Page 1
LAPORAN AKHIR PENELITIAN INDIVIDU
STRATEGI KOLABORASI BISNIS UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSIDAN CAKUPAN USAHA UKM KERAJINAN (BATIK DAN KAINJUMPUTAN) DI KECAMATAN UMBULHARJO YOGYAKARTA
Oleh:
Dra. Sri Utami, M.Si
NIDN:0021115702
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN SEKOLAH TINGGIPEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA “APMD” YOGYAKARTA
JULI 2018
i
Page 2
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Penelitian : Strategi Kolaborasi Bisnis Untuk Meningkatkan Efisiensi danCakupan Usaha UKM Kerajinan (Batik dan Kain Jumputan)di Kecamatan Umbulharjo Yogyakarta
PenelitiNama Lengkap : Dra. Sri Utami, M.SiNIDN : 0021115702NIP : 19571121 198601 2 001Jabatan Fungsional : Lektor IIICProgram Studi : Ilmu PemerintahanNomor HP : 081215611957Alamat surel (e-mail) : [email protected] Peneliti1.Nama; NIM; Program Studi: Putri Nirmala Valentina Laoli; 17520167; Ilmu Pem. - S12.Nama; NIM; Program Studi: Beben Meira Sudiharto; 17520190; Ilmu Pem.- S1Penanggungjawab : Dra. Sri Utami, M.SiBiaya dari P3M : Rp 5.000.000,- (lima juta rupiah)
Yogyakarta, Juli 2018Mengetahui Ketua PenelitiKaprodi Ilmu Pemerintahan
Gregorius Sahdan,S.IP., M.A Dra. Sri Utami, M.SiNIDN: 0518096401 NIDN: 0021115702
Menyetujui,Kepala P3M
Dra. Widati,Lic.rer.regNIDN: 0518096401
ii
Page 3
RINGKASAN
Masalah yang dihadapi oleh UMKM khususnya UKM Kerajinan Batik dan KainJumputan di Kecamatan Umbulharjo Yogyakarta cukup komplek. Faktor internal daneksternal perlu dikaji secara simultan. Dari sisi internal, masalah yang komplek dari usahakecil mikro (batik kkain jumputan) pada mulanya adalah permodalan, pengembangan produk,pemasaran hasil produksi, dan ketidak siapan dan tidak fisibilitasnya usaha yang dihasilkan.Bersamaan dengan persaingan pasar yang semakin terbuka termasuk usaha kecil mikro (batikdan kain jumputan) adalah menuntut produktivitas yang banyak tetapi dalam realita hasilproduksinya sedikit, sehingga usaha kecil mikro (batik dan kain jumputan) menjadicenderung tidak efisien dalam usahanya.
Penelitian ini bertujuan menjelaskan langkah-langkah strategi yang dapatdioperasionalkan dengan mudah dan aman untuk meningkatkan efisiensi dan cakupan usaha,dan menjelaskan cara mengkollaborasikan binsnis usaha menjadi usaha yang lebihmenguntungkan, sehingga dapat menjadi model pembedayaan ekonomi masyarakat.
Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Pandeyan dan Kelurahan Tahunan KecamatanUmbulharjo, dengan metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Pengumpulan datadilakukan melalui dokumentasi, observasi dan wawancara mendalam. Analisis datamenggunakan metode deskriptif eksploratif dibbantu dengan menggunakan model analisisSWOT.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, untuk meningkatkan usaha pada Usaha KecilMikro (UKM) perlu dilakukan melalui penguatan potensi internal, agar usaha kecil mikromampu memanfaatkan peluang-peluang yang ada. Hal ini dilakukan melalui pengembangankolaboasi bisnis atau aliansi strategis antar sesama pelaku usaha mikro kecil yang sejenisatau homogin (batik dan kain jumputan) untuk mengisi kebutuhan satu sama lain, maupununtuk mencapai skala usaha yang ekonomis dan untuk meningkatkan cakupan usaha yanglebih besar lagi.
Kata-kata kunci: Usaha Kecil Mikro, Pengembangan, Kolaborasi Bisnis.
iii
Page 4
PRAKATA
Puji Syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah S.W.T yang telah memberikanRahmat dan Hidayah-Nya, sehingga penelitian ini dapat segera diselesaikan sesuai denganjadual yang telah disepakati dengan STPMD”APMD” Yogyakarta sebagai sumber utamapemberian bantuan dana penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui langkah-langkah strategi untuk meningkatkan efisiensi dan cakupan usaha melalui kolaborasi ataualiansi yang sinergis. Berbagai upaya telah peneliti lakukan demi tercapainya tujuan tersebutdengan baik dan tetap memenuhi kaedah ilmiah akademik.
Untuk itu perkenankanlah dalam kesempatan ini peneliti menyampaikan rasaterimakasih kepada STPMD “APMD” Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan dansebagai pemberi dana utama penelitian ini, serta terimasih kepada berbagai pihak khususnyaSdri Putri Nirmala dam Sdr Beben Meira S. mahasiswi/a pada prodi Ilmu Pemerintahan yangtelah membantu terlaksananya penelitian ini dengan baik. Seberapa besar bantuan yang Andaberikan, saya ucapkan terimakasih dan berdoa semoga Allah SWT yang akan memberikanbalasan yang lebih baik kepada Anda.
Namun demikian,”tak ada gading yang tak retak”, seberapa besar dan apapunbentuk sumbangan Anda, tanggungjawab penelitian ini secara ilmiah akademik adalah tetapsebagai tanggung jawab pribadi peneliti sendiri. Besar harapan peneliti, semoga hasilpenelitian ini dapat bermanfaat sebagai satu model pemberdayaan ekonomi masyarakat(khususnya pelaku UKM Kerajinan Batik dan Kain Jumputan) di Kecamatan UmbulharjoYogyakarta. Akhir kata, jika ada kritik dan sumbang saran yang sifatnya membangun demisempurnanya hasil penelitian ini ke depan dapat peneliti terima dengan senang hati.
Yogyakarta, Juli 2018
Sri Utami
iv
Page 5
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL.............................................................................................................. iHALAMAN PENGESAHAN.................................................................................................. iiRINGKASAN.......................................................................................................................... iiiPRAKATA............................................................................................................................... ivDAFTAR ISI..............................................................................................................................vDAFTAR TABEL.....................................................................................................................viDAFTAR GAMBAR...............................................................................................................viiDAFTAR GRAFIK.................................................................................................................viiiBAB 1. PENDAHULUAN....................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang Masalah....................................................................................... 11.2. Rumusan Masalah................................................................................................. 4
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................. 52.1. Ekonomi Kerakyatan UMKM (UKM)...................................................................52.2. Pemberdayaan Masyarakat.................................................................................... 62.3. Perkembangan UKM dan Masalahnya.................................................................102.4. Dimensi Kinerja Pasar UKM...............................................................................132.5. Kerangka Pikir/ Rodmap Model..........................................................................15
BAB 3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN............................................................ 17BAB 4. METODE PENELITIAN.......................................................................................... 19
4.1. Jenis Penelitian.....................................................................................................194.2. Unit Analisis.........................................................................................................204.3. Tahapan Pelaksanaan Penelitian..........................................................................204.4. Pengumpulan Data.............................................................................................. 224.5. Analisis dan Penulisan Hasil Penelitian.............................................................. 23
BAB 5. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN....................................................... 295.1. Profil Kecamatan Umbulharjo............................................................................. 29
A.Kondisi Geografis............................................................................................ 29B.Kondisi Demografis..........................................................................................31
5.2. Profil Potensil UMKM Kerajinan Umbulharjo....................................................345.3. Profil Potensi dan Persoalan Kerajinan Umbulharjo............................................38
BAB 6. ANALISIS STRATEGI KOLABORASI BISNIS UNTUK MENINGKATKANEFISIENSI DAN CAKUPAN USAHA UKM KERAJINAN BATIK KAIN JUMPUTAN.....................................................................................................................44
6.1. Deskripsi Informan..............................................................................................446.2. Skema Model Kolaborasi Bisnis......................................................................... 486.3. Analisis SWOT................................................................................................... 516.4. Formulasi Strategi Upaya Meningkatkan Efisiensi Dan Cakupan Usaha........... 58
BAB 7.PENUTUP................................................................................................................... 61DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................63LAMPIRAN
- Artikel ilmiah- Personalia tenaga peneliti- Laporan penggunaan dana.
v
Page 6
DAFTAR TABEL
Tabel, Judul Tabel, Halaman
Tabel 4.1 Perumusan Strategi Analisis SWOT....................................................................... 28
Tabel 5.1 Luas dan Jumlah Administratif per Kelurahan (BPS,2013)................................... 30
Tabel 5.2 Jumlah Penduduk Kecamatan Umbulharjo Yk. (BPS, 2013)................................. 31
Tabel 5.3 Kepadatan Penduduk per Kelurahan (BPS, 2013).................................................. 32
Tabel 5.4 Potensi Penumbuhan Centra Kerajinan di Kecamatan Umbulharjo........................37
vi
Page 7
DAFTAR GAMBAR
Gambar, Judul Gambar, Halaman
Gambar 2.1 Rodmap Model Kolaborasi / Kemitraan UKM Kerajinan Batik Kain Jump.......16
Gambar 4.1 Analisis SWOT.................................................................................................... 25
Gambar 5.1 Peta Kecamatan Umbulharjo Yogyakarta .......................................................... 30
Gambar 6.1 Strategi Kolaborasi Bisnis (Pengembangan UKM Kerajinan Batik Kain Jump. 51
vii
Page 8
DAFTAR GRAFIK
Grafik, Judul Grafil, Halaman
Grafik 5.1 Perbandingan penggunaan Lahan di Kecamatan Umbulharjo (BPS,2013)............33
Grafik 5.2 Persebaran Lokasi Pengrajin per Kelurahan ......................................................... 35
Grafik 5.3 Jenis-jenis Kerajinan UMKM Bidang Kerajinan Kec. Umbulharjo...................... 36
Grafik 5.4 Latar Belakang Aktifitas Kerajinan....................................................................... 38
Grafik 5.5 Latar Belakang Pendidikan Pengrajin Umbulharjo............................................... 39
Grafik 5.6 Latar Belakang Kapasitas Pengrajin Umbulharjo ................................................. 40
Grafik 5.7 Persoalan Pengrajin di Kecamatan Umbulharjo ....................................................41
Grafik 5.8 Kebutuhan Pengrajin di Kecamatan Umbulharjo ..................................................42
viii
Page 9
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Argumentasi utama dan mendasar yang melandasi pentingnya pengembangan ekonomi
rakyat (dalam hal ini adalah Usaha Kecil Mikro) hingga akhir-akhir ini adalah karena potensi
alamiahnya yang besar dalam memberi andil bagi penyediaan masalah kesempatan kerja,
kesempatan berusaha serta ikut mengatasi masalah urbanisasi dan kemiskinan.
Tenaga kerja yang mampu terserap oleh sektor UKM juga cukup besar. Menurut data di
Kementerian Koperasi dan UKM, sektor UKM dapat menyerap tenaga kerja mencapai 91,8
juta orang atau 97,3% dari seluruh tenaga kerja di Indonesia. Di sisi lain muncul kekawatiran
kemiskinan semakin meningkat dengan tingginya angka pengangguran, baik pengangguran
terbuka maupun terselubung. Diperkirakan sebanyak 42,5 juta pengangguran di Indonesia,
ditambah dengan 2,5 juta yang akan masuk ke lapangan kerja dalam setiap tahunnya.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang hanya sekitar 5% belum dapat menyerap seluruh
angkatan kerja, setidaknya dibutuhkan pertumbuhan 8% untuk dapat menyerap seluruh
angkatan kerja baru. Pertumbuhan ekonomi di tahun-tahun mendatang diperkirakan masih
belum tercapai target tersebut (pertumbuhan ekonomi 8%). Oleh karena itu, pengembangan
UMKM khususnya UKM dipandang sangat strategis untuk mengurangi kemiskinan.
Satu hal yang tak terelakkan, keberadaan UMKM termasuk UKM pada bidang
kerajinan, dewasa ini semakin strategis dan memainkan peran dominan dalam pertumbuhan
ekonomi. Hal tersebut tidak terlepas dari kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh UMKM dan
yang tidak dapat dimainkan oleh perusahaan besar sekalipun. Setidaknya terdapat beberapa
point kelebihan UMKM. Pertama adalah kemampuannya dalam menyerap tenaga kerja yang
semakin masif dan efektif. Terlebih dengan pertumbuhan UMKM yang semakin pesat, tentu
menjadikan daya serap UMKM menjadi semakin tinggi dibandingkan dengan perusahaan
Page 10
2
besar. Sebagian UMKM tumbuh justru disebabkan oleh keterbatasan daya serap perusahaan.
Memaksa pencari tenaga kerja untuk membuka lapangan kerja sendiri dan mulai manapak
profesi sebagai pengusaha kecil. Kondisi itulah yang menjadi salah satu sebab jumlah usaha
besar di Kota Yogyakarta semakin berkurang. Berkelebihan dengan jumlah UMKM yang
tumbuh bak cendawan di musim hujan.
Kedua, adalah ketangguhannya dalam menghadapi guncangan ekonomi. Gempa bumi
tahun 2008 dan krisis moneter tahun 2006 ataupun krisis-krisis ekonomi selanjutnya yang
dipicu kenaikan bahan bakar maupun pelemahan nilai tukar rupiah, menjadi bukti bahwa
UMKM mampu bertahan pada situasi krisis. UMKM mampu menyiasati penurunan daya beli
konsumen dengan cara yang unik. Menyiasati bahan baku adalah hal yang terkadang
membuat UMKM , terlebih UMKM kerajinan, menawarkan inovasi produk yang variatif dan
justru dapat diterima pasar luas karena inovasi berbasis keterbatasannya.
Kecamatan Umbulharjo adalah kecamatan dengan pertumbuhan ekonomi paling tinggi
jika dibandingan dengan Kecamatan lain di kota Yogyakarta. Berdasarkan data Distribusi
PDRB per Kecamatan selama tahun 2007 hingga 2010, Kecamatan Umbulharjo mampu
menyumbang PDRB pada kisaran 22-23% (BPS Kota Yogyakarta). Atau dengan kata lain,
seperlima dari kegiatan perekonomian Kota Yogyakarta terpusat di Kecamatan Umbulharjo.
Dengan melihat angka PDRB tersebut tidak mengherankan jika Kecamatan
Umbulharjo menjadi pilihan investasi yang diincar oleh banyak pengusaha termasuk usaha
UMKM. Kedekatan dengan pusat pemerintahan dan pusat pendidikan menjadikan Kecamatan
Umbulharjo tumbuh menjadi salah satu pusat pengembangan UMKM di Kota Yogyakarta.
Dengan potensi luas wilayah di Kota Yogyakarta serta riwayat sejarah kerajinan di
Umbulharjo yang telah berkembang lama, tentu sangat membuka kemungkinan
perekonomian di Umbulharjo dapat digairahkan oleh industri kerajinan.
Page 11
3
Sejarah kerajinan di Umbulharjo, salah satunya dapat terlihat oleh keberadaan
kampung-kampung yang diberi nama dengan nama-nama yang dekat dengan aktivitas kreasi
dan ketrampilan warganya. Sehingga kampung-kampung tersebutpun diketahui telah
berkembang menjadi sentra kerajinan semenjak lama. Semisal kampung Soga dan kampung
Pandeyan. Soga diambil dari nama pewarna batik, sedangkan Pandeyan merujuk pada kata
pande atau pembuat alat-alat dari besi.
Dalam teori ekonomi, proses pembangunan akan sama dengan pertumbuhan ekonomi
dan pemerataan jika tiga asumsi dasar terpenuhi. Pertama, full employment atau partisipasi,
artinya semua faktor produksi dan faktor ekonomi ikut serta dalam kegiatan ekonomi.
Kedua, homoginitas artinya, semua pelaku ekonomi memiliki faktor produksi, kesempatan
berusaha dan kemampuan menghasilkan produk yang sama. Ketiga, bekerjanya mekanisme
pasar atau efisiensi artinya, interaksi antar pelaku ekonomi terjadi dalam satu keseimbangan
(equilibrium). Ekonomi rakyat yang merupakan basis ekonomi Indonesia, memiliki potensi
besar untuk memasuki pasar global. Keunikan dan kekhasan produk dari tangan kreatif
pengusaha kecil merupakan modal dasar pembangunan ekonomi nasional yang bernilai
tinggi dan perlu dikembangkan. Artinya, upaya pemberdayaan ekonomi rakyat termasuk
UKM produk kerajinan harus mempertimbangkan dinamika pasar global.
Hasil penelitian sebelumnya, telah ditemukan bahwa masalah UMKM cukup
komplek. Artinya, faktor internal dan eksternal perlu dikaji secara simultan. Dari sisi internal,
masalah yang komplek pada mulanya adalah ditemukan masalah permodalan, pengembangan
produk/desain, selanjutnya produk jika tidak dapat dipasarkan jelas akan merugi. Di sisi lain,
ketika pangsa pasar sudah meningkat dan buyer berkembang, dijumpai lagi masalah yang
mendasar yakni ketidak siapan dan ketidak fisibilitasnya usaha yang dihasilkan, karena pada
umumnya industri yang bersangkutan kurang efisien dalam skala produksinya. Artinya,
Page 12
4
produk yang dihasilkan hanya sedikit (dalam jumlah kecil), sehingga kurang fisibel dan
cenderung tidak efisien.
Masalah umum dan mendasar yang paling menyolok di jaman modern seperti sekarang ini
adalah tuntutan besar (banyak), namun yang bisa dihasilkan hanya sedikit, sehingga industri
tersebut cenderung tidak efisien.
Dengan demikian, para pelaku usaha kecil mikro perlu diberi kesadaran bahwa secara
teori ekonomi, untuk menjadi efisien dan mampu bersaing suatu industri khususnya industri
kerajinan perlu mepunyai skala usaha produksi minimum tertentu. Artinya, bahwa produksi
yang lebih besar dan banyak akan lebih efisien (fisibel). Untuk itu,agar lebih besar perlu
bergabung (berkolaborasi) atau aliansi dengan sesama produsen yang memiliki produk
sejenis. Bentuk kolaborasi atau aliansi yang sejenis dapat berbentuk koperasi, karena koperasi
secara umum dapat dipandang sebagai suatu konglomerasi yang cukup baik. Dengan
demikian, penggabungan usaha dengan prinsip economies of scale dan economies of scope
adalah hal yang sangat mutlak perlu dilakukan oleh pelaku usaha khususnya UKM dalam
bidang kerajinan. Dengan cara ini dapat diyakini kedepan keuntungan yang diperoleh akan
lebih besar dan keberlangsungan usaha dapat terjaga, karena dengan model kolaborasi yang
dilakukan tidak akan terjadi persaingan yang tidak sehat diantara sesama pelaku UKM.
Dengan asumsi-asumsi tersebut, maka permasalahan yang kongkrit dalam penelitian ini
adalah:
I.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara mengkolaborasikan bisnis usaha yang lebih menguntungkan
2. Bagaimana langkah-langkah strategis yang dapat dioperasionalkan dengan mudah dan
aman untuk meningkatkan efisiensi dan cakupan usaha.
Page 13
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ekonomi Kerakyatan UMKM (UKM)
Pengertian tentang UMKM cukup beragam berdasarkan beberapa definisi yang
berbeda-beda. Pendefinisian ini antara lain dilakukan oleh Badan Pusat Statistik,
Kementerian Keuangan, Bank Indonesia dan Bank Dunia. Demikian pula di berbagai negara
mendefinisikan UMKM atau SME (Small Medium Enterprice) berbeda-beda.
Badan Pusat Statistik mengelompokkan usaha ke dalam usaha mikro, usaha kecil dan
usaha menengah berdasarkan jumlah tenaga kerja atau jumlah karyawannya. Sedangkan
Kementerian Keuangan mendefinisikan kelompok usaha berdasarkan hasil penjualannya atau
omsetnya. Bank Indonesia mendefinisikan kelompok usaha ini berdasarkan omset dan aset.
Acuan terbaru tentang UMKM didasarkan pada definisi yang ada dalam Undang-Undang
No.20 tahun 2008 tentang UMKM, dimana pengelompokannya berdasarkan aset, omset dan
jumlah tenaga kerja. Sementara beberapa negara ada yang menambahkan kriteria modal
saham.
Pengertian UMKM juga dapat dipahami dari sudut pandang perkembangannya. Usaha
Mikro Kecil dan Menengah dapat dikelompokkan dalam beberapa kriteria:
- Livelihood Activities, merupakan Usaha Mikro Kecil Menengah yang digunakan
sebagai kesempatan kerja untuk mencari nafkah, yang lebih umum dikenal sebagai
sektor informal. Contohnya pedagang kaki lima (PKL)
- Micro Enterprice, merupakan Usaha Mikro Kecil Menengah yang memiliki sifat
pengrajin tetap belum memiliki sifat kewirausahaan
- Small Dynamic Enterprice, merupakan Usaha Mikro Kecil Menengah yang telah
memiliki jiwa kewirausahaan dan mampu menerima pekerjaan subkontrak dan ekport.
Page 14
6
- Fast Moving Enterprice, merupakan Usaha Kecil Menengah yang telah memiliki jiwa
kewirausahaan dan akan melakukan tranformasi menjadi Usaha Besar. (Kajian
Potensi UMKM Kota Yogyakarta, 2009)
Namun sebagai acuan, pengertian UMKM yang dalam penelitian ini hanya pada
lingkup UKM yang mengacu pada UU-UMKM No:20 tahun 2008 yaitu:
1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan atau badan usaha
perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro, kriteria usaha mikro adalah sebagai
berikut:
- Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rp) tidak
termasuk bangunan tempat usaha; atau
- Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000,- (tiga ratur juta rp).
2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan
oleh perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau
bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik
langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang
memenuhi kriteria Usaha Kecil. Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut:
-. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rp) sampai
dengan paling banyak Rp 500.000.000,- (lima ratus juta rp) tidak termasuk tanah
dan bangunan tempat usaha; atau
- Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,- (tiga ratus juta rp)
sampai dengan paling banyak Rp2.500.000,- (dua milyart lima ratus juta rp)
2.2. Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan adalah terjemahan dari empowerment, sedang memberdayakan adalah
terjemahan dari empower.Menurut Meriem Webster dan Oxford English Dictionary, kata
empower mengandung dua pengertian, yaitu: (1) to give power dan authority to atau memberi
Page 15
7
kekuasaan, mengalihkan kekuatan atau mendelegasikan otoritas ke pihak lain; (2) to give
ability atau anable atau usaha untuk memberikan kemampuan atau keperdayaan.
Menurut Karl Marx (dalam kajian potensi UMKM kota Yogyakarta, 2009),
pemberdayaan masyarakat adalah proses perjuangan kaum powerless untuk memperoleh
surplus value sebagai hak normatifnya. Perjuangan memperoleh surplus value dilakukan
melalui distribusi penguasaan faktor-faktor produksi. Dan perjuangan untuk mendistribusikan
faktor-faktor produksi harus dilakukan melalui perjuangan politik. Kalau menurut Marx,
pemberdayaan adalah pemberdayaan masyarakat, maka menurut Friedman, pemberdayaan
harus dimulai dari rumah tangga. Pemberdayaan rumah tangga adalah pemberdayaan yang
mencakup aspek sosial, politik, dan psikologi. Yang dimaksud dengan pemberdaay sosial
adalah usaha bagaimana rumah tangga lemah memperoleh akses informasi, akses
pengetahuan dan ketrampilan, akses untuk berpartisipasi dalam organisasi, dan akses ke
sumber-sumber kauangan. Yang dimaksud dengan pemberdayaan politik adalah usaha
bagaimana rumah tangga yang lemah memiliki akses dalam proses pengambilan keputusan
publik yang mempengaruhi masa depan mereka. Sedang pemberdayaan psikologi adalah
usaha bagaimana membangun kepercayaan diri rumah tangga yang lemah.
Pandangan mengenai pemberdayaan pada prinsipnya adalah penguatan masyarakat
untuk dapat berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan yang mempengaruhi masa
depannya,penguatan masyarakat untuk dapat memperoleh faktor-faktor produksi, dan
penguatan masyarakat untuk dapat menentukan pilihan masa depannya. Menurut Hutomo
(dalam Kajian Potensi UMKM Kota Yogyakarta, 2009), bahwa pemberdayaan ekonomi
masyarakat adalah penguatan pemilikan faktor-faktor produksi, penguatan distribuasi dan
pemasaran, penguatn masyarakat untuk memperoleh informasi, pengetahuan dan
ketrampilan, yang harus dilakukan secara multi aspek, baik dari aspek masyarakat sendiri
maupun dari aspek kebijakannya.
Page 16
8
Karena persolan atau isu strategis perekonomian masyarakat bersifat lokal spesifik dan
problem spesifik, maka konsep dan operasional pemberdayaan ekonomi masyarakat tidak
dapat diformulasikan secara generik. Usaha menformulasikan konsep, pendekatan dan bentuk
operasional pemberdayaan ekonomi masyarakat secara generik memang sangat penting,
tetapi jauh lebih penting adalah pemahaman bersama secara jernih terhadap karakteiristik
permasalahan ketidak berdayaan masyarakat di bidang ekonomi. Dengan pemahaman yang
jernih akan dapat lebih produktif dalam menformulasikan konsep, pendekatan, dan bentuk
operasional pemberdayaan ekonomi masyarakat yang sesuai dengan karakteirstik
permasalahan lokal. Namun, penanganan masalah lokal tidak seluruhnya dapat dilakukan
melalui pendekatan ekonomi semata, karena banyak dimensi-dimensi politik, sosial, budaya
yang harus ditangani. Oleh sebab itu, pemberdayaan ekonomi masyarakat (yang dalam hal ini
adalah pelaku UKM Kerajinan Batik Kain Jumputan) tidak dapat dilakukan tanpa
pemberdayaan politik dan kebijakan politik. Dimensi yang harus ditangani dalam
pemberdayaan masyarakat dalam bidang ekonomi bersifat multi dimensi.
Sumodiningrat (1999), konsep pemberdayaan ekonomi secara ringkas dapat dikemukakan
sebagai berikut:
1. Perekonomian rakyat adalah perekonomian yang diselenggarakan oleh rakyat,
Perekonomian yang diselenggarakan oleh rakyat adalah perekonomian nasional yang
berakar pada potensi kekuatan masyarakat secara luas untuk menjalankan roda
perekonomian mereka sendiri. Pengertian rakyat adalah semua warga masyarakat.
2. Pemberdayaan ekonomi rakyat adalah usaha untuk menjadikan ekonomi yang kuat,
besar, modern dan berdaya saing tinggi dalam mekanisme pasar yang benar. Karena
kendala pengembangan ekonomi rakyat adalah kendala struktural, maka
pembedayaan ekonomi rakyat harus dilakukan melalui perubahan struktural.
Page 17
9
3. Perubahan struktural yang dimaksud adalah perubahan dari ekonomi tradisional
menjadi ekonmi modern, dari ekonomi lemah menjadi ekonomi yang kuat, dari
ekonomi subsisten menjadi ekonomi pasar, dari ketergantungan menjadi kemandirian.
Langkah-langkah proses perubahan struktur meliputi: 1) pengalokasian sumber
pemberdayaan sumberdaya; 2) penguatan kelembagaan; 3) penguasaan teknologi; 4)
pemberdayaan sumberdaya manusia.
4. Pemberdayaan ekonomi rakyat, tidak cukup hanya dengan peningkatan produktifitas,
memberikan suntikan modal sebagai stimulus, tetapi harus dijamin adanya kerjasama
dan kemitraan yang erat antara yang telah maju dengan yang masih lemah dan belum
berkembang.
5. Kebijakannya dalam pemberdayaan ekonomi rakyat adalah: 1) pemberian peluang
atau akses yang lebih besar kepada aset produksi (khususnya modal); 2) memperkuat
posisi transaksi dan kemitraan usaha ekonomi rakyat, agar pelaku ekonomi rakyat
bukan sekedar price taker; 3) pelayanan pendidikan dan kesehatan; 4) penguatan
industri kecil; 5) mendorong munculnya wirausaha baru; dan 6) pemerataan spasial.
6. Kegiatan pemberdayaan ekonomi mencakup: 1) peningkatan akses bantuan modal
usaha; 2) peningkatan akses pengembangan SDM; 3) peningkatan akses ke sarana dan
prasarana yang mendukung sosial ekonomi masyarakat lokal.
Dari enam (6) butir mengenai konsep pemberdayaan masyarakat, dapat disimpulkan
bahwa:
1. Pemberdayaan masyarakat tidak dapat dilakukan hanya melalui pendekatan daun
saja, atau cabang saja, atau batang saja, atau akar saja; karena permasalahan yang
dihadapi memang ada pada masing-masing aspek;
2. Pemberdayaan masyarakat dalam bidang ekonomi, tidak cukup hanya dengan
pemberian modal begulir, tetapi juga harus ada penguatan kelembagaan ekonomi
Page 18
10
masyarakat, penguatan sumberdaya manusianya, penyediaan prasarananya, dan
penguatan posisi tawarnya;
3. Pemberdayaan masyarakat dalam bidang ekonomi atau penguatan ekonomi
rakyat, harus dilakukan secara elegan tanpa menghambat dan
mendiskriminalisasikan ekonomi kuat, untuk itu kemitraan antar usaha mikro,
usaha kecil, usaha menengah dan usaha besar adalah jalan yang harus ditempuh;
4. Pemberdayaan masyarakat dalam bidang ekonomi adalah proses penguatan
ekonomi rakyat menuju ekonomi yang kokoh, modern, efisien; dan
5. Pemberdayaan masyarakat dalam bidang ekonomi, tidak dapat dilakukan melalui
pendekatan individu, melainkan harus melalui pendekatan kelompok. (Kajian
Potensi UMKM Kota Yogyakarta, 2010)
2.3. Perkembangan UKM dan Masalahnya
Permasalahan mendasar dalam bidang manajemen bagi pengusaha kecil pada berbagai
sektor usaha secara umum adalah kekurang mampuan pengusaha kecil menentukan pola
manajemen yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan usaha (Maisaroh dalam
penelitiannya, 2007:12). Hal ini penting, karena setiap periode tahap perkembangan usaha
akan menuntut tingkat pengelolaan produksi dan skala usaha produksi yang relatif kecil, gaya
manajemen keluarga yang sederhana masih mendominasi, sehingga mengarah kepemuasan
pengelolaan hanya pada seseorang ( wan man show ) sebagai kepala keluarga masih relevan.
Sejalan dengan perkembangan dan lingkungan usaha (baik intern maupun ekstern), maka
gaya manajemen konvensional tidak dapat dipaksakan lagi begitu saja, karena pemaksaan
suatu hal akan dapat menjadi pangkal munculnya berbagai masalah baru. Dengan demikian,
pengusaha kecil dituntut harus selalu dinamis (inovatif) dalam menerapkan manajemen yang
sesuai dengan perkembangan usaha. Maisaroh (dalam Prasetyo, 2002), mengatakan tuntutan
Page 19
11
menggunakan manajemen konvensional baru dapat dilakukan jika pengusaha kecil memiliki
kemampuan dan ketrampilan (manajemen skill) yang memadai.
Pada dasarnya, Usaha Kecil Mikro (UKM) mempunyai banyak fungsi yaitu: fungsi
sosial dapat mengurangi kemiskinan, dapat memperluas lapangan kerja dan kesempatan
berusaha serta meningkatkan pendapatan. Fungsi ekonomi, mampu memanfaatkan
sumberdaya alam dan meningkatkan pendapatan daerah atau negara serta akan menghemat
defisa. Fungsi budaya, dapat meningkatkan ketrampilan masyarakat serta mencerdaskan
rakyat dalam melestarikan budaya bangsa. Fungsi ketahanan nasional, dapat meningkatkan
keuletan dan ketangguhan, memupuk kepribadian dan kemampuan serta menumbuhkan
keprcayaan diri sendiri dan kepribadian.
Pada keyataannya, Usaha Kecil Mikro (UKM) selain mempunyai banyak fungsi dan
manfaat, keberadaan UKM juga mempunyai banyak masalah yang mendasar yang perlu
segera dikaji dan diatasi. Selain masalah di bidang manajemen, pengusaha kecil (pelaku
UKM) juga menghadapi masalah pemasaran, masalah sumberdaya manusia, masalah
permodalan, masalah kemitraan serta masalah-masalah sosial, ekonomi, politik dan budaya
( Arogana, 2002 ). Ada beberapa masalah yang ditemukan pada penelitian sebelumnya pada
beberapa pelaku UKM yang antara lain adalah:
Masalah Pemasaran, oleh banyak pengusaha kecil dianggap sebagai aspek yang
penting. Dikatakan oleh Basu Swartha dkk (2005:8) ada 3 hal yang berkaitan dengan
pemasaran yaitu: 1) membuat barang yang mudah penggunaannya; 2) mudah
pembeliannya; 3) mudah pemeliharaannya. Pemasaran adalah suatu sistem
keseluruhan dari kegiatan bisnis yang diajukan untuk merencanakan, menentukan
harga, mempromosikan, dan mendistribusikan barang dan jasa yang memuaskan
kebutuhan, baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial. Dengan kata
lain, adanya faktor pemasaran yang baik, permasalahan yang lain seperti modal usaha
Page 20
12
dan tenaga kerja juga akan semakin baik pula. Dengan pemasaran yang baik, modal
usaha dapat bertambah dengan sendirinya tanpa pinjam pihak lain. Oleh karena itu,
pemasaran hasil produksi sering dianggap sebagai masalah yang paling utama
diantara masalah-masalah lainnya.
Masalah Sumberdaya, dalam usaha kecil mikro sering terkait dengan struktur
organisasi pembagian kerja, masalah tenaga kerja upahan dan keluarga, kemampuan
manajerial pengusaha itu sendiri yang lemah. Karena pengusaha kecil belum dapat
memperhitungkan azas manfaat dan biaya dari perubahan penerapan manajemen baru
yang sesuai. Kenyataannya yang sering muncul adalah, pengusaha kecil (UKM)
sering tidak mau melakukan pembagian tugas secara tegas, pengadministrasian yang
baik, tanpa memperhitungkan seberapa besar manfaat yang dapat ditimbulkan dalam
jangka panjang. Akibat kelemahan UKM ini, pihak bank atau lembaga keuangan
menjadi enggan untuk memberikan pinjaman modal kepada pelaku usaha kecil mikro.
Masalah Permodalan, pada dasarnya merupakan masalah utama tetapi untuk usaha
kecil mikro sering dianggap bukan yang paling utama, karena modal usaha kecil juga
sedikit (tidak selalu dengan modal yang banyak). Masalah kekurangan modal pada
dasarnya merupakan masalah derivatif sebagai aklibat masih sempitnya jangkauan
pemasaran serta masih lemahnya sumberdaya manusia yang terampil dalam usahanya.
Sempitnya pemasaran berakibat pada perputaran modal juga menjadi lambat, dan
masih lemahnya SDM berakibat produk menjadi tidak efisien. Selain itu, adanya
sumberdaya manusia yang lemah dan tidak mampu membuat administrasi yang baik
berdampak pada penambahan modal menjadi sulit dicari. Karena itu, kelemahan-
kelemahan SDM tersebut pada dasarnya merupakan kelemahan manajerial pengusaha
kecil (UKM) itu sendiri.
Page 21
13
Masalah Kemitraan, kemitraan dalam usaha kecil dapat diartikan berbeda-beda.
Masalah kemitraan dapat diartikan bekerjasama antar pengusaha kecil atau
bekerjasama dengan pengusaha menengah atau besar. Masalah kemitraan dalam usaha
kecil, baik dengan sesama pengusaha kecil atau dengan pengusaha menengah atau
besar dirasa masih kurang atau terbatas dilakukan. Menurut Maisaroh ( dalam
Prasetyo, 2002) hasil penelitiannya menegaskan bahwa kemitraan atau aliansi
strategis antar pengusaha kecil (pelaku UKM) menjadi sangat penting ketimbang
kemitraan dengan pengusaha menengah atau pengusaha besar.
2.4. Dimensi Kinerja Pasar UKM
Berbagai dimensi kinerja pasar (market performent) adalah: laba usaha, kesempatan
kerja, pertumbuhan, penciptaan nilai tambah, efisiensi, produktifitas dan pemerataan hasil
serta pemerataan pertumbuhan industri.
Kinerja pasar yang baik terutama mencakup harga yang rendah, efisiensi, inovasi dan
keadilan. Tujuan kinerja dalam kaitannya dengan ekonomi memiliki banyak aspek. Menurut
para pakar ekonomi biasanya memusatkan hanya pada tiga aspek pokok, yaitu: efisiensi,
kemajuan teknologi dan keseimbangan dalam distribusi. (Jaya, 2001)
1. Efisiensi dalam mengalokasikan sumberdaya
a. Efisiensi internal, yaitu perusahaan yang dikelola dengan baik, mendiskripsikan
usaha yang maksimum dalam pelaksanaan jalannya perusahaan (ukm kerajinan)
b. Alokasi yang efisien, yaitu sumberdaya ekonomi dialokasikan sedemikian rupa
sehingga tidak ada lagi perbaikan dalam berproduksi yang dapat menaikkan nilai
dari output. Disemua persahaan, harga ditentukan sama dengan biaya marjinal dan
biaya rata-rata jangka panjang ( P = LRMC = LRAC )
2. Kemajuan teknologi
Kemajuan teknologi dan penggunaannya dalam praktek adalah secepat mungkin
Page 22
14
3. Keseimbangan dalam distribusi atau keadilan (equity)
Keadilan yang dimaksud disini adalah keadilan dalam distribusi. Keadilan terhadap
distribusi yang wajar ( yang berkaitan dengan standart masyarakat), terdapat tiga
dimensi pokok yakni: kesejahteraan, pendapatan, dan kesempatan.
4. Dimensi lainnya.
Yang termasuk dalam pengertian dimensi lainya ini antara lain adalah kebebasan
individu dalam memilih, keamanan dari bahaya yang mengancam, dukungan faktor
politik-sosial-budaya dan lingkungan setempat, dan keanekaragaman model, warna,
corak budaya msyarakat yang ada.
Untuk mengukur kinerja usaha dari bisnis kecil dapat dilihat dari bagaimana peranan
usaha kecil dalam menyerap tenaga kerja. Dalam perekonomian Indonesia, peranan usaha
kecil dalam penyerapan tenaga kerja telah teruji demikian pentingnya. Sementara Bygrave
(1996) dikutip oleh Suwandi (2009), mengungkapkan bahwa untuk mengukur kinerja usaha
dari bisnis kecil sebaiknya menyertakan peranan usaha kecil dalam menyerap tenaga kerja.
Saat ini, secara nasional terdapat lebih kurang 57,9 juta pelaku usaha mulai dari usaha skala
besar, menengah, kecil, hingga mikro. Dari jumlah itu hanya sekitar 0,01 persen yang
berstatus sebagai pengusaha besar dengan jumlah 4.968 unit usaha dan sisanya lebih kurang
99 persen atau 56 juta lebih merupakan pengusaha skala mikro, kecil, menengah dan koperasi
(BPS,2017). Informasi tersebut telah menunjukkan bahwa usaha mikro kecil menengah
sangat dominan menguasai ekonomi nasional dan tentunya berefek dengan penyerapan
tenaga kerja. Melihat hal ini, jelas posisi UMKM termasuk IKK (Industri Keil Kerajinan)
sangat strategis dalam perekonomian rakyat.
Kajian dan penelitian yang pernah dilakukan tentang pemberdayaan UMKM dalam
mengurangi kemiskinan di Kota Yogyakarta dan DIY meliputi:
1. Laporan Penyusunan Data Potensi UMKM Kecamatan Umbulharjo tahun 2015
Page 23
15
2. Mengembangkan Model UKM Berbasis Produk Sejenis Dalam Rangka Menghadapi
Pasar Global di Kota Yogyakarta. Tahun 2013
3. Pemberdayaan Ekonomi Rakyat Melalui Strategi Kolaborasi Bisnis pada Kerajinan
Mendong di Kecamatan Minggir Kabupaten Sleman tahun 2010.
2.5. Kerangka Pikir / Rodmap Model
Meskipun perkembangan UMKM dan koperasi termasuk industri kecil kerajinan, secara
umum telah menunjukkan hasil yang cukup baik, namun tantangan yang dihadapi pada masa
depan masih cukup berat. Salah satunya adalah kesiapan dalam menghadapi era perdagangan
bebas dan persainag global. UMKM kerajinan dihadapkan kepada persaingan bisnis yang
memaksa mereka head to head dengan berbagai macam merek dagang internasional maupun
nasional skala besar yang terus membanjiri pasar Indonesia, dengan tampilan nyaris sama,
dan harga tidak kalah murahnya. Secara umum, UMKM termasuk koperasi dan industri kecil
skala usahanya masih sedikit dan tidak (jarang) memiliki skala usaha minimum yang efisien.
Karena itu, pelaku ekonomi rakyat termasuk pelaku industri kerajinan dituntut harus memiliki
kinerja yang lebih efisien dan produktif, sehingga memiliki daya saing yang tinggi.
Pemerintah dituntut bersikap tegas, yakni tidak menggunakan sistem proteksi dalam
pengembangan usaha mikro kecil, tetapi lebih banyak berperan sebagai penyedia fasilitas
serta iklim usaha yang kondusif (enabling), pembuat dan penegak peraturan, dan pemberi
bantuan bagi yang lemah (protecting). Bentuk pemihakan (enabling) dan perlindungan
(protecting) yang dimaksud dalam pemberdayaan ekonomi rakyat dalam hal ini adalah
pelaku UKM Kerajinan. Namun demikian pendekatan pemberdayaan ekonomi rakyat (UKM
Kerajinan) dalam penelitian ini menggunakan pendekatan empowering yakni ikut
menyiapkan dan memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat (pelaku UKM
Kerajinan)
Page 24
16
Dengan demikian, ada dua program untuk memberdayakan ekonomi rakyat dengan
pendekatan empowering yakni dalam bentuk kewirausahaan dan program kemitraan atau
kolaborasi bisnis atau aliansi. Pengembangan kewirausahaan yang dimaksudkan disini agar
para pengusaha kecil dapat membuat apa saja yang dapat mereka buat, sehingga dapat
beraneka ragam jenis produk yang dapat dihasilkan (economies of scope). Sedangkan bentuk
kolaborasi atau kemitraan yang dimaksud adalah bagi pelaku usaha kecil yang memiliki
usaha dan produk yang sejenis (homogin) sebaiknya bergabung bersama-sama atau bermitra,
agar menjadi lebih besar. Karena pelaku UKM yang memiliki produksi yang lebih besar akan
lebih efisien dan fisible secara ekonomi.
Bagi pelaku UKM Kerajinan, pengembangan usaha melalui kegiatan bersama atau
berkolaborasi atau kemitraan skala usaha (economies of scale) dapat ditingkatkan, dan
cakupan usaha (economies of scope) juga dapat diperluas, serta dapat juga dikembangkan
usaha produksi yang baru (sebagai bentuk inovasi). Sejalan dengan itu, bargaining position
pelaku UKM dapat ditingkatkan atau diperdayakan, baik terhadap supplier (dalam pasar
input) maupun terhadap kitra usahanya
Gambar 2.1: Rodmap Model Kolaborasi/Kemitraan UKM Kerajinan
UKMBerkolaborasi,Aliansi Strategis/Mitra
UKM KERAJINAN
UKM KERAJINAN
UKM KERAJINAN
UKM Siap Ke PasarGlobal
Asosiasi UKM KuatKebijakan UKM
Page 25
17
BAB 3
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
3.1.Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengungkap ketidak berdayaan ekonomi rakyat (dalam
hal ini adalah pelaku UKM Kerajinan Batik Kain Jumputan), serta untuk menemukan
masalah yang mendasar maupun langkah-langkah yang tepat untuk melakukan tindakan
perbaikan atau pemberdayaan (penguatan) secara praktis. Maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Menjelaskan cara mengkolaborasikan bisnis usaha menjadi usaha yang lebih
menguntungkan, sehingga dapat menjadi model pemberdayaan ekonomi masyarakat.
2. Menjelaskan langkah-langkah strategis yang dapat dioperasionalkan dengan mudah
dan aman untuk meningkatkan efisiensi dan cakupan usaha.
3.2.Manfaat Penelitian
Sesuai denga latar belakang masalah, rumusan masalah, dan tujuan penelitian di atas,
penelitian ini secara umum diharapkan dapat menelaskan tentang pemberdayaan atau
penguatan ekonomi rakyat melalui strategi kolaborasi bisnis yang menguntungkan. Artinya,
secara umum penelitian ini diharapkan mempunyai konsekuensi praktis berdasarkan ilmu
pengetahuan yang rasional. Dengan kata lain, terdapat keterkaitan (link and match) antara
universitas dan kegiatan praktis. Karena sekarang universitas sangat diperlukan bagi kegiatan
praktis. Maka manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi dan konsep dasar yang
praktis atau sebagai model pemberdayaan (penguatan) ekonomi masyarakat.
2. Sebagai alternatif model usaha yang praktis bagi pelaku UKM Kerajinan Batik Kain
Jumputan khususnya dalam upaya meningkatkan keuntungan yang lebih baik
Page 26
18
3. Dengan model kolaborasi bisnis atau aliansi strategis, dapat meningkatkan skala
usaha dan memperbesar cakupan usahanya (bagi UKM) dalam memperoleh
keuntungan bisnis dan keberlangsungan usahanya.
Page 27
19
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Jenis atau model peneltian ini adalah model penelitian kebijakan yang hasilnya untuk
tujuan advokasi kebijakan pemerintah. Dalam penelitian ini berupaya membangun dan
memanfaatkan pengetahuan untuk mempengaruhi kebijakan pemerintah, khususnya yang
berkaitan dengan pengelolaan kelembagaan dan penguatan aktor dalam UKM Kerajinan.
Pada umumnya, penelitian kebijakan dibagi menjadi tiga kelompok yaitu: 1) evaluasi
kebijakan; 2) review atau sintesis kebijakan; dan 3) meta analisis atau studi komprehensif.
Dalam penelitian ini memilih jenis penelitian yang ke-tiga yaitu meta analis atau
komprehensif. Penelitian ini akan meneliti tentang konteks, konten/substasi kebijakan,
proses, implementasi dan implikasi kebijakan secara komprehensif, meski konteks dan
prosesnya tidak akan dikaji secara mendn prosesnya tidak akan dikaji secara mendalam
karena keterbatasan waktu, tenaga dan biaya. Studi ini akan memperdalam konten kebijakan
program dan bantuan kepada UKM, tata kelola implementasi dan bagaimana dinamika dan
pengembangan UKM sampai mampu bersaing di pasar global. Dengan langkah pertama
membangun kelompok (pelaku UKM berkolaborasi atau bermitra) yang berbasis produk
kerajinan yang homogin atau sejenis sehingga mampu menyediakan kebutuhan atau
permintaan pasar dan sekaligus dapat mengurangi adanya persaingan sesama pelaku UKM.
Dengan demikian, target dari penelitian ini adalah dalam berkolaborasi atau bermitra
melahirkan model kelompok UKM Kerajinan yang berbasis produk yang sama atau homogin,
sehingga wadah atau asosiasinya berdasarkan adanya kesamaan produk kerajinan (UKM
Kerajinan). Selanjutnya, luaran ini akan dimuat dan dipublikasikan dalam jurnal terakreditasi
“Kinerja Jurnal Bisnis dan Ekonomi” ISSN 0853-6627, Fak.Ekonomi Univ. Admajaya
Yogyakarta.
Page 28
20
4.2 Unit Analisis
Unit analisis dalam penelitian ini adalah pelaku UKM Kerajinan di Kecamatan
Umbulharjo khususnya di Kelurahan Tahunan dan Kelurahan Pandeyan (Kampung Celeban)
dan perangkat daerah/kelurahan yang terkait dengan UKM Kerajinan. Dipilihnya UKM
Kerajinan di Kampung Celeban dan Tahunan yang ada di Kecamatan Umbulharjo, karena 2
Kampung tersebut mempunyai potensi penumbuhan Sentra Kerajinan yang terbanyak dari
jumlah pengrajin (sebagai pelaku UKM) dan produk yang dihasilkan berupa produk Kain
Jumputan, Kain dan Aplikasi Jumputan (Laporan Penyusunan Data Potensi UMKM Kec.
Umbulharjo 2015), juga sebagai dasar pertimbangannya karena Kecamatan Umbulharjo
mempunyai wilayah terluas dan mempunyai jumlah pelaku UKM yang cukup banyak.
Dengan demikian Kecamatan Umbulharjo khususnya Kampung Celeban dan Tahunan
dijadikan subyek penelitian ini sekaligus eksperimen pembentukan kelompok UKM dengan
kolaborasi atau kemitraan/aliansi strategis yang berbasis produk kerajinan yang homogin atau
sejenis. Yeng kemudian dapat diterapkan di kecamatan lainnya dalam wilayah kota
Yogyakarta. Selanjutnya sebagai rekomendasi kebijakan pengembangan kelompok UKM
yang berbasis produk kerajinan yang homogin oleh dinas-dinas terkait Kota Yogyakarta.
4.3 Tahapan Pelaksanaan Penelitian
a. Tahap Persiapan
Kegiatan ini mencakup:
1) Penyusunan disain dan instrumen penelitian
Tujuan: Penyusunan disain dan instrumen penelitian serta pengarahan/briefing
Peserta: 3 orang sebagai tim penelitian
Materi:1) penyusunan disain riset; 2) penyusunan instrumen penelitian
Waktu: dilakukan selama 2 kali
Tempat: di Ruang Kerja Dosen (sebagai ketua tim penelitian)
Page 29
21
Luaran:
1. Pembagian kerja
2. Rancangan penelitian (mulai dari draf hingga final)
3. Instrumen penelitian
2) Pengadaan Referensi
Tujuan: menyediakan referensi dan dokumen awal untuk riset
Peserta: tim peneliti
Materi: pembelian dan fotocopy dokumen
Waktu: dilakukan selama 2 minggu (10 hari kerja)
Tempat: di Ruang Dosen
Luaran: proposal di kirim ke P3M untuk diseminarkan, ada beberapa masukan
sebagai bahan perbaikan untuk ditidaklanjuti dalam pelaksanaan
penelitian.
b. Tahap Pelaksanaan
1) Pertemuan Persiapan Kegiatan
Tujuan: diskusi agenda program/persiapan penelitian
Peserta: tim penelit
Agenda: diskusi agenda prgram dan persiapan kegiatan
Waktu: dilakukan 3 kali menjelang kegiatan utama
Tempat: di Ruang Dosen
Luaran: agenda program dan persiapan untuk melakukan kegiatan lapangan
2) Pengumpulan Data
Pengumpulan data di wilayah Kecamatan Umbulharjo Kelurahan Pandeyan dan
Kelurahan Tahunan (kampung Celeban) Kota Yogyakarta
Tujuan: melakukan pengumpulan data, wawancara dan lainnya
Page 30
22
Peneliti: 3 orang sebagai tim peneliti
Materi: dokumentasi dan wawancara
Waktu: 30 hari (satu bulan)
Tempat: Lokasi kegiatan
Luaran:
a. Diskripsi daerah penelitian
b. Diskripsi pelaku UKM dan dinamikanya
c. Profil Potensi UMKM khususnya UKM Kerajinan di Kec. Umbulharjo
d. Profil Potensi dan Persoalan Kerajinan di Kecamatan Umbulharjo
e. Tatakelola program pemerintah daerah terhadap UKM
f. Pemanfaatan program oleh pelaku UKM
4.4 Pengumpulan Data
Kegiatan penelitian di lapangan, dalam penelitian ini terdiri dari:
a. Indepth Interview (wawancara mendalam)
Kegiatan wawancara mendalam dilakukan kepada para stakeholders di tingkat
kampung atau kelurahan sebagai pelaku UKM khusus bidang kerajinan (kain
jumputan). Tujuannya adalah untuk mendapatkan data persepsi pelaku UKM
mengenai kebijakan/tatakelola program-program yang masuk di UKM kerajinan
khususnya (kain jumputan) dan dinamika kegiatan pelaku UKM yang diteliti.
b. Focus Groups Discussion (FGD)
Kegiatan FGD dilakukan untuk mendapatkan umpan balik data program-program
pemerintah yang masuk ke UKM, serta bagaimana respon pelaku UKM khususnya
bidang kerajinan terhadap program tersebut.
FGD dengan melibatkan pelaku-pelaku UKM khususnya bidang kerajinan yang
homogin ( produk kain jumputan ) serta masyarakat penerima manfaat atau
Page 31
23
masyarakat yang bekerja di sektor UKM Kerajinan. FGD dilakukan di sentra UKM
terpilih.
c. Studi Dokumen
Studi dokumen digunakan untuk pengumpulan inforasi mengenai kebijakan, dan
capaian program-program pemerintah yang masuk UKM serta implikasinya terhadap
penguatan pelaku UKM dan kelembagaan UKM khususnya bidang kerajinan.
4.5 Analisis dan Penulisan Hasil Penelitian
Tujuannya: data-data hasil dari lapangan dalam bentuk laporan penelitian
Materi: menyiapkan tulisan singkat, diskusu tim, perumusan format laporan
Waktu: 1 bulan (30 hari)
Luaran: draf laporan penelitian dan dilanjutkan dengan laporan final penelitian.
Selain lengkah-langkah dalam analisis hasil seperti disebutkan di atas, juga digunakan
model analisis SWOT untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan yang dimiliki oleh pelaku
UKM Kerajinan di Kecamatan Umbulharjo. Dalam analisis SWOT untuk merumuskan secara
kualitatip baik lingkungan internal maupun eksternal dari obyek yang sedang diamati. Dalam
lingkup internal, analisis akan menjelaskan secara rinci aspek-aspek yang menjadi kelemahan
(weakness) dan kekuatan usaha (strength). Sementara, dalam lingkup eksternal analisis akan
menjelaskan secara rinci mengenai aspek peluang (opportunity) dan tantangan (threat) usaha
yang dihadapi oleh UKM Kerajinan di Kecamatan Umbulharjo.
Analisis SWOT seringkali digunakan oleh para pengambil kebijakan dalam
merumuskan tujuan yang akan dicapai dan kebijakan apa yang akan digunakan untuk
mencapai tujuan tersebut (keputusan strategis). Dalam rangka kompetisi global, pengambil
kebijakan yang dalam hal ini adalah melalui pemberdayaan kepada pelaku UMKM dituntut
untuk mampu mengidentifikasi keunikan setiap sektor, baik yang disebabkan oleh faktor
Page 32
24
internal maupun faktor ekstenal. Analisis SWOT dapat digunakan sebagai instrumen
inventarisasi sektor, yang dapat mendukung tercapainya tujuan.
Elemen-elemen dalam analisis SWOT adalah:
1. Faktor Internal
a. Strengs (kekuatan), yaitu segala sumberdaya UKM Kerajinan yang dapat
dimanfaatkan secara efektif untuk mencapai tujuan
b. Weakness (kelemahan), yaitu segala keterbatasan, atau kekurangan di UKM
Kerajinan yang dapat menghalangi pencapaian tujuan.
2. Faktor Eksternal
a. Opportunities (peluang), yaitu berbagai situasi dan kondisi lingkungan sekitar
yang dapat memberikan keuntungan dan manfaat dalam usaha pengembangan
UMKM (khususnya UKM Kerajinan)
b. Threats (ancaman), yaitu berbagai sistuasi dan kondisi lingkungan sekitar yang
dapat merugikan dan bahkan membahayakan usaha pengembangan UMKM
(khususnya UKM Kerajinan)
Ada beberapa langkah yang harus dilakukan dalam analisis SWOT adalah:
1. Mengidentifikasi berbagai isu dan permasalahan yang terkait dengan pengembangan
UMKM khususnya UKM Kerajinan
2. Melakukan analisis internal, yaitu dengan mengklasifikasi berbagai isu dan
permasalahan yang dapat berpotensi menjadi kekuatan dan kelemahan dalam
pengembangan persektor UMKM
3. Melakukan analisis eksternal, yaitu dengan mengklasifikasikan berbagai isu dan
permasalahan yang dapat berpotensi menjadi peluang dan ancaman bagi
pengembangan persektor UMKM.
Page 33
25
4. Menyusun strategi yang mungkin dilakukan untuk mencapai tujuan dalam
pengembangan UKM Kerajinan di Kecamatan Umbulharjo
Implementasi dari analisis SWOT (strength, weakness, opportunity, threats) akan
membantu perusahaan (pelaku UKM) mengatasi dan mengantisipasi ancaman yang terjadi,
apabila perusahaan tersebut tidak menyadari kelemahannya. Sejalan dengan itu, sebelum
menentukan apa yang menjadi isu strategis pelaku UKM Kerajinan Kain Jumputan di
Kecamatan Umbulharjo dalam mencapai visi dan misinya, terlebih dahulu harus diketahui
faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi isu-isu strategis tersebut.
Setelah dilakukan identifikasi baik EFAS (External Strategic Factors Analysis) atau
Analisis Strategi Faktor Eksternal maupun IFAS (Internal Strategic Factors Analysis) atau
Analisis Strategi Faktor Internal kemudian dilakukan analisis SWOT untuk membantu
analisis strategi (Rangkut, 2004:19). Cara yang bisa digunakan adalah dengan memanfaatkn
kerangka acuan logis dalam menentukan strategi untuk mengembangkan kerajinan kain
jumputan untuk meraih tingkat efisiensi dan cakupan usaha melalui empat sel atau kuadran,
seperti nampak dalam gambar berikut.
Gambar 4.1: Analisis SWOT
3.Strategi Turn Around 1.Strategi Agresif
4.Strategi Defensif 2.Strg.Diversifikasi
Sumber: Rangkut, (2004:20)
BERBAGAI PELUANG
KEKUATAN INTERNAL
BERBAGAI ANCAMAN
KELEMAHAN INTERNAL
Page 34
26
1. Kuadran 1, merupakan situasi yang sangat menguntungkan.Pelaku UKM Kerajinan
Kain Jumputan di kecamatan Umbulharjo memiliki kekuatan dan peluang sehingga
dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang perlu diterapkan dalam kondisi
ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif – strategi agresif
2. Kuadran 2, meskipun menghadapi berbagai ancaman, Pengrajin Kain Jumputan
(pelaku UKM Kerajinan) di Kecamatan Umbulharjo masih memiliki kekuatan dari
segi internal, maka pengrajin perlu melakukan diversifikasi produk (pengembangan
produk) sesuai kebutuhan pasar – strategi diversifikasi
3. Kuadran 3, Pelaku UKM Kerajinan Kain Jumputan di Kecamatan Umbulharjo
menghadapi peluang yang sangat besar, tetapi di sisi lain juga menghadapi beberapa
kelemahan/kendala internal. Fokus strategi Pengrajin Kain Jumputan di Kecamatan
Umbulharjo adalah meminimalkan masalah-masalah internal dalam mengembangkan
kerajinan kain jumputan untuk meraih tingkat efisiensi dan cakupan usaha sehingga
dapat merebut peluang yang lebih besar (pasar Global) – strategi turn around
4. Kuadran 4, merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, yaitu pelaku UKM
Kerajinan Kain Jumputan di Kecamatan Umbulharjo menghadapai berbagai
ancaman/kendala dan kelemahan internal dalam mengembangkan usahanya untuk
meraih tingkat efisiensi dan cakupan usaha – strategi / situasi defensif
Perumusan Strategi
Berdasarkan hasil identifikasi IFAS dan EFAS di atas, maka dapat dirumuskan strategi
untuk mengembangkan kerajian kain jumputan di Kecamatan Umbulharjo untuk meraih
tingkat efisiensi dan cakupan usaha berdasarkan analisis SWOT, adalah sebagai berikut:
a. Strategi Strengths – Opportunity ( SO ) atau kekuatan - peluang. Strategi ini adalah
menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang yang
Page 35
27
ada dalam mengembangkan UKM Kerajinan Kain Jumputan untuk meraih tingkat
efisiensi dan cakupan usaha ( Strategi Agresif ) – Kuadran 1.
b. Strategi Weakness – Opportunity ( WO ) atau kelemahan - peluang. Strategi ini adalah
meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang yang ada
(St. Turn Around) – Kuadran 3.
c. Strategi Strengths – Threats ( ST ) atau kekuatan - ancaman. Strategi ini adalah
menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman
( Strategi Diversifikasi ) – Kuadran 2.
d. Strategi Weakness – Threats ( WT ) atau kelemahan - ancaman. Strategi ini adalah
menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman yang
ada dalam mengembangkan UKM Kerajinan Kain Jumputan untuk meraih tingkat
efisiensi dan cakupan usaha ( Strategi Defensif ) – Kuadran 4.
Page 36
28
Tabel 4.1:Perumusan Strategi Analisis SWOT
STRENGHTS( Kekuatan ) – S
WEAKNESS( Kelemahan ) - W
OPPORTUNITIES( Peluang ) – O
Strategi SO
Menciptakan strategi ygmenggunakan kekuatan untukmemanfaatkan peluang( Strategi AgresiF )
Kuadran -1
Strategi WO
Menciptakan strategiyang meminimalkankelemahan untukmemanfaatkan peluang(Strategi Turn Around
Kuadran-3
THREATS( Ancaman ) - T
Strategi ST
Menciptakan strategi yangmenggunakan kekuatan untukmengatasi ancaman( Strategi Diversifikasi )
Kuadran-2
Strategi WT
Menciptakan strategiyang meminimalkankelemahan danmenghindari ancaman( Strategi Defensif )
Kuadran-4
Page 37
29
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Profil Kecamatan Umbulharjo
A. Kondisi Geografis
Kecamatan Umbulharjo adalah Kecamatan terluas di Yogyakarta. Sebagaimana kondisi
di Kota Yogyakarta, Umbulharjo berada dalam kemiringan lahan yang relatif datar, diantara
0-2% dan berada pada ketinggian 114 diatas permukaan air laut. Luas wilayah Kecamatan
Umbulharjo adalah 8,12 km2 atau 25% dari keseluruhan luas Kota Yogyakarta.
Secara Geografis, Kecamatan Umbulharjo terletak di daerah pinggiran bagian timur
selatan Kota Yogyakarta, dengan batas-batas:
Sebelah Utara : Kecamatan Gondomanan
Sebelah Timur : Kecamatan Kotagede dan Kecamatan Banguntapan, Bantul
Sebelah Selatan : Kecamatan Banguntapan, Bantul.
Page 38
30
Gambar 5.1: Peta Kecamatan Umbulharjo
Secara administratif, Kecamatan Umbulharjo terdiri atas 7 Kelurahan, 87 RW dan 335
RT. Kelurahan terluas adalah Kelurahan Sorosutan yaitu seluas 1,68 km2 atau 21% dari total
wilayah Umbulharjo. Sedangkan Kelurahan terkecil adalah Kelurahan Semaki yang hanya
seluas 0,66 km2 atau 8% dari total luas wilayah Umbulharjo.
Tabel 5.1 Luas dan Jumlah Administratif per Kelurahan (BPS, 2013)
Kelurahan Luas( km2 )
JumlahRW
JumlahRT
Kelurahan Semaki 0,66 10 34
Kelurahan Muja-Muju 1,53 12 55
Kelurahan Tahunan 0,78 12 48
Page 39
31
Kelurahan Warungboto 0,83 9 38
Kelurahan Pandeyan 1,38 13 51
Kelurahan Sorosutan 1,68 18 67
Kelurahan Giwangan 1,26 13 42
Jumlah 8,12 87 335
Sumber: Laporan Penyusuanan Data UMKM Kec. Umbulharjo 2015
B. Kondisi Demografis
Dari sisi demografis, jumlah penduduk Kecamatan Umbulharjo mencapai angka 69,944
pada tahun 2013 atau 17% dari jumlah total seluruh penduduk Kota Yogyakarta. Kelurahan
Sorosutan menjadi Kelurahan dengan jumlah penduduk terbesar, adapun Kelurahan Semaki
menjadi Kelurahan dengan jumlah penduduk paling sedikit (Kecamatan Umbulharjo Dalam
Angka, 2013)
Tabel 5.2 Jumlah Penduduk Kec. Umbulharjo ( BPS, 2013 )
KELURAHAN JUMLAH PENDUDUK
LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH
Semaki 2.473 2.617 5.090
Muja-Muju 5.034 5.269 10.303
Tahunan 4.460 4.496 8.956
Warungboto 4.305 4.520 8.825
Pandeyan 5.797 5.919 11.716
Giwangan 3.451 3.496 6.947
Jumlah 32.438 33.506 69.944
Sumber: Laporan Penyusunan Data Potensi UMKM Kec. Umbulharjo 2015.
Page 40
32
Dibandingkan dengan kepadatan rata-rata di Kota Yogyakarta yang mencapai angka
12.213 jiwa per km2, kepadatan Kecamatan Umbulharjo termasuk paling rendah dibanding
dengan Kecamatan-kecamatan lainnya ( Buku Saku Kota Yogyakarta, 2013 ). Kepadatan
penduduk hanya mencapai angka 8.614 jiwa per km2. Kelurahan Tahunan menjadi
Kelurahan terpadat, sedangkan Kelurahan Giwangan menjadi Kelurahan dengan kepadatan
paling rendah dibandingkan dengan Kelurahan-kelurahan lainnya.
Tabel 5.3. Kepadatan Penduduk per Kelurahan ( BPS, 2013 )
KELURAHAN LUAS( km2 )
JUMLAHPENDUDUK
KEPADATAN/km2
Giwangan 1,26 6,947 5,513
Sorosutan 1,68 14,107 8,397
Pandeyan 1,38 11,716 8,490
Warungboto 0,83 8,825 10,632
Tahunan 0,78 8,956 11,482
Muja-muju 1,53 10,303 6,734
Semaki 0,66 5,090 7,712
Jumlah 8,12 65,944 58,96
Sumber: Laporan Penyusunan Data UMKM Kecamatan Umbulharjo 2015.
Kepadatan yang belum terlampau tinggi pemanfaatan lahan untuk permukiman masih
belum seintensif Kecamatan lain. Jumlahnya hanya pada kisaran 63%. Berbeda jauh dengan
Kecamatan lain di Kota Yogyakarta dimana ketersediaan lahan kosong secara umum dibawah
30% bahkan mendekati 90%. Lahan pertanian maupun lahan pekarangan masih cukup
banyak ditemukan di Kecamatan Umbulharjo. Demikian pula dengan ketersediaan lahan
terbuka hijau, yang lebih luas dibandingkan dengan Kecamatan lain yang umumnya telah
padat menrmukiman.
Page 41
33
Sumber: Buku Saku Kota Yogyakarta, 2013 ( dalam Laporan Penyusunan Data PotensiUMKM Kecamatan Umbulharjo 2015
Yang perlu menjadi catatan lainya adalah, meski dari sisi jumlah penduduk maupun
kepadatan lebih rendah dibandingkan dengan Kecamatan lain di Kota Yogyakarta, namun
laju pertumbuhan penduduk cenderung labih tinggi dibandingkan dengan Kecamatan lain.
Selama kurun waktu 20 tahun, pertumbuhan penduduk Umbulharjo selalu positif, berbanding
terbalik dengan Kecamatan lain yang umumnya negatif, kecuali Kotagede yang bersama-
sama dengan Umbulharjo sebagai pusat urbanisasi di Kota Yogyakarta.
Laju pertumbuhan positif dan tertinggi menunjukkan Kecamatan Umbulharjo menjadi
sasaran urbanisasi yang tertinggi, baik yang disebabkan oleh ekonomi ataupun oleh
pendidikan. Sebagai salah satu pusat perguruan tinggi dan pemerintahan, tentu sangat wajar
manakala laju keluar masuk penduduk cenderung lebih cepat, terutama dengan kehadiran
penduduk musiman atau penduduk sementara seperti mahasiswa atau pelajar.
Demikian pula dengan ketersediaan lahan yang masih tinggi, menyebabkan biaya sewa
maupun beli lahan dan bangunan lebih rendah dibandingkan Kecamatan lain. Dari sudut
60%12%
7%
2%5% 2% 12%
Grafik 5.1: Perbandingan Penggunaan Lahandi Kec Umbulharjo (BPS, 2013)
Perumahan Pertanian Jasa Non Produktif Perusahaan Industri Lain-lain
Page 42
34
pandang bisnis, Umbulharjo adalah lahan yang paling menguntungkan dan banyak menjadi
sasaran investasi karena peluang pasar yang terus terbuka lebar yang menyediakan celah
bisnis asalkan unik dan inovatif, dengan biaya dan modal investasi yang belum setinggi
Kecamatan lain.
Kondisi tersebut diataslah yang menjadikan Umbulharjo menjadi salah satu kawasan
yang potensial bagi pertumbuhan UMKM, termasuk UMKM ( UKM ) pada bidang
Kerajinan. Sehingga sudah selayaknya UMKM khususnya UKM Kerajinan (Batik dan Kain
Jumputan) didorong menjadi salah satu pilar perekonomian di Kecamatan Umbulhajo.
5.2. Profil Potensi UMKM Bidang Kerajinan Umbulharjo
Dari hasil survey tahapam demi tahapan, didapatkan hasil berupa data pengrajin
sejumlah 291 unit di wilayah Kecamatan Umbulharjo. Jumlah pengrajin terbanyak di
Kelurahan Sorosutan. Yaitu sebanyak 97 unit usaha atau kurang lebih 33% dari keseluruhan
potensi UMKM Bidang Kerajinan di Kecamatan Umbulharjo. Hal tersebut tentu sesuai
dengan potensi luas wilayah maupun jumlah penduduk yang paling luas dan paling banyak
diantara Kelurahan lain di Kecamatan Umbulharjo.
Page 43
35
Grafik 5.2:
Sumber: Laporan Penyusunan Potensi UMKM Kecamatan Umbulharjo 2015
Sedangkan dari sisi bahan baku dan jenis produk, kerajinan tekstil dalam bentuk
pembuatan kain batik, pakaian batik, tas, kerajinan perca dan segala pernak pernik berbahan
baku kain menjadi jenis kerajinan yang banyak diusahakan oleh UMKM Bidang Kerajinan.
Jumlahnya mencapai 88 unit usaha dari keseluruhan pengrajin yang telah berhasil didata.
Jenis kerajinan selanjutnya yang terbanyak adalah kerajinan batu yang menjadi ladang usaha
bagi 37 pengraji
6%15%
6%
33%
23%
10%7%
Persebaran Lokasi Pengrajin Per Kelurahan
Semaki Pandeyan Muja muju Sorosutan Tahunan Giwangan Warungboto
Page 44
36
Grafik 5.3:
Sumber: Laporan Penyusunan Potensi UMKM Kecamatan Umbulharjo 2015.
Meningkatnya pengrajin batu tentu tidak terlepas dengan tren bisnis batu akik yang saat
ini masih pesat. Sehingga jumlah pengrajin batupun melonjak tajam. Satu hal yang menarik
adalah, sebagian pengrajin batu akik adalah pengrajin batu akik adalah pengrajin baru, yang
menekuni kerajinan batu akik setelah meledaknya era batu akik. Hanya satu diantara 38
pengrajin batu yang memiliki produk selain batu akik dan telah lama menekuni kerajinan ukir
batu.
Selain kerajinan yang telah terdefinikan, banyak jenis kerajinan lain yang menjadi
aktivitas pengrajin UMKM di Kecamatan Umbulharjo. Seperti kerajinan daur ulang sampah
berbahan baku plastik atau kain, kerajian accessories, gypmsum dsb, jumlahnya mencapai 56
pengrajin, dimana 26 pengrajin diantaranya adalah pengrajin yang menggunakan bahan baku
plastik. Umumnya pengrajin plastik memanfaatkan barang bekas atau limbah untuk membuat
aneka kerajnan hiasan ataupun accessories.
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
Bambu
Kayu
Batu
Kulit
Rotan
Logam
Tekstil
Lainnya
Jenis-jenis Kerajinan UMKM Bidang KerajinanKec Umbulharjo
Bambu Kayu Batu Kulit Rotan Logam Tekstil Lainnya
Page 45
37
Kerajinan yang cukup menonjol lainnya adalah kerajinan aluminium di Kampung
Kranon dan Nitikan serta kerajinan jumputan di Kampung Celeban, Tahunan dan Batikan.
Kerajinan berbahan baku aluminium dan kain mori tersebut bahkan mampu membentuk
kawasan industri dengan pengembangan jumlah pengrajn yang menggembirakan. Tidak
mngherankan jika sentra industri kerajnan sangat mungkin dibentuk pada kawasan ini.
Evaluasinya bagaimana mendorong daya kompetisi sentra-sentra tersebut agar mampu
menjadikan kerajinan sebagai ungkitan ekonomi yang prospektif.
Potensi sentra lain yang prospek untuk dikembangkan diantaranya adalah kerajinan tas
kulit dan sintetis di Wirobrajan dan Celeban, kerajinan batok kelapa dan box mika di Nitikan,
dan kerajinan bordir di Karangmiri
Tabel 5.4. Potensi Penumbuhan Sentra Kerajinan di Umbulharjo
Kampung LokasiRW
JumlahPengrajin
Bahan Baku Produk
Gambiran 9, 11, 13 5 Batu alam Cincin, emban akik
Mentri Supeno 3 3 Marmer Kijing, Nisan, prasasti
Tungkak Pakel 1 4 Marmer Kijing, nisan, prasasti
Wirosaban 14, 15 3 Vynil, kulit Tas
Celeban 4, 5, 8 4 Vynil, kulit Tas
Nitikan 13 5 Batok Kancing, souvenir
Nitikan 11 4 Mika, Kertas Box
Kraton 11, 12 11 Aluminium Peralatan dapur
Nitikan 11, 12 9 Aluminium Peralatan dapur
Celeban 4, 5, 6, 8 39 Kain mori Kain Jumputan
Karangmiri 6 4 Kain blacu, katun Bordir
Tahunan 2 6 Kain mori Kain,aplikasi jumputan
Sumber: Laporan Penyusunan Data Potensi UMKM Kec.Umbulharjo 2015
Page 46
38
5.3. Profil Potensi Dan Persoalan Kerajinan Umbulharjo
Mengapa kerajinan menjadi alasan pekerjaan sereka ?. Cukup banyak alasan pengrajin
menekuni usaha kerajinan. Selain prospek bisnis, aspek ketrampilan dan skill menjadi faktor
usaha kerajinan. Sebanyak 55% pengrajin menjadikan skill dan ketrampilam sebagai alasan
untuk mengembangkan bisnis kerajinan. Usaha yang kental dengan inovasi dan kreatifitas
tersebut memang mengandalkan kemampuan dan skill yang memadai agar produksi kerajinan
dapat terus berjalan.
Grafik 5.4: Latar belakang aktivitas kerajinan
Meskipun ketrampilan menjadi alasan pengrajin menekuni usaha kerajinan saat ini,
namun tidak semua pengrajin mendapatkan bekal ilmu kerajinan yang memadai. Dari riwayat
pendidikan tercatat sebagian besar pengrajin telah menempuh pendidikan hingga SMA dan
sederajat, yaitu sebesar 51%. Dari 119 pengrajin berpendidikan SMA, hanya 38 atau 31%
diantaranya yang berasal dari sekolah kejuruan dengan spesifikasi kejuruan beragam, tidak
selalu terkait dengan kejuruan yang berhubungan dengan kerajinan.
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180
PROSPEK BISNIS
BISNIS KELUARGA
SKILL
LAINNYA
129
51
161
28
Page 47
39
Grafik 5.5: Latar belakang pendidikan pengrajin Umbulharjo
Terbatasnya fasilitas membuat sebagian besar pengrajin terjun ke dalam bisnis
kerajinan secara otodidak atau belajar sendiri. Sebanyak 70% pengrajin belajar kerajinan
secara mandiri baik dengan melihat atau pun mencoba sendiri. Sisanya 24% dari pengalaman
kerja, dan 6% terakhir mendapatkan skill kerajinan dari pelatihan pemerintah ataupun
keluarga sebagai bisnis turun temurun.
Terbatasnya skill dan inovasi pengrajin tentu akan berpengaruh terhadap kualitas dan
kreativitas produk yang dihasilkan. Dampaknya, hanya sedikit pengrajin mampu
menghasilkan produk yang “berbeda” meski menggunakan bahan baku dan teknik pembuatan
yang sama. Pada sisi inilah yang menjadi sebab penerimaan pasar terhadap satu pengrajin
berbeda dengan pengrajin yang lainnya, sehingga kapasitas penetrasi pasar pun berbeda
antara satu pengrajin dengan pengrajin yang lainnya.
Inovasi rendah yang dilatarbelakangi oleh pengetahuan, skill dan ketrampilan,
menjadikan produk kerajinan yang dihasilkan cenderung “pasaran” atau mudah ditemukan
produk serupa karena produk tersebut mudah ditiru. Padahal dasar dari kerajinan adalah art
dan craft, dimana aspek keunikan dan kekhasan menjadi faktor penentu penerimaan produk
16%
8%
51%
25%
Sarjana
Diploma
SMA Sederajat
SMP
Page 48
40
oleh konsumen sekaligus titik penghargaan yang akan menentukan nilai jual dari produk yang
dihasilkan. Produk yang sama, dengan utilitas yang sama namun dengan sentuhan kreatifitas
yang berbeda akan diterima pasar dengan nilai yang terkadang jauh berbeda.
Grafik 5.6: Latar belakang kapasitas kerajinan pengrajin Umbulharjo
Produk tas kulit misalnya, dengan bahan yang sama, utilitas sama bahkan tehnik
pembuatannya berbeda akan mendapatkan penghargaan yang berbeda manakala satu produk
mudah ditemukan di pasar Bringharjo, sedang produk lainnya dipasarkan melalui butik atau
bahkan toko online yang eksklusif. Sehingga kapasitas menjadi tantangan besar bagi
pengrajin atau pelaku UKM Kerajinan Umbulharjo untuk menembus pasar yang lebih luas,
dari sekedar pasar lokal dengan penghargaan kreativitas yang minimal.
Keterbukaan dan penerimaan pasar memang menjadi masalah klasik UKM Kerajinan.
Persoalan pasar menjadi keluhan terbanyak dari pengrajin di Kecamatan Umbulharjo.
Sebanyak 224 pengrajin atau 77% diantara pengrajin menempatkan keterbukaan pasar
menjadi faktor penghambat utama pengembangan usaha kerajinan yang mereka tekuni.
Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, kemampuan penetrasi pasar tidak selalu
dipengaruhi oleh omzet dan skala usaha. Kemampuan membaca preferensi konsumen dan
24%
3%3%
70%
Pengalaman Kerja
Pelatihan
Bisnis Keluarga
Otodidak
Page 49
41
keunikan produk lah yang membuat pasar dapat menerima produk yang dihasilkan oleh
pengrajin yaitu pelaku UKM Kerajinan.
Penetrasi pasar, juga dapat diup-grade dengan penguasaan teknologi informasi
melalui penggunaan marketing online. Berdasarkan pendataan, baru 19 pelaku UKM
Kerajinan yang memiliki akun e-mail dan media sosial. Perkembangan pemasaran dewasa
ini, menjadikan marketing online sebagai ujung tombak pemasaran yang efektif dan efisien.
Manakala pelaku UKM Kerajinan atau pengrajin dapat didorong untuk menguasai marketing
online, setidaknya marketing melalui media sosial tentu akan sangat meningkatkan kapasitas
penguasaan pasar dari produk-produk kerajinan di Kecamatan Umbulharjo.
Grafik 5.7: Persoalan pengrajin di Kecamatan Umbulharjo
Selain pasar, persoalan lainnya adalah modal usaha. Biaya produksi untuk
menghasilkan kerajinan berkualitas tentu membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Meskipun
pasar menerima produk dengan baik, namun tanpa dukungan modal yang memadai akan
membuat perluasan usaha kerajinan tetap terbatas. Secara umum acceptabilitas UMKM
0 50 100 150 200 250
MODAL
BAHAN BAKU
ALAT
TENAGA KERJA
PASAR
PRODUKSI
LAINNYA
122
58
46
42
224
29
128
Page 50
42
dihadapan perbankan masih rendah akibat ketiadaan jaminan maupun kesiapan persyaratan
pengrajin atau pelaku UKM.
Bankable menjadi persoalan yang sulit terpecahkan, meski secara umum program
permodalan UMKM telah digulirkan oleh sebagian besar perbankan. Membantu pengrajin
atau pelaku UKM Kerajinan dengan memberikan informasi tentang program permodalan
lunak, dapat meningkatkan kapabilitas pelaku UKM atau pengrajin dihadapan perbankan,
serta membuka kerjasama dengan perbankan melalui program permodalan lunak maupun
corporate responsibility system (CRS) adalah hal yang dibutuhkan oleh pengrajin atau
pelaku UKM Kerajinan dalam mengembangkan usaha kerajinan.
Grafik 5.8: Kebutuhan pengrajin di Kecamatan Umbulharjo
Bentuk dukungan lainnya yang dibutuhkan oleh pelaku UKM Kerajinan untuk
penguatan kapasitas, yaitu kebijakan khusus dalam hal perijinan. Dari pendataan, usaha
kerajinan yang telah memiliki perijinan baru mencapai 7%. Sisanya atau sebagian besar
belum memiliki perijinan usaha sama sekali. Proses yang lama dan persyaratan yang rumit
kerap menjadi alasan pengrajin enggan mengurus perijinan. Kebijakan pemutihan atau
BANTUAN MODAL
UPGRADE BISNIS
UPGRADE SKILL
PASAR
LAINNYA
165%
35%
41%
94%
67%
Page 51
43
pengurusan perijinan massal bagi pengrajin tentu akan sangat membantu pengrajin memenuhi
persyaratan administrasi yang kerap dibutuhkan untuk bekerja sama dengan perbankan untuk
program permodalan, perusahaan dalam program tanggung jawab sosial atau CSR maupun
investor dalam mengembangkan usaha kerajinan.
Page 52
44
BAB 6
Analisis Strategi Kolaborasi Bisnis Untuk Meningkatkan Efisiensi dan Cakupan Usaha
6.1. Deskripsi Informan
Dalam penelitian ini menggunakan sejumlah informan yang meliputi: sejumlah aparat
yakni 1 aparat kecamatan (sekretaris kecamatan) dan 4 aparat kelurahan yang terkait dengan
pengembangan ekonomi kerakyatan, khususnya UKM Bidang Kerajinan di Kecamatan
Umbulharjo, juga pelaku UMKM khususnya UKM Bidang Kerajinan Batik dan Kain
Jumputan sebanyak 20 informan. Adapun teknik pengumpulan data dari informan adalah
dengan wawancara mendalam (indepth interview) dan dengan cara Focus Group Disccussion
(FGD), dalam hal ini telah dilaksanakan FGD yakni: FGD di tingkat kelurahan. Karena
informan sebagai pelaku UKM Kerajinan sebagai sampel ada di dua wilayah Kelurahan
Pandeyan dan Kelurahan Tahunan, maka penyelenggaraan FGD ada di wilayah Kelurahan
Pandeyan Kecamatan Umbulharjo. Dengan FGD diharapkan dapat diperoleh informasi
secara mendalam, termasuk bagaimana dinamika kegiatan peleku UKM Kerajinan Batik Kain
Jumputan yang mereka jalani.
Selanjutnya bisa dideskripsikan informan sebagai sumber data dalam melihat dan
menganalisis perkembangan dan dinamika UMKM khususnya UKM Kerajinan Batik Kain
Jumputan di Kecamatan Umbulharjo sebagai berkut:
Kelompok “Sanggar Batik Jenggolo” di Kelurahan Pandeyan, Ibu Raden. Bahwa
Kelompok UKM Kerajinan Batik dan Kain Jumputan dengan naman Sanggar Batik
Jenggolo yang telah berdiri sejak Mei 2009, bermula dengan anggota 20 orang yang
sudah berusia lanjut namun masih ada semangat untuk berwirausaha, namun dalam
perkembangannya sampai sekarang anggotanya tinggal 6 orang saja. Lagi-lagi
faktornya adalah karena kejenuhan dan kesibukan masing-masing anggota. Akhirnya
dengan hanya 6 orang anggota tersebut Sanggar Batik Jenggolo saat ini hanya fokus
Page 53
45
di pelatihan saja. Kelompok ini pernak memperoleh bantuan dari pemerintah, sering
mengikuti pameran, sering mendapatkan order. Pengalaman sudah cukup banyak
diperoleh kelompok kerajinan ini dan anggotanya adalah lansia-lansia, program-
program pemerintah dan dukungan dari pemerintah telah mereka peroleh, contohnya
dari Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Kegiatan anggota
sekarang melakukan pelatihan hingga keluar kota, dengan fokus pembuatan batik dan
kain jumputan dengan pewarna alam.
Kelompok “Kain Jumput 12” di Kelurahan Pandeyan, Ibu Maizun selaku ketua
kelompok. Informasi yang kami peroleh bahwa, kegiatan UKM Kerajinanm Batik dan
Kain Jumputan ini yang berdiri sudah cukup lama dengan jumlah anggota ada 15
orang ibu-ibu rumah tangga. Kelompok ini yang pernah mendapat pelatihan dari ISI
Yogyakarta dan sudah pernah memproduk untuk seragam kalangan sendiri. Pada
awalnya, dengan semangat anggota dengan modalnya sendiri untuk mulai usahanya
yaitu kegiatan membatik. Namun sejah mulai berdiri hingga sekarang masalah yang
selalu dihadapi adalah kekurangan modal dan juga pendampingan kelompok usaha.
Semangat anggota yang merupakan potensi pada pelaku UKM Kerajinan “Kain
Jumput 12” kesadaran dari anggota tentang pentingnya berkelompok dalam berusaha,
namun banyak kendala yang selalu dihadapai yaitu modal dan kemampuan/skill
anggota yang kurang bisa menjawab kebutuhan pasar yang banyak (ketika ada order
yang banyak tidak dapat dipenuhi oleh UKM ini. Dalam perkembangannya, kelompok
UKM Kerajinan “Kain Jumput 12” ini sejak tahun 2016 sudah vakum, karena
kesibukan masing-masing anggotanya yang mempunyai pekerjaan lain seperti ibu
rumah tangga, dan membuka usaha lain seperti laundry, disamping jumlah pesanan
yang minim dan jangkauan pemasaranya hanya di sekitar Kelurahan Pandeyan saja.
Sehingga ada kejenuhan para anggota pelaku UKM Kerajinan ini dan terkesan hanya
Page 54
46
jalan di tempat (tidak ada order dan pasar yang lesu) dan seakan-akan usahanya tidak
menjanjikan.Salah satu anggota Kelompok “Kain Jumput 12” ini mengharap ada
perhatian dari pemerintah dan pihak lain untuk melakukan penguatan kelompok,
bantuan modal dan pengembangan produksi serta dapat membantu dalam akses pasar
atau pemasarannya.
Kelompok “Batik Jumput Batikan” (BJB), yang diketuai Ibu Mini; Kelompok “Ibu
Sejahtera” yang diketuai Ibu Agus; dan Kelompok “Batik dan Jumputan Lung” yang
diketuai Ibu Ratih. Ke-3 kelompok UKM ini berada di Kelurahan Tahunan.
Kelompok “Batik Jumput Batikan”(BJB), yang berdiri sejak tahun 2011 dan memiliki
anggota 12 orang, 3 orang anggota telah mendirikan (memiliki) tempat pemasaran
(toko) sendiri. Kelomok UKM Kerajinan BJB ini cukup produktif dan pemasarannya
telah mencapai luar kota, karena mereka juga melakukan pemasaran lewat online.
Tidak jarang juga pelanggan dari luar kota datang langsung ke BJB untuk memesan
produk kain jumputan. Fasilitas dari pemerintah berupa even pameran yang
diselenggarakan di wilayah Yogyakarta maupun di luar kota. Pada kesempatan
tersebut, pelaku UKM ini mendapatkan stand gratis untuk memamerkan produk-
produknya. Produk yang dihasilkan oleh kelompok UKM BJB ini tidak terbatas hanya
pada kain jumputan saja, namun pelaku UKM ini juga mampu memproduksi tas,
sendal, kipas dan lainnya semua bahan dasar dari kain jumputan, hal ni sebagai bukti
bahwa pelaku UKM Kerajinan “Batik Jumput Batikan” ini telah mampu berinovasi
dalam mengembangkan usahanya.
Kelompok “Batik dan Jumputan Lung” yang diketuai Ibu Tri. Kelompok ini termasuk
kelompok baru, karena berdirinya pada bulan Desember 2016, setelah mendapatkan
pelatihan dari pemerintah. Dengan beranggotakan 15 orang yang rata-rata ibu rumah
tangga, Batik dan Jumputan Lung sudah cukup produktif. Pemasarannya juga telah
Page 55
47
sampai luar daerah, walaupun hal tersebut hanya hasil dari relasi. Pemesan (order)
sudah menjadi pelanggan tetap pada Batik dan Jumputan Lung ini. Potensi pasar telah
menjadi kekuatan tersediri pada pelaku UKM Kerajinan Batik dan Jumputan Lung ini,
namun pelaku UKM ini berharap sarana pemasaran melalui even pameran yang
diberikan oleh pemerintah ini masih selalu mereka harapkan untuk keberlangsungan
usaha mereka.
Kelompok “Ibu Sejahtera” yang diketuai Ibu Agus. Kelompok UKM Kerajinan ini
yang berdiri sejak bulan Desember 2009 dan sampai saat ini memiliki jumlah anggota
12 orang. Namun tidak seluruh anggotanya fokus pada kegiatan dalam kelompok
usaha kejainan ini, dikarenakan setiap anggota punya kesibukan masing-masing.
Kebanyakan anggotanya sebagai ibu rumah tangga, sehingga masing-masing sibuk
mengurus rumah tangganya dan ada yang mempunyai usaha lain, seperti warung
makan, karena kegiatan produksi batik dan kain jumputan ini hanya sebagai kegiatan
sampingan saja, sehingga kegiatan usaha ini tidak menjadi kegiatan yang
diprioritaskan (sebagai kegiatan sampingan). Meskipun semangat anggota Kelompok
Ibu Sejahtera ini rendah, nama Ibu Agus sebagai ketua kelompok masih terus
memberi semangat anggota untuk terus berusaha memajukan usaha bersama dalam
wadah Kelompok Ibu Sejahtera ini, dengan tetap mempertahankan produktifitas
meskipun sedang tidak ada pesanan. Dengan semangat yang terus menerus, kelompok
UKM Kerajinan ini juga membuka showroom di rumahnya (Ibu Agus sebagai ketua
kelompok), semangat yang pantang menyerah ketua kelompok ini dengan
mempekerjakan beberapa mahasiswa dan tetangga sekitarnya untuk membantu
prosses produksi dalam rangka memberdayakan masyarakat. Kelompok Kerajinan
(UKM Kerajinan) ini juga bekerjasama dengan pemerintah dalam program pelatihan
pada beberapa kelurahan di wilayah Yogyakarta.
Page 56
48
6.2 Skema Model Kolaborasi Bisnis
Dari hasil analisis data yang diperoleh dalam penelitian hampir semua responeden atau
informan sepakat untuk berusaha bersama-sama atau bermitra yang saling menguntungkan
untuk mengembangkan usaha kerajinan batik dan kain jumputan (dalam produk yang
homogin). Karena dengan bermitra atau berkelompok akan memperleh barbagai manfaat
seperti: dapat saling bersinergi dalam penyediaan bahan baku, bersinergi dalam proses
produksi, dan bersinergi dalam menyediakan kebutuhan pasar maupun dalam proses
pemasarannya.
Hasil penelitian menunjukkan, dari sisi bahan baku dan jenis produk, kerajinan tekstil sebagai
bahan baku pembuatan kain batik, dan segala pernak pernik yang berbahan baku kain
menjadi jenis kerajinan yang banyak diusahakan oleh UMKM Bidang Kerajinan di
Kecamatan Umbulharjo. Hal ini menunjukkan ketersediaan bahan baku yang cukup, bahkan
mampu membentuk kawasan industri dengan pengembangan jumlah pengrajin yang
menggembirakan. Sentra industri kerajinan sangat mungkin dibentuk pada kawasan ini.
Evaluasinya adalah bagaimana mendorong daya kompetisi sentra-sentra tsb. agar tidak hanya
mampu menjadikan kerajinan sebagai ungkitan ekonomi semata namun menjadi ungkitan
ekonomi yang prospektif, hal ini dapat dilakukan dengan bersinergi antar pengrajin. Melalui
kegiatan usaha bersama dapat ditingkatkan cakupan usaha yang lebih besar lagi (economies
of scope) dapat tercapai, yang pada akhirnya skala usahanya (economies of scale) dapat
terpenuhi.
Konsep One Village One Product ( OVOP ) tentu perlu diimplementasikan agar potensi
kerajinan dapat teroptimalkan. Tantangan yang mendasar adalah meningkatkan kemampuan
inovasi produk Kerajinan Batik Kain Jumputan, pengrajin harus memiliki kemampuan
membuat produk selain kain jumputan, namun dapat menghasilkan produk dengan utilitas
yang bervariasi (mis: tas, dompet, sandal dengan motip jumputan dll) yang berarti economies
Page 57
49
of scale dapat terpenuhi. Peningkatan utilitas dan nilai jual menjadi kata kunci untuk menjaga
sustainbilitas suatu kerajinan. Pengrajin harus dapat didorong dalam berinovasi dengan tetap
memanfaatkan ketrampilan dan bahan baku yang telah ditekuni oleh pengrajin selama ini,
diperlukan kerja sama yang sinergis dengan pengrajin bahan baku (pengrajin kain atau tektil)
yang tetap terjaga.
Keunikan dan kekhasan produk menjadi kunci diterimanya produk kerajinan oleh pasar
termasuk pasar luar negeri. Terlebih dengan tersedianya teknologi informasi menjadikan
skala usaha (economies of scale) bukan hambatan untuk mempresentasikan produk kepada
pasar secara luas.
Penetrasi pasar menjadi tantangan besar bagi pengrajin di Kecamatan Umbulharjo. Sebagian
besar pengrajin masih terbatas dalam memasarkan produk kerajinannya pada pasar lokal atau
didalam DIY. Terutama pemasaran melalui Pasar Bringharjo atau pasar-pasar kerajinan
lainnya di dalam daerah. Sedangkan untuk mengembangkan pasar keluar daerah, keluar Jawa
bahkan keluar negeri, tentu membutuhkan modal biaya yang tidak sedikit. Meskipun upaya
penetrasi pasar sangat mungkin dilakukan dengan memanfaatkan jaringan internet. Dengan
penguasaan teknologi, maka pasar dapat diciptakan dengan mudah, murah dan waktu yang
relatif singkat. Kapasitas pengrajin dalam memanfaatkan teknologi informasi menjadi kunci
untuk membuka pasar kerajinan batik kain jumputan lebih luas. Namun kapasitas pengrajin
ini dapat terwujud dengan menciptakan kegiatan usaha bersama yang kreatif merupakan
alternatif utama.Karena dengan kegiatan usaha bersama dapat ditingkatkan cakupan usaha
yang lebih besar dapat tercapai.
Dalam dunia bisnis yang normal dan sejalan dengan teori ekonomi, untuk dapat
meningkatkan pendapatan pelaku UKM (pengrajin) terlebih dahulu harus ditingkatkan
jumlah produk yang dihasilkan (skala produksi). Sedangkan untuk meningkatkan produk
terlebih dahulu harus ditingkatkan kedua faktor utama yakni pemasaran dan modal usaha.
Page 58
50
Dengan demikian, faktor pemasaran dan modal usaha merupakan faktor utama dan pertama
yang harus diperhatikan sebagai upaya untuk memberdayakan ekonomi rakyat melaui
industri dan kerajinan batik kain jumputan di Kecamatan Umbulharjo. Ilmu ekonomi
mengajarkan, bahwa untuk menjadi efisien dan mampu bersaing suatu usaha perlu
mempunyai skala produksi minimum tertentu (effisiency economies of scala and economies
of scope). Pengrajin perlu diberi pengertian dan bimbingan, bahwa produksi yang lebih besar
itu lebih efisien. Mereka perlu bergabung (beraliansi) agar menjadi besar.Aliansi dalam hal
ini tidak harus berbentuk koperasi, sekalipun koperasi dapat dikatakan sebagai konglomerasi.
Hasil wawancara diperoleh data bahwa, pemasaran produk masih terbatas hanya sampai pada
wilayah dalam kota atau dalam wilayah kecamatan dan demikian pula modal, kemampuan
modal masih terbatas modal pribadi masih cukup terjangkau untuk keperluan biaya produksi
(skala produksinya yang masih terbatas), namun pelaku UKM Kerajinan (Batik Kain
Jumputan) banyak yang mengeluh masih sulitnya akses ke lembaga keuangan formal
(Perbankan) dan berharap kesulitan ini dapat teratasi dengan diberi pendampingan.
Oleh karena itu, salah satu solusinya adalah menggabungkan usaha (aliansi sejenis
yang homogin) atau membentuk sentra-sentra usaha atau kolaborasi, yang lebih mudah dan
saling menguntungkan dan akan berkembang bersama-sama. Cara ini akan dapat membantu
memberdayakan ekonomi rakyat untuk berkembang secara mandiri. Pengembangan usaha
melalui kolaborasi bisnis dengan menciptakan kegiatan usaha bersama yang kreatif
(collective business creative) merupakan alternatif utama. Karena melalui kegiatan usaha
bersama dapat ditingkatkan cakupan usaha yang lebih besar lagi (economies of scope) dapat
tercapai, yang pada akhirnya skala usaha yang ekonomis (economies of scale) dapat
terpenuhi. Model kolaborasi bisnis dapat dilihat pada gambar berikut:
Page 59
51
Gambar 6.1: Strategi Kolaborasi Bisnis (dalam pengembangan UKM Keraj.BatikJumpt.)
6.3 Analisis SWOT
Salah satu tahapan yang penting dalam pengembangan UMKM adalah memahami
permasalahan yang dihadapi oleh UMKM khususnya UKM Batik Kain Jumputan dan
berusaha menemukan faktor kunci keberhasilan. Setiap produk atau komuditas memiliki
karakteristik yang unik berkaitan dengan faktor kunci keberhasilannya, sehingga perlu
penanganan yang berbeda-beda pula. Demikian pula dengan permasalahan yang dihadapi
oleh para pelaku UMKM pun beragam. Perbedaan kapasitas, jenis usaha, sektor usaha serta
lokasi usaha akan berbeda pula permasalahan yang dahadapi. Namun permasalahan yang
dihadapi dapat dikelompokkan dan dianggap sama berdasarkan persamaan kapasitas usaha,
jenis usaha. Kapasitas yang berbeda yang dimiliki antara UMKM mengakibatkan respon
yang berbeda terhadap kondisi internal dan eksternal usahanya. Pendalaman kondisi riil dapat
dilakukan dengan melakukan analisis internal dan eksternal UMKM khususnya UKM Batik
Kain Jumputan di Kelurahan Pandeyan dan Kelurahan Tahunan Kecamatan Umbulharjo Kota
Yogyakarta., termasuk bagaimana kombinasi strategis antara aspek internal dan eksternal
FaktorPemasaran
FaktorModal
Produk ProfitPendapatan
EMPOWERING
Page 60
52
Adapun identifikasi lingkungan strategis pengrajin batik dan kain jumputan di Kecamatan
Umbulharjo Kota Yogyakarta adalah sebagai berikut:
1.Analisis Strategis Faktor Internal (Internal Strategis Factor Analysis Summary – IFAS)
dalam upaya meningkatkan efisiensi dan cakupan usaha.
Kekuatan (strengths) pengrajin/pelaku UKM Kerajinan Batik dan Kain Jumputan,
yaitu sumberdaya yang dapat dimanfaatkan secara efektif untuk mencapai tujuan
Kekuatan-kekuatannya adalah sebagai berikut:
a. Semangat, keyakinan dan keuletan yang besar dimiliki oleh pelaku UKM
kerajinan batik jumputan untuk mempertahankan warisan kebudayaan dan
mengembangkan kerajinan batik jumputan sekaligus ingin mewujudkan Icon di
kecamatan Umbulharjo Kota Yogyakarta sebagai wilayah kerajinan jumputan
sehingga konsep One Village One Product (OVOP) dapat diimplementasikan
b. Bahan baku, yang mudah didapat dari lingkungan sekitar yaitu berupa kain (mori
atau katun) yang diproduksi di lingkungan kecamatan Umbulharjo Kota
Yogyakarta. Bahan baku yang berupa kain mori (industri) tersebut bahkan mampu
membentuk kawasan industri dengan pengembangan jumlah pengrajin yang
menggembirakan, yang sangat mungkin dibentuk sentra industri kerajinan pada
kawasan tersebut. Memanfaatkan bahan baku lokal,sebagai bukti adanya
kerjasama antar UKM (pengrajin tektil dengan pengrajin batik kain jumputan),
dengan meningkatnya jumlah sentra-sentra kerajinan tektil yang pesat yang
berakibat semakin tingginya penyerapan tenaga kerja di wilayah Kec.Umbulharjo.
c. SDM dari lingkungan keluarga inti atau tetangga yang berakibat pada relatif
murahnya biaya tenaga kerja.
d. Kerajinan Batik Jumputan di Kecamatan Umbulharjo menarik minat bagi SDM
pengrajin (pelaku UKM) generasi muda.
Page 61
53
Kelemahan (weakness) pengrajin/pelaku UKM Kerajinan Batik Kain Jumputan di
Kecamatan Umbulharjo yaitu, segala keterbatasan atau kekurangan yang menjadi
kendala kemampuan pelaku UKM Kerajinan Batik Jumputan di Kec. Umbulharjo
dalam upaya meningkatkan isiensi dan cakupan usaha.
Kelemahan UKM Kerajinan Batik dan Kain Jumputan Umbulharjo meliputi:
a. Terbatasnya kapasitas, modal usaha, terbatasnya skill dan inovasi tentu akan
berpengaruh terhadap kualitas dan kreativitas produk yang dihasilkan. Kapasitas
menjadi tantangan besar untuk menembus pasar yang lebih luas.
b. Hasil kerajinan masih memiliki harga jual yang rendah, karena persaingan usaha
batik kain jumputan yang selalu berkebang (inovasi produk yang berkaitan dengan
daya tarik pasar konsumen yang selalu berkembang), karena ketrampilan SDM
termasuk kemampuan bersaing produk di pasar modern kurang optimal (yang
masih terbatas.)
c. Modal usaha (biaya produksi), bankable masih menjadi persoalan yang sulit
dipecahkan. Berkaitan dengan perijinan usaha perlu dukungan pemerintah
(melalui kebijakan khusus mis, pemutihan atau perijinan secara masal), hal ini
menjadi penghambat perkembangan usaha atau dalam bentuk kerjasama dengan
pihak-pihak luar.(keterbatasan modal untuk ekspansi usaha0
d. Pemasaran hasil/produk kerajinan batik kain jumputan yang masih terbatas pada
pasar lokal (di wilayah kecamatan, kota), sehingga pemasaran di luar daerah
cenderung masih menggunakan peranan dari para tengkulah, walaupun ada yang
sudah memanfaatkan media sosial atau pemasaran secara on line namun masih
sangat terbatas (termasuk keterbatasan untuk mengetahui informasi peluang pasar
baru).
Page 62
54
2.Analisis Strategi Faktor Eksternal (External Strategic Factor Analysis Summary – EFAS)
dalam upaya meningkatkan efisiensi dan cakupan usaha.
Peluang (opportunity) pelaku UKM Kerajinan Batik Kain Jumputan Umbulharjo,
yaitu berbagai situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang dapat memberikan
keuntungan dan manfaat dalam usaha pengembangan UMKM (UKM).
Kelangsunan usaha (pelaku UKM Kerajinan Batik Kain Jumputan) sangat ditentukan
oleh peluang yang timbul. Hal ini menjadi dasar pertimbangan utama bagi kemajuan
usaha di masa yang akan datang.
Setelah dilakukan penelitian dan wawancara, maka dapat diidentifikasi peluang
(opportunity) pelaku UKM Kerajinan Batik Jumputan di Kecamatan Umbulharjo
sebagai berikut:
a. Keberadaan pasar tradisional yang masih diperhatikan oleh pemerintah daerah dan
masyarakat sebagai wahana menjual pruduk UKM (peluang pasar lokal relatip
masih besar)
b. Perkembangan sektor pariwisata dan jasa yang terkait dengan usaha kecil mikro
c. Keterbukaan dan penerimaan pasar. Bahwa kemampuan penetrasi pasar tidak
selalu dipengaruhi oleh oleh omzet dan skala usaha, tetapi bagaimana kemampuan
pelaku UKM membaca preferensi konsumen dan keunikan produk lah yang
membuat pasar menerima produk yang dihasilkan oleh pengrajin.Penetrasi pasar
juga dapat diup-grade dengan penguasaan teknologi informasi melalui
penggunaan marketing online, sebab perkembangan pemasaran dewasa ini
menjadikan marketing online sebagai ujung tombak pemasaran yang efektif dan
efisien. Manakala pengrajin/pelaku UKM dapat didorong untuk menguasai
marketing online, setidaknya marketing melalui media sosial tentu akan sangat
meningkatkan kapasitas penguasaan pasar produk-produk yang dihasilkan.
Page 63
55
Hal ini akan menjadi tantangan dan bahkan ancaman manakala kapasitas ini tidak
dimiliki oleh pelaku-pelaku UKM, tetapi akan menjadi keharusan bahwa dengan
beraliansi atau berkolaborasi sesama pelaku UKM jalan buntu atau ancaman-
ancaman ini dapat teratasi demi keberlangsungan usahanya.
d. Program permodalan UMKM yang telah banyak digulirkan oleh sebagian besar
perbankan. Dapat membentu pelaku UKM dengan memberikan informasi tentang
program permodalan lunak, meningkatkan kapabilitas pelaku UKM dihadapan
perbankan, serta membuka kerja sama dengan perbankan melalui program
permodalan lunak maupun corporate responsibility system adalah hal yang
dibutuhka pelaku UKM dalam mengembangkan usahanya.
e. Kehendak bersama (pemerintah setempat dan masyarakat) untuk
mengimplementasikan one village one product (ovop) , maka perlu
mengoptimalkan potensi kerajinan ini (batik dan kain jumputan Umbulharjo),
meskipun harus menghadapi tantangan yang mendasar yaitu kemampuan inovasi
dan skill yang berpengaruh terhadap kualitas dan kreatifitas produk yang
dihasilkan.Pelaku Kerajinan Jumputan, harus memiliki kemampuan membuat
produk selain kain jumputan, namun dapat menghasilkan produk utilitas yang
bervariasi. Kehendak bersama ini sebagai wujud bentuk kolaborasi yang sinergi,
baik antar pelaku UKM maupun pelaku UKM dengan pemerintah atau pemangku
kepentingan.
Ancaman (threats), yaitu berbagai situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang dapat
merugikan dan bahkan membahayakan usaha pengembangan UMKM (UKM Batik
dan Kain Jumputan)
a. Globalisasi ekonomi dan liberalisasi pasar. Penetrasi pasar menjadi tantangan
besar bagi pengrajin di Kecamatan Umbulhajo.
Page 64
56
b. Persaingan pasar dalam negeri antar sesama produk yang sejenis cukup tinggi,
produk dengan berbagai motip yang terus berkembang dengan harga yang sangat
bervariasi mulai dari harga yang termurah sampai dengan harga yang mahal.
c. Dukungan Pemda yang kurang, bentuk dukungan yang dibutuhkan untuk
penguatan kapasitas pengrajin misalnya kebijakan khusus dalam hal perijinan.
Dari data, usaha kerajinan yang memiliki perijinan baru mencapai 7%, sisanya
belum memiliki perijinan usaha. Karena proses yang lama dan persyaratan yang
rumit kerap menjadi alasan pengrajin enggan mengurus perijinan. Kebijakan
pemutihan atau pengurusan perijinan massal bagi pengrajin tentu akan sangat
membantu pengrajin memenuhi persyaratan administrasi yang kerap dibutuhkan
untuk bekerja sama dengan perbankan untuk program permodalan, kerjasama
dengan perusahaan dalam program tanggungjawab sosial (CSR) maupun dengan
investor untuk kerjasama dalam mengembangkan usaha kerajinan.
Fokus kebijakan yang belum maksimal.
d. Terbatasnya skill dan inovasi pengrajin. Berpengaruh terhadap kualitas dan
kreativitas produk yang dihasilkan. Dampaknya, hanya sedikit pengrajin yang
mampu menghasilkan produk “berbeda" meski menggunakan bahan baku dan
tehnik pembuatan yang sama. Pada sisi inilah yang menjadi sebab penerimaan
pasar terhadap satu pengrajin berbeda dengan pengrajin yang lainnya, sehingga
kapasitas penetrasi pasar pun berbeda satu pengrajin dengan pengrajin lainnya.
Inovasi rendah yang diletarbelakangi oleh pengetahuan, skill dan ketrampilan
menjadikan produk kerajinan yang dihasilkan cenderung “pasaran” atau mudah
ditemukan produk serupa. Padahal dasar dari kerajinan adalah “art dan craft”,
dimana aspek keunikan dan kekhasan menjadi faktor menentu penerimaan produk
oleh konsumen sekaligus menjadi titik penghargaan yang akan menentukan nilai
Page 65
57
jual dari produk yang dihasilkan. Produk yang sama, dengan utilitas yang sama
namun dengan sentuhan kreatifitas berbeda akan diterima pasar dengan nilai yang
terkadang jauh berbeda.
Analisis SWOT di atas, secara kualitatif dapat membantu memperjelas jawaban dari
pokok masalah penelitian yang telah dajukan. Dari sisi pendekatan konsep empowerment
nampak bahwa, pada dasarnya usaha kecil mikro adalah sebagai penopang ekonomi daerah
yang sebagian besar digeluti oleh kalangan menengah kebawah. Terbukti, bahwa dalam
proses produksi pelaku UKM cenderung memanfaatkan tenaga kerja dari lingkungan
keluarga inti yang berakibat pada relative murahnyanya biaya tenaga kerja, namun pada sisi
lain penyerapan tenaga kerja yang terus meningkat. Hal ini menjadi kekuatan atau modal
dasar dalam menjawab kebutuhan pasar khususnya peluang pasar lokal yang relative masih
besar, tentu diperlukan kerjasama (berkolaborasi bisnis) dengan menciptakan kegiatan usaha
bersama yang kreatif (colective business creative) merupakan alternatif utama. Karena
melalui kegiatan usaha bersama dapat ditingkatkan cakupan usaha yang lebih besar
(economies of scope) dapat tercapai, yang pada akhirnya skala usaha yang ekonomis
(economies of scale) juga dapat terpenuhi.
Dengan demikian, pelaku UKM perlu diberi pengertian dan bimbingan, bahwa
produksi yang besar itu lebih efisien, mereka perlu bergabung (berkolaborasi) agar menjadi
besar. Oleh karena itu, salah satu solusinya adalah penggabungan usaha (aliansi sejanis) atau
membentuk sentra-sentra usaha, dengan cara ini yang dapat membantu dalam
memberdayakan ekonomi rakyat untuk dapat berkembang secara mandiri.
Setelah mengetahuai IFAS dan EFAS, maka dapat memudahkan dalam melihat
kemampuan, potensi, kelemahan dan tantangan/ancaman yang dimiliki /dihadapi pelaku
UKM Kerajinan Batik Kain Jumputan Umbulharjo, selanjutnya untuk mempermudah
pemilihan strategi-strategi yang tepat dalam memberdyakan pelaku UKM Kerajinan Batik
Jumputan Umbulharjo, demikian pula bermanfaat bagi pelaku UKM ybs. Dalam merumuskan
Page 66
58
strategi dengan menggunakan kekuatan-kekuatanya untuk meraih peluang-peluang dan
meminimalkan kelemahan-kelemahan untuk menghindari ancaman.
6.4.Formulasi Strategis Upaya Meningkatkan Efisiensi Dan Cakupan Usaha
Hasil identifikasi faktor internal dan faktor eksternal, maka dapat dirumuskan strategi
dari kombinasi faktor internal dalam mengembangkan usaha mikro kecil untuk meraih
tingkat efisiensi dan cakupan usaha, berdasarkan analisis SWOT adalah sebagai berikut:
1. Strategi Agresif ( Kekuatan –Peluang ) atau SO – Kuadran 1
- Upaya meningkatkan efisiensi dan cakupan usaha mikro kecil dengan
mengoptimalkan peran pasar tradisional sebagai penampung produk-produk usaha
mikro. Hal ini dibutuhkan peran pemerintah melalui kebijakan yang fokus.
- Dalam upaya meningkatkan efisiensi dan cakupan usaha, pelaku UKM perlu
mengoptimalkan potensi ekonomi lokal terutama ketersediaan bahan baku adanya
sentra-sentra industri tektil di wilayah setempat. Yang dibarengi dengan
perkembangan sektor pariwisata dan jasa, keterbukaan dan penerimaan pasar tentu
harus diikuti dengan kemampuan pelaku UKM Batik dan Kain Jumputan membaca
preferensi konsumen dan keunikan produk. Penetrasi pasar dapat diup-grade dengan
penguasaan teknologi informasi melalui penggunaan marketing online sebagai ujung
tombak pemasaran yang efektif dan efisien dalam mencapai cakupan usaha yang lebih
besar (economies of scope). Kapasitas pelaku UKM ini akan tercapai dengan
beraliansi atau berkolaborasi demi keberlangsungan usaha.
- Dalam upaya meningkatkan efisiensi dan cakupan usaha, pelaku ukm perlu
meningkatkan kapabilitas dihadapan perbankan, membuka kerjasama dengan
perbankan melalui program permodalan lunak maupun corporate responsibility
system (crs) dalam mengembangkan usaha untuk mencapai skala ekonomi (economies
of scale).
2. Strategi Diversifikasi (Kekuatan – Ancaman) atau ST-Kuadran 2
- Memanfaatkan semangat keyakinan dan keuletan pelaku UKM Kerajinan Batik Kain
Jumputan untuk memperbaiki etos kerja serta untuk mewujudkan Icon Kecamatan
Umbulharjo sebagai wilayah kerajinan kain jumputan.
- Upaya meningkatkan efisiensi dan cakupan usaha dapat dilakukan dengan dukungan
dari pihak yang terkait yakni pemerintah daerah misalnya kebijakan perijinan massal
Page 67
59
atau pemutihan yang sangat diperlukan pelaku UKM untuk bekerja sama dengan
perbankan atau invertor untuk program permodalan.
- Meningkatkan kapasitas SDM yang berkaitan dengan terbatasnya skill dan inovasi
dalam upaya meningkatkan efisiensi dan cakupan usaha sehingga perbedaan kapasitas
penetrasi pasar dapat teratasi sekaligus membangun pola pikir bahwa bersama pasti
bisa.
- Menjalin kerja sama kemitraan antar pelaku ukm (khusus UKM Batik Kain
Jumputan) dengan pasar modern dalam upaya meningkatkan efisiensi dan cakupan
usaha.
3. Strategi Turn-Around (Kelemahan – Peluang) atau WO-Kuadran 3
Strategi dalam meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang antara lain:
- Peningkatan SDM yang memilimi keahlian dalam bidang kerajinan dan penggunaan
teknologi (produksi-pemasaran) dengan mengadakan pelatihan/pendampingan untuk
menunjang upaya meningkatkan efisiensi dan cakupan usaha dalam memanfaatkan
potensi pasar yang semakin luas dan terbuka sekarang ini.
- Upaya meningkatkan efisiensi dan cakupan usaha, perlu membuat sistem pengawasan
dan evaluasi internal usaha untuk menjaga kualitas produk dan terstandarisasi produk
hal ini perlu dilakukan bessama-sama oleh pelaku UKM Kerajinan Batik Kain
Jumputan dan pada gilirannya keberlangsungan usaha terjaga.
- Upaya meningkatkan efisiensi dan cakupan usaha bagi pelaku UKM Kerajinan Batik
Kain Jumputan, perlu ketersediaan fasitas pemasaran produk (mis, melalui iven
pameran) karena pemasaran masih terbatas pada pasar lokal.
4. Strategi Defensif (Kelemahan- Ancaman) atau WT-Kuandran 4
Strategi dalam meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman dalam
mengembangkan usaha untuk mencapai tingkat efisiensi dan cakupan usaha.
- Peningkatan modal usaha untuk meningkatkan mutu produk di tengah-tengah
globalisasi ekonomi dan liberalisasi pasar, penetrasi pasar menjadi tantangan besar
bagi UKM Kerajinan Batik Jumputan. Serta dalam upaya meningkatkan efisiensi dan
cakupan usaha, antar pelaku UKM Batik Kain Jumputan perlu membangun kerja
sama dalam menghadapi persaingan usaha dengan usaha skala di atasnya.
- Upaya meningkatkan efisiensi dan cakupan usaha, antar pelaku usaha mikro kecil
Batik dan Kain Jumputan membangun kerjasama yang sinergi (berkolaborasi bisnis)
Page 68
60
yang saling menguntungkan dalam rangka meningkatkan persaingan usaha dengan
usaha skala diatasnya atau dalam menjangkau pasar yang lebih luas.
- Mempertahankan pangsa pasar dengan mempertahankan pasar konsumen loyal dan
ekspansi pemasaran melalui berbagai media (media sosial/ pemasaran secara online)
yang memungkinkan dalam upaya meningkatkan efisiensi dan cakupan usaha.
Page 69
61
BAB 7
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
Dari hasil analisis dan pembahasan data, maka dapat disimpulkan bahwa UMKM
khususnya UKM Batik dan Kain Jumputan di Kecamatan Umbulharjo masih menghadapi
beberapa permasalahan yang sekaligus menjadi kelemahan (weakness) yang perlu
diperhatikan untuk dapat mengembangkan usaha. Permasalahan yang pertama ialah
pemasaran masih terbatas pada pasar lokal walaupun ada yang sudah pemanfaatan media
sosial atau pemasaran secara online masih terbatas termasuk keterbatasan untuk mengetahu
peluang pasar baru. Penguasaan teknologi informasi menjadi suatu keharusan bagi pelaku
UKM, sebab perkembangan pemasaran dewasa ini menjadikan marketing online sebagai
ujung tombak pemasaran yang efektif dan efisien. Apabila marketing online ini dapat
dikuasai oleh pelaku UKM Batik Kain Jumputan (setidaknya marketing melalui media sosial)
tentu akan sangat meningkatkan kapasitas penguasaan pasar pruduk yang dihasilkan (Batik
Kain Jumputan) menjadi peluang untuk dapat melakukan penetrasi pasar kerajinan, perlu
disertai dengan kemampuan pelaku UKM membaca preferensi konsumen dan keunikan
produk. Hal ini menjadi tantangan dan bahkan ancaman manakala kapasitas ini tidak dimilki
oleh pelaku-pelaku UKM Batik Kain Jumputan Umbulharjo.
Selain masalah pemasaran, modal usaha sebagai faktor saingannya dari kelemahan-
kelemahan yang ada pada pelaku UKM Kerajinan Batik Kain Jumputan Umbulharjo perlu
diperhatikan. Artinya, untuk mengembangkan ekonomi rakyat (pelaku UKM) diperlukan
pangsa pasar (market share) yang lebih luas supaya produksi meningkat, sehingga
pendapatan pelaku UKM juga meningkat yang pada akhirnya keuntungan usaha kecil mikro
juga dapat meningkat. Jika kondisi ini terjadi dalam jangka panjang, maka pengembangan
UMKM khususnya UKM Batik Kain Jumputan Umbulharjo secara berkesinambungan akan
terjadi. Namun untuk mengembangkan usaha kecil mikro tetap membutuhkan modal usaha
maupun dukungan dari pemerintah /swasta sekalipun modal bukanlah sebgai faktor pertama,
tetapi tetap utama.
Solusi yang perlu diupayakan untuk menjawab kedua faktor pemasaran dan modal
usaha pada usaha kecil mikro tersebut adalah perlu ber-kolaborasi bisnis melalui keterkaitan
atau aliansi kerja kerja sama kemitraan antar sesama pelaku usaha kecil mikro yang
mempunyai kesamaan produk dan tujuan, agar kedepan dapat berkembang menjadi usaha
menengah dan besar yang maju, mandiri dan tangguh. Kolaborasi atau aliansi bisnis yang
Page 70
62
strategis tidak harus berbentuk koperasi atau usaha besar, karena aliansi dengan usaha besar
selama ini justru membuat salah satu pelaku dalam aliansi tersebut menjadi tergantung bukan
sebagai mitra kerja.
Dalam situasi saat ini, kolaborasi bisnis melalui sistem aliansi strategis bagi pelaku UKM dan
kewirausahaan muda sangat penting dilakukan, karena untuk memenuhi permitaan pasar atau
dalam menghadapi keterbukaan pasar seperti sekarang ini. Hasil pembahasan dalam
penelitian ini menyimpulkan bahwa, dari beberapa kelemahan, ancaman, maupun peluang,
semuanya itu perlu melakukan usaha bersama (collective business) dengan sistem aliansi
merupakan alternatif utama dalam meningkatkan efisiensi usaha (economies of scale) supaya
lebih mampu memperluas cakupan usaha (economies of scope).
Dengan berbagai keterbatasan dan kekurangan dalam penelitian ini, peneliti
berharap pengembangan UKM Batik dan Kain Jumputan melalui strategi kolaborasi bisnis
atau aliansi usaha untuk meningkatkan efisiensi dan cakupan usaha dapat berkesinambungan,
sehingga ekonomi, martabat, dan kesulitannya akan terangkat yang pada akhirnya
kesejahteraan masyarakat pelaku UKM Batik dan Kain Jumputan Umbulharjo khusus di
Kelurahan Pandeyan dan Kelurahan Tahunan dapat terwujud.
7.2 Saran-saran
1. Dengan strategi kolaborasi bisnis khusus pelaku UKM Kerajinan Batik dan Kain Jumputan
di Kecamatan Umbulharjo bisa berjalan dengan baik, sehingga dapat sebagai model
pembentukan kelompok UKM di berbagai daerah. Pemerintah sebaiknya bisa menindak
lanjuti melalui kebijakan yang terkait dengan peningkatan kapasitas pelaku UKM yang
dalam realitasnya bisa menyerap cukup banyak tenaga kerja, terutama di kota-kota
termasuk kota Yogyakarta.
2. Mengingat terbatasnya kapasitas pelaku UKM Batik dan Kain Jumputan, modal usaha
sebagai biaya produksi bankable masih menjadi persoalan yang sulit dipecahkan menjadi
penghambat perkembangan usaha, maka pemerintah melalui kebijakan yang mendorong
pola pembiayaan usaha yang mudah terjangkau oleh pelaku UKM, program kerjasama
kemitraan pemasaran dengan pasar modern yang saling menguntungkan, program
kemitraan pembiayaan usaha dengan lembaga keuangan.
3. Kebijakan yang mendorong terwujudnya pola pemasaran berkeadilan yang terjangkau oleh
konsumen, yaitu dengan program fasilitasi promosi/pameran produk, dengan tetap
dipertahankannya pasar tradisional yang bersih dan nyaman.
Page 71
63
DAFTAR PUSTAKA
Arogana, Panji & Djoko, Sudantoko, 2002, “Koperasi: Kewirausahaan dan Usaha Kecil”,Rineka Cipta, Jakarta
Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Yogyakarta, Beberapa tahun terbitan, Kota YogyakartaDalam Angka, Yogyakarta
Disperindagkoptan Provinsi DIY, 2005, “Rencana Induk Pengembangan Industri (RIPI)Tahun 2006-2010”, Yogyakarta
Disperindagkoptan Provinsi DIY, 2010, “Peta Panduan UMKM dan Koperasi Kota Yogyakarta”, Yogyakarta
Disperindagkoptan Kota Yogyakarta, 2010, “Kajian Potensi UMKM Kota Yogyakarta”,Yogyakarta.
Jaya, Wihana K., 2001, “Ekonomi Industri: Konsep Dasar, Sruktur, Perilaku dan KinerjaPasar”, Edisi 2, BPFE, Yogyakarta
Kuncoro. M., 2002, “Analisis Spasial dan Regional; Studi Aglomerasi dan Klaster IndustriIndonesia”, UPP-AMP, YKPN Yogyakarta
Laporan Akhir, 2015, “Penyusunan Data Potensi UMKM Kecamatan Umbulharjo BidangKerajinan”, Souadran Multitama, Yogyakarta
Pearce, John.A dan Richard.B. Robinson, 1997. “Manajemen Strategi: Formulasi,Implemebtasi dan Pengendalian”, Edisi ke-5, alih bahasa: Agus Maulana, PenerbitAksara, Jakarta
Rangkuti, Freddy, 2004. “Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis: ReorientasiKonsep Perencanaan Strategi untuk Menghadapi Abad 21”, Gramedia PustakaUtama, Jakarta
Swastha DH. Basu, MBA; Irawan Drs, MBA., “Manajemen Pemasaran Modern”, PenerbitLiberty, Yogyakarta
Sumodiningrat, Gunawan. 2004, “Respon Pemerintah Terhadap Kesenjangan Ekonomi”,Penerbit Fak.Ekonomi UGM, Yogyakarta
Sumodiningrat, Gunawan, 2007,” Pemberdayaan Sosial Kajian Ringkas TentangPembangunan Manusia Indonesia”, Penerbit Kompas, Jakarta.
Sri Utami, 2008,”Tantangan Seputar Usaha Kecil dan Beberapa Pemikiran untuk Pembinaan”Jurnal Ilmu Sosial Alternatip, Vol. IX, No.2, Desember 2008
Supardal dkk, 2013,”Manajemen UKM Berbasis Produk Sejenis Dalam Rangka MenghadapiPasar Global, Jurnal Siasat Bisnis Terakreditasi, ISSN 0853-7666,Vol.17 No.2,Juli 2013 Pusat Pengembangan Manajemen (PPM) Fak.Ekonomi UII Yogyakarta.
Page 72
64
Yustika, Ahmad Erani, 2006, Ekonomi Kelembagaan, Difinisi dan Strategi., Bayu Media,Malang.