Status Ujian
SEORANG PASIEN DENGAN GANGGUAN CEMAS MENYELURUH Oleh :
Romiyanti080111356Masa KKM 17 november 2014 14 desember
2014Penguji :Prof. dr. B. H. R. Kairupan, Sp.KJ. KAR. KAD
BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWAFAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2014LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN STATUS UJIAN yang berjudul :
SEORANG PASIEN DENGAN GANGGUAN CEMAS MENYELURUH
Telah dikoreksi dan dibacakan pada tanggal Desember 2014
PENGUJI
Prof. dr. B. H. R. Kairupan, Sp.KJ. KAR. KADLAPORAN KASUSI.
IDENTITAS PASIEN
Nama: Ny. DBUmur: 55 tahun
Jenis Kelamin: Perempuan
Tempat/tanggal lahir: Manado, 19 Desember 1958Status Perkawinan:
Menikah Jumlah anak : 3Pendidikan terakhir: SMAPekerjaan: IRT
Suku/bangsa: Minahasa, Indonesia
Agama: IslamAlamat sekarang: MapangetTanggal MRS: 22 november
2014Cara MRS: Pasien rawat jalanTanggal pemeriksaan: 22 november
2014
Tempat pemeriksaan: Poliklinik RSUP Prof DR R D Kandou
Manado
Nomor telepon : 08234788xxxxII. RIWAYAT PSIKIATRIK
Riwayat psikiatri diperoleh pada tanggal 22 november 2014, di
Poliklinik RSUP Prof DR R D Kandou Manado Autoanamnesis dengan
pasien.
Rekam medis A. Keluhan UtamaPasien sering merasa cemas.B.
Riwayat Gangguan Sekarang
Pasien merasa cemas disertai jantung berdebar sejak 2 tahun yang
lalu. Awalnya pasien terkadang merasa cemas sejak menikah. Pasien
merasa banyak masalah dalam rumah tangganya dengan suami. Perasaan
cemas menjadi lebih sering sejak suami meninggal karena kecelakaan
12 tahun yang lalu dan 2 tahun setelahnya pasien tertimpa musibah,
rumah pasien kebakaran. Pasien sering merasa cemas saat berada
diluar rumah dan lupa membawa obatnya, pasien merasa takut
penyakitnya akan kambuh saat berada diluar rumah. Pasien juga cemas
saat memikirkan masalah-masalahnya dan saat mendengar hujan keras.
Gelisah, jantung berdebar juga disertai dengan sakit kepala dan
terkadang nyeri maag, sesak napas dan nyeri dada dialami pasien
saat merasa cemas.
Pasien sering sulit tidur dan saat sudah jatuh tidur dan
terbangun pasien sudah tidak dapat tidur sampai pagi. Pasien mudah
marah dan mudah tersinggung. Pasien merasa ingin lebih diperhatikan
oleh anak-anaknya. Pasien sering menangis karena merasa masalahnya
tidak selesai-selesai dan merasa sebagai orang tua telah gagal
mendidik anaknya, karena anak-anaknya sering melawan perintah dan
keinginan pasien.C. Riwayat Gangguan Sebelumnya
1. Riwayat gangguan psikiatri
Pasien tidak memiliki riwayat gangguan psikiatri sebelumnya.2.
Riwayat gangguan medis umum
Pasien menderita hipertensi yang tak terkontrol. Pada saat
pemeriksaan didapatkan pembesaran jantung. Tidak ada riwayat cedera
kepala, tidak ada riwayat digigit anjing, tidak ada riwayat
gangguan di organ lain.3. Riwayat penggunaan zat psikoaktif
Pasien tidak pernah menggunakan obat-obatan selain yang
diberikan dokter. Pasien merokok namun pasien sudah lupa berapa
lama pasien merokok dan sudah lama pasien berhenti merokok. Pasien
tidak pernah minum minuman alkohol.III. RIWAYAT KEHIDUPAN
PRIBADI
A. Stadium Perkembangan Psikoseksual
1. Stadium Oral (usia 0-18 bulan)
Menurut ibu pasien saat lapar atau haus pasien menangis kencang,
dan segera mungkin diberi ASI setelah diberi ASI pasien kembali
tenang dan tertidur. 2. Stadium Anal (usia 1-3 tahun)
Usia 1 tahun: Pada usia ini pasien mulai berbicara, berjalan,
dan makan, pasien sudah bisa mengenggam benda-benda kecil, sudah
bisa menggucapkan beberapa kata-kata. Pasien menangis pada saat
ibunya bepergian. Pasien minum ASI sampai dengan usia 6 bulan dan
tidak terdapat masalah dalam makanan pengganti. Pasien tidak
memiliki penyakit psikiatrik atau medis. Pasien diasuh oleh kedua
orang tuanya. Usia 2 tahun: Pasien sudah bisa berjalan, sudah mulai
bisa bicara dan membentuk kalimat. Usia 3 tahun: Pasien senang
bermain, mengenal kosakata lebih banyak, mengerjakan perintah
sederhana jika disuruh, belajar BAB di toilet (Toilet training).3.
Stadium Urethral (Transisional)
Pasien diajarkan BAK di toilet (Toilet training) dan dapat ke
toilet sendiri saat ingin BAK, sebelumnya pasien suka mengompol di
celana dan tempat tidur menurut pengakuan pasien.
4. Stadium Falik (usia 3-5 tahun)
Pasien dengan jenis kelamin perempuan, saat kecil pasien dekat
dengan ayah pasien seperti mencari perhatian dan setelahnya pasien
mulai mengerti bahwa identitas seksualnya adalah perempuan dengan
berpakaian seperti anak perempuan dan ke toilet umum khusus
perempuan setelah diajarkan dan berinteraksi, bermain dan mengikuti
gaya serta perilaku kebisaaan ibunya misalnya menggunakan baju,
sepatu dan make up ibu pasien.
5. Stadium Latensi (usia 5-6 tahun sampai 11-13 tahun)
Pasien senang bermain bersama teman-temannya di sekolah maupun
dirumah, pasien juga senang bermain dengan saudaranya dirumah.
Pasien tidak terlalu senang dalam hal belajar menurut pasien
sehingga nilainya di sekolah standar saja.
6. Stadium Genital (usia 11-13 tahun sampai dewasa muda)
Pasien mulai lebih mandiri, berusaha mengerjakan tugas yang
dibebankan padanya. Apabila ada masalah pasien tidak
menceritakannya pada keluarga. Pasien tidak pernah melakukan
pelanggaran hukum.
B. Stadium Siklus Kehidupan (Erik Erikson)1. Stadium 1.
Kepercayaan Dasar lawan Ketidakpercayaan Dasar (usia 0-12
bulan)
Pasien saat lapar akan menangis dan setelahnya langsung segera
diberikan ASI kembali tenang, saat ditnggalkan ibunya keluar rumah
pasien menangis sampai setelah langsung segera ditenangkan, pasien
sering menangis, menurut ibu pasien pasien merangkak usia 8 bulan
dan berjalan usia 12 bulan.
2. Stadium 2. Otonomi lawan Rasa Malu dan Ragu (usia 1-3
tahun)
Pasien kadang dilarang melakukan sesuatu hal seperti jalan-jalan
dengan temannya, pemalu pada orang yang baru dikenalnya, sering
menanyakan sesuatu hal yang baru dikenal pada ibunya, mulai bisa
makan sendiri dan mulai berbicara kata per kata seperti mama, papa.
Pasien mulai diajarkan toilet training. 3. Stadium 3. Inisiatif
lawan Rasa Bersalah (usia 3-5 tahun)
Inisiatif untuk belajar kadangkala ada dan saat disuruh ibu
pasien untuk belajar pasien barulah akan belajar, saat melakukan
kesalahan dan dimarahi pasien merasa kesal namun hanya berdiam diri
saja dan merajuk di kamar. Sering mengikuti kegiatan ibunya yang
senang memasak dan membantu membersihkan rumah.
4. Stadium 4. Industri lawan Inferioritas (usia 6-11 tahun)
Pasien memiliki nilai yang biasa-biasa saja di kelas, pasien
terkadang malas untuk datang ke sekolah. Pasien menyelesaikan
pendidikan sekolah dasar tanpa ketinggalan kelas. Pasien
menyelesaikan Sekolah Dasar selama 6 tahun. Pasien mengatakan pada
masa ini ia tidak memiliki hal yang memalukan sehingga
teman-temannya pun tidak pernah mengejeknya sewaktu kecil. Pasien
jarang untuk keluar bermain bersama teman-temannya, pasien lebih
senang dirumah. Keluarga pasien pernah membandingkan dengan
saudaranya mengenai prestasi, tetapi tidak merasa minder kepada
saudaranya.
Pasien jarang mengikuti kegiatan diluar sekolah, kegiatan
memasak disenangi pasien, di sekolah pasien tidak senang belajar
sehingga nilainya standar saja, di rumah pasien kadang merasa malas
saat disuruh belajar dan pasien memiliki tokoh idola seorang artis
wanita. Saat ditinggalkan untuk sekolah awalnya pasien menangis,
namun akhirnya sudah dapat mandiri.5. Stadium 5. Identitas lawan
Difusi Peran (usia 11 tahun sampai akhir masa remaja)
Berpenampilan sering mengikuti tokoh idolanya artis wanita,
senang bermain dengan ibu dan kakak perempuannya, kadang bermain
dengan teman di dekat rumahnya. Pasien tidak pernah menceritakan
masalahnya pada siapapun, pasien seorang yang pendiam. Pasien tidak
pernah terlibat masalah yang berarti di dalam sekolahnya. Menurut
pasien, pasien adalah orang yang pendiam dan suka memilih-milih
teman. Pasien juga jarang keluar rumah kecuali untuk pergi ke
sekolah. Pada masa ini pasien mulai tertarik dengan lawan
jenisnya.
Prestasi pasien ketika SMP tidak berbeda jauh dengan waktu di
SD. Pasien meimilik prestasi yang biasa-biasa saja dan bisa
mengikuti pelajaran dengan baik. Dan pasien menamatkan SMP dalam
waktu 3 tahun. Setelah menamatkan SMP, pasien melanjutkan
sekolahnya ke SMA. Pasien menamatkan sekolahnya dalam jangka waktu
3 tahun. Prestasi pasien semasa SMA biasa-biasa saja tetapi tidak
pernah tinggal kelas. Pasien juga tidak pernah mengikuti lomba atau
kejuaraan ataupun olimpiade dalam bidang apapun. 6. Stadium 6.
Keintiman lawan Isolasi (usia 21-40 tahun)
Hubungan dengan ibu dan keluarganya harmonis, pasien sudah
menikah dan memiliki keluarga harmonis meskipun sering bertengkar
karena masalah rumah tangga dan sebelumnya pernah memiliki pacar
sebelum pasien menikah. Pasien lebih sering menyendiri daripada
berinteraksi dengan teman-temannya namun lebih dekat dengan
keluarganya.
C. Riwayat Masa Dewasa1. Riwayat Pendidikan
Sejak SD pasien selalu naik kelas dan selesai tepat waktu.
Pasien masuk SD umur 6 tahun dan merupakan siswa cukup baik.
Setelah tamat SD pasien melanjutkan ke jenjang SMP dan melewati
masa tersebut dengan biasa-biasa saja, dan dengan prestasi yang
biasa-biasa saja. Setelah itu pasien melanjutkan pendidikan SMA,
dan pasien mampu menamatkan dalam jangka waktu 3 tahun. 2. Riwayat
pekerjaan
Pasien adalah seorang ibu rumah tangga saat ini. Sebelumnya
pasien pernah bekerja di Semarang membantu tante di perusahaan
mobil.3. Riwayat psikoseksual
Orientasi seksual pasien adalah lawan jenisnya yang sebaya.
Pasien sudah menikah dan memiliki 3 orang anak.4. Riwayat
perkawinan
Pasien sudah menikah selama 34 tahun dan memiliki 3 orang anak,
namun suami pasien sudah meninggal dan pasien tidak menikah lagi.
Selama ini kondisi keluarga mereka hanya biasa-biasa saja. Suami
pasien dahulu bekerja sebagai LLAJR dan kemudian kerja di bandar
udara. Pasien dan suami dulu sering bertengkar karena perbedaan
pendapat dan perbedaan keinginan.5. Kehidupan beragama
Pasien beragama Islam, dan sering mengikuti kegiatan
keagamaan.6. Riwayat kehidupan sosial
Hubungan pasien dan keluarga harmonis dan hubungan pasien dengan
tetangga juga tergolong baik. Pasien jarang bersosialisasi dengan
tetangga sekitar rumah karena pasien lebih merasa senang di rumah.
Saat bersekolah pasien memilki cukup banyak teman.7. Riwayat
pelanggaran hukum
Pasien tidak pernah terlibat masalah hukum. Pasien sangat
berpegang teguh terhadap nilai dan norma yang berlaku dalam
masyarakat.8. Situasi kehidupan sekarang
Pasien tinggal di rumah permanen dengan kedua anaknya. Bentuk
rumah pasien sederhana, rumah beton 1 lantai, lantai berkeramik.
Terdiri dari 3 kamar tidur, 1 ruang tamu + ruang keluarga, 1 kamar
mandi, dan dapur. Perabotan seadanya. Terdapat TV 32 inchi di ruang
tamu dan 2 set sofa. Air yang dipakai sehari-hari dari PAM dan
listrik dari PLN.Denah Rumah
9. Riwayat keluarga
Pasien adalah anak ketiga dari 3 bersaudara, pasien termasuk
golongan keluarga dengan finansial yang cukup. Hubungan dengan
orangtua adalah baik, serta hubungan dengan tetangga pasien juga
baik. Pasien adalah orang yang lebih suka berada dirumah daripada
bercerita dengan tetangga. Ayah dan Ibu pasien mendidik pasien dan
saudara-saudaranya dengan kasih sayang yang sama rata walaupun
sedikit tegas. Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan
serupa ataupun gangguan jiwa sebelumnya.SILSILAH
KELUARGA/GENOGRAM
Keterangan:
: Laki-laki
: Telah meninggal
: Perempuan
: Pasien
Faktor herediter : tidak adaD. Persepsi Pasien tentang Diri dan
Kehidupannya
Pasien ingin segera sembuh dan hilang perasaan cemasnya yang
berlebihan tanpa meminum obat.IV. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL
A. Deskripsi Umum1. Penampilan
Pasien adalah seorang perempuan berpenampilan sesuai usianya.
Berkulit kuning langsat, rambut berwarna putih kecoklatan tertutup
topi, penampilan cukup rapih dengan menggunakan baju tidur berwarna
merah muda. 2. Kesadaran
Compos mentis.3. Perilaku dan aktivitas psikomotor
Selama wawancara, pasien duduk tenang. Pasien dapat merespon
saat diucapkan salam. Pasien tidak menghindari kontak mata dan
perhatian pasien tidak mudah terpengaruh oleh sekitar. 4. Sikap
terhadap pemeriksa
Pasien cukup kooperatif pada saat menjawab setiap pertanyaan.B.
Mood dan Afek
1. Mood
: eutimik2. Afek
: dalam rentang normal3. Kesesuaian: sesuai afekC.
Pembicaraan
1. Kualitas
: Volume sedang, intonasi jelas, artikulasi cukup jelas.2.
Kuantitas
: Selama wawancara pasien menyimak pertanyaan dan menjawab
dengan jawaban
yang cukup tepat.3. Hendaya berbahasa: Tidak ada hendaya dalam
berbahasaD. Gangguan Persepsi
Halusinasi (-)E. Pikiran
1. Arus pikiran
: koheren
2. Isi pikiran
: waham (-)F. Fungsi Kognitif
1. Orientasi
Orientasi waktu:Baik. Pasien dapat membedakan siang dan malam
Orientasi tempat:Baik. Pasien mengetahui bahwa dirinya sedang
berada dimana. Orientasi orang:Baik. Pasien dapat mengenali
anaknya Daya konsentrasi:Baik2. Taraf Pendidikan
Pasien bersekolah hinggan SMA, tidak pernah tinggal kelas dan
berhasil lulus.
3. Perhatian
Ketika wawancara berlangsung pasien dapat memusatkan
perhatian.4. Daya ingat Jangka panjang : Tidak terganggu. Pasien
dapat menyebutkan
tempat kerjanya beberapa tahun lalu. Jangka pendek : Tidak
terganggu. Pasien masih ingat makanan
yang dimakan pagi hari. Segera: Tidak terganggu. Pasien masih
dapat mengulang
angka yang disebut pemeriksa sebelumnya.G. Penilaian
Realitas
Pasien merasa bahwa masalah yang datang padanya tidak
kunjung
selesai.H. Pengendalian Impuls
Baik. Pasien masih dapat tersenyum dan berusaha melakukan banyak
aktifitas saat pasien mulai memikirkan masalahnya.I. Tilikan
Tilikan derajat 6 ( Pemahaman emosional terhadap motif dan
perasaan pada diri pasien dan orang-orang penting dalam kehidupan
pasien yang dapat membawa perubahan mendasar pada perilaku pasien
)J. Taraf dapat dipercaya
Penjelasan pasien dapat dipercaya.V. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
LEBIH LANJUT
A. Status Interna
1. Keadaan umum: tampak sehat2. Kesadaran
: compos mentis3. Tanda vital: T: 130/90mmHg, N: 80x/m, R:
20x/m, SB:36,80C4. Kepala
: conj.anemis +/+, sklera ikterik -/-5. Thoraks
: C: SI-II regular, bising (-)
P: sp.vesikuler, Rh-/-, Wh -/-
6. Abdomen
: datar, lemas, BU (+) normal7. Ekstremitas: akral hangat, edema
(-)B. Status Neurologi1. GCS
: E4M6V52. TRM
: Tidak ada3. Mata
: gerakan normal, pupil bulat, isokor 4. Pemeriksaan nervus
kranialisa. N. olfaktorius (N.I)
Tidak dievaluasi b. N. optikus (N.II)
Tidak dievaluasi c. N. okulomotorius (N.III), n. trochlearis
(N.IV), n. abducens (N.VI)
Selama wawancara dapat diamati bahwa pasien memliki gerakan bola
mata yang wajar.d. N. trigeminus (N.V)
Selama wawancara berlangsung terlihat wajah pasien simetris.e.
N. facialis (N.VII)
Selama wawancara berlangsung terlihat wajah pasien simetris.
f. N. vestibulocochlearis (N.VIII)
Pasien dapat mendengar dan mengulangi kata-kata dalam jarak
dekat dan jauh. Selama wawancara pasien hanya menjawab beberapa
pertanyaan dengan tepat. Hal ini memberi kesan bahwa pendengaran
pasien normal.
g. N. glosssopharyngeus (N.IX), n. vagus (N.X)
Artikulasi pasien jelas, kemampuan menelan normal.h. N.
accessories (N.XI)
Tidak dievaluasi i. N. hypoglossus (N.XII)
Tidak ada deviasi saat pasien menjulurkan lidah.
Fungsi sensorik: tidak terganggu
Fungsi motorik: kekuatan otot 5 5
5 5
tonus otot N N
N N
Refleks fisiologis: (+) normal
Refleks patologis: (-)C. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang.VI. IKHTISAR PENEMUAN
BERMAKNA
Berdasarkan anamnesis didapatkan pasien berusia 55 tahun,
perempuan, sudah menikah dan memiliki 3 anak. Pendidikan terakhir
tamat SMA , agama Islam, suku Minahasa, datang ke ke RSUP Prof DR R
D Kandou Manado pada tanggal 20 September 2014 dengan keluahan
utama pasien sering merasa cemas disertai jantung berdebar-debar
dan sulit tidur.
Pasien merasa cemas disertai jantung berdebar sejak 2 tahun yang
lalu. Awalnya pasien terkadang merasa cemas sejak menikah. Pasien
merasa banyak masalah dalam rumah tangganya dengan suami. Perasaan
cemas menjadi lebih sering sejak suami meninggal karena kecelakaan
dan 2 tahun setelahnya pasien tertimpa musibah, rumah pasien
kebakaran. Pasien sering merasa cemas saat berada diluar rumah dan
lupa membawa obatnya, pasien merasa takut penyakitnya akan kambuh
saat berada diluar rumah. Pasien juga cemas saat memikirkan
masalah-masalahnya dan saat mendengar hujan keras. Gelisah, jantung
berdebar juga disertai dengan sakit kepala dan terkadang nyeri
maag, sesak napas dan nyeri dada dialami pasien saat merasa
cemas..
Pasien sering sulit tidur dan saat sudah jatuh tidur dan
terbangun pasien sudah tidak dapat tidur sampai pagi. Pasien mudah
marah dan mudah tersinggung. Pasien merasa ingin lebih diperhatikan
oleh anak-anaknya. Pasien sering menangis karena merasa masalahnya
tidak selesai-selesai dan merasa sebagai orang tua telah gagal
mendidik anaknya, karena anak-anaknya sering melawan perintah dan
keinginannya.
Pasien adalah seorang perempuan tampak sesuai usianya. Berkulit
kuning langsat, rambut putih kecoklatan tertutup topi, penampilan
cukup rapih dengan menggunakan baju tidur berwarna merah muda.
Ekspresi wajah tampak cemas. Riwayat perkembangan sesuai dengan
anak seusianya. Tidak terdapat riwayat gangguan belajar. Pasien
menamatkan sekolahnya tepat waktu, tetapi hanya sampai jenjang SMA.
Riwayat penyakit pasien menderita hipertensi yang lama dan tidak
terkontrol dengan hasil pemeriksaan terdapat pembesaran
jantung.
VII. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
Aksis I: F41.1 Gangguan Cemas MenyeluruhAksis II: Ciri
kepribadian pasif agresifAksis III: Hipertensi dan pembesaran
jantungAksis IV: Masalah keluarga (suami pasien telah meninggal,
rumah kebakaran dan masalah dengan anaknya). Kepatuhan minum obat
baik.Aksis V: GAF current : 80-71 Gejala sementara dan dapat
diatasi,
disabilitas ringan dalam sosial, pekerjaan dan sekolah.
HLPY : 90-81 Gejala minimal, berfungsi baik, cukup puas,
tidak
lebih dari masalah harian yang bisaa.
VIII. PROBLEM
A. Organobiologi:Hipertensi lama tidak terkontrol, dan
pembesaran jantung
B. Psikologi:Pasien tampak cemas namun dapat berusaha untuk
tenang.C. Lingkungan dan sosial ekonomi: tidak ada masalah dengan
lingkungan sosial ekonomi IX. TERAPI
A. Psikofarmako
Fluoxetine 20 mg 1 x , diminum malam Clobazam 10 mg 2 x ,
diminum pagi dan malamB. Psikoterapi dan Intervensi Psikososial
a. Terhadap pasien Cognitive Behavioral Therapy (CBT) yaitu
terapi kognitif yang bertujuan mengembangkan cara berpikir
alternatif, fleksibel dan positif dan perilaku yang baru.
Memberikan edukasi dan support terhadap pasien agar memahami
gangguannya lebih lanjut, cara pengobatannya, efek samping yang
kemungkinan muncul, serta pentingnya kepatuhan dan keteraturan
minum obat. Memberikan penerangan kepada pasien secara
perlahan-lahan agar pasien dapat mengerti dan menerima kenyataan,
perbaikan fungsi sosial dan pencapaian kualitas hidup yang baik.
Memotivasi dan memberikan dukungan kepada pasien agar pasien tidak
merasa putus asa dan semangat juangnya dalam menghadapi hidup ini
tidak kendur.b. Terhadap keluarga pasien Meminta keluarga untuk
tetap memastikan pasien tetap berada dalam pengawasan keluarga
Memberikan pengertian dan dukungan kepada keluarga akan pentingnya
peran keluarga pada perjalanan penyakit Meminta keluarga untuk
tetap memberikan perhatian penuh terhadap pasien dan mengawasi
pasien dalam meminum obat teratur Memberikan psiko-edukasi yaitu
menyampaikan informasi kepada keluarga mengenai kondisi pasien dan
menyarankan untuk senantiasa memberian dukungan selama masa
pengobatan.IX. PROGNOSIS
A. Ad vitam
: dubia ad bonam B. Ad fungsionam: dubia ad bonamC. Ad
sanationam: dubia ad bonamX. ANJURAN
Dianjurkan kepada keluarga agar dapat memberikan dukungan dan
perhatian yang lebih selama masa pengobatan. Memberikan konseling
yang teratur kepada pasien untuk bisa memperbaiki pemahamam tentang
realitas yang ada, cara mencegah dan mengatasinya, serta pola pikir
pasien agar membantu pasien untuk dapat melakukan pengobatan yang
teratur.
XI. DISKUSI
A. Diagnosis
Gangguan cemas menyeluruh merupakan kondisi gangguan yang
ditandai gangguan kecemasan dan kekhawatiran yang berlebihan dan
tidak rasional bahkan terkadang tidak realistik terhadap berbagai
peristiwa kehidupan sehari-hari. Kecemasan yang dirasakan sulit
untuk dikendalikan dan berhubungan dengan gejala-gejala somatik
seperti ketegangan otot, iritabilitas, kesulitan tidur, dan
kegelisahan sehingga menyebabkan penderitaan yang jelas dan
gangguan yang bermakna dalam fungsi sosial dan pekerjaan.1 Gangguan
cemas merupakan hal yang umum bagi sindroma psikiatri, mempengaruhi
kurang lebih 25 persen dari populasi umum selama periode kehidupan
mereka. Akibat psikososial dan ekonomi dari gangguan kecemasan
hampir 40 miliar dollar Amerika per tahun. Gangguan kecemasan
akhirnya menjadi masalah kesehatan umum yang serius.2 Angka
prevalensi untuk gangguan cemas menyeluruh 3-8% dan rasio antara
perempuan dan laki-laki sekitar 2:1. Diagnosis pasien ini
ditegakkan berdasarkan anamnesis.1 Dari anamnesis ditemukan
gejala-gejala yang berkaitan dengan gangguan cemas menyeluruh.
Dalam kasus ini ditemukan pasien mengeluh pasien cemas, gelisah,
pasien mengalami gangguan tidur, jantung berdebar-debar, nyeri
maag, sakit kepala, kadang disertai pula dengan nyeri dada dan
sesak napas. Gejala utama dari ganguan anxietas adalah rasa cemas,
ketegangan motorik, hiperaktivitas otonomik, dan kewaspadaan
kognitif. Kecemasan berlebihan dan mengganggu aspek lain kehidupan
pasien. Kriteria diagnostik gangguan cemas menyeluruh menurut DSM
V:
Kecemasan atau kekhawatiran yang berlebihan yang timbul hampir
setiap hari, sepanjang hari terjadi selama sekurangnya 6 bulan,
tentang sejumlah aktivitas atau kejadian.
Pasien merasa sulit mengendalikan kekhawatirannya.
Kecemasan dan kekhawatiran disertai tiga atau lebih dari enam
gejala berikut ini. Kegelisahan
Merasa mudah lelah
Sulit berkonsentrasi atau pikiran menjadi kosong
Iritabilitas
Ketegangan otot
Gangguan tidur (sulit tertidur atau tetap tidur, atau tidur
gelisah dan tidak memuaskan)
Gangguan yang terjadi tidak dapat dijelaskan lebih baik dengan
gangguan mental lainnya.
Kecemasan, kekhawatiran atau gejala fisik menyebabkan
penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan fungsi
sosial, pekerjaan atau fungsi penting lain.
Gangguan yang terjadi adalah bukan karena efek fisiologis
langsung dari suatu zat atau kondisi medis umum dan tidak terjadi
semata-mata selama suatu gangguan mood, gangguan psikotik atau
gangguan perkembangan pervasif.3Gejala klinis Gangguan Cemas
Menyeluruh meliputi4:
Pasien menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang
berlangsung hampir setiap hari untuk beberapa minggu sampai bulan,
yang tidak terbatas atau hanya menonjol pada keadaan situasi khusus
tertentu saja (free floating atau mengambang).
Gejala-gejala tersebut bisaanya mencakup unsur-unsur
berikut:
Kecemasan (khawatir akan nasib buruk seperti berada di ujung
tanduk, sulit berkonsentrasi, dll).
Ketegangan motorik (gelisah, gemetaran, sakit kepala, tidak
dapat santai, dsb).
Overaktivitas otonomik (terasa ringan, berkeringat, takikardi,
takipnea, jantung berdebar-debar, sesak napas, epigastrik, pusing
kepala, mulut kering, dan gangguan lainnya)
Pada anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan untuk
ditenangkan serta keluhan somatik berulang yang menonjol Adanya
gejala-gejala lain yang bersifat sementara (untuk beberapa hari),
khususnya depresi, tidak membatalkan diagnosis utama gangguan
anxietas menyeluruh, selama hal tersebut tidak memenuhi kriteria
lengkap dari episode depresi (F32.), gangguan anxietas fobik (F40)
gangguan panik (F41,0) atau gangguan obsesif-kompulsif
(F42).Penyebab gangguan cemas menyeluruh dapat diakibatkan karena
pengaruh biologi, genetik, psikoanalitik, dan kognitif-perilaku.
Diagnosis banding gangguan kecemasan menyeluruh adalah semua
kondisi medis yang menyebabkan kecemasan. Pemeriksaan medis harus
termasuk tes kimia darah standar, elektrokardiogram, dan tes fungsi
tiroid. Klinisi harus menyingkirkan intoksikasi kafein,
penyalahgunaan stimulan, putus alkohol dan putus sedatif atau
hipnotik.5B. Ciri Kepribadian
Ciri gangguan kepribadian ada berbagai macam yaitu ciri gangguan
kepribadian khas, skizoid, paranoid, dissosial, emosional tak
stabil, histrionik, anankastik, cemas, dependen, dan campuran. Pada
pasien ini mengarah ke ciri gangguan kepribadian pasif agresif.
Ciri ciri gangguan kepribadian pasif agresif meliputi :
Pola pervasif sikap negativistik dan resistensi pasif terhadap
tuntutan akan kinerja yang adekuat, dimulai pada masa dewasa awal
dan tampak dalam berbagai konteks, seperti yang ditunjukan oleh
empat atau lebih berikut: Secara pasif menolak memenuhi tugas
sosial dan pekerjaan rutin Mengeluh tidak dimengerti dan tidak
dihargai oleh orang lain
Cemberut dan argumentatif
Tanpa alasan mengkritik dan mencemooh atasan
Menunjukan rasa cemburu dan kebencian terhadap mereka yang
tampaknya lebih beruntung
Suara yang diperkeras dan keluhan terus menerus atas
ketidakberuntungan dirinya
Berganti-ganti antara tantangan permusuhan dan perasaan
dosa.
Tidak terjadi semata-mata selama periode depresif berat dan
tidak diterangkan lebih baik oleh gangguan distimik.5C. Terapi
Pengobatan yang paling efektif untuk pasien dengan kecemasan
menyeluruh adalah pengobatan yang mengkombinasikan psikoterapi dan
farmakoterapi.4,5,6 Psikoterapi
Pendekatan psikoterapi untuk gangguan kecemasan menyeluruh
meliputi :
Terapi kognitif perilaku, terapi ini memiliki keunggulan jangka
panjang dan jangka pendek. Pendekatan kognitif secara langsung
menjawab distorsi kognitif pasien dan pendekatan perilaku menjawab
keluhan somatik secara langsung.
Terapi suportif, terapi yang menawarkan ketentraman dan
kenyamanan bagi pasien.
Terapi berorientasi tilikan, memusatkan untuk mengungkapkan
konflik bawah sadar dan mengenali kekuatan ego pasien.
Sosioterapi
Memberikan penjelasan kepada keluarga dan orang disekitar
tentang
penyakit pasien sehingga dapat memberikan dukungan moral dan
menciptakan lingkungan yang kondusif sehingga dapat membantu
proses
penyembuhan. Farmakoterapi Golongan benzodiazepine sebagai drug
of choice dari semua obat yang mempunyai efek anti-anxietas,
disebabkan spesifitas, potensi dan keamanannya. Spektrum klinis
benzodiazepine meliputi efek anti anxietas, anti konvulsan, anti
insomnia, premedikasi tindakan operatif.5,6 Diazepam
:broadspectrum
Nitrazepam :dosis anti anxietas dan anti insomnia berdekatan
lebih efektif sebagai anti insomnia
Clobazam
:psychomotor performance paling kurang
terpengaruh, untuk pasien dewasa dan usia lanjut
yang ingin tetap aktif
Lorazepam :short half life benzodiazepine , untuk pasien
pasien dengan kelainan fungsi hati dan ginjal. Alprazolam
:efektif untuk anxietas antisipatorik onset of action lebih cepat
dan mempunyai komponen efek anti
depresi.Pada pasien ini diberikan pengobatan farmakoterapi
Fluoxetin 20 mg 1x. Fluoxetin merupakan obat golongan SSRIs
(Selective Serotonine Reuptake Inhibitors). Fluoxetin memiliki 2
efek yakni efek antidepresan dan antiansietas. Obat ini kurang
menyebabkan antikolinergik, hampir tidak menimbulkan sedasi dan
cukup diberikan satu kali sehari. Selain sebagai obat pilihan, efek
obat ini tergolong mudah penggunaannya, lebih aman dan memiliki
efek samping yang relatif lebih sedikit. Efek samping yang dapat
timbul yaitu menjadi gelisah, mual, muntah, dapat menyebabkan
hipotensi, penurunan libido, disfungsi ereksi ataupun anorgasmia
dan bahkan dapat menyebabkan kematian jika dikombinasikan dengan
alkohol atau obat lain.6Terapi psikofarmaka yang direncanakan untuk
pasien adalah Clobazam yang merupakan golongan benzodiazepine yang
merupakan potensiasi inhibisi neuron dengan GABA sebagai
mediatornya untuk menimbulkan sedasi, menghilangkan rasa cemas, dan
keadaan psikosomatik yang ada hubungannya dengan rasa cemas. Pada
pasien diberikan clobazam 10 mg 2x diminum pagi dan malam hari
karena psychomotor performancepaling kurang terpengaruh, untuk
pasien dewasa dan usia lanjut yang ingin tetap aktif.6XII.
WAWANCARA PSIKIATRI
Wawancara dilakukan di Poliklinik RS. Prof. Dr. V. L.
Ratumbuysang pada tanggal 24 november 2014 jam 12.00 WITA. Dialog
dengan pasien :
A: Pemeriksa
B: Pasien
A: Selamat siang, saya dokter muda romiyanti, Ibu pe nama sapa?B
: Ibu Deytje Bastian
A: Umur dang ibu?
B: 55 thn
A : Tanggal lahir?
B : 19-12-58
A : Ibu suku apa dang?B: Minahasa
A: ada keluhan apa dang ibu sekarang?B: Stress dari sesudah
kaweng paitua dulu yah noh laki-laki. Kong dia meninggal kong rumah
tabakar leh abis ituA: Meninggal sejak kapan ibu?B: 12 tahun
lalu
A: Kalo boleh tau kenapa bapak bisa meninggal ibu?
B : Itu oto ada mogok kong parkir pas di jalan ba turun gunung,
nah dia pi buka kap oto kong itu oto taluncur kamuka lindas pas
dia, kita itu ada didalam ada seminum susu pa ade. Jadi kita da lia
sandiri noh dia ada mati.
A: Jaga rasa jantung berdebar ibu?
B: Ada dok deng ada kata pembesaran jantung lantaran hipertensi
lama nda ja minum obatA: Ada ja rasa cemas karena apa?B: Pas kita
inga-inga masalah pe banyak dok ni anak-anak leh pe kabal-kabal.
Deng kita nimboleh dengar ujang ciri di seng.A: Pas cemas ja barasa
apa?B : Ada ja sesak napas, dada tapukul, cepat ja marah, deng
nyeri dada
A: Ada sulit tidur ibu?B: Iyo kalo so jam 10 nda bisa tidor
sampe pagi nda tatidor ato tabangun kage so nda mo tatidor
ulang
A: Rasa gelisah?
B: Nimbole ja bekeng marah, apapun yang qta bekeng mo salah
misalnya da pegang gelas boleh mo jatung kong tabuang ituA: Ada
rasa apa lagi?B: Ada ja sakit maag, deng sakit kepala dokA : Cemas
karena apa lagi dang ibu?B: Kalo mo pas keluar kong lupa bawa tu
obat rasa tako mo kambuh pas dijalan mo jadi cemas sekali rasa
bingo-bingo
A: Pernah rasa suka berdiam diri beberapa hari?
B: Kalo lagi sedih kita lebe suka basandiri
A: Kalo cemas apa yang ibu ja bekeng dang?B: Qta tidor ato cari
kesibukan supaya nyanda tapikir tu masalah
A: Pernah sakit apa dulu ibu?B: Kita pe kolesterol 400, deng
hipertensi nyanda ja minum obat dok
A: Kecemasan sejak kapan?B: Sejak sebelum bapak meninggal dari
kaweng banyak masalah kwaA: Kalo tidur dang selain susah tidur
apalagi ibu?
A: Kalo ja kase kage banngun kita pe badan kram-kram deng sakit
kepala keram pokoknya semua
A: Merokok dan alkohol ada?B: Ada kalo merokok dok mar sekarang
so nyanda, karena pertama paitua pangge dok
A: Rutin minum obat dang sekarang for tu rasa cemas deng
gelisah?B: Rutin dok
A: Bapak kerja apa dulu bu?B: LLAJR kong tapindah di bandaraA:
Anak ada berapa ibu?B : 3, cowo 1 cewe 2. Umur 34, 32, dengan 14
tahun
A: Ada hobi apa ibu?B: Suka memasak
A: Kalo baskolah dulu ibu ada ja rasa susah mo belajar ato
malas?
B: Ya iyalah ada
A: Satu rumah tinggal berapa orang?B: 3 orang
A: Biasa cemas pas ja muncul pas kapan lagi?B: Pas nimbole
talalo capek, mati lampu dengan kalo ujan dengar suara ujan keras
di genteng nanti pas kaweng baru ja begitu susah suka lebe bae jo
kita kaluar
A: Musti ja minum obat? Kalo nda minum bagemana?B: Adoh nyanda
bisa noh dok mar kalo dirumah kong nyanda minum obat mar asal qta
tau ada tu obat dirumah nyanda apa noh mar kalo keluar kita musti
bawa kalo nyanda bawa rasa tako sekali biarpun bukan jam minum
obat.
A: Ada ja rasa apa le ibu?B: Kita sensitif dok deng cepat marah,
kalo dulu qta pandiam memang nyanda suka ja bakaluar rumah,
bakarlota.
A: Dulu ibu kerja apa?
B: Kerja di semarang udatimex jual oto bantu tante
A: Ibu suka ja merasa ingin diperhatikan lebih?B: Adoh pingin
skali dok suka skali, kepingin apalagi anak sayang orang tua duh pe
kabal-kabal dorang
A: Setiap hari ja cemas-cemas?B: Ja datang datang ato pas ada
inga masalah deng terlebih kalo nda bawa obat pas keluar rumah,
apalagi dulu kalo di pesta kong ja lia lampu terlalu terang adoh
gelisah
A: Kalo deng lingkungan baru dang bagaimana?B: Oh kalo itu qta
nyanda apa-apa
A: Ada rasa nda ja bisa santai?B: Qta nda hobi dok cuma
santai-santai
A: Sampe sini jo dulu neh ibu kit ape pertanyaan, makaseh banyak
neh ibu
B: Makaseh dokDAFTAR PUSTAKA1. Elvira S, Hadisukanto G. Buku
Ajar Psikiatri. Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; Jakarta. 2010.2. Kaplan and Saddock. Comprehensive
Textbook Of Psychiatry. 7th Ed.
Lippincott Wiliams and Wilkins. Philadelphia, 2004.
3. American Psychiatric Association. DSM-5 Diagnostic and
Statistical Manual of Mental Disorders: Fifth Edition. American
Psychiatric
Publishing; Washington DC. 2013.
4. Mansjoer A, dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media
Aesculapius
FKUI; 2001.5. Kaplan HI, Saddock BJ, Grebb JA. Sinopsis
Psikiatri. Jakarta: Binarupa
Aksara; 1997. p. 17-67, 284.6. Maslim R. Panduan Praktis
Penggunaan Klinis obat Psikotropika ed.
Ketiga. Jakarta : Bagian ilmu kedokteran Jiwa FK-UNIKA
Atmajaya;
2001
Lampiran 1
Ruang Keluarga
Ruang Tamu
Kamar Tidur
Kamar Tidur Pasien
Dapur
Kamar Tidur
Kamar Mandi
1