FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA (UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA) Jln. Terusan Arjuna No. 6 Kebon Jeruk- Jakarta Barat KEPANITERAAN KLINIK STATUS ILMU JIWA FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA SMF ILMU JIWA RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI JAWA BARAT Nama: Yunita Tanda Tangan NIM : 112013270 ..................... Dr. Pembimbing/Penguji: dr. Lenny Irawan, Sp.KJ Nomor rekam medis : 05xxx Nama pasien : Ny. SS Nama dokter yang merawat : dr. Susi Wijayanti, Sp.KJ Masuk RS pada tanggal : 2 Juni 2014 Rujukan / datang sendiri / keluarga : Diantar keluarga (ayah) dan 2 orang teman pasien. Riwayat Perawatan : 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
(UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA)
Jln. Terusan Arjuna No. 6 Kebon Jeruk- Jakarta Barat
KEPANITERAAN KLINIK
STATUS ILMU JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
SMF ILMU JIWA
RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI JAWA BARAT
Nama: Yunita Tanda Tangan
NIM : 112013270 .....................
Dr. Pembimbing/Penguji: dr. Lenny Irawan, Sp.KJ
Nomor rekam medis : 05xxx
Nama pasien : Ny. SS
Nama dokter yang merawat : dr. Susi Wijayanti, Sp.KJ
Masuk RS pada tanggal : 2 Juni 2014
Rujukan / datang sendiri / keluarga : Diantar keluarga (ayah) dan 2 orang teman pasien.
Riwayat Perawatan :
Pada tanggal 24 September 2013, pasien pertama kali dirawat di rumah sakit jiwa yaitu di
RSJ Provinsi Jawa Barat di ruang Gelatik.
Pasien hanya kontrol berobat 1 kali yaitu sekitar 5 bulan yang lalu.
Pasien kembali dirawat di RSJ Provinsi Jawa Barat pada tanggal 2 Juni 2014 di ruang
Nuri.
1
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. SS
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 28 tahun
Tempat/Tanggal Lahir : Bandung, 6 Juli 1985
Agama : Islam
Bangsa/Suku : Sunda
Status Pernikahan : Janda
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : -
Alamat : Kp. Kamasan RT 03 / RW 08
Kel/Desa : Kamasan
Kec. Banjaran. Kab.Bandung
II. RIWAYAT PSIKIATRI
Alloanamnesis dilakukan pada ayah kandung pasien melalui telepon pada Sabtu, 7 Juni 2014
jam 19.30 WIB.
Autoanamnesis dilakukan pada Rabu 4 Juni 2014, jam 17.00 WIB di ruang Nuri.
A. KELUHAN UTAMA
Marah-marah (agresifitas verbal) dan memukuli ayah kandung (agresifitas motorik).
B. RIWAYAT GANGGUAN SEKARANG
Sejak 4 bulan sebelum masuk rumah sakit pasien mulai timbul gejala depresif
berupa sering murung, merasa sedih, putus asa, harga dirinya rendah dan cemas. Pasien
2
terkadang melihat bayangan berbentuk asap berwarna hitam (halusinasi visual) dan
mendengar suara perempun tertawa (halusinasi auditorik) di jamban rumah kontrakan.
Satu bulan sebelum masuk rumah sakit, pasien terlihat bicara sendiri (autistik), kadang
mengurung diri di kamar, merasa curiga terus menerus terhadap suaminya karena merasa
dibohongi (paranoid), mudah tersinggung (irritable), bicara kasar (agresifitas verbal),
mandi kurang (abulia), merusak baju-baju ayahnya dengan gunting (agresifitas
motorik). Pasien sakit sejak 3 tahun yang lalu namun tidak berobat pada tahun 2012.
Pasien sempat berobat rawat inap 1 kali pada tahun 2013 di RSJ Provinsi Jawa Barat
namun setelah sembuh pasien tidak teratur minum obat karena pasien merasa badannya
tidak enak setelah minum obat.
Sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit, pasien menjadi sering marah-marah
(agresifitas verbal), mudah tersinggung (irritable) sehingga pasien sampai memukul
ayah kandungnya sendiri (agresifitas motorik), melempar gelas (agresifitas motorik),
marah-marah dan galak ke anaknya (agresifitas verbal), menarik diri dan susah tidur
karena sering terbangun di malam hari (insomnia tipe middle). Pasien pernah dibawa ke
ustadz namun perubahan yang ada tidak bertahan lama karena tak lama kemudian ustadz
itu meninggal sehingga pasien tidak dibawa ke ustadz itu lagi. Pasien sempat sembuh
total pada tahun 2013 dan bisa kembali menjalankan fungsi sehari-harinya. Riwayat
adanya suasana perasaan yang meningkat dan menetap disangkal. Riwayat peningkatan
aktivitas seperti pengurangan kebutuhan tidur, bergaul berlebih dan peningkatan energi
seksual disangkal. Dua minggu yang lalu, penyakit pasien mulai kambuh lagi sehingga
pada tanggal 2 Juni 2014 keluarga pasien akhirnya membawa kembali pasien ke RSJ
Provinsi Jawa Barat untuk dirawat.
C. RIWAYAT GANGGUAN SEBELUMNYA
1. Riwayat Gangguan Psikiatri
Pada 25 September 2013 pasien pertama kali dibawa ke RSJ Provinsi
Jawa Barat untuk berobat rawat inap di ruangan Gelatik. Pasien datang diantar
oleh ayah kandungnya dan kedua temannya karena pasien sering marah-marah
3
sampai memukul ayahnya, merasa putus asa, takut dan cemas, pasien melihat
bayangan hitam seperti asap dan mendengar suara di jamban rumahnya. Pasien
menjadi pribadi yang sensitif dan mudah tersinggung. Pasien juga menjadi
gelisah, berbicara sendiri, dan labil. Pasien tidak rutin pergi ke RSJ untuk kontrol
dan tidak mau minum obat sehabis kontrol yang pertama karena merasa badannya
tidak enak setelah minum obat. Pasien sempat berobat rawat inap 1 kali pada
tahun 2013 di RSJ Provinsi Jawa Barat namun setelah sembuh pasien tidak teratur
minum obat karena pasien merasa badannya tidak enak setelah minum obat.
Pasien pernah sembuh total setelah berobat rawat inap di RSJ Provinsi Jawa Barat
pada tahun 2013 sehingga pasien sempat berjualan kembali di koperasi,
bersosialisasi dengan orang-orang sekitarnya dan dapat kembali menjalankan
fungsi sehari-harinya.
2. Riwayat Gangguan Medik
Pasien tidak pernah mengalami riwayat trauma, kejang maupun patah tulang.
3. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif (NAPZA)
Pasien tidak pernah merokok, minum minuman beralkohol dan menggunakan zat
psikoaktif lain.
4. Skema Perjalanan Gangguan Psikiatrik
2012 2013 2014
D. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI
1. Riwayat Perkembangan Fisik
Normal sesuai usia. Pasien lahir cukup bulan, langsung menangis dan kelahirannya
ditolong oleh paraji.
4
2. Riwayat Perkembangan Kepribadian
Masa Prenatal dan Perinatal :
Pasien merupakan anak kedua dari 4 bersaudara. Pasien mempunyai 1 kakak laki-laki, 1
adik perempuan dan 1 adik laki-laki. Kondisi ibu pada saat mengandung pasien dalam
keadaan sehat, tidak pernah mengalami masalah emosional yang bermakna, penyakit fisik
yang serius, dan tidak mengkonsumsi obat-obatan. Pasien lahir cukup bulan dengan berat
badan yang cukup dan kelahirannya ditolong oleh paraji. Proses kelahiran pasien normal.
Masa kanak-kanak : pemalu, suka bergaul, banyak teman dan disenangi oleh teman-temannya.
Masa remaja : pemalu, suka bergaul, banyak teman, rajin sholat, sering ikut pengajian.
Masa dewasa : pendiam, jika ada masalah dipendam sendiri, sholatnya menjadi
berkurang. Pasien merupakan pribadi yang tertutup dan mudah emosi. Pasien juga
menjadi kurang bergaul dengan orang lain di lingkungan sekitarnya.
3. Riwayat Pendidikan
Pasien menyelesaikan sekolah dari SD sampai tamat SMA tepat waktu dengan prestasi
yang baik. Prestasi pasien cukup baik di sekolah, saat SMP pasien masuk ranking 5 besar.
Ketika masuk SMA, pasien merasa minder karena hanya masuk ranking 10 besar di
kelasnya karena banyak saingan di sekolahnya.
4. Riwayat Pekerjaan
Pasien pernah bekerja 2 kali sebagai pelayan koperasi dan bekerja di onderdil motor.
Setelah menikah, pasien tidak bekerja lagi dan sibuk mengurus anaknya di rumah.
5. Kehidupan Beragama
Pasien terlahir di keluarga Islam dan pasien mengikuti pengajian sejak kecil. Sebelum
sakit, pasien rajin menjalankan ibadah sholat. Namun semenjak sakit pasien sholat tidak
teratur karena pasien sibuk mengurus anak.
5
6. Kehidupan Sosial dan Perkawinan
Menurut ayah pasien, pasien pernah berpacaran 1 kali saat sedang bekerja di onderdil
motor namun pasien diputuskan oleh pacarnya karena ada orang ketiga yang bermaksud
memecahkan hubungan pasien dengan pacarnya (teman pasien). Empat hari sebelum
pasien menikah, mantan pacarnya mengajak pasien untuk kembali sehingga pasien
merasa bingung dan gelisah.
Pasien pernah menikah satu kali karena dijodohkan dengan teman kakaknya. Kakak
pasien sangat keras pada pasien, bahkan tak segan memukul pasien hingga wajah pasien
memar bila pasien tidak mau menuruti kemauannya. Awalnya pasien merasa tidak
nyaman karena ingin berkenalan dahulu dengan calon suaminya daripada langsung
dinikahkan. Setelah menikah dan punya 1 anak, pasien sering kesal dengan suaminya
karena masalah ekonomi. Pasien merasa penghasilan suaminya kurang, kerja suaminya
tidak benar, suaminya tidak bertanggung jawab terhadap dirinya dan anaknya.
Pasien terus menerus curiga bahwa suaminya berbohong soal uang padahal suami
pasien menggunakan sebagian penghasilannya untuk membiayai adiknya sekolah
sehingga uang yang diberikan ke pasien menjadi tidak cukup untuk pasien dan anaknya.
Pasien tidak tidur seranjang lagi dengan suaminya. Saat dibawa ke rumah mertuanya,
pasien bertengkar terus dan marah-marah kepada mantan suaminya.
Mertua pasien mempengaruhi mantan suami pasien agar berpisah dengan pasien
karena tidak tahan melihat mantan suami pasien bertengkar terus dengan pasien. Mantan
suami pasien sudah menjatuhkan talak 3 pada pasien di hadapan ayah kandung pasien
namun pasien masih ingin kembali dengan mantan suaminya. Hubungan pasien dengan
mertua pasien buruk. Pasien terakhir kali bertemu suaminya kira-kira sebulan yang lalu di
dekat rumahnya dan suami pasien hanya menyapa pasien saja.
6
E. RIWAYAT KELUARGA
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
: Meninggal
F. SITUASI KEHIDUPAN SOSIAL SEKARANG
Sehari-hari pasien tinggal bersama ayah dan anaknya yang berusia 2 tahun di
rumah kontrakan yang berada di Kampung Kamasan. Keluarga pasien termasuk
dalam keluarga tidak mampu. Ibu pasien sudah meninggal 6 tahun yang lalu. Pasien
tidak bekerja lagi sejak menikah. Pasien juga tidak memiliki teman bergaul saat ini di
dekat rumahnya. Pasien mengatakan tetangganya sering salah paham terhadap pasien
sehingga pasien lebih sering di dalam rumah. Karena sering bertengkar dengan
tetangganya, pasien sering berpindah-pindah rumah kontrakan. Di rumah sakit,
sosialisasi pasien baik karena pasien terkadang mengobrol dengan pasien lain dalam
satu ruangan.
III. STATUS MENTAL
A. DESKRIPSI UMUM
1. Penampilan
Pasien bertubuh pendek, sedikit gemuk memakai seragam pasien RSJ Provinsi Jawa
Barat bewarna ungu. Perawatan diri cukup walau masih sedikit bau, berambut panjang
7
hitam diikat rapi, tampak lebih muda dari usianya, kontak mata cukup. Terlihat pasif dan
berekspresi wajar pada saat wawancara.
2. Kesadaran
a. Kesadaran sensorium/neurologik : compos mentis.
b. Kesadaran psikiatri : tidak tampak terganggu.
3. Perilaku dan aktivitas psikomotor
Sebelum wawancara : pasien sedang duduk di tempat tidur dan tampak tenang.
Selama wawancara : pasien duduk tenang dan menjawab setiap pertanyaan sembari tersenyum.
Sesudah wawancara : pasien terlihat sedih namun tetap duduk di tempat tidur dengan tenang.
4. Sikap terhadap pemeriksa : kooperatif namun pasien terlihat sedikit bingung dan tampak malu-malu untuk menjawab beberapa pertanyaan.
5. Pembicaraan
a. Cara bicara : ragu-ragu
b. Gangguan bicara : tidak terdapat gangguan bicara.
B. ALAM PERASAAN (EMOSI)
1. Suasana perasaan (mood) : hipothym.
2. Afek ekspresi afektif :
a. Arus : lambat
b. Stabilisasi : labil (kadang diam/marah/murung)
c. Kedalaman : dangkal
d. Skala diferensiasi : sempit
e. Keserasian : tidak serasi
f. Pengendalian impuls : kuat
8
g. Ekspresi : wajar
h. Dramatisasi : tidak ada
i. Empati: dapat berempati
C. GANGGUAN PERSEPSI
a. Halusinasi :
Auditorik: (+) Ada, pasien mendengar suara binatang dan suara perempuan tertawa.
Visual : (+) Ada, pasien melihat bayangan hitam seperti asap di jamban rumah.
Taktil : (-), disangkal
Olfaktori : (-), disangkal
Gustatorik : (-), disangkal
b. Ilusi : tidak ada
c. Depersonalisasi : tidak ada
d. Derealisasi : tidak ada
SENSORIUM DAN KOGNITIF (FUNGSI INTELEKTUAL)
1. Taraf pendidikan : SMA
2. Pengetahuan umum : cukup
3. Kecerdasan : rata-rata
4. Konsentrasi : teralihkan.
5. Orientasi
a. Waktu : baik (pasien dapat membedakan pagi, siang dan malam).
b. Tempat : baik (pasien dapat menyebutkan tempat dimana ia berada sekarang).
c. Orang : baik (pasien dapat mengenali siapa yang memeriksanya dan pasien lain di bangsal.)
d. Situasi : baik (pasien dapat mengingat situasi tertentu dalam hidupnya).
9
6. Daya ingat
a. Tingkat :
Jangka panjang : baik (pasien masih mengingat tempat dan tanggal lahirnya)
Jangka pendek : baik (pasien bisa menyebutkan menu sarapan pagi)
Segera : baik (pasien dapat mengulang 5 angka maju dan selanjutnya 5 angka mundur)
b. Gangguan : tidak ada.
7. Pikiran abstraktif : baik (pasien dapat mengartikan arti peribahasa rajin pangkal pandai, hemat pangkal kaya).
8. Visuospatial : baik. Pasien dapat menggambar sebuah jam dengan baik, dan dalam melakukan aktivitas di ruangan tidak mengalami kesulitan.
9. Bakat kreatif : belum dapat dikaji.
10. Kemampuan menolong diri sendiri : baik (pasien bisa makan dan mandi serta berpakaian sendiri).
D. PROSES PIKIR
1. Arus pikir
Produktifitas : pasien hanya menjawab ketika pertanyaan diajukan.
Kontinuitas : jawaban pasien relevan.
Hendaya bahasa : tidak ada.
2. Isi pikir
Preokupasi dalam pikiran : Ada (+) (pasien mengatakan masih ingin bersama suaminya dan ingin bertemu dengan anaknya).
Waham curiga : Ada (+) Pasien terus menerus curiga suaminya berbohong.
Waham kebesaran : disangkal
Waham kejar : disangkal
10
Waham kendali : disangkal
Waham nihilistik : disangkal
Thought broadcasting : disangkal
Thought insertion : disangkal
Thought withdrawal : disangkal
Obsesi : tidak ada
Fobia : tidak ada
Gagasan rujukan : tidak ada
Gagasan pengaruh : tidak ada
3. Bentuk pikir : autistik
E. PENGENDALIAN IMPULS
Kuat, pasien dapat mengendalikan impuls agresivitas dan perilaku yang bisa
membahayakan diri atau orang lain. Pasien bersikap tenang selama wawancara
berlangsung dan pasien tidak pernah bertengkar ataupun berkelahi dengan pasien lain
selama berada di ruangan.
F. DAYA NILAI
a. Daya nilai sosial : baik (pasien dapat mengerti bahwa memukul orang tua itu dosa dan pasien merasa bersalah).
b. Uji daya nilai : baik (bila menemukan barang hilang, pasien akan mengembalikan ke pemiliknya).
c. Penilaian daya realita (RTA) : terganggu, dengan adanya waham curiga,
halusinasi auditorik dan visual.
11
G. TILIKAN
Tilikan derajat 1 : penyangkalan total terhadap penyakitnya. Pasien mengatakan bahwa dirinya tidak sakit dan pasien merasa baik-baik saja.
H. REABILITAS
Reabilitas baik, pasien dapat dipercaya.
IV. PEMERIKSAAN FISIK
A. STATUS INTERNUS
1. Keadaan umum : tampak tenang
2. Kesadaran : compos mentis
3. Tensi : 110/70 mmHg
4. Nadi : tidak diperiksa
5. Frekuensi napas : tidak diperiksa
6. Bentuk tubuh : piknicus
7. Sistem kardiovaskular : Tidak ada kelainan. Dalam batas normal
8. Sistem respiratorius : Tidak ada kelainan. Dalam batas normal
9. Sistem gastro-intestinal : Tidak ada kelainan. Dalam batas normal
10. Sistem muskulo-skeletal : Tidak ada kelainan. Dalam batas normal
11. Sistem urogenital : Tidak ada kelainan. Dalam batas normal
B. Status Neurologis
1. Saraf kranial (I-XII) : tidak dilakukan
2. Gejala rangsang meningeal : tidak dilakukan
3. Mata : konjungtiva anemis (-), sclera icterus (-)
12
4. Pupil : isokor
5. Ofthalmoscopy : tidak dilakukan
6. Motorik : +5
7. Sensibilitas : +
8. Sistem saraf vegetative : tidak dilakukan
9. Fungsi luhur : baik
10. Gangguan khusus : tidak ada
Usulan Pemeriksaan Penunjang:
Elektrokardiograf (EKG)
Pemeriksaan laboratorium darah rutin (Hemoglobin, hematokrit, leukosit, hitung eritrosit, laju endap darah, hitung trombosit)
Radiologi: foto thoraks
V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Telah diperiksa seorang wanita berusia 28 tahun, agama islam, suku Sunda, status
bercerai memiliki satu orang anak laki-laki. Dari anamnesis didapatkan bahwa sekitar
4 bulan sebelum masuk rumah sakit pasien mulai timbul gejala depresif berupa
sering murung, merasa sedih, putus asa, harga dirinya rendah dan cemas. Pasien
kadang melihat bayangan berbentuk asap berwarna hitam (halusinasi visual) dan
mendengar suara perempuan tertawa di jamban rumah kontrakan (halusinasi
auditorik). Dua tahun sebelumnya pasien bercerai dengan suaminya saat berusia 26
tahun dan memiliki hubungan yang buruk dengan mertuanya, sejak itu pasien mulai
menunjukkan perubahan perilaku, pasien terlihat mudah tersinggung dan marah-
marah (agresifitas verbal), merasa curiga terus menerus terhadap suaminya karena
merasa dibohongi (paranoid), menarik diri, susah tidur karena sering terbangun di
malam hari (insomnia tipe middle) dan memukuli ayahnya (agresifitas motorik).
Kemudian pasien dibawa berobat ke ustadz oleh ayahnya dan keadaan pasien
13
membaik. Namun perubahan yang ada tidak bertahan lama karena tak lama kemudian
ustadz itu meninggal sehingga pasien tidak dibawa ke ustadz itu lagi.
Pasien sempat berobat rawat inap 1 kali pada tahun 2013 di RSJ Provinsi Jawa
Barat namun setelah sembuh pasien tidak teratur minum obat karena pasien merasa
badannya tidak enak setelah minum obat. Pasien pernah sembuh total setelah berobat
rawat inap di RSJ Provinsi Jawa Barat pada tahun 2013 sehingga pasien sempat
berjualan kembali di koperasi, bersosialisasi dengan orang-orang sekitarnya dan dapat
kembali menjalankan fungsi sehari-harinya.
Satu bulan sebelum masuk rumah sakit, pasien terlihat bicara sendiri (autistik),
kadang mengurung diri di kamar, merasa curiga terus menerus pada suaminya karena
merasa dibohongi (paranoid), mudah tersinggung (irritable), bicara kasar
(agresitifitas verbal), mandi kurang (abulia), merusak baju-baju ayahnya dengan
gunting (agresifitas motorik). Pasien merupakan pribadi yang tertutup sehingga bila
ada masalah pasien hanya memendamnya sendiri dan tidak punya teman dekat untuk
menceritakan masalah-masalahnya.
Berdasarkan riwayat kehidupan pribadi, pasien dari kecil merupakan anak yang
cerdas dan berprestasi di sekolah sejak SMP dan SMA. Namun saat masuk SMA,
pasien merasa minder karena hanya masuk ranking 10 besar di SMAnya karena
banyak saingan. Dua minggu sebelum masuk rumah sakit pasien menjadi mudah
tersinggung sehingga pasien sampai memukul, menggampar dan mendorong ayah
kandungnya sendiri (agresifitas motorik), melempar gelas (agresifitas motorik),
berbicara kasar kepada ayahnya (agresitifitas verbal), marah-marah dan galak ke
anaknya (agresifitas verbal), menarik diri dan susah tidur karena sering terbangun di
malam hari (insomnia tipe middle). Riwayat adanya suasana perasaan yang
meningkat dan menetap disangkal. Riwayat peningkatan aktivitas seperti
pengurangan kebutuhan tidur, bergaul berlebih dan peningkatan energi seksual
disangkal.
Pada pemeriksaan status mental didapatkan secara deskriptif pasien seorang
wanita, terlihat lebih muda daripada usianya, perawatan diri cukup baik, terlihat
murung, kontak mata positif dan ekspresi wajahnya tenang. Psikomotorik menurun,
pasien lebih banyak diam saja di dalam ruangan. Sikap kooperatif. Pembicaraan
14
lambat, volume suara kecil, intonasi dan artikulasi baik, sedikit bicara. Gangguan
persepsi ditemukan adanya waham curiga, halusinasi auditorik dan visual. Kualitas
tidur pasien baik. RTA terganggu dengan tilikan derajat 1.
VI. FORMULASI DIAGNOSTIK
Aksis I : berdasarkan ikhtisar penemuan bermakna, pasien dapat dinyatakan mengalami :
1. Gangguan jiwa, karena :
Adanya halusinasi auditorik dan visual.
Adanya waham curiga.
Perilaku yang autistik.
Perilaku yang mudah emosi serta adanya agresivitas verbal dan motorik.
2. Gangguan jiwa ini sebagai gangguan mental non organic (GMNO), karena :
Tidak ada gangguan kesadaran.
Tidak terdapat disorientasi, gangguan memori, ketergantungan napza (-).
Tidak ada penyakit organik yang diduga berkaitan dengan gangguan mental/kejiwaannya.
3. GMNO ini termasuk psikosis karena adanya halusinasi dan perilaku yang autistik.
4. Menurut PPDGJ III, GMNO ini termasuk depresi berat dengan gejala psikosis, karena memenuhi kriteria diagnostik, yaitu :
Berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu, disertai waham, halusinasi atau stupor depresif. Waham biasanya melibatkan ide tentang dosa, kemiskinan dan malapetaka yang mengancam dan pasien merasa bertanggung jawab atas hal itu.
Halusinasi auditorik dan visual.
Konsentrasi dan perhatian berkurang.
Harga diri dan kepercayaan diri berkurang.
Kehilangan minat dan kegembiraan.
Aksis II : tidak ditemukan adanya gangguan kepribadian dan retardasi mental.
15
Aksis III : tidak ditemukan adanya gangguan kondisi medik umum.
Aksis IV : Stressor psikososial: masalah perceraian.
- Masalah Ekonomi dan Pekerjaan; suami pasien tidak mempunyai penghasilan
tetap dan tidak cukup untuk membiayai pasien dan anaknya.
- Masalah Pernikahan : Pasien bercerai dengan suaminya, hubungan pasien
dengan mertua buruk.
Aksis V : Global Assessment Functional 60 – 51 (gejala sedang, disabilitas sedang).
VII. EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I : F33.3 Gangguan Depresif Berulang, Episode Kini Berat dengan Gejala
Psikosis.
Diagnosis Banding dengan Skizofrenia Paranoid (F20.0) dan Gangguan Skizoafektif (F25).
Aksis II : tidak ada diagnosis
Aksis III : tidak ada diagnosis
Aksis IV : stressor psikososial: masalah perceraian.
- Masalah Ekonomi dan Pekerjaan; suami pasien tidak mempunyai
penghasilan tetap dan tidak cukup untuk membiayai pasien dan
anaknya.
- Masalah Pernikahan : Pasien bercerai dengan suaminya, hubungan