STRATEGI BELAJAR TIK (TEKNIK INFORMASI KOMPUTER) SISWA KELAS IX MTsN 1 KEC. MATUR SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Bukittinggi (Untuk memenuhi salah satu Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer ADE RAMLAN NIM: 2513.036 Pembimbing I Pembimbing II CHARLES S,Ag. M,Pdi NIP. 197704112003121002 HARI ANTONI M,Kom NIP. 198309072009121002 JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA DAN KOMPUTER FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI(IAIN) BUKITTINGGI 2018 M/1439 H
84
Embed
STRATEGI BELAJAR TIK (TEKNIK INFORMASI KOMPUTER ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
STRATEGI BELAJAR TIK (TEKNIK INFORMASI KOMPUTER)SISWA KELAS IX MTsN 1 KEC. MATUR
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Bukittinggi (Untukmemenuhi salah satu Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer
ADE RAMLANNIM: 2513.036
Pembimbing I Pembimbing II
CHARLES S,Ag. M,PdiNIP. 197704112003121002
HARI ANTONI M,KomNIP. 198309072009121002
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA DAN KOMPUTERFAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI(IAIN) BUKITTINGGI2018 M/1439 H
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi atas nama ADE RAMLAN ,NIM : 2513.036 dengan judul
“Strategi Pembelajaran TIK (teknik informasi komputer) Siswa Kelas IX
MTs Negeri 1 Kecamatan matur Tahun Pelajaran 2017/2018” telah diperiksa
dan disetujui untuk dipersidangkan dan dimunaqasyahkan.
Demikianlah persetujuan ini diberikan untuk dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Charles S,Ag .M,PdiNIP. 197704112003121002
Hari Antoni M,KomNIP.198309072009121005
iii
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : ADE RAMLAN
NIM : 2513.036
Jurusan : Tarbiyah
Program Studi : Pendidikan Tehnik Informasi Komputer
Judul Skripsi : Strategi Pembelajaran TIK (Teknik Informasi Komputer)
Siswa Kelas IX MTsN 1 Kec. Matur
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya dengan judul di atas
adalah asli karya saya sendiri, demikian surat pernyataan ini saya buat dengan
sesungguhnya untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Bukittinggi, februari 2018Saya yang menyatakan
( ADE RAMLAN )NIM. 2513.036
i
ABSTRAK
ADE RAMLAN (2513.036) skripsi yang berjudul Strategi PembelajaranTIK (Teknik Informasi Komputer) Siswa Kelas IX MTsN 1 Kec. Matur jurusanTarbiyah program studi Pendidikan Tehnik Informasi Komputer IAIN Bukittinggitahun 2018.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh stratetegi pembelajaran , siswa kesulitandalam memahami materi yang diterangkan oleh guru, kurangnya semangat danmotivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran, kurangnya kesadaran diri dan percayadiri siswa dalam menyelesaikan persoalan TIK, dan kesulitan dalam mengaturemosinya ketika menyelesaikan masalah. Banyak faktor yang belajar danmenimbulkan kesulitan-kesulitan strategi belajar bagi guru jika tidak mencukupipemenuhannya dan pada akhirnya menghambat dan mempengaruhi pencapaian hasilbelajar. Bila ditinjau dari faktor dalam diri siswa, yakni kekurang mampuan psiko-fisik siswa yang bersifat afektif (ranah rasa), antara lain seperti kurangnya strategibelajar dan sikap sehingga diperlukan kemampuan dalam memberi strategi yangbagus dengan baik dimana dalam hal ini adalah mengembangkan bagaiaman strategibelajar pra instruksional,intruksional,dan evaluasi belajar
Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk menggambarkan pra instruksonal usahaguru TIK dalam menyusun dengan mengunakan strategi yang mudah dipahami siswadi MTsN Matur, Untuk mendeskripsikan instruksional pembelajar TIK Sedangkan,dan Apakah kendala yang dihadapi guru TIK dan evaluasi terhadap pembelajaranTIK. pendekatan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bersifatdeskriptif dengan mengambarkan kejadian lapangan sesuai dengan data-data,menyajikan data dan menganalisis data serta mengambarkan pemecahan masalahyang ada. berusaha mengambarkan dan menginterpretasikan objek sesuai dengan apaadanya, yaitu dengan melihat keterampilan guru dalam memilih strategi pembelajarandalam proses pembelajaran di dalam kelas.
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah
SWT, yang telah memberikan taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dan pendidikan Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Bukittinggi. Shalawat dan salam penulis ucapkan kepada Nabi Muhammad SAW,
yang telah mewariskan Al-Qur’an dan sunnah sebagai petunjuk kebenaran
sampai akhir zaman.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan studi pada
Jurusan PTIK untuk mencapai gelar Sarjana . Adapun judul skripsi ini adalah
“Strategi Pembelajaran Tik (Teknik Informasi Komputer) Siswa Kelas IX
MTsN 1 Matur.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menghadapi berbagai macam
halangan dan rintangan. Namun penulisan skripsi ini dapat penulis selesaikan
berkat bantuan dan bimbingan berbagai pihak. Maka, penulis mengucapkan
terima kasih takterhingga khusus penulis sampaikan kepada kedua orang tua
tercinta Ayahanda Marjudas dan Ibunda Ratna Wilis atas untaian bait-bait do’a
tulus yang tak terputus dari beliau setiap saat, dan telah memberikan cintakasih,
mengasuh, mendidik, membimbing dan memberikan motivasi dalam mencapai
cita-cita. Hal ini juga penulis sampaikan kepada kakanda Firdaus yang telah
memberikan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan pendidikan penulis.
iv
Serta atas bantuan dan arahan yang diberikan penulis juga mengucapkan terima
kasih yang tak terhingga kepada:
1. Ibu DrRidhaAhida, M. Hum selaku rector Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Bukittinggi, Bapak Dr. Nunu Burhanuddin,Lc.,M.Ag Selaku Dekan
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan ( FTIK) serta Bapak Riri
Okra,M.Kom selaku Ketua Jurusan PTIK yang telah memberikan fasilitas
kepada penulis untuk menuntut ilmu di IAIN Bukittinggi.
2. Ibu CHARLES S,Ag. M,Pdi selaku pembimbing I dan Bapak HARI
ANTONI M, M.Kom selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu
dan menyumbangkan buah pikiran untuk memberikan arahan dan bimbingan
dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak LIZA EFRIYANTI, M.kom selaku Pembimbing Akademik (PA)
yang memberikan nasehat nya demi kelancaran proses belajarpenulis.
4. Bapak dan Ibu dosen IAIN Bukittinggi yang juga memberikan masukan dan
arahan dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
5. Bapak kepala beserta Staf perpustakaan IAIN Bukittinggi yang telah
menyediakan fasilitas peminjaman buku yang penulis butuhkan dalam
penulisan skripsi ini.
6. Kepada Kepala Sekolah yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan
penelitian di MTsN 1 Kec. Matur.
Selanjutnya penulis juga mengucapkan terima kasih banyak kepada
semua pihak yang telah ikut membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi
v
ini. Penulis berharap dan berdo’a kepada ALLAH SWT semoga amal dan
kebaikan kita diterima dan dibalas dengan pahala yang berlipat ganda.
Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari bahwa di dalamnya
masih banyak kekurangan dan kesalahan, baik dari segi penulisan maupun
penyampaian. Untuk itu, penulis sangat menghargai kritik dan saran dari
pembaca untuk lebih sempurnanya skripsi ini. Atas kritik dan saran yang
disampaikan, penulis ucapkan terima kasih.
Bukittinggi, Mei 2017
Penulis
ADE RAMLANNim: 2513.036
i
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................................ i
SURAT PERNYATAN ............................................................................ ii
KATA PENGANTAR.............................................................................. iii
DAFTAR ISI............................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................. 7
C. Pembatasan Masalah ................................................................ 8
D. Rumusan Masalah .................................................................... 8
E. Tujuan Penelitian...................................................................... 8
F. Kegunaan penelitian ................................................................. 9
G. Penjelasan judul........................................................................ 9
H. Manfaat penelitian .................................................................... 10
I. Sistematika penulisan ............................................................... 11
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teoritis strategi......................................................... 12
sebagai upaya melakukan apersepsi, kemudian tahapan kedua guru
menjelaskan tujuan, menuliskan pokok-pokok materi sesuai tujuan ini
dimaksudkan untuk menekankan fokus pada tujuan yang diharapkan
(learning outcome), dan tahap evaluasi guru berusaha mengetahui
sejauh mana siswa memahami pada materi yang dijelaskan pada
tahapan instruksional dan termasuk sebagai feedback terhadap
pelaksanaan seluruh kegiatan instruksional2.
Menurut definisi sebagaimana dijelaskan dimuka, maka
strategi belajar-mengajar adalah operasionalisasi dari desain
pembelajaran yang telah dirancang. Pendapat yang agak lain
mengatakan strategi belajar-mengajar adalah daya upaya guru dalam
menciptakan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya
proses belajar. Pendapat ini merujuk pada istilah strategi yang dipakai
di kalangan militer, di mana strategi diartikan sebagai seni dalam
merancang (operasi) peperangan, terutama yang erat kaitannya dengan
gerakan pasukan dan navigasi ke dalam posisi perang yang dipandang
paling menguntungkan untuk memperoleh kemenangan3.
2 Nana sudjana., hal. 149
. 3 Tim FIP IKIP Semarang, Strategi Belajar-mengajar
(Semarang: IKIP, 1982), hal. 5.
14
Jadi, pelaksanaan strategi dianalisis dulu, misalnya kekuatan
persenjataan, jumlah persoalan, medan pertempuran, posisi musuh,
dan sebagainya. Dalam kaitannya dengan belajarmengajar, maka
strategi diartikan sebagai daya upaya guru agar hasil pembelajaran
dapat maksimal agar tujuan pembelajaran yang telah dirumuskannya
dapat dicapai secara berdaya guna dan berhasil.
Hal ini dapat diartikan sebagai pilihan pola kegiatan belajar-
mengajar yang diambil agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara
efektif dan efisien baik yang instruksional efeks maupun yang
nurturant efeks; yang pertama merupakan tujuan pokok yang
tercantum dalam tujuan pembelajaran khusus (TPK), sedang yang
kedua sebagai tujuan pengiring, karena siswa menghidupi dari suasana
pembelajaran semisal menjadi tambah kritis, demokratis, sosial dan
sebagainya akibat dari pembelajaran. Kedua makna tujuan tersebut
yang kedua itulah sebenarnya yang lebih penting karena hasil
pembelajaran dapat menjadi meaning full bagi dirinya. T. Raka Joni,
pakar pendidikan, mengartikan strategi belajar-mengajar sebagai pola
umum perbuatan guru-murid di dalam perwujudan kegiatan belajar-
mengajar. Sementara itu, Joyce dan Weill mengatakan bahwa strategi
belajar-mengajar sebagai model-model mengajar4. Akhirnya, dari
berbagai pendapat tersebut dapat diklasifikasikan menjadi dua macam,
yakni strategi belajarmengajar sebagai operasionalisasi dari desain
4 B. Uno Hamzah, Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar MengajarYang Kreatif dan Efektif (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hal. 14
15
pembelajaran/tindakan nyata dari rencana mengajar. Kedua, strategi
belajar-mengajar sebagai pemikiran abstrak konsepsional. Pendapat
kedua ini beralasan bahwa sebelum seorang guru menentukan strategi
apa yang akan digunakan dihadapkan dengan berbagai hal, semisal
bagaimana hubungan guru siswa, bagaimana proses pengolahan pesan
dan sebagainya. Dengan kata lain, strategi sebagai kemungkinan
variasi, yakni sekuensi umum tindakan pengajaran yang secara
prinsipil berbeda antara yang satu dengan yang lain.
2. Pandangan Tentang Strategi Pembelajaran
Beberapa Pendapat tokoh lain tentang Strategi Pembelajaran
Terdapat berbagai pendapat tentang strategi pembelajaran
sebagaimana dikemukakan oleh para ahli pembelajaran (instructional
technology), di antaranya akan dipaparkan sebagai berikut.
1. Kozna (1989) secara umum menjelaskan bahwa strategi
pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap kegiatan yang dipilih,
yaitu yang dapat memberikan fasilitas atau bantuan kepada peserta
didik menuju tercapainya tujuan pembelajaran tertentu5.
2. dari beberapa pendapat diatas menjelaskan bahwa strategi
pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan
metode pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu.
Mengingat bahwa setiap tujuan dan metode pembelajaran berbeda satu
dengan yang lainnya, maka jenis kegiatan belajar yang harus
5 kozna., hal. 1.
16
dipraktikkan oleh peserta didik membutuhkan persyaratan yang
berbeda pula. Sebagai contoh untuk menjadi peloncat indah, seseorang
harus bisa berenang terlebih dahulu, syarat loncat indah adalah
berenang, atau untuk menjadi pengaransemen arranger musik dan
lagu, seseorang harus belajar not balok terlebih dahulu ada contoh di
atas tampaklah bahwa setiap kegiatan belajar membutuhkan latihan
atau praktik langsung.
Memperhatikan beberapa pengertian strategi pembelajaran di
atas, dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-
cara yang akan dipilih dan digunakan oleh seorang pengajar untuk
menyampaikan materi pembelajaran sehingga akan memudahkan
peserta didik menerima dan memahami materi pembelajaran, yang
pada akhirnya tujuan pembelajaran dapat dikuasainya di akhir
kegiatan belajar.
3. Perbedaan antara Strategi, Metode, dan Teknik
Pada berbagai situasi proses pembelajaran seringkali
digunakan berbagai istilah yang pada dasarnya dimaksudkan untuk
menjelaskan cara, tahapan, atau pendekatan yang dilakukan oleh
seorang guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Istilah strategi,
metode, atau teknik sering digunakan secara bergantian, walaupun
pada dasamya istilah-istilah tersebut memiliki perbedaan itu dengan
yang lain. Teknik pembelajaran seringkali disamakan artinya dengan
metode pembelajaran. Teknik adalah jalan, alat, atau media yang
17
digunakan oleh guru untuk mengarahkan kegiatan peserta didik ke
arah tujuan yang ingin dicapai6. Metode pembelajaran didefinisikan
sebagai cara yang digunakan guru, yang menjalankan fungsinya
merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode
pembelajaran lebih bersifat prosedural, yaitu berisi tahapan tertentu,
sedangkan teknik adalah cara yang digunakan, yang bersifat
implementatif. Dengan perkataan lain, metode yang dipilih oleh
masing-masing itu adalah sama, tetapi mereka menggunakan teknik
yang berbeda. Apabila dikaji kembali, definisi strategi pembelajaran
yang dikemukakan oleh berbagai ahli sebagaimana telah diuraikan
terdahulu, maka jelas disebutkan bahwa strategi pembelajaran harus
mengandung penjelasan tentang metode/prosedur dan teknik yang
digunakan selama proses pembelajaran berlangsung. Dengan
perkataan lain, strategi pembelajaran mengandung arti yang lebih luas
dari metode dan teknik. Artinya, metode/prosedur dan teknik
pembelajaran merupakan bagian dari strategi pembelajaran. Strategi
pembelajaran adalah cara-cara yang akan digunakan oleh pengajar
untuk memilih kegiatan belajar yang akan digunakan selama proses
pembelajaran. Pemilihan tersebut dilakukan dengan
mempertimbangkan situasi dan kondisi, sumber belajar, kebutuhan,
dan karakteristik peserta didik yang dihadapi dalam rangka mencapai
tujuan pembelajaran tertentu. Hubungan antara strategi, tujuan, dan
6 Gerlach dan Ely, 1980
18
metode pembelajaran dapat digambarkan sebagai suatu kesatuan
sistem yang bertitik tolak dari penentuan tujuan pembelajaran,
pemilihan strategi pembelajaran, dan perumusan tujuan, yang
kemudian diimplementasikan ke dalam berbagai metode yang relevan
selama proses pembelajaran berlangsung.
4. Komponen Strategi Pembelajaran
Dick dan Carey (1978) menyebutkan bahwa terdapat 5
komponen strategi pembelajaran, yaitu7
a) kegiatan pembelajaran pendahuluan,
Kegiatan pendahuluan sebagai bagian dari suatu sistem
pembelajaran secara keseluruhan memegang peranan penting. Pada
bagian ini guru diharapkan dapat menarik minat peserta didik atas
materi pelajaran yang akan disampaikan. Kegiatan pendahuluan yang
disampaikan dengan menarik akan dapat meningkatkan motivasi
belajar peserta didik. Sebagaimana iklan yang berbunyi Kesan
pertama begitu menggoda, selanjutnya terserah Anda. Cara guru
memperkenalkan materi pelajaran melalui contoh-contoh ilustrasi
tentang kehidupan sehari-hari atau cara guru meyakinkan apa manfaat
memelajari pokok bahasan tertentu akan sangat mempengaruhi
motivasi belajar peserta didik. Persoalan motivasi ekstrinsik ini
menjadi sangat penting bagi peserta didik yang belum dewasa,
sedangkan motivasi intrinsik sangat penting bagi peserta didik yang
7 6 Dick Walter & Carey Lou, 1994, hal. 3
19
lebih dewasa karena kelompok ini lebih menyadari pentingnya
kewajiban belajar serta manfaatnya bagi mereka. Secara spesifik,
kegiatan pembelajaran pendahuluan dapat dilakukan melalui teknik-
teknik berikut.
1. Jelaskan tujuan pembelajaran khusus yang diharapkan dapat
dicapai oleh semua peserta didik di akhir kegiatan pembelajaran.
Dengan demikian, peserta didik akan menyadari pengetahuan,
keterampilan, sekaligus manfaat yang akan diperoleh setelah
memelajari pokok bahasan tersebut.
2. Lakukan apersepsi, berupa kegiatan yang merupakan jembatan
antara pengetahuan lama dengan pengetahuan baru yang akan
dipelajari. Tunjukkan pada peserta didik tentang eratnya hubungan
antara pengetahuan yang telah mereka miliki dengan pengetahuan
yang akan dipelajari
b. penyampaian informasi,
Penyampaian informasi seringkali dianggap sebagai suatu
kegiatan yang paling penting dalam proses pembelajaran, padahal
bagian ini hanya merupakan salah satu komponen dari strategi
pembelajaran. Artinya, tanpa adanya kegiatan pendahuluan yang
menarik atau dapat memotivasi peserta didik dalam belajar maka
kegiatan penyampaian informasi ini menjadi tidak berarti. Guru yang
mampu menyampaikan informasi dengan baik, tetapi tidak melakukan
20
kegiatan pendahuluan dengan mulus akan menghadapi kendala dalam
kegiatan pembelajaran selanjutnya
c. partisipasi peserta didik
Berdasarkan prinsip student centered, peserta didik merupakan
pusat dari suatu kegiatan belajar. Hal ini dikenal dengan istilah CBSA
(Cara Belajar Siswa Aktif) sering diterjemahkan dari SAL (student
active learning), yang maknanya adalah ikhwal proses pembelajaran
akan lebih berhasil apabila peserta didik secara aktif melakukan
latihan secara langsung dan relevan dengan tujuan pembelajaran yang
sudah ditetapkan .Terdapat beberapa hal penting yang berhubungan
dengan partisipasi peserta didik, yaitu sebagai berikut.
1. Latihan dan praktik seharusnya dilakukan setelah peserta didik diberi
informasi tentang suatu pengetahuan, sikap, atau keterampilan
tertentu. Agar materi tersebut benar-benar terinternalisasi (relatif
mantap dan termantapkan dalam diri mereka), maka kegiatan
selanjutnya adalah hendaknya peserta didik diberi kesempatan untuk
berlatih atau mempraktikkan pengetahuan, sikap, atau keterampilan
tersebut.
2. Umpan Balik. Segera setelah peserta didik menunjukkan perilaku
sebagai hasil belajarnya, maka guru memberikan umpan balik
(feedback) terhadap hasil belajar tersebut. Melalui umpan balik yang
diberikan oleh guru, peserta didik akan segera mengetahui apakah
21
jawaban yang merupakan kegiatan yang telah mereka lakukan
benar/salah, tepat/tidak tepat, atau ada sesuatu yang diperbaiki.
(4) tes, dan
Serangkaian tes umum yang digunakan oleh guru untuk
mengetahui; (1) apakah tujuan pembelajaran khusus telah tercapai
atau belum, dan (2) apakah penge-tahuan sikap dan keterampilan telah
benar-benar dimiliki oleh peserta didik atau belum. Pelaksanaan tes
biasanya dilakukan di akhir kegiatan pembelajaran setelah peserta
didik melalui berbagai proses pembelajaran dan penyampaian
informasi berupa materi pelajaran pelaksanaan tes juga dilakukan
setelah peserta didik melakukan latihan atau praktik.
(5) kegiatan lanjutan.
Kegiatan yang dikenal dengan istilah follow up dari suatu hasil
kegiatan yang telah dilakukan seringkali tidak dilaksanakan dengan
baik oleh guru. Dalam kenyataannya, setiap kali setelah tes
dilakukan selalu saja terdapat peserta didik yang berhasil dengan
bagus atau di atas rata-rata,
(1) hanya menguasai sebagian atau cenderung di rata-rata tingkat
penguasaan yang diharapkan dapat dicapai,
(2) peserta didik seharusnya menerima tindak lanjut yang berbeda
sebagai konsekuensi dari hasil belajar yang bervariasi tersebut.
5. Kriteria Pemilihan Strategi Pembelajaran
22
Pemilihan strategi pembelajaran yang akan digunakan dalam proses
pembelajaran harus berorientasi pada tujuan pembelajaran yang akan
dicapai. Selain itu juga harus disesuaikan dengan jenis materi, karakteristik
peserta didik, serta situasi atau kondisi di mana proses pembelajaran
tersebut akan berlangsung. Terdapat beberapa metode dan teknik
pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru, tetapi tidak semuanya sama
efektifnya dapat mencapai tujuan pembelajaran.
Mager (1977) menyampaikan beberapa kriteria yang dapat digunakan
dalam memilih strategi pembelajaran, yaitu sebagai berikut8.
1. Berorientasi pada tujuan pembelajaran. Tipe perilaku apa yang
diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik, misalnya menyusun bagan
analisis pembelajaran. Hal ini berarti metode yang paling dekat dan sesuai
yang dikehendaki oleh TPK adalah latihan atau praktik langsung.
2. Pilih teknik pembelajaran sesuai dengan keterampilan yang diharapkan
dapat dimiliki saat bekerja nanti (dihubungkan dengan dunia kerja).
Misalnya setelah bekerja, peserta didik dituntut untuk pandai memprogram
data komputer (programmer). Hal ini berarti metode yang paling mungkin
digunakan adalah praktikum dan analisis kasus/pemecahan masalah
(problem solving).
3. Gunakan media pembelajaran yang sebanyak mungkin memberikan
rangsangan pada indra peserta didik. Artinya, dalam satuan-satuan waktu
yang bersamaan peserta didik dapat melakukan aktivitas fisik maupun
8 Mager,strategi, (1977)
23
psikis, misalnya menggunakan OHP. Dalam menjelaskan suatu bagan,
lebih baik guru menggunakan OHP daripada hanya berceramah, karena
penggunaan OHP memungkinkan peserta didik sekaligus dapat melihat
dan mendengar penjelasan guru9.
Selain kriteria di atas, pemilihan strategi pembelajaran dapat
dilakukan dengan memerhatikan pertanyaan-pertanyaan di bawah ini.
1. Apakah materi pelajaran paling tepat disampaikan secara klasikal
(serentak bersama-sama dalam satu-satuan waktu)?
2. Apakah materi pelajaran sebaiknya dipelajari peserta didik secara
individual sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing?
3. Apakah pengalaman langsung hanya dapat berhasil diperoleh dengan
jalan praktik langsung dalam kelompok dengan guru atau tanpa kehadiran
guru?
4. Apakah diperlukan diskusi atau konsultasi secara individual antara guru
dan siswa?
6. Model Pembelajaran Perolehan Konsep
Pendekatan pembelajaran ini dikembangkan berdasarkan karya
Jerome Brunner, Queline Goodnow, dan George Austin Brunner.
Goodnow dan Austin yakin bahwa lingkungan sekitar manusia beragam,
dan sebagai manusia kita harus mampu membedakan, mengkategorikan,
dan menamakan semua kemampuan manusia dalam membedakan,
mengelompokkan, dan menamakan sesuatu inilah yang menyebabkan
9 Lihat Syamsul Bakhri dan Djamarah, Strategi Belajar mengajar (Jakarta: Rineka Cipta 1997), hal.15. Lihat juga TIM
24
munculnya sebuah konsep10. Pendekatan pembelajaran perolehan konsep
adalah suatu pendekatan pembelajaran yang bertujuan untuk membantu
siswa memahami suatu konsep tertentu. Pendekatan pembelajaran ini
dapat diterapkan untuk semua umur, dari kanak sampai orang dewasa,
Untuk taman kanak-kanak, pendekatan ini dapat digunakan untuk
memperkenalkan konsep yang sederhana. Misalnya konsep binatang,
tumbuhan, dan lain-lain.
Pendekatan ini lebih tepat digunakan ketika penekanan
pembelajaran lebih dititik beratkan pada mengenalkan konsep baru,
melatih kemampuan berpikir induktif, dan melatih berpikir analisis.
1. Prosedur Pembelajaran Suatu konsep diperoleh melalui tiga tahap.
Pertama, adalah tahap kategorisasi, yaitu upaya mengkategorikan sesuatu
yang sama atau tidak sesuai dengan konsep yang diperoleh. Kedua,
kategori yang tidak sesuai disingkirkan, dan kategori yang sesuai
digabungkan sehingga membentuk suatu konsep (concept formation).
Ketiga, suatu konsep tertentu baru dapat disimpulkan (tahap ketiga). Tahap
terakhir inilah yang dimak-sud dengan perolehan.
2. Aplikasi Model pembelajaran ini sangat sesuai digunakan untuk
pembelajaran yang menekankan pada perolehan suatu konsep baru atau
untuk mengajar cara berpikir induktif kepada siswa. Model ini juga
relevan diterapkan untuk semua umur dan semua tingkatan kelas. Bagi
10 B. Uno Hamzah, Model Pembelajaran, hal. 10
25
anak-anak, konsep dan contohnya harus lebih sederhana dibandingkan
untuk anak tingkatan kelas yang lebih tinggi.
1) Model Pembelajaran Berpikir Induktif
Model pembelajaran berpikir induktif merupakan Suatu strategi
mengajar yang dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan siswa
dalam mengolah informasi. Secara singkat model ini merupakan strategi
mengajar untuk mengembangkan keterampilan berpikir siswa. Model ini
dikembangkan atas dasar beberapa postulat sebagai berikut: kemampuan
berpikir dapat diajarkan, berpikir merupakan suatu transaksi aktif antara
individu dengan data, proses berpikir merupakan suatu urutan tahapan
yang beraturan.
1. Prosedur Pembelajaran Postulat yang diajukan di atas menyatakan bahwa
keterampilan berpikir harus diajarkan dengan menggunakan strategi
khusus. Menurutnya, berpikir melibatkan tiga tahapan dan karenanya ia
mengembangkan tiga strategi mengajarkannya. Strategi pertama adalah
pembentukan konsep (concept motion) sebagai strategi dasar; kedua,
interpretasi data (data interpretation), ketiga adalah penerapan prinsip
(application of principles)
2. Aplikasi Model pembelajaran ini ditujukkan untuk membangun mental
kognitif. Oleh karenanya sangat sesuai untuk mengembangkan
kemampuan berpikir. Namun demikian, strategi ini sangat membutuhkan
banyak informasi yang harus digali oleh siswa. kelebihan lain dari model
ini, selain sangat sesuai untuk satu bidang studi, juga apat digunakan untuk
26
semua mata pelajaran, seperti sains, bahasa, dan lain-lain. Satu hal lagi
yang tidak kalah penting, model ini juga secara tidak langsung dapat
mengembangkan kemampuan berpikir kreatif
2) Model Pembelajaran Inquiry Training
Model pembelajaran ini dikembangkan oleh seorang tokoh yang
bemama Suchman. Suchman meyakini bahwa anak-anak merupakan
individu yang penuh bisa ingin tahu akan segala sesuatu. Oleh karena itu,
prosedur ilmiah dapat ajarkan secara langsung kepada mereka. Berikut ini
adalah postulat yang diajukan oleh Suchman untuk mendukung teori yang
mendasari model pembelajaran ini11. Secara alami manusia mempunyai
kecenderungan untuk selalu mencari tahu akan segala sesuatu yang
menarik perhatiannya. Mereka akan menyadari keingintahuan akan segala
sesuatu tersebut dan akan belajar untuk menganalisis strategi berpikirnya.
Strategi baru dapat diajarkan secara langsung dan
ditambahkan/digabungkan dengan strategi lama yang telah dimiliki siswa.
Penelitian kooperatif (cooperative inquiry) dapat memperkaya kemampuan
berpikir dan membantu siswa belajar tentang suatu ilmu yang senantiasa
bersifat tentatif dan belajar menghargai penjelasan atau solusi alternatif.
Secara singkat, model ini bertujuan untuk melatih kemampuan siswa
dalam meneliti, menjelaskan fenomena, dan memecahkan masalah secara
ilmiah. Mengapa demikian? Karena pada dasamya secara intuitif setiap
11Magister Agama (M.Ag.), Pendidikan Agama Islam di STAIN Purwokerto.HAL,7
27
individu cenderung melakukan kegiatan ilmiah (mencari
tahu/memecahkan masalah). Kemampuan tersebut dapat dilatih sehingga.
Setiap individu kelak dapat melakukan kegiatan ilmiahnya secara sadar
(tidak intuitif lagi) dan dengan prosedur yang benar. Melalui model ini,
Suchman juga ingin meyakinkan kepada siswa bahwa ilmu bersifat tentatif
dan dinamis karena ilmu berkembang terus-menerus. Sesuatu yang saat ini
diyakini benar, kelak suatu saat belum tentu benar atau berubah. Di
samping itu, siswa dilatih untuk dapat menghargai alternatif-alternatif lain
yang mungkin berbeda dengan yang telah ada sebelumnya dan telah
diyakini sebagai suatu kebenaran.
1. Prosedur Pembelajaran Tujuan utama dari model ini adalah membuat
siswa menjalani suatu proses tentang bagaimana pengetahuan diciptakan.
Untuk mencapai tujuan ini, siswa dihadapkan pada sesuatu (masalah) yang
misterius, belum diketahui, tetapi menarik. Namun, perlu diingat bahwa
masalah tersebut harus didasarkan pada suatu gagasan yang memang dapat
ditemukan (discoverable ideas), bukan mengada-ada.
2. Aplikasi Awalnya model pembelajaran ini digunakan untuk
mengajarkan ilmu pengetahuan alam, namun selanjutnya dapat digunakan
untuk semua mata pelajaran. Semua topik mata pelajaran dapat digunakan
sebagai suatu situasi masalah yang dapat dilontarkan oleh guru untuk
melatih siswa cara berpikir ilmiah.
28
Kunci utamanya terletak pada upaya memformulasikan suatu masalah
yang menarik, misterius, dan menantang bagi siswa agar mampu berpikir
ilmiah, seperti
(1) keterampilan nelakukan pengamatan, pengumpulan, dan
pengorganisasian data termasuk merumuskan dan menguji hipotesis serta
menjelaskan fenomena,
(2) kemandirian belajar,
(3) keterampilan mengekspresikan secara verbal,
(4) kemampuan berpikir logis,
(5) kesadaran bahwa ilmu bersifat dinamis dan tentatif.
3) Pendekatan Pembelajaran Individu
Berbeda dengan pendekatan pembelajaran pemrosesan informasi,
pendekatan pembelajaran individu berorientasi pada individu dan
pengembangan diri. Pendekatan ini memfokuskan pada proses, di mana
individu membangun dan mengorganisasikan dirinya secara realitas
bersifat unik. Secara singkat model ini menekankan pada pengembangan
pribadi, yaitu upaya membantu siswa untuk mengembangkan hubungan
yang produktif dengan lingkungannya dan membantu mereka untuk dapat
memandang dirinya sebagai pribadi yang mampu/berguna. Ada beberapa
model pembelajaran yang termasuk pendekatan ini, di antaranya adalah
pengajaran tidak langsung, pelatihan kesadaran, sinektik, sistem
konseptual, dan pertemuan kelas. Dalam pembahasan ini hanya tiga model
yang diperkenalkan, yaitu
29
(1) model pembelajaran pengajaran tidak langsung (non-directive
teaching),
(2) model pembelajaran pelatihan kesadaran (awareness training),
(3) model pembelajaran pertemuan kelas (classroom meeting).
Peran guru dalam model pembelajaran ini adalah sebagai fasilitator.
Oleh karena itu, guru hendaknya mempunyai hubungan pribadi yang
positif dengan siswanya, yaitu sebagai pembimbing bagi pertumbuhan dan
perkembangannya. Dalam menjalankan perannya ini, guru membantu
siswa menggali ide atau gagasan tentang kehidupannya, lingkungan
sekolahnya, dan hubungannya dengan orang lain.
Prosedur Pembelajaran Teknik utama dalam mengaplikasikan model
pembelajaran tidak langsung adalah apa yang diistilahkan oleh Roger
sebagai non-directive Interview atau wawancara tanpa menggurui, yaitu
wawancara tatap muka antara guru dan siswa. Selama wawancara, guru
berperan sebagai kolaborator dalam proses penggalian jati diri dan
pemecahan masalah siswa. Inilah yang dimaksud dengan tanpa menggurui
(non-directive).
Aplikasi Model pembelajaran pengajaran tidak langsung (tanpa
menggurui) bisa digunakan ituk berbagai situasi masalah, baik masalah
pribadi, sosial, dan akademik. Dalam masalah pribadi siswa menggali
perasaannya tentang dirinya. Dalam masalah sosial, ia menggali perasaan
tentang hubungannya dengan orang lain dan menggali bagaimana perasaan
30
tentang diri tersebut berpengaruh terhadap orang lain. Dalam masalah
akademik, ia menggali perasaannya tentang kompetisi dan minatnya.
B. Pengertian Belajar
Dalam pengertian belajar ada beberapa pendapat para ahli yaitu :
a. Menurut James O. Whittaker, belajar adalah sebagai proses dimana
tingkah laku ditimbulkan atau di ubah melalui latihan dan pengalaman.
b. Menurut Kingsley, bahwa belajar adalah proses dimana tingkah laku
(secara artian yang luas) ditimbulkan atau dirubah melalui praktek atau
latihan.
c. Menurut Cron Bach, bahwa belajar adalah suatu aktiofihtas yang
ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman.
d. Menurut Drs. Slameto bahwa belajar adalah seatu proses usaha yang
dilakukan individu untuk memeperoleh seatu perubahan tingkah laku
secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri
dalam interaksi dengan lingkungan.12
e. Menurut Soemadi Soerjabrata dalam judul bukunya the liang gie
bahwa belajar adalah segenap rangkaian kegiatan atau aktifitas yang
dilakukan secara sadar oleh seseorang dan mengakibatkan perubahan
dalam dirinya berupa penambahan pengetahuan, kamahiran yang
sifatnya sedikit permanent.13
12 Syiful Bahri Djamarah, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), h. 12-1313 Masraial, Teras Kuliah Belajar Mengajar (Padang: Angkasa Raya, 1993), h. 7-9
31
f. Menurut Gagne, sebagai mana dikutip Ramayulis bahwa belajar adalah
kegiatan kompleks, yaitu setelah belajar orang memiliki keterampilan,
pengetahuan, sikap dan nilai.
g. Menurut James W. Zanden, belajar adalah perubahan tingkah laku
yang relatijf permanent atau perubahan kemampuan sebagai hasil dari
pengalaman.14
h. Menurut Lester .D.Grow dan Alia Crow, belajar seperti yang dikutip
oleh Roestiyah N.K adalah perubahan individu dalam kebiasaan,
pengetahuan dan sikap.15
i. Menurut Skiner, seperti yang dikutip Dimyati dalam bukunya belajar
dan pembelajaran bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi
(penyesuaian tingkah laku) yang berlangsug secara progresi.16
j. Menurut Hirtman dalam bukunya the psychology of learntng and
memory, bahwa belajar adalah “ suatu perubahan yang terjadi dalam
diri organisme, manusia atau hewan , disebabkan oleh pengalaman
yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut17
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan ada beberapa
elemen yang penting yang dapat merincikan pengertian belajar, yaitu:
a. Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku yang lebih
baik, tetapi ada juga kemungkinan kepada tingkah laku yang lebih
buruk.
14 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2006), h. 236-23715 Ngalin Purwanto, Psikologi Pendidika, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2002)16 Dimyati, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), h. 817 Muhibbinsyah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Logos Wacana Emu,1999), h. 60-61
32
b. Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau
pengalaman.
c. Agar perubahan itu dikatakan belajar maka perubahan harus relatife
mantap.
d. Tingkah laku yang mengalami perubahan karena balajar menyangkut
berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis.
Sardiman juga menjelaskan defenisi belajar baik dari arti luas
maupun dari arti sempit. Dilihat dari arti luas belajar adalah suatu kegiatan
psiko-fisik menuju perkembangan pribadi seutuhnya. Dalam arti sempit
belajar adalah sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang
merupakan sebagian menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya.18
Dari pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa :
1. Situasi belajar harus bertujuan dan tujuan-tujuan itu diterima baik oleh
masyarakat. Tujuan merupakan salah satu aspek dari situasi belajar.
2. Tujuan dan maksud belajar dan kehidupan anak sendiri
3. Di dalam mencapai tujuan itu, siswa senantiasa akan menemukan
kesulitan, rintangan-rintangan dan situasi-situasi yang tidak
menyenangkan
4. Hasil belajar yeng utama adalah pola tingkah laku
5. Proses belajar terutama mengerjakan hal-hal yang sebenarnya. Belajar
apa yang diperbuat dan mengerjakan apa yang dipelajari.
18 Sardiman. A. M, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada, 1996), h. 22-23
33
6. Kegiatan-kegiatan dan hasil-hasil belajar dipersatukan dan
dihubungkan dengan tujuan dalam situasi belajar.
7. Siswa memberikan reaksi suatu aspek dari lingkungan yang bermakna
baginya.
8. Siswa diarahkan ketujuan-tujuan lain, baik yang berkaitan maupaun
tidak berkaitandengan tujuan utama dalam situasi belajar.19
Menurut Oemar Hamalik dalam bukunya yang berjudul media
pendidikan juga mengatakan bahwa pengertian belajar dikategorikan dua
pendangan yaitu :
a. Belajar menurut pandangan tradisional
Belajar adalah usaha memperoleh ilmu pengetahuan. Pengetahuan
memegang peranan utama dalam kehidupan menusia. Pengetahuan
adalah kekuasaan, siapa yang banyak memiliki penbgetahuan maka ia
mendapat penguasaan dan begitu sebaliknya siapa yang kosong
pengetahuannya maka ia dikuasai oleh orang lain.
b. Belajar menurut pandangan modern
Belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat interaksi dengan
lingkungan, seseorang dinyatakan melakukan kegiatan belajar setelah
ia memperoleh hasil yakni terjadi perubahan tingkah laku misalnya
tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti.20
19 Oemar Hamalik, Kurikulum Dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h. 36-3720 Oemar Hamalik, Media Pendidikan, (Bandung: PT. Alumni, 1986), h. 40-41
34
C. Klasifikasi Strategi Balajar Mengajar
Menurut Tabrani Rusyan dkk, terdapat berbagai masalah yang
berhubungan dengan strategi belajar mengajar yang secara keseluruhan
diklasifikasikan sebagai berikut:
i.Konsep Dasar Strategi Belajar Mengajar
Konsep dasar belajar mengajar ini meliputi hal-hal:
a. Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tingkah laku
b. Menentukan pilihan berkenaan dengan pendekatan terhadap masalah
belajar mengajar
c. Memilih prosedur, metode, dan teknik belajar mengajar
d. Menetapkan norma dan kriteria keberhasilan kegiatan belajar mengajar.
ii.Sasaran Kegiatan Belajar
Setiap kegiatan belajar mengajar mempunyai sasaran dan tujuan.
Persepsi guru atau persepsi anak didik mengenai sasaran akhir kegiatan
belajar mengajar akan mempengaruhi persepsi mereka terhadap sasaran
kegiatan. Sasaran diterjemahkan ke dalam ciri-ciri perilaku kepribadian
yang di tambahkan. Pada tingkat sasaran atau tujuan yang universal,
manusia diidamkan tersebut harus memiliki kualifikasi sebagai berikut:
a. Pengembangan bakat secara optimal
b. Hubungan antar manusia
c. Efisiensi ekonomi
d. Tanggung jawab selaku Warga Negara.
35
iii.Belajar Mengajar Sebagai Suatu Sistem
Belajar mengajar sebagai suatu sstem intruksional mengacu kepada
pengertian sebagai seperangkat komponen yang saling bergantung satu
sama lain untuk mencapai tujuan. Agar tujuan itu tercapai, senua
komponen yang ada harus diorganisasikan sehingga antar sesama
komponen terjadi kerja sama. Karena itu guru tidak boleh hanya
memperhatikan komponen-komponen tertentu saja misalnya metode,
bahan, dan evaluasi saja, tetapi ia harus mempertimbangkan komponen-
komponen secara keseluruhan.
Berbagai persoalan yang biasa dihadapi guru antara lain:
a. Tujuan-tujuan apa yang mau dicapai.
b. Materi apa yang diperlukan.
c. Metode, alat yang mana harus dipakai.
d. Prosedur apa yang akan ditempuh untuk melakukan evaluasi
iv.Hakikat Proses Belajar Mengajar
Belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat pengalaman
dan latihan. Artinya, tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik
yang menyangkut pengetahuan, ketrampilan maupun sikap, bahkan
meliputi segenap aspek organisme atau pribadi. Kegiatan belajar mengajar
seperti mengorganisasi pengalaman, mengolah kegiatan belajar mengajar,
36
menilai proses, dan hasil belajar, kesemuanya termasuk dalam cakupan
tanggung jawab guru. Jadi hakikat belajar adalah perubahan.
Prinsip mengajar merupakan usaha guru dalam menciptakan dan
mengkondisikan situasi belajar mengajar agar siswa melakukan kegiatan
belajar mengajar secara optimal. Penggunaan prinsip mengajar bisa
digunakan guru sebelumnya, biasa secara spontan dilaksanakan pada saat
berlangsung proses balajar mengajar, yang paling utama harus digunakan
guru antara lain :
a. Motivasi
Kegiatan siswa dapat terjadi apabila siswa ada perhatian dan
dorongan terhadap stimulus belajar. Untuk itu guru harus berupaya
menimbulkan dan mempertahankan perhatian dan dorongan siswa
melakukan kegiatan belajar mengajar.
b. Koperasi dan Kompetisi
Kompetisi atau persaingan dapat juga diterapkan dalam proses
belajar mengajar asalkan dalam bentuk persaingan kelompok, bukan
persaingan individu/perorangan. Kelompok belajar siswa dituntut
untuk bersaing berprestasi, misalnya dari segi kecepatan melaksanakan
pekerjaan atau tugas, ketepatan jawaban dari tugas yang dikerjakan,
dan lain-lain.
c. Korelasi dan Interaksi
37
Salah satu usaha agar bahan yang dipelajari cukup lama diingat
siswa bisa dilakukan dengan prinsip korelasi dan integrasi. Korelasi
telah dikuasainya atau yang dihubungkan dengan kehidupan siswa
sehari-hari. Sedangkan integrasi mengandung pengertian bahwa semua
bahan yang telah dan sedang dipelajari siswa tidak dapat dipisahkan
satu sama lain.
d. Aplikasi dan Transformasi
Pemakaian atau aplikasi pada hakekatnya menerapkan atau
menggunakan prinsip dilaksanakan apabila guru setiap mengajarkan
prinsip, konsep hukum selalu disertai penggunaanya dalam bentuk
pemecahan masalah atas dasar makna yang terkandung dalam konsep,
prinsip atau hukum yang telah di ajarkan.
e. Individualitas
Kemampuan siswa sebagai individu berbeda satu sama lain.
Perbedaan tersebut nampak pula dalam minat, perhatian, sikap, cara
belajar, kebiasaan belajar, dan motivasi belajar.
Dalam praktek pengajaran, prinsip individual bisa digunakan
guru dalam beberapa cara, antara lain memberikan tugas-tugas
38
individual sehingga siswa belajar secara mandiri sesuai dengan
caranya sendiri.21
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan ada beberapa
elemen yang penting yang dapat merincikan pengertian belajar, yaitu:
a. Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku yang lebih baik,
tetapi ada juga kemungkinan kepada tingkah laku yang lebih buruk.
b. Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau
pengalaman.
c. Agar perubahan itu dikatakan belajar maka perubahan harus relatife
mantap.
d. Tingkah laku yang mengalami perubahan karena balajar menyangkut
berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis.
Sardiman juga menjelaskan defenisi belajar baik dari arti luas
maupun dari arti sempit. Dilihat dari arti luas belajar adalah suatu kegiatan
psiko-fisik menuju perkembangan pribadi seutuhnya. Dalam arti sempit
belajar adalah sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang
merupakan sebagian menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya.22
Oemar Hamalik dalam bukunya kurikulum dan pembelajaran,
mengurtip tentang defenisi belajar adalah modifikasi atau memperteguh
21 Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar BaruAlgesindo,1985),., h. 160-164
22 Sardiman. A. M, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada, 1996), h. 22-23
39
kelakuan melalui pengalaman “learning is defined as the modification of
streng theiting of behavior thavior of experiencing”.
Menurut pengertian ini, belajar adalah merupakan suatu proses
kegiatan dan bukan satu hasil atau tujuan. Balajar bukan hannya
mengingat, akan tetapi lebih luas dari pada itu, yakni mengalami dan
disamping itu ada juga yang mendefinisikan belajar adalah proses
perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan.
Dari pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa :
Situasi belajar harus bertujuan dan tujuan-tujuan itu diterima baik oleh
masyarakat. Tujuan merupakan salah satu aspek dari situasi belajar.
1. Tujuan dan maksud belajar dan kehidupan anak sendiri
2. Di dalam mencapai tujuan itu, siswa senantiasa akan menemukan
kesulitan, rintangan-rintangan dan situasi-situasi yang tidak
menyenangkan
3. Hasil belajar yeng utama adalah pola tingkah laku
4. Proses belajar terutama mengerjakan hal-hal yang sebenarnya.
Belajar apa yang diperbuat dan mengerjakan apa yang dipelajari.
5. Kegiatan-kegiatan dan hasil-hasil belajar dipersatukan dan
dihubungkan dengan tujuan dalam situasi belajar.
6. Siswa memberikan reaksi suatu aspek dari lingkungan yang
bermakna baginya.
40
7. Siswa diarahkan ketujuan-tujuan lain, baik yang berkaitan
maupaun tidak berkaitandengan tujuan utama dalam situasi
belajar.23
23 Oemar Hamalik, Kurikulum Dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h. 36-37
41
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan lapangan (field reseach) dengan
mengumpulkan data dengan dari lokasi penelitian1. Sedangkan pendekatan dalam
penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif dengan
mengambarkan kejadian lapangan sesuai dengan data-data, menyajikan data dan
menganalisis data serta mengambarkan pemecahan masalah yang ada2.
Tujuan mengunakan jenis penelitian ini adalah untuk mengambarkan
sesuatu secara nyata dan apa adanya, sebagaiamana dikemukakan oleh sukardi
bahwa penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha mengambarkan
dan menginterpretasikan objek sesuai dengan apa adanya, yaitu dengan melihat
keterampilan guru dalam memilih strategi pembelajaran dalam prose
pembelajaran di dalam kelas.
Dalam penelitian ini melihat seberapa bisa seorang guru memakai strategi
yang bagus sehinga dapat digunakan dalam pembelajaran, sehinga siswa dapat
memahami dan tidak jenuh dalam kelas karena strategi guru yang menarik dan
pembelajaran yang disampaikan mudah dipahami dan mudah diingat siswa.
1 Abdul halim haafi metodologi penelitian pendidikan (stain 2010)hal: 1242 Neong muhajir penelitian kualitatif,(yogyakarta:rake sarasin,2000), hal 25
42
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penulis mengambil tempat penelitian di MTs Negeri 1 Kec Matur
Adapun alasan penulis memilih lokasi di MTs Negeri 1 Kec Matur karena
berdasarkan survey yang penulis lakukan di MTs Negeri 1 Kec Matur
untuk melihat bagaiaman strategi pembelajaran tik (teknik informasi
komputer) di MTs Negeri 1 Kec Matur .
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 3 sampai 22 desember 2017
tahun pelajaran 2017/2018.
C. Populasi dan Sampel
Setiap penelitian memerlukan data atau informasi dari sumber-sumber
yang dapat dipercaya , agar dan informasi tersebut digunakan untuk menjawab
tujuan peneliti atau menjawab pertanyaan penelitian. Data diperoleh dari
populasi dan sampel penelitian.
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.3 Populasi adalah wilayah
generalisai yang terdiri atas : objek/subjek yang mempunyai kualitas dan
kreatifitas yang tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
3, Suharsimi Arikunto, Prosedur…, h.130
43
kemudian ditarik kesimpulannya”. Pada penelitian ini yang menjadi populasi
adalah siswa kelas 1X pada mata pelajaran TIK.
2. sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.4 Sampel yang
dipilih haruslah dapat mewakili dan menggambarkan keseluruhan karakteristik
dari populasi. Maka dalam penentuan sampel dilakukan langkah-langkah yaitu
berupa wawancara dari beberapa guru maupun siswa dari hasil wawancara dapat
kita simpulkan bagaimana strategi dari masing-masing guru dan bagaiaman
tangapan seorang siswa tentang pembelajar yang interaktif yang dilakukan
seorang guru dalam proses pembelajaran, apakah siswa mampu dan memahami
setelah seorang guru menjelaskan pembelajaran, dan mampukah siswa
mempraktekan pembelajaran tik didepan kelas dengan pembahasan yang sama
dengan gurunya.
D. Informan penelitian
Informan adalah orang yang bertindak sebagaia sumber inforamasi yang
peneliti. wawancarai adalah tapi berasal dari orang atau kelompok yang
diteliti5. Dalam penelitian ininyang menjadi informan utama adalah : seorang
guru TIK serta dengan siswa kelas IX MTsN 1 Matur.
4 Suharsimi Arikunto,….h.1315 Burhan bugin metodologi penelitian kualitatif,(jakarta:PT. Raja grafindo,2001)hal,,92
44
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Metode Wawancara
Wawancara adalah pengumpulan data berbentukpertanyaan secara
lisan, pertanyaan yang diajukan dalam wawancara itu telah dipersiapkan
secara tuntas di lengkapidengan instrumen6. Wawancara yang dilakukan
dengan subjek penelitian dilakukan dengan bebas dan pertanyaan tidak
terstruktur pada guru.
b. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah metode yang digunakan untuk
menelusuri data historis.7 Metode ini merupakan cara pengumpulan data
dalam bentuk data yang sudah jadi atau hasil laporan. Metode ini untuk
mengumpulkan data hasil belajar matematika siswa. Instrumen yang
digunakan adalah daftar nilai untuk mengetahui data tentang hasil belajar
siswa.
6 Anas sudjana, penagtaar statistik pendidikan, (jakarta PT.Raja grfindo,2000)hal 277 Burhan Bungin,… hal: 154
45
F. Prosedur Penelitian
Secara umum prosedur penelitian dapat dibagi atas tiga bagian yaitu :
tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap penyelesaian.
1. Tahap Persiapan
a. Menentukan jadwal penelitian.
b. Melakukan dan memepersiapkan bahan atau pertanyaan yang akan di
wawancara.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Memberikan pertanyaan kepada guru dan siswa.
b. Menganalisis hasil wawancara.
c. Mengumpulkan data darin semua wawancara.
3. Tahap Penyelesaian
Pada tahap penyelesaian, peneliti menganaliasi seberapa besar strategi
pembelajaran guru yang efektif dan dipahami siswa.
G. Tekhnik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain
sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya dapat di informasikan pada
orang lain. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data,
menjabarkannya kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam
46
pola memilih mana yang penting dan akan dipelajari dan membuat
kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain”.8
Proses analisa dilakukan sejak dari luar sekolah dan pada saat
dilapangan atau berada disekolah, untuk lebih jelasnya akan peneliti jabarkan
masing-masingnya.
1. Analisa sebelum lapangan
Analisa dilakukan terhadap data studi pendahuluan yang akan
digunakan untuk fokus penelitian, namun fokus penelitian ini masi
bersifat sementara dan akan baru berkembang setelah memasuki
lapangan.
2. Analisis selama di lapangan
a) Data reduction
Reduksi data merupakan salah satu cara penyelesaian
penyederhanaan serta pemindahan data mentah diperoleh
kedalam bentuk matrikcatatan lapangan sebagai wahana
perangkan data. Caranya adalah dengan menganalisis data yang
penting kemudian daa dikumpulkan,diseleksi,dan dkumpulkan
dengan data yang dibutuhan. Dan data terakhir dengan
8 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung:Alfabeta, 2009), h.334
47
mengorganisasikan data secara sistematis sehingga diperoleh
kesimpulan bermanfaat.
b) Data display
Dispaly data merupakan salah satu cara menyajikan data
dengan kegiatan menampilkan informasi yang tepat
melaluioservasi ataupun wawncara dihimpun dan diorganisasikan
berdasarkan fokus masalah penelitian yang kemudian ditampilkan
dalam bentuk tabel agar mudah dimengerti.
c) Kesimpulan/verivikasi
Verivikasi data merupakan kesimpulan awal yang sifatnya
sementara dan akan dapatberubah dengan tidak ada bukti-bukti
yang mengandung pada tahapan pengumpulan data selanjutnya.
Kesimpulan di harapkan merupakan temuan baruyang sebelumnya
belum jelas seinga dilakukan penelitian menjadi jelas9.
H. Teknik Keabsahan Data
Triangulasi data merupakan pemeriksaan keabsahan yang memanfaatkan
yang lain dari luar itu keperluan pengecekan atau sebagai pembanding
terhadap data tersebut, teknik yang paling banyak digunakan adalah dengan
pemeriksaan sumber lainya10.
9 sugiono, metode pendidikan kualitatif,kuantitatif R&D (alfabeta,2000)hal,33610lexi j meleong, metode penelitian kualitatif,(bandung:PT Remaja,1995)hal 78
48
Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan melihat baik
derjat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat
yang berbeda dengan penelitian kualitatif, yang dapat dicapai dengan
caramembandingkan hasil data wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan dengan guru pembimbing dalam mengatasi prilaku menyimpang
sesuai dengan judul peneliti.
49
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data dan Pembahasan
1. Deskripsi pembahasan strategi pembelajaran
Sekolah merupakan suatu sistem organisasi yang terdapat sejumlah
orang yang bekerja sama dalam rangka mencapai tujuan sekolah atau
tujuan instruksional. Sekolah merupakan tempat berlangsungnya proses
pendidikan, berdirinya sekolah merupakan suatu yang sangat luar biasa
yang dilakukan oleh para pendirinya,begiu pula dengan salah
satusekolah yang berada di Matur daerah yang terperosok yang jauh
dari keramaian yaitu MTsN Matur.
Pada bab ini akan memaparkan hasil penelitian yang penulis angkat
yaitu Penerapan Strategi Pembelajran Oleh Guru Pendidikan TIK di
MTsN 1 Matur. Hasil penelitian ini penulis dapatkan dari hasil
wawancara dan observasi yang penulis lakukan terhadap Guru
Pendidikan TIK di MTsN 1 Matur yang terletak di kecamatan Matur.
Sesuai dengan batasan masalah, maka pembahasan pada hasil
penelitian ini adalah:
a. Strategi Guru TIK dalam pelaksanaaan Pra Instruksional
b. Strategi Guru TIK dalam pelaksanaan Instruksional
c. Strategi Guru TIK dalam pelaksanaan Evaluasi
50
Strategi Guru TIK dalam pelaksanaan ketiga poin di atas terkait
dengan pengalaman guru dalam mengajar. Maka berdasarkan
wawancara yang penulis peroleh, ada 3 orang guru TIK yang mengajar
di MTsN 1 Matur.
2. Strategi Guru TIK dalam pelaksanaan Pra Instruksional
Tahap pra instruksional adalah tahapan yang ditempuh Guru tik pada
saat memulai proses belajar mengajar. Beberapa kegiatan yang dapat
dilakukan oleh Guru tik pada tahapan ini adalah:
a. Guru menanyakan kehadiran siswa, dan mencatat siapa yang tidak
hadir.
Guru A mengatakan bahwa sebelum pelajaran dimulai, terlebih
dahulu Guru Tik mengkondisikan lokal agar proses pembelajaran dapat
berlangsung dengan baik, setelah itu siswa berdo’a dan membaca
asmaul husna dan kemudian guru melanjutkan dengan mengabsen
siswa dengan cara memanggil satu persatu pada jam pertama.
Sedangkan pada jam ke dua, tiga, empat dan seterusnya dilakukan
dengan cara menanyakan yang tidak hadir saja.
Berdasarkan observasi yang penulis lakukan pertama sekali yang
guru lakukan di kelas sebelum memulai proses pembelajaran adalah
mengamati siswa apakah sudah siap untuk mengikuti proses
pembelajaran atau belum, jika siswa masih ribut maka proses
51
pembelajaran dianggap belum layak untuk dilanjutkan. Setelah
memungkinkan untuk memulai prose pembelajaran Guru mengabsen
siswa dengan cara memanggil siswa satu persatu.
Guru B menyatakan bahwa yang pertama kali dilakukan oleh Guru Tik
sebelum proses pembelajaran dimulai adalah guru mengkondisikan
lokal seperti menyuruh siswa memungut sampah yang bertebaran,
merapikan bangku setelah itu Guru Tik mempersilahkan siswa untuk
berdo’a dan membaca ayat-ayat pendek serta asmaul husna, kemudian
baru guru mengambil absen yang terkadang dilakukan pada awal
pembelajaran dan terkadang pada akhir pembelajaran. Cara mengambil
absen tergantung pada situasi, terkadang absen diambil dengan
memanggil siswa satu persatu dan terkadang cukup menanyakan siswa
yang tidak hadir kepada siswa lain serta alasan kenapa siswa tersebut
tidak hadir.
Menurut Guru C bahwa “mengabsen siswa tidak harus dilakukan
pada awal pembelajaran akan tetapi dilakukan pada waktu-waktu
senggang seperti ketika siswa membuat latihan atau membuat
kesimpulan suatu pelajaran atau pada akhir pelajaran.
Hasil observasi yang penulis lakukan terhadap Guru C di kelas
sesuai dengan yang diungkapkannya kepada penulis yaitu, Guru C
mengabsen siswa tidak selalu dilakukan pada awal proses pembelajaran
dimulai tetapi terkadang absen siswa diambil diakhir pembelajaran, dan
52
sepertinya hal ini identik dilakukan pada waktu-waktu senggang seperti
diawal proses pembelajaran ketika siswa mempersiapkan alat tulis yang
bersangkutan dengan materi pendidikan agama islam dan diakhir
pelajaran ketika selesai proses pembelajaran.
Dari keterangan di atas dapat penulis tarik kesimpulan bahwa semua
Guru Tik sebelum proses pembelajaran dimulai terlebih dahulu
mengambil absen siswa yang dilakukan dengan cara memanggil siswa
satu persatu dan juga ada menanyakan yang tidak hadir saja serta
menayakan alasannya kepada siswa lain. Menurut Nana Sudjana
alangkah baiknya guru menanyakan kehadiran siswa dan mencatat yang
tidak hadir.
b. Bertanya kepada siswa sampai dimana pembahasan sebelumnya.
Langkah yang dilakukan guru sebaiknya setelah menanyakan
kehadiran siswa adalah menanyakan tentang pembahasan pelajaran
sebelumnya. Hal ini bertujuan untuk menguji atau mencek kembali
ingatan siswa terhadap bahan yang telah dipelajarinya. Hal ini sesuai
dengan hasil wawancara penulis dengan Guru C bahwa ”setelah
mengabsen siswa Guru C bertanya kepada siswa tentang materi
sebelumnya, hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah siswa tersebut
mengulang pelajaran dirumahnya”.
Sesuai dengan hasil observasi penulis dengan penjelasan yang
diberikan Guru C kepada penulis bahwa setelah mengabsen siswa maka
53
dilanjutkan dengan menanyakan kepada siswa sampai dimana
pembahasan yang dipelajarinya minggu lalu
Berdasarkan keterangan di atas dapat penulis tarik kesimpulan
bahwa Guru Tik setelah menanyakan kehadiran siswa, menanyakan
sampai dimana pembahasan sebelumnya sehingga guru dapat
mengetahui ada tidaknya siswa mengulang pelajaran di rumah.
c. Mengajukan pertanyaan kepada kelas atau beberapa siswa tentang
bahan pelajaran yang sudah diberikan sebelumnya
Guru B menyatakan bahwa “setelah guru menanyakan batas
pembahasan materi yang lalu maka saya memberikan pertanyaan
kepada kelas atau kepada beberapa orang siswa tentang materi
sebelumnya, hal ini bertujuan untuk mencek kembali ingatan siswa
terhadap bahan yang dipelajarinya”.
Hal ini sesuai dengan hasil observasi yang penulis lakukan terhadap
Lushi sebanyak 3 x pada kelas yang berbeda, diketahui bahwa aetelah
menanyakan sampai dimana materi yang dipelajari sebelumnya
kemudian melanjutkan dengan mengajukan beberapa pertanyaan
kepada siswa .1
Astuti menyatakan bahwa “setelah mengabsen siswa saya
mengajukan pertanyaan kepada siswa sekurang-kurangnya dua
pertanyaan dengan menunjuk beberapa orang siswa secara acak, jika
1 Observasi, 3 dan 12 Juni 2009
54
pertanyaan tersebut tidak dapat dijawab siswa maka Guru Tik maka
melemparkan pertanyaan tersebut kepada siswa lain”.2
Dari hasil observasi yang penulis lakukan terhadap Guru A di kelas
selama 3 x pada kelas yang berbeda diketahui bahwa Guru A setelah
menanyakan sapai dimana materi yang dipelajari minggu lalu kemudian
melanjutkan dengan beberapa pertanyaan kepada siswa, hal ini tidak
selalu dilakukan oleh Guru A.
Dari hasil penlitian tersebut dapat penulis simpulkan bahwa sebagian
besar Guru Tik telah melaksanakan appersepsi sebelum masuk materi
baru. Hal ini sesuai dengan pendapat Nana Sudjana yang menjelaskan
bahwa sebaiknya yang dilakukan guru sebelum masuk materi baru
adalah mengajukan pertanyaan kapada beberapa siswa tentang bahan
pelajaran yang sudah diberikan sebelumnya. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui sampai dimana pemahaman materi yang telah diberikan.
d. Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai
bahan yang belum dikuasainya dari pelajaran yang telah dilaksanakan.
Guru B menyatakan bahwa “sebelum masuk pada materi baru saya
tidak memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai
pokok materi yang telah diajarkan yang belum dikuasai, tetapi mencoba
mengaitkan pokok materi yang telah dipelajari dengan pokok materi
2 Yuliar, Guru Pendidikan Agama Islam SMPN 24 Padang, wawancara, 27 Mei 2009
55
yang akan diajarkan. Hal ini sesuai dengan hasil observasi yang penulis
lakukan terhadap Guru B.
Sedangkan Guru A menyatakan bahwa “setelah diberi kesempatan
kepada siswa bertanya dan masih belum juga mengerti maka siswa
yang tidak mengerti disuruh mengulang pelajaran kembali atau
mengulang secara ringkas materi yang belum dikuasai sebelumnya,
baru dijelaskan kembali secara ringkas materi yang belum dikuasai
siswa tersebut”.
Dari keterangan di atas dapat penulis simpulakan bahwa Guru Tik
sudah memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai
pokok materi yang telah dipelajari yang belum dikuasainya yang
dilakukan sebelum masuk materi baru. Cara yang dilakukan adalah
guru menyuruh siswa mengacungkan tangan bila mau bertanya
kemudian pertanyaan tersebut dilemparkan kepada siswa yang lain.
Setelah itu guru menyempurnakan jawaban-jawaban tersebut, namun
sebagian kecil Guru Tik masih ada yang mengabaikan hal tersebut.
e. Mengulang kembali bahan pelajaran yang lalu (bahan pelajaran
sebelumnya) secara singkat tetapi mencakup semua aspek bahan yang
telah dibahas sebelumnya
Tindakan yang dilakukan Guru Tik adalah mengulang kembali
pelajaran secara singkat. Yuliar menyatakan bahwa “setelah guru
memberi kesempatan bertanya kepada siswa, kalau masih ada yang
56
belum paham dengan materi sebelumnya maka guru terlebih dahulu
melemparkan pertanyaan kepada siswa yang cuek belajar, kemudian
baru dilempar kepada kelas dan dijelaskan kembali secara singkat oleh
guru”.3 Hal yang sama juga diungkapkan oleh Guru Tik yang lain yaitu
Guru B, dan Guru C bahwa “guru terlebih dahulu memberi kesempatan
bertanya kepada siswa, pertanyaan dilemparkan kepada siswa yang lain
kemudian baru sisempurnakan oleh guru jawaban dari siswa atau
mengulang kembali secara singkat materi yang belum dikuasai
tersebut”.
Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan terhadap Guru A
dan Guru Tik yang lain bahwa mereka tidak selalu mengulangi materi
pelajaran yang lalu secara singkat, hal ini disebabkan mangingat
banyaknya materi yang harus diajarkan dan mengejar target pelajaran.
Dari keterangan di atas dapat penulis simpulkan bahwa sebagian
besar guru tidak mengulangi pelajaran, alangkah baiknya mengulangi
pelajaran terlebih dahulu secara singkat , karena pada umumnya daya
tangkap siswa berbeda, ada yang lemah dan ada yang kuat. Hal ini
dilihat dari pertanyaan yang dilontarkan kepada siswa. Seandainya
sebagian besar siswa merasa kesulitan untuk menjawab pertanyaan
yang telah diajukan, maka Guru Tik sebaiknya mengulangi pertanyaan
tersebut sampai guru tersebut benar-benar yakin bahwa seluruh siswa
dapat memahami pelajaran yang telah disampaikannya.
3 Yuliar, Guru Pendidikan Agama Islam SMPN 24 Padang, wawancara, 27 Mei 2009
57
3. Strategi Guru Tik Instruksional
Tahap ke dua adalah tahap inti yakni tahapan memberikan pelajaran
yang telah disusun guru sebelumnya. Secara umum dapat di Identifikasi
beberapa kegiatan sebagai berikut :
a. Menjelaskan kepada siswa tujuan yang harus dicapai
Pertama sekali yang dilakukan Guru Tik setelah menjelaskan
pokok materi terlebih dahulu menjelaskan tujuan pengajaran yang harus
di capai siswa. Informasi tujuan penting diberikan kepada siswa sebab
tujuan tersebut untuk siswa dan harus di capai setelah pengajaran.
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Guru C bahwa
“sebelum menjelaskan pokok materi terlebih dahulu guru menjelasakan
tujuan pengajaran yang harus di capai, yang mana dengan tujuan
tersebut siswa dapat mengetahui apa yang akan di capainya”4
Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan terhadap Guru C
bahwa sebelum masuk materi baru terlebih dahulu Guru C menjelaskan
tujuan mempelajari materi yang akan di ajarkan, kemudian menyuruh
siswa menyebut kembali tujuan tersebut agar siswa lain mendengarnya.
Hal yang senada juga diterangkan oleh Guru B bahwa “hal yang
penting dilakukan Guru Tik sebelum masuk materi baru adalah
menjelaskan tujuan pengajaran yang harus di capai oleh siswa yang
4 Zulnita, Guru Pendidikan Agama Islam SMPN 24 Padang, wawancara, 27 Mei 2009
58
mana tujuan pengajaran itu dijelaskan dengan lisan karena dalam buku
pegangan siswa sudah terdapat tujuan pengajaran tersebut”.
Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan terhadap Guru B
selama penelitian pada waktu mengajar dapat diamati bahwa yang
diungkapkannya sesuai dengan yang diucapakannya.
Sedangkan Guru A mengatakan bahwa “sebelum masuk materi baru
yang saya lakukan adalah menjelaskan tujuan mempelajari materi yang
akan dipelajari terlebih dahulu, dan dijelaskan secara lisan karena dalam
buku pegangan siswa sudah terdapat tujuan pengajaran tersebut”.
Dari hasil observasi yang penulis amati selama penelitian Guru A
belum menyampaikan tujuan pengajaran secara maksimal, mungkin hal
ini dapat dilihat bahwa guru tidak selalu memberitahukan tentang
tujuan pengajaran tersebut.
Dari keterangan di atas dapat penulis tarik kesimpulan bahwa dalam
menyampaikan tujuan pengajaran masih ada guru yang tidak
menjelaskan tujuan pengajaran yang harus di capai dalam pembelajaran
tersebut, hal ini disebabkan didalam buku pegangan siswa sudah
dijelaskan tujuan pengajaran tersebut. Jadi menurut penulis sebaiknya
guru sebelum memulai pelajaran hendaknya menjelaskan terlebih
dahulu tentang tujuan pengajaran dengan cara menuliskan dipapan tulis
sehingga siswa paham apa yang akan si capainya meskipun didalam
59
buku sudah ada namun penjelasan guru dapat mempertegas tentang
tujuan tersebut.
b. Menuliskan pokok materi yang akan dibahas
Menurut Guru A mengungkapakan bahwa “setelah menyampaikan
tujuan pengajaran tersebut maka dilanjutkan dengan menuliskan pokok
materi yang akan dibahas secara caris besar atau yang termasuk pada
poin-poin penting yang dianggap penting”. Hal yang senada juga
diungkapkan oleh Guru C, dan Guru B bahwa pokok materi yang akan
dibahas ditulis dipapan tulis secara garis besar, pokok materi yang akan
dibahas diambil dari buku sumber yang telah disiapkan sebelumnya dan
jelas bahwa pokok materi tersebut sesuai dengan silabus dan tujuan
pengajaran, sebab materi tersebut bersumber dari tujuan.
Dari hasil observasi yang penulis lakukan terhadap semua Guru Tik
di kelas pada pelaksanaan proses belajar mengajar maka dapat diketahui
bahwa mencatat pokok materi tersebut tidak selalu dilakukan, hal ini
penulis melihat bahwa ada sesekali guru tersebut tidak mencatat pokok
materi tersebut dipapan tulis.
Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat penulis simpulkan bahwa
guru belum sepenuhnya menuliskan pokok materi dipapan tulis,
terkadang guru juga tidak menuliskan pokok materi karena siswa sudah
mempunyai buku pegangan. Jadi menurut penulis ada baiknya guru
60
menuliskan pokok materi atau poin-poin yang penting dipapan tulis
sehingga siswa dapat memahami dan mengingatnya secara lama.
c. Membahas pokok materi yang ditulis
Guru A mengungkapkan bahwa “setelah menuliskan pokok materi
selanjutnya guru membahas pokok materi dengan menggunakan
beberapa metode yang sesuai dengan materi, seperti metode tanya
jawab, ceramah, penugasan, dan lain-lain. Metode tanya jawab
digunakan ketika neninjau pelajaran lalu dan menanyakan pokok
batasan dalam proses pembelajaran berlangsung dan metode penugasan
diberikan di kelas ketika bahan pelajaran sedikit dan juga penugasan di
rumah, kemudian tugas dilakukan secara individual dan kelompok”.
Dari observasi yang penulis lakukan bahwa dalam membahas pokok
materi bahwa Guru A menggunakan metode yang bervariasi sesuai
dengan materi yang akan dijelaskannya, seperti metode Tanya jawab
yang dilakukan ketika menanyakan kepada siswa mengenai batas
materi pelajaran lalu, sedangkan metode ceramah yang dilakukan ketika
menerangkan pelajaran.5
Dari hasil observasi yang penulis lakukan, Guru C dan Guru B bahwa
guru telah melaksanakan metode yang bervariasi dalam kelas, namun
metode yang sering dipakainya adalah metode penugasan dengan cara
5 Observasi, 10 Juni 2009
61
menyuruh siswa mengerjakan tugas yang telah ada dalm masing-
masing buku pegangan siswa yang dikerjakan dalam kelas.
Dari keterangan di atas dapat penulis tarik kesimpulan bahwa guru
dalam membahas pokok materi sudah terlaksana dengan baik, yaitu
telah menggunakan metode yang bervariasi. Sebagai mana telah
diketahui salah satu faktor yang dapat memotivasi siswa adalah dengan
menggunakan metode yang bervariasi, oleh sebab itu tenaga pengajar
yang peofesional sebaiknya menggunakan metode yang berbvariasi
maka siswa tidak merasa jenuh dalam belajar. Adapun metode yang
digunakan dalam pembelajaran merupakan salah satu strategi penting
untuk mencapai keberhasilan proses pembelajaran, tanpa adanya
metode yang sesuai dengan materi, maka apa yang diharapkan dalam
pembelajaran tidak tercapai.
d. Memberikan contoh yang konkrit
Selanjutnya yang berkaitan dengan langkah-langkah pelaksanaan
pengajaran yaitu memberikan contoh yang konkrit sesuai dengan pokok
materi yang di bahas. Agar pelajaran yang diberikan oleh Guru Tik
dapat diterima dengan baik dan mudah di ingat oleh siswa dalam jangka
waktu yang lama.
Menurut wawancara penulis dengan Guru A bahwa “guru
memberikan contoh yang konkrit sesuai dengan pokok materi. Seperti
62
adab makan dan minum karena bisa disesuaikan dengan kehidupan
sehari-hari”.
Guru C, dan Guru B juga memberikan jawaban yang sama yaitu
“dalam membahas pokok materi, memberikan contoh yang konkrit
sesuai dengan pokok materi”.
e. Menggunakan media
Pada dasarnya media pengajaran merupakan salah satu aspek yang
mendukung terlaksananya kegiatan pembelajaran Tik yang optimal.
Menurut Guru A menjelaskan bahwa dalam prose belajar mengajar,
media yang digunakan sesuai dengan pokok materi, misalnya pokok
materi tentang perangkat keras maka di kasih atau dilihatkan gambar
dari keras seperti: monitor mouse dll.
Berdasarkan observasi yang penulis lakukan terhadap Guru A dapat
penulis ketahui bahwa dalam menggunakan media membahas materi
tentang wuduk maka Guru A membawa gambar komputer yang akan
dijadiakan media.
Sedangkan Guru C mengemukakan bahwa “dalam proses
pmbelajaran guru tidak menggunakan media”.
Hal yang senada juga diungkapkan oleh Guru B bahwa “dalam
proses pembelajaran guru menggunakan media yang sesuai dengan
pokok materi yang kakn dibahas, misalnya materi tentang sejarah
63
komputer, maka guru akan mnerangkan dan membawa gambar
bagaiamana bentuk komputer pertama kali di buat oleh penemunya,
karena dapat membantu pemahaman siswa terhadap materi tersebut”.
Dari beberapa keterangan di atas penulis dapat memberikan
kesimpulan bahwa Guru Tik menggunakan media sesuai pokok materi
dan dilakukan apabila suatu pokok materi itu kurang di mengerti siswa,
contohnya cara pelaksanaan dalam praktek cara menghidupkan
komputer dan mematikan , maka guru memberikan contoh atau
langkah-langkah dalam bentuk power point.
f. Menyimpulkan pelajaran
Guru B menyatakan bahwa “diakhir pelajaran, kegiatan yang
dilakukan oleh Guru Tik adalah menyimpulkan pelajaran dengan cara
menunjuk salah seorang siswa untuk memberikan kesimpulan terhadap
pelajaran yang telah disampaikan dan hal ini tidak selalu dilakukan
karena terkadang guru memberi tugas dalam kelas sampai suatu proses
pembelajaran berakhir”. Sedangkan observasi yang penulis lakukan, di
akhir proses pembelajaran Guru B memberi kesempatan kepada siswa
untuk menyimpulkan materi tersebut sesuai dengan materi yang telah di
ajarkan. Hal yang senada juga diungkapkan oleh Guru B , dan Guru A
bahwa “setelah proses pembelajaran berakhir hal yang sering dilakukan
guru adalah mmenyuruh siswa menyimpulkan pelajaran yang telah
disampaikan kepada siswa”.
64
Dari hasil penelitian di atas dapat penulis simpulkan bahwa Guru
mesti memberikan kesimpulan tetapi sebagian besar dari guru tersebut
masih ada yang belum memberikan kesimpulan terhadap pelajaran yang
telah disampaikan. Jadi menurut penulis sebaiknya guru memberi
kesimpulan suatu pelajaran yang telah disampaikan, sehingga siswa
bisa memahami inti sari dari suatu pelajaran.
4. Strategi Guru Tik dalam pelaksanaan Evaluasi
Tahapan ke tiga atau terakhir dari strategi mengajar adalah tahap
evaluasai atau penilaian dan tindak lanjut. Tujuan tahap ini adalah
untuk mengetahui keberhasilan tahap kedua (instuksional).
Untuk dapat mementukan tercapai tidaknya tujuan pembelajaran
perlu diadakan usaha dan tindakan untuk menilai hasil belajar siswa.
Penilaian hasil belajar bertujuan untuk melihat tujuan siswa dalam hal
penguasaan materi baik dari segi kognitif (pengetahuan), afektif
(tingkah laku/sikap) dan psikomotor (keterampilan).
Sebagai langkah awal yang dihimpun Guru Tik mengadakan
evaluasi pembelajaran adalah menetapkan apa yang menjadi aspek,
objek penilaian.
65
Aspek kognitif (pengetahuan/pemahaman) digunakan Guru Tik
dalam menilai pengasaan materi yang diberikan dalam proses belajar
mengajar. Alat yang digunakan untuk menilai hal ini biasanya lisan dan
tulisan seperti memberi pertanyaan tentang materi yang telah
disampaikan atau Sedangkan dengan tulisan guru Tik memberikan soal
dalam bentuk objektif dan essay yang terkait dengan materi yang di
ajarkan yang harus dijawab oleh siswa baik ulangan harian, mid
semester maupun ujian semester.
Aspek afektif (tingkah laku) digunakan Guru Tik dalam menilai
sikap, minat, perhatian siswa dalam pelaksanaan pembelajaran Tik.
Untuk menilai aspek tingkah laku ini Guru Tik menggunakan alat
evaluasi, obsevasi pengamatan terhadap sikap, perhatian siswa pada
situasi tertentu dan wawancara, studi kasus dengan mempelajari siswa
dalam periode tertentusecara terus menerus untuk melihat
perkembangan, misalnya untuk melihat sikap siswa terhadap pelajaran
yang diberikan dalam satu semesteratau melihat kepada pengalaman
Tik.
Adapun aspek psikomotor (keterampilan) digunakan Guru
Pendidikan Tik untuk menilai keterampilan siswa yang berkaitan
dengan materi pelajaran yang di ajarkan. Disini Guru Tik dapat menilai
tingkat keterampilan yang dimiliki siswa setelah mempelajarinya
seperti praktek shalat dan adzan.
66
Selanjutnya dalam proses pembelajaran alat yang digunakan Guru
Tik untuk memperoleh hasil belajar adalalah tes dan non tes. Tes
dilakukan dengan lisan serta tulisan dan perolehan hasil belajar dapat
dilakukan dua tahap yaitu
1. Evaluasi Formatif (untuk jangka pendek)
2. Evaluasi Sumatif (untuk jangka panjang)
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Guru C bahwa “dalam
evaluasi itu dibagi dua yaitu formatif dan sumatif. Adapun evaluasi
formatif dilaksanakan setelah pokok bahasan selesai dipelajari atau
dilakukan pada akhir proses pembelajaran”.6
Dari hasil observasi penulis terhadap Guru C diketahui bahwa
dalam pelaksanaan Guru C melakukan setiap akhir pelajaran dengan
mengajukan beberapa pertanyaan tentang materi yang telah dipelajari,
bagi siswa yang aktif dalam menjawab pertanyaan tersebut maka diberi
nilai. Disamping itu Guru C juga menilai siswa yang melakukan
kegiatan praktek komputer yang dilaksanakan bergiliran pada lokal
yang berbeda.
Menurut Guru A bahwa “setelah pelaksanaan belajar mengajar
selesai, langkah selanjutnya yang dilakukan Guru Tik adalah
melakukan evaluasi kepada siswa agar guru dapat mengetahui sejauh
mana pemahaman siswa terhadap materi yang telah disampaikan.
6 Zulnita, Guru Pendidikan Agama Islam SMPN 24 Padang, wawancara, 27 Mei 2009
67
Kemudian pada setiap pelajaran selesai, guru mengajukan pertanyaan
kepada kelas atau kepada beberapa orang siswa mengenai semua pokok
materi yang telah dibahas. Pertanyaan tersebut diajukan kepada siswa
secara lisan. Sedangkan setelah selesai melaksanakan proses belajar
mengajar beberapa pokok bahasan guru mengadakan evaluasi secara
tertulis dengan cara mendiktekan soal dan siswa disuruh langsung
menjawab dengan waktu selanjutnya dan begitu seterusnya sampai soal
habis.
Menurut Guru B bahawa “evaluasi dapat dilaksanakan terhadap
siswa ketika dalam kegiatan belajar mengajar berlangsung dan setelah
melaksanakan proses belajar mengajar. Evaluasi dilakukan baik secara
lisan maupun tulisan dan praktek. Hal ini dapat diperkirakan hasil dari
sebuah pembelajaran dapat mencapai target secara maksimal”.
Dari hasil observasi penulis terhadap Guru B dalam evaluasi
memang Guru B memberikan PR kepada siswa apabila belum berhasil
memahami pelajaran, tetapi sering tidak dilakukan tindak lanjut
terhadap tugas yang diberikan kepada siswa sehingga tidak bisa
diketahui apakah siswa sudah paham terhadap materi yang ntelah
dipelajarinya.
Adapun evaluasi dilakukan oleh Guru Tik setelah semua materi
pokok dijelaskan kepada siswa. Dimana setelah menjelaskan dan
menerangkan materi pokok pada pertemuan tersebut, dan ada juga
68
evaluasi dilaksanakan oleh Guru Tik pada saat pembelajaran
berlangsung yaitu dengan cara diadakan kuis dan melempar pertanyaan
yang harus dijawab oleh siswa, maupun dalam mengemukakan
pendapat atau analisa mengenai suatu materi, kemudian evaluasi
dilakukan dalam bentuk tulisan atau penugasan.
Setelah terlakasananya semua dari wawancara dengan guru ketiganya
peneliti sempat wawancara salah seorang siswa dan bertanya apakah
siswa mengerti terhadap pembelajaran yang disampaikan oleh guru dan
dapat dipahami, dalam proses belajar. dari beberapa pertanyaan siswa
banyak tidak memehami dikarenakan terkadang seorang guru terlalu
cepat dalam menyampaikan materi, dan tidak acuh dengan siswa sifat
pembelajaran yang terkadang ceramah.
69
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan ini penulis mengambi kesimpulan sebagai berikut :
1. Stategi Guru Tik pada pelaksanaan pra instruksiona sebagian besar sudah
terlaksana dari yang idealnya seperti mengabsen siswa sebelum memulai
pelajaran, memberi kesempatan kepada siswa bertanya mengenai bahan
pelajaran yang belum dikuasainya dan mengulang kembali bahan pelajaran
yang lalu, , namun sebagian kecil dari yang ideal itu masih belum
terlaksanakan oleh guru Tik seoptimal mungkin, hal ini terbukti dengan
seringnya guru Tik memulai suatu pokok materi tanpa melakukan pretes pada
pokok materi yang dipelajari sebelumnya.
2. Strategi Guru Tik pada pelaksanaan instruksional sebagian besar sudah
terlaksana dari yang idealnya seperti, membahas pokok materi dengan
metode yang bervariasi sesuai dengan pokok materi, memberikan contoh-
contoh yang konkrit pada setiap pokok materi, menggunakan media serta
meyimpulkan hasil pembahasan dari semua pokok materi, namun sebagian
lagi dari yang ideal masih terabaikan olth Guru Tik misalnya tidak
menyampaikan suatu tujuan pengajaran yang akan di ajarkan kepada siswa.
3. Strategi Guru Tik dalam memberikan evaluasi (penilaian) sebagian besar
sudah terlaksana dari yang idealnya yaitu guru mengajukan pertanyaan
70
kepada beberapa siswa atau kepada kelas mengenai semua pokok materi yang
telah di bahas, memberi tugas atu PR yang ada hubungannya dengan materi
dan memberi tahu pokok materi yang akan dibahas pada pelajaran berikutnya.
Namun masih ada yang belum terlaksana dari yang ideal itu misalnya, dalam
pemberian tugas sering tidak dilakukan tindak lanjut atau tidak memeriksa
kembali tugas yang diberikan. Setelah itu dalam pelaksanaan guru pendidikan
agama islam tidak hannya menilai aspek kognnitif, afektif tetapi juga menilai
dari aspek psikomotor.
B. Saran
1. Diharapkan kepada Guru Tik di MTsN 1 Kec. Matur agar dapat melaksanakan
strategi pembelajaran pada pra instruksional dengan idealnya, sehingga tujuan
yang diharapkan tercapai.
2. Diharapkan kepada Guru Tik di MTsN 1 Kec. Matur dapat melaksanakan
strategi pembelajaran pada instruksional dengan optimal sehingga tujuan yang
diharapkan tercapai.
3. Diharapkan kepada Guru Tik di MTsN 1 Kec. Matur agar dapat
nmelaksanakan strategi pembelajaran pada pelaksanaan evaluasi seoptimal
mungkin sehingga bisa mengetahui tingkat keberhasilan belajar siswa.
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang dikemukakan di atas,
maka diajukan beberapa saran sebagai berikut :
71
1. Bagi Orang Tua
Dari pihak keluarga, khususnya dalam hal ini orang tua, diharapkan dapat
memberikan perhatian secara kontinu pada anak dalam belajar. Perhatian
tersebut dapat dilakukan orang tua dengan memberikan motivasi anak, agar
bersemangat belajar dengan dipenuhinya segala fasilitas belajarnya. Selain itu,
orang tua beserta anggota keluarga yang lain diharapkan dapat menciptakan
lingkungan belajar yang baik dan nyaman agar anak dapat belajar dengan baik
dan optimal. Dengan demikian, anak dapat memperoleh hasil belajar yang
diharapkan.
2. Bagi MTs Negeri Matur
Dari pihak sekolah, dalam hal ini kepala sekolah dan guru perlu menghimbau
orang tua siswa supaya ikut mengawasi belajar anaknya. Hal ini dimaksudkan
untuk menjaga agar anak tidak melupakan kewajiban belajarnya. Sekolah juga
perlu meningkatkan kualitas dan kuantitas fasilitas belajar yang menunjang
kegiatan belajar mengajar disertai dengan pengelolaan yang baik. Selain
meningkatkan fasilitas yang ada, sekolah juga perlu menciptakan lingkungan
yang nyaman dan efektif untuk kegiatan belajar mengajar. dapat mendukung
siswa untuk lebih meningkatkan hasil belajarnya.
72
3. Bagi Guru
Dari pihak guru, sebagai fasilitator hendaknya dapat lebih menciptakan
lingkungan baik, strategi pembelajaran yang efekti dan suasana belajar yang
menyenangkan bagi para siswa, misalnya dengan memanfaatkan fasilitas yang
ada untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Khususnya guru TIK perlu
mendorong siswa supaya dapat belajar secara teratur. Guru TIK perlu
melakukan variasi penggunaan media pembelajaran untuk meningkatkan
perhatian dan memotivasi siswa dalam belajar. Guru juga perlu mendorong
siswa untuk lebih bersemangat dalam belajar terutama siswa yang telah
terpenuhi segala fasilitas yang dapat menunjang kegiatan belajarnya. Dengan
demikian, prestasi belajar yang baik secara meneyeluruh dan tujuan
pembelajaran dapat dicapai dengan baik.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya yang hendak meneliti permasalahan yang sejenis,
hendaknya menambah bahasan penelitian karena masih luasnya cakupan
kecerdasan emosional yang dapat diteliti khususnya yang berkaitan dengan
berita-berita terkini yang sedang terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
Agustian, Ary Ginanajar. ESQ (Rahasia Sukses dalam Membangun Kecerdasanemosi dan spiritual). Jakarta: Arga. 2004
Departemen Agama RI. Alquran Tajwid dan Terjemahan, Bandung : CV PenerbitDiponegoro,2006
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : BalaiPustaka.2007
Goleman, Daniel. Kecerdasan Emosi untuk Mencapai Puncak Prestasi.Jakarta:Gramedia. 2002
Hurlock, Elizabeth B. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga. 1980
Kunandar. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan(KTSP) Dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Raja GrafindoPersada. 2007