i STRATEGI DAKWAH ORGANISASI PERSATUAN ISLAM TIONGHOA INDONESIA (PITI) DI KOTA SALATIGA Skripsi ini disusun Untuk Melengkapi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) SKRIPSI OLEH KURNIA FAJARITA NIM. 43010-15-0070 JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2019
132
Embed
STRATEGI DAKWAH ORGANISASI PERSATUAN ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5817/1/bakar cd 1.pdf · dakwah melalui youtube dan kemudahan keturunan muslim Tionghoa dalam
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
i
STRATEGI DAKWAH ORGANISASI PERSATUAN ISLAM
TIONGHOA INDONESIA (PITI) DI KOTA SALATIGA
Skripsi ini disusun Untuk Melengkapi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar
Sarjana Sosial (S.Sos)
SKRIPSI
OLEH
KURNIA FAJARITA
NIM. 43010-15-0070
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2019
ii
iii
iv
v
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
DAN KESEDIAN DIPUBLIKASIKAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Kurnia Fajarita
NIM : 43010150070
Program Studi : Komunikasi dan Penyiaran Islam
Fakultas : Dakwah
Judul Skripsi : Strategi Dakwah Organisasi Persatuan Islam Tionghoa
(PITI) di Kota Salatiga.
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya
saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain. Pendapat atau temuan orang
lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik
ilmiah. Skripsi ini diperkenankan untuk dipublikasikan pada e-repository Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
Salatiga, 26 Juli 2019
Yang membuat pernyataan
Kurnia Fajarita
NIM. 43010150070
vi
ABSTRAK
Fajarita, Kurnia. 2019. Strategi Dakwah Organisasi Persatuan Islam Tionghoa
Indonesia (PITI) di Kota Salatiga. Skripsi, Salatiga: Program Studi
Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Dra. Maryatin, M.Pd.
Kata Kunci: Strategi Dakwah, PITI, Kota Salatiga
Organisasi Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) didirikan pertama kali di Jakarta pada tanggal 14 April 1961. Organisasi PITI telah tersebar di berbagai daerah di Indonesia salah satunya di Kota Salatiga. Organisasi PITI
Salatiga berawal dari PITI Semarang yang diprakarsai oleh Bapak Iskandar Chang Ho dan Bapak Alfred L.
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi muslim Tionghoa pada organisasi PITI, strategi dakwah organisasi PITI, faktor pendukung dan penghambat dakwah PITI di Kota Salatiga.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Pendekatan deskriptif merupakan metode
penelitian dengan cara melalui mengunggapkan dan mengambarkan fakta-fakta yang terjadi dari hasil penelitian. Sumber data dalam penelitian ini meliputi data primer, data sekunder, metode pengumpulan data melalui observasi, wawancara
dan dokumentasi. Hasil data dianalisis lalu ditarik kesimpulan. Penelitian ini menggunakan teori komunikasi organisasi yaitu teori sistem sosial.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Pusat kegiatan organisasi PITI di kota Salatiga bertempat di Ledok, Kecamatan Argomulyo, Kota Salatiga dengan jumlah anggota kurang lebih 50 sampai 75 orang. 2) Strategi dakwah PITI di Kota
Salatiga adalah dengan menggunakan beberapa metode dakwah yang disesuaikan dengan kebutuhan mad‘u. 3) Faktor pendukung dakwah PITI adalah keaktifan
anggota PITI dalam kegiatan-kegiatan dakwah PITI baik secara langsung maupun dakwah melalui youtube dan kemudahan keturunan muslim Tionghoa dalam belajar tentang agama Islam. Sementara faktor penghambat dakwah PITI Salatiga
adalah kurang aktif anggota dalam kegiatan dakwah PITI dan objek dakwah yang sulit menerima dakwah Islam khususnya Tionghoa non muslim yang masih
memikirkan tentang kekayaan dunia.
vii
MOTTO
(682" )البقره : إال وسعها ال يكلف اهلل ن فسا"
Artinya: Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya (Q.S Al-Baqarah : 286)
Apapun masalahmu jangan salahkan keadaan dan orang lain,
namun rubahlah pola pikir dan cara pandangmu
(Kurnia Fajarita)
Belajar bukanlah hanya mengetahui apa yang harus dilakukan,
tapi melakukan apa yang sudah kita ketahui
(Merry Riana)
viii
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah segala rahmat dan puji syukur kepada Allah. Skripsi ini
dipersembahkan untuk:
1. Bapak dan ibu tercinta, Marjito dan Siti Asiah yang tak henti menjaga,
Gambar 1. Kerangka Berfikir ...................................................................... 10 Gambar 2. Model Sistem Transformasi ........................................................ 45 Gambar 3. Peta Kota Salatiga ....................................................................... 57
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam adalah agama Allah Swt yang disampaikan melalui wahyu
kepada Rasullulah Saw. Awalnya Rasulullah berdakwah kepada keluarga lalu
kepada orang lain dan rasulullah Saw juga menjadi da‘i pertama. Pada
dasarnya, Islam adalah agama dakwah, yakni agama yang menugaskan
umatnya untuk menyebarkan dan menyiarkan Islam kepada seluruh umat
manusia karena Rahmatan Lil‘alamin.
Manusia memiliki 2 hal yakni, kebaikan dan keburukan. Kebaikan
manusia terdapat pada ilmu/pengetahuan yang dapat terus dikembang dan
diolah dalam bersikap pada nilai-nilai kehidupan. Sementara keburukan
sendiri merupakan sikap yang dimiliki oleh manusia yang berkebalikan dari
kebaikan sehingga manusia terjerumus dalam hal-hal negatif. Di sinilah
peranan dakwah agar dapat menuntun dan menyadarkan manusia kepada jalan
yang benar mengenai arti kehidupan yang sesungguhnya.
Dakwah merupakan bagian dari infomasi sebagai suatu sistem yang
penting dalam gerakan-gerakan Islam. Dakwah dapat dipandang sebagai
proses perubahan yang di arahkan dan di rencanakan dengan harapan
terciptanya individu, keluarga dan masyarakat serta perdaban dunia yang
diridhai Allah Swt (Abdul, 2018: 2-3).
2
Dengan adanya dakwah, diharapkan masyarakat dapat bersikap dan
bertingkah laku menjadi lebih baik lagi sesuai dengan ajaran agama Islam dan
juga mengubah pandangan hidup mereka sesuai dengan firman Allah Swt.
Setiap manusia memiliki kewajiban dalam berdakwah baik anak-anak maupun
orang dewasa, baik laki-laki maupun perempuan. Berdakwah dapat dilakukan
secara langsung dan tidak langsung, seperti berdakwah melalui internet,
ceramah dan lain sebagainya. Dalam kegiatan berdakwah, memfokuskan
kepada cara penyampain dakwah sebagai poin terpenting, karena berhasil
tidaknya kegiatan dakwah banyak ditentukan oleh strategi dalam penyampaian
berdakwah tersebut.
Ada satu kota di Jawa Tengah tepatnya yaitu Kota Salatiga yang
menjadi salah satu kota paling toleran dan kota dingin. Kota Salatiga
merupakan kota yang memiliki berbagai macam suku bangsa, baik Jawa,
Sunda maupun orang-orang etnis China atau Tionghoa. Di Kota Salatiga
terdapat juga kampus IAIN Salatiga dan Universitas Setya Wacana (UKSW).
IAIN Salatiga merupakan salah satu kampus yang ikut berperan serta dalam
berdakwah, seperti adanya kajian atau seminar mengenai keislaman.
Hal yang sangat jelas dapat terlihat mengenai dampak dari dakwahnya
sendiri yakni ada beberapa dosen yang menjadi seorang da`i, baik menjadi
da`i di lingkungan masyarakat awam maupun menjadi seorang da`i di tingkat
nasional. Selain itu juga, para mahasiswapun ikut andil dalam berdakwah
seperti tata cara berpakaian dan bersikap sopan santun saat berada di
lingkungan kampus maupun di luar lingkungan kampus.
3
Berdakwah dapat dilakukan dimanapun dan dilakukan oleh siapapun
termasuk oleh orang-orang pendatang etnis China atau Tionghoa yang
menjadi muallaf dan sengaja datang ke Indonesia. Awalnya, mereka datang
untuk berdagang, namun akhirnya beberapa dari mereka menjadi muallaf dan
mulai belajar serta tentang Islam. selain itu, di Indonesia juga ada organisasi
khusus yakni Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI). Organisasi ini telah
tersebar di beberapa daerah di Indonesia seperti Jakarta, Semarang, Makasar,
Palembang, Salatiga dan lain sebagainya.
Organisasi PITI yang berada di Kota Salatiga awalnya diketuai oleh
seorang muslim Tionghoa yang bernama mendiang Alfred L. Kegiatan-
kegiatan PITI di kota Salatiga sendiri yaitu kajian-kajian maupun diskusi
tentang Islam antara anggota. Kegiatan ini biasanya berkumpul di rumah
muslim Tionghoa yang berlokasi di Ledok, Argomulyo Kota Salatiga. Saat ini
perkembangan muslim Tionghoa pada organisasi PITI di Kota Salatiga telah
berkembang dengan cukup pesat terbukti dengan jumlah orang-orangnya
kurang lebih mencapai 60-75 orang.
Berdasarkan penjelasan di atas, telah dijabarkan bukti keberhasilan
dakwah muslim Tionghoa yang berasal dari organisasi PITI di Kota Salatiga,
keberhasilan dakwah ini juga menciptakan saling percaya antar anggota dan
masyarakat. Bahkan dakwah ini telah dilakukan di Kota Salatiga maupun
seluruh Indonesia.
Dengan adanya bukti keberhasilan dakwah muslim Tionghoa ini,
akhirnya menarik rasa keingintahuan peneliti untuk mengetahui dan
4
memahami lebih mendalam tentang keberhasilan dalam berdakwah muslim
Tionghoa. Dengan demikian, peneliti menjadikan muslim Tionghoa ini
sebagai objek penelitian yang difokuskan pada strategi dakwah organisasi
PITI. Pusat penelitian ini berada di Kota Salatiga.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana keadaan Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) di Kota
Salatiga?
2. Bagaimana strategi dakwah Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) di
Kota Salatiga?
3. Apa saja faktor pendukung dan faktor penghambat dalam proses
berdakwah PITI di Kota Salatiga?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan yang akan dicapai mengenai penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Mendeskripsikan mengenai keadaan masyarakat muslim tionghoa
khususnya yang mengikuti organisasi PITI di Kota Salatiga.
2. Mendeskripsikan mengenai strategi dakwah organisasi PITI dalam
penyebaran agama Islam di Kota Salatiga.
3. Mendeskripsikan mengenai faktor pendukung dan faktor penghambat
dalam proses berdakwah oraganisasi PITI di Kota Salatiga.
Manfaat yang diharapkan dari penulis mengenai penelitian ini adalah
sebagai berikut :
5
1. Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan kajian ilmu pengetahuan
ilmu komunikasi dan dakwah dalam bidang teori mengenai strategi
komunikasi dan dakwah.
2. Secara Praktis
a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi para dai‘
(komunikator) dalam proses penyampaian dakwah sehingga dapat
lebih efektif dalam melakukan proses berdakwah serta berkomunikasi
kepada para mad‘u (komunikan).
b. Penelitian ini diharapkan mengetahui perkembangan kualitas dan
kuantitas muslim tionghoa yang mengikuti organisasi PITI di Kota
Salatiga.
D. Penegasan Istilah
1. Strategi Dakwah
Strategi berasal dari berasal dari istilah bahasa Yunani, yang aslinya
berarti ―seni sang jendral‖ atau ―kapal sang jendral‖. Pengertian tersebut
diperluas mencakup seni para Laksamana dan Komandan Angkatan
Udara. Dengan demikian, dalam istilah tersebut terkandung makna yang
mencakup situasi kompetitif dalam hal pengaturan dan permainan. Bahkan
kini dikenal adanya istilah ―strategi bermain‖ untuk menunjukkan
pengaturan cara-cara bermain dalam rangka menghadapi dan mengalahkan
lawan bermain (Kustadi, 2014 : 80).
6
Dari persepektif psikologi, strategi dianggap sebagai metode
pengumpulan informasi dan pengorganisasiannya, sehingga bisa menaksir
suatu hipotesis. Dalam proses penentuannya, strategi merupakan proses
berfikir yang mencakup apa yang disebut simultaneous scanning
(pengamatan simultan) dan conservative focusing (pemusatan perhatian).
Maksudnya, strategi dilakukan dengan mengadakan pengamatan secara
terpusat dan hati-hati, sehingga bisa memilih dan memilih tindakan-
tindakan yang lebih efektif untuk mencapai suatu tujuan (Kustadi, 2014 :
81).
Dakwah merupakan bahasa arab berasal dari da‘wah, yang bersumber
pada kata : دعوة –يدعو –دعا (da‘a, yad‘u, da‘watan) yang bermakna
panggilan, seruan, undangan atau do‘a. Abdul Aziz menjelaskan, bahwa
dakwah bisa berarti : (1) memanggil, (2) menyeru, (3) menegaskan atau
membela sesuatu, (4) perbuatan atau perkataan untuk menarik manusia
kepada sesuatu, dan (5) memohon dan meminta. Dengan demikian,
dakwah adalah upaya memanggil, menyeru, dan mengajak manusia
menuju Allah Swt (Sukayat, 2009 : 1).
Berdakwah dapat dilakukan secara langsung maupun secara tidak
langsung. Berdakwah dapat dilakukan melalui lisan, tulisan atau dalam
bertingkah laku. Jadi strategi dakwah adalah merupakan suatu metode,
siasat, taktik yang dipergunakan dalam aktifitas atau kegiatan dakwah,
yang peranannya sangat menentukan dalam proses pencapaian tujuan dan
keberhasilan dakwah.
7
2. Organisasi Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI)
Organisasi adalah sebuah wadah atau tempat berkumpulnya orang-
orang yang diatur untuk bekerja sama dalam rangka mencapai tujuan
bersama dan inti dari sebuah organisasi adalah kerja sama (Masan,
2005:47).
Organisasi yang menjadi wadah berkumpulnya muslim Tionghoa,
Tionghoa non muslim dan muslim non Tionghoa adalah Persatuan Islam
Tionghoa Indonesia (PITI). PITI didirikan pada tahun 1961. PITI
merupakan hasil penggabungan dua organisasi Muslim Tionghoa yaitu
Persatuan Islam Tionghoa (PIT) dan Persatuan Tionghoa Muslim (PTM).
PITI tumbuh dan berkembang dari kota ke kota dan bermunculan cabang-
cabang PITI di berbagai daerah di seluruh Indonesia.
3. Kota Salatiga
Kota Salatiga adalah salah satu kota kecil yang berada di Provinsi
Jawa Tengah. Kota Salatiga juga biasa disebut dengan Mini Indonesia
karena kota kecil dan unik dengan berbagai macam suku bangsa yang ada.
Selain itu, keberagamaan dan rasa toleransi yang sangat tinggi antara para
masyarakat yang berbeda budaya dan agama di Kota Salatiga. Selain unik,
Kota Salatiga merupakan kota dingin yang berada di bawah lereng gunung
merbabu. Kota Salatiga berbatasan langsung dengan Kota Semarang dan
Kota Surakarta. Selain itu, di Kota Salatiga terdapat alun alun yang berada
di dekat Masjid Darul Amal. Alun-alun itu bernama alun-alun pancasila.
8
Biasanya acara-acara besar diselenggarakan di alun-alun pancasila seperti
bazar, konser, pengajian umum dan lain sebagainya.
Kota Salatiga juga memiliki beberapa perguruan tinggi yaitu
Universitas Setiya Wacana (UKSW), Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Salatiga, Akademi Kebidanan (AKBID) Ar-rum Salatiga, Akademi
tentang sesuatu, seperti dalam ungkapan „da`a fulan min fulanan‟. Ketiga,
menyeru kepada suatu jalan untuk diikuti atau untuk dihindari, baik jalan
tersebut benar atau salah (Masduki, 2018: 1-3).
Dakwah secara terminologi diungkapkan secara langsung oleh
Allah Swt dalam ayat al-Quran. Kata dakwah di dalam al-Qur`an
17
diungkapkan sekitar 198 kali yang tersebar dalam ayat 55 surat (176 ayat).
Kata dakwah oleh al-Qur`an digunakan secara umum. Artinya, Allah
masih menggunakan istilah da`wah il Allah (dakwah Islam) tabligh, amar
ma`ruf dan nahi munkar, mau`idzhoh hasanah, tabsyir, washiyah,
tarbiyah, ta`lim, dan khotbah (Syamsuddin, 2016: 7).
Pada intinya, pemahaman lebih luas dari pengertian dakwah yang
telah didefinisikan oleh para ahli tersebut adalah: Pertama, ajakan ke jalan
Allah Swt. Kedua, dilaksanakan secara berorganisasi. Ketiga, kegiatan
untuk mempengaruhi manusia agar masuk jalan Allah Swt. Keempat,
sasaran bisa secara fardiyah atau jama`ah (Ilaihi, 2010: 15). Berdasarkan
penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa dakwah adalah memberikan
seruan atau ajakan kepada objek dakwah (mad`u) dalam hal kebaikan
menuju jalan Allah dengan berlandaskan al-Qur`an dan hadis.
Dakwah tampil sebagai aktivitas yang membebaskan, meneguhan
spiritual, dan menjadi penawar kegundahan batin manusia. Pertama,
dakwah adalah menyampaikan. Tugas seorang juru dakwah adalah
menyampaikan QS. Yasin (36): 17 dan memehami bahwa dakwah sangat
erat hubungannya dengan hidayah. Kedua, dakwah bukan memaksa dan
menguasai. Islam melarang memaksa mereka untuk memasuku agama
Islam. Ayat Al-Qur‘an yang melarang paksaan dalam menganut agama itu
adalah turun sebelum Surat Al-Bar‘aah (At-Taubat), di mana disyari‘atkan
memungut pajak (jizyah). Maka paksaan dalam menganut agama itu
adalah terlarang secara mutlak (Abduh 1991:16). Ketiga, dakwah bukan
18
mencela agama lain. Kegiatan dakwah atau misi tidak boleh dipenuhi
dengan sindiran, sarkasme, cacian dan makian atas umat lain agama atau
agama orang lain itu sendir dan tidak menyerupai penyebaran kebencian
yang mengumbar umpatan dan olok-olok atas pihak luar. Keempat,
berdakwah dengan visi dan misi dan yang jelas. Dakwah mempersuasi
manusia kepada al-khayr, mewujudkan al-Ma‘ruf, dan mencegaah
kemungkaran agar tercipta masyarakat yang muflihun penuh dengna al-
Falah dalam kehidupan dunia dan akhirat (Yahya, 2016: 96).
Aktivitas mendakwahkan agama Islam—selanjutnya disebut
dakwah—semakin berkembang di hampir semua lapisan masyarakat. Hal
itu disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan ruhani masyarakat yang
senantiasa berkembang seiring dengan perkembangan kebutuhan jasmani
atau duniawi mereka (Bahroni, 2016: 120). Dakwah dapat dilakukan oleh
siapa saja dan menjadi kewajiban bagi setiap umat manusia, kewajiban
berdakwah bersifat dua jenis yaitu sebagai berikut:
Pertama, dakwah bersifat individu (dirinya sendiri), berarti bahwa
berdakwah dengan segenap kemampuan serta kekuatannya sendiri. Hal ini
sesuai dengan perintah Rasulullah Saw:
عت رسول اهلل صلى اهلل عن أب سعيد اخلدري رضي اهلل عنو قال : س
عليو وسلم ي قول : من رأى منكم منكرا ف لي غي ره بيده, فإن ل يستطع
فبلسانو, فإن ل يستطع فبقلبو وذلك أضعف اإليان
19
Artinya: Dari Abu Sa`id Al Khudri ra. berkata : Saya mendengar
Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam bersabda: Siapa yang melihat kemunkaran maka rubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu maka rubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu maka
(tolaklah) dengan hatinya dan hal tersebut adalah selemah-lemahnya iman (Riwayat Muslim).
Berdasarkan penjelasan hadist di atas, dakwah dilakukan dengan
beberapa tahap. Tahap pertama dengan tanganya maksudnya yaitu
berdakwah dengan menggunakan kemampuan diri sendiri. Tahap kedua
dengan lisan, maksudnya yaitu dengan memberikan nasehat melalui lisan
(perkataan) dengan lemah lembut. Tahap ketiga tolaklah dengan hatinya,
berarti dengan cara mendoakan.
Kedua, dakwah bersifat kelompok. Hal ini sesuai dengan firman
Allah dalam Surah Ali Imron, ayat 104:
ة يدعون إل اخلي ويأمرون باملعروف وي ن هون عن ولتكن منكم أم
(401)وأولئك ىم المفلحون ج المنكر
Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru pada kebajikan, menyuruh pada yang ma`ruf dan mencegah yang munkar; mereka itulah orang-orang yang
beruntung.” (Q.S Ali Imran [3]: 104).
Pada penjelasan ayat di atas, mengandung beberapa pengertian
mengenai dakwah seperti menyeru dan menyeruh diri sendiri dan orang
lain atau kepada kelompokmu kepada yang baik (ma‘rūf) dan mencegah
kepada hal-hal yang buruk dan kemungkaran, dan orang-orang yang
mengerjakan dakwah merupakan orang-orang beruntung, berarti bahwa
orang-orang tersebut merupakan orang-orang yang berhati mulia dan telah
diberi hidayah untuk mau bersikap dan berprilaku baik kepada orang lain.
20
Pada perspektif ilmu sosial, dakwah berperan serta secara optimal
dalam hal perubahan sikap dan karakter masyarakat, hal ini terbukti
dengan adanya perbedaan masyarakat yang telah mendapatkan hidayah
dari dakwah dan masyarakat yang belum mendapatkan dakwah.
Kenyataan kongkrit dapat terlihat jelas yakni masyarakat yang mau
menerima kritikan dan masukan yang membangun, serta pemberdayaan
masyarakat yang berhasil maju dengan terbukti adanya masyarakat yang
mandiri tanpa terlalu ketergantungan dengan lainnya.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan secara seksama, agar dakwah
dapat terlaksanaka dengan baik, yaitu sebagai berikut :
a) Dakwah kerapkali dipahami sebagai pesan yang datang dari luar.
Dalam hal ini menjelaskan bahwa seseorang atau beberapa orang itu
mau mendengarkan nasihat/dakwah dari orang asing yang tidak terkait
dengan dirinya dan tidak mengetahui serta ikut merasakan apa
kesulitan yang ia alami.
b) Dakwah kerapkali dipahami dan diartikan sekedar ceramah dalam arti
sempit. Pemahaman ini telah terjadi dan menjadi hal yang umum dan
lumrah, namun hal ini sebenarnya kurang tepat sebab pemaknaan
dakwah sendiri telah terjadi penciutan, sehingga dalam pelaksanaan
dakwahnya hal-hal yang dibahas hanya bersifat kerohanian saja.
c) Saat ini masyarakat yang dijadikan sebagai sasaran dakwah sering
dianggap sebagai masyarakat vacum. Padahal tantangan dakwah saat
ini dihadapkan dengan satu setting masyarakat dengan bergaman
21
budaya atau disebut dengan masyarakat multikultural. Perubahan pada
masyarakat yang berkembang dengan cepatnya dengan berbagai
macam konflik, tatanan kehidupannya, teknologis dan keterbukaan
sikap masyarakat.
d) Telah menjadi kewajibana setiap manusia untuk menyampaikan
dakwah atau nasihat yang baik kepada orang lain, sedangkan masalah
akhirnya (pemberian hidayah) semuanya sepenuhnya berada atas
kehendak Allah Swt. Hal ini sesuai dengan firman Allah Swt :
ر )24( لست عليهم بصيطر )22( ا أنت م ذك ر إن فذك
Artinya : ―Maka berilah peringatan, karena Sesungguhnya
kamu hanyalah orang yang memberi peringatan. Kamu bukanlah orang yang berkuasa atas mereka‖ (Q.S al-
Ghaasyiah: 21-22).
Tujuan dakwah pada umumnya adalah mengubah prilaku dan
tingkah laku atau aqidah seseorang yang menjadi sasaran dakwah agar
menajadi pribadi yang lebih baik yang mau menerima dan mengamalkan
ajaran dan syariat Islam berlandaskan Al-Qur`an dan Hadist, baik pada
kehidupan sehari-hari antara sesama manusia baik masalah pribadi,
keluarga, dan dengan orang lain agar kehidupannya mendapatkankan
keberkahan, mendaptkan kebaikan dunia dan akhirat serta terbebas dari
azab dan menjadikan orang-orang yang berbudi luhur serta berakhlaq al-
karimah.
Tujuan dakwah berdasarkan dari objek dakwahnya adalah sebagai
berikut:
22
a) Tujuan dakwah pada diri manusia, yaitu adanya rasa beragama. Berarti
bahwa manusia itu memiliki keinginan untuk memeluk suatu agama
tertentu. Sementara penyebaran dan penanaman agama ke dalam diri
manusia telah ada sejak masa Rasulullah Saw dan hal ini juga menjadi
tujuan dakwah. Tujuan dakwah pada diri manusia yakni menjadikan
manusia agar berakhlak mulia, mengikuti perintah-Nya, menjauhi
larangan-Nya, dan menegakkan prinsip amar ma`ruf nahi munkar.
b) Tujuan dakwah pada keluarga. Keluarga adalah penentu pertama
seseorang dalam mempengaruhi dan pembentukan karakter terhadap
kepribadiannya. Dakwah diperuntukkan untuk keluarga dalam rangka
membiasakan kehidupan beragama sebagai bagian dari dirinya seperti
anak kandungnya dalam rangka mengarungi kehidupan di dunia ini.
Oleh sebab itu maka, agama seorang anak itu dipengaruhi oleh kedua
orang tuanya, sebab kedua orang tuanyalah yang menjadi seseorang
anak itu Majusi, Nasrani atau menjadikan seseorang anak itu menjadi
muslim.
c) Tujuan dakwah untuk masyarakat. Dakwah ini bertujuan untuk
mempengaruhi, memperbaiki, dan memperbaharui masyarakat menjadi
masyarakat yang memiliki konsep Islam dalam tatanan kehidupannya
serta memiliki rasa persaudaraan, toleransi, keadilan dan kejujuran
sehingga terciptalah kesejahteraan sosial pada masyarakat.
23
Unsur-unsur dakwah merupakan hal-hal penting yang terkaitan
dengan proses aktivitas dakwah. Unsur-unsur dakwah yaitu sebagai
berikut:
a) Subjek Dakwah.
Subjek dakwah adalah seseorang yang melaksanakan aktivitas dan
tugas-tugas dakwah, orang itu disebut da`i atau mubaliq. Saat
melaksanakan dakwahnya, da`i melakukannya baik secara lisan
maupun tulisan ataupun melalui dari tingkah laku dan kepribadian
yang baik dalam bersikap kepada orang lain.
Da‘i (اعى merupakan bahasa Arab sebagai isim fa‘il dari akar (الد
kata : يدعو –دعا yang berarti seorang laki-laki sebagai subjek atau
pelaku dalam menegakkan dakwah. Sedangkan untuk perempuan lazim
digunakan istilah ―da‘iyah‖ (Sukayat, 2009 : 25). Terlebih dahulu bagi
seseorang da`i atau da`iyah harus mengetahui bahwa dirinya sendiri
sebagai subjek dakwah. Artinya, sebelum dia mulai berdakwah, dia
harus mengetahui tugas-tugas seorang da`i, modal dan bekal yang
harus dia miliki, serta akhlak yang harus dimilikinya.
b) Sasaran Dakwah
Sasaran dakwah adalah orang-orang yang dituju sebagai objek
dakwah atau disebut dengan mad`u. Orang-orang yang menjadi
sasaran dakwah sendiri merupakan orang-orang dari berbagai
kalangan dan umur. Dengan demikian, seorang da`i harus mampu
24
beradaptasi dan menempatkan dirinya terhadap sasaran dakwah
sehingga dakwahnya dapat berhasil. Secara umum sasaran dakwah
adalah seluruh manusia, sementara untuk objek dakwah sendiri dapat
ditinjau dari beberapa aspek yaitu sebagai berikut:
1) Aspek usia : anak-anak, remaja dan orang tua
2) Aspek kelamin : laki-laki dan perempuan
3) Aspek agama : Islam, kafir dan non muslim
4) Aspek sosiologis : masyarakat desa, masyarakat kota,
8) Aspek khusus : golongan masyarakat tuna rungu, tuna
netra, tuna wicara, tuna wisma, tuna
susila
9) Aspek komunitas : seniman musik, lukis, tari dan lain-lain.
Pada prinsipnya, objek dakwah terbagi menjadi dua, yaitu:
a) Objek material; ilmu dakwah adalah semua aspek ajaran Islam
(dalam Al-Qur`an dan Sunnah), sejarah ajaran Islam (hasil ijtihad
dan realisasinya dalam sistem pengetahuan, teknologi, sosial
25
hukum, ekonomi, pendidikan dan kemasyarakatan, politik dan
kelembagaan Islam).
b) Objek formal; ilmu dakwah adalah mengkaji salah satu sisi objek
formal yang dihadapi umat. Hal-hal yang dipandang bersifat
doktrinal atau konseptual dinyatakan secara empirik yang
hasilnya dapat dirasakan oleh umat manusia sebagai rahmat Islam
dijagat raya (rahmatan lil alamin) (Syamsudin, 2016: 13-14).
c) Materi Dakwah.
Materi dakwah adalah isi pesan yang disampaikan oleh da`i
kepada objek dakwah, yakni ajaran agama Islam sebagaimana tersebut
dalam Al-Qur`an dan Hadis (Syamsuddin, 2016: 14). Secara umum
pesan dakwah terbagi menjadi tiga hal yaitu sebagai berikut:
1) Pesan Akidah, meliputi rukun iman kepada Allah yaitu pertama
Iman kepada Allah, kedua iman kepada malaikat-malaikat Allah,
ketiga iman kepada rasul-rasul Allah, keempat iman kepada kitab-
kitab-Nya, kelima iman kepada hari kiamat dan keenam iman
kepada qadha dan qadhar.
2) Pesan Syariah, meliputi hal-hal mengenai fiqih dan rukun Islam
seperti ibadah thaharoh (bersuci), shalat, zakat, puasa, haji,
mu`amalah (jual beli) dan lain sebagainya.
3) Pesan Akhlak, meliputi akhlak terhadap Allah, akhlak kepada diri
sendiri dan sesama manusia (tetangga, keluarga, masyarakat lain)
dan akhlak terhadap flora dan fauna.
26
Sebelum berdakwah hendaknya seorang da`i mengkaji objek
dakwah dan menentukan strategi dakwah sehingga nantinya
menemukan materi dakwah yang sesuai untuk mad`u.
d) Metode Dakwah
Metode dakwah adalah cara-cara menyampaikan pesan dakwah
kepada objek dakwah, baik itu kepada individu, kelompok maupun
masyarakat agar pesan-pesan tersebut mudah diterima, diyakini, dan
diamalkan (Syamsuddin, 2016: 14). Sesuai dengan Firman Allah pada
Surah An-Nahl ayat 125:
ة ن لس ا ة ظ وع م ل ة وا م لك ا ربك ب ل ي ب س لى إ دع ا و ل ي ب س ن ع ل ض بن م ل ع أ و ى ربك ن إ ج ن س ح أ ي ى لت ا م ب ل د ا وج
) 4 2 1 ( ن ي د ت ه م ل ا م ب ل ع أ و وى
Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk (Q.S
An-Nahl: 125).
Berdasarkan ayat diatas, dapat diambil kesimpulan mengenai dasar-
dasar dakwah atau cara berdakwah adalah sebagai berikut:
1) Pertama, dengan al-hikmah (bijaksana), yaitu sikap bijaksana
dalam hal perkataan, perbuatan dan tingkah laku yang
mengandung asas musyawarah, mufakaat, keseimbangan dan
manfaat serta dapat membedakan antara yang hak dan batil.
27
2) Kedua, al-mau`izah al-hasanah (pelajaran yang baik), yaitu suatu
usaha dan upaya dalam mengambil pelajaran-pelajaran yang
berharga serta baik untuk dirinya sendiri dan untuk orang lain
melalui kisah-kisah orang lain, para nabi, rasul dan pemimpin-
pemimpinnya.
3) Ketiga, al-mujadalah (dialog dengan cara yang baik pula), yaitu
suatu usaha dalam menyelesaikan suatu permasalahan baik
prasangka-prasangka negatif maupun kesalahpahaman antar satu
orang dengan lainnya dengan cara berdialog atau berdebat untuk
menemukan titik tengah dan jalan keluar secara bersama-bersama.
Adapun sumber-sumber metode dakwah yang telah diketahui
adalah sebagai berikut:
1) al-Qur`an. al-Qur`an merupakan kitab suci umat Islam diseluruh
dunia. Di dalam al-qur`an sendiri membahas mengenai hukum-
hukum, tatanan dalam kehidupan dan cerita-cerita yang telah lalu
dan yang akan datang. Dalam berdakwah Al-Qur`an menjadi salah
satu landasan penting dalam aktivitas dakwah.
2) Sunnah Rasul. Sunnah rasul yang telah diketahui yaitu hadist-
hadist. Dalam berdakwah hadist-hadist ini berkaitan tentang
dakwah dan juga sejarah hidup dan perjuangan serta cara-cara
Rasulullah SAW dalam berdakwah. Sunah rasul ini menjadi
metode-metode dakwah yang telah beliau terapkan dalam proses
dakwah beliau dari Makkah dan Madinah.
28
3) Sejarah hidup para sahabat dan fuqaha. Dalam sejarah kehidupan
para sahabat-sahabat dan para fuqaha menjadi salah satu contoh
baik yang sangat berguna bagi juru dakwah. Sebab mereka telah
menjadi teladan dan mereka juga orang perpengalaman serta
perpengaruh dalam bidang agama. Seperti Muadz bin Jabal dan
para sahabatnya menjadi contoh sebagai panutana dalam
pelaksanaan misi dakwah.
4) Pengalaman. Experience is the best teacher, kalimat ini telah tidak
asing sebab pengalaman menjadikan orang-orang untuk jadi
pribadi yang lebih baik. Bagi juru dakwah pengalamannya dalam
bergaul kepada orang lain baik hanya satu oang maupun beberapa
orang bisa menjadikannya sebagai reference saat berdakwah.
e) Media Dakwah (Wasilah)
Secara semantik media adalah segala sesuatu yang dijadikan
sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu. Dengan demikian media
dakwah adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai alat
untuk mencapai tujuan dakwah yang telah ditentukan (Syamsuddin,
2016: 305). Alat-alat yang digunakan sebagai media dakwah terbagi
menjadi lima, yaitu sebagai berikut :
1) Lisan, media ini adalah media yang paling sederhana yang dapat
dilakukan oleh siapa saja menggunakan lidah dan suara. Contoh
media ini seperti ceramah, pidato, penyuluhan, persentasi dan lain
sebagainya.
29
2) Tulisan, media ini yaitu buah pemikiran seseorang yang
disampaikan melalui tulisan agar dapat mudah dipahami. Contoh
media ini adalah majalah, koran, spanduk, dan lain sebagainya.
3) Lukisan, gambaran, karikatur adalah media yang menghasilkan
karya seni yang menghasilkan sebuah objek dengan maksud dan
tujuan tertentu.
4) Audio visual, merupakan media yang digunakan untuk merangsang
pendengaran atau penglihatan. Seperti televisi, internet, slide dan
lain sebagainya.
5) Akhlak, yaitu perbuatan-perbuatan atau prilaku nyata seseorang
dalam mencerminkan ajaran Islam yang dapat dilihat, didengarkan,
ditiru sebagai contoh oleh mad`u.
f) Efek Dakwah (Atsar)
Atsar (efek) sering disebut dengan feedback (umpan balik) dari
proses dakwah ini sering dilupakan atau tidak banyak menjadi
perhatian para da`i (Syamsuddin, 2016: 318). Efek dakwah juga bisa
diartikan sebagai reaksi dakwah yang ditimbulkan dari aksi dakwah,
reaksi dakwah biasanya terlihat melalui prilaku mad`u. Selain itu, efek
dakwah terbagi menjadi tiga yaitu sebagai berikut:
1) Efek kognitif, yaitu efek yang terjadi disebabkan karena adanya
hal-hal yang diketahui, dipahami dan dipersepsi oleh
mad`u/khalayak. Efek ini berkaitan dengan kepercayaan,
keterampilan dan tranmisis informasi.
30
2) Efek afektif, yaitu efek yang terjadi disebabkan karena adanya hal-
hal yang dibenci, disenangi dan dirasakan oleh mad`u/khalayak.
Efek ini berkaitan dengan segala emosi, nilai dan sikap mad`u
sendiri.
3) Efek behavioral, yaitu efek yang dapat terlihat dan diamati dengan
nyata melalui prilaku, tindakan, kegiatan atau kebiasaan.
2. Strategi
Strategi berasal dari bahasa Yunani: strategia yang berarti
kepemimpinan atas pasukan atau seni memimpin pasukan. Kata strategia
bersumber dari kata strategos yang berkembang dari kata stratos (tentara)
dan kata agein (memimpin). Istilah strategi dipakai dalam konteks militer
sejak zaman kejayaan Yunani-Romawi sampai masa awal industrialisasi
(Arifin, 2011: 227). Strategi adalah suatu kesatuan rencana yang
menyeluruh, komprehensif, dan terpadu yang diarahkan untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan (Suhadang, 2014: 101).
Dari penjelasan di atas, di dalam strategi terdapat beberapa hal
penting yaitu sebagai berikut:
a. Strategi merupakan suatu rencana, taktik atau langkah-langkah dalam
mencapai tujuan tertentu, baik tujuan jangka panjang, pendek dan
menengah.
b. Pencapaian keberhasilan strategi perlu adanya sasaran-sasaran,
maksudnya yaitu keinginan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan
tujuan atau juga bisa disebut dengan target. Dalam pencapaian
31
sasaran-sasaran ini juga diperlukan adanya tiga hal yaitu visi, misi
dan tujuan-tujuan.
c. Di dalam strategi perlu adanya analisis terhadap lingkungan sekitar,
baik secara internal (dalam) maupun eksternal (luar). Dari analisis
tersebut nantinya akan didapatkan kelemahan dan kekuatan untuk
pencapaian tujuan.
d. Adanya rancangan yang mantang pada strategi guna menjamin
keberhasilan untuk mencapai tujuan dan sasarannya.
e. Pengampilan keputusan dalam pelaksanaan strategi secara tepat dan
terarah untuk mencapai tujuan tertentu.
f. Strategi yang telah direalisasikan, maksudnya yaitu strategi yang
telah berhasil dalam pencapain tujuannya, namun pada strategi ini
juga mengalami perubahan keseluruhan pada implementasikannya
dengan cara menyesuaikan dengan situasi dan kondisi dilapangan
dalam mencapai tujuannya.
Setiap orang atau lembaga tertentu pasti memiliki satu atau
beberapa tujuan yang hendak dicapainya, guna memperoleh arah dan
menyatukan gerakan suatu lembaga atau seseorang itu sendiri. Tujuan
yang akan dicapai biasanya tujuan dan target untuk menjadi lebih baik dari
pada sebelumnya. Dalam proses pencapaian tujuan diperlukan tatanan,
arahan atau rancangan yang efektif dan efesien sehingga untuk
mengurangi dampak negatif (biaya atau resiko) yang akan ditimbulkan.
32
Adapun fungsi pertama dalam pelaksaan strategi adalah
perencanaan. Dengan adanya perencanaan yang matang nantinya akan
akan memberikan hasil yang baik, dalam perencanaan ini juga
mempertimbangkan fakta dan data yang dihadapinya. Maka dari hasil
pertimbangan terhadap fakta dan data maka dapat diambil beberapa
persoalan-persoalan yaitu sebagai berikut:
a. What (Apa)? pertanyaan ini menanyakan mengenai persoalan apa
rencananya. Artinya untuk mencapai tujuan tertentu yang hendak
dicapai.
b. Why (Mengapa) ? pertanyaan ini menanyakan mengenai persoalan apa
sebabnya. Artinya mencapai suatu tujuan tertentu diperlukan mencari
inti penyebab suatu permasalahan tersebut.
c. Who (Siapa) ? pertanyaan ini menanyakan mengenai persoalan siapa
pelaku yang akan melaksanakan. Artinya untuk melaksanakan suatu
rencana diperlukan seseorang sebagai pelaku pelaksana rencana
tersebut.
d. Where (Dimana) ? pertanyaan ini menanyakan mengenai persoalan
dimana tempat operasinya. Artinya untuk melaksanakan suatu
rencana diperlukan lokasi atau tempat yang akan dipergunakan.
e. When (Kapan) ? pertanyaan ini menanyakan mengenai persoalan
kapan waktunya. Artinya untuk melaksanakan suatu rencana
diperlukan waktu pelaksaan yang tepat dan sesuai.
33
f. How (Bagaimana) ? pertanyaan ini menanyakan mengenai persoalan
bagaimana cara. Artinya dalam pelaksaan rencana diperlukan cara
atau langkah-langkah terbaik yang akan dilaksanakaan (dijalankan).
Adapun fungsi kedua dalam pelaksanaan strategi adalah
implementasi strategi. Dalam hal ini tahapan selanjutnya yang dilakukan
setelah tahap perencanaan, pada tahapan ini para pelaku pelaksana strategi
mengaplikasikannya dalam kegiatan secara langsung, baik dalam
kehidupan sehari-hari maupun dalam berinteraksi kepada sesama manusia.
Fungsi ketiga dalam pelaksanaan strategi adalah evaluasi strategi.
Pada tahapan terakhir ini, dilakukan evaluasi melalui peninjauan faktor-
faktor eksternal dan internal terhadap prilaku yang telah dilakukan
terhadap tahap dua, sehingga dengan begitu ditemukannya strategi yang
tak efektif dalam aktifitas implementasinya. Dan membandingankan hasil
yang akan dicapai dengan kenyaataan yang didapatkan, sehingga untuk
kedepannya adanya kritik dan saran yang membangun.
Strategi dakwah merupakan perpaduan dari perencanaan (planning)
dan managemen dakwah untuk mencapai suatu tujuan. Di dalam mencapai
tujuan tersebut strategi dakwah harus dapat menunjukkan bagaimana
operasionalnya secara teknik (taktik) harus dilakukan, dalam arti kata
bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda sewaktu-waktu bergantung
pada situasi dan kondisi (Mahmuddin, 2013: 103). Dengan demikian maka
strategi dakwah adalah suatu taktik, cara dan langkah-langkah yang
34
dipakai dalam aktivitas dakwah dengan berlandaskan Al-Qur`an dan
Hadist.
Langkah-langkah yang dicapai dalam perencanaan strategi dakwah
adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan yang jelas sehingga nantinya akan terlihat jelas sasaran-
sasaran dakwahnya.
b. Pokok permasalahan yang menjadi kendala utama dalam dakwah.
c. Penentuan rumusan isi dakwah yang sesuai dengan rencana dakwah.
d. Adanya pengaplikasian pelaksaan dakwah dengan rencana-rencana
yang telah disusun dengan sedemikian rupa.
e. Langkah terakhir yakni evaluasi kegiatan dakwah yang telah
berlangsung.
Pelaksanaan strategi dakwah yang digunakan dalam usaha dakwah
memperhatikan beberapa azaz dakwah yaitu sebagai berikut:
a. Azaz Filosofis: azas ini membahas mengenai permasalahan yang erat
hubungannya dengan tujuan-tujuan dalam aktivitas dakwah.
b. Azas Kemampuan dan keahlihan Da`i: azas ini membahas mengenai
kemampuan dan keahlihan seorang da`i yang harus dimiliki dan
dikuasai dalam menghadapi mad`u.
c. Azas Sosiologis: azas ini membahas mengenai permasalahan yang
berkaitan dengan situasi dan kondisi mad`u.
d. Azas Psychologis: azas ini membahas mengenai kejiwaan manusia.
Hal ini berarti seorang da`i merupakan manusia yang memiliki
35
kejiwaan atau karakter yang berbeda dengan mad`u atau da`i lainnya.
Sehingga seorang da`i harus mampu mempengaruhi mad`u melalui
asas ini sehingga dapat membentuk karakter mad`u untuk bersikap
lebih baik dari sebelumnya.
e. Azas Efektif dan Efisien: azas ini membahas mengenai aktivitas
dakwah dengan cara menyeimbangkan antara waktu, biaya maupun
tenaga dengan menghasilakan hasil akhir sebaik mungkin.
Terdapat dua strategi dakwah yang perlu dikedepankan meliputi
strategi internal-personal dan strategi ekternal-institusional. Strategi yang
pertama menekankan pada pembangunan atau peningkatan kualitas
kehidupan individu, dan strategi yang kedua menekankan pada
pembangunan struktur organisasi masyarakat. Idealnya kedua strategi ini
berjalan beriringan dan bersifat komplementer (Setiawan, 2010: 171).
3. Muslim Tionghoa
Suku Tionghoa-Indonesia adalah salah satu etnis di Indonesia yang
asal usul leluhurnya mereka berasal dari Tiongkok (China). Biasanya
mereka menyebut dirinya dengan istilah Tenglang (Hokkien), Tengnang
(Tiochiu), atau Thongnyin (Hakka). Dalam bahasa Mandarin mereka
disebut Thongnyin (Hanzi: 唐人, ―orang Tang‖) atau lazim disebut Huaren
(Hanzi Tradisional: 華人; Hanzi Sederhana : 华人). Disebut Tangren
dikarenakan sesuai dengan kenyataan bahwa orang Tionghoa-Indonesia
mayoritas berasal dari Tiongkok selatan yang menyebut diri mereka
36
sebagai orang Tang, sementara orang Tiongkok utara menyebut diri
mereka sebagai orang Han (Hanzi: 漢人, Hanyu Pingin: Hanren, ―orang
Han‖). (diolah dari https://id.wikipedia.org/wiki/Tionghoa-Indonesia, pada
pukul 15.58 WIB).
Ibadah umat muslim sendiri terbagi menjadi dua, yaitu : ibadah
wajib dan sunnah. Ibadah wajib yaitu shalat fardhu (subuh, dzuhur, ashar,
magrib dan isya), puasa ramadhan, membayar zakat, naik haji bila mampu
dan lain sebagainya. Sementara untuk ibadah sunnah yaitu shalat tahiyatul
Manipulasi data akan berakibat keabsahan data juga berkurang kadar
keilmihannya, untuk itu maka diperlukannya kejujuran dari peneliti sendiri.
Pelaksanaan teknik validasi data penelitian ini didasari dengan menggunakan
credibility (kepercayaan). Untuk menguji tingkat kebenaran dan kepercayaan
penelitian ini, maka peneliti melakukan dengan beberapa cara yaitu sebagai
berikut:
a. Meningkatkan ketekunan
Ketekunan dalam proses pengambilan data secara teliti dan sistematis
b. Menggunakan referensi
Penggunaan referensi sebagai bahan pendukung dalam pengambilan data
oleh peneliti.
54
c. Perpanjangan waktu penelitian
Perpanjangan waktu penelitian dapat diartikan sebagai cara peneliti
dalam mencari data dengan kembali ke lapangan, melakukan pengamatan,
melakukan wawancara dengan nara sumber, baik yang pernah ditemui
maupun belum pernah ditemui. Dengan adanya perpanjangan waktu
penelitian ini, berhasil menciptakan hubungan baik dan keakraban antara
peneliti dan nara sumber, sehingga tidak ada informasi yang
disembunyikan.
d. Melaksanakan triangulasi data
Triangulasi adalah recheck dan cross check informasi dan data yang
diperoleh dari lapangan dengan informan lain untuk memahami
kompleksitas fenomena sosial ke sebuah esensi yang sederhana
(Endraswara, 2006: 110). Triangulasi meliputi empat hal, yaitu: triangulasi
metode, triangulasi antar-peneliti (jika penelitian dilakukan dengan
kelompok), triangulasi sumber data, dan triangulasi teori (Anggito,
2018:232). Adapun penjelasan dari keempat triangulasi tersebut adalah
sebagai berikut (Rahardjo 2010:2):
1) Triangulasi Metode. Jenis triangulasi ini membandingkan informasi
atau data dengan cara yang berbeda. Dalam penelitian kualitatif
peneliti menggunakan metode wawancara, obervasi, dan survey. Untuk
memperoleh kebenaran informasi yang handal dan gambaran yang
utuh mengenai informasi tertentu, peneliti bisa menggunakan metode
wawancara dan obervasi atau pengamatan untuk mengecek
55
kebenarannya. Selain itu, peneliti juga bisa menggunakan informan
yang berbeda untuk mengecek kebenaran informasi tersebut.
Triangulasi tahap ini dilakukan jika data atau informasi yang diperoleh
dari subjek atau informan penelitian diragukan kebenarannya.
2) Triangulasi Antar-Peneliti. Jenis triangulasi ini menggunakan lebih
dari satu orang dalam pengumpulan dan analisis data. Teknik ini untuk
memperkaya khasanah pengetahuan mengenai informasi yang digali
dari subjek penelitian. Namun orang yang diajak menggali data itu
harus yang telah memiliki pengalaman penelitian dan bebas dari
konflik kepentingan agar tidak justru merugikan peneliti dan
melahirkan bias baru dari triangulasi.
3) Triangulasi Sumber Data. Jenis triangulasi ini menggali kebenaran
informai tertentu melalui berbagai metode dan sumber perolehan data.
Misalnya, selain melalui wawancara dan observasi, peneliti bisa
menggunakan observasi terlibat (participant obervation), dokumen
tertulis, arsip, dokumen sejarah, catatan resmi, catatan atau tulisan
pribadi dan gambar atau foto. Masing-masing cara itu akan
menghasilkan bukti atau data yang berbeda, selanjutnya akan
memberikan pandangan (insights) yang berbeda pula mengenai
fenomena yang diteliti.
4) Triangulasi Teori. Hasil akhir penelitian kualitatif berupa sebuah
rumusan informasi atau thesis statement. Informasi tersebut
selanjutnya dibandingkan dengan perspektif teori yang relevan untuk
56
menghindari bias individual peneliti atas temuan atau kesimpulan yang
dihasilkan. Selain itu, triangulasi teori dapat meningkatkan kedalaman
pemahaman asalkan peneliti mampu menggali pengetahuan teoretik
secara mendalam atas hasil analisis data yang telah diperoleh.
Penelitian ini menggunakan dua triangulasi yaitu triangulasi sumber data
dan metode. Triangulasi sumber data dipakai ketika peneliti meragukan data
dari satu sumber maka peneliti mencari sumber informant lainnya. Sementara
triangulasi metode merupakan triangulasi yang dipakai dengan menggunakan
beberapa metode seperti wawancara, observasi, dan dokumentasi sehingga
hasil penelitian dapat terpercaya kebenarannya.
57
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Subjek Penelitian
Kota Salatiga atau dalam bahasa Jawa disebut juga dengan Kutha
Salatiga, kota ini merupakan kota yang berada di provinsi Jawa Tengah
yang sepenuhnya berbatasan langsung dengan kabupaten Semarang. Kota
Salatiga terletak 49 kilometer di sebelah selatan Kota Semarang dan 52
kilometer di sebelah utara Kota Surakarta, serta menjadi kota penghubung
antara Semarang dan Surakarta.
Gambar 3. Peta Kota Salatiga
Secara geografis kota Salatiga terletak diantara 1100.27` dan
56,81`` sampai 1100.32` dan 4,64`` Bujur Timur (BT) dan 0070.17`
sampai 0070 dan 17`.23 Lintang Selatan (LS) dengan ketinggian mencapai
450 sampai 825 dpl dari permukaan air laut dengan luas wilayah kota
Salatiga sekitar 56,78 km2. Kota Salatiga berada didaerah cekungan, kaki
58
Gunung Merbabu gunung-gunung kecil yang mengelilinginya diantaranya
yakni Gajah Mungkur, Telomoyo, dan Payung Rong. Adapaun batas-batas
wilayah kota Salatiga adalah sebagai berikut:
a) Sebelah utara berbatasan langsung dengan kecamatan Pabelan: Desa
Pabelan dan Desa Pejaten dan kecamatan Tuntang: Desa Kesongo dan
Dewa Watu Agung
b) Sebelah Timur berbatasan langsung dengan kecamatan Pabelan: Desa
Ujung-ujung, Desa Sukoharjo, Desa Glawan dan Kecamatan
Tengaran: Desa Bener, Desa Tegalwaton dan Desa Nyamat
c) Sebelah Selatan berbatasan langsung dengan kecamatan Getasan: Desa
Sumogawe, Desa Sa-mirono, Desa Jetak dan kecamatan Tengaran:
Desa Patemon, dan Desa Karang Duren.
d) Sebelah barat berbatasan langsung dengan kecamatan Tuntang: Desa
Candirejo, Desa Jombor, Desa Sraten, Desa Gedangan dan kecamatan
Getasan: desa Polobogo
Kota Salatiga beriklim tropis, sejuk dan udaranya segar. Kota salatiga
merupakan kota kecil yang biasa disebut dengan mini Indonesia. Dikota
Salatiga juga terdapat beberapa perguruan tinggi, baik yang umum
maupun swasta. Oarang-orang yang tinggal di Salatiga cenderung bersikap
toleransi meskipun berbeda agama dan kebudayaan. Semboyan kota
Salatiga adalah ―HATI BERIMAN‖ yang berhasil ditetapkan dalam
Peraturan Daerah Kodya Tingkat II Salatiga Nomor 10 pada tahun 1993.
Adapun kepanjangan dari semboyan Hati Beriman adalah sebagai berikut:
59
a) SEHAT : kesehatan jasmani, rohani dan lingkungan;
b) TERTIB : kesadaran sosial dan disiplin;
c) BERSIH : kondisi kehidupan yang bersih secara fisik atau psikis;
d) INDAH : keindahan alam
e) AMAN : keamanan lingkungan pemukiman, kerja dan umum
Etnis china datang ke Salatiga sebagai imigran atau sebagai
pengungsi kemudian bersama-sama berjuang melawan Kompeni, lalu oleh
pemerintah Hindia Belanda status mereka disejajarkan dengan orang kulit
putih – yang berarti menjadi lebih tinggi dari masyarakat Jawa (pribumi) –
sampai akhirnya keduanya sama-sama merasa sebagai warga Salatiga
seperti sekarang ini (Supangat, 2017: 1-2). Pada pesebaran muslim
Tionghoa di Salatiga memang tidak banyak, kebanyakan dari mereka
merupakan generasi peranakan Tionghoa yang berasal dari kota-kota di
Indonesia. Beberapa orang dari mereka merupakan muslim Tionghoa yang
menetap di Salatiga, mereka merupakan perantauan yang kebanyak berasal
dari kota di Pulau Jawa dan ada yang berasal dari Sumatra.
Secara umum keberadaan muslim Tionghoa di kota Salatiga tidak
terlalu mencolok hal ini terbukti dengan jumlah muslim Tionghoa yang
berjumlah kurang lebih 50 sampai 75 orang saja. Penyebab muslim
Tionghoa tidak terlalu mencolok disebabkan juga karena mereka dapat
berbaur dengan lingkungan tempat tinggal mereka. Keberadaan muslim
Tionghoa di kota Salatiga dapat terlihat dengan adanya organisasi PITI
Salatiga yang diprakarsai oleh Iskandar Chang Ho dan mendiang Alfred L
60
dan Yedi Efriyadi. Awalnya PITI Salatiga berasal dari PITI Semarang, lalu
mendiringan PITI sendiri di kota Salatiga pada tahun 2010. Ketua PITI
Salatiga pertama adalah mendiang Alfred L, PITI Salatiga berdiri sesuai
dengan anggaran dasar dan pergantian pengurus setiap empat tahun sekali.
Visi PITI sesuai dengan anggaran dasar tahun 2005, yaitu
mewujudkan Islam sebagai rahmatan lil `alamin (Islam sebagai rahmat
bagi sekalian alam) dan melaksanakan amar makruf nahi munkar. Misi
PITI adalah sebagai berikut :
a) Pelaksanaakan amar makruf nahi munkar dan terwujudnya Islam
sebagai Rahmatan Lil‗alamin melalui dakwah Islamiyah baik bil-lisan
maupun bil-hal‘
b) Mencapai terlaksananya amar makruf nahi munkar dan terwujudnya
Islam sebagai Rahmatan Lil‗alamin melalui kegiatan-kegiatan di
bidang ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan.
c) Menjalin kerjasama dengan pihak-pihak berbagai unsur
kemasyarakatan untuk tercapainya upaya-upaya sebagaimana pada
nomor 1 dan 2.
PITI Salatiga dibentuk setelah PITI Semarang. PITI Salatiga
didukung oleh unsur Muslim Tionghoa, Muslim non-Tionghoa, dan
Tionghoa non-muslim di Salatiga. PITI adalah organisasi kemasyarakatan
Islam yang bersifat independen berdasarkan pancasila dan memiliki tiga
landasan yaitu pertama, landasan akidah adalah al-Qur‘an dan hadits.
61
Ketiga, landasan strategis pendekatan adalah proaktif-partisipasi. Ketiga,
landasan operasional adalah sebagai berikut :
a) Firman Allah pada Q.S Al-Hujarat ayat 13
ج يا أي ها الناس إنا خلقناكم من ذكر وأن ثى وجعلناكم شعوبا وق بائل لت عارفوا
(41) بي إن اهلل عليم خ
Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan
kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang
yang paling mulian di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal‖ (Q.S Al-Hujurat : 13).
b) Hadits Nabi Muhammad Saw yang menyatakan tidak ada bedanya
Arab dan bukan Arab kecuali takwanya.
c) Konsep Islam sebagai Rahmatan Lil ‗Alamin (rahmat bagi sekalian
umat).
d) Prinsip Islam mengenai kebebasan manusia dari rasdiskriminasi.
2. Temuan Penelitian
Fokus penelitian ini mengarah kepada organisasi Persatuan Islam
Tionghoa Indonesia (PITI) yang berada di Kota Salatiga. Penelitian ini
membahas mengenai bagaimana keadaan organisasi PITI dan bagaimana
strategi berdakwah pada muslim Tionghoa. Setelah melakukan penelitian
dengan menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi
berikut ini adalah hasil wawancara dan observasi yang telah didapatkan
62
sehingga dapat memudahkan pembaca dalam memahami hasil penelitian
ini yaitu sebagai berikut:
a. Mengetahui Keadaan Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) di
Salatiga
Bukti keberadaan muslim Tionghoa di Salatiga adalah dengan
adanya organisasi Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) di
Salatiga juga terdapat ketua PITI Jawa Tengah yang kebetulan tinggal
di Salatiga.
“...ada, saya kan kebetulan ketua PITI Jawa Tengahnya,
Persatuan Islam Tionghoa Jawa Tengah. Di salatiga itu dulu ketuanya adalah Pak Alfret almarhum” (Wawancara I.C.H, 27 April 2019 pukul 13.30 WIB).
“Ya ada namanya PITI, PITI itu Persatuan Islam Tionghoa Indonesia, dulu kebetulan saya ketua PITI Salatiga tapi sekarang saya sudah tidak aktif” (Wawancara Y.E, 23 Mei
2019 pukul 11.10 WIB).
“Ya ada dan saya ikut, tapi kebetulan saya tidak terlalu aktif seperti Pak Iskandar ya” (Wawancara Y.Y, 23 Juli 2019 pukul
19.06 WIB).
Pusat pelaksanaan kegiatan Persatuan Islam Tionghoa Indonesia
(PITI) Salatiga bertempat di rumah Bapak Iskandar yang beralamatkan
di Ledok, Kecamatan Argomulyo, Kota Salatiga dengan jumlah
anggota PITI sekitar 50 sampai 75 orang.
“Ehm mungkin antara 50 sampai 75 ya, di IAIN aja ada dua ya,
saya dan yedi. Dan untuk tempat kumpulnya biasanya di rumah saya” (Wawancara I.C.H, 27 April 2019 pukul 13.30 WIB).
“Untuk kumpul kegiatan PITI itu biasanya di rumahnya Pak
Iskandar ya” (Wawancara Y.E, 23 Mei 2019 pukul 11.10 WIB).
63
“Ya itu mbak untuk pusat kegiatan PITI sendiri ada di
rumahnya Pak Iskandar di Ledok, kecamatan Argomulyo, Kota Salatiga” (Wawancara Y.Y, 23 Juli 2019 pukul 19.06 WIB).
PITI Salatiga kelanjutan dari PITI Nasional, PITI berdiri kira-
kira sekitar tahun 2010.pada saat itu pak alfret menjadi ketua piti nya.
Berdirinya PITI mengikuti anggaran dasar. Setiap empat tahun adanya
pergantian pengurus, disebabkan kekurangan anggota dan pengurus
sehingga menyebabkan berlarut sehingga berjalan terus.
Keberadaan organisasi PITI di Salatiga juga menjadi bentuk
kegiatan-kegiatan dalam aktivitas dakwah antara sesama muslim
Tionghoa maupun muslim di Salatiga. Kegiatan-kegiatan dakwah PITI
seperti silaturahmi, diskusi, saat bulan ramdhan tiba ada kegiatan dari
stasiun TV yaitu acara liputan missing cheng ho dan juga buka
bersama.
“Kegiatannya selain dakwah ya silaturahim, kadang-kadang
ada pertemuan yang sifatnya diskusi dulu sih kalau sekarang ya ketuanya udah meninggal jadi agak vakum sedikit, biasanya kita
ada romadhon gini ya itu ada kegiatan dari stasiun TV biasanya akan meliput kegiatan missing cheng ho, jadi kita kumpulin temen-temen di sini ya paling jauh itu buka bersama gitu”
(Wawancara I.C.H, 27 April 2019 pukul 13.30 WIB).
Selain silaturahmi, diskusi dan buka bersama terdapat juga
kajian-kajian keIslaman antar sesama muslim Tionghoa dalam
organisasi PITI.
“Ya kalau kegiatan PITI itu seperti silahturahmi, diskusi dan adanya kajian-kajian keIslaman” (Wawancara Y.E, 23 Mei
2019 pukul 11.10 WIB). “Ya kegiatan PITI itu sendiri ya kayak kajian-kajian keIslaman,
buka bersama atau diskusi, yang jelas ya kegiatannya itu sesuai
64
dengan misi PITI sendiri” (Wawancara Y.Y, 23 Juli 2019 pukul
19.06 WIB).
b. Strategi Dakwah Organisasi Persatuan Islam Tionghoa Indonesia
(PITI) di Kota Salatiga.
Metode dakwah PITI menggunakan berbagai cara sesuai dengan
pola di masyarakat.
“Dakwah PITI kita ya mengikuti pola yang ada di masyarakat kalau pas kita ada forum diskusi ya kita mengikuti pola diskusi,
kalau pengajian umum ya kita menyampaikan dalam konteks pengajian umum” (Wawancara I.C.H, 20 Agustus 2019 pukul 15.59 WIB).
Metode dakwah PITI menggunakan beberapa tahapan
diantaranya mengenalkan Islam kepada orang-orang yang mulai tertarik
dengan Islam.
“Jadi begini tahapan-tahapan dakwah PITI. Ketika mereka
ingin mengenal islam, ya mereka ikut suatu pengajianlah. Nah awalnya kita mengenalkan Allah kepada mereka, terus terang yang membedakan agama satu dengan agama lainnya itu
khususnya tentang ketuhanan setelah mereka paham dan yakin lalu kita baru mengarakan mereka untuk mengucapkan dua
kalimat syahadat. Disisi lainnya metode dakwah PITI itu menyesuaikan dengan kebutuhan objek dakwahnya ya” (Wawancara Y.E, 23 Mei 2019 pukul 11.10 WIB).
Dakwah PITI Salatiga menggunakan berbagai macam cara,
salah satunya adalah dengan metode kajian-kajian dan umumnya
anggota PITI yang ikut terlibat serta terjun langsung ke masyarakat.
“Metodenya macem-macem sih, metode kita kalau kajian-kajian
pada umumnya PITI itu menyerahkan anggota-anggota di wilayah masing-masing untuk terjun langsung ke wilayah mereka misalnya masjid disekitar rumah dia, terkadang kita
mengumpulkan menjadi satu untuk komunitas kita sendiri itu biasanya ada pada saat buka puasa, kegiatan-kegiatan hari
besar misalnya hari raya qurban ya” (Wawancara Y.Y, 23 Juli 2019 pukul 19.06 WIB).
65
Dakwah muslim Tionghoa selain dari masyarakat umum juga
berdakwah dengan orang-orang terdekatnya seperti keluarga maupun
temannya sendiri dan anggota PITI. Sasaran dakwah muslim
Tionghoa Salatiga meliputi semua kalangan, baik dari masyarakat
umum maupun masyarakat awam.
“Ya untuk objek dakwah PITI sendiri itu umumnya masyarakat umum tapi khususnya anggota PITI sendiri, masyarakat sekitar
kita atau keluarga” (Wawancara Y.Y, 23 Juli 2019 pukul 19.06 WIB).
“Untuk objek dakwah PITI sendiri itu ya biasanya semua orang,
mulai dari keluarga, masyarakat umum, Tionghoa-non muslim dan lain sebagainya” (Wawancara Y.E, 19 Agustus 2019 pukul
11.00 WIB).
Objek dakwah PITI selain untuk keluarga juga untuk semua
kalangan, baik untuk masyarakat awam maupun lain sebagainya.
“...objek dakwah PITI itu untuk semua kalangan, mulai dari
masyarakat awam, nara pidana, buruh dan lain sebagainya” (Wawancara I.C.H, 20 Agustus 2019 pukul 15.59 WIB).
Sementara itu untuk anggota PITI Salatiga kegiatan dakwahnya
adalah dengan cara mempererat tali silahturahmi antar sesama
manusia dan mengajak sholat berjamaah di masjid.
“Kegiatan dakwah saya itu ya seperti mempererat tali silaturahmi antar sesama muslim maupun non muslim, nah
kalau dimasyarakat sendiri saya biasanya mengajak mereka untuk sholat berjamaah di masjid” (Wawancara Y.Y, 24 Juli 2019 pukul 19.06 WIB).
Keaktifan anggota PITI Salatiga terlihat dengan
keikutsertaannya dalam kegiatan-kegiatan keIslaman seperti mengkaji
tafsir dan mengkaji kitab.
“Kayak disini di pondok ya, pagi kajian kitab kita ya kajian
kitab kita mengikuti semua pola itu, kalau pagi setiap subuh
66
untuk mahasiswa kita itu ya mengaji tafsir kita ya mengikuti
juga pola itu jadi semua pola itu kita pakai dalam mengembangkan agama Islam di tengah-tengah Persatuan Islam Tionghoa yang dia menjadi penyuluh agama atau dia
menjadi da‟i atau dia menjadi penyampai risalah” (Wawancara I.C.H, 20 Agustus 2019 pukul 15.59 WIB).
Namun masih ada anggota PITI yang kurang aktif dalam
kegiatan-kegiatan PITI, akan tetapi kegiatan PITI yang telah diikuti
seperti kajian-kajian Islam dan silahturahmi.
“Ya saat ini saya tidak aktif organisasi, kalau dulu saya ikut kegiatan PITI diajak pak iskandar dan pak alfred seperti kajian-
kajian Islam, silahturahmi, dan lain sebagainya” (Wawancara Y.E, 23 Mei 2019 pukul 11.00 WIB).
c. Faktor-Faktor Pendukung dan Penghambat Dalam Dakwah PITI di
Kota Salatiga.
Faktor pendukung dakwah PITI adalah keaktifan anggota dan
ikut terlibat dalam proses berdakwah.
“Faktor pendukung dakwah PITI sendiri itu ya yang jelas jika anggotanya mau aktif dan ikut berperan serta dalam dakwah”
(Wawancara Y.Y, 24 Juli 2019 pukul 19.06 WIB).
Faktor pendukung dakwah PITI lainnya adalah generasi ketiga
muslim Tionghoa yang telah mendapatkan pendidikan mengenai
Islam dari kecil seperti anak muslim pada umumnya dan saat dewasa
nanti telah siap menyampaikan risalah Islam.
“Faktor pendukung banyak kalau sekarang generasi orang-
orang yang ada di PITI itu digenerasi ketiga itu rata-rata mereka sudah all in semua, sudah siap siap semua karena kenapa karena kakeknya mungkin muslim , ayahnya muslim
cucunya dari ayanya ini kan sudah muslim sejak kecil dia pasti sudah menikmati pendidikan seperti layaknya orang-orang
Islam kayak anak-anak sayalah , anak-anak saya itukan mau tidak mau dia pasti di sekolah Islam pasti dari kecil dia sudah belajar tentang agama Islam mulai dari baca Qura‟an , mulai
67
dari kajian-kajian agama dia pasti sudah belajar . jadi otomatis
pada saat dia dewasa dia menyampaikan risalah Islam itu bekal dia sudah cukup. Di generasi kedua ini beda-beda, generasi kedua yang sifatnya dia hanya sifatnya hanya ibadah
saja , menyampaikan apa yang dia bisa , ada di generasi kedua dia juga ikut menuntut ilmu baik itu formal maupuan non
formal . ketika dia menuntut ilmu otomatis dia memiliki banyak bekal. Baik itu dalam menyampaikan dalam metode penyampaian maupun yang disampaikan . dua-duanya bisa klik
gitu. Nah ini bisa tematis yang disampaikan, yang ketiga misalhkan dilakangan para wanita, ini juga hampir sama
sudah memiliki tataran pendidikan yang cukup sehingga dia bisa menyampaikan jauh lebih baik dibandingan dengan bisa menyampaikan jauh lebih baik dibandingan dengan yang lain-
lain” (Wawancara I.C.H, 20 Agustus 2019 pukul 15.59 WIB).
Selain itu, faktor pendukung dakwah PITI bisa melalui media
sosial (youtube).
“Nah kalau faktor pendukungnya itu bisa juga melalui media sosial seperti youtube. Anda bisa lihat di channel youtube
syariah, nah di situ dakwah PITI yang telah saya lakukan dengan gaya penyampaian saya yang santai” (Wawancara Y.E, 19 Oktober 2019 pukul 10.30 WIB).
Sementara hambatan aktivitas dakwah pada organisasi PITI
adalah kurangnya kesadaran anggota untuk ikut aktif dalam kegiatan-
kegiatan PITI dan kurangnya keinginan orang-orang Tionghoa untuk
memeluk agama Islam.
“Ya kalau hambatan pasti adalah mbak, hambatannya itu ya seperti anggota PITI yang sulit ikut acara kumpul, nah karena
hal itu juga kan bisa penyebabkan aktivitas dakwah PITI sendiri jadi terhambat. Hambatan lainnya itu ya gak semua orang-
orang China itu mau masuk Islam karena ya pemikiran orang-orang China itu bagaimana bisa mendapatkan uang yang berlimpah. Jadi banyak tuh orang-orang China yang berganti-
ganti keyakinan karena untuk apa, ya untuk memperkaya dirinya sendiri. Nah misal ni ya, dia menganut agama Kristen
terus kok dia masih belum kaya ya dia bakalan pindah keyakinan sampai dia bisa mendapatkan keyakinan yang berhasil membuat dia kaya” (Wawancara Y.Y, 24 Juli 2019
pukul 19.06 WIB).
68
“Hambatan dakwah PITI sendiri itu disebabkan kurangnya aktif
anggota PITI, ya seperti saya ini yang juga sudah beberapa tahun tidak ikut PITI” (Wawancara Y.E, 23 Mei 2019 pukul 11.10 WIB).
Selain karena tidak aktifnya anggota PITI terdapat pula dua
kendala lainnya seperti pemahaman masyarakat yang beranggapan
bahwa muallaf Tionghoa itu telah paham betul tentang Islam dan
pengucapan lafal bahasa arab.
“Kendala dakwah satu kadang-kadang di PITI yang baru-baru terutama itu orang-orangnya inikan keilmuannyakan belum pas
dan belum cukup aman tapi oleh publik dia sudah dianggap sebagai orang yang mumpuni gitu dalam bidang keagamaan
padahal dia hanya share tentang kehidupan dia tentang beragama seperti apa begitu ya. Dia menyampaikan apa yang dia bisa belum betul-betul memahami secara betul-betul
kondisi Islam sendiri itu seperti apa , itu kendala pertama. Kendala yang kedua ya itu ya dalam pengucapan lahfal bahasa
arab mungkin ya masihan dan ada yang kurang pas makhrajnya dan lain sebagainya seperti itu saya kira” (Wawancara I.C.H, 20 Agustus 2019 pukul 15.59 WIB).
B. Pembahasan
1. Mengetahui Keadaan Muslim Tionghoa di Kota Salatiga.
Bukti keberadaan muslim Tionghoa di Kota Salatiga terlihat
dengan adanya organisasi Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) yang
didirikan di kota Salatiga. Keberadaan organisasi PITI Salatiga dapat
diketahui karena ada dua orang pendiri dan perintis organisasi PITI
Salatiga, dua orang tersebut adalah Iskandar dengan nama asli Iskandar
Chang Ho dan mendiang Alfret L. Ketuanya pertama organisasi PITI
Salatiga adalah mendiang Alfret L kemudian dilanjutkan oleh Yedi
69
Efriyadi. Saat ini di muslim Tionghoa yang berada di kota Salatiga yang
juga menjabat sebagai ketua PITI Jawa Tengah adalah Iskandar Chang Ho.
Pusat kegiatan pelaksaan organisasi PITI Salatiga berada di salah
satu rumah anggota PITI yang beralamatkan di Ledok, Kecamatan
Argomulyo, Kota Salatiga. Saat ini jumlah anggota PITI kurang lebih 50
sampai 75 orang. Kegiatan-kegiatan dakwah pada organisasi PITI Salatiga
adalah kegiatan-kegiatan mengenai aktivitas dakwah yang sesuai dengan
visi misi PITI. Kegiatan-kegiatan PITI Salatiga seperti silaturahmi antara
sesama muslim Tionghoa maupun non muslim Tionghoa, adanya diskusi
dan kajian-kajian mengenai Islam. Saat bulan Ramadhan tiba, biasanya
ada acara dari stasiun televisi meliput kegiatan missing cheng ho dan ada
juga ada acara buka bersama sesama anggota PITI. Kegiatan-kegiatan
organisasi PITI ini salah satunya juga sebagai bentuk berlangsungnya
aktivitas dakwah dalam mempererat tali ukhuwah islamiyah antar sesama
umat Islam terutama untuk anggota PITI.
2. Strategi Dakwah Organisasi Persatuan Islam Tionghoa Indonesia
(PITI) di Kota Salatiga.
Penggunaan strategi dakwah PITI Salatiga menjadi merupakan
salah satu cara untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi PITI. Strategi
dakwah PITI Salatiga menggunakan beberapa metode diantaranya yaitu
sebagai berikut:
70
a) Dakwah PITI dengan cara menyesuaikan dengan situasi dan kondisi
serta kebutuhan mad‘u. Penggunaan metode dakwah PITI ini
digunakan agar dakwah dapat memenuhi kebutuhan mad‘u tentang
Islam, karena dakwah untuk tiap mad‘u itu berbeda-beda. Perbedaan
cara dakwah untuk mad‘u ini dipengaruhi oleh latar belakang
pendidikan dan lingkungannya. Contoh dakwah untuk masyarakat
awam dan keluarga. Untuk masyarakat awam dakwah dilakukan
dengan cara memberikan penjelasan dan mengarahan mengenai
dakwah Islam dengan menggunakan bahasa yang santai dan mudah
dipahami tanpa berbelit-belit, hal ini dilakukan karena masyarakat
awam biasanya untuk pendidikannya kurang sehingga jika dakwah
menggunakan bahasa ilmiah pesan dakwah tentu tidak dapat diterima
oleh mad‘u dan dari lingkungan masyarakat awam cenderung masih
percaya dengan adat istiadat. Sementara untuk dakwah keluarga
dilakukan dengan cara berbicara dengan halus dan menyesuaikan
dengan karakter mad‘unya, contoh dakwah kepada adik yang memiliki
karakter keras kepala dan ingin menang sendiri bisa menggunakan
metode dakwah dialog dengan berbicara halus dan tenang.
b) Dakwah PITI dengan mengikuti pola yang ada pada masyarakat atau
disebut kondisional. Seperti forum diskusi dan pengajian umum yang
juga diikuti oleh anggota PITI. Dakwah PITI yang telah diikuti oleh
anggota PITI maupun orang-orang luar PITI seperti Tionghoa non
muslim dan muslim non Tionghoa. Dulu saat mendiang Alfred L
71
masih menjabat sebagai ketua, kegiatan diskusi PITI setiap seminggu
sekali terlaksana dengan baik antara anggota PITI.
c) Dakwah PITI melalui beberapa tahapan. Tahapan pertama
mengenalkan Islam kepada orang-orang Tionghoa-non muslim yang
tertarik kepada Islam. Pengenalan Islam untuk Tionghoa non muslim
dilakukan oleh PITI dengan menggunakan komunikasi interpersonal
agar mereka dapat lebih paham mengenai Islam. Tahapan kedua
pengajian untuk Tionghoa-non muslim. Pengajian yang diadakan oleh
PITI dalam rangka meningkat pengetahuan tentang Islam baik untuk
anggota PITI maupun Tionghoa non muslim. Pada tahapan-tahapan ini
organisasi PITI mengenalkan Allah kepada Tionghoa non-muslim dan
menjelaskan berbedaan agama Islam dengan agama lainnya sehingga
Tionghoa non-muslim lebih memahami tentang ketuhanan. Setelah
mereka yakin untuk memeluk agama Islam baru organisasi PITI
mengarahkan Tionghoa non-muslim untuk mengucapkan dua kalimat
syahadat.
d) Metode dakwah PITI melalui kajian-kajian dengan cara menyerahkan
anggota-anggota untuk menghidupkan masjid di lingkungan sekitar
rumah mereka. Selain itu, terdapat kegiatan buka puasa bersama dan
kegiatan-kegiatan hari raya qurban. Keaktifan anggota PITI dalam
berdakwah dapat terlihat melalui lingkungan sekitar rumahnya seperti
pelaksanaan sholat berjamaah di masjid dan keikutsertaan dalam
72
kegiatan-kegiatan qurban sebagai bentuk pengamalan sunah rasul dan
mempererat hubungan antar anggota PITI.
Proses berdakwah PITI Salatiga tentu tidak terlepas dari objek
dakwah. Objek dakwah adalah orang-orang yang menerima pesan dakwah
atau disebut juga sasaran dakwah. Objek dakwah PITI salatiga adalah
sebagai berikut:
a) Khususnya untuk anggota PITI dan umumnya untuk masyarakat umum
seperti masyarakat awam, nara pidana dan lain sebagainya. Objek
dakwah PITI khusus untuk anggota PITI disebabkan karena
pentingnya memberikan pemahaman dan pendalaman mengenai Islam,
dari anggota PITI ini juga dakwah PITI dapat terus berlanjut hingga
saat ini, baik dakwah praktis maupun dakwah kultural. Sementara
objek dakwah untuk masyarakat umum menunjukkan bahwa dakwah
untuk semua kalangan dan bersifat umum. Hal ini menunjukkan bahwa
dakwah PITI tidak memilih-milih objek atau semua kalangan,
sehingga dakwah PITI bisa diperuntuk untuk semua orang dengan
penggunaan metode-metode dakwah yang sesuai dengan mad‘u.
b) Keluarga dan Tionghoa non muslim. Objek dakwah PITI diperuntukan
kepada keluarga karena pada dasarnya dakwah kepada keluarga
merupakan dakwah yang harus dilakukan setiap orang agar
keluarganya berjalan dan bersikap sesuai dengan al-Qur‘an dan hadis
serta tidak berjalan dan bertingkah ke jalan yang salah yang keluar dari
73
syariat Islam. Hal ini juga dijelaskan dalam firman Allah Swt yaitu
sebagai berikut :
(412)وأنذر عشيتك الق ربني
Artinya ―Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat‖ (Q.S Asy-Syu‘ara/26 : 214)
Kegiatan-kegiatan dakwah anggota PITI Salatiga adalah sebagai
berikut:
a) Silaturahmi antar sesama muslim dan non muslim. Kegiatan
silahturahmi ini bertujuan untuk mempererat Ukhuwah Islamiyah antar
sesama manusia sehingga dengan ini organisasi PITI dapat diterima
oleh semua golongan.
b) Mengajak masyarakat untuk sholat berjamaah di masjid. Kegiatan
dakwah PITI yang telah terlaksana adalah mengajak orang lain
khususnya masyarakat sekitar rumah anggota PITI untuk ikut serta
mempraktekkan tuntunan syariat Islam mengenai sholat berjamaah
khususnya bagi laki-laki.
c) Mengikuti kajian-kajian Islam bersama masyarakat, seperti kajian
tafsir dan kajian kitab. Kegiatan ini bertujuan untuk lebih mendalami
dan memperdalam mengenai Islam sehingga anggota PITI bisa lebih
siap untuk berdakwah.
74
3. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Muslim Tionghoa di
Salatiga.
Faktor-faktor pendukung dalam aktivitas dakwah pada muslim
Tionghoa di kota Salatiga adalah sebagai berikut :
a) Keaktifan anggota PITI dalam setiap kegiatan-kegiatan PITI.
Keaktifan anggota PITI merupakan kunci majunya organisasi PITI
dalam mencapai tujuan-tujuan PITI. Baik mulai dari kegiatan diskusi,
pengajian dan lain sebagainya.
b) Keaktifan anggota PITI dalam berdakwah melalui youtube. Dakwah
PITI menggunakan media sosial melalui youtube menyesuaikan
dengan perkembangan zaman yang semakin maju dengan sasaran
dakwah masyarakat pengguna media sosial.
c) Pendidikan Islam untuk anak-anak generasi ketiga Tionghoa muslim
telah ditanamkan dan diajarkan sejak kecil, sehingga anak-anak
generasi ketiga sama seperti anak-anak muslim pada umumnya.
Pendidikan Islam yaitu anak-anak genersi ketiga di masukkan ke
sekolah Islam, belajar tentang agama Islam, membaca al-Qur‘an,
kajian-kajian Islam jadi saat dewasa nanti anak-anak generasi ketiga
ini telah siap untuk menyampaikan risalah Islam. untuk generasi kedua
sifatnya hanya untuk ibadah saja, menyampaikan apa yang bisa
disampaikan
d) Pada generasi kedua ini berbeda dengan generasi ketiga. Generasi
kedua sifatnya ibadah, menyampaikan apa yang dia (muslim
75
Tionghoa) bisa. Generasi kedua ini melanjutkan pendidikannya baik
formal maupun non formal untuk memperdalam dan memahami
mengenai agama Islam. Setelah mendapatkan bekal ilmu Islam,
barulah penyampaian dakwah PITI dapat dilakukan dengan lebih baik.
Dengan bekal pendidikan ini PITI dapat saling berhubungan dan saling
membantu dalam menyiarkan Islam kepada mad‘u.
Faktor penghambat dalam proses berdakwah pada muslim
Tionghoa adalah sebagai berikut:
a) Kurangnya kesadaran anggota PITI untuk ikut berperan serta dalam
kagiatan PITI seperti acara kumpul (diskusi,buka bersama, kajian,
silahturahmi). Kepasifan anggota PITI ini bisa menyebabkan
terganggunya kegiatan-kegiatan PITI untuk visi dan misi PITI.
b) Pemikiran orang-orang China yang mengukur kesuksesan dari segi
materi atau kekayaan. Pemikiran orang-orang China ini juga
memberikan pengaruh besar sebab persepsi mereka masuk Islam justru
membuatnya jatuh miskin dan dikucilkan keluarga. Hal ini terlihat dari
sejarah pada masa orde baru muslim Tionghoa mendapatkan
deskriminasi dan dijauhi bahkan diusir dari keluarganya. Selain itu,
orang-orang China beranggapan bahwa dengan memiliki harta yang
berlimpah membuat hidup mereka bahagia sementara jika mereka
hidup miskin mereka akan hidup dalam kesengsaraan.
c) Tionghoa muslim yang baru ikut bergabung di PITI biasanya dianggap
oleh masyarakat telah mampu untuk berdakwah, namun sebenarnya
76
Tionghoa muslim yang baru ini hanya menyampaikan pengalaman
beragama yang terjadi kepada mereka.
d) Kesulitan dalam pengucapan lahfadz bahasa arab dan makhraj bacaan
al-Qur‘an. Kurangnya belajar tentang lahfadz bahasa arab dan tata cara
membaca al-Qur‘an dengan benar sehingga mengakibatkan kurangnya
kecintaan terhadap al-Qur`an bagi anggota PITI.
77
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan dari hasil pembahasan penelitian skripsi ini, maka dapat
diambil beberapa kesimpulan diantara yaitu sebagai berikut:
1. Pusat pelaksanaan kegiatan organisasi Persatuan Islam Tionghoa
Indonesia (PITI) Salatiga bertempat di Ledok, kecamatan Argomulyo,
Kota Salatiga. Jumlah anggota PITI Salatiga kurang lebih 50 sampai 75
orang. Kegiatan-kegiatan dakwah PITI Salatiga seperti silahturahmi, buka
puasa bersama dan kajian-kajian tentang Islam.
2. Strategi dakwah PITI Salatiga menggunakan beberapa metode diantara
yaitu pertama, dakwah dengan cara menyesuaikan situasi dan kondisi
objek dakwah. Kedua, anggota PITI berdakwah dengan cara menjalin
silahturahmi dan memakmurkan masjid. Dan terakhir dakwah dengan cara
pendekatan personal melalui pengenalan Islam dan memberikan
pemahaman mengenai Islam dengan pengajian dan arahan-arahan kepada
Tionghoa non muslim.
3. Faktor pendukung dakwah muslim Tionghoa yang terpenting yakni
dengan keaktifan anggota PITI melalui kegiatan-kegiatan dakwah PITI
dan dakwah melalui youtube. Selain itu, faktor pendukung lainnya adalah
kemudahan generesi ketiga dalam mengenal dan mempelajari tentang
agama Islam dan untuk generasi kedua adalah menyampaikan dakwah
78
Islam sesuai dengan keinginannya. Sementara faktor penghambat dakwah
PITI Salatiga adalah kurangnya aktif anggota dalam kegiatan dakwah PITI
sehingga menyebabkan aktivitas dakwah terganggu dan objek dakwah
yang sulit menerima dakwah Islam khususnya orang-orang China yang
masih memikirkan tentang kekayaan. Pemikiran orang-orang umum yang
mengganggap jika semua muslim Tionghoa yang mengikuti organisasi
PITI memahami dengan jelas tentang agama Islam.
B. Saran
Pada kesempatan ini penulis memberikan saran yang ditunjukkan
kepada masyarakat luas, terutama kepada muslim Tionghoa baik pada
organisasi PITI Salatiga maupun pengelola muhola klenteng Hidayatullah
adalah sebagai berikut:
1. Anggota muslim Tionghoa sedikit orang PITI harus bisa selalu eksis
sehingga organisasi PITI Salatiga dapat lebih berkembang dan lebih maju.
2. Pada setiap strategi dakwah yang diperlu dikedepankan dalam
perkembangannya ada walaupun mengalami kelemahan.
79
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Bustanul. 2011. Pembangunan Pertanian: Paradigma Kebijakan dan Strategi Revitalisasi. Jakarta: PT Grasindo.
Fahiroh, Zakiyatul. 2016. Pelaksanaan Dakwah Organisasi Persatuan Islam
Tionghoa Indonesia (PITI) Banyumas [skripsi]. Purwokerto: Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Purwokerto.
Febrizky, Tommy. 2010. Islam Dan Tionghoa (Studi Strategi Pengembangan
Masyarakat Islam Tionghoa Pada Lembaga Pembina Iman Tauhid Islam D/H Perhimpunan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) [skripsi]. Yogyakarta (ID): Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga.
Kualitatif, Tindakan Kelas & Studi Kasus. Sukabumi: CV Jejak.
Harahap, Abdi Sahrial. 2012. Dinamika Gerakan Dakwah Persatuan Islam
Tionghoa Indonesia (PITI) Medan Sumatera Selatan, (Online) Vol. 1, No. 2.(http://jurnal.uinsu.ac.id./index.php/analytica/article/view/382, diakses tanggal 19 Juli 2019).
Mahyudi. 2008. Strategi Dakwah Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI)
Periode 2005-2010 Dalam Meningkatan Ibadah Anggota [skrisi]. Jakarta
(ID): Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah.
Mahmuddin. 2013. Strategi Dakwah Terhadap Masyarakat Agraris, (Online) Vol.
14, No. 1. (http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/tabligh/article/view/317, diakses tanggal 19 Juli 2019).
Muhammad, Arni. 2014. Komunikasi Organisasi. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Pirol, Abdul. 2018. Komunikasi dan Dakwah Islam. Yogyakarta: Deepublish.
PITI. Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Yogyakarta. Dikutib dari http://pitiyogyakarta.com/index.php/artikel/61-dakwah-islam-di-
kalangan-etnis-tionghoa pada tanggal 16 Mei 2019 pukul 01.30 WIB.
Ramli. 2015. Dakwah Terhadap Muslim Etnis Tionghoa di Kota Makassar (Perspektif Sosio-Antropologis [thesis]. Makassar: Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar.