PUSKESMAS PATTALLASSANG PELAKSANAAN TIM EMERGENCY NO. DOKUMEN NO. REVISI : 002 HALAMAN 1 dari 2 STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL TANGGAL TERBIT 24 Agustus 2015 Ditetapkan : di Pattallassang Kepala Puskesmas H. BADOLLAHI, SKM.,M.Kes NIP. 19600805 198403 1 015 PENGERTIAN Sekumpulan petugas medis yang menangani emergency maternal dan neonatal TUJUAN 1. Menurunkan angka kematian ibu dan neonatus 2. Melakukan penatalaksaan secara cepat, tepat untuk kasus emergency maternaldan neonatal KEBIJAKAN Mengacu pada standar operasional asuhan kebidanan PETUGAS Dokter Umum, Bidan,dan Perawat PROSEDUR 1. Persiapan alat : - ATK dan dokumentasi kegiatan. 2. Persiapan petugas : - Melakukan setiap sekali sebulan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan . PELAKSANAAN Tim Emergenci terdiri dari : - Dokter umum - Bidan - Perawat Tim Emergenci terdiri dari : - Merah (koordinator) - Kuning (bidan pelaksana) - Hijau Dalam melaksanakan tugas, masing-masing mempunyai tugas, yaitu : Tugas Koordinator (merah) Mengatasi Menenangkan Pasien Dan Keluarga Anamnesa terarah Pemeriksaan Awal Cepat
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PUSKESMASPATTALLASSANG
PELAKSANAAN TIM EMERGENCY
NO. DOKUMEN NO. REVISI : 002HALAMAN1 dari 2
STANDARPROSEDUR
OPERASIONAL
TANGGAL TERBIT
24 Agustus2015
Ditetapkan : di PattallassangKepala Puskesmas
H. BADOLLAHI, SKM.,M.KesNIP. 19600805 198403 1 015
PENGERTIAN Sekumpulan petugas medis yang menangani emergency maternal dan neonatal
TUJUAN 1.Menurunkan angka kematian ibu dan neonatus2.Melakukan penatalaksaan secara cepat, tepat untuk
kasus emergency maternaldan neonatal
KEBIJAKAN Mengacu pada standar operasional asuhan kebidanan
PETUGAS Dokter Umum, Bidan,dan Perawat
PROSEDUR 1. Persiapan alat : - ATK dan dokumentasi kegiatan.
2. Persiapan petugas : - Melakukan setiap sekali sebulan sesuai dengan
jadwalyang telah ditetapkan .
PELAKSANAAN Tim Emergenci terdiri dari :- Dokter umum- Bidan- PerawatTim Emergenci terdiri dari : - Merah (koordinator)- Kuning (bidan pelaksana)- HijauDalam melaksanakan tugas, masing-masing mempunyai tugas, yaitu :
Tugas Koordinator (merah) Mengatasi Menenangkan Pasien Dan Keluarga Anamnesa terarah Pemeriksaan Awal Cepat
Membuat Keputusan Klinik Koordinasi penatalaksanaan Awal Pasang Infus Ambil Contoh Darah Ikuti Instruksi Dokter Tetap Bersama Pasien
PUSKESMASPATTALLASSANG
PELAKSANAAN TIM EMERGENCY
NO. DOKUMEN NO. REVISI : 002HALAMAN2 dari 2
PELAKSANAAN Tugas bidan pelaksana (kuning)
A Mempersiapkan persediaan Meja Troley emergency Setiap Ganti Dinas setiap selesai tindakan
B Saat emergency Membawa meja dorong emergency ketempat
kejadian melakukan observasi Bersama dengan koordinator tetap bersama
pasien Dokumentasi semua tindakan dan hasil
observasi,serta obat-obatan dan cairan
Tugas bidan/perawat pelaksana ( hijau ) Membawa alat-alat seperti Tiang infus dan Suctionunit
Memberi informasi dan memanggil dokter Menghubungi dan bila perlu mengantar serta mengambil hasil laboratorium
Memobilisasi alat dan bila perlu membawa pasien ke kamar tindakan bila diperlukan
UNIT TERKAIT Kamar Bersalin dan Kamar Nifas
PUSKESMASPATTALLASSANG
PENILAIAN KETRAMPILAN TIM EMERGENCY
NO. DOKUMEN NO. REVISI : 003HALAMAN1 dari 1
STANDARPROSEDUR
OPERASIONAL
TANGGALTERBIT
24 Agustus2015
Ditetapkan : di PattallassangKepala Puskesmas
H. BADOLLAHI, SKM.,M.KesNIP. 19600805 198403 1 015
PENGERTIAN Evaluasi ketrampilan sekumpulan petugas medis yang menangani emergenci maternal dan neonatal
TUJUAN - Menurunkan angka kematian ibu dan neonates- Berkesinambungannya penatalaksaan secara cepat, tepat untuk kasus emergency maternal dan neonatal
KEBIJAKAN Mengacu pada standar operasional asuhan kebidanan
PETUGAS Dokter Umum, Bidan,dan Perawat
PROSEDUR 1. Persiapan alat : - ATK dan dokumentasi
kegiatan.2. Persiapan petugas : a. Tim emergenci terdiri dari
- Dokter umum, Bidan dan Perawat b. Tim emergenci terdiri dari :
- Merah (koordinator), Kuning (bidan pelaksana)dan Hijau
PELAKSANAAN 1.Dibuat jadwal penilaian perminggu dengan masing-masing topik emergenci yang berbeda setiap minggunya
2.Penilaian meliputi tema emergency maternal dan neonatal
3.Penilaian dilakukan oleh Kepala ruanganTema maternalMinggu ke 1 : Asuhan Persalinan Normal/ManagemenAktif Kala IIIMinggu ke 2 : KBE/KBIMinggu ke 3 : Penatalaksaan PEB/EklampsiMinggu ke 4 : Penatalaksaan SyokTema neonatalMinggu ke 2 : Resusitasi neonatusMinggu ke 4 : Kejang
4.Setiap penilaian terdiri dari 3 bidan/perawat5.Penilaian dapat dilakukan pula saat pertolongan
pada klien/model6.Hasil penilaian diisi sesuai check lst yang ada7.Hasil penilaian dilaporkan ke Kepala Puskesmas
dan Bidan KoordinatorUNIT TERKAIT Kamar Bersalin dan Kamar Nifas
PUSKESMASPATTALLASSANG
STABILISASI SEBELUM MERUJUK
NO. DOKUMEN NO. REVISI :004
HALAMAN1 dari 2
STANDARPROSEDUR
OPERASIONAL
TANGGAL TERBIT
24 Agustus 2015
Ditetapkan : di PattallassangKepala Puskesmas
H. BADOLLAHI, SKM.,M.KesNIP. 19600805 198403 1 015
PENGERTIAN Merupakan suatu tindakan stabilisasi pada kegawatdaruratan obstetri dan neonatalyang dilakukan sebelum merujuk ibu/bayi ke sarana kesehatan yang lebih tinggi (Rumah Sakit)
TUJUAN Melakukan stabilisasi secara cepat, tepat untuk kasus kegawatdaruratanobstetridan neonatal
KEBIJAKAN Mengacu pada Standar Operasional Pelayanan Obstetridan Neonatal Emergency
PETUGAS Dokter Umum, Bidan,dan Perawat
PROSEDUR 1. Persiapan Persetujuan Tindakan Medik
2. Persiapan Tindakan : Persiapan Pasien dan Persiapan penolong dan asisten
3. Persiapan Bayi
PELAKSANAAN 1. Data dasar yang harus diinformasikan : Identitas bayi dan tanggal lahir . Identitas ayah dan ibu bayi Riwayat kehamilan, persalinan dan prosesnya, Obat yang dikonsumsi ibu Catatan resusitasi neonatus yang dilakukan Skor APGAR Usia Kehamilan dan berat badan saat lahir Tanda Vital (suhu,frekuensi jantung,pernafasan,warna kulit dan aktif/tidaknya bayi)
Tindakan/prosedur klinik dan terapi yang sudah diberikan.
Bila tersedia data pemeriksaan penunjang yang ada (glukosa,elektrolit dan lain-lain).
2. Persetujuan Tindakan Medik Beritahukan Pada Ibu apa yang akan dikerjakan dan berikan kesempatan untuk mengajukan pertanyaan.
Berikan dukungan emosional dan Jaminan Pelayanan
Pelajari keadaan umum(kesadaran,tensi,nadi dan nafas) untuk memastikan bahwa ditemukan keadaanyang merupakan indikasi dan syarat tindakan obstetrik; atasi renjatan.
PUSKESMASPATTALLASSANG
STABILISASI SEBELUM MERUJUK
NO. DOKUMEN NO. REVISI : 004 HALAMAN2 dari 2
PELAKSANAAN Memberitahukan suami/keluarga terdekat akan kondisi ibu dan tindakan yang akan dilakukan.
Merujuk Bayi dalam keadaan stabil, menjaga kehangatan bayi dengan metode kangguru dan ruangan dalam kendaraan hangat yang digunakan merujuk, dan menjaga jalan nafas tetap bersih dan terbuka selama transportasi. Bila memungkinkan bayi tetap diberikan ASI.
Harus disertai dengan tenaga yang terampil melakukan resusitasi.
4. Tersedia peralatan dan obat-obatan emergency yang dibutuhkan
5. Pemantauan Selama Rujukan : Sering periksa tanda-tanda vital dan suhu Pantau saturasi oksigen dengan oksimeter nadi Observasi klinis bayi selama transportasi.
UNIT TERKAIT Kamar Bersalin dan Kamar Nifas
PUSKESMASPATTALLASSANG
PEMBERIAN MGSO4 PADA PRE-EKLAMPSIA BERAT/EKLAMPSIASEBELUM MERUJUK
NO. DOKUMEN NO. REVISI :005
HALAMAN1 dari 2
STANDARPROSEDUR
OPERASIONAL
TANGGAL TERBIT
24 Agustus 2015
Ditetapkan : di PattallassangKepala Puskesmas
H. BADOLLAHI, SKM.,M.KesNIP. 19600805 198403 1 015
PENGERTIAN Pemberian MgSO4 sebagai antikonvulsan merupakan suatu tindakan untuk mengatasi kejang kasus PEB / Eklampsia
TUJUAN 1. Menjelaskan tata cara pemberian MgSO4 pada PEB / Eklampsia
2. Berkesinambungannya penatalaksaan secara cepat, tepat untuk kasus emergency maternal dan neonatal
KEBIJAKAN Mengacu pada Standar Operasional Pelayanan Obstetri dan Neonatal EmergencyMengacu PadaPelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan
3. Persiapan peralatan : a. Mgso4 40%f. Infus setb. aquades
g. abocath uk.16 a/18c. Pig Baggy 100ml h.
tourniquetd. Calcium glukonas i.
cairan RL 500mLe. spoit 20 cc
j. Kateter dan kantung urin4. Lembar catatan medik termasuk lembar control
istimewa dan persetujuan tindakan5. Buku bantu catatan ibu (buku KIA)
PELAKSANAAN 1. Pastikan PEB / Eklampsia dari tanda dan gejala yang ada
2. Berikan konseling kepada keluarga tentang kondisi yang dialami ibu.
3. Persiapan untuk rujukan dan stabilisasi sebelummerujuk dengan pemberian MgSO4.
4. Sebelum pemberian MgSO4 periksa: Reflek patella(+), urin minimal 30 ml/jam dalam 4 jam terakhir , pernafasan 16x/menit
5. Lakukan pemberian oksigen 6-8 ltr/mnt (sungkup)6. Lakukan pemasangan infus dengan larutan RL atau
normal saline7. Untuk Pemberian Mgso4 40% Initial dose 4 gram
(10ml), alternatif pemberian : a. diencerkan dalam aquadest atau NaCl 0,9%menjadi 20 ml (dalam spoit 20ml) atau setara dengan konsetrasi 20% untuk pemberian intravenous secara perlahan-lahan selama minimal 5-10 menit, atau
PUSKESMASPATTALLASSANG
PEMBERIAN MGSO4 PADA PRE-EKLAMPSIA BERAT/EKLAMPSIASEBELUM MERUJUK
NO. DOKUMEN NO. REVISI :005
HALAMAN2 dari2
PELAKSANAAN b. diencerkan dalam Aquadest atau NaCl 0,9 % menjadi 2 kali 10 ml dengan cara ambil 5 ml (2 gram MgSO4 40%) diencerkan menjadi 10 ml yang diberikan 2 kali pemberian (total 20 ml) secara perlahan-lahan, minimal 5-10 menit. Atau
c. dimasukkan dalam 10 ml (4gram Mgso4 40%) diencerkan dalam 100 ml “piggy bag” NaCl 0,9% diberikan secara drips dengan tetesan 40tetes/ selama 30 menit.
8. Lanjutkan dengan MgSO4 6gram IV (15 ml MgSO4 40%) diberikan dalam Larutan RL 500ml dengan kecepatan 28 tetes/menit.
9. Pasang kateter menetap10. Pada PasienEklampsia : Pastikan jalan nafas
bebas, diberikan oksigen 6-8L/menit(sungkup). Pastikan pasien dimiringkan untuk mencegah aspirasi selanjutnya bisa langsung diberikan MgSO4 2 gram Iv perlahan (15-20 menit). Bila setelah pemberian MgSO4 ulangan, masih terdapatkejang, dapat dipertimbangkan pemberian diazepam 10 mg IV selama 2 menit tanpa harus memeriksa Jumlah Urine terlebih dahulu.
11. Pada kondisi dimana MgSO4 tidak dapat diberikan seluruhnya, berikan dosis awal (loading dose) lalu rujuk ibu segera ke fasilitaskesehatan yang memadai
12. Hentikan pemberian MgSO4 apabila reflek patella (-), urin 30/jam dalam 4 jam terakhir, pernafasan 16x/menit. Berikan Ca Glukonas 1 gram IV (10mg larutan 10%) bolus dalam 10 menit, bila terjadi depresi pernafasan
13. Selama ibu dengan PEB dan Eklamsia dirujuk, pantau dan nilai adanya perburukan Preeklamsia.
UNIT TERKAIT Kamar Bersalin dan Kamar Nifas
PUSKESMASPATTALLASSANG
PEMBERIAN STEROID ANTENATAL PADA IBU DENGANPERSALINAN PRE MA TUR
NO. DOKUMEN NO. REVISI :006
HALAMAN1 dari2
STANDARPROSEDUR
OPERASIONAL
TANGGAL TERBIT
24 Agustus 2015
Ditetapkan : di PattallassangKepala Puskesmas
H. BADOLLAHI, SKM.,M.KesNIP. 19600805 198403 1 015
PENGERTIAN Persalinan Prematur adalah persalinan yang terjadisebelum usai kehamilan 37 minggu.
TUJUAN Usaha untuk mempertahankan kehamilan sampai usia kehamilan aterm dan akselerasi pematangan paru janin.
KEBIJAKAN Mengacu pada Standar Operasional Pelayanan Obstetri dan Neonatal EmergencyMengacu Pada Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan
PETUGAS Dokter Umum, Bidan,dan Perawat
PROSEDUR Persiapan Alat :1. Obat Kortikosteroid : Dexamethasone 6 mg dan Bethametasone 12 mg
3. Antibiotik Profilaksis : Ampisilin, penisilin, dan klindamisin
4. Antibiotik dengan persalinan preterm disertaidengan ketuban pecah dini : eritromisin 4x400 mgperoral.
PELAKSANAAN 1. Tentukan apakah pada ibu hamil itu terdapat kondisi yang mengarah pada persalinan premature (usia kehamilan 24-34 miggu, dilatasi serviks kurang dari 3 cm, tidak ada koriomnionitis(infeksi intrauterin),preeklampsiaatau perdarahan aktif dan tidak ada gawat janin).
2. Jika ya, segera berikan kortikosterid untuk pematangan paru janin yang akan menstimulasi produksi dan sekresi surfaktan diparu janin.. Obat pilihannya adalah - Dexametason 6 mg IM dan ulangi setiap 12 jam sebanyak 4 kali pemberian dalam 2 hari atau
- Betametasone 12 mg IM setiap 24 jam sebanyak 2kali.
3. Walaupun waktu tidak cukup untuk memberikan dosis lengkap dexamethasone sebelum bersalin, berikan dosis pertama sesegera mungkin. Berikan sebanyak mungkin dosis yang memungkinkan untuk diberikan. Walaupun pemberian antenatal kortikosteroid kurang dari 4 kali, tetap akan bermanfaat bagi bayi.
PUSKESMASPATTALLASSANG
PEMBERIAN STEROID ANTENATAL PADA IBU DENGANPERSALINAN PREMATUR
NO. DOKUMEN NO. REVISI :006
HALAMAN2 dari2
PELAKSANAAN 4. Jika terjadi kontraksi yang berisiko tinggi adalah kontraksi dengan frekuensi lebih dari 3-4kali perjam. Diberikan terapi tokolitik, Nifedipin 10 mg diberikan 3x10 mg peroral atau terbutalin sulfat 1000 (2 ampul) dalam 500 ml larutan NaCl 0,9% dengan dosis awal pemberian 10tetes/meint lalu dinaikkan 5 tetes/menit tiap 15menit hingga kontraksi hilang, ATAU Salbutamol dosis awal 10 mg IV dalam 1 liter cairan infus 10 tetes/menit. Jika kontraksi masih ada, naikkan kecepatan 10 tetes/menit setiap 30 menitkemudian dosis dipertahankan hingga 12 jam setelah kontraksi hilang. kemudian dilanjutkan dengan obat oral bila pasien dipulangkan. Bila kontraksi hilang, pemberian tokolisis dapat dihentikan.
5. Jika ketuban pecah mendahului persalinan preterm, perlu diberikan antibiotik eritromisin 4x400mg peroral.
UNIT TERKAIT Kamar Bersalin dan Kamar Nifas
PUSKESMASPATTALLASSANG
INFEKSI/SEPSIS PADA NEONATUS
NO. DOKUMEN NO. REVISI :007
HALAMAN1 dari 3
STANDARPROSEDUR
OPERASIONAL
TANGGAL TERBIT
24 Agustus 2015
Ditetapkan : di PattallassangKepala Puskesmas
H. BADOLLAHI, SKM.,M.KesNIP. 19600805 198403 1 015
PENGERTIAN Infeksi neonatus merupakan sindrom klinis dari penyakit sistemik akibat infeksi selama satu bulanpertama kehidupan.
TUJUAN - Sebagai acuan Penerapan langkah-langkah untuk sepsis (pemberian antibiotik)
- Melakukan identifikasi dan tatalaksana sepsis secara adekuat
KEBIJAKAN Mengacu pada Standar Operasional Pelayanan Obstetri dan Neonatal EmergencyMengacu Pada Pelayanan Kesehatan Neonatus di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan
PETUGAS Dokter Umum, Bidan,dan Perawat
PROSEDURPELAKSANAAN
Kategori Kelompok temuan yang berhubungan dengan infeksi neonatorum
Kategori A Kategori B1. Kesulitan bernafas (mis.apne,napas kurang 40 kali per menit, retraksi dinding dada, grunting pada waktKesulitan bernafas (mis.apne,napas kurang 40 kali per menit, retraksi dinding dada, grunting pada waktu ekspirasi, sianosis sentral)
2. Kejang3. Tidak sadar4. Suhu tubuh tidak normal (tidak normal sejak lahir. Tidak memberi respon terhadap terapi atau suhu tidak stabil sesudah pengukuran suhu normal selama tiga kali atau lebih, menyokong ke arahsepsis.)
5. Persalinan di lingkunag tidak hygienis(menyokong ke arah sepsis)
6. Kondisi memburuk secara cepat dan dramatis menyokong ke arah sepsis).
1. Tremor2. Letargi atau lunglai
3. Mengantuk atau aktivitas berkurang
4. Iritabel atau rewel
5. Muntah (menyokong ke arah sepsis)
6. Perut kembung ( menyokong ke arah sepsis)
7. Tanda-tanda mulaimuncul sesuda hari ke empat (menyokong ke arah sepsis).
8. Air ketuban bercampur mekonium.
9. Malas minum, sebelumnya minum dengan baik (menyokong ke arah sepsis)
PUSKESMASPATTALLASSANG
INFEKSI/SEPSIS PADA NEONATUS
NO. DOKUMEN NO. REVISI :007
HALAMAN2 dari 3
PELAKSANAAN 1.Manejemen U mum
Dugaan Sepsis
Riwayat infeksi intrauterin, ditemukan satu
kategori A dan 1 atau 2 kategori B maka kelola
untuk tanda khususnya (misalnya kejang).
Lakukan pemantauan
Jika ditemukan tambahan tanda sepsis maka di
kelola sebagai kecurigaan besar sepsis
Kecurigaan Besar Sepsis
Pada bayi umur sampai dengan 3 hari
Bila ada riwayat ibu dengan infeksi rahim,
demam dengan kecurigaan infeksi berat atau
(KPD) atau bayi mempunyai dua atau lebih
kategori A, atau 3 atau lebih kategori B
Pada bayi umur lebih 3 hari
Bila bayi mempunyai dua atau lebih temuan
kategori A atau tiga atau lebih temuan
kategori B
Pemberian Antibiotik
Antibiotik awal diberikan Ampisilin dan
gentamisin, bila organisme tidak dapat
ditemukan dan bayi tetap menunjukkan tanda
infeksi sesudah 48 jam, ganti ampisilin dengan
cefataksim disamping tetap beri gentamisin
Jika ditemukan organisme penyebab infeksi,
digunakan antibiotik sesuai uji kepekaan
kuman. Antibiotik diberikan sampai tujuh hari
sampai ada perbaikan (lihat dosis obat).
2. Pada sepsis dengan meningitis, pemberian antibiotik sesuai pengobatan meningitis
Gentamisin 5 Mg / Kg BB BB Usia ≤ 7
hariUsia > 7 hari
< 1200 gr Tiap 48 jam
Tiap 36 jam
> 1200 gr Tiap 36 jam
Tiap 48 jam
PUSKESMASPATTALLASSANG
INFEKSI/SEPSIS PADA NEONATUS
NO. DOKUMEN NO. REVISI :007
HALAMAN3 dari 3
PELAKSANAAN Ampisilin 50 mg / kg BB / IV atau IMUsia ≤ 7 hari
Usia ≤ 7 hari
Usia > 7 hari
<1,2 kg Tiap 12 jam Tiap 12 jam1,2 kg – 2,0 kg
Tiap 12 jam Tiap 8 jam
>2 kg Tiap 8 jam Tiap 6 jam
1. Baringkan bayi suntik IM dan dipaha bagian lateral, jangan suntikkan di bokong bayi
2. Berikan konseling pada Ibu mengenai kondisi bayi
3. Rujuk segera bayi
UNIT TERKAIT Kamar Bersalin dan Kamar Nifas
PUSKESMASPATTALLASSANG
PENANGANAN BBL DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH
NO. DOKUMEN NO. REVISI :008
HALAMAN1 dari 6
STANDARPROSEDUR
OPERASIONAL
TANGGAL TERBIT
24 Agustus 2015
Ditetapkan : di PattallassangKepala Puskesmas
H. BADOLLAHI, SKM.,M.KesNIP. 19600805 198403 1 015
PENGERTIANBayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan
berat lahir kurang dari 2500 g (berat lahir adalah
berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah
lahir).
TUJUAN 1. sebagai acuan dalam penanganan BBLR sehingga
gangguan napas berat)Tabel 3. Jumlah cairan yang dibutuhkan bayi
(ml/kg)
Berat Hari Hari Hari Hari Hari
ke 1 ke 2 ke 3 ke 4 ke 5>1500
g60 80 100 120 150
<1500
g80 100 120 140 150
Tabel4. Pengukuran suhu tubuh
Keadaan Bayi Frekuensi PengukuranBayi sakit Tiap JamBayi sehat Tiap 12 jamKeadaan Bayi membaik Sekali sehari
Tabel 5. Suhu Kamar untuk Bayi dengan Pakaian
Berat Badan Suhu Ruangan1500-2000 g 28- 30 C>2000 g 26- 28 C
PUSKESMASPATTALLASSANG
PENANGANAN BBL DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH
NO. DOKUMEN NO. REVISI :008
HALAMAN6 dari 6
PELAKSANAAN PEMANTAUAN
Jangan memandikan bayi sebelum berumur 12 jam. rawat bayi kecil diruang yang hangat (tidak kurang 25 c dan bebas dari aliran angin)
Jangan meletakkan bayi langsung dipermukaan yangdingin.
pada waktu dipindahkan ketempat lain, jaga bayi tetap hangat dan gunakan pemancar panas atau kontak kulit dengan bidan/perawat.
bayi tetap harus berpakaian atau diselimuti setiap saat, agar tetap hangat walau dalam keadaan melakukan tindakan.
Berikan tambahan kehangatan pada waktu dilakukantindakan (mis. menggunakan pemancar panas)
ganti popok tiap kali basah Jangan menyentuh bayi dengan tangan yang dingin. Ukur suhu sesuai jadwal pada tabel.Tanda Kecukupan Pemberian ASI
Buang air kecil minimal 6 kali dalam 24 jam Bayi tidur lelap setelah pemberian ASI Peningkatan berat badan setelah 7 hari pertama
20 gram setiap hari. periksa pada saat ibu meneteki, apabila satu
payudara dihisap, ASI akan menetes dari payudarayang lain.
Pemulangan Penderita :
Suhu bayi stabil Toleransi minum peroral baik, diutamakan
pemberian ASI. Bila tidak dapat diberikan ASI dengan cara menetek dapat diberikan dengan alternatif cara pemberian minum yang lain.
ibu sanggup merawat BBLR dirumah.*Rujuk Bayi Apabila ditemukan penyulit/masalah. Menasehati ibu atau keluarga cara menjaga bayi tetap hangat selama perjalanan ketempat rujukan dengan metode kangguru jika memungkinkan.
UNIT TERKAIT Kamar Bersalin dan Kamar Nifas
PUSKESMASPATTALLASSANG
PENANGANAN BBL DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH
NO. DOKUMEN NO. REVISI :009
HALAMAN1 dari 3
STANDARPROSEDUR
OPERASIONAL
TANGGAL TERBIT
24 Agustus 2015
Ditetapkan : di PattallassangKepala Puskesmas
H. BADOLLAHI, SKM.,M.KesNIP. 19600805 198403 1 015
PENGERTIANAdalah bayi baru lahir yang tidak dapat bernafas
secara spontan, teratur, dan adekuat pada saat
lahir atau beberapa saat setelah lahir.
TUJUAN Sebagai acuan langkah-langkah penanganan bayi baru
lahir yang tidak bernafas spontan dengan
resusitasi secara cepat dan tepat dan mencegah
terjadinya kerusakan otak..
KEBIJAKAN Mengacu pada Standar Operasional Pelayanan Obstetri dan Neonatal EmergencyMengacu Pada Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensialdi Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan
PETUGAS Dokter Umum, Bidan,dan Perawat
PROSEDURPELAKSANAAN
1.Persiapan alat: sarung tangan steril untuk dokter, bidan, dan
perawat. Alat penghisap lender (syringe bulb atau suction). Radiant warmer. Alat observasi, berupa : stetoskop khusus
neonates, jam tangan dengan detik, dan thermometer.
Alat resusitasi : balon dan sungkup untuk bayi cukup bulan dan kurang bulan, laringoskop, pipa endotrakeal sesuai taksiranberat janin, stilet, selang oksigen.
Set umbilical yang bersih : 1 gunting pemotong tali pusat, 1 buah kom kecil berisi betadin 10%, 3 helai kasa steril, klem / tali
umbilical dan kateter umbilical. Pipa nasogastric No. 3.5 dan 5. Tanda pengenal untuk bayi. Suntikan Vit K1.
PUSKESMASPATTALLASSANG
PENANGANAN BBL DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH
NO. DOKUMEN NO. REVISI :009
HALAMAN2 dari 3
PROSEDURPELAKSANAAN
2.Prosedur kerja :A. Tanpa Asfiksia :
Bidan menilai, APGAR 8 – 10.
Bayi lahir tidak menangis spontan.
B. Bidan mengeringkan badan bayi, melakukan
rangsangan taktil, timbul respon upaya
bernafas yang baik ( bayi menangis ) dengan
detak jantung > 100 X / menit. Asfiksia
Sedang.
Bidan menilai APGAR 4 – 7
Bidan mengeringkan badan bayi
Bidan melakukan pengisapan lendir.
Bidan melakukan rangsangan taktil.
Bila respon usaha, nafas yang timbul lemah,
maka bidan perlu melakukan bantuan ventilasi
dengan ventilasi tekanan positif.
C. Asfiksia berat :
1. Bidan menilai APGAR < 3
2. Bidan memberikan tindakan ventilasi positif
dan intubasi.
3. Bidan melakukan tindakan pemijatan dada.
4. Bidan memberikan medikasi.
5. Apabila nilai APGAR menit ke 5 sudah baik ( 7
– 10 ), maka bidan melakukan perawatan
selanjutnya yaitu :
Membersihkan badan bayi.
Melakukan perawatan tali pusat.
Memberikan ASI sedini mungkin.
Memakaikan baju.
Memasang paneng untuk identifikasi.
PUSKESMASPATTALLASSANG
PENANGANAN BBL DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH
NO. DOKUMEN NO. REVISI :009
HALAMAN3 dari 3
PELAKSANAAN 6. Bidan mengajarkan Ibu dan keluarga cara –
cara :
Menyusui yang baik
Merawat tali pusat.
Memandikan bayi
Mengobservasi keadaan nafas bayi.
7. Bidan memberi penjelasan kepada keluarga
tentang pentingnya :
Pemberian ASI sejak dini sampai anak
berusia 2 tahun.
Makanan bergizi bagi Ibu menyusui.
Makanan tambahan setelah bayi berusia 6
bulan.
UNIT TERKAIT Kamar Bersalin dan Kamar Nifas
PUSKESMASPATTALLASSANG
KEJANG PADA NEONATUS
NO. DOKUMEN NO. REVISI :011
HALAMAN1 dari 2
STANDARPROSEDUR
OPERASIONAL
TANGGAL TERBIT
24 Agustus 2015
Ditetapkan : di PattallassangKepala Puskesmas
H. BADOLLAHI, SKM.,M.KesNIP. 19600805 198403 1 015
PENGERTIANKejang pada neonates yaitu perubahan paroksimal
dari fungsi neurologic misalnya perilaku,
sensorik, motorik dan fungsi autonom sistm syaraf
TUJUAN Mampu melakukan tata laksana kejang pada neonates.
KEBIJAKAN Menetapkan pedoman tata laksana kejang pada neonates
PETUGAS Dokter Umum, Bidan,dan Perawat
PROSEDURPELAKSANAAN
Mempertahankan ventilasi, oksigenasi, dan sirkulasi yang adekuat.
Mencari etiologi kejang. Mengatasi / menghentikan kejang (fase akut) dan pengendalian kejang.
Penatalaksanaan sesuai etiologi. Fase akut kejang :
Berikan Oksigenasi dengan kecepatan maksimal 2-2,5 liter/menit.
Pemasangan jalur IV dan pemberian cairan dengan dosis rumatan.
Fenobarbital 20 mg/kgBB IV dalam waktu 10-15 menit, jika kejang tidak berhenti dapat diulangi dengan dosis 10 mg/kgBB sebanyak 2 kali dengan selang waktu 30 menit.
Bila jalur IV tidak tersedia atau sediaan IV tidak tersedia, dapat diberikan fenobarbital IM dengan dosis ditingkatkan 10-15% dari dosisIV.
Cari etiologi sesegera mungkin. Bila kejang belum teratasi berikan :Fenitoin 20 mg/kgBB IV dalam larutan garam
fisiologis dengan kecepatan 1 mg/kgBB/menit.
Bila kejang telah teratasi berikan pengobatan
rumatan : Fenobarbital 1,5 – 2,5 mg/kgBB/kali, tiap 12 jam per oral atau IV sampai 7 hari bebas kejang.
H. BADOLLAHI, SKM.,M.KesNIP. 19600805 198403 1 015
PENGERTIAN Alat Pelindung Diri ( APD ) adalah Alat yang digunakan sebagai teknik pencegahan mikroorganismepatogen dari seseorang ke orang lain yang disebut “carrier”. Barrier yang umum digunakan masker, kacamata pelindung, gaun, apron, sarung tangan, penutup kepala, pelindung kaki.
TUJUAN Melindungi tenaga kesehatan, pasien, keluarga
pengunjung dan lingkungan dari kemungkinan
transmisi material infeksius.
KEBIJAKAN 1. Setiap petugas Puskesmas Kesehatan yang melaksanakan tugas di tempat yang beresiko dan membahayakan dirinya selama bekerja harus menggunakan alat pelindung diri secara benar, dan di saat melepaskan alat pelindung diri juga harus benar karena sudah terkontaminasi sehingga tidak menyebarkan mikroorganisme ke tempat lain.
2. Setiap ruangan harus menyediakan : Masker, Kacamata pelindung, Gaun/apron, Sarung tangan, Penutup kepala, dan Pelindung kaki.
PETUGAS Dokter Umum, Bidan,dan Perawat
PROSEDURPELAKSANAAN
A. Masker N95Langkah – langkah :1. Genggam respirator dengan satu tangan,
posisikan sisi depan bagian hidung pada ujung jari – jari, biarkan tali pengikat menjuntai bebas di bawah tangan anda.
2. Posisikanrespirator di bawah dagu dan sisi untuk hidung berada di atas.
3. Tariklah tali pengikat respirator yang atas dan posisikan tali agak tinggi di belakang kepala di atas telinga.Tarik tali pengikat respirator yang bawah dan posisikan tali di bawah telinga.
4. Letakkan jari – jari kedua tangan anda di atasbagian hidung yang terbuat dari logam.Tekan sisi logam tersebut (gunakan dua jari dari masing – masing tangan) mengikuti bentuk hidung. Jangan menekan respirator dengan satu tangan karena dapat mengakibatkan respirator bekerja kurang efektif.
5. Tutup bagian depan respirator dengan kedua tangan dan hati – hati agar posisi respirator tidak berubah.
PUSKESMASPATTALLASSANG
PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD)
NO. DOKUMEN NO. REVISI :012
HALAMAN2 dari 3
PROSEDURPELAKSANAAN
B. Masker BiasaLangkah – langkah pemasangan :1. Eratkan tali atau karet elastis pada bagian tengah kepala dan leher.
2. Paskan klip hidung dari logam fleksibel pada batang hidung.
3. Paskan dengan erat pada wajah dan di bawah dagu.
4. sehingga melekat dengan baik.5. Periksa ulang pengepasan masker.Langkah – langkah melepaskan1. Jangan di sentuh bagian depan masker karena
telah terkontaminasi.2. Lepaskan tali bagian bawah dan kemudian tali
atau karet bagian atas.3. Buang ke tempat limbah infeksius.
C. Pemakaian Kaca Mata Pelindung.Pasang pada wajah dan mata dan sesuaikan agar pas. Langkah – langkah melepaskan :1. Bagian luar kacamata atau pelindung wajah
telah terkontaminasi.2. Saat melepasnya, pegang karet atau gagang
kacamata.3. Letakkan di wadah yang telah di sediakan
untuk dip roses ulang atau dalam tempat limbah infeksius.
D. Pemakaian Gaun / ApronLangkah – langkah Pemasangan:1. Tutupi badan sepenuhnya dari leher hingga
lutut, lengan hingga bagian pergelangan tangan dan selubungkan ke belakang punggung.
2. Ikat di bagian belakang leher dan pinggang.Langkah – langkah melepaskan :1. Bagian depan gaun dan lengan gaun pelindung
telah terkontaminasi.2. Lepas tali.3. Tarik dari leher dan bahu dengan memegang
bagian dalam gaun pelindung saja.4. Balik gaun pelindung.5. Lipat atau gulung menjadi gulungan dan
letakkan di wadah yang telah di sediakan untuk diproses ulang atau buang di tempat limbah infeksius.
E. Pemakaian Sarung Tangan
Langkah – langkah Pemasangan :1. Buka pembungkus sarung tangan dengan hati –
hati, pilih yang sesuai ukuran.2. Jika harus mempertahankan prinsip – prinsip
steril hindarkan sarung tangan terkontaminasiobyek tidak steril.
3. Jari telunjuk dan ibu jari non dominan membuka lipatan sarung tangan bagian atas danmasukkan tangan non dominan dengan posisi telentang, masukkan jari secara pelan – pelan.
PUSKESMASPATTALLASSANG
PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD)
NO. DOKUMEN NO. REVISI :012
HALAMAN3 dari 3
PROSEDURPELAKSANAAN
4. Selipkan jari tangan yang sudah tidak memakaisarung tangan di bawah sarung tangan yang belum di lepas di pergelangan tangan.
5. Lepaskan sarung tangan di atas sarung tangan pertama.
6. Buang sarung tangan di tempat limbah infeksius.
7. Cuci tangan sesuai prosedur.F. Pemakaian penutup kepala
Langkah – langkah :1. Pakailah pelindung kepala sesuai ukuran
sehingga menutup semua rambut.2. Lepaskan pelindung kepala dan langsung di
buang ke tempat sampah.G. Pemakaian pelindung kaki Langkah – langkah :
1. Gunakan sepatu karet atau plastik yang menutupi seluruh ujung dan telapak kaki bisa di gunakan sepatu boot dari bahan kulit.
2. Sepatu harus selalu bersih.Harus selalu di gunakan di dalam kamar operasi dan tidak boleh di pakai keluar, tidak di anjurkan memkai sandal, sepatu terbuka dan telanjang kaki.
UNIT TERKAIT Seluruh Unit Kerja
PUSKESMASPATTALLASSANG
PENANGANAN BENDA TAJAM
NO. DOKUMEN NO. REVISI : 013 HALAMAN1 dari 1
STANDARPROSEDUR
OPERASIONAL
TANGGAL TERBIT
24 Agustus 2015
Ditetapkan : di PattallassangKepala Puskesmas
H. BADOLLAHI, SKM.,M.KesNIP. 19600805 198403 1 015
PENGERTIAN Benda tajam adalah jarum suntik, jarum jahit bedah, pisau, skalpel, gunting, benang kawat, pecahan kaca dan benda lain yang dapat menusuk
atau melukai.
TUJUAN Melindungi tenaga kesehatan, pasien, dan keluarga
pengunjung dari perlukaan.
KEBIJAKAN Acuan Pedoman Pencegahan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya.
PETUGAS Dokter Umum, Bidan,dan Perawat
PROSEDURPELAKSANAAN 1.Wadah pembuangan benda tajam berupa kotak karton
tebal tertutup dengan lubang yang cukup untuk
memasukkan jarum suntik dan spuit serta benda
tajam bekas pakai lainnya
2.Wadah pembuangan benda tajam diletakkan di dekat
tempat benda tajam digunakan
3.Jarum dan spuit bekas pakai segera
dibuangkedalam wadah pembuangan benda tajam
4.Wadah pembuangan benda tajam ditutup rapat dan
dibuang jika sudah tiga perempat penuh
5.Setiap wadah pembuangan benda tajam hanya
digunakan untuk satu kali dan kemudian dibuang
sesuai standar prosedural operasional pembuangan
limbah benda tajam
UNIT TERKAIT Seluruh Unit Kerja
PUSKESMASPATTALLASSANG PENANGANAN BENDA TAJAM
NO. DOKUMEN NO. REVISI :014
HALAMAN1 dari 1
STANDARPROSEDUR
OPERASIONAL
TANGGAL TERBIT
24 Agustus 2015
Ditetapkan : di PattallassangKepala Puskesmas
H. BADOLLAHI, SKM.,M.KesNIP. 19600805 198403 1 015
PENGERTIAN Pengelolaan limbah adalah semua kegiatan, baik administratif maupun operasional (termasuk kegiatan transportasi), melibatkan penanganan, perawatan, mengkondisikan, penimbunan, dan pembuangan limbah.
TUJUAN 1. melindungi petugas pembuangan limbah dari
perlukaan.
2. melindungi penyebaran infeksi terhadap para
petugas kesehatan.
3. mencegah penularan infeksi pada masyarakat
sekitarnya
4. membuang bahan-bahan berbahaya (bahan toksik dan
radioaktif) dengan aman.
KEBIJAKAN Acuan Pedoman Pencegahan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya.
PETUGAS Dokter Umum, Bidan,dan Perawat
PROSEDURPELAKSANAAN 1. Petugas melakukan Identifikasi limbah misalnya
Padat,cair,tajam,infeksius, dan non infeksius.2. Kemudian petugas melakukan pemisahan limbah
seperti ;-Pemisahan dimulai dari awal penghasil limbah- pisahkan limbah sesuai dengan jenis limbah- tempatkan limbah sesuai dengan jenisnya.- limbah cair segera dibuang ke wastafel di spoelhoek.
3. Petugas memberi label, seperti ;a. Limbah padat infeksius :- Plastik kantong kuning- kantong warna lain tapi diikat tali warna
kuningb. Limbah padat non infeksius- Plastik kantong warna hitam
c. Limbah benda tajam :- wadah tahan tusuk dan air
PUSKESMASPATTALLASSANG
KEBERSIHAN VENTILASI RUANGAN DAN LINGKUNGAN
NO. DOKUMEN NO. REVISI :015
HALAMAN1 dari 1
STANDARPROSEDUR
OPERASIONAL
TANGGAL TERBIT
24 Agustus 2015
Ditetapkan : di PattallassangKepala Puskesmas
H. BADOLLAHI, SKM.,M.KesNIP. 19600805 198403 1 015
PENGERTIAN Kebersihan ruangan merupakan kebutuhan vital di
rumah sakit karena ruangan merupakan fasilitas
penyebaran mikroba yang menyebabkan terjadinya
infeksi terutama infeksi Nosokomial
Ventilasi ruangan adalah proses memasukkan dan menyebarkan udara luar, dan/atau udara daur ulang yang telah diolah dengan tepat dimasukkan kedalam gedung atau ruangan
TUJUAN Agar dapat mencegah terjadinya infeksi
Nosokomial
Bila ruangan kerja bersih maka petugas dapat
bekerja dengan gembira dan sehat
Dapat mewujudkan citra puskesmas yang bersih
KEBIJAKAN Buku pedoman manajerial pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit dan fasilitas lainnya
Buku pedoman pencegahan dan pengendalian infeksidi rumah sakit dan fasilitas lainnya
PETUGAS Dokter Umum, Bidan,dan Perawat
PROSEDURPELAKSANAAN
Untuk tatalaksana Ventilasi Ruangan : 1 Pertukaran udara di ruangan tanpa AC* lebih dari
12 ACH**. Jika menggunakan AC terdapat catatan pembersihan AC setiap bulan
1. Bongkar bersih ruangan bersalin setiap bulan2. Ruangan Bersalin dan tindakan dibersihkan setiap
kali setelah tindakan selesai3. Tersedia cukup air di puskesmas untuk keperluan
kebersihan pencucian4. Sampah ruangan dibuang sesuai aturanpembuangan
sampah5. Pencahayaan ruangan sesuai kebutuhan
PUSKESMASPATTALLASSANG
PENANGANAN DEHIDRASI BERAT
NO. DOKUMEN NO. REVISI :001
HALAMAN1 dari 2
STANDARPROSEDUR
OPERASIONAL
TANGGAL TERBIT
24 Agustus 2015
Ditetapkan : di PattallassangKepala Puskesmas
H. BADOLLAHI, SKM.,M.KesNIP. 19600805 198403 1 015
dan tidak bisa minum atau malas minumTUJUAN Untuk mengatasi dehirasi berat pada bayi/anak
KEBIJAKAN Mengacu pada panduan pelayanan kesehatan neonatal Esensial
PETUGAS Dokter Umum, Bidan,dan Perawat
PROSEDURPELAKSANAAN
Klasifikasi
Tanda-Tanda atau Gejala
Pengobatan
DehidrasiBerat
Terdapat dua atau lebih tanda dibawah ini :- Letargis/
tidak sadar- tidak bisa
minum atau malas
- Cubitan kulit perutkembali sangat lambat ( ≥ 2 detik )
Tangani sesuai Rencana Terapi C.Jika bayi juga mempunyai klasifikasi lain yang menbutuhkan rujukan segera:- RUJUK SEGERA setelah memenuhi syaratrujukan dan oralit sedikit demi sedikit.- Nasehati agar ASI tetap diberikan jika memungkinkan.- Cegah agar gula darah tidak turun.\- Nasehati cara menjaga bayi tetap hangat selama perjalanan.
Dehidrasiringan sedang
Terdapat dua atau lebih tanda dibawah ini :- Rewel,
gelisah- Mata cekung- Minum
dengan lahap, haus
- Cubitan kembali lambat
Jika bayi tidak mempunyai klasifikasi berat lain, tangani sesuai Rencana Terapi BJika bayi mempunyai klasifikasi berat yang lain :- RUJUK SEGERA dan
selama perjalanan berikan larutan oralit.
- nasihati agar ASI tetap diberikan jika memungkinkan.
- Cegah agar gula darahtidak turun.
- nasehati cara menjagabayi tetap hangat selama perjalanan.
Lakukan asuhan dasar bayi muda
Nasehati kapan harus kembaliKunjungan ulang 2 hari
Tanpa dehidrasi
Tidak terdapat cukup tanda untuk diklasifikasikan sebagai dehidrasi ringan atau berat
- Beri cairan dan makanan untuk menanganidiare dirumah.- nasehati ibu kapan kembali- Kunjungan ulang dalam waktu 5 hari jikatidak membaik
PUSKESMASPATTALLASSANG
PENANGANAN DEHIDRASI BERAT
NO. DOKUMEN NO. REVISI :001
HALAMAN2 dari 2
PROSEDURPELAKSANAAN
PENANGANAN DIARE DEHIDRASI BERAT sesuai RENCANA TERAPI C
(modifikasi untuk bayi muda )
Jika bayi masuk klasifikasi dehidrasi berat, ada fasilitas dan kemampuan untuk pemberian cairan IV, maka :- pasangjalur IV- Berikancairan IV Ringer laktat
(jikatidaktersedia, berikanNaCl 0,9%) sebanyak 30 ml/kgBBselama 1 jam (10 tetes/makro/KgBB/menitatau 30 tetesmikro/KgBB/Menit.
- Evaluasisetiap 1 jam : bilamembaik,RUJUK SEGERAdenganmeneruskancairan IV 70 ml/KgBBselama 5 jam( 5 tetesmakro/KgBB/menitatau 14 tetesmikro/KgBB/menit)