Top Banner
VOLUME 12 NOMOR 1 TAHUN 2014 JANUARI - JUNI 2014 PENGARUH EARNING PER SHARE DAN RETURN ON ASEET TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR ( Gusti Ayu Mahavami ) c ANALISIS STRATEGI PEMASARAN UNTUK MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN PADA TIARA DEWATA DENPASAR ( Putu Mela Ratini ) c FAKTOR-FAKTOR MEMPENGARUHI KINERJA KARYAWAN PADA PT SURYA CAHAYA INTI DENPASAR ( I Gusti Gde oka Pradnyana dan Windy Anggraini Kase ) c IMPLIKASI GENDER SEBAGAI MODERATING VARIABLE DALAM KAITAN ANTAR IKLIM ORGANISASI, KEPUASAN KERJA, DAN KINERJA KARYAWAN PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA MANGUTAMA KABUPATEN BADUNG ( I Made Purba Astakoni ) c FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPERTIMBANGKAN KONSUMEN DALAM MENGAMBIL KEPUTUSAN BELANJA PADA AYU NADHI SUPERMARKET DENPASAR ( Ida Ayu Trisna Wijayanthi ) c KEPUASAN KERJA SEBAGAI MEDIASI HUBUNGAN KOMUNIKASI DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN (Anak Agung Ketut Sri Asih dan I Wayan Arta Artana ) c AKUNTANSI PENILAIAN DAN PENCATATAN PERSEDIAAN STONEWARE MENJADI BAHAN BAKU KERAMIK SEBAGAI DASAR PENENTUAN LABA KOTOR YANG WAJAR MENURUT TEORI AKUNTASI KEUNGAN ( I Nyoman Normal ) c PEMANFAATAN ABU BROMO SEBAGAI BAHAN BAKU STONEWARE BERKODE KLBR-1 DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERHITUNGAN VARIABEL KEUANGAN PADA UPT PSTKP BALI ( I Nyoman Normal dan Wiryawan Suputra Gumi) http://stimidenpasar-jurnal.com
137

stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

Apr 05, 2022

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

VOLUME 12 NOMOR 1 TAHUN 2014JANUARI - JUNI 2014

PENgARUH EARNINg PER SHARE dAN RETURN ON ASEET

TERHAdAP HARgA SAHAM PAdA PERUSAHAAN

MANUfAkTUR yANg TERdAfTAR

( Gusti Ayu Mahavami )

c

ANALISIS STRATEgI PEMASARAN UNTUk MENINgkATkAN VOLUME PENJUALAN PAdA

TIARA dEwATA dENPASAR

( Putu Mela Ratini )

c

fAkTOR-fAkTOR MEMPENgARUHI kINERJA kARyAwAN

PAdA PT SURyA cAHAyA INTI dENPASAR

( I Gusti Gde oka Pradnyana dan Windy Anggraini Kase )

c

IMPLIkASI gENdER SEbAgAI MOdERATINg VARIAbLE

dALAM kAITAN ANTAR IkLIM ORgANISASI, kEPUASAN kERJA,

dAN kINERJA kARyAwAN PAdA PERUSAHAAN dAERAH AIR MINUM

TIRTA MANgUTAMA kAbUPATEN bAdUNg

( I Made Purba Astakoni )

c

fAkTOR-fAkTOR yANg MEMPERTIMbANgkAN kONSUMEN dALAM MENgAMbIL

kEPUTUSAN bELANJA PAdA AyU NAdHI SUPERMARkET dENPASAR

( Ida Ayu Trisna Wijayanthi )

c

kEPUASAN kERJA SEbAgAI MEdIASI HUbUNgAN kOMUNIkASI

dAN bUdAyA ORgANISASI TERHAdAP kINERJA kARyAwAN

(Anak Agung Ketut Sri Asih dan I Wayan Arta Artana )

c

AkUNTANSI PENILAIAN dAN PENcATATAN PERSEdIAAN STONEwARE

MENJAdI bAHAN bAkU kERAMIk SEbAgAI dASAR PENENTUAN LAbA

kOTOR yANg wAJAR MENURUT TEORI AkUNTASI kEUNgAN

( I Nyoman Normal )

c

PEMANfAATAN AbU bROMO SEbAgAI bAHAN bAkU

STONEwARE bERkOdE kLbR-1 dAN PENgARUHNyA TERHAdAP

PERHITUNgAN VARIAbEL kEUANgAN PAdA UPT PSTkP bALI

( I Nyoman Normal dan Wiryawan Suputra Gumi)

http://stimidenpasar-jurnal.com

Page 2: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

JURNAL ILMIAH

FORUM MANAJEMEN

Volume 12, Nomor 1, 2014 (Januari - Juni 2014)

Pelindung : Ketua STIMI (Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen Indonesia)

” Handayani ” Denpasar.

Pemimpin

Redaksi : Wiryawan Suputra Gumi

Dewan

Redaksi : Hani Handoko ( UGM )

Hamdy Hadi (UNIV. PERSADA YAI)

Ketut Rahyuda ( UNUD )

I Komang Gde Bendesa ( UNUD )

Ni Nyoman Kerti Yasa ( UNUD )

I Gede Bungaya ( UNUD )

I Pt. Gde Suka Atmadja ( UNUD )

I Wayan Wardita ( STIMI )

Ni Ketut Karwini ( STIMI )

I B. Swaputra ( STIMI )

I GG Oka Pradnyana ( STIMI )

I B. Ngr. Wirpascima ( STIMI )

I B. Radendra Suastama ( STIMI )

I Nyoman Normal ( UPT PSKP BALI - BPPT )

Administrasi dan

Sirkulasi : Wiwik Winarsih

I Wayan Aryawan

I Gst. Kt. Muliarta

Alamat Redaksi : Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen Indonesia ( STIMI )

” Handayani ” Denpasar.

Jl. Tukad Banyusari No. 17B Denpasar 80225

Telp./ Fax. : (0361) 222291

http://stimidenpasar-jurnal.com

Forum Manajemen diterbitkan setiap enam bulan sebagai media informasi dan

komunikasi, diterbitkan oleh Forum Manajemen STIMI ” HANDAYANI ” Denpasar.

Redaksi menerima tulisan yang belum pernah diterbitkan oleh media lain dan tinjauan

atas Buku Ekonomi/Manajemen terbitan dalam dan Luar Negeri yang baru.

Redaksi berhak mengubah/memperbaiki bahasan tanpa mengubah materi tulisan.

Setiap tulisan bukan cerminan pandangan Dewan Redaksi.

Page 3: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

INFORMASI BERLANGGANAN

FORUM MANAJEMEN

1. Terbit Setiap Enam Bulan

Periode : Januari - Juni

Juli - Desember

2. Biaya Berlangganan :

- Satu Kali Terbitan Rp. 55.000,-

- Dua Kali Terbitan Rp. 100.000,-

3. Cara Pembayaran :

- Tunai ke Alamat Editorial

Forum Manajemen :

Kampus STIMI ”Handayani”

Jl. Tukad Banyusari 17 B

Denpasar 80225

Telp./Fax. (0361) 222291

http://stimidenpasar-jurnal.com

- Transfer ke Rekening :

BPD Cab. Denpasar

An. STIMI ”Handayani” Denpasar

No. Rek. 25400

Kirim Ke Alamat Editorial :

1. Copy Bukti Transfer.

2. Identitas Pelanggan (Nama, Instansi/Perusahaan, Alamat

Pengiriman dan Nomor Telepon).

Page 4: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

VOLUME 12 NOMOR 1 TAHUN 2014JANUARI - JUNI 2014

PENgARUH EARNINg PER SHARE dAN RETURN ON ASSET

TERHAdAP HARgA SAHAM PAdA PERUSAHAAN

MANUfAkTUR yANg TERdAfTAR dI bURSA EfEk INdONESIA

( Gusti Ayu Mahavami )

c

ANALISIS STRATEgI PEMASARAN UNTUk MENINgkATkAN VOLUME

PENJUALAN PAdA TIARA dEwATA dENPASAR

(Putu Mela Ratini )

c

fAkTOR-fAkTOR yANg MEMPENgARUHI kINERJA kARyAwAN

PAdA PT SURyA INTI dENPASAR

( I Gusti Gde Oka Pradnyana dan Windry Anggraini Kase )

c

IMPLIkASI GeNdeR SEbAgAI MOdeRATING vARIAble

dALAM kAITAN ANTAR IkLIM ORgANISASI, kEPUASAN kERJA, dAN

TIRTA MANgUTAMA kAbUPATEN bAdUNg

( I Made Purba Astakoni )

c

fATkTOR-fAkTOR dIPERTIMbANgkAN kONSUMEN dALAM MENgAMbIL

kEPUTUSAN bELANJA PAdA AyU NAdHI SUPERMARkET dENPASAR

( Ida Ayu Trisna Wijayanthi )

c

kEPUASAN kERJA SEbAgAI MEdIASI HUbUNgAN kOMUNIkASI

dAN bUdAyA ORgANISASI TERHAdAP kINERJA kARyAwAN

( Anak Agung Ketut Sri Asih dan I Wayan Arta Artana )

c

AkUNTANSI PENILAIAN dAN PENcATATAN PERSEdIAAN STONEwARE

MENJAdI bAHAN bAkU kERAMIk SEbAgAI dASAR PENENTUAN LAbA

kOTOR yANg wAJAR MENURUT TEORI AkUNTASI kEUNgAN

( I Nyoman Normal )

c

PEMANfAATAN AbU bROMO SEbAgAI bAHAN bAkU

STONEwARE bERkOdE kLbR-1 dAN PENgARUHNyA TERHAdAP

PERHITUNgAN VARIAbEL kEUNgAN PAdA UPT PSTkP bALI

( I Nyoman Normal dan WIryawan Suputra Gumi )

Page 5: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014 i

1. Pengaruh Earning Per Share Dan Return On Asset Terhadap Harga Saham

Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar

( Gusti Ayu Mahavami ) .................................................................................. 1

2. Analisi Strategi Pemasaran Untuk Meningkatkan Volume Penjualan Pada

Tiara Dewata Denpasar

( Putu Mela Ratini ) ........................................................................................ 15

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Karyawan Pada PT Surya Cahaya

Inti Denpasar

( I Gusti Gde Oka Pradnyana dan Windry Anggraini Kase ) .......................... 30

4. Implikasi Gender Sebagai Moderating Variable Dalam Kaitan Antar Iklim

Organisasi, Kepuasan Kerja Dan Kinerja Karyawan Pada Perusahaan

Daerah Air Minum Tirta Mangutama Kabupaten Badung

( I Made Purba Anstakoni ) ............................................................................. 45

5. Faktor-Faktor Yang Dipertimbangkan Konsumen Dalam Mengambil

Keputusan Belanja Pada Ayu Nadhi Supermarket Denpasar

( Ida Ayu Trisna Wijayanthi )........................................................................... 64

6. Kepuasan Kerja Sebagai Mediasi Hubungan Komunikasi Dan Budaya

Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan

( Anak Agung Ketut Sri Asih ) ......................................................................... 78

7. Akuntansi Penilaian Dan Pencatatan Persediaan Stoneware Menjadi Bahan

Baku Keramik Sebagai Dasar Penentuan Laba Kotor Yang Wajar Menurut

Teori Akuntansi Keuangan

( I Nyoman Normal ) ....................................................................................... 91

8. Pemanfaatan Abu Bromo Sebgai bahan Baku Stoneware Berkode KLBR-1

Dan Pengaruhnya Terhadap Perhitungan Variabel Keuangan Pada UPT

PSTKP Bali

( I Nyoman Normal dan Wiryawan Suputra Gumi ) ....................................... . 114

DAFTAR ISI

Hal

Page 6: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014 1

PENGARUH EARNING PER SHARE DAN RETURN ON ASSET TERHADAP

HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR

DI BURSA EFEK INDONESIA

Gusti Ayu Mahanavami

(Dosen STIMI “Handayani” Denpasar)

Abstracts : The manufacturing company is one of the companies that require

a huge capital to cover its operating costs. To meet the company’s manufacturing

capital into the stock market. The aim of this study was to determine the effect of

EPS and ROA on stock prices on companies listed in Indonesia Stock Exchange

either simultaneously or partially. Data used in this study are: qualitative data and

quantitative data, the data sources are secondary data. The method of data collection

was done by the study documentation, whereas analytical techniques used are: Test

Classical Assumption, multiple linear regression and hypothesis testing.

The results of this study are Earning per Share (EPS) has a positive and significant impact on stock prices so that the hypothesis is accepted. Retun on Assets (ROA) has

no significant positive effect on stock prices so that the hypothesis is rejected. Earning per Share (EPS) and Retun on Assets (ROA) together have a positive and significant impact on stock prices so that the hypothesis is accepted. As for the advice given is

that investors should pay attention to the EPS of a company, with the intention as a

material consideration in making investment decisions in the stock market. Investors

should consider the ROA despite having no significant influence on the development of the stock because ROA is often used to measure the efficiency of the use of assets in a company.

Keywords: Earnings per Share, Return on Assets and Stock Prices.

PENDAHULUAN

Tujuan didirikannya perusahaan secara

umum dapat dibagi dua yaitu tujuan jangka

pendek dan jangka panjang. Tujuan jangka

pendek adalah untuk mendapatkan laba atau

keuntungan yang maksimal dan jangka panjang

yaitu untuk meningkatkan nilai perusahaan.

Agar tujuan tersebut tercapai, manajemen

bertugas mengatur dan memanfaatkan secara

maksimal sumber-sumber yang tersedia

dalam perusahaan untuk menunjang kegiatan-

kegiatan operasionalnya.

Perusahaan dalam meningkatkan

nilai perusahaan tentunya membutuhkan

modal yang dapat menunjang seluruh

aktivitasnya. Perusahaan bisa mendapatkan

modal tersebut pada pasar modal. Pasar

modal pada hakekatnya adalah pasar yang

tidak berbeda jauh dengan pasar tradisional,

dimana ada pedagang, pembeli, dan juga

ada tawar menawar harga. Pasar modal

dapat juga diartikan sebagai sebuah tempat

pertemuan antara pihak yang membutuhkan

dana dengan pihak yang menyediakan dana

sesuai aturan yang ditetapkan. Pasar modal

diharapkan mampu menjadi alternatif

pendanaan bagi perusahaan dan dapat juga

dilihat sebagai alternatif dalam berinvestasi

(Patriawan, 2011). Investasi adalah suatu

komitmen penetapan dana pada satu atau

beberapa obyek investasi dengan harapan

akan mendapatkan keuntungan dimasa yang

akan datang. Dua unsur yang melekat pada

setiap modal atau dana yang diinvestasikan

adalah hasil dan risiko. Dua unsur ini selalu

mempunyai hubungan timbal balik yang

sebanding. Umumnya semakin tinggi risiko,

semakin besar hasil yang diperoleh dan

Page 7: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 20142

semakin kecil risiko semakin kecil pula hasil

yang akan diperoleh (Patriawan, 2011).

Salah satu bidang investasi yang

cukup menarik namun berisiko tinggi adalah

investasi saham. Saham merupakan surat bukti

bahwa kepemilikan atas aset-aset perusahaan

yang menerbitkan saham. Saham perusahaan

publik, sebagai komoditi investasi tergolong

berisiko tinggi, karena sifat komoditasnya

yang sangat peka terhadap perubahan yang

terjadi, baik perubahan di luar negeri maupun

di dalam negeri, perubahan politik, ekonomi,

dan moneter. Perubahan tersebut dapat

berdampak positif yang berarti naiknya harga

saham atau berdampak negatif yang berarti

turunnya harga saham.

Tentunya kepekaan perubahan harga

saham, pihak investor harus dapat menghitung

dan memprediksi secara tepat mengenai pola

harga saham yang akan diinvestasikan dengan

menggunakan berbagai alat analisis. Analisis

rasio merupakan alat yang digunakan untuk

membantu menganalisis laporan keuangan

perusahaan sehingga dapat diketahui

kekuatan dan kelemahan suatu perusahaan.

Analisis rasio juga menyediakan indikator

yang dapat mengukur tingkat profitabilitas, likuiditas, pendapatan, pemanfaatan asset

dan kewajiban perusahaan. Dalam penelitian

ini rasio yang digunakan adalah Earning per

Share (EPS) dan Return on Asset (ROA).

Earning per Share (EPS) adalah rasio

antara laba bersih setelah pajak dengan

jumlah lembar saham (Tjptono Darmadji dan

Hendy M Fakhuddin, 2006). Informasi EPS

suatu perusahaan menunjukkan besarnya

laba bersih perusahaan yang siap dibagikan

kepada semua pemegang saham perusahaan.

Apabila Earnings per Share (EPS) perusahaan

tinggi, akan semakin banyak investor yang

mau membeli saham tersebut sehingga

menyebabkan harga saham akan tinggi.

Return on Asset (ROA) adalah

perbandingan antara laba bersih perusahaan

dengan ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan.

ROA merupakan rasio yang digunakan untuk

mengukur seberapa banyak keuntungan

yang menjadi hak pemilik modal sendiri

(saham). Dari sudut pandang investor,

salah satu indikator penting untuk menilai

prospek perusahaan dimasa datang adalah

dengan melihat sejauh mana pertumbuhan

profitabilitas perusahaan. Semakin besar ROA berarti semakin optimalnya penggunaan

aset suatu perusahaan dalam menghasilkan

laba dan peningkatan laba berarti terjadinya

pertumbuhan yang bersifat progresif. Secara

empiris semakin besar laba maka besar pula

minat investor dalam menginvestasikan

dananya untuk memiliki saham tersebut.

Perusahaan manufaktur adalah salah

satu perusahaan yang membutuhkan modal

yang sangat besar untuk menutup biaya

operasionalnya. Untuk memenuhi modal

tersebut maka perusahaan manufaktur

masuk ke dalam pasar modal. Pasar modal

menyediakan dana yang tidak terhingga

bagi perusahaan yang membutuhkannya.

Perusahaan manufaktur (industri pengolahan)

di BEI meliputi sektor industri dasar dan

kimia, sektor aneka industri dan sektor

industri barang konsumsi.

Adapun tujuan dari penelitian ini

adalah untuk menganalisis pengaruh parsial

dan simultan antara Earning per Share (EPS)

dan return on asset (ROA) terhadap harga

saham pada perusahaan manufaktur di Bursa

Efek Indonesia.

LANDASAN TEORITIS

Pengertian Pasar Modal 1.

Secara umum pengertian pasar modal

menurut Keputusan Menteri Keuangan RI

No. 1548/KMK/1990 tentang peraturan

pasar modal adalah suatu sistem keuangan

yang terorganisasi. Termasuk didalamnya

adalah bank-bank komersial dan semua

lembaga perantara dibidang keuangan, serta

keseluruhan surat-surat berharga yang beredar.

Definisi pasar modal menurut Kamus Besar Pasar Uang dan Modal adalah pasar konkrit

atau abstrak yang mempertemukan pihak

yang menawarkan dan yang memerlukan

dana jangka panjang, yaitu jangka satu tahun

ke atas. Umumnya yang termasuk pihak

penawar adalah perusahaan asuransi, dan

Page 8: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014 3

pensiunan, bank-bank tabungan, sedangkan

yang termasuk peminat adalah pengusaha,

pemerintah dan masyarakat umum (Susilo,

2000).

Saham2.

Pasar modal pada dasarnya merupakan

tempat bertemunya pihak yang mempunyai

kelebihan dana (surplus funds) dengan cara

melakukan investasi dalam surat berharga

yang diturunkan oleh perusahaan dan pihak

yang membutuhkan dana (entities) dengan

cara menawarkan surat berharga melalui

listing terlebih dahulu pada badan otoritas di

pasar modal sebagai perusahaan.

Saham adalah surat bukti atau

kepemilikan bagian modal suatu perusahaan.

Saham adalah salah satu sumber dana

yang diperoleh perusahaan yang berasal

dari pemilik modal dengan konsekuensi

perusahaan harus membayarkan dividen.

Menurut Riyanto (2009): “Saham adalah

tanda bukti pengambilan bagian atau peserta

dalam suatu PT.”

Dalam pasar modal yang efisien semua sekuritas diperjualbelikan pada harga

pasar. Harga pasar saham adalah harga yang

ditentukan oleh investor melalui pertemuan

permintaan dan penawaran. Pertemuan ini

dapat terjadi karena para investor sepakat

terhadap harga suatu saham. Menurut Sartono

(2008) tentang terbentuknya harga pasar

saham sebagai berikut: “Harga pasar saham

terbentuk melalui mekanisme permintaan

dan penawaran di pasar modal”. Harga saham

mengalami perubahan naik atau turun dari

satu waktu ke waktu lain. Perubahan tersebut

tergantung pada kekuatan permintaan dan

penawaran, apabila suatu saham mengalami

kelebihan permintaan maka harga cenderung

naik. Sebaliknya jika terjadi kelebihan

penawaran maka harga saham cenderung

turun.

Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau pihak

(badan usaha) dalam suatu perusahaan atau

perseroan terbatas. Dengan menyertakan

modal tersebut, maka pihak tersebut

memiliki klaim (hak tagih) atas pendapatan

perusahaan, klaim atas asset perusahaan, dan

berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang

Saham (RUPS).

Nilai dari suatu saham berdasarkan

fungsinya dapat dibagi atas 3 (tiga) jenis

yaitu (Ang, 1997):

1. Par Value (Nilai Nominal)

Par value disebut juga stated value atau

face value, yang bahasaindonesianya disebut

nilai nominal atau nilai pari. Nilai nominal

suatu saham adalah nilai yang tercantum pada

saham yang bersangkutan yang berfungsi

untuk tujuan akuntansi.

2. Base Price (Harga Dasar)

Harga dasar suatu saham sangat erat

kaitannya dengan harga pasar suatu saham.

Harga dasar suatu saham dipergunakan dalam

perhitungan indeks harga saham. Harga

dasar suatu saham baru merupakan harga

perdananya. Harga dasar akan berubah sesuai

dengan aksi emiten.

3. Market Price (Harga Pasar)

Harga pasar merupakan harga yang

paling mudah ditentukan karena harga pasar

merupakan harga suatu saham pada pasar

yang sedang berlangsung. Jika pasar bursa

efek sudah tutup, maka harga pasar adalah

harga penutupnya (closing price). Jadi harga

pasar inilah yang menyatakan naik turunnya

suatu saham.

Harga Saham3.

Saham merupakan salah satu bentuk

efek atau surat berharga yang diperdagangkan

di pasar modal (bursa). Pengukuran dari

variabel harga saham ini yaitu harga penutupan

saham (closing price) tiap perusahaan yang

diperoleh dari harga saham pada periode

akhir tahun.

Pengaruh EPS terhadap Harga Saham4.

Earning per Share (EPS) adalah rasio

antara laba bersih setelah pajak dengan

jumlah lembar saham Informasi EPS suatu

perusahaan menunjukkan besarnya laba bersih

perusahaan yang siap dibagikan bagi semua

pemegang saham perusahaan. memperoleh

Page 9: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 20144

dividend atau capital gain. Laba biasanya

menjadi dasar penentuan pembayaran

dividend dan kenaikan nilai saham dimasa

datang. Oleh karena itu, para pemegang saham

biasanya tertarik dengan angka EPS yang

dilaporkan perusahaan. Apabila Earnings per

Share (EPS) perusahaan tinggi, akan semakin

banyak investor yang mau membeli saham

tersebut sehingga menyebabkan harga saham

akan tinggi.

Pengaruh 5. ROA terhadap Harga Saham

Return on Asset (ROA) adalah

perbandingan antara laba bersih perusahaan

dengan total aset yang dimiliki oleh

perusahaan. ROA merupakan rasio yang

digunakan untuk mengukur seberapa banyak

keuntungan yang menjadi hak pemilik modal

sendiri (saham). ROA adalah rasio yang

memberikan informasi pada para investor

tentang seberapa besar tingkat pengembalian

modal dari perusahaan yang berasal dari

kinerja perusahaan menghasilkan laba.

Semakin besar nilai ROA maka tingkat

pengembalian yang diharapkan investor

juga besar. Semakin besar nilai ROA maka

perusahaan dianggap semakin menguntungkan

oleh sebab itu investor kemungkinan akan

mencari saham ini sehingga menyebabkan

permintaan bertambah dan harga penawaran

dipasar sekunder terdorong naik

METODE PENELITIAN

a. Lokasi Penelitian

Tempat dari penelitian ini adalah Bursa

Efek Indonesia dengan cara mengunjungi

situs resminya di http://www.idx.co.id/

Populasi dan Sampel Penelitian b.

Populasi dalam penelitian ini adalah

perusahaan manufaktur yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia pada periode tahun

2008–2010. Tehnik penentuan sampel dalam

penelitian ini menggunakan purposive

sampling yaitu perusahaan manufaktur yang

dipilih menggunakan pertimbangan dengan

memasukkan unsur-unsur tertentu yang

dianggap memiliki kriteria sebagai berikut:

Perusahaan manufaktur terdaftar di BEI

dan telah menyampaikan laporan keuangan

per 31 Desember secara rutin selama tiga

tahun sesuai dengan periode penelitian

yang diperlukan, yaitu 2008, 2009 dan 2010

secara lengkap sesuai dengan informasi

yang diperlukan yaitu EPS, ROA dan Harga

Saham.

Jenis dan Sumber Data c.

Jenis data yang digunakan adalah

data kualitatif, data-data yang tidak berupa

angka seperti sejarah perusahaan dan data

kuantitatif yaitu data yang berbentuk angka

seperti neraca dan laba rugi, sedangkan

sumber data adalah data sekunder yaitu

data yang sudah diolah pihak perusahaan

dan sudah diterbitkan dalam bentuk laporan

keuangan atau dengan kata lain data yang

tidak secara langsung diambil dari perusahaan

yang bersangkutan tetapi melalui Indonesian

Capital Market Directory (ICMD) 2011.

d. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu: studi

dokumentasi yaitu metode penelitian dengan

cara membaca literatur, buku referensi, dan

hasil penelitian lainnya yang ada hubungannya

dengan objek yang diteliti.

Tehnik Analisis Data e.

Uji Asumsi Klasik1.

Menurut Alfigari (2000), model regresi yang diperoleh dari metode kuadrat

terkecil biasa (Ordinary Least Square/

OLS) merupakan metode regresi yang

menghasilkan estimator linier tidak bias

(Best Linier Unbias Estimator/BLUE).

Kondisi ini akan terjadi jika dipenuhi

beberapa asumsi, yang disebut asumsi

klasik, sebagai berikut:

Normalitas, uji ini dilakukan untuk a)

melihat apakah ada data yang dipakai

dalam penelitian terdistribusi secara

normal atau tidak. Model regresi yang

baik adalah yang memiliki distribusi data

normal atau mendekati normal. Pedoman

pengambilan keputusan:

Nilai signifikan atau probabilitas < 0,05, 1)

distribusi adalah tidak normal.

Nilai signifikan atau probabilitas > 0,05, 2)

distribusi adalah normal.

Page 10: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014 5

Multikoleniaritas, artinya antar variabel b)

independen yang satu dengan indepen

yang lainnya dalam model regresi tidak

saling berhubungan secara sempurna atau

mendekati sempurna. Menurut Rahayu

(2004), umumnya multikoleniaritas

dapat diketahui dari nilai Variance

Inflation Factor (VIF) atau tolerance

value. Batas tolerance value adalah 0,10

dan batas VIF adalah 10. Apabila hasil

analisis menunjukkan nilai VIF dibawah

nilai 10 dan tolerance value diatas nilai

0,10 maka tidak terjadi multikoleniaritas

sehingga model reliabel sebagai dasar

analisis.

Heteroskedastisitas, artinya varians c)

semua variabel adalah konstan (sama).

Heteroskedastisitas dilakukan untuk

mengamati ada tidaknya perubahan varian

residu dari satu sampel ke sampel yang

lain, deteksi adanya heteroskedastisitas

dengan melihat kurva heteroskedastisitas

atau diagram pencar (chart), dengan

dasar pemikiran sebagai berikut:

Jika titik-titik terikat menyebar secara 1)

acak membentuk pola tertentu yang

beraturan (bergelombang), melebar

kemudian menyempit maka terjadi

heteroskedostisitas.

Jika tidak ada pola yang jelas serta titik- 2)

titik yang menyebar baik di bawah atau

di atas 0 pada sumbu Y maka hal ini tidak

menunjukan terjadi heteroskedostisitas.

Autokorelasi, artinya tidak terdapat d)

pengaruh dari variabel dalam model

melalui tenggang waktu (time lag).

Autokorelasi dapat diartikan sebagai

korelasi yang terjadi antara anggota

observasi yang terletak berderetan secara

serial dalam bentuk waktu atau korelasi

antara tempat yang berdekatan bila

datanya cross series. Uji yang digunakan

untuk menguji adanya autokorelasi dalam

suatu model regresi dapat dilakukan

melalui pengujian terhadap nilai Durbin-

Watson (Sulaiman Wahid, 2004).

Analisis Regresi Linear Berganda2.

Priyatno Dwi, 2010, Analisis regresi

linier berganda adalah hubungan secara linear

antara dua atau lebih variabel independen

(X1, X

2,….X

n) dengan variabel dependen (Y).

Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan

antara variabel independen dengan variabel

dependen apakah masing-masing variabel

independen berhubungan positif atau negatif

dan untuk memprediksi nilai dari variabel

dependen apabila nilai variabel independen

mengalami kenaikan atau penurunan. Data

yang digunakan biasanya berskala interval

atau rasio.

Persamaan regresi linear berganda

sebagai berikut:

Dimana :

Y = harga saham

a = konstanta

b1, b2, = koefisien regresi X1 = Earning per share (EPS)

X2= Return On Assets (ROA)

Uji hipotesis 3.

Pengujian secara individu (Uji-t)a.

Menurut Priyatno Dwi (2010), tujuan

dilakukan pengujian terhadap koefisien regresi secara individu ini adalah untuk

mengetahui apakah secara individu antara

variabel independen X (EPS dan ROA)

berpengaruh terhadap variabel dependen Y

(Harga Saham). Adapun langkahnya adalah

sebagai berikut: merumuskan hipotesis nol

(Ho) dan hipotesis alternatif (Ha),

Ho: b1 = 0 (tidak ada pengaruh secara

signifikan antara variabel independen terhadap variabel

dependen)

Ha: b1 > 0 (ada pengaruh secara signifikan antara variabel independen

terhadap variabel dependen)

Uji hipotesis secara simultan (Uji F) maka b.

hipotesisnya adalah sebagai berikut:

H2: Earning per Share (EPS) dan

Retun On Asset (ROA) secara bersama-sama

mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham pada perusahaan

manufaktur di BEI.

Y= a + b1 x1 + b2 x2

Page 11: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 20146

Hasil Dan Pembahasan

a. Hasil Penelitian

Berikut ini adalah data Earning Per

Share (EPS), Return on Assets (ROA) dan

harga saham perusahaan manufaktur dari

tahun 2008-2010 yang ditunjukan pada tabel

1:

Tabel 1 Data Current Ratio, ROI, EPS dan Cash Dividend

Pada 12 Perusahaan Manufaktur terdaftar di BEJ Tahun 2008-2010

No Nama Perusahaan Tahun EPS ROA HARGA SAHAM

1 PT.Multi Bintang 2008 10,550 91.22 49,500

Indonesia,Tbk 2009 16,158 449.09 177,000

2010 21,021 126.09 27,495

2 PT.Fast Food 2008 280.71 21.40 3,100

Indonesia,Tbk 2009 407.84 23.73 5,200

2010 447.28 21.16 9,200

3 PT. Gudang Garam 2008 977.34 11.03 4,250

Indonesia,Tbk 2009 1,796 17.73 21,550

2010 2,154 18.32 40,000

4 PT. Sepatu Bata 2008 12,120 56.92 20,500

Indonesia,Tbk 2009 4,075 17.20 36,000

2010 4,690 17.46 67,600

5 PT. Semen Gresik, Tbk 2008 425.45 33.85 4,175

2009 560.82 35.94 7,550

2010 612.53 30.35 9,450

6 PT. Sumi Indo 2008 319.24 22.28 500

Kabel,Tbk 2009 93.85 7.24 1,620

2010 15.03 1.27 1,200

7 PT. Tunas 2008 175.68 2.50 188

Redien, Tbk 2009 222.50 0.77 435

2010 48.21 0.73 580

8 PT. United 2008 799.77 16.86 4,400

Tractor, Tbk 2009 1,147 22.31 15,500

2010 1,164 17.04 23,800

9 PT. HM Sampoerna,Tbk 2008 888.72 35.93 8,100

2009 1,160 40.72 10,400

2010 1,465 42.62 28,150

10 PT. Tempo 2008 71.26 14.86 400

Scan Pasifik,Tbk 2009 79.99 14.73 730

2010 108.64 17.54 1,710

11 PT. Mustika Ratu, Tbk 2008 52.08 8.98 153

2009 49.10 7.90 395

2010 57.05 8.53 650

12 PT. Indofood 2008 117.81 6.57 930

Sukses Makmur,Tbk 2009 236.42 10.06 3,550

2010 336.30 11.49 4,875

Sumber : ICMD 2011, data diolah

Page 12: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014 7

Uji Asumsi Klasik 1.

a. Hasil Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji

apakah dalam model regresi, variabel

independen dan variabel dependen

keduanya mempunyai distribusi normal atau

tidak. Hasil uji normalitas secara statistik

Kolomograv-Smirnov menggunakan

bantuan SPSS versi 13 dapat pada tabel 2

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

36 36 36

8.3812 6.2320 2.7763

1.81254 1.80026 1.27004

.088 .073 .140

.088 .073 .110

-.081 -.068 -.140

.528 .437 .837

.943 .991 .485

N

Mean

Std. Deviation

Normal Parameters a,b

Absolute

Positive

Negative

Most Extreme

Differences

Kolmogorov-Smirnov Z

Asymp. Sig. (2-tailed)

HargaShm EPS ROA

Test distribution is Normal.a.

Calculated from data.b.

Tabel 2 Sumber: Hasil analisis

Tabel 3

berikut ini:

Data yang terdistribusi normal

ditunjukkan nilai signifikansi diatas 0,05. Hasil pengujian normalitas terlihat pada tabel

2 menunjukkan bahwa variabel harga saham,

EPS dan ROA mempunyai nilai signifikansi masing-masing sebesar 0,943; 0,991, 0,445

terdistribusi normal.

Hasil Uji Multikolonieritasa.

Multikolinearitas dapat juga dilihat dari

nilai tolerance dan Variance Inflation Factor

Sumber : Hasil Analisis

Sumber : Hasil Analisis

(VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap

variabel bebas manakah yang dijelaskan oleh

variabel bebas lainnya. Tolerance mengukur

variabilitas variabel bebas yang terpilih

yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel

bebas lainnya. Jadi nilai tolerance rendah

sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF

= 1/tolerance) dan menunjukkan adanya

kolinearitas yang tinggi. Nilai cut off yang

umum dipakai adalah nilai tolerance di atas

0,10 atau sama dengan nilai VIF di bawah 1

Hasil Uji Multikolonieritas

Model

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 (Constant)

EPS

ROA

0.448

0.448

2.234

2.234

b. Hasil Uji Multikolonieritas

Hasil uji multikolonieritas dengan

menggunakan bantuan SPSS versi 13

hasilnya terlihat dalam tabel 3, kedua variabel

independent EPS dan ROA menunjukkan

angka VIF kurang dari 10 dan nilai tolerance

Page 13: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 20148

di atas 0,10. Dengan demikian dapat

disimpulkan model regresi tersebut tidak

terdapat masalah multikolinieritas. Maka

model regresi yang ada layak untuk dipakai.

Hasil Uji Heteroskedastisitas

c. Hasil Uji Heterpskedatisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan

untuk menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan varian dari residual

420-2-4

Regression Standardized Predicted Value

4

2

0

-2

-4

Reg

ress

ion

Stud

entiz

ed R

esid

ual

Dependent Variable: HargaShm

Scatterplot

Gambar 1

satu pengamatan ke pengamatan yang lain.

Model regresi yang baik adalah model yang

tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk

mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas

antar variabel independen dapat dilihat dari

grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat dengan residualnya. Adapun grafik hasil pengujian heterokesdastisitas menggunakan

SPSS versi 13 dapat dilihat di bawah ini:

Sumber : Hasil analisis

Berdasarkan gambar 1 dapat

diketahui bahwa data (titik-titik) menyebar

secara merata di atas dan di bawah garis nol,

tidak berkumpul di suatu tempat, sehingga

dapat disimpulkan bahwa pada uji regresi

ini tidak terjadi masalah heteroskedastisitas

namun membentuk pola garis lurus hal

tersebut menunjukkan regresi antar variabel

yang kurang baik. Hal ini diakibatkan karena

terbatasnya jumlah data yang diperoleh dalam

penelitian ini.

b. Hasil Uji Autokolerasi

Untuk mengetahui adanya

autokorelasi dalam suatu model regresi

dilakukan melalui pengujian terhadap nilai

uji Durbin Watson (Uji DW).

Model Summaryb

.878a .771 .757 .89330 2.331

Model

1

R R Square

Adjusted

R Square

Std. Error of

the Estimate

Durbin-

Watson

Predictors: (Constant), ROA, EPSa.

Dependent Variable: HargaShmb.

Tabel 4

Hasil uji regresi

Sumber: Hasil analisis

Page 14: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014 9

Pada hasil uji regresi melalui

SPSS versi 13 yang terlihat pada tabel 4

menghasilkan nilai Durbin-Watson sebesar

2,331 disimpulkan bahwa tidak terjadi

masalah autokorelasi.

Uji Statistik2.

Hasil Uji Analisis Regresi Linear b.

Berganda

Analisis regresi linear berganda

digunakan untuk membuktikan hipotesis

sebagai jawaban sementara atas pokok

masalah yang ada bahwa diduga ada pengaruh

yang signifikan antara EPS dan ROA terhadap harga saham. Persamaan regresi dapat dilihat

dari tabel hasil uji coefficients berdasarkan

output SPSS versi 13 ditunjukkan pada tabel

5 berikut:

Tabel 5 Hasil uji regresi

Model

Unstandardized Coefficients

B Std. Error

1 (Constant)

EPS

ROA

2.985

.786

.179

.550

.125

.178

Dependent Variable: HargaShm

Sumber: Hasil analisis

Berdasarkan tabel 5 dapat disusun

persamaan regresi linear berganda sebagai

berikut:

Y = 2,985 + 0,786X1 + 0,179X

2

Dari persamaan tersebut dapat diartikan

sebagai berikut:

Nilai konstanta persamaan di atas 1.

adalah sebesar 2,985 Angka tersebut

menunjukan Harga Saham yaitu sebesar

2,985 dengan asumsi Earning Per Share

(EPS) dan Return on Assets (ROA)

adalah konstan.

Makna koefisien regresi berganda 2.

Earning Per Share (EPS) sebesar 0,786

mempunyai arti bahwa bila EPS naik

sebesar 1%, maka harga saham akan naik

sebesar 0,786% dengan asumsi variabel

lainnya (ROA) dianggap konstan.

Makna koefisien regresi 3. Return on

Assets (ROA) sebesar 0,179 Angka

koefisien regresi sebesar 0,179 tersebut mempunyai arti bahwa bila ROA naik

sebesar 1% maka Harga Saham akan

naik sebesar 0,179% dengan asumsi

variabel independen lainnya (EPS)

dianggap konstan.

Hasil Uji-ta.

Uji t bertujuan untuk menguji masing-

masing variabel independen (EPS

dan ROA) secara individu apakah

berpengaruh nyata terhadap variabel

dependen (Harga Saham) atau tidak,

atau uji t digunakan untuk mengetahui

tingginya derajat satu variabel X

terhadap variabel Y jika variabel X yang

lain dianggap konstan. Hasil uji analisis

regresi coefficients dengan menggunakan

SPSS versi 13 terlihat sebagai berikut:

Tabel 6 Hasil Uji t

Model

Unstadardized

Coefficiets

Standardized

Coefficients

t SigB Std.Error Beta

1 (constant)

EPS

ROA

2.985

.786

.179

.550

.125

.178

.781

.125

5.423

6.272

1.007

.000

.000

.321

Sumber: Hasil analisis

Page 15: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 201410

Pengaruh dari masing-masing variabel

EPS dan ROA terhadap Harga Saham dapat

dilihat dari arah tanda dan tingkat signifikansi, sebagai berikut:

Hasil pengujian pada variabel 1.

independen EPS pada hipotesis yang

pertama (H1) yang menyatakan bahwa

“EPS berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham” terbukti karena

signifikansi t (sig.t) sebesar 0,000 jauh lebih kecil dari level signifikansi yang digunakan (0,05). Hasil ini

mengindikasikan bahwa manajemen

perusahaan harus selalu memperhatikan

EPS karena apabila Earnings per Share

(EPS) perusahaan tinggi, akan semakin

banyak investor yang mau membeli

saham tersebut sehingga menyebabkan

harga saham akan tinggi (Gede Priana

Dwipratama, 2009) sehingga para

pemegang saham menganggap penting

untuk mempertimbangkan EPS dalam

keputusannya untuk berinvestasi pada

saham suatu perusahaan.

Hasil pengujian pada variabel independen 2.

Return On Assets (ROA) pada hipotesis

kedua (H2) yang menyatakan bahwa

“Return On Assets berpengaruh positif

signifikan terhadap harga saham” tidak terbukti, karena signifikansi sebesar 0,321 jauh lebih besar dari level

signifikansi yang digunakan (0,05). Hasil ini mengindikasikan bahwa ROA harus

selalu dipertimbangkan oleh manajemen

perusahaan dalam penentuan harga

saham.

Hasil Uji Fa.

Uji F-test dilakukan untuk menguji

hipotesis yaitu untuk mengetahui tingkat

signifikasi variabel bebas yang terdiri dari: EPS (X

1) dan ROA (X

2), terhadap harga

saham (Y). Hasil perhitungan SPSS 13.0 for

Windows dapat diketahui sebagai berikut:

ANOVAb

88.652 2 44.326 55.548 .000a

26.333 33 .798

114.985 35

Regression

Residual

Total

Model

1

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), ROA, EPSa.

Dependent Variable: HargaShmb.

Tabel 7

Uji F-test

Berdasarkan hasil analisis

menggunakan program SPSS yaitu tingkat

signifikasi sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05 yang berarti EPS dan ROA

secara bersama-sama berpengaruh positif

signifikan terhadap harga saham pada

perusahaan manufaktur di BEI. Hipotesis

yang menyatakan EPS dan ROA berpengaruh

signifikan secara simultan terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur di BEI

diterima.

Sumber: Hasil Analisis

Pembahasanb.

Hasil penelitian pengaruh EPS terhadap

harga saham didapatkan bahwa tingkat

signifikansi 0,000 lebih kecil dari 0,05, berarti EPS berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur

di BEI. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi

EPS maka semakin tinggi pula harga saham.

Nilai koefisien regresi EPS adalah sebesar 0,786 yang artinya apabila EPS naik sebesar

satu rupiah maka harga saham juga akan

naik sebesar Rp. 0,786. Hasil penelitian ini

Page 16: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014 11

sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Gede Priana Dwipratama (2009) sehingga

dapat disimpulkan EPS berpengaruh positif

terhadap harga saham.

Hasil penelitian pengaruh ROA

terhadap harga saham diperoleh tingkat

signifikansi sebesar 0,321 lebih besar dari 0,05 yang berarti ROA berpengaruh positif

tidak signifikan terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur di BEI. Hasil

penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian

yang dilakukan oleh Gede Priana Dwipratama

(2009).

Hasil penelitian pengaruh EPS dan

ROA terhadap harga saham diperoleh

tingkat signifikasi sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05 yang berarti EPS dan ROA

secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada perusahaan

manufaktur di BEI. Hasil penelitian ini sesuai

dengan penelitian yang dilakukan oleh Novi

Indriana (2009) yang menunjukkan nilai

Fhitung > Ftabel (35,915 > 2.540) itu berarti bahwa antara DER (X1), BOPO (X2), ROA

(X3), dan EPS (X4) secara bersama-sama

berpengaruh signifikan terhadap harga saham (Y).

PENUTUP

1. Kesimpulan

Sesuai dengan hasil penelitian maka

kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai

berikut:

Earning per Share (EPS)a. mempunyai

pengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur

di BEI, sehingga hipotesis diterima.

Retun On Asset (ROA) b. mempunyai

pengaruh positif tidak signifikan terhadap harga saham pada perusahaan

manufaktur di BEI, sehingga hipotesis

ditolak.

Earning per Share (EPS)c. dan Retun

On Asset (ROA) secara bersama-sama

mempunyai pengaruh positif dan

signifikan terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur di BEI, sehingga

hipotesis diterima.

2. SARAN

Adapun saran yang diberikan adalah

sebagai berikut:

Sesuai dengan hasil penelitian dimana a.

EPS berpengaruh positif signifkan

terhadap harga saham maka penulis

menyarankan agar melakukan analisis

terlebih dahulu dalam membeli maupun

menjual sahamnya, dimana analisis

ini dapat dilihat dalam bentuk analisis

laporan keuangan dari saham yang

akan diinvestasikan. Para investor

harus memperhatikan EPS suatu

perusahaan, dengan maksud sebagai

bahan pertimbangan dalam pengambilan

keputusan investasi di pasar modal.

Sesuai dengan hasil penelitian dimana b.

ROA berpengaruh positif tidak

signifikan terhadap harga saham maka penulis menyarankan agar investor

tetap memperhatikan ROA karena ROA

sering digunakan untuk mengukur

efisiensi penggunaan asset dalam suatu

perusahaan.

Untuk penelitian selanjutnya disarankan c.

untuk menggunakan laporan keuangan

bulanan (jika memungkinkan) atau

laporan keuangan triwulan sehingga

periode waktu bisa lebih akurat.

DAFTAR PUSTAKA

Ang, Robert. 1997. Buku Pintar Pasar

Modal Indonesia, Jakarta, Mediasoft

Indonesia.

Astuti, P. 2002. Analisis Variabel-variabel

yang Mempengaruhi Harga Pasar

Saham Perusahaan Perbankan di PT

Bursa Efek Jakarta. Kompak, (6): 301-

327.

Darmadji, Tjiptono dan Hendi M. Fakhrudin,

2006. Pasar Modal di Indonesia:

Pendekatan Tanya Jawab. Salemba

Empat: Jakarta

Page 17: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 201412

Gede Priana Dwipratama. 2009. Pengaruh

PBV, DER, EPS, DPR dan ROA

terhadap Harga Saham (Studi Empiris

pada Perusahaan Food and Beverage

yang terdaftar di BEI).Skripsi.

Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma

Ghozali, Imam. 2007. Aplikasi Analisis

Multivariate dengan program

SPSS, Badan Penerbit Universitas

Diponegoro, Semarang.

Harahap, Sofyan Syafri., 2009. Analisis

Kritis Atas Laporan Keuangan, PT

Raja Grafindo Persada, Jakarta

Husnan, Suad, 2009, Manajemen Keuangan,

Teori dan Penerapan, Edisi keempat,

Yogyakarta, BPFE.

Ikatan Akuntan Indonesia, 2002. Standard

Akuntansi Keuangan, Salemba Empat,

Jakarta

Indonesian Capital Market Dictionary, 2011.

PT BEJ Jakarta.

Jogiyanto. 2003. Teori Portofolio dan

Analisis Investasi. Edisi Tiga. BPFE,

Yogyakarta

Munawir, S. 2002, Analisis Laporan

Keuangan, Liberty, Yogyakarta.

Novi Indriana. 2009. Pengaruh DER,

BOPO, ROA dan EPS Terhadap

Harga saham di Bursa Efek Indonesia

(BEI) pada Bank Devisa. Skripsi.

Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma

Patriawan, Dwiatma. 2011. Analisis

Pengaruh Earning Per Share, Return

On Equity (ROE), dan Debt To Equity

Ratio (DER) Terhadap Harga Saham.

Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas

Diponegoro, Semarang.

Ridwan S. Sunjaya dan Inge Barlian. 2009.

Manajemen Keuangan. Jilid 1 edisi

kelima, literata Lintas Media, Jakarta

Riyanto, Bambang 2009, Dasar–Dasar

Pembelanjaan Perusahaan, Edisi

keenam, Yogyakarta , BPFE.

Sartono, Agus, R. 2008, Manajemen

Keuangan Teori dan Aplikasi, Edisi

keempat, Yogyakarta , BPFE.

Sugiyono,2004, Metode Penelitian Bisnis,

Bandung, Alfabeta.

Sulaiman Wahid. 2004 Analisis Regresi

Menggunakan SPSS Contoh Kasus

dan Pemecahannya. Penerbit: ANDI

OFFSET. Yogyakarta

Sri Rahayu. 2004. Belajar Mudah

SPSS Versi 11.05. Cetakan Pertama. Alfabeta,

Bandung.

www.idx.co.id. ( 9 Maret 2013)

Page 18: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014 13

Lampiran: Regression

Uji Normalitas

One-Sample kolmogorov-Smirnov Test

36 36 36

8.3812 6.2320 2.7763

1.81254 1.80026 1.27004

.088 .073 .140

.088 .073 .110

-.081 -.068 -.140

.528 .437 .837

.943 .991 .485

N

Mean

Std. Deviation

Normal Parametersa,b

Absolute

Positive

Negative

Most Extreme

Differences

Kolmogorov-Smirnov Z

Asymp. Sig. (2-tailed)

HargaShm EPS ROA

Test distribution is Normal.a.

Calculated from data.b.

correlations

1.000 .874 .706

.874 1.000 .743

.706 .743 1.000

. .000 .000

.000 . .000

.000 .000 .

36 36 36

36 36 36

36 36 36

HargaShm

EPS

ROA

HargaShm

EPS

ROA

HargaShm

EPS

ROA

Pearson Correlation

Sig. (1-tailed)

N

HargaShm EPS ROA

coefficientsa

2.985 .550 5.423 .000

.786 .125 .781 6.272 .000 .448 2.234

.179 .178 .125 1.007 .321 .448 2.234

(Constant)

EPS

ROA

Model

1

B Std. Error

Unstandardized

Coefficients

Beta

Standardized

Coefficients

t Sig. Tolerance VIF

Collinearity Statistics

Dependent Variable: HargaShma.

Page 19: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 201414

ANOVAb

88.652 2 44.326 55.548 .000a

26.333 33 .798

114.985 35

Regression

Residual

Total

Model

1

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), ROA, EPSa.

Dependent Variable: HargaShmb.

1.00.80.60.40.20.0

Observed cum Prob

1.0

0.8

0.6

0.4

0.2

0.0

Ex

pe

cte

d c

um

Pro

b

dependent Variable: HargaShm

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Page 20: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014 15

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN UNTUK MENINGKATKAN VOLUME

PENJUALAN PADA TIARA DEWATA DENPASAR

Putu Mela Ratini

(Dosen STIMI Handayani, Denpasar)

Abstract : Every company, whether engaged in the production of goods or services,

the goal is to stay alive and thrive. These objectives can be achieved by maintaining

and to greater profits and earnings. This can be done if the company is able to increase its sales volume. Tiara Dewata Denpasar is a company engaged in the

supermarket business and Tiara Dewata Denpasar want to achieve it. But achieving

that goal will be hampered due to increasingly competitive business competition in the

supermarket field. Can be seen from the number of supermarkets which operates 24 supermarkets in the city of Denpasar with complete infrastructure and also coupled

with a fairly dynamic consumer Events. Thereby further inhibiting the company to

increase its sales volume. Therefore to overcome this Dewata Tiara Denpasar need

to figure out an effective marketing strategy. Issue in this study is whether the most effective strategies to increase sales volume at Tiara Dewata Denpasar. And aims to

find an effective marketing strategy to increase the company’s sales volume. In this study the authors collected data through documentation, interviews, observations

and questionnaires with qualitative data analysis technique that uses quantitative

methods to a SWOT analysis. SWOT analysis of the calculation results that Tiara

Dewata Denpasar located in quadrant 1 with a marketing strategy of aggressive

growth strategy, where the strategy is to utilize and develop the strengths and

opportunities (SO) combined with a more mainstream marketing mix are product

and price. So, to increase the sales volume of the company, effective marketing

strategies that must be implemented by Tiara Dewara Denpasar is an aggressive

growth strategy with the utilization and development of strengths and opportunities

(SO) is a combination of product and price.

Keywords: Marketing Strategy and Sales Volume

PENDAHULUAN

Setiap perusahaan, baik yang bergerak

di bidang produksi barang ataupun jasa,

mempunyai tujuan untuk tetap hidup dan

berkembang, tujuan tersebut dapat dicapai

melalui upaya untuk dapat mempertahankan

dan meningkatkan tingkat keuntungan atau

laba perusahaan. Hal ini dapat dilakukan,

jika perusahaan dapat mempertahankan dan

meningkatkan penjualan produk atau jasa

yang mereka produksi. Dengan melakukan

penerapan strategi pemasaran yang efektif

melalui pemanfaatan peluang dalam

meningkatkan penjualan, sehingga posisi

atau kedudukan perusahaan di pasar dapat

ditingkatkan atau dipertahankan. Sehubungan

dengan hal tersebut pelaksanaan pemasaran

modern dewasa ini mempunyai peranan yang

sangat besar sebagai penunjang langsung

terhadap peningkatan laba perusahaan.

Pemasaran dapat dipandang sebagai

suatu proses sosial yang dengan proses itu

individu dan kelompok bisa mendapatkan

apa yang mereka butuhkan dan inginkan

dengan menciptakan, menawarkan dan secara

bebas mempertukarkan produk dan jasa yang

bernilai dengan pihak lain (Kotler, 2008).

Menurut Tull dan Kahle dalam Tjiptono

, (2008) mendefinisikan strategi pemasaran sebagai alat fundamental yang direncanakan

untuk mencapai tujuan perusahaan dengan

mengembangkan keunggulan bersaing

Page 21: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 201416

dan berkesinambungan melalui pasar yang

dimasuki dengan program pemasaran yang

digunakan untuk melayani pasar sasaran

tersebut.

Perusahaan perlu mengenali kekuatan

dan kelemahan padanya dalam persaingan,

hal ini akan sangat membantu dalam

mengenali diri, serta memanfaatkan setiap

peluang yang ada dan menghindari atau

meminimalkan ancaman. Dimana strategi

pemasaran merupakan upaya mencari posisi

pemasaran yang menguntungkan dalam suatu

industri atau arena fundamental persaingan

berlangsung. Pemasaran di suatu perusahaan,

selain bertindak dinamis juga harus selalu

menerapkan prinsip-prinsip yang unggul dan

perusahaan harus meninggalkan kebiasaan-

kebiasaan lama yang sudah tidak berlaku serta

terus menerus melakukan inovasi. Karena

sekarang bukanlah jaman dimana produsen

memaksakan kehendak terhadap konsumen,

melainkan sebaliknya konsumen memaksakan

kehendaknya terhadap produsen. Oleh karena

itu perlu adanya usaha yang maksimal dalam

memberikan pelayanan yang prima, sehingga

konsumen puas, jumlah penjualan produk

meningkat dan dapat menjaga kelangsungan

hidup perusahaan.

Dengan tuntutan kebutuhan masyarakat

yang semakin meningkat dan tuntutan

konsumen yang semakin banyak dan kritis,

maka berdirilah tempat perbelanjaan yang

pengelolaannya dilakukan secara modern,

mengutamakan pelayanan kenyamanan

berbelanja, bermodal relatif kuat dan

dilengkapi lebel harga yang pasti, biasa

disebut pasar modern (Syihabudhin dan

Sopiah, 2008).

Salah satu bentuk pasar modern

yang sudah sangat dikenal oleh masyarakat

adalah pasar swalayan atau supermarket.

Perkembangan pasar swalayan (supermarket)

yang semakin diminati oleh masyarakat

membuat semakin banyaknya pendirian pasar

swalayan setiap tahunnya. Keberadaan pasar

swalayan atau supermarket di kota Denpasar

sudah berkembang cukup luas dimana pada

tahun 2012 ada 24 unit usaha yang berdiri

dan beroperasi (Deperindag Kodya Denpasar,

2012).

Dengan semakin banyaknya jumlah

pasar swalayan (supermarket) yang beroperasi

di kota Denpasar, maka akan terjadi persaingan

yang semakin ketat. Dengan persaingan yang

semakin ketat pada bisnis pasar modern

khususnya pasar sawalayan, tetapi sampai

saat ini Tiara Dewata Denpasar, masih

tetap eksis bahkan mengalami peningkatan

penjualan setiap tahunnya yang dapat dilihat

dari hasil survey yang penulis dapatkan dari

pihak perusahaan yaitu dengan menghitung

kendaraan pengunjung yang setiap harinya

sebanyak 800 motor dan 400 mobil, juga bisa

dilihat dari data penjualan perusahaan pada

tahun 2011 dan 2012.

Tabel 1

Data Penjualan Tiara Dewata, Denpasar 2011-2012

No Bulan Penjualan 2011

(%)

Penjualan 2012

(%)

1 Januari 3,51 (0,76)

2 Februari (1,32) (1,57)

3 Maret 5,37 6,80

4 April (2,13) (2,72)

5 Mei (0,14) 1,96

6 Juni 2,38 0,65

7 Juli 1,84 2,37

8 Agustus 4,85 4,96

9 September (2,02) (1,73)

10 Oktober 0,64 (0,64)

11 November 1,37 1,33

12 Desember 4,34 5,89

Total 18,69 19,44

Rata-rata 1,55 1.62

Sumber: Tiara Dewata Denpasar

Page 22: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014 17

Melihat volume penjualan dalam dua

tahun terakhir menurut bulanan, memang

mengalami fluktuasi. Hal ini tidak terlepas dari semakin kompetitifnya persaingan pada

usaha pasar swalayan ini

seperti menjamurnya pasar swalayan

yang beroperasi di Denpasar, pesaing yang

kuat baik dari segi pelayanan maupun sarana

prasarana dan juga berbagai faktor seperti

kondisi konsumen yang cukup dinamis

baik dalam selera, kenyaman berbelanja,

keamanan berbelanja dan daya belinya. Oleh

karena itu, perlu dilakukan strategi pemasaran

yang efektif untuk menggungguli persaingan

dan mendatangkan konsumen dan pelanggan

lebih banyak yang akan meningkatkan

volume penjualan perusahaan.

Strategi pemasaran sebagai alat

fundamental yang direncanakan untuk

mencapai tujuan perusahaan dengan

mengembangkan keunggulan bersaing

dan berkesinambungan melalui pasar yang

dimasuki dan program pemasaran yang

digunakan untuk melayani pasar sasaran

tersebut (Tull dan Kahle dalam Tjiptono,

2008). Strategi pemasaran yang berhasil dan

efektif untuk meningkatkan volume penjualan

perlu memperhatikan lingkungan sekitarnya

baik lingkungan internal perusahaan maupun

lingkungan eksternal perusahan. Yang dari

lingkungan internal dan lingkungan eksternal

tersebut didapatkanlah faktor kekuatan,

kelemahan, peluang dan ancaman yang

perlu diperhatikan dan dimanfaatkan dengan

baik oleh perusahaan untuk menciptakan

suatu strategi pemasaran yang efektif untuk

meningkatkan volume penjualan perusahaan

khususnya pada Tiara Dewata Denpasar.

Bertitik tolak dari uraian di atas maka

pokok permasalahan dalam penelitian ini

adalah : Strategi apakah yang paling tepat

dan efektif untuk meningkatkan volume

penjualan pada Tiara Dewata Denpasar?

Tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui strategi pemasaran yang efektif

dalam rangka untuk meningkatkan volume

penjualan pada Tiara Dewata Denpasar.

Hasil penelitian ini diharapakn

memberikan manfaat sebagai berikut: (1) Bagi

perusahaan, dapat memberikan gambaran

tentang strategi pemasaran yang efektif

untuk meningkatkan penjualan dengan cara

mengetahui dan menganalisis lingkungan

internal (kekuatan dan kelamahan) dan

lingkungan eksternal (peluang dan ancaman).

(2) Dapat membantu perusahaan dalam

menentukan strategi pemasaran yang tepat

dan efektif untuk meningkatkan volume

penjualan. (3) Sebagai bahan tinjauan

dan refrensi dalam membuat karya ilmiah

khususnya mahasiswa/i dalam bidang

pemasaran.

Tiara Dewata supermarket atau pasar

swalayan didirikan pada tanggal 17 Juni

1985 dengan nama PT. Karya Luhur Permai

dan mulai resmi beroperasi pada tanggal 25

Maret 1986. Berlokasi di jalan May. Jend.

Sutoyo no. 55 (banjar Gemeh) Denpasar

yang sebelumnya dikenal dengan nama

gedung Balai Prajurit Gelanggang Remaja

Udayana yang oleh masyarakat kota Denpasar

dinamakan Indra Loka.

Sesuai dengan latar belakang

pendirian suatu usaha arena hiburan dan

pasar swalayan maka misi utama perusahaan

adalah bagaimana bisa menyediakan segala

kebutuhan masyarakat yang tidak terbatas

pada keperluan dapur saja, dengan harga

yang pantas dan pelayanan terbaik

Kepercayaan masyarakat yang semakin

besar terhadap perusahaan dan semakin

beragamnya permintaan masyarakat atas

usaha eceran, mendorong manajemen untuk

membuka outlet baru yang

berjumlah tiga outlet. Ketiga outlet

tersebut berada dalam satu naugan manajemen

Grup Tiara Dewata yang mana menyebabkan

manajemen beserta staff dan segenap karyawan

bertekad untuk lebih menyempurnakan

sistem kerja dan meningkatkan pelayanan

yang lebih efektif dan efesien. Segenap

karyawan hendaknya bertanggung jawab

sepenuhnya untuk menjaga, mempertahankan

serta mengemban kepercayaan masyarakat

tersebut. Sebagai sebuah perusahaan, Tiara

Dewata Denpasar sudah sangat akrab dengan

kegiatan pemasaran.

Page 23: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 201418

Defenisi pemasaran menurut Kotler,

(2008) adalah suatu proses sosial yang

dengan proses itu individu dan kelompok bisa

mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan

inginkan dengan menciptakan, menawarkan

dan secara bebas mempertukarkan produk dan

jasa yang bernilai dengan pihak lain. Menurut

Stanton dan Agipora, (2007) pemasaran

dalam arti bisnis merupakan sebuah

sistem dari kegiatan bisnis yang dirancang

untuk merencanakan, memberi harga,

mempromosikan, dan mendistribusikan jasa

serta barang-barang pemuas keinginan pasar.

Dari pengertian di atas dapat dinyatakan

bahwa pemasaran adalah sebuah proses sosial

yang bertumpu pada pemenuhan kebutuhan

individu dan kelompok dengan menciptakan

pertukaran, sehingga memberikan kepuasan

yang maksimal. Konsep pemasaran

menegaskan bahwa kunci untuk mencapai

tujuan organisasional yang ditetapkan

adalah perusahaan tersebut harus menjadi

lebih efektif dibandingkan para pesaing

dalam menciptakan, menyerahkan dan

mengomunikasikan nilai pelanggan kepada

pasar sasaran yang terpilih pada kebutuhan

pelanggan, mengkoordinasikan semua

kegiatan pemasaran yang mempenggaruhi

pelanggan dan menghasilkan laba dengan

menciptakan kepuasan. Konsep pemasaran

berpangkal tolak dari pasar yang ditetapkan

dengan baik, berfokus pada pelanggan.

Menurut konsep pemasaran, perusahaan

memproduksi apa yang diinginkan pelanggan,

kemudian dengan cara ini perusahaan dapat

memuaskan pelanggan untuk menghasilkan

keuntungan. Dari penjelasan tersebut dapat

diartikan bahwa manajemen pemasaran

adalah analisis, perencanaan, pelaksanaan

dan pengendalian atas program-program

yang direncanakan untuk menciptakan,

membentuk dan mempertahankan pertukaran

yang menguntungkan dengan pelanggan,

dengan maksud mencapai tujuan organisasi.

Pemasaran mempunyai tujuan

membangun hubungan jangka panjang yang

saling memuaskan dengan pihak-pihak yang

memiliki kepentingan utama dalam rangka

mendapatkan serta mempertahankan referensi

dan kelangsungan bisnis jangka panjang.

Kotler, (2008). Dalam melakukan kegiatan

pemasaran yang ada, suatu perusahaan tidak

bisa lepas dari bauran pemasaran. Bauran

pemasaran adalah kelompok kiat pemasaran

yang digunakan perusahaan untuk mencapai

sasaran pemasarannya dalam pasar sasaran

(Kotler, 2008). Sedangkan Mc-Carthy

dalam Kotler, (2008) merumuskan bauran

pemasaran menjadi 4 P (Product, Price,

Promotion dan Place). (1)Product (produk)

merupakan bentuk penawaran yang ditujukan

untuk pencapaian tujuan melalui pemuasan

kebutuhan dan keinginan pelanggan. (2) Price

(harga) bauran harga berkenaan dengan

kebijakan startegis dan taktis seperti

tingkat harga, struktur diskon, syarat

pembayaran dan tingkat diskriminasi harga

diantara berbagai kelompok pelanggan.

(3) Promotion (promosi) menggambarkan

berbagai macam cara yang ditempuh

perusahaan dalam rangka menjual produk

ke konsumen. (4) Place (saluran distribusi)

merupakan keputusan distribusi menyangkut

kemudahan akses terhadap pemenuhan

kebutuhan bagi pelanggan dan konsumen.

Mempertahankan kelangsungan hidup

dan memenangkan persaingan dalam bisnis,

perusahaan perlu untuk menetapkan strategi

yang digunakan sebagai dasar dalam proses

pengambilan keputusan manajemen yang

didasari oleh tinjauan terhadap banyak faktor

baik internal maupun eksternal. Strategi

merupakan cara untuk mengatasi dan

mengantisipasi setiap masalah yang timbul

serta pemanfaatan kesempatan untuk masa

depan Menurut Kotler, (2008) strategi adalah

perekat yang bertujuan untuk membangun

dan memberikan proposisi nilai yang

konsisten dan membangun citra yang berbeda

kepada pasar sasaran. Sedangkan Swasta dan

Irawan, (2008) menyatakan bahwa strategi

adalah suatu rencana yang diutamakan untuk

mencapai tujuan tersebut (perusahaan). Boyd

dkk, (2008) mendefinisikan bahwa “strategi adalah pola fundamental dari tujuan sekarang

dan yang direncanakan, pengarahan sumber

daya dan interaksi dari organisasi dengan

Page 24: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014 19

pasar, pesaing dan faktor-faktor lingkungan

lainnya. Dari berbagai pengertian (definisi) tersebut bahwa strategi merupakan tindakan

yang harus terus dilakukan dalam setiap

perusahaan untuk mencapai tujuan yang

diharapkan perusahaan.

Dalam melakukan suatu strategi

sebelumnya dilakukan suatu perencanaan.

Perencanaan adalah tidak lain dari susunan

(rumusan) sistematik mengenai langkah

(tindakan-tindakan) yang akan dilakukan

di masa depan, dengan didasarkan pada

pertimbangan-pertimbangan yang seksama

atas potensi, faktor-faktor eksternal dan pihak-

pihak yang berkepentingan dalam rangka

mencapai suatu tujuan tertentu (Abe dalam

Hanif, 2009). Bersesuaian dengan pendapat

di atas, Tjokroamidjojo dalam Hanif, (2009)

mendefinisikan perencanaan sebagai suatu cara bagaimana mencapai tujuan sebaik-

baiknya (maximum output) dengan sumber-

sumber yang ada supaya lebih efisien dan efektif.

Selanjutnya dikatakan bahwa

perencanaan merupakan penentuan tujuan

yang akan dicapai atau yang akan dilakukan,

bagaimana, bilamana dan oleh siapa.

Dari beberapa pengertian diatas didapat

bahwa perencanaan adalah suatu cara atau

langkah tentang apa yang akan dilakukan

dan dilaksanakan oleh seseorang atau suatu

organisasi tentang apa yang akan dilakukan

dan dicapai pada masa yang akan datang.

Dengan kata lain perencanaan strategi adalah

suatu kegiatan yang meliputi sejumlah

pendekatan (yaitu: paket-paket konsep,

prosedur, dan alat / metode) yang mempunyai

ragam penerapannya dan keuntungannya

untuk situasi yang berbeda.

Setelah melakukan perencanaan

strategis, maka didapatlah strategi pemasaran.

Strategi pemasaran sebagai alat fundamental

yang direncanakan untuk mencapai tujuan

perusahaan dengan mengembangkan

keunggulan bersaing dan berkesinambungan

melalui pasar yang dimasuki dan

program pemasaran yang digunakan

untuk melayani pasar sasaran tersebut (Tull

dan Kahle dalam Tjiptono, 2008). Menurut

Kotler, (2008) mengatakan bahwa strategi

pemasaran adalah logika pemasaran dan

berdasarkan itu, unit bisnis diharapkan dapat

mencapai sasaran pemasarannya.

Strategi pemasaran adalah suatu upaya

yang menggunakan logika dan manajemen

agar tercapainya sasaran yang dimiliki oleh

perusahaan dan bertujuan untuk memberikan

kepuasan terhadap konsumen secara kolektif

ataupun individu melalui produk atau

jasa yang dihasilkan. Strategi pemasaran

merupakan pernyataan (baik secara implisit

maupun eksplisit) mengenai bagaimana suatu

merk atau lini produk mencapai tujuannya

(Bennet, 2008). Dalam menentukan dan

menjalankan startegi yang tepat dan efektif

untuk meningkatkan volume penjualan,

suatu perusahaan haruslah melakukan analisa

lingkungan. Alasan tentang pentingnya

analisa lingkungan dikemukakan oleh

Jauch dan Glueck, (2010) sebagai berikut:

(1)Analisa lingkungan memberikan

kesempatan pada perencana strategis untuk

mengantisipasi peluang dan membuat

rencana untuk melakukan tanggapan

pilihan terhadap peluang ini. (2) Membantu

perencana strategis untuk mengembangkan

sistem peringatan dini untuk menghindari

ancaman atau mengembangkan strategi yang

dapat merubah ancaman menjadi keuntungan

organisasi.

Berdasarkan definisi analisa lingkungan tersebut diketahui bahwa

organisasi atau perusahaan penting untuk

melaksanakan analisa lingkungan agar dapat

meramalkan dampak perubahan lingkungan

terhadap perkembangan organisasi, dengan

menentukan kekuatan dan kelemahan internal

juga peluang dan ancaman eksternal. Analisa

lingkungan memberikan SWOT yaitu suatu

analisis untuk mengetahui strength, weakness,

opportunity, dan treath sering disebut analisis

SWOT yang merupakan singkatan dari

keempat hal tersebut (Gitosudarmo, 2003).

Menurut Rangkuti, (2006) SWOT adalah

identitas berbagai faktor secara sistematis

untuk merumusakan strategi pelayanan.

Page 25: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 201420

Analisis ini berdasarkan logika yang dapat

memaksimalkan peluang namun secara

bersamaan dapat meminimalkan kekurangan

dan ancaman.

Setelah kita mengetahui kekuatan,

kelemahan, peluang atau kesempatan yang

terbuka, serta ancaman-ancaman yang

dialaminya, maka kita dapat menyusun suatu

rencana atau strategi yang mencakup tujuan

yang telah ditentukan.

Rencana strategi tersebut kemudian

haruslah kita terjemahkan ke dalam rencana-

rencana operasional yang mencantumkan

adanya target-target yang harus kita capai.

Kemudian rencana operasional itu harus

kita terjemahkan ke dalam satu satuan uang

yang menjadi anggaran operasional. Untuk

lebih jelasnya kerangka konseptual penelitian

dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1

Kerangka Konseptual Penelitia

Beberapa penelitian yang relevan

dengan penelitian ini adalah Karimah dkk,

(2012) mengunggapkan bahwa hasil analisis

SWOT pada subjek penelitian yaitu TAAT

dan TMII dapat meningkatkan penjualan

perusahaan dan memperbesar pertumbuhan

perusahaan dengan menerapkan strategi.

agresif (strategi growth). Rahmat, (2012)

yang mengadakan penelitian pada PT.Koko

Jaya Prima Makasar menyatakan bahwa

dengan melakukan analisis lingkungan

dengan metode SWOT perusahaan dapat

lebih mengetahui dan mengenali strategi

yang tepat dan dapat diterapkan oleh

perusahaan. Dalam hal ini berdasarkan

hasil penelitiannya didapatkan bahwa untuk

meningkatkan volume penjualan perusahaan,

harus menerapkan strategi berdasarkan

kuadran satu yaitu strategi growth yang

agresif. Penelitian yang dilakukan penulis

sama dengan yang dilakukan oleh kedua

penelitian sebelumnya yaitu dengan mencari

tahu strategi pemasaran yang tepat untuk

meningkatkan volume penjulan perusahaan

dengan metode analisis SWOT.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan di pasar swalayan

dan toserba Tiara Dewata Denpasar yang

berlokasi di Jalan May.Jend Sutoyo no . 55

dengan objek penelitian yaitu kekuatan,

kelemahan, peluang dan ancaman pada

Tiara Dewata Denpasar. Populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh pimpinan

Tiara Dewata Denpasar sebanyak 28 orang,

dengan pengambilan sampel menggunakan

teknik sensus yang merupakan suatu teknik

pengambilan sampel yang seluruh dari

populasi dijadikan sampel yaitu 28 orang

pimpinan pada Tiara Dewata Denpasar.

Metode pengumpulan data dalam

penelitian ini meliputi (1) Observasi adalah

pengamatan secara langsung kepada subjek

penelitian. Dalam penelitian ini yang di

observasi oleh penulis adalah karyawan,

konsumen, pimpinan, fisik bangunan dan fasilitas-fasilitas pada Tiara Dewata Denpasar.

(2) Wawancara, dalam penelitian ini penulis

melakukan wawancara secara langsung

dengan pimpinan perusahaan dan sejumlah

karyawan yang berhubungan dengan obyek

penelitian

Page 26: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014 21

untuk mencari kekuatan, kelemahan

,peluang dan ancaman pada Tiara Dewata

Denpasar.(3) Dokumentasi yang dilakukan

penulis dalam penelitian ini meliputi buku-

buku, jurnal, skripsi, artikel, situs web dan

dokumen perusahaan yang berkaitan dengan

obyek penelitian.

Dari sejumlah faktor-faktor yang di

dapat dari kekuatan, kelemahan, peluang

dan ancaman dapat menjadi dasar penentuan

strategi pemasaran yang efektif untuk

meningkatkan volume penjualan perusahaan.

Kemudian dibuatkan kuesioner sebagai

instrument penelitian, dimana setiap faktor-

faktor dari kekuatan, kelemahan, peluang

dan ancaman pada Tiara Dewata Denpasar

akan diukur secara ordinal (tingkatan)

menggunakan Skala Likert dengan lima

tingkatan yaitu: sangat setuju (skor5), setuju

(skor 4), netral (skor 3), tidak setuju (skor 4),

sangat tidak setuju (skor 1) pada Kekuatan dan

Peluang. Tetapi pada kuesioner Kelemahan

dan Ancaman pemberian skor tingkatannya

menjadi sangat tidak setuju (skor 5), tidak

setuju (skor 4), netral (skor 3), setuju (skor 4),

sangat setuju (skor 1) . Data yang diperoleh

selanjutnya di uji validitas dan realibilitas,

kemudian dimasukan ke dalam analisis IFAS

dan EFAS (analisis lingkungan internal dan

eksternal) dalam pemberian rating pada

IFAS dan EFAS, item-item dari faktor-

faktor tersebut dirata-ratakan. Kemudian

selanjutnya dianalisa ke dalam model SWOT

untuk mendapatkan strategi pemasaran yang

efektif dalam rangka meningkatkan volume

penjualan.

Analisis IFAS dan EFAS di pergunakan

untuk mengidentifikasi faktor-faktor internal dan faktor-faktor eksternal, dimana dalam

tabel tersebut terdapat beberapa faktor-faktor

yang telah teridentifikasi akan diberi nilai pembobotan dan rating.

Tabel 2

Tabel IFAS (Internal Strategic Factor Analisys Summary) dan EFAS (External Strategic Factor

Analisys Summary)

Faktor-faktor strategis internal Bobot Rating Bobot X Rating

Kekuatan

Kelemahan

Total

Faktor-faktor strategis eksternal Bobot Rating Bobot X Rating

Peluang

Ancaman

Total

Sumber: Rangkuti (2006)

Adapun proses analisis lingkungan

internal (IFAS) adalah sebagai berikut.

Identifikasi 5 sampai dengan 10 item 1.

atau faktor kekuatan dan kelemahan.

tentukan bobot untuk setiap faktor mulai 2.

1,0 (sangat penting), sampai dengan 0,0

(tidak penting), semua bobot tidak boleh

melebihi skor 1,00.

Rating 1= merupakan kekuatan yang 3.

sangat kecil atau kelemahan utama, 2

= merupakan kekuatan yang kecil atau

kelemahan yang besar, 3 = merupakan

kekuatan yang besar atau kelemahan

kecil, 4 = merupakan kekuatan utama

atau kelemahan yang sangat kecil.

Adapun proses analisis lingkungan

eksternal (EFAS) adalah sama seperti IFAS

terkecuali pada pemberian Rating yaitu 1 =

memiliki peluang yang sangat sedikit atau

ancaman yang sangat besar , 2 = memiliki

Page 27: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 201422

peluang yang sedikit atau ancaman yang

besar, 3 = memiliki peluang yang besar atau

ancaman yang kecil, 4 = memiliki peluang

yang sangat besar atau ancaman yang sangat

kecil.

Setelah melakukan analisa IFAS dan

EFAS kemudian yang selanjutnya dilakukan

analisa SWOT untuk mendapatkan formulasi

strategi pemasaran yang efektif untuk

meningkatkan volume penjualan pada Tiara

Dewata. Analisa SWOT terdiri dari diagram

SWOT dan Matrik SWOT.

Gambar 2

Diagaram Analisis SWOT

Kuadran 3 : Mendukung Kuadran 1 : Mendukung

Strategi dengan Startegi

Orientasi “Putar Balik” Growth yang agresif

Kuadran 4 : Mendukung Kuadran 2 : Mendukung

Strategi Strategi

Difensif Diversifikasi

Sumber : Rangkuti, (2006)

Kelemahan

Internal yang

kritikal

Kekuatan

Internal

substansial

Ancaman utama

Dari lingkungan

Kuadran 11. : Ini merupakan situasi yang

sangat menguntungkan.

Kuadran 22. : Meskipun menghadapi

berbagai ancaman, perusahaan ini masih

memiliki kekuatan dari segi internal.

Kuadran 33. : Perusahaan menghadapi

peluang pasar yang sangat besar, tetapi

di lain pihak, ia menghadapi beberapa

kendala / kelemahan internal.

Kuadran 44. : Ini merupakan situasi yang

sangat tidak menguntungkan, perusahaan

tersebut menghadapi berbagai ancaman

dan kelemahan internal.

Salah satu metode atau alat analisis

yang digunakan untuk menyusun deskripsi

tentang faktor-faktor strategi perusahan adalah

SWOT Matrik. Matrik ini dinilai mampu

menggambarkan secara jelas bagaimana

peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi

oleh perusahaan harus disesuaikan dengan

kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya.

Matrik ini dapat menghasilkan empat

kemungkinan alternatif strategi.

Page 28: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014 23

1) Strategi SO (Strength-Opportunities)

Strategi ini menggunakan kekuatan

internal perusahaan untuk meraih

peluang-peluang yang ada di luar

perusahaan. Jadi, jika perusahaan

memiliki kelemahan maka perusahaan

harus mampu mengatasi kelemahan

tersebut, sedangkan jika perusahaan

menghadapi ancaman maka perusahaan

harus berusaha menghindarinya dan

berusaha berkonsentrasi pada peluang-

peluang yang ada.

2) Strategi WO (Weakness-Opportunities)

Strategi ini bertujuan untuk memperkecil

kelemahan-kelemahan internal

perusahaan dengan memanfaatkan

peluang-peluang eksternal. Kadang

kala perusahaan menghadapi kesulitan

dalam memanfaatkan peluang karena

adanya kelemahan-kelemahan internal,

oleh karena itu tergantung bagaimana

manajemen perusahaan untuk

menggunakan strategi tersebut.

3) Strategi ST (Strenght-Threat)

Melalui strategi ini perusahaan berusaha

untuk menghindari atau mengurangi

dampak dari ancaman-ancaman

eksternal.

4) Strategi WT (Weakness-Threat)

Strategi ini merupakan taktik untuk

bertahan (defensif) dengan cara

mengurangi kelemahan internal serta

menghindari ancaman. Suatu perusahaan

yang dihadapkan pada sejumlah

kelemahan internal dan ancaman

eksternal sesungguhnya berada dalam

posisi yang berbahaya, ia harus berjuang

untuk tetap hidup bertahan.

HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

Tiara Dewata Denpasar adalah

perusahaan yang bergerak dalam bisnis pasar

swalayan dengan persaigan bisinis yang sangat

kompetitif. Untuk mengungguli persaingan

dan meningkatkan volume penjualan

perusahaan dalam kegiatan pemasaran

rutinnya menggunakan bauran pemasaran 4

Tabel 4Matrik SWOT

Analisa

Faktor Internal

Analisa

Faktor Eksternal

Strenghts (S)

• Tentukan 5 sampai 10

faktor kekuatan

Weakness (W)

• Tentukan 5 sampai 10

faktor kelemahan

Opportunuties (O)

• Tentukan 5 sampai 10 faktor

peluang

Strategi SO

Ciptakan strategi yang

menggunakan kekuatan

untuk memanfaatkan

peluang

Strategi WO

Ciptakan strategi yang

meminimalkan

kelemahan untuk

memanfaatkan peluang

Threats (T)

• Tentukan 5 sampai 10 faktor

ancaman

Strategi ST

Ciptakan strategi yang

menggunakan kekuatan

untuk mengatasi ancaman

Strategi WT

Ciptakan strategi yang

meminimalkan

kelemahan dan

menghindari ancaman

Sumber: Rangkuti (2006)

Page 29: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 201424

P yaitu (1) product (produk), produk yang

terdapat pada Tiara Dewata Denpasar terdiri

dari segala kebutuhan yang diperlukan dan

didinginkan oleh konsumen dan pelanggannya

dengan kata lain produk pada Tiara Dewata

Denpasar beraneka ragam dan lebih lengkap.

(2) price (harga), dalam memberikan harga

perusahaan selallu memperhatikan daya beli

konsumen dan pelanggannya. (3) promotion

(promosi), setiap harinya Tiara Dewata selalu

memberikan berbagai macam promosi kepada

para konsumen dan pelanggannya seperti

diskon produk, voucher belanja, pemberian

ekstra dan voucher jasa (jasa spa, terapi,

yoga dan sebagainya). (4) place (tempat),

letak perusahaan sudah sangat strategis yaitu

terletak pada jantung kota Denpasar, dimana

tempat ini bisa diakses dengan mudah oleh

masyarakat darai arah manapun.

Tetapi untuk memningkatkan volume

penjualan Tiara Dewata Denpasar lebih

mengutamakan kombinasi antara produk dan

harga. Kombinasi tersebut dilakukan karena

sebagai pasar swalayan yang memenuhi

berbagai macam kebutuhan konsumen,

Tiara Dewata Denpasar harus memberikan

keanekaragaman produk dan harga yang

sesuai dengan kebutuhan, keinginan dan daya

beli konsumennya. Setelah mengumpulkan

semua informasi dan data yang diperlukan

pada Tiara Dewata Denpasar, selanjutnya

semua informasi dan data tersebut

dimanfaatkan dan dianalisis ke dalam model

kuantitatif yang ditampilkan dalam tabel

IFAS dan EFAS sebagai berikut

Tabel 4

IFAS (Internal Factor Analisys Summary) Tiara Dewata Denpasar

No Faktor-Faktor Strategis Internal

Kekuatan Bobot Rating Bobot X Rating

1 Eksistensi perusahaan pada masyarakat kota

Denpasar 0,15 4 0,60

2 Fasilitas yang cukup lengkap 0,10 3 0,30

3 Lokasi perusahaan yang sangat strategis,

terletak pada jantung kota Denpasar 0,10 4 0,40

4 Produk yang diperdagangkan lebih lengkap di

banding pasar sawalayan sejenis 0,05 2 0,10

5 Memiliki jumlah pemasok mencapi 470

pemasok 0,10 4 0,40

6 SDM yang cukup banyak mencapai 1.000

lebih SDM 0,05 2 0,10

7 Sebagai pioner pasar swalayan di kota

Denpasar 0,05 4 0,20

Subtotal 0,60 2,10

No Faktor-Faktor Strategis Internal

Kelemahan Bobot Rating Bobot X Rating

1 Bangunan masih bersatus kontrak 0,10 2 0,20

2 Lahan parkir dan luas lantai usaha minim 0,05 2 0,10

3 Kegiatan pemasaran kurang dimaksimalkan

(seperti tidak ada pemasarn on-line) 0,05 2 0,10

4 SDM / karyawan yang di miliki rata-rata

sudah berumur (diatas 35 tahun). 0,05 2 0,10

5

Jarang ada pelatihan SDM / karyawan untuk

pelayanan dan penanganan konsumen dan

pelanggan yang baik dan benar, sehingga

pelayanan yang di berikan belum maksimal

0,05 3 0,15

6 Manajemen perusahaan menerepkan rangkap

jabatan. 0,10 2 0,20

Subtotal 0,40 0,85

Total 1,00 2,95

Sumber: Pengolahan Data Internal Tiara Dewata Denpasar, 2013

Dewata Denpasar,2013

Page 30: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014 25

Dari hasil tabel 4 IFAS faktor kekuatan

(streght) mempunyai total nilai 2,10 sedangkan

kelemahan (weakness) mempunyai total nilai

0,85. Dengan seluruh total nilai IFAS sebesar

2,95 dan selisih nilai kekuatan (+) sebesar

1,20.

Seperti halnya pada IFAS, pada faktor-

faktor strategis eksternal pun dilakukan

identifikasi yang dapat dilihat pada tabel 5 berikut ini.

Tabel 5

EFAS (Eksternal Factor Analisys Summary) Tiara Dewata Denpasar

No Faktor-Faktor Strategis Eksternal

Peluang Bobot Rating Bobot X Rating

1 Trend belanja on-line. 0,10 4 0,40

2 Pertumbuhan ekonomi kota yang baik. 0,10 3 0,30

3

Peraturan pemerintah kota Denpasar yang

membatasi berdirinya izin usaha pasar

modern.

0,05 4 0,20

4 Masyarakat kini yang lebih suka berbelanja di

pasar modern. 0,10 3 0,30

5 Daya beli masyarkat kota Denpasar tinggi. 0,10 3 0,30

6 Bali merupakan destinasi pariwisata dunia. 0,10 4 0,40

Subtotal 0,55 1,90

No Faktor-Faktor Strategis Eksternal

Ancaman Bobot Rating Bobot X Rating

1 Menjamurnya pasar modern di kota Denpasar. 0,10 2 0,20

2

Perusahaan pesaing yang lebih moden dengan

fasilitas yang lebih lengkap (seperti Hardys

dan Carefour).

0,10 1 0,10

3 Perkembangan teknologi dan sistem informasi

yang semakin pesat. 0,05 3 0,15

4 Perang harga produk antara perusahaan

pesaing. 0,10 2 0,20

5 Sewaktu-waktu tempat usaha bisa diambil alih

oleh PemKot Denpasar. 0,10 2 0,20

Subtotal 0,45 0,85

Total 1,00 2,75

Sumber: Pengolahan Data Eksternal Tiara Dewata Denpasar, 2013

Hasil tabel 5 EFAS menunjukan bahwa

untuk faktor peluang (opportunities) total

nilainya sebesar 1,90 dan faktor ancaman

(threat) nilainya 0,85. Dengan seluruh total

nilai EFAS sebesar 2,75 dan selisih nilai

peluang (+) sebesar 1,05.

Seperti diketahui total nilai kekuatan

(strength) adalah 2,10 dengan selisih pada

kelemahan (weakness) sebesar (+) 1,20 un-

tuk kekuatan. Untuk peluang (opotunitiess)

total nilainya 1,90 dengan selisih pada anca-

man (threat) sebesar (+) 1,05 untuk peluang.

Dari hasil nilai selisih tersebut maka, dapat

digambarkan ke dalam diagram SWOT un-

tuk mencari strategi pemasaran perusahaan

berdasarkan faktor kekuatan (strength), kele-

mahan (weakness), peluang (opotunitiess)

dan ancaman (threat) yang dapat dilihat pada

gambar 2 sebagai berikut.

Page 31: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 201426

Dari gambar diagram kartesius SWOT

diatas, sangat jelas menunjukan bahwa Tiara

Dewata Denpasar telah berada pada kuadran

1 yang artinya bahwa strategi pemasaran

yang mendukung pada situasi dan kondisi

perusahaan sekarang ini adalah strategi growth

(pengembangan) yang agresif. Maksudnya

adalah Tiara Dewata harus mengembangkan

sistem pemasaran yang ada menjadi lebih

inovatif , diterima dan disukai oleh konsumen

dan pelanggannya, seperti pemasaran on-line

(via internet), via telepon dan sebagainya.

Juga pengembangan tersebut berlaku pula

untuk produk, harga maupun segi pelayanan,

dimana hal tersebut harus dapat memenuhi

apa yang diinginkan dan dibutuhkan oleh

konsumen dan pelanggan Tiara Dewata

Denpasar. Produk yang ditawarkan harus lebih

beakekaragam dengan beragam harga pula,

keanekaragaman tersebut bisa dipenuhi oleh

perusahaan jika, perusahaan dapat menjaga

hubungan kerjasama yang baik dengan

para pemasoknya. Untuk segi pelayanan

sebaiknya lebih ditingkatkan lagi misalnya

para karyawan harus lebih berempati lagi

kepada para konsumen dan pelanggannya.

Apabila dari segi pemasaran, pelayanan dan

produk dapat disukai oleh konsumen dan

pelanggan Tiara Dewata Denpasar maka,

dengan demikian dapat meningkatkan volume

penjualan perusahaan.

Matrik SWOT dianalisis dengan

menyesuaikan antara peluang dan ancaman

eksternal dengan kekuatan dan kelemahan

internal yang dimiliki perusahaan, dengan

tujuan mengembangkan strategi-strategi

alternatif bagi perusahaan yang mendukung

strategi berbenah diri sesuai dengan posisi

perusahaan pada diagram SWOT. Analisis

matrik SWOT Tiara Dewata Denpasar dapat

dilihat pada

Sumber

………

K S

O

r:.Diagram K

...Dewata D

Kelema

internal

kritik

Diagram

Kuadran 3 : M

Strategi denga

Orientasi “Put

Kua

Strategi Dife

Kartesius H

Denpasar, 20

ahan

yang

kal

m SWOT T

Mendukung

an

tar Balik”

adran 4 : Mend

ensif

Hasil Pengol

013

Gambar

Tiara Dewata

Kuad

Start

dukung K

Strategi

lahan Data I

Berbagai

lingku

Ancama

dari lin

2

a Denpasar

dran 1 : Mend

tegi Growth

Kuadran 2 : M

Diversifikasi

Internal Da

i peluang

ungan

an utama

ngkungan

dukung

yang agresif

Mendukung

n Eksternaal Tiara

Kekuatan

internal

substansial

Page 32: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014 27

Berdasarkan analisis tersebut di atas

menunjukkan bahwa kinerja perusahaan dapat

ditentukan oleh kombinasi faktor internal dan

eksternal. Kombinasi kedua faktor tersebut

ditunjukkan dalam diagram hasil analisis

SWOT sebagai berikut.

Strategi SO ( mendukung strategi 1.

grwoth)

Strategi ini dibuat berdasarkan jalan

pikiran perusahaan, yaitu dengan

memanfaatkan seluruh kekuatan untuk

merebut dan memanfaatkan peluang

sebesar-besarnya. Strategi SO yang

ditempuh oleh Tiara Dewata Denpasar

yaitu.

Meningkatkan keanekaragaman produk dan harga dengan menjalin

dan menjaga hubungan yang baik

dengan pemasok, juga melakukan

pemasaran via internet agar dapat

menjaring konsumen dan pelanggan

lebih banyak lagi.

Strategi ST (mendukung strategi 2.

diversifikasi) Adalah Strategi dalam menggunakan

kekuatan yang dimiliki perusahaan

untuk mengatasi ancaman. Strategi ST

ditempuh oleh Tiara Dewata Denpasar

yaitu.

tabel 6 sebagai berikut.

Tabel 6

Analisis Matrik SWOT Tiara Dewata Denpasar

Analisa

Faktor Internal

Analisa

Faktor Eksternal

Kekuatan (Strenghts)

1..Eksistensi perusahaan.

2..Fasilitas perusahaan yang

…cukup lengkap.

3..Lokasi perusahaan strategis.

4..Produk.yang diperdagangkan

…lebih lengkap.

5.Memiliki 470 lebih pemasok.

6..Memiliki 1.000 lebih SDM.

7..Pioneer pasar swalayan di

…kota Denpasar.

Kelemahan (Weakness)

1..Status bangunan sewa.

2..Lahan parkir dan luas …lantai

usaha minim.

3..Kegiatan pemasaran …kurang

maksimal.

4..SDM / karyawan rata-…rata

sudah berumur.

5..Jarang ada pelatihan 6..SDM

atau karyawan.

6..Perusahaan menerapkan

…rangkap jabatan.

Peluang (Opportunities)

1..Trend belanja on-line.

2..Pertumbuhan ekonomi.

3..Peraturan pemerintah akan

….pasar modern.

4..Masyrakat kini lebih suka

…berbelanja di pasar modern

5..Daya beli masyarakat

…Denpasar yang tinggi.

6..Bali merupakan destinasi

…pariwisata dunia.

Strategi SO

1..Meningkatkan keanekaraga-

…man produk dan harga.

2..Meningkatkan image pada

…masyarakat.

3..Melakukan pemasaran via

…internet.

4..Menjalin dan menjaga

…hubungan yang baik dengan

…pemasok.

Strategi WO

1..Memberdayakan SDM /

…karyawan.

2..Lebih melebarkan …jaringan

pemasaran di …semua media

yang …efektif.

3..Jabatan yang diberikan …harus

terfokus pada satu …jabatan saja.

Ancaman (Threats)

1..Menjamurnya pasar modern.

2..Pesaing yang lebih kuat.

3..Perkembangan teknologi …dan

sistem informasi yang …semakin

pesat.

4..Perang harga produk antara

…perusahaan pesaing.

5..Sewaktu-waktu tempat usaha

…bisa diambil alih PemKot

…Denpasar.

Strategi ST

1..Memperkuat jaringan

....pemasok, sehingga produk

....dan harga yang diberikan

....lebih beraneka ragam.

2..Memperbarui teknologi dan

....sistem informasi yang ada.

3..Mempertahankan pelanggan

…yang loyal terhadap

…perusahaan.

Strategi WT

1..Meningkatkan kualitas

…pelayanan dan keramahan

…kepada konsumen dan

…pelanggan.

2.Regenerasi pimpinan …dan

karyawan sehingga …lebih

produktif.

3..Menjaga dan menjalin

…hubungan yang baik

…dengan.PemKot.Denpasar.

Sumber:.Matrik SWOT Hasil Pengolahan Data Internal Dan Eksternal.Tiara

Page 33: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 201428

Memperkuat jaringan pemasok dan memperbarui teknologi juga sistem

informasi perusahaan, sehingga

dapat mempertahankan pelanggan

yang loyal kepada Tiara Dewata

Denpasar.

Strategi WO (mendukung strategi 3. turn-

around)

Strategi ini diterapkan berdasarkan

pemanfaatan peluang yang ada dengan

cara meminimalkan kelemahan yang

ada. Strategi WO yang ditempuh oleh

Tiara Dewata Denpasar antara lain.

Memberdayakan SDM / karyawan.Lebih melebarkan jaringan pemasaran di semua media yang

efektif.

Jabatan yang diberikan harus terfokus pada satu jabatan saja.

Strategi WT (mendukung strategi 4.

defensif)

Strategi ini didasarkan pada kegiatan

yang bersifat defensif dan berusaha

meminimalkan kelemahan yang ada

serta menghindari ancaman. Strategi WT

ditempuh oleh Tiara Dewata Denpasar

antara lain.

Meningkatkan kualitas pelayanan dan keramahan kepada konsumen

dan pelanggan.

Regenerasi pimpinan dan karyawan sehingga lebih produktif.

Menjaga dan menjalin hubungan yang baik dengan.PemKot.

Denpasar.

Dari empat kemungkinan alternatif

strategi yang diperoleh diatas, strategi yang

paling tepat digunakan oleh Tiara Dewata

Denpasar guna tetap meningkatkan penjualan

yaitu perumusan strategi yang efektif

akhirnya diperoleh adalah strategi SO yaitu

strategi dengan menggunakan Strength untuk

memanfaatkan Opportuniess yang dimiliki

perusahaan yaitu.

Meningkatkan keanekaragaman produk dan harga.

Meningkatkan image pada masyarakat.

Melakukan pemasaran via internet.Menjalin dan menjaga hubungan yang baik dengan pemasok.

Berdasarkan hasil analisis dengan

diagram SWOT Tiara Dewata Denpasar,

memiliki kekuatan yang dapat dipakai

pada stretegi tertentu serta memanfaatkan

peluang yang tepat serta secara bersamaan

meminimalkan atau menghindari kelemahan

dan ancaman yang ada. Posisi ini sangat

menguntungkan perusahaan dengan

memperbaiki kondisi diatas rata-rata

kemampuan sehingga, Tiara Dewata Denpasar

dapat mengendalikan para pesaing yang ada

maupun pesaing yang terbilang kuat. Di dalam

pandangan konsep pemasaran merupakan

hal yang sederhana dan secara intuisi

merupakan filosofi yang menarik. Tujuan perusahaan ini di capai melalui keputusan

konsumen yang diperoleh setelah kebutuhan

dan keinginan konsumen di penuhi melalui

produk, harga dan pelayanan yang dihasilkan

dan diberikan oleh perusahaaan.

PEMBAHASAN

Metode analisis dalam menetukan

strategi pemasaran yang tepat dan efektif

dengan menggunakan lingkungan internal dan

eksternal ini adalah metode analisis SWOT.

Dimana dalam analisis ini mencari beberapa

item-ietem dari faktor kekuatan, kelemahan,

peluang dan ancaman perusahaan pada saat

ini yang kemudian diberikan penilaian.

Dari penilaian tersebut kemudian diadakan

perhitungan yang lebih spesifik, sehingga didapatkan beberapa koordinat yang akan

dianalisis ke dalam model SWOT. Dalam

analisis dengan diagram SWOT, perusahaan

terletak pada kuadran satu (1) yang artinya,

bahwa strategi yang mendukung untuk

peningkatan volume penjualan yang efektif

adalah dengan strategi growth yang agresif,

dimana strategi growth ini akan diperjelas

melalui matrik SWOT yang memperoleh

bahwa strategi growth pada kuadran satu

ini adalah suatu strategi yang menggunakan

kekuatan (Stregth) dan memanfaatkan

peluang (Opportuniess) dikenal dengan

strategi alternatif SO.

Page 34: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014 29

Strategi SO yang digunakan oleh

Tiara Dewata Denpasar untuk meningkatkan

volume penjualan yang efektif yaitu dengan

meningkatkan keanekaragaman produk dan

harga , meningkatkan image pada masyarakat,

melakukan pemasaran via internet, menjalin

dan menjaga hubungan yang baik dengan

pemasok. Berdasarkan keterangan tersebut

dapat dinyatakan bahwa untuk meningkatkan

volume penjualan perusahaan, strategi

pemasaran yang paling efektif dipergunakan

oleh Tiara Dewata Denpasar adalah dengan

menerapkan strategi growth yang agresif

dimana strategi ini memanfaatkan kekuatan

dan peluang (SO) yang lebih menekankan

kombinasi antara produk dan harga yang akan

meningkatkan kualitas pelayanan perusahaan.

Sehingga akan lebih mendatangkan banyak

konsumen dan pelanggan yang hasilnya akan

meningkatkan volume penjualan perusahaan.

KESIMPULAN

Untuk meningkatkan volume penjualan

yang efektif, Tiara Dewata Denpasar

menerapkan dan mengimplemntasikan

strategi growth yang agresif yaitu dengan cara

pengembangan dan pemanfaatan kekuatan

maupun peluang (SO) yang mengutamakan

kombinasi antara produk dan harga, seperti

lebih menganekaragamkan produk dan

harga, memperbesar jaringan promosi dan

meningkatkan kualitas pelayanan. Dimana

strategi ini sudah cukup berhasil yaitu dengan

tetap eksisnya perusahaan sampai saat ini.

DAFTAR PUSTAKA

Adi,2011,.Pengaruh..Bauran..Promosi..

Terhadap..Nilai.Penjualan..Tersedia.

di.http://adicellular.word press.com (1

Mei 2013).

Annisa Karimah, Iwang Gumilar dan Zahidah

Hasan. 2012. Analisis Prospektif

Budidaya Usaha Ikan Hias Air Tawar

di Taman Akuarium Air Tawar (TAAT)

dan Taman Mini Indonesia Indah

(TMII) Jakarta, Jurnal Perikanan.dan

Kelautan, Vol. 3, No. 3, pp 145-156.

Danang Sunyoto, 2012. Dasar-Dasar

Manajemen Pemasaran, Penerbit

Caps,Yogyakarta.

David, F.R., 2009. Manajemen Strategis,

Jakarta : Salemba Empat.

Deperindag. 2012. Jumlah Perusahaan Pasar

Moder / Swalayan Di Kota Denpasar.

Tersedia di http://www.Desperindag

Denpasar.com (15 Februari 2013).

Kotler, Philip, 2008. Manajemen Pemasaran,

Jakarta : Indeks.

Rangkuti, Fredy, 2006. Teknik Membedah

Kasus Bisnis. Gramedia Pustaka

Utama. Jakarta.

Rendy Yonanda Danusa, 2012, Visi dan Misi

Perusahaan. Tersedia di http://www.

rendyyonanda .wordpress.com (13

April 2013).

Reny Maulidia Rahmat, 2012. Analisis

Strategi Pemasaran pada PT. Koko

Jaya Prima Makasar. Skripsi Sarjana

Jurusan Manajemen dan Bisnis

pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

Universitas Hasanuddin Makasar.

Sugiyono, 2012. Statika untuk Penelitian,

Bandung : Alfabeta.

Ujang Sumarwan, Achmad Fachroji, Adman

Nursal, Arsissetyanto Nugroho,

Ery Ricardo Nurzal, Anung Setiadi,

Suharyono dan Zeffry Alamsyah,

2011, Pemasaran Strategik, IPB Press,

Bogor.

Ujang Sumarwan, Ahmad Jauzi, Asep

Mulyana, Bagio Nugrohokarno, Ponti

Kurniawan dan Wahyu Nugroho, 2011,

Riset Pemasaran dan Konsumen, IPB

Press, Bogor.

Page 35: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 201430

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA KARYAWAN PADA

PT SURYA CAHAYA INTI DENPASAR

I Gusti Gde Oka Pradnyana

( Dosen STIMI Handayani Denpasar)

Windry Anggraini Kase

(Mahasiswa STIMI Handayani Denpasar)

Abstract : The objectives of this research is to determine whether there is influence of the office layout and the physical work environment on employee performance and simultaneous partial, as well as to determine which of the two factors which are predominant affect the performance of employees at PT. Surya Cahaya Inti Denpasar. Factors office layout to note is the shortest distance principle, the principle of a series of work, the principles concerning the use of all rooms, the principle of the change in the composition of the workplace, the principle of integration activities, and job satisfaction for employees. Factors While the physical work environment is the air, sound, light, color, safety, cleanliness, and space.Through this study the authors propose the following hypothesis: There is the influence of the office layout and the physical work environment on the performance of employees of PT. Surya Cahaya Inti Denpasar and simultaneous partial. The population in this study were employees of PT. Surya Cahaya Inti Denpar that about 20 people. Data collection methods used in this study descriptive correlational, multiple regression analysis techniques were calculated using SPSS version 13.0 anlisis to facilitate researchers in data processing to be fast and efficient. The results and discussion indicate that the hypothesis of office layout and the physical work environment is partially positive and significant influence.From the results of the study also showed that the hypothesis of office layout and the physical work environment simultaneously positive and significant effect.While the most dominant factor affecting the performance of employees is the physical work environment factors.Based on this study suggested to the Chairman of PT. Surya Cahaya Inti Denpasar to keep attention to the arrangement of the office space and the physical work environment Company.

Keywords: Office layout, physical work environment and performent of employees

PENDAHULUAN

Latar Belakang1.

Di era globalisasi ini, perkembangan

usaha dirasakan semakin maju dan membawa

dampak pada persaingan yang begitu tajam.

Begitu juga halnya dengan bisnis penjualan

suku cadang motor roda dua yang semakin

banyak bermunculan, dengan merk-merk

yang berasal dari dalam ataupun luar negeri.

Guna meningkatan penjualan dan sukses

menguasai pasar, para distributor suku

cadang sepeda motor roda dua ini melakukan

terobosan-terobosan dengan tujuan

memperoleh keuntungan seoptimal mungkin,

dengan cara menawarkan/mensosialisasi

kelebihan-kelebihan yang dimiliki produknya

dibanding dengan produk lain yang sejenis,

mengadakan promo pemberian hadiah, dan

pemberian harga bersaing.

Disamping itu, Perusahaan juga harus

memperhatikan Sumber Daya Manusia

yang ada didalamnya. Karena Sumber Daya

Manusia adalah penggerak utama jalannya

Page 36: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014 31

seluruh aktifitas perusahaan untuk mencapai tujuan. Seperti yang dinyatakan oleh T. Hani

Handoko (1994) bahwa “Berhasil tidaknya

pencapaian tersebut sangat tergantung

daripada kualitas sumber daya manusia dalam

melaksanakan fungsi Perusahaan, seperti

dalam bidang pemasaran, produksi, keuangan,

maupun personalia”. Oleh karena itu sering

dinyatakan bahwa manusia merupakan asset

utama dari suatu organisasi.

Menyadari peranan sumber daya

manusia (SDM) yang begitu dominan

dalam sebuah perusahaan maka pimpinan

perusahaan atau instansi harus berusaha agar

SDM yang dimilikinya mampu meningkatkan

kinerjanya dengan cara menyumbangkan

tenaga dan pikirannya secara optimal demi

tercapainya tujuan perusahaan.

(Keith Davis, 1995) menyatakan

bahwa, “Suatu Perusahaan di dalam

melakukan aktifitasnya untuk mencapai tujuan yang diinginkan hendaknya

memperhatikan kinerja karyawan, karena

kinerja karyawan merupakan modal utama

dalam merencanakan, mengorganisir,

mengarahkan serta menggerakkan faktor –

faktor yang ada dalam suatu organisasi”.

Kinerja merupakan gambaran

yang akurat mengenai tingkat pencapaian

pelaksanaan suatu kegiatan atau program

kerja dalam mewujudan sasaran, tujuan,

visi, dan misi perusahaan yang tertuang

atau terdapat dalam Strategic Planing suatu

perusahaan. Kinerja merupakan hasil kerja

yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan

peranannya dalam Perusahaan (Hariandja,

2007).

Kinerja karyawan merupakan salah

satu ukuran yang dapat dipakai dalam

menentukan sukses atau tidaknya suatu

pekerjaan baik ditinjau dari kualitas, kuantitas

maupun ketepatan waktu. Kinerja merupakan

perwujudan kerja yang dilakukan karyawan

terhadap perusahaan yang mengacu pada

pencapaian tugas – tugas yang membentuk

sebuah pekerjaan karyawan. Kinerja diukur

dari segi hasil kerja, bila hasil kerja karyawan

sesuai dengan standar yang telah ditetapkan

oleh organisasi, maka kinerja karyawan

tergolong baik. Sebaliknya bila hasil kerja

karyawan tidak memberikan hasil yang sesuai

dengan standar atau kriteria perusahaan,

maka kinerja pegawai tergolong kurang

baik. Jadi kinerja menunjukkan kemampuan

karyawan dalam menyelesaikan tugas dan

mencapai target yang ditetapkan perusahaan.

Pencapaian kinerja pada akhirnya akan dilihat

dari hasil yang dicapai.

Peningkatan kinerja karyawan di

instansi swasta maupun pemerintah dapat

ditempuh dengan beberapa cara, misalnya

melalui pemberian kompensasi yang layak,

pemberian motivasi, menciptakan lingkungan

kerja fisik yang kondusif, penataan ruang kantor yang nyaman, kompleksitas tugas

serta pemberian pendidikan dan pelatihan.

Oleh karena itu, karyawan diharapkan dapat

memaksimalkan tanggung jawab mereka

setelah dibekali dengan pendidikan dan

pelatihan yang berkaitan dengan implementasi

pekerjaan mereka. Selain itu, lingkungan

kerja yang nyaman serta pemberian motivasi

pada dasarnya merupakan hak para karyawan

dan kewajiban dari pihak perusahaan untuk

mendukung kontribusi para karyawannya

dalam rangka mencapai tujuan yang telah

ditentukan (Rezsa, 2008).

Disamping itu, kinerja karyawan pada

instansi swasta maupun pemerintah pada

dasarnya juga dipengaruhi oleh kondisi -

kondisi tertentu, yaitu kondisi yang berasal

dari dalam individu yang disebut dengan

faktor individual dan kondisi yang berasal

dari luar individu yang disebut dengan

faktor situasional. Faktor individual meliputi

jenis kelamin, kesehatan, pengalaman dan

karakteristik psikologis yang terdiri dari

motivasi, kepribadian, orientasi tujuan dan

locus of control. Adapun faktor situasional

meliputi kepemimpinan, prestasi kerja,

Page 37: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 201432

hubungan sosial dan budaya organisasi.

Dari faktor – faktor yang dapat mempengaruhi

kinerja karyawan, maka dalam penelitian

ini akan membahas terkait faktor tata

ruang kantor dan lingkuangan kerja fisik pengaruhnya terhadap kinerja karywan pada

PT. Surya Cahaya Inti – Denpasar. Penerapan

tata ruang kantor pada PT Surya Cahaya Inti

Denpasar terutama asas terpendek belum

dilaksanakan dalam pengaturan ruang kerja

karyawan, dan pada lingkungan kerja fisik masih adanya gangguan pada suara bising

yang kerap mengganggu kerja karyawan,

di lain pihak kinerja karyawannya apabila

dilihat dari tingkat ketidakhadirannya masih

tinggi sebesar 4,925%

Pokok Masalah2.

Berdasarkan latar belakang masalah

diatas, maka yang menjadi pokok masalah

dalam penelitian ini adalah:

Apakah faktor tata ruang kantor dan a.

lingkungan kerja fisik secara parsial berpengaruh terhadap kinerja karyawan

pada PT. Surya Cahaya Inti – Denpasar?

Apakah faktor tata ruang kantor dan b.

lingkungan kerja secara simultan

berpengaruh terhadap kinerja karyawan

pada PT. Surya Cahaya Inti – Denpasar?

Apakah faktor Tata Ruang Kantor atau c.

faktor Lingkungan Kerja Fisik yang lebih

dominan berpengaruh terhadap Kinerja

Karyawan pada PT. Surya Cahaya Inti-

Denpasar?

Tujuan Penelitian3.

Sesuai dengan rumusan masalah yang

telah dikemukakan diatas, maka tujuan

penelitian ini adalah:

Untuk mengetahui pengaruh faktor tata a.

ruang kantor dan lingkungan kerja fisik secara parsial terhadap kinerja karyawan

pada PT. Surya Cahaya Inti – Denpasar.

Untuk mengetahui pengaruh faktor b.

tata ruang kantor dan lingkungan kerja

fisik secara simultan terhadap kinerja

karyawan pada PT. Surya Cahaya Inti –

Denpasar

Untuk mengetahui faktor Tata Ruang c.

Kantor atau faktor Lingkungan Kerja

Fisik yang lebih dominan mempengaruhi

Kinerja Karyawan pada PT. Surya

Cahaya Inti.

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Tata Ruang Kantor1.

Tata Ruang Kantor adalah proses

penataan ruang yang meliputi pengaturan

dan pembagian ruang, pengaturan kebutuhan

ruang serta penempatan dan perlengkapan

Kantor dengan memanfaatkan asas tata

ruang kantor sekaligus menyesuaikan dengan

kondisi keuangan yang dimiliki oleh suatu

organisai sehingga ruangan tersebut cukup

rapi dan tidak menimbulkan kesulitan,

sehingga proses kegiatan Kantor dapat

berjalan dengan lancar dan dapat mencapai

tujuan dengan efektif dan efisien.Asas – Asas Pokok Tata Ruang Kantor:

Asas jarak terpendeka.

Asas rangkaian kerjab.

Asas mengenai penggunaan segenap c.

ruangan

Asas mengenai perubahan susunan d.

tempat kerja

Asas integrasi kegiatane.

Asas keamanan dan kepusasan kerja bagi f.

pegawai

Lingkungan Kerja Fisik2.

Lingkungan kerja adalah lingkungan

dimana para karyawan bekerja, yang

didalamnya perlu diperhatikan mengenai

pengaturan penerangan tempat kerja,

pengontrolan terhadap suara gaduh atau

suara bising, pengontrolan terhadap udara,

pengaturan kebersihan tempat kerja,

pengaturan tata ruang dan pengaturan tentang

keamanan kerja.

Faktor - Faktor Lingkungan Kerja Fisik:

Faktor Cahaya/ Penerangan.a.

Faktor Warna.b.

Faktor Udara.c.

Faktor Suara.d.

Page 38: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014 33

Keamanane.

Kebersihan f.

Ruang Gerakg.

Kinerja Karyawan3.

Kinerja adalah hasil pekerjaan yang

mempunyai hubungan kuat dengan tujuan

strategis organisasi, kepuasan konsumen,

dan memberikan kontribusi pada ekonomi,

dengan demikian kinerja adalah tentang

melakukan pekerjaan dan hasil yang dicapai

dari pekerjaan tersebut.

Unsur – unsur Kinerja:

Absensia.

Kerja samab.

Disiplin Kerjac.

Kepuasand.

Kualitas Kerjae.

Gambar 1

Kerangka Konseptual

Tata Ruang Kantor

X1

Kinerja

Y

Lingkungan Kerja Fisik

X2

X1.1

X1.2

X1.3

Y1X1.4

Y2X1.5

Y3

Y4

Y5X2.1

X2.2

X2.3

X2.4

X2.5

Kerangka Konseptual4.

Adapun kerangka pemikiran dalam penelitian

ini dapat digambarkan pada gambar berikut:

Dari gambar diatas dapat dijelaskan bahwa

tata ruang kantor (X1) yang meliputi Jarak

terpendek (X1.1), rangkaian kerja (X1.2),

Penggunaan segenap ruangan (X1.3),

Integrasi ruangan (X1.4) Perubahan susunan

tempat kerja (X1.5) dan lingkungan kerja

(X2) yang meliputi udara/ suhu (X2.1), Suara

(X2.2), Cahaya (X2.3), Keamanan (X2.4),

Kebersihan (X2.5) berpengaruh pada kinerja

karyawan, (Y) berupa peningkatan Absensi

(Y1), Kerjasama (Y2), Disiplin Kerja (Y3),

Kepuasan (Y4), dan Kualitas Kerja (Y5).

METODE PENELITIAN

Lokasi1.

Obyek Penelitiana.

Yang menjadi objek penelitian

dalam penelitian ini adalah tata ruang kantor,

lingkungan kerja fisik, dan kinerja karyawan pada PT. Surya Cahaya Inti.

Subyek Penelitianb.

Subyek penelitian ini berlokasi di

Perusahaan Distributor suku cadang sepeda

motor, PT. Surya Cahaya Inti, yang beralamat

di Jl. Gatot Subroto Timut No. 378C, Denpasar

– Bali. Perusahaan ini dipilih sebagai lokasi

penelitian karena peneliti menemukan

adanya permasalahan mengenai penataan

ruang kantor dan lingkungan kerja yang tidak

Page 39: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 201434

sesuai, yang mengakibatkan terganggunya

kinerja karyawan pada PT. Surya Cahaya

Inti.

Populasi dan Responden2.

Populasi a.

Populasi dalam penelitian ini adalah

karyawan pada PT. Surya Cahaya Inti –

Denpasar sebanyak 20 orang yang tersebar di

masing – masing departemen, seperti dilihat

pada tabel di bawah ini

Tabel 1 Jumlah karyawan PT. Surya Cahaya Inti – Denpasar

2012

Sumber: PT. Surya Cahaya Int

No. Departemen Jumlah (Orang)

1 Branch Manajer 1

2 Accounting 3

3 Administrasi 1

4 Gudang 4

5 Distribusi 2

6 Marketing 8

7 OB 1

Jumlah 20

Respondenb.

Penelitian ini dilakukan secara sensus

yaitu responden diambil dari semua populasi

yaitu sebanyak 20 orang karyawan yang

tersebar pada masing-masing departemen

yang ada.

Metode Pengumpulan Data3.

Metode Observasia.

Yaitu metode pengumpulan data

dengan pengamatan dan pencatatan secara

langsung mengenai data yang dibutuhkan

pada obyek penelitian.

Metode Dokumentasi b.

Yaitu metode pengumpulan data

dengan mencari informasi dari dokumen

–dokumen perusahaan yang sesuai dengan

data yang diperlukan

Metode Interview (kuisioner)c.

Yaitu metode pengumpulan data

Page 40: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014 35

dengan mengajukan pertanyaan secara lisan

dan tertulis (kuisioner) untuk mendapatkan

penjelasan atau jawaban singkat dari pihak

yang bersangkutan (responden)

4. Teknik Analisis Data

Analisis Regresi Linier Bergandaa.

Analisis Regresi berganda digunakan

untuk mengetahui besarnya pengaruh

perubahan tata ruang kantor (X1), dan

lingkungan kerja fisik (X2) secara parsial dan simultan terhadap kinerja pegawai (Y) serta

untuk mengetahui variabel mana diantara

tata ruang kantor dan lingkungan kerja yang

paling besar pengaruhnya terhadap kinerja

karyawan. Model persamaan regresi berganda

yang digunakan adalah sebagai berikut

(dibantu analisis SPSS versi 13.0):

Y = ɑ + b1 X1 + b2 X2 Dimana:

Y = Variabel Kinerja

ɑ = Konstanta Persamaan Regresi

b1 = Koefisien Regresi (X1)b2 = Koefisien Regresi (X2)X1 = Variabel Tata Ruang

Kantor (X1)

X2 = Variabel Lingkungan Kerja

(X2)

Analisis t-test1.

Analisis ini bertujuan untuk menguji

apakah pengaruh antara tata ruang kantor

(X1) dan lingkungan kerja (X2) secara parsial

terhadap kinerja karyawan (Y) memang benar

selanjutnya dibandingkan

dengan t-tabel.

Hasil Uji Hipotesis:

Jika t-hitung > t-tabel, maka Ho

ditolak berarti signifikan.Jika t-hitung ≤ t-tabel, maka Ho diterima berarti tidak signifikan.

Analisis F-test2.

Uji ini dimaksudkan untuk menguji

signifikansi atau tidaknya pengaruh secara simultan tata ruang kantor (X1) dan

Rumus (Sugiyono, 2007):

r n – 2 t = 1 - r²

terjadi (signifikan) atau hanya diperoleh secara kebetulan.

Dimana:

t = Nilai t yang dihitung

r = Koefisienkorelasin = Jumlah pegawai

Nilai t yang diperoleh dari hasil

perhitungan disebut t-hitung,

Rumus: r² / k F = ( 1 - r²) / (n - k – 1)

lingkungan kerja (X2) dengan kinerja (Y).

(Sugiyono, 2000).

Dimana:

F = F-hitung

r = Koefisien kolerasi bergandan = Jumlah responden

k = Jumlah variabel bebas

Dengan menggunakan derajat

kepercayaan 95% atau tingkat kesalahan (ɑ) = 5%, derajat bebas pembilang = k serta derajat

penyebut= n – k- 1. Sehingga mendapatkan

besarnya F-tabel. Dengan kriteria pengujian

yaitu:

Jika F-hitung > F-tabel, maka Ho ditolak

berarti signifikan.Jika F-hitung ≤ F-tabel, maka Ho diterima berarti tidak signifikan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian1.

Analisis Regresi Linier Bergandaa.

Analisis regresi linier berganda

digunakan untuk mengetahui pengaruh

variabel bebas Tata Ruang Kantor (X1),

dan Lingkungan Kerja Fisik (X2) terhadap

variabel terikat Kinerja Karyawan (Y).(SPSS

Versi 13.0)

Dari hasil output regresi linier berganda dapat

diketahui nilai konstanta a dan koefisien regresi b1 dan b2 ( Lampiran 1), sebagai

berikut:

Page 41: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 201436

a = 6,442

b1 = 0,438

b2 = 0,578

Dengan diketahui a = 6,442, b1 =

0,438, dan b2 = 0,578, maka dapat dibuatkan

persamaan regresi berganda sebagai berikut:

Y = ɑ + b1 X1 + b2 X2 Y = 6,442 + 0,438X1 + 0,578X2

Dari persamaan diatas dapat dikatakan

pola pengaruh Tata Ruang Kantor (X1) dan

Lingkungan Kerja Fisik (X2) terhadap Kinerja

Karyawan (Y) adalah sebagai berikut:

- Terdapat pola pengaruh positif variabel

bebas Tata Ruang Kantor (X1) dan

Lingkungan Kerja Fisik (X2) terhadap

variabel terikat Kinerja Karyawan (Y),

yakni apabila variabel bebas Tata Ruang

Kantor (X1), dan Lingkungan Kerja

Fisik (X2), besarnya sama dengan 0,

maka Kinerja Karyawan (Y) adalah

sebesar 6,442 satuan. Hal ini didapat dari

perhitungan:

Y = ɑ + b1 X1 + b2 X2 Y = 6,442 + 0,438X1 +

0,578X2

Y = 6,442 + 0,438 x 0 + 0,578 x 0

Y = 6,442 + 0 + 0Y = 6,442

Ini berarti,

apabila tidak memperhatikan Tata

Ruang Kantor (X1) dan Lingkungan Kerja

Fisik (X2), maka Kinerja Karyawan (Y)

adalah sebesar 6,442 satuan.

Apabila faktor Tata Ruang Kantor (X1) -

dan Lingkungan Kerja Fisik (X2) besarnya

sama dengan 1, maka persamaan regresi

linier berganda tersebut akan menjadi:

Y = ɑ + b1 X1 + b2 X2 Y = 6,442 + 0,438 (1) + 0,578

(1)

Y = 6,442 + 0,438 + 0,578Y = 7,458

Ini berarti:

Ini berarti, apabila memperhatikan Tata

Ruang Kantor (X1) dan Lingkungan Kerja

Fisik (X2) sama-sama satu satuan, maka

Kinerja Karyawan (Y) akan meningkat 1,016

satuan, yaitu dari 6,442 meningkat menjadi

7,458 satuan.

Pengaruh Tata Ruang Kantor (X1) dan a)

Lingkungan Kerja Fisik (X2) Secara

Parsial terhadap Kinerja Karyawan (Y).

Variabel Tata Ruang Kantor (X1)1)

Apabila variabel bebas Tata Ruang

Kantor (X1) meningkat satu satuan,

maka persamaan regresi linier berganda

tersebut akan menjadi:

Y = ɑ + b1 X1 + b2 X2 Y = 6,442 + 0,438 X1 + 0 X2Y = 6,442 + 0,438 + 0Y = 6,880

Ini berarti:

Apabila Penataan Ruang Kantor (X1)

mengalami peningkatan satu satuan, maka

kinerja karyawan (Y) akan mengalami

peningkatan sebesar 0,438 satuan, yaitu dari

6,442 meningkat menjadi 6,880.

Berdasarkan penjelasan arti persamaan regresi

linier berganda diatas dapat diuraikan bahwa

setiap kali terjadi peningkatan perbaikan

terhadap Tata Ruang Kantor (X1), maka

akan meningkatkan kinerja karyawan sebesar

6,880. Ini menunjukkan bahwa Tata Ruang

Kantor (X1) secara parsial berpengaruh

positif terhadap kinerja karyawan (Y)

pada Perusahaan PT. Surya Cahaya Inti –

Denpasar.

Variabel Lingkungan Kerja Fisik (X2)2)

Apabila variabel bebas Lingkungan

Kerja Fisik (X2) meningkat satu

satuan, maka persamaan regresi linier

berganda tersebut akan menjadi:

Y = ɑ + b1 X1 + b2 X2 Y = 6,442 + 0 X1 +

0,578 X2

Y = 6,442 + 0 + 0,578Y = 7,020

Ini berarti:

Apabila Lingkungan Kerja Fisik

Page 42: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014 37

(X2) mengalami peningkatan satu satuan,

maka kinerja karyawan (Y) akan mengalami

peningkatan sebesar 0,578 satuan, yaitu dari

6,442 meningkat menjadi 7,020.

Berdasarkan penjelasan arti persamaan

regresi linier berganda diatas dapat diuraikan

bahwa setiap kali terjadi perbaikan

Lingkungan Kerja Fisik (X2) maka akan

meningkatkan kinerja karyawan sebesar

7,020. Ini menunjukkan bahwa Lingkungan

Kerja Fisik (X2) secara parsial berpengaruh

positif terhadap kinerja karyawan (Y)

pada Perusahaan PT. Surya Cahaya Inti –

Denpasar.

Pengaruh Tata Ruang Kantor (X1) dan b)

Lingkungan Kerja Fisik (X2) Secara

Simultan terhadap Kinerja Karyawan

(Y).

Apabila variabel bebas Tata Ruang

Kantor (X1) dan Lingkungan Kerja Fisik

(X2) meningkat satu satuan , maka

persamaan regresi linier berganda tersebut

akan menjadi:

Y = ɑ + b1 X1 + b2 X2 Y = 6,442 + 0,438 (1) + 0,578 (1)Y = 6,442 + 0,438 + 0,578Y = 7,458

Ini berarti:

Apabila Tata Ruang Kantor (X1) dan

Lingkungan Kerja Fisik (X2) mengalami

peningkatan satu satuan, maka kinerja

karyawan (Y) akan mengalami peningkatan

sebesar 1,016 satuan, yaitu dari 6,442

meningkat menjadi 7,458.

Berdasarkan penjelasan arti persamaan

regresi linier berganda diatas dapat diuraikan

bahwa setiap kali terjadi peningkatan

perbaikan terhadap Tata Ruang Kantor (X1)

dan perbaikan Lingkungan Kerja Fisik (X2)

maka akan meningkatkan kinerja karyawan

sebesar 7,458. Ini menunjukkan bahwa Tata

Ruang Kantor (X1) dan Lingkungan Kerja

Fisik (X2) secara simultan berpengaruh

positif terhadap kinerja karyawan (Y)

pada Perusahaan PT. Surya Cahaya Inti –

Denpasar.

T-test (Uji koefisien regresi secara b.

parsial)

T-test bertujuan untuk menguji

apakah pengaruh masing-masing variabel

independent secara individual (parsial)

terhadap variabel dependent signifikan atau tidak.

Nilai dari uji t-test dapat dilihat dari p-value

(pada kolom sig.) pada masing-masing

variabel independent, jika p-value < level of

significant atau t hitung > t tabel (df-k) dimana k merupakan jumlah variabel independent.

Hasil analisis T-test (Lampiran 1).

a). Pengujian koefisien regresi variabel Tata Ruang Kantor (X1)

Langkah-langkah Pengujian:

Menentukan Hipotesis1)

Ho : Tata ruang kantor secara

parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan.

Ha : Tata ruang kantor secara

parsial berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan.

Menetukan t hitung2)

Berdasarkan output yang diperoleh t

hitung sebesar 2,170.(Lamp.1)

Menentukan t tabel3)

Tabel distribusi t dicari pada ɑ = 5% : 2 = 2,5% (uji 2 sisi), dengan

kebebasan (df) n-k-1 atau 20-2-1 =

17 (n adalah jumlah data dan k adalah

jumlah variabel independen). Dengan

pengujian 2 sisi (signifikansi = 0,025) hasil diperoleh untuk t tabel sebesar

+2,110/ -2,110). ( lampiran 2)Kriteria pengujian4)

- Ho diterima jika t-hitung < t-tabel

- Ho ditolak jika t-hitung > t-tabel

Membandingkan t hitung dengan t 5)

tabel

Nila t hitung > t tabel (2,170 > 2,110),

maka Ho ditolak.

Kesimpulan6)

Karena nilai t hitung > t tabel ( 2,170

> 2,110 ), maka Ho ditolak, artinya

bahwa Tata Ruang Kantor secara

parsial berpengaruh signifikan terhadap

Page 43: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 201438

kinerja karyawan. Nilai t-hitung

positif, artinya pengaruh yang terjadi

adalah positif atau dapat diartikan

jika variabel tata ruang kantor (X1)

mengalami kenaikan, maka variabel

Kinerja karyawan (Y) akan mengalami

peningkatan.

b)Pengujian koefisien regresi variabel Lingkungan Kerja Fisik (X2)

Langkah-langkah Pengujian:

Mentukan hipotesis1)

Ho : Lingkungan Kerja Fisik

secara parsial tidak berpengaruh

signifikan terhadap Kinerja karyawan. Ha : Lingkungan Kerja Fisik

secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kinerja Karyawan.

Menentukan t hitung2)

Berdasarkan output yang diperoleh t

hitung sebesar 3,326.( Lampiran 1)

Menentukan t tabel3)

Tabel distribusi t dicari pada ɑ = 5% : 2 =

2,5% (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan (df)

n-k-1 atau 20-2-1 = 17 (n adalah jumlah data

dan k adalah jumlah variabel independen).

Dengan pengujian 2 sisi (signifikansi = 0,025) hasil diperoleh untuk t tabel sebesar +2,110/ -2,110 (Lihat lampiran 2).

Kriteria pengujian4)

- Ho diterima jika –t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel.

- Ho ditolak jika –t hitung < -t tabel

atau t hitung > t tabel.

Membandingkan t hitung dengan t 5)

tabel

Nilai t hitung > t tabel ( 3,326 > 2,110),

maka Ho ditolak.

Nilai t hitung > t tabel ( 3,326 > 6)

2,110), maka Ho ditolak. Artinya

bahwa Lingkungan kerja fisik secara parsial berpengaruh terhadap kinerja

karyawan. Nilai t hitung positif artinya

pengaruh yang terjadi adalah positif,

atau dapat diartikan semakin baik

lingkungan kerja fisik, maka semakin meningkatkan kinerja karyawan.

F-Test (Uji koefisien regresi secara b.

simultan)

Uji F bertujuan untuk mengetahui

signifikan atau tidaknya secara bersama-sama variabel independen terhadap variabel

dependent, jika p-value (pada kolom sig.) <

level of significant yang ditentukan. Atau F hitung pada (pada kolom F) > F tabel. Hasil

analisis F-test dapat dilihat pada lampiran 3.

Langkah-langkah pengujian:

Merumuskan hipotesis1)

Ho : Tata ruang kantor dan lingkungan

kerja fisik secara simultan tidak berpengaruh terhadap kinerja

karyawan.

Ha : Tata rang kantor dan lingkungan kerja

fisik secara simultan berpengaruh terhadap kinerja

karyawan.

Menentukan F hitung2)

Berdasarkan output diatas diperoleh F

hitung sebesar 12,387.(Lamp. 1)

Menentukan F tabel3)

Dengan menggunakan tingkat

keyakinan 95%, ɑ - 5%, df 1 (jumlah variabel-1) atau 3-1 = 2 dan df 2 (n-k-1)

atau 20-2-1 = 17 (n adalah jumlah

data dan k adalah jumlah variabel

independen). Hasil diperoleh untuk F

tabel sebesar 3,592 (Lihat lampiran 3).

Kriteria pengujian4)

- Ho diterima bila F hitung ≤ F tabel.- Ho ditolak bila F hitung > F tabel.

Membandingkan F hitung dengan F 5)

tabel

Nila F hitung > F tabel (12,387 >

3,592), maka Ho dtolak.

Kesimpulan6)

Karena F hitung > F tabel (12,387 >

3,592), maka Ho ditolak. Artinya Tata

ruang kantor dan Lingkungan kerja

Fisik secara simultan berpengaruh

signifikan terhadap kinerja karyawan

Pembahasan2.

Dari hasil analisis menunjukkan bahwa

tata ruang kantor berpengaruh positif dan

signifikan terhadap kinerja karyawan, artinya

Page 44: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014 39

semakin meningkat derajat tata ruang kantor

akan mengakibatkan semakin meningkat

pula kinerja karyawan, dan sebaliknya

semakin menurun serajat tata ruang kantor

mengakibatkan semakin menurun pula

kinerja karyawan. Hasil penelitian ini sesuai

dengan pendapat Komaruddin (2008) yang

menyebutkan salah satu fungsi dan tujuan

perencanaan tata ruang kantor adalah

memperbaiki kinerja para karyawan dengan

menyiapkan suasana kerja yang lebih

memuaskan.

Hasil penelitian ini sejalan pula

dengan penelitian Putu Sri Agustini (2012)

yang meneliti tentang Tata Ruang Kantor

dan Pengaruhnya terhadap Semangat Kerja

Pegawai pada Perusahaan Air Minum PT.

Tirta Artha Buana Mulia di Kedonganan

Badung. Nur Ukhuwah (2007) yang

meneliti tentang pengaruh tata ruang kantor

terhadap kinerja karyawan pegawai di Dinas

Pendidikan Kota Semarang dimana tata

ruang Kantor berpengaruh terhadap kinerja

kerja karyawan. Asriani rizki (2007) yang

meneliti pengaruh tata ruang kantor dan

lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan

pada Kantor Dinas Pendapatan Daerah

Kabupaten Banyuwangi menemukan bahwa

ada pengaruh yang signifikan antara tata ruang kantor dan lingkungan kerja terhadap kinerja

pegawai pada Dinas Pendapatan Daerah

Kabupaten Banyuwangi dan Alfitaumi (2009) yang meneliti Pengaruh Tata Ruang Kantor

dan Lingkungan Kerja terhadap kinerja

karyawan Bagian Tata Usaha (TU) Fakultas

Ekonomi Universitas Negeri Malang, dimana

hasil penelitiannya terdapat pengaruh positif

yang signifikan antara Tata Ruang Kantor dan Lingkungan Kerja terhadap kinerja karyawan

di Kantor Bagian Tata Usaha (TU) Fakultas

Ekonomi Universitas Negeri Malang.

Dari hasil analisis juga menunjukkan

bahwa Lingkungan Kerja Fisik berpengaruh

positif dan signifikan terjadap Kinerja Karyawan, artinya semakin meningkat derajat

lingkungan kerja fisik akan mengakibatkan semakin meningkat pula kinerja karyawan,

dan sebaliknya semakin menurun derajat

lingkungan kerja fisik akan mengakibatkan semakin menurun pula kinerja karyawan.

Hasil penelitian ini sesuai dengan

pendapat Mangkunegara (2005), Saydam

(2005), dan Gorda (2005). Mangkunegara

(2005), mengatakan: “Faktor lingkungan

kerja organisasi sangat menunjang bagi

individu dalam mencapai kinerja karyawan”.

Saydam (2005), mengatakan:

“Lingkungan kerja sangat berpengaruh

pada kinerja karyawan. Lingkungan kerja

yang kotor, bising, panas dan sebagainya,

mengakibatkan kinerja akan menurun. Akan

tetapi lingkungan kerja yang ditata rapi, sejuk

dan ventilasi yang cukup akan menimbulkan

gairah kerja yang tinggi.

Selanjutnya Gorda (2006), mengatakan:

“Lingkungan kerja yang aman dan sehat

akan mencegah tumbuh kembangnya rasa

kebosanan, terganggunya penglihatan,

kelelahan, tidak terganggunya kesehatan

yang demikian erat hubungannya dengan

peningkatan kinerja karyawan itu sendiri”.

Hasil penelitian ini sejalan pula

dengan hasil penelitian Suparta (2006) yang

meneliti tentang Pengaruh Kompensai dan

Lingkungan Kerja Terhadap Motivasi dan

Kinerja Pegawai pada Kantor Polisi Pamong

Praja Kabupaten Badung, dimana koefisien factor pada variabel bebas bernilai positif

sehingga variabel bebas mempunyai pengaruh

yang mengakibatkan perubahan secara searah

terhadap kinerja pegawai pada Kantor Polisi

Pamong Praja Kabupaten Badung. Sukarini

(2007) yang meneliti Pengaruh Lingkungan

Kerja Terhadap Kinerja Karyawan pada

Dinas Pendapatan Daerah/ Pesedahan Agung

Kabupaten Badung menemukan bahwa

suasana atau lingkungan kerja berpengaruh

signifikan terhadap kinerja pegawai.

KESIMPULAN

Berdasarkan analisis pengaruh Tata

Ruang Kantor (X1) dan Lingkungan Kerja

Fisik (X2) terhadap Kinerja Karyawan (Y)

pada PT. Surya Cahaya Inti-Denpasar, dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut:

Tata Ruang Kantor (X1) dan Lingkungan 1.

Kerja Fisik (X2) secara parsial

Page 45: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 201440

berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja Karyawan (Y) pada PT.

Surya Cahaya Inti-Denpasar.

Tata Ruang Kantor (X1) dan Lingkungan 2.

Kerja Fisik (X2) secara simultan

berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja Karyawan (Y) pada PT.

Surya Cahaya Inti-Denpasar.

Lingkungan Kerja Fisik (X2) 3.

memberikan pengaruh yang lebih

dominan dibandingkan dengan Tata

Ruang Kantor (X2) terhadap Kinerja

Karyawan (Y) pada PT. Surya Cahaya

Inti – Denpasar.

SARAN

Dalam meningkatkan kinerja karyawan

pada PT Surya Cahaya Inti, maka pimpinan

agar tetap memperhatikan faktor tata ruang

kantor, seperti penggunaan gudang yang

sebaiknya menggunakan gudang berlantai

1 sehingga tidak mondar mandir serta

lingkungan kerja fisik, seperti selalu menjaga kebersihan tempat kerja, memperhatikan

suhu udara, cahaya, suara dan keamanan.

DAFTAR PUSTAKA

Darmawan, Didit. Variabel Semangat

Kerja dan Indikator Pengukurannya.

Surabaya: STIE Mahardhika

Sukoco, Badri Munir. 2007. Manajemen

Administrasi Pekantoran Modern.

Jakarta: Erlangga.

The Liang Gie.2007. Adminstrasi Perkantoran

Modern, Edisi keempat. Yogyakarta :

Liberty

Moekijat, 1999, Tata Ruang Kantor, Cetakan

ke -8, Bandung:Mandar Maju.

Anoraga, 1992, Faktor-faktor yang

mempengaruhi semangat kerja

karyawan. Tersedia di http://www.

M a s b o w. c o m / s e m a n g a t - k e r j a -

pengertian-aspek-dan.html-77k (30

Maret 2011)

Munir, Sukocobadir, 2006, Manajemen

Administrasi perkantoran Modern.

Hasley, 2001, Pengertian semangat Kerja

tersedia di http://www.jurnal-sdm.

blogspot.com (27 Maret 2011)

Putu Chempaka Lindayani Sunwa Ni Luh

Putu, 2012, Pengaruh Lingkungan

Kerja Fisik Terhadap Kinerja karyawan

pada CV Garuda Mas Tabanan, STIMI

“Handayani”, Denpasar.

Sri Agustini, 2012, Tata Ruang Kantor dan

Pengaruhnya Terhadap Semangat

Kerja Pegawai pada Perusahaan Air

Minum PT Tirta Artha Buana Mulia, ,

STIMI “Handayani”, Denpasar.

Ds. Soewito M, 1990, Administrasi Modern,

CV Titik Terang, Jakarta.

MC Maryati, 2008, Manajemen Perkantoran

Efektif, Jilid Pertama, Terbitan

Pertama, Unit Penerbit dan Percerakan,

Yogyakarta.

Heru Kurnianto. 2009. “ Penilaian Kinerja

Karyawan Berdasarkan Definisi, Tujuan, dan Manfaat “http://jurnal-

sdm.blogspot.com/2009/04/penilaian-

kinerja-karyawan-definisi .html,

Diakses tanggal 10 Maret 2013.

Prof.Dr.Wibowo,S.E.,M.Phil., 2007,

Manajemen Kinerja, Jilid 1, Edisi 1,

Kharisma Putra Utama Offset, Jakarta.

Nyoman Dayuh Rimbawan, 2011, Statistik

Deskriptif, Edisi 1, Udayana University

Press, Bali.

Duwi Priyatno, 2012, Mandiri Belajar Analisis

Data Dengan SPSS, Mediakom,

Yogyakarta.

Burhan Nurgiyantoro, Gunawan, Marzuki,

Statistik Terapan Untuk Penelitian

Ilmu Sosial, Gadjah Mada University

Page 46: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014 41

Variables Entered/Removedb

Lingkunga

n Kerja

Fisik (X2),

Tata

Ruang

Kantor (X1)a

. Enter

Model

1

Variables

Entered

Variables

Removed Method

All requested variables entered.a.

Dependent Variable: Kinerja Karyawan (Y)b.

Model Summary

.770a .593 .545 3.256

Model

1

R R Square

Adjusted

R Square

Std. Error of

the Estimate

Predictors: (Constant), Lingkungan Kerja Fisik (X2),

Tata Ruang Kantor (X1)

a.

ANOVAb

262.687 2 131.344 12.387 .000a

180.263 17 10.604

442.950 19

Regression

Residual

Total

Model

1

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), Lingkungan Kerja Fisik (X2), Tata Ruang Kantor (X1)a.

Dependent Variable: Kinerja Karyawan (Y)b.

Coefficientsa

6.442 5.214 1.235 .233

.438 .202 .363 2.170 .044

.578 .174 .556 3.326 .004

(Constant)

Tata Ruang Kantor (X1)

Lingkungan Kerja Fisik

(X2)

Model

1

B Std. Error

Unstandardized

Coefficients

Beta

Standardized

Coefficients

t Sig.

Dependent Variable: Kinerja Karyawan (Y)a.

Lampiran 1. Hasil Output Analisis Regresi Linier Berganda

Regresi Linier Berganda

Regression

Page 47: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 201442

Lampiran 2. Tabel t Statistics

Tabel t Statistics

1 sisi (Signifikansi 0,05) dan 3 sisi (Signifikansi 0,025) Df Signifikansi Df Signifikansi

0,025 0,05 0,025 0,05

1 12.706 6.314 46 2.013 1.679

2 4.303 2.920 47 2.012 1.678

3 3.182 2.353 48 2.011 1.677

4 2.776 2.132 49 2.010 1.677

5 2.571 2.015 50 2.009 1.676

6 2.447 1.943 51 2.008 1.675

7 2.365 1.895 52 2.007 1.675

8 2.306 1.860 53 2.006 1.674

9 2.262 1.833 54 2.005 1.674

10 2.228 1.812 55 2.004 1.673

11 2.201 1.796 56 2.003 1.673

12 2.179 1.782 57 2.002 1.672

13 2.160 1.771 58 2.002 1.672

14 2.145 1.761 59 2.001 1.671

15 2.131 1.753 60 2.000 1.671

16 2.120 1.746 61 2000 1.670

17 2.110 1.740 62 1.999 1.670

18 2.101 1.734 63 1.998 1.669

19 2.093 1.729 64 1.998 1.669

20 2.086 1.725 65 1.997 1.669

21 2.080 1.721 66 1.997 1.668

22 2.074 1.717 67 1.996 1.668

Page 48: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014 43

23 2.069 1.714 68 1.995 1.668

24 2.064 1.711 69 1.995 1.667

25 2.060 1.708 70 1.994 1.667

26 2.056 1.706 71 1.994 1.667

27 2.052 1.703 72 1.993 1.666

28 2.048 1.701 73 1.993 1.666

29 2.045 1.699 74 1.993 1.666

30 2.042 1.697 75 1.992 1.665

31 2.040 1.696 76 1.992 1.665

32 2.037 1.694 77 1.991 1.665

33 2.035 1.692 78 1.991 1.665

34 2.032 1.691 79 1.990 1.664

35 2.030 1.690 80 1.990 1.664

36 2.028 1.688 81 1.990 1.664

37 2.026 1.687 82 1.989 1.664

38 2.024 1.686 83 1.989 1.663

39 2.023 1.685 84 1.989 1.663

40 2.021 1.684 85 1.988 1.663

41 2.020 1.683 86 1.988 1.663

42 2.018 1.682 87 1.988 1.663

43 2.017 1.681 88 1.987 1.662

44 2.015 1.680 89 1.987 1.662

45 2.014 1.679 90 1.987 1.662

Page 49: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 201444

Lampiran 3. Tabel F Statistics

Tabel F Statistics

(Signifikansi 0,05)

Df 2 Df1

1 2 8 4 5 6 7 8

1 161.446 199.499 215.707 224.583 230.160 233.988 236.767 238.884

2 18.513 19.000 19.164 19.247 19.296 19.329 19.353 19.371

3 10.128 9.552 9.277 9.117 9.103 8.941 8.887 8.845

4 7.709 6.944 6.591 6.388 6.256 6.163 6.094 6.041

5 6.608 5.786 5.409 5.192 5.050 4.950 4.876 4.818

6 5.987 5.143 4.757 4.534 4.387 4.284 4.207 4.147

7 5.591 4.737 4.347 4.120 3.972 3.866 3.787 3.726

8 5.318 4.459 4.066 3.838 3.688 3.581 3.500 3.438

9 5.117 4.256 3.863 3.633 3.482 3.374 3.293 3.230

10 4.965 4.103 3.708 3.478 3.326 3.217 3.315 3.072

11 4.844 3.982 3.587 3.357 3.204 3.095 3.012 2.948

12 4.747 3.885 3.490 3.259 3.106 2.996 2.913 2.849

13 4.667 3.806 3.411 3.179 3.025 2.915 2.832 2.767

14 4.600 3.739 3.344 3.112 2.958 2.848 2.764 2.699

15 4.543 3.682 3.287 3.056 2.901 2.790 2.707 2.641

16 4.494 3.634 3.239 3.007 2.852 2.741 2.657 2.591

17 4.451 3.592 3.197 2.965 2.810 2.699 2.614 2.548

18 4.414 3.555 3.160 2.928 2.773 2.661 2.577 2.510

19 4.381 3.522 3.127 2.895 2.740 2.628 2.544 2.477

20 4.351 3.493 3.098 2.866 2.711 2.599 2.514 2.447

21 4.325 3.467 3.027 2.840 2.685 2.573 2.488 2.420

22 4.301 3.443 3.049 2.817 2.661 2.549 2.464 2.397

23 4.279 3.422 3.028 2.796 2.640 2.528 2.442 2.375

Page 50: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014 45

IMPLIKASI GENDER SEBAGAI MODERATING VARIABLE

DALAM KAITAN ANTAR IKLIM ORGANISASI, KEPUASAN KERJA , DAN

KINERJA KARYAWAN PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM

TIRTA MANGUTAMA KABUPATEN BADUNG

I Made purba Astakoni

(Dosen STIMI “Handayani” Denpasar)

Abstract : The success of the empowerment of human resources within an

organization is realized by the performance of its employees. Employees are an

important resource for the organization, because it has the talent, energy, and

creativity that is needed by the organization, not to mention the Regional Water

Company (PDAM) Tirta Mangutama Badung regency. In this study, the objectives

of this study were: (1) To determine the effect of organizational climate on job

satisfaction, (2) To determine the effect of organizational climate on employee

performance, (3) To determine the effect of job satisfaction on employee

performance, (4) To determine the effect of gender in moderating the relationship

between organizational climate, job satisfaction on employee performance.

In getting the answers to the above research objectives in the census questionnaire

distributed to 160 employees as respondents. Collected data were analyzed with the

Structural Equation Model (SEM). In the first SEM method to evaluate the normality of the data, confirmatory factor analysis (CFA) and then analyzes the influence of the SEM. Full results of the initial model showed that the model is not good so the model needs to be modified in order to obtain a model that approached Goodness of Fit. Results of this study indicate that the three hypotheses raised showed a significant positive effect, namely: Effect of Organizational Climate (X1) of the Employee

Satisfaction (Y1), Effect of Organizational Climate (X1) of the Employee Performance

(Y2), Influence of Employee Satisfaction (Y1) the Employee Performance (Y2). There is the influence of Organizational Climate (X1), Employee Satisfaction (Y1) of the Employee Performance (Y2). Employee Performance means variation of 79.90% can

be explained by the Organizational Climate and Job Satisfaction. There is also the

influence of Employee Satisfaction (Y1), the Employee Performance (Y2). Employee Performance means variation of 27.90% influenced by the Employee Satisfaction. From the results of the model turns moderating Gender male debilitating relationship between variables Organizational Climate, Job Satisfaction and Employee Performance,

Gender Women are not given effect to the models linkage raised in this study.

Key Words: Organizational Climate, Job Satisfaction, Gender and Employee Performance

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Kualitas dari pemimpin seringkali

dianggap sebagai faktor terpenting dari

keberhasilan atau kegagalan organisasi, baik

organisasi yang berorientasi bisnis maupun

organisasi publik. Begitu strategisnya peran

pemimpin sehingga isu mengenai pemimpin

menjadi faktor yang menarik perhatian bagi

para peneliti. Pimpinan perlu melakukan

pembinaan dan memberi perhatian yang

Page 51: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 201446

sungguh-sungguh, menggerakkan dan

mengarahkan semua potensi karyawan di

lingkungan kerja agar terwujud volume

dan beban kerja yang terarah pada tujuan

organisasi.

Wibowo (2010:363), mengatakan

bahwa suatu organisasi harus memiliki

kemampuan menciptakan organisasi dengan

budaya yang dapat mendorong terciptanya

kepuasan maupun kinerja. Lebih lanjut

dikatakan, budaya organisasi sebagai

landasan filosofi dari suatu organisasi atau perusahaan mengandung karakteristik

seperti nilai, norma, filosofi, aturan dan iklim organisasi mencerminkan misi dan visi dari

suatu organisasi akan dapat menuntun dan

mendukung individu atau anggota organisasi

untuk menjalankan tugasnya sesuai dengan

visi dan misi perusahaan atau organisasi.

Selanjutnya Wirawan (2008:122) dalam

hasil penelitiannya menggambarkan bahwa

anggota organisasi (secara individual dan

kelompok) dan mereka yang secara tetap

berhubungan dengan organisasi apa yang ada

atau terjadi dilingkungan internal organisasi

secara rutin, yang mempengaruhi sikap dan

perilaku organisasi dan kinerja.

Menyadari betapa iklim organisasi

memiliki kontribusi yang cukup signifikan terhadap setiap individu di dalam organisasi,

yang pada ujung-ujungnya akan berpengaruh

pula pada kinerja, maka pihak manajemen

perlu memahami dengan baik iklim yang

tumbuh dalam organisasi. Wirawan (2008 :

124) iklim organisasi merupakan salah satu

cara untuk mengukur budaya organisasi, dan

iklim organisasi itu sendiri dimaknai sebagai

cara karyawan memahami lingkungan

organisasinya. Kondisi seperti ini akhirnya

bisa memperjelas pendapatnya bahwa

faktor tertentu dapat penting pada organisasi

tertentu, namun tidak memiliki makna yang

berarti pada organisasi lain. Memandang

iklim organisasi sebagai suatu kepribadian

organisasi seperti apa yang dilihat oleh para

anggotanya. Jadi iklim organisasi tertentu

adalah iklim yang dilihat para karyawan

dalam organisasi tersebut. Iklim organisasi

secara luas adalah persepsi anggota organisasi

( secara indipidual dan kelompok) dan mereka

secara tetap berhubungan dengan organisasi

(misalnya pemasok, konsumen, konsultan,

dan kontraktor) mengenai apa yang ada atau

terjadi dilingkungan internal organisasi secara

rutin, yang memengaruhi sikap dan perilaku

organisasi dan kinerja anggota organisasi yang

kemudian menentukan kinerja organisasi.

Veithzal (2009 : 860) menyebutkan

bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

kepuasan kerja sangat banyak jumlahnya,

diantaranya adalah : gaya kepemimpinan,

produktivitas kerja, prilaku, pemenuhan

harapan penggajian (kompensasi), dan

efektifitas kerja. Sementara, Robins dan Judge (2007 : 110) mengatakan variable-

variabel yang berkaitan dengan kerja yang

dapat menentukan kepuasan kerja karyawan

adalah : kerja yang secara mental menantang,

ganjaran yang pantas, kondisi kerja dan

rekan kerja yang mendukung, pengawasan,

kesesuaian kepribadian dengan pekerjaan.

Sutrisno ( 2011 : 291) dalam hasil

penelitiannya menggambarkan bahwa kalau

suatu kelompok sudah dibentuk dan disadari

bersama adanya interdependensi dan saling

memberikan reward dan mempersepsikan diri

sebagai satu kesatuan dalam mencapai tujuan,

tentunya problem organisasi atau perusahaan

sebagai suatu kelompok sosial tidak akan

terjadi. Realitanya banyak organisasi dalam

perkembangannya mengalami problem

yang muncul akibat munculnya kelompok-

kelompok kecil yang tidak membuat

organisasi semakin dinamis, melainkan malah

menjadikan keruntuhan organisasi tersebut.

Perbedaan peran, harapan, kepentingan,

interdependensi, dan konflik internal yang mengancam kelangsungan hidup kelompok

tersebut. Misalnya memogokan karyawan,

absensi yang tinggi turnover tidak terkendali.

Semua ini merupakan gejala yang muncul

dan disebabkan oleh ketidakpuasan karyawan

terhadap organisasi. Ini dikarenakan rendahnya

Page 52: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014 47

komitmen kerja dari para karyawannya.

Berdasarkan latar belakang tersebut

di atas, menarik bagi peneliti untuk

mengamati masalah sumber daya manusia

karena pentingnya peranan sumber daya

manusia dalam suatu organisasi termasuk

meningkatkan kinerja dari karyawan di

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)

Tirta Mangutama Kabupaten Badung, yang

merupakan perusahaan jasa perlu memberi

perhatian pada kepentingan pegawai yang

memiliki berbagai macam kebutuhan.

I.2. Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini, rumusan masalah

yang dapat dirumuskan untuk dapat diteliti

di Perusahaan Daerah Air Minum Tirta

Mangutama Kabupaten Badung adalah

sebagai berikut:

Apakah iklim organisasi berpengaruh 1.

terhadap kepuasan kerja?

Apakah iklim organisasi berpengaruh 2.

terhadap kinerja karyawan?

Apakah kepuasan kerja berpengaruh 3.

terhadap kinerja karyawan?

Apakah 4. Gender mampu memoderasi

kaitan antara iklim organisasi, kepuasan

kerja dan kinerja karyawan.

I.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang

dan rumusan masalah sebagaimana tersebut,

penelitian ini bertujuan untuk :

Untuk mengetahui pengaruh iklim 1.

organisasi terhadap kepuasan kerja

Untuk mengetahui pengaruh iklim 2.

organisasi terhadap kinerja karyawan

Untuk mengetahui pengaruh kepuasan 3.

kerja terhadap kinerja karyawan

Untuk mengetahui pengaruh 4. gender

dalam memoderasi hubungan antara

iklim organisasi, kepuasan kerja terhadap

kinerja karyawan

II. TELAAH PUSTAKA

2.1. Pengaruh Iklim Organisasi terhadap

Kepuasan Kerja

Robbins, Stephen P. dan Coulter Mary

(2009:99) mengatakan kepuasan kerja (job

satisfaction) dapat didefinisikan sebagai suatu perasaan positif tentang pekerjaan seseorang

yang merupakan hasil dari sebuah evaluasi

karakteristiknya. Seseorang yang memiliki

kepuasan kerja tinggi memiliki perasaan-

perasaan positif tentang pekerjaanya tersebut,

sementara seseorang yang tidak puas

memiliki perasaan-perasaan yang negatif

tentang pekerjaan tersebut. Sedangkan

ketidak puasan kerja dikaitkan dengan ketidak

hadiran (absenteeism), keluhan (grievances),

dan perpindahan (turn over) merupakan biaya

yang sangat mahal bagi organisasi.

Fathoni (2006:174-178) berpendapat

tolak ukur yang dapat dijadikan indikator

untuk mengukur kepuasan kerja adalah

:kedisiplinan, moral kerja dan turnover.

Sedangkan faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi kepuasan kerja menurut

Fathoni adalah : balas jasa yang adil dan

layak, penempatan yang tepat sesuai dengan

keahlian, berat ringan pekerjaan, suasana

lingkungan pekerjaan, peralatan yang

menunjang pelaksanaan pekerjaan, sikap

pimpinan dalam kepemimpinannya, sifat

pekerjaan, menoton atau tidak. Jadi kepuasan

kerja dikatakan kunci pendorong moral kerja,

kedisiplinan dan prestasi kerja karyawan

dalam mendukung terwujudnya tujuan

perusahaan. Meskipun persepsi atas kepuasan

kerja dan iklim organisasi berhubungan

dan memberikan timbal balik antara satu

dengan yang lainnya, namun kepuasan kerja

Page 53: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 201448

merupakan konsep yang berbeda dengan

iklim organisasi.

Widyastuti (2004:19) hasil

penelitiannya mengemukakan persepsi

atas kepuasan kerja dan iklim organisasi

berhubungan dan memberikan timbal balik

antara satu dengan yang lainnya, namun

kepuasan kerja merupakan konsep yang

berbeda dengan iklim organisasi. Menurut

Rongga et.al (2001:79) melakukan iklim

organisasi dan kepuasan pelanggan dengan

sampel para manager di perusahaan kecil

yang menjadi objek penelitian dan pegawai

sebagai pelanggan. Hasil penelitiannya

menjelaskan bahwa iklim organisasi dengan

kepuasan kerja mempunyai hubungan yang

sangat kuat.

H.1: Makin baik Iklim organisasi(x1) , maka makin tinggi kepuasan kerja karyawan (y1).

2.2. Pengaruh Iklim Organisasi terhadap

Kinerja Karyawan

Wirawan (2007:174) Pengaruh iklim

organisasi terhadap kinerja anggota organisasi

mengatakan Persepsi anggota organisasi

(secara individual dan kelompok) dan mereka

yang secara tetap berhubungan dengan

organisasi (misalnya pemasok, konsumen,

konsultan, dan kontraktor) mengenai apa

yang ada atau terjadi dilingkungan internal

organisasi secara rutin yang mempengaruhi

sikap dan perilaku organisasi dan kinerja

anggota organisasi yang kemudian

menentukan kinerja organisasi.

Sedangkan menurut Tangiuri

dan Litwin dalam Wirawan (2008:121),

mendifinisikan iklim organisasi merupakan kualitas lingkungan internal organisasi

yang secara relatif terus menerus

berlangsung, dialami oleh anggota organisasi

mempenagaruhi perilaku meraka dan

dapat dilukiskan dalam pengertian satu set

karakteristik atau sifat organisasi. Sebagai

suatu sifat atau ciri-ciri yang relative tetap

pada lingkungan internal organisasi yang

membedakannya dengan organisasi lainnya.

Adapun ciri-ciri iklim organisasi tersebut

adalah dihasilkan oleh tingkah laku dan

kebijaksanaan organisasi dirasakan oleh

anggota organisasi dapat digunakan untuk

menanfsirkan organisasi, dan sebagai sumber

tekanan untuk mengarah aktifitas.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan

oleh Endang Nur Widyastuti (2004) yang

berjudul Analisis Pengaruh Iklim Organisasi

dan Motivasi terhadap Kinerja Pegawai

melalui variable Intervening Kepuasan

Kerja pada Dinas Pertanian Kota Semarang.

Penelitian ini menggunakan sample sebanyak

117 orang pegawai pada Dinas Pertanian

Kota Semarang, dengan instrument penelitian

berupa kuisioner dalam mendapatkan data

mengenai iklim organisasi, motivasi, kepuasan

kerja dan kinerja pegawai. Penelitian ini

menggunakan teknik analisis SEM untuk

melakukan uji hipotesis penelitiannya. Hasil

penelitian yang dilakukan menunjukkan

bahwa ; Iklim organisasi berpengaruh positif

terhadap kinerja pegawai. Artinya semakin

baik iklim organisasi maka kinerja pegawai

akan semakin meningkat. Dalam hal ini,

dukungan dari organisasi dalam menciptakan

dan memberikan kesempatan yang lebih

besar kepada pegawai bisa memacu pegawai

untuk lebih meningkatkan kinerjanya.

H.2 : Makin baik iklim organisasi , makin baik kinerja karyawan.

2.3. Pengaruh Kepuasan Kerja terhadap

Kinerja Karyawan

Kepuasan kerja – kinerja karyawan“

telah muncul sejak lama meskipun banyak

orang mengasumsikan hubungan yang positif.

Kepuasan kerja karyawan harus diciptakan

sebaik-baiknya supaya moral kerja, dedikasi,

kecintaan dan kedisiplinan karyawan

meningkat. Dengan adanya kepuasan kerja

dari karyawan akan membuat karyawan betah

bekerja, membuat mereka bekerja optimal

untuk mencapai tujuan perusahaan.

Page 54: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014 49

Pendapat Fathoni (2006:175) yang

mengatakan bahwa “ kepuasan kerja

karyawan merupakan kunci pendorong moral

kerja, kedisiplinan prestasi kerja karyawan

dalam mendukung terwujudnya tujuan dari

perusahaan”. Kaitan kepuasan kerja

dengan kinerja karyawan juga dikemukakan

oleh Robbins dan Coulter (2007:55)

ditunjukkan oleh keadaan perusahaan dimana

karyawan yang lebih terpuaskan cendrung

lebih efektif daripada perusahaan – perusahaan

dengan karyawan yang kurang terpuaskan.

Konsekuensi kepuasan kerja dari para

peneliti ditemukan bahwa dampak kepuasan

kerja lebih banyak dari pada produktivitas

karyawan, tingkat absensi karyawan, dan

tingkat pergantian karyawan. Hubungan

antara kepuasan dengan kinerja secara singkat

dikatakan, Karyawan yang bahagia adalah

karyawan yang produktif, karyawan merasa

lebih puas dengan pekerjaannya maka akan

melaksanakan tugas pada tingkat yang lebih

tinggi dibandingkan dengan karyawan yang

kurang puas.

Adanya hubungan yang secara jelas juga

digambarkan oleh Gibson, dkk (2010:156),

dikatakan bahwa kepuasan kerja menyebabkan

peningkatan kerja sehingga pekerja yang

puas akan lebih produktif. Senada dengan

pendapat tersebut di atas, Brahmasari dan

Suprayitno (2008) dalam hasil penelitiannya

juga mengatakan bahwa kepuasan kerja

karyawan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan.

Penelitian yang dilakukan Parwanto

(2006) berjudul “Pengaruh faktor-faktor

Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan

Pusat Pendidikan Komputer Akuntansi

IMKA di Surabaya“. Variabel penelitian yang

dipergunakan kepuasan kerja sebagai variabel

independen yaitu gaji, kepemimpinan,

dan sikap rekan sekerja terhadap kinerja

karyawan sebagai variabel dependen.

Menggunakan alat analisis SPSS yaitu

regresi linier berganda. Hasil penelitiannya

menunjukkan bahwa faktor kepuasan kerja,

gaji, kepemimpinan dan sikap rekan sekerja

mempunyai pengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja karyawan.

H3 : Makin tinggi kepuasan kerja karyawan, makin baik kinerja karyawan.

2.4. Kerangka Pemikiran.

Berdasarkan telaah pustaka dan

temuan-temuan sebelumnya dapat diangkat

sebuah model konseptual atau kerangka

pemikiran penelitian seperti yang disajikan

dalam diagram berikut:

Gambar 1 Model Hubungan Antara Variabel Iklim Organisasi, Kepuasan Kerja, dan

Kinerja Karyawan yang dimoderating oleh Gender

Kinerja

Karyawan

(Y2)

Iklim

Organisasi

(X1)

Kepuasan

Kerja

(Y1)

Gender

Page 55: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 201450

2.5. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran

teoritis yang diangkat di dalam penelitian ini,

maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian

sebagai berikut:

H1 : Makin baik iklim organisasi, makin

tingii kepuasan kerja karyawan

H2 : Makin baik iklim organisasi, makin

tinggi kinerja karyawn

H3 :Makin tinggi kepuasaan kerja

karyawan, makin tinggi kinerja

karyawan

2.6. Definisi Operasional dan Indikator Variabel

Definisi operasional dan indikator dari masing-masing variabel dalam penelitian ini

dijelaskan sebagai berikut:

Iklim Organisasi1.

Wirawan (2008) menjelaskan bahwa

iklim organisasi memiliki empat indikator

yaitu (Wirawan, 2008): Lingkungan Fisik

, Lingkungan Sosial , Sistem Manajemen

,Struktur birokrasi

Kepuasan Kerja 2.

Robbins dan Judge (2009), mengatakan

kepuasan kerja terdiri dari lima

indikator yaitu : Kepuasan dengan gaji,

Kepuasan dengan promosi, Kepuasan

dengan rekan kerja, Kepuasan dengan

supervise, Kepuasan dengan kenikmatan

pekerjaan.

Kinerja Karyawan 3.

Indikator kinerja karyawan dalam

penelitian ini diambil dari Tsui et all,

Mas’ud (2004) dalam Sutrisno (2010)

yaitu :Kuantitas dan kualitas kerja,

Efisiensi yang melebihi standar, Inovasi yang tinggi, Pekerjaan selesai tepat

waktu, Pengetahuan sesuai pekerjaan

dan Pekerjaan sesuai prosedur kerja

III. METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Perusahaan

Daerah Air Minum Tirta Mangutama

Kabupaten Badung, Jalan. Bedahulu No 3

Denpasar.

3.2. Sumber dan Jenis Data

Sumber data yang dipergunakan dalam

penelitian ini terdiri dari data primer dan data

sekunder, sedangkan jenis data kuantitatif

yaitu berupa jumlah karyawan perusahaan,

skor jawaban responden penelitian tentang

iklim organisasi, kepuasan kerja serta skor

kinerja karyawan. Data kualitatif seperti

sejarah dan perkembangan perusahaan dan

informasi/penjelasan stuktur organisasi

perusahaan.

Populasi dan Teknik Sampling 3.3.

Populasi dalam penelitian ini adalah

jumlah semua karyawan jumlah karyawan

perusahaan secara keseluruhan sebanyak 160

orang dengan alokasi pada setiap bagian/unit

sebagai berikut:

Tabel 1

Jumlah populasi Penelitian

pada Perusahaan Daerah Air Minum TirtaMangutama

Kabupaten Badung.

No Unit Kerja Jumlah

(orang)

Prosentase

(%)

1 Kantor Pusat 145 90,60

2 Unit Kuta 5 3,10

3 Unit Mengwi 4 2,50

4 Unit Abiansemal 3 1,90

5 Unit Petang 3 1,90

Jumlah responden

(orang)

160

100,00

Sumber: Bagian Umum Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Mangutama

Kabupaten Badung, tahun 2012

Page 56: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014 51

Mengingat dalam penelitian ini

melibatkan banyak indikator, maka dari

populasi yang ada pada Tabel 1 sebanyak

160 orang, maka secara sensus langsung

keseluruhan jumlah populasi dijadikan

responden penelitian

3.4. Teknik Pengumpulan Data

1. Kuesioner

Pengumpulan data primer dilakukan

dengan metode survei yang

menggunakan daftar pertanyaan

(kuesioner) yang disampaikan langsung

kepada responden. Oleh karena dalam

penelitian ini analisisnya menggunakan

model SEM, maka penyusunan

kuesioner dan pengukurannya minimal

menggunakan skala interval. Didalam

menghasilkan data yang bersifat interval

( intervally scaled data) dipergunakan

skala “agree-disagree scale” dengan

cara mengembangkan pernyataan yang

menghasilkan jawaban “sangat setuju”

sampai dengan “sangat tidak setuju”

dalam berbagai rentang nilai berikut

(Ferdinand,2011:251)

3.5. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini

mempergunakan The Structural Equation

Model (SEM) dalam model dan pengujian

hipotesis. SEM atau Model Persamaan

Struktural adalah sekumpulan teknik

statistika yang memungkinkan pengujian

sebuah rangkaian hubungan yang relatif

rumit secara simultan. Perkataan rumit dalam

hal ini adalah model-model simultan yang

dibentuk melalui lebih dari satu variable

dependen pada saat yang sama berperan

sebagai variable independen bagi hubungan

berjenjang lainnya .

Ferdinand, 2006, menjabarkan lebih lanjut

pemodelan yang lengkap, perlu dilakukan

langkah-langkah sebagai berikut: (1)

Pengembangan model berbasis teori, (2)

Pengembangan diagram alur (Path diagram),

(3) Mengubah/konversi diagram alur ke

dalam persamaan, (4) Memilih Matriks

Input dan Estimasi Model, (5) Kemungkinan

munculnya masalah identifikasi, (6) Evaluasi Kriteria Goodness of Fit,(7)7. Interpretasi

dan Modifikasi ModelSangat Tidak Setuju Sangat Setuju

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

2. Dokumentasi

Merupakan suatu teknik pengumpulan

data / informasi yang dilakukan dengan

jalan mempelajari sumber data tertulis

yang ada hubungannya dengan obyek

yang diteliti yaitu untuk memperoleh

data sekunder seperti data letak geografis unit-unit perusahaan, data luas wilayah

Kabupaten Badung.

Page 57: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 201452

IV. HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1 Hasil Pengujian Analisis Faktor

Konfirmatori (CFA)

Analisis faktor konfirmatori (CFA) digunakan untuk menguji unidimensionalitas

dari dimensi-dimensi yang menjelaskan

variabel laten dari model tersebut, apakah

seluruh indikator yang diangkat dalam

penelitian merupakan pembentuk variabel

laten Iklim Organisasi, Kepuasan Kerja,

dan Kinerja Karyawan. Menurut Ferdinand

(2006:24) sebuah indikator signifikan mendefinisikan variable laten jika memiliki koefisien lamda (λ ) ≥ 0,5 dan nilai kritis (CR) ≥ 2,00 serta nilai probabilitas < 0,05.

Berdasarkan ketentuan tersebut maka

dilakukan analisis faktor konfirmatori untuk ketiga variable penelitian adalah sebagai

berikut ini.

Tabel 2

Regression Weights: (Group number 1-Default model)

Indikator Variabel Iklim Organisasi

Unstandardized

Estimate

Standardized

Estimate S.E. C.R. P Label

Iklim1 <--- Iklim_Organisasi 1,000 0,577 Valid

Iklim2 <--- Iklim_Organisasi ,948 0,527 ,252 3,758 *** Valid

Iklim3 <--- Iklim_Organisasi 1,010 0,567 ,263 3,838 *** Valid

Iklim4 <--- Iklim_Organisasi 1,014 0,559 ,226 4,479 *** Valid

Puas2 <--- Kepuasan_Kerja 1,130 0,586 ,251 4,502 *** Valid

Puas3 <--- Kepuasan_Kerja 1,068 0,552 ,250 4,278 *** Valid

Puas4 <--- Kepuasan_Kerja ,992 0,515 ,244 4,057 *** Valid

Puas1 <--- Kepuasan_Kerja 1,000 0,523 Valid

Puas5 <--- Kepuasan_Kerja 1,020 0,547 ,248 4,112 *** Valid

Kinerja3 <--- Kinerja_Karyawan 1,218 0,814 ,130 9,377 *** Valid

Kinerja4 <--- Kinerja_Karyawan 1,043 0,734 ,120 8,671 *** Valid

Kinerja5 <--- Kinerja_Karyawan ,586 0,435 ,119 4,942 *** Valid

Kinerja6 <--- Kinerja_Karyawan -,076 -0,062 ,108 -,705 ,481 Tidak Valid

Kinerja2 <--- Kinerja_Karyawan 1,000 0,758 Valid

Kinerja1 <--- Kinerja_Karyawan ,894 0,621 ,126 7,098 *** Valid

Berdasar hasil analisis faktor

konfirmatori terhadap indikator variabel Iklim , Kepuasan dan Kinerja Organisasi,

dapat diketahui bahwa nilai standardized

regression weights (λ) untuk semua indikator lebih besar dari 0,5 serta koefisien CR nya lebih besar dari 2,00 dan nilai probabilitas indikator

lebih kecil dari 0,05 (***) kecuali Kinerja6.

Jadi dengan demikian dapat dikatakan

berdasarkan analisis faktor konfirmatori (CFA) dari 15 indikator yang diangkat hanya

14 adalah kuat untuk mendefinisikan variabel laten, sehingga dapat diikut sertakan dalam

analisis lebih lanjut.

Page 58: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014 53

4.1.2 Analisis Pengaruh dengan SEM

Sesuai dengan hasil konfirmasi diatas maka indikator variabel laten yang bisa

diikutkan dalam analisis yaitu Iklim Organisasi

memiliki 4 indikator, variabel laten Kepuasan

Kerja memiliki 5 indikator, dan variabel laten

Kinerja Karyawan memiliki 5 indikator.

Dari hasil pengolahan data yang dilakukan

melalui analisis Full Model Structural Equation Modelling (SEM) didapatan hasil

pengolahan pertama (Model Awal).

Gambar 2

Goodness of Fit Model:

Chi-Square =188,605

Sig Probability=,014

DF =148

CMIN/DF=1,274

GFI =,911

AGFI=,874

RMSEA=,031

TLI4=,960

CFI=,967

Analisis Pengaruh Iklim Organisasi, dan Kepuasan Kerja Karyawan

Terhadap Kinerja Karyawan Dengan Gender Sebagai Variabel Moderating

Pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Mangutama Kab. Badung

Standardized estimates

Model Awal

1,40

Kepuasan

Kerja

,23

Puas1

e13

,34

Puas2

e14

,26

Puas3

e15

,33

Puas4

e16

,48,58 ,51 ,57

,32

Puas5

e17

Z1 ,59

Kinerja

Karyawan

,24

Kinerja5 e27,46

Kinerja4 e26

,65

Kinerja3 e25,57

Kinerja2 e24,44

Kinerja1 e23Z3

,49

,68

,81

,75

,66

Iklim

Organisasi,30

Iklim4e8

,28

Iklim3e7

,28

Iklim2e6

,38

Iklim1e5

,55

,53

,53

,62

,60

1,18 ,15

,57

Berdasarkan Gambar 2 dapat dilakukan

analisis Goodness of Fit, analisis model

struktural, analisis determinasi, analisis

model pengukuran dengan parameter lamda

(λi) untuk pengaruh Iklim Organisasi, Kepuasan Kerja, dan Kinerja Karyawan pada

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta

Mangutama Kabupaten Badung.

Analisis Pengujian Model 1.

Pengukuran dengan Parameter

Lamda (λi)

Pengujian parameter yang dilakukan

adalah pengujian parameter lamda (λi) .

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui

validitas setiap indikator penelitian. Untuk

pengujian parameter lamda (λi), dipergunakan nilai standardized estimate (regression

weight) berupa loading factor (λi) .

Apabila nilai CR > ttabel

=2,000, dan

probabilitas < α=0,05, maka loading factor

parameter lamda (λi) indikator tersebut dinyatakan signifikan (Ferdinand,2002:97). Hal ini berarti, indikator tersebut valid untuk

mengukur variabel yang bersesuaian. Untuk

keperluan pengujian parameter lamda tersebut

ditampilkan Tabel 3 berikut yang memuat

nilai loading factor (λi) , CR, Probability (P).

Page 59: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 201454

Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa semua

indikator variabel laten memiliki standardized

estimate (regression weight) berupa loading

factor atau lamda (λi ) > 0,50 atau mendekati

0,50, walaupun nilai kritis CR > 2,00

dan probability <0,05 (***) . Jadi dengan demikian semua indikator tersebut dapat

dikatakan loading factor atau lamda (λi )

indikator tersebut adalah valid/signifikan.

Analisis Goodness of Fit2.

Berdasarkan criteria uji Chi-

Square (χ2), relative Chi-Square (χ2/df),

RMSEA,GFI,AGFI,TLI dan CFI dan nilai

Goodness of Fit hasil pengolahan data

sebagimana ditampilkan diatas (Gambar 2),

maka dapat dibuat tabel berikut.

Tabel 3 Regression Weight (Lamda) Indikator Iklim Organisasi

Kepuasan Kerja dan Kinerja Karyawan.

Estimate Standardized Estimate S.E. C.R. P Label

Kepuasan_Kerja <--- Iklim_Organisasi 1,172 1,309 ,248 4,719 *** par_12 Kinerja_Karyawan <--- Iklim_Organisasi ,434 ,427 ,140 3,096 ,002 par_11 Kinerja_Karyawan <--- Kepuasan_Kerja ,354 ,312 ,141 2,515 ,012 par_13 Puas1 <--- Kepuasan_Kerja 1,000 ,479 Puas2 <--- Kepuasan_Kerja 1,227 ,571 ,235 5,223 *** par_1 Puas3 <--- Kepuasan_Kerja 1,052 ,491 ,220 4,783 *** par_2 Puas4 <--- Kepuasan_Kerja 1,132 ,534 ,225 5,038 *** par_3 Kinerja5 <--- Kinerja_Karyawan 1,000 ,474 Kinerja4 <--- Kinerja_Karyawan 1,579 ,723 ,323 4,892 *** par_4 Kinerja3 <--- Kinerja_Karyawan 1,905 ,825 ,375 5,076 *** par_5 Kinerja2 <--- Kinerja_Karyawan 1,552 ,754 ,314 4,948 *** par_6 Kinerja1 <--- Kinerja_Karyawan 1,490 ,660 ,299 4,990 *** par_7 Iklim4 <--- Iklim_Organisasi 1,000 ,520 Iklim3 <--- Iklim_Organisasi ,945 ,501 ,182 5,186 *** par_8 Iklim2 <--- Iklim_Organisasi ,931 ,513 ,176 5,287 *** par_9 Iklim1 <--- Iklim_Organisasi 1,122 ,596 ,194 5,794 *** par_10 Puas5 <--- Kepuasan_Kerja 1,162 ,557 ,226 5,150 *** par_14

Tabel 4

Evaluasi Goodness of Fit

No Goodness of

Fit

Cut of

Value

Hasil

Model

Awal

Keterangan

1 Chi-square ( 2) Diharapkan

kecil

188,605 Baik

2 Relative Chi-square

( 2/df)

3,00 1,274 Baik*)

3 Probability 0,05 0,014 Kurang baik

4 RMSEA 0,08 0,031 Baik*)

5 GFI 0,90 O,991 Baik*)

6 AGFI 0,90 0,874 Marginal**)

7 TLI 0,95 0,960 Baik*)

8 CFI >0,95 0,967 Baik*)

Sumber: Gambar 5.9

*) Memenuhi Goodness of Fit, **) Marginal/Mendekati

Page 60: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014 55

Memperhatikan nilai cut-of-value dan

goodness of fit hasil model pada Tabel 4,

terlihat 6 kriteria yang memenuhi syarat ,

oleh karena baru 6 kriteria yang memenuhi

dari 8 kriteria yang disyaratkan, maka model

diatas dapat dinyatakan sebagai model yang

belum baik, terutama nilai Chi_Square dan

Probability yang masih belum sesuai kriteria

(Solimun ,2002:80)

Analisis Model Persamaan Struktural3.

Persamaan struktural Iklim Organisasi,

Kepuasan Kerja, dan Kinerja Karyawan

seperti yang ditunjukkan dalam persamaan

berikut:ditunjukkan dalam persamaan berikut:

Y1 = y1x1X1 + 1 pengaruh langsung X1 terhadap Y1

Y1 = y2x1X1 + 2 pengaruh langsung X1 terhadap Y1

Y2 = y2y1Y1 + 3 pengaruh langsung Y1 terhadap Y2

Y2 = y1x1. y2y1X1 + 2 pengaruh tidak langsung X1 terhadap Y2 melalui Y1

Tabet 5

Regression Weight Iklim Organisasi (X1), Kepuasan Kerja (Y1), dan

Kinerja Karyawan (Y2)

(Group number1-Default model)

Estimate

Standardized

Estimate S.E. C.R. P Label

Kepuasan_Kerja <--- Iklim_Organisasi 1,172 1,309 ,248 4,719 *** Signifikan

Kinerja_Karyawan <--- Iklim_Organisasi ,434 ,427 ,140 3,096 ,002 Signifikan

Kinerja_Karyawan <--- Kepuasan_Kerja ,354 ,312 ,141 2,515 ,012 Signifikan

Berdasarkan hasil perhitungan

koefisien regresi (regression weight) yang

dapat dilihat pada Tabel 5, Tabel 6 dan Tabel

7 berikut:

Tabet 6

Standardized Direct Effects Iklim Organisasi (X1), Kepuasan Kerja (Y1), dan

Kinerja Karyawan (Y2) (Group number1-Default model)

Iklim_Organisasi Kepuasan_Kerja Kinerja_Karyawan

Kepuasan_Kerja 1,309 ,000 ,000

Kinerja_Karyawan ,427 ,312 ,000

Tabet 7

Standardized Indirect Effects Iklim Organisasi (X1), Kepuasan Kerja (Y1), dan

Kinerja Karyawan (Y2) (Group number1-Default model)

Iklim_Organisasi Kepuasan_Kerja Kinerja_Karyawan

Kepuasan_Kerja ,000 ,000 ,000

Kinerja_Karyawan ,408 ,000 ,000

Berdasarkan ketiga tabel diatas (Tabel 5;

Tabel 6; Tabel 7) dapatlah dijelaskan sebagai

berikut:

Pengaruh Iklim Organisasi terhadap a.

Kepuasan Kerja

Pengaruh Iklim Organisasi terhadap Kepuasan

Kerja memiliki standardized estimate

(regression weight) sebesar 1,309 dengan

nilai CR (critical ratio , yang identik dengan t

hitung) sebesar 3,096 pada probability (P) =0,02.

Nilai CR =3,096 > 2,00 dan nilai probability

(P) = 0,02 < 0,05 menunjukkan bahwa pengaruh variabel Iklim Organisasi terhadap

Kinerja Karyawan adalah signifikan.Pengaruh Iklim Organisasi terhadap b.

Kinerja Karywan.

Pengaruh Iklim Organisasi terhadap Kinerja

Karyawan memiliki standardized estimate

Page 61: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 201456

(regression weight) sebesar 0,427 dengan

nilai CR (critical ratio , yang identik dengan t

hitung) sebesar 4,719 pada probability (P) =***.

Nilai CR =4,719 > 2,00 dan nilai probability

(P) = *** < 0,05 menunjukkan bahwa pengaruh variabel Iklim Organisasi terhadap

Kepuasan Kerja adalah signifikan.Pengaruh Kepuasan Kerja terhadap c.

Kinerja Karywan.

Pengaruh Kepuasan Kerja Karyawan

terhadap Kinerja Karyawan dapat dilihat

dari Tabel 5.16 dengan standardized estimate

(regression weight) sebesar 0,312 dengan nilai

CR (critical ratio , yang identik dengan t hitung

)

sebesar 2,512 pada probability (P) =0,012.

Nilai CR =2,512 > 2,00 dan nilai probability

(P) = 0,012 < 0,05 menunjukkan bahwa pengaruh variabel Kepuasan Kerja terhadap

Kinerja Karyawan adalah signifikan.

Pengaruh tidak langsung Iklim Organisasi d.

melalui Kepuasan Kerja terhadap Kinerja

Karyawan.

Pengaruh tidak langsung Iklim Organisasi

melalui Kepuasan Kerja terhadap Kinerja

Karyawan memiliki standardized Indirect

Effect, maka dapat diketahui Pengaruh Iklim

Organisasi melalui Kepuasan Kerja terhadap

Kinerja Karyawan sebesar 0,408

Memperhatikan standardized estimate untuk

variabel Iklim Organisasi (X1), Kepuasan

Kerja (Y1), dan Kinerja Karyawan (Y

2), maka

dapat dibuat model persamaan struktural

sebagai berikut :

Y1 = y1x1X1 + 1 = Y1 = 1,309X1 + 1

Y1 = y1x2X1 + 1 = Y1 = 0,427X1 + 1

Y2 = y2x2Y1 + 2 = Y2 = 0,312Y1 + 2

Y2 = y1x2. y2y1X1 + 2 = Y2 = 0,408 X1 + 2

Dengan demikian, berdasarkan uraian

di atas dapat dinyatakan semua bariabel

eksogen pengaruhnya positif terhadap

variabel endogen, dan semua variabel teruji

signifikan , seperti dapat dijelaskan berikut ini:

Hipotesis 1 (Ha. 1) : Makin baik iklim

organisasi, makin tinggi kepuasan kerja

karyawan, teruji kebenarannya.

Hipotesis 2 (Hb. 2) : Makin baik iklim

organisasi, makin tinggi kinerja

karyawan, teruji kebenarannya.

Hipotesis 3 (Hc. 3) : Makin tinggi kepuasan

kerja karyawan, makin tinggi kinerja

karyawan, teruji kebenarannya.

Analisis Model Pengukuran dengan d.

Determinasi

Berikut ini dilakukan analisis model

pengukuran dengan determinasi berdasarkan

pada Tabel 5.17 berikut:

Tabel 8 Square Multiple Correlation: Iklim Organisasi (X1), Kepuasan Kerja (Y1), dan

Kinerja Karyawan (Y2) (Group number 1 – Default model)

Estimate

Kepuasan_Kerja 1,714

Kinerja_Karyawan ,628

Analisis model pengukuran dengan

determinasi (Square Multiple Correlation)

digunakan untuk mengetahui besarnya

sumbangan variabel eksogen terhadap

variabel endogen.

Nilaia. Square Multiple Correlation

Kepuasan Kerja (Y1) =1,714

Menurut Ferdinand (2002; 114) Square

Multiple Correlation variabel Kepuasan

Kerja identik dengan nilai R2 pada SPSS,

maka besarnya determinasi (D) adalah nilai

Square Multiple Correlation untuk variabel

komitmen organisasional kali 100% =1,714

x 100% = 171,40 %. Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa perubahan Kepuasan Kerja

Karyawan dipengaruhi oleh Iklim Organisasi

sebesar 171,40 %.

Page 62: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014 57

Nilaib. Square Multiple Correlation

Kinerja Karyawan (Y2)=0,628

Square Multiple Correlation variabel

Kinerja Karyawan identik dengan nilai R2

pada SPSS, maka besarnya determinasi (D)

adalah nilai Square Multiple Correlation

untuk variabel Kinerja Karyawan kali 100%

= 0,628 x 100% = 62,80 %. Dengan demikian

dapat dikatakan bahwa perubahan Kinerja

Karyawan dipengaruhi oleh Iklim Organisasi

dan Kepuasan Kerja sebesar 62,80%.

Dari analisis di atas dapat disimpulkan

dari hasil evaluasi Goodness of Fit terutama

probability belum memenuhi syarat sehingga

perlu diadakan modifikasi model untuk dapat

menurunkan nilai Chi-square. Modifikasi dilakukan dengan mengkorelasikan error

beberapa indicator dengan nilai indeks

modifikasi yang besar . 4.1.3. Modifikasi Model.

Modifikasi model ini dilakukan dengan mengkorelasikan beberapa error yang

memiliki koefesien Modifikasi Indeks (M.I) besar dengan harapan dapat mengecilkan/

menurunkan nilai Chi-square pada Goodness of Fit.Mengkorelasikan beberapa error maka

dapat dihasilkan model hasil modifikasi kedua yang sekaligus menjadi Model Final

(Gambar 3) sebagai berikut:

Gambar 3

Goodness of Fit Model:

Chi-Square =163,457

Sig Probability=,054

DF =136

CMIN/DF=1,202

GFI =,895

AGFI=,838

RMSEA=,033

TLI4=,952

CFI=,964

Analisis Pengaruh Iklim Organisasi, dan Kepuasan Kerja Karyawan

Terhadap Kinerja Karyawan Dengan Gender Sebagai Variabel Moderating

Pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Mangutama Kab. Badung

Standardized estimates

Gender Sebagai Variabel Moderating

(Modifikasi 2)

,28

Kepuasan

Kerja

,15

Puas1

e13

,37

Puas2

e14

,36

Puas3

e15

,25

Puas4

e16

,39,61 ,60 ,50

,67

Puas5

e17

Z1 ,80

Kinerja

Karyawan

,22

Kinerja5 e27,15

Kinerja4 e26

,30

Kinerja3 e25,49

Kinerja2 e24,23

Kinerja1 e23Z3

,47

,39

,55

,70

,48

Iklim

Organisasi,21

Iklim4e8

,58

Iklim3e7

,66

Iklim2e6

,12

Iklim1e5

,45

,76

,81

,35

,35

,53 ,66

,82

,51

-,84-,34

,68

,52-,19

Page 63: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 201458

Dari analisis di atas, dapat dinyatakan

bahwa melakukan modifikasi dua kali telah dapat meningkatkan kesesuaian model

(Goodness of fit). Berhubung dari delapan

indikator yang disyaratkan tujuh indicator

telah memenuhi kriteria Goodness of Fit,

maka model telah dipandang sudah bagus

(Good of fit), hal ini sesuai dengan Solimun,

(2002:80) dan Solimun (2004:71) sehingga

dengan demikian dipandang tidak perlu lagi

mengadakan modifikasi lebih lanjut, dengan hasil perbandingan sebagai berikut:

Tabel 5 Evaluasi Goodness of Fit Model

Perbandingan Model Awal dengan Modifikasi

Variabel Iklim Organisasi (X1), Kepuasan Kerja (Y1), dan Kinerja Karyawan (Y2)

No Goodness

of Fit

Cut of

Value

Hasil

Model

Awal

Hasil

Modifikasi

dua kali

Keterangan

1 Chi-square ( 2) Diharapkan

kecil

188,605 163,457 Lebih Baik

2 Relative Chi-

square

( 2/df)

3,00 1,274 1,202* Lebih Baik

3 Probability 0,05 0,014 0,054* Lebih Baik

4 RMSEA 0,08 0,031 0,033* Lebih Baik

5 GFI 0,90 O,991 0,895* Lebih Jelek

6 AGFI 0,90 0,874 0,836 Lebih Jelek

7 TLI 0,95 0,960 0,952* Lebih Jelek

8 CFI >0,95 0,967 0,964* Lebih Jelek

Kepuasan_Kerja Iklim_Organisasi 1,309 0,528 Lebih Baik

Kinerja_Karyawan Iklim_Organisasi 0,427 0,351 Lebih Jelek

Kinerja_Karyawan Kepuasan Kerja 0,312 0,657 Lebih Baik

Square Multiple Correlation atau

R2(Determinasi)

Kepuasan_Kerja 1,714 0,279 Lebih Baik

Kinerja_Karyawan 0,628 0,799 Lebih Baik

*) Memenuhi Goodness of Fit

Page 64: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014 59

Berdasarkan uraian di atas dapat

dinyatakan semua bariabel eksogen

pengaruhnya positif terhadap variabel

endogen, dan semua variabel teruji secara

signifikan. Untuk melihat implikasi Gender sebagai variabel moderating akan dijelaskan

sesuai Tabel 10. Didalam Tabel juga terlihat

, dengan memasukkan Gender Laki sebagai

varaiabel moderating ternyata hasilnya

bersifat melemahkan, dimana Chi-square

( χ2) semakin meningkat (semakin jelek),

probability mengalami penurunan dari angka

0,054 (signifikan) menjadi 0,004 (tidak signifikan). Sedangkan dengan memasukkan

Gender Perempuan sebagai varaiabel

moderating ternyata hasilnya tetap seperti

semula (Modifikasi Final)

4.2 Pembahasan

4.2.1. Pengaruh Iklim Organisasi terhadap

Kepuasan Kerja Kayawan.

Berdasarkan hasil penelitian, terdapat

pengaruh positif antara Iklim Organisasi

terhadap kepuasan kerja karyawan sebesar

0,528 pada model modifikasi. Hal ini berarti bahwa Iklim Organisasi yang ada

di Perusahaan Daerah Air Minum Tirta

Mangutama Kabupaten Badung berpengaruh

positif signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan, dalam arti semakin baik Iklim

Organisasi, maka semakin tinggi kepuasan

kerja karyawan, sehingga hal ini sesuai

dengan pendapat Glisso dan Durick (1988) ,

Iklim Organisasi merupakan prediktor bagi

kepuasan kerja karyawan .

Tabel 10 Evaluasi Goodness of Fit Model

Perbandingan Model Awal ,Hasil Modifikasi, Dan Effek Moderating

Variabel Iklim Organisasi (X1), Kepuasan Kerja (Y1), dan Kinerja Karyawan (Y2)

No Goodness

of Fit

Cut of

Value

Hasil

Model

Awal

Hasil

Modifikasi

dua kali

Hasil

Moderating

Laki

Hasil

Moderating

Perempuan

1 Chi-square ( 2) Diharapkan

kecil

188,605 163,457 184,393 163,457

2 Relative Chi-

square

( 2/df)

3,00 1,274 1,202 1,356 1,202

3 Probability 0,05 0,014 0,054 0,004 0,054

4 RMSEA 0,08 0,031 0,033 0,036 0,033

5 GFI 0,90 0,991 0,895 0,912 0,895

6 AGFI 0,90 0,874 0,836 0,865 0,836

7 TLI 0,95 0,960 0,952 0,948 0,952

8 CFI >0,95 0,967 0,964 0,961 0,964

Kepuasan_Kerja Iklim_Organisasi 1,309 0,528 1,330 0,528

Kinerja_Karyawan Iklim_Organisasi 0,427 0,351 0,429 0,351

Kinerja_Karyawan Kepuasan Kerja 0,312 0,657 0,299 0,657

Square Multiple Correlation atau

R2(Determinasi)

Kepuasan_Kerja 1,714 0,279 1,769 0,279

Kinerja_Karyawan 0,628 0,799 0,615 0,799

Page 65: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 201460

Jadi faktor Iklim Organisasi menjadi

acuan bagi individu dalam pencapaian

kepuasan kerja karyawan. Hal ini telah

dikemukakan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Ratna Kusumawati (2008)

yang dilakukan di Rumah Sakit Roemani

Semarang yang memperoleh kesimpulan

bahwa iklim organisasi berpengaruh terhadap

kepuasan kerja dapat diterima.

4.2.2 Pengaruh Iklim Organisasi Terhadap

Kinerja Karyawan

Berdasarkan hasil penelitian, terdapat

pengaruh positif antara iklim organisasi

terhadap kinerja karyawan sebesar 0,351 pada

model modifikasi. Hal ini berarti bahwa iklim organisasi yang ada di Perusahaan Daerah Air

Minum Tirta Mangutama Kabupaten Badung

berpengaruh terhadap kinerja karyawan,

dalam arti semakin baik iklim organisasi,

maka semakin tinggi kinerja karyawan.

Menurut Fathoni (2006) , iklim organisasi

berhubungan dan memberikan timbal balik

antara yang satu dengan yang lainnya.

Jadi iklim organisasi dan kinerja

karyawan berhubungan dan memberikan

timbal balik antara yang satu dengan yang

lainnya. Hal ini telah dikemukakan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Widyastuti

(2004) yang dilakukan di Dinas Pertanian

Kota Bogor yang memperoleh kesimpulan

bahwa iklim organisasi dengan kinerja

karyawan mempunyai hubungan yang kuat.

4.2.3 Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap

Kinerja Karyawan

Berdasarkan hasil penelitian, terdapat

pengaruh positif antara kepuasan kerja

terhadap kinerja karyawan sebesar 0,657

pada model modifikasi. Hal ini berarti bahwa kepuasan kerja karyawan yang ada

di Perusahaan Daerah Air Minum Tirta

Mangutama Kabupaten Badung berpengaruh

terhadap kinerja karyawan, dalam arti

semakin tinggi kepuasan kerja karyawan,

maka semakin tinggi kinerja karyawan.

Menurut Fathoni (2006) , kepuasan kerja

berhubungan dan memberikan timbal balik

antara yang satu dengan yang lainnya.

Jadi kepuasan kerja dan kinerja

karyawan berhubungan dan memberikan

timbal balik antara yang satu dengan yang

lainnya. Hal ini telah dikemukakan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Widyastuti

(2004) yang dilakukan di Dinas Pertanian

Kota Bogor yang memperoleh kesimpulan

bahwa kepuasan kerja dengan kinerja

karyawan mempunyai hubungan yang positif

kuat.

4.2.4 Pengaruh Gender Terhadap hubungan

antara Iklim Organisasi, Kepuasan Kerja dan

Kinerja Karyawan

Moderating Effect , merupakan sebuah

model bersyarat atau “conditional model”

yaitu model dimana satu atau beberapa

variabel independen mempengaruhi satu

variabel dependen, dengan sayarat bahwa

pengaruhnya akan menjadi lebih kuat atau

lebih lemah, bila sebuah variabel yang lain

dimunculkan sebagai variabel moderating.

Pengaruh moderasi ini dapat muncul sebagai

pengaruh yang menguatkan atau disebut

sebagai “amplifying effect” atau dapat juga

sebagai pengaruh yang menetralisir atau

melemahkan yaitu yang sering disebut dengan

“moderating effect” (Ferdinand, 2011;127)

Berdasarkan hasil penelitian sesuai

yang ditampilkan pada Tabel 10, bahwa

hasil modifikasi final yang dimoderating dengan Gender Laki ternyata memberikan

efek melemahkan “moderating effect” .

Hal ini berarti bahwa iklim organisasi,

kepuasan kerja dan kinerja karyawan yang

ada di Perusahaan Daerah Air Minum Tirta

Mangutama Kabupaten Badung tidak mampu

dijelaskan oleh gender laki. Sedangkan pada

Tabel yang sama Gender Perempuan mampu

mempertahankan efek yang sama dengan

kondisi modifikasi dengan cut of value yang

semua signifikan.

Page 66: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014 61

V. PENUTUP

Kesimpulan

Model persamaan struktural hasil 1.

modifikasi dinyatakan baik, karena telah memenuhi delapan cut of value

yang disyaratkan, yaitu kriteria,

Chi-square, Relative chi-square,

Probability,RMSEA,GFI, AGFI,TLI,

dan CFI.

Dari persamaan struktural hasil 2.

modifikasi menunjukkan Regression

Weight (γ) bahwa terlihat ketiga variabel

yang diangkat dalam penelitian semua

menunjukkan pengaruh positip yaitu :

Pengaruh Iklim Organisasi (Xa. 1) terhadap

Kepuasan Kerja Karyawan (Y1),

Pengaruh Iklim Organisasi (Xb. 1) terhadap

Kinerja Karyawan (Y2),

Pengaruh Kepuasan Kerja Karyawan c.

(Y1)

terhadap Kinerja Karyawan (Y2),

Terdapat pengaruh positip Iklim 3.

Organisasi (X1) , Kepuasan Kerja

Karyawan (Y1) terhadap Kinerja

Karyawan (Y2). Artinya variasi Kinerja

Karyawan sebesar 0,799 atau 79,90%

dapat dijelaskan oleh Iklim Organisasi

dan Kepuasan Kerja.

Terdapat pengaruh positip Kepuasan

Kerja Karyawan (Y1) , terhadap Kinerja

Karyawan (Y2). Artinya variasi Kinerja

Karyawan sebesar 27,90% dipengaruhi

oleh Kepuasan Kerja Karyawan

Dari hasil 4. moderating model ternyata

Gender Laki bersifat melemahkan

keterkaitan antar variabel Iklim

Organisasi, Kepuasan Kerja dan Kinerja

Karyawan, sedang Gender Perempuan

belum memberikan efek terhadap

keterkaitan yang diangkat dalam model.

DAFTAR PUSTAKA

Augusty T. Ferdinand, A, 2011, “Metodelogi

Penelitian Dalam Manajemen”, Badan

Penerbit Universitas Diponogoro,

Semarang

Augusty T. Ferdinand, A, 2006, “Structural

Equation Modelling Dalam Penelitian

Manajemen”, Badan Penerbit Universitas

Diponogoro, Semarang

Cokroaminoto, 2007, “Membangun

Kinerja (Memaknai Kinerja

Karyawan),” Google/15012008/

c o k r o a m i n o t o , w o r d p r e s s .

com/20070523/memaknai-kinerja-

karyawan.

Dessler, Gary , 2000, Human Resource

Management 8th Edition, New Jersey,

Prentice-Hall, Inc.

Darwito, 2008, Analisis Pengaruh Gaya

Kepemimpinan terhadap kepuasan

Kerja dan Komitmen Organisasi untuk

peningkatan Kinerja Karyawan (Studi

pada RSUD Kota Semarang)

Darwanto. 2008, Analisis Pengaruh Gaya

Kepemimpinan terhadap Kepuasan

Kerja dan Komitmen Organisasi untuk

Meningkatkan Kinerja Karyawan (Studi

kasus pada RSUD Kota Semarang),

Tesis Magister Universitas Diponogoro.

Semarang

Endang Nur Widyastuti, 2004. Pengaruh

Iklim Organisasi dan Motivasi terhadap

Kinerja Pegawai melalui variable

Intervening Kepuasan Kerja pada Dinas

Pertanian Kota Semarang, Tesis Magister

Universitas Diponogoro. Semarang

Fuad Mas’ud, 2004, Survai Diagnosis

Organisasional, Badan Penerbit

Universitas Diponogoro, Semarang

Fathoni, Abdurrahmat,2006, Manajemen

Sumber Daya Manusia, Rineka Cipta,

Jakarta

Guritno, Waridin, 2005, “Pengaruh

Persepsi Karyawan Mengenai Perilaku

Kepemimpinan Kepuasan Kerja Dan

Motivasi Terhadap Kinerja”, JRBI,

Vol.1.

Gibson, Ivancevich dan Donnelly,1993,

Page 67: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 201462

Organisasi, Terjemahan Djarkasih,

Erlangga

Luthans, Fred, 1995, “Organizational

Behavior”, Seventh Edition, Boston:

McGraw-Hill, Inc.

______,2006, Prilaku Organisasi, Edisi 10,

Andi,Yogyakarta

Ma’rifah, Dewi. 2004. Pengaruh Motivasi

Kerja dan Budaya Organisasi Terhadap

Kinerja Pekerja Sosial pada UPT

Dinas Sosial Propinsi Jawa Timur,

Tesis Magister Universitas Airlangga.

Surabaya

Masrukhin dan Waridin, 2006, “Penagruh

Motivasi Kerja, Kepuasan Kerja, Budaya

Organisasi dan Kepemimpinan terhadap

Kinerja Pegawai”, Jurnal Ekonomi &

Bisnis, Vol. 7, No. 2

Martoyo, Susilo,2007, Manajemen Sumber

Daya Manusia, PT BPFE Yogyakarta

Rosdakarya, Bandung

Mathis, L Robert dan Jacson, H,John,2009,

Human Resource Management, Edisi 10,

(terjemahan), Salemba Empat

Mangkunegara, Prabu Anwar,2009, Evaluasi

Kinerja SDM, Refika Aditama, Bandung

Nurjanah. 2008, Pengaruh Gaya

Kepemimpinan dan Budaya Oganisasi

terhadap Komitmen Organisasi dalam

Meningkatkan Kinerja Karyawan

(Studi pada Biro Lingkup Departemen

Pertanain, Tesis Magister Universitas

Diponogoro. Semarang

Nawawi, Hadari,2008, Manajemen Sumber

Daya Manusia, Gajah Mada University

Press

Notoatmodjo,Soekidjo,2009, Pengembangan

Sumber Daya Manusia, Rineka

Cipta,Jakarta

Parwanto, 2006, Pengaruh Faktor-faktor

Kepuasan Kerja terhadap Kinerja

Karyawan Pusat Pendidikan Komputer

Akuntansi IMKA di Surakarta, Tesis

Universitas Muhamadyah Surakarta

Robbins, Stephen P, 2006, “Perilaku

Oganisasi, Edisi kesepuluh, PT Indeks

Jakarta.

Ratna Kusumawati. 2008, Analisis

Pengaruh Budaya Oganisasi dan Gaya

Kepemipinan terhadap Kepuasan Kerja

untuk Meningkatkan Kinerja Karyawan

(Studi kasus pada Rumah Sakit Roemani

Semarang), Tesis Magister Universitas

Diponogoro. Semarang

Robbins, Stephen P, dan Coulter, Mary,2009,

Manajemen, Edisi Kedelapan, buku1

dan buku 2

Siagian, Sondang P. (2006) Manajemen

Sumber Daya Manusia, Bumi Aksara

_______, (2008), Manajemen Sumber Daya

Manusia, Bumi Aksara

______, 2006, Organisasi dan Manajemen

Sumber Daya Manusia, Rineka Cipta,

Jakarta

Sopiah,2008, Perilaku Organisasional, Andi

Offset Yogyakarta

Sutrisno,2011, Manajemen Sumber Daya

Manusia, Edisi 3, Fajar Interpratama

______. 2009. Manajemen Sumber Daya

Manusia Perusahaan. Remaja

Sedarmayanti,2009, Manajemen Sumber

Daya Manusia – Reformasi Birokrasi

dan Manajemen Pegawai Negeri Sipil,

Refika Aditama

Sutrisno Edy,2011, Budaya Organisasi, Edisi

2, Kencana Jakarta

Sutrisno Edy,2011, Manajemen Sumber Daya

Page 68: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014 63

Manusia, Edisi 3, Kencana Jakarta

Timpe, A.Dale,2002, Seri Manajemen

Sumber Daya Manusia – Kinerja, Elex

Media Komputindo

Thoha Miftah,2010, Kepemimpinan dalam

Manajemen, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta

Usman Husman,2008, Metode Penelitian

untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, PT Raja

Grafindo Persada, Jakarta

Veithzal Rivai, 2004, Kepemimpinan dan

Perilaku Organisasi, Edisi Kedua PT

Rajagrafindo Persada, Jakarta.

Veithzal Rivai dan Ahmad Fawzi Mohd

Basri, 2005, Performance Appraisal

: Sistem yang Tepat Untuk Menilai

Kinerja Pegawai dan Meningkatkan

Daya Saing Perusahaan, Divisi Buku

Perguruan Tinggi, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta

Veithzal Rivae, Veitzal dan Sagala, Jauvani

Ella,2009, Manajemen Sumberdaya

Manusia, Rakjawali Pers, Jakarta

Wirawan,2008, Budaya dan Iklim Organisasi

Teori Aplikasi dan Penelitian, Salemba

Empat, Jakarta

_______,2009, Evaluasi Kinerja Sumber

Daya Manusia – Teori, Aplikasi dan

Penelitian, Salemba Empat , Jakarta

Wibowo,2009, Manajemen Kinerja, Rajawali

Pers, Jakarta

_______,2010, Budaya Organisasi, Rajawali

Pers, Jakarta

Wijono. Sutarto,2010, Psikologi Industri dan

Organisasi, Kencana Jakarta

Page 69: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 201464

FAKTOR YANG DIPERTIMBANGKAN KONSUMEN DALAM MENGAMBIL

KEPUTUSAN BELANJA PADA AYU NADHI SUPERMARKET DENPASAR

Ida Ayu Trisna Wijayanthi

(Dosen STIMI “Handayani” Denpasar)

Abstract: Retail business in Indonesia is rampant not only in big cities but has penetrated into

small cities and suburbs . This is due to a change in the behavior of people who are averse to

traditional shopping outlets on the grounds of the limited time and less practical when shopping

in traditional markets . But for entrepreneurs who are engaged in retail businesses such as

supermarkets , it is important to understand the consumer , consumer shopping behavior or so-

called consumer behavior , and it is not a small matter for each member of a consumer society .

Ayu Nadhi is a follower market in the field of supermarkets it is important to know “ what are the factors that consumers consider in making decisions on the spending Nadi Ayu Supermarket “ . From the discussion of the results of the analysis of the factors that consumers consider in making

decisions on Ayu Nadi supermarket shopping , it can be concluded that there are 7 ( seven )

factors that consumers consider in making decisions Supermarket shopping in Nadi Ayu namely :

factor Teller Services , Room Cleanliness factor , factor freshness Products , Personal and Social

factors , personal factors , factors security Guarantee and factor Locations

Keywords : Factor analysis , decision Shopping , Supermarkets.

PENDAHULUANA.

Bisnis eceran marak di Indonesia

bukan hanya di kota kota besar namun telah

merambah ke kota kota kecil dan pinggiran

kota. Ini disebabkan karena adanya perubahan

perilaku masyarakat yang enggan untuk

berbelanja kepasar tradisional dengan alasan

sempitnya waktu dan kurang praktisnya bila

berbelanja di pasar tradisional. Fenomena

ini agaknya tidak bisa dipisahkan dengan

semakin meningkatnya pendapatan atau

tuntutan masyarakat, munculnya pusat-pusat

pemukiman untuk kalangan menengah atas,

dan makin padatnya kegiatan masyarakat.

Peluang ini digunakan oleh para pebisnis untuk

membuka lapangan usaha seperti swalayan

ataupun supermarket didalam usahanya

memenuhi keinginan konsumennya.

Semakin banyaknya dan modernnya

kebutuhan manusia, sehingga preferensi atau

sarana-sarana untuk memenuhi kebutuhan

mengalami perubahan. Mereka tidak puas

dengan keberadaan pasar tradisional yang

nampak tidak teratur dan kumuh, tetapi

menghendaki adanya sarana berbelanja yang

bersih, nyaman dan praktis, serta semua

barang-barang yang diperlukan tersedia

dalam satu tempat (ruangan). Sehingga harus

diakui bahwa dijaman modern sekarang

ini, terutama sekali dikota-kota besar tidak

terkecuali Denpasar, kebutuhan masyarakat

akan pasar swalayan semakin meningkat.

Masyarakat kota umumnya merupakan

orang-orang yang selalu sibuk dan memiliki

kebutuhan hidup yang amat beraneka ragam,

karenanya mereka selalu menginginkan

kemudahan dan sangat menghargai waktu,

karena itulah pasar swalayan perannya sangat

dibutuhkan.

Kehadiran pasar swalayan dewasa

ini merupakan jawaban responsif

terhadap tuntutan kehidupan modern yang

mengutamakan efektifitas dan efisiensi. Bagi konsumen selain menjadi tempat yang

nyaman untuk memperoleh kebutuhan

sehari-hari, pasar swalayan menjadi tempat

Page 70: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014 65

rekreasi keluarga yang menyenangkan. Bagi

para produsen, pasar swalayan menjadi ajang

promosi yang prestisius dan strategis, bagi

pengelola sendiri pasar swalayan menjadi

lahan untuk memperoleh keuntungan, dan

bagi pemerintah bisnis ini dapat membantu

dalam membuka lapangan kerja/ kesempatan

kerja.

Namun bagi pengusaha yang bergerak

dibidang bisnis eceran seperti pasar

swalayan, sangatlah penting memahami

konsumen, perilaku berbelanja konsumen

atau disebut perilaku konsumen, dan hal ini

bukanlah suatu perkara kecil karena setiap

anggota masyarakat merupakan konsumen.

Perilakunya sangat mempengaruhi

kelangsungan hidup perusahaan sebagai

lembaga yang berusaha memenuhi

kebutuhan dan keinginan. Salah satu tujuan

dari suatu bisnis adalah menciptakan dan

mempertahankan konsumen. Konsumen

dapat dikembangkan dan dipertahankan

melalui strategi pemasaran. Dengan kata lain,

keberhasilan suatu bisnis tergantung pada

kualitas strategi pemasarannya.

Dengan kepentingan pihak pengelola

yang ditunjang oleh peluang yang ada, maka

di Denpasar sebagaimana di kota-kota besar

lainnya, juga bermunculan pasar swalayan,

salah satunya adalah Ayu Nadhi yang terletak

di tengah pemukiman padat kota denpasar

dan pusat pemerintahan provinsi Bali

yaitu daerah Renon Denpasar. Ayu Nadhi

merupakan pengikut pasar (market follower)

pada bidang supermarket maka perlu

dipertanyakan dapatkah pasar swalayan Ayu

Nadi merebut pasar dan meningkatkan omzet

penjualan dimasa yang akan datang? Maka

pemahaman terhadap perilaku konsumen

dalam berbelanja sangat diperlukan untuk

menentukan strategi pemasaran yang tepat

dan luwes. Karena kegagalan perusahaan

dalam memahami perilaku konsumen

merupakan awal kegagalan perusahaan dalam

melakukan kegiatan pemasaran dimasa yang

akan datang, disamping prilaku konsumen itu

sendiri berubah dari waktu kewaktu.

Dengan banyaknya pesaing yang

bermunculan, maka konsumen merupakan

tonggak utama yang harus diperhatikan oleh

pasar swalayan Ayu Nadi bila ingin merebut

dan mempertahankan bagian pasarnya.

Keberhasilan atau kegagalan setiap pasar

swalayan sangat tergantung pada setiap pola

dan respon konsumen. Keanekaragaman

konsumen dalam memenuhi dan dimana ia

akan memenuhi kebutuhannya dipengaruhi

oleh beberapa faktor. Konsumen hidup

didalam lingkungan yang kompleks. Perilaku

proses keputusan mereka dipengaruhi oleh:

(1). Budaya, (2). Kelas sosial, (3). Pengaruh

pribadi, (4). Keluarga, (5). Situasi (Kotler, 153

: 1997) Untuk mengatasi kondisi persaingan

yang semakin ketat maka diperlukan strategi

pemasaran yang tepat sehingga diperlukan

analisis keputusan beli konsumen yang

merupakan bagian dari perilaku konsumen.

Menurut Purwanti (2011) dari hasil

penelitian yang dilakukan menunjukan bahwa

konsumen memutuskan untuk membeli di

supermarket/departmentstore dikarenakan

faktor kebersihan, kondisi tersebut yang

menjadi pertimbangan konsumen untuk

belanja di supermarket/departmentstore .

Dengan tempat yang bersih konsumen akan

merasa nyaman . Apabila kondisi tempat

belanja bersih barang-barang yang dijual

akan dapat menarik konsumen. Sedangkan

menurut Efrika (2013) dari hasil penelitian

bahwa keputusan konsumen dalam melakukan

pembelian pada Swalayan S-Mart Pasir

Pengaraian dipengaruhi oleh 4P (empat-P)

yaitu: Product (produk) berpengaruh

sebesar 59,83%, price (harga) berpengaruh

sebesar 69,50%, Place (tempat atau lokasi)

berpengaruh sebesar 63,25% dan promotion

(promosi) berpengaruh sebesar 80%.

Berdasarkan uraian tersebut diatas,

maka masalah yang ingin diungkapkan

disini adalah : “Faktor-faktor apa saja

yang dipertimbangkan konsumen dalam

mengambil keputusan belanja pada Ayu Nadi

Supermarket?”

Page 71: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 201466

KAJIAN PUSTAKAB.

Bauran PemasaranI.

Bauran pemasaran (maketing mix)

merupakan variabel yang dipakai perusahaan

untuk mencapai pasar yang dituju selanjutnya

melayani dan memenuhi kebutuhan

konsumen. Basu Swastha (2002 : 42) bauran

pemasaran merupakan kombinasi dari empat

variabel yang merupakan inti dari sistem

pemasaran yaitu produk, harga, distribusi, dan

kegiatan promosi. Namun untuk memasarkan

jasa tidak cukup hanya dengan menggunakan

bauran pemasaran 4P saja karena karakteristik

jasa berbeda dengan karakteristik barang

yang berwujud. Booms & Bitner dalam Philip

Kotler (2002 : 88) menyarankan tambahan

3P yang terlibat dalam pemasaran jasa yang

terdiri dari orang (people), fasilitas fisik (Physical environment), dan proses (process).

Ketiga hal ini terkait dengan sifat jasa dimana

produksi hingga konsumsi merupakan

rangkaian yang tidak dapat dipisahkan dan

mengikutsertakan konsumen dari membeli

jasa secara langsung, dengan kata lain terjadi

interaksi secara langsung antara keduanya

(meski tidak semua jenis jasa).

Agar dapat mencapai tujuan perusahaan

maka setiap anggota dalam organisasi harus

dapat mengkoordinasikan ketujuh variabel

tersebut. Semua variabel tersebut merupakan

sarana komunikasi dari produsen kepada

konsumen sehingga produsen mampu

mengantisipasi kebutuhan dan keinginan

konsumen secara tepat.

II. Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen merupakan suatu

konsep yang patut ditelaah suatu perusahaan

apabila perusahaan ingin mengetahui dan

memahami perilaku pembelian pelanggannya

untuk mapu menawarkan sesuatu yang lebih

memuaskan pelanggannya. Perusahaan dalam

memasarkan barang dan jasa dihadapkan pada

pertanyaan “mengapa konsumen membeli

barang atau jasa tertentu?” jawabannya tidak

dapat diterangkan secara langsung dari hasil

pengamatan saja tetapi dibutuhkan analisa

perilaku konsumen yang lebih mendalam.

Perilaku konsumen ini dipengaruhi oleh

berbagai faktor yang mampu mengakibatkan

terjadinya perilaku pembelian yang berbeda-

beda.

Menurut Basu Swastha & T. Hani

Handoko (2002 : 10) perilaku konsumen

(consumer behavior) didefinisikan sebagai kegiatan-kegiatan individu yang secara

langsung terlibat dalam mendapatkan dan

mempergunakan barang-barang dan jasa,

termasuk di dalamnya proses pengambilan

keputusan pada persiapan dan penentuan

kegiatan-kegiatan tersebut. Philip Kotler

(2002: 152) menyebutkan bahwa bidang

perilaku konsumen mempelajari bagaimana

individu, kelompok dan organisasi memilih,

membeli, memakai dan membuang barang dan

jasa, gagasan atau pengalaman dalam rangka

memuaskan kebutuhan dan hasrat mereka.

Jadi dengan mengetahui perilaku konsumen

maka perusahan akan mampu mengetahui

faktor-faktor yang mempengaruhi proses

pembelian konsumen, sehingga perusahaan

akan mampu mengambil strategi pemasaran

yang lebih tepat memuaskan kebutuhan dan

keinginan konsumennya.

III. Faktor-faktor Utama yang

Mempengaruhi Perilaku Konsumen

Philip Kotler (2002 : 153),

menyebutkan bahwa faktor-faktor utama

yang mempengaruhi perilaku pembelian

konsumen terdiri dari Budaya, Sosial,

Pribadi, dan Psikologis. Philip Kotler (1997

: 168) menjelaskan pula ada lima peran yang

dimainkan oleh seseorang dalam keputusan

pembelian, yaitu: Pencetus, adalah orang

yang pertama kali mengusulkan gagasan

untuk membeli suatu produk. Pemberi

pengaruh, adalah orang yang mempunyai

pandangan dan saran yang mempengaruhi

keputusan untuk membeli suatu produk.

Pengambil keputusan, adalah orang yang

Page 72: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014 67

memutuskan setiap komponen dari suatu

keputusan pembelian, apakah membeli, tidak

membeli, bagaimana membeli, dan dimana

akan membeli. Pembeli, adalah orang yang

melakukan pembelian yang sesungguhnya.

Pemakai, adalah orang yang mengkonsumsi

dan menggunakan produk atau jasa yang

bersangkutan.

METODELOGI PENELITIANC.

Identifikasi VariabelI.

Menurut Kotler (2002 : 153)

menyebutkan bahwa ada beberapa faktor yang

mempengaruhi perilaku pembelian antara lain

adalah faktor budaya, faktor sosial, faktor

pribadi, dan faktor psikologis. Sedangkan

variabel-variabel yang digunakan dalam

penelitian ini berdasarkan atas teori tersebut di

atas dan disesuaikan dengan hasil pengamatan

dilapangan seperti: faktor kelompok acuan

yang mewakili faktor budaya, faktor pribadi

yang diwakili faktor pendapatan. Dalam

penelitian ini juga digunakan variabel-

variabel dari bauran pemasaran perusahaan.

Menurut Basu Swastha (2002 : 42) bauran

pemasaran merupakan kombinasi dari empat

variabel yang merupakan inti dari sistem

pemasarn yaitu produk, harga, distribusi,

dan kegiatan promosi. Booms & Biner

dalam Kotler (2002 : 88) menyarankan

tambahan tiga variabel lagi yang terlibat

dalam pemasaran jasa yang terdiri dari orang,

fasilitas fisik, dan proses. Berdasarkan pokok permasalahan, tujuan penelitian, manfaat

penelitian,kerangka pemikiran atau konsep

yang ada dan penelitian sebelumnya, maka

dalam penelitian ini dapat diidentifikasi 24 variabel yang mempengaruhi keputusan

beli konsumen pada Ayu Nadi Supermarket

yaitu:

X1 = Harga produk yang

ditawarkan

X2 = Kelengkapan produk

yang ditawarkan

X3 = Jaminan keamanan loker

penitipan barang

X4 = Jaminan keamanan selama

berada di Ayu Nadi

X5 = Jaminan keamanan loker

penitipan helm

X6 = Adanya hadiah atau

potongan harga yang diberikan

X7 = Kesegaran produk yang

ditawarkan

X8 = Promosi melalui iklan

X9 = Adanya fasilitas yang

lengkap

X10=Lokasi Ayu Nadi

Supermarket

X11 = Kecepatan pelayanan

kasir

X12 = Keramahan karyawan

X13 = Pendapatan konsumen

X14 = Kenyamanan selama

berbelanja di Ayu Nadi

X15 = Kecepatan pelayanan

loker penitipan barang

X16 = Penampilan Karyawan

X17 = Kebersihan ruangan

X18 = Kebersihan kemasan

produk yang ditawarkan

X19 = Pengalaman orang lain

yang lebih dahulu berbelanja ke

Ayu Nadi

X20 = Kemampuan pihak

Ayu Nadimenanggapi keluhan

konsumen

X21 = Cara penataan barang-

barang atau produk yang

ditawarkan

X22 = Citra perusahaan Ayu

Nadi

X23 = Kenyamanan fasilitas

parkir

X24 = Kelengkapan sarana

komunikasi yang disediakan

Pengukuran variabel-variabel di

atas dilakukan dalam skala ordinal yang

menerangkan sikap, pendapat, dan persepsi

konsumen terhadap variabel-variabel

tersebut dalam keputusan beli konsumen

pada Ayu Nadi Supermarket Denpasar. Skala

pengukuran yang dipergunakan adalah skala

likert dengan lima skor jenjang skala, dimana

masing-masing skor pertanyaan mewakili:

Page 73: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 201468

Skor 1 mewakili = sangat tidak setuju-

Skor 2 mewakili = tidak setuju-

Skor 3 mewakili = netral-

Skor 4 mewakili = setuju-

Skor 5 mewakili = sangat setuju-

Metode Analisis DataII.

Metode Penentuan Sampel1.

Cara pengumpulan data adalah dengan

memberikan kuesioner yang berisi pertanyaan

yang akan dijawab oleh responden yang

dalam hal ini adalah pengunjung Ayu Nadi

Supermarket Denpasar.

Populasi dalam penelitian ini adalah

keseluruhan pengunjung pada Ayu Nadi

Supermarket. Untuk menentukan jumlah

sampel pada penelitian ini digunakan metode

dari J. Supranto. Menurut J. Supranto (2001 :

99) untuk memperoleh hasil yang baik dalam

analisis faktor, maka banyak responden yang

diambil untuk mengisi kuesioner adalah

sebanyak 5 kali sampai 10 kali variabel yang

dimuat dalam kuesioner. Dalam penelitian

ini akan menggunakan 24 variabel, jadi

banyaknya responden yang diambil untuk

menunjang penelitian ini adalah sebanyak 120

orang sampai 240 orang. Untuk memenuhi

batas minimal dari jumlah responden maka

dalam penelitian ini menggunakan 120 orang

responden sebagi sampel penelitian.

Pengambilan sampel dalam penelitian

ini dilakukan dengan metode accidental

sampling yaitu siapa saja yang secara

kebetulan bertemu dengan peneliti di Ayu

Nadi Supermarket dapat digunakan sebagai

responden, bila dipandang orang tersebut

cocok dan memenuhi syarat sebagai sumber

data. Syarat-syarat sebagai sumber data yaitu,

pengunjung Ayu Nadi Supermarket yang

telah berusia 15 tahun ke atas dan dianggap

mampu menjawab kuesioner dengan baik,

serta berbelanja pada Ayu Nadi Supermarket

Denpasar.

Uji Validitas dan Uji Reliabilitas2.

Uji validitas digunakan untuk menguji

sejauh mana suatu alat pengukur mampu

mengukur apa yang ingin diukur. Uji validitas

yang dipergunakan pada penelitian ini adalah

uji variabel konstruk (construct validity)

yaitu dengan menguji keeratan hubungan

antara konstruk yang telah dijadikan

instrumen penelitian, dimana pada penelitian

ini konstruk yang dibentuk dirumuskan

dari konsep variabel dan indikator bauran

pemasaran jasa. Instrumen dikatakan valid

apabila terjadi konsistensi antara komponen-

komponen konstruk yang satu dengan yang

lainnya.

Husein umar (2003 : 190) menyebutkan

uji validitas dilakukan dengan jalan mencoba

menyerahkan instrumen penelitian untuk

dinilai dan diisi oleh responden minimal 30

responden. Kemudian korelasi antara masing-

masing pertanyaan dihitung dengan teknik

korelasi Product Moment dengan bantuan

komputer, yang rumusnya adalah:

n Xi Yi - Xi Yi

r =

n( Xi 2) - ( Xi )

2 n( Yi

2) - ( Yi )

2

Dengan keterangan:

r = nilai korelasi X dan Y (validitas)

Xi = skor total tiap item instrumen

Yi = skor total instrumen pada

masing-masing responden

n = jumlah responden

Batas minimal nilai validitas instrumen

ditentukan berdasarkan pada nilai-nilai kritis

koefisien korelasi Product Moment dan nilai

minimal validitas untuk sampel sebanyak 30

responden adalah 0,312 pada taraf signifikansi 5%. Pengujian ini akan dibantu dengan

menggunakan program Microsof Exel dan

SPSS versi 17.00.

Page 74: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014 69

Uji reliabilitas dilakukan untuk menguji

konsistensi suatu instrumen dalam mengukur

gejala yang sama. Uji reliabilitas mampu

menunjukkan sejauh mana instrumen dapat

dipercaya atau dapat dihandalkan. Dalam

penelitian ini, untuk menguji reliabilitas data

digunakan teknik analisis dengna formula

Alpha Cronbach dengan bantuan komputer,

yang rumusnya adalah :

untuk mengetahui variabel-variabel yang

terdapat dalam setiap faktor tersebut yang

dihasilkan dari kemampuan analisis faktor

untuk mereduksi variabel-variabel benefit menjadi beberapa faktor yang terdiri dari

variabel-variabel yang saling berkorelasi.

Dalam analisis faktor variabel-variabel tidak

diklasifikasikan sebagai independen atau dependen variabel. Analisis ini merupakan

interdependent technique yaitu teknik statistik

multivariate untuk melacak (exploratory)

hubungan dari seluruh interdependen variabel

(butir atau item) dengan variabel lainnya.

Analisis faktor adalah serangkaian prosedur

yang digunakan untuk mangurangi dan

meringkas data tanpa kehilangan informasi

yang penting.

Dermawan Wibisono (2000 : 276),

menyebutkan model matematis analisis faktor

sebagai berikut:

Keterangan:

r 11 = reliabilitas konsumen

Keterangan:

r 11 = reliabilitas konsumen

k = banyaknya butir pertanyaan instrumen

b2 = jumlah varians butir

t2 = varians total

Batas minimal reliabilitas instrumen

ditentukan berdasarkan pada standar

reliabilitas instrumen, dimana nilai

minimal reliabilitas untuk butir instrumen

sebanyak 20 butir sampai dengan 40 butir

pertanyaan adalah 0,50 sampai dengan

0,67 (Husein Umar, 2003 : 195). Pada

penelitian ini, uji validitas dan reliabilitas

instrumen dilakukan dengan sampel

sebanyak 30 orang responden pada 24

butir pertanyaan. Pengujian ini akan

dibantu dengan menggunakan program

Microsof Exel dan SPSS versi 17.00.

Teknik Analisis Data3.

Teknik analisis kuantitatif yang

dipergunakan untuk menganalisis data dalam

penelitian ini adalah dengan mempergunakan

model analisis statistik multivariate yaitu

analisis faktor. Analisis faktor dipergunakan

sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk

mampu mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen

dalam mengambil keputusan beli dan

k 1 b2

k – 1 t2

m

Xi = Aij . Fj + bi . Ui

keterangan:

Xi = Variabel independen ke – i

Fj = Faktor kesamaan ke – j

Ui = faktor unik ke – i

Aij = Koefisien faktor kesamaan

bi = Koefisien faktor unik

Untuk pemberian nama faktor akan digunakan

faktor dengan loading factor yang tertinggi

PEMBAHASAND.

Kuesioner yang telah disebarkan

adalah sebanyak 120 kuesioner dan telah

terisi sesuai dengan data yang dibutuhkan.

Jumlah kuesioner tersebut telah memenuhi

batas minimal untuk menganalisi faktor. Data

yang dapat dipaparkan dari hasil kuesioner

adalah sebagai berikut:

Karakteristik RespondenI.

Faktor-faktor yang dijadikan dasar

dalam mencari data karakteristik responden

adalah: Jenis kelamin, Usia, Pendidikan, dan

Pekerjaan. Data karakteristik yang diperoleh

dari hasil penelitian dapat dilihat pada tabel

4.1 dibawah ini:

Page 75: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 201470

Dari tabel I.1 diatas dapat dilihat

dari 120 orang responden terdapat 40 orang

responden (33,33%) berjenis kelamin laki-

laki dan perempuan sebanyak 80 orang

atau sekitar 66,67%. Dari data tersebut

dapat diketahui bahwa konsumen Ayu Nadi

persentase perempuan lebih banyak dari laki-

laki. Dari segi usia pengunjung yang berusia

15 – 30 tahun sebanyak 90 orang (75%),

pengunjung usia 30 – 50 tahun sebanyak 30

orang (25%), sedangkan pengunjung yang

berusia diatas 50 tahun tidak ada (0).

Dari segi tingkat pendidikan para

pengunjung yang berbelanja ke Ayu Nadi

yang berpendidikan SD tidak ada (0), SLTP

sebyak 4 orang (3,33%), SLTA sebanyak 38

orang (31,67%), Diploma sebanyak 40 orang

(33,33%), sedangkan Sarjana sebanyak 38

orang (31,67%). Dari segi pekerjaan para

pengunjung Ayu Nadi, sebagai Pegawai

Negeri sebanyak 15 orang (12,50%), sebagai

pegawai swasta 30 orang (25%), sebagai

wiraswasta sebanyak 50 orang (41,67%), dan

sebagai pelajar dan mahasiswa sebanyak 25

orang (20,83%).

Uji ValiditasII.

Uji Validitas pada penelitian ni

dilakukan dengan bantuan Microsoft Exel

dan SPSS versi 17.00, dimana hasil analisis

menunjukkan bahwa butir-butir kuesioner

semuanya valid karena nilainya berada pada

interval 0,4166 sampai 0,8417 (Correted

Item Total Correlation) yang telah melebihi

nilai batas minimal validitas sesuai dengan

jumlah sampel sebanyak 30 responden yaitu

0, 361 pada taraf signifikan 5% (lampiran 3). Karena persyaratan validitas telah terpenuhi,

maka alat instrumen telah terbukti mampu

mengukur apa yang ingin diukur, sehingga

dapat dilanjutkan pada analisis uji reliabilitas

sebelum memasuki analisis faktor.

Uji ReliabilitasIII.

Uji reliabilitas pada penelitian

ini menggunakan model formula Alpha

Cronbach dengan bantuan SPSS for Windows

versi 17.00 hasil uji reliabilitas menunjukkan

menunjukkan bahwa nilai reliabilitas

instrumen penelitian adalah 0,9249 . Hal

ini berarti bahwa nilai reliabilitas instrumen

penelitian telah reliabel karena nilainya telah

melebihi batas minimal reliabilitas sesuai

Tabel I.1

Karakteristik Responden

No KARAKTERISTIK PILHAN FREKUENSI %

1 Jenis Kelamin Laki-laki

Perempuan

40

80

33,33

66,67

2 Usia 15 – 30 Thn

31 – 50 Thn

51 Thn keatas

90

30

0

75,00

25,00

0

3 Pendidikan SD

SLTP

SLTA

Diploma

Sarjana

0

4

38

40

38

0

3,33

31,67

33,33

31,67

4 Pekerjaan Pegawai Negeri

Pegawai Swasta

Wiraswasta

Lain-lain (pelajar dan

mahasiswa)

15

30

50

25

12,50

25,00

41,67

20,83

Sumber : Hasil Kuesioner

Page 76: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014 71

dengan jumlah butur pertanyaan sebanyak 24

butir yaitu 0,50 dengan kriteria sangat bagus.

Dengan terpenuhinya uji reliabilitas maka

alat instrumen dapat dinyatakan handal dan

konsisten dalam mengukur gejala yang sama,

sehingga dapat dilanjutkan pada analisis

selanjutnya yaitu analisis faktor.

Analisis FaktorIV. Sesuai dengan tujuan yang telah

dirumuskan yaitu untuk mengetahui faktor-

faktor yang dipertimbangkan konsumen

dalam memilih Ayu Nadi Supermarket

maka perlu dilakukan analisis faktor dengan

menganalisis jawaban responden pada

butir-butir yang terdapat dalam kuesioner

penelitian. Pembahasan hasil analisis faktor

dilakukan secara bertahap sebagai berikut:

Merumuskan Masalah Penelitian1.

Pada tahap ini telah ditentukan ada 24

variabel yang akan dianalisis sesuai dengan

tujuan penelitian sebagaimana yang dapat

dilihat pada identifikasi variabel pada Bab III, dimana pengukurannya dilakukan dengan

menggunakan skala Likert yang berjenjang

lima dengan skor 1 sampai 5. Dalam hal

penentuan sampel, pada penelitian ini diambil

120 orang sebagai sampel penelitian untuk

memenuhi batas minimal jumlah sampel

untuk 24 variabel.

Membuat Matrik Korelasi2.

Matrik korelasi dapat dilihat pada

output analisis faktor yaitu pada tabel

Correlation Matrix. Dari matrik korelasi ini

didapatkan empat macam pengujian yang

merupakan persyaratan awal agar analisis

faktor dapat diakukan, yaitu:

Nilai Uji a. Determinant of Correlation

Analisis faktor mensyaratkan bahwa

variabel-variabel yang diidentifikasi harus saling berhubungan yang

ditunjukkan dengan nilai determinant

of correlation yang mendekati nol.

Hasil analisis faktor menunjukkan

nilai determinant of cerrelation telah

mendekati nol yaitu 5,175E-24. Hal ini

berarti bahwa variabel-variabel yang

diidentifiksi saling berhubungan.Nilai Uji b. Bartlett’s Test of Spericity

Nilai uji Bartlett’s Test of Spericity

menunjukkan signifikan tidaknya hubungan antara variabel-variabel.

Hasil analisis faktor menunjukkan

nilai Bartlett’s Test of Spericity adalah

833,583 pada significance 0,000 (α < 5%) yang berarti bahwa peluang kesalahan

dukungan data yang menyatakan bahwa

variabel-variabel saling berhubungan

adalah 0% atau dengan kata lain hubungan

antara variabel adalah signifikan.Nilai Uji c. Kaiser-Meyer-Olkin (KMO)

Nilai uji Kaiser-Meyer-Olkin (KMO)

dipergunakan untuk menguji derajat

interkorelasi antar variabel dan ketepatan

pemakaian analisis faktor. Analisis faktor

mensyaratkan nilai KMO ≥ 0,5. Hasil analisis faktor (lampiran 8) menunjukkan

nilai KMO adalah 0,792. Nilai KMO ini

telah melewati batas minimal KMO 0,5

dengan kategori harga menengah yang

berarti bahwa antar variabel terdapat

hubungan satu sama lainnya sehingga

analisis faktor tepat digunakan dalam

penelitian ini.

Nilai Uji d. Meisure of Sampling Adequency

(MSA)

Nilai uji MSA ini dipergunakan untuk

mengetahui kecukupan sampel, dimana

analisis faktor mensyaratkan nilai MSA ≥ 0,5. Variabel yang tidak memenuhi nilai

minimal MSA harus dikeluarkan dari

model dan dilakukan uji ulang sampai

semua variabel memenuhi nilai uji

MSA. Hasil analisis faktor (lampiran 8)

pada tabel anti-image matrix correlation

menunjukkan semua variabel memenuhi

nilai minimal MSA. Hal ini berarti

Page 77: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 201472

bahwa variabel tersebut memenuhi

syarat kecukupan sampel atau variabel

tersebut berkorelasi dengan variabel

lainnya yang secara teknis berarti

variabel tersebut dipertimbangkan oleh

konsumen dalam berbelanja pada Ayu

Nadi, sehingga untuk proses selanjutnya

variabel tersebut dimasukkan dalam

model analisis. Masing-masing variabel

telah memenuhi nilai MSA yang berada

pada interval 0,559 sampai 0,875. Nilai

MSA masing-masing variabel secara

lengkap disajikan pada tabel I.2 dibawah

ini:

Tabel I.2

Nilai MSA untuk 24 Variabel yang Tetap Masuk

Dalam Model

Variabel MSA Variabel MSA

X1 0,875 X13 0,758

X2 0,848 X14 0,755

X3 0,695 X15 0,781

X4 0,717 X16 0,797

X5 0,786 X17 0,845

X6 0,884 X18 0,829

X7 0,717 X19 0,686

X8 0,804 X20 0,774

X9 0,803 X21 0,848

X10 0,596 X22 0,862

X11 0,827 X23 0,727

X12 0,559 X24 0,778

Sumber : Output analisis faktor

Ekstraksi Faktor3.

Pada tahap ekstraksi faktor ini ada dua

hal penting yang dilakukan, yaitu:

Menentukan model analisis ekstraksi a.

faktor

Model analisis ekstraksi faktor yang

dipergunakan pada penelitian ini

adalah model analisis komponen utama

atau Principal Component Analysis

(PCA), yang mana model analisis ini

akan menentukan faktor-faktor yang

dipertimbangkan konsumen dalam

mengambil keputusan belanja di Ayu

Nadi Supermarket.

Menentukan jumlah faktorb.

Nilai uji yang perlu dibahas sebelum

menentukan jumlah faktor adalah

nilai communalities, yaitu nilai yang

menunjukkan keeratan hubungan suatu

variabel dengan faktor yang terbentuk,

dimana nilainya harus > 0,5. Dari

output analisis faktor (lampiran 8) pada

tabel communalities dapat dilihat nilia

communalities 24 variabel telah melebihi

nilai minimal yang disyaratkan, sehingga

tidak ada variabel yang perlu dikeluarkan

dari model dan penentuan jumlah faktor

dapat dilanjutkan. Nilai communalities

variabel berada pada interval 0,531

sampai 0,703.

Penentuan jumlah faktor yang dimasukkan

dan tetap dipertahankan ke dalam model

untuk dianalisis selanjutnya ditentukan

dengan eigen value > 1, nilai % variance

>5% dan nilai total cumulative % >

60%. Dari hasil analisis faktor (lampiran

8) pada tabel total variance explained

kolom rotation sums of squared loading

Page 78: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014 73

dapat dilihat faktor yang memiliki eigen

value >1, nilai % variance > 5% dan

total cumulative > 60% adalah sebanyak

7 faktor. Jadi untuk analisis selanjutnya

pada penelitian ini hanya 7 faktor yang

tetap masuk kedalam model. Faktor-

faktor tersebut beserta eigen value, %

of variance, dan total cumulative %-nya

dapat dilihat pada tabel 4.3 dibawah ini:

Tabel I.3

Eigen Value, % Variance Dan Total Cumulative %

7 Faktor Yang Tetap Masuk Dalam Model

Faktor Eigen Value % of Variance Cumulative % F1 2,926 12,191 12,191

F2 2,359 9,831 22,021

F3 2,146 8,943 30,964

F4 1,842 7,674 38,638

F5 1,809 7,536 46,174

F6 1,770 7,375 53,549

F7 1,431 6,961 60,510

Sumber: Output Analisis Faktor

Pada tabel I.3 dapat dilihat eigen value

faktor berada pada interval 1,431 sampai

2,926 nalai % of variance berada pada interval

6,961% sampai 12,191% dan nilai total

coumulative %-nya adalah 60,510%. Ketujuh

faktor tersebut adalah merupakan faktor-

faktor yang dipertimbangkan konsumen

dalam mengambil keputusan belanja pada

Ayu Nadi Supermarket. Berdasarkan eigen

value, faktor yang paling representatif

untuk mewakili sekelompok variabel adalah

faktor 1 yang dapat dilihat dari nilai % eigen

value-nya yang paling besar yaitu 2,926.

Berdasarkan pada nilai % of variance-

nya, faktor yang mampu menyumbangkan

bagian variasi terbesar terhadap keseluruhan

variasi yang diamati adalah faktor 1 dimana

nilai % of variance-nya yang paling besar

yaitu 12,191%, dimana hal ini berarti faktor

1 adalah merupakan faktor yang paling

mewakili pertimbangan konsumen dalam

mengambil keputusan belanja pada Ayu Nadi

Supermarket karena mampu memberikan

kontribusi sebesar 12,191% dari total 60,510%

variasi yang ada. Berdasarkan pada nilai total

comulative % dapat dilihat ketujuh faktor

tersebut mampu menjelaskan 60,510% total

variasi faktor-faktor yang dipertimbangkan

konsumen dalam mengambil keputusan

belanja pada Ayu Nadi Supermarket.

Matrik Faktor sebelum Dirotasi4.

Matrik faktor sebelum dirotasi dapat

dilihat pada output analisis faktor (lampiran

8) yaitu pada tabel component matrix. Matrik

ini merangkum informasi mengenai bobot

variabel ke dalam setiap faktor, tapi matrik ini

belum mampu menginterpretasikan dengan

jelas pengelompokan variabel kedalam setiap

faktor tersebut karena bobotnya belum jauh

berbeda.

Matrik Faktor setelah Dirotasi5.

Untuk mampu mempermudah

interpretasi pengelompokan variabel kedalam

setiap faktor maka dilakukan rotasi faktor.

Metode yang dipergunakan untuk merotasikan

faktor pada penelitian ini adalah metode

Varimax yaitu metode yang bertujuan untuk

merotasi faktor awal hasil ekstraksi sehingga

akan menghasilkan matrik yang lebih

sederhana untuk mempermudah interpretasi

dangan meminimalkan variabel yang

memiliki loading tinggi terhadap faktornya.

Matrik faktor setelah dirotasi ini dapat dilihat

pada output analisis faktor (lampiran 8) yaitu

pada tabel rotated component matrix.

Page 79: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 201474

Interpretasi Faktor6.

Interpretasi faktor dilakukan

berdasarkan pada tabel rotated component

matrix yang dapat dilihat pada output

analisis faktor dengan melihat bobot faktor

(loading factor) masing-masing variabel

dalam setiap faktor. Beberapa persyaratan

yang dijadikan dasar dalam membaca dan

menginterpretasikan hasil matrik faktor

setelah dirotasi (rotated component matrix)

adalah sebagai berikut:

Variabel yang masuk kedalam suatu a.

faktor adalah variabel dengan loading

factor terbesar dalam faktor tersebut.

Nilai minimal b. loading factor variabel

adalah 0,4 variabel yang memiliki loading

factor kurang dari 0,4 dikeluarkan dari

model.

Besaran c. loading factor menentukan

rangking variabel dalam setiap faktor

yang dibentuk, semakin besar nilai

loading factor, semakin tinggi rangking

variabel dalam faktor tersebut.

Faktyor-faktor yang telah mencangkup d.

beberapa variabel diberi nama sesuai

dengan makna umum dari variabel-

variabel yang ada dalam setiap faktor.

Hasil interpretasi faktor dari matrik faktor

setelah dirotasi (rotated component matrix)

dapat dilihat pada tabel I.4 dibawah ini:

Tabel I.4

Hasil Interpretasi Faktor

No Nama Variabel Loading Factor

Nama

Faktor

F1 X11 = Kecepatan pelayanan kasir 0,790 Pelayanan

Kasir X15 = Kecepatan pelayanan loker penitipan barang 0,692

X22 = Citra Ayu Nadi 0,628

X8 = Promosi melalui iklan 0,484

X6 = Adanya hadiah atau potongan harga 0,451

F2 X17 = Kebersihan ruangan 0,696 Kebersihan

Ruangan X23 = Kenyamanan fasilitas parkir 0,691

X24 = Kelengkapan sarana komunikasi yang

disediakan

0,685

X21 = Cara penataan barang-barang atau produk yang

ditawarkan

0,423

F3 X7 = Kesegaran produk yang ditawarkan 0,754 Kesegaran

Produk X18 = Kebersihan kemasan produk yang ditawarkan 0,570

X1 = Harga produk yang ditawarkan 0,566

X2 = Kelengkapan produk yang ditawarkan 0,475

F4 X16 = Penampilan karyawan 0,712 Penampilan

Karyawan X20 = Kemempuan pihak Ayu Nadi menanggapi

keluhan konsumen

0,662

X12 = Keramahan karyawan 0,553

F5 X13 = Pendapatan konsumen 0,745 Pendapatan

Konsumen X19 = Pengalaman orang lain yang lebih dahulu

pernah ke Ayu Nadi

0,669

F6 X4 = Jaminan keamanan selama berada di Ayu Nadi 0,871 Jaminan

Keamanan X3 = Jaminan keamanan loker penitipan barang 0,554

X5 = Jaminan keamanan loker penitipan helm 0,518

F7 X10 = Lokasi Ayu Nadi 0,701 Lokasi

X14 = Kenyamanan selama berbelanja di Ayu Nadi 0,604

Sumber : Output analisis Faktor (lampiran 8)

Page 80: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014 75

Pada tabel I.4 terdapat variabel yang

keluar dari model yaitu variabel adanya

fasilitas yang lengkap (X9) karena variabel

tersebut nilai loading factor-nya lebih kecil

dari 0,4. Dapat dilihat 23 variabel yang

masuk kedalam model untuk dianalisis

lebih lanjut (telah memenuhi persyaratan

MSA dan communalities), semuanya

telah memiliki nilai loading factor yang

disyaratkan. 23 variabel tersebut tersebar

dalam 7 faktor yang merupakan faktor-faktor

yang dipertimbangkan konsumen dalam

mengambil keputusan belanja di Ayu Nadi

Supermarket.

Menentukan Skor Faktor 7.

Karena penelitian tidak dilanjutkan

pada analisis multivariate lanjutan, maka

penentuan skor faktor tidak dibahas.

Uji Ketepatan Model 8. (Fit Model)

Tahap ini merupakan langkah terakhir

dalam analisis faktor, dimana ketepatan

model dapat dilihat dari jumlah residual

antara korelasi faktor, dimana ketepatan

model dapat dilihat dari jumlah residual

antara korelasi yang diamati dengan korelasi

yang diproduksi. Dari hasil output analisis

faktor (lampiran 8) dibawah tabel reproduced

correlations (residual) dapat dilihat nilai

residual adalah 120 (43,0%) dengan nilai

absolut >5%. Hal ini menunjukkan model

dapat diterima dengan ketepatan model

sebesar 57%.

Dari pembahasan yang telah

diuraikan secara bertahap diatas, maka

kita telah mampu mengetahui faktor-faktor

yang dipertimbangkan konsumen dalam

mengambil keputusan belanja pada Ayu Nadi

Supermarket, yan secara rinci dijelaskan

sebagai berikut:

Faktor Pelayanan Kasir1.

Faktor Pelayanan Kasir mempunyai

eigen value sebesar 2,926 dan nilai %

of variance yang terbesar yaitu sebesar

12,191%, bedasarkan % of variance tersebut

dapat disimpulkan bahwa faktor Pelayanan

Kasir adalah merupakan faktor yang paling

mewakili pertimbangan konsumen dalam

mengambil keputusan belanja pada Ayu Nadi

Supermarket karena mampu menyumbangkan

bagian variasi yang terbesar terhadap

keseluruhan variasi yang diamati yaitu

sebesar 12,191% dari total 60,510% varaisi

yang ada. Variabel yang terdapat dalam

faktor pelayanan dan promosi ini terdiri dari

5 variabel yaitu: Kecepatan pelayanan kasir

(X11) dengan loading factor tertinggi sebesar

0,709, Kecepatan pelayanan loker penitipan

barang (X15) dengan loading factor sebesar

0,692, Promosi melalui iklan (X8) dengan

loading factor sebesar 0,484, dan Adanya

hadiah atau potongan harga yang ditawarkan

(X6) dengan loading factor sebesar 0,451.

Berdasarkan pada nilai loading factor yang

tertinggi maka variabel yang mewakili faktor

Pelayanan dan Promosi adalah variabel

kecepatan pelayanan kasir (X11).

Faktor Kebersihan 2.

Faktor Kebersihan

Ruangan,mempunyai eigen value sebesar

2,359 dan nilai % of variance sebesar

9,831%. Variabel yang terdapat dalam

faktor Kebersihan Ruangan ini terdiri dari 4

variabel yaitu: Kebersihan ruangan belanja

(X17) dangan loading factor sebesar 0,696,

Kenyamanan fasilitas parkir (X23) dengan

loading factor sebesar 0,691, Kelengkapan

sarana komunikasi yang disediakan (X24)

dengan loading factor sebesar 0,685, dan Cara

penataan barang-barang atau produk yang

ditawarkan dengan loading factor sebesar

0,423. Berdasarkan pada nilai loading factor

yang tebesar maka variabel yang mewakili

faktor Bukti Fisik dan Fasilitas adalah

kebesihan ruangan belanja (X17).

Faktor Kesegaran Produk3.

Faktor Kesegaran Produk mempunyai

eigen value sebesar 2,146 dan nilai % of

varaince sebesar 8,943%. Variabel yang

terdapat dalam faktor Kesegaran Produk

terdiri dari 4 variabel yaitu: Kesegaran produk

yang ditawarkan (X7) dengan loading factor

Page 81: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 201476

sebesar 0,754, Kebersihan kemasan produk

yang ditawarkan (X18) dengan loading factor

sebesar 0,570, Harga produk yang ditawarkan

dengan loading factor sebesar 0,566, dan

Kelengkapan produk yang ditawarkan dengan

loading factor sebesar 0,475. Berdasarkan

loading factor yang tertinggi maka faktor

Produk dan Harga diwakili oleh variabel

Kesegaran produk yang ditawarkan (X7).

Faktor Penampilan karyawan4.

Faktor Penampilan karyawan

mempunyai eigen value sebesar 1,842 dengan

nilai % of variance sebesar 7,674%. Variabel

yang terdapat dalam faktor Penampilan

karyawan ini terdiri dari 3 variabel yaitu:

Penampilan karyawan (X16) dengan loading

factor sebesar 0,712, Kemampuan pihak Ayu

Nadi menanggapi keluhan konsumen (X20)

dengan loading factor sebesar 0,662, dan

Keramahan karyawan (X12) dengan loading

factor sebesar 0,553. Berdasarkan nilai

loading factor yang tertinggi, maka variabel

yang mewakili faktor Personel adalah

Penampilan Karyawan.

Faktor Pendapatan konsumen5.

Faktor Pendapatan konsumen

mempunyai eigen value sebesar 1,809 dan

nilai % of variance sebesar 7,536. Variabel

yang terdapat dalam Faktor Pendapatan

konsumen terdiri dari 2 variabel yaitu:

Pendapatan konsumen (X13) dengan loading

factor sebesar 0,745, dan Pengalaman orang

lain yang lebih dahulu pernah ke Ayu Nadi

(X19) dengan loading factor sebesar 0,669.

Maka yang mewakili faktor Pribadi dan

Sosial adalah variabel Pendapatan Konsumen

(X13).

Faktor Jaminan Keamanan6.

Faktor ini mempunyai eigen value

sebesar 1,770 dengan % of variance sebesar

7,375%. Variabel yang terdapat dalam Faktor

Jaminan Kemanana ini terdiri dari 3 variabel

yaitu: Jaminan kemanan selama berada di

Ayu Nadi (X4) dengan loading factor sebesar

0,817, Jaminan kemanan loker penitipan

barang (X3) dengan loading factor sebesar

0,554, dan Jaminan kemanan loker penitipan

helm (X5) dengan loading factor sebesar

0,518. Berdasarkan nilai loading factor yang

terbesar maka variabel yang mewakili faktor

Jaminan Kemanan adalah Jaminan kemanan

selama berada di Ayu Nadi (X4).

Faktor Lokasi7.

Faktor Lokasi memiliki eigen value

sebesar 1,431 dengan % of variance sebesar

6,961. Faktor Lokasi terdiri dari 2 variabel

yaitu Lokasi Ayu Nadi Supermarket (X10)

dengan loading factor sebesar 0,701, dan

Kenyamanan selama berbelanja di Ayu

Nadi (X14) dengan loading factor sebesar

0,604. Berdasarkan nilai loading factor yang

tertinggi maka yang mewakili faktor Lokasi

adalah variabel Lokasi Ayu Nadi.

SIMPULAN DAN SARANE.

Simpulan I.

Dari pembahasan terhadap hasil

analisis faktor yang dipertimbangkan

konsumen dalam mengambil keputusan

belanja pada Ayu Nadi Supermarket diatas,

maka dapat disimpulkan bahwa terdapat

7 (tujuh) faktor yang dipertimbangkan

konsumen dalam mengambil keputusan

belanja pada Ayu Nadi Supermarket yaitu:

Faktor Pelayanan Kasir, Faktor Kebersihan

Ruangan, Faktor Kesegaran Produk, Faktor

Penampilan karyawan, Faktor Pendapatan

konsumen, Faktor Jaminan Keamanan, dan

Faktor Lokasi

SaranII.

Berdasarkan atas pembahasa dan

kesimpulan, maka dapat dikemukakan

beberapa saran yang kiranya bermanfaaat

bagi perusahaan yaitu: sebaiknya Ayu

Nadi mengutamakan perhatiannya pada

kinerja faktor-faktor yang dipertimbangkan

konsumen dalam mengambil keputusan

belanja pada Ayu Nadi karena faktor-

faktor tersebutlah yang medorong loyalitas

Page 82: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014 77

konsumen untuk tetap menjadi pelanggan Ayu

Nadi Supermarket. Prioritas utama perhatian

kinerja ditujukan pada faktor yang paling

mewakili yaitu faktor Pelayanan dan Promosi

dan pada variabel-variabel yang mewakili

setiap faktor yang terdiri dari : Kecepatan

Pelayanan Kasir, Faktor Kebersihan Ruangan,

Faktor Kesegaran Produk,, faktor Penampilan

karyawan, faktor Pendapatan Konsumen,

faktor Jaminan Keamanan, dan Faktor Lokasi

Ayu Nadi

DAFTAR PUSTAKA

Basu Swastha, 2002, Azaz – Azaz Marketing

, Edisi Ketiga, Yogyakarta

Beni Efrika , Analisis Keputusan Konsumen

Dalam Melakukan Pembelian Pada

Swalayan S-Mart Pasir Pengaraian,

Jurnal Online Mahasiswa Prodi S1

Manajemen, vol 1, No 1 (2013)

Dermawan Wibisono , 2000, Seri Komunikasi

Profesional, Riset Bisnis. Edisi Pertama,

BPFE, Yogyakarta.

Endang Purwanti, Analisis Faktor-Faktor

Pengambilan Keputusan Pembelian

Konsumen Pada Departement Store/

Supermarket Di Salatiga, Jurnal Ilmiah

Among Makarti Vol 4, No 7 (2011)

J.Supranto, 2001, Pengukuran Tingkat

Kepuasan Pelanggan untuk Menaikkan

Pangsa Pasar, PT. Rineka Ciptam,

Jakarta.

Philip Kotler , 2002, Manajemen Pemasaran

(Terjemahan Bahasa Indonesia),

edisi Millenium, Jilid Satu dan Dua,

Prenhalindo, Jakarta.

Umar, Husein. 2003. Riset Pemasaran Dan

Perilaku Konsumen: PT Gramedia

Pustaka Utama. Jakarta

Page 83: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 201478

KEPUASAN KERJA SEBAGAI MEDIASI HUBUNGAN KOMUNIKASI DAN BUDAYA

ORGANISASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN

(Studi pada Puri Saron Hotel Group di Bali)

Anak Agung Ketut Sri Asih

I Wayan Arta Artana

( Dosen STIE Triatma Mulya )

Abstract: This study aimed to determine the effect of direct and indirect communication,

organizational culture, and job satisfaction on employee performance in Pui Saron

Bali Hotel Group. The results obtained from this study are: (1) there is positive

communication, organizational culture, and job satisfaction is directly on the

performance of employees at Puri Saron Hotel Group Bali, (2) there is a positive

indirect effect between organizational culture on employee performance through

mediation of job satisfaction, (3) job satisfaction is not a variable mediating the

indirect relations communications and employee performance at Puri Saron Hotel

Group Bali. The greatest indicator of the role of each variable are: (1) action on

communication, (2) integration of the organizational culture, (3) satisfaction with

promotion on job satisfaction, and (4) ability to cooperate in the performance of

employee.

Keywords: Communication, Organizational Culture, Job Satisfaction, Performance

PENDAHULUAN

Persaingan yang semakin ketat terjadi

pada berbagai jenis kegiatan usaha, termasuk

persaingan dalam bidang jasa akomodasi,

khususnya perhotelan. Persaingan yang kian

kompetitif hotel-hotel yang ada di Bali yang

merupakan salah satu daerah tujuan wisata

di Indonesia, menuntut setiap perusahaan di

bidang ini untuk meningkatkan keunggulan

yang dimilikinya. Dapat bersaing atau

tidaknya suatu perusahaan tergantung

pada sumber daya yang dimiliki. Di antara

sumber daya yang ada, sumber daya manusia

merupakan harta kekayaan yang terpenting

dan mempunyai kontribusi paling besar bagi

keberhasilan suatu perusahaan.

Puri Saron Hotel Group di Bali selalu

berusaha mendayagunakan keterampilan

yang dimiliki oleh para karyawannya melalui

komunikasi dan penerapan budaya organisasi.

Hal ini diharapkan dapat mendorong mereka

untuk meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan, karena karyawan merupakan

sumber daya yang harus dikembangkan bukan

sekedar digunakan, sehingga masing-masing

departemen dapat terus meningkatkan kualitas

sumber daya yang ada di dalamnya dan

menghasilkan karyawan yang berkompeten.

Karyawan di masing-masing departemen

bervariasi dengan berbagai macam latar

belakang pendidikan, usia, adat istiadat dan

kepribadian. Dampak dari kondisi ini adalah

perbedaan kepuasan kerja dan bermuara pada

perbedaan kinerja antar karyawan.

Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang tersebut

diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan

penelitian sebagai berikut :

Apakah komunikasi dan budaya 1.

organisasi berpengaruh secara langsung

terhadap kepuasan kerja karyawan pada

Puri Saron Hotel Group?

Apakah komunikasi, budaya organisasi, 2.

dan kepuasan kerja berpengaruh secara

Page 84: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014 79

langsung terhadap kinerja karyawan

pada Puri Saron Hotel Group?

Apakah komunikasi dan budaya 3.

organisasi berpengaruh secara tidak

langsung terhadap kinerja karyawan

melalui mediasi kepuasan kerja pada

Puri Saron Hotel Group?

Tujuan Penelitian

Berdasaran pada latar belakang

masalah, maka dalam penelitian ini dapat

dirumuskan tujuan sebagai berikut:

Untuk menganalisis pengaruh secara 1.

langsung komunikasi dan budaya

organisasi terhadap kepuasan kerja

karyawan pada Puri Saron Hotel Group.

Untuk menganalisis pengaruh secara 2.

langsung komunikasi, budaya organisasi

dan kepuasan kerja terhadap kinerja

karyawan pada Puri Saron Hotel Group.

Untuk menganalisis pengaruh secara 3.

tidak langsung komunikasi dan budaya

organisasi terhadap kinerja karyawan

melalui mediasi kepuasan kerja pada

Puri Saron Hotel Group.

TINJAUAN PUSTAKA

Komunikasi

Stoner menyatakan bahwa komunikasi

sebagai proses yang dipergunakan oleh

manusia untuk mencari kesamaan arti lewat

transmisi pesan simbolik. Selanjutnya, Stoner

menyatakan bahwa pengertian komunikasi

tersebut ada tiga butir penting yaitu:

Bahwa komunikasi melibatkan orang, 1.

dan bahwa memahami komunikasi

termasuk mencoba memahami cara

manusia saling berhubungan.

Bahwa komunikasi termasuk kesamaan 2.

arti, yang berarti bahwa agar manusia

dapat berkomunikasi, mereka harus

menyetujui definisi istilah yang mereka gunakan

Bahwa komunikasi termasuk simbol, 3.

baik itu badan, suara, huruf, angka, dan

kata-kata hanya dapat mewakili atau

mendekati ide yang mereka maksudkan

untuk dikomunikasikan, (brahmasari,

2009:240).

Komunikasi merupakan perekat yang

merekatkan organisasi secara bersama-sama.

Komunikasi membantu anggota organisasi

untuk mencapai baik tujuan individu

maupun organisasi, mengimplementasikan

dan merespon perubahan organisasi,

mengkoordinasikan berbagai aktivitas,

dan berkaitan secara virtual dengan semua

perilaku yang relevan dengan organisasi,

(Ivancevich, Konopaske, dan Matteson,

2005:421).

Dari uraian di atas, ternyata komunikasi

sangat esensial sekali bagi kehidupan

organisasi, khususnya untuk karyawan dan

atasan dalam mencapai tujuan. Penggunaan

komunikasi yang baik akan mengurangi

ketidakpastian, dan memperbaiki kinerja

karyawan.

Budaya Organisasi

Menurut pandangan Kinichi dan

Kreitner (2005:79), budaya organisasi adalah

satu wujud anggapan yang dimiliki, diterima

secara implisit oleh kelompok dan menentukan

bagaimana kelompok itu rasakan, pikirkan,

dan bereaksi terhadap lingkungannya yang

beraneka ragam. Definisi ini menyoroti tiga karakteristik budaya organisasi yang penting,

yaitu:

Budaya organisasi diberikan kepada para 1.

karyawan baru melalui proses sosialisasi

Budaya organisasi mempengaruhi 2.

perilaku kita di tempat kerja

Budaya organisasi berlaku pada dua 3.

tingkat yang berbeda, dimana masing-

masing tingkat bervariasi dalam

kaitannya dengan pandangan ke luar

dan kemampuan bertahan terhadap

perubahan.

Page 85: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 201480

Budaya organisasi merupakan sistem

penyebaran kepercayaan dan nilai-nilai yang

berkembang dalam suatu organisasi dan

mengarahkan perilaku anggota-anggotanya.

Hasil dari beberapa penelitian menunjukkan

bahwa setiap perbaikan budaya organisasi

kearah yang lebih kondusif akan memberikan

sumbangan yang sangat berarti pada

peningkatan kinerja karyawan, sedangkan

jika kepuasan kerja meningkat maka kinerja

karyawan diprediksikan juga cenderung

meningkat (Masrukin dan Waridin,

2004:201).

Kepuasan Kerja

Kepuasan kerja merupakan cerminan

dari perasaan karyawan terhadap pekerjaannya.

Hal ini tampak dalam sikap positif karyawan

terhadap pekerjaan yang dihadapi dan

lingkungannya. Sebaliknya, karyawan yang

tidak puas akan bersikap negatif terhadap

pekerjaan dan bentuknya berbeda-beda

satu dengan yang lainnya. Kepuasan kerja

berkaitan erat antara sikap karyawan terhadap

berbagai faktor dalam pekerjaan, antara lain:

situasi kerja, pengaruh sosial dalam bekerja,

imbalan, dan kepemimpinan, serta faktor lain

(Al Rizal dan Ratnawati, 2012:182).

Kepuasan kerja merupakan sikap umum

seorang individu terhadap pekerjaannya.

Masing-masing individu memiliki tingkat

kepuasan berbeda sesuai dengan sistem nilai

yang berlaku dalam dirinya. Semakin banyak

aspek yang sesuai dengan keinginan individu

tersebut maka semakin tinggi kepuasan

kerjanya (Masrukin dan Waridin, 2004:201).

Menurut Strauss dan Sayles, pegawai

yang tidak memperoleh kepuasan kerja

tidak akan pernah mencapai kematangan

psikologi dan pada gilirannya akan menjadi

frustasi. Pegawai akan sering melamun,

semangat kerja rendah, cepat lelah dan bosan,

emosinya tidak stabil, sering absen dan

melakukan sesuatu yang tidak berhubungan

dengan pekerjaannya. Sedangkan pegawai

yang mendapatkan kepuasan kerja biasanya

mempunyai catatan kehadiran yang lebih

baik (Handoko, 2001).

Kinerja Karyawan

Kinerja mengacu pada prestasi

kerja yang diatur berdasarkan standar atau

kriteria yang telah ditetapkan oleh suatu

organisasi. Kinerja individual yang tinggi

dapat meningkatkan kinerja organisasi secara

keseluruhan. Pencapaian kinerja individual

berkaitan dengan pencapaian serangkaian

tugas-tugas individu.

Menurut Mahsun, kinerja

(performance) adalah gambaran mengenai

tingkat pencapaian pelaksanaan suatu

kegiatan/program/kebijakan dalam

mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi

organisai yang tertuang dalam strategic

planning suatu organisasi (Susanto dan

Aisiyah, 2010:22).

Menurut Mangkuprawira (2008),

kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan

seseorang secara keseluruhan selama periode

tertentu di dalam melaksanakan tugas

dibandingkan dengan berbagai kemungkinan,

seperti standar hasil kerja, target atau sasaran,

atau kriteria yang telah ditentukan terlebih

dahulu dan telah disepakati bersama. Akan

tetapi, harus dipahami bahwa tidak semua

kinerja mudah di ukur, mudah dibandingkan

dengan standar yang telah ditentukan atau

dibuktikan secara konkrit. Dengan demikian,

kinerja merupakan hasil output dari suatu

proses. Jika output tersebut berasal dan atau

sebagai hasil kerja karyawan, maka hal itu

dinamakan hasil kinerja karyawan.

Hipotesis

Dalam penelitian ini dapat dirumuskan

beberapa hipotesis yang nantinya akan diuji

kebenarannya melalui penelitian ini sebagai

berikut:

Pengaruh langsung komunikasi dan 1.

budaya organisasi terhadap kepuasan

kerja

Page 86: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014 81

H1a

: Komunikasi berpengaruh positif

secara langsung terhadap kepuasan kerja

pada Puri Saron Hotel Group.

H1b

Budaya Organisasi berpengaruh

positif secara langsung terhadap kepuasan

kerja pada Puri Saron Hotel Group.

Pengaruh langsung komunikasi, budaya 2.

organisasi, dan kepuasan kerja terhadap

kinerja karyawan

H2a

: Komunikasi berpengaruh

positif secara langsung terhadap kinerja

karyawan pada Puri Saron Hotel Group.

H2b

:Budaya Organisasi berpengaruh

positif secara langsung terhadap kinerja

karyawan pada Puri Saron Hotel Group.

H2c :

Kepuasan Kerja berpengaruh

positif secara langsung terhadap kinerja

karyawan pada Puri Saron Hotel Group.

Pengaruh tidak langsung komunikasi 3.

dan budaya organisasi terhadap kinerja

karyawan melalui mediasi kepuasan

kerja.

H3a

: Komunikasi berpengaruh

positif secara tidak langsung terhadap

kinerja karyawan pada Puri Saron Hotel

Group melalui mediasi kepuasan kerja.

H3b

: Budaya Organisasi

berpengaruh positif secara tidak langsung

terhadap kinerja karyawan pada Puri

Saron Hotel Group melalui mediasi

kepuasan kerja

METODE PENELITIAN

Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puri Saron

Hotel Group Bali yang ada di Seminyak

(Badung) , Gatot Subroto (Denpasar), Abian

Biyu (Badung), Madangan (Gianyar), dan

Lovina (Buleleng). Populasi dalam penelitian

ini adalah seluruh karyawan yang bekerja

pada Puri Saron Hotel Group di masing-

masing lokasi di Bali yang berjumlah 223

orang. Jumlah sampel yang diambil sebanyak

40%, yaitu sebanyak 90 orang sesuai dengan

pendapat dari Arikunto (2002:115), “Apabila

subyeknya kurang dari 100, diambil semua

sekaligus sehingga penelitiannya merupakan

penelitian populasi. Jika jumlah subyek

besar maka diambil 10-15%, atau 20-25%

atau lebih”. Penentuan sampel dilakukan

dengan menggunakan teknik simple random

sampling, yaitu cara pemilihan sampel dimana

anggota dari populasi dipilih satu persatu

secara randon (semua mendapat kesempatan

yang sama untuk dipilih), dimana jika sudah

dipilih tidak dapat dipilih lagi.

Variabel Penelitian

Berdasarkan tinjauan pustaka, tahapan

penelitian serta hipotesis penelitian, maka

dapat diidentifikasikan variabel-variabel penelitian sebagai berikut:

Komunikasi sebagai variabel bebas 1.

pertama (X1), merupakan suatu proses

penyampaian informasi dari seseorang

kepada orang lain agar timbul pengertian

yang sama terhadap suatu informasi.

Dalam penelitian ini, komunikasi

diukur dengan lima indikator yaitu:

pemahaman, kesenangan, pengaruh pada

sikap, hubungan yang makin baik, dan

tindakan.

Budaya organisasi sebagai variabel bebas 2.

kedua (X2), merupakan suatu sistem

makna bersama yang dianut oleh anggota-

anggota yang membedakan organisasi

tersebut dengan organisasi lain. Dalam

penelitian ini, budaya organisasi diukur

dengan enam indikator yaitu: inovasi dan

keberanian mengambil resiko, integrasi,

perhatian terhadap detail, orientasi hasil,

orientasi orang, dan orientasi tim.

Kepuasan kerja sebagai variabel terikat 3.

pertama (Y1), merupakan keadaan

emosional yang menyenangkan atau tidak

menyenangkan atas suatu pekerjaan.

Dalam penelitian ini, kepuasan kerja

diukur dengan lima indikator yaitu:

Page 87: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 201482

kepuasan terhadap pembayaran,

kepuasan terhadap pekerjaan, kepuasan

terhadap promosi, kepuasan terhadap

supervisi, dan kepuasan terhadap rekan

sekerja.

Kinerja karyawan sebagai variabel terikat 4.

kedua (Y2), merupakan perbandingan

antara hasil kerja secara nyata dengan

standar yang telah ditetapkan. Dalam

penelitian ini, kinerja karyawan diukur

dengan tujuh indikator yaitu: kuantitas

kerja, kualitas kerja, pengetahuan akan

pekerjaan, inovasi, inisiatif, kemampuan

bekerjasama, dan kemandirian.

Model Penelitian

Penelitian ini menggunakan analisis

PLS dengan dua variabel bebas dan dua

variabel terikat, dimana satu variabel

merupakan variabel mediasi. Berikut adalah

model penelitian ini. Variabel mediasi berikut

adalah :

Komunikasi

Budaya Organisasi

Kepuasan Kerja

Kinerja Karyawan

H1a

H1b

H2c

H2a [H3a]

H2a [H3a]

Gambar 1

Model penelitian

Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah

kuisioner/angket yaitu metode pengumpulan

data primer dengan menggunakan seperangkat

daftar pertanyaan/pernyataan mengenai

variabel yang diukur dengan menyediakan

pilihan jawaban (bersifat tertutup), sehingga

jawaban dari semua pertanyaan/pernyataan

benar-benar dapat menggambarkan keadaan

variabel yang sebenarnya. Jawaban yang

disediakan untuk mengukur persepsi

responden terhadap variabel penelitian

dengan menggunakan skala likert lima point

yaitu dari sangat tidak setuju (poin 1) sampai

sangat setuju (poin 5).

Teknik Analisis Data.

Setelah data terkumpul dari lapangan,

selanjutnya dilakukan pengolahan terlebih

dahulu agar data yang tersebar luas dalam

item-item kuisioner dapat dibuat lebih ringkas

dan lebih sederhana dengan bantuan program

SPSS. Selanjutnya, analisis dilakukan agar

data mentah yang diperoleh di lapangan

mempunyai arti dan makna sehingga dapat

menjawab permasalahan yang diajukan.

Dengan demikian, analisis data dalam

penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

smart PLS.

Page 88: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014 83

HASIL DAN PEMBAHASAN

Uji Validitas Dan Reliabilitas

Berdasarkan rekapitulasi hasil

perhitungan nilai korelasi product moment

dari tiap-tiap item pernyataan pada tabel 5.5

diperoleh hasil yang besarnya di atas 0,3.

Hal ini berarti semua butir pernyataan dalam

kuisioner tersebut dapat dikatakan valid.

Berdasarkan rekapitulasi hasil perhitungan

nilai koefisien alpha dari masing-masing variabel diperoleh hasil yang besarnya di atas

0,60. Hal ini berarti semua variabel dalam

kuisioner tersebut dapat dikatakan reliabel.

Hasil Analisis Inferensial

Dalam penelitian ini, teknik analisis

data yang digunakan adalah PLS dengan

program Smart PLS. Berdasarkan hasil

pengolahan data menggunakan PLS,

selanjutnya mengevalusai model persamaan

struktural. Dalam evaluasi ini terdapat dua

evaluasi mendasar, yaitu: (1) evaluasi model

pengukuran (outer model) untuk mengetahui

validitas dan reliabilitas indikator-indikator

yang mengukur variabel laten, dan (2)

evaluasi model struktural (inner model)

untuk mengetahui ketepatan model. Sebelum

evaluasi model dilakukan, dapat ditegaskan

kembali bahwa instrumen penelitian

(kuisioner) sebagai alat pengumpul data

adalah instrumen yang valid dan reliabel.

Evaluasi Model Pengukuran (Outer

Model)

Evaluasi model pengukuran memeriksa

validitas dan reliabilitas indikator-indikator

yang mengukur konstruk atau variabel laten.

Dalam penelitian ini keempat variabel laten,

yaitu: komunikasi (X1), budaya organisasi

(X2), kepuasan kerja (Y

1), dan kinerja

karyawan (Y2) merupakan model pengukuran

dengan indikator reflektif, sehingga dalam evaluasi model pengukuran dilakukan dengan

memeriksa convergent dan discriminant

validity dari indikator, serta composite

reliability untuk blok indikator.

Convergent validity1. bertujuan untuk

mengukur validitas indikator sebagai

pengukur konstruk yang dapat dilihat

pada outer loading (output Smart PLS).

Indikator dianggap valid jika memiliki

nilai outer loading diatas 0,5 dan atau

nilai T-Statistic di atas 1,663 (0.05;83).

Disamping itu juga, nilai outer loading

dapat mengetahui kontribusi setiap

indikator/item terhadap variabel

latennya. Outer loading suatu indikator

dengan nilai paling tinggi menunjukkan

indikator tersebut sebagai pengukur

terkuat atau dengan kata lain paling

penting dalam variabel latennya. Hasil

pemeriksaan outer model dapat diketahui

bahwa dari lima indikator yang mengukur

komunikasi (X1), seluruhnya memiliki

nilai outer loading lebih besar dari 0,50

dan T-Statistic berada diatas 1,663. Ini

berarti, pemahaman (X1.1), kesenangan

(X1.2), pengaruh pada sikap (X1.3),

hubungan yang makin baik (X1.4), dan

tindakan (X1.5) merupakan indikator

yang valid sebagai pengukur variabel

komunikasi (X1). Pada sisi lainnya,

indikator tindakan (X1.5) merupakan

ukuran terkuat pada variabel komunikasi

(X1), karena memiliki nilai outer loading

paling besar (0,883).

Hasil evaluasi variabel budaya

organisasi (X2), menunjukkan dari enam

indikator yang dipergunakan untuk mengukur

budaya organisasi, semua indikator memiliki

nilai outer loading lebih besar dari 0,50

dan T-Statistic lebih dari 1,663. Hasil ini

menunjukkan bahwa inovasi dan keberanian

mengambil resiko (X2.1), integrasi (X2.2),

perhatian terhadap detail (X2.3), orientasi

hasil (X2.4), orientasi orang (X2.5), dan

orientasi tim (X2.6) merupakan indikator

yang valid dalam merefleksikan variabel budaya organisasi (X

2). Hasil evaluasi

juga menunjukkan bahwa integrasi (X2.2)

merupakan indikator terkuat merefleksikan

Page 89: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 201484

budaya organisasi dengan nilai outer loading

sebesar 0,882.

Pada evaluasi variabel kepuasan kerja

(Y1), Nampak kelima indikator memiliki nilai

outer loading lebih dari 0,5 dan T-Statistic

lebih dari 1,663. Ini memberikan makna

bahwa kepuasan terhadap pembayaran

(Y1.1), kepuasan terhadap pekerjaan (Y1.2),

kepuasan terhadap promosi (Y1.3), kepuasan

terhadap supervisi (Y1.4), dan kepuasan

terhadap rekan sekerja (Y1.5) merupakan

indikator yang valid sebagai pengukur

variabel kepuasan kerja (Y1). Pemeriksaan

lebih lanjut menunjukkan, kepuasan terhadap

promosi (Y1.3) merupakan indikator terkuat

merefleksikan kepuasan kerja dengan nilai outer loading sebesar 0,834.

Hasil pemeriksaan variabel kinerja

karyawan (Y2), menunjukkan ketujuh

indikator yang digunakan untuk mengukur

variabel kinerja karyawan (Y2), memiliki nilai

outer loading lebih dari 0,5 dan T-Statistic

lebih dari 1,663. Ini memberikan makna

bahwa kuantitas kerja (Y2.1), kualitas kerja

(Y2.2), pengetahuan akan pekerjaan (Y2.3),

inovasi (Y2.4), inisiatif (Y2.5), kemampuan

bekerjasama (Y2.6), dan kemandirian

(Y2.7), merupakan indikator yang valid

untuk mengukur variabel kinerja karyawan.

Pemeriksaan lebih lanjut menunjukkan

kemampuan bekerjasama (Y2.6) merupakan

indikator terkuat merefleksikan kinerja karyawan dengan nilai outer loading sebesar

0,796.

Discriminant validity 2. dilakukan dengan

membandingkan nilai square root of

average variance extracted (AVE) setiap

variabel laten dengan korelasi antar

variabel laten lainnya dalam model.

Ketentuannya, apabila square root of

average variance extracted (√AVE) variabel laten lebih besar dari koefisien korelasi variabel laten mengindikasikan

indikator-indikator variabel memiliki

discrimant validity yang baik. Nilai AVE

yang direkomendasikan adalah lebih

besar dari 0,50. Informasi yang diperoleh

adalah bahwa keempat variabel memiliki

nilai AVE diatas 0,5, dan nilai √AVE untuk setiap variabel lebih tinggi dari

koefisien korelasi antar variabel lainnya. Hasil yang diperoleh mengindikasikan

bahwa model memiliki discriminant

validity yang baik.

Composite Reliability3. bertujuan

mengevaluasi nilai reliabilitas antara

blok indikator dari konstruk yang

membentuknya. Hasil composite

reliability dikatakan baik apabila

memiliki nilai diatas 0,70. Tampak

nilai composite reliability dari keempat

variabel laten telah berada diatas 0,70,

sehingga dapat disampaikan bahwa blok

indikator reliabel mengukur variabel.

Berdasarkan hasil evaluasi convergent

dan discriminant validity masing-masing

indikator, serta composite reliability

untuk blok indikator, maka dapat

disimpulkan bahwa indikator-indikator

sebagai pengukur variabel laten masing-

masing merupakan pengukur yang valid

dan reliabel. Selanjutnya dilakukan

analisis inner model untuk mengetahui

kesesuaian model (goodness of fit model) pada penelitian ini.

Evaluasi Model Struktural (Inner Model)

Model struktural dievaluasi dengan

memperhatikan Q2 predictive relevance model

yang mengukur seberapa baik nilai observasi

dihasilkan oleh model. Q2 didasarkan pada

koefisien determinasi seluruh variabel dependen. Besaran Q2 memiliki nilai dengan

rentang 0 < Q2 < 1, semakin mendekati nilai

1 berarti model semakin baik. Dalam model

structural ini, terdapat dua variabel endogenus

(dependen), yaitu kepuasan kerja (Y1) dan

kinerja karyawan (Y2). Hasil evaluasi model

structural terbukti nilai Q2 sebesar 0,6719

mendekati angka 1. Dengan demikian, hasil

evaluasi ini memberi bukti bahwa model

struktural memiliki kesesuaian (goodness of fit

Page 90: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014 85

model) yang cukup baik. Hasil ini bermakna

bahwa informasi yang terkandung dalam

data 67,19% dapat dijelaskan oleh model,

sedangkan sisanya 32,81% dijelaskan oleh

error dan variabel lain yang belum terdapat

dalam model.

Hasil Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan dengan

t-test pada masing-masing jalur pengaruh

langsung secara parsial dan pengaruh tidak

langsung melalui variabel mediasi. Terkait

dengan pengujian ini, maka pengujian

hipotesis dapat dipilah menjadi pengujian

pengaruh langsung dan pengujian pengaruh

tidak langsung atau pengujian variabel

mediasi. Pada bagian berikut diuraikan

secara berturut-turut hasil pengujian pengaruh

langsung dan pengujian variabel mediasi.

Pengujian Pengaruh Langsung

Hasil uji validasi koefisien path pada setiap jalur untuk pengaruh langsung dan

efek disajikan pada tabel berikut:

Tabel 1

Hasil Pengujian Efek Langsung Dan Efek Tanpa Variabel Mediasi

No Hubungan antar Variabel Koefisien Jalur (Bootstrapping)

T-Statistic

Keterangan

1 Komunikasi (X1) Kepuasan Kerja (Y1)

0.158 1.105 Tidak Signifikan

2 Budaya Organisasi (X2) Kepuasan Kerja (Y1)

0.470 3.779 Signifikan

3 Komunikasi (X1) Kinerja Karyawan (Y2)

0.217 2.075 Signifikan

4 Budaya Organisasi Kinerja Karyawan (Y2)

0.378 3.030 Signifikan

5 Kepuasan Kerja (Y1) Kinerja Karyawan (Y2)

0.268 2.687 Signifikan

Pengujian Kepuasan Kerja sebagai Variabel Mediasi (Model tanpa Variabel Mediasi)

6 Komunikasi (X1) Kinerja Karyawan (Y2)

0.252 2.135 Signifikan

7 Budaya Organisasi (X2) Kinerja Karyawan (Y2)

0.709 7.820 Signifikan

Dari tabel diatas maka dapat ditentukan

hasil pengujian hipotesis sebagai berikut :

Komunikasi (X1. 1) ternyata berpengaruh

positif tetapi tidak signifikan terhadap kepuasan kerja (Y

1). Hal ini ditunjukkan

oleh koefisien jalur yang bernilai positif sebesar 0,158 dengan T-statistic = 1,105

(T-statistic < 1,663), sehingga hipotesis

1a (H1a

): komunikasi berpengaruh positif

secara langsung terhadap kepuasan kerja

gagal diterima.

Budaya Organisasi (X2. 2) terbukti

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja (Y

1). Hal ini

ditunjukkan oleh koefisien jalur yang bernilai positif sebesar 0,470 dengan

T-statistic = 3,779 (T-statistic > 1,663),

sehingga hipotesis 1b (H1b

): budaya

organisasi berpengaruh positif secara

langsung terhadap kepuasan kerja dapat

dibuktikan.

Komunikasi (X3. 1) terbukti berpengaruh

Page 91: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 201486

positif dan signifikan terhadap kinerja Karyawan (Y

2). Hal ini ditunjukkan

oleh koefisien jalur yang bernilai positif sebesar 0,217 dengan T-statistic = 2,075

(T-statistic > 1,663), sehingga hipotesis

2a (H2a

): komunikasi berpengaruh

positif secara langsung terhadap kinerja

karyawan dapat dibuktikan.

Budaya organisasi (X4. 2) terbukti

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan (Y

2). Hal ini

ditunjukkan oleh koefisien jalur yang bernilai positif sebesar 0,378 dengan

T-statistic = 3,030 (T-statistic > 1,663),

sehingga hipotesis 2b (H2b

): budaya

organisasi berpengaruh positif secara

langsung terhadap kinerja karyawan

dapat dibuktikan.

Kepuasan kerja (Y5. 1) terbukti berpengaruh

positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan (Y

2). Hal ini ditunjukkan

oleh koefisien jalur yang bernilai positif sebesar 0,268 dengan T-statistic = 2,687

(T-statistic > 1,663), sehingga hipotesis

2c (H2c

): kepuasan kerja berpengaruh

positif secara langsung terhadap kinerja

karyawan dapat dibuktikan. Sesuai hasil

yang diperoleh dapat dinyatakan bahwa

kepuasan kerja yang semakin baik

mampu meningkatkan kinerja karyawan

pada Puri Saron Hotel Group Bali.

Pengujian Variabel Mediasi

Pengujian signifikansi variabel mediasi dalam model dapat diperiksa dari

hasil uji efek tidak langsung.

Dalam ringkasan pengujian variabel

Tabel 2 Hasil Pengujian Variabel Mediasi Dan Efek Tak Langsung

No Mediasi Variabel Kepuasan Kerja pada:

(a) (b) (c) (d) Keterangan

1 Komunikasi (X1) Kinerja Karyawan (Y2)

0.217 (Sig.)

0.252 (Sig.)

0.158 (Non-Sig.)

0.268 (Sig.)

Bukan Variabel Mediasi

2 Budaya Organisasi (X2) Kinerja Karyawan (Y2)

0.378 (Sig.)

0.709 (Sig.)

0.470 (Sig.)

0.268 (Sig.)

Partial Mediation

Kalkulasi Efek Langsung, Tak Langsung, dan Total No Hubungan Variabel Efek

Langsung Efek Tak Langsung

Efek Total

1 Komunikasi (X1) Kepuasan Kerja (Y) Kinerja (Y2)

0.217 0.042 (0.158 x 0.268)

0.259

2 Budaya Organisasi (X2) Kepuasan (Y1) Kinerja (Y2)

0.378 0.126 (0.470 x 0.268)

0.504

mediasi yang disajikan pada tabel 2 dapat

disampaikan bahwa kepuasan kerja (Y1)

bukan merupakan variabel mediasi efek tak

langsung komunikasi (X1) terhadap kinerja

karyawan (Y2). Ini dilihat dari nilai efek tak

langsung yang lebih kecil dari efek langsung.

Hasil ini memberikan makna bahwa dalam

mempengaruhi kinerja pegawai, komunikasi

tidak memerlukan mediasi dari kepuasan kerja

terlebih dahulu. Dengan demikian hipotesis

3a (H3a

) tidak dapat dibuktikan kebenarannya

atau ditolak.

Pengujian variabel mediasi kepuasan

kerja (Y1) pada efek tak langsung budaya

organisasi (X2) terhadap kinerja karyawan

(Y2) mengindikasikan hasil yang positif dan

signifikan dengan koefisien jalur sebesar 0,126. Hasil ini memberikan makna,

semakin meningkat kepuasan kerja karyawan

Page 92: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014 87

yang didasari budaya organisasi yang baik

mampu meningkatkan kinerjanya. Dengan

demikian, hipotesis 3b (H3b

) dapat dibuktikan

kebenarannya. Walaupun demikian, kepuasan

kerja bukan sebagai mediator penting pada

efek tak langsung budaya organisasi terhadap

kinerja karyawan, karena mediasinya bersifat

parsial (partial mediation). Informasi lain

yang dapat disampaikan, koefisien jalur pada efek langsung budaya organisasi

terhadap kinerja karyawan (0,378) lebih

besar dibandingkan koefisien jalur efek tak langsung melalui mediasi kepuasan kerja

(0,126). Hasil ini memberikan makna,

budaya organisasi ternyata secara lansung

dapat memberikan efek lebih besar terhadap

pencapaian kinerja karyawan dibandingkan

dampak budaya organisasi secara tak langsung

melalui mediasi kepuasan kerja.

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis-

hipotesis yang telah diuraikan tersebut, maka

dapat disusun diagram jalur seperti pada

gambar 2 berikut ini:

KOMUNIKASI

BUDAYA

ORGANISASI

KEPUASAN KERJAKINERJA

KARYAWAN

0.217S

(0.042)

0.158NS

0.470S

0.268S

0.378S

(0.126)

Keterangan :

S = SignifikanNS = Non Signifikan( ) = Efek Tak Langsung

Gambar 2

Diagram Jalur Hasil Uji Hipotesis

Informasi lain yang dapat disampaikan

terkait dengan peran kepuasan kerja (tabel

2 dan gambar 2), efek tak langsung budaya

organisasi terhadap kinerja karyawan lebih

besar dibandingkan efek tak langsung

komunikasi terhadap kinerja karyawan. Hal

ini dapat dilihat dari masing-masing total

efek, dimana efek tak langsung budaya

organisasi - kepuasan kerja – kinerja

karyawan memperoleh total efek sebesar

0,504, sedangkan efek total komunikasi –

kepuasan kerja – kinerja karyawan hanya

sebesar 0,259.

Page 93: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 201488

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan

pembahasan yang telah dilakukan dalam

penelitian ini, maka dapat diperoleh

kesimpulan sebagai berikut:

Pengaruh langsung komunikasi dan 1.

budaya organisasi terhadap kepuasan

kerja.

Komunikasi yang semakin baik a.

belum tentu mampu meningkatkan

kepuasan kerja karyawan pada

Puri Saron Hotel Group Bali.

Budaya Organisasi yang semakin b.

baik mampu meningkatkan

kepuasan kerja karyawan pada

Puri Saron Hotel Group Bali.

Pengaruh langsung komunikasi, budaya 2.

organisasi, dan kepuasan kerja terhadap

kinerja karyawan.

Komunikasi berpengaruh langsung a.

terhadap kinerja karyawan pada

Puri Saron Hotel Group Bali.

Komunikasi yang semakin baik

mampu meningkatkan kinerja

karyawan pada Puri Saron Hotel

Group Bali.

Budaya organisasi berpengaruh b.

langsung terhadap kinerja

karyawan pada Puri Saron Hotel

Group Bali. Budaya organisasi

yang semakin baik mampu

meningkatkan kinerja karyawan

pada Puri Saron Hotel Group

Bali.

Kepuasan kerja berpengaruh c.

langsung terhadap kinerja

karyawan pada Puri Saron Hotel

Group Bali. Kepuasan kerja

yang semakin baik mampu

meningkatkan kinerja karyawan

pada Puri Saron Hotel Group

Bali.

Pengaruh tak langsung komunikasi 3.

dan budaya organisasi terhadap kinerja

karyawan melalui mediasi kepuasan

kerja

Komunikasi memiliki pengaruh a.

langsung terhadap kinerja

karyawan tanpa melalui mediasi

kepuasan kerja pada Puri saron

Hotel Group Bali. Kepuasan kerja

bukan variabel mediasi pada efek

tak langsung komunikasi terhadap

kinerja Karyawan.

Budaya organisasi memiliki b.

pengaruh tak langsung yang

bermakna terhadap kinerja

karyawan melalui mediasi

kepuasan kerja pada Puri Saron

Hotel Group Bali. Dalam hal ini

mediasi kepuasan kerja bersifat

parsial (partial mediation)

pada efek tak langsung budaya

organisasi terhadap kinerja

karyawan. Hal ini menandakan

bahwa kepuasan kerja bukan

mediator kunci pada hubungan

tak langsung budaya organisasi

terhadap kinerja karyawan.

Saran

Beberapa saran yang dapat diberikan

terkait dengan hasil penelitian ini antara lain

:

Dalam rangka meningkatkan kinerja 1.

karyawan, komunikasi hendaknya

dapat meningkatkan kinerja karyawan.

Melalui komunikasi, tentunya membuat

unsur pimpinan Puri Saron Hotel Group

Bali perlu melakukan upaya-upaya

meningkatkan kinerja karyawan melalui

tindakan kepada karyawan disamping

pemahaman, kesenangan, pengaruh pada

sikap dan hubungan yang makin baik.

Budaya organisasi paling penting 2.

peranannya dalam meningkatkan kinerja

karyawan pada Puri Saron Hotel Group

Bali, baik secara langsung maupun tidak

langsung tanpa harus dimediasi oleh

kepuasan kerja. Oleh karena itu, unsur

pimpinan harus memberikan perhatian

pada budaya organisasi terutama

perhatian terhadap integrasi, disamping

inovasi dan keberanian mengambil resiko,

Page 94: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014 89

perhatian terhadap detail, orientasi hasil,

orientasi orang dan orientasi tim untuk

dapat meningkatkan kinerja karyawan.

Bagi peneliti mendatang dapat 3.

mereplikasi model penelitian ini melalui

pendekatan longitudinal (dari waktu ke

waktu) dan memungkinkan digunakan

pada organisasi/perusahaan lainnya.

Selain itu, peneliti mendatang dapat

memodifikasi model penelitian dengan menambahkan variabel-variabel lain,

hal ini didasari indikator dari kinerja

pegawai/karyawan cukup banyak dan

berbeda dengan kondisi organisasi/

perusahaan satu dengan lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Al Rizal, M.Hanif., dan Ratnawati, Intan.

2012. Pengaruh Budaya Organisasi

dan Kepuasan Kerja terhadap Kinerja

Karyawan (Studi pada Rumah Sakit Panti

Wilasa “Citarum” Kota Semarang).

Diponegoro Journal Of Management

Volume 1 Nomor 2; halaman 181-188.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur

Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Rhineka Cipta: Jakarta.

Brahmasari. 2008. Pengaruh Budaya

Organisasi, Kepemimpinan Situasional

dan Pola Komunikasi terhadap Disiplin

Kerja dan Kinerja Karyawan pada

PT. Central Proteinaprima Tbk. Jurnal

Aplikasi Manajemen Volume 7 Nomor

1; halaman 238-250.

Guritno, Bambang dan Waridin. 2005.

Pengaruh Persepsi Karyawan Mengenai

Perilaku Kepemimpinan, Kepuasan

Kerja dan Motivasi terhadap Kinerja.

JRBI Volume 1 Nomor 1: halaman 63-

74.

Ghozali, Imam. 2011. Partial Least Square

(PLS) berbasis Variance. Semarang: BP

Universitas Diponegoro.

Handoko, T. Hani. 2001. Manajemen, Edisi

2. Yogyakarta: BPFE

Hasibuan, M. 2003. Manajemen Sumber Daya

Manusia. PT Bumi Aksara, Jakarta.

Ivancevich J.M., Konopaske, R., dan

Matteson, M.T. 2005. Organizational

Behavior and Management. Boston:

McGraw Hill.

Kreitner, R., & Kinichi, A. 2005. Perilaku

Organisasi. Jakarta: Salemba Empat

Kreitner, R., and Kinichi, A. 2006.

Organizational Behaviour. 2nd edition.

New York: The Free Press.

Liliyana, Utin Nina Hermina, dan Desvira

Zain. 2011.Pengaruh Budaya Organisasi

terhadap Motivasi Kerja, Komitmen, dan

Kinerja Karyawan di SMAN 9 Pontianak.

Jurnal Aplikasi Manajemen Volume 9

Nomor 2; halaman 491 – 499.

Luthans, F. 2006. Perilaku Organisasi. Edisi

Sepuluh. Yogyakarta:Andi

Masrukhin dan Waridin. 2004. Pengaruh

Motivasi Kerja, Kepuasan Kerja, Budaya

Page 95: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 201490

Organisasi dan Kepemimpinan terhadap

Kinerja Pegawai. EKOBIS Volume 7

Nomor 2; halaman 197-209.

Mangkunegara, P. A. 2004. Manajemen

Sumber Daya Manusia Perusahaan.

Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Mangkuprawira, S. dan Vitalaya. 2007.

Manajemen Mutu Sumber Daya Manusia.

Jakarta: Ghalia Indonesia.

Mangkuprawira, S. 2008. Bisnis, Manajemen

dan SDM. Bogor: IPB Press.

Robbins, S.P. 2005. Organizational Behavior.

11th edition. New Jersey: Prentice-Hall

Inc.

Susanto, Heri., dan Aisiyah, Nuraini. 2010.

Analisis Pengaruh Kepemimpinan dan

Budaya Kerja dengan Motivasi sebagai

Variabel Intervening terhadap Kinerja

Karyawan di Kantor Pertanahan

Kabupaten Kebumen. Magistra No. 74

Th. XXII; halaman 15-38.

Page 96: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014 91

AKUNTANSI PENILAIAN DAN PENCATATAN PERSEDIAAN STONEWARE

MENJADI BAHAN BAKU KERAMIK SEBAGAI DASAR PENENTUAN LABA

KOTOR YANG WAJAR MENURUT TEORI AKUNTANSI KEUANGAN

I Nyoman Normal

(Peneliti Akuntansi Keuangan, Kelompok Fungsional Tekno-Ekonomi,

Kantor UPT PSTKP Bali–BPPT,)

Abstracts : The aims of this research that relate stoneware inventory to ceramics raw

material were : (1) Calculate value of ending inventory as component of current asset

by inventory valuation method; (2) Calculate of cost of goods sold as component of

income statement; (3) Record of ending inventory and cost of goods sold use phisic

and perpectual method; and (4) Determinate influence of inventory valuation method

to gross profit. The research results that relate stoneware to ceramics raw material were : (1)The using of recording method (physic and perpectual) and valuation (first in first out, last in first out, and moving average) at UPT PSTKP Bali technology services influence of financial statements element, such as ending inventory, cost of goods sold, and gross profit; (2) The using of physic method into record stoneware could influence : (a) ending inventory : decrease 4,37% (last in first out method), decrease 1,17% (weighted average method), (b) cost of goods sold : increase 0,09% (last in first out method), increase 0,02% (weighted average method), (c) gross

profit : decrease 1,02% (last in first out method), decrease 0,27% (weighted average method); (3) The using of perpectual method into record stoneware could influence : (a) ending inventory : decrease 1,26% (first in first out method), decrease 4,37% (last in first out method), increase 2,76% (moving average method), (b) cost of goods sold : decrease 0,08% (first in first out method), increase 0,09% (last in first out method), decrease 0,05% (moving average method), (c) gross profit : increase 0,91% (first in first out method), decrease 1,02% (last in first out method), and increase 0,65% (moving average method); (4) If the buying price is increase too, so that the using of first in first out method would increase ending inventory, decrease cost of goods sold, and increase gross profit; and (5) If the buying price is decrease too, so that the using of first in first out method would decrease ending inventory, increase cost of goods sold, and decrease gross profit.

Key words : valuation, recording, stoneware (raw material inventory of ceramics), gross profit”

PENDAHULUAN

Persediaan barang dagang (merchandise

inventory) adalah barang-barang yang dimiliki

perusahaan untu dijual kembali (Soemarso,

1992:411). Untuk perusahaan pabrik termasuk

dalam persediaan adalah barang-barang

yang akan digunakan untuk proses produksi

selanjutnya. Persediaan dalam perusahaan

pabrik terdiri dari persediaan bahan baku,

persediaan dalam proses, dan persediaan

barang jadi.

Persediaan pada umunya meliputi jenis

barang yang cukup banyak dan merupakan

bagian yang cukup berarti dari seluruh aktiva

perusahaan. Disamping itu, transaksi yang

berhubungan dengan persediaan merupakan

aktivitas yang paling sering terjadi. Persediaan

barang dagang pada umumnya dinilai pada

harga perolehannya. Dalam hal-hal tertentu

Page 97: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 201492

persediaan dapat dinilai pada harga terendah

antara harga perolehan dan harga pasar atau

nilai yang diharapkan direalisasikan. Cara

penilaian dan metode penetapan harga pokok

harus diungkapkan dalam laporan keuangan.

Persediaan bahan dipengaruhi oleh

sifat kegiatan produksi perusahaan, apakah

kegiatan produksi tergantung kepada

datangnya pesanan dari langganan (pembeli),

atau kegiatan produksi bersifat massa atau

proses (Supriyono, 1992:387). Umumnya

perencanaan bahan pada perushaan yang

kegiatan produksinya bersifat proses atau

massa lebih mudah dibandingkan dengan

perusahaan yang berproduksi berdasar

pesanan. Akan tetapi yang pasti bahwa

pada semua perusahaan tujuan perencanaan

dan pengendalian bahan mempunyai dua

tujuan pokok, yaitu : (1) untuk menekan

(meminimumkan) biaya; dan (2) untuk

memaksimumkan laba dalam waktu tertentu

dan dengan dana tertentu.

Persediaan merupakan bagian aktiva

yang sangat penting dalam perusahaan atau

organisasi. Oleh karena itu, persediaan harus

dikelola dengan baik dan benar sesuai dengan

teori akuntansi keuangan yang ada, sehingga

bisa digunakan secara optimal dan dapat

menghasilkan keluaran atau laba usaha yang

maksimal. Sistem pengelolaan yang penting

dalam akuntansi keuangan dan manajemen

adalah : (1) penilaian, yang mencakup berapa

nilai persediaan yang harus di dicantumkan di

neraca sehingga nilai tersebut dianggap wajar

menurut akuntansi keuangan sesuai dengan

metode penilaian persediaan yang ada; dan

(2) pencatatan, yang mencakup bagaimana

cara menjurnal nilai persediaan dan harga

pokok yang diperoleh pada tahap penilaian

dengan menggunakan metode pisik maupun

perpetual.

Metode penilaian dan pencatatan

persediaan akan mempengaruhi perusahaan

atau organisasi dalam pencapaian tingkat

laba terutama laba usaha dalam satu periode

akuntansi. Laba merupakan salah satu ukuran

keberhasilan perusahaan atau organisasi,

bahkan perusahaan yang berorientasi

laba, perolehan laba adalah tujuan utama.

Seringkali perusahaan memokuskan aspek

penilaian dan pencatatan persediaan untuk

memperoleh hasil maksimal, karena pada

beberapa bagian sering terjadi pemborosan

maupun kecurangan pada persediaan yang

penyebabnya adalah kekeliruan dan kesalahan

dalam menilai dan mencatat persediaan.

UPT PSKTP Bali sebagai lembaga

pemerintah non kementerian yang tugas

pokoknya malakukan kegiatan pengkajian,

pengembangan, pelayanan, dan perekayasaan

keramik dan porselin, khususnya pada

bidang pelayanan jasa teknologi, dalam

operasionalnya melakukan pembelian dan

penjualan (pemakaian) persediaan bahan

baku keramik yang diberi nama stoneware.

Pelayanan jasa teknologi UPT PSTKP selama

ini belum pernah melakukan penilaian dan

pencatatan persediaan bahan baku keramik

sesuai dengan teori akuntansi keuangan.

Pembelian persediaan bahan baku dilakukan

oleh bagian pengadaan atau perlengkapan

sesuai dengan kebutuhan bagian produksi

atau sebagian untuk dijual sesuai dengan

layanan jasa teknologi bahan. Jika bahan

sudah datang, maka langsung ditempatkan

di gudang bahan yang lokasinya dekat

dengan pabrik. Penggunaan bahan baku

atau penjualan kepada konsumen langsung

dilakukan oleh supervisor produksi sesuai

dengan permintaan.

Apabila kondisi tersebut di atas terus

dilakukan, maka nilai dan validitas persediaan

bahan baku tidak mencerminkan kondisi ideal

yang diharapkan. Hal ini disebabkan oleh

karena tidak adanya penilaian dan pencatatan

persediaan yang memadai sesuai dengan

teori akuntansi keuangan yang ada. Dalam

satu periode akuntansi biasanya dilakukan

sembilan kali pembelian stoneware yang

waktunya hampir setiap bulan dari bulan

Maret s.d Novmeber. Penggunaan atau

Page 98: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014 93

penjualan tergantung kebutuhan produksi

atau permintaan konsumen yang dalam

sebulan bisa dilakukan tiga kali atau lebih.

Dengan mengasumsikan pelayanan jasa UPT

PSTKP Bali melakuan rata-rata pembelian

dan penjualan atau kebutuhan produksi sesuai

dengan kondisi tersebut, persediaan awal yang

Tabel 1 : Gambaran Data Pembelian dan Penjualan atau Kebutuhan Produksi

Stoneware pada UPT PSTKP Bali Tahun 2012 (Rp)

TGL URAIAN UNIT HARGA

3 Maret Pembelian 3.000 kg 2.500,00

7 Maret Penjualan 1.200 kg 2.750,00

15 Maret Produksi 800 kg 2.650,00

28 Maret Produksi 800 kg 2.650,00

5 April Pembelian 2.500 kg 2.600,00

20 April Penjualan 1.500 kg 2.800,00

27 April Penjualan 900 kg 2.850,00

4 Mei Pembelian 3.000 kg 2.450,00

19 Mei Penjualan 2.100 kg 2.700,00

31 Mei Produksi 800 kg 2.600,00

2 Juni Pembelian 1.000 kg 2.475,00

28 Juni Penjualan 1.100 kg 2.750,00

3 Juli Pembelian 1.500 kg 2.550,00

10 Juli Produksi 1.300 kg 2.800,00

6 Agust Pembelian 2.000 kg 2.600,00

21 Agust Penjualan 1.950 kg 2.850,00

10 Sept Pembelian 3.000 kg 2.525,00

22 Sept Produksi 1.800 kg 2.750,00

29 Sept Penjualan 1.200 kg 2.800,00

3 Okt Pembelian 1.000 kg 2.575,00

15 Okt Produksi 1.150 kg 2.725,00

2 Nov Pembelian 2.000 kg 2.625,00

26 Nov Penjualan 1.950 kg 2.850,00

12 Des Pembelian 1.000 kg 2.675,00

25 Des Penjualan 1.350 kg 2.775,00

Sumber : UPT PSTKP Bali, 2013.

masih ada pada tanggal 1 Januari 2012 adalah

300 kg dengan harga 2.450,00, dan persediaan

akhir di gudang pada tanggal 31 Desember

2012 sebesar 400 kg, maka sebagai gambaran

data pembelian dan penjualan atau kebutuhan

produksi tahun 2012 adalah sebaga berikut

Berdasarkan gambaran data tersebut,

maka dapat dirumuskan permasalahan

sebagai berikut : (1) Bagaimana penerapan

metode penilaian persediaan yang

menggunakan metode pencatatan secara

phisik atas pembelian dan penjualan atau

produksi stoneware ?; (2) Bagaimana

penerapan metode penilaian persediaan yang

menggunakan metode pencatatan secara

perpetual atas pembelian dan penjualan atau

produksi stoneware; (3) Bagaimana pengaruh

metode penilaian yang menggunakan metode

pencatatan secara phisik atas pembelian dan

penjualan atau produksi stoneware terhadap

laba usaha; dan (4) Bagaimana pengaruh

metode penilaian yang menggunakan metode

pencatatan secara perpetual atas pembelian

dan penjualan atau produksi stoneware

terhadap laba usaha.

Penelitian terhadap stoneware ini

Page 99: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 201494

bertujuan untuk mengetahui : (1) Penerapan

metode penilaian persediaan yang

menggunakan metode pencatatan secara

phisik atas pembelian dan penjualan atau

produksi stoneware ?; (2) Penerapan metode

penilaian persediaan yang menggunakan

metode pencatatan secara perpetual atas

pembelian dan penjualan atau produksi

stoneware; (3) Pengaruh metode penilaian

yang menggunakan metode pencatatan

secara phisik atas pembelian dan penjualan

atau produksi stoneware terhadap laba usaha;

dan (4) Pengaruh metode penilaian yang

menggunakan metode pencatatan secara

perpetual atas pembelian dan penjualan atau

produksi stoneware terhadap laba usaha.

KAJIAN PUSTAKA

Pengertian Persediaan

Keuangan (2004:14.1) No.14 (03)

pengertian persediaan adalah aktiva (a)

tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha

normal; (b) dalam proses produksi dan atau

dalam perjalanan; atau (c) dalam bentuk

bahan atau perlengkapan untuk digunakan

dalam proses produksi atau pemberian jasa.

Istilah yang digunakan untuk menunjukkan

barang-barang yang dimiliki oleh suatu

perusahaan akan tergantung pada jenis usaha

perusahaan (Baridwan, 1992:149). Pada

perusahaan industri yang termasuk persediaan

adalah persediaan bahan baku, persediaan

barang dalam proses, dan persediaan barang

jadi (Nuh, 1999:45). Perusahaan yang tidak

mempunyai persediaan adalah perusahaan

jasa.

Istilah persediaan yang digunakan

dapat dibedakan untuk usaha dagang yaitu

perusahaan yang membeli barang dan

menjualnya kembali tanpa mengadakan

perubahan bentuk barang, dan perusahaan

manufaktur yaitu perusahaan yang membeli

bahan dan mengubah bentuknya untuk dapat

dijual (Baridwan, 1992:149). Secara umum

istilah persediaan barang dipakai untuk

menunjukkan barang-barang yang dimiliki

untuk dijual kembali atau digunakan untuk

memproduksi barang-barang yang akan

dijual. Dalam perusahaan dagang, barang-

barang yang dibeli dengan tujuan akan dijual

kembali diberi judul persediaan barang.

Dalam perusahaan manufaktur, persediaan

yang dimiliki terdiri dari beberapa jenis

yang berbeda. Masing-masing diberi judul

tersendiri agar dapat menunjukkan macam

persediaan yang dimiliki. Jenis persediaan

yang ada pada perusahaan manufaktur adalah

: bahan baku dan penolong, supplies pabrik,

barang dalam proses, dan produk selesai.

Pembelian dari bahan bergantung kepada

kebutuhan produksi dan persediaan barang

(Dharmanegara, 2010:104).

Penglolaan tingkat persediaan adalah

seauatu yang sangat mendasar untuk

kemantapan keunggulan bersaing jangkan

panjang (Mowen, dk, 1997:551). Kualitas,

perekayasaan produk, harga, lembur,

kapasitas lebih, kemampuan menanggapi

konsumen (kinerja saat ini), waktu tunggu,

dan kemampulabaan menyeluruh adalah

semuanya terpengaruh oleh tingkat persediaan.

Pengelolaan persediaan secara kuat berkaitan

dengan kemampuan perusahaan untuk ada

pada pesaing yang kuat saat ini dan dimasa

yang akan datang. Inventory atau persediaan

barang sebagai elemen utama dari modal

kerja merupakan aktiva yang selalu dalam

keadaan berputar, yang secara teryus-menerus

mengalami perubahan (Riyanto, 1992:59).

Pada umumnya persediaan dinilai

dan dinyatakan di neraca sebesar harga

pokok atau harga perolehannya (Soemarso,

1992:411). Dalam keadaan tertentu, misalnya

karena kerusakan fisik, susut, perubahan tingkat harga, atau sebab-sebab lain,

persediaan dinilai pada harga yang terendah

antara harga pokok dan harga pasar (lower

of cost or market). Apabila persediaan

dinilai berdasarkan harga terendah antara

harga pokok dan harga pasar, maka harga

Page 100: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014 95

pokok persediaan (yang telah ditetapkan

berdasarkan metode FIFO, LIFO, atau rata-

rata) dibandingkan dengan harga pasarnya.

Harga yang terendah diantara keduanya,

dipilih untuk penilaian dan digunakan untuk

penyajian di laporan keuangan.

Metode Pencatatan Persediaan

Ada dua metode yang bisa digunakan

dalam hubungannya dengan pencatatan

persediaan, yaitu : (1) metode fisik; dan (2) metode buku (Baridwan, 1992:151).

Penggunaan metode fisik mengharuskan adanya perhitungan barang yang masih ada

pada tanggal penyusunan laporan keuangan.

Perhitungan persediaan (stock opname)

ini diperlukan untuk mengetahui berapa

jumlah barang yang masih ada dan kemudian

diperhitungkan harga pokoknya. Dalam

metode ini mutasi persediaan barang tidak

diikuti dalam buku-buku, setiap pembelian

barang dicatat dalam rekening pembelian.

Pembelian barang bisa dilakukan secara

kredit maupun tunai (Tim Dosen LP3I,

1999:105). Metode fisik untuk pembelian barang dagangan dicatat pada perkiraan

pembelian (purchases). Oleh karena tidak ada

catatan mutasi persediaan barang, maka harga

pokok penjualan juga tidak dapat diketahui

dipakai untuk mencatat pembelian, penjualan,

dan saldo persediaan. Setiap perubahan

dalam persediaan diikuti dengan pencatatan

dalam rekening persediaan sehingga jumlah

persediaan sewaktu-waktu dapat diketahui

dengan melihat kolom saldo dalam rekening

persediaan. Masing-masing kolom dirinci

lagi untuk kuantitas dan harga perolehannya.

Metode buku atau perpetual (perpectual)

mencatat pembelian barang dagangan

kedalam rekening persediaan barang dagangan

(merchandise inventory). Setidak-tidaknya

setahun sekali perlu diadakan pengecekan

apakah jumlah barang dalam gudang sesuai

dengan jumlah dalam rekening persediaan.

Metode buku merupakan cara yang lebih

baik untuk mencatat persediaan, yaitu dapat

membantu memudahkan penyusunan neraca,

laporan rugi laba, juga dapat digunakan untuk

mengawasi barang-barang dalam gudang.

Metode Penilaian Persediaan

Untuk dapat menghitung harga pokok

penjualan dan harga pokok persediaan akhir

dapat digunakan berbagai cara (Baridwan,

1992:158), yaitu : (1) Identifikasi Khusus, yaitu didasarkan pada anggapan bahwa arus

barang harus sama dengan arus biaya. Untuk

itu perlu dipisahkan tiap-tiap jenis barang

berdasarkan harga pokoknya dan untuk

masing-masing kelompok dibuatkan kartu

persediaan sendiri, sehingga masing-masing

harga pokok bisa diketahui. Harga pokok

penjualan terdiri dari harga pokok barang-

barang yang dijual dan sisanya merupakan

persediaan akhir; (2) Masuk Pertama

keluar Pertama (FIFO), yaitu harga pokok

persediaan akan dibebankan sesuai dengan

ututan terjadinya. Apabila ada penjualan

atau pemakaian barang-barang maka harga

pokok yang dibebankan adalah harga pokok

yang paling terdahulu, disusul yang masuk

berikutnya. Persediaan akhir dibebani harga

pokok terakhir; (3) Rata-rata Tertimbang,

yaitu barang-barang yang dipakai untuk

produksi atau dijual akan dibebani harga

pokok rata-rata. Perhitungan harga pokok

Persediaan barang awal Rp xxx

Pembelian (neto) xxx +

Tersedia untuk dijual xxx

Persediaan barang akhir xxx -

Harga pokok penjualan xxx

sewaktu-waktu. Harga pokok penjualan

baru dihitung apabila persediaan akhir sudah

dihitung. Perhitungan harga pokok penjualan

dilakukan dengan cara sebagai berikut :

Dalam metode buku, setiap jenis

persediaan dibuatkan rekening sendiri-sendiri

yang merupakan buku pembantu persediaan.

Rincian dalam buku pembantu bisa diawasi

dari rekening control persediaan barang dalam

buku besar (Baridwan, 1992:152). Rekening

yang digunakan untuk mencatat persediaan

ini terdiri dari beberapa kolom yang dapat

Page 101: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 201496

rata-rata dilakukan dengan cara membagi

jumlah harga perolehan dengan kuantitasnya;

(4) Masuk Terakhir keluar Pertama (LIFO),

yaitu barang-barang yang dikeluarkan dari

gudang akan dibebani dengan harga pokok

pembelian yang terakhir disusul dengan

yang masuk sebelumnya. Persediaan akhir

dihargai dengan harga pokok pembelian yang

pertama dan berikutnya; (5) Persediaan Besi

(Minimum), yaitu metode yang beranggapan

bahwa perusahaan memerlukan suatu jumlah

persediaan minimum (besi) untumenjaga

kuntinuitas usahanya. Persediaan minimum

(besi) ini dianggap sebagai suatu elemen yang

harus selalu tetap, sehingga dinilai dengan

harga pokok yang tetap. Harga pokok untuk

persediaan minimum biasanya diambil dari

pengalaman yang lalu dimana harga pokok itu

nilainya rendah; (6) Biaya Standar (Standard Cost), yaitu persediaan barang dinilai dengan

biaya standar, yang merupakan biaya-biaya

yang seharusny terjadi. Biaya standar ini

ditentukan di muka sebelum proses produksi

dimulai, untuk bahan baku, upah langsung,

dan biaya produksi tidak langsung; (7) Harga

Pokok Rata-rata Sederhana (Simple Average),

yaitu harga pokok persediaan ditentukan

dengan menghitung rata-ratanya tanpa

memperhatikan jumlah barangnya; (8) Harga

Beli Terakhir (Latest Purchase Price), yaitu

persediaan barang yang ada pada akhir periode

dinilai dengan harga pokok pembelian terakhir

tanpa mempertimbangkan apakah jumlah

persediaan yang ada melebihi jumlah yang

dibeli terakhir; (9) Nilai Penjualan Relatif,

yaitu digunakan untuk mengalokasikan

biaya bersama (joint cost) kepada masing-

masing produk yang dihasilkan atau dibeli.

Masalah alokasi timbul dalam usaha dagang

maupun perusaaan manufaktur. Pembagian

biaya bbersama ini dilakukan berdasar nilai

penjualan relatif masing-masing barang; dan

(10) Biaya Variabel (Direct Costing), yaitu

harga pokok produksi yang dihasilkan oleh

perusahaan hanya dibebani dengan biaya

produksi variabel, yaitu bahan baku, upah

langsung, dan biaya produksi tidak langsung

variabel. Biaya produksi tidak langsung

yang tetap akan dibebankan sebagai biaya

dalammperiode yang bersangkutan dan tidak

ditunda dalam persediaan.

Stoneware

Stoneware adalah bahan yang

digunakan untuk badan keramik yang cocok

pada pembakaran dengan suhu yang tinggi

sekitar 1.2000C – 1.3000C (Alexander,

2000:81). Sifat yang dikandung stoneware

memiliki titik lebur yang lebih tinggi

dibandingkan dengan earthenware. Sifat-

sifatnya : bodinya (badan) kuat sekali,

kerapatannya tinggi, peresapan airnya rendah

1%-2%. Untuk membuat stoneware pertama

kali digunakan tanah liat murni, yaitu

langsung dari penggalian (toko) lalu cari

angka peresapan airnya. Bahan baku yang

digunakan untuk membentuk Stoneware

adalah Tanah (Lempung) Putih Kalimantan,

Ball Clay Bantur, Feldspar Lodoyo, dan

Kuarsa Bakar Belitung. Lempung menurut

Hartono (1983:3) dibagi menjadi tiga

pengertian, yaitu: sebagai ukuran besar

butir, semua bahan padat yang mempunyai

ukuran besar butir lebih kecil dari 2 µm;

sebagai kumpulan bahan mineral, bahan

yang terdapat berbutir halus dan terdiri dari

mineral kristalin yang dinamakan mineral

lempung; dan sebagai istilah batuan, salah

satu bahan yang membentuk lhitosphir.

Feldspar adalah suatu senyawa

alumina silikat yang mengandung satu atau

lebih unsur basa seperti : K, Na, Ca, dan

Ba (Hartono, 1983:83). Suatu kelompok

mineral batuan beku yang terutama terdiri

dari senyawa silikat dari K, Na dan Ca

dalam mana pada umumnya satu kation

bisa merupakan kation utama. Feldspar

jumlahnya berlimpah dan banyak terdapat

di dalam kerak bumi, termasuk kelompok

mineral silikat (Alexander, 2000:42). Ball Clay adalah lempung yang dalam kering

menjadi keras dan sangat kuat. Kadang-

kadang bila dibuat benda keramik dari bahan

Page 102: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014 97

ball clay akan banyak timbul retak-retak

(Hartono, 1983:22). Ball clay merupakan

lempung sedimentair yang mempunyai butir

sangat halus mengandung bahan organik dan

pula mempunyai keplastisan yang tinggi,

kekuatan kering tinggi dan setelah dibakar

berwarna putih atau krem.

Laba Usaha

Komponen laporan keuangan yang

lengkap menurut IAI dalam SAK (2004:PSAK

No.1, Paragraf 07) terdiri dari : neraca, laporan

laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan

arus kas, dan catatan atas laporan keuangan.

Laba dan rugi (profit and loss) adalah hasil

dari mempertemukan secara wajar antara

penghasilan dengan semua biaya dalam

periode akuntansi yang sama (Supriyono,

1983:16). Apabila semua penghasilan lebih

besar dibanding biaya maka selisihnya adalah

laba. Menurut Soemarso (1992:57) laba bersih

(net income) adalah selisih pendapatan atas

biaya-biaya yang dibebankan dan merupakan

kenaikan bersih atas modal yang berasal dari

kegiatan usaha.

Dalam laporan rugi laba bentuk multiple

step, dilakukan pengelompokkanyang lebih

teliti sesuai dengan prinsip yang digunakan

secara umum (Munawir, 1995:27). Dalam

bentuk ini timbul beberapa pengertian laba,

yaitu : laba kotor, laba operasi (usaha), laba

bersih sebelum pos luar biasa, dan laba

bersih sebelum pajak. Harga pokok produksi

merupakan bagian dari komponen harga

pokok penjualan, yang mengurangi penjualan

untuk memperoleh laba kotor.

BAHAN DAN METODE

Bahan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah proses pembelian dan

penjualan (penggunaan) stoneware sebagai

bahan baku keramik pada UPT PSTKP Bali.

Jenis data yang digunakan: (1) Data kualitatif,

yaitu data yang tidak berbentuk angka atau

kunatitas, seperti : sejarah berdirinya UPT

PSTKP Bali-BPPT, struktur organisasi, fungsi

pokok, uraian tugas, proses produksi, tanggal

perolehan stoneware, dan jenis stoneware;

dan (2) Data kuantitatif, yaitu data yang

berbentuk angka, seperti : kuantitas dan

harga beli stoneware, kuantitas dan harga jual

(harga transfer) stoneware, komponen lain

yang berkaitan dengan peblian dan penjualan

(penggunaan) stoneware.

Sumber data, yaitu : (1) Data primer,

yaitu data yang langsung didapat dari

sumbernya, seperti kuantitas dan harga beli

stoneware, kuantitas dan harga jual (harga

transfer) stoneware, sistem pembelian,

metode pengiriman, dan sistem penggunaan

stoneware untuk bahan baku dalam proses

prduk keramik;

dan (2) Data sekunder, yaitu data yang

tidak langsung diperoleh dari sumbernya,

tetapi dari lembaga atau pihak lain, upah

minimum Kota Denpasar dari Depnakertrans,

jenis bahan baku keramik dari Balai Besar

Industri Keramik Bandung, dan standar

peresapan air yang memenuhi syarat sebagai

stoneware dari American Standard Testing Material (ASTM).

Metode yang digunakan dalam analisis

penelitian ini adalah :(1) Mengidentifikasi proses pembelian stoneware, (2)

Mengidentifikasi kuantitas pembelian stoneware, (3) Mengidentifikasi harga pembelian stoneware, (4) Menghitung nilai

pembelian, : (5) Mengidentifikasi proses penjualan atau penggunaaan stoneware, (6)

Mengidentifikasi kuantitas penjualan atau penggunaan stoneware, (7) Mengidentifikasi harga penjualan atau penggunaan stoneware,

(8) Menghitung nilai penjualan, (9)

Menghitung kuantitas dan nilai persediaan

akhir, (10) Menghitung kuantitas dan

nilai penjualan (penggunaan) stoneware,

(11) Melakukan penilaian pembelian dan

penjualan (penggunaan) persediaan, (12)

Melakukan pencatatan pembelian dan

penjualan (penggunaan) persediaan, dan

(13) Menentukan pengaruh metode penilaian

Page 103: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 201498

pencatatan persediaan terhadap laba usaha,

dan (14) Membuat simpulan.

Teknik analisis data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah : (1) Untuk

mengkaji akuntansi pencatatan stoneware

digunakan 2 metode (Tim Dosen LP3I,

1999:105), yaitu : metode fisik dan metode perpetual; (2) Untuk mengkaji akuntansi

penilaian stoneware yang bertujuan untuk

melakukan kelayakan penilaian persediaan,

karena adanya pembelian barang yang sama

dengan harga yang berbeda, digunakan 3

metode (Soemarso, 1992:414), yaitu : Masuk

Pertama Keluar Pertama (FIFO), Masuk

Terakhir Keluar Pertama(LIFO),dan Rata-

rata Rumus ketiga metode teresbut adalah

sebagai berikut (Baridwan, 1992:159):

Penjualan atau pemakaian barang-barang akan

dibebani harga pokok yang paling terdahulu,

Tanggal Diterima Dikeluarkan Saldo

Kuantitas Harga/kg Jumlah Kuantitas Harga/kg Jumlah Kuantitas Harga/kg Jumlah

Tanggal Diterima Dikeluarkan Saldo

Kuantitas Harga/kg Jumlah Kuantitas Harga/kg Jumlah Kuantitas Harga/kg Jumlah

B.METODE MASUK TERAKHIR KELUAR PERTAMA (LIFO)

C.METODE RATA-RATA TERTIMBANG (WEIGHTED AVERAGE)

A.METODE MASUK PERTAMA KELUAR PERTAMA (FIFO)

disusul dengan yang masuk berikutnya, yang

nilainya sama dengan kolom jumlah yang

dikeluarkan. Persediaan akhir dibebani harga

pokok terakhir, yang nilainya sama dengan

kolom jumlah saldo.

Barang-barang yang dikeluarkan dari

gudang atau dijual akan dibebani dengan

Tanggal Diterima Dikeluarkan Saldo

Kuantitas Harga/kg Jumlah Kuantitas Harga/kg Jumlah Kuantitas Harga/kg Jumlah

harga pokok pembelian yang terakhir, disusul

dengan yang masuk sebelumnya, yang

nilainya, yang nilainya sama dengan kolom

jumlah yang dikeluarkan. Persediaan akhir

dihargai dengan harga pokok pembelian yang

pertama dan berikutnya, yang nilainya sama

dengan kolom jumlah saldo.

Barang-barang yang dikeluarkan dari

gudang atau dijual akan dibebani dengan harga

pokok rata-rata. Perhitungan harga pokok

rata-rata dilakukan dengan cara membagi

jumlah harga perolehan dengan kuantitasnya,

nilainya sama dengan kolom jumlah yang

dikeluarkan. Persediaan akhir juga dibebani

harga pokok rata-rata yang diperoleh tadi,

yang nilainya sama dengan kolom jumlah

saldo; dan (3) Pengaruh metode penilaian

persediaan terhadap laba kotor dikaji dengan

cara penyusunan laporan keuangan teknik

bertahap (multiple step) (Munawir, 1995:27),

yang rumusnya adalah laba kotor = penjualan

– harga pokok penjualan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penggunaan Metode Pencatatan Fisik

Page 104: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014 99

dan Penilaian FIFO untuk Menghitung

Persediaan Akhir, Harga Pokok Penjualan,

dan Laba Kotor Penjualan Stoneware

Sesuai dengan data pembelian dan

penjualan (pemakaian) Stoneware tahun 2012,

maka dapat dilakukan penilaian persediaan

------------------------------------------------------------

a. Persediaan akhir = 400 kg x Rp 2.575,00 = Rp 1.030.000,00

b. Harga pokok penjualan :

Persediaan awal 300 kg x Rp 2.450,00 Rp 735.000,00

Pembelian 3/3 3.000 kg x 2.500,00 Rp 7.500.000,00

5/4 2.500 kg x 2.600,00 6.500.000,00

4/5 3.000 kg x 2.450,00 7.350.000,00

2/6 1.000 kg x 2.475,00 2.475.000,00

3/7 1.500 kg x 2.550,00 3.825.000,00

6/8 2.000 kg x 2.600,00 5.200.000,00

10/9 3.000 kg x 2.525,00 7.575.000,00

3/10 1.000 kg x 2.575,00 2.575.000,00

2/11 2.000 kg x 2.625,00 5.250.000,00

12/12 1.000 kg x 2.675,00 2.675.000,00

----------------- +

Jumlah pembelian (20.000 kg) 50.925.000,00

------------------

Persediaan tersedia dijual/dipakai (20.300 kg)) 51.660.000,00

Persediaan akhir (400 kg) 1.030.000,00

------------------ -

Harga pokok penjualan (19.900 kg) 50.630.000,00

===========

c. Laba kotor :

Penjualan (Pemakaian) : 7/3 1.200 kg x Rp 2.750,00 = Rp 3.300.000,00

15/3 800 kg x 2.650,00 = 2.120.000,00

28/3 800 kg x 2.650,00 = 2.120.000,00

20/4 1.500 kg x 2.800,00 = 4.200.000,00

27/4 900 kg x 2.850,00 = 2.565.000,00

19/5 2.100 kg x 2.700,00 = 5.670.000,00

31/5 800 kg x 2.600,00 = 2.080.000,00

28/6 1.100 kg x 2.750,00 = 3.025.000,00

10/7 1.300 kg x 2.800,00 = 3.640.000,00

21/8 1.950 kg x 2.850,00 = 5.557.500,00

22/9 1.800 kg x 2.750,00 = 4.950.000,00

29/9 1.200 kg x 2.800,00 = 3.360.000,00

15/10 1.150 kg x 2.725,00 = 3.133.750,00

26/11 1.950 kg x 2.850,00 = 5.557.500,00

25/12 1.350 kg x 2.775,00 = 3.746.250,00

----------------- +

akhir, harga pokok penjualan, dan laba kotor

penjualan stoneware sebagai berikut :

---------------------------------------------------

Page 105: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014100

Jumlah Penjualan neto (19.900 kg) Rp 55.025.000,00

Hargapokokpenjualan ( 19.900 kg) 50.630.000,00

----------------- -

Laba kotor ( 19.900 kg) 4.395.000,00

===========

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Pencatatan stoneware yang harus

dilakukan kalau menggunakan metode fisik sebagai berikut :

-Saat pembelian (1 Jan s.d 31 Des 2012) :

Pembelian Rp 50.925.000,00

Utang Dagang Rp 50.925.000,00

-Saat penjualan (1 Jan s.d 31 Des 2012) :

Piutang dagang Rp 55.025.000,00

Penjualan Rp 55.025.000,00

-Saat penyesuaian (31 Desember 2012) :

Harga pokok penj. Rp 50.630.000,00

Persediaan akhir 1.030.000,00

Pembelian Rp 50.925.000,00

Persediaan awal 735.000,00

Penjualan Rp 55.025.000,00

Harga pokok penj. Rp 50.630.000,00

Laba/rugi 4.395.000,00

Penggunaan Metode Pencatatan Fisik

dan Penilaian LIFO untuk Menghitung

Persediaan Akhir, Harga Pokok Penjualan,

dan Laba Kotor Penjualan Stoneware

Sesuai dengan data pembelian dan

penjualan (pemakaian) Stoneware tahun 2012,

maka dapat dilakukan penilaian persediaan

akhir, harga pokok penjualan, dan laba kotor

penjualan stonewaresebagai berikut

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------

a. Persediaan akhir :

300 kg x Rp 2.450,00 = Rp 735.000,00

100 kg x 2.500,00 250.000,00

------------- +

Nilai persediaan akhir 985.000,00

========

b. Harga pokok penjualan :

Persediaan awal 300 kg x Rp 2.450,00 Rp 735.000,00

Pembelian 3/3 3.000 kg x 2.500,00 Rp 7.500.000,00

5/4 2.500 kg x 2.600,00 6.500.000,00

4/5 3.000 kg x 2.450,00 7.350.000,00

2/6 1.000 kg x 2.475,00 2.475.000,00

3/7 1.500 kg x 2.550,00 3.825.000,00

6/8 2.000 kg x 2.600,00 5.200.000,00

10/9 3.000 kg x 2.525,00 7.575.000,00

3/10 1.000 kg x 2.575,00 2.575.000,00

2/11 2.000 kg x 2.625,00 5.250.000,00

12/12 1.000 kg x 2.675,00 2.675.000,00

----------------- +

Jumlah pembelian (20.000 kg) 50.925.000,00

------------------

Page 106: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014 101

Persediaan tersedia dijual/dipakai (20.300 kg)) 51.660.000,00

Persediaan akhir (400 kg) 985.000,00

------------------ -

Harga pokok penjualan (19.900 kg) 50.675.000,00

===========

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------

c. Laba kotor :

Penjualan (Pemakaian) : 7/3 1.200 kg x Rp 2.750,00 = Rp 3.300.000,00

15/3 800 kg x 2.650,00 = 2.120.000,00

28/3 800 kg x 2.650,00 = 2.120.000,00

20/4 1.500 kg x 2.800,00 = 4.200.000,00

27/4 900 kg x 2.850,00 = 2.565.000,00

19/5 2.100 kg x 2.700,00 = 5.670.000,00

31/5 800 kg x 2.600,00 = 2.080.000,00

28/6 1.100 kg x 2.750,00 = 3.025.000,00

10/7 1.300 kg x 2.800,00 = 3.640.000,00

21/8 1.950 kg x 2.850,00 = 5.557.500,00

22/9 1.800 kg x 2.750,00 = 4.950.000,00

29/9 1.200 kg x 2.800,00 = 3.360.000,00

15/10 1.150 kg x 2.725,00 = 3.133.750,00

26/11 1.950 kg x 2.850,00 = 5.557.500,00

25/12 1.350 kg x 2.775,00 = 3.746.250,00

----------------- +

Jumlah Penjualan neto (19.900 kg) Rp 55.025.000,00

Harga pokok penjualan (19.900 kg) 50.675.000,00

----------------- -

Laba kotor ( 19.900 kg) 4.350.000,00

===========

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Pencatatan stoneware yang harus dilakukan kalau menggunakan metode fisik sebagai berikut :

-Saat pembelian (1 Jan s.d 31 Des 2012) :

Pembelian Rp 50.925.000,00

Utang Dagang Rp 50.925.000,00

-Saat penjualan (1 Jan s.d 31 Des 2012) :

Piutang dagang Rp 55.025.000,00

Penjualan Rp 55.025.000,00

-Saat penyesuaian (31 Desember 2012) :

Harga pokok penj. Rp 50.675.000,00

Persediaan akhir 985.000,00

Pembelian Rp 50.925.000,00

Persediaan awal 735.000,00

Penjualan Rp 55.025.000,00

Harga pokok penj. Rp 50.675.000,00

Laba/rugi 4.350.000,00

Penggunaan Metode Pencatatan Fisik dan

Penilaian Rata-rata untuk Menghitung

Persediaan Akhir, Harga Pokok Penjualan,

dan Laba Kotor Penjualan Stoneware

Sesuai dengan data pembelian dan

penjualan (pemakaian) Stoneware tahun 2012,

maka dapat dilakukan penilaian persediaan

Page 107: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014102

akhir, harga pokok penjualan, dan laba kotor penjualan stoneware sebagai berikut :

a. Persediaan akhir :

Persediaan awal 300 kg x Rp 2.450,00 Rp 735.000,00

Pembelian 3/3 3.000 kg x 2.500,00 Rp 7.500.000,00

5/4 2.500 kg x 2.600,00 6.500.000,00

4/5 3.000 kg x 2.450,00 7.350.000,00

2/6 1.000 kg x 2.475,00 2.475.000,00

3/7 1.500 kg x 2.550,00 3.825.000,00

6/8 2.000 kg x 2.600,00 5.200.000,00

10/9 3.000 kg x 2.525,00 7.575.000,00

3/10 1.000 kg x 2.575,00 2.575.000,00

2/11 2.000 kg x 2.625,00 5.250.000,00

12/12 1.000 kg x 2.675,00 2.675.000,00

----------------- +

Jumlah pembelian (20.000 kg) 50.925.000,00

------------------

Persediaan tersedia dijual/dipakai (20.300 kg)) 51.660.000,00

Kuantitas persediaan 20.300 kg

----------------- :

Harga pokok rata-rata tertimbang 2.544,83

Nilai persediaan akhir per 31 Desember 2012 adalah 400 kg x Rp 2.544,83 = 1.017.931,00

==========

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------

b. Harga pokok penjualan :

Persediaan awal 300 kg x Rp 2.450,00 Rp 735.000,00

Pembelian 3/3 3.000 kg x 2.500,00 Rp 7.500.000,00

5/4 2.500 kg x 2.600,00 6.500.000,00

4/5 3.000 kg x 2.450,00 7.350.000,00

2/6 1.000 kg x 2.475,00 2.475.000,00

3/7 1.500 kg x 2.550,00 3.825.000,00

6/8 2.000 kg x 2.600,00 5.200.000,00

10/9 3.000 kg x 2.525,00 7.575.000,00

3/10 1.000 kg x 2.575,00 2.575.000,00

2/11 2.000 kg x 2.625,00 5.250.000,00

12/12 1.000 kg x 2.675,00 2.675.000,00

----------------- +

Jumlah pembelian (20.000 kg) 50.925.000,00

------------------

Persediaan tersedia dijual/dipakai (20.300 kg)) 51.660.000,00

Persediaan akhir (400 kg) 1.017.931,00

------------------ -

Harga pokok penjualan (19.900 kg) 50.642.069,00

===========

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------

c. Laba kotor :

Penjualan (Pemakaian) : 7/3 1.200 kg x Rp 2.750,00 = Rp 3.300.000,00

Page 108: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014 103

15/3 800 kg x 2.650,00 = 2.120.000,00

28/3 800 kg x 2.650,00 = 2.120.000,00

20/4 1.500 kg x 2.800,00 = 4.200.000,00

27/4 900 kg x 2.850,00 = 2.565.000,00

19/5 2.100 kg x 2.700,00 = 5.670.000,00

31/5 800 kg x 2.600,00 = 2.080.000,00

28/6 1.100 kg x 2.750,00 = 3.025.000,00

10/7 1.300 kg x 2.800,00 = 3.640.000,00

21/8 1.950 kg x 2.850,00 = 5.557.500,00

22/9 1.800 kg x 2.750,00 = 4.950.000,00

29/9 1.200 kg x 2.800,00 = 3.360.000,00

15/10 1.150 kg x 2.725,00 = 3.133.750,00

26/11 1.950 kg x 2.850,00 = 5.557.500,00

25/12 1.350 kg x 2.775,00 = 3.746.250,00

----------------- +

Jumlah Penjualan neto (19.900 kg) Rp 55.025.000,00

Harga pokok penjualan ( 19.900 kg)

50.642.069,00

----------------- -

Laba kotor ( 19.900 kg) 4.382.931,00

===========

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Pencatatan stoneware yang harus dilakukan

kalau menggunakan metode fisik sebagai berikut :

-Saat pembelian (1 Jan s.d 31 Des 2012) :

Pembelian Rp 50.925.000,00

Utang Dagang Rp 50.925.000,00

-Saat penjualan (1 Jan s.d 31 Des 2012) :

Piutang dagang Rp 55.025.000,00

Penjualan Rp 55.025.000,00

-Saat penyesuaian (31 Desember 2012) :

Harga pokok penj. Rp 50.642.069,00

Persediaan akhir 1.017.931,00

Pembelian Rp 50.925.000,00

Persediaan awal 735.000,00

Penjualan Rp 55.025.000,00

Harga pokok penj. Rp 50.642.069,00

Laba/rugi 4.382.931,00

Penggunaan Metode Pencatatan Perpetual

dan Penilaian FIFO untuk Menghitung

Persediaan Akhir, Harga Pokok Penjualan,

dan Laba Kotor Penjualan Stoneware

Sesuai dengan data pembelian dan

penjualan (pemakaian) Stoneware tahun 2012,

maka dapat dilakukan penilaian persediaan

akhir, harga pokok penjualan, dan laba kotor

penjualan stoneware sebagai berikut :

a. Persediaan akhir = 400 kg x Rp 2.675,00 = Rp 1.070.000,00

b. Harga pokok penjualan :

Persediaan awal 300 kg x Rp 2.450,00 Rp 735.000,00

Pembelian 3/3 3.000 kg x 2.500,00 Rp 7.500.000,00

5/4 2.500 kg x 2.600,00 6.500.000,00

Page 109: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014104

4/5 3.000 kg x 2.450,00 7.350.000,00

2/6 1.000 kg x 2.475,00 2.475.000,00

3/7 1.500 kg x 2.550,00 3.825.000,00

6/8 2.000 kg x 2.600,00 5.200.000,00

10/9 3.000 kg x 2.525,00 7.575.000,00

3/10 1.000 kg x 2.575,00 2.575.000,00

2/11 2.000 kg x 2.625,00 5.250.000,00

12/12 1.000 kg x 2.675,00 2.675.000,00

----------------- +

Jumlah pembelian (20.000 kg) 50.925.000,00

------------------

Persediaan tersedia dijual/dipakai (20.300 kg)) 51.660.000,00

Persediaan akhir (400 kg) 1.070.000,00

----------------- -

Harga pokok penjualan (19.900 kg) 50.590.000,00

===========

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

c. Laba kotor :

Penjualan (Pemakaian) : 7/3 1.200 kg x Rp 2.750,00 = Rp 3.300.000,00

15/3 800 kg x 2.650,00 = 2.120.000,00

28/3 800 kg x 2.650,00 = 2.120.000,00

20/4 1.500 kg x 2.800,00 = 4.200.000,00

27/4 900 kg x 2.850,00 = 2.565.000,00

19/5 2.100 kg x 2.700,00 = 5.670.000,00

31/5 800 kg x 2.600,00 = 2.080.000,00

28/6 1.100 kg x 2.750,00 = 3.025.000,00

10/7 1.300 kg x 2.800,00 = 3.640.000,00

21/8 1.950 kg x 2.850,00 = 5.557.500,00

22/9 1.800 kg x 2.750,00 = 4.950.000,00

29/9 1.200 kg x 2.800,00 = 3.360.000,00

15/10 1.150 kg x 2.725,00 = 3.133.750,00

26/11 1.950 kg x 2.850,00 = 5.557.500,00

25/12 1.350 kg x 2.775,00 = 3.746.250,00

----------------- +

Jumlah Penjualan neto (19.900 kg) Rp 55.025.000,00

Harga pokok penjualan (19.900kg) 50.590.000,00

----------------- -

Laba kotor ( 19.900 kg) 4.435.000,00

Pencatatan stoneware yang harus dilakukan kalau menggunakan metode perpetual sebagai

berikut :

-Saat pembelian (1 Jan s.d 31 Des 2012) :

Persediaan barang Rp 50.925.000,00

Utang Dagang 50.925.000,00

-Saat penjualan (1 Jan s.d 31 Des 2012) :

Piutang dagang Rp 55.025.000,00

Penjualan Rp 55.025.000,00

Harga pokok penj. Rp 50.590.000,00

Persediaan barang Rp 50.590.000,00

Page 110: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014 105

-Saat penutupan (31 Desember 2012) :

Penjualan Rp 55.025.000,00

Harga pokok penj. Rp 50.590.000,00

Laba/rugi 4.435.000,00

Penggunaan Metode Pencatatan Perpetual

dan Penilaian LIFO untuk Menghitung

Persediaan Akhir, Harga Pokok Penjualan,

dan Laba Kotor Penjualan Stoneware

Sesuai dengan data pembelian dan

penjualan (pemakaian) Stoneware tahun 2012,

maka dapat dilakukan penilaian persediaan

akhir, harga pokok penjualan, dan laba kotor

penjualan stoneware sebagai berikut :

a. Persediaan akhir :

Metode Masuk Pertama Keluar Pertama /FIFO (Rp)

Tanggal Diterima Dikeluarkan Saldo

Kuantitas Harga

/kg

Jumlah Kuantitas Harga

/kg

Jumlah Kuantitas Harga/

kg

Jumlah

2012 Jan 1 - - - - - - 300 2.450 735.000

Mar 3 3.000 2.500 7.500.000 - - - 300 2.450 735.000

3.000 2.500 7.500.000

3.300 - 8.235.000

Mar 7 - - - 300 2.450 735.000

900 2.500 2.250.000 2.100 2.500 5.250.000

Mar 15 800 2.500 2.000.000 1.300 2.500 3.250.000

Mar 28 800 2.500 2.000.000 500 2.500 1.250.000

Apr 5 2.500 2.600 6.500.000 500 2.500 1.250.000

2.500 2.600 6.500.000

3.000 - 7.750.000

Apr 20 500 2.500 1.250.000

1.000 2.600 2.600.000 1.500 2.600 3.900.000

Apr 27 900 2.600 2.340.000 600 2.600 1.560.000

Mei 4 3.000 2.450 7.350.000 - - - 600 2.600 1.560.000

3.000 2.450 7.350.000

3.600 - 8.910.000

Mei 19 - - - 600 2.600 1.560.000

1.500 2.450 3.675.000 1.500 2.450 3.675.000

Mei 31 - - - 800 2.450 1.960.000 700 2.450 1.715.000

Jun 2 1.000 2.475 2.475.000 - - - 700 2.450 1.715.000

1.000 2.475 2.475.000

1.700 - 4.190.000

Jun 28 700 2.450 1.715.000

400 2.475 990.000 600 2.475 1.485.000

Jul 3 1.500 2.550 3.825.000 - - - 600 2.475 1.485.000

1.500 2.550 3.825.000

2.100 - 5.310.000

Jul 10 - - - 600 2.475 1.485.000

700 2.550 3.825.000 800 2.550 2.040.000

Ags 6 2.000 2.600 5.200.000 - - - 800 2.550 2.040.000

2.000 2.600 5.200.000

2.800 - 7.242.000

Ags 21 - - - 800 2.550 2.040.000

1.150 2.600 2.990.000 850 2.600 2.210.000

Sep 10 3.000 2.525 7.575.000 - - - 850 2.600 2.210.000

3.000 2.525 7.575.000

3.850 - 9.875.000

Sep 22 - - - 850 2.600 2.210.000

950 2.525 2.398.750 2.050 2.525 5.176.250

Sep 29 - - - 1.200 2.525 3.030.000 850 2.525 2.146.250

Okt 3 1.000 2.575 2.575.000 - - - 850 2.525 2.146.250

1.000 2.575 2.575.000

1.850 - 4.721.250

Okt 15 - - - 850 2.525 2.146.250

300 2.575 772.500 700 2.575 1.802.500

Nov 2 2.000 2.625 5.250.000 - - - 700 2.575 1.802.500

2.000 2.625 5.250.000

Page 111: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014106

100 kg x Rp 2.500,00 = Rp 250.000,00

300 kg x 2.450,00 735.000,00

-------------- +

Jumlah persediaan akhir 985.000,00

=========

b. Harga pokok penjualan :

Persediaan awal 300 kg x Rp 2.450,00 Rp 735.000,00

Pembelian 3/3 3.000 kg x 2.500,00 Rp 7.500.000,00

5/4 2.500 kg x 2.600,00 6.500.000,00

4/5 3.000 kg x 2.450,00 7.350.000,00

2/6 1.000 kg x 2.475,00 2.475.000,00

3/7 1.500 kg x 2.550,00 3.825.000,00

6/8 2.000 kg x 2.600,00 5.200.000,00

10/9 3.000 kg x 2.525,00 7.575.000,00

3/10 1.000 kg x 2.575,00 2.575.000,00

2/11 2.000 kg x 2.625,00 5.250.000,00

12/12 1.000 kg x 2.675,00 2.675.000,00

----------------- +

Jumlah pembelian (20.000 kg) 50.925.000,00

------------------

Persediaan tersedia dijual/dipakai (20.300 kg)) 51.660.000,00

Persediaan akhir (400 kg) 985.000,00

------------------ -

Harga pokok penjualan (19.900 kg) 50.675.000,00

===========

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------

c. Laba kotor :

Penjualan (Pemakaian) : 7/3 1.200 kg x Rp 2.750,00 = Rp 3.300.000,00

15/3 800 kg x 2.650,00 = 2.120.000,00

28/3 800 kg x 2.650,00 = 2.120.000,00

20/4 1.500 kg x 2.800,00 = 4.200.000,00

27/4 900 kg x 2.850,00 = 2.565.000,00

19/5 2.100 kg x 2.700,00 = 5.670.000,00

31/5 800 kg x 2.600,00 = 2.080.000,00

28/6 1.100 kg x 2.750,00 = 3.025.000,00

2.700 - 7.052.500

Nov 26 - - - 700 2.575 1.802.500

1.250 2.625 3.281.250 750 2.625 1.968.750

Des 12 1.000 2.675 2.675.000 - - - 750 2.625 1.968.750

1.000 2.675 2.675.000

1.750 - 4.643.750

750 2.625 1.968.750

600 2.675 1.605.000 400 2.675 1.070.000

Jumlah 20.000 - 50.925,000 19.900 - 52.707.000 400 2.675 1.070.000

Page 112: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014 107

10/7 1.300 kg x 2.800,00 = 3.640.000,00

21/8 1.950 kg x 2.850,00 = 5.557.500,00

22/9 1.800 kg x 2.750,00 = 4.950.000,00

29/9 1.200 kg x 2.800,00 = 3.360.000,00

15/10 1.150 kg x 2.725,00 = 3.133.750,00

26/11 1.950 kg x 2.850,00 = 5.557.500,00

25/12 1.350 kg x 2.775,00 = 3.746.250,00

----------------- +

Jumlah Penjualan neto (19.900 kg) Rp 55.025.000,00

Harga pokok penjualan (19.900kg) 50.675.000,00

----------------- -

Laba kotor ( 19.900 kg) 4.350.000,00

===========

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Pencatatan stoneware yang harus

dilakukan kalau menggunakan metode

perpetual sebagai berikut :

-Saat pembelian (1 Jan s.d 31 Des 2012) :

Persediaan barang Rp 50.925.000,00

Utang Dagang 50.925.000,00

-Saat penjualan (1 Jan s.d 31 Des 2012) :

Piutang dagang Rp 55.025.000,00

Penjualan Rp 55.025.000,00

Harga pokok penj. Rp 50.675.000,00

Persediaan barang Rp 50.675.000,00

-Saat penutupan (31 Desember 2012) :

Penjualan Rp 55.025.000,00

Harga pokok penj. Rp 50.675.000,00

Laba/rugi 4.350.000,00

Penggunaan Metode Pencatatan Perpetual

dan Penilaian Rata-rata Bergerak untuk

Menghitung Persediaan Akhir, Harga

Pokok Penjualan, dan Laba Kotor

Penjualan Stoneware

Sesuai dengan data pembelian dan

penjualan (pemakaian) Stoneware tahun 2012,

maka dapat dilakukan penilaian persediaan

akhir, harga pokok penjualan, dan laba kotor

penjualan stoneware sebagai berikut :

Tanggal Diterima Dikeluarkan Saldo Kuantitas Harga

/kg Jumlah Kuantitas Harga

/kg Jumlah Kuantitas Harga/

kg Jumlah

2012 Jan 1 - - - - - - 300 2.450 735.000

Mar 3 3.000 2.500 7.500.000 - - - 3.000 2.500 7.500.000

300 2.450 735.000

3.300 - 8.235.000

Mar 7 - - - 1.200 2.500 3.000.000 1.800 2.500 4.500.000

300 2.450 735.000

2.100 - 5.235.000

Mar 15 800 2.500 2.000.000 1.000 2.500 2.500.000

300 2.450 735.000

1.300 - 3.235.000

Page 113: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014108

Mar 28 800 2.500 2.000.000 200 2.500 500.000

300 2.450 735.000

500 - 1.235.000

Apr 5 2.500 2.600 6.500.000 - - - 2.500 2.600 6.500.000

200 2.500 500.000

300 2.450 735.000

3.000 - 7.735.000

Apr 20 1.500 2.600 3.900.000 1.000 2.600 2.600.000

200 2.500 500.000

300 2.450 735.000

1.500 - 3.835.000

Apr 27 900 2.600 2.340.000 100 2.600 260.000

200 2.500 500.000

300 2.450 735.000

600 - 1.495.000

Mei 4 3.000 2.450 7.350.000 - - - 3.000 2.450 7.350.000

100 2.600 260.000

200 2.500 500.000

300 2.450 735.000

3.600 - 8.845.000

Mei 19 - - - 2.100 2.450 5.145.000 900 2.450 2.205.000

100 2.600 260.000

200 2.500 500.000

300 2.450 735.000

1.500 - 3.700.000

Mei 31 - - - 800 2.450 1.960.000 100 2.450 245.000

100 2.600 260.000

200 2.500 500.000

300 2.450 735.000

700 - 1.740.000

Jun 2 1.000 2.475 2.475.000 - - - 1.000 2.475 2.475.000

100 2.450 245.000

100 2.600 260.000

200 2.500 500.000

300 2.450 735.000

1.700 - 4.215.000

Jun 28 1.000 2.475 2.475.000 100 2.600 260.000

100 2.450 245.000 200 2.500 500.000

300 2.450 735.000

600 - 1.495.000

Jul 3 1.500 2.550 3.825.000 1.500 2.550 3.825.000

100 2.600 260.000

200 2.500 500.000

300 2.450 735.000

2.100 - 5.320.000

Jul 10 1.300 2.550 3.315.000 200 2.550 510.000

100 2.600 260.000

200 2.500 500.000

300 2.450 735.000

800 - 2.005.000

Ags 6 2.000 2.600 5.200.000 - - - 2.000 2.600 5.200.000

200 2.550 510.000

100 2.600 260.000

200 2.500 500.000

300 2.450 735.000

2.800 - 7.205.000

Ags 21 - - - 1.950 2.600 5.070.000 50 2.600 130.000

200 2.550 510.000

100 2.600 260.000

200 2.500 500.000

300 2.450 735.000

850 - 2.135.000

Page 114: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014 109

Sep 10 3.000 2.525 7.575.000 - - - 3.000 2.525 7.575.000

50 2.600 130.000

200 2.550 510.000

100 2.600 260.000

200 2.500 500.000

300 2.450 735.000

3.850 - 9.710.000

Sep 22 - - - 1.800 2.525 4.545.000 1.200 2.525 3.030.000

50 2.600 130.000

200 2.550 510.000

100 2.600 260.000

200 2.500 500.000

300 2.450 735.000

2.050 - 5.165.000

Sep 29 - - - 1.200 2.525 3.030.000 50 2.600 130.000

200 2.550 510.000

100 2.600 260.000

200 2.500 500.000

300 2.450 735.000

850 - 2.135.000

Okt 3 1.000 2.575 2.575.000 - - - 1.000 2.575 2.575.000

50 2.600 130.000

200 2.550 510.000

100 2.600 260.000

200 2.500 500.000

300 2.450 735.000

1.850 - 4.710.000

Okt 15 - - - 1.000 2.575 2.575.000 100 2.550 255.000

50 2.600 130.000 100 2.600 260.000

100 2.550 255.000 200 2.500 500.000

300 2.450 735.000

700 - 1.750.000

Nov 2 2.000 2.625 5.250.000 - - - 2.000 2.625 5.250.000

100 2.550 255.000

100 2.600 260.000

200 2.500 500.000

300 2.450 735.000

2.700 - 7.000.000

Nov 26 - - - 1.950 2.625 5.118.750 50 2.625 131.250

100 2.550 255.000

100 2.600 260.000

200 2.500 500.000

300 2.450 735.000

750 - 1.881.250

Des 12 1.000 2.675 2.675.000 - - - 1.000 2.675 2.675.000

50 2.625 131.250

100 2.550 255.000

100 2.600 260.000

200 2.500 500.000

300 2.450 735.000

1.750 - 4.556.250

Des 25 1.000 2.675 2.675.000

50 2.625 131.250

100 2.550 255.000

100 2.600 260.000 100 2.500 250.000

100 2.500 250.000 300 2.450 735.000

400 - 985.000

Jumlah 20.000 - 50.925,000 19.900 - 50.675.000 400 - 985.000

Page 115: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014110

a. Persediaan akhir :

400 kg x Rp 2.646,07 = Rp 1.058.428,00

Jumlah persediaan akhir Rp 1.058.428,00

=========

b. Harga pokok penjualan :

Persediaan awal 300 kg x Rp 2.450,00 Rp 735.000,00

Pembelian 3/3 3.000 kg x 2.500,00 Rp 7.500.000,00

5/4 2.500 kg x 2.600,00 6.500.000,00

4/5 3.000 kg x 2.450,00 7.350.000,00

2/6 1.000 kg x 2.475,00 2.475.000,00

3/7 1.500 kg x 2.550,00 3.825.000,00

6/8 2.000 kg x 2.600,00 5.200.000,00

10/9 3.000 kg x 2.525,00 7.575.000,00

3/10 1.000 kg x 2.575,00 2.575.000,00

2/11 2.000 kg x 2.625,00 5.250.000,00

12/12 1.000 kg x 2.675,00 2.675.000,00

----------------- +

Jumlah pembelian (20.000 kg) 50.925.000,00

------------------

Persediaan tersedia dijual/dipakai (20.300 kg)) 51.660.000,00

Persediaan akhir (400 kg) 1.058.428,00

------------------ -

Harga pokok penjualan (19.900 kg) 50.601.572,00

===========

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

c. Laba kotor :

Penjualan (Pemakaian) : 7/3 1.200 kg x Rp 2.750,00 = Rp 3.300.000,00

15/3 800 kg x 2.650,00 = 2.120.000,00

28/3 800 kg x 2.650,00 = 2.120.000,00

20/4 1.500 kg x 2.800,00 = 4.200.000,00

27/4 900 kg x 2.850,00 = 2.565.000,00

19/5 2.100 kg x 2.700,00 = 5.670.000,00

31/5 800 kg x 2.600,00 = 2.080.000,00

28/6 1.100 kg x 2.750,00 = 3.025.000,00

10/7 1.300 kg x 2.800,00 = 3.640.000,00

21/8 1.950 kg x 2.850,00 = 5.557.500,00

22/9 1.800 kg x 2.750,00 = 4.950.000,00

29/9 1.200 kg x 2.800,00 = 3.360.000,00

15/10 1.150 kg x 2.725,00 = 3.133.750,00

26/11 1.950 kg x 2.850,00 = 5.557.500,00

25/12 1.350 kg x 2.775,00 = 3.746.250,00

----------------- +

Jumlah Penjualan neto (19.900 kg) Rp 55.025.000,00

Hargapokok penjualan (19.900 kg) 50.601.572,00

----------------- -

Laba kotor ( 19.900 kg) 4.423.428,00

Page 116: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014 111

Pencatatan stoneware yang harus

dilakukan kalau menggunakan metode

perpetual sebagai berikut :

-Saat pembelian (1 Jan s.d 31 Des 2012) :

Persediaan barang Rp 50.925.000,00

Utang Dagang 50.925.000,00

-Saat penjualan (1 Jan s.d 31 Des 2012) :

Piutang dagang Rp 55.025.000,00

Penjualan Rp 55.025.000,00

Harga pokok penj. Rp 50.601.572,00

Persediaan barang Rp 50.601.572,00

-Saat penutupan (31 Desember 2012) :

Penjualan Rp 55.025.000,00

Harga pokok penj. Rp 50.601.572,00

Laba/rugi 4.423.428,00

Pengaruh Penggunaan Metode

Pencatatan dan Penilaian Persediaan

terhadap Laba Kotor

Penggunaan metode pencatatan dan

penilaian persediaan akan mengakibatkan

terjadinya perbedaan dalam pengakuan

dan penilaian persediaan, terutama dalam

kaitannya dengan persediaan akhir,

harga pokok penjualan, dan laba kotor.

Komponen tersebut secara keseluruhan akan

mempengaruhi laporan keuangan organisasi

dalam suatu periode akuntansi. Berdasarkan

hasil pembahasan sebelumnya tentang

pembelian dan penjualan (pemakaian)

stoneware pada Pelayanan Jasa Teknologi

UPT PSTKP Bali, dapat dijelaskan pengaruh

penggunaan metode pencatatan dan penilaian

persediaan terhadap elemen laporan keuangan

seperti pada Tabel 2 berikut :

Tabel 2 : Pengaruh Penggunaan Metode Pencacatan dan Penilaian Persediaan Stoneware terhadap

Elemen Laporan Keuangan (Rp) Metode Pencatatan Elemen Laporan Keuangan Keterangan

dan Penilaian Persediaan Akhir Harga Pokok Penj. Laba Kotor

Fisik-FIFO 1.030.000,00 50.630.000,00 4.395.000,00

Perubahan - - -

Fisik-LIFO 985.000,00 50.675.000,00 4.350.000,00

Perubahan (4,37%) 0,09% (1,02%)

Fisik-Rata-rata 1.017.931,00 50.642.069,00 4.382.931,00

Perubahan (1,17%) 0,02% (0,27%)

Perpetual-FIFO 1.017.000,00 50.590.000,00 4.435.000,00

Perubahan (1,26%) (0,08%) 0,91%

Perpetual-LIFO 985.000,00 50.675.000,00 4.350.000,00

Perubahan (4,37%) 0,09% (1,02%)

Perpetual-Rata-

rata

1.058.428,00 50.601.572,00 4.423.428,00

Perubahan 2,76% (0,05%) 0,65%

Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2013.

Tabel 2 menunjukkan bahwa

penggunaan metode fisik dan FIFO dalam melakukan pencatatan dan penilaian stoneware

pada Pelayanan Jasa Teknologi UPT PSTKP

Bali tahun 2012 menjadi dasar pembanding

bagi metode lainnya untuk memudahkan

analisis. Penggunaan metode fisik dan LIFO

dalam melakukan pencatatan dan penilaian

stoneware dapat menurunkan persediaan

akhir sebesar 4,37%, menaikkan harga pokok

penjualan 0,09%, dan menurunkan laba

kotor 1,02%. Penggunaan metode fisik dan Rata-rata dalam melakukan pencatatan dan

penilaian stoneware pada Pelayanan Jasa

Teknologi UPT PSTKP Bali tahun 2012 dapat

Page 117: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014112

menurunkan persediaan akhir sebesar 1,17%,

menaikkan harga pokok penjualan 0,02%,

dan menurunkan laba kotor 0,27%.

Penggunaan metode perpetual dan

FIFO dalam melakukan pencatatan dan

penilaian stoneware pada Pelayanan Jasa

Teknologi UPT PSTKP Bali tahun 2012 dapat

menurunkan persediaan akhir sebesar 1,26%,

menurunkan harga pokok penjualan 0,08%,

dan menaikkan laba kotor 0,91%. Penggunaan

metode perpetual dan LIFO dalam melakukan

pencatatan dan penilaian stoneware pada

Pelayanan Jasa Teknologi UPT PSTKP Bali

tahun 2012 dapat menurunkan persediaan

akhir sebesar 4,37%, menaikkan harga pokok

penjualan 0,09%, dan menurunkan laba kotor

1,02%. Penggunaan metode perpetual dan

Rata-rata dalam melakukan pencatatan dan

penilaian stoneware pada Pelayanan Jasa

Teknologi UPT PSTKP Bali tahun 2012 dapat

menaikkan persediaan akhir sebesar 2,76%,

menurunkan harga pokok penjualan 0,05%,

dan menaikkan laba kotor 0,65%.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan,

dapat dibuat simpulan sebagai berikut : (1)

Penggunaan metode pencatatan (fisik dan perpetual) dan penilaian (masuk pertama

keluar pertama, masuk terakhir keluar

pertama, dan rata-rata) persediaan stoneware

pada Pelayanan Jasa Teknologi UPT

PSTKP Bali berpengaruh terhadap elemen

laporan keuangan, seperti persediaan akhir,

harga pokok penjualan, dan laba kotor; (2)

Penggunaan metode fisik dalam melakukan pencatatan dan metode masuk pertama

keluar pertama dalam melakukan penilaian

stoneware pada Pelayanan Jasa Teknologi

UPT PSTKP Bali tahun 2012 menjadi dasar

pembanding bagi metode lainnya untuk

memudahkan analisis; (3) Penggunaan metode

fisik dan masuk terakhir keluar pertama dalam melakukan pencatatan dan penilaian

stoneware dapat menurunkan persediaan

akhir sebesar 4,37%, menaikkan harga pokok

penjualan 0,09%, dan menurunkan laba kotor

1,02%; (4) Penggunaan metode fisik dan rata-rata tertimbang dalam melakukan pencatatan

dan penilaian stoneware pada Pelayanan Jasa

Teknologi UPT PSTKP Bali tahun 2012 dapat

menurunkan persediaan akhir sebesar 1,17%,

menaikkan harga pokok penjualan 0,02%, dan

menurunkan laba kotor 0,27%; (5) Penggunaan

metode perpetual dan masuk pertama keluar

pertama dalam melakukan pencatatan dan

penilaian stoneware pada Pelayanan Jasa

Teknologi UPT PSTKP Bali tahun 2012

dapat menurunkan persediaan akhir sebesar

1,26%, menurunkan harga pokok penjualan

0,08%, dan menaikkan laba kotor 0,91%;

(6) Penggunaan metode perpetual dan masuk

terakhir keluar pertama dalam melakukan

pencatatan dan penilaian stoneware pada

Pelayanan Jasa Teknologi UPT PSTKP Bali

tahun 2012 dapat menurunkan persediaan

akhir sebesar 4,37%, menaikkan harga pokok

penjualan 0,09%, dan menurunkan laba kotor

1,02%; (7) Penggunaan metode perpetual

dan rata-rata bergerak dalam melakukan

pencatatan dan penilaian stoneware pada

Pelayanan Jasa Teknologi UPT PSTKP Bali

tahun 2012 dapat menaikkan persediaan

akhir sebesar 2,76%, menurunkan harga

pokok penjualan 0,05%, dan menaikkan laba

kotor 0,65%; (8) Jika harga beli semakin

meningkat, maka penggunaan metode masuk

pertama keluar pertama akan meningkatkan

persediaan akhir dan menurunkan harga

pokok penjualan, sehingga laba kotor semakin

meningkat, demikian juga sebaliknya kalau

menggunakan metode masuk terakhir keluar

pertama akan menurunkan laba kotor; dan (9)

Jika harga beli semakin turun, penggunaan

metode masuk pertama keluar pertama akan

menurunkan persediaan akhir dan menaikkan

harga pokok penjualan, sehingga laba kotor

semakin menurun, demikian juga sebaliknya

kalau menggunakan metode masuk terakhir

keluar pertama akan menaikkan laba kotor

Page 118: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014 113

DAFTAR PUSTAKA

Alexander, Brian. 2000. Panduan Praktis

Kamus Keramik Untuk Praktisi,

Perajin, dan Industri. Jakarta. Milenia

Populer.

Baridwan, Zaki. 1992. Intermediate

Accounting. Edisi 7. Yogyakarta.

BPFE.

Dharmanegara. 2010. Penganggaran

Perusahaan. Edisi Revisi. Jakarta. Bina

Ilmu.

Hansen & Mowen. 1997. Accounting and

Control, Cost Management. USA.

South Western College.

Hartono, Y.M.V. 1983. Bahan Mentah

Untuk Pembuatan Keramik. Bandung.

Balai Besar Penelitian dan Pengemb.

Industri Keramik.

Ikatan Akuntan Indonesa. 2004. Standar

Akuntansi Keuangan – Pernyataan

Standar Akuntansi Keuangan,Paragraf

14 No.03. Jakarta. Salemba Empat.

Munawir. 2000. Analisa Laporan Keuangan.

Edsisi Revisi. Yogyakarta. BPFE UGM.

Riyanto, Bambang. 1992. Dasar-dasar

Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta.

BPFE UGM.

Soemarso, S.R.. 1992. Akuntansi Suatu

Pengantar. Edisi IV. Buku 1.Jakarta.

Rineka Cipta.

Supriyono, R.A. 1983. Akuntansi

Biaya, Pengumpulan Biaya dan

PenentuanHarga Pokok. Buku 1. Edisi

2. Yogyakarta. BPFE.

Tim Dosen LP3I. 2000. Accounting

Principles. Edisi Revisi. Jakarta. LP3I.

Page 119: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014 129

PEMANFAATAN ABU BROMO SEBAGAI BAHAN BAKU

STONEWARE BERKODE KLBR-1 DAN PENGARUHNYA TERHADAP

PERHITUNGAN VARIABEL KEUANGAN PADA UPT PSTKP BALI

I Nyoman Normal

(Peneliti Akuntansi Keuangan, Kelompok Fungsional Tekno-Ekonomi,

Kantor UPT PSTKP Bali–BPPT,)

Wiryawan Suputra Gumi

(Dosen STIMI Handayani, Denpasar)

Abstracts : The aims of this research that relate Bromo dust as raw material of

stoneware that Klbr-1 code were : (1) Determine production process; (2) Calculate

financial variable that follow by: cost of good manufactured and cost price; and (3) Assess marketing mix. The research results that relate Bromo dust as raw material of stoneware that Klbr-1 code were : (1)Bromo dust could use as raw material

of stoneware after laboratory testing of physical characteristic raw material and was produce Klbr-1 stoneware. Klbr-1 stoneware composition follow by : noodle Kalimantan blend 50%, Bromo dust 20%, sant 20%, Bukit-Jimbaran capur 5%,

and Bantur ballclay 5%. The production process of Bromo dust as raw material of Klbr-1 stoneware follow by some of stage, tah is : preparing & weighting, grinding, filtrating, firing, deaering, aging, and storing; (2) The financial variable that relate cost of good manufactured Klbr-1 stoneware was Rp 1.605,67 each kg, that follow by : raw material cost Rp 838,16, direct labor cost Rp 262,26, variable overhead cost Rp 90,30, and fixed overhead cost Rp 414,95. The cost price theoretically supply was Rp 1.846,52 each kg, that follow by : cost of good manufactured Rp 1.605,67, expected profit margin Rp 80,26, marketing expense Rp 96,34, and general & administration expense Rp 64,22; and (3) The marketing mix of Klbr-1 stoneware was still simple and was not comercially. Products still research stage that was not supply on business, price was not competitive perfectly that setting depend on cost of good manufactured, promotion was not act professionally which its application still

by self employee, and distribution still use self transportation tools that directly.Key words : bromo dust, Klbr-1 stoneware, financial variable.

PENDAHULUAN

Bumi ini kaya dengan kekayaan

alam. Setiap negara mempunyai potensi

kekayaan alam yang berbeda. Indonesia

sebagai Negara kepulauan memiliki banyak

pulau, gunung, danau, dan kekayaan alam

lainnya. Gunung yang ada di Indonesia ada

yang berapi ada juga yang tidak. Gunung

Bromo merupakan gunung berapi yang

masih aktif dan terkenal sebagai obyek

wisata di Jawa Timur. Bromo mempunyai

ketinggian 2.392 meter di atas permukaan

laut berada dalam empat wilayah, yakni

Kabupaten Probolinggo, Pasuruan,

Lumajang, dan Kabupaten Malang. Bentuk

tubuh Gunung Bromo bertautan antara lembah

dan ngarai dengan kaldera atau lautan pasir

seluas sekitar 10 kilometer persegi. Gunung

Bromo mempunyai sebuah kawah dengan

garis tengah ± 800 meter (utara-selatan) dan

± 600 meter (timur-barat). Sedangkan daerah

bahayanya berupa lingkaran dengan jari-jari

4 km dari pusat kawah Bromo..Pada tahun

Page 120: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014130

2010, gunung ini meletus dan menyemburkan

banyak material abu dan pasir ke daerah

sekitarnya. Abu dan pasir ini merupakan

jenis batuan beku dalam bentuk yang kecil-

kecil. Batuan beku biasanya merupakan

batuan felspatik yaitu batuan yang komponen

utamanya berupa mineral feldspar.

Bahan baku stoneware terdiri dari

bahan pelebur, pemberi sifat plastis atau

bahan pengikat dan bahan pembentuk rangka.

Pada pembuatan stoneware warna berbahan

abu/pasir gunung Bromo ini digunakan

bahan pembentuk rangka berupa pasir yang

telah diayak dengan saringan berdiameter

lubang 0,25 mm, bahan pengikat berupa

lembung Kalimantan noodle dan ballclay

serta bahan pelebur yang digunakan adalah

kapur dan abu/pasir Bromo. Digunakan

pasir sebagai bahan pembuat rangka dengan

pertimbangan harganya yang murah dan

diharapkan akan didapatkan badan keramik

yang unik dan mempunyai ciri khas tersendiri.

Untuk menghasilkan produk yang baik/

terjamin kualitasnya, digunakan teknologi

yang sudah mapan (proven technology)

yaitu pencampuran/pengadukan basah (wet

grinding) menggunakan potmill.

UPT PSTKP Bali telah melakukan

pengkajian terhadap abu (pasir) Bromo

sebagai massa raga stoneware (bahan baku

keramik) dan terbentuk stoneware berkode

Klbr-1, namun dalam kajian tersebut belum

melihat aspek ekonomi, terutama komponen

biaya yang meyusunnya, pada hal komponen

biaya yang akhirnya membentuk harga pokok

poroduksi merupakan aspek ekonomi yang

sangat penting dalam dunia usaha semakin

berkembang. Aspek ekonomisasi sangat

diperlukan dalam produksi suatu produk,

agar aspek tersebut bisa meningkatkan nilai

ekonomi, menunjukkan kemampuan bersaing,

dan menciptakan tingkat profitabilitas yang memadai.

Penelitian ini bertujuan untuk : (1)

Mengetahui proses produksi dan sifat-sifat

fisik Massa Raga Stoneware warna/merah Berkode Klbr–1 berbasis abu (pasir) Bromo;

(2) Mengkaji variabel keuangan, yang

terdiri dari : harga pokok produksi dan harga

jual; dan (3) Mengkaji bauran pemasaran.

Penelitian ini diharapkan bermanfaat kepada

UPT PSTKP Bali, pengusaha (perajin)

keramik, akademisi, lembaga penelitian,

dan pihak lainnya sebagai pedoman dalam

proses produksi, penentuan harga jual, dan

peningkatan pelayanan jasa teknologi massa

raga stoneware warna/merah berbasis abu

(pasir) Bromo.

KAJIAN PUSTAKA

Abu (Pasir) Gunung Bromo

Abu berasal dari pembakaran kayu

atau sayuran yang mengandung banyak

mineral-mineral yang sangat baik digunakan

sebagai fluks untuk glasir (Alexander, 2000:16). Oksida-oksida dalam abu yang

sesuai dan penting untuk glasir adalah

fosforus pentaoksida, alumina, kapur, silika,

potas, dan natrium. Abu mengandung karbon,

sulfur, hidrogen, dan juga nitrogen, tetapi

mineral-mineral ini akan keluar dari glasir

selama pembakaran. Sisa-sisa silika, potas,

dan sebagainya tertinggal di dalam glasir,

yang bermanfaat sebagai fluks.

Macam-macam bahan yang bagus untuk

abu, misalnya kayu,alang-alang, kulit beras,

rumput, kulit buah kelapa, dan sebagainya.

Semua bahan tersebut mempunyai sifat yang

berlainan, maka hasil yang didapat tidak

akan sama apabila digunakan dalam glasir,

misalnya warna yang dihasilkan berbeda dan

titik leburnya pun berbeda. Abu dicoba sebagai

fluks dalam resep untuk campuran segitiga atau campuran garis. Kadang-kadang glasir

yang mengandung abu yang berguna sebagai

fluks akan meleleh berbentuk seperti lahar dan kadang-kadang hasilnya sangat indah.

Abu harus disaring sebelum dicampur dalam

glasir. Resep glasir dari abu terdiri dari : (1)

abu 50% : feldspar potas 20% : kaolin 30%;

Page 121: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014 131

(2) abu 40% : feldspar potas 40% : tanah liat

bola 20%; dan (3) abu 35% : feldspar potas

35% : talk 15% : tanah liat bola 15%.

Abu dan pasir hasil letusan gunung

Bromo mengandung oksida logam natrium

(sodium), kalium (potassium), kalsium,

dan magnesium yang relative sangat tinggi.

Oksida-oksida ini merupakan bahan-bahan

penyusun mineral-mineral pelebur, antara lain

feldspar, kapur dan nepheline syenite. Oleh

karena itu, abu dan pasir ini seharusnya dapat

digunakan sebagai bahan pelebur. Penelitian

pendahuluan terhadap bahan ini menunjukkan

hal yang memperkuat dugaan tersebut. Abu

dan pasir Bromo telah mengalami peleburan

yang sempurna setelah dibakar pada suhu

1200oC, leburan yang didapat berupa fasa

gelas yang homogen yang berwarna hitam

tanpa adanya gelembung-gelembung udara.

Hal ini menunjukkan bahwa abu dan pasir

Bromo dapat dijadikan bahan pelebur yang

sangat efektif.

Stoneware Berkode Klbr-1

Stoneware adalah bahan yang digunakan

untuk badan keramik yang cocok pada

pembakaran dengan suhu yang tinggi sekitar

1.2000C – 1.3000C (Alexander, 2000:81). Sifat yang dikandung stoneware memiliki titik

lebur yang lebih tinggi dibandingkan dengan

earthenware. Sifat-sifatnya : bodinya (badan)

kuat sekali, kerapatannya tinggi, peresapan

airnya rendah 1%-2%. Untuk membuat

stoneware pertama kali digunakan tanah liat

murni, yaitu langsung dari penggalian (toko)

lalu cari angka peresapan airnya.

Bahan baku yang digunakan untuk

membentuk Stoneware adalah Tanah

(Lempung) Merah Lombok, Ball Clay Bantur,

Feldspar RRC, dan Kuarsa Bakar Belitung,

dan lainnya. Lempung menurut Hartono

(1983:3) dibagi menjadi tiga pengertian,

yaitu: sebagai ukuran besar butir, semua

bahan padat yang mempunyai ukuran besar

butir lebih kecil dari 2 µm; sebagai kumpulan

bahan mineral, bahan yang berbutir halus

terdiri dari mineral kristalin yang dinamakan

mineral lempung; dan sebagai istilah batuan,

salah satu bahan pembentuk lhitosphir.

Feldspar adalah suatu senyawa

alumina silikat yang mengandung satu atau

lebih unsur basa seperti : K, Na, Ca, dan

Ba (Hartono, 1983:83). Suatu kelompok

mineral batuan beku yang terutama terdiri

dari senyawa silikat dari K, Na dan Ca

dalam mana pada umumnya satu kation

bisa merupakan kation utama. Feldspar

jumlahnya berlimpah dan banyak terdapat

di dalam kerak bumi, termasuk kelompok

mineral silikat (Alexander, 2000:42). Ball

Clay adalah lempung yang dalam kering

menjadi keras dan sangat kuat. Kadang-

kadang bila dibuat benda keramik dari bahan

ball clay akan banyak timbul retak-retak

(Hartono, 1983:22). Stoneware yang dibuat

pada penelitian ini adalah Stoneware Berkode

Klbr-1 yang bahan bakunya terdiri dari :

Tanah Kalimantan Noodle 50%, Abu Bromo

20%, Pasir 20%, Kapur Bukit Jimbaran 5%,

dan Ball Clay Bantur 5%.

Proses Produksi

Proses produksi menurut Hansen

& Mowen (1997:127) adalah pengolahan

bersama bahan baku, tenaga kerja langsung

dan overhead pabrik untuk memproduksi

sebuah produk baru. Barang yang diproduksi

adalah berwujud, dapat diinventarisasi dan

dipindahkan dari pabrik kepada konsumen.

Fungsi produksi adalah fungsi yang

berhubungan dengan kegiatan pengolahan

bahan baku menjadi produk selesai yang siap

untuk dijual (Supriyono, 2000:18).

Variabel Keuangan

Menurut Horngren (1993:75) ada tiga

unsur utama di dalam biaya suatu produk,

yaitu: bahan baku langsung (direct material),

tenaga kerja langsung (direct labor), dan biaya

overhead pabrik (factory overhead) terdiri

Page 122: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014132

dari overhead pabrik variabel dan overhead

pabrik tetap. Proses produksi menurut

Hansen & Mowen (1997:127) : pengolahan

bersama bahan baku, tenaga kerja langsung

dan overhead pabrik untuk memproduksi

sebuah produk baru. Barang yang diproduksi

adalah berwujud, dapat diinventarisasi dan

dipindahkan dari pabrik kepada konsumen.

Fungsi produksi adalah fungsi yang

berhubungan dengan kegiatan pengolahan

bahan baku menjadi produk selesai yang siap

dijual (Supriyono, 2000:18).

Biaya barang yang telah diselesaikan

selama suatu periode disebut harga pokok

produksi barang selesai (cost of goods manufactured) atau disingkat harga pokok

produksi (Soemarso, 1996:295). Harga

pokok produksi terdiri dari biaya pabrik

ditambah persediaan dalam proses awal

periode, dikurangi persediaan dalam proses

akhir periode. Untuk menghitung harga

pokok produksi digunakan sistem biaya

standar (standard cost system).

Metode penentuan harga pokok

produksi adalah penentuan atau cara

memperhitungkan semua unsur biaya ke

dalam harga pokok produksi. Menurut

Mulyadi (1993:50), ada 2 pendekatan yang

digunakan yaitu : (1).Full costing, yaitu

metode penentuan harga pokok produksi

yang memperhitungkan semua unsur biaya

produksi ke dalam harga pokok produksi baik

biaya tetap maupun biaya variabel. Dengan

demikian harga pokok produksi menurut

metode full costing terdiri dari unsur-unsur

biaya produksi sebagai berikut : Biaya bahan

baku + Biaya tenaga kerja langsung + Biaya

Overhead Pabrik Variabel + Biaya Overhead

Pabrik Tetap; (2) Variable costing, yaitu

metode penentuan harga pokok produksi yang

hanya memperhitungkan biaya produksi yang

berperilaku variabel ke dalam harga pokok

produksi. Dalam penelitian ini digunakan

metode biaya penuh (full costing).

Salah satu faktor yang memiliki

kepastian relatif tinggi yang berpengaruh

dalam penentuan harga jual adalah biaya

(Mulyadi, 1993:347). Menurut Mas’ud

(1985:101) banyak faktor yang yang

mempengaruhi pengambilan keputusan

tentang harga jual, baik dari dalam perusahaan

maupun faktor dari luar perusahaan. Faktor

dari dalam perusahaan, seperti biaya

produksi dan biaya lain-lain yang relevan,

laba yang diinginkan, tujuan perusahaan dan

sebagainya. Faktor luar adalah persaingan,

luas pasar, sifat produk, dan lain-lain.

Metode penentuan harga jual menurut Mas’ud

(1985:133) adalah :

1.Gross margin Pricing : tepat digunakan oleh

perusahaan perdagangan atau perusahaan

yang tidak membuat sendiri produk yang

dijual. Caranya dengan menentukan

persentase tertentu diatas harga (cost)

produk yang dibeli. Persentase ini

disebut mark on percentage atau mark

up. Harga Jual = Cost Produk + (% Mark

Up x Dasar Penentuan Mark Up)

2.Direct Cost Pricing (Marginal Income Pricing), mendasarkan pada biaya-biaya

yang secara proposional dengan volume/

penjualan, sehingga menghasilkan

marginal income. Kelebihan diatas biaya

variabel berapa yang dikehendakai oleh

perusahaan sebagai dasar penentuan

harga jual. Harga Jual = (Biaya Produksi

Variabel +Biaya lain-lain Variabel)+(%

yang Diinginkan x Dasar Penentuan Laba)

3.Full Cost Pricing : memperhitungkan semua

jenis biaya, baik biaya variabel maupun

tetap. Semua biaya untuk membuat

produk ditambah persentase laba yang

diinginkan untuk menutup biaya operasi

dan laba yang diinginkan.Harga Jual =

Biaya Produksi Total +Margin(Biaya

Produksi Total)+Biaya Operasi

4.Time and Material Pricing : harga jual

ditentukan dari upah langsung dan tarif

lainnya dari bahan baku masing-masing

Page 123: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014 133

yang dijadikan satu, ditambah dengan

jumlah tertentu dari biaya tak langsung

srta laba yang diinginkan. Harga Jual

= ((Bahan + % Kenaikan (Bahan) +

((Upah + % Kenaikan (Upah)) + ((Jasa

+ % Kenaikan (Jasa))

5.Return on Capital Employed Pricing :

mendasarkan pada prosentase mark

up tertentu dari capital employed,

yaitu kapital (Assets) yang dianggap

mempunyai peranan dalam

memprodusir barang (produk). Harga

Jual = ((Total Cost + (% x Aktiva Tetap)) / ((Volume Penjualan Dalam

Unit)).

Bauran Pemasaran

Konsep pengembangan strategi

pemasaran yang keempat berkaitan dengan

masalah bagaimana menetapkan bentuk

penawaran pada segmen pasar tertentu.

Hal ini dapat terpenuhi dengan penyediaan

suatu sarana yang disebut marketing mix.

Marketing mix ini merupakan inti dari sistem

pemasaran perusahaan. Marketing mix adalah

kombinasi dari empat variabel atau kegiatan

yang merupakan inti dari sistem pemasaran

perusahaan, yakni : produk, struktur harga,

kegiatan promosi, dan sistem distribusi

(Swastha, Basu, 1990:78).

Kegiatan-kegiatan Kegiatan-kegiatan

yang berkaitan dengan produk, harga,

distribusi, dan promosi perlu dikombinasikan

dan dikoordinasikan agar perusahaan dapat

melakukan tugas pemasaran seefektif mungkin.

Empat elemen pkok dalam marketing mix

adalah : (1) Produk Keputusan-keputusan tentang produk mencakup penentuan

bentuk penawaran secara fisik, merknya, pembungkus, garansi, dan servis sesudah

penjualan; (2) Harga Faktor-faktor ynag perlu dipertimbangkan dalam penetapan harga

adalah : biaya, keuntungan, praktek saingan,

dan perubahan keinginan pasar. Hal lainnya

adalah potongan, makr-up, mark-down, dan

sebagainya; (3) Distribusi Aspek kegiatan

distribusi adalah : a).Sistem transportasi

: pemilihan alat transport (pesawat udara,

kereta api, kapal, truck, pipa, dan lain-lain),

jadwal pengiriman, penentuan rute yang

harus ditempuh, b).Sistem penyimpanan :

letak gudang, jenis peralatan yang dipakaki

untuk material handling, dsb, c).Pemilihan

saluran distribusi : penggunaan penyalur

(pedagang besar, pengecer, agen, makelar),

dan membangun kerjasama yang baik

dengan penyalur; dan (4) Promosi kegiatan promosi terdiri dari : periklanan (pemilihan

media, bentuk iklan), personal selling (penarikan, pemilihan, latihan, kompensasi,

dan supervisi), promosi penjualan (pameran,

peragaan, demonstrasi, contoh-contoh),

publisitas (hampir sama dengan periklanan,

tetapi biasanya dilakukan tanpa biaya).

METOTOLOGI PENELITIAN

Jenis data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah : (1) Data kualitatif, yaitu

data yang berbentuk kata, kalimat, skema, dan

gambar (Sugiyono, 1999:13). Pada penelitian

ini, data kualitatif yang digunakan adalah :

sejarah berdirinya UPT PSTKP Bali- BPPT,

aktiva tetap yang digunakan dalam pembuatan

stoneware Klbr-1, struktur organisasi, fungsi

pokok UPT PSTKP Bali- BPPT, uraian

tugas, proses pembuatan stoneware Klbr-1,

dan jenis bahan baku pembuatan stoneware

Klbr-1; dan (2) Data kuantitatif, yaitu data

yang berbentuk angka, atau data kualitatif

yang diangkakan (skoring : baik sekali = 4,

baik = 3, kurang baik = 2, dan tidak baik =

1) (Sugiyono, 1999:14). Pada penelitian ini,

data kuantitatif yang digunakan adalah: biaya

penyusutan aktiva tetap yang digunakan

dalam proses produksi, kuantitas bahan, harga

bahan, biaya listrik, biaya telepon, biaya air,

biaya tenaga kerja selama proses produksi,

komposisi bahan, harga pokok produksi, jam

mesin, jam tenaga kerja langsung, dan Upah

Minimum Kota Denpasar.

Sumber data dalam penelitian ini

dapat dibedakan menjadi dua, yaitu : (1)

Page 124: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014134

Data primer, yaitu data yang diperoleh atau

dikumpulkan oleh seorang peneliti atau suatu

lembaga tertentu langsung dari sumbernya,

dicatat dan diamati untuk pertama kalinya

dan hasilnya digunakan langsung oleh

peneliti atau oleh lembaga itu sendiri untuk

memecahkan permasalahan yang akan dicari

jawabannya (Gorda, 1994:78). Data primer

yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

aktiva tetap, biaya penyusutan, biaya listrik,

biaya telepon, biaya air, jam mesin, jam

tenaga kerja langsung, komposisi bahan baku,

penggunaan bahan baku, biaya pemeliharaan,

dan jumlah tenaga kerja yang terlibat

langsung dalam pengolahan bahan; dan (2)

Data sekunder, yaitu data yang diperoleh

peneliti bukan dari hasil pengumpulan dan

pengolahan sendiri melainkan dilakukan oleh

orang lain atau oleh lembaga tertentu (Gorda,

1994:79). Jadi data yang idgunakn oleh

peneliti dalam upaya mencari jawaban atas

permasalahan penelitiannya adalah data yang

dipublikasikan oleh orang lain atau lembaga

tertentu lainnya dan tidak oleh peneliti

sendiri. Data sekunder pada penelitian ini

adalah : upah minimum kota Denpasar dari

Depnakertrans, jenis bahan baku keramik dari

Balai Besar Industri Keramik Bandung, dan

standar peresapan air yang memenuhi syarat

sebagai stoneware dari American Standard

Testing Material (ASTM).

Pengumpulan data dilakukan melalui :

(1) Observasi, yaitu suatu cara pengumpulan

data yang dilakukan oleh peneliti dengan

mengamati langsung terhadap obyeknya atau

mengganti obyeknya (misalnya : film, video, rekonstruksi, dan lain-lain) (Gorda, 1994:84).

Observasi pada penelitian ini dilakukan dengan

mengamati proses pembentukan stoneware

dan campuran bahan baku yang digunakan;

dan (2) Wawancara, yaitu suatu teknik

pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara lisan antara pewawancara (interviewer)

dan orang yang diwawancarai atau responden

(interviewee) (Gorda, 1994:81). Pada teknik

ini terjadi interaksi yang berhadap-hadapan

antara pewawancara dengan responden, kesan

pertama pewawancara akan menentukan

keberhasilan dalam pengumpulan data.

Wawancara pada penelitian ini dilakukan

kepada bagian pengolahan bahan, bendahara

pelayanan teknis, manajer pelayanan teknis,

dan kelompok fungsional tekno-ekonomi.

Teknik analisis data yang digunakan

adalah : (1) Teknik proses produksi yang

tertuang dalam konsep fungsi produksi

(Supriyono, 1995:19) sebagai salah satu fungsi

perusahaan digunakan untuk menentukan

teknologi proses. Tekniknya adalah mengolah

bahan baku menjadi barang jadi yang siap

untuk dijual, seperti bagan berikut :

Pembelian Pemakaian

---------> --------->

--------->

--------->

--------->--------->

--------->

Pemakaian

Pemakaian

PembebananPenyelesaian

Pembebanan

Bahan

Baku

Barang

Jadi

Proses

Produksi

Buruh

Langsung

Biaya

Pabrikase

Page 125: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014 135

(2) a.Untuk menghitung harga pokok produksi

digunakan sistem biaya standar dengan

metode biaya penuh (full costing), yang

dikemukakan oleh Mulyadi (1993:50),

dengan rumus harga pokok produksi =

Biaya bahan baku +Biaya tenaga kerja

langsung

+ Biaya overhead pabrik variabel + Biaya

overhead pabrik tetap.

-Standar biaya bahan baku = Standar

pemakaian bahan baku x Standar harga bahan baku.

Standar pemakaian bahan baku = Persentase

penggunaan bahan baku x Kebutuhan bahan baku per kg.

Standar harga bahan baku = Harga rata-

rata yang diharapkan masing-masing

bahan baku.

-Standar biaya tenaga kerja langsung =

Tarif per jam x Standar waktu per kg stoneware.

Tarif per jam = (Upah tenaga kerja

langsung per bulan) : (Jam kerja efektif

per bulan).

Standar waktu per kg stoneware = (Jam

kerja untuk pembuatan stoneware dl. 1

kali proses) : (Jumlah stoneware yang

dihasilkan dl. 1 kali proses).

-Standar tarif biaya overhead pabrik dihitung

dengan membagi jumlah biaya overhead

pabrik yang dianggarkan pada kapasitas

normal.

Tarif BOP V = (Budget biaya overhead pabrik

variabel bulanan) : (Unit stoneware pada

kapasitas normal).

Tarif BOPT = (Budget biaya overhead

pabrik tetap bulanan) : (Unit stoneware

pada kapasitas normal).

b.Metode harga jual berbasis biaya penuh/

full cost pricing (Mas’ud, 1993:113)

digunakan untuk menghitung harga jual,

rumusnya : Harga Jual = Biaya Produksi

Total + Margin (Biaya Produksi Total) +

Biaya Operasi; dan (3) Strategi bauran

pemasaran (marketing mix) digunakan

untuk mengkaji pemasaran massa raga

stoneware Klbr-1, yang terdiri dari

produk, harga, distribusi, dan promosi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pembuatan Massa Raga Stoneware Merah

Berkode Klbr – 1

-Persiapan & penimbangan : melakukan

pembuatan massa raga (massa badan)

stoneware warna berkode KLBR – 1

dengan menggunakan bahan abu pasir

gunung Bromo, Jawa Timur sebagai

pengganti bahan pelebur (feldspar).

Sebagai pengganti kuarsa digunakan

pasir yang diayak dengan saringan

berdiameter lobang 0,25 mm. Formula

yang digunakan adalah tanah Kalimantan

noodle 50 %, abu pasir Bromo 20 %,

kapur bukit Jimbaran 5 %, ballclay

Bantur 5 % dan pasir 20 %. Dibuat

bahan sebanyak 3 (tiga) kg. Bahan yang

digunakan adalah tanah Kalimantan

noodle 1500 gr, abu pasir Bromo 600

gr, kapur bukit Jimbaran 150 gr, ballclay

Bantur 150 gr dan pasir 600 gr.

-Penggilingan : proses penggilingan

dilakukan dengan menggunakan potmill

dalam waktu sekitar 3 jam. Untuk

melakukan penggilingan ke dalam

potmill ditambahkan batu-batu giling

(grinding ball) dari bola porselin dan

air. Perbandingannya adalah bahan

: batu giling : air adalah 1: 1 : 1. Batu

giling yang digunakan ada 3 ukuran,

ukuran kecil, sedang dan besar masing-

masing satu kg. Jadi ke dalam potmill

dimasukkan bahan sebanyak 3 kg, air 3

liter, batu giling kecil 1 kg, batu giling

sedang 1 kg dan batu giling besar 1 kg.

-Penyaringan : Slurry yang dihasilkan disaring

dengan ayakan 120 mesh, penambahan

air diperboleh untuk mempercepat

penyaringan.

-Pengeringan : Slurry yang lolos ayakan

diuapkan/dikurangi kadar airnya dengan

cara dimasukkan dalam gips penyerap,

pengeringan dihentikan jika kadar air

rata-rata mencapai + 25 %. Pengeringan

KLBR – 1 memerlukan waktu 3 (tiga)

hari dengan kadar air adonan telah

mencapai 26,5 %.

Page 126: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014136

-Penghomogenan : Adonan yang didapat,

diulet untuk menghomogenkan kadar air

serta mengurangi keberadaan gelembung

udara (deaering).

-Pemeraman : Proses selanjutnya adalah

pemeraman (aging) selama 3 – 7 hari

pada ruang gelap untuk meratakan kadar

air serta melakukan pelapukan bahan-

bahan organik yang ada pada lempung

secara anaerob (tanpa terkena sinar

matahari). Hasil yang didapatkan dari proses ini adalah

bahan baku/massa raga stoneware warna/

merah yang siap bentuk. Teknik pembentukan

yang akan dicobakan adalah dengan teknik

putar (throwing) serta teknik cetak cor.

Berdasarkan pengujian laboratorium

yang dilakukan oleh koordinator dan operator

laboratorium, didapat tentang sifat-sifat fisik prabakar (greenware) massa, yang terdiri dari

pengujian kadar air, pengujian keplastisan,

pengujian kejut suhu, dan pengujian susut

kering, yang semuanya memenuhi syarat

komposisi bahan baku tersebut sebagai

stoneware, sehingga massa raga stoneware

merah Klbr-1 yang komponennya berasal

dari abu Gunung Bromo dapat digunakan

sebagai stoneware yang merupakan bahan

baku pembuatan benda keramik, yang

penerapannya digunakan dengan teknik putar

dan cetak cor.

Perhitungan Variabel Keuangan

Harga Pokok Produksi

Standar biaya bahan baku = standar

pemakaian atau kuantitas bahan baku per kg

massa raga (stoneware) x standar harga bahan baku. Standar pemakaian bahan baku atau

kuantitas bahan baku ditentukan dari rata-

rata pemakaian bahan baku untuk masing-

masing janis bahan dalam suatu komposisi.

Untuk massa raga komposisi Klbr-1 terdiri

dari 5 jenis bahan baku. Untuk satu jenis

bahan baku dalam suatu komposisi, harus

dicari berapa persentase bahan baku tersebut

dalam komposisi itu. Dengan demikian untuk

menentukan pemakaian (kuantitas) bahan baku

maka pertama harus ditentukan persentase

pemakaian bahan baku dalam komposisi

itu. Persentase yang bervariasi tergantung

kuantitas bahan baku yang digunakan dan

yang telah memenuhi uji laboratorium yang

memenuhi standar kualifikasi bahan.

Apabila persentase komposisi bahan

baku telah didapatkan, maka selanjutnya

adalah menentukan berapa kebutuhan bahan

baku untuk menghasilkan 1 kg stoneware.

Berdasarkan pengalaman dan rata–rata

periode sebelumnya, maka untuk 800 kg

bahan baku yang diproses dalam peralatan

produksi, akan dihasilkan 940 kg stoneware.

Dengan demikian kebutuhan bahan baku

untuk 1 kg stoneware adalah 800/940 =

0,851. Berdasarkan perhitungan tersebut

didapat bahwa standar pemakaian (kuantitas)

bahan baku per kg stoneware adalah :

persentase penggunaan bahan x 0,851 x 1 kg. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada

Lampiran 1.

Standar harga bahan baku ditentukan

dengan mencari rata-rata harga perolehan

bahan baku dari pihak luar yang tersedia di

bagian pengolahan bahan. Rata-rata harga

perolehan tersebut merupakan harga yang

diharapkan atau menjadi standar. Komposisi

Klbr-1 terdiri dari 5 jenis bahan baku.

Dengan demikian akan ada 5 standar harga

bahan baku untuk komposisi stoneware

Klbr-1. Standar biaya bahan baku dihitung

dengan mengalikan standar pemakaian

(kuantitas) bahan baku dengan standar harga

bahan baku untuk masing-masing komposisi.

Perhitungan standar biaya bahan baku

dijelaskan pada Lampiran 1.

Biaya bahan baku stoneware Klbr-1

adalah Rp 838,16 per kg. Biaya bahan baku

massa raga Klbr-1 sesuai dengan komposisi

bahan baku yang membentuk stoneware

tersebut. Perbedaan biaya bahan baku untuk

suatu komposisi disebabkan oleh karena

perbedaan persentase penggunaan bahan

Page 127: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014 137

baku untuk setiap komposisi, jenis (kualitas)

bahan baku, dan standar harga bahan baku.

Semakin besar persentase penggunaan

bahan baku dalam suatu komposisi, maka

biaya bahan baku cenderung semakin

besar. Demikian sebaliknya, semakin kecil

persentase penggunaan bahan baku dalam

suatu komposisi, biaya bahan baku cenderung

semakin kecil.

Jenis (kualitas) bahan baku

menentukan besar kecilnya biaya bahan

baku. Jenis (kualitas) bahan baku berkaitan

dengan standar harga bahan baku, artinya

jenis (kualitas) bahan baku yang lebih baik

menunjukkan semakin besarnya pengorbanan

yang dikeluarkan untuk memperoleh bahan

baku tersebut. Hal ini berarti semakin besarnya

harga perolehan yang dikeluarkan untuk

mendapatkannya. Harga perolehan bahan

baku yang semakin besar mencerminkan

standar biaya bahan juga semakin besar.

Standar biaya tenaga kerja langsung

dihitung dengan cara menentukan tarif biaya

tenaga kerja langsung per jam dikalikan dengan

standar waktu (jam) yang digunakan untuk

memproduksi 1 kg stoneware. Rumusnya,

Standar Biaya Tenaga Kerja Langsung =

Tarif Biaya Tenaga Kerja Langsung per Jam

x Standar Waktu per Jam x Standar Waktu untuk mengerjakan stoneware per kg.

Tarif Biaya Tenaga Kerja Langsung

= (100% x (Upah Minimum Kota Denpasar)) : (Jam Kerja Efektif per Bulan).

= (100% x Rp 1.358.000,00 x 3 orang) : (8 jam x 20 hari kerja x 3 orang pekerja)

= (Rp 4.074.000,00) : (480) jam

= Rp 8.487,50 per jam

Standar Waktu per kg stoneware :

= (Standar Jam Tenaga Kerja Langsung

untuk Memproduksi stoneware dalam

sekali proses) : (stoneware yang

dihasilkan dalam sekali proses).

= ((1,2 jam pada proses penimbangan + 3,5

jam pada proses penggilingan + 1 jam

pada proses pengurangan kadar air + 4 jam

pada proses penghomogenan massa)

x 3 orang pekerja)) : (940) = ((9,7) x 3)) jam : (940) kg = ( 27,9 ) ) : (940) kg

= 0,0309 jam/kg.

Perhitungan standar biaya tenaga kerja

langsung untuk memproduksi massa raga

Klbr-1 dalam penelitian ini dapat dijelaskan

pada Lampiran 2.

Pada Lampiran 2 terlihat bahwa

standar biaya tenaga kerja langsung untuk

memproduksi massa raga Klbr-1 adalah

sebesar Rp 262,26 per kg. Angka tersebut

diperoleh dengan mengalikan standar tarif

biaya tenaga kerja langsung per jam dengan

waktu yang diperlukan untuk memproduksi

stoneware per kg. Standar biaya tenaga

kerja langsung relatif berbeda untuk jumlah

komposisi bahan baku tetentu. Hal ini

disebabkan oleh karena proses pengolahan

stoneware untuk komposisi adalah identik

atau sama, artinya tidak ada perbedaan proses

pengolahan stoneware dari tahap penggilingan

sampai dengan tahap penghomogenan massa,

tetapi untuk jenis bahan baku yang lebih

banyak cenderung mengkonsumsi jam kerja

yang lebih besar pada tahap penggilingan,

terutama pada proses penimbangan, dan

pengangakatan ke ball mill. Personil yang

terlibat, jam mesin yang dibutuhkan, jam

tenaga kerja langsung yang digunakan, tarif

listrik, biaya air, biaya penyusutan, dan jenis

bahan baku yang digunakan hampir homogen

berupa bongkahan-bongkahan yang tidak

terlalu padat seperti batu.

Perbedaan standar biaya tenaga kerja

langsung untuk masing-masing komposisi

akan terjadi, apabila jenis dan jumlah variasi

bahan baku yang dimasukkan proses produksi

adalah relatif berbeda, yaitu ada yang berupa

bongkahan-bongkahan, ada yang berupa

butiran yang agak lembut, atau berupa padatan

yang bersifat keras yang macamnya berbeda.

Perbedaan jenis atau bentuk fisik bahan baku

Page 128: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014138

akan mempengaruhi proses pengolahan

bahan baku tersebut. Jenis atau bentuk fisik bahan baku yang relatif keras dan berupa

padatan memerlukan proses penghancuran

dengan alat jaw cruiser sebelum dimasukkan

ke ball mill untuk digiling. Adanya proses

penghancuran ini, memerlukan tenaga kerja

langsung untuk menanganinya. Dalam proses

penggilingan tersebut tentu dibutuhkan waktu

yang cukup bagi tenaga kerja yang terlibat

langsung. Penggunaan waktu jam tenaga kerja

langsung membawa efek pada penambahan

biaya untuk personil tenaga kerja langsung.

Hal yang sebaliknya akan terjadi

apabila jumlah jenis atau bentuk fisik bahan baku yang berupa bongkahan-bongkahan

yang tidak padat atau tidak keras, maka tidak

diperlukan proses penghancuran lagi untuk

bisa digiling pada ball mill, sehingga tidak

diperlukan tenaga kerja langsung dalam

proses penghancuran. Dengan demikian tidak

akan menambah pengeluaran untuk biaya

tenaga kerja langsung.

Standar biaya overhead pabrik variabel

dihitung : dengan menentukan tarif biaya

overhead pabrik variabel (Tarif BOP V),

yaitu membagi jumlah biaya overhead pabrik

variabel yang dianggarkan pada kapasitas

normal dengan unit produk yang dihasilkan

pada kapasitas tersebut atau jam mesin.

Budget biaya overhead pabrik variabel

bulanan

Tarif BOPV = ----------------------------

Unit Stoneware pada kapasitas normal

Hasil perhitungan tarif biaya overhead pabrik

variabel dijelaskan pada Lampiran 3.

Pada Lampiran 3 terlihat bahwa tarif

biaya overhead pabrik variabel adalah Rp

90,30 per kg. Tarif sebesar itu diperoleh dari

budget biaya overhead pabrik variabel yang

terdiri dari biaya listrik untuk penggunaan

aktiva tetap (mesin) berupa ball mill, filter press, dan pug mill, serta penggunaan air

yang dicampur dengan bahan baku pada

saat penggilingan. Jumlah stoneware yang

dihasilkan selama satu bulan adalah 940 kg

x 16,5 kali = 15.510 kg. Jumlah tersebut dipakai membagi budget biaya overhead

pabrik variabel selama sebulan, sehingga

didapatkan sebuah tarif.

Tarif biaya overhead pabrik variabel

adalah sama untuk suatu komposisi . Hal ini

disebabkan oleh karena proses pengolahan

stoneware identik atau sama, artinya tidak

ada perbedaan proses pengolahan stoneware

dari tahap penggilingan sampai dengan tahap

penghomogenan massa. Jam mesin yang

dibutuhkan, listrik yang digunakan untuk

menggerakan mesin ball mill, filter press, dan pug mill, biaya air, dan jenis bahan baku

yang digunakan hampir homogen berupa

bongkahan-bongkahan yang tidak terlalu

padat seperti batu.

Perbedaan tarif biaya overhead pabrik

variabel untuk suatu komposisi akan terjadi,

apabila jenis bahan baku yang dimasukkan

proses produksi adalah relatif berbeda, yaitu

ada yang berupa bongkahan-bongkahan,

ada yang berupa butiran yang agak lembut,

atau berupa padatan yang bersifat keras.

Perbedaan jenis atau bentuk fisik bahan baku akan mempengaruhi proses pengolahan

bahan baku tersebut. Jenis atau bentuk fisik bahan baku yang relatif keras dan berupa

padatan memerlukan proses penghancuran

dengan alat jaw cruiser sebelum dimasukkan

ke ball mill untuk digiling. Adanya proses

penghancuran ini, memerlukan tambahan jam

mesin untuk menghancurkan bahan-bahan

padat dan keras. Penggunaan tambahan jam

mesin membawa efek pada penambahan

biaya listrik, biaya pemeliharaan mesin, dan

penggunaan air.

Standar biaya overhead pabrik tetap

dihitung dengan menentukan tarif biaya

overhead pabrik tetap (Tarif BOP T), yaitu

membagi jumlah biaya overhead pabrik tetap

yang dianggarkan pada kapasitas normal

dengan unit produk yang dihasilkan pada

kapasitas tersebut atau jam mesin.

Page 129: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014 139

Budget biaya overhead pabrik tetap

bulanan

Tarif BOP T = ---------------------------

Unit Stoneware pada kapasitas normal

Hasil perhitungan tarif biaya overhead pabrik

tetap selengkapnya dijelaskan pd Lampiran

3.

Pada Lampiran 3 terlihat bahwa tarif

biaya overhead pabrik tetap adalah Rp 414,95

per kg. Tarif sebesar itu diperoleh dari budget

biaya overhead pabrik tetap yang terdiri dari

Upah tak langsung, biaya listrik yang bersifat

tetap untuk penggunaan aktiva tetap (mesin)

berupa ball mill, filter press, dan pug mill, biaya penyusutan gedung pengolahan bahan,

biaya penyusutan mesin ball mill, filter press,

dan pug mill, serta biaya pemeliharaan aktiva

tetap. Jumlah stoneware yang dihasilkan

selama satu bulan adalah 940 kg x 16,5 kali = 15.510 kg. Jumlah tersebut dipakai membagi

budget biaya overhead pabrik tetap sebulan,

sehingga didapatkan sebuah tarif tetap.

Tarif biaya overhead pabrik tetap

adalah sama untuk suatu komposisi. Hal ini

disebabkan oleh karena proses pengolahan

stoneware untuk suatu komposisi adalah

identik atau sama, artinya tidak ada

perbedaan proses pengolahan stoneware dari

tahap penggilingan sampai dengan tahap

penghomogenan massa. Dengan demikian

tidak ada penambahan mesin maupun aktiva

tetap pabrik lain yang digunakan untuk

pengolahan bahan yang sifatnya tidak keras

dan tidak padat.

Harga pokok produksi massa raga

Klbr-1 yang menggunakan biaya standar per

kg dihitung dengan menjumlahkan biaya

bahan baku, biaya tenaga kerja langsung,

biaya overhead pabrik variabel, dan biaya

overhead pabrik tetap per kg. Artinya harga

pokok produksi akan sama dengan biaya

produksi oleh karena dalam memproduksi

stoneware di UPT PSTKP Bali – BPPT tidak

adanya sediaan barang dalam proses awal

maupun sediaan barang dalam proses akhir.

Perhitungan harga pokok produksi stoneware

yang menggunakan biaya standar dapat

dijelaskan pada Lampiran 4.

Lampiran 4 menunjukkan bahwa harga

pokok produksi massa raga Klbr-1 dengan

biaya standar adalah 1.605,67 per kg. Variasi

harga pokok produksi stoneware per kg yang

menggunakan biaya standar disebabkan oleh

variasi bahan baku per kg yang digunakan

membentuk stoneware, sementara biaya tenaga

kerja langsung tetap untuk jumlah jenis bahan

baku tertentu maupun biaya overhead pabrik

(variabel dan tetap) untuk semua komposisi

adalah sama. Biaya tenaga kerja langsung

yang relatif sama dan biaya overhead pabrik

variabel maupun tetap yang sama untuk suatu

komposisi disebabkan oleh karena proses

produksi stoneware adalah sama, dan kondisi

fisik bahan baku yang identik dan tidak keras seperti padatan, melainkan berupa butiran-

butiran kecil yang tidak memerlukan proses

penghancuran dengan alat jaw cruiser. Tidak

adanya proses penghancuran menunjukkan

tidak diperlukannya tambahan biaya untuk

tenaga kerja langsung dan overhead pabrik.

Harga pokok produksi massa raga

Klbr-1 adalah sebesar Rp 1.605,67 per kg.

Jumlah tersebut tersebut terdiri dari : biaya

bahan baku Rp 838,16, biaya tenaga kerja

langsung Rp 262,26, biaya overhead pabrik

variabel Rp 90,30, dan biaya overhead pabrik

tetap Rp 414,95. Harga pokok produksi massa

raga Klbr-1 diperoleh dengan menggunakan

sistem biaya standar, yang terdiri dari :

standar biaya bahan baku, standar biaya

tenaga kerja langsung, standar biaya overhead

pabrik variabel, dan standar biaya overhead

pabrik tetap. Harga pokok produksi yang

diperoleh harus dibandingkan dengan harga

pokok produksi pengusaha keramik lain.

Harga pokok produksi ini diharapkan lebih

rendah daripada harga pokok produksi yang

dikeluarkan oleh pengusaha keramik lainnya

dengan kualitas maupun cara perhitungan

biaya yang sama. Hal ini akan menunjukkan

tingkat ekonomisasi yang lebih baik daripada

yang lainnya.

Page 130: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014140

Harga Jual Massa Raga (Stoneware)

Merah Klbr-1

Dengan mengasumsikan biaya

operasi yang dibebankan sebesar 10% yang

terdiri dari biaya pemasaran 6%, dan biaya

administrasi dan umum 4%, serta marjin

yang diharapkan adalah 5%, maka harga

jual massa raga (stoneware) merah Klbr-1

kepada pembeli yang seharusnya menurut

Metode Full Cost Pricing adalah : Harga Jual

= Biaya Produksi Total + Margin (Biaya

Produksi Total) + Biaya Operasi. Harga Jual =

Rp 1.605,67 + 10% (Rp 1.605,67) + 5% (Rp

1.605,67). Harga Jual = 1,15 (Rp 1.605,67).

Harga Jual = Rp 1.846,52. Biaya Pemasaran

yang didapat adalah : 0,06% x Rp 1.605,67 = Rp 96,34, Biaya Admnistrasi dan Umum =

0,04% x Rp 1.605,67 = Rp 64,22, dan Marjin Laba yang diinginkan = 5% x Rp 1.605,67 = Rp 80,28.

Harga jual massa raga (stoneware)

merah Klbr-1 adalah sebesar Rp 1.846,52 per

kg dengan menggunakan metode cost-plus

pricing. Harga tersebut terdiri dari : harga

pokok produksi Rp 1.605,67, marjin laba

yang diinginkan Rp 80,28, biaya pemasaran

Rp 96,34, dan biaya administrasi dan umum

Rp 64,22. Harga jual yang ditawarkan oleh

UPT PSTKP Bali diharapkan lebih rendah

dibandingkan dengan harga jual yang

ditawarkan oleh pengusaha keramik lainnya

Perlu adanya kualifikasi sistem perhitungan harga jual yang sama antara UPT PSTKP

Bali dengan pengusaha keramik sehingga

diperoleh suatu penyeragaman.

Pemasaran Massa Raga (Stoneware)

Merah Klbr-1

Pengkajian pemasaran massa raga

Klbr-1 menggunakan strategi bauran

pemasaran (marketing mix). Marketing mix

adalah kombinasi empat variabel atau kegiatan

yang merupakan inti sistem pemasaran

perusahaan, yakni produk, struktur harga,

kegiatan promosi, dan sistem pemasaran

distribusi (Swastha, Basu, 1990:78).

Kegiatan-kegiatan ini perlu dikombinasikan

dan dikoordinasikan agar perusahaan

dapat melakukan tugas pemasarannya

seefektif mungkin. Jadi perusahaan atau

organisasi tidak hanya sekedar memilih

kombinasi yang terbaik saja, tetapi juga

harus mengkordinasikan berbagai macam

elemen dari bauran pemasaran tersebut untuk

melaksanakan program pemasaran secara

efektif.

Empat elemen pokok dalam bauran

pemasaran adalah :

Produk : Keputusan-keputusan tentang

produk ini mencakup : penentuan

bentuk penawaran secara fisik, merknya, pembungkus, garansi, dan servis sesudah

penjualan. Pengembangan produk

dapat dilakukan setelah menganalisis

kebutuhna dan keinginan pasarnya.

Jika masalah ini telah diselesaikan,

maka kegiatan-kegiatan tentang harga,

distribusi, dan promosi dapat diambil.

Bentuk penawaran secara fisik produk ini adalah berupa massa raga putar yang

terdiri dari berbagai campuran bahan

baku, seperti : Tanah Kalimantan Noodle

50%, Abu-pasir Bromo 20%, Pasir 20%,

Kapur Bukit Jimbaran 5%, dan Ballclay

Bantur 5%. Merk produk yang dipasarkan

adalah massa raga (stoneware) merah

”Klbr-1”. Pembungkus produk terdiri

dari plastik, yang dapat melindungi

produk dari panas, udara, air, dan lain-

lain. Garansi untuk pemasaran produk

massa raga (stoneware) merah ”Klbr-1”

belum diberikan kepada pembeli atau

pengguna, namun berupa penjualan

biasa. Servis sesudah penjualan diberikan

apabila ada permintaan dari pembeli.

Harga : Pada setiap produk atau jasa

yang ditawarkan, bagian pemasaran

menentukan harga pokoknya. Faktor-

faktor yang perlu dipertimbangkan

dalam penetapan harga tersebut adalah

Page 131: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014 141

: biaya, keuntungan, praktik saingan,

dan perubahan keinginan pasar.

Kebijaksanaan harga ini menyangkut

pula penetapan jumlah potongan, mark

up, mark down, dan sebagainya. Biaya

pembuatan massa raga (stoneware)

merah Klbr-1 yang identik dengan harga

pokok produksi adalah Rp 1.605,67

per kg. Jumlah tersebut terdiri dari :

biaya bahan baku Rp 838,16, biaya

tenaga kerja langsung Rp 262,26, biaya

overhead pabrik variabel Rp 90,30,

dan biaya overhead pabrik tetap Rp

414,95. Keuntungan yang diharapkan

dari penjualan massa raga (stoneware)

merah ”Klbr-1” adalah Rp 80,28 per

kg, dengan biaya pemasaran Rp 96,34,

biaya administrasi dan umum Rp 64,22.

Berdasarkan kondisi tersebut, maka

harga jual yang layak atas penjualan

produk Klbr-1 adalah Rp 1.846,52 per

kg. Praktek saingan masih merupakan

masalah dalam penjualan produk ini.

Pesaing menjual produk yang sejenis

dengan harga Rp 1.800,00 per kg yang

sedikit lebih rendah dibandingkan dengan

harga jual yang kita tawarkan. Keinginan

pasar belum mengalami perubahan,

artinya pasar masih menghendaki harga

yang lebih rendah. Kebijaksanaan

harga yang berkaitan dengan pemberian

potongan, mark up, mark down belum

dilakukan atas penjualan produk Klbr-1.

Distribusi : Ada tiga aspek pokok yang

berkaitan dengan keputusan-keputusan

tentang distribusi, yaitu : sistem

transportasi, sistem penyimpanan, dan

pemilihan saluran distribusi. Sistem

transportasi berkaitan dengan pemilihan

alat transportasi, penentuan jadwal

pengiriman, penentuan rute yang

harus ditempuh, dan seterusnya. Alat

transportasi yang digunakan dalam

pemasaran produk Klbr-1 berupa

angkutan darat (bobil milik sendiir), yaitu

L300 atau avanza. Jadwal pengiriman

disesuaikan dengan permintaan pembeli

dan kondisi kesiapan alat transportasi

(tidak terjadfwal). Rute yang harus

ditempuh sesuai dengan meter yang

paling pendek (mendekati) sehingga

waktu sampai di tempat tujuan diusahakan

tepat waktu. Sistem penyimpanan

berkaitan dengan letak gudang, jenis

peralatan yang dipakai, dan sebagainya.

Letak gudang sudah dekat dengan

pabrik, sehingga tidak perlu waktu yang

lama untuk memindahkan produk Klbr-1

dari pabrik ke gudang, namun perlu

penyimpanan yang lebih nyaman, supaya

tidak mudah terkena udara, air, maupun

kotoran lainnya yang dapat menyebabkan

berubahnya keplastisan produk BNP4.

Jenis peralatan yang dipakai adalah

gedung penyimpanan yang tertutup

yang masih satu atap dengan gedung

pengolahan produk Klbr-1. Pemilihan

saluran distribusi berkaitan dengan

penggunaan penyalur (pedagang besar,

pengecer, agen, makelar) dan bagaimana

menjalin kerjasama yang baik dengan

penyalur tersebut. Penyalur atas

pemasaran produk Klbr-1 ada. Penjualan

produk Klbr-1 bersifat direct selling

(penjualan langsung). Kerjasama dengan

penyalur belum ada.

Promosi : Kegiatan promosi menyangkut

kegiatan : periklanan, personal selling,

promosi penjualan, dan publisitas.

Periklanan berkaitan dengan pemilihan

media, bentuk iklan, dan beritanya.

Pemasaran produk Klbr-1 belum pernah

menggunakan media periklanan, seperti

majalah, televisi, dan sebagainya,

sehingga bentuk iklan dan beritanya

belum pernah dibuat. Personal selling

berkaitan dengan penarikan, pemilihan,

latihan, kompensasi, dan supervisi.

Personal selling atas pemasaran

produk Klbr-1 belum dilakukan secara

profesional. Personal selling hanya

menggunakan pegawai UPT PSTKP Bali

yang punya bakat dan kompetensi dalam

pemasaran. Promosi penjualan produk

Page 132: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014142

Klbr-1 sudah dilakukan dalam bentuk

pameran pada waktu-waktu tertentu,

seperti pameran pembangunan, pameran

industri, maupun pameran lainnya.

Peragaan atau demontrasi pembuatan

produk Klbr-1 sudah dilakukan pada

saat ada kunjungan dari luar ke UPT

PSTKP Bali. Pemberian contoh kepada

perajin sudah dilakukan, namun belum

ada respon untuk membeli. Publisitas

produk Klbr-1 belum dilakukan pada

jurnal ilmiah yang berada di luar UPT

PSTKP Bali. Publisitas hanya dilakukan

dalam bentuk karya tulis ilmiah yang

dipresentasikan pada tiga instansi yang

hasilnya disimpan pada perpustakaan

UPT PSTKP Bali.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan

dapat disimpulkan : (1) Abu (pasir) Gunung

Bromo dapat digunakan sebagai massa raga

(stoneware) atau bahan baku keramik dan

terbentuk masa raga (stoneware) merah

Klbr-1, karena telah memenuhi syarat uji

laboratorium pada UPT PSTKP Bali. Proses

produksi masa raga (stoneware) merah

Klbr-1 terdiri dari beberapa proses, yaitu :

penimbangan, penggilingan, penyaringan,

pengeringan, penghomogenan, pemeraman,

dan penyimpanan; (2) Harga pokok produksi

massa raga (stoneware) merah Klbr-1 adalah

sebesar Rp 1.605,67 per kg, terdiri dari :

biaya bahan baku Rp 838,16, biaya tenaga

kerja langsung Rp 262,26, biaya overhead

pabrik variabel Rp 90,30, dan biaya overhead

pabrik tetap Rp 414,95. Harga jual massa raga

(stoneware) merah Klbr-1 adalah Rp 1.846,52

per kg, terdiri dari : harga pokok produksi Rp

1.605,67, marjin laba yang diinginkan Rp

80,28, biaya pemasaran Rp 96,34 dan biaya

administrasi dan umum Rp 64,22; dan (3)

Pemasaran massa raga (stoneware) merah

Klbr-1 belum dilakukan secara komersial,

komponen bauran pemasaran yang terdiri

dari produk, harga, distribusi, dan promosi

masih sangat minim dan sederhana.

Berdasarkan simpulan dapat disarankan

: (1) Menggunakan bahan baku yang relatif

lebih murah atau persentase penggunaan

bahan baku yang lebih kecil untuk bahan

baku yang harganya lebih mahal dalam sebuah

komposisi massa raga stoneware, dengan tetap

mengacu pada kualifikasi standar massa raga (stoneware), sehingga diperoleh harga pokok

produksi yang lebih ekonomis; (2) Menjual

massa raga (stoneware) merah Klbr-1 dengan

harga jual Rp 1.846,52, per kg, harga jual

tersebut sudah menutup biaya operasi (biaya

pemasaran dan biaya umum & administrasi)

dan telah memperoleh marjin laba sebesar 5%

dari harga pokok produksi; (3) Meningkatkan

dan mengintensifkan bauran pemasaran

(produk, harga, distribusi, dan promosi) atas

penjualan massa raga (stoneware) merah

Klbr-1, sehingga penjualan produk lebih

meningkat dibanding penjualan sekarang

yang baru pada tahap penelitian; dan (4)

Menggunakan sistem biaya standar sebagai

alat pengawasan, sehingga penyimpangan

atau selisih dapat dikurangi.

DAFTAR PUSTAKA

Alexander, Brian. 2000. Panduan Praktis Kamus Keramik Untuk Praktisi, Perajin, dan Industri. Jakarta. Milenia Populer.

Ardi, Solichin. 1986. Pengujian Bahan Mentah dan Produk Keramik. Bandung. Balai

Besar Penelitian dan Pengembangan

Industri Keramik.

Anonimous. 1999. Lokasi dan Sumber Daya Bahan Galian C. Mataram. Dinas

Pertambangan dan Energi Propinsi

NTB.

Cingah, Made, dk.. 2006. Kajian Tekno-

Ekonomi Terhadap Karakteristik, Harga Pokok Produksi, dan Harga Jual Bahan Mentah Keramik Komposisi KR-35 Sebagai Raga Stoneware Dengan Peresapan Air 1,08% Pada Suhu Bakar

Page 133: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014 143

1.250oC. Forum Manajemen, Volume 4,

Nomor 1, Tahun 2006. 23-34.

Cooper, Donald R. dan Emory, C. William.

1998. Metode Penelitian Bisnis. Jilid 2.

Edisi Kelima. Jakarta. Erlangga.

Effendi, M. Dachyar. 2000. Analisa Ekonomi Industri Pengolahn Bahan Baku Keramik di Bali. Mandiri (Majalah

Politeknik Negeri Bali). Nomor 18,

Oktober 2000. 20-24.

Gorda, I Gusti Ngurah. 1994. Metode

Penelitian Sosial. Denpasar. Universitas

Pendidikan Nasional.

Hansen & Mowen. 1997. Accounting and Control, Cost Management. USA.

South Western College.

Hartono, Y.M.V. 1983. Bahan Mentah Untuk

Pembuatan Keramik. Bandung. Balai

Besar Penelitian dan Pengembangan

Industri Keramik.

Horngren, Charles T. 1991. Pengantar Akuntansi Manajemen. Jilid 2. Edisi

Keenam. Cetakan Kedua. Jakarta.

Erlangga.

Kamiana, Nyoman, dk. 2005. Penerapan Metode Biaya Absorpsi Dalam Menentukan Harga Pokok Produksi Masa Bodi Kalimantan Komposisi FC2R dan Pengaruhnya Terhadap Tingkat Laba. Forum Manajemen. Volume 3,

Nomor 1, Tahun 2005. 55-63.

Mas’ud, MC. 1985. Akuntansi Manajemen.

Buku Dua. Edisi Revisi. Yogyakarta.

Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah

Mada.

Mulyadi. 1993. Akuntansi Manajemen

(Konsep, Manfaat, dan Rekayasa). Edisi

Kedua. Yogyakarta. Bagian Penerbit

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.

Reeve, James M.. 2000. Redings and Issues in Cost Management. Second

Edition. USA. South-Western College

Publishing.

Soemarso, S.R..1992. Akuntansi Suatu

Pengantar. Edisi Keempat.Buku 1.

Jakarta. Rineka Cipta.

Sugiyono. 1999. Metode Penelitian Bisnis.

Cetakan Pertama. Bandung. CV

Alfabeta.

Sundari, Komang Nelly. 2000. Pengujian Penyusutan dan Peresapan Air Serta Berat Jenis Terhadap Kualitas Raga Keramik. Mandiri (Majalah Politeknik

Negeri Bali). Nomor 18, Oktober 2000.

25-29.

Supriyono, R.A. 1983. Akuntansi Biaya, Pengumpulan Biaya dan Penentuan Harga Pokok. Buku 1. Edisi 2.

Yogyakarta. BPFE.

Swastha, Basu, dk.. 1990. Manajemen

Pemasaran Modern. Edisi Kedua.

Cetakan Keempat.

Page 134: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014144

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Perhitungan Biaya Bahan Baku Pembuatan Massa Raga (Stoneware) Merah Klbr-1

Komposisi

Nama Bahan

Baku

Persentase

Penggunaan

Bahan Baku

(%)

Ekuivalensi

Penggunaan

Bahan Baku

(800:940)

Standar

Pemakaian

Bahan Baku

(kg/kg)

Standar Harga

Bahan Baku

(Rp/kg)

Standar

Biaya Bahan

Baku

(Rp/kg)

Klbr-1 Tanah KalimantanNoodle 0,50 0,851 0,4256 1.000,00 425,60

Abu Pasir Bromo 0,20 0,851 0,1702 1.000,00 170,20

Pasir 0,20 0,851 0,1702 550,00 93,61

Kapur Bukit Jimbaran 0,05 0,851 0,0425 1.500,00 63,75

Ballclay Bantur 0,05 0,851 0,0425 2.000,00 85,00

Standar Biaya Bahan Baku Massa Raga (Stoneware) Merah Klbr-1 (Rp/kg) 838,16

Sumber : Hasil Pengolahan Data 2013.

Lampiran 2 : Perhitungan Biaya Bahan Tenaga Kerja Langsung Pembuatan Massa Raga (Stoneware) Merah Klbr-1

Komposisi

Standar Tarif Biaya Tenaga

Kerja Langsung

(Rp/jam)

Standar Waktu

Pengerjaan

(Jam/kg)

Standar Biaya Tenaga

Kerja Langsung

(Rp/kg)

Klbr-1 (100% x Rp 1.358.000,00 x 3) :

(8 jam x 5 x 4 x 3 ) =

((1,2 jam proses penimbangan +

3,5 jam proses penggilingan + 1

jam proses pengurangan kadar air

+ 4 jam proses penghomogenan

massa) x 3 ) : (940 kg) =

(Rp 8.487,50 /jam) x (0.0309

jam/kg) =

8.487,50 0.0309 262,26

Sumber : Hasil Pengolahan Data 2013.

Page 135: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014 145

Lampiran 3 : Perhitungan Biaya Overhead Pabrik Pembuatan Massa Raga (Stoneware) Merah Klbr-1

Budget Fleksibel BOP Bulanan

Kapasitas 80% 100% 120%

(Unit Produksi) (12.408 kg) (940 x16,5 = 15.510 kg) (18.612 kg)

( Jam Mesin) (128 Jam ) (9,7 x 16,5 = 160 Jam ) (192 Jam )

Biaya Overhead Pabrik Variabel :

1. Upah tak langsung : 543.200,00 679.000,00 814.800,00

2. Biaya Listrik :

Timbangan : 0,012 KW x 1 x 1,2 jam x Rp 914 x 16,5 173,74 217,17 260,60

Ball mill : 11 KW x 1 x 3,5 jam x Rp 914 x 16,5 464.494,80 580.618,50 696.742,20

Filter press : 1,5 KW x 1 x 1 jam x Rp 914 x 16,5 18.097,20 22.621,50 27.145,80

Pug mill : 1,5 KW x 1 x 4 jam x Rp 914 x 16,5 72.388,80 90.486,00 108.583,20

3. Air : 1 m3 x 1 bh x Rp 1.675,00 x 16,5 22.110,00 27.637,50 33.165,00

1.120.464,54 1.400.580,67 1.680.696,80

Biaya Overhead Pabrik Tetap :

1. Biaya Listrik :

Timbangan : 0,012 KW x (Rp 1.020.900 : 41,5 KW) 295,20 295,20 295,20

Ball mill : 11 KW x (Rp 1.020.900 : 41,5 KW) 270,600.00 270,600.00 270,600.00

Filter press : 1,5 KW x (Rp 1.020.900 : 41,5 KW) 36,900.00 36,900.00 36,900.00

Pug mill : 1,5 KW x (Rp 1.020.900 : 41,5 KW) 36,900.00 36,900.00 36,900.00

2. Biaya Penyusutan :

Gedung : 102 m2 x Rp 800.000 x 0,05 x (1/12) 340,000.00 340,000.00 340,000.00

Timbangan : 1 x Rp 5.000.000 x 0,067 x (1/12) 27.916,67 27.916,67 27.916,67

Ball mill : 1 x Rp 500.000.000 x 0,067 x (1/12) 2,791,666.67 2,791,666.67 2,791,666.67

Filter press : 1 x Rp 30.000.000 x 0,067 x (1/12) 167,500.00 167,500.00 167,500.00

Pug mill : 1 x Rp 20.000.000 x 0,067 x (1/12) 111,666.67 111,666.67 111,666.67

3. Biaya Pemeliharaan Aktiva Tetap Pabrik :

(Rp 81.600.000+Rp 5.000.000+Rp 500.000.000 +

Rp 30.000.000+Rp 20.000.000) x0,05 x (1/12) 2.652.500,00 2.652.500,00 2.652.500,00

6.435.945,21 6.435.945,21 6.435.945,21

Tarif Biaya Overhead Pabrik Variabel

= (Rp 1.400.580,67) / (15.510 kg)=Rp 90,30 per kg

Tarif Biaya Overhead Pabrik Tetap

= (Rp 6.435.945,21) /(15.510 kg)=Rp 414,95 per kg

Sumber : Hasil Pengolahan Data 2013.

Lampiran 4 : Perhitungan Harga Pokok Produksi Massa Raga (Stoneware) Merah Klbr-1

Biaya Biaya Tenaga Biaya Overhead Biaya Overhead Harga Pokok

No Komposisi Bahan Baku Kerja Langsung Pabrik Variabel Pabrik Tetap Produksi

1 Klbr-1 838,16 262,26 90,30 414,95 1.605,67

Sumber : Hasil Pengolahan Data 2013

Page 136: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014128

PEDOMAN BAGI PENULIS

Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh penulis dalam penulisan adalah sebagai

berikut:

Maksud dan Tujuan

Jurnal Ilmiah Forum manajemen diterbitkan oleh Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen

Indonesia (STIMI) “Handayani” Denpasar dengan nomor ISSN 0854-0616 adalah

media untuk menyebarluaskan karya intektual oleh para Dosen di lingkungan STIMI

“Handayani” Denpasar maupun dari para pakar dan akademis di bidang Manajemen dan

lainnya.

Ruang Lingkup

Jurnal ini memuat karya intektual dari bidang ilmu Ekonomi pada umumnya, dan

khususnya Manajemen yang menunjang pengembangan ilmu pengetahuan ekonomi serta

Pembangunan Nasional.

Bahasa

Tulisan yang dimuat dalam Jurnal ini menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan

baku. Penggunaan istilah hendaknya menggunakan pedoman dari Lembaga Pembinaan

Bahasa.

Bentuk Naskah

Naskah di ketik pada kertas putih pada satu permukaan dengan jarak 2 spasi. Tulisan

mempunyai jarak 3,5 cm dari kiri kertas dan jarak 2,5 dari kanan atas dan dari bawah

kertas. Panjang naskah tidak lebih dari 20 halaman dan sekurang-kurangnya 15 halaman

termasuk gambar dan tabel disertai disket.

Isi Naskah

Naskah disusun dalam aturan : Judul (Bahasa Indonesia). Nama Penulis. Lembaga/

Instansi. Judul dan Abstark dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris (150-200 kata)

berisi : tujuan, metode, hasil penelitian dan Kata Kunci. Pendahuluan (berisi : Latar

Belakang Perumusan Masalah. Tujuan Pustaka dan Tujuan Penelitian). Metode Penelitian

(alat Bahan. Cara dan Metode Analisis). Hasil dan Pembahasan. Kesimpulan dan Saran.

Daftar Pustaka. Lampiran (kalau ada).

Judul Karangan dan Nama Pengarang

Judul karangan berupa satu ungkapan dalam bentuk kalimat pendek yang mencerminkan

isi dari karangan, nama lembaga/instansi pengarang harus jelas dicantumkan pada

halaman pertama. Bila penulis lebih dari satu orang, maka perlu di urutkan sesuai dengan

kode etik penulisan.

Page 137: stimidenpasar-jurnal - STIMI Handayani

FORUM MANAJEMEN, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2014 129

Satuan

Penggunaan satuan dalam teks harus menggunakan satuan internasional (mikrom, cm,

mm,cm: liter, dan sebagainya). Hindari penggunaan satu pikul, bahu dan beberapa satuan

lainnya yang kurang umum dipakai.

Tabel dan Gambar

Tabel dan Gambar diberi judul yang singkat dan jelas maksudnya Judul Tabel berada

diatas, sedangkan judul pada Gambar berada di bawah. Setiap Tabel dan Gambar diberi

nomor urut (1,2 ... dst). Apabila dalam penyajian gambar menggunakan potret, maka

potret yang digunakan harus baik.

Daftar Pustaka

Penulisan daftar pustaka disusun menurut abjad nama penulis dan diketik 1 spasi untuk

setiap pustaka dan berjarak 2 spasi untuk pustaka yang satu dengan yang lainnya.

Alamat Redaksi

Naskah dikirim rangkap 2 dialamatkan ke Redaksi Jurnal Ilmiah Forum Manajemen

Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen Indonesia (STIMI) “Handayani” Denpasar Jalan Tukad

Banyusari No 17B Denpasar 80225. Telp. (0361) 222291. Fax 222291.