UB MALANG PENGAMPU: NS. HERI, SP.KMB 2015
PERAWATAN KATETER SUPRAPUBIKPSIK
Pendahuluan :
Suprapubik kateter adalah pemasangan kateter pada area suprapubik melalui prosedur
pembedahan. Prosedur ini lebih nyaman dibanding indwelling catheter, pasien juga
dapat merasakan proses berkemih secara alami dengan cara melakukan klem pada
kateter dan melepaskan klem ketika bladder terasa penuh (Potter & Pery, 2006).
Tanggung jawab perawat terhadap perawatan kateter adalah mempertahankan
kepatenan aliran urin, perawatan kateter dan kulit sekitar kateter.
Indikasi Pemasangan Kateter suprapubik/ Cystostomy :
Injuri urethra
Obstruksi urethra
Prostat malignancy
Benign Prostat Hiperplasia
Perawatan Kateter Suprapubik :
Persiapan alat :
Bak instrument steril berisi kom 1, kasa steril, lidi kapas
Urine bag
Perlak dan kain
Tempat sampah
Kapas alkohol
Sarung tangan steril
Sarung tangan bersih
Cairan antiseptic (povidone iodine ) bila
diperlukan
NacL 0,9%
Plester
Korentang dan tempatnya
Tempat sampah
UB MALANG PENGAMPU: NS. HERI, SP.KMB 2015
Gunting plester
Persiapan klien :
Pengkajian
Kaji urin dalam bag ( jumlah, kejernihan, warna, bau, dan sedimen)
Observasi balutan ( kebersihan dan patensinya)
Observasi insersi kateter (tanda inflamasi : kemerahan, bengkak, adanya
drainase, tanya pasien adanya nyeri pada sekitar kateter)
Observasi adanya kemungkinan alergi terhadap plester
Kaji kepatenan kateter pada tempatnya
Kaji kemungkinan adanya peningkatan suhu tubuh
Pastikan pengetahuan klien terhadap tujuan pemasangan kateter suprapubik
Tindakan :
1. Berikan privasi pada klien
2. Jelaskan prosedur pada klien
3. Cuci tangan
4. Gunakan sarung tangan bersih
5. Buka semua pembungkus
6. Siapkan cairan pembersih pada kom ( perbandingan 1:9)
7. Lepaskan balutan yang lama ( bila perlu gunakan alkohol swab )
8. Buang di tempat sampah
9. Gunakan sarung tangan steril
10. Dengan tangan nondominant tegakkan kateter keatas, dan dengan tangan
dominan bersihkan sekitar insersi sampai dengan 5 cm sekitar insersi. Bersihkan
dengan cara sirkuler dari dalam kearah luar.
11. Keringkan kulit sekitarnya
12. Bersihkan kateter mulai dari dasar kateter ke arah atas kateter. Perhatikan
jangan sampai menarik kateter
13. Ganti balutan dengan kassa steril
14. Bentuk balutan seperti kurve agar seluruh tube terlindungi
15. Fiksasi balutan dengan hipafix/ plester
16. Pastikan hubungan selang dengan urine bag kuat
UB MALANG PENGAMPU: NS. HERI, SP.KMB 2015
17. Lepas sarung tangan
18. Cuci tangan
19. Bersihkan alat dan beri kenyamanan pada klien
Evaluasi :
Keluhan ketidak nyamanan atau nyeri pada insrsi kateter
Kondisi kulit sekitar tube : Peradangan, iritasi, tanda infeksi.
Inspeksi balutan pada setiap shift
Inspeksi urin (sedimen, bau, perubahan warna urin)
Dokumentasi :
Catat kondisi kulit sekitar tube
Catat warna, jumlah dan bau drainage
Catat adanya keluaran yang abnormal : adanya mukosa yang berlebihan dalam
urine atau sumbatan (pada bladder buatan)
Edukasi :
Tingkatkan asupan cairan sampai minimum 2000 ml perhari
Ajarkan klien bahwa urin bag harus berada dalam posisi lebih bawah dari insersi
kateter
Informasikan kepada klien kemungkinan adanya spasme bladder.
Pembilasan tube :
Prosedur ini dilakukan bila terjadi sumbatan kateter oleh darah atau sedimen yang di
tandai dengan penurunan urin output dan distensi pada kandung kemih.
Peran perawat: edukasi untuk meningkatkan asupan cairan dan laporkan pada dokter
jika ada komplikasi.
Persiapan alat :
NaC1 0.9%
Syringe 60 cc
Kom steril
Bengkok
Bak instrument
UB MALANG PENGAMPU: NS. HERI, SP.KMB 2015
Sarung tangan steril
Persiapan klien :
Inspeksi kulit sekitar tube
Inspeksi tube dan drainage
Tindakan :
1. Berikan privasi pada klien
2. Jelaskan prosedur pada klien
3. Buka pembungkus steril
4. Pakai sarung tangan steril
5. Masukkan 30 cc NaCl dalam syringe
6. Lepaskan kateter dari urine bag
7. Sambungkan kateter dengan syringe
8. Bilas kateter dengan NaCl sampai bersih(tidak ada mucus)
9. Hubungkan kateter dengan urine bag
10. Lepas sarung tangan
11. Bersihkan alat
12. Beri kenyamanan pada klien
Evaluasi :
Kulit sekitar tube : adanya iritasi, tanda-tanda infeksi
Pengetahuan klien tentang pencegahan infeksi pada tube
Dokumentasi :
Catat adanya kondisi kulit sekitar tube
Catat warna, jumlah dan bau drainage
Catat adanya keluaran yang abnormal : adanya mukosa yang berlebihan dalam
urine atau sumbatan (pada bladder buatan)
Catat intake dan output pada klien
UB MALANG PENGAMPU: NS. HERI, SP.KMB 2015
PERAWATAN NEPHROSTOMY
Pendahuluan
Nephrostomy merupakan salah satu bentuk dari therapeutic puncture site yang
bertujuan mengeluarkan urine dari ginjal. Prosedur ini dilakukan karena adanya
sumbatan pada ureter sehingga urine tidak bisa keluar menuju bladder. Selain untuk
pengeluaran urine, nephrostomy juga dilakukan untuk mengeluarkan batu dari ginjal.
Ada dua nephrostomy :
1. Percutaneous Nephrostomy Tube (PNT)
PNT adalah system pengeluaran urine dengan kateter yang dimasukkan dalam
ginjal (nephron). Pemasangan PNT dilakukan secara invasive diruang operasi.
2. Nephro-Uretero Stent(NES)
NES adalah system pengeluaran urine dengan menggunakan kateter yang
dimasukkan ke dalam ginjal sampai dengan bladder.
Indikasi pemasangan Nephrostomy :
Obstruksi akut atau kronik pada upper urinary
tract
Peningkatan creatinin yang tinggi dan urine tidak
bisa dibuang melalui ureter
Gangguan pada renal pelvis, mis : trauma pelvis
Treatment untuk staghorn renal calculi
Adanya batu atau tumor yang dapat
mengobstruksi saluran kemih
Kontraindikasi :
Pada klien yang sedang menjalani terapi ESWL
Perdarahan, ex :hemophylia, thrombocytopenia dan hypertensi yang tidak
terkontrol
Penggunaan anti koagulan, ex :aspirin, heparine, warfarin
UB MALANG PENGAMPU: NS. HERI, SP.KMB 2015
Tanda bahaya :
Penurunan jumlah drainage disertai dengan rasa tidak nyaman
Ada darah disekitar kateter
Suhu tubuh tinggi (>37,5 C)
Adanya darah dalam urine
Nausea dan vomiting
Tubuh terasa panas
Urine berkabur dan berbau
Sakit pada punggung
Kateter rusak atau bocor
PROSEDUR
Persiapan klien :
Kaji tingkat kenyamanan klien
Kaji adanya tanda infeksi, trauma jaringan, atau echymosis pada sisi tusukan
Kaji posisi dan kondisi selang
Kaji pengetahuan klien tentang perlunya perawatan pada sisi tusukan
Persiapan alat :
Bak instrument steril berisi pinset anatomis 2, kom 1
Urine bag
Kassa steril
Bengkok
Perlak dan kain
Tempat sampah
Kapas alkohol
Sarung tangan steril dan sarung tangan bersih
Cairan antiseptik (povidone iodine ) bila diperlukan
NaCl 0,9%
Plester
Korentang dan tempatnya
UB MALANG PENGAMPU: NS. HERI, SP.KMB 2015
Gunting plester
Lidi kapas tangkai panjang
Tindakan :
1. Kaji ulang instruksi dari medis
2. Berikan penutup pada klien
3. Jelaskan prosedur pada klien
4. Cuci tangan
5. Gunakan sarung tangan bersih
6. Buka balutan yang lama, observasi kondisi balutan dan sisi tusukan :
Drainase
Tanda-tanda infeksi : tumor, rubor, dolor, kalor, functio laesa
7. Gunakan sarung tangan steril
8. Bersihkan sekitar sisi tusukan, dengan menggunakan lidi kapas dan betadine
yang diencerkan dengan NaCl.bersihkan sirkular dari dalam ke luar.
9. Biarkan cairan mengering
10. Tutup dengan 2 lapis kassa steril
11. Tutup dengan plester
12. Lepas sarung tangan
13. Cuci tangan
Evaluasi :
Sisi tusukan adanya : tanda-tanda infeksi, kemerahan, bengkak, echymosis
Sisi tusukan bersih dan terbalut dengan rapi
Klien dapat memahami tentang nephrostomy
Dokumentasi :
Waktu dan tanggal penggantian balutan
Hasil observasi pada sisi tusukan
Pendidikan kesehatan pada klien dan keluarga klien
Bagian 1: Pemasangan Kateter
UB MALANG PENGAMPU: NS. HERI, SP.KMB 2015
Kateter urin adalah memasukkan selang (kateter) melalui uretra ke dalam vesica urinaria..
Tujuan pemasangan kateter adalah untuk membantu pengosongan bladder. Kateter intermiten
diberikan untuk mengurangi distensi bladder dalam jangka wajtu pendek, sedang indwelling catheter
digunakan dalam jangka waktu yang lama untuk mengatasi masalah retensi atau inkontinensia urin.
Pemasangan kateter dapat menimbulkan risiko infeksi sehingga proses pelaksanaannya harus steril.
Tipe-tipe katater uretral
Ukuran kateter dewasa 14, 16, dan 18 semakin tinggi nomor ukurannya, semakin besar
diameternya. Kateter terbuat dari karet atau plastik & logam. Straight catheter atau robinson catheter
adalah selang dengan lumen tunggal dengan lubang kecil atau terbuka lebih kurang 1,5 inchi dari ujung
insersi. Tipe lain dari straight catheter adalah coude catheter dimana mempunyai ujung melengkung.
Retention atau folley catheter (indwelling catheter) berisi dua selang yang lebih kecil berada di samping
sepanjang selang. Selang kedua ini dihubungkan dengan balon dekat ujung insersi. Tipe folley catheter
yang digunakan untuk pasien yang membutuhkan tindakan irigasi vesica urinaria secara periodik adalah
foley catheter berlumen tiga.
UB MALANG PENGAMPU: NS. HERI, SP.KMB 2015
Indikasi Kateterisasi
Kateterisasi sebagai kebutuhan pasien untuk alasan apa saja, seperti pasien yang tidak dapat
buang air kecil
Pemasangan kateter untuk mendapatkan spesimen urin dari pasien yang bebas dari kontaminasi
Pemasangan kateter untuk prosedur bedah dalam mengosongkan vesica urinari
Kateterisasi digunakan untuk mengukur residu dalam vesica urinari
Kateterisasi digunakan untuk mengambil urin dari penyaringan vesica urinaria
Kateterisasi untuk memonitor dan mengkaji kehilangan dan penggantian cairan secara akurat
pada pasien kritis
Insersi Kateter pada Klien Pria
a. Tujuan
Untuk mengurangi ketidaknyamanan karena distensi vesica urinaria dan untuk memberi
pengurangan tekanan karena over distensi vesica urinaria secra bertahap
Untuk mengkaji jumlah sisa urin jika vesica urinaria benar-benar dikosongkan
Untuk mendapatkan spesimen urin guna mengkaji adanya keabnormalan unsur-unsur dan
karakteristik urin
Untuk mengosongkan vesica urinaria sebelum operasi
b. Pengkajian
UB MALANG PENGAMPU: NS. HERI, SP.KMB 2015
Kaji kebutuhan untuk kateterisasi termasuk tipe kateter yang akan digunakan
Kaji daerah perineal untuk mencegah transmisi mikroorganisme
Kaji osteum uretra eksterna untuk mengetahui adanya infeksi atau peradangan. Tanyakan pada
pasien adakah riwayat kesulitan kateterisasi terdahulu
Kaji pencahayaan, apakah perawat dapat melihat jelas untuk melakukan pemasangan kateter
Kaji kemampuan klien untuk membantu kelancaran prosedur kateterisasi
Kaji apakah ada iodine atau latex untuk menghindari reaksi alergi
Perhatikan rasa ketidaknyamanan klien, terutama apabial perawat berlainan jenis kelamin
Prosedur Tindakan
1. Persiapan Alat
a. Kit kateter steril
Kateter sesuai ukuran yang diperlukan klien
Pinset
Larutan anti septik
Sarung tangan
Lubrikan
Dok berlubang
Spuit 10 cc dan cairan steril
Urobag
Kom
Bengkok
Kas deppers dengan larutan anti septik
b. Lampu penerangan yang adekuat
c. Tirai/sketsel
d. Perlak
e. Kantong penampung bahan kotor (bisa diganti dengan bengkok)
f. Plester dan gunting
g. Baskom dan air hangat
h. Handuk
i. Selimut
UB MALANG PENGAMPU: NS. HERI, SP.KMB 2015
2. Persiapan klien dan lingkungan
a. Jaga privasi klien
b. Jelaskan prosedur pada klien
c. Siapkan tempat tidur yang memudahkan perawat bekerja
d. Bantu klien dalam posisi supinasi
e. Berikan cahaya yang cukup pada daerah perineal
Pemasangan Kateter pada Klien Pria
No Tindakan Rasional
1 Siapkan peralatan.
Baca label pada catheter kit catat jika
kateter termasuk dalam kit dan
identifikasi dulu tipenya.
Berusaha efisien dalam melakukan prosedur. Kit
dari pabrik yang berbeda memberikan alat berbeda
pula. Kateter mungkin dikemas dalam kit atau
mungkin juga tidak. Sarung tangan steril dan
urobag mungkin dikumpulkan secara terpisah.
2 Berikan privasi dan jelaskan prosedur yang
akan dilakukan pada klien.
Menjalin kerja sama dan menjaga privasi klien.
3 Atur tempat tidur untuk kenyamanan
bekerja.
Menjamin keamanan klien.
4 Bantu klien dalam posisi supinasi dengan
kaki agak melebar.
Merelaksasikan otot perut dan memberikan
gambaran area untuk memfasilitasi pemasangan
kateter.
5 Kenakan kain pada daerah abdomen
dengan posisi diamond dan paha klien jika
diperlukan dan pasang perlak diantara
dua paha.
Berusaha membuat klien lebih nyaman dan hangat.
6 Pastikan pencahayaan pada penis dan Memfasilitasi ketepatan pelaksanaan prosedur.
UB MALANG PENGAMPU: NS. HERI, SP.KMB 2015
daerah perineal cukup.
7 Cuci tangan, gunakan sarung tangan
diposable dan bersihkan daerah perineal
klien.
Mengurangai transfer mikroorganisme.
8 Buka sarung tangan dan cuci tangan. Mengurangai transfer mikroorganisme.
9 Buka kateter kit, gunakan teknik aseptik
letakkan di sisi tempat tidur klien.
Memudahkan tindakan dan mencegah
terkontaminasinya alat-alat steril.
10 Gunakan sarung tangan steril Mencegan terkontaminasinya alat-alat steril
11 Tutup area perineal klien dengan kain
steril sampai sebatas tampak penis
Menyiapkan tempat steril pada tempat melakukan
prosedur. Mencegah terkontaminasinya area yang
berdekatan
12 Jika kateter akan dimasukkan, periksa
balon kateter dengan memasukkan air
steril 5 cc, pompa dan kempiskan kembali
Menguji kepatenan balon kateter. Pelepasan
semprotan untuk mencegah kesalahan
pemompaan selama pemasangan kateter
13 Sambung kateter dengan urobag jika
belum tersambung
Kateter dan sistem drainase bisa saja belum
tersambung, kecuali jika disambung sebelum
kateterisasi. Ini untuk menghindari penyebaran
infeksi pada ujung kateter yang terbuka
14 Lapisi bagian distal kateter dengan water-
solube. Lubrikan steril dan tempatkan
dekat tempat steril (5-7 cm)
Memfasilitasi pemasangan kateter
15 Pegang penis dengan tangan yang tidak
dominan dengan memberi alas kain kassa.
Ambil kassa deppers yang telah dibasahi
dengan larutan antiseptik mengunakn
pinset, bersihkan glands penis dengan
Mengangkat kotoran dan miminimalkan bahaya
infeksi saluran kencing
UB MALANG PENGAMPU: NS. HERI, SP.KMB 2015
arah memutar
16 Pegang penis dengan sedikit menarik
dengan membuat sudut 90 derajat
Memfasilitasi pemasangan kateter dengan
meluruskan uretra
17 Pegang kateter dengan tangan dominan
masukkan kateter ke dalam meatus kira-
kira 8 inchi (15-17 cm) secara perlahan-
lahan sampai urin masuk ke urobag.
Arahkan penis mengarah sudut 60 agar
memudahkan masuknya kateter
Catatan :
Bila beberapa cm kita masukkan ada
tahanan, anjurakn klien menarik nafas
dalam dan dorong kateter pada saat klien
menarik nafas, bila kateter tidak dapat
masuk dengan lembut segera
informasikan kepada dokter
Memberikan konfirmasi secara fisual bahwa
kateter sudah berada pada kandung kemih
18 Bila urin telah keluar pertahankan posisi
kateter dengan tangan terkontaminasi
Memberikan metode pemompaan balon kateter
yang steril
19 Injeksikan air steril ke dalam balon pelan-
pelan, bila klien merasa nyeri segera hisap
kembali. Lanjutkan insersi kateter,
setelahnya diinjeksikan kembali air steril
pengisi balon sebanyak 10 cc
Memastikan bahwa balon telah tersimpan. Kateter
tersedia dengan ukuran balon yang bermacam-
macam. Menggunakan kateter dengan ukuran
balon yang tepat
20 Instruksikan klien untuk segera
melaporkan ketidaknyamanan atau
tekanan selama pemompaan balo. Jika
terjadi nyeri jangan teruskan prosedur,
kempiskan balon dan masukkan balon
Nyeri atau tekanan mengindikasikan pemompaan
balon di uretra. Pemasangan yang lebih dalam
akan mencegah ketidaktepatan, nyeri atau
perdarahan
UB MALANG PENGAMPU: NS. HERI, SP.KMB 2015
lebih jauh dari kandung kemih. Jika klien
terus mengeluh nyeri, lepas katetr dan
laporkan pada dokter
21 Setelah balon dipompa, dengan hati-hati
tarik kateter sampai balon kateter
berhenti di leher kandung kemih
Meningkatkan kelanjutan pengaliran dari kandung
kemih. Mencegah terjadinya urin bocor di sekitar
kateter
22 Jamin pemasangan kateter sesuai dengan
kebijaksanaan institusi
Mencegah terlalu banyaknya traksi akibat gesekan
pada leher kandung kemih, ketidak hati-hatian
dalam pemindahan kateter dan karena erosi uretra
23 Gantungkan urobag lebih rendah daripada
kandung kemih klien, jangan diletakkan di
lantai
Memaksimalkan pengaliran urin dari kandung
kemih
24 Pasang plester di bagian perut bawah (di
bawah perineum)
Memfikasasi kateter. Memberikan kondisi yang
nyaman untuk klien
25 Rapikan semua alat dan buang alat yang
disposible
Perawat harus mengembalikan ke posisi semula
26 Letakkan sarung tangn dan cuci tangan Menghindari perpindahan mikroorganisme
27 Bantu klien mengatur posisi. Rendahkan
tempat tidur
Berusaha membantu klien merasa aman dan
nyaman
28 Kaji dan catat waktu kateterisasi, jumlah,
warna, bau, dan kualitas urin
Memonitor status urin
Insersi kateter pada klien wanita
a. Tujuan
Untuk mengurangi ketidaknyamanan karena distensi vesica urinaria dan untuk memberi
pengurangan tekanan karena over distensi vesica urinaria secra bertahap
UB MALANG PENGAMPU: NS. HERI, SP.KMB 2015
Untuk mengkaji jumlah sisa urin jika vesica urinaria benar-benar dikosongkan
Untuk mendapatkan spesimen urin guna mengkaji adanya keabnormalan unsur-unsur dan
karakteristik urin
Untuk mengosongkan vesica urinaria sebelum operasi
b. Pengkajian keperawatan
Kaji kebutuhan untuk kateterisasi termasuk tipe kateter yang akan digunakan
Kaji daerah perineal untuk mencegah transmisi mikroorganisme
Kaji osteum uretra eksterna untuk mengetahui adanya infeksi atau peradangan. Tanyakan pada
pasien adakah riwayat kesulitan kateterisasi terdahulu
Kaji pencahayaan, apakah perawat dapat melihat jelas untuk melakukan pemasangan kateter
Kaji kemampuan klien untuk membantu kelancaran prosedur kateterisasi
Kaji apakah ada iodine atau latex untuk menghindari reaksi alergi
Perhatikan rasa ketidaknyamanan klien, terutama apabial perawat berlainan jenis kelamin
1. Persiapan Alat
a. Kit kateter steril
Kateter sesuai ukuran yang diperlukan klien
Pinset
Larutan anti septik
Sarung tangan
Lubrikan
Dok berlubang
Spuit 10 cc dan cairan steril
Urobag
Kom
Bengkok
Kas deppers dengan larutan anti septik
b. Lampu penerangan yang adekuat
c. Tirai/sketsel
d. Perlak
e. Kantong penampung bahan kotor (bisa diganti dengan bengkok)
f. Plester dan gunting
UB MALANG PENGAMPU: NS. HERI, SP.KMB 2015
g. Baskom dan air hangat
h. Handuk
i. Selimut
2. Persiapan klien dan lingkungan
a. Jaga privasi klien
b. Jelaskan prosedur pada klien
c. Siapkan tempat tidur yang memudahkan perawat bekerja
d. Bantu klien dalam posisi supinasi
e. Berikan cahaya yang cukup pada daerah perineal
Pemasangan Kateter pada Klien Wanita
No Tindakan Rasional
1 Siapkan peralatan.
Baca label pada catheter kit catat jika
kateter termasuk dalam kit dan identifikasi
dulu tipenya.
Berusaha efisien dalam melakukan prosedur. Kit
dari pabrik yang berbeda memberikan alat
berbeda pula. Kateter mungkin dikemas dalam
kit atau mungkin juga tidak. Sarung tangan steril
dan urobag mungkin dikumpulkan secara
terpisah.
2 Berikan privasi dan jelaskan prosedur yang
akan dilakukan pada klien.
Menjalin kerja sama dan menjaga privasi klien.
3 Atur tempat tidur untuk kenyamanan
bekerja.
Menjamin keamanan klien
4 Bantu klien dalam posisi supinasi dengan
kaki agak melebar.
Merelaksasikan otot perut dan memberikan
gambaran area untuk memfasilitasi
pemasangan kateter
5 Kenakan kain pada daerah abdomen
dengan posisi diamond dan paha klien jika
diperlukan dan pasang perlak diantara dua
Berusaha membuat klien lebih nyaman dan
hangat.
UB MALANG PENGAMPU: NS. HERI, SP.KMB 2015
paha.
6 Pastikan pencahayaan daerah perineal
cukup.
Memfasilitasi ketepatan pelaksanaan prosedur.
7 Cuci tangan, gunakan sarung tangan
diposable dan bersihkan daerah perineal
klien.
Mengurangai transfer mikroorganisme.
8 Buka sarung tangan dan cuci tangan Mengurangai transfer mikroorganisme.
9 Buka kateter kit, gunakan teknik aseptik
letakkan di sisi tempat tidur klien.
Memudahkan tindakan dan mencegah
terkontaminasinya alat-alat steril.
10 Gunakan sarung tangan steril Mencegan terkontaminasinya alat-alat steril
11 Periksa balon kateter dengan menggunakan
air steril 5 cc dan kempiskan kembali
Menguji ada tidaknya sumbatan pad kateter
12 Jika urobag dan kateter belum tersambung,
hubungkan kateter dengan urobag
Menghindari adanya infeksi dari kateter yang
ujungnya terbuka (tidak tersambung dengan
urobag)
13 Lumasi ujung kateter dengan gel/lubrkan
steril dan tempatkan pada daerah steril
Mencegah iritasi pada klien selama
pemasangan kateter
14 Letakkan duk berlubang steril pada daerah
perineal klien sehingga labia dapat dilihat
Menyiapkan daerah steril pada bagian yang
akan dilakukan tindakan. Mencegah
kontaminasi dari area yang berdekatan
15 Regangkan labia minora dengan tangan non
dominan dan amati ostium urethrae
externa
Membentu identifikasi letak ostium uretra
externa sehingga kateter dapt dipasang pada
tempat yang benar
16 Pegang labia dengan tangan non dominan,
gunakan pinset untuk mengambil kassa
deppers yang telah dibasahi dengan cairan
Membersihkan area dan meminimalkan risiko
infeksi traktus urinaria
UB MALANG PENGAMPU: NS. HERI, SP.KMB 2015
antiseptik, bersihkan labia mayora, labia
minora, serta perineum.
Satu kassa deppers untuk satu kali usap,
dari atas ke bawah
17 Pegang kateter pada tangan dominan,
masukkan ke ostium uretra externa hingga
urin dapat keluar dari vesica urinaria dan
masuk ke urobag 5 7,5 cm (2 3 inchi)
Memastikan bahwa ujung kateter berada pada
vesica urinaria
18 Jika urin belum keluar dari vesica urinaria
dan masuk ke urobag, berarti kateter belum
masuk ke vesica urinaria, masukkan katetr
lebih dalam lagi
Kateter perlu dimasukkan cukup dalm dalam
mendapatkan drainage yang sempurna dari
vesica urinaria, tetapi tidak sampai
menimbulkan iritasi vesica urinaria
19 Masukkan keteter lebih dalam lagi (1 3
inchi)
Memastikan pemasukan keteter yang adekuat
sebelum balon retensi dikembangkan
20 Pegang kateter ketika vesica urinaria
kosong. Hindari memajukan dan menarik
kateter meskipun hanya sedikit
Pergerakan menyebabkan permukaan kateter
steril kontak dengan area yang tidak steril
sehingga dapat meningkatkan kemungkinan
terkontaminasi
21 Pompa balon ketika kateter sudah masuk
vesica urinaria, jika kateter dimaksudkan
untuk penggunaan dalam beberapa waktu
Balon menjaga kateter tetap berada di vesica
urinaria
22 Injeksikan air steril ke dalam balon pelan-
pelan, bila klien merasa nyeri hisap kembali
dan lanjutkan insersi kateter, setelahnya
injeksikan kembali air steril pengisi balon
sebanyak 10 cc
23 Keluarkan cairan jika klien merasa nyeri dan Memompa balon pada uretra dapat
UB MALANG PENGAMPU: NS. HERI, SP.KMB 2015
tidak nyaman menyebabkan perlukaan pada membran
mukosa
24 Tarik dengan perlahan kateter setelah balon
diisi
Adanya sedikit tekanan akan menunjukkan
bahwa kateter telah tertambat dengan baik di
didalam vesica urinaria
25 Jika kateter tidak digunakan untuk
penggunaan selanjutnya, tarik kateter
perlahan lebih kurang 1 cm (0,5 inchi) tiap
kali tarikan sampai urin habis menetes dan
kemudian jepit kateter sambil menarik
ujung kateter
Penarikan yang pelan-pelan membantu
mengurangi rasa nyeri. Penjepitan mencegah
urin tersisa dalam kateter sehingga dapat
menetes pada linen ataupun pada klien
26 Rekatkan kateter pada paha klien dibawah
perineum dengan plester
Mencegah kateter tertarik atau bergeser
27 Letakkan urobag pada posisi yang lebih
rendah dari vesica urinaria. Jangan biarkan
berada di lantai
Memaksimalkan drainage urin dari vesica
urinaria. Drainage akantertahan bila urobag
berada di atas abdomen
28 Rapikan peralatan dan buang peralatan
yang tidak terpakai
Perawat harus mengembalikan ke posisi semula
29 Lepaskan sarung tang dan cuci tangan Mencegah perpindahan mikroorganisme
30 Bantu klien dalam posisi yang nyaman Memberikan keamanan dan kenyamanan pada
klien
31 Kaji dan catat waktu kateterisasi, jumlah,
warna, bau, dan kualitas urin
Memonitor status urin
32 Cuci tangan Mencegah perpindahan mikroorganisme
UB MALANG PENGAMPU: NS. HERI, SP.KMB 2015
UB MALANG PENGAMPU: NS. HERI, SP.KMB 2015
Bagian 2: Prosedur Pelepasan Kateter Urine
1. Persiapan alat
Kantong tahan air disposable/ perlak
Bengkok
Plester
Sarung tangan
Spuit 10 cc
Tempat sampah
Sabun, handuk, waslap
Tempat specimen steril
Gunting
2. Persiapan klien dan lingkungan
1. Jaga privasi
2. Atur posisi nyaman klien
3. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan
3. Prosedur tindakan
No Tindakan Rasional
1. Cuci tangan Mengurangi perpindahan organisme
2. Cek kembali perintah dokter atau tenaga
kessehatan yang berwenang
Memastikan pengobatan yang tepat untuk
klien
3. Identifikasi klien dan terangkan prosedur Memperoleh kerjasama klien
4. Penuhi privasi klien dan posisi klien yang
tertutup
Memenuhi privasi untuk harga diri klien
UB MALANG PENGAMPU: NS. HERI, SP.KMB 2015
5. Tutup tirai dan buka penutup yang menutupi
untuk melepas kateter tetapi jangan terlalu
membuka area perineal
Melindungi privasi klien dan mengurangi rasa
malu klien
6. Pakai sarung tangan nonsteril Tindakan pencegahan umum
7. Pasang alas tahan air Mencegah tempat tidur menjadi kotor
8. Alirkan urine yang ada pada ujung kateter ke
dalam kantong kateter
Mencegah kebocoran kateter saat dilepas
9. Lepas semua plester yang merekat kateter
pada kaki
Memudahkan pelepasan kateter
10. Masukkan suntikan ke dalam balon dan
pindahkan semua udara atau cairan balon,
umumnya 5-10 cc
Memastikan balon tetap mengalirkan isi balon
11. Minta klien untuk bernafas dalam jika mampu.
Lepaskan kateter secara lembut dan halus saat
ekspirasi. Hentikan jika terjadi resistensi dan
cek kembali balon
Kerusakan pada urethra mungkin terjadi jika
balon tidak kempis secara penuh
12. Catat apakah ada endapan, mucus atau darah
pada kateter. Jika perlu potong ujung kateter
dengan gunting steril dan tempatkan pada
container yang tepat
Mengkaji adanya infeksi atau trauma
sehubungan dengan kateter
13. Bersihkan area perineal klien atau berikan
kehangatan, instruksikan klien untuk
membersihkan dirinya sendiri dengan kain
basah. Rapikan alat, lepaskan sarung tangan
dan cuci tangan. Berikan selimut untuk
menutupi klien dan tempatkan pada posisi
yang nyaman ( kecuali jika akan dipasang
Menjaga privasi dan kenyamanan.
Mengurangi perpindahan mikroorganisme
UB MALANG PENGAMPU: NS. HERI, SP.KMB 2015
kateter lagi )
14. Instruksikan klien untuk minum secukupnya
dan memanggil perawat saat mereka ingin
BAK. Catat waktu dan jumlah BAK pertama
kali. Jika perlu, berikan klien urine pot sampai
klien bisa BAK
Penting untuk menentukan pola BAK klien dan
temuan lain yang dibutuhkan untuk
implementasi
15. Laporkan pada dokter bila klien tidak bisa BAK
selama 8 jam setelah pelepasan kateter
Bagian 3: Kateter Kondom
Alat drainase urine eksternal yang mudah digunakan dan aman untuk mengalirkan urine pada
klien
Tujuan
a. Mengumpulkan urine dan mengontrol urine inkontinen
UB MALANG PENGAMPU: NS. HERI, SP.KMB 2015
b. Klien dapat melakukan aktifitas fisik tanpa harus merasa malu karena adanya kebocoran urine
(ngompol)
c. Mencegah iritasi pada kulit akibat urine inkontinen
Persiapan alat
Cuci tangan selama perakitan kondom untuk mencegah transmisi mikroorganisme. Peralatan
yang dibutuhkan :
1. Kantung kondom dari bahan karet/ lateks (ukuran yang sesuai)
2. Sistem drainase urine
3. Kain penyeka untuk aplikasi semen (handuk / lap)
4. Tape Elastis. Biasanya tape adhesive dan tape sutra tidak fleksibel dan dikontraindikasi
5. Baskom dengan air hangat dan sabun
6. Selimut mandi
7. Klip rambut atau gunting
8. Sarung tangan sekali pakai.
Persiapan klien
1. Jelaskan prosedur pada klien, apa yang akan dilakukan dan jelaskan alasannya.
2. Jaga privasi, dengan menutup pintu atau gorden tempat tidur.
Implementasi
No Tindakan Rasional
1 Cuci tangan dan kenakan sarung tangan Mengurangi penularan infeksi
2 Bantu klien mengambil posisi terlentang.
Tempatkan selimut mandi di batang tubuh
bagian atas dan ekstrimitas bagian bawah
sehingga hanya ekstrimitas bagian bawah
yang terlihat
Meningkatkan kenyamanan klien dan mencegah
pemaparan bagian tubuh yang tidak perlu
3 Kaji kondisi penis Mengetahui kondisi kulit penis ada luka atau
tidak dan sebagai data dasar untuk
membandingkan perubahan kondisi kulit
setelah kondom dipasang
UB MALANG PENGAMPU: NS. HERI, SP.KMB 2015
4 Lakukan perawatan perineum dan keringkan
secara menyeluruh. Klip atau gunting rambut
di bagian bawah penis
Menghilangkan sekresi yang mengiritasi.
Kantung dari bahan lateks menggulung dengan
lebih mudah pada kulit yang kering. Rambut
yang menempel pada bagian dasar kondom
akan tertarik selama pelepasan kondom
5 Siapkan kantung pengumpul drainase urin
untuk disambungkan ke kateter kondom.
Klem semua tempat keluarnya drainase.
Siapkan selang drainase supaya dapat
dihubungkan
Peralatan drainase dengan mudah dijangkau
setelah kondom dipasang
6 Dengan tangan yang tidak dominan, pegang
penis disepanjang batangnya. Dengan
tangan yang dominan pasang kondom dan
secara perlahan gulunga kantung tersebut
sepanjang penis.
7 Sisakan 2,5 cm (1 inchi) diantara ujung
kondom dengan ujung penis gland.
Memungkinkan jalan keluar urin ke selang
pengumpul cairan dengan bebas saat klien
berkemih. Mencegah tekanan pada glands.
8 Jika perlu plester batang penis dengan
plester elastik. Plester hanya boleh
menyentuh kantung kondom bukan kulit.
Pasang secara melingkar spiral mengelilingi
penis akan tetapi jangan terlalu ketat.
Fiksasi kondom supaya kondom terpasang
dengan pas dan tetap di tempat. Aliran darah
pada penis bisa terkontriksi bila kondom
dipasang terlalu erat atau terpasang pada posisi
melingkar namun tidak spiral. Pemasangan
secara spiral mencegah pembengkakan kulit
dan perubahan warna kulit
9 Pasang sistem drainase urina secara aman
pada kondom
Untuk menjaga kenyamanan klien
10 Pasang sistem drainase urine pada sisi Pemasangan kantung drainase pada paha
UB MALANG PENGAMPU: NS. HERI, SP.KMB 2015
tempat tidur bila klien ingin berada di tenpat
tidur, atau pada paha klien, bilaklien ingin
berjalan
adalah untuk mengontrol tabung dan mencegah
bengkoknya bahan tipis perlengkapan kondom
pada ujung penis
11 Fiksasi selang sehingga tidak melekuk dan
meningkatkan drainase urin secara bebas.
Mencegah terkumpulnya urin di kantung
kondom
12 Rapiakan seprai kembali dan tempatkan
klien pada posisi yang aman dan nyaman,
berbaring atau duduk asalkan tidak
menyumbat aliran urin.
Meningkatkan kenyamanan klien
13 Buang peralatan yang telah terpakai Mencegah transmisi mikroorganisme
14 Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan Mencegah transmisi mikroorganisme
10 Dokumentasikan penggunaan kondom,
waktu, dan pengamatan yang bersangkutan
lainnya
Sebagai bukti telah dilaksanakannya prosedur
dengan baik
11 Cek kembali sistem drainase secara teratur
(30 sampai 60 menit)
Perlu dicek kembali karena bahan tipis melekuk
pada kondom cenderung untuk pada ujung
penis dan menghambat aliran urine
12 Ganti kondom setiap hari, dan kaji kulit
terhadap adanya iritasi, pembengkakan dan
perubahan warna
Mencegah terjadinya hal-hal yang tidak
diinginkan dan merugikan klien