0
0
1
2
3
STRATEGI MANAJEMEN DITENGAH KESEDERHANAAN DAN
KETERBATASAN MELALUI PENERAPAN MANAJEMEN MUTU SEBAGAI
UPAYA DALAM PENINGKATAN KUALITAS PENDIDIKAN
(STUDI KASUS PADA YAYASAN FAIDA CENDIKIA PERDANA)
Sukriyah, SE., MSi.
ABSTRAK Menghadapi berbagai tantangan eksternal dan internal, Lembaga Pendidikan Luar Sekolah Yayasan Faida
Cendikia Perdana ditengah berbagai keterbatasan dengan itikad baik dan keikhlasan dari seluruh timnya berusaha menemukan strategi yang paling tepat untuk dapat mengembangkan organisasi dan meningkatkan kualitas siswa.
Dalam strateginya lembaga kursus Faida Cendikia Perdana mencoba menerapkan dua strategi, yaitu manajemen mutu terpadu (TQM) untuk pendidikan dan metode edutainment sebagai pola pengajaran yang baru dan menyenangkan. Total Quality Management merupakan sebuah pilosofi manajemen yang berorientasi pada kualitas. Namun, saat ini TQM bukan hanya menjadi sebuah teknik pengembangan organisasi tapi juga dapat diterapkan dalam manajemen pendidikan yang menedepankan kepuasan pelanggan.
Edutainment adalah akronim dari "education plus entertainment". Dapat diartikan sebagai program pendidikan atau pelatihan yang dikemas dalam konsep hiburan sedemikian rupa, sehingga tiap-tiap peserta hampir tidak menyadari bahwa mereka sebenarnya sedang diajak untuk belajar atau untuk memahami nilai-nilai (value) setiap individu.
TQM dan metode edutainment sebagai strategi diandalkan lembaga ini diharapkan dapat membantu lembaga dalam menggambarkan peran ,tujuan dan tanggung jawab lembaga, meningkatkan mutu lembaga, perencanaan pelatihan secara menyeluruh, menciptakan pengembangan staf, penggunaan penelitian dan informasi praktis, dan mendesain secara menyeluruh pengembangan anak.
Kata Kunci : Manajemen Mutu untuk Pendidikan, Metode Edutainment.
PENDAHULUAN
Perkembangan masyarakat yang
semakin kompetitif menuntut setiap orang
untuk berkompetisi secara sehat. Demikian
halnya dengan sebuah lembaga, termasuk
lembaga pendidikan, kompetisi untuk
merebut pasar menuntut setiap lembaga
untuk mengedepankan kualitas dalam
proses manajerialnya dan pembelajarannya.
Kualitas produk sangat penting
dalam dunia usaha, demikian juga dengan
kualitas dari output yang dihasilkan oleh
suatu usaha di bidang jasa dalam hal ini
adalah lembaga kursus agar dapat tetap
eksis dengan memiliki manajemen yang
cakap dan bermutu sehingga dapat
mendorong dan berdampak pada
meningkatnya mutu produk atau kualitas
siswa didik sebagai bagian dalam upaya
turut mencerdaskan bangsa.
Lembaga pendidikan sebagai
organisasi merupakan salah satu sistem juga
tidak dapat terhindar dampak dari kemajuan
tersebut, dengan demikian maka disetiap
lembaga pendidikan dituntut untuk dapat
mengantisipasi berbagai perubahan-
perubahan tersebut, dengan strategi yang
tepat dan sesuai dengan lembaga kursus itu
sendiri.
Lembaga kursus Faida Cendikia
Perdana merancang strategi manajemen
dalam dua pendekatan. Pertama, dengan
konsep Manajemen Mutu Terpadu untuk
Pendidikan (TQM), dan kedua, dengan
1
menerapkan konsep metode edutainment,
yang menjadi salah satu pola pengajaran
yang sangat menarik dan sudah sejak awal
diterapkan di lembaga kursus ini, walaupun
sebelumnya konsep ini belum di sadari
merupakan salah satu konsep atau metode
edutainment.
Dalam Manajemen Mutu Terpadu
untuk pendidikan juga dikenal konsep
PDCA (Plan : Rencanakan, DO (Teach) :
Lakukan (yaitu mengajar), Check :
Memeriksa, Act (Revised Teaching) :
Tindakan (Pengajarang di tinjau kembali)
dan Test : Uji). Glasser (1993) menyatakan
bahwa ”TQM merupakan prinsip terbaik
dalam suatu lingkungan belajar yang
sangat produktif”.
Berada dalam kesederhanaan
Lembaga Kursus Faida Cendikia Perdana
berusaha tetap mampu memberikan
manfaat bagi masyarakat sekitar dalam
upaya turut mencerdaskan anak bangsa
dengan menerapkan konsep manajemen
yang baik.
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka
yang menjadi pokok permasalahan dalam
penulisan ini adalah :
a. Bagaimana penerapan manajemen
mutu yang tepat di Yayasan Faida
Cendikia Perdana agar ditemukan suatu
sistem yang cakap dan benar-benar
efektif dan sesuai dengan lembaga
pendidikan nirlaba ini ?
b. Kenapa TQM sangat penting bagi
kelangsungan hidup lembaga dan
bagaimanakah pengaruhnya dengan
kepuasan pelanggan serta kendala
apakah yang dihadapi dalam
menerapkan konsep manajemen mutu
ini ?
c. Apa saja strategi manajemen yang dapat
berpengaruh terhadap upaya
peningkatan kualitas siswa yang belajar
di Yayasan Faida Cendikia Perdana ?
2. Maksud Dan Tujuan Penulisan
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana
penerapan Manajemen Mutu yang
paling efektif, tepat dan sesuai
dengan lembaga kursus di Yayasan
Faida Cendikia Perdana.
2. Untuk mengetahui penyebab
terjadinya masalah atau kendala
yang dihadapi manajemen dalam
mengupayakan sistem manajemen
yang baik dan cakap untuk
mendukung dan berpengaruh pada
upaya peningkatan kualitas
pendidikan yang baik di
Yayasan Faida Cendikia
Perdana.
3. Untuk mengetahui adanya
hubungan atau pengaruh antara
penerapan manajemen mutu dengan
upaya peningkatan kualitas
pendidikan siswa sebagai bagian
dari kebijakan dan strategi
2
manajemen Yayasan Faida
Cendikia Perdana .
3. Landasan Teori
3.1. Manajemen Kinerja dan
Manajemen Mutu Terpadu
Manajemen mutu suatu
lembaga tidak terlepas dari kinerja
organisasi yang dikelola oleh
manajemen itu sendiri. Kinerja dan nilai
pentingnya telah merasuk ke dalam
semua aspek kehidupan modern. Cara
pandang kita terhadap manusia,
termasuk cara kita berperilaku,
dipengaruhi oleh kinerja. Konsep
kinerja telah menjadi inti persepsi kita
mengenai berbagai aktivitas kita,
persepsi diri, nilai diri, dan pemahaman
kita tentang dunia.
Corvellec (1997, 2001 : 74)
berpendapat :
Di dalam kehidupan perusahaan, kinerja menyentuh setiap aspek administrasi bisnis. Literatur manajemen manapun akan menguatkan hal ini. Kinerja kian dihubungkan dengan ; ”bertindak benar dengan latar perusahaan”, di dalamnya ikut tercakup penyelarasan aturan sosial tentang cara berbusana dan berbahasa, persyaratan sebagai warga perusahaan yang andal, atau penerimaan realitas perusahaan resmi satu-satunya sebagai realitas.
Jadi, kinerja adalah tentang
mencapai sasaran-sasaran yang sulit,
sekaligus cara melahirkan kinerja yang
terukur.
Manajemen kinerja menurut
Weiss dan Hurtle (1997 : 77) adalah :
Sebuah proses untuk membangun pemahaman yang sama mengenai apa yang harus dicapai, dan bagaimana itu di capai, sebuah pendekatan pengelolaan manusia yang meningkatkan kemungkinan untuk mencapai kesuksesan terkait pekerjaan.
Menurut Wibowo (2007),
manajemen kinerja dapat bersifat umum
dan bisa diterapkan dalam manajemen
perusahaan mikro dan manajemen
apapun, termasuk pendidikan. Kinerja
adalah merupakan implementasi dari
rencana yang telah disusun tersebut.
Kinerja berasal dari kata performance,
yang berarti hasil kerja atau prestasi
kerja.
Menurut Armstrong dan Baron
(1998:15) kinerja merupakan hasil
pekerjaan yang mempunyai hubungan
kuat dengan tujuan strategis organisasi,
kepuasan konsumen, dan memberikan
kontribusi kepada ekonomi.
Standar kinerja menurut
Kirkpatrick (2006:37) adalah kondisi
yang akan terjadi ketika segmen
3
pekerjaan dikerjakan dengan baik atau
dengan cara yang dapat diterima.
Menurut Kirkpatrick
(2006:39), terdapat delapan
karakteristik yang membuat suatu
standar kinerja efektif, yaitu :
1. Standar didasarkan pada pekerjaan
Standar harus dibuat untuk
pekerjaan itu sendiri tanpa
memandang siapa yang menduduki
pekerjaan.
2. Standar dapat dicapai
Secara praktis semua pekerja dalam
pekerjaan harus dapat mencapai
standar yang ditentukan.
3. Standar dapat dipahami
Standar harus jelas baik bagi
manajer maupun pekerja. Perbedaan
interpretasi dapat menimbulkan
penilaian yang dirasa kurang adil.
4. Standar disepakati
Standar yang menjadi kesepakatan
dituangkan sebagai personal
contract sebagai dasar untuk
penilaian dan evaluasi. Standar
tinggi yang ditetapkan manajer,
namun tidak disepakati pekerja akan
menyebabkan pekerja tidak turut
bertanggung jawab atas tidak
tercapainya standar tersebut.
5. Standar itu spesifik dan sedapat
mungkin terukur
Standar harus dinyatakan dalam
angka, persentase, satuan uang atau
bentuk lain yang dapat diukur secara
kuantitatif. Standar juga harus
dinyatakan sespesifik mungkin
bahkan apabila pertimbangan
subjektif harus dipergunakan untuk
mengevaluasi kinerja terhadapnya.
6. Standar berorentasi pada waktu
Standar kinerja menunjukkan berapa
lama suatu pekerjaan harus dapat
diselesaikan atau kapan suatu
pekerjaan harus diselesaikan dengan
menunjukkan tanggal yang pasti.
Standar waktu dapat ditentukan
untuk pencapaian tujuan akhir
maupun progres setiap tahapan
pekerjaan. Monitoring atas jadwal
waktu menurut tahapan diperlukan
untuk mengetahui lebih dini apabila
terdapat penurunan atau perbedaan
antara standar dan realitas.
7. Standar harus tertulis
Standar harus dituangkan sebagai
dokumen tertulis karena akan
dipergunakan sebagai ukuran dalam
menilai kinerja orang, tim atau
organisasi.
8. Standar dapat berubah
Karena standar harus dapat dicapai
dan disepakati, secara periodik
harus dapat dievaluasi dan diubah
bila perlu. Standar harus ditetapkan
4
cukup menantang, namun masih
dalam batas kemungkinan
terjangkau.
Pengukuran produktivitas
mewujudkan sejumlah fungsi penguatan
yang sangat berharga yaitu sebagai
berikut :
a. Membangun kepedulian
b. Mengukur masalah dan peluang
c. Mengusahakan mekanisme umpan
balik
d. Memfasilitasi integrasi
3.2. Manajemen Strategis dalam
Pendidikan
Pentingnya manajemen yang efektif
dalam organisasi pendidikan semakin
banyak mendapatkan pengakuan dari
berbagai pihak. Penelitian tentang
efektivitas dan perbaikan lembaga
pendidikan di beberapa negara
menunjukkan bahwa mutu kepemimpinan
manajemen merupakan salah satu variabel
terpenting untuk membedakan antara
sekolah atau lembaga pendidikan yang
berhasil dan yang tidak (Sammon et.al.,
1994).
3.4. Tujuan Manajemen Pendidikan
Orientasi cita-cita yang jelas
merupakan pusat bagi pendekatan-
pendekatan teoritis dalam manajemen
pendidikan.
Caldwell dan Spink (1992)
mengungkapkan bahwa manajemen
merupakan fenomena internasional;
megatrend. Ini dipertegas dengan beberapa
asumsi berikut ini :
1. Manajer akan lebih responsif terhadap
klien dan komunitasnya jika ia mampu
menentukan dan menghasilkan mutu
pendidikan yang lebih baik daripada
sebelumnya.
2. Manajer akan mampu menentukan
bahan yang tepat untuk sumber-sumber
daya yang ada (guru, staf, material,
peralatan) untuk mencapai tujuan dan
sasaran spesifik sekolah.
3. Staf memperoleh insentif yang cukup
dalam memaksimalkan efisiensi dalam
penggunaan sumber-sumber daya yang
ada, karena penghematan tersebut akan
bermanfaat bagi peningkatan mutu
pendidikan selanjutnya.
4. Standar mutu ada pada klien, dan orang
tua sebagai wali klien, sementara
lembaga pendidikan merespon
kebutuhan-kebutuhan mereka dan
mengambil resiko terhadap semua
kegagalan yang dialami siswa.
3.5. Strategi dengan Konsep Metode
Edutainment
Edutainment adalah akronim dari
"education plus entertainment". Dapat
diartikan sebagai program pendidikan atau
pelatihan yang dikemas dalam konsep
hiburan sedemikian rupa, sehingga tiap-tiap
peserta hampir tidak menyadari bahwa
5
mereka sebenarnya sedang diajak untuk
belajar atau untuk memahami nilai-nilai
(value) setiap individu.
Puncak dari kemampuan berfikir
adalah kreativitas. Dalam hirarkhi berfikir
creative thingking juga diletakkan pada
puncak tangga paling atas. Kreativitaslah
yang membuat manusia menjadi survive
(mampu bertahan hidup). Segala bentuk
kebudayaan tidak lain adalah buah dari
kreativitas.
Pakar bisnis Brian Clegg & Paul
Brich (996) menyatakan bahwa bpola
kehidupan modern lebih mirip naik roller
coaster, jet kereta luncur yang kehilangan
rel penuntunnya. Ia bergerak berkelok,
meliuk mendadak tanpa terduga. Hanya ada
satu cara agar dapat bertahan dalam
kehidupan seperti itu : kreativitas.
Saat ini, belajar dan bekerja
dengan keras tidaklah memadai lagi. Kita
juga harus belajar dan bekerja dengan
cerdas. Bahkan lebih jauh kita harus
senantiasa mengembangkan cara belajar
dan bekerja yang kreatif. Berfikir kreatif
berarti bernalar dengan mengembangkan
daya cipta, mengurai ide-ide, serta
memecahkan masalah (problem solving).
4. Metodologi Penelitian
Peneliatan ini diawali dengan
membuat desain penelitian, menentukan
variabel penelitian dan definisi operasional
variable, pemilihan populasi dan sampel,
metode pengumpulan data melalui review
dokumen observasi langsung dan
wawancara. Metode analisa yang digunakan
menggunakan teknik uji validitas,
reliabilitas, uji asumsi klasik (uji
normalitas, uji heterokedastisitas, uji
multikolinearitas), uji korelasi dan koefisien
determinan, uji hipotesis, regresi sederhana
maupun regresi berganda secara manual.
Jenis data penelitian kualitatif dan
kuantitatif.
5. Pembahasan
5.1. Penetapan Pedoman Kebijakan
dan Tanggung Jawab Sosial
Tanggung jawab sosial diberikan
tidak hanya sebagai strategi dan tujuan
tetapi juga sebagai bagian dalam
kebijakan sebagai upaya memenuhi
kewajiban moral dan ibadah sehingga
hidup yang hanya sekali dapat berarti dan
membawa manfaat serta pahala.
5.2. Tinjauan Analisis SWOT dan
SOAR
Penulis mencoba membuat suatu
pola/rangka dalam merumuskan strategi
Lembaga kursus / Yayasan Faida Cendikia
Perdana melalui analisa SWOT, yaitu :
1. Strengths (Kekuatan)
a. Teknologi Informasi
b. Metode Edutainment
c. Program Beasiswa 10 Besar
d. Program-program kompetisi
berhadiah Free Lab.
6
e. Outbond dan reuni alumnni setiap
tahun
f. Usia pengabdian yang cukup
untuk dapat mengenali
kebutuhan pasar
2. Weaknesses (Kelemahan)
a. Infrastruktur (Gedung) yang
masih sangat sederhana, gedung
yang dipergunakan adalah
kontrakan rumah yang sedikit
renovasi dan modifikasi.
b. Saluran distribusi & informasi,
dimana petugas FO belum dapat
memberikan penjelasan dengan
baik sebagai dampak turn over
posisi tersebut.
c. Inkonsistensi dan indisipliner
pengajar, ada tenaga pengajar
yang tidak konsisten dan tidak
disiplin, membuat keputusan
teknis pengajaran tanpa
konfirmasi dengan manajemen,
sehingga sangat mempengaruhi
citra Lembaga.
3. Opportunities (Kesempatan/Peluang)
a. Lokasi disekitar sekolah & relatif
aman
b. Pertumbuhan Internet
c. Daya tarik IT
d. Hubungan baik dengan
masyarakat sekitar
e. Siswa yang besar merupakan
daya tarik tersendiri
4. Threats (Ancaman)
a. Tidak ada perhatian dari
pemerintah desa
b. Kesadaran & tanggung jawab
orang tua rendah, beberapa orang
tua yang berasal dari keluarga
yang cukup mapan mempunyai
tunggakan hingga 5 (lima)
bulan.
c. Lingkungan sosial yang
konsumtif.
d. Pesaing yang lebih menonjolkan
tempat yang eksklusif dengan
lokasi di jalan yang strategis.
Menurut sebagian ahli berpendapat
bahwa analisa SWOT kurang tepat jika
diterapkan pada perusahaan jasa. Setelah
penulis mencoba mencari informasi
tambahan, ternyata menurut ahli
manajemen strategik A.B. Susanto,
Managing Partner The Jakarta Consulting
Group (2005:1) : “analisis SWOT ini
memiliki kekurangan. Dalam proses
perencanaan dengan analisis SWOT,
perusahaan harus menghabiskan waktunya
guna memikirkan hal-hal positif (strengts
dan opportunities), dan sebagian lagi untuk
mengurusi hal-hal negatif (weaknesses dan
Threats).
Pada kenyataannya, manusia
cenderung lebih suka menonjolkan hal-hal
negatif (weaknesses dan Threats), padahal
kita cenderung melupakan pengalaman
buruk dimasa lalu. Kita akan lebih
termotivasi manakala menyadari bahwa
7
kelebihan atau kekuatan yang kita miliki
dapat memberikan kontribusi bagi
kemajuan perusahaan.
Untuk itulah Stavros, Cooperrider,
dan Kelly (2005:1) menawarkan konsep
SOAR (strengths, opportunities,
aspirations, results, sebagai alternatif
terhadap analisis SWOT, yang berasal dari
appreciative inquiry (AI). Pendekatan AI
lebih menitik berarkan pada
pengidentifikasian dan pembangunan
kekuatan dan peluang ketimbang pada
masalah, kelemahan, dan ancaman.
Pendekatan SOAR terhadap
fenomena strategis memiliki beberapa
keuntungan dibandingkan dengan modal
tradisional. Analisis SOAR memungkinkan
anggota organisasi memungkinkan
menciptakan masa depan yang mereka
inginkan sendiri dalam keseluruhan proses
dengan cara melakukan penyelidikan,
imajinasi, inovasi dan inspirasi.
Fokus internal SOAR adalah
kekuatan organisasi. SOAR juga digunakan
untuk analisis eksternal, misalnya analisis
mengenai pemasok dan pelanggan.
Keuntungan lainnya berkaitan dengan
partisipasi. Pada banyak organisasi,
perencanaan strategis hanya melibatkan
orang-orang pada tingkatan tertinggi serta
kelompok stakeholder.
Dari paparan diatas, penulis
mencoba membuat tambahan analisa
SOAR, yaitu :
1. Strengths (Kekuatan)
2. Opportunities (Kesempatan/Peluang)
3. Aspirations (Aspirasi)
4. Results (Hasil)
Pendidikan yang berorientasi pada
kecakapan hidup(Life Skills) tidak
mengubah sistem pendidikan yang ada dan
juga tidak untuk mereduksi pendidikan
hanya sebagai latihan kerja. Pendidikan
yang berorientasi pada kecakapan untuk
hidup justru memberikan kesempatan
kepada setiap siswa untuk memperoleh
bekal keterampilan atau keahlian yang
dapat dijadikan sebagai sumber
penghidupannya.
Secara teknis filosofis orientasi
pendidikan yang berbasis masyarakat luas
adalah kecakapan untuk hidup (Life Skills)
atau untuk bekerja, bukan semata-mata
berorientasi kepada jalur akademik. Untuk
itu sekolah dituntut agar mampu
mewujudkan pertautan yang jelas dengan
dunia kerja. Paradigma bersekolah untuk
bekerja (school to work) harus mendasari
semua kegiatan pendidikan. Dengan titik
berat pendidikan pada kecakapan untuk
hidup (Life Skills) diharapkan pendidikan
benar-benar dapat meningkatkan taraf
hidup dan martabat masyarakat.
5.3. Faktor-faktor Peningkatan
Efektifitas
Beberapa literatur penelitian
mengemukakan bahwa dalam
mengimplementasikan strategi manajemen
melalui upaya peningkatan mutu, maka
8
terdapat faktor-faktor yang mengarahkan
pada peningkatan efektifitas. Tidak ada
karakteristik sekolah efektif yang memiliki
ciri yang jelas sama, namun sekurang-
kurangnya terdapat satu ciri yang
merefleksikan penelitian internasional yang
sudah terbukti, yaitu :
Tabel 5.1. Implementasi Karakteristik Lembaga Efektif (Sumber : data diolah Juli 2008)
5.4. Indikator Keberhasilan Pencapaian
Target
Berdasarkan data hasil evaluasi dan
monitoring pada pencapaian prestasi siswa
di sekolah, dapat dilihat kemajuan atau
keberhasilan yang signifikan dari data yang
masih sangat baru dan segar, dimana data
dikumpulkan melalui hasil rapor yang
No. Karakteristik Implementasi %
1 Kepemimpinan profesional Tegas dan memiliki tujuan tertentu
Pendekatan partisipatif
85
90
2 Visi dan tujuan Kesatuan tujuan
Konsistensi praktek
Kebersamaan yang akrab dan kolaborasi
90
80
95
3 Lingkungan belajar Atmosfir yang tertib dan rapi
Lingkungan kerja yang atraktif
90
90
4 Konsentrasi terhadap
pengajaran dan pembelajaran
Maksimalisasi waktu belajar
Penekanan akademik
Fokus terhadap prestasi
85
85
80
5 Harapan yang tinggi Harapan yang tinggi dan menyeluruh
Mengkomunikasikan harapan
Memberikan tantangan intelektual
90
80
75
6 Penguatan yang positif Disiplin yang adil dan jelas
Feed back
85
75
7 Memonitor kemajuan Memonitor performa anak
Mengevaluasi performa sekolah
70
60
8 Hak & tanggung- jawab
anak
Self – esteem (penghargaan diri) anak yang tinggi
Posisi tanggungjawab kontrol kerja
90
75
9 Pengajaran yang memiliki
tujuan
Organisasi yang efisien
Kejelasan tujuan
Pelajaran yang terstruktur
Praktek yang adaptif
80
90
85
85
10 Organisasi belajar Pengembangan shcool based-staff 60
11 Kerjasama sekolah- rumah Keterlibatan orang tua 75
1
dikolektif untuk setiap semester sebagai
persyaratan memperoleh kesempatan
“Beasiswa Prestasi 10 Besar”.
Data yang diambil dari data rapor
terdapat peningkatan prestasi yang cukup
menggembirakan dari volume siswa yang
berprestasi dengan standar pencapaian
terdapat peningkatan mulai dari 60%, 80%
sampai 140%. Indikator keberhasilan
pencapaian target dapat dilihat dalam
Grafik 5.1. terlampir.
5.5. Hasil Uji Instrumen Penelitian
5.5.1. Uji Validitas dan Reliabilitas.
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Untuk menguji validtas alat ukur terlebih dahulu dicari harga korelasi antar bagian-bagian dari alat ukur/ item pertanyaan angket secara keseluruhan dengan cara mengkorelasikan setiap butir pertanyaan dengan skor total yang merupakan jumlah tiap butir, dengan menggunakan rumus Pearson Product Moment adalah :
r hitung = `
Dimana : r hitung : koefisien
korelasi ΣX : jumlah skor
item ΣY : jumlah skor
seluruh item (total) N : jumlah
responden Nilai koefisien korelasi r berkisar
antara -1 sampai + 1, yang kriteria
pemanfaatannya dijelaskan sebagai berikut
:
a. Jika, nilai r > 0, artinya telah
terjadi hubungan yang linier
positif, yaitu makin besar variable
(independent), makin besar pula
nilai variable y (dependent), atau
sebaliknya.
b. Jika, nilai r < 0, artinya telah
terjadi hubungan yang linier
negative, yaitu makin kecil nilai
variable x (independent), maka
makin besar niali variable Y
(dependent), atau sebaliknya
c. Jika, nilai r = 0 , artinya tidak ada
hubungan sama sekali antara
variable x (independent) dengan
variabel Y (dependent).
d. Jika, r = 1 atau r= -1, artinya telah
terjadi hubungan linier sempurna,
berupa garis lurus, sedangkan
untuk nilai r yang makin mengarah
ke angka 0 maka garis makin tidak
lurus.
Selanjutnya dihitung dengan Uji-t
dengan rumus :
.t hitung =
Dimana: t : Nilai t hitung
r : koefisien
korelasi hasil r hitung
n : jumlah
koresponden
Distribusi (T Table) untuk α =
0,05 dan derajat kebebasan (df = n -
Σvar.bebas – 1)
n-2
1 – r 2
n.(Σ XY) – (ΣX) (ΣY)
{ n.ΣX2 – (ΣX)2}. {n. ΣY2 – (ΣY)2} r
2
Kaidah keputusan : Jika t hitung > t table
berarti valid, sebaliknya
Jika t hitung < t table
berarti tidak valid
Uji reliabilitas dilakukan untuk
mengetahui apakah alat pengumpulan
data pada dasarnya menunjukan
tingkat ketepatan, keakuratan,
kestabilan atau konsistensi alat
tersebut dalam mengungkapkan gejala
tertentu dari sekelompok individu dan
hasil pengukuran tetap konsisten bila
dilakukan pengukuran kembali
terhadap gejala yang sama.
Pengujian keterandalan
(reliability) dalam penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan
rumus Cronbach’s Alpha, sebagai
bahan perbandingan untuk melihat
reliabilitas item digunakan nilai
koefisien reliabilitas, seperti
dikemukakan oleh Kaplan et.al
(1993:126) adalah minimal 0,70
atau antara ( 0,70 – 0,80 ).
Rumus Varians yang digunakan :
(((( �X²)))) � X ² - n σ ²¡ = n
Dimana : σ²¡ = Varians n = Jumlah Sampel X = Nilai Skor yang
dipilih
K � σ ² b
r 11 = 1 - k – 1 σ ² t r 11 = Reabilitas instrumen
k = Banyaknya butir pertanyaan
σ ² b = Jumlah varians butir
σ ² t = Varians total
No. Item
Nama Variabel Pertanyaan Koefisien
Korelasi
Harga t
hitung Harga t tabel
Keputusan
1 Kualitas Pendidikan 0,396 2,6584 1,734 Valid
2 Kualitas Pendidikan 0,581 4,4004 1,734 Valid 3 Kualitas Pendidikan 0,646 5,2168 1,734 Valid
Tabel 5.2. Rekapitulasi Validitas Instrumen Variabel Kualitas Pendidikan
No. Item
Nama Variabel Pertanyaan Koefisien
Korelasi
Harga t
hitung Harga t
tabel Keputusan
4 Komunikasi 0,486 3,428 1,734 Valid
5 Komunikasi 0,525 3,8025 1,734 Valid
6 Komunikasi 0,72 6,3956 1,734 Valid
7 Kredibilitas 0,737 6,7217 1,734 Valid
8 Kredibilitas 0,721 6,4141 1,734 Valid
9 Kredibilitas 0,71 6,2152 1,734 Valid
1
10 Keamanan 0,451 3,1149 1,734 Valid
11 Keamanan 0,559 4,1559 1,734 Valid
12 Keamanan 0,626 4,9485 1,734 Valid
13 Pengetahuan Pelanggan 0,581 4,4004 1,734 Valid
14 Pengetahuan Pelanggan 0,559 4,1559 1,734 Valid
15 Pengetahuan Pelanggan 0,559 4,1559 1,734 Valid
16 Standard Kebijakan 0,579 4,3776 1,734 Valid
17 Standard Kebijakan 0,482 3,3912 1,734 Valid
18 Standard Kebijakan 0,55 4,0596 1,734 Valid
19 Reliabilitas 0,542 3,9757 1,734 Valid
20 Reliabilitas 0,536 3,9138 1,734 Valid
21 Reliabilitas 0,67 5,5635 1,734 Valid
22 Tanggapan 0,546 4,0175 1,734 Valid
23 Tanggapan 0,588 4,4812 1,734 Valid
24 Tanggapan 0,6 4,6233 1,734 Valid
25 Kompetensi 0,798 8,1625 1,734 Valid
26 Kompetensi 0,758 7,1638 1,734 Valid
27 Kompetensi 0,574 4,3211 1,734 Valid
28 Akses 0,559 4,1559 1,734 Valid
29 Akses 0,611 4,7578 1,734 Valid
30 Akses 0,721 6,4141 1,734 Valid
31 Tatakrama 0,739 6,7619 1,734 Valid
32 Tatakrama 0,849 9,9047 1,734 Valid
33 Tatakrama 0,82 8,8315 1,734 Valid Tabel 5.3. Rekapitulasi Validitas Instrumen Variabel Kualitas Pendidikan
Berikut ini adalah hasil uji
validitas dan reliabilitas per
variabel :
a. Uji Validitas dan reliabilitas
Variabel Komunikasi
Dengan menggunakan tingkat
signifikansi (α= 5%), uji variabel pelayanan
didapat hasil sebagai berikut :
Pertanyaan Corrected Item-
Total Correlation
Keterangan Cronbach’s
Alpha
1 ,486 Valid
,743 2 ,525 Valid
3 ,720 Valid
Tabel 5.4. Uji Validitas Variabel Komunikasi (X1) (Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2008)
0
Pada tabel hasil uji validitas untuk
variabel komunikasi, terlihat bahwa semua
nilai item correlation-nya diatas 0,3 maka
kumpulan variabel tersebut dapat diproses
lebih lanjut. Kesimpulan yang sama dapat
dilihat dari angka signifikansi, dimana
angka tersebut diatas 0,3.
Sehingga bisa dikatakan semua
pertanyaan tersebut valid. Karena semua
butir sudah valid, maka dilanjutkan dengan
uji reliabilitas.
1. r hasil = cronbach’s alpha diakhir
output dengan nilai 0,743.
2. Dasar pengambilan keputusan :
Jika r Alpha positif dan r Alpha >= 0,7,
maka butir atau variabel tersebut
reliabel
Jika r Alpha positif dan r Alpha < 0,7,
maka butir atau variabel tersebut tidak
reliabel
3. Keputusan
Terlihat r alpha adalah positif dan lebih
besar dari 0,7 atau (0, 743 >= 0,7) ,
maka butir-butir diatas adalah reliabel.
Jadi variabel komunikasi adalah valid
dan reliabel.
b. Uji Validitas dan reliabilitas
Variabel Kredibilitas
Dengan menggunakan tingkat
signifikansi (α= 5%), uji variabel pelayanan
didapat hasil sebagai berikut :
Pertanyaan Corrected Item-Total
Correlation
Keterangan Cronbach’s
Alpha
1 ,737 Valid
,846 2 ,721 Valid
3 ,710 Valid
Tabel 5.5. Uji Validitas Variabel Kredibilitas (X2)
(Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2008)
Pada tabel hasil uji validitas untuk
variabel kredibilitas, terlihat bahwa semua
nilai item correlation-nya diatas 0,3 maka
kumpulan variabel tersebut dapat diproses
lebih lanjut. Kesimpulan yang sama dapat
dilihat dari angka signifikansi, dimana
angka tersebut diatas 0,3.
Sehingga bisa dikatakan semua
pertanyaan tersebut valid. Karena semua
butir sudah valid, maka dilanjutkan dengan
uji reliabilitas. Keputusan; terlihat r alpha
adalah positif dan lebih besar atau sama
dengan 0,7 atau (0, 846 > 0,7) , maka
butir-butir diatas adalah reliabel. Jadi
variabel kredibilitas adalah valid dan
reliabel.
c. Uji Validitas dan reliabilitas
Variabel Keamanan
Dengan menggunakan tingkat
signifikansi (α= 5%), uji variabel pelayanan
didapat hasil sebagai berikut :
0
Pertanyaan Corrected Item-Total
Correlation
Keterangan Cronbach’s
Alpha
1 ,451 Valid
,719 2 ,559 Valid
3 ,626 Valid
Tabel 5.6. Uji Validitas Variabel Keamanan (X3)
(Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2008)
Keputusan; terlihat r alpha adalah
positif dan lebih besar dari 0,7 atau (0, 719
>= 0,7) , maka butir-butir diatas adalah
reliabel. Jadi variabel keamanan adalah
valid dan reliabel.
d. Uji Validitas dan reliabilitas
Variabel Pengetahuan Pelanggan
Dengan menggunakan tingkat
signifikansi (α= 5%), uji variabel pelayanan
didapat hasil sebagai berikut :
Pertanyaan Corrected Item-Total
Correlation
Keterangan Cronbach’s
Alpha
1 ,581 Valid
0,741 2 ,559 Valid
3 ,559 Valid
Tabel 5.7. Uji Validitas Variabel Pengetahuan Pelanggan (X4)
(Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2008)
Keputusan; terlihat r alpha adalah
positif dan lebih besar dari 0,7 atau (0, 741
> 0,7) , maka butir-butir diatas adalah
reliabel. Jadi variabel pengetahuan
pelanggan adalah valid dan reliabel.
e. Uji Validitas dan reliabilitas
Variabel Standar Kebijakan
Dengan menggunakan tingkat
signifikansi (α= 5%), uji variabel pelayanan
didapat hasil sebagai berikut :
Pertanyaan Corrected Item-Total
Correlation
Keterangan Cronbach’s
Alpha
1 ,579 Valid
,717 2 ,482 Valid
3 ,550 Valid
Tabel 5.8. Uji Validitas Variabel Standar Kebijakan (X5)
(Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2008)
Keputusan; terlihat r alpha adalah
positif dan lebih besar dari 0,7 atau (0, 717
>= 0,7) , maka butir-butir diatas adalah
reliabel. Jadi variabel standar kebijakan
adalah valid dan reliabel.
1
f. Uji Validitas dan reliabilitas Variabel
Y – Kualitas Pendidikan
Dengan menggunakan tingkat
signifikansi (α= 5%), uji variabel pelayanan
didapat hasil sebagai berikut :
Pertanyaan Corrected Item-Total
Correlation
Keterangan Cronbach’s
Alpha
1 ,396 Valid
,716 2 ,581 Valid
3 ,646 Valid
Tabel 5.9. Uji Validitas Variabel Kualitas Pendidikan (Y)
(Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2008)
Keputusan; terlihat r alpha adalah
positif dan lebih besar atau sama dengan
0,7 atau (0, 716 >= 0,7) , maka butir-butir
diatas adalah reliabel. Jadi variabel kualitas
pendidikan adalah valid dan reliabel.
5.5.2. Hasil Analisis Uji Deskriptif
Analisis statistik deskriptif dalam
penelitian adalah proses transformasi data
penelitian dalam bentuk tabulasi sehingga
mudah dipahami dan diinterpretasikan
(Sugiarto, 2000). Dalam tabulasi tersebut
data disajikan secara ringkas, tersusun dan
teratur dalam bentuk tabel numerik.
Ukuran yang biasanya digunakan
dalam analisis ini adalah banyaknya data
(N), Mean (nilai rata-rata) dan Standar
Deviasi (simpangan baku). Adapun variabel
yang diolah dalam penelitian ini adalah
variabel Manajemen Mutu (TQM) untuk
Pendidikan (X) dan variabel Kualitas
Pendidikan (Y).
Variabel N (Data) Minimum Maximum Mean Std. Deviasi
Y (Kualitas Pendidikan) 40 9 15 12,60 1,482
X (TQM untuk Pendidikan) 40 86 150 125,08 14,334
Tabel 5.10. Hasil Uji Deskriptif
(Sumber : Hasil Uji SPSS Juli, 2008)
Pada tabel diatas diuraikan
mengenai banyaknya data (N), yaitu
banyaknya masing-masing variabel yang
dianalisis sebanyak 40 dari jumlah
responden yang dikumpulkan. Mean adalah
nilai rata-rata dari suatu variabel, dimana
nilai variabel Y adalah 12,60 dan variabel
X adalah 125,08. Sedangkan Standar
Deviasi adalah simpangan baku atau
1
standar kesalahan variabel Y sebesar 1,482
dan variabel X sebesar 14,334.
5.5.3. Analisis Uji Korelasi
Sebelum digunakan sebagai dasar
kesimpulan, penting untuk diketahui nilai
korelasinya. Nilai korelasi adalah nilai
rentang hubungan antara satu variabel
dengan variabel lain dengan nilai antara 0
(tidak ada korelasi, lemah sekali) sampai 1
(korelasi sempurna), nilai korelasi ini
penting untuk melihat apakah nilai yang
diperoleh dapat dikatakan bermakna secara
statistik agar dapat diambil kesimpulan
secara umum untuk populasi penelitian.
Koefisien korelasi (r) menunjukan
hubungan keeratan antara variabel
independen dengan variabel dependen,
semakin besar nilai koefisien semakin erat
hubungan variabel independen dengan
variabel dependen.
Pada hasil perhitungan dapat
ditunjukan bahwa besarnya nilai koefisien
korelasi adalah sebesar 0.903, ini berarti
adanya hubungan yang erat antara variabel
independen dengan variabel dependen
karena mendekati satu.
Variabel Y (Kualitas Pendidikan)
X (TQM untuk Pendidikan)
Pearson Correlation Y (Kualitas Pendidikan)
1,000 0,903
X (TQM untuk Pendidikan)
0,903 1,000
Signifikansi Y (Kualitas Pendidikan)
. 0,000
X (TQM untuk Pendidikan)
0,000 .
N Y (Kualitas Pendidikan)
40 40
X (TQM untuk Pendidikan)
40 40
Tabel 5.10. Hasil Uji Korelasi antar variabel dependent dan independent
(Sumber : Hasil Uji SPSS Juli, 2008)
Hasil analisis menunjukkan
bahwa nilai korelasi antara variabel
Kualitas Pendidikan dan
Manajemen Mutu (TQM) untuk
Pendidikan adalah 0,903 yang
berarti sangat kuat, dimana >0,75 –
1 berarti sangat kuat. Uji
hipotesisnya adalah sebagai berikut
:
Ho Tidak terdapat
pengaruh yang
signifikan antara
Manajemen Mutu
(TQM) untuk
Pendidikan terhadap
Kualitas Pendidikan.
H1 Terdapat pengaruh
yang signifikan antara
Manajemen Mutu
1
(TQM) untuk
Pendidikan terhadap
Kualitas Pendidikan.
Rentang tingkat kepercayaan
adalah 0.95, dimana berarti nilai α
adalah 0.05 dengan asumsi : “Tolak
H0 bila hasil signifikansi = α <
0.05.
Berdasarkan tabel diatas
dapat diketahui bahwa semua α
bernilai 0.000 yang berarti < 0.05,
maka berarti tolak H0 atau terima
H1. Dapat pula dikatakan bahwa
variabel Manajemen Mutu (TQM)
untuk Pendidikan mempunyai
pengaruh yang sangat kuat terhadap
Kualitas Pendidikan di Yayasan
Faida Cendikia Perdana, dengan
nilai korelasi sebesar 0.903.
Menentukan besarnya
pangaruh masing-masing variabel
independen (X), terhadap variabel
dependen (Y), dengan asumsi tidak
terdapat perubahan pada variabel
independen lainnya digunakan
koefisien korelasi parsial dari
masing-masing variabel. Data ini
menjelaskan variabel yang paling
tepat dan sesuai diterapkan di
Yayasan Faida Cendikia Perdana.
Koefisien korelasi parsial (r) untuk
masing-masing variabel independen
dapat dilihat pada tabel berikut :
Variabel Bebas Koefisien Korelasi
Parsial
Pengaruh Parsial
Komunikasi (X1) 0,498 7,36%
Kredibilitas (X2) 0,341 5,04%
Keamanan (X3) 0,642 9,48%
Pengetahuan Pelanggan (X4) 0,652 9,63%
Standar Kebijakan (X5) 0,638 9,42%
Reliabilitas (X6) 0,731 10,80%
Tanggapan (X7) 0,789 11,65%
Kompetensi (X8) 0,829 12,25%
Akses (X9) 0,854 12,61%
Tatakrama (X10) 0,796 11,76%
Tabel : 5.11. Koefisien Korelasi Parsial
(Sumber : Data diolah Juli, 2008)
Gambar 5.1. Grafik pengaruh variabel X secara parsial dan Simultan terhadap variabel Y
0
Dari hasil tabel diatas
menunjukan bahwa variabel-
variabel diatas secara keseluruhan
memiliki hubungan yang searah dan
positif. Dari data diatas dapat
disimpulkan bahwa terdapat
beberapa variabel yang paling tepat
dan sesuai untuk diterapkan di
Yayasan Faida Cendikia Perdana,
yaitu : variabel Keamanan (X3)
sebesar 0.642, variabel Pengetahuan
Pelanggan (X4) sebesar 0.652, variabel
Standar Kebijakan (X5) sebesar 0.638
dan variabel Reliabilitas (X6) sebesar
0.731 yang memiliki korelasi kuat
(>0.5-0.75), variabel tanggapan (X7)
sebesar 0.789, variabel kompetensi
(X8) sebesar 0,829, variabel akses
(X9) sebesar 0.854 dan variabel
tatakrama (X10) sebesar 0,796 yang
memiliki korelasi sangat kuat
(>0.75-1).
5.5.4. Pengujian secara Simultan
( Uji F ) atau Uji Determinasi.
Pengujian Hipotesis
Koefisien Determinasi (R2 atau R-
Square)/ simultan untuk fungsi
Kualitas Pendidikan adalah 0,886.
yang berarti bahwa besarnya
pengaruh Manajemen Mutu untuk
Pendidikan terhadap Kualitas
Pendidikan adalah sebesar 88,6%.
Adapun sisanya, yaitu 10,4%
diterangkan oleh variabel-variabel
lain, misalnya luasnya wilayah,
jarak lokasi dan keterbatasan
infrastruktur (bangunan).
Kd = r ² x 100 %
Kd = 0,886 X 100 %
Kd = 88,6 %
Model R R Square Adjust R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 0,941a 0,886 0,847 0,580
Tabel 5.12. Pengujian Determinasi
Uji Determinasi
digunakan untuk menunjukkan
adanya keberartian hubungan
dimana tujuan pengujian ini
digunakan untuk melihat apakah
variabel – variabel bebas secara
bersama-sama mampu
mempengaruhi variabel terikat. ,
Adapun hipotesis yang akan
diuji adalah :
Ho : Tidak terdapat
pengaruh yang
D i a g r a m P e n g a r u h P a r s ia l
0
2
4
6
8
1 0
1 2
1 4
K o m u n ik a s i( X 1 )
P e n g e ta h u a nP e la n g g a n
( X 4 )
T a n g g a p a n( X 7 )
V a r ia b e l T Q M u n t u k P e n d id ik a n
% P
enga
ruh
7 ,3 6
5 ,0 4
9 ,4 8 9 ,6 3 9 ,4 21 0 ,8
1 1 ,6 5
1
signifikan antara
Manajemen Mutu
(TQM) untuk
Pendidikan terhadap
Kualitas Pendidikan.
H1 : Terdapat pengaruh
yang signifikan antara
Manajemen Mutu
(TQM) untuk
Pendidikan terhadap
Kualitas Pendidikan.
Kriteria Uji :
Tolak Ho, Jika F-hitung
> F-tabel
Terima H1, Jika F–hitung
< F-tabel
Pada tingkat kepercayaan 95
persen dan uji dua arah dengan
derajat kebebasan df = 40-10-1
= 29, maka F-tabel adalah :
F(0.05, 10, 29) = 2.18
Untuk menguji hipotesis statistik
diatas digunakan statistik uji –F
yang diperoleh melalui tabel
Analisis Varians (Anova) seperti
yang terlihat pada tabel dibawah
ini :
Model Sum of
squares
df Mean Square F Sig.
Regressi 75,831 10 7,583 22,510 0,000(a)
Residual 9,769 29 0,337
Total 85,600 39
Tabel 5.13. Pengujian Koefisien Regresi secara keseluruhan/ simultan.
Dari tabel. diatas dapat
dilihat bahwa nilai F-hitung
adalah 22,510 dan diperoleh
nilai F dari tabel untuk � = 0,05
dengan derajat bebas (10 : 29)
sebesar 2.18, karena F-hitung
lebih besar dari F tabel (F hitung
= 22,510 > F0.05; (10;29) = 2,18),
maka Ho ditolak, artinya dengan
tingkat kepercayaan 95 % dapat
disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan antara
Manajemen Mutu (TQM) untuk
Pendidikan (X) terhadap
Kualitas Pendidikan (Y).
Daerah Penerimaan H1 Daerah Penerimaan H0
F 0,05(10:29) = 2,18 F-hitung = 22,510
1
Gambar 5.2. Diagram daerah penerimaan dan Penolakan Ho
Pada Pengujian Simultan (Uji F).
Dari uraian diatas dapat
disimpulkan bahwa korelasi antara
variabel X dan Y sangat kuat karena
mendekati 1 dengan nilai 0,903.
Besarnya keberartian hubungan dari
hasil koefisien determinasi sebesar
0,886 atau 88,6%, dari pengujian
statistik diatas dapat disimpulkan
antara Manajemen Mutu Terpadu
(TQM) untuk Pendidikan
berpengaruh signifikan terhadap
Kualitas Pendidikan yang ada di
Yayasan Faida Cendikia Perdana.
6. Kesimpulan dan Saran
6.1. Kesimpulan
Manajemen Kualitas Terpadu
(TQM) bukanlah sesuatu yang bisa
diperkenalkan satu hari. TQM bukan
sesuatu yang akan memberikan kesuksesan
secara instan, dan bukan penyelesaian
semua problem. Penerapan TQM harus
melalui kesulitas-kesulitan dan tantangan-
tantangan baru. TQM adalah proses yang
pelan-pelan dengan manfaat jangka
panjang. Dengan pendekatan TQM, iklim
organisasi memang tidak akan terbentuk
secara langsung, tetapi akan terbentuk
dalam proses waktu yang lama, ia akan
memiliki kekuatan otomatis untuk
bertahan.
Dari pembahasan diatas, dapat
ditarik kesimpulan :
1. Hasil penelitian menunjukkan nilai
korelasi sebesar 0,903. Ini berarti
adanya hubungan yang sangat kuat,
dimana r > 0,75- 1, korelasi sangat kuat
(menurut Jonathan Sarwono (2006:87));
antara variabel X (TQM untuk
Pendidikan) terhadap variabel Y
(Kualitas Pendidikan) dengan nilai
mendekati satu dengan α bernilai 0.000
yang berarti < 0.05, artinya signifikan,
maka berarti tolak H0 atau terima H1.
Dapat pula dikatakan bahwa variabel
Manajemen Mutu (TQM) untuk
Pendidikan mempunyai pengaruh yang
sangat kuat terhadap Kualitas
Pendidikan di Yayasan Faida Cendikia
Perdana. Penelitian menunjukkan
terdapat beberapa variabel yang paling
tepat dan sesuai untuk diterapkan di
Yayasan Faida Cendikia Perdana, yaitu
: variabel Keamanan (X3) sebesar 0.642,
variabel Pengetahuan Pelanggan (X4)
sebesar 0.652, variabel Standar Kebijakan
(X5) sebesar 0.638 dan variabel
Reliabilitas (X6) sebesar 0.731 yang
memiliki korelasi kuat (>0.5-0.75),
variabel tanggapan (X7) sebesar 0.789,
variabel kompetensi (X8) sebesar 0,829,
variabel akses (X9) sebesar 0.854 dan
variabel tatakrama (X10) sebesar 0,796
1
yang memiliki korelasi sangat kuat
(>0.75-1).
2. Semakin cerdasnya para konsumen
dalam menilai mutu (quality) sebuah
produk otomatis menuntut para pelaku
bisnis dan usaha apapun untuk semakin
meningkatkan mutu produk dan
sekaligus servisnya. Karenanya,
kalangan profesional menyadari benar
pentingnya manajemen mutu yang
sudah teruji dan terbukti untuk bisa
terus eksis dan maju ditengah ketatnya
persaingan, tidak terkecuali produk
dunia pendidikan. Kualitas mutu dan
jasa yang disajikan oleh dunia
pendidikan akan sangat menentukan
kemampuan survivalnya. Contoh dari
dunia usaha adalah perusahaan Astra
Toyota dan contoh dari dunia
pendidikan adalah SMPI Insan
Cendekia, Serpong. Dari nilai
determinasi dapat diasumsikan bahwa
strategi dan kebijakan manajemen
lembaga sudah dapat memenuhi
kepuasan dan harapan pelanggan
sebesar 88,6%. Adapun kendala yang
dihadapi manajemen lembaga dalam
menerapkan konsep manajemen mutu
ini adalah komunikasi dan kredibilitas,
terdapat perbedaan cara
menginterpretasikan informasi antara
lembaga dan pelanggan yang pada
umumnya berada dibawah garis
marjinal, sehingga kredibilitas lembaga
yang telah berhasil mencapai prestasi
eksternal informasinya tidak dapat
disampaikan dengan memuaskan, hal
ini sesuai dengan hasil penelitian
dengan nilai korelasi parsial >0,25-0,5
yang berarti cukup, dimana kedua
variabel ini memiliki korelasi terendah
dari variabel lainnya yaitu komunikasi
sebesar 0.498 dan kredibilitas sebesar
0.341, jadi hasil penelitian ini memang
sesuai dengan kenyataan yang terjadi.
3. Strategi yang paling sesuai untuk
lembaga kursus Faida Cendikia Perdana
adalah dengan terus mengembangkan
pola pengajaran kreatif melalui metode
edutainmet dan monitoring yang jelas
serta perbaikan terus menerus atas
penerapan TQM untuk pendidikan,
menciptakan even-even lomba kreasi
dan kreativitas yang sudah menjadi
agenda tetap, dan even kebersamaan
melalui outbound dan pementasan
kreasi dimasyarakat secara langsung,
sehingga dapat menciptakan hubungan
emosional yang positif, dimana terbukti
setiap siswa dapat berpartisipasi aktif
dengan cara belajar yang
menyenangkan, dengan tidak
melupakan strategi manajemen kualitas.
DAFTAR PUSTAKA
2
Anthony, Robert N. dan Vijay Govindarajan, Management Control System-Sistem Pengendalian Manajemen, Buku 1, Salemba Empat, Jakarta: 2005.
Birch, Paul dan Brian Clegg, Berpikir Kreatif Dalam Bisnis, PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta: 1996.
Bush, Tony dan Marianne Coleman, Manajemen Strategis- Kepemimpinan Pendidikan (Seri Manajemen Mutu Pendidikan), Cet. Ke-2, IRCiSoD, Yogyakarta: 2008.
Ginting, Pasti Ay, World Class Quality Management – Clean Business Towards; Bisnis yang Bersih Menuju Manajemen Kualitas Dunia, Cet. Ke-1, Kesaint Blanc, Bekas: 2008.
Glasser, William., The Quality School Teacher, Harper-Collins Publishers, Inc., New York: 1993.
Hunger, J. David dan Thomas L. Wheelen, Manajemen Strategis, Edisi 5, Andi, Yogyakarta: 2003.
Kaplan, Robbert. M., dan Sacuzzo, Dennis. P., Metode penelitian Kuantitatif, Kencana Prenada Media Group , Jakarta: 1993.
Mulyadi, UGM, Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen – Sistem Pelipatganda Kinerja Perusahaan, Edisi 3, Salemba Empat, Jakarta: 2007.
Rees, David dan Richard McBain, People Management – Teori dan Strategi, Cet. Ke-1, Kencana Prenada Media Group, Jakarta: 2007.
Sugiarto dan Kusmayadi, Metodologi Penelitian dalam Bidang Kepariwisataan, Gramedia Pusataka Utama, Jakarta: 2000.
Wibisowo, Prof., Dr., SE., M. Phil, Manajemen Kinerja, Edisi 1, PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta: 2007.