Page 1
E-PAPER DINPERINDAG Provinsi Jateng
EDISI SEPTEMBER 2011
“ONE TEAM, ONE SPIRIT...TO BE NUMBER ONE”
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Tengah Jl. Pahlawan No. 4 Telp. 8311705, 8311708, Fax.8311707, 8451700 S E M A R A N G 5 0 2 4 1
website : http://dinperindag.jatengprov.go.id
Page 2
EDISI SEPTEMBER 2011
TIM PENYUSUN E-PAPER INFO INDAG Penanggung Jawab : Kepala Dinas
Pengarah : 1. Sekretaris Dinas 2. Para Kepala Bidang/Balai
Ketua Umum : Sigid Adi Brata Sekretaris : Siti Chiswati
Ketua Redaksi : Nina Veronika Marthahima Redaksi : 1. Hadi Pangestu
: 2. Sigid Adi Brata : 3. Teguh Prihadi : 4. Listyati PR
: 5. Kumarsi : 6. Subandi : 7. Faria Suryani
Publikasi TI : 1. Nandhi Nur Ardisasmito 2. Febriyan Nurul Santoso
Sekretariat Operasional
:
1. Hery Sutantyo K
2. Rebo Sukimin 3. Nugroho 4. Ludyantoro Sri Marsetyo
5. Budi Prasetyo
Sekapur Sirih
STABILITAS HARGA BERAS
ASSALAMU’ALAIKUM WR WB.
Indonesia sebenarnya
pernah beberapa kali
mencatat sejarah manis
sebagai penghasil beras
terbesar di Asia. Sejak
dekade 80 an hingga
kini, Indonesia telah tiga
kali mengalami
swasembada beras dan tidak melakukan impor
beras. Catatan manis sejarah sebagai penghasil
beras terbesar sepanjang periode ini dimulai
pada tahun 1985. Keberhasilan tersebut kian
lengkap, ketika Presiden Soeharto menerima
penghargaan dari Organisasi Pangan dan
Pertanian Dunia (FAO) di Roma, Italia.
Sayangnya, momen manis itu tidak berlangsung
lama. Selang setahun kemudian. Indonesia
kembali menjadi negara importir beras untuk
sekian tahun lamanya. Swasembada beras baru
terulang kembali pada tahun 2003 dan terakhir
tahun 2008 lalu.
Tahun ini, BPS memperkirakan produksi padi
nasional sebesar 68,06 juta ton gabah kering
giling (GKG) atau setara dengan 39 juta ton
beras jika menggunakan angka konversi−GKG
menjadi beras−sebesar 0.57. Itu artinya,
produksi beras nasional surplus sekitar 6 juta
ton, karena kebutuhan beras nasional hanya
sebesar 33 juta ton, dengan asumsi angka
konsumsi beras sekitar 240 juta penduduk
Indonesia saat ini sebesar 139,15 kg
beras/kapita/tahun. Jika angka konsumsi beras
yang digunakan adalah 113,48 kg/kapita/tahun
seperti yang baru dirilis oleh BPS, maka surplus
Page 3
EDISI SEPTEMBER 2011
beras tahun ini tentu akan lebih tinggi lagi,
yakni mencapai 10,2 juta ton.
Namun sayangnya, meskipun data statistik
menunjukkan produksi beras nasional surplus.
Tahun ini, Indonesia kembali harus mengimpor
beras. Harga beras yang terus merangkak naik
sejak Juli 2011 lalu merupakan indikasi kuat
langkanya beras di pasaran. Ini juga merupakan
bukti bahwa data-data produksi dan konsumsi
beras yang ada selama ini belum bisa dijadikan
pijakan kokoh bagi kebijakan Pemerintah bahwa
Indonesia sebagai penghasil beras terbesar di
Asia, sehingga masih perlu dilakukan koreksi
dan perbaikan terkait akurasinya.
Kunci utama stabilisasi harga beras adalah
suplai yang melimpah. Dan kondisi ini bisa
terwujud jika swasembada beras dapat
tercapai. Mengandalkan impor untuk menjamin
ketersedian suplai beras adalah keputusan yang
tidak tepat. Selain menguras devisa, saat ini ada
kecenderungan kalau negara-negara eksportir
beras seperti Thailand dan Vietnam mulai
menahan beras mereka untuk dilepas ke
pasaran, karena ancaman krisis pangan global
yang kian nyata. Dengan lain perkataan, di
masa-masa yang akan datang beras impor akan
semakin sulit didapatkan. Oleh sebab itu, kita
berharap semoga surplus 10 juta ton beras yang
ditargetkan pemerintah pada tahun 2014-2015
bisa menjadi kenyataan, harga tidak terus
meningkat.
Di Jawa Tengah, pasca Idul Fitri 1432 H harga
kebutuhan pokok cenderung turun kecuali
harga beras yang semakin merangkak naik.
Pada H+9 pasca Lebaran harga beras juga mulai
naik, terlihat harga rata-rata minggu pertama
bulan September 2011 bila dibandingkan harga
rata-rata minggu ke IV bulan yang sama naik
0,42% untuk jenis Cisadane dan 1,45% untuk
jenis IR 64 (I). Untuk Cisadane misalnya di pecan
pertama mencapai Rp 7.940/kg terus menanjak
hingga di pekan keempat bulan September di
level Rp 7.973/kg. Sementara untuk IR 64 (I)
dari harga Rp 7.600/kg pada minggu pertama
terus meningkat sampai harga Rp 7.710/kg.
Kenaikan harga beras ini diperkirakan akan
berakhir pada musim panen yang akan datang.
Karenanya, pemerintah harus segera
mengantisipasi gejolak harga beras.
Dan tampaknya walaupun kurang popular
impor beras merupakan satu-satunya solusi
untuk meredam gejolak harga. Produksi beras
dalam negeri untuk saat ini tidak bisa
diandalakan, karena gagal panen (puso) telah
terjadi secara masif di sejumlah daerah sentra
produksi beras nasional. Peningkatan
produktifitas panen padi, program perluasan
area tanan padi, dan difersikasi pangan terus
digalakkan untuk mengendalikan impor beras
yang dimasa mendatang pasti akan sulit
didapat.
Salah satu konsep ketahanan pangan adalah
Difersifikasi pangan. Berbagai upaya untuk
melakukan difersifikasi pangan yang telah
dilakukan, dengan memanfaatkan sumber daya
alam yang ada selain beras sebagai bahan
makanan olahan. Sebagai contoh : tepung
mocal, tepung ubi jalar, jagung, sagu, tiwul,
gathot, bekatul dsb . Secara riil, olahan
makanan dari berbagai sumber alami tersedia
banyak di alam Indonesia yang gemah ripah loh
jinawi dan produksinyapun tidak memerlukan
teknologi khusus dan mudah dilakukan oleh
masyarakat. Dalam hal konsumsi, bahan baku
lokal, sudah terbukti lebih baik secara aspek
kesehatan dibandingkan dengan nasi beras,
mengingat nasi beras merupakan salah satu
pemicu produksi gula darah dalam tubuh.
Sehingga seseorang yang mempunyai resiko
Page 4
EDISI SEPTEMBER 2011
penyakit gula, solusi yang terbaik dari dokter
adalah mengurangi makan nasi. Potensi
karbohidrat dari beras, juga berdampak pada
obesitas yang tidak menyehatkan dan
meningkatkan karakter seseorang untuk mudah
beristirahat/tidur, mengingat adanya zat
tertentu dalam beras yang dapat melemahkan
syaraf dan berdampak pada rasa ngantuk dan
malas.
Upaya mewujudkan masyarakat untuk beralih
makanan pokok dari beras ke makanan yang
lain sangat berat. Berbagai olahan makanan
hasil diversifikasi sudah dapat diproduksi
dengan mudah, namun demikian untuk menjadi
alternative pengganti beras bagi masyarakat
ternyata bukan hal yang mudah. Bahkan masih
banyak masyarakat yang belum mengenal
makanan olahan hasil diversifikasi. Perlu
optimisme program ini sebagai upaya
mengurangi konsumsi beras.
Tidak hanya beras Impor bahan pangan lainpun
mulai masuk ke Indonesia, khususnya kentang
dan bawang merah, sampai bulan Juli 2011
mengalami peningkatan signifikan, sehingga
harga produk lokal turun drastis. Harga kentang
di tingkat petani di daerah Dieng, Banjarnegara,
menjadi Rp 4.000 per kg atau turun sekitar 30%
dari semula Rp 6.000 per kg. Sementara, harga
bawang merah di sentra produksi bawang
merah di Brebes menurun tajam dari semula Rp
20.000 per kg menjadi Rp 12.000 per kg.
Penurunan harga kentang dan bawang merah
membuat petani komoditas itu resah. Mereka
menuduh pemerintah bertindak kurang adil,
dengan membuka keran impor bagi kedua
produk, padahal stok cukup melimpah.
Reshuffel Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II
diharapkan mampu memberikan angin segar
bagi produk lokal, Menteri Perdagangan yang
baru diharapkan dapat membuat kebijakan
yang lebih arif dan memberikan harapan bagi
petani, UKM dan pertumbuhan perekonomian.
Dengan memanfaatkan perangkat / instrument
perdagangan internasional sebagai upaya
mengendalikan impor khususnya produk
pangan.
WASSALAMU’ALAIKUM WR WB.
Semarang, September 2011
Ir.IHWAN SUDRAJAT,MM
Page 5
EDISI SEPTEMBER 2011
Tajuk Rencana
Indonesia sebagai negara yang sedang
berkembang akan menghadapi masalah
pertanian, khususnya masalah beras.
Tahun 1984 – 1986 kita pernah menjadi
swasembada beras, tetapi sekarang menjadi
negara pengimpor beras, hal tersebut
dikarenakan produksi dalam negeri tidak cukup
dalam memenuhi kebutuhan konsumsi
penduduk dengan jumlah yang semakin banyak
serta lahan pertanian yang semakin berkurang.
Belakangan ini, masalah pangan di Indonesia
utamanya beras menghadapi dilema antara
upaya mencukupi kebutuhan konsumsi dalam
negeri dengan cara peningkatan produktivitas
atau melakukan impor beras, kedua pilihan
dijalankan sebagai upaya menjaga kestabilan
harga beras agar tetap terjangkau oleh semua
pihak termasuk rakyat kurang mampu.
Tahun 2006 kita diramaikan dengan keputusan
pemerintah untuk mengimpor beras, yang
dianggap tidak berpihak kepada petani
meskipun hal itu bukan merupakan issue baru
dan disadari pula bahwa petani kita pun
merupakan konsumen beras.
Saat seluruh rakyat di pelosok negeri ini sudah
tergantung pada beras, ketersediaan beras
dalam negeri kerap tidak memadai. Belum lagi
pertumbuhan penduduk yang mengalami
peningkatan, terutama semenjak terjadi krisis
ekonomi yang lalu. Ini berarti ada peningkatan
jumlah konsumsi beras dalam negeri.
Sementara pola produksi sangat berfluktuasi
karena sangat tergantung cuaca, memberi
indikasi bahwa berbagai upaya peningkatan
produksi belum menunjukkan hasil yang
memuaskan. Realitas ini mendesak pemerintah
untuk berfikir dan bertindak secara cepat dan
bijaksana dan impor beras menjadi pilihan
menyelamatkan ketersediaan pangan.
Sampai dengan bulan Juli 2011 Badan Pusat
Statistik mencatat nilai impor beras Indonesia
pada tahun ini telah mencapai USD 829 juta
atau sekitar Rp.7,04 triliun. Uang sebanyak ini
digelontorkan pemerintah untuk mendatangkan
sebanyak 1,57 juta ton beras dari Vietnam,
Thailand, India, Pakistan dan beberapa negara
lain.
Impor beras yang dilakukan oleh Pemerintah
Provinsi Jawa Tengah merupakan tindak lanjut
kebijakan pemerintah pusat, dimaksudkan
untuk menjaga ketersediaan stock beras
termasuk untuk memenuhi kebutuhan beras
miskin (raskin)
Dolog Jawa Tengah belum mampu memenuhi
kebutuhan raskin dan cadangan bagi warga.
Sejak awal 2011 yakni Januari, Februari dan
Maret, itu terjadi kulminasi panen raya Jateng.
Pemerintah menetapkan Harga Pembelian
Pemerintah (HPP) Rp 5.060. Sedangkan, harga
beras dan gabah di luar sebesar Rp 6.000 hingga
Rp 6.500. Hal tersebut mengakibatkan Dolog
Page 6
EDISI SEPTEMBER 2011
Jawa Tengah kesulitan melakukan pembelian
langsung, berakibat stock beras di gudang
Dolog menipis khususnya untuk raskin.
Raskin yang dibutuhkan tiap bulannya sebanyak
6.000 ton. Berarti untuk keperluan raskin pada
Oktober, November dan Desember dibutuhkan
18 ribu ton beras. Jadi, kesimpulannya harus
impor beras, impor beras itu dilakukan untuk
menjaga penyediaan pangan bagi rakyat miskin
dan penanggulangan rawan pangan. Termasuk
untuk cadangan beras pemerintah guna
penanggulangan bencana nasional.
Melihat data stock beras tiga bulan kedepan
diperkirakan akan kurang untuk itu impor beras
diharapkan dapat menambah jumlah stok di
gudang DOLOG Jawa Tengah sebagai cadangan
persediaan beras raskin sekaligus untuk
menjaga stabilitas harga di pasaran.
Saat ini harga beras cenderung stabil, karena
sepi pembeli serta operasi pasar yang terus
dilakukan pemerintah diyakini bisa
menstabilkan harga yang mungkin bergejolak
pada musim paceklik. Indonesia, perlu belajar
dari negara yang berpenduduk besar seperti
China walaupun memiliki jumlah penduduk
yang besar namun dapat mengelola pangan
dengan cukup baik, termasuk tingkat flutuaksi
harganya.
Page 7
EDISI SEPTEMBER 2011
Harga Harga Harga Harga
Rata-2 Rata-2 Rata-2 Rata-2
MG.I Sept MG.II Sept MG.III Sept MG.IV Sept
1 BERAS
- Cisadane II kg 7,940 7,947 7,960 7,973 33 0.42
- IR 64 (I) kg 7,600 7,610 7,653 7,710 110 1.45
2 GULA PASIR
- Impor kg - - - - - -
- DN (kw medium) kg 9,380 9,360 9,343 9,320 (60) (0.64)
3 MINYAK GORENG
- Bimoli botol 620cc/bt 9,360 9,360 9,360 9,360 - -
- Bimoli botol 1 liter 13,660 13,660 13,493 13,460 (200) (1.46)
- Tanpa Merk. kg 9,865 9,830 9,737 9,607 (258) (2.62)
4 DAGING
- Daging Sapi Murni. kg 61,800 61,167 60,800 60,067 (1,733) (2.80)
- Daging Ayam Broiler kg 26,800 26,333 23,650 22,300 (4,500) (16.79)
- Daging Ayam Kampung kg 47,000 48,000 48,000 47,333 333 0.71
5 TELUR
- Telur Ayam Ras. kg 15,475 14,147 13,740 13,180 (2,295) (14.83)
- Telur Ayam Kampung. kg 27,400 27,400 27,400 27,400 - -
6 SUSU
Kental Manis
- Merk Bendera 397gr/kl 8,930 8,930 8,930 8,930 - -
- Merk Indomilk. 390gr/kl 7,660 7,660 7,660 7,660 - -
Susu Bubuk
- Merk Bendera 400gr/kl 25,720 25,720 25,720 25,720 - -
- Merk Dancow 400gr/kl 25,750 25,750 25,750 25,750 - -
7 JAGUNG PIPILAN KERING kg 3,500 3,500 3,500 3,500 - -
8 GARAM BERYODIUM
- Bata 1/buah 500 500 500 500 - -
- Halus/hancur 250gr 680 680 680 680 - -
9 TEPUNG TERIGU
- Segitiga Biru (kw medium) kg 6,900 6,900 6,900 6,900 - -
10 KACANG KEDELAI
- Ex .Impor. kg 6,400 6,307 6,260 6,260 - -
- Lokal kg 7,400 7,400 7,400 7,400 - -
11 MIE INSTANT bungkus 1,360 1,360 1,360 1,360 - -
12 CABE MERAH BESAR
- Keriting kg 13,075 9,150 12,600 14,683 1,608 12.30
- Biasa kg 13,850 9,500 9,833 10,383 (3,467) (25.03)
- Rawit Merah kg 15,350 9,933 9,517 9,250 (6,100) (39.74)
- Rawit Hijau kg 13,475 8,750 7,667 8,200 (5,275) (39.15)
13 BAWANG MERAH kg 10,725 10,083 10,367 9,800 (925) (8.62)
14 BAWANG PUTIH kg 10,700 10,767 11,000 10,600 (100) (0.93)
15 IKAN ASIN TERI kg 31,400 31,400 31,400 31,400 - -
16 KACANG HIJAU kg 14,100 14,100 14,100 13,883 (217) (1.54)
17 KACANG TANAH kg 16,100 16,100 16,050 15,950 (150) (0.93)
18 KETELA POHON kg 1,600 1,600 1,600 1,650 50 3.13
19 Elpiji / Gas 3 kg 14,000 14,000 14,000 14,000 - -
20 SEMEN GRESIK 40kg/zk 45,700 45,700 47,800 50,600 4,900 10.72
SEMEN NUSANTARA 40kg/zk 45,200 45,200 47,133 49,733 4,533 10.03
SEMEN TIGA RODA 40kg/zk 44,375 44,375 45,708 48,417 4,042 9.11
Sumber : Pantauan di Pasar Tradisional Kota Semarang - Dinas Perindustrian dan Perdagangan Prov. Jateng
No.
INFORMASI PERKEMBANGAN HARGA KEPOKMAS
PERIODE MINGGU KE-IV SEPTEMBER 2011
Nama Barang SatRp %
Perubahan
Page 8
EDISI SEPTEMBER 2011
HARGA BERAS DAN SEMEN MERANGKAK NAIK
Pasca Idul Fitri 1432 H harga kebutuhan pokok
cenderung turun kecuali harga beras yang
semakin merangkak naik. Pada H+9 pasca
Lebaran harga beras juga mulai naik, terlihat
harga rata-rata minggu pertama bulan
September 2011 bila dibandingkan harga rata-
rata minggu ke IV bulan yang sama naik 0,42%
untuk jenis Cisadane dan 1,45% untuk jenis IR
64 (I). Untuk Cisadane misalnya di pekan
pertama mencapai Rp 7.940/kg terus menanjak
hingga di pekan keempat bulan September di
level Rp 7.973/kg. Sementara untuk IR 64 (I)
dari harga Rp 7.600/kg pada minggu pertama
terus meningkat sampai harga Rp 7.710/kg.
Kenaikan harga beras ini diperkirakan akan
berakhir pada musim panen yang akan datang,
kecuali pemerintah mengambil kebijakan untuk
menurunkan harga beras di pasar seperti
Operasi Pasar Beras secara besar-besaran.
Komoditi lain yang mengalami kenaikan adalah
semen. Terlihat grafik kenaikan harga semen ini
cukup drastis. Semen Gresik misalnya, untuk
kemasan 40 kg pada pekan pertama hanya di
kisaran Rp 45.700 kian melambung di angka Rp
50.600 pada minggu terakhir September. Untuk
semen Nusantara dari harga Rp 45.200
meningkat hingga Rp 49.733. Sedangkan untuk
semen Tiga Roda, awal bulan September hanya
di kisaran Rp 44.375 menanjak hingga Rp
48.417 per kemasan 40 kg.
Adapun penyebab kenaikan harga semen di
pasaran adalah sbb :
a. Pada tahun 2011 musim kemarau datang
lebih awal sehingga hal ini berpengaruh
terhadap aktivitas masyarakat untuk
melakukan pembangunan fisik baik
memperbaiki atau membangun rumah dan
pembangunan fisik lainnya sehingga
permintaan semen di masyarakat
meningkat sekitar 400% atau 4 kali lipat.
b. Kejadian pada point (a) berakibat tidak
sinkronnya antara perencanaan (jadwal)
produksi pabrik dengan kebutuhan semen
di masyarakat sehingga terjadi kesenjangan
antara volume produksi pabrik dengan
jumlah permintaan dimasyarakat.
c. Libur Hari Raya Idul Fitri sangat panjang,
hal ini berkaitan dengan Peraturan
Dishubkominfo bahwa H-4 s/d H+1 Lebaran
angkutan non Bahan Pokok dilarang, dan
dalam prakteknya para sopir mulai aktif
bekerja 8 hari setelah Lebaran. Kondisi ini
berpengaruh terhadap stok semen di
gudang para distributor.
d. Ada indikasi bahwa volume penyaluran
Semen Gresik untuk Jawa Tengah
berkurang karena untuk memenuhi
permintaan Jawa Timur (Surabaya).
Page 9
EDISI SEPTEMBER 2011
Kebalikan dari harga beras untuk harga
kebutuhan pokok lainnya mengalami
penurunan yang cukup signifikan seperti gula
pasir, minyak goreng, daging sapi, daging ayam,
telur ayam ras, cabai, bawang merah dan
bawang putih. (*)
WASPADAI PEMBUNGKUS MAKANAN
Hampir setiap kita membeli makanan, pasti
makanan tersebut dibungkus atau dalam wadah
tertentu. Memang lebih praktis, karena kita
tidak perlu membawa-bawa wadah. Beli bakso
untuk dibawa pulang, kita tidak perlu rantang,
cukup dibungkus plastik. Beli gorengan, para
pedagang kreatif dengan mendaur ulang kertas
koran atau kertas bekas sebagai kantong. Mau
beli buah utuh dirasa terlalu besar, pihak
supermarket menyediakan buah potongan
dalam styrofoam yang ditutup dengan plastik
tipis tembus pandang. Beli sup di restoran fast
food, tak perlu mangkuk keramik yang mudah
pecah, cukup dengan mangkuk styrofoam yang
langsung buang setelah dipakai. Begitupun bila
ingin menikmati mi panas saat kemping atau di
perjalanan, kita tak perlu repot bawa mangkuk.
Bahan-bahan pembungkus dan wadah itu
begitu akrab dengan kehidupan kita. Tapi,
ternyata bahan-bahan itu menyimpan bahaya
bila penggunaannya tidak tepat. Plastik. Apa
yang tidak terbuat dari plastik pada zaman
sekarang. Memang, bahan ini sangat populer
dipakai. Mulai dari perabotan rumah, alat-alat
dapur, mainan anak sampai bahan
pembungkus. Jenis plastik sendiri memang
beraneka ragam. Ada Poli Etilen, Poli Propilen,
Poli Vinil Chlorida, Vinylidene Chloride Resin,
dan sebagainya. Yang relatif lebih aman
Page 10
EDISI SEPTEMBER 2011
digunakan untuk makanan adalah Poli Etilen
yang tampak bening, dan Poli Propilen yang
lebih lembut dan agak tebal. Poli Vinil Chlorida
(PVC) biasanya dipakai untuk pembungkus
permen, pelapis kertas nasi dan bahan penutup
karena amat tipis dan transparan. Jenis-jenis
plastik ini memiliki tingkat bahaya berbeda-
beda tergantung dari material plastik, jenis
makanan yang dibungkus, lama kontak antara
makanan dengan plastik, serta suhu makanan
atau ruang penyimpan. Plastik tersusun dari
polimer, yakni rantai panjang dari satuan-
satuan yang lebih kecil yang disebut monomer
(bahan-bahan pembentuk plastik).
Bila makanan dibungkus dengan plastik,
monomer-monomer ini dapat berpindah ke
dalam makanan, dan selanjutnya berpindah ke
tubuh orang yang mengkonsumsinya. Bahan-
bahan kimia yang telah masuk ke dalam tubuh
ini tidak larut dalam air sehingga tidak dapat
dibuang keluar, baik melalui urin maupun feses
(kotoran). Penumpukan bahan-bahan kimia
berbahaya dari plastik di dalam tubuh dapat
memicu munculnya kanker. Sebuah penelitian
di Jepang mengindikasikan, Poli Stiren dapat
menjadi penyebab kanker dan berpengaruh
pada sistem saraf pusat. Sedangkan Poli Vynil
Chlorida dan Vinylidene Chloride Resin
merupakan dioksin, yaitu senyawa kimia yang
digolongkan sebagai penyebab utama kanker
karena sifatnya yang sangat beracun.
Perpindahan monomer-monomer plastik ke
dalam makanan dipicu oleh beberapa hal, yaitu
panas, asam dan lemak. Semakin tinggi suhu
makanan yang dimasukkan ke dalam plastik,
semakin cepat terjadi perpindahan ini. Apalagi
bila makanan berbentuk cair seperti bakso, mie
ayam, sup, sayuran berkuah dan sebagainya.
Saat makanan panas ini dimasukkan ke dalam
plastik, kita bisa lihat plastik menjadi lemas dan
tipis. Inilah tanda terputusnya ikatan-ikatan
monomer. Perpindahan monomer juga terjadi
bila makanan atau minuman dalam wadah
plastik terkena panas matahari secara langsung.
Karena itu, usahakan menghindari air minum
dalam kemasan yang terpapar matahari, atau
permen yang telah lengket dengan
pembungkusnya karena leleh oleh panas.
Perhatikan juga untuk tidak menuang air minum
atau sayuran panas ke dalam wadah plastik dan
menggunakan alat-alat makan dari plastik saat
makanan masih panas. Pilih makanan yang
dikukus dengan dibungkus daun, bukan plastik
seperti lemper, lontong kue lupis dan
sejenisnya.
Bahan makanan yang mengandung lemak dan
asam juga memicu perpindahan monomer.
Sayur bersantan, susu, buah-buahan yang
mengandung asam organik, sebaiknya tidak
dibungkus plastik. Memang ada plastik khusus
yang bertuliskan tahan lemak dan tahan dingin.
Page 11
EDISI SEPTEMBER 2011
Plastik ini boleh dipakai selama bahan yang
dimasukkan tidak panas. Kalaupun terpaksa
menggunakan plastik sebagai pem-bungkus ,
usahakan secepat mungkin makanan dapat
dipindahkan ke wadah yang aman, karena
semakin lama kontak makanan dengan plastik,
semakin banyak bahan berbahaya yang pindah
ke makanan. Styrofoam Ia masih tergolong
“keluarga” plastik karena terbuat dari Poli
Stiren.
Bahan yang lebih dikenal sebagai gabus ini
memang praktis, ringan, relatif tahan bocor dan
bisa menjaga suhu makanan dengan baik. Inilah
yang membuat bahan ini amat disukai dan
banyak dipakai, termasuk dalam industri
makanan instan. Namun bahan ini sebenarnya
tak kalah berbahaya dengan plastik. Dari hasil
survei di AS th. 1986, 100% jaringan lemak
orang Amerika mengandung stiren yang berasal
dari styrofoam. Bahkan pada penelitian 2 tahun
berikut, kandungan stiren sudah mencapai
ambang batas yang bisa memunculkan gejala
gangguan saraf.
Sebuah studi di New Jersey, AS juga
menemukan bahwa 75% ASI mengalami
kontaminasi stiren yang berasal dari konsumsi
ibu yang menggunakan wadah styrofoam. Pada
ibu-ibu yang mengandung, stiren juga bisa
bermigrasi ke janin melalui plasenta. Dampak
jangka panjang dari menumpuknya stiren di
dalam tubuh adalah gejala saraf seperti
kelelahan, nervous, sulit tidur dan anemia.
Pada anak, selain menyebabkan kanker, sekian
tahun kemudian stiren juga menyerang sistem
reproduksinya. Kesuburan menurun, bahkan
mandul. Anak yang terbiasa mengkonsumsi
stiren juga bisa kehilangan kreativitas dan pasif.
Styrofoam, sebagaimana plastik, bersifat reaktif
terhadap suhu tinggi. Padahal, salah satu
kelebihan styrofoam yang banyak diambil
manfaatnya adalah kemampuannya menahan
panas. Produk-produk sup dan minuman hangat
di restoran cepat saji menggunakan wadah ini.
Begitu pula produk-produk makanan instan,
mesti diseduh dalam wadahnya yang terbuat
dari styrofoam. Mie instan, bubur ayam instan
misalnya. Stiren, bahan dasar styrofoam
bersifat larut lemak dan alkohol. Berarti wadah
dari jenis ini tidak cocok dijadikan wadah susu
atau yoghurt yang mengandung lemak tinggi.
Begitu juga dengan kopi yang dicampur krim.
Dengan sifat-sifatnya seperti itu, sudah
selayaknya kita lebih berhati-hati menggunakan
styrofoam. Kalau hendak menggunakan
styrofoam untuk menjaga makanan tetap
hangat, sebaiknya makanan dimasukkan
terlebih dahulu dalam wadah tahan panas dan
dijaga tidak ada kontak langsung dengan
styrofoam. Sedangkan penggunaannya sebagai
Page 12
EDISI SEPTEMBER 2011
wadah, harus diperhatikan untuk mendinginkan
makanan terlebih dahulu sebelum memasukkan
dalam wadah styrofoam. Makanan instan dan
restoran yang menggunakan wadah ini,
sebaiknya dihindari demi kesehatan keluarga
kita.
Pembungkus Kertas
Penggunaan kertas sebagai bahan pembungkus
juga telah meluas di masyarakat. Umumnya
kertas yang digunakan adalah kertas koran atau
kertas bekas. Mulai dari untuk membungkus
sayuran, ikan kering, bumbu dapur (kalau kita
belanja di pasar tradisional atau warung),
sampai aneka ragam gorengan, peuyeum, dan
sebagainya.
Padahal, bila bagian kertas yang bertinta
terkena panas dari makanan, minyak dari
gorengan atau bagian cair dari makanan, maka
tinta akan terlarut dalam makanan. Tinta
mengandung unsur dasar timbal atau timah
hitam yang beracun. Unsur ini sama dengan
yang terdapat pada polutan dari kendaraan
bermotor. Dalam tubuh, timbal akan disimpan
dan terakumulasi. Akumulasi timbal akan
memicu munculnya gangguan saraf dan kanker.
Pada wanita hamil, timbal dapat mengakibatkan
cacat bawaan pada janin dan merusak otak
sehingga kecerdasan anak rendah. Pada laki-laki
dewasa, timbal menurunkan kualitas sperma
sehingga mempersulit punya keturunan. Dan
pada anak-anak, timbal meng akibatkan
penurunan daya konsentrasi dan kecerdasan.
Penggunaan kertas yang berwarna putih juga
berbahaya bagi tubuh. Kertas jenis ini
diputihkan dengan penambahan chlor, suatu
unsur yang dapat menimbulkan kanker.
Contoh yang menggunakan kertas ini adalah teh
celup dan tissue. Itulah bahan-bahan
pembungkus dan wadah makanan yang
berbahaya. Dengan kondisi masih rendahnya
kesadaran masyarakat, maka selain
pensosialisasian masalah, kita juga mulai harus
meningkatkan kehati-hatian.
Penggunaan bahan-bahan yang aman seperti
daun pisang, alumunium foil, atau wadah tahan
panas selayaknya kita jadikan alternatif.
Bukankah mencegah lebih baik daripada
mengobati? (*)
(Dari berbagai sumber : tim PPBJ)
Page 13
EDISI SEPTEMBER 2011
INDUSTRI LOGAM JATENG MAKIN BERKILAU
Industri logam di Jawa Tengah berperan
strategis dan sangat potensial untuk terus
dikembangkan, mengingat bidang usaha ini
mampu menyerap banyak tenaga kerja dan
menggerakkan perekonomian daerah.
Keberadaan industri logam pun menunjang
industri lain karena memasok kebutuhan
industri manufaktur, otomotif, permesinan,
pertanian dan peralatan lainnya di pasar
regional maupun nasional.
Sentra industri logam di Jawa Tengah
tersebar di Kabupaten Tegal, Klaten,
Purbalingga, Boyolali dan Pati.
Di antara sentra-sentra industri tersebut, Klaten
merupakan sentra industri pengolahan logam
(cor logam) terbesar, dengan kegiatan usaha
membuat dan mengolah cor logam dengan hasil
akhir alat pertanian, meja kursi ornamen dan
tiang lampu ornamen.
Selain itu, ada pula bantalan rem kereta api,
pompa air, pipa fitting, pagar ornamen, spare
part mesin dan komponen otomotif.
Kinerja industri logam yang meningkat dari
tahun ke tahun diyakini akan mendongkrak
kembali pertumbuhan industri ini hingga akhir
2011, seiring nilai produksi pada semester I
yang mengalami kenaikan sekitar 7% dibanding
periode sama tahun lalu yang hanya sekitar
Rp124,5 miliar.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan
(Dinperindag) Jateng Ihwan Sudrajat pernah
mengatakan peningkatan kinerja industri logam
itu ditopang oleh membaiknya kualitas produk
logam Jateng, baik secara fisik maupun presisi.
“Industri logam kita kini lebih mudah
memperoleh bahan baku yang lebih baik dari
dalam provinsi, dari yang tadinya harus dipasok
dari luar provinsi. Margin mereka juga sudah
semakin bagus dibanding tahun lalu, rata-rata
bisa mencapai 40%,” ujarnya beberapa waktu
lalu.
Perkembangan positif juga terlihat dari
sejumlah industri otomotif di Jateng yang kini
sudah menggunakan komponen lokal sebanyak
40%-70%, sedangkan penggunaan komponen
asing kini terbatas pada mesin yang memang
belum mampu diproduksi di dalam negeri.
Industri logam di provinsi ini pun terbukti
mampu bertahan di tengah serbuan impor
produk serupa, terutama asal China yang
sebelumnya dikhawatirkan bakal memukul
industri dalam negeri.
Page 14
EDISI SEPTEMBER 2011
“Sebagai contoh, ada produsen alat
penyemprot hama yang menjual produknya
sekitar Rp 450.000 per unit, sedangkan harga
produk serupa asal China hanya separuhnya.
Tapi, mereka terbukti bisa bertahan, bahkan
lebih laku daripada produk impor itu. Ini
membuktikan kualitas tetap jadi
pertimbangan,” tuturnya.
Namun harus diakui, kontribusi industri logam
terhadap ekspor Jateng masih terbilang kecil,
kendati produknya telah menembus beberapa
negara di kawasan Asia Timur, seperti Jepang,
China dan Korea Selatan.
Industri logam hanya mampu membukukan
ekspor senilai US$70 juta atau hanya 2,06% dari
total nilai ekspor Jateng sebesar US$3,4 miliar
pada 2010.
Oleh karena itu, pada tahun ini Dinperindag
mengalokasikan anggaran sebesar Rp2 miliar
untuk pengembangan industri logam dan
mesin, mengingat daya saing dan kemampuan
akses pasar bidang usaha itu masih rendah.
Ihwan menuturkan dana itu akan diarahkan
pada program-program pelatihan dan magang
demi meningkatkan sumber daya manusia
(SDM) industri pengolahan logam dan mesin.
”Dana itu mengambil 50% dari total dana
pembinaan seluruh bidang usaha industri di
Jateng yang mencapai Rp 4 miliar. Pembinaan
SDM diharapkan dapat mendongkrak hasil
produksi pengolahan logam agar lebih berdaya
saing dan memiliki akses pasar lebih luas, baik
di skala nasional maupun ekspor,” tuturnya.
Upaya fasilitasi yang dilakukan Dinperindag,
antara lain, pertama, peningkatan penggunaan
teknologi pemrosesan.
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jateng
bekerjasama dengan Kementerian Perindustrian
memberikan bantuan peralatan kepada
Koperasi Industri Cor Logam Batur Jaya,
Kecamatan Ceper, Klaten.
Kementerian Perindustrian memberikan
bantuan satu unit peralatan tungku induksi
(induction furnace), sedangkan Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Jawa Tengah
memberikan bantuan satu unit instalasi listrik
dan sarana pendukungnya.
Tidak hanya kepada Koperasi Batur Jaya,
peralatan produksi juga diberikan kepada IKM
komponen perkapalan dan komponen
pemadam kebakaran di Kabupaten Tegal, IKM
pandai besi di Kudus, Klaten dan Wonosobo.
Kedua, peningkatan pengetahuan dan
keterampilan sumber daya manusia (SDM) IKM
melalui kegiatan pelatihan di sentra-sentra
industri logam, misalnya pelatihan
Page 15
EDISI SEPTEMBER 2011
menggunakan tungku induksi dan teknologi
resin coated sand bagi IKM logam di Klaten.
Ketiga, peningkatan promosi produk logam dan
mesin Jawa Tengah, misalnya melalui pameran
dan temu bisnis produk logam dan mesin se-
Jawa Tengah sebagai agenda tahunan yang
telah dimulai sejak 2010.
Penyelenggaraan pameran ini ternyata cukup
memberi harapan dan diminati banyak
perusahaan industri logam dan mesin karena
mereka dapat mempromosikan produknya.
Selama penyelenggaraan pameran pun, telah
terjadi transaksi ritel yang cukup besar dan
terjalin kerjasama antara IKM logam dengan
industri pengguna lainnya.
Bentuk promosi lainnya adalah pengenalan
produk IKM logam di luar provinsi, misalnya
dalam ajang Makassar Trade Expo 2011 di
Makassar, Sulawesi Selatan.
Pada event ini, produk logam dari Jawa Tengah
mendapat respon pasar yang cukup bagus,
terlihat dari banyaknya transaksi ritel yang
terjadi dan banyaknya distributor di Sulawesi
Selatan yang siap menjalin kerjasama dalam
memasarkan produk logam Jawa Tengah
provinsi tersebut.
OPTIMALISASI INDUSTRI GARAM DI JAWA TENGAH
Garam menjadi komoditas stategis yang
penggunaannya terus meningkat untuk
keperluan konsumsi manusia, pengasinan ikan,
aneka pangan, aneka minuman, industri kimia
maupun untuk industri farmasi. Produksi garam
sangat tergantung dari iklim (musim kemarau),
karena sistem penguapan masih menggunakan
sinar matahari. Kondisi garam di Indonesia saat
ini masih kurang ditinjau dari segi kualitas
maupun kuantitas.
Produksi garam di Indonesia masih belum dapat
memenuhi kebutuhan garam nasional. Kadar
yodium garam konsumsi yang beredar di
pasaran juga masih banyak yang belum
memenuhi standar minimal yaitu 30 ppm.
Selain itu koordinasi yang kurang baik dari pusat
sampai ke bawah di bidang industri garam
sehingga kurang terfokus dalam hal
menyelesaikan permasalahan garam.
Berawal dari pertanian di ladang-ladang garam
secara tradisional, industri garam Indonesia
terus berkembang, hingga saat ini menjadi salah
satu bidang industri yang memberi
penghidupan bagi banyak masyarakat di seluruh
Indonesia. Hal ini disebabkan oleh tingkat
kebutuhan dan rangkaian kegiatan yang
menyertai keberadaan garam. Dari material
awal, yaitu garam kasar (krosok), industri garam
Page 16
EDISI SEPTEMBER 2011
di Indonesia memproduksi berbagai jenis garam
untuk memenuhi berbagai keperluan akan
garam. Baik untuk kebutuhan rumah tangga,
maupun kebutuhan industri, peternakan, dan
pertanian. Namun demikian, industri garam di
Indonesia bukan berarti berjalan mulus tanpa
hambatan dan kendala. Kualitas garam yang
belum maksimal, ketidakstabilan harga garam,
proses produksi yang masih bersifat tradisional,
dan persaingan dengan komoditi garam dari
luar negeri merupakan sedikit dari sekian
banyak masalah garam di Indonesia. Hal inilah
yang harus terus dibenahi dan disempurnakan
hingga industri garam Indonesia mampu
menjadi pilihan utama bagi seluruh lapisan
masyarakat.
Salah satu hal yang dapat dilakukan yaitu
dengan meningkatkan kualitas serta kuantitas
garam di Indonesia. Jawa Tengah sangat
berpotensi menjadi sentra produksi garam
bahan baku maupun garam konsumsi sehingga
sangat perlu untuk terus dioptimalkan. Sentra
produksi garam bahan baku dan garam
konsumsi di Jawa Tengah tersebar di Kabupaten
Brebes, Demak, Jepara, Pati, Rembang, dan
Kota Semarang. Sebagai daerah penghasil
utama garam konsumsi beryodium, ternyata
masih sering ditemukan kendala-kendala dalam
proses produksi garam tersebut. Di antaranya
metode pemberian yodium dan metode
pengepakan garam yang dianggap kurang
efektif dan masih tradisional. Sehingga
diperlukan adanya pembinaan kepada para
petani garam dan produsen garam konsumsi
yang ada di Jawa Tengah, agar dapat
meningkatkan produktifitas garam beryodium
guna pemenuhan kebutuhan garam nasional.
Cakupan konsumsi garam beryodium di Jawa
Tengah masih dibawah 70%. Produktivitas lahan
pegaraman di sentra garam rakyat masih
rendah dibawah 60 ton/ha/tahun karena
kurangnya fasilitas infrastruktur, sarana
produksi, tata lahan pegaraman dan
penanganan pasca panen.
Untuk memenuhi kebutuhan dan
meminimalisasi impor garam diperlukan upaya-
upaya konkrit yaitu melalui fasilitasi investasi
sarana produksi yang berkapasitas tinggi
dengan standar mutu SNI serta meningkatkan
kemampuan SDM IKM garam. Selain itu masih
banyaknya ditemukan garam beredar yang
kadar yodiumnya tidak cukup atau bahkan tidak
ada sama sekali. Sehingga perlunya peningkatan
mutu garam di Jawa Tengah agar dapat
memenuhi kualitas yang diharapkan sehingga
nantinya industri-industri besar di Jawa Tengah
dapat memakainya sebagai bahan baku industri
tersebut.
Permasalahan yang dihadapi petani garam di
Jawa Tengah adalah masih terbatasnya sarana,
Page 17
EDISI SEPTEMBER 2011
prasarana dan ketenagakerjaan, masalah
permodalan, belum berjalannya kelompok
usaha koperasi, serta masih kurangnya nilai
tambah yang diperoleh para petani dari segi
sistem pemasaran yang ada saat ini. Di lain
pihak IKM garam juga menghadapi beberapa
permasalahan terkait hal serupa. Dalam hal
sarana, prasarana dan ketenagakerjaan para
IKM terkendala mahalnya harga KIO3 untuk
proses yodisasi, peralatan produksi yang dimiliki
belum difungsikan secara baik, tingkat
kesadaran dari produsen garam konsumsi masih
relatif rendah untuk menghasilkan garam
konsumsi dengan kadar yodium yang sesuai
standar, pencampuran yodium yang masih
menggunakan Hand Sprayer sehingga sering
tidak rata, kondisi cuaca yang ekstrim, dan
masih banyak produsen garam konsumsi yang
proses pengolahan garamnya kurang
memperhatikan kebersihan.
Dari segi permodalan yang masih banyak
mengandalkan modal sendiri karena tingkat
suku bunga yang cukup tinggi. Saat ini sudah
ada asosiasi pada industri garam konsumsi
beryodium yaitu APROGAKOB namun belum
berfungsi secara optimal. Sementara itu dari
segi pemasaran, masih banyaknya produk
garam konsumsi yang beredar dengan kadar
yodium tidak memenuhi standar, belum
optimalnya pengawasan produk garam
konsumsi yang beredar di pasaran, serta sistem
pemasaran yang lebih menguntungkan
pengumpul dan pedagang perantara
dibandingkan produsen sendiri.
Di Pati terdapat sekitar 63 perusahaan garam
dari yang skala kecil hingga besar yang sangat
membutuhkan bantuan peralatan/mesin,
sehingga saat ini pemerintah telah melakukan
penyusunan program untuk memberikan
bantuan peralatan berupa mesin cetak. Mesin
cetak yang digunakan para produsen garam
dalam memproduksi garam diharapkan terbuat
dari stainless steel karena saat ini yang beredar
di kalangan produsen adalah mesin-mesin yang
terbuat dari besi, hal ini tentu akan berdampak
pada kualitas garam yang diproduksi, selain itu
membuat mesin tidak mudah karatan dan juga
aman bagi tenaga kerja.
Proses yodisasi garam saat ini masih tradisional
sehingga kurang maksimal dikarenakan
terbatasnya peralatan, pada umumnya masih
menggunakan sprayer sehingga proses yodisasi
sulit merata, yang perlu ditingkatkan adalah
optimalisasi agar efektifitas pemakaian yodium
semakin meningkat. Maka dari itu diperlukan
adanya bimbingan dari pemerintah agar
nantinya industri garam di Jawa Tengah
semakin baik lagi. Selain itu perlu adanya
perhatian pada proses pengepakan karena
pengepakan yang baik akan meningkatkan nilai
dari produk garam tersebut. Penataan sistem
Page 18
EDISI SEPTEMBER 2011
produksi juga harus terus ditingkatkan agar
kebersihan lebih terjaga dan produk yang
dihasilkan memiliki nilai yang lebih baik bagi
kesehatan.
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi
Jawa Tengah sendiri telah melaksanakan
beberapa program guna membantu konsumen
garam dan juga IKM garam yang ada di Jawa
Tengah. Diantaranya sosialisasi garam konsumsi
beryodium bagi anggota PKK, sosialisasi SNI
garam konsumsi beryodium, peningkatan mutu
garam konsumsi beryodium, pengujian dan
evaluasi mutu garam beryodium di tingkat
produsen, pelatihan dan bantuan peralatan
pada industri garam bahan baku, studi
komparasi dan kunjungan lapangan pada
industri garam yang telah maju, pelatihan dan
bantuan alat garam konsumsi, pemetaan
industri garam di Jawa Tengah, pendampingan
industri garam konsumsi, serta penguatan
klaster garam.
Pengembangan klaster merupakan konsep
memaksimalkan potensi lokal yang akan
berdampak positif bagi pengembangan wilayah.
Dalam penyusunan struktur organisasi klaster
garam ada 3 POKJA yaitu bahan baku, industri,
dan pasar. Hal tersebut guna mengetahui
pengembangan di masing-masing bidang
tersebut.
Jika ditinjau dari segi pemberlakuan harga
garam oleh pemerintah, harga garam bahan
baku Jawa Tengah yang beredar di pasaran
masih perlu diatur dengan baik sesuai dengan
tingkat kualitas (KW) garam tersebut. Harga
garam berdasarkan kualitas sudah diatur oleh
pemerintah hanya saja di lapangan terkadang
masih terjadi permainan harga sehingga
patokan harga yang sudah diberikan
pemerintah sulit diaplikasikan, oleh karena itu
perlu ditingkatkannya pengawasan terhadap
harga di pasaran.
Harga garam bahan baku terbaru (ditetapkan
berdasarkan keputusan Dirjen Perdagangan
Luar Negeri No. 02/DAGLU/PER/5/2011 tentang
penetapan harga penjualan garam di tingkat
petani garam pada tanggal 5 Mei 2011) untuk
KW 1 yaitu Rp. 750,- dan KW 2 yaitu Rp. 550,-
diharapkan bisa dilaksanakan sehingga tidak lagi
merugikan salah satu pihak, karena pada
kenyataannya pada saat ada impor garam harga
di pasaran turun dari yang seharusnya.
Kriteria bagi garam KW 1 ataupun KW 2 sudah
diatur oleh pemerintah, salah satunya dari segi
kandungan NaCl. Banyak cara yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan kualitas garam
yaitu salah satunya dengan melakukan
penyaringan terlebih dahulu sebelum
dikeringkan (untuk garam bahan baku) serta
Page 19
EDISI SEPTEMBER 2011
harus memperhatikan kualitas (kebersihan)
sumber bahan baku (untuk garam konsumsi).
Pemerintah sudah memprogramkan perihal
pemberian bantuan peralatan kepada IKM
garam, yang dibutuhkan saat ini adalah
komitmen dari IKM garam tersebut untuk terus
meningkatkan dan menjaga kualitas garam yang
diproduksi. (*)
Nur Rahmi Sa’adah
Staf Seksi Industri Kimia Bidang IAKHH
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Prov. Jateng
Wanginya Tenun Akar Wangi
Lazimnya, barang-barang tenun dibuat dari
benang yang dianyam sedemikian rupa hingga
menjadi kain. Namun, Desa Pakumbulan,
Kecamatan Buaran, Kabupaten Pekalongan,
memperlihatkan keunikan lain berupa tenun
dari bahan akar wangi.
Tenun akar wangi mulai dikembangkan di
Pakumbulan pada 1998 oleh seorang perajin
tenun bernama Imran Kasari. Tenun akar wangi
yang dibuat dari alat tenun bukan mesin
(ATBM) ini dikreasi menjadi bahan pakaian,
placemats, sajadah, tas, alas makan, hingga
korden.
Tidak butuh waktu lama, dalam kurun dua
tahun, tenun akar wangi berkembang pesat
karena bernilai seni tinggi, keharuman dan
bentuknya yang antik. Tak hanya di pasar
domestik, semerbak hasil karya tenun akar
wangi bahkan tercium hingga mancanegara,
seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Kuwait,
Jepang dan Australia.
Order dari Arab Saudi biasanya ramai menjelang
musim naik haji, khususnya untuk produk
sajadah, dengan nilai kontrak minimal Rp 400
juta. ''Masyarakat Saudi sangat suka dengan
bau harum akar wangi yang khas dan berbeda
dengan yang lainnya,'' tuturnya.
Bahan baku akar wangi, kata dia, didatangkan
dari Garut, Jawa Barat.
Page 20
EDISI SEPTEMBER 2011
Untuk menjalankan 40 mesin tenun miliknya,
dibutuhkan sekitar 40-50 pekerja yang setiap
hari menghasilkan setidaknya 3.000-4.000
meter bahan akar wangi yang siap diolah
menjadi berbagai produk.
Kini, industri kecil dan menengah (IKM)
kerajinan akar wangi di Pakumbulan mencapai
sekitar 15 unit usaha yang menyerap tenaga
kerja sedikitnya 300 orang.
Jumlah itu belum digabung dengan industri
ATBM lain di desa itu dengan bahan baku
berupa mendong dan eceng gondok, dengan
total mencapai 225 IKM.
Berdasarkan data Dinas Koperasi, UMKM,
Industri, dan Perdagangan Kabupaten
Pekalongan, jumlah industri ATBM di kabupaten
itu pada 2010 mencapai 292 unit yang
menyerap 1.914 tenaga kerja.
Tidak heran jika saat ini tenun ATBM menjadi
komoditas inti di Kabupaten Pekalongan,
dengan produk intinya berupa kerajinan akar
wangi. Industri tersebut dijadikan industri inti,
karena jarang atau bahkan tidak ditemukan
sentra industri serupa di daerah lain.
Industri ATBM akar wangi juga masuk dalam
program one village one product (OVOP).
Industri tenun ATBM rupanya sudah menjadi
denyut perekonomian masyarakat Pakumbulan.
Sekitar 90% warganya kini bergantung pada
usaha tersebut, baik sebagai pemilik usaha
maupun tenaga kerja.
*dari berbagai sumber
Page 21
EDISI SEPTEMBER 2011
Impor Sayuran Resahkan Petani Jateng
Impor bahan pangan, khususnya kentang dan
bawang merah, hingga Juli 2011 mengalami
peningkatan signifikan, sehingga harga produk
lokal turun drastis. Harga kentang di tingkat
petani di daerah Dieng, Banjarnegara, menjadi
Rp 4.000 per kg atau turun sekitar 30% dari
semula Rp 6.000 per kg. Sementara, harga
bawang merah di sentra produksi bawang
merah di Brebes menurun tajam dari semula Rp
20.000 per kg menjadi Rp 12.000 per kg.
Penurunan harga kentang dan bawang merah
membuat petani komoditas itu resah. Mereka
menuduh pemerintah bertindak kurang adil,
dengan membuka keran impor bagi kedua
produk, padahal stok cukup melimpah.
Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu
mengatakan impor kentang dan bawang merah
tidak memerlukan izin khusus karena tata
niaganya tidak diatur. Dalam hal ini, impor bisa
dilakukan setelah perusahaan memiliki Angka
Pengenal Impor-Umum (API-U).
Namun, bukan berarti impor bisa bebas begitu
saja. Masih ada instrumen yang dapat digunakan
untuk pengendalian oleh badan karantina,
antara lain terkait aspek kesehatan, lingkungan
hidup dan keselamatan.
Pemeriksaan oleh badan karantina diharapkan
dapat menjaga kualitas barang yang masuk ke
kawasan Indonesia sekaligus sebagai
penghambat barang impor yang tidak
berkualitas.
Pemerintah melalui Menko Perekonomian Hatta
Rajasa berjanji akan membahas permasalahan
impor kentang dan bawang merah dalam rapat
koordinasi untuk mendapatkan penyelesaian
yang bisa memuaskan semua pihak, yakni hasil
produksi kentang petani dengan kualitas baik
dapat terserap di dalam negeri dan produk
impor dapat lebih dikendalikan.
Menteri Pertanian Suswono sempat
mengungkapkan volume kentang impor yang
beredar di pasar dalam negeri sebenarnya relatif
kecil, yakni berkisar 5% dari produksi dalam
negeri. Dengan demikian, bila pola distribusi
kentang impor ditata dengan baik, maka tidak
perlu terjadi penurunan harga yang
meresahkan.
Impor Meningkat
Sementara itu, impor Jawa Tengah secara umum
hingga Juli 2011 mencapai US$ 7,51 miliar atau
meningkat 28,42% dibanding periode sama
tahun lalu yang sebesar US$ 5,85 miliar.
Kenaikan impor didorong oleh peningkatan
impor barang migas sebesar 52,86%, meskipun
impor nonmigas mengalami penurunan sebesar
1,61%. Kenaikan impor migas menunjukan
konsumsi bahan bakar minyak mengalami
peningkatan signifikan. Lonjakan impor
Page 22
EDISI SEPTEMBER 2011
menyebabkan neraca perdagangan Jawa Tengah
defisit sebesar US$ 4,78 miliar.
Sementara, sebagian besar impor nonmigas
dilakukan sektor industri pengolahan. Artinya,
industri pengolahan kita masih sangat
bergantung pada komponen impor.
Industri pengguna komponen impor terbesar
saat ini adalah industri penanaman modal asing
(PMA), khususnya tekstil dan produk tekstil.
Industri tersebut berorientasi ekspor sehingga
memerlukan bahan baku impor berkualitas
yang saat ini belum bisa dipenuhi oleh produksi
dalam negeri.
Adapun negara asal impor nonmigas terbesar
Jawa Tengah hingga 2011 adalah China dengan
nilai mencapai US$ 790,4 juta atau meningkat
sebesar 15,1% bila dibanding periode sama
tahun lalu, disusul Amerika Serikat (AS) sebesar
US$ 279,93 juta atau melonjak 72,2%.
Sebaliknya, impor dari Jepang mengalami
penurunan drastis hingga 82,7% setelah terjadi
impor besar-besaran pada 2010 karena
kebutuhan peralatan pada Pembangkit Listrik
Tenaga Uap (PLTU) Tanjung Jati B di Jepara.
Ekspor ke Eropa Turun
Di sisi lain, ekspor Jawa Tengah ke beberapa
negara di kawasan Eropa, khususnya Perancis
dan Inggris, pada Juli 2011 mengalami
penurunan masing masing sebesar 65,79% dan
39,78%, meskipun nilai ekspor nonmigas secara
keseluruhan hingga Juli 2011 naik sebesar 14,4%
walapun penurunan ekspor ke beberapa negara
Uni Eropa disebabkan oleh penurunan
permintaan ekspor karena gejolak ekonomi yang
terjadi di Eropa. Nilai ekspor terbesar masih
didominasi AS yang meningkat sebesar 14,33%
atau senilai US$ 72,65 juta, disusul oleh Jepang
yang meningkat sebesar 63,79% atau setara US$
72,63 juta, kemudian Jerman meningkat 26,25%
atau senilai US$ 29,4 juta.
Bicara soal komoditas, hingga Juli 2011, ekspor
Jawa Tengah masih didominasi furnitur, kayu
olahan, tekstil dan produk tekstil (TPT) yang
merupakan komoditas unggulan Jawa Tengah.
Industri furnitur terus berkembang dengan baik
karena sumber daya lokal yang mendukung,
antara lain ketersediaan kayu hutan, seperti jati
dan mahoni, serta sumber daya manusia (SDM)
yang semakin terlatih dengan baik.
Industri ini tumbuh merata di seluruh sentra
produksi furnitur, yakni Jepara, Kudus,
Surakarta, Sragen dan Semarang. Produksi kayu
olahan didukung bahan baku dari kayu yang
ditanan lima tahun lalu dan mulai dapat
dipotong serta diproses untuk produk rumah
tangga dan komponen rumah, seperti daun
pintu dan jendela. Industri kayu olahan yang
berbahan baku kayu albasia banyak tumbuh
Wonosobo, Purworejo, Banjarnegara dan
Cilacap, sedangkan yang menggunakan kayu
Kalimantan untuk produk lantai, veneer banyak
tumbuh di Rembang, Kota Semarang dan
Kabupaten Pati.
Page 23
EDISI SEPTEMBER 2011
PILIH TABLET ATAU NOTEBOOK ?
Perkembangan komputer begitu cepat. Jika
dulu kita hanya menemukan sebuah komputer
merupakan produk berdesain kotak yang
terkesan kaku dan dilengkapi keyboard, maka
lain halnya dengan saat ini. Komputer muncul
dalam berbagai bentuk termasuk dalam bentuk
tablet yang mengandalkan layar sentuh tanpa
bantuan papan ketik. Moncernya popularitas
tablet PC tersebut kini malah dituding sebagai
salah satu penyebab melambatnya
pertumbuhan penjualan notebook dan netbook.
Padahal, rata-rata vendor dan media
memposisikan komputer tablet ini sebagai
komputer kedua, sebagai pelengkap laptop atau
notebook. Tapi di sisi konsumen, sering muncul
kebingungan antara membeli tablet PC atau
notebook. Konsumen pun semakin pusing
karena para vendor dan penjual makin
menggencarkan promosi sehingga seringkali
konsumen menjadi kurang puas karena salah
memilih produk yang sesuai dengan kebutuhan
mereka..
Nah, untuk memastikan anda dapat
memaksimalkan produk yang dibeli, berikut tiga
langkah yang dapat dijadikan panduan
pengambilan keputusan saat harus memilih
antara tablet PC dan notebook.
Kenali kebutuhan Anda
Meskipun sama-sama tergolong sebagai
komputer, namun tablet dan notebook
dirancang untuk cara penggunaan dan tujuan
yang berbeda. Bahkan, kebanyakan tablet PC
yang beredar memiliki sistem operasi yang
berbeda.
Akibat adanya perbedaan sistem operasi ini,
maka aplikasi atau software yang digunakan
juga otomatis berbeda. Misalnya, untuk
notebook berbasis sistem operasi Microsoft
Windows, Anda mungkin akan menggunakan
Microsoft Office atau Open Office untuk
membuka naskah atau menyelesaikan laporan
keuangan.
Page 24
EDISI SEPTEMBER 2011
Tapi di komputer tablet, aplikasi yang
digunakan berbeda, baik dari segi kemampuan,
fitur, dan cara penggunaan. Jadi pastikan
kebutuhan Anda akan dapat dipenuhi perangkat
yang baru dibeli tersebut.
Perbedaan mendasar lainnya terletak pada
penggunaan keyboard. Walaupun Anda dapat
menggunakan komputer tablet dengan
keyboard tambahan, namun hampir semua
aplikasi untuk tablet dirancang untuk
memaksimalkan penggunaan layar sentuh.
Jadi jika Anda banyak melakukan input teks
seperti mengetik naskah yang panjang,
memasukkan data, dan hobi bermain game
serius, disarankan Anda membeli notebook.
Namun, jika aktivitas komputer Anda hanya
sebatas browsing Internet, chatting, mengetik
naskah pendek, mencatat buku harian,
mendengarkan lagu, bermain game yang santai,
serta jarang mengetik, maka tablet PC dapat
memenuhi kebutuhan Anda. Pastikan aplikasi
yang Anda butuhkan ada di platform yang
diinginkan.
Hitung dananya
Begitu sudah mengenali kebutuhan Anda, kini
pastikan dana yang dimiliki cukup. Saat
menghitung dana yang disiapkan untuk
membeli tablet atau notebook, pastikan ada
dana tambahan untuk membeli aksesoris
pendukung atau garansi tambahan.
Beberapa tablet PC juga telah dilengkapi
fasilitas mobile internet terintegrasi, yang
memungkinkan koneksi Internet melalui
jaringan koneksi data operator seluler. Untuk
notebook, seringkali Anda harus mengeluarkan
dana ekstra untuk membeli dongle atau modem
USB untuk terkoneksi ke internet.
Harga tablet PC sangat tergantung merek dan
spesifikasi, berkisar antara Rp 1,5 juta-Rp 8 juta.
Sedangkan untuk netbook, antara Rp 2,5 juta-
Rp 6 juta dan notebook antara Rp 3 juta-Rp 30
juta. Seringkali, perbedaan harga terletak pada
merek dan beberapa fitur yang dimilikinya.
Salah satu keuntungan membeli tablet keluaran
merek terkenal adalah dukungan purna jual
serta nilai jual kembali yang lebih baik.
Sedangkan untuk notebook, mengingat
spesifikasinya yang cenderung lebih seragam,
merek, desain, dan harga akan menjadi
pertimbangan yang utama. Mengingat harga
tablet PC yang relatif lebih murah dibanding
notebook dan netbook, tidak ada salahnya jika
Anda memilih tablet PC. Tentunya jika memang
tablet PC dapat memenuhi kebutuhan.
Seberapa tinggi mobilitas Anda?
Mungkin inilah pertimbangan yang paling
menentukan. Bagi yang sering bepergian,
membawa notebook kadang cukup membebani
akibat ukuran dan bobotnya. Apalagi jika Anda
Page 25
EDISI SEPTEMBER 2011
membawanya untuk waktu yang cukup lama,
menggunakan tas notebook ala kadarnya.
Jika Anda memiliki mobilitas tinggi dan
kebutuhan hanya sekadar presentasi atau
mengakses internet, maka tablet PC merupakan
pilihan yang bijaksana. Selain ringan, tablet PC
juga lebih dingin sehingga tidak menimbulkan
masalah jika lupa dimatikan saat berada di tas.
Daya tahan baterai yang panjang serta waktu
menyala yang singkat juga menjadi nilai tambah
yang patut diperhitungkan.
Kesimpulan
Komputer tablet boleh dibilang masih tergolong
pendatang baru, sehingga perkembangannya
masih dalam tahap awal. Ke depan, komputer
tablet akan memiliki kemampuan dan kegunaan
yang lebih banyak. Baik notebook dan tablet
memiliki keunggulan dan kelemahannya
tersendiri, jadi pastikan Anda tidak salah pilih.
Selamat membeli. (*) dari berbagai sumber
MAMPUKAH ONE DAY NO RICE ?
Masyarakat Indonesia sudah terbiasa makan
nasi. Perut rasanya tak kenyang ketika nasi
absen dari meja makan. Tanpa nasi pula, orang
belum menyebutnya makan. Apabila seluruh
penduduk Indonesia mengonsumsi rata-rata
0,25 kg beras per kapita per hari, maka
sedikitnya 220 juta ton beras harus disediakan
oleh pemerintah setiap tahunnya.
Hingga kapan Indonesia mampu menyediakan
beras dengan jumlah sebanyak itu dan bahkan
cenderung bertambah setiap tahun, mengingat
jumlah penduduk tidak mungkin tetap ataupun
berkurang? Secara riil di lapangan, dapat kita
lihat bahwa lahan pertanian yang ada di
Indonesia semakin menyusut dari tahun ke
tahun karena pembangunan infrastruktur yang
kadang tidak kalah penting dengan produksi
pangan.
Pertumbuhan penduduk yang cukup pesat juga
mengambil alih lahan produktif pertanian untuk
lahan pemukiman. Pada saat yang sama,
membaiknya kondisi perekonomian membuat
semakin banyak pula lahan pertanian yang
diminati investor untuk dijadikan lahan
pendirian industry. Lantas, bagaimana dengan
upaya pemerintah untuk diversifikasi pangan?
Salah satu konsep ketahanan pangan adalah
diversifikasi pangan. Upaya menuju diversifikasi
Page 26
EDISI SEPTEMBER 2011
pangan telah dilakukan dengan memanfaatkan
sumber daya alam yang ada, misalnya tepung
mocaf (modified cassava) tepung ubi jalar,
jagung, sagu, tiwul, gathot, dan bekatul.
Secara riil, hasil olahan makanan dari berbagai
sumber alami cukup melimpah di alam
Indonesia yang gemah ripah loh jinawi ini.
Produksinya pun tidak memerlukan teknologi
khusus sehingga mudah dilakukan masyarakat.
Dari segi konsumsi, bahan baku lokal sudah
terbukti lebih baik secara aspek kesehatan
dibanding beras, mengingat nasi merupakan
salah satu pemicu produksi gula darah dalam
tubuh.
Seseorang yang mempunyai risiko penyakit
gula, disarankan oleh dokter mengurangi makan
nasi. Potensi karbohidrat dari beras juga
berdampak pada obesitas dan meningkatkan
karakter seseorang untuk mudah tidur. Hal itu
disebebkan adanya zat tertentu dalam beras
yang dapat melemahkan syaraf dan berdampak
pada rasa ngantuk dan malas.
One Day No Rice
Upaya mewujudkan masyarakat agar beralih
dari beras ke makanan pokok lain, cukup berat.
Berbagai olahan makanan hasil diversifikasi
sudah dapat diproduksi dengan mudah, tetapi
masyarakat selama ini kesulitan mencari
makanan pengganti beras.
Bahkan, masih banyak masyarakat yang belum
mengenal makanan olahan hasil diversifikasi.
Tingkat keberhasilan diversifikasi pangan sangat
diragukan, dan mampukah Indonesia bertahan
dengan produksi beras yang maksimal?
Gerakan yang perlu dilakukan saat ini adalah
memasyarakatkan hasil deversifikasi pangan
secara terus-menerus dan berkesinambungan.
Beberapa rencana aksi yang menurut penulis
sangat urgen untuk dilakukan adalah promosi
besar-besaran melalui berbagai media tentang
diversifikasi pangan, mempromosikan aneka
produk diversifikasi pangan melalui pameran,
makan bersama, lomba memasak, mewujudkan
suatu lingkungan masyarakat tertentu sebagai
pilot project produksi sekaligus konsumsi
produk-produk diversifikasi pangan.
Selain itu, mewajibkan perusahaan (catering,
toko roti, restoran, hotel) menyediakan
makanan berbahan baku lokal, mewajibkan
setiap menu acara pemerintahan maupun
masyarakat untuk menyediakan makanan
berbahan baku lokal, serta menumbuhkan
motivasi masyarakat luas untuk lebih mencintai
kesehatan dengan slogan One Day no Rice.
Page 27
EDISI SEPTEMBER 2011
UD SASANA ANTIQ REMBANG
‘’MELENGGANG KE EROPA DENGAN BAHAN BAKU KAYU SISA’’
DELAPAN tahun silam, UD Sasana Antiq
Rembang hanyalah industri rumah tangga skala
kecil yang memproduksi mebeler dengan
peralatan yang sangat terbatas. Kerajinan
patung-patung batu, tempat lilin dan aneka
macam kerajinan lainnya yang sekiranya
memiliki potensi ekspor digarap oleh Arifin, pria
kelahiran Rembang 1980.
Awalnya produksi ini diujicoba di lingkup
pemerintahan dengan membuat beberapa
contoh produk yang berbahan baku kayu lama
dan berhasil. Hal ini juga dipublikasikan kepada
para perajin mebel dalam bentuk order mebel
dan sekaligus penerapannya sehingga para
perajin IKM mudah untuk memerolehnya.
Dengan binaan oleh Dinas Perindustrian
Perdagangan Koperasi dan UMKM Kabupaten
Rembang, perusahaan terus berkembang.
Bantuan peralatan serta pelatihan-pelatihan
diberikan secara bertahap untuk meningkatkan
volume produksi tempat usaha yang berada di
Desa Krikilan RT 07/ RW 01 Kecamatan Sumber
Kabupaten Rembang itu.
Peluang jual beli kayu lama untuk selanjutnya
diolah menjadi mebel berbahan kayu lawas
ternyata laku di pasaran. UD Sasana Antiq
mencoba menggunakan bahan baku kayu sisa
atau bekas bongkaran rumah untuk membuat
mebel antik. Dengan kayu lawas ini, prosedur
dokumen kayu tidak serumit bila menggunakan
kayu jati yang membutuhkan dokumen cukup
berbelit.
Yang menarik dari produk tersebut adalah
bahan bakunya berasal dari kayu lama. Kualitas
dari kayu lama tentu tidak diragukan lagi. Selain
kuat dan awet, tingkat kadar air rendah dan
tekstur kayunya mudah dibentuk. Dengan kadar
air rendah, kayu tidak akan mengalami
penyusutan atau molet sehingga produk tidak
mengalami perubahan bentuk ketika dikirim.
Dengan pembinaan secara periodik ini UD
Sasana Antiq mulai bekerja sama dengan
perusahaan lain sebagai mitra usaha. Sejak
didirikan hingga saat ini, sudah ada delapan
mitra usaha yang bergerak di bidang perkayuan
yang lokasinya berada di wilayah sekitar usaha.
Selain mitra di bidang perkayuan, masih ada 12
perusahaan yang menjadi mitra di Kabupaten
Rembang, 10 perusahaan di luar kabupaten
serta 12 perusahaan supplier baik bahan baku,
bahan finishing maupun asesoris mebel.
Page 28
EDISI SEPTEMBER 2011
Yang lebih membanggakan, UD Sasana Antiq
kini telah memiliki sekitar 12 kolega perusahaan
asing yang berada di Belanda, Jerman, Amerika
yang menjadikan perusahaan berkembang
dengan pesat.
Saat ini produk-produknya seperti almari antik,
nakas, tempat tidur, frame (cermin) hingga
rumah Joglo, dll sudah melenggang diekspor ke
berbagai negara di Eropa. Selain negara diatas,
sejumlah negara seperti Belgia, Perancis,
Austria serta Jepang menjadi tujuan ekspornya.
Jumlah kapasitas produksi UD Sasana Antiq
setiap bulannya mencapai 10 kontainer dengan
omzet diatas Rp 500 juta. Produksi ini ditangani
oleh sekitar 200 pegawai yang sudah
mendapatkan pelatihan dan pembinaan agar
kualitas produksi terus meningkat. (*)
Arifin dan Tantangan Bisnis Kayu
Lawas SOSOK bapak dua putri ini memang suka
tantangan. Di balik tangan dingin Arifin,
perusahaan UD Sasana Antiq Rembang yang
dirintisnya semakin menggurita. Pria kelahiran
Rembang, 9 Agustus 1980 itu mengawali
bisnisnya selepas lulus menjadi sarjana Ekonomi
AA YKPN pada tahun 2003. Ia kuliah juga
berawal dari usaha berbisnis sebuah studio
music dengan modal pinjaman, meski akhirnya
merugi hingga belasan juta rupiah.
Setamat kuliah, ayahnya meninggal sehingga ia
sempat patah semangat. Namun ia kembali
bangkit karena punya tanggungjawab
membiayai keluarga. Arifin punya seorang istri
Susilowati dan dua orang anak yang harus
dibiayai kebutuhan hidupnya. Saat itulah ia
melirik peluang jual beli kayu lama menjadi
mebel antik berkualitas ekspor.
Di tempat usahanya yang berada di Desa
Krikilan RT 07/ RW 01 Kecamatan Sumber
Kabupaten Rembang inilah beragam produk
mebel berbagai desain diproduksi. Ternyata dari
teknologi yang sangat sederhana dan proses
produksi yang tidak terlalu sulit dapat
menghasilkan produk seni mebel yang juga
menarik.
Penerapan produk tersebut dikembangkan ke
sentra-sentra mebel yang diwujudkan dalam
bentuk order kepada para perajin kayu lama.
Sentra ini bernama sentra industri kayu antik
Desa Wiroto Kecamatan Kaliori dengan hasil
motif mebel beraneka ragam yang sampai saat
ini masih diproduksi.
Arifin melihat potensi proses dan bahan baku
ini sangat banyak dan bisa ditemui di mana-
mana sedangkan proses produksinya tidak
memerlukan teknologi yang sangat besar dan
dapat dikerjakan oleh industri mebel yang ada.
Sifat-sifat dari bahan baku ini memang cukup
ringan dan dari kadar air yang terkandung di
Page 29
EDISI SEPTEMBER 2011
dalamnya selalu dibawah MC 14 derajat,
sehingga apabila produk tersebut dikirim
kemanapun tidak khawatir kondisi iklim.
Seringkali terjadi bila kadar air tinggi maka
mebel tersebut akan menyusut dan renggang.
Inilah keuntungan yang menurut Arifin sulit
didapat jika berbisnis kayu jati yang masih harus
diolah lagi.
Arifin juga berupanya melakukan pengolahan
limbah dengan baik mulai dari limbah padat,
gas dan cair. Hal ini dibuktikan semua limbah
yang ada telah tertangani dengan baik sampai
limbah yang terkecil. Untuk mencegah
terjadinya kecelakaan kerja di perusahaan
sudah ada divisi yang membidangi kesehatan
dan keselamatan kerja (K3). Dengan adanya
sarana K3 yang berada di tempat kerja berupa
kotak P3K disamping itu fasilitasi juga apabila
ada karyawan yang sakit untuk berobat baik di
puskesmas atau rumah sakit.
Bagi Arifin mengelola bisnis kayu sisa menjadi
sebuah kegiatan yang cukup menantang.
Menantang karena ia berhasil menepis
anggapan bahwa selama ini seseorang
membuat proses produk mebel yang jamak
dikatakan barang bagus adalah terbuat dari
bahan kayu jati yang bagus pula. Namun jika
pemikiran ini terus menerus dilakukan maka
sumber daya alam utamanya yakni kayu jati
akan habis seiring dengan permintaan produk-
produk mebel. (*)
Page 30
EDISI SEPTEMBER 2011
Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Provinsi Jawa Tengah
Jl.Pahlawan No.4 Semarang, Jawa Tengah.
Indonesia
Phone ( 024 ) 8419826 / 8417601
Fax ( 024 ) 8311710.
[email protected]
”One Team, One Spirit, One Goal.....To be The Number One”
Find Us on Web:
http://dinperindag.jatengprov.go.id