VOLUME 12 NOMOR 1 TAHUN 2014 JANUARI - JUNI 2014 PENGARUH EARNING PER SHARE DAN RETURN ON ASEET TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR ( Gusti Ayu Mahavami ) c ANALISIS STRATEGI PEMASARAN UNTUK MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN PADA TIARA DEWATA DENPASAR ( Putu Mela Ratini ) c FAKTOR-FAKTOR MEMPENGARUHI KINERJA KARYAWAN PADA PT SURYA CAHAYA INTI DENPASAR ( I Gusti Gde oka Pradnyana dan Windy Anggraini Kase ) c IMPLIKASI GENDER SEBAGAI MODERATING VARIABLE DALAM KAITAN ANTAR IKLIM ORGANISASI, KEPUASAN KERJA, DAN KINERJA KARYAWAN PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA MANGUTAMA KABUPATEN BADUNG ( I Made Purba Astakoni ) c FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPERTIMBANGKAN KONSUMEN DALAM MENGAMBIL KEPUTUSAN BELANJA PADA AYU NADHI SUPERMARKET DENPASAR ( Ida Ayu Trisna Wijayanthi ) c KEPUASAN KERJA SEBAGAI MEDIASI HUBUNGAN KOMUNIKASI DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN (Anak Agung Ketut Sri Asih dan I Wayan Arta Artana ) c AKUNTANSI PENILAIAN DAN PENCATATAN PERSEDIAAN STONEWARE MENJADI BAHAN BAKU KERAMIK SEBAGAI DASAR PENENTUAN LABA KOTOR YANG WAJAR MENURUT TEORI AKUNTASI KEUNGAN ( I Nyoman Normal ) c PEMANFAATAN ABU BROMO SEBAGAI BAHAN BAKU STONEWARE BERKODE KLBR-1 DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERHITUNGAN VARIABEL KEUANGAN PADA UPT PSTKP BALI ( I Nyoman Normal dan Wiryawan Suputra Gumi) http://stimidenpasar-jurnal.com
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
VOLUME 12 NOMOR 1 TAHUN 2014JANUARI - JUNI 2014
PENgARUH EARNINg PER SHARE dAN RETURN ON ASEET
TERHAdAP HARgA SAHAM PAdA PERUSAHAAN
MANUfAkTUR yANg TERdAfTAR
( Gusti Ayu Mahavami )
c
ANALISIS STRATEgI PEMASARAN UNTUk MENINgkATkAN VOLUME PENJUALAN PAdA
TIARA dEwATA dENPASAR
( Putu Mela Ratini )
c
fAkTOR-fAkTOR MEMPENgARUHI kINERJA kARyAwAN
PAdA PT SURyA cAHAyA INTI dENPASAR
( I Gusti Gde oka Pradnyana dan Windy Anggraini Kase )
c
IMPLIkASI gENdER SEbAgAI MOdERATINg VARIAbLE
dALAM kAITAN ANTAR IkLIM ORgANISASI, kEPUASAN kERJA,
dAN kINERJA kARyAwAN PAdA PERUSAHAAN dAERAH AIR MINUM
TIRTA MANgUTAMA kAbUPATEN bAdUNg
( I Made Purba Astakoni )
c
fAkTOR-fAkTOR yANg MEMPERTIMbANgkAN kONSUMEN dALAM MENgAMbIL
kEPUTUSAN bELANJA PAdA AyU NAdHI SUPERMARkET dENPASAR
( Ida Ayu Trisna Wijayanthi )
c
kEPUASAN kERJA SEbAgAI MEdIASI HUbUNgAN kOMUNIkASI
dAN bUdAyA ORgANISASI TERHAdAP kINERJA kARyAwAN
(Anak Agung Ketut Sri Asih dan I Wayan Arta Artana )
c
AkUNTANSI PENILAIAN dAN PENcATATAN PERSEdIAAN STONEwARE
MENJAdI bAHAN bAkU kERAMIk SEbAgAI dASAR PENENTUAN LAbA
kOTOR yANg wAJAR MENURUT TEORI AkUNTASI kEUNgAN
( I Nyoman Normal )
c
PEMANfAATAN AbU bROMO SEbAgAI bAHAN bAkU
STONEwARE bERkOdE kLbR-1 dAN PENgARUHNyA TERHAdAP
PERHITUNgAN VARIAbEL kEUANgAN PAdA UPT PSTkP bALI
( I Nyoman Normal dan Wiryawan Suputra Gumi)
http://stimidenpasar-jurnal.com
JURNAL ILMIAH
FORUM MANAJEMEN
Volume 12, Nomor 1, 2014 (Januari - Juni 2014)
Pelindung : Ketua STIMI (Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen Indonesia)
” Handayani ” Denpasar.
Pemimpin
Redaksi : Wiryawan Suputra Gumi
Dewan
Redaksi : Hani Handoko ( UGM )
Hamdy Hadi (UNIV. PERSADA YAI)
Ketut Rahyuda ( UNUD )
I Komang Gde Bendesa ( UNUD )
Ni Nyoman Kerti Yasa ( UNUD )
I Gede Bungaya ( UNUD )
I Pt. Gde Suka Atmadja ( UNUD )
I Wayan Wardita ( STIMI )
Ni Ketut Karwini ( STIMI )
I B. Swaputra ( STIMI )
I GG Oka Pradnyana ( STIMI )
I B. Ngr. Wirpascima ( STIMI )
I B. Radendra Suastama ( STIMI )
I Nyoman Normal ( UPT PSKP BALI - BPPT )
Administrasi dan
Sirkulasi : Wiwik Winarsih
I Wayan Aryawan
I Gst. Kt. Muliarta
Alamat Redaksi : Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen Indonesia ( STIMI )
” Handayani ” Denpasar.
Jl. Tukad Banyusari No. 17B Denpasar 80225
Telp./ Fax. : (0361) 222291
http://stimidenpasar-jurnal.com
Forum Manajemen diterbitkan setiap enam bulan sebagai media informasi dan
komunikasi, diterbitkan oleh Forum Manajemen STIMI ” HANDAYANI ” Denpasar.
Redaksi menerima tulisan yang belum pernah diterbitkan oleh media lain dan tinjauan
atas Buku Ekonomi/Manajemen terbitan dalam dan Luar Negeri yang baru.
Redaksi berhak mengubah/memperbaiki bahasan tanpa mengubah materi tulisan.
Setiap tulisan bukan cerminan pandangan Dewan Redaksi.
ANALISIS STRATEgI PEMASARAN UNTUk MENINgkATkAN VOLUME
PENJUALAN PAdA TIARA dEwATA dENPASAR
(Putu Mela Ratini )
c
fAkTOR-fAkTOR yANg MEMPENgARUHI kINERJA kARyAwAN
PAdA PT SURyA INTI dENPASAR
( I Gusti Gde Oka Pradnyana dan Windry Anggraini Kase )
c
IMPLIkASI GeNdeR SEbAgAI MOdeRATING vARIAble
dALAM kAITAN ANTAR IkLIM ORgANISASI, kEPUASAN kERJA, dAN
TIRTA MANgUTAMA kAbUPATEN bAdUNg
( I Made Purba Astakoni )
c
fATkTOR-fAkTOR dIPERTIMbANgkAN kONSUMEN dALAM MENgAMbIL
kEPUTUSAN bELANJA PAdA AyU NAdHI SUPERMARkET dENPASAR
( Ida Ayu Trisna Wijayanthi )
c
kEPUASAN kERJA SEbAgAI MEdIASI HUbUNgAN kOMUNIkASI
dAN bUdAyA ORgANISASI TERHAdAP kINERJA kARyAwAN
( Anak Agung Ketut Sri Asih dan I Wayan Arta Artana )
c
AkUNTANSI PENILAIAN dAN PENcATATAN PERSEdIAAN STONEwARE
MENJAdI bAHAN bAkU kERAMIk SEbAgAI dASAR PENENTUAN LAbA
kOTOR yANg wAJAR MENURUT TEORI AkUNTASI kEUNgAN
( I Nyoman Normal )
c
PEMANfAATAN AbU bROMO SEbAgAI bAHAN bAkU
STONEwARE bERkOdE kLbR-1 dAN PENgARUHNyA TERHAdAP
PERHITUNgAN VARIAbEL kEUNgAN PAdA UPT PSTkP bALI
( I Nyoman Normal dan WIryawan Suputra Gumi )
FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014 i
1. Pengaruh Earning Per Share Dan Return On Asset Terhadap Harga Saham
Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar
( Gusti Ayu Mahavami ) .................................................................................. 1
2. Analisi Strategi Pemasaran Untuk Meningkatkan Volume Penjualan Pada
Tiara Dewata Denpasar
( Putu Mela Ratini ) ........................................................................................ 15
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Karyawan Pada PT Surya Cahaya
Inti Denpasar
( I Gusti Gde Oka Pradnyana dan Windry Anggraini Kase ) .......................... 30
4. Implikasi Gender Sebagai Moderating Variable Dalam Kaitan Antar Iklim
Organisasi, Kepuasan Kerja Dan Kinerja Karyawan Pada Perusahaan
Daerah Air Minum Tirta Mangutama Kabupaten Badung
( I Made Purba Anstakoni ) ............................................................................. 45
5. Faktor-Faktor Yang Dipertimbangkan Konsumen Dalam Mengambil
Keputusan Belanja Pada Ayu Nadhi Supermarket Denpasar
( Ida Ayu Trisna Wijayanthi )........................................................................... 64
6. Kepuasan Kerja Sebagai Mediasi Hubungan Komunikasi Dan Budaya
Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan
( Anak Agung Ketut Sri Asih ) ......................................................................... 78
7. Akuntansi Penilaian Dan Pencatatan Persediaan Stoneware Menjadi Bahan
Baku Keramik Sebagai Dasar Penentuan Laba Kotor Yang Wajar Menurut
Teori Akuntansi Keuangan
( I Nyoman Normal ) ....................................................................................... 91
8. Pemanfaatan Abu Bromo Sebgai bahan Baku Stoneware Berkode KLBR-1
Dan Pengaruhnya Terhadap Perhitungan Variabel Keuangan Pada UPT
PSTKP Bali
( I Nyoman Normal dan Wiryawan Suputra Gumi ) ....................................... . 114
DAFTAR ISI
Hal
FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014 1
PENGARUH EARNING PER SHARE DAN RETURN ON ASSET TERHADAP
HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA
Gusti Ayu Mahanavami
(Dosen STIMI “Handayani” Denpasar)
Abstracts : The manufacturing company is one of the companies that require
a huge capital to cover its operating costs. To meet the company’s manufacturing
capital into the stock market. The aim of this study was to determine the effect of
EPS and ROA on stock prices on companies listed in Indonesia Stock Exchange
either simultaneously or partially. Data used in this study are: qualitative data and
quantitative data, the data sources are secondary data. The method of data collection
was done by the study documentation, whereas analytical techniques used are: Test
Classical Assumption, multiple linear regression and hypothesis testing.
The results of this study are Earning per Share (EPS) has a positive and significant impact on stock prices so that the hypothesis is accepted. Retun on Assets (ROA) has
no significant positive effect on stock prices so that the hypothesis is rejected. Earning per Share (EPS) and Retun on Assets (ROA) together have a positive and significant impact on stock prices so that the hypothesis is accepted. As for the advice given is
that investors should pay attention to the EPS of a company, with the intention as a
material consideration in making investment decisions in the stock market. Investors
should consider the ROA despite having no significant influence on the development of the stock because ROA is often used to measure the efficiency of the use of assets in a company.
Keywords: Earnings per Share, Return on Assets and Stock Prices.
PENDAHULUAN
Tujuan didirikannya perusahaan secara
umum dapat dibagi dua yaitu tujuan jangka
pendek dan jangka panjang. Tujuan jangka
pendek adalah untuk mendapatkan laba atau
keuntungan yang maksimal dan jangka panjang
yaitu untuk meningkatkan nilai perusahaan.
Agar tujuan tersebut tercapai, manajemen
bertugas mengatur dan memanfaatkan secara
maksimal sumber-sumber yang tersedia
dalam perusahaan untuk menunjang kegiatan-
kegiatan operasionalnya.
Perusahaan dalam meningkatkan
nilai perusahaan tentunya membutuhkan
modal yang dapat menunjang seluruh
aktivitasnya. Perusahaan bisa mendapatkan
modal tersebut pada pasar modal. Pasar
modal pada hakekatnya adalah pasar yang
tidak berbeda jauh dengan pasar tradisional,
dimana ada pedagang, pembeli, dan juga
ada tawar menawar harga. Pasar modal
dapat juga diartikan sebagai sebuah tempat
pertemuan antara pihak yang membutuhkan
dana dengan pihak yang menyediakan dana
sesuai aturan yang ditetapkan. Pasar modal
diharapkan mampu menjadi alternatif
pendanaan bagi perusahaan dan dapat juga
dilihat sebagai alternatif dalam berinvestasi
(Patriawan, 2011). Investasi adalah suatu
komitmen penetapan dana pada satu atau
beberapa obyek investasi dengan harapan
akan mendapatkan keuntungan dimasa yang
akan datang. Dua unsur yang melekat pada
setiap modal atau dana yang diinvestasikan
adalah hasil dan risiko. Dua unsur ini selalu
mempunyai hubungan timbal balik yang
sebanding. Umumnya semakin tinggi risiko,
semakin besar hasil yang diperoleh dan
FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 20142
semakin kecil risiko semakin kecil pula hasil
yang akan diperoleh (Patriawan, 2011).
Salah satu bidang investasi yang
cukup menarik namun berisiko tinggi adalah
investasi saham. Saham merupakan surat bukti
bahwa kepemilikan atas aset-aset perusahaan
yang menerbitkan saham. Saham perusahaan
publik, sebagai komoditi investasi tergolong
berisiko tinggi, karena sifat komoditasnya
yang sangat peka terhadap perubahan yang
terjadi, baik perubahan di luar negeri maupun
di dalam negeri, perubahan politik, ekonomi,
dan moneter. Perubahan tersebut dapat
berdampak positif yang berarti naiknya harga
saham atau berdampak negatif yang berarti
turunnya harga saham.
Tentunya kepekaan perubahan harga
saham, pihak investor harus dapat menghitung
dan memprediksi secara tepat mengenai pola
harga saham yang akan diinvestasikan dengan
menggunakan berbagai alat analisis. Analisis
rasio merupakan alat yang digunakan untuk
membantu menganalisis laporan keuangan
perusahaan sehingga dapat diketahui
kekuatan dan kelemahan suatu perusahaan.
Analisis rasio juga menyediakan indikator
yang dapat mengukur tingkat profitabilitas, likuiditas, pendapatan, pemanfaatan asset
dan kewajiban perusahaan. Dalam penelitian
ini rasio yang digunakan adalah Earning per
Share (EPS) dan Return on Asset (ROA).
Earning per Share (EPS) adalah rasio
antara laba bersih setelah pajak dengan
jumlah lembar saham (Tjptono Darmadji dan
Hendy M Fakhuddin, 2006). Informasi EPS
suatu perusahaan menunjukkan besarnya
laba bersih perusahaan yang siap dibagikan
kepada semua pemegang saham perusahaan.
Apabila Earnings per Share (EPS) perusahaan
tinggi, akan semakin banyak investor yang
mau membeli saham tersebut sehingga
menyebabkan harga saham akan tinggi.
Return on Asset (ROA) adalah
perbandingan antara laba bersih perusahaan
dengan ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan.
ROA merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur seberapa banyak keuntungan
yang menjadi hak pemilik modal sendiri
(saham). Dari sudut pandang investor,
salah satu indikator penting untuk menilai
prospek perusahaan dimasa datang adalah
dengan melihat sejauh mana pertumbuhan
profitabilitas perusahaan. Semakin besar ROA berarti semakin optimalnya penggunaan
aset suatu perusahaan dalam menghasilkan
laba dan peningkatan laba berarti terjadinya
pertumbuhan yang bersifat progresif. Secara
empiris semakin besar laba maka besar pula
minat investor dalam menginvestasikan
dananya untuk memiliki saham tersebut.
Perusahaan manufaktur adalah salah
satu perusahaan yang membutuhkan modal
yang sangat besar untuk menutup biaya
operasionalnya. Untuk memenuhi modal
tersebut maka perusahaan manufaktur
masuk ke dalam pasar modal. Pasar modal
menyediakan dana yang tidak terhingga
bagi perusahaan yang membutuhkannya.
Perusahaan manufaktur (industri pengolahan)
di BEI meliputi sektor industri dasar dan
kimia, sektor aneka industri dan sektor
industri barang konsumsi.
Adapun tujuan dari penelitian ini
adalah untuk menganalisis pengaruh parsial
dan simultan antara Earning per Share (EPS)
dan return on asset (ROA) terhadap harga
saham pada perusahaan manufaktur di Bursa
Efek Indonesia.
LANDASAN TEORITIS
Pengertian Pasar Modal 1.
Secara umum pengertian pasar modal
menurut Keputusan Menteri Keuangan RI
No. 1548/KMK/1990 tentang peraturan
pasar modal adalah suatu sistem keuangan
yang terorganisasi. Termasuk didalamnya
adalah bank-bank komersial dan semua
lembaga perantara dibidang keuangan, serta
keseluruhan surat-surat berharga yang beredar.
Definisi pasar modal menurut Kamus Besar Pasar Uang dan Modal adalah pasar konkrit
atau abstrak yang mempertemukan pihak
yang menawarkan dan yang memerlukan
dana jangka panjang, yaitu jangka satu tahun
ke atas. Umumnya yang termasuk pihak
penawar adalah perusahaan asuransi, dan
FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014 3
pensiunan, bank-bank tabungan, sedangkan
yang termasuk peminat adalah pengusaha,
pemerintah dan masyarakat umum (Susilo,
2000).
Saham2.
Pasar modal pada dasarnya merupakan
tempat bertemunya pihak yang mempunyai
kelebihan dana (surplus funds) dengan cara
melakukan investasi dalam surat berharga
yang diturunkan oleh perusahaan dan pihak
yang membutuhkan dana (entities) dengan
cara menawarkan surat berharga melalui
listing terlebih dahulu pada badan otoritas di
pasar modal sebagai perusahaan.
Saham adalah surat bukti atau
kepemilikan bagian modal suatu perusahaan.
Saham adalah salah satu sumber dana
yang diperoleh perusahaan yang berasal
dari pemilik modal dengan konsekuensi
perusahaan harus membayarkan dividen.
Menurut Riyanto (2009): “Saham adalah
tanda bukti pengambilan bagian atau peserta
dalam suatu PT.”
Dalam pasar modal yang efisien semua sekuritas diperjualbelikan pada harga
pasar. Harga pasar saham adalah harga yang
ditentukan oleh investor melalui pertemuan
permintaan dan penawaran. Pertemuan ini
dapat terjadi karena para investor sepakat
terhadap harga suatu saham. Menurut Sartono
(2008) tentang terbentuknya harga pasar
saham sebagai berikut: “Harga pasar saham
terbentuk melalui mekanisme permintaan
dan penawaran di pasar modal”. Harga saham
mengalami perubahan naik atau turun dari
satu waktu ke waktu lain. Perubahan tersebut
tergantung pada kekuatan permintaan dan
penawaran, apabila suatu saham mengalami
kelebihan permintaan maka harga cenderung
naik. Sebaliknya jika terjadi kelebihan
penawaran maka harga saham cenderung
turun.
Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau pihak
(badan usaha) dalam suatu perusahaan atau
perseroan terbatas. Dengan menyertakan
modal tersebut, maka pihak tersebut
memiliki klaim (hak tagih) atas pendapatan
perusahaan, klaim atas asset perusahaan, dan
berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS).
Nilai dari suatu saham berdasarkan
fungsinya dapat dibagi atas 3 (tiga) jenis
yaitu (Ang, 1997):
1. Par Value (Nilai Nominal)
Par value disebut juga stated value atau
face value, yang bahasaindonesianya disebut
nilai nominal atau nilai pari. Nilai nominal
suatu saham adalah nilai yang tercantum pada
saham yang bersangkutan yang berfungsi
untuk tujuan akuntansi.
2. Base Price (Harga Dasar)
Harga dasar suatu saham sangat erat
kaitannya dengan harga pasar suatu saham.
Harga dasar suatu saham dipergunakan dalam
perhitungan indeks harga saham. Harga
dasar suatu saham baru merupakan harga
perdananya. Harga dasar akan berubah sesuai
dengan aksi emiten.
3. Market Price (Harga Pasar)
Harga pasar merupakan harga yang
paling mudah ditentukan karena harga pasar
merupakan harga suatu saham pada pasar
yang sedang berlangsung. Jika pasar bursa
efek sudah tutup, maka harga pasar adalah
harga penutupnya (closing price). Jadi harga
pasar inilah yang menyatakan naik turunnya
suatu saham.
Harga Saham3.
Saham merupakan salah satu bentuk
efek atau surat berharga yang diperdagangkan
di pasar modal (bursa). Pengukuran dari
variabel harga saham ini yaitu harga penutupan
saham (closing price) tiap perusahaan yang
diperoleh dari harga saham pada periode
akhir tahun.
Pengaruh EPS terhadap Harga Saham4.
Earning per Share (EPS) adalah rasio
antara laba bersih setelah pajak dengan
jumlah lembar saham Informasi EPS suatu
perusahaan menunjukkan besarnya laba bersih
perusahaan yang siap dibagikan bagi semua
pemegang saham perusahaan. memperoleh
FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 20144
dividend atau capital gain. Laba biasanya
menjadi dasar penentuan pembayaran
dividend dan kenaikan nilai saham dimasa
datang. Oleh karena itu, para pemegang saham
biasanya tertarik dengan angka EPS yang
dilaporkan perusahaan. Apabila Earnings per
Share (EPS) perusahaan tinggi, akan semakin
banyak investor yang mau membeli saham
tersebut sehingga menyebabkan harga saham
akan tinggi.
Pengaruh 5. ROA terhadap Harga Saham
Return on Asset (ROA) adalah
perbandingan antara laba bersih perusahaan
dengan total aset yang dimiliki oleh
perusahaan. ROA merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur seberapa banyak
keuntungan yang menjadi hak pemilik modal
sendiri (saham). ROA adalah rasio yang
memberikan informasi pada para investor
tentang seberapa besar tingkat pengembalian
modal dari perusahaan yang berasal dari
kinerja perusahaan menghasilkan laba.
Semakin besar nilai ROA maka tingkat
pengembalian yang diharapkan investor
juga besar. Semakin besar nilai ROA maka
perusahaan dianggap semakin menguntungkan
oleh sebab itu investor kemungkinan akan
mencari saham ini sehingga menyebabkan
permintaan bertambah dan harga penawaran
dipasar sekunder terdorong naik
METODE PENELITIAN
a. Lokasi Penelitian
Tempat dari penelitian ini adalah Bursa
Efek Indonesia dengan cara mengunjungi
situs resminya di http://www.idx.co.id/
Populasi dan Sampel Penelitian b.
Populasi dalam penelitian ini adalah
perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia pada periode tahun
2008–2010. Tehnik penentuan sampel dalam
penelitian ini menggunakan purposive
sampling yaitu perusahaan manufaktur yang
dipilih menggunakan pertimbangan dengan
memasukkan unsur-unsur tertentu yang
dianggap memiliki kriteria sebagai berikut:
Perusahaan manufaktur terdaftar di BEI
dan telah menyampaikan laporan keuangan
per 31 Desember secara rutin selama tiga
tahun sesuai dengan periode penelitian
yang diperlukan, yaitu 2008, 2009 dan 2010
secara lengkap sesuai dengan informasi
yang diperlukan yaitu EPS, ROA dan Harga
Saham.
Jenis dan Sumber Data c.
Jenis data yang digunakan adalah
data kualitatif, data-data yang tidak berupa
angka seperti sejarah perusahaan dan data
kuantitatif yaitu data yang berbentuk angka
seperti neraca dan laba rugi, sedangkan
sumber data adalah data sekunder yaitu
data yang sudah diolah pihak perusahaan
dan sudah diterbitkan dalam bentuk laporan
keuangan atau dengan kata lain data yang
tidak secara langsung diambil dari perusahaan
yang bersangkutan tetapi melalui Indonesian
Capital Market Directory (ICMD) 2011.
d. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu: studi
dokumentasi yaitu metode penelitian dengan
cara membaca literatur, buku referensi, dan
hasil penelitian lainnya yang ada hubungannya
dengan objek yang diteliti.
Tehnik Analisis Data e.
Uji Asumsi Klasik1.
Menurut Alfigari (2000), model regresi yang diperoleh dari metode kuadrat
dilakukan pengujian terhadap koefisien regresi secara individu ini adalah untuk
mengetahui apakah secara individu antara
variabel independen X (EPS dan ROA)
berpengaruh terhadap variabel dependen Y
(Harga Saham). Adapun langkahnya adalah
sebagai berikut: merumuskan hipotesis nol
(Ho) dan hipotesis alternatif (Ha),
Ho: b1 = 0 (tidak ada pengaruh secara
signifikan antara variabel independen terhadap variabel
dependen)
Ha: b1 > 0 (ada pengaruh secara signifikan antara variabel independen
terhadap variabel dependen)
Uji hipotesis secara simultan (Uji F) maka b.
hipotesisnya adalah sebagai berikut:
H2: Earning per Share (EPS) dan
Retun On Asset (ROA) secara bersama-sama
mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham pada perusahaan
manufaktur di BEI.
Y= a + b1 x1 + b2 x2
FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 20146
Hasil Dan Pembahasan
a. Hasil Penelitian
Berikut ini adalah data Earning Per
Share (EPS), Return on Assets (ROA) dan
harga saham perusahaan manufaktur dari
tahun 2008-2010 yang ditunjukan pada tabel
1:
Tabel 1 Data Current Ratio, ROI, EPS dan Cash Dividend
Pada 12 Perusahaan Manufaktur terdaftar di BEJ Tahun 2008-2010
No Nama Perusahaan Tahun EPS ROA HARGA SAHAM
1 PT.Multi Bintang 2008 10,550 91.22 49,500
Indonesia,Tbk 2009 16,158 449.09 177,000
2010 21,021 126.09 27,495
2 PT.Fast Food 2008 280.71 21.40 3,100
Indonesia,Tbk 2009 407.84 23.73 5,200
2010 447.28 21.16 9,200
3 PT. Gudang Garam 2008 977.34 11.03 4,250
Indonesia,Tbk 2009 1,796 17.73 21,550
2010 2,154 18.32 40,000
4 PT. Sepatu Bata 2008 12,120 56.92 20,500
Indonesia,Tbk 2009 4,075 17.20 36,000
2010 4,690 17.46 67,600
5 PT. Semen Gresik, Tbk 2008 425.45 33.85 4,175
2009 560.82 35.94 7,550
2010 612.53 30.35 9,450
6 PT. Sumi Indo 2008 319.24 22.28 500
Kabel,Tbk 2009 93.85 7.24 1,620
2010 15.03 1.27 1,200
7 PT. Tunas 2008 175.68 2.50 188
Redien, Tbk 2009 222.50 0.77 435
2010 48.21 0.73 580
8 PT. United 2008 799.77 16.86 4,400
Tractor, Tbk 2009 1,147 22.31 15,500
2010 1,164 17.04 23,800
9 PT. HM Sampoerna,Tbk 2008 888.72 35.93 8,100
2009 1,160 40.72 10,400
2010 1,465 42.62 28,150
10 PT. Tempo 2008 71.26 14.86 400
Scan Pasifik,Tbk 2009 79.99 14.73 730
2010 108.64 17.54 1,710
11 PT. Mustika Ratu, Tbk 2008 52.08 8.98 153
2009 49.10 7.90 395
2010 57.05 8.53 650
12 PT. Indofood 2008 117.81 6.57 930
Sukses Makmur,Tbk 2009 236.42 10.06 3,550
2010 336.30 11.49 4,875
Sumber : ICMD 2011, data diolah
FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014 7
Uji Asumsi Klasik 1.
a. Hasil Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji
apakah dalam model regresi, variabel
independen dan variabel dependen
keduanya mempunyai distribusi normal atau
tidak. Hasil uji normalitas secara statistik
Kolomograv-Smirnov menggunakan
bantuan SPSS versi 13 dapat pada tabel 2
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
36 36 36
8.3812 6.2320 2.7763
1.81254 1.80026 1.27004
.088 .073 .140
.088 .073 .110
-.081 -.068 -.140
.528 .437 .837
.943 .991 .485
N
Mean
Std. Deviation
Normal Parameters a,b
Absolute
Positive
Negative
Most Extreme
Differences
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
HargaShm EPS ROA
Test distribution is Normal.a.
Calculated from data.b.
Tabel 2 Sumber: Hasil analisis
Tabel 3
berikut ini:
Data yang terdistribusi normal
ditunjukkan nilai signifikansi diatas 0,05. Hasil pengujian normalitas terlihat pada tabel
2 menunjukkan bahwa variabel harga saham,
EPS dan ROA mempunyai nilai signifikansi masing-masing sebesar 0,943; 0,991, 0,445
terdistribusi normal.
Hasil Uji Multikolonieritasa.
Multikolinearitas dapat juga dilihat dari
nilai tolerance dan Variance Inflation Factor
Sumber : Hasil Analisis
Sumber : Hasil Analisis
(VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap
variabel bebas manakah yang dijelaskan oleh
variabel bebas lainnya. Tolerance mengukur
variabilitas variabel bebas yang terpilih
yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel
bebas lainnya. Jadi nilai tolerance rendah
sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF
= 1/tolerance) dan menunjukkan adanya
kolinearitas yang tinggi. Nilai cut off yang
umum dipakai adalah nilai tolerance di atas
0,10 atau sama dengan nilai VIF di bawah 1
Hasil Uji Multikolonieritas
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
EPS
ROA
0.448
0.448
2.234
2.234
b. Hasil Uji Multikolonieritas
Hasil uji multikolonieritas dengan
menggunakan bantuan SPSS versi 13
hasilnya terlihat dalam tabel 3, kedua variabel
independent EPS dan ROA menunjukkan
angka VIF kurang dari 10 dan nilai tolerance
FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 20148
di atas 0,10. Dengan demikian dapat
disimpulkan model regresi tersebut tidak
terdapat masalah multikolinieritas. Maka
model regresi yang ada layak untuk dipakai.
Hasil Uji Heteroskedastisitas
c. Hasil Uji Heterpskedatisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan
untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan varian dari residual
420-2-4
Regression Standardized Predicted Value
4
2
0
-2
-4
Reg
ress
ion
Stud
entiz
ed R
esid
ual
Dependent Variable: HargaShm
Scatterplot
Gambar 1
satu pengamatan ke pengamatan yang lain.
Model regresi yang baik adalah model yang
tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk
mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas
antar variabel independen dapat dilihat dari
grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat dengan residualnya. Adapun grafik hasil pengujian heterokesdastisitas menggunakan
SPSS versi 13 dapat dilihat di bawah ini:
Sumber : Hasil analisis
Berdasarkan gambar 1 dapat
diketahui bahwa data (titik-titik) menyebar
secara merata di atas dan di bawah garis nol,
tidak berkumpul di suatu tempat, sehingga
dapat disimpulkan bahwa pada uji regresi
ini tidak terjadi masalah heteroskedastisitas
namun membentuk pola garis lurus hal
tersebut menunjukkan regresi antar variabel
yang kurang baik. Hal ini diakibatkan karena
terbatasnya jumlah data yang diperoleh dalam
penelitian ini.
b. Hasil Uji Autokolerasi
Untuk mengetahui adanya
autokorelasi dalam suatu model regresi
dilakukan melalui pengujian terhadap nilai
uji Durbin Watson (Uji DW).
Model Summaryb
.878a .771 .757 .89330 2.331
Model
1
R R Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
Predictors: (Constant), ROA, EPSa.
Dependent Variable: HargaShmb.
Tabel 4
Hasil uji regresi
Sumber: Hasil analisis
FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014 9
Pada hasil uji regresi melalui
SPSS versi 13 yang terlihat pada tabel 4
menghasilkan nilai Durbin-Watson sebesar
2,331 disimpulkan bahwa tidak terjadi
masalah autokorelasi.
Uji Statistik2.
Hasil Uji Analisis Regresi Linear b.
Berganda
Analisis regresi linear berganda
digunakan untuk membuktikan hipotesis
sebagai jawaban sementara atas pokok
masalah yang ada bahwa diduga ada pengaruh
yang signifikan antara EPS dan ROA terhadap harga saham. Persamaan regresi dapat dilihat
dari tabel hasil uji coefficients berdasarkan
output SPSS versi 13 ditunjukkan pada tabel
5 berikut:
Tabel 5 Hasil uji regresi
Model
Unstandardized Coefficients
B Std. Error
1 (Constant)
EPS
ROA
2.985
.786
.179
.550
.125
.178
Dependent Variable: HargaShm
Sumber: Hasil analisis
Berdasarkan tabel 5 dapat disusun
persamaan regresi linear berganda sebagai
berikut:
Y = 2,985 + 0,786X1 + 0,179X
2
Dari persamaan tersebut dapat diartikan
sebagai berikut:
Nilai konstanta persamaan di atas 1.
adalah sebesar 2,985 Angka tersebut
menunjukan Harga Saham yaitu sebesar
2,985 dengan asumsi Earning Per Share
(EPS) dan Return on Assets (ROA)
adalah konstan.
Makna koefisien regresi berganda 2.
Earning Per Share (EPS) sebesar 0,786
mempunyai arti bahwa bila EPS naik
sebesar 1%, maka harga saham akan naik
sebesar 0,786% dengan asumsi variabel
lainnya (ROA) dianggap konstan.
Makna koefisien regresi 3. Return on
Assets (ROA) sebesar 0,179 Angka
koefisien regresi sebesar 0,179 tersebut mempunyai arti bahwa bila ROA naik
sebesar 1% maka Harga Saham akan
naik sebesar 0,179% dengan asumsi
variabel independen lainnya (EPS)
dianggap konstan.
Hasil Uji-ta.
Uji t bertujuan untuk menguji masing-
masing variabel independen (EPS
dan ROA) secara individu apakah
berpengaruh nyata terhadap variabel
dependen (Harga Saham) atau tidak,
atau uji t digunakan untuk mengetahui
tingginya derajat satu variabel X
terhadap variabel Y jika variabel X yang
lain dianggap konstan. Hasil uji analisis
regresi coefficients dengan menggunakan
SPSS versi 13 terlihat sebagai berikut:
Tabel 6 Hasil Uji t
Model
Unstadardized
Coefficiets
Standardized
Coefficients
t SigB Std.Error Beta
1 (constant)
EPS
ROA
2.985
.786
.179
.550
.125
.178
.781
.125
5.423
6.272
1.007
.000
.000
.321
Sumber: Hasil analisis
FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 201410
Pengaruh dari masing-masing variabel
EPS dan ROA terhadap Harga Saham dapat
dilihat dari arah tanda dan tingkat signifikansi, sebagai berikut:
Hasil pengujian pada variabel 1.
independen EPS pada hipotesis yang
pertama (H1) yang menyatakan bahwa
“EPS berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham” terbukti karena
signifikansi t (sig.t) sebesar 0,000 jauh lebih kecil dari level signifikansi yang digunakan (0,05). Hasil ini
mengindikasikan bahwa manajemen
perusahaan harus selalu memperhatikan
EPS karena apabila Earnings per Share
(EPS) perusahaan tinggi, akan semakin
banyak investor yang mau membeli
saham tersebut sehingga menyebabkan
harga saham akan tinggi (Gede Priana
Dwipratama, 2009) sehingga para
pemegang saham menganggap penting
untuk mempertimbangkan EPS dalam
keputusannya untuk berinvestasi pada
saham suatu perusahaan.
Hasil pengujian pada variabel independen 2.
Return On Assets (ROA) pada hipotesis
kedua (H2) yang menyatakan bahwa
“Return On Assets berpengaruh positif
signifikan terhadap harga saham” tidak terbukti, karena signifikansi sebesar 0,321 jauh lebih besar dari level
signifikansi yang digunakan (0,05). Hasil ini mengindikasikan bahwa ROA harus
selalu dipertimbangkan oleh manajemen
perusahaan dalam penentuan harga
saham.
Hasil Uji Fa.
Uji F-test dilakukan untuk menguji
hipotesis yaitu untuk mengetahui tingkat
signifikasi variabel bebas yang terdiri dari: EPS (X
1) dan ROA (X
2), terhadap harga
saham (Y). Hasil perhitungan SPSS 13.0 for
Windows dapat diketahui sebagai berikut:
ANOVAb
88.652 2 44.326 55.548 .000a
26.333 33 .798
114.985 35
Regression
Residual
Total
Model
1
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), ROA, EPSa.
Dependent Variable: HargaShmb.
Tabel 7
Uji F-test
Berdasarkan hasil analisis
menggunakan program SPSS yaitu tingkat
signifikasi sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05 yang berarti EPS dan ROA
secara bersama-sama berpengaruh positif
signifikan terhadap harga saham pada
perusahaan manufaktur di BEI. Hipotesis
yang menyatakan EPS dan ROA berpengaruh
signifikan secara simultan terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur di BEI
diterima.
Sumber: Hasil Analisis
Pembahasanb.
Hasil penelitian pengaruh EPS terhadap
harga saham didapatkan bahwa tingkat
signifikansi 0,000 lebih kecil dari 0,05, berarti EPS berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur
di BEI. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi
EPS maka semakin tinggi pula harga saham.
Nilai koefisien regresi EPS adalah sebesar 0,786 yang artinya apabila EPS naik sebesar
satu rupiah maka harga saham juga akan
naik sebesar Rp. 0,786. Hasil penelitian ini
FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014 11
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Gede Priana Dwipratama (2009) sehingga
dapat disimpulkan EPS berpengaruh positif
terhadap harga saham.
Hasil penelitian pengaruh ROA
terhadap harga saham diperoleh tingkat
signifikansi sebesar 0,321 lebih besar dari 0,05 yang berarti ROA berpengaruh positif
tidak signifikan terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur di BEI. Hasil
penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Gede Priana Dwipratama
(2009).
Hasil penelitian pengaruh EPS dan
ROA terhadap harga saham diperoleh
tingkat signifikasi sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05 yang berarti EPS dan ROA
secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada perusahaan
manufaktur di BEI. Hasil penelitian ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Novi
Indriana (2009) yang menunjukkan nilai
Fhitung > Ftabel (35,915 > 2.540) itu berarti bahwa antara DER (X1), BOPO (X2), ROA
(X3), dan EPS (X4) secara bersama-sama
berpengaruh signifikan terhadap harga saham (Y).
PENUTUP
1. Kesimpulan
Sesuai dengan hasil penelitian maka
kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Earning per Share (EPS)a. mempunyai
pengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur
di BEI, sehingga hipotesis diterima.
Retun On Asset (ROA) b. mempunyai
pengaruh positif tidak signifikan terhadap harga saham pada perusahaan
manufaktur di BEI, sehingga hipotesis
ditolak.
Earning per Share (EPS)c. dan Retun
On Asset (ROA) secara bersama-sama
mempunyai pengaruh positif dan
signifikan terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur di BEI, sehingga
hipotesis diterima.
2. SARAN
Adapun saran yang diberikan adalah
sebagai berikut:
Sesuai dengan hasil penelitian dimana a.
EPS berpengaruh positif signifkan
terhadap harga saham maka penulis
menyarankan agar melakukan analisis
terlebih dahulu dalam membeli maupun
menjual sahamnya, dimana analisis
ini dapat dilihat dalam bentuk analisis
laporan keuangan dari saham yang
akan diinvestasikan. Para investor
harus memperhatikan EPS suatu
perusahaan, dengan maksud sebagai
bahan pertimbangan dalam pengambilan
keputusan investasi di pasar modal.
Sesuai dengan hasil penelitian dimana b.
ROA berpengaruh positif tidak
signifikan terhadap harga saham maka penulis menyarankan agar investor
tetap memperhatikan ROA karena ROA
sering digunakan untuk mengukur
efisiensi penggunaan asset dalam suatu
perusahaan.
Untuk penelitian selanjutnya disarankan c.
untuk menggunakan laporan keuangan
bulanan (jika memungkinkan) atau
laporan keuangan triwulan sehingga
periode waktu bisa lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Ang, Robert. 1997. Buku Pintar Pasar
Modal Indonesia, Jakarta, Mediasoft
Indonesia.
Astuti, P. 2002. Analisis Variabel-variabel
yang Mempengaruhi Harga Pasar
Saham Perusahaan Perbankan di PT
Bursa Efek Jakarta. Kompak, (6): 301-
327.
Darmadji, Tjiptono dan Hendi M. Fakhrudin,
2006. Pasar Modal di Indonesia:
Pendekatan Tanya Jawab. Salemba
Empat: Jakarta
FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 201412
Gede Priana Dwipratama. 2009. Pengaruh
PBV, DER, EPS, DPR dan ROA
terhadap Harga Saham (Studi Empiris
pada Perusahaan Food and Beverage
yang terdaftar di BEI).Skripsi.
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma
Ghozali, Imam. 2007. Aplikasi Analisis
Multivariate dengan program
SPSS, Badan Penerbit Universitas
Diponegoro, Semarang.
Harahap, Sofyan Syafri., 2009. Analisis
Kritis Atas Laporan Keuangan, PT
Raja Grafindo Persada, Jakarta
Husnan, Suad, 2009, Manajemen Keuangan,
Teori dan Penerapan, Edisi keempat,
Yogyakarta, BPFE.
Ikatan Akuntan Indonesia, 2002. Standard
Akuntansi Keuangan, Salemba Empat,
Jakarta
Indonesian Capital Market Dictionary, 2011.
PT BEJ Jakarta.
Jogiyanto. 2003. Teori Portofolio dan
Analisis Investasi. Edisi Tiga. BPFE,
Yogyakarta
Munawir, S. 2002, Analisis Laporan
Keuangan, Liberty, Yogyakarta.
Novi Indriana. 2009. Pengaruh DER,
BOPO, ROA dan EPS Terhadap
Harga saham di Bursa Efek Indonesia
(BEI) pada Bank Devisa. Skripsi.
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma
Patriawan, Dwiatma. 2011. Analisis
Pengaruh Earning Per Share, Return
On Equity (ROE), dan Debt To Equity
Ratio (DER) Terhadap Harga Saham.
Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas
Diponegoro, Semarang.
Ridwan S. Sunjaya dan Inge Barlian. 2009.
Manajemen Keuangan. Jilid 1 edisi
kelima, literata Lintas Media, Jakarta
Riyanto, Bambang 2009, Dasar–Dasar
Pembelanjaan Perusahaan, Edisi
keenam, Yogyakarta , BPFE.
Sartono, Agus, R. 2008, Manajemen
Keuangan Teori dan Aplikasi, Edisi
keempat, Yogyakarta , BPFE.
Sugiyono,2004, Metode Penelitian Bisnis,
Bandung, Alfabeta.
Sulaiman Wahid. 2004 Analisis Regresi
Menggunakan SPSS Contoh Kasus
dan Pemecahannya. Penerbit: ANDI
OFFSET. Yogyakarta
Sri Rahayu. 2004. Belajar Mudah
SPSS Versi 11.05. Cetakan Pertama. Alfabeta,
Bandung.
www.idx.co.id. ( 9 Maret 2013)
FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014 13
Lampiran: Regression
Uji Normalitas
One-Sample kolmogorov-Smirnov Test
36 36 36
8.3812 6.2320 2.7763
1.81254 1.80026 1.27004
.088 .073 .140
.088 .073 .110
-.081 -.068 -.140
.528 .437 .837
.943 .991 .485
N
Mean
Std. Deviation
Normal Parametersa,b
Absolute
Positive
Negative
Most Extreme
Differences
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
HargaShm EPS ROA
Test distribution is Normal.a.
Calculated from data.b.
correlations
1.000 .874 .706
.874 1.000 .743
.706 .743 1.000
. .000 .000
.000 . .000
.000 .000 .
36 36 36
36 36 36
36 36 36
HargaShm
EPS
ROA
HargaShm
EPS
ROA
HargaShm
EPS
ROA
Pearson Correlation
Sig. (1-tailed)
N
HargaShm EPS ROA
coefficientsa
2.985 .550 5.423 .000
.786 .125 .781 6.272 .000 .448 2.234
.179 .178 .125 1.007 .321 .448 2.234
(Constant)
EPS
ROA
Model
1
B Std. Error
Unstandardized
Coefficients
Beta
Standardized
Coefficients
t Sig. Tolerance VIF
Collinearity Statistics
Dependent Variable: HargaShma.
FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 201414
ANOVAb
88.652 2 44.326 55.548 .000a
26.333 33 .798
114.985 35
Regression
Residual
Total
Model
1
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), ROA, EPSa.
Dependent Variable: HargaShmb.
1.00.80.60.40.20.0
Observed cum Prob
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
Ex
pe
cte
d c
um
Pro
b
dependent Variable: HargaShm
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014 15
ANALISIS STRATEGI PEMASARAN UNTUK MENINGKATKAN VOLUME
PENJUALAN PADA TIARA DEWATA DENPASAR
Putu Mela Ratini
(Dosen STIMI Handayani, Denpasar)
Abstract : Every company, whether engaged in the production of goods or services,
the goal is to stay alive and thrive. These objectives can be achieved by maintaining
and to greater profits and earnings. This can be done if the company is able to increase its sales volume. Tiara Dewata Denpasar is a company engaged in the
supermarket business and Tiara Dewata Denpasar want to achieve it. But achieving
that goal will be hampered due to increasingly competitive business competition in the
supermarket field. Can be seen from the number of supermarkets which operates 24 supermarkets in the city of Denpasar with complete infrastructure and also coupled
with a fairly dynamic consumer Events. Thereby further inhibiting the company to
increase its sales volume. Therefore to overcome this Dewata Tiara Denpasar need
to figure out an effective marketing strategy. Issue in this study is whether the most effective strategies to increase sales volume at Tiara Dewata Denpasar. And aims to
find an effective marketing strategy to increase the company’s sales volume. In this study the authors collected data through documentation, interviews, observations
and questionnaires with qualitative data analysis technique that uses quantitative
methods to a SWOT analysis. SWOT analysis of the calculation results that Tiara
Dewata Denpasar located in quadrant 1 with a marketing strategy of aggressive
growth strategy, where the strategy is to utilize and develop the strengths and
opportunities (SO) combined with a more mainstream marketing mix are product
and price. So, to increase the sales volume of the company, effective marketing
strategies that must be implemented by Tiara Dewara Denpasar is an aggressive
growth strategy with the utilization and development of strengths and opportunities
(SO) is a combination of product and price.
Keywords: Marketing Strategy and Sales Volume
PENDAHULUAN
Setiap perusahaan, baik yang bergerak
di bidang produksi barang ataupun jasa,
mempunyai tujuan untuk tetap hidup dan
berkembang, tujuan tersebut dapat dicapai
melalui upaya untuk dapat mempertahankan
dan meningkatkan tingkat keuntungan atau
laba perusahaan. Hal ini dapat dilakukan,
jika perusahaan dapat mempertahankan dan
meningkatkan penjualan produk atau jasa
yang mereka produksi. Dengan melakukan
penerapan strategi pemasaran yang efektif
melalui pemanfaatan peluang dalam
meningkatkan penjualan, sehingga posisi
atau kedudukan perusahaan di pasar dapat
ditingkatkan atau dipertahankan. Sehubungan
dengan hal tersebut pelaksanaan pemasaran
modern dewasa ini mempunyai peranan yang
sangat besar sebagai penunjang langsung
terhadap peningkatan laba perusahaan.
Pemasaran dapat dipandang sebagai
suatu proses sosial yang dengan proses itu
individu dan kelompok bisa mendapatkan
apa yang mereka butuhkan dan inginkan
dengan menciptakan, menawarkan dan secara
bebas mempertukarkan produk dan jasa yang
bernilai dengan pihak lain (Kotler, 2008).
Menurut Tull dan Kahle dalam Tjiptono
, (2008) mendefinisikan strategi pemasaran sebagai alat fundamental yang direncanakan
untuk mencapai tujuan perusahaan dengan
mengembangkan keunggulan bersaing
FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 201416
dan berkesinambungan melalui pasar yang
dimasuki dengan program pemasaran yang
digunakan untuk melayani pasar sasaran
tersebut.
Perusahaan perlu mengenali kekuatan
dan kelemahan padanya dalam persaingan,
hal ini akan sangat membantu dalam
mengenali diri, serta memanfaatkan setiap
peluang yang ada dan menghindari atau
meminimalkan ancaman. Dimana strategi
pemasaran merupakan upaya mencari posisi
pemasaran yang menguntungkan dalam suatu
industri atau arena fundamental persaingan
berlangsung. Pemasaran di suatu perusahaan,
selain bertindak dinamis juga harus selalu
menerapkan prinsip-prinsip yang unggul dan
perusahaan harus meninggalkan kebiasaan-
kebiasaan lama yang sudah tidak berlaku serta
terus menerus melakukan inovasi. Karena
sekarang bukanlah jaman dimana produsen
memaksakan kehendak terhadap konsumen,
melainkan sebaliknya konsumen memaksakan
kehendaknya terhadap produsen. Oleh karena
itu perlu adanya usaha yang maksimal dalam
memberikan pelayanan yang prima, sehingga
konsumen puas, jumlah penjualan produk
meningkat dan dapat menjaga kelangsungan
hidup perusahaan.
Dengan tuntutan kebutuhan masyarakat
yang semakin meningkat dan tuntutan
konsumen yang semakin banyak dan kritis,
maka berdirilah tempat perbelanjaan yang
pengelolaannya dilakukan secara modern,
mengutamakan pelayanan kenyamanan
berbelanja, bermodal relatif kuat dan
dilengkapi lebel harga yang pasti, biasa
disebut pasar modern (Syihabudhin dan
Sopiah, 2008).
Salah satu bentuk pasar modern
yang sudah sangat dikenal oleh masyarakat
adalah pasar swalayan atau supermarket.
Perkembangan pasar swalayan (supermarket)
yang semakin diminati oleh masyarakat
membuat semakin banyaknya pendirian pasar
swalayan setiap tahunnya. Keberadaan pasar
swalayan atau supermarket di kota Denpasar
sudah berkembang cukup luas dimana pada
tahun 2012 ada 24 unit usaha yang berdiri
dan beroperasi (Deperindag Kodya Denpasar,
2012).
Dengan semakin banyaknya jumlah
pasar swalayan (supermarket) yang beroperasi
di kota Denpasar, maka akan terjadi persaingan
yang semakin ketat. Dengan persaingan yang
semakin ketat pada bisnis pasar modern
khususnya pasar sawalayan, tetapi sampai
saat ini Tiara Dewata Denpasar, masih
tetap eksis bahkan mengalami peningkatan
penjualan setiap tahunnya yang dapat dilihat
dari hasil survey yang penulis dapatkan dari
pihak perusahaan yaitu dengan menghitung
kendaraan pengunjung yang setiap harinya
sebanyak 800 motor dan 400 mobil, juga bisa
dilihat dari data penjualan perusahaan pada
tahun 2011 dan 2012.
Tabel 1
Data Penjualan Tiara Dewata, Denpasar 2011-2012
No Bulan Penjualan 2011
(%)
Penjualan 2012
(%)
1 Januari 3,51 (0,76)
2 Februari (1,32) (1,57)
3 Maret 5,37 6,80
4 April (2,13) (2,72)
5 Mei (0,14) 1,96
6 Juni 2,38 0,65
7 Juli 1,84 2,37
8 Agustus 4,85 4,96
9 September (2,02) (1,73)
10 Oktober 0,64 (0,64)
11 November 1,37 1,33
12 Desember 4,34 5,89
Total 18,69 19,44
Rata-rata 1,55 1.62
Sumber: Tiara Dewata Denpasar
FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014 17
Melihat volume penjualan dalam dua
tahun terakhir menurut bulanan, memang
mengalami fluktuasi. Hal ini tidak terlepas dari semakin kompetitifnya persaingan pada
usaha pasar swalayan ini
seperti menjamurnya pasar swalayan
yang beroperasi di Denpasar, pesaing yang
kuat baik dari segi pelayanan maupun sarana
prasarana dan juga berbagai faktor seperti
kondisi konsumen yang cukup dinamis
baik dalam selera, kenyaman berbelanja,
keamanan berbelanja dan daya belinya. Oleh
karena itu, perlu dilakukan strategi pemasaran
yang efektif untuk menggungguli persaingan
dan mendatangkan konsumen dan pelanggan
lebih banyak yang akan meningkatkan
volume penjualan perusahaan.
Strategi pemasaran sebagai alat
fundamental yang direncanakan untuk
mencapai tujuan perusahaan dengan
mengembangkan keunggulan bersaing
dan berkesinambungan melalui pasar yang
dimasuki dan program pemasaran yang
digunakan untuk melayani pasar sasaran
tersebut (Tull dan Kahle dalam Tjiptono,
2008). Strategi pemasaran yang berhasil dan
efektif untuk meningkatkan volume penjualan
perlu memperhatikan lingkungan sekitarnya
baik lingkungan internal perusahaan maupun
lingkungan eksternal perusahan. Yang dari
lingkungan internal dan lingkungan eksternal
tersebut didapatkanlah faktor kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman yang
perlu diperhatikan dan dimanfaatkan dengan
baik oleh perusahaan untuk menciptakan
suatu strategi pemasaran yang efektif untuk
meningkatkan volume penjualan perusahaan
khususnya pada Tiara Dewata Denpasar.
Bertitik tolak dari uraian di atas maka
pokok permasalahan dalam penelitian ini
adalah : Strategi apakah yang paling tepat
dan efektif untuk meningkatkan volume
penjualan pada Tiara Dewata Denpasar?
Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui strategi pemasaran yang efektif
dalam rangka untuk meningkatkan volume
penjualan pada Tiara Dewata Denpasar.
Hasil penelitian ini diharapakn
memberikan manfaat sebagai berikut: (1) Bagi
perusahaan, dapat memberikan gambaran
tentang strategi pemasaran yang efektif
untuk meningkatkan penjualan dengan cara
mengetahui dan menganalisis lingkungan
internal (kekuatan dan kelamahan) dan
lingkungan eksternal (peluang dan ancaman).
(2) Dapat membantu perusahaan dalam
menentukan strategi pemasaran yang tepat
dan efektif untuk meningkatkan volume
penjualan. (3) Sebagai bahan tinjauan
dan refrensi dalam membuat karya ilmiah
khususnya mahasiswa/i dalam bidang
pemasaran.
Tiara Dewata supermarket atau pasar
swalayan didirikan pada tanggal 17 Juni
1985 dengan nama PT. Karya Luhur Permai
dan mulai resmi beroperasi pada tanggal 25
Maret 1986. Berlokasi di jalan May. Jend.
Sutoyo no. 55 (banjar Gemeh) Denpasar
yang sebelumnya dikenal dengan nama
gedung Balai Prajurit Gelanggang Remaja
Udayana yang oleh masyarakat kota Denpasar
dinamakan Indra Loka.
Sesuai dengan latar belakang
pendirian suatu usaha arena hiburan dan
pasar swalayan maka misi utama perusahaan
adalah bagaimana bisa menyediakan segala
kebutuhan masyarakat yang tidak terbatas
pada keperluan dapur saja, dengan harga
yang pantas dan pelayanan terbaik
Kepercayaan masyarakat yang semakin
besar terhadap perusahaan dan semakin
beragamnya permintaan masyarakat atas
usaha eceran, mendorong manajemen untuk
membuka outlet baru yang
berjumlah tiga outlet. Ketiga outlet
tersebut berada dalam satu naugan manajemen
Grup Tiara Dewata yang mana menyebabkan
manajemen beserta staff dan segenap karyawan
bertekad untuk lebih menyempurnakan
sistem kerja dan meningkatkan pelayanan
yang lebih efektif dan efesien. Segenap
karyawan hendaknya bertanggung jawab
sepenuhnya untuk menjaga, mempertahankan
serta mengemban kepercayaan masyarakat
tersebut. Sebagai sebuah perusahaan, Tiara
Dewata Denpasar sudah sangat akrab dengan
kegiatan pemasaran.
FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 201418
Defenisi pemasaran menurut Kotler,
(2008) adalah suatu proses sosial yang
dengan proses itu individu dan kelompok bisa
mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan
inginkan dengan menciptakan, menawarkan
dan secara bebas mempertukarkan produk dan
jasa yang bernilai dengan pihak lain. Menurut
Stanton dan Agipora, (2007) pemasaran
dalam arti bisnis merupakan sebuah
sistem dari kegiatan bisnis yang dirancang
untuk merencanakan, memberi harga,
mempromosikan, dan mendistribusikan jasa
serta barang-barang pemuas keinginan pasar.
Dari pengertian di atas dapat dinyatakan
bahwa pemasaran adalah sebuah proses sosial
yang bertumpu pada pemenuhan kebutuhan
individu dan kelompok dengan menciptakan
pertukaran, sehingga memberikan kepuasan
yang maksimal. Konsep pemasaran
menegaskan bahwa kunci untuk mencapai
tujuan organisasional yang ditetapkan
adalah perusahaan tersebut harus menjadi
lebih efektif dibandingkan para pesaing
dalam menciptakan, menyerahkan dan
mengomunikasikan nilai pelanggan kepada
pasar sasaran yang terpilih pada kebutuhan
pelanggan, mengkoordinasikan semua
kegiatan pemasaran yang mempenggaruhi
pelanggan dan menghasilkan laba dengan
menciptakan kepuasan. Konsep pemasaran
berpangkal tolak dari pasar yang ditetapkan
dengan baik, berfokus pada pelanggan.
Menurut konsep pemasaran, perusahaan
memproduksi apa yang diinginkan pelanggan,
kemudian dengan cara ini perusahaan dapat
memuaskan pelanggan untuk menghasilkan
keuntungan. Dari penjelasan tersebut dapat
diartikan bahwa manajemen pemasaran
adalah analisis, perencanaan, pelaksanaan
dan pengendalian atas program-program
yang direncanakan untuk menciptakan,
membentuk dan mempertahankan pertukaran
yang menguntungkan dengan pelanggan,
dengan maksud mencapai tujuan organisasi.
Pemasaran mempunyai tujuan
membangun hubungan jangka panjang yang
saling memuaskan dengan pihak-pihak yang
memiliki kepentingan utama dalam rangka
mendapatkan serta mempertahankan referensi
dan kelangsungan bisnis jangka panjang.
Kotler, (2008). Dalam melakukan kegiatan
pemasaran yang ada, suatu perusahaan tidak
bisa lepas dari bauran pemasaran. Bauran
pemasaran adalah kelompok kiat pemasaran
yang digunakan perusahaan untuk mencapai
sasaran pemasarannya dalam pasar sasaran
(Kotler, 2008). Sedangkan Mc-Carthy
dalam Kotler, (2008) merumuskan bauran
pemasaran menjadi 4 P (Product, Price,
Promotion dan Place). (1)Product (produk)
merupakan bentuk penawaran yang ditujukan
untuk pencapaian tujuan melalui pemuasan
kebutuhan dan keinginan pelanggan. (2) Price
(harga) bauran harga berkenaan dengan
kebijakan startegis dan taktis seperti
tingkat harga, struktur diskon, syarat
pembayaran dan tingkat diskriminasi harga
diantara berbagai kelompok pelanggan.
(3) Promotion (promosi) menggambarkan
berbagai macam cara yang ditempuh
perusahaan dalam rangka menjual produk
ke konsumen. (4) Place (saluran distribusi)
merupakan keputusan distribusi menyangkut
kemudahan akses terhadap pemenuhan
kebutuhan bagi pelanggan dan konsumen.
Mempertahankan kelangsungan hidup
dan memenangkan persaingan dalam bisnis,
perusahaan perlu untuk menetapkan strategi
yang digunakan sebagai dasar dalam proses
pengambilan keputusan manajemen yang
didasari oleh tinjauan terhadap banyak faktor
baik internal maupun eksternal. Strategi
merupakan cara untuk mengatasi dan
mengantisipasi setiap masalah yang timbul
serta pemanfaatan kesempatan untuk masa
depan Menurut Kotler, (2008) strategi adalah
perekat yang bertujuan untuk membangun
dan memberikan proposisi nilai yang
konsisten dan membangun citra yang berbeda
kepada pasar sasaran. Sedangkan Swasta dan
Irawan, (2008) menyatakan bahwa strategi
adalah suatu rencana yang diutamakan untuk
mencapai tujuan tersebut (perusahaan). Boyd
dkk, (2008) mendefinisikan bahwa “strategi adalah pola fundamental dari tujuan sekarang
dan yang direncanakan, pengarahan sumber
daya dan interaksi dari organisasi dengan
FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014 19
pasar, pesaing dan faktor-faktor lingkungan
lainnya. Dari berbagai pengertian (definisi) tersebut bahwa strategi merupakan tindakan
yang harus terus dilakukan dalam setiap
perusahaan untuk mencapai tujuan yang
diharapkan perusahaan.
Dalam melakukan suatu strategi
sebelumnya dilakukan suatu perencanaan.
Perencanaan adalah tidak lain dari susunan
(rumusan) sistematik mengenai langkah
(tindakan-tindakan) yang akan dilakukan
di masa depan, dengan didasarkan pada
pertimbangan-pertimbangan yang seksama
atas potensi, faktor-faktor eksternal dan pihak-
pihak yang berkepentingan dalam rangka
mencapai suatu tujuan tertentu (Abe dalam
Hanif, 2009). Bersesuaian dengan pendapat
di atas, Tjokroamidjojo dalam Hanif, (2009)
mendefinisikan perencanaan sebagai suatu cara bagaimana mencapai tujuan sebaik-
baiknya (maximum output) dengan sumber-
sumber yang ada supaya lebih efisien dan efektif.
Selanjutnya dikatakan bahwa
perencanaan merupakan penentuan tujuan
yang akan dicapai atau yang akan dilakukan,
bagaimana, bilamana dan oleh siapa.
Dari beberapa pengertian diatas didapat
bahwa perencanaan adalah suatu cara atau
langkah tentang apa yang akan dilakukan
dan dilaksanakan oleh seseorang atau suatu
organisasi tentang apa yang akan dilakukan
dan dicapai pada masa yang akan datang.
Dengan kata lain perencanaan strategi adalah
suatu kegiatan yang meliputi sejumlah
pendekatan (yaitu: paket-paket konsep,
prosedur, dan alat / metode) yang mempunyai
ragam penerapannya dan keuntungannya
untuk situasi yang berbeda.
Setelah melakukan perencanaan
strategis, maka didapatlah strategi pemasaran.
Strategi pemasaran sebagai alat fundamental
yang direncanakan untuk mencapai tujuan
perusahaan dengan mengembangkan
keunggulan bersaing dan berkesinambungan
melalui pasar yang dimasuki dan
program pemasaran yang digunakan
untuk melayani pasar sasaran tersebut (Tull
dan Kahle dalam Tjiptono, 2008). Menurut
Kotler, (2008) mengatakan bahwa strategi
pemasaran adalah logika pemasaran dan
berdasarkan itu, unit bisnis diharapkan dapat
mencapai sasaran pemasarannya.
Strategi pemasaran adalah suatu upaya
yang menggunakan logika dan manajemen
agar tercapainya sasaran yang dimiliki oleh
perusahaan dan bertujuan untuk memberikan
kepuasan terhadap konsumen secara kolektif
ataupun individu melalui produk atau
jasa yang dihasilkan. Strategi pemasaran
merupakan pernyataan (baik secara implisit
maupun eksplisit) mengenai bagaimana suatu
merk atau lini produk mencapai tujuannya
(Bennet, 2008). Dalam menentukan dan
menjalankan startegi yang tepat dan efektif
untuk meningkatkan volume penjualan,
suatu perusahaan haruslah melakukan analisa
lingkungan. Alasan tentang pentingnya
analisa lingkungan dikemukakan oleh
Jauch dan Glueck, (2010) sebagai berikut:
(1)Analisa lingkungan memberikan
kesempatan pada perencana strategis untuk
mengantisipasi peluang dan membuat
rencana untuk melakukan tanggapan
pilihan terhadap peluang ini. (2) Membantu
perencana strategis untuk mengembangkan
sistem peringatan dini untuk menghindari
ancaman atau mengembangkan strategi yang
dapat merubah ancaman menjadi keuntungan
organisasi.
Berdasarkan definisi analisa lingkungan tersebut diketahui bahwa
organisasi atau perusahaan penting untuk
melaksanakan analisa lingkungan agar dapat
meramalkan dampak perubahan lingkungan
terhadap perkembangan organisasi, dengan
menentukan kekuatan dan kelemahan internal
juga peluang dan ancaman eksternal. Analisa
lingkungan memberikan SWOT yaitu suatu
analisis untuk mengetahui strength, weakness,
opportunity, dan treath sering disebut analisis
SWOT yang merupakan singkatan dari
keempat hal tersebut (Gitosudarmo, 2003).
Menurut Rangkuti, (2006) SWOT adalah
identitas berbagai faktor secara sistematis
untuk merumusakan strategi pelayanan.
FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 201420
Analisis ini berdasarkan logika yang dapat
memaksimalkan peluang namun secara
bersamaan dapat meminimalkan kekurangan
dan ancaman.
Setelah kita mengetahui kekuatan,
kelemahan, peluang atau kesempatan yang
terbuka, serta ancaman-ancaman yang
dialaminya, maka kita dapat menyusun suatu
rencana atau strategi yang mencakup tujuan
yang telah ditentukan.
Rencana strategi tersebut kemudian
haruslah kita terjemahkan ke dalam rencana-
rencana operasional yang mencantumkan
adanya target-target yang harus kita capai.
Kemudian rencana operasional itu harus
kita terjemahkan ke dalam satu satuan uang
yang menjadi anggaran operasional. Untuk
lebih jelasnya kerangka konseptual penelitian
dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar 1
Kerangka Konseptual Penelitia
Beberapa penelitian yang relevan
dengan penelitian ini adalah Karimah dkk,
(2012) mengunggapkan bahwa hasil analisis
SWOT pada subjek penelitian yaitu TAAT
dan TMII dapat meningkatkan penjualan
perusahaan dan memperbesar pertumbuhan
perusahaan dengan menerapkan strategi.
agresif (strategi growth). Rahmat, (2012)
yang mengadakan penelitian pada PT.Koko
Jaya Prima Makasar menyatakan bahwa
dengan melakukan analisis lingkungan
dengan metode SWOT perusahaan dapat
lebih mengetahui dan mengenali strategi
yang tepat dan dapat diterapkan oleh
perusahaan. Dalam hal ini berdasarkan
hasil penelitiannya didapatkan bahwa untuk
meningkatkan volume penjualan perusahaan,
harus menerapkan strategi berdasarkan
kuadran satu yaitu strategi growth yang
agresif. Penelitian yang dilakukan penulis
sama dengan yang dilakukan oleh kedua
penelitian sebelumnya yaitu dengan mencari
tahu strategi pemasaran yang tepat untuk
meningkatkan volume penjulan perusahaan
dengan metode analisis SWOT.
METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan di pasar swalayan
dan toserba Tiara Dewata Denpasar yang
berlokasi di Jalan May.Jend Sutoyo no . 55
dengan objek penelitian yaitu kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman pada
Tiara Dewata Denpasar. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh pimpinan
Tiara Dewata Denpasar sebanyak 28 orang,
dengan pengambilan sampel menggunakan
teknik sensus yang merupakan suatu teknik
pengambilan sampel yang seluruh dari
populasi dijadikan sampel yaitu 28 orang
pimpinan pada Tiara Dewata Denpasar.
Metode pengumpulan data dalam
penelitian ini meliputi (1) Observasi adalah
pengamatan secara langsung kepada subjek
penelitian. Dalam penelitian ini yang di
observasi oleh penulis adalah karyawan,
konsumen, pimpinan, fisik bangunan dan fasilitas-fasilitas pada Tiara Dewata Denpasar.
(2) Wawancara, dalam penelitian ini penulis
melakukan wawancara secara langsung
dengan pimpinan perusahaan dan sejumlah
karyawan yang berhubungan dengan obyek
penelitian
FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014 21
5 Daya beli masyarkat kota Denpasar tinggi. 0,10 3 0,30
6 Bali merupakan destinasi pariwisata dunia. 0,10 4 0,40
Subtotal 0,55 1,90
No Faktor-Faktor Strategis Eksternal
Ancaman Bobot Rating Bobot X Rating
1 Menjamurnya pasar modern di kota Denpasar. 0,10 2 0,20
2
Perusahaan pesaing yang lebih moden dengan
fasilitas yang lebih lengkap (seperti Hardys
dan Carefour).
0,10 1 0,10
3 Perkembangan teknologi dan sistem informasi
yang semakin pesat. 0,05 3 0,15
4 Perang harga produk antara perusahaan
pesaing. 0,10 2 0,20
5 Sewaktu-waktu tempat usaha bisa diambil alih
oleh PemKot Denpasar. 0,10 2 0,20
Subtotal 0,45 0,85
Total 1,00 2,75
Sumber: Pengolahan Data Eksternal Tiara Dewata Denpasar, 2013
Hasil tabel 5 EFAS menunjukan bahwa
untuk faktor peluang (opportunities) total
nilainya sebesar 1,90 dan faktor ancaman
(threat) nilainya 0,85. Dengan seluruh total
nilai EFAS sebesar 2,75 dan selisih nilai
peluang (+) sebesar 1,05.
Seperti diketahui total nilai kekuatan
(strength) adalah 2,10 dengan selisih pada
kelemahan (weakness) sebesar (+) 1,20 un-
tuk kekuatan. Untuk peluang (opotunitiess)
total nilainya 1,90 dengan selisih pada anca-
man (threat) sebesar (+) 1,05 untuk peluang.
Dari hasil nilai selisih tersebut maka, dapat
digambarkan ke dalam diagram SWOT un-
tuk mencari strategi pemasaran perusahaan
berdasarkan faktor kekuatan (strength), kele-
mahan (weakness), peluang (opotunitiess)
dan ancaman (threat) yang dapat dilihat pada
gambar 2 sebagai berikut.
FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 201426
Dari gambar diagram kartesius SWOT
diatas, sangat jelas menunjukan bahwa Tiara
Dewata Denpasar telah berada pada kuadran
1 yang artinya bahwa strategi pemasaran
yang mendukung pada situasi dan kondisi
perusahaan sekarang ini adalah strategi growth
(pengembangan) yang agresif. Maksudnya
adalah Tiara Dewata harus mengembangkan
sistem pemasaran yang ada menjadi lebih
inovatif , diterima dan disukai oleh konsumen
dan pelanggannya, seperti pemasaran on-line
(via internet), via telepon dan sebagainya.
Juga pengembangan tersebut berlaku pula
untuk produk, harga maupun segi pelayanan,
dimana hal tersebut harus dapat memenuhi
apa yang diinginkan dan dibutuhkan oleh
konsumen dan pelanggan Tiara Dewata
Denpasar. Produk yang ditawarkan harus lebih
beakekaragam dengan beragam harga pula,
keanekaragaman tersebut bisa dipenuhi oleh
perusahaan jika, perusahaan dapat menjaga
hubungan kerjasama yang baik dengan
para pemasoknya. Untuk segi pelayanan
sebaiknya lebih ditingkatkan lagi misalnya
para karyawan harus lebih berempati lagi
kepada para konsumen dan pelanggannya.
Apabila dari segi pemasaran, pelayanan dan
produk dapat disukai oleh konsumen dan
pelanggan Tiara Dewata Denpasar maka,
dengan demikian dapat meningkatkan volume
penjualan perusahaan.
Matrik SWOT dianalisis dengan
menyesuaikan antara peluang dan ancaman
eksternal dengan kekuatan dan kelemahan
internal yang dimiliki perusahaan, dengan
tujuan mengembangkan strategi-strategi
alternatif bagi perusahaan yang mendukung
strategi berbenah diri sesuai dengan posisi
perusahaan pada diagram SWOT. Analisis
matrik SWOT Tiara Dewata Denpasar dapat
dilihat pada
Sumber
………
K S
O
r:.Diagram K
...Dewata D
Kelema
internal
kritik
Diagram
Kuadran 3 : M
Strategi denga
Orientasi “Put
Kua
Strategi Dife
Kartesius H
Denpasar, 20
ahan
yang
kal
m SWOT T
Mendukung
an
tar Balik”
adran 4 : Mend
ensif
Hasil Pengol
013
Gambar
Tiara Dewata
Kuad
Start
dukung K
Strategi
lahan Data I
Berbagai
lingku
Ancama
dari lin
2
a Denpasar
dran 1 : Mend
tegi Growth
Kuadran 2 : M
Diversifikasi
Internal Da
i peluang
ungan
an utama
ngkungan
dukung
yang agresif
Mendukung
n Eksternaal Tiara
Kekuatan
internal
substansial
FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014 27
Berdasarkan analisis tersebut di atas
menunjukkan bahwa kinerja perusahaan dapat
ditentukan oleh kombinasi faktor internal dan
eksternal. Kombinasi kedua faktor tersebut
ditunjukkan dalam diagram hasil analisis
SWOT sebagai berikut.
Strategi SO ( mendukung strategi 1.
grwoth)
Strategi ini dibuat berdasarkan jalan
pikiran perusahaan, yaitu dengan
memanfaatkan seluruh kekuatan untuk
merebut dan memanfaatkan peluang
sebesar-besarnya. Strategi SO yang
ditempuh oleh Tiara Dewata Denpasar
yaitu.
Meningkatkan keanekaragaman produk dan harga dengan menjalin
dan menjaga hubungan yang baik
dengan pemasok, juga melakukan
pemasaran via internet agar dapat
menjaring konsumen dan pelanggan
lebih banyak lagi.
Strategi ST (mendukung strategi 2.
diversifikasi) Adalah Strategi dalam menggunakan
kekuatan yang dimiliki perusahaan
untuk mengatasi ancaman. Strategi ST
ditempuh oleh Tiara Dewata Denpasar
yaitu.
tabel 6 sebagai berikut.
Tabel 6
Analisis Matrik SWOT Tiara Dewata Denpasar
Analisa
Faktor Internal
Analisa
Faktor Eksternal
Kekuatan (Strenghts)
1..Eksistensi perusahaan.
2..Fasilitas perusahaan yang
…cukup lengkap.
3..Lokasi perusahaan strategis.
4..Produk.yang diperdagangkan
…lebih lengkap.
5.Memiliki 470 lebih pemasok.
6..Memiliki 1.000 lebih SDM.
7..Pioneer pasar swalayan di
…kota Denpasar.
Kelemahan (Weakness)
1..Status bangunan sewa.
2..Lahan parkir dan luas …lantai
usaha minim.
3..Kegiatan pemasaran …kurang
maksimal.
4..SDM / karyawan rata-…rata
sudah berumur.
5..Jarang ada pelatihan 6..SDM
atau karyawan.
6..Perusahaan menerapkan
…rangkap jabatan.
Peluang (Opportunities)
1..Trend belanja on-line.
2..Pertumbuhan ekonomi.
3..Peraturan pemerintah akan
….pasar modern.
4..Masyrakat kini lebih suka
…berbelanja di pasar modern
5..Daya beli masyarakat
…Denpasar yang tinggi.
6..Bali merupakan destinasi
…pariwisata dunia.
Strategi SO
1..Meningkatkan keanekaraga-
…man produk dan harga.
2..Meningkatkan image pada
…masyarakat.
3..Melakukan pemasaran via
…internet.
4..Menjalin dan menjaga
…hubungan yang baik dengan
…pemasok.
Strategi WO
1..Memberdayakan SDM /
…karyawan.
2..Lebih melebarkan …jaringan
pemasaran di …semua media
yang …efektif.
3..Jabatan yang diberikan …harus
terfokus pada satu …jabatan saja.
Ancaman (Threats)
1..Menjamurnya pasar modern.
2..Pesaing yang lebih kuat.
3..Perkembangan teknologi …dan
sistem informasi yang …semakin
pesat.
4..Perang harga produk antara
…perusahaan pesaing.
5..Sewaktu-waktu tempat usaha
…bisa diambil alih PemKot
…Denpasar.
Strategi ST
1..Memperkuat jaringan
....pemasok, sehingga produk
....dan harga yang diberikan
....lebih beraneka ragam.
2..Memperbarui teknologi dan
....sistem informasi yang ada.
3..Mempertahankan pelanggan
…yang loyal terhadap
…perusahaan.
Strategi WT
1..Meningkatkan kualitas
…pelayanan dan keramahan
…kepada konsumen dan
…pelanggan.
2.Regenerasi pimpinan …dan
karyawan sehingga …lebih
produktif.
3..Menjaga dan menjalin
…hubungan yang baik
…dengan.PemKot.Denpasar.
Sumber:.Matrik SWOT Hasil Pengolahan Data Internal Dan Eksternal.Tiara
FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 201428
Memperkuat jaringan pemasok dan memperbarui teknologi juga sistem
informasi perusahaan, sehingga
dapat mempertahankan pelanggan
yang loyal kepada Tiara Dewata
Denpasar.
Strategi WO (mendukung strategi 3. turn-
around)
Strategi ini diterapkan berdasarkan
pemanfaatan peluang yang ada dengan
cara meminimalkan kelemahan yang
ada. Strategi WO yang ditempuh oleh
Tiara Dewata Denpasar antara lain.
Memberdayakan SDM / karyawan.Lebih melebarkan jaringan pemasaran di semua media yang
efektif.
Jabatan yang diberikan harus terfokus pada satu jabatan saja.
Strategi WT (mendukung strategi 4.
defensif)
Strategi ini didasarkan pada kegiatan
yang bersifat defensif dan berusaha
meminimalkan kelemahan yang ada
serta menghindari ancaman. Strategi WT
ditempuh oleh Tiara Dewata Denpasar
antara lain.
Meningkatkan kualitas pelayanan dan keramahan kepada konsumen
dan pelanggan.
Regenerasi pimpinan dan karyawan sehingga lebih produktif.
Menjaga dan menjalin hubungan yang baik dengan.PemKot.
Denpasar.
Dari empat kemungkinan alternatif
strategi yang diperoleh diatas, strategi yang
paling tepat digunakan oleh Tiara Dewata
Denpasar guna tetap meningkatkan penjualan
yaitu perumusan strategi yang efektif
akhirnya diperoleh adalah strategi SO yaitu
strategi dengan menggunakan Strength untuk
memanfaatkan Opportuniess yang dimiliki
perusahaan yaitu.
Meningkatkan keanekaragaman produk dan harga.
Meningkatkan image pada masyarakat.
Melakukan pemasaran via internet.Menjalin dan menjaga hubungan yang baik dengan pemasok.
Berdasarkan hasil analisis dengan
diagram SWOT Tiara Dewata Denpasar,
memiliki kekuatan yang dapat dipakai
pada stretegi tertentu serta memanfaatkan
peluang yang tepat serta secara bersamaan
meminimalkan atau menghindari kelemahan
dan ancaman yang ada. Posisi ini sangat
menguntungkan perusahaan dengan
memperbaiki kondisi diatas rata-rata
kemampuan sehingga, Tiara Dewata Denpasar
dapat mengendalikan para pesaing yang ada
maupun pesaing yang terbilang kuat. Di dalam
pandangan konsep pemasaran merupakan
hal yang sederhana dan secara intuisi
merupakan filosofi yang menarik. Tujuan perusahaan ini di capai melalui keputusan
konsumen yang diperoleh setelah kebutuhan
dan keinginan konsumen di penuhi melalui
produk, harga dan pelayanan yang dihasilkan
dan diberikan oleh perusahaaan.
PEMBAHASAN
Metode analisis dalam menetukan
strategi pemasaran yang tepat dan efektif
dengan menggunakan lingkungan internal dan
eksternal ini adalah metode analisis SWOT.
Dimana dalam analisis ini mencari beberapa
item-ietem dari faktor kekuatan, kelemahan,
peluang dan ancaman perusahaan pada saat
ini yang kemudian diberikan penilaian.
Dari penilaian tersebut kemudian diadakan
perhitungan yang lebih spesifik, sehingga didapatkan beberapa koordinat yang akan
dianalisis ke dalam model SWOT. Dalam
analisis dengan diagram SWOT, perusahaan
terletak pada kuadran satu (1) yang artinya,
bahwa strategi yang mendukung untuk
peningkatan volume penjualan yang efektif
adalah dengan strategi growth yang agresif,
dimana strategi growth ini akan diperjelas
melalui matrik SWOT yang memperoleh
bahwa strategi growth pada kuadran satu
ini adalah suatu strategi yang menggunakan
kekuatan (Stregth) dan memanfaatkan
peluang (Opportuniess) dikenal dengan
strategi alternatif SO.
FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014 29
Strategi SO yang digunakan oleh
Tiara Dewata Denpasar untuk meningkatkan
volume penjualan yang efektif yaitu dengan
meningkatkan keanekaragaman produk dan
harga , meningkatkan image pada masyarakat,
melakukan pemasaran via internet, menjalin
dan menjaga hubungan yang baik dengan
pemasok. Berdasarkan keterangan tersebut
dapat dinyatakan bahwa untuk meningkatkan
volume penjualan perusahaan, strategi
pemasaran yang paling efektif dipergunakan
oleh Tiara Dewata Denpasar adalah dengan
menerapkan strategi growth yang agresif
dimana strategi ini memanfaatkan kekuatan
dan peluang (SO) yang lebih menekankan
kombinasi antara produk dan harga yang akan
meningkatkan kualitas pelayanan perusahaan.
Sehingga akan lebih mendatangkan banyak
konsumen dan pelanggan yang hasilnya akan
meningkatkan volume penjualan perusahaan.
KESIMPULAN
Untuk meningkatkan volume penjualan
yang efektif, Tiara Dewata Denpasar
menerapkan dan mengimplemntasikan
strategi growth yang agresif yaitu dengan cara
pengembangan dan pemanfaatan kekuatan
maupun peluang (SO) yang mengutamakan
kombinasi antara produk dan harga, seperti
lebih menganekaragamkan produk dan
harga, memperbesar jaringan promosi dan
meningkatkan kualitas pelayanan. Dimana
strategi ini sudah cukup berhasil yaitu dengan
tetap eksisnya perusahaan sampai saat ini.
DAFTAR PUSTAKA
Adi,2011,.Pengaruh..Bauran..Promosi..
Terhadap..Nilai.Penjualan..Tersedia.
di.http://adicellular.word press.com (1
Mei 2013).
Annisa Karimah, Iwang Gumilar dan Zahidah
Hasan. 2012. Analisis Prospektif
Budidaya Usaha Ikan Hias Air Tawar
di Taman Akuarium Air Tawar (TAAT)
dan Taman Mini Indonesia Indah
(TMII) Jakarta, Jurnal Perikanan.dan
Kelautan, Vol. 3, No. 3, pp 145-156.
Danang Sunyoto, 2012. Dasar-Dasar
Manajemen Pemasaran, Penerbit
Caps,Yogyakarta.
David, F.R., 2009. Manajemen Strategis,
Jakarta : Salemba Empat.
Deperindag. 2012. Jumlah Perusahaan Pasar
Moder / Swalayan Di Kota Denpasar.
Tersedia di http://www.Desperindag
Denpasar.com (15 Februari 2013).
Kotler, Philip, 2008. Manajemen Pemasaran,
Jakarta : Indeks.
Rangkuti, Fredy, 2006. Teknik Membedah
Kasus Bisnis. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.
Rendy Yonanda Danusa, 2012, Visi dan Misi
Perusahaan. Tersedia di http://www.
rendyyonanda .wordpress.com (13
April 2013).
Reny Maulidia Rahmat, 2012. Analisis
Strategi Pemasaran pada PT. Koko
Jaya Prima Makasar. Skripsi Sarjana
Jurusan Manajemen dan Bisnis
pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
Universitas Hasanuddin Makasar.
Sugiyono, 2012. Statika untuk Penelitian,
Bandung : Alfabeta.
Ujang Sumarwan, Achmad Fachroji, Adman
Nursal, Arsissetyanto Nugroho,
Ery Ricardo Nurzal, Anung Setiadi,
Suharyono dan Zeffry Alamsyah,
2011, Pemasaran Strategik, IPB Press,
Bogor.
Ujang Sumarwan, Ahmad Jauzi, Asep
Mulyana, Bagio Nugrohokarno, Ponti
Kurniawan dan Wahyu Nugroho, 2011,
Riset Pemasaran dan Konsumen, IPB
Press, Bogor.
FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 201430
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA KARYAWAN PADA
PT SURYA CAHAYA INTI DENPASAR
I Gusti Gde Oka Pradnyana
( Dosen STIMI Handayani Denpasar)
Windry Anggraini Kase
(Mahasiswa STIMI Handayani Denpasar)
Abstract : The objectives of this research is to determine whether there is influence of the office layout and the physical work environment on employee performance and simultaneous partial, as well as to determine which of the two factors which are predominant affect the performance of employees at PT. Surya Cahaya Inti Denpasar. Factors office layout to note is the shortest distance principle, the principle of a series of work, the principles concerning the use of all rooms, the principle of the change in the composition of the workplace, the principle of integration activities, and job satisfaction for employees. Factors While the physical work environment is the air, sound, light, color, safety, cleanliness, and space.Through this study the authors propose the following hypothesis: There is the influence of the office layout and the physical work environment on the performance of employees of PT. Surya Cahaya Inti Denpasar and simultaneous partial. The population in this study were employees of PT. Surya Cahaya Inti Denpar that about 20 people. Data collection methods used in this study descriptive correlational, multiple regression analysis techniques were calculated using SPSS version 13.0 anlisis to facilitate researchers in data processing to be fast and efficient. The results and discussion indicate that the hypothesis of office layout and the physical work environment is partially positive and significant influence.From the results of the study also showed that the hypothesis of office layout and the physical work environment simultaneously positive and significant effect.While the most dominant factor affecting the performance of employees is the physical work environment factors.Based on this study suggested to the Chairman of PT. Surya Cahaya Inti Denpasar to keep attention to the arrangement of the office space and the physical work environment Company.
Keywords: Office layout, physical work environment and performent of employees
PENDAHULUAN
Latar Belakang1.
Di era globalisasi ini, perkembangan
usaha dirasakan semakin maju dan membawa
dampak pada persaingan yang begitu tajam.
Begitu juga halnya dengan bisnis penjualan
suku cadang motor roda dua yang semakin
banyak bermunculan, dengan merk-merk
yang berasal dari dalam ataupun luar negeri.
Guna meningkatan penjualan dan sukses
menguasai pasar, para distributor suku
cadang sepeda motor roda dua ini melakukan
terobosan-terobosan dengan tujuan
memperoleh keuntungan seoptimal mungkin,
dengan cara menawarkan/mensosialisasi
kelebihan-kelebihan yang dimiliki produknya
dibanding dengan produk lain yang sejenis,
mengadakan promo pemberian hadiah, dan
pemberian harga bersaing.
Disamping itu, Perusahaan juga harus
memperhatikan Sumber Daya Manusia
yang ada didalamnya. Karena Sumber Daya
Manusia adalah penggerak utama jalannya
FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014 31
seluruh aktifitas perusahaan untuk mencapai tujuan. Seperti yang dinyatakan oleh T. Hani
Handoko (1994) bahwa “Berhasil tidaknya
pencapaian tersebut sangat tergantung
daripada kualitas sumber daya manusia dalam
melaksanakan fungsi Perusahaan, seperti
dalam bidang pemasaran, produksi, keuangan,
maupun personalia”. Oleh karena itu sering
dinyatakan bahwa manusia merupakan asset
utama dari suatu organisasi.
Menyadari peranan sumber daya
manusia (SDM) yang begitu dominan
dalam sebuah perusahaan maka pimpinan
perusahaan atau instansi harus berusaha agar
SDM yang dimilikinya mampu meningkatkan
kinerjanya dengan cara menyumbangkan
tenaga dan pikirannya secara optimal demi
tercapainya tujuan perusahaan.
(Keith Davis, 1995) menyatakan
bahwa, “Suatu Perusahaan di dalam
melakukan aktifitasnya untuk mencapai tujuan yang diinginkan hendaknya
memperhatikan kinerja karyawan, karena
kinerja karyawan merupakan modal utama
dalam merencanakan, mengorganisir,
mengarahkan serta menggerakkan faktor –
faktor yang ada dalam suatu organisasi”.
Kinerja merupakan gambaran
yang akurat mengenai tingkat pencapaian
pelaksanaan suatu kegiatan atau program
kerja dalam mewujudan sasaran, tujuan,
visi, dan misi perusahaan yang tertuang
atau terdapat dalam Strategic Planing suatu
perusahaan. Kinerja merupakan hasil kerja
yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan
peranannya dalam Perusahaan (Hariandja,
2007).
Kinerja karyawan merupakan salah
satu ukuran yang dapat dipakai dalam
menentukan sukses atau tidaknya suatu
pekerjaan baik ditinjau dari kualitas, kuantitas
maupun ketepatan waktu. Kinerja merupakan
perwujudan kerja yang dilakukan karyawan
terhadap perusahaan yang mengacu pada
pencapaian tugas – tugas yang membentuk
sebuah pekerjaan karyawan. Kinerja diukur
dari segi hasil kerja, bila hasil kerja karyawan
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan
oleh organisasi, maka kinerja karyawan
tergolong baik. Sebaliknya bila hasil kerja
karyawan tidak memberikan hasil yang sesuai
dengan standar atau kriteria perusahaan,
maka kinerja pegawai tergolong kurang
baik. Jadi kinerja menunjukkan kemampuan
karyawan dalam menyelesaikan tugas dan
mencapai target yang ditetapkan perusahaan.
Pencapaian kinerja pada akhirnya akan dilihat
dari hasil yang dicapai.
Peningkatan kinerja karyawan di
instansi swasta maupun pemerintah dapat
ditempuh dengan beberapa cara, misalnya
melalui pemberian kompensasi yang layak,
pemberian motivasi, menciptakan lingkungan
kerja fisik yang kondusif, penataan ruang kantor yang nyaman, kompleksitas tugas
serta pemberian pendidikan dan pelatihan.
Oleh karena itu, karyawan diharapkan dapat
memaksimalkan tanggung jawab mereka
setelah dibekali dengan pendidikan dan
pelatihan yang berkaitan dengan implementasi
pekerjaan mereka. Selain itu, lingkungan
kerja yang nyaman serta pemberian motivasi
pada dasarnya merupakan hak para karyawan
dan kewajiban dari pihak perusahaan untuk
mendukung kontribusi para karyawannya
dalam rangka mencapai tujuan yang telah
ditentukan (Rezsa, 2008).
Disamping itu, kinerja karyawan pada
instansi swasta maupun pemerintah pada
dasarnya juga dipengaruhi oleh kondisi -
kondisi tertentu, yaitu kondisi yang berasal
dari dalam individu yang disebut dengan
faktor individual dan kondisi yang berasal
dari luar individu yang disebut dengan
faktor situasional. Faktor individual meliputi
jenis kelamin, kesehatan, pengalaman dan
karakteristik psikologis yang terdiri dari
motivasi, kepribadian, orientasi tujuan dan
locus of control. Adapun faktor situasional
meliputi kepemimpinan, prestasi kerja,
FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 201432
hubungan sosial dan budaya organisasi.
Dari faktor – faktor yang dapat mempengaruhi
kinerja karyawan, maka dalam penelitian
ini akan membahas terkait faktor tata
ruang kantor dan lingkuangan kerja fisik pengaruhnya terhadap kinerja karywan pada
PT. Surya Cahaya Inti – Denpasar. Penerapan
tata ruang kantor pada PT Surya Cahaya Inti
Denpasar terutama asas terpendek belum
dilaksanakan dalam pengaturan ruang kerja
karyawan, dan pada lingkungan kerja fisik masih adanya gangguan pada suara bising
yang kerap mengganggu kerja karyawan,
di lain pihak kinerja karyawannya apabila
dilihat dari tingkat ketidakhadirannya masih
tinggi sebesar 4,925%
Pokok Masalah2.
Berdasarkan latar belakang masalah
diatas, maka yang menjadi pokok masalah
dalam penelitian ini adalah:
Apakah faktor tata ruang kantor dan a.
lingkungan kerja fisik secara parsial berpengaruh terhadap kinerja karyawan
pada PT. Surya Cahaya Inti – Denpasar?
Apakah faktor tata ruang kantor dan b.
lingkungan kerja secara simultan
berpengaruh terhadap kinerja karyawan
pada PT. Surya Cahaya Inti – Denpasar?
Apakah faktor Tata Ruang Kantor atau c.
faktor Lingkungan Kerja Fisik yang lebih
dominan berpengaruh terhadap Kinerja
Karyawan pada PT. Surya Cahaya Inti-
Denpasar?
Tujuan Penelitian3.
Sesuai dengan rumusan masalah yang
telah dikemukakan diatas, maka tujuan
penelitian ini adalah:
Untuk mengetahui pengaruh faktor tata a.
ruang kantor dan lingkungan kerja fisik secara parsial terhadap kinerja karyawan
pada PT. Surya Cahaya Inti – Denpasar.
Untuk mengetahui pengaruh faktor b.
tata ruang kantor dan lingkungan kerja
fisik secara simultan terhadap kinerja
karyawan pada PT. Surya Cahaya Inti –
Denpasar
Untuk mengetahui faktor Tata Ruang c.
Kantor atau faktor Lingkungan Kerja
Fisik yang lebih dominan mempengaruhi
Kinerja Karyawan pada PT. Surya
Cahaya Inti.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Tata Ruang Kantor1.
Tata Ruang Kantor adalah proses
penataan ruang yang meliputi pengaturan
dan pembagian ruang, pengaturan kebutuhan
ruang serta penempatan dan perlengkapan
Kantor dengan memanfaatkan asas tata
ruang kantor sekaligus menyesuaikan dengan
kondisi keuangan yang dimiliki oleh suatu
organisai sehingga ruangan tersebut cukup
rapi dan tidak menimbulkan kesulitan,
sehingga proses kegiatan Kantor dapat
berjalan dengan lancar dan dapat mencapai
tujuan dengan efektif dan efisien.Asas – Asas Pokok Tata Ruang Kantor:
Asas jarak terpendeka.
Asas rangkaian kerjab.
Asas mengenai penggunaan segenap c.
ruangan
Asas mengenai perubahan susunan d.
tempat kerja
Asas integrasi kegiatane.
Asas keamanan dan kepusasan kerja bagi f.
pegawai
Lingkungan Kerja Fisik2.
Lingkungan kerja adalah lingkungan
dimana para karyawan bekerja, yang
didalamnya perlu diperhatikan mengenai
pengaturan penerangan tempat kerja,
pengontrolan terhadap suara gaduh atau
suara bising, pengontrolan terhadap udara,
pengaturan kebersihan tempat kerja,
pengaturan tata ruang dan pengaturan tentang
keamanan kerja.
Faktor - Faktor Lingkungan Kerja Fisik:
Faktor Cahaya/ Penerangan.a.
Faktor Warna.b.
Faktor Udara.c.
Faktor Suara.d.
FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014 33
Keamanane.
Kebersihan f.
Ruang Gerakg.
Kinerja Karyawan3.
Kinerja adalah hasil pekerjaan yang
mempunyai hubungan kuat dengan tujuan
strategis organisasi, kepuasan konsumen,
dan memberikan kontribusi pada ekonomi,
dengan demikian kinerja adalah tentang
melakukan pekerjaan dan hasil yang dicapai
dari pekerjaan tersebut.
Unsur – unsur Kinerja:
Absensia.
Kerja samab.
Disiplin Kerjac.
Kepuasand.
Kualitas Kerjae.
Gambar 1
Kerangka Konseptual
Tata Ruang Kantor
X1
Kinerja
Y
Lingkungan Kerja Fisik
X2
X1.1
X1.2
X1.3
Y1X1.4
Y2X1.5
Y3
Y4
Y5X2.1
X2.2
X2.3
X2.4
X2.5
Kerangka Konseptual4.
Adapun kerangka pemikiran dalam penelitian
ini dapat digambarkan pada gambar berikut:
Dari gambar diatas dapat dijelaskan bahwa
tata ruang kantor (X1) yang meliputi Jarak
terpendek (X1.1), rangkaian kerja (X1.2),
Penggunaan segenap ruangan (X1.3),
Integrasi ruangan (X1.4) Perubahan susunan
tempat kerja (X1.5) dan lingkungan kerja
(X2) yang meliputi udara/ suhu (X2.1), Suara
(X2.2), Cahaya (X2.3), Keamanan (X2.4),
Kebersihan (X2.5) berpengaruh pada kinerja
karyawan, (Y) berupa peningkatan Absensi
(Y1), Kerjasama (Y2), Disiplin Kerja (Y3),
Kepuasan (Y4), dan Kualitas Kerja (Y5).
METODE PENELITIAN
Lokasi1.
Obyek Penelitiana.
Yang menjadi objek penelitian
dalam penelitian ini adalah tata ruang kantor,
lingkungan kerja fisik, dan kinerja karyawan pada PT. Surya Cahaya Inti.
Subyek Penelitianb.
Subyek penelitian ini berlokasi di
Perusahaan Distributor suku cadang sepeda
motor, PT. Surya Cahaya Inti, yang beralamat
di Jl. Gatot Subroto Timut No. 378C, Denpasar
– Bali. Perusahaan ini dipilih sebagai lokasi
penelitian karena peneliti menemukan
adanya permasalahan mengenai penataan
ruang kantor dan lingkungan kerja yang tidak
FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 201434
sesuai, yang mengakibatkan terganggunya
kinerja karyawan pada PT. Surya Cahaya
Inti.
Populasi dan Responden2.
Populasi a.
Populasi dalam penelitian ini adalah
karyawan pada PT. Surya Cahaya Inti –
Denpasar sebanyak 20 orang yang tersebar di
masing – masing departemen, seperti dilihat
pada tabel di bawah ini
Tabel 1 Jumlah karyawan PT. Surya Cahaya Inti – Denpasar
2012
Sumber: PT. Surya Cahaya Int
No. Departemen Jumlah (Orang)
1 Branch Manajer 1
2 Accounting 3
3 Administrasi 1
4 Gudang 4
5 Distribusi 2
6 Marketing 8
7 OB 1
Jumlah 20
Respondenb.
Penelitian ini dilakukan secara sensus
yaitu responden diambil dari semua populasi
yaitu sebanyak 20 orang karyawan yang
tersebar pada masing-masing departemen
yang ada.
Metode Pengumpulan Data3.
Metode Observasia.
Yaitu metode pengumpulan data
dengan pengamatan dan pencatatan secara
langsung mengenai data yang dibutuhkan
pada obyek penelitian.
Metode Dokumentasi b.
Yaitu metode pengumpulan data
dengan mencari informasi dari dokumen
–dokumen perusahaan yang sesuai dengan
data yang diperlukan
Metode Interview (kuisioner)c.
Yaitu metode pengumpulan data
FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014 35
dengan mengajukan pertanyaan secara lisan
dan tertulis (kuisioner) untuk mendapatkan
penjelasan atau jawaban singkat dari pihak
yang bersangkutan (responden)
4. Teknik Analisis Data
Analisis Regresi Linier Bergandaa.
Analisis Regresi berganda digunakan
untuk mengetahui besarnya pengaruh
perubahan tata ruang kantor (X1), dan
lingkungan kerja fisik (X2) secara parsial dan simultan terhadap kinerja pegawai (Y) serta
untuk mengetahui variabel mana diantara
tata ruang kantor dan lingkungan kerja yang
paling besar pengaruhnya terhadap kinerja
karyawan. Model persamaan regresi berganda
yang digunakan adalah sebagai berikut
(dibantu analisis SPSS versi 13.0):
Y = ɑ + b1 X1 + b2 X2 Dimana:
Y = Variabel Kinerja
ɑ = Konstanta Persamaan Regresi
b1 = Koefisien Regresi (X1)b2 = Koefisien Regresi (X2)X1 = Variabel Tata Ruang
Kantor (X1)
X2 = Variabel Lingkungan Kerja
(X2)
Analisis t-test1.
Analisis ini bertujuan untuk menguji
apakah pengaruh antara tata ruang kantor
(X1) dan lingkungan kerja (X2) secara parsial
terhadap kinerja karyawan (Y) memang benar
selanjutnya dibandingkan
dengan t-tabel.
Hasil Uji Hipotesis:
Jika t-hitung > t-tabel, maka Ho
ditolak berarti signifikan.Jika t-hitung ≤ t-tabel, maka Ho diterima berarti tidak signifikan.
Analisis F-test2.
Uji ini dimaksudkan untuk menguji
signifikansi atau tidaknya pengaruh secara simultan tata ruang kantor (X1) dan
Rumus (Sugiyono, 2007):
r n – 2 t = 1 - r²
terjadi (signifikan) atau hanya diperoleh secara kebetulan.
Dimana:
t = Nilai t yang dihitung
r = Koefisienkorelasin = Jumlah pegawai
Nilai t yang diperoleh dari hasil
perhitungan disebut t-hitung,
Rumus: r² / k F = ( 1 - r²) / (n - k – 1)
lingkungan kerja (X2) dengan kinerja (Y).
(Sugiyono, 2000).
Dimana:
F = F-hitung
r = Koefisien kolerasi bergandan = Jumlah responden
k = Jumlah variabel bebas
Dengan menggunakan derajat
kepercayaan 95% atau tingkat kesalahan (ɑ) = 5%, derajat bebas pembilang = k serta derajat
penyebut= n – k- 1. Sehingga mendapatkan
besarnya F-tabel. Dengan kriteria pengujian
yaitu:
Jika F-hitung > F-tabel, maka Ho ditolak
berarti signifikan.Jika F-hitung ≤ F-tabel, maka Ho diterima berarti tidak signifikan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian1.
Analisis Regresi Linier Bergandaa.
Analisis regresi linier berganda
digunakan untuk mengetahui pengaruh
variabel bebas Tata Ruang Kantor (X1),
dan Lingkungan Kerja Fisik (X2) terhadap
variabel terikat Kinerja Karyawan (Y).(SPSS
Versi 13.0)
Dari hasil output regresi linier berganda dapat
diketahui nilai konstanta a dan koefisien regresi b1 dan b2 ( Lampiran 1), sebagai
berikut:
FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 201436
a = 6,442
b1 = 0,438
b2 = 0,578
Dengan diketahui a = 6,442, b1 =
0,438, dan b2 = 0,578, maka dapat dibuatkan
persamaan regresi berganda sebagai berikut:
Y = ɑ + b1 X1 + b2 X2 Y = 6,442 + 0,438X1 + 0,578X2
Dari persamaan diatas dapat dikatakan
pola pengaruh Tata Ruang Kantor (X1) dan
Lingkungan Kerja Fisik (X2) terhadap Kinerja
Karyawan (Y) adalah sebagai berikut:
- Terdapat pola pengaruh positif variabel
bebas Tata Ruang Kantor (X1) dan
Lingkungan Kerja Fisik (X2) terhadap
variabel terikat Kinerja Karyawan (Y),
yakni apabila variabel bebas Tata Ruang
Kantor (X1), dan Lingkungan Kerja
Fisik (X2), besarnya sama dengan 0,
maka Kinerja Karyawan (Y) adalah
sebesar 6,442 satuan. Hal ini didapat dari
perhitungan:
Y = ɑ + b1 X1 + b2 X2 Y = 6,442 + 0,438X1 +
0,578X2
Y = 6,442 + 0,438 x 0 + 0,578 x 0
Y = 6,442 + 0 + 0Y = 6,442
Ini berarti,
apabila tidak memperhatikan Tata
Ruang Kantor (X1) dan Lingkungan Kerja
Fisik (X2), maka Kinerja Karyawan (Y)
adalah sebesar 6,442 satuan.
Apabila faktor Tata Ruang Kantor (X1) -
dan Lingkungan Kerja Fisik (X2) besarnya
sama dengan 1, maka persamaan regresi
linier berganda tersebut akan menjadi:
Y = ɑ + b1 X1 + b2 X2 Y = 6,442 + 0,438 (1) + 0,578
FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014 45
IMPLIKASI GENDER SEBAGAI MODERATING VARIABLE
DALAM KAITAN ANTAR IKLIM ORGANISASI, KEPUASAN KERJA , DAN
KINERJA KARYAWAN PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM
TIRTA MANGUTAMA KABUPATEN BADUNG
I Made purba Astakoni
(Dosen STIMI “Handayani” Denpasar)
Abstract : The success of the empowerment of human resources within an
organization is realized by the performance of its employees. Employees are an
important resource for the organization, because it has the talent, energy, and
creativity that is needed by the organization, not to mention the Regional Water
Company (PDAM) Tirta Mangutama Badung regency. In this study, the objectives
of this study were: (1) To determine the effect of organizational climate on job
satisfaction, (2) To determine the effect of organizational climate on employee
performance, (3) To determine the effect of job satisfaction on employee
performance, (4) To determine the effect of gender in moderating the relationship
between organizational climate, job satisfaction on employee performance.
In getting the answers to the above research objectives in the census questionnaire
distributed to 160 employees as respondents. Collected data were analyzed with the
Structural Equation Model (SEM). In the first SEM method to evaluate the normality of the data, confirmatory factor analysis (CFA) and then analyzes the influence of the SEM. Full results of the initial model showed that the model is not good so the model needs to be modified in order to obtain a model that approached Goodness of Fit. Results of this study indicate that the three hypotheses raised showed a significant positive effect, namely: Effect of Organizational Climate (X1) of the Employee
Satisfaction (Y1), Effect of Organizational Climate (X1) of the Employee Performance
(Y2), Influence of Employee Satisfaction (Y1) the Employee Performance (Y2). There is the influence of Organizational Climate (X1), Employee Satisfaction (Y1) of the Employee Performance (Y2). Employee Performance means variation of 79.90% can
be explained by the Organizational Climate and Job Satisfaction. There is also the
influence of Employee Satisfaction (Y1), the Employee Performance (Y2). Employee Performance means variation of 27.90% influenced by the Employee Satisfaction. From the results of the model turns moderating Gender male debilitating relationship between variables Organizational Climate, Job Satisfaction and Employee Performance,
Gender Women are not given effect to the models linkage raised in this study.
Key Words: Organizational Climate, Job Satisfaction, Gender and Employee Performance
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Kualitas dari pemimpin seringkali
dianggap sebagai faktor terpenting dari
keberhasilan atau kegagalan organisasi, baik
organisasi yang berorientasi bisnis maupun
organisasi publik. Begitu strategisnya peran
pemimpin sehingga isu mengenai pemimpin
menjadi faktor yang menarik perhatian bagi
para peneliti. Pimpinan perlu melakukan
pembinaan dan memberi perhatian yang
FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 201446
sungguh-sungguh, menggerakkan dan
mengarahkan semua potensi karyawan di
lingkungan kerja agar terwujud volume
dan beban kerja yang terarah pada tujuan
organisasi.
Wibowo (2010:363), mengatakan
bahwa suatu organisasi harus memiliki
kemampuan menciptakan organisasi dengan
budaya yang dapat mendorong terciptanya
kepuasan maupun kinerja. Lebih lanjut
dikatakan, budaya organisasi sebagai
landasan filosofi dari suatu organisasi atau perusahaan mengandung karakteristik
seperti nilai, norma, filosofi, aturan dan iklim organisasi mencerminkan misi dan visi dari
suatu organisasi akan dapat menuntun dan
mendukung individu atau anggota organisasi
untuk menjalankan tugasnya sesuai dengan
visi dan misi perusahaan atau organisasi.
Selanjutnya Wirawan (2008:122) dalam
hasil penelitiannya menggambarkan bahwa
anggota organisasi (secara individual dan
kelompok) dan mereka yang secara tetap
berhubungan dengan organisasi apa yang ada
atau terjadi dilingkungan internal organisasi
secara rutin, yang mempengaruhi sikap dan
perilaku organisasi dan kinerja.
Menyadari betapa iklim organisasi
memiliki kontribusi yang cukup signifikan terhadap setiap individu di dalam organisasi,
yang pada ujung-ujungnya akan berpengaruh
pula pada kinerja, maka pihak manajemen
perlu memahami dengan baik iklim yang
tumbuh dalam organisasi. Wirawan (2008 :
124) iklim organisasi merupakan salah satu
cara untuk mengukur budaya organisasi, dan
iklim organisasi itu sendiri dimaknai sebagai
cara karyawan memahami lingkungan
organisasinya. Kondisi seperti ini akhirnya
bisa memperjelas pendapatnya bahwa
faktor tertentu dapat penting pada organisasi
tertentu, namun tidak memiliki makna yang
berarti pada organisasi lain. Memandang
iklim organisasi sebagai suatu kepribadian
organisasi seperti apa yang dilihat oleh para
anggotanya. Jadi iklim organisasi tertentu
adalah iklim yang dilihat para karyawan
dalam organisasi tersebut. Iklim organisasi
secara luas adalah persepsi anggota organisasi
( secara indipidual dan kelompok) dan mereka
secara tetap berhubungan dengan organisasi
(misalnya pemasok, konsumen, konsultan,
dan kontraktor) mengenai apa yang ada atau
terjadi dilingkungan internal organisasi secara
rutin, yang memengaruhi sikap dan perilaku
organisasi dan kinerja anggota organisasi yang
kemudian menentukan kinerja organisasi.
Veithzal (2009 : 860) menyebutkan
bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
kepuasan kerja sangat banyak jumlahnya,
diantaranya adalah : gaya kepemimpinan,
produktivitas kerja, prilaku, pemenuhan
harapan penggajian (kompensasi), dan
efektifitas kerja. Sementara, Robins dan Judge (2007 : 110) mengatakan variable-
variabel yang berkaitan dengan kerja yang
dapat menentukan kepuasan kerja karyawan
adalah : kerja yang secara mental menantang,
ganjaran yang pantas, kondisi kerja dan
rekan kerja yang mendukung, pengawasan,
kesesuaian kepribadian dengan pekerjaan.
Sutrisno ( 2011 : 291) dalam hasil
penelitiannya menggambarkan bahwa kalau
suatu kelompok sudah dibentuk dan disadari
bersama adanya interdependensi dan saling
memberikan reward dan mempersepsikan diri
sebagai satu kesatuan dalam mencapai tujuan,
tentunya problem organisasi atau perusahaan
sebagai suatu kelompok sosial tidak akan
terjadi. Realitanya banyak organisasi dalam
perkembangannya mengalami problem
yang muncul akibat munculnya kelompok-
kelompok kecil yang tidak membuat
organisasi semakin dinamis, melainkan malah
menjadikan keruntuhan organisasi tersebut.
Perbedaan peran, harapan, kepentingan,
interdependensi, dan konflik internal yang mengancam kelangsungan hidup kelompok
tersebut. Misalnya memogokan karyawan,
absensi yang tinggi turnover tidak terkendali.
Semua ini merupakan gejala yang muncul
dan disebabkan oleh ketidakpuasan karyawan
terhadap organisasi. Ini dikarenakan rendahnya
FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014 47
komitmen kerja dari para karyawannya.
Berdasarkan latar belakang tersebut
di atas, menarik bagi peneliti untuk
mengamati masalah sumber daya manusia
karena pentingnya peranan sumber daya
manusia dalam suatu organisasi termasuk
meningkatkan kinerja dari karyawan di
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)
Tirta Mangutama Kabupaten Badung, yang
merupakan perusahaan jasa perlu memberi
perhatian pada kepentingan pegawai yang
memiliki berbagai macam kebutuhan.
I.2. Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini, rumusan masalah
yang dapat dirumuskan untuk dapat diteliti
di Perusahaan Daerah Air Minum Tirta
Mangutama Kabupaten Badung adalah
sebagai berikut:
Apakah iklim organisasi berpengaruh 1.
terhadap kepuasan kerja?
Apakah iklim organisasi berpengaruh 2.
terhadap kinerja karyawan?
Apakah kepuasan kerja berpengaruh 3.
terhadap kinerja karyawan?
Apakah 4. Gender mampu memoderasi
kaitan antara iklim organisasi, kepuasan
kerja dan kinerja karyawan.
I.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang
dan rumusan masalah sebagaimana tersebut,
penelitian ini bertujuan untuk :
Untuk mengetahui pengaruh iklim 1.
organisasi terhadap kepuasan kerja
Untuk mengetahui pengaruh iklim 2.
organisasi terhadap kinerja karyawan
Untuk mengetahui pengaruh kepuasan 3.
kerja terhadap kinerja karyawan
Untuk mengetahui pengaruh 4. gender
dalam memoderasi hubungan antara
iklim organisasi, kepuasan kerja terhadap
kinerja karyawan
II. TELAAH PUSTAKA
2.1. Pengaruh Iklim Organisasi terhadap
Kepuasan Kerja
Robbins, Stephen P. dan Coulter Mary
(2009:99) mengatakan kepuasan kerja (job
satisfaction) dapat didefinisikan sebagai suatu perasaan positif tentang pekerjaan seseorang
yang merupakan hasil dari sebuah evaluasi
karakteristiknya. Seseorang yang memiliki
kepuasan kerja tinggi memiliki perasaan-
perasaan positif tentang pekerjaanya tersebut,
sementara seseorang yang tidak puas
memiliki perasaan-perasaan yang negatif
tentang pekerjaan tersebut. Sedangkan
ketidak puasan kerja dikaitkan dengan ketidak
hadiran (absenteeism), keluhan (grievances),
dan perpindahan (turn over) merupakan biaya
yang sangat mahal bagi organisasi.
Fathoni (2006:174-178) berpendapat
tolak ukur yang dapat dijadikan indikator
untuk mengukur kepuasan kerja adalah
:kedisiplinan, moral kerja dan turnover.
Sedangkan faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi kepuasan kerja menurut
Fathoni adalah : balas jasa yang adil dan
layak, penempatan yang tepat sesuai dengan
keahlian, berat ringan pekerjaan, suasana
lingkungan pekerjaan, peralatan yang
menunjang pelaksanaan pekerjaan, sikap
pimpinan dalam kepemimpinannya, sifat
pekerjaan, menoton atau tidak. Jadi kepuasan
kerja dikatakan kunci pendorong moral kerja,
kedisiplinan dan prestasi kerja karyawan
dalam mendukung terwujudnya tujuan
perusahaan. Meskipun persepsi atas kepuasan
kerja dan iklim organisasi berhubungan
dan memberikan timbal balik antara satu
dengan yang lainnya, namun kepuasan kerja
FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 201448
merupakan konsep yang berbeda dengan
iklim organisasi.
Widyastuti (2004:19) hasil
penelitiannya mengemukakan persepsi
atas kepuasan kerja dan iklim organisasi
berhubungan dan memberikan timbal balik
antara satu dengan yang lainnya, namun
kepuasan kerja merupakan konsep yang
berbeda dengan iklim organisasi. Menurut
Rongga et.al (2001:79) melakukan iklim
organisasi dan kepuasan pelanggan dengan
sampel para manager di perusahaan kecil
yang menjadi objek penelitian dan pegawai
sebagai pelanggan. Hasil penelitiannya
menjelaskan bahwa iklim organisasi dengan
kepuasan kerja mempunyai hubungan yang
sangat kuat.
H.1: Makin baik Iklim organisasi(x1) , maka makin tinggi kepuasan kerja karyawan (y1).
2.2. Pengaruh Iklim Organisasi terhadap
Kinerja Karyawan
Wirawan (2007:174) Pengaruh iklim
organisasi terhadap kinerja anggota organisasi
mengatakan Persepsi anggota organisasi
(secara individual dan kelompok) dan mereka
yang secara tetap berhubungan dengan
organisasi (misalnya pemasok, konsumen,
konsultan, dan kontraktor) mengenai apa
yang ada atau terjadi dilingkungan internal
organisasi secara rutin yang mempengaruhi
sikap dan perilaku organisasi dan kinerja
anggota organisasi yang kemudian
menentukan kinerja organisasi.
Sedangkan menurut Tangiuri
dan Litwin dalam Wirawan (2008:121),
mendifinisikan iklim organisasi merupakan kualitas lingkungan internal organisasi
yang secara relatif terus menerus
berlangsung, dialami oleh anggota organisasi
mempenagaruhi perilaku meraka dan
dapat dilukiskan dalam pengertian satu set
karakteristik atau sifat organisasi. Sebagai
suatu sifat atau ciri-ciri yang relative tetap
pada lingkungan internal organisasi yang
membedakannya dengan organisasi lainnya.
Adapun ciri-ciri iklim organisasi tersebut
adalah dihasilkan oleh tingkah laku dan
kebijaksanaan organisasi dirasakan oleh
anggota organisasi dapat digunakan untuk
menanfsirkan organisasi, dan sebagai sumber
tekanan untuk mengarah aktifitas.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh Endang Nur Widyastuti (2004) yang
berjudul Analisis Pengaruh Iklim Organisasi
dan Motivasi terhadap Kinerja Pegawai
melalui variable Intervening Kepuasan
Kerja pada Dinas Pertanian Kota Semarang.
Penelitian ini menggunakan sample sebanyak
117 orang pegawai pada Dinas Pertanian
Kota Semarang, dengan instrument penelitian
berupa kuisioner dalam mendapatkan data
mengenai iklim organisasi, motivasi, kepuasan
kerja dan kinerja pegawai. Penelitian ini
menggunakan teknik analisis SEM untuk
melakukan uji hipotesis penelitiannya. Hasil
penelitian yang dilakukan menunjukkan
bahwa ; Iklim organisasi berpengaruh positif
terhadap kinerja pegawai. Artinya semakin
baik iklim organisasi maka kinerja pegawai
akan semakin meningkat. Dalam hal ini,
dukungan dari organisasi dalam menciptakan
dan memberikan kesempatan yang lebih
besar kepada pegawai bisa memacu pegawai
untuk lebih meningkatkan kinerjanya.
H.2 : Makin baik iklim organisasi , makin baik kinerja karyawan.
2.3. Pengaruh Kepuasan Kerja terhadap
Kinerja Karyawan
Kepuasan kerja – kinerja karyawan“
telah muncul sejak lama meskipun banyak
orang mengasumsikan hubungan yang positif.
Kepuasan kerja karyawan harus diciptakan
sebaik-baiknya supaya moral kerja, dedikasi,
kecintaan dan kedisiplinan karyawan
meningkat. Dengan adanya kepuasan kerja
dari karyawan akan membuat karyawan betah
bekerja, membuat mereka bekerja optimal
untuk mencapai tujuan perusahaan.
FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014 49
Pendapat Fathoni (2006:175) yang
mengatakan bahwa “ kepuasan kerja
karyawan merupakan kunci pendorong moral
kerja, kedisiplinan prestasi kerja karyawan
dalam mendukung terwujudnya tujuan dari
perusahaan”. Kaitan kepuasan kerja
dengan kinerja karyawan juga dikemukakan
oleh Robbins dan Coulter (2007:55)
ditunjukkan oleh keadaan perusahaan dimana
karyawan yang lebih terpuaskan cendrung
lebih efektif daripada perusahaan – perusahaan
dengan karyawan yang kurang terpuaskan.
Konsekuensi kepuasan kerja dari para
peneliti ditemukan bahwa dampak kepuasan
kerja lebih banyak dari pada produktivitas
karyawan, tingkat absensi karyawan, dan
tingkat pergantian karyawan. Hubungan
antara kepuasan dengan kinerja secara singkat
dikatakan, Karyawan yang bahagia adalah
karyawan yang produktif, karyawan merasa
lebih puas dengan pekerjaannya maka akan
melaksanakan tugas pada tingkat yang lebih
tinggi dibandingkan dengan karyawan yang
kurang puas.
Adanya hubungan yang secara jelas juga
digambarkan oleh Gibson, dkk (2010:156),
dikatakan bahwa kepuasan kerja menyebabkan
peningkatan kerja sehingga pekerja yang
puas akan lebih produktif. Senada dengan
pendapat tersebut di atas, Brahmasari dan
Suprayitno (2008) dalam hasil penelitiannya
juga mengatakan bahwa kepuasan kerja
karyawan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan.
Penelitian yang dilakukan Parwanto
(2006) berjudul “Pengaruh faktor-faktor
Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan
Pusat Pendidikan Komputer Akuntansi
IMKA di Surabaya“. Variabel penelitian yang
dipergunakan kepuasan kerja sebagai variabel
independen yaitu gaji, kepemimpinan,
dan sikap rekan sekerja terhadap kinerja
karyawan sebagai variabel dependen.
Menggunakan alat analisis SPSS yaitu
regresi linier berganda. Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa faktor kepuasan kerja,
gaji, kepemimpinan dan sikap rekan sekerja
mempunyai pengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja karyawan.
H3 : Makin tinggi kepuasan kerja karyawan, makin baik kinerja karyawan.
2.4. Kerangka Pemikiran.
Berdasarkan telaah pustaka dan
temuan-temuan sebelumnya dapat diangkat
sebuah model konseptual atau kerangka
pemikiran penelitian seperti yang disajikan
dalam diagram berikut:
Gambar 1 Model Hubungan Antara Variabel Iklim Organisasi, Kepuasan Kerja, dan
Kinerja Karyawan yang dimoderating oleh Gender
Kinerja
Karyawan
(Y2)
Iklim
Organisasi
(X1)
Kepuasan
Kerja
(Y1)
Gender
FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 201450
2.5. Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran
teoritis yang diangkat di dalam penelitian ini,
maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian
sebagai berikut:
H1 : Makin baik iklim organisasi, makin
tingii kepuasan kerja karyawan
H2 : Makin baik iklim organisasi, makin
tinggi kinerja karyawn
H3 :Makin tinggi kepuasaan kerja
karyawan, makin tinggi kinerja
karyawan
2.6. Definisi Operasional dan Indikator Variabel
Definisi operasional dan indikator dari masing-masing variabel dalam penelitian ini
dijelaskan sebagai berikut:
Iklim Organisasi1.
Wirawan (2008) menjelaskan bahwa
iklim organisasi memiliki empat indikator
yaitu (Wirawan, 2008): Lingkungan Fisik
, Lingkungan Sosial , Sistem Manajemen
,Struktur birokrasi
Kepuasan Kerja 2.
Robbins dan Judge (2009), mengatakan
kepuasan kerja terdiri dari lima
indikator yaitu : Kepuasan dengan gaji,
Kepuasan dengan promosi, Kepuasan
dengan rekan kerja, Kepuasan dengan
supervise, Kepuasan dengan kenikmatan
pekerjaan.
Kinerja Karyawan 3.
Indikator kinerja karyawan dalam
penelitian ini diambil dari Tsui et all,
Mas’ud (2004) dalam Sutrisno (2010)
yaitu :Kuantitas dan kualitas kerja,
Efisiensi yang melebihi standar, Inovasi yang tinggi, Pekerjaan selesai tepat
waktu, Pengetahuan sesuai pekerjaan
dan Pekerjaan sesuai prosedur kerja
III. METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Perusahaan
Daerah Air Minum Tirta Mangutama
Kabupaten Badung, Jalan. Bedahulu No 3
Denpasar.
3.2. Sumber dan Jenis Data
Sumber data yang dipergunakan dalam
penelitian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder, sedangkan jenis data kuantitatif
yaitu berupa jumlah karyawan perusahaan,
skor jawaban responden penelitian tentang
iklim organisasi, kepuasan kerja serta skor
kinerja karyawan. Data kualitatif seperti
sejarah dan perkembangan perusahaan dan
informasi/penjelasan stuktur organisasi
perusahaan.
Populasi dan Teknik Sampling 3.3.
Populasi dalam penelitian ini adalah
jumlah semua karyawan jumlah karyawan
perusahaan secara keseluruhan sebanyak 160
orang dengan alokasi pada setiap bagian/unit
sebagai berikut:
Tabel 1
Jumlah populasi Penelitian
pada Perusahaan Daerah Air Minum TirtaMangutama
Kabupaten Badung.
No Unit Kerja Jumlah
(orang)
Prosentase
(%)
1 Kantor Pusat 145 90,60
2 Unit Kuta 5 3,10
3 Unit Mengwi 4 2,50
4 Unit Abiansemal 3 1,90
5 Unit Petang 3 1,90
Jumlah responden
(orang)
160
100,00
Sumber: Bagian Umum Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Mangutama
Kabupaten Badung, tahun 2012
FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014 51
Mengingat dalam penelitian ini
melibatkan banyak indikator, maka dari
populasi yang ada pada Tabel 1 sebanyak
160 orang, maka secara sensus langsung
keseluruhan jumlah populasi dijadikan
responden penelitian
3.4. Teknik Pengumpulan Data
1. Kuesioner
Pengumpulan data primer dilakukan
dengan metode survei yang
menggunakan daftar pertanyaan
(kuesioner) yang disampaikan langsung
kepada responden. Oleh karena dalam
penelitian ini analisisnya menggunakan
model SEM, maka penyusunan
kuesioner dan pengukurannya minimal
menggunakan skala interval. Didalam
menghasilkan data yang bersifat interval
( intervally scaled data) dipergunakan
skala “agree-disagree scale” dengan
cara mengembangkan pernyataan yang
menghasilkan jawaban “sangat setuju”
sampai dengan “sangat tidak setuju”
dalam berbagai rentang nilai berikut
(Ferdinand,2011:251)
3.5. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini
mempergunakan The Structural Equation
Model (SEM) dalam model dan pengujian
hipotesis. SEM atau Model Persamaan
Struktural adalah sekumpulan teknik
statistika yang memungkinkan pengujian
sebuah rangkaian hubungan yang relatif
rumit secara simultan. Perkataan rumit dalam
hal ini adalah model-model simultan yang
dibentuk melalui lebih dari satu variable
dependen pada saat yang sama berperan
sebagai variable independen bagi hubungan
berjenjang lainnya .
Ferdinand, 2006, menjabarkan lebih lanjut
pemodelan yang lengkap, perlu dilakukan
langkah-langkah sebagai berikut: (1)
Pengembangan model berbasis teori, (2)
Pengembangan diagram alur (Path diagram),
(3) Mengubah/konversi diagram alur ke
dalam persamaan, (4) Memilih Matriks
Input dan Estimasi Model, (5) Kemungkinan
munculnya masalah identifikasi, (6) Evaluasi Kriteria Goodness of Fit,(7)7. Interpretasi
dan Modifikasi ModelSangat Tidak Setuju Sangat Setuju
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2. Dokumentasi
Merupakan suatu teknik pengumpulan
data / informasi yang dilakukan dengan
jalan mempelajari sumber data tertulis
yang ada hubungannya dengan obyek
yang diteliti yaitu untuk memperoleh
data sekunder seperti data letak geografis unit-unit perusahaan, data luas wilayah
Kabupaten Badung.
FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 201452
IV. HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1 Hasil Pengujian Analisis Faktor
Konfirmatori (CFA)
Analisis faktor konfirmatori (CFA) digunakan untuk menguji unidimensionalitas
dari dimensi-dimensi yang menjelaskan
variabel laten dari model tersebut, apakah
seluruh indikator yang diangkat dalam
penelitian merupakan pembentuk variabel
laten Iklim Organisasi, Kepuasan Kerja,
dan Kinerja Karyawan. Menurut Ferdinand
(2006:24) sebuah indikator signifikan mendefinisikan variable laten jika memiliki koefisien lamda (λ ) ≥ 0,5 dan nilai kritis (CR) ≥ 2,00 serta nilai probabilitas < 0,05.
Berdasarkan ketentuan tersebut maka
dilakukan analisis faktor konfirmatori untuk ketiga variable penelitian adalah sebagai
berikut ini.
Tabel 2
Regression Weights: (Group number 1-Default model)
Kinerja_Karyawan Kepuasan Kerja 0,312 0,657 0,299 0,657
Square Multiple Correlation atau
R2(Determinasi)
Kepuasan_Kerja 1,714 0,279 1,769 0,279
Kinerja_Karyawan 0,628 0,799 0,615 0,799
FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 201460
Jadi faktor Iklim Organisasi menjadi
acuan bagi individu dalam pencapaian
kepuasan kerja karyawan. Hal ini telah
dikemukakan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Ratna Kusumawati (2008)
yang dilakukan di Rumah Sakit Roemani
Semarang yang memperoleh kesimpulan
bahwa iklim organisasi berpengaruh terhadap
kepuasan kerja dapat diterima.
4.2.2 Pengaruh Iklim Organisasi Terhadap
Kinerja Karyawan
Berdasarkan hasil penelitian, terdapat
pengaruh positif antara iklim organisasi
terhadap kinerja karyawan sebesar 0,351 pada
model modifikasi. Hal ini berarti bahwa iklim organisasi yang ada di Perusahaan Daerah Air
Minum Tirta Mangutama Kabupaten Badung
berpengaruh terhadap kinerja karyawan,
dalam arti semakin baik iklim organisasi,
maka semakin tinggi kinerja karyawan.
Menurut Fathoni (2006) , iklim organisasi
berhubungan dan memberikan timbal balik
antara yang satu dengan yang lainnya.
Jadi iklim organisasi dan kinerja
karyawan berhubungan dan memberikan
timbal balik antara yang satu dengan yang
lainnya. Hal ini telah dikemukakan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Widyastuti
(2004) yang dilakukan di Dinas Pertanian
Kota Bogor yang memperoleh kesimpulan
bahwa iklim organisasi dengan kinerja
karyawan mempunyai hubungan yang kuat.
4.2.3 Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap
Kinerja Karyawan
Berdasarkan hasil penelitian, terdapat
pengaruh positif antara kepuasan kerja
terhadap kinerja karyawan sebesar 0,657
pada model modifikasi. Hal ini berarti bahwa kepuasan kerja karyawan yang ada
di Perusahaan Daerah Air Minum Tirta
Mangutama Kabupaten Badung berpengaruh
terhadap kinerja karyawan, dalam arti
semakin tinggi kepuasan kerja karyawan,
maka semakin tinggi kinerja karyawan.
Menurut Fathoni (2006) , kepuasan kerja
berhubungan dan memberikan timbal balik
antara yang satu dengan yang lainnya.
Jadi kepuasan kerja dan kinerja
karyawan berhubungan dan memberikan
timbal balik antara yang satu dengan yang
lainnya. Hal ini telah dikemukakan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Widyastuti
(2004) yang dilakukan di Dinas Pertanian
Kota Bogor yang memperoleh kesimpulan
bahwa kepuasan kerja dengan kinerja
karyawan mempunyai hubungan yang positif
kuat.
4.2.4 Pengaruh Gender Terhadap hubungan
antara Iklim Organisasi, Kepuasan Kerja dan
Kinerja Karyawan
Moderating Effect , merupakan sebuah
model bersyarat atau “conditional model”
yaitu model dimana satu atau beberapa
variabel independen mempengaruhi satu
variabel dependen, dengan sayarat bahwa
pengaruhnya akan menjadi lebih kuat atau
lebih lemah, bila sebuah variabel yang lain
dimunculkan sebagai variabel moderating.
Pengaruh moderasi ini dapat muncul sebagai
pengaruh yang menguatkan atau disebut
sebagai “amplifying effect” atau dapat juga
sebagai pengaruh yang menetralisir atau
melemahkan yaitu yang sering disebut dengan
“moderating effect” (Ferdinand, 2011;127)
Berdasarkan hasil penelitian sesuai
yang ditampilkan pada Tabel 10, bahwa
hasil modifikasi final yang dimoderating dengan Gender Laki ternyata memberikan
efek melemahkan “moderating effect” .
Hal ini berarti bahwa iklim organisasi,
kepuasan kerja dan kinerja karyawan yang
ada di Perusahaan Daerah Air Minum Tirta
Mangutama Kabupaten Badung tidak mampu
dijelaskan oleh gender laki. Sedangkan pada
Tabel yang sama Gender Perempuan mampu
mempertahankan efek yang sama dengan
kondisi modifikasi dengan cut of value yang
semua signifikan.
FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014 61
V. PENUTUP
Kesimpulan
Model persamaan struktural hasil 1.
modifikasi dinyatakan baik, karena telah memenuhi delapan cut of value
yang disyaratkan, yaitu kriteria,
Chi-square, Relative chi-square,
Probability,RMSEA,GFI, AGFI,TLI,
dan CFI.
Dari persamaan struktural hasil 2.
modifikasi menunjukkan Regression
Weight (γ) bahwa terlihat ketiga variabel
yang diangkat dalam penelitian semua
menunjukkan pengaruh positip yaitu :
Pengaruh Iklim Organisasi (Xa. 1) terhadap
Kepuasan Kerja Karyawan (Y1),
Pengaruh Iklim Organisasi (Xb. 1) terhadap
Kinerja Karyawan (Y2),
Pengaruh Kepuasan Kerja Karyawan c.
(Y1)
terhadap Kinerja Karyawan (Y2),
Terdapat pengaruh positip Iklim 3.
Organisasi (X1) , Kepuasan Kerja
Karyawan (Y1) terhadap Kinerja
Karyawan (Y2). Artinya variasi Kinerja
Karyawan sebesar 0,799 atau 79,90%
dapat dijelaskan oleh Iklim Organisasi
dan Kepuasan Kerja.
Terdapat pengaruh positip Kepuasan
Kerja Karyawan (Y1) , terhadap Kinerja
Karyawan (Y2). Artinya variasi Kinerja
Karyawan sebesar 27,90% dipengaruhi
oleh Kepuasan Kerja Karyawan
Dari hasil 4. moderating model ternyata
Gender Laki bersifat melemahkan
keterkaitan antar variabel Iklim
Organisasi, Kepuasan Kerja dan Kinerja
Karyawan, sedang Gender Perempuan
belum memberikan efek terhadap
keterkaitan yang diangkat dalam model.
DAFTAR PUSTAKA
Augusty T. Ferdinand, A, 2011, “Metodelogi
Penelitian Dalam Manajemen”, Badan
Penerbit Universitas Diponogoro,
Semarang
Augusty T. Ferdinand, A, 2006, “Structural
Equation Modelling Dalam Penelitian
Manajemen”, Badan Penerbit Universitas
Diponogoro, Semarang
Cokroaminoto, 2007, “Membangun
Kinerja (Memaknai Kinerja
Karyawan),” Google/15012008/
c o k r o a m i n o t o , w o r d p r e s s .
com/20070523/memaknai-kinerja-
karyawan.
Dessler, Gary , 2000, Human Resource
Management 8th Edition, New Jersey,
Prentice-Hall, Inc.
Darwito, 2008, Analisis Pengaruh Gaya
Kepemimpinan terhadap kepuasan
Kerja dan Komitmen Organisasi untuk
peningkatan Kinerja Karyawan (Studi
pada RSUD Kota Semarang)
Darwanto. 2008, Analisis Pengaruh Gaya
Kepemimpinan terhadap Kepuasan
Kerja dan Komitmen Organisasi untuk
Meningkatkan Kinerja Karyawan (Studi
kasus pada RSUD Kota Semarang),
Tesis Magister Universitas Diponogoro.
Semarang
Endang Nur Widyastuti, 2004. Pengaruh
Iklim Organisasi dan Motivasi terhadap
Kinerja Pegawai melalui variable
Intervening Kepuasan Kerja pada Dinas
Pertanian Kota Semarang, Tesis Magister
Universitas Diponogoro. Semarang
Fuad Mas’ud, 2004, Survai Diagnosis
Organisasional, Badan Penerbit
Universitas Diponogoro, Semarang
Fathoni, Abdurrahmat,2006, Manajemen
Sumber Daya Manusia, Rineka Cipta,
Jakarta
Guritno, Waridin, 2005, “Pengaruh
Persepsi Karyawan Mengenai Perilaku
Kepemimpinan Kepuasan Kerja Dan
Motivasi Terhadap Kinerja”, JRBI,
Vol.1.
Gibson, Ivancevich dan Donnelly,1993,
FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 201462
Organisasi, Terjemahan Djarkasih,
Erlangga
Luthans, Fred, 1995, “Organizational
Behavior”, Seventh Edition, Boston:
McGraw-Hill, Inc.
______,2006, Prilaku Organisasi, Edisi 10,
Andi,Yogyakarta
Ma’rifah, Dewi. 2004. Pengaruh Motivasi
Kerja dan Budaya Organisasi Terhadap
Kinerja Pekerja Sosial pada UPT
Dinas Sosial Propinsi Jawa Timur,
Tesis Magister Universitas Airlangga.
Surabaya
Masrukhin dan Waridin, 2006, “Penagruh
Motivasi Kerja, Kepuasan Kerja, Budaya
Organisasi dan Kepemimpinan terhadap
Kinerja Pegawai”, Jurnal Ekonomi &
Bisnis, Vol. 7, No. 2
Martoyo, Susilo,2007, Manajemen Sumber
Daya Manusia, PT BPFE Yogyakarta
Rosdakarya, Bandung
Mathis, L Robert dan Jacson, H,John,2009,
Human Resource Management, Edisi 10,
(terjemahan), Salemba Empat
Mangkunegara, Prabu Anwar,2009, Evaluasi
Kinerja SDM, Refika Aditama, Bandung
Nurjanah. 2008, Pengaruh Gaya
Kepemimpinan dan Budaya Oganisasi
terhadap Komitmen Organisasi dalam
Meningkatkan Kinerja Karyawan
(Studi pada Biro Lingkup Departemen
Pertanain, Tesis Magister Universitas
Diponogoro. Semarang
Nawawi, Hadari,2008, Manajemen Sumber
Daya Manusia, Gajah Mada University
Press
Notoatmodjo,Soekidjo,2009, Pengembangan
Sumber Daya Manusia, Rineka
Cipta,Jakarta
Parwanto, 2006, Pengaruh Faktor-faktor
Kepuasan Kerja terhadap Kinerja
Karyawan Pusat Pendidikan Komputer
Akuntansi IMKA di Surakarta, Tesis
Universitas Muhamadyah Surakarta
Robbins, Stephen P, 2006, “Perilaku
Oganisasi, Edisi kesepuluh, PT Indeks
Jakarta.
Ratna Kusumawati. 2008, Analisis
Pengaruh Budaya Oganisasi dan Gaya
Kepemipinan terhadap Kepuasan Kerja
untuk Meningkatkan Kinerja Karyawan
(Studi kasus pada Rumah Sakit Roemani
Semarang), Tesis Magister Universitas
Diponogoro. Semarang
Robbins, Stephen P, dan Coulter, Mary,2009,
Manajemen, Edisi Kedelapan, buku1
dan buku 2
Siagian, Sondang P. (2006) Manajemen
Sumber Daya Manusia, Bumi Aksara
_______, (2008), Manajemen Sumber Daya
Manusia, Bumi Aksara
______, 2006, Organisasi dan Manajemen
Sumber Daya Manusia, Rineka Cipta,
Jakarta
Sopiah,2008, Perilaku Organisasional, Andi
Offset Yogyakarta
Sutrisno,2011, Manajemen Sumber Daya
Manusia, Edisi 3, Fajar Interpratama
______. 2009. Manajemen Sumber Daya
Manusia Perusahaan. Remaja
Sedarmayanti,2009, Manajemen Sumber
Daya Manusia – Reformasi Birokrasi
dan Manajemen Pegawai Negeri Sipil,
Refika Aditama
Sutrisno Edy,2011, Budaya Organisasi, Edisi
2, Kencana Jakarta
Sutrisno Edy,2011, Manajemen Sumber Daya
FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014 63
Manusia, Edisi 3, Kencana Jakarta
Timpe, A.Dale,2002, Seri Manajemen
Sumber Daya Manusia – Kinerja, Elex
Media Komputindo
Thoha Miftah,2010, Kepemimpinan dalam
Manajemen, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta
Usman Husman,2008, Metode Penelitian
untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, PT Raja
Grafindo Persada, Jakarta
Veithzal Rivai, 2004, Kepemimpinan dan
Perilaku Organisasi, Edisi Kedua PT
Rajagrafindo Persada, Jakarta.
Veithzal Rivai dan Ahmad Fawzi Mohd
Basri, 2005, Performance Appraisal
: Sistem yang Tepat Untuk Menilai
Kinerja Pegawai dan Meningkatkan
Daya Saing Perusahaan, Divisi Buku
Perguruan Tinggi, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta
Veithzal Rivae, Veitzal dan Sagala, Jauvani
Ella,2009, Manajemen Sumberdaya
Manusia, Rakjawali Pers, Jakarta
Wirawan,2008, Budaya dan Iklim Organisasi
Teori Aplikasi dan Penelitian, Salemba
Empat, Jakarta
_______,2009, Evaluasi Kinerja Sumber
Daya Manusia – Teori, Aplikasi dan
Penelitian, Salemba Empat , Jakarta
Wibowo,2009, Manajemen Kinerja, Rajawali
Pers, Jakarta
_______,2010, Budaya Organisasi, Rajawali
Pers, Jakarta
Wijono. Sutarto,2010, Psikologi Industri dan
Organisasi, Kencana Jakarta
FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 201464
FAKTOR YANG DIPERTIMBANGKAN KONSUMEN DALAM MENGAMBIL
KEPUTUSAN BELANJA PADA AYU NADHI SUPERMARKET DENPASAR
Ida Ayu Trisna Wijayanthi
(Dosen STIMI “Handayani” Denpasar)
Abstract: Retail business in Indonesia is rampant not only in big cities but has penetrated into
small cities and suburbs . This is due to a change in the behavior of people who are averse to
traditional shopping outlets on the grounds of the limited time and less practical when shopping
in traditional markets . But for entrepreneurs who are engaged in retail businesses such as
supermarkets , it is important to understand the consumer , consumer shopping behavior or so-
called consumer behavior , and it is not a small matter for each member of a consumer society .
Ayu Nadhi is a follower market in the field of supermarkets it is important to know “ what are the factors that consumers consider in making decisions on the spending Nadi Ayu Supermarket “ . From the discussion of the results of the analysis of the factors that consumers consider in making
decisions on Ayu Nadi supermarket shopping , it can be concluded that there are 7 ( seven )
factors that consumers consider in making decisions Supermarket shopping in Nadi Ayu namely :
factor Teller Services , Room Cleanliness factor , factor freshness Products , Personal and Social
factors , personal factors , factors security Guarantee and factor Locations
FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014 79
langsung terhadap kinerja karyawan
pada Puri Saron Hotel Group?
Apakah komunikasi dan budaya 3.
organisasi berpengaruh secara tidak
langsung terhadap kinerja karyawan
melalui mediasi kepuasan kerja pada
Puri Saron Hotel Group?
Tujuan Penelitian
Berdasaran pada latar belakang
masalah, maka dalam penelitian ini dapat
dirumuskan tujuan sebagai berikut:
Untuk menganalisis pengaruh secara 1.
langsung komunikasi dan budaya
organisasi terhadap kepuasan kerja
karyawan pada Puri Saron Hotel Group.
Untuk menganalisis pengaruh secara 2.
langsung komunikasi, budaya organisasi
dan kepuasan kerja terhadap kinerja
karyawan pada Puri Saron Hotel Group.
Untuk menganalisis pengaruh secara 3.
tidak langsung komunikasi dan budaya
organisasi terhadap kinerja karyawan
melalui mediasi kepuasan kerja pada
Puri Saron Hotel Group.
TINJAUAN PUSTAKA
Komunikasi
Stoner menyatakan bahwa komunikasi
sebagai proses yang dipergunakan oleh
manusia untuk mencari kesamaan arti lewat
transmisi pesan simbolik. Selanjutnya, Stoner
menyatakan bahwa pengertian komunikasi
tersebut ada tiga butir penting yaitu:
Bahwa komunikasi melibatkan orang, 1.
dan bahwa memahami komunikasi
termasuk mencoba memahami cara
manusia saling berhubungan.
Bahwa komunikasi termasuk kesamaan 2.
arti, yang berarti bahwa agar manusia
dapat berkomunikasi, mereka harus
menyetujui definisi istilah yang mereka gunakan
Bahwa komunikasi termasuk simbol, 3.
baik itu badan, suara, huruf, angka, dan
kata-kata hanya dapat mewakili atau
mendekati ide yang mereka maksudkan
untuk dikomunikasikan, (brahmasari,
2009:240).
Komunikasi merupakan perekat yang
merekatkan organisasi secara bersama-sama.
Komunikasi membantu anggota organisasi
untuk mencapai baik tujuan individu
maupun organisasi, mengimplementasikan
dan merespon perubahan organisasi,
mengkoordinasikan berbagai aktivitas,
dan berkaitan secara virtual dengan semua
perilaku yang relevan dengan organisasi,
(Ivancevich, Konopaske, dan Matteson,
2005:421).
Dari uraian di atas, ternyata komunikasi
sangat esensial sekali bagi kehidupan
organisasi, khususnya untuk karyawan dan
atasan dalam mencapai tujuan. Penggunaan
komunikasi yang baik akan mengurangi
ketidakpastian, dan memperbaiki kinerja
karyawan.
Budaya Organisasi
Menurut pandangan Kinichi dan
Kreitner (2005:79), budaya organisasi adalah
satu wujud anggapan yang dimiliki, diterima
secara implisit oleh kelompok dan menentukan
bagaimana kelompok itu rasakan, pikirkan,
dan bereaksi terhadap lingkungannya yang
beraneka ragam. Definisi ini menyoroti tiga karakteristik budaya organisasi yang penting,
yaitu:
Budaya organisasi diberikan kepada para 1.
karyawan baru melalui proses sosialisasi
Budaya organisasi mempengaruhi 2.
perilaku kita di tempat kerja
Budaya organisasi berlaku pada dua 3.
tingkat yang berbeda, dimana masing-
masing tingkat bervariasi dalam
kaitannya dengan pandangan ke luar
dan kemampuan bertahan terhadap
perubahan.
FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 201480
Budaya organisasi merupakan sistem
penyebaran kepercayaan dan nilai-nilai yang
berkembang dalam suatu organisasi dan
mengarahkan perilaku anggota-anggotanya.
Hasil dari beberapa penelitian menunjukkan
bahwa setiap perbaikan budaya organisasi
kearah yang lebih kondusif akan memberikan
sumbangan yang sangat berarti pada
peningkatan kinerja karyawan, sedangkan
jika kepuasan kerja meningkat maka kinerja
karyawan diprediksikan juga cenderung
meningkat (Masrukin dan Waridin,
2004:201).
Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja merupakan cerminan
dari perasaan karyawan terhadap pekerjaannya.
Hal ini tampak dalam sikap positif karyawan
terhadap pekerjaan yang dihadapi dan
lingkungannya. Sebaliknya, karyawan yang
tidak puas akan bersikap negatif terhadap
pekerjaan dan bentuknya berbeda-beda
satu dengan yang lainnya. Kepuasan kerja
berkaitan erat antara sikap karyawan terhadap
berbagai faktor dalam pekerjaan, antara lain:
situasi kerja, pengaruh sosial dalam bekerja,
imbalan, dan kepemimpinan, serta faktor lain
(Al Rizal dan Ratnawati, 2012:182).
Kepuasan kerja merupakan sikap umum
seorang individu terhadap pekerjaannya.
Masing-masing individu memiliki tingkat
kepuasan berbeda sesuai dengan sistem nilai
yang berlaku dalam dirinya. Semakin banyak
aspek yang sesuai dengan keinginan individu
tersebut maka semakin tinggi kepuasan
kerjanya (Masrukin dan Waridin, 2004:201).
Menurut Strauss dan Sayles, pegawai
yang tidak memperoleh kepuasan kerja
tidak akan pernah mencapai kematangan
psikologi dan pada gilirannya akan menjadi
frustasi. Pegawai akan sering melamun,
semangat kerja rendah, cepat lelah dan bosan,
emosinya tidak stabil, sering absen dan
melakukan sesuatu yang tidak berhubungan
dengan pekerjaannya. Sedangkan pegawai
yang mendapatkan kepuasan kerja biasanya
mempunyai catatan kehadiran yang lebih
baik (Handoko, 2001).
Kinerja Karyawan
Kinerja mengacu pada prestasi
kerja yang diatur berdasarkan standar atau
kriteria yang telah ditetapkan oleh suatu
organisasi. Kinerja individual yang tinggi
dapat meningkatkan kinerja organisasi secara
keseluruhan. Pencapaian kinerja individual
berkaitan dengan pencapaian serangkaian
tugas-tugas individu.
Menurut Mahsun, kinerja
(performance) adalah gambaran mengenai
tingkat pencapaian pelaksanaan suatu
kegiatan/program/kebijakan dalam
mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi
organisai yang tertuang dalam strategic
planning suatu organisasi (Susanto dan
Aisiyah, 2010:22).
Menurut Mangkuprawira (2008),
kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan
seseorang secara keseluruhan selama periode
tertentu di dalam melaksanakan tugas
dibandingkan dengan berbagai kemungkinan,
seperti standar hasil kerja, target atau sasaran,
atau kriteria yang telah ditentukan terlebih
dahulu dan telah disepakati bersama. Akan
tetapi, harus dipahami bahwa tidak semua
kinerja mudah di ukur, mudah dibandingkan
dengan standar yang telah ditentukan atau
dibuktikan secara konkrit. Dengan demikian,
kinerja merupakan hasil output dari suatu
proses. Jika output tersebut berasal dan atau
sebagai hasil kerja karyawan, maka hal itu
dinamakan hasil kinerja karyawan.
Hipotesis
Dalam penelitian ini dapat dirumuskan
beberapa hipotesis yang nantinya akan diuji
kebenarannya melalui penelitian ini sebagai
berikut:
Pengaruh langsung komunikasi dan 1.
budaya organisasi terhadap kepuasan
kerja
FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014 81
H1a
: Komunikasi berpengaruh positif
secara langsung terhadap kepuasan kerja
pada Puri Saron Hotel Group.
H1b
Budaya Organisasi berpengaruh
positif secara langsung terhadap kepuasan
kerja pada Puri Saron Hotel Group.
Pengaruh langsung komunikasi, budaya 2.
organisasi, dan kepuasan kerja terhadap
kinerja karyawan
H2a
: Komunikasi berpengaruh
positif secara langsung terhadap kinerja
karyawan pada Puri Saron Hotel Group.
H2b
:Budaya Organisasi berpengaruh
positif secara langsung terhadap kinerja
karyawan pada Puri Saron Hotel Group.
H2c :
Kepuasan Kerja berpengaruh
positif secara langsung terhadap kinerja
karyawan pada Puri Saron Hotel Group.
Pengaruh tidak langsung komunikasi 3.
dan budaya organisasi terhadap kinerja
karyawan melalui mediasi kepuasan
kerja.
H3a
: Komunikasi berpengaruh
positif secara tidak langsung terhadap
kinerja karyawan pada Puri Saron Hotel
Group melalui mediasi kepuasan kerja.
H3b
: Budaya Organisasi
berpengaruh positif secara tidak langsung
terhadap kinerja karyawan pada Puri
Saron Hotel Group melalui mediasi
kepuasan kerja
METODE PENELITIAN
Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Puri Saron
Hotel Group Bali yang ada di Seminyak
(Badung) , Gatot Subroto (Denpasar), Abian
Biyu (Badung), Madangan (Gianyar), dan
Lovina (Buleleng). Populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh karyawan yang bekerja
pada Puri Saron Hotel Group di masing-
masing lokasi di Bali yang berjumlah 223
orang. Jumlah sampel yang diambil sebanyak
40%, yaitu sebanyak 90 orang sesuai dengan
pendapat dari Arikunto (2002:115), “Apabila
subyeknya kurang dari 100, diambil semua
sekaligus sehingga penelitiannya merupakan
penelitian populasi. Jika jumlah subyek
besar maka diambil 10-15%, atau 20-25%
atau lebih”. Penentuan sampel dilakukan
dengan menggunakan teknik simple random
sampling, yaitu cara pemilihan sampel dimana
anggota dari populasi dipilih satu persatu
secara randon (semua mendapat kesempatan
yang sama untuk dipilih), dimana jika sudah
dipilih tidak dapat dipilih lagi.
Variabel Penelitian
Berdasarkan tinjauan pustaka, tahapan
penelitian serta hipotesis penelitian, maka
dapat diidentifikasikan variabel-variabel penelitian sebagai berikut:
Komunikasi sebagai variabel bebas 1.
pertama (X1), merupakan suatu proses
penyampaian informasi dari seseorang
kepada orang lain agar timbul pengertian
yang sama terhadap suatu informasi.
Dalam penelitian ini, komunikasi
diukur dengan lima indikator yaitu:
pemahaman, kesenangan, pengaruh pada
sikap, hubungan yang makin baik, dan
tindakan.
Budaya organisasi sebagai variabel bebas 2.
kedua (X2), merupakan suatu sistem
makna bersama yang dianut oleh anggota-
anggota yang membedakan organisasi
tersebut dengan organisasi lain. Dalam
penelitian ini, budaya organisasi diukur
dengan enam indikator yaitu: inovasi dan
keberanian mengambil resiko, integrasi,
perhatian terhadap detail, orientasi hasil,
orientasi orang, dan orientasi tim.
Kepuasan kerja sebagai variabel terikat 3.
pertama (Y1), merupakan keadaan
emosional yang menyenangkan atau tidak
menyenangkan atas suatu pekerjaan.
Dalam penelitian ini, kepuasan kerja
diukur dengan lima indikator yaitu:
FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 201482
kepuasan terhadap pembayaran,
kepuasan terhadap pekerjaan, kepuasan
terhadap promosi, kepuasan terhadap
supervisi, dan kepuasan terhadap rekan
sekerja.
Kinerja karyawan sebagai variabel terikat 4.
kedua (Y2), merupakan perbandingan
antara hasil kerja secara nyata dengan
standar yang telah ditetapkan. Dalam
penelitian ini, kinerja karyawan diukur
dengan tujuh indikator yaitu: kuantitas
kerja, kualitas kerja, pengetahuan akan
pekerjaan, inovasi, inisiatif, kemampuan
bekerjasama, dan kemandirian.
Model Penelitian
Penelitian ini menggunakan analisis
PLS dengan dua variabel bebas dan dua
variabel terikat, dimana satu variabel
merupakan variabel mediasi. Berikut adalah
model penelitian ini. Variabel mediasi berikut
adalah :
Komunikasi
Budaya Organisasi
Kepuasan Kerja
Kinerja Karyawan
H1a
H1b
H2c
H2a [H3a]
H2a [H3a]
Gambar 1
Model penelitian
Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
kuisioner/angket yaitu metode pengumpulan
data primer dengan menggunakan seperangkat
daftar pertanyaan/pernyataan mengenai
variabel yang diukur dengan menyediakan
pilihan jawaban (bersifat tertutup), sehingga
jawaban dari semua pertanyaan/pernyataan
benar-benar dapat menggambarkan keadaan
variabel yang sebenarnya. Jawaban yang
disediakan untuk mengukur persepsi
responden terhadap variabel penelitian
dengan menggunakan skala likert lima point
yaitu dari sangat tidak setuju (poin 1) sampai
sangat setuju (poin 5).
Teknik Analisis Data.
Setelah data terkumpul dari lapangan,
selanjutnya dilakukan pengolahan terlebih
dahulu agar data yang tersebar luas dalam
item-item kuisioner dapat dibuat lebih ringkas
dan lebih sederhana dengan bantuan program
SPSS. Selanjutnya, analisis dilakukan agar
data mentah yang diperoleh di lapangan
mempunyai arti dan makna sehingga dapat
menjawab permasalahan yang diajukan.
Dengan demikian, analisis data dalam
penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
smart PLS.
FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014 83
HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji Validitas Dan Reliabilitas
Berdasarkan rekapitulasi hasil
perhitungan nilai korelasi product moment
dari tiap-tiap item pernyataan pada tabel 5.5
diperoleh hasil yang besarnya di atas 0,3.
Hal ini berarti semua butir pernyataan dalam
kuisioner tersebut dapat dikatakan valid.
Berdasarkan rekapitulasi hasil perhitungan
nilai koefisien alpha dari masing-masing variabel diperoleh hasil yang besarnya di atas
0,60. Hal ini berarti semua variabel dalam
kuisioner tersebut dapat dikatakan reliabel.
Hasil Analisis Inferensial
Dalam penelitian ini, teknik analisis
data yang digunakan adalah PLS dengan
program Smart PLS. Berdasarkan hasil
pengolahan data menggunakan PLS,
selanjutnya mengevalusai model persamaan
struktural. Dalam evaluasi ini terdapat dua
evaluasi mendasar, yaitu: (1) evaluasi model
pengukuran (outer model) untuk mengetahui
validitas dan reliabilitas indikator-indikator
yang mengukur variabel laten, dan (2)
evaluasi model struktural (inner model)
untuk mengetahui ketepatan model. Sebelum
evaluasi model dilakukan, dapat ditegaskan
kembali bahwa instrumen penelitian
(kuisioner) sebagai alat pengumpul data
adalah instrumen yang valid dan reliabel.
Evaluasi Model Pengukuran (Outer
Model)
Evaluasi model pengukuran memeriksa
validitas dan reliabilitas indikator-indikator
yang mengukur konstruk atau variabel laten.
Dalam penelitian ini keempat variabel laten,
yaitu: komunikasi (X1), budaya organisasi
(X2), kepuasan kerja (Y
1), dan kinerja
karyawan (Y2) merupakan model pengukuran
dengan indikator reflektif, sehingga dalam evaluasi model pengukuran dilakukan dengan
memeriksa convergent dan discriminant
validity dari indikator, serta composite
reliability untuk blok indikator.
Convergent validity1. bertujuan untuk
mengukur validitas indikator sebagai
pengukur konstruk yang dapat dilihat
pada outer loading (output Smart PLS).
Indikator dianggap valid jika memiliki
nilai outer loading diatas 0,5 dan atau
nilai T-Statistic di atas 1,663 (0.05;83).
Disamping itu juga, nilai outer loading
dapat mengetahui kontribusi setiap
indikator/item terhadap variabel
latennya. Outer loading suatu indikator
dengan nilai paling tinggi menunjukkan
indikator tersebut sebagai pengukur
terkuat atau dengan kata lain paling
penting dalam variabel latennya. Hasil
pemeriksaan outer model dapat diketahui
bahwa dari lima indikator yang mengukur
komunikasi (X1), seluruhnya memiliki
nilai outer loading lebih besar dari 0,50
dan T-Statistic berada diatas 1,663. Ini
berarti, pemahaman (X1.1), kesenangan
(X1.2), pengaruh pada sikap (X1.3),
hubungan yang makin baik (X1.4), dan
tindakan (X1.5) merupakan indikator
yang valid sebagai pengukur variabel
komunikasi (X1). Pada sisi lainnya,
indikator tindakan (X1.5) merupakan
ukuran terkuat pada variabel komunikasi
(X1), karena memiliki nilai outer loading
paling besar (0,883).
Hasil evaluasi variabel budaya
organisasi (X2), menunjukkan dari enam
indikator yang dipergunakan untuk mengukur
budaya organisasi, semua indikator memiliki
nilai outer loading lebih besar dari 0,50
dan T-Statistic lebih dari 1,663. Hasil ini
menunjukkan bahwa inovasi dan keberanian
mengambil resiko (X2.1), integrasi (X2.2),
perhatian terhadap detail (X2.3), orientasi
hasil (X2.4), orientasi orang (X2.5), dan
orientasi tim (X2.6) merupakan indikator
yang valid dalam merefleksikan variabel budaya organisasi (X
2). Hasil evaluasi
juga menunjukkan bahwa integrasi (X2.2)
merupakan indikator terkuat merefleksikan
FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 201484
budaya organisasi dengan nilai outer loading
sebesar 0,882.
Pada evaluasi variabel kepuasan kerja
(Y1), Nampak kelima indikator memiliki nilai
outer loading lebih dari 0,5 dan T-Statistic
lebih dari 1,663. Ini memberikan makna
bahwa kepuasan terhadap pembayaran
(Y1.1), kepuasan terhadap pekerjaan (Y1.2),
kepuasan terhadap promosi (Y1.3), kepuasan
terhadap supervisi (Y1.4), dan kepuasan
terhadap rekan sekerja (Y1.5) merupakan
indikator yang valid sebagai pengukur
variabel kepuasan kerja (Y1). Pemeriksaan
lebih lanjut menunjukkan, kepuasan terhadap
promosi (Y1.3) merupakan indikator terkuat
merefleksikan kepuasan kerja dengan nilai outer loading sebesar 0,834.
Hasil pemeriksaan variabel kinerja
karyawan (Y2), menunjukkan ketujuh
indikator yang digunakan untuk mengukur
variabel kinerja karyawan (Y2), memiliki nilai
outer loading lebih dari 0,5 dan T-Statistic
lebih dari 1,663. Ini memberikan makna
bahwa kuantitas kerja (Y2.1), kualitas kerja
(Y2.2), pengetahuan akan pekerjaan (Y2.3),
inovasi (Y2.4), inisiatif (Y2.5), kemampuan
bekerjasama (Y2.6), dan kemandirian
(Y2.7), merupakan indikator yang valid
untuk mengukur variabel kinerja karyawan.
Pemeriksaan lebih lanjut menunjukkan
kemampuan bekerjasama (Y2.6) merupakan
indikator terkuat merefleksikan kinerja karyawan dengan nilai outer loading sebesar
0,796.
Discriminant validity 2. dilakukan dengan
membandingkan nilai square root of
average variance extracted (AVE) setiap
variabel laten dengan korelasi antar
variabel laten lainnya dalam model.
Ketentuannya, apabila square root of
average variance extracted (√AVE) variabel laten lebih besar dari koefisien korelasi variabel laten mengindikasikan
indikator-indikator variabel memiliki
discrimant validity yang baik. Nilai AVE
yang direkomendasikan adalah lebih
besar dari 0,50. Informasi yang diperoleh
adalah bahwa keempat variabel memiliki
nilai AVE diatas 0,5, dan nilai √AVE untuk setiap variabel lebih tinggi dari
koefisien korelasi antar variabel lainnya. Hasil yang diperoleh mengindikasikan
bahwa model memiliki discriminant
validity yang baik.
Composite Reliability3. bertujuan
mengevaluasi nilai reliabilitas antara
blok indikator dari konstruk yang
membentuknya. Hasil composite
reliability dikatakan baik apabila
memiliki nilai diatas 0,70. Tampak
nilai composite reliability dari keempat
variabel laten telah berada diatas 0,70,
sehingga dapat disampaikan bahwa blok
indikator reliabel mengukur variabel.
Berdasarkan hasil evaluasi convergent
dan discriminant validity masing-masing
indikator, serta composite reliability
untuk blok indikator, maka dapat
disimpulkan bahwa indikator-indikator
sebagai pengukur variabel laten masing-
masing merupakan pengukur yang valid
dan reliabel. Selanjutnya dilakukan
analisis inner model untuk mengetahui
kesesuaian model (goodness of fit model) pada penelitian ini.
Evaluasi Model Struktural (Inner Model)
Model struktural dievaluasi dengan
memperhatikan Q2 predictive relevance model
yang mengukur seberapa baik nilai observasi
dihasilkan oleh model. Q2 didasarkan pada
koefisien determinasi seluruh variabel dependen. Besaran Q2 memiliki nilai dengan
rentang 0 < Q2 < 1, semakin mendekati nilai
1 berarti model semakin baik. Dalam model
structural ini, terdapat dua variabel endogenus
(dependen), yaitu kepuasan kerja (Y1) dan
kinerja karyawan (Y2). Hasil evaluasi model
structural terbukti nilai Q2 sebesar 0,6719
mendekati angka 1. Dengan demikian, hasil
evaluasi ini memberi bukti bahwa model
struktural memiliki kesesuaian (goodness of fit
FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014 85
model) yang cukup baik. Hasil ini bermakna
bahwa informasi yang terkandung dalam
data 67,19% dapat dijelaskan oleh model,
sedangkan sisanya 32,81% dijelaskan oleh
error dan variabel lain yang belum terdapat
dalam model.
Hasil Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan dengan
t-test pada masing-masing jalur pengaruh
langsung secara parsial dan pengaruh tidak
langsung melalui variabel mediasi. Terkait
dengan pengujian ini, maka pengujian
hipotesis dapat dipilah menjadi pengujian
pengaruh langsung dan pengujian pengaruh
tidak langsung atau pengujian variabel
mediasi. Pada bagian berikut diuraikan
secara berturut-turut hasil pengujian pengaruh
langsung dan pengujian variabel mediasi.
Pengujian Pengaruh Langsung
Hasil uji validasi koefisien path pada setiap jalur untuk pengaruh langsung dan
efek disajikan pada tabel berikut:
Tabel 1
Hasil Pengujian Efek Langsung Dan Efek Tanpa Variabel Mediasi
No Hubungan antar Variabel Koefisien Jalur (Bootstrapping)
T-Statistic
Keterangan
1 Komunikasi (X1) Kepuasan Kerja (Y1)
0.158 1.105 Tidak Signifikan
2 Budaya Organisasi (X2) Kepuasan Kerja (Y1)
0.470 3.779 Signifikan
3 Komunikasi (X1) Kinerja Karyawan (Y2)
0.217 2.075 Signifikan
4 Budaya Organisasi Kinerja Karyawan (Y2)
0.378 3.030 Signifikan
5 Kepuasan Kerja (Y1) Kinerja Karyawan (Y2)
0.268 2.687 Signifikan
Pengujian Kepuasan Kerja sebagai Variabel Mediasi (Model tanpa Variabel Mediasi)
6 Komunikasi (X1) Kinerja Karyawan (Y2)
0.252 2.135 Signifikan
7 Budaya Organisasi (X2) Kinerja Karyawan (Y2)
0.709 7.820 Signifikan
Dari tabel diatas maka dapat ditentukan
hasil pengujian hipotesis sebagai berikut :
Komunikasi (X1. 1) ternyata berpengaruh
positif tetapi tidak signifikan terhadap kepuasan kerja (Y
1). Hal ini ditunjukkan
oleh koefisien jalur yang bernilai positif sebesar 0,158 dengan T-statistic = 1,105
(T-statistic < 1,663), sehingga hipotesis
1a (H1a
): komunikasi berpengaruh positif
secara langsung terhadap kepuasan kerja
gagal diterima.
Budaya Organisasi (X2. 2) terbukti
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja (Y
1). Hal ini
ditunjukkan oleh koefisien jalur yang bernilai positif sebesar 0,470 dengan
T-statistic = 3,779 (T-statistic > 1,663),
sehingga hipotesis 1b (H1b
): budaya
organisasi berpengaruh positif secara
langsung terhadap kepuasan kerja dapat
dibuktikan.
Komunikasi (X3. 1) terbukti berpengaruh
FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 201486
positif dan signifikan terhadap kinerja Karyawan (Y
2). Hal ini ditunjukkan
oleh koefisien jalur yang bernilai positif sebesar 0,217 dengan T-statistic = 2,075
(T-statistic > 1,663), sehingga hipotesis
2a (H2a
): komunikasi berpengaruh
positif secara langsung terhadap kinerja
karyawan dapat dibuktikan.
Budaya organisasi (X4. 2) terbukti
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan (Y
2). Hal ini
ditunjukkan oleh koefisien jalur yang bernilai positif sebesar 0,378 dengan
T-statistic = 3,030 (T-statistic > 1,663),
sehingga hipotesis 2b (H2b
): budaya
organisasi berpengaruh positif secara
langsung terhadap kinerja karyawan
dapat dibuktikan.
Kepuasan kerja (Y5. 1) terbukti berpengaruh
positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan (Y
2). Hal ini ditunjukkan
oleh koefisien jalur yang bernilai positif sebesar 0,268 dengan T-statistic = 2,687
(T-statistic > 1,663), sehingga hipotesis
2c (H2c
): kepuasan kerja berpengaruh
positif secara langsung terhadap kinerja
karyawan dapat dibuktikan. Sesuai hasil
yang diperoleh dapat dinyatakan bahwa
kepuasan kerja yang semakin baik
mampu meningkatkan kinerja karyawan
pada Puri Saron Hotel Group Bali.
Pengujian Variabel Mediasi
Pengujian signifikansi variabel mediasi dalam model dapat diperiksa dari
hasil uji efek tidak langsung.
Dalam ringkasan pengujian variabel
Tabel 2 Hasil Pengujian Variabel Mediasi Dan Efek Tak Langsung
No Mediasi Variabel Kepuasan Kerja pada:
(a) (b) (c) (d) Keterangan
1 Komunikasi (X1) Kinerja Karyawan (Y2)
0.217 (Sig.)
0.252 (Sig.)
0.158 (Non-Sig.)
0.268 (Sig.)
Bukan Variabel Mediasi
2 Budaya Organisasi (X2) Kinerja Karyawan (Y2)
0.378 (Sig.)
0.709 (Sig.)
0.470 (Sig.)
0.268 (Sig.)
Partial Mediation
Kalkulasi Efek Langsung, Tak Langsung, dan Total No Hubungan Variabel Efek
Langsung Efek Tak Langsung
Efek Total
1 Komunikasi (X1) Kepuasan Kerja (Y) Kinerja (Y2)
0.217 0.042 (0.158 x 0.268)
0.259
2 Budaya Organisasi (X2) Kepuasan (Y1) Kinerja (Y2)
0.378 0.126 (0.470 x 0.268)
0.504
mediasi yang disajikan pada tabel 2 dapat
disampaikan bahwa kepuasan kerja (Y1)
bukan merupakan variabel mediasi efek tak
langsung komunikasi (X1) terhadap kinerja
karyawan (Y2). Ini dilihat dari nilai efek tak
langsung yang lebih kecil dari efek langsung.
Hasil ini memberikan makna bahwa dalam
mempengaruhi kinerja pegawai, komunikasi
tidak memerlukan mediasi dari kepuasan kerja
terlebih dahulu. Dengan demikian hipotesis
3a (H3a
) tidak dapat dibuktikan kebenarannya
atau ditolak.
Pengujian variabel mediasi kepuasan
kerja (Y1) pada efek tak langsung budaya
organisasi (X2) terhadap kinerja karyawan
(Y2) mengindikasikan hasil yang positif dan
signifikan dengan koefisien jalur sebesar 0,126. Hasil ini memberikan makna,
semakin meningkat kepuasan kerja karyawan
FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014 87
yang didasari budaya organisasi yang baik
mampu meningkatkan kinerjanya. Dengan
demikian, hipotesis 3b (H3b
) dapat dibuktikan
kebenarannya. Walaupun demikian, kepuasan
kerja bukan sebagai mediator penting pada
efek tak langsung budaya organisasi terhadap
kinerja karyawan, karena mediasinya bersifat
parsial (partial mediation). Informasi lain
yang dapat disampaikan, koefisien jalur pada efek langsung budaya organisasi
terhadap kinerja karyawan (0,378) lebih
besar dibandingkan koefisien jalur efek tak langsung melalui mediasi kepuasan kerja
(0,126). Hasil ini memberikan makna,
budaya organisasi ternyata secara lansung
dapat memberikan efek lebih besar terhadap
pencapaian kinerja karyawan dibandingkan
dampak budaya organisasi secara tak langsung
melalui mediasi kepuasan kerja.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis-
hipotesis yang telah diuraikan tersebut, maka
dapat disusun diagram jalur seperti pada
gambar 2 berikut ini:
KOMUNIKASI
BUDAYA
ORGANISASI
KEPUASAN KERJAKINERJA
KARYAWAN
0.217S
(0.042)
0.158NS
0.470S
0.268S
0.378S
(0.126)
Keterangan :
S = SignifikanNS = Non Signifikan( ) = Efek Tak Langsung
Gambar 2
Diagram Jalur Hasil Uji Hipotesis
Informasi lain yang dapat disampaikan
terkait dengan peran kepuasan kerja (tabel
2 dan gambar 2), efek tak langsung budaya
organisasi terhadap kinerja karyawan lebih
besar dibandingkan efek tak langsung
komunikasi terhadap kinerja karyawan. Hal
ini dapat dilihat dari masing-masing total
efek, dimana efek tak langsung budaya
organisasi - kepuasan kerja – kinerja
karyawan memperoleh total efek sebesar
0,504, sedangkan efek total komunikasi –
kepuasan kerja – kinerja karyawan hanya
sebesar 0,259.
FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 201488
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan
pembahasan yang telah dilakukan dalam
penelitian ini, maka dapat diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
Pengaruh langsung komunikasi dan 1.
budaya organisasi terhadap kepuasan
kerja.
Komunikasi yang semakin baik a.
belum tentu mampu meningkatkan
kepuasan kerja karyawan pada
Puri Saron Hotel Group Bali.
Budaya Organisasi yang semakin b.
baik mampu meningkatkan
kepuasan kerja karyawan pada
Puri Saron Hotel Group Bali.
Pengaruh langsung komunikasi, budaya 2.
organisasi, dan kepuasan kerja terhadap
kinerja karyawan.
Komunikasi berpengaruh langsung a.
terhadap kinerja karyawan pada
Puri Saron Hotel Group Bali.
Komunikasi yang semakin baik
mampu meningkatkan kinerja
karyawan pada Puri Saron Hotel
Group Bali.
Budaya organisasi berpengaruh b.
langsung terhadap kinerja
karyawan pada Puri Saron Hotel
Group Bali. Budaya organisasi
yang semakin baik mampu
meningkatkan kinerja karyawan
pada Puri Saron Hotel Group
Bali.
Kepuasan kerja berpengaruh c.
langsung terhadap kinerja
karyawan pada Puri Saron Hotel
Group Bali. Kepuasan kerja
yang semakin baik mampu
meningkatkan kinerja karyawan
pada Puri Saron Hotel Group
Bali.
Pengaruh tak langsung komunikasi 3.
dan budaya organisasi terhadap kinerja
karyawan melalui mediasi kepuasan
kerja
Komunikasi memiliki pengaruh a.
langsung terhadap kinerja
karyawan tanpa melalui mediasi
kepuasan kerja pada Puri saron
Hotel Group Bali. Kepuasan kerja
bukan variabel mediasi pada efek
tak langsung komunikasi terhadap
kinerja Karyawan.
Budaya organisasi memiliki b.
pengaruh tak langsung yang
bermakna terhadap kinerja
karyawan melalui mediasi
kepuasan kerja pada Puri Saron
Hotel Group Bali. Dalam hal ini
mediasi kepuasan kerja bersifat
parsial (partial mediation)
pada efek tak langsung budaya
organisasi terhadap kinerja
karyawan. Hal ini menandakan
bahwa kepuasan kerja bukan
mediator kunci pada hubungan
tak langsung budaya organisasi
terhadap kinerja karyawan.
Saran
Beberapa saran yang dapat diberikan
terkait dengan hasil penelitian ini antara lain
:
Dalam rangka meningkatkan kinerja 1.
karyawan, komunikasi hendaknya
dapat meningkatkan kinerja karyawan.
Melalui komunikasi, tentunya membuat
unsur pimpinan Puri Saron Hotel Group
Bali perlu melakukan upaya-upaya
meningkatkan kinerja karyawan melalui
tindakan kepada karyawan disamping
pemahaman, kesenangan, pengaruh pada
sikap dan hubungan yang makin baik.
Budaya organisasi paling penting 2.
peranannya dalam meningkatkan kinerja
karyawan pada Puri Saron Hotel Group
Bali, baik secara langsung maupun tidak
langsung tanpa harus dimediasi oleh
kepuasan kerja. Oleh karena itu, unsur
pimpinan harus memberikan perhatian
pada budaya organisasi terutama
perhatian terhadap integrasi, disamping
inovasi dan keberanian mengambil resiko,
FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014 89
perhatian terhadap detail, orientasi hasil,
orientasi orang dan orientasi tim untuk
dapat meningkatkan kinerja karyawan.
Bagi peneliti mendatang dapat 3.
mereplikasi model penelitian ini melalui
pendekatan longitudinal (dari waktu ke
waktu) dan memungkinkan digunakan
pada organisasi/perusahaan lainnya.
Selain itu, peneliti mendatang dapat
memodifikasi model penelitian dengan menambahkan variabel-variabel lain,
hal ini didasari indikator dari kinerja
pegawai/karyawan cukup banyak dan
berbeda dengan kondisi organisasi/
perusahaan satu dengan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Al Rizal, M.Hanif., dan Ratnawati, Intan.
2012. Pengaruh Budaya Organisasi
dan Kepuasan Kerja terhadap Kinerja
Karyawan (Studi pada Rumah Sakit Panti
Wilasa “Citarum” Kota Semarang).
Diponegoro Journal Of Management
Volume 1 Nomor 2; halaman 181-188.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Rhineka Cipta: Jakarta.
Brahmasari. 2008. Pengaruh Budaya
Organisasi, Kepemimpinan Situasional
dan Pola Komunikasi terhadap Disiplin
Kerja dan Kinerja Karyawan pada
PT. Central Proteinaprima Tbk. Jurnal
Aplikasi Manajemen Volume 7 Nomor
1; halaman 238-250.
Guritno, Bambang dan Waridin. 2005.
Pengaruh Persepsi Karyawan Mengenai
Perilaku Kepemimpinan, Kepuasan
Kerja dan Motivasi terhadap Kinerja.
JRBI Volume 1 Nomor 1: halaman 63-
74.
Ghozali, Imam. 2011. Partial Least Square
(PLS) berbasis Variance. Semarang: BP
Universitas Diponegoro.
Handoko, T. Hani. 2001. Manajemen, Edisi
2. Yogyakarta: BPFE
Hasibuan, M. 2003. Manajemen Sumber Daya
Manusia. PT Bumi Aksara, Jakarta.
Ivancevich J.M., Konopaske, R., dan
Matteson, M.T. 2005. Organizational
Behavior and Management. Boston:
McGraw Hill.
Kreitner, R., & Kinichi, A. 2005. Perilaku
Organisasi. Jakarta: Salemba Empat
Kreitner, R., and Kinichi, A. 2006.
Organizational Behaviour. 2nd edition.
New York: The Free Press.
Liliyana, Utin Nina Hermina, dan Desvira
Zain. 2011.Pengaruh Budaya Organisasi
terhadap Motivasi Kerja, Komitmen, dan
Kinerja Karyawan di SMAN 9 Pontianak.
Jurnal Aplikasi Manajemen Volume 9
Nomor 2; halaman 491 – 499.
Luthans, F. 2006. Perilaku Organisasi. Edisi
Sepuluh. Yogyakarta:Andi
Masrukhin dan Waridin. 2004. Pengaruh
Motivasi Kerja, Kepuasan Kerja, Budaya
FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 201490
Organisasi dan Kepemimpinan terhadap
Kinerja Pegawai. EKOBIS Volume 7
Nomor 2; halaman 197-209.
Mangkunegara, P. A. 2004. Manajemen
Sumber Daya Manusia Perusahaan.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Mangkuprawira, S. dan Vitalaya. 2007.
Manajemen Mutu Sumber Daya Manusia.
Jakarta: Ghalia Indonesia.
Mangkuprawira, S. 2008. Bisnis, Manajemen
dan SDM. Bogor: IPB Press.
Robbins, S.P. 2005. Organizational Behavior.
11th edition. New Jersey: Prentice-Hall
Inc.
Susanto, Heri., dan Aisiyah, Nuraini. 2010.
Analisis Pengaruh Kepemimpinan dan
Budaya Kerja dengan Motivasi sebagai
Variabel Intervening terhadap Kinerja
Karyawan di Kantor Pertanahan
Kabupaten Kebumen. Magistra No. 74
Th. XXII; halaman 15-38.
FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014 91
AKUNTANSI PENILAIAN DAN PENCATATAN PERSEDIAAN STONEWARE
MENJADI BAHAN BAKU KERAMIK SEBAGAI DASAR PENENTUAN LABA
KOTOR YANG WAJAR MENURUT TEORI AKUNTANSI KEUANGAN
I Nyoman Normal
(Peneliti Akuntansi Keuangan, Kelompok Fungsional Tekno-Ekonomi,
Kantor UPT PSTKP Bali–BPPT,)
Abstracts : The aims of this research that relate stoneware inventory to ceramics raw
material were : (1) Calculate value of ending inventory as component of current asset
by inventory valuation method; (2) Calculate of cost of goods sold as component of
income statement; (3) Record of ending inventory and cost of goods sold use phisic
and perpectual method; and (4) Determinate influence of inventory valuation method
to gross profit. The research results that relate stoneware to ceramics raw material were : (1)The using of recording method (physic and perpectual) and valuation (first in first out, last in first out, and moving average) at UPT PSTKP Bali technology services influence of financial statements element, such as ending inventory, cost of goods sold, and gross profit; (2) The using of physic method into record stoneware could influence : (a) ending inventory : decrease 4,37% (last in first out method), decrease 1,17% (weighted average method), (b) cost of goods sold : increase 0,09% (last in first out method), increase 0,02% (weighted average method), (c) gross
profit : decrease 1,02% (last in first out method), decrease 0,27% (weighted average method); (3) The using of perpectual method into record stoneware could influence : (a) ending inventory : decrease 1,26% (first in first out method), decrease 4,37% (last in first out method), increase 2,76% (moving average method), (b) cost of goods sold : decrease 0,08% (first in first out method), increase 0,09% (last in first out method), decrease 0,05% (moving average method), (c) gross profit : increase 0,91% (first in first out method), decrease 1,02% (last in first out method), and increase 0,65% (moving average method); (4) If the buying price is increase too, so that the using of first in first out method would increase ending inventory, decrease cost of goods sold, and increase gross profit; and (5) If the buying price is decrease too, so that the using of first in first out method would decrease ending inventory, increase cost of goods sold, and decrease gross profit.
Key words : valuation, recording, stoneware (raw material inventory of ceramics), gross profit”
PENDAHULUAN
Persediaan barang dagang (merchandise
inventory) adalah barang-barang yang dimiliki
perusahaan untu dijual kembali (Soemarso,
1992:411). Untuk perusahaan pabrik termasuk
dalam persediaan adalah barang-barang
yang akan digunakan untuk proses produksi
selanjutnya. Persediaan dalam perusahaan
pabrik terdiri dari persediaan bahan baku,
persediaan dalam proses, dan persediaan
barang jadi.
Persediaan pada umunya meliputi jenis
barang yang cukup banyak dan merupakan
bagian yang cukup berarti dari seluruh aktiva
perusahaan. Disamping itu, transaksi yang
berhubungan dengan persediaan merupakan
aktivitas yang paling sering terjadi. Persediaan
barang dagang pada umumnya dinilai pada
harga perolehannya. Dalam hal-hal tertentu
FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 201492
persediaan dapat dinilai pada harga terendah
antara harga perolehan dan harga pasar atau
nilai yang diharapkan direalisasikan. Cara
penilaian dan metode penetapan harga pokok
harus diungkapkan dalam laporan keuangan.
Persediaan bahan dipengaruhi oleh
sifat kegiatan produksi perusahaan, apakah
kegiatan produksi tergantung kepada
datangnya pesanan dari langganan (pembeli),
atau kegiatan produksi bersifat massa atau
proses (Supriyono, 1992:387). Umumnya
perencanaan bahan pada perushaan yang
kegiatan produksinya bersifat proses atau
massa lebih mudah dibandingkan dengan
perusahaan yang berproduksi berdasar
pesanan. Akan tetapi yang pasti bahwa
pada semua perusahaan tujuan perencanaan
dan pengendalian bahan mempunyai dua
tujuan pokok, yaitu : (1) untuk menekan
(meminimumkan) biaya; dan (2) untuk
memaksimumkan laba dalam waktu tertentu
dan dengan dana tertentu.
Persediaan merupakan bagian aktiva
yang sangat penting dalam perusahaan atau
organisasi. Oleh karena itu, persediaan harus
dikelola dengan baik dan benar sesuai dengan
teori akuntansi keuangan yang ada, sehingga
bisa digunakan secara optimal dan dapat
menghasilkan keluaran atau laba usaha yang
maksimal. Sistem pengelolaan yang penting
dalam akuntansi keuangan dan manajemen
adalah : (1) penilaian, yang mencakup berapa
nilai persediaan yang harus di dicantumkan di
neraca sehingga nilai tersebut dianggap wajar
menurut akuntansi keuangan sesuai dengan
metode penilaian persediaan yang ada; dan
(2) pencatatan, yang mencakup bagaimana
cara menjurnal nilai persediaan dan harga
pokok yang diperoleh pada tahap penilaian
dengan menggunakan metode pisik maupun
perpetual.
Metode penilaian dan pencatatan
persediaan akan mempengaruhi perusahaan
atau organisasi dalam pencapaian tingkat
laba terutama laba usaha dalam satu periode
akuntansi. Laba merupakan salah satu ukuran
keberhasilan perusahaan atau organisasi,
bahkan perusahaan yang berorientasi
laba, perolehan laba adalah tujuan utama.
Seringkali perusahaan memokuskan aspek
penilaian dan pencatatan persediaan untuk
memperoleh hasil maksimal, karena pada
beberapa bagian sering terjadi pemborosan
maupun kecurangan pada persediaan yang
penyebabnya adalah kekeliruan dan kesalahan
dalam menilai dan mencatat persediaan.
UPT PSKTP Bali sebagai lembaga
pemerintah non kementerian yang tugas
pokoknya malakukan kegiatan pengkajian,
pengembangan, pelayanan, dan perekayasaan
keramik dan porselin, khususnya pada
bidang pelayanan jasa teknologi, dalam
operasionalnya melakukan pembelian dan
penjualan (pemakaian) persediaan bahan
baku keramik yang diberi nama stoneware.
Pelayanan jasa teknologi UPT PSTKP selama
ini belum pernah melakukan penilaian dan
pencatatan persediaan bahan baku keramik
sesuai dengan teori akuntansi keuangan.
Pembelian persediaan bahan baku dilakukan
oleh bagian pengadaan atau perlengkapan
sesuai dengan kebutuhan bagian produksi
atau sebagian untuk dijual sesuai dengan
layanan jasa teknologi bahan. Jika bahan
sudah datang, maka langsung ditempatkan
di gudang bahan yang lokasinya dekat
dengan pabrik. Penggunaan bahan baku
atau penjualan kepada konsumen langsung
dilakukan oleh supervisor produksi sesuai
dengan permintaan.
Apabila kondisi tersebut di atas terus
dilakukan, maka nilai dan validitas persediaan
bahan baku tidak mencerminkan kondisi ideal
yang diharapkan. Hal ini disebabkan oleh
karena tidak adanya penilaian dan pencatatan
persediaan yang memadai sesuai dengan
teori akuntansi keuangan yang ada. Dalam
satu periode akuntansi biasanya dilakukan
sembilan kali pembelian stoneware yang
waktunya hampir setiap bulan dari bulan
Maret s.d Novmeber. Penggunaan atau
FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014 93
penjualan tergantung kebutuhan produksi
atau permintaan konsumen yang dalam
sebulan bisa dilakukan tiga kali atau lebih.
Dengan mengasumsikan pelayanan jasa UPT
PSTKP Bali melakuan rata-rata pembelian
dan penjualan atau kebutuhan produksi sesuai
dengan kondisi tersebut, persediaan awal yang
Tabel 1 : Gambaran Data Pembelian dan Penjualan atau Kebutuhan Produksi
Stoneware pada UPT PSTKP Bali Tahun 2012 (Rp)
TGL URAIAN UNIT HARGA
3 Maret Pembelian 3.000 kg 2.500,00
7 Maret Penjualan 1.200 kg 2.750,00
15 Maret Produksi 800 kg 2.650,00
28 Maret Produksi 800 kg 2.650,00
5 April Pembelian 2.500 kg 2.600,00
20 April Penjualan 1.500 kg 2.800,00
27 April Penjualan 900 kg 2.850,00
4 Mei Pembelian 3.000 kg 2.450,00
19 Mei Penjualan 2.100 kg 2.700,00
31 Mei Produksi 800 kg 2.600,00
2 Juni Pembelian 1.000 kg 2.475,00
28 Juni Penjualan 1.100 kg 2.750,00
3 Juli Pembelian 1.500 kg 2.550,00
10 Juli Produksi 1.300 kg 2.800,00
6 Agust Pembelian 2.000 kg 2.600,00
21 Agust Penjualan 1.950 kg 2.850,00
10 Sept Pembelian 3.000 kg 2.525,00
22 Sept Produksi 1.800 kg 2.750,00
29 Sept Penjualan 1.200 kg 2.800,00
3 Okt Pembelian 1.000 kg 2.575,00
15 Okt Produksi 1.150 kg 2.725,00
2 Nov Pembelian 2.000 kg 2.625,00
26 Nov Penjualan 1.950 kg 2.850,00
12 Des Pembelian 1.000 kg 2.675,00
25 Des Penjualan 1.350 kg 2.775,00
Sumber : UPT PSTKP Bali, 2013.
masih ada pada tanggal 1 Januari 2012 adalah
300 kg dengan harga 2.450,00, dan persediaan
akhir di gudang pada tanggal 31 Desember
2012 sebesar 400 kg, maka sebagai gambaran
data pembelian dan penjualan atau kebutuhan
produksi tahun 2012 adalah sebaga berikut
Berdasarkan gambaran data tersebut,
maka dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut : (1) Bagaimana penerapan
metode penilaian persediaan yang
menggunakan metode pencatatan secara
phisik atas pembelian dan penjualan atau
produksi stoneware ?; (2) Bagaimana
penerapan metode penilaian persediaan yang
menggunakan metode pencatatan secara
perpetual atas pembelian dan penjualan atau
produksi stoneware; (3) Bagaimana pengaruh
metode penilaian yang menggunakan metode
pencatatan secara phisik atas pembelian dan
penjualan atau produksi stoneware terhadap
laba usaha; dan (4) Bagaimana pengaruh
metode penilaian yang menggunakan metode
pencatatan secara perpetual atas pembelian
dan penjualan atau produksi stoneware
terhadap laba usaha.
Penelitian terhadap stoneware ini
FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 201494
bertujuan untuk mengetahui : (1) Penerapan
metode penilaian persediaan yang
menggunakan metode pencatatan secara
phisik atas pembelian dan penjualan atau
produksi stoneware ?; (2) Penerapan metode
penilaian persediaan yang menggunakan
metode pencatatan secara perpetual atas
pembelian dan penjualan atau produksi
stoneware; (3) Pengaruh metode penilaian
yang menggunakan metode pencatatan
secara phisik atas pembelian dan penjualan
atau produksi stoneware terhadap laba usaha;
dan (4) Pengaruh metode penilaian yang
menggunakan metode pencatatan secara
perpetual atas pembelian dan penjualan atau
produksi stoneware terhadap laba usaha.
KAJIAN PUSTAKA
Pengertian Persediaan
Keuangan (2004:14.1) No.14 (03)
pengertian persediaan adalah aktiva (a)
tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha
normal; (b) dalam proses produksi dan atau
dalam perjalanan; atau (c) dalam bentuk
bahan atau perlengkapan untuk digunakan
dalam proses produksi atau pemberian jasa.
Istilah yang digunakan untuk menunjukkan
barang-barang yang dimiliki oleh suatu
perusahaan akan tergantung pada jenis usaha
perusahaan (Baridwan, 1992:149). Pada
perusahaan industri yang termasuk persediaan
adalah persediaan bahan baku, persediaan
barang dalam proses, dan persediaan barang
jadi (Nuh, 1999:45). Perusahaan yang tidak
mempunyai persediaan adalah perusahaan
jasa.
Istilah persediaan yang digunakan
dapat dibedakan untuk usaha dagang yaitu
perusahaan yang membeli barang dan
menjualnya kembali tanpa mengadakan
perubahan bentuk barang, dan perusahaan
manufaktur yaitu perusahaan yang membeli
bahan dan mengubah bentuknya untuk dapat
dijual (Baridwan, 1992:149). Secara umum
istilah persediaan barang dipakai untuk
menunjukkan barang-barang yang dimiliki
untuk dijual kembali atau digunakan untuk
memproduksi barang-barang yang akan
dijual. Dalam perusahaan dagang, barang-
barang yang dibeli dengan tujuan akan dijual
kembali diberi judul persediaan barang.
Dalam perusahaan manufaktur, persediaan
yang dimiliki terdiri dari beberapa jenis
yang berbeda. Masing-masing diberi judul
tersendiri agar dapat menunjukkan macam
persediaan yang dimiliki. Jenis persediaan
yang ada pada perusahaan manufaktur adalah
: bahan baku dan penolong, supplies pabrik,
barang dalam proses, dan produk selesai.
Pembelian dari bahan bergantung kepada
kebutuhan produksi dan persediaan barang
(Dharmanegara, 2010:104).
Penglolaan tingkat persediaan adalah
seauatu yang sangat mendasar untuk
kemantapan keunggulan bersaing jangkan
panjang (Mowen, dk, 1997:551). Kualitas,
perekayasaan produk, harga, lembur,
kapasitas lebih, kemampuan menanggapi
konsumen (kinerja saat ini), waktu tunggu,
dan kemampulabaan menyeluruh adalah
semuanya terpengaruh oleh tingkat persediaan.
Pengelolaan persediaan secara kuat berkaitan
dengan kemampuan perusahaan untuk ada
pada pesaing yang kuat saat ini dan dimasa
yang akan datang. Inventory atau persediaan
barang sebagai elemen utama dari modal
kerja merupakan aktiva yang selalu dalam
keadaan berputar, yang secara teryus-menerus
mengalami perubahan (Riyanto, 1992:59).
Pada umumnya persediaan dinilai
dan dinyatakan di neraca sebesar harga
pokok atau harga perolehannya (Soemarso,
1992:411). Dalam keadaan tertentu, misalnya
karena kerusakan fisik, susut, perubahan tingkat harga, atau sebab-sebab lain,
persediaan dinilai pada harga yang terendah
antara harga pokok dan harga pasar (lower
of cost or market). Apabila persediaan
dinilai berdasarkan harga terendah antara
harga pokok dan harga pasar, maka harga
FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014 95
pokok persediaan (yang telah ditetapkan
berdasarkan metode FIFO, LIFO, atau rata-
rata) dibandingkan dengan harga pasarnya.
Harga yang terendah diantara keduanya,
dipilih untuk penilaian dan digunakan untuk
penyajian di laporan keuangan.
Metode Pencatatan Persediaan
Ada dua metode yang bisa digunakan
dalam hubungannya dengan pencatatan
persediaan, yaitu : (1) metode fisik; dan (2) metode buku (Baridwan, 1992:151).
Penggunaan metode fisik mengharuskan adanya perhitungan barang yang masih ada
pada tanggal penyusunan laporan keuangan.
Perhitungan persediaan (stock opname)
ini diperlukan untuk mengetahui berapa
jumlah barang yang masih ada dan kemudian
diperhitungkan harga pokoknya. Dalam
metode ini mutasi persediaan barang tidak
diikuti dalam buku-buku, setiap pembelian
barang dicatat dalam rekening pembelian.
Pembelian barang bisa dilakukan secara
kredit maupun tunai (Tim Dosen LP3I,
1999:105). Metode fisik untuk pembelian barang dagangan dicatat pada perkiraan
pembelian (purchases). Oleh karena tidak ada
catatan mutasi persediaan barang, maka harga
pokok penjualan juga tidak dapat diketahui
dipakai untuk mencatat pembelian, penjualan,
dan saldo persediaan. Setiap perubahan
dalam persediaan diikuti dengan pencatatan
dalam rekening persediaan sehingga jumlah
persediaan sewaktu-waktu dapat diketahui
dengan melihat kolom saldo dalam rekening
persediaan. Masing-masing kolom dirinci
lagi untuk kuantitas dan harga perolehannya.
Metode buku atau perpetual (perpectual)
mencatat pembelian barang dagangan
kedalam rekening persediaan barang dagangan
(merchandise inventory). Setidak-tidaknya
setahun sekali perlu diadakan pengecekan
apakah jumlah barang dalam gudang sesuai
dengan jumlah dalam rekening persediaan.
Metode buku merupakan cara yang lebih
baik untuk mencatat persediaan, yaitu dapat
membantu memudahkan penyusunan neraca,
laporan rugi laba, juga dapat digunakan untuk
mengawasi barang-barang dalam gudang.
Metode Penilaian Persediaan
Untuk dapat menghitung harga pokok
penjualan dan harga pokok persediaan akhir
dapat digunakan berbagai cara (Baridwan,
1992:158), yaitu : (1) Identifikasi Khusus, yaitu didasarkan pada anggapan bahwa arus
barang harus sama dengan arus biaya. Untuk
itu perlu dipisahkan tiap-tiap jenis barang
berdasarkan harga pokoknya dan untuk
masing-masing kelompok dibuatkan kartu
persediaan sendiri, sehingga masing-masing
harga pokok bisa diketahui. Harga pokok
penjualan terdiri dari harga pokok barang-
barang yang dijual dan sisanya merupakan
persediaan akhir; (2) Masuk Pertama
keluar Pertama (FIFO), yaitu harga pokok
persediaan akan dibebankan sesuai dengan
ututan terjadinya. Apabila ada penjualan
atau pemakaian barang-barang maka harga
pokok yang dibebankan adalah harga pokok
yang paling terdahulu, disusul yang masuk
berikutnya. Persediaan akhir dibebani harga
pokok terakhir; (3) Rata-rata Tertimbang,
yaitu barang-barang yang dipakai untuk
produksi atau dijual akan dibebani harga
pokok rata-rata. Perhitungan harga pokok
Persediaan barang awal Rp xxx
Pembelian (neto) xxx +
Tersedia untuk dijual xxx
Persediaan barang akhir xxx -
Harga pokok penjualan xxx
sewaktu-waktu. Harga pokok penjualan
baru dihitung apabila persediaan akhir sudah
dihitung. Perhitungan harga pokok penjualan
dilakukan dengan cara sebagai berikut :
Dalam metode buku, setiap jenis
persediaan dibuatkan rekening sendiri-sendiri
yang merupakan buku pembantu persediaan.
Rincian dalam buku pembantu bisa diawasi
dari rekening control persediaan barang dalam
buku besar (Baridwan, 1992:152). Rekening
yang digunakan untuk mencatat persediaan
ini terdiri dari beberapa kolom yang dapat
FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 201496
rata-rata dilakukan dengan cara membagi
jumlah harga perolehan dengan kuantitasnya;
(4) Masuk Terakhir keluar Pertama (LIFO),
yaitu barang-barang yang dikeluarkan dari
gudang akan dibebani dengan harga pokok
pembelian yang terakhir disusul dengan
yang masuk sebelumnya. Persediaan akhir
dihargai dengan harga pokok pembelian yang
pertama dan berikutnya; (5) Persediaan Besi
(Minimum), yaitu metode yang beranggapan
bahwa perusahaan memerlukan suatu jumlah
persediaan minimum (besi) untumenjaga
kuntinuitas usahanya. Persediaan minimum
(besi) ini dianggap sebagai suatu elemen yang
harus selalu tetap, sehingga dinilai dengan
harga pokok yang tetap. Harga pokok untuk
persediaan minimum biasanya diambil dari
pengalaman yang lalu dimana harga pokok itu
nilainya rendah; (6) Biaya Standar (Standard Cost), yaitu persediaan barang dinilai dengan
biaya standar, yang merupakan biaya-biaya
yang seharusny terjadi. Biaya standar ini
ditentukan di muka sebelum proses produksi
dimulai, untuk bahan baku, upah langsung,
dan biaya produksi tidak langsung; (7) Harga
Pokok Rata-rata Sederhana (Simple Average),
yaitu harga pokok persediaan ditentukan
dengan menghitung rata-ratanya tanpa
memperhatikan jumlah barangnya; (8) Harga
Beli Terakhir (Latest Purchase Price), yaitu
persediaan barang yang ada pada akhir periode
dinilai dengan harga pokok pembelian terakhir
tanpa mempertimbangkan apakah jumlah
persediaan yang ada melebihi jumlah yang
dibeli terakhir; (9) Nilai Penjualan Relatif,
yaitu digunakan untuk mengalokasikan
biaya bersama (joint cost) kepada masing-
masing produk yang dihasilkan atau dibeli.
Masalah alokasi timbul dalam usaha dagang
maupun perusaaan manufaktur. Pembagian
biaya bbersama ini dilakukan berdasar nilai
penjualan relatif masing-masing barang; dan
(10) Biaya Variabel (Direct Costing), yaitu
harga pokok produksi yang dihasilkan oleh
perusahaan hanya dibebani dengan biaya
produksi variabel, yaitu bahan baku, upah
langsung, dan biaya produksi tidak langsung
variabel. Biaya produksi tidak langsung
yang tetap akan dibebankan sebagai biaya
dalammperiode yang bersangkutan dan tidak
ditunda dalam persediaan.
Stoneware
Stoneware adalah bahan yang
digunakan untuk badan keramik yang cocok
pada pembakaran dengan suhu yang tinggi
sekitar 1.2000C – 1.3000C (Alexander,
2000:81). Sifat yang dikandung stoneware
memiliki titik lebur yang lebih tinggi
dibandingkan dengan earthenware. Sifat-
sifatnya : bodinya (badan) kuat sekali,
kerapatannya tinggi, peresapan airnya rendah
1%-2%. Untuk membuat stoneware pertama
kali digunakan tanah liat murni, yaitu
langsung dari penggalian (toko) lalu cari
angka peresapan airnya. Bahan baku yang
digunakan untuk membentuk Stoneware
adalah Tanah (Lempung) Putih Kalimantan,
Ball Clay Bantur, Feldspar Lodoyo, dan
Kuarsa Bakar Belitung. Lempung menurut
Hartono (1983:3) dibagi menjadi tiga
pengertian, yaitu: sebagai ukuran besar
butir, semua bahan padat yang mempunyai
ukuran besar butir lebih kecil dari 2 µm;
sebagai kumpulan bahan mineral, bahan
yang terdapat berbutir halus dan terdiri dari
mineral kristalin yang dinamakan mineral
lempung; dan sebagai istilah batuan, salah
satu bahan yang membentuk lhitosphir.
Feldspar adalah suatu senyawa
alumina silikat yang mengandung satu atau
lebih unsur basa seperti : K, Na, Ca, dan
Ba (Hartono, 1983:83). Suatu kelompok
mineral batuan beku yang terutama terdiri
dari senyawa silikat dari K, Na dan Ca
dalam mana pada umumnya satu kation
bisa merupakan kation utama. Feldspar
jumlahnya berlimpah dan banyak terdapat
di dalam kerak bumi, termasuk kelompok
mineral silikat (Alexander, 2000:42). Ball Clay adalah lempung yang dalam kering
menjadi keras dan sangat kuat. Kadang-
kadang bila dibuat benda keramik dari bahan
FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014 97
ball clay akan banyak timbul retak-retak
(Hartono, 1983:22). Ball clay merupakan
lempung sedimentair yang mempunyai butir
sangat halus mengandung bahan organik dan
pula mempunyai keplastisan yang tinggi,
kekuatan kering tinggi dan setelah dibakar
berwarna putih atau krem.
Laba Usaha
Komponen laporan keuangan yang
lengkap menurut IAI dalam SAK (2004:PSAK
No.1, Paragraf 07) terdiri dari : neraca, laporan
laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan
arus kas, dan catatan atas laporan keuangan.
Laba dan rugi (profit and loss) adalah hasil
dari mempertemukan secara wajar antara
penghasilan dengan semua biaya dalam
periode akuntansi yang sama (Supriyono,
1983:16). Apabila semua penghasilan lebih
besar dibanding biaya maka selisihnya adalah
laba. Menurut Soemarso (1992:57) laba bersih
(net income) adalah selisih pendapatan atas
biaya-biaya yang dibebankan dan merupakan
kenaikan bersih atas modal yang berasal dari
kegiatan usaha.
Dalam laporan rugi laba bentuk multiple
step, dilakukan pengelompokkanyang lebih
teliti sesuai dengan prinsip yang digunakan
secara umum (Munawir, 1995:27). Dalam
bentuk ini timbul beberapa pengertian laba,
yaitu : laba kotor, laba operasi (usaha), laba
bersih sebelum pos luar biasa, dan laba
bersih sebelum pajak. Harga pokok produksi
merupakan bagian dari komponen harga
pokok penjualan, yang mengurangi penjualan
untuk memperoleh laba kotor.
BAHAN DAN METODE
Bahan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah proses pembelian dan
penjualan (penggunaan) stoneware sebagai
bahan baku keramik pada UPT PSTKP Bali.
Jenis data yang digunakan: (1) Data kualitatif,
yaitu data yang tidak berbentuk angka atau
kunatitas, seperti : sejarah berdirinya UPT
PSTKP Bali-BPPT, struktur organisasi, fungsi
pokok, uraian tugas, proses produksi, tanggal
perolehan stoneware, dan jenis stoneware;
dan (2) Data kuantitatif, yaitu data yang
berbentuk angka, seperti : kuantitas dan
harga beli stoneware, kuantitas dan harga jual
(harga transfer) stoneware, komponen lain
yang berkaitan dengan peblian dan penjualan
(penggunaan) stoneware.
Sumber data, yaitu : (1) Data primer,
yaitu data yang langsung didapat dari
sumbernya, seperti kuantitas dan harga beli
stoneware, kuantitas dan harga jual (harga
transfer) stoneware, sistem pembelian,
metode pengiriman, dan sistem penggunaan
stoneware untuk bahan baku dalam proses
prduk keramik;
dan (2) Data sekunder, yaitu data yang
tidak langsung diperoleh dari sumbernya,
tetapi dari lembaga atau pihak lain, upah
minimum Kota Denpasar dari Depnakertrans,
jenis bahan baku keramik dari Balai Besar
Industri Keramik Bandung, dan standar
peresapan air yang memenuhi syarat sebagai
stoneware dari American Standard Testing Material (ASTM).
Metode yang digunakan dalam analisis
penelitian ini adalah :(1) Mengidentifikasi proses pembelian stoneware, (2)
Mengidentifikasi kuantitas pembelian stoneware, (3) Mengidentifikasi harga pembelian stoneware, (4) Menghitung nilai
pembelian, : (5) Mengidentifikasi proses penjualan atau penggunaaan stoneware, (6)
Mengidentifikasi kuantitas penjualan atau penggunaan stoneware, (7) Mengidentifikasi harga penjualan atau penggunaan stoneware,
(8) Menghitung nilai penjualan, (9)
Menghitung kuantitas dan nilai persediaan
akhir, (10) Menghitung kuantitas dan
nilai penjualan (penggunaan) stoneware,
(11) Melakukan penilaian pembelian dan
penjualan (penggunaan) persediaan, (12)
Melakukan pencatatan pembelian dan
penjualan (penggunaan) persediaan, dan
(13) Menentukan pengaruh metode penilaian
FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 201498
pencatatan persediaan terhadap laba usaha,
dan (14) Membuat simpulan.
Teknik analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah : (1) Untuk
mengkaji akuntansi pencatatan stoneware
digunakan 2 metode (Tim Dosen LP3I,
1999:105), yaitu : metode fisik dan metode perpetual; (2) Untuk mengkaji akuntansi
penilaian stoneware yang bertujuan untuk
melakukan kelayakan penilaian persediaan,
karena adanya pembelian barang yang sama
dengan harga yang berbeda, digunakan 3
metode (Soemarso, 1992:414), yaitu : Masuk
Pertama Keluar Pertama (FIFO), Masuk
Terakhir Keluar Pertama(LIFO),dan Rata-
rata Rumus ketiga metode teresbut adalah
sebagai berikut (Baridwan, 1992:159):
Penjualan atau pemakaian barang-barang akan
dibebani harga pokok yang paling terdahulu,
Tanggal Diterima Dikeluarkan Saldo
Kuantitas Harga/kg Jumlah Kuantitas Harga/kg Jumlah Kuantitas Harga/kg Jumlah
Tanggal Diterima Dikeluarkan Saldo
Kuantitas Harga/kg Jumlah Kuantitas Harga/kg Jumlah Kuantitas Harga/kg Jumlah
B.METODE MASUK TERAKHIR KELUAR PERTAMA (LIFO)
C.METODE RATA-RATA TERTIMBANG (WEIGHTED AVERAGE)
A.METODE MASUK PERTAMA KELUAR PERTAMA (FIFO)
disusul dengan yang masuk berikutnya, yang
nilainya sama dengan kolom jumlah yang
dikeluarkan. Persediaan akhir dibebani harga
pokok terakhir, yang nilainya sama dengan
kolom jumlah saldo.
Barang-barang yang dikeluarkan dari
gudang atau dijual akan dibebani dengan
Tanggal Diterima Dikeluarkan Saldo
Kuantitas Harga/kg Jumlah Kuantitas Harga/kg Jumlah Kuantitas Harga/kg Jumlah
harga pokok pembelian yang terakhir, disusul
dengan yang masuk sebelumnya, yang
nilainya, yang nilainya sama dengan kolom
jumlah yang dikeluarkan. Persediaan akhir
dihargai dengan harga pokok pembelian yang
pertama dan berikutnya, yang nilainya sama
dengan kolom jumlah saldo.
Barang-barang yang dikeluarkan dari
gudang atau dijual akan dibebani dengan harga
pokok rata-rata. Perhitungan harga pokok
rata-rata dilakukan dengan cara membagi
jumlah harga perolehan dengan kuantitasnya,
nilainya sama dengan kolom jumlah yang
dikeluarkan. Persediaan akhir juga dibebani
harga pokok rata-rata yang diperoleh tadi,
yang nilainya sama dengan kolom jumlah
saldo; dan (3) Pengaruh metode penilaian
persediaan terhadap laba kotor dikaji dengan
cara penyusunan laporan keuangan teknik
bertahap (multiple step) (Munawir, 1995:27),
yang rumusnya adalah laba kotor = penjualan
– harga pokok penjualan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penggunaan Metode Pencatatan Fisik
FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014 99
penggunaan metode fisik dan FIFO dalam melakukan pencatatan dan penilaian stoneware
pada Pelayanan Jasa Teknologi UPT PSTKP
Bali tahun 2012 menjadi dasar pembanding
bagi metode lainnya untuk memudahkan
analisis. Penggunaan metode fisik dan LIFO
dalam melakukan pencatatan dan penilaian
stoneware dapat menurunkan persediaan
akhir sebesar 4,37%, menaikkan harga pokok
penjualan 0,09%, dan menurunkan laba
kotor 1,02%. Penggunaan metode fisik dan Rata-rata dalam melakukan pencatatan dan
penilaian stoneware pada Pelayanan Jasa
Teknologi UPT PSTKP Bali tahun 2012 dapat
FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014112
menurunkan persediaan akhir sebesar 1,17%,
menaikkan harga pokok penjualan 0,02%,
dan menurunkan laba kotor 0,27%.
Penggunaan metode perpetual dan
FIFO dalam melakukan pencatatan dan
penilaian stoneware pada Pelayanan Jasa
Teknologi UPT PSTKP Bali tahun 2012 dapat
menurunkan persediaan akhir sebesar 1,26%,
menurunkan harga pokok penjualan 0,08%,
dan menaikkan laba kotor 0,91%. Penggunaan
metode perpetual dan LIFO dalam melakukan
pencatatan dan penilaian stoneware pada
Pelayanan Jasa Teknologi UPT PSTKP Bali
tahun 2012 dapat menurunkan persediaan
akhir sebesar 4,37%, menaikkan harga pokok
penjualan 0,09%, dan menurunkan laba kotor
1,02%. Penggunaan metode perpetual dan
Rata-rata dalam melakukan pencatatan dan
penilaian stoneware pada Pelayanan Jasa
Teknologi UPT PSTKP Bali tahun 2012 dapat
menaikkan persediaan akhir sebesar 2,76%,
menurunkan harga pokok penjualan 0,05%,
dan menaikkan laba kotor 0,65%.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan,
dapat dibuat simpulan sebagai berikut : (1)
Penggunaan metode pencatatan (fisik dan perpetual) dan penilaian (masuk pertama
keluar pertama, masuk terakhir keluar
pertama, dan rata-rata) persediaan stoneware
pada Pelayanan Jasa Teknologi UPT
PSTKP Bali berpengaruh terhadap elemen
laporan keuangan, seperti persediaan akhir,
harga pokok penjualan, dan laba kotor; (2)
Penggunaan metode fisik dalam melakukan pencatatan dan metode masuk pertama
keluar pertama dalam melakukan penilaian
stoneware pada Pelayanan Jasa Teknologi
UPT PSTKP Bali tahun 2012 menjadi dasar
pembanding bagi metode lainnya untuk
memudahkan analisis; (3) Penggunaan metode
fisik dan masuk terakhir keluar pertama dalam melakukan pencatatan dan penilaian
stoneware dapat menurunkan persediaan
akhir sebesar 4,37%, menaikkan harga pokok
penjualan 0,09%, dan menurunkan laba kotor
1,02%; (4) Penggunaan metode fisik dan rata-rata tertimbang dalam melakukan pencatatan
dan penilaian stoneware pada Pelayanan Jasa
Teknologi UPT PSTKP Bali tahun 2012 dapat
menurunkan persediaan akhir sebesar 1,17%,
menaikkan harga pokok penjualan 0,02%, dan
menurunkan laba kotor 0,27%; (5) Penggunaan
metode perpetual dan masuk pertama keluar
pertama dalam melakukan pencatatan dan
penilaian stoneware pada Pelayanan Jasa
Teknologi UPT PSTKP Bali tahun 2012
dapat menurunkan persediaan akhir sebesar
1,26%, menurunkan harga pokok penjualan
0,08%, dan menaikkan laba kotor 0,91%;
(6) Penggunaan metode perpetual dan masuk
terakhir keluar pertama dalam melakukan
pencatatan dan penilaian stoneware pada
Pelayanan Jasa Teknologi UPT PSTKP Bali
tahun 2012 dapat menurunkan persediaan
akhir sebesar 4,37%, menaikkan harga pokok
penjualan 0,09%, dan menurunkan laba kotor
1,02%; (7) Penggunaan metode perpetual
dan rata-rata bergerak dalam melakukan
pencatatan dan penilaian stoneware pada
Pelayanan Jasa Teknologi UPT PSTKP Bali
tahun 2012 dapat menaikkan persediaan
akhir sebesar 2,76%, menurunkan harga
pokok penjualan 0,05%, dan menaikkan laba
kotor 0,65%; (8) Jika harga beli semakin
meningkat, maka penggunaan metode masuk
pertama keluar pertama akan meningkatkan
persediaan akhir dan menurunkan harga
pokok penjualan, sehingga laba kotor semakin
meningkat, demikian juga sebaliknya kalau
menggunakan metode masuk terakhir keluar
pertama akan menurunkan laba kotor; dan (9)
Jika harga beli semakin turun, penggunaan
metode masuk pertama keluar pertama akan
menurunkan persediaan akhir dan menaikkan
harga pokok penjualan, sehingga laba kotor
semakin menurun, demikian juga sebaliknya
kalau menggunakan metode masuk terakhir
keluar pertama akan menaikkan laba kotor
FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014 113
DAFTAR PUSTAKA
Alexander, Brian. 2000. Panduan Praktis
Kamus Keramik Untuk Praktisi,
Perajin, dan Industri. Jakarta. Milenia
Populer.
Baridwan, Zaki. 1992. Intermediate
Accounting. Edisi 7. Yogyakarta.
BPFE.
Dharmanegara. 2010. Penganggaran
Perusahaan. Edisi Revisi. Jakarta. Bina
Ilmu.
Hansen & Mowen. 1997. Accounting and
Control, Cost Management. USA.
South Western College.
Hartono, Y.M.V. 1983. Bahan Mentah
Untuk Pembuatan Keramik. Bandung.
Balai Besar Penelitian dan Pengemb.
Industri Keramik.
Ikatan Akuntan Indonesa. 2004. Standar
Akuntansi Keuangan – Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan,Paragraf
14 No.03. Jakarta. Salemba Empat.
Munawir. 2000. Analisa Laporan Keuangan.
Edsisi Revisi. Yogyakarta. BPFE UGM.
Riyanto, Bambang. 1992. Dasar-dasar
Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta.
BPFE UGM.
Soemarso, S.R.. 1992. Akuntansi Suatu
Pengantar. Edisi IV. Buku 1.Jakarta.
Rineka Cipta.
Supriyono, R.A. 1983. Akuntansi
Biaya, Pengumpulan Biaya dan
PenentuanHarga Pokok. Buku 1. Edisi
2. Yogyakarta. BPFE.
Tim Dosen LP3I. 2000. Accounting
Principles. Edisi Revisi. Jakarta. LP3I.
FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014 129
PEMANFAATAN ABU BROMO SEBAGAI BAHAN BAKU
STONEWARE BERKODE KLBR-1 DAN PENGARUHNYA TERHADAP
PERHITUNGAN VARIABEL KEUANGAN PADA UPT PSTKP BALI
I Nyoman Normal
(Peneliti Akuntansi Keuangan, Kelompok Fungsional Tekno-Ekonomi,
Kantor UPT PSTKP Bali–BPPT,)
Wiryawan Suputra Gumi
(Dosen STIMI Handayani, Denpasar)
Abstracts : The aims of this research that relate Bromo dust as raw material of
stoneware that Klbr-1 code were : (1) Determine production process; (2) Calculate
financial variable that follow by: cost of good manufactured and cost price; and (3) Assess marketing mix. The research results that relate Bromo dust as raw material of stoneware that Klbr-1 code were : (1)Bromo dust could use as raw material
of stoneware after laboratory testing of physical characteristic raw material and was produce Klbr-1 stoneware. Klbr-1 stoneware composition follow by : noodle Kalimantan blend 50%, Bromo dust 20%, sant 20%, Bukit-Jimbaran capur 5%,
and Bantur ballclay 5%. The production process of Bromo dust as raw material of Klbr-1 stoneware follow by some of stage, tah is : preparing & weighting, grinding, filtrating, firing, deaering, aging, and storing; (2) The financial variable that relate cost of good manufactured Klbr-1 stoneware was Rp 1.605,67 each kg, that follow by : raw material cost Rp 838,16, direct labor cost Rp 262,26, variable overhead cost Rp 90,30, and fixed overhead cost Rp 414,95. The cost price theoretically supply was Rp 1.846,52 each kg, that follow by : cost of good manufactured Rp 1.605,67, expected profit margin Rp 80,26, marketing expense Rp 96,34, and general & administration expense Rp 64,22; and (3) The marketing mix of Klbr-1 stoneware was still simple and was not comercially. Products still research stage that was not supply on business, price was not competitive perfectly that setting depend on cost of good manufactured, promotion was not act professionally which its application still
by self employee, and distribution still use self transportation tools that directly.Key words : bromo dust, Klbr-1 stoneware, financial variable.
PENDAHULUAN
Bumi ini kaya dengan kekayaan
alam. Setiap negara mempunyai potensi
kekayaan alam yang berbeda. Indonesia
sebagai Negara kepulauan memiliki banyak
pulau, gunung, danau, dan kekayaan alam
lainnya. Gunung yang ada di Indonesia ada
yang berapi ada juga yang tidak. Gunung
Bromo merupakan gunung berapi yang
masih aktif dan terkenal sebagai obyek
wisata di Jawa Timur. Bromo mempunyai
ketinggian 2.392 meter di atas permukaan
laut berada dalam empat wilayah, yakni
Kabupaten Probolinggo, Pasuruan,
Lumajang, dan Kabupaten Malang. Bentuk
tubuh Gunung Bromo bertautan antara lembah
dan ngarai dengan kaldera atau lautan pasir
seluas sekitar 10 kilometer persegi. Gunung
Bromo mempunyai sebuah kawah dengan
garis tengah ± 800 meter (utara-selatan) dan
± 600 meter (timur-barat). Sedangkan daerah
bahayanya berupa lingkaran dengan jari-jari
4 km dari pusat kawah Bromo..Pada tahun
FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014130
2010, gunung ini meletus dan menyemburkan
banyak material abu dan pasir ke daerah
sekitarnya. Abu dan pasir ini merupakan
jenis batuan beku dalam bentuk yang kecil-
kecil. Batuan beku biasanya merupakan
batuan felspatik yaitu batuan yang komponen
utamanya berupa mineral feldspar.
Bahan baku stoneware terdiri dari
bahan pelebur, pemberi sifat plastis atau
bahan pengikat dan bahan pembentuk rangka.
Pada pembuatan stoneware warna berbahan
abu/pasir gunung Bromo ini digunakan
bahan pembentuk rangka berupa pasir yang
telah diayak dengan saringan berdiameter
lubang 0,25 mm, bahan pengikat berupa
lembung Kalimantan noodle dan ballclay
serta bahan pelebur yang digunakan adalah
kapur dan abu/pasir Bromo. Digunakan
pasir sebagai bahan pembuat rangka dengan
pertimbangan harganya yang murah dan
diharapkan akan didapatkan badan keramik
yang unik dan mempunyai ciri khas tersendiri.
Untuk menghasilkan produk yang baik/
terjamin kualitasnya, digunakan teknologi
yang sudah mapan (proven technology)
yaitu pencampuran/pengadukan basah (wet
grinding) menggunakan potmill.
UPT PSTKP Bali telah melakukan
pengkajian terhadap abu (pasir) Bromo
sebagai massa raga stoneware (bahan baku
keramik) dan terbentuk stoneware berkode
Klbr-1, namun dalam kajian tersebut belum
melihat aspek ekonomi, terutama komponen
biaya yang meyusunnya, pada hal komponen
biaya yang akhirnya membentuk harga pokok
poroduksi merupakan aspek ekonomi yang
sangat penting dalam dunia usaha semakin
berkembang. Aspek ekonomisasi sangat
diperlukan dalam produksi suatu produk,
agar aspek tersebut bisa meningkatkan nilai
ekonomi, menunjukkan kemampuan bersaing,
dan menciptakan tingkat profitabilitas yang memadai.
Penelitian ini bertujuan untuk : (1)
Mengetahui proses produksi dan sifat-sifat
fisik Massa Raga Stoneware warna/merah Berkode Klbr–1 berbasis abu (pasir) Bromo;
(2) Mengkaji variabel keuangan, yang
terdiri dari : harga pokok produksi dan harga
jual; dan (3) Mengkaji bauran pemasaran.
Penelitian ini diharapkan bermanfaat kepada
UPT PSTKP Bali, pengusaha (perajin)
keramik, akademisi, lembaga penelitian,
dan pihak lainnya sebagai pedoman dalam
proses produksi, penentuan harga jual, dan
peningkatan pelayanan jasa teknologi massa
raga stoneware warna/merah berbasis abu
(pasir) Bromo.
KAJIAN PUSTAKA
Abu (Pasir) Gunung Bromo
Abu berasal dari pembakaran kayu
atau sayuran yang mengandung banyak
mineral-mineral yang sangat baik digunakan
sebagai fluks untuk glasir (Alexander, 2000:16). Oksida-oksida dalam abu yang
sesuai dan penting untuk glasir adalah
fosforus pentaoksida, alumina, kapur, silika,
potas, dan natrium. Abu mengandung karbon,
sulfur, hidrogen, dan juga nitrogen, tetapi
mineral-mineral ini akan keluar dari glasir
selama pembakaran. Sisa-sisa silika, potas,
dan sebagainya tertinggal di dalam glasir,
yang bermanfaat sebagai fluks.
Macam-macam bahan yang bagus untuk
abu, misalnya kayu,alang-alang, kulit beras,
rumput, kulit buah kelapa, dan sebagainya.
Semua bahan tersebut mempunyai sifat yang
berlainan, maka hasil yang didapat tidak
akan sama apabila digunakan dalam glasir,
misalnya warna yang dihasilkan berbeda dan
titik leburnya pun berbeda. Abu dicoba sebagai
fluks dalam resep untuk campuran segitiga atau campuran garis. Kadang-kadang glasir
yang mengandung abu yang berguna sebagai
fluks akan meleleh berbentuk seperti lahar dan kadang-kadang hasilnya sangat indah.
Abu harus disaring sebelum dicampur dalam
glasir. Resep glasir dari abu terdiri dari : (1)
abu 50% : feldspar potas 20% : kaolin 30%;
FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014 131
(2) abu 40% : feldspar potas 40% : tanah liat
bola 20%; dan (3) abu 35% : feldspar potas
35% : talk 15% : tanah liat bola 15%.
Abu dan pasir hasil letusan gunung
Bromo mengandung oksida logam natrium
(sodium), kalium (potassium), kalsium,
dan magnesium yang relative sangat tinggi.
Oksida-oksida ini merupakan bahan-bahan
penyusun mineral-mineral pelebur, antara lain
feldspar, kapur dan nepheline syenite. Oleh
karena itu, abu dan pasir ini seharusnya dapat
digunakan sebagai bahan pelebur. Penelitian
pendahuluan terhadap bahan ini menunjukkan
hal yang memperkuat dugaan tersebut. Abu
dan pasir Bromo telah mengalami peleburan
yang sempurna setelah dibakar pada suhu
1200oC, leburan yang didapat berupa fasa
gelas yang homogen yang berwarna hitam
tanpa adanya gelembung-gelembung udara.
Hal ini menunjukkan bahwa abu dan pasir
Bromo dapat dijadikan bahan pelebur yang
sangat efektif.
Stoneware Berkode Klbr-1
Stoneware adalah bahan yang digunakan
untuk badan keramik yang cocok pada
pembakaran dengan suhu yang tinggi sekitar
1.2000C – 1.3000C (Alexander, 2000:81). Sifat yang dikandung stoneware memiliki titik
lebur yang lebih tinggi dibandingkan dengan
earthenware. Sifat-sifatnya : bodinya (badan)
kuat sekali, kerapatannya tinggi, peresapan
airnya rendah 1%-2%. Untuk membuat
stoneware pertama kali digunakan tanah liat
murni, yaitu langsung dari penggalian (toko)
lalu cari angka peresapan airnya.
Bahan baku yang digunakan untuk
membentuk Stoneware adalah Tanah
(Lempung) Merah Lombok, Ball Clay Bantur,
Feldspar RRC, dan Kuarsa Bakar Belitung,
dan lainnya. Lempung menurut Hartono
(1983:3) dibagi menjadi tiga pengertian,
yaitu: sebagai ukuran besar butir, semua
bahan padat yang mempunyai ukuran besar
butir lebih kecil dari 2 µm; sebagai kumpulan
bahan mineral, bahan yang berbutir halus
terdiri dari mineral kristalin yang dinamakan
mineral lempung; dan sebagai istilah batuan,
salah satu bahan pembentuk lhitosphir.
Feldspar adalah suatu senyawa
alumina silikat yang mengandung satu atau
lebih unsur basa seperti : K, Na, Ca, dan
Ba (Hartono, 1983:83). Suatu kelompok
mineral batuan beku yang terutama terdiri
dari senyawa silikat dari K, Na dan Ca
dalam mana pada umumnya satu kation
bisa merupakan kation utama. Feldspar
jumlahnya berlimpah dan banyak terdapat
di dalam kerak bumi, termasuk kelompok
mineral silikat (Alexander, 2000:42). Ball
Clay adalah lempung yang dalam kering
menjadi keras dan sangat kuat. Kadang-
kadang bila dibuat benda keramik dari bahan
ball clay akan banyak timbul retak-retak
(Hartono, 1983:22). Stoneware yang dibuat
pada penelitian ini adalah Stoneware Berkode
Klbr-1 yang bahan bakunya terdiri dari :
Tanah Kalimantan Noodle 50%, Abu Bromo
20%, Pasir 20%, Kapur Bukit Jimbaran 5%,
dan Ball Clay Bantur 5%.
Proses Produksi
Proses produksi menurut Hansen
& Mowen (1997:127) adalah pengolahan
bersama bahan baku, tenaga kerja langsung
dan overhead pabrik untuk memproduksi
sebuah produk baru. Barang yang diproduksi
adalah berwujud, dapat diinventarisasi dan
dipindahkan dari pabrik kepada konsumen.
Fungsi produksi adalah fungsi yang
berhubungan dengan kegiatan pengolahan
bahan baku menjadi produk selesai yang siap
untuk dijual (Supriyono, 2000:18).
Variabel Keuangan
Menurut Horngren (1993:75) ada tiga
unsur utama di dalam biaya suatu produk,
yaitu: bahan baku langsung (direct material),
tenaga kerja langsung (direct labor), dan biaya
overhead pabrik (factory overhead) terdiri
FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014132
dari overhead pabrik variabel dan overhead
pabrik tetap. Proses produksi menurut
Hansen & Mowen (1997:127) : pengolahan
bersama bahan baku, tenaga kerja langsung
dan overhead pabrik untuk memproduksi
sebuah produk baru. Barang yang diproduksi
adalah berwujud, dapat diinventarisasi dan
dipindahkan dari pabrik kepada konsumen.
Fungsi produksi adalah fungsi yang
berhubungan dengan kegiatan pengolahan
bahan baku menjadi produk selesai yang siap
dijual (Supriyono, 2000:18).
Biaya barang yang telah diselesaikan
selama suatu periode disebut harga pokok
produksi barang selesai (cost of goods manufactured) atau disingkat harga pokok
produksi (Soemarso, 1996:295). Harga
pokok produksi terdiri dari biaya pabrik
ditambah persediaan dalam proses awal
periode, dikurangi persediaan dalam proses
akhir periode. Untuk menghitung harga
pokok produksi digunakan sistem biaya
standar (standard cost system).
Metode penentuan harga pokok
produksi adalah penentuan atau cara
memperhitungkan semua unsur biaya ke
dalam harga pokok produksi. Menurut
Mulyadi (1993:50), ada 2 pendekatan yang
digunakan yaitu : (1).Full costing, yaitu
metode penentuan harga pokok produksi
yang memperhitungkan semua unsur biaya
produksi ke dalam harga pokok produksi baik
biaya tetap maupun biaya variabel. Dengan
demikian harga pokok produksi menurut
metode full costing terdiri dari unsur-unsur
biaya produksi sebagai berikut : Biaya bahan
baku + Biaya tenaga kerja langsung + Biaya
Overhead Pabrik Variabel + Biaya Overhead
Pabrik Tetap; (2) Variable costing, yaitu
metode penentuan harga pokok produksi yang
hanya memperhitungkan biaya produksi yang
berperilaku variabel ke dalam harga pokok
produksi. Dalam penelitian ini digunakan
metode biaya penuh (full costing).
Salah satu faktor yang memiliki
kepastian relatif tinggi yang berpengaruh
dalam penentuan harga jual adalah biaya
(Mulyadi, 1993:347). Menurut Mas’ud
(1985:101) banyak faktor yang yang
mempengaruhi pengambilan keputusan
tentang harga jual, baik dari dalam perusahaan
maupun faktor dari luar perusahaan. Faktor
dari dalam perusahaan, seperti biaya
produksi dan biaya lain-lain yang relevan,
laba yang diinginkan, tujuan perusahaan dan
sebagainya. Faktor luar adalah persaingan,
luas pasar, sifat produk, dan lain-lain.
Metode penentuan harga jual menurut Mas’ud
(1985:133) adalah :
1.Gross margin Pricing : tepat digunakan oleh
perusahaan perdagangan atau perusahaan
yang tidak membuat sendiri produk yang
dijual. Caranya dengan menentukan
persentase tertentu diatas harga (cost)
produk yang dibeli. Persentase ini
disebut mark on percentage atau mark
up. Harga Jual = Cost Produk + (% Mark
Up x Dasar Penentuan Mark Up)
2.Direct Cost Pricing (Marginal Income Pricing), mendasarkan pada biaya-biaya
yang secara proposional dengan volume/
penjualan, sehingga menghasilkan
marginal income. Kelebihan diatas biaya
variabel berapa yang dikehendakai oleh
perusahaan sebagai dasar penentuan
harga jual. Harga Jual = (Biaya Produksi
Variabel +Biaya lain-lain Variabel)+(%
yang Diinginkan x Dasar Penentuan Laba)
3.Full Cost Pricing : memperhitungkan semua
jenis biaya, baik biaya variabel maupun
tetap. Semua biaya untuk membuat
produk ditambah persentase laba yang
diinginkan untuk menutup biaya operasi
dan laba yang diinginkan.Harga Jual =
Biaya Produksi Total +Margin(Biaya
Produksi Total)+Biaya Operasi
4.Time and Material Pricing : harga jual
ditentukan dari upah langsung dan tarif
lainnya dari bahan baku masing-masing
FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014 133
yang dijadikan satu, ditambah dengan
jumlah tertentu dari biaya tak langsung
srta laba yang diinginkan. Harga Jual
= ((Bahan + % Kenaikan (Bahan) +
((Upah + % Kenaikan (Upah)) + ((Jasa
+ % Kenaikan (Jasa))
5.Return on Capital Employed Pricing :
mendasarkan pada prosentase mark
up tertentu dari capital employed,
yaitu kapital (Assets) yang dianggap
mempunyai peranan dalam
memprodusir barang (produk). Harga
Jual = ((Total Cost + (% x Aktiva Tetap)) / ((Volume Penjualan Dalam
Unit)).
Bauran Pemasaran
Konsep pengembangan strategi
pemasaran yang keempat berkaitan dengan
masalah bagaimana menetapkan bentuk
penawaran pada segmen pasar tertentu.
Hal ini dapat terpenuhi dengan penyediaan
suatu sarana yang disebut marketing mix.
Marketing mix ini merupakan inti dari sistem
pemasaran perusahaan. Marketing mix adalah
kombinasi dari empat variabel atau kegiatan
yang merupakan inti dari sistem pemasaran
perusahaan, yakni : produk, struktur harga,
kegiatan promosi, dan sistem distribusi
(Swastha, Basu, 1990:78).
Kegiatan-kegiatan Kegiatan-kegiatan
yang berkaitan dengan produk, harga,
distribusi, dan promosi perlu dikombinasikan
dan dikoordinasikan agar perusahaan dapat
melakukan tugas pemasaran seefektif mungkin.
Empat elemen pkok dalam marketing mix
adalah : (1) Produk Keputusan-keputusan tentang produk mencakup penentuan
bentuk penawaran secara fisik, merknya, pembungkus, garansi, dan servis sesudah
penjualan; (2) Harga Faktor-faktor ynag perlu dipertimbangkan dalam penetapan harga
adalah : biaya, keuntungan, praktek saingan,
dan perubahan keinginan pasar. Hal lainnya
adalah potongan, makr-up, mark-down, dan
sebagainya; (3) Distribusi Aspek kegiatan
distribusi adalah : a).Sistem transportasi
: pemilihan alat transport (pesawat udara,
kereta api, kapal, truck, pipa, dan lain-lain),
jadwal pengiriman, penentuan rute yang
harus ditempuh, b).Sistem penyimpanan :
letak gudang, jenis peralatan yang dipakaki
untuk material handling, dsb, c).Pemilihan
saluran distribusi : penggunaan penyalur
(pedagang besar, pengecer, agen, makelar),
dan membangun kerjasama yang baik
dengan penyalur; dan (4) Promosi kegiatan promosi terdiri dari : periklanan (pemilihan
media, bentuk iklan), personal selling (penarikan, pemilihan, latihan, kompensasi,
dan supervisi), promosi penjualan (pameran,
peragaan, demonstrasi, contoh-contoh),
publisitas (hampir sama dengan periklanan,
tetapi biasanya dilakukan tanpa biaya).
METOTOLOGI PENELITIAN
Jenis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah : (1) Data kualitatif, yaitu
data yang berbentuk kata, kalimat, skema, dan
gambar (Sugiyono, 1999:13). Pada penelitian
ini, data kualitatif yang digunakan adalah :
sejarah berdirinya UPT PSTKP Bali- BPPT,
aktiva tetap yang digunakan dalam pembuatan
stoneware Klbr-1, struktur organisasi, fungsi
pokok UPT PSTKP Bali- BPPT, uraian
tugas, proses pembuatan stoneware Klbr-1,
dan jenis bahan baku pembuatan stoneware
Klbr-1; dan (2) Data kuantitatif, yaitu data
yang berbentuk angka, atau data kualitatif
yang diangkakan (skoring : baik sekali = 4,
baik = 3, kurang baik = 2, dan tidak baik =
1) (Sugiyono, 1999:14). Pada penelitian ini,
data kuantitatif yang digunakan adalah: biaya
penyusutan aktiva tetap yang digunakan
dalam proses produksi, kuantitas bahan, harga
bahan, biaya listrik, biaya telepon, biaya air,
biaya tenaga kerja selama proses produksi,
komposisi bahan, harga pokok produksi, jam
mesin, jam tenaga kerja langsung, dan Upah
Minimum Kota Denpasar.
Sumber data dalam penelitian ini
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu : (1)
FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014134
FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014 135
(2) a.Untuk menghitung harga pokok produksi
digunakan sistem biaya standar dengan
metode biaya penuh (full costing), yang
dikemukakan oleh Mulyadi (1993:50),
dengan rumus harga pokok produksi =
Biaya bahan baku +Biaya tenaga kerja
langsung
+ Biaya overhead pabrik variabel + Biaya
overhead pabrik tetap.
-Standar biaya bahan baku = Standar
pemakaian bahan baku x Standar harga bahan baku.
Standar pemakaian bahan baku = Persentase
penggunaan bahan baku x Kebutuhan bahan baku per kg.
Standar harga bahan baku = Harga rata-
rata yang diharapkan masing-masing
bahan baku.
-Standar biaya tenaga kerja langsung =
Tarif per jam x Standar waktu per kg stoneware.
Tarif per jam = (Upah tenaga kerja
langsung per bulan) : (Jam kerja efektif
per bulan).
Standar waktu per kg stoneware = (Jam
kerja untuk pembuatan stoneware dl. 1
kali proses) : (Jumlah stoneware yang
dihasilkan dl. 1 kali proses).
-Standar tarif biaya overhead pabrik dihitung
dengan membagi jumlah biaya overhead
pabrik yang dianggarkan pada kapasitas
normal.
Tarif BOP V = (Budget biaya overhead pabrik
variabel bulanan) : (Unit stoneware pada
kapasitas normal).
Tarif BOPT = (Budget biaya overhead
pabrik tetap bulanan) : (Unit stoneware
pada kapasitas normal).
b.Metode harga jual berbasis biaya penuh/
full cost pricing (Mas’ud, 1993:113)
digunakan untuk menghitung harga jual,
rumusnya : Harga Jual = Biaya Produksi
Total + Margin (Biaya Produksi Total) +
Biaya Operasi; dan (3) Strategi bauran
pemasaran (marketing mix) digunakan
untuk mengkaji pemasaran massa raga
stoneware Klbr-1, yang terdiri dari
produk, harga, distribusi, dan promosi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pembuatan Massa Raga Stoneware Merah
Berkode Klbr – 1
-Persiapan & penimbangan : melakukan
pembuatan massa raga (massa badan)
stoneware warna berkode KLBR – 1
dengan menggunakan bahan abu pasir
gunung Bromo, Jawa Timur sebagai
pengganti bahan pelebur (feldspar).
Sebagai pengganti kuarsa digunakan
pasir yang diayak dengan saringan
berdiameter lobang 0,25 mm. Formula
yang digunakan adalah tanah Kalimantan
noodle 50 %, abu pasir Bromo 20 %,
kapur bukit Jimbaran 5 %, ballclay
Bantur 5 % dan pasir 20 %. Dibuat
bahan sebanyak 3 (tiga) kg. Bahan yang
digunakan adalah tanah Kalimantan
noodle 1500 gr, abu pasir Bromo 600
gr, kapur bukit Jimbaran 150 gr, ballclay
Bantur 150 gr dan pasir 600 gr.
-Penggilingan : proses penggilingan
dilakukan dengan menggunakan potmill
dalam waktu sekitar 3 jam. Untuk
melakukan penggilingan ke dalam
potmill ditambahkan batu-batu giling
(grinding ball) dari bola porselin dan
air. Perbandingannya adalah bahan
: batu giling : air adalah 1: 1 : 1. Batu
giling yang digunakan ada 3 ukuran,
ukuran kecil, sedang dan besar masing-
masing satu kg. Jadi ke dalam potmill
dimasukkan bahan sebanyak 3 kg, air 3
liter, batu giling kecil 1 kg, batu giling
sedang 1 kg dan batu giling besar 1 kg.
-Penyaringan : Slurry yang dihasilkan disaring
dengan ayakan 120 mesh, penambahan
air diperboleh untuk mempercepat
penyaringan.
-Pengeringan : Slurry yang lolos ayakan
diuapkan/dikurangi kadar airnya dengan
cara dimasukkan dalam gips penyerap,
pengeringan dihentikan jika kadar air
rata-rata mencapai + 25 %. Pengeringan
KLBR – 1 memerlukan waktu 3 (tiga)
hari dengan kadar air adonan telah
mencapai 26,5 %.
FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014136
-Penghomogenan : Adonan yang didapat,
diulet untuk menghomogenkan kadar air
serta mengurangi keberadaan gelembung
udara (deaering).
-Pemeraman : Proses selanjutnya adalah
pemeraman (aging) selama 3 – 7 hari
pada ruang gelap untuk meratakan kadar
air serta melakukan pelapukan bahan-
bahan organik yang ada pada lempung
secara anaerob (tanpa terkena sinar
matahari). Hasil yang didapatkan dari proses ini adalah
bahan baku/massa raga stoneware warna/
merah yang siap bentuk. Teknik pembentukan
yang akan dicobakan adalah dengan teknik
putar (throwing) serta teknik cetak cor.
Berdasarkan pengujian laboratorium
yang dilakukan oleh koordinator dan operator
laboratorium, didapat tentang sifat-sifat fisik prabakar (greenware) massa, yang terdiri dari
pengujian kadar air, pengujian keplastisan,
pengujian kejut suhu, dan pengujian susut
kering, yang semuanya memenuhi syarat
komposisi bahan baku tersebut sebagai
stoneware, sehingga massa raga stoneware
merah Klbr-1 yang komponennya berasal
dari abu Gunung Bromo dapat digunakan
sebagai stoneware yang merupakan bahan
baku pembuatan benda keramik, yang
penerapannya digunakan dengan teknik putar
dan cetak cor.
Perhitungan Variabel Keuangan
Harga Pokok Produksi
Standar biaya bahan baku = standar
pemakaian atau kuantitas bahan baku per kg
massa raga (stoneware) x standar harga bahan baku. Standar pemakaian bahan baku atau
kuantitas bahan baku ditentukan dari rata-
rata pemakaian bahan baku untuk masing-
masing janis bahan dalam suatu komposisi.
Untuk massa raga komposisi Klbr-1 terdiri
dari 5 jenis bahan baku. Untuk satu jenis
bahan baku dalam suatu komposisi, harus
dicari berapa persentase bahan baku tersebut
dalam komposisi itu. Dengan demikian untuk
menentukan pemakaian (kuantitas) bahan baku
maka pertama harus ditentukan persentase
pemakaian bahan baku dalam komposisi
itu. Persentase yang bervariasi tergantung
kuantitas bahan baku yang digunakan dan
yang telah memenuhi uji laboratorium yang
memenuhi standar kualifikasi bahan.
Apabila persentase komposisi bahan
baku telah didapatkan, maka selanjutnya
adalah menentukan berapa kebutuhan bahan
baku untuk menghasilkan 1 kg stoneware.
Berdasarkan pengalaman dan rata–rata
periode sebelumnya, maka untuk 800 kg
bahan baku yang diproses dalam peralatan
produksi, akan dihasilkan 940 kg stoneware.
Dengan demikian kebutuhan bahan baku
untuk 1 kg stoneware adalah 800/940 =
0,851. Berdasarkan perhitungan tersebut
didapat bahwa standar pemakaian (kuantitas)
bahan baku per kg stoneware adalah :
persentase penggunaan bahan x 0,851 x 1 kg. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran 1.
Standar harga bahan baku ditentukan
dengan mencari rata-rata harga perolehan
bahan baku dari pihak luar yang tersedia di
bagian pengolahan bahan. Rata-rata harga
perolehan tersebut merupakan harga yang
diharapkan atau menjadi standar. Komposisi
Klbr-1 terdiri dari 5 jenis bahan baku.
Dengan demikian akan ada 5 standar harga
bahan baku untuk komposisi stoneware
Klbr-1. Standar biaya bahan baku dihitung
dengan mengalikan standar pemakaian
(kuantitas) bahan baku dengan standar harga
bahan baku untuk masing-masing komposisi.
Perhitungan standar biaya bahan baku
dijelaskan pada Lampiran 1.
Biaya bahan baku stoneware Klbr-1
adalah Rp 838,16 per kg. Biaya bahan baku
massa raga Klbr-1 sesuai dengan komposisi
bahan baku yang membentuk stoneware
tersebut. Perbedaan biaya bahan baku untuk
suatu komposisi disebabkan oleh karena
perbedaan persentase penggunaan bahan
FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014 137
baku untuk setiap komposisi, jenis (kualitas)
bahan baku, dan standar harga bahan baku.
Semakin besar persentase penggunaan
bahan baku dalam suatu komposisi, maka
biaya bahan baku cenderung semakin
besar. Demikian sebaliknya, semakin kecil
persentase penggunaan bahan baku dalam
suatu komposisi, biaya bahan baku cenderung
semakin kecil.
Jenis (kualitas) bahan baku
menentukan besar kecilnya biaya bahan
baku. Jenis (kualitas) bahan baku berkaitan
dengan standar harga bahan baku, artinya
jenis (kualitas) bahan baku yang lebih baik
menunjukkan semakin besarnya pengorbanan
yang dikeluarkan untuk memperoleh bahan
baku tersebut. Hal ini berarti semakin besarnya
harga perolehan yang dikeluarkan untuk
mendapatkannya. Harga perolehan bahan
baku yang semakin besar mencerminkan
standar biaya bahan juga semakin besar.
Standar biaya tenaga kerja langsung
dihitung dengan cara menentukan tarif biaya
tenaga kerja langsung per jam dikalikan dengan
standar waktu (jam) yang digunakan untuk
memproduksi 1 kg stoneware. Rumusnya,
Standar Biaya Tenaga Kerja Langsung =
Tarif Biaya Tenaga Kerja Langsung per Jam
x Standar Waktu per Jam x Standar Waktu untuk mengerjakan stoneware per kg.
Tarif Biaya Tenaga Kerja Langsung
= (100% x (Upah Minimum Kota Denpasar)) : (Jam Kerja Efektif per Bulan).
= (100% x Rp 1.358.000,00 x 3 orang) : (8 jam x 20 hari kerja x 3 orang pekerja)
= (Rp 4.074.000,00) : (480) jam
= Rp 8.487,50 per jam
Standar Waktu per kg stoneware :
= (Standar Jam Tenaga Kerja Langsung
untuk Memproduksi stoneware dalam
sekali proses) : (stoneware yang
dihasilkan dalam sekali proses).
= ((1,2 jam pada proses penimbangan + 3,5
jam pada proses penggilingan + 1 jam
pada proses pengurangan kadar air + 4 jam
pada proses penghomogenan massa)
x 3 orang pekerja)) : (940) = ((9,7) x 3)) jam : (940) kg = ( 27,9 ) ) : (940) kg
= 0,0309 jam/kg.
Perhitungan standar biaya tenaga kerja
langsung untuk memproduksi massa raga
Klbr-1 dalam penelitian ini dapat dijelaskan
pada Lampiran 2.
Pada Lampiran 2 terlihat bahwa
standar biaya tenaga kerja langsung untuk
memproduksi massa raga Klbr-1 adalah
sebesar Rp 262,26 per kg. Angka tersebut
diperoleh dengan mengalikan standar tarif
biaya tenaga kerja langsung per jam dengan
waktu yang diperlukan untuk memproduksi
stoneware per kg. Standar biaya tenaga
kerja langsung relatif berbeda untuk jumlah
komposisi bahan baku tetentu. Hal ini
disebabkan oleh karena proses pengolahan
stoneware untuk komposisi adalah identik
atau sama, artinya tidak ada perbedaan proses
pengolahan stoneware dari tahap penggilingan
sampai dengan tahap penghomogenan massa,
tetapi untuk jenis bahan baku yang lebih
banyak cenderung mengkonsumsi jam kerja
yang lebih besar pada tahap penggilingan,
terutama pada proses penimbangan, dan
pengangakatan ke ball mill. Personil yang
terlibat, jam mesin yang dibutuhkan, jam
tenaga kerja langsung yang digunakan, tarif
listrik, biaya air, biaya penyusutan, dan jenis
bahan baku yang digunakan hampir homogen
berupa bongkahan-bongkahan yang tidak
terlalu padat seperti batu.
Perbedaan standar biaya tenaga kerja
langsung untuk masing-masing komposisi
akan terjadi, apabila jenis dan jumlah variasi
bahan baku yang dimasukkan proses produksi
adalah relatif berbeda, yaitu ada yang berupa
bongkahan-bongkahan, ada yang berupa
butiran yang agak lembut, atau berupa padatan
yang bersifat keras yang macamnya berbeda.
Perbedaan jenis atau bentuk fisik bahan baku
FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014138
akan mempengaruhi proses pengolahan
bahan baku tersebut. Jenis atau bentuk fisik bahan baku yang relatif keras dan berupa
padatan memerlukan proses penghancuran
dengan alat jaw cruiser sebelum dimasukkan
ke ball mill untuk digiling. Adanya proses
penghancuran ini, memerlukan tenaga kerja
langsung untuk menanganinya. Dalam proses
penggilingan tersebut tentu dibutuhkan waktu
yang cukup bagi tenaga kerja yang terlibat
langsung. Penggunaan waktu jam tenaga kerja
langsung membawa efek pada penambahan
biaya untuk personil tenaga kerja langsung.
Hal yang sebaliknya akan terjadi
apabila jumlah jenis atau bentuk fisik bahan baku yang berupa bongkahan-bongkahan
yang tidak padat atau tidak keras, maka tidak
diperlukan proses penghancuran lagi untuk
bisa digiling pada ball mill, sehingga tidak
diperlukan tenaga kerja langsung dalam
proses penghancuran. Dengan demikian tidak
akan menambah pengeluaran untuk biaya
tenaga kerja langsung.
Standar biaya overhead pabrik variabel
dihitung : dengan menentukan tarif biaya
overhead pabrik variabel (Tarif BOP V),
yaitu membagi jumlah biaya overhead pabrik
variabel yang dianggarkan pada kapasitas
normal dengan unit produk yang dihasilkan
pada kapasitas tersebut atau jam mesin.
Budget biaya overhead pabrik variabel
bulanan
Tarif BOPV = ----------------------------
Unit Stoneware pada kapasitas normal
Hasil perhitungan tarif biaya overhead pabrik
variabel dijelaskan pada Lampiran 3.
Pada Lampiran 3 terlihat bahwa tarif
biaya overhead pabrik variabel adalah Rp
90,30 per kg. Tarif sebesar itu diperoleh dari
budget biaya overhead pabrik variabel yang
terdiri dari biaya listrik untuk penggunaan
aktiva tetap (mesin) berupa ball mill, filter press, dan pug mill, serta penggunaan air
yang dicampur dengan bahan baku pada
saat penggilingan. Jumlah stoneware yang
dihasilkan selama satu bulan adalah 940 kg
x 16,5 kali = 15.510 kg. Jumlah tersebut dipakai membagi budget biaya overhead
pabrik variabel selama sebulan, sehingga
didapatkan sebuah tarif.
Tarif biaya overhead pabrik variabel
adalah sama untuk suatu komposisi . Hal ini
disebabkan oleh karena proses pengolahan
stoneware identik atau sama, artinya tidak
ada perbedaan proses pengolahan stoneware
dari tahap penggilingan sampai dengan tahap
penghomogenan massa. Jam mesin yang
dibutuhkan, listrik yang digunakan untuk
menggerakan mesin ball mill, filter press, dan pug mill, biaya air, dan jenis bahan baku
yang digunakan hampir homogen berupa
bongkahan-bongkahan yang tidak terlalu
padat seperti batu.
Perbedaan tarif biaya overhead pabrik
variabel untuk suatu komposisi akan terjadi,
apabila jenis bahan baku yang dimasukkan
proses produksi adalah relatif berbeda, yaitu
ada yang berupa bongkahan-bongkahan,
ada yang berupa butiran yang agak lembut,
atau berupa padatan yang bersifat keras.
Perbedaan jenis atau bentuk fisik bahan baku akan mempengaruhi proses pengolahan
bahan baku tersebut. Jenis atau bentuk fisik bahan baku yang relatif keras dan berupa
padatan memerlukan proses penghancuran
dengan alat jaw cruiser sebelum dimasukkan
ke ball mill untuk digiling. Adanya proses
penghancuran ini, memerlukan tambahan jam
mesin untuk menghancurkan bahan-bahan
padat dan keras. Penggunaan tambahan jam
mesin membawa efek pada penambahan
biaya listrik, biaya pemeliharaan mesin, dan
penggunaan air.
Standar biaya overhead pabrik tetap
dihitung dengan menentukan tarif biaya
overhead pabrik tetap (Tarif BOP T), yaitu
membagi jumlah biaya overhead pabrik tetap
yang dianggarkan pada kapasitas normal
dengan unit produk yang dihasilkan pada
kapasitas tersebut atau jam mesin.
FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014 139
Budget biaya overhead pabrik tetap
bulanan
Tarif BOP T = ---------------------------
Unit Stoneware pada kapasitas normal
Hasil perhitungan tarif biaya overhead pabrik
tetap selengkapnya dijelaskan pd Lampiran
3.
Pada Lampiran 3 terlihat bahwa tarif
biaya overhead pabrik tetap adalah Rp 414,95
per kg. Tarif sebesar itu diperoleh dari budget
biaya overhead pabrik tetap yang terdiri dari
Upah tak langsung, biaya listrik yang bersifat
tetap untuk penggunaan aktiva tetap (mesin)
berupa ball mill, filter press, dan pug mill, biaya penyusutan gedung pengolahan bahan,
biaya penyusutan mesin ball mill, filter press,
dan pug mill, serta biaya pemeliharaan aktiva
tetap. Jumlah stoneware yang dihasilkan
selama satu bulan adalah 940 kg x 16,5 kali = 15.510 kg. Jumlah tersebut dipakai membagi
budget biaya overhead pabrik tetap sebulan,
sehingga didapatkan sebuah tarif tetap.
Tarif biaya overhead pabrik tetap
adalah sama untuk suatu komposisi. Hal ini
disebabkan oleh karena proses pengolahan
stoneware untuk suatu komposisi adalah
identik atau sama, artinya tidak ada
perbedaan proses pengolahan stoneware dari
tahap penggilingan sampai dengan tahap
penghomogenan massa. Dengan demikian
tidak ada penambahan mesin maupun aktiva
tetap pabrik lain yang digunakan untuk
pengolahan bahan yang sifatnya tidak keras
dan tidak padat.
Harga pokok produksi massa raga
Klbr-1 yang menggunakan biaya standar per
kg dihitung dengan menjumlahkan biaya
bahan baku, biaya tenaga kerja langsung,
biaya overhead pabrik variabel, dan biaya
overhead pabrik tetap per kg. Artinya harga
pokok produksi akan sama dengan biaya
produksi oleh karena dalam memproduksi
stoneware di UPT PSTKP Bali – BPPT tidak
adanya sediaan barang dalam proses awal
maupun sediaan barang dalam proses akhir.
Perhitungan harga pokok produksi stoneware
yang menggunakan biaya standar dapat
dijelaskan pada Lampiran 4.
Lampiran 4 menunjukkan bahwa harga
pokok produksi massa raga Klbr-1 dengan
biaya standar adalah 1.605,67 per kg. Variasi
harga pokok produksi stoneware per kg yang
menggunakan biaya standar disebabkan oleh
variasi bahan baku per kg yang digunakan
membentuk stoneware, sementara biaya tenaga
kerja langsung tetap untuk jumlah jenis bahan
baku tertentu maupun biaya overhead pabrik
(variabel dan tetap) untuk semua komposisi
adalah sama. Biaya tenaga kerja langsung
yang relatif sama dan biaya overhead pabrik
variabel maupun tetap yang sama untuk suatu
komposisi disebabkan oleh karena proses
produksi stoneware adalah sama, dan kondisi
fisik bahan baku yang identik dan tidak keras seperti padatan, melainkan berupa butiran-
butiran kecil yang tidak memerlukan proses
penghancuran dengan alat jaw cruiser. Tidak
adanya proses penghancuran menunjukkan
tidak diperlukannya tambahan biaya untuk
tenaga kerja langsung dan overhead pabrik.
Harga pokok produksi massa raga
Klbr-1 adalah sebesar Rp 1.605,67 per kg.
Jumlah tersebut tersebut terdiri dari : biaya
bahan baku Rp 838,16, biaya tenaga kerja
langsung Rp 262,26, biaya overhead pabrik
variabel Rp 90,30, dan biaya overhead pabrik
tetap Rp 414,95. Harga pokok produksi massa
raga Klbr-1 diperoleh dengan menggunakan
sistem biaya standar, yang terdiri dari :
standar biaya bahan baku, standar biaya
tenaga kerja langsung, standar biaya overhead
pabrik variabel, dan standar biaya overhead
pabrik tetap. Harga pokok produksi yang
diperoleh harus dibandingkan dengan harga
pokok produksi pengusaha keramik lain.
Harga pokok produksi ini diharapkan lebih
rendah daripada harga pokok produksi yang
dikeluarkan oleh pengusaha keramik lainnya
dengan kualitas maupun cara perhitungan
biaya yang sama. Hal ini akan menunjukkan
tingkat ekonomisasi yang lebih baik daripada
yang lainnya.
FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014140
Harga Jual Massa Raga (Stoneware)
Merah Klbr-1
Dengan mengasumsikan biaya
operasi yang dibebankan sebesar 10% yang
terdiri dari biaya pemasaran 6%, dan biaya
administrasi dan umum 4%, serta marjin
yang diharapkan adalah 5%, maka harga
jual massa raga (stoneware) merah Klbr-1
kepada pembeli yang seharusnya menurut
Metode Full Cost Pricing adalah : Harga Jual
= Biaya Produksi Total + Margin (Biaya
Produksi Total) + Biaya Operasi. Harga Jual =
Rp 1.605,67 + 10% (Rp 1.605,67) + 5% (Rp
1.605,67). Harga Jual = 1,15 (Rp 1.605,67).
Harga Jual = Rp 1.846,52. Biaya Pemasaran
yang didapat adalah : 0,06% x Rp 1.605,67 = Rp 96,34, Biaya Admnistrasi dan Umum =
0,04% x Rp 1.605,67 = Rp 64,22, dan Marjin Laba yang diinginkan = 5% x Rp 1.605,67 = Rp 80,28.
Harga jual massa raga (stoneware)
merah Klbr-1 adalah sebesar Rp 1.846,52 per
kg dengan menggunakan metode cost-plus
pricing. Harga tersebut terdiri dari : harga
pokok produksi Rp 1.605,67, marjin laba
yang diinginkan Rp 80,28, biaya pemasaran
Rp 96,34, dan biaya administrasi dan umum
Rp 64,22. Harga jual yang ditawarkan oleh
UPT PSTKP Bali diharapkan lebih rendah
dibandingkan dengan harga jual yang
ditawarkan oleh pengusaha keramik lainnya
Perlu adanya kualifikasi sistem perhitungan harga jual yang sama antara UPT PSTKP
Bali dengan pengusaha keramik sehingga
diperoleh suatu penyeragaman.
Pemasaran Massa Raga (Stoneware)
Merah Klbr-1
Pengkajian pemasaran massa raga
Klbr-1 menggunakan strategi bauran
pemasaran (marketing mix). Marketing mix
adalah kombinasi empat variabel atau kegiatan
yang merupakan inti sistem pemasaran
perusahaan, yakni produk, struktur harga,
kegiatan promosi, dan sistem pemasaran
distribusi (Swastha, Basu, 1990:78).
Kegiatan-kegiatan ini perlu dikombinasikan
dan dikoordinasikan agar perusahaan
dapat melakukan tugas pemasarannya
seefektif mungkin. Jadi perusahaan atau
organisasi tidak hanya sekedar memilih
kombinasi yang terbaik saja, tetapi juga
harus mengkordinasikan berbagai macam
elemen dari bauran pemasaran tersebut untuk
melaksanakan program pemasaran secara
efektif.
Empat elemen pokok dalam bauran
pemasaran adalah :
Produk : Keputusan-keputusan tentang
produk ini mencakup : penentuan
bentuk penawaran secara fisik, merknya, pembungkus, garansi, dan servis sesudah
penjualan. Pengembangan produk
dapat dilakukan setelah menganalisis
kebutuhna dan keinginan pasarnya.
Jika masalah ini telah diselesaikan,
maka kegiatan-kegiatan tentang harga,
distribusi, dan promosi dapat diambil.
Bentuk penawaran secara fisik produk ini adalah berupa massa raga putar yang
terdiri dari berbagai campuran bahan
baku, seperti : Tanah Kalimantan Noodle
50%, Abu-pasir Bromo 20%, Pasir 20%,
Kapur Bukit Jimbaran 5%, dan Ballclay
Bantur 5%. Merk produk yang dipasarkan
adalah massa raga (stoneware) merah
”Klbr-1”. Pembungkus produk terdiri
dari plastik, yang dapat melindungi
produk dari panas, udara, air, dan lain-
lain. Garansi untuk pemasaran produk
massa raga (stoneware) merah ”Klbr-1”
belum diberikan kepada pembeli atau
pengguna, namun berupa penjualan
biasa. Servis sesudah penjualan diberikan
apabila ada permintaan dari pembeli.
Harga : Pada setiap produk atau jasa
yang ditawarkan, bagian pemasaran
menentukan harga pokoknya. Faktor-
faktor yang perlu dipertimbangkan
dalam penetapan harga tersebut adalah
FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014 141
: biaya, keuntungan, praktik saingan,
dan perubahan keinginan pasar.
Kebijaksanaan harga ini menyangkut
pula penetapan jumlah potongan, mark
up, mark down, dan sebagainya. Biaya
pembuatan massa raga (stoneware)
merah Klbr-1 yang identik dengan harga
pokok produksi adalah Rp 1.605,67
per kg. Jumlah tersebut terdiri dari :
biaya bahan baku Rp 838,16, biaya
tenaga kerja langsung Rp 262,26, biaya
overhead pabrik variabel Rp 90,30,
dan biaya overhead pabrik tetap Rp
414,95. Keuntungan yang diharapkan
dari penjualan massa raga (stoneware)
merah ”Klbr-1” adalah Rp 80,28 per
kg, dengan biaya pemasaran Rp 96,34,
biaya administrasi dan umum Rp 64,22.
Berdasarkan kondisi tersebut, maka
harga jual yang layak atas penjualan
produk Klbr-1 adalah Rp 1.846,52 per
kg. Praktek saingan masih merupakan
masalah dalam penjualan produk ini.
Pesaing menjual produk yang sejenis
dengan harga Rp 1.800,00 per kg yang
sedikit lebih rendah dibandingkan dengan
harga jual yang kita tawarkan. Keinginan
pasar belum mengalami perubahan,
artinya pasar masih menghendaki harga
yang lebih rendah. Kebijaksanaan
harga yang berkaitan dengan pemberian
potongan, mark up, mark down belum
dilakukan atas penjualan produk Klbr-1.
Distribusi : Ada tiga aspek pokok yang
berkaitan dengan keputusan-keputusan
tentang distribusi, yaitu : sistem
transportasi, sistem penyimpanan, dan
pemilihan saluran distribusi. Sistem
transportasi berkaitan dengan pemilihan
alat transportasi, penentuan jadwal
pengiriman, penentuan rute yang
harus ditempuh, dan seterusnya. Alat
transportasi yang digunakan dalam
pemasaran produk Klbr-1 berupa
angkutan darat (bobil milik sendiir), yaitu
L300 atau avanza. Jadwal pengiriman
disesuaikan dengan permintaan pembeli
dan kondisi kesiapan alat transportasi
(tidak terjadfwal). Rute yang harus
ditempuh sesuai dengan meter yang
paling pendek (mendekati) sehingga
waktu sampai di tempat tujuan diusahakan
tepat waktu. Sistem penyimpanan
berkaitan dengan letak gudang, jenis
peralatan yang dipakai, dan sebagainya.
Letak gudang sudah dekat dengan
pabrik, sehingga tidak perlu waktu yang
lama untuk memindahkan produk Klbr-1
dari pabrik ke gudang, namun perlu
penyimpanan yang lebih nyaman, supaya
tidak mudah terkena udara, air, maupun
kotoran lainnya yang dapat menyebabkan
berubahnya keplastisan produk BNP4.
Jenis peralatan yang dipakai adalah
gedung penyimpanan yang tertutup
yang masih satu atap dengan gedung
pengolahan produk Klbr-1. Pemilihan
saluran distribusi berkaitan dengan
penggunaan penyalur (pedagang besar,
pengecer, agen, makelar) dan bagaimana
menjalin kerjasama yang baik dengan
penyalur tersebut. Penyalur atas
pemasaran produk Klbr-1 ada. Penjualan
produk Klbr-1 bersifat direct selling
(penjualan langsung). Kerjasama dengan
penyalur belum ada.
Promosi : Kegiatan promosi menyangkut
kegiatan : periklanan, personal selling,
promosi penjualan, dan publisitas.
Periklanan berkaitan dengan pemilihan
media, bentuk iklan, dan beritanya.
Pemasaran produk Klbr-1 belum pernah
menggunakan media periklanan, seperti
majalah, televisi, dan sebagainya,
sehingga bentuk iklan dan beritanya
belum pernah dibuat. Personal selling
berkaitan dengan penarikan, pemilihan,
latihan, kompensasi, dan supervisi.
Personal selling atas pemasaran
produk Klbr-1 belum dilakukan secara
profesional. Personal selling hanya
menggunakan pegawai UPT PSTKP Bali
yang punya bakat dan kompetensi dalam
pemasaran. Promosi penjualan produk
FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014142
Klbr-1 sudah dilakukan dalam bentuk
pameran pada waktu-waktu tertentu,
seperti pameran pembangunan, pameran
industri, maupun pameran lainnya.
Peragaan atau demontrasi pembuatan
produk Klbr-1 sudah dilakukan pada
saat ada kunjungan dari luar ke UPT
PSTKP Bali. Pemberian contoh kepada
perajin sudah dilakukan, namun belum
ada respon untuk membeli. Publisitas
produk Klbr-1 belum dilakukan pada
jurnal ilmiah yang berada di luar UPT
PSTKP Bali. Publisitas hanya dilakukan
dalam bentuk karya tulis ilmiah yang
dipresentasikan pada tiga instansi yang
hasilnya disimpan pada perpustakaan
UPT PSTKP Bali.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan
dapat disimpulkan : (1) Abu (pasir) Gunung
Bromo dapat digunakan sebagai massa raga
(stoneware) atau bahan baku keramik dan
terbentuk masa raga (stoneware) merah
Klbr-1, karena telah memenuhi syarat uji
laboratorium pada UPT PSTKP Bali. Proses
produksi masa raga (stoneware) merah
Klbr-1 terdiri dari beberapa proses, yaitu :
penimbangan, penggilingan, penyaringan,
pengeringan, penghomogenan, pemeraman,
dan penyimpanan; (2) Harga pokok produksi
massa raga (stoneware) merah Klbr-1 adalah
sebesar Rp 1.605,67 per kg, terdiri dari :
biaya bahan baku Rp 838,16, biaya tenaga
kerja langsung Rp 262,26, biaya overhead
pabrik variabel Rp 90,30, dan biaya overhead
pabrik tetap Rp 414,95. Harga jual massa raga
(stoneware) merah Klbr-1 adalah Rp 1.846,52
per kg, terdiri dari : harga pokok produksi Rp
1.605,67, marjin laba yang diinginkan Rp
80,28, biaya pemasaran Rp 96,34 dan biaya
administrasi dan umum Rp 64,22; dan (3)
Pemasaran massa raga (stoneware) merah
Klbr-1 belum dilakukan secara komersial,
komponen bauran pemasaran yang terdiri
dari produk, harga, distribusi, dan promosi
masih sangat minim dan sederhana.
Berdasarkan simpulan dapat disarankan
: (1) Menggunakan bahan baku yang relatif
lebih murah atau persentase penggunaan
bahan baku yang lebih kecil untuk bahan
baku yang harganya lebih mahal dalam sebuah
komposisi massa raga stoneware, dengan tetap
mengacu pada kualifikasi standar massa raga (stoneware), sehingga diperoleh harga pokok
produksi yang lebih ekonomis; (2) Menjual
massa raga (stoneware) merah Klbr-1 dengan
harga jual Rp 1.846,52, per kg, harga jual
tersebut sudah menutup biaya operasi (biaya
pemasaran dan biaya umum & administrasi)
dan telah memperoleh marjin laba sebesar 5%
dari harga pokok produksi; (3) Meningkatkan
dan mengintensifkan bauran pemasaran
(produk, harga, distribusi, dan promosi) atas
penjualan massa raga (stoneware) merah
Klbr-1, sehingga penjualan produk lebih
meningkat dibanding penjualan sekarang
yang baru pada tahap penelitian; dan (4)
Menggunakan sistem biaya standar sebagai
alat pengawasan, sehingga penyimpangan
atau selisih dapat dikurangi.
DAFTAR PUSTAKA
Alexander, Brian. 2000. Panduan Praktis Kamus Keramik Untuk Praktisi, Perajin, dan Industri. Jakarta. Milenia Populer.
Ardi, Solichin. 1986. Pengujian Bahan Mentah dan Produk Keramik. Bandung. Balai
Besar Penelitian dan Pengembangan
Industri Keramik.
Anonimous. 1999. Lokasi dan Sumber Daya Bahan Galian C. Mataram. Dinas
Pertambangan dan Energi Propinsi
NTB.
Cingah, Made, dk.. 2006. Kajian Tekno-
Ekonomi Terhadap Karakteristik, Harga Pokok Produksi, dan Harga Jual Bahan Mentah Keramik Komposisi KR-35 Sebagai Raga Stoneware Dengan Peresapan Air 1,08% Pada Suhu Bakar
FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014 143
1.250oC. Forum Manajemen, Volume 4,
Nomor 1, Tahun 2006. 23-34.
Cooper, Donald R. dan Emory, C. William.
1998. Metode Penelitian Bisnis. Jilid 2.
Edisi Kelima. Jakarta. Erlangga.
Effendi, M. Dachyar. 2000. Analisa Ekonomi Industri Pengolahn Bahan Baku Keramik di Bali. Mandiri (Majalah
Politeknik Negeri Bali). Nomor 18,
Oktober 2000. 20-24.
Gorda, I Gusti Ngurah. 1994. Metode
Penelitian Sosial. Denpasar. Universitas
Pendidikan Nasional.
Hansen & Mowen. 1997. Accounting and Control, Cost Management. USA.
South Western College.
Hartono, Y.M.V. 1983. Bahan Mentah Untuk
Pembuatan Keramik. Bandung. Balai
Besar Penelitian dan Pengembangan
Industri Keramik.
Horngren, Charles T. 1991. Pengantar Akuntansi Manajemen. Jilid 2. Edisi
Keenam. Cetakan Kedua. Jakarta.
Erlangga.
Kamiana, Nyoman, dk. 2005. Penerapan Metode Biaya Absorpsi Dalam Menentukan Harga Pokok Produksi Masa Bodi Kalimantan Komposisi FC2R dan Pengaruhnya Terhadap Tingkat Laba. Forum Manajemen. Volume 3,
Nomor 1, Tahun 2005. 55-63.
Mas’ud, MC. 1985. Akuntansi Manajemen.
Buku Dua. Edisi Revisi. Yogyakarta.
Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah
Mada.
Mulyadi. 1993. Akuntansi Manajemen
(Konsep, Manfaat, dan Rekayasa). Edisi
Kedua. Yogyakarta. Bagian Penerbit
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.
Reeve, James M.. 2000. Redings and Issues in Cost Management. Second
Edition. USA. South-Western College
Publishing.
Soemarso, S.R..1992. Akuntansi Suatu
Pengantar. Edisi Keempat.Buku 1.
Jakarta. Rineka Cipta.
Sugiyono. 1999. Metode Penelitian Bisnis.
Cetakan Pertama. Bandung. CV
Alfabeta.
Sundari, Komang Nelly. 2000. Pengujian Penyusutan dan Peresapan Air Serta Berat Jenis Terhadap Kualitas Raga Keramik. Mandiri (Majalah Politeknik
Negeri Bali). Nomor 18, Oktober 2000.
25-29.
Supriyono, R.A. 1983. Akuntansi Biaya, Pengumpulan Biaya dan Penentuan Harga Pokok. Buku 1. Edisi 2.
Yogyakarta. BPFE.
Swastha, Basu, dk.. 1990. Manajemen
Pemasaran Modern. Edisi Kedua.
Cetakan Keempat.
FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014144
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Perhitungan Biaya Bahan Baku Pembuatan Massa Raga (Stoneware) Merah Klbr-1
Komposisi
Nama Bahan
Baku
Persentase
Penggunaan
Bahan Baku
(%)
Ekuivalensi
Penggunaan
Bahan Baku
(800:940)
Standar
Pemakaian
Bahan Baku
(kg/kg)
Standar Harga
Bahan Baku
(Rp/kg)
Standar
Biaya Bahan
Baku
(Rp/kg)
Klbr-1 Tanah KalimantanNoodle 0,50 0,851 0,4256 1.000,00 425,60
Abu Pasir Bromo 0,20 0,851 0,1702 1.000,00 170,20
Pasir 0,20 0,851 0,1702 550,00 93,61
Kapur Bukit Jimbaran 0,05 0,851 0,0425 1.500,00 63,75
Ballclay Bantur 0,05 0,851 0,0425 2.000,00 85,00
Standar Biaya Bahan Baku Massa Raga (Stoneware) Merah Klbr-1 (Rp/kg) 838,16
Sumber : Hasil Pengolahan Data 2013.
Lampiran 2 : Perhitungan Biaya Bahan Tenaga Kerja Langsung Pembuatan Massa Raga (Stoneware) Merah Klbr-1
Komposisi
Standar Tarif Biaya Tenaga
Kerja Langsung
(Rp/jam)
Standar Waktu
Pengerjaan
(Jam/kg)
Standar Biaya Tenaga
Kerja Langsung
(Rp/kg)
Klbr-1 (100% x Rp 1.358.000,00 x 3) :
(8 jam x 5 x 4 x 3 ) =
((1,2 jam proses penimbangan +
3,5 jam proses penggilingan + 1
jam proses pengurangan kadar air
+ 4 jam proses penghomogenan
massa) x 3 ) : (940 kg) =
(Rp 8.487,50 /jam) x (0.0309
jam/kg) =
8.487,50 0.0309 262,26
Sumber : Hasil Pengolahan Data 2013.
FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014 145
Lampiran 3 : Perhitungan Biaya Overhead Pabrik Pembuatan Massa Raga (Stoneware) Merah Klbr-1
Budget Fleksibel BOP Bulanan
Kapasitas 80% 100% 120%
(Unit Produksi) (12.408 kg) (940 x16,5 = 15.510 kg) (18.612 kg)
( Jam Mesin) (128 Jam ) (9,7 x 16,5 = 160 Jam ) (192 Jam )
Biaya Overhead Pabrik Variabel :
1. Upah tak langsung : 543.200,00 679.000,00 814.800,00
2. Biaya Listrik :
Timbangan : 0,012 KW x 1 x 1,2 jam x Rp 914 x 16,5 173,74 217,17 260,60
Ball mill : 11 KW x 1 x 3,5 jam x Rp 914 x 16,5 464.494,80 580.618,50 696.742,20
Filter press : 1,5 KW x 1 x 1 jam x Rp 914 x 16,5 18.097,20 22.621,50 27.145,80
Pug mill : 1,5 KW x 1 x 4 jam x Rp 914 x 16,5 72.388,80 90.486,00 108.583,20
3. Air : 1 m3 x 1 bh x Rp 1.675,00 x 16,5 22.110,00 27.637,50 33.165,00