1 SKRIPSI PENGEMBANGAN PRODUK MINUMAN FERMENTASI SUSU KEDELAI (SOYGURT) DENGAN PENAMBAHAN EKSTRAK TEH HIJAU (Camellia sinensis) DI PT FAJAR TAURUS JAKARTA TIMUR Oleh NURUL KARTIKA SARI F24102131 2007 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
SKRIPSI
PENGEMBANGAN PRODUK MINUMAN FERMENTASI SUSU
KEDELAI (SOYGURT) DENGAN PENAMBAHAN EKSTRAK TEH
HIJAU (Camellia sinensis) DI PT FAJAR TAURUS JAKARTA TIMUR
Oleh
NURUL KARTIKA SARI
F24102131
2007
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2
PENGEMBANGAN PRODUK MINUMAN FERMENTASI SUSU
KEDELAI (SOYGURT) DENGAN PENAMBAHAN EKSTRAK TEH
HIJAU (Camellia sinensis) DI PT FAJAR TAURUS JAKARTA TIMUR
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Teknologi Pertanian
Pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh
NURUL KARTIKA SARI
F24102131
2007
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
3
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PENGEMBANGAN PRODUK MINUMAN FERMENTASI SUSU
KEDELAI (SOYGURT) DENGAN PENAMBAHAN EKSTRAK TEH
HIJAU (Camellia sinensis) DI PT FAJAR TAURUS JAKARTA TIMUR
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknologi Pertanian
Pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh
NURUL KARTIKA SARI
F24102131
Dilahirkan di Jakarta tanggal 4 Januari 1985 Tanggal lulus 15 Januari 2007
Menyetujui,
Bogor, 25 Januari 2007
Prof. Dr. Ir. Deddy Muchtadi, MS Ir. Ria Suryani Madukarti
Dosen Pembimbing I Pembimbing Lapang
Mengetahui,
Dr. Ir. Dahrul Syah, Msi
Ketua Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan
4
Nurul Kartika Sari. F24102131. Pengembangan Produk Minuman Fermentasi Susu Kedelai (Soygurt) dengan Penambahan Ekstrak Teh Hijau (Camellia sinensis) di PT. Fajar Taurus Jakarta Timur. Di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Deddy Muchtadi, MS. dan Ir. Ria Suryani Madukarti.
RINGKASAN
Tujuan penelitian ini ialah menghasilkan produk minuman soygurt yang
memiliki nilai fungsional yang tinggi serta tingkat penerimaan konsumen yang baik. Manfaat fungsional yang diharapkan dari produk minuman soygurt ini yaitu manfaat probiotik dari penambahan bakteri asam laktat yang menguntungkan bagi pencernaan tubuh, serta manfaat antioksidan dari ekstrak teh hijau yang baik dalam menjaga kesehatan tubuh.
Penelitian pendahuluan dilakukan untuk menentukan lama inkubasi yang sesuai untuk memfermentasi susu kedelai menjadi minuman soygurt. Lama inkubasi yang dilakukan yaitu 12, 14, dan 16 jam terhadap formula soygurt dengan kandungan konsentrasi susu skim sebesar 0% (formula I), 0.5% (formula II), 1% (formula III), dan 1.5% (formula IV). Berdasarkan parameter nilai pH dan penampakan fisik dari minuman soygurt yang dihasilkan, lama inkubasi yang terpilih adalah 16 jam.
Penelitian utama dilakukan dalam tiga tahap. Tahap pertama yaitu penentuan jumlah konsentrasi susu skim sebagai media pertumbuhan terbaik bagi BAL (bakteri asam laktat). Pada penelitian tahap I, formula yang diujikan sama seperti pada penelitian pendahuluan, yaitu 0%, 0.5%, 1%, dan 1.5%. Hasil analisis total BAL menyatakan bahwa kandungan total BAL tertinggi terdapat pada formula IV yaitu 1.2 x 107 cfu/ml dan terendah pada formula I yaitu 2.7 x 106 cfu/ml. Hasil uji organoleptik menunjukkan bahwa keseluruhan formula memiliki tingkat penerimaan yang cenderung netral oleh panelis dengan skor hedonik antara 3.5-4.0. Skor hedonik tertinggi dimiliki oleh formula III yaitu 4.0 dan terendah yaitu pada formula I (3.5). Nilai TAT (total asam tertitrasi) tertinggi yaitu 0.27% pada formula IV, terendah pada formula I yaitu 0.22%. Nilai viskositas tertinggi dimiliki oleh formula IV, yaitu 19.50, sedangkan yang terendah yaitu formula I dengan nilai 13.25. Keempat formula dinyatakan tidak berbeda nyata secara statistik. Formula yang dipilih untuk digunakan pada penelitian tahap I yaitu formula IV. Semakin tinggi konsentrasi susu skim yang ditambahkan mengakibatkan peningkatan terhadap nilai TAT, total BAL, viskositas, dan keasaman.
Penelitian tahap kedua yaitu penentuan konsentrasi ekstrak teh hijau yang ditambahkan ke dalam minuman soygurt. Konsentrasi yang ditambahkan yaitu 0.5%, 1%, 1.5%, 2%, 2.5%, 3%, 3.5%, dan 4% terhadap formula IV dengan dua perlakuan, yaitu penambahan saat sebelum dan sesudah inkubasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai TAT yang terukur tidak berbeda nyata antar sampel dengan kisaran antara 0.34 - 0.41%. Nilai pH pada formula-formula yang ditambahkan ekstrak teh hijau sesudah inkubasi memiliki nilai lebih rendah (rata-rata 4.23) dibandingkan formula-formula dengan penambahan ekstrak teh hijau sebelum inkubasi (rata-rata 4.90). Total polifenol tertinggi terdapat pada sampel B8 (28.41 mg/l). Total BAL tertinggi yaitu pada formula B4 (5.2 x106 cfu/ml).
5
Berdasarkan uji statistik, konsentrasi ekstrak teh hijau berpengaruh nyata terhadap total polifenol produk minuman soygurt, namun perlakuan waktu penambahannya tidak berpengaruh nyata. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak teh hijau, maka semakin tinggi kandungan polifenol. Konsentrasi ekstrak teh hijau tidak berpengaruh nyata terhadap total BAL, namun waktu penambahannya berpengaruh nyata. Formula-formula yang ditambahkan ekstrak teh hijau sebelum inkubasi memiliki jumlah total BAL yang lebih rendah dibanding formula-formula yang ditambahkan ekstrak teh hijau setelah inkubasi. Formula yang dipilih untuk penelitian tahap III adalah formula B8.
Tahap ketiga penelitian ini dilakukan dengan tujuan meningkatkan penerimaan minuman soygurt dengan memodifikasi formula dasarnya. Modifikasi dilakukan dengan menambahkan flavor cair rasa jeruk (formula A), jus buah jeruk (formula B), dan konsentrat jeruk (formula C). Pada tahap ini, analisis yang dilakukan adalah uji organoleptik keseluruhan jenis formula (termasuk kontrol negatif), viskositas, dan analisis proksimat. Berdasarkan hasil uji organoleptik, skor hedonik tertinggi didapat oleh formula dengan penambahan konsentrat jeruk (5.5), sedangkan skor terendah didapat oleh formula kontrol (3.4). Viskositas tertinggi dimiliki oleh formula kontrol, yaitu 27.00 cPoise, dan terendah pada formula dengan penambahan jus buah, yaitu 9.00 cPoise. Analisis proksimat dilakukan terhadap formula dengan skor hedonik tertinggi yaitu formula dengan penambahan konsentrat jeruk. Kadar air yang terukur yaitu 83.54%, kadar protein 7.84%, kadar karbohidrat 5.37%, kadar lemak 2.95%, dan kadar abu 0.3%.
6
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Zainal
Abidin dan Poedjiati. Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 4 Januari 1985.
Pendidikan pertama penulis dimulai dari Taman Kanak-kanak Bhayangkari di
Balikpapan Kalimantan Timur. Pendidikan dasar penulis dilaksanakan di SDN 01
Balikpapan Kalimantan Timur (1990-1991), SD Inpres Bertingkat 07 Luwuk
Sulawesi Tengah (1991-1993), SD BDN Pesing Jakarta Barat (1993-1995), dan
SDI PB Sudirman Cijantung Jakarta Timur (1995-1996). Pendidikan menengah
pertama diikuti di SLTP 102 Cijantung Jakarta Timur sampai tahun 1999,
kemudian diteruskan ke tingkat menengah atas di SMU 8 Bukit Duri Jakarta
Selatan sampai tahun 2002. Di tahun yang sama, penulis mendaftarkan diri di
Institut Pertanian Bogor melalui jalur masuk SPMB (Seleksi Penerimaan
Mahasiswa Baru). Di IPB, penulis mengambil jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan
sebagai bidang minat.
Selama masa perkuliahan, penulis cukup aktif berpartisipasi dalam
organisasi maupun kepanitiaan. Beberapa tim kepanitiaan dan organisasi yang
pernah diikuti diantaranya Food Chat Club Himitepa, kepanitiaan the 4th NSPC on
Food Issues (2005), Lomba Cepat Tepat Ilmu Pangan XII (2004), Lepas Landas
Sarjana (Februari 2003 dan September 2004), dan masa orientasi mahasiswa
“BAUR” (2004). Penulis pernah mengikuti beberapa seminar dan pelatihan dalam
bidang ilmu pangan diantaranya seminar keamanan pangan dan pelatihan
HACCP, pelatihan Good Laboratory Practices, praktikum terpadu mengenai
proses termal, dan beberapa seminar bertemakan teknologi pangan lainnya.
Sebagai tugas akhir, penulis melaksanakan kegiatan magang di PT. Fajar
Taurus Jakarta Timur mulai bulan Februari sampai Juni 2006. Skripsi yang dibuat
berjudul Pengembangan Produk Minuman Fermentasi Susu Kedelai (Soygurt)
dengan Penambahan Ekstrak Teh Hijau (Camellia sinensis) di PT. Fajar Taurus
Jakarta Timur. Pengerjaan skripsi dilakukan di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir.
Deddy Muchtadi, MS dan Ir. Ria Suryani Madukarti.
KATA PENGANTAR
7
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala atas
petunjuk, rahmat, hidayah, dan anugerah yang diberikan-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya
skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
menyampaikan terima kasih yang sangat tulus kepada:
1. Bapak dan Ibu yang senantiasa memberikan doa, kasih sayang, dukungan
moril, spiritual, materiil serta kepercayaan dan kesabaran yang tiada
putusnya selama ini. Adikku, Meirna, atas kepasrahan dan kesabarannya
menjadi boneka hidup yang selalu menjadi penghibur, tempat mencurahkan
isi hati dan pelampiasan emosi penulis terutama selama masa penelitian
2. Prof. Dr. Ir. Deddy Muchtadi, MS selaku dosen pembimbing atas segala
bimbingan, ilmu, nasehat, dan waktu yang telah diberikan
3. Ir. Ria Suryani Madukarti selaku pembimbing lapang atas kesempatan,
bimbingan, dan kepercayaan yang diberikan, atas segala ilmu, petuah, dan
pengalaman hidup yang begitu berharga untuk dijadikan pembelajaran
hidup, atas kisah-kisah lucu, gembira, sedih, dan mengharukan serta asupan
makanan-makanan bergizi selama pelaksanaan magang
4. Dr. Ir. Budiatman Satyawihardja, MSc selaku dosen penguji atas
kesediaannya menguji dalam sidang skripsi penulis serta masukan-masukan
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
pengetahuan masyarakat umum mengenai makanan sehat pun semakin
meningkat. Pada umumnya, masyarakat yang bertindak sebagai konsumen
produk-produk pangan semakin menyadari pentingnya kandungan gizi dan
manfaat dari makanan yang mereka konsumsi. Maka dari itu, pemilihan produk
pangan kini tidak hanya didasarkan pada rasa atau penampakan yang lezat dari
suatu produk pangan saja; kandungan gizi, manfaat, serta nilai tambah dari
makanan tersebut juga menjadi pertimbangan yang serius.
Pangan yang memiliki kandungan gizi tinggi, bermanfaat dan memiliki
nilai tambah disebut pangan fungsional. Terdapat bermacam-macam nilai
tambah yang dapat diberikan pada suatu produk pangan. Beberapa diantaranya
yaitu peningkatan kandungan gizi mineral yang dibutuhkan oleh tubuh,
peningkatan kandungan asam amino esensial, penambahan senyawa
antioksidan yang berperan sebagai penangkal radikal bebas, penambahan
bakteri probiotik untuk pencernaan, dan penambahan vitamin-vitamin yang
penting bagi metabolisme dan daya tahan tubuh. Produk-produk fermentasi,
seperti minuman probiotik dan yogurt, termasuk dalam jajaran pangan
fungsional yang berkhasiat bagi kesehatan tubuh dan cukup digemari oleh
masyarakat.
Yogurt termasuk salah satu jenis makanan fermentasi yang memiliki
nilai gizi tinggi serta banyak digemari oleh konsumen. PT. Fajar Taurus Jakarta
merupakan salah satu perusahaan produsen yogurt yang cukup berperan aktif
dalam pemasaran yogurt. Melalui kegiatan magang ini, akan dipelajari proses-
proses produksi yogurt di PT. Fajar Taurus serta dikembangkan modifikasi dari
produk yogurt yang sudah ada untuk menambah nilai fungsionalnya.
Modifikasi dilakukan terhadap bahan baku utama yogurt dengan mengganti
susu sapi segar dengan susu kedelai dan penambahan ekstrak teh hijau sebagai
sumber antioksidan tambahan. Karena bahan baku utamanya berupa kedelai,
maka produk akhir disebut soy yogurt atau soygurt. Produk akhir yang ingin
17
dicapai yaitu minuman fermentasi dari bahan susu kedelai dengan penambahan
ekstrak teh hijau yang memiliki manfaat probiotik dan antioksidan yang baik.
Walaupun susu kedelai merupakan susu imitasi, namun kandungan
gizi dalam kedelai hampir menyerupai susu sapi, sehingga substitusi susu sapi
oleh susu kedelai cukup layak untuk dilakukan. Susu kedelai mengandung
protein dalam jumlah tinggi, beberapa jenis mineral dan vitamin, serta
senyawa-senyawa aktif yang baik bagi tubuh. Senyawa aktif pada kedelai
seperti isoflavon baik untuk kesehatan sebagai pencegah penyakit kanker (Liu,
1997) dan sebagai sumber antioksidan (Pratt (1979) dalam Simic dan Karel,
1979). Selain itu, substitusi susu sapi dengan susu kedelai sangat berguna bagi
para penderita intoleransi terhadap laktosa (lactose intolerance), terlebih lagi
jika dikonsumsi dalam bentuk produk fermentasi seperti yogurt.
Penambahan ekstrak teh hijau ke dalam minuman fermentasi bertujuan
untuk menambah nilai fungsional produk sehingga dapat menjadi sumber
antioksidan yang baik. Menurut Syah (2006), teh hijau (Camellia sinensis)
terkenal dengan senyawa-senyawa aktifnya yang memiliki berbagai macam
khasiat yang baik bagi kesehatan dan kesegaran tubuh, misalnya sebagai
antioksidan, antimikroba, antikanker, antiatherogenik, dan sebagainya.
Beberapa senyawa aktif teh hijau tersebut antara lain senyawa-senyawa katekin
seperti epicatechin (EC), epigallocatehin (EGC), epicatechin gallate (ECG),
dan epigallocatechin gallate (EGCG).
B. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan produk minuman
fungsional berbasis kedelai dengan menghasilkan produk minuman kedelai
fermentasi yang memiliki manfaat probiotik yang menguntungkan bagi
pencernaan dan sifat antioksidan yang baik bagi kesehatan. Selain itu, produk
diharapkan memiliki tingkat penerimaan konsumen yang tinggi sehingga
produk yang dihasilkan dapat dipasarkan kepada masyarakat umum.
C. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah variasi baru
dalam jajaran jenis pangan fungsional yang dikonsumsi masyarakat serta dapat
memberikan manfaat yang baik bagi kesehatan konsumen pada umumnya.
18
II. TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
A. Sejarah dan Profil Perusahaan
Terbentuknya PT. Fajar Taurus diawali dari didirikannya sebuah
peternakan sapi perah di daerah Cijantung Jakarta Timur pada tahun 1964,
yang diberi nama Taurus Dairy Farm. Peternakan ini didirikan oleh Ibu
Suhardani Bustanil Arifin yang pada awalnya memiliki 9 ekor sapi perah jenis
Frisien Holstein.
Dengan meningkatnya jumlah sapi dalam peternakan serta kondisi
lingkungan yang semakin dipadati penduduk, maka lokasi peternakan di
daerah Cijantung sudah tidak lagi memadai sehingga pada akhirnya
dipindahkan ke Desa Tenjo Ayu, Cicurug Sukabumi, Jawa Barat. Sementara
itu, areal peternakan di Cijantung diubah menjadi areal pabrik untuk industri
pengolahan susu yaitu PT. Fajar Taurus. Untuk dapat berperan serta dalam
industri persusuan nasional, maka dibuatlah bentuk hukum usaha terhadap
perusahaan ini. Pada tanggal 29 Mei 1974, perusahaan ini secara resmi
didirikan dengan akte pendirian Nomor 141 oleh notaris Tjahjawi, SH dan
dimuat dalam berita negara RI No.80 tanggal 7 Oktober 1983.
PT. Fajar Taurus merupakan salah satu industri pangan yang bergerak
di bidang produk olahan susu (dairy products). Produk yang dihasilkan yaitu
susu pasteurisasi, yogurt, dan minuman susu fermentasi (biokefir). Produk
susu pasteurisasi diproduksi dalam berbagai variasi rasa (coklat, strawberry,
kacang hijau, jahe, tawar, dan manis) dalam kemasan plastik PE dan cup gelas
plastik PP. Yogurt dihasilkan dalam bentuk set dan stirred dengan enam
macam variasi rasa, yaitu blueberry, raspberry, mixed fruits, strawberry,
peach, dan nata de coco-aloe vera, sedangkan biokefir tersedia dalam rasa
tawar, lychee, dan mangga.
B. Lokasi dan Letak Geografis Perusahaan
PT. Fajar Taurus berlokasi di Jalan Raya Bogor Km. 23 No. 40
kelurahan Susukan, kecamatan Ciracas, kotamadya Jakarta Timur. PT. Fajar
Taurus terletak di daerah pemukiman penduduk, tepat di sudut jalan antara
19
Jalan Raya Bogor dengan Jalan TB. Simatupang yang menuju arah terminal
Kampung Rambutan. Lokasi perusahaan menghadap ke arah barat laut,
tepatnya menghadap ke Jalan Raya Bogor dan berseberangan dengan lokasi
pabrik susu Frisian Flag.
Saat ini, areal industri yang dimiliki perusahaan adalah seluas 28.217
m2. Areal bangunan pabrik, kantor, gudang, halaman, dan penghijauan
memakan lahan seluas 8.375 m2, dan sisanya seluas 19.452 m2 adalah lahan
terbuka.
C. Struktur Organisasi Perusahaan
Pimpinan tertinggi di PT. Fajar Taurus dipegang oleh direktur.
Direktur membawahi lima departemen, yaitu departemen Personal and
General Affair, departemen Sales and Marketing, departemen Finance and
Accounting, departemen produksi, dan departemen Quality Assurance and
Product Development.
Departemen Personal and General Affair menangani masalah
manajemen sumber daya manusia di perusahaan. Departemen Sales and
Marketing menangani masalah pemasaran, penjualan produk, serta memonitor
dan membina hubungan baik perusahaan dengan konsumen. Departemen
Finance and Accounting menangani masalah keuangan dan akunting
perusahaan. Departemen produksi berperan dalam kegiatan proses produksi
produk secara langsung. Departemen Quality Assurance and Product
Development berperan dalam menjaga mutu produk dengan melakukan
analisa-analisa terhadap bahan baku, bahan tambahan, maupun produk akhir,
memonitor jalannya proses produksi, serta menciptakan inovasi-inovasi
terbaru dalam pengembangan produk untuk dipasarkan.
D. Ketenagakerjaan
Keseluruhan jumlah karyawan PT. Fajar Taurus berjumlah 53 orang
yang terdiri dari berbagai tingkat pendidikan mulai lulusan SMA hingga S2.
Karyawan bagian pemasaran, keuangan, dan administrasi, dan QC bekerja 5
hari dalam seminggu mulai pukul 08.00-17.00. Pekerja produksi dan pegawai
20
non kantor lainnya bekerja 6 hari dalam seminggu dan terbagi dalam dua shift.
Shift pertama dimulai pukul 04.00 – 11.00 unuk petugas gudang dan pukul
07.00 – 14.00 untuk operator produksi, sedangkan shift kedua dimulai pukul
14.00 – 22.00 untuk operator produksi maupun petugas gudang. Setiap shift
terdiri dari 6 orang pekerja dan setiap minggunya, grup pekerja tersebut
berganti shift, pagi menjadi sore dan sebaliknya.
Sistem penggajian dilakukan berdasarkan jenjang pendidikan, jabatan,
status pekerjaan, lamanya masa kerja karyawan, serta penilaian lain yang
dilakukan setiap tahun. Berdasarkan hasil penilaian tersebut, dilakukan
peningkatan gaji dan pemberian insentif setiap tahunnya. Usia karyawan PT.
Fajar Taurus berkisar antara 20 sampai dengan 55 tahun. Selain gaji pokok,
karyawan diberi fasilitas lain seperti asuransi kesehatan, tunjangan kesehatan,
tunjangan makan dan transpor, tunjangan hari raya, simpan-pinjam di koperasi
karyawan, dana pensiun, tabungan jaminan hari tua (jamsostek), dan bonus
akhir tahun jika keuangan perusahaan memungkinkan.
E. Hasil Produksi
Hasil produksi PT. Fajar Taurus antara lain adalah susu pasteurisasi,
yogurt, dan kefir. Susu pasteurisasi yang diproduksi terdiri atas 6 varian rasa,
yaitu tawar, manis, coklat, stroberi, kacang hijau, dan jahe. Yogurt tersedia
dalam bentuk set dan stirred. Set yogurt terdiri dari yogurt natural dan yogurt
flavor (stroberi), sedangkan stirred yogurt terdapat dalam 6 rasa, yaitu
blueberry, strawberry, mixed fruits, raspberry, peach, dan campuran nata de
coco-aloe vera. PT. Fajar Taurus juga memproduksi minuman susu fermentasi
kefir dan es yogurt. Kefir yang dihasilkan tersedia dalam dua variasi yaitu
natural (plain) dan rasa buah (mangga dan leci). Es yogurt tersedia dalam rasa
anggur, mangga, vanila, jeruk, stroberi, leci, dan melon. Namun, produksi
kefir dan es yogurt hanya dilakukan sesekali saja tergantung pada ada atau
tidaknya permintaan dari konsumen.
Ada berbagai jenis dan ukuran kemasan yang digunakan untuk setiap
jenis produk. Susu pasteurisasi dikemas dengan kemasan plastik PE berukuran
175 ml, 200 ml, 500 ml, dan 1000 ml, dan kemasan cup PP berukuran 180 ml.
21
Yogurt natural dan yogurt flavor dikemas dalam kemasan cup 500 ml,
sedangkan yogurt stirred dikemas dalam kemasan cup kecil berukuran 125 ml.
Biokefir dikemas hanya dalam satu ukuran kemasan yaitu 180 ml. Es yogurt
dikemas dalam plastik PE ukuran 50 ml, kemudian setiap 5 batang es yogurt
dimasukkan ke dalam plastik sekunder.
F. Pemasaran
Segmentasi pasar produk PT. Fajar Taurus terdiri dari perkantoran dan
pabrik, supermarket, perhotelan, pelanggan perorangan, dan organisasi
perkumpulan masyarakat tertentu. Susu pasteurisasi tidak dipasarkan secara
retail melainkan ditujukan untuk konsumsi karyawan pabrik maupun
perkantoran. Produk-produk yogurt dipasarkan secara retail ke supermarket
dan perhotelan atau organisasi-organisasi masyarakat tertentu. Sasarannya
adalah pasar menengah ke atas karena produk dihasilkan merupakan produk
premium dengan klaim kesehatan. Produk biokefir dan es yogurt dipasarkan
apabila ada permintaan yang biasanya berasal dari pelanggan perorangan atau
kelompok usaha kecil tertentu.
22
III. TINJAUAN PUSTAKA
A. KEDELAI
Tanaman kedelai (Glycine max MERR) termasuk dalam famili polong-
polongan (Leguminoceae), sub famili Papilionaceae, dan genus Glycine.
Tanaman ini terdapat dalam beberapa varietas tertentu yang mempengaruhi
bentuk, ukuran, warna biji, dan sifat fisiko-kimia dari kacang kedelai tersebut.
Pada umumnya, biji kedelai berbentuk bulat atau lonjong agak
memanjang dengan warna kuning, coklat, coklat kehijauan, atau kehitaman
(Liu, 1997). Bagian utamanya yaitu keping biji atau kotiledon (90%) dan kulit
biji atau hull (8%), sedangkan bagian minornya yaitu hipokotil dan plumul
(2%). Senyawa-senyawa nutrisi seperti lemak, karbohidrat, dan protein kedelai
tersimpan pada bagian kotiledon. Berdasarkan berat basah, kedelai
mengandung 40% protein, 35% karbohidrat, 20% lemak, dan 4.9% abu (Liu,
1997). Komposisi nutrisi yang terkandung dalam kacang kedelai berbeda-beda
tergantung dari varietas, letak geografis, serta kondisi lingkungan seperti
temperatur udara dan musim.
Berdasarkan tempat tumbuhnya, terdapat kedelai dengan varietas lokal
dan impor. Kedelai impor umumnya lebih unggul dibanding kedelai lokal
karena perawatannya yang lebih intensif menggunakan teknologi yang lebih
modern (monokultur). Kedelai impor cukup banyak tersedia di pasaran.
Umumnya, kedelai impor didapat dari Republik Rakyat Cina dan Amerika
Serikat. Pada penelitian ini, kedelai yang digunakan ialah kedelai varietas
impor dari Amerika. Menurut Muliawaty (1993), kedelai impor Amerika
mengandung kadar air sebesar 7.94 %, lemak 21.22 % (b.b), protein 37.82 %
(b.b), serat 6.37 % (b.b), abu 5.2 % (b.b), dan karbohidrat 21.47 % (b.b).
Sebagian besar protein kedelai termasuk dalam golongan globulin,
yaitu jenis protein yang dapat larut dalam larutan garam. Globulin terbagi
menjadi dua kelompok, yaitu legumin dan vicilin. Kelarutan globulin sangat
dipengaruhi oleh pH. Kelarutan minimumnya yaitu saat kondisi asamnya
mencapai daerah isoelektrik. Daerah ini berada pada kisaran pH 4.2 - 4.6.
Pada keadaan ini, protein globulin akan menggumpal. Kedelai kaya akan asam
23
amino lisin, namun hanya sedikit terdapat asam amino metionin dan sistin
(Shurtleff dan Aoyagi, 1984).
Karbohidrat yang terdapat pada kedelai sebagian besar merupakan
jenis disakarida dan oligosakarida, yaitu 2.5–8.2% sukrosa, 0.1–0.9%
raffinosa, dan 1.4–4.1% stakhiosa. Adanya oligosakarida seperti raffinosa dan
stakhiosa menyebabkan terjadinya penimbunan gas-gas pada lambung
(flatulensi) pada manusia apabila mengkonsumsi kacang kedelai atau produk
olahannya (Liu, 1997).
Lemak pada kedelai terdapat dalam jumlah sekitar 17-20%. Minyak
kedelai kasar pada umumnya mengandung 96% trigliserida, 2% fosfolipida,
0.5% asam lemak bebas, 1.6% senyawa tak tersabunkan, dan sejumlah kecil
pigmen karotenoid. Senyawa tak tersabunkan tersebut terdiri dari tokoferol,
fitosterol, dan hidrokarbon (Liu, 1997). Komposisi nutrisi kacang kedelai
tertera pada Tabel 1.
Tabel 1. Komposisi proksimat kacang kedelai
Bagian biji Persentase
dalam biji utuh
% (berat kering)
Protein Lemak Karbohidrat Abu
Kotiledon 90 43 23 43 5.0
Kulit biji 8 9 1 86 4.3
Hipokotil 2 41 11 43 4.4
Biji keseluruhan 100 40 20 35 4.9
Sumber : Wolf dan Cowan diacu oleh Liu (1997)
Di dalam kedelai juga terdapat senyawa-senyawa bioaktif, polifenol,
antinutrisi, dan senyawa-senyawa mikronutrien yang mempengaruhi
metabolisme tubuh. Senyawa bioaktif yang terdapat pada kedelai yaitu
isoflavon yang telah diketahui dapat mencegah penyakit kanker. Isoflavon
juga dapat bersifat sebagai antioksidan. Senyawa antioksidan ini merupakan
komponen flavonoid (polifenol), diantaranya yaitu genestein (5,7,4’-
trihidroksiisoflavon), daidzein (7,4’-dihidroksiisoflavon), dan glisitein
(7,4’dihidroksi, 6-metoksiisoflavon) (Pratt (1979) dalam Simic dan Karel,
1979).
24
Senyawa antinutrisi dalam kedelai antara lain antitripsin (trypsin
inhibitor), lectin, dan estrogen (Haytowitz dan Matthews, 1989). Senyawa
antitripsin dapat mengganggu aktivitas proteolitik enzim tripsin dalam tubuh.
Kedelai juga mengandung senyawa-senyawa mikronutrien seperti vitamin-
vitamin (A, D, E, K, serta vitamin B terutama niasin, riboflavin, dan thiamin)
dan mineral (Ca, P, Mg, Na, K, Zn, Fe, Cu, dan Mn) (Liu, 1997).
B. SUSU KEDELAI
Susu kedelai merupakan minuman hasil olahan kedelai yang telah lama
populer sebagai pengganti susu sapi segar. Susu kedelai tergolong jenis susu
imitasi karena bahan bakunya yang berasal dari bahan nabati. Namun,
kandungan nutrisinya yang tinggi sangat baik bagi tubuh terutama dalam hal
asupan protein.
Pada dasarnya, susu kedelai adalah hasil ekstraksi kedelai oleh air,
dimana penampakan dan komposisinya sangat mendekati susu sapi (Liu,
1997). Pembuatan susu kedelai dapat menggunakan teknologi dengan
peralatan yang sederhana maupun modern dengan peralatan yang canggih.
Secara tradisional, susu kedelai biasanya dibuat dengan cara menggiling biji
kedelai yang telah direndam dalam air kemudian disaring untuk mendapatkan
filtratnya. Pada teknologi yang modern, susu kedelai disajikan dalam bentuk
bubuk melalui metode pengeringan semprot (spray drying) sehingga dapat
meningkatkan masa simpan produk. Menurut Shurtleff dan Aoyagi (1984),
terdapat beberapa metode dasar pembuatan susu kedelai yang telah umum
digunakan, yaitu metode tradisional dan tradisional termodifikasi, metode
defatted soy meal, metode isolat atau konsentrat, ekstruder, dan metode whole
bean. Dalam penelitian ini, ekstraksi susu kedelai dilakukan dengan metode
whole bean dimana seluruh biji kedelai yang telah direndam, kulitnya
dikelupas (dehulling), dan digiling dengan air panas (hot grinding).
Sebagai susu imitasi, susu kedelai memiliki kandungan nutrisi yang
sangat baik karena mendekati kandungan nutrisi pada susu sapi. Kandungan
protein yang terdapat pada susu kedelai umumnya lebih tinggi dibanding
kadar protein pada susu sapi, yaitu sekitar 3.2-3.6 % (Haytowitz dan
25
Matthews, 1989). Jenis karbohidrat pada kedelai sebagian besar terdiri dari
disakarida dan oligosakarida. Oligosakarida penyebab flatulensi pada susu
kedelai dapat dikurangi melalui proses pengolahan yang sesuai, misalnya
dengan perendaman dan pemblansiran (Shurtleff dan Aoyagi, 1984). Kadar
lemak pada susu kedelai lebih rendah dibanding susu sapi karena susu kedelai
berasal dari tanaman, sedangkan susu sapi berasal dari binatang mamalia yang
memiliki kelenjar susu. Lemak pada susu kedelai merupakan lemak nabati
yang biasa disebut fitosterol. Perbandingan komposisi susu kedelai dan susu
sapi selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Perbandingan komposisi nutrien susu kedelai dan susu sapi
Jenis nutrisi Satuan Susu kedelai Susu sapi
Kadar air g 88.72 87.99 Kalori kkal 50 61 Protein g 3.6 3.29 Lemak g 1.84 3.34 Karbohidrat total g 5.76 4.66 Kadar abu g 0.48 0.72 Mineral Kalsium (Ca) Fosfor (P) Zat besi (Fe) Magnesium (Mg) Kalium (K) Natrium (Na) Seng (Zn) Tembaga (Cu) Mangan (Mn)
mg mg mg mg mg mg mg mg mg
3 56 0.8 28 191 3
0.39 0.1 0.2
119 93 0.1 13 152 49
0.38 - -
Vitamin Tiamin Riboflavin Niasin Vitamin B6 Asam pantotenat Folasin
mg mg mg mg mg μg
0.122 0.042 0.22 0.062 0.076
1
0.038 0.162 0.084 0.042 0.314
5 Asam lemak jenuh % 40 - 48 60 - 70 Asam lemak tak jenuh % 52 - 60 30 - 40 Kolesterol % - 9.24 - 9.9
Sumber : Haytowitz dan Matthews (1989) dan Chen diacu oleh Liu (1997)
26
Hal yang sering dipermasalahkan dalam pengolahan susu kedelai dan
produk olahan kedelai lainnya yaitu munculnya flavor dan aroma yang tidak
diinginkan seperti bau langu, tengik, rasa pahit (bitterness), dan rasa berkapur
(chalky atau painty) (Shurtleff dan Aoyagi, 1984). Bau langu dan tengik
terbentuk dari reaksi peroksidasi asam lemak tidak jenuh (PUFA), yang
dikatalisa oleh enzim lipoksigenase (Liu, 1997). Chalkiness disebabkan oleh
senyawa isoflavon dalam biji kedelai, sedangkan bitterness disebabkan oleh
senyawa saponin dan sapogenol (Shurtleff dan Aoyagi, 1984).
Flavor dan aroma yang tidak diinginkan pada susu kedelai ini dapat
dieliminasi dengan beberapa cara. Beberapa diantaranya yaitu penggilingan
dengan panas (hot grinding), pra-blansir atau pemanasan kering-awal,
dan tekstur), sedangkan uji ranking untuk mengurutkan tingkat keasaman
yang dirasakan oleh panelis.
Hasil uji yang didapat menunjukkan bahwa preferensi panelis
terhadap keempat formula soygurt yang diujikan tidak berbeda nyata
antar sampel (Lampiran 2). Skor yang didapat dari masing-masing
formula pada penelitian tahap I dapat dilihat pada Gambar 11. Dari
Gambar 11 dapat dilihat bahwa skor hedonik tertinggi (4.0) dimiliki oleh
formula III, yaitu minuman soygurt dengan 1% susu skim. Kemudian
diikuti oleh formula IV (3.8), II (3.6), dan I (3.5).
Gambar 11. Skor penilaian overall formula I, II, III, dan IV
3.6 3.6
4.0
3.8
3.4
3.5
3.6
3.7
3.8
3.9
4
Skor
0% 0.5 % 1% 1.5 %Konsentrasi Susu Skim
Penampakan minuman soygurt secara visual berwarna putih
kekuningan. Konsistensinya cukup homogen akibat penambahan pektin.
Tingkat kekentalannya rendah karena tujuan yang ingin dicapai ialah
produk minuman encer. Secara visual, formula I, II, III, dan IV tampak
sama satu sama lain. Keempatnya memiliki warna yang sama dan
konsistensi yang sama. Namun, viskositas dari masing-masing formula
berbeda. Gambar dari masing-masing formula minuman soygurt pada
penelitian tahap I dapat dilihat pada Gambar 12.
63
Gambar 12. Minuman soygurt formula I, II, III, IV
Keterangan : I : minuman soygurt tanpa penambahan susu skim II : minuman soygurt dengan penambahan susu skim 0.5 % III : minuman soygurt dengan penambahan susu skim 1 % IV : minuman soygurt dengan penambahan susu skim 1.5 %
c. Viskositas
Produk minuman soygurt yang dibuat dalam penelitian ini memiliki
viskositas yang rendah (encer). Hasil pengukuran viskositas formula I, II,
III, dan IV dengan Brookfield Viscometer dapat dilihat pada Tabel 6. Dari
tabel tersebut, dapat dilihat terjadinya peningkatan viskositas dari
formula I sampai IV. Formula I memiliki kekentalan sebesar 13.25
cPoise, formula II sebesar 17.13 cPoise, formula III sebesar 17.75 cPoise,
dan formula IV sebesar 19.50 cPoise. Peningkatan kadar susu skim dalam
formula menyebabkan peningkatan viskositas produk.
Tabel 6. Viskositas formula I, II, III, IV
Formula Ul Viskositas (cPoise) Rata-rata
I 1 13.50 13.25 2 13.00
II 1 18.75 17.13 2 15.50
III 1 19.50 17.75 2 16.00
IV 1 21.00 19.50 2 18.00
I II
III IV
64
Berdasarkan Tabel 6, viskositas minuman soygurt mengalami
peningkatan dengan meningkatnya konsentrasi susu skim yang
terkandung di dalamnya. Namun, uji statistik terhadap nilai viskositas
formula I, II, III, dan IV menunjukkan bahwa keempat formula tidak
berbeda nyata satu sama lain dengan signifikansi sebesar 0.130. Hasil uji
statistik terhadap viskositas tertera pada Lampiran 3.
Minuman soygurt lebih kental dibanding susu kedelai karena adanya
senyawa eksopolisakarida (EPS) yang terbentuk saat fermentasi asam
laktat terjadi. EPS merupakan polisakarida yang disekresikan oleh
bakteri. EPS membentuk jaringan filamen. Sel bakteri tertutup oleh
bagian polisakarida dan filamen mengikat sel bakteri dan protein susu.
Tekstur kental pada minuman soygurt merupakan interaksi kompleks
antara protein susu, asam, dan EPS yang memberikan kesan lembut,
kental, stabilitas gel, dan sineresis (Surono, 2004). Selain itu,
penggumpalan protein akibat penurunan kadar keasaman juga
meningkatkan kekentalan produk.
Selain terbentuknya EPS, penambahan pektin juga memberikan
kontribusi terhadap kekentalan produk. Penambahan pektin pada
penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan sedikit kekentalan dari
produk akhir dan membentuk mouthfeel produk akhir.
d. Nilai TAT
Nilai TAT sampel meningkat seiring dengan peningkatan
konsentrasi susu skim yang ditambahkan. Peningkatan konsentrasi susu
skim pada formula sama artinya dengan peningkatan total padatan
produk. Dengan meningkatnya jumlah total padatan dalam produk,
nutrisi yang tersedia pun meningkat sehingga mencukupi bagi bakteri
asam laktat untuk bertumbuh.
Susu skim adalah susu tanpa lemak yang terdiri dari disakarida
berupa laktosa yang merupakan substrat utama yang dipergunakan oleh
bakteri asam laktat untuk proses fermentasi (Surono, 2004). Semakin
tinggi konsentrasi susu skim dalam formula berarti semakin tinggi pula
65
kadar laktosa yang terkandung dalam produk tersebut. Laktosa diubah
menjadi asam laktat dengan bantuan enzim lactate dehydrogenase
(Surono, 2004). Karena produk utama yang dihasilkan adalah asam
laktat, maka total asam tertitrasi yang diukur direpresentasikan sebagai
total asam laktat yang dihasilkan. Semakin tinggi kadar laktosa
mengakibatkan semakin banyak asam laktat yang dihasilkan, sehingga
semakin tinggi pula nilai TAT yang terukur.
Nilai TAT yang terukur pada masing-masing formula pada
penelitian tahap I tertera pada Gambar 13. Nilai TAT rata-rata tertinggi
yaitu 0.27% pada formula IV. Nilainya semakin menurun dengan
berkurangnya konsentrasi susu skim yang dikandung, yaitu 0.26% pada
formula III, 0.24% pada formula II, dan 0.22% pada formula I.
Berdasarkan hasil analisis sidik ragam, peningkatan nilai TAT pada
keempat formula tersebut tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan
(Lampiran 4).
Gambar 13. Nilai TAT rata-rata minuman soygurt formula I, II, III, dan
IV pada penelitian tahap I
0,22
0,24 0,26 0,27
0
0,05
0,1
0,15
0,2
0,25
0,3
Nila
i TA
T (%
asa
m la
ktat
)
0,0 0,5 1,0 1,5
Konsentrasi Susu Skim (%)
Nilai TAT Soygurt Base
e. Nilai pH
Selain peningkatan jumlah asam laktat, derajat keasaman pun
mengalami peningkatan. Hal ini ditandai dengan terjadinya penurunan
nilai pH. Nilai pH mengalami penurunan seiring dengan bertambahnya
konsentrasi susu skim dalam produk. Selama proses fermentasi,
66
dihasilkan metabolit berupa asam-asam organik seperti asam laktat, asam
sitrat, dan asam asetat (Surono, 2004). Asam-asam organik ini
merupakan asam-asam yang terdisosiasi dalam bentuk ion-ion H+.
Semakin banyak asam yang dihasilkan, maka semakin banyak pula ion
H+ yang terbentuk sehingga pengukuran pH oleh elektroda pH meter
menunjukkan nilai yang semakin menurun.
Secara statistik, nilai pH pada sampel tidak berbeda nyata antar
sampel walaupun sebenarnya terjadi peningkatan. Seharusnya,
meningkatnya konsentrasi susu skim berakibat pada penurunan nilai pH
sampel. Namun, kesalahan pengukuran dengan pH meter dapat saja
terjadi karena kesalahan elektroda. Analisis sidik ragam terhadap nilai pH
formula pada penelitian tahap I tertera pada Lampiran 5. Grafik nilai pH
masing-masing formula dapat dilihat pada Gambar 14.
Gambar 14. Nilai pH minuman soygurt Formula I, II, III, dan IV pada
penelitian tahap I
4,56
4,494,50 4,51
4,44
4,46
4,48
4,5
4,52
4,54
4,56
Nila
i pH
0,0 0,5 1,0 1,5
Konsentrasi Susu Skim (%)
Nilai pH Soygurt Base
Berdasarkan hasil analisis-analisis di atas, formula yang terpilih
untuk tahap selanjutnya yaitu formula IV, yaitu minuman soygurt dengan
penambahan 1% susu skim. Berdasarkan analisis total BAL, formula IV
mengandung jumlah bakteri asam laktat terbanyak dibanding formula
lain. Hasil uji organoleptik tidak menunjukkan perbedaan yang nyata
antar sampel, sehingga formula IV tetap dipilih walaupun skor hedonik
tidak berada pada urutan paling tinggi.
67
2. Penelitian Tahap II
Penelitian tahap II bertujuan untuk menentukan konsentrasi ekstrak
teh hijau yang mengandung total polifenol tinggi namun tidak menghambat
pertumbuhan bakteri asam laktat dalam produk minuman fermentasi
soygurt. Analisis utama yang menentukan pemilihan konsentrasi ekstrak
yaitu analisis total polifenol dan analisis total BAL.
Ekstrak teh hijau yang digunakan adalah ekstrak rebus dengan proses
pembuatan seperti tertera pada Gambar 9. Ekstrak teh hijau yang digunakan
dalam penelitian ini terstandarisasi dari proses pembuatannya. Total
polifenol rata-rata yang terkandung dalam ekstrak yaitu 197 mg/l. Kadar
tersebut ditetapkan sebagai standar kandungan polifenol ekstrak teh hijau
yang digunakan dalam pembuatan minuman soygurt. Data hasil analisa total
polifenol ekstrak dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Data hasil analisa total polifenol ekstrak teh hijau
Sampel Absorbansi Total Polifenol (mg/l) Rata-rata
Ulangan 1 0.634 195 197 mg/l 0.638 199
Ulangan 2 0.634 195 0.635 196
Konsentrasi ekstrak yang ditambahkan ke dalam produk yaitu 0.5%;
1%; 1.5%; 2%; 2.5%; 3%; 3.5%; dan 4%. Terdapat dua perlakuan
penambahan ekstrak teh hijau untuk masing-masing konsentrasi yaitu
penambahan yang dilakukan sebelum proses fermentasi dan penambahan
yang dilakukan setelah fermentasi selesai. Dua perlakuan ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh penambahan ekstrak teh hijau terhadap
pertumbuhan bakteri asam laktat selama proses fermentasi. Dari hasil
analisis, dapat dilihat bagaimana interaksi antara perbedaan konsentrasi
ekstrak dan waktu penambahan ekstrak terhadap pertumbuhan bakteri asam
laktat dalam produk.
68
a. Total Polifenol
Berdasarkan hasil analisis total polifenol, peningkatan konsentrasi
ekstrak teh hijau yang ditambahkan mengakibatkan peningkatan terhadap
total polifenol yang terkandung dalam produk. Kandungan polifenol yang
terukur pada kontrol yaitu sebesar 23.36 mg/l. Kandungan polifenol pada
masing-masing sampel lainnya tertera pada Tabel 8. Perhitungannya
menggunakan kurva standar asam tanat yang dibuat pada konsentrasi 0-
50 mg/l, sehingga total polifenol produk dianggap sebagai total asam
tannat. Pembacaannya menggunakan metode spektrofotometri pada
λ=760 nm. Kurva standar asam tannat terlampir pada Lampiran 6,
sedangkan data hasil analisis total polifenol produk secara lengkap
terdapat pada Lampiran 7.
Tabel 8. Total polifenol formula minuman soygurt penelitian tahap II Sampel Ul Rata-rata
K : kontrol A : formula minuman soygurt dengan penambahan ekstrak teh hijau (%) sebelum inkubasi B : formula minuman soygurt dengan penambahan ekstrak teh hijau (%) setelah inkubasi
A1 : 0.5 % A2 : 1 % A3 : 1.5 % A4 : 2 %
A5 : 2.5 % A6 : 3 % A7 : 3.5 % A8 : 4 %
B1 : 0.5 % B2 : 1 % B3 : 1.5 % B4 : 2 %
B5 : 2.5 % B6 : 3 % B7 : 3.5 % B8 : 4 %
69
Secara statistik, perlakuan penambahan ekstrak teh hijau pada
berbagai konsentrasi mulai dari 0.5-4 % memberikan pengaruh yang
nyata terhadap total polifenol produk akhir (p=0.00). Namun, waktu
penambahan ekstrak ternyata tidak berpengaruh nyata terhadap total
polifenol produk akhir dengan signifikansi sebesar 0.205. Perbedaan
yang nyata muncul pada total polifenol formula kontrol dengan total
polifenol sampel dengan penambahan ekstrak teh hijau dengan
signifikansi sebesar 0.028.
Penambahan ekstrak teh hijau sampai konsentrasi 1% memiliki
kandungan polifenol yang tidak berbeda nyata dengan total polifenol
pada formula kontrol. Peningkatan total polifenol terus terjadi pada
formula dengan konsentrasi ekstrak teh hijau yang lebih tinggi dan
jumlahnya berbeda nyata dengan kontrol. Hasil analisis sidik ragam
terhadap total polifenol produk minuman soygurt terlampir pada
Lampiran 8.
Ekstrak teh hijau yang ditambahkan sebelum inkubasi mengalami
proses fermentasi bersama dengan bahan baku minuman soygurt lainnya.
Menurut Shahidi dan Naczk (1995), senyawa-senyawa polifenol akan
terurai menjadi komponen-komponen fenolik yang lebih sederhana
setelah proses fermentasi. Berdasarkan Tabel 8, total polifenol yang
terukur pada sampel-sampel kode B (penambahan ekstrak setelah
inkubasi) umumnya lebih tinggi dibandingkan sampel-sampel kode A
(penambahan ekstrak sebelum inkubasi). Hal ini mungkin berkaitan
dengan degradasi polifenol yang terjadi akibat proses fermentasi. Namun,
penurunan kadar total polifenol yang terjadi tidak signifikan berdasarkan
uji statistik yang dilakukan.
Dari hasil analisis tersebut, pemilihan konsentrasi ekstrak yang akan
digunakan untuk tahap selanjutnya adalah konsentrasi dengan rata-rata
tertinggi dan berbeda nyata dengan kontrol. Namun, pemilihan kadar
ekstrak tetap harus mempertimbangkan jumlah total BAL yang terhitung
dari analisis total BAL yang dilakukan terhadap masing-masing sampel.
Jika dilihat dari parameter total polifenol, formula yang terpilih untuk
70
digunakan pada tahap penelitian selanjutnya adalah formula B8 dengan
total polifenol sebesar 28.41 mg/l.
b. Total BAL
Hasil analisis BAL terhadap produk akhir tertera pada Tabel 9 dan
Tabel 10. Dari kedua tabel dapat disimpulkan bahwa total BAL yang
terhitung pada sampel kode A (penambahan ekstrak teh hijau pra-
fermentasi) yaitu ± 105 cfu/ml. Hasil yang berbeda terlihat pada sampel
kode B (penambahan ekstrak teh hijau pasca-fermentasi) dimana
pertumbuhan bakteri asam laktat mencapai jumlah minimal 106 cfu/ml.
Perbedaan antara keduanya sampai 1 log pertumbuhan, sehingga waktu
penambahan dapat dikatakan berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan
bakteri asam laktat.
Pertumbuhan BAL pada sampel kode B mencapai 106 cfu/ml, angka
ini masih memenuhi syarat minuman probiotik walaupun jumlahnya
mendekati batas bawah kisaran yang dianjurkan. Berdasarkan Tabel 9
dan Tabel 10, formula minuman soygurt yang memiliki kandungan BAL
tertinggi yaitu sampel B4 dengan total BAL sebanyak 5.2 × 106 cfu/ml.
Untuk selengkapnya, data analisis total BAL dari masing-masing sampel
dapat dilihat pada Lampiran 9.
Tabel 9. Total BAL minuman soygurt dengan penambahan ekstrak teh hijau sebelum inkubasi
Formula Ulangan Jumlah koloni (cfu/ml)
Rata-rata (cfu/ml)
K 1 2 7.0 x 106 2.8 x 106 4.9 x 106 A1 1 2 6.4 x 105 4.9 x 105 5.6 x 105 A2 1 2 7.1 x 105 1.5 x 105 4.3 x 105 A3 1 2 5.4 x 105 7.7 x 105 6.5 x 105 A4 1 2 1.5 x 105 5.7 x 105 3.6 x 105 A5 1 2 6.3 x 105 6.7 x 105 6.5 x 105 A6 1 2 4.5 x 105 5.4 x 105 4.9 x 105 A7 1 2 9.3 x 105 5.8 x 105 7.5 x 105 A8 1 2 1.5 x 105 8.1x 105 4.8 x 105
71
Tabel 10. Total BAL minuman soygurt dengan penambahan ekstrak teh hijau setelah inkubasi
Formula Ulangan Jumlah koloni (cfu/ml)
Rata-rata (cfu/ml)
B1 1 2 1.6 x 106 9.0 x 105 1.2 x 106 B2 1 2 3.8 x 106 1.0 x 106 2.4 x 106 B3 1 2 1.1 x 106 2.5 x 106 1.8 x 106 B4 1 2 4.2 x 106 6.2 x 106 5.2 x 106 B5 1 2 2.8 x 106 5.7 x 106 4.2 x 106 B6 1 2 3.4 x 106 1.5 x 106 2.4 x 106 B7 1 2 3.7 x 106 5.3 x 106 4.5 x 106 B8 1 2 3.9 x 106 5.0 x 106 4.4 x 106
Pada Lampiran 10, dilampirkan data analisis sidik ragam terhadap
interaksi antara total polifenol dan waktu penambahan terhadap total
BAL dari produk minuman soygurt. Dari data tersebut diketahui bahwa
interaksi antara total polifenol dan waktu penambahan ekstrak teh hijau
tidak berpengaruh nyata terhadap total BAL produk (p=0.445). Perlakuan
penambahan ekstrak teh hijau sampai konsentrasi 4% juga tidak
berpengaruh nyata terhadap total BAL produk (p=0.063). Namun, waktu
penambahan ekstrak teh hijau berpengaruh nyata terhadap total BAL
dengan signifikansi sebesar 0.000. Dari hasil uji lanjut Duncan terhadap
pengaruh waktu inkubasi terhadap total BAL, dapat dilihat bahwa rata-
rata total BAL pada formula-formula yang ditambahkan ekstrak teh hijau
setelah inkubasi tidak berbeda nyata dengan kontrol (formula tanpa
penambahan ekstrak), sedangkan rata-rata total BAL antara formula-
formula yang ditambahkan ekstrak teh hijau sebelum inkubasi berbeda
signifikan dengan kontrol.
Pemilihan formula yang akan digunakan pada penelitian tahap
selanjutnya didasarkan pada kandungan total BAL dan total polifenol
tertinggi. Karena waktu penambahan berpengaruh nyata terhadap total
BAL, maka formula yang dipilih ialah formula dengan penambahan
ekstrak setelah inkubasi, yaitu formula dengan kode B. Jumlah
konsentrasi yang ditambahkan yaitu 4% (formula B8). Formula yang
dipilih bukan formula B4 (penambahan ekstrak sebanyak 2%) yang
72
mengandung jumlah total BAL tertinggi, karena secara statistik
perbedaan tingkat konsentrasi ekstrak teh hijau tidak berpengaruh nyata
terhadap total BAL, sehingga pemilihan formula dipilih berdasarkan
kandungan total polifenol tertinggi.
Formula B8 merupakan formula minuman soygurt dengan
kandungan susu skim sebanyak 1.5% yang ditambahkan ekstrak teh hijau
sebanyak 4% setelah proses fermentasi produk berakhir. Untuk tahap
selanjutnya, formula B8 akan dimodifikasi dengan penambahan flavor
untuk meningkatkan daya penerimaan produk oleh panelis. Komposisi
formula B8 secara rinci dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Komposisi bahan tambahan minuman soygurt terpilih (formula B8)
Nama bahan Persentase Satuan
Susu skim 1.5 % gram/100 ml
Gula pasir 5 % gram/100 ml
Pektin 0.25 % gram/100 ml
Ekstrak teh hijau 4 % ml/100 ml
c. Nilai TAT
Nilai TAT yang terukur pada masing-masing formula minuman
soygurt tertera pada Tabel 12. Nilai TAT tertinggi yaitu 0.41% pada
formula B5, sedangkan nilai terendah yaitu 0.34 pada formula A2. Nilai
TAT keseluruhan produk tidak berbeda nyata antar sampel, bahkan
cenderung sama antar sampel yang berbeda (Lampiran 11). Hal ini
disebabkan oleh kandungan laktosa yang sama pada setiap sampel yang
diujikan. Seluruh sampel sama-sama mengandung susu skim sebesar
1.5% dari volum total sesuai dengan formula yang terpilih pada
penelitian tahap I. Susu skim merupakan satu-satunya sumber laktosa
dalam produk yang dapat dipergunakan oleh bakteri asam laktat untuk
melangsungkan proses fermentasi. Apabila laktosa yang tersedia pada
73
setiap sampel sama, maka asam laktat yang dihasilkan pun akan sama
atau paling tidak hanya sedikit perbedaan yang muncul.
Menurut SNI yogurt (SNI 01.2981-1992), kadar asam laktat minimal
yang terdapat dalam yogurt ialah 0.5%. Nilai TAT yang terukur pada
masing-masing formula minuman soygurt dalam penelitian ini tidak
memenuhi kriteria tersebut karena kisaran nilainya adalah antara 0.34-
0.41%. Namun, jumlah tersebut memenuhi standar minimum kandungan
asam laktat yang ditetapkan oleh Codex Alimentarius Commission
terhadap produk minuman susu fermentasi, yaitu 0.3% (CODEX STAN
243-2003).
Tabel 12. Rata-rata nilai TAT minuman soygurt pada penelitian tahap II
Nilai pH yang terukur pada keseluruhan sampel minuman soygurt
dengan ekstrak teh hijau juga tidak menunjukkan perbedaan yang
signifikan secara statistik (Lampiran 12). Histogram data pengukuran
nilai pH yang terukur pada sampel-sampel pada penelitian tahap II dapat
dilihat pada Gambar 15.
74
Dari grafik pada Gambar 15 terlihat bahwa nilai pH yang terukur
pada sampel-sampel kode A lebih tinggi dibanding sampel-sampel kode
B. Hal ini berarti bahwa produksi asam pada sampel yang ditambahkan
ekstrak teh hijau setelah inkubasi lebih banyak dibanding pada sampel-
sampel yang penambahan ekstrak teh hijaunya dilakukan sebelum
fermentasi. Polifenol dapat menghambat pertumbuhan beberapa jenis
strain bakteri asam laktat, sehingga produksi asam oleh bakteri pun
menurun (Shahidi dan Naczk, 1995).
Gambar 15. Nilai pH formula minuman soygurt penelitian tahap II
4,22
4,26
4,21
4,26
4,19
4,23
4,19
4,23
4,16
4,22
4,18
4,22
4,18
4,21
4,19
4,214,20
4,1
4,12
4,14
4,16
4,18
4,2
4,22
4,24
4,26
Rat
a-ra
ta N
ilai p
H
Kontrol 0.5% 1% 1.5% 2% 2.5% 3% 3.5% 4%
Konsentrasi susu skim
3. Penelitian Tahap III
Pada tahap ini, modifikasi yang dilakukan ada tiga macam. Modifikasi
formula yang dilakukan terhadap formula inti minuman fermentasi kedelai
yaitu penambahan gula dan berbagai bentuk perisa yang dapat menutupi
rasa atau aroma khas yang kurang disukai pada produk akhir. Perisa yang
digunakan hanya satu rasa yaitu rasa jeruk. Perisa jeruk ditambahkan dalam
tiga bentuk yang berbeda. Untuk formula A (sampel 579) ditambahkan
perisa dalam bentuk jus jeruk segar dengan bulir bermerek Buavita yang
banyak terdapat di pasaran. Formula B (sampel 267) menggunakan perisa
berbentuk flavor cair larut air yang didapat dari PT. Essence Indonesia,
Sampel kode A (A1-A8) Sampel kode B (B1-B8)
75
sedangkan formula C (sampel 852) menggunakan perisa dari konsentrat
buah jeruk merk Sunquick yang juga banyak terdapat di pasaran. Jumlah
konsentrasi masing-masing jenis flavor yang ditambahkan ditentukan
berdasarkan penelitian trial and error. Pada uji organoleptik, kontrol diberi
kode 381. Perincian masing-masing formula modifikasi dapat dilihat pada
Tabel 13.
Tabel 13. Komposisi formula minuman soygurt modifikasi
Nama bahan Formula
Kontrol A B C
Soygurt base X ml X ml X ml X ml
Larutan gula 25 % - 15 % 15 % 15 %
Ekstrak teh hijau 4 % 4 % 4 % 4 %
Flavor jeruk IFF - 0.5 % - -
Jus buah segar (Buavita) - - 30 % -
Konsentrat jeruk (Sunquick) - - - 5 %
Keterangan :
X = jumlah soygurt base sama dengan jumlah susu kedelai (1 : 8) awal yang digunakan setelah pengenceran ¼ kali. Setiap bahan tambahan dihitung berdasarkan basis susu kedelai awal yang digunakan
Analisis yang paling utama pada penelitian tahap III ini yaitu uji
organoleptik produk. Ketiga formula beserta kontrol diujikan kepada 30
orang panelis untuk mengetahui tingkat kesukaan terhadap masing-masing
formula dan peringkatnya secara keseluruhan. Form uji organoleptiknya
terlampi pada Lampiran 15.
a. Uji Organoleptik
Berdasarkan hasil organoleptik awal pada penelitian tahap I,
mayoritas panelis mendapati adanya rasa masir yang terasa saat produk
diminum sehingga produk agak sulit ditelan. Kemudian, dilakukan trial
and error untuk mengetahui penyebab munculnya rasa masir pada
produk. Trial and error dilakukan dengan mengubah penambahan pektin
yang awalnya ditambahkan sebelum fermentasi menjadi setelah
fermentasi dalam bentuk larutan. Pembuatan larutan pektin dapat dilihat
76
pada Gambar 8. Nussinovitch (1997) menjelaskan bahwa pektin
merupakan zat penstabil yang baik untuk diaplikasikan dalam produk-
produk fermentasi karena sifatnya yang tahan dan mampu beradaptasi
terhadap kondisi keasaman yang tinggi. Namun, bila pektin terlibat
dalam proses fermentasi, terlebih lagi bila suhu fermentasi terlalu tinggi,
bakteri asam laktat akan mendegradasi pektin sehingga dihasilkan tekstur
yang tidak diinginkan pada produk hasil akhir fermentasi. Tekstur yang
tidak diinginkan tersebut ialah yang terdeteksi oleh panelis pada
penelitian tahap pertama, yaitu tekstur berpasir (grain-like).
Penggunaan gula pasir dalam pembuatan larutan pektin sangat
penting. Gula pasir berguna untuk mengikat bubuk pektin agar lebih
mudah larut saat dilarutkan dalam air karena gula merupakan substansi
kimia yang mudah larut air. Pemanasan juga dilakukan dengan tujuan
mempermudah kelarutan pektin, namun panas yang dicapai tidak boleh
lebih dari 70oC karena molekul-molekul pektin juga mudah terdegradasi
oleh panas yang tinggi (May, 1992).
Hasil uji organoleptik yang dilakukan menunjukkan bahwa secara
keseluruhan, modifikasi formula yang paling disukai oleh mayoritas
panelis adalah formula C (sampel 852), yaitu minuman soygurt dengan
penambahan konsentrat jeruk Sunquick. Skor yg didapat oleh formula C
terhadap atribut keseluruhan (overall) produk yaitu 5.5 (antara agak suka
sampai suka). Skor yang didapat dari masing-masing formula termasuk
kontrol tertera pada Tabel 14.
Tabel 14. Skor penilaian panelis terhadap atribut sensori minuman
soygurt
Formula Kode
Atribut sensori
Ras
a
Aro
ma
Kea
sam
an
Pena
mpa
kan
dan
war
na
Tek
stur
Ove
rall
Formula A 579 4.1 5.2 4.8 4.9 4.6 4.7
Formula B 267 3.8 4.3 4.3 4.6 4.3 3.9
Formula C 852 5.5 4.9 5.4 4.9 5.1 5.5
Kontrol 381 2.7 3.4 3.4 4.8 4.4 3.4
77
Uji organoleptik dilakukan terhadap 6 atribut sensori. Keenam
atribut tersebut yaitu rasa, aroma, keasaman, penampakan dan warna,
tekstur, dan overall. Berdasarkan hasil uji statistik, formula C
mengungguli formula-formula lainnya yang diujikan. Gambar dari
ketiga formula beserta kontrol dapat dilihat pada Gambar 16.
Dari Tabel 14, dapat dilihat bahwa skor tertinggi untuk atribut rasa
dimiliki oleh formula C (5.5), kemudian diikuti oleh formula A (4.1),
formula B (3.8), dan kontrol (2.7). Berdasarkan analisis sidik ragam
terhadap atribut rasa, formula C berbeda secara signifikan terhadp
formula A, B, dan kontrol. Formula A dan B juga berbeda nyata dengan
kontrol, namun tidak berbeda nyata antar keduanya. Hal ini berarti
bahwa penambahan jus jeruk dan penambahan flavor memberikan
kontribusi yang kurang lebih sama terhadap rasa dari produk minuman
soygurt, sedangkan penambahan konsentrat jeruk dapat meningkatkan
kesukaan panelis terhadap rasa minuman lebih baik. Hasil analisis sidik
ragam terhadap rasa minuman soygurt dapat dilihat pada Lampiran 13 a.
Untuk atribut aroma, skor tertinggi dimiliki oleh formula A (5.2),
kemudian diikuti oleh formula C (4.9), formula B (4.3), lalu kontrol
(3.4). Analisis sidik ragam terhadap atribut aroma (Lampiran 13 b)
menunjukkan bahwa aroma formula A dan C tidak berbeda nyata, tapi
berbeda nyata dengan formula B dan kontrol. Aroma jeruk dari formula
A dan C cukup menonjol sehingga aroma asam khas soygurt tertutupi.
Aroma dari jus buah pada formula B tidak begitu menonjol, sehingga
masih tercium aroma khas soygurt yang tidak disukai oleh panelis.
Namun, aroma dari formula B berbeda nyata dengan aroma dari kontrol.
Hal ini menunjukkan bahwa penambahan jus buah juga meningkatkan
kesukaan panelis terhadap aroma minuman soygurt walaupun tidak
sebaik formula A dan C.
Uji statistik terhadap atribut keasaman menunjukkan hasil seperti
tertera pada Lampiran 13 c. Tingkat kesukaan panelis terhadap
keasaman dari keempat formula yang diujikan seluruhnya saling
berbeda nyata satu sama lain. Keasaman yang paling disukai panelis
78
yaitu pada formula C dengan skor 5.4, kemudian diikuti oleh formula A
(4.8), formula B (4.3), dan terakhir yaitu kontrol (3.4). Penambahan
larutan gula dan flavor pada ketiga formula berpengaruh secara
signifikan terhadap penerimaan formula minuman soygurt kontrol. Hal
ini berhubungan dengan kecenderungan konsumen Indonesia yang lebih
menyukai rasa manis dibandingkan rasa asam.
Penampakan dan warna yang paling disukai adalah dari formula C
(4.9), kemudian formula A (4.9), kontrol (4.8), dan formula B (4.6).
Pada Lampiran 13 d, dapat dilihat bahwa keempat formula yang
diujikan tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Hal ini dapat
dilihat dari signifikansi yang terukur pada keempat sampel yang
diujikan, yaitu sebesar 0.709 (p > 0.05). Secara visual, warna dan
penampakan dari formula C paling berbeda dari sampel-sampel yang
lain. Warna jingga pada formula C terlihat paling mencolok dibanding
yang lain. Namun, warna yang mencolok tersebut ternyata tidak
meningkatkan kesukaan panelis terhadap warna dan penampakan
produk. Beberapa panelis lebih menyukai warna produk yang putih
dibanding produk yang warnanya mencolok seperti pada formula C. Hal
ini mungkin berhubungan dengan kecenderungan warna produk
minuman fermentasi pada umumnya yang biasanya berwarna putih atau
pucat.
Tekstur yang paling disukai yaitu formula C (5.1), kemudian
formula A (4.6), kontrol (4.4), lalu formula B (4.3). Secara statistik,
tekstur formula C berbeda signifikan terhadap ketiga formula lainnya.
Namun, ketiga formula yang lain tidak berbeda nyata satu sama lain.
Tekstur pada keempat formula dipengaruhi oleh penambahan bahan-
bahan tambahan seperti larutan gula, jus buah, flavor, konsentrat dan
ekstrak teh hijau. Pada formula B, penambahan jus buah dan larutan
gula menyebabkan peningkatan viskositas yang cukup besar. Hal ini
mengakibatkan perubahan tekstur yang cukup berarti. Dibandingkan
dengan ketiga formula yang lain, formula B adalah yang paling encer,
sehingga penerimaannya oleh panelis pun menempati urutan terakhir.
79
Hasil analisis sidik ragam terhadap atribut tekstur terlampir pada
Lampiran 13 e.
Secara keseluruhan, sampel 852 (formula C) adalah yang paling
disukai panelis dibanding sampel yang lain. Sampel 852 unggul pada
atribut rasa, penampakan dan warna serta tekstur.
Gambar 16. Minuman soygurt modifikasi
Keterangan : Kontrol : minuman soygurt tanpa modifikasi Formula A : soygurt base dengan penambahan flavor jeruk IFF Formula B : soygurt base dengan penambahan jus buah jeruk Buavita Formula C : soygurt base dengan penambahan konsentrat jeruk Sunquick
b. Viskositas
Viskositas yang terukur dari masing-masing formula pada
penelitian tahap III tertera pada Tabel 15. Viskositas terendah yaitu
formula dengan penambahan jus buah, yaitu 9.00 cPoise.
Peningkatannya berturut-turut terjadi pada formula dengan
penambahan konsentrat jeruk sebesar 14.38 cPoise, formula dengan
KONTROL FORMULA A
FORMULA B FORMULA C
80
penambahan flavor sebesar 17.13 cPoise, lalu formula kontrol (tanpa
penambahan apapun) sebesar 27.00 cPoise. Rendahnya viskositas yang
dimiliki formula B ialah karena penambahan larutan 25 % dan jus buah
yang cenderung encer, sehingga kekentalan minuman soygurt base pun
ikut menjadi encer.
Tabel 15. Hasil Pengukuran Viskositas Formula Modifikasi
Formula Ul Viskositas (cPoise) Rata-rata
Kontrol 1 28.00
27.00 2 26.00
Formula A1 17.50
17.13 2 16.75
Formula B1 9.5
9.00 2 8.5
Formula C1 14.50
14.38 2 14.25
Dibanding dengan formula IV ada penelitian tahap I, viskositas
minuman soygurt dengan penambahan susu skim 1.5 % mengalami
peningkatan dari 19.50 cPoise menjadi 27.00 cPoise. Hal ini
disebabkan oleh penambahan larutan pektin setelah proses fermentasi.
Awalnya, pada penelitian tahap I, pektin diikutsertakan dalam proses
fermentasi, namun karena penerimaan panelis yang kurang baik
terhadap tekstur masir pada produk menyebabkan terjadinya perubahan
tahapan penambahan pektin ke dalam formula. Selain perbaikan
tekstur, penambahan larutan pektin setelah fermentasi ternyata
meningkatkan viskositas produk akhir.
Penambahan jus buah menurunkan tingkat kekentalan minuman
soygurt base paling besar. Penambahan flavor cair dan penambahan
konsentrat jeruk Sunquick hanya sedikit menurunkan tingkat
kekentalan soygurt base. Secara statistik, keempat formula modifikasi
memiliki nilai viskositas yang saling berbeda nyata satu sama lain
dengan p=0.00. Hasil analisisnya tertera pada Lampiran 17.
81
c. Analisis Proksimat
Analisis proksimat dilakukan terhadap formula terbaik yang dipilih
berdasarkan hasil uji organoleptik, yaitu terhadap formula C (kode 852),
formula minuman soygurt dengan penambahan konsentrat jeruk
Sunquick. Analisis proksimat yang dilakukan yaitu analisis kadar
protein, kadar lemak, kadar air, kadar abu, dan karbohidrat. Hasil
analisis proksimat dari formula tertera pada Tabel 16.
Tabel 16. Proksimat formula terpilih
Zat Gizi Jumlah Satuan
Kadar Air 83.54 % b.b
Kadar Abu 0.30 % b.b
Protein e) 7.84 % b.b
Lemak 2.95 % b.b
Karbohidrat 5.37 % b.b e) Faktor konversi untuk produk kedelai = 5.71
Kadar Air
Air merupakan komponen utama dalam bahan pangan yang dapat
menentukan daya penerimaan, kesegaran, dan daya tahan bahan pangan
tersebut (Winarno, 1997). Salah satu fungsi air dalam produk minuman
fermentasi ialah sebagai pembentuk emulsi. Jenis emulsi pada minuman
fermentasi yaitu emulsi minyak dalam air (O/W), dimana minyak
sebagai fase terdispersi dan air sebagai fase kontinu.
Hasil pengukuran kadar air pada formula C yaitu 83.54%. Kadar
air produk yang tinggi tersebut disebabkan oleh banyaknya jumlah air
yang ditambahkan ke dalam formula untuk mendapatkan suatu bentuk
produk minuman yang segar. Secara visual, produk minuman soygurt
memang terlihat encer jika dibandingkan dengan produk yogurt pada
umumnya.
82
Kadar Abu
Susu kedelai pada umumnya memiliki kandungan mineral yang
lebih rendah dibandingkan dengan susu sapi. Mineral-mineral yang
dimaksud antara lain kalsium, fosfor, dan natrium. Namun, susu kedelai
memiliki kandungan zat besi, kalium, magnesium yang lebih tinggi
(Liu, 1997). Menurut Tamime dan Robinson (1989), proses fermentasi
susu menjadi yogurt akan sedikit meningkatkan kandungan mineralnya.
Analisis kadar abu terhadap sampel menghasilkan jumlah kadar abu
sebesar 0.30%. Jumlah ini memenuhi persyaratan SNI yogurt untuk
kadar abu, yaitu maksimal 11%.
Kadar Protein
Dari Tabel 16 terlihat bahwa protein yang terkandung dalam
produk akhir cukup tinggi, yaitu 7.84% b.b. Jumlah ini memenuhi syarat
protein minimal yang dikandung oleh yogurt susu sapi berdasarkan SNI
01-2981-1992 (Lampiran 16), yaitu 3.5% b.b. Protein yang terkandung
dalam produk tidak seluruhnya merupakan protein susu, melainkan
protein nabati yang berasal dari bahan baku kedelai yang digunakan.
Menurut Herastuti et al. (1994) dalam Yusmarini (2004), protein yang
terkandung dalam yogurt merupakan jumlah total protein dari bahan
baku yang digunakan dan protein bakteri asam laktat yang terdapat di
dalamnya.
Kandungan protein yang terkandung dalam bahan baku kedelai
berperan penting untuk menghasilkan soygurt dengan kualitas yang
baik. Menurut Shurtleff dan Aoyagi (1984), susu kedelai yang
digunakan dalam pembuatan soygurt sebaiknya mengandung protein
sebanyak 3.6-4.6% agar diperoleh tekstur yang baik. Kadar protein susu
juga mempengaruhi viskositas pada produk akhir (Tamime dan
Robinson, 1989). Semakin tinggi kadar protein, maka semakin
meningkat pula viskositas produk akhir yang dihasilkan.
83
Kadar Lemak
Kadar lemak yang terukur dalam produk ialah 2.95%. Jumlah ini
masih memenuhi kandungan lemak pada produk yogurt yang dianjurkan
dalam SNI. Produk minuman soygurt pada penelitian memang sudah
seharusnya mengandung lemak dalam jumlah sedikit karena dari bahan-
bahan yang digunakan merupakan bahan rendah lemak, yaitu bahan
nabati (kedelai), susu skim (susu tanpa lemak), dan pektin yang
diekstrak dari dinding sel tanaman.
Selama fermentasi berlangsung, bakteri asam laktat mengurai
lemak menjadi asam-asam lemak dengan bantuan enzim lipase. Proses
ini biasanya hanya sedikit terjadi dan tergantung pada kultur bakteri
yang digunakan serta ada tidaknya proses homogenisasi (Tamime dan
Robinson, 1989).
Pada umumnya, produk fermentasi seperti yogurt dikonsumsi
untuk tujuan diet karena kandungan lemak susunya lebih rendah. Susu
kedelai mengandung lemak yang lebih rendah dibanding susu sapi,
sehingga minuman soygurt sangat baik dikonsumsi untuk tujuan diet
lemak.
Kadar Karbohidrat
Karbohidrat pada kedelai sebagian besar merupakan sukrosa dan
oligosakarida. Meskipun tidak terdapat laktosa, beberapa bakteri asam
laktat mampu menggunakan jenis karbohidrat lain yang terdapat pada
kedelai sebagai sumber energinya. Namun demikian, proses fermentasi
ynag berlangsung tidak dapat seefektif dan secepat fermentasi laktosa.
Oleh karenanya, penambahan laktosa cukup membantu agar dapat
mempercepat proses fermentasi.
Pengukuran kadar karbohidrat dalam penelitian ini dilakukan
dengan metode by difference. Kadar karbohidrat yang terukur ialah
sebesar 5.37%. Karbohidrat yang terukur tersebut ialah kandungan
karbohidrat total secara kasar.
84
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa aplikasi susu kedelai
dalam produk minuman fermentasi cukup berpotensi karena beberapa alasan,
diantaranya komposisi nutrisinya, terutama kandungan proteinnya yang tinggi
yang menyerupai susu sapi sehingga kondusif bagi pertumbuhan bakteri asam
laktat, harganya lebih murah dan terjangkau, dan ketersediaannya cukup
banyak di pasaran. Namun, penambahan susu skim sebagai substansi penyedia
laktosa juga sangat diperlukan untuk menciptakan kondisi yang lebih sesuai
bagi pertumbuhan bakteri asam laktat.
Kandungan susu skim yang ditambahkan mempengaruhi jumlah bakteri
asam laktat, total asam laktat yang dihasilkan, dan viskositas produk. Semakin
tinggi konsentrasi yang ditambahkan, semakin baik pertumbuhan BAL,
semakin banyak asam laktat yang dihasilkan, dan semakin tinggi tingkat
kekentalan produk akhir.
Jumlah total BAL pada minuman soygurt tidak setinggi yogurt susu sapi
pada umumnya, tetapi produk minuman soygurt dengan penambahan ekstrak
teh hijau memiliki manfaat tambahan dari kandungan total polifenolnya, yaitu
sebagai antioksidan yang baik bagi metabolisme tubuh. Total polifenol yang
terdapat dalam produk merupakan jumlah total polifenol yang berasal dari
bahan baku kedelai dan ekstrak teh hijau.
Penambahan ekstrak teh hijau dengan konsentrasi 0.5-4% memberikan
pengaruh nyata terhadap total polifenol produk. Total polifenol pada minuman
soygurt dengan penambahan ekstrak teh hijau sebelum fermentasi tidak
berbeda nyata dengan total polifenol pada minuman soygurt yang penambahan
ekstraknya dilakukan setelah proses fermentasi.
Penambahan ekstrak teh hijau sampai konsentrasi 4% tidak memberikan
pengaruh nyata terhadap pertumbuhan total BAL dalam produk. Namun,
penambahan ekstrak sebaiknya dilakukan setelah fermentasi selesai karena
penambahan ekstrak sebelum fermentasi dapat menghambat pertumbuhan
BAL dan probiotik.
85
Berdasarkan hasil penelitian, formula minuman soygurt dasar yang
terpilih yaitu formula B8 dengan kandungan BAL sebanyak 5.0 x 106 cfu/ml
dan kandungan polifenol sebesar 28.41 mg/l. Formula B8 yaitu formula
minuman soygurt yang terbuat dari susu kedelai dengan penambahan 1.5%
susu skim dan 4% ekstrak teh hijau yang ditambahkan setelah proses
fermentasi selesai. Skor uji hedonik terhadap formula ini adalah 3.8. Skor ini
menunjukkan tingkat penerimaan panelis yang tidak terlalu tinggi karena rasa
dan aroma minuman soygurt yang tidak biasa dan belum begitu dikenal.
Hasil uji organoleptik tahap kedua menunjukkan bahwa penambahan
flavor dan larutan gula ke dalam formula minuman soygurt dapat
meningkatkan penerimaan produk baik terhadap rasa, aroma, penampakan,
warna, tekstur, dan tingkat keasaman. Formula modifikasi yang paling disukai
oleh panelis secara berturut-turut yaitu formula dengan penambahan
konsentrat jeruk Sunquick dengan skor hedonik 5.5, formula dengan
penambahan flavor jeruk IFF dengan skor 4.7, dan formula dengan
penambahan jus jeruk Buavita dengan skor 3.9.
Penambahan pektin penting untuk menciptakan tekstur yang lebih kental,
meningkatkan mouthfeel, dan membentuk konsistensi yang lebih stabil.
Penambahan pektin ke dalam formula sebaiknya dilakukan setelah fermentasi
karena penambahan sebelum fermentasi akan memunculkan rasa masir yang
tidak disukai pada produk minuman.
Analisis proksimat terhadap produk modifikasi terpilih (formula dengan
penambahan konsentrat jeruk) menunjukkan data kadar protein produk sebesar
7.84%, kadar lemak 2.95%, kadar air 83.54%, kadar abu 0.3%, dan kadar
karbohidrat 5.37%. Selain sebagai sumber BAL, probiotik, dan senyawa
antioksidan, produk minuman soygurt juga merupakan sumber protein yang
baik karena kandungan proteinnya yang tinggi.
B. Saran
Standardisasi untuk minuman soygurt atau produk fermentasi berbasis
kedelai lainnya perlu dibuat untuk menjaga kualitas dan keamanan produk
untuk konsumsi masyarakat. Penggunaan bahan baku susu kedelai dan bahan-
bahan tambahan lain seperti soymilk powder dan atau ekstrak teh hijau serbuk
86
yang telah terstandardisasi dengan baik merupakan alternatif yang sangat
dianjurkan untuk memudahkan proses produksi minuman soygurt dan
mencapai mutu yang relatif stabil.
Untuk memasarkan produk minuman fermentasi kedelai hasil penelitian
ini, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui kondisi penyimpanan
terbaik, umur simpan produk, jenis kemasan yang sesuai, dan jumlah
konsumsi minimum untuk mendapatkan manfaat tambahan dari produk.
Analisis finansial dan analisis pasar juga perlu dikaji lebih lanjut untuk
mendapatkan tingkat penerimaan produk yang baik.
87
DAFTAR PUSTAKA
AOAC. 1984. Official Methods of Analysis. AOAC (Association of Official Analytical Chemist), Inc., Arlington, Virginia.
AOAC. 1995. Official Methods of Analysis. AOAC (Association of Official
Analytical Chemist), Inc., Arlington, Virginia. Astawan, M. 2002. Khasiat dan Nilai Gizi Yoghurt.
http://www.halal.mui.or.id/pustaka/yoghurt.htm Buckle, K.A., R.A. Edwards, G.H. Fleet, dan Wooton. 1987. Ilmu Pangan.
Terjemahan Hadi Purnomo dan Adiono. UI Press, Jakarta. Chaitow, L. dan N. Trenev. 1990. Probiotics. Thorsons, London. De Vuyst, L. dan E. J. Vandamme. 1994. Antimicrobial Potential of Lactic Acid
Bacteria. Di dalam: De Vuyst, L. dan E. J. Vandamme (Eds.). Bacteriocins of Lactic Acid Bacteria Microbiology, Genetics, and Applications. Blackie Academic and Professional, London.
Fardiaz, S. 1989. Penuntun Praktikum Mikrobiologi Pangan. Lembaga
Sumberdaya Informasi (LSI), Institut Pertanian Bogor, Bogor. Fuller, R. 1991. Probiotics in Human Medicine. Gut 32: 439-442. Gilliland, S.E. 1986. Role of Starter Culture Bacteria in Food Preservation. Di
Greed, R.S., E.G.D. Murray, dan N.R. Smith. 1957. Bergey’s Manual of
Determinative Bacteriology. 7th edition. The Williams and Wilkins Company.
Hall III, Clifford. 2001. Sources of Natural Antioxidants: Oilseeds., Nuts, Cereals,
Legumes, Animal Products, and Microbial Sources. Di dalam: Pokorny J., Nedyalka Yanishlieva, Michael Gordon (Eds.). Antioxidants in Food. Woodhead Publishing Ltd., Cambridge, England.
Haytowitz, D.B. dan R.H. Matthews. 1989. Nutrient Content of Other Legume
Products. Di dalam: Matthews, R.H. (Ed.). Legumes (Chemistry, Technology, and Human Nutrition). Marcel Dekker, Inc., New York.
Helferich, W dan D. Westhoff. 1980. All About Yoghurt. Prentice Hall Inc.,
Engelwood Cliffs, New Jersey.
88
Hutkins, R. W. dan N. L. Nannen. 1993. pH Homeostatis in Lactic Acid Bacteria. J. Dairy Sci. 76: 2354-2365.
Jay, J.M. 1978. Modern Food Microbiology. 2nd Edition. D Van Nostrand
Company, New York. Jenie, B.S.L. 1996. Peranan Bakteri Asam Laktat sebagai Pengawet Hayati
Makanan. Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan. Vol. I no.2, hal. 60-73. Kanbe, M. 1992. Uses of Intestine Lactic Acid Bacteria and Health. Di dalam:
Nakazawa, Y. dan Akiyoshi H. (Eds.). Functions of Fermented Milk: Challenges for The Health Science. Elsevier Applied Science, New York.
Lin, S. 1991. Fermented Soya Food. Di dalam: Hudson, B.J.F (Ed.).
Developments in Food Protein_7. Elsevier Science Publishers, Ltd. Liu, K. 1997. Soybean: Chemistry, Techology, and Utilization. Chappman and
Hall, New York. Nakazawa, Y., J. Asono, dan A. Tokimura. 1990. Manufacture Chemical
Properties of Low Sodium Yoghurt. Milchwissenschaft, 45, 88-91. Nussinovitch, A. 1997. Hydrocolloid Applications: Gum Technology in The Food
and Other Industries. Blackie Academic and Professional, London. May, C.D. 1992. Pectins. Di dalam: Imeson, A. (Ed). Thickening and Gelling
Agents for Food. Blackie Academic and Professional, London. Mäyrä-Mäkinen dan Bigret, 1998. Industrial Use and Production of Lactic Acid
Bacteria. Di dalam: Salminen, S. dan Atte von Wright (Eds.). Lactic Acid Bacteria: Microbiology and Functional Aspects, 2nd edition. Marcel Dekker, Inc., New York.
Muliawaty, L. 1993. Studi Kesesuaian Bahan Baku Tempe dari Berbagai Varietas
Kedelai untuk Pembuatan Keripik Tempe. Skripsi. Jurusan Teknologi Industri Pertanian., Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Pratt, D.E. 1979. Natural Antioxidants of Soybeans and Other Oil Seeds. Di
dalam: M.G. Simic dan M. Karel (Eds.). Autooxidation in Food and Biological System. Plenum Press, New York.
Robinson, R.K, C.A. Batt, dan P.D. Patel. 1999. Encyclopedia of Food
Microbiology. Vol. I. Academic Press San Diego. Shahidi, F. dan M. Naczk. 1995. Food Phenolics: Sources, Chemictry, Effects,
and Applications. Technomic Publshing Company, Inc., USA.
89
Shurtleff, W. dan A. Aoyagi. 1984. Tofu and Soymilk Production: The Book of Tofu. Vol. II. The Soyfoods Center, Lafayette, California.
Silvia, 2002. Pembuatan Yoghurt Kedelai (Soygurt) dengan Menggunakan Kultur
Campuran Bifidobacterium bifidum dan Streptococcus thermophilus. Skripsi. Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Supriadi, Y. 2003. Pembuatan Soygurt Sinbiotik dengan Menggunakan Kultur
Campuran Bifidobacterium bifidum, Streptococcus thermophilus, dan Lactobacillus casei galur Shirota. Skripsi. Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Surono, I. S. 2004. Probiotik: Susu Fermentasi dan Kesehatan. PT. Tri Cipta
Karya, Jakarta. Syah, A.N.A. 2006. Taklukkan Penyakit dengan Teh Hijau. PT. Agromedia
pustaka, Jakarta. Tamime, A.Y. dan R.K. Robinson. 1989. Yoghurt Science and Technology.
Pergamon press, Oxford. Tamime, A.Y. dan H.C. Deeth. 1980. Yoghurt Technology and Biochemistry.
Journal of Food Protection, 43, 939-977. Tannock, G.W. 1999. Probiotics: A Critical Review. Horizon Scientific Press,
Norfolk, England. Vandenberg, R.A. 1993. Lactic Acid Bacteria on It’s Metabolic Products and
Interference with Microbial Growth. FEMS Microbial. Rev. 12 : 221-238. Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta. Yoshida, Y., M. Kiso, dan T. Goto. 1999. Efficiency of The Extraction of
Catechins from Green Tea. Journal of Food Chemistry, 67, 429-433. Yusmarini dan R. Effendi. 2004. Evaluasi Mutu Soygurt yang Dibuat dengan
Penambahan Beberapa Jenis Gula. Jurnal Natur Indonesia, 6 (2), 104-110.
90
91
Lampiran 1. Analisis sidik ragam terhadap nilai pH pada penelitian pendahuluan
Sumber Keragaman JK DB KT F Sig.* Konsentrasi susu skim .113 3 .038 16.039 .000Lama inkubasi .007 2 .004 1.549 .226Konsentrasi susu skim*lama inkubasi
.002 6 .000 .156 .986
Galat .084 36 .002 Total .207 47
* berbeda nyata bila p < 0.05
Uji Duncan (konsentrasi susu skim terhadap nilai pH)
Konsentrasi susu skim Grup Homogen 1 2 3
0 % 0.5 % 1 % 1.5 %
4.4933
4.4342 4.4242
4.3567Sig. 1.000 .616 1.000
Uji Duncan (lama inkubasi terhadap nilai pH)
Lama inkubasi Grup Homogen1
12 jam
14 jam
16 jam
4.4413
4.4288
4.4113
Sig. .106
Lampiran 2. Hasil uji organoleptik hedonik dan ranking penelitian tahap I
Sumber Keragaman JK DB KT F Sig.* Sampel 2.417 3 .806 .448 .719Panelis 79.500 20 3.975 2.212 .010Galat 107.833 60 1.797 Total 1371.000 84
* berbeda nyata bila p < 0.05
92
Uji Lanjut Duncan
Sampel Rata-rata Grup Homogen 1
F I F II F III F IV
3.57 3.62 4.00 3.81
× × × ×
Uji Ranking Friedman
Sampel Rata-rata Peringkat F I 2.90 F II 2.60 F III 2.12 F IV 2.38
Lampiran 3. Analisis sidik ragam terhadap viskositas (penelitian tahap I)
Sumber Keragaman JK DB KT F Sig.* Sampel 41.711 3 13.904 3.469 .130Galat 16.031 4 4.008 Total 57.742 7
* berbeda nyata bila p < 0.05 Uji Lanjut Duncan
Sampel Rata-rata Grup Homogen1 2
I II III IV
Sig.
13.25 17.13 17.75 19.50
× × ×
.092
× × ×
.307 Lampiran 4. Hasil analisis sidik ragam terhadap nilai TAT penelitian tahap I Uji Lanjut Duncan
Sampel Rata-rata Grup Homogen1
F I F II F III F IV Sig.
.215450
.235950
.256550
.266750
× × × ×
.147
N 21 Q2 4.206 DB 3 Signifikansi asimtotik .240
93
Kurva Standar Asam Tannat
0,909
1,26
0,251
0,474
0,64
0,801
1,045
0,764
0,289
0,534
0,8090,675
0,191
0,3980,513
0
0,2
0,4
0,6
0,8
1
1,2
1,4
10 20 30 40 50
Konsentrasi
Abs
orba
nsi
Lampiran 5. Hasil analisis sidik ragam terhadap nilai pH penelitian tahap I Uji Lanjut Duncan
Sampel Rata-rata Grup Homogen1
F IV F III F II F I Sig.
4.4900 4.4950 4.5050 4.5650
× × × ×
.536 Lampiran 6. Kurva Standar Asam Tannat a. Spektrofotometer A b. Spektrofotometer B
c. Spektrofotometer C
d. Kurva Standar Asam Tannat
Konsentrasi asam tannat (mg/l)
Absorbansi
10 0.251 20 0.474 30 0.640 40 0.801 50 0.909
Konsentrasi asam tannat (mg/l)
Absorbansi
10 0.289 20 0.534 30 0.764 40 1.045 50 1.260
Konsentrasi asam tannat (mg/l)
Absorbansi
10 0.191 20 0.398 30 0.513 40 0.675 50 0.809
Regresi linear : y = 0.0175 x + 0.0838 R2 = 0.9877
Regresi linear y = 0.0245 x + 0.0425 R2 = 0.9988
Regresi linear : y = 0.0214 x + 0.0966 R2 = 0.9938
Spektrofotometer A Spektrofotometer B Spektrofotometer C
94
Lampiran 7. Analisis total polifenol formula minuman soygurt pada penelitian tahap II a. Penambahan ekstrak teh hijau sebelum inkubasi
Lampiran 13 a. Analisis sidik ragam skor kesukaan terhadap rasa minuman soygurt modifikasi
Sumber Keragaman JK DB KT F Sig.*
Sampel 122.300 3 40.767 31.331 .000 Panelis 50.467 29 1.740 1.337 .152 Galat 113.200 87 1.301 Total 2222.000 120
* berbeda nyata jika p < 0.05 Uji Lanjut Duncan
Sampel Rata-rata Grup Homogen1 2 3
381 267 579 852
2.67 3.80 4.10 5.50
×
× ×
× Keterangan : 381 : formula minuman soygurt dengan tanpa penambahan flavor 579 : formula minuman soygurt dengan penambahan flavor jeruk IFF 267 : formula minuman soygurt dengan penambahan jus jeruk Buavita 852 : formula minuman soygurt dengan penambahan konsentrat jeruk Sunquick Lampiran 13 b. Analisis sidik ragam skor kesukaan terhadap aroma formula
modifikasi
Sumber Keragaman JK DB KT F Sig.* Sampel 54.625 3 18.208 16.395 .000 Panelis 76.542 29 2.639 2.376 .001 Galat 96.625 87 1.111 Total 2613.000 120
* Berbeda nyata jika p < 0.05 Uji Lanjut Duncan
Sampel Rata-rata Grup Homogen1 2 3
381 267 852 579
3.43 4.30 4.90 5.20
×
×
× ×
101
Lampiran 13 c. Analisis sidik ragam skor kesukaan terhadap keasaman formula modifikasi
Sumber Keragaman JK DB KT F Sig.*
Sampel 69.167 3 23.056 23.234 .000 Panelis 90.467 29 3.120 3.144 .000 Galat 86.333 87 .992 Total 2658.000 120
* Berbeda nyata jika p < 0.05 Uji Lanjut Duncan
Sampel Rata-rata Grup Homogen1 2 3 4
381 267 579 852
3.37 4.30 4.83 5.43
×
×
×
× Lampiran 13 d. Analisis sidik ragam skor kesukaan terhadap penampakan dan
warna formula modifikasi
Sumber Keragaman JK DB KT F Sig.* Sampel 1.867 3 .622 .462 .709 Panelis 58.200 29 2.007 1.491 .080 Galat 117.133 87 1.346 Total 2942.000 120
* Berbeda nyata jika p < 0.05 Uji Lanjut Duncan
Sampel Rata-rata Grup Homogen1
267 381 579 852
4.60 4.80 4.87 4.93
× × × ×
Lampiran 13 e. Analisis sidik ragam skor kesukaan terhadap tekstur formula
modifikasi Sumber Keragaman JK DB KT F Sig.*
Sampel 13.067 3 4.356 3.210 .000 Panelis 89.800 29 3.097 4.515 .005 Galat 83.933 87 .965 Total 2726.000 120
* berbeda nyata jika p < 0.05
102
Uji Lanjut Duncan
Sampel Rata-rata Grup Homogen1 2
267 381 579 852
4.27 4.40 4.60 5.13
× × ×
× Lampiran 13 f. Analisis sidik ragam skor kesukaan terhadap penerimaan umum
(overall) formula modifikasi
Sumber Keragaman JK DB KT F Sig.* Sampel 78.400 3 26.133 1.761 .000 Panelis 60.800 29 2.097 21.946 .023 Galat 103.600 87 1.191 Total 2566.000 120
* Berbeda nyata jika p < 0.05 Uji Lanjut Duncan
Sampel Rata-rata Grup Homogen1 2 3
381 267 579 852
3.40 3.93 4.73 5.53
× ×
×
× Lampiran 13 g. Hasil uji ranking formula A, B, C, dan kontrol penelitian tahap III Uji Ranking Friedman
Sampel Rata-rata Peringkat 579 2.33 267 2.77 381 3.60 852 1.30
N 30Q2 49.480DB 3Signifikansi asimtotik .000
103
Lampiran 14. Form uji hedonik uji organoleptik penelitian tahap I
UJI KESUKAAN Nama : Hari/tanggal : Sampel : Minuman yogurt kedelai Instruksi :
• Cicipilah sampel yang disajikan satu persatu dari kiri ke kanan • Netralkan lidah dengan meminum air putih sebelum mencicipi sampel berikutnya • Berikan penilaian secara menyeluruh terhadap rasa, kekentalan, aroma, keasaman, dan
penampakan produk dengan cara memberikan tanda check list (√) pada kolom peringkat kesukaan terhadap sampel
• Jangan membandingkan antara sampel yang satu dengan yang lainnya
Tingkat kesukaan Kode sampel 955 447 585 376
sangat suka suka
agak suka netral
Agak tidak suka tidak suka
sangat tidak suka Komentar :
--o Terima Kasih o--
UJI RANKING Instruksi :
• Cicipi sampel dari kiri ke kanan • Netralkan lidah dengan meminum air putih sebelum mencicipi sampel berikutnya • Urutkan peringkat keasaman dari masing-masing sampel dengan memberikan angka 1-4
(angka 1 untuk sampel yang paling asam, angka 4 untuk sampel yang paling tidak asam)
Tingkat Kesukaan
Kode sampel955 447 585 376
Peringkat
Komentar :
--o Terima Kasih o--
104
Lampiran 15. Form uji hedonik uji organoleptik penelitian tahap II
UJI KESUKAAN
Nama : Hari/tanggal : Sampel : Minuman susu kedelai fermentasi Instruksi :
• Cicipilah sampel yang disajikan satu persatu dari kiri ke kanan • Netralkan lidah dengan meminum air putih setiap kali akan berganti sampel • Berikan penilaian terhadap rasa, aroma, keasaman, penampakan, warna, tekstur,
serta produk secara keseluruhan (overall) dengan cara memberikan tanda check list (√) pada kolom peringkat kesukaan terhadap sampel
• Jangan membandingkan antara sampel yang satu dengan yang lainnya
Tingkat kesukaan Rasa Aroma 579 267 381 852 579 267 381 852
sangat suka suka
Agak suka netral
agak tidak suka Tidak suka
sangat tidak suka
Tingkat kesukaan Keasaman Penampakan & warna 579 267 381 852 579 267 381 852
sangat suka suka
Agak suka netral
agak tidak suka Tidak suka
sangat tidak suka
Tingkat kesukaan Tekstur Keseluruhan Produk 579 267 381 852 579 267 381 852
sangat suka suka
Agak suka netral
agak tidak suka Tidak suka
sangat tidak suka Komentar :
--o Terima Kasih o--
105
UJI RANKING Nama : Hari/tanggal : Sampel : Minuman susu kedelai fermentasi Instruksi :
• Cicipi sampel dari kiri ke kanan • Netralkan lidah dengan meminum air putih sebelum mencicipi sampel berikutnya • Urutkan peringkat kesukaan Anda terhadap masing-masing sampel dengan memberikan
angka 1-4 (angka 1 untuk sampel yang paling disukai, angka 4 untuk sampel yang paling tidak disukai)
Cairan kental semi padat Normal / khas Asam / khas Homogen
2 Lemak % b/b Maks. 3.8 3 Bahan kering tanpa lemak % b/b Min. 8.2 4 Protein (N x 6.37) % b/b Min. 3.5 5 Abu % b/b Max. 11 6 Jumlah asam (dihitung sebagai