i STRATEGI KEPALA SEKOLAH DALAM PENINGKATAN MUTU TENAGA PENDIDIK DI SDI HIDAYATULLAH SEMARANG SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat Guna memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) dalam Ilmu Tarbiyah Jurusan Kependidikan Islam (KI) Oleh: AZIMATUL ULYA NIM 63311037 FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2010
102
Embed
STRATEGI KEPALA SEKOLAH DALAM PENINGKATAN MUTU TENAGA ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/122/jtptiain-gdl... · mutu tenaga pendidik di sdi hidayatullah semarang ... c.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
i
STRATEGI KEPALA SEKOLAH DALAM PENINGKATAN
MUTU TENAGA PENDIDIK DI SDI HIDAYATULLAH
SEMARANG
SKRIPSIDiajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat
Guna memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) dalam Ilmu Tarbiyah
Jurusan Kependidikan Islam (KI)
Oleh:
AZIMATUL ULYANIM 63311037
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG2010
ii
iii
iv
ABSTRAK
Azimatul Ulya (NIM: 63311037). Strategi Kepala Sekolah Dalam PeningkatanMutu Tenaga Pendidik di SDI Hidayatullah Semarang. Skripsi. Semarang:Program Strata 1 Fakultas Tarbiyah Jurusan Kependidikan Islam IAINWalisongo Semarang.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: rumusan masalah: 1) Bagaimanakondisi mutu tenaga pendidik di SDI Hidayatullah Semarang?, 2) Bagaimanastrategi kepala sekolah dalam meningkatkan mutu tenaga pendidik di SDIHidayatullah Semarang?. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif lapangandengan teknik pengumpulan data yaitu: observasi, wawancara, dan dokumentasi.Analisis data dalam penelitian ini berupa teknik analisis deskriptif. Temuanpenelitian ini yaitu meliputi: (1) kondisi mutu tenaga pendidik SDI HidayatullahSemarang berdasarkan dari kualifikasi akademik menunjukkan bahwa tahun 2009terdapat 23 tenaga pedidik yang berstrata 1 dari jumlah keseluruhan yaitu 55tenaga pendidik, sedangkan tahun 2010 menunjukkan peningkatan yaitu terdapat35 tenaga pendidik yang berstrata 1 dari jumlah keseluruhan tenaga pendidik yaitu61. Sedangkan dalam segi pembelajaran, tenaga pendidik SDI HidayatullahSemarang melaksanakan tugasnya sesuai dengan kompetensi yang dimilikinyayaitu kompetensi pedagogik: menerapkan yang metode mengajar secara efektif,menata setting kelas sebelum pembelajaran dimulai, mengenali minat dankemampuan siswa, dan mengevaluasi pembelajaran. Kompetensi profesional:mampu memahami materi pembelajaran secara luas sesuai dengan latar belakangpendidikannya. Kompetensi kepribadian: mempunyai kepribadian yang arif,berwibawa, disiplin, dewasa dan berakhlak mulia. Kompetensi sosial:bersosialisasi secara efektif terhadap peserta didik, sesama pendidik, orang tuawali maupun masyarakat sekitar. (2) Strategi kepala sekolah dalam meningkatkanmutu tenaga pendidik SDI Hidayatullah Semarang yaitu dengan pembinaan rutindari kepala sekolah maupun yayasan, kerjasama dengan Kualita PendidikanIndonesia (KPI) diantaranya: Sinergy Building, Quantum Learning, QuantumTeaching, Student Active Learning (SAL), Sertifikasi Ummi, Class RoomManagement, kerjasama dengan Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP),pengalokasian anggaran, pemberian beasiswa, dan studi banding.
Berdasarkan hasil penelitian ini, diharapkan dapat menjadi bahan informasi danmasukan bagi para tenaga pendidik (guru) sebagai tenaga pengajar dan paramahasiswa, sekaligus semua pihak terutama dalam memberi dorongan akanpentingnya sebuah kesuksesan yang dilakukan oleh tenaga pendidik (guru)terhadap proses belajar mengajar sehingga tercapainya tujuan pendidikan.
v
PERNYATAAN
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa skripsi
ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan.
Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain kecuali
informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.
Semarang, 8 Desember 2010
Deklarator,
Azimatul UlyaNIM. 063311037
vi
vii
PERSEMBAHAN
Dengan tidak mengurangi rasa syukurku kepada Allah SWT, Tuhan sumber
segala esensi. Kupersembahkan totalitas usaha, karya dan buah pikiran skripsi ini
untuk:
• Ayahanda dan Ibundaku tercinta, Bp. Abdul Zubair dan ibu Sulasih.
Terima kasih atas segala pengorbanan dan kasih sayangnya serta untaian
do’a yang tiada henti untuk keberhasilanku.
• Keluarga besarku, terima kasih atas do’a dan dukungannya.
• Gus Jali, terima kasih atas doa, dukungan dan fasilitasnya.
Arah kebijakan peningkatan perluasan dan pemerataan
pendidikan dilaksanakan melalui antara lain penyediaan fasilitas
layanan pendidikan berupa pembangunan unit sekolah baru,
penambahan ruang kelas dan penyediaan fasilitas pendukungnya,
penyediaan berbagai pendidikan alternatif bagi masyarakat yang
membutuhkan perhatian khusus, serta penyediaan berbagai beasiswa
dan bantuan dana operasional sekolah yang dalam pelaksanaannya
dilakukan dengan melibatkan peran aktif masyarakat.
Upaya memperbaiki tingkat pendidikan penduduk telah
dilakukan melalui Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 tahun,
selain itu, upaya peningkatan mutu tenaga pendidik (guru) juga
diperhatikan. Karena pada dewasa ini masih banyak permasalahan
yang berkaitan dengan mutu tenaga pendidik. Ternyata mutu tenaga
pendidik juga menjadi salah satu unsur yang menentukan munculnya
generasi muda yang berprestasi. Dapat dikatakan tinggi rendahnya
mutu sekolah juga dilihat dari tinggi rendahnya mutu tenaga pendidik
(guru).2
Berdasarkan laporan Departemen Pendidikan Nasional tahun
2006 menunjukkan bahwa guru yang memenuhi kualifikasi S1/D-IV
baru mencapai target 35,6 % saja. Jadi sebanyak 64,4 % guru belum
memenuhi kualifikasi S1/D-IV. Pada tahun 2007, Depdiknas baru
berhasil meningkatkan kualitas guru hingga S1/D-IV sebanyak 48,6%
guru. Sedangkan tahun 2009 kualitas guru meningkat lagi sebanyak
62,1% guru.3
2Muliani, “Pembangunan Pendidikan”,http://www.scribd.com/doc/10857091/pembangunan-pendidikan (Download tanggal 23 Agustus2010)
3 Baedhowi, “Peningkatan Kualitas Pendidikan Melalui Peningkatan ProfesionalismeGuru” http://Jurnal.Ump.Ac.Id/_Berkas/Jurnal/16.Pdf (Download tanggal 28 September 2010)
Kualifikasi atau kualitas tenaga pendidik (guru) perlu
ditingkatkan lagi, mengingat tenaga pendidik adalah salah satu
komponen yang sangat penting yang ikut berperan dalam pembentukan
sumber daya manusia dibidang pembangunan. Oleh karena itu,
pendidik harus berperan secara aktif dan menempatkan kedudukannya
sebagai tenaga profesional, sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang
semakin berkembang. Artinya, bahwa setiap pendidik mempunyai
tanggung jawab terhadap peserta didiknya pada suatu kedewasaan.
Dalam rangka ini pendidik tidak hanya sebagai “transfer of
knowledge” tetapi juga melakukan “transfer of values” dan sekaligus
sebagai pembimbing yang memberikan arahan dan menuntun siswa
dalam belajar.4 Oleh sebab itu, tenaga pendidik yang kualifikasinya
belum memenuhi standar harus ditingkatkan lagi atau harus berstrata 1
(S1).
Tenaga pendidik dan kependidikan dalam proses pendidikan
memegang peranan strategis terutama dalam upaya membentuk watak
bangsa melalui pengembangan kepribadian dan nilai-nilai yang
diinginkan. Dipandang dari dimensi pembelajaran, peranan pendidik
dalam masyarakat Indonesia tetap dominan sekalipun teknologi yang
dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran berkembang amat
pesat. Hal ini terbukti bahwa dalam proses pembelajaran yang
diperankan oleh pendidik tidak dapat digantikan oleh teknologi. Fungsi
mereka tidak akan bisa seluruhnya dihilangkan sebagai pendidik dan
pengajar bagi peserta didiknya.5
4 Baedhowi, Ibid., “Peningkatan Kualitas Pendidikan Melalui PeningkatanProfesionalisme Guru”, http://Jurnal.Ump.Ac.Id/_Berkas/Jurnal/16.Pdf (Download tanggal 28September 2010)
5 Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, ManajemenPendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2008), hlm. 229
Personalia pendidikan atau para pelaksana pendidikan
merupakan personal yang perlu diperhatikan. Disamping ia merupakan
salah satu sub sistem manajemen yang perlu mendapat perhatian yang
sama dengan sub sistem manajemen yang lain, ia merupakan kunci
keberhasilan pendidikan. Orang-orang dalam organisasi pendidikan
merupakan penentu keberhasilan atau kegagalan pendidikan. Sebab
walau sumber yang lain lengkap, misalnya dana mencukupi, media
lengkap, bahan pelajaran tersedia, sarana dan prasarana baik,
lingkungan belajar kaya, tetapi pelaksana-pelaksana pendidikan tidak
berkompetensi dan tidak berdedikasi belum tentu tujuan pendidikan
akan tercapai. Tidak banyak siswa atau mahasiswa mampu belajar
tanpa guru atau dosen.6
Sebaliknya bila personalia pendidikan terutama guru memiliki
kompetensi dan dedikasi yang baik walaupun sumber-sumber
pendidikan yang laen kurang lengkap atau beberapa dari padanya tidak
tersedia, para pelaksana pendidikan akan tetap melaksanakan tugasnya.
Dengan inisiatif dan kreatifitas mereka akan dapat membawa para
siswa atau mahasiswa kedalam proses belajar yang relatif baik.7
Tenaga pendidik (guru) mempunyai peran yang sangat strategis
dalam upaya mewujudkan tujuan pembangunan nasional, khususnya
dibidang pendidikan, sehingga perlu dikembangkan sebagai tenaga
profesi yang bermanfaat dan professional. Katanya, guru mempunyai
titik tolak sentral dari peningkatan kualitas proses belajar mengajar.
Tetapi, mengapa peningkatan guru tidak dilakukan secara sungguh-
sungguh? Padahal, guru professional akan menghasilkan proses dan
hasil pendidikan yang berkualitas dalam rangka mewujudkan manusia
6 Made Pidarta, Manajemen Pendidikan Indonesia, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,2004), hlm. 109
7 Made Pidarta, Ibid. hlm. 110
xvii
Indonesia yang cerdas dan kompetitif, sebagaimana diamanatkan oleh
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU SISDIKNAS).
Dalam perwujudannya, tanggung jawab perlu ditekankan dan
dikedepankan, karena pada saat ini banyak lulusan pendidikan yang
cerdas dan trampil, tetapi tidak memiliki tanggung jawab dalam
mengamalkan ilmu dan ketrampilan yang dimilikinya sehingga
seringkali menimbulkan masalah bagi masarakat, menjadi beban
masyarakat dan bangsa bahkan pesatuan dan kesatuan bangsa. Dalam
kerangka inilah dirasakan perlunya standar kompetensi dan sertifikasi
tenaga pendidik (guru), agar nantinya memiliki tenaga pendidik (guru)
professional yang memiliki standar dan lisensi yang sesuai dengan
kebutuhan. Dengan tenaga pendidik (guru) yang demikianlah, kita
berharap dapat membangun kembali masyarakat dan bangsa yang
sudah hampir porak-poranda.8
Kompetensi dan profesionalisme seorang tenaga pendidik
(guru) sangat dituntut, karena perkembangan ilmu semakin pesat.
Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) pasal 42 ayat 1 yang berbunyi:
“pendidik harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai
dengan jenjang kewenangan mengajar, sehat jasmani dan rohani, serta
memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional”.
Pasal tersebut menggambarkan persyaratan kemampuan guru sebagai
pendidik, sedangkan pasal 43 ayat 1 yang menjelaskan bahwa:
“Promosi dan penghargaan bagi pendidik dan tenaga kependidikan
dilakukan berdasarkan latar belakang pendidikan, pengalaman,
kemampuan dan prestasi kerja dalam bidang pendidikan”.9 Pasal
8 E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT. RemajaRosdakarya, 2008), Cet. 3, hlm. 5-6
9 Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional(SISDIKNAS) dan Penjelasannya, (Yogjakarta: Media Wacana Press, 2003), Cet. 1, hlm. 30
xviii
inipun menggambarkan bahwa promosi seorang guru juga didasarkan
pada kemampuannya atau kompetensinya.
Dengan melihat pentingnya guru bagi dunia pendidikan, maka
kepala sekolah mempunyai peran sentral dalam mengelola personalia
khususnya tenaga pendidik (guru) disekolah, sehingga sangat penting
kepala sekolah untuk memahami dan menerapkan pengelolaan
personalia dengan baik.
Beberapa prinsip dasar yang harus dipegang oleh kepala
sekolah dalam menerapkan manajemen personalia yaitu:
1. Dalam mengembangkan sekolah, sumber daya manusia (tenagapendidik atau guru) adalah komponen paling berharga.
2. Sumber daya manusia akan berperan secara optimal jikadikelola dengan baik, sehingga mendukung tercapainya tujuaninstitusional.
3. Kultur dan suasana organisasi disekolah, serta perilakumanajerial kepala sekolah sangat berpengaruh terhadappencapaian tujuan pengembangan sekolah.
4. Manajemen personalia disekolah pada prinsipnyamengupayakan agar setiap warga (guru, staf administrasi,siswa, orang tua siswa, dan yang terkait) dapat bekerja samadan saling mendukung untuk mencapai tujuan sekolah.10
Dari beberapa prinsip diatas kepala sekolah dapat
meningkatkan manajemen mutu bagi tenaga pendidik (guru) sehingga
proses pembelajaran bisa berjalan dengan baik dan lancar. Oleh karena
itu, dalam penelitian ini penulis membutuhkan suatu contoh lembaga
yang dapat diamati, yakni SDI Hidayatullah Semarang.
SDI Hidayatullah adalah sebuah lembaga yang berada dibawah
yayasan Abul Yatama yang berada dikota Semarang tepatnya di daerah
instruktur, fasilitator, dan sebutan lain sesuai dengan
kekhususannya serta berpartisipasi dalam dunia pendidikan.15
4) SDI Hidayatullah Semarang
11 Ina,” Konsep Strategi”, http://jurnal-sdm.bolgspot.com/2009/08/konsep-strategi-definisi-perumusan.html,(Dowload tanggal 28 Desember 2010)
12 Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Indonesia, Op.Cit., hlm. 29313 Suharso, Ana Retnoningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Semarang: Widya
Karya, 2009), hlm. 33114 Ridwan, “Kompetensi Guru”http://www.uns.ac.id/data/0023.pdf (Download tanggal 29
Maret 2010)15 Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Indonesia, Op.Cit., hlm. 230
Yaitu salah satu sekolah yang bernaung dibawah yayasan
Abul Yatama yang menjadi tempat atau lokasi penelitian.
C. Fokus Permasalahan
Berangkat dari latar belakang diatas, maka penulis dapat
memberi batasan dan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kondisi mutu tenaga pendidik di SDI Hidayatullah
Semarang?
2. Bagaimana strategi kepala sekolah dalam meningkatan mutu
tenaga pendidik di SDI Hidayatullah Semarang?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan penelitian ini
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana kondisi mutu tenaga pendidik di SDI
Hidayatullah Semarang.
2. Untuk mengetahui bagaimana strategi kepala sekolah dalam
meningkatan mutu tenaga pendidik di SDI Hidayatullah
Semarang.
E. Kajian Pustaka
Dalam telaah pustaka ini peneliti akan mendeskipsikan beberapa
karya ilmiah yang mendukung penelitian ini.
Pertama, skripsi yang ditulis oleh saudari Jauhar Insiyya,
alumnus Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang. Menulis
xxii
skripsinya dengan judul “Studi Tentang Peningkatan Mutu Profesi
Guru PAI di MGMP PAI SMP Kabupaten Kendal Tahun 2004-2005”.
Dalam skripsi ini menyimpulkan bahwa guru PAI yang tergabung
dalam MGMP PAI setelah mengikuti kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan oleh MGMP PAI SMP Rayon Kendal para guru menjadi
lebih maju, tambah wawasan, dan tambah kreatifitasnya.16
Kedua, skripsi saudari Nihayatus Sholikhah yang berjudul
“Persepsi Guru Tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah dan
Pengaruhnya Terhadap Upaya Peningkatan Mutu Kompetensi
Pedagogik Mts Darussalam Bulus kecamatan Petahanan kabupaten
Kebumen”. Membahas tentang tanggapan seorang guru tentang kepala
sekolah yang mempunyai peran pemimpin yang sangat berpengaruh
dalam meningkatkan kompetensi pedagogik guru agar proses belajar
mengajar dapat berjalan dengan baik di Mts Darussalam Bulus
kecamatan Petahanan kabupaten Kebumen.17
Ketiga, skripsi saudara Dadang Utomo yang berjudul “Upaya
Sekolah Dalam Membina Profesionalisme Guru PAI SD Al-Azhar 14
Semarang”. Dalam skripsi ini dijelaskan bahwa sekolah memberi
kesempatan kepada semua guru PAI untuk mengikuti kegiatan-
kegiatan yang dapat meningkatkan kemampuan profesionalisme baik
yang bersifat intern maupun ekstern dam melakukan evaluasi atau
penilaian yang dilakukan secara periodik.18
16 Jauhar Insiyya, Studi Tentang Peningkatan Mutu Profesi Guru PAI di MGMP PAISMP Kabupaten Kendal Tahun 2004-2005, Skripsi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang,(Semarang: Perpustakaan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2005)
17 Nihayatus Sholikhah, Persepsi Guru Tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah danPengaruhnya Terhadap Upaya Peningkatan Mutu Kompetensi Pedagogik Mts Darussalam Buluskecamatan Petahanan kabupaten Kebumen, Skripsi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang,(Semarang: Perpustakaan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2007)
18 Dadang Utomo, Upaya Sekolah Dalam Membina Profesionalisme Guru PAI SD Al-Azhar 14 Semarang, Skripsi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, (Semarang:Perpustakaan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2007)
xxiii
Dari tulisan-tulisan tersebut, penulis menemukan suatu
pembahasan mengenai peningkatan profesi, kompetensi pedagogik
maupun profesionalisme guru. Oleh karena itu, penulis mencoba untuk
membahas dari beberapa permasalahan tersebut yang lebih kompleks
dengan judul manajemen peningkatan mutu tenaga pendidik di SDI
Hidayatullah Semarang.
F. Metode penelitian
1. Jenis penelitian
Penelitian yang penulis lakukan tergolong sebagai
penelitian lapangan (field research) yakni penelitian yang
langsung dilakukan pada responden.19. Oleh karena itu, obyek
penelitiannya adalah berupa obyek di lapangan yang sekiranya
mampu memberikan informasi tentang kajian penelitian. Dalam
hal ini peneliti menjadikan SDI Hidayatullah Semarang sebagai
obyek penelitian dengan di fokuskan pada strategi yang dilakukan
oleh kepala sekolah dalam peningkatan mutu tenaga pendidik
sehingga dapat diketahui langkah-langkah apa saja yang ditempuh
oleh kepala sekolah SDI Hidayatullah Semarang dalam
meningkatkan mutu gurunya. Selain itu, penulis juga melakukan
observasi untuk mengetahui kondisi mutu guru tersebut.
Jenis penelitian dalam penyusunan karya ilmiah ini
merupakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif
merupakan posedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan pelaku
19 M. Iqbal Hasan, Pokok-Pokok Materi Metode Penelitian dan Aplikasinya, (Jakarta:Ghalia Indonesia, 2002), hlm. 11.
xxiv
yang diamati.20 Penelitian ini digunakan untuk mendeskripsikan
tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan manajemen
peningkatan mutu tenaga pendidik di SDI Hidayatullah
Semarang.
Penelitian kualitatif ditujukan untuk memahami fenomena
social dari sudut atau perspektif partisipan. Partisipan adalah
orang-orang yang diajak berwawancara, diobservasi, diminta
memberikan data, pendapat, pemikiran dan persepsinya.21
2. Fokus penelitian
Penelitian ini difokuskan terhadap bagaimana strategi
kepala sekolah dalam meningkatan mutu tenaga pendidik di SDI
Hidayatullah Semarang.
3. Sumber Data
Yang dimaksud sumber data dalam penelitian adalah
subyek darimana data diperoleh. Sumber data penelitian
dikelompokkan menjadi:
a) Data Primer
Data primer yakni data yang diperoleh langsung dari
subyek penelitan dengan menggunakan alat pengukuran atau
alat pengambilan data langsung pada subyek sebagai informasi
yang dicari.22 Data primer untuk penelitian ini yakni tentang
strategi peningkatan mutu tenaga pendidik yang dilakukan oleh
kepribadian dan kompetensi social yang diperoleh melalui pendidikan
profesi.34
Empat kompetensi di atas hanya bisa dihasilkan melalui
penyelenggaraan pendidikan yang bermutu. Oleh karena itu, tenaga
pendidik (guru) mempunyai peran, fungsi, dan kedudukan yang sangat
strategis. Hal ini berorientasi bahwa dalam penyelenggaraan pendidikan
berbasis kompetensi, tenaga pendidik (guru) mempunyai peranan yang
sangat penting. Oleh karenanya tenaga pendidik (guru) juga sebagai salah
satu komponen dalam kegiatan belajar mengajar memiliki posisi yang
sangat menentukan keberhasilan pembelajaran, karena fungsi utama
tenaga pendidik (guru) adalah merancang, melaksanakan, dan
mengevaluasi pembelajaran.
Dengan demikian mutu tenaga pendidik (guru) mempunyai
peranan dan kunci dalam keseluruhan proses pendidikan. Dalam hal ini
kekuatan dan mutu pendidikan suatu negara dapat dinilai dengan
mempergunakan faktor mutu tenaga pendidik (guru) sebagai salah satu
induk utama. Itulah sebabnya antara lain mengapa mutu tenaga pendidik
(guru) merupakan faktor yang mutlak didalam pembelajaran. Makin
sungguh-sungguh sebuah pemerintahan untuk membangun negerinya,
makin menjadi penting kedudukan mutu tenaga pendidik (guru).
2. Standar Mutu Tenaga Pendidik
Dalam PP No 19 Tahun 2005 pasal 2 (1) bahwa: “Standar Nasional
pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga
pendidik dan kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan,
34 Himpunan Peraturan Perundang-undangan Republik Indonesia Guru dan Dosen,(Bandung: Nuansa Aulia, 2006), Cet. 3, hlm. 5
xxxiii
pembiayaan, dan penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara
berencana dan berkala”.35
Standar pendidik dan tenaga kependidikan dalam SNP pasal 28 (1)
bahwa: “Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi
sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki
kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional”. Sedangkan
ayat (2) menjelaskan bahwa: “kualifikasi akademik sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) adalah tingkat pendidikan minimal yang harus
dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan/atau
sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundang-undangan
yang berlaku”. Adapun pada ayat (3) menjelaskan bahwa: “kompetensi
sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah
serta pendidikan anak usia dini meliputi: kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi
sosial”.36
Standar yang dimaksud adalah suatu kriteria yang telah
dikembangkan dan ditetapkan berdasarkan atas sumber, prosedur, dan
manajemen yang efektif. Sedangkan kriteria adalah sesuatu yang
menggambarkan ukuran dan keadaan yang dikehendaki.
Secara konseptual, standar juga dapat berfungsi sebagai alat untuk
menjamin bahwa program-program pendidikan suatu profesi dapat
memberikan kualifikasi kemampuan yang harus dipenuhi oleh calon
sebelum masuk kedalam profesi yang bersangkutan.
35 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 19 Tahun 2005 Tentang SistemPendidikan Nasional, hlm. 5
36 Ibid., hlm. 17
xxxiv
Profesionalisme dan kompetensi merupakan dua hal yang
menentukan parameter seseorang yang berkualitas atau tidak bermutu.
Keduanya merupakan kedua hal yang tidak terpisah satu sama lainnya.
a. Profesionalisme Guru
Kata profesional adalah kata sifat yang berarti pencaharian dan
sebagai kata benda yang berarti orang yang mempunyai keahlian seperti
guru, dokter, hakim dan sebagainya. Dengan kata lain pekerjaan yang
bersifat profesional adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh
mereka yang khusus disiapkan untuk itu bukan pekerjaan yang
dilakukan oleh mereka yang karena tidak dapat memperoleh pekerjaan
lain.37
Sedangkan menurut Ahmad Tafsir, profesionalisme berarti paham
yang mengajarkan bahwa setiap pekerjaan harus dilakukan oleh orang
yang profesional, yaitu orang yang memiliki profesi.38
Dengan bertitik tolak dari pengertian diatas, maka pengertian
guru profesional adalah orang memiliki kemampuan dan keahlian
khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melaksanakan tugas
dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuannya yang maksimal.
Dengan kata lain, guru profesional adalah orang yang terdidik dengan
baik, serta memiliki kemampuan yang kaya dibidangnya. Sebagaimana
dengan sabda Nabi Muhammad SAW:
37 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2006), Cet. 19, hlm. 14-15
38 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT RemajaRosdakarya, 2005), hlm. 107
xxxv
:
: )(39
“Dari abu Hurairah r.a. ia berkata : Rasulullah saw telah bersabda :Apabila suatu perkara diserahkan kepada orang yang bukan ahlinyamaka tunggulah saat kehancurannya” (HR. Bukhari).
Makna hadits tersebut dapat dipahami bahwa betapa pentingnya
keahlian yang harus dimiliki seorang tenaga pendidik untuk
melaksanakan tugas-tugas yang telah diamanatkannya, karena tugas
mengajar harus dilakukan oleh seorang tenaga pendidik yang benar-
benar mempunyai ilmu dibidang kependidikan.
Menurut Dedi Supriadi dan Trianto, untuk menjadi guru
profesional, guru dituntut memiliki lima kemampuan (skill) yaitu: (1)
mempunyai komitmen pada peserta didik dan proses belajarnya, (2)
menguasai secara mendalam materi pelajaran yang akan diajarkan
serta cara mengajarnya (menggunakan metode yang sesuai dengan
mata pelajaran), (3) bertanggung jawab dan memantau hasil belajar
peserta didik, (4) mampu berfikir sistematis, kritis, taktis dan strategis
tentang apa yang dilakukannya, dan belajar dari pengalamannya, dan
(5) mereka merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam
lingkungan profesinya.40
Secara singkat dapat dikatakan bahwa kemampuan profesional
guru pada hakekatnya adalah bermuara pada ketrampilan dasar dan
pemahaman yang mendalam tentang anak sebagai peserta didik,
39 Imam Abi Abdillah Muhammad Ibn Ismail Ibn Ibrahim Ibn al-Mughirah binBardizbah al-Bukhari al-Ja’fiy, Shahih Bukhari, (Beirut: Dar al-Kutb al-Ilmiyah, 1992), Juz I, hlm.21.
40 Moh. Uzer Usman, Op. Cit., hlm. 45-46
xxxvi
obyek belajar dan situasi kondusif berlangsungnya kegiatan
pembelajaran. Jadi seorang guru dalam arti yang seharusnya adalah
pekerjaan yang profesional, yaitu pekerjaan yang hanya dapat
dilakukan oleh mereka yang secara khusus disiapkan untuk itu dan
bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang tidak dapat
melakukan pekerjaan itu atau bukan ahlinya.
Dengan demikian seorang profesional menjalankan
pekerjaannya sesuai tentang tuntutan profesinya. Seorang profesional
menjalankan kegiatannya berdasarkan profesionalisme dan bukan
secara amatir.
Menurut Undang-Undang Guru dan Dosen pasal 1 (4),
pengertian profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan
oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang
memerlukan keahlian, kemahiran atau kecakapan yang memenuhi
standar mutu atau norma tertentu serta memperlukan pendidikan
profesi.41
Sementara juga disebutkan dalam Undang-Undang Guru dan
Dosen pasal 8, menyebutkan bahwa seorang guru profesional wajib
memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat
jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan
tujuan pendidikan nasional.42
Dengan demikian makna profesionalisme mengandung makna
yang lebih luas dari hanya berkualitas tinggi dalam hal teknis,
profesionalisme memiliki makna ahli, tanggung jawab, baik tanggung
41 Himpunan Peraturan Perundang-undangan Republik Indonesia Guru dan Dosen,Op. Cit., hlm. 2
42 Ibid., hlm. 5
xxxvii
jawab intelektual maupun tanggung jawab moral dan memiliki
kesejawatan.
b. Kompetensi Tenaga Pendidik
Istilah kompetensi guru mempunyai banyak makna, Brokke and
Stone (1995) yang dikutip oleh E. Mulyasa mengemukakan bahwa
kompetensi guru merupakan gambaran kualitatif tentang hakikat
perilaku guru yang penuh arti. Sementara Charles (1994) yang dikutip
oleh E. Mulyasa mengemukakan bahwa kompetensi merupakan
perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan
sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Sedangkan dalam undang-
undang republik indonesia nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan
dosen, dijelaskan bahwa: “kompetensi adalah seperangkat
pengetahuan, ketrampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati,
dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan.43
Menurut Oemar Hamalik memberikan isyarat agar guru dalam
bekerja dapat melaksanakan fungsinya dan tujuan sekolah, guru harus
memiliki kompetensi-kompetensi yaitu sebagai berikut:
a) Guru tersebut mampu melaksanakan peranan-peranannya secara
berhasil.
b) Guru tersebut mampu bekerja dalam usaha mencapai tujuan
pendidikan (instruksional) sekolah.
c) Guru tersebut mampu melaksanakan peranannya dalam proses
mengajar dan belajar dalam kelas.44
43 E. Mulyasa, Op. Cit., hlm. 2544 Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2003), Cet. 3, hlm. 38
xxxviii
Dari uraian di atas, nampak bahwa kompetensi mengacu pada
kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui
pendidikan; kompetensi guru menunjuk kepada performance dan
perbuatan yang rasional untuk memenuhi spesifikasi tertentu didalam
melaksanakan tugas-tugas pendidikan. Dikatakan rasional karena
memiliki arah dan tujuan, sedangkan performance merupakan perilaku
nyata dalam arti tidak hanya dapat diamati, tetapi mencangkup sesuatu
yang tidak kasat mata.
Kompetensi merupakan komponen utama dari standar profesi
disamping kode etik sebagai regulasi perilaku profesi yang ditetapkan
dalam prosedur dan sistem pengawasan tertentu. Kompetensi diartikan
dan dimaknai sebagai perangkat perilaku efektif yang terkait dengan
eksplorasi dan investigasi, menganalisis dan memikirkan, serta
memberikan perhatian, dan mempersepsi yang mengarahkan
seseorang menemukan cara-cara untuk mencapai tujuan tertentu
secara efektif dan efisien.
Kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan
personal, keilmuan, teknologi, sosial, dan spiritual yang secara kaffah
membentuk kompetensi standar profesi guru, yang mencangkup
penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik, pembelajaran
yang mendidik, pengembangan pribadi profesionalisme.45
Berdasarkan Undang-Undang Guru dan Dosen pasal 10 (1),
kompetensi guru ada 4, meliputi:
1) Kompetensi Pedagogik
Standar Nasional Pendidikan (SNP), penjelasan pasal 28
(3) butir a dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik adalah
45 E. Mulyasa, Op. Cit., hlm. 26
xxxix
kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi
pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta
didik untuk mengaktualisasikan berbagai kompetensi yang
dimilikinya.46
Menurut Slamet PH yang dikutip oleh Syaiful Sagala
mengatakan kompetensi pedagogik terdiri dari sub-kompetensi
(1) berkontribusi dalam pengembangan KTSP yang terkait
dengan mata pelajaran yang diajarkan; (2) mengembangkan
silabus mata pelajaran berdasarkan standar kompetensi (SK) dan
kompetensi dasar (KD); (3) melaksanakan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) berdasarkan silabus yang telah
dikembangkan; (4) merancang manajemen pembelajaran dan
tercermin pada sikap seseorang . Kata kepribadian diambil dari
terjemahan kata yang berasal dari bahasa inggris, yaitu kata
personality, yang mempunyai pengertian sebagai sifat dan tingkah
laku khas seseorang yang membedakannya dengan orang lain
(Kartini Kartono dan Dali Gulo: 1987).51
Standar Nasional Pendidikan (SNP), penjelasan pasal 28
(3) butir b, dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan
kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang
mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa menjadi teladan bagi
peserta didik dan berakhlak mulia.
Kompetensi kepribadian sangat besar pengaruhnya
terhadap pertumbuhan dan perkembangan pribadi peserta didik.
Kompetensi kepribadian ini memiliki peran dan fungsi yang
sangat penting dalam membentuk kepribadian anak, guna
menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia serta
mensejahterakan masyarakat, kemajuan negara, dan bangsa pada
umumnya.52
Menurut Ahmad Tafsir sebagaimana dikutip oleh Khoiron
Rosyadi, sifat-sifat guru muslim sebagai berikut:
a) Kasih sayang.
b) Senang memberi nasehat.
c) Senang memberi peringatan.
d) Senang melarang muridnya melakukan hal yang tidak baik.
e) Bijak dalam memilih bahan atau materi pelajaran yang sesuaidengan lingkungan murid.
51 Ngainun Naim, Menjadi Guru Inspiratif Memberdayakan dan Mengubah JalanHidup Siswa, (Yogjakarta: Pustaka Pelajar, 2009), cet. 2, hlm. 36
52 E. Mulyasa, Op. Cit., hlm. 117
xlii
f) Hormat terhadap pelajaran lain yang bukan pegangannya.
g) Bijak dalam memilih pelajaran yang sesuai dengan tarafkecerdasan murid.
h) Mementingkan berfikir dan berijtihad.
i) Jujur dalam keilmuan.
j) Adil dalam segala hal.53
4) Kompetensi Sosial
Standar Nasional Pendidikan (SNP), penjelasan pasal 28
ayat (3) butir d, dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan
kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari
masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif
dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan,
orang tua atau wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.54
Kompetensi sosial juga bisa diartikan sebagai kemampuan
guru dalam membina dan mengembangkan interaksi sosial baik
sebagai tenaga profesional maupun sebagai anggota masyarakat.
Dengan demikian, seharusnya seorang tenaga pendidik
(guru) tidak hanya tanggung jawab didalam kelas saja, tetapi
harus mewarnai perkembangan anak didik diluar kelas. Dengan
kata lain, tenaga pendidik (guru) tidak sekedar orang yang hadir
didepan kelas unntuk menyampaikan materi pengetahuan tertentu,
tetapi juga anggota masyarakat yang harus ikut aktif dalam
mengarahkan perkembangan anak didik menjadi anggota
masyarakat.
53 Khoiron Rosyadi, Pendidikan Profetik, (Yogjakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hlm.191
54 E. Mulyasa, Op. Cit., hlm. 173
xliii
Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa standar
kompetensi tenaga pendidik (guru) adalah suatu ukuran yang
ditetapkan atau dipersyaratkan dalam bentuk penguasaan pengetahuan
dan berperilaku layaknya seorang guru untuk menduduki jabatan
fungsional sesuai bidang tugas, kualifikasi dan jenjang pendidikan
supaya mutu guru dapat diketahui.
Standar kompetensi tenaga pendidik (guru) bertujuan untuk
memperoleh acuan baku dalam pengukuran kinerja guru untuk
mendapatkan jaminan kualitas guru dalam meningkatkan kualitas
proses pembelajaran.
Dengan demikian, kompetensi yang dimiliki oleh setiap tenaga
pendidik (guru) akan menunjukkan kualitas guru dalam mengajar.
Kompetensi tersebut akan terwujud dalam bentuk penguasaan
pengetahuan dan profesional dalam menjalankan fungsinya sebagai
guru. Artinya guru bukan saja harus pandai tetapi juga pandai
mentransfer ilmunya kepada peserta didik.
B. Mutu Pendidikan
Pengertian mutu memiliki variasi sebagaimana didefinisikan oleh
masing-masing orang atau pihak. Produsen atau konsumen akan memiliki
definisi yang berbeda mengenai mutu barang atau jasa. Perbedaan ini akan
mengacu pada orientasi masing-masing pihak mengenai barang atau jasa
yang menjadi obyeknya.
Mutu adalah gambaran karakteristik menyeluruh dari barang atau
jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan
yang diharapkan oleh pelanggan. Sallis (1993) yang dikutip oleh Deni
Koswara dan Cepi Triana mendefinisikan mutu dalam dua perspektif,
yaitu mutu absolut dan mutu relatif. Mutu absolut merupakan mutu dalam
xliv
arti yang tidak bisa ditawar-tawar lagi atau bersifat mutlak. Dalam
pandangan absolut, mutu diartikan sebagai ukuran yang terbaik menurut
pertimbangan produsen dalam memproduksi suatu barang atau jasa.
Sedangkan mutu relatif diartikan sebagai mutu yang ditetapkan oleh selera
konsumen. Dengan demikian, suatu barang atau jasa dapat disebut
bermutu oleh seorang konsumen, tetapi belum tentu dikatakan bermutu
oleh konsumen lainnya.
Pandangan mengenai mutu di atas mengimplikasikan bahwa
barang atau jasa yang diproduksi harus selalu mengutamakan kesesuaian
antara kebermutuan dalam perspektif absolut dan relatif. Artinya, setiap
barang atau jasa yang diproduksi harus memuaskan pelanggan dan
memenuhi spesifikasi yang dimiliki produsen.55
Dalam bidang pendidikan, misi utama peningkatan mutu adalah
memenuhi kepuasan pelanggan. Menurut Peter dan Waterman (1982) yang
dikutip oleh Husaini Usman bahwa semua organisasi yang ingin
mempertahankan keberadaannya harus berobsesi pada mutu. Mutu harus
sesuai dengan persyaratan yang diinginkan pelanggan. Mutu adalah
keinginan pelanggan bukan keinginan sekolah. Tanpa mutu yang sesuai
dengan keinginan pelanggan, sekolah akan kehilangan pelanggannya dan
akan tutup atau bubar.
Menurut Hensler dan Bruneel (dalam Sceuing dan Christoher,
1993) yang dikutip oleh Husaini Usman ada empat prinsip utama mutu,
diantaranya:
1) Kepuasan Pelanggan
55 Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Op. Cit., hlm.293-294
xlv
Dalam mutu pendidikan, konsep mengenai mutu dan pelanggan
diperluas. Mutu tidak hanya bermakna kesesuaian dengan spesifikasi-
spesifikasi tertentu, tetapi mutu tersebut ditentukan oleh pelanggan.
Pendidikan hanya pelayanan jasa. Sekolah harus memberikan pelayanan
jasa sebaik-baiknya kepada pelanggannya. Pelanggan sekolah meliputi
pelanggan internal dan pelanggan eksternal sekolah. Pelanggan eksternal
sekolah adalah orang tua siswa, pemerintah dan masyarakat termasuk
komite sekolah. Pelanggan internal sekolah adalah siswa, guru dan staf
tata usaha. Kebutuhan pelanggan diusahakan untuk dipuaskan dalam
segala aspek, termasuk harga, keamanan, dan ketepatan waktu. Oleh
karena itu, aktifitasnya harus dikoordinasikan untuk memuaskan para
pelanggan. Kualitas yang dihasilkan suatu perusahaan sama dengan nilai
yang diberikan dalam rangka meningkatkan kualitas hidup pelanggan,
semakin tinggi nilai yang diberikan maka makin besar pula kepuasan
pelanggan.
2) Respek Terhadap Setiap Orang
Dalam sekolah yang bermutu kelas dunia, setiap orang disekolah
dipandang memiliki potensi. Orang yang ada diorganisasi dipandang
sebagai sumber daya organisasi yang paling bernilai dan dipandang
sebagai aset organisasi. Oleh karena itu, setiap orang diperlakukan dengan
baik dan diberikan kesempatan untuk berprestasi, berkarier, dan
berpartisipasi dalam pengambilan keputusan.
3) Manajemen Berdasarkan Fakta
Sekolah kelas dunia berorientasi pada fakta, maksudnya setiap
keputusan selalu didasarkan pada fakta, bukan pada perasaan (feeling) atau
ingatan semata. Ada dua konsep yang berkaitan dengan hal ini: (1)
prioritatisasi, yakni suatu konsep bahwa perbaikan tidak dapat dilakukan
pada semua aspek pada saat yang bersamaan, mengingat keterbatasan
sumber daya yang ada. Dengan menggunakan data, manajemen dan tim
xlvi
dalam organisasi dapat memfokuskan usahanya pada situasi tertentu; (2)
variasi atau variabilitas kinerja manusia. Data statistik dapat memberikan
gambaran mengenai variabilitas yang merupakan bagian yang wajar dari
setiap sistem organisasi.
4) Perbaikan Terus Menerus
Agar dapat sukses setiap sekolah perlu melakukan proses sitematis
dalam melaksanakan perbaikan berkesinambungan. Konsep yang berlaku
adalah langkah perencanaan, melaksanakan rencana, memeriksa hasil
pelaksanaan rencana, dan melakukan tindakan korektif terhadap hasil yang
diperoleh.56
Pendidikan (sekolah) sebagai unit layanan jasa, keberhasilannya
dapat diukur dari tingkat kepuasan pelanggan, baik internal maupun
eksternal. Sekolah dikatakan berhasil jika mampu memberikan layanan
sama atau melebihi harapan pelanggan. Dilihat dari jenis pelanggannya,
maka sekolah dikatakan berhasil jika:
a) Siswa puas dengan layanan sekolah, antara lain puas denganpelajarannya yang diterima, puas dengan perlakuan oleh guru maupunpimpinan, puas dengan fasilitas yang disediakan sekolah dansebagainya.
b) Orang tua siswa puas dengan layanan terhadap anaknya maupunlayanan kepada orang tua. Misalnya puas karena menerima laporanperiodik tentang perkembangan siswa maupun program-programsekolah.
c) Pihak pemakai atau penerima lulusan (perguruan tinggi, industri,masyarakat) puas karena menerima lulusan dengan kualitas yang sesuaidengan harapan.
56 Husaini Usman, Manajemen Teori Praktik dan Riset Pendidikan, (Jakarta: PT BumiAksara, 2008), Cet. 1, hlm. 535-536
xlvii
d) Guru dan karyawan puas dengan layanan sekolah, misalnya pembagiankerja, hubungan antar guru/karyawan/pimpinan, gaji atau honorarium,dan sebagainya.57
C. Manajemen Strategis
Manajemen strategis merupakan rangkaian dua perkataan terdiri
dari kata “manajemen” dan “strategis”, sedangkan pengertian dari
manajemen strategis adalah suatu proses yang dirancang secara sistematis
oleh manajemen untuk merumuskan strategi, menjalankan strategi dan
mengevaluasi strategi dalam rangka menyediakan nilai-nilai yang terbaik
bagi seluruh pelanggan untuk mewujudkan visi organisasi.58
Menurut Budiman CHR. (1988:14) yang dikutip oleh Akdon
bahwa pengertian manajemen stategis adalah serangkaian keputusan-
keputusan dan tindakan-tindakan yang menuju pada penciptaan sebuah
atau beberapa strategi efektif untuk mencapai tujuan organisasi.59
Manajemen strategis adalah suatu cara untuk mengendalikan
organisasi secara efektif dan efisien, sampai kepada implementasi garis
terdepan, sedemikian rupa sehingga tujuan dan sasarannya tercapai.
d. Kualitas evaluasi program dan pemantauan kinerja, serta
e. Kualitas pelaporan
Prinsip manajemen strategis adalah adanya strategy formulation
yang mencerminkan keinginan dan tujuan organisasi yang sesungguhnya,
adanya strategi implementasi yang menggambarkan cara mencapai tujuan
(secara teknis strategi implementasi mencerminkan kemampuan organisasi
dan alokasinya termasuk dalam hal ini adalah alokasi keuangan dengan
anggaran berbasis kinerja), serta strategi evaluasi yang mampu mengukur,
mengevaluasi dan memberikan umpan balik kinerja organisasi.
Prinsip-prinsip manajemen strategis adalah strategy formulation,
strategy implementation, dan strategy evaluation. Uraiannya sebagai
berikut:
a. Strategy Formulation
Tujuan utama kegiatan formulasi strategi formulasi adalah
pembuatan tujuan yang rasional. Rasionalitas ini dalam
perkembangannya semakin kompleks karena pesatnya perkembangan
lingkungan dimana organisasi tersebut berada. Perkembangan
lingkungan ini menuntut organisasi agar selalu melakukan perubahan
ke arah perbaikan untuk mempertahankan eksistensinya. Kemampuan
internal organisasi dan tuntutan perubahan eksternal merupakan dua
komponen utama yang harus dipertimbangkan dalam penyusunan
strategis. Perumusan strategi yang realistis dan up-to-date adalah dua
tuntutan yang harus dijawab dalam pembuatannya.
Realistis dalam arti bahwa perencanaan tersebut menunjukkan
dengan jelas kemampuan dan tujuan yang ingin dicapai dan bagaimana
organisasi ingin mencapai tujuan tersebut. Up-to-date dalam arti
meskipun strategi ini dibuat dalam jangka waktu tertentu (panjang,
menengah, pendek) namun selalu efektif dan tepat dengan
xlix
perkembangan lingkungan (antisipatif terhadap perubahan lingkungan)
sehingga mampu memaksimalkan keunggulan kompetitif dan
meminimalkan keterbatasan.
b. Strategy Implementation
Tujuan utama strategy implementation adalah rasionalitas tujuan
dan sumber daya. Pada dasarnya strategy implementation adalah
tindakan mengimplementasikan strategi yang telah kita susun ke dalam
berbagai alokasi sumber daya secara optimal.
Secara teknis, komponen penting yang harus dijawab dalam
strategy implementation adalah bagaimana kita dapat sampai ke tujuan?
Dijawab dengan penyusunan “action plan” yang intinya merupakan
strategi dan tindakan mengimplementasikan formulasi strategi menuju
ke arah alokasi sumber daya secara optimal serta mempersiapkan semua
fakor penunjang yang diperlukan dalam mencapai keberhasilan.
c. Strategy Evaluation
Fokus utama dalam strategy evaluation adalah pengukuran kinerja
dan penciptaan mekanisme umpan balik yang efektif. Pengukuran
kinerja merupakan tahap yang penting untuk melihat dan mengevaluasi
capaian tau hasil pekerjaan yang telah dilakukan organisasi untuk
mencapai tujuan yang menjadi sasaran pekerjaan tersebut.
Tahap selanjutnya setelah pengukuran kinerja adalah analisis dan
evaluasi kinerja yang bertujuan untuk mengetahui progress realisasi
kinerja yang dihasilkan, maupun kendala dan tantangan yang dihadapi
dalam mencapai sasaran kinerja. Analisis dan evaluasi ini dapat
digunakan untuk melihat efisiensi, efektifitas, ekonomi maupun
perbedaan kinerja (gap). Hasil analisis evaluasi lebih lanjut dapat
l
digunakan sebagai umpan balik untuk mengetahui pencapaian
implementasi perencanaan strategisk.60
Salah satu proses dalam manajemen strategis adalah penilaian
lingkungan organisasi melalui proses analisis lingkungan organisasi. Yang
dimaksudkan di sini meliputi kondisi, situasi, keadaan, peristiwa, dan
pengaruh-pengaruh didalam dan disekeliling organisasi yang berdampak
pada kehidupam organisasi berupa kekuatan internal, kelemahan internal,
peluang eksternal, dan tantangan eksternal.
1. Analisis Eksternal
Lingkungan eksterrnal meliputi:
a) Peluang (opportunity) adalah situasi dan faktor-faktor luar organisasi
yang bersifat positif, yang membantu organisasi mencapai atau
mampu melampaui pencapaian visi dan misi.
b) Tantangan atau ancaman (Threat) adalah faktor-faktor luar
organisasi yang bersifat negatif, yang dapat mengakibatkan
organisasi gagal dalam mencapai visi dan misi.
2. Analisis Internal
Lingkungan internal meliputi:
a) Kekuatan (strength) adalah situasi dan kemampuan internal yang
bersifat positif yang memungkinkan organisasi memenuhi
keuntungan strategik dalam mencapai visi dan misi.
b) Kelemahan Internal (weakness) adalah situasi dan faktor-faktor luar
organisasi yang bersifat negatif, yang menghambat organisasi
mencapai atau mampu melampaui pencapaian visi dan misi.
60 Ibid, hlm. 79-85
li
Lingkup analisis lingkungan strategis adalah telaah lingkungan
internal dan telaah lingkungan eksternal, yaitu:
1) Telaah Lingkungan Internal
Telaah lingkungan internal ini mecermati kekuatan dan
kelemahan dilingkungan internal organisasi sendiri yang dapat dikelola
manajemen meliputi antara lain:
a. Struktur organisasi termasuk susunan dan penempatan personelnya.
b. Sistem organisasi dalam mencapai efektifitas organisasi terutamaefektifitas komunikasi internal.
c. Sumber daya manusia, sumber daya alam, tenaga terampil (skill)dalam tingkat pemberdayaan sumber daya, termasuk komposisi dankualitas sumber daya manusianya.
d. Biaya operasional berikut sumber dananya.
e. Faktor-faktor lain yang menggambarkan dukungan terhadap proseskinerja atau misi organisasi yang sudah ada, maupun yang secarapotensial dapat muncul dilingkungan internal organisasi sepertiteknologi yang telah digunakan sampai saat ini.
2) Telaah Lingkungan Ekternal
Telaah lingkungan eksternal mencermati peluang dan tantangan
yang ada dilingkungan eksternal organisasi sendiri (yang tidak dapat
dikelola oleh manajemen) yang meliputi berbagai faktor yang dapat
dikelompokkan dalam bidang atau aspek.
Dari kedua telaah ini dapat diperoleh gambaran menyeluruh
tentang situasi dan kondisi organisasi dari berbagai aspek, internal dan
eksternal. Telaah lingkungan harus diteliti karena tantangan (ancaman)
terhadap sebagian dari organisasi dapat saja merupakan peluang bagi
bagian lain dari organisasi yang sama. Lingkungan eksternal yang dinamis
sedapat mungkin direkayasa (dalam arti positif) sedemikian rupa sehingga
lii
dapat dimanfaatkan oleh organisasi secara positif. Secara eksteren
“tantangan” direkayasa dan diubah menjadi “peluang”.
Telaah lingkungan strategis sangat bermanfaat dalam pembuatan
rencana strategis karena, pertama, dapat mengetahui peluang-peluang
spesifik yang ada dalam lingkungan organisasi. Hal ini perlu bagi
manajemen tingkat atas (top management) untuk menetapkan ketrampilan
utama sumber daya yang dapat diterapkan pada peluang spesifik yang ada.
Kedua, untuk mengingatkan atau memperingatkan organisasi akan adanya
faktor atau unsur dilingkungan organisasi yang mungkin akan
membahayakan organisasi dimasa depan. Dengan “early-warning system”
ini, organisasi dapat lebih pro aktif dan efektif dalam mengambil langkah-
langkah untuk mengubah kecenderungan lingkungan, internasional
maupun eksternal, atau mengurangi dampak negatif organisasi.61
Pada umumnya satuan pendidikan memiliki tujuan dan untuk
mencapainya memerlukan strategi. Strategi merupakan suatu kesatuan
rencana yang luas dan terintregasi yang menghubungkan antara kekuatan
internal organisasi dengan peluang dan ancaman lingkungan eksternalnya.
Strategi dirancang untuk memastikan tujuan organisasi dapat dicapai
melalui implementasi yang tepat. Substansi strategi pada dasarnya adalah
rencana.62
Dari beberapa prinsip manajemen strategik yang telah diuraikan
diatas, kepala sekolah dapat menerapkan atau menggunakan strategi yang
tepat untuk digunakan dalam mengelola personalia khususnya dalam
meningkatkan mutu tenaga pendidik. Apabila dalam menggunakan strategi
61 Ibid, hlm. 111-11762 Buchari Alma dan Ratih Hurriyati, Manajemen Corporate dan Strategi Pemasaran
Jasa Pendidikan Fokus pada Mutu dan Layanan Prima, (Bandung: Alfabeta, 2008), Cet. 1, hlm.64
liii
meningkatkan mutu tenaga pendidik kurang tepat, maka dapat
menghambat laju perkembangan kompetensi tenaga pendidik.
Tenaga pendidik yang bermutu merupakan dambaan bagi kostumer
atau pelanggan, banyak strategi yang dilakukan oleh perorangan guru dan
lembaga untuk meningkatkan mutu tenaga pendidik (guru), seperti: (1)
melalui peningkatan jenjang akademis, (2) workshop, (3) penataran, (4)
peningkatan kinerja, (5) studi banding, dan lain sebagainya. Penambahan
pengetahuan dan pengalaman dapat mengangkat mutu tenaga pendidik
(guru), artinya mereka harus selalu mengembangkan kapasitas dirinya
selaku tenaga pendidik (guru) untuk menjadi panutan, menjadi contoh,
berdiskusi bagi pelanggannya. Hal yang penting bagi tenaga pendidik
(guru) bermutu harus mampu mendesain pembelajaran.63 Selain itu,
menurut Stewart (1998) ada enam cara yang digunakan pemimpin dalam
mengembangkan pemberdayaan staf/bawahan, yakni: meningkatkan
kemampuan staf/bawahan (enabling), memperlancar (facilitating) tugas-
tugas mereka, konsultasi (consulting), bekerjasama (collaborating),
membimbing (mentoring) bawahan, dan mendukung (supporting).64
Ada empat strategi yang dapat dilakukan oleh kepala sekolah untuk
meningkatkan mutu tenaga pendidik (guru) di sekolah diantaranya sebagai
berikut:
a. Peningkatan melalui pendidikan dan pelatihan (off the job training).
Guru dilatih secara individual maupun dalam kelompok untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan terbaik dengan
menghentikan kegiatan mengajarnya. Kegiatan pelatihan seperti ini
memiliki keunggulan karena guru lebih terkonsentrasi dalam mencapai
63 Martinis Yamin dan Maisah, Op. Cit., hlm. 34-3564 Suharto, “Peran Kepala Sekolah Dalam Pemberdayaan Guru”,http://drssuharto.wordpress.com/2008/03/04/peran-kepala-sekolah-dalam-pemberdayaan-guru/ (download tanggal 29 Maret 2010)
tujuan yang diharapkan. Namun demikian kegiatan seperti ini tidak dapat
dilakukan dalam jangka waktu yang lama dan terlalu sering. Semakin
sering pelatihan seperti ini dilakukan, semakin meningkat dampak kontra
produktifnya terhadap efektivitas belajar siswa.
b. Pelatihan dalam pelaksanaan tugas atau on the job training.
Model ini dikenal dengan istilah magang bagi guru baru untuk
mengikuti guru-guru yang sudah dinilai baik sehingga guru baru dapat
belajar dari seniornya. Pemagangan dapat dilakukan pada ruang lingkup
satu sekolah atau pada sekolah lain yang memiliki mutu yang lebih baik.
c. Pelatihan Lesson Studi.
Kegiatan ini pada prinsipnya merupakan bentuk kolaborasi guru
dalam memperbaiki kinerja mengajarnya dengan berkonsentrasi pada studi
tentang dampak positif guru terhadap kinerja belajar siswa dalam kelas.
Kelompok guru yang melakukan studi ini pada dasarnya merupakan
proses kolaborasi dalam pembelajaran. Siswa dipacu untuk menunjukkan
prestasinya, namun di sisi lain guru juga melaksanakan proses belajar
untuk memperbaiki pelaksanaan tugasnya.
d. Melakukan perbaikan melalui kegiatan penilitian tindakan kelas
(PTK).
Kegiatan ini dilakukan guru dalam kelas dalam proses
pembelajaran. PTK dapat dilakukan sendiri dalam pelaksanan tugas,
melakukan penilai proses maupun hasil untuk mendapatkan data mengenai
prestasi maupun kendala yang siswa hadapi serta menentukan solusi
perbaikan. Karena perlu ada solusi perbaikan, maka PTK sebaiknya
lv
dilakukan melalui beberapa putaran atau siklus sampai guru mencapai
prestasi kinerja yang diharapkannya.65
Demikianlah beberapa strategi yang dilakukan oleh kepala sekolah
dalam meningkatkan mutu tenaga pendidik (guru) disekolah. Dari
beberapa strategi tersebut diharapkan guru dapat bekerja atau mengajar
siswanya dengan baik dan tujuan pendidikan pun dapat tercapai.
Untuk mengetahui kualitas tenaga pendidik atau guru, perlu
dilakukan suatu sistem pengujian terhadap kompetensi guru. Uji
kompetensi guru dapat dilakukan secara nasional, regional, maupun lokal.
Secara nasional dapat dilakukan oleh pemerintah pusat untuk mengetahui
kualitas dan standar kompetensi guru dalam kaitannya dengan
pembangunan pendidikan secara keseluruhan. Secara regional dapat
dilakukan oleh pemerintah provinsi untuk mengetahui kualitas dan standar
kompetensi guru dalam kaitannya dengan pembangunan pendidikan
diprovinsi masing-masing. Sedangkan secara lokal dapat dilakukan oleh
daerah (kabupaten dan kota) untuk mengetahui kualitas dan standar
kompetensi tenaga pendidik (guru), dalam kaitannya dengan pembangunan
pendidikan didaerah dan kota masing-masing.
Uji kompetensi tenaga pendidik (guru), baik secara teoritis maupun
secara praktis memiliki manfaat yang sangat penting, terutama dalam
rangka meningkatkan kualitas pendidikan melalui peningkatan kualitas
tenaga pendidik (guru) yaitu:
a. Untuk mengembangkan standar kemampuan profesional guru
b. Merupakan alat seleksi penerimaan guru
c. Untuk pengelompokan guru
65 Suharto, “Cara Mengembangkan Kompetensi Guru”(Http://Gurupembaharu.Com/Sdm/Pendidik/Menerapkan-Penjaminan-Mutu-Guru-Sesuai-Standar-Nasional-Pendidikan/) (Download tanggal 29 Maret 2010)
Active Learning (SAL), KTSP, Class Room Management, Lembaga
Pendidikan Qur’an Ummi (Sertifikasi Ummi).
Setelah mengadakan pembinaan kompetensi atau peningkatan mutu
tenaga pendidik (guru), kepala sekolah SDI Hidayatullah Semarang
beserta yayasan mengadakan program tindak lanjut yang diberikan
kepada para tenaga pendidik yang berprestasi. Program tindak lanjut
tersebut adalah memberikan kenaikan pangkat berdasarkan penilaian
kategori. Kategori tersebut adalah sebagai berikut:
83 Wawancara dengan Bp. Suprapto Haris selaku Kepala Sekolah SDI HidayatullahSemarang pada Tanggal 13 Oktober 2010
lxxiv
1) Kategori A diberikan kepada tenaga pendidik (guru) yang dalam
waktu 2 tahun sudah menunjukkan prestasinya.
2) Kategori B diberikan kepada tenaga pendidik (guru) yang dalam
jangka waktu 4 tahun sudah menunjukkan prestasinya.
3) Kategori C belum ada kenaikan pangkat atau kenaikan pangkat
masih ditunda.84
Dengan adanya strategi-strategi yang telah ditempuh oleh kepala
sekolah SDI Hidayatullah Semarang juga bekerjasama dengan pihak
yayasan maupun dengan lembaga-lembaga yang terkait dalam
meningkatkan mutu tenaga pendidik, kepala sekolah SDI Hidayatullah
Semarang mengharapkan agar para tenaga pendidik (guru) mampu dan
selalu berusaha dalam meningkatkan mutu atau kompetensinya, agar
tercapai tujuan pembelajaran. Dengan memiliki tenaga pendidik (guru)
yang kompeten dan kreatif akan menjadikan siswa memiliki daya saing
sebagai upaya mencapai visi, misi dan tujuan sekolah.
84 Wawancara dengan Bp. Suprapto Haris selaku Kepala Sekolah SDI HidayatullahSemarang pada tanggal 13 Oktober 2010
lxxv
BAB IV
ANALISIS MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU TENAGA
PENDIDIK DI SDI HIDAYATULLAH SEMARANG
Sebagaimana yang telah tercantum dalam Bab I bahwa tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kondisi mutu tenaga
pendidik di SDI Hidayatullah Semarang serta untuk mengetahui bagaimana
strategi kepala sekolah SDI Hidayatullah Semarang dalam meningkatkan
mutu tenaga pendidik. Untuk itu dalam Bab IV ini penulis akan
menganalisis dua hal tersebut sesuai dengan metode yang digunakan yaitu
menggunakan metode deskriptif kualitatif.
Dalam melakukan analisis terhadap data yang telah terkumpul,
penulis akan menganalisis dua aspek pokok yang sesuai dengan penelitian
yang penulis bahas. Pertama mengenai kondisi mutu tenaga pendidik di SDI
Hidayatullah Semarang, kedua strategi kepala sekolah dalam meningkatkan
mutu tenaga pendidik di SDI Hidayatullah Semarang.
A. Analisis Kondisi Mutu Tenaga Pendidik SDI Hidayatullah Semarang
Tenaga pendidik (guru) yang bermutu atau berkualitas merupakan
dambaan bagi konsumen pendidikan, karena tenaga pendidik (guru)
merupakan salah salah satu komponen yang sangat penting dalam
kegiatan belajar mengajar yang nantinya akan menunjang keberhasilan
pembelajaran maupun keberhasilan pendidikan.
Dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP) pasal 29 (2) butir a
menyatakan bahwa “Pendidik SD/MI atau bentuk lain yang sederajat
lxxvi
harus memiliki kualifikasi akademik minimum Diploma IV (D-IV) atau
Sarjana (S1)”.85 Dengan standar yang telah ditetapkan tersebut, maka
kepala sekolah SDI Hidayatullah Semarang terus berusaha meningkatkan
kualifikasi akademik tenaga pendidik SDI Hidayatullah Semarang agar
memenuhi standar kualifikasi yang telah ditetapkan tersebut. Usaha
kepala sekolah SDI Hidayatullah Semarang untuk meningkatkan
kualifikasi akademik tenaga pendidik dibuktikan dengan bertambahnya
jumlah tenaga pendidik (guru) yang berstrata 1 (S1). Pada tahun 2009
tenaga pendidik yang berstrata 1 (S1) berjumlah 23 dari keseluruhan
tenaga pendidik yaitu 55 orang. Sedangkan pada tahun 2010 jumlah
kualifikasi S1 meningkat menjadi 35 dari 61 tenaga pendidik (guru),
yang selebihnya masih menempuh pendidikan. Hal ini membuktikan
bahwa kepala sekolah SDI Hidayatullah Semarang terus meningkatkan
kompetensi atau mutu tenaga pendidik (guru) SDI Hidayatullah
Semarang lewat jenjang kualifikasi akademik yaitu minimum S1.
Menurut Daoed Joesoep yang dikutip oleh Marno dan M. Idris,
mengemukakan tiga fungsi guru: (1) fungsi profesional, (2) fungsi
kemanusiaan, (3) fungsi civic mission. Fungsi profesional berarti tenaga
pendidik (guru) meneruskan ilmu atau ketrampilan atau pengalaman
yang dimiliki atau dipelajarinya kepada anak didiknya. Fungsi
kemanusiaan berarti berusaha mengembangkan atau membina segala
potensi bakat atau pembawaan yang ada pada diri si anak serta
membentuk wajah ilahi dalam dirinya. Fungsi civic mission berati guru
wajib menjanjikan anak didiknya menjadi warga negara yang baik, yaitu
yang berjiwa patriotik, mempunyai semangat kebangsaan nasional, dan
85 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang StandarNasional Pendidikan, hlm. 18
lxxvii
disiplin atau taat terhadap semua peraturan perundang-undangan yang
berlaku atas dasar pancasila dan UUD 1945.86
Dari ketiga fungsi tersebut, terangkum dalam kompetensi-
kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang tenaga pendidik (guru).
Selain ketiga fungsi tersebut, seorang tenaga pendidik juga harus kreatif,
profesional, dan menyenangkan. Hal ini penting terutama untuk
menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan. Cara
guru melakukan suatu kegiatan pembelajaran memerlukan pendekatan
dan metode yang berbeda dengan pembelajaran lainnya.87
Tenaga pendidik bisa mencapai hasil yang maksimal dalam
menjalankan peranannya dalam pembelajaran, terdapat beberapa hal
yang mempengaruhinya. Pertama, dari segi kualifikasi, guru perlu
memiliki kelayakan yang tidak sekedar dibuktikan dengan gelar dan
ijasah, tetapi harus ditopang oleh kualitas diri yang unggul dan
profesional. Kedua, segi kepribadian, guru perlu memiliki kepribadian
yang tinggi, yang dilandasi dengan akhlak mulia. Ketiga, dari segi
pembelajaran, guru perlu memahami ilmu teori dan praktik pendidikan
dan kurikulum, sehingga mampu mendesain pembelajaran dengan baik,
mampu mengimplementasikan pembelajaran dengan seni pembelajaran
yang efektif, mampu mengevaluasi pembelajaran. Keempat, dari segi
sosial, guru sebagai pendidik perlu memiliki kepekaan sosial dalam
menghadapi fenomena sosial disekitarnya, karena guru adalah salah satu
elemen masyarakat.88
86 Marno dan M. Idris, Stategi dan Metode Pengajaran Menciptakan KetrampilanMengajar yang Efektif dan Edukatif, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2009), Cet. 4, hlm. 18
87 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, Menciptakan Pembelajaran Kreatif danMenyenangkan, (Bandung: PT Remaja Remaja Rosdakarya, 2008), Cet. 7, hlm. 95
88 Ngainun Naim, Menjadi Guru Inspiratif, (Yogjakarta: Pustaka Pelajar, 2009), Cet. 2,hlm. 34
lxxviii
Dalam segi pembelajaran, tenaga pendidik SDI Hidayatullah
Semarang melaksanakan tugasnya sesuai dengan kondisi kompetensi
yang dimiliki. Kompetensi merupakan kelayakan untuk menjalankan
tugas, kemampuan sebagai suatu faktor penting bagi guru, oleh karena itu
kualitas dan produktifitas kerja guru harus mampu memperlihatkan
perbuatan profesional yang bermutu.89
Pertama, kompetensi pedagogik. Tenaga pendidik SDI
Hidayatullah Semarang menerapkan yang metode mengajar secara efektif
sesuai dengan kondisi dan karakteristik siswa, selain itu menata setting
kelas sebelum pembelajaran dimulai, mengambil tindakan dan
memperlakukan siswa sesuai dengan keadaan psikologisnya, memahami
siswa secara menyeluruh terhadap perkembangan yang terjadi, mengenali
minat dan kemampuan siswa agar bisa dijadikan ukuran selanjutnya
dalam bidang pengajaran yang sesuai dengan kondisi dan karakter siswa
yang berbeda-beda karena untuk meningkatkan proses belajar mengajar
yang optimal seorang tenaga pendidik (guru) harus memperhatikan
perbedaan individual siswa sehingga dapat memberi kemudahan
pencapaian tujuan belajar yang setinggi-tingginya, karena pengajaran
yang hanya memperhatikan tingkatan sasaran akan gagal memenuhi
kebutuhan siswa, karena seorang tenaga pendidik (guru) perlu
memperhatikan emosi, kemampuan individu dan penyesuaian materi
pelajaran demi kelancaran efektifitas belajar siswa, selain itu, tenaga
pendidik (guru) juga mengamati serta memahami kesiapan belajar siswa,
mengarahkan dan memberikan nasehat agar siswa mempunyai kesiapan
penuh dalam pembelajaran, tenaga pendidik dituntut membuktikan
kesiapan belajar siswa dengan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan
dengan materi pelajaran, dan yang terakhir tenaga pendidik juga
Alamat asal : Ds. Waru Rt/w: 01/01 Kec. Rembang Kab. Rembang
Alamat sekarang : Perum Bank Niaga Blok D1 Ngaliyan Semarang
Agama : Islam
Pendidikan :
Ø SDN Waru 02 Rembang Lulus tahun 2000
Ø MTS Mu’allimin Mu’allimat Rembang Lulus tahun 2003
Ø MA Mu’allimin Mu’allimat Rembang Lulus tahun 2006
Ø IAIN Walisongo Semarang Masuk tahun 2006
Semarang, 17 Desember 2010
Azimatul Ulya
xciii
Pedoman Wawancara
A. Kepala Sekolah
1) Bagaimanakah latar belakang atau sejarah berdirinya SDI
Hidayatullah Semarang?
2) Apa visi, misi dan tujuan SDI Hidayatullah Semarang?
3) Ada berapakah guru yang berada di SDI Hidayatullah
Semarang?
4) Bagaimanakah kualifikasi pendidikan mereka?
5) Sudah sesuaikah guru pengampu mata pelajaran dengan
pendidikan mereka?
6) Dalam rangka pembinaan guru, strategi apa saja yang bapak
lakukan untuk membina kemampuan (kompetensi) atau
peningkatan mutu guru?
7) Apakah ada anggaran khusus yang dialokasikan untuk
peningkatan mutu atau kompetensi guru?
8) Faktor apa sajakah yang menjadi pendukung dalam usaha
pembinaan kemampuan atau kompetensi guru?
9) Faktor apa saja yang menjadi penghambat dalam usaha
pembinaan kemampuan atau kompetensi guru?
10) Bagaimanakah upaya yang bapak lakukan untuk mengatasi
berbagai faktor yang menjadi penghambat dalam usaha
pembinaan kemampuan guru?
xciv
11) Bentuk penilaian seperti apakah yang akan digunakan dalam
mengukur keberhasilan program pembinaan kemampuan guru
di SDI Hidayatullah Semarang?
12) Bagaimanakah program tindak lanjut dari pembinaan
kemampuan atau kompetensi guru di SDI Hidayatullah
Semarang?
13) Apakah pernah dilakukan studi banding ke SD lain?
14) Apakah para guru diberikan beasiswa untuk tugas belajar atau
kuliah untuk meningkatkan kompetensinya?
B. Tenaga Pendidik (guru)
1) Bagaimana pembelajaran yang dilakukan di SDI Hidayatullah
Semarang?
2) Apa yang dimaksud dengan Quantum Teaching, Quantum
Learning, Sinergy Building, Student Active Learning (SAL),
Class Room Management, Sertifikasi Ummi?
xcv
HASIL WAWANCARA
A. Hari/Tanggal : Rabu, 13 dan 25 Oktober 2010
Tempat : Kantor SDI Hidayatullah Semarang
Waktu : 09.00 WIB
1) Peneliti : Bagaimana latar belakang atau sejarah berdirinya SDIHidayatullah Semarang)?
Kepsek : Berdirinya SDI Hidayatullah Semarang dilatarbelakangi daripemikiran bahwa setiap anak sholeh adalah aset yang paling berharga bagi orangtua. harapan orang tua dari masyarakat sekitar yaitu ingin memasukkan anaknyake lembaga pendidikan yang didalamnya tidak hanya mentransfer ilmu, tetapimendidik, membimbing dan membina disertai teladan yang nyata daripengajarnya. Tepatnya tanggal 16 Juli 1990 berdirilah SDI Hidayatullah yangberada dibawah yayasan Abul Yatama dengan pendidikan berbasis Islam. Awalmula berdirinya, SDI Hidayatullah memiliki 3 ruang kelas dan 94 siswa dengandidampingi 6 guru dan 1 TU. Tahun pelajaran 2009/2010 tertampung siswasebanyak 815 orang dan memiliki ruang kelas sebanyak 24 unit. Jumlah tenagapengajar juga bertambah, yaitu 61 guru dan memiliki 17 karyawan.
2) Peneliti : Apa visi, misi, dan tujuan SDI Hidayatullah Semarang?
Kepsek :
a.Visi SDI Hidayatullah Semarang
Memadukan Dzikir, Fikir dan Ikhtiar serta menyemai benih insan KhoiruUmmah.
b. Misi SDI Hidayatullah Semarange. Mewujudkan Lembaga Pendidikan Islam yang berbasis dakwah.
f. Menjadi Lembaga Pendidikan Islam yang unggul berbasis IMTAQdan IPTEK sekaligus sebagai model.
g. Membangun kebersamaan antar stakholder secara komunikatif.
h. Menjadikan Lembaga Pendidikan Islam sebagai lembaga yangmendorong perbaikan yang berkelanjutan (continuous improvement).
c. Tujuan SDI Hidayatullah Semarang
xcvi
d. Membentuk tunas-tunas muda Islam yang beriman, bertaqwa, berilmuserta bertanggung jawab.
e. Berusaha menghasilkan kader-kader Islam berkepribadian Muslimyang Mukmin.
f. Menanamkan disiplin dalam segala aspek kehidupan pada setiapsiswa.
3) Peneliti : Bagaimana strategi kepala sekolah dalam meningkatkan mututenaga pendidik?
Kepsek : kerjasama yang dilakukan yaitu:
a. Kerjasama dengan Kualita Pendidikan Indonesia (KPI),meliputi: Sinergy Building, Quantum Teaching, Quantum Learning,Student Active Learning (SAL), Class Room Management, LembagaPendidikan Qur an Ummi.
b. Kerjasama dengan Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan(LPMP) Jawa Tengah
c. Pembinaan rutin yang dilakukan oleh kepala sekolah maupun dariyayasan (pembinaan organisasi, membina keakraban para guru,melakukan rukyah, memberi kultum, ngaji bersama, evaluasipembelajaran)
d. Pengalokasian anggaran untuk meningkatkan mutu tenagapendidik
e. Melakukan Studi Bandingf. Pemberian Beasiswa
4) Peneliti : Faktor apa sajakah yang menjadi pendukung dalam usahapembinaan kemampuan atau kompetensi guru?
Kepsek : faktor pendukung yang menjadi motivasi untuk tetap terusmeningkatkan kompetensi tenaga pendidik, yaitu:
a. Peran pihak yayasan baik dari pengawas maupun darikepala bidang yang terus memotivasi dan memberi dukungan untuktidak berhenti dalam meningkatkan pembinaan mutu kompetensi tenagapendidik.
b. Kerjasama dengan Kualita Pendidikan Indonesia (KPI)Surabaya, yaitu Sinergy Building, Quantum Learning, QuantumTeaching, Student Active Learning (SAL), KTSP, Class RoomManagement, Lembaga Pendidikan Qur’an Ummi (Sertifikasi Ummi).
5) Peneliti : Faktor apa saja yang menjadi penghambat dalam usahapembinaan kemampuan atau kompetensi guru?
xcvii
Kepsek : Waktu dan keragaman visi SDM
6) Peneliti : Bagaimanakah program tindak lanjut dari pembinaankemampuan atau kompetensi guru di SD Hidayatullah Semarang?
Kepsek : Program tindak lanjutnya dengan memberikan kenaikanpangkat berdasarkan penilaian kategori:
7) Kategori A diberikan kepada tenaga pendidik (guru) yang dalamwaktu 2 tahun sudah menunjukkan prestasinya.
8) Kategori B diberikan kepada tenaga pendidik (guru) yang dalamjangka waktu 4 tahun sudah menunjukkan prestasinya.
9) Kategori C belum ada kenaikan pangkat atau kenaikan pangkatmasih ditunda.
7) Peneliti : Apakah pernah dilakukan studi banding ke SD lain?
Kepsek : Kepala sekolah SDI Hidayatullah Semarang beserta wakakurikulum, waka kesiswaan dan waka humas mengadakan studi bandingdan magang ke SD lain. Hal ini dilakukan untuk mengetahui bagaimanapembelajaran yang dilakukan di SD tersebut selain itu juga untukmengetahui apa saja strategi yang dilakukan oleh kepala sekolah dalammeningkatkan mutu atau kompetensi tenaga pendidiknya.
8) Peneliti : Bagaimana kondisi mutu tenaga pendidik di SDIHidayatullah Semarang?
Kepsek :
Tenaga pendidik (guru) yang berada di SDI Hidayatullah Semarangdalam kualifikasi akademik tahun 2010 52% sudah memenuhi standarkualifikasi S1 atau sebanyak 35 guru berstrata S1 dari jumlah keseluruhanguru yaitu 61 orang, sedangkan selebihnya masih kualifikasi D-III/D-IV.Pada tahun 2009 kualifikasi guru S1 hanya berjumlah 23 orang dari 55jumlah guru. Tenaga pendidik yang masih belum kualifikasi S1 sedangmenempuh pendidikannya lagi untuk mendapatkan kualifikasi S1.
Dalam hal pembelajaran, tenaga pendidik SDI Hidayatullah Semarangmelaksanakan tugasnya sesuai dengan kompetensi yang dimilikinya,diantaranya:a. Kompetensi pedagogik, meliputi: mengelola
pembelajaran dan menerapkan metode mengajar yang efektif sesuaidengan kondisi dan karakteristik siswa, menata latar (setting) kelas,memahami siswa sesuai dengan keadaan psikologisnya, memahamidiri siswa secara menyeluruh, mengenali minat dan kemampuanmasing-masing siswa, selalu mengarahkan dan memberi motivasi
xcviii
terhadap siswa, mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan untuk siswayang berhubungan dengan materi yang akan diajarkan.
b. Kompetensi profesional: mampu memahami materipembelajaran secara luas karena latar belakang pendidikannya sudahsesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan. Akan tetapi ada satutenaga pendidik saja yang belum sesuai dengan latar belakangpendidikannya, namun tenaga pendidik (guru) mampu mengajar matapelajaran tersebut.
c. Kompetensi kepribadian, meliputi: memberi contohuntuk bertindak sesuai dengan ajaran Islam seperti berbuat baikterhadap sesama, berkata jujur, ikhlas dalam memberi maupunmenolong, suka membantu teman apabila mengalami kesulitan, danberbakti kepada kedua orang tua, guru SDI Hidayatullah Semarangmemiliki kepribadian yang arif, berwibawa, disiplin dan dewasa,seperti menampilkan kemandirian dalam bertidak sebagai pendidikselain itu juga memiliki etos kerja sebagai tenaga pendidik.
d. Kompetensi sosial, meliputi: mampu berkomunikasi danbergaul secara efektif dengan peserta didik baik didalam kelasmaupun diluar kelas, mampu berkomunikasi dengan sesama pendidikdan tenaga kependidikan, mampu berkomunikasi dengan orang tuawali atau masyarakat sekitar.
B. Hari/Tanggal : Kamis, 25 November 2010
Tempat : Ruang guru SDI Hidayatullah Semarang
Waktu : 08.00 WIB
1. Peneliti : Apa yang dimaksud dengan Quantum Teaching, QuantumLearning, Class Room Management, Sinergy Building,Student Active Learning?
Pak Misbah :f. Quantum Learning
Dalam pelatihan Quantum Learning, tenaga pendidik SDIHidayatullah Semarang mendapatkan pelatihan tentang speed reading.Fokus pelatihan ini yaitu bagaimana kita bisa membaca dengan cepat danbisa menghasilkan pemahaman dari apa yang dibaca.
g. Quantum Teaching
xcix
Pelatihan tentang bagaimana caranya peserta didik bisa menyerapmateri pelajaran dengan cepat dan mengena. Selain itu, guru juga dilatihagar bisa masuk kedalam dunia siswa agar bisa menerapkan metodepembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa, sehingga siswa bisasemangat dalam belajar dan cepat dalam menerima materi pelajaran.Sesuai dengan kondisi anak SD yaitu bermain, maka metode yangdigunakan dalam pembelajaran yaitu menggunakan metode gerak ataumenyanyi. Dengan seperti itu, materi pelajaran mudah diingat dan mudahdipahami oleh siswa.
h. Sinergy Building
Tenaga pendidik SDI Hidayatullah Semarang mendapatkanpengarahan tentang menyamakan visi dan misi untuk mencapai tujuan.Semua tenaga pendidik yang mengajar mata pelajaran agama maupuntenaga pendidik yang mengajar mata pelajaran umum harus sama visidan misinya dalam mencapai tujuan.
i. Student Active Learning (SAL)
Tenaga pendidik (guru) SDI Hidayatullah Semarang mendapatkanpelatihan tentang bagaimana caranya agar siswa bisa aktif didalam kelas.Selain itu, guru juga mendapatkan pelatihan bagaimana siswa didalamkelas bisa aktif sampai 80% sedangkan guru hanya 20%.
j. Class Room Management
Tenaga pendidik SDI Hidayatullah Semarang dilatih untukmengelola kelas dengan baik, dan bisa memanfaatkan kelas sebagaisarana apa saja atau multi fungsi. Contohnya, kelas tidak hanya sebagaitempat untuk belajar akan tetapi kelas dapat digunakan sebagaiperpustakaan, kelas sebagai tempat untuk sosialisasi, kelas sebagaitempat untuk sholat dan sebagai tempat untuk makan.
c
C.Hari/Tanggal: Rabu, 13 Oktober 2010
Tempat : kelas 1 A
Waktu : 07.30 WIB
1) Peneliti : Bagaimana pembelajaran yang dilakukan di sdihidayatullah semarang?
Pak Asnawi : Di SDI Hidayatullah Semarang Kegiatan BelajarMengajar (KBM) di mulai dari hari Senin-Jum’at dengan ketentuan KBMkelas 1 s.d 3 pukul 07.00-12.30 WIB (Senin s.d Kamis), KBM hari Jum’atpukul 07.00-14.00 WIB sedangkan kelas 4 s.d 6 pukul 07.00-14.00 WIB(Senin s.d Kamis), KBM hari Jum’at pukul 07.00-15.30 WIB. Sebelumpelajaran dimulai siswa diwajibkan untuk berdoa. Diantara doa yang dibacasebelum pelajaran dimulai diantaranya: doa mau belajar, mohon kecerdasan,kedua orang tua, kebaikan dunia akhirat, dan mohon petunjuk. Kemudiandilakukan Tahfidz dan hafalan surat-surat pendek.
2) Peneliti : Bagaimana pelatihan yang dilakukan oleh kpi dalamsertifikasi ummi?
Pak asnawi : Dalam sertifikasi ummi ini dilakukan untuk mengetahuisejauh mana pengetahuan tenaga pendidik SDI Hidayatullah Semarangdalam membaca Al-Quran. Apabila dalam pengetahuannya sudah luas dandalam membaca pun sudah fasih maka akan mendapatkan sertifikat dari KPIdan apabila belum bisa maka akan mendapatkan pelatihan dari KualitaPendidikan Indonesia (KPI).
ci
SDI Hidayatullah tampak dari depan
Para Guru sedang mengikuti Diklat
Pembelajaran dilakukan dengan melingkar dan guru sedang memotivasi siswasebelum pembelajaran dimulai