Top Banner
LAPORAN SOSIALISASI PANGAN LOKAL Matakuliah Teknologi Pengolahan Pangan Lokal LAPORAN Oleh Kelompok 4 : 1. Rizal Dwiki S. 121710101054 2. Fatimah Wahyu 121710101069 3. Yusri Akhmadi 121710101082 4. Gholib Aulia P. 121710101084 5. Lilik Mutammimah 121710101089
30

Sosialisasi Pangan Lokal di MTs Darussalam Jember

Dec 30, 2015

Download

Documents

Paul Coleman

Sosialisasi Pangan Lokal di MTs Darussalam Jember
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Sosialisasi Pangan Lokal di MTs Darussalam Jember

LAPORAN SOSIALISASI PANGAN LOKAL

Matakuliah Teknologi Pengolahan Pangan Lokal

LAPORAN

Oleh Kelompok 4 :

1. Rizal Dwiki S. 121710101054

2. Fatimah Wahyu 121710101069

3. Yusri Akhmadi 121710101082

4. Gholib Aulia P. 121710101084

5. Lilik Mutammimah 121710101089

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS JEMBER

2014

Page 2: Sosialisasi Pangan Lokal di MTs Darussalam Jember

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya kebutuhan rumah tangga

yang tercermin dari tersedianya pangan secara cukup, baik jumlah maupun mutunya,

aman, merata, dan terjangkau. Pangan merupakan salah satu dari tiga kebutuhan

primer yang harus dipenuhi. Demi mewujudkan ketahanan pangan yang baik, maka

perlu dicanangkan beberapa program. Salah satunya memajukan pangan lokal.

Pangan lokal merupakan suatu produk yang berbahan baku dan diproduksi di dalam

negeri. Pangan lokal bisa menjadi identitas dari suatu daerah tersebut.

Pangan lokal saat ini kurang populer karena masyarakat Indonesia masih

sangat bergantung pada bahan baku beras. Sedangkan seiring dengan pertumbuhan

penduduk yang semakin pesat, kebutuhan akan bahan baku beras juga semakin

meningkat. Tetapi, lahan yang digunakan untuk menumbuhkan bahan baku berupa

beras semakin menurun. Berarti kebutuhan masyarakat Indonesia akan beras tidak

terpenuhi dengan baik.

Kemampuan produksi bahan pangan domistik tidak dapat mengikuti

peningkatan kebutuhan, maka pada waktu yang akan datang Indonesia akan

tergantung impor, yang berarti ketahanan pangan nasional akan semakin rentan

karena akan semakin tergantung pada kebijakan ekonomi negara lain. Berdasarkan

perkiraan tersebut tantangan utama dalam pemantapan ketahanan pangan adalah

optimalisasi pemanfaatan sumberdaya pangan domistik dan peningkatan kapasitas

produksi pangan dalam jumlah, kualitas dan keragamannya. Konsumsi pangan

hendaknya memperhatikan ketentuan zat gizi yang cukup berimbang, sesuai dengan

kebutuhan bagi pembentukan manusia yang sehat, kuat, cerdas dan produktif.

Berdasarkan fakta tersebut, dibutuhkan program baru berupa diversifikasi

pangan. diversifikasi pangan dimaksudkan untuk merubah kebutuhan masyarakat

akan satu bahan pokok, yakni beras. Selain itu dengan peningkatan diversifikasi

pangan, ketahanan pangan negeri ini akan semakin baik.

Page 3: Sosialisasi Pangan Lokal di MTs Darussalam Jember

Oleh karena itu kami melakukan sosialisasi terhadap masyarakat, khususnya

anak-anak untuk mengenalkan berbagai macam produksi pangan yang ada di

Indonesia, sehingga mengharapkan mereka mampu mengaplikasikannya dengan cara

mencintai produk dalam negeri dan mengurangi konsumsi produk impor. Dan kenapa

akami memilih MTs Darussalam karena wawasan mereka akan pangan lokal dan

bahaya makanan cepat saji atau junk food masih kurang.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari sosialisasi mengenai pangan lokal kali ini adalah:

1. Untuk mengetahui tingkat ketertarikan siswa MTs. Darussalam terhadap

pangan lokal dibandingkan dengan makanan siap saji

2. Untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa MTs. Darussalam terhadap

produk pangan lokal serta bahaya mengkonsumsi makanan siap saji.

3. Untuk mengetahui seberapa besar respon siswa serta guru MTs. Darussalam

dengan diadakannya sosialisasi mengenai pangan lokal.

1.3 Manfaat

1. Menambah wawasan dan pengetahuan akan pentingnya pangan lokal bagi

siswa siswi MTs Darussalam.

2. Untuk menghimbau, agar produk dalam negeri lebih dicintai.

3. Menumbuhkan keedulian pangan lokal daerah bagi siswa siswi MTs

Darussalam dan mahasiswa FTP UNEJ

4. Melatih mahasiswa FTP dalam bersosialisasi dimasyarakat umum.

5. Konsumsi pangan cukup berimbang yang sesuai dengan kebutuhan bagi

pembentukan manusia yang sehat, kuat, cerdas dan produktif.

6. Untuk meningkatkan kepedulian akan ketahanan pangan bangsa Indonesia.

Page 4: Sosialisasi Pangan Lokal di MTs Darussalam Jember

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pangan

Pangan adalah hak asasi setiap individu untuk memperolehnya dengan jumlah

yang cukup dan aman serta terjangkau. Oleh karena itu, upaya pemantapan ketahanan

pangan harus terus dikembangkan dengan memperhatikan sumberdaya, kelembagaan

dan budaya lokal. (Lembata, 2009).

Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia. Tersedianya pangan yang

cukup, aman, bermutu, bergizi, sehat serta halal merupakan syarat utama guna

mewujudkan masyarakat yang bermartabat serta sumberdaya yang berkualitas.

Pangan juga merupakan hak asasi setiap individu untuk memperolehnya dengan

jumlah yang cukup dan aman serta terjangkau. Oleh karena itu, upaya pemantapan

ketahanan pangan harus terus dikembangkan dengan memperhatikan sumberdaya,

kelembagaan dan budaya local (Lembata, 2009).

Pangan Khas adalah pangan yang asal usulnya secara biologis ditemukan di

suatu daerah. Pangan Tradisional adalah pangan atau makanan yang diolah dengan

cara, resep atau cita rasa yang khas berkaitan dengan nilai-nilai kelompok etnis

tertentu tanpa memperhatikan asal bahan bakunya.

Pangan Pokok adalah pangan sumber karbohidrat yang sering dikonsumsi

secara teratur sebagai makanan utama dan memberikan sumbangan energi lebih dari

sepertiga total konsumsi energi.

Makanan Tradisional adalah makanan yang dikonsumsi masyarakat golongan

etnik dan wilayah yang spesifik, diolah dari resep yang dikenali masyarakat, bahan-

bahannya diperoleh dari sumber lokal dan memiliki rasa yang relatif sesuai dengan

selera masyarakat setempat.

Konsumsi Pangan adalah sejumlah makanan dan minuman yang dimakan dan

diminum seseorang dalam rangka memenuhi kebutuhan hayati.

Page 5: Sosialisasi Pangan Lokal di MTs Darussalam Jember

2.2 Ruang Lingkup Pangan Lokal

Pangan lokal merupakan produk pangan yang telah lama diproduksi,

berkembang dan dikonsumsi di suatu daerah atau suatu kelompok masyarakat lokal

tertentu. Umumnya produk pangan lokal diolah dari bahan baku lokal, teknologi

lokal, dan pengetahuan lokal pula. Di samping itu, produk pangan lokal biasanya

dikembangkan sesuai dengan preferensi konsumen lokal pula. Sehingga produk

pangan lokal ini berkaitan erat dengan budaya lokal setempat. Karena itu, produk ini

sering kali menggunakan nama daerah, seperti gudek jogja, dodol garut, jenang

kudus, beras cianjur, dan sebagainya (Hariyadi, 2010).

Aneka ragam pangan lokal tersebut berpotensi sebagai bahan alternatif

pengganti beras. Sebagai contoh, di Papua ada beberapa bahan pangan lokal setempat

yang telah lama dimanfaatkan oleh masyarakat setempat sebagai bahan baku

pengganti beras, seperti ubi jalar, talas, sagu, gembili, dan jawawut. Produk pangan

lokal tersebut telah beradaptasi dengan baik dan dikonsumsi masyarakat Papua secara

turun temurun (Wahid Rauf dan Sri Lestari, 2009). Selain di Papua, beberapa pangan

lokal yang telah dimanfaatkan oleh masyarakatnya sebagai bahan pengganti beras

adalah jagung di Madura dan Gorontalo.

2.3 Konsep Diversifikasi Pangan

2.3.1 Pengertian diversifikasi pangan

Diversifikasi pangan adalah suatu proses perkembangan dalam pemanfaatan

dan penyediaan pangan ke arah yang semakin beragam. Manfaat diversifikasi pada

sisi konsumsi adalah semakin beragamnya asupan zat gizi, baik makro maupun

mikro, untuk menunjang pertumbuhan, daya tahan, dan produktivitas fisik

masyarakat (Amang, 1995).

Pakpahan dan Suhartini (1989) menyatakan dalam konteks Indonesia

diversifikasi/keanekaragaman konsumsi pangan sering diartikan sebagai

pengurangan konsumsi beras yang dikompensasi oleh penambahan konsumsi bahan

pangan non beras.Demikian pula Suhardjo (1998) menyebutkan bahwa pada

Page 6: Sosialisasi Pangan Lokal di MTs Darussalam Jember

dasarnya diversifikasi pangan mencakup tiga lingkup pengertian yang saling

berkaitan, yaitu (1) diversifikasi konsumsi pangan, (2) diversifikasi ketersediaan

pangan, dan (3) diversifikasi produksi pangan.

Kelengkapan gizi merupakan prasyarat bagi pembentukan kualitas

intelegen-sia yang baik. Keragaman pangan juga meningkatkan asupan zat-zat

antioksidan, serat, serta penawar terhadap senyawa yang merugikan kesehatan

seperti kolesterol. Di samping itu, keragaman juga memberikan lebih banyak

pilihan kepada masyarakat untuk memperoleh pangan sesuai preferensinya.

2.3.2 Tujuan diversifikasi pangan

Diversifikasi bertujuan untuk memperbaiki status gizi tidak hanya

tergantung pada konsumsi makanan, tetapi juga tergantung pada pengadaan atau

penyediaan dari pangan tersebut. Faktor-faktor penting yang perlu

dipertimbangkan dalam perencanaan program untuk meningkatkan pangan dan

gizi yang lebih baik, antara lain:

1) hasil produksi pertanian yang menentukan tingkat penyediaan pangan dan

zat gizi.

2) variasi jenis makanan yang dikonsumsi terutama tergantung pada variasi

dan komposisi hasil produksi pertanian setempat.

3) perlu adanya penyuluhan untuk meningkatkan pengertian tentang

kebutuhan gizi dan adanya tindakan-tindakan yang dapat dijadikan

sebagai pertimbangan bagi konsumen dalam memilik makanannya,

sehingga pola konsumsi pangan dapat terarah agar sesuai dengan

persyaratan gizi (Suharjo,1996).

Secara keseluruhan, mengapa diversifikasi pangan kurang berhasil?

Pertama, beras mempunyai citra superior sehingga pemilihan atas beras

mengungguli jagung, singkong, ubi jalar dan lainnya. Kedua, ketersediaan beras

sepanjang waktu di berbagai wilayah lebih baik dibandingkan ketersediaan

komoditas pangan lainnya. Ketiga, teknologi pengolahan beras menjadi nasi amat

simpel dan menghasilkan citra rasa yang enak dan tidak membosankan. Kini

Page 7: Sosialisasi Pangan Lokal di MTs Darussalam Jember

diversifikasi pangan menjadi langkah yang tepat. Pola konsumsi pangan yang

bermutu dan bergizi seimbang mensyaratkan perlu adanya diversifikasi pangan

dalam menu sehari-hari. Pangan yang beragam amat penting karena tidak ada satu

jenis makanan yang dapat menyediakan gizi bagi seseorang secara lengkap.

Melalui konsumsi yang beragam kekurangan gizi pada satu jenis makanan dapat

dilengkapi oleh jenis makanan lainnya.

Produksi pangan dicirikan bukan oleh kurangnya produksi terhadap

konsumsi secara tetap melainkan lebih disebabkan oleh ketimpangan produksi

konsumsi antar negara. Ketimpangan tersebut selain di pengaruhi oleh iklim dan

keadaan tanah yang kurang sesuai, juga dipengaruhi oleh ketidak mampuan

negara-negara berkembang yang miskin teknologi dan dana untuk

mengembangkan produksi dalam negri atau membeli pangan dari pasar

2.3.3 Diversifikasi konsumsi pangan sumber bahan pokok selain beras

Ada berbagai macam sumber daya yang dapat dimanfaatkan sebagai

produk pangan lain yang lebih bergizi dan bermutu tinggi antara lain sebagai

berikut:

1. Kelapa

Industri kecil kelapa dengan penggunaan teknologi tepat guna pemarutan

dan pengeringan akan dihasilkan kelapa parut kering. Dengan pengepresan yang

tepat akan diperoleh minyak kelapa yang berkualitas baik. Contoh produk:

geplak, serundeng.

2. Singkong

Singkong sebagai salah satu jenis bahan makanan sumber karbohidrat

yang dapat tumbuh subur di Indonesia dan relatif murah harganya. Keberadaan

singkong yang melimpah dan harga yang murah di pedesaan dapat ditingkatkan

menjadi bahan makanan yang bernilai tinggi. Melalui pengeringan sederhana

misalnya dengan diparut kasar, dicuci dikeringkan dan kemudian digiling yang

selanjutnya dapat dibuat beraneka macam produk makanan basah maupun

Page 8: Sosialisasi Pangan Lokal di MTs Darussalam Jember

kering. Contoh produk: criping, lanthing, pathilo, gethuk, gatot, tiwul, tepung

mocaf, beras cerdas, kripik.

3. Labu kuning

Ditinjau dari aspek gizi, labu kuning memiliki kandungan gizi yang

cukup baik, disamping kadar karbohidrat yang tinggi juga kaya akan provitamin

A yang merupakan keistimewaan buah labu kuning yang berguna bagi

kesehatan kita. Contoh produk: puding, kue lapis, cake, pie, nogosari, arem-

arem, nasi kuning, minuman, mie labu kuning.

4. Jagung

Merupakan palawija sumber karbohidrat yang memegang peranan

penting kedua setelah beras. Jagung juga mengandung unsur gii lain yang

diperlukan manusia yaitu kalori, dan protein. Dengan mengkonsumsi aneka

macam produk olahan jagung, berarti telah melaksanakan program diversifikasi

pangan non beras.Contoh produk: emping jagung, aneka cake, talam, muffin,

tepung jagung, jagung instan nixtamalisasi, beras jagung instan, bassang.

5. Lamtoro dan kacang tunggak

Lamtoro dan kacang tungga termasuk dalam tanaman koro-koroan yang

kaya akan protein. Hal ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengganti kedelai

dalam pembuatan tempe dan produk olahan tempe lainnya. Contoh produk:

sebagai pengganti kedelai dalam pembuatan tempe.

2.4 Junk Food

Makanan rendah gizi (bahasa inggris: junk food) adalah makanan yang tidak

sehat atau memiliki sedikit kandungan nutrisi. Makanan cepat saji seperti hamburger,

kentang goring dari McDonald’s, KFC dan Pizza Hut sering dianggap sebagai

makanan nirnutrisi. Makanan nirnutrisi mengandung jumlah lemak yang besar.

Keracunan makanan adalah gejala yang disebabkan karena mengkonsumsi

makanan yang mengandung bahan berbahaya/toksik atau yang terkontaminasi.

Kontaminasi bias disebabkan oleh bakteri, virus, parasit, jamur dan toksin.

Page 9: Sosialisasi Pangan Lokal di MTs Darussalam Jember

Berikut adalah beberapa efek buruk dari konsumsi makanan cepat saji bagi kesehatan:

1. Memicu sakit kepala. Beberapa komposisi dalam makanan cepat saji adalah

nitrat atau nitrit, monosodium glutamat (MSG), dan pemanis buatan. Nitrat

dan nitrit merupakan pengawet yang dapat meningkatkan tekanan darah

sehingga menimbulkan efek samping sakit kepala. Kedua zat ini ditambahkan

pada pemrosesan produk daging untuk mencegah bakteri penyebab keracunan

makanan, Clostridium botulinum. Sehingga, daging tetap berwarna segar dan

merah muda. Sementara MSG membuat rasa makin menimbulkan selera

makan sekaligus menyembunyikan bebauan khas logam yang keluar saat

pemrosesan.

2. Memunculkan depresi. Studi yang dilakukan Universitas College London di

Ingris menemukan, orang-orang yang secara teratur mengonsumsi makanan

olahan tinggi lemak dan gula lebih mungkin mengalami depresi. Peningkatan

risiko depresi hingga mencapai 58 persen lebih tinggi dibanding mereka yang

mengonsumsi makanan lebih seimbang kandungan gizinya.  Studi lain juga

mendapatkan hasil yang serupa. Makanan cepat saji sangat kurang nutrisi.

Antioksidan, asam folat, asam lemak omega-3  kurang bisa ditemukan.

Sementara itu, kehadiran berbagai zat aditif pada makanan cepat saji seperti

pengawet, pengemulsi, pengental, penyetabil, dan penyedap rasa

menimbulkan pseudostressors atau simpatomimetik. Bahan-bahan tersebut

stumulan kuat dalam memengaruhi terjadinya stres dan perubahan suasana

hati (mood).

3. Memengaruhi penurunan libido. Jika tidak ingin libido terjun bebas, hindairi

terlalu sering mengonsumsi makanan cepat saji. Lemak trans dalam makanan

ini memicu perbahan biokimia yang memengaruhi penurunan gairah seksual.

Dalam waktu bersamaan turut mengurangi jumlah sperma dan mengganggu

proses ovulasi. Berat badan ikut naik seiring menumpuknya lemak dalam

tubuh.

Page 10: Sosialisasi Pangan Lokal di MTs Darussalam Jember

4. Memunculkan penyakit diabetes dan kardiovaskular. Tingginya lemak dan

gula pada makanan cepat saji kenaikan gula darah dan kolesterol. Keduanya

berpotensi menyebabkan penyakit diabetes tipe 2 dan penyakit

kardiovaskular, seperti penyakit jantung dan stroke. Lonjakan insulin

penggemar fast food cenderung tinggi untuk mengimbangi pertambahan gula

darah yang tidak terkontrol. Ini kelamaan dapat memunculkan rsistensi

insulin.

2.5 Ketahanan Pangan

Definisi ketahanan pangan sangat bervariasi, namun umumnya mengacu

definisi dari Bank Dunia (1986) dan Maxwell dan Frankenberger (1992) yakni “akses

semua orang setiap saat pada pangan yang cukup untuk hidup sehat (secure access at

all times to sufficient food for a healthy life).

Menurut Undang-Undang Pangan No.7 Tahun 1996: kondisi terpenuhinya

kebutuhan pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan secara

cukup, baik dari jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau.

Berdasarkan definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa ketahanan

pangan memiliki 5 unsur yang harus dipenuhi :

1. Berorientasi pada rumah tangga dan individu

2. Dimensi waktu setiap saat pangan tersedia dan dapat diakses

3. Menekankan pada akses pangan rumah tangga dan individu, baik fisik,

ekonomi dan sosial

4. Berorientasi pada pemenuhan gizi

5. Ditujukan untuk hidup sehat dan produktif

Page 11: Sosialisasi Pangan Lokal di MTs Darussalam Jember

BAB 3. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Hari : Sabtu

Tanggal : 22 Februari 2014

Tempat : MTs Darussalam Jember

Waktu : 08.20 WIB – selesai

3.2 Sasaran dan Jumlah Peserta

Sasaran : Siswa – siswi MTs Darussalam Jember

Jumlah : 56 anak

3.3 Metode Kegiatan

Kegiatan yang dilakukan selama sosialisasi meliputi beberapa hal, yaitu:

a. Mejelaskan tentang arti pangan lokal lokal yang terdapat di Indonesia.

b. Mejelaskan macam-macam pangan lokal yang terdapat di Indonesia.

c. Mejelaskan tentang pentingnya pangan lokal yang terdapat di Indonesia.

d. Mejelaskan tentang arti food poisoning.

e. Mejelaskan tentang bahaya food poisoning.

f. Melakukan interaksi kepada peserta.

Page 12: Sosialisasi Pangan Lokal di MTs Darussalam Jember

BAB 4. PEMBAHASAN

Sosialisasi pentingnya pangan lokal ini dilakasanakan di MTs Darussalam,

Kabupaten Jember. Survey tempat pemilihan lokasi sosialisasi kami lakukan 4 hari

sebelum sosialisasi berlangsung. Tujuan kami datang ke MTs Darussalam adalah

untuk mensosialisasikan pangan lokal kepada para siswa - siswi madrasah

tsyanawiyah. Agar siswa siswi lebih peduli terhadap pangan lokal daerah dan lebih

mengetahui potensi sumber daya alam apa saja yang ada pada tiap - tiap daerah.

Setelah bertemu dengan pihak sekolah dan mengutarakan maksut

kedatangan dan meminta izin sosialisasi. Kamipun menentukan waktu

dilaksanakannya sosialisasi yaitu pada hari sabtu, 21 Februari 2014 pukul 08.20 WIB.

Sasaran sosialisasi kami adalah siswa siswi perwakilan dari kelas 1, 2 dan 3 dengan

jumlah peserta 56 orang. Sosialisasi dilaksanakan pada pelajaran terakhir sehingga

setelah acara sosialisasi, semua siswa dapat langsung pulang.

Kami datang ketempat lebih awal sebelum jadwal sosialisasi dilaksanakan

yaitu pada pukul 07.20 WIB. Sengaja kami datang kelokasi lebih awal guna

mengkondisikan tempat yang akan digunakan, menyiapkan konsumsi bagi peserta

dan masih ada waktu tersisa untuk kami gunakan latihan presentrasi, karena ruangan

yang digunakan merupakan masjid sekolah sehingga kita bisa leluasa dalam mengatur

dan menggunakan ruangan.

Tepat jam 08.20 WIB semua perwakilan siswa sudah bersiap mengikuti

sosialisasi, sebelum memasuki ruangan semua siswa mengisi absensi dan

mendapatkan konsumsi berupa jajanan pasar, dimana jajanan pasar yang kami

berikan yaitu kue kukus berbahan dasar ubi ungu. Kami juga memberikan fotocopy

poster sebagai bahan materi yang akan disampaikan serta kuisioner yang harus diisi

oleh siswa.

Setelah selesai pengkondisian siswa, selanjutnya dilakukan pembukaan yaitu

perkenalan dari kami selaku perwakilan sosialisasi dari fakultas teknologi pertanian

universitas jember. Setelah proses perkenalan dan sedikit penyampaian mengenai

Page 13: Sosialisasi Pangan Lokal di MTs Darussalam Jember

tema dan latarbelakang sosialisasi. Acara selanjutnya yaitu pengenalan jargon dari

kami. Jargon yang mudah diingat dan gerakan yang menarik, membuat para peserta

lebih semangat dan dapat menerima kami. Kemudian dilanjutkan dengan pemaparan

materi.

Bahan yang kami gunakan untuk penyampaian presentasi yaitu

menggunakan poster dan juga powerpoint. Materi pertama yang kami berikan yaitu

pengertian pangan lokal. Kami juga menampilkan pangan khas daerah yang ada

dibeberapa kota seperti jember, lumajang dan Madura. Kemudian kami juga

menyiapkan contoh prodak yang kami bawa yaitu berupa prol tape, getuk, cenil, dan

nogosari.

Materi selanjutnya yaitu mengenai makanan cepat saji atau junk food. Pada

materi ini kami banyak melakukan interaksi, dimana mereka sangat antusias

menyaksikan tampilan presentasi kami yang menampilkan gambar – gambar

makanan cepat saji tersebut. banyak diantara mereka yang mengaku tidak suka

mengkonsumsi makanan- makanan tersebut dan bahkan tidak pernah

mengkonsumsinya. Sehingga dengan pengakuan mereka itu kami lebih mudah dalam

menjelaskan bahaya – bahaya makanan tersebut jika dikonsumsi, dan mereka banyak

menerima masukan dan materi dari kami. Dalam materi ini kami juga menjelaskan

mengenai keracunan makanan dan efek samping mengkonsumsi makanan cepat saji.

Pemaparan selanjutnya yaitu ketahanan pangan untuk meningkatkan pangan

lokal. Ketahanan pangan lokal dapat dilakukan dengan melakukan diversifikasi

pangan yaitu penganekaragaman pangan sehingga tidak tergantung pada satu jenis

pangan saja. Contoh ketahanan pangan yang kami berikan yaitu diversifikasi

singkong, jagung dan ubi ungu menjadi berbagai produk olahan.

Setelah penyampaian seluruh materi, selanjutnya kami membantu

pemahaman mereka dengan menampilkan video mengenai bahaya konsumsi

makanan cepat saji dan juga video mengenai pangan lokal tepatnya pada pembuatan

tepung ubi ungu. Dimana tepung tersebut nantinya dapat diolah menjadi berbagai

produk olahan yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.

Page 14: Sosialisasi Pangan Lokal di MTs Darussalam Jember

Setelah semua materi tersampaikan, selanjutnya kami melakukan sesi tanya

jawab untuk mereviuw sejauh mana materi yang kami sampaikan dapat diterima oleh

mereka. Awalnya kami menawarkan untuk satu siswa memaparkan apa saja yang dia

dapatkan, namun semua siswa masih terlihat malu untuk maju dan memaparkannya.

Sehingga akhirnya kami membuka pertanyaan mengenai materi yang telah

disampaikan, dimana 3 penanya pertama kami beri hadiah berupa pangan lokal.

Acara berikutnya yaitu pemberian aplikasi berupa permainan atau game

tebak pangan lokal. Dimana game ini bertujuan untuk memberikan pemahaman,

pengetahuan dan kepedulian mereka terhadap produk - produk lokal. Mereka begitu

antusias dalam mengikuti game tersebut karena memang kita menjanjikan hadiah

kepada mereka. 3 kali game yang kami sediakan berhasil dijawab oleh para siswa.

Terlihat bahwa sudah banyak siswa yang memahami dan mengetahui produk lokal

yang ada.

Pada penutupan acara kami kembali menggunakan jargon untuk

mengingatkan kepedulian mereka mengenai pangan lokal serta member semangat

kepada mereka untuk tetap mengkonsumsi pangan lokal. Kemudian kami meminta

kepada perwakilan siswa untuk menyampaikan kesan dan pesan terhadap jalannya

sosialisasi. Dan mereka berkata bahwa sosialisai yang dilaksanakan sangat menarik,

asik dan mudah diterima oleh mereka.

Setelah semua acara selesai kami jargon untuk terakhir kalinya. Jargon yang

kami tanamkan kepada mereka yaitu “produk lokal!! unik, bergizi dan ekonomis”.

Kemudian kami berfoto bersama sebagai kenang – kenangan. Tepat pukul 10.00

sosialisasi telah selesai dilaksanakan.

Kuisioner :

Berdasarkan hasil kuisioner yang telah diisi oleh para siswa. Didapatkan

hasil bahwa semua siswa lebih menyukai jajanan pasar jika dibandingkan dengan

makanan cepat saji. Dari pernyataan tersebut terdapat 3 alasan tertinggi kenapa

Page 15: Sosialisasi Pangan Lokal di MTs Darussalam Jember

mereka memilih jajanan pasar yaitu karena rasa yang lebih enak, murah dan mudah

didapatkan serta menurut mereka jajanan pasar lebih sehat.

Kemudian pada pertanyaan kuisoner selanjutnya mengenai contoh jajanan

pasar yang mereka ketahui dan berasal dari bahan apa saja. Dari hasil kuisioner para

siswa banyak menyebutkan beragam jajanan pasar namun dari berbagai jajanan

tersebut mereka hanya mengetahui bahwa bahan dasar yang digunakan untuk

pengolahan produk tersebut adalah tepung terigu, ketan dan hanya sedikit yang

menjawab singkong.

Rencana tindak lanjut ?

Materi sosialisasi yang telah disampaikan bisa dijadikan salah satu literatur

bagi guru – guru yang mengajar di MTs Darussalam Jember tersebut dan

disampaikan lagi pada pertemuan lain. Sehingga siswa dapat memahami materi

sosialisasi yang telah disampaikan serta mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-

hari dengan cara mencintai produk dalam negeri dan mengurangi konsumsi produk

import.

Page 16: Sosialisasi Pangan Lokal di MTs Darussalam Jember

BAB 5. PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan sosialisasi yang telah dilaksanakan dapat ditarik beberapa

kesimpulan, yaitu :

1. Anak – anak lebih menyukai produk lokal dibanding makanan siap saji karena

menurut mereka jajanan pasar lebih murah.

2. Makanan siap saji atau junk food kurang disukai karena harganya yang mahal

3. Pengetahuan anak – anak tentang produk lokal masih kurang luas.

4. Rata – rata siswa masih belum memahami bahaya pada makanan siap saji

5. Materi yang diberikan sudah dapat diterima dengan baik

6. Guru MTs sangat antusias terhadap sosialisasi yang di laksanakan karena

dapat memberikan wawasan terhadap para siswa

6.2 Saran

1. Lebih mempersiapkan bahan materi untuk sosialisasi agar hasilnya tepat sasaran.

2. Diharapkan kepedulian kita akan pangan lokal lebih ditingkatkan

Page 17: Sosialisasi Pangan Lokal di MTs Darussalam Jember

DAFTAR PUSTAKA

Amang, 1995. Kampanye Memberagamkan Pangan, dalam Konteks Agropolitik Negeri Agraris Indonesia. Bogor: IPB Press.

Bank Dunia ,1986. Kebijakan Ketahanan Pangan. Badan Ketahanan Pangan. Jakarta: Departemen Pertanian.

Maxwell dan Frankenberger, 1992. . Ketahanan pangan di indonesia mengidentifikasi beberapa penyebab. www.kadin-indonesia.or.id [23 Februari 2014].

Hariyadi, 2010. Menggali Sumberdaya Pangan Lokal dalam Rangka Ketahanan Pangan.Majalah PANGAN No 36/X/Jan /2001. BULOG, Jakarta.

Lembata, 2009. Pangan dan Gizi Untuk Kesehatan. Jakarta : PT Raja Gresindo Persada.

Pakpahan, A. dan S. H. Suhartini. 1989. Permintaan Rumah Tangga Kota di Indonesia. Prisma No. 5, Tahun XXII. Hlm. 13 – 24.Jakarta:LP3ES.

Suharjo,1996 Penilaian Keadaan Gizi Masyarakat PAU Pangan dan Gizi. Bogor : IPB.

Undang-Undang Pangan No.7 Tahun 1996 Tentang Pangan. LN.No. 99 TLN.3656.

Wahid Rauf dan Sri Lestari, 2009. Mewujudkan Keamanan Pangan Produk-Produk Unggulan Daerah. Jakarta: Grasindo.

Page 18: Sosialisasi Pangan Lokal di MTs Darussalam Jember

LAMPIRAN FOTO

Absensi kehadiran Pengisian kuesioner

Penyampaian materi

Pengenalan contoh produk pangan lokal

Pemutaran video

Pembukaan oleh moderator

Page 19: Sosialisasi Pangan Lokal di MTs Darussalam Jember

jargon game

Tanya jawab Pesan kesan

Foto bersama