Top Banner
LAPORAN AKHIR PENELITIAN INDIVIDU STRATEGI KOLABORASI BISNIS UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI DAN CAKUPAN USAHA UKM KERAJINAN (BATIK DAN KAIN JUMPUTAN) DI KECAMATAN UMBULHARJO YOGYAKARTA Oleh: Dra. Sri Utami, M.Si NIDN:0021115702 PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN SEKOLAH TINGGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA “APMD” YOGYAKARTA JULI 2018 i
72

STRATEGI KOLABORASI BISNIS UNTUK MENINGKATKAN …

Oct 16, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: STRATEGI KOLABORASI BISNIS UNTUK MENINGKATKAN …

LAPORAN AKHIR PENELITIAN INDIVIDU

STRATEGI KOLABORASI BISNIS UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSIDAN CAKUPAN USAHA UKM KERAJINAN (BATIK DAN KAINJUMPUTAN) DI KECAMATAN UMBULHARJO YOGYAKARTA

Oleh:

Dra. Sri Utami, M.Si

NIDN:0021115702

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN SEKOLAH TINGGIPEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA “APMD” YOGYAKARTA

JULI 2018

i

Page 2: STRATEGI KOLABORASI BISNIS UNTUK MENINGKATKAN …

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Penelitian : Strategi Kolaborasi Bisnis Untuk Meningkatkan Efisiensi danCakupan Usaha UKM Kerajinan (Batik dan Kain Jumputan)di Kecamatan Umbulharjo Yogyakarta

PenelitiNama Lengkap : Dra. Sri Utami, M.SiNIDN : 0021115702NIP : 19571121 198601 2 001Jabatan Fungsional : Lektor IIICProgram Studi : Ilmu PemerintahanNomor HP : 081215611957Alamat surel (e-mail) : [email protected] Peneliti1.Nama; NIM; Program Studi: Putri Nirmala Valentina Laoli; 17520167; Ilmu Pem. - S12.Nama; NIM; Program Studi: Beben Meira Sudiharto; 17520190; Ilmu Pem.- S1Penanggungjawab : Dra. Sri Utami, M.SiBiaya dari P3M : Rp 5.000.000,- (lima juta rupiah)

Yogyakarta, Juli 2018Mengetahui Ketua PenelitiKaprodi Ilmu Pemerintahan

Gregorius Sahdan,S.IP., M.A Dra. Sri Utami, M.SiNIDN: 0518096401 NIDN: 0021115702

Menyetujui,Kepala P3M

Dra. Widati,Lic.rer.regNIDN: 0518096401

ii

Page 3: STRATEGI KOLABORASI BISNIS UNTUK MENINGKATKAN …

RINGKASAN

Masalah yang dihadapi oleh UMKM khususnya UKM Kerajinan Batik dan KainJumputan di Kecamatan Umbulharjo Yogyakarta cukup komplek. Faktor internal daneksternal perlu dikaji secara simultan. Dari sisi internal, masalah yang komplek dari usahakecil mikro (batik kkain jumputan) pada mulanya adalah permodalan, pengembangan produk,pemasaran hasil produksi, dan ketidak siapan dan tidak fisibilitasnya usaha yang dihasilkan.Bersamaan dengan persaingan pasar yang semakin terbuka termasuk usaha kecil mikro (batikdan kain jumputan) adalah menuntut produktivitas yang banyak tetapi dalam realita hasilproduksinya sedikit, sehingga usaha kecil mikro (batik dan kain jumputan) menjadicenderung tidak efisien dalam usahanya.

Penelitian ini bertujuan menjelaskan langkah-langkah strategi yang dapatdioperasionalkan dengan mudah dan aman untuk meningkatkan efisiensi dan cakupan usaha,dan menjelaskan cara mengkollaborasikan binsnis usaha menjadi usaha yang lebihmenguntungkan, sehingga dapat menjadi model pembedayaan ekonomi masyarakat.

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Pandeyan dan Kelurahan Tahunan KecamatanUmbulharjo, dengan metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Pengumpulan datadilakukan melalui dokumentasi, observasi dan wawancara mendalam. Analisis datamenggunakan metode deskriptif eksploratif dibbantu dengan menggunakan model analisisSWOT.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, untuk meningkatkan usaha pada Usaha KecilMikro (UKM) perlu dilakukan melalui penguatan potensi internal, agar usaha kecil mikromampu memanfaatkan peluang-peluang yang ada. Hal ini dilakukan melalui pengembangankolaboasi bisnis atau aliansi strategis antar sesama pelaku usaha mikro kecil yang sejenisatau homogin (batik dan kain jumputan) untuk mengisi kebutuhan satu sama lain, maupununtuk mencapai skala usaha yang ekonomis dan untuk meningkatkan cakupan usaha yanglebih besar lagi.

Kata-kata kunci: Usaha Kecil Mikro, Pengembangan, Kolaborasi Bisnis.

iii

Page 4: STRATEGI KOLABORASI BISNIS UNTUK MENINGKATKAN …

PRAKATA

Puji Syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah S.W.T yang telah memberikanRahmat dan Hidayah-Nya, sehingga penelitian ini dapat segera diselesaikan sesuai denganjadual yang telah disepakati dengan STPMD”APMD” Yogyakarta sebagai sumber utamapemberian bantuan dana penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui langkah-langkah strategi untuk meningkatkan efisiensi dan cakupan usaha melalui kolaborasi ataualiansi yang sinergis. Berbagai upaya telah peneliti lakukan demi tercapainya tujuan tersebutdengan baik dan tetap memenuhi kaedah ilmiah akademik.

Untuk itu perkenankanlah dalam kesempatan ini peneliti menyampaikan rasaterimakasih kepada STPMD “APMD” Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan dansebagai pemberi dana utama penelitian ini, serta terimasih kepada berbagai pihak khususnyaSdri Putri Nirmala dam Sdr Beben Meira S. mahasiswi/a pada prodi Ilmu Pemerintahan yangtelah membantu terlaksananya penelitian ini dengan baik. Seberapa besar bantuan yang Andaberikan, saya ucapkan terimakasih dan berdoa semoga Allah SWT yang akan memberikanbalasan yang lebih baik kepada Anda.

Namun demikian,”tak ada gading yang tak retak”, seberapa besar dan apapunbentuk sumbangan Anda, tanggungjawab penelitian ini secara ilmiah akademik adalah tetapsebagai tanggung jawab pribadi peneliti sendiri. Besar harapan peneliti, semoga hasilpenelitian ini dapat bermanfaat sebagai satu model pemberdayaan ekonomi masyarakat(khususnya pelaku UKM Kerajinan Batik dan Kain Jumputan) di Kecamatan UmbulharjoYogyakarta. Akhir kata, jika ada kritik dan sumbang saran yang sifatnya membangun demisempurnanya hasil penelitian ini ke depan dapat peneliti terima dengan senang hati.

Yogyakarta, Juli 2018

Sri Utami

iv

Page 5: STRATEGI KOLABORASI BISNIS UNTUK MENINGKATKAN …

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.............................................................................................................. iHALAMAN PENGESAHAN.................................................................................................. iiRINGKASAN.......................................................................................................................... iiiPRAKATA............................................................................................................................... ivDAFTAR ISI..............................................................................................................................vDAFTAR TABEL.....................................................................................................................viDAFTAR GAMBAR...............................................................................................................viiDAFTAR GRAFIK.................................................................................................................viiiBAB 1. PENDAHULUAN....................................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang Masalah....................................................................................... 11.2. Rumusan Masalah................................................................................................. 4

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................. 52.1. Ekonomi Kerakyatan UMKM (UKM)...................................................................52.2. Pemberdayaan Masyarakat.................................................................................... 62.3. Perkembangan UKM dan Masalahnya.................................................................102.4. Dimensi Kinerja Pasar UKM...............................................................................132.5. Kerangka Pikir/ Rodmap Model..........................................................................15

BAB 3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN............................................................ 17BAB 4. METODE PENELITIAN.......................................................................................... 19

4.1. Jenis Penelitian.....................................................................................................194.2. Unit Analisis.........................................................................................................204.3. Tahapan Pelaksanaan Penelitian..........................................................................204.4. Pengumpulan Data.............................................................................................. 224.5. Analisis dan Penulisan Hasil Penelitian.............................................................. 23

BAB 5. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN....................................................... 295.1. Profil Kecamatan Umbulharjo............................................................................. 29

A.Kondisi Geografis............................................................................................ 29B.Kondisi Demografis..........................................................................................31

5.2. Profil Potensil UMKM Kerajinan Umbulharjo....................................................345.3. Profil Potensi dan Persoalan Kerajinan Umbulharjo............................................38

BAB 6. ANALISIS STRATEGI KOLABORASI BISNIS UNTUK MENINGKATKANEFISIENSI DAN CAKUPAN USAHA UKM KERAJINAN BATIK KAIN JUMPUTAN.....................................................................................................................44

6.1. Deskripsi Informan..............................................................................................446.2. Skema Model Kolaborasi Bisnis......................................................................... 486.3. Analisis SWOT................................................................................................... 516.4. Formulasi Strategi Upaya Meningkatkan Efisiensi Dan Cakupan Usaha........... 58

BAB 7.PENUTUP................................................................................................................... 61DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................63LAMPIRAN

- Artikel ilmiah- Personalia tenaga peneliti- Laporan penggunaan dana.

v

Page 6: STRATEGI KOLABORASI BISNIS UNTUK MENINGKATKAN …

DAFTAR TABEL

Tabel, Judul Tabel, Halaman

Tabel 4.1 Perumusan Strategi Analisis SWOT....................................................................... 28

Tabel 5.1 Luas dan Jumlah Administratif per Kelurahan (BPS,2013)................................... 30

Tabel 5.2 Jumlah Penduduk Kecamatan Umbulharjo Yk. (BPS, 2013)................................. 31

Tabel 5.3 Kepadatan Penduduk per Kelurahan (BPS, 2013).................................................. 32

Tabel 5.4 Potensi Penumbuhan Centra Kerajinan di Kecamatan Umbulharjo........................37

vi

Page 7: STRATEGI KOLABORASI BISNIS UNTUK MENINGKATKAN …

DAFTAR GAMBAR

Gambar, Judul Gambar, Halaman

Gambar 2.1 Rodmap Model Kolaborasi / Kemitraan UKM Kerajinan Batik Kain Jump.......16

Gambar 4.1 Analisis SWOT.................................................................................................... 25

Gambar 5.1 Peta Kecamatan Umbulharjo Yogyakarta .......................................................... 30

Gambar 6.1 Strategi Kolaborasi Bisnis (Pengembangan UKM Kerajinan Batik Kain Jump. 51

vii

Page 8: STRATEGI KOLABORASI BISNIS UNTUK MENINGKATKAN …

DAFTAR GRAFIK

Grafik, Judul Grafil, Halaman

Grafik 5.1 Perbandingan penggunaan Lahan di Kecamatan Umbulharjo (BPS,2013)............33

Grafik 5.2 Persebaran Lokasi Pengrajin per Kelurahan ......................................................... 35

Grafik 5.3 Jenis-jenis Kerajinan UMKM Bidang Kerajinan Kec. Umbulharjo...................... 36

Grafik 5.4 Latar Belakang Aktifitas Kerajinan....................................................................... 38

Grafik 5.5 Latar Belakang Pendidikan Pengrajin Umbulharjo............................................... 39

Grafik 5.6 Latar Belakang Kapasitas Pengrajin Umbulharjo ................................................. 40

Grafik 5.7 Persoalan Pengrajin di Kecamatan Umbulharjo ....................................................41

Grafik 5.8 Kebutuhan Pengrajin di Kecamatan Umbulharjo ..................................................42

viii

Page 9: STRATEGI KOLABORASI BISNIS UNTUK MENINGKATKAN …

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Argumentasi utama dan mendasar yang melandasi pentingnya pengembangan ekonomi

rakyat (dalam hal ini adalah Usaha Kecil Mikro) hingga akhir-akhir ini adalah karena potensi

alamiahnya yang besar dalam memberi andil bagi penyediaan masalah kesempatan kerja,

kesempatan berusaha serta ikut mengatasi masalah urbanisasi dan kemiskinan.

Tenaga kerja yang mampu terserap oleh sektor UKM juga cukup besar. Menurut data di

Kementerian Koperasi dan UKM, sektor UKM dapat menyerap tenaga kerja mencapai 91,8

juta orang atau 97,3% dari seluruh tenaga kerja di Indonesia. Di sisi lain muncul kekawatiran

kemiskinan semakin meningkat dengan tingginya angka pengangguran, baik pengangguran

terbuka maupun terselubung. Diperkirakan sebanyak 42,5 juta pengangguran di Indonesia,

ditambah dengan 2,5 juta yang akan masuk ke lapangan kerja dalam setiap tahunnya.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang hanya sekitar 5% belum dapat menyerap seluruh

angkatan kerja, setidaknya dibutuhkan pertumbuhan 8% untuk dapat menyerap seluruh

angkatan kerja baru. Pertumbuhan ekonomi di tahun-tahun mendatang diperkirakan masih

belum tercapai target tersebut (pertumbuhan ekonomi 8%). Oleh karena itu, pengembangan

UMKM khususnya UKM dipandang sangat strategis untuk mengurangi kemiskinan.

Satu hal yang tak terelakkan, keberadaan UMKM termasuk UKM pada bidang

kerajinan, dewasa ini semakin strategis dan memainkan peran dominan dalam pertumbuhan

ekonomi. Hal tersebut tidak terlepas dari kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh UMKM dan

yang tidak dapat dimainkan oleh perusahaan besar sekalipun. Setidaknya terdapat beberapa

point kelebihan UMKM. Pertama adalah kemampuannya dalam menyerap tenaga kerja yang

semakin masif dan efektif. Terlebih dengan pertumbuhan UMKM yang semakin pesat, tentu

menjadikan daya serap UMKM menjadi semakin tinggi dibandingkan dengan perusahaan

Page 10: STRATEGI KOLABORASI BISNIS UNTUK MENINGKATKAN …

2

besar. Sebagian UMKM tumbuh justru disebabkan oleh keterbatasan daya serap perusahaan.

Memaksa pencari tenaga kerja untuk membuka lapangan kerja sendiri dan mulai manapak

profesi sebagai pengusaha kecil. Kondisi itulah yang menjadi salah satu sebab jumlah usaha

besar di Kota Yogyakarta semakin berkurang. Berkelebihan dengan jumlah UMKM yang

tumbuh bak cendawan di musim hujan.

Kedua, adalah ketangguhannya dalam menghadapi guncangan ekonomi. Gempa bumi

tahun 2008 dan krisis moneter tahun 2006 ataupun krisis-krisis ekonomi selanjutnya yang

dipicu kenaikan bahan bakar maupun pelemahan nilai tukar rupiah, menjadi bukti bahwa

UMKM mampu bertahan pada situasi krisis. UMKM mampu menyiasati penurunan daya beli

konsumen dengan cara yang unik. Menyiasati bahan baku adalah hal yang terkadang

membuat UMKM , terlebih UMKM kerajinan, menawarkan inovasi produk yang variatif dan

justru dapat diterima pasar luas karena inovasi berbasis keterbatasannya.

Kecamatan Umbulharjo adalah kecamatan dengan pertumbuhan ekonomi paling tinggi

jika dibandingan dengan Kecamatan lain di kota Yogyakarta. Berdasarkan data Distribusi

PDRB per Kecamatan selama tahun 2007 hingga 2010, Kecamatan Umbulharjo mampu

menyumbang PDRB pada kisaran 22-23% (BPS Kota Yogyakarta). Atau dengan kata lain,

seperlima dari kegiatan perekonomian Kota Yogyakarta terpusat di Kecamatan Umbulharjo.

Dengan melihat angka PDRB tersebut tidak mengherankan jika Kecamatan

Umbulharjo menjadi pilihan investasi yang diincar oleh banyak pengusaha termasuk usaha

UMKM. Kedekatan dengan pusat pemerintahan dan pusat pendidikan menjadikan Kecamatan

Umbulharjo tumbuh menjadi salah satu pusat pengembangan UMKM di Kota Yogyakarta.

Dengan potensi luas wilayah di Kota Yogyakarta serta riwayat sejarah kerajinan di

Umbulharjo yang telah berkembang lama, tentu sangat membuka kemungkinan

perekonomian di Umbulharjo dapat digairahkan oleh industri kerajinan.

Page 11: STRATEGI KOLABORASI BISNIS UNTUK MENINGKATKAN …

3

Sejarah kerajinan di Umbulharjo, salah satunya dapat terlihat oleh keberadaan

kampung-kampung yang diberi nama dengan nama-nama yang dekat dengan aktivitas kreasi

dan ketrampilan warganya. Sehingga kampung-kampung tersebutpun diketahui telah

berkembang menjadi sentra kerajinan semenjak lama. Semisal kampung Soga dan kampung

Pandeyan. Soga diambil dari nama pewarna batik, sedangkan Pandeyan merujuk pada kata

pande atau pembuat alat-alat dari besi.

Dalam teori ekonomi, proses pembangunan akan sama dengan pertumbuhan ekonomi

dan pemerataan jika tiga asumsi dasar terpenuhi. Pertama, full employment atau partisipasi,

artinya semua faktor produksi dan faktor ekonomi ikut serta dalam kegiatan ekonomi.

Kedua, homoginitas artinya, semua pelaku ekonomi memiliki faktor produksi, kesempatan

berusaha dan kemampuan menghasilkan produk yang sama. Ketiga, bekerjanya mekanisme

pasar atau efisiensi artinya, interaksi antar pelaku ekonomi terjadi dalam satu keseimbangan

(equilibrium). Ekonomi rakyat yang merupakan basis ekonomi Indonesia, memiliki potensi

besar untuk memasuki pasar global. Keunikan dan kekhasan produk dari tangan kreatif

pengusaha kecil merupakan modal dasar pembangunan ekonomi nasional yang bernilai

tinggi dan perlu dikembangkan. Artinya, upaya pemberdayaan ekonomi rakyat termasuk

UKM produk kerajinan harus mempertimbangkan dinamika pasar global.

Hasil penelitian sebelumnya, telah ditemukan bahwa masalah UMKM cukup

komplek. Artinya, faktor internal dan eksternal perlu dikaji secara simultan. Dari sisi internal,

masalah yang komplek pada mulanya adalah ditemukan masalah permodalan, pengembangan

produk/desain, selanjutnya produk jika tidak dapat dipasarkan jelas akan merugi. Di sisi lain,

ketika pangsa pasar sudah meningkat dan buyer berkembang, dijumpai lagi masalah yang

mendasar yakni ketidak siapan dan ketidak fisibilitasnya usaha yang dihasilkan, karena pada

umumnya industri yang bersangkutan kurang efisien dalam skala produksinya. Artinya,

Page 12: STRATEGI KOLABORASI BISNIS UNTUK MENINGKATKAN …

4

produk yang dihasilkan hanya sedikit (dalam jumlah kecil), sehingga kurang fisibel dan

cenderung tidak efisien.

Masalah umum dan mendasar yang paling menyolok di jaman modern seperti sekarang ini

adalah tuntutan besar (banyak), namun yang bisa dihasilkan hanya sedikit, sehingga industri

tersebut cenderung tidak efisien.

Dengan demikian, para pelaku usaha kecil mikro perlu diberi kesadaran bahwa secara

teori ekonomi, untuk menjadi efisien dan mampu bersaing suatu industri khususnya industri

kerajinan perlu mepunyai skala usaha produksi minimum tertentu. Artinya, bahwa produksi

yang lebih besar dan banyak akan lebih efisien (fisibel). Untuk itu,agar lebih besar perlu

bergabung (berkolaborasi) atau aliansi dengan sesama produsen yang memiliki produk

sejenis. Bentuk kolaborasi atau aliansi yang sejenis dapat berbentuk koperasi, karena koperasi

secara umum dapat dipandang sebagai suatu konglomerasi yang cukup baik. Dengan

demikian, penggabungan usaha dengan prinsip economies of scale dan economies of scope

adalah hal yang sangat mutlak perlu dilakukan oleh pelaku usaha khususnya UKM dalam

bidang kerajinan. Dengan cara ini dapat diyakini kedepan keuntungan yang diperoleh akan

lebih besar dan keberlangsungan usaha dapat terjaga, karena dengan model kolaborasi yang

dilakukan tidak akan terjadi persaingan yang tidak sehat diantara sesama pelaku UKM.

Dengan asumsi-asumsi tersebut, maka permasalahan yang kongkrit dalam penelitian ini

adalah:

I.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana cara mengkolaborasikan bisnis usaha yang lebih menguntungkan

2. Bagaimana langkah-langkah strategis yang dapat dioperasionalkan dengan mudah dan

aman untuk meningkatkan efisiensi dan cakupan usaha.

Page 13: STRATEGI KOLABORASI BISNIS UNTUK MENINGKATKAN …

5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ekonomi Kerakyatan UMKM (UKM)

Pengertian tentang UMKM cukup beragam berdasarkan beberapa definisi yang

berbeda-beda. Pendefinisian ini antara lain dilakukan oleh Badan Pusat Statistik,

Kementerian Keuangan, Bank Indonesia dan Bank Dunia. Demikian pula di berbagai negara

mendefinisikan UMKM atau SME (Small Medium Enterprice) berbeda-beda.

Badan Pusat Statistik mengelompokkan usaha ke dalam usaha mikro, usaha kecil dan

usaha menengah berdasarkan jumlah tenaga kerja atau jumlah karyawannya. Sedangkan

Kementerian Keuangan mendefinisikan kelompok usaha berdasarkan hasil penjualannya atau

omsetnya. Bank Indonesia mendefinisikan kelompok usaha ini berdasarkan omset dan aset.

Acuan terbaru tentang UMKM didasarkan pada definisi yang ada dalam Undang-Undang

No.20 tahun 2008 tentang UMKM, dimana pengelompokannya berdasarkan aset, omset dan

jumlah tenaga kerja. Sementara beberapa negara ada yang menambahkan kriteria modal

saham.

Pengertian UMKM juga dapat dipahami dari sudut pandang perkembangannya. Usaha

Mikro Kecil dan Menengah dapat dikelompokkan dalam beberapa kriteria:

- Livelihood Activities, merupakan Usaha Mikro Kecil Menengah yang digunakan

sebagai kesempatan kerja untuk mencari nafkah, yang lebih umum dikenal sebagai

sektor informal. Contohnya pedagang kaki lima (PKL)

- Micro Enterprice, merupakan Usaha Mikro Kecil Menengah yang memiliki sifat

pengrajin tetap belum memiliki sifat kewirausahaan

- Small Dynamic Enterprice, merupakan Usaha Mikro Kecil Menengah yang telah

memiliki jiwa kewirausahaan dan mampu menerima pekerjaan subkontrak dan ekport.

Page 14: STRATEGI KOLABORASI BISNIS UNTUK MENINGKATKAN …

6

- Fast Moving Enterprice, merupakan Usaha Kecil Menengah yang telah memiliki jiwa

kewirausahaan dan akan melakukan tranformasi menjadi Usaha Besar. (Kajian

Potensi UMKM Kota Yogyakarta, 2009)

Namun sebagai acuan, pengertian UMKM yang dalam penelitian ini hanya pada

lingkup UKM yang mengacu pada UU-UMKM No:20 tahun 2008 yaitu:

1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan atau badan usaha

perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro, kriteria usaha mikro adalah sebagai

berikut:

- Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rp) tidak

termasuk bangunan tempat usaha; atau

- Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000,- (tiga ratur juta rp).

2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan

oleh perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau

bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik

langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang

memenuhi kriteria Usaha Kecil. Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut:

-. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rp) sampai

dengan paling banyak Rp 500.000.000,- (lima ratus juta rp) tidak termasuk tanah

dan bangunan tempat usaha; atau

- Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,- (tiga ratus juta rp)

sampai dengan paling banyak Rp2.500.000,- (dua milyart lima ratus juta rp)

2.2. Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan adalah terjemahan dari empowerment, sedang memberdayakan adalah

terjemahan dari empower.Menurut Meriem Webster dan Oxford English Dictionary, kata

empower mengandung dua pengertian, yaitu: (1) to give power dan authority to atau memberi

Page 15: STRATEGI KOLABORASI BISNIS UNTUK MENINGKATKAN …

7

kekuasaan, mengalihkan kekuatan atau mendelegasikan otoritas ke pihak lain; (2) to give

ability atau anable atau usaha untuk memberikan kemampuan atau keperdayaan.

Menurut Karl Marx (dalam kajian potensi UMKM kota Yogyakarta, 2009),

pemberdayaan masyarakat adalah proses perjuangan kaum powerless untuk memperoleh

surplus value sebagai hak normatifnya. Perjuangan memperoleh surplus value dilakukan

melalui distribusi penguasaan faktor-faktor produksi. Dan perjuangan untuk mendistribusikan

faktor-faktor produksi harus dilakukan melalui perjuangan politik. Kalau menurut Marx,

pemberdayaan adalah pemberdayaan masyarakat, maka menurut Friedman, pemberdayaan

harus dimulai dari rumah tangga. Pemberdayaan rumah tangga adalah pemberdayaan yang

mencakup aspek sosial, politik, dan psikologi. Yang dimaksud dengan pemberdaay sosial

adalah usaha bagaimana rumah tangga lemah memperoleh akses informasi, akses

pengetahuan dan ketrampilan, akses untuk berpartisipasi dalam organisasi, dan akses ke

sumber-sumber kauangan. Yang dimaksud dengan pemberdayaan politik adalah usaha

bagaimana rumah tangga yang lemah memiliki akses dalam proses pengambilan keputusan

publik yang mempengaruhi masa depan mereka. Sedang pemberdayaan psikologi adalah

usaha bagaimana membangun kepercayaan diri rumah tangga yang lemah.

Pandangan mengenai pemberdayaan pada prinsipnya adalah penguatan masyarakat

untuk dapat berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan yang mempengaruhi masa

depannya,penguatan masyarakat untuk dapat memperoleh faktor-faktor produksi, dan

penguatan masyarakat untuk dapat menentukan pilihan masa depannya. Menurut Hutomo

(dalam Kajian Potensi UMKM Kota Yogyakarta, 2009), bahwa pemberdayaan ekonomi

masyarakat adalah penguatan pemilikan faktor-faktor produksi, penguatan distribuasi dan

pemasaran, penguatn masyarakat untuk memperoleh informasi, pengetahuan dan

ketrampilan, yang harus dilakukan secara multi aspek, baik dari aspek masyarakat sendiri

maupun dari aspek kebijakannya.

Page 16: STRATEGI KOLABORASI BISNIS UNTUK MENINGKATKAN …

8

Karena persolan atau isu strategis perekonomian masyarakat bersifat lokal spesifik dan

problem spesifik, maka konsep dan operasional pemberdayaan ekonomi masyarakat tidak

dapat diformulasikan secara generik. Usaha menformulasikan konsep, pendekatan dan bentuk

operasional pemberdayaan ekonomi masyarakat secara generik memang sangat penting,

tetapi jauh lebih penting adalah pemahaman bersama secara jernih terhadap karakteiristik

permasalahan ketidak berdayaan masyarakat di bidang ekonomi. Dengan pemahaman yang

jernih akan dapat lebih produktif dalam menformulasikan konsep, pendekatan, dan bentuk

operasional pemberdayaan ekonomi masyarakat yang sesuai dengan karakteirstik

permasalahan lokal. Namun, penanganan masalah lokal tidak seluruhnya dapat dilakukan

melalui pendekatan ekonomi semata, karena banyak dimensi-dimensi politik, sosial, budaya

yang harus ditangani. Oleh sebab itu, pemberdayaan ekonomi masyarakat (yang dalam hal ini

adalah pelaku UKM Kerajinan Batik Kain Jumputan) tidak dapat dilakukan tanpa

pemberdayaan politik dan kebijakan politik. Dimensi yang harus ditangani dalam

pemberdayaan masyarakat dalam bidang ekonomi bersifat multi dimensi.

Sumodiningrat (1999), konsep pemberdayaan ekonomi secara ringkas dapat dikemukakan

sebagai berikut:

1. Perekonomian rakyat adalah perekonomian yang diselenggarakan oleh rakyat,

Perekonomian yang diselenggarakan oleh rakyat adalah perekonomian nasional yang

berakar pada potensi kekuatan masyarakat secara luas untuk menjalankan roda

perekonomian mereka sendiri. Pengertian rakyat adalah semua warga masyarakat.

2. Pemberdayaan ekonomi rakyat adalah usaha untuk menjadikan ekonomi yang kuat,

besar, modern dan berdaya saing tinggi dalam mekanisme pasar yang benar. Karena

kendala pengembangan ekonomi rakyat adalah kendala struktural, maka

pembedayaan ekonomi rakyat harus dilakukan melalui perubahan struktural.

Page 17: STRATEGI KOLABORASI BISNIS UNTUK MENINGKATKAN …

9

3. Perubahan struktural yang dimaksud adalah perubahan dari ekonomi tradisional

menjadi ekonmi modern, dari ekonomi lemah menjadi ekonomi yang kuat, dari

ekonomi subsisten menjadi ekonomi pasar, dari ketergantungan menjadi kemandirian.

Langkah-langkah proses perubahan struktur meliputi: 1) pengalokasian sumber

pemberdayaan sumberdaya; 2) penguatan kelembagaan; 3) penguasaan teknologi; 4)

pemberdayaan sumberdaya manusia.

4. Pemberdayaan ekonomi rakyat, tidak cukup hanya dengan peningkatan produktifitas,

memberikan suntikan modal sebagai stimulus, tetapi harus dijamin adanya kerjasama

dan kemitraan yang erat antara yang telah maju dengan yang masih lemah dan belum

berkembang.

5. Kebijakannya dalam pemberdayaan ekonomi rakyat adalah: 1) pemberian peluang

atau akses yang lebih besar kepada aset produksi (khususnya modal); 2) memperkuat

posisi transaksi dan kemitraan usaha ekonomi rakyat, agar pelaku ekonomi rakyat

bukan sekedar price taker; 3) pelayanan pendidikan dan kesehatan; 4) penguatan

industri kecil; 5) mendorong munculnya wirausaha baru; dan 6) pemerataan spasial.

6. Kegiatan pemberdayaan ekonomi mencakup: 1) peningkatan akses bantuan modal

usaha; 2) peningkatan akses pengembangan SDM; 3) peningkatan akses ke sarana dan

prasarana yang mendukung sosial ekonomi masyarakat lokal.

Dari enam (6) butir mengenai konsep pemberdayaan masyarakat, dapat disimpulkan

bahwa:

1. Pemberdayaan masyarakat tidak dapat dilakukan hanya melalui pendekatan daun

saja, atau cabang saja, atau batang saja, atau akar saja; karena permasalahan yang

dihadapi memang ada pada masing-masing aspek;

2. Pemberdayaan masyarakat dalam bidang ekonomi, tidak cukup hanya dengan

pemberian modal begulir, tetapi juga harus ada penguatan kelembagaan ekonomi

Page 18: STRATEGI KOLABORASI BISNIS UNTUK MENINGKATKAN …

10

masyarakat, penguatan sumberdaya manusianya, penyediaan prasarananya, dan

penguatan posisi tawarnya;

3. Pemberdayaan masyarakat dalam bidang ekonomi atau penguatan ekonomi

rakyat, harus dilakukan secara elegan tanpa menghambat dan

mendiskriminalisasikan ekonomi kuat, untuk itu kemitraan antar usaha mikro,

usaha kecil, usaha menengah dan usaha besar adalah jalan yang harus ditempuh;

4. Pemberdayaan masyarakat dalam bidang ekonomi adalah proses penguatan

ekonomi rakyat menuju ekonomi yang kokoh, modern, efisien; dan

5. Pemberdayaan masyarakat dalam bidang ekonomi, tidak dapat dilakukan melalui

pendekatan individu, melainkan harus melalui pendekatan kelompok. (Kajian

Potensi UMKM Kota Yogyakarta, 2010)

2.3. Perkembangan UKM dan Masalahnya

Permasalahan mendasar dalam bidang manajemen bagi pengusaha kecil pada berbagai

sektor usaha secara umum adalah kekurang mampuan pengusaha kecil menentukan pola

manajemen yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan usaha (Maisaroh dalam

penelitiannya, 2007:12). Hal ini penting, karena setiap periode tahap perkembangan usaha

akan menuntut tingkat pengelolaan produksi dan skala usaha produksi yang relatif kecil, gaya

manajemen keluarga yang sederhana masih mendominasi, sehingga mengarah kepemuasan

pengelolaan hanya pada seseorang ( wan man show ) sebagai kepala keluarga masih relevan.

Sejalan dengan perkembangan dan lingkungan usaha (baik intern maupun ekstern), maka

gaya manajemen konvensional tidak dapat dipaksakan lagi begitu saja, karena pemaksaan

suatu hal akan dapat menjadi pangkal munculnya berbagai masalah baru. Dengan demikian,

pengusaha kecil dituntut harus selalu dinamis (inovatif) dalam menerapkan manajemen yang

sesuai dengan perkembangan usaha. Maisaroh (dalam Prasetyo, 2002), mengatakan tuntutan

Page 19: STRATEGI KOLABORASI BISNIS UNTUK MENINGKATKAN …

11

menggunakan manajemen konvensional baru dapat dilakukan jika pengusaha kecil memiliki

kemampuan dan ketrampilan (manajemen skill) yang memadai.

Pada dasarnya, Usaha Kecil Mikro (UKM) mempunyai banyak fungsi yaitu: fungsi

sosial dapat mengurangi kemiskinan, dapat memperluas lapangan kerja dan kesempatan

berusaha serta meningkatkan pendapatan. Fungsi ekonomi, mampu memanfaatkan

sumberdaya alam dan meningkatkan pendapatan daerah atau negara serta akan menghemat

defisa. Fungsi budaya, dapat meningkatkan ketrampilan masyarakat serta mencerdaskan

rakyat dalam melestarikan budaya bangsa. Fungsi ketahanan nasional, dapat meningkatkan

keuletan dan ketangguhan, memupuk kepribadian dan kemampuan serta menumbuhkan

keprcayaan diri sendiri dan kepribadian.

Pada keyataannya, Usaha Kecil Mikro (UKM) selain mempunyai banyak fungsi dan

manfaat, keberadaan UKM juga mempunyai banyak masalah yang mendasar yang perlu

segera dikaji dan diatasi. Selain masalah di bidang manajemen, pengusaha kecil (pelaku

UKM) juga menghadapi masalah pemasaran, masalah sumberdaya manusia, masalah

permodalan, masalah kemitraan serta masalah-masalah sosial, ekonomi, politik dan budaya

( Arogana, 2002 ). Ada beberapa masalah yang ditemukan pada penelitian sebelumnya pada

beberapa pelaku UKM yang antara lain adalah:

Masalah Pemasaran, oleh banyak pengusaha kecil dianggap sebagai aspek yang

penting. Dikatakan oleh Basu Swartha dkk (2005:8) ada 3 hal yang berkaitan dengan

pemasaran yaitu: 1) membuat barang yang mudah penggunaannya; 2) mudah

pembeliannya; 3) mudah pemeliharaannya. Pemasaran adalah suatu sistem

keseluruhan dari kegiatan bisnis yang diajukan untuk merencanakan, menentukan

harga, mempromosikan, dan mendistribusikan barang dan jasa yang memuaskan

kebutuhan, baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial. Dengan kata

lain, adanya faktor pemasaran yang baik, permasalahan yang lain seperti modal usaha

Page 20: STRATEGI KOLABORASI BISNIS UNTUK MENINGKATKAN …

12

dan tenaga kerja juga akan semakin baik pula. Dengan pemasaran yang baik, modal

usaha dapat bertambah dengan sendirinya tanpa pinjam pihak lain. Oleh karena itu,

pemasaran hasil produksi sering dianggap sebagai masalah yang paling utama

diantara masalah-masalah lainnya.

Masalah Sumberdaya, dalam usaha kecil mikro sering terkait dengan struktur

organisasi pembagian kerja, masalah tenaga kerja upahan dan keluarga, kemampuan

manajerial pengusaha itu sendiri yang lemah. Karena pengusaha kecil belum dapat

memperhitungkan azas manfaat dan biaya dari perubahan penerapan manajemen baru

yang sesuai. Kenyataannya yang sering muncul adalah, pengusaha kecil (UKM)

sering tidak mau melakukan pembagian tugas secara tegas, pengadministrasian yang

baik, tanpa memperhitungkan seberapa besar manfaat yang dapat ditimbulkan dalam

jangka panjang. Akibat kelemahan UKM ini, pihak bank atau lembaga keuangan

menjadi enggan untuk memberikan pinjaman modal kepada pelaku usaha kecil mikro.

Masalah Permodalan, pada dasarnya merupakan masalah utama tetapi untuk usaha

kecil mikro sering dianggap bukan yang paling utama, karena modal usaha kecil juga

sedikit (tidak selalu dengan modal yang banyak). Masalah kekurangan modal pada

dasarnya merupakan masalah derivatif sebagai aklibat masih sempitnya jangkauan

pemasaran serta masih lemahnya sumberdaya manusia yang terampil dalam usahanya.

Sempitnya pemasaran berakibat pada perputaran modal juga menjadi lambat, dan

masih lemahnya SDM berakibat produk menjadi tidak efisien. Selain itu, adanya

sumberdaya manusia yang lemah dan tidak mampu membuat administrasi yang baik

berdampak pada penambahan modal menjadi sulit dicari. Karena itu, kelemahan-

kelemahan SDM tersebut pada dasarnya merupakan kelemahan manajerial pengusaha

kecil (UKM) itu sendiri.

Page 21: STRATEGI KOLABORASI BISNIS UNTUK MENINGKATKAN …

13

Masalah Kemitraan, kemitraan dalam usaha kecil dapat diartikan berbeda-beda.

Masalah kemitraan dapat diartikan bekerjasama antar pengusaha kecil atau

bekerjasama dengan pengusaha menengah atau besar. Masalah kemitraan dalam usaha

kecil, baik dengan sesama pengusaha kecil atau dengan pengusaha menengah atau

besar dirasa masih kurang atau terbatas dilakukan. Menurut Maisaroh ( dalam

Prasetyo, 2002) hasil penelitiannya menegaskan bahwa kemitraan atau aliansi

strategis antar pengusaha kecil (pelaku UKM) menjadi sangat penting ketimbang

kemitraan dengan pengusaha menengah atau pengusaha besar.

2.4. Dimensi Kinerja Pasar UKM

Berbagai dimensi kinerja pasar (market performent) adalah: laba usaha, kesempatan

kerja, pertumbuhan, penciptaan nilai tambah, efisiensi, produktifitas dan pemerataan hasil

serta pemerataan pertumbuhan industri.

Kinerja pasar yang baik terutama mencakup harga yang rendah, efisiensi, inovasi dan

keadilan. Tujuan kinerja dalam kaitannya dengan ekonomi memiliki banyak aspek. Menurut

para pakar ekonomi biasanya memusatkan hanya pada tiga aspek pokok, yaitu: efisiensi,

kemajuan teknologi dan keseimbangan dalam distribusi. (Jaya, 2001)

1. Efisiensi dalam mengalokasikan sumberdaya

a. Efisiensi internal, yaitu perusahaan yang dikelola dengan baik, mendiskripsikan

usaha yang maksimum dalam pelaksanaan jalannya perusahaan (ukm kerajinan)

b. Alokasi yang efisien, yaitu sumberdaya ekonomi dialokasikan sedemikian rupa

sehingga tidak ada lagi perbaikan dalam berproduksi yang dapat menaikkan nilai

dari output. Disemua persahaan, harga ditentukan sama dengan biaya marjinal dan

biaya rata-rata jangka panjang ( P = LRMC = LRAC )

2. Kemajuan teknologi

Kemajuan teknologi dan penggunaannya dalam praktek adalah secepat mungkin

Page 22: STRATEGI KOLABORASI BISNIS UNTUK MENINGKATKAN …

14

3. Keseimbangan dalam distribusi atau keadilan (equity)

Keadilan yang dimaksud disini adalah keadilan dalam distribusi. Keadilan terhadap

distribusi yang wajar ( yang berkaitan dengan standart masyarakat), terdapat tiga

dimensi pokok yakni: kesejahteraan, pendapatan, dan kesempatan.

4. Dimensi lainnya.

Yang termasuk dalam pengertian dimensi lainya ini antara lain adalah kebebasan

individu dalam memilih, keamanan dari bahaya yang mengancam, dukungan faktor

politik-sosial-budaya dan lingkungan setempat, dan keanekaragaman model, warna,

corak budaya msyarakat yang ada.

Untuk mengukur kinerja usaha dari bisnis kecil dapat dilihat dari bagaimana peranan

usaha kecil dalam menyerap tenaga kerja. Dalam perekonomian Indonesia, peranan usaha

kecil dalam penyerapan tenaga kerja telah teruji demikian pentingnya. Sementara Bygrave

(1996) dikutip oleh Suwandi (2009), mengungkapkan bahwa untuk mengukur kinerja usaha

dari bisnis kecil sebaiknya menyertakan peranan usaha kecil dalam menyerap tenaga kerja.

Saat ini, secara nasional terdapat lebih kurang 57,9 juta pelaku usaha mulai dari usaha skala

besar, menengah, kecil, hingga mikro. Dari jumlah itu hanya sekitar 0,01 persen yang

berstatus sebagai pengusaha besar dengan jumlah 4.968 unit usaha dan sisanya lebih kurang

99 persen atau 56 juta lebih merupakan pengusaha skala mikro, kecil, menengah dan koperasi

(BPS,2017). Informasi tersebut telah menunjukkan bahwa usaha mikro kecil menengah

sangat dominan menguasai ekonomi nasional dan tentunya berefek dengan penyerapan

tenaga kerja. Melihat hal ini, jelas posisi UMKM termasuk IKK (Industri Keil Kerajinan)

sangat strategis dalam perekonomian rakyat.

Kajian dan penelitian yang pernah dilakukan tentang pemberdayaan UMKM dalam

mengurangi kemiskinan di Kota Yogyakarta dan DIY meliputi:

1. Laporan Penyusunan Data Potensi UMKM Kecamatan Umbulharjo tahun 2015

Page 23: STRATEGI KOLABORASI BISNIS UNTUK MENINGKATKAN …

15

2. Mengembangkan Model UKM Berbasis Produk Sejenis Dalam Rangka Menghadapi

Pasar Global di Kota Yogyakarta. Tahun 2013

3. Pemberdayaan Ekonomi Rakyat Melalui Strategi Kolaborasi Bisnis pada Kerajinan

Mendong di Kecamatan Minggir Kabupaten Sleman tahun 2010.

2.5. Kerangka Pikir / Rodmap Model

Meskipun perkembangan UMKM dan koperasi termasuk industri kecil kerajinan, secara

umum telah menunjukkan hasil yang cukup baik, namun tantangan yang dihadapi pada masa

depan masih cukup berat. Salah satunya adalah kesiapan dalam menghadapi era perdagangan

bebas dan persainag global. UMKM kerajinan dihadapkan kepada persaingan bisnis yang

memaksa mereka head to head dengan berbagai macam merek dagang internasional maupun

nasional skala besar yang terus membanjiri pasar Indonesia, dengan tampilan nyaris sama,

dan harga tidak kalah murahnya. Secara umum, UMKM termasuk koperasi dan industri kecil

skala usahanya masih sedikit dan tidak (jarang) memiliki skala usaha minimum yang efisien.

Karena itu, pelaku ekonomi rakyat termasuk pelaku industri kerajinan dituntut harus memiliki

kinerja yang lebih efisien dan produktif, sehingga memiliki daya saing yang tinggi.

Pemerintah dituntut bersikap tegas, yakni tidak menggunakan sistem proteksi dalam

pengembangan usaha mikro kecil, tetapi lebih banyak berperan sebagai penyedia fasilitas

serta iklim usaha yang kondusif (enabling), pembuat dan penegak peraturan, dan pemberi

bantuan bagi yang lemah (protecting). Bentuk pemihakan (enabling) dan perlindungan

(protecting) yang dimaksud dalam pemberdayaan ekonomi rakyat dalam hal ini adalah

pelaku UKM Kerajinan. Namun demikian pendekatan pemberdayaan ekonomi rakyat (UKM

Kerajinan) dalam penelitian ini menggunakan pendekatan empowering yakni ikut

menyiapkan dan memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat (pelaku UKM

Kerajinan)

Page 24: STRATEGI KOLABORASI BISNIS UNTUK MENINGKATKAN …

16

Dengan demikian, ada dua program untuk memberdayakan ekonomi rakyat dengan

pendekatan empowering yakni dalam bentuk kewirausahaan dan program kemitraan atau

kolaborasi bisnis atau aliansi. Pengembangan kewirausahaan yang dimaksudkan disini agar

para pengusaha kecil dapat membuat apa saja yang dapat mereka buat, sehingga dapat

beraneka ragam jenis produk yang dapat dihasilkan (economies of scope). Sedangkan bentuk

kolaborasi atau kemitraan yang dimaksud adalah bagi pelaku usaha kecil yang memiliki

usaha dan produk yang sejenis (homogin) sebaiknya bergabung bersama-sama atau bermitra,

agar menjadi lebih besar. Karena pelaku UKM yang memiliki produksi yang lebih besar akan

lebih efisien dan fisible secara ekonomi.

Bagi pelaku UKM Kerajinan, pengembangan usaha melalui kegiatan bersama atau

berkolaborasi atau kemitraan skala usaha (economies of scale) dapat ditingkatkan, dan

cakupan usaha (economies of scope) juga dapat diperluas, serta dapat juga dikembangkan

usaha produksi yang baru (sebagai bentuk inovasi). Sejalan dengan itu, bargaining position

pelaku UKM dapat ditingkatkan atau diperdayakan, baik terhadap supplier (dalam pasar

input) maupun terhadap kitra usahanya

Gambar 2.1: Rodmap Model Kolaborasi/Kemitraan UKM Kerajinan

UKMBerkolaborasi,Aliansi Strategis/Mitra

UKM KERAJINAN

UKM KERAJINAN

UKM KERAJINAN

UKM Siap Ke PasarGlobal

Asosiasi UKM KuatKebijakan UKM

Page 25: STRATEGI KOLABORASI BISNIS UNTUK MENINGKATKAN …

17

BAB 3

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

3.1.Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengungkap ketidak berdayaan ekonomi rakyat (dalam

hal ini adalah pelaku UKM Kerajinan Batik Kain Jumputan), serta untuk menemukan

masalah yang mendasar maupun langkah-langkah yang tepat untuk melakukan tindakan

perbaikan atau pemberdayaan (penguatan) secara praktis. Maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Menjelaskan cara mengkolaborasikan bisnis usaha menjadi usaha yang lebih

menguntungkan, sehingga dapat menjadi model pemberdayaan ekonomi masyarakat.

2. Menjelaskan langkah-langkah strategis yang dapat dioperasionalkan dengan mudah

dan aman untuk meningkatkan efisiensi dan cakupan usaha.

3.2.Manfaat Penelitian

Sesuai denga latar belakang masalah, rumusan masalah, dan tujuan penelitian di atas,

penelitian ini secara umum diharapkan dapat menelaskan tentang pemberdayaan atau

penguatan ekonomi rakyat melalui strategi kolaborasi bisnis yang menguntungkan. Artinya,

secara umum penelitian ini diharapkan mempunyai konsekuensi praktis berdasarkan ilmu

pengetahuan yang rasional. Dengan kata lain, terdapat keterkaitan (link and match) antara

universitas dan kegiatan praktis. Karena sekarang universitas sangat diperlukan bagi kegiatan

praktis. Maka manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi dan konsep dasar yang

praktis atau sebagai model pemberdayaan (penguatan) ekonomi masyarakat.

2. Sebagai alternatif model usaha yang praktis bagi pelaku UKM Kerajinan Batik Kain

Jumputan khususnya dalam upaya meningkatkan keuntungan yang lebih baik

Page 26: STRATEGI KOLABORASI BISNIS UNTUK MENINGKATKAN …

18

3. Dengan model kolaborasi bisnis atau aliansi strategis, dapat meningkatkan skala

usaha dan memperbesar cakupan usahanya (bagi UKM) dalam memperoleh

keuntungan bisnis dan keberlangsungan usahanya.

Page 27: STRATEGI KOLABORASI BISNIS UNTUK MENINGKATKAN …

19

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Jenis atau model peneltian ini adalah model penelitian kebijakan yang hasilnya untuk

tujuan advokasi kebijakan pemerintah. Dalam penelitian ini berupaya membangun dan

memanfaatkan pengetahuan untuk mempengaruhi kebijakan pemerintah, khususnya yang

berkaitan dengan pengelolaan kelembagaan dan penguatan aktor dalam UKM Kerajinan.

Pada umumnya, penelitian kebijakan dibagi menjadi tiga kelompok yaitu: 1) evaluasi

kebijakan; 2) review atau sintesis kebijakan; dan 3) meta analisis atau studi komprehensif.

Dalam penelitian ini memilih jenis penelitian yang ke-tiga yaitu meta analis atau

komprehensif. Penelitian ini akan meneliti tentang konteks, konten/substasi kebijakan,

proses, implementasi dan implikasi kebijakan secara komprehensif, meski konteks dan

prosesnya tidak akan dikaji secara mendn prosesnya tidak akan dikaji secara mendalam

karena keterbatasan waktu, tenaga dan biaya. Studi ini akan memperdalam konten kebijakan

program dan bantuan kepada UKM, tata kelola implementasi dan bagaimana dinamika dan

pengembangan UKM sampai mampu bersaing di pasar global. Dengan langkah pertama

membangun kelompok (pelaku UKM berkolaborasi atau bermitra) yang berbasis produk

kerajinan yang homogin atau sejenis sehingga mampu menyediakan kebutuhan atau

permintaan pasar dan sekaligus dapat mengurangi adanya persaingan sesama pelaku UKM.

Dengan demikian, target dari penelitian ini adalah dalam berkolaborasi atau bermitra

melahirkan model kelompok UKM Kerajinan yang berbasis produk yang sama atau homogin,

sehingga wadah atau asosiasinya berdasarkan adanya kesamaan produk kerajinan (UKM

Kerajinan). Selanjutnya, luaran ini akan dimuat dan dipublikasikan dalam jurnal terakreditasi

“Kinerja Jurnal Bisnis dan Ekonomi” ISSN 0853-6627, Fak.Ekonomi Univ. Admajaya

Yogyakarta.

Page 28: STRATEGI KOLABORASI BISNIS UNTUK MENINGKATKAN …

20

4.2 Unit Analisis

Unit analisis dalam penelitian ini adalah pelaku UKM Kerajinan di Kecamatan

Umbulharjo khususnya di Kelurahan Tahunan dan Kelurahan Pandeyan (Kampung Celeban)

dan perangkat daerah/kelurahan yang terkait dengan UKM Kerajinan. Dipilihnya UKM

Kerajinan di Kampung Celeban dan Tahunan yang ada di Kecamatan Umbulharjo, karena 2

Kampung tersebut mempunyai potensi penumbuhan Sentra Kerajinan yang terbanyak dari

jumlah pengrajin (sebagai pelaku UKM) dan produk yang dihasilkan berupa produk Kain

Jumputan, Kain dan Aplikasi Jumputan (Laporan Penyusunan Data Potensi UMKM Kec.

Umbulharjo 2015), juga sebagai dasar pertimbangannya karena Kecamatan Umbulharjo

mempunyai wilayah terluas dan mempunyai jumlah pelaku UKM yang cukup banyak.

Dengan demikian Kecamatan Umbulharjo khususnya Kampung Celeban dan Tahunan

dijadikan subyek penelitian ini sekaligus eksperimen pembentukan kelompok UKM dengan

kolaborasi atau kemitraan/aliansi strategis yang berbasis produk kerajinan yang homogin atau

sejenis. Yeng kemudian dapat diterapkan di kecamatan lainnya dalam wilayah kota

Yogyakarta. Selanjutnya sebagai rekomendasi kebijakan pengembangan kelompok UKM

yang berbasis produk kerajinan yang homogin oleh dinas-dinas terkait Kota Yogyakarta.

4.3 Tahapan Pelaksanaan Penelitian

a. Tahap Persiapan

Kegiatan ini mencakup:

1) Penyusunan disain dan instrumen penelitian

Tujuan: Penyusunan disain dan instrumen penelitian serta pengarahan/briefing

Peserta: 3 orang sebagai tim penelitian

Materi:1) penyusunan disain riset; 2) penyusunan instrumen penelitian

Waktu: dilakukan selama 2 kali

Tempat: di Ruang Kerja Dosen (sebagai ketua tim penelitian)

Page 29: STRATEGI KOLABORASI BISNIS UNTUK MENINGKATKAN …

21

Luaran:

1. Pembagian kerja

2. Rancangan penelitian (mulai dari draf hingga final)

3. Instrumen penelitian

2) Pengadaan Referensi

Tujuan: menyediakan referensi dan dokumen awal untuk riset

Peserta: tim peneliti

Materi: pembelian dan fotocopy dokumen

Waktu: dilakukan selama 2 minggu (10 hari kerja)

Tempat: di Ruang Dosen

Luaran: proposal di kirim ke P3M untuk diseminarkan, ada beberapa masukan

sebagai bahan perbaikan untuk ditidaklanjuti dalam pelaksanaan

penelitian.

b. Tahap Pelaksanaan

1) Pertemuan Persiapan Kegiatan

Tujuan: diskusi agenda program/persiapan penelitian

Peserta: tim penelit

Agenda: diskusi agenda prgram dan persiapan kegiatan

Waktu: dilakukan 3 kali menjelang kegiatan utama

Tempat: di Ruang Dosen

Luaran: agenda program dan persiapan untuk melakukan kegiatan lapangan

2) Pengumpulan Data

Pengumpulan data di wilayah Kecamatan Umbulharjo Kelurahan Pandeyan dan

Kelurahan Tahunan (kampung Celeban) Kota Yogyakarta

Tujuan: melakukan pengumpulan data, wawancara dan lainnya

Page 30: STRATEGI KOLABORASI BISNIS UNTUK MENINGKATKAN …

22

Peneliti: 3 orang sebagai tim peneliti

Materi: dokumentasi dan wawancara

Waktu: 30 hari (satu bulan)

Tempat: Lokasi kegiatan

Luaran:

a. Diskripsi daerah penelitian

b. Diskripsi pelaku UKM dan dinamikanya

c. Profil Potensi UMKM khususnya UKM Kerajinan di Kec. Umbulharjo

d. Profil Potensi dan Persoalan Kerajinan di Kecamatan Umbulharjo

e. Tatakelola program pemerintah daerah terhadap UKM

f. Pemanfaatan program oleh pelaku UKM

4.4 Pengumpulan Data

Kegiatan penelitian di lapangan, dalam penelitian ini terdiri dari:

a. Indepth Interview (wawancara mendalam)

Kegiatan wawancara mendalam dilakukan kepada para stakeholders di tingkat

kampung atau kelurahan sebagai pelaku UKM khusus bidang kerajinan (kain

jumputan). Tujuannya adalah untuk mendapatkan data persepsi pelaku UKM

mengenai kebijakan/tatakelola program-program yang masuk di UKM kerajinan

khususnya (kain jumputan) dan dinamika kegiatan pelaku UKM yang diteliti.

b. Focus Groups Discussion (FGD)

Kegiatan FGD dilakukan untuk mendapatkan umpan balik data program-program

pemerintah yang masuk ke UKM, serta bagaimana respon pelaku UKM khususnya

bidang kerajinan terhadap program tersebut.

FGD dengan melibatkan pelaku-pelaku UKM khususnya bidang kerajinan yang

homogin ( produk kain jumputan ) serta masyarakat penerima manfaat atau

Page 31: STRATEGI KOLABORASI BISNIS UNTUK MENINGKATKAN …

23

masyarakat yang bekerja di sektor UKM Kerajinan. FGD dilakukan di sentra UKM

terpilih.

c. Studi Dokumen

Studi dokumen digunakan untuk pengumpulan inforasi mengenai kebijakan, dan

capaian program-program pemerintah yang masuk UKM serta implikasinya terhadap

penguatan pelaku UKM dan kelembagaan UKM khususnya bidang kerajinan.

4.5 Analisis dan Penulisan Hasil Penelitian

Tujuannya: data-data hasil dari lapangan dalam bentuk laporan penelitian

Materi: menyiapkan tulisan singkat, diskusu tim, perumusan format laporan

Waktu: 1 bulan (30 hari)

Luaran: draf laporan penelitian dan dilanjutkan dengan laporan final penelitian.

Selain lengkah-langkah dalam analisis hasil seperti disebutkan di atas, juga digunakan

model analisis SWOT untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan yang dimiliki oleh pelaku

UKM Kerajinan di Kecamatan Umbulharjo. Dalam analisis SWOT untuk merumuskan secara

kualitatip baik lingkungan internal maupun eksternal dari obyek yang sedang diamati. Dalam

lingkup internal, analisis akan menjelaskan secara rinci aspek-aspek yang menjadi kelemahan

(weakness) dan kekuatan usaha (strength). Sementara, dalam lingkup eksternal analisis akan

menjelaskan secara rinci mengenai aspek peluang (opportunity) dan tantangan (threat) usaha

yang dihadapi oleh UKM Kerajinan di Kecamatan Umbulharjo.

Analisis SWOT seringkali digunakan oleh para pengambil kebijakan dalam

merumuskan tujuan yang akan dicapai dan kebijakan apa yang akan digunakan untuk

mencapai tujuan tersebut (keputusan strategis). Dalam rangka kompetisi global, pengambil

kebijakan yang dalam hal ini adalah melalui pemberdayaan kepada pelaku UMKM dituntut

untuk mampu mengidentifikasi keunikan setiap sektor, baik yang disebabkan oleh faktor

Page 32: STRATEGI KOLABORASI BISNIS UNTUK MENINGKATKAN …

24

internal maupun faktor ekstenal. Analisis SWOT dapat digunakan sebagai instrumen

inventarisasi sektor, yang dapat mendukung tercapainya tujuan.

Elemen-elemen dalam analisis SWOT adalah:

1. Faktor Internal

a. Strengs (kekuatan), yaitu segala sumberdaya UKM Kerajinan yang dapat

dimanfaatkan secara efektif untuk mencapai tujuan

b. Weakness (kelemahan), yaitu segala keterbatasan, atau kekurangan di UKM

Kerajinan yang dapat menghalangi pencapaian tujuan.

2. Faktor Eksternal

a. Opportunities (peluang), yaitu berbagai situasi dan kondisi lingkungan sekitar

yang dapat memberikan keuntungan dan manfaat dalam usaha pengembangan

UMKM (khususnya UKM Kerajinan)

b. Threats (ancaman), yaitu berbagai sistuasi dan kondisi lingkungan sekitar yang

dapat merugikan dan bahkan membahayakan usaha pengembangan UMKM

(khususnya UKM Kerajinan)

Ada beberapa langkah yang harus dilakukan dalam analisis SWOT adalah:

1. Mengidentifikasi berbagai isu dan permasalahan yang terkait dengan pengembangan

UMKM khususnya UKM Kerajinan

2. Melakukan analisis internal, yaitu dengan mengklasifikasi berbagai isu dan

permasalahan yang dapat berpotensi menjadi kekuatan dan kelemahan dalam

pengembangan persektor UMKM

3. Melakukan analisis eksternal, yaitu dengan mengklasifikasikan berbagai isu dan

permasalahan yang dapat berpotensi menjadi peluang dan ancaman bagi

pengembangan persektor UMKM.

Page 33: STRATEGI KOLABORASI BISNIS UNTUK MENINGKATKAN …

25

4. Menyusun strategi yang mungkin dilakukan untuk mencapai tujuan dalam

pengembangan UKM Kerajinan di Kecamatan Umbulharjo

Implementasi dari analisis SWOT (strength, weakness, opportunity, threats) akan

membantu perusahaan (pelaku UKM) mengatasi dan mengantisipasi ancaman yang terjadi,

apabila perusahaan tersebut tidak menyadari kelemahannya. Sejalan dengan itu, sebelum

menentukan apa yang menjadi isu strategis pelaku UKM Kerajinan Kain Jumputan di

Kecamatan Umbulharjo dalam mencapai visi dan misinya, terlebih dahulu harus diketahui

faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi isu-isu strategis tersebut.

Setelah dilakukan identifikasi baik EFAS (External Strategic Factors Analysis) atau

Analisis Strategi Faktor Eksternal maupun IFAS (Internal Strategic Factors Analysis) atau

Analisis Strategi Faktor Internal kemudian dilakukan analisis SWOT untuk membantu

analisis strategi (Rangkut, 2004:19). Cara yang bisa digunakan adalah dengan memanfaatkn

kerangka acuan logis dalam menentukan strategi untuk mengembangkan kerajinan kain

jumputan untuk meraih tingkat efisiensi dan cakupan usaha melalui empat sel atau kuadran,

seperti nampak dalam gambar berikut.

Gambar 4.1: Analisis SWOT

3.Strategi Turn Around 1.Strategi Agresif

4.Strategi Defensif 2.Strg.Diversifikasi

Sumber: Rangkut, (2004:20)

BERBAGAI PELUANG

KEKUATAN INTERNAL

BERBAGAI ANCAMAN

KELEMAHAN INTERNAL

Page 34: STRATEGI KOLABORASI BISNIS UNTUK MENINGKATKAN …

26

1. Kuadran 1, merupakan situasi yang sangat menguntungkan.Pelaku UKM Kerajinan

Kain Jumputan di kecamatan Umbulharjo memiliki kekuatan dan peluang sehingga

dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang perlu diterapkan dalam kondisi

ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif – strategi agresif

2. Kuadran 2, meskipun menghadapi berbagai ancaman, Pengrajin Kain Jumputan

(pelaku UKM Kerajinan) di Kecamatan Umbulharjo masih memiliki kekuatan dari

segi internal, maka pengrajin perlu melakukan diversifikasi produk (pengembangan

produk) sesuai kebutuhan pasar – strategi diversifikasi

3. Kuadran 3, Pelaku UKM Kerajinan Kain Jumputan di Kecamatan Umbulharjo

menghadapi peluang yang sangat besar, tetapi di sisi lain juga menghadapi beberapa

kelemahan/kendala internal. Fokus strategi Pengrajin Kain Jumputan di Kecamatan

Umbulharjo adalah meminimalkan masalah-masalah internal dalam mengembangkan

kerajinan kain jumputan untuk meraih tingkat efisiensi dan cakupan usaha sehingga

dapat merebut peluang yang lebih besar (pasar Global) – strategi turn around

4. Kuadran 4, merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, yaitu pelaku UKM

Kerajinan Kain Jumputan di Kecamatan Umbulharjo menghadapai berbagai

ancaman/kendala dan kelemahan internal dalam mengembangkan usahanya untuk

meraih tingkat efisiensi dan cakupan usaha – strategi / situasi defensif

Perumusan Strategi

Berdasarkan hasil identifikasi IFAS dan EFAS di atas, maka dapat dirumuskan strategi

untuk mengembangkan kerajian kain jumputan di Kecamatan Umbulharjo untuk meraih

tingkat efisiensi dan cakupan usaha berdasarkan analisis SWOT, adalah sebagai berikut:

a. Strategi Strengths – Opportunity ( SO ) atau kekuatan - peluang. Strategi ini adalah

menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang yang

Page 35: STRATEGI KOLABORASI BISNIS UNTUK MENINGKATKAN …

27

ada dalam mengembangkan UKM Kerajinan Kain Jumputan untuk meraih tingkat

efisiensi dan cakupan usaha ( Strategi Agresif ) – Kuadran 1.

b. Strategi Weakness – Opportunity ( WO ) atau kelemahan - peluang. Strategi ini adalah

meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang yang ada

(St. Turn Around) – Kuadran 3.

c. Strategi Strengths – Threats ( ST ) atau kekuatan - ancaman. Strategi ini adalah

menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman

( Strategi Diversifikasi ) – Kuadran 2.

d. Strategi Weakness – Threats ( WT ) atau kelemahan - ancaman. Strategi ini adalah

menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman yang

ada dalam mengembangkan UKM Kerajinan Kain Jumputan untuk meraih tingkat

efisiensi dan cakupan usaha ( Strategi Defensif ) – Kuadran 4.

Page 36: STRATEGI KOLABORASI BISNIS UNTUK MENINGKATKAN …

28

Tabel 4.1:Perumusan Strategi Analisis SWOT

STRENGHTS( Kekuatan ) – S

WEAKNESS( Kelemahan ) - W

OPPORTUNITIES( Peluang ) – O

Strategi SO

Menciptakan strategi ygmenggunakan kekuatan untukmemanfaatkan peluang( Strategi AgresiF )

Kuadran -1

Strategi WO

Menciptakan strategiyang meminimalkankelemahan untukmemanfaatkan peluang(Strategi Turn Around

Kuadran-3

THREATS( Ancaman ) - T

Strategi ST

Menciptakan strategi yangmenggunakan kekuatan untukmengatasi ancaman( Strategi Diversifikasi )

Kuadran-2

Strategi WT

Menciptakan strategiyang meminimalkankelemahan danmenghindari ancaman( Strategi Defensif )

Kuadran-4

Page 37: STRATEGI KOLABORASI BISNIS UNTUK MENINGKATKAN …

29

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Profil Kecamatan Umbulharjo

A. Kondisi Geografis

Kecamatan Umbulharjo adalah Kecamatan terluas di Yogyakarta. Sebagaimana kondisi

di Kota Yogyakarta, Umbulharjo berada dalam kemiringan lahan yang relatif datar, diantara

0-2% dan berada pada ketinggian 114 diatas permukaan air laut. Luas wilayah Kecamatan

Umbulharjo adalah 8,12 km2 atau 25% dari keseluruhan luas Kota Yogyakarta.

Secara Geografis, Kecamatan Umbulharjo terletak di daerah pinggiran bagian timur

selatan Kota Yogyakarta, dengan batas-batas:

Sebelah Utara : Kecamatan Gondomanan

Sebelah Timur : Kecamatan Kotagede dan Kecamatan Banguntapan, Bantul

Sebelah Selatan : Kecamatan Banguntapan, Bantul.

Page 38: STRATEGI KOLABORASI BISNIS UNTUK MENINGKATKAN …

30

Gambar 5.1: Peta Kecamatan Umbulharjo

Secara administratif, Kecamatan Umbulharjo terdiri atas 7 Kelurahan, 87 RW dan 335

RT. Kelurahan terluas adalah Kelurahan Sorosutan yaitu seluas 1,68 km2 atau 21% dari total

wilayah Umbulharjo. Sedangkan Kelurahan terkecil adalah Kelurahan Semaki yang hanya

seluas 0,66 km2 atau 8% dari total luas wilayah Umbulharjo.

Tabel 5.1 Luas dan Jumlah Administratif per Kelurahan (BPS, 2013)

Kelurahan Luas( km2 )

JumlahRW

JumlahRT

Kelurahan Semaki 0,66 10 34

Kelurahan Muja-Muju 1,53 12 55

Kelurahan Tahunan 0,78 12 48

Page 39: STRATEGI KOLABORASI BISNIS UNTUK MENINGKATKAN …

31

Kelurahan Warungboto 0,83 9 38

Kelurahan Pandeyan 1,38 13 51

Kelurahan Sorosutan 1,68 18 67

Kelurahan Giwangan 1,26 13 42

Jumlah 8,12 87 335

Sumber: Laporan Penyusuanan Data UMKM Kec. Umbulharjo 2015

B. Kondisi Demografis

Dari sisi demografis, jumlah penduduk Kecamatan Umbulharjo mencapai angka 69,944

pada tahun 2013 atau 17% dari jumlah total seluruh penduduk Kota Yogyakarta. Kelurahan

Sorosutan menjadi Kelurahan dengan jumlah penduduk terbesar, adapun Kelurahan Semaki

menjadi Kelurahan dengan jumlah penduduk paling sedikit (Kecamatan Umbulharjo Dalam

Angka, 2013)

Tabel 5.2 Jumlah Penduduk Kec. Umbulharjo ( BPS, 2013 )

KELURAHAN JUMLAH PENDUDUK

LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH

Semaki 2.473 2.617 5.090

Muja-Muju 5.034 5.269 10.303

Tahunan 4.460 4.496 8.956

Warungboto 4.305 4.520 8.825

Pandeyan 5.797 5.919 11.716

Giwangan 3.451 3.496 6.947

Jumlah 32.438 33.506 69.944

Sumber: Laporan Penyusunan Data Potensi UMKM Kec. Umbulharjo 2015.

Page 40: STRATEGI KOLABORASI BISNIS UNTUK MENINGKATKAN …

32

Dibandingkan dengan kepadatan rata-rata di Kota Yogyakarta yang mencapai angka

12.213 jiwa per km2, kepadatan Kecamatan Umbulharjo termasuk paling rendah dibanding

dengan Kecamatan-kecamatan lainnya ( Buku Saku Kota Yogyakarta, 2013 ). Kepadatan

penduduk hanya mencapai angka 8.614 jiwa per km2. Kelurahan Tahunan menjadi

Kelurahan terpadat, sedangkan Kelurahan Giwangan menjadi Kelurahan dengan kepadatan

paling rendah dibandingkan dengan Kelurahan-kelurahan lainnya.

Tabel 5.3. Kepadatan Penduduk per Kelurahan ( BPS, 2013 )

KELURAHAN LUAS( km2 )

JUMLAHPENDUDUK

KEPADATAN/km2

Giwangan 1,26 6,947 5,513

Sorosutan 1,68 14,107 8,397

Pandeyan 1,38 11,716 8,490

Warungboto 0,83 8,825 10,632

Tahunan 0,78 8,956 11,482

Muja-muju 1,53 10,303 6,734

Semaki 0,66 5,090 7,712

Jumlah 8,12 65,944 58,96

Sumber: Laporan Penyusunan Data UMKM Kecamatan Umbulharjo 2015.

Kepadatan yang belum terlampau tinggi pemanfaatan lahan untuk permukiman masih

belum seintensif Kecamatan lain. Jumlahnya hanya pada kisaran 63%. Berbeda jauh dengan

Kecamatan lain di Kota Yogyakarta dimana ketersediaan lahan kosong secara umum dibawah

30% bahkan mendekati 90%. Lahan pertanian maupun lahan pekarangan masih cukup

banyak ditemukan di Kecamatan Umbulharjo. Demikian pula dengan ketersediaan lahan

terbuka hijau, yang lebih luas dibandingkan dengan Kecamatan lain yang umumnya telah

padat menrmukiman.

Page 41: STRATEGI KOLABORASI BISNIS UNTUK MENINGKATKAN …

33

Sumber: Buku Saku Kota Yogyakarta, 2013 ( dalam Laporan Penyusunan Data PotensiUMKM Kecamatan Umbulharjo 2015

Yang perlu menjadi catatan lainya adalah, meski dari sisi jumlah penduduk maupun

kepadatan lebih rendah dibandingkan dengan Kecamatan lain di Kota Yogyakarta, namun

laju pertumbuhan penduduk cenderung labih tinggi dibandingkan dengan Kecamatan lain.

Selama kurun waktu 20 tahun, pertumbuhan penduduk Umbulharjo selalu positif, berbanding

terbalik dengan Kecamatan lain yang umumnya negatif, kecuali Kotagede yang bersama-

sama dengan Umbulharjo sebagai pusat urbanisasi di Kota Yogyakarta.

Laju pertumbuhan positif dan tertinggi menunjukkan Kecamatan Umbulharjo menjadi

sasaran urbanisasi yang tertinggi, baik yang disebabkan oleh ekonomi ataupun oleh

pendidikan. Sebagai salah satu pusat perguruan tinggi dan pemerintahan, tentu sangat wajar

manakala laju keluar masuk penduduk cenderung lebih cepat, terutama dengan kehadiran

penduduk musiman atau penduduk sementara seperti mahasiswa atau pelajar.

Demikian pula dengan ketersediaan lahan yang masih tinggi, menyebabkan biaya sewa

maupun beli lahan dan bangunan lebih rendah dibandingkan Kecamatan lain. Dari sudut

60%12%

7%

2%5% 2% 12%

Grafik 5.1: Perbandingan Penggunaan Lahandi Kec Umbulharjo (BPS, 2013)

Perumahan Pertanian Jasa Non Produktif Perusahaan Industri Lain-lain

Page 42: STRATEGI KOLABORASI BISNIS UNTUK MENINGKATKAN …

34

pandang bisnis, Umbulharjo adalah lahan yang paling menguntungkan dan banyak menjadi

sasaran investasi karena peluang pasar yang terus terbuka lebar yang menyediakan celah

bisnis asalkan unik dan inovatif, dengan biaya dan modal investasi yang belum setinggi

Kecamatan lain.

Kondisi tersebut diataslah yang menjadikan Umbulharjo menjadi salah satu kawasan

yang potensial bagi pertumbuhan UMKM, termasuk UMKM ( UKM ) pada bidang

Kerajinan. Sehingga sudah selayaknya UMKM khususnya UKM Kerajinan (Batik dan Kain

Jumputan) didorong menjadi salah satu pilar perekonomian di Kecamatan Umbulhajo.

5.2. Profil Potensi UMKM Bidang Kerajinan Umbulharjo

Dari hasil survey tahapam demi tahapan, didapatkan hasil berupa data pengrajin

sejumlah 291 unit di wilayah Kecamatan Umbulharjo. Jumlah pengrajin terbanyak di

Kelurahan Sorosutan. Yaitu sebanyak 97 unit usaha atau kurang lebih 33% dari keseluruhan

potensi UMKM Bidang Kerajinan di Kecamatan Umbulharjo. Hal tersebut tentu sesuai

dengan potensi luas wilayah maupun jumlah penduduk yang paling luas dan paling banyak

diantara Kelurahan lain di Kecamatan Umbulharjo.

Page 43: STRATEGI KOLABORASI BISNIS UNTUK MENINGKATKAN …

35

Grafik 5.2:

Sumber: Laporan Penyusunan Potensi UMKM Kecamatan Umbulharjo 2015

Sedangkan dari sisi bahan baku dan jenis produk, kerajinan tekstil dalam bentuk

pembuatan kain batik, pakaian batik, tas, kerajinan perca dan segala pernak pernik berbahan

baku kain menjadi jenis kerajinan yang banyak diusahakan oleh UMKM Bidang Kerajinan.

Jumlahnya mencapai 88 unit usaha dari keseluruhan pengrajin yang telah berhasil didata.

Jenis kerajinan selanjutnya yang terbanyak adalah kerajinan batu yang menjadi ladang usaha

bagi 37 pengraji

6%15%

6%

33%

23%

10%7%

Persebaran Lokasi Pengrajin Per Kelurahan

Semaki Pandeyan Muja muju Sorosutan Tahunan Giwangan Warungboto

Page 44: STRATEGI KOLABORASI BISNIS UNTUK MENINGKATKAN …

36

Grafik 5.3:

Sumber: Laporan Penyusunan Potensi UMKM Kecamatan Umbulharjo 2015.

Meningkatnya pengrajin batu tentu tidak terlepas dengan tren bisnis batu akik yang saat

ini masih pesat. Sehingga jumlah pengrajin batupun melonjak tajam. Satu hal yang menarik

adalah, sebagian pengrajin batu akik adalah pengrajin batu akik adalah pengrajin baru, yang

menekuni kerajinan batu akik setelah meledaknya era batu akik. Hanya satu diantara 38

pengrajin batu yang memiliki produk selain batu akik dan telah lama menekuni kerajinan ukir

batu.

Selain kerajinan yang telah terdefinikan, banyak jenis kerajinan lain yang menjadi

aktivitas pengrajin UMKM di Kecamatan Umbulharjo. Seperti kerajinan daur ulang sampah

berbahan baku plastik atau kain, kerajian accessories, gypmsum dsb, jumlahnya mencapai 56

pengrajin, dimana 26 pengrajin diantaranya adalah pengrajin yang menggunakan bahan baku

plastik. Umumnya pengrajin plastik memanfaatkan barang bekas atau limbah untuk membuat

aneka kerajnan hiasan ataupun accessories.

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

Bambu

Kayu

Batu

Kulit

Rotan

Logam

Tekstil

Lainnya

Jenis-jenis Kerajinan UMKM Bidang KerajinanKec Umbulharjo

Bambu Kayu Batu Kulit Rotan Logam Tekstil Lainnya

Page 45: STRATEGI KOLABORASI BISNIS UNTUK MENINGKATKAN …

37

Kerajinan yang cukup menonjol lainnya adalah kerajinan aluminium di Kampung

Kranon dan Nitikan serta kerajinan jumputan di Kampung Celeban, Tahunan dan Batikan.

Kerajinan berbahan baku aluminium dan kain mori tersebut bahkan mampu membentuk

kawasan industri dengan pengembangan jumlah pengrajn yang menggembirakan. Tidak

mngherankan jika sentra industri kerajnan sangat mungkin dibentuk pada kawasan ini.

Evaluasinya bagaimana mendorong daya kompetisi sentra-sentra tersebut agar mampu

menjadikan kerajinan sebagai ungkitan ekonomi yang prospektif.

Potensi sentra lain yang prospek untuk dikembangkan diantaranya adalah kerajinan tas

kulit dan sintetis di Wirobrajan dan Celeban, kerajinan batok kelapa dan box mika di Nitikan,

dan kerajinan bordir di Karangmiri

Tabel 5.4. Potensi Penumbuhan Sentra Kerajinan di Umbulharjo

Kampung LokasiRW

JumlahPengrajin

Bahan Baku Produk

Gambiran 9, 11, 13 5 Batu alam Cincin, emban akik

Mentri Supeno 3 3 Marmer Kijing, Nisan, prasasti

Tungkak Pakel 1 4 Marmer Kijing, nisan, prasasti

Wirosaban 14, 15 3 Vynil, kulit Tas

Celeban 4, 5, 8 4 Vynil, kulit Tas

Nitikan 13 5 Batok Kancing, souvenir

Nitikan 11 4 Mika, Kertas Box

Kraton 11, 12 11 Aluminium Peralatan dapur

Nitikan 11, 12 9 Aluminium Peralatan dapur

Celeban 4, 5, 6, 8 39 Kain mori Kain Jumputan

Karangmiri 6 4 Kain blacu, katun Bordir

Tahunan 2 6 Kain mori Kain,aplikasi jumputan

Sumber: Laporan Penyusunan Data Potensi UMKM Kec.Umbulharjo 2015

Page 46: STRATEGI KOLABORASI BISNIS UNTUK MENINGKATKAN …

38

5.3. Profil Potensi Dan Persoalan Kerajinan Umbulharjo

Mengapa kerajinan menjadi alasan pekerjaan sereka ?. Cukup banyak alasan pengrajin

menekuni usaha kerajinan. Selain prospek bisnis, aspek ketrampilan dan skill menjadi faktor

usaha kerajinan. Sebanyak 55% pengrajin menjadikan skill dan ketrampilam sebagai alasan

untuk mengembangkan bisnis kerajinan. Usaha yang kental dengan inovasi dan kreatifitas

tersebut memang mengandalkan kemampuan dan skill yang memadai agar produksi kerajinan

dapat terus berjalan.

Grafik 5.4: Latar belakang aktivitas kerajinan

Meskipun ketrampilan menjadi alasan pengrajin menekuni usaha kerajinan saat ini,

namun tidak semua pengrajin mendapatkan bekal ilmu kerajinan yang memadai. Dari riwayat

pendidikan tercatat sebagian besar pengrajin telah menempuh pendidikan hingga SMA dan

sederajat, yaitu sebesar 51%. Dari 119 pengrajin berpendidikan SMA, hanya 38 atau 31%

diantaranya yang berasal dari sekolah kejuruan dengan spesifikasi kejuruan beragam, tidak

selalu terkait dengan kejuruan yang berhubungan dengan kerajinan.

0 20 40 60 80 100 120 140 160 180

PROSPEK BISNIS

BISNIS KELUARGA

SKILL

LAINNYA

129

51

161

28

Page 47: STRATEGI KOLABORASI BISNIS UNTUK MENINGKATKAN …

39

Grafik 5.5: Latar belakang pendidikan pengrajin Umbulharjo

Terbatasnya fasilitas membuat sebagian besar pengrajin terjun ke dalam bisnis

kerajinan secara otodidak atau belajar sendiri. Sebanyak 70% pengrajin belajar kerajinan

secara mandiri baik dengan melihat atau pun mencoba sendiri. Sisanya 24% dari pengalaman

kerja, dan 6% terakhir mendapatkan skill kerajinan dari pelatihan pemerintah ataupun

keluarga sebagai bisnis turun temurun.

Terbatasnya skill dan inovasi pengrajin tentu akan berpengaruh terhadap kualitas dan

kreativitas produk yang dihasilkan. Dampaknya, hanya sedikit pengrajin mampu

menghasilkan produk yang “berbeda” meski menggunakan bahan baku dan teknik pembuatan

yang sama. Pada sisi inilah yang menjadi sebab penerimaan pasar terhadap satu pengrajin

berbeda dengan pengrajin yang lainnya, sehingga kapasitas penetrasi pasar pun berbeda

antara satu pengrajin dengan pengrajin yang lainnya.

Inovasi rendah yang dilatarbelakangi oleh pengetahuan, skill dan ketrampilan,

menjadikan produk kerajinan yang dihasilkan cenderung “pasaran” atau mudah ditemukan

produk serupa karena produk tersebut mudah ditiru. Padahal dasar dari kerajinan adalah art

dan craft, dimana aspek keunikan dan kekhasan menjadi faktor penentu penerimaan produk

16%

8%

51%

25%

Sarjana

Diploma

SMA Sederajat

SMP

Page 48: STRATEGI KOLABORASI BISNIS UNTUK MENINGKATKAN …

40

oleh konsumen sekaligus titik penghargaan yang akan menentukan nilai jual dari produk yang

dihasilkan. Produk yang sama, dengan utilitas yang sama namun dengan sentuhan kreatifitas

yang berbeda akan diterima pasar dengan nilai yang terkadang jauh berbeda.

Grafik 5.6: Latar belakang kapasitas kerajinan pengrajin Umbulharjo

Produk tas kulit misalnya, dengan bahan yang sama, utilitas sama bahkan tehnik

pembuatannya berbeda akan mendapatkan penghargaan yang berbeda manakala satu produk

mudah ditemukan di pasar Bringharjo, sedang produk lainnya dipasarkan melalui butik atau

bahkan toko online yang eksklusif. Sehingga kapasitas menjadi tantangan besar bagi

pengrajin atau pelaku UKM Kerajinan Umbulharjo untuk menembus pasar yang lebih luas,

dari sekedar pasar lokal dengan penghargaan kreativitas yang minimal.

Keterbukaan dan penerimaan pasar memang menjadi masalah klasik UKM Kerajinan.

Persoalan pasar menjadi keluhan terbanyak dari pengrajin di Kecamatan Umbulharjo.

Sebanyak 224 pengrajin atau 77% diantara pengrajin menempatkan keterbukaan pasar

menjadi faktor penghambat utama pengembangan usaha kerajinan yang mereka tekuni.

Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, kemampuan penetrasi pasar tidak selalu

dipengaruhi oleh omzet dan skala usaha. Kemampuan membaca preferensi konsumen dan

24%

3%3%

70%

Pengalaman Kerja

Pelatihan

Bisnis Keluarga

Otodidak

Page 49: STRATEGI KOLABORASI BISNIS UNTUK MENINGKATKAN …

41

keunikan produk lah yang membuat pasar dapat menerima produk yang dihasilkan oleh

pengrajin yaitu pelaku UKM Kerajinan.

Penetrasi pasar, juga dapat diup-grade dengan penguasaan teknologi informasi

melalui penggunaan marketing online. Berdasarkan pendataan, baru 19 pelaku UKM

Kerajinan yang memiliki akun e-mail dan media sosial. Perkembangan pemasaran dewasa

ini, menjadikan marketing online sebagai ujung tombak pemasaran yang efektif dan efisien.

Manakala pelaku UKM Kerajinan atau pengrajin dapat didorong untuk menguasai marketing

online, setidaknya marketing melalui media sosial tentu akan sangat meningkatkan kapasitas

penguasaan pasar dari produk-produk kerajinan di Kecamatan Umbulharjo.

Grafik 5.7: Persoalan pengrajin di Kecamatan Umbulharjo

Selain pasar, persoalan lainnya adalah modal usaha. Biaya produksi untuk

menghasilkan kerajinan berkualitas tentu membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Meskipun

pasar menerima produk dengan baik, namun tanpa dukungan modal yang memadai akan

membuat perluasan usaha kerajinan tetap terbatas. Secara umum acceptabilitas UMKM

0 50 100 150 200 250

MODAL

BAHAN BAKU

ALAT

TENAGA KERJA

PASAR

PRODUKSI

LAINNYA

122

58

46

42

224

29

128

Page 50: STRATEGI KOLABORASI BISNIS UNTUK MENINGKATKAN …

42

dihadapan perbankan masih rendah akibat ketiadaan jaminan maupun kesiapan persyaratan

pengrajin atau pelaku UKM.

Bankable menjadi persoalan yang sulit terpecahkan, meski secara umum program

permodalan UMKM telah digulirkan oleh sebagian besar perbankan. Membantu pengrajin

atau pelaku UKM Kerajinan dengan memberikan informasi tentang program permodalan

lunak, dapat meningkatkan kapabilitas pelaku UKM atau pengrajin dihadapan perbankan,

serta membuka kerjasama dengan perbankan melalui program permodalan lunak maupun

corporate responsibility system (CRS) adalah hal yang dibutuhkan oleh pengrajin atau

pelaku UKM Kerajinan dalam mengembangkan usaha kerajinan.

Grafik 5.8: Kebutuhan pengrajin di Kecamatan Umbulharjo

Bentuk dukungan lainnya yang dibutuhkan oleh pelaku UKM Kerajinan untuk

penguatan kapasitas, yaitu kebijakan khusus dalam hal perijinan. Dari pendataan, usaha

kerajinan yang telah memiliki perijinan baru mencapai 7%. Sisanya atau sebagian besar

belum memiliki perijinan usaha sama sekali. Proses yang lama dan persyaratan yang rumit

kerap menjadi alasan pengrajin enggan mengurus perijinan. Kebijakan pemutihan atau

BANTUAN MODAL

UPGRADE BISNIS

UPGRADE SKILL

PASAR

LAINNYA

165%

35%

41%

94%

67%

Page 51: STRATEGI KOLABORASI BISNIS UNTUK MENINGKATKAN …

43

pengurusan perijinan massal bagi pengrajin tentu akan sangat membantu pengrajin memenuhi

persyaratan administrasi yang kerap dibutuhkan untuk bekerja sama dengan perbankan untuk

program permodalan, perusahaan dalam program tanggung jawab sosial atau CSR maupun

investor dalam mengembangkan usaha kerajinan.

Page 52: STRATEGI KOLABORASI BISNIS UNTUK MENINGKATKAN …

44

BAB 6

Analisis Strategi Kolaborasi Bisnis Untuk Meningkatkan Efisiensi dan Cakupan Usaha

6.1. Deskripsi Informan

Dalam penelitian ini menggunakan sejumlah informan yang meliputi: sejumlah aparat

yakni 1 aparat kecamatan (sekretaris kecamatan) dan 4 aparat kelurahan yang terkait dengan

pengembangan ekonomi kerakyatan, khususnya UKM Bidang Kerajinan di Kecamatan

Umbulharjo, juga pelaku UMKM khususnya UKM Bidang Kerajinan Batik dan Kain

Jumputan sebanyak 20 informan. Adapun teknik pengumpulan data dari informan adalah

dengan wawancara mendalam (indepth interview) dan dengan cara Focus Group Disccussion

(FGD), dalam hal ini telah dilaksanakan FGD yakni: FGD di tingkat kelurahan. Karena

informan sebagai pelaku UKM Kerajinan sebagai sampel ada di dua wilayah Kelurahan

Pandeyan dan Kelurahan Tahunan, maka penyelenggaraan FGD ada di wilayah Kelurahan

Pandeyan Kecamatan Umbulharjo. Dengan FGD diharapkan dapat diperoleh informasi

secara mendalam, termasuk bagaimana dinamika kegiatan peleku UKM Kerajinan Batik Kain

Jumputan yang mereka jalani.

Selanjutnya bisa dideskripsikan informan sebagai sumber data dalam melihat dan

menganalisis perkembangan dan dinamika UMKM khususnya UKM Kerajinan Batik Kain

Jumputan di Kecamatan Umbulharjo sebagai berkut:

Kelompok “Sanggar Batik Jenggolo” di Kelurahan Pandeyan, Ibu Raden. Bahwa

Kelompok UKM Kerajinan Batik dan Kain Jumputan dengan naman Sanggar Batik

Jenggolo yang telah berdiri sejak Mei 2009, bermula dengan anggota 20 orang yang

sudah berusia lanjut namun masih ada semangat untuk berwirausaha, namun dalam

perkembangannya sampai sekarang anggotanya tinggal 6 orang saja. Lagi-lagi

faktornya adalah karena kejenuhan dan kesibukan masing-masing anggota. Akhirnya

dengan hanya 6 orang anggota tersebut Sanggar Batik Jenggolo saat ini hanya fokus

Page 53: STRATEGI KOLABORASI BISNIS UNTUK MENINGKATKAN …

45

di pelatihan saja. Kelompok ini pernak memperoleh bantuan dari pemerintah, sering

mengikuti pameran, sering mendapatkan order. Pengalaman sudah cukup banyak

diperoleh kelompok kerajinan ini dan anggotanya adalah lansia-lansia, program-

program pemerintah dan dukungan dari pemerintah telah mereka peroleh, contohnya

dari Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Kegiatan anggota

sekarang melakukan pelatihan hingga keluar kota, dengan fokus pembuatan batik dan

kain jumputan dengan pewarna alam.

Kelompok “Kain Jumput 12” di Kelurahan Pandeyan, Ibu Maizun selaku ketua

kelompok. Informasi yang kami peroleh bahwa, kegiatan UKM Kerajinanm Batik dan

Kain Jumputan ini yang berdiri sudah cukup lama dengan jumlah anggota ada 15

orang ibu-ibu rumah tangga. Kelompok ini yang pernah mendapat pelatihan dari ISI

Yogyakarta dan sudah pernah memproduk untuk seragam kalangan sendiri. Pada

awalnya, dengan semangat anggota dengan modalnya sendiri untuk mulai usahanya

yaitu kegiatan membatik. Namun sejah mulai berdiri hingga sekarang masalah yang

selalu dihadapi adalah kekurangan modal dan juga pendampingan kelompok usaha.

Semangat anggota yang merupakan potensi pada pelaku UKM Kerajinan “Kain

Jumput 12” kesadaran dari anggota tentang pentingnya berkelompok dalam berusaha,

namun banyak kendala yang selalu dihadapai yaitu modal dan kemampuan/skill

anggota yang kurang bisa menjawab kebutuhan pasar yang banyak (ketika ada order

yang banyak tidak dapat dipenuhi oleh UKM ini. Dalam perkembangannya, kelompok

UKM Kerajinan “Kain Jumput 12” ini sejak tahun 2016 sudah vakum, karena

kesibukan masing-masing anggotanya yang mempunyai pekerjaan lain seperti ibu

rumah tangga, dan membuka usaha lain seperti laundry, disamping jumlah pesanan

yang minim dan jangkauan pemasaranya hanya di sekitar Kelurahan Pandeyan saja.

Sehingga ada kejenuhan para anggota pelaku UKM Kerajinan ini dan terkesan hanya

Page 54: STRATEGI KOLABORASI BISNIS UNTUK MENINGKATKAN …

46

jalan di tempat (tidak ada order dan pasar yang lesu) dan seakan-akan usahanya tidak

menjanjikan.Salah satu anggota Kelompok “Kain Jumput 12” ini mengharap ada

perhatian dari pemerintah dan pihak lain untuk melakukan penguatan kelompok,

bantuan modal dan pengembangan produksi serta dapat membantu dalam akses pasar

atau pemasarannya.

Kelompok “Batik Jumput Batikan” (BJB), yang diketuai Ibu Mini; Kelompok “Ibu

Sejahtera” yang diketuai Ibu Agus; dan Kelompok “Batik dan Jumputan Lung” yang

diketuai Ibu Ratih. Ke-3 kelompok UKM ini berada di Kelurahan Tahunan.

Kelompok “Batik Jumput Batikan”(BJB), yang berdiri sejak tahun 2011 dan memiliki

anggota 12 orang, 3 orang anggota telah mendirikan (memiliki) tempat pemasaran

(toko) sendiri. Kelomok UKM Kerajinan BJB ini cukup produktif dan pemasarannya

telah mencapai luar kota, karena mereka juga melakukan pemasaran lewat online.

Tidak jarang juga pelanggan dari luar kota datang langsung ke BJB untuk memesan

produk kain jumputan. Fasilitas dari pemerintah berupa even pameran yang

diselenggarakan di wilayah Yogyakarta maupun di luar kota. Pada kesempatan

tersebut, pelaku UKM ini mendapatkan stand gratis untuk memamerkan produk-

produknya. Produk yang dihasilkan oleh kelompok UKM BJB ini tidak terbatas hanya

pada kain jumputan saja, namun pelaku UKM ini juga mampu memproduksi tas,

sendal, kipas dan lainnya semua bahan dasar dari kain jumputan, hal ni sebagai bukti

bahwa pelaku UKM Kerajinan “Batik Jumput Batikan” ini telah mampu berinovasi

dalam mengembangkan usahanya.

Kelompok “Batik dan Jumputan Lung” yang diketuai Ibu Tri. Kelompok ini termasuk

kelompok baru, karena berdirinya pada bulan Desember 2016, setelah mendapatkan

pelatihan dari pemerintah. Dengan beranggotakan 15 orang yang rata-rata ibu rumah

tangga, Batik dan Jumputan Lung sudah cukup produktif. Pemasarannya juga telah

Page 55: STRATEGI KOLABORASI BISNIS UNTUK MENINGKATKAN …

47

sampai luar daerah, walaupun hal tersebut hanya hasil dari relasi. Pemesan (order)

sudah menjadi pelanggan tetap pada Batik dan Jumputan Lung ini. Potensi pasar telah

menjadi kekuatan tersediri pada pelaku UKM Kerajinan Batik dan Jumputan Lung ini,

namun pelaku UKM ini berharap sarana pemasaran melalui even pameran yang

diberikan oleh pemerintah ini masih selalu mereka harapkan untuk keberlangsungan

usaha mereka.

Kelompok “Ibu Sejahtera” yang diketuai Ibu Agus. Kelompok UKM Kerajinan ini

yang berdiri sejak bulan Desember 2009 dan sampai saat ini memiliki jumlah anggota

12 orang. Namun tidak seluruh anggotanya fokus pada kegiatan dalam kelompok

usaha kejainan ini, dikarenakan setiap anggota punya kesibukan masing-masing.

Kebanyakan anggotanya sebagai ibu rumah tangga, sehingga masing-masing sibuk

mengurus rumah tangganya dan ada yang mempunyai usaha lain, seperti warung

makan, karena kegiatan produksi batik dan kain jumputan ini hanya sebagai kegiatan

sampingan saja, sehingga kegiatan usaha ini tidak menjadi kegiatan yang

diprioritaskan (sebagai kegiatan sampingan). Meskipun semangat anggota Kelompok

Ibu Sejahtera ini rendah, nama Ibu Agus sebagai ketua kelompok masih terus

memberi semangat anggota untuk terus berusaha memajukan usaha bersama dalam

wadah Kelompok Ibu Sejahtera ini, dengan tetap mempertahankan produktifitas

meskipun sedang tidak ada pesanan. Dengan semangat yang terus menerus, kelompok

UKM Kerajinan ini juga membuka showroom di rumahnya (Ibu Agus sebagai ketua

kelompok), semangat yang pantang menyerah ketua kelompok ini dengan

mempekerjakan beberapa mahasiswa dan tetangga sekitarnya untuk membantu

prosses produksi dalam rangka memberdayakan masyarakat. Kelompok Kerajinan

(UKM Kerajinan) ini juga bekerjasama dengan pemerintah dalam program pelatihan

pada beberapa kelurahan di wilayah Yogyakarta.

Page 56: STRATEGI KOLABORASI BISNIS UNTUK MENINGKATKAN …

48

6.2 Skema Model Kolaborasi Bisnis

Dari hasil analisis data yang diperoleh dalam penelitian hampir semua responeden atau

informan sepakat untuk berusaha bersama-sama atau bermitra yang saling menguntungkan

untuk mengembangkan usaha kerajinan batik dan kain jumputan (dalam produk yang

homogin). Karena dengan bermitra atau berkelompok akan memperleh barbagai manfaat

seperti: dapat saling bersinergi dalam penyediaan bahan baku, bersinergi dalam proses

produksi, dan bersinergi dalam menyediakan kebutuhan pasar maupun dalam proses

pemasarannya.

Hasil penelitian menunjukkan, dari sisi bahan baku dan jenis produk, kerajinan tekstil sebagai

bahan baku pembuatan kain batik, dan segala pernak pernik yang berbahan baku kain

menjadi jenis kerajinan yang banyak diusahakan oleh UMKM Bidang Kerajinan di

Kecamatan Umbulharjo. Hal ini menunjukkan ketersediaan bahan baku yang cukup, bahkan

mampu membentuk kawasan industri dengan pengembangan jumlah pengrajin yang

menggembirakan. Sentra industri kerajinan sangat mungkin dibentuk pada kawasan ini.

Evaluasinya adalah bagaimana mendorong daya kompetisi sentra-sentra tsb. agar tidak hanya

mampu menjadikan kerajinan sebagai ungkitan ekonomi semata namun menjadi ungkitan

ekonomi yang prospektif, hal ini dapat dilakukan dengan bersinergi antar pengrajin. Melalui

kegiatan usaha bersama dapat ditingkatkan cakupan usaha yang lebih besar lagi (economies

of scope) dapat tercapai, yang pada akhirnya skala usahanya (economies of scale) dapat

terpenuhi.

Konsep One Village One Product ( OVOP ) tentu perlu diimplementasikan agar potensi

kerajinan dapat teroptimalkan. Tantangan yang mendasar adalah meningkatkan kemampuan

inovasi produk Kerajinan Batik Kain Jumputan, pengrajin harus memiliki kemampuan

membuat produk selain kain jumputan, namun dapat menghasilkan produk dengan utilitas

yang bervariasi (mis: tas, dompet, sandal dengan motip jumputan dll) yang berarti economies

Page 57: STRATEGI KOLABORASI BISNIS UNTUK MENINGKATKAN …

49

of scale dapat terpenuhi. Peningkatan utilitas dan nilai jual menjadi kata kunci untuk menjaga

sustainbilitas suatu kerajinan. Pengrajin harus dapat didorong dalam berinovasi dengan tetap

memanfaatkan ketrampilan dan bahan baku yang telah ditekuni oleh pengrajin selama ini,

diperlukan kerja sama yang sinergis dengan pengrajin bahan baku (pengrajin kain atau tektil)

yang tetap terjaga.

Keunikan dan kekhasan produk menjadi kunci diterimanya produk kerajinan oleh pasar

termasuk pasar luar negeri. Terlebih dengan tersedianya teknologi informasi menjadikan

skala usaha (economies of scale) bukan hambatan untuk mempresentasikan produk kepada

pasar secara luas.

Penetrasi pasar menjadi tantangan besar bagi pengrajin di Kecamatan Umbulharjo. Sebagian

besar pengrajin masih terbatas dalam memasarkan produk kerajinannya pada pasar lokal atau

didalam DIY. Terutama pemasaran melalui Pasar Bringharjo atau pasar-pasar kerajinan

lainnya di dalam daerah. Sedangkan untuk mengembangkan pasar keluar daerah, keluar Jawa

bahkan keluar negeri, tentu membutuhkan modal biaya yang tidak sedikit. Meskipun upaya

penetrasi pasar sangat mungkin dilakukan dengan memanfaatkan jaringan internet. Dengan

penguasaan teknologi, maka pasar dapat diciptakan dengan mudah, murah dan waktu yang

relatif singkat. Kapasitas pengrajin dalam memanfaatkan teknologi informasi menjadi kunci

untuk membuka pasar kerajinan batik kain jumputan lebih luas. Namun kapasitas pengrajin

ini dapat terwujud dengan menciptakan kegiatan usaha bersama yang kreatif merupakan

alternatif utama.Karena dengan kegiatan usaha bersama dapat ditingkatkan cakupan usaha

yang lebih besar dapat tercapai.

Dalam dunia bisnis yang normal dan sejalan dengan teori ekonomi, untuk dapat

meningkatkan pendapatan pelaku UKM (pengrajin) terlebih dahulu harus ditingkatkan

jumlah produk yang dihasilkan (skala produksi). Sedangkan untuk meningkatkan produk

terlebih dahulu harus ditingkatkan kedua faktor utama yakni pemasaran dan modal usaha.

Page 58: STRATEGI KOLABORASI BISNIS UNTUK MENINGKATKAN …

50

Dengan demikian, faktor pemasaran dan modal usaha merupakan faktor utama dan pertama

yang harus diperhatikan sebagai upaya untuk memberdayakan ekonomi rakyat melaui

industri dan kerajinan batik kain jumputan di Kecamatan Umbulharjo. Ilmu ekonomi

mengajarkan, bahwa untuk menjadi efisien dan mampu bersaing suatu usaha perlu

mempunyai skala produksi minimum tertentu (effisiency economies of scala and economies

of scope). Pengrajin perlu diberi pengertian dan bimbingan, bahwa produksi yang lebih besar

itu lebih efisien. Mereka perlu bergabung (beraliansi) agar menjadi besar.Aliansi dalam hal

ini tidak harus berbentuk koperasi, sekalipun koperasi dapat dikatakan sebagai konglomerasi.

Hasil wawancara diperoleh data bahwa, pemasaran produk masih terbatas hanya sampai pada

wilayah dalam kota atau dalam wilayah kecamatan dan demikian pula modal, kemampuan

modal masih terbatas modal pribadi masih cukup terjangkau untuk keperluan biaya produksi

(skala produksinya yang masih terbatas), namun pelaku UKM Kerajinan (Batik Kain

Jumputan) banyak yang mengeluh masih sulitnya akses ke lembaga keuangan formal

(Perbankan) dan berharap kesulitan ini dapat teratasi dengan diberi pendampingan.

Oleh karena itu, salah satu solusinya adalah menggabungkan usaha (aliansi sejenis

yang homogin) atau membentuk sentra-sentra usaha atau kolaborasi, yang lebih mudah dan

saling menguntungkan dan akan berkembang bersama-sama. Cara ini akan dapat membantu

memberdayakan ekonomi rakyat untuk berkembang secara mandiri. Pengembangan usaha

melalui kolaborasi bisnis dengan menciptakan kegiatan usaha bersama yang kreatif

(collective business creative) merupakan alternatif utama. Karena melalui kegiatan usaha

bersama dapat ditingkatkan cakupan usaha yang lebih besar lagi (economies of scope) dapat

tercapai, yang pada akhirnya skala usaha yang ekonomis (economies of scale) dapat

terpenuhi. Model kolaborasi bisnis dapat dilihat pada gambar berikut:

Page 59: STRATEGI KOLABORASI BISNIS UNTUK MENINGKATKAN …

51

Gambar 6.1: Strategi Kolaborasi Bisnis (dalam pengembangan UKM Keraj.BatikJumpt.)

6.3 Analisis SWOT

Salah satu tahapan yang penting dalam pengembangan UMKM adalah memahami

permasalahan yang dihadapi oleh UMKM khususnya UKM Batik Kain Jumputan dan

berusaha menemukan faktor kunci keberhasilan. Setiap produk atau komuditas memiliki

karakteristik yang unik berkaitan dengan faktor kunci keberhasilannya, sehingga perlu

penanganan yang berbeda-beda pula. Demikian pula dengan permasalahan yang dihadapi

oleh para pelaku UMKM pun beragam. Perbedaan kapasitas, jenis usaha, sektor usaha serta

lokasi usaha akan berbeda pula permasalahan yang dahadapi. Namun permasalahan yang

dihadapi dapat dikelompokkan dan dianggap sama berdasarkan persamaan kapasitas usaha,

jenis usaha. Kapasitas yang berbeda yang dimiliki antara UMKM mengakibatkan respon

yang berbeda terhadap kondisi internal dan eksternal usahanya. Pendalaman kondisi riil dapat

dilakukan dengan melakukan analisis internal dan eksternal UMKM khususnya UKM Batik

Kain Jumputan di Kelurahan Pandeyan dan Kelurahan Tahunan Kecamatan Umbulharjo Kota

Yogyakarta., termasuk bagaimana kombinasi strategis antara aspek internal dan eksternal

FaktorPemasaran

FaktorModal

Produk ProfitPendapatan

EMPOWERING

Page 60: STRATEGI KOLABORASI BISNIS UNTUK MENINGKATKAN …

52

Adapun identifikasi lingkungan strategis pengrajin batik dan kain jumputan di Kecamatan

Umbulharjo Kota Yogyakarta adalah sebagai berikut:

1.Analisis Strategis Faktor Internal (Internal Strategis Factor Analysis Summary – IFAS)

dalam upaya meningkatkan efisiensi dan cakupan usaha.

Kekuatan (strengths) pengrajin/pelaku UKM Kerajinan Batik dan Kain Jumputan,

yaitu sumberdaya yang dapat dimanfaatkan secara efektif untuk mencapai tujuan

Kekuatan-kekuatannya adalah sebagai berikut:

a. Semangat, keyakinan dan keuletan yang besar dimiliki oleh pelaku UKM

kerajinan batik jumputan untuk mempertahankan warisan kebudayaan dan

mengembangkan kerajinan batik jumputan sekaligus ingin mewujudkan Icon di

kecamatan Umbulharjo Kota Yogyakarta sebagai wilayah kerajinan jumputan

sehingga konsep One Village One Product (OVOP) dapat diimplementasikan

b. Bahan baku, yang mudah didapat dari lingkungan sekitar yaitu berupa kain (mori

atau katun) yang diproduksi di lingkungan kecamatan Umbulharjo Kota

Yogyakarta. Bahan baku yang berupa kain mori (industri) tersebut bahkan mampu

membentuk kawasan industri dengan pengembangan jumlah pengrajin yang

menggembirakan, yang sangat mungkin dibentuk sentra industri kerajinan pada

kawasan tersebut. Memanfaatkan bahan baku lokal,sebagai bukti adanya

kerjasama antar UKM (pengrajin tektil dengan pengrajin batik kain jumputan),

dengan meningkatnya jumlah sentra-sentra kerajinan tektil yang pesat yang

berakibat semakin tingginya penyerapan tenaga kerja di wilayah Kec.Umbulharjo.

c. SDM dari lingkungan keluarga inti atau tetangga yang berakibat pada relatif

murahnya biaya tenaga kerja.

d. Kerajinan Batik Jumputan di Kecamatan Umbulharjo menarik minat bagi SDM

pengrajin (pelaku UKM) generasi muda.

Page 61: STRATEGI KOLABORASI BISNIS UNTUK MENINGKATKAN …

53

Kelemahan (weakness) pengrajin/pelaku UKM Kerajinan Batik Kain Jumputan di

Kecamatan Umbulharjo yaitu, segala keterbatasan atau kekurangan yang menjadi

kendala kemampuan pelaku UKM Kerajinan Batik Jumputan di Kec. Umbulharjo

dalam upaya meningkatkan isiensi dan cakupan usaha.

Kelemahan UKM Kerajinan Batik dan Kain Jumputan Umbulharjo meliputi:

a. Terbatasnya kapasitas, modal usaha, terbatasnya skill dan inovasi tentu akan

berpengaruh terhadap kualitas dan kreativitas produk yang dihasilkan. Kapasitas

menjadi tantangan besar untuk menembus pasar yang lebih luas.

b. Hasil kerajinan masih memiliki harga jual yang rendah, karena persaingan usaha

batik kain jumputan yang selalu berkebang (inovasi produk yang berkaitan dengan

daya tarik pasar konsumen yang selalu berkembang), karena ketrampilan SDM

termasuk kemampuan bersaing produk di pasar modern kurang optimal (yang

masih terbatas.)

c. Modal usaha (biaya produksi), bankable masih menjadi persoalan yang sulit

dipecahkan. Berkaitan dengan perijinan usaha perlu dukungan pemerintah

(melalui kebijakan khusus mis, pemutihan atau perijinan secara masal), hal ini

menjadi penghambat perkembangan usaha atau dalam bentuk kerjasama dengan

pihak-pihak luar.(keterbatasan modal untuk ekspansi usaha0

d. Pemasaran hasil/produk kerajinan batik kain jumputan yang masih terbatas pada

pasar lokal (di wilayah kecamatan, kota), sehingga pemasaran di luar daerah

cenderung masih menggunakan peranan dari para tengkulah, walaupun ada yang

sudah memanfaatkan media sosial atau pemasaran secara on line namun masih

sangat terbatas (termasuk keterbatasan untuk mengetahui informasi peluang pasar

baru).

Page 62: STRATEGI KOLABORASI BISNIS UNTUK MENINGKATKAN …

54

2.Analisis Strategi Faktor Eksternal (External Strategic Factor Analysis Summary – EFAS)

dalam upaya meningkatkan efisiensi dan cakupan usaha.

Peluang (opportunity) pelaku UKM Kerajinan Batik Kain Jumputan Umbulharjo,

yaitu berbagai situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang dapat memberikan

keuntungan dan manfaat dalam usaha pengembangan UMKM (UKM).

Kelangsunan usaha (pelaku UKM Kerajinan Batik Kain Jumputan) sangat ditentukan

oleh peluang yang timbul. Hal ini menjadi dasar pertimbangan utama bagi kemajuan

usaha di masa yang akan datang.

Setelah dilakukan penelitian dan wawancara, maka dapat diidentifikasi peluang

(opportunity) pelaku UKM Kerajinan Batik Jumputan di Kecamatan Umbulharjo

sebagai berikut:

a. Keberadaan pasar tradisional yang masih diperhatikan oleh pemerintah daerah dan

masyarakat sebagai wahana menjual pruduk UKM (peluang pasar lokal relatip

masih besar)

b. Perkembangan sektor pariwisata dan jasa yang terkait dengan usaha kecil mikro

c. Keterbukaan dan penerimaan pasar. Bahwa kemampuan penetrasi pasar tidak

selalu dipengaruhi oleh oleh omzet dan skala usaha, tetapi bagaimana kemampuan

pelaku UKM membaca preferensi konsumen dan keunikan produk lah yang

membuat pasar menerima produk yang dihasilkan oleh pengrajin.Penetrasi pasar

juga dapat diup-grade dengan penguasaan teknologi informasi melalui

penggunaan marketing online, sebab perkembangan pemasaran dewasa ini

menjadikan marketing online sebagai ujung tombak pemasaran yang efektif dan

efisien. Manakala pengrajin/pelaku UKM dapat didorong untuk menguasai

marketing online, setidaknya marketing melalui media sosial tentu akan sangat

meningkatkan kapasitas penguasaan pasar produk-produk yang dihasilkan.

Page 63: STRATEGI KOLABORASI BISNIS UNTUK MENINGKATKAN …

55

Hal ini akan menjadi tantangan dan bahkan ancaman manakala kapasitas ini tidak

dimiliki oleh pelaku-pelaku UKM, tetapi akan menjadi keharusan bahwa dengan

beraliansi atau berkolaborasi sesama pelaku UKM jalan buntu atau ancaman-

ancaman ini dapat teratasi demi keberlangsungan usahanya.

d. Program permodalan UMKM yang telah banyak digulirkan oleh sebagian besar

perbankan. Dapat membentu pelaku UKM dengan memberikan informasi tentang

program permodalan lunak, meningkatkan kapabilitas pelaku UKM dihadapan

perbankan, serta membuka kerja sama dengan perbankan melalui program

permodalan lunak maupun corporate responsibility system adalah hal yang

dibutuhka pelaku UKM dalam mengembangkan usahanya.

e. Kehendak bersama (pemerintah setempat dan masyarakat) untuk

mengimplementasikan one village one product (ovop) , maka perlu

mengoptimalkan potensi kerajinan ini (batik dan kain jumputan Umbulharjo),

meskipun harus menghadapi tantangan yang mendasar yaitu kemampuan inovasi

dan skill yang berpengaruh terhadap kualitas dan kreatifitas produk yang

dihasilkan.Pelaku Kerajinan Jumputan, harus memiliki kemampuan membuat

produk selain kain jumputan, namun dapat menghasilkan produk utilitas yang

bervariasi. Kehendak bersama ini sebagai wujud bentuk kolaborasi yang sinergi,

baik antar pelaku UKM maupun pelaku UKM dengan pemerintah atau pemangku

kepentingan.

Ancaman (threats), yaitu berbagai situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang dapat

merugikan dan bahkan membahayakan usaha pengembangan UMKM (UKM Batik

dan Kain Jumputan)

a. Globalisasi ekonomi dan liberalisasi pasar. Penetrasi pasar menjadi tantangan

besar bagi pengrajin di Kecamatan Umbulhajo.

Page 64: STRATEGI KOLABORASI BISNIS UNTUK MENINGKATKAN …

56

b. Persaingan pasar dalam negeri antar sesama produk yang sejenis cukup tinggi,

produk dengan berbagai motip yang terus berkembang dengan harga yang sangat

bervariasi mulai dari harga yang termurah sampai dengan harga yang mahal.

c. Dukungan Pemda yang kurang, bentuk dukungan yang dibutuhkan untuk

penguatan kapasitas pengrajin misalnya kebijakan khusus dalam hal perijinan.

Dari data, usaha kerajinan yang memiliki perijinan baru mencapai 7%, sisanya

belum memiliki perijinan usaha. Karena proses yang lama dan persyaratan yang

rumit kerap menjadi alasan pengrajin enggan mengurus perijinan. Kebijakan

pemutihan atau pengurusan perijinan massal bagi pengrajin tentu akan sangat

membantu pengrajin memenuhi persyaratan administrasi yang kerap dibutuhkan

untuk bekerja sama dengan perbankan untuk program permodalan, kerjasama

dengan perusahaan dalam program tanggungjawab sosial (CSR) maupun dengan

investor untuk kerjasama dalam mengembangkan usaha kerajinan.

Fokus kebijakan yang belum maksimal.

d. Terbatasnya skill dan inovasi pengrajin. Berpengaruh terhadap kualitas dan

kreativitas produk yang dihasilkan. Dampaknya, hanya sedikit pengrajin yang

mampu menghasilkan produk “berbeda" meski menggunakan bahan baku dan

tehnik pembuatan yang sama. Pada sisi inilah yang menjadi sebab penerimaan

pasar terhadap satu pengrajin berbeda dengan pengrajin yang lainnya, sehingga

kapasitas penetrasi pasar pun berbeda satu pengrajin dengan pengrajin lainnya.

Inovasi rendah yang diletarbelakangi oleh pengetahuan, skill dan ketrampilan

menjadikan produk kerajinan yang dihasilkan cenderung “pasaran” atau mudah

ditemukan produk serupa. Padahal dasar dari kerajinan adalah “art dan craft”,

dimana aspek keunikan dan kekhasan menjadi faktor menentu penerimaan produk

oleh konsumen sekaligus menjadi titik penghargaan yang akan menentukan nilai

Page 65: STRATEGI KOLABORASI BISNIS UNTUK MENINGKATKAN …

57

jual dari produk yang dihasilkan. Produk yang sama, dengan utilitas yang sama

namun dengan sentuhan kreatifitas berbeda akan diterima pasar dengan nilai yang

terkadang jauh berbeda.

Analisis SWOT di atas, secara kualitatif dapat membantu memperjelas jawaban dari

pokok masalah penelitian yang telah dajukan. Dari sisi pendekatan konsep empowerment

nampak bahwa, pada dasarnya usaha kecil mikro adalah sebagai penopang ekonomi daerah

yang sebagian besar digeluti oleh kalangan menengah kebawah. Terbukti, bahwa dalam

proses produksi pelaku UKM cenderung memanfaatkan tenaga kerja dari lingkungan

keluarga inti yang berakibat pada relative murahnyanya biaya tenaga kerja, namun pada sisi

lain penyerapan tenaga kerja yang terus meningkat. Hal ini menjadi kekuatan atau modal

dasar dalam menjawab kebutuhan pasar khususnya peluang pasar lokal yang relative masih

besar, tentu diperlukan kerjasama (berkolaborasi bisnis) dengan menciptakan kegiatan usaha

bersama yang kreatif (colective business creative) merupakan alternatif utama. Karena

melalui kegiatan usaha bersama dapat ditingkatkan cakupan usaha yang lebih besar

(economies of scope) dapat tercapai, yang pada akhirnya skala usaha yang ekonomis

(economies of scale) juga dapat terpenuhi.

Dengan demikian, pelaku UKM perlu diberi pengertian dan bimbingan, bahwa

produksi yang besar itu lebih efisien, mereka perlu bergabung (berkolaborasi) agar menjadi

besar. Oleh karena itu, salah satu solusinya adalah penggabungan usaha (aliansi sejanis) atau

membentuk sentra-sentra usaha, dengan cara ini yang dapat membantu dalam

memberdayakan ekonomi rakyat untuk dapat berkembang secara mandiri.

Setelah mengetahuai IFAS dan EFAS, maka dapat memudahkan dalam melihat

kemampuan, potensi, kelemahan dan tantangan/ancaman yang dimiliki /dihadapi pelaku

UKM Kerajinan Batik Kain Jumputan Umbulharjo, selanjutnya untuk mempermudah

pemilihan strategi-strategi yang tepat dalam memberdyakan pelaku UKM Kerajinan Batik

Jumputan Umbulharjo, demikian pula bermanfaat bagi pelaku UKM ybs. Dalam merumuskan

Page 66: STRATEGI KOLABORASI BISNIS UNTUK MENINGKATKAN …

58

strategi dengan menggunakan kekuatan-kekuatanya untuk meraih peluang-peluang dan

meminimalkan kelemahan-kelemahan untuk menghindari ancaman.

6.4.Formulasi Strategis Upaya Meningkatkan Efisiensi Dan Cakupan Usaha

Hasil identifikasi faktor internal dan faktor eksternal, maka dapat dirumuskan strategi

dari kombinasi faktor internal dalam mengembangkan usaha mikro kecil untuk meraih

tingkat efisiensi dan cakupan usaha, berdasarkan analisis SWOT adalah sebagai berikut:

1. Strategi Agresif ( Kekuatan –Peluang ) atau SO – Kuadran 1

- Upaya meningkatkan efisiensi dan cakupan usaha mikro kecil dengan

mengoptimalkan peran pasar tradisional sebagai penampung produk-produk usaha

mikro. Hal ini dibutuhkan peran pemerintah melalui kebijakan yang fokus.

- Dalam upaya meningkatkan efisiensi dan cakupan usaha, pelaku UKM perlu

mengoptimalkan potensi ekonomi lokal terutama ketersediaan bahan baku adanya

sentra-sentra industri tektil di wilayah setempat. Yang dibarengi dengan

perkembangan sektor pariwisata dan jasa, keterbukaan dan penerimaan pasar tentu

harus diikuti dengan kemampuan pelaku UKM Batik dan Kain Jumputan membaca

preferensi konsumen dan keunikan produk. Penetrasi pasar dapat diup-grade dengan

penguasaan teknologi informasi melalui penggunaan marketing online sebagai ujung

tombak pemasaran yang efektif dan efisien dalam mencapai cakupan usaha yang lebih

besar (economies of scope). Kapasitas pelaku UKM ini akan tercapai dengan

beraliansi atau berkolaborasi demi keberlangsungan usaha.

- Dalam upaya meningkatkan efisiensi dan cakupan usaha, pelaku ukm perlu

meningkatkan kapabilitas dihadapan perbankan, membuka kerjasama dengan

perbankan melalui program permodalan lunak maupun corporate responsibility

system (crs) dalam mengembangkan usaha untuk mencapai skala ekonomi (economies

of scale).

2. Strategi Diversifikasi (Kekuatan – Ancaman) atau ST-Kuadran 2

- Memanfaatkan semangat keyakinan dan keuletan pelaku UKM Kerajinan Batik Kain

Jumputan untuk memperbaiki etos kerja serta untuk mewujudkan Icon Kecamatan

Umbulharjo sebagai wilayah kerajinan kain jumputan.

- Upaya meningkatkan efisiensi dan cakupan usaha dapat dilakukan dengan dukungan

dari pihak yang terkait yakni pemerintah daerah misalnya kebijakan perijinan massal

Page 67: STRATEGI KOLABORASI BISNIS UNTUK MENINGKATKAN …

59

atau pemutihan yang sangat diperlukan pelaku UKM untuk bekerja sama dengan

perbankan atau invertor untuk program permodalan.

- Meningkatkan kapasitas SDM yang berkaitan dengan terbatasnya skill dan inovasi

dalam upaya meningkatkan efisiensi dan cakupan usaha sehingga perbedaan kapasitas

penetrasi pasar dapat teratasi sekaligus membangun pola pikir bahwa bersama pasti

bisa.

- Menjalin kerja sama kemitraan antar pelaku ukm (khusus UKM Batik Kain

Jumputan) dengan pasar modern dalam upaya meningkatkan efisiensi dan cakupan

usaha.

3. Strategi Turn-Around (Kelemahan – Peluang) atau WO-Kuadran 3

Strategi dalam meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang antara lain:

- Peningkatan SDM yang memilimi keahlian dalam bidang kerajinan dan penggunaan

teknologi (produksi-pemasaran) dengan mengadakan pelatihan/pendampingan untuk

menunjang upaya meningkatkan efisiensi dan cakupan usaha dalam memanfaatkan

potensi pasar yang semakin luas dan terbuka sekarang ini.

- Upaya meningkatkan efisiensi dan cakupan usaha, perlu membuat sistem pengawasan

dan evaluasi internal usaha untuk menjaga kualitas produk dan terstandarisasi produk

hal ini perlu dilakukan bessama-sama oleh pelaku UKM Kerajinan Batik Kain

Jumputan dan pada gilirannya keberlangsungan usaha terjaga.

- Upaya meningkatkan efisiensi dan cakupan usaha bagi pelaku UKM Kerajinan Batik

Kain Jumputan, perlu ketersediaan fasitas pemasaran produk (mis, melalui iven

pameran) karena pemasaran masih terbatas pada pasar lokal.

4. Strategi Defensif (Kelemahan- Ancaman) atau WT-Kuandran 4

Strategi dalam meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman dalam

mengembangkan usaha untuk mencapai tingkat efisiensi dan cakupan usaha.

- Peningkatan modal usaha untuk meningkatkan mutu produk di tengah-tengah

globalisasi ekonomi dan liberalisasi pasar, penetrasi pasar menjadi tantangan besar

bagi UKM Kerajinan Batik Jumputan. Serta dalam upaya meningkatkan efisiensi dan

cakupan usaha, antar pelaku UKM Batik Kain Jumputan perlu membangun kerja

sama dalam menghadapi persaingan usaha dengan usaha skala di atasnya.

- Upaya meningkatkan efisiensi dan cakupan usaha, antar pelaku usaha mikro kecil

Batik dan Kain Jumputan membangun kerjasama yang sinergi (berkolaborasi bisnis)

Page 68: STRATEGI KOLABORASI BISNIS UNTUK MENINGKATKAN …

60

yang saling menguntungkan dalam rangka meningkatkan persaingan usaha dengan

usaha skala diatasnya atau dalam menjangkau pasar yang lebih luas.

- Mempertahankan pangsa pasar dengan mempertahankan pasar konsumen loyal dan

ekspansi pemasaran melalui berbagai media (media sosial/ pemasaran secara online)

yang memungkinkan dalam upaya meningkatkan efisiensi dan cakupan usaha.

Page 69: STRATEGI KOLABORASI BISNIS UNTUK MENINGKATKAN …

61

BAB 7

PENUTUP

7.1 Kesimpulan

Dari hasil analisis dan pembahasan data, maka dapat disimpulkan bahwa UMKM

khususnya UKM Batik dan Kain Jumputan di Kecamatan Umbulharjo masih menghadapi

beberapa permasalahan yang sekaligus menjadi kelemahan (weakness) yang perlu

diperhatikan untuk dapat mengembangkan usaha. Permasalahan yang pertama ialah

pemasaran masih terbatas pada pasar lokal walaupun ada yang sudah pemanfaatan media

sosial atau pemasaran secara online masih terbatas termasuk keterbatasan untuk mengetahu

peluang pasar baru. Penguasaan teknologi informasi menjadi suatu keharusan bagi pelaku

UKM, sebab perkembangan pemasaran dewasa ini menjadikan marketing online sebagai

ujung tombak pemasaran yang efektif dan efisien. Apabila marketing online ini dapat

dikuasai oleh pelaku UKM Batik Kain Jumputan (setidaknya marketing melalui media sosial)

tentu akan sangat meningkatkan kapasitas penguasaan pasar pruduk yang dihasilkan (Batik

Kain Jumputan) menjadi peluang untuk dapat melakukan penetrasi pasar kerajinan, perlu

disertai dengan kemampuan pelaku UKM membaca preferensi konsumen dan keunikan

produk. Hal ini menjadi tantangan dan bahkan ancaman manakala kapasitas ini tidak dimilki

oleh pelaku-pelaku UKM Batik Kain Jumputan Umbulharjo.

Selain masalah pemasaran, modal usaha sebagai faktor saingannya dari kelemahan-

kelemahan yang ada pada pelaku UKM Kerajinan Batik Kain Jumputan Umbulharjo perlu

diperhatikan. Artinya, untuk mengembangkan ekonomi rakyat (pelaku UKM) diperlukan

pangsa pasar (market share) yang lebih luas supaya produksi meningkat, sehingga

pendapatan pelaku UKM juga meningkat yang pada akhirnya keuntungan usaha kecil mikro

juga dapat meningkat. Jika kondisi ini terjadi dalam jangka panjang, maka pengembangan

UMKM khususnya UKM Batik Kain Jumputan Umbulharjo secara berkesinambungan akan

terjadi. Namun untuk mengembangkan usaha kecil mikro tetap membutuhkan modal usaha

maupun dukungan dari pemerintah /swasta sekalipun modal bukanlah sebgai faktor pertama,

tetapi tetap utama.

Solusi yang perlu diupayakan untuk menjawab kedua faktor pemasaran dan modal

usaha pada usaha kecil mikro tersebut adalah perlu ber-kolaborasi bisnis melalui keterkaitan

atau aliansi kerja kerja sama kemitraan antar sesama pelaku usaha kecil mikro yang

mempunyai kesamaan produk dan tujuan, agar kedepan dapat berkembang menjadi usaha

menengah dan besar yang maju, mandiri dan tangguh. Kolaborasi atau aliansi bisnis yang

Page 70: STRATEGI KOLABORASI BISNIS UNTUK MENINGKATKAN …

62

strategis tidak harus berbentuk koperasi atau usaha besar, karena aliansi dengan usaha besar

selama ini justru membuat salah satu pelaku dalam aliansi tersebut menjadi tergantung bukan

sebagai mitra kerja.

Dalam situasi saat ini, kolaborasi bisnis melalui sistem aliansi strategis bagi pelaku UKM dan

kewirausahaan muda sangat penting dilakukan, karena untuk memenuhi permitaan pasar atau

dalam menghadapi keterbukaan pasar seperti sekarang ini. Hasil pembahasan dalam

penelitian ini menyimpulkan bahwa, dari beberapa kelemahan, ancaman, maupun peluang,

semuanya itu perlu melakukan usaha bersama (collective business) dengan sistem aliansi

merupakan alternatif utama dalam meningkatkan efisiensi usaha (economies of scale) supaya

lebih mampu memperluas cakupan usaha (economies of scope).

Dengan berbagai keterbatasan dan kekurangan dalam penelitian ini, peneliti

berharap pengembangan UKM Batik dan Kain Jumputan melalui strategi kolaborasi bisnis

atau aliansi usaha untuk meningkatkan efisiensi dan cakupan usaha dapat berkesinambungan,

sehingga ekonomi, martabat, dan kesulitannya akan terangkat yang pada akhirnya

kesejahteraan masyarakat pelaku UKM Batik dan Kain Jumputan Umbulharjo khusus di

Kelurahan Pandeyan dan Kelurahan Tahunan dapat terwujud.

7.2 Saran-saran

1. Dengan strategi kolaborasi bisnis khusus pelaku UKM Kerajinan Batik dan Kain Jumputan

di Kecamatan Umbulharjo bisa berjalan dengan baik, sehingga dapat sebagai model

pembentukan kelompok UKM di berbagai daerah. Pemerintah sebaiknya bisa menindak

lanjuti melalui kebijakan yang terkait dengan peningkatan kapasitas pelaku UKM yang

dalam realitasnya bisa menyerap cukup banyak tenaga kerja, terutama di kota-kota

termasuk kota Yogyakarta.

2. Mengingat terbatasnya kapasitas pelaku UKM Batik dan Kain Jumputan, modal usaha

sebagai biaya produksi bankable masih menjadi persoalan yang sulit dipecahkan menjadi

penghambat perkembangan usaha, maka pemerintah melalui kebijakan yang mendorong

pola pembiayaan usaha yang mudah terjangkau oleh pelaku UKM, program kerjasama

kemitraan pemasaran dengan pasar modern yang saling menguntungkan, program

kemitraan pembiayaan usaha dengan lembaga keuangan.

3. Kebijakan yang mendorong terwujudnya pola pemasaran berkeadilan yang terjangkau oleh

konsumen, yaitu dengan program fasilitasi promosi/pameran produk, dengan tetap

dipertahankannya pasar tradisional yang bersih dan nyaman.

Page 71: STRATEGI KOLABORASI BISNIS UNTUK MENINGKATKAN …

63

DAFTAR PUSTAKA

Arogana, Panji & Djoko, Sudantoko, 2002, “Koperasi: Kewirausahaan dan Usaha Kecil”,Rineka Cipta, Jakarta

Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Yogyakarta, Beberapa tahun terbitan, Kota YogyakartaDalam Angka, Yogyakarta

Disperindagkoptan Provinsi DIY, 2005, “Rencana Induk Pengembangan Industri (RIPI)Tahun 2006-2010”, Yogyakarta

Disperindagkoptan Provinsi DIY, 2010, “Peta Panduan UMKM dan Koperasi Kota Yogyakarta”, Yogyakarta

Disperindagkoptan Kota Yogyakarta, 2010, “Kajian Potensi UMKM Kota Yogyakarta”,Yogyakarta.

Jaya, Wihana K., 2001, “Ekonomi Industri: Konsep Dasar, Sruktur, Perilaku dan KinerjaPasar”, Edisi 2, BPFE, Yogyakarta

Kuncoro. M., 2002, “Analisis Spasial dan Regional; Studi Aglomerasi dan Klaster IndustriIndonesia”, UPP-AMP, YKPN Yogyakarta

Laporan Akhir, 2015, “Penyusunan Data Potensi UMKM Kecamatan Umbulharjo BidangKerajinan”, Souadran Multitama, Yogyakarta

Pearce, John.A dan Richard.B. Robinson, 1997. “Manajemen Strategi: Formulasi,Implemebtasi dan Pengendalian”, Edisi ke-5, alih bahasa: Agus Maulana, PenerbitAksara, Jakarta

Rangkuti, Freddy, 2004. “Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis: ReorientasiKonsep Perencanaan Strategi untuk Menghadapi Abad 21”, Gramedia PustakaUtama, Jakarta

Swastha DH. Basu, MBA; Irawan Drs, MBA., “Manajemen Pemasaran Modern”, PenerbitLiberty, Yogyakarta

Sumodiningrat, Gunawan. 2004, “Respon Pemerintah Terhadap Kesenjangan Ekonomi”,Penerbit Fak.Ekonomi UGM, Yogyakarta

Sumodiningrat, Gunawan, 2007,” Pemberdayaan Sosial Kajian Ringkas TentangPembangunan Manusia Indonesia”, Penerbit Kompas, Jakarta.

Sri Utami, 2008,”Tantangan Seputar Usaha Kecil dan Beberapa Pemikiran untuk Pembinaan”Jurnal Ilmu Sosial Alternatip, Vol. IX, No.2, Desember 2008

Supardal dkk, 2013,”Manajemen UKM Berbasis Produk Sejenis Dalam Rangka MenghadapiPasar Global, Jurnal Siasat Bisnis Terakreditasi, ISSN 0853-7666,Vol.17 No.2,Juli 2013 Pusat Pengembangan Manajemen (PPM) Fak.Ekonomi UII Yogyakarta.

Page 72: STRATEGI KOLABORASI BISNIS UNTUK MENINGKATKAN …

64

Yustika, Ahmad Erani, 2006, Ekonomi Kelembagaan, Difinisi dan Strategi., Bayu Media,Malang.