-
1
STRATEGI ADAPTASI DAN MITIGASI BENCANA PESISIR AKIBAT PERUBAHAN
IKLIM TERHADAP PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL 1)
Prof. Dr. Ir. Johannes Hutabarat, MSc.2) Dr. Ir. Subandono
Diposaptono, M.Eng.3)
Denny Nugroho Sugianto ST., MSi.2)
A. Pendahuluan
Wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil Indonesia merupakan salah
satu wilayah yang
sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim. Dampak tersebut
meliputi kenaikan muka
air laut, perubahan suhu permukaan air laut, perubahan pola
cuaca dan iklim setempat.
Hal ini semakin diperparah dengan kenyataan adanya potensi
bahaya alam lainnya seperti
banjir, gempa, tsunami, dan badai tropis.
Kondisi-kondisi tersebut memicu pada permasalahan lain seperti
meningkatnya erosi
pantai, instrusi air laut, penggenangan lahan-lahan produktif
dan fasilitas publik, hilangnya
ekosistem lahan basah, perubahan pola hujan dan meningkatnya
intensitas dan frekwensi
badai. Dengan demikian, perubahan iklim yang dikombinasikan
dengan berbagai faktor
anthropogenik telah dan akan menjadi faktor utama dalam
meningkatkan kerusakan
ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil. Upaya-upaya adaptasi
dan mitigasi terhadap
dampak-dampak tersebut di atas harus dilakukan agar
keberlanjutan kegiatan sosial
ekonomi di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dapat
dijaga.
Antisipasi terhadap dampak perubahan iklim juga telah menjadi
perhatian dan agenda
regional dan internasional. Badan-badan dan forum kerjasama
internasional seperti UNDP,
UNEP, IPCC, UNFCC, APEC telah menjadikan isu ini menjadi salah
satu isu internasional
yang harus direspon oleh seluruh negara-negara di dunia. Hal ini
sekaligus menjadi upaya
pengurangan resiko bencana bagi semua masyarakat dunia.
Salah satu respon yang perlu dilakukan adalah menyusun strategi
adaptasi dan mitigasi
yang tepat. Strategi ini akan menjadi arahan bagi semua
stakeholder di wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil dalam melakukan semua upaya pengurangan dampak
perubahan iklim.
1) Disampaikan Dalam Rangka Simposium Nasional Perubahan Iklim
2011 kerjasama KLH dan UNDIP tanggal 26 Juli 2011 2) Fakultas
Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro 3) Direktorat
Pesisir dan Lautan, Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil, Kementerian Kelautan dan
Perikanan RI
-
2
Dengan demikian, strategi ini juga harus didukung dengan data
dan informasi tentang
status/kondisi dan distribusi variabel-variabel pesisir dan
pulau-pulau kecil mulai dari
populasi, tutupan lahan, ekosistem penting, dan penyebab
kerentanannya terhadap
perubahan iklim.
B. Metodologi
Metode analisis yang digunakan adalah IPCC common methodology,
US Country Study
Program, UNEP handbook, vulnerability index.
Metode penentuan tingkat kerentanan pantai yang akan
dipergunakan didalam kegiatan ini
mengacu pada Pedoman analisa daerah rawan bencana dan perubahan
iklim yang
dimodifikasi dari Ministry For Environment New Zeland Goverment
(2008). Dalam
pedoman tersebut variabel variabel yang digunakan dalam analisa
potensi bahaya adalah :
a. Kondisi Sosial ekonomi
Jumlah pemukiman Jumlah penduduk yang terkena dampak Jumlah
korban jiwa Kondisi perekonomian Pelayanan jasa (penting maupun
komersial)
b. Kondisi infrastruktur
c. Kondisi ekosistem
Untuk analisa tingkat potensi bencana ini menggunakan pedoman
perhitungan tingkat
kerentanan pantai terhadap kenaikan muka air laut yang
dimodifikasi dari USGS (United
State Geologycal Survey) 2007. Dalam analisis ini yang ditinjau
yaitu :
Geomorfologi Laju erosi pantai Kemiringan pantai Kenaikan muka
air laut relatif Tinggi gelombang rata rata Kisaran tinggi pasang
surut
-
3
C. Hasil dan Analisa
C.1. Skenario Perubahan Iklim
Banyak data statistik yang menunujukkan fenomena iklim yang
ekstrim akhir-akhir ini
berhubungan dengan perubahan iklim. Angka kejadian fenomena
iklim yang ekstrim selama
beberapa tahun terakhir ini menunjukkan peningkatan. Peningkatan
tingkat GRK di atmosfir
diperkirakan menyumbang cuaca ekstrim seperti curah hujan
ekstrim, kering
berkepanjangan, suhu ekstrim dan badai. Kejadian kejadian iklim
yang ekstrim akan
mengalami perubahan seiring dengan perubahan iklim dunia.
Temperatur udara di daerah pantai utara Pulau Jawa mengalami
kenaikan setiap tahunnya,
dimana kenaikan tersebut berkisar antara 0,004 hingga
0,04C/tahun dan di perkirakan
kenaikan hingga 100 tahun mendatang berkisar antara 0,5 hingga
4C. Kenaikan temperatur
udara pada daerah daerah yang digunakan sebagai kawasan industri
dan juga kawasan
padat penduduk akan lebih terasa dibandingkan daerah lainnya.
Kenaikan temperatur
udara tersebut juga sangat berpengaruh terhadap kondisi
temperatur perairan. Walaupun
dari data tahun 2000 hingga 2008 tidak terjadi kenaikan suhu
perairan yang signifikan,
akan tetapi kenaikan tersebut perlu diwaspadai. Kenaikan
temperatur perairan tersebut
sangat berpengaruh terhadap ekosistem terumbu karang dan juga
sektor perikanan.
Perubahan pola curah hujan akibat global warming juga sudah
mulai terasa di pantai utara Pulau Jawa. Hal ini dapat dilihat dari
hasil analisa pola hujan di 5 (lima) stasiun pengamatan
milik Badan Meteorologi dan Geofisika yang menunjukkan terjadi
perubahan pola hujan
terutama bergesernya waktu terjadinya musim hujan dan musim
kemarau. Selain itu
perubahan yang terjadi adalah kenaikan curah hujan yang cukup
tinggi pada saat musim
hujan dan kekeringan yang berkepanjangan pada musim kemarau di
beberapa daerah di
Pantai Utara Banten hingga Jawa Tengah.
Pemanasan global bukanlah satu-satunya penyebab terjadinya
kenaikan paras muka air
laut. Perubahan paras muka air laut akibat faktor global adalah
merupakan faktor utama
yang sangat dikhawatirkan pada abad 21 karena dapat menyebabkan
terendamnya dataran
pantai rendah. Selain itu faktor lokal di daerah pantai utara
Pulau Jawa seperti proses
subsidensi akibat perubahan massa tanah dan perubahan fluida
bawah tanah juga sangat
berpengaruh dalam perubahan paras muka air laut. Sedangkan
faktor regional pada
umumnya ditimbulkan oleh aktivitas tektonik dalam suatu region
tidak terlalu berpengaruh
dalam perubahan paras muka air laut. Dari hasil analisa data
pasang surut di Perairan
-
4
Semarang Prov. Jawa Tengah rata rata kenaikan muka air laut
yaitu 7,8 mm/tahun,
sedangkan di Perairan Jakarta rata rata kenaikan muka air laut
yaitu 8 mm/tahun.
Beberapa dampak yang dirasakan akibat perubahan iklim di wilayah
pesisir dan pulau
pulau kecil di pantai utara Prov. Banten hingga Prov. Jawa
Tengah dapat dilihat dari tabel
berikut ini:
Tabel 1 Dampak perubahan iklim di wilayah pesisir dan pulau
pulau kecil di pantai
utara Prov. Banten hingga Prov. Jawa Tengah
Faktor Iklim Arah Perubahan keterangan
Temperatur Udara Terjadinya kenaikan temperatur udara 0,004 -
0,04C/tahun
Kenaikan temperatur udara diatas temperatur rata - rata harian
terutama di daerah industri dan perkotaan
Temperatur Perairan Terjadinya kenaikan temperatur perairan 0,05
0,1C/tahun
Meningkatkan daerah yang rentan terhadap coral bleaching
(pemutihan karang), pertumbuhan alga, pindahnya spesies perairan
terutama pada daerah kepulauan seperti di Kep. Seribu dan Kep.
Karimunjawa
Pola Hujan dan Hidrologi
Terjadinya perubahan waktu terjadinya hujan
Curah yang sangat tinggi saat musim hujan
Kekeringan yang cukup lama pada saat musim kemarau
Meningkatkan daerah yang rentan terhadap banjir terutama di
daerah sekitar bantaran sungai dan dataran rendah, seperti yang
terjadi di : Prov. Banten Kab. Tangerang (Kec. Kronjo, Legok,
Mauk, Pakuhaji, Sukadiri, Teluknaga dan Tigaraksa)
Kota Tangerang (Kec. Batuceper, Benda, Kosambi, Cipondoh, Periuk
dan Tangerang)
Prov. DKI Jakarta Kota Jakarta Utara (Kec. Cilincing,
Kapanjaringan, Kelapa gading, Koja, Pademangan dan Tanjung
priok)
Prov. Jawa Barat Kab. Subang (Kec. Patokbeusi,
Pusakanagara, Sagalaherang) Kota Bekasi (Kec. Bekasi
Selatan,
Bekasi Timur, Bekasi Utara, Medan Satria dan Rawalumbu)
Kota/Kab Cirebon (Kec. Harjamukti, Kejaksan, Kesambi,
Lemahwungkuk dan Pekalipan)
Prov. Jawa Tengah Kab. Rembang (Kec. Kragan, Lasem,
Pamotan, Pancur, Rembang, Sarang, Sedan, Sulang dan Sumber)
Kota Semarang (kec. Gayamsari, Semarang Barat, Semarang
Tengah,
-
5
Faktor Iklim Arah Perubahan keterangan
Semarang Timur, Semarang Utara, Banyumanik, Gajahmungkur, Genuk,
Gunung Pati, Pedurungan, Suruh, Tembalang, Tugu dan Candisari)
Kota/Kab Tegal (kec. Adiwerna, Dukuh Turi, Dukuwaru, Kedung
Banteng, Kramat, Suradadi, Warureja, Margadana, Pagerbarang,
Pangkah, Slawi, Talang, Tarub, Tegal Barat, Tegal Selatan dan Tegal
Timur)
Meningkatkan daerah yang rentan terhadap
kekeringan seperti yang terjadi di : Prov. Banten (Kab. Serang)
Prov. DKI Jakarta (Kota Jakarta Utara) Prov. Jawa Barat (Kab.
Bekasi, Kab.
Karawang, Kab. Subang, Kab. Indramayu dan Kota/Kab Cirebon)
Prov. Jawa Tengah (Kab. Brebes, Kab./Kota Tegal, Kab. Pemalang,
Kab. Kendal, Kota Semarang, Kab. Demak, Kab. Jepara, Kab. Pati dan
Kab. Rembang)
Pola Angin Terjadinya perubahan arah datangnya angin
Terjadinya peningkatan frekuensi badai tropis
Terjadinya peningkatan frekuensi gelombang pasang
Meningkatkan daerah yang rentan terhadap badai tropis (angin
puting beliung) seperti yang terjadi di : Prov. Banten (Kab./Kota
Tangerang) Prov. DKI Jakarta (Kota Jakarta Utara dan
Kab. Kepulauan Seribu) Prov. Jawa Barat (Kab. Bekasi, Kab.
Karawang, Kota/Kab. Cirebon) Prov. Jawa Tengah (Kab. Brebes,
Kab./Kota Tegal, Kab. Pemalang, Kab./Kota Pekalongan, Kab.
Kendal, Kota Semarang dan Kab. Pati
Meningkatkan daerah yang rentan terhadap gelombang pasang
seperti yang terjadi di : Prov. Banten Kab Tangerang (Kec. Mauk
dan
Teluknaga) Kota Tangerang (Kec. Kosambi)
Prov. DKI Jakarta Kota Jakarta Utara (Kec. Penjaringan,
Cilincing dan Marunda)
Prov. Jawa Barat Kota Bekasi (Kec. Tarumajaya) Kab. Indramayu
(Kec. Kadanghaur)
Prov. Jawa Tengah Kota Tegal (Kec. Tegal Barat) Kab. Pemalang
(Kec. Pemalang)
-
6
Faktor Iklim Arah Perubahan keterangan
Kota Pekalongan (Kec. Pekalongan Utara)
Kab. Rembang (Kec. Rembang dan Sarang)
Permukaan Air Laut Terjadinya kenaikan muka air laut 7,8 8
mm/tahun
Meluasnya daerah tergenang dan perubahan area lahan basah dan
dataran rendah Prov. Banten Kota Tangerang (Kec. Kosambi)
Prov. DKI Jakarta Kota Jakarta Utara (Kec. Penjaringan,
Cilincing dan Marunda)
Prov. Jawa Barat Kota Bekasi (Kec. Tarumajaya) Kab. Subang
(Pantai Pondok Bali) Kab. Indramayu (Kec. Kadanghaur)
Prov. Jawa Tengah Kota Tegal (Kec. Tegal Barat) Kab. Pemalang
(Kec. Pemalang) Kota Pekalongan (Kec. Pekalongan
Utara) Kota Semarang (Kec. Tugu, Semarang
Barat, Semarang Utara, Gayam Sari dan Genuk)
Sumber : DKP, 2008
.
C.2. Analisa Resiko
Analisis resiko dapat digunakan untuk menentukan urutan
prioritas penanganan kerusakan
daerah pantai. Penentuan tingkat bahaya dan kerentanan pantai
saja belum dapat
digunakan untuk menentukan urutan prioritas, karena bobot
kerusakan dan tingkat
kepentingan masing-masing kerusakan setiap tempat dan kasus
tidaklah sama. Nilai resiko
ini merupakan nilai perkalian antara potensi bahaya dengan
kerentanan pantai. Bila suatu
daerah memiliki potensi bahaya yang tinggi akan tetapi nilai
kerentanannya rendah, maka
daerah tersebut belum tentu memiliki nilai resiko yang tinggi.
Begitu juga bila suatu daerah
memiliki nilai kerentanan pantai yang tinggi, sedangkan nilai
potensi bahayanya rendah
maka daerah tersebut juga kurang beresiko.
Setelah nilai resiko pada masing masing pantai di dapatkan lalu
nilai resiko tersebut
diklasifikasikan. Klasifikasi dari analisa resiko dapat dilihat
pada tabel berikut ini :
-
7
Tabel 2 Kelas resiko Kelas Resiko
Kelas Deskripsi0,1 - 0,7 Rendah 0,8 - 1,4 Sedang 1,5 - 2,1
Tinggi
Dari hasil analisa resiko didapatkan bahwa nilai resiko
tertinggi untuk seluruh pantai terdapat
di pantai utara Jawa. Nilai resiko pada masing masing daerah
selengkapnya dapat dilihat
pada tabel 2 di bawah ini :
Tabel 2 Hasil perhitungan analisa resiko
No Wilayah Administrasi Potensi Bahaya Kerentanan
Pantai Resiko Kelas Deskripsi
1. Desa Lontar, Serang 2,7 2 2,3 2,2 - 2,8 Tinggi
P. Karang Serang, Tangerang 2,5 2,1 2,3 2,2 - 2,8 Tinggi
P. Tanjung Pasir, Tangerang 2,5 1,9 2,3 2,2 - 2,8 Tinggi
P. Dadap, Tangerang 2,2 2,1 2,2 2,2 - 2,8 Tinggi 2. P. Marunda,
Jakarta Utara 2,5 2,1 2,3 2,2 - 2,8 Tinggi
P. Kali Baru, Jakarta Utara 2,3 2,3 2,3 2,2 - 2,8 Tinggi 3. P.
Pisangan, Karawang 2,5 2,5 2,5 2,2 - 2,8 Tinggi
P. Pondok Bali, Subang 2,5 2,5 2,6 2,2 - 2,8 Tinggi
Desa Eretan Kulon, Indramayu 2,5 2,4 2,5 2,2 - 2,8 Tinggi
P. Balongan, Indramayu 2,7 2 2,2 2,2 - 2,8 Tinggi P. Tirtamaya,
Indramayu 2,5 2,3 2,4 2,2 - 2,8 Tinggi
4. Desa Tanjung Sari, Pamalang 2,3 2,3 2,3 2,2 - 2,8 Tinggi
P. Widuri, Pemalang 2,2 1,8 2,0 1,5 - 2,1 Sedang
P. Krematorium, Pekalongan 2,3 2,4 2,4 2,2 - 2,8 Tinggi
P. Depok, Pekalongan 2,2 1,8 2,0 1,5 - 2,1 Sedang P. Maron,
Semarang 2,3 1,9 2,2 2,2 - 2,8 Tinggi Desa Bedono, Demak 2,5 2,6
2,8 2,2 - 2,8 Tinggi Desa Tanjung Sari, Pati 2,3 1,3 1,8 1,5 - 2,1
Sedang
Desa Gegunung Kulon, Rembang 2,2 2,3 2,2 2,2 - 2,8 Tinggi
Desa Temperak, Rembang 2,2 2,4 2,5 2,2 - 2,8 Tinggi Sumber :
DKP, 2008, Diposaptono, 2008
-
8
C.3. Strategi Adaptasi dan Mitigasi Berikut ini disampaikan
strategi untuk adaptasi dan mitigasi perubahan iklim di Pantura
Jawa
yang disajikan pada Tabel 3. dan Tabel 4.
Tabel 3 Strategi Mitigasi Perubahan Iklim di Pantura Jawa
No. Strategi Mitigasi A Individu 1 Menghemat penggunaan air 2
Menghemat penggunaan listrik 3 Menggunakan energi/bahan bakar
alternatif terbarui dan tidak tergantung terhadap energi
fosil 4 Menanam pohon 5 Mengurangi penggunaan mobil pribadi dan
lebih mengutamakan menggunakan penggunaan
transportasi umum atau kendaraan yang tidak mengonsumsi bahan
bakar seperti sepeda 6 Memperbaiki kualitas kendaraan dengan uji
emisi
B Kolektif 1 Kajian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi mitigasi 2 Kajian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi energi alternatif 3 Sosialisasi penggunaan energi
alternatif terbarui melalui berbagai jenis media baik televisi,
radio, poster, pamflet, baliho, dll 4 Pengalihan atau pengolahan
air sungai yang keruh dan atau tercemar sebelum memasuki
pantai /laut 5 Pengkajian ketentuan sabuk hijau pantai karena
adanya perubahan garis pantai 6 Melarang pembangunan pada sempadan
sungai, pantai dan kawasan beresiko. 7 Mengkampanyekan gerakan
menanam pohon melalui berbagai jenis media baik televisi,
radio, poster, pamflet, baliho, dll 8 Penanaman pohon secara
masal misalnya dengan membuat taman kota, hutan kota, dan
kewajiban menanam bagi instansi, perumahan atau lembaga lain 9
Pengurangan penggunaan CFC melalui pemberian penyuluhan dan bantuan
kepada
bengkel-bengkel servis peralatan pendingin agar dapat mengelola
CFC 10 Memproses air limbah menggunakan infrastruktur ramah
lingkungan seperti saringan pasir
dan pengelolaan air limbah dengan tanaman rawa (wetlands) 11
Memelihara berbagai sarana pemasok air/ pengelolaan air secara
terpadu yang menekankan
pentingnya memelihara kelestarian ekosistem 12 Mempertahankan
dan meningkatkan tutupan hutan di wilayah hulu sungai 13
Meningkatkan daya dukung daerah aliran sungai (DAS) kritis dan di
kawasan hulu sungai 14 Mengelola tata air pada lahan-lahan gambut
dalam rangka mengurangi kerentanan
kebakaran pada lahan gambut 15 Menjaga ekosistem laut dan
pesisir melalui pengelolaan Kawasan Konservasi Laut (KKL) 16
Menekan emisi gas metan tanpa mengurangi produksi pada sektor
pertanian dengan cara
melakukan usahatani hemat air dengan mengurangi tinggi genangan
pada lahan sawah; melakukan pengairan berselang (intermitten);
penanaman varietas unggul baru yang mengeluarkan eksudat akar baru;
penggunaan bahan organik matang (kompos); penggunaan bahan
penghambat nitrifikasi; mekanisme Tanpa Olah Tanah (TOT);
mengembangkan sistem irigasi yang ramah lingkungan untuk mengurangi
pemakaian bahan bakar seperti PATM (Pompa Air Tanpa Mesin), kincir
angin, kincir air, dll; dan mengembangkan sistem wanatani
(agroforestry) untuk mereduksi konsentrasi CO2.
17 Mengkampanyekan hemat air melalui berbagai jenis media baik
televisi, radio, poster, pamflet, baliho, dll
-
9
No. Strategi Mitigasi 18 Mengkampanyekan hemat listrik melalui
berbagai jenis media baik televisi, radio, poster,
pamflet, baliho, dll 19 Memasukkan muatan informasi mengenai
perubahan iklim dan dampaknya bagi lingkungan
pesisir serta upaya mitigasinya di wilayah pesisir dalam
pendidikan mulai strata terendah sampai perguruan tinggi
20 Penyediaan dana untuk kajian dan penelitian mitigasi terhadap
perubahan iklim di wilayah pesisir
21 Penyediaan dana bantuan untuk aktivitas perencanaan,
pelatihan, dan asistensi teknik yang merangsang inisiatif sektor
pemerintah, organisasi non pemerintah, swasta dan masyarakat untuk
terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan mitigasi
Sumber : DKP, 2008, Diposaptono, 2008
Strategi adaptasi dapat dikelompokkan sebagai langkah
perlindungan/proteksi yang
mengikutkan berbagai jenis pilihan. Pilihan perlindungan terdiri
dari teknologi fisik dan
non fisik seperti ditunjukkan pada Gabar 1. Untuk pengembangan
adaptasi sebenarnya,
penting untuk disesuaikan dengan perencanaan, kebijakan dan
respon teknis berkaitan
dengan tindakan mundur dan akomodasi. Teknologi ini dapat
dijadikan sebagi acuan
sebagai penentuan strategi adaptasi dalam perubahan iklim yang
menimbulkan dampak
terhadap wilayah pesisir dan pulau pulau kecil.
Gambar 1 Strategi Adaptasi dan Mitigasi terhadap respon kenaikan
air laut untuk daerah pemukiman
Mundur
Akomodasi
Perlindungan
-
10
Tabel 4 Strategi Adaptasi Perubahan Iklim di Pantura Jawa
Jenis
Strategi Morfologi
Pantai Ekosistem Alamiah Permukiman/Masyarakat Sumberdaya Air
Infrastruktur
Pantai Perikanan Pertanian
Teknologi Inventarisasi dampak dan tingkat kerentanan pantai
Memperhatikan dampak perubahan iklim terhadap morfologi pantai
dalam implementasi AMDAL pada setiap perencanaan dan implementasi
pengembangan kawasan pesisir
Memperhatikan dampak perubahan iklim terhadap ekosistem dalam
implementasi AMDAL pada setiap perencanaan dan implementasi
pengembangan kawasan pesisir
Rehabilitasi vegetasi pesisir (mangrove dan pantai) yang terkena
dampak dan penghijauan daerah pesisir pantai dengan menggunakan
vegetasi pesisir (mangrove dan pantai)
Penanaman mangrove dari jenis yang memiliki toleransi luas
terhadap perubahan kadar garam, pasang surut dan variasi substrat
seperti Rhizophora sp.
Menyediakan sistem peringatan dini kejadian coral bleaching
Inventarisasi dan identifikasi kawasan konservasi yang
Memperhatikan dampak perubahan iklim terhadap permukiman dalam
implementasi AMDAL pada setiap perencanaan dan implementasi
pengembangan kawasan pesisir
Relokasi permukiman yang terkena dampak ke daerah yang tidak
rentan terhadap perubahan iklim
Adaptasi dengan pembangunan rumah panggung jika tidak
memungkinkan untuk relokasi penduduk
Inventarisasi dan penentuan prioritas kawasan pesisir yang
memerlukan sistem peringatan dini
Kajian dan pengembangan sistem peringatan dini bencana
pesisir
Perencanaan sistem peringatan dini bencana pesisir
Rehabilitasi sistem irigasi yang sudah ada
Pengalihan air antar waduk/embung/situ akan dapat menyeimbangkan
distribusi air dari wilayah yang berkelebihan ke daerah yang
mengalami defisit
Konservasi air tanah dan efisiensi sumber daya air
Restorasi dan konservasi pada waduk/ embung/ situ.
Restorasi sungai Membuat
sumur-sumur resapan
Penyusunan master plan fasilitas perlindungan (hard structure
dan soft structure)
Perencanaan dan pengembangan tata ruang wilayah pesisir berbasis
adaptasi perubahan iklim serta berlandaskan ICZM (Integrated
Coastal Zone Management)
Pelaksanaan konstruksi fasilitas perlindungan (proteksi) seperti
pembangunan seawall atau reklamasi pantai
Memberdayakan prasarana dan sarana perlindungan yang sudah
ada
Mengoperasikan dan memelihara fasilitas perlindungan
sehingga
Pengembangan budidaya akuatik untuk mengurangi tekanan terhadap
perikanan alami
Diversifikasi jenis biota budidaya akuatik (aquaculture) yang
sesuai/toleran terhadap perubahan lingkungan
Relokasi tambak yang terkena dampak
Mengefektifkan pemanfaatan informasi prakiraan iklim sebagai
bahan analisis terjadinya perubahan iklim
Meningkatkan optimalisasi pemanfaatan data pengamatan dari
stasiun yang ada untuk mempelajari fenomena iklim dan sumberdaya
air wilayah dengan akurasi, validasi dan kontinuitasnya
Meningkatkan pemanfaatan peta wilayah rawan kekeringan sebagai
informasi awal memantau kekeringan dalam kondisi normal
Mengembangkan system deteksi dini kekeringan
-
11
Jenis Strategi
Morfologi Pantai Ekosistem Alamiah Permukiman/Masyarakat
Sumberdaya Air
Infrastruktur Pantai Perikanan Pertanian
rawan akan kerusakan (banjir, longsor, kebakaran)
Pengembangan system peringatan dini untuk mencegah terjadinya
kebakaran hutan sebagai akibat peningkatan suhu
Riset dalam rangka adaptasi terhadap perubahan iklim seperti
menyangkut biodiversity, penemuan jenis/ varietas pohon yang tahan
kekeringan dan kondisi ekstrem lainnya, tahan terhadap hama
penyakit, jenis yang memiliki kemampuan menyerap karbon secara
cepat.
Melakukan upaya pemulihan (recovery) pada kawasan hutan
konservasi yang kritis
fungsional dan bertahan lama
Pembangunan (pelaksanaan konstruksi) sistem peringatan dini
bencana pesisir
Operasi dan pemeliharaan sistem peringatan dini bencana
pesisir
Relokasi semua sarana dan prasarana penting ke daerah yang tidak
rentan terhadap dampak perubahan iklim
(early warning system for draught) secara spasial dan
temporal
Pengembangan system data base tanah, air, iklim di setiap
tingkat daerah otonomi.
Melakukan analisis dampak anomaly iklim terhadap pergeseran
musim untuk penentuan awal musim tanam
Melakukan pengaturan dan penerapan pola tanam sesuai anjuran
yang spesifik lokasi berdasarkan kondisi agroklimat setempat
Melakukan percepatan tanam dengan teknologi tepat guna antara
lain TOT/TABELA
Mengembangkan teknologi hemat air
-
12
Jenis Strategi
Morfologi Pantai Ekosistem Alamiah Permukiman/Masyarakat
Sumberdaya Air
Infrastruktur Pantai Perikanan Pertanian
dengan mengintensifkan lahan basah saat El-Nino dan lahan kering
saat La-Nina
Mengintroduksi teknologi hemat air (sprinkler irrigation,
trickle irrigation, intermitten irrigation, dll)
Mengembangkan teknologi budidaya tanaman padi yang ramah
lingkungan dan hemat air dengan model SRI dan PTT
Memperbaki saluran irigasi untuk meningkatkan efisiensi
pemanfaatan air irigasi dengan rehabilitasi/ perbaikan prasarana
irigasi
Meningkatkan pemanfaatan potensi sumberdaya air alternatif baik
air permukaan atau
-
13
Jenis Strategi
Morfologi Pantai Ekosistem Alamiah Permukiman/Masyarakat
Sumberdaya Air
Infrastruktur Pantai Perikanan Pertanian
air tanah dengan teknologi pompa
Mobilisasi pompa dengan gerakan partisipatif bagi daerah yang
masih tersedia sumber air
Mengoptimalkan system gilir-giring dalam distribusi air
irigasi
Meningkatkan daya dukung DAS dengan mencegah kerusakan dan
memperbaiki catchment area melalui upaya konservasi lahan, baik
metode mekanis/ vegetatif
Melakukan konservasi air dengan pemanenan hujan dan aliran
permukaan pada musim hujan untuk dimanfaatkan saat krisis air
terutama kemarau
-
14
Jenis Strategi
Morfologi Pantai Ekosistem Alamiah Permukiman/Masyarakat
Sumberdaya Air
Infrastruktur Pantai Perikanan Pertanian
Mengembangkan Teknologi Dam Parit yang dibangun pada alur sungai
untuk menambah kapasitas tamping sungai, memperlambat laju aliran
dan meresapkan air ke dalam tanah (recharging).
Sosial Ekonomi
- Meningkatkan kemampuan memprediksi resiko pemutihan karang
Mengikutsertakan masyarakat dalam mengawasi kesehatan karang
Menjaga ekosistem laut dan pesisir melalui pengelolaan Kawasan
Konservasi Laut (KKL)
Peningkatan kesadaran dan tanggung jawab masyarakat pesisir dan
aparat dalam pengelolaan sumberdaya terumbu karang dan
ekosistemnya
Pelatihan terhadap sumberdaya manusia dalam kaitan
Inventarisasi aktivitas ekonomi di kawasan pesisir yang beresiko
terkena dampak perubahan iklim
Mengembangkan aktivitas ekonomi di kawasan pesisir yang beresiko
terkena dampak perubahan iklim
Melaksanakan fasilitasi dan bantuan pelatihan bagi aktivitas
ekonomi di wilayah pesisir
Melaksanakan fasilitasi dan bantuan teknologi yang sesuai
aktivitas ekonomi di wilayah pesisir
Melaksanakan fasilitasi dan bantuan permodalan bagi aktivitas
ekonomi di wilayah pesisir
Melaksanakan fasilitasi dan bantuan pemasaran bagi aktivitas
ekonomi di wilayah pesisir
Meningkatkan manajemen prasarana sumberdaya air untuk ketahanan
pangan
Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang penyelamatan air
- Inventarisasi aktivitas perikanan di kawasan pesisir yang
beresiko terkena dampak perubahan iklim
Pengelolaan Kawasan Suaka Perikanan
Pengembangan usaha perikanan skala kecil
Melaksanakan pelatihan dan bantuan teknologi yang sesuai dengan
aktivitas perikanan yang menunjang upaya adaptasi dampak
Memberdayakan kelompok tani dalam mengatur jadwal tanam dan
menentukan awal musim tanam
Meningkatkan kemampuan petugas lapangan sebagai pendamping
petani melalui pelatihan, sekolah lapangan dan bentuk transfer
teknologi lainnya.
-
15
Jenis Strategi
Morfologi Pantai Ekosistem Alamiah Permukiman/Masyarakat
Sumberdaya Air
Infrastruktur Pantai Perikanan Pertanian
perubahan iklim dan REDD (Reducing Emission From Deforestation
And Forest Degradation)
Melakukan kajian terhadap berbagai alternatif aktivitas ekonomi
yang menunjang upaya adaptasi dampak perubahan iklim
Melakukan uji coba implementasi aktivitas ekonomi alternatif
yang menunjang upaya adaptasi dampak perubahan iklim
Menyebarluaskan informasi mengenai perubahan iklim dan dampaknya
bagi lingkungan pesisir melalui berbagai jenis media baik televisi,
radio, poster, pamflet, baliho, dll
Sosialisasi melalui pertemuan langsung dengan kelompok
masyarakat pesisir
Pendampingan masyarakat pesisir mengenai perubahan iklim dan
dampaknya bagi lingkungan pesisir
Memasukkan muatan informasi mengenai perubahan iklim dan
dampaknya bagi lingkungan pesisir serta upaya adaptasi di wilayah
pesisir dalam pendidikan mulai strata terendah sampai perguruan
tinggi
Perencanaan pedoman adaptasi dan mitigasi perubahan iklim di
lingkungan pesisir
Penyusunan pedoman
perubahan iklim Melaksanakan
fasilitasi dan bantuan permodalan bagi aktivitas perikanan di
wilayah pesisir
Melaksanakan fasilitasi dan bantuan pemasaran bagi aktivitas
perikanan
Melakukan kajian terhadap berbagai alternatif aktivitas
perikanan yang menunjang upaya adaptasi dampak perubahan iklim
-
16
Jenis Strategi
Morfologi Pantai Ekosistem Alamiah Permukiman/Masyarakat
Sumberdaya Air
Infrastruktur Pantai Perikanan Pertanian
adaptasi dan mitigasi perubahan iklim di lingkungan pesisir
Mengembangkan pemetaan kawasan pesisir yang rentan terhadap
perubahan iklim
Mengembangkan data base sistem informasi mitigasi dan adaptasi
perubahan iklim di lingkungan pesisir berbasis Sistem Informasi
geografis (SIG)
Inventarisasi dan identifikasi berbagai kearifan lokal (local
genius) dalam upaya adaptasi terhadap perubahan iklim di wilayah
pesisir
Menyebarluaskan berbagai kearifan lokal dalam rangka adaptasi
terhadap perubahan iklim di wilayah pesisir
Penyediaan dana untuk kajian dan penelitian adaptasi terhadap
perubahan iklim di wilayah pesisir
Penyediaan dana bantuan untuk aktivitas perencanaan, pelatihan,
dan asistensi teknik yang merangsang inisiatif sektor pemerintah,
organisasi non pemerintah, swasta dan masyarakat untuk terlibat
dalam perencanaan dan pelaksanaan adaptasi
Memberikan penghargaan (award) bagi kawasan pesisir yang
mempunyai sistem adaptasi terhadap perubahan
-
17
Jenis Strategi
Morfologi Pantai Ekosistem Alamiah Permukiman/Masyarakat
Sumberdaya Air
Infrastruktur Pantai Perikanan Pertanian
iklim yang baik Memberikan penghargaan
(award) bagi organisasi/perorangan yang mempunyai kontribusi
positif terhadap upaya mewujudkan adaptasi terhadap perubahan iklim
di lingkungan pesisir
Kelembagaan Identifikasi dan inventarisasi kewenangan institusi
yang terkait dengan adaptasi dan mitigasi terhadap perubahan
iklim
Mengundang institusi terkait guna melakukan kajian dan
menetapkan pembagian peran dalam usaha adaptasi dan mitigasi
terhadap perubahan iklim Mensosialisasikan hasil kajian pembagian
peran kepada jajaran pegawai di institusi masing-masing Mengundang
lembaga donor asing maupun dalam negeri serta mendorong lembaga
penelitian, LSM, perguruan tinggi untuk berperan serta aktif dalam
upaya
adaptasi dan mitigasi terhadap perubahan iklim Menyelenggarakan
seminar-seminar guna merangsang semangat kerjasama dalam pemikiran
mengenai adaptasi dan mitigasi terhadap perubahan iklim Membentuk
lembaga, badan dalam skala regional sebagai pemerhati masalah
perubahan iklim Menyelenggarakan workshop, seminar, sarasehan dan
rapat koordinasi secara periodik (bulanan, enam bulanan dan
tahunan) Membentuk wadah forum koordinasi dalam upaya adaptasi dan
mitigasi terhadap perubahan iklim Melaksanakan komunikasi aktif dan
tukar menukar data dan informasi serta pengalaman berkaitan
adaptasi dan mitigasi perubahan iklim di lingkungan pesisir
Melakukan penilaian (assessment) terhadap kapasitas kelembagaan
yang ada pada saat ini Melakukan pengawasan berkala terhadap
kecakapan/kemampuan lembaga dalam melakukan adaptasi dan mitigasi
terhadap perubahan iklim Memperkuat kapasitas kelembagaan pada
level pusat, daerah dan masyarakat Menyelenggarakan kursus singkat
dan pelatihan kepada para pihak yang berkaitan dengan adaptasi dan
mitigasi perubahan iklim Peningkatan efektivitas penegakan hukum
terhadap berbagai kegiatan yang mengakibatkan degradasi ekosistem
pesisir dan lautan Identifikasi dan evaluasi produk hukum yang
telah ada yang terkait dengan upaya-upaya adaptasi dan mitigasi
terhadap perubahan iklim Kajian kebutuhan penambahan produk hukum
yang mengatur pelaksanaan upaya adaptasi dan mitigasi terhadap
perubahan iklim Menyelenggarakan diskusi, lokakarya dan konsultasi
publik mengenai kebijakan dan produk hukum yang mengatur
pelaksanaan upaya-upaya adaptasi dan
mitigasi terhadap perubahan iklim Inventarisasi program-program
pelaksanaan adaptasi dan mitigasi terhadap perubahan iklim Menyusun
langkah-langkah dalam penegakan hukum terkait adaptasi dan mitigasi
terhadap perubahan iklim Mensosialisasikan peraturan dan penegakan
hukum terkait adaptasi dan mitigasi terhadap perubahan iklim baik
kepada aparat pelaksana maupun masyarakat
terkait Melaksanakan penegakan hukum terkait adaptasi dan
mitigasi terhadap perubahan iklim Monitoring berbagai penyimpangan
dan pelanggaran terkait adaptasi dan mitigasi terhadap perubahan
iklim
Sumber : DKP, 2008
-
18
C.4. Strategi Adaptasi untuk Mengatasi Dampak Perubahan Iklim di
Pantura Jawa 1. Adaptasi untuk Kekeringan dan Puso
Dampak perubahan iklim : Kekeringan dan puso yang disebabkan
oleh perubahan pola curah hujan dan
hidrologi.
Adaptasi : a. Pengalihan air antar waduk/embung/situ akan dapat
menyeimbangkan distribusi air
dari wilayah yang berkelebihan ke daerah yang mengalami
defisit,
b. Konservasi air tanah dan efisiensi sumberdaya air
c. Restorasi dan konservasi pada waduk/embung/situ.
d. Restorasi sungai
e. Membuat sumur-sumur resapan
f. Mengefektifkan pemanfaatan informasi prakiraan iklim sebagai
bahan analisis
terjadinya perubahan iklim
g. Meningkatkan optimalisasi pemanfaatan data pengamatan dari
stasiun yang ada untuk
mempelajari fenomena iklim dan sumberdaya air wilayah dengan
akurasi, validasi dan
kontinuitasnya
h. Meningkatkan pemanfaatan peta wilayah rawan kekeringan
sebagai informasi awal
memantau kekeringan dalam kondisi normal
i. Mengembangkan sistem deteksi dini kekeringan (early warning
system for draught)
secara spasial dan temporal
j. Pengembangan sistem data base tanah, air, iklim di setiap
tingkat daerah otonomi.
k. Melakukan analisis dampak anomali iklim terhadap pergeseran
musim untuk
penentuan awal musim tanam
l. Melakukan pengaturan dan penerapan pola tanam sesuai anjuran
yang spesifik lokasi
berdasarkan kondisi agroklimat setempat
m. Melakukan percepatan tanam dengan teknologi tepat guna antara
lain TOT/TABELA
n. Mengembangkan teknologi hemat air dengan mengintensifkan
lahan basah saat El-
Nino dan lahan kering saat La-Nina
o. Mengintroduksi teknologi hemat air (sprinkler irrigation,
trickle irrigation, intermitten
irrigation, dll)
p. Mengembangkan teknologi budidaya tanaman padi yang ramah
lingkungan dan hemat
air dengan model SRI dan PTT
q. Memperbaki saluran irigasi untuk meningkatkan efisiensi
pemanfaatan air irigasi
dengan rehabilitasi/ perbaikan prasarana irigasi
-
19
r. Meningkatkan pemanfaatan potensi sumberdaya air alternatif
baik air permukaan atau
air tanah dengan teknologi pompa
s. Mobilisasi pompa dengan gerakan partisipatif bagi daerah yang
masih tersedia
sumber air
t. Mengoptimalkan sistem gilir-giring dalam distribusi air
irigasi
u. Meningkatkan daya dukung DAS dengan mencegah kerusakan dan
memperbaiki
catchment area melalui upaya konservasi lahan, baik metode
mekanis/ vegetatif
v. Melakukan konservasi air dengan pemanenan hujan dan aliran
permukaan pada
musim hujan untuk dimanfaatkan saat krisis air terutama
kemarau
w. Mengembangkan Teknologi Dam Parit yang dibangun pada alur
sungai untuk
menambah kapasitas tamping sungai, memperlambat laju aliran dan
meresapkan air
ke dalam tanah (recharging).
x. Memberdayakan kelompok tani dalam mengatur jadwal tanam dan
menentukan awal
musim tanam
y. Mengkampanyekan hemat air melalui berbagai jenis media baik
televisi, radio, poster,
pamflet, baliho, dll.
Kelembagaan / organisasi yang terkait : Kementerian Pertanian,
Kementerian Pekerjaan Umum, BMKG, Bappenas, dan
masyarakat.
2. Adaptasi untuk Erosi di Daerah Pantai
Dampak perubahan iklim : Erosi yang terjadi di daerah pantai
yang sudah sampai merusak pemukiman
penduduk dan infrastruktur yang ada.
Adaptasi : a. Relokasi permukiman yang terkena dampak erosi ke
arah darat
b. Penghijauan daerah pesisir pantai dengan menggunakan vegetasi
pesisir (mangrove
dan pantai)
c. Penyusunan master plan fasilitas perlindungan (hard structure
dan soft structure)
d. Pelaksanaan konstruksi fasilitas perlindungan (proteksi)
seperti pembangunan seawall
atau reklamasi pantai
e. Memberdayakan prasarana dan sarana perlindungan yang sudah
ada
f. Mengoperasikan dan memelihara fasilitas perlindungan sehingga
fungsional dan
bertahan lama
-
20
g. Relokasi semua sarana dan prasarana penting yang terkena
erosi ke daerah yang
tidak rawan erosi/ ke arah darat
h. Relokasi tambak yang terkena erosi
Kelembagaan / organisasi yang terkait : Kementerian Kelautan dan
Perikanan, Kementerian Pekerjaan Umum, BMKG, Bappenas,
dan masyarakat.
3. Adaptasi untuk Kenaikan Muka Air Laut Dampak perubahan iklim
: Kenaikan muka air laut 7,8 8 mm/tahun yang menyebabkan meluasnya
daerah
tergenang dan perubahan area lahan basah dan dataran rendah
serta tenggelamnya
pulau-pulau kecil
Adaptasi : a. Rehabilitasi vegetasi pesisir (mangrove dan
pantai) yang terkena kenaikan muka air
laut dan penghijauan daerah pesisir pantai dengan menggunakan
vegetasi pesisir
(mangrove dan pantai)
b. Penanaman mangrove dari jenis yang memiliki toleransi luas
terhadap perubahan
kadar garam, pasang surut dan variasi substrat seperti
Rhizophora sp.
c. Relokasi permukiman yang terkena kenaikan muka air laut ke
daerah yang lebih
tinggi/ darat
d. Adaptasi dengan pembangunan rumah panggung jika tidak
memungkinkan untuk
relokasi penduduk
e. Relokasi semua sarana dan prasarana penting ke daerah yang
lebih tinggi/ darat
f. Penyusunan master plan fasilitas perlindungan (hard structure
dan soft structure)
g. Pelaksanaan konstruksi fasilitas perlindungan (proteksi)
seperti pembangunan seawall
atau reklamasi pantai
h. Memberdayakan prasarana dan sarana perlindungan yang sudah
ada
i. Mengoperasikan dan memelihara fasilitas perlindungan sehingga
fungsional dan
bertahan lama
j. Pembangunan (pelaksanaan konstruksi) sistem peringatan dini
bencana pesisir
k. Operasi dan pemeliharaan sistem peringatan dini bencana
pesisir
l. Diversifikasi jenis biota budidaya akuatik (aquaculture) yang
sesuai/toleran terhadap
perubahan lingkungan misalnya dari tambak udang menjadi
bandeng.
m. Relokasi tambak yang terkena dampak kenaikan muka air
laut
-
21
Kelembagaan / organisasi yang terkait : Kementerian Kelautan dan
Perikanan, Kementerian Pekerjaan Umum, BMKG, Bappenas,
dan masyarakat.
4. Adaptasi untuk Kenaikan Temperatur Udara
Dampak perubahan iklim : Kenaikan temperatur rata-rata sebesar
0,0040C/tahun, diperkirakan 100 tahun
mendatang temperatur udara akan mengalami kenaikan sebesar 0,50C
yang
menyebabkan organisme yang tidak dapat beradaptasi akan terancam
punah, coral
bleaching (pemutihan karang), dll.
Adaptasi : a. Penghijauan daerah pesisir pantai dengan
menggunakan vegetasi pesisir (mangrove
dan pantai)
b. Penanaman mangrove dari jenis yang memiliki toleransi luas
terhadap perubahan
kadar garam, pasang surut dan variasi substrat seperti
Rhizophora sp.
c. Diversifikasi jenis biota budidaya akuatik (aquaculture) yang
sesuai/toleran terhadap
perubahan lingkungan
d. Menyediakan sistem peringatan dini kejadian coral
bleaching
e. Meningkatkan kemampuan memprediksi resiko coral bleaching
f. Mengikutsertakan masyarakat dalam mengawasi kesehatan
karang
g. Menjaga ekosistem laut dan pesisir melalui pengelolaan
Kawasan Konservasi Laut
(KKL)
h. Peningkatan kesadaran dan tanggung jawab masyarakat pesisir
dan aparat dalam
pengelolaan ekosistem pesisir
Kelembagaan / organisasi yang terkait : Kementerian Kelautan dan
Perikanan, BMKG, Kementrian LH, Bappenas, dan
masyarakat.
5. Adaptasi untuk Kejadian Banjir
Dampak perubahan iklim : Bertambahnya daerah yang rentan
terhadap banjir yang disebabkan oleh perubahan
pola curah hujan dan hidrologi.
Adaptasi : a. Rehabilitasi sistem drainase yang sudah ada
-
22
b. Pengalihan air antar waduk/embung/situ akan dapat
menyeimbangkan distribusi air
dari wilayah yang berkelebihan ke daerah yang mengalami
defisit
c. Mengkampanyekan gerakan menanam pohon melalui berbagai jenis
media baik
televisi, radio, poster, pamflet, baliho, dll
d. Penanaman pohon secara masal misalnya dengan membuat taman
kota, hutan kota,
dan kewajiban menanam bagi instansi, perumahan atau lembaga
lain
e. Mempertahankan dan meningkatkan tutupan hutan di wilayah hulu
dan hilir sungai
f. Memelihara berbagai sarana pemasok air/ pengelolaan air
secara terpadu yang
menekankan pentingnya memelihara kelestarian ekosistem
g. Melarang pembangunan pada sempadan sungai dan pantai.
Kelembagaan / organisasi yang terkait : Kementerian Kelautan dan
Perikanan, BMKG, Kementerian Pekerjaan Umum, Kemen
LH, Bappenas, dan masyarakat.
6. Adaptasi untuk Gelombang Pasang Dampak perubahan iklim :
Gelombang pasang yang terjadi dengan frekuensi yang meningkat yang
sudah
merusak permukiman penduduk dan infrastruktur lainnya.
Adaptasi : a. Relokasi permukiman yang terkena gelombang pasang
ke arah darat
b. Adaptasi dengan pembangunan rumah panggung jika tidak
memungkinkan untuk
relokasi penduduk
c. Penghijauan daerah pesisir pantai dengan menggunakan vegetasi
pesisir (mangrove
dan pantai)
d. Penyusunan master plan fasilitas perlindungan (hard structure
dan soft structure)
e. Pelaksanaan konstruksi fasilitas perlindungan (proteksi)
seperti pembangunan seawall
atau reklamasi pantai
f. Memberdayakan prasarana dan sarana perlindungan yang sudah
ada
g. Mengoperasikan dan memelihara fasilitas perlindungan sehingga
fungsional dan
bertahan lama
h. Relokasi semua sarana dan prasarana penting yang terkena
gelombang pasang ke
daerah yang tidak rawan gelombang pasang/ ke arah darat
i. Relokasi tambak yang terkena gelombang pasang
-
23
Kelembagaan / organisasi yang terkait : Kementerian Kelautan dan
Perikanan, BMKG, Kementerian Pekerjaan Umum, Kemen
LH, Bappenas, dan masyarakat.
7. Adaptasi untuk Genangan Air Pasang (Rob)
Dampak perubahan iklim : Semakin tingginya intensitas genangan
air pasang (rob) yang masuk jauh ke daratan
melalui saluran tambak, fasilitas pelabuhan, jalan raya,
pertokoan, perkantoran,
pemukiman, serta sistem drainase pemukiman dan perkotaan yang
kondisinya kurang
baik.
Adaptasi : a. Relokasi permukiman yang terkena rob ke arah
darat
b. Adaptasi dengan pembangunan rumah panggung jika tidak
memungkinkan untuk
relokasi penduduk
c. Penghijauan daerah pesisir pantai dengan menggunakan vegetasi
pesisir (mangrove
dan pantai)
d. Penyusunan master plan fasilitas perlindungan (hard structure
dan soft structure)
e. Pelaksanaan konstruksi fasilitas perlindungan (proteksi)
seperti pembangunan seawall
atau reklamasi pantai
f. Memberdayakan prasarana dan sarana perlindungan yang sudah
ada
g. Mengoperasikan dan memelihara fasilitas perlindungan sehingga
fungsional dan
bertahan lama
h. Relokasi semua sarana dan prasarana penting yang terkena rob
ke daerah yang tidak
rawan rob/ ke arah darat
Kelembagaan / organisasi yang terkait : Kementerian Kelautan dan
Perikanan, BMKG, Kementerian Pekerjaan Umum, Kemen
LH, Bappenas, dan masyarakat.
8. Adaptasi untuk Kejadian Badai Tropis (Angin Puting Beliung)
Dampak perubahan iklim : Bertambahnya daerah yang rentan terhadap
badai tropis (angin puting beliung) yang
disebabkan perubahan pola angin.
-
24
Adaptasi : a. Penghijauan daerah pesisir pantai dengan
menggunakan vegetasi pesisir (mangrove
dan pantai)
b. Penyusunan master plan fasilitas perlindungan (hard structure
dan soft structure)
c. Pelaksanaan konstruksi fasilitas perlindungan (proteksi)
seperti pembangunan seawall
atau reklamasi pantai
d. Memberdayakan prasarana dan sarana perlindungan yang sudah
ada
e. Mengoperasikan dan memelihara fasilitas perlindungan sehingga
fungsional dan
bertahan lama
Kelembagaan / organisasi yang terkait : Kementerian Kelautan dan
Perikanan, BMKG, Kementerian Pekerjaan Umum, Kemen
LH, Bappenas, dan masyarakat.
D. Daftar Pustaka
Center for global environmental research (CGER). 2000. Data Book
of Sea Level Rise 2000. National Institute For Environmental
Studies. Japan.
Departemen Kelautan dan Perikanan. 2008. Strategi Adaptasi dan
Mitigasi Bencana Pesisir Akibat Perubahan Iklim Terhadap Pesisir
dan Pulau-pulau Kecil.
Diposaptono S, dkk, (2008). Menyiasati Perubahan Iklim di
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. PT. Sarana Komunikasi
Utama
IPCC. 1990. Strategis for Adaptation to Sea Level Rise.
Rijkswaterstaat. Netherland.
IPCC. 1990. Climate Change, The IPCC Scientific Assessment.
Cambride University Press. Australia.
IPCC-Response Strategies Working Group. 1992. Global Climate
Change and The Rising Challenge of The Sea. Rijkswaterstaat.
Netherland.
IPCC. 1996. Climate Change 1995, Impact, adaptations and
Mitigation of Climate Change: Scientific-Technical Analyses.
Cambride University Press. Australia.
IPCC. 2007a. Summary for Policymakers. In: Solomon S, Qin D,
Manning M, Chen Z, Marquis M, Averyt KB, Tignor M, Miller HL. (eds)
Climate change 2007: The Physical Science Basis. Contribution of
Working Group I to the Fourth Assessment Report of the
Intergovernmental Panel on Climate Change. Cambridge University
Press: Cambridge, UK and New York. 996 p. Available from:
www.ipcc.ch/ipccreports/ar4-wg1.htm (30 June 2008).
IPCC. 2007b. Summary for Policymakers. In: Parry ML, Canziani
OF, Palutikof JP, van der Linden PJ, Hanson CE. (eds.) Climate
change 2007: Impacts, Adaptation and Vulnerability. Contribution of
Working Group II to the Fourth Assessment Report of the
-
25
Intergovernmental Panel on Climate Change. Cambridge University
Press: Cambridge, UK. 976 p. Available from:
www.ipcc.ch/ipccreports/ar4-wg2.htm (30 June 2008).
IPCC. 2007c. Climate Change 2007: The Physical Science Basis.
Contribution of Working Group I to the Fourth Assessment Report of
the Intergovernmental Panel on Climate Change [Solomon S, Qin D,
Manning M, Chen Z, Marquis M, Averyt KB, Tignor M, Miller HL
(eds.)]. Cambridge University Press, Cambridge, United Kingdom and
New York, NY, USA, 996 pp. Available from:
www.ipcc.ch/ipccreports/ar4-wg1.htm (30 June 2008).
IPCC. 2007d. Climate Change 2007: Impacts, Adaptation and
Vulnerability. Contribution of Working Group II to the Fourth
Assessment Report of the Intergovernmental Panel on Climate Change,
Parry ML, Canziani OF, Palutikof JP, van der Linden PJ, Hanson CE
(eds). Cambridge University Press, Cambridge, UK, 976 p. Available
from: www.ipcc.ch/ipccreports/ar4-wg2.htm.
IPCC. 2007e. Climate Change 2007: Synthesis Report. Summary for
Policymakers Available from: www.ipcc.ch/ipccreports/ar4-syr.htm
(23 April 2008).
Klient, R.J.T, Jansen, H.M.A., Verbruggen, H., Tol. 1996. Some
Economic Considerations on The Importance of Proviactive Integrated
Coastal Zone Management. Ocean Coastal Management.
Kenai Fjords, N.P., Beavers, R. 2007. Vulnerability of Coastal
Parks to Sea-Level Rise. NPS Geologic Resources Division, USGS.
USA.
Ministry for the Environment. 2004. Coastal Hazards and Climate
Change. A Guidance Manual for Local Government in New Zealand. 2nd
Edition. New Zealand Government. New Zealand.
Ministry for the Environment. 2008. Coastal Hazards and Climate
Change. A Guidance Manual for Local Government in New Zealand. 2nd
Edition. New Zealand Climate Chane Office. New Zealand.