This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
LAPORAN SOSIALISASI PANGAN LOKAL
Matakuliah Teknologi Pengolahan Pangan Lokal
LAPORAN
Oleh Kelompok 4 :
1. Rizal Dwiki S. 121710101054
2. Fatimah Wahyu 121710101069
3. Yusri Akhmadi 121710101082
4. Gholib Aulia P. 121710101084
5. Lilik Mutammimah 121710101089
JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya kebutuhan rumah tangga
yang tercermin dari tersedianya pangan secara cukup, baik jumlah maupun mutunya,
aman, merata, dan terjangkau. Pangan merupakan salah satu dari tiga kebutuhan
primer yang harus dipenuhi. Demi mewujudkan ketahanan pangan yang baik, maka
perlu dicanangkan beberapa program. Salah satunya memajukan pangan lokal.
Pangan lokal merupakan suatu produk yang berbahan baku dan diproduksi di dalam
negeri. Pangan lokal bisa menjadi identitas dari suatu daerah tersebut.
Pangan lokal saat ini kurang populer karena masyarakat Indonesia masih
sangat bergantung pada bahan baku beras. Sedangkan seiring dengan pertumbuhan
penduduk yang semakin pesat, kebutuhan akan bahan baku beras juga semakin
meningkat. Tetapi, lahan yang digunakan untuk menumbuhkan bahan baku berupa
beras semakin menurun. Berarti kebutuhan masyarakat Indonesia akan beras tidak
terpenuhi dengan baik.
Kemampuan produksi bahan pangan domistik tidak dapat mengikuti
peningkatan kebutuhan, maka pada waktu yang akan datang Indonesia akan
tergantung impor, yang berarti ketahanan pangan nasional akan semakin rentan
karena akan semakin tergantung pada kebijakan ekonomi negara lain. Berdasarkan
perkiraan tersebut tantangan utama dalam pemantapan ketahanan pangan adalah
optimalisasi pemanfaatan sumberdaya pangan domistik dan peningkatan kapasitas
produksi pangan dalam jumlah, kualitas dan keragamannya. Konsumsi pangan
hendaknya memperhatikan ketentuan zat gizi yang cukup berimbang, sesuai dengan
kebutuhan bagi pembentukan manusia yang sehat, kuat, cerdas dan produktif.
Berdasarkan fakta tersebut, dibutuhkan program baru berupa diversifikasi
pangan. diversifikasi pangan dimaksudkan untuk merubah kebutuhan masyarakat
akan satu bahan pokok, yakni beras. Selain itu dengan peningkatan diversifikasi
pangan, ketahanan pangan negeri ini akan semakin baik.
Oleh karena itu kami melakukan sosialisasi terhadap masyarakat, khususnya
anak-anak untuk mengenalkan berbagai macam produksi pangan yang ada di
Indonesia, sehingga mengharapkan mereka mampu mengaplikasikannya dengan cara
mencintai produk dalam negeri dan mengurangi konsumsi produk impor. Dan kenapa
akami memilih MTs Darussalam karena wawasan mereka akan pangan lokal dan
bahaya makanan cepat saji atau junk food masih kurang.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari sosialisasi mengenai pangan lokal kali ini adalah:
1. Untuk mengetahui tingkat ketertarikan siswa MTs. Darussalam terhadap
pangan lokal dibandingkan dengan makanan siap saji
2. Untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa MTs. Darussalam terhadap
produk pangan lokal serta bahaya mengkonsumsi makanan siap saji.
3. Untuk mengetahui seberapa besar respon siswa serta guru MTs. Darussalam
dengan diadakannya sosialisasi mengenai pangan lokal.
1.3 Manfaat
1. Menambah wawasan dan pengetahuan akan pentingnya pangan lokal bagi
siswa siswi MTs Darussalam.
2. Untuk menghimbau, agar produk dalam negeri lebih dicintai.
3. Menumbuhkan keedulian pangan lokal daerah bagi siswa siswi MTs
Darussalam dan mahasiswa FTP UNEJ
4. Melatih mahasiswa FTP dalam bersosialisasi dimasyarakat umum.
5. Konsumsi pangan cukup berimbang yang sesuai dengan kebutuhan bagi
pembentukan manusia yang sehat, kuat, cerdas dan produktif.
6. Untuk meningkatkan kepedulian akan ketahanan pangan bangsa Indonesia.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Pangan
Pangan adalah hak asasi setiap individu untuk memperolehnya dengan jumlah
yang cukup dan aman serta terjangkau. Oleh karena itu, upaya pemantapan ketahanan
pangan harus terus dikembangkan dengan memperhatikan sumberdaya, kelembagaan
dan budaya lokal. (Lembata, 2009).
Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia. Tersedianya pangan yang
cukup, aman, bermutu, bergizi, sehat serta halal merupakan syarat utama guna
mewujudkan masyarakat yang bermartabat serta sumberdaya yang berkualitas.
Pangan juga merupakan hak asasi setiap individu untuk memperolehnya dengan
jumlah yang cukup dan aman serta terjangkau. Oleh karena itu, upaya pemantapan
ketahanan pangan harus terus dikembangkan dengan memperhatikan sumberdaya,
kelembagaan dan budaya local (Lembata, 2009).
Pangan Khas adalah pangan yang asal usulnya secara biologis ditemukan di
suatu daerah. Pangan Tradisional adalah pangan atau makanan yang diolah dengan
cara, resep atau cita rasa yang khas berkaitan dengan nilai-nilai kelompok etnis
tertentu tanpa memperhatikan asal bahan bakunya.
Pangan Pokok adalah pangan sumber karbohidrat yang sering dikonsumsi
secara teratur sebagai makanan utama dan memberikan sumbangan energi lebih dari
sepertiga total konsumsi energi.
Makanan Tradisional adalah makanan yang dikonsumsi masyarakat golongan
etnik dan wilayah yang spesifik, diolah dari resep yang dikenali masyarakat, bahan-
bahannya diperoleh dari sumber lokal dan memiliki rasa yang relatif sesuai dengan
selera masyarakat setempat.
Konsumsi Pangan adalah sejumlah makanan dan minuman yang dimakan dan
diminum seseorang dalam rangka memenuhi kebutuhan hayati.
2.2 Ruang Lingkup Pangan Lokal
Pangan lokal merupakan produk pangan yang telah lama diproduksi,
berkembang dan dikonsumsi di suatu daerah atau suatu kelompok masyarakat lokal
tertentu. Umumnya produk pangan lokal diolah dari bahan baku lokal, teknologi
lokal, dan pengetahuan lokal pula. Di samping itu, produk pangan lokal biasanya
dikembangkan sesuai dengan preferensi konsumen lokal pula. Sehingga produk
pangan lokal ini berkaitan erat dengan budaya lokal setempat. Karena itu, produk ini
sering kali menggunakan nama daerah, seperti gudek jogja, dodol garut, jenang
kudus, beras cianjur, dan sebagainya (Hariyadi, 2010).
Aneka ragam pangan lokal tersebut berpotensi sebagai bahan alternatif
pengganti beras. Sebagai contoh, di Papua ada beberapa bahan pangan lokal setempat
yang telah lama dimanfaatkan oleh masyarakat setempat sebagai bahan baku
pengganti beras, seperti ubi jalar, talas, sagu, gembili, dan jawawut. Produk pangan
lokal tersebut telah beradaptasi dengan baik dan dikonsumsi masyarakat Papua secara
turun temurun (Wahid Rauf dan Sri Lestari, 2009). Selain di Papua, beberapa pangan
lokal yang telah dimanfaatkan oleh masyarakatnya sebagai bahan pengganti beras
adalah jagung di Madura dan Gorontalo.
2.3 Konsep Diversifikasi Pangan
2.3.1 Pengertian diversifikasi pangan
Diversifikasi pangan adalah suatu proses perkembangan dalam pemanfaatan
dan penyediaan pangan ke arah yang semakin beragam. Manfaat diversifikasi pada
sisi konsumsi adalah semakin beragamnya asupan zat gizi, baik makro maupun
mikro, untuk menunjang pertumbuhan, daya tahan, dan produktivitas fisik
masyarakat (Amang, 1995).
Pakpahan dan Suhartini (1989) menyatakan dalam konteks Indonesia
diversifikasi/keanekaragaman konsumsi pangan sering diartikan sebagai
pengurangan konsumsi beras yang dikompensasi oleh penambahan konsumsi bahan
pangan non beras.Demikian pula Suhardjo (1998) menyebutkan bahwa pada
dasarnya diversifikasi pangan mencakup tiga lingkup pengertian yang saling
berkaitan, yaitu (1) diversifikasi konsumsi pangan, (2) diversifikasi ketersediaan
pangan, dan (3) diversifikasi produksi pangan.
Kelengkapan gizi merupakan prasyarat bagi pembentukan kualitas
intelegen-sia yang baik. Keragaman pangan juga meningkatkan asupan zat-zat
antioksidan, serat, serta penawar terhadap senyawa yang merugikan kesehatan
seperti kolesterol. Di samping itu, keragaman juga memberikan lebih banyak
pilihan kepada masyarakat untuk memperoleh pangan sesuai preferensinya.
2.3.2 Tujuan diversifikasi pangan
Diversifikasi bertujuan untuk memperbaiki status gizi tidak hanya
tergantung pada konsumsi makanan, tetapi juga tergantung pada pengadaan atau
penyediaan dari pangan tersebut. Faktor-faktor penting yang perlu
dipertimbangkan dalam perencanaan program untuk meningkatkan pangan dan
gizi yang lebih baik, antara lain:
1) hasil produksi pertanian yang menentukan tingkat penyediaan pangan dan
zat gizi.
2) variasi jenis makanan yang dikonsumsi terutama tergantung pada variasi
dan komposisi hasil produksi pertanian setempat.
3) perlu adanya penyuluhan untuk meningkatkan pengertian tentang
kebutuhan gizi dan adanya tindakan-tindakan yang dapat dijadikan
sebagai pertimbangan bagi konsumen dalam memilik makanannya,
sehingga pola konsumsi pangan dapat terarah agar sesuai dengan
persyaratan gizi (Suharjo,1996).
Secara keseluruhan, mengapa diversifikasi pangan kurang berhasil?
Pertama, beras mempunyai citra superior sehingga pemilihan atas beras
mengungguli jagung, singkong, ubi jalar dan lainnya. Kedua, ketersediaan beras
sepanjang waktu di berbagai wilayah lebih baik dibandingkan ketersediaan
komoditas pangan lainnya. Ketiga, teknologi pengolahan beras menjadi nasi amat
simpel dan menghasilkan citra rasa yang enak dan tidak membosankan. Kini
diversifikasi pangan menjadi langkah yang tepat. Pola konsumsi pangan yang
bermutu dan bergizi seimbang mensyaratkan perlu adanya diversifikasi pangan
dalam menu sehari-hari. Pangan yang beragam amat penting karena tidak ada satu
jenis makanan yang dapat menyediakan gizi bagi seseorang secara lengkap.
Melalui konsumsi yang beragam kekurangan gizi pada satu jenis makanan dapat
dilengkapi oleh jenis makanan lainnya.
Produksi pangan dicirikan bukan oleh kurangnya produksi terhadap
konsumsi secara tetap melainkan lebih disebabkan oleh ketimpangan produksi
konsumsi antar negara. Ketimpangan tersebut selain di pengaruhi oleh iklim dan
keadaan tanah yang kurang sesuai, juga dipengaruhi oleh ketidak mampuan
negara-negara berkembang yang miskin teknologi dan dana untuk
mengembangkan produksi dalam negri atau membeli pangan dari pasar
2.3.3 Diversifikasi konsumsi pangan sumber bahan pokok selain beras
Ada berbagai macam sumber daya yang dapat dimanfaatkan sebagai
produk pangan lain yang lebih bergizi dan bermutu tinggi antara lain sebagai
berikut:
1. Kelapa
Industri kecil kelapa dengan penggunaan teknologi tepat guna pemarutan
dan pengeringan akan dihasilkan kelapa parut kering. Dengan pengepresan yang
tepat akan diperoleh minyak kelapa yang berkualitas baik. Contoh produk:
geplak, serundeng.
2. Singkong
Singkong sebagai salah satu jenis bahan makanan sumber karbohidrat
yang dapat tumbuh subur di Indonesia dan relatif murah harganya. Keberadaan
singkong yang melimpah dan harga yang murah di pedesaan dapat ditingkatkan
menjadi bahan makanan yang bernilai tinggi. Melalui pengeringan sederhana
misalnya dengan diparut kasar, dicuci dikeringkan dan kemudian digiling yang
selanjutnya dapat dibuat beraneka macam produk makanan basah maupun