Top Banner
1 STRATEGI KAMPANYE CALON ANGGOTA LEGISLATIF PARTAI DEMOKRAT KABUPATEN KEDIRI TAHUN 2014 Riga Prananda Yono Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya ([email protected]) Abstrak Penelitian ini menjelaskan mengenai strategi berkampanye calon DPRD dari Partai Demokrat Kabupaten Kediri, dalam pelaksanaan Pemilu ditahun 2014. Beragam strategi kampanye yang dijalankan para caleg Partai Demokrat Kabupaten Kediri, penulis coba untuk jelaskan dalam bingkai teori tindakan sosial yang dijelaskan oleh Max Webber. Webber mengelompokan tindakan sosial kedalam empat kelompok yakni; rasionalitas instrumental, rasionalitas atas sebuah nilai, tindakan afektif, dan tindakan tradisional. Dalam menerapkan strategi kampanyenya para caleg akan menyesuaikan dengan bentuk budaya dari masyarakat Kabupaten Kediri, khususnya yang sangat kental dengan kebudayaan islam dan budaya untuk bersosialisasi. Kata Kunci: Kampanye, tindakan sosial, budaya Abstract This research elaborate DPRD legislative candidates’ campaign strategy from Demokrat Party at Kediri District on 2014 election. Various campaign strategies were undertook by Demokrat Party’s candidates in Kediri District. The researcher try to explain this phenomenon in social action theorys framework by Max Webber. Webber clasify social action into four group, which are: instrumental rationality, rationality of a value, affective action, and traditional action. The candidates will adjust their strategy with local culture in Kediri District, especially with Islamic and socialization culture which are so viscous to the society. Key Word: Campaign, social action, culture Pendahuluan Dalam setiap pelaksanaan pemilu, para kontestan politik akan berlomba-lomba dalam mendapatkan suara terbanyak dari masyarakat. Kampanye merupakan cara yang dilakukan oleh partai maupun para kandidat, untuk meyakinkan masyarakat bahwa mereka layak untuk diberikan amanat dalam mewakili aspirasi masyarakat di daerah pemilihannya. Partai Demokrat yang kembali lolos tahapan electoral treshold 1 untuk ketiga kalinya, tahun ini harus berkampanye ekstra setelah maraknya pemberitaan kasus korupsi yang dilakukan kadernya di DPR. Hal ini memiliki pengaruh terhadap turunnya kepercayaan masyarakat untuk kembali memberikan amanatnya kepada Partai Demokrat. Kampanye yang dilakukan oleh partai politik dan kandidat tidak hanya untuk menarik massa pendukungnya, namun juga untuk menarik massa yang mendukung partai dan kandidat 1 Berdasarkan surat Keputusan KPU Nomor 05/Kpts/KPU/2013 menyatakan partai yang dinyatakan memenuhi syarat sebagai partai politik peserta Pemilu 2014 adalah NasDem, PPP, PDIP, Partai Golkar, PKS, PKB, PBB, Partai Demokrat, PAN, PKPI, GERINDRA, HANURA, dan 3 partai politik lokal Aceh
16

Strategi Kampanye Calon Anggota legislatif Partai Demokrat Kabupaten Kediri

Mar 13, 2023

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Strategi Kampanye Calon Anggota legislatif Partai Demokrat Kabupaten Kediri

1

STRATEGI KAMPANYE CALON ANGGOTA LEGISLATIF PARTAI DEMOKRAT

KABUPATEN KEDIRI TAHUN 2014

Riga Prananda Yono

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya

([email protected])

Abstrak

Penelitian ini menjelaskan mengenai strategi berkampanye calon DPRD dari Partai

Demokrat Kabupaten Kediri, dalam pelaksanaan Pemilu ditahun 2014. Beragam strategi

kampanye yang dijalankan para caleg Partai Demokrat Kabupaten Kediri, penulis coba untuk

jelaskan dalam bingkai teori tindakan sosial yang dijelaskan oleh Max Webber. Webber

mengelompokan tindakan sosial kedalam empat kelompok yakni; rasionalitas instrumental,

rasionalitas atas sebuah nilai, tindakan afektif, dan tindakan tradisional. Dalam menerapkan

strategi kampanyenya para caleg akan menyesuaikan dengan bentuk budaya dari masyarakat

Kabupaten Kediri, khususnya yang sangat kental dengan kebudayaan islam dan budaya untuk

bersosialisasi.

Kata Kunci: Kampanye, tindakan sosial, budaya

Abstract

This research elaborate DPRD legislative candidates’ campaign strategy from

Demokrat Party at Kediri District on 2014 election. Various campaign strategies were

undertook by Demokrat Party’s candidates in Kediri District. The researcher try to explain

this phenomenon in social action theorys framework by Max Webber. Webber clasify social

action into four group, which are: instrumental rationality, rationality of a value, affective

action, and traditional action. The candidates will adjust their strategy with local culture in

Kediri District, especially with Islamic and socialization culture which are so viscous to the

society.

Key Word: Campaign, social action, culture

Pendahuluan

Dalam setiap pelaksanaan pemilu, para kontestan politik akan berlomba-lomba dalam

mendapatkan suara terbanyak dari masyarakat. Kampanye merupakan cara yang dilakukan

oleh partai maupun para kandidat, untuk meyakinkan masyarakat bahwa mereka layak untuk

diberikan amanat dalam mewakili aspirasi masyarakat di daerah pemilihannya. Partai

Demokrat yang kembali lolos tahapan electoral treshold1 untuk ketiga kalinya, tahun ini

harus berkampanye ekstra setelah maraknya pemberitaan kasus korupsi yang dilakukan

kadernya di DPR. Hal ini memiliki pengaruh terhadap turunnya kepercayaan masyarakat

untuk kembali memberikan amanatnya kepada Partai Demokrat.

Kampanye yang dilakukan oleh partai politik dan kandidat tidak hanya untuk menarik

massa pendukungnya, namun juga untuk menarik massa yang mendukung partai dan kandidat

1 Berdasarkan surat Keputusan KPU Nomor 05/Kpts/KPU/2013 menyatakan partai yang dinyatakan memenuhi

syarat sebagai partai politik peserta Pemilu 2014 adalah NasDem, PPP, PDIP, Partai Golkar, PKS, PKB, PBB,

Partai Demokrat, PAN, PKPI, GERINDRA, HANURA, dan 3 partai politik lokal Aceh

Page 2: Strategi Kampanye Calon Anggota legislatif Partai Demokrat Kabupaten Kediri

2

lain. Sayangnya, banyak kandidat yang melakukan kampanye hanya pada komunikasi satu

arah seperti mengumpulkan massa di suatu lapangan, membagikan atribut kampanye hingga

penggunaan iklan oleh kandidat di media massa. Padahal penggunaan atribut kampanye

seperti stiker, iklan di media massa, pakaian dan pembentukan citra caleg melalui atribut lain

hanya memiliki pengaruh untuk menjaring massa yang belum memiliki pilihan.

Penggunaan metode kampanye yang menggunakan komunikasi satu arah dirasa

kurang efektif, sehingga kandidat sebaiknya menggunakan metode-metode berkampanye

yang menekankan prinsip komunikasi dua arah. Hal ini dikarenakan bahwa orang yang

diterpa komunikasi persuasif kampanye adalah yang paling cenderung telah sampai kepada

keputusan pemberian suara2.

Pelaksanaan kampanye yang dilakukan oleh para kandidat dipengaruhi oleh banyak

hal, seperti media yang ada, perilaku pemilih dan kultur dan budaya dari masyarakat. Jika di

Indonesia Timur gaya kampanye menggunakan organ tunggal, tuak, dan daging sebagai

pendekatan kepada masyarakatnya. Untuk di daerah Jawa Timur, peneliti melihat gaya

kampanye yang cukup sering dilakukan adalah melalui hal-hal yang sifatnya keagamaan

seperti pengajian dan mendatangi ulama besar dan beberapa cara lain yang akan dibahas

selanjutnya.

Namun ketika akan mendekati masyarakat, para kandidat seharusnya sudah mendekati

masyarakat sebelum memasuki masa kampanye. Hal inilah yang digambarkan firmanzah3

sebagai kampanye politik, dimana kandidat sudah membentuk citra yang baik bagi

masyarakat dari jauh-jauh hari, dan bukannya mendekati momentum pelaksanaan pemilu. Hal

ini dikarenakan manusia dapat merekonstruksi masa lalu, mempersepsikan kondisi masa

sekarang, dan mengantisipasi masa depan melalui lambang-lambang yang mengikhtisarkan,

menyaring, memadatkan, mendistorsikan apa yang oleh indranya dijadikan perhatian4.

Tulisan ini akan membahas mengenai penerapan strategi kampanye yang dilakukan

oleh para anggota calon DPRD Kabupaten Kediri dari Partai Demokrat. Teori yang

digunakan untuk menjelaskan pelaksanaan kampanye para caleg adalah teori tindakan sosial

milik Max Webber. Tindakan sosial diartikan sebagai setiap perilaku manusia yang memiliki

arti subjektif dari pelakunya, baik itu dilakukan secara terbuka ataupun tertutup yang

diarahkan untuk suatu tujuan. Perilaku yang terjadi bukanlah bersifat kebetulan atau

2 Aulia A. Rachman, Citra Khalayak Tentang Golkar. Jakarta: Pusat Studi Agama dan Peradaban. 2006. hal. 41

3 Firmanzah, Loc.CIt

4 Aulia A. Rachman, Op.Cit hal. 29

Page 3: Strategi Kampanye Calon Anggota legislatif Partai Demokrat Kabupaten Kediri

3

spontanitas, melainkan terjadi secara terstruktur dan memiliki makna tertentu5. Tindakan

manusia yang termasuk tindakan sosial harus memiliki tujuan tertentu yang terwujud jelas

dan memiliki arti bagi pihak-pihak yang terlibat6.

Menurut Weber, tindakan sosial dikelompokan kedalam empat bentuk. Pertama,

tindakan rasionalitas instrumental (zweckrational), yaitu suatu tindakan yang diterapkan

dalam suatu situasi dengan keragaman cara dan tujuan sehingga pelaku bebas memilih cara-

caranya yang dirasa cukup efisien7.

Kedua, rasional atas sebuah nilai (wertrational), yaitu tindakan atas sebuah nilai

penting dalam kehidupan manusia (etika, estetika, agama dll), yang mempengaruhi tingkah

laku manusia dalam kehidupannya8.

Ketiga, tindakan afektif (especially emotional), yaitu tindakan berdasarkan kondisi

kejiwaan yang merupakan hasil konfigurasi khusus dari perasaan pribadi aktornya9, untuk

menetapkan cara-cara dan tujuan dari aksi10

. Dalam beberapa kasus tindakan afektif bisa

berkaitan dengan tindakan rasionalitas instrumental, atau rasional atas sebuah nilai, ataupun

keduanya. Keempat, tindakan tradisional, yaitu tindakan yang sudah dilakukan secara biasa

dan turun menurun.

Gambar 1. Alur Pikir Penelitian

5 Ambo Upe, Sosiologi Politik Kontemporer. Jakarta: Prestasi Pustakakarya. 2008. hal. 89

6 Soerjono Soekanto: Max Weber, Konsep-Konsep Dasar Dalam Sosiologi. Jakarta: CV.Rajawali. 1985. hal. 48

7 Wardi Bachtiar, Op.Cit. hal 273

8 Ambo Upe, Hal. 90

9 Sorjono Sokanto, hal. 46

10 Wardi Bachtiar, hal. 273

Rasionalitas Instrumental

Rasionalitas atas nilai

Tindakan

Afektif

Tindakan

Tradisiona

l

Strategi Kampanye

Masyarakat / Konstituen

Caleg

Page 4: Strategi Kampanye Calon Anggota legislatif Partai Demokrat Kabupaten Kediri

4

Sumber: diolah oleh peneliti

Pertanyaan yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana

strategi Kampanye calon legislatif dari Partai Demokrat Kabupaten Kediri dalam Pemilu

tahun 2014?”. Sedangkan tujuan dari penelitian ini Pertama, untuk mengetahui penerapan

tindakan sosial sebagai strategi kampanye yang dilakukan para calon legislatif (caleg) Partai

Demokrat dalam pelaksanaan Pemilu Legislatif tahun 2014. Kedua, Mengetahui secara

mendalam mengenai Pelaksanaan kampanye dalam Pemilu DPRD Kabupaten Kediri yang

dilakukan calon legislaltif Partai Demokrat.

Metode Penelitian

Penelitian yang digunakan adalah melalui metode kualitatif, dan dijelaskan melalui

fenomenologi yang berarti peneliti meminimalkan jarak dengan objek yang diteliti11

.

Pendekatan ini menekankan kepada pengalaman subjektif dari manusia dan interpretasinya

atas dunia, mempelajari kehidupan sosial yang berlangsung12

.

Dalam melakukan penelitian peneliti menggunakan data primer dan data sekunder.

Data primer didapatkan oleh peneliti melalui terjun langsung ke lapangan. Data primer ini

didapatkan melalui wawancara, dan kajian pustaka. Sedangkan data sekunder merupakan data

yang didapatkan oleh peneliti bukan dari turun ke lapangan, melainkan berasal dari dokumen,

dan arsip-arsip resmi.

Untuk wawancara, peneliti memilih 5 kelompok narasumber yang terdiri dari 3 caleg

DPRD terpilih Partai Demokrat Kabupaten Kediri, 3 caleg DPRD tidak terpilih Partai

Demokrat Kabupaten Kediri, Ketua Panwaslu Kabupaten Kediri, dan 3 orang masyarakat

Kabupaten Kediri yang memiliki hak pilih, dan kalangan akademisi.

Hasil Penelitian: Penerapan Strategi Kampanye Menurut Tindakan Sosial

Rasionalitas Instrumental

Penerapan strategi berkampanye pertama dijelaskan melalui rasionalitas instrumental.

Dalam jenis rasionalitas instrumental, jenis kampanye yang dilakukan meliputi pemilihan

citra, pemilihan jaringan tim sukses, pemilihan program yang diusung, penggunaan media,

pemilihan konstituen utama, dan penggunaan biaya kampanye.

Dalam penelitian yang dilakukan, ditemukan bahwa bahwa semua caleg yang terpilih

lebih memilih untuk mengangkat citra pribadinya dalam kampanye, selain itu seluruh caleg

yang terpilih memilih untuk membuat citra pribadi mereka dekat dengan pemilih. Pengaruh

11

Ambo Upe, Op.Cit hal. 131 12

Bagong Suyanto dan Sutinah (ed). 2005. Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif Pendekatan. Jakarta:

Kencana. Hal: 167.

Page 5: Strategi Kampanye Calon Anggota legislatif Partai Demokrat Kabupaten Kediri

5

dari pemberitaan nasional atas kasus-kasus Partai Demokrat sebenarnya memiliki pengaruh

besar atas para caleg dari Partai Demokrat di Kabupaten Kediri. Hal ini dapat digambarkan

air yang mengalir di sungai, jika air pada sumbernya tidak bersih, maka yang dibagian

bawahpun tidak bersih, Apabila sumber itu atau atasannya bersih, maka bagian-bagian

kebawahnya mencerminkan kebaikan-kebaikannya. Sehingga walaupun sebenarnya tokoh-

tokoh yang ada di bawah tidak menghadapi permasalahan seperti yang ada di pusat, tapi ikut

terkena dampak.13

Namun rupanya tidak setiap masyarakat memperdulikan berita mengenai kondisi dari

partai pengusung caleg. Salah satu warga mengatakan bahwa dia lebih memperhatikan

mengenai profil keseharian dari caleg. Hal ini dikarenakan bahwa mereka tidak banyak

memperhatikan berita dari semua partai, sehingga mereka lebih memilih untuk mengamati

apa yang mereka lihat secara langsung.

Pemilihan citra pribadi yang dipilih oleh banyak caleg Partai Demokrat Kabupaten

Kediri sudah menjadi langkah yang tepat untuk diterapkan dalam situasi merosotnya citra

Partai Demokrat. Hal ini dikarenakan jika caleg justru menawarkan citra partai, maka pemilih

akan enggan memberikan pilihannya terkait menurunnya citra Partai Demokrat menjelang

Pemilu tahun 2014. Terlebih melalui mekanisme suara terbanyak sebagai metode untuk

menghitung perolehan suara, maka yang terpenting adalah caleg (figur) dan bukan partai

politiknya14

.

Dalam pemilihan jaringan tim sukses, bahwa semua caleg yang terpilih menggunakan

jaringan dari internal partai maupun lingkungan kerja dan organisasi sebagai tim suksesnya.

Walaupun ada caleg yang menggunakan bantuan dari kalangan elit formal, namun rupanya

tetap tidak dapat menjadi jaminan bagi seorang caleg untuk terpilih. Dari enam caleg yang

menjadi sample penelitian, terlihat bahwa hanya dua caleg yang memilih untuk menggunakan

jasa tim sukses yang berasal dari perekrutan secara terbuka.

Dari penggambaran mengenai jaringan tim sukses para caleg di atas, terlihat bahwa

hampir semua caleg lebih mengandalkan kekuatan keluarga untuk menjadi tim sukses. Hal ini

sebenarnya memiliki beberapa manfaat seperti: Pertama, tim sukses dari jaringan keluarga

memiliki loyalitas lebih tinggi daripada orang lain. Kedua, penggunaan jaringan keluarga

sebagai tim sukses sebenarnya bisa menghemat pengeluaran caleg, karena keluarga sendiri

tidak mementingkan “pembayaran” untuk memberikan bantuan. Hal ini berbeda dengan

orang lain yang tidak mau bergerak jika tidak dibayar, bahkan dalam beberapa kasus tim

13

Wawancara dengan Drs. Mashuri,M.Si selaku Dosen FISIPOL UNIK pada 19 Juni 2014. 14

Firmanzah, Persaingan, legitimasi, kekuasaan dan marketing politik. Hal. 13

Page 6: Strategi Kampanye Calon Anggota legislatif Partai Demokrat Kabupaten Kediri

6

sukses yang bukan merupakan keluarga bisa saja memilih untuk mendukung caleg lain yang

membayar lebih.

Namun penggunaan tim sukses caleg juga memiliki kekurangan karena budaya Jawa

Timur yang saling sungkan atau mudah tidak enak, dalam menggunakan jaringan keluarga

sebagai tim sukses aka sulit untuk menggunakan target. Berbeda dengan menggunakan

jaringan tim sukses dari kalangan diluar keluarga, caleg bisa leluasa untuk mematok target

jumlah masyarakat yang harus dirangkul. Jika tidak memenuhi target, caleg bisa memberikan

sanksi berupa pemotongan honorarium atas tim sukses.

Selanjutnya adalah pemilihan program yang diusung. Ternyata dalam pelaksanaan

strategi kampanyenya, tidak semua caleg menawarkan program kerja kepada konstituennya.

Bahkan salah satu caleg incumbent mengakui bahwa masyarkat di dapilnya tidak

memperdulikan mengenai program kerja dalam pelaksanaan kampanye. Sedangkan caleg

yang mengusung program kerja, semuanya mengajukan program-program yang sudah

berhasil diterapkan oleh Partai Demokrat dalam periode sebelumnya seperti raskin, Bantuan

Siswa Miskin, dan lain-lain.

Namun rupanya memang tidak semua masyarakat memperdulikan program yang

ditawarkan oleh caleg. Beberapa kalangan masyarakat sepertinya memang sudah tidak

percaya terhadap pemberian program yang ditawarkan oleh caleg. Hubungan sebab akibat

yang muncul atas ketidak percayaan masyarakat kepada program yang ditawarkan caleg,

muncul disebabkan oleh terjeratnya banyak kader partai Partai Demokrat di pusat yang

terjerat korupsi.

Dari penelitian yang peneliti lakukan, para caleg tidak ada yang mengusung sebuah

program yang belum pernah ada di Kabupaten Kediri. Sebaiknya caleg memilih sebuah

program yang sesuai dengan pekerjaan konstituennya. Misalkan untuk mendekati masyarakat

yang berprofesi sebagai petani, caleg bisa menawarkan program pupuk murah. Selain itu

sebaiknya dalam mengusung sebuah program, para caleg mengusung program yang inovatif,

seperti pembangunan sistem E-gov (Elektronik Government) di Kabupaten Kediri. Program

yang diusung bisa seperti penerapan radio DPRD, dimana nantinya anggota DPRD akan

memberikan banyak informasi terhadap masyarkat Kabupaten Kediri, sekaligus dapat

menerima keluhan masyarakat melalui radio interaktif. Hal ini dikarenakan dalam iklim

persaingan, para pihak harus bersaing untuk membenahi diri, karena harus mereka sadari

Page 7: Strategi Kampanye Calon Anggota legislatif Partai Demokrat Kabupaten Kediri

7

bahwa siapapun yang mampu menghasilkan inovasi yang dapat diterima masyarkat pasti

akan meningkatkan basis legitimasi di masyarakat15

.

Untuk mengenalkan diri, visi misi, dan program yang diusung oleh caleg, para caleg

akan menggunakan sebuah media untuk merebut perhatian konstituennya dengan harapan

agar para masyarakat di dapilnya mau memberi suara kepada caleg. Strategi pemilihan media

yang sesuai dengan geografis pemilih memegang peranan penting dalam penggunaan media.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti, media yang dilakukan oleh caleg terbagi

menjadi media Umum dan media massa. Media umum berbentuk seperti kaos, gelas,

kalender, sticker dan lain-lain. sedangkan media massa berbentuk seperti radio, surat kabar,

dan TV.

Media yang banyak digunakan oleh caleg adalah banner, stiker, baliho, dan radio.

Penggunaan media seperti banner, stiker dan baliho dirasa tidak begitu efektif dan menguras

biaya yang sangat besar. Selain itu masyarakat memandang hal tersebut justru malah

membingungkan, karena jumlahnya banyak dan digunakan oleh hampir semua caleg.

Sebenarnya penggunaan media dalam kampanye sebaiknya tidak hanya mengenai pengenalan

profil caleg, dan penjabaran visi misi, namun juga digunakan untuk mengumumkan mengenai

kegiatan apa saja yang sudah caleg lakukan. Misalnya ketika melakukan suatu kegiatan kerja

bakti, menggunakan peliputan dari media massa baik radio, koran, bahkan TV daerah. Hal

tersebut dikarenakan menurut penelitian dalam psikologi, sosiologi dan komunikasi

menyatakan bahwa kita dapat membentuk opini publik melalui sebuah informasi yang

diberikan kepada masyarakat16

. Sehingga melalui penggunaan media, caleg dapat sekaligus

membangun image positif kepada masyarakat.

Namun penggunaan media juga harus tetap diimbangi dengan caleg bersosialisasi

langsung kepada masyarakat, tidak hanya mengandalkan penggunaan media secara penuh.

Hal ini karena penggunaan media yang jumlahnya terlalu banyak hanya menjadi pemborosan

dalam anggaran biaya kampanye. Jika ingin menggunakan media dalam berkampanye bisa

disiasati dengan menaruh di tempat yang strategis, misalnya di kendaraan umum. Karena

tanpa harus menyimpan di puluhan titik, namun menyimpan di satu titik yang memiliki

mobilitas.

Dari data lapangan yang diperoleh oleh peneliti di Kabupaten Kediri, masih ada caleg

yang tidak mengutamakan untuk mendekati kelompok tertentu. Selain itu seharusnya dalam

15

Firmanzah, persaingan, legitimasi... Hal. 25 16

Firmanzah, Mengelola Partai Politik: Komunikasi dan Positioning Ideologi Politik di Era Demokrasi.

Jakarta: Yayasan Obor Pustaka Indonesia. 2011. Hal 28.

Page 8: Strategi Kampanye Calon Anggota legislatif Partai Demokrat Kabupaten Kediri

8

mendekati konstituen, sebaiknya caleg tidak hanya mendekati kelompok yang sudah

dikenalnya. Hal ini dikarenakan caleg harus berusaha untuk merebut pasar atau merebut

pendukung caleg lain dan massa yang masih mengambang. Namun ketika akan mendekati

kelompok tertentu, para caleg seharusnya mengetahui mengenai kekurangan, kelebihan, dan

apa yang diinginkan oleh suatu kelompok.

Selain itu sebaiknya para caleg melalui pemetaan kelompok masyarakat berdasarkan

agama, usia, dan pekerjaan yang sudah dicantumkan di bab sebelumnya dapat memilih

kelompok mana yang harus tuju. Pemilihan sasaran kelompok ini juga dikenal sebagai

segmentasi politik. Tanpa adanya segmentasi politik yang dilakukan caleg, akan membuat

caleg menjadi kehilangan arah dalam membangun hubungan dengan konstituennya17

.

Menurut Smith dan Hirst dalam Firmanzah18

mengatakan urgensi dari segmentasi politik

disebabkan oleh tiga hal. Pertama, tidak semua kelompok harus dimasuki, cukup

mengutamakan kelompok dengan ukuran dan jumlah yang signifikan. Kedua, dengan segala

keterbatasan sumber daya, maka harus memiliki prioritas utama. Ketiga, dengan

keberagaman segmen yang ada, maka agar program komunikasi yang dijalankan dapat efektif

harus membedakan pendekatan atas suatu kelompok.

Dalam segmentasi politik, caleg harus mengetahui bagaimana strategi pendekatan

yang harus dilakukan oleh caleg. Misalkan ketika seorang caleg akan mendekati kelompok

berdasarkan pekerjaan, sebaiknya caleg tersebut mendekati kelompok petani karena menjadi

kelompok dominan. Sehingga dalam melaksanakan kampanyenya caleg harus selalu

mengesankan dirinya sebagai orang yang sangat peduli terhadap perkembangan pertanian di

Kabupaten Kediri dan mendukung pemberdayaan kelompok tani di Kabupaten Kediri.

Dana memegang peranan paling penting dalam pelaksanaan kampanye. Biaya yang

dikeluarkan oleh caleg digunakan untuk menunjang mulai dari infrastruktur kampanye,

hingga supra struktur kampanye. Biaya yang dikeluarkan oleh caleg memiliki besaran yang

beragam, mulai dari 3 juta hingga kisaran 1 Miliar Rupiah. Sumber biaya kampanye caleg

pun berasan dari berbagai sumber, seperti keluarga, biaya pribadi, hingga sumbangan

sukarela dari pendukungnya.

Dari enam caleg yang menjadi narasumber, tiga caleg yang terpilih menggunakan

biaya kampanye yang tidak sedikit. Setidaknya dibutuhkan biaya sebesar 150 juta rupiah

untuk terpilih menjadi anggota DPRD di Kabupaten Kediri. Mahalnya biaya kampanye

sebenarnya dikarenakan caleg terlalu memaksakan untuk bisa mendapatkan hati

17

Firmanzah, Mengelola Partai Politik. Op.Cit. hal 157 18

Firmanzah, Mengelola Partai Politik. Op.Cit. hal. 159

Page 9: Strategi Kampanye Calon Anggota legislatif Partai Demokrat Kabupaten Kediri

9

konstituennya dengan mengeluarkan uang kepada hal-hal yang tidak efektif. Misalnya caleg

memaksakan untuk mengeluarkan biaya besar dalam pembuatan atribut spanduk, dan banner

dan membuat dalam jumlah yang sangat besar dan membutuhkan biaya yang sangat besar19

.

Padahal banyaknya banner dan spanduk justru membuat masyarakat bingung, dan tidak

menjadi acuan atas banyaknya masyarkat yang akan memilihnya.

Praktik money politik didalam pelaksanaan pemilu legislatif 2014 sudah sangat kental.

Sayangnya hal ini justru tidak muncul sebagai inisiatif dari para caleg, melainkan muncul dari

warga masyarakat yang selalu menagih terlebih dahulu barang pemberian dari para caleg.

“kemarin itukan pemilihan kepala desa, kita dapet minimal 100rb tiap jiwa, lah iki isok sak

mono opo ora?”20

.

Tingginya tingkat popularitas dari partai maupun caleg sendiri, tidak cukup

mendompleng suara di kalangan masyarakat. Partai Demokrat yang cukup naik pamor berkat

program BSM nya rupanya masih tetap kesulitan mendapat suara, jika tidak diimbangi

dengan pelaksanan money politik. Bahkan menurut salah satu caleg yang tidak terpilih,

program BSM yang selama ini menjadi andalan dari Partai Demokrat dalam mendapatkan

suara di masyarakat, dapat dikalahkan dengan money politik, walaupun jika dibandingkan

jumlahnya masih lebih besar BSM.

Hal tersebut juga terjadi dengan caleg yang memiliki tingkat popularitas tinggi.

Misalnya dari salah satu caleg incumbent yang sudah dikenal di dapilnya. Walaupun rutin

melaksanakan reses dan berjumpa dengan konstituennya, penggunaan money politik atau

yang lebih dikenal dengan uang transport tidak dapat ditinggalkan jika ingin mendapatkan

simpati dari masyarakat.

Masyarakat yang menjadi transaksional dalam melakukan pemberian suara ini juga

dibenarkan oleh bapak Maskuri selaku masyarakat dari Kabupaten Kediri. menurutnya

terjadinya politik transaksional selama pelaksanaan kampanye, dianggap sebagian

masyarakat sebagai pengganti dari pendapatan yang hilang karena tidak bekerja selama

mengikuti kampanye.

“ Kalo sekarang itukan ibaratnya, kalo mau nyoblos kalo tidak ada duit

kebanyakan ga ada yang mau. Ya ibaratnya duit ganti masuk kerja lah, kalo ga ada

yang bayarkan kita rugi. Kata masyarakat kan, orang yang mau berjuang ya

dicoblos, yang gak mau berjuang ya enggak. Maksudnya berjuang itu kan beras,

baju, dan uang makannya kalo orang kampung bilangnya gitu. Ada lagi kalo orang

kampung itu namanya membela yang benar kan, nah kalo ini namanya membela yang

bayar. Kemaren saya nyoblos ya karena ada uangnya. Kalau taun kemarin (pemilu

19

wawancara dengan Mashuri selaku Dosen UNIK. 20

Wawancara dengan caleg tidak terpilih, 14 Juni 2014. Op. Cit

Page 10: Strategi Kampanye Calon Anggota legislatif Partai Demokrat Kabupaten Kediri

10

2009) belum pernah dapat uang, kan sekarang jamannya sudah jaman kemajuan, jadi

orang tidak bekerja satu hari sudah rugi. Kalo orang desa yang bekerja disawah kan,

kalo ikut itu (kampanye) gak kerja sehari rugi, jadi kalo gak dapet itu (Beras, baju,

dan uang) ya gak nyoblos.”21

Hal ini jelasnya menjadi masalah dikalangan para caleg. Pertama, mereka harus

bersaing dalam memberikan sejumlah nominal uang transport kepada masyarakat tidak

hanya kepada rekan dalam satu partai, namun juga dengan rekan caleg di partai lain. Hal ini

dikarenakan perbedaan nominal yang diberikan oleh masing-masing caleg dan waktu

pemberian akan sangat berpengaruh. sebagai gambaran, peneliti akan mencontohkan sebagai

berikut : jika dalam hari yang sama, caleg A memberikan uang transport sejumlah Rp.

20.000, sedangkan caleg B memberikan sejumlah Rp. 25.000 maka masyarakat akan memilih

caleg B. Namun hal tersebut dapat berubah, dan membuat masyarakat memilih caleg A jika

caleg A memberikan uang transport kepada masyarakat 1 hari sebelum pemilihan atau ketika

masa tenang, sedangkan caleg B memberikan uang transport 3 hari sebelum berakhirnya

masa kampanye atau 4 hari menjelang masa tenang.

Kedua, ketidak pastian arah dari suara masyarakat. Hal ini sebenarnya sangat

berhubungan dengan hal pertama. Layaknya hubungan sebab akibat, hal pertama yang

menjadi permasalahan adalah nominal dan juga masalah ketepatan waktu pemberian uang

transport yang akan mempengaruhi pilihan masyarakat. Hal tersebut juga tidak bisa menjadi

patokan untuk memastikan pilihan masyarkat akan jatuh kepada siapa. Dengan tidak

menentunya suara masyarakat dalam memberikan suaranya, jelas akan membuat para caleg

kesulitan dalam memetakan suaranya. Tidak hanya itu, biaya yang dikeluarkan untuk uang

transport pun seakan tidak bermanfaat dan keluar secara percuma karena belum tentu

menghasilkan sebuah pilihan pasti di kalangan masyarakat.

Ketiga, dengan tingginya biaya yang dikeluarkan caleg dalam memberikan uang

transport maka jelasnya hal ini akan membuat para caleg memutar akal untuk

mengembalikan besarnya uang yang sudah dikeluarkan. Hal tersebutlah yang kemudian

menjadi penyebab dari terjadinya praktik korupsi dikalangan anggota legislatif terpilih, untuk

mengembalikan uang yang sudah terlalu banyak keluar22

.

Rasionalitas Nilai

Ketika melakukan kampanye kepada masyarakat, caleg juga akan melakukan suatu

tindakan yang sesuai dengan nilai keagamaan seperti mengikuti kegiatan keagamaan hingga

meyakinkan konstituen bahwa mereka merupakan caleg yang amanah dan jujur. Hal-hal

21

Wawancara dengan Maskuri, Op. Cit 22

menurut data yang peneliti dapat, nominal yang diberikan oleh caleg untuk uang transport berkisar dari Rp

5.000 hingga Rp. 50.000 untuk satu orang

Page 11: Strategi Kampanye Calon Anggota legislatif Partai Demokrat Kabupaten Kediri

11

tersebut dilakukan sebagai cara untuk meyakinkan konstituen bahwa mereka layak untuk

dipilih. Berbagai tindakan yang dilakukan oleh caleg pun beragam, mulai dari bersilaturahmi,

mendekati pemuka agama, hingga mengikuti suatu kegiatan keagamaan. Tidak hanya itu

dalam nilai agama juga caleg akan meyakinkan kepada masyarkat, bahwa caleg juga

memiliki moral yang baik, amanah dan merupakan figur yang tepat sebagai seorang

pemimpin.

Sebenarnya ketika caleg melakukan kampanye yang sesuai dengan nilai keagamaan,

mereka sedikit banyak mendapatkan perhatian dari konstituennya. Bagi masyarakat,

kehadiran para caleg dalam kegiatan keagamaan sangat penting, terutama untuk menilai

bagaimana sikap personal orang yang akan mewakili aspirasinya di pemerintah nanti23

.

Namun untuk menghindari kesan negatif muncul, sebaiknya dalam melakukan kegiatan

keagamaan caleg tidak melakukannya hanya menjelang pemilihan. Melainkan sudah

melakukannya minimal 1 tahun menjelang masa kampanye. Hal ini dikarenakan masyarakat

justru menilai para caleg yang melakukan kegiatan keagamaan menjelang kampanye, sebagai

orang yang tidak konsisten dan hanya mengincar kekuasaan24

.

Dalam melaksanakan kampanye, tidak sedikit caleg yang rutin memberikan bantuan

kepada masyarakat misalnya; caleg yang memberikan bantuan kepada suatu acara sebagai

sponsor, memberikan bantuan berupa pembangunan jalan dan lain-lain. Pemberian bantuan

sosial atau yang lebih dikenal menyumbang atau sumbangan, merupakan sebuah nilai positif

bagi masyarakat secara umum. Namun hal ini mulai banyak dilirik kalangan politisi sebagai

salah satu cara untuk berkampanye.

Dalam praktik Kampanye terjadi perubahan niat para caleg dalam memberikan

bantuan sosial. Jika sebelumnya memberikan sumbangan merupakan norma positif yang

dilakukan oleh banyak orang, pada masa kampanye memberikan sumbangan berubah makna

menjadi cara untuk memperbaiki citra diri caleg dihadapan masyarakat.

Sebaiknya dalam memberikan sumbangan kepada masyarkat, caleg harus mengetahui

apa manfaat yang akan didapatkan oleh caleg. Sehingga biaya yang dikeluarkan caleg tidak

terbuang percuma. Misalnya caleg akan memberikan bantuan atas even sepak bola, maka

selama pelaksanaan even sebaiknya nama caleg sering diucapkan. Selain itu foto dari caleg

sebaiknya juga turut di pasang selama pelaksanaan even.

Tindakan Afektif

23

wawancara dengan Suwarno Op.Cit 24

wawancara dengan Maskuri Op.Cit

Page 12: Strategi Kampanye Calon Anggota legislatif Partai Demokrat Kabupaten Kediri

12

Dalam tindakan afektif, caleg akan melakukan sebuah praktik kampanye yang

didasarkan oleh perasaan. Sehingga dalam hal ini, pemilihan suatu cara berkampanye yang

dilakukan oleh caleg tidak hanya berdasarkan atas mencari untung dan simpati konstituen.

Dalam hal ini peneliti membaginya atas dua dasar, yakni kampanye yang didasari oleh

perasaan suka, dan berdasarkan balas jasa.

Ketika memilih melakukan suatu cara berkampanye, caleg akan memilih bentuk-

bentuk kampanye yang didasari oleh perasaan suka terhadap suatu bentuk kampanye. Cara

dan alasan yang muncul dari setiap caleg pun beragam. Bentuk kampanye yang paling

banyak disukai oleh caleg adalah bentuk kampanye yang langsung bertemu dengan

masyarakat dan melakukan diskusi, alasan yang mendasarinya pun beragam.

Sebenarnya dalam melakukan kampanyenya setiap caleg pasti akan mendapatkan

rasa bahagia dari bentuk kampanye yang berbeda. Hal tersebut bisa didasari oleh banyak hal,

misalnya terkait masa lalu caleg, atau hal yang memang sudah menjadi sifat dasar manusia.

Sifat dasar manusia yang menyukai untuk berkomunikasi menjadikan banyak caleg di atas

lebih menyukai untuk bertemu langsung dengan konstituennya.

Walaupun memilih bentuk kampanye yang disukai, sebaiknya para caleg tetap

memperhitungkan dari segi efisiennya. Misalnya dalam berjumpa dengan masyarakat,

sebaiknya caleg mengutamakan untuk mengumpulkan masa dalam sebuah aula dan

berkomunikasi dengan masyarakat, dibanding harus mendatangi rumah masing-masing

konstituen. Selain dapat menghemat waktu dan energi, mengumpulkan masa dalam satu

tempat jelasnya juga dapat menghemat pengeluaran dana kampanye.

Dalam melakukan kampanyenya kepada konstituen, selain melakukannya berdasarkan

rasa senang, caleg juga bisa melakukan kampanye atas dasar balas jasa. Balas jasa yang

dilakukan oleh caleg ditujukan dan didasari oleh alasan yang juga beragam. Dalam penelitian

yang dilakukan peneliti, dari 6 caleg memang tidak semua caleg melakukan kampanye atas

dasar balas jasa. Tercatat hanya ada dua caleg yang melakukan kampanye karena balas jasa,

yakni satu orang dari caleg yang terpilih, dan satu lainnya dari caleg yang tidak terpilih.

Salah satu caleg terpilih misalnya mengatakan ketika melakukan kampanyenya

memberikan bantuan kepada sebuah desa, dikarenakan memiliki kedekatan dengan pemuka

agama di desa tersebut. Walaupun caleg tersebut tidak berharap mendapat dukungan warga

desa tersebut, caleg tersebut dapat menang di desa tersebut.

Selain itu caleg yang tidak terpilih juga mengatakan alasannya sering melakukan

ibadah shalat jumat disuatu masjid, menjadikannya memilih masjid tersebut untuk diberikan

perlengkapan ibadah. Selain itu caleg tersebut juga mencarikan bantuan untuk pembangunan

Page 13: Strategi Kampanye Calon Anggota legislatif Partai Demokrat Kabupaten Kediri

13

masjid dan beberapa mushola. Tidak hanya kepada masjid dan mushola, caleg tersebut juga

turut memberikan bantuan kepada ranting yang sudah banyak membantu dirinya dalam

kampanye.

Dalam melakukan kampanye yang dilakukan atas dasar balas jasa memang tidak

terlepas dari hubungan emosional antara caleg dan konstituennya. Cara tersebut memang

memiliki dampak yang baik bagi hubungan caleg dan konstituen, karena dapat tetap menjaga

kepercayaan konstituen atas caleg. Tidak menutup kemungkinan cara tersebut sebenarnya

dapat menimbulkan efek domino yang baik. Misalnya melalui obrolan masyarakat, bisa

menyebarkan berita bahwa caleg tersebut bukan orang yang lupa untuk balas budi.

Tindakan Tradisional

Tindakan tradisional dalam kampanye bisa diartikan sebagai bentuk tindakan yang

sudah dilakukan secara mendarah daging atau sudah dilakukan sebelum seseorang menjadi

caleg. Hal ini jelas sangat dipengaruhi oleh kebuadayaan suatu daerah. Ketika seseorang

mulai maju menjadi caleg biasanya akan terjadi suatu perubahan, salah satunya adalah cara

bersosialisasi dengan masyarakat.

Para caleg di Kabupaten Kediri sudah memiliki dasar bersosialisasi yang baik dengan

masyarakat. Sehingga hal tersebut perlu untuk dipertahankan hingga memasuki waktu

kampanye. Hal ini dikarenakan masyarakat akan memiliki pandangan yang berbeda

mengenai caleg yang memiliki landasan bersosialisasi yang dilakukan sejak awal, dan caleg

yang mendadak bersosialisasi menjelang masa kampanye25

. Hal tersebut dikuatkan oleh

pendapat masyarakat yang memberi apresiasi lebih terhadap caleg yang sebelumnya sudah

dekat dengan mereka :

“Yah kita sih lebih seneng sama (caleg) yang dari jauh-jauh tuh udah deket

dan kenal lah sama kita. Banyak kan (caleg) yang suka ndadak ramah pas mau

pencoblosan tok. Tiba-tiba nraktir kita pas nyangkruk, padahal dulu gak pernah

sapa-sapaan. Memang ada yang mau nyoblos mereka yang gitu (mendadak ramah),

tapi itu pasti diomongin nantinya...”26

Terlihat dari penjelasan masyarakat, bahwa caleg yang sudah menanamkan sosialisasi

yang tinggi dengan masyarakat dari jauh-jauh hari, sudah memiliki tempat dihati sebagian

kalangan masyarkat. Hal tersebut sebenarnya memiliki dampak positif berupa kemudahan

untuk mendapatkan hati dan kepercayaan dari konstituennya. Karena caleg tidak perlu

memulai untuk mendekatkan diri kepada masyarakat dari awal, sehingga hanya perlu untuk

meneruskan saja.

25

wawancara dengan Mashuri, Op.cit 26

Wawancara dengan Suwarno, Op. Cit

Page 14: Strategi Kampanye Calon Anggota legislatif Partai Demokrat Kabupaten Kediri

14

Kesimpulan

Dari penjelasan yang sudah dituliskan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan mengenai

strategi kampanye yang dilakukan oleh calon legislatif DPRD Kabupaten Kediri dari Partai

Demokrat dalam pemilu 2014 menjadi beberapa poin, yakni:

Pertama, penerapan tindakan sosial sebagai bentuk strategi kampanye yang dilakukan para

caleg adalah sebagai berikut:

1. Bentuk tindakan rasionalitas instrumental yang paling banyak dilakukan oleh caleg,

baik yang terpilih maupun tidak terpilih adalah menggunakan citra pribadi dibanding

citra Partai Demorkat. Selain itu besarnya biaya kampanye memegang pengaruh besar

dalam kemenangan caleg, khususnya untuk penggunaan media dan kegiatan politik

transaksional.

2. Bentuk tindakan rasionalitas nilai yang paling banyak dilakukan adalah melakukan

kegiatan keagamaan dan memberikan sumbangan bantuan sosial kepada masyarakat.

3. Dalam tindakan afektif seluruh caleg menyukai bentuk kampanye yang sifatnya

bertemu langsung dengan masyarakat.

4. Tidak berbeda dengan tindakan afektif, bahkan dalam tindakan tradisional caleg

rupanya banyak yang sudah bersosialisasi dengan masyarkat, jauh sebelum terdaftar

sebagai caleg.

Kedua, ternyata dalam pelaksanaan kampanye di Pemilu Legislatif DPRD Kabupaten Kediri

tahun 2014, money politik sangat memegang pegaruh besar dalam pemenangan seorang

caleg. Sehingga segala strategi yang dilakukan oleh para caleg tidak signifikan dalam

mempengaruhi masyarakat untuk memilih.

Daftar Rujukan

Buku

Andrianus, Toni. Dkk. 2006. Mengenal Teori-Teori Politik. Penerbit Nuansa. Bandung.

Anung, Pramono. 2013. Mahalnya demokrasi memudarnya ideology: Potret Komunikasi

Politik Legislator-Konstituen. PT. Kompas Media Nusantara, Jakarta.

Arikunto, Suharsimi. 2002. ProsedurPenelitian. PT. Rineka Cipta, Jakarta.

Buku Online Publikasi BPS Kabupaten Kediri: Statistik Daerah Kabupaten Kediri tahun

2014. yang diakses melalu www.kedirikab.bps.go.id pada 18 September 2014.

Bachtiar, Wardi. 2006. Sosiologi klasik. PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.

Chadwik, Bruce A.,Howard M.Bahr dan Stan L. Albercht. 1991. Metode pengetahuan Ilmu

Sosial. IKIP Semarang Press, Semarang.

Firmanzah. 2010. Persaingan Legitimasi Kekuasaan, dan Marketing Politik. Yayasan Obor

Indonesia, Jakarta.

Mahasin, Aswab dkk. 2014. Agama Jawa, Abangan, Santri, Priyayi Dalam Kebudayaan

Jawa. Komunitas Bambu, Depok.

Page 15: Strategi Kampanye Calon Anggota legislatif Partai Demokrat Kabupaten Kediri

15

Rachman ,Aulia. 2006. Citra Khalayak tentang Golkar. Pusat Studi Agama dan Peradaban

(PSAP), Jakarta.

Soekanto, Soerjono. 1985. Max Weber konsep-konsep dasar dalam sosiologi. CV.Rajawali,

Jakarta.

Sutopo. 2002. MetodePenelitianKualitatif. UNS Press, Surakarta.

Susilo, Soko. 2008. Partai Politik. L-SOD, Depok.

T. Ishiyana, John.,Marjke Breuning. 2013. Ilmu Politik dalam Paradigma Abad 21. Kencana

Prenada Media Group, Jakarta.

Upe ,Ambo. 2008. Sosiologi Politik Kontemporer. Prestasi Pustaka Karya, Jakarta.

Veeger, K.J.1986. Realitas social. PT.Gramedia, Jakarta.

Jurnal dan PDF

Cahyadi, Robi. 2009. Kampanye Politik: Idealitas dan Tantangan. Jurnal Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik

Saeful Rahmat, Pupu. EQUILIBRIUM, vol.5 no.9, 2009.

Hasil Survei Indikator. 2014. Efek Kampanye dan Efek Jokowi: Elektabilitas Partai jelang

Pemilu Legislatif 2014. www.Indikator.co.id

Hasil Survei Lingkaran Survei Indonesia. 2011. Melorotnya Kepuasan Publik Atas Dua

Tahun Kabinet SBY-Boediono.

Hasil Survei Lembaga Survei Indonesia. 2009. Efek Calon Terhadap Perolehan Suara Partai

Menjelang Pemilu 2009. www.lsi.or.id, Jakarta.

Hasil Survei Lembaga Survei Indonesia. 2012. Perubahan Politik 2014: Trend Sentimen

Pemilih pada Patai Politik. www.lsi.or.id, Jakarta.

Hasil Survei Lembaga Survei Indonesia. 2009. Rasionalitas Pemilih: Kontestasi Partai

Menjelang Pemilu 2009. www.lsi.or.id, Jakarta.

Wawancara

Wawancara dengan bapak Ari Eko, selaku masyarakata Kabupaten Kediri, pada tanggal 13

Juni 2014.

Wawancara dengan bapak Drs.Sumantri, selaku Ketua DPC Kabupaten Kediri pada 27 Mei

2014.

Wawancara dengan caleg tidak terpilih dari Partai Demokrat Kabupaten Kediri, pada 27 Mei

2014.

Wawancara dengan bapak Mashuri,M.Si, selaku Dosen FISIPOL UNIK pada tanggal 19 Juni

2014.

Wawancara dengan bapak Maskuri, selaku masyarakat Kabupaten Kediri pada tanggal 19

Juni 2014.

Wawancara dengan caleg tidak terpilih dari Partai Demokrat Kabupaten Kediri, pada 14 Juni

2014.

Wawancara dengan bapak Sapta Andaru Isworo selaku Ketua Panwaslu Kabupaten Kediri

pada 13 Juni 2014.

Wawancara dengan caleg terpilih dari Partai Demokrat Kabupaten Kediri, pada tanggal 28

Mei 2014.

Wawancara dengan bapak Suwarno selaku masyarakat Kabupaten Kediri pada tanggal 11

Juni 2014.

Wawancara dengan caleg terpilih dari Partai Demokrat Kabupaten Kediri, pada 27 Mei 2014.

Wawancara dengan caleg terpilih dari Partai Demokrat Kabupaten Kediri, pada 14 Juni 2014.

wawancara dengan caleg tidak terpilih dari Partai Demokrat Kabupaten Kediri, pada 16 Juni

2014.

Page 16: Strategi Kampanye Calon Anggota legislatif Partai Demokrat Kabupaten Kediri

16

Website

http://m.beritajatim.com/menuju_pemilu_2014/183054/inilah_hasil_pilgub_jatim_di_38_kota

_dan_kabupaten.html#.U0010FV_tic diunduh pada 15 April 2014

http://kedirikab.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=93%3Asejarah-

kediri&Itemid=786&lang=en diunduh pada 15 November 2014.

www.kedirikab.bps.go.id diunduh pada 18 September 2014