Stohr dan Todling menyarankan sebuah strategi Penutupan ruang yang

    selektif untuk mendukung ide tersebut. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk

  • STUDI IDENTIFIKASI DAN MASTERPLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN MURUNG RAYA

    Usulan Teknis PT. Mitra Indah Membangun E - 7

    melindungi kota kecil dan penduduk perdesaan dari akibat kemungkinan yang

    merugikan dari hubungan antara kota besar dan pedesaan (Rondinelli, 1985)

    Elemen dari pendekatan Konsep Agropolitan adalah sebagai berikut :

    The basic conditions for its realization

    The territorial framework

    The expansion of production

    The role of the state (Friedmann and Weaver,1979 :194)

    Kota pertanian (agropolitan) berada dalam kawasan pemasok hasil

    pertanian (sentra produksi pertanian), yang mana kawasan tersebut memberikan

    kontribusi yang besar terhadap mata pencaharian dan kesejahteraan

    masyarakatnya. Selanjutnya kawasan pertanian tersebut (termasuk kotanya)

    disebut sebagai kawasan agropolitan. Kota pertanian dapat merupakan kota

    menengah atau kota kecil atau kota kecamatan atau kota perdesaan atau kota

    nagari yang berfungsi sebagai pusat pertumbuhan ekonomi yang mendorong

    pertumbuhan pembangunan perdesaan dan desa-desa Hinterland atau wilayah

    sekitarnya melalui pengembangan ekonomi, yang tidak terbatas sebagai pusat

    pelayanan sektor pertanian, tetapi juga pembangunan sektor secara luas seperti

    usaha pertanian (on farm dan off farm), industri kecil, pariwisata, jasa pelayanan,

    dan lain-lain.

    Batasan suatu kawasan agropolitan tidak ditentukan oleh batasan

    administratif pemerintah (desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten) tetapi lebih

    ditentukan dengan memperhatikan economic of scale dan economic of scope. Karena

    itu, penetapan kawasan agropolitan hendaknya di rancang secara lokal dengan

    memperhatikan realitas perkembangan agribisnis yang ada di setiap daerah.

    Dengan demikian bentuk dan luasan kawasan agropolitan, dapat meliputi satu

    wilayah Desa/kelurahan atau kecamatan atau beberapa kecamatan dalam

    kabupaten/kota atau dapat juga meliputi wilayah yang dapat menembus

    wilayah kabupaten/kota lain yang berbatasan. Kotanya dapat berupa kota desa

    atau kota nagari atau kota kecamatan atau kota kecil atau kota menengah.

    b. Persyaratan Kawasan Agropolitan

  • STUDI IDENTIFIKASI DAN MASTERPLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN MURUNG RAYA

    Usulan Teknis PT. Mitra Indah Membangun E - 8

    Berdasarkan Pedoman Pengelolaan Ruang Kawasan Agropolitan yang

    dikeluarkan oleh Dirjen Penataan Ruang dan Wilayah disebutkan suatu wilayah

    dapat dikembangkan menjadi suatu kawasan sentra produksi pangan

    (agropolitan) harus dapat memenuhi persyaratan sebagai berikut:

    1. Memiliki sumberdaya lahan dengan agroklimat yang sesuai untuk

    mengembangkan komoditi pertanian khususnya pangan, yang dapat

    dipasarkan atau telah mempunyai pasar (selanjutnya disebut komoditi

    unggulan).

    2. Memiliki prasarana dan infrastruktur yang memadai untuk mendukung

    pengembangan sistem dan usaha agribisnis khususnya pangan, seperti

    misalnya: jalan, sarana irigasi/pengairan, sumber air baku, pasar, terminal,

    jaringan telekomunikasi, fasilitas perbankan, pusat informasi

    pengembangan agribisnis, sarana produksi pengolahan hasil pertanian, dan

    fasilitas umum serta fasilitas sosial lainnya.

    3. Memiliki sumberdaya manusia yang mau dan berpotensi untuk

    mengembangkan kawasan sentra produksi pangan (agropolitan) secara

    mandiri.

    4. Konservasi alam dan kelestarian lingkungan hidup bagi kelestarian

    sumberdaya alam, kelestarian sosial budaya maupun ekosistem secara

    keseluruhan.

    c. Ciri Kawasan Agropolitan

    Suatu kawasan agropolitan yang sudah berkembang memiliki ciri-ciri

    sebagai berikut :

    1. Sebagian besar masyarakat dikawasan tersebut memperoleh pendapatan

    dari kegiatan pertanian (agribisnis).

    2. Kegiatan di kawasan tersebut sebagian besar didominasi oleh kegiatan

    pertanian atau agribisnis, termasuk di dalamnya usaha industri

    (pengolahan) pertanian, perdagangan hasil-hasil pertanian (termasuk

  • STUDI IDENTIFIKASI DAN MASTERPLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN MURUNG RAYA

    Usulan Teknis PT. Mitra Indah Membangun E - 9

    perdagangan untuk kegiatan ekspor), perdagangan agribisnis hulu (sarana

    pertanian dan permodalan), agrowisata dan jasa pelayanan.

    3. Hubungan antara kota dan daerah-daerah Hinterland di kawasan

    agropolitan bersifat interdependensi atau timbal balik yang harmonis, dan

    saling membutuhkan, dimana kawasan pertanian mengembangkan usaha

    budidaya (on farm) dan produk olahan skala rumah tangga (off farm),

    sebaliknya kota menyediakan fasilitas untuk berkembangnya usaha

    budidaya dan agribisnis seperti penyediaan sarana pertanian, modal,

    teknologi, informasi pengolahan hasil dan penampungan (pemasaran) hasil

    produksi/produk pertanian.

    4. Kehidupan masyarakat di kawasan agropolitan mirip dengan suasana kota

    karena keadaan sarana yang ada di kawasan agropolitan tidak jauh

    berbeda dengan kota.

    Dengan demikian maka peran agropolitan adalah untuk melayani

    kawasan produksi pertanian disekitarnya dimana berlangsung kegiatan agribisnis

    yang dilakukan oleh para petani setempat. Fasilitas pelayanan yang diperlukan

    bertujuan untuk memberi kemudahan dalam hal kemudahan produksi dan

    pemasaran, antara lain :

    1. Input Sarana Produksi :

    (1) Pupuk

    (2) Bibit

    (3) Obat-Obatan

    (4) Peralatan dan lainnya.

    2. Sarana Penunjang Produksi :

    (1) Lembaga Perbankan

    (2) Koperasi

    (3) Lembaga Penelitian

    (4) Infrastruktur dan lainnya.

    3. Sarana Pemasaran :

    (1) Pasar

  • STUDI IDENTIFIKASI DAN MASTERPLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN MURUNG RAYA

    Usulan Teknis PT. Mitra Indah Membangun E - 10

    (2) Terminal

    (3) Sarana transportasi pendukung

    Kunci keberhasilan pembangunan agropolitan adalah memberlakukan

    setiap distrik agropolitan sebagai satu unit tunggal otonom mandiri tetapi

    terintegrasi secara sinergis dengan keseluruhan sistem pengembangan

    wilayahnya.

    Dalam konsep agropolitan, pengembangan desa dan kota diintegrasikan

    untuk menghindari tumbuhnya kota-kota di luar kendali sistem pengembangan

    wilayah agropolitan. Upaya ini selain menghindari adanya kesenjangan antara

    permukiman yang ada dengan pengembangan kota-kota tani, juga bertujuan

    untuk mengintegrasikan penduduk lokal dalam skema pengembangan wilayah

    agropolitan serta sekaligus merupakan upaya meningkatkan fungsi desa dan kota

    yang ada menjadi kota-kota tani. Kota-kota tani yang direncanakan tidak selalu

    merupakan kota baru. Sistem jaringan transportasi wilayah yang

    menghubungkan kota utama dengan kota orde lainnya harus menunjang sesuai

    dengan ketentuan hirarki jalan. Karena itu pula sistem transportasi, jaringan

    jalan, moda transportasi, serta interkoneksi sistem jaringan jalan secara regional

    harus dirancang secara terpadu dengan sistem kota-kota tani.

    Ditinjau dari aspek tata ruang maka secara umum struktur hirarki sistem

    kota agropolitan dapat digambarkan sebagai berikut :

    1. Kota tani utama (kota orde 1), berfungsi sebagai :

    (1) Kota perdagangan yang berorientasi ekspor ke luar daerah

    (nasional dan internasional), bila berada di tepi pantai maka kota

    ini memiliki pelabuhan samudra.

    (2) Pusat kegiatan final manufacturing industri pertanian, stock

    pergudangan, dan perdagangan bursa komoditas.

    (3) Pusat kegiatan tersier agro bisnis, jasa perdagangan, asuransi

    pertanian, perbankan, dan keuangan.

    (4) Pusat pelayanan (general agro-industry services).

    2. Pusat distrik agropolitan (kota orde 2), berfungsi sebagai :

  • STUDI IDENTIFIKASI DAN MASTERPLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN MURUNG RAYA

    Usulan Teknis PT. Mitra Indah Membangun E - 11

    (1) Pusat perdagangan wilayah, ditandai adanya pasar grosir dan

    pergudangan komoditas sejenis.

    (2) Pusat kegiatan agro-industri berupa pengolahan barang jadi dan

    setengah jadi serta kegiatan agro-bisnis.

    (3) Pusat pelayanan agro-industri khusus, pendidikan, pelatihan, dan

    pemuliaan komoditas pertanian unggulan.

    3. Pusat satuan kawasan pertanian (kota orde 3), berfungsi sebagai :

    (1) Pusat perdagangan lokal yang ditandai dengan adanya pasar

    harian.

    (2) Pusat koleksi komoditas pertanian sebagai bahan mentah industri.

    (3) Pusat penelitian, pembibitan, dan percontohan komoditas.

    (4) Pusat pemenuhan pelayanan kebutuhan permukiman pertanian.

    (5) Koperasi dan informasi pasar barang perdagangan.

    d. Tipologi Kawasan

    Kawasan agropolitan memiliki tipologi kawasan sesuai klasifikasi sektor

    usaha pertanian dan agribisnisnya masing-masing, adapun tipologi kawasan

    tersebut tersaji dalam tabel sebagai berikut:

    Tabel Tipologi Kawasan Agropolitan

    No. Sektor Usaha

    Pertanian Tipologi Kawasan Persyaratan Agroklimat

    01. Tanaman

    Pangan

    Dataran rendah dan dataran tinggi,

    dengan tekstur lahan yang datar,

    memiliki sarana pengairan (irigasi)

    yang memadai.

    Harus sesuai dengan jenis

    komoditi yang dikembangkan

    seperti ketinggian lahan, jenis

    tanah, testur lahan, iklim, dan

    tingkat keasaman tanah.

    02. Hortikultura Dataran rendah dan dataran tinggi,

    dengan tekstur lahan datar dan

    berbukit, dan tersedia sumber air

    yang memadai.

    Harus sesuai dengan jenis

    komoditi yang dikembangkan

    seperti ketinggian lahan, jenis

    tanah, testur lahan, iklim, dan

    tingkat keasaman tanah.

    03. Perkebunan Dataran tinggi, dengan tekstur

    lahan berbukit, dekat dengan

    kawasan konservasi alam.

    Harus sesuai dengan jenis

    komoditi yang dikembangkan

    seperti ketinggian lahan, jenis

    tanah, testur lahan, iklim, dan

    tingkat keasaman tanah.

    04. Peternakan Dekat kawasan pertanian dan

    perkebunan, dengan sistem sanitasi

    yang memadai.

    Lokasi tidak boleh berada

    dipermukiman dan

    memperhatikan aspek adaptasi

    lingkungan.

    05. Perikanan darat Terletak pada kolam perikanan Memperhatikan aspek

  • STUDI IDENTIFIKASI DAN MASTERPLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN MURUNG RAYA

    Usulan Teknis PT. Mitra Indah Membangun E - 12

    darat, tambak, danau alam dan

    danau buatan, daerah aliran sungai

    baik dalam bentuk keramba

    maupun tangkapan alam.

    keseimbangan ekologi dan

    tidak merusak ekosistem

    lingkungan yang ada.

    Sumber : Pedoman Pengelolaan Ruang Kawasan Agropolitan

    Dirjen Penataan Ruang dan Wilayah, 2002

  • STUDI IDENTIFIKASI DAN MASTERPLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN MURUNG RAYA

    Usulan Teknis PT. Mitra Indah Membangun E - 13

    Gambar Konsep Pengembangan Kawasan Agropolitan

    Sumber : Makalah Pengembangan Kawasan Agropolitan Dalam Rangka Pengembangan Wilayah Oleh Dr.Ir. Soenarno, Dipl HE

    DPP : Desa Pusat Pertumbuhan

    PASAR/GLOBAL

    DPP

    DPP

    DPP

    Penghasil Bahan Baku

    Pengumpul Bahan Baku

    Sentra Produksi

    Kota Kecil/Pusat Regional

    Kota Sedang/Besar (outlet)

    Jalan & Dukungan Sapras

    Batas Kawasan Lindung, budidaya,

    Batas Kawasan Agropolitan

    Keterangan :

  • STUDI IDENTIFIKASI DAN MASTERPLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN MURUNG RAYA

    Usulan Teknis PT. Mitra Indah Membangun E - 14

    Gambar Keterkaitan Pusat Agropolitan Dengan

    Sistem Pusat Nasional, Propinsi, dan Kabupaten

    Sumber : Makalah Pengembangan Kawasan Agropolitan Dalam Rangka Pengembangan Wilayah Oleh Dr.Ir. Soenarno, Dipl HE

    Agropolitan merupakan salah satu kerangka perencanaan wilayah yang

    secara eksplisit menyebutkan perlunya keterpaduan pengembangan antara

    wilayah perkotaan dengan perdesaan. Konsep agropolitan mengindikasikan

    bahwa pengembangan perdesaan dapat dilakukan dengan baik melalui

    keterkaitan perdesaan dengan perkotaan pada tingkat lokal. Terdapat tiga isu

    strategis dalam pengembangan agropolitan, yaitu : (a) aksesibilitas terhadap

    lahan dan irigasi; (b) devolusi otoritas administratif dan politis ke tingkat

    lokal; serta (c) perubahan kebijakan pembangunan nasional yang mendukung

    terciptanya diversifikasi produk pertanian. Friedman (1992), menyebutkan

    bahwa tantangan terbesar dalam pengembangan agropolitan adalah bagaimana

    kita mengintegrasikan local capacity building dan partisipasi masyarakat kedalam

    suatu program untuk mempercepat mutually benefits bagi kawasan perdesaan dan

    perkotaan dalam kerangka pembangunan nasional.

    Jalan Propinsi

    Jalan Kabupaten

    Jalan Lokal

    Jalan Propinsi

    Jalan Kabupaten

    Jalan Lokal

    Jalan Nasional Kawasan 1

    Kawasan 2

    Keterangan :

    Pusat Kegiatan Nasional

    Pusat Kegiatan Wilayah

    Pusat Kegiatan Lokal

    Pusat Agropolitan

  • STUDI IDENTIFIKASI DAN MASTERPLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN MURUNG RAYA

    Usulan Teknis PT. Mitra Indah Membangun E - 15

    E.3. Metodologi Analisa

    Pembahasan mengenai kondisi lingkungan di wilayah studi, memakai

    beberapa analisis yang berpengaruh terhadap kegiatan pertanian, yaitu:

    A. Analisis Kependudukan

    Model analisis dalam analisis kekendudukan, hanya dipergunakan

    sebagai alat bantu dalam memperkirakan keadaan penduduk masa yang akan

    datang. Analisis ini meliputi perhitungan proyeksi/perkiraan pertumbuhan dan

    persebaran penduduk.

    Pertumbuhan Penduduk

    Prosentase rata-rata laju pertumbuhan penduduk adalah prioritas

    pertambahan penduduk rata-rata tiap tahun. Pertumbuhan penduduk wilayah

    perencanaan dihasilkan oleh perubahan jumlah penduduk secara alamiah

    (kelahiran dan kematian) dan perubahan jumlah penduduk akibat migrasi

    (penduduk datang dan pergi).

    Perkiraan Jumlah Penduduk

    Perkiraan jumlah penduduk wilayah perencanaan selama 10 tahun

    kedepan dengan menggunakan komparasi 3 metode proyeksi penduduk berikut,

    yaitu :

    1. Metode Bunga Berganda

    Dalam metode ini perkiraan jumlah penduduk didasarkan pada

    tingkat pertambahan penduduk di tahun sebelumnya yang relatif

    berganda dengan sendirinya. Rumus perhitungan proyeksi penduduk

    menurut metode bunga berganda sebagai berikut :

    Dimana :

    Pt : Jumlah penduduk di daerah yang diselidiki pada tahun t.

    Pt + u : Jumlah Penduduk di daerah yang diselidiki pada tahun t + u

    R : Tingkat (Prosentase) Pertambahan penduduk rata-rata setiap tahun

    (diperoleh dari data masa lalu)

    2. Metode Eksponensial

    Pt + u = Pt ( 1 + R )u

  • STUDI IDENTIFIKASI DAN MASTERPLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN MURUNG RAYA

    Usulan Teknis PT. Mitra Indah Membangun E - 16

    Metode ini dipergunakan apabila laju pertumbuhan penduduk tidak

    terlalu besar, dimana pertambahan jumlah penduduk relatif sama tiap

    tahun. Rumus perhitungan proyeksi penduduk menurut metode

    eksponensial sebbagi berikut:

    Dimana:

    Pt : Jumlah penduduk pada tahun t

    Po : Jumlah penduduk awal

    r : Laju pertumbuhan rata-rata

    n : Tahun

    3. Metode Kurva Polinomial

    Dalam metode ini diasumsikan kecenderungan laju pertumbuhan

    penduduk tetap atau dengan kata lain hubungan masa lampau

    digunakan untuk memperkirakan perkembangan yang akan datang.

    Rumus perhitungan proyeksi penduduk menurut Kurva Polinomial

    adalah sbb:

    Dimana :

    Pt : Jumlah penduduk pada tahun dasar.

    Pt Q : Jumlah penduduk pada tahun (t Q) Q : Selang waktu pada tahun dasarke tahun (t Q) b : Rata-rata pertambahan jumlah penduduk tiap tahun

    bn : Tambahan penduduk n tahun

    1

    1

    Q

    bnB

    q

    4. Metode Regresi Linear

    Metode ini merupakan penghalusan metode polinomial, karena akan

    memberikan penyimpangan minimum atas data masa lampau.

    bxaPt

    Dimana :

    Pt : Jumlah penduduk daerah yang diselidiki pada tahun t.

    X : Nilai yang diambil dari variabel bebas

    a,b : Konstanta

    Pt = Po ( 1 + r ) n

    Pt-Q = Pt-b (Q)

  • STUDI IDENTIFIKASI DAN MASTERPLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN MURUNG RAYA

    Usulan Teknis PT. Mitra Indah Membangun E - 17

    Nilai a dan b dapat dicari dengan metode selisih kuadrat minimum

    yaitu :

    22

    2

    xN

    PxPPa 22

    xN

    PxxPNb

    Dimana :

    N : Jumlah tahun data pengamatan

    Sehingga rumus perhitungan proyeksi penduduk menurut metoda

    regresi linier atau ektrapolasi, menjadi :

    bxtaUPt

    Analisis Kepadatan Penduduk

    Kepadatan penduduk dalam suatu wilayah merupakan suatu aspek yang

    harus diperhatikan, karena kepadatan penduduk yang tinggi akan berdampak

    buruk pada penduduk itu sendiri maupun pada lingkungannya. Sehingga perlu

    dibuat suatu kebijaksanaan mengenai kepadatan penduduk yang tepat,

    berdasarkan analisis perbandingan hasil perhitungan jumlah penduduk eksisiting

    terhadap luas wilayah, yang kemudian diperbandingkan lagi terhadap standar

    kepadatan penduduk.

    Standar Tingkat Kepadatan Penduduk

    Jenis

    Kepadatan Penduduk / Luas Wilayah (jiwa/km2)

    Tinggi

    Sedang

    Rendah

    100-150

    50-100

    10-50

    Apabila suatu daerah belum terlalu padat maka untuk mencegah

    terjadinya pertumbuhan penduduk yang tidak terarah maka jumlah

    penduduk yang ada dapat dirumuskan dengan metode target :

    Luas

    pendudukKp

    Dimana

    Li : luas kawasan yang diijinkan

    Kp : kepadatan penduduk yang ditentukan

    JP : jumlah penduduk proyeksi

    B. Analisis Kemampuan Lahan

  • STUDI IDENTIFIKASI DAN MASTERPLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN MURUNG RAYA

    Usulan Teknis PT. Mitra Indah Membangun E - 18

    Metode ini menjelaskan cara mengetahui alokasi pemanfaatanruang yang

    tepat berdasarkan kemampuan lahan untuk pertanian yang dikategorikan dalam

    bentuk kelas dan subkelas. Dengan metode ini dapat diketahui lahan yang sesuai

    untuk pertanian, lahan yang harus dilindungi dan lahan yang dapat digunakan

    untuk pemanfaatan lainnya.

    Pedoman ini mengatur alokasi pemanfaatan ruang dari aspek fisik lahan.

    Sedangkan aspek lainnya seperti keanekaragaman hayati, dipertimbangkan

    dengan memperhatikan kriteria kawasan lindung sesuai dengan peraturan

    perundang-undangan.

    1. Klasifikasi Kemampuan Lahan

    Kemampuan lahan merupakan karakteristik lahan yang mencakup sifat

    tanah (fisik dan kimia), topografi, drainase, dan kondisi lingkungan hidup lain.

    Berdasarkan karakteristik lahan tersebut, dapat dilakukan klasifikasi kemampuan

    lahan ke dalam tingkat kelas, sub kelas, dan unit pengelolaan. Pengelompokan

    kemampuan lahan dilakukan untuk membantu dalam penggunaan dan

    interpretasi peta tanah. Kemampuan lahan sangat berkaitan dengan tingkat

    bahaya kerusakan dan hambatan dalam mengelola lahan. Dengan demikian,

    apabila tingkat bahaya/risiko kerusakan dan hambatan penggunaan meningkat.

    2. Kemampuan Lahan pada Tingkat Unit Pengelolaan

    Kategori subkelas dibagi ke dalam kategori unit pengelolaan yang

    didasarkan pada intensitas faktor penghambat dalam kategori subkelas. Dengan

    demikian, dalam kategori unit pengelolaan telah diindikasikan kesamaan potensi

    dan hambatan/risiko sehingga dapat dipakai untuk menentukan tipe

    pengelolaan atau teknik konservasi yang dibutuhkan. Kemampuan lahan pada

    tingkat unit pengelolaan memberikan keterangan yang lebih spesifik dan detil

    dari subkelas. Tingkat pengelolaan lahan diberi simbol dengan menambahkan

    angka di belakang simbol subkelas. Angka ini menunjukkan besarnya tingkat

    faktor penghambat yang ditunjukkan dalam subkelas, misalnya IIw1, IIIe3,

    IVs3, dan sebagainya. Penentuan kemampuan lahan pada tingkat unit

  • STUDI IDENTIFIKASI DAN MASTERPLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN MURUNG RAYA

    Usulan Teknis PT. Mitra Indah Membangun E - 19

    pengelolaan penting, terutama untuk melakukan evaluasi kecocokan

    penggunaan lahan saat ini. Evaluasi kecocokan penggunaan lahan diperlukan

    sebagai masukan bagi revisi rencana tata ruang atau penggunaan lahan yang

    sudah ada.

    Klasifikasi pada kategori unit pengelolaan memperhitungkan faktor-

    faktor penghambat yang bersifat permanen atau sulit diubah seperti tekstur

    tanah, lereng permukaan, drainase, kedalaman efektif tanah, tingkat erosi yang

    telah terjadi, liat masam (cat clay), batuan di atas permukaan tanah, ancaman

    banjir atau genangan air yang tetap. Faktor-faktor tersebut digolongkan

    berdasarkan besarnya intensitas faktor

    penghambat atau ancaman, sebagai berikut:

    1. Tekstur tanah Tekstur tanah dikelompokkan ke dalam lima kelompok sebagai berikut:

    t1 = halus: liat, liat berdebu.

    t2 = agak halus: liat berpasir, lempung liat berdebu, lempung berliat, lempung liat

    berpasir.

    t3 = sedang: debu, lempung berdebu, lempung.

    t4 = agak kasar: lempung berpasir.

    t5 = kasar: pasir berlempung, pasir.

    2. Permeabilitas Permeabilitas dikelompokkan sebagai berikut:

    p1 = lambat: < 0.5 cm/jam.

    p2 = agak lambat: 0.5 2.0 cm/jam. p3 = sedang: 2.0 6.25 cm/jam.

    3. Kedalaman sampai kerikil, padas, plinthite (k) Kedalaman efektif dikelompokkan sebagai berikut:

    k0 = dalam: > 90 cm.

    k1 = sedang: 90-50 cm.

    k2 = dangkal: 50-25 cm.

    k3 = sangat dangkal: < 25 cm.

    4. Lereng permukaan (l) Lereng permukaan dikelompokkan sebagai berikut:

    l0 = (A) = 0-3% : datar.

    l1 = (B) = 3-8% : landai/berombak.

    l2 = (C) = 8-15% : agak miring/bergelombang.

    l3 = (D) = 15-30% : miring berbukit.

    l4 = (E) = 30-45% : agak curam.

    l5 = (F) = 45-65% : curam.

    l6 = (G) = > 65% : sangat curam.

    5. Drainase tanah (d) Drainase tanah diklasifikasikan sebagai berikut: d0 = baik: tanah mempunyai peredaran udara baik. profil tanah dari atas sampai lapisan

    bawah berwarna terang yang seragam dan tidak terdapat bercak-bercak.

  • STUDI IDENTIFIKASI DAN MASTERPLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN MURUNG RAYA

    Usulan Teknis PT. Mitra Indah Membangun E - 20

    d1 = agak baik: tanah mempunyai peredaran udara baik. Tidak terdapat bercak-bercak

    berwarna kuning, coklat atau kelabu pada lapisan atas dan bagian atas lapisan bawah.

    d2 = agak buruk: lapisan atas tanah mempunyai peredaran udara baik. Tidak terdapat

    bercak-bercak berwarna kuning, kelabu, atau coklat. Terdapat bercak-bercak pada

    saluran bagian lapisan bawah.

    d3 = buruk: bagian bawah lapisan atas (dekat permukaan) terdapat warna atau bercak-

    bercak berwarna kelabu, coklat dan kekuningan.

    d4 = sangat buruk: seluruh lapisan permukaan tanah berwarna kelabu dan tanah bawah

    berwarna kelabu atau terdapat bercak-bercak kelabu, coklat dan

    kekuningan.

    6. Erosi (e) Kerusakan oleh erosi dikelompokkan sebagai berikut: e0 = tidak ada erosi.

    e1 = ringan: < 25% lapisan atas hilang.

    e2 = sedang: 25-75% lapisan atas hilang, < 25% lapisan bawah hilang.

    e3 = berat: > 75% lapisan atas hilang, < 25% lapisan bawah hilang.

    e4 = sangat berat: sampai lebih dari 25% lapisan bawah hilang.

    7. Faktor-faktor khusus Faktor-faktor penghambat lain yang mungkin terjadi berupa batu-batuan dan bahaya banjir: a. Batuan

    Bahan kasar dapat berada dalam lapisan tanah atau di permukaan tanah. Bahan kasar

    yang terdapat dalam lapisan 20 cm atau di bagian atas tanah yang berukuran lebih besar

    dari 2 mm dibedakan sebagai berikut:

    1). Kerikil

    Kerikil merupakan bahan kasar yang berdiameter lebih besar dari 2 mm sampai 7.5

    mm jika berbentuk bulat atau sampai 15 cm sumbu panjang jika berbentuk gepeng.

    Kerikil di dalam lapisan 20 cm dikelompokkan sebagai berikut:

    b0 = tidak ada atau sedikit: 0-15% volume tanah.

    b1 = sedang: 15-50% volume tanah.

    b2 = banyak: 50-90% volume tanah.

    b3 = sangat banyak: > 90 % volume tanah.

    2). Batuan kecil

    Batuan kecil merupakan bahan kasar atau batuan berdiameter 7.5 cm sampai 25

    cm jika berbentuk bulat, atau sumbu panjangnya berukuran 15 cm sampai 40 cm

    jika berbentuk gepeng. Banyaknya batuan kecil dikelompokkan sebagai berikut:

    b0 = tidak ada atau sedikit: 0-15% volume tanah.

    b1 = sedang: 15-50% volume tanah.

    b2 = banyak: 50-90% volume tanah.

    b3 = sangat banyak: > 90% volume tanah.

    3). Batuan lepas (stone)

    Batuan lepas merupakan batuan yang bebas dan terletak di atas permukaan

    tanah, berdiameter lebih besar dari 25 cm (berbentuk bulat) atau bersumbu

    memanjang lebih dari 40 cm (berbentuk gepeng). Penyebaran batuan lepas di atas

    permukaan tanah dikelompokan sebagai berikut:

    b0 = tidak ada: kurang dari 0.01% luas areal.

    b1 = sedikit : 0.01%-3% permukaan tanah tertutup.

    b2 = sedang : 3%-15% permukaan tanah tertutup.

    b3 = banyak : 15%-90% permukaan tanah tertutup.

    b4 = sangat banyak: lebih dari 90% permukaan tanah tertutup; tanah sama sekali

    tidak dapat digunakan untuk produksi pertanian.

    4). Batu terungkap (rock)

    Batuan terungkap merupakan batuan yang tersingkap di atas permukaan tanah,

    yang merupakan bagian dari satuan besar yang terbenam di dalam tanah (batuan

    tertutup). Penyebaran batuan tertutup dikelompokkan sebagai berikut :

  • STUDI IDENTIFIKASI DAN MASTERPLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN MURUNG RAYA

    Usulan Teknis PT. Mitra Indah Membangun E - 21

    b0 = tidak ada: kurang dari 2% permukaan tanah tertutup.

    b1 = sedikit : 2% - 10% permukaan tanah tertutup.

    b2 = sedang : 10% - 50% permukaan tanah tertutup.

    b3 = banyak : 50% - 90% permukaan tanah tertutup.

    b4 = sangat banyak : lebih dari 90% permukaan tanah tertutup; tanah sama sekali

    tidak dapat digarap.

    b. Ancaman banjir/genangan

    Ancaman banjir atau penggenangan dikelompokkan sebagai berikut:

    o0 = tidak pernah: dalam periode satu tahun tanah tidak pernah tertutup banjir

    untuk waktu lebih dari 24 jam.

    o1 = kadang-kadang: banjir yang menutupi tanah lebih dari 24 jam terjadinya tidak

    teratur dalam periode kurang dari satu bulan.

    o2 = selama waktu satu bulan dalam setahun tanah secara teratur tertutup banjir

    untuk jangka waktu lebih dari 24 jam.

    o3 = selama waktu 2-5 bulan dalam setahun, secara teratur selalu dilanda banjir

    lamanya lebih dari 24 jam.

    o4 = selama waktu enam bulan atau lebih tanah selalu dilanda banjir secara teratur

    yang lamanya lebih dari 24 jam.

    Berikut ini merupakan tabel kelas kemampuan lahan.

    Tabel 1

    Kelas Kemampuan Lahan

    Sumber: Permen LH No 17 Tahun 2009, tentang Pedoman Penentuan Daya Dukung

    Lingkungan Hidup dalam Penataan Ruang Wilayah

    Analisis yang dilakukan adalah dengan melihat kesesuaian

    penggunaan lahan pada wilayah studi berdasarkan kelerengan dan klas

    klasifikasi lahan yang dibuat oleh Klingibel dan Montgomery (1961).

    Kemampuan lahan terbagi ke dalam klas-klas yang masing-masing

    mempunyai ciri lahan tersendiri. Dalam kategori klas ini, lahan

    dikelompokkan menjadi delapan klas, yaitu:

    Klas I

  • STUDI IDENTIFIKASI DAN MASTERPLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN MURUNG RAYA

    Usulan Teknis PT. Mitra Indah Membangun E - 22

    Tanah pada lahan klas I ini sesuai untuk segala jenis

    penggunaan tanpa memedukan tindakan pengawetan tanah secara

    khusus. Ciri klas ini:

    - Lereng datar (0-8%)

    - Bahaya erosi kecil

    - Solum dalam

    - Drainase baik

    - Mudah diolah

    - Dapat menahan air dengan baik

    - Responsif pada pemupukan

    - Tidak terancam banjir

    - Iklim setempat sesuai

    Tanah pada klas I ini tidak mempunyai ancaman atau

    penghambat kerusakan. Dapat digunakan untuk semua kegiatan.

    Penggunaan yang dapat digunakan secara baik adalah untuk kegiatan

    pertanian karena tingkat kesuburan tinggi. Penggunaan untuk

    perumahan bisa digunkan karena lahan datar dan bahaya erosi kecil.

    Klas II

    Tanah pada klas II ini sesuai dengan segala jenis penggunaan dengan

    sedikit ancaman kerusakan. Tanah pada klas II ini berciri :

    - Lereng landai (8-15%)

    - Kepekaan erosi sedang atau telah mengalami erosi

    - Bertekstur halus sampai agak kasar

    - Solum agak dalam

    - Struktur tanah dan daya olah agak kurang baik

    - Salinitas ringan-sedang

    - Kadang tedanda banjir

    - Drainase sedang

    - Iklim baik

  • STUDI IDENTIFIKASI DAN MASTERPLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN MURUNG RAYA

    Usulan Teknis PT. Mitra Indah Membangun E - 23

    Klas penggunaan yang bisa digunakan adalah pertanian dengan

    sedikit pengolahan dan permukiman karena topografi datar.

    Klas III

    Klas ini memedukan konservasi khusus karena berciri

    - Lereng agak miring atau bergelombang

    - Drainase buruk

    - Solum sedang

    - Permeabilitas tanah bawah lambat

    - Peka terhadap erosi atau tereosi agak berat

    - Kapasitas menahan air rendah

    - Kesuburan rendah

    - Sedngkali mengalami banjir

    - Lapisan padas dangkal

    - Salinitas sedang

    - Hambatan iklim agak besar

    Pada klas ini lahan pedu konservasi seperti perbaikan drainase,

    terasiring. Dapat digunakan sebagai pertanian dengan perlakuan

    khusus. Sedangkan penggunaan rumah dapat digunakan jika tingkat

    kepentingannya tinggi.

    Klas 1V

    Klas ini mempunyai ciri

    - Lereng miring atau berbukit (15-30%)

    - Seringkali tedanda banjir

    - Solum dangkal

    - Kapasitas menahan air rendah

    - Sering tergenang

    - Drainase jelek

    - Salinitas tinggi

    - lklim kurang menguntungkan

  • STUDI IDENTIFIKASI DAN MASTERPLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN MURUNG RAYA

    Usulan Teknis PT. Mitra Indah Membangun E - 24

    Penggunaan lahan pada klas ini adalah pertanian dengan pengolahan

    teknis, kegiatan permukiman tidak disarankan kecuali dengan tingkat

    kepentingan sangat tinggi, dan pembangunan fisik di klas ini

    memperlukan konstruksi khusus.

    Klas V

    Ciri-ciri klas ini adalah: Lereng datar atau cekung

    - Seringkali terlanda banjir

    - Seringkali tergenang

    - Berbatu-batu

    - Pada perakaran terdapat catclay

    - Berawa-rawa

    Tanah pada klas V ini tidak sesuai digunakan untuk kegiatan

    pertanian, tanah pada klas ini sesuai untuk digunakan sebagai hutan

    produksi atau hutan lindung dan suaka alam.

    Klas VI

    Penggunaan yang bisa digunakan pada lahan klas VI ini

    terbatas pada penggunaan hutan lindung atau suaka alam. Ciri dari

    klas ini adalah :

    - Lereng agak curam (30-45%)

    - Ancaman erosi berat

    - Telah tererosi berat

    - Solum tanah agak dangkal

    - Berbatu-batu

    - Iklim tidak sesuai

    Klas VII

    Lahan pada klas ini mempunyai ciri

    - Lereng curam (45-65%)

    - Tererosi berat (banyak parit erosi)

    - Solum sangat dangkal

  • STUDI IDENTIFIKASI DAN MASTERPLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN MURUNG RAYA

    Usulan Teknis PT. Mitra Indah Membangun E - 25

    - Berbatu-batu

    Penggunaan yang bisa dilakukan adalah terbatas pada hutan

    lindung dan suaka alam. Tidak bisa digunakan sebagai kegiatan

    produktif.

    Klas VIII

    Ciri lahan dari klas VIII ini adalah

    - Lereng sangat curam (>65%)

    - Berbatu-batu

    - Kapasitas menahan air rendah

    - Solum sangat dangkal

    - Seringkali dijumpai singkapan batuan

    Penggunaan di klas ini tidak ada dan disarankan untuk

    didiamkan sebagai kawasan lindung. Tidak disarankan untuk

    penggunaan apapun selain kegiatan alami.

    3. Cara Penentuan Kemampuan Lahan

    Penentuan kemampuan lahan terutama dilakukan untuk perencanaan ruang

    atau alokasi pemanfaatan ruang. Di bawah ini diberikan langkah penentuan

    kemampuan lahan:

    a. Penyiapan Peta

    a. Peta lereng

    b. Peta tanah

    c. Peta erosi

    d. Peta drainase/genangan

    Siapkan peta dengan skala yang sama. Peta yang digunakan dapat berskala

    1:250.000, 1:100.000, atau 1:50.000. Untuk keperluan analisa dan uji silang dari

    data kelas dan

    subkelas, diperlukan juga data/laporan yang memuat sifatsifat biofisik wilayah,

    antara lain: tanah, topografi, iklim, hujan, dan genangan/drainase.

    b. Overlay Peta

  • STUDI IDENTIFIKASI DAN MASTERPLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN MURUNG RAYA

    Usulan Teknis PT. Mitra Indah Membangun E - 26

    Lakukan tumpang tindih (overlay) peta lereng, peta tanah, peta erosi dan peta

    drainase/genangan untuk mendapatkan kemampuan lahan sebagaimana

    tersebut pada gambar. Tumpang tindih dapat dilakukan dengan menggunakan

    Sistem Informasi Geografi (SIG) maupun secara manual.

    c. Identifikasi Kelas Lahan

    Dari overlay peta, didapat kombinasi keempat parameter di atas, sehingga dapat

    dilakukan identifikasi kelas lahan. Besarnya hambatan yang ada untuk masing-

    masing

    parameter menentukan masuk ke dalam kelas dan subkelas mana lahan tersebut.

    Dari hasil identifikasi, dapat dideliniasi kelas dan subkelas kemampuan lahan.

    d. Penentuan Kelas Lahan

    Apabila peta kemampuan lahan atau peta kemampuan tanah sudah ada, akan

    dapat memudahkan penentuan kelas lahan, karena sudah tidak perlu lagi

    dilakukan langkah

    tumpang tindih (overlay) peta. Namun demikian identifikasi dan delineasi kelas

    lahan tetap harus dilakukan.

    Analisis kemampuan lahan digunakan untuk menentukan kesesuaian

    guna lahan untuk jenis tanah yang ada. Kesesuaian ini dengan analisis

    pembobotan variabel. Pengelompokan tanah ke satuan kemampuan, sub kelas,

    kelas didasarkan atas evaluasi dari kombinasi factor berikut:

    1. Kemampuan tanah untuk memungkinkan tanaman memberikan

    tanggapan terhadap suatu penggunaan dan pengelolaan.

    2. Tekstur dan struktur tanah

    3. Kepekaan terhadap erosi

    4. Penjenuhan / kelebihan air pada tanah yang terus-menerus

    5. Kedalaman tanah

    6. Garam yang merupakan racun bagi tanaman

    7. Hambatan fisik seperti bantuan, erosi parit dalam dan lain-lain

    8. Iklim

  • STUDI IDENTIFIKASI DAN MASTERPLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN MURUNG RAYA

    Usulan Teknis PT. Mitra Indah Membangun E - 27

    C. Analisis Ketersediaan Lahan

    Pembahasan pada analisis ini digunakan agar rencana yang dibuat sesuai

    dengan ketersediaan lahan, dan tidak merusak kapasitas lahan untuk

    berproduksi dalam jangka waktu panjang. Sumberdaya yang tersedia harus sama

    atau lebih besar dari jumlah sumberdaya yang diperlukan.

    Analisis Deskriptif Ketersediaan Lahan

    Analisis Deskriptif Ketersediaan Lahan menganalisis potensi lahan yang

    masih dapat dikembangkan untuk pertanian, diluar lahan yang tidak dapat

    digarap (peruntukan hutan lindung), peruntukan masing-masing kawasan

    persawahan, kawasan lahan kering/tegal, kawasan perkebunan, dan

    kawasan hutan berdasarkan masing-masing jenis komoditasnya,

    pertimbangan lingkungan yang digunakan untuk acuan penggunaan lahan,

    luasan, jenis lahan yang tersedia untuk pengembangan pertanian, ambang

    batas keterbatasan kemampuan lahan yang akan menjadi salah satu faktor

    penghalang dan berpengaruh pada kuantitas produksi di masa mendatang.

    Persediaan sumberdaya lahan dapat ditentukan dengan mengukur luas usaha

    tani (dengan memperhatikan luas yang tidak dapat digunakan untuk kegiatan

    pertanian seperti lahan yang sudah digunakan untuk bangunan, jalan, dan

    saluran). Sering juga diperlukan penggolongan lahan dalam beberapa kelas

    sesuai dengan kemampuannya.

    Super Impose

    Analisis ini digunakan dengan mengimposekan peta masing-masing

    klasifikasi tiap faktor berdasarkan kelas kemampuan lahan dengan pemetaan

    kesesuaian ketersediaan pengembangan guna lahan untuk pertanian. Tujuan

    akhir yang ingin dicapai dari hasil analisis ini adalah akan terpilih suatu

    urutan prioritas penanganan dari masing-masing unit lingkungan

    berdasarkan kriteria yang digunakan. Analisis ini akan mengimposekan

    antara tata guna lahan, penggunaan lahan tiap komoditas, dengan kawasan

    konservasi.

    D. Analisis Potensi Pertanian

  • STUDI IDENTIFIKASI DAN MASTERPLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN MURUNG RAYA

    Usulan Teknis PT. Mitra Indah Membangun E - 28

    Analisis potensi pertanian ini dilakukan untuk mengetahui sektor basis

    dan komoditas unggulan per desa di wilayah studi, sehingga bisa diketahui

    masing-masing karakteristik komoditas di masing-masing kecamatan. Alat

    analisis yang digunakan antara lain:

    Analisis LQ

    LQ menunjukkan potensi dari tempat terkait dengan kondisi kekayaan

    yang ada di wilayah tersebut. LQ berguna untuk melihat spesialisasi kegiatan

    produksi suatu wilayah. Pada dasarnya, teknik ini menyajikan perbandingan

    relatif antara kemampuan suatu sektor di daerah yang diselidiki dengan

    kemampuan sektor yang sama pada daerah yang lebih luas (Warpani, 1984:68).

    Dimana pada studi ini, daerah yang diselidiki adalah desa dan daerah yang

    lebih luas adalah kecamatan, sehingga dapat diketahui spesialisasi kegiatan

    produksi pada masing-masing desa dalam kecamatan tersebut.

    Rumus:

    LQ = Si/N1 = Si/S

    S/N Ni/N

    Keterangan:

    Si = Jumlah produksi komoditas per desa.

    S = Jumlah seluruh produksi buah/sayur/tanaman hias per desa.

    N1 = Jumlah produksi komoditas di kecamatan.

    N = Jumlah seluruh produksi buah/sayur/tanaman hias kecamatan.

    Jika rasio lebih besar dari 1 (LQ > 1) menunjukkan kegiatan eksport atau

    basis dan jika LQ = 1 menunjukkan bahwa wilayah tersebut mampu untuk

    mencukupi kebutuhannya sendiri dan bila LQ < 1 menunjukkan bahwa

    wilayah tersebut tidak mampu untuk mencukupi kebutuhannya sendiri dan

    cenderung untuk import. Dari hasil tersebut, bila LQ > 1 diberikan tanda positif

    (+) dan bila LQ = 1 diberikan tanda positif (+) dan bila L < 1 maka diberikan

    tanda negatif (-). Kondisi diatas diasumsikan (LQ = 1) bahwa wilayah tersebut

    mampu untuk mencukupi kebutuhannya sendiri dan dalam kurun waktu 3

    sampai 5 tahun mendatang dapat menunjukkan kegiatan ekspor atau hanya

    untuk mencukupi kebutuhannya sendiri.

  • STUDI IDENTIFIKASI DAN MASTERPLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN MURUNG RAYA

    Usulan Teknis PT. Mitra Indah Membangun E - 29

    Analisis Growth Share

    Growth untuk melihat tingkat pertumbuhan produktivitas dari tahun ke

    tahun.

    Rumus: Growth = Tn Tn-1 x 100

    Tn-1

    Keterangan:

    Tn = Jumlah produksi tahun ke-n

    Tn-1 = Jumlah produksi tahun awal

    Dari hasil tersebut (growth 1 dan growth 2) dirata-rata. Hasil dari rata-

    rata diatas kemudian dijumlah kebawah sesuai dengan jumlah data dan

    hasilnya dijadikan standart bagi rata-rata produksi lain. Tanda positif (+)

    dinyatakan bahwa produksi tersebut berpotensi dan tanda negatf

    dianggap bahwa produksi tersebut kurang berpotensi.

    Share membantu mengkarakteristikan struktur ekonomi berbagai wilayah.

    Rumus: NP1 x 100%

    NP2

    Keterangan:

    NP1 = Nilai produksi komoditi a di satu desa

    NP2 = Nilai produksi komoditis a di seluruh wilayah studi

    Dari hasil tersebut, bila share > 1 diberi nilai 3 dan bila share = 1 maka

    diberi nilai 2 dan bila share < 1 diberi nilai 1. Untuk menyatakan kontribusi

    yang diberikan itu besar atau tidak adalah dengan melihat ketentuan berikut:

    bila share yang diberi nilai 2 dan diberi tanda (+) dan dinyatakan kontribusi

    yang diberikan besar dan bila Share diberi nilai 1 maka diberi tanda (-) dan

    dinyatakan kontribusi yang diberikan kecil (rendah). Nilai 2 dinyatakan

    memiliki kontribusi yang besar dengan asumsi bahwa perkembangan

    berikutnya akan mengalami peningkatan atau dalam kurun waktu 3 tahun

    kontribusi yang diberikan tetap atau dalam artian tidak mengalami peningkatan

    dan penurunan. Dari hasil growth share dapat diagramkan sebagai berikut:

  • STUDI IDENTIFIKASI DAN MASTERPLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN MURUNG RAYA

    Usulan Teknis PT. Mitra Indah Membangun E - 30

    G ro w th (+ )

    ( - ) (+ ) S h ar e

    ( - )

    S e k to r D o m ina n S e k to r U n g g u lan

    S e k to r S ta t is S e k to r P o te n s ia l

    Gambar

    Diagram Growth & Share

    Dari hasil diagram diatas menunjukkan bahwa: jika suatu

    sektor/komoditas memiliki pertumbuhan yang cukup tinggi (+) dan kontribusi

    yang diberikan cukup besar (+) maka disebut sektor unggulan dan sektor ini

    dijadikan base sektor suatu wilayah. Jika suatu sektor/komoditas memiliki

    growth (-) dan share (+) maka disebut dengan sektor/komoditas potensial,

    dimana sektor/komoditas tersebut nantinya mampu dijadikan base sektor

    dalam waktu yang panjang. Jika sektor/komoditas memiliki growth (+) dan

    share (-) maka disebut dengan sektor/komoditas dominan yang nantinya

    mampu menjadi base sektor dengan adanya perlakuan-perlakuan khusus. Dan

    jika sektor/komoditas tersebut memiliki growth (-) dan share (-) maka

    sektor/komoditas ini disebut dengan sektor/komoditas statis dimana nantinya

    dapat dijadikan sebagai sektor/komoditas dominan dengan perlakuan khusus

    dan upaya diversifikasi komoditas dan sebagainya.

    E. Analisis Linkage System

    Analisis linkage sistem antar sektor ini bertujuan untuk melibatkan

    hubungan dari berbagai kegiatan dalam perekonomian daerah yang luas.

    Berbagai rangkaian kegiatan dapat memberikan peluang-peluang produksi dari

  • STUDI IDENTIFIKASI DAN MASTERPLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN MURUNG RAYA

    Usulan Teknis PT. Mitra Indah Membangun E - 31

    suatu kegiatan ke kegiatan lain di dalam perekonomian daerah, sehingga

    mengakibatkan pertumbuhan atau bahkan kemunduran suatu wilayah.

    Linkage sistem ini dapat berupa keterkaitan antara kegiatan hulu dan

    hilir. Berbagai teori tentang pendorong pertumbuhan daerah menekankan

    peranan permintaan output-output daerah dan rangkaian kegiatan atau sektor

    ekonomi yang mengarah ke muka (keterkaitan hilir), yaitu kaitan ke depan

    (forward linkage) dan kaitan ke belakang (backward linkage).

    Analisis Linkage System Antar Sektor

    Analisis linkage sistem antar sektor ini dengan metode pembuatan

    Diagram Linkage System Antar Sektor Kawasan Perencanaan. Digram ini

    menggambarkan dan digunakann untuk menganalisis sektor-sektor yang

    mempunyai peran dan pengaruh terhadap pengembangan Kawasan Agopolitan

    di wilayah studi. Diagram ini juga menggambarkan hubungan antar sektor-

    sektor tersebut dalam pengembangan Kawasan Agropolitannya. Selain itu juga

    dianalis peran masing-masing sektor serta tujuan pengembangan masing

    sektornya.

    Analisis Keterpaduan Vertikal dan Horizontal

    - Analisis Keterpaduan Vertikal

  • STUDI IDENTIFIKASI DAN MASTERPLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN MURUNG RAYA

    Usulan Teknis PT. Mitra Indah Membangun E - 32

    Menganalisis kegiatan pembinaan terhadap pengembangan komoditas

    yang diberi prioritas mulai dari kegiatan pengelolaan Sumber Daya Alam,

    penanganan pasca panen dan pemasaran. Dalam keterpaduan vertikal dituntut

    adanya kesepakatan dari instansi terkait untuk memberikan prioritas atas

    komoditas yang akan dikembangkan pada suatu wilayah serta secara konsekuen

    membangun sistem pelayanan yang diperlukan untuk pembangunan komoditas

    tersebut. Instansi terkait tidak hanya pada satu sektor saja tetapi bersifat lintas

    sektor.

    - Analisis Horizontal

    Dalam usaha pertanian keterpaduan horizontal diwujudkan berupa

    keterpaduan antar sub sektor dalam sektor pertanian, sehingga sub sektor

    tersebut dapat saling mendukung dalam pemanfaatan lahan pertanian.

    Keterpaduan horizontal dipengaruhi oleh ilmu pengetahun teknologi, sumber

    daya manusia, kondisi ekonomi, kondisi sosial budaya, dan kelembagaan yang

    ada.

    Analisis Linkage Sistem Per Komoditi Unggulan

    Menganalisis hubungan antara proses dan pengolahan komoditi menjadi

    produk sekunder yang memiliki nilai tambah dan dijual pada pasar internal

    maupun eksternal Kawasan Agropolitan wilayah studi. Analisis ini

    menggambarkan hubungan sistem agribisnis komoditi mulai dari subsistem

    agribisnis hulu, subsistem usaha tani, sub sistem hilir, subsistem penunjang,

    subsistem pemasaran.

    F. Analisis Sistem Pertanian

    Analisis Sistem Pertanian terdiri dari 6 analisis yaitu analisis agribisnis

    hulu, analisis usaha tani, dan analisis agribisnis hilir, analisis Agro-output,

    analiss sistem pemasaran, dan analisa sarana prasarana agropolitan.

  • STUDI IDENTIFIKASI DAN MASTERPLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN MURUNG RAYA

    Usulan Teknis PT. Mitra Indah Membangun E - 33

    1. Analisis Agrobisnis Hulu (Agro-input/Upstream Agrobisnis)

    Analisis Deskriptif Subsistem Agrobisnis Hulu

    Terdiri atas analisis terhadap industri-industri yang menghasilkan barang-

    barang modal bagi pertanian hortikultura yang meliputi:

    - Industri perbenihan/pembibitan.

    Analisis ini menjelaskan mengenai jenis komoditas yang dapat

    dikembangkan pada wilayah studi dan unit usaha yang berkaitan dengan bahan

    baku dan pembibitan yang mencakup jenis unit usaha pengembangan

    pembibitan, sebaran lokasi unit usaha pembibitan, status kepemilikan serta

    pengelolaan pengembangan, pengaruh faktor geografis terhadap pengembangan

    industri pembenihan dan pembibitan serta industri pembenihan di luar wilayah

    studi yang mensuplay benih, bibit untuk wilayah studi.

    - Industri agrokimia (pupuk, pestisida).

    Sub system AGROINPUT

    (Agribisnis Hulu)

    Bahan Baku Pertanian

    Teknologi Pertanian

    Sumber Daya Energi Pertanian

    Sub system AGROPROSES 1 Usaha Tani On

    Farm)

    Sumber Daya Manusia

    Lahan Pertanian

    Finansial

    Sub system AGROPROSES 2

    (Agribisnis Hilir Off Farm)

    Sumber Daya Manusia

    Ruang & Sarana Produksi

    Modal Produksi

    Sub system AGRO-OUTPUT

    Produk

    Limbah Padat

    Limbah Cair Pertanian

    Sub Sistem PEMASARAN o Aksesibilitas o Sarana Pemasaran o Informasi Pasar

    P

    A

    S

    A

    R

    Sub Sistem PEMASARAN o Aksesibilitas o Sarana Pemasaran o Informasi Pasar

  • STUDI IDENTIFIKASI DAN MASTERPLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN MURUNG RAYA

    Usulan Teknis PT. Mitra Indah Membangun E - 34

    Analisis ini menjelaskan mengenai ketersediaan industri agrokimia berupa

    pupuk dan pestisida yang menunjang pengembangan kawasan agropolitan

    wilayah studi yang berkaitan dengan unit usaha cakupan jenis unit usaha

    pengembangan agrokimia pupuk dan pestisida, lokasi agrokimia pupuk dan

    pestisida, status kepemilikan, pengelolaan pengembangan dan cakupan skala

    usaha pemasaran hasil industri, industri aghrokimia yang mensuplai kebutuhan

    pupuk serta pestisida di wilayah studi.

    - Industri mesin dan peralatan pertanian

    - Analisis ini mencakup analisis yang terkait dengan teknologi pertanian

    pada wilayah studi. Cakup analisis untuk industri ini antara lain : jenis

    teknologi pertanian yang dipakai, pengaruh faktor geografis terhadap

    penerapan industri mesin dan peralatan yang diperlukan, jenis usaha

    agro-otomotif yang terdapaty di wilayah studi, cakupan agro

    otomotif di wilayah studi, agro-otomotif di luar wilayah studi yang

    mensupaly kebutuhan mesin untuk pengembangan agropolitan di

    wilayah studi.

    - Industri pendukung kegiatan pertanian hortikultura

    - Analisis ini mendeskripsikan Industri pendukung kegiatan pertanian

    hortikultura, khususnya yang terkait dengan ketersediaan Sumber daya

    Energi, yang meliputi : keterkaitan kondisi fisik geografis terhadap

    industri pendukung kegiatan pertanian dan sumber daya energi yang

    diperlukan, jenis usaha Industri pendukung kegiatan pertanian

    hortikultura yang dikembangkan di wilayah studi, cakup layanan

    usaha Industri pendukung kegiatan pertanian hortikultura untuk

    wilayah studi.

    Matriks Analisis Pengembangan Sistem Agrobisnis Hulu

    Matrik analisis pengembangan ini digunakan pengembangan sistem

    agrobisnis hulu yang langsung mengacu pada komoditi unggulan di wilayah

    studi. Penyusunan matriks ini berdasarkan hasil dari analisis subsistem

    agrobisnis hulu secara keseluruhan, hasil analisis kemampuan lahan dan

    ketersediaan lahan. Adapun variabel yang digunakan dalam matriks meliputi

  • STUDI IDENTIFIKASI DAN MASTERPLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN MURUNG RAYA

    Usulan Teknis PT. Mitra Indah Membangun E - 35

    bibit, peralatan pertanian, pupuk, obat-obatan, teknologi. Matriks ini

    menganalisis potensi dan masalah dari masing-masing variabel.

    2. Analisis Usaha Tani (On Farm)

    Analisis Deskriptif Subsistem Usaha Tani

    Subsistem usaha tani merupakan kegiatan produksi pertanian. Tujuan

    analisis ini terutama digunakan sebagai masukan guna mengadakan estimasi

    terhadap dampak pengembangan komoditas yang terutama akan menggunakan

    tolok ukur penciptaan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan petani.

    Analisis ini secara deskriptif menjelaskan mengenai kegiatan yang menggunakan

    barang-barang modal dan sumberdaya alam untuk menghasilkan komoditas

    pertanian primer. Termasuk dalam hal ini adalah sumber daya manusia, lahan,

    sarana produksi pertanian, prasarana pertanian dan lembaga pembiayaan.

    - Sumber Daya Manusia, menganalisis peranan SDM dalam sektor

    pertanian (terkait jumlah), peranannya dalam pengembangan sektor

    pertanian, usaha pengembangan SDM bidang pertanian di wilayah

    studi.

    - Lahan Pertanian, menganalisis jenis dan luasan lahan pertanian di

    wilayah studi, kondisi fisik, kondisi irigasi, jenis komoditi yang

    dikembangkan untuk masing-masing lahan, sebaran lahan pertanian,

    usaha pengembangan lahan pertanian wilayah studi.

    - Sarana Produksi Pertanian, menganalisis ketersediaan dan jenis sarana

    produksi pertanian di wilayah studi, perolehan sarana produksi

    pertanian yang menunjang usaha tani di wilayah studi.

    - Prasarana Pertanian, menganalisis ketersediaan dan kondisi prasarana

    pertanian di wilayah studi yang meliputi prasarana irigasi, prasarana

    jalan, prasarana listrik, prsarana air bersih.

    - Lembaga Pembiayaan, menganalisis lembaga pembiayaan yang

    berperan dalam pengembangan kegiatan produksi pertanian di wilayah

    studi, serta peranan masing-masing lembaga tersebut.

    Matriks Analisis Pengembangan Sistem Usaha Tani

  • STUDI IDENTIFIKASI DAN MASTERPLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN MURUNG RAYA

    Usulan Teknis PT. Mitra Indah Membangun E - 36

    Matrik analisis pengembangan ini digunakan pengembangan sistem

    agrobisnis hulu yang langsung mengacu pada komoditi unggulan di wilayah

    studi. Penyusunan matriks ini menganalisis kegiatan yang menggunakan barang-

    barang modal dan sumberdaya alam untuk menghasilkan komoditas pertanian

    primer. Adapun variable yang digunakan untuk matriks ini adalah pekerja,

    lahan, pembiayaan produksi pertanian. Matriks ini menganalisis potensi dan

    masalah dari masing-masing variabel.

    3. Analisis Agrobisnis Hilir (Off Farm)

    Analisis Deskriptif Subsistem Agrobisnis Hilir

    Analisis Sub-sistem pengolahan (down-stream agribusiness) meliputi

    industri yang mengolah komoditas pertanian primer (agroindustri) menjadi

    produk olahan baik produk antara (intermediate product) maupun produk akhir

    (finish product). Termasuk di dalamnya industri makanan, industri minuman,

    industri barang-barang serat alam (barang-barang karet, plywood, pulp, kertas,

    bahan-bahan bangunan terbuat kayu, rayon, benang dari kapas/sutera, barang-

    barang kulit, tali dan karung goni), industri biofarmaka, dan industri agro wisata

    dan estetika. Analisis deskriptif ini meliputi :

    - Sumber Daya Manusia, menganalisis mengenai potensi SDM dalam

    mengolah hasil pertanian, sistem SDM yang mengelola hasil pertanian

    dan peranan pemerintah dalam mengembangkan SDM untuk

    mengelola hasil pertanian di wilayah studi.

    - Sarana Industri Pengolahan, menganalisis ketersediaan dan jenis

    sarana pengelolaan pertanian di wilayah studi, perolehan sarana

    pengelolaan pertanian yang menunjang usaha tani dan peranan

    pemerintah dalam menyediakan sarana pengelolaan pertanian di

    wilayah studi.

    - Prasarana Industri Pengolahan, menganalisis ketersediaan dan kondisi

    prasarana pengelolaan pertanian di wilayah studi yang meliputi

    prasarana irigasi, prasarana jalan, prasarana listrik, prasarana air

    bersih.

  • STUDI IDENTIFIKASI DAN MASTERPLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN MURUNG RAYA

    Usulan Teknis PT. Mitra Indah Membangun E - 37

    - Pembiayaan, menganalisis lembaga pembiayaan yang berperan dalam

    pengembangan kegiatan pengelolaan pertanian di wilayah studi, serta

    peranan masing-masing lembaga tersebut.

    Matriks Analisis Pengembangan Sistem Agrobisnis Hilir

    Matrik analisis pengembangan ini digunakan pengembangan sistem

    agrobisnis hilir yang berupa industri yang mengolah komoditas pertanian primer

    (agroindustri) menjadi produk olahan baik produk antara (intermediate product)

    maupun produk akhir (finish product). Pilihan untuk memfokuskan

    pengembangan sistem agribisnis industrial pada elemen subsistem hilir

    didasarkan pada kenyataan bahwa sistem ini memiliki fleksibilitas skala usaha

    yang lebih mudah diterapkan di perdesaan. Matriks ini digunakan untuk jenis

    industri hilir primer yang akan dikembangakan secara intensif. Selanjutnya

    kagiatan agribisnis hilir yang akan dikembangkan secara intensif haruslah

    memenuhi beberapa kriteria yakni:

    o Berskala Industri rumahtangga/kecil yang mudah ditumbuhkembangkan

    di wilayah studi

    o Dapat menimbulkan dampak perekonomian daerah secara cepat dan

    melibatkan partisipasi masyarakat secara luas, sehingga dapat

    mempercepat peningkatan kesejahteraan sosial bagi masyarakat.

    o Berbahan baku lokal.

    o Metode produksinya telah dikenal/mudah dikuasai oleh masyarakat.

    o Sebagian besar produknya dapat diserap oleh pasar lokal

    o Memiliki potensi pangsa pasar yang menjanjikan

    o Diutamakan yang memiliki kekhasan tertentu yang bisa menjadi

    ciri/ikon Wilayah Perencanaan.

    Adapun variable yang digunakan untuk matriks ini adalah jumlah pekerja

    dan sistem pengolahan, bahan baku, lahan dan peralatan produksi, pembiayaan

    proses produksi.

    4. Analisis Agro-output

  • STUDI IDENTIFIKASI DAN MASTERPLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN MURUNG RAYA

    Usulan Teknis PT. Mitra Indah Membangun E - 38

    Analisis Agro-output meliputi analisis mengenai analisa produk yang

    dihasilkan, analisa limbah padat yang dihasilkan, dan analisa limbah cair yang

    dihasilkan dari pertanian.

    5. Analisis Subsistem Pemasaran

    Sarana-Prasarana yang diperlukan untuk memperlancar pemasaran

    adalah :

    o Jalan yang menghubungkan antar desa, serta jalan penghubung antara

    desa ke kota sehingga bisa menunjang ekspor hasil pertanian hortikultura

    baik dalam kota maupun luar kota.

    o Sarana pemasaran dan perdagangan hasil pertanian seperti: pasar

    tradisional, kios cinderamata, dan sub terminal agribisnis.

    o Sarana informasi, khususnya mengenai harga produk pertanian, serta

    sebagai salah satu usaha pengenalan produk pertanian hortikultura baik

    mentah maupun olahan, sehingga bisa mempeluas pangsa pasar.

    Adapun metode yang digunakan dalam proses analisis adalah :

    o Analisis Situasi. Menyajikan data dan informasi mengenai situasi

    pemasaran, yang meliputi :

    - Situasi Pasar. Data dan informasi mengenai besar dan pertumbuhan

    pasar selama beberapa tahun dan kecenderungannya pada beberapa

    tahun mendatang, serta kecenderungan perubahan persepsi dan

    perilaku konsumen.

    - Situasi Produk. Data perkembangan penjualan, tingkat harga, maijin

    kontribusi, dan keuntungan.

    - Situasi Persaingan. Data pesaing menyangkut, kapasitas, pangsa pasar,

    tujuan dan strategi, mutu produk, dan berbagai karakteristik pesaing

    yang relevan.

    - Situasi Distribusi. Jenis, jumlah, wilayah dan peranan saluran

    distribusi (mis. sumber informasi, sarana promosi, berusaha

    menambah pembeli, melakukan penyesuaian, melakukan negosiasi

    harga dan cara pembayaran, melakukan distribusi fisik saja,

    melakukan pembiayaan distribusi, dan atau turut menanggung resiko.

  • STUDI IDENTIFIKASI DAN MASTERPLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN MURUNG RAYA

    Usulan Teknis PT. Mitra Indah Membangun E - 39

    o Sasaran Pemasaran. Mendefinisikan sasaran (pangsa pasar clan tujuan)

    yang ingin dicapai, baik sasaran keuangan maupun sasaran pemasaran.

    Sasaran pemasaran antara lain adalah target dan pertumbuhan penjualan,

    pangsa pasar, jangkauan pemasaran, jumlah saluran distribusi, dan

    tingkat harga.

    6. Analisis Kondisi dan Ketersediaan Sarana dan Prasarana

    Analisis Deskriptif Kondisi dan Ketersediaan Sarana dan Prasarana

    Analisis ini mendeskripsikan mengenai ketersediaan dan kondisi fisik

    serta kondisi factor-faktor lain yang berpengaruh terhadap peran dari

    ketersediaan sarana prasarana ini untuk menunjang subsistem Agribisnis Hulu,

    subsistem usaha tani serta subsistem hilir.

    Sarana dan prasarana penunjang subsistem agribisnis hulu (up stream

    agribusiness):

    - Jalan penghubung antar desa-kota, meliputi analisis deskriptif untuk jalan

    penghubung desa kota yang tersedia di wilayah studi, kondisi fisik

    masing-masing jalan, pengelolaan masing-masing jalan, serta peran

    masing-masing jalan terhadap kelangsungan sistem agribisnis hulu di

    wilayah studi.

    - Gudang penyimpanan Saprotan (sarana produksi pertanian), meliputi

    analisis deskriptif untuk jenis gudang penyimpanan di lokasi studi,

    kondisi fisik, luasan gudang, sebaran lokasi gudang, cakup layanan

    masing-masing gudang, pihak pengelola dan pengembangan, peran

    masing-masing jenis gudang dalam mendukung kelangsungan sistem

    agribisnis hulu di wilayah studi

    - Tempat bongkar muat Saprotan, meliputi analisis deskriptif untuk jenis

    tempat bongkar muat di lokasi studi, kondisi fisik, luasan gudang,

    sebaran lokasi bongkar muat, cakup layanan masing-masing, pihak

    pengelola dan pengembangan, peran masing-masing jenis tempat usaha

    bongkar muat dalam mendukung kelangsungan sistem agribisnis hulu di

    wilayah studi

  • STUDI IDENTIFIKASI DAN MASTERPLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN MURUNG RAYA

    Usulan Teknis PT. Mitra Indah Membangun E - 40

    Sarana dan prasarana penunjang subsistem usaha tani/pertanian

    primer (on-farm agribusiness) :

    - Jalan usaha tani (farm road), meliputi analisis deskriptif untuk jalan

    usaha tani yang tersedia di wilayah studi, kondisi fisik masing-masing

    jalan, pengelolaan masing-masing jalan, serta peran masing-masing jalan

    terhadap kelangsungan sistem usaha tani di wilayah studi.

    - sarana air baku melalui pembuatan sarana irigasi, meliputi analisis

    deskriptif untuk jenis sarana air baku di wilayah studi,jenis sarana irigasi,

    lokasi dan sebaran saluran irigasi di wilayah studi, pengelola dan

    pengembangan sarana irigasi, peran masing-masing sarana irigasi dan

    saran air baku terhadap kelangsungan sistem usaha tani di wilayah studi.

    - Sub terminal pengumpul, meliputi analisis deskriptif untuk jenis Sub

    terminal pengumpul di lokasi studi, kondisi fisik, luasan Sub terminal

    pengumpul, sebaran lokasi Sub terminal pengumpul, cakup layanan

    masing-masing Sub terminal pengumpul, pihak pengelola dan

    pengembangan, peran masing-masing Sub terminal pengumpul dalam

    mendukung kelangsungan sistem usaha tani di wilayah studi.

    Sarana dan prasarana pendukung subsistem agribisnis hilir (down

    stream agribusiness) :

    - Sarana pengeringan, Gudang penyimpanan, Sarana pengolahan, Sarana

    pemasaran dan perdagangan yang meliputi analisis deskriptif untuk jenis

    sarana di lokasi studi, kondisi fisik, luasan, sebaran lokasi masing-masing

    jenis sarana, cakup layanan masing-masing, pihak pengelola dan

    pengembangan, peran masing-masing jenis sarana dalam mendukung

    kelangsungan sistem subsistem agribisnis hilir di wilayah studi.

    - Terminal, pelataran, tempat parkir serta bongkar muat barang, analisis

    deskriptif untuk jenis Terminal, pelataran, tempat parkir serta bongkar

    muat barang di lokasi studi, kondisi fisik, luasan, sebaran lokasi, cakup

    layanan masing-masing Terminal, pelataran, tempat parkir serta bongkar

    muat barang di wilayh studi, pihak pengelola dan pengembangan, peran

    masing-masing Terminal, pelataran, tempat parkir serta bongkar muat

  • STUDI IDENTIFIKASI DAN MASTERPLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN MURUNG RAYA

    Usulan Teknis PT. Mitra Indah Membangun E - 41

    barang dalam mendukung kelangsungan sistem agribisnis hilir di wilayah

    studi.

    - Sarana promosi dan pusat informasi pengembangan agribisnis

    - Jalan antar desa-kota, jalan antar desa, jalan poros desa dan jalan lingkar

    desa, meliputi analisis deskriptif untuk masing-masing jenis jalan desa

    yang tersedia di wilayah studi, kondisi fisik masing-masing jalan,

    pengelolaan masing-masing jalan, serta peran masing-masing jalan

    terhadap kelangsungan sistem agribisnis hilir di wilayah studi.

    - Sarana pembangkit listrik/generator listrik, telepon, sarana air bersih,

    sarana pembuangan limbah industri dan sampah hasil olahan meliputi

    analisis deskriptif untuk jenis sarana di lokasi studi, kondisi fisik, luasan,

    sebaran lokasi masing-masing jenis sarana, cakup layanan masing-

    masing, pihak pengelola dan pengembangan, peran masing-masing jenis

    sarana dalam mendukung kelangsungan sistem subsistem agribisnis hilir

    di wilayah studi.

    G. Analisis Input Output

    Salah satu prinsip PRA adalah pendekatan yang menyeluruh. Artinya,

    dalam memahami keadaan wilayah yang mejadi wilayah studi, berusaha untuk

    melihat masalah yang ada di wilayah tersebut secara keseluruhan. Salah satu

    cara untuk mendapatkan suatu pengertian yang menyeluruh adalah dengan

    melihat hal-hal yang akan diamati sebagai suatu sistem. Sistem adalah kesatuan

    dari berbagai bagian yang saling berhubungan. Teknik pembuatan Bagan Arus

    Masukan dan Keluaran merupakan teknik kajian tentang sistem sistem yang

    ada di wilayah studi.

    Teknik Bagan Arus ini akan memperlihatkan secara lebih rinci

    bagaimana setiap bagian dari keadaan, saling mempengaruhi. Sistem ini

    digambarkan ke dalam bagan yang memperlihatkan bagian bagian dalam

    sistem, yaitu masukan (input)dan keluaran (output) serta hubungan antara bagian

    bagian dalam sistem itu.

  • STUDI IDENTIFIKASI DAN MASTERPLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN MURUNG RAYA

    Usulan Teknis PT. Mitra Indah Membangun E - 42

    Masukan (Input) adalah Sumberdaya sumberdaya yang membuat sistem

    berjalan dengan baik. Sumberdaya itu adalah tenaga kerja, waktu,uang

    (modal), peralatan, keterampilan, dan sebagainya.

    Keluaran (Output) adalah manfaat atau hasil yang diperoleh setelah

    proses pengolahan sumberdaya sumberdaya tersebut.

    Analisis I-O menunjukkan bahwa dalam suatu perekonomian terdapat

    keterkaitan antara sektoral. Insput suatu sektor merupakan output sektor lainnya

    dan sebaliknya. Pada akhirnya keterkaitan antarsektoral tersebut akan

    menyebabkan terjadinya keseimbangan antara penawaran dengan permintaan di

    dalam perekonomian tersebut. Analisis ini mempunyai tiga ciri utama:

    Analisis I-O memusatkan peratiannya pada perkonomian dalam keadaan

    seimbang.

    Analisis ini tidak memusatkan perhatiannya pada analisis permintaan

    tetapi pada masalah teknis produksi.

    Analisis I-O juga digunakan untuk perencanaan ekonomi nasional.

    Model model statis dan dinamis tersebut dapat diterapkan di dalam

    mempersiapkan kerangka rencana di NSB. Model I-O memberikan informasi

    yang perlu mengenai koefisien struktural berbagai sektor perekonomian selama

    suatu jangka waktu tertentu yang dapat dipergunakan seoptimal mungkin

    mengalokasikan sumberdaya sumberdaya ekonomi.

    Berikut ini adalah beberapa penerapan model I-O di dalam perencanaan

    pembangunan :

    Model I-O ini memberikan kepada setiap sektor perkonomian perkiraan

    tentang tingkat produksi dan impor yang sesuai satu sama lain dan sesuai

    perkiraan permintaan akhir.

    Solusi model ini membantu pengalokasian investasi yang dibutuhkan ntuk

    mencapai tingkat produksi dan model ini memberikan pengujian yang lebih

    tajam mengenai cukup tidaknya sumber investasi yang tersedia.

    Kebutuhan akan tenaga kerja terdidik juga dapat dievaluasi dengan cara

    yang sama.

  • STUDI IDENTIFIKASI DAN MASTERPLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN MURUNG RAYA

    Usulan Teknis PT. Mitra Indah Membangun E - 43

    Dengan adanya pengetahuan tentang penggunaan bahan baku impor dan

    buatan dalam negri dalam berbagai bidang perekonomian, analisis tentang

    kebutuhan impor dan kemungkinan substitusi menjadi lebih mudah.

    Sebagai tambahan terhadap kebutuhan langsung akan modal, tenaga kerja,

    dab impor; kebutuhan tidak langsung pada sektor sektor lain

    perkeonomian juga dapat diperkirakan.

    Model I-O secara regiobal juga dapat dibuat untuk tujuan perencanaan,

    untuk menjajagi implikasi program permbangunan wilayah tertentu,

    ataupun untuk perekonomian secara keseluruhan.

    H. Analisis Akar Masalah

    Teknik ini sering dipakai dengan masyarakat sebab sangat visual dan

    dapat menyebabkan banyak orang dengan waktu yang sama. Teknik ini dapat

    dipakai dengan situasi yang berbeda, dan yang lebih penting dapat di pakai

    dimana saja ada masalah tapi penyebab masalah tersebut kurang jelas.

    Manfaat teknik ini orang yang telibat dalam hal memecahkan suatu

    masalah dapat melihat penyebab yang sebenarnya yang mungkin belum bisa

    dilihat kalau masalahnya hanya dapat dilihat hanya sepihak. Teknik analisa akar

    masalah dapat melibatkan orang setempat yang tahu secara mendalam

    permasalahan terssebut.

    Langkah pebuatan dapat diringkas sebagai berikut :

    Mengidentifikasikan masalah utama (yang perlu dipecahkan)

    Mengndentifikasikan penyebab masalah tertentu

    Pengelompokan sebab-sebab tersebut

    Mengidentifisikan tingkatan penyebab

    Menentukan tujuan dan sasaran

    Memprioritaskan penyebab yang paling besar

    Memprioritaskan sasaran yang paling efektif dan mudah serta realistis

    unrtuk dicapai

    Menyusun rencana kegiatan

  • STUDI IDENTIFIKASI DAN MASTERPLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN MURUNG RAYA

    Usulan Teknis PT. Mitra Indah Membangun E - 44

    I. Analisis Akar Tujuan

    Analisis ini dipergunakan untuk menyusun suatu rencana kegiatan

    masyarakat dengan jalan memberikan gambaran masalah yang dihadapi dan

    tujuan yang dapat dicapai serta tahapan yang harus ditempuh untuk mencapai

    tujuan yang diharapkan. Teknik ini sangat fisual sehingga mudah dipahami oleh

    masyaraka tdan memiliki tingkat partisipasi. Selain itu teknik ini juga sangat

    sistematis sehingga mudah untuk membuat suatu proses perencanaan.

    Langkah-langkan analisis tujuan :

    Mencari masalah pokok

    Mengidentifikan maslaah tersebut hingga lebih riuni sampai muincul

    penyebab.

    Menetapkan tujuan yang diinginkan untuk mengatasi masalah tersebut

    Memprioritaskan masalah yang ada sehingga masalah utama dapat

    diketahui

    Tujuan terhadap pertama akan menjadi tujuan dalam kegiatan yang

    direncanakan

    Kalau tujuan utamanya telah muncul maka perlu dicari alternatif-alternatif

    agar tujuan utama tersebut dapat tercapai

    Dari alternative-alternatif yang ada maka perlu dicari sumber daya

    pendukungnya (sumber daya alam maupun sumber daya manusia)

    Dari berbagai alternative yang ada maka dipilih alternative yang

    mempunyai sumber daya pendukung yang banyak

    Dari alternative tersebut selanjutnya disusun langkah-langkah agar rencana

    dapat tercapai

    J. Analisis SWOT

    Pengertian

    Analisis SWOT merupakan salah satu teknik analisis yang digunakan

    dalam menginterpretasikan wilayah perencanaan, khususnya pada kondisi yang

    sangat kompleks dimana faktor eksternal dan internal memegang peran yang

    sama pentingnya.

  • STUDI IDENTIFIKASI DAN MASTERPLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN MURUNG RAYA

    Usulan Teknis PT. Mitra Indah Membangun E - 45

    SWOT secara harfiah merupakan akronim yang terdiri dari konsep/kata:

    a. S (Strength/kekuatan) : Suatu keadaan atau kondisi yang ada/ dimiliki yang

    dianggap/ merupakan hal yang sudah baik.

    b. W (Weakness/kelemahan/masalah) : Suatu keadaan atau kondisi yang

    dianggap memiliki kelemahan atau masalah

    c. O (opportunity/kesempatan/peluang) : Suatu keadaan atau kondisi yang ada

    atau akan terjadi di dalam/ sekitar daerah yang dianggap berpeluang untuk

    digunakan bagi pengembangan potensi.

    d. T (Threat/ancaman/ hambatan) : Suatu keadaan/ kondisi yang ada atau

    yang akan terjadi di dalam/ sekitar daerah yang dianggap dapat

    menghambat/ mengancam pengembangan potensi.

    Kekuatan dan kelemahan merupakan faktor intern, sedangkan

    kesempatan dan ancaman merupakan faktor ekstern.

    Manfaat

    SWOT digunakan untuk dapat menetapkan tujuan secara lebih realistis

    dan efektif, serta merumuskan strategi dengan efektif pula. Dengan berlandaskan

    SWOT, tujuan tidak akan menjadi terlalu rendah atau terlalu tinggi. Dengan

    analisis SWOT akan diketahui kekuatan dan kesempatan yang terbuka bagi

    faktor positif dan kelemahan serta ancaman yang ada sebagai faktor negatif.

    Maka diperoleh semacam core strategy yang prinsipnya merupakan :

    e. Strategi yang memanfaatkan kekuatan dan kesempatan yang ada secara

    terbuka

    f. Strategi yang mengatsi ancaman yang ada

    g. Strategi yang memperbaiki kelemahan yang ada

    Dalam memanfaatkan SWOT, juga terdapat alternatif penggunaan yang

    didasarkan dari kombinasi masing masing aspek sebagai berikut.

    h. SO : Memanfaatkan kekuatan (S) secara maksimal untuk meraih peluang

    i. ST : Memanfaatkan kekuatan (S) secara maksimal untuk mengantisipasi

    atau menghadapi ancaman (T) dan berusaha maksimal menjadikan ancaman

    sebagai peluang

    j. WO :Meminimalkan kelemahan (W) untuk meraih peluang (O).

  • STUDI IDENTIFIKASI DAN MASTERPLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN MURUNG RAYA

    Usulan Teknis PT. Mitra Indah Membangun E - 46

    S t r e n g t h sS t r e n g t h s W e a k n e s s e sW e a k n e s s e s

    I n te r n a l A u d itI n te r n a l A u d it

    S t r e n g t h sS t r e n g t h s W e a k n e s s e sW e a k n e s s e s

    I n te r n a l A u d itI n te r n a l A u d it

    Op

    po

    rtu

    nit

    ies

    Op

    po

    rtu

    nit

    ies

    T h

    r e

    a t

    sT

    h r

    e a

    t s

    Ex

    te

    rn

    al

    En

    vir

    on

    me

    nt

    Ex

    te

    rn

    al

    En

    vir

    on

    me

    nt

    Op

    po

    rtu

    nit

    ies

    Op

    po

    rtu

    nit

    ies

    T h

    r e

    a t

    sT

    h r

    e a

    t s

    Ex

    te

    rn

    al

    En

    vir

    on

    me

    nt

    Ex

    te

    rn

    al

    En

    vir

    on

    me

    nt S O W O

    S T W T

    k. WT :Meminimalkan kelemahan (W) untuk menghindari secara lebih baik

    dari ancaman.

    Gambar Matriks SWOT

    K. Analisis Kelembagaan

    Teknik pembuatan bagan hubungan kelembagaan merupakan teknik yang

    digunakan untuk memfasilitasi kajian hubungan antara masyarakat dengan

    lembaga-lembaga yang ada di lingkungannya.

    Hasil pengkajian dituangkan ke dalam diagram venn yang akan

    menunjukkan besarnya manfaat, pengaruh dan dekatnya hubungan suatu

    lembaga dengan masyarakat.

    Tujuan dari pembuatan bagan hubungan kelembagaan yaitu :

    1. mengetahui keberadaan, manfaat dan peranan berbagai lembaga.

    2. mengetahui hubungan antar lembaga-lembaga tersebut.

    3. mengetahui keterlibatan suatu kelompok di dalam kegiatan kelembagaan

    tersebut.

    L. Analisis Alternatif Penyusunan Program

  • STUDI IDENTIFIKASI DAN MASTERPLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN MURUNG RAYA

    Usulan Teknis PT. Mitra Indah Membangun E - 47

    Menetapkan pendekatan program yang cocok dengan kondisi dan dapat

    memberikan hasil yang diinginkan. Alternatif adalah kemungkinan-

    kemungkinan yang dapat dipilih. Analisis alternatif adalah kegiatan

    mengidentifikasi, menetapkan kriteria, memberi bobot, dan memilih salah satu

    pendekatan untuk mencapai tujuan.

    Pembuatan analisis alternatif program dilaksanakan dengan memperhatikan

    beberapa langkah sistematis sebagai berikut:

    1. Mempelajari kembali analisis tujuan dan selanjutnya membentuk

    pendekatan-pendekatan yang akan dipilih.

    2. Menelaah beberapa alternatif rangkaian tujuan yang mengarah pada

    tujuan tersebut.

    3. Menentukan kriteria dan cara penilaian alternatif.

    4. Memberikan nilai untuk masing-masing alternatif sesuai kriteria yang

    telah ditetapkan untuk menentukan alternatif yang paling tepat untuk

    dilaksanakan.

    Penentuan kriteria didasarkan pada kepentingan dan prioritas pihak-pihak yang

    akan terlibat dalam pelaksanaan kegiatan/stakeholders.

    Beberapa contoh kriteria yang dapat digunakan adalah sebagai berikut:

    1. Penerima Manfaat Maksimal, semakin banyak penerima manfaat dari

    sebuah kegiatan, maka makin tinggi pula prioritas kegiatan tersebut.

    2. Peningkatan pendapatan, semakin banyak kesempatan meningkatkan

    pendapatan masyarakat di lokasi rintisan, maka semakin tinggi skor

    yang diberikan.

    3. Ketersediaan Sumber Daya, semakin mudah penyediaan sumber daya

    yang dibutuhkan, maka semakin tinggi prioritas kegiatan tersebut.

  • STUDI IDENTIFIKASI DAN MASTERPLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN MURUNG RAYA

    Usulan Teknis PT. Mitra Indah Membangun E - 48

    4. Replikabilitas, semakin tinggi tingkat kemungkinan pengulangannya di

    tempat lain, makin tinggi skornya.

    5. Sustainability, semakin tinggi tingkat kesinambungannya terhadap

    kegiatan yang telah dilaksanakan maupun kemungkinan

    pengembangannya di masa mendatang, maka semakin tinggi pula skor

    yang diberikan.

    Pada Tabel berikut ini diperlihatkan salah satu contoh aplikasi bentuk matriks

    alternatif proyek.

    TTaabbeell CCoonnttoohh BBeennttuukk MMaattrriikkss AAlltteerrnnaattiiff PPrrooyyeekk

    No Kriteria Total

    Bobot

    Bobot

    (b)

    Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3 Alternatif 4 Alternatif 5

    n bxn n bxn n bxn n bxn n bxn

    1 Penerima manfaat maksimal

    25 25 3 30 3 30 3 30 2 20 2 20

    2 Peningk. Pendapatan 15 15 3 30 3 30 3 30 3 30 2 20

    3 Peningk. Pemanf. Potensi SDM

    15 15 1 10 1 10 3 30 3 30 3 30

    4 Ketersediaan SDA 15 15 3 30 2 20 1 10 1 10 1 10

    5 Replikabilitas 15 15 3 30 2 20 1 10 1 10 2 20

    6 Sustainability