-
PENGARUH PRODUKSI BERAS, IMPOR BERAS, TINGKAT
KONSUMSI BERAS TERHADAP HARGA BERAS DI INDONESIA
TAHUN 2008-2013
(Studi Kasus 32 Provinsi)
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah
Untuk Memenuhi Persyaratan guna Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
DIMAS BRIANTO
NIM: 1111084000006
JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H/2015 M
-
PENGARUH PRODUKSI BERAS, IMPOR BERAS, TINGKAT KONSUMSI
BERAS TERHADAP HARGA BERAS DI INDONESIA TAHUN 2008-2013
(Studi Kasus 32 Provinsi)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah
Untuk Memenuhi Persyaratan guna Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
DIMAS BRIANTO
NIM: 1111084000006
Di Bawah Bimbingan
JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H/2015 M
-
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Selasa, 07 April 2015 telah dilakukan Ujian
Komprehensif atas mahasiswa:
1. Nama : Dimas Brianto 2. NIM : 1111-084-0000-06 3. Jurusan :
Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan 4. Judul Skripsi : Pengaruh
Produksi Beras, Impor Beras dan Tingkat
Konsumsi Beras terhadap Harga Beras di Indonesia Tahun
2008-2013 (Studi Kasus 32 Provinsi)
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan serta kemampuan
yang
bersangkutan selama proses ujian Komprehensif, maka diputuskan
bahwa mahasiswa
tersebut di atas dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk
melanjutkan ke tahap
Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi pada
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
-
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Selasa, 22 September 2015 telah dilakukan Ujian Skripsi
atas mahasiswa:
1. Nama : Dimas Brianto 2. NIM : 1111-084-0000-06 3. Jurusan :
Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan 4. Judul Skripsi : Pengaruh
Produksi Beras, Impor Beras dan Tingkat
Konsumsi Beras terhadap Harga Beras di Indonesia Tahun
2008-2013
(Studi Kasus 32 Provinsi)
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan serta kemampuan
yang
bersangkutan selama proses ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa
mahasiswa diatas
dinyatakan LULUS dan Skripsi ini diterima sebagai salah satu
syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
-
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Dimas Brianto
NIM : 1111084000006
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini,
saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan
dan mempertanggungjawabkan
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain. 3.
Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber
asli
atau tanpa izin pemilik karya
4. Tidak melakukan manipulasi dan pemalsuan data 5. Mengerjakan
sendiri karya ini dan mampu bertanggungjawab atas karya
ini
Jika di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya
saya, dan telah melalui
pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti
bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap
untuk dikenai sanksi
berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
-
i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama Lengkap : Dimas Brianto
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 18 Februari 1992
Alamat : Jl. Ubin C7/23 Rt 007/ Rw 06 Komplek Pondok Jaya,
Kelurahan Pondok Karya, Kecamatan Pondok Aren,
Bintaro Jaya Tangerang Selatan, Banten, 15225
Nomor Handphone : 087727895410
Email : [email protected], [email protected]
Latar Belakang Keluarga
Nama Ayah : Alm. Suandi
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 06 Februari 1962
Nama Ibu : Almh. Susanti
Tempat, Tanggal Lahir : Solo, 21 April 1964
Alamat : Jl. Koral C7/24 Rt 007/ Rw 06 Komplek Pondok
Jaya, Kelurahan Pondok Karya, Kecamatan Pondok
Aren, Bintaro Jaya Tangerang Selatan, Banten,
15225
Anak Ke dan Dari : 1 dari 2 bersaudara
Pendidikan Formal
1. SDN 04 Bintaro Jakarta Selatan Tahun 1998 – 2004
2. MTs Al-Zaytun Indramayu Tahun 2005 – 2008
3. MA Al-Zaytun Indramayu Tahun 2008 – 2011
4. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2011 – 2015
mailto:[email protected]
-
ii
Pendidikan Non Formal
1. International Computer Driving Licence, ECDL Foundation,
Al-Zaytun Global
Information And Comunication Technology, 2010-2012
Pengalaman Organisasi
1. Bendahara Majelis Permusyawaratan Kelas IX MTs Al-Zaytun,
2007-2008
2. Anggota Komunitas Pencinta Tanaman Hias Al-Zaytun,
2008-2009
3. Anggota Departemen Informasi Majelis Permusyawaratan Kelas
X-XI MA Al-
Zaytun, 2008-2010
4. Anggota Kelompok Ilmiah Fisika Al-Zaytun, 2005-2008
5. Bendahara Kelompok Ilmiah Fisika Al-Zaytun, 2008-2009
6. Anggota Forum Studi Jurnalis Al-Zaytun, 2009-2010
7. Anggota Workshop Sigma Al-Zaytun, 2009-2010
8. Sekertaris Kelompok Ilmiah Fisika Al-Zaytun, 2009-2011
9. Qismu Alat (Departemen Peralatan) Pengurus Binayah Huffadh
Al-Zaytun,
2008-2010
10. Staf Departemen Kesekretariatan Organisasi Pelajar Al-Zaytun
Dharma Bakti
VII, 2010-2011
11. Produser Film “Pertama dan Terakhir” Festival Film
Independen Al-Zaytun,
2011
12. Sekertaris Kelompok KKN “Pendekar” UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2014
13. Anggota Panitia Perayaan 1 Muharram Masjid Uswatun Hasanah
Komplek
Pondok Jaya, 2014
14. Ketua Panitia Perayaan 17 Agustus Rt 007/ Rw 06 Komplek
Pondok Jaya, 2015
Pengalaman Kerja
-
iii
1. Rapporteur Forum Pemerintahan dan Swasta dalam Manajemen
Gratifikasi
Transparency Internasional Indonesia dan Komisi Pemberantasan
Korupsi Republik
Indonesia, 2014
Seminar dan Workshop
1. Seminar “The Most Effective Way To Learn A Foreign Language”,
Faculity of
Languages Universitas Al-Zaytun Indonesia, 2010
2. Training dan Talkshow “Kokohkan Iman dan Budayamu Ditengah
Terjangan
Globalisasi”, UIN Jakarta, 2012
3. Dialog Publik “Pemanfaatan Energi Panas Bumi Untuk Kemajuan
Indonesia”,
UIN Jakarta, 2012
4. Dialog Publik “Konsep Tata Ruang Kota di Indonesia dalam
Perspektif Etika
Lingkungan”. UIN Jakarta, 2012
5. Dialog Jurusan dan Seminar Konsentrasi “Mengenal Lebih Dekat
dengan jurusan
Sendiri”, UIN Jakarta, 2013
6. Seminar Nasional “Pembangunan Ekonomi Berbasis Inovasi dan
Imtaq Menuju
Indonesia Yang Maju, Adil-Makmur, Berdaulat, dan Diridhai Allah
SWT”, UIN
Jakarta, 2013
7. Seminar Nasional “Mewujudkan Lembaga Keuangan Mikro Yang
Berdaya Saing
Dalam Menghadapi MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) 2015”, UIN
Jakarta,
2014
8. Seminar Nasional “Korupsi Mengkorupsi Indonesia”, UIN
Jakarta, 2014
9. Dialog Safari Ramadhan “Kegiatan Edukasi Keuangan Bersama
Otoritas Jasa
Keuangan”, JPMI DKI Jaya, 2015
-
iv
Abstract
This study aimed to analyze the influence of Rice Production,
Rice Imports and
Rice Consumption against Price of Rice 32 provinces in
Indonesia. This study uses
research methods combination of sequential explanatory design,
where there is a
quantitative approach using panel data analysis methods Fixed
Effect Model (FEM) in
the first stage and a qualitative approach uses the interviews
in the second phase to
strengthen the results of quantitative research result approach
to gain deeper
understanding on the problem. The results showed that 65%
variable Price of Rice 32
provinces in Indonesia can be described by Rice Production, Rice
Imports and Rice
Consumption. Simultaneously, Rice Production, Rice Import and
Rice Consumption
significant effect on Price of Rice. However partially, the
statistical results showed
that: first, Rice Production does not significantly and
positively correlated to the Prices
of Rice, second, Rice Imports significant and negatively
correlated to the Prices of
Rice, third, Rice consumption is significant and negatively
correlated to the price of
Rice. Additionally there is a problem in rice production because
productivity figure
only reached 50%. While in rice imports are treated free for
premium rice quality and
special needs, while the medium rice quality is only done by
Bulog. As with the
consumption of rice, in which the amount of consumption of rice
in Indonesia made a
great deal of pressure, but no local food that is capable of
being a substitute and
complementary of rice.
Keywords: Price of Rice, Rice Production, Rice Imports, Rice
Consumption, Fixed
Effect Model
-
v
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Produksi
Beras, Impor
Beras dan Konsumsi Beras terhadap Harga Beras 32 Provinsi di
Indonesia. Penelitian
ini menggunakan metode penelitian kombinasi sequential
explanatory design, dimana
terdapat pendekatan kuantitatif dengan menggunakan analisis data
panel metode Fixed
Effect Model (FEM) pada tahap pertama dan kualitatif berupa
wawancara pada tahap
kedua untuk memperkuat hasil penelitian kuantitatif, agar hasil
penelitian lebih
mendalam dan komprehensif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
65% variabel
Harga Beras 32 Provinsi di Indonesia dapat dijelaskan oleh
Produksi Beras, Impor
Beras dan Konsumsi Beras. Secara simultan, Produksi Beras, Impor
Beras dan
Konsumsi Beras berpengaruh signifikan terhadap Harga Beras.
Namun secara parsial,
hasil statistik menunjukkan bahwa: pertama, Produksi Beras tidak
berpengaruh
signifikan dan berkolerasi positif terhadap Harga Beras, kedua,
Impor Beras
berpengaruh signifikan dan berkorelasi negatif terhadap Harga
Beras, ketiga,
Konsumsi Beras berpengaruh signifikan dan berkorelasi negatif
terhadap Harga Beras.
Selain itu terjadi permasalahan pada Produksi Beras dikarenakan
angka produktifitas
hanya mencapai 50%. Sedangkan dalam Impor Beras diperlakukan
bebas bagi beras
kualitas premium dan kebutuhan khusus, sedangkan beras kualitas
medium hanya
dilakukan oleh Bulog. Lain halnya dengan Konsumsi Beras, dimana
besarnya
Konsumsi Beras di Indonesia membuat tekanan yang sangat besar,
namun tidak ada
pangan lokal yang mampu menjadi substitusi maupun komplementer
dari beras.
Kata Kunci: Harga Beras, Produksi Beras, Impor Beras, Konsumsi
Beras, Fixed Effect
Model
-
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Rabbil 'Alamin, segala puji hanya milik Allah SWT
yang
telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis
dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Produksi Beras,
Impor
Beras dan Tingkat Konsumsi Beras terhadap Harga Beras di
Indonesia
(Studi Kasus 32 Provinsi)”. Shalawat serta salam semoga selalu
tercurah
kepada Baginda Rasulullah SAW beserta para sahabat dan para
pengikutnya
hingga akhir zaman kelak, Amin.
Dengan diselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan,
dorongan,
bimbingan, serta doa dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini,
penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya
kepada pihak-pihak yang terkait dalam penyelesaian skripsi ini,
kepada :
1. Allah SWT yang telah menciptakan bumi, langit dan seluruh
isinya
termasuk penulis yang bukan apa-apa jika dibandingkan dengan
kuasa
Allah. Terima kasih banyak ya Allah atas segala perjalanan hidup
yang
dihadapi penulis termasuk salah satunya dalam penggarapan
skripsi ini
sehingga akhirnya dapat terselesaikan dengan baik.
2. Nabi Muhammad SAW yang menjadi inspirasi, tuntunan bagi
penulis
dan seluruh umat islam. Sari tauladan yang diberikan beliau
membuat
penulis selalu berusaha menjadi lebih baik sehingga dapat
berguna bagi
-
vii
keluarga, Negara, Agama dan seluruh umat manusia di dunia.
3. Alm. Bapak Suandi dan Almh. Ibu Susanti selaku orang tua
penulis
yang selalu menjadi inspirasi, motivasi, sumber kebahagiaan
serta
kekuatan dalam hidup. Terima kasih untuk seluruh
pengorbanan,
pengajaran, daya dan upaya yang telah dilakukan serta doa yang
tidak
pernah putus kepada penulis, semoga mereka mendapatkan
perlindungan Allah SWT dan mendapatkan tempat terbaik di
sisi
Allah SWT.
4. Kepada seluruh Keluarga Besar Darmowiyono dari pihak ibu baik
itu
Mbah Darmo, Pakde Giyoto, Bude Lis, Bude Harto, Pakde
Tukijo,
Mama Tarti, Pakde Harno, Bude Harno, Om Tino, Bulek Warni,
Mbak
Yuni dan Suami, Mbak Umi dan Suami, Mas Sukar dan Istri, Mas
Suhono dan Istri, Mas Sigit, Mbak Dina, Mbak Ida, Mbak Hesti,
Kiki,
Dito, Nisa, Mbak Anis dan Suami, Aziz, Mbak Fitri dan suami,
Rhino,
Mbak Dian dan Suami, Panji, Wisnu, Sasa, Bagus dan seluruh
kerabat
dari keluarga Darmowiyono yang belum saya sebutkan saya
ucapkan
terima kasih banyak atas dukungannya, semangatnya dan
segalanya
terlebih setelah penulis kehilangan kedua orang tua kalianlah
sebagian
dalam hidup saya.
5. Kepada Keluarga Besar Samid dari pihak ayah seperti Paman,
Bibi dan
kerabat yang mohon maaf tidak saya sebutkan satu persatu. Selain
itu
-
viii
Keluarga Besar Ibu Yuli sebagai ibu sambung saya seperti
Kakek,
Nenek, Bu Yuli, Huda, Isa, Om-Om dan Tante-Tante serta
seluruh
kerabat yang saya sebutkan saya ucapkan terima kasih atas
dukungannya, semangatnya dan segalanya terlebih setelah
penulis
kehilangan kedua orang tua kalianlah sebagian dalam hidup
saya.
6. Kepada seluruh keluarga besar saya yang telah mendahului
kami
kepada Allah SWT seperti Mbah Kakung, Kakek dan Nenek dari
pihak
bapak, Pakde dan Bude Sadinem, Pakde Harto, Mas Siswo, dan
kerabat
lain yang belum penulis sebutkan.
7. Bapak Dr.M. Arief Mufraini, Lc., M.Si, selaku Dekan
Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah
memberikan ilmu yang sangat berharga selama perkuliahan.
8. Bapak Arief Fitrijanto, M.Si, selaku Ketua Jurusan Ilmu
Ekonomi dan
Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, atas bimbingan, arahan, dan pengalamannya
yang
diberikan pada penulis.
9. Bapak Pheni Chalid, Ph.D selaku Dosen Pembimbing Skripsi 1
yang
dengan kerendahan hatinya bersedia meluangkan waktu untuk
memberikan pengarahan, ilmu yang berharga, serta bimbingan
yang
sangat berarti selama penyelesaian skripsi. Terima kasih atas
semua
saran dan arahan yang Bapak berikan selama proses penulisan
hingga
-
ix
terselesaikannya skripsi ini. Semoga Allah SWT membalas
kebaikan
bapak.
10. Bapak Arief Fitrijanto, M.Si, selaku Dosen Pembimbing 2 yang
telah
meluangkan waktu, memberikan arahan serta bimbingan yang
sangat
berarti kepada penulis. Terima kasih atas semua saran dan arahan
yang
bapak berikan sehingga terselesaikannya skripsi ini. Semoga
Allah
SWT membalas kebaikan bapak.
11. Seluruh jajaran dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis secara
umum dan
doesn Jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan secara khusus
yang
telah memberikan ilmu yang sangat berguna dan berharga bagi
penulis.
Semoga Allah selalu, memberikan pahala yang sebesar-besarnya
atas
kebaikan para dosen FEB UIN Jakarta. Jajaran karyawan dan staf
UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah melayani dan membantu
penulis
selama perkuliahan.
12. Narasumber dalam wawancara yang dilakukan penulis kepada
bapak
Bustanul Arifin, Narasumber dari Badan Ketahanan Pangan dan
Ditjen
Tanaman Pangan yang telah meluangkan waktunya dalam
wawancara.
Semoga Allah SWT membalas kebaikan Bapak dan Ibu sekalian.
13. Kepada ustadz dan ustadzah yang membimbing penulis dan
mengajarkan hal-hal positif selama belajar di Al-Zaytun.
Khususnya
kepada Umi Waway Nuryani yang telah membantu penulis
-
x
memperbaiki diri dari keterpurukan setelah meninggalnya ibu saat
itu,
memberikan motivasi yang besar dan mengajarkan banyak hal
untuk
memperbaiki kualitas hidup penulis, dan Abi Juniarto Hendro
Buwono
yang menjadi pengganti bapak dari Penulis dan teman-teman
satu
angkatan SWAT selama 6 tahun mengasuh dan mendidik kami.
Semoga
Allah membalas kebaikan Bapak dan Ibu sekalian.
14. Sahabat-sahabat dari SMP yang menemani dari masa-masa
sekolah di
Al-Zaytun hingga saat ini meniti kesuksesan bersama-sama;
Achix,
Sabriyan, Abghi, Roli, Lukman, Topik, Juang, Shoffan, Bagus
Aryo,
Bagus Herda, Rusydan, Nanda, Hanif, Wahyu, Septian, Mahmuda,
Willian, Dori, Zamroni, Wafiy, Haziq Hassan, Haziq Mohsin,
Abni,
Waldan, Aji, Khoer, Tansa, Imam Belo, Dani Belo, Arum, Iqlim,
Ines,
Ima, Sarah, Iwan, Ushe, Vita, Asih, Ama, Kiki Marwah, Ita,
Toyib,
Nunu, Ukhfiya, Ratih, Andre Jidat, Andre Sengau, Eliya, Gesta,
Silmi,
Nopiah, Wasiah, Puspita, Camay, Kinah, Thoriq, Jawad, Zaki,
Qori,
ACR terima kasih atas doa, semangat, canda, tawa, tangis dan
segalanya
yang diberikan kepada penulis sehingga mewarnai kehidupan
penulis
dan memberikan dorongan untuk menyelesaikan skripsi ini dengan
baik
dan berusaha menggapai kesuksesan bersama-sama amin.
15. Teman-teman SWAT (Santriwan Santriwati Angkatan Tujuh)
yang
mohon maaf tidak disebutkan satu-persatu terma kasih atas
segalanya
-
xi
sehingga mewarnai kehidupan penulis dan memberikan dorongan
untuk
menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan berusaha menggapai
kesuksesan bersama-sama amin.
16. Teman-teman terbaikku Rudi Suwardi, Vallerio Raga, Abdur
Rozaq,
Septian Puguh, Ariad Ditya, Aprian Subhan, Barep Prajitno,
Riri
Ruhiana, Novanda Dwi Saputra, Kemal, Kharisma Susetyo, M.
Ihsan,
M. Arief Budiman, Yusuf Muhammad, Azhar, Bilal, Lukman,
Riski,
Dwika Julia Mutiara, Annisa Rahmadani, Vina Refriana, Isti
Destriani,
Ella Dhanila, Indri Filiyana, Nilam Nurlaela, Tami, Amel,
Annisa
Febriyanti, Nuni, Nunu, Revi, Weli, Wihda, Rani, Aryo, Ina
Windi
terima kasih untuk semua motivasi, semangat, dan kenangan
yang
sangat berkesan selama 4 tahun ini yang akan menjadi ambisi
penulis untuk meraih kesuksesan.
17. Teman seperjuangan IESP angkatan 2011 yang tidak bisa
penulis
sebutkan satu per satu, terima kasih untuk 4 tahun yang sangat
indah
serta berkesan dan tidak akan pernah penulis lupakan
18. Senior dan junior Fakultas Ilmu Ekonomi Studi
Pembangunan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang
memberikan
banyak inspirasi dan pengetahuan kepada penulis dalam
menjalani
kuliah dan skripsi.
19. Teman-teman sekaligus Keluarga Besar Binayah Huffadh; Teh
Enuy,
-
xii
Kak Sitim, Kak Nufus, Kakak-kakak Panglima (maaf lupa
namanya
satu-satu), Teh Gina, Kak Mar’ah, Kak Indah, Adlan, Adi,
Ziden,
Risman, Diba, Dzulfi, Maya, Athirah, Melia, Subhan, Ulum, Yuli,
Umi,
Ary, Hasna, Luqman, Amut, Rahma, Nur Syahirah, Firman, Ubay,
Hasbi, Nabihah, Icha, Aming, Zaytunah, dan semuanya belum
tersebut
oleh penulis terima kasih banyak atas goresan warna-warni
kehidupan
yang kalian berikan sehingga indah kehidupan penulis bersama
kalian.
20. Pembina, Senior, Pengurus dan Anggota Kelompok Ilmiah Fisika
yang
telah memberikan kesempatan kepada penulis dalam berfikir,
berkarya
dan berteknologi pada organisasi yang terbaik menurut
penulis.
21. Teman-teman main di rumah; Dani, Kenang, Mbak Estu, Mbak
Lia,
Wahid, Galuh terima kasih atas doa dan semangatnya kepada
penulis.
22. Sahabat-sahabat KKN PENDEKAR Bang Ilham, Bang Akrom,
Lukman, Pandu, Ariad, Nisa, Putri, Amel, Gesty, Atina, Gita,
Ino,
Aldha terima kasih untuk 30 hari yang begitu berharga dan
berkesan.
23. Bapak Hasanuddin Kades Kosambi Timur, para tokoh-tokoh
masyarakat yang ada di Desa Kosambi Timur, Karang Taruna dan
Remaja Masjid Desa Kosambi Timur, PKK Desa Kosambi Timur,
Seluruh Institusi Pendidikan yang ada di Desa Kosambi Timur,
Seluruh
Perangkat Desa serta Bagian Kesehatan yang ada di Desa
Kosambi
Timur dan masyarakat Desa Kosambi Timur terima kasih atas doa
dan
-
xiii
semangat yang diberikan kepada penulis agar menyelesaikan kuliah
dan
sukses.
24. Dan untuk semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu
per satu,
terima kasih yang sebesar-besarnya untuk seluruh doa, dukungan,
dan
motivasinya. Semoga keberkahan dan kesuksesan menyertai kita
semua. Amin.
Akhirnya semoga skripsi ini dapat menambah wawasan serta
informasi
kepada para pembaca. Jika ada kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk kebaikan skripsi ini penulis akan terima dengan
senang
hati.
Jakarta, 31 Agustus 2015
Penulis
Dimas Brianto
-
xiv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
.....................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
........................................................
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
...........................
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
............................................
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ....................
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
.....................................................................
i
ABSTRACT
....................................................................................................
iv
ABSTRAK
.....................................................................................................
v
KATA PENGANTAR
...................................................................................
vi
DAFTAR ISI
..................................................................................................
xiv
DAFTAR TABEL
.........................................................................................
xvii
DAFTAR GAMBAR
.....................................................................................
xix
DAFTAR LAMPIRAN
.................................................................................
xxi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
.................................................................
1
B. Perumusan Masalah
.......................................................... 16
C. Tujuan Penelitian
..............................................................
17
D. Manfaat Penelitian
............................................................ 17
BAB II KERANGKA TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
..................................................................
19
-
xv
1. Teori Harga
...............................................................
19
2. Teori Produksi
........................................................... 23
3. Hubungan Antara Produksi dan Harga ......................
26
4. Teori Impor
...............................................................
36
5. Hubungan Antara Impor dan Harga ..........................
57
6. Teori Konsumsi
......................................................... 59
7. Hubungan Antara Konsumsi dan Harga ....................
63
B. Penelitian Terdahulu
......................................................... 64
C. Kerangka Berfikir
.............................................................
75
D. Hipotesis
...........................................................................
78
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
................................................. 79
B. Populasi dan Sampel
........................................................ 80
C. Metode Pengumpulan Data
.............................................. 80
D. Teknik Analisis
.................................................................
83
1. Analisis Data Kuantitatif
........................................... 84
2. Estimasi Model Data Panel
....................................... 86
3. Pemilihan Model Data Panel
..................................... 88
4. Model Empiris
........................................................... 91
5. Uji Asumsi Klasik
..................................................... 92
6. Uji Hipotesis
..............................................................
95
-
xvi
E. Operasional Variabel Penelitian
....................................... 100
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
................................. 103
B. Hasil Analisis dan Pembahasan
........................................ 106
1. Analisis Deskriptif
..................................................... 106
2. Pemilihan Model Terbaik
.......................................... 119
3. Uji Asumsi Klasik
..................................................... 125
4. Pengujian Hipotesis
................................................... 130
5. Analisis Hasil Wawancara
......................................... 146
6. Analisis Ekonomi
...................................................... 191
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
.......................................................................
218
B. Saran
.................................................................................
222
DAFTAR PUSTAKA
....................................................................................
224
LAMPIRAN
...................................................................................................
230
-
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Harga Rata-Rata Beras pada 32 Provinsi di Indonesia
Tahun 2008-2013
Per Kilogram
..................................................................................
3
Tabel 1.2 Jumlah Produksi Beras pada 32 Provinsi di Indonesia
Tahun 2008-2013
Per Ton
...........................................................................................
8
Tabel 1.3 Jumlah Impor Beras pada 32 Provinsi di Indonesia Tahun
2008-2013 Per
Ton
..................................................................................................
11
Tabel 1.4 Jumlah Konsumsi Beras pada 32 Provinsi di Indonesia
Tahun 2008-2013
Per Ton
...........................................................................................
13
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
.......................................................................
70
Tabel 3.1 Operasional Variabel Penelitian
...................................................... 102
Tabel 4.1 Regresi Data Panel: Pooled Least Square (PLS)
............................ 120
Tabel 4.2 Regresi Data Panel: Fixed Effect Model (FEM)
............................. 121
Tabel 4.3 F-Restricted
.....................................................................................
122
Tabel 4.4 Regresi Data Panel: Random Effect Model (REM)
......................... 123
Tabel 4.5 Uji Hausman
...................................................................................
124
Tabel 4.6 Matriks Korelasi
..............................................................................
126
Tabel 4.7 Uji Park
...........................................................................................
127
Tabel 4.8 Uji Glejser
.......................................................................................
128
Tabel 4.9 Uji Autokorelasi sebelum Cross section weight
............................. 129
Tabel 4.10 Uji Autokorelasi sesudah Cross section weight
............................ 129
-
xviii
Tabel 4.11 Hasil Regresi dengan FEM
........................................................... 130
Tabel 4.12 Hasil Uji T
.....................................................................................
131
Tabel 4.13 Hasil Uji F
.....................................................................................
134
Tabel 4.14 Cross section effect 32 Provinsi di Indonesia
............................... 136
Tabel 4.15 Kebijakan dan Penyaluran mengenai Gabah/Beras
...................... 177
Tabel 4.16 Perbandingan Harga Beras Impor dan Beras Lokal di
Indonesia Tahun
2008-2013
.......................................................................................
182
Tabel 4.17 Perbandingan Harga Beras Impor dan Beras Lokal di
Indonesia Tahun
2008-2013
.......................................................................................
201
Tabel 4.18 Tabel Differensiasi Konsumsi
....................................................... 210
-
xix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kurva Cobweb
.............................................................................
22
Gambar 2.2 Kurva Biaya Total, Biaya Tetap dan Biaya Variabel
.................. 28
Gambar 2.3 Kurva Biaya Rata-Rata
................................................................
30
Gambar 2.4 Kurva Marginal Cost
...................................................................
31
Gambar 2.5 Teorema Amplop (Envelope Theorem)
...................................... 34
Gambar 2.6 Skala Produksi Ekonomis dan Tidak Ekonomis
......................... 35
Gambar 2.7 Kurva Impor
................................................................................
38
Gambar 2.8 Analisis Efek-Efek Tarif Bea Masuk
.......................................... 43
Gambar 2.9 Infrant Industry Argument
........................................................... 47
Gambar 2.10 Analisis Efek-Efek Tarif Beas Masuk
....................................... 53
Gambar 2.11 Analisis Subsidi
.........................................................................
56
Gambar 2.12 Kurva Fungsi Konsumsi
............................................................ 62
Gambar 2.13 Kurva Garis Anggaran (Budget Line Curve)
............................ 64
Gambar 2.14 Kerangka Penelitian
..................................................................
77
Gambar 3.1 Langkah-Langkah Penelitian dalam Sequential
Explanatory Design
.........................................................................................................
84
Gambar 4.1 Harga Rata-Rata Beras Pada 32 Provinsi di Indonesia
Tahun 2008-2013
.........................................................................................................
108
Gambar 4.2 Jumlah Produksi Beras Pada 32 Provinsi di Indonesia
Tahun 2008-2013
.........................................................................................................
112
-
xx
Gambar 4.3 Jumlah Impor Beras Pada 32 Provinsi di Indonesia
Tahun 2008-2013
.........................................................................................................
115
Gambar 4.4 Total Konsumsi Beras Agregat Pada 32 Provinsi di
Indonesia Tahun
2008-2013
.......................................................................................
118
Gambar 4.5 Histogram-Uji Normalitas
........................................................... 125
Gambar 4.6 Alur Distribusi Beras di Indonesia
.............................................. 149
-
xxi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Data Normal dan Data Penyesuaian dengan Model
................. 230
Lampiran 2 : Pooled Least Square dan Fixed Effect Model
........................... 241
Lampiran 3 : Uji Chow
...................................................................................
242
Lampiran 4 : Random Effect Model
...............................................................
242
Lampiran 5 : Uji Hausman
..............................................................................
243
Lampiran 6 : Histogram-Uji Normalitas
......................................................... 243
Lampiran 7: Matriks Korelasi
.........................................................................
243
Lampiran 8 : Uji Park
......................................................................................
244
Lampiran 9 : Uji Glejser
.................................................................................
244
Lampiran 10 : Uji Autokorelasi-Sesudah Cross Section Weight
.................... 245
Lampiran 11 : Cross Section Effect
................................................................
246
Lampiran 12: Tabel Differensiasi Konsumsi
.................................................. 247
Lampiran 13 : Pedoman Wawancara Bapak Bustanul
.................................... 249
Lampiran 14 : Pedoman Wawancara Badan Ketahanan Pangan dan
Ditjen Tanaman
Pangan
............................................................................................
251
Lampiran 15 : Hasil Wawancara dengan Bapak Bustanul Arifin
................... 252
Lampiran 16 : Hasil Wawancara dengan Narasumber Badan Ketahanan
Pangan
.........................................................................................................
266
Lampiran 17 : Hasil Wawancara dengan Narasumber Ditjen Tanaman
Pangan
.........................................................................................................
287
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ada pepatah mengatakan bahwa hampir semua orang Indonesia bila
sedang
lapar pasti akan makan dengan nasi, tidak akan kenyang bila
makan dengan
selain nasi. Adapun nasi sendiri merupakan salah satu olahan
pangan yang
terbuat dari beras. Sehingga saat ini masyarakat Indonesia
sebagian besar
sangat tergantung dengan adanya beras. Bahkan Kepala Badan
Urusan Logistik
(Bulog) Sutarto Alimoeso dalam wawancara kepada Antara TV dalam
acara
Mata Indonesia mengatakan bahwa 95% orang Indonesia bergantung
dengan
beras sebagai bahan konsumsi.
Dahulu orang Indonesia memiliki makanan pokok sesuai keadaan
wilayahnya seperti Jawa Tengah dan Jawa Timur banyak yang
menggunakan
jagung sebagai bahan makanan pokok, atau Maluku, Papua dan
daerah
Indonesia timur terkenal dengan sagu sebagai bahan makanan
pokoknya.
Namun seiring berkembangnya jaman banyak masyarakat yang
mulai
meninggalkan kebiasaan lama mereka menggunakan bahan makanan
pokok
lokal, mereka mengikuti daerah-daerah yang telah maju terlebih
dulu dengan
menggunakan beras sebagai bahan makanan pokok. Pergeseran
kebiasaaan ini
membuat tingkat konsumsi beras meningkat, sehingga beras menjadi
populer
-
2
bagi masyarakat di Indonesia. Sayangnya peningkatan tingkat
konsumsi
beras ini tidak seiring dengan kapasitas produksi yang dimiliki
Indonesia, hal
ini terjadi karena banyak faktor, yaitu percepatan pertumbuhan
penduduk yang
sangat tinggi di Indonesia, pertumbuhan produksi beras di dalam
negeri tidak
sebanding dengan pertumbuhan penduduk, dan juga tingkat
produktivitas padi
di Indonesia belum maksimal berada dikisaran angka 50%.
Pemenuhan kebutuhan masyarakat atas harga beras yang murah
dan
stoknya terjamin merupakan salah satu upaya pemerintah dalam
melaksanakan
ketahanan pangan yang sesuai dengan amanah undang undang Pangan
No. 18
Tahun 2012, dimana pada pasal 4 tertulis bahwa “Ketahanan Pangan
adalah
kondisi terpenuhinya Pangan bagi Negara sampai dengan
perseorangan, yang
tercermin dari tersedianya Pangan yang cukup, baik jumlah maupun
mutunya,
aman, beragam, bergizi, merata dan terjangkau serta tidak
bertentangan dengan
agama, keyakinan dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat,
aktif, dan
produktif secara berkelanjutan.”
Harga suatu barang dan jumlah barang tersebut yang
diperjualbelikan,
ditentukan oleh permintaan dan penawaran barang tersebut. Dan
juga keadaan
di suatu pasar dikatakan dalam keseimbangan atau ekuilibrium
apabila jumlah
yang ditawarkan pada penjual pada suatu harga tertentu adalah
sama dengan
jumlah yang diminta para pembeli pada harga tersebut. Dengan
demikian harga
suatu barang dan jumlah barang yang diperjualbelikan dapat
ditentukan dengan
-
3
melihat keadaan keseimbangan dalam suatu pasar (Sadono Sukirno,
2009: 90).
Menurut Winardi (1987: 13) bahwa harga menerangkan komposisi
atau
alokasi produksi total. Menurut Pindyck (2009: 13) harga
merupakan salah satu
penentu dari situasi-tukar dalam setiap pilihan manusia. Seperti
seorang
konsumen yang melakukan situasi-tukar antara daging sapi dan
ayam tidak
hanya pada preferensinya, tetapi juga berdasarkan harganya.
Begitu juga, para
pekerja melakukan situasi-tukar antara kerja dan istirahat
sebagian berdasarkan
pada “harga” yang mereka peroleh dari pekerjaan mereka – yaitu
upah. Dan
perusahaan memutuskan apakah akan memperkerjakan karyawan lebih
banyak
atau membeli mesin lebih banyak sebagian juga didasarkan pada
tingkat upah
dan harga mesin.
Tabel 1.1
Harga Rata-Rata Beras pada 32 Provinsi di Indonesia Tahun
2008-2013
Per Kilogram
Provinsi 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Aceh 6.258,32 6.532,56 6.993,89 8.247,31 8.643,8 9.264,79
Sumatera Utara 5.894,92 6.390,29 6.954,47 7.725,61 7.881,98
8.286,99
Sumatera Barat 6.653,31 7.117,49 8.007,47 9.878,17 9.721,15
9.921,76
Riau 6.562,43 7.081,2 7.888,78 9.600,82 9.775,81 9.976,67
Jambi 5.973,92 6.142,24 7.335,81 8.031,48 8.733,38 8.562,53
Sumatera Selatan 5.552,26 5.840,13 6.824,81 7.631,13 8.376,95
8.889,22
Bengkulu 5.480,81 5.776,42 6.742,39 7.643,67 8.459,45
9.349,06
Lampung 5.621,7 5.948,41 6.515,6 7.667,32 8.430,09 12.978,43
Bangka Belitung 5.841,16 5.804,45 6.712,67 7.556,16 8.673,44
8.655,33
Kep. Riau 7.571,66 7.781,6 9.350,89 10.574,74 11.487,14
9.135,93
DKI Jakarta 5.838,09 6.143,26 7.982,68 9.929,83 11.811,22
12.654,83
-
4
Jawa Barat 5.599 5.779,26 6.888,16 7.639,1 8.913,89 9.083,01
Jawa Tengah 5.469,96 5.644,64 6.668,52 7.761,37 8.653,99
8.117,34
DI. Yogyakarta 5.241,32 5.563,05 6.357,81 7.183,22 7.830,38
8.982,15
Jawa Timur 5.240,08 5.578,45 6.673,45 7.798,9 8.537,42
7.521,66
Banten 5.020,62 5.087,39 5.868,78 6.493,79 7.262,23 8.899,08
Bali 5.419,46 5.794,45 7.173,71 8.332,57 9.188,72 9.549,81
NTB 4.843,46 5.133,18 6.185,78 6.609,87 7.418,37 7.587
NTT 5.957,7 6.271,66 7.404,06 8.058,16 9.025,44 9.518,21
Kalimantan Barat 6.387,73 6.579,09 8.162,34 9.116,78 10.293,72
11.016,41
Kalimantan Tengah 6.010,74 6.373,52 9.133,91 10.882,96 10.749,92
10.458,16
Kalimantan Selatan 5.024,82 5.335,93 7.774,83 9.343,89 9.117,71
9.387,5
Kalimantan Timur 5.699,39 6.261,48 7.199,49 8.056,5 8.850,76
9.299,97
Sulawesi Utara 5.684,16 6.431,62 7.288,34 7.677,71 8.726,8
8.865,08
Sulawesi Tengah 4.970,38 5.676,91 6.515 7.014,97 7.834,2
7.502,49
Sulawesi Selatan 4.798,78 5.132,31 5.922,01 6.503,52 7.410,08
7.981,99
Sulawesi Tenggara 4.679,82 5.823,58 6.429,68 6.706,13 8.008,11
8.296,84
Gorontalo 5.645,97 6.406,41 7.174,76 7.613,73 8.186,81
7.888,93
Maluku 6.170,24 6.433,64 7.504,53 8.394,32 9.159,99 9.539,41
Maluku Utara 6.766,44 6.771,75 7.980,56 8.785,25 9.565,95
9.807,03
Papua 7.586,64 7.576,48 7.536,79 9.284,97 9.993,12 8.083,06
Papua Barat 6.533,12 6.674,23 6.977,41 7.551,39 7.920,77
10.155,63
Sumber: Tabel Rata-rata Harga Eceran Beras di Pasar Tradisional
di 33 Kota,
2000-2013 (Diolah dari Hasil Survei Harga Konsumen) Badan Pusat
Statistik
Republik Indonesia (diolah kembali)
Dari tabel 1.1 dapat dilihat bahwa perkembangan harga rata-rata
beras pada
32 provinsi di Indonesia selalu mengalami peningkatan yang
signifikan dengan
besaran perubahan harga beras di Indonesia pada angka 10% dalam
periode
2008-2013. Hal ini menandakan bahwa tren harga beras di
Indonesia itu selalu
naik setiap tahunnya, hal ini disebabkan oleh banyak hal seperti
harga
kebutuhan pokok produksi yang selalu meningkat, harga pokok
transportasi dan
logistik yang selalu naik. Perubahan harga beras yang paling
tertinggi terjadi
pada tahun 2010 sebesar 17,1% mengingat pada tahun 2010 terjadi
krisis
-
5
keuangan global sehingga banyak harga-harga barang komoditas
utama
mengalami kenaikan yang cukup besar, termasuk beras. Sedangkan
perubahan
harga beras yang paling terrendah terjadi pada tahun 2013
sebesar 4,2%, hal ini
disebabkan keadaan perekonomian yang sedang stabil menyebabkan
perubahan
harga beras pada hampir seluruh provinsi berada di kisaran angka
1-7%.
Seharusnya penentuan harga beras dapat menyesuaikan keadaan
ekonomi
masyarakat yang kebanyakan golongan menengah kebawah, ditambah
lagi
dengan kondisi produksi yang melimpah, impor yang tersedia, dan
kemampuan
Indonesia untuk mengekspor beras jenis-jenis tertentu.
Pemerintah sebagai
pengendali pasar dan pihak yang mengatur perdagangan beras di
Indonesia, hal
ini sesuai dengan kebijakan pemerintah melalui Undang Undang
Pangan No.
12 Tahun 2012, pada pasal 55-57. Adapun yang sesuai dengan
penentuan harga
beras, bahkan komoditas pangan pada umumnya berada pada pasal 56
ayat a
dan b yaitu “penetapan harga pada tingkat produsen sebagai
pedoman
pembelian pemerintah” dan “penetapan harga pada tingkat konsumen
sebagai
pedoman bagi penjualan pemerintah”.
Untuk harga yang dijual kepada masyarakat salah satu pembentuk
harganya
melalui HPP yang diatur dalam Impres Nomor 3 Tahun 2012 untuk
saat ini.
Harga pembelian gabah dengan kualitas air maksimum 25% dan kadar
hampa
kotoran maksimum 10% adalah Rp. 3.300/kg di petani sementara di
tingkat
penggilingan dihargai Rp. 3.350/kg untuk jenis gabah kering
panen (GKP).
Sementara itu untuk gabah kualitas gabah kering giling (GKG)
dengan kadar
-
6
air maksimum 14% dan kadar hampa kotoran maksimum 3% adalah
Rp.
4.150/kg di gudang perum Bulog. Untuk harga beras dengan
kualitas kadar air
maksimum 14%, bulir patah maksimum 2% dan derajat sosoh minimum
95%
adalah Rp. 6.600/kg di gudang perum bulog. (Pada Bisnis
Indonesia judul
Harga Beras: HPP dan Gabah Petani Naik Maret 2015, 15 Maret
2015)
Adapun beberapa faktor utama yang menyebabkan harga beras selalu
naik
adalah: (1) kondisi Iklim yang tidak menentu, dimana di
saat-saat tertentu misal
turunnya hujan pada tahun 2014 yang seharusnya turun pada bulan
oktober
justru turun pada bulan November. (2) Banjir yang terjadi
dibanyak daerah,
dimana bila sudah datang musim hujan, curah hujan sangat tinggi
menyebabkan
banyak daerah terendam banjir, seperti yang terjadi di Serang,
Banten akibat
2.300 hektar lahan pertanian terendam banjir potensi produksi
gabah kering
giling hilang sebanyak 12.000 ton. (3) dugaan adanya penimbunan
beras yang
terjadi di beberapa area pergudangan. Misalnya, penimbunan beras
operasi
pasar khusus yang ditemukan di area pergudangan di Pulogadung
dan Klender,
Jakarta Timur. Temuan di dapati ketika dilakukan inspeksi
mendadak oleh
sejumlah lembaga pemerintahan. Berdasarkan data Kementerian
Perindustrian,
terdapat 10.400 gudang penyimpanan yang dikelola swasta di
seluruh
Indonesia. Tidak tertutup kemungkinan kegiatan penimbunan juga
terjadi oleh
mereka. (4) adanya mafia beras yang juga dilakukan oleh oknum
internal Perum
Bulog. Hal ini diperkuat oleh keterangan Menteri Perdagangan
Rachmat Gobel
setelah melakukan inspeksi mendadak di salah satu gudang beras
di Cakung,
Jakarta Timur. Ditemukan kegiatan pengoplosan antara beras Perum
Bulog dan
beras lain, dikemas ulang dan dijual dengan harga yang lebih
mahal. Di tempat
terpisah, juga terdapat temuan beras illegal atas nama Perum
Bulog yang masuk
ke Pasar Induk Besar Cipinang, Jakarta Timur. (Pada Kompas judul
Harga
Beras Naik, Salah Siapa, 15 Maret 2015).
-
7
Berdasarkan cuplikan kedua berita diatas dapat menggambarkan
keadaan
harga beras di Indonesia memiliki pembentuk harga dasar dari
harga penentuan
gabah kering dan harga penentuan gabah giling sehingga harga
pokok produksi
beras berada di kisaran harga penentuan gabah kering dan gabah
giling. Selain
itu faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya harga beras
di pasar
adalah harga-harga penentu produksi misal perubahan harga pupuk,
harga
transportasi, harga bahan bakar minyak, kondisi iklim dan cuaca
ekstrim,
bahkan hingga terjadinya penimbunan beras dan adanya mafia beras
yang
sangat merugikan pasar.
Sedangkan penentuan harga itu sebenarnya salah satu
pengaruhnya
berdasarkan kemampuan produksi beras, mengapa? Karena dengan
semakin
besarnya produksi beras (jika seluruh faktor-faktor pengaruh
lainnya dianggap
tetap, ceteris paribus), maka dapat diasumsikan harga beras yang
dijual kepada
konsumen di pasar akan semakin murah, dikarenakan ketersediaan
beras di
pasar melimpah. Sedangkan jika semakin kecil produksi beras
(ceteris paribus),
maka dapat diasumsikan harga beras yang dijual kepada konsumen
di pasar
akan semakin mahal dikarenakan ketersediaan pasar di pasar
terbatas.
Menurut I Gusti Ngurah Agung (2008: 9) produksi dapat
didefinisikan
sebagai hasil dari suatu proses atau aktifitas ekonomi dengan
memanfaatkan
beberapa masukan (input), oleh karena itu kegiatan produksi
tersebut adalah
mengkombinasikan berbagai input untuk menghasilkan output.
Menurut Ari
-
8
Sudarman (2001: 119) produksi meliputi semua aktivitas dan tidak
hanya
mencakup pembuatan barang-barang yang dapat dilihat. Menulis
buku, memberi
nasehat, pertunjukkan bioskop dan jasa bank adalah termasuk
dalam pengertian
produksi. Tetapi akan sedikit mengalami kesulitan untuk
menunjukkan secara
pasti faktor-faktor produksi seperti yang dicontohkan tadi,
namun jelas bahwa
dalam proses produksi seperti ini diperlukan beberapa
keterampilan baik bersifat
teknis maupun intelektual.
Sadono Sukirno (2009: 193) menyatakan bahwa fungsi produksi
adalah
hubungan diantara faktor- faktor produksi dan tingkat produksi
yang
diciptakannya. Adapun menurut Prathama Rahardja dan Mandala
Manurung
(2006: 109) menyatakan bahwa ekonom membagi faktor produksi
barang
menjadi barang modal (capital) dan tenaga kerja (labour).
Tabel 1.2
Jumlah Produksi Beras pada 32 Provinsi di Indonesia Tahun
2008-2013
Per Ton
Produksi Tahun
2008 2009 2010 2011 2012 2013
ACEH 1.556.858 1.402.287 1.582.393 1.772.962 1.788.738
1.956.940
SUMATERA UTARA 3.527.899 3.340.794 3.582.302 3.607.403 3.715.514
3.727.249
SUMATERA BARAT 2.105.790 1.965.634 2.211.248 2.279.602 2.368.390
2.430.384
RIAU 531.429 494.260 574.864 535.788 512.152 434.144
JAMBI 644.947 581.704 628.828 646.641 625.164 664.535
SUMATERA SELATAN 3.125.236 2.971.286 3.272.451 3.384.670
3.295.247 3.676.723
BENGKULU 510.160 484.900 516.869 502.552 581.910 622.832
LAMPUNG 2.673.844 2.341.075 2.807.676 2.940.795 3.101.455
3.207.002
KEP. BANGKA BELITUNG
19.864 15.079 22.259 15.211 22.395 28.480
KEP. RIAU 430 404 1.246 1.223 1.323 1.370
-
9
DKI JAKARTA 11.013 8.352 11.164 9.516 11.044 10.268
JAWA BARAT 11.322.68
1 10.111.06
9 11.737.07
0 11.633.89
1 11.271.86
1 12.083.16
2
JAWA TENGAH 9.600.415 9.136.405 10.110.83
0 9.391.959
10.232.934
10.344.816
DI YOGYAKARTA 837.930 798.232 823.887 842.934 946.224
921.824
JAWA TIMUR 11.259.08
5 10.474.77
3 11.643.77
3 10.576.54
3 12.198.70
7 12.049.34
2
BANTEN 1.849.007 1.818.166 2.048.047 1.949.714 1.865.893
2.083.608
BALI 878.764 840.465 869.161 858.316 865.553 882.092
NUSA TENGGARA BARAT
1.870.775 1.750.677 1.774.499 2.067.137 2.114.231 2.193.698
NUSA TENGGARA TIMUR
607.359 577.895 555.493 591.371 698.566 729.666
KALIMANTAN BARAT 1.300.798 1.321.443 1.343.888 1.372.988
1.300.100 1.441.876
KALIMANTAN TENGAH
578.761 522.732 650.416 610.236 755.507 812.652
KALIMANTAN SELATAN
1.956.993 1.954.284 1.842.089 2.038.309 2.086.221 2.031.029
KALIMANTAN TIMUR 555.560 586.031 588.879 552.616 561.959
439.439
SULAWESI UTARA 549.087 520.193 584.030 596.223 615.062
638.373
SULAWESI TENGAH 953.396 985.418 957.108 1.041.789 1.024.316
1.031.364
SULAWESI SELATAN 4.324.178 4.083.356 4.382.443 4.511.705
5.003.011 5.035.830
SULAWESI TENGGARA 407.367 405.256 454.644 491.567 516.291
561.361
GORONTALO 256.934 237.873 253.563 273.921 245.786 295.913
MALUKU 89.875 75.826 83.109 87.468 84.271 101.835
MALUKU UTARA 46.253 51.599 55.401 61.430 65.686 72.445
PAPUA BARAT 36.985 39.537 34.254 29.304 30.245 29.912
PAPUA 98.511 85.699 102.610 115.437 138.032 169.791
Sumber: Tabel Produksi Produk Pangan Beras Tahun 2008-2013
Badan
Pusat Statistik Republik Indonesia (diolah kembali)
Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa perubahan produksi
beras
pada 32 provinsi di Indonesia cenderung fluktuatif. Seperti yang
terjadi pada
kurun waktu 2008-2009 perubahan produksi beras berada pada angka
-0,05%,
lain hal pada kurun waktu 2009-2010 terjadi peningkatan
kapasitas produksi
-
10
beras berada pada angka 16,17%. Namun, pada kurun waktu
2010-2011
perubahan produksi beras berada pada angka 0,4%, hal ini
disebabkan
banyaknya daerah-daerah yang mengalami penurunan kapasitas
produksi
seperti provinsi Bangka Belitung pada angka -31,66%, DKI Jakarta
pada angka
-14,76% dan Papua Barat pada angka -14,45%. Sedangkan pada kurun
waktu
2011-2012 perubahan produksi beras berada pada angka 6,13%, hal
ini
disebabkan meningkatnya kapasitas produksi pada banyak provinsi
di
Indonesia seperti pada provinsi Bengkulu pada angka 15,79%,
Bangka Belitung
pada angka 47,22%, DKI Jakarta pada angka 16,05%, DI Yogyakarta
pada
angka 12,25%, Jawa Timur pada angka 15,33%, NTT pada angka
18,12%,
Kalimantan Tengah pada angka 23,8%, dan Papua Barat pada angka
19,57%.
Lain lagi pada kurun waktu 2012-2013 perubahan produksi beras
mengalami
penurunan, yaitu pada angka 4,89%. Penurunan perubahan ini
disebabkan oleh
menurunnya kapasitas produksi beras pada banyak provinsi di
Indonesia seperti
pada provinsi Riau pada angka -15,23% dan Kalimantan Timur pada
angka -
21,8%.
Adapun bila produksi nasional tidak mencukupi kebutuhan nasional
maka
pemerintah umumnya melakukan impor. Adapun kebijakan ini diambil
selain
menutupi defisit antara produksi dan konsumsi nasional, impor
juga digunakan
pemerintah sebagai salah satu cara dalam menekan tingginya harga
beras yang
ditawarkan kepada pasar. Menurut Suherman Rosyidi dalam bukunya
Pengantar
-
11
Teori Ekonomi: Pendekatan Kepada Teori Ekonomi (2001:
223-224)
Kemampuan suatu bangsa untuk mengimpor sangat tergantung pada
pendapatan
nasionalnya. Artinya, semakin besar pendapatan nasional, semakin
besar pula
kemampuan bangsa tersebut mengimpor barang dan jasa. Jadi: M =
f(Y). Tetapi
harus diingat, bahwa hubungan antara impor, M, dengan pendapatan
nasional,
Y, itu tidaklah berupa hubungan proporsional. Artinya, tidak
dapat ditarik
kesimpulan bahwa jika pendapatan nasional bertambah menjadi dua
kali lipat,
misalnya, maka impor akan menjadi dua kali lipat.
Tabel 1.3
Jumlah Impor Beras pada 32 Provinsi di Indonesia Tahun
2008-2013
Per Ton
Provinsi 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Aceh 15.900 0 14.750 31.400 4.600 0
Sumatera Utara 45.100,4 26.395,6 92.672,6
5 358.693,89 103.175,3 47.566
Sumatera Barat 23.000 0 10.500 44.250 25.050 0
Riau 21.500 0 10.951,1
4 86.853,12 18.501 0
Jambi 0 0 0 0 0 0
Sumatera Selatan 0 0 0 43.550 22.900 0
Bengkulu 0 0 0 0 0 0
Lampung 6.200 25.499,9
9 77.408,2
0 205.495,99 88.007,79 49.616,15
Bangka Belitung 0 0 0 0 0 0
Kep Riau 0 0 0 0 0 0
DKI Jakarta 66.975,9 105.289,
8 262.484,
8 1.001.298,8
6 749.936,7 221.537,0
6
Jawa Barat 0 0 0 0 0 0
Jawa Tengah 30.716,9
1 418,02 2.481,90 3.955 612 2.640
DI Yogyakarta 0 0 0 0 0 0
-
12
Jawa Timur 80.296,1
9 92.869,6
9 116.368,
4 605.533,84 588.174,8 151.305,4
Banten 0 0 9.650 135.780 109.464,3
5 0
Bali 0 0 8.450 12.894,36 9.600 0
NTB 0 0 0 22.200 0 0
NTT 0 0 27.264,4
0 23.900 34.731,8 0
Kalimantan Barat 0 0 0 0 0 0
Kalimantan Tengah 0 0 0 0 0 0
Kalimantan Selatan 0 0 0 0 0 0
Kalimantan Timur 0 0 3.900 18.750 8.600 0
Sulawesi Utara 0 0 12.000 82.600 26.767,9 0
Sulawesi Tengah 0 0 10.500 18.950 0 0
Sulawesi Selatan 0 0 0 0 0 0
Sulawesi Tenggara 0 0 0 3.600 0 0
Gorontalo 0 0 0 0 0 0
Maluku 0 0 12.000 24.671,09 13.650 0
Maluku Utara 0 0 0 0 0 0
Papua 0 0 12.200 15.400 0 0
Papua Barat 0 0 0 10.700 6.600 0
Sumber: Buku Statistik Perdagangan Luar Negeri Impor Jilid III
2008-2013
Badan Pusat Statistik Republik Indonesia (diolah kembali)
Berdasarkan data impor diatas dapat diketahui bahwa perubahan
impor
pada 32 provinsi di Indonesia secara umum terjadi penurunan,
namun tren
kenaikan sangat signifikan terjadi pada kurun waktu 2010-2011
yaitu pada
angka 302,36%. Tingginya kenaikan jumlah impor beras di
Indonesia pada
kurun waktu 2010-2011 disebabkan terjadinya penurunan kapasitas
produksi
beras di Indonesia pada kurun waktu yang sama, sehingga
pemerintah
mengantisipasi adanya kelangkaan beras dan tingginya harga beras
dengan
-
13
meningkatkan jumlah impor beras. Pada kurun waktu 2008-2009
terjadi
penurunan jumlah impor beras pada angka -13,53% dikarenakan
meningkatnya
kapasitas produksi beras di waktu yang sama. Sedangkan pada
kurun waktu
2009-2010 terjadi peningkatan jumlah impor sebesar 172,91%.
Adapun pada
kurun waktu 2011-2012 terjadi penurunan jumlah impor beras
sangat besar,
yaitu pada angka -34,17%. Penurunan jumlah impor beras ini
disebabkan
meningkatnya kapasitas produksi beras di Indonesia pada kurun
waktu yang
sama. Seperti pada kurun waktu sebelumnya, pada kurun waktu
2012-2013
terjadi kembali penurunan jumlah impor beras namun dengan
jumlah
perubahan yang jauh lebih besar yaitu pada angka -73,89%. Hal
ini disebabkan
adanya peningkatan kapasitas produksi beras di Indonesia pada
kurun waktu
yang sama.
Selain produksi dan impor, harga dapat dipengaruhi oleh tingkat
konsumsi
dikarenakan apabila tingkat konsumsi tinggi namun kapasitas
produksinya
tidak dapat memenuhi konsumsi maka dapat diasumsikan harga beras
akan
meningkat tajam karena ketidaktersediaannya beras dipasar.
Pernyataan ini
diperkuat menurut Ratih Kumala Sari (2014) yaitu “meskipun
jumlah produksi
beras terus meningkat belum tentu dapat memenuhi kebutuhan beras
di dalam
negeri. Sebab jumlah penduduk Indonesia tiap tahun terus
meningkat per
tahunnya, sedangkan produksi yang dihasilkan kurang mencukupi
tingkat
konsumsi masyarakat Indonesia”.
-
14
Tabel 1.4
Jumlah Konsumsi Beras pada 32 Provinsi di Indonesia Tahun
2010-2013
Per Ton
Propinsi Agregat Konsumsi Beras Per Provinsi 2010-2013 (per
Ton)
2008 2009 2010 2011 2012 2013
ACEH 693.683,2 716.679 730.095,2 739.396,8 754.322,6
754.504,2
SUMATERA UTARA
2.050.044 2.091.021,
2 2.103.024,
7 2.116.365,
2 2.145.046,
5 2.131.308,
4
SUMATERA BARAT
761.834,9 778.953,4 785.331,3 789.677,1 799.933,0 794.557,4
RIAU 833.758,9 872.299,3 899.871,2 916.634,3 940.539,6
946.176,5
JAMBI 474.645,5 491.387,6 501.612,6 507.060,7 516.272,1
515.345,0
SUMATERA SELATAN
1.159.429,5
1.191.642,5
1.207.640,8
1.216.346,9
1.234.135,2
1.227.741,4
BENGKULU 267.854,6 274.792,8 277.972,4 280.615,4 285.356,7
284.544,6
LAMPUNG 1.197.798,
1 1.223.473,
4 1.232.240,
4 1.238.341,
6 1.253.492,
8 1.243.957,
2
KEP. BANGKA BELITUNG
185.667,2 193.366,2 198.572,5 201.409,2 205.830,5 206.241,5
KEP. RIAU 246.024,9 261.107,8 273.242,9 279.943,1 288.780,3
291.915,4
DKI JAKARTA 1.507.406,
1 1.542.371,
9 1.556.103
1.561.089,3
1.577.740,7
1.563.536,6
JAWA BARAT 6.692.117 6.881.551,
7 6.977.492,
7 7.033.602
7.142.075,9
7.110.603,1
JAWA TENGAH 5.180.631,
3 5.245.470,
3 5.236.924,
8 5.238.591,
8 5.279.138,
5 5.216.697,
4
DI YOGYAKARTA 546.267,1 556.849,2 559.705,7 561.871,1 568.329,6
563.772,7
JAWA TIMUR 5.951.624,
4 6.049.794,
4 6.063.675,
2 6.057.435
6.096.301,3
6.016.336
BANTEN 1.625.179,
1 1.684.464,
4 1.725.298,
0 1.751.853,
3 1.791.554,
2 1.796.046,
4
BALI 601.837,3 620.454,3 630.712,1 633.521,7 641.072,6
636.132,1
NUSA TENGGARA BARAT
709.594,6 724.291,5 728.965,3 733.441,9 743.396 738.774,5
NUSA TENGGARA TIMUR
726.057,9 747.906,3 759.650,2 766.545,9 779.295,5 776.914,6
KALIMANTAN BARAT
696.796 709.361,8 712.065,1 718.570,7 730.405,6 727.890,8
-
15
KALIMANTAN TENGAH
344.580,6 353.937,7 358.469,9 364.191,7 372.721,9 373.982,3
KALIMANTAN SELATAN
562.888 579.352,4 587.969,5 594.574,9 605.525,0 604.484,7
KALIMANTAN TIMUR
532.278 558.213,9 577.235,4 588.107,8 603.477,3 607.041,0
SULAWESI UTARA
357.088,1 364.891,5 367.654,4 369.122,1 373.313,8 370.171,4
SULAWESI TENGAH
409.217,3 421.015,5 427.103,5 431.056,0 438.233,7 436.838,0
SULAWESI SELATAN
1.266.495.2
1.292.725,8
1.301.067,7
1.305.606,0
1.319.836,6
1.308.240,1
SULAWESI TENGGARA
346.065,4 356.514,6 362.150,2 367.281,2 375.233,5 375.864,2
GORONTALO 160.563,8 165.717,2 168.646,2 170.098,1 172.826,6
172.194,6
MALUKU 234.345,9 243.211,7 248.885,4 251.433,3 255.888,3
255.375
MALUKU UTARA 159.645,2 165.123,3 168.404 170.834,4 174.554,4
174.845
PAPUA BARAT 114.147 119.584,7 123.530,7 125.820,7 129.104
129.898,7
PAPUA 411.390,6 438.640,6 461.162 466.673,2 475.749,1
475.574
Sumber: Tabel Jumlah Penduduk Indonesia Tahun 2000-2010 Badan
Pusat
Statistik Republik Indonesia, Tabel Laju Pertumbuhan Penduduk
per Tahun
menurut Provinsi di Indonesia Tahun 1971-2010 Badan Pusat
Statistik
Republik Indonesia, Tabel Proyeksi Jumlah Penduduk Indonesia
Tahun 2010-
2013 Badan Pusat Statistik Republik Indonesia dan Tabel
Perkembangan
Konsumsi Rumah Tangga per Kapita di Indonesia Kelompok
Padi-padian
Komoditi Beras Departemen Pertanian Republik Indonesia Tahun
1993-2013
(diolah kembali).
Berdasarkan data diatas dapat kita cermati bahwa perubahan
tingkat
konsumsi beras pada 32 provinsi di Indonesia tahun 2008-2013
fluktuatif di tiap
tahunnya. Yaitu pada kurun waktu 2008-2009 perubahan tingkat
konsumsi
beras berada pada angka 3,1%, sedangkan pada kurun waktu
2009-2010
perubahan tingkat konsumsi beras berada pada angka -99,89%,
penurunan
tingkat konsumsi beras yang sangat signifikan ini disebabkan
oleh terjadinya
-
16
kenaikan harga BBM pada saat itu menganggu pola konsumsi
masyarakat
Indonesia khususnya pada bidang pangan. Lain halnya pada kurun
waktu 2010-
2011 perubahan tingkat konsumsi beras berada pada angka 0,9%,
hal ini
disebabkan pada tahun 2010 terjadi krisis keuangan global yang
memiliki
pengaruh terhadap perekonomian di Indonesia khususnya harga
minyak dunia,
sehingga memicunya kenaikan harga BBM (Bahan Bakar Minyak)
di
Indonesia. Dengan kenaikan harga BBM tersebut akhirnya berdampak
terhadap
kenaikan harga barang dan jasa sehingga mengurangi daya belanja
masyarakat.
Sedangkan pada kurun waktu 2011-2012 terjadi kenaikan tingkat
konsumsi
beras berada pada angka 1,7%, hal ini disebabkan memulihnya
keadaan
perekonomian di Indonesia serta bertahannya perekonomian
Indonesia dalam
menghadapi krisis keuangan global pada tahun 2010. Sedangkan
pada kurun
waktu 2012-2013 terjadi penurunan tingkat konsumsi beras yang
signifikan
sehingga berada pada angka -0,2%. Hal ini disebabkan terjadinya
penurunan
kapasitas produksi beras di Indonesia pada kurun waktu
2012-2013.
Berdasarkan pemaparan masalah-masalah diatas, pada 32 provinsi
di
Indonesia terjadi fenomena bahwa harga beras itu cenderung
selalu naik
walaupun keadaan produksi beras yang cenderung fluktuatif, impor
beras yang
cenderung menurun dan konsumsi beras yang cenderung fluktuatif.
Padahal
dengan keadaan diatas dapat di asumsikan harga beras itu
cenderung stabil
bahkan mengalami penurunan. Oleh karena itu, diperlukan
penelitian lebih
-
17
lanjut mengenai masalah ini dengan judul penelitian “Pengaruh
Produksi
Beras, Impor Beras dan Konsumsi Beras Terhadap Harga Beras
di
Indonesia Tahun 2008-2013 (Studi Kasus 32 Provinsi)”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan diatas mengenai
Produksi
Beras, Impor Beras dan Konsumsi Beras terhadap Harga Beras di
Indonesia
Tahun 2008-2013. Sesuai dengan yang diuraikan diatas, maka
dapat
dirumuskan permasalahan yang dapat dikaji dalam penelitian ini
yaitu:
1. Seberapa besar pengaruh Produksi Beras terhadap Harga Beras
di
Indonesia Tahun 2008-2013 secara parsial?
2. Seberapa besar pengaruh Impor Beras terhadap Harga Beras di
Indonesia
Tahun 2008-2013 secara parsial?
3. Seberapa besar pengaruh Konsumsi Beras terhadap Harga Beras
di
Indonesia Tahun 2008-2013 secara parsial?
4. Seberapa besar pengaruh Produksi Beras, Impor Beras dan
Konsumsi
Beras terhadap Harga Beras di Indonesia Tahun 2008-2013
secara
simultan?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk menganalisis dan mengetahui seberapa besarnya
pengaruh
Produksi Beras terhadap Harga Beras secara parsial di Indonesia
Tahun
2008-2013.
-
18
2. Untuk menganalisis dan mengetahui seberapa besarnya pengaruh
Impor
Beras terhadap Harga Beras secara parsial di Indonesia Tahun
2008-2013.
3. Untuk menganalisis dan mengetahui seberapa besarnya
pengaruh
Konsumsi Beras terhadap Harga Beras secara parsial di Indonesia
Tahun
2008-2013.
4. Untuk menganalisis dan mengetahui seberapa besarnya pengaruh
secara
simultan Produksi Beras, Impor Beras dan Konsumsi Beras
terhadap
Harga Beras di Indonesia Tahun 2008-2013.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut:
1. Kegunaan praktis dalam menggambarkan keadaan perberasan
di
Indonesia sehingga dapat menjadi informasi dan masukan tambahan
bagi
pemerintah khususnya yang menangani bidang pertanian dalam
mengatasi
masalah perberasan.
2. Kegunaan ilmiah untuk memberikan sumbangan pemikiran
untuk
kemajuan ilmu pengetahuan khususnya dalam pengembangan
teori-teori
aplikasi ekonomi makro.
-
19
BAB II
KERANGKA TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Teori Harga
Harga adalah satuan nilai yang diberikan pada suatu komoditi
sebagai
informasi kontraprestasi dari produsen/pemilik komoditi. Dalam
teori
ekonomi disebutkan bahwa harga barang dan jasa yang pasarnya
kompetitif, maka tinggi rendahnya harga ditentukan oleh
permintaan dan
penawaran pasar. Dalam kenyataannya, penentuan harga pada
komoditi
beras di Indonesia ditentukan batasan-batasan tertentu oleh
pemerintah.
Hal ini sesuai dengan kebijakan pemerintah melalui Undang
Undang
Pangan No. 12 Tahun 2012, pada pasal 55-57. Adapun yang sesuai
dengan
penentuan harga beras, bahkan komoditas pangan pada umumnya
berada
pada pasal 56 ayat a dan b yaitu “penetapan harga pada tingkat
produsen
sebagai pedoman pembelian pemerintah” dan “penetapan harga
pada
tingkat konsumen sebagai pedoman bagi penjualan pemerintah”.
Walaupun pemerintah melakukan penentuan harga, mekanisme
permintaan dan penawaran sangat menentukan harga beras di
Indonesia
walau berada pada koridor penentuan harga yang ditentukan, atau
biasa
kita dengar dengan istilah penentuan harga dasar dan harga atas.
Sehingga
-
20
dengan adanya penentuan harga dasar dan harga atas, diharapkan
produsen
(khususnya petani) tetap menjual hasil produksi dengan harga
yang layak
namun tidak mencekik konsumen untuk membeli beras.
Selalu dalam asumsi konsumen berusaha mendapatkan barang
dengan
harga yang lebih murah, sedangkan dalam asumsi penjual
berusaha
menawarkan barang dengan harga yang lebih mahal dengan
harapan
keuntungan yang besar. Kedua asumsi ini bertemu dalam kegiatan
jual beli,
sehingga terjadi proses tawar-menawar yang nantinya terjadi
kesepakatan
bersama atas harga barang. Kesepakatan harga yang telah
disetujui pihak
konsumen dan penjual disebut dengan harga pasar. Pada harga
tersebut
jumlah barang yang ditawarkan sama dengan jumlah barang yang
diminta.
Dengan pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa harga pasar
disebut
juga dengan harga keseimbangan (equilibrium).
Harga suatu barang dan jumlah barang tersebut yang
diperjualbelikan,
ditentukan oleh permintaan dan penawaran barang tersebut. Dan
juga
keadaan di suatu pasar dikatakan dalam keseimbangan atau
ekuilibrium
apabila jumlah yang ditawarkan pada penjual pada suatu harga
tertentu
adalah sama dengan jumlah yang diminta para pembeli pada
harga
tersebut. Dengan demikian harga suatu barang dan jumlah barang
yang
diperjualbelikan dapat ditentukan dengan melihat keadaan
keseimbangan
dalam suatu pasar (Sadono Sukirno, 2009: 90).
-
21
Menurut Winardi (1987: 13) bahwa harga menerangkan komposisi
atau
alokasi produksi total. Menurut Pindyck (2009: 5) harga
merupakan salah
satu penentu dari situasi-tukar dalam setiap pilihan manusia.
Seperti
seorang konsumen yang melakukan situasi-tukar antara daging sapi
dan
ayam tidak hanya pada preferensinya, tetapi juga berdasarkan
harganya.
Begitu juga, para pekerja melakukan situasi-tukar antara kerja
dan istirahat
sebagian berdasarkan pada “harga” yang mereka peroleh dari
pekerjaan
mereka – yaitu upah. Dan perusahaan memutuskan apakah akan
memperkerjakan karyawan lebih banyak atau membeli mesin lebih
banyak
sebagian juga didasarkan pada tingkat upah dan harga mesin.
Suherman dalam bukunya Pengantar Teori Ekonomi: Pendekatan
Kepada Teori Ekonomi (2001: 238) mengatakan mengapa suatu
barang
memiliki harga? Haruskah setiap barang memiliki harga?
Jawabannya
bahwa tidak semua barang memiliki harga, karena yang memiliki
harga
hanya barang ekonomis (economic goods), tetapi barang-barang
bebas
(free goods) tidak ada harga. Sedangkan mengapa barang-barang
memiliki
harga karena dalam satu sisi barang tersebut berguna atau
memiliki
manfaat, selain itu dipihak lain jumlahnya jarang
(scare/langka). Oleh
karena itu harga sendiri dibentuk oleh bersatunya dua jenis
kekuatan:
kegunaan dan kelangkaan.
Teori Cobweb menjelaskan mengenai harga produk pertanian
yang
-
22
menunjukkan fluktuasi tertentu dari musim ke musim. Penyebab
fluktuasi
tersebut adalah reaksi yang terlambat (time lag) dari produsen
(petani)
terhadap harga.
Gambar 2.1
Kurva Cobweb
Misalkan, pada musim pertama (musim 1) jumlah produk
pertanian
yang dihasilkan sebanyak Q1. Kita telah mengetahui bahwa
barang-barang
hasil pertanian merupakan barang non durable (tidak tahan lama).
Itulah
sebabnya jumlah Q1 tadi harus terjual habis pada musim itu juga
dengan
harga P1 (berdasarkan kurva permintaan D). Untuk selanjutnya,
para
petani mungkin sekali mendasarkan keputusannya untuk berproduksi
pada
harga yang berlaku di pasar (P1), sehingga jumlah yang
ditawarkan pada
musim berikutnya (musim 2) adalah sebanyak Q2 (sesuai dengan
hukum
penawaran), dengan anggapan bahwa harga tetap pada P1. Namun,
dengan
-
23
jumlah sebanyak Q2 di pasar, maka harga yang terjadi pada musim
2
adalah P2. Kemudian, petani merencanakan berproduksi
selanjutnya
sebanyak Q3 pada musim 3, berdasarkan harga yang berlaku (P2).
Hasil
panen sebanyak Q3 ini akan menyebabkan harga naik menjadi P3.
Dengan
harga P3 ini pulalah petani membuat rencana produksi Q4 pada
musim 4,
dan begitu seterusnya. Apabila proses ini terus berlangsung,
fluktuasinya
akan semakn mengecil dan akhirnya terjadi keseimbangan
(equilibrium),
di mana harga keseimbangannya Pe dan jumlah yang diproduksi
(dan
dikonsumsi) sebanyak Qe. Pada tingkat ini terjadi kestabilan.
Dalam
proses tersebut tingkat harga menunjukkan fluktuasi (naik turun)
dari satu
musim ke musim berikutnya. Proses ini dinamakan Cobweb atau
sarang
laba-laba, karena gambarnya memang menyerupai sarang
laba-laba.
(Prathama Rahardja dan Mandala Manurung, 2006: 70-71).
2. Teori Produksi
Produksi adalah suatu proses dimana sumber daya (masukan)
diolah
sedemikian rupa agar menghasilkan produk (keluaran) dengan nilai
tambah
yang lebih besar daripada bentuk sebelumnya.
Menurut I Gusti Ngurah Agung (2008: 9) produksi dapat
didefinisikan
sebagai hasil dari suatu proses atau aktifitas ekonomi
dengan
memanfaatkan beberapa masukan (input), oleh karena itu kegiatan
produksi
tersebut adalah mengkombinasikan berbagai input untuk
menghasilkan
-
24
output. Menurut Ari Sudarman (2001: 119) produksi meliputi
semua
aktivitas dan tidak hanya mencakup pembuatan barang-barang yang
dapat
dilihat. Menulis buku, memberi nasehat, pertunjukkan bioskop dan
jasa
bank adalah termasuk dalam pengertian produksi. Tetapi akan
sedikit
mengalami kesulitan untuk menunjukkan secara pasti
faktor-faktor
produksi seperti yang dicontohkan tadi, namun jelas bahwa dalam
proses
produksi seperti ini diperlukan beberapa keterampilan baik
bersifat teknis
maupun intelektual.
Menurut Denny Afrianto pada skripsinya (2010: 31-32), Pada
dasarnya
faktor-faktor produksi meliputi :
a. Faktor Produksi Alam
Sumber-sumber alam merupakan dasar untuk kegiatan disektor
pertanian, kehewanan, perikanan dan di sektor pertambangan.
Sektor-sektor itu lazim disebut produksi primer (industri
pabrik
dipandang sebagai produksi sekunder). Faktor produksi ini
terdiri
dari :
1) Tanah dan keadaan iklim
2) Kekayaan hutan
3) Kekayaan di bawah tanah (bahan pertambangan)
4) Kekayaan air; sebagai sumber tenaga penggerak, untuk
pengangkutan, sebagai sumber bahan makanan (perikanan),
sebagai sumber pengairan dll.
-
25
b. Tenaga Kerja
Yang termasuk tenaga kerja yaitu semua yang bersedia dan
sanggup bekerja. Golongan ini meliputi yang bekerja untuk
kepentingan sendiri baik anggota-anggota keluarga yang tidak
menerima bayaran berupa uang maupun mereka yang bekerja
untuk gaji dan upah. Juga yang menganggur, tetapi yang
sebenarnya bersedia dan mampu untuk bekerja.
c. Modal
Modal, yaitu barang-barang yang dihasilkan untuk
dipergunakan selanjutnya dalam produksi barang-barang lain.
Barang-barang modal terutama terdiri atas peralatan yang
sangat
berguna dalam proses produksi. Peralatan modal tersebut
meliputi:
mesin-mesin, alat-alat besar, gedung-gedung dsb.
Sadono Sukirno (2009: 193) menyatakan bahwa fungsi produksi
adalah
hubungan diantara faktor- faktor produksi dan tingkat
produksi
yang diciptakannya. Adapun menurut Prathama Rahardja dan
Mandala
Manurung (2006: 107) menyatakan bahwa ekonom membagi faktor
produksi barang menjadi barang modal (capital) dan tenaga kerja
(labour).
Hubungan matematis penggunaan hal-hal berhubungan dengan
produksi
yang menghasilkan output maksimum disebut fungsi produksi
sebagai
berikut.
-
26
Q = f(K,L)
Dimana
Q = tingkat output.
K = barang modal.
L = tenaga kerja/buruh.
Dalam Skripsi Denny Afrianto (2010: 33) bahwa pada produksi
bidang
pertanian, faktor produksinya sangat menentukan besar kecilnya
produksi
yang akan diperoleh. Untuk menghasilkan produksi (output) yang
optimal
maka penggunaan faktor produksi tersebut dapat digabungkan.
Dalam
berbagai literatur menunjukkan bahwa faktor produksi lahan,
modal untuk
membeli bibit, pupuk, obat-obatan, tenaga kerja dan aspek
manajemen
adalah faktor produksi terpenting diantara faktor produksi yang
lain
(Soekartawi, 1991), seperti tingkat pendidikan, tingkat
pendapatan, tingkat
keterampilan dan lain-lain.
Dalam praktek, faktor-faktor produksi yang mempengaruhi produksi
ini
dibedakan atas dua kelompok (Soekartawi, 1991):
a. Faktor biologis, seperti lahan pertanian dengan macam dan
tingkat kesuburannya, bibit, varietas, pupuk, obat-obatan, gulma
dan
lain sebagainya.
-
27
b. Faktor sosial ekonomi, seperti biaya produksi, harga tenaga
kerja,
tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, resiko dan
ketidakpastian,
kelembagaan, tersedianya kredit dan sebagainya.
3. Hubungan antara produksi dan harga
Hubungan antara produksi dengan harga dapat dijelaskan dengan
teori
biaya produksi. Biaya produksi merupakan nilai yang dikeluarkan
untuk
memproduksi suatu barang. Semakin banyak biaya yang dikeluarkan
untuk
memproduksi maka akan semakin besar harga yang ditetapkan
untuk
barang tersebut. Oleh karena itu, biaya produksi dapat disebut
sebagai salah
satu variabel pembentuk harga barang.
Berhubungan dengan konsep biaya produksi, Prathama Rahardja
dan
Mandala Manurung (2006: 134) berpendapat bahwa biaya
produksi
berhubungan dengan dua konsep biaya. Yaitu, biaya eksplisit
(explicit cost)
dan biaya implisit (implicit cost). Biaya eksplisit adalah
biaya-biaya yang
secara eksplisit terlihat, terutama melalui laporan keuangan
seperti biaya
listrik, telepon, air, pembayaran upah buruh dan gaji karyawan.
Sedangkan
biaya implisit adalah biaya kesempatan (opportunity cost).
Perilaku biaya juga berhubungan dengan dengan periode
produksi.
Dalam jangka pendek ada faktor produksi tetap yang menimbulkan
biaya
tetap, yaitu biaya produksi yang besarnya tidak tergantung pada
tingkat
produksi. Dalam jangka panjang, karena semua faktor produksi
adalah
-
28
variabel, biaya juga variabel. Artinya besarnya biaya produksi
dapat
disesuaikan dengan tingkat produksi (Prathama Rahadja dan
Mandala
Manurung, 2006: 135). Oleh karena itu, biaya produksi terbagi
menjadi dua
periode yaitu biaya produksi jangka pendek dan biaya produksi
jangka
panjang.
a. Biaya Produksi Jangka Pendek
Pada biaya produksi jangka pendek, hal yang berhubungan
adalah
seperti biaya total, biaya tetap, biaya variabel, biaya
rata-rata, biaya
marginal. Biaya total jangka pendek (total cost) sama dengan
biaya tetap
ditambah biaya variabel. Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya
yang
besarnya tidak tergantung pada jumlah produksi, contohnya
biaya
barang modal, gaji pegawai, bunga pinjaman, sewa gedung
kantor.
Bahkan pada saat perusahaan tidak berproduksi (Q=0), biaya tetap
harus
dikeluarkan dengan jumlah sama. Biaya variabel (variable cost)
adalah
biaya yang besarnya tergantung pada tingkat produksi, contohnya
upah
buruh, biaya bahan baku.
TC = FC + VC
Dimana: TC = biaya total jangka pendek
FC = biaya tetap jangka pendek
VC = biaya variabel jangka pendek
-
29
Gambar 2.2
Kurva Biaya Total, Biaya Tetap dan Biaya Variabel
Kurva FC mendatar menunjukkan bahwa besarnya biaya tetap
tidak
tergantung pada jumlah produksi. Kurva VC membentuk huruf S
terbalik, menunjukkan hubungan terbalik antara tingkat
produktifitas
dengan besarnya biaya. Kurva TC sejajar dengan VC
menunjukkan
bahwa dalam jangka pendek perubahan biaya total semata-mata
ditentukan oleh perubahan biaya variabel (Prathama Rahadja
dan
Mandala Manurung, 2006: 135-136).
Biaya rata-rata adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk
memproduksi satu unit output. Besarnya biaya rata-rata adalah
biaya
total dibagi dengan jumlah output. Karena dalam jangka pendek TC
=
FC + VC, maka biaya rata-rata (average cost) sama dengan biaya
tetap
-
30
rata-rata (average fixed cost) ditambah biaya variabel rata-rata
(average
variable cost).
AC = AFC +AVC
Atau
𝑇𝐶
𝑄=
𝐹𝐶
𝑄+
𝑉𝐶
𝑄
Dimana: AC = biaya rata-rata jangka pendek
AFC = biaya tetap rata-rata jangka pendek
AVC = biaya variabel rata-rata jangka pendek.
Gambar 2.3
Kurva Biaya Rata-rata
Kurva AFC terus menurun, menunjukkan bahwa AFC makin menurun
bila produksi ditambah. Tetapi kurva AFC tidak pernah
menyentuh
sumbu horizontal (asimptot). Artinya nilai AFC tidak pernah
negatif.
-
31
Kurva AC mula-mula menurun lalu naik, sepola dengan
pergerakan
AVC. Pola ini berkaitan dengan hukum LDR (law diminishing
return).
Kurva AVC juga mula-mula menurun selanjutnya menaik dan
terus
mendekati kurva AC, namun tidak pernah bersentuhan
(asimptot).
Makin kecil jarak AVC dengan AC karena makin mengecilnya
AFC.
Pergerakan kurva AVC berkaitan dengan pergerakan kurva AP
(average product). Bila harga per unit tenaga kerja adalah P,
maka AVC
= P/AP. Dari persamaan ini terlihat pada saat nilai AP
meningkat, nilai
AVC menurun. Begitu pula sebaliknya (Prahatma Rahadja dan
Mandala
Manurung, 2006: 136-137).
Biaya marginal (Marginal Cost) adalah tambahan biaya karena
menambah produksi sebanyak satu unit output. Jika biaya
marjinal
jangka pendek dinotasikan MC dan perubahan output adalah ∂Q,
maka
𝑀𝐶 = 𝜕𝑇𝐶
𝜕𝑄
Dalam jangka pendek, perubahan biaya total disebabkan
perubahan
biaya variabel.
𝑀𝐶 = 𝜕𝑉𝐶
𝜕𝑄
Jika harga per unit tenaga kerja adalah P dan perubahan tenaga
kerja
adalah ∂V, maka
∂VC = P. ∂V
MC = P.( ∂V/∂Q), karena MP adalah ∂Q/∂V, maka
-
32
𝑀𝐶 = 𝑃 (1
𝑀𝑃)
Gambar 2.4
Kurva Marginal Cost
Kurva diatas menunjukkan bahwa garis singgung a, b, c dan
seterusnya
menunjukkan besarnya MC. Bila garis singgung makin mendatar,
nilai
MC makin mengecil, begitu juga sebaliknya (Prahatma Rahadja
dan
Mandala Manurung, 2006: 136-137).
b. Biaya Produksi Jangka Panjang
Menurut Prahatma Rahadja dan Mandala Manurung (2006:
139-140)
dalam jangka panjang semua biaya adalah variabel. Karena itu
biaya
yang relevan dalam jangka panjang adalah biaya total, biaya
variabel,
biaya rata-rata dan biaya marjinal. Perubahan biaya total adalah
sama
dengan perubahan biaya variabel dan sama dengan biaya
marjinal.
Adapun pada biaya produksi jangka panjang, S pada STC, SVC,
SAC
dan SMC menunjukkan dimensi waktu jangka pendek (short run),
-
33
sedangkan L pada LTC, LVC, LAC, dan LMC menunjukkan jangka
panjang (long run).
Biaya total (jangka panjang) adalah biaya yang dikeluarkan
untuk
memproduksi seluruh output dan semuanya bersifat variabel.
LTC = LVC
Dimana : LTC = biaya total jangka panjang
LVC = biaya variabel jangka panjang
Biaya marjinal adalah tambahan biaya karena menambah
produksi
sebanyak satu unit. Perubahan biaya total adalah sama dengan
perubahan biaya variabel.
𝐿𝑀𝐶 = 𝜕𝐿𝑇𝐶
𝜕𝑄
Dimana : LMC = biaya marjinal jangka panjang
∂LTC = perubahan biaya total jangka panjang
∂Q = perubahan output
Biaya rata-rata adalah biaya total dibagi dengan jumlah
output.
𝐿𝐴𝐶 = 𝐿𝑇𝐶
𝑄
Dimana : LAC = biaya rata-rata jangka panjang
Q = jumlah output
Dalam Biaya produksi jangka panjang ada banyak macam
didalamnya
salah satunya adalah Teorema Amplop (Envelope Theorem)
menurut
Prathama Rahadja dan Mandala Manurung (2006: 140-144)
merupakan
-
34
salah satu bentuk perilaku biaya jangka panjang. Pada teorema
amplop
dianggap dalam menentukan tingkat produksi perusahaan hanya
memiliki tiga pilihan:
1) Memproduksi dengan pabrik ukuran kecil (small size plant),
yang
dalam jangka pendek mempunyai kurva biaya rata-rata SAC1.
2) Memproduksi dengan pabrik ukuran sedang (medium size
plant),
yang dalam jangka pendek memiliki kurva biaya rata-rata
SAC2.
3) Memproduksi dengan pabrik ukuran sedang (large size plant),
yang
dalam jangka pendek mempunyai kurva biaya rata-rata SAC3.
Gambar 2.5
Teorema Amplop (Envelope Theorem)
Jika produsen berpandangan bahwa tingkat output yang
memberikan
laba maksimum adalah X1, maka dalam jangka pendek dia
memilih
-
35
berproduksi dengan pabrik ukuran kecil. Tetapi jika menurutnya
tingkat
produksi yang memberi laba adalah X3, maka dalam jangka
pendek
pabrik yang dia pilih adalah yang berskala menengah. Sebenarnya
dia
bisa saja memproduksi X3 dengan menggunakan pabrik kecil,
tetapi
biaya produksi rata-ratanya menjadi lebih besar (0C1 > )C2).
Dalam
jangka pendek perusahaan hanya dapat memilih satu pabrik saja
untuk
berproduksi. Tetapi dalam jangka panjang pengusaha dapat
menambah
atau mengurangi jumlah pabrik sesuai dengan tingkat produksi
yang
direncanakan. Kemampuan tersebut memungkinkan perusahaan
beroperasi dengan biaya rata-rata yang minimum pada berbagai
tingkat
produksi.
Selain Teorema Amplop dikenal juga dengan Skala Produksi
Ekonomis
dan Tidak Ekonomis. Skala produksi ekonomis (economies of
scale)
adalah interval tingkat produksi dimana penambahan output
akan
menurunkan biaya produksi jangka panjang per unit. Sebaliknya,
skala
produksi tidak ekonomis (diseconomies of scale) adalah interval
tingkat
produksi dimana penambahan tingkat produksi justru menaikkan
biaya
produksi jangka panjang per unit. Hal tersebut menunjukkan
bahwa
dalam jangka panjang berlaku hukum LDR (Law Dimirishing of
Return).
-
36
Gambar 2.6
Skala Produksi Ekonomis dan Tidak Ekonomis
Jika dilihat diatas kurva LAC mencapai minimum di titik A,
kemudian
naik lagi. Gerak menurun sampai titik A disebabkan efisiensi
skala
produksi. Sebaliknya setelah titik A efisiensi skala produksi
tidak terjadi
lagi. Penampahan jumlah output menaikkan biaya produksi per
unit.
Sebelum di titik A, kurva LMC berada di bawah kurva LAC,
karena
pada saat itu nilai MP (marginal product) lebih besar dari AP
(average
product). Besarnya nilai MP menyebabkan nilai LAC bergerak
menurun. Hal yang sebaliknya terjadi setelah di titik A.
4. Teori Impor
Impor merupakan pembelian barang dari luar negeri ke dalam
negeri.
Hal ini biasa terjadi karena produksi barang yang ada di dalam
negeri tidak
dapat memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri. Selain itu
sebab-sebab
-
37
impor dapat pula terjadi karena tidak mampunya dalam negeri
memproduksi barang dikarenakan belum adanya teknologi dan modal
yang
mencukupi, permintaan masyarakat akan barang-barang dari luar
negeri
walaupun produksi dalam negeri mencukupi kualitas yang
dimiliki.
Menurut Suherman Rosyidi dalam bukunya Pengantar Teori
Ekonomi:
Pendekatan Kepada Teori Ekonomi (2001: 223-224) Kemampuan
suatu
bangsa untuk mengimpor sangat tergantung pada pendapatan
nasionalnya.
Artinya, semakin besar pendapatan nasional, semakin besar
pula
kemampuan bangsa tersebut mengimpor barang dan jasa. Jadi: M =
f(Y).
Tetapi harus diingat, bahwa hubungan antara impor, M, dengan
pendapatan
nasional, Y, itu tidaklah berupa hubungan proporsional. Artinya,
tidak dapat
ditarik kesimpulan bahwa jika pendapatan nasional bertambah
menjadi dua
kali lipat, misalnya, maka impor akan menjadi dua kali
lipat.
Hubungan antara impor, M, dan pendapatan nasional, Y, itu
ditentukan
oleh hasrat mengimpor marjinal (marginal propensity to import
atau MPM)
yang besarnya adalah:
𝑀𝑃𝑀 =𝑑𝑀
𝑑𝑌
Yakni, MPM menunjukkan bagian dari tambahan pendapatan
nasional
yang dipakai untuk menambah impor barang dan jasa. Jika
kemudian, MPM
itu diberi notasi m, maka bentuk